STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem...

87
STUDI PENYEBARAN JENIS TUMBUHAN EKSOTIK DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGANTIANNYA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki) SHANTI SUSANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Transcript of STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem...

Page 1: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

STUDI PENYEBARAN JENIS TUMBUHAN EKSOTIK DAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGANTIANNYA

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

(Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)

SHANTI SUSANTI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

STUDI PENYEBARAN JENIS TUMBUHAN EKSOTIK DAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGGANTIANNYA

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

(Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)

SHANTI SUSANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan

pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 3: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

RINGKASAN

SHANTI SUSANTI. Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki). Dibimbing oleh SISWOYO dan

HANDIAN PURWAWANGSA.

Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dikelilingi

oleh berbagai macam penggunaan lahan, seperti pemukiman, pertanian dan

perkebunan, sehingga kawasan ini menjadi rentan terhadap gangguan, salah

satunya adalah serbuan spesies asing (eksotik) yang masuk ke dalam kawasan.

Masuknya jenis tumbuhan eksotik ke dalam kawasan TNGHS mempunyai

dampak negatif terhadap keberadaan jenis-jenis tumbuhan asli. Oleh karena itu

perlu pengelolaan terhadap jenis tumbuhan eksotik tersebut. Sebagai langkah awal

untuk melakukan pengelolaan tersebut dibutuhkan data mengenai penyebaran,

pemanfaatan, dan persepsi masyarakat terhadap jenis tumbuhan eksotik.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu mengetahui : (1) penyebaran jenis

tumbuhan eksotik di lokasi Stasiun Penelitian Cikaniki,TNGHS, (2) pemanfaatan

jenis tumbuhan eksotik di lokasi Stasiun Penelitian Cikaniki, TNGHS, dan (3)

persepsi masyarakat terhadap penggantian jenis tumbuhan eksotik di lokasi

Stasiun Penelitian Cikaniki, TNGHS. Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun

Penelitian Cikaniki, TNGHS dan Desa Malasari, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor pada bulan Juli – Agustus 2009. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil

analisis vegetasi dengan menggunakan metode jalur berpetak dan hasil

wawancara dengan menggunakan ”snowball” method terhadap 30 responden.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Balai TNGHS, pemerintahan

Desa Malasari dan studi literatur. Data vegetasi hutan yang terkumpul dianalisis

dengan menghitung : frekuensi jenis, kerapatan jenis, dominansi jenis, indeks nilai

penting, keanekaragaman jenis, indeks dominansi, dan pola penyebarannya. Data

hasil wawancara ditabulasikan dan diberi skor yang kemudian dijelaskan secara

deskriptif. Untuk mengukur keeratan hubungan antara karakteristik responden

dengan tingkat persepsi digunakan Uji Korelasi Spearman.

Jenis tumbuhan eksotik yang ditemukan di lokasi penelitian adalah

harendong bulu (Clidemia hirta), ki rinyuh (Eupatorium pallescens), kecubung

(Brugmansia suaveolens), kaliandra (Calliandra calothyrsus), dan seuseureuhan

(Piper aduncum). Jenis-jenis tumbuhan eksotik tersebut berada pada ketinggian

tempat 1.000 – 1.077 m dpl, dengan pola penyebaran yang mengelompok. Jenis

tumbuhan eksotik yang dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah

kaliandra (Calliandra calothyrsus), sesuseureuhan (Piper aduncum), pinus (Pinus

merkusii), ki rinyuh (Eupatorium pallescens), teh (Camellia sinensis), sengon

(Paraserianthes falcataria), dan kayu afrika (Maesopsis eminii). Jenis-jenis

tersebut dimanfaatkan untuk kayu bakar, obat, dan pakan ternak. Persepsi masyarakat terhadap jenis tumbuhan eksotik menyebar secara merata yaitu rendah

(0-2), sedang (3-5) dan tinggi (6-8) masing-masing sebesar 33,33%. Masyarakat

sebagian besar (53,33%) menyatakan setuju jika dilakukan penggantian jenis

tumbuhan eksotik.

Kata Kunci : Eksotik, Penyebaran, Persepsi, TNGHS

Page 4: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

SUMMARY

SHANTI SUSANTI. Study of Eksotic Plant Spread and Society Perception

Toward it Changes at Gunung Halimun Salak National Park (Case Study at

Cikaniki Research Station). Under Supervision of SISWOYO and HANDIAN

PURWAWANGSA.

Gunung Halimun Salak National Park (TNGHS) surrounded by the area of

rural district, agricultural and plantation. So that this area becomes susceptible one

of them is the attack of strange species (eksotik) which came to the area. The

coming of eksotik plan to the TNGHS has a negative impact to the existence of

genuine plant. So that, it has to manage the eksotik plan. The first step to manage

is the needed of the data of spread, benefit and the perception of society toward

the eksotik plan.

This research has three purpose, they are: (1) spread of eksotik plant at

Cikaniki research station (TNGHS), (2) the benefit of eksotik plant at Cikaniki

research station (TNGHS), and (3) society perception on eksotik plan substitution

in Cikaniki research station (TNGHS). This research carrying out at Cikaniki

research station (TNGHS) Malasari village, Nanggung Sub district, Bogor

regency on July until August 2009. Primary data and secondary data are use in

they research. Primary data obtained from the analysis of vegetation using

compartmentalized stripe and result of interview which using snowball method

toward 30 respondents. Secondary data obtained from house of TNGHS, the

government of Malasari village and literature study. Forest vegetation data

obtained analyze by calculate: type frequency, the density of type, type

domination, emphatic value index, varied type, dominate index and spread

pattern. Tabulation and scoring of interview result then describe in descriptive.

To measure relationship closeness between respondent characteristic and

level perception, used correlation spearman test.

The eksotik plant which found in research location are: harendong bulu

(Clidemia hirta), ki rinyuh (Eupatorium pallescens), kecubung (Brugmansia

suaveolens), kaliandra (Calliandra calothyrsus), and seuseureuhan (Piper

aduncum). It growth at 1.000-1.077 m dpl, and has grouping spreaded pattern.

The kind of eksotik plant which used by the society are kaliandra (Calliandra

calothyrsus), sesuseureuhan (Piper aduncum), pinus (Pinus merkusii), ki rinyuh

(Eupatorium pallescens), teh (Camellia sinensis), sengon (Paraserianthes

falcataria), and kayu afrika (Maesopsis eminii). It used for firewood, medicine

and cattle food. Society perception toward eksotik plan spread justify; low (0-2),

medium (3-5), and high (6-8) they are 33,33%. A lot of society (53,33%) states

that they are agree with tes subtition of eksotik plant.

Key words: eksotik, spread, perception, TNGHS

Page 5: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Penyebaran Jenis

Tumbuhan Eksotik dan Persepsi Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman

Nasional Gunung Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)”

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing

dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau

lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2010

Shanti Susanti

NRP E34050440

Page 6: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Judul Skripsi : Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian

Cikaniki)

Nama : Shanti Susanti

NIM : E34050440

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Siswoyo, M.Si. Handian Purwawangsa, S.Hut., M.Si.

NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19790101 20051 1 003

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.

NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal Lulus :

Page 7: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik

dan Persepsi Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan

IPB.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Abdurahman SP dan Ibunda Sutiwi Rayani serta keluarga tercinta

yang selalu memberikan doa dan kasih sayang serta pengorbanan baik moril

maupun materi.

2. Ir. Siswoyo, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Handian Purwawangsa,

S.Hut., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan

bimbingan selama penelitian serta penyusunan dan penulisan skripsi.

3. Ir. Ahmad Hadjib, MS selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen

Hutan, Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc. selaku dosen penguji dari Departemen

Hasil Hutan, dan Dr.Ir. Nurheni Wijayanto, MS selaku dosen penguji dari

Departemen Silvikultur.

4. Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Pemerintahan Desa

Malasari atas bantuannya selama penelitian.

5. Lina Nurhayati atas bantuannya selama penelitian dan kebersamaan serta

persahabatan selama ini.

6. Sahabat-sahabat tersayang Robiatuh Samsiah, Prastiwi, Lela, Titi, Susan, dan

teman-teman KSHE Tarsius 42 atas kenangan yang telah dilalui bersama.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantun selama penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan dunia kehutanan pada khususnya.

Bogor, Januari 2010

Penulis

Page 8: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 18 April 1987

sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Abdurahman, SP dan Ibu

Sutiwi Rayani.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kuningan dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB. Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi

kemahasiswaan, yakni sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya

Manusia Badan Eksekutif Mahasisa (BEM) TPB IPB tahun 2006-2007, staf

Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia DKM Ibaadurrahman tahun

2007-2008, dan panitia Masa Perkenalan Fakultas tahun 2008 dan 2009.

Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di

Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan dan RPH Cemara

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (2007). Pada tahun 2008 penulis melaksanakan

Praktek Umum Konservasi Ex- situ di Wana Wisata Penangkaran Rusa Jonggol

dan Kebun Raya Bogor. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP)

di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur (2009). Selain itu penulis pernah

menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam (2008-

2009).

Sebagai syarat menjadi Sarjana Kehutanan IPB, penulis melaksanakan

penelitian yang berjudul ”Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)”, di bawah bimbingan Ir. Siswoyo,

M.Si dan Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si.

Page 9: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Tujuan ........................................................................................... 2

1.3. Manfaat ........................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

2.1. Biodiversitas (Biodiversity) ......................................................... 3

2.2. Tumbuhan Eksotik ....................................................................... 4

2.3. Invasi ............................................................................................ 5

2.4. Penyebaran ................................................................................... 6

2.5. Persepsi ........................................................................................ 7

III. KONDISI UMUM ........................................................................... 8

3.1. Sejarah Kawasan ......................................................................... 8

3.2. Kondisi Fisik Kawasan ............................................................... 8

3.2.1. Letak kawasan ....................................................................... 8

3.2.2. Topografi dan tanah ............................................................... 9

3.2.3. Iklim ...................................................................................... 10

3.2.4. Hidrologi ................................................................................ 10

3.3. Kondisi Biotik ............................................................................. 11

3.3.1. Flora ....................................................................................... 11

3.3.2. Fauna ..................................................................................... 12

3.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Malasari .................. 12

IV. METODE PENELITIAN ................................................................ 13

4.1. Lokasi dan Waktu ........................................................................ 13

4.2. Bahan dan Alat ............................................................................ 13

4.3. Metode ........................................................................................ 13

4.3.1. Pengumpulan data ................................................................. 13

4.3.2. Teknik pengumpulan data ..................................................... 14

4.3.2.1. Data sekunder .................................................................. 14

4.3.2.2. Data primer ..................................................................... 14

4.3.3. Analisis data .......................................................................... 16

4.3.3.1. Analisis vegetasi ............................................................. 16

4.3.3.2. Analisis data hasil wawancara ........................................ 20

V. Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 21 5.1. Komposisi Vegetasi .................................................................... 21

