STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di...

29
STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA TANGERANG DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA GALIH KURNIA PRIBADI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Transcript of STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di...

Page 1: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014

DI KOTA TANGERANG DENGAN METODE

IMUNOHISTOKIMIA

GALIH KURNIA PRIBADI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 3: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Query fever

pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2017

Galih Kurnia Pribadi

NIM B04110107

Page 4: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 5: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

ABSTRAK

GALIH KURNIA PRIBADI. Studi Q Fever pada Sapi “ Idul Adha”

2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia. Dibimbing oleh

AGUS SETIYONO.

Query fever merupakan penyakit zoonosis yang menyebar ke seluruh

dunia. Q fever disebabkan oleh infeksi bakteri Coxiella burnetii. Hewan

yang paling rentan terkena infeksi Q fever adalah ruminansia. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kejadian infeksi C. burnetii dan melihat

gambaran histopatologi organ sapi “Idul Adha” 2014 di kota Tangerang.

Metode yang digunakan adalah Random sampling organ hewan dan

pewarnaan Hematoksilin-Eosin serta Imunohistokimia pada sampel.

Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2014 sampai september 2015 di

Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi,

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sampel diambil dari

organ limpa, hati, dan paru-paru di empat tempat pemotongan hewan

Kurban. Hasil penelitian menunjukan terdapat 3 dari 10 sampel yang diuji

imunoreaktif terhadap C. burnetii. Hasil pewarnaan menunjukan terjadi

perubahan histopatologi pada sampel negatif dan positif yang terinfeksi C.

burnetii. Perubahan yang terjadi pada organ limpa berupa deplesi pulpa

putih, peradangan, kongesti, edema dan hemoragi. Perubahan yang terjadi

pada organ hati berupa degenerasi hidropsis, degenerasi lemak, peradangan,

kongesti, hemoragi. Perubahan yang terjadi pada organ paru-paru berupa

emfisema, peradangan, kongesti dan hemoragi.

Kata kunci: Q fever, C burnetii, imunohistokimia, sapi.

Page 6: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 7: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

ABSTRACT

GALIH KURNIA PRIBADI. Study of Q Fever on Cows "Idul Adha" 2014

in Tangerang city by Immunohistochemical Method. Supervised by AGUS

SETIYONO.

Query fever is a zoonotic disease that spread around the world. Q

fever is caused by the bacteria Coxiella burnetii infection. The most

vulnerable animals exposed to the infection of Q fever are ruminants. This

research aims were to know the incidence of C. burnetii infection and to see

the description of the histopathology of cows organs "Eid al-Adha" 2014 in

Tangerang city. The methods used were a random purposive sampling of

animal organs and Hematoxyilin-Eosin staining and Immunohistochemical

assay on sample. The research conducted since October 2014 until

september 2015 at Histopathology laboratory, Department of Clinic,

Reproduction and Pathology, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor

Agricultural University. Sample taken from spleen, liver, and lung in four

places cutting sacrificial animals. The result showed there was 3 out of 10

samples tested immunoreactive against C. burnetii. Staining result indicated

changes histopathologically in whether negative or positive sample infected

with C. burnetii. In the spleen found depletion of white pulp, inflammation,

congestion, edema and hemorrhage. In the liver found hydropic

degeneration, fatty degeneration, inflammation, congestion, hemorrhage.

Whereas in the lung found emphysema, inflammation, congestion and

hemorrhage.

Keywords: Q fever, C. burnetii, immunohistochemistry, cows.

Page 8: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 9: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014

DI KOTA TANGERANG DENGAN METODE

IMUNOHISTOKIMIA

GALIH KURNIA PRIBADI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 10: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 11: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

Judul Skripsi: Studi Query fever pada Sapi "Idul Adha" 2014 di Kota

Nama

NIM

Tangerang dengan Metode Imunohistokimia

: Galih Kumia Pribadi

: B04110107

Disetujui oleh

Tanggal Lulus: I 1 g nf'T ?017

Page 12: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 13: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober

2014 sampai September 2015 ini adalah Studi Query fever pada Sapi “Idul

Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Drh Agus Setiyono MS

PhD selaku pembimbing, dan Drh Mawar Subangkit MSi yang telah banyak

memberi saran. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Drh

Restu, Bapak Kasnadi, Bapak Sholeh, Bapak Endang dan teman-teman yang

telah banyak membantu dalam proses penelitian. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, teman-teman sepenelitian,

teman-teman seorganisasi dan teman-teman sekosan yang selalu

memberikan semangat dan doa.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2017

Page 14: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan
Page 15: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Pewarnaan sediaan imunohistokimia 4

