Study Guide Logic Phil

79
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI THE LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS STUDY GUIDE LOGIC AND PHILOSOPHY OF SCIENCE

Transcript of Study Guide Logic Phil

Page 1: Study Guide Logic Phil

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

THE LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS

STUDY GUIDE

LOGIC AND PHILOSOPHY OF SCIENCE

Page 2: Study Guide Logic Phil

I. KETERANGAN

MATAKULIAH INI BERISIKAN

1. Subject Outline

Menerangkan mengenai garis besar matakuliah, serta ulasan yang memperkenalkan

pengajar atau penulis Study Guide

2. Scheme of Work

Berisikan apa yang akan dipelajari pada setiap pertemuan. Setiap bab, termasuk jadwal

ujian tengah dan akhir semester.

3. Study Guide

Berisikan pengenalan terhadap Materi dan keterangan tiap topic. Dilengkapi dengan

referensi penunjang pada tiap topic.

4. Sources

Referensi yang digunakan penulis dalam membuat Study Guide.

5. Rearings

Bahan bacaan yang direkomendasikan selama dipelajari matakuliah ini.

Page 3: Study Guide Logic Phil

II. STUDY GUIDE WRITER

Tutik Dwi Winarni

Saya mulai mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) – The London

School of Public Relations – Jakarta mulai tahun 2001 sebagai Dosen Tetap. Saat ini

saya mengajar matakuliah Logic and Philosophy of Science.

Saya menyelesaikan studi magister manajemen Trisakti pada tahun 1998. Selain sebagai

Dosen Tetap, saya juga dipercaya untuk memegang jabatan Thesis Coordinator untuk

Campus C dengan Major Public Ralations dan Marketing.

Selamat datang untuk mengikuti matakuliah Logic and Philosophy of Science dan apabila

ada pertanyaan sehubungan dengan materi matakuliah tersebut dapat menghubungi

pengajar atau melalui email [email protected] dan dilengkapi email anda:

- Nama lengkap dan kelas

- Pertanyaan atau pesan yang akan disampaikan

Page 4: Study Guide Logic Phil

1. PENGANTAR

1. Tentang study guide

Mencerna isi kuliah filsafat dan logika, bagi para mahasiswa semester awal,

bukanlah soal yang mudah. Demikian juga membaca buku dan tulisan dengan materi

tentang filsafat dan logika bagi mereka bukanlah perkara gampang. Dua-duanya sama

berat, tetapi dua-duanya merupakan syarat mutlak yang harus dijalani para mahasiswa

jika mereka ingin berhasil memperoleh nilai yang baik dari matakuliah yang sedang

mereka ikuti.

Study guide adalah pedoman atau tuntunan belajar bagi para mahasiswa untuk

bisa lebih mudah memahami isi kuliah, baik yang disampaikan dalam kelas maupun yang

tersaji dalam buku materi yang dipakai sebagai referensinya. Itu artinya, study guide tidak

sama persis dengan buku teks yang dipakai dalam kuliah, juga tidak sama persis dengan

seluruh materi yang dikuliahkan di kelas. Dia hanya merupakan pedoman dan garis besar

(outline) untuk mengerti kuliah dan pedoman dalam membaca materi pada buku teks

yang dikuliahkan.

Karena itu, setiap mahasiswa tetap harus mendalami materi kuliah secara lengkap

dan detil, selain aktif dalam kuliah di kelas. Pendalaman itu hanya bisa dilakukan dengan,

terutama, membaca buku-buku referensi yang dipakai dalam kuliah. Memahami kuliah

tidak cukup dengan mendasarkan kegiatan membaca study guide semata. Namun, study

guide tetap diperlukan para mahasiswa, apalagi mereka yang baru di semester awal,

sebagai pintu masuk untuk mengerti isi kuliah, baik secara lisan di kelas, maupun yang

ada di buku-buku referensi.

Apa yang disampaikan dalam study guide hanya merupakan ringkasan yang

cukup terstruktur dan sistematis mengenai isi materi yang dikuliahkan. Ringkasan materi

kuliah ini akan tergambar dengan sangat jelas pada bagian kedua dari study guide ini

dalam bentuk SAP (Satuan Acara Perkuliahan). Bagian ini sangat penting untuk

diperhatikan oleh setiap mahasiswa, karena substasni dari seluruh perkuliahan disajikan

di sini dalam bentuk outlinenya. Selain itu, pada SAP juga disajikan beberapa konsep dan

kata-kata kunci dari setiap topik yang dikuliahkan. Keseluruhan study guide terdiri dari

bagian pengantar (1), SAP (11), dan Soal dan latihan Logika (111).

2. Tentang Matakuliah

Dalam tradisi studi filsafat, filsafat ilmu pengetahuan dan logika sesungguhnya

merupakan dua dari sekian banyak cabang filsafat yang berdiri sendiri. Karena itu, dalam

perkuliahan, sebagaimana lazimnya di lingkungan pendidikan filsafat, baik logika

Page 5: Study Guide Logic Phil

maupun filsafat ilmu pengetahuan diberikan sebagai dua matakuliah yang terpisah,

sekalipun keduanya masih berkaitan erat. Lingkup kajian dan pokok permasalahan yang

menjadi fokus kedua matakuliah ini berbeda. Namun persoalan dalam filsafat ilmu

pengatahuan, salah satunya, juga terkait dengan logika. Menurut Hempel, sekedar

menyebut salah satu filsuf, persoalan filsafat ilmu pengatahuan (epistemologi) adalah

persoalan menyangkut struktur logisnya. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan, menurut

Hempel, hanya dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan apabila mempunyai struktur

logis. Filsuf lain tentu mempunyai pendapat berbeda. Namun apa pun kata mereka, dan

betapa pun pendapat mereka berbeda-beda, semuanya dapat dipertanggungjawabkan

melalui argumen-argumen yang kritis-rasional.

Dalam lingkup studi di London School of Public relations-Jakarta, kedua

matakuliah ini tidak berdiri sendiri dan diberikan secara terpisah, tetapi digabung jadi

satu matakuliah. Karena fokus studi di tempat ini bukanlah tentang filsafat, tetapi

komunikasi. Kuliah filsafat juga diberi tempat, tetapi tentu tidak bisa lebih banyak seperti

halnya kuliah-kuliah tentang komunikasi. Karena itu, kuliah seperti logika dan filsafat

ilmu pengetahuan terpaksa harus digabung agar tidak mengurangi porsi untuk matakuliah

lain, terutama kuliah-kuliah tentang komunikasi.

Logika membahas masalah tentang penalaran manusia. Setiap manusia, karena dibekali

dengan rasio, pada dasarnya memiliki kemampuan untuk berpikir. Bernalar adalah bagian

dari kegiatan berpikir yang disertai dengan penarikan kesimpulan. Sejauhmana

kesimpulan yang kita hasilkan, dalam bernalar tadi, sudah tepat atau tidak. Dalam

ungkapan yang lebih gamblang, apakah penalaran atau pemikiran kita itu logis atau tidak.

Itulah bagian yang menjadi kajian dalam logika.

Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan atau epistemologi adalah cabang filsafat yang

mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan persoalan dalam ilmu pengetahuan sendiri:

kebenaran, metode, sumber pengetahuan dst. Setiap cabang ilmu pengetahuan mengkaji

berbagai hal sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ilmu pengetahuan berusaha untuk

mengungkap kebenaran tentang realitas yang dipelajarinya. Tetapi ilmu pengetahuan

Page 6: Study Guide Logic Phil

tidak bertanya atau mempersoalkan, misalnya, apa ukuran bagi kita untuk mengatakan

bahwa sesuatu itu benar? Apa itu kebenaran? Apakah pengetahuan yang benar itu? Ada

berapa macam kebenaran? Dari mana sumber pengetehuan itu? Apakah pengetahuan itu

bersumber dari pengamatan kita (sebagaimana yang dikatakan oleh kaum empiristis),

atau bersumber dari pemikiran kita (seperti yang ditegaskan oleh kaum rasionalis).

Apakah metode ilmiah itu bersifat tunggal atau ada banyak jenis metode? Secara lebih

spesifik, apakah metode ilmu sosial, termasuk ilmu komunikasi, harus sama dengan dan

sekaligus mengikuti metode ilmu alam? Jika begitu, lalu apa implikasinya? Pertanyaan-

pertanyaan seperti ini, dan masih banyak yang lain, tidak dibahas dalam ilmu

pengetahuan, tetapi menjadi pokok kajian dalam filsafat ilmu pengetahuan.

Dengan kata lain, para mahsiswa mempelajari filsafat ilmu pengetahuan supaya

menjadi lebih kritis dan semakin memahami persoalan-persoalan mendasar dalam ilmu

pengatahuan seperti masalah tentang kebenaran, metode, sumber pengathuan dst. Ilmu

pengetahuan mengkaji perihal kenyataan (alam maupun sosial), dan filsafat ilmu

pengathuan mengakji persoalan ilmu pengetahuan.

Struktur kuliah

Karena filsafat ilmu pengetahuan dan logika merupakan bagian dari filsafat, atau filsafat

adalah “payung” yang menaungi keduanya, maka pemahaman tentang keduanya

mengandaikan sebuah pengantar filsafat. Dengan demikian, secara keseluruhan,

perkuliahan ini akan disajikan dengan struktur sbb:

a. Pengantar Filsafat ( pertemuan 1, dan 2)

b. Filsafat Ilmu Pengetahuan (pertemuan 3-7)

c. UTS (pertemuan 8)

d. Logika (pertemuan 9-15)

e. UAS (pertemuan 16)

Penilaian

UTS : 30%

TGS : 30%

UAS : 40%

Page 7: Study Guide Logic Phil

Jumlah tugas yang harus dikerjakan para mahasiswa minimal dua, dan maksimal empat

tugas. Sifat tugas bisa individual, dan bisa juga dikerjakan dalam kelompok. Sedangkan

bentuk tugas bisa dalam beberapa alternatif. Para mahasiswa bisa mengerjakan latihan

soal (untuk materi logika), atau membuat rangkuman disertai tanggapan kritis atas materi

yang dikuliahkan (untuk pengantar filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan). Jika tugas

dikerjakan kelompok maka rangkuman dibuat dalam makalah yang kemudian

dipresentasikan dan dibahas dalam diskusi.

Tujuan kuliah

Logika membantu mahasiswa untuk menjadi lebih terlatih dalam berpikir secara logis.

Mereka diharapkan bisa bernalar secara tepat. Sementara melalui kuliah filsafat ilmu

pengetahuan, para mahasiswa diarahkan untuk mampu berpikir secara mandiri, dan kritis

serta terbuka terhadap berbagai pemikiran dan pandangan. Mandiri dalam arti mahasiswa

dilatih untuk berani berpikir sendiri dan mengajukan pendapat sendiri dan tidak sekedar

mengikuti pandangan orang lain. Mereka diharapkan untuk tidak lagi berpikir dengan

cara menghafal. Kritis dalam arti sebuah sikap untuk tidak menerima begitu saja suatu

pandangan, tetapi mau mempertanyakan kembali, termasuk mempertanyakan pandangan

sendiri. Pertanyaan itu bisa tentang apa saja. Para mahasiswa bisa mempertanyakan

tentang kebenaran, metode, obyektivitas dalam ilmu pengetahuan, termasuk dalam ilmu

komunikasi sendiri.

Page 8: Study Guide Logic Phil

11. Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Bagian kedua dari study guide ini berisi garis besar dari seluruh materi yang akan

dikuliahkan dosen selama satu semester, yang terdiri dari sejumlah tatap muka di kelas.

Biasanya jumlah pertemuan kuliah selama satu semester sebanyak rata-rata 14 kali,

belum temasuk ujian tengah dan akhir semester.

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dalam masing-masing pertemuan memuat

beberapa hal pokok seperti: pokok bahasan, sub- pokok bahasan, sumber bahan yang

digunakan dosen dan mahasiswa untuk kuliah, tujuan atau sasaran yang diharapkan

dapat dicapai setelah setiap pertemuan kuliah, yang biasanya disebut dengan istilah TIK

(Tujuan Instruksional Khusus).

Kemudian ada sejumlah pertanyaan atau latihan sebagai penterjemahan atau

derivasi dari TIK. Selain itu, kadang-kadang, disampaikan juga hal-hal penting atau hal-

hal pokok berupa kata-kata dan pengetiannya yang perlu dipelajari untuk diketahui para

mahasiswa.

Page 9: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Pertama

Pokok Bahasan : Introduksi (bagian 1)

Sub pokok bahasan : Pengertian filsafat

Obyek filsafat

Metode filsafat

Cabang filsafat

Sejarah filsafat

Tik:

Supaya para mahasiswa mampu menjelaskan pengertian filsafat, obyek filsafat, sejarah

filsafat, cabang filsafat dan ciri-ciri pemikiran filsafat.

Beberapa pertanyaan:

1) Berikan beberapa definisi tentang filsafat!

2) Sebutkan dan jelaskan cabang-cabang filsafat

3) Sebutkan dan jelaskan periodisasi sejarah filsafat (Barat)!

Sumber:

1) K. Bertens, Pengantar Filsafat (materi kuliah dalam bentuk stensilan)

2) Mark B. Woodhouse, Berfilsafat sebuah langkah awal, 2000, hal. 3-23

3) A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu pengetahuan Tinjauan filosofis, 2001,

hal. 13-19

Page 10: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kedua

Pokok Bahasan : Introduksi (bagian 2)

Sub pokok bahasan : kesamaan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan

Kesamaan dan perbedaan antara filsafat dan agama

Hubungan antara filsafat dan agama

Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan

Tik:

Agar para mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan maupun kesamaan ciri antara

filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama. Juga agar para mahasiswa dapat menjelaskan

kaitan antara filsafat dengan agama, dan filsafat dengan ilmu pengetahuan.

Beberapa Pertanyaan:

1) Sebutkan dan kemudian jelaskan ciri-ciri dari pemikiran filsafat!

2) Apa perbedaan ciri antara filsafat dengan ilmu pengetahuan?

3) Apa kesamaan ciri antara filsafat dengan ilmu pengetahuan?

4) Jelaskan perbedaan ciri antara filsafat dengan agama!

5) Jelaskan sumbangan filsafat untuk agama, dan bagi orang beragama!

Sumber:

1) K. Bertens, Pengantar Filsafat (stensilan)

2) Franz Magnis-Suseno, Berfilsafat dari Konteks,Gramedia, 1991, hal. 16-25

Page 11: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Ketiga

Pokok Bahasan : Pengantar filsafat ilmu pengetahuan

Sub pokok bahasan : pengetahuan dan ilmu pengetahuan

Filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan

Pengetahuan dan keyakinan

Skeptisisme

Tik:

Supaya para mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pengetahuan, ilmu pengetahuan,

filsafat ilmu, filsafat ilmu pengetahuan, dan keyakinan serta skeptisime.

Beberapa pertanyaan:

1) Apa itu pengetahuan?

2) Apa itu ilmu pengetahuan?

3) Apa itu filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan?

4) Apa itu skeptisisme? Bagaimana isi pandangan kaum skeptis tentang pengetahuan

manusia?

Sumber:

A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan sebuah Tinjauan filosofis,

Kanisius, 2001, hal.13-42

Page 12: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keempat

Pokok Bahasan : Sumber pengetahuan ilmiah

Sub pokok bahasan : pandangan Rasionalisme

Pandangan Empirisme

Sintesa antara keduanya

Konstruktivisme

Konstruktivisme sosial

Tik:

Agar para mahasiswa dapat menjelaskan berbagai teori (rasionalisme, empirisme,

konstruktivisme, konstruktivisme sosial) tentang sumber pengetahuan manusia.

Beberapa Pertanyaan:

1) Apa itu rasionalisme, dan siapa filsuf pendukung pandangan ini?

2) Apa itu empirisme, dan siapa pendukung paham empirisme?

3) Bandingan antara empirisme dan rasionalisme!

4) Apa paham konstruktivisme tentang pengetahuan manusia?

5) Bagaimana konsep konstruktivisme sosial tentang pengetahuan manusia?

Sumber:

1) A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan sebuah Tinjauan

Filosofis, Kanisius, 2001, hal. 43-64

2) Stephen W. Littlejohn, Theories of Human communication, 1999, hal. 31-32

Page 13: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kelima

Pokok Bahasan : Kebenaran ilmiah

Sub pokok bahasan : Berbagai teori tentang kebenaran ilmiah

Ciri dasar kebenaran ilmiah

Kepastian kebenaran ilmiah

Tik:

Supaya para mahasiswa mampu menjelaskan berbagai pandangan dan teori tentang

kebenaran ilmiah. Juga supaya para mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan ciri-

ciri dasar dari sebuah kebenaran ilmiah.

Beberapa Pertanyaan:

1) Bagaimana pandangan teori tentang kebenaran sebagai keteguhan?

2) Bagaimana pandangan teori kebenaran sebagai persesuaian?

3) Apakah kebenaran ilmiah itu bersifat pasti atau relatif?

4) Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari sebuah kebenaran ilmiah itu?

Sumber:

1) A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan sebuah Tinjauan

filosofis, Kanisius, 2001, hal 65-86

2) Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah pengantar populer, Pustaka

Sinar Harapan, 2002, hal. 55-59

Page 14: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keenam

Pokok Bahasan : Metode induksi dan permasalahan induksi

Sub pokok bahasan : Induksi gaya Bacon

Kritik terhadap induksi Bacon

Langkah-langkah metode induksi

Situasi masalah

Perumusan dan pengujian hipotesa

Tik:

Supaya para mahasiswa dapat menjelaskan pandangan metode induksi menurut F.Bacon

sekaligus bisa menjelaskan kelemahan dari metode ini. Para mahasiswa juga dapat

menjelaskan tahap-tahap dari cara kerja induksi.

Beberapa Pertanyaan:

1) Jelaskan pandangan Francis Bacon tenang metode induksi!

2) Sebutkan langkah-langkah metode induksi Bacon!

3) Apa kelemahan/kekurangan dari metode induksi Bacon?

4) Apa itu situasi masalah?

5)

Sumber:

A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan sebuah Tinjauan filosofis,

Kanisius, 2001, hal 99-117.

Page 15: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Ketujuh

Pokok Bahasan : Hukum dan teori ilmiah

Sub pokok bahasan: Hukum sebagai hubungan Sebab-akibat

Sifat hukum ilmiah

Hukum, kebetulan, dan kontinuitas alam

Evolusi dan kontinuitas pengetahuan

Dari hukum menuju teori

Tik:

Agar para mahasiswa mampu menjelaskan apa itu hukum, dan teori. Juga supaya para

mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri dari sebuah hukum ilmiah. Juga agar para

mahsiswa mampu menjelaskan proses terbentuknya hukum ilmiah.

