STUDI SIFAT FISIS DAN MEKANIS FRONT GEAR CHAIN HONDA ...
Transcript of STUDI SIFAT FISIS DAN MEKANIS FRONT GEAR CHAIN HONDA ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SKRIPSI
STUDI SIFAT FISIS DAN MEKANIS FRONT GEAR CHAIN HONDA
SUPRA X DAN FRONT GEAR CHAIN DAYANG SUPER X YANG
MENGALAMI HEAT TREATMENT
Oleh :
Mohammad Dandy Ismanto
K 2506044
Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Program Pendidikan Teknik
Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI SIFAT FISIS DAN MEKANIS FRONT GEAR CHAIN HONDA
SUPRA X DAN FRONT GEAR CHAIN DAYANG SUPER X YANG
MENGALAMI HEAT TREATMENT
Oleh :
MOHAMMAD DANDY ISMANTO
K 25 06 044
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Suhardi.HW, M.T
NIP.19460604 197501 1 001
Pembimbing II
Suharno,ST MT.
NIP. 19510209 197603 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,11 Oktober 2010
Penulis,
MOHAMMAD DANDY ISMANTO
K 25 06 044
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. C. Sudibyo, M.T. .....................
Sekretaris : Nyenyep Sriwardani, S.T, M.T. ........................
Anggota I : Drs. Suhardi, M.T. .....................
Anggota II : Suharno, S.T, M.T. ........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon. Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Mohammad Dandy Ismanto. STUDI SIFAT FISIS DAN MEKANIS FRONT
GEAR CHAIN HONDA SUPRA X DAN FRONT GEAR CHAIN DAYANG
SUPER X YANG MENGALAMI HEAT TREATMENT. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober
2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Menyelidiki karakteristik raw
material front gear chain Dayang Super X dan front gear chain Honda Supra X
yang meliputi komposisi kimia, struktur mikro dan kekerasan mikro dan makro.
(2) Mengetahui jenis perlakuan panas (heat treatment) yang dilakukan untuk
memperbaiki sifat fisis dan mekanis front gear chain Dayang Super X agar
mendekati nilai kekerasan raw material front gear chain Honda Supra X. (3)
Menyelidiki karakteristik front gear chain Dayang Super X yang telah mengalami
heat treatment.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
eksperimen. Data awal dideskripsikan dan dibandingkan antar variabelnya,
kemudian dilakukan eksperimen agar dihasilkan data yang mirip dengan
variabelnya. Dari variabelnya dianalisis dan dibandingkan yang didasari literature
agar didapatkan data yang tidak keluar dari teori. Data penelitian ini diperoleh dari
hasil pengujian komposisi bahan, foto stuktur mikro, pengujian kekerasan makro
dan kekerasan mikro dari sebelum heat treatment dan sesudah heat treatment.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif yang menghasilkan data
yang berupa angka-angka. Sampel penelitian ini adalah sebuah front gear chain
Honda Supra X dan front gear chain Dayang Super X yang keduanya identik
sama bentuk dan ukuran dengan mata gear 14.
Hasil uji komposisi menunjukkan bahwa front gear chain Honda Supra
X memiliki kandungan carbon yang tinggi yang mencapai 0,77 % wt dan
termasuk dalam baja AISI 1075 karena memiliki kandungan C 0,70 – 0,80 %, Mn
0,40- 0,70 %, P max 0,040 %, S max 0,050 %. Untuk hasil komposisi front gear
chain Dayang Super X memiiki kandungan karbon yang rendah yang mencapai
0,244 % wt dan termasuk dalam baja AISI 1023 karena memiliki kandungan 0,19
− 0,25 % C, 0,30 − 0,6 % Mn, 0,040 % P max, 0,050 % S max. Hasil pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
foto struktur mikro dari raw material front gear chain Honda Supra X dan
Dayang Super X menunjukkan gear tersebut memiiki nilai 3 daerah yang
berlainan yang dimulai dari daerah ujung, daerah transisi, dan daerah tengah. Pada
raw material Honda Supra X terlihat martensit yang tersebar rata pada seluruh
permukaan gear, namun martensit yang terdapat pada daerah ujung. Untuk raw
material front gear chain Dayang Super X juga memiliki 3 daerah yaitu ujung,
transisi dan tengah, namun untuk struktur yang timbul terlihat jelas pada daerah
ujung yang hanya memiliki martensit yang paling padat daripada daerah transisi
dan tengah yang terlihat sebagian besar pearlit dan ferrit. Hasil pengujian
kekerasan makro dan mikro juga terlihat raw material front gear chain Honda
Supra X memiiki kekerasan yang tinggi. Selain itu juga timbul distribusi
kekerasan, untuk kekerasan makro maksimal pada front gear chain Honda Supra
X yaitu 79,9 HRA dan terendah yaitu 73,1 HRA. Kekerasan makro raw material
front gear chain Dayang Super X memiliki nilai kekerasan terbesar yaitu 71,9
HRA dan terendah yaitu 52,8 HRA. Untuk kekerasan mikro front gear chain
Honda Supra X yang paling tinggi yaitu 645,0 VHN dan terendah yaitu 515,8
VHN. Kekerasan mikro front gear chain Dayang Super X terbesar yaitu 486,7
VHN dan terendah 344,7 VHN. Heat treatment yang dilakukan pada front gear
chain Dayang Super X adalah hardening dengan quenching air garam 10 % untuk
menghasilkan kekerasan maksimal dengan holding time efektif 5,10 dan 15 menit.
Kekerasan makro dan mikro yang paling keras dihasilkan adalah hasil holding
time 10 menit dan dihasilkan kekerasan maksimal makro yaitu sebesar 73,5 HRA
dan terendah yaitu 69,8 HRA. Untuk kekerasan mikro terbesar yaitu senilai 425,2
VHN dan terendah senilai 378,1 VHN. Hasil struktur mikro terlihat dengan
variasi hoding time 10 menit juga memiliki struktur yang paling baik yaitu telah
menghilangkan daerah transisi sehingga antara daerah ujung dan daerah tengah
memiliki kandungan martensit yang banyak dan relatif homogen dari pada variasi
holding time lainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (al inssyiroh:6)
Dimana ada niat dan usaha pasti ada jalan (Penulis)
Jalani hidup ini dengan ikhlas dan bersyukur insya Allah hati menjadi lapang dan
tenang (Penulis)
Sukses berawal dari mimpi, namun mimpilah sebanyak 1 kali dan pegang mimpi
itu lalu lakukanlah usaha beberapa kali, karena mimpi yang terus menerus
membuat kita menjadi seorang pemimpi yang hanya berangan-angan didalam
fantasi kita. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala
kerendahan hati, karya ini kupersembahkan kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang senantiasa membimbingku dan
selalu mengiringiku dengan do’a dan kasih sayang.
2. Adik-adikku yang selalu memberikan dorongan dan semangat.
3. Zanita yang selalu memberi bimbingan dalam segala hal.
4. Bapak Drs. Suhardi. M,T dan Suharno, ST,M.T yang dengan sabar
selalu membimbing skripsi ini.
5. Bapak Ir. Husin Bugis,Msi yang selalu memberi bimbingan dan
kamudahan dari awal hingga akhir kuliah.
6. Keluarga besar PTM PTK FKIP UNS
7. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat, hidayah dan inayahnya-Nya, skripsi ini akhirnya
dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini menghadapi
hambatan dan kesulitan. Namun dengan bantuan berbagai pihak, hambatan dan
kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang dengan sepenuh hati memberi bantuan, dorongan,
motivasi, bimbingan dan pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS beserta seluruh
stafnya.
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS
3. Bapak Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin.
4. Bapak Drs. Suhardi, M.T selaku Koordinator Skripsi bidang teknik (produksi)
dan Pembimbing I.
5. Bapak Suharno S.T,M.T selaku Pembimbing II.
6. Bapak Ir. Husin Bugis,M.Si selaku Pembimbing Akademik.
7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Teknik Mesin.
8. Segenap karyawan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS.
9. Ibu, Ayah dan keluargaku tercinta yang telah memberikan sumbangan besar
baik moril maupun materiil.
10. Zanita yang telah memberikan semangat dan bimbingan dalam segala hal.
11. Gama, Arif, Jokowi, Nanang, Steve dan Panji yang sudah memberikan
bantuan semangat persahabatan di Solo.
12. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Teknik Mesin (06’)
13. Kepada seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Menyadari bahwa terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
menyebabkan kurang sempurnanya penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
DOKUMENTASI PENELITIAN ......................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7
1. Roda Gigi Rantai Depan (Front Gear Chain / Sproket) ................. 7
2. Baja ................................................................................................ 9
3. Perlakuan Panas (Heat Treatment) ................................................ 14
4. Kekerasan Bahan ........................................................................... 26
5. Pengujian Struktur mikro ............................................................... 30
6. Penelitian yang relevan ................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 33
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 35
1. Tempat Penelitian ................................................................................. 35
2. Waktu Penelitian................................................................................... 35
B. Metode Penelitian ..................................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 36
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37
1. Sumber Data ......................................................................................... 37
2. Pelaksanaan Eksperimen ...................................................................... 37
3. Desain Penelitian .................................................................................. 38
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 49
A. Hasil dan Pembahsan Raw Material ......................................................... 49
1. Hasil Uji Komposisi ............................................................................ 49
2. Hasil Uji Struktur Mikro Raw Material ............................................... 54
3. Hasil Pengujian Kekerasan Makro dan Mikro Raw Material .............. 57
B. Pembahasan Hasil Hardening Quenching Air Garam 10% ...................... 64
1. Hasil Uji kekerasan Hardening Quenching air garam 10% .................. 64
2. Hasil dan Pembahasan Foto Struktur Mikro Hasil Hardening ............. 71
3. Hasil Hardening Quenching Air Garam 10% Holding time 10 Menit . 73
4. Hasil Hardening Quenching Air Garam 10% Holding time 15 Menit . 74
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 75
A. Kesimpulan .............................................................................................. 75
B. Implikasi ................................................................................................... 77
1. Implikasi Teoritis ................................................................................. 78
2. Implikasi Praktis ................................................................................... 78
C. Saran ....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
LAMPIRAN ....................................................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Macam-Macam Roda Gigi. ........................................................ 9
Gambar 2. Roda Gigi Rantai. ...................................................................... 9
Gambar 3. Tampak Struktur Baja Zat Arang. .............................................. 11
Gambar 4. Tiga Bentuk Utama Sel Satuan Dari Sistem Kristal Logam ...... 15
Gambar 5. Diagaram Fasa Besi – Karbon. .................................................. 16
Gambar 6. struktur Martensit hasil quenching dengan air pada baja paduan
rendah .......................................................................................... 17
Gambar 7. Perubahan Struktur Mikro Pada Proses Pengerasan .................. 19
Gambar 8. Digaram TTT (Kurva-S). ............................................................ 21
Gambar 9. Alat Uji Kekerasan Rockwell. ................................................... 27
Gambar 10. Pengujian Kekerasan Rockwell. ................................................ 29
Gambar 11. Pemeriksaan Benda Uji Dengan Mikroskop Metalurgi. ............. 30
Gambar 12. Desain Penelitian. ...................................................................... 36
Gambar 13. Lokasi Pengambilan Sample. ..................................................... 37
Gambar 14. Pemotongan Spesimen Dayang Super X Persiapan Heat
Treatment. ................................................................................... 38
Gambar 15. Spesimen front gear chain Honda Supra X dan Dayang Super
X Uji Komposisi Kimia. ............................................................ 38
Gambar 16. Spesimen Uji Kekerasan Mikro Vickers dan Uji Stuktur
Mikro. ........................................................................................ 39
Gambar 17. Spesimen Uji Kekerasan Makro Rocwell. ................................. 40
Gambar 18. Mesin Uji Kekerasan. ................................................................ 42
Gambar 19. Mesin Struktur Mikro. ............................................................... 43
Gambar 20. Hasil Foto Struktur Mikro front gear chain Honda Supra X dan
Dayang Super X dengan Perbesaran 200 x ................................. . 55
Gambar 21. Lokasi Pengambilan Sample. ..................................................... 57
Gambar 22. Grafik Kekerasan Makro Raw Material Front Gear Chain
Honda Supra X dan Dayang Super X. ...................................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 23. Grafik Kekerasan Makro Raw Material Front Gear Chain
Honda Supra X dan Dayang Super X ....................................... 61
Gambar 24. Grafik Pengujian Kekerasan Makro Raw Material Front Gear
Chain Honda Supra X, Dayang Super X dan Front Gear Chain
Dayang Super X yang Mengalami Hardening dengan Holding
Time 5, 10, 15 Menit dengan Quenching Air Garam 10%. ........ 65
Gambar 25. Grafik Pengujian Kekerasan Mikro Raw Material Front Gear
Chain Honda Supra X, Dayang Super X dan Front Gear Chain
Dayang Super X yang Mengalami Hardening dengan Holding
Time 5, 10, 15 Menit dengan Quenching Air Garam 10%. ........ 67
Gambar 26. Foto Struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
Hardening Quenching Air Garam 10 % dengan Holding Time
5 Menit dan Perbesaran 200 X. .................................................. 71
Gambar 27. Foto Struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
Hardening Quenching Air Garam 10 % Dengan Holding Time
10 Menit dan Perbesaran 200 X. ............................................... 73
Gambar 28. Foto Struktur Mikro Front Gear Chain Dayang Super X Hasil
Hardening Quenching Air Garam 10 % dengan Holding Time
15 Menit dan Perbesaran 200 X. ................................................ 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Roda Gigi. .................................................................. 8
Tabel 2. Hubungan Jumlah Carbon dengan Persen Martensite. ................. 12
Tabel 3. Beban, Indentor dan Skala Kekerasan. ......................................... 27
Tabel 4. Skala Kekerasan dan Pemakaiannya. .......................................... 28
Tabel 5. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Front Gear Chain. ................ 47
Tabel 6. Daerah Lokasi Pengamatan Struktur Mikro Front Gear Chain .... 54
Tabel 7. Hasil Pengujian Kekerasan Makro Raw Material Front Gear
Chain Honda Supra X. ................................................................. 58
Tabel 8. Hasil Pengujian Kekerasan Makro Raw Material Front Gear
Chain Dayang Super X. ............................................................... 59
Tabel 9. Nilai Kekerasan Mikro Vickers Raw Material Front Gear Chain
Honda Supra X. ............................................................................ 59
Tabel 10. Nilai Kekerasan Mikro Vickers Raw Material Front Gear Chain
Dayang Super X. .......................................................................... 60
Tabel 11. Pengujian Kekerasan Makro Raw Material Front Gear Chain
Honda Supra X, Dayang Super X dan Front Gear Chain Dayang
Super X yang Mengalami Hardening Dengan Holding Time 5,
10, 15 Menit dengan Quenching Air Garam 10%. ....................... 64
Tabel 12. Pengujian Kekerasan Mikro Front Gear Chain Dayang Super X
yang Mengalami Hardening dengan Holding Time 5 Menit
dengan Quenching Air Garam 10%. ............................................ 65
Tabel 13. Pengujian Kekerasan Mikro Front Gear Chain Dayang Super X
yang Mengalami Hardening dengan Holding Time 10 Menit
dengan Quenching Air Garam 10%. ............................................. 66
Tabel 14. Pengujian Kekerasan Mikro Front Gear Chain Dayang Super X
yang Mengalami Hardening dengan Holding Time 15 Menit
dengan Quenching Air Garam 10%. ............................................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp 1. Hasil Pengujian komposisi kimia Honda Super X ............................ 83
Lamp 2. Hasil Pengujian Komposisi kimia Dayang Super X .......................... 85
Lamp 3. Standart spesification for SAE-AISI system of designations ............ 87
Lamp 3. Hasil pengujian kekerasan makro Honda .......................................... 89
Lamp 4. Hasil pengujian kekerasan makro Dayang......................................... 90
Lamp 5. Hasil pengujian kekerasan mikro Honda ........................................... 91
Lamp 6. Hasil pengujian kekerasan mikro Dayang ......................................... 92
Lamp 7. Hasil pengujian kekerasan makro Dayang (dengan heat treatment).. 93
Lamp 8.Hasil pengujian kekerasan mikro Dayang heat treatment holding
time 5 menit ........................................................................................ 94
Lamp 6. Hasil pengujian kekerasan mikro Dayang heat treatment holding
time 10 menit ...................................................................................... 95
Lamp 7. Hasil pengujian kekerasan mikro Dayang heat treatment holding
time 15 menit ...................................................................................... 96
Lamp 8. Tabel conversi kekerasan ................................................................... 97
Lamp 6. Presensi Seminar Skripsi ................................................................... 98
Lamp 7. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ......................................... 100
Lamp 8. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS ................................................... 101
Lamp 9. Surat Ijin Research dari JPTK ........................................................... 102
Lamp 10. Surat Ijin Research di laboratorium POLMAN Klaten ................... 103
Lamp 11. Surat Ijin Research di laboratorium Tehnik Mesin D3 UGM
Yogyakarta ...................................................................................... 104
Lamp 12. Surat Ijin Research di laboratorium Material Fakultas Teknik
UNS ................................................................................................. 105
Lamp 13. Surat Ijin Research di laboratorium Pusat MIPA UNS ................... 106
Lamp 14. Surat Hasil Penelitian di laboratorium pusat MIPA UNS ............... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DOKUMENTASI PENELITIAN
Halaman
Dok 1. Wire Cut Untuk Memotong Spesimen .............................................. 108
Dok 2. Spesimen Uji Setelah Pengujian Komposisi Kimia .......................... 108
Dok 3. Proses Resin Spesimen Uji Kekerasan dan Stuktur Mikro ............... 109
Dok 4. Mesin Poles ....................................................................................... 109
Dok 5. Proses Mengamplas Menggunakan Mesin Poles .............................. 110
Dok 6. Proses Etsa Specimen dengan HNO3 2,5% ....................................... 110
Dok 7. Proses Pengujian Foto Struktur Mikro Vickers ................................ 111
Dok 8. Proses Pengujian Kekerasan Mikro Vickers ..................................... 111
Dok 9. Proses Pengujian Makro Rockwell ................................................... 112
Dok 10. Mesin Furnace Suhu Maksimal 1300°C ........................................... 112
Dok 11. Pengambilan Spesimen Dalam Mesin Furnace Menggunakan
Pengaman .......................................................................................... 112
Dok 12. Pendingin Air Garam 6 Liter ............................................................. 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sains dan teknologi dewasa ini sangat berarti pada
kehidupan manusia. Di mana kehidupan manusia selalu berkembang dari waktu
ke waktu. Seiring dengan pesatnya perkembangan sains dan teknologi
penggunaan bahan logam menjadi suatu kebutuhan yang sangat vital, mulai dari
peralatan yang sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Hampir semua
jenis peralatan yang digunakan, ternyata bahan logam mendominasi sebagai bahan
bakunya.
Baja, besi dan bahan-bahan lainya yang digunakan sebagai komponen
mesin atau suku cadang mesin membutuhkan proses pengolahan. Dalam proses
pengolahanya tersebut masih dituntut adanya suatu metode atau cara pengolahan
serta pengerjaanya agar dapat diperoleh kondisi bahan komponen yang dipandang
mampu memiliki sifat yang sesuai dengan pemakaianya.