Pewarnaan HE 5

Pewarnaan HE Limpa 6

Pewarnaan HE Hati 7

Pewarnaan HE Paru-paru 8

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

Page 16: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

DAFTAR TABEL

1. Hasil pewarnaan IHK 5

2. Hasil pewarnaan HE limpa 6

3. Hasil pewarnaan HE hati 8

4. Hasil pewarnaan HE paru-paru 9

DAFTAR GAMBAR

5. Hasil pewarnaan IHK 5

6. Hasil pewarnaan HE limpa 7

7. Hasil pewarnaan HE hati 8

8. Hasil pewarnaan HE paru-paru 10

Page 17: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Query fever atau Q fever merupakan penyakit menular disebabkan oleh

Coxiella burnetii yang termasuk bakteri obligat intraseluler. Q fever bersifat

zoonosis, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya (Martans

and Semuel 2007). Penularan penyakit Q fever biasanya terjadi melalui aerosol

(terhirup C. burnetti yang terbawa angin) atau kontak langsung dengan jaringan

sisa partus hewan yang terinfeksi (Ergas et al. 2006).

Coxiella burnetii memiliki daya virulensi rendah tetapi memiliki infektivitas

tinggi. Hal ini berarti satu organisme patogen dapat menyebabkan infeksi pada

inang. C. burnetii tahan terhadap panas, udara kering, dan beberapa senyawa

antiseptik standar. Hal ini memungkinkan C. burnetii dapat bertahan di

lingkungan dengan waktu yang lama (kurun minggu atau bulan) dalam kondisi

yang ekstrim (Byrne 2007).

Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap penyakit Q fever. Hal ini

didukung oleh banyaknya penduduk indonesia yang berprofesi sebagai peternak.

Salah satu kendala penting adalah gejala klinis Q fever yang tidak spesifik, yaitu

pneumonia, keguguran, dan gejala lainnya yang bersifat umum (Mahatmi et al.

2007). Penularan Q fever pada umumnya terjadi melalui konsumsi daging, susu,

dan produk ternak lainnya. Daging dan susu konsumsi yang tidak sempurna dalam

pengolahannya dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia. Resiko infeksi pada

ruminansia bervariasi tergantung pada usia, jenis, kemampuan reproduksi, dan

tahap laktasi ( McCuaghey et al. 2010).

Coxiella burnetii dapat menyerang hewan liar dan ternak. Tetapi ruminansia

merupakan hewan yang paling berisiko terinfeksi Q fever. Sapi dan ruminansia

kecil yang terinfeksi akan mengeluarkan C. burnetii ke lingkungan lewat urin,

feses, susu, dan terutama pada material abortus dan partus. Konsentrasi tinggi C.

burnetii ditemukan pada plasenta hewan yang terinfeksi. Infeksi C. burnetii

umumnya bersifat subklinis yang ditandai dengan penurunan nafsu makan,

gangguan pernapasan ringan dan gangguan reproduksi berupa abortus pada domba

dan sapi. Infeksi C. burnetii bersifat akut dan kronis serta dapat menimbulkan

kegagalan fungsi hati, radang tulang (osteomyelitis), radang otak (enchepalitis),

gangguan pada pembuluh darah, peradangan pada jantung (endokarditis) yang

berakibat pada kematian (Raoult 2002).

Query fever bisa diobati dengan pemberian antibiotik seperti oksitetrasiklin

(Barri et al. 2007). Pencegahan dapat dilakukan dengan pengendalian populasi

caplak, praktek sanitasi yang baik dan menurunkan kontaminasi lingkungan oleh

C. burnetii. Cairan fetus yang mengalami abortus serta alas kandang yang

terkontaminasi harus dibakar dan dikubur. Pemisahan hewan sakit dari hewan

sehat juga perlu dilakukan untuk mencegah meluasnya penularan. Selain itu

pencegahan pada hewan dapat dilakukan dengan penggunaan vaksin (Angelakis

dan Raoult 2010).

Page 18: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian infeksi C. burnetii dan

melihat gambaran histopatologi organ limpa, hati dan paru-paru hewan kurban

sapi. Sampel diambil di wilayah kota tangerang pada saat Idul Adha 2014.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian infeksi C. burnetii

dengan tehnik IHK dan melihat gambaran histopatologi organ limpa, hati dan

paru-paru pada hewan kurban sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyajikan data kejadian infeksi C.

burnetii di Kota Tangerang dan memberikan gambaran histopatologi organ limpa,

hati dan paru-paru hewan kurban sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 bertepatan dengan Hari

Raya Idul Adha 2014 sampai September 2015. Sampel diambil di 4 tempat

pemotongan hewan kurban di Kota Tangerang. Proses pembuatan preparat

histopatologi, pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) dan pewarnaan

