“STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN...

25
STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL AGUS ANGGA WARDANI 5215090177 Skripsi ini Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013

description

“STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.PTK AGUS ANGGA.W

Transcript of “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN...

Page 1: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE

KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA

INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK

DIGITAL

AGUS ANGGA WARDANI

5215090177

Skripsi ini Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

Page 2: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam keseluruhan proses pendidikan kegiatan belajar mengajar merupakan

kegiatan inti dan utama. Kegiatan belajar–mengajar secara formal umunya dilakukan di

sekolah. Sekolah sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan formal mempunyai dua

aspek penting, yaitu aspek individual dan aspek sosial. Di satu pihak pendidikan sekolah

bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan

pribadi anak didik secara optimal, di pihak lain pendidikan sekolah bertugas mendidik

agar anak didiknya dapat mengabdikan diri kepada masyarakat. Pilihan dan imbangan

yang tepat mengenai kedua macam tugas tersebut tersebut merupakan pokok pemikiran

dari para pakar pendidikan. Sebagai upaya pemecahannya maka tujuan proses pendidikan

pada tiap jenjang sekolah perlu disesuaikan dengan dengan proposisi – proposisi tertentu

mengenai psikologi dan pekembangan anak didik, pada jenjang mana mereka berada dan

tujuan apa yang diharapkan.

Teknik Digital merupakan mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan yang wajib

dipelajari siswa, diharapkan mampu memberi bekal kepada siswa untuk dapat

menghadapi tantangan di dunia kerja di masa yang akan datang. Di tingkat satuan

pendidikan SMK kelas X terdapat kompetensi ketrampilan, dan salah satu pelajaran

tersebut adalah mata pelajaran Teknik Digital yang terbagi menjadi teori dan praktik.

Dalam proses pembelajaran teori mata pelajaran kompetensi kejuruan Teknik Digital

adalah memberikan konsep dasar pengetahuan secara teoritis tentang konsep digital,

komponen digital dan perancangan rangkaian digital. Sedangkan dalam pembelajaran

praktik kompetensi kejuruan mata pelajaran Teknik Digital adalah menekankan uraian

Page 3: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

dasar – dasar teknik digital mulai dari sistem bilangan, gerbang logika, flip-flop dan

aritmatika biner. Namun dalam proses belajar-mengajar di sekolah, para guru mata

pelajaran Teknik Digital berhadapan dengan siswa yang menganggap bahwa pelajaran

Teknik Digital itu merupakan suatu pelajaran yang sulit. Dengan demikian proses belajar-

mengajar pun agaknya kurang berhasil.

Mengingat tugas siswa adalah belajar sebagai proses pengembangan diri untuk

dapat mandiri dan berpartisipasi dalam dunia kerja, maka kegiatan belajar yang dialami

siswa di sekolah mau tidak mau harus ditempuhnya. Dan prestasi yang diperoleh pun

diharapkan akan memberi gambaran yang menghasilkan dan menunjukan keberhasilan

belajar. Untuk itu guru harus memiliki pandangan yang luas dan mampu membimbing

siswanya untuk mencapi tujuan belajar yang diharapkan.

Untuk mencapai tujuan belajar di sekolah pelaksanaan proses belajar-mengajar di

kelas tidak cukup dengan ditatanya program pengajaran di dalam kurikulum. Walaupun

kurikulum dilengkapi dengan petunjuk penyusunan satuan pelajaran, petunjuk penilaian

prestasi belajar siswa, bimbingan siswa, dan petunjuk mengenai pelaksanaan, administrasi

dan supervise sekolah. Namun apabila di perhatikan keseluruhan isi kurikulum faktor

serta perangkat pedoman pelaksanaannya, akan tampak semua itu merupakan serentetan

program dan cara-cara pelaksaannya. Dalam perangkat itu terdapat petunjuk operasional

yang merupakan atau melukiskan proses belajar mengajar di kelas. Pengelolaan proses

belajar mengajar itu sepenuhnya diserahkan pada kemampuan guru yang di peroleh dalam

pendidikan dan praktek lapangan yang di alaminya. Tidak jarang guru yang kurang

mampu melakukan pengolaan proses belajar mengajar itu karena kurang memiliki

wawasan yang jelas mengenai dasar dan hakekat proses belajar mengajar serta

penerapannya dalam kelas, khususnya dalam pengajaran Teknik Digital. Untuk itu

Page 4: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

penguasaan pendekatan dan metode pengajaran serta penerapannya yang tepat sedikit

banyak akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.

Mengingat hal tersebut perlu kiranya dicarikan suatu pendekatan yang dapat

dikembangkan menjadi suatu bentuk metode belajar-mengajar yang efektif dan efesien.

