STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN...

10
1 STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER) Oleh : Bagus Sulistiarto ; Agung Budi Cahyono, ST, MSc, DEA Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email : [email protected] Abstrak Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi dan penyebarannya relatif merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dampak tanah longsor sangat besar bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya mengenai pemetaan daerah rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini mengambil wilayah studi di daerah Kabupaten Jember. Dalam penelitian ini digunakan parameter longsor, yaitu tutupan lahan, ketinggian, kemiringan, jenis tanah dan curah hujan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 4 tahun 1994, citra Landsat 7 tahun 2001, citra ASTER tahun 2007, Data Curah Hujan thun 2000-2008, Peta Jenis Tanah,Peta Ketinggian dan Peta Kemiringan. Citra tersebut diolah sehingga didapat penutup lahan dari wilayah studi. Dengan cara overlay dan menggunakan metode skoring untuk parameter tersebut, maka diperoleh suatu hasil yang menggambarkan mengenai potensi longsor di wilayah studi. Hasil dari penelitian ini adalah peta yang menggambarkan potensi longsor yang disajikan dalam Peta Rawan Longsor. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tingkat kerawanan longsor di daerah studi pada tahun 2007 didominasi oleh tingkat kerawanan rendah. Prosentase yang diperoleh untuk tingkat kerawanan adalah 9% untuk tingkat kerawanan sangat rendah, 66 % untuk tingkat kerawanan rendah, 24 % untuk tingkat kerawanan menengah, dan 0,4 % untuk tingkat kerawanan tinggi.Tingkat kerawanan sangat rendah dan rendah berada di bagian selatan dan tingkat kerawanan menengah dan tinggi berada di bagian utara dan sebagian di selatan dari area penelitian. Kata Kunci : Longsor, Parameter Longsor, Skoring, Peta Rawan Longsor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi dan penyebarannya relatif merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tanah longsor banyak mengakibatkan korban, baik jiwa dan harta. Longsor dapat terjadi karena ketidakstabilan lahan. Penginderaan jauh, suatu metode untuk mengenal dan menentukan obyek di permukaan bumi tanpa melalui kontak langsung, memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah dapat memetakan daerah yang luas dalam waktu yang relatif singkat. Informasi yang terdapat pada citra Landsat dan ASTER menggambarkan permukaan bumi yang objektif dan dapat diandalkan. Dengan resolusi spasial yang relatif tinggi Citra Landsat dan ASTER mampu merepresentasikan permukaan bumi beserta obyek yang menutupi permukaan tersebut. Integrasi penginderaan jauh dengan Sistem Informasi Geografi sebagai sarana analisis spasial sangat bermanfaat untuk menurunkan informasi baru berdasarkan sekumpulan informasi tematik. Teknik tumpang susun peta merupakan proses yang banyak digunakan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis.

Transcript of STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN...

Page 1: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

1

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA

LANDSAT DAN ASTER

(STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Oleh :

Bagus Sulistiarto ; Agung Budi Cahyono, ST, MSc, DEA

Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS Sukolilo, Surabaya 60111

Email : [email protected]

Abstrak

Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi dan penyebarannya relatif

merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dampak tanah longsor sangat besar bahkan dapat

menimbulkan korban jiwa. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya mengenai pemetaan daerah

rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini mengambil wilayah

studi di daerah Kabupaten Jember.

Dalam penelitian ini digunakan parameter longsor, yaitu tutupan lahan, ketinggian,

kemiringan, jenis tanah dan curah hujan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra

Landsat 4 tahun 1994, citra Landsat 7 tahun 2001, citra ASTER tahun 2007, Data Curah Hujan thun

2000-2008, Peta Jenis Tanah,Peta Ketinggian dan Peta Kemiringan. Citra tersebut diolah sehingga

didapat penutup lahan dari wilayah studi. Dengan cara overlay dan menggunakan metode skoring

untuk parameter tersebut, maka diperoleh suatu hasil yang menggambarkan mengenai potensi longsor

di wilayah studi.