5.1.1. Jumlah jenis dan famili ......................................................... 21

Page 10: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

5.1.2. Dominansi ............................................................................. 22

5.1.3. Keanekaragaman jenis .......................................................... 24

5.2. Tumbuhan Eksotik ...................................................................... 25

5.2.1. Jumlah jenis tumbuhan eksotik ............................................. 25

5.2.2. Regenerasi tumbuhan eksotik ............................................... 26

5.2.3. Penyebaran tumbuhan eksotik .............................................. 28

5.3. Persepsi Masyarakat terhadap Penggantian Jenis Tumbuhan Eksotik 29

5.3.1. Karakteristik responden ........................................................... 29

5.3.2. Pemanfaatan SDA oleh masyarakat ......................................... 35

5.3.2.1. Jenis-jenis SDA yang dimanfaatkan oleh masyarakat .......... 35

5.3.2.2. Hubungan karakteristik responden dengan tingkat

pemanfaatan SDA ................................................................. 41

5.3.3. Persepsi masyarakat ................................................................. 43

5.4. Rekomendasi Penggantian Jenis ....................................................... 46

VI. Kesimpulan dan Saran .................................................................... 48

6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 48

6.2. Saran ................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 49

LAMPIRAN ............................................................................................. 52

Page 11: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis Data yang Dikumpulkan dalam Penelitian ........................... 13

2. Jumlah Jenis Tumbuhan Pada Petak Contoh ................................ 21

3. Perbandingan INP Tumbuhan Eksotik dengan INP Seluruh Jenis di

Lokasi Penelitian ............................................................................ 22

4. Indeks Dominansi (C) di Lokasi Penelitian .................................. 24

5. Indeks Keanekaragaman Jenis pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan

(H’) di Lokasi Penelitian ................................................................. 24

6. Jenis Tumbuhan Eksotik di Lokasi Penelitian ............................... 25

7. Kerapatan Jenis Tumbuhan Eksotik di Lokasi Penelitian ............ 27

8. Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik di Lokasi Penelitian ........... 28

9. Distribusi Responden Menurut Umur ........................................... 30

10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............... 31

11. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ................. 32

12. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan ............................... 33

13. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga 33

14. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Tempuh ke Hutan........ 34

15. Rekapitulasi SDA yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat .............. 36

16. Jenis-jenis Kayu yang Dimanfaatkan untuk Kayu Bakar oleh

Masyarakat .................................................................................... 37

17. Jenis-jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Obat oleh

Masyarakat .................................................................................... 40

18. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Tingkat Pemanfaatan

SDA ............................................................................................... 41

19. Jenis Tumbuhan Eksotik Menurut Pengetahuan Masyarakat di

Stasiun Penelitian Cikaniki dan Lahan Masyarakat ...................... 44

Page 12: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian di Stasiun Penelitian Cikaniki dan Desa

Malasari ......................................................................................... 9

2. Sungai Cikaniki ............................................................................ 11

3. Skema Penempatan Transek dan Petak-petak Pengukuran pada

Analisis Vegetasi dengan Metode Garis Berpetak ....................... 15

4. Pemilihan Responden dengan Snowball Method .......................... 16

5. Jenis-Jenis Tumbuhan Eksotik (1) Ki rinyuh (2) Seuseureuhan

(3) Kecubung (4) Kaliandra (5) Harendong bulu........................... 26

6. Pengambilan Rumput oleh Masyarakat ....................................... 38

7. Persentase Pemanfaatan Rumput oleh Masyarakat ...................... 38

8. Jenis-jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Untuk

Obat (1) Cangkore (2) Ficus (3) Reundeu ................................... 39

9. Sebaran Persepsi Responden Terhadap Penggantian Jenis

Tumbuhan Eksotik ....................................................................... . 43

Page 13: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan ........... 52

2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan 58

3. Kuisioner Pemanfaatan SDA untuk Pengumpulan Data dalam

Penelitian Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki) ....... 64

4. Kuisioner Persepsi Masyarakat untuk Pengumpulan Data dalam

Penelitian Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki) ........ 67

5. Sistem Skor untuk Karakteristik Rumahtangga Masyarakat ........ 70

6. Sistem Skor Untuk Penilaian Pemanfaatan SDA di Hutan Cikaniki

oleh Masyarakat ............................................................................ 71

7. Hasil Uji Korelasi Spearman ........................................................ 73

Page 14: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu

kawasan lindung yang pengelolaannya diarahkan untuk melindungi sistem

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa beserta

ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta

ekosistemnya. TNGHS adalah penggabungan dari dua kawasan konservasi, yaitu

Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) dengan hutan lindung Gunung Salak.

Penyatuan kedua kawasan konservasi ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003, dengan luas kawasan

113.357 ha.

Saat ini TNGHS merupakan salah satu taman nasional yang memiliki

ekosistem hutan hujan tropis pegunungan terluas di Jawa. Di kawasan tersebut

terdapat banyak keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya, baik

berupa flora maupun fauna. Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di

hutan alam di dalam TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku (Harada et

al. 2002).

Kawasan TNGHS dikelilingi atau berbatasan dengan lahan pemukiman,

pertanian, perkebunan, kawasan hutan Perum Perhutani dan kegiatan

perindustrian, sehingga kawasan ini menjadi rentan karena memiliki peluang yang

tinggi untuk mengalami banyak gangguan, salah satunya adalah serbuan spesies

asing (eksotik) yang masuk ke dalam kawasan.

Kegiatan manusia baik secara sengaja maupun tidak, telah menyebabkan

terjadinya perpindahan beribu-ribu spesies ke tempat-tempat baru di dunia.

Beberapa spesies eksotik ini mempunyai dampak negatif terhadap spesies-spesies

lokal. Sebagian besar spesies eksotik tidak dapat bertahan di daerah barunya

karena lingkungan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya, namun

beberapa spesies lainnya dapat bertahan hidup, dan bahkan membentuk koloni

yang kuat di tempat baru tersebut. Kadangkala mereka mengalahkan spesies asli

di daerah tersebut melalui kompetisi dalam memperebutkan makanan atau ruang

hidup yang jumlahnya terbatas.

Page 15: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lebih dari 100 jenis tumbuhan hutan dimanfaatkan untuk obat tradisional,

upacara adat, bahan bangunan dan manfaat penting lainnya oleh masyarakat di

sekitar kawasan TNGHS (Harada et al. 2002). Beberapa jenis yang dimanfaatkan

oleh masyarakat merupakan jenis eksotik yang berada di dalam kawasan.

Karena spesies eksotik banyak berdampak negatif, maka perlu dilakukan

pengendalian terhadap spesies tersebut. Salah satu kendala yang dihadapi dalam

menyusun rencana dan pelaksanaan pengendalian spesies eksotik adalah belum

tersedianya data dan informasi tentang penyebaran dan pemanfaatan spesies

eksotik tersebut oleh masyarakat, sehingga pengumpulan data dan informasi

tentang penyebaran dan pemanfaatannya sangatlah diperlukan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan untuk mengetahui penyebaran

jenis tumbuhan eksotik, penggunaannya oleh masyarakat, serta persepsi

masyarakat terhadap rencana penggantian spesies tersebut, maka penelitian ini

perlu dilakukan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Penyebaran jenis tumbuhan eksotik di lokasi Stasiun Penelitian Cikaniki,

TNGHS.

2. Pemanfaatan jenis tumbuhan eksotik di lokasi Stasiun Penelitian Cikaniki oleh

masyarakat sekitar.

3. Persepsi masyarakat terhadap rencana penggantian jenis tumbuhan eksotik di

lokasi Stasiun Penelitian Cikaniki, TNGHS.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak

pengelola TNGHS dalam rangka penyusunan rencana dan pelaksanaan

pengendalian jenis-jenis tumbuhan eksotik.

Page 16: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biodiversitas (Biodiversity)

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati adalah berbagai macam bentuk

kehidupan, peranan ekologi yang dimilikinya dan keanekaragaman plasma nutfah

yang terkandung di dalamnya (Wilcox 1984 dalam Mackinnon et al. 1993).

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang konvensi PBB mengenai

keanekaragaman hayati, pengertian biodiversitas adalah keanekaragaman di antara

daratan, lautan dan ekosistem akuatik lainnya serta kompleks-kompleks ekologi

yang merupakan bagian dari keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan

ekosistem (Soemarwoto 2001). Keanekaragaman hayati berhubungan dengan

keanekaragaman/variasi ekosistem dan macam-macam tipe serta perubahan

hewan, tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dunia (Kantor

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup 1992).

Keanekaragaman berarti keadaan berbeda atau mempunyai berbagai

perbedaan dalam bentuk atau sifat. Di daerah yang keanekaragaman spesies

tumbuhannya besar, di sana sering terdapat jumlah spesies hewan yang besar pula.

Hal ini disebabkan karena dengan cara yang bagaimanapun, setiap spesies hewan

mungkin bergantung pada kelompok spesies tumbuhan tertentu untuk makanan

dan kebutuhan lainnya (Ewusie 1990).

Soemarwoto (1991) mengemukakan banyak jenis tumbuhan, hewan dan

jasad renik memproduksi zat-zat yang sangat berguna bagi manusia. Untuk dapat

mendukung kebutuhan manusia yang makin meningkat perlu adanya sumberdaya

gen dengan keanekaragaman yang tinggi.

Saat ini terjadi pengurangan keanekaragaman hayati yang sangat besar.

Hal ini dapat terjadi dalam bentuk kepunahan jenis maupun variasi jenis hewan

dan tumbuhan tertentu. Penyebab kepunahan ini bermacam-macam, antara lain

berkurangnya luas habitat, rusaknya habitat, eksploitasi yang berlebihan, dan

penggunaan teknologi yang tidak bijaksana.

Keanekaragaman hayati ini harus dijaga dari bahaya kepunahan.

Kepunahan jenis atau variasi jenis hewan dan tumbuhan dapat pula terjadi akibat

kerusakan habitat walaupun luasnya tidak berkurang, misalnya berubahnya areal

Page 17: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

hutan menjadi alang-alang. Untuk mempertahankan biodiversitas, maka

kerusakan habitat harus dicegah dengan membentuk kawasan yang dilindungi dan

memperkecil gangguan terhadap kawasan tersebut.

2.2. Tumbuhan Eksotik

Jenis eksotik adalah jenis-jenis yang bukan merupakan jenis asli di suatu

daerah atau habitat (Widada et al. 2006). Seluruh spesies di dunia ini tidak

menyebar secara merata. Penyebaran spesies secara geografik dibatasi oleh

penghalang lingkungan. Iklim, pegunungan, laut, sungai, dan gurun merupakan

contoh-contoh penghalang tersebut. Iklim yang sangat berbeda antara berbagai

tempat di belahan bumi juga akan menghalangi penyebaran spesies. Misalnya

iklim di Indonesia yang merupakan negara tropis sangat berbeda dengan iklim di

negara-negara Eropa yang mempunyai empat musim.