Suatu metode yang efektif dan efesien akan tercipta bila metode itu dapat menunjang

prestasi belajar siswa yang memadai dan lestari dalam arti apa yang dipelajari siswa dapat

dikuasai dan tidak mudah terlupakan. Kadar prestasi belajar belajar siswa tersebut sangat

tergantung kepada apa yang dipelajari bagi dirinya sendiri. Keberartian materi pelajaran

itu sedikit banyak dipengaruhi oleh peran serta aktifitas siswa itu sendiri dalam

keseluruhan proses belajar/mengajar. Dan yang menjadi fokus permasalahan sekarang

adalah bagaimana membina iklim kegiatan belajar mengajar agar kegiatan siswa cukup

tinggi dan berhasil baik, serta isi programnya pun bermanfaat bagi siswa, kehidupan, dan

lingkungannya untuk waktu sekarang dan yang akan datang.

Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengadakan penelitian tentang study

komperatif hasil belajar antara metode Kooperatif dengan metode ceramah yang

merupakan metode belajar-mengajar yang masih menghendaki kemampuan guru dalam

penjelasan materi.

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk mengetahui sejauh mana keampuhan dua bentuk metode belajar-mengajar

diatas dalam pengajaran Teknik Digital, maka muncul beberapa permasalahan yang perlu

di kaji. Permasalahan ini ada di sekitar proses belajar mengajar dengan kedua macam

metode tadi yang menyangkut :

1. Apakah metode ceramah cocok diterapkan dalam proses belajar-mengajar pada mata

pelajaran Teknik Digital ?

Page 5: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang belajar melalui metode ceramah pada mata

pelajaran Teknik Digital ?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang belajar melalui metode kooperatif pada mata

pelajaran Teknik Digital ?

4. Apakah metode kooperatif cocok diterapkan dalam mata pelajaran Teknik Digital ?

5. Adakah pengaruh penggunaan metode terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Teknik Digital ?

1.3 Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang muncul di atas merupakan masalah yang perlu

dicarikan jawabannya namun untuk pencapaian yang lebih efektif maka tidak semua

masalah di atas ditelaah. Dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar antara

metode kooperatif dengan metode ceramah pada mata pelajaran Teknik digital di kelas X.

Penelitian ini di ambil di SMK NEGERI 26 JAKARTA.

1.4 Perumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat di rumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

Adakah perbedaan hasil belajar antara metode kooperatif dengan metode ceramah di

SMK NEGERI 26 JAKARTA pada mata pelajaran Teknik Digital ?

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif kepada guru Teknik

Digital di SMK NEGERI 26 JAKARTA dan juga kepada guru-guru yang lain tentang

alternatif pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Hal ini dilakukan guna memberi

variasi di dalam proses belajar-mengajar.

Page 6: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. Kajian Teoritis

2.1 Hakikat Hasil Belajar

Banyak definisi tentang belajar yang dikemukaan para ahli, dan perumusannya

berbeda-beda. Namun demikian pengertian – pengertian yang di kemukakan para ahli

mempunyai kesamaan dalam satu hal, yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses

pembentukan atau perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Salah satu definisi yang

dapat dikemukakan disini adalah seperti apa yang dirumuskan dalam teori behavioristik

belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus

dan respon.

Pembentukan atau perubahan pada tingkah laku itu dapat terjadi dalam bentuk

pengetahuan, pengertian, kebiasaan, sikap, dan apresiasi seseorang terhadap sesuatu.

Yang jelas seseorang yang telah mengalami peristiwa belajar akan memiliki sesuatu yang

sebelumnya tidak dimiliki dan dikuasainya. Belajar adalah peristiwa yang terjadi dengan

disadari, artinya seseorang yang mengalami atau yg terlibat dalam belajar pada akhirnya

akan mengetahui bahwa dia telah memepelajari sesuatu. Dalam praktek disekolah bahwa

siswa menyadari telah mengalami sesuatu sehingga telah menjalani sesuatu perubahan.

Mengingat hal tersebut dapat dikatakan bahwa ada perubahan tingkah laku yang tidak

termasuk dalam kategori belajar, yaitu perubahan atau pembentukan tingkah laku karena

naluri, kematangan, dan keletihan atau perubahan karena pengobatan.

Dalam kaitannya dengan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku, maka

belajar juga akan menimbulkan hasil dimana tampak sifat – sifat dan tanda – tanda

perilaku baru setelah pengalaman belajar berlangsung. Hasil belajar itu disebut

Page 7: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

kemampuan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.

Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia

lakukan. Di sekolah kemampuan yang timbul setelah belajar ini biasa disebut sebagai

prestasi belajar. Prestasi belajar dapat di amati melalui suatu alat ukur atau tes mengenai

sejumlah pelajaran yang telah diberikan.

Tingkat keberhasilan siswa dalam studi ini dibatasi pada kemampuan pengetahuan

dan ketrampilan. Khususnya tiga tingkatan kemampuan yang pertama yaitu penguasaan

pengetahuan yang terbentuk dalam asosiasi hafalan. Aspek ini merupakan seperangkat

ingatan mengenai sesuatu sebagai hasil dari pengamatan melalui asosiasi tentang fakta.

Dan pada tingkatan kemampuan yang kedua yaitu penguasaan kemampuan yang

terbentuk melalui tindakan – tindakan pengajaran.

Untuk lebih jelasnya pencapaian prestasi belajar di sekolah dapat dilihat dari

perolehan angka nilai yang didapat melalui tes. Angka nilai yang dipakai disini

mempunyai rentangan 1 – 100 ( satu sampai seratus), dengan bobot nilai maksimum

untuk setiap item adalah 1 (satu). Untuk menjadikan nilai maksimum yang diperoleh

siswa dari suatu tes kedalam nilai yang mempunyai rentangan 1 – 100, maka digunakan

suatu rumus :

Nilai =

Contoh : Item tes terdiri dari 30 item, setiap item yang dijawab dengan betul

dijumlahkan menjadi nilai maksimum. Kalau si A menjawab item dengan betul 17 item,

maka nilai yang diperoleh si A adalah 17/30 x 100 = 57 (dibulatkan sampai satuan).

Page 8: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

2.2 Hakikat Mata Pelajaran Teknik Digital

Sebagai mata pelajaran pokok dan wajib di berikan pada SMK khususnya di

Teknik Digital, maka pelajaran Teknik Digital adalah salah satu materi pokok dan penting

bagi siswa dalam melangkah kearah penguasaan logika.

Pelajaran teknik digital pada kelas X semester 1 pada garis besarnya dibagi dalam

tiga materi pokok, yaitu memberikan konsep dasar pengetahuan secara teoritis tentang

konsep digital, komponen digital dan perancangan rangkaian digital.

Belajar teknik digital akan berlangsung dengan baik dan lancar bila mana

didorong tujuan tertentu. Dengan kata lain tujuan akan mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Dalam pengajaran teknik digital tujuan yang hendak dicapai

dideskripsikan dalam bentuk perubahan sikap (kemampuan) setelah siswa mengalami

proses belajar teknik digital.

Siswa mampu membuat diagram/ skema Digital dengan menggunakan berbagai

komponen logika dan dapat menjelaskan secara teoritis dan praktis rangkaian

kombinasional, sequensial sinkron dan sequensial asinkron.

Dari praktek teknik digital listrik siswa diharapkan dapat lebih mengerti dan

memahami konsep – konsep yang terdapat dalam teknik digital dan dapat menggunakan

konsep – konsep teknik digital kedalam praktek teknik digital.

Selain itu perlu diperhatikan bahwa kegiatan praktek hendaklah dirancang secara

berjenjang dari yang mudah menuju yang lebih rumit sehinggga memberi perhatian

belajar siswa. Dari kegiatan belajar mengajar praktek teknik digital tenaga akan didapat

hasil yang tampak sebagai suatu prestasi yang ditunjukan oleh siswa terhadap apa yang

telah dipraktekkanya itu melalui evaluasi berupa pertanyaan, tugas, atau instruksi yang

Page 9: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

tertera pada job sheet (Sumadi suryabrata). Dari kemampuannya di dalam menyelesaikan

tugas – tugas yang terdapat pada job sheet dapat diukur seberapa kemampuan daya serap

belajar siswa tersebut.

Untuk memperoleh data pembuktian yang menjelaskan tingkat kemampuan siswa

serta keberhasilannya dalam mencapai tujuan instruksional Teknik digital, maka

dilakukan evaluasi. Bloom mendefinisikan evaluasi adalah pengumpulan kenyataan

secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya telah terjadi perubahan

pada diri siswa dan menetapkan seberapa jauh tingkat perubahan terjadi di dalam diri

pribadi siswa.

Evaluasi dalam pendidikan tidak dapat diukur secara langsung karena obyek yang

diukur dan dinilai adalah aspek psikologis, untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat

digunakan untuk mengukurnya yaitu tes. Alpa Cronbach mendefinisikan tes sebagai suatu

prosedur sistematis untuk mengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik

seorang dengan skala numerik atau sistem kategori.

Untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa dalam

kegiatan belajar mengajar,dapat digunakan tes berikut :

a. Tes lisan

b. Tes tertulis yang meliputi tes essay dan tes objektif

c. Tes penampilan (Performance Test)

Untuk penilaian praktek teknik digital listrik ditekankan pada aspek psikomotorik

yang lebih menekankan pada gerakan tangan dan kemampuan otak menganilisa. Aspek

psikomotorik antara lain berisi; menggunakan alat secara tepat, ketelitian dan kecermatan

dalam melakukan praktek.

Page 10: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

Tes penampilan adalah satu –satunya evaluasi dalam penilaian skill, yaitu siswa

yang hendak dinilai kemampuannya diharuskan menampilkan skill yang dimilikinya itu

di bawah persyaratan kerja tertentu. Agar penilaian dapat seobyektif mungkin, maka

masing – masing skill diuraiakan elemen skill.

Elemen skill dapat berwujud:

a. Kemampuan membaca dan menganalisa rangkaian logika, dan lain – lain.

b. Kemampuan menganalisa pekerjaan dan menetapkan langkah.

c. Bekerja sesuai aturan teknis dan keselamatan kerja.

d. Keterampilan dalam pemakaian alat dan bahan.

e. Kualitas pekerjaan dan ketepatan waktu.

Pada akhirnya tujuan dari hasil belajar teknik digital yang terpenting adalah

sebagai berikut :

a. Siswa dapat memahami tentang prinsip – prinsip gerbang logika.

b. Siswa dapat memahami dan mengenal komponen teknik digital.

c. Siswa dapat memahami dan mengenal standarisasi teknik digital.

d. Siswa dapat memahami dan menganalisa rangkaian logika dalam teknik digital.

2.3 Hakikat Metode Kooperatif

Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) adalah metode belajar mengajar yang

didesain untuk mengembangkan kerjasama dan tanggung jawab siswa. Metode ini

dirancang untuk mengurangi persaingan yang banyak ditemui di kelas dan cenderung

mengarah pada pola “kalah dan menang” (Slavin, 1994). Definisi di atas menjelaskan

Page 11: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

bahwa belajar kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan adanya

kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Lebih lanjut

Watson (Jufri, 2000:14) menyatakan bahwa:

Cooperatif learning (belajar kelompok) merupakan suatu lingkungan belajar di kelas,

di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan umum. Belajar

kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan agar siswa dapat bekerja sama

dengan yang lain untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan bekerja sama

secara aktif dalam menyelesaikan tugas.

Pengelompokkan siswa secara heterogen dimaksudkan untuk mengembangkan

penerimaan siswa terhadap keragaman dan keterampilan sosial. Pada dasarnya model

pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling tidak 3 tujuan

pembelajaran yaitu hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial (Corebima, dkk.2002). melalui anggota kelompoknya baik

kemampuan akademik, jenis kelamin, usia, latar belakang sosial, ekonomi, dan

budaya. Para siswa juga diharapkan menerima keragaman tersebut dan

memaksimalkan kerja sama kelompok, sehingga masing-masing anggota kelompok

siap menghadapi tes dan hasil belajar akan tercapai dengan optimal. Kerjasama

kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat digambarkan seperti dua orang atau

lebih yang sedang mengangkat balok kayu. Jika salah satu saja melepaskan

pegangannya maka keseimbangan akan berubah. Keseimbangan yang terjadi dapat

mengakibatkan balok kayu tersebut lepas dan kemudian jatuh.

Selain itu ada kelebihan heterogen dalam metode belajar kooperatif yaitu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar (Peer Tutoring) dan

meningkatkan interaksi serta memudahkan guru dalam mengelola kelas

Page 12: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

(Lie,2002:42). Melalui belejar kelompok, secara khusus siswa berperan sebagai

sumber belajar antara satu dengan yang lain, berbagi dan mengumpulkan informasi

serta saling membantu untuk mencapai keberhasilan bersama. Dengan kata lain siswa

sebagai tutor sebaya bagi kelompoknya, sebab kecenderungan bahwa siswa lebih

mudah menerima dan memahami informasi dari teman sebayanya. Menurut Arikunto

(1996:62) adakalanya siswa lebih mudah memperoleh keterangan dari teman

sebayanya karena malu untuk bertanya kepada guru.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2002) menyatakan bahwa “tidak semua

kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Menurutnya untuk mencapai

hasil yang maksimal ada 5 unsur model pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu:

(1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap muka;

(4) komunikasi pada anggota; dan (5) evaluasi kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok saling bekerja sama

menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Adanya kerjasama kelompok

menunjukkan bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar bersama

dalam kelompok, sehingga dalam satu kelompok terjadi ketergantungan positif. Selain

itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab perseorangan, maka setiap anggota

kelompok berkesempatan memberi kontribusi bagi kesuksesan kelompoknya.