Baja karbon banyak digunakan dalam bidang teknik maupun industri
terutama pada industri komponen mesin, karena harganya relatif murah, dan
mudah didapat pada pasaran. Dalam perdagangan baja karbon banyak digunakan
sebagai bahan perkakas, baut, poros, roda gigi, ragum, pegas, martil, landasan
tempa dan lain-lain.
Satu dari sekian komponen mesin yang menggunakan bahan baja karbon
adalah roda gigi. Roda gigi di dalam dunia industri mempunyai peranan yang
sangat penting. Selama ini banyak sekali pengembangan-pengembangan yang
dilakukan oleh para peneliti agar dalam pembuatan roda gigi menghasilkan roda
gigi yang baik, hal ini disebabkan dalam dunia industri banyak sekali roda gigi
yang rusak, aus, patah, dikarenakan roda gigi tersebut tidak kuat terhadap gesekan
dan tekanan yang dihasilkan saat dua roda gigi bersinggungan pada saat mesin
bekerja.
Sama dengan komponen mesin motor roda gigi juga mempunyai peran
yang sangat penting sebagai media pemindah gaya, baik gaya putar, atau gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
momen. Sebagai contoh yang nyata adalah roda gigi rantai depan atau (front gear
chain) yang ada pada motor. Roda gigi ini berfungsi sebagai poros perputaran
rantai yang menghubungkan antara mesin dan roda belakang. Kerja dari roda gigi
rantai depan ini sering sekali terjadi gesekan antara rantai dan gear sehingga
sangat memungkinkan kondisi gear yang mengalami keausan. Roda gigi ini
mempunyai peran yang penting dalam proses kinerja motor karena roda gigi yang
aus akan menyebabkan rantai motor tidak dapat berputar secara maksimum atau
mengalami gaya elastisitas yang tinggi sehingga menimbulkan kerugian efisiensi.
Berkurangnya umur gear sering terjadi pada motor yang menggunakan
rantai, yang saat ini banyak digunakan oleh produk-produk motor yang beredar di
Indonesia khususnya yaitu motor produk Jepang dan China. Motor China dikenal
mempunyai harga yang sangat murah bahkan mencapai 50% dari harga motor
produk Jepang, bahkan tidak sedikit pula orang yang memakai produk China.
Selain dianggap murah, juga motor produk China ini banyak yang meniru produk
Jepang yang notabene mempunyai nama yang lebih terkenal di Indonesia. Contoh
yang lebih konkrit adalah Dayang Super X yang mirip dengan Honda Supra X
baik mesin dan kapasitas silindernya. Harga motor Dayang Super X yang
memiliki kapasitas silinder sama dengan Honda Supra X memiliki harga Rp
7.700.000 (Price list Dayang, 2010). Sedang untuk harga motor Honda Supra X
memiliki harga Rp 10.000.000 – Rp 11.000.000 pada tahun 2005 dan untuk harga
bekasnya pada tahun 2010 mencapai Rp 5.000.000 – Rp 6.500.000
(www.kaskus.us). Hal ini patut dipertanyakan kualitas yang ada pada produk
China baik komposisi bahan maupun tingkat kekerasanya. Menurut tingkat
kualitas dari komponen mesin yang ada serta pandangan masyarakat, bahwa
motor produk Jepang mempunyai kualitas yang lebih baik daripada motor produk
Cina. Menurut pengamatan peneliti saat ini pada tahun 2010, banyak konsumen
produk China yang mengganti sparepart motornya dengan produk jepang
khususnya adalah front gear chain selain mudah didapatkan juga sparepart produk
Jepang dikenal awet.
Komponen-komponen mesin seperti poros, roda gigi, dan lain-lain
memerlukan persyaratan konstruksi yang kuat, keras, ulet dan juga tahan aus serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
memiliki nilai rapuh yang rendah. Untuk itu perlu adanya perbaikan atau diubah
sifat mekanis pada front gear chain motor produk China yaitu khususnya pada
motor Dayang Super X yang memiliki kualitas kurang daripada motor produk
Jepang Honda Supra X dimata masyarakat Indonesia.
Satu dari sekian sifat-sifat baja yang paling penting ialah kekuatanya,
selain harus mempunyai ketahanan terhadap gesekan yang baik, maka baja
dituntut untuk memunyai kekerasan yang cukup tinggi, namun jika baja memiliki
nilai kekerasan yang terlalu tingi maka akan memiliki sifat kerapuhan pula. Sifat-
sifat yang dapat dilihat dari baja adalah sifat fisis dan mekanis, dimana sifat fisis
dari elemen bahan teknik adalah berat atom, berat jenis, titik cair/leleh, titik didih,
panas, spesifik, daya hantar panas, tahanan listrik, ketahanan erosi, struktur mikro
dan komposisi bahan. Selain itu sifat mekanis terdiri dari kemampuan bahan
untuk menahan beban.
Untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis dari baja maka perlu melalui
suatu tahap heat tratment atau perlakuan panas. Tahap heat treatment memiliki
banyak macam antara lain Perlakuan Panas Mekanik yang meliputi Pengerasan
(hardening), Pemijaran dingin (annealing), Penyepuhan (tempering), Penormalan
(normalizing) dan Pengerasan dengan kimia (carburizing, nitriding dan
cyaniding)
Dari bermacam-macam tahap heat treatment di atas yang
memungkinkan untuk dilakukan dalam perbaikan sifat mekanisnya pada front
gear chain Dayang Super X adalah hardening dan annealing. Karena nantinya
dari perbaikan sifat front gear chain Dayang Super X akan didapatkan nilai
kekerasan yang mendekati nilai kekerasan front gear chain Honda Supra X.
Proses hardening adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan salah
satu sifat mekanis bahan yang cukup penting yaitu kekerasan. Proses hardening
dilakukan untuk mencapai kekerasan yang maksimal, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi yaitu : kandungan karbon, suhu pemanasan, waktu
penahanan dan laju pendinginan yang digunakan.
Tidak beda jauh dengan proses hardening, proses annealing juga
memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu : kandungan karbon, suhu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pemanasan, waktu penahanan, serta laju pendingin yang digunakan. Proses
anneling atau melunakkan baja adalah proses pemanasan baja di atas temperatur
kritis selanjutnya dibiarkan beberapa lama sampai temperatur merata disusul
dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperatur bagian
luar dan dalam kira-kira sama. Sehingga diperoleh struktur yang diinginkan
dengan menggunakan media pendingin udara.
Proses heat treatment ini sangat penting sekali dalam perbaikan sifat
baja front gear chain Dayang Super X baik sifat fisis maupun mekanis untuk
mendapatkan struktur mikro dan nilai kekerasan yang hampir mendekati
kekerasan front gear chain Honda Supra X. Pada dasarnya Komponen-komponen
mesin seperti poros, roda gigi, dan lain-lain memerlukan persyaratan konstruksi
yang kuat, keras, ulet dan juga tahan aus serta memiliki nilai rapuh yang rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan mengambil
judul : “Studi Sifat Fisis dan Mekanis Front Gear Chain Honda Supra X dan
Front Gear Chain Dayang Super X yang Mengalami Heat Treatment”.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan yang timbul
berkaitan dengan latar belakang yang telah disebutkan, antara lain:
1. Semakin banyaknya variasi motor produk China yang bersaing dengan motor
produk jepang dengan cara meniru model dan spesifikasi mesin khsusnya
Dayang Super X yang mirip dengan Honda Supra X.
2. Harga yang murah pada motor produk China patut dipertanyakan kandungan
unsur logam yang dimiliki.
3. Banyak pemilik motor China yang mengganti sparepart nya dengan sparepart
motor produk Jepang khususnya pada front gear chain.
4. Perbaikan sifat mekanik baja khususnya front gear chain motor Dayang Super
X dapat dilakukan dengan cara heat treatment (hardening atau annealing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti.
Maka akan dibatasi permasalahanya pada:
1. Bahan penelitian adalah front gear chain Dayang Super X dan Honda Supra
X.
2. Dilakukan Perlakuan Panas atau heat treatment dengan suhu pemanasan,
holding time, dan laju pendinginan yang efektif pada front gear chain Dayang
Super X.
3. Sifat fisis yang dibatasi pada pengamatan visual foto struktur mikro dan
komposisi kimia.
4. Sifat mekanik yang dibatasi pada tingkat kekerasan.
D. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik front gear chain Dayang Super X dan front gear
chain Honda Supra X?
2. Jenis perlakuan panas apakah (heat treatment) yang dilakukan untuk
memperbaiki sifat fisis dan mekanis front gear chain Dayang Super X agar
mendekati nilai kekerasan raw material front gear chain Honda Supra X?
3. Bagaimanakah karakteristik front gear chain Dayang Super X yang telah
mengalami heat treatment?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini memiliki
tujuan yaitu:
1. Menyelidiki karakteristik front gear chain Dayang Super X dan front gear
chain Honda Supra X.
2. Mengetahui jenis perlakuan panas (heat treatment) yang dilakukan untuk
memperbaiki sifat fisis dan mekanis front gear chain Dayang Super X agar
mendekati nilai kekerasan raw material front gear chain Honda Supra X.
3. Menyelidiki karakteristik front gear chain Dayang Super X yang telah
mengalami heat treatment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah Pengetahuan tentang kemajuan teknlogi di bidang metallurgi.
b. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta
khususnya di program Pendidikan Tehnik Mesin.
c. Sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menyelidiki secara langsung perbedaan kekerasan antara front gear
chain Dayang Super X sebelum mengalami proses heat treatment.
b. Memberikan informasi pada dunia industri khususnya produsen yang
memproduksi front gear chain Dayang Super X, tentang pentingnya nilai
kekerasan bagi umur pakai dari pada front gear chain.
c. Membantu dalam memperbaiki sifat mekanik sebagai usaha dalam
memperpanjang umur pakai front gear chain Dayang Super X.
d. Menumbuhkan motivasi bagi para peneliti metallurgy khususnya perlakuan
panas untuk mengoptimalkan penelitian-penelitian dibidang yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Roda Gigi Rantai Depan (Front Gear Chain / Sproket)
Dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang saling
bersinggungan pada kelilingnya salah satu diputar maka yang lain akan ikut
berputar pula. Alat yang menggunakan cara kerja semacam ini untuk
mentransmisikan daya disebut roda gesek. Cara ini baik untuk meneruskan daya
kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat. Guna mentransmisikan daya besar
dan putaran yang tepat tidak dapat dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini, kedua
roda tersebut harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda bergigi semacam
ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda gigi (Sularso:1997).
Roda gigi adalah elemen mesin berbentuk gigi yang berfungsi sebagai
ramsmisi gerak putar dan daya dari komponen mesin satu ke lainnya. Efisiensinya
mendekati 98% sehingga roda gigi banyak dipakai untuk membuat transmisi
motor penggerak ke poros yang digerakan.
Salah satu roda gigi yang sering digunakan didalam trasmisi motor
adalah roda gigi rantai. Roda gigi rantai adalah roda gigi yang berhubungan
dengan rantai sebagai penghubung antara roda gigi lain. Setiap roda gigi yang
digunakan untuk memindahkan trasmisi selalu mengalami gesekan di setiap gigi
nya. Karena gaya gesekan inilah sering kali mengurangi efisiensi dari daya mesin.
Dilihat dari klasifikasi berdasar bentuk alur giginya maka roda gigi
rantai termasuk dalam bentuk roda gigi lurus. Namun karena roda gigi ini
dihubungkan dengan rantai yang memiliki ketebalan yang kecil maka roda gigi ini
dapat dihubungkan dengan rantai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tabel 1. Klasifikasi Roda gigi (Sularso, 1997 : 212)
Letak Poros Roda gigi Keterangan
Roda gigi dengan
poros sejajar
Roda gigi Lurus, (a)
Roda gigi miring, (b)
Roda gigi miring ganda, (c)
(klasifikasi berdasar
atas bentuk alur gigi)
Roda gigi luar
Roda gigi dalam dan pinyon, (d)
Batang gigi dan pinyon, (e)
Arah putaran
berlawanan
Arah putaran sama
Gerakan lurus dan
berputar
Roda gigi dengan
poros
berpotongan
Roda gigi kerucut lurus (f)
Roda gigi kerucut spiral (g)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
(klasifikasi atas dasar
bentuk jalur gigi)
Roda gigi permukaan dengan poros
berpotongan (h)
(Roda gigi dengan
poros berpotongan
berbentuk istimewa)
Roda gigi dengan
poros silang
Roda gigi miring silang (i)
Batang gigi miring silang
Kontak titik gerakan
lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris, (j)
Roda gigi cacing selubung ganda
(globoid), (k)
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hyperboloid
Roda gigi hypoid (l)
Roda gigi permukaan silang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 1. Macam-macam roda gigi. Sularso (1997 : 213)
Gambar 2. Roda gigi rantai (http://hardiananto.wordpress.com)
2. Baja
Amstead (1997 : 49), baja adalah logam paduan antara unsur besi (Fe)
dengan karbon (C), kadar karbon dalam baja dapat mencapai 2% C. Di samping
kedua unsur dalam baja terdapat pula unsur-unsur dalam jumlah kecil seperti
mangan (Mn), silicon (Si), fosfor (P), belerang (S). Selain itu dapat mengandung
unsur-unsur paduan seperti khrom (Cr), nikel (Ni), wolfram (W), molibden (Mo)
dan sebagainya, bervariasi menurut kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Baja merupakan bahan teknik yang memiliki banyak sifat, secara umum
sifat bahan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu a. Sifat fisik yang
meliputi berat atom, berat jenis, ketahanan korosi, titik cair/leleh, titik didih,
panas, spesifik, daya hantar panas, tahanan listrik, ketahanan erosi dan sebagainya
namun sifat tersebut ditentukan oleh komposisi bahan dan struktur mikro, sebagai
contoh kadar cromium dapat memperbaiki sifat tahan terhadap korosi. b. Sifat
mekanik yang meliputi kekerasan, kekuatan, kekakuan, kerapuhan, keuletan,
modulus elastis dan sebagainya. c. Sifat teknologi yang meliputi mampu las,
mampu mesin, mampu cor dan sebagainya.
Baja mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, antara 40 - 200 kg/mm2.
Disamping itu baja juga mempunyai sifat keras dan ulet. Dengan kombinasi sifat
tersebut baja mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Sifat-sifat baja dapat diatur
dengan cara pengaturan komposisi kimianya, terutama kadar karbonnya. Semakin
tinggi kadar karbon dalam baja, semakin tinggi kekuatannya serta kekerasannya,
sementara keuletannya berkurang. Di samping itu sifat-sifat baja dapat diatur
dengan rekayasa struktur mikro dengan melalui proses perlakuan panas (heat
treatment).
Aolis Schomentz, Karl Gruber (1985 : 40 ) untuk struktur baja yang
tidak dipadu bentuk utama kristalnya terdiri dari tiga bentuk utama kristal :
a. Ferrit, kristal besi murni (ferrum = Fe)
Ferrit merupakan bagian baja yang paling lunak. Ferrit murni tidak akan
cocok andaikata digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang menampung
beban, karena kekuatanya kecil (gambar 3a). ferrit hanya terdapat pada baja yang
memiliki kadar karbon kurang dari 0,8%
b. Karbid besi (Fe3C)
Merupakan suatu senyawa kimia antara besi (Fe) dan karbon (C). dengan
meningkatnya kandungan C, maka membesar pula kadar sementitnya. Sebagai
unsure terstruktur tersendiri dinamakan sementit. Struktur keras, hanya terdapat
pada baja dengan kadar karbon lebih dari 0,8%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Perlit
Adalah besi karbon yang berkristal lembut, terdiri dari ferrit dan
sementit.
Gambar 3. Tampak Struktur baja zat arang. (a) Ferrit…0,0% C ; (b) ferrit +
perlit…0,10% C; (c) Ferrit + Perlit … 0,16% C; (d) Ferrit + perlit …
0,45% C; (e) Ferrit + perlit … 0,60%; (f) Perlit lamillar … 0,85 % C;
(g) perlit + sementit … 1,1% C; (h) perlit + sementit … 1,5% C.(Alois
Schonmetz, Karl Gruber, 1985 : 40)
B.H. Amstead, Pilips F. Ostwald dan Myron L. Begeman (1997 : 51) Secara garis
besar baja dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
a. Baja Karbon
Baja karbon adalah termasuk material logam ferro yang didefinisikan
sebagai paduan besi dan karbon dengan kadar karbon antara 0,08 - 2,0 %
(Wiryosumarto dan Okumura, 1985 : 89). Penggolongan baja karbon menurut
Smallman (1985 : 326), dibagi menjadi tiga macam, yaitu: baja karbon rendah (C
< 0,3 %), baja karbon menengah (0,30 - 0,70 %), dan baja karbon tinggi (0,7 < C
< 1,7 %). Sebagai unsur tambahan selain karbon, baja karbon mengandung unsur-
unsur (dalam jumlah kecil): mangan (Mn), silikon (Si), surfur (S), khrom (Cr) dan
sebagainya bervariasi menurut kebutuhan. Semakin tinggi kadar karbon dalam
baja karbon, semakin tinggi kekuatannya serta kekerasannya, akan tetapi keuletan
dan sifat mampu lasnya akan berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Amstead (1997 : 51) Berdasarkan tinggi rendahnya prosentase karbon di
dalam baja, maka baja karbon dikelompokkan menjadi tiga tingkatan:
1) Baja karbon Rendah
Baja karbon rendah adalah baja yang memiliki kadar karbon < 0,30% C
yang sangat mudah ditempa dimesin. Penggunaannya 0,05 % - 0,20 % C
digunakan untuk automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
0,20 % - 0,30 % C digunakan untuk shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
(M.Iqbal haqi, 2006 : 2).
2) Baja karbon sedang
Baja ini mengandung karbon antara 0,30% - 0,60 % C. Di dalam
perdaganga biasanya digunakan sebagai alat perkakas, baut. Poros engkol, roda
gigi, ragum, pegas, dan lain-lain.
3) Baja karbon tinggi
Baja ini mengandung karbon antara 0,70% -1,4 % C. Baja karbon ini
banyak digunakan untuk keperluan pembuatan alat konstruksi yang berhubungan
dengan panas yang tinggi atau dalam penggunaanya akan menerima dan
mengalami panas misalnya : landasan, palu, gergaji, pahat, kikir, bor, dan
sebagainya.
b. Baja Paduan
Baja paduan adalah material ferro yang mengandung unsur-unsur
paduan selain karbon seperti : nikel (Ni), khrom (Cr), molibden (Mo), mangan
(Mn), atau silisium (Si) yang berjumlah minimal 5 %. Elemen paduan
ditambahkan untuk menghambat laju dekomposisi austenit ke ferrit() dan
karbida (Ĉ) selama laku panas. Baja menjadi lebih keras (Van Vlack, 1983 : 386).
Menurut Schonmetz (1985), pengaruh unsur paduan dalam baja dapat
disebutkan sebagai berikut:
Silisium (Si) merupakan unsur paduan dalam jumlah kecil dalam semua
bahan besi dan jumlah besar pada jenis istimewa. Fungsinya adalah meningkatkan
kekuatan, kekerasan, ketahanan aus dan ketahanan terhadap panas dan karat,
forgeability, dan weldability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Mangan (Mn) seperti Si terkandung didalam semua bahan besi dan
dibutuhkan dalam jumlah besar pada jenis istimewa. Mn berperanan
meningkatkan kekuatan, kekerasan, kemampuan temper menyeluruh, ketahanan
aus, kekuatan pada pengerjaan dingin serta menurunkan kemampuan serpih.
Khrom (Cr) merupakan unsur terpenting untuk baja konstruksi dan baja
perkakas, baja tahan karat dan asam. Meningkatkan keuletan dan kekerasan,
kekuatan, batas rentang, ketahanan aus.kesudian diperkakas, kesudian temper
menyeluruh, ketahanan panas, kerak, karat dan asam. Menurunkan regangan
(dalam tingkat kecil).
Nikel (Ni) jika baja dan nikel dipadu maka akan mempunyai sifat : dapat
dilas, disolder, dapat dibentuk dengan baik dalam keadaan dingin dan panas, dapat
dipoles, dapat dimagnetisasi. Fungsi Ni meningkatkan : keuletan, kekuatan,
pengerasan menyeluruh, ketahanan karat, ketahanan listrik (kawat listrik) dan
menurunkan kecepatan pendinginan dan regangan panas (regangan terkecil
dimiliki baja invar dengan 36 % Ni).
Molybdenum (Mo) kebanyakan dipadu dengan baja dalam ikatan dengan
Cr, Ni, V. Meningkatkan kekuatan tarik, batas rentang, temperability, ketahanan
panas, dan batas kelelahan menurunkan regangan, kerapuhan pelunakan.
Vanadium (V) mempunyai sifat mirip Mo dalam baja, namun tanpa
mengurangi regangan. Meningkatkan kekuatan, batas rentang, keuletan, kekuatan
panas dan ketahanan lelah, suhu pijar dalam perlakuan panas. Menurunkan
kepekaan terhadap sengatan panas yang melewati batas pada perlakuan panas.
Wolfram (W) Unsur paduan penting untuk baja olah cepat. Mempunyai
titik lebur yang tinggi maka digunakan untuk kawat pijar dan logam keras.
Meningkatkan kekerasan, kekuatan, kekuatan panas menurunkan regangan
(sedikit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Perlakuan Panas (heat treatment)
Perlakuan panas adalah proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu
tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. (Bagyo Sucahyo,
1995: 192).
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam
dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis dan mekanis logam tersebut.
Baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat,
atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan pemesinan lebih lanjut. (B.H.
Amstead Philip F. Ostwald dan Myron L. Begeman, 1997: 135).
Perlakuan panas adalah suatu cara yang mengakibatkan perubahan
struktur bahan melalui penyolderan atau penyerapan panas: dalam pada itu bentuk
bahan tetap sama (kecuali perubahan akibat regangan panas) (Alois schonmetz,
1985:38).
Dapat disimpulkan bahwa perakuan panas adalah suatu cara untuk
meningkatkan sifat-sifat bahan agar lebih sempurna dengan cara memanaskan
bahan sampai suhu tertentu kemudian didinginkan dengan cara tertentu pula.
Maksud dan tujuan perlakuan panas tersebut meliputi:
a. Meningkatkan kekuatan dan kekerasan
b. Mengurangi tegangan
c. Melunakkan
d. Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengajaran sebelumnya.
e. Menghaluskan butir kristal yang akan berpengaruh terhadap keuletan bahan,
serta beberapa maksud yang lain.
Pada logam atom-atomnya tersusun teratur menurut suatu pola tertentu
dinamakan kristal. Pada umumnya kristal logam mempunyai susunan atom
tertentu, salah satu dari beberapa sistem kristal yang mungkin terjadi. Ada yang
kristalnya tersusun dari mutiplikasi bentuk sel satuan Body Centered Cubic
(BCC), Face cubic (FCC) dan Hexagonal Closed Pack (HCP) atau bentuk lain
(Gambar 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 4. Tiga Bentuk Utama Sel Satuan Dari Sistem Kristal Logam (a). Body
Centered Cubic (b). Face Centered Cubic; (c). Hekxagonal Closed
Pack (B.H. Amstead, Phillip F. Ostwald, Myron L. Begeman, 1997:
20).
Struktur semua logam terdiri atas kristal-kristal butiran yang
bergandengan satu sama lain dalam wujud dan ukuran yang berlainan. Kristal-
kristal itu terdiri atas bagian-bagian terkecil dari suatu unsur atau atom-atom.
Tinggi rendahnya kadar karbon mempengaruhi tinggi rendahnya suhu
kritis (batas zona struktur logam) sehingga menyebabkan perubahan bentuk
Kristal.
Gambar 5. Diagaram Fasa Besi – Karbon (B.H. Amstead, Pilips F.
Ostwald dan Myron L. Begeman, 1989 : 140)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pada proses perlakuan panas diperlukan pengetahuan tentang
transformasi fasa, sehingga memungkinkan memperoleh sifat-sifat mekanik bahan
dengan mengubah struktur mikro baja. Struktur yang terdapat pada baja antara
lain adalah:
a. Ferrite
Ferrite mempuyai sel satuan Body Centered Cubic (BCC) yang hanya dapat
menampung unsur karbon maksimum 0,025% pada temperatur 723° C.
Ferrite menjadi getas pada temperatur rendah, dan merupakan struktur yang
paling lunak pada baja.
b. Pearlite
Pearlite adalah campuran ferrite dan cementite berlapis dalam suatu struktur
butir. Laju pendinginan lambat menghasilkan pearlite kasar dan laju
pendinginan cepat menghasilkan pearlite halus, bersifat keras dan lebih
tangguh.
c. Austenite
Austenite mempunyai sel satuan kubus pusat badan atau Face Centered Cubic
(FCC) yang mengandung unsur karbon maksimum hingga 1,7%. Fasa ini
hanya mungkin ada pada temperatur tinggi.
d. Martensite
Martensite merupakan fasa larutan padat lewat jenuh dari karbon dalam sel
satuan tetragonal pusat badan atau Body Centered Tetragonal (BCT). Makin
tinggi kejenuhan karbon maka semakin keras dan getas. Jika baja didinginkan
secara cepat dari fasa austenite, maka sel satuan FCC akan bertransformasi
secara cepat menjadi BCC. Pendinginan yang cepat ini menyebabkan unsur
karbon yang larut dalam BCC tidak sempat keluar (terperangkap) dan tetap
berada dalam sel satuan tersebut. Hal ini menyebabkan distorsi sel satuan
sehingga sel satuan BCC berubah menjadi BCT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 6. Struktur Martensit hasil quenching dengan air pada baja paduan
rendah (ASM hand book, 2004 : 1438)
e. Cementite
Cementite merupakan senyawa bersifat sangat keras yang mengandung 6,67%
karbon. Cementite sangat keras, tetapi bila bercampur dengan ferrite yang
lunak maka kekerasan keduanya menurun.
f. Ledeburite
Ledeburite merupakan campuran eutektik antara austenite dan cementite,
mengandung 4,3% karbon dan terbentuk pada suhu 1130° C.
Macam-macam Proses Heat treatment/ perlakuan panas menurut Suharno (2007 :
23) terbagi menjadi 2 yaitu perlakuan panas Mekanik dan Kimia.
a. Perlakuan Panas Mekanik
1) Pengerasan (hardening)
Pengerasan (hardening) adalah proses pemanasan baja sampai suhu di
daerah atau di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat (B.H.
Amstead, Pilips F. Ostwald dan Myron L. Begeman, 1997: 144)
Pengerasan adalah perlakuan panas terhadap baja dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami baja (Alois Schonmetz dan Karl Gruber, 1985:45).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengerasan adalah
suatu kegiatan yang bermaksud untuk meningkatkan kekerasan baja dengan cara
memanaskan baja tersebut sampai terbentuknya suatu larutan padat (austenit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang terjadi akibat terurainya karbid besi menjadi besi dan zat arang kemudian
diikuti oleh proses pendinginan yang mendadak sehingga terbentuklah martensit.
Sebelum pelaksanaan pengerasan, maka jenis baja bahan asal benda
kerja, harus sudah dikenal. Bila kadar karbon diketahui, suhu pemanasanya dapat
dibaca dari diagram fasa besi-karbon (Gambar 5). Proses pengerasan bertujuan
untuk menambahkan kekerasan, kekuatan dan memperbaiki ketahanan baja dalam
pemakaian. Pengerasan dicapai dengan memanaskan baja hingga mencapai suhu
di atas suhu pengerasan kemudian didinginkan pada media pendingin yang
tersedia. Cara pemanasanya bertahap dan pada setiap penambahan. Suhu ditahan
selama beberapa menit sesuai dengan ukuran sampel, demikian seterusnya hingga
mencapai suhu di atas suhu pengerasan atau disebut suhu kritis (Gambar 5).
Baja dengan kadar karbon rendah sulit untuk dikeraskan. Dengan
meningkatnya kadar karbon sekitar 0,6 % kekerasan akan naik pula. Di atas
kenaikan harga karbon hanya sedikit pengaruhnya karena di atas suhu kritis baja
dalam keadaan anil terdiri dari perlit dan sementit yang bersifat keras. Baja yang
sebagian besar terdiri dari perlit dapat diubah menjadi baja yang keras (Suharno,
2007: 26). Sedang Amstead (1993 : 141), menyebutkan bahwa, bila sepotong
baja karbon rendah dipanaskan, tidak terjadi perubahan dalam ukuran butir sampai
titik Ac3, terjadi perubahan bentuk apabila samapai pada garis Ac3. Sedang
pendinginan yang cepat akan menghasilkan struktur yang kasar (keras).
Pemanasan yang lebih dari garis Ac3 mengakibatkan butir menjadi austenit
sehingga pendinginan akan menjadi lebih lama dan strukur yang timbul akan
menjadi lebih halus dan besar (lunak).
Benda dengan ukuran yang lebih besar umumnya akan menghasilkan
permukaan yang kurang keras meskipun kondisi perlakuan panas tetap sama. Hal
ini disebabkan terbatasnya panas yang dapat merambat ke permukaan. Oleh
karena itu kekerasan di dalam bagian benda akan lebih rendah daripada dib again
luar dan ada nilai batas tertentu. Namun air garam atau air akan menurunkan suhu
permukaan benda dengan cepat, yang diikuti penurunan suhu di dalam benda
tersebut sehingga diperoleh lapisan keras dengan ketebalan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Muh. Iqbal Haqi (2006 : 4), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
kekerasan pada perlakuan panas antara lain komposisi kimia yang mempengaruhi
suhu pemanasan, langkah perlakuan yang meliputi waktu tahan, dan media
pendinginan.
a) Suhu Pemanasan
Agar pemanasan pada proses pengerasan dapat berhasil yaitu mencapai
suhu austenisasi dengan baik yaitu di atas suhu kritis baja eutektik yaitu 723°C,
pemanasan menuju suhu pengerasan harus dilakukan secara bertahap (pemanasan
pendahuluan dan pemanasan akhir) agar tegangan pemanasan sedapat mungkin
tetap rendah. Suhu pemanasan ditentukan oleh kadar karbon dari sebuah baja
(gambar 5).
Pada pemanasan sebuah benda kerja, pertama-tama pojok yang menjulur
menjadi panas, kemudian pinggiran, setelah itu seragam sesuai dengan kenaikan
suhu yang tidak seragam itu sehingga timbul tegangan. Hal ini akan menjadi
semakin berbahaya, dengan semakin cepatnya pemanasan berlangsung. Benda
kerja yang besar dan suhu akhir yang tinggi memerlukan pelaksanaan beberapa
tahap dan di dalam setiap tahap membutuhkan cukup waktu untuk peralihan
panas.
Pemanasan akhir menuju suhu pengerasan harus berlangsung cepat
untuk mencegah rongga terak, penyerapan karbon permukaan dan pembentukan
butiran kasar. Juga di dalam daerah ini, kenaikan suhu sedapat mungkin harus
berlangsung merata kea rah inti. Penyebab paling sering terbentuknya rengatan
pengerasan karena pemanasan tidak merata pada benda yang dikeraskan.
Gambar 7. Perubahan Struktur Mikro Pada Proses Pengerasan (1). Struktur Awal;
(2). Struktur Austenit; (3) Struktur Martensit (Alois Schonmetz dan
Karl Gruber, 1985:46).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b) Waktu tahan (holding time)
Maksud dari penahanan pada suhu penambahan tersebut yaitu supaya
panas dapat merata ke seluruh benda kerja. Pada benda kerja yang bentukya tidak
teratur, benda harus dipanaskan perlahan-lahan agar tidak mengalami distorsi atau
pun retak semakin besar potongan benda, maka semakin lama waktu yang
diperlukan untuk memperoleh hasil yang merata. Menurut M.Iqbal Haqi (2006: 5)
Baja karbon memiliki waktu tahan yang berbeda-beda tergantung dari jumlah
kadar karbonya maka holding time yang dimiliki baja karbon adalah:
1. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah yang mengandung
karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 - 15 menit
setelah mencapai temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
2. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Carbon Menengah Dianjurkan
menggunakan holding time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
c) Pengejutan (Quenching).
Setelah benda kerja memperoleh suhu pengerasan yang merata hingga
intinya, maka benda kerja segera didinginkan dengan cepat dengan mencelupkan
ke dalam air, air garam, minyak atau bahan pendingin lainya sehingga atom-atom
karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat membentuk pearlit dan ferrit,
akibatnya austenit menjadi sangat keras yang disebut martensit. Suhu
pembentukan martensit akan makin rendah bila kandungan karbon tinggi. Namun
untuk pendinginan yang paling maksimal terletak pada air garam karena air garam
mampu membuat permukaan benda kerja tersebut akan mengikat zat arang dan
menjadi martensit (Bagyo sucahyo : 1993 : 195). Campuran air dan garam yang
paling efektif untuk pengerasan memiliki kadar 10 % Nacl (ASM Hand Book,
1991 : 222).
Untuk pengerasan baja karbon memiliki nilai kekerasan sendiri- sendiri
jika diklasifikasikan berdasarkan komposisinya dan dihubungkan dengan %
martensite yang dimilikinya. Menurut ASM hand book 1984 edition
mengklasifikasikan beberapa % karbon yang dihubungkan dengan nilai kekerasan
HRC dan jumlah persen martensite yang terkandung didalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tabel 2. Hubungan jumlah carbon dengan persen martensite. (ASM handbook,
1993 : 197)
Carbon,
%
Rockwell C hardness (HRC) with martensite contents of:
50% 80% 90% 95% 99%
0.18 31 35 37.5 39 43
0.23 34 37.5 40.5 42 46
0.28 36.5 40.5 43 44.5 49
0.33 39 43.5 46.5 48.5 52
0.43 44 48 51 53.5 57
0.48 46.5 52 54 57 60
Martensit mempunyai suatu struktur yang sangat halus seperti jarum. Di
samping itu, pelarutan unsure karbon dalam jumlah yang besar menyebabkan
terjadi perubahan lapisan kubusnya, serta mempunyai sifat sangat kuat dan keras,
tetapi rapuh. Pengerjaan baja untuk menghasilkan kondisi yang tidak seimbang
dapat dilakukan pengerjaanya dengan cara pengerasan (hardening) dan
penyepuhan (tepering).
Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsur paduan dan pada
saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar akan mempunyai banyak
martensit.
Amstead (1993 : 141), fase kristal dan besarnya butir yang terjadi akan
membentuk sifat baja. Apabila ferrit dan sementit di dalam perlit berbutir besar,
maka baja tersebut makin lunak sebagai akibat pendinginan lambat. Sebaliknya
baja menjadi semakin keras apabila memiliki martensit yang diperoleh pada
pendinginan cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Untuk memahami macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi
pada saat pendinginan, dapat diamati dari diagram TTT berikut.
Gambar 8. Digaram TTT (Kurva-S) (Bagyo Sucahyo, 1995:197)
Fase austenit stabil berada di atas suhu 770°C. pada suhu yang lebih
rendah akan terbentuk martensit dan mulai suhu ini martensit sudah tidak
tergantung pada kecepatan pendinginan.
Pada kenyataanya laju pendinginan sangat mempengaruhi hasil proses
hardening, bahkan bila dibandingkan pengaruh pemanasan maka pengaruh laju
pendinginan lebih besar dan lebih nyata. Laju pendinginan yang cepat akan
menghasilkan logam dengan kekerasan yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan laju pendinginan yang lambat. Waktu yang dibutuhkan agar didapatkan
kekerasan maksimal adalah kurang dari satu menit. Laju pendinginan ini
dipengaruhi oleh viskositas atau kekentalan bahan pendinginan. Jika bahan
pendingin berupa cairan semakin rendah viskositasnya akan lebih mudah
menyerap panas sehingga laju pendinginan logam pada proses hardening akan
semakin cepat karena laju perpindahan kalor dari benda ke bahan pendingin lebih
besar. Berbeda dengan bahan pendingin dengan viskositas yang semakin tinggi
maka penyerapan panas juga akan semakin lambat sehingga pendinginan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lambat atau bahkan bertahap. Laju pendinginan yang cepat akan menghasilkan
besi atau baja dengan kekerasan yang lebih tinggi.
2) Flame hardening
Flame hardening atau pengerasan dengan nyala api terbuka adalah
pemanasan yang disusul dengan pencelupan permukaan. Pemanasan dilakukan
dengan nyala oksi asetilen yang dibiarkan memanasi permukaan logam sampai
mencapai suhu kritis (Amstead, 1997:155). Cara ini sangat efektif untuk baja
dengan kandungan karbon cukup tinggi lebih dari 0,4 % C). Sebelum diperkeras
sebaiknya komponen dinormalising, sehingga didapat kulit dengan struktur
martensit (sedalam 4 mm) dan inti ferrite-pearlite yang ulet.
Dalam hal ini tempering juga diperlukan, dapat dengan nyala api ataupun dalam
dapur tempering. Baja-baja ini dipijarkan bebas tegangan dan ditemper keras
sebelum pengerasan. Permukaan yang akan dikeraskan dipanaskan sedemikian
cepat dengan sebuah pembakar acetylene-zat asam (1:1) atau pembakar gas
penerangan zat asam (1:0,6) sampai suhu pengerasan, sehingga akibat
kelembaman penghantaran panas, hanya lapisan atas saja yang terliput. Langsung
setelah ini dilakukan pengejutan dengan guyuran air tekanan yang mengikuti
pembakar sebelum panas meresap kedalam lapisan yang terletak lebih dalam lagi
3) Pelunakan (annealing)
Proses annealing adalah perlakuan panas pada bahan dimana bahan
tersebut dipanaskan pada temperatur tertentu, dan mendinginkannya dengan
lambat sampai temperatur ruangan (Amstead, 1997:150). Metode pendingin
dilakukan dengan mematikan furnace (furnace cooled). Tujuan dari proses
annealing adalah menghilangkan tegangan sisa dan menghindarkan terjadinya
retakan panas (Van vlack, 1983:437)
Semua temperatur pada annealing juga telah ditentukan berdasarkan
macam-macam annealing, untuk suhu pemanasan berdasarkan jumlah karbon
maka dapat dilihat di diagram fasa besi karbon (gambar 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4) Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai
fase austenit yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media
pendingin udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan fertit namun hasilnya jauh
lebih mulus dari anneling. Prinsip dari proses normalizing adalah untuk
melunakkan logam. Tujuan dari normalisasi ini adalah untuk membentuk butir
halus dan seragam (Van Vlack, 1983:441).