Imunohistokimia (IHK) dilakukan di Laboratorium Histopatologi, Departemen

Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel organ hati, paru-

paru dan limpa yang diduga terinfeksi C. burnetii, larutan BNF 10%, parafin cair,

poly l lysin, xylene, etanol (70%, 80%, 90%, 96%, absolute I, II, dan III), aquades,

Phospat Buffer Salin (PBS),citrate buffer, policlonal antibody Rabbit anti

Coxiella burnetii FKH-IPB, susu skim, Daco Envision kit, pewarna HE

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain sarung tangan, pisau,

kertas label, plastik transparan untuk tempat penyimpanan organ, gelas ukur,

tissue cassette, tissue basket, tissue tang, parrafin embedding console, object

glass, cover glass, automatic tissue processor, microtome, staining system,

fotomicrograph, mikroskop cahaya, softwareimage, gelas piala, timbangan, pipet

tetes, termometer, dan pemanas air.

Page 19: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

3

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengamati keadaan organ limpa,

hati dan paru-paru yang mengalami perubahan secara makroskopis. Bagian yang

mengalami perubahan diinsisi dimasukkan ke dalam plastik transparan yang berisi

BNF 10% dan diberi label keterangan. Sapi yang diambil berjumlah 10 ekor.

Sampel selanjutnya dipotong dengan ketebalan kurang lebih 3 mm,

kemudian masukan kedalam tissue cassette untuk proses dehidrasi dengan

merendam secara berurutan dalam larutan etanol 80%, 90%, etanol absolut I,

etanol absolut II, xylene I, xylene II, parafin I, dan parafin II selama masing-

masing 2 jam. Proses dehidrasi dilakukan secara otomatis dalam automatic tissue

processor selama 20 jam.

Pembuatan Sediaan Histopatologi

Jaringan dicuci dengan PBS dan difiksasi menggunakan buffer neutral

formalin 10%. Proses selanjutnya adalah dehidrasi dengan mengunakan etanol

bertingkat (70%, 80%, 96%, dan absolut). Jaringan yang telah didehidrasi

kemudian di-clearing menggunakan xylene sebanyak 2 kali, masing-masing 60

menit, dilanjutkan infiltrasi menggunakan parafin lunak selama 60 menit. Setelah

itu pemblokan dalam parafin keras pada cetakan dan didiamkan selama sehari.

Blok kemudian dipotong mengunakan mikrotom putar dengan ketebalan 5

µm. Potongan dimasukan kedalam waterbath yang berisi air dengan suhu 45°C.

Hal ini bertujuan untuk menghilangkan lipatan akibat peroses pemotongan.

Potongan di angkat mengunakan object glass dan dikeringkan dalam inkubator

60°C selama 1 hari. Proses selanjutnya adalah deparafinisasi mengunakan xylene

serta rehidrasi alkohol bertingkat dan aquades. Pembuatan untuk pewarnaan IHK

object glass harus melalui prosedur coating mengunakan poly-l-lysine terlebih

dahulu agar jaringan tetap menempel.

Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

Pewarnaan dimulai dengan merendam Slide ke dalam pewarna Hematoksilin

selama 8 menit, dicuci dengan air mengalir selama 30 detik. Slide dimasukan ke

dalam larutan Lithium Karbonat selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir

selama 2 menit. Setelah itu slide direndam ke dalam pewarna Eosin selama 2

menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 60 detik. Proses selanjutnya

dehidrasi dengan alkohol bertingkat (70%, 80%, 96%, dan alkohol absolut)

masing-masing sebanyak 10 kali perendaman. Selanjutnya dilakukan clearing

slide menggunakan xylene I, II, dan II masing-masing selama 2 menit. Tahap

terakhir slide di mounting dengan perekat permount lalu ditutup dengan cover

glass. Slide kemudian dilihat dibawah mikroskop cahaya.

Proses Imunohistokimia

Pemotongan pada blok organ dengan ketebalan 5 µm dan tempelkan pada

gelas objek. Deparafinasi slide dengan xylene dan rehidrasi menggunakan alkohol

bertingkat dan aquades. Proses perendaman slide di dalam buffer sitrat sampai

suhu 90°C untuk proses antigen retrieval dan cuci mengunakan PBS sebanyak 3

Page 20: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

4

kali masing-masing 5 menit. Blocking endogenous peroxidase menggunakan

H2O2 3% selama 30 menit dan cuci PBS sebanyak 3 kali masing-masing 5 menit.

Blocking ikatan non spesifik menggunakan susu skim 0.5% selama 30 menit dan

cuci menggunakan PBS sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 menit. Slide

diinkubasi dengan antibodi primer rabbit anti C. burnetii antibody selama satu

malam pada suhu 4°C (1:250).