Setiap kegiatan pembelajaran termasuk kegiatan dalam pembelajaran

kooperatif selalu melibatkan interaksi (tatap muka) dan komunikasi antara gutu dan

siswa. Interaksi yang terjadia diantara anggota kelompok membantu siswa

meningkatkan pemahaman suatu konsep sebab siswa lebih mudah berkomunikasi

dengan teman sebayanya melalui bahasa yang sederhana dan mudah dipahami bila

Page 13: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

dibandingkan berkomunikasi dengan guru. Interaksi dan komunikasi yang muncul

dalam pembelajaran diharapkan berjalan secara multi arah (guru-siswa, siswa-siswa).

2.4 Hakikat Metode Ceramah

Gambaran umum tentang pengajaran di sekolah adalah seorang guru

berceramah di depan kelas selama jam mata pelajaran berlangsung. Metode mengajar

dengan ceramah ini sudah umum dan paling banyak digunakan dalam proses belajar

mengajar di sekolah. Pada pokoknya kegiatan belajar mengajar semacam ini peranan

guru sangatlah dominan, sedangkan siswa hanya mendengarkan dengan teliti dan

mencatat pokok-pokok penting dari materi yang disampaikan oleh guru.

Rumusan dasar dari metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara

lisan oleh guru terhadap kelas. Jadi, dalam pengajaran semacam ini kemampuan guru

dalam penguasaan, pengaturan dan penyampaian materi sangat dibutuhkan. Karena

guru memegang peranan penting maka semangat mengajarpun agaknya turut

mempengaruhi berhasilnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus

berusaha membina komunikasi tentang bagaimana menariknya dan pentingnya mata

pelajaran yang disampaikan itu.

Variasi vokal perlu sekali dalam ceramah, sebab walaupun bagaimana

menariknya mata pelajaran tidaklah demikian bagi siswa apabila disampaikan secara

monoton. Pandangan maupun suara guru harus mencapai seluruh siswa di dalam kelas

selama mengajar. Pola interaksi dengan menggunakan metode ceramah ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 14: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

Gambar 2.16 Proses Belajar Mengajar Melalui Metode Ceramah

Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa peranan guru masih dominan,

walaupun sesekali guru menyelingi teknik bertanya yang dirancang untuk memeriksa

apakah siswa memahami pelajaran atau tidak. Guru juga memperkenankan siswa

untuk mengajukan pertanyaan namun tidak mendorong komunikasi antar siswa.

Memang komunikasi dua arah berlangsung antara siswa secara individual dengan

guru. Akan tetapi komunikasi itu masih terbatas karena adanya rintangan superioritas

guru yang kadang masih melekat pada masing-masing pribadi guru dan juga pada

anggapan siswa.

Dalam pelajaran teknik digital listrik, proses belajar mengajar melalui metode

ceramah memang sangat baik untuk menyampaikan materi secara faktual dan

mengingatkan kembali secara cepat, akan tetapi tidak menonjol untuk pengertian

secara komprehensif dan pengingatan kembali yang ditunda. Dalam pelajaran teknik

digital listrik melalui metode ceramah masih menghendaki peranan guru. Dalam

penyampaian materi, guru menjelaskan tentang beberapa fungsi alat teknik digital

listrik, bermacam-macam fungsi garis dan standarisasi garis menurut ISO lalu

dituliskannya materi pada papan tulis atau di diktekannya serta siswa menyalinnya

dan pada akhirnya diadakan tanya jawab dan latihan.

Dengan demikian pengajaran teknik digital listrik melalui metode ceramah

dapat diberikan bila tujuan yang ingin dicapai berupa penguasaan materi. Keuntungan

GURU

SISWA

SISWA SISWA SISWA

SISWA

Page 15: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

dari metode ceramah dapat menjangkau materi yang diajarkan dengan cepat dan

dalam jumlah siswa yang banyak. Dan adapun kelemahan metode ceramah yaitu

kurang melibatkan partisipasi siswa dalam pencapaian pengetahuan. Secara mental

siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan semacam ini, sehingga siswa tidak mampu

mengembangkan suatu materi teknik digital listrik.

2.5 Kerangka Berfikir

Belajar kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan adanya

kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Metode ini

dirancang untuk mengurangi persaingan yang banyak ditemui di kelas dan cenderung

mengarah pada pola “kalah dan menang” (Slavin, 1994). Belajar kelompok

merupakan pendekatan yang dilakukan agar siswa dapat bekerja sama dengan yang

lain untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan bekerja sama secara aktif dalam

menyelesaikan tugas.