Beberapa Pertanyaan:

1) Apa itu hukum ilmiah?

2) Apa perbedaan antara hipotesis dan hukum ilmiah

3) Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari sebuah hukum ilmiah?

4) Jelaskan bagaimana terjadinya sebuah hukum ilmiah itu!

Sumber:

A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan, sebuah Tinjauan filosofis,

Kanisius, 2001. hal. 118-130.

Pertemuan Kedelapan : UTS

Page 16: Study Guide Logic Phil

Pertemuan kesembilan

Pokok bahasan : Pengantar logika

Sub pokok bahasan : Arti logika

Jenis logika

Obyek logika

Logika dan bahasa

Logika dan dialektika

Logika dan filsafat

Tik:

Supaya para mahasiswa dapat menjelaskan arti logika, jenis-jenis logika, hubungan

antara logika dengan bahasa, dan hubungan antara logika dan filsafat.

Beberapa Pertanyaan:

1) Apa itu logika?

2) Sebutkan jenis-jenis logika?

3) Apa yang menjadi obyek kajian logika? Dan apa perbedaannya dengan Psikologi

4) Jelaskan hubungan logika dengan filsafat pada umumnya, dan filsafat ilmu

pengetahuan pada khususnya!

Sumber:

1) Embu Henriquez, Logika (diktat), hal. 1-11

2) R.G. Soekadijo, Logika Dasar, Gramedia, 1994, hal.3-9

Page 17: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kesepuluh

Pokok Bahasan : Term, pengertian, dan definisi

Sub pokok bahasan : Arti term

Arti pengertian

Arti definisi

Macam-macam definisi

Cara menguji definisi sebagai tugas dari filsafat

Tik:

Supaya para mahasiswa dapat menjelaskan arti term dan jenis-jenis term; dapat

mendefinisikan pengertian, dan menjelaskan arti dari definisi; juga supaya para

mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan berbagai jenis definisi.

Sumber:

1) Embu Henriquez, Logika, (diktat), hal. 12-27

2) Mark B. Woodhouse, 2000, hal. 56-80.

Page 18: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kesebelas

Pokok Bahasan : Porposisi

Sub pokok bahasan : Arti proposisi

Proposisi kategoris

Proposisi hipotetis

Diagram Venn dan lambang Boole untuk proposisi

Tik:

Supaya para mahsiswa mampu menjelaskan arti proposisi, jenis-jenis proposisi, dan luas

proposisi; juga supaya para mahasiswa dapat menggunakan lambang Boole dan digram

Venn untuk menggambarkan sebuah proposisi.

Sumber:

1) Embu Henriquez, Logika (diktat), hal.28-48

2) R.G. Soekadijo, Logika dasar, hal. 27-39

Page 19: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keduabelas

Pokok Bahasan : Kesesatan (berpikir)

Sub pokok bahasan : Arti kesesatan

Kesesatan karena bahasa

Kesesatan relevansi

Rasionalitas kesesatan

Tik:

Supaya para mahasiswa mampu menunjukkan letak dri kesesatan dalam sebuah penalran

dan sekaligus menjelaskan mengapa keseatan penalaran itu terjadi.

Sumber:

1) R.G. Soekadijo, Logika Dasar, Gramedia, 1994, hal. 11-22

2) Arthur K. Bierman & Robin N. Assali, The Critical Thinking Handbook, Prentice Hall,

New Jersey, 1996, hal. 145-180,

Page 20: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Ketigabelas

Pokok Bahasan : Silogisme/argumen kategoris (deduktif)

Sub pokok bahasan : Arti silogisme/argumen

Prinsip-prinsp silogisme/argumen

Hukum-hukum silogisme/argumen kategoris

Tik:

Agar para mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip-prinsp dan hukum-hukum silogisme

dalam bernalar/berargumentasi; juga agar para mahasiswa dapat menunjukkan sahih-

tidaknya sebuah silogisme/argumen.

Sumber:

1) Embu Henriquez, Logika, (diktat), hal.49-67

2) R.G. Soekadijo, Logika Dasar, Gramedia, 1994, hal. 40-61

3) Mark B. Woodhouse, 2000, hal. 81-116

Page 21: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keempatbelas

Pokok Bahasan : Silogisme/argumen hipotetis

Sub pokok bahasan : Silogisme hipotetis kondisional

Silogisme hipotetis disyungtif

Silogisme hipotetis konyungtif

Tik:

Supaya para mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk silogisme hipotetis, dan

sekaligus dapat mengaplikasikan hokum-hukum silogisme ini dalam penalaran dan

argumentasi.

Sumber:

1) Embu Henriquez, Logika (diktat), hal. 75-81

2) Mark B. Woodhouse, 2000, hal. 81-116

Page 22: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kelimabelas

Pokok Bahasan : Argumen induktif

Sub Pokok bahasan : Arti induksi

Ciri-ciri penalaran induktif

Generalisasi dalam penalaran induktif

Analogi induktif

Sebab-akibat

Tik:

Supaya para mahasiswa dapat menjelaskan arti induksi, dan bentuk penalaran induktif;

juga agar para mahasiswa dapat menjelaskan kelemahan dari penalaran induktif.

Sumber:

R.G. Soekadijo, Logika Dasar, Gramedia, 1994, hal. 131-178

Pertemuan Keenambelas : UAS

Page 23: Study Guide Logic Phil

Daftar Pustaka

Bertens, K. (1995). Pengantar Filsafat (Diktat kuliah di Unika Atma Jaya-Jakarta)

_________ (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarat: Kanisius

_________ (2005). Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju

Bierman Arthur K.& Robin N. Assali (1996). The Critical Thinking Handbook.

New Jersey: Pretince Hall

Haton, Y.P. (1999). Logika Prinsip-Prinsip Bernalar Tepat, Lurus dan Teratur.

Jakarta: ISTN

Henriquez, Embu (1996). Logika (diktat kuliah di Unika Atma Jaya – Jakarta)

Keraf, Sonny A. & Mikhael Dua (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan filosofis.

Jogyakarta: Kanisius.

Littlejohn,Stephen W. (1999) Theories of Human Communication. New Mexico:

Wadsworth Publishing Company.

Magnis-Suseno, Franz (1991). Berfilsafat Dari Konteks. Jakarta: Gramedia

Shah, A.B. (1986). Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Soekadijo, R. M. (1994). Logika Dasar. Jakarta: Gramedia

Suriasumantri, Jujun S. (2002) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Woodhouse, Mark B. (2000). Berfilsafat Sebuah Langkah awal. Jogyakarta: Kanisius.

Page 24: Study Guide Logic Phil

111. Soal dan Latihan Logika

3.1. Mengenai Term dan Pengertian

1). Tuhan itu maha baik. DIA menerbitkan matahari dan menurunkan hujan untuk

orang saleh maupun untuk orang berdosa. Pasangan kata yang bergaris bawah

(baik) dalam kalimat di atas digunakan dalam arti:

A. ekuivokal

B. univocal

C. analogis

D. sinonim

2). Makanan itu rasanya tidak bisa ditelan bila saya mengenang kembali ratusan ribu

nyawa manusia yang ditelan gelombang tsunami di daerah istimewa Aceh belum

lama ini. Pasangan kata yang digarisbawahi dalam kalimat di atas digunakan

dalam arti mana?

A. ekuivokal

B. analogis

C. univocal

D. Tunggal

3). Kalau disusun dari pengertian yang isinya paling padat (besar) ke pengertian

yang isinya paling sedikit (kecil), maka pengertian (1) perhiasan emas, (2) logam,

kalung emas, (4) logam mulia, (5) benda, (6) benda padat, harus diurutkan

sebagai berikut:

E. (1), (3), (4), (2), (6), (5).

F. (6), (5), (2), (4), (1), (3).

G. (3), (1), (4), (2), (6), (5).

Page 25: Study Guide Logic Phil

H. (2), (4), (1), (3), (5), (6).

4). Dari kelompok pengertian-pengertian: kursi, tempat duduk, kursi malas, perabot

rumahtangga, dan alat, manakah yang merupakan atasan terdekat (genus

proximum) dari pengertian kursi?

A. Perabot rumahtangga

B. Kursi malas

C. Alat

D. Tempat duduk

5) Banyak anggota DPR-RI yang namanya tidak tercantum lagi dalam daftar caleg

sebenarnya tidak menolak bila dicalonkan lagi.

Luas term subyek dari proposisi di atas adalah:

A. Universal

B. Partikular

C. Distributif

D. Singular

6) Kesebelasan Persija Jakarta mengalami kekalahan melawan kesebelasan Persib

Bandung pada pertandingan final sepak bola PON ke-14 yang lalu.

Luas term subyek dan sifat term subyek dari proposisi di atas adalah:

A. Singular distributif

B. Universal distributif

C. Partikular kolektif

D. Universal kolektif

3.2. Mengenai fungsi bahasa dan definisi

1) Pernyataan “Demi menghindari bahaya terkena lemparan batu, para

penumpang KA Argobromo dimohon untuk tidak membuka sedikitpun

jendela KA selama perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya” merupakan

ungkapan bahasa:

A. Ekspresif

B. Persuasif

C. Praktis

D. Performatif

2) “Pepsodent membuat gigi anda terlindungi dari kuman selama 12 jam.”

Fungsi bahasa seperti apakah yang digunakan dalam ungkapan di atas ini?

A. Ekspresif

B. Informatif

C. Persuasif

Page 26: Study Guide Logic Phil

D. Logis

3) “Jika jarak Jakarta-Surabaya 1100 km, dan anda pergi ke Surabaya dengan

mengendarai mobil kijang, dan setiap 11 km perjalanan anda membutuhkan

satu liter bensin, maka untuk menempuh perjalanan Jakarta-Surabaya anda

membutuhkan besin sebanyak 100 liter.” Fungsi bahasa yang digunakan

dalam kalimat di atas adalah fungsi:

A. Ekspresif

B. Persuasif

C. Seremonial

D. Logis

4) Air adalah zat yang terbentuk dari persenyawaan antara dua atom Hidrogen

dan satu atom oksigen. Pernyataan ini termasuk jenis definisi…

A. Sinonim

B. Etimologis

C. Deskriptif

D. Kausal

5) Semua definisi ini termasuk definisi yang benar, kecuali:

A. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles

B. Moralitas adalah orang yang melakukan perbuatan baik ditinjau dari sudut

etika.

C. Arloji adalah suatu mekanisme untuk menunjukkan waktu

D. Mahasiswa adalah orang yang sedang menjalani tugas belajar di perguruan

tinggi.

6) Manakah dari keempat definisi di bawah ini yang melanggar prinsip “harus

ada kesejajaran antara definisi dengan yang didefinisikan”.

A. Harimau adalah binatang buas

B. Kursi adalah bukan bangku

C. Kemerdekaan adalah orang yang hidup dalam keadaan tanpa tekanan dan

paksaan.

D. Manusia adalah mahluk hidup yang memiliki akal budi.

7) “Jujur adalah orang yang bertutur-kata dan bertindak sesuai dengan hati

nuraninya.” Definisi ini salah karena…

A. definiens tidak sungguh-sungguh menjelaskan

B. definiens tidak dapat dibolak-balikkan dengan definiendum

C. definiens tidak bersifat paralel dengan definiendum

D. definiendum terdapat di dalam definiens

Page 27: Study Guide Logic Phil

3.3. Mengenai kesesatan dalam penalaran

1) “Pria dan wanita muda di desa ini harus ikut serta dalam kegiatan penghijauan

lingkungan.” Apa nama kesesatan bahasa di atas ini?

A. amfiboli

B. metaforis

C. ekuivokasi

D. aksidensi

2) “Saya pikir pendapat pak Hardiman mengenai kemungkinan dibukanya hubungan

diplomatik RI-Israel dapat diterima karena beliau adalah seorang pakar politik

Timur tengah yang sudah sangat teruji.”

Penalaran di atas mengandung kesesatan yang disebut…

A. argumentum ad ignorantiam

B. argumentum ad hominem

C. argumentum ad verecundiam

D. argumentum elenchi

3) “Tawuran antarpelajar yang terjadi akhir-akhir ini berlatarbelakang kecemburuan

sosial.” Apa nama kesesatan penalaran di atas ini?

A. kesesatan karena generalisasi tergesa-gesa

B. kesesatan non causa pro causa

C. kesesatan karena komposisi

D. kesesatan aksidensi

4) Rumah yang baru saja dibangun itu besar. Sudah pasti kamarnya juga besar-besar.

Pernyataan ini termasuk kesesatan…

A. non causea pro causa

B. aksidensi

C. ignorantio elenchi

D. misericordiam

3.4. Hubungan perlawanan antarproposisi

Buatlah perlawanan (subalterna, kontraris, sub-kontraris, dan kontradiktoris) dari

proposisi-proposisi berikut ini.

A. Tidak semua orang jujur itu hidupnya makmur

1) ______________________________________________________ (subalterna)

2) ______________________________________________________ (subkontraris)

3) ____________________________________________________ (kontradiktoris)

Page 28: Study Guide Logic Phil

4) ________________________________________________________ (kontraris)

B. Tidak ada mahasiswa London School yang tidak bolos kuliah

5) ________________________________________________________(subalterna)

6) ______________________________________________________ (subkontraris)

7) ____________________________________________________ (kontradiktoris)

8) _________________________________________________________ (kontraris)

3.5. Mengenai nilai benar dan salah dari proposisi

Tentukan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi berikut ini dengan menulis huruf

B jika benar, dan huruf S jika salah, atau B/S jika bisa benar dan bisa salah.

A. Jika proposisi “Tidak ada binatang yang tidak dapat dijinakan” diketahui

Benar, lalu bagaimana nilai kebenaran dari proposisi-proposisi berikut ini:

1) Semua binatang tidak dapat dijinakkan ( __________________ )

2) Binatang itu, hampir semuanya tidak dapat dijinakkan ( __________________ )

3) Tidak semua binatang tidak dapat dijinakkan ( __________________ )

4) Semua binatang tidak dapat dijinakkan ( __________________ )

B. Jika proposisi “semua orang jujur itu cepat mati” diketahui salah.

Bagaimana nilai kebenaran dari sejumlah proposisi berikut?

1) Orang jujur itu pada umumnya cepat mati ( __________________ )

2) Tidak semua orang jujur itu cepat mati ( __________________ )

3) Tidak ada orang jujur yang cepat mati ( __________________ )

4) Ada orang jujur yang tidak cepat mati ( __________________ )

3.6. Mengenai proposisi, lambang Boole, dan diagram Venn

Page 29: Study Guide Logic Phil

Tulislah proposisi-proposisi kategoris di bawah ini dalam bentuk lambang Boole dan

diagram Venn. Term subyek dilambangkan dengan S, dan term predikat dengan P.

1) Tidak semua barang buatan luar negeri terjamin kualitasnya

Lambang Boole: Diagram Venn

2) Tidak ada koruptor yang tidak kaya.

Lambang Boole: Diagram venn

3) Ada mahasiswi London School yang bermain sinetron.

Lambang Boole: Diagram Venn

4) Semua orang yang jujur itu bukan pejabat Negara.

Lambang Boole: Diagram Venn

5) Ada mahasiswa yang tidak pernah mengkonsumsi narkoba.

Lambang Boole: Diagram Venn

3.7. Mengenai sahih tidaknya silogisme kategoris

Semua silogisme berikut ini tidak sahih. Para mahasiswa diminta untuk menjelaskan

berdasarkan hukum silogisme kategoris, mengapa tidak sahih. Lalu apa modus dan figur

dari silogisme-silogisme ini?

1) Orang kaya tidak semuanya hidup bahagia

Semua orang desa hidupnya bahagia

Jadi, sebagian orang desa itu bukan orang kaya.

Page 30: Study Guide Logic Phil

a. Tidak sahih karena _______________________________________

_______________________________________________________

_______________________________________________________

b. Figurnya _______________ c. Modusnya ______________________

2) Semua orang yang mempunyai jabatan adalah orang kaya

Tidak semua orang kaya adalah orang yang jujur

Jadi, sebagian orang yang jujur adalah bukan orang yang mempunyai jabatan

a.Tidak sahih karena ___________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

b. Figurnya ________________ c. Modusnya _______________

3) Ada karyawan London School bergelar sarjana

Tidak semua yang bergelar sarjana itu berpenghasilan tinggi

Jadi, semua yang berpenghasilan tinggi itu bukan karyawan London School

a. Tidak sahih karena ___________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

b. Figurnya ____________________ c. Modusnya ____________________

4) Semua model selalu berpenampilan modis

Ada mahasiswi London School berpenampilan modis

Jadi, sebagian model adalah mahasiswi London School

a. Tidak sahih karena ___________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

b. Figurnya ___________________ c. Modusnya _____________________

5) Semua yang banyak bicara adalah tukang ngibul

Semua politisi di negeri ini banyak bicara

Jadi, semua tukang ngibul adalah politisi

a. Tidak sahih karena ___________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

b. Figurnya ______________________ c. Modusnya __________________

Page 31: Study Guide Logic Phil

6) Tidak ada koruptor yang tidak dibenci orang

Sebagian pejabat adalah koruptor

Jadi, sebagian yang dibenci orang adalah bukan pejabat

a. Tidak sahih karena ___________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

b. Figurnya _____________________ c. Modusnya ___________________

3.8 Membaca tulisan untuk mencermati isi penalaran yang ada di dalamnya

Berikut ini adalah sebuah tulisan yang secara khusus membahas dan

mempersoalkan masalah tentang argumentasi dan penalaran yang digunakan oleh

seseorang ketika yang bersangkutan menyampaikan pendapatnya tentang sebuah

masalah. Dari judul tulisan, “Argumentasi sang Jenderal”, Ignas Kleden, sang penulis,

mempertanyakan bagaimana inkonsistensinya argumentasi dari jenderal Wiranto, ketika

beliau tampil di media untuk menjelaskan persoalan yang terkait dengan masalah

pelanggaran HAM di Timor Timur pasca jajak pendapat pada tahun 1999.