Hasil dari penelitian ini adalah peta yang menggambarkan potensi longsor yang disajikan

dalam Peta Rawan Longsor. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tingkat kerawanan

longsor di daerah studi pada tahun 2007 didominasi oleh tingkat kerawanan rendah. Prosentase yang

diperoleh untuk tingkat kerawanan adalah 9% untuk tingkat kerawanan sangat rendah, 66 % untuk

tingkat kerawanan rendah, 24 % untuk tingkat kerawanan menengah, dan 0,4 % untuk tingkat

kerawanan tinggi.Tingkat kerawanan sangat rendah dan rendah berada di bagian selatan dan tingkat

kerawanan menengah dan tinggi berada di bagian utara dan sebagian di selatan dari area penelitian.

Kata Kunci : Longsor, Parameter Longsor, Skoring, Peta Rawan Longsor

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah longsor merupakan salah satu

bencana yang sering terjadi dan penyebarannya

relatif merata hampir di seluruh wilayah

Indonesia. Tanah longsor banyak

mengakibatkan korban, baik jiwa dan harta.

Longsor dapat terjadi karena ketidakstabilan

lahan.

Penginderaan jauh, suatu metode

untuk mengenal dan menentukan obyek di

permukaan bumi tanpa melalui kontak

langsung, memiliki banyak kelebihan,

diantaranya adalah dapat memetakan

daerah yang luas dalam waktu yang relatif

singkat. Informasi yang terdapat pada citra

Landsat dan ASTER menggambarkan

permukaan bumi yang objektif dan dapat

diandalkan. Dengan resolusi spasial yang

relatif tinggi Citra Landsat dan ASTER

mampu merepresentasikan permukaan

bumi beserta obyek yang menutupi

permukaan tersebut.

Integrasi penginderaan jauh dengan

Sistem Informasi Geografi sebagai sarana

analisis spasial sangat bermanfaat untuk

menurunkan informasi baru berdasarkan

sekumpulan informasi tematik. Teknik

tumpang susun peta merupakan proses

yang banyak digunakan dalam

pemanfaatan Sistem Informasi Geografis.

Page 2: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

2

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa

Penulisan Laporan

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana mengidentifikasi longsor

berdasarkan tutupan lahan dari citra Landsat

dan ASTER dengan menggunakan teknik

tumpang susun dengan peta tematik lain.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan

adalah :

1. Penelitian dilakukan di sebagian wilayah

Kabupaten Jember, Jawa Timur.

2. Citra yang digunakan adalah citra Landsat

TM tahun 1994, Citra Landsat 7 ETM+

tahun 2001, dan citra ASTER tahun 2007.

3. Peta dasar yang digunakan adalah peta

Rupa Bumi Indonesia (RBI) terbitan

BAKOSURTANAL skala 1 : 25000

4. Tutupan lahan diperoleh dari hasil

pengolahan citra Landsat dan ASTER.

5. Parameter yang digunakan adalah tutupan

lahan, ketinggian, kemiringan lahan, curah

hujan, jenis tanah.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memperoleh informasi daerah yang berpotensi

longsor di wilayah Kabupaten Jember.

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada Tugas Akhir ini

bertempat di wilayah Kabupaten Jember, Jawa

Timur sepaeti pada gambar 1.1.

Gambar 2.1 Lokasi Penelitian

2.2 Data dan Peralatan

2.2.1 Data

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Peta RBI Skala 1:25000 wilayah Kabupaten

Jember terbitan BAKOSURTANAL.

2. Citra Landsat 4 tahun 1994 path/row 118/65

dan 118/66 tanggal akuisisi 24 Juli 1994.

3. Citra Landsat 7 tahun 2001 path/row 118/65

dan 118/66 tanggal akuisisi 20 Agustus

2001.

4. Citra ASTER tahun 2007 path/row 118/183

tanggal akuisisi 10 Oktober 2007.

5. Data Curah Hujan Tahunan Kab. Jember.

6. Peta Jenis Tanah Kab. Jember.

7. Peta Tinggi Kab. Jember.

8. Peta Kemiringan Kab. Jember.

2.2.2 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Hardware

1. PC Intel(R) Pentium(R) 4 CPU 1.80 GHz

RAM 1Gb

2. Printer Canon i255

3. GPS navigasi Garmin eTrex Vista

b. Software

1. ER MAPPER 7.0

2. Arc View 3.0 (3D Analyst dan Spatial

Analyst)

3. AutoCAD Land Desktop 2004

4. MS Office

2.3 Tahapan Penelitian

Secara garis besar, tahapan dari

penelitian ini adalah seperti diagram alir

berikut :

Gambar 2.2 Diagram Alir Tahapan

Penelitian

Berikut adalah Penjelasan mengenai tahapan

penelitian :

1. Tahap Awal

Pada tahap ini dilakukan identifikasi

terhadap masalah yang ada, yaitu mengenai

tanah longsor kemudian dilakukan studi

literatur.

Page 3: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

3

2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa citra satelit

landsat dan ASTER, Peta Batas

Administrasi dan Peta Tinggi daerah

penelitian, Peta Jenis tanah, serta Peta curah

hujan.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh

kemudian diolah dan dilakukan editing agar

dapat dilakukan analisa.

4. Tahap Analisa

Data yang telah diolah kemudian dilakukan

analisa dengan menggunakan fungsi 3D

Modelling dan Spatial Analyst, serta

dilakukan overlay. Selain itu dilakukan juga

pemberian skor atau nilai (skoring).

5. Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan tahap akhir

dari penelitian ini.

2.4 Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi :

1. Pengolahan Citra Satelit

Pengolahan citra dilakukan pada citra

Landsat dan ASTER. Berikut adalah tahapan

pengolahan citra : Citra Landsat TM

Tahun 1994

Citra Landsat ETM+

Tahun 2001

Citra ASTER

Tahun 2007

Mosaik Citra

Pemotongan Citra

Koreksi Geometrik

RMS error

< 1 piksel

Citra Terkoreksi

Penajaman Citra

Interpretasi

Training Area

Klasifikasi

Terselia

Citra

Terklasifikasi

Uji Ketelitian

Klasifikasi

Uji Ketelitian

≥ 80%

Peta Tutupan

Lahan 1994

Peta RBI

Skala 1:25000

tidak

tidak

ya

ya

Mosaik Citra

Pemotongan Citra

Koreksi Geometrik

RMS error

< 1 piksel

Citra Terkoreksi

Penajaman Citra

Interpretasi

Training Area

Klasifikasi

Terselia

Citra

Terklasifikasi

Uji Ketelitian

Klasifikasi

Uji Ketelitian

≥ 80%

Peta Tutupan

Lahan 2001

tidak

tidak

ya

ya

Pemotongan Citra

Koreksi Geometrik

RMS error

< 1 piksel

Citra Terkoreksi

Penajaman Citra

Training Area

Klasifikasi

Terselia

Citra

Terklasifikasi

Uji Ketelitian

Klasifikasi

Uji Ketelitian

≥ 80%

Peta Tutupan

Lahan 2007

tidak

tidak

Interpretasi

Peta RBI

Skala 1:25000

Ground

Truth

ya

Gambar 2.3 Diagram Alir Pengolahan

Citra

2. Pengolahan Data Spasial

Pengolahan data spasial yang

dimaksud adalah pengolahan data Parameter

longsor. Parameter tersebut antara lain Peta

Keniringan lahan, Peta Ketinggian, Peta jenis

tanah, dan Peta Curah Hujan. Berikut adalah

digram alir pengolahannya :