Pengelompokkan siswa secara heterogen dimaksudkan untuk mengembangkan

penerimaan siswa terhadap keragaman dan keterampilan sosial. Para siswa juga

diharapkan menerima keragaman tersebut dan memaksimalkan kerja sama kelompok,

sehingga masing-masing anggota kelompok siap menghadapi tes dan hasil belajar

akan tercapai dengan optimal. Selain itu ada kelebihan heterogen dalam metode

belajar kooperatif yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar

(Peer Tutoring) dan meningkatkan interaksi serta memudahkan guru dalam mengelola

kelas (Lie,2002:42). Melalui belejar kelompok, secara khusus siswa berperan sebagai

sumber belajar antara satu dengan yang lain, berbagi dan mengumpulkan informasi

serta saling membantu untuk mencapai keberhasilan bersama. Dengan kata lain siswa

sebagai tutor sebaya bagi kelompoknya, sebab kecenderungan bahwa siswa lebih

Page 16: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

mudah menerima dan memahami informasi dari teman sebayanya. Menurut Arikunto

(1996:62) adakalanya siswa lebih mudah memperoleh keterangan dari teman

sebayanya karena malu untuk bertanya kepada guru.

Dengan demikian berdasarkan aktifitas siswa maka dapatlah diasumsikan

bahwa proses belajar akan berhasil jika seseorang menerima tanggapan dari yang lain

mengenai pemikirannya, dan kemudian dia memikirkan terhadap pemikiran itu.

Asumsi ini menekankan pada satu bentuk interaksi kelompok, karena tanggapan yang

diperoleh mendorong dan memberi semangat untuk melanjutkan pemikirannya dan

membantu proses menilai diri sebagai manusia. Respon dari orang lain membantu

juga dalam membentuk sikap dan mencoba sikap itu. Disamping itu kegiatan belajar

melalui kerja kelompok akan melatih masing-masing siswa sebagai anggota kelompok

untuk bertanggung jawab dan percaya pada diri sendiri.

Sementara proses belajar mengajar melalui metode ceramah, pada pokoknya

merupakan suatu bentuk interaktif edukatif dengan jalan penuturan dan penjelasan

secara lisan oleh guru yang dibantu dengan dialog tanya jawab antara guru dengan

siswa atau sebaliknya dalam suasana kelas.

Guru bertindak secara aktif dalam keseluruhan proses belajar mengajar,

walaupun sesekali dia melibatkan siswa untuk turut serta aktif dalam kegiatan proses

belajar mengajar.

Dari penalaran teoritis yang telah dikemukakan di atas, proses belajar

mengajar melalui metode ceramah tanya jawab kegiatan guru aktif secara intensional

sedangkan siswa aktif secara insidental. Konsepsi dasar dalam pengajaran melalui

metode ceramah tanya jawab adalah dalam bentuk situasi klasikal. Konsep ini

mengimplikasikan bahwa proses pewarisan atau penyerahan kebudayaan berupa

pengalaman-pengalaman dan kecakapan-kecakapan kepada siswa.

Page 17: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

Realisasi bentuk semacam ini dalam pengajaran sekolah selalu bertolak dari

aransemen kegiatan belajar siswa aktif menemukan sendiri, yang dalam proses belajar

seharusnya makin berdasarkan kemandirian. Walaupun metode ceramah tanya jawab

ini menghendaki siswa aktif , namun kadar keaktifan itu sangat minim dan masih

terikat. Dalam pengajaran metode teknik digital interaksi belajar mengajar melalui

metode ceramah tanya jawab ini kegiatan intelektual siswa dpaksa dan dipacu untuk

dapat menerima berbagai informasi yang disampaikan oleh guru. Kemudan diadakan

dialog tanya jawab yang diharapkan dapat memberi umpan balik.

Namun demikian untuk lebih mengarahkan acuan kita, maka perlu

diperlihatkan bahwa tidak ada sebuah metode mengajar yang paling baik untuk

digunakan dalam semua situasi. Kebaikan metode itu tergantung pada ketepatan

penerapannya dalam kaitan dengan kondisi belajar, keadaan siswa, bahan pelajaran

yang disajikan dan kemampuan guru untuk menggunakannya. Peryataan ini berarti

tidak selalu metode yang satu lebih baik dan metode yang lain itu lebih jelek.