Argumentasi dan penalaran adalah bagian utama yang menjadi subyek kajian

dalam logika. Melalui tulisan ini, mau dikatakan bahwa logika sesungguhnya bukan

semata sebuah hal yang hanya dipelajari di dalam buku teks, tetapi ia menjadi sesuatu

yang hadir nyata dan menjadi bagian dalam hidup kita sehari-hari ketika kita

berkomunikasi. Ia bisa muncul dalam debat, dsikusi, dialog baik secara langsung maupun

melalui media, juga muncul dalam berbagai tulisan-tulisan baik populer maupun ilmiah.

Lebih jauh adalah dengan membaca tulisan-tulisan seperti ini, para mahasiswa

pun diharapkan untuk bisa mengikuti alur berpikir seseorang maupun argumen-argumen

yang ada di dalamnya.

Argumentasi Sang Jenderal

(Ignas Kleden)

Mudurnya Jenderal Wiranto untuk sementara dari jabatan Menko Polkam membawa suatu

perkembangan perkembangan lain bagi dirinya sebagai orang “bintang” radio dan televisi dengan

penampilan yang impresif. Tidak mustahil banyak simpati yang diberikan kepadanya setelah dia

memberikan berbagai wawancara. Yang penting untuk perkembangan politik ialah bahwa dengan

ini dimulai suatu tradisi akuntabilitas politik yang selama ini dituntut. Wiranto tampil, dan

wartawan tanpa sungkan boleh menanyakan segala sesuatunya menyangkut dugaan

Page 32: Study Guide Logic Phil

keterlibatannya (sebagai Panglima ABRI waktu itu) dalam pelanggaran HAM di Timor Timur

menjelang dan sesudah referendum.

Tulisan ini mencoba memberi apresiasi kepada berbagai hal yang diungkapkan Wiranto dalam

wawancara radio dan televisi. Beberapa kritik yang diajukan di sini tidak bermaksud lain dari

memberikan substansi kepada apresiasi itu, karena akuntabilitas barulah mecapai maknanya kalau

apa yang diungkapkan secara publik dihargai melalui tanggapan yang bersifat publik pula.

Penulis tidak mempunyai banyak kompetensi untuk mengevaluasi berbagai data yang

disampaikan secara amat kronologis oleh Wiranto. Sebaliknya, pihak lain yang mempunyai data

tandingan dapat ditampilkan dalam suatu panel diskusi dengan Wiranto supaya publik

mendapatkan bahan perbandingan. Dilihat secara sepintas lalu, tentu amat mengesankan bahwa

4.000 orang asing semuanya aman dan terlindungi selama referendum dan tak seorang pun

mengalami cedera.

Suatu pertanyaan sentral yang berulangkali diajukan adalah apakah TNI sebagai suatu institusi

mempunyai keterlibatan dalam pelanggaran HAM di Timor Timur pada saat itu. Wiranto

memberikan jawaban yang hampir-hampir bersifat baku terhadap pertanyaan itu. Bahwa

sekalipun ada orang-perorangan yang terlibat, dan hal itu memang terbukti dan diakui oleh

Wiranto sendiri, namun penyelewengan itu harus dipandang sebagai penyelewengan orang-

perorangan dan tidak bisa dikaitkan dengan kenyataan bahwa mereka anggota suatu pranata

bernama TNI.

Alasan untuk argumen ini pun dikemukakan dengan relatif jelas. Bahwa dalam suatu operasi

militer tedapat berbagai jenjang pengambilan keputusan. Keputusan tertinggi berada pada

pimpinan, yang kemudiaan diterjemahkan secara operasional pada tingkat di bawah, yang

kembali diterjemahkan secara taktis pada jenjang yang lebih ke bawah lagi, dan akhirnya

diterjemahkan secara teknis dalam pelaksanaan di lapangan. Kalau terjadi penyelewengan pada

tingkat lapangan dalam pelaksanaan teknisnya, hal ini harus dipandang sebagai kekeliruan atau

penyelewengan perorangan dalam menterjemahkan keputusan dari atas. Mereka harus dipandang

secara orang-perorangan dan tidak bisa digeneralisasi sebagai representasi dari institusi TNI.

Argumen ini kelihatannya masuk akal dan sepintas lalu memperlihatkan (untuk meminjam

vocabulary para fenomenolog) suatu plausibility structure yang tinggi,tetapi menimbulkan pada

diri saya beberapa kesulitan secara logis. Pertama, apakah semua penyelewengan yang terjadi

oleh para anggota TNI harus diasumsikan hanya terjadi pada tingkat pelaksanaan teknis, atau

dapat juga merupakan akibat salah terjemahan/salah interpretasi pada tingkat taktis dan bahkan

pada tingkat operasional? Kalau kesalahan ini tejadi pada jenjang yang lebih tinggi, apakah ini

pun masih dapat dinamakan kesalahan perorangan atau dapat dianggap sebagai kesalahan

institusi?

Pertanyaan ini perlu diajukan karena semua tahu bahwa garis komando militer selalu berjalan dari

atas ke bawah. Bisa diandaikan pula di sini bahwa dalam komando militer, kejelasan dan

eksplisitnya suatu perintah harus cukup terjamin untuk mengeliminasikan sejauh ungin makna

ganda dalam perintah tersebut yang dapat memberi peluang bagi interpretasi lain dari yang

dikehendaki oleh pemberi komando. Oleh karena itu, kalau terjadi suatu tindakan yang melangar

HAM pada tingkat lapangan, apakah hal itu terjadi karena para prajurit di lapangan telah dengan

sengaja menyelewengkan perintah itu, atau karena tidak jelasnya perintah yang diberikan?

Kemungkinan apa saja yang diambil tetap saja timbul kesulitan dalam menjawab pertanyaan ini.

Kalau diambil kemungkinan bahwa para prajurit telah melakukan penyelewengan, dan

penyelewengan ini dilakukan karena mereka dengan sengaja elah melanggar perintah ataupun

Page 33: Study Guide Logic Phil

karena mereka tidak mampu memahami perintah, maka patut dipersoalkan kualitas pembinaan

dan pendidikan para prajurit kita selama ini. Kalau untuk meahami perintah komandannya saja

mereka mengalami kesulitan, apakah mereka telah memenuhi syarat minimal untuk menjadi

prajurit (atau sebaliknya, apakah para komandan sudah cukup terlatih dengan baik sehingga dapat

emberi perintah yang tidak disalahtafsirkan)?

Demikian juga kalau penyelewengan terjadi karena para prajurit di lapangan telah dengan sengaja

melanggar perintah yang diberikan oleh komandannya, maka patutlah dipersoalkan disiplin

ketaatan dalam pendidikan militer kita. Bagi orang luar, belum pernah terdengar bahwa dalam

militer dimungkinkan military disobedience. Mungkin hanya dalam militerlah berlaku asas

Gehorsamkeit ist blinde Gehorsamkeit (taat berarti taat secara buta).

Kalau diambil kemungkinan kedua bahwa perintah komandan kurang jelas dan kurang eksplisit

sehingga dapat memberi peluang untuk tafsiran ganda, maka apakah “cacat” dalam perintah dan

komando ini tetap saja dianggap sebagai kesalahan orang-perorang, padahal kesalahan itu

mungkin saja terjadi pada tingkat taktis, operasioal dan bahkan pada tingkat strategis? Demikian

juga kalau terbukti bahwa perintah yang diberikan itu tidak jelas, maka bukankah pemberi

perintah itu yang selayaknya dihukum dan bukannya para prajurit yang melaksanakan perintah

tersebut?

Kesulitan kedua adalah bahwa seakan-akan ada asimetri logis dalam argumentasi seperti ini.

Kalau kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan teknis di lapangan per definisi harus dianggap

sebagai kesalahan orang per orang maka di mana letak tanggung jawab TNI sebagsi Lembaga?

Pertanyaan ini menyangkut etika kelembagaan dan oraganisasi. Kalau prajurit di lapangan

melakukan kesalahan maka mereka bagaika dicopot dari afiliasinya dengan lembaganya,

sedangkan kalau mereka berhasil melaksanakan tugas maka TNI amat berbangga menghasilkan

prajurit-prjurit yang teguh dan berdedikasi tinggi.

Dengan singkat, kalau mereka baik, mereka adalah anggota institusi, sedangkan kalau mereka

bersalah maka mereka adlah orang-perorangan. Hal ini kebetulan sedang menimpa TNI dan

Jenderal Wiranto, teta[pi merupakan suatu pertanyaan yang menyangkut banyak Lembaga politik

kita yang lain. Sejauh mana suatu Lembaga turut bertanggung jawab terhadap kesalahan

amggotanya, kalau kesalahan itu dilakukan dalam tugasnya sebagai anggota Lembaga tersebut.

Apakah ada teori yang sanggup memenarkan institutional infallibility dengan konsekuensi yang

amat aneh dalam kenyyataannya?

Dengan asumsi seperti ini, institusi selalu dianggap benar (the institution can do no wrong),

sedangkan kesalahan anggotanya akan dianggap bersifat non-institusional dan hanya bersifat

individual. Akan tetapi, asumsi ilmu pemerintahan tentang can do no wrong adalah sisi lain dari

can do no right. Raja dan ratu Inggris dianggap can do no wrong karena tidak mempunyai

kekuasaan apa pun dalam pemerintahan, selain hak-hak simbolis dan seremonial. Jadi, kalau TNI

sebagai institusi dianggap selalu tidak terlibat dalam kesalahan dan penyelewengan para

anggotanya di lapangan (karena ini adalah kesalahan orang-perorangan), maka selayaknya TNI

sebagai institusi juga tidak bisa mengklaim keberhasilannya, kalau para prajuritnya dapat

menjalankan semua perintah dengan ketepatan tinggi, dedikasi yang total, dan keahlian yang

andal (karena semua ini harus juga dianggap sukses orang-perorangan ). Akan tetapi, kalau ini

yang terjadi apalagi yang dapat mejadi dasar bagi eksistensi TNI sebagai institusi?

Dalam kenyataannya, kita semua tahu bahwa pimpinan TNI mempunyai wewenang penuh kepada

para bawahannya. Menurut padangan dan harapan saya, barangkali dalam militerlah seharusnya

Page 34: Study Guide Logic Phil

berlaku secara tegas etos noblese oblige yang merupakan sistem nilai yang membimbing tingkah

laku para aristokrat zaman dahulu dan membuatnya menjadi seorang gentleman.

Dalam sistem nilai feodal (di Eropah dan Jepang misalnya) yang telah mencapai tahapan

aristokrasi yang matang, seorang pimpinan bertanggung jawab terhadap kesalahan anak-buahnya,

dan sebaliknya memberikan kredit penuh kepada anak-buahnya kalau yang terakhir ini mencapai

suatu prestasi. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa para aristokrat itu bukanlah hanya pemilik

tanah, pemilik status dan berbagai gelar kehormatan, tetapi juga pemimpin politik dari orang-

orang yang berada dalam kekuasaannya. Secara analog, seorang bapak atau ibu amat berbangga

kalau anaknya menjadi juara di sekolah, atau mendapat hadiah dalam perlombaan musik dan

olahraga, tegtapi kalau anaknya terlibat narkotik lalu melepaskan tanggung jawab dengan

mengatakan bahwa si anak sendirilah yang harus bertangung jawab, karena dia telah

mengabaikan bimbingan dan nasihat orang tua, maka anak itu (dan kita semua juga) akhirnya

tahu orang tua macam mana yang sedang kita hadapi.

Sebetulnya, pola ini bukanlah suatu hal yang luar biasa, melainkan konsekuensi logis belaka dari

kepemimpinan. Seorang pimpinan bertanggung jawab terhadap orang-orang bawahannya, for

better or for worse. Akan menjadi sangat lucu kalau pimpinan merasa bertanggung jawab kalau

bawahannya berkelakuan baik, berdisiplin tinggi, dan memperlihatkan prestasi yang meyakinkan,

tetapi kemudian tidak bertanggung jawab lagi kalau bawahannya bertindak slebor, kacau

disiplinnya, dan gagal dalam semua tugas yang dipercayakan kepada mereka. Untuk meminjam

Jenderal Wiranto, selama bawahan bertindak disiplin dan berprestasi, mereka adalah bagian

institusi, dan pada saat mereka menyeleweng dan melakukan pelanggaran Ham, mereka adalah

orang-perorangan.

Mudah-mudahan jelas bagi pembaca bahwa tulisan ini sama sekali tidak mempersoalkan materi

data yang diperdebatkan dalam pelangaran HAM di Timor Timur (yang berada di luar

kompetensi penulis ini). Yang menjadi fokus uraian adalah caranya seorang pimpinan

memandang tanggung jawab terhadap mereka yang dipimpin. Adalah hal yang perlu disyukuri

bahwa Jenderal Wiranto telah berani tampil di depan publik untuk memberikan beberapa

pertanggungjawaban mengenai perannya sendiri dan peran TNI dalam masa menjelang dan

sesudah referendum.

Penampilan Wiranto kemudian mengungkapkan suatu pola pikir yang menurut pendapat saya

amat dominan dalam subkultur kepemimpinan kita selama Orde baru, yang tidak mustahil masih

berakar dalam pikiran banyak pimpinan kita pada masa sekarang, yaitu bahwa institusi dan

pemimpin institusi can do no wrong dan yang bersalah hanyalah oknum-oknum. Kalau pola ini

tidak diubah, maka yang kita dapati dalam negara kita bukan lagi para pemimpin, melainkan

hanya pialang kekuasaan yang menghubungkan pihak penguasa yang lebih tinggi dengan orang-

orang yang berada di bawah. Pola kepemimpinan ABS (asal bapak senang) sebetulnya hanya

nama lain dari kecenderungan ABB (asal bapak benar). Cara untuk memantapkannya dengan

menggiring semua kredit dan prestasi ke atas (seperti upeti) dan mendorong semua kesalahan dan

tanggung jawab (sebagai beban) ke lapisan yang lebih bawah.

Pola ini bukan saja bersifat ademokratis, melainkan anti-demokratis. Dalam demokrasi,

kekuasaan berasal dari bawah dan berjalan ke atas. Oleh karena itu, secara logis, tanggung jawab

harus berjalan dari atas ke bawah, karena pemimpin adalah sekaligus bawahan dari rakyatnya.*

(diambil dari Ignas Kleden Menulis Politik: INDONESIA SEBAGAI UTOPIA, Penerbit buku

KOMPAS, 2001)

Page 35: Study Guide Logic Phil

Tugas:

Susunlah ulang secara ringkas dan sistematis:

1) pendapat Wiranto dan argumen/alasan pendukung

2) Kritik Ignas Kleden atas pandangan Wiranto disertai dengan

argumen pendukung.

Daftar Pustaka

Bertens, K. (1995). Pengantar Filsafat (Diktat kuliah di Unika Atma Jaya-Jakarta)

_________ (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarat: Kanisius

_________ (2005). Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju

Bierman Arthur K.& Robin N. Assali (1996). The Critical Thinking Handbook.

New Jersey: Pretince Hall

Haton, Y.P. (1999). Logika Prinsip-Prinsip Bernalar Tepat, Lurus dan Teratur.

Jakarta: ISTN

Henriquez, Embu (1996). Logika (diktat kuliah di Unika Atma Jaya – Jakarta)

Keraf, Sonny A. & Mikhael Dua (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan filosofis.

Jogyakarta: Kanisius.

Littlejohn,Stephen W. (1999) Theories of Human Communication. New Mexico:

Wadsworth Publishing Company.

Magnis-Suseno, Franz (1991). Berfilsafat Dari Konteks. Jakarta: Gramedia

Shah, A.B. (1986). Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Soekadijo, R. M. (1994). Logika Dasar. Jakarta: Gramedia

Suriasumantri, Jujun S. (2002) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Page 36: Study Guide Logic Phil

Woodhouse, Mark B. (2000). Berfilsafat Sebuah Langkah awal. Jogyakarta: Kanisius.

Page 37: Study Guide Logic Phil

PERTEMUAN PERTAMA : POKOK BAHASAN INTRODUKSI (BAGIAN 1)

A. PENGERTIAN FILSAFAT :

1). FILSAFAT ADALAH BAGIAN DARI HUMANIORA (BAHASA LATIN

HUMANUM = MEMANUSIAWIKAN MANUSIA) ATAU ILMU-ILMU YANG

DIANGGAP MEMPUNYAI TUJUAN MEMBUAT MANUSIA LEBIH

BERBUDAYA.

SELAIN FILSAFAT BEBERAPA ILMU-ILMU LAIN YANG TERMASUK

DALAM HUMANIORA ADALAH TEOLOGI, ILMU HUKUM, ILMU

SEJARAH, FIOLOGI (ILMU YANG MEMPELAJARI BAHASA DALAM

BENTUK TEKS), ILMU BAHASA, KESUSASTRAAN, DAN KESENIAN.

2). SECARA ETIMOLOGIS (ASAL USUL KATA) :

FILSAFAT BERARTI MENCINTAI (PHILO), KEBENARAN (SOPHIA).

JIKA DIPAHAMI DALAM BENTUK KATA KERJA ADALAH SEBUAH

PROSES MENCINTAI KEBENARAN. SUATU DORONGAN DAMBAAN

YANG TERUS MENERUS UNTUK MENCARI KEBENARAN.

SINGKATNYA FILSAFAT ADALAH ILMU YANG BERUPAYA MENCARI

“YANG PALING AKHIR”, “ YANG PALING DALAM”, “YANG PALING

BENAR”.

3). FILSAFAT SECARA TERMINOLOGI

ADALAH ARTI YANG DIKANDUNG OLEH ISTILAH FILSAFAT.

A). MENURUT PLATO :

PENGETAHUAN YANG MENCOBA UNTUK MENCAPAI PENGETAHUAN

TENTANG KEBENARAN YANG ASLI.

B). MENURUT ARISTOTELES :

ILMU (PENGETAHUAN) YANG MELIPUTI KEBENARAN YANG DI

DALAMNYA TERKANDUNG ILMU-ILMU METAFISIKA, LOGIKA,

RETORIKA, ETIKA, EKONOMI, POLITIK, DAN ESTETIKA (FILSAFAT

KEINDAHAN).

C). MENURUT AL FARABI :

ILMU (PENGETAHUAN) TENTANG HAKIKAT BAGAIMANA ALAM

MAUJUD YANG SEBENARNYA.

D). MENURUT RENE DESCARTES :

KUMPULAN SEMUA PENGETAHUAN DI MANA TUHAN, ALAM, DAN

MANUSIA MENJADI POKOK PENYELIDIKAN.