Slide dicuci sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 menit menggunakan

PBS. Blocking endegenous enzyme pada slide selama 30 menit dan cuci sebanyak

3 kali selama 5 menit menggunakan PBS, tetesi slide dengan SA-HRP

(Streptavidin Horse Radis Peroxidase) selama 30 menit (1:500). Slide kembali

dicuci menggunakan PBS sebelum proses aplikasi kromogen HRP yaitu DAB

(diamonobenzidine) (Daco Inc) dan dibilas dengan aquades kemudian dicuci

sebanyak 3 kali selama 5 menit menggunakan PBS. Counter staining slide

selama 10 menit menggunakan pewarna Hematoksilin dan dicuci dengan aquades.

Setelah selesai, dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dan clearing

menggunakan xylol. Terakhir slide di mounting dengan perekat permount dan

ditutup dengan cover glass, slide sudah bisa langsung diamati dibawah mikroskop

cahaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pewarnaan sediaan Imunohistokimia

Pewarnaan imunohistokimia adalah pewarnaan dengan konsep dasar

pembentukan ikatan antigen dan antibodi spesifik yang ditunjukan dengan

terbentuknya warna cokelat atau chormagen pada jaringan. Visualisasi warna

cokelat terjadi karena pemberian chromagen DAB (Ramos-Vara 2005). Organ

sebelumnya difiksasi dalam larutan BNF (Buffered Neutral Formalin). Fiksasi

sendiri bertujuan untuk: 1) mencegah perubahan post mortem, 2) mempertahankan

morfologi sel dan jaringan, 3) mengeraskan jaringan agar dapat diproses lanjut

dengan mengubah konsistensi sel dari semi cair menjadi semi-padat (Laite 1980).

Namun BNF akan menyebabkan tertutupnya antigen permukaan oleh senyawa

aldehid sehingga antibodi primer akan sulit berikatan dengan antigen. Jika ini

terjadi maka tidak akan terbentuk ikatan antigen-antibodi sehingga perlu

dilakukan demasking antigen atau antigen retrievall. Proses ini dilakukan dengan

dua cara yaitu pengggunaan buffer sitrat dan pemanasan pada suhu 900 C (D’

Amico 2008).

Pewarnaan imunohistokimia berpotensi menimbulkan warna cokelat tidak

spesifik yang muncul pada latar belakang (bakcgorund). Untuk mencegah hal ini

dilakukan penghambatan pada enzim peridkosidase endogen yang ada dalam

jaringan dengan pemberian H2O2 3%. Selain itu dalam pewarnaan berpotensi

terbentuk ikatan antigen-antibodi non-spesifik (Dagleish et al. 2010). Untuk

mencegahnya digunakan susu skim 5% dalam proses pewarnaan. Pewarnaan

imunohistokimia bertujuan untuk melihat imunoreaktifitas organ.

Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 3 dari 10 sapi yang diuji secara

imunohistokimia positif imunoreaktif terhadap C. burnetii. Sampel positif

Page 21: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

5

ditunjukka dengan kode sampel R33/16/1, R33/16/4, dan R33/16/7. Sampel uji

yang dinyatakan positif berasal dari organ limpa dan hati. Hasil pengamatan limpa

dan hati yang positif terinfeksi C. burnetii disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1 di

bawah ini.

Tabel 1 Hasil pewarnaan IHK terhadap C. burnetii Kode Sapi Temuan

Limpa Hati Paru-paru

R33/16/1 - + -

R33/16/2 - - -

R33/16/3 - - -

R33/16/4 - + -

R33/16/5 - - -

R33/16/6 - - -

R33/16/7 + - -

R33/16/8 - - -

R33/16/9 - - -

R33/16/10 - - -

(+): imunoreaktif, (-): tidak imunoreaktif

Gambar 1 Sampel imunoreaktif/positif IHK (diberi tanda panah)

Keterangan: A. Sampel R33/16/1 organ hati; B. Sampel R33/16/4

organ hati; C. Sampel R33/16/7 organ limpa

Kelainan yang terdapat pada gambar adalah terdapatanya warna coklat pada

sitoplasma makrofag. Pada Gambar 1 terlihat baru beberapa makrofag yang

mengalami infeksi belum menyebar ke selulur bagian organ. Hasil positif terjadi

karena adanya imunoreaktif antara antibodi anti-Coxiella burnetii FKH IPB

dengan antigen Coxiella burnetii sedangkan hasil negatif menunjukan tidak

adanya imunoreaktif. Hasil positif bisa dilihat dari Gambar 1 dimana terdapat

warna coklat pada sitoplasma makrofag.