Kegiatan manusia baik secara sengaja maupun tidak, telah menyebabkan

terjadinya perpindahan beribu-ribu spesies ke tempat-tempat baru di dunia.

Beberapa spesies eksotik ini mempunyai efek negatif terhadap spesies-spesies

lokal. Sebagian besar spesies eksotik tidak dapat bertahan di daerah barunya

karena lingkungan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya, namun

beberapa spesies lainnya dapat bertahan hidup, dan bahkan membentuk koloni

yang kuat di tempat baru tersebut. Kadangkala mereka mengalahkan spesies asli

daerah tersebut melalui kompetisi dalam memperebutkan makanan atau ruang

hidup yang jumlahnya terbatas (Widada et al. 2006).

Tumbuhan eksotik atau alien plant species, dibedakan atas dua kategori,

yakni tumbuhan eksotik yang tidak bersifat invasif dan tumbuhan eksotik yang

bersifat invasif. Di Asia Tenggara banyak jenis tanaman yang termasuk kategori

jenis tumbuhan eksotik, seperti karet (Hevea brasiliensis), kelapa sawit (Elaeis

guinensis), cabai (Capsicum annum), jagung (Zea mays), kentang (Solanum

tuberosum), dll. Namun tidak bersifat invasif sehingga keberadaannya tidak

menimbulkan ancaman kerusakan ekosistem, habitat dan jenis tumbuhan lokal

yang ada dalam satu areal. Menurut Tjitrosemito (2004) dalam Utomo (2006) di

Pulau Jawa ditemui tidak kurang dari 2.000 jenis tumbuhan eksotik dan beberapa

diantaranya bersifat invasif.

Page 18: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Tumbuhan eksotik yang bersifat invasif atau lebih dikenal dengan invasif

alien plant spesies (IAS) adalah jenis tumbuhan yang tumbuh di luar habitat

alaminya yang berkembang pesat dan menimbulkan gangguan dan ancaman

kerusakan bagi ekosistem, habitat dan jenis tumbuhan lokal dan berpotensi

menghancurkan habitat tersebut. Menurut Tjitrosemito (2004) dalam Utomo

(2006) tumbuh-tumbuhan ini memiliki karakter yang menyebabkannya mampu

mendominasi kawasan tempat tumbuhnya, yaitu :

1. Pertumbuhan yang cepat.

2. Cepat mengalami fase dewasa, sehingga cepat menghasilkan biji.

3. Biji yang dihasilkan juga banyak, sehingga cepat mendominasi areal.

4. Metode penyebaran biji yang efektif.

5. Beberapa jenis tumbuhan eksotik tidak begitu memerlukan serangga

penyerbuk karena dapat berkembang secara vegetatif.

6. Mampu menggunakan penyerbuk lokal, sehingga dapat memproduksi biji.

7. Cepat membentuk naungan, produksi bunga lebih cepat daripada

tumbuhan lokal, sehingga memberi perlindungan dan pangan bagi

penyerbuk bila sumber pangan dari jenis tumbuhan lokal belum tersedia.

8. Selain tajuk yang rapat, perakarannya juga banyak dan rapat, sehingga

mendominasi perakaran di sekitarnya.

9. Seringkali memiliki allelopathy yang menghambat pertumbuhan jenis

lokal.

10. Bebas hama karena berada di luar habitat alaminya.

2.3. Invasi

Invasi adalah pergerakan satu atau beberapa jenis tumbuhan dari satu

tempat ke tempat lain yang pada akhirnya tempat tersebut mereka kuasai (Weafer

1938 dalam Utomo 2006). Invasi merupakan proses yang kompleks dimana

migrasi dan kompetisi memegang peran yang penting. Invasi ke tempat yang baru

dimulai dengan migrasi (perpindahan tempat), diikuti dengan agregasi

(pengumpulan) dan kompetisi (persaingan).

Invasi dapat terjadi di daerah kosong atau daerah yang siap ditempati oleh

tumbuh-tumbuhan. Menurut Weafer (1983) dalam Pasaribu (2002), keberhasilan

Page 19: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

invasi yang bersifat lokal biasanya merupakan invasi secara besar-besaran, seperti

invasi ternak ke padang rumput. Invasi dikatakan sempurna apabila pergerakan

spesies penyerbu ke dalam komunitas sangat besar dan mengusir spesies asli.

Invasi tumbuhan eksotik dan dominansinya pada kawasan bekas hutan

merupakan salah satu bentuk disklimaks dalam dinamika komunitas. Oosting

(1958) mengemukakan bahwa disklimaks ini terjadi karena adanya gangguan

manusia pada suatu kawasan, dan munculnya jenis yang mendominasi. Jenis

dominan ini muncul karena adanya kondisi yang tidak normal dan umumnya

menginvasi kawasan yang relatif luas dan cepat.

2.4. Penyebaran

Kebanyakan komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya diferensiasi

baik secara vertikal maupun horizontal, yakni setiap jenisnya tersebar dengan

tinggi yang berbeda-beda di atas permukaan tanah dan juga tersebar pada lokasi

dan jarak yang berbeda-beda. Penyebaran secara vertikal dari suatu jenis

tumbuhan biasanya dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya

matahari. Jenis-jenis dengan tajuk daun yang menjulang tinggi paling teratas

berada dalam keadaan cahaya penuh (100%), sedangkan jenis-jenis dengan tajuk

daun yang rendah yang dekat dengan permukaan tanah berada dalam keadaan

cahaya yang sangat kurang.

Penyebaran tumbuhan secara horizontal di permukaan tanah adalah sangat

kompleks. Whittaker (1970) dalam Sastroutomo (1990) telah mengidentifikasikan

empat macam penyebaran dari setiap jenis tumbuhan secara horizontal di dalam

suatu komunitas (juga untuk setiap individu dalam suatu populasi), yaitu

penyebaran secara random, mengelompok (kontagius), regular (kontagius

negatif), dan penyebaran secara kombinasi pengelompokan individu kedalam

koloni dan distribusi regular.

Pada komunitas alami setiap jenis tumbuhan biasanya dijumpai tersebar

secara acak dan tidak pernah dijumpai penyebaran yang sangat teratur dengan

jarak yang relatif sama dari individu yang satu ke individu yang lainnya. Keadaan

seperti ini dapat dijumpai pada komunitas tanaman pertanian dimana paling tidak

tanaman pokoknya ditanam dengan jarak yang sama dalam satu barisan. Beberapa

Page 20: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

jenis penyebaran lainnya selain yang acak juga dijumpai pada komunitas alami.

Penyebaran yang mengelompok di sana sini dapat terjadi sebagai akibat dari pola

pemancaran biji dari tumbuhan induknya, gradasi lingkungan mikro, atau

kekerabatan antar jenis baik yang positif maupun yang negatif.

Para ahli ekologi telah memahami bahwa setiap jenis tumbuhan dalam

suatu komunitas akan mempunyai pola penyebaran yang tersendiri. Pola ini dapat

memiliki persamaan dengan jenis lainnya tetapi tidak mungkin seluruhnya sama.

Oleh karena itu, komunitas tumbuhan merupakan suatu gabungan dari beberapa

pola penyebaran berjenis-jenis tumbuhan yang satu sama lainnya saling tumpang

tindih dan berinteraksi satu sama lain (Sastroutomo 1990).

2.5. Persepsi

Persepsi adalah pandangan dan pengamatan; pengertian dan interpretasi

seseorang atau individu terhadap suatu kesan/objek yang diinformasikan kepada

dirinya dan lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya

(Kartini 1984 dalam Mauludin 1994).

Menurut Lockard (1977) dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi

dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu : (1)

pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktinasi budaya,

bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang

diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh

faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat, minat, kemauan,

perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian,

kebiasaan dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk

pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial

ekonomi seperti pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lain-lain.

Page 21: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

III. KONDISI UMUM LOKASI

3.1. Sejarah Kawasan

Berawal dari Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha,

kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di

Indonesia pada tahun 1935 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari 1992 dengan luas 40.000 ha di bawah

pengelolaan sementara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan nama

Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Selanjutnya pada tanggal 23 Maret

1997 pengelolaan kawasan TNGH resmi dipisah dari TNGP, dikelola langsung

oleh Unit Teknis Balai TNGH, Dirjen PHKA, Departemen Kehutanan.

Atas dasar perkembangan kondisi kawasan di sekitarnya terutama kawasan

hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut yang terus terdesak akibat

berbagai kepentingan masyarakat dan pembangunan, serta adanya desakan dan

harapan berbagai pihak untuk melakukan penyelamatan kawasan konservasi

Halimun Salak yang lebih luas, maka ditetapkanlah SK Menteri Kehutanan No.

175/Kpts-II/2003, yang merupakan perubahan fungsi kawasan eks Perum

Perhutani atau eks Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas di sekitar TNGH

menjadi satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak (TNGHS).

Berdasarkan SK penunjukan tersebut luas kawasan TNGHS adalah

113.357 ha dan terletak di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang meliputi

Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Lebak. Dimana, saat ini TNGHS merupakan

salah satu taman nasional yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis

pegunungan terluas di Jawa (BTNGHS 2007).

3.2. Kondisi Fisik Kawasan

3.2.1. Letak kawasan

Secara geografis TNGHS terletak diantara 106o13’ – 106

o46’ BT dan

06o32’ – 06

o55’ LS. Secara administratif wilayah kerja TNGHS termasuk dalam

tiga wilayah administratif pemerintahan tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten

Page 22: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Bogor, Sukabumi dan Lebak. Batas-batas wilayah TNGHS berdasarkan

administrasi pemerintah adalah :

a. Sebelah utara, dibatasi oleh Kecamatan Nanggung dan Jasinga, Kabupaten

Bogor serta Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak.

b. Sebelah barat, dibatasi oleh Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan

Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi.

c. Sebelah selatan, dibatasi oleh Kecamatan Cikidang dan Kecamatan

Cisolok, Kabupaten Sukabumi serta Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak.

d. Sebelah timur, dibatasi oleh Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak

(BTNGHS 2007).

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian di Stasiun Penelitian Cikaniki dan Desa

Malasari.

3.2.2. Topografi dan Tanah

Kawasan TNGHS memiliki ketinggian tempat berkisar antara 500-2.000

meter di atas permukaan laut. Topografi di kawasan ini pada umumnya

bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung. Kemiringan lahan berkisar antara

25 - 44%. Beberapa gunung yang terdapat di kawasan ini, antara lain G. Salak 1

Page 23: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

(2.211 mdpl), G. Salak 2 (2.180), G. Sanggabuana (1.920 mdpl), G. Halimun

Utara (1.929 mdpl), G. Halimun Selatan (1.758 mdpl), G. Kendeng (1.680 mdpl),

G. Botol (1.850) dan G. Pangkulahan (1.150 mdpl).

Secara geologis, kawasan Gunung Halimun terbentuk oleh pegunungan

tua yang terbentuk akibat adanya gerakan tektonik yang mendorong ke atas.