Page 38: Study Guide Logic Phil

E). MENURUT EMMANUEL KANT :

ILMU (PENGETAHUAN) YANG MENJADI PANGKAL DARI SEMUA

PENGETAHUAN YANG ADA DI DALAMNYA TERCAKUP MASALAH

EPISTEMOLOGI (FILSAFAT PENGETAHUAN) YANG MENJAWAB

PERSOALAN APA YANG DAPAT KITA KETAHUI.

F). MENURUT LANGEVELD:MAHAGURU RIJKS-UNIVERSITEIT UTRECHT:

BEPIKIR TENTANG MASALAH-MASALAH YANG AKHIR DAN YANG

MENENTUKAN, YAITU MASALAH-MASALAH MENGENAI MAKNA

KEADAAN, TUHAN, KEABADIAN, DAN KEBEBASAN.

G). HASBULLAH BAKRY :

ILMU YANG MENYELIDIKI SEGALA SESUATU DENGAN MENDALAM

MENGENAI KETUHANAN, ALAM SEMESTA JUGA MANUSIA

SEHINGGA BISA MENGHASILKAN PENGETAHUAN TENTANG

BAGAIMANA HAKIKATNYA SEJAUH YANG DAPAT DICAPAI AKAL

MANUSIA DAN BAGAIMANA SIKAP MANUSIA SEHARUSNYA SETELAH

MENCAPAI PENGETAHUAN ITU.

H). N. DRIYAKARA :

FILSUF INDONESIA INI BERPENDAPAT BAHWA FILSAFAT

PERENUNGAN YANG SEDALAM-DALAMNYA TENTANG SEBAB-SEBAB

“ADA DAN BERBUAT”, PERENUNGAN TENTANG KENYATAAN

(REALITY) YANG SEDALAM-DALAMNYA SAMPAI KE “MENGAPA

YANG PENGHABISAN”.

I). NOTONEGORO :

ILMU YANG MENELAAH TENTANG HAL-HAL YANG MENJADI

OBYEKNYA DARI SUDUT INTINYA YANG MUTLAK DAN YANG

TERDALAM, YANG TETAP DAN YANG TIDAK BERUBAH, YANG

DISEBUT HAKIKAT.

B). OBYEK FILSAFAT

OBYEK ADALAH SESUATU YANG MERUPAKAN BAHAN DARI SUATU

PENELITIAN ATAU PEMBENTUKAN ILMU PENGETAHUAN PASTI

MEMPUNYAI OBYEK. YANG DIBEDAKAN MENJADI DUA, YAITU OBYEK

MATERIAL DAN OBYEK FORMAL.

1). OBYEK MATERIAL ADALAH SUATU BAHAN YANG MENJADI

TINJAUAN PENELITIAN ATAU PEMBENTUKAN PANGETAHUAN ITU.

OBYEK MATERIAL JUGA ADALAH HAL YANG DISELIDIKI,

DIPANDANG ATAUPUN DISOROT OLEH SUATU DISIPLIN ILMU,

OBYEK MATERIAL MENYANGKUT APA SAJA, BAIK HAL-HAL YANG

KONGKRIT MAUPUN YANG ABSTRAK.

Page 39: Study Guide Logic Phil

2). OBYEK FORMAL FILSAFAT ADALAH : SUDUT PANDANG YANG

DITUJUKAN PADA BAHAN DARI PENELITIAN ATAU PEMBENTUKAN

PENGETAHUAN ITU, ATAU SUDUT DARI MANA OBYEK MATERIAL

ITU DISOROT. OBYEK FORMAL SUATU ILMU TIDAK HANYA

MEMEBERI KEUTUHAN SUATU ILMU, TETAPI PADA SAAT YANG

SAMA MEMBEDAKAN DARI BIDANG-BIDANG LAIN.

CONTOHNYA : OBYEK MATERIALNYA ADALAH “MANUSIA” DAN

MANUSIA INI DITINJAU DARI BERBAGAI SUDUT

PANDANGAN SEHINGGA MENIMBULKAN ILMU YANG

BERBEDA-BEDA SEHINGGA ADA BEBERAPA ILMU

YANG MEMPELAJARI MANUSIA DIANTARANYA :

PSIKOLOGI, ATRIPOLOGI, SOSIOLOGI DAN

SEBAGAINYA.

C. METODE FILSAFAT

METODE (BAHASA YUNANI METODIS = JALAN YANG DITEMPUH/

YANG DIIKUTI TERUS). FILSAFAT SULIT DIUNGKAPKAN SECARA

KONGKRET BERSIFAT EMPIRIS SEPERTI ILMU PENGETAHUAN.

FILSAFAT BERSIFAT META EMPIRIS (MELEBIHI FAKTA), MISALNYA

FILSAFAT MEMPERTANYAKAN APAKAH KEHENDAK MANUSIA ITU

BEBAS?, APAKAH JIWA MANUSIA ITU ADA?, SECARA EMPIRIS ILMU

KEDOKTERAN TAK PERNAH MENEMUKAN JIWA MANUSIA YANG

DIPERIKSA DENGAN SEKSAMA SEKALIPUN MALALUI TUBUH

MANUSIA YANG EMPIRIS ITU. ATAU PERTANYAAN FILSAFAT INI

“HARUSKAH ADA BADAN SENSOR DALAM MASYARKAT YANG

BEBAS? TAK DAPAT DIJAWAB DENGAN METODE EMPIRIS.

MESKIPUN DEMIKIAN METODE FILSAFAT BERSIFAT SISTEMATIS,

YAITU MEMBERI TUJUAN YANG MENYELURUH, BUKAN YANG

SEPOTONG-POTONG. ADA AWAL, ADA LANGKAH-LANGKAH

MENURUT URATAN TERTENTU DAN ADA AKHIRNYA.

D. CABANG FILSAFAT : (KERAF DAN DUA, 2000 : 19)

SECARA UMUM DIBEDAKAN MENJADI LIMA CABANG YAITU:

1) METAFISIKA ATAU ILMU TENTANG YANG ADA SEBAGAI ADA

(CAANG INI BERBICARA MENGENAI REALITAS BAGAIMANA

ADANYA)

2) EPISTIMOLOGI ATAU FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

3) ETIKA ATAU FILSAFAT MORAL YANG BERBICARA BAIK

BURUKNYA PRILAKU MANUSIA

4) LOGIKA BERBICARA MENGENAI BAGAIMANA BERPIKIR SECARA

TEPAT

5) ESTETIKA ATAU FILSAFAT SENI YANG BERBICARA TENTANG

KEINDAHAN

Page 40: Study Guide Logic Phil

E. SEJARAH FILSAFAT : (BERTENS, DIKTAT KULIAH PENGANTAR

FILSAFAT HAL 9) :

ADA EMPAT PERIODE FILSAFAT BARAT :

1) ZAMAN YUNANI DAN ROMAWI KUNO :

FILSAFAT LAHIR DI YUNANI KUNO ABAD KE - 6 S.M. JADI UMUM

FILSAFAT SEKARANG INI SUDAH MENDEKATI 26 ABAD. NAMA-

NAMA BESAR FILSUF ZAMAN INI : SOKRATES (469-399 SM), PLATO

(427-348 SM), ARISTOTELES (384-322 SM), DAN PLOTINOS (203/4 – 269/70)

2) ABAD PERTENGAHAN MELIPUTI ABAD 9 SAMPAI ABAD 14. DALAM

PERIODE INI FILSAFAT ARAB DENGAN AGAMA, MULA-MULA

DENGAN AGAMA ISLAM DENGAN DUA TOKOH PENTING YAITU: IBN.

SINA (980-1037) DAN IBN RUSHD DENGAN DUA TOKOH PENTING

SEPERTI THOMAS AQUINUS (1225-1274)

3) ZAMAN MODERN

ZAMAN MODERN MULAI DENGAN PERIODE YANG DISEBUT

“RENAISSNCE” MULAI ABAD 15 DAN 16. TETAPI FILSAFAT MODERN

DALAM ARTI SEBENARNYA BARU MULAI ABAD 17 YANG DITANDAI

DENGAN PEMIKIRAN SEORANG TOKOH PERANCIS BERNAMA RENE

DESCARTES (1596-1650) DENGAN UCAPANNYA YANG TERKENAL

“AKU BERPIKIR MAKA AKU ADA” ADA BANYAK TOKOH

SELANJUTNYA YAITU EMMANUEL KANT (1724-1804), LALU DARI

ABAD 18 ADALAH HEGEL (1770-1831) DAN MARX (1818-1883).

4) FILSUF ABAD 20 :

FILSAFAT ABAD 20 YANG DISEBUT FILSAFAT KONTEMPORER,

DIMANA DIDALAMNYA TERMASUK POST MODERNISME BIASANYA

DIBAHAS TERSENDIRI.

Page 41: Study Guide Logic Phil

PERTEMUAN KEDUA :

POKOK BAHASAN INTRODUKSI (BAGIAN 2)

SUB POKOK BAHASAN :

1. KESAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA FILSAFAT ILMU DAN ILMU

PENGETAHUAN

ADA TIGA CIRI PENTING ILMU PENGETAHUAN

A. RASIONAL : DIDASARKAN PADA RASIO. FILSAFAT SAMA SEPERTI

ILMU PENGETAHUAN, BUKAN PADA EMOSI ATAU

PERASAAN.

ADA TIGA HAL YANG BERLAKU UNTUK SETIAP URAIAN RASIONAL

YAITU:

APA YANG BERSIFAT RASIONAL HARUS DAPAT DIMENGERTI,

JIKA TIDAK DAPAT DIMENGERTI DISEBUT IRASIONAL.

APA YANG BERDASARKAN RASIO HARUS LOGIS SESUAI HUKUM-

HUKUM LOGIKA.

APA YANG BERDASARKAN RASIO HARUS TERBUKA TERHADAP

KRITIK DAN TIDAK BERSIFAT RASIONAL.

B. METODIS (MEMPUNYAI METODE) BAIK FILSAFAT MAUPUN ILMU

PENGETAHUAN MEMILIKI METODE, HANYA SAJA METODENYA

BERBEDA YAITU : METODE ILMU PENGETAHUAN ADALAH EMPIRIS,

SEDANGKAN METODE FILSAFAT BERSIFAT META EMPIRIS DAN

JUGA NON EMPIRIS.

C. SISTEMATIS YAITU YANG MEMBERIKAN URAIAN YANG

MENYELURUH, TIDAK SEPOTONG-POTONG (FRAGMATARIS),

MESKIPUN SIFATNYA SISTEMATIS LEBIH TERLIHAT PADA ILMU

PENGETAHUAN DARIPADA FILSAFAT.

2. KESAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA FILSAFAT DENGAN AGAMA

ANTARA LAIN :

KESAMAAN : BAIK AGAMA MAUPUN FILSAFAT MENGANDUNG SUATU

PANDANGAN YANG MENYELURUH TENTANG MAKNA

KEHIDUPAN MANUSIA, TENTANG ASAL USUL DAN

TUJUAN DUNIA, TENTANG SEGALA SESUATU YANG ADA,

BAIK YANG KELIHATAN MAUPUN YANG TIDAK DAPAT

DILIHAT.

PERBEDAAN : FILSAFAT BERDASARKAN RASIO BELAKA, SEDANGKAN

AGAMA BERDASARKAN KEIMANAN.

Page 42: Study Guide Logic Phil

KEBENARAN FILSAFAT DIPEROLEH DENGAN AKAL BUDI

SEDANGKAN KEBENARAN DALAM AGAMA BERASAL

DARI WAHYU YANG MELAMPAUI AKAN AKAL BUDI.

RASIO DIPAKAI JUGA UNTUK MENGOLAH DAN MENDALAMI KEIMANAN

SEPERTI DALAM TEOLOGI.

B. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA :

FILSAFAT DAN AGAMA ATAU BERSAHABAT ATAU BERMUSUHAN

SATU SAMA LAIN, TAK PERNAH BERADA DALAM HUBUNGAN

NETRAL.

TEOLOGI MENGGUNAKAN HASIL PEMIKIRAN FILSAFAT UNTUK

MEREFLEKSIKAN IMANNYA.

TEOLOGI HANYA DIPRAKTEKKAN UNTUK OLEH ORANG

BERIMAN, SEDANGKAN BERFILSAFAT DAPAT DIPRAKTEKKAN

OLEH SEMUA ORANG, YANG AGNOTIS MAUPUN ATEIS.

HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN :

A. FILSAFAT MENYELIDIKI DASAR DAN LATAR BELAKANG YANG

TIDAK DIPERHATIKAN OLEH ILMU PENGETAHUAN KARENA TIDAK

TERMASUK TUGAS ILMU PENGETAHUAN.

PADA SAAT ILMU PENGETAHUAN BERHENTI PADA SUATU

KESIMPULAN, DAN FILSAFAT MELANGKAH LEBIH JAUH.

MISALNYA FILSAFAT MEMPERTANYAKAN APA ITU

MATEMATIKA?, APA ITU BILANGAN?

B. ILMU PENGETAHUAN EMPIRIS (BAIK ILMU ALAM MAUPUN ILMU

MANUSIA) DAN TEKNOLOGI BERPERAN SANGAT PENTING

SEKARANG INI.

NAMUN TIDAK BISA DISANGKAL BAHWA ILMU PENGETAHUAN

SERING TERKOTAK-KOTAK DALAM SPESIALISASINYA MASING-

MASING YANG SEMAKIN SEMPIT.

ILMUAN HANYA MENYOROTI SEBAGIAN KECIL SAJA DARI

REALITAS.

MISALNYA AHLI PENYAKIT KULIT BERSAMA TEKNOLOGI HANYA

MENYOROTI PERMASALAHAN KULIT MANUSIA, PADALAH

MANUSIA JAUH LEBIH BESAR DAN LEBIH LUAS DARI PADA

SEKEDAR KULITNYA BELAKA.

Page 43: Study Guide Logic Phil

FILSAFAT DAPAT MEMBANTU ILMU PENGETAHUAN UNTUK

MEMBANTU UNTUK MEMPEROLEH PANDANGAN YANG LEBIH LUAS.

TUBUH MANUSIA KHUSUSNYA KULIT YANG MENJADI OBYEK SPESIALIS

KULIT. BAGI FILSAFAT IALAH TUBUH “KU”, TUBUH SESEORANG,

TUBUH YANG KONGKRIT, BUKAN TUBUH PADA UMUMNYA.

KARENA ITU FILSAFAT MERUPAKAN MITRA DIALOG DENGAN ILMU-

ILMU EMPIRIS DALAM KERJA SAMA MULTIDISIPLINER ATAU

INTERDISIPLINER.

Page 44: Study Guide Logic Phil

PERTEMUAN KETIGA :

POKOK BAHASAN : PENGANTAR FILSAFAT

ILMU PENGETAHUAN.

SUB POKOK BAHASAN :

1. PENGETAHUAN & ILMU PENGETAHUAN

A. MEMBUTUHKAN SUBYEK HARUS TERARAH PADA OBYEK

B. OBYEK TERBUKA DAN TERARAH PADA SUBYEK YANG DIKENAL

C. PENGETAHUAN ADALAH PERISTIWA YANG TERJADI DALAM DIRI

MANUSIA

CONTOH :

MANUSIA SENDIRI JASMANI BAGIAN DARI OBYEK DAN MANUSIA

MEMILIKI SUBYEK YAITU JIWA YANG MENGATASI TUBUH

JASMANINYA YANG DISEBUT DENGAN AKAL BUDI AGAR

PENGETAHUAN INDRAWINYA YANG JASMANIAH DAPAT

DIABSTRAKSIKAN, DIREFLEKSIKAN YANG BERSIFAT UMUM DAN

UNIVERSAL.

D. SIFAT PENGETAHUAN YANG ABSTRAK, UMUM, UNIVERSAL DAPAT

DIJANGKAU OLEH MANUSIA PADA SEGALA RUANG DAN

WAKTUMANAPUN.

E. PENGETAHUAN DIKOMUNIKASIKAN, DITURUNALIHKAN DARI

GENERASI KE GENERASI, DIPELAJARI, DIPERSOALKAN, DIDALAMI,

DIUBAH DAN DIKEMBANGKAN DAN TERUS DISEMPURNAKAN.

F. ISI PENGETAHUAN DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN. DIKRITIK

DAN PERTAHANKAN, MAKA LAHIRLAH ILMU PENGETAHUAN.

G. PENGETAHUAN ADALAH KESELURUHAN DARI PEMIKIRAN,

GAGASAN, IDE, KONSEP DAN PEMAHAMAN YANG DIMILIKI DUNIA

DENGAN SEGALA ISINYA, TERMASUK MANUSIA DAN

KEHIDUPANNYA.

H. ILMU PENGETAHUAN ADALAH KESELURUHAN PENGETAHUAN

MANUSIA YANG TELAH DIBAKUKAN SECARA SISTEMATIS.

I. DALAM ILMU PENGETAHUAN ADA METODE, ADA CARA, ADA POLA

YANG SELALU DIIKUTI DAN DIJADIKAN TRADISI DAN DIBAKUKAN.

Page 45: Study Guide Logic Phil

2. FILSAFAT PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN.

A. PENGETAHUAN JAUH LEBIH LUAS DARIPADA ILMU PENGETAHUAN,

KARENA MELIPUTI PRAKTEK & PENGETAHUAN TEKNIS DALAM

MEMECAHKAN PERSOALAN HIDUP YANG BELUM DILAKUKAN

METODIS DAN SISTEMATIS.

CONTOH:

PENGOBATAN TRADISIONAL MERUPAKAN SUATU PENGETAHUAN

SEDANGKAN YANG ILMIAH DISEBUT DENGAN ILMU KEDOKTERAN.

B. PEMBEDAAN TERSEBUT MEMBEDAKAN JUGA FILSAFAT

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

C. FILSAFAT PENGETAHUAN BERKAITAN DENGAN PENGKAJIAN

SEGALA SESUATU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN

MANUSIA PADA UMUMNYA, TERUTAMA MENYANGKUT DENGAN

GEJALA PENGETAHUAN DAN SUMBER PENGETAHUAN MANUSIA

CONTOHNYA :

BAGAIMANA MANUSIA BISA TAHU?

APAKAH MANUSIA DAPAT SAMPAI PADA PENGETAHUAN YANG PASTI?

APAKAH PENGETAHUAN YANG PASTI ITU MUNGKIN?

D. SEDANGKAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ADALAH CABANG

FILSAFAT YANG MEMPERSOALKAN DAN MENGKAJI SEGALA

PERSOALAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN.

CONTOHNYA :

APA ITU KEBENARAN?

APA METODE ILMU PENGETAHUAN ITU?

METODE MANAKAN YANG PALING DAPAT DIANDALKAN?

APA KELEMAHAN METODE YANG ADA?

APA ITU TEORI?

APA ITU HIPOTESIS?

E. DENGAN ADANYA FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DIKEMBANGKAN

BEBERAPA METODE YANG BUKAN HANYA SEKEDAR MENEMUKAN

SEBAB DAN AKIBAT BERBAGAI PERISTIWA TERTENTU,

MELAINKAN JUGA MENJELASKAN HUBUNGAN ANTARA

PERISTIWA SATU DENGAN YANG LAINNYA.

CONTOHNYA :

PENYEBAB KANKER PARU ADALAH ROKOK, DAN PEROKOK PASIFPUN

TERNYATA DAPAT TERKENA KANKER PARU.

Page 46: Study Guide Logic Phil

3. PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN

A. PENGETAHUAN TIDAK SAMA DENGAN KEYAKINAN MESKIPUN

ADA KEERATAN HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA

B. KEDUANYA SAMA-SAMA MERUPAKAN SIKAP MENTAL

SESEORANG DALAM HUBUNGAN DENGAN OBYEK TERTENTU

YANG DISADARINYA SEBAGAI ADA ATAU YANG TERJADI

C. BEDANYA DALAM KEYAKINAN OBYEK YANG DISADARI SEBAGAI

ADA ITU TIDAK PERLU HARUS ADA SEBAGAIMANA ADANYA.

D. JADI KEYAKINAN DAPAT KELIRU, NAMUN SYAH SEBAGAI

KEYAKINAN.

E. DALAM PENGETAHUAN OBYEK YANG DISADARI ITU MEMANG

ADA SEBAGAIMANA ADANYA, MAKNA TIDAK DAPAT SALAH

ATAU KELIRU.

F. KARENA JIKA TERBUKTI SALAH ATAU KELIRU TIDAK DAPAT

DIANGGAP LAGI SEBAGAI PENGETAHUAN. BERUBAH MENJADI

KEYAKINAN.

CONTOHNYA :

ADA KEYAKINAN SESEORANG BERSALAH, NAMUN UNTUK SAMPAI

TAHU BAHWA DIA BERSALAH PERLU BUKTI, FAKTA DAN SAKSI YANG

DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN.

G. PENGETAHUAN SELALU MENGANDUNG KEYAKINAN, NAMUN

KEYAKINAN BELUM MERUPAKAN PENGETAHUAN JIKA TIDAK

DIDUKUNG OLEH KENYATAAN SEBAGAIMANA YANG DIYAKINI

ITU.

4. SKEPTISME :

ADALAH PANDANGAN YANG MERAGUKAN KEMUNGKINAN MANUSIA

DAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DALAM MENYIKAP REALITAS.

MANUSIA MUSTAHIL ATAU PALING TIDAK DAPAT MERASA PASTI

APAKAH IA DAPAT MENCAPAI PENGETAHUAN TERTENTU.

BAGI SKEPTISME MANUSIA SULIT MEMBERIKAN BUKTI ATAS

PROPOSISI APAPUN YANG DIKLAIM SEBAGAI PENGETAHUAN. BAGI

PANDANGAN INI PENGETAHUAN ITU TIDAK ADA ATAU MUSTAHIL

DICAPAI.

BAGAIMANAPUN ADA YANG POSITIF DARI SKEPTTISME YAITU :

A. SIKAP MERAGUKAN SECARA POSITIF DARI SKEPTISME YAITU :

Page 47: Study Guide Logic Phil

SIKAP MERAGUKAN SECARA POSITIF SETIAP KLAIM DAN BUKTI

YANG DIPEROLEH SAMPAI TINGKAT TERTENTU, MERUPAKAN

SIKAP KRITIS YANG TIDAK MUDAH PERCAYA BEGITU SAJA

TERHADAP APAPUN.

DENGAN MERAGUKAN SEGALA SESUATU MANUSIA DAPAT

MELANGKAH MENCAPAI KEBENARAN YANG PASTI DAN LEBIH

SEMPURNA.

KRITIK TERHADAP SKEPTISME :

- MERAGUKAN SEGALA SESUATU BUKAN BERARTI BAHWA

PENGETAHUAN MUSTAHIL DAPAT DICAPAI

- KELIRU ANGGAPAN SKEPTISME BAHWA PENGETAHUAN KITA

TAK DAPAT SALAH. SALAH ADALAH PROPOSISI TAK SESUAI

KENYATAAN, BENAR ADALAH YANG SESUAI DENGAN

KENYATAAN, NAMUN BISA MENDEKATI KENYATAAN ADALAH

SEBUAH PENGETAHUAN.

Page 48: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keempat

Pokok Bahasan : Sumber Pengetahuan Ilmiah

Sub Pokok Bahasan:

1. Pandangan Rasionalis

Manusia dapat sampai pada pengetahuan yang pasti hanya dengan

mengandalkan akal budi. Beberapa tokoh rasionalisme : Plato (428-348 SM)

dan Rene Descartes (1596-1650).

Beberapa catatan penting:

- Kaum rasionalis lebih mengandalkan geometri dan matematika. Ilmu

ukur dan matematika sebagai model bagi cara kerja ilmu-ilmu lain.

- Kaum rasionalis meremehkan peranan pengalaman dan pengamatan

pancaindra bagi pengetahuan, karena pancaindra dianggap tidak dapat

diandalkan untuk memberi pengetahuan yang sahih.

- Metode yang diterima adalah yang deduktif. Proses pengetahuan

manusia adalah melakukan deduksi, menurunkan pengetahuan-

pengetahuan partikular dari prinsip-prinsip umum atau pertama yang

bersifat pasti dan universal. Hal itu disebabkan bahwa prisip=prinsip

umum universal tersebut merupakan bawaan manusia dalam akal

budinya jauh sebelum ia mengalami atau pancaindranya menangkap

obyek di dunia.

- Semua pengetahuan adalah pengetahuan apriori yang mengandalkan

silogisme. Data atau fakta tidak begitu penting bagi munculnya

pengetahuan, walaupun mungkin berguna, tetapi yang penting adalah

kemampuan akalbudi manusia untuk menarik kesimpuilan dari prinsip

umum tertentu yang sudah ada dalam benaknya. Misalnya, semua

manusai pasti mati. Sokrates adalah manusia. Maka Sokrates pasti mati.

Hal ini tak perlu dicek kepada kenyataannya, pernyataan “Sokrates pasti

mati” harus dianggap benar.

Posisi kaum rasionalis menurut Littlejohn (Littlejohn, 1996:34) menekankan

bahwa pengetahuan dihasilkan oleh „kekuatan akalbudi semata-mata untuk

mengetahui kebenaran (“I call „em as they are”).

2. Pandangn Emprisime

Manusia dapat sampai pada pengetahuan yang pasti dengan mengandalkan

pancaindera (penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan

pengecapan) yang memberi informasi tentang obyek tertentu. Tokoh-tokoh

empirisme yang terkenal: John Locke (1632-1704) dan David Hume (1711-

1776).

Beberapa catatan penting:

- Pandangan empirisme mengakui bahwa persepsi atau proses pengindraan

sampai tingkat tertentu tidak dapat diragukan. Bila terjadi kekeliruan,

bukan karena pancindera tetapi daya nalar manusia dalam menangkap

dan memutuskan apa yang ditangkap pancaindra itu. Kebenaran sejati

satu-satunya adalah pengetahuan lewat pengalaman.

Page 49: Study Guide Logic Phil

- Yang dipersoalkan oleh empirisme adalah pengetahuan tentang dunia

(manusia dan alam semesta) yang dialami manusia. Diakui bahwa ada

pengetahuan tertentu yang tidak diperoleh lewat pengalaman inderawi.

Yang ditekankan adalah metode pengatahuan induktif, yaitu cara kerja

ilmu-ilmu empiris yang mendasarkan diri pada pengamatan, pada

eksperimen untuk bisa sampai pada pengetahuan umum yang tidak dapat

diragukan lagi. Pengetahuan ini disebut pengetahuan aposteriori.

- Kepastian mengenai pengetahuan empiris harus dicek berdasarkan

pengamatan, data, pengalaman, dan bukan berdasarkan akal budi.

Kaum empiris menurut Littlejohn (Littlejohn, 1996:34) menyatakan bahwa

pengetahuan didapat dalam persepsi. Kita mengalami dunia dan

melaporkan “penglihatan” atas apa yang terjadi (“I call „em as I see „em).

3. Sintesa antara keduanya

Kedua pandangan diatas sama-sama setengah benar. Hanya saja kaum

empirisme tidak sesinis kaum rasionalis dalam melecehkan pandangan

lawannya. Empirisme memberi tempat yang cukup bagi akal budi dalam

proses mengetahui, sebaliknya rasionalisme benar-benar mengabaikan

peran pancaindera dan pengalamannya. Sintesis antara kedua pandangan

tersebut secara sederhana telah diperlihatkan lewat pandangan Aristoteles

(384-322 SM) yang mengatakan: “Tidak ada sesuatupun dalam akal budi

yang tidak ada terlebih dahulu dalam indera.” Belakangan, seorang tokoh

Jerman bernama Immanuel Kant (1724-1804) menadamaikan kedua aliran

pemikiran tersebut. Bagi Kant, pengetahuan memang awalnyua berasal dari

pengalaman pancainderea akan dunia, namun dalam diri manusia sudah

terdapat kategori-kategori, bentuk yang memungkinkan manusia dapat

menangkap benda-benda sebagaimana adanya. Kategari-kategori itu

adalah: ruang dan waktu serta hukum sebab dan akibat dalam menangkap,

mengamati, dan mengalami segala sesuatu di alam semesta. “Kacamata”

tersebut tak dapat dilepaskan dan berperan secara apriori dalam mengalah

hasil pengamatan untuk mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya.

Setidaknya juga ada dua unsur yang ikut melahirkan pengetahuan manusia

yaitu kondisi eksternal (benda-benda yang tidak dapat diketahui sebelum

tertangkap oleh pancaindera atau disebut obyek material) dan kondisi

internal yang ada didalam diri manusia (“kacamata” atau disebut obyek

formal pengetahuan).

Dengan demikian baik pengetahuan empiris maupun rasionalis diandalkan

dalam pengetahuan, juga metode deduktif dan metode induktif, keduanya

berperan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.

4. Konstruktivisme (Littlejohn, 1996:34)

Selain kedua posisi pandangdan di atas masih ada pandangan lain yaitu

konstruktivisme. Pandangan ini menganggap bahwa manusia menciptakan

pengetahuan untuk tujuan fungsi peragmatisnya di dunia dan bahwa

manusia memproyeksi diri mereka sendiri kepada apa yang dialaminya

Page 50: Study Guide Logic Phil

(They ain‟t nothin‟ till I call „em”). Konstruktivis percaya bahwa gejala yang

ada di dunia dapat dipahami dengan jelas dalam banyak cara yang berbeda

dan bahwa pengetahuan adalah apa yang telah dibuat manusia tentang

dunia.

5. Konstruksivisme sosial (Littlejohn, 1996:34)

Konstruksivisme sosial mengajarkan bahwa pengetahuan adalah sebuah

hasil interaksi simbolik yang terjadi diantara kelompok-kelompok sosial.

Dengan kata lain, realitas dikonstruksikan secara sosial dan merupakan

sebuah produk dari kelompok dan kehidupan kultural (bagaimanapun sang

wasit pada akhirnya akan menyimpulkan : “They‟re what we agree they are”)

Page 51: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kelima

Pokok Bahasan: Kebenran ilmiah

Sub pokok bahasan:

1. Berbagai teori tentang kebenaran ilmiah

Setidaknya ada empat teori yang berupaya menjawab apakah kebenaran

itu?:

(1) Teori kebenaran sebagai persesuaian (the correspondence theory of

truth):

Menurut teori ini kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa

yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya.

Kebenaran terletak antara kesesuaian antara subyek dengan obyek,

antara apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya.

Kebenarannya adalah kebenaran empiris. (Keraf & Dua, 2000: 66-

67).

(2) Teori kebenaran sebagai keteguhan (the coherence theory of truth):

Kebenaran menurut teori ini terletak dalam relasi antara proposisi

baru dengan proposisi yang sudah ada. Maka suatu pengetahuan,

teori, pernyataan, proposisi, atau hipotesis dianggap benar jika

sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya,

yaitu jika proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi

sebelumnya yang dianggap benar. Kebenarannya adalah

kebenaran logis. (Keraf & Dua, 2000: 68-71).

(3) Teori pragmatis tentang kebenaran (the pragmatic theory of truth):

Bagi kaum pragmatis, kebenaran sama artinya dengan kegunaan.

Jadi ide, konsep, pernyataan atau hipotesis yang benar adalah ide

yang berguna. Kriteria utama dalam menentukan kebenaran

adalah berhasil dan berguna. Kebenarannya menyangkut

“pengetahuan bagaimana” (know-how). (Keraf & Dua, 2000: 71-

74).

(4) Teori performatif tentang kebenaran (the performative theory of

thruth):

Menurut teori ini. Suatu pernyataan dianggap benar kalau

pernyataan tersebut menciptakan realitas. Misalnya: “Dengan ini

saya meluluskan kamu”. (Keraf & Dua, 2000: 74).

2. Ciri dasar kebenaran ilmiah:

Ada tiga ciri dasar kebenaran ilmiah yaitu: (Keraf & Dua, 2000: 75-76).

(1) struktur yang rasional-logis: kebenaran ilmiah selalu dapat dicapai

berdasarkan kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi-

proposisi atau premis-premis tertentu yang berupa teori atau

hokum ilmiah yang sudah terbukti dan diterima sebagai benar atau

yang mengungkap data/fakta baru tertentu. Prosesnya dapat

didapat secara induksi maupun deduktif.

(2) Isi empiris: bagaimanapun kebenaran ilmiah perlu diuji dengan

kenyataan yang ada, meskipun sampai tingkat tertentu spekulasi

diterima.

Page 52: Study Guide Logic Phil

(3) Dapat diterapkan (pragmatis): kedua sifat kebenaran diatas

digabungkan dalam sifat pragmatis. Jadi jika sebuah pernyataan

dianggap benar secara logis dan empiris, pernyataan tersebut harus

berguna untuk membantu manusia memecahkan berbagai

persoalan hidupnya.

3. Kepastian kebenaran ilmiah : (Keraf & Dua, 2000: 77-86).

Ilmuan seharusnya memiliki sikap rendah hati terhadap kebenaran ilmiah.

Meskipun kaum rasionalis kebenaran logis-rasional bersifat pasti, namun

kepastian itu bersifat sementara. Setiap teori memiliki kemungkinan untuk

salah kemudian hari. Sedangkan bagi kaum empiris, diakui ada semacam

pengakuan bahwa suatu pengetahuan ilmiah memiliki kebenaran, namun

kebenaran yang diakui itu tetap terbuka untuk dikritik (yang disebut

dengan falibilisme: sikap pengakuan akan kebenaran yang terbuka untuk

dikritik).

Page 53: Study Guide Logic Phil

Pertemuan keenam

Pokok Bahasan: Metode induksi dan permasalahan induksi

Sub pokok bahasan:

1. Induksi gaya Bacon: (Keraf & Dua, 2000: 100-102)

Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak atas dasar

sejumlah fenomena, fakta atau data tertentu yang dirumuskan dalam

proposisi-proposisi tunggal tertentu yang lalu ditarik kesimpulan yang

dianggap benar dan beralaku umum. Harus dipahami bahwa kebenaran

kesimpulan itu bersifat sementara dan tidak mutlak. Metode induksi

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Inti dari induksi gaya Bacon

adalah bahwa ilmu pengetahuan harus berawal dan dikendalikan oleh

pengamatan yang tidak terpengaruh oleh pengandaian apapun (bebas nilai,

opini, praduga, dan sejenisnya).

Ada tiga hal pokok pandangan Bacon:

(1) Ketika melakukan penelitian ilmiah, ilmuan harus bebas dari

pangandaian, spekulasi awa,l anggapan, dugaan pikiran teori agar

penelitian bebas dari bisa ilmiah, sehingga mencapai kebenaran objektif.

(2) Jangan hanya memperhatikan fakta yang cocok satu sama lain tetapi

harus memperhatikan fakta dan data yang bertentangan atau bebeda

yang tak diduga sebelumnya.

(3) Setelah pengamatan atas obyek dan menumpulkan fakta dan data

tentang obyek, maka semua itu diklasifikasi, dirumuskan dan

dikumpulkan dengan menggunakan segala macam konsep dan teori yang

diketahui untuk mengolah data tersebut.

Manfaat dari metode induksi Bacon:

(1) dengan metode ini ilmuan dapat melihat kenyataan secara objektif,

bukan lewat kacamata tertentu maka ilmuan dapat sampai ke

kebenaran objektif pula.

(2) Kegiatan ilmuan dengan metode induksi tidak jatuh menjadi ideologi.

2. Kritik terhadap induksi Bacon: (Keraf & Dua, 2000: 102-107)

Dua keberatan atas metode induksi Bacon:

(1) Pada kenyataannya hampir tidak mungkin melakukan penelitan

tanpa bias atau bebas nilai sama sekali.

(2) Fakta, data fenomena tidak pernah menampilkan dirinya begitu saja,

semua itu perlu penfsiran, maka spekulasi ilmiah tak terelakan.

3. Langkah-langkah metode induksi: (Keraf & Dua, 2000: 107-111)

a. Langkah-langkah metode induksi murni

1. identifikasi masalah

2. pengamatan dan pengumpulan data

3. merusmuskan hipotesis

b. Langkah metode yang telah dimodifikasi

1. situasi masalah

2. pengajuan hipotesis

3. penelitian lapangan

4. pengujian hipotesis

Page 54: Study Guide Logic Phil

4. Situasi masalah: (Keraf & Dua, 2000: 111-114)

Yang perlu diperhatikan dalam situasi masalah adalah adanya masalah

tertentu yang sulit dijawab dengan menggunakan pengetahuan yang ada,

maka penelitian dilakukan untuk menjawab dan menjelaskannya.

Beberapa ciri masalah yang baik:

a. masalah tersebut harus mempunyai nilai untuk diteliti

b. masalah tersebut harus feasible atau mempunyai kemungkinan

untuk diteliti

c. masalah tersebut harus sesuai dengan kualifikasi peneliti

5. Perumusan dan pengujian hipotesis: (Keraf & Dua, 2000: 114-117)

Masalah yang ada tersebut dirumuskan lalu berikutnya membuat hipotesis.