Untuk menjelaskan suatu definisi yang sederhana maka metode ceramah akan

jauh lebih baik dan lebih tepat digunakan dibanding dengan metode kerja kelompok

apabila guru mengkehendaki penyampaian informasi faktual tentang teknik digital

listrik. Sebaliknya metode kerja kelompok merupakan metode yang tepat untuk

mengembangkan daya pikir siswa secara intelektual dan mengembangkan apresiasi

siswa terhadap mata pelajaran teknik digital listrik. Namun demikian manfaat setiap

metode mengajar itu tetap ditentukan oleh keberartian proses belajar mengajar bagi

siswa dan turut sertanya siswa secara aktif. Peran serta siswa dalam berbagai kegiatan

belajar mengajar secara aktif akan meningkatkan keterlibatan mental siswa yang

bersangkutan. Ketertiban mental yang optimal tersebut berarti peningkatan motivasi

yang optimal pula pada diri siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Page 18: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

Apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara optimal dalam arti guru aktif

mengajar secara intensional dan siswa aktif belajar secara intensional juga maa hasil

yang diperoleh pun akan optimal pula.

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasar dari acuan dan kerangka berfikir, maka dapatlah diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut : “ Terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan metode

kooperatif dengan menggunakan metode ceramah yang dimana metode kooperatif

lebih baik dibanding metode ceramah untuk mata pelajaran teknik digital”.

Page 19: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui hasil belajar dengan metode yang

berbeda, yaitu metode kooperatif dan metode ceramah selain itu untuk mengetahui

metode yang cocok dilaksanakan guru pada mata pelajaran Teknik Digital.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMK Negeri 26 Jakarta. Di pilih sekolah

berstandar nasional karena melihat kondisi siswa yang tergolong memiliki nilai

yang diatas rata – rata pada saat masuk tes. Adapun waktu penelitian dilaksanakan

sepanjang pembuatan masa skripsi dimana masing – masing pertemuan selama 3

(empat) jam pelajaran.

3.3 Metode Penelitian

Melihat sifatnya penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian

komperatif, yaitu penelitian untuk melihat perbedaan pengaruh antara variabel

yang diteliti melalui perlakuan. Dalam penelitian ini ada dua kelompok sampel

eksperimen, satu kelompok diberikan perlakuan dengan metode kerja ceramah

sebagai kelompok eksperimen I (satu) dan satu kelompok diberikan perlakuan

dengan metode kooperatif sebagai kelompok eksperimen II (dua).

Page 20: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I (satu) jurusan Teknik

Elektronika Industri SMK Negeri 26 Jakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian

beranggapan bahwa sifat-sifat yang berhubungan dengan variabel penelitian yang

dimiliki seluruh siswa kelas I (satu) itu mempunyai kecenderungan yang sama.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random siswa didalam kelas

atau pemilihan sampel dilakukan dengan mengundi siswa – siswa. Setiap anggota

dalam kelas yang terpilih melalui undian tadi merupakan sampel yang diperlukan

dalam penelitian.

Jumlah Kelas I (satu) pada jurusan Teknik Elektronika Industri SMK

Karya Guna berjumlah 36 orang. Sampel yang dilakukan sebanyak 2 (dua)

kelompok yang ditarik melalui undian tadi, satu kelompok untuk eksperimen I

(satu) dan satu kelompok lagi untuk eksperimen 2 (dua).

3.5 Istrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Pre-test yaitu tes yang

digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes

yang digunakan berupa tes objektif bentuk multiple choice lima option. Jumlah

item keseluruhan ada 35. Setiap item mempunyai bobot nilai satu. Dengan

demikian jumlah nilai maksimum untuk keseluruhan tes adalah 35.

Instrumen yang digunakan telah memenuhi kriteria keterandalan yaitu

memiliki objektifitas dalam arti tidak memihak, mudah dilaksanakan, valid dan

reliable. Suatu tes sebagai instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen

tersebut mengukur apa yang akan diukur dan instrumen itu dapat pula dikatakan

Page 21: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

reliable apabila dilakukan pengulangan untuk mengukur hal yang sama. Instrumen

tersebut akan mempunyai hasil yang sama atau ajeg.

1. Validitas Instrumen

Ketepatan hasil pengujian dalam penelitian sangat tergantung dari instrumen

penelitiannya, sedangkan analisis statistika yang digunakan tergantung dari skala

pengukuran data yang digunakan. Instrumen penelitian harus memenuhi

persyaratan validitas dan reliabilitas.Instrumen yang valid (sahih) berarti

instrumen tersebut mampu mengukur mengenai apa yang akan diukur. Sedangkan

instrumen yang memenuhi persyaratan reliabilitas (handal), artinya instrumen

tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten walaupun instrumen tersebut

digunakan untuk mengukur berkali-kali. Pada variabel fisik (kuantitatif),

misalnya : lebar daun, berat kering tanaman, kadarair, dan sebagainya, umumnya

telah tersedia alat ukur di pasaran. Agar alat ukurtersebut valid, selayaknya

dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur standar sebelumdigunakan untuk

penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas isi (content validity).

Validitas isi merupakan suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat

pengukur tersebut mewakili semua aspek yang diangap sebagai aspek kerangka

konsep. Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen yang

digunakan mencerminkan isi yang diharapkan. Uji Validitas dilakukan dengan

cara mengikuti langkah-langkah penyusun instrumen, yaitu menentukan variabel

yang akan diteliti berdasarkan aspek-aspek penelitian atau membuat kisi-kisi

instrumen. Variabel tersebut kemudian dikembangkan menjadi butir-butir

pertanyaan yang telah terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing

selanjutnya dinilai kevalidannya oleh guru yang bersangkutan. Namun

Page 22: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

Y

XMp

N

XtMt

n

n

XtXt

SDt

2

2

q

p

SDt

MtMppbi

dikarenakan guru tersebut hanya 1 orang, maka peneliti juga melakukan validitas

butir soal. Analisis butir dengan langkah-langkah analisis sebagai berikut :

a. Mencari Mp ; rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya.

Keterangan :

X = jumlah responden yang menjawab benar dari item soal.

Y = jumlah keseluruhan nilai responden dari responden yang

menjawab benar pada item tersebut.

b. Mencari Mt : rerata skor total

Keterangan :

∑Xt = jumlah hasil jawaban responden

n = jumlah item soal

c. Mencari SDt : standar deviasi dari skor total.

d. Memasukan semua data pada rumus koefisien korelasi biserial (γpbi).

Keterangan :

p = Proporsi siswa yang menjawab benar

q = Proporsi siswa yang menjawab salah

2. Reliabilitas Instrumen

Syarat lainnya yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas.

Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian

dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat

mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti

semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat

Page 23: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

n

n

XX

2

2

2

2

2

11

.

1 S

qpS

n

nr

menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika

dilakukan tes kembali.

Tidak reliabel suatu tes pada prinsipnya dikatakan juga sia-sia tes tersebut,

karena jika dilakukan pengetesan kembali hasilnya akan berbeda. Reliabilitas suatu

tes pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien. Koefisien

tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya jika koefisien suatu tes rendah

maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu tes mempunyai reliabilitas sempurna, berarti

bahwa tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.

Pengujian reliabilitas alat tes yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan

KR-20, karena instrumen yang digunakan ialah soal tes dan mempunyai bobot skor

0-1. Untuk mencari reliabilitas diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mencari variansi tiap item soal

b. Mencari variansi total

c. Mencari ∑p, ∑q, ∑pq dari hasil uji coba instrument

d. Memasukan jumlah varians total ke dalam rumus relibilitas

Keterangan :

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

n : Banyaknya item soal

S : Standard devisiasi soal

Ʃpq : Jumlah p kali q

Tabel 3.1 Kaidah Reliabilitas menurut Guilford & Fruchter

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel 0,81 - 1,00

Reliabel 0,61 - 0,80

Cukup Reliabel 0,41 - 0,60

Page 24: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

Kurang Reliabel 0,21 - 0,40

Tidak Reliabel 0,00 - 0,20

3. Analisis Tingkat Kesukaran dan Analisis Daya Pembeda

Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengaji soal-soal tes dari segi

kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang,

dan sukar. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keseimbangan tingkat kesulitan

soal, yaitu antara yang mudah, sedang, dan sukar. Adapun cara melakukan analisis

tingkat kesukaran adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N

BI

Dimana :

I = Indeks kesukaran untuk setiap butir soal

B = Banyak siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

N = Banyak siswa yang menjawab pada soal yang dimaksudkan

Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran :

Menganalisis daya pembeda artinya mengaji soal-soal tes dari segi kesanggupan

tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau

rendah dan katagori kuat atau tinggi prestasinya. Untuk menganalisis daya pembeda

ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

D = (BB/JB) – (BA/JA) = PB – PA

Dimana :

D = Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda)

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Indeks Kesukaran

0,71-1,00 Mudah

0,31-0,70 Sedang

0,00-0,30 Sukar

Page 25: “STUDY KOMPARATIF HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF DENGAN METODE CERAMAH DI JURUSAN ELKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 26 JAKARTA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DIGITAL”.

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda

Nilai

Perhitungan Daya Pembeda

0,41 – 1,00 Baik

0,31 – 0,40 Sedang

0,21 – 0,30 Cukup

0,00 – 0,20 Buruk

3.6 Teknik Pengolahan Data

Setelah hasil instrumen diperoleh, maka untuk menganalisa data mengenai

pemahaman materi pelajaran Program keterampilan Teknik Digital digunakan

pengujian hipotesis statistic parametric.