Peta

Jenis Tanah

Peta

Curah Hujan

Peta

RBI Digital skala

1:25000

Georeferencing Georeferencing

Digitasi Digitasi

Export ke *.shp Export ke *.shp

Titik Tinggi

Export ke *.shp

3D AnalystSpatial Analyst Spatial Analyst

Peta

Tutupan Lahan

Ketinggian Kemiringan

Overlay

Analisa

Peta Kawasan

Rawan Longsor Gambar 2.4 Diagram Alir Pengolahan

Data Spasial

III. HASIL DAN ANALISA

3.1 Koreksi Geometrik

Hasil Koreksi geometrik untuk citra

Landsat tahun 1994 diperoleh RMS error rata-

rata adalah 0,650. Nilai RMS error rata-rata

untuk citra Landsat tahun 2001 adalah 0,491

dan RMS error rata-rata untuk citra ASTER

2007 adalah 0,592. Berdasarkan persebaran

titik kontrol yang dilakukan pada proses

koreksi geometrik diperoleh besarnya nilai

kekuatan jaring (Strength Of Figure) untuk

citra Landsat tahun 1994 adalah 0,000258,

citra Landsat tahun 2001 adalah 0,000281,

serta citra ASTER tahun 2007 adalah

0,000281. Dalam hal ini semakin kecil

bilangan faktor kekuatan jaring tersebut, maka

akan semakin baik konfigurasi jaringan dan

sebaliknya (Abidin, 2002).

3.2 Uji Ketelitian Klasifikasi

Uji klasifikasi dilakukan untuk

mengetahui ketelitian hasil klasifikasi. Pada

penelitian ini, metode yang digunakan untuk

uji klasifikasi adalah perhitungan confussion

matrix. Berdasarkan perhitungan yang

dilakukan diperoleh ketelitian keseluruhan

hasil klasifikasi (KH) untuk citra tahun 1994

Page 4: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

4

adalah 81,48%, citra tahun 2001 adalah

82,22% dan citra tahun 2007 adalah 85,56%.

Karena ketelitian seluruh hasil klasifikasi lebih

besar dari 80%, maka hasil klasifikasi tersebut

dianggap benar.besar nilai ketelitian untuk

klasifikasi secara keseluruhan (KH) untuk

citra tahun 2007 adalah 85,56%.

3.3 Tutupan Lahan

Luas tutupan lahan pada daerah

penelitian diperoleh dari hasil klasifikasi

terselia citra Landsat tahun 1994, citra Landsat

tahun 2001 dan citra ASTER tahun 2007. Luas

tutupan lahan tersebut dapat dilihat melalui

area summary report pada software ER

Mapper 7.0. Jumlah luas keseluruhan yang

diperoleh berbeda-beda. Hal ini dapat

dikarenakan adanya piksel yang tidak dapat

diklasifikasikan secara digital oleh komputer.

Luas penutup lahan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Luas Penutup Lahan

Berdasarkan tabel 3.1, terjadi perubahan

luas pada tiap kelas penutup lahan. Perubahan

luas tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 3.1 Grafik Perubahan Luas

Penutup Lahan

Penggunaan lahan adalah wujud dari

berbagai aktivitas manusia, seperti

permukiman, berkebun, berladang, dan

persawahan, yang merupakan fungsi dari

iklim, jenis tanah, dan kelerengan.

Sering dijumpai pada lereng yang longsor

adanya sawah basah pada tebing lereng,

tegalan/kebun pada lereng terjal atau kolam-

kolam air. Hal ini disebabkan karena sawah

dan kolam-kolam berpotensi untuk

meresapkan air ke dalam lereng. Aktivitas

semacam inilah yang mempunyai pengaruh

besar terhadap gerakan tanah (Dinas ESDM

Prop. Jatim, 2007). Firdauzi (2005)

memberikan skor untuk penggunaan lahan

sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penggunaan Lahan dan Skor

Penggunaan Lahan Skor

Sungai, Danau, Waduk 1

Hutan 2

Kebun, Perkebunan 3

Pemukiman, Sawah 4

Lahan Terbuka 5

3.4 Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Jenis Tanah, wilayah

penelitiam memiliki 6 kelas jenis tanah, yaitu :

1. alluvial

2. Glei

3. Latosol

4. Andosol

5. Mediteran

6. Regosol

Luas masing-masing jenis tanah tersebut

pada daerah penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Luas Jenis Tanah

Jenis Tanah Luas (Ha) Luas (%)

Alluvial 19250,660 11,44

Andosol 18538,070 11,01

Glei 41052,360 24,39

Latosol 79764,720 47,38

Mediteran 5265,440 3,13

Regosol 4470,670 2,66

Berikut adalah deskripsi mengenai jenis tanah :

a. Alluvial

Jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah

yang masih muda, belum mengalami

perkembangan, berasal dari batuan induk

aluvium. Penyebarannya berada di tepi sungai

dan dataran pantai.

b. Glei

Jenis tanah ini perkembangannya lebih

dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi.

Lu

as (

ha

)

Page 5: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

5

Topografi berupa dataran rendah atau

cekungan, hampir selalu tergenang air warna

kelabu hingga kekuningan.

c. Latosol

Jenis tanah Latosol merupakan jenis

tanah yang berkembang, berwarna coklat

merah hingga kuning. Penyebarannya terletak

pada daerah iklim basah, dan berasal dari

batuan induk Tuf.

d. Andosol

Andosol merupakan Jenis tanah mineral

yang telah mengalami perkembangan profil,

solum agak tebal, warna agak coklat

kekelabuan hingga hitam. Tanah jenis ini

merupakan jenis tanah yang peka terhadap

erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu

atau tuf vulkanik.

e. Mediteran

Mediteran merupakan Jenis tanah yang

mempunyai perkembangan profil, solum

sedang hingga dangkal. Berwarna coklat

hingga merah dengan daya absorpsi sedang.

Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang

peka terhadap erosi.

f. Regosol

Jenis tanah Regosol merupakan jenis

tanah yang masih muda, berasal dari batuan

induk vulkanik piroklastik. Penyebarannya

pada daerah lereng vulkanik, beting pantai dan

gumuk pasir pantai.

Rahim (1995) mengklasifikasikan jenis

tanah berdasarkan kepekaan tanah terhadap

erosi. Berikut adalah jenis tanah beserta skor :

Tabel 3.4 Skor Jenis Tanah

3.5 Ketinggian

Tinggi wilayah pada penelitian ini

diperoleh dari data titik tinggi peta RBI

Bakosurtanal skala 1:25000. Secara garis

besar, wilayah Kabupaten Jember mempunyai

topografi perbukitan di bagian utara dan

berupa dataran di bagian selatan.

Luas ketinggian pada wilayah penelitian

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Luas Ketinggian

Ketinggian Luas (Ha) Luas (%)

0-50 m 82998,620 49,29

50-100 m 18272,720 10,85

100-150 m 9252,280 5,49

>150 m 57861,760 34,36

Kriteria dan skor yang digunakan untuk

ketinggian adalah :

Tabel 3.6 Skor Ketinggian

Ketinggian (m) Skor

0 - 50 1

50 - 100 2

100 - 150 3

> 150 4

3.6 Kemiringan

Kemiringan lahan di wilayah penelitian

dibuat berdasarkan garis kontur yang

diturunkan dari titik tinggi. Kontur tersebut

dibuat dengan interval kontur sebesar 12,5

meter. Luas kemiringan lahan tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.7 Luas Kemiringan

Kemiringan (%) Luas (Ha) Luas (%)

0 - 8 138629,990 82,38

8 - 15 20498,200 12,18

15 - 25 5890,780 3,50

25 - 45 2938,860 1,75

> 45 327,550 0,19

Kriteria dan skor yang digunakan untuk

kemiringan lahan adalah :

Tabel 3.8 Skor Kemiringan

Kemiringan (%) Skor

0 - 8 1

8 - 15 2

15 - 25 3

25 - 45 4

> 45 5

3.6 Curah Hujan

Curah hujan sebagai salah satu

komponen iklim, akan mempengaruhi kadar

air dan kejenuhan air. Air hujan seringkali

menjadi pemicu terjadinya longsor. Hujan

dapat meningkatkan kadar air dalam tanah.