Hipotesis adalah pernyataan yang berisikan dugaan sementara sebab dari

suatu masalah tertentu, entah berupa fakta ataupun peristiwa yang

dianggap benar untuk dibuktikan kebenarannya lebih lanjut. Sebagai alat

bantu ilmiah, hipotesis memiliki beberapa kegunaan yaitu:

(1) memberi batasan serta kerangaka penelitian

(2) mengarahkan perhatian peneliti pada gejala, fakta, dan data, dan

hubungannya di antara berbagai gejala fakta, dan data yang ada,

yang bermanfaat bagi penelitian.

(3) Berfungsi sebagai alat sederhana untuk mengaitkan fakta dan data

yang tercerai berai tanpa koordinasi ke dalam satu kesatuan yang

menyeluruh, yang memperlihatkan keterkaitan diantara fakta dan

data tersebut (tool analysis).

Setelah perumusan hipotesis, lalu dilakukan pengujian hipotesis, lewat

membuat predikis tentang berbagai data dan fakta yang telah dirumuskan

dalam hipotesis, dan hasil prediksi tersebut dapat merupakan suatu bukti

apakah hipotsisnya benar atau tidak.

Page 55: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Ketujuh

Pokok Bahasan: Hukum dan teori ilmiah

Sub pokok bahasan:

1. Hukum sebagai hubungan sebab akibat: (Keraf & Dua, 2000: 118-121)

Hubungan sebab akibat dalam ilmu pengetahuan adalah peristiwa yang satu

menjadi sebab dari peristiwa lain. Ilmu pengetahuan mengakaji dan

meneliti hubungan sebab akibat antara berbagai peristiwa dalam alam dan

hidup manusia. Hubungan yang bersifat pasti akan disebut hokum sebab

akibat atau hukum ilmiah. Hukum ilmiah tersebut menjadi obyek material

utama dari ilmu pengetahuan.

2. Sifat hokum ilmiah: (Keraf & Dua, 2000: 121-124)

a. lebih pasti

b. berlaku umum atau universal

c. memiliki daya terang yang lebih luas sebagai ekspansi ilmiah

3. Hukum, kebetulan, dan kontinuitas alam: (Keraf & Dua, 2000: 124-127)

Dihayati secara filosofis bahwa alam sebagai obyek ilmu pengetahuan selalu

berkembang kepada keteraturan (regularitas) dan hukum. Ilmuan alam

tunduk pada hokum (ada keteraturan/regulitas dan kesamaan/uniformitas

pada hukum alam), maka alam dapat dipahami karena hukumnya terbuka

bagi pikiran manusia. Dapat dimengerti juga bahwa fenomena ekperimental

tidak dapat dipahami dari sebuah chaos (ketidakteraturan). Hukum

berkembang dari kebetulan, sejauh variasi kebetulan tersebut tunduk pada

hokum yang suatu ketika kebetulan-kebetulan tersebut menjadi sebuah pola

sendiri yang teratur dan mantap, maka dapat dipahami.

Tahap hipotesis belum berbicara tentang hokum yang tetap, melainkan

suatu tendensi atau kecenderungan. Hal ini terjadi karena alam selalu

berkembang dan mengalami diversitas. Jika memperhatikan evolusi,

berbagai kebetulan dalam peristiwa alam dapat terlihat, dan kebetulan itu

berkembang memunculkan varietas baru, jadi uniformitas yang terjadi

dalam perkembangan alam, bukan homogenitas. Meskipun demikian,

varietas-verietas baru dalam alam itu bukanlah suatu yang terlepas,

melainkan merupakan suatu kontinuitas.

4. Evolusi dan kontinuitas pengetahuan: (Keraf & Dua, 2000: 127-128)

Dengan adanya hokum, kebetulan dan kontinuitas maka hokum alam

sebagai suatu kebenaran ilmiah yang pernah ditemukan seorang ilmuan

akan juga mengalami perkembangan, berevolusi dalam kontinuitas.

5. Dari hokum menuju teori: (Keraf & Dua, 2000: 129-130)

Ilmuan tidak hanya puas berada pada tahap hipotesis dan pembuktiannya,

melainkan ingin menyempurnakan hipotesis-hipotesis menjadi suatu hokum

ilmiah dan teori yang dapat menjelaskan hukum ilmiah tersebut. Teori

sendiri memiliki dua fungsi:

Page 56: Study Guide Logic Phil

(1) merupakan upaya tentatif (sementara) untuk membangun hubungan

yang cukup luas antara sejumlah hukum ilmiah

(2) berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang mempunyai hubungan satu

sama lain itu sehingga hukum-hukum tersebut dapat dipahami sebagai

masuk akal. Jadi, jika teori diterima dengan benar, maka hukum yang

dijelaskannya juga dengan sendirinya benar. Teori juga menjelaskan

hukum dengan pemberi pernyataan yang jauh dikenal umum atau

diterima.

Page 57: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kesembilan

Pokok Bahasan: Pengatar Logika

Sub Pokok Bahasan : Arti logika

Jenis logika

Obyek logika

Logika dan bahasa

Logika dan dialektika

Logika dan filsafat

Sinopsis:

Ada berbagai definisi tentang logika. Dari sekian banyak definisi itu, kita

menggunakan definisi yang diberikan oleh Irving M. Copi karena dianggap sebagai

definisi yang lebih mendekati kebenaran tentang hakekat logika dibandingkan

dengan definisi lainnya. Menurut Copi, dalam bukunya Introduction to Logic (1986:

3), logika adalah suatu kajian tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang

digunakan untuk bisa membedakan antara penalaran yang tepat dengan penalaran

yang tidak tepat. Dengan mengacu pada definisi ini, kita dapat mengetahui perihal

obyek dari logika. Logika membahas perihal berpikir atau bernalar (obyek

material) dengan memfokuskan pada aspek ketepatan dalam bernalar (obyek

formal).

Logika dapat dilasifikasikan berdasarkan sejumlah kriteria. Berdasarkan

dari sumber dari mana manusia memperoleh kemampuan untuk berlogika, maka

kita mengenal ada dua macam logika, yaitu: logika kodratiah/alamiah dan logika

ilmiah. Berdasarkan apek historis dan penggunaan lambing bahasa, kita mengenal

logika klasik/Aristoteles dan logika modern. Dilihat dari aspek kebenaran, maka

ada dua jenis logika, yaitu: logika formal, yang mempelajari kebeneran dari segi

bentuk, dan logika material, yang mempelajari kebenaran dari segi isinya.

Sementara jika ditinjau dari cara penarikan kesimpulan, maka kita mengenal dua

jenis logika, yaitu: logika induktif dan logika deduktif.

Pikiran seseorang dapat dikatakan logis atau tidak akan terungkap melalui

bahasa yang digunakan, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Jadi, selain

memiliki sejumlah fungsi seperti fungsi informatif, fungsi performatif, fungsi

ekspresif, fungsi praktis, fungsi seremonial, dan fungsi perusasif, bahasa juga

memiliki fungsi logis. Dalam fungsi logis itulah kita melihat adanya hubungan erat

antara bahasa dan logika. Bahasa yang baik dan benar menunjukan sebuah cara

berpikir dbernalar yang lurus dan tepat dari si pemakai bahasa itu. Sebaliknya,

kekacauan dalam berbahasa sekaligus menandakan kekacauan atau ketidak-

tepatan dalam berpikir dan bernalar.

Disamping cara berpikir logis, yang biasanya kita kenal dalam lingkup ilmu

pengetahuan, ada juga cara berpikir yang disebut dengan dialektika. Dialektika

adalah sebuah cara atau metode berpikir yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: tesa,

anti tesa, dan sintesa, yang mendamaikan hal-hal yang saling bertentangan. Cara

berpikir ini pun, selain cara berpikir logis, merupakan hal yang lazim dalam

Page 58: Study Guide Logic Phil

pemikiran filsafat, baik filsafat Timur (Hindhuisme, Buddhisme, Taoisme

Konfusianisme, dan filsafat Jawa) maupun filsafat Barat (Herakleitos, Arstoteles,

Hegel). Jika asas berpikir dalam logika adalah identitas (=non kontradiksi), maka

asas berpikir dalam dialektika justru sebaliknya, yaitu kontradisi (=non identitas).

Hubungan antara logika dan filsafat, termasuk filsafat ilmu pengetahuan,

sangat erat. Pertama-tama karena cara berpikir filsafat itu bersifat rasional, dan

sesuatu yang rasional itu juga berarti logis. Logika, menurut Aristoteles memang

bukan, merupakan cabang ilmu pengetahuan maupun filsafat, tetapi sebagai

organon (=alat) supaya kita bisa mempraktekan ilmu pengetahuan dan filsafat

(Bertens, 1999: 168).

Page 59: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kesepuluh

Pokok Bahasan : Term, pengertian, dan defisni

Sub pokok bahasan : Arti term

Arti pengertian

Arti definisi

Macam-macam definisi

Cara menguji definisi sebagai tugas dari filsafat

Sinopsi:

Salah satu unsur yang dipelajari dalam logika adalah term. Term adalah

kata atau sekumpulan kata yang merupakan ekspresi verbal dari pengertian, dan

dapat berfungsi sebagai subyek dan predikat (dalam proposisi) juga sebagai

penengah (dikenal dengan istilah term medium dan biasanya dengan M) dalam

silogisme.

Ada banyak jenis term. Berdasarkan luasnya, kita mengenal tiga jenis term

yaitu: term singular, term particular, dan term universal. Berdasarkan sifatnya, term

dibagi menjadi term distributif dan term kolektif. Berdasarkan kriterium arti, maka

ada tiga jenis term, yaitu: term univokal, term analogis, dan term ekulvokal.

Berdasarkan komponennya ada dua jenis term, yaitu term tunggal dan term

majemuk. Sedangkan jika dilihat dari fungsinya baik dalam proposisi maupun

silogisme, maka kita mengenal ada tiga jenis term, yaitu: term subyek, term predikat,

dan term menengah (middle term).

Sedangkan pengertian, yang biasanya diekspresikan secara verbal dalam

bentuk term, merupakan hasil tangkapan akal budi manusia tentang esensi atau

hakekat dari sesuatu. Ketika kita berbahasa (tulisan maupun lisan), kita

mengungkapkan sebuah pengertian atau sejumlah pengertian, dan hubungan

antarpengertian. Dalam setiap pengertian terkandung isi dan luasnya.

Isi pengertian (komperhensi) adalah keseluruhan unsur yang termuat dalam

pengertian. Sedangkan luas pengertian (ekstensi) adalah seluruh cakupan atau

lingkup realitas yang dapat ditunjuk dengan pengertian itu. Hubungan antara isi

dan luas pengertian merupakan sebuah perbandingan terbalik. Jika isi

pengertiannya besar, maka luas pengertian kecil; dan sebaliknya, jika isi

pengertiannya kecil, maka luas pengertian besar.

Berdasarkan pengertian atau pemahaman kita tentang sesuatu, maka kita

dapat membuat klasifikasi. Klasifikasi adalah suatu cara atau metode untuk

menempatkan/mengelompokkan sejumlah hal ke dalam satu atau beberapa

kelompok kecil berdasarkan kriteria tertentu. Sekedar contoh, kita ingin

mengklasifikasikan kumpulan mahasiswa yang ada dalam sebuah ruangan. Kita

dapat mengelompokkan mereka ke dalam kelompok-kelompok kecil menurut

sejumlah kriteria seperti angkatan (misalnya mahasiswa angkatan 2001, 2002, 2003,

2004 dst), fakultas (misalnya mahasiswa fakultas Hukum, Ekonomi, Kedokteran,

Page 60: Study Guide Logic Phil

Komunikasi, dst), jenis kelamin (Laki dan Perempuan) dst. Pengelompokan dengan

cara seperti ini dinamakan klasifikasi.

Dalam membuat klasifikasi ada sejumlah syarat. Pertama, klasifikasi harus

dilakukan secara lengkap. Kedua, klasifikasi harus didasarkan pada ukuran atau

kriteria yang sama juga jelas. Ketiga, klasifikasi harus dibuat sesuai dengan

tujuannya.

Masih terkait dengan pengertian, selain klasifikasi, adalah definisi. Definisi

yang kita rumuskan tentang sesuatu menunjukkan pemahaman atau pengertian

kita tentang sesuatu yang kita definisikan. Karena itu, definisi juga menjadi salah

satu topic yang dibahas dalam logika.

Definisi (dari kata bahasa Latin definiere yang berarti membatasi lingkup

dari sesuatu) adalah perumusan yang singkat, jelas, padat tentang makna yang

terkandung dalam sebuah term atau kata yang didefinisikan. Kata atau term yang

didefinisikan itu disebut definiendum (yang didefinisikan). Sedangkan definisinya

atau isi rumusan disebut definiens (yang mendefinisikan).

Bagian yang dianggap penting dalam pembicaraan tentang defines adalah

jenis definisi, dan syarat-syarat definisi. Dari segi jenisnya, ada beberapa macam

definisi. Secara garis besar dikenal dua kelompok definisi. Pertama adalah definisi

realis (real definition/definition rel). Yang termsuk dalam kategori realis adalah

definisi esensial, definisi deskriptif, definisi klausal, definisi final, dan definisi genetis.

Jika definisi realis adalah definisi dalam arti sesungguhnya karena

mengungkapkan hakekat dari sesuatu yang mau didefinisikan, maka definisi dalam

kelompok kedua ini adalah definisi yang hanya memberi keterangan tentang nama

dari term atau istilah yang didefinisikan. Definisi kelompok kedua ini dinamakan

definisi nominalis. Disebut demikian karena dalam definisi ini, yang diungkapkan

bukanlah hakekat dari sesuatu yang didefinisikan, tetapi hanyalah keterangan

tentang nama dari kata atau istilah yang kita definisikan. Definisi nominalis terdiri

dari beberapa jenis: sinonim, definisi etimologis, dan definisi dengan memberikan

contoh.

Sebuah definisi yang baik harus memenuhi criteria sbb:

Pertama, definisi (=definiens) harus bisa ditukar tempat dengan hal yang

didefinisikan (definiendum), dan luasnya harus tetap sama. Kedua, definiendum

tidak boleh masuk atau disebut lagi dalam definiens. Ketiga, definisi tidak boleh

dirumuskan secara negative, jika bisa dirumuskan secara positif. Khusu

menyangkut syrat ketiga, ada beberapa pengecualian. Artinya, ada beberapa hal

yang hanya bisa didefinisikan secara negatif. Salah satu dari hal-hal itu adalah apa

yang disebut dengan istilah term privatif. Yang dimaksud dengan term privatif

adalah term yang mengandung pengertian negatif. Contoh-contoh term privatif

seperti: tuli, buta, lumpuh, mati, bisu, dst. Keempat, syarat terakhir, definisi harus

paralel atau sejajar dengan definiendum.

Page 61: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Kesebelas

Pokok Bahasan : Proposisi

Sub pokok bahasan : Arti proposisi

Proposisi kategoris

Proposisi hipotesis

Diagram Venn dan lambing Boole untuk proposisi

Sinopsis:

Jika term adalah ekspresi verbal dari pengertian, maka proposisi

merupakan ekspresi verbal dari putusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran

sesuatu (=predikat) terhadap sesuatu yang lain (=subyek).

Dalam setiap proposisi terdapat paling kurang dua unsur yaitu term subyek,

dan term predikat. Kadang-kadang terdapat unsur ketiga yang disebut dengan

istilah kopula. Kopula berfungsi sebagai penghubung atara term subyek dengan

term predikat, sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada

hubungan itu. Berikut ini adalah contoh mengenai proposisi yang memuat ketiga

unsur tersebut di atas.

Petani adalah buruh yang bekerja di sawah

Dalam contoh proposisi ini, term subyek adalah petani. Term predikat adalah

buruh yang bekerja disawah. Dan kata adalah merupakan kopula. Selanjutnya

contoh berikut adalah proposisi yang hanya terdiri dari dua unsur yaitu term

subyek dan term predikat, tanpa kopula.

Mahasiswa yang memperoleh nilai tertinggi mendapatkan hadiah dari dosennya

Untuk contoh proposisi yang disebut terakhir, term subyek adalah mahasiswa yang

memperoleh nilai tertinggi. Term predikat adalah mendapatkan hadiah dari

dosennya. Baik term subyek maupun term predikat masing-masing terdiri dari

sekumpulan kata. Term seperti ini (lihat kembali topik tentang term, khususnya

tentang jenis-jenis term yang dibahas dalam pertemuan kesepuluh) dinamakan

term majemuk.

Dalam bahasa kita mengenal bahwa struktur sebuah kalimat minimal terdiri

dari unsur subyek dan predikat. Unsur subyek dan predikat juga menjadi unsur

dari sebuah proposisi. Jadi, sebuah proposisi adalah kalimat, tetapi harus

ditambahkan bahwa kalimat yang dimaksud adalah kalimat berita. Dengan kata

lain, hanya kalimat berita yang sekaligus merupakan proposisi. Sebaliknya, tidak

semua kalimat adalah proposisi. Kalimat tanya dan kalimat perintah tidak

termasuk proposisi. Kalimat berita adalah proposisi karena kalimat ini memuat

pernyataan yang bisa dibuktikan benar atau salah.

Page 62: Study Guide Logic Phil

Secara garis besar proposisi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok,

yaitu proposisi hipotetis dan proposisi kategoris. Pengklasifikasian ini didasarkan

pada cirri ada tidaknya syarat dalam pengakuan atau pengingkaran predikat

terhadap subyek. Jika hubungan pengingkaran atau pengakuan dalam proposisi

itu terjadi tanpa syarat, maka proposisi itu adalah proposisi kategoris. Jika

hubungan itu disertai dengan syarat, maka proposisi itu adalah proposisi hipotesis.

Proposisi kategoris terbagi menjadi beberapa jenis proposisi berdasarkan

sejumlah criteria. Berdasarkan kuantitas (luasnya), maka ada tiga jenis proposisi.

Proposisi singular, proposisi partikular, dan proposisi universal. Luas sebuah

proposisi ditentukan oleh luas term subyeknya. Jika luas term subyek sebuah

proposisi adalah singular, maka proposisi itu luasnya singular. Begitu pun yang

sama berlaku untuk proposisi particular dan universal.

Berdasarkan kualitas, proposisi terdiri dari proposisi afirmatif, dan

proposisi negatif. Jika dua kriteria ini (kuantitas dan kualitas) digabung, maka

jenis-jenis proposisi adalah sbb: proposisi singular afirmatif, proposisi partikular

afrimatif, proposisi universal afirmatif, proposisi singular negatif, proposisi

partikular negatif, dan proposisi universal negatif.