5) Tempering
Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperatur sedikit di
bawah temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya
dipertahankan sampai merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan dalam
media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal
ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan
menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena
dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa
pengerasan dan ini tergantung oleh kadar karbon.
b. Perlakuan Panas Kimia
1) Karburizing / pengkarbonan
Karbonisasi atau carburizing adalah cara pengerasan dengan proses
penambahan unsur karbon pada permukaan baja karbon rendah, pemanasan
karbonisasi dilaksanakan pada suhu 850°– 950° C. Unsur karbon dapat diperoleh
dari arang kayu, arang tempurung kelapa atau suatu material yang mengandung
unsur karbon. Pengarbonan bertujuan memberikan kandungan karbon yang lebih
banyak pada bagian permukaan dibanding dengan dinding bagian dalam, sehingga
kekerasan pada permukaan lebih meningkat. Tebal lapisan yang dikarbonasikan
dalam lingkungan yang menyerahkan karbon tergantung dari waktu, dan suhu
karbonisasi. Menurut Suharno (2007 : 29) Untuk kedalaman penetrasai unsur C
pada permukaan baja adalah 0,5–2 mm dengan kadar karbon pada permukaan
tersebut 0,75 – 1,2 % Karbonisasi dapat dilakukan dengan tiga (3) cara, yaitu
Karbonisasi padat, Karbonisasi cair dan Karbonisasi gas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Nitriding
Nitriding atau nitrasi adalah suatu proses penambahan unsur nitrogen
pada permukaan baja. Proses nitriding menggunakan gas ammonia (NH3) pada
temperature 480-650°. (Suharno, 2007 : 29)
Atom nitrogen yang terbentuk akan bereaksi dengan besi pada permuaan
benda kerja. Baja hasil nitriding akan mempunyai ketahanan aus, ketahanan fatik,
dan ketahanan korosi dalam udara atau uap air yang lebih tinggi. Benda kerja
proses nitriding harus sudah dikerjakan dengan mesin sebaik mungkin tetapi
belum digerinda akhir. Keuntungan proses ini adalah tidak perlu dilakukan
pengejutan, tetapi sudah diperloeh kekerasan yang tinggi.
3) Cyaniding
Cyianiding merupakan proses penambahan unsur nitrogen dan karbon
pada permukaan baja. Kedalaman penetrasi nitrogen dan karon adalah 0,1 dan 0,2
mm (Suharno, 2007 : 30). Hasil proses ini adalah baja yang mempunyai
peningkatan kekerasan pada permukaan, ketahanan aus, batas fatik. Proses ini
sangat baik untuk benda kerja dengan ukuran kecil/medium, misalnya roda gigi,
piston, piston pin, poros kecil
Pada penelitian ini proses perlakuan panas yang digunakan adalah
hardening (pengerasan) atau annealing (pelunakan), karena jenis perlakuan ini
sering digunakan untuk melunakkan atau mengeraskan pada benda kerja
khususnya adalah baja karbon rendah. Proses perlakuan panas hardening
dilakukan apabila nilai kekerasan front gear chain dayang Super X lebih dibawah
daripada nilai kekerasan front gear chain Honda Supra X. sebaliknya apabila nilai
kekerasan front gear chain dayang Super X lebih besar dari pada pada front gear
chain Honda Supra X maka akan dilakukan proses perlakuan panas annealing.
Semua faktor yang mempengaruhi proses perlakuan panas diatas pada
baja karbon dapat ditentukan melalui literature.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Kekerasan Bahan
Pengertian umum kekerasan ialah penolakan suatu bahan atau material
melawan desakan suatu bahan lain (Schonmetz dan Karl Gruber, 1990: 195).
Pengujian kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai,
karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang relatif kecil tanpa kesukaran
mengenai spesifikasi.
Ada beberapa cara untuk mengukur kekkerasan suatu material,
diantaranya adalah:
a. Pengujian Kekerasan Brinell (HB)
Pengujian kekerasan brinell adalah pengujian kekerasan material yang
dilakukan dengan menekankan sebuah bola baja atau logam yang sangat keras
kedalam permukaan licin benda uji dalam sebuah mesin uji dengan suatu tekanan
F (daN) yang dinaikan secara perlahan-lahan. (Schonmetz dan Karl Gruber, 1990:
195). Setelah beban dilepaskan, maka garis tengah d (mm) dampak tekan bola
yang terjadi diukur dibawah kaca pembesar atau mikroskop. Dengan pertolongan
besaran D, F dan d, kemudian dibaca kekerasan brinel HB dalam daN/mm2 dari
sebuah tabel.
b. Pengujian Kekerasan Vickers (HV)
Dalam pengujian kekerasan vickers peran sebagai badan pendesak
dimainkan oleh pucuk sebuah piramid intan yang bertekanan tanpa kejutan pada
segenap benda uji yang benar – benar rata dan polos. Beban normal: 3,5; 10; 30;
dan 60 daN, lama pembebanan 30 detik. Semakin tipis benda uji, maka semakin
kecil pula beban yang dipilih.
Dampak tekan yang berbentuk bujur sangkar tersebut didalam mesin uji
diperbesar dan ditampilkan dalam layar. Ukuran sisi – sisi miringnya dapat dibaca
dengan sebuah alat ukur halus dengan ketepatan 0,001 mm. dari nilai rata –
ratanya dan besar beban, dicari angka kekerasan dari tabel yang telah
distandarisasi dalam DIN 50.133 (Schonmetz, 1990: 197).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Pengujian Kekerasan Rockwell (HR)
Pengujian kekerasan Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda penguji yang berupa
bola baja ataupun kerucut diamon. Benda penguji tersebut ditekankan pada
permukaan material uji.
Pengujian kekerasan Rockwell cocok untuk semua material yang keras
maupun yang lunak penggunaannya sederhana dan penekanannya dapat leluasa.
(Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1992: 31).
Cara Rockwell banyak digunakan karena dengan cepat dapat diketahui
kekerasan tanpa banyak mengukur dan menghitung seperti cara Brinell dan
Vickers, nilai kekerasan dapat langsung dibaca setalah pembebanan utama
dihilangkan, di mana beban awal masih menekan bahan tersebut (Edih Supardi,
1999: 68). Bentuk gambar dari alat uji kekerasan rockwell dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Alat Uji Kekerasan Rockwell (Engkos Koswara dan Hardi
Sudjana1999: 22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 3. Beban, Indentor dan Skala Kekerasan (Engkos Koswara dan Hardi
Sujana, 1999: 16) Simbol
Skala
Penekan Beban Skala Warna
Angka Awal Utama Jumlah
A
B
C
D
E
F
G
H
K
L
M
P
R
S
V
Kerucut intan 120
Bola baja 1.558 mm (1 / 16”)
Kerucut intan 120
Kerucut intan 120
Bola baja 3.175 mm (1 / 8”)
Bola baja 1.558 mm (1 / 16”)
Bola baja 1.558 mm (1 / 16”)
Bola baja 3.175 mm (1 / 8”)
Bola baja 3.175 mm (1 / 8”)
Bola baja 6.35 mm (1 / 4”)
Bola baja 6.35 mm (1 / 4”)
Bola baja 6.35 mm (1 / 4”)
Bola baja 12,7 mm (1 / 2”)
Bola baja 12,7 mm (1 / 2”)
Bola baja 12,7 mm (1 / 2”)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
50
90
140
90
90
50
140
50
140
50
90
140
50
90
140
60
100
150
100
100
60
150
60
150
60
100
150
60
100
150
100
130
100
100
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
Hitam
Merah
Hitam
Hitam
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 4. Skala Kekerasan dan Pemakaiannya (Engkos Koswara dan Hardi Sujana,
1999: 17) Skala Pemakaian
A
B
C
D
E
F
G
H
K
L
M
P
R
S
V
Untuk carbida cementite, baja tipis dan baja dengan lapisan keras yang tipis.
Untuk paduan tembaga, baja lunak, paduan alumunium dan besi tempa.
Untuk baja, besi tuang keras, besi tempa perlitik, titanium, baja dengan lapisan keras
yang dalam, dan bahan-bahan lain yang lebih keras dari pada skala B-100
Untuk baja tipis, baja dengan lapisan keras yang sedang dan besi tempa perlitik.
Untuk besi tuang, paduan alumunium, magnesium dan logam-logam bantalan.
Untuk paduan tembaga yang dilunakkan dan plat lunak yang tipis.
Untuk besi tempa, paduan tembaga, nikel-seng, dan tembaga nikel.
Untuk alumunium, seng, dan timbal.
Untuk logam bantalan dan logam yang sanagat lunak lainnya atau bahan yang tipis.
Sama dengan skala K
Sama dengan skala K
Sama dengan skala K
Sama dengan skala K
Sama dengan skala K
Sama dengan skala K
Cara pengoperasian alat uji kekerasan Rockwell adalah sebagai berikut:
pertama-tama suatu beban pendahuluan dikenakan pada material uji, biasanya
dengan pembebanan uji sebesar 10 daN dan kemudian petunjuk jam ukur disetel
pada nol (gambar 10 b). Setelah itu, beban ditingkatkan menjadi 150 daN (beban
tambahan 140 daN) sehingga tercapai kedalaman pembenaman terbesar.
Kemudian beban tambahan 140 daN ditiadakan, namun beban awal 10 daN
dipertahankan (gambar 9 c, d).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 10. Pengujian Kekerasan Rockwell
(Schonmetz, 1990:198).
5. Pengujian Sruktur Mikro
Struktur bahan dalam orde kecil sering disebut struktur mikro. Struktur
ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi dapat dilihat dengan
menggunakan alat pengamat struktur mikro diantaranya : mikroskop electron,
mikroskop field ion, mikroskop field emission, dan mikroskop sinar – X.
penelitian ini mengunakan mikroskop cahaya, adapun manfaat dari
pengamatan struktur mikro ini adalah:
1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan cacat
pada bahan.
2. Memperkirakan sifat bahan jika hubungan tersebut sudah diketahui.
Persiapan yang harus dilakukan sebelum mengamati struktur mikro
adalah pemotongan spesimen, pengampelasan dan pemolesan dilanjutkan
pengetsaan. Setelah dipilih bahan uji dan diratakan kedua permukaannya, setelah
memastikan rata betul kemudian dilanjutkan dengan proses pengampelasan
dengan nomor kekasaran yang berurutan dari yang paling kasar (nomor kecil)
sampai yang halus (nomor besar). Arah pengampelasan tiap tahap harus diubah,
pengampelasan yang lama dan penuh kecermatan akan menghasilkan permukaan
yang halus dan rata. pemolesan dilakukan dengan autosol yaitu metal polish,
bertujuan agar didapat permukaan yang rata dan halus tanpa goresan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
terlihat mengkilap seperti kaca. Langkah terakhir sebelum melihat struktur mikro
adalah dengan mencelupkan spesimen dalam larutan etsa dengan posisi
permukaan yang dietsa menghadap keatas. Selama pencelupan akan terjadi reaksi
terhadap permukaan spesimen sehingga larutan yang menyentuh spesimen harus
segar/baru, oleh karena itu perlu digerak-gerakkan. Kemudian spesimen dicuci,
dikeringkan dan dilihat atau difoto dengan mikroskop logam. Pemeriksaan
struktur mikro memberikan informasi tentang bentuk struktur, ukuran dan
banyaknya bagian struktur yang berbeda.
Gambar 11. Pemeriksaan Benda Uji dengan Mikroskop Metalurgi.
A. Contoh yang dietsa sedang diperiksa dengan mikroskop;
B. Penampilan contoh melalui mikroskop (Amstead, 1997:23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
6. Penelitian yang Relevan
Ahmad Aniq Sofiyyudin (2007), telah melakukan penelitian tentang
pengaruh suhu carburizing menggunakan media arang batok kelapa terhadap
kekerasan dan ketahanan aus roda gigi baja aisi 4140. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan nilai kekerasan yang baik dan dan memiliki hasil foto struktur
mikro yang baik pula. Penelitian ini dilakukan dengan memfariasikan suhu
holding time pada carburizing serta hasil carburizing tersebut dilakukan
quenching agar didapatkan hasil yang lebih maksimal dari benda kerja yang
dilakukan. Hasil terbaik terdapat pada variasi suhu holding time pada suhu 950°C
serta yang mengalami quenching. Hasil foto struktur mikro juga terdapat martensit
yang jumlahnya sangat banyak sekali dan memiliki daerah intens yang termasuki
oleh karbon yang menjadi martensit menjadi sangat dalam sekali daripada variasi
suhu yang lain.
Pramuko Ilmu Purboputro (2009), meneliti tentang cara peningkatan
kekakuan pegas daun dengan cara quenching. Pada penelitianya ini benda kerja/
specimen yang digunakan adalah pegas daun pada kendaraan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prosentase komposisi kimia, fasa penyusun struktur
mikro, kekerasan dan harga impact spesimen raw material maupun hasil perlakuan
panas dengan variasi pendinginan dari komponen pegas daun,. Material uji yang
digunakan adalah pegas daun L300 dengan pengujian yang dilakukan meliputi uji
komposisi kimia, impact, struktur mikro dan kekerasan dengan variasi quenching
air garam, quenching air quenching oli dan annealing. Pegas yang digunakan
adalah pegas dengan komposisi carbon 0,30% dan hasil yang paling bagus dan
memiliki nilai kekerasan tertinggi adalah dengan cara quenching air garam yang
nilai kekerasanya menjadi 598,75 VHN. Hasil paling liat ditunjukkan pada proses
annealing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka Pemikiran
Penggunaan bahan baja pada konstruksi mesin tidak terlepas dari proses
pengerjaan dan pengolahan baja itu. Agar komponen mesin yang terbuat dari
bahan baja dapat digunakan secara maksimal maka perlu adanya proses perlakuan
panas yang dapat memperbaiki sifat fisis dan mekanis dari baja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dan
kekerasan baja front gear chain Motor Honda Supra X dan Dayang Super X
sebelum mengalami proses heat treatment. Setelah diketahui komposisi dan
kekerasan yang sesungguhnya maka dapat diketahui pula perlakuan panas yang
dapat dilakukan hardening atau annealing. Pada penelitian ini proses heat
treatment yang digunakan adalah hardening. Karena dari pengamatan peneliti dan
asumsi masyarakat bahwa front gear chain Dayang Super X lebih jelek dan dapat
dipastikan lebih lunak dari pada front gear chain Honda Supra X. Sehingga
penggolongan baja pada front gear chain Dayang memiliki kasta yang lebih
rendah dari pada Honda Supra X. Jika sprocket banyak menggunakan material
baja karbon sedang maka Dayang sendiri menggunakan baja karbon rendah
karena lebih jelek.
Dari perlakuan panas hardening diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor
didalamnya yang meliputi suhu pemanasan, penahanan panas, laju pendinginan,
dan media yang digunakan. Faktor-faktor tersebut yang akan diterapkan pada
penelitian ini dipraktekkan dengan menggunakan literature. Sehingga dari
pengamatan peneliti maka holding time yang akan dilakukan adalah antara 5 – 15
(5, 10, 15 menit) mengingat sprocket Dayang lebih jelek dan diklasifikasikan
golongan karbon yang dibawah dari standart yaitu dibawah golongan baja karbon
sedang yaitu baja karbon rendah.
Setelah proses perlakuan panas dilakukan maka diketahui karakteristik
fisis maupun mekanis yang meliputi struktur mikro, nilai kekerasan pada front
gear chain Dayang Super X, sehingga dapat dibandingkan dengan sifat fisis dan
mekanis raw material front gear chain Honda Supra X dan Dayang Super X.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Sifat fisis dan mekanis raw material front gear chain Dayang Super X lebih
jelek dari pada Honda Supra X dengan memiliki struktur martensit dan nilai
kekerasan yang lebih rendah.
2. Jenis perlakuan panas yang dilakukan adalah hardening untuk memperbaiki
sifat fisis dan mekanis raw material front gear chain Dayang Super X.
3. Didapatkan sifat fisis dan mekanis yang terbaik pada proses hardening
quenching air garam 10 % pada holding time 10 menit dengan mengandung
banyak martensit dan memiliki kekerasan yang mendekati raw material
Honda Supra X.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi dimana informasi diperoleh untuk
menyatakan kebenaran penelitian. Adapun yang menjadi tempat penelitian ini
adalah di laboratorium mechanic of material tehnik mesin D3 UGM Yogyakarta
untuk pengujian struktur mikro, laboratorium bahan Teknik Mesin UNS untuk
pengujian distribusi kekerasan, laboratorium POLMAN Klaten untuk pengujian
komposisi kimia, laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta untuk pelaksanaan
heatreatment hardening. Tempat tersebut dipilih dengan alasan bahwa proses
pengujian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga apabila dikaitkan
dengan pokok permasalahan yang akan diteliti telah memenuhi syarat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan kurang lebih 6 bulan, dari bulan Juli 2010
sampai bulan Desember 2010. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan sebagai
berikut :
1. Pengajuan judul : 15 – 26 Maret 2010
2. Pembuatan proposal : 30 Maret – 22 Mei 2010
3. Seminar proposal : 27 Mei 2010
4. Revisi Proposal : 31 Juni – 25 Juni 2010
5. Perijinan : 28 Juni – 2 Juli 2010
6. Penelitian : 5 Juli – 5 Agustus 2010
7. Analisis data : 9 Agustus – 27 Agustus 2010
8. Penulisan laporan : 30 Agustus – 14 Desember 2010
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif dan
eksperimen. Yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengamati gejala atau
fenomena yang terjadi namun dari gejala yang timbul itu dilakukan eksperimen
agar terjadi hasil yang dapat dianalisis dan disajikan dalam bentuk informatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Suharsimi Arikunto,(2005 : 245) mengemukakan bahwa penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan Jadi tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Suharsimi Arikunto (2005 : 6) mengemukakan bahwa penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan sengaja membangkitkan
timbulnya sesuatu kejadian kemudian diteliti akibatnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis dari
front gear chain Honda Supra X dan Dayang Super X serta mengetahui hasil
perlakuan yang dilakukan pada front gear chain Dayang Super X yang meliputi
sifat fisis dan mekanis. Untuk itu perlu dua metode penelitian yaitu deskriptif dan
eksperimen dimana penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang
menghasilkan angka-angka.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1992: 115) menyatakan bahwa
”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam proyek
penelitian adalah front gear chain yang digunakan pada sepeda motor. Sedangkan
untuk penelitian ini adalah dikhususkan pada front gear chain Dayang dan Honda.
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel penelitiannya diambil dengan menggunakan
”Purposive Random Sampling” Yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan
atas ciri-ciri atau sift-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Hadi Sudjana, 2000)
pada proyek penelitian sampelnya adalah front gear chain Dayang Super
X dan front gear chain Honda Supra X yang mengalami heat treatment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Dilakukan dengan cara pengujian hardening pada front gear chain motor
Dayang Super X dan pengamatan (observasi) terhadap objek penelitian dan
dibandingkan dengan front gear chain motor Honda Supra X yang sebelumnya
sudah diamati karakteristiknya.
2. Pelaksanaan Eksperimen
a. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1) Sebuah produk Front Gear Chain motor Dayang Super X dengan mata
gigi 14 dan front gear chain Honda Supra X.
2) Resin + katalis
3) Autosol untuk poles
4) Alkohol
5) HNO3 2,5% untuk etsa
6) Air garam 10 % untuk quenching
b. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1) Alat uji komposisi kimia spektrometer, merk Hilger, type E 2000/Fe
milik laboralorium POLMAN Ceper, Klaten, Jawa Tengah
2) Gergaji tangan dan meta cut machine milik laboratorium mechanic of
material tehnik mesin D3 UGM Yogyakarta.
3) Alat uji struktur mikro mikroskop optik milik laboratorium mechanic of
material tehnik mesin D3 UGM Yogyakarta.
4) Alat uji distribusi kekerasan Knoop Vickerss Microhardness Tester
model MXT 70 milik laboratorium mechanic of material fakultas teknik
mesin S1 UNS Surakarta.
5) Alat mounting dan mesin poles milik fakultas Teknik Mesin UNS.
6) Furnace Machine milik laboratorium centre MIPA UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Desain Penelitian
a. Tahap Eksperimen
Start
Front Gear Chain
Dayang Super X Front Gear Chain
Honda Supra X
Uji
Metalografi
Uji
Metalografi
Uji Kekerasan
Hasil
(Rocwell & Mikro Vikers)
Uji
Metalografi
Uji
Komposisi
Heat treatment
(hardening)
Uji Kekerasan
Hasil
(Rocwell & Mikro
Vikers)
Hasil Hardening
Analisa data
Kesimpulan
Uji
Komposisi
Uji Kekerasan
Hasil
(Rocwell & Mikro Vikers)
Hasil Raw
material
Analisis dan
kesimpulan awal
Variasi holding time
hardening
Baja karbon rendah
5-15 menit
Baja karbon sedang
15-25 menit
Gambar 12. Desain Penelitian
Finish
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dalam penelitian ini langkah-langkahnya meliputi pengadaan Front
Gear Chain / sproket Motor Dayang Super X dengan mata gigi 14, Sebelum
proses heat treatment dilakukan, terlebih dahulu benda uji dilakukan uji
komposisi dan uji kekerasan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui front
gear chain yang mempunyai nilai kekerasan yang tinggi. Jika nilai kekerasan
front gear chain dayang Super X lebih kecil maka dapat dilakukan proses
perlakuan panas hardening. Dilanjutkan dengan preparasi bahan dengan cara
memotong bahan dengan peralatan yang telah disediakan. Setelah bahan siap
maka dapat dilakukan proses hardening, dan selanjutnya hasil dari bahan yang
telah dihardening dapat dikarakterisasi yang meliputi distribusi kekerasan, dan
pengujian struktur mikro. Hasil dari karakterisasi tersebut dapat dibandingkan
dengan hasil kekerasan dan struktur mikro front gear chain motor Honda Supra X
non heatratment. Lokasi yang akan diperiksa adanya gradasi kekerasan adalah
dari permukaan menuju ke daerah dalam. Oleh karena itu, dipilih lokasi sampling
seperti pada gambar. Hasil pengujian kekerasan dan komposisi tersebut juga harus
dibandingkan dengan struktur mikronya pada lokasi yang bersangkutan.
Gambar 13. Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan titik pengujian kekerasan dengan
mengetahui distribusi kekerasan yang menggunakan
pengujian kekerasan Makro Rockwell dan mikro Vickers
1. Pengujian Makro Rockwell diambil di 6 daerah
dengan 3 titik di tiap daerahnya pada jarak 1 mm
dari tepi dan dengan jarak antara 2 mm.
2. Pengujian mikro Vickers diambil dari tepi dengan
jarak 0.1 mm. Tiap daerah terdapat 3 titik dengan
jarak 0,4 mm dari tepi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Penyiapan Bahan
Dalam penelitian ini langkah-langkahnya meliputi pengadaan front gear
chain Honda Supra X dan Dayang Super X yang dilanjutkan karakterisasi yang
tediri dari pengujian komposisi, distribusi kekerasan, dan pengujian struktur
mikro.
Pemotongan spesimen dilakukan dengan membelahnya menjadi
beberapa bagian yang tiap bagiannya memiliki 3 mata gear. Pemotongan pada
front gear chain dengan menggunakan pemotong gergaji tangan dan meta cut D3
fakultas teknik UGM. Untuk langkah persiapan spesimen uji komposisi kimia
adalah cukup dengan pemolesan permukaan front gear chain sehingga benar-
benar halus dan rata.
Gambar 14. Pemotongan Spesimen Dayang Super X persiapan heat
treatment
Gambar 15. Spesimen front gear chain Honda Supra X dan Dayang Super
X Uji Komposisi Kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Untuk persiapan pengujian Sturuktur mikro dan mikro vickers Langkah-
langkah Persiapan Spesimen berikut:
Memotong melintang supaya dihasilkan bagian mata gigi.
1) Pemotongan dimaksudkan agar didapatkan potongan yang mudah untuk
diuji.
2) Membuat cetakan (mounting) untuk setiap baja yang telah dipotong
melintang menggunakan campuran antara resin dan katalis dalam cetakan
karet.
3) Mengamplas menggunakan mesin poles menggunakan kertas amplas dari
grid 400#, 600#, 800#, 1000# dan 1500#.
4) Memoles menggunakan kain bludru dan pasta poles autosol.
5) Membersihkan spesimen dengan sabun cuci.
6) Mengeringkan spesimen menggunakan hair drier.
7) Membersihkan permukaan spesimen dengan alkohol.
8) Menyimpan spesimen dalam desikator.
Gambar 16. Spesimen Uji Kekerasan Mikro Vickers dan Uji Stuktur Mikro
pada raw material front gear chain Honda Supra X dan Dayang
Super X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sedang untuk persiapan pengujian kekerasan makro Rockwell memiliki
langkah-langkah berikut
1) Menghilangkah permukaan gear yang tidak rata agar didapatkan
permukaan yang rata sehingga didapatkan permukaan sisi atas dan bawah
yang rata
2) Pengamplasan benda agar didapatkan benda kerja yang benar-benar rata
dengan amplas ukuran 1000#
Gambar 17. Spesimen Uji Kekerasan makro Rocwell
c. Pengujian Komposisi
Tujuan pengujian komposisi kimia adalah untuk mengetahui kadar
unsur-unsur yang terkandung di dalam front gear chain, sehingga dapat diketahui
spesifikasi baja front gear chain dan selanjutnya dapat dirumuskan proses
pembuatannya. Pengujian komposisi kimia dilakukan menggunakan alat uji
komposisi kimia spektrometer, merk Hilger, type E 2000/Fe milik laboratorium
POLMAN, Ceper , Klaten.
Adapun Langkah pengujian komposisi kimia adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat uji komposisi kimia, Spectrometer.
2) Memasang benda uji diatas landasan. Benda uji harus menutupi lubang
pada alat uji minimal diameter 14 mm, bila terjadi kebocoran maka mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
uji tidak bekerja dengan benar, karena pada waktu penembakan gas argon
akan terjadi kebocoran.
3) Menghidupkan mesin. Pada tahap ini terjadi penyemburan gas berupa gas
argon dengan temperatur 4000°C - 8000° C selama kurang dari 30 detik.
4) Hasil pembakaran berupa cahaya yang berwarna yang kemudian menuju
optik dan dibiaskan berupa warna unsur dan ditangkap oleh detektor dalam
jumlah persen.
5) Melihat pada layar komputer hasil dari penembakan dan bisa dicetak pada
kertas yang sudah disediakan.
d. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan pada front gear chain Motor Dayang
Super X yang sebelum dan sesudah proses heatreatmnt hardening yang juga
dilakukan pada front gear chain Honda Supra X. Spesimen dipotong melintang
untuk mendapatkan permukaan gigi serta bagian-bagian yang lain dipermukaan
yang telah disebutkan. Setelah melalui tahap persiapan spesimen. Pengujian
kekerasan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan yang harus dimiliki
oleh front gear chain motor Dayang Super X yang telah mengalami proses
hardening, distribusi kekerasan dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
perbedaan tingkat kekerasan di bagian permukaan.
Alat uji kekerasan yang digunakan adalah pengujian kekerasan Rockwell
model HR-150 A yang disetel pada skala A dan pengujian kekerasan mikro
vikerss yang digunakan telah diuji kelayakanya dan telah dikalibrasi dan diset
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Alat yang digunakan sama. Alat uji
kekerasan yang ada di S1 Fakultas Teknik Mesin UNS, sehingga alat tersebut
yang digunakan. Untuk pengujian makro Rockwell benda yang digunakan tidak
harus diresein terlebih dahulu karena resin yang kurang cocok dengan kriteria
akan mengalami deformasi pada permukaan resin sehingga akan sulit sekali
menemukan kekerasan yang cocok. Untuk pengujian mikro vickers menggunakan
mesin model HWMMT-X7 S1 Fakultas Teknik Mesin UNS, namun untuk
pengujian ini harus diresin dahulu agar benda yang diuji bisa di geser-geser.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Langkah-langkah pada pengujian makro Rocwell dilakukan dengan cara
berikut:
1) Memasang identor untuk pengujian spesimen ini yaitu identor berbentuk
kerucut intan 120, serta memasang alas pengujian yang rata.
2) Memasang beban yang diseting pada beban 60 kg
3) Menentukan titik untuk pengujian dengan menempelkan indentor pada
spesimen tersebut dengan cara memutar ragum agar menempel persis.
4) Menyeting dial gage pada posisi nol dan menarik tuas crank handle untuk
memulai penekanan indentor.
5) Mendorong reset motor agar dial gage menunjukkan angka sebenarnya
dari pengujian kekerasan rocwell terebut.
Langkah-langkah pengujian kekerasan mikro front gear chain :
1) Memasang identor piramida intan dengan beban 10 gf dan memilih waktu
uji 10 detik dengan cara menekan tombol ’enl’. Melepaskan identor
dengan menekan tombol ’cl’.
2) Mengganti identor dengan lensa obyektif yang mempunyai perbesaran 10
kali, sehingga perbesaran totalnya 450 kali.
3) Mengamati jejak menggunakan mikroskop dan menetapkan posisi dua
buah garis sejajar pada ujung-ujung diagonal jejak.
4) Menekan tombol ’read’ untuk menampilkan angka kekerasan
5) Menekan tombol load untuk membersihkan data sebelumnya
a
)
b
)
Gambar 18. Mesin uji kekerasan. a) Uji kekerasan Rockwell, b) Micro Vickers
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
e. Pengujian Struktur Mikro
Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui struktur mikro
front gear chain raw material Honda Supra X dan Dayang Super X serta hasil
perlakuanya, korelasinya dengan komposisi kimia serta kemungkinan proses heat
treatment yang dilakukan. Pengujian struktur mikro dilakukan menggunakan
mikroskop optik dengan berbagai perbesaran yang dilakukan di Laboratorium D3
fakultas teknik UGM.
Langkah-langkah pengujian stuktur mikro adalah sebagai berikut :
1) Persiapan semua spesimen.
2) Menghidupkan power alat uji stuktur mikro.
3) Mempersiapkan mikroskop optik yang dilengkapi dengan kamera.
4) Meletakkan spesimen uji pada meja uji (anvil) dan tegak lurus dengan
lensa. Melihat hasil gambar struktur spesimen uji pada monitor alat uji.
5) Mengatur fokus sampai kelihatan permukaan yang paling jelas, kemudian
langkah-langkah pemotretan dengan memfokus tepat pada spesimen uji
melalui olypus metallurgical microscope dan olympus photomicrographic
system.
6) Setelah pemotretan selesai dilakukan, film dicuci cetak dan dapat dilihat
hasil foto stuktur mikro spesimen uji front gear chain.
Gambar 19. Mesin Struktur Mikro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
f. Pelaksanaan Proses Heatreatment
Sebelum dilakukan proses heat treatment hardening maka terlebih
dahulu diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi proses perlakukan panas
tersebut. diataranya adalah:
1) Suhu Pemanasan
Penentuan Suhu pemanasan untuk Proses hardening baja front gear
chain dayang super X yang dikontrol terus menerus dengan menggunakan
diagram fasa Fe- C (gambar 5) yang ditarik dari garis % carbon menuju garis A3.
2) Lama Waktu Pemanasan
Waktu pemanasan dapat diatur dengan menggunakan stopwatch. Untuk
proses hardening baja karbon sedang waktu pemanasan bisa ditentukan yaitu 15,
20 dan 25 Menit. Untuk baja karbon rendah 5, 10 dan 15 menit. Untuk baja front
gear chain tidak tergantung pada tebal benda kerja karena baja ini termasuk baja
yang tidak besar.
3) Media Pendingin
Media Pendingin yang digunakan untuk mendinginkan proses heat
treatment hardening baja front gear chain Dayang Super X adalah air atau air
garam untuk didapatkan hasil kekerasan yang maksimal dan mengandung ± 99 %
martensit agar dihasilkan nilai kekerasan yang mendekati raw material front gear
chain Honda Supra X.
Untuk proses hardening pada front gear chain Dayang Super X maka
dilakukan beberapa proses, yaitu:
a. persiapan
1) menyiapkan 1 buah benda uji yang tidak dihardening
2) menyiapkan 10 buah benda uji, dimasukkan ke dalam dapur pemanas,
saat sebelum saklar dapur dinyalakan
3) menyiapkan media pendingin yaitu air garam beserta wadahnya.
4) Menyiapkan alat pelindung berupa masker/ topeng serta sarung tangan
5) Menyiapkan tang penjepit spesimen
6) Meyiapkan stop watch pada posisi nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Proses hardening
1) Buka pintu dapur pemanas dan letakkan benda uji di atas batu tahan
api yang tersedia di dalam dapur pemanas.
2) Hidupkan dapur pemanas dengan terlebih dahulu menutup pintu dapur
pemanas.
3) Atur suhu pemanasan dan naikkan suhu peanasan pada suhu
pemanasan awal (pre-heating) yaitu 700° C kemudian tahan selama ±
30 menit. Hal itu dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
adanya rengatan pada baja.
4) Naikan kembali suhu pemanasan pada suhu pemanasan hardening
yang dikehendaki yaitu 780°C untuk baja karbon sedang 0,45 %C
(gambar 5), pertahankan pada waktu penahanan yang ditentukan yaitu
5-15 menit untuk baja karbon rendah dan 15-25 menit untuk baja
karbon sedang.
5) Ambilah benda uji yang telah mengalami perlakuan dengan
menggunakan tang penjepit spesimen dengan terlebih dahulu
mematikan saklar dapur peanas untuk sesaat, jangan lupa untuk
memakai alat pelindung diri ketika mengabil benda uji.
6) Celupkan benda uji ke dalam wadah yang berisi air garam.
7) Biarkan benda uji menjadi dingin di dalam wadah yang pendingin
tersebut, demikian seterusnya untuk perlakuan benda uji berikutnya.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil Pengujian perlakuan panas yang dibandingkan
dengan spesimen tanpa perlakuan panas yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Analisis Komposisi kimia
Uji komposisi dilakukan dengan alat Spectrometer. Pengujian ini dapat
memberikan informasi mengenai komposisi kimia material front gear chain
Honda Supra X dan Dayang Super X. Diameter jejak pengujian ini sekitar 1,2 cm
– 1,4 cm. Hasil pengujian ini menjadi dasar kesimpulan komposisi dasar material
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
front gear chain tersebut. Selanjutnya, dari komposisi tersebut dapat ditentukan
golongan baja tersebut serta persen komposisi baja tersebut.
2. Analisis Hasil Pengujian Kekerasan
Kekerasan raw front gear chain Dayang Super X dibandingkan dengan
kekerasan material standar front gear chain Honda Supra X yang memiliki bentuk
dan spesifikasi yang sama. Akan terjadi perbedaan kekerasan dari permukaan-
permukaan yang diteliti. Selanjutnya dari perbedaan kekerasan tersebut maka
dapat disimpulkan perlakuan panas yang akan dilakukan. Perlakuan panas yang di
lakukan adalah hardening atau anealling. Perlakuan panas hardening dilakukan
jika nilai kekerasan front gear chain Dayang Super X lebih rendah dibandingkan
dengan nilai kekerasan standar front gear chain Honda Supra X. Perlakuan panas
anealling dilakukan apabila nilai kekerasan front gear chain Dayang Super X
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kekerasan standar front gear chain Honda
Supra X. Setelah proses heatreatment / perlakuan panas pada front gear chain
Dayang Super X dilakukan uji kekerasan untuk mengetahui perlakuan panas yang
paling memiliki hasil nilai kekerasan yang mendekati dengan front gear chain
Honda Supra X standar.
3. Analisis Struktur Mikro
Struktur mikro yang diperoleh dari hasil uji metalografi dapat
memberikan banyak informasi. Harus ada kesesuaian antara hasil uji komposisi
dan struktur mikro. Hasil metalografi dapat dilihat dan dibandingkan antara
struktur mikro raw material front gear chain Dayang Super X dan front gear
chain Honda Supra X serta hasil perlakuan front gear chain Dayang Super X.
Dalam struktur mikro ini dapat dilihat beberapa struktur kristal yang
mempengaruhi kualitas baja yang terbentuk dari perlakuan panas tersebut
sehingga dapat dibandingkan dengan struktur mikro front gear chain Honda Supra
X standar tanpa perlakuan panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan Raw Material
1. Hasil Uji Komposisi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsur
penyusun material front gear chain Honda Supra X dan Dayang Super X. Pada
pengujian ini menggunakan alat spectrometer merk hilger di Laboratorium
Pengujian Logam POLMAN CEPER. Pengujian ini dilakukan dengan
penembakan gas argon pada tiga titik secara acak pada spesimen front gear
chain Honda dan Dayang..
No Unsur
Hasil Pengujian Komposisi
Front gear chain
Honda Supra X (%)
Front gear chain
Dayang Super X (%)
1 Fe 97.2 98.9
2 C 0.772 0.244
3 Si 0.221 0.0347
4 Mn 0.630 0.671
5 P 0.0233 0.0233
6 S 0.0135 0.0154
7 Cr 0.754 0.0160
8 Mo 0.154 <0.0050
9 Ni 0.0391 0.0172
10 Al 0.0628 0.0378
11 Co 0.0091 <0.0050
12 Cu 0.0041 0.0079
13 Nb <0.0030 <0.0030
14 Ti 0.0041 0.0020
15 V 0.0041 0.0066
16 W 0.0465 <0.0250
17 Pb <0.0100 <0.0100
18 Ca >0.0015 0.0005
19 Zr 0.0044 0.0043
Tabel 5. Hasil Pengujian Komposisi Kimia front gear chain dalam % berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Hasil uji komposisi kimia dilakukan dua kali yaitu pada specimen front
gear chain Dayang Super X dan front gear chain Honda Supra X. Pengujian pada
specimen ini dilakukan dengan standar steel carbon karena pada dasarnya front
gear chain ini terindikasi adalah baja karbon yang bersifat magnetis. Dari hasil uji
tersebut ada beberapa unsur yang tidak dapat terdeteksi dengan jelas dari masing-
masing pengujian. Pada front gear chain Dayang Super X unsur Nb, Pb, Ca, tidak
terdeteksi dengan jelas, lain halnya dengan front gear chain Honda Supra X unsur
Mo, Co, Nb, W, Pb juga tidak terdeteksi dengan jelas. Namun dari kesemua unsur
tambahan yang tidak terdeteksi dengan jelas tersebut memiliki persen yang sangat
sedikit sekali sehingga dianggap bahwa komposisi tambahan yang tidak terdeteksi
tersebut tidak mempengaruhi terhadap kekerasan bahan.
Komposisi Bahan yang sangat mempegaruhi kekerasan bahan dari
penelitian diatas adalah besi (Fe) dan karbon (C). Parameter persen yang sangat
diperhatikan adalah jumlah persen karbon yang masuk dalam komposisi besi (Fe).
Hasil komposisi diatas menunjukkan bahwa keduanya memiliki persen komposisi
yang berbeda-beda. Pada front gear chain gear chain Honda Supra X kandungan
besi 97.2 % dan karbon 0.772 % sehingga dapat diklasifikasikan bahwa baja
tersebut merupakan baja karbon yang masuk dalam klasifikasi baja karbon tinggi
antara 0,70 -1,5 %. Sangat berbeda sekali dengan komposisi front gear chain
Dayang Super X yang memiliki persen besi (Fe) 98.9 % dan karbon (C) 0.244%,
jika dilihat dari komposisi Karbon maka baja tersebut termasuk baja dalam
golongan rendah yaitu antara 0,05 % - 0,30% C. Melihat dari komposisi jumlah
karbon dari keduanya dapat dilihat kualitas dari kedua front gear chain tersebut.
Komposisi yang paling ideal dan bagus terdapat pada front gear chain Honda
Supra X jika dibandingkan front gear chain Dayang Super X. Baja pada front
gear chain Honda Supra X tergolong dari baja karbon tinggi yang memiliki sifat
yang sangat keras dan tahan aus sehingga memenuhi syarat dari gear yang sering
kali terkena gesekan.
Dari data hasil pengujian di dapatkan kandungan unsur karbon (C) front
gear chain Honda Supra X mencapai 0,77 % dan unsur carbon (C) front gear
chain Dayang Super X yang mencapai 0,244 %. Menunjukkan bahwa Hasil uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
komposisi kimia ini dapat dibandingkan dengan standar internasional yang
bersumber dari ASM handbook, sehingga diklasifikasikan baja tersebut
merupakan baja AISI 1075 untuk front gear chain Honda Supra X karena
memiliki kandungan yang masuk dalam klasifikasi baja tersebut yaitu C 0.70 –
0.80 %, Mn 0.40-0.70 %, P max 0.040 %, S max 0.050 %. Untuk front gear chain
Dayang Super X masuk ke dalam golongan baja AISI 1023 yang memiliki standar
komposisi antara 0.19−0.25 % C, 0.30−0.6 % Mn, 0.040 % P max, 0.050 % S
max. Material AISI 1075 mempunyai karakteristik ketahanan abrasi (ketahanan
aus) yang sangat baik karena memiliki jumlah karbon yang sangat baik sehingga
cocok untuk konstruksi komponen mesin yang digunakan untuk gesekan seperti
gear sehingga untuk front gear chain Honda Supra X dikenal lebih awet.
Pada hasil komposisi diatas memiliki berbagai macam unsur yang
terbentuk dan membentuk menjadi sebuah kesatuan yang memiliki sifat tersendiri.
Sifat yang paling dominan adalah kandungan antara Fe-C, sifat Karbon (C) dapat
meningkatkan kekerasan dan kekuatan tetapi dapat menurunkan kemampuan
tempa dan keliatan.
Kelebihan karbon antara lain tahan terhadap efek yang di sebabkan suhu
yang tinggi hal ini karena sifat karbon mampu menahan suhu yang tinggi sampai
3000°C, kepadatan rendah, karbon lebih ringan dibanding logam paduan
umumnya, hal tersebut memudahkan adaptasi dengan gerakan permukaan yang
tidak beraturan, tidak terjadi penyatuan logam pada kondisi yang sama, jika logam
menyatu sama lainnya disebabkan panas dengan suhu tertentu. Kandungan karbon
pada baja dapat mempengaruhi sifat-sifat baja tersebut terutama dalam proses
kimia. Kandungan Karbon yang lebih tinggi pada front gear chain Honda Supra X
mengakibatkan baja ini lebih tahan terhadap keausan karena memiliki nilai
kekerasan yang tinggi dan didukung dengan bahan kandungan lainya.
Untuk kandungan paduan pada hasil komposisi kedua specimen (tabel 5)
sedikit sekali untuk mempengaruhi kekerasan namun dapat diidentifikasi seberapa
besar kekerasan yang berpengaruh. Dalam beberapa hal unsur-unsur kandungan
hadir karena beberapa sebab: baik karena sukarnya unsur-unsur tersebut
dipisahkan, dihilangkan pada proses pembuatan baja atau masuk kedalam serap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
waktu pembuatanya, disamping ada pula yang karena sengaja dimasukkan sebagai
alloying element. Kandungan unsur paduan seperti Cromium (Cr) pada front gear
chain Honda Supra X yang lebih tinggi dari pada kandungan Cromium (Cr) front
gear chain Dayang Super X mengakibatkan meningkatnya keuletan, ketahanan
aus yang tinggi, tahan korosi, dan tahan terhadap temperatur yang tinggi.
Sehingga memiliki ketangguhan yang baik untuk bahan gear yang sering kali
untuk gesekan. Chromium (Cr) merupakan salah satu komponen unsur paduan
yang mampu mengendalikan carbide secara stabil serta mengatasi pengaruh
buruk unsur silikon (Si). Chromium (Cr) juga meningkatkan kekerasan besi cor
dari kelompok besi cor putih (white cast iron) tanpa menimbulkan kerapuhan.
Chromium (Cr) digunakan sebagai unsur paduan dari besi cor putih.
Unsur Chromium juga dapat memberikan pengaruh yang besar terutama
dalam proses kimia pada saat proses pemanasan yaitu terjadinya peristiwa
sensitasi pada baja sehingga mengakibatkan peningkatan kwalitas front gear chain
tersebut, hal ini terjadi karena unsur Chromium dapat mendukung terbentuknya
karbida dan kadar Chromium dalam spesimen dapat juga mendorong terbentuknya
fasa martensit sehingga spesimen ini mempunyai struktur martensit. Front gear
chain Honda Supra X sangat mudah sekali untuk memiliki struktur martensit
karena memiliki kandungan Chromium yang lebih tinggi dari pada front gear
chain Dayang Super X yang mencapai 0,754 % untuk Honda dan 0,0160 % untuk
Dayang.
Unsur Silikon (Si) dalam spesimen uji mempunyai pengaruh yang
signifikan. Silikon yang ditambahkan ke besi tuang pada jangkauan dari 1%
sampai 4% berpengaruh untuk meningkatkan jumlah karbida/sementit dengan
pendinginan cepat, dan meningkatkan formasi dari grafit setelah solidifikasi
(Graphitizer agent). Kadungan unsur ini juga akan meningkatkan fluiditas dalam
keadaan cair sehingga mudah untuk dibentuk saat pengecoran. Namun
pengaruhnya lebih kecil dari pada unsur karbon. Untuk mendapatkan struktur
yang terbaik, kandungan karbon harus terdapat pada daerah yang cocok, yang
berubah menurut kandungan silicon (Si). Kandungan Silikon yang lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pada Honda mengakibatkan baja ini mudah memiliki karbida yang lebih tinggi
daripada Dayang.
Molibdenum (Mo) mempunyai fungsi utamanya adalah untuk
mempromosikan pengerasan pada grafit atau perlit, untuk meningkatkan
ketahanan terhadap temperatur yang tinggi. Penambahan kecil (0,25-0,75%) dari
molibdenum untuk besi cor dapat meningkatkan ketahanan permukaan. Jelas
dapat dilihat bahwa front gear chan Honda Supra X memiliki Molibdenum yang
lebih tinggi sehingga jika dicocokkan dengan fungsi molybdenum maka front gear
chan Honda Supra X lebih baik.
Unsur lain yang cukup berpengaruh untuk meningkatkan kekerasan
spesimen uji adalah mangan (Mn), dalam jumlah diatas 0,5 % akan bereaksi
dengan belerang membentuk sulfida mangan. Ikatan ini rendah bobot jenisnya
dan dapat larut dalam terak. Mangan merupakan unsur deoksidasi, pemurni
sekaligus meningkatkan fluiditas, kekuatan dan kekerasan besi. Bila kadarnya
semakin besar dalam besi maka kemungkinan meningkatkan terbentuk ikatan
kompleks dengan karbon. Dari data hasil pengujian diperoleh kandungan unsur
tersebut mencapai 0,630 % untuk front gear chain Honda Supra X dan 0,671 %
untuk front gear chain Dayang Super X. Unsur kandungan dari front gear chain
Dayang Super X ini memiliki kandungan paduan yang lebih sediki dari Honda
supra X, namun terjadi penyamaan unsur bahkan lebih tinggi sedikit dibandingkan
front gear chain Honda Supra X untuk unsure mangan (Mn).
Unsur sulpur dan pospor yang terkandung dalam komposisi front gear
chain tersebut memiliki kadar yang dibawah batasan, agar terhindar dari
kegetasan dan korosi. Karena unsur sulpur menyebabkan pengaruh tidak baik
terhadap weldability serta daya tahan karat (korosi). Karena itu kadar sulpur
dalam baja dibatasi tergantung dari kwalitasnya berkisar antara 0,035 – 0,06%.
Begitu juga dengan pospor menyebabkan baja menjadi getas, yang akan lebih
tampak lagi pengaruhnya paa kadar karbon yang tinggi. Kadar pospor dalam baja
dibatasi 0,025 – 0,08%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Hasil Uji Struktur Mikro Raw Material
Pengujian ini dilakukan dengan Alat uji struktur mikro olympus
metallurgical microscope milik laboratorium material tehnik mesin D3 UGM
Yogyakarta. spesimen uji dietsa (HNO3 + Etanol) dan pemotretan dilakukan pada
3 lokasi titik pada setiap specimen benda uji karena pada setiap specimen terdapat
daerah-daerah yang telah mengalami perlakuan sehinga terdapat daerah transisi
struktur mikro. Pemotretan ini dilakukan dengan perbesaran 200x. Hasil
pemotretan stuktur mikro menghasilkan 3 daerah yang berbeda-beda karena
merupakan specimen raw material dengan hasil treatment flame hardening
dengan lokasi dan hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Daerah Lokasi Pengamatan Struktur Mikro front gear chain
lokasi Daerah tepi Daerah transisis Daerah tengah
Dayang Super
X
Bagian tepi ± 0,5
mm
± 4 mm dari daerah
tepi
12 mm dari daerah
tepi
Honda Supra
X
Bagian tepi ± 0,5
mm
± 4 mm dari daerah
tepi
12 mm dari daerah
tepi
Ferrit
Martensit
Ferrit
a i
Martensit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 20. Hasil Foto Struktur Mikro front gear chain Honda Supra X dengan
Perbesaran 200 x : a). daerah tepi ± 0,5 mm dari tepi, b). daerah
transisi ± 4 mm dari tepi, c). daerah tengah ± 12 mm dari tepi, dan
foto Struktur Mikro Dayang Super X dengan perbesaran 200 x : i).
daerah tepi ± 0,5 mm dari tepi, ii). daerah transisi ± 4 mm dari tepi,
iii). daerah tengah ± 12 mm dari tepi.
Struktur mikro Raw materials dapat dilihat dengan mikroskop logam.
foto mikro pada raw materials dilakukan perbesaran 200X dan memiliki 3 daerah
yang ditunjukkan oleh gambar 21.
Pada struktur mikro front gear chain Honda supra X terlihat jelas daerah
tepi ± 0,5 mm dari tepi terdapat struktur pearlit halus yang berwarna gelap namun
sedikit, ferrit yang ditunjukkan dengan warna terang dan didominasi oleh
martensit. Pada daerah transisi juga terlihat martensit yang kasar, pearlit yang
tidak tampak jelas karena martensit yang timbul hampir membentuk pearlit dan
Martensit
Ferrit
Ferrit
Martensit
Pearlit
kasar
Feriit
Pearlit kasar
Feriit
c
b ii
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menunjukkan kekerasan yang lebih rendah dari pada daerah tepi (tabel 7). Untuk
daerah tengah pada foto struktur mikro mulai tampak pearlit yang halus namun
dengan daerah transisi ini tidak terlihat perbedaan yang terlalu besar dan martensit
yang sedikit.
Hasil foto struktur mikro front gear chain Dayang Super X juga
memiliki 3 daerah struktur mikro (gambar 20). Berbeda dengan front gear chain
Honda Supra X, pada daerah tepi terlihat martensit yang tidak sempurna dan
bercampur dengan pearlit dan terlihat lebih kasar dari pada foto struktur mikro
front gear chain Honda Supra X. Daerah transisi juga terdiri dari pearlit dan
ferrit, namun tidak sehalus struktur mikro front gear chain Honda Supra X. Pada
daerah tengah terlihat struktur mikro pearlit kasar yang menggumpal dan menyatu
dengan ferrit hampir membentuk struktur kristal yang didominasi ferrit yang
sifatnya lunak. Pada daerah tengah tampak jelas batas-batas kristal karena pada
daerah ini tidak mengalami perlakuan sebelumnya. Front gear chain Dayang
Super X ini nantinya akan mengalami perlakuan panas/ Heat treatment, untuk itu
perlu dilihat bagian mana yang akan mengalami peningkatan kekerasan sehingga
dapat mendekati kekerasan front gear chain Honda Supra X. Namun jika dilihat
dari sturktur yang timbul, terlihat pada daerah tepi memiliki struktur martensit
yang banyak dan ferrit yang terlihat terang terlihat jarang. Daerah tepi ini sangat
sulit sekali di keraskan karena martensit sudah terlihat maksimal. Daerah yang
memungkinkan untuk dikeraskan adalah daerah transisi dan daerah tengah. Pada
daerah tengah ini terlihat ferrit mendominasi daerah ini, sehingga daerah ini
sangat lunak sekali. Untuk itu perlu sekali ditingkatkan kekerasan pada daerah ini
agar lubang pemasangan bushing tidak lecet atau deformasi akibat momen yang
timbul dari kinerja gear.
Perlakuan panas yang perlu dilakukan adalah hardening dengan
quenching maksimal karena akan mengahasilkan nilai kekerasan yang cenderung
rata, tidak terjadi distribusi kekerasan yang menyebabkan daerah tengah sangat
lunak sekali dan juga menghindari daerah patah karena adanya daerah transisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Hasil Pengujian Kekerasan Makro dan Mikro Raw Material
Pengujian kekerasan makro menggunakan metode Rockwell A, alat
yang digunakan adalah macro hardness tester dengan penetrator Kerucut intan.
Beban penekanan 60 kg dengan waktu tahan 5 detik. Pengujian dilakukan pada
18 titik uji pada 6 lokasi, dari bagian luar ke inti dengan variasi jarak 2 mm antar
lokasi dan titik pertama diambil dengan jarak 1 mm dari tepi. Untuk pengujian
Rockwell ini tidak menggunakan persamaan untuk menghitung hasil kekerasan,
namun hanya dengan melihat dial gauge kekerasan yang sudah tersedia di alat
tersebut. Sehingga dapat dilihat langsung kekerasan hasil uji tanpa harus
mengukur besar penetrator seperti yang dilakukan pada metode Vickers.
Gambar 21. Lokasi Titik Pengujian Kekerasan Makro
Sedangkan pengujian kekerasan mikro menggunakan alat uji kekerasan
knoop microhardness tester model MXT70. Pengujian ini dilakukan pada daerah
permukaan maksimal 2,2 mm dari tepi front gear chain. Diambil 6 lokasi
pengujian dengan variasi jarak 0,15 mm dari tepi luar, setiap lokasi diambil 3 titik
yang sejajar. Pengujian kekerasan mikro ini menggunakan pembebanan 200 gf,
dengan waktu pembebanan 5 detik. Untuk menghitung nilai kekerasan
microvickers menggunakan persamaan berikut:
`
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hv = 1,854 x 2D
P (gf/µm
2) (P= 200 g , D= 23,84 µm)
Penyelesaian:
Hv = 1,854 x 284,23
200 = 652.2 gf/µm
2
Keterangan :
Hv = nilai kekerasan (gf/µm2)
P = beban identor (gf)
D = diemeter jejak pengujian (µm)
Data hasil pengujian kekerasan makro dan mikro adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Pengujian Kekerasan Makro raw material front gear chain
Honda Supra X
No Posisi titik
Dari tepi (mm) lokasi Titik uji HRA
Kekerasan rata2(HRA)
1
1
I
1 80
79.6 2 2 79
3 3 80
4
3
II
1 75.5
76 5 2 75
6 3 77.5
7
5
III
1 73
73.1 8 2 72.5
9 3 74
10
7
IV
1 73
73.1 11 2 73
12 3 73.5
13
9
V
1 73
73.3 14 2 73
15 3 74
16
11
VI
1 73
73.3 17 2 73.5
18 3 73.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 8. Hasil Pengujian Kekerasan Makro raw material front gear chain
Dayang Super X
No Posisi titik
Dari tepi (mm) lokasi Titik uji HRA
Kekerasan rata2(HRA)
1
1
I
1 71
71.9 2 2 72.2
3 3 72.5
4
3
II
1 69
70.8 5 2 71.5
6 3 72
7
5
III
1 60
64.3 8 2 64.5
9 3 68.5
10
7
IV
1 56
56.3 11 2 57
12 3 56
13
9
V
1 54
54.6 14 2 54.5
15 3 55.5
16
11
VI
1 52
52.8 17 2 52.5
18 3 54
No
Posisi titik
Dari tepi (mm)
lokasi Titik uji
d1 d2 d rata-
rata Kekerasan
(VHN) Kekerasan rata2(VHN)
1
0.2
I
1 23.66 24.03 23.84 652.2
645.0 2 2 23.35 23.99 23.67 650.3
3 3 24.06 24.36 24.21 632.7
4
0.6
II
1 24.10 24.25 24.17 634.6
643.9 5 2 23.88 23.80 23.84 652.5
6 3 24.62 23.35 23.98 644.6
7
1.0
III
1 23.84 23.84 23.84 652.5
636.1 8 2 23.64 24.57 24.10 638.2
9 3 24.20 24.81 24.50 617.6
10
1.4
IV
1 24.50 24.71 24.60 612.6
611.9 11 2 25.09 24.45 24.77 604.4
12 3 24.15 24.81 24.48 618.8
13
1.8
V
1 25.57 25.33 24.45 572.6
558.6 14 2 25.64 26.47 26.05 546.3
15 3 25.75 25.85 25.80 557.1
16
2.2
VI
1 26.37 26.84 26.60 523.9
515.8 17 2 26.78 27.49 27.13 503.7
18 3 26.67 26.75 26.71 519.8
Tabel 9. Nilai kekerasan Mikro Vickers raw material front gear chain
Honda Supra X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV V VI
Sproket honda
Sproket Dayang
Dari data hasil Pengujian tersebut kekerasan dapat disusun Grafik
kekerasan makro dan kekerasan mikro yang diambil dari data diatas. Sehingga
dapat diketahui ada atau tidak adanya distribusi kekerasan dari specimen front
gear chain tersebut.
No
Posisi titik
Dari tepi (mm)
lokasi Titik uji
d1 d2 d rata-
rata Kekerasan
(VHN) Kekerasan rata2(VHN)
1
0.2
I
1 27.40 27.82 27.61 486.5
486.7 2 2 26.54 28.53 27.53 489.1
3 3 26.65 26.55 26.60 484.6
4
0.6
II
1 31.35 31.56 31.45 374.8
377.6 5 2 31.55 31.34 31.44 375.0
6 3 31.19 31.04 31.11 383.0
7
1.0
III
1 31.91 32.12 32.01 361.8
365.4 8 2 32.06 32.04 32.05 361.0
9 3 31.80 31.23 31.51 373.4
10
1.4
IV
1 32.03 32.55 32.29 355.7
364.9 11 2 31.91 31.09 31.50 373.7
12 3 31.37 32.34 31.85 365.4
13
1.8
V
1 32.21 32.38 32.29 355.6
360.2 14 2 32.13 31.73 31.93 365.7
15 3 32.18 32.05 32.11 359.5
16
2.2
VI
1 32.22 33.37 32.79 344.8
344.7 17 2 32.54 32.50 32.52 350.5
18 3 33.17 32.98 33.07 339.0
Gambar 22. Grafik kekerasan Makro raw material front gear chain Honda Supra X
dan Dayang Super X
Tabel 10. Nilai kekerasan Mikro Vickers raw material front gear chain Dayang
Super X
HRA
LOKASI UJI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV V VI
Mikro Honda
Mikro Dayang
Gambar 23. Grafik kekerasan Mikro raw material front gear chain Honda Supra
X dan Dayang Super X
Pada pengujian kekerasan makro pada front gear chain Honda Supra X
di dapatkan hasil uji kekerasan tertinggi berada pada lokasi I yang mencapai 79,6
HRA. Sedangkan kekerasan terendah pada lokasi III dan IV yaitu 73.1 HRA.
Selanjutnya niai kekerasan makro juga diperoleh dari frot gear chain motor
Dayang Super X dengan nilai kekerasan tertinggi pada lokasi I yang mencapai
71,9 HRA. Kekerasan terendah pada lokasi VI yaitu 52,8 HRA. Dari gambar
Grafik kekerasan makro (gambar 22), dapat terlihat bahwa distribusi kekerasan
pada kedua front gear chain tersebut. Dapat diketahui juga bahwa nilai kekerasan
pada front gear chain Honda Supra X lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
kekerasan front gear chain Dayang Super X, hal ini ditunjukkan dengan nilai
kekerasan kekerasan rata-ratanya.
Sedangkan pada pengujian kekerasan mikro didapatkan Nilai kekerasan
tertinggi terdapat pada lokasi I yang mencapai 645.0 VHN dan nilai kekerasan
terendah terdapat di lokasi VI yang mencapai 515.8 VHN. Untuk front gear chain
Dayang Super X memiliki nilai kekerasan mikro Vickers yang lebih rendah dari
pada front gear chain Honda Supra X yaitu pada lokasi I yang mencapai 486,7
VHN dan nilai kekerasan terendah terdapat di lokasi VI yang mencapai 344,7
VHN. Dari Grafik kekerasan mikro (gambar 23) terlihat adanya distribusi
HRV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kekerasan dari kedua front gear chain yang mengalami kecenderungan menurun,
yang titiknya diambil dari jarak 0,2 mm dari daerah tepi menuju ke inti dengan
jarak 0,4 mm pada setiap titik.
Dari kedua hasil pengujian kekerasan dapat diketahui bahwa pada bagian
permukaan memiliki kekerasan yang tinggi kemudian terjadi penurunan menuju
ke daerah poros front gear chain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada proses
pembuatannya ada usaha untuk melakukan peningkatan kekerasan pada bagian
permukaan. Dimungkinkan pada proses pembuatanya setelah front gear chain
dicasting (cor) dan dimachining kemudian dilakukan proses heat treatment.
Proses heat treatment yang memungkinkan pada kedua front gear chain tersebut
adalah pengerasan permukaan (surface treatment) yang meliputi karburisasi
(carburizing), flame hardening, nitriding, cyaniding. Karena pengerasan yang
terjadi hanya pada bagian permukaan dari mata gear yang semakin menuju ke titik
puncak gear semakin keras. Jenis perlakuan panas yang memungkinkan telah
dilakukan adalah antar carburizing dan flame hardening karena sangat tidak
mungkin apabila menggunakan nitriding karena dilihat dari komposisi nitrogen
cenderung kecil pada komposisinya.
Untuk mengetahui perlakuan panas yang telah dilakukan lebih jelasnya
bisa dilihat dengan foto struktur mikro, namun jika dilihat dari Grafik kekerasan
makro maka pengerasan yang telah dilakukan dari kedua front gear chain tersebut
adalah flame hardening (pengerasan pada bagian ujung gear dengan menggunakan
nyala api dan kemudian didinginkan dengan air secara cepat). Hal ini dilihat
dengan nilai kekerasan yang cenderung tinggi dan mengalami distribusi kekerasan
dari 0 - 4 mm dari tepi dan terdapat titik yang memiliki nilai kekerasan yang
cenderung setara pada jarak 5 – 11 mm dari daerah tepi, daerah ini merupakan
daerah diluar dari jarak mata gear (gambar 22). Pada pengerasan flame hardening
hanya mempengaruhi daerah pengerasan sejauh 4 mm dari tepi. Namun flame
hardening ini memiliki kelemahan yaitu terjadi perbedaan kekerasan yang
signifikan pada daerah perbatasan perlakuan flame hardening dan daerah yang
tidak mengalami perlakuan. Daerah tersebut dinamakan daerah transisi, pada
daerah transisi ini terdapat 2 struktur mikro yang berlainan yaitu pada jarak 4 mm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dari tepi. Dari daerah transisi tersebut akan terjadi daerah sambungan antara
daerah keras dan yang lunak. Dapat disimpulkan bahwa akan mudah patah pada
daerah tersebut. Jadi antara Dayang dan Honda, front gear chain Honda akan
lebih tahan Patah dari pada Dayang karena front gear chan Honda lebih keras dari
pada Dayang.
Hasil dari nilai kekerasan antara kekerasan makro dan mikro maka dapat
di tentukan perlakuan panas yang akan dilakukan selanjutnya untuk memperbaiki
sifat fisis dan mekanis dari pada front gear chain Dayang Super X. Perlakuuan
panas yang akan dilakukan adalah hardening (Pengerasan). Namun untuk
perlakuan panas hardening yang akan dilakukan memerlukan beberapa faktor-
faktor yang menunjang proses perlakuan panas tersebut yaitu Titik panas (Ac3),
holding time dan media pendingin. Karena specimen yang akan di hardening
merupakan baja karbon rendah (tabel 5) dengan komposisi karbon 0,25 % C maka
titik panas Ac3 adalah dengan suhu 850° C (suhu diagram fasa Fe-C dengan
komposisi 0,25 % C). Untuk holding time yang dilakukan adalah antara 5-15
menit untuk baja karbon rendah, serta untuk media pendingin yang digunakan
adalah air garam 10 %. Untuk didapatkan nilai kekerasan yang maksimal
dibutuhkan pendinginan yang maksimal pula sehingga air garam sangat cocok
untuk pendinginan tersebut. Kekerasan maksimal dari baja karbon rendah dengan
kandungan karbon 0,25 % C adalah ± 46 HRC yang mengandung 99,9 %
martensit (tabel 2) atau kalau di konversikan kedalam satuan Rockwell A adalah
73 HRA (Tabel Konversi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
B. Pembahasan Hasil Hardening Quenching Air Garam 10 %
1. Hasil Uji kekerasan Hardening Quenching air garam 10%
Pengujian kekerasan makro sama-sama menggunakan Pengujian
metode Rockwell A milik laboratorium S1 Teknik Mesin UNS. Untuk pengujian
mikro alat yang digunakan juga sama yaitu alat uji kekerasan knoop
microhardness tester model MXT70 milik S1 Teknik Mesin UNS. Metode
pengujian juga sama dengan specimen raw material. Pengujian ini dilakukan pada
specimen front gear chain Dayang Super X yang telah mengalami proses
Hardening yang di quenching dengan air garam, karena air garam merupakan
pendingin yang paling efektif untuk mengahasilkan kekerasan yang maksimal.
Proses hardening sendiri dilakukan dengan variasi holding time yang paling
efektif yaitu 5 menit, 10 menit dan 15 menit, karena untuk baja karbon rendah
(tabel 5) dalam perlakuan panasnya menggunakan holding time yang efektif yaitu
antara 5-15 menit. Pengujian ini juga dilakukan di 18 titik dengan 3 titik pada
daerah yang sama pada setiap daerahnya dan dilakukan pada pengujian makro dan
mikro. Hasil pengujian kekerasan yang didapatkan adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Pengujian Kekerasan Makro Raw material front gear chain Honda
Supra X, Dayang Super X dan front gear chain Dayang Super X yang
mengalami hardening dengan holding time 5, 10, 15 Menit dengan
quenching air garam 10%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV V VI
Makro Honda
Makro Dayang
Hold T. 5 mnt
Hold. T. 10 mnt
Hold. T. 15 mnt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV V VI
Makro Honda
Makro Dayang
Hold T. 5 mnt
Hold. T. 10 mnt
Hold. T. 15 mnt
No
Posisi titik
Dari tepi (mm)
lokasi Titik uji
d1 d2 d rata-
rata Kekerasan
(VHN) Kekerasan rata2(VHN)
1
0.2
I
1 27.18 26.82 27.00 508.7 505.5
2 2 26.91 26.86 26.88 513.1
3 3 27.51 27.25 27.38 494.7
4
0.6
II
1 29.02 26.38 27.70 483.3 469.9
5 2 28.00 28.75 28.37 460.6
6 3 27.91 28.52 28.21 465.8
7
1.0
III
1 32.74 31.28 32.01 361.9 367.6
8 2 31.31 32.51 31.91 364.3
9 3 31.94 30.80 31.37 376.7
10
1.4
IV
1 34.23 33.85 34.04 322.0 306.0
11 2 36.17 34.51 35.34 296.9
12 3 35.17 35.24 35.20 299.2
13
1.8
V
1 38.90 37.56 38.23 253.7 264.9
14 2 38.71 36.63 37.67 261.3
15 3 36.27 36.56 36.41 279.6
16
2.2
VI
1 36.36 37.37 36.86 276.3
270.5 17 2 36.86 37.97 37.41 264.9
18 3 36.15 37.73 36.94 270.4
Gambar 24. Grafik Pengujian Kekerasan Makro Raw material front gear chain Honda Supra
X, Dayang Super X dan front gear chain Dayang Super X yang mengalami
hardening dengan holding time 5, 10, 15 Menit dengan quenching air garam
10% Tabel 12. Pengujian Kekerasan mikro front gear chain Dayang Super X yang mengalami
hardening dengan holding time 5 Menit dengan quenching air garam 10%
HRA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
No
Posisi titik
Dari tepi (mm)
lokasi Titik uji
d1 d2 d rata-
rata Kekerasan
(VHN) Kekerasan rata2(VHN)
1
0.2
I
1 29.61 30.13 29.87 422.5 425.1
2 2 29.33 30.11 29.72 419.8
3 3 28.88 29.78 29.33 432.9
4
0.6
II
1 30.49 30.62 30.55 400.9 395.9
5 2 30.32 30.79 30.55 402.5
6 3 31.14 30.98 31.06 384.4
7
1.0
III
1 30.59 31.44 31.01 385.5 425.2
8 2 28.33 29.58 28.95 448.0
9 3 28.45 29.48 28.96 442.2
10
1.4
IV
1 28.03 29.51 28.77 448.0 422.5
11 2 29.85 29.77 29.81 415.6
12 3 30.26 30.34 30.30 403.9
13
1.8
V
1 30.88 30.56 30.72 329.2 378.1
14 2 30.74 29.85 30.29 403.8
15 3 30.39 30.40 30.39 401.4
16
2.2
VI
1 30.59 30.95 30.77 392.1
384.1 17 2 30.53 31.98 31.25 379.6
18 3 30.42 31.98 31.20 380.6
No
Posisi titik
Dari tepi (mm)
lokasi Titik uji
d1 d2 d rata-
rata Kekerasan (VHN)
Kekerasan rata2(VHN)
1
0.2
I
1 28.35 28.89 28.62 452.7 474.7
2 2 27.75 28.90 28.36 462.2
3 3 28.02 26.61 27.31 509.3
4
0.6
II
1 31.33 31.12 31.22 380.3 375.5
5 2 32.41 31.04 31.72 368.4
6 3 31.40 31.52 31.46 377.7
7
1.0
III
1 37.15 36.63 36.89 272.6 295.2
8 2 33.64 36.59 35.11 300.7
9 3 35.37 35.57 35.47 312.2
10
1.4
IV
1 38.93 38.82 38.87 245.4 250.5
11 2 37.04 38.01 37.52 263.3
12 3 39.78 38.30 39.04 242.8
13
1.8
V
1 38.60 37.24 37.92 257.9 267
14 2 37.20 37.73 37.46 264.3
15 3 36.86 36.08 36.47 278.8
16
2.2
VI
1 37.74 33.23 35.48 321.2
304.7 17 2 36.51 34.79 35.65 291.9
18 3 34.62 35.59 35.10 300.9
Tabel 13. Pengujian Kekerasan mikro front gear chain Dayang Super X yang mengalami
hardening dengan holding time 10 Menit dengan quenching air garam 10%
Tabel 14. Pengujian Kekerasan mikro front gear chain Dayang Super X yang mengalami
hardening dengan holding time 15 Menit dengan quenching air garam 10%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV V VI
Mikro HondaMikro DayangHold T. 5 mntHold. T. 10 mntHold. T. 15 mnt
LOKASI UJI
Gambar 25. Grafik Pengujian Kekerasan Mikro Raw material front gear chain
Honda Supra X, Dayang Super X dan front gear chain Dayang Super
X yang mengalami hardening dengan holding time 5, 10, 15 Menit
dengan quenching air garam 10%
Proses perlakuan panas dilakukan pada front gear chain dayang Super X
yang memiliki nilai kekerasan lebih rendah dari pada front gear chain Honda
Supra X. Perlakuan panas ini dilakukan agar front gear chain Dayang Super X
memiliki nilai kekerasan yang mendekati dengan nilai kekerasan Honda. Selain
itu juga perlakuan panas ini dimaksudkan agar meningkatkan nilai kekerasan
bagian tengah front gear chain Dayang Super X agar tidak terlalu lunak. Proses
perlakuan panas ini dilakukan dengan media pendingin air garam karena air garam
dianggap memiliki sifat pendingin yang baik dan maksimal.
Hasil pengujian kekerasan terlihat bahwa nilai kekerasan yang paling
baik diantara 3 variasi Holding time 5, 10 dan 15 menit pada proses hardening
dengan quenching air garam adalah variasi holding time 10 menit (Gambar 24).
Pada variasi holding time 5 menit nilai kekerasan yang didapat mengalami
peningkatan pada titik IV,V,VI. Namun terjadi penurunan pada titik I,II,III dari
raw materialnya, dan kekerasan maksimal terjadi pada titik I namun lebih rendah
dari pada raw meterialnya. Hal ini terjadi karena pada hardening dengan variasi
holding time 5 menit belum melewati daerah kritis Ac3 secara maksimal sehingga
pada suhu ini struktur yang terjadi dari fasa austenite terbentuk struktur yang
kasar sehingga peningkatan pengerasanya juga kurang bermanfaat karena butir
HRV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang terbentuk pada saat pencelupan cenderung mengalami retak atau distorsi.
Pada variasi holding time 10 menit terjadi peningkatan kekerasan pada titik
II,III,IV,V,VI. Namun pada titik I mengalami penurunan nilai kekerasan yang
sangat tipis sekali yaitu pada raw material 71,9 HRA, pada titik I yang mengalami
treatment yaitu 69,8 HRA. Perbedaan ini tidak cukup signifikan sekali karena
masih berada batas toleransi. Pengerasan yang terjadi pada perlakuan panas tahap
ini memiliki hasil yang homogen.. Pada variasi holding time ini memiliki nilai
kekerasan terbesar yaitu pada titik IV yaitu 73,5 dengan kekerasan pada titik-titik
yang lain cenderung mirip, karena berada pada titik Ac3 yang sangat tepat dan
membentuk nilai kekerasan yang maksimal. Pada variasi holding time 15 menit
terjadi peningkatan kekerasan pada titik I,IV,V,VI dan terjadi penurunan nilai
kekersan pada titik II,III dari kekerasan raw materialnya. Kekerasan maksimal
pada pengujian ini terjadi pada titik I dengan nilai 71,1HRA. Penurunan pada
tahap ini dikarenakan suhu yang mempengaruhi specimen berada pada posisi
diatas Ac3 dan menimbulkan fase austenite yang sangat halus. Austenite yang
berbutir halus sangat sulit sekali dikeraskan karena pada saat pendinginan sangat
sulit sekali untuk timbul butir-butir baru untuk menjadi martensit sehingga terjadi
penurunan nilai kekerasan dari tahap dengan holding time 10 menit.
Terjadi peningkatan kekerasan pada daerah berlainan dikarenakan front
gear chain Dayang Super X telah mengalami proses perlakuan panas sebelumnya.
Sehingga jika dilihat dari struktur mikronya maka terdapat daerah-daerah tertentu
yang memiliki perbedaan butir austenitnya, khususnya adalah pada daerah yang
telah mengalami perlakuan panas sehingga sangat sulit untuk mentransformasi
dari ferrit dan perlit untuk menjadi austenite, serta austenite yang dihasilkan juga
akan terbentuk austenite yang halus sehingga pada bagian ini akan menghasilkan
kekerasan yang sulit untuk dikeraskan. Untuk pengerasan efektif harus didukung
dengan faktor-faktor yang efektif pula, karena sifat baja karbon rendah yang sulit
untuk dikeraskan.
Pada pengujian dengan variasi holding time 5 menit daerah tepi belum
melewati garis transofmasi Ac3 secara maksimal, namun daerah tengah lebih
mudah untuk menuju ke garis transformasi Ac3 sehingga terjadi penurunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kekerasan pada titik I, II dan III sebaliknya terjadi peningkatan pada titik IV, V,
VI. Pada pengujian dengan variasi 10 menit, nilai kekerasan yang dihasilkan
cenderung setara pada titik II,III,IV,V,VI karena struktur yang terbentuk berada
pada garis transformasi Ac3 secara maksimal (Gambar 24) dan didinginkan secara
cepat. Melihat hasil pengujian dengan variasi holding time 15 menit maka di
indikasikan bahwa struktur mikro yang terbentuk sudah melebihi garis
transformasi Ac3. Struktur yang timbul dari tranformasi ini adalah terbentuk
austenite yang halus dan perubahan dari austenite menuju martensit dengan
pendinginan yang cepat juga cukup lambat sehingga kecenderungan untuk
mendorong diagram TTT ke arah kanan. Pengerasan yang dihasilkan justru
menurun dari variasi holding time 10 menit dan meningkat daripada variasi
holding time 5 menit, sehingga pengerasan yang terjadi yaitu pada titik IV,V,VI.
Dari ke 3 variasi diatas pada titik I sulit sekali dikeraskan karena pada titik ini
terdapat pada daerah tepi yang pemanasanya justru lebih panas dari pada daerah
tengah. Daerah ini mengalami pemanasan dari berbagai tepi sehingga
pemanasanya lebih panas dan jika didinginkan maka daerah yang paling cepat
didinginkan adalah daerah tepi. Hal ini disebabkan karena front gear chain
dayang termasuk baja karbon rendah maka daerah tepi akan cepat menuju ke
daerah Ac3 dan jika tidak terletak pada posisi tepi maka kekerasan akan turun.
Dapat disimpulkan bahwa variasi holding time yang terbaik adalah variasi
dengan holding time 10 menit. Karena dengan perlakuan panas hardening
quenching air garam dan holding time 10 menit maka akan dihasilkan nilai
kekerasan maksimal yaitu antara 73 HRA yang mengandung 99 % martensit
(tabel 2).
Untuk pengujian kekerasan mikro maka dapat dilihat dan dibandingkan
dengan kekerasan mikro raw material (tabel 9,10). Nilai kekerasan yang terjadi
bahwa pada variasi holding time 5 menit memiliki data nilai kekerasan yang
semuanya meningkat dibandingkan dengan raw materialnya kecuali pada titik I
yang menurun daripada raw materialnya. Pada variasi holding time 10 menit juga
cenderung meningkat pada titik I,II,III dan mengalami penurunan pada titik
IV,V,VI. Pada variasi holding time 15 menit justru mengalami penurunan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
semua titiknya dari raw materialnya. Artinya adalah pada daerah tepi ini dan diuji
dengan kekerasan mikro juga memiliki nilai kerasan yang bervariasi. Hal ini
dikarenakan proses pemanasan dan pendinginan yang yang tidak sama karena
pengaruh bentuk gear yang memiliki lekuk-lekuk ke luar dan ke dalam.
Pada specimen yang telah diuji juga telah mengalami perlakuan panas
terlebih dahulu jadi sulit dibuat nilai kekerasan mikro yang sama atau homogen.
Kekerasan mikro yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh struktur mikro yang
terbentuk pada setiap titiknya sehingga antara titik satu denan titik yang lain
memiliki nilai kekerasan yang berbeda-beda. Pengerasan yang terjadi pada gear
ini tergantung dari bentuk dari pada sisi-sisi sepecimen yang menyebabkan
banyak sedikitnya panas dan pendinginan yang masuk dalam proses hardening
tersebut.
Kekerasan yang diperoleh dari pengujian mikro vikers ini dapat dilihat
bahwa pengerasan maksimal terjadi pada hardening dengan holding time 5 menit
yang menghasilkan kekerasan yang melebihi nilai kekerasan raw materialnya.
Kemudian kekerasan ke dua diteruskan dengan kekerasan dengan holding time 10
menit dan terakhir diteruskan oleh kekerasan hasil hardening dengan holding time
15 menit yang kedua-duanya memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah dari raw
materialnya. Hal ini sebanding dengan pengujian kekerasan makro yang terletak
pada titik pengujian nomor 2 yang menghasilkan nilai kekerasan makro terbesar
pada hasil hardening dengan holding time 5 menit, diteruskan dengan hardening
holding time 10 menit dan 15 menit. Karena pengujian mikro ini terletak pada titik
daerah yang hampir sama dengan titik pengujian makro pada no 2 (tabel. 10).
Pada pengujian jenis ini juga dapat dilihat telah menghilangnya distribusi
kekerasan yang sebelumnya berlaku pada nilai kekerasan raw material.
Hasil kekerasan makro dan mikro dapat dibandingkan dengan raw
material front gear chain Honda Supra X maka hasil terbaik akan ditunjukkan
dengan variasi holding time 10 menit. Pada holding time dengan variasi ini
memiliki kekerasan yang meningkat dan mendekati dengan kekersan pada daerah
tengah raw material front gear chain Honda Supra X. Kekerasan dari variasi
holding time 10 menit memiliki nilai kekerasan yang mayoritas untuk mendekati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dengan raw material raw material material front gear chain Honda Supra X,
namun kekerasan yang benar-benar mendekati dan hampir sama terletak pada
daerah lebih 7,9,11 mm dari daerah tepi. Pada daerah ini memiliki nilai kekerasan
yaitu pada raw material front gear chain Honda Supra X yaitu 73.1, 73.3, 73.3
HRA. Sedang pada raw material material front gear chain Dayang Super X
kekerasan pada daerah ini yaitu 73.5, 72.5, 72.5 HRA.
2. Hasil dan Pembahasan Foto Struktur Mikro Hasil Hardening
a. Hasil Hardening Quenching air garam 10% Holding Time 5 Menit
i ii
iii
Martensit
Martensit
Martensit
Ferrit
Ferrit
Pearlit
Ferrit
Pearlit
Garis transisi
Gambar 26. Foto Struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
hardening quenching air garam 10 % dengan holding time 5 menit
dan perbesaran 200 X : i). daerah tepi, ii). Daerah transisi ± 2 mm
dari tepi, iii). Derah tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hasil foto struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
hardening quenching air garam 10 % dengan holding time 5 menit terlihat
memiliki 3 daerah hasil yang disebut dengan daerah tepi, daerah transisi dan
daerah tengah. Daerah tepi ini terlihat jelas bahwa gambar didominasi dengan
warna gelap yang berarti adalah pearlit dan bercampur dengan martensit yang
terlihat seperti jarum. Sedangkan yang berwarna cerah adalah ferrit. Namun jika
dibandingkan dengan (gambar 20. i) raw material Dayang Super X pada daerah
tepi hasil heat treatment holding time 5 menit memiliki struktur martensit yang
lebih halus dari pada raw materialnya sehingga pada titik ini lebih lunak.
Pada tahap ini memiliki daerah transisi yang terlihat pada (gambar 26.
ii), ada 2 daerah yang memiliki perbedaan struktur atom. Daerah transisi ini
memiliki 2 perbedaan yaitu satu sisi memiliki ferrit yang banyak yang
ditunjukkan ke arah kiri atau menuju ke daerah tengah dan satu sisi memiliki
kandungan ferrit yang sedikit sekali yang ditunjukkan ke arah kanan atau menuju
ke daearah tepi. Sehingga daerah transisi ini memiliki 2 nilai kekerasan yang
berbeda cukup signifikan. Daerah transisi ini terjadi karena imbas dari treatment
flame hardening yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun yang sebelumnya 4
mm dari daerah tepi kemudian mengecil menjadi 2 mm dari tepi, ini dikarenakan
pendinginan dan pemanasan yang terjadi pada daerah ujung dan daerah tengah
sangat berbeda sekali sehingga sulit untuk menyamakan pemanasan dan
pendinginan pada kedua daerah tersebut karena bentuk yang berbeda antara tepi
dan tengah.
Daerah tengah memiliki martensit yang lebih sedikit dari pada gambar
(26.iii), karena daerah ini terdapat di daerah tengah dan lebih tebal sehingga pada
saat pendinginan memiliki mengalami pendinginan yang lebih lambat daripada
daerah tepi.
Hasil foto struktur mikro tersebut dibandingkan dengan raw material
dayang (gambar 20.i) terlihat jelas bahwa pada hasil holding time 5 menit daerah
tengah ini memiliki martensit, pearlit halus, dan ferrit yang banyak, sehingga
sangat berbeda jauh sekali dengan daerah tengah raw material. Untuk itu daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
hasil ini memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada raw materialnya
(tabel 11).
b. Hasil Hardening Quenching Air Garam 10% Holding time 10 Menit
Gambar 27. Foto Struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
hardening quenching air garam 10 % dengan holding time 10 menit
dan perbesaran 200 X : i). daerah tepi, iii). Derah tengah
Hasil foto struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
hardening quenching air garam 10 % dengan holding time 10 menit memiliki 2
daerah hasil yang disebut dengan daerah tepi dan daerah tengah. Pada daerah ini
tidak memiliki daerah transisi atau tidak terlihat jelas sehingga yang ditampilkan
hanya daerah tepi dan tengah. Hal ini dikarenakan bahwa panas yang terjadi
tersebar rata dan menghilangkan daerah transisi. Pada daerah tepi terlihat jelas
bahwa daerah ini memiliki martensit yang banyak sekali bahkan jika
dibandingkan dengan raw materialnya (gambar 20.i) daerah tepi hasil holding
time 10 menit ini jauh lebih halus dan lebih banyak martensit dan perlit nya yang
terlihat jelas dan halus. Sehingga jika dilihat nilai kekerasanya menjadi lebih keras
daripada raw materialnya. Daerah tengah juga memiliki daerah martensit yang
banyak dan hampir sama dengan daerah tepi, nilai kekerasan yang dihasilkan juga
sama (tabel 11).
Pada perlakuan tahap ini yaitu hardening dengan holding time 10 menit
memiliki jumlah martensit yang berbentuk seperti jarum yang halus dalam jumlah
ii i
Martensit
Ferrit
Martensit
Ferrit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
yang banyak sekali, dapat dikatakan bahwa tahap ini memiliki jumlah martensit
yaitu ±99%, hal ini sesuai dengan table martensit (tabel 2). Namun jika
dibandingkan dengan daerah tepi raw material front gear chain Dayang Super X,
jumlah martensit terlihat lebih sediki sekali, karena pengaruh flame hardening ini
sangat berpengaruh sekali terhadap strukur mikro yang terjadi. Tampak bahwa
masih ada sedikit perlit yang timbul dari perlakuan panas yang telah dilakukan
(gambar 27). Namun pada daerah tengah hasil hardening dengan holding time 10
menit ini memiliki martensit yang sangat besar dan berbeda sekali dengan daerah
tengah raw material. Jika dibandingkan dengan hasil holding time 5 menit maka
daerah tengah ini juga memiliki martensit yang lebih besar daripada daerah tengah
hasil hardening holding time 5 menit. Sehingga daerah tengah hasil holding time
10 menit memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi.
c. Hasil Hardening Quenching Air Garam 10% Holding time 15 Menit
Martensit
Martensit
Ferrit Ferrit
Pearlit kasar
Ferrit
i ii
iii
Garis transisi
Gambar 28. Foto Struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil hardening
quenching air garam 10 % dengan holding time 15 menit dan perbesaran
200 X : i). daerah tepi, ii). Daerah transisi ± 1 mm dari tepi, iii). Derah
tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil foto struktur mikro front gear chain Dayang Super X Hasil
hardening quenching air garam 10 % dengan holding time 15 menit juga memiliki
3 daerah hasil yang disebut dengan daerah tepi, daerah transisi dan daerah tengah.
Daerah tepi ini terlihat jelas bahwa gambar didominasi dengan warna gelap yang
disini berarti pearlit. Sedangkan yang berwarna cerah adalah ferrit. Namun jika
dibandingkan dengan (gambar 20.i) raw material Dayang Super X pada daerah
tepi hasil heat treatment holding time 15 menit memiliki ferrit yang lebih sedikit
daripada raw materialnya sehingga pada titik ini lebih keras.
Pada tahap ini memiliki daerah transisi yang terlihat pada (gambar 28.
ii), ada 2 daerah yang memiliki perbedaan kandungan pearlit. Pada daerah ini
terjadi karena pemanasan yang berlebihan sehingga struktur yang timbul menuju
ke austenit sehingga specimen yang terjadi akan menjaidi lebih lunak dan daerah
ujung mengalami pendinginan yang lebih cepat dari pada daerah tengah sehingga
terjadi daerah transisi tersebut. Pengerasan yang ditimbulkan juga lebih lunak dari
pada spesimen yang terkena holding time 10 menit (tabel 10).
Pada daerah tengah memiliki struktur perlit yang relative berukuran
kasar juga memiliki martensit yang lebih sedikit daripada daerah tepi, karena
daerah ini terdapat di daerah yang ukuranya lebih tebal sehingga pada saat
pendinginan memiliki mengalami pendinginan yang lebih lambat dari pada daerah
tepi. Hasil struktur mikro tersebut jika dibandingkan dengan raw material dayang
(gambar 20.iii) terlihat jelas bahwa pada hasil holding time 15 menit, daerah
tengah ini memiliki martensit, pearlit halus yang lebih banyak sehingga sangat
berbeda jauh sekali dengan daerah tengah raw material. Untuk itu daerah hasil ini
memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi dari pada raw materialnya (tabel 11).
Hasil struktur mikro tersebut apabila dibandingkan dengan hasil holding
time 5 menit maka daerah tengah ini hampir memiliki jumlah martensit, pearlit
halus, dan ferrit yang hampir sama. Sehingga kekerasan yang terjadi juga hampir
sama antara ke duanya. Namun jika dibandingakan dengan hasil hardening
dengan holding time 10 menit, maka variasi dengan holding time 10 menit ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
memiliki struktur yang lebih bagus pada daerah tengahnya karena terlihat pearlit
yang jelas dan martensit yang banyak.
Untuk hasil foto struktur mikro dengan variasi 5, 10, 15 menit tersebut
yang dibandingkan dengan raw material Honda maka masih belum bisa untuk
menyamai struktur mikro raw material Honda. Hal ini dikaarenakan pada raw
material Honda Super X tergolong baja karbon tinggi yang memiliki jumlah
karbon yang sangat banyak sehingga martensit yang timbul pada kondisi yang
normal akan jauh lebih halus. Untuk itu sangat sulit sekali untuk menyamakan
struktur mikro antara hasil perlakuan panas dengan raw material Honda Supra X.
Pada kondisi normal raw material Honda Supra X akan jauh lebih baik karena
sifatnya yang jauh dari kerapuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik sifat fisis dan mekanis raw material front gear chain Honda
Supra X dan Dayang Super X yaitu :
a. Hasil uji komposisi kimia menunjukkan bahwa specimen front gear chain
Honda Supra X memiliki kandungan karbon yang tinggi mencapai 0,772
% C dan termasuk dalam golongan baja karbon tinggi. Berbeda sekali
dengan front gear chain Dayang Super X yang termasuk baja dalam
golongan rendah yaitu yang mengandung jumlah karbon 0,244 %C. Jika
dibandingkan dengan standar AISI (American Iron and Steel Instute) front
gear chain Honda Supra X termasuk dalam golongan AISI 1075. Untuk
front gear chain Dayang Super X termasuk dalam golongan AISI 1023.
Untuk baja AISI 1075 memiliki sifat yang lebih baik karena memiliki
jumlah karbon yang cukup banyak.
b. Hasil pengamatan foto struktur mikro menunjukkan bahwa front gear
chain Honda Supra X dan Dayang Super X memiliki 3 daerah, yaitu
daerah tepi, transisi dan tengah karena keduanya merupakan hasil
perlakuan panas. struktur mikro front gear chain Honda Supra X di daerah
tepi memiliki struktur pearlit yang sangat halus dan menjadi martensit.
c. Sifat mekanis yang dihasilkan adalah bahwa front gear chain Honda supra
X memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada front gear chain
Dayang Supra X baik kekerasan makro maupun mikro. Terjadi distribusi
kekerasan pada kedua spesimen ini karena keduanya merupakan hasil dari
flame hardening karena terjadi pemerataan nilai kekerasan lebih dari 4 mm
dari titik tepi. Pada front gear chain Honda Supra X nilai kekerasan
makro terbesar terjadi pada titik I (1mm dari tepi) sebesar 79.6 HRA, dan
terendah terjadi pada titik II dan III yaitu sebesar 73.1 HRA. Kekerasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
mikro terbesar ada pada titik I (0.2 mm dari tepi) yaitu 645 VHN, terendah
ada pada titik VI (2.2 mm dari tepi) yaitu sebesar 515.8 VHN. Untuk front
gear chain Dayang Super X nilai kekerasan makro terbesar terjadi pada
titik I (1mm dari tepi) sebesar 71.9 HRA, dan terendah terjadi pada titik V
yaitu sebesar 52.8 HRA. Kekerasan mikro terbesar ada pada titik I (0.2
mm dari tepi) yaitu 486 VHN, terandah ada pada titik VI (2.2 mm dari
tepi) yaitu sebesar 344.7 VHN.
2. Perlakuan panas yang dilakukan untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis
front gear chain Dayang Super X adalah hardening dengan quenching air
garam 10 % karena memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah dari pada nilai
kekerasan front gear chain Honda Supra X, dan agar didapatkan nilai
kekerasan yang maksimal agar mendekati dengan nilai kekerasan front gear
chain Honda Supra X.
3. Karakteristik sifat fisis dan mekanis front gear chain Dayang Super X yang
mengalami heat treatment yaitu:
a. Sifat fisis yang berupa hasil foto struktur mikro pada front gear chain
Dayang Super X yang mengalami heat treatment hardening quenching air
garam 10 % dengan variasi holding time 5,10,15 menit memiliki hasil
yang berbeda-beda. Struktur mikro yang paling baik dari variasi tersebut
adalah variasi dengan holding time 10 menit karena sudah tidak memiliki
daerah transisi.
b. Sifat mekanis yang berupa kekerasan yang diperlakukan pada pada front
gear chain Dayang Super X yang mengalami heat treatment hardening
quenching air garam 10 % dengan variasi holding time 5,10,15 menit juga
memiliki hasil yang berbeda-beda. Kekerasan terbesar dimiliki oleh variasi
dengan holding time 10 menit selain nilai kekerasannya mendekati dengan
kekerasan raw material front gear chain Honda Supra X juga kekerasan
yang dihasilkan relatif homogen. Pada variasi holding time 10 menit
memiliki nilai kekerasan makro pada titik IV (7 mm dari tepi) senilai 73.5
HRA dan terendah pada titik I (1 mm dari tepi) senilai 69,8 HRA. Untuk
kekerasan mikro yang dihasilkan terbesar pada titik I (I mm dari tepi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
senilai 505,5 VHN dan terendah pada titik V (1,8 mm dari tepi) senilai
264.9 VHN.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh landasan teori yang
telah dikemukakan, tentang Study Sifat Fisis dan Mekanis Front gear chain
Honda Supra X dan Front gear chain Dayang Super X yang mengalami heat
treatment, dapat diterapkan kedalam implikasi yang dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1. Implikasi Teoritis
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa front gear cahain Honda
Supra X termasuk dalam klasifikasi standart AISI 1075 dan untuk front gear
chain Dayang Super X termasuk dalam klasifikasi standart baja AISI 1023.
Dengan penelitian ini dapat diketahui karakteristik fisis dari front gear chain yang
berupa struktur mikro yang terdiri dari martensit padat pada seluruh lapisan gear
Honda dan struktur martensit yang hanya pada ujungnya saja untuk gear Dayang.
Dapat diketahui pula karakteristik mekanis yaitu kekerasan front gear chain
Honda Supra X yang lebih besar dari kekerasan front gear chain Dayang Super X.
Hasil pengujian kekerasan tersebut terlihat bahwa adanya distribusi kekerasan
yang semakin menurun dari ujung hingga ke bagian tengah. Setalah front gear
chain mengalami hardening maka dihasilkan nilai kekerasan yang meningkat.
Selain itu struktur mikro yang terlihat mengandung martensit yang lebih banyak
sehingga kekerasan antara daerah ujung dan tengah memiliki nilai kekerasan yang
hampir rata. Sehingga masa pakai untuk front gear chain Dayang Super X lebih
lama. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan pengembangan
penelitian selanjutnya karena masih ada metode pengerasan lain untuk
meningkatkan kekerasan dari pada front gear chain Dayang Super X.
2. Implikasi Praktis
Dari Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi
industri logam dan mesin dalam menentukan komposisi kimia, karakteristik fisis,
dan mekanis yang digunakan untuk proses pembuatan front gear chain agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
didapatkan nilai kerasan yang lebih baik serta dapat ditentukan pula metode
pengerasan yang cocok untuk pengerasan front gear chain mendapatkan
kekerasan yang maksimal agar didapatkan kualitas produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka
dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk proses pengerasan front gear chain Dayang Super X dengan kadar
karbon 0,25 % maka diperlukan pengerasan dengan holding time yang efektif
yaitu antara 5-10 menit.
2. Sebelum dilakukan proses perlakuan panas hardening quenching air garam
10% seharusnya terlebih dahulu dilakukan tempering agar menghilangkan
bekas perlakuan panas flame hardening dari raw materialnya agar didapatkan
hasil perlakuan panas hardening yang nilai kekerasanya homogen.