Target C. burnetii adalah sel-sel monosit atau makrofag yang tersebar pada

barbagai organ tubuh (Shannon et al. 2009). Artinya C. burnetti bisa menyerang

seluruh organ namun yang sering dilaporkan adalah limpa, hati dan paru-paru.

Intensitas yang tinggi pada organ ini berhubungan dengan rute infeksi C. burnetti.

Infeksi pada limpa terjadi lewat rute hematogenous, pada hati lewat rute sistem

digesti dan paru-paru lewat rute inhalasi. Jika, C. burnetii telah sampai ke limpa

artinya hewan mengalami bakterimia.

C B A

Page 22: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

6

Menurut Woldehiwet (2004) bakteriemia terjadi setelah multiplikasi primer

pada limfonodus regional. C. burnetii menyebar secara hematogen dalam tubuh

inangnya dan dapat ditemukan pada berbagai organ tubuh termasuk limpa, hati,

paru-paru, sumsum tulang, dan saluran reproduksi. Penyebaran hematogen ini

dapat memungkinkan agen C. burnetii terakumulasi di organ limpa karena fungsi

limpa sebagai organ perombak sel darah merah dan juga organ pertahanan tubuh.

Stein et al. (2005) menyebutkan walaupun terjadi infeksi melalui rute aerosol,

lesio akibat infeksi tersebut dapat ditemukan pada organ selain paru-paru seperti

hati dan limpa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi C. burnetii dapat menyebar di

limpa, hati, paru-paru dan jantung. Hal ini karena hewan yang terinfeksi C.

burnetii mengalami bakteriemia. Menurut Maurin dan Raoult (1999), apapun rute

infeksi C. burnetii akan menyebar secara hematogen dan ditemukan di berbagai

organ tubuh. Dari hasil pengamatan 3 dari 10 sapi menunjukkan hasil positif pada

organ limpa dan hati.

Pewarnaan Histopatologi Limpa

Limpa adalah salah satu organ pertahanan tubuh dan tempat di produksinya

limfosit melalui sistem retikuloendotel. Selain itu limpa melakukan fagositosis

antigen, fagositosis eritrosit yang tidak lagi fungsional bagi tubuh,

mengkonversikan hemoglobin menjadi bilirubin dan menyimpan zat besi. Limpa

juga berfungsi sebagai organ hemopatik yang menyaring darah lewat sistem

sinusial. Sebagai konsekuensinya, semua antigen bisa mencapai limpa melalui

darah (Rao 2010).

Limpa merupakan organ pertahanan sekunder tubuh yang bekerja

menyaring darah terutama dari antigen yang masuk. Antigen akan menyebabkan

lesio pada limpa yang dapat dilihat berbagai macam perubahan pada struktur

jaringan (Macgavin dan Zachary 2007). Peradangan pada limpa bisa terjadi karena

ada agen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang limpa. Peradangan dapat

bersifat akut dan kronis. Data hasil pewarnan limpa tercantum dalam Tabel 2.

Limpa mengalami deplesi pulpa putih, kongesti, edema, infiltrasi sel radang, dan

hemoragi.

Tabel 2 Hasil pewarnaan histopatologi organ limpa sapi Kode Sapi Lesio

Deplesi

Pulpa Putih

Peradangan Kongesti Edema Hemoragi

R33/16/1 + + + - +

R33/16/2 - + - + -

R33/16/3 + + - - +

R33/16/4 + + - - -

R33/16/5 - + - - -

R33/16/6 - + - + -

R33/16/7 + + + - +

R33/16/8 - + - + -

R33/16/9 + + + - -

R33/16/10 + + - - +

(+): ditemukan lesio, (-): tidak ditemukan lesio

Page 23: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

7

Deplesi pulpa putih adalah berkurangnya jumlah sel-sel limfoid. Deplesi

terjadi karena kekurangan stimulasi antigen atau bentuk regresi setelah stimulasi

antigen dihentikan. Deplesi bisa terjadi karena toksin, virus, bakteri, radiasi,

malnutrisi, dan degenerasi. Secara mikroskopis sel limfoid menjadi berkurang dan

germinal centre menjadi tidak ada. Jumlah keseluruhan jaringan limfoid pada

limpa menjadi berkurang dan limpa menjadi kecil (Macgavin dan Zachary 2007).

Deplesi pulpa putih dapat dilihat pada Gambar 2.

Kongesti adalah pembendungan yang terjadi pada vena yang disebabkan

oleh adanya gangguan sistemik atau porta (Vally 2007). Terdapat dua tipe

kongesti yaitu kongesti akut dan kronis. Kongesti akut terjadi karena terlalu

banyak jumlah bakteri patogen yang masuk sirkulasi dan melebihi kapasitas limpa

sehingga menyebabkan penurunan kerja limpa sebagai organ pertahanan.