Kondisi besaran curah hujan tersebut tentunya

Page 6: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

6

sangat mempengaruhi kondisi tanah atau

batuan, karena sifat fisik tanah/batuan menjadi

kurang tahan apabila kandungan air di

dalamnya berlebihan, dan dapat memicu

terjadinya gerakan tanah. (Dinas ESDM Prop.

Jatim, 2007)

Pembuatan peta curah hujan pada

penelitian ini didasarkan pada data curah hujan

bulanan yang berbentuk data tabular. Data

tersebut kemudian diolah dengan

menggunakan software arcview dengan menu

tambahan, yaitu poligon Thiessen. Peta yang

dihasilkan dari proses ini adalah peta curah

hujan yang disesuaikan dengan tahun akuisisi

citra, yaitu tahun 1994, 2001, dan 2007.

Karena keterbatasan data, curah hujan tahun

1994 diganti dengan data curah hujan tahun

2000. Berdasarkan pengolahan yang dilakukan

maka diperoleh curah hujan pada daerah

penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9 Luas Liputan Daerah Curah Hujan

Kriteria dan skor yang digunakan untuk

curah hujan adalah :

Tabel 3.10 Skor Curah Hujan

Curah Hujan (mm/thn) Skor

< 1000 1

1000 - 1500 2

1500 - 2000 3

2000 - 2500 4

> 2500 5

3.7 Overlay

Overlay dilakukan pada parameter

longsor, yaitu tutupan lahan, jenis tanah, curah

hujan, ketinggian dan kemiringan lahan. Setiap

kelas dari parameter longsor yang telah diberi

skor kemudian dioverlaykan satu sama lain.

Hasil dari proses overlay adalah berupa data

baru yang merupakan hasil dari penjumlahan

skor dari proses tersebut.

Pada proses overlay yang dilakukan

dibagi menjadi tiga sesuai dengan tahun

akuisisi citra. Untuk tahun 1994, data yang

digunakan adalah tutupan lahan tahun 1994,

curah hujan tahun 2000, jenis tanah, ketinggian

dan kemiringan lahan. Sedangkan tahun 2001

data yang digunakan adalah tutupan lahan

tahun 2001, curah hujan tahun 2001, jenis

tanah, ketinggian dan kemiringan lahan. Dan

untuk tahun 2007 adalah tutupan lahan tahun

2007, curah hujan tahun 2007, jenis tanah,

ketinggian dan kemiringan lahan.

Dalam menentukan tingkat kerawanan

longsor diperlukan suatu kelas yang

menggambarkan tingkat kerawanan. Dinas

ESDM membagi zona kerentanan gerakan

tanah menjadi empat yaitu :

1. Zona kerentanan gerakan tanah sangat

rendah

2. Zona kerentanan gerakan tanah rendah

3. Zona kerentanan gerakan tanah menengah

4. Zona kerentanan gerakan tanah tinggi

Untuk mengklasifikasikan hasil overlay

ke dalam tingkat kerawanan longsor maka

diperlukan suatu interval kelas. Interval

tersebut dihitung dengan rumus :

Dari overlay yang dilakukan diperoleh

nilai tertinggi dan nilai terendah untuk masing-

masing tahun citra adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11 Nilai Hasil Overlay

Tahun Nilai

Interval Tertinggi Terendah

1994 21 7 3

2001 22 8 3

2007 20 6 3

Berdasarkan interval tersebut diperoleh

besarnya nilai antara pada tingkat kerawanan

longsor, yaitu :

Tabel 3.12 Nilai Antara Pada Tingkat

Kerawanan

Berdasarkan jumlah skor pada tiap kelas

tingkat kerawanan diperoleh hasil sebagai

berikut :

Page 7: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

7

Tabel 3.13 Luas Daerah Per Kecamatan pada

Tingkat Kerawanan Longsor Th. 1994

Tabel 3.14 Luas Daerah Per Kecamatan pada

Tingkat Kerawanan Longsor Th. 2001

Tabel 3.14 Luas Daerah Per Kecamatan pada

Tingkat Kerawanan Longsor Th. 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat

kerawanan longsor di daerah penelitian pada

tahun 2007 adalah sangat rendah sampai

tinggi. Tingkat kerawanan rendah

mendominasi area penelitian dengan

prosentase 66 % sedangkan tingkat kerawanan

tinggi memiliki prosentase 0,4 % dari luas total

daerah penelitian. Tingkat kerawanan tinggi

dan menengah berada di sebagian wilayah

utara dan selatan dari area penelitian, tingkat

kerawanan sangat rendah dan rendah berada

dibagian selatan area penelitian.

Tingkat kerawanan sangat rendah

meliputi kecamatan Ambulu, Ajung, Balung,

Bangsal Sari, Gumukmas, Jenggawah, Kali-

Wates, Puger, Rambipuji, Semboro,

Sukorambi, Sumber Baru, Tanggul, Umbul

Sari, dan Wuluhan. Tingkat kerawanan rendah

terletak hampir disemua kecamatan, meliputi

wilayah kecamatan Ambulu, Ajung, Balung,

Bangsal Sari, Gumukmas, Jenggawah,

Jombang, Kali Wates, Kencong, Panti,

Patrang, Puger, Rambi Puji, Semboro,

Sukorambi, Sumber Baru, Tanggul, Umbul

Sari, dan Wuluhan. Tingkat kerawanan

menengah meliputi Ambulu, Bangsal Sari,

Gumukmas, Jenggawah, Kencong, Panti,

Patrang, Puger, Rambi Puji, Sukorambi,

Sumber Baru, Tanggul, Umbul Sari, dan

Wuluhan. Tingkat kerawanan tinggi meliputi

wilayah kecamatan Ambulu, Bangsal Sari,

Kencong, Puger, Sumber Baru, dan Wuluhan.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat

disimpulkan :

1. Hasil uji ketelitian klasifikasi yang didapat

dari citra Landsat tahun 1994 sebesar

81,48%, citra Landsat tahun 2001 sebesar

82,22%, dan citra ASTER tahun 2007

sebesar 85,56 % sehingga memenuhi

standar ketelitian yang diharapkan, yaitu

≥80%.

2. Jumlah luas keseluruhan penutup lahan

yang didapat dari hasil klasifikasi citra

Landsat 4 tahun 1994, citra Landsat 7 tahun

2001 dan citra ASTER tahun 2007 berbeda-

beda yang dapat dikarenakan keterbatasan

komputer dalam mengklasifikasikan piksel

secara digital.

3. Berdasarkan overlay penutup lahan, jenis

tanah, kemiringan, ketinggian, dan curah

hujan, tingkat kerawanan sangat rendah dan

rendah berada di bagian selatan area

penelitian meliputi kecamatan Ambulu,

Ajung, Balung, Bangsal Sari, Gumukmas,

Jenggawah, Kali Wates, Puger, Rambipuji,

Semboro, Sukorambi, Sumber Baru,

Tanggul, Umbul Sari, dan Wuluhan.

Tingkat kerawanan menengah dan tinggi

berada di wilayah utara dan sebagian di

bagian selatan yang meliputi kecamatan

Ambulu, Bangsal Sari, Gumukmas,

Jenggawah, Kencong, Panti, Patrang,Puger,

Rambi Puji, Sumber Baru, Suko Rambi,

Tanggul, Umbul Sari, dan Wuluhan.

Page 8: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

8

4.2 Saran

1. Tingkat potensi longsor pada daerah

penelitian adalah tidak rawan sampai sangat

rawan, maka hendaknya perlu diperhatikan

pembangunan yang dilakukan terutama

daerah dengan potensi longsor rawan dan

sangat rawan.

2. Penelitian dilakukan dengan parameter lain,

misal kedalaman tanah dan jenis batuan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z., dkk. 2002. Survei Dengan GPS.

Jakarta : Pradnya Paramitha.

Anonim. 2007. Laporan Inventarisasi Zona

Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten

Jember. Dinas Energi Dan Sumber Daya

Mineral Propinsi Jawa Timur.

Anonim. Pengenalan Gerakan Tanah.

Departemen Energi Dan Sumber Daya

Mineral.

Cahyo, A. 2007. Penentuan Kemampuan

Lahan Dengan Landsat 7 ETM.

Proceeding Geo-Marine Research Forum

2007.

Haifani, A.M. 2008. Aplikasi Sistem Informasi

Geografi Untuk Mendukung Penerapan

Sistem Manajemen Resiko Bencana Di

Indonesia. Prosiding Seminar Nasional

Sains Dan Teknologi II 2008. Universitas

Lampug.

Jensen, dkk. 2006. Kajian Model Deteksi

Perubahan Penutup Lahan Menggunakan

Data Inderaja Untuk Aplikasi Perubahan

Lahan Sawah. Pusbangja. LAPAN.

Kurniawan, A.F. 2005. Pemanfaatan

Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi

Geografis Untuk Pembuatan Peta Rawan

Bencana Tanah Longsor (Studi Kasus :

Kabupaten Situbondo). Teknik Geomatika.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Lillesand dan Kiefer. 1990. Penginderaan

Jauh Dan Interpretasi Citra. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Malczewski, J. 1999. GIS And Multicriteria

Decision Analysis. John Willey and Sons,

inc.

Maulana, H., dkk. 2010. Analisis Kestabilan

Lereng Dengan Software Rockscience

Slide.

<http://civilforfuture.com/geoteknik>

dikunjungi pada 25 Juni 2010 jam 15.00

wib.

Purnawati, N.P, 2009. Analisa Potensi Lahan

Pertanian Dengan Menggunakan

Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem

Informasi Geografis Di Kabupaten

Tabanan Dan Badung- Bali. Teknik

Geomatika. Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

Prahasta, E. 2008. Remote Sensing. Bandung :

Informatika.

Prahasta, E. 2008. Model Permukaan Digital.

Bandung : Informatika.

Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra

Digital. Jakarta : Grasindo.

Rahim, E.S. 1995. Pelestarian Lingkungan

Hidup Melalui Pengendalian Erosi Tanah.

Palembang : Universitas Sriwijaya.

Rahmawati, A. 2009. Pendugaan Bidang

Gelincir Tanah Longsor Berdasarkan Sifat

Kelistrikan Bumi Dengan Aplikasi

Geolistrik Metode Tahanan Jenis

Konfigurasi Schlumberger. Jurusan Fisika.

Universitas Negeri Semarang.

Santoso, H. 2010. Studi Alternatif Jalur

Evakuasi Bencana Banjir Dengan

Teknologi SIG Di Kabupaten Situbondo.

Teknik Geomatika. Institut Teknologi

Sepuluh Nopember.

Utami, C.T. Identifikasi Bencana Tanah

Longsor Di Kecamatan Panti Kabupaten

Jember Jawa Timur Menggunakan Digital

Terrain Model Dan Perubahan Tutupan

Lahan. Teknik Geomatika. Institut

Teknologi Sepuluh Nopember.

<http://www.pemkabjember.go.id/v3/selayang

pandang> dikunjungi pada 1 September

2009 jam 22.30 wib.

<http://www.sirrma.bppt.go.id/ramu/saat-dan-

setelah-bencana/rapid-assessment>

dikunjungi pada 28 Oktober 2009 jam

13.00 wib.

<http://www.lapanrs.com/SMBA/smba.php>

dikunjungi pada 28 Oktober 2009 jam

13.00 wib.

<http://www.aster-

indonesia.com/produk_spesifikasi.php>

dikunjungi pada 28 Oktober 2009 jam

13.00 wib.

<http://abuzadan.staff.uns.ac.id/tag/tanah/>

dikunjungi pada 19 Maret 2010 jam 13.00

wib.

Page 9: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

9

Lampiran

Page 10: STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12518-Paper.pdf · rawan longsor untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan. Penelitian ini

10

Lampiran