Jenis-jenis proposisi kategoris

Kriteria Jenis-jenis proposal

Berdasarkan Luas (kuantitas) Proposisi Singular

Proposisi Partikular

Porposis Universal

Berdasarkan Kualitas Proposisi Afirmatif

Proposisi Negatif

Berdasarkan Kuantitas dan kualitas Proposisi Singular Afirmatif

Proposisi Partikular Afirmatif

Proposisi Universal Afirmatif

Proposisi Singular Negatif

Proposisi Partikular Negatif

Proposisi Universal Negatif

Dalam logika, keenam jenis proposisi hasil pembagian berdasarkan aspek

kuantitas dan kualitas, biasanya disimbolkan dengan empat huruf, yaitu: A, I, E, O.

Huruf A adalah symbol untukproposisi singular dan universal Afrimatif. Huruf I

menjadi symbol untuk proposisi partikular afirmatif. Huruf E menjadi symbol

untuk proposisi singular dan universal negative, dan huruf O menjadi symbol

untuk proposisi partikular negatif.

Huruf-huruf itu diambil dari kata bahasa latin EgO (diambil huruf E dan O.

Kata ini berakar dari kata kerja Negara yang berarti menyangkal), dan Affirme

(diambil huruf A dan I. Kata ini berakar dari kata Affimare yang berarti

Page 63: Study Guide Logic Phil

membenarkan, mengiyakan). Berikut ini adalah contoh keenam jenis proposisi

beserta simbolnya masing-masing.

Simbol Nama Proposisi Contoh Proposisi

A Singular Afirmatif Nina Rahardjo adalah seorang mahasiswa

jurusan periklanan STIKOM LSPR

angkatan 2005

A Universal Afirmatif Semua mahasiswa STIKOM LSPR

mengikuti kuliah filsafat ilmu pengetahuan

dan logika

E Partikular Afirmatif Beberapa mahasiswa STIKOM LSPR

mengikuti kuliah filsafat ilmu pengetahuan

dan logika

E Singular Negatif Nina Rahardjo adalah bukan mahasiswa

jurusan perikalanan STIKOM LSPR

angkatan 2005

E Universal Negatif Semua mahasiswa STIKOM LSPR tidak

mengikuti kuliah filsafat ilmu pengetahuan

dan logika

O Partikular Negatif Sebagian mahasiswa STIKOM LSPR tidak

mengikuti kuliah filsafat ilmu pengetahuan

dan logika

Setiap proposisi dapat digambarkan dalam bentuk diagram venn.

Ketentuan membuat diagram venn untuk proposisi adalah sbb: Pertama, kita

membuat dua buah lingkaran yang saling berpotongan. Lalu pada sisi luar masing-

masing lingkaran diberi huruf untuk melambangkan term subyek (S) dan term

predikat (P). Kedua, kita membuat tanda silang (X) yang berarti ada anggotanya,

atau tanda arsir yang berarti tidak ada anggota atau kelas kosong pada bagian-

bagian lingkaran tergantung dari proposisi yang ada. Ketiga, pemberian tanda

diagram adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut.

Proposisi Simbol Tanda diagram Letak tanda diagram

Singular Afirmatif

Universal Afirmatif

A Arsir (dan silang) Di kiri atau di kanan

tergantung dari subyek

Singular Negatif

Universal Negatif

E Arsir Di tengah

Partikular Afirmatif I Silang Di tengah

Partikular Negatif O Silang Di kiri atau kanan

tergantung subyek

Page 64: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keduabelas

Pokok bahasan : Kesesatan (berpikir)

Sub pokok bahasan : Arti kesesatan

Kesesatan karena bahasa

Kesesatan relevansi

Sinopsis:

Kesesatan adalah suatu kekeliruan atau kesalahan yang terjadi ketika

manusia bernalar. Ada berbagai sebab atau alasan mengapa kesesatan dalam

penalaran itu bisa terjadi. Sebuah penalaran dapat sesat karena bentuknya

(kesesatan formal), factor bahasa, dan juga karena tidak ada hubungan logis atau

relevansi antara premis dan kesimpulan (kesesatan relevansi). Untuk kesesatan

yang terjadi karena faktor bentuk dapat diketahui dengan memperhatikan hukum-

hukum silogisme kategoris. Karena itu jenis kesesatan seperti ini tidak dibahas di

sini. Pembahasan kita hanya terfokus pada jenis kesesatan karena factor bahasa

dan kesesatan relevansi.

Dalam argumentasi atau penalaran yang dilakukan sebetulnya orang ingin

membuktikan dan meyakinkan perihal sebuah pendapat yang dikemukakan.

Namun upaya melalui penalaran itu dapat saja menyesatkan pikiran orang lain.

Jika penalaran yang sesat itu terjadi bukan karena sebuah kesengajaan, dan yang

bersangkutan juga tidak mengetahui bahwa penalaran itu sesat, maka penalaran

semacam itu disebut paralogis. Sebaliknya, jika sebuah penalaran sesat itu terjadi

karena memang disengaja, artinya yang bersangkutan mengetahui bahwa

penalarannya memang sesat, tetapi tetap melakukannya dengan tujuan untuk

mengelak dari kebenaran dan sekaligus memenangkan pendapatnya, maka jenis

penalaran seperti itu disebut sofisme (Soekadijo, 1994: 11). Istilah sofisme itu tentu

ada kaitan dengan kaum sofis, yaitu sekelompok filsuf pada era Yunani kuno yang

hidup sezaman dengan Socrates. Mereka ini adalah orang-orang yang mahir

berpidato dan pandai beragumentasi. Salah satu pendirian dari kaum sofis ini

adalah bagaimana mengajarkan orang untuk bisa “membuat argumentasi yang

paling lemah menjadi yang paling kuat”. Pendirian ini terkait dengan pandangan

mereka bahwa kebenaran itu bersifat relatif, dan manusia adalah pusat untuk

segala-galanya, termsuk dalam soal tentang kebenaran. (K.Bertens, 1999: 83-88).

Kesesatan karena bahasa

Penalaran yang sesat karena faktor bahasa biasanya terkait dengan soal

makna dari penggunaan kata-kata dalam penalaran itu sendiri. Sebuah kata yang

sama bisa bermakna lebih dari satu. Hal semacam itu bisa terjadi karena beberapa

alasan antara lain: tekanan dalam pengucapan, konteks penggunaan yang berbeda,

atau karena kata yang sama itu memang memiliki arti lebih dari satu (ekuivokal).

Macam-macam kesesatan yang terjadi karena faktor bahasa adalah sbb:

Page 65: Study Guide Logic Phil

1. Kesesatan karena aksen

Kesesatan ini terjadi karena perbedaan makna kata yang sama dalam

penalaran yang terjadi akibat dari perubahan tekanan pengucapan terhadap

kata tersebut.

Contoh:

Semua orang kaya itu beruang banyak

Beruang adalah binatang

Jadi, semua orang kaya adalah binatang

2. Kesesatan karena term ekulvok

Kesesatan ini terjadi karena kata yang sama yang digunakan dalam penalaran

ternyata memiliki arti lebih dari satu. Kata atau term seperti ini disebut kata

atau ekuivokal.

Contoh:

Setiap murid yang pandai bisa mengerjakan soal-soal yang sulit dari

pelajaran Matematika

Bisa adalah racun yang terdapat pada beberapa jenis binatang melata

Jadi murid yang pandai adalah racun yang terdapat pada beberapa

binatang melata

3. Kesesatan karena arti kiasan/kesesatan metaforis

Kesesatan ini terjadi karena dalam penalaran orang menggunakan sebuah

kiasan atau analogi. Arti kiasan dan arti sebenarnya memang berbeda. Namun

orang memahami makna kata yang dipakai dalam penalaran itu sebagai makna

yang sebenarnya, dan bukan lagi makna atau arti kiasan. Dari sinilah kesesatan

itu terjadi.

Contoh:

Kepala Negara itu ibarat kepala manusia. Sebagaimana kepala manusia,

jika dipenggal maka manusia akan mati, demikian juga halnya dengan

kepala Negara, jika dibunuh maka hancurlah Negara itu. (dikutip dari Y.P

Hayon, Logika, 2001:76)

4. Kesesatan Amfiboli

Kesesatan jenis ini terjadi ketika penyusunan atau konstruksi sebuah kalimat

sedemikian rupa sehingga menyebabkan maknanya menjadi bercabang.

Berikut adalah contoh kesesatan amfiboli.

Pemilik rumah makan di jalan sawo yang terkenal itu baru saja memenangkan

kuis Rp. 100.000.000,-

Page 66: Study Guide Logic Phil

Kalimat seperti ini memang dapat menimbulkan kesesatan karena sebutan

“yang terkenal itu”, bisa saja menunjuk pada pemiliknya, bisa juga menunjuk

pada rumah makan, atau bisa juga yang dimaksud adalah jalan sawo.

Kesesatan Relevansi

Kesesatan jenis ini terjadi apabila dalam sebuah argumen orang menarik

kesimpulan yang tidak sesuai/tidak relevan dengan premis-premisnya. Berikut

adalah sejumlah nama atau istilah dalam logika yang menunjuk pada jenis-jenis

kesesatan relevansi.

1. Argumentum ad hominem

Kesesatan seperti ini terjadi ketika orang menerima atau menolak sebuah

pendapat tidak didasarkan pada alasan-alasan yang dikemukakan dalam

penalaran, tetapi didasarkan pada kepentingan atau pada orang yang

menyampaikan pendapat itu. Dengan kata lain, kita menerima atau menolak

sebuah pendapat bukan karena argumennya, tetapi karena orangnya.

2. Argumentum ad baculum

Baculum berarti tongkat. Kesesatan ini terjadi karena kita menerima atau

menolak pendapat seseorang tidak karena alasan atau pertimbangan pada

penalarannya tetapi karena ancaman hukuman. Teror atau tekanan

merupakan salah satu bentuk ancaman yang dapat mempengaruhi sikap kita

untuk menerima atau menolak sebuah ide atau gagasan.

3. Argumentum ad verecundiam atau argumentum auctoritatis

Kesesatan ini terjadi ketika kita menolak atau menerima sebuah pendapat

bukan karena penalarannya tetapi karena factor kekuasaan atau kewibawaan

yang dimilikinya.

4. Argumentum ad miserlcordiam

Kesesatan ini terjadi ketika kita menerima sebuah argument bukan karena

penalarannya tetapi karena faktor belas kasihan yang dengan sengaja

ditimbulkannya. Beragumen untuk membangkitkan perasaan belaskasihan itu

yang disebut argumentum ad miserlcordiam.

5. Argumentum ad populum

Ini sebuah argument atau penalaran yang ditujukan kepada orang banyak

dengan lebih menekankan faktor bagaimana membangkitkan semangat massa,

daripada melihat segi pembuktian penalarannya. Jenis argument seperti ini

banyak kita jumpai dalam pidato kampanye politik.

6. Kesesatan non causa pro causa

Kesesatan ini terjadi ketika kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal

bukan merupak sebab, atau sebab yang sesungguhnya.

Page 67: Study Guide Logic Phil

7. Kesesatan aksidensi

Kesesatan karena aksidensi terjadi ketika kita memberlakukan prinsip atau

pernyataan umum dalam sebuah peristiwa tertentu yang karena sifatnya yang

aksidental (khusus atau kebetulan) menyebabkan pemberlakuan atau

penerapan prinsip umum itu menjadi tidak sesuai.

8. Kesesatan karena komposisi dan divisi

Kesesatan semacam ini dalam penalaran terjadi ketika kita memberlakukan

sifat-sifat yang kebetulan ada pada individu-individu atau anggota dari sebuah

kelompok pada seluruh anggota kelompoknya. Sebaliknya juga bisa terjadi,

kalau ada ciri atau sifat yang dianggap berlaku secara umum dalam sebuah

kelompok, maka kita cenderung menyimpulkan bahwa setiap anggota dari

kelompok itu pasti memiliki sifat atau ciri yang dimaksud. Kesesatan ini tidak

hanya berlaku pada sebuah kelompok dan anggotanya, tetapi dapat juga

berlaku pada sebuah kesatuan dan bagian-bagiannya.

9. Petitio principii

Kesesatan seperti ini terjadi manakala kita menggunakan argument untuk

membuktikan sesuatu, tetapi susunan argument itu dibuat sedemikian sehingga

apa yang sesungguhnya menjadi kesimpulan (unsur yang mau dibuktikan itu)

ternyata juga merupakan premis (alasan atau dasarnya) walaupun itu

dirumuskan dengan cara yang berbeda. Argumen atau penalaran seperti ini

berbentuk melingkar. Bentuk argument yang sesat seperti ini disebut juga

circulus vitiousus.

10. Ignoratio elenchi

Kesesatan seperti ini terjadi ketika sebuah kesimpulan yang kita turunkan tidak

sesuai atau relevan dengan premis-premisnya. Jika melihat dari segi relevansi

antara kesimpulan (konklusi) dengan premis, maka argumentum ad hominem,

argumentum ad baculum, argumentum ad populum termasuk dalam kategori

kesesatan ignoration elenchi.

11. Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks

Kesesatan seperti ini timbul ketika kita mengajukan sebuah pertanyaan atau

menyampaikan sebuah pernyataan yang sebenarnya di dalamnya terkandung

beberapa pertanyaan atau pernyataan lain. Sehingga jika pertanyaan atau

pernyataan sepert itu diajukan, maka dapat memberikan beberapa

kemungkinan jawaban atau dapat memungkinkan beberapa kemungkinan

penafsiran.

12. Argumentum ad ignorantiam

Ini merupakan sebuah bentuk kesesatan ketika orang menyimpulkan sesuatu

dalam penalarannya, dan kesimpulan itu didasarkan pada kenyataan bahwa

negasinya tidak terbukti salah, atau menyimpulkan bahwa sesuatu konklusi itu

salah karena negasinya (penolakannya) ternyata tidak terbukti benar.

Page 68: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Ketigabelas

Pokok bahasan : Silogisme/argument kategoris (dedutif)

Sub pokok bahasan : Arti silogisme/argument

Prinsip-prinsip silogisme/argument

Hukum-hukum silogisme/argument kategoris

Sinopsis:

Silogisme adalah sebuah argument yang terdiri dari tiga proposisi; dua

proposisi yang pertama disebut premis, dan berdasarkan dua proposisi ini lalu

diturunkan proposisi ketiga yang disebut kesimpulan atau konklusi. Berikut ini

adalah contoh sebuah silogisme.

Semua manusia berakal budi

Socrates adalah manusia

Jadi, Socrates berakal budi

Menurut jenisnya, silogisme dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok

silogisme. Pertama adalah silogisme kategoris yang semuanya terdiri dari

proposisi-proposisi kategoris. Kedua adalah silogisme hipotetis (tentang) jenis

silogisme ini akan dibahas pada bagian setelah silogisme kategorisl.

Dalam silogisme terdapat sejumlah prinsip yang menjadi ketentuan dasar,

dan dari prinsip-prinsip inilah diturunkan beberapa ketentuan lain yang kita sebut

sebagai hukum silogisme (kategoris). Keempat prinsip itu adalah sbb:

Pertama, prinsip saling identik dengan hal ketiga

Untuk memahami prinsip ini, juga prinsip berikutnya, perlu dijelaskan dahulu

bahwa dalam silogisme itu terdapat tiga proposisi, dan dalam tiga proposisi itu

terdapat tiga term, yaitu term subyek (S), term predikat (P), dan term menengah

(middle term) yang biasa disingkat (M). Prinsip ini jika diperjelas maka bunyinya

menjadi “jika dua term, masing-masing identik dengan term ketiga, maka dua term itu

juga pasti saling identik”.

Sekarang rumusan ini kita perjelas dengan menggunakan ketiga term sebagaimana

sudah disebutkan, yaitu S, P, dan M dalam sebuah silogisme kategoris. Contoh:

M = P Semua manusia dapat mati

S = M Socrates adalah manusia

S = P Jadi, Socrates dapat mati

Contoh silogisme diatas menunjukan bahwa term S dan term P adalah identik,

karena masing-masing identik dengan term ketiga yaitu term M.

Page 69: Study Guide Logic Phil

Kedua, prinsip saling tidak identik dengan hal ketiga

Prinsip ini menegaskan bahwa “jika dua term, salah satu dari padanya identik

dengan term ketiga, sedangkan term yang lainnya tidak identik dengan term ketiga,

maka kedua term juga tidak saling identik”.

Contoh: Sapi adalah binatang

Socrates adalah bukan binatang

Jadi, Socrates itu bukan sapi

Ketiga, prinsip Dictum de Omni (The law of all)

Prinsip ini menegaskan bahwa apa yang diakui dalam keseluruhan logis, juga

diakui dalam bagian logis. Dirumuskan dengan cara lain prinsip ini mau

mengatakan bahwa “apa yang diakui tentang suatu term yang ada (=genus), akan

berlaku juga bagi term lain yang menjadi bagian tau bawahan dari term yang

pertama tadi”.

Untuk menjelaskan maksud dari rumusan prinsip ini, mari kita perhatikan

silogisme pada contoh berikut ini.

Semua anjing bisa menggonggong (pengakuan/afirmasi)

Bleki adalah anjing

Jadi, bleki bisa menggonggong (pengakuan/afirmasi)

Pada premis pertama berisi pengakuan bahwa “semua anjing bisa menggonggong”,

Bleki adalah nama seekor anjing. Karena bleki adalah bagian dari anggota kelas

anjing, dan kita telah mengakui bahwa semua anjing itu bisa menggonggong, maka

otomatis pengakuan itu juga harus berlaku buat bleki. Bleki adalah bagian dari

himpunan anjing sebagai keseluruhan. Pengakuan terhadap keseluruhan logis

(himpunan seluruh anjing) dengan sendirinya harus berlaku juga buat bleki

(bagian logis).

Keempat, Prinsip Dictum de Nullo (The law of none)

Prinsip ini berbunyi demikian: “apa yang diingkari dalam keseluruhan logis,

otomatis berlaku juga untuk bagian logis”. Berikut ini adalah contoh silogisme

yang dapat menggambarkan prinsip tersebut.

Semua penjahat itu bukan orang baik (pengingkaran/negasi)

Koruptor adalah penjahat

Jadi, koruptor itu bukan orang baik (pengingkaran/negasi)

Kita mengingkari atau menolak semua orang dalam kategori penjahat sebagai

orang baik. Sementara koruptor adalah bagian dari himpunan para penjahat.

Karena kita telah mengingkari atau tidak mengakui semua penjahat sebagai orang

Page 70: Study Guide Logic Phil

baik, maka pengingkaran itu juga harus secara otomatis berlaku untuk koruptor.

Sebab koruputor termasuk bagian dari himpunan penjahat.

Dari prinsip-prinsip ini kemudian diturunkan sejumlah aturan sebagai

hokum silogisme kategoris. Hukum-hukum silogisme ini mengatur perihal term

dan juga proposisi. Sebab dalam silogisme, sebagaimana sudah dikatakan, terdapat

tiga proposisi (dua yang pertama disebut premis, dan yang ketiga disebut

kesimpulan), dan juga tiga term. Berdasarkan pemahaman tentang hukum-hukum

silogisme ini kita dapat menguji dan mengetahui sahih atau tidaknya sebuah

argumen.

Hukum Silogisme Kategoris Tentang Term

Hukum tentang term biasanya hanya mengatur tiga hal, yaitu jumlah term, luas

term, dan letak term.

1. Jumlah term silogisme kategoris hanya tiga, tidak boleh lebih juga tidak

boleh kurang dari tiga

2. Luas term Subyek (S) dan term Predikat (P) pada kesimpulan, baik sendiri-

sendiri maupun dua-duanya, tidak boleh lebih besar dari term yang sama

yang terdapat pada premis

3. Term Menengah (M) tidak boleh terdapat pada kesimpulan

4. Luas term M sekurang-kurangnya satu kali universal, tidak boleh dua-

duanya partikular.

Hukum Silogisme Kategoris Tentang Proposisi

Seperti sudah diketahui, proposisi dalam silogisme berjumlah tiga. Dua yang

pertama adalah premis, dan proposisi ketiga adalah kesimpulan. Karena itu bunyi

hukum silogisme kategoris tentang proposisi mengatur soal premis dan kesimpulan.

No Jika

Premis

Maka

Kesimpulan

1 Dua premis afirmatif Afirmatif

2 Dua premis negatif Tidak sahih

3 Satu premis partikular Partikular

4 Satu premis negatif Negatif

5 Satu premis particular dan negatif Partikular dan negatif

6 Dua premis partikular Tidak sahih

Hukum silogisme kategoris adalah salah satu cara (terbaik) untuk menguji juga

mengetahui sahih tidaknya sebuah silogisme atau argumen. Di samping hukum

silogosme, masih ada cara lain yang juga dapat digunakan untuk menguji sahih

tidaknya sebuah silogisme. Kedua cara itu adalah pertama Figur dan Modus, dan

kedua diagram venn. Berikut ini adalah penjelasan tentang figur dan modus, lalu

menyusul tentang diagram venn.

Page 71: Study Guide Logic Phil

Figur dan Modus

Yang dimaksudkan dengan figur dalam silogisme kategoris adalah susunan

atau letak term menengah (M) dalam kedua premis pada silogisme kategoris.

Berdasarkan letaknya, maka kita mengenal ada empat macam figur. Keempat

macam figur itu adalah masing-masing: predikat-subyek (disingkat pre-sub),

predikat-predikat (disingkat pre-pre), subyek-predikat (disingkat sub-pre), dan

subyek-subyek (disingkat sub-sub).

Kalau figur sebuah silogisme adalah predikat-subyek atau pre-sub artinya

term menengah (M) menempati posisi sebagai Predikat pada premis pertama, dan

sebagai subyek pada premis kedua. Ketentuannya harus dibaca dari atas ke

bawah, dan tidak sebaliknya. Untuk gampang diingat, term apa pun (S, P, M) yang

berada di depan tanda sama dengan (=) statusnya adalah sama dengan Subyek.

Sedangkan term apapun yang ada setelah/di belakang tanda sama dengan (=)

statusnya adalah sama dengan Predikat. Berikut ini adalah contoh-contoh dari

semua figur yang dimaksud.

Figur Pre-Sub: Figur Pre-Pre: Figur Sub-Pre: Figur Sub-Sub:

P = M P = M M = P M = P

M = S S = M S = M M = S

-------- -------- --------- --------

S = P S = P S = P S = P

Semua contoh di atas sebenarnya menggambarkan silogisme yang semua

proposisinya afirmatif. Hal itu tampak dari tanda sama dengan (=). Namun dalam

silogisme ada juga proposisi negative, yang biasanya digambarkan dengan tanda

tidak sama dengan. Namun sekedar contoh, kiranya hanya itu yang disampaikan,

walaupun harus diingat bahwa silogisme itu bervariatif proposisinya, baik itu

universal maupun particular, baik itu afirmatif maupun yang negatif.

Kemudian yang dimengerti tentang modus adalah susunan proposisi dalam

silogisme kategoris dilihat dari segi kuantitas (luas) maupun kualitasnya. Semua

proposisi itu (jumlahnya tiga) digambarkan atau disimbolkan dalam bentuk huruf-

huruf: A, I, E, dan O. Susunan huruf-huruf itulah yang disebut dengan modus.

Berikut ini adalah contohnya.

(1) Semua manusia berakal budi A

Aristoteles berakal budi A

Jadi, Aristoteles adalah manusia A

(2) Semua yang belajar lulus ujian A

Sebagian mahasiswa STIKOM LSPR tidak lulus ujian O

Jadi, sebagian mahasiswa STIKOM LSPR tidak belajar O

Page 72: Study Guide Logic Phil

Pada silogisme yang pertama (1), proposisi pertama adalah universal

afirmatif, proposisi kedua dan ketiga masing-masing adalah singular afirmatif.

Simbol untuk ketiga proposisi ini adalah A. Karena itu Modus untuk silogisme ini

adalah AAA.

Sedangkan pada silogisme contoh yang kedua (2), proposisi pertama adalah

universal afirmatif (A). Proposisi kedua adalah partikular negatif (O), dan

proposisi ketiga adalah juga partikular negatif (O). Jadi Modus untuk silogisme ini

adalah AOO.

Lalu bagaimana sekarang kita bisa mengetahui atau mengecek sahih

tidaknya sebuah silogisme kategoris berdasarkan unsur modus dan figur. Berikut

ini adalah contoh silogisme tidak sahih.

Semua yang cantik itu enak dipandang

Semua mahasiswi STIKOM LSPR itu enak dipandang

Jadi, semua mahasiswi STIKOM LSPR itu cantik

Jika bukan modus dan figur dari contoh silogisme diatas ini, maka bentuknya

adalah sbb:

A P=M

A S=M

-----------

A S=P

Modus silogisme ini adalah AAA, sedangkan figurnya adalah Pre-Pre. Itu

berarti term menengah pada kedua premis menempati posisi sebagai predikat

(letaknya sesudah tanda =). Kalau kita mengingat hukum tentang Luas Term

Predikat (hukum itu mengatakan: kalau proposisinya afirmatif maka luas term

predikatnya adalah partikular dan kalau proposisi negatif, luas term predikatnya

universal), maka kita akan mengetahui bahwa silogisme tersebut diatas tidak sahih.

Karena proposisi pada kedua premisnya afirmatif. Dan term M pada kedua premis

itu menempati posisi sebagai predikat. Dengan begitu hukum tentang luas term

predikat berlaku. Luas kedua term itu, masing-masing partikular. Sedangkan

hukum silogisme kategoris tentang term mengatakan, luas term M paling kurang

satu kali harus universal. Jika dua-duanya partikular, maka silogisme itu tidak

sahih.

Diagram Venn Untuk Silogisme

Sebuah silogisme, seperti juga pada proposisi, dapat juga diungkapkan

dalam bentuk diagram venn. Karena dalam silogisme ada tiga term (S, P, dan M),

maka gambar diagram venn juga harus terdiri dari tiga buah lingkaran yang saling

berpotongan. Berdasarkan pada gambar ini kita bisa mengetahui apakah silogisme

yang hendak kita buatkan dalam bentuk diagram tadi sahih atau tidak. Berikut ini

Page 73: Study Guide Logic Phil

adalah ketentuan atau langkah-langkah tentang bagaimana menggambarkan

diagram venn untuk sebuah silogisme:

1. Kita membuat tiga buah lingkaran yang saling berpotongan, dan pada sisi luar

dari masing-masing lingkaran diberi huruf misalnya S, P, dan M untuk

mewakili tiga kelas/himpunan.

2. Kita mulai mengerjakan proposisi pertama dengan cara memberi tanda arsir

atau silang dengan memperhatikan ketentuan tentang pembuatan diagram venn

untuk proposisi (lihat ketentuan ini pada pembahasan tentang proposisi). Jika

proposisinya A, maka tanda yang diberi hanya arsir, tanpa silang.

3. Kita mengerjakan proposisi kedua dengan cara yang sama seperti kita

mengerjakan proposisi pertama. Jika proposisinya A, maka tanda diagramnya

adalah arsir sekaligus silang. Proses pembuatan diagram selesai sampai pada

tahap ini. Apabila proposisi ketiga (= kesimpulan) sudah tergambar atau

terwakili dalam diagram, maka silogisme ini sahih. Sebaliknya, apabila posisi

ketiga atau kesimpulan belum tertampung/terwakili dalam gambar diagram,

maka itu artinya silogisme ini tidak sahih.

Page 74: Study Guide Logic Phil

Pertemuan Keempatbelas

Pokok bahasan : Silogisme/argumen hipotetis

Sub pokok bahasan : Silogisme hipotetis kondisional

Silogisme hipotetis disyungtif

Silogisme hipotetis konyungtif

Sinopsis:

Silogisme hipotetis adalah silogisme yang salah satu premisnya (biasanya

premis mayor) adalah proposisi hipotetis (lihat kembali definisi tentang proposisi

hipotetis), dan dua proposisi lainnya (premis minor dan kesimpulan) adalah

proposisi kategoris.

Berdasarkan bentuk perumusan pada premis mayornya, ada tiga bentuk

silogisme hipotetis. Masing-masing adalah silogisme hipotetis kondisional, silogisme

hipotetis disyungtif, dan silogisme hipotetis kongyutif. Rumusan premis mayor pada

silogisme hipoteti kondisional adalah “jika…, maka…” Rumusan premis mayor

pada silogisme hipotetis disyungtif adalah “…atau….atau…” Dan rumusan premis

mayor pada silogisme hipotetis kongyutif adalah “…tidak bisa sekaligus…dan…”

Silogisme Hipotetis Kondisional

Silogisme jenis ini ditandai dengan bentuk rumusan “jika…maka...” yang

terdapat pada premis mayor. Berikut ini adalah contoh silogisme hipotetis

kondisional.

Jika hujan, maka jalan basah

Ternyata hari ini hujan

Jadi, jalan basah

Bagian pertama pada premis mayor yang dimulai dengan “jika…,” disebut

antesedens. Dan bagian kedua dimulai dengan “maka…” disebut konsekuens.

Hukum silogisme hipotetis kondisional berbunyi sbb:

1. Pengakuan terhadap antesedens (=premis minor) harus disusul pula dengna

pengakuan terhadap konsekuens (=kesimpulan).

2. Pengingkaran terhadap konsekuens (=premis minor) harus disusul pula dengan

pengingkaran terhadap antesedens (=kesimpulan).

Pengakuan/pengingkaran Premis Minor Kesimpulan

Pengakuan Antesedens (+) Konsekuens (+)

Pengingkaran Konsekuens (-) Antesedens (-)

Page 75: Study Guide Logic Phil

Hukum silogisme hipotetis kondisional sebagaimana disebut di atas sekaligus

menegaskan bahwa hanya ada dua modus yang sahih. Pertama adalah modus

ponens, dan kedua adalah modus tollens. Modus Ponens menegaskan bahwa jika

antesedens diakui (+) dalam premis minor, maka koneskuens juga harus diakui (+)

dalam kesimpulan. Sedangkan Modus Tollens menegaskan bahwa jika konsekuens

disangkal (-) dalam premis minor, maka antesedens juga harus disangkal (-) dalam

kesimpulan. Masing-masing modus yang sahih memiliki 4 macam variasi

sebagaimana dapat dilihat pada contoh berikut ini.

Modus Ponens

Jika hujan, maka jalan basah Jika tidak hujan, maka saya pergi kuliah

Ternyata hari ini hujan Ternyata tidak hujan

Jadi, jalan pasti basah Jadi, saya pergi kuliah

Jika hujan, maka saya tidak ke kampus Jika tidak ada dosen, saya tidak kuliah

Ternyata hari ini hujan Ternyata tidak ada dosen

Jadi, saya tidak ke kampus Jadi, saya tidak kuliah

Modus Tollens

Jika hujan, maka jalan basah Jika tidak ada dosen, maka saya tidak kuliah

Ternyata jalan tidak basah Ternyata saya kuliah

Jadi, tidak hujan Jadi, ada dosen

Jika hujan, saya tidak pergi kuliah Jika tidak hujan, saya pergi belanja

Ternyata saya pergi kuliah Ternyata saya tidak pergi belanja

Jadi tidak hujan Jadi, hujan

Silogisme Hipotetis Disyungtif

Silogisme hipotetis disyungtif (SHD) adalah sebuah silogisme hipotetis yang

terdiri dari satu proposisi hipotetis disyungtif pada premis mayor, dan dua

proposisi kategoris pada premis minor dan kesimpulan.

SHD Dalam Arti Sempit

Ada dua jenis SHD. Pertama adalah SHD dalam arti sempit, dan SHD

dalam arti luas. Dalam SHD arti sempit, premis mayor harus terdiri dari proposisi

hipotetis disyungtif dalam arti sempit (artinya hanya salah satu dari dua

pilihan/alternative yang benar, dan yang lainnya salah). Pilihan adlam premis

Page 76: Study Guide Logic Phil

mayor bersifat saling mengeksklusifkan. Hukum untuk SHD dalam arti sempit

adalah sbb:

1. Jika satu kemungkinan benar, maka kemungkinan lainnya pasti salah

2. Jika satu kemungkinan salah, maka kemungkinan lainnya pasti benar

Modus yang sahih untuk SHD Dalam Arti Sempit ada dua, yaitu modus ponendo

tollens, dan modus tolledo ponens. Modus pertama menegaskan “mengakui atau

mengafirmasi kemungkinan/pilihan yang satu pada premis minor, berarti

menolak/menyangkal kemungkinan/pilihan lain dalam kesimpulan”. Sedangkan

modus yang disebut kedua menegaskan “mengingkari/menyangkal

kemungkinan/pilihan satu pada premis minor berarti harus mengakui/mengafirmasi

kemungkinan/pilihan lain dalam kesimpulan”.

Berikut ini adalah contoh dari kedua modus tersebut.

Modus Ponendo Tollens Modus Tolledo Ponens

Anjing yang terkapar itu atau hidup atau mati Anjing yang terkapar itu atau hidup atau mati

Anjing yang terkapar di itu ternyata hidup Anjin g yang terkapar itu ternyata tidak hidup

Jadi anjing yang terkapar itu tidak mati Jadi, anjing yang terkapar itu mati

Silogisme Hipotetis Konyungtif

Silogisme hipotetis konyungtif (SHK) adalah sebuah silogisme yang terdiri

dari satu proposisi hipotetis konyungtif pada premis mayor yang menyatakan ada

dua kemungkinan pilihan dimana dua-duanya tidak bisa sama-sama benar, dandua

proposisi kategoris pada premis minor dan pada kesimpulan.

Hukum SHK menegaskan bahwa:

1. Jika pilihan yang satu pada premis minor diakui (benar), maka pilihan lain

pada kesimpulan harus disangkal (salah)

2. Jika pilihan yang satu pada premis minor disangkal, maka pilihan lain pada

kesimpulan menjadi tidak pasti, bisa benar juga bisa salah

Dengan kata lain, SHK menjadi sahih apabila premis minor berisi pengakuan

terhadap salah satu dari dua kemungkinan pilihan yang ada. Sebaliknya SHK

menjadi tidak sahih apabila premis minor berisi penyangkalan. Berikut ini adalah

contoh SHK yang sahih:

Kamu tidak bisa sekaligus berada di kampus dan di plaza semanggi (P Mayor)

Ternyata kamu berada di kampus (P Minor – Pengakuan)

Jadi, kamu tidak berada di plaza semanggi (Kesimpulan – pengingkaran)

Page 77: Study Guide Logic Phil

Selanjutnya adalah contoh SHK yang tidak sahih:

Kamu tidak bisa sekaligus berada di kampus dan di plaza semanggi (P Mayor)

Ternyata kamu tidak berada di kamus (P Minor – Pengingkaran)

Jadi, kamu tidak berada di plaza semanggi (Kesimpulan-pengakuan)

Silogisme contoh kedua dikatakan tidak sahih karena premis minor berisi

pengingkaran yaitu bahwa “kamu tiak berada di kampus”. Lalu dari kenyataan ini

kemudian disimpulkan bahwa “kamu pasti ada di plaza semanggi‟. Kesimpulan ini

jelas tidak sahih karena ada kemungkinan lain selain di plaza semanggi. Boleh jadi

kamu berada di tempat lain (di plaza senayan atau plaza Blok M, atau mungkin di

rumah atau di tempat lain yang tidak diketahui).

SHD Dalam Arti Luas

Berbeda dengan SHD dalam arti sempit, SHD dalam arti luas hanya memiliki satu

modus yang sahih yaitu modus ponendo tollens. Jika premis mayor dalam SHD

dalam arti sempit berisi pilihan atau kemungkinan pilihan yang sifatnya saling

mengekskusifkan, maka dalam silogisme ini, justru kemungkinan pilihannya tidak

saling mengeksklusifkan. Dengan kata lain, di antara dua pilihan yang ada

(atau…atau…), ada kemungkinan pilihan yang ketiga. Berikut ini adalah

contohnya.

Modus Ponenedo Tollens

Tahanan yang berada dalam ruang tahanan itu atau sedang duduk atau berdiri

Tahanan yang berada dalam ruang tahanan itu sedang duduk

Jadi, dia tidak sedang berdiri

Tahanan yang berada dalam ruang tahanan itu atau sedang duduk atau berdiri

Tahanan yang ada dalam ruang tahanan itu sedang berdiri

Jadi, dia tidak duduk

Silogisme ini menjadi tidak sahih kalau premis minor berisi penyangkalan. Ada

kemungkinan ketiga di antara dua pilihan yang ada (duduk atau berdiri), yaitu

berbaring.

Page 78: Study Guide Logic Phil
Page 79: Study Guide Logic Phil