Kongesti akut bisa terjadi di Marginal Zone. Marginal Zone adalah penghubung

pulpa merah dan pulpa putih. Selanjutnya limpa akan berisikan neutrofil dan

makrofag baik fokus maupun menyebar. Secara histopatologi, kongesti ini akan

membentuk cincin atau lingkaran tidak sempurna. Edema akan menyebabkan

terbentuknya celah atau jarak antar sel limfoid (Macgavin dan Zachary 2007).

Gambar 2 Gambaran deplesi pulpa Putih (panah kuning) pembesaran 100× (A),

peradangan (panah biru) dengan pembesaran 100× (B),

edema (panah hijau) dengan pembesaran 100× (C).

Kongesti kronis pada limpa terjadi karena adanya hipertensi vena limpa

atau vena porta dan adanya infeksi jamur dan patogen intraseluler fakultatif.

Monosit ikut membantu dalam pembentukan peradangan granuloma. Respon

peradangan ini bisa bersifat diffuse atau focal (Macgavin dan Zachary 2007).

Pewarnaan Histopatologi Hati

Hasil pewarnaan HE hati tercantum dalam Tabel 3. Hati mengalami

degenerasi hidropis, degenerasi lemak, hemoragi, kongesti dan infiltrasi sel

radang.

A B C

Page 24: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

8

Tabel 3 Hasil pewarnaan histopatologi organ hati sapi Kode sapi Lesio

Degenerasi

Hidropis

Degenerasi

lemak

Hemoragi Kongesti Peradangan

R33/16/1 + + + - +

R33/16/2 - - + + -

R33/16/3 + + - - +

R33/16/4 - + + + +

R33/16/5 - + - + +

R33/16/6 - - - - -

R33/16/7 + + + + +

R33/16/8 - - - - +

R33/16/9 + + - + +

R33/16/10 + - + - +

(+): ditemukan lesio, (-): tidak ditemukan lesio

Hati yang diamati banyak mengalami perubahan (lesio) seperti degenerasi

lemak. Degenerasi lemak pada hati terjadi karena adanya penumpukan trigliserida

di dalam sel. Pada kasus yang parah degenerasi terjadi pada jaringan parenkim.

Hati yang mengalami degenerasi lemak dapat menyebabkan hilangnya nukleus

akibat terbentuknya globula yang besar gabungan dari globula-globula yang

bersatu. Degenerasi lemak sering terjadi karena tidak seimbangnya metabolisme

sel yang terjadi pada hewan yang kelaparan (Rao 2010). Degenerasi lemak dapat

dilihat pada Gambar 3.

Hemoragi adalah lesio yang diakibatkan keluarnya darah dari pembuluh

darah. Hal ini karena adanya kerusakan pada pembuluh darah seperti ruptur atau

darah keluar melalui dinding pembuluh darah (Vegad 2007). Hemoragi dapat

dilihat pada Gambar 3.

Hati yang diamati menunjukan gejala sirosis yang ditunjukan dengan

adanya fibrosis, degenerasi dan hiperplasia. Adanya sirosis ini akan menyebabkan

terjadinya kongesti dan ascites. Sebagai konsekuensinya dapat menyebabkan

terganggunya sirkulasi darah portal (Rao 2010).

Gambar 3 Gambaran degenerasi lemak (panah kuning) pembesaran 100× (A),

degenerasi hidropis (panah hijau) dengan pembesaran 200× (B),

hemoragi (panah biru) dengan pembesaran 100× (C).

Mekanisme penumpukan trigliserida lainnya adalah terjadinya penurunan

apoprotein. Penurunan apoprotein terjadi sebagai akibat meningkatnya asam

lemak. Apoprotein adalah protein yang dibutuhkan untuk mengubah trigliserida

A B C

Page 25: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

9

menjadi lipoprotein supaya bisa diekresikan. Peningkatan asam lemak juga

menyebabkan meningkatnya produksi karbon tetraklorid, fosfor, dan protein

malnutrisi (Vegad 2007).

Pewarnaan Histopatologi Paru-paru

Hasil pewarnaan HE pada paru-paru tercantum dalam Tabel 4. Paru-paru

mengalami kongesti, hemoragi, emfisema dan peradangan.

Tabel 4. Hasil pewarnaan histopatologi organ paru-paru sapi Kode sapi Lesio

Kongesti Hemoragi Emfisema Infiltrasi sel

radang

R33/16/1 + - + +

R33/16/2 - + + -

R33/16/3 + - + -

R33/16/4 + - + -

R33/16/5 - + + -

R33/16/6 - - + -

R33/16/7 + - + +

R33/16/8 - - + -

R33/16/9 + - + -

R33/16/10 - + + -

(+): ditemukan lesio, (-): tidak ditemukan lesio

Paru- paru mengalami kongesti yang bersifat akut dan kronis. Kongesti akut

pada paru-paru terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah atau

mekanisme gagal jantung (Vegad 2007). Kongesti akut pada umumnya dapat

terjadi karena gagal jantung. Gagal jantung akan mengakibatkan darah yang

terdapat dalam paru-paru tidak bisa kembali lagi ke jantung dan tetap bertahan di

dalam pembuluh darah. Kongesti akut bisa ditandai dengan ditemukannya

neutrofil. Sedangkan kongesti kronis pada paru-paru terjadi karena infiltrasi

bakteri yang ditandai dengan ditemukannya limfosit dan makrofag (Lopez 2006).

Paru-paru juga mengalami hemoragi. Hemoragi adalah keluarnya darah dari

pembuluh darah. Terdapat dua tipe hemoragi yaitu hemoragi karena hancurnya

pembuluh darah atau reksis dan hemoragi karena darah melewati dinding vaskular

atau diapedesis. Hemoragi disebabkan oleh mekanisme fisiologi, trauma, bakteri,

virus, parasit, nekrosis dan toksin (Vegad 2007). Pada penelitian ditemukan

kongesti akut yang disebabkan karena gagal jantung pada saat penyembelihan.

Bisa dilihat pada Gambar 4.

Emfisema ditemukan pada sediaan paru-paru. Emfisema adalah membesar

atau meluasnya ruang alveol. Emfisema disebabkan oleh trauma, pneumonia dan

ketidakseimbangan aktivitas protease-antiprotease pada alveol. Perlakuan sapi

Kurban yang kurang baik menyebabkan thorax sapi membentur tanah atau lantai

terlalu keras. Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada paru-paru. Ketidak

seimbangan protease-antiprotease akan melemahkan dinding alveol secara

berangsur-angsur yang kemudian meyebabkan dinding alveol rusak atau hancur

(Reid et al. 2011).

Page 26: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

10

Gambar 4 Gambaran Emfisema (panah kuning) dengan pembesaran 100× (A),

kongesti (panah hijau) dan peradangan (panah biru)dengan pembesaran

200× (B), hemoragi (panah merah) dengan pembesaran 200× (C).

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil pewarnaan IHK terdapat 3 sapi positif terinfeksi C. burnetii dari 10

sapi yang diuji. Sampel positif didapatkan dari organ limpa dan hati. Perubahan

histopatologi yang ditemukan pada limpa berupa deplesi pulpa putih, peradangan,

kongesti, edema dan hemoragi. Perubahan pada hati berupa degenerasi hidropis,

degenerasi lemak, peradangan, kongesti dan hemoragi. Lesio tersebut bukan

merupakan lesio spesifik Q fever karena dapat ditemukan pada sapi yang negatif

Q fever. Kelainan Q fever dapat dideteksi dengan lebih tepat mengunakan metode

IHK. Oleh karena itu, pewarnaan IHK baik untuk mendeteksi Q fever.

SARAN

Perlu studi yang lebih luas dan mendalam tentang Q fever di kota

Tangerang yang tidak hanya terbatas pada hewan kurban sapi dan ruminansia

kecil. Penelitian pada hewan ruminansia lain juga akan bermanfaat dilakukan

untuk menambah data yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Angelakis E, Raoult D. Q fever. Vet Microbiol. 2010; 140(3): 297-309.

Byrne WR. 2007. Q fever: Medical Aspects of Chemical and Biological

Warfare.pp: 523-527.

Berri M, Rousset E, Champion J L, Russo P , Rodolakis A , 2007. Goats May

Experience Reproductive Failures And Shed Coxiella burnetii at Two

Successive Parturitions After a Q Fever Infection. Res.Vet. Sci. 83, 47

52.

Dagleish MP, Benavides J, Chianini F. 2010. Immunohistochemical Diagnosis of

Infectious Diseases of Sheep. Small Rum Res. 92:19-32.

D'Amico F, Skarmoutsou E, Stivala F. 2008. State oof The Art in Antigen

Retrieval For Immunohistochemistry. J Immunol Meth. xxx xxx–xxx :1-18.

C B A

Page 27: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

11

Ergas D, Keysari A, Edelstein V, Sthoeger ZM. 2006. Acute Q fever in Israel:

clinical and laboratory study of 100 hospitalized patients. IMAJ.8:337–341.

Laite M B. 1980. Processing Tissues in The Laboratory. In: Principles Os

Prosection, A Guide for Anatomic Pathologist. New York: Jhon Willey &

Sons Inc.

Lopez A. 2006. Respiratory System. Di dalam: Pathologic Basis Of Veterinary

Disease. Ed ke-4. McGavin MD, Zachary JF, editor. St Louis (US):

Mosby Elsievier. hlm 462-557.

Macgavin MD. James SZ. Patologic Basis of Veterinary Diseases. 2007.

Missouri:Mosby Inc.7.

Mahatmi H, Setiyono A, Soejoedono RD, Pasaribu FH. 2007. Deteksi Coxiella

burnetii penyebab Q fever pada sapi, domba dan kambing di Bogor dan

Bali. J Vet.:180-182.

Maurin M, Raoult D. 1999. Q fever. Clin. Microbiol. Rev. 12, 518–553.

McCaughey C, Murray LJ, McKenna JP, Menzies FD, McCullough SJ, O’Neill

HJ, Wyatt DE, Cardwell CR, Coyle PV. 2010. C. burnetii (Q fever)

Seroprevalence in Cattle. Epidemiol Infect. 138:21–27.

Mertens K, Samuel JE. 2007. Bacteriology of Coxiella: Rickettsial Diseases. 257–

270.

[NSH] National Society for Histotechnology. 2001. The Guidelines of

Hematoxilyn and Eosin Guidlines. Maryland (US): NSH.

Ramos-Vara JA. 2005. Technical Aspects of Immunohistochemistry. Vet Pathol.

42:405–426.

Raoult D. 2002. Q fever : Still A Mysterious Disease. Q J Med. 95:491-492.

Rao DG. 2010. The Text Book on Systemic Patholghies of Domestic Animals.

Karnatakan (IN):IDBC Publisher.

Reid R ,Fiona R, Elaine M. 2011. Pathology Ilustrated. UK: Churchil Livingstone.

Shannon JG, Heinzen RA. 2009. Adaptive Immunity to the Obligate Intracellular

Pathogen Coxiella burnetii. Immunol Res. 43(1-3):138-148.

Stein A, Louveau C, Lepidi H, Ricci F, Baylac P, Davoust B, Raoult D. 2005. Q

Fever Pneumonia: Virulence of Coxiella burnetii Pathovars in a Murine

Model of Aerosol Infection. Infect Immun. 73(4):2469–2477.

Vally VEO. 2007. Hematopoietic System. Di dalam: Pathology of Domestic

Animals. Ed ke-5. Maxie MG, editor. Philadelphia (US): Saunders

Elsevier.hlm 107-324.

Vegad JL. 2007. A Textbook of Veterinary General Phatology. (IN). International

Distributing Book Co.

Woldehiwet Z. 2004. Q fever (coxiellosis): epidemiology and pathogenesis. Res

vet Sci. 77:93-100.

Page 28: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

12

Page 29: STUDI QUERY FEVER PADA SAPI “IDUL ADHA” 2014 DI KOTA ... · pada Sapi “Idul Adha” 2014 di Kota Tangerang dengan Metode Imunohistokimia adalah benar karya saya dengan arahan

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di ciamis, pada tanggal 18 januari 1992. Penulis

merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tata dan Ibu

Enok Kurniasih. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Kondangjajar

pada tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan di MTS YPK Cijulang pada tahun

2005-2008 kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Parigi pada tahun

2008-2011.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertania Bogor pada tahun

2011 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) Jalur Undangan Program Studi Kedokteran Hewan. Selama kuliah,

pennulis anggota Himpunan Propesi (HIMPRO) Ruminansia selama 2 periode

2012-2014. Penulis aktif dalam acara kepanitiaan di Fakultas Kedokteran Hewan

seperti, OLIV (2012 dan 2013), Student Seminar HIMPRO, dll.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadiran Allah SWT atas segala

rahmat, nikmat, dan hidanyah-NYA penulis dapat menyeselesaikan penelitian dan

skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana dari program studi

Kedokteran Hewan, Institut Pertania Bogor. Shalawat dan salam senantiasa

penulis curahkan kepada jungjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Drh Agus Setiyono MS PhD

selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan,

sumbangan ide dan materi yang telah diberikan.

Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Tata) dan Ibunda (Enok

Kurniasih) yang telah membantu dalam berbagai hal baik berupa finansial

maupun kasih sayangnya yang tulus. Di samping itu ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada staf Laboratorium patologi, departemen Klinik, Reproduksi

dan patologi yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan, kepada

keluarga Ganglinon (FKH 48), Kontrakan B25 ( Khoiri Miftah, S.KH, Fajar Sidik,

S.Pt, Yohannes Eko Aditya, S.TP, Alfian Umar Karim, S.Pt, Saepul Ansor, S.Pt)

atas bantuan dan dukungannya. Kepada M Zulfitra Rahmat dan Frisko Ramadhani

selaku teman seperjungan skripsi.