Kawasan pada bagian Gunung Salak merupakan gunung berapi strato type A,

dimana tercatat terakhir Gunung Salak meletus tahun 1938, memiliki kawah yang

masih aktif dan lebih dikenal dengan nama Kawah Ratu.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat skala 1 : 250.000 dari

Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, jenis tanah di kawasan TNGHS

terdiri atas asosiasi adosol coklat dan regosol coklat, asosiasi latosol coklat

kekuningan, asosiasi latosol coklat kemerahan dengan latosol coklat, asosiasi

latosol merah, latosol coklat kemerahan dan literit air tanah, komplek latosol

kemerahan dan litosol, asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu (BTNGHS

2007).

3.2.3. Iklim

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di daerah TNGHS dan

sekitarnya tergolong tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 24,7%, yaitu tipe iklim

tanpa musim kering dan tergolong ke dalam hutan hujan tropika yang selalu hijau.

Adapun curah hujan rata-rata 4.000-6.000 mm/tahun, musim hujan terjadi pada

bulan Oktober – April dan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei-

September dengan curah hujan sekitar 200 mm/bulan. Jumlah hari hujan setiap

tahunnya rata-rata 203 hari. Suhu rata-rata harian 20 – 30oC dan kondisi angin

dipengaruhi oleh angin muson yang berubah arah menurut musim. Di sepanjang

musim kemarau angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan rendah.

Kelembaban udara rata-rata sebesar 80% (BTNGHS 2007).

3.2.4. Hidrologi

TNGHS merupakan wilayah tangkapan air yang sangat penting bagi

wilayah sekitar kawasan. Dari kawasan TNGHS mengalir beberapa sungai yang

berair sepanjang tahun. Di sebelah utara mengalir tiga sungai besar, yaitu Sungai

Ciberang, Ciujung dan Cidurian yang mengalir ke arah Jakarta, Serang dan

Page 24: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

berakhir di Laut Jawa. Di sebelah selatan mengalir Sungai Cisukawayana, Cimaja

dan Cibareno yang bermuara di Pantai Pelabuhan Ratu serta Sungai Citarik di

sebelah timur (BTNGHS 2007).

Gambar 2 Sungai Cikaniki.

3.3. Kondisi Biotik

3.3.1. Flora

Terdapat lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di

dalam TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku (Harada et al. 2000). Tipe

hutan alam di kawasan TNGHS dibagi menjadi hutan hujan dataran rendah (100-

1000 m dpl) yang didominasi oleh Zona Collin (500-1000 m dpl), hutan hujan

pegunungan bawah atau sub montana (ketinggian tempat 1000-1.500 m dpl) dan

hutan hujan pegunungan tengah atau hutan montana (ketinggian tempat 1.500-

1.929 m dpl). Pada ketinggian tempat 1.400-1929 m dpl banyak dijumpai jenis-

jenis Gymnospermae seperti jamuju (Dacrycapus imbricatus), kiputri

(Podocarpus neriifolius) dan kibima (P. amara), sedangkan pada ketinggian

tempat 1.000-1.200 m dpl terdapat pohon-pohon yang tingginya mencapai 40-45

m dengan diameter mencapai 120 cm, jenis-jenisnya, antara lain; rasamala

(Altingia excelsa), saninten (Castanopsis argentea), pasang (Quercus sp) dan huru

(Litsea sp). Pada ketinggian tempat 600-700 m dpl beberapa jenis anggota Suku

Dipterocarpaceae yang merupakan ciri hutan hujan dataran rendah dapat

ditemukan di kawasan Gunung Halimun, yaitu : Dipterocarpus trinervis, D.

gracilis dan D. hasseltii (BTNGHS 2007).

Page 25: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lebih dari 100 jenis tumbuhan hutan dimanfaatkan untuk obat tradisional,

upacara adat, bahan bangunan dan manfaat penting lainnya oleh masyarakat di

sekitar kawasan TNGHS (Harada et al. 2002). Didalam TNGHS tercatat 12 jenis

bambu, antara lain : bambu cangkore (Dinochola scandens) dan bambu tamiang

(Schyzostachyum sp.) yang merupakan tumbuhan asli Jawa Barat.

3.3.2. Fauna

TNGHS memiliki keanekaragaman satwa liar yang tinggi, diantaranya 244

jenis burung, 61 jenis mamalia, 27 jenis amfibi, 50 jenis reptilia, berbagai jenis

serangga, diantaranya capung. Jenis penciri (Flagship species) adalah owa jawa

(Hylobates molloch), macan tutul (Panthera pardus melas) dan elang jawa

(Spizaetus bartelsi), serta kukang (Nycticebus coucang) (BTNGHS 2007).

3.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Malasari

Desa Malasari merupakan salah satu desa yang berada di kawasan

TNGHS, terletak di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Luas wilayah secara

keseluruhan adalah 8.262,22 Ha. Batas desa ini adalah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cisarua dan Curug Bitung

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bantar Karet

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kiara Sari Kecamatan Sukajaya

Jumlah penduduk Desa Malasari adalah 7.592 jiwa, terdiri dari 3.948 laki-

laki dan 3.644 perempuan. Masyarakat Desa Malasari 100% merupakan pemeluk

agama Islam. Mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan

karyawan kebun, selebihnya merupakan pedagang, peternak, pengusaha, dan lain-

lain (Desa Malasari 2008).

Page 26: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Penelitian Cikaniki,

TNGHS dan Desa Malasari Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2009.

4.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : dokumen/laporan

yang terkait dengan pengelolaan tumbuhan di kawasan TNGHS, peta kawasan

TNGHS, data monografi Desa Malasari, tally sheet, dan buku identifikasi

tumbuhan.

Peralatan yang digunakan, antara lain : GPS, kompas, tambang plastik 50

meter, parang, pita diameter, gunting, kamera digital, panduan wawancara, dan

alat tulis-menulis (busur, penggaris, pensil, dan bulpoin).

4.3. Metode

4.3.1. Pengumpulan data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer,

seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis Data yang Dikumpulkan Dalam Penelitian

No . Jenis Data Sumber Data

a. Data Sekunder

1. Kondisi umum TN Gunung Halimun Salak Rencana Pengelolaan TN

Gunung Halimun Salak

Periode 2007-2026

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Malasari Data monografi Desa Malasari

tahun 2008

3. Peta kawasan TN Gunung Halimun Salak

4. Jenis-jenis tumbuhan dan pengelolaannya di TN Gunung

Halimun Salak

Dokumen dan laporan terkait

pengelolaan tumbuhan.

5. Jenis tumbuhan eksotik di TN Gunung Halimun Salak Dokumen dan laporan terkait

pengelolaan tumbuhan

b. Data Primer

1. Penyebaran jenis tumbuhan eksotik dan analisis vegetasi Pengukuran langsung di

lapangan.

2. Penggunaan jenis tumbuhan eksotik oleh masyarakat Wawancara masyarakat

3. Persepsi masyarakat terhadap penggantian jenis

tumbuhan eksotik

Wawancara masyarakat

Page 27: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

4.3.2. Teknik pengumpulan data

4.3.2.1. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur terhadap

laporan-laporan/dokumen-dokumen dan peta-peta terkait yang terdapat di kantor

TNGHS dan instansi terkait.

4.3.2.2. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui dua cara yaitu analisis vegetasi

dan wawancara terpandu dengan menggunakan kuesioner kepada masyarakat.

a. Analisis vegetasi

Analisis vegetasi dalam plot pengamatan dilakukan dengan menggunakan

metode kombinasi jalur garis berpetak pada unit contoh berbentuk jalur sepanjang

500 m, dengan arah tegak lurus kontur atau aliran sungai. Metode analisis

vegetasi mengikuti metode yang dikembangkan oleh Soerianegara & Indrawan

(2005), yakni pengamatan vegetasi dilakukan pada suatu petak yang dibagi-bagi

kedalam petak-petak berukuran 20x20 m2, 10x10 m

2, 5x5 m

2, dan 2x2 m

2. Petak

berukuran 20x20 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat

pertumbuhan pohon (diameter ≥20 cm), epifit, dan liana; petak berukuran 10x10

m2 untuk pengambilan data vegetasi tingkat tiang (diameter 10-<20 cm); petak

berukuran 5x5 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pancang

(diameter <10 cm, tinggi > 1.5 m); dan 2x2 m2 digunakan untuk pengambilan data

vegetasi tingkat semai (anakan pohon yang baru tumbuh hingga anakan pohon

yang mempunyai tinggi hingga 1,5 m) dan tumbuhan bawah. Bentuk unit contoh

pengamatan vegetasi seperti disajikan pada Gambar 3.

Data yang dicatat dalam pengamatan vegetasi pada seluruh tingkat

pertumbuhan parameter yang diukur pada setiap petak contoh, meliputi:

1. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat pohon

(pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau dbh ± 130 cm dari

permukaan tanah atau 20 cm di atas banir) lebih besar dari 20 cm.

2. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter tingkat tiang

(pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada dari permukaan tanah

atau 20 cm di atas banir) adalah 10 - 20 cm.

Page 28: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

3. Jenis, jumlah, tinggi bebas cabang dan diameter tingkat pancang (anakan

pohon dengan tinggi > 1,5 meter atau pohon muda dengan diameter setinggi

dada < 10 cm).

4. Jenis dan jumlah tingkat semai (anakan pohon mulai dari tingkat kecambah

sampai yang memiliki tinggi < 1,5 meter), liana, epifit, parasit dan tumbuhan

bawah yaitu tumbuhan selain permudaan pohon misalnya rumput, herba dan

semak belukar.

D C B A

Transek

Keterangan:

A = Petak pengukuran untuk pohon, epifit, liana dan parasit (20 x 20 m2)

B = Petak pengukuran untuk tiang (10 x 10 m2)

C = Petak pengukuran untuk pancang (5 x 5 m2)

D = Petak pengukuran untuk semai dan tumbuhan bawah (2 x 2 m2)

Gambar 3 Skema Penempatan Transek dan Petak-petak Pengukuran pada

Analisis Vegetasi dengan Metode Garis Berpetak.

b. Wawancara

Data primer mengenai penggunaan jenis tumbuhan eksotik oleh

masyarakat dan persepsi masyarakat terhadap penggantian jenis tumbuhan

eksotik, diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner (Lampiran

3 dan Lampiran 4) pada responden yang terpilih. Pemilihan responden dilakukan

dengan metode “bola salju” (snowball method), responden yang diambil sebanyak

30 orang. Gambar 4 memberikan ilustrasi cara menentukan responden dengan

snowball method.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi :

1. Data karakteristik responden

Parameter yang ingin diketahui dari pengumpulan data tentang

karakteristik rumahtangga masyarakat sekitar Pusat Penelitian Cikaniki ini

Page 29: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

adalah sebagai berikut : umur responden, jumlah anggota rumahtangga,

tingkat pendidikan, status sosial dalam masyarakat, matapencaharian pokok,

tingkat pendapatan, waktu tempuh ke hutan, dan lama bermukim.

2. Data kegiatan pemanfaatan SDA khususnya jenis tumbuhan eksotik di Pusat

Penelitian Cikaniki oleh masyarakat sekitar.

Parameter yang ingin diketahui dari pengumpulan data kegiatan

pemanfaatan SDA khususnya jenis tumbuhan eksotik di Pusat Penelitian

Cikaniki oleh masyarakat sekitar adalah sebagai berikut : jenis SDA yang

dimanfaatkan, jumlah yang dimanfaatkan, frekuensi pemanfaatan, dan cara

pemanfaatan

3. Data persepsi masyarakat terhadap rencana penggantian jenis tumbuhan

eksotik.

Parameter yang ingin diketahui dari pengumpulan data persepsi

masyarakat terhadap rencana penggantian jenis tumbuhan eksotik adalah

sebagai berikut : tanggapan masyarakat terhadap penggantian jenis tumbuhan

eksotik, aspek yang mempengaruhi tanggapan masyarakat, dan keinginan

masyarakat jika dilakukan penggantian jenis tumbuhan eksotik.

Gambar 4 Pemilihan Responden dengan Snowball Method.

4.3.3. Analisis data

4.3.3.1. Analisis vegetasi

Data vegetasi hutan yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan dihitung

nilai-nilai : frekuensi jenis, kerapatan jenis, dominansi jenis, indeks nilai penting,

Page 30: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

keanekaragaman jenis, kesamaan komunitas, dan pola penyebarannya dengan

menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

1). K, KR, F, FR, D, DR, dan INP

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan analisis vegetasi dengan

metode garis berpetak adalah (Soerianegara dan Indrawan 2005) :

Jumlah individu suatu jenis

Kerapatan (batang/ha) = Luas Seluruh Petak

Kerapatan suatu jenis

Kerapatan Nisbi (%) = x 100 %

Kerapatan seluruh jenis

Basal Area suatu jenis

Dominansi (m2/ha) =

Luas seluruh petak

Dominansi suatu jenis

Dominansi Nisbi (%) = x 100 %

Dominansi seluruh jenis

Jumlah petak terisi suatu jenis

Frekuensi =

Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis

Frekuensi Nisbi (%) = x 100%

Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = KN + FN + DoN

Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai Penting

cukup dihitung berdasarkan rumus :

Indeks Nilai Penting = KN + FN

2). Keanekaragaman hayati

Pengolahan selanjutnya adalah menghitung Indeks Keanekaragaman

Shannon-Wiener (Shannon Index of Diversity) dan potensi vegetasi. Untuk

menghitung Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener digunakan rumus sebagai

berikut (Pileou 1969 dalam Krebs 1972) :

Indeks Keanekaragaman (D) = - Σ [ pi. ln pi]

Page 31: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

ni

pi =

N Keterangan:

D = Indeks Keanekaragaman Shannon (Shannon Index of Diversity)

ni = Indeks Nilai Penting suatu jenis

N = Jumlah Indeks Nilai Penting dari seluruh jenis

3) Indeks dominansi

Indeks dominansi merupakan nilai kuantitatif untuk mengetahui suatu

jenis yang dominan di dalam komunitas, dengan rumus (Misra 1980 dalam

Rosalia 2008) :

2

1

( / )n

i

C ni N

Keterangan :

C : Indeks Dominansi

ni : Jumlah individu suatu jenis

N : Jumlah seluruh individu

3). Pola sebaran spesies

Untuk mengetahui bagaimana penyebaran jenis yang dominan pada

komunitas tingkat pohon, tiang, pancang, semai dan tumbuhan bawah apakah

menyebar secara merata (uniform), atau mengelompok (clumped), sehingga dapat

diketahui kecenderungan bentuk penyebaran jenis yang mendominasi suatu

tingkat pertumbuhan komunitas. Untuk itu dihitung dengan rumus penyebaran

Morista (Morista 1965 dalam Krebs 1972) :

( x2 - x)

Id = n

( x)2 - x

Keterangan : Id = Derajat penyebaran Morisita

n = Jumlah petak ukur

x2 = Jumlah kuadrat dari total individu suatu jenis pada suatu komunitas

x = Jumlah total individu suatu jenis pada suatu komunitas

Selanjutnya dilakukan uji dengan Chi-square, dengan rumus :

Derajat Keseragaman (Uniform Index)

X20,975

- n + xi

Mu =

( xi) – 1

Page 32: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Keterangan : X20,975 = Nilai chi-square dari tabel dengan db (n-1), selang kepercayaan

97,5%.

xi = Jumlah individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i.

n = Jumlah petak ukur

Derajat Pengelompokan (Clumped Index)

X20,025

- n + xi

Mc =

( xi) - 1 Keterangan :

X20,025 = Nilai chi-square dari tabel dengan db (n-1), selang kepercayaan

2,5%.

xi = Jumlah individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i.

n = Jumlah petak ukur

Standar derajat Morisita (Ip) dihitung dengan empat rumus sebagai berikut :

Bila Id Mc > 1.0, maka dihitung :

Id - Mc

Ip = 0,5 + 0,5 ( ) n - Mc

Bila Mc > Id 1.0, maka dihitung :

Id - 1

Ip = 0,5 ( ) Mc – 1

Bila 1,0 > Id > Mu, maka dihitung :

Id - 1

Ip = -0,5 ( ) Mu – 1

Bila 1,0 > Mu > Id, maka dihitung :

Id - Mu

Ip = -0,5 + 0,5 ( ) Mu

Standar derajat penyebaran Morisita (Ip) mempunyai interval : -1,0 - 1,0

dengan selang kepercayaan 95% pada batas 0,5 dan -0,5. Nilai Ip digunakan

untuk menunjukkan pola penyebaran jenis-jenis yang dominan pada suatu

komunitas tumbuhan pada selang nilai :

Ip = 0, menunjukan pola penyebaran secara acak (random)

Ip > 0, menunjukan pola penyebaran mengelompok (clumped)

Page 33: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Ip < 0, menunjukan pola penyebaran merata (uniform)

4.3.3.2. Analisis Data Hasil Wawancara

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner

terhadap responden ditabulasikan dan diberi skor (Lampiran 5 dan Lampiran 6)

yang selanjutnya dijelaskan secara deskriptif. Nilai akhir skor tersebut

diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Panjang

selang untuk tiap kelas ini ditentukan dengan rumus :

P = Nmax - Nmin

∑ n

Keterangan : P : Panjang selang interval tiap kelas

Nmax : Nilai skor maksimum

Nmin : Nilai skor minimum

n : Jumlah kelas

Untuk mengukur keeratan hubungan antara karakteristik responden

dengan tingkat persepsi masyarakat terhadap jenis tumbuhan eksotik dilakukan

Uji Korelasi Spearman. Besarnya nilai koefisien korelasi berkisar pada 0 (tidak

ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Tanda – (negatif) pada

output menunjukkan adanya arah yang berlawanan, sedangkan tanda + (positif)

menunjukkan arah yang sama (Santoso 2001 dalam Gunawan 2004).

Untuk signifikasinya digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau nilai koefisien

korelasi 0.

H1 : Ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau nilai koefisien korelasi

tidak 0.

Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian ini adalah berdasarkan

probabilitas sebagai berikut :

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.

2. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

Adapun proses penghitungan secara statistik dilakukan dengan

menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Versi

10.0.

Page 34: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Komposisi Vegetasi

5.1.1. Jumlah jenis dan famili

Berdasarkan inventarisasi pada petak contoh dengan menggunakan metode

analisis vegetasi teknik jalur berpetak dengan luas 1 ha didapatkan kekayaan dan

komposisi jenis tumbuhan sebanyak 137 jenis dan 59 famili. Daftar jenis

tumbuhan yang ditemukan di lokasi penelitian pada berbagai tingkat pertumbuhan

secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan rekapitulasinya disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Jenis Tumbuhan pada Petak Contoh

No. Tingkat Pertumbuhan Jumlah Spesies Jumlah Famili

1. Semai 60 42

2. Pancang 80 48

3. Tiang 45 33

4. Pohon 31 20

Total Jenis Tumbuhan 137 59

Kekayaan jenis tumbuhan pada tingkatan semai, pancang, tiang dan pohon

cukup bervariasi. Apabila dilihat secara menyeluruh, maka tingkat pohon

mempunyai jumlah jenis yang paling sedikit dibandingkan dengan jumlah jenis

pada tingkat pertumbuhan yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena pada tingkat

pohon mengalami regenerasi, yang menyebabkan tumbuh banyak anakan sebagai

regenerasi berikutnya, sedangkan pohon yang sudah tua mengalami kematian atau

dapat juga tumbang karena diterpa angin.

Secara umum komposisi dan stuktur hutan di lokasi penelitian hampir

sama dengan karakteristik hutan hujan tropis di Indonesia. Tajuk pohon hutan

hujan tropis yang sangat rapat, ditambah lagi adanya bentuk tumbuhan yang

memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya

rotan, anggrek dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat

menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi

semak untuk berkembang di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies

tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan.

Page 35: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

5.1.2. Dominansi

Dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya dapat dihitung dengan

menggunakan besaran-besaran sebagai berikut : kerapatan, persen penutupan

tajuk, volume, dan biomas dan atau produktivitas. Pada tingkat tiang dan pohon

dalam menentukan dominansi lebih lazim digunakan luas bidang dasar.

Dominansi dapat dinyatakan sebagai dominansi nisbi yang sebenarnya adalah luas

bidang dasar relatif, yaitu persentase jumlah bidang dasar suatu jenis terhadap

jumlah bidang dasar seluruh jenis. Pada tingkat semai harendong bulu (Clidemia

hirta) merupakan jenis yang mendominasi, pada tingkat pancang mara (Molutes

sp) yang mendominasi, tingkat tiang jenis yang mendominasi adalah maja (Aegle

marmelos), dan pada tingkat pohon yang mendominasi adalah jenis huru (Phoebe

excelsa). Perbandingan INP tumbuhan eksotik dengan INP seluruh jenis di lokasi

penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan INP Tumbuhan Eksotik dengan INP Seluruh Jenis di

Lokasi Penelitian

Tingkat

Pertumbuhan Jenis

INP

(%)

INP Seluruh

Jenis (%)

Perbandingan INP

Tumbuhan Eksotik dengan

INP Seluruh Jenis

Semai Harendong

bulu

21,98

200,00 10,99

Ki rinyuh 1,38 200,00 0,6

9

Kecubung

Kaliandra

4,85

1,74

200,00

200,00

2,4

3

0,8

7

Pancang Kecubung 1,07 200,00 0,5

4

Kaliandra 2,14 200,00 1,0

7

Seuseureuhan 1,07 200,00 0,5

4

Tiang Kaliandra 4,09 300,00 1,3

6

Seuseureuhan 5,55 300,00 1,8

5

Indeks Nilai Penting merupakan indikator yang sesuai untuk melihat

pengaruh perubahan jumlah jenis dalam petak di lokasi penelitian. Berkurangnya

individu dalam satu jenis menyebabkan bergesernya nilai INP jenis tersebut.

Pergeseran ini merubah tingkat INP suatu jenis secara beraturan.

Page 36: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Peranan suatu jenis dalam komunitas dapat dilihat dari besarnya INP

dimana jenis yang mempunyai nilai INP tertinggi merupakan jenis dominan.

Sutisna (1981) dalam Rosalia (2008) menyatakan bahwa suatu jenis tumbuhan

dapat dikatakan berperan jika INP untuk tingkat semai dan pancang lebih dari

10%, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon 15%. Harendong merupakan jenis

tumbuhan eksotik yang mempunyai nilai INP paling tinggi bila dibandingkan

dengan jenis tumbuhan eksotik lainnya, maka dapat dikatakan bahwa harendong

merupakan jenis tumbuhan eksotik yang dominan dan berperan. Hal ini

menunjukkan bahwa jenis tersebut mempunyai tingkat kesesuaian terhadap

lingkungan yang lebih tinggi dari jenis yang lain.

Indeks Nilai Penting yang tinggi menunjukan tingkat vegetasi yang

mempunyai jumlah individu yang paling banyak, kerapatan yang paling tinggi dan

merupakan jenis yang mendominasi. Smith (1977) dalam Rosalia (2008)

menyatakan bahwa jenis dominan adalah yang dapat memanfaatkan lingkungan

yang ditempatinya secara efisien. Dominasi ini terjadi diduga karena kondisi

lingkungan (tanah dan iklimnya) sesuai dengan yang dibutuhkan oleh jenis-jenis

tersebut. Jenis-jenis tersebut mampu bersaing dengan jenis lainnya dan dapat

beradaptasi dengan lingkungannya. Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat

persaingan jenis-jenis tertentu lebih berkuasa (dominant) daripada yang lain..

Selain jenis yang mendominasi, ada juga yang terhambat pertumbuhannya

dan kalah dengan tumbuhan yang mendominasi. Dari data yang diperoleh

kecubung dan seuseureuhan pada tingkat pertumbuhan pancang mempunyai nilai

INP paling rendah dibandingkan dengan jenis tumbuhan eksotik lainnya pada

berbagai tingkat pertumbuhan. Hal ini diduga karena jenis-jenis tersebut kurang

dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya dan kalah bersaing dengan jenis-

jenis dominan.

Secara umum dapat dilihat bahwa pada tingkat pertumbuhan pohon

memiliki nilai indeks dominansi tertinggi bila dibandingkan dengan tingkat

pertumbuhan lainnya. Nilai indeks dominansi di lokasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 4.

Page 37: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Tabel 4 Indeks Dominansi (C) di Lokasi Penelitian

Tingkat Pertumbuhan C

Semai 0,06 Pancang 0,05 Tiang 0,04 Pohon 0,07

Besarnya nilai C pada berbagai tingkat pertumbuhan tidak terlalu

bervariasi, hanya berkisar 0,04 – 0,07. Nilai C akan bernilai 1 atau mendekati 1

apabila dominansi dipusatkan pada satu atau sedikit jenis. Sebaliknya, jika

beberapa jenis yang mendominasi secara bersama-sama, maka nilai C akan

bernilai rendah atau bahkan mendekati nol. Berdasarkan kriteria tersebut dapat

disimpulkan bahwa di lokasi penelitian tidak ada pemusatan suatu jenis tertentu,

karena nilai indeks dominansi jenisnya rendah atau hampir mendekati nol untuk

semua tingkat pertumbuhan.

5.1.3. Keanekaragaman Jenis

Berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman di lokasi penelitian

diketahui bahwa tingkat keanekaragamannya dapat dikatakan tinggi. Nilai indeks

keanekaragaman jenis di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Indeks Keanekaragaman Jenis pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (H’)

di Lokasi Penelitian

Tingkat Pertumbuhan Keanekaragaman Jenis

Semai 3,59 Pancang 4,07 Tiang 3,70 Pohon 3,13

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa indeks keanekaragaman untuk masing-

masing tingkat pertumbuhan beragam, berkisar antara 3,13 – 4,07. Indeks

keanekaragaman tertinggi pada tingkat pancang sebesar 4,07. Menurut kriteria

penilaian parameter vegetasi hutan (Tim Studi IPB 1997) bahwa keanekaragaman

tinggi bila mempunyai nilai ≥3, keanekaragaman sedang bila mempunyai kisaran

2-3, dan keanekaragaman rendah bila mempunyai nilai ≤ 2. Berdasarkan kriteria

tersebut menunjukan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan pada lokasi

penelitian termasuk kategori keanekaragaman jenis yang tinggi.

Page 38: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Nilai H’ menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu

tegakan. Bila nilai ini makin tinggi maka makin meningkat keanekaragamannya

dalam tegakan tersebut. Odum (1971) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis

cenderung tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah di dalam

komunitas yang baru terbentuk. Kemantapan habitat merupakan faktor utama

yang mengatur keanekaragaman jenis.

Perbedaan nilai H’ menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis dalam

suatu komunitas sangat dibatasi oleh kondisi lingkungan. Dalam ekologi hutan,

keanekaragaman jenis di suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh banyaknya

jenis, tetapi juga oleh banyaknya individu setiap jenis.

5.2. Tumbuhan Eksotik

5.2.1. Jumlah jenis tumbuhan eksotik

Jika dibandingkan dengan semua jenis tumbuhan yang terdapat di lokasi

penelitian, beberapa jenis tumbuhan eksotik termasuk jenis yang kehadirannya

rendah. Jenis tumbuhan eksotik yang ditemukan pada lokasi penelitian hanya

berjumlah lima jenis. Daftar jenis tumbuhan eksotik untuk masing-masing tingkat

pertumbuhan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis Tumbuhan Eksotik di Lokasi Penelitian

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Semai Pancang Tiang Pohon

1. Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D.

Don. *

2. Ki rinyuh Euphatorium

pallescens DC. *

3. Kecubung Brugmansia

suaveolens * *

4. Kaliandra Calliandra calothyrsus * * *

5. Seuseureuhan Piper aduncum L. * *

Keterangan * : Terdapat jenis tumbuhan eksotik

Harendong bulu merupakan jenis tumbuhan eksotik yang frekuensi

kehadirannya sangat tinggi bila dibandingakan dengan jenis tumbuhan eksotik

lainnya. Jenis ini ditemukan hampir disemua petak contoh penelitian. Sedangkan

jenis tumbuhan eksotik lainnya frekuensi kehadirannya tergolong jenis yang

kehadirannya rendah.

Seuseureuhan merupakan jenis tumbuhan eksotik yang hanya ditemukan

pada tingkat pertumbuhan pancang dan tiang, sedangkan pada tingkat

Page 39: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

pertumbuhan semai tidak ditemukan sama sekali. Hal ini dapat disebabkan karena

rapatnya penutupan tajuk-tajuk dari tingkat tiang maupun pohon di areal

penelitian, sehingga menyebabkan jenis-jenis tertentu tidak dapat bertahan hidup

karena sifatnya yang intoleran (tidak tahan naungan) atau dengan kata lain jenis-

jenis tertentu tersebut cukup cahaya matahari untuk dapat hidup dan tumbuh. Di

samping itu adanya persaingan untuk mendapatkan hara mineral, air dan ruang

tumbuh antar individu-individu dari suatu jenis atau berbagai jenis. Persaingan ini

menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang tertentu

baik bentuknya, macam maupun banyaknya jenis dan jumlah individu-

individunya, yang sesuai dengan keadaan tempat tumbuhnya (Soerianegara &

Indrawan 2005).

(1) (2) (3)

(4) (5)

(5)Gambar 5 Jenis-Jenis Tumbuhan Eksotik (1) Ki rinyuh (2) Seuseureuhan (3)

Kecubung (4) Kaliandra (5)Harendong bulu.

5.2.2. Regenerasi tumbuhan eksotik

Suatu populasi yang stabil biasanya mempunyai distribusi umur yang khas

dalam suatu kawasan. Kadangkala suatu kelas umur, terutama individu muda

Page 40: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

tidak ditemukan atau hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit. Gejala ini

menunjukkan bahwa populasi akan menurun. Sebaliknya apabila anakan dan

individu terdapat dalam jumlah besar berarti populasi berada dalam keadaan stabil

dan bahkan mungkin akan mengalami peningkatan (Primack 1998 dalam Rosalia

2008).

Untuk melihat kestabilan dari populasi tersebut dilakukan perhitungan

potensi jenis tumbuhan eksotik berdasarkan jumlah individu di lokasi penelitian.

Kerapatan jenis tumbuhan eksotik di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kerapatan Jenis Tumbuhan Eksotik di Lokasi Penelitian

No Nama Lokal Nama Ilmiah Kerapatan (individu/ha)

Semai Pancang Tiang Pohon

1 Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D.

Don. 9.000

2 Ki rinyuh Euphatorium

pallescens DC. 400

3 Kecubung Brugmansia

suaveolens 1.600 16

4 Kaliandra Calliandra calothyrsus 600 32 4

5 Seuseureuhan Piper aduncum L. 16 8

Dari Tabel 7 terlihat bahwa jenis yang mempunyai permudaan paling

banyak adalah harendong yaitu 9.000 ind/ha, akan tetapi pada tingkat

pertumbuhan lainnya tidak ditemukan individu harendong tersebut. Hal ini juga

terjadi pada jenis ki rinyuh yang hanya mempunyai 400 ind/ha pada tingkat semai.

Kecubung, kaliandra, dan seuseureuhan mempunyai permudaan lebih banyak

dibandingkan tingkat pertumbuhan berikutnya. Hal ini sesuai dengan kaidah

umum dalam hutan alam dimana secara umum struktur tegakan hutannya

berbentuk huruf ”J” terbalik, yang berarti jumlah individu muda lebih banyak

daripada individu tua.

Lebih sedikitnya jumlah individu tua pada ketiga jenis tersebut

dikarenakan semakin bertambahnya waktu, individu-individu tersebut mengalami

pertumbuhan yang memerlukan banyak energi sehingga terjadilah persaingan baik

antarindividu dalam satu jenis maupun antar berbagai jenis agar dapat tetap hidup

dan tumbuh. Persaingan ini mengakibatkan terjadi pengurangan jumlah individu

yang bertahan hidup pada tiap tingkatan pertumbuhan.

Page 41: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

5.2.3. Penyebaran tumbuhan eksotik

Hilangnya suatu jenis dalam petak, salah satunya disebabkan oleh pola

penyebaran jenis dan jumlah masing-masing individu bervariasi. Menurut

Sudirman (2002) dalam Rosalia (2008) bahwa pada umumnya jenis tumbuhan

memiliki pola penyebaran yang berbeda untuk semua tingkat pertumbuhan

disemua komunitas hutan. Hal tersebut diduga akibat adanya perubahan selama

proses pertumbuhan dari tingkat semai sampai pohon. Tumbuhan akan mengalami

berbagai kemampuan dalam hidupnya dan interaksinya terhadap lingkungan. Jenis

tumbuhan eksotik banyak ditemukan pada jalur 2 dan jalur 3 dengan ketinggian

tempat 1.056 m dpl (Tabel 8). Hal ini disebabkan lokasi tersebut merupakan jalur

yang sering dilalui oleh masyarakat dan juga digunakan untuk jalur ekowisata.

Tabel 8 Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik di Lokasi Penelitian

Tingkat

Pertumbuhan Nama lokal Nama Ilmiah

Petak

Ditemukan

Ketinggian

tempat (m

dpl)

Indeks

Morishita

Semai Harendong

bulu

Clidemia

hirta

Jalur 1 (Petak 1

dan 3 )

Jalur 2 (Petak 6

dan 8 )

Jalur 3 (Petak 11,

14, dan 15)

Jalur 5 (Petak 22

dan 25)

1.000

1.040

1.056

1.077

0,62

Ki rinyuh Euphatorium

pallescens

Jalur 2 (Petak 11) 1.056 1,00

Kecubung

Kaliandra

Brugmansia

suaveolens

Calliandra

calothyrsus

Jalur 3 (Petak 13

dan 14)

Jalur 4 (Petak 18)

Jalur 3 (Petak 13

dan 14)

1.056

1.056

1.056

0,69

1,00

Pancang Kecubung Brugmansia

suaveolens

Jalur 3 (Petak 13

dan 14)

1.056 1,00

Kaliandra Calliandra

calothyrsus

Jalur 3 (Petak 13

dan 14)

1.056 0,78

Seuseureuhan Piper

aduncum

Jalur 4 (Petak 17) 1.056 1,00

Tiang Kaliandra Calliandra

calothyrsus

Jalur 3 (Petak 14) 1.056 -

Seuseureuhan Piper

aduncum

Jalur 4 (Petak 18) 1.056 1,00

Keterangan (-) : Indeks Morishita tidak terdefinisi

Page 42: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Semua jenis tumbuhan eksotik yang ditemukan di lokasi penelitian

memiliki pola penyebaran secara mengelompok, kecuali jenis kaliandra pada

tingkat tiang yang tidak diketahui pola penyebarannya. Pola penyebaran yang

tidak diketahui pada kaliandra dikarenakan nilai indeks morishita yang tidak

terdefinisi.

Naughton & Wolf (1990) dalam Rosalia (2008) menjelaskan bahwa

kondisi iklim dan faktor ketersediaan hara merupakan faktor lingkungan yang

sangat berperan dalam penyebaran. Apabila di sekitar lokasi induk jenis tumbuhan

menyediakan hara yang cukup untuk pertumbuhan, maka akan cenderung

membentuk pola penyebaran mengelompok (pola penyebaran yang umum terjadi

di hutan primer).

Hal ini didukung oleh pendapat Soegianto (1994) yang menyatakan bahwa

sebenarnya pola penyebaran organisme di alam jarang yang ditemukan dalam pola

yang seragam (teratur), tetapi umumnya mempunyai pola penyebaran

mengelompok. Hal ini disebabkan karena adanya naluri dari individu-individu

tersebut untuk mencari lingkungan tempat hidup yang cocok untuknya. Individu

tersebut akan dapat hidup dan tumbuh apabila lingkungan tempat tumbuhnya

mendukung, tapi apabila lingkungan tidak mendukung maka dapat dipastikan

individu tersebut akan mati.

Pendapat Istomo (1994) juga mendukung pernyataan diatas bahwa

individu-individu tersebut akan mengelompok dalam tempat-tempat tertentu yang

lebih menguntungkan. Hal ini kemungkinan karena adanya interaksi yang saling

menguntungkan diantara individu-individu tersebut.

5.3. Persepsi Masyarakat terhadap Penggantian Jenis Tumbuhan Eksotik

5.3.1. Karakteristik responden

Karakteristik responden adalah gambaran dari karakteristik masing-masing

responden atau secara keseluruhan. Data yang ditampilkan berupa data secara

umum dari masing-masing pengkalsifikasian berdasarkan karakteristik responden.

Karakteristik responden dibagi menjadi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

jumlah anggota rumahtangga, dan waktu tempuh ke hutan.

Page 43: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

5.3.1.1. Umur

Usia mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Semakin tua

usia seseorang maka semakin kurang produktif, sehingga pemanfaatan

sumberdaya hutan yang ada juga relatif kecil. Usia masyarakat yang

memanfaatkan sumberdaya hutan sebagian besar berada pada usia produktif.

Girsang (2006) mengemukakan bahwa usia produktif untuk bekerja di negara-

negara berkembang, pada umumnya adalah 15-55 tahun.

Responden termuda dalam penelitian ini berumur 19 tahun dan tertua

berusia 64 tahun. Dengan memperhatikan sebaran umur mereka, maka responden

dibagi menjadi tiga kelompok umur (Tabel 9) , yaitu : 1) Muda ( 19 – 33), 2)

Sedang (34 – 48), dan 3) Tua (49 – 64).

Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Umur

No. Kelompok Umur Responden

(Orang)

Persen

(%)

1. Muda (19-33 tahun) 11 36,67

2. Sedang (34-48 tahun) 16 53,33

3. Tua (49-64 tahun) 13 10,00

Jumlah 30 100,00

Tabel 9 menunjukkan dari 30 responden yang diwawancarai dalam

penelitian ini 53,33 % berusia sedang, sepertiga berusia muda dan selebihnya

berusia tua. Secara umum Tabel 11 menunjukan bahwa responden di lokasi

penelitian masih termasuk kedalam kelompok berusia produktif (usia kerja).

Mayoritas responden yang diamati berusia dibawah atau sama dengan 50 tahun.

Sebagian kecil berusia lanjut (tua).

5.3.1.2. Pendidikan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah

pendidikan terakhir yang pernah/telah ditempuh oleh masyarakat yang menjadi

responden. Tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat

pemanfaatan sumberdaya hutan dan tingkat persepsi. Hal ini terkait dengan ilmu

pengetahuan yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi

pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan

keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan

Page 44: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak

terkendali. Hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap kelestarian

sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki

menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk olahan yang

mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang

dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya

hutan tertentu.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas

manusia. Tingginya tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada jenis

pekerjaanya, yang kemudian turut mempengaruhi tingkat pendapatan. Dalam

penelitian ini tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : (1) rendah,

(2) sedang, dan (3) tinggi. Hasil penelitian tentang distribusi responden menurut

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Responden

(Orang)

Persen

(%)

1. Tidak Sekolah – Tamat SD 27 90,00

2. SMP – Tamat SMP 1 3,33

3. SMA – Tamat SMA 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini tergolong rendah. Hal

ini dapat dilihat dari jumlah responden yang mampu melaksanakan wajib belajar 9

tahun atau lulus SMP yang hanya berjumlah 1 orang (3,33%). Sedangkan yang

melanjutkan ke jenjang SMA sebanyak 2 orang (6,67%), sebanyak 25 orang

(83,33%) memiliki tingkat pendidikan SD, dan 2 orang (6,67%) tidak pernah

sekolah.

Dari Tabel 10 terlihat bahwa dominasi responden memiliki tingkat

pendidikan yang rendah, ada sebagian masyarakat yang telah mengenyam tingkat

pendidikan yang lebih tinggi, hal ini sangat positif karena kondisi ini secara

langsung maupun tidak langsung akan menyebabkan terjadinya transfer ilmu

pengetahuan, keterampilan dan informasi pasar.

Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan dan informasi yang dimiliki

oleh masyarakat sekitar hutan juga menyebabkan masyarakat sulit untuk bersaing

Page 45: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

dan memasuki pasar lapangan kerja secara umum. Hal ini tentunya berdampak

pada semakin sempitnya peluang mereka untuk memperoleh lapangan pekerjaan

yang layak dan memadai. Pilihan pekerjaan sebagai pemanfaat sumberdaya hutan

tidak mensyaratkan tingkat pendidikan maupun keterampilan tertentu, sehingga

tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan menjadi sangat

besar.

5.3.1.3. Mata pencaharian

Mata pencaharian masyarakat sekitar lokasi penelitian yang menjadi

rseponden yaitu buruh, petani, karyawan perkebunan, dan pedagang. Petani

adalah orang yang memiliki dan mengelola lahan, baik itu lahan milik sendiri

maupun lahan garapan/lahan sewaan. Kelompok masyarakat yang

bermatapencaharian sebagai petani meliputi petani sawah dan petani ladang.

Sedangkan kelompok buruh meliputi buruh tani dan buruh kebun musiman. Buruh

ini merupakan orang yang tidak memiliki lahan, baik lahan milik sendiri maupun

lahan sewaan. Aktivitas buruh pertanian dan buruh perkebunan pada umumnya

bersifat musiman, tergantung permintaan pemilik lahan dan perusahaan

perkebunan. Karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Responden

(Orang)

Persen

(%)

1. Buruh 6 20,00

2. Petani & Karyawan Perkebunan 22 73,33

3. Pedagang 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Mayoritas responden bermatapencaharian sebagai petani dan karyawan

perkebunan. Hal ini sesuai dengan keadaan lahan yang berada disekitar mereka.

Terdapat lahan untuk sawah dan juga terdapat perkebunan dimana masyarakat

dapat bekerja di perusahaan perkebunan teh tersebut baik sebagai pegawai tetap

maupun sebagai pegawai musiman.

Page 46: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

5.3.1.4. Pendapatan

Pendapatan responden yang diwawancarai berkisar antara Rp 200.000., -

Rp 2.370.000. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan responden dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu : 1) rendah ( Rp 200.000 – Rp 923.333), 2) sedang (Rp

924.000 – Rp 1.624.333), 3) tinggi (> Rp 1.648.000). Sebaran responden

berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan

No. Pendapatan Responden

(Orang)

Persen

(%)

1. Rp 200.000 – Rp 923.333 27 90,00

2. Rp 924.000 – Rp 1.624.333 - -

3. > Rp 1.648.000 3 10,00

Jumlah 30 100,00

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa tingkat pendapatan rendah pada

responden paling mendominasi (90%), hal ini dipengaruhi oleh jenis pekerjaan

responden dan tingkat pendidikan yang rendah. Pendapatan yang tinggi hanya

dimiliki oleh 10% responden.

5.3.1.5. Jumlah anggota rumah tangga

Besar keluarga dilihat dari jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam

satu pengelolaan sumberdaya keluarga. Besar keluarga dari responden berkisar

dari 2 orang sampai 7 orang. Dalam penelitian ini besar keluarga dibagi menjadi

tiga kelompok yaitu : 1) keluarga kecil (2-3 orang), 2) keluarga sedang (4-5

orang), 3) keluarga besar (6-7 orang). Sebaran responden berdarkan jumlah

anggota rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

No. Jumlah Anggota RT Responden

(Orang)

Persen

(%)

1. Keluarga kecil (2-3 orang) 10 33,33

2. Keluarga sedang (4-5 orang) 15 50,00

3. Keluarga besar (6-7 orang) 5 16,67

Jumlah 30 100,00

Apabila besar keluarga ini dikelompokkan berdasarkan kriteria Norma

Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (BPS, 2001) yaitu terdiri dari ayah, ibu dan

dua orang anak, maka sebanyak 76,67% tergolong dalam kelompok tersebut,

Page 47: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

sedangkan lainnya tergolong keluarga sedang dan keluarga besar. Sebagian

responden mempunyai jumlah anggota rumah tangga yang besar hal ini

disebabkan masih ada yang merupakan bentuk keluarga luas (extended family),

yaitu keluarga yang tidak hanya terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu dan anak)

tetapi juga ditambah dengan anggota keluarga lain seperti kakek, nenek,

keponakan atau sepupu.

Besar kecilnya sebuah keluarga pemanfaat sumberdaya hutan akan

berpengaruh terhadap peningkatan dan pengurangan pemanfaatan sumberdaya

hutan. Semakin besar sebuah keluarga menunjukkan bahwa semakin besar pula

ketersediaan tenaga kerja. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja memanfaatkan

sumberdaya hutan berpengaruh langsung terhadap jumlah sumberdaya hutan yang

dimanfaatkan dan jumlah pendapatan keluarga. Namun, dilain pihak banyaknya

anggota rumahtangga akan mempengaruhi pengeluaran belanja keluarga tersebut.

Hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya

konsumsi rumah tangga. Tidak hanya itu saja, semakin banyak anggota

rumahtangga, maka semakin banyak pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan pemanfaatan

sumberdaya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

5.3.1.6. Waktu tempuh ke hutan

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden,

diketahui bahwa waktu tempuh mereka ke hutan berkisar antara 5 menit sampai

120 menit. Distribusi responden berdasarkan lamanya waktu tempuh ke hutan di

sajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Tempuh ke Hutan

No. Waktu Tempuh Responden

(Orang)

Persen

(%)

1. Dekat (<30 menit) 7 23,33

2. Sedang (30 – 60 Menit) 20 66,67

3. Jauh (>60 menit) 3 10,00

Jumlah 30 100,00

Dalam penelitian ini waktu tempuh ke hutan dikelompokkan menjadi tiga

yaitu dekat (< 30 menit), sedang (30 – 60 menit), dan jauh (>60 menit).

Page 48: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Responden terbanyak berada pada kelompok kedua yaitu jarak tempuh yang

sedang berkisar antara 30 – 60 menit. Waktu tempuh masing-masing orang relatif,

tergantung kecepatan masing-masing individu. Waktu tempuh ke dalam hutan

sedikit banyak akan mempengaruhi tingkat pemanfaatan seseorang terhadap

sumberdaya hutan, semakin dekat jaraknya dengan hutan maka akan semakin

tinggi tingkat pemanfaatannya terhadap sumberdaya hutan. Selain itu juga, waktu

tempuh dapat mempengaruhi tingkat persepsi seseorang terutama mengenai SDA,

dalam hal ini adalah jenis tumbuhan eksotik. Semakin sering seseorang

berinteraksi dengan suatu objek maka akan semakin baik tingkat persepsinya.

5.3.2. Pemanfaatan SDA oleh masyarakat

5.3.2.1. Jenis-Jenis SDA yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Interaksi masyarakat dengan hutan telah berlangsung sejak lama.

Keberadaan hutan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan umat

manusia. Bagi masyarakat desa sekitar hutan, keberadaan kawasan hutan sangat

berarti untuk keberlangsungan hidupnya, mereka bergantung pada sumberdaya-

sumberdaya yang ada di hutan seperti kayu bakar, bahan makanan, bahan

bangunan, dan hasil-hasil hutan lainnya, yang dapat memberikan nilai tambah

bagi kehidupannya. Interaksi sosial masyarakat desa dengan hutan, dapat terlihat

dari ketergantungan mereka akan sumber-sumber kehidupan dasar seperti air,

sumber energi (kayu bakar dan bahan-bahan makanan yang dihasilkan dari hutan),

bahan bangunan, dan sumberdaya lainnya. Bentuk-bentuk interaksi sosial

masyarakat desa dengan hutan tercermin dari kegiatan-kegiatan masyarakat

seperti : mengumpulkan hasil-hasil hutan berupa kayu bakar sebagai sumber

energi, rumput untuk makan ternak, umbi-umbian dan buah-buahan untuk bahan

makanan dan hasil-hasil hutan lainnya.

Kondisi di atas juga terjadi ditempat yang menjadi objek penelitian.

Masyarakat banyak memanfaatkan sumberdaya yang berasal dari hutan . Hal ini

terjadi karena letak geografis wilayah tersebut cukup strategis dan berbatasan

langsung dengan kawasan hutan. Adapun beberapa jenis sumberdaya hutan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjadi responden tersebut meliputi : kayu

bakar, rumput, tumbuhan penghasil makanan, kayu bangunan, tumbuhan

Page 49: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

penghasil buah, dan tumbuhan obat. Rekapitulasi pemanfaatan oleh masyarakat

disajikan dalam Tabel 15.

Tabel 15 Rekapitulasi SDA yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat

No. Jenis SDA Responden

(Orang)

Persentase

(%)

1. Kayu bakar 11 36,57

2. Tumbuhan obat 6 20,00

3. Rumput 6 20,00

4. Kayu bangunan 1 3,33

5. Tumbuhan penghasil buah 7 23,33

6. Tumbuhan penghasil makanan 3 10,00

Tebel 15 tersebut di atas menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan

beberapa SDA hutan dengan persentase yang berbeda. Sebagian besar responden

memanfaatkan lebih dari satu jenis hasil hutan. Kayu bakar adalah jenis yang

paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Besarnya persentase pemanfaatan

kayu bakar menunjukan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat sangat tinggi

dalam hal kebutuhan energi rumah tangga.

Beberapa jenis hasil hutan dan kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh

masyarakat sekitar Stasiun Penelitian Cikaniki :

1. Kayu bakar

Pemanfaatan kayu bakar sebagai salah satu sumber energi rumah tangga

masih banyak dilakukan oleh masyarakat desa sekitar hutan. Demikian halnya

dengan masyarakat dilokasi penelitian. Sebagian besar masyarakatnya masih

memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi rumah tangga, walaupun ada

juga masyarakat yang sudah menggunakan minyak tanah dan gas sebagai energi

rumah tangganya. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan kayu bakar hanya

untuk pemenuhan kebutuhan mereka sendiri.

Sebagian besar kegiatan pengambilan kayu bakar dilakukan dengan cara

dipikul dan berjalan kaki. Hampir tidak ditemui pengambilan kayu bakar dengan

menggunakan alat angkut seperti sepeda, sepeda motor atau alat transportasi

lainnya.

Pengambilan kayu bakar yang dilakukan masyarakat sekitar hutan

biasanya dalam bentuk ranting-ranting atau cabang-cabang pohon yang sudah

kering, dan kayu-kayu yang kondisinya sudah lapuk, serta kayu-kayu yang sudah

Page 50: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

mati. Jenis-jenis kayu yang diambil berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat

pada Tabel 16.

Tabel 16 Jenis-Jenis Kayu yang Dimanfaatkan untuk Kayu Bakar oleh

Masyarakat

No. Nama lokal Nama Ilmiah Pemanfaat

(orang)

Persentase

(%)

1. Babanjaran Calamagrostis australis 1 3,13

2. Bambu Dinochloa sp 1 3,13

3. Batarua n.a 4 13,33

4. Kaliandra * Calliandra calothyrsus 2 6,67

5. Ki dage Alangium sp 1 3,13

6. Ki huut Aporosa fructescens 1 3,13

7. Ki rinyuh* Euphatorium pallescens 1 3,13

8. Ki sampang Euodia latifolia 1 3,33

9. Mara Molutes sp 1 3,13

10. Pasang Lithocarpus sp. 3 10,00

11. Pinus* Pinus merkusii 5 16,67

12. Pongokan n.a 1 3,13

13. Puspa Schima wallichii 4 13,33

14. Rasamala Altingia excelsa 5 16,67

15. Sengon* Paraserianthes falcataria 1 3,13

16. Teh* Camellia sinensis 1 3,13 Keterangan * : Jenis tumbuhan eksotik

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pinus dan rasamala merupakan

tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan

sebagai kayu bakar. Hal ini dikarenakan kayu-kayu tersebut mudah untuk

didapatkan. Terdapat beberapa jenis kayu bakar yang termasuk kedalam jenis

tumbuhan eksotik yaitu kaliandra, ki rinyuh, pinus, sengon, dan teh. Pemanfaatan

jenis tumbuhan eksotik oleh masyarakat cukup tinggi seperti untuk jenis pinus dan

kaliandra, sedangkan pemanfaatan untuk jenis tumbuhan eksotik lainnya tidak

terlalu tinggi seperti teh, sengon, dan ki rinyuh.

Sebenarnya semua kayu dapat dijadikan sebagai kayu bakar, namun ada

beberapa jenis yang sering digunakan oleh masyarakat karena alasan tertentu

seperti mudah didapatkan, kemudahan terbakar dan tidak banyak menimbulkan

asap.

2. Rumput

Masyarakat desa sekitar hutan yang dijadikan sebagai responden sebagian

besar memiliki hewan ternak seperti kambing dan domba. Oleh karena itu

Page 51: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

sebagian besar masyarakat memanfaatkan rumput yang berada didalam ataupun

sekitar kawasan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Kegiatan pemanfaatan rumput dilakukan dengan cara pengambilan rumput

yang dilakukan dalam rangka mencukupi pakan ternak selama di kandang.

Pemanfaatan tersebut berlangsung sepanjang tahun dengan intensitas pemanfaatan

yang terjadi setiap hari. Para pemanfaat rumput biasanya mengambil rumput

dengan cara dipikul, dengan volume pemanfaatan rumput untuk satu pikulan

biasanya 1-2 ikat. Rumput yang dimanfaatkan oleh masyarakat, pada umumnya

hanya digunakan untuk konsumsi saja tidak untuk diperjualbelikan, namun

berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, diketahui bahwa jika

komoditas rumput tidak tersedia, maka masyarakat harus mengeluarkan biaya

untuk memenuhi kebutuhan akan rumput tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

jenis komoditas ini sangat dibutuhkan keberadaanya oleh masyarakat.

Gambar 6 Pengambilan Rumput oleh Masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang memanfaatkan

rumput didalam ataupun sekitar kawasan terdapat 4 jenis rumput yang biasa

mereka gunakan. Jenis-jenis tersebut adalah nