STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

99
STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA’ TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT LASSANG KAB. TAKALAR Tesis Oleh : BAKRI Nim. 01.13.354.2012 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Page 1: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA’ TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT LASSANG

KAB. TAKALAR

Tesis

Oleh :

BAKRI

Nim. 01.13.354.2012

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 3: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 4: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 5: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 6: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 7: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 8: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 9: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...
Page 10: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kedudukan pondok pesantren tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan umat islam di indonesia.Pondok pesantren adalah lembaga

pendidikan islam tertua sudah dikenal sejak islam masuk ke wilayah

nusantara. Oleh karana itu sejarah pondok pesantren merupakan bagian

yang tidak bisa terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyrakat islam

indonesia.Buktinya,semenjak era kerajaan islam pertama di aceh pada

abad pertama hijriah, era wali songo,dan sampai sekarang.Peran para

wali ,Ulama dan Kyai pondok pesantren sangat besar dalam merintis

tumbuh dan berkembangnya masyarakat desa,bahkan kota.

Pesantren merupakan Bapak dari pendidikan Islam diIndonesia.

Pondok pesantren didirikan karena adanya tuntutan kebutuhan zaman,

hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesungguhnya

pesantren dilahirkan atas kewajiban dakwah islamiyah, yakni

menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak

kader-kader ulama dan da’i.

Pesantren di harapkan dapat mempengaruhi kehidupan

masyarakat sekitar yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan

keagamaan, kegiatan sosial yang ada di dalam pondok dan diluar

Page 11: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pondok, kegiatan ini memang harus dilakukan oleh pesantren agar

terjalin interaksi antara pesantren dan masyarakat sehingga pondok

pesantren dapat mengetahui keadaan masyarakat sekitar. Sehingga

diantara keduanya akan terjalin kebersamaan dalam memajukan

kepentingan bersama.

Untuk mengetahui secara langsung tentang peran pondok

pesantren dalam masyarakat memerlukan adanya penelitian dengan

cara melihat dan mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung di pondok

pesantren dan di lingkungan masyarakat sekitar pondok.

Kehidupan.

dalam pesantren merupakan masalah yang menyangkut tentang

perubahan perilaku atau keimanan dari individu atau kelompok yang

bersangkutan, setelah ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Maka dapat dijelaskan bahwa perubahan itu terjadi karena adanya suatu

hal yang mempengaruhinya. Sedangkan perubahan itu berasal dari luar

atau diri sendiri. Disamping itu adanya nilai-nilai kehidupan pondok

pesantren yang turun temurun terus diwariskan pada santri. Selain itu

karena pondok pesantren dan kehidupan masyarakatnya memiliki

karakteristik yang berbeda, maka peran pondok pesantren dalam

kehidupan sosial keagamaan pada masyarakat sangat diperlukan untuk

menciptakan umat yang dapat menjalankan kewajiban sebagai makhluk

Allah di bumi.

Page 12: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Menampilkan perkembangan pembelajaran pesantren tentulah

teramat susah, mengingat tidak adanya Acuan standar baku yang di

pakai untuk menjadikan pegangan semua pondok pesantren yang ada.

Artinya tidak ada laju perkembangan secara kontinyu yang di pakai oleh

tiap-tiap pesantren.

Namun demikian, dengan mengamati laju perkembangan sejarah,

paling tidak kita biasa melihat bagaimana system-sistem baru mulai

bermunculan serta bagaimana model-model pembelajaran itu bias di

adakan jelas, kalau dengan patokan seperti ini, perkembangan pondok

pesantren di tentukan dengan ukuran yang sama ratanya system pola

pembelajaran di masing-masing pondok pesantren, tetapi lebih melihat

semakin berwarnanya pola pembelajaran di pondok-pondok pesantren

saat ini. Realitas seperti ini memudahkan masyarakat untuk melakukan

pilihan-pilihan yang tebaik untuk putra-putrinya.

Pada abad 17 an, materi-materi pembelajaran pondok pesantren,

di dominasi oleh materi-materi ketauhidan. Sebut saja ulama seperti Abd.

Rauf Singkel, Kia Mutammakkin, atau Syaikh Muhyiddin Pamijahan,

semua ulama ini menyebarkan ajaran tarekat. Namun selanjutnya

mengalami perkembangan.

Berawal dari bentuk yang sangat sederhana pada akhirnya

pesantren berkembang menjadi lembaga pendidikan secara regular dan

di ikuti oleh masyarakat, dalam pengertian member pelajaran secara

Page 13: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

material maupun inmaterial, yakni mengajarkan bacaan kitab-kitab yang

di tulis oleh ulama-ulama abad pertengahans dalam wujud kitab kuning,

sesuai dengan target yang di harapkan yakni membaca seluruh isi kitab

yang di ajarkan segi materialnya terletak pada materi bacaannya tanpa di

harapkan pemahaman yang lebih jauh tentang isi yang terkandung di

dalamnya. Jadi sasarannya adalah kemampuan bacaan yang tertera

wujud tulisannya.

Sedang pendidikan dalam pengertian inmaterial cendrung

berbentuk suatu upaya perubahan sikap santri, agar santri menjadi

seorang yang peribadi yang tangguh dalam kehidupannya sehari-hari.

Atau dengan kata lain mengantarkan anak didik menjadi dewasa secara

psikologik. Dewasa dalam bentuk psikis mempunyai pengertian manusia

itu dapat di kembangkan dirinya kearah kematangan peribadi sehingga

memiliki kemmpuan yang komprehensip dalam mengembangkan dirinya.

Dalam perkembangannya, misi pendidikan pesantren terus

mengalami perubahan sesuai dengan arus kemajuan zaman yang di

tandai dengan munculnya iptek. Sejalan dengan terjadinya perubahan

system pendidikannya, maka makin jelas pungsi pondok pesantren

sebagai lembaga pendidikan, disamping pola pendidikan secara

tradisional di terapkan juga pola pendidikan modern. Hal ini Nampak dari

korikulum yang di ajarkan, yang merupakan integrasi pola lama dan baru.

Begitu pula pondok-pondok pesantren yang termasuk kategori

Page 14: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

berkembang akhir-akhir ini cendrung menerimah dan menerapkan

modernisasi kedalam masyarakat. Dibidang pendidikan umpamanya

adanya pendidikan persekolkahan mendapat sambutan hangat dari

pesantren. Sehingga pesantren juga mengembangkan system

pendidikan klasikal, disamping bandongan, serogan dan wetonan. Juga

pendidikan ketermpilan kursus-kursus yang semuanya sebagai bekal

santri yang bersifat material.

Pola pelaksanaan pendidikan, tidak lagi terlalu tergantung pada

seorang kyai yang mempunyai otoritas sebagai figur sentral. Tetapi lebih

jauh daripada itu kyai berfungsi sebagai kordinator sementara itu,

pelaksanaan atau operasionalisasi pendidikan dilaksanakan oleh

paratekhnologi guru (ustadz) dengan menggunakan serangkai metode

mengajar yang sesuai, sehingga dapat di terimah dan dapat di pahami

oleh para santri pondok pesantren yang mengembangkan system itu.

Dalam kondisi itu berarti pesantren telah berkembang dari bentuk salaf ke

khalaf yang menunjukkan perubahan dari tradisional ke modern.

Pemahaman fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan

terletak pada kesiapan pesantren dalam menyiapkan diri untuk ikut serta

dalam pembangunan di bidang pendidikan dengan jalan adanya

perubahan system pendidikan sesuai dengan arus perkembangan zaman

dan era secara global. Hal ini juga terlihat bahwa system pendidikan

pondok pesantren terus menyesuaikan diri dengan lingkungan

Page 15: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pendidikan dengan prinsip masih tetap dalam kawasan prinsip Agama.

Oleh karena itu pula kedudukan pesantren benar-benar sebagai patner

yang intensif dalam perkembangan pendidikan yang di buktikan dengan

makin meluasnya pendidikan pesantren ke seantero dunia.

Pondok pesantren sebagai lembaga da’wah, pengertian sebagai

lembaga da’wah, benar melihat kiprah pesantren dalam kegiatan

melakukan da’wah di kalangan masyarakat dalam arti kata sesuatu

aktifitas menumbuhkan kesadaran beragam atau melaksanakan ajaran-

ajaran Agama secara konsekuen sebagai pemeluk Agama Islam.

Sebenarnya secara mendasar seluruh gerakan pesantren baik, di

dalam maupun di luar pondok adalah bentuk-bentuk kegiatan da’wah

sebab pada hakekatnya pondok pesantren berdiri tak lepas dari tujuan

Agama secara total. Keberadaan pesantren di tengah masyarakat

merupakan suatu lembaga yang bertujuan menegakkan kalimat Allah

dalam pengertian penyebaran ajaran Agama Islam dengan sebenarnya.

Oleh karena itu kehadiran pesantren sebenarnya dalam rangka da’wah

Islamiyah. Hanya saja kegiatan-kegiatan pesantren dapat dikatakan

sangat beragam dalam memberikan pelayanan untuk masyarakat. Dan

tidak dapat di pungkiri bahwa seseorang tidak lepas dari tujuan

pengembangan Agama.

Page 16: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Memilih kegiatan-kegiatan itu dari aspek da’wah maka wujud riil

dan da’wah yang di kembangkan oleh pesantren terdapat berbagai cara

antara lain :

a. Pembentukan kelompok-kelompok Pengajian bagi masyarakat,

kegiatan pembentukan kelompok pengajian oleh pesantren merupakan satu

media menggembleng masyarakat tentang Agama sesuai dengan pengertian

Agama itu sendiri. Bahkan pesantren bukan saja memanfaatkan sarana

pengajian untuk mengkaji Agama melainkan di jadikan sebagai media

pengembangan masyarakat dalam arti menyeluruh. Oleh karena itu letak

kepentingan pengajian ini sebagai media komunikasi melalui masyarakat.

b. Memadudakan kegiatan da’wah melalui kegiatan masyarakat

Pola pemaduan kegiatan ini berwujud seluruh aktivitas yang di gemari

masyarakat, diselipkan pula fatwa-fatwa Agama yang cendrung bertujuan

agar masyarakat sadar akan ajaran Agamanya, olah misalnya masyarakat

gemar olah raga, gemar diskusi, maka seluruh kegiatan itu selalu senafas

dengan kegiatan da’wah Islamiyah. Begitu pula kegiatan seni seperti: drama,

seni suara, wayang dan cendrung di warnai oleh pola pengembangan

masyarakat.

Dengan demikian dapat di katakan bahwa wujud riil dari da’wah ala

pesantren ada yang berbentuk da’wah billisan ada pula yang berbentuk

da’wah bilhal yang menopang kegiatan masyarakat pada umumnya, dan sisi

lain pula bahwa pesantren juga mewajibkan bagi santrinya untuk mengabdi

Page 17: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

menjadi da’I baik untuk pesantren maupun masyarakat seperti adanya da’i-

da’I sukarelawan yang di sponsori oleh dewan da’wah Islaminya.

B. Pondok Pesantren sebagai lembaga social

Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga social menunjukkan

keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-masalah social yang di

hadapi oleh masyarakat. Atau dapat juga di katakana bahwa pesantren

bukan saja sebagai lembaga pendidikan dan da’wah tetapi lebih jauh

daripada itu kiprah yang besar dari pesantren yang telah di sajikan oleh

pesantren untuk masyarakat.

Pengertian masalah-masalah social yang di maksud oleh Pesantren pada

dasarnya buterbatas pada bukan saja terbatas pada aspek kehidupan

duniawi melainkan tercakup di dalamnya masalah-masalah kehidupan

ukhrawi. Berupa bimbingan rohani yang menurut Sudjoko Prasodjo

merupakan jasa besar pesantren terhadap masyarakat desa yakni :

a) Kegiatan Tablig kepada masyarakat yang di lakukan kompleks

pesantren.

b) Majelis Ta’lim atau pengajian yang bersifat pendidikan kepada umum.

c) Bimbingan hikma berup nasehat kyai pada orang yang dating untuk di

beri amalan-amalan apa yang harus di lakukan untuk mencapai suatu hajat.

Nasehat-nasehat Agama dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan diatas, sasaran pokoknya adalah masyarakat sekitarnya

karena itu cendrung di kategorikan sebagai suatu kegiatan social keagamaan

Page 18: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

yang dapat di masukkan dalam da’wah tetapi juga sebagai fungsi social

karena intinya adalah supaya membangkitkan semangat untuk hidup lebih

layak sesuai dengan ketentuan Agama Islam. Garis pemisah antara da’wah

dan social pada hakekatnya tidaklah Nampak artinya kedua kegiatan ini

dapat saling mengisi dan identik pengembangannya. Kegiatan da’wah dapat

saja berupa halal bil halal yang langsung di kembangkan dalam wujud konkrit

dalam masyarakat. Sisi lain kegiatan da’wah tersebut dapat di kategorikan

sebagai kegiatan social. Begitu pula sebaliknya kegiatan social merupakan

rangkaian da’wah yang mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat.

Kegiatan-kegiatan diatas berjalan, searah dengan deraf langkah yang

sama, artinya sekali menempuh dan melakukan suatu aktifitas

kemasyarakatan maka dua segi telah di lakukan yakni da’wah dan

pengembangan masyarakat. Faktor yang menunjang berjalannya kegiatan itu

terletak pada suatu kekuatan ajaran Islam yang tidak memilih antara dua

kehidupan: dunia dan akhirat. Setiap perbuatan yang mengandung masalah

termasuk kedalam perbuatan atau amal ibadah yang sangat memilki nilai

positif yakni pahala disisi Allah. Oleh karena itu hubungan manusia dengan

manusia dan alam, berarti juga pelaksanaan ibadah kepada Allah.

Pemahaman ajaran sedemikian luas memberikan indikasi bahwa seluruh

kehidupan duniawi juga ajaran Islam. Sementara itu dasar utama dan

dorongan terkait dalam mendirikan pondok pesantren tersebut justru

berdasarkan motifasi Agama.

Page 19: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Keluasan doktrin Islam, menyebabkan semakin menyebarnya pondok

pesantren sebagai lembaga social terutama di kalangan kelompok pondok

khalaf (modern) karena menerimah perubahansesuai dengan tuntutan

zaman. Dan kemajuan tingkat berfikir masyarakat mempengaruhi adanya

pengembangan pesantren sebagai lembaga social yang cendrung

mengangkat harkat manusia.

Sejalan dengan kemajuan manusia secara rasional, pemikiran tokoh-

tokoh pesantren cendrung menyesuaikan pengembangan pesantren searah

dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Kuntowijoyo bahwa “disamping

perkembangan pendidikan maka kegiatan-kegiatan social pesantren meliputi

bidang ekonomi, tekhnologi, dan ekologi”.

Wujud nyata sebagai upaya penggarafan bidang social ekonomi,

adalah mengarah kepada suatu upaya peningkatan dan pengembangan

ekonomi masyarakat dari tingkat sangat lemah menjadi ekonomi sedang

(menengah), bahkan berkembang menjadi tingkat ekonomdi bidang

penerapan yang lebih mapan. Termasuk juga di dalamnya pengembangan

tingkat ekonomi pesantren. Hal ini tidak langsung mendidik santri mandiri

dalam arti kata membiayai diri dan kebutuhannya. Begitu pula masyarakat di

harapkan mampu mengatur dirinya dan oleh dirinya sendiri dengan tingkat

kemanpuan ekonominya.

Page 20: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Pengembangan tingkat kemampuan tekhnologi masyarakat

menekankan tingkat kemampuan masyarakat di bidang penerapan alat atau

media tekhnik. Dalam arti kata penekannya pada tingkat menengah dan

memahami serta terampil dalam menggunakan tekhnologi canggih dalam

kehidupan sehari-harinya sesuai dengan tugasnya sebagai peribadi social.

Penerapan tekhnonologi dalam peningkatan tugas rutin sebagai pekerjaan

pokok, misalnya pemanfatan mesin-mesin pertanian dalam membajak sawah,

dan sisi lain pembuatan mesin perontok jagung dan padi yang pada

hakekatnya merupakan penghematan tenaga manusia yang merupakan alih

tekhnologi. Penerapan tekhnologi di sisi lain dapat di pahami sebagai suatu

gerakan kemajuan dalam pengembangan tugas sesame manusia.

Tekhnologi dalam masalah ekonomi adalah suatu tindakan inofatif

dalam mengembangkan ekonomi. Begitu pula dalam bidang lain seperti

peternakan, perikanan dan pertukangan sejalan dengan kemajuan

tekhnologi.

Wujud kongkrit dalam pengembangan masyarakat di lakukan oleh

pesantren seperti: Pesantren Darul Fallah, yang berdomisili di desa Benteng

Ciampea Bogor, pesantren salafiah blok Agung, Banyuangi dan pesantren

Maslahul Huja Kajan Pati serta pondok pesantren al-nuqayah Guluk-guluk,

Sumenep Madura. Kesemuanya di kenal sebagai lembaga pemerhati

masalah-masalah social dari keagamaan dengan wujud yang menonjol di

Page 21: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

bidang penerapan tekhnologi tepat guna (TTG) yang secara murni

melibatkan warga pesantren dan warga masyarakat.

Di bidang ekologi atau lingkungan hidup pondok pesantren dengan

secara nyata ikut serta di dalam pengembangan lingkungan yang meliputi

fisik juga biologic dan secara konkrit pesantren pada hakekatnya ikut

melibatkan diri dalam pembinaan manusia (hubungan social) yang ada di

sekitar pesantren. Bahkan sebagaimana di utarakan bahwa pesantren

merupakan lembaga pembinaan mental spiritual. Hal ini di buktikan dengan

semakin banyaknya jumlah santri yang secara ikhlas menuntut ilmu tanpa di

bebani suatu niat mengharapkan suatu pekerjaan atau menjadi tenaga kerja

secara material. Karena sebagian mereka adalah orang-orang kaya (elite)

yang mampu menciptakan pekerjaan.

Tugas-tugas pesantren yang bersifat ekologik terdiri dari dua segi:

yakni pengembangan sumber daya manusia yang secara rutin letaknya di

pondok dan masyarakat terbuka. Didalam pondok penempatan sikap mental

santri di bina dengan pola pengamalan ajaran Agama secara praktis dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam masyarakat di laksanakan tanpa

melihat kelas social. Keterbukaan pesantren dalam pembinaan cendrung

melahirkan suatu egalitarianism yang dominan, yang pada hakekatnya,

mendudukkan manusia pada tempatnya. Disamping itu pesantren juga

melibatkan diri dalam penangan sumber daya alamnya..

Page 22: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Perkembangan sumber daya alam erat kaitannya dengan penerapan

tekhnologi dalam mengelola lingkungannya, misalnya bagaimanakah

mengelolah pertanian,perikanan dan perkebunan tentunya di butuhkan suatu

media yang serba canggih untuk menanganinya. Sedang perawatan yang

kering membutuhkan pengairan yang memadai., begitupula perkebunan yang

telah di kelolah selalu menghendaki aliran sungai yang memadai.

Dalam menangani masalah di atas pondok pesantren melakukan

suatu langkah pembinaan anggota masyarakat melalui pengajian dan

kegiatan keagamaan. Pondok pesantren Darul Fallah membina

masyarakatnya tentang pengelolaan lahan pertanian dengan tekhnologi tepat

guna melalui penyuluhan dari pesantren. Begitu pula pesantren membina

masyarakat tentang pengairan lahan pertanian begitu pula pengairan air

bersih untuk kebutuhan rumah tangga dengan system pipanisasi yang

banyak di lakukakan didesa Guluk-Guluk, sumenep Madura oleh para

pengasuh Pesantren An-Nuqayah.

Begitu pula kegiatan penghijauan telah lama dirintis oleh pondok

pesantren yang pada hakekatnya pondok-pondok itu di keliling oleh

perkampungan yang penuh dengan pepohonan yang hijau. Dan atas anjuran

pesantren di ciptakan pula warung dan apotik hidup dengan gerakan

penanaman pepehonan yang bermanfaat bagi kehidupan, baik dalam wujud

kenikmatan rasa maupun yang di gunakan untuk obat-obatan tradisional.

Page 23: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Gerakan pembinaan masyarakat pada umumnya di lakukan melalui

lembaga atau badan pengajian dan pengembangan masyarakat (BPPM)

yang di miliki oleh setiap pesantren. BPPM pada hakekatnya berfungsi

menangani masyarakat dengan masalah-masalah yang di hadapinya. Para

elite pesantren sebagai pemandu penanganan masalah atau problem solver

cendrung berdiri sebagai tokoh yang berpengaruh yang memberikan

fatwanya sebagaimana layaknya seorang kyai kharismatik dalam

memimpinnya. Keberadaan BPPM menyebabkan pesantren cendrung di

anggap sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Pengertian LSM pada pesantren terletak pada eksistensi pesantren

yang cendrung menyatuh dalam masyarakat bahkan pesantren sebagai

lembaga milik masyarakat yang bergerak membangun masyarakat dan

lingungannya sebagai sumber daya. Hal ini sesuai dengan kondisi

masyarakat yang terus di kaitkan dengan pola kebutuhan social yang

mendesak: ekonomi, tekhnologi dan ekologi. Pembangunan masyarakat dan

lingkungannya sebagai sumber daya oleh pesantren di laksanakan dengan

wujud pembinaan peribadi santri dengan masyarakat dengan meningkatkan

moral Agama dengan kemampuan yang mandiri di bidangnya. Penanganan

ini sesuai dengan bidang garafan ekologi yang pada hakekatnya terdiri dari

sumber daya manusia dan alam.

Page 24: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Penggarapan manusia dan lingkungannya oleh pesantren sebagai

acuan peningkatan ekonomi dan penerapan tekhnologi artinya meningkatkan

ekonomi seseorang sangat tergantung pada kemampuan manusia

menangani masalah daya hayati dan lingkungan alamnya sebagai sumber

produktif. Hal ini di lakukan juga melalui penerapan tekhnologi sebagai media

tekhnik penanganannya.

Langkah pesantren menangani masalah social yang di fokuskan pada

masalah ekologi adalah sesuai dengan kondisi social yang cendrung

meningkatkan masalah lingkungan dalam arti luas. Pengabaian masalah

lingkungan berarti meningkatkan nilai social problem secara vital sebab

ekologi adalah sentralnya.

Penanganan ekologi dengan baik membutuhkan suatu kerja yang

lebih baik dan di perlukan suatu pola dan tekhnologi yang tinggi sehingga

lingkungan hidup dalam arti luas dapat dengan bebas diarasakan

kemanfaatannya oleh seluruh makhluk hidup dalam suatu system. Begitu

pula terciptannya tingkat ekonomi yang tinggi tidak lepas dari pengelolaan

lingkungan secara tekhnologi.

Disinilah letaknya, maka secara menyeluruh masalah ekologi dan

ekosistem adalah sutu problem kehidupan dan masyarakat yang sangat

serius. Jika lingkungan masyarakat positif berarti seluruh problem social

Page 25: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

cendrung teratasi dengan baik. Ole karena itu langkah pesantren dalam

gerak sosialnya cendrung melakukan pengembangan lingkungan dalam arti

yang lebih luas. Manusia dan lingkungannya sebagai sumber daya hayati

(Biospere).

Pengembangan kedua sisi lingkungan itu dapat di artikan kepada

peningkatan semua aspek kehidupan dalam arti menyeluruh. Baik material

maupun spiritual. Peningkatan pendapatan yang termasuk masalah ekonomi

merupakan masalah penggarafan lingkungan secara material dan sekaligus

juga penerapan tekhnologi sebagai langkah inovatif. Sedang penangan

masalah moral baik secara individual maupun social merupakan penangan

masalah masalah lingkungan secara spiritual yang dapat di katakan sebagai

peningkatan sumber daya insane yang pada akhirnya.Sebagai motor atau

penggerak seluruh aktifitas.

Posisi pesantren dalam gerak social sangat dominan di bidang

penggafan manusianya. Hal ini erat hubungannya dengan cirri-ciri pondok

pesantren sebagaimana di kemukakan pada uraian terdahulu.

Aspek-aspek ini sangat relevan dengan mempersiapkan individu atau

masyarakat kearah peribadi yang siap pakai baik moril maupun materil. Oleh

karena itu langkah pesantren secara social adalah mengubah persepsi

masyarakat menjadi masyarakat yang aktif, kreatif dan produktif.

Page 26: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Ketiga sifat diatas, tercermin pada sosok seorang santri yang pantang

menyerah dan tidak berpangku tangan serta berorientasi pada kemandirian.

Artinya tidak tergantung pada suatu kedudukan tinggi dan status social yang

terhormat melainkan semata-mata berbuat sesuatu dengan kemaslahatn

masyarakat dan ridho Allah.

Bagi pondok-pondok khalafi yang cendeung merespon masalah-

masalah social, gerak dan fungsi social itu berarti keterlibatan pesantren

dalam menangani masalah lingkungnya. Artinya pondok pesantren dan

lingkungan sosialnya, merupakan dua aspek penting dalam menangani

masalahnya sendiri dalam hal ini masyarakat dan pesantren menyatuh dalam

gerakan dan kegiatan membina anggota masyarakatnya. ( Bahri Ghazali,

2002:36-46)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan

mengadakan study tentang Eksistensi Pesantren Mahyajatul Qurra terhadap

perilaku masyarakat Lassang Kab. Takalar.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini berfokus pada permasalahan yang akan di teliti

sebagai berikut :

1.Bagaimana eksistensi Pesantren Mahyajatul Qurra’ Lassang, kecamatan

Polonmbankeng Utara Kab. Takalar?

Page 27: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

2.Bagaimana peran Pesantren Mahyajatul Qurra’ terhadap perilaku

Masyarakat Lassang Kab. Takalar?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan,maka

penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Untuk Mengetahui Eksistensi Pondok Pesantren Mahyajatul Qurra, Desa

Lassang Kecamatan Polonbangkeng utara Kabupaten Takalar ?

2. Untuk Mengetahui Peran pesantren Mahyajatul Qurra, terhadap perilaku

masyarakat lassang, kab. Takalar

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Mahasiwa yang meneliti : Dapat memberikan nilai tambah ilmu

pengetahuan dan mempunyai kemampuan dalam n6hn767hnjmenyusun

proposal secara secara ilmiah.

2. Bagi Pengelola : Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan

dalammengembangkan pondok pesantren diera globalisasi.Wabilkhusus

pesantren Mahyajatul Qurra Lassang Kab. Takalar

3. Bagi Lembaga/instansi : Untuk Memperoleh informasi secara konkrit

kondisi santri di lingkungan pesantren Mahyajatul Qurra dan masyarakat

lassang Kab. Takalar.

Page 28: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

4. Agar para guru ( Ustadz ) dan Ustadza memilih metode yang lebih

Fleksibel dalam mendidik santri-santrinya, agar output pesantren

Mahyajatul Qurra berkwalitas serta mampu bersaing diera globalisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah di laksanakan di Tammuloe

Desa Lassang maka dikemukakan bahwa, Eksistensi Pesantren Mahyajatul

Page 29: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Qurra’ menunjukkan perkembangan yang signifikan hal ini di kemukakan oleh

: Abd. Hakim Tompo, S.Ag, anggota badan Wakaf pesantren tersebut:

‘Pesantren Mahyajatul Qurra’ menunjukkan perkembangan yang sangat

pesat, dimana kehadirannya sebagai wadah pendidikan Islam, yang katanya

baru seumur jagung, kurang lebih 9 tahun sudah berkembang sedemikian

pesat, baik dari segi sarana dan prasarananya maupun santrinya yang sudah

mencapai 100 lebih”.,(Wawancara:20 Nopember 2014)

Dari apa yang di kemukakan oleh anggota badan wakaf tersebut

menunjukkan bahwa masyarakat Islam sangat antusias dengan kehadiran

sarana pendidikan yang merupakan pengejawantahan semangat beragama,

hal ini terlihat perkembangan Pesantren Mahyajatul Qurra, yang betul-betul

lahir dari swadaya masyarakat, walaupun tetap koopratif pada bantuan

pemerintah dan pihak lain pemerhati pendidikan yang sifatnya tidak

mengikat.

Hal lain dapat di kemukakan dari hasil penelitian ini, bahwa masyarakat di

sekitar dimana Pesantren tersebut berlokasi menberikan dukungan yang

sanagat positif. Berdasarkan pengamatan penulis selama berada di lokasi

penelitian dari Pengajian yang di adakan Pesantren selalu banyak yang

dating, ini di kemukakan oleh seorang staf pengajar di Pesantren tersebut :

Ustadza Agustin sebagai berikut:

Page 30: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

“Pesantren Mahyajatul Qurra ini memberikan pengaruh positif terhadap

masyarakat Lassang, terbukti semakin sadarnya masyarakat dalam

menjalankan ajaran Agamanya”

Lebih lanjut tentang pembinaan dan pengasuhan dalam rangka

membentuk genarasi Islam, terkhusus masyarakat Lassang pada umumnya,

yang walaupun guru/Uztadz (i) secara materi mendapatkan tunjangan tidak

seberapa namun semuanya belandaskan keikhlasan hanya mengharap ridha

Allah semata. (wawancara:Agustin, 28 Nopember 2014)

Dari segi letak wilayah di mana pesantren ini berada, di daerah

Takalar yang banyak sawahnya, sehingga rata-rata mata pencahariannya

adalah bertani, diapik oleh dua Kabupaten, Gowa dan Kabupaten Jeneponto.

“terpencil”, maksudnya agak kedalam kurang lebih 07 km dari kota takalar,

sehingga untuk sebuah pesantren sangat strategis, walaupun tetap tersentuh

dengan perkembangan tekhnologi dan kemajuan zaman. Bebeda memang

dahulu sekitar tahun 1970 kurang berkembang, dalam arti kata dari segi

pendidikan. Tapi semenjak kehadiran Pesantren Mahyajatul Qurra’ di

Tammuloe Lassang, Polombangkeng Utara seakan image tentang

“keterpencilan” itu berubah, sebab kehadiran pesantren memberni warna

tersendiri dalam arti kemajuan baik dari segi fasiltas gedung yang di miliki

pesantren, maupun lalu lalangnya orang tua yang memondokkan anaknya di

lembaga Pesantren, entah tingkat Mts. Ataupun Aliyah.

Page 31: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

B. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Peran Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah

pondok, berasal dari kata funduk dari bahasa Arab yang berarti rumah

penginapan atau hotel. Istilah pesantren secara etimologis asalnya pesantri-

an yang berarti tempat santri. Santri atau murid yang belajar tentang agama

dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren.

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren bisa disebut dengan

pondok saja, atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren.

Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama, kecuali

sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari dapat

dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren. Pada pesantren

santrinya tidak disediakan asrama (pemondokan) di komplek pesantren

tersebut; mereka tinggal diseluruh penjuru desa sekeliling pesantren (santri

kalong) dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam

diberikan dengan sistem wetonan, yaitu para santri berduyung duyung masuk

ke pondok pesantren untuk belajar pada waktu-waktu tertentu.

Pondok pesantren menurut M. Arifin berarti, suatu lembaga pendidikan

agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem

asrama (komplek) dimana para santri menerima pendidikan agama melalui

Page 32: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

sistem pengajian atau madrasah, yang sepenuhnya berada dibawah

kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang Kyai dengan ciri-

ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.

Gambaran lahirnya pesantren yang terpisah dari kehidupan

disekitarnya itu memiliki landasan filosofis tersendiri, sehingga selain sebagai

lembaga pendidikan yang steril dari pengaruh negative lingkungan, Nampak

bahwa pesantren dalam konteks ini di proueksikan sebagai sebuah miniature

masyarakat yang “ideal”. Letak geografis pesantren yang terpisah dari

lingkungan masyarakat sekitar tidak menjadikan pesantren terisolasi, tetapi

justru membuat pesantren lebih muda mengadakan control, serta melihat

lebih jernih berbagai perkembangan di luar pesantren. Watak dasar

pesantren inilah yang kemudian oleh sementara pemikir Muslim Indonesia

sebagai lembaga yang kuat mempertahankan keterbelakangan dan

ketertutupan. Karena itu pesantren telah menjadi orientasi bagi isu-isu

modernisasi dan pembangunan yang di lancarkan oleh Negara.

Inilah salah satu aspek yang dapat di angkat dari pendidikan

pesantren sehingga dapat di katakan bahwa pesantren adalah laboratarium

social kemasyarakatan. ( HM. Amin Haedari:IRD PRESS:179)

Dari berbagai pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan pondok

pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan

dan pengajaran agama Islam yang dimaksudkan untuk dapat memenuhi

kebutuhan para santri dan masyarakat.

Page 33: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Dalam uraian selanjutnya, penulis akan mengungkan perkembangan

pondok pesantren dari masa ke masa hingga masa pembangunan sekarang

a. Sejarah Lahirnya Pondok Pesantren.

Pertumbuhan dan perkembangan pondok Pesantren tidak telepas

hubungannya dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan

Islam di Indonesia bermula ketika orang-orang masuk Islam ingin mengetahui

lebih banyak isi ajaran agama yang baru di peluknya, baik mengenai tata

cara beribadah, baca Al-Qur’an, dan mengetahui Islam yang luas dan

mendalam. Mereka ini belajar di rumah, surau, langgar atau mesjid. Di

tempat-tempat inilah orang-orang yang baru masuk Islam dan anak-anak

mereka belajar membaca al-qur’an dan ilmu-ilmu Agama lainnya, secara

individual dan langsung.

Dalam perkembangannya untuk lebih mendalami ilmu agama telah

mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk

melanjutkan belajar Agama setelah tamat belajar di surau, langgar atau

mesjid. Model pendidikan pesantren ini berkembang di seluruh Indonesia

dengan nama dan corak yang sangat bervariasi. Di jawa di sebut pondok

pesantren, di aceh di kenal rangkang, di Sumatra barat di kenal surau, nama

sekarang yang di kenal umum adalah pondok pesantren.

Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren

adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Ada dua

pendapat mengenai awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia.

Page 34: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Pendapat pertama menyebutkan bahwa pondok pesntren berakar pada

tradisi islam sendiri dan pendapat yang kedua mengatakan bahwa sistem

pendidikan model pondok pesantren adalah asli Indonesia.

Dalam pendapat pertama ada dua versi, ada yang berpendapat bahwa

pondok pesantren berawal dari zaman Nabi masih muda dalam awal-awal

dakwanya, Nabi melakukan sembunyi-sembunyi dengan peserta sekelompok

orang, di lakukan di rumah-rumah, seperti yang tercatat dalam sejarah, salah

satunya adalah di rumah arqam bin abu arqam. Sekelompok orang yang

tergolong As Sabikunal Awwalun inilah yang telah menjadi perintis dan

pembuka jalan penyebaran agama islam di Arab, Afrika dan akhirnya

menyebar ke seluruh dunia.

Versi ke dua menyebutkan pondik pesantren mempunyai kaitan yang

erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat

berdsarkan fakta bahwa penyiaran islam di Indonesia pada awalnya lebih

banyak dikenal dalam kegiatan bentuk tarekat yang melaksanakan amalan-

amalan dzikir dan wirit tersebut. Pimpinan tarekat tersebut di sebut kyai, yang

mewajibkan pengikutnya melaksanakan suluk selama 40 hari dalam satu

tahun dengan cara tinggal bersama anggota tarekat dalam sebuah mesjid

untuk melakukan ibadah-ibadah di bawah bimbingan kyai. Untuk keperluan

suluk ini, para kyai menyediakan ruang khusus untuk penginapan dan tempat

memasak yang terdapat di kanan-kiri mesjid.

Page 35: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Pendapat kedua mengatakan, pondok pesantren yang kita kenal

selama ini pada mulanya merupakan pengambialihan system pondok

pesantren yang di adakan oleh orang-orang Hindu di nusantara. Hal ini di

dasarkan pada pakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam lembaga

pendidikan model pondok pesantren sudah berkembang di lingkungan

agama hindu.

Pondok pesantren mulai tercatat keberadaannya dalam

perkembangannya mulai abad ke-16.

Karya-karya jawa klasik seperti serat Cabolek dan serat Cetini

mengungkapkan uraian yang menjadi bukti adanya lembaga-lembaga yang

mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang Fiqhi, Tasawuf, dan

menjadi pusat-pusat penyiaran agama Islam yaitu pondok pesantren.

Sejak awal pertumbuhannya fungsi utama pondok pesantren adalah :

(1) Meniapkan santri dalam mendalami dan menguasai ilmu agama Islam

atau lebih di kenal dengan Tafaqquh fiddin, yang diharapkan dapat mencetak

kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia.

Kemudian diikuti dengan tugas (2) dakwah menyebarkan agama Islam dan

(3) benteng pertahan ummat dalam bidang akhlak. Sejalan dengan fungsi hal

ini, materi yang di ajarkan dalam pondok pesantren semuanya terdiri dari

materi agama yang di ambil dari kitab-kitab klasik yang berbahasa arab.

Seiring dengan perkembangan zaman fungsi pondok pesantren pun

bertambah.Pondok pesantren tidak hanya befungsi sebagai lembaga

Page 36: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

keagamaan, tetapi berfungsi juga sebagai pusat perkembangan masyarakat

di berbagai sector kehidupan.

Dengan sistem yang di namakan pesantren, proses internalisasi

agama Islam kepada santri berjalan penuh. Dalam pesantren, dengan

pimpinan dan keteladan para kyai dan para ustad serta pengelolaan yang

khas, tercipta satu komunikasi tersendiri, yang di dalamnya, terdapat semua

aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, budaya dan organisasi.

Dalam perkembangan selanjutnya karena di pengaruhi oleh

perkembangan pendidikan dan tuntutan dinamika masyarakat, beberapa

pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal) dan

kegiatan lain yang bertujuan untuk pemberdayaan potensi masyarakat di

sekitarnya.

Kurikulum yang di gunakan di pondok pesantren dalam melaksanakan

pendidikannya tidak sama dengan korikulum yang di gunakan dalam

lembaga pendidikan formal, bahkan tidak sama antara satu pondok

pesantren dengan pondok pesantren lainnya. Pada umumnya korikulum

pondok pesantren yang menjadi arah pembelajaran tertentu (manhaj), di

wujudkan dalam bentuk penetapan kitab-kitab tertentu sesuai dengan tingkat

ilmu pengetahuan santri. Sebenarnya model pembelajaran yang didirikan

oleh pondok pesantren pada santrinya, sejalan dengan salah satu

pembelajaran modern, yang di kenal dengan pendekatan pembelajar tuntas

atau (master learning), yaitu dengan mempelajari sampai tuntas kitab

Page 37: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pegangan yang di jadikan rujukan utama masing-masing bidang ilmu yang

berbeda. Akhirnya pembelajaran di lakukan berdasarkan pada tamatnya kitab

yang di pelajari.

Kerangaman model pendekatan kurikuler juga terdapat dalam system

dan penanaman batas penjenjangan. Ada yang mempergunakan istilah

marhalah atau kompetensi tertentu, ada pula yang mempergunakan istilah

sanah atau tahu bahkan ada pula yang berjenjang seperti ibtidal (pemula),

tsanawy (lanjutan) dan ‘aly (tinggi).

Selama kurung waktu yang sangat panjang pondok pesantren telah

mengenalkan dan menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti

wetonan (Bandongan), sorogan, hafalan (Tahfidz), mudzakarah

(musyawarah/munasyarah), halaqah (seminar) dan majelis ta’lim.

Pertumbuhan pondok pesantren di Indonesia cukup pesat. Hal ini

trgambar dari jumlah pondok dan santri selam sekitar 25 tahun terkhir. Pada

tahun 1975, di seluruh Indonesia tercatat 3.875 pondok dengan santri

berjumlah 33.385 orang. Data tahun 2001 menunjukkan jumlah pondok

pesantren 12.783 buah dengan santri yang telah mampu menguasai ilmu

yang telah di berikan kiyai, kembali ke daerah masing-masing atau berpindah

kedaerah lain untuk mendirikan pondok pesantren baru. Di daerah baru ini

pada awalnya santri bertindak sebagai guru mengaji, terkumpul santi,

kemudian berkembang menjadi pondok pesantren.

Page 38: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Berdirinya pondok pesantren saat ini tidak selamanya mengikuti pola

di atas. Ada beberapa fenomena baru yang terjadi dalam kaitan berdirinya

pondok pesantren, diantarana adalah:

a. Pondok pesantren yang berada di sekolah atau madrasah

b. Pondok pesantren yang berdiri langsung, lengkap dan integral;

c. Pondok pesantren ang didirikan pribadi atau oleh komunitas tertentu

secara bertahap.

B. Perkembangan Bentuk Pondok Pesantren

Sejak awal pertumbuhannya, dengan bentuknya yang khas dan

bervariasi, pondok pesantren terus berkembang. Namun perkembangannya

yang signifikan setelah terjadi persinggungan dengan system persekolahan

atau juga di kenal dengan system madras, yaitu system pendidikan dengan

pendekatan klasikal, sebagai lawan dari system indivual yang berkembang di

pondok pesantren sebelumnya.

Persentuhan pondok pesantren dan madrasah mulai terjadi abad XIX

dan semakin nyata pada awal abad XX. Berkembangnya model pendidikan

Islam dari system pondok pesantren ke system madrasah ini terjadi karena

pengaruh system madrasah yang sudah berkembang lebih dahulu di timur

tengan. Pada akhir abad XIX dan awal abad XX, banyak ummat Islam

Indonesia yang banyak menimbah ilmu-ilmu Agama ke sumber aslinya, timur

tengah sebagian mereka tetap bermukim di sana, dan sebagian kembali

ketanah air.

Page 39: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Mereka yang kembali ketanah air itu pulang membawa pikiran-pikiran

baru dalam system pendidikan Islam, yang intinya : (1) Mengembangkan

system pengajaran dari pendekatan selama ini menjadi system klasikal, yang

di kenal; madrasi; (2) memberikan pengetahuan umum dalam pendidikan

Islam.

Model pendidikan Islam dalam bentuk madrasah tidak hanya di

kembangkan di luar pondok pesantren, tetapi juga di seraf oleh pondok

pesantren baik memperbaharui ataupun memberikan pengayaan terhadap

system sebelumnya sudah berjalan. Dengan demikian, berkembang pondok

pesantren yang selain tetap menyelenggarakan system pembelajaran

dengan pendekatan individual, tanpa menyelenggarakan pendidikan Islam

dengan system madrasi.

Pendidikan Islam dengan system madras ini dalam tahap berikutnya

juga mengalami perkembangan, diasatu pihak cendrung mengarah

kependidika dan pihak lain ada yang tetap menpertahankan dominasi

pendidikan ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Bentuk pertama di kenal

dengan madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah) sedangkan bentuk

kedua di kenal dengan Madrasah Diniyah atau Salafiah ( ulu,wusta, ulya).

Salafiyah di sini menjadi nama satuan pendidikan, bukan dalam arti

system. Madrasah Diniyah ada yang di selenggarakan di luar pondok,

sedangkan suatu pendidikan dengan nama Salafiyah pada umumnya hanya

di gunakan di lingkungan pondok pesantren.

Page 40: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Persentuhan system pondok pesantren dengan system madrasah ini,

semakin tingginya variasi pondok pesantren. Namun secara garis besar

dapat di kelompokkan menjadi empat bentuk, sebagaimana di tuangkan

dalam peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 3 Tahun 1979 tentang bantuan

kepada pondok pesantren, yang mengkategorikan pondok pesantren menjadi

a. Pondok pesantren tipe A yaitu pondo pesantren yang seluruhnya di

laksanakan secara tradisional;

b. Pondok pesantren tipe B yaitu pondok pesantren yang

menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasi);

c. Pondok pesantren tipe C yaitu pondok yang hanya merupakan

asrama, sedangkan santrinya belajar di luar;

d. Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang

menyelenggarakan system pondok pesantren dan sekaligus system

sekolah atau madrasah.

Sebenarnya mengkategorikan pondok pesantren ke dalam empat bentuk

seperti dikutip di atas adalah upaya simplikasi untuk memudahkan

perencanaan dan pelaksanaan pemberian bantuan kepada pondok

pesantren. Sebenarnya kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bentuk

atau model pesantren jauh lebih bervariasi. Sebagai contoh, dikemukakan

disini bentuk-bentuk pesantren yang terdata sebagai berikut :

a. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitab-kitab

klasik {salafiyah}.

Page 41: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

b. Pondok pesantren yang telah diungkapkan pada poin Anamun

memberikan tambahan latihan keterampilan atau kegiatan para santri

bidang-bidang kejuruan.

c. Pondok pesatren yang menyelenggarakan kegiatan pengajian kitab

namun lebih mengarahkan upaya pengembangat tarekat/sufisme.

Para santrinya kadang-kadang ada yang di asramakan ada kalanya

pula tidak di asramakan.

d. Pondok pesantren hanya menyelenggarakan kegiatan keterampilan

khusus agama islam,kegiatan keagamaan, seperti tafhidz {hapalan}

Al Qur’an dan majelis taklim, ada kalanya diasramakan ada kalanya

tidak.

e. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran pada orang-

orang yang menyandang masalah sosial, yaitu Madrasah Luar biasa

di pondok pesantren.

f. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitab-kitab

klasik juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal kedalam

lingkungan pondok pesantren.

g. Pondok pesantren yang merupakan kombinasi dari beberapa poin

atau seluruh poin yang tersedia diatas (konvergens).

C. Pengembangan Pondok Pesantren

Sebagian masyarakat konsekwensi keikutsertaan pondok

pesantren dalam laju kehidupan masyarakat yang bergerak dinamis,

Page 42: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pondok pesantren, selain berkembang aspek pokoknya, yaitu

pendidikan dan dakwah juga berkembang hamper semua aspek

kemasyarakatan, terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan

kebudayaan. Berikut beberapa aspek kehidupan masyarakat yang

berkembang di pondok pesantren.

a. Pendidikan agama atau pengajian kitab

Pendidikan agama melalui pengajian kitab yang di selenggarakan

oleh pondok pesantren adalah komponen kegiatan utama atau

pokok pesantren. Dari segi penyelenggaraannya seperti tersebut

diatas, di serahkan sepenuhnya kepada kebijakan kiyai atau

pengasuh pondok pesantren, maksud kegiatan pengajian ini

adalah terutama untuk mendalami ajaran agama islam dari sumber

asli (kitab-kitab kuning) yang terpelihara pendidikan keagamaan

untuk melahirkan calon ulama sebagaimana misi pondok

pesantren.

b. Pendidikan dan Dakwah

Pendidikan dakwah, seperti halnya pendidikan agama (pengajian)

merupakan salah satu pokok penyelenggaraan pondok pesantren.

Bahkan, seperti telah di ungkapkan diatas, pondok pesantren dapat

berfungsi sebagai lembaga keagamaan yang menyebarkan agama

Islam.

c. Pendidikan Formal

Page 43: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Pendidikan formal di selenggarakan umum serta dalam bentuk

madrasah atau sekolah kejuruan lainnya. Dengan

mengembangkan dan membina pendidikan formal di pondok

pesantren, di harapkan lulusan pondok pesantren, di samping

pengetahuan agama dan keterampilan praktis yang mumpuni, juga

memiliki pengetahuan akademis yang bermanfaat bagi kehidupan

di kemudian hari.

d. Pendidikan Seni

Pendidikan seni di maksudkan untuk lebih meningkatkan apresiasi

para santri terhadap bermacam-macam kesenian, terlebih kesenian

yang berbentuk Islami.

e. Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan merupakan suatu system pendidikan di

luar pendidikan rumah tangga, masyarakat dan sekolah yang

sangat baik. Kreatifitas, disiplin dan dinamika santri dapat

meningkat dengan pendidikan kepanduan ini.

f. Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan

Pendidikan Olah Raga dan kesehatan ini besar sekali manfaatnya

untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan jasmani.

g. Pendidikan Keterampilan/Kejuruan

Pendidikan keterampilan dan kejuruan di kembangkan di pondok

pesantren untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai

Page 44: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

modal untuk menjadi manusia yang bersemangat wiraswasta

(entenpeunirship) dan sekaligus menunjang pembangunan

masyarakat di lingkungan pondok pesantren, jenis pendidikan

keterampilan antara lain; elektrnika, menjahit, anyaman,

perbengkelan dan lain-lain.

h. Pesantren Pengembangan Masyaarakat

Pengembangan masyarakat di lingkungan pondok dan di

selenggarakan mengingat potensi dan pengaruh pondok pesantren

yang luas dalam masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka pondok pesantren sangat baik dalam pengembangan dan

pembangunan masyarakat sekitar pesantren.

i. Penyelenggaraan Kegiatan Sosial

Penyelenggaraan kegiatan sosial yang di selenggarakan pondok

pesantren merupakan kegiatan yang sangat penting. (Departemen

Agama: 2004: 1-12)

Syeikh Maulana Malik Ibrahim, terkenal dengan sebutan Syeikh Maghribi,

berasal dari Gujarat, India. Ia dianggap sebagai pencipta pondok pesantren

yang pertama dengan sistem pendidikan agama Islam. Ia mengeluarkan

mubaligh-mubaligh Islam yang mengembangkan agama suci itu ke seluruh

Jawa. (Soeparlan S. dan M. Syarif, 1976 : 5)

Sebagai ulama yang berasal dari Gujarat India, agaknya tidak sulit

bagi Syeikh Malik Ibrahim untuk mendirikan dan mengadakan pengajian serta

Page 45: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pendidikan seperti pondok pesantren. Karena sebelumnya sudah ada Hindu

dan Budha dengan sistem biara dan asrama, sehingga pada waktu agama

Islam berkembang, biara dan asrama itu tidak berubah bentuk hanya

namanya dikenal menjadi pondok pesantrennya yaitu tempat tinggal dan

belajar pada santri.

Dengan demikian, sejarah pesantren di Jawa adalah semenjak

datangnya para Walisongo menyiarkan agama Islam. Sepertinya yang telah

disebtukan di atas, bahwa orang yang pertama kali mendirikan pesantren di

Indonesia adalah Syeikh Maulana Ibrahim.

b. Pondok Pesantren Pada Masa Penjajahan

Dalam sejarah perjuangan mengusir penjajah di indonesia ,andil

pondok pesantren sangat besar dan tidak bisa dinafikan .hal ini dimulai dari

Pengeran Sabrang ( Pati Unus ),Trenggono Dan Fatahillah ( zaman kerajaan

demak ) yang berhasil mengusir portugis (abad ke-15). kemudian dilanjutkan

kemudian dilanjutkan pada era imam bonjol, Hasanuddin, pangeran

antasari,pangeran diponogoro dan pahlawan islam indonesia lainnya sampai

masa revolusi tahun 1945.

c. Pondok Pesantren masa Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan banyak pondok pesantren telah menyesuaikan

diri dengan tuntutan zaman. Dengan berakhirnya masa penjajahan di bumi

Indonesia, maka umat Islam Indonesia mendapat kesempatan yang lebih

luas untuk mengadakan kontak dengan dunia luar.Pondok pesantren pun

Page 46: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

melakukan kontak dengan dunia ilmu pengetahuan yang ada di luar. Terlihat

adanya perkembangan di lingkungan pendidikan pondok pesantren.

Pesantren mulai banyak mendirikan/menyelenggarakan pendidikan formal

terutama madrasah. Seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan

Madrasah Aliyah, di samping tetap meneruskan sistem lama.

Perkembangan pondok pesantren pada zaman pembangunan ini boleh

dikatakan telah berhasil dan memuaskan walaupun di beberapa pesantren

masih perlu diadakan pembenahan dan pembinaan. Karena maju dan

tidaknya suatu pesantren bergantung pada pengalaman dan kemampuan

yang dimiliki kyai sebagai pengelola pesantren itu.

Kita harus bersyukur dan boleh berbangga dengan keberhasilan pondok

pesantren dapat berkembang dan menjalankan fungsinya sebagai lembaga

pendidikan yang telah mampu menempatkan dirinya dalam mata rantai dari

keseluruhan sistem pendidikan nasional. Bila melihat pertumbuhan pondok

pesantren di zaman penjajahan sangat memprihatinkan yaitu tertekan,

terhambat dan semacamnya, tapi sekarang sungguh berlainan keadaannya.

Dengan demikian nyatalah bahwa perhatian pemerintah sangat besar

sekali dan pondok pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang

berjasa membantu pemerintah dalam mencerdaskan bangsa.

1.2. Dasar dan Tujuan Pendirian Pondok Pesantren

a. Dasar Pendirian Pondok Pesantren

Page 47: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Dasar pendirian pondok pesantren adalah sejalan dengan hidup kaum

santri itu sendiri, yakni agama Islam. Dasar pandangan mereka

dikembangkan dengan berdakwah, yang sesuai dengan ajaran Islam dan Al-

Qur an surat An-Nahl ayat 125, yang berbunyi

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”.

b. Tujuan Pendirian Pondok Pesantren

Sejak awal pertumbuhanya, tujuan didirikanya pondok pesantren adalah:

1. Mempersiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam yang

diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan

masyarakat Indonesia.

2. Menjadi benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak.

Melihat dari tujuan tersebut, jelas bahwa pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam yang berusaha menciptakan kader kader mubaligh

yang diharapkan dapat meneruskan misinya dalam dakwah Islam, disamping

itu juga diharapkan bahwa, mereka yang berstudi di pondok pesantren

menguasai betul akan ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para Kyai,

dan sekaligus bertaqwa kepada Allah SWT. Firman Allah menyebutkan

dalam surat Al-Hujarat ayat 13 bahwa:

Page 48: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

1.3.Unsur-Unsur Pondok Pesantren

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa sebuah lembaga

pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila didalamnya

terdapat lima unsur yaitu antara lain

1. Kyai

Kyai adalah sebutan bagi alim ulama Islam.Menurut Zamakhsari

Dhofier Kyai adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang

ahli agama Islam yang memilki atau menjadi pimpinan pesantren dan

mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.

Tugas seorang kiai memang multifungsi : sebagai guru, Muballig,

sekaligus menajer.sebagai guru kiai menekankan kegiatan pendidikan para

santri dan masyarakat sekitar agar memiliki kepribadian muslim yang

utama;sebagai muballig kiai berupaya menyampaikan ajaran islam kepada

siapapun berdasarkan prinsif amar ma’ruf nahi munkar,dan sebagai menejer

kiai memerankan pengendalian dan pengaturan pada bawahannya.

Page 49: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

2. Masjid

Dalam konteks ini, masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan

belajar mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena

disinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan dilingkungan pesantren.

Pada zaman rasullullah kaum muslimin selalu memamfaatkan masjid

untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan

islam.masjid merupakan aspek kehidupan sehari hari yang sangat penting

bagi masyarakat.dalam rangka pesantren masjid dianggap sebagai temapat

yang paling tepat untuk mendidik para santri, trutama dalam praktek solat tiap

waktudan pengajaran kitab-kitab islam klasik.

Santri merupakan unsur Pokok dari suatu pondok prsantren.santri ini

biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu :

1. Santri mukim : santri yang berasal dari daerah-daerah yang jauh dan

menetap dipondok pesantren

2. Santri kalong :santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pondok

pesantren dan biasanya mereka tidak menetap didalam pesantren.mereka

pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti pengajian di

pesantren.

3. Pondok / asrama

Pada awalnya pondok pesantren bukan semata-mata dimasukkan

sebagai tempat tinggal atau asrama para santri, untuk mengikuti dengan baik

pelajaran yang diberikan oleh Kyai, tetapi juga sebagai tempat latihan bagi

Page 50: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

santri yang bersangkutan agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat.

Para santri dibawah bimbingan Kyai bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong royong sesama

warga pesantren.

5. Kitab-Kitab Islam

Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan

lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pesantren mengajarkan kitab-

kitab Islam atau yang sekarang terkenal dengan sebutan kitab kuning yang

dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai ilmu pengetahuan

agama Islam dan bahasa Arab.

Pelajaran dimulai dengan kitab sederhana dan terus meningkat,

dilanjutkan dengan kitab-kitab ilmu yang mendalam. Walaupun sekarang

telah banyak pelajaran umum yang diberikan dibeberapa pesantren namun

pengajaran kitab masih merupakan hal yang terpenting untuk tujuan

pewarisan pemahaman Islam tradisional dan pembekalan caloncalon ulama .

Biasanya tingkat suatu pesantren dan pengajaranya diketahui dari jenis kitab-

kitab yang diajarkan.

2. Bidang sosial keagamaan

1. Peran Pondok Pesantren Dalam Sosial Keagamaan

Peran pondok pesantren terhadap sosial keagamaan masyarakat

dapat dilakukan dengan cara berdakwah. Dakwah adalah suatu kegiatan

dimana dalam pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip menajemen yang

Page 51: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

bertujuan untuk menyukseskan dan mencapai tujuan dari dakwah itu sendiri.

Dalam sistem pegelolaan ini, tentu saja keterlibatan manusia sebagai tenaga

pengelola dakwah itu paling utama.

Rencana kegiatan dakwah yang dilakukan dalam rangka

memakmurkan masyarakat dibagian keagamaan, yaitu dengan cara

mengaktifkan berbagai macam kegiatan keagaman untuk membangkitkan

semangat para santri dalam meningkatkan kwalitas dakwah yang bukan

hanya bersifat lokal, tetapi mampu menghadapi masyarakat perkotaan dan

intelektual. Bentuk dakwahpun tidak sekedar disetujui oleh pihak badan

pengolola dakwah tetapi juga harus mengikuti kehendak masyarakat yang

kadang-kadang tidak sesuai metode yang berlaku.

Peran utama yang dimiliki pesantren atas kehidupan masyarakat

terletak pada hubungan perorangan yang menembus segala hambatan, yang

diakibatkan oleh perbedaan strata yang ada di masyarakat. Hubungan ini

merupakan jalur timbal balik yang memiliki dua tugas: mengatur bimbingan

spiritual dari pihak pesantren kepada masyarakat dalam soal-soal ibadah

ritual, dan mengatur pemeliharaan materiil finansial oleh masyarakat atas

pesantren (dalam bentuk pengumpulan dana-dana dan sebagainya). Bagi

anggota masyarakat luar, kehidupan di pesantren merupakan gambaran ideal

yang tidak mungkin dapat direalisir dalam kehidupannya sendiri.

Disamping itu pesantren juga berperan dalam berbagai bidang lainnya

secara multidimensional, baik berkaitan langsung dengan aktivitas-aktivitas

Page 52: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pendidikan pesantren maupun diluar wewenangnya. Dimulai dari upaya

mencerdaskan bangsa. Hasil berbagai observasi menunujukkan bahwa

pesantren tercatat memiliki peran penting dalam sejarah pendidikan di tanah

air dan telah banyak memberi sumbangan dalam mencerdaskan rakyat.

Dalam peran tradisionalnya pesantren memilki tiga peran penting dalam

masyarakat Indonesia:

a. Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu islam tradisional.

b. Sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional.

c. Sebagai pusat reproduksi ulama.

Sebagai lembaga pendidikan, peran utama pesantren tentu saja

menyelenggarakan pendidikan keislaman kepada para santri. Namun, dari

masa ke masa, pesantren tidak hanya berperan dalam soal pendidikan, tetapi

juga peran-peran sosial bagi masyarakat di sekitarnya.

Pondok pesantren sebagai lembaga sosial menunjukkan keterlibatan

pesantren dalam menangani masalah masalah sosial yang dihadapi oleh

masyarakat,baik kehidupan duniawi melainkan tercakup didalamnya maslah

masalah ukhrawi,berupa bimbingan ronani yang menurut prosodjo

merupakan jasa besar pesantren terhadap masyarakat yaitu

1. Kegiatan tablig kepada masyarakat yang dilakukan dalam komplek

pesantren

2. Maslis ta’lim atau pengajian yang bersifat pendiddikan yang bersifat umum.

Page 53: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

3. Bimbingan hikmah berupa nasehat ketua yayasan pondok pesantren pada

orang yang datang untuk diberi amalan –amalan apa yang harus dilakukan

untuk mencapai suatu hajat .nasehat-nasehat agama dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan diatas sasarannya adalah masyarakat sebagai kegitan

sosial keagamaan yang dimasukkan dalam da’wah tetapi juga sebagai

pungsi sosial karena intinya adalah supaya membangkitkan semangat untuk

hidup lebih layak sesuai dengan ketentuan agama islam.

Peran pesantren dalam proses pembangunan social Perspektif historis

menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam

khazanah perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Abdurrahman Wahid menempatkan pesantren sebagai subkultur

tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Menurutnya, lima ribu pondok

pesantren yang tersebar di enam puluh delapan puluh desa merupakan

bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai subkultur.

Bertolak dari pandangan Wahid di atas, tidak terlalu berlebihan apabila

pesantren di posisikan sebagai satu elemen determinan dalam struktur

piramida sosial masyarakat Indonesia. Adanya posisi penting yang

disandang pesantren menuntutnya untuk memainkan peran penting pula

dalam setiap proses-proses pembangunan sosial baik melaui potensi

pendidikan maupun potensi pengembangan masyarakat yang dimilikinya.

Seperti dimaklumi, pesantren selama ini dikenal dengan fungsinya

sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan

Page 54: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

peserta didiknya (santri) dari belenggu kebodohan yang selama ini

menjadi musuh dari dunia pendidikan secara umum. Pada tataran

berikutnya, keberadaan para santri dalam menguasai ilmu pengetahuan

dan keagamaan akan menjadi bekal mereka dalam berperan serta dalam

proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan

sosial menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna.

Selaras dengan pandangan pembangunan sebagai proses perubahan

sosial, pembangunan itu tiada lain merupakan pencerminan kehendak

untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan

kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan

demokratis berdasarkan pancasila. Pembangunan nasional diarahkan

untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir bati, termasuk

terpenuhinya rasa aman, tentram dan keadilan.

Dalam kontek ini, praktek pembangunan sosial itu bukan saja menjadi

milik dan tanggung jawab institusi pemerintah, melainkan tanggung jawab

besama antara pemerintah dan masyarakat. Hanya saja, keberadaan

pesantren tidak memiliki kewenangan langsung untuk merumuskan

aturan sehingga perannya dapat dikategorikan ke dalam apa yang

dikenal dengan partisipasi. Dalam hal ini, pesantren melalui kyai dan

santri didikannya cukup potensial untuk turut menggerakkan masyarakat

secara umum. Sebab, bagaimanapun juga keberadaan kyai sebagai elit

Page 55: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

sosial dan agama menempati posisi dan peran sentral dalam struktur

sosial masyarakat Indonesia. Salah satu sector penting dalam

pembangunan sosial yang mendapatkan perhatian serius hampir dalam

setiap pelaksanaan pembangunan adalah aspek pendidikan. Bidang

pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama penyangga keberhasilan

pelaksanaan pembangunan sosial. Hampir bisa dipastikan, bagi suatu

daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

cenderung memiliki tingkat keberhasilan pembangunan yang cukup tinggi

bila dibandingkan dengan daerah yang rata-rata tingkat pendidikan.

Masyarakal relative rendah.

Terkait dengan pembangunan dibidang pendidikan, pesantren dalam

praksisnya sudah memainkan peran penting dalam setiap proses

pelaksanaan kegiatan tersebut. Para kyai atau para ulama yang selama

ini menjadi figuran masyarakat Indonesia, dan bukan sekedar sosok yang

dikenal sebagai guru, senantiasa peduli dengan lingkungan sosial

masyarakat di sekitarnya. Mereka biasanya memiliki komitmen tersendiri

untuk turut melakukan gerakan transformasi sosial melaui pendektan

keagamaan. Pada esensinya, dakwah yang dilakukan kyai sebagai

medium transformasi sosial keagamaan itu diorientasikan kepada

pemberdayaan salah satunya aspek kognitif masyarakat. Pendidirian

lembaga pendidikan pesantren yang menjadi ciri khas gerakan

Page 56: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

transformasi sosial keagamaan para ulama menandakan peran penting

mereka dalam pembangunan sosial secara umum melalui media

pendidikan. Muculnya, tokoh-tokoh informal berbasis pesantren yang

sangat berperan besar dalam menggerakkan dinamika kehidupan sosial

masyarakat desa. Misalnya, tidak bisa dilepaskan dari jasa dan peran

besar kyai atau ulama. Demikian pula, laihrnya pendidikan modern yang

cukup pesat dewasa ini secara geneologis tidak bisa dilepaskan pula dari

akarnya yakni pendidikan pesantren.(Habibil Hakim;2009)

Pola penyelenggaraan pesantren pondok pesantren, secara umum

pesantren dapat di klasifikasikan menjadi tiga, yakni pesantren salaf atau

tradisional, pesantren khalaf atau modern, dan pesantren kombinasi.

Sebuah pesantren di sebut salaf jika kegiatan pendidikannya semata-

mata di dasarkan pada pola-pola pengajaran klasik. Maksudnya, berupa

pengajian kitab kuning dengan metode penbelajaran tradisional. Materi

yang di pelajari juga hanya tentang pendalaman agama islam melalui

kitab-kitab salafi ( kitab kuning ), atau kitab yang berbahasa arab.

Pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang selain

bermaterikan pendalaman agama islam (tafaqquh fi al-din), tapi juga

memasukkan unsure-unsur modern, seperti penggunaan system klasikal

atau sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan

korikulumnya. Sedangkan pesantren kombinasi merupakan gabungan

Page 57: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

antara pesantren salaf dan khalaf artinya, antara pola pendidikan

modern, system madrasah/ sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum di

kombinasikan dengan pola pendidikan pesantren klasik.(Drs. Mahmud,

MM : 2006: 15-16).

Pesantren disamping menkaji ilmu-ilmu agama islam juga tak lupuk

dari kehidupan masyarakat secara umum, Dinamika pondok pesantren di

Indonesia tidak terlepas dari aspek-aspek pokoknya, yaitu Kiai, santri,

pondok, mesjid, dan kitab-kitab literature. ( Amin Haedari: Jakarta: Lekdis

& media nusantara : 2006: 88-89).

Page 58: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang di peroleh dari eksplorasi teori yang di jadikan rujukan konsepsional variable penelitian, maka dapat di susun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Input Analysis

Rujukan teori

Teori

Pengertian Pesantren

Perilaku manusia

Proses analysis

METODE

ANALISIS KWALITAIF

Digunakan untuk mengetahui study tentang eksistensi Pesantren Mahyajatul Qurra, sebagai variable dalam rangka memahami pengaruhnya terhadapperilaku masyarakat lassang kab. Takalar, yang dipandang sebagai

variable konsekwensi, dengan pandangan ini di lakukan untuk menguji hipotesis.

Judul Penelitian

ASUMSI

FENOMENA

Eksistensi Pesantren Mahyajatul Qurra Lassang Kab. Takalar

HIPOTESIS

Eksistensi Pesantren

Perubahan Perilaku

Pendidikan di Pesantren Mahyajatul Qurra Lassang

Output Analysis

KESIMPULAN DAN SARAN Yang di ambil dari Eksistensi Pesantren terhadap perilaku masyarakat Lassang, Kecamatan Polongbangkeng Utara Kab. Takalar

Pesantren MQ. memberi pengaruh terhadap perilaku masyarakat Lassang Kab. Takalar

Page 59: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Kerangka Pemikiran yang tergambar diatas dapat di jelaskan sebagai berikut

:

1. Input analisis dapat diuraikan, bahwa akan di kemukakan tentang

berbagai teori yang di jadikan rujukan dasar, baik tentang eksistensi

pesantren maupun tentang perilaku pada umumnya dalam

masyarakat.

2. Proses analisis, disini akan di kemukakan tentang bagaimana data itu

di olah dengan menggunakan Deskriftif kwalitatif yang di dapatkan

melalui; wawancara, interviu, dll.

3. Dari judul penelitian bisa di berikan jawaban sementara (hipotesis)

tentang eksistensi pesantren pada umumnya, dan terkhusus

Pesantern Mahyajatul Qurra Lassang Kab. Takalar.

4. Aut put analisis, disini akan di kemukakan tentang kesimpulan apa

yang di dapatkan dari penguraian materi (Study tentang eksistensi

pesantren Mahyajatul Qurra terhadap perilaku masyarakat lassang

Kab. Takalar.

5. Dari hasil penelitian menunjukkan dengan eksistensi pesantren

Mahyajatul Qurra’, dengan segala proses yang di lakukan

menunjukkan memberikan dampak yang signifikan walaupun umurnya

baru kurang lebih 09 tahun.

Page 60: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Sebelum di gambarkan bagaimana eksistensi pesantren Mahyajatul qurra,

maka perlu kita melihat propel Pesantren Mq sebagai berikut :

a. Gedung belajar representatif

b. Asrama santri / santriwati

c. Masjid Jami’ “ AL-FATTAH “

d. Laboratorium Komputer / Multimedia

e. Laboratotium IPA

f. Ruang Perpustakaan

g. Ruang Kesenian

h. Ruang Poskestrene

i. Dapur / Ruang Makan

j. Lapangan Olahraga Out Door

k. Lapangan Olahraga In Door/ Aula

l. Koperasi Pelajar

m. Kantin

n. Fasilitas MCK yang memadai

Sarana penunjang lainnya adalah jumlah santrinya sebanyak

167 santri dan tenaga pengajarnya :

Dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 43 orang dari berbagai

disiplin ilmu dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut :

Page 61: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

1. Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) : 5 Orang

2. Ijazah Sarjana ( S2 ) : 1 Orang

3. Ijazah Sarjana ( S1 ) : 23 Orang

4. PGSD/ D11 : 1 Orang

5. Madrasah Aliyah ( MA ) : 13 Orang +

J u m l a h : 43 Orang

Dan lebih menekankan pada metode pembelajaran yang mengacu

pada penerapan pola ABK ( Al-Qur’an, Bahasa, dan Komputer ) sebagai

kegiatan khusus, selain kegiatan klasikal yakni :

1. Tahfidhul Qur’an (Menghafal Al-Qur’an)

2. Penguasaan Bahasa Arab dan Inggris secara aktif

3. Pelatihan Komputer

Dan kegiatan ekstra kurikuler seperti :

1. Muhadlarah (Publik Speaking)

2. Muhadatsah (Teater Bahasa Arab dan Inggris)

3. Kepramukaan

4. Seni Letter, Kaligrafi, Qira’at, dll.

Keadaan sarana dan prasarana sebagai berikut :

Page 62: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

1. Peran Pesantren Mahyajatul Qurra’ terhadap perilaku masyarakat

Lassang Kab. Takalar Kabupaten Takalar

Pesantren Mahyajatul Qurra’ Lassang berdiri pada tanggal, 20

Mei 2005 yang di dirikan oleh Badan Penyelenggara Pendidikan dan

Sosial keagamaan Mahyajatul Qurra’ yang bertempat di jalan Mesjid

Raya Syuhada’ Tammuloe Desa Lassang Kecamatan Polombangkeng

Utara Kab. Takalar Sulawesi Selatan. Dengan Pimpinan Kyai H.

Hafidh Sainul Mustafa, S.sos.I, M.Pd.I.

Latar Belakang

Keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga tertua di

Indonesia, telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyebaran

Islam dan telah banyak berperan dalam mencerdaskan kehidupan

masyarakat. Sejarah perkembangan Pondok Pesantren menunjukkan

bahwa lembaga ini tetap konsisten menunaikan fungsinya sebagai

pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin). Pesantren

juga mengalami perkembangan dan pembaharuan secara pesat

terutama dalam dunia pendidikan. Mulai dari pondok pesantren salafi,

pondok pesantren terpadu, sampai dengan pondok modern yang

sekarang semakin memasyarakat. Pondok modern didirikan sebagai

sarana pengembangan pendidikan terpadu, baik tentang pengetahuan

Page 63: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

umum maupun pengetahuan agama. Hal ini di siapkan untuk

menghadapi perkembangan zaman.

Dan berpijak pada sutu kenyataan bahwa kebangkitan Islam di

era modern seperti sekarang ini telah menpersyaratkan adanya

modernisasi pendidikan Islam, yakni dalam rangka memberdaakan

masyarakat Muslim dalam menghadapi tangtangan di dunia modern, di

segala aspek kehidupan.

Dan dengan gagasan dan cita-cita yang di dasari dengan niat

untuk memajukan Islam dan mencari Ridha Allah Swt., maka

didirikanlah pondok Modern “Mahyajatul Qurra’ Lassang.

Visi

Terwujudnya sumber daya insani yang berkwalitas, unggul dalam

bidang imtaq dan iptek dengan berwawasan lingkungan hidup, serta

terwujudnya ulama’ intelek yang alim.

Misi

A. Menanankan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang

maha Esa.

B. Menanamkan disiplin Santri

C. Menanamkan budi pekerti.

D. Meningkatkan mutu alumni

E. Mencintai budaya local.

Page 64: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Sebelum penulis menggambarkan lebih jauh apa saja kegiatan

yang di lakukan oleh Pesantren Mahyajatul Qurra, dalam member

kontribusi terhadapa masyarakat Lassang pada khususnya, dan

masyarakat Islam pada umumnya, ada baiknya kami kemukakan

bagaimana operasionalisasi Pesantren tersebut. Bahwa setiap santri

itu membayar iyuran kurang lebih Rp. 400.000/bulan, dan kebijakan

dari Badan wakaf pesantren tersebut disamping itu penyelenggaraan

pendidikan tetap di bawah naungan Kementrian Pendidikan, dalam hal

ini DIKPORA Kabupaten, walaupun ada mata pelajaran tambahan dari

pondok. Dalam pondok sendiri di kelolah dan di asuh. Ada namanya

koperasi pesantren, jadi semua kebutuhan santri dibeli di koperasi.

Disamping itu pesantren juga memiliki kantin yang di sediakan oleh

Badan wakaf, menurut Agustin, S.Pdi “ bahwa kantin yang ada di

pesantren ini memang di sediakan oleh badan wakaf, tetapi ada

kontibusinya untuk pesantren”.

Olen karena itu penyelenggaraan pesantren tetap langgeng

berjalan sampai hari ini, mulai dari jalannya proses belajar mengajar yang

berdasarkan korikulum pemerintah maupun kegiatan pondok itu sendiri. Hal

ini sejalan yang di ungkapkan pimpinan pondok H. Hafidh Zainul Mustafa,

S.sos.I, M.Pd.I bahwa dalam setiap menjalankan proses belajar atau aktifitas

memohon doa dan keridhaan Allah Swt.

Page 65: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Hal ini menunjukkan bahwa selain profesionalisme dalam menjalankan

semua proses yang ada di pesantren ini, juga selalu Nampak nilai-nilai

religious dalam pengembangannya. Kenapa peneliti berpendapat demikian

karena pesantren Mahyajatul Qurra tidak mengandalkan bantuan dari pihak

pemerintah, tetapi Nampak juga pembangunannya, sudah memiliki gedung

berlantai 3 dan fasilitas serta proses belajar mengajar tetap berjalan dengan

baik.

Disisi lain Kriminalitas sangat kondusif hal ini di ungkap oleh,

Safaruddin, S.sos bahwa “ semenjak keberadaan pesantren Mahyajatul

Qurra di Desa ini tingkat kriminalitas semakin menurun”. Dengan demikian

secara implicit bawa pesantren ini mengembalikan kesadaran masyarakat

Lassang yang Bergama Islam, dalam menjalankan ajaran agama yang di

anutnya.(wawancara :Syarafaruddin, S.sos: 27 Nopember 2014).

Disamping dukungan dari badan Wakaf Pesantren, dalam setiap

penyelenggraan kegiatan pesantren, juga memiliki wadah di bawah naungan

pesantren ini yaitu Taklim, yang meliputi Makassar, Gowa dan Takalar dan

Majelis Taklim ini sangat besar pengaruhnya baik dukungan kepada

pesantren dan peningkatan kesadaran agama bagi masyasarakat Islam.

(wawancara, Jadiono: 24 Nopember 2014)

Dengan demikian, menperlihatkan bahwa pesantren ini memberi

pengaruh terhadap perilaku masyarakat Islam, khususnya masyarakat

Lassang, Kecamatan polombangkeng utara Kabupaten Takalar.

Page 66: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan adalah sebagai salah satu langkah dalam melakukan

penelitian,pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan

masalah yang dikaji dan dibahas dengan memperhatikan tujuan yang ingin

dicapai.maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif deskriftif.

Metode kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller

yang dikutip oleh Lexy J. Moleong yaitu tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dalam kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut, pembahasannya dan peristilahannya.

Metode deskriftif adalah prosudur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek peneliti apa adanya

pada sat sekarang.berdasarkan atas fakta–fakta yang nampak sebagai mana

adanya,memusatkan perhatian pada penemuan-penemuan fakta-fakta

sebagaimana keadaan sebenarnya (H.Hadari.1994 : 73 ).

Penggunaan penelitian kualitatif ini sesuai dengan permasalahan yang

ada dalam penelitian ini yaitu bagaimana peran santri pondok pesantren

dalam bidang sosial keagamaan di Lassang kecamatan Polongbangkeng

Utara Kab. Takalar, karena dalam penelitian ini data yang diperlukan bukan

Page 67: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

berupa data kuantatif atau statistik. Untuk itu, dengan menggunakan

pendekatan kualitatif ini. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama,

meliputi deskripsi yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara,

serta analisis hasil dokumen dan catatan-catatan. Peneliti tidak membuktikan

dengan prosedur statistik namun peneliti hanya menggambarkan data yang

didapat di lapangan dari hasil penelitian, yaitu tentang keadaan Pondok

Pesantren Mahyajatul Qurra terhadap perilaku masyarakat lassang kab.

Takalar .

Sedangkan untuk memperoleh data yang kongkrit dalam penelitian di

lapangan, maka jenis penelitian yang menggunakan adalah penelitian studi

kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai

berbagai aspek suatu kelompok, suatu program, atau situasi sosial. Peneliti

studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek

yang diteliti. Mereka sering mengguanakan metode: wawancara, (riwayat

hidup), pengamatan, penelaahan dokumen dan data.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Tammuloe Desa Lassang, Kecamatan

Polombangkeng Utara Kab. Takalar. Waktu Penelitian tanggal 17

Nopember sampai dengan 17 Desember 2014.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument dan pengumpul

data. Dalam penelitian kwalitatif peneliti berperan sebagai human

Page 68: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Instrumen, yang bertindak untuk menetapkan focus penelitian, memilih

informan sebagai data, melakukan pengumpulan data yang di butuhkan

dalam penelitian, menilai kwalitas data, melakukan analisis data,

menafsirkan data, dan membuat simpulan atas temuan yang diperoleh di

lokasi penelitian

E. Sumber Data.

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi

sumber data itu menunjukkan dari mana asal informasi. Data itu harus

diperoleh dari data yang tepat, jika sumber data tidak tepat, maka akan

mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang

diteliti. Adapun data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Data Primer

Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Jadi

data primer ini diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan

pencatatan di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari: ketua

yayasan pondok pesantren, pengasuh / staf pengajar, pengurus pondok,

santri di Pesantren Mahjatul Qurra Desa Lassang Kecamatan

Polongbangkeng utara Kab. Takalar. Selain itu peneliti juga melakukan

observasi mengenai kondisi pondok, kegiatan pembelajaran, dan keadaan

santri, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan santri di

Pondok Pesantren Mahyajatul Qurra yang sebenarnya.

2. Data Sekunder

Page 69: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Yaitu data yang berasal dari bahan bacaan. Maksudnya, data yang

digunakan untuk melengkapi, diperoleh secara tidak langsung dari kegiatan

di lapangan, akan tetapi data diperoleh biasanya dalam bentuk surat-surat

pribadi dan buku harian,. Data sekunder dalam penelitian ini berupa

dokumen yang berisi tentang sejarah berdiri, tujuan, visi dan misi didirikan,

keadaan santri di pondok pesantren ittihaad al-umam.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang baik maka diperlukan data sesuai

dengan masalah dan obyek yang diteliti, dalam pengumpulan data ini maka

penulis menggunakan beberapa metode antara lain:

1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat

ataupun dapat diulang. Metode observasi ini dilakukan dengan jalan terjun

langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan

pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi yang

dibutuhkan.Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan semua data

yang berkaitan dengan keadaan di pondok pesantren, sikap masyarakat dan

juga untuk membuktikan kebenaran dari suatu fenomena yang ada di

lapangan serta kegiatan yang berlangsung di Pondok Pesantren Mahyajatul

Qurra .

2. Tekhnik interview (wawancara)

Page 70: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Interview dikenal juga dengan istilah wawancara, yaitu suatu proses

tanya jawab lisan, dimana ada 2 orang atau lebih berhadapan secara fisik,

yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar sendiri dari

suaranya.. Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner

lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)

untuk memperoleh informasi dari terwawancara.Metode ini digunakan untuk

memperoleh data obyektif yang diperlukan peneliti dalam menjelaskan

kondisi riil di lapangan secara umum, dan sekaligus untuk menguji kebenaran

dan keabsahan data yang ada, diantaranya untuk mengetahui:

a. Bagaimana Eksistensi Pesantren Mahayajatul Qurra Lassang Kab. Takalar?

b. Bagaimana Peran Pesantren Mahayajatul Qurra terhadap perilaku

masyarakat Lassang Kab. Takalar?

3. Metode Dokumentasi

Metode dukumentasi adalah metode penelitian untuk memperoleh

keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan. Menurut Irwan

studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan

kepada subyek penelitian Adapun dalam penelitian ini metode dokumentasi

digunakan untuk mengumpulkan dan memperoleh data tentang:

a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Mahyajatul Qurra Lassang,

Kab.Takalar

b Tujuan didirikaynya Pondok Pesantren Mahyajatul Qurra Lassang, Kab.

Takalar

Page 71: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

c. Keadaan Pondok Pesantren Mahyatul Qurra di Desa Lassang Kecamatan

Polongbangkeng Utara Kab. Takalar.

D. Teknik Analisa Data

Analisis adalah langkah yang sangat tepat dalam suatu

penelitian.dalam penelitian analisis ini,Penulis menggunakan analisis data

non statistik.karna sesuai dengan dat-data deskriftif. Data yang berhasil

dikumpulkan peneliti,kemudian data tersebut diklasifikasikan dengan data-

data yang diperoleh dari hasil wawancara,Dokumen,Observasi yang

kemudian diolah dan dianalisis kemudian disimpulkan untuk memperoleh

kesimpulan data dari yang bersifat kualitatif hanya digambarkan dengan kata-

kata atau kalimat –kalimat dipisahkan menurut kata gorinya.

Karena dalam penelitian ini memakai pendekatan kuqalitatif dengan

menggunakan data deskriftif.maka dalam menganalisis data tersebut penulis

menggunakan analisis data yang bersifat induktif yaitu sustu analisis dengan

cara memandang semua permasalahan secara khusus.kemudian

menyimpulkan secara umum.

Setelah pengumpulan data peneliti melakukan beberapa langkah

antara lain :

1. Mengkasifikasikan data

Data yang diperoleh dikumpulkan dan divaliditas dan diklasifikasikan sesuai

dengan kelompoknya masing –masing.

2. Penyaringan data

Page 72: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Data dari masing-masing kelompok disaring untuk kemudian dianalisis.data

yang berguna dikumpulkan dengan tehnik ceeking atau reduksi data

sedangkan data yang tak berguna diabaikan setelah diseleksi.

3. Verifikasi ( Menarik Kesimpulan )

Jadi data yang sudah di saring kemudian ditarik kesimpulan agar tujuan

peneliti tercapai sebagai mana yang diinginkan.

Ketiga langkah diatas saling berkaitan sehingga menentukan hasil

akhir dari penelitian. Kesimpulan yang ditarik setelah diadakan cross chek

terhadap sumber lain melalui wawancara, pengamatan dan observasi.

E. Pengecekan Keabsahan Temuan

Pengecekan keabsahan temuan perlu dilakukan agar, data yang

dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi

suatu kesalahan dalam proses perolehan data penelitian. Maka dari itu,

dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini, harus melalui

beberapa teknik pengujian data. Adapun teknik pengecekan keabsahan

temuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti dalam metode penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan waktu untuk ikut serta pada latar penelitian.

Page 73: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Perpanjangan keikutsertaan ini, berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian

sampai selesai pengumpulan data tercapai.

2. Ketekunan Pengamatan

ketekunan pengamatan yaitu mengadakan observasi secara terus

menerus terhadap obyek penelitian, guna memahami gejala lebih mendalam

terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.

Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menentukan data dan informasi

yang relevan dengan persoalan yang sedang dicari oleh peneliti, kemudian

peneliti memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

3. Triangulasi

Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan temuan yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan

atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang

dilakukan peneliti adalah, dengan membandingkan data yang diperoleh dari

catatan di lapangan atau dari beberapa dokumen. Teknik ini berguna untuk

peran aktif Pondok Mahyajatul Qurra dalam meningkatkan kegiatan sosial

keagamaan di Lassang Desa Lassang Kab. Takalar

Page 74: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Letak Geografis

Tahun : 2014

Kode Desa : 7305042007

Desa : Lassang

Kecamatan : Polombangkeng Utara

Kabupaten : Takalar

Provinsi : Sulawesi Selatan

Tahun Pembentukan : 1964

Luas Desa : 563.00000

Penetapan Batas : Ada

Koordinat : 119.49221 BT/ -5.32991LS

Tipologi : Persawahan

Klassifikasi : Swadaya

Kategori : Mula

Batas Wilaya:

a. Desa Sebelah utara : Kabupaten Gowa

b. Desa Sebelah Selatan : Kelurahan Parangluara

c. Desa Sebelah Timur : Kampung Beru

d. Desa Sebelah Barat : Mattompodalle

Page 75: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

B. Eksistensi Pesantren Mahyajatul Qurra

Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’ Lassang, berdiri pada

tanggal 20 Mei 2005, yang didirikan oleh Badan Penyelenggara Pendidikan

dan Sosial Keagamaan Mahyajatul Qurra’ yang bertempatkan di Jl. Masjid

Raya Syuhada’ Tammuloe Desa Lassang Kecamatan Polongbangkeng Utara

Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. dengan Pimpinan KH. H. Hafidh Zainul

Mustafa, S.Sos I, M. Pd I

Keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam

tertua di Indonesia, telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyebaran

Islam dan telah banyak berperan dalam mencerdaskan kehidupan

masyarakat. Sejarah perkembangan Pondok Pesantren menunjukkan bahwa

lembaga ini tetap konsisten menunaikan fungsinya sebagai pusat pengajaran

ilmu-ilmu agama Islam ( Tafaqquh Fiddiin ). Pesantren juga mengalami

perkembangan dan pembaharuan secara pesat terutama dalam dunia

pendidikan. Mulai dari Pondok Pesantren, Salafi, Pondok Pesantren Terpadu,

sampai dengan Pondok Modern yang sekarang semakin memasyarakat.

Pondok Modern didirikan sebagai sarana pengembangan pendidikan

terpadu, baik tentang pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Hal

ini disiapkan untuk menghadapi perkembanagan zaman.

Dan berpijak pada suatu kenyataan bahwa kebangkitan Islam di era

modern seperti sekarang ini telah mempersyaratkan adanya modernisasi

Page 76: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pendidikan Islam, yakni dalam rangka memberdayakan masyarakat muslim

dalam menghadapi tantangan dunia modern, di segala aspek kehidupan.

Dalam menghadapi hal tersebut, yang harus dilakukan sebagai umat

Islam adalah menghadapinya dengan membekali generasi muda kita dengan

Ilmu yang dilandasi dengan Ketaqwaan bukan malah menjahui atau bahkan

anti kemajuan.

Dan dengan gagasan dan cita-cita yang didasari dengan niat untuk

memajukan umat Islam dan mencari Ridha Allah SWT., maka didirikanlah

Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’ yang artinya Pembangkit

Semangat Para Pembaca Al-Qur’an.

Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’ juga merupakan sub

sistem tersendiri yang menjadikan Kyai sebagai figur sentral. Seluruh warga

pondok merupakan satu kesatuan sistem. Aktifitas dan kegiatan Pondok

Pesantren adalah merupakan pelaksanaan aturan-aturan yang mengikat

seluruh warga pondok, sehingga proses pembelajaran terjadi secara holistik

dan komprehensip. Pembelajaran di Pondok Pesantren bukan hanya dalam

bentuk pembelajaran di kelas semata, tetapi juga yang terkait dengan

hubungan timbal balik antara Kyai, Ustadz/ Ustadzah dengan santri, juga

sesama santri, dan bahkan kepada warga pondok secara keseluruhan.

Begitu halnya dengan Proses Belajar Mengajar merupakan proses

Page 77: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

komunikasi atau interaksi antara peserta didik (Warga Belajar) dengan

pendidik (Ustadz/ Ustadzah, Pengajar, Pelatih, Tutor, Fasilitator). Selain itu

Ustadz/ Ustadzah juga berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan

pengawasan setiap waktu selama 24 jam non-stop. Sehingga segala

sesuatu, baik yang dilihat, didengar, diperhatikan, dan dikerjakan sehari-hari

di Pondok ini adalah untuk pendidikan.

Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’ memiliki keunggulan,

yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan yang lain, diantara keunggulan

pondok adalah memiliki ciri khas berupa Panca Jiwa dan Panca Tujuan

Pondok.

Adapun Panca Jiwa Pondok tersebut adalah :

1. Keikhlasan

2. Kesederhanaan

3. Menolong Diri Sendiri

4. Ukhuwah Diniyyah

5. Bebas

Sedangkan Panca Tujuan Pondok adalah :

1. Beribadah Thalabul ‘Ilmi

2. Beriman, Berilmu, Beramal Sholeh, dan Berjihad Fii Sabiilillaah

3. Hidup Sederhana

Page 78: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

4. Bermasyarakat dan Menjadi Warga Negara Yang Baik

5. Cinta Agama dan Tanah Air

Kemudian Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’ juga berfungsi

sebagai lembaga pendidikan agama Islam, sebagai lembaga Dakwah, dan

sebagai lembaga Pengembangan Masyarakat. Dan sejalan dengan

perkembangan kemanjuan zaman, kami juga menambahkan kegiatan-

kegiatan dan perluasan wawasan bagi santri Pondok Pesantren. Salah

satunya dengan memasukkan mata pelajaran umum dan ketrampilan hidup

(life skill).

Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’ tidak hanya

menyelenggarakan sistem pendidikan yang modern, tetapi juga memasukkan

mata pelajaran umum (Kementerian Agama dan Departemen Pendidikan

Pemuda dan Olahraga) dalam kurikulumnya, serta sistem pendidikan

Salafiyyah dengan mengkaji kitab-kitab kuning. Dan lebih menekankan pada

metode pembelajaran yang mengacu pada penerapan pola ABK ( Al-Qur’an,

Bahasa, dan Komputer ) sebagai kegiatan khusus, selain kegiatan klasikal

yakni :

4. Tahfidhul Qur’an (Menghafal Al-Qur’an)

5. Penguasaan Bahasa Arab dan Inggris secara aktif

6. Pelatihan Komputer

Dan kegiatan ekstra kurikuler seperti :

Page 79: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

5. Muhadlarah (Publik Speaking)

6. Muhadatsah (Teater Bahasa Arab dan Inggris)

7. Kepramukaan

8. Seni Letter, Kaligrafi, Qira’at, dll.

Untuk menunjang seluruh kegiatan santri dan pola hidup selama 24

jam, serta untuk memenuhi kebutuhan santri kami manyediakan sarana dan

prasarana dengan harapan demi untuk kenyamanan dan ketenangan dalam

belajar. Diantaranya adalah :

o. Gedung belajar representatif

p. Asrama santri / santriwati

q. Masjid Jami’ “ AL-FATTAH “

r. Laboratorium Komputer / Multimedia

s. Laboratotium IPA

t. Ruang Perpustakaan

u. Ruang Kesenian

v. Ruang Poskestren

w. Dapur / Ruang Makan

x. Lapangan Olahraga Out Door

y. Lapangan Olahraga In Door/ Aula

z. Koperasi Pelajar

aa. Kantin

Page 80: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

b, Fasilitas MCK yang memadai

Diantara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat

tetap bertahan hidup dan berkembang adalah memiliki sumber dana yang

salah satu diantaranya melalui suatu badan usaha. Sejak berdirinya Pondok

telah memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh yakni dengan

mendirikan Koperasi Santri yang menyediakan alat-alat tulis, kebutuhan

sehari-hari untuk santri, dan lain-lain. Selain itu dalam bidang pertanian para

santri juga dilatih dan ikut serta dalam penanaman tanaman-tanaman yang

berguna. Misalnya buah-buahan, sayur mayur, tanaman obat atau sekedar

untuk tanaman penghijauan. Yang mana hasil dari tanaman-tanaman itu

akan dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga kampus. Selain itu sumber

dana yang kami dapatkan adalah sumbangan wajib setiap bulan oleh wali

santri, bantuan dari Dinas-Dinas terkait, dan lain-lain.

Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa pengembangan lembaga

pendidikan keagamaan, khususnya pesantren tidak lepas dari tantangan

keulamaan dalam masyarakat yang sedang dalam tahap perubahan. Seiring

dengan peningkatan modernisasi, kehidupan masyarakat dan bangsa

Indonesia pun terus berubah dan berdampak pada pola penganutan

keagamaan yang lebih rasional dan fungsional. Maka dari itu ulama harus

berhadapan dengan aneka tuntutan masyarakat pada seluruh aspek

kehidupan yang condong ke-nilai keagamaan. Upaya mempertahankan

Page 81: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

tradisi keilmuan Islam klasik dan kemauan untuk mengakses berbagai

informasi dan wacana keilmuan kontemporer akan menjadikan pesantren

sebagai komunitas yang mempunyai tujuan paripurna. Di satu segi,

pesantren tidak tercabut dari tradisi keilmuan Islam, di segi lain, pesantren

mampu memberikan kontribusi pemikiran atas realitas yang terjadi pada

masyarakat modern. Inilah sisi kelebihan dunia pesantren yang harus tetap

dipertahankan dengan cara menanganinya dengan cerdas, progresif, dan

profesional.

Dengan mencermati makna pengembangan pesantren maka

diupayakan pemberdayaan peran pesantren dapat diwujudkan dan

ditransformasikan secara nyata di masyarakat. Agar tetap terjaga citra, peran,

dan keberadaan pesantren.

Dan salah satu upaya Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’

untuk mengembangkan kreatifitas kemampuan dan kecakapan santri maka

kami mengirim beberapa santri untuk ikut serta dalam berbagai perlombaan

dan musabaqah demi mengapresiasi dan memacu kemampuan kecerdasan

maupun skill santri/wati

Page 82: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

3. VISI dan MISI

Visi :

Memperjuangkan ‘Izzul Islam wal-Muslimin dengan kaderisasi Ulama’

intelek dan Intelek yang Alim.

Misi :

a. Mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar formal dan non-formal dengan

berimbang antara pengetahuan agama dan umum.

b. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran klasikal dan skill siswa

dengan penajaman pola ABK (Pendalaman Kajian Materi Al-Qur’an,

Penguasaan Bahasa Asing serta Penguasaan Komputer, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi)

c. Menciptakan generasi muslim paripurna yang berwawasan luas,

berkepribadian luhur, dan berprestasi tinggi, serta respon dan tanggap

terhadap perubahan.

Page 83: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Pengembangan pendidikan keagamaan dan kepesantrenan ke depan

mengacu kepada paradigma baru pendidikan nasional yang bertumpu pada

tiga hal, yaitu kemandirian, akuntabilitas, dan jaminan mutu.

Pertama, kemandirian diarahkan pada pemberian otonomi kurikulum,

pengembangan program, performansi akademik, dan pembinaan sumber

daya yang ada.

Kedua, pengembangan akuntabilitas diarahkan pada peningkatan

kemampuan pesantren dalam pertanggung jawaban sosial. Melalui

akuntabilitas, pesantren diharapkan mampu memacu setiap komponen

lembaga, memaksimalkan penggunaan dan pengelolaan sumberdaya yang

ada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan, serta memberikan hasil yang maksimal bagi mssyarakat dan

bangsa.

Ketiga, jaminan mutu diarahkan pada peningkatan relevansi yang lebih

tegas antara output yang dihasilkan pesantren dengan kebutuhan

masyarakat.

Dan secara kelembagaan pesantren memiliki kekuatan yang luar biasa

untuk bisa ditransformasikan menuju lembaga pendidikan yang berkualitas,

maju, mandiri, dan akuntabel. Pesantren memberi pendidikan baik formal

maupun informal mulai dari usia dini sampai kepada orang dewasa tentunya

sesuai dengan tahapan-tahapannya.

Page 84: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Begitu juga dengan Pondok Pesantren Modern Mahyajatul Qurra’

Lassang. Jenjang Pendidikan yang kami kelola adalah :

1. TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur’an )

Al-Qur’an sungguh telah menjadi ukuran baik buruknya keislaman

seseorang. Ajaran al-Qur’an akan menjadi takaran bagi kesungguhan

pengalaman dari ummat Islam. Sejauh mana kesesuaian dan keselarasan

perbuatan seseorang dengan al-Qur’an sejauh itu pula kualitas ummat.

Demikian halnya dengan membaca al-Qur’an.

Mendekatkan kaum muslimin kepada al-Qur’an yang perlu dilakukan

pertama-tama adalah pemberantasan buta huruf al-Qur’an pada lapisan

kaum muslimin dan memahamkan makna dan nilai-nilai ajaran al-Qur’an. Dan

usaha ini membutuhkan wadah yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran

al-Qur’an. Oleh karena itu kami membuka sarana pembelajaran al-Qur’an

untuk anak-anak yaitu TPA (Taman Pendidikan Al- Qur’an) yang membina

santri mulai usia dini dari umur 4-10 tahun.

2. Madrasah Diniyyah

Program ini merupakan program kesetaraan yang dilaksanakan dijalur

pendidikan non-formal setara dengan SD/ MI. Dengan tujuan untuk

membekali warga belajar dengan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan,

Page 85: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

serta sikap yang setara dengan kemampuan, pengetahuan dan sikap lulusan

Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyyah.

Selain itu, dimaksudkan agar siswa memiliki akhlak yang mulia,

memiliki ketrampilan pengamalan agama Islam, dan memiliki sikap yang

kompetitif, ulet dan kepribadian tangguh serta tidak mudah putus asa dalam

menghadapi permasalahan serta perkembangan yang ada. Pada dasarnya

kami menambahkan pendidikan agama dari yang mereka dapatkan pada

pendidikan formal karena minimnya jam pendidikan agama yang mereka

pelajari pada sekolah klasikal pagi. Sasaran pembelajaran adalah anak-anak

setingkat SD yang bertempat tinggal di sekitar Pondok, dan kegiatan ini

dilaksankan pada sore hari.

Pelajaran yang diajarkan meliputi : Bahasa Arab, Al-Qur’an Hadits,

Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ), dan Muatan Lokal.

3. MTs ( Madrasah Tsanawiyah )

Program ini setara dengan SMP. Berdasarkan Keputusan Kepala

Kantor Departemen Agama kabupaten Takalar Nomor 1095 Tanggal 31

Desember 2006. Dengan Status Terdaftar dan diberikan Nomor Statistik

Madrasah ( NSM ) : 2127305004017. Pada Program ini bukan hanya

pendidikan pelajaran umum yang diajarakan tetapi juga beberapa pelajaran

Agama. Disamping itu juga siswa dibekali pengetahuan akademik, juga

Page 86: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

menitik beratkan pada penguasaan ketrampilan praktis dalam hal

pengamalan agama Islam dan ketrampilan berusaha. Pemilihan ketrampilan

berusaha difokuskan pada ketrampilan siswa yang sesuai dengan potensi

dan kebutuhan setempat. Penguasaan ketrampilan pengamalan Agama

Islam dan potensi sebagai upaya menjadikan masyarakat yang berakhlak

mulia, cerdas, terampil, mandiri, dan berdaya saing. Secara hukum Program

ini memiliki kekuatan yang sama dengan Program Menengah (SMP) pada

jalur persekolahan. Selain itu juga bertujuan memberi kesempatan kepada

santri untuk lebih bisa mengembangkan diri. Program ini dikenal dengan

Program Wajib Belajar pada Pondok Pesantren Salafiyah Tingkat Wustha.

Pondok Pesantren. Lembaga ini yang langsung menangani pendidikan dan

pengajaran, serta pengasuhan santri. Juga berbagai macam kegiatan

intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Pada MTs. Pesantren Mahyajatul Qurra’ Lassang ini membina santri

yang berjumlah 111 santri dengan rombongan belajar 6 kelas terdiri dari

kelas VII A dan VII B, VIII A dan VIII B, IX A dan IX B. Dengan jumlah tenaga

pengajar sebanyak 43 orang dari berbagai disiplin ilmu dengan kualifikasi

pendidikan sebagai berikut :

6. Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) : 5 Orang

7. Ijazah Sarjana ( S2 ) : 1 Orang

8. Ijazah Sarjana ( S1 ) : 23 Orang

Page 87: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

9. PGSD/ D11 : 1 Orang

10. Madrasah Aliyah ( MA ) : 13 Orang +

J u m l a h : 43 Orang

Dan juga demi untuk kelangsungan dan peningkatan kualitas

akademik, MTs juga memiliki bagian-bagian tertentu. Seperti Bagian

Kurikulum, Bagian Tata Usaha, Bagian Perpustakaan, Bagian Inventaris, dan

lain sebagainya.

4. SMA (Sekolah Menengah Atas)

Pada tahun ke empat berdirinya Lembaga Pendidikan Mahyajatul

Qurra’, tepatnya tahun 2009 kami membuka Sekolah Menengah Atas (SMA)

Mahyajatul Qurra’ dengan SK/ Izin Pendirian Sekolah; No. 015/P/PMMQ/X/9

tanggal 8 Oktober 2009 di bawah naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Takalar.

Santri SMA Mahyajatul Qurra’ adalah santri lanjutan dari lulusan MTs

Pesantren Mahyajatul Qurra’ pada tahun pertama kali kami menamatkan,

dengan jumlah santri 13 orang. Seluruh santriwan dan santriwati juga

menetap/tinggal dalam asrama sekolah yang telah ditentukan selama 24 jam,

sehingga Proses Pembelajaran berlangsung pagi, siang dan malam.

Dan demi keberlangsungan dan peningkatan kualitas akademik,

Sekolah juga memiliki bagian-bagian tertentu. Seperti Bagian Kurikulum,

Page 88: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Bagian Administrasi, Bagian Laboratorium, Bagian Perpustakaan, Kepala

BP/BK dan lain sebagainya.

SMA Mahyajatul Qurra’ tidak hanya menyelenggarakan sistim

pendidikan yang modern, tetapi juga memasukkan mata pelajaran umum

(Departemen Pendidikan Pemuda dan Olahraga) dalam kurikulumnya, serta

sistim Pendidikan Salafiyyah dengan mengkaji kitab-kitab kuning, dan lebih

menekankan pada metode pembelajaran yang mengacu pada penerapan

pola (ABK) (Al-Qur’an, Bahasa dan Komputer ) sebagai kegiatan khusus.

Pada SMA Mahyajatul Qurra’ Lassang ini membina santri yang

berjumlah 50 santri dengan rombongan belajar 3 kelas terdiri dari kelas X, XI

IPA, XII IPA. Dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 31 orang dari

berbagai disiplin ilmu dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut :

1. Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) : 4 Orang

2. Ijazah Sarjana ( S2 ) : 1 Orang

3. Ijazah Sarjana ( S1 ) : 17 Orang

4. PGSD/ D11 : 1 Orang

5. Madrasah Aliyah ( MA ) : 8 Orang +

J u m l a h : 31 Orang

Dari seluruh jenjang pendidikan yang dikelola kami selalu mengacu

pada perencanaan, pelaksanaan, supervisi, maupun evaluasi.

Page 89: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Pertama, kegiatan harian yang meliputi Taftisy Al-I’dad ( Pemeriksaan

persiapan mengajar guru ), Kontrol Kelas, At-Ta’allum al-Muwajjahah (

Belajar terbimbing setiap saat ), juga masuk kelas tepat waktu.

Kedua, kegiatan mingguan dan bulanan. Semua ditujukan untuk guru dan

siswa. Untuk guru diadakan pertemuan bulanan yang tujuannya sebagai

media penyamaan persepsi, untuk menyampaikan informasi, dan

mendengarkan laporan para guru terkait dengan keadaan siswa dan keadaan

kelas.

Ketiga, kegiatan tengah tahunan yaitu ulangan umum. Yang terbagi dalam

ujian pertengahan tahun dan ujian akhir tahun. Dan terbagi menjadi 2 Ujian.

Yakni ujian Syafahi ( Lisan ) dan Ujian Tahriri ( Tulis ).

Page 90: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

C. Pembahasan

Berdasarkan data yang di peroleh selama berada di lokasi

penelitian, maka dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut,

bahwa Pesantren Mahyajatul Qurra’ yang di dirikan pada tanggal 20

Mei 2005 dengan visi dan misi yang jelas dalam menggapai visi yang

telah dicanangkan, maka dari pihak pesantren telah menjalankan

segala proses dalam mewujudkan visi tersebut, dan tidak

bertentangan dengant tujuan pendidikan yang telah dicanangkan oleh

Pemerintah.

Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu,

maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi

satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang di

perlukan (pasal 42 ayat 2). Dalam hal ini termasuk memfasilitasi

dan/atau meneyediakan pendidik dan/atau guru seagama dengan

peserta didik dan pendidik dan/atau guru untuk mengembangkan

bakat, minat dan kemampuan peseta didik (pasal 12 ayat huruf a dan

huruf b). Pendidik dan tenaga kependidikan itu dapat bekerja secara

lintas daerah, yang pengangkatan, penempatan dan penyebaranya

diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan

satuan pendidikan formal (pasal 41 ayat 1 dan ayat 2).

Selain itu pemerintah (pusat) atau pemerintah daerah memiliki

kewenangan mengeluarkan izin dan mencabut izin bagi semua satuan

Page 91: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

pendidikan formal maupun pendidikan non formal (pasal 62 ayat 1),

sesuai dengan lingkup tugas masing-masing. Dengan adanya

desntralisasi perizinan dan pencabutan izin tersebut, akan semakin

mendekatkan pelayanan kepada rakyat, sesuai dengan tujuan otonomi

pemerintah daerah. ( Anwar Arifin: 2005:81)

Maka dapat di jelaskan bahwa dengan fasilitas yang ada

pesantren Mahyajatul Qurra’ dalam menyelenggarakan pendidikannya,

bukan lagi semata tradisionalis dalam arti hanya belajar kitab kuning,

akan tetapi di samping itu juga mengacu pada kurikulum Nasional, jadi

sudah boleh di kategorikan modern.

Modifikasi pesantren

Seiring dengan kebijakan politik Belanda di Indonesia sejak akhir

abad ke 19 berikut kritik kalangan pembaharu terhadap sitem pendidikan

pesantren, pesantren dengan sendirinya merespon sekaligus mensiasati

apa yang terbaik untuk di lakukan. Pesantren dengan segala

keunikannya akan terus berproses membentuk diri (in statu nascendi)

dengan caranya sendiri. Lahirnya system madrasy (sistem pendidikan

Islam dengan korikulum formal) yang mulai di berlalukakan pada abad ke

19, atau yang pasti awal abad ke 20 an merupakan jawaban pesantren

dalam mengkonsolidasi posisinya dalam menyikapi perkembangan

pendidikan sekuler Belanda.

Page 92: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Dialog yang berlangsung antara tradisi pesantren dan realitas di

sekitas- massifnya perkembangan sekolah Belanda, misalnya – akan

terus berlangsung dimana dinamikanya akan sangat di tentukan oleh

pergantian ritme, meminjan istilah Taufik Abdullah (1988), rout and

realy, “ gempur” dan “akur”. Artinya ada saat-saat dua belahan tradisi

(pesantren dan realitas sekitar) “bertengkar”, tetapi ada pula saatnya

mereka mesra”, dialog-dialog semacam itu akan terus belanjut hingga

terbentuknya sintesa-sintesa kreatif melalui modifikasi atau

improvisasi.

Dalam kerangka modifikasi dan improvisasi ini, tidak sedikit

pesantren yang kemudian mendirikan madrasah (madrasah ibtidaiyah,

tsanwiyah, dan aliyah) dan sekolah (SD, SMP, dan SMU), bahkan

mendirikan perguruan tinggi.Tentu saja , modifikasi dan improvisasi

yang di lakukan hanya terbatas pada aspek tekhnis operasionalnya,

bukan subtansi pesantren itu sendiri, karena apabilah improviasi itu

menyangkut subtansi pendidikan, maka pesantren yang mengakar

ratusan tahun lamanya akan tercerabut dan kehilangan elan vital

sebagai penopang moral yang menjadi citra utama pendidikan

pesantren.(Mastuki HS, M.Ag dkk:2004:5-6)

Page 93: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Di samping itu peran yang diberikan pondok pesantren kepada

masyarakat sangat signifikan sebagaimana yang di ungkapkan oleh pimpinan

pondok ini, KH. H. Zainul Mustafa, S.sos.I, M.Pd.i adalah :

“Secara langsung peran pesantren Mahyajatul Qurra’, adalah Taman

Pendidikan Al-Qur’an yang di bentuk dan langsung oleh pihak pesantren.,

kemudian Majelis Taklim Ibu-ibu” (wawancara, KH. H. Zainul Mustafa,

S.sos.I, M.Pd.I :30 Nopember 2014)

Kedua kegiatan ini langsung dampaknya kemasyarakat, khususnya

masyarakat Lassang. Jika dibandingkan sebelum adanya Pesantren ini

dimana kesadaran beragama belum Nampak, seantusias dengan adanya

pesantren. Dan mengenai TPA, lewat wadah ini generasi di bina agar

terampil membaca Al-Quran, dan menumbuhkan semangat mencintai Al-

Qur’an, lebih lanjut pimpinan pondok menegaskan dulu sebelum pesantren

hadir sering terjadi perkawinan dini. Hal terjadi karena belum terbukanya

wawasan untuk menimbah ilmu pengtahuan, sekarang katanya generasi di

Lassang sudah banyak yang menimbah ilmu di perguruan tinggi. Kemudian

dari pembinaan majlis Taklim kelihat bagaimana antusiasnya ibu-ibu dalam

melaksanakan shalat secara berjamaah di mesjid.

Di lain pihak pesantren punya binaan Majelis Taklim (Simaan Al-

Qur’an), dimana pelaksanaannya berpindah-pindan tiap bulah apakah di

Gowa, atau Makassar dan Takalar jamah dari simaan banyak, rata-rata 100

lebih jamaahnya/persimaan, Penyusun tesis ini pernah langsung mengikuti

Page 94: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

majelis simaan tersebut pada tanggal 25 Nopember 2014 di mesjid Suhada

Tammuloe Lassang, dampak ke masyarakat majelis simaan ini sangat besar.

sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an surah An-nahl ayat 125

:

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk. (Al.Quran dan terjemahannya, Departemen Agama;

Karya Agung Surabaya).

Kiranya sebelum lebih jauh mengulas tentang dampak perubahan

perilaku Masyarakat Lassang dari Pesantren ini, kita kembali menengok lagi

akan eksitensi pesantren sebagaimana data yang di peroleh maka dapat

uraikan sebagai, bahwa pesantren ini memiliki 28 ruang kelas, selebihnya itu

kantin, dan 1 buah mesjid pemondokan kyai, dari segi gurunya penganjianya

itu di ambilkan dari dana BOS, dan pendidikan gratis. Untuk santri yang

sebanyak 170 itu operasionalnya dibiayai dari iyuran perbulan.

Page 95: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

Berkaitan dengan prekwensi kriminalitas di Lassang, yang merupakan

lokasi pesantren ini, sebagaimana yang di ungkapkan KH. H. Zainul Mustafa,

S. sos.I, M.Pd.I sebagai berikut :

“Dulu sebelum adanya Pesantren Mahyajatul Qurra tingkat kriminalitas di

Tammuloe Lassang marak, mabuk-mabuk yang sering membuat gaduh bila

ada pesta/hajatan masyarakat, tetapi sejak adanya pesantren sampai

sekarang criminal semakin menurun, bahkan suasana kehidupan masyarakat

semakin kondusif”.

Oleh karena itu pesantren ini sangat memberikan kontribusi yang

berarti bagi masyarakat Lassang, dan masyarakat Islam pada umumnya di

tambahkan oleh Ustad Hafid bahwa oleh masyarakat Lassang tidak lagi

kekurang mubaliqn, yang sewaktu-waktu bias di sponsori pihak pesantren.

Belum lagi program pesantren mengirim dan menyebar dai yang memang

sudah menjadi kalender bulanan dari pesantren.

Dengan demikian nampaklah eksistensi pesantren ini memberi

pengaruh terhadap perubahan perilaku, terkhusus masyarakat Lassang

Kabupaten Takalar

Page 96: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa eksistensi Pesantren Mahyajatul Qurra’ yang dirikan pada

tanggsaranaal 20 Mei 2005, berlatarbelakang dan menegenbang

memajukan iman dan Tagwa di tunjang sarana dan prasarana 28

ruang belajar, satu mesjid dan kantin dan pemondokan kyai dengan

siswa 168, operasionalisasi pesantren di danai oleh iyuran santri.

2. Pesantren Mahyajatul Qurra’ memberikan dampak yang signifikan

terhadap perilaku masyarakat Lassang yaitu semakin meningkatnya

kesadaran beragama dengan wadah yang di naungi pesantren, TPA,

dan Majelis Taklim ibu-ibu, serta Simaan AL-Qur’an, terlihat dengan

semakin banyaknya generasi Lassang menimbah ilmu di perguruan

tinggi, berkurang perkawinan usia dini.

B. Saran

Dari penelitian ini, maka penulis menyarankan beberapa hal:

1. Karena pesantren Mahyajatul Qurra’ akan semakin luas jaringannya,

hendaknya di sambungkan waifi/jaringan internet agar memudahkan

mengakses berita dan informasi dari berbagai belahan dunia, terutama

dunia islam.

Page 97: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

2. Agar supaya pihak pemerintah semakin menperhatikan Pesantren

Mahyajatul Qurra’ ini, baik dari inprastrukturnya maupun hal lain demi

pengembangan pesantren ini kedepan.

3. Agar supaya masyarakat Lassang khususnya, dan masyarakat pada

umumnya, mau memondokkan anaknya di pesantern ini sebagai

investasi generasi Islam masa depan.

Page 98: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur an dan terjemahan. Departemen agama.karya agung ,Surabaya)

A.Wahid Zaeni , Dunia pemikiran kaum santri sebagaimana dikutip oleh

Mujamil Qomar, Pesantren, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama)

Anwar Arifin, Paradikma Baru Pendidikan Nasional. Balai pustaka:2005

Departemen Agama RI 2004, Profil Pondok Pesantren Mu’adalah. Di

terbitkan/digandakan oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan agama

Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren

Melalui Proyek Peningkatan Pondok Pesantren Tahun anggaran

2000.

Farchan dan syarifudin, Titik Tengkar Pesantren Resolusi Konflik Masyarakat

Pesantren ,(yogyakarta :pilar religi,2005)

Fathurrahman Mamang, Al-Quran Pendidikan dan Pengajaran, (Pustaka

Madani:2002)

Haedari Amin. dkk. Panorama Pesantren dalam cakrawala Moderen, (Diva

pustaka Jakarta: 2006)

http://elbaruqy.blogspot.com/2012/10/sejarah-perkembangan-pondok-

pesantren.html TH3bPG6I ( diakses 9 april 2013)

Lexy J. Moleong, Metode penelitian kwalitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karaya, 2007),

Mastuki HS, M.Ag dkk. Intelektualisme Pesantren, Diva Pustaka 2004

Page 99: STUDI TENTANG EKSISTENSI PESANTREN MAHYAJATUL QURRA ...

M. Bahri Gazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, CV. Prasasti. 2002

Mujahir Noeng .Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta.Rake

Surakin.1989

Mujamil Qomar, .Manajemen Pendidikan Islam., PT.Glora Aksara

Pratama.Malang.2007

Mahfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, PT. P3M, Jakarta,

1983.

Mahmud, .Model-Model Kegiatan Pesantren,jakarta; media nusantara,2006

Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Islam Kasinis.Yogyakarta,1982.

Sutikno, M. S. (2009), Manajemen Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat

(Studi Kualitatif pada Tiga Sekolah SMP di Jakarta Timur), Disertasi

Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung.

Poedarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (PN Balai Pustaka; Jakarta

1984)

Program Pascasarjana, Tahun 2014, Pedoman penulisan tesis, Makassar

Pasca Unismuh Makassar.

www.google.com/peran pesantren dlm sosial keagamaan masyarakat (

diakses 8 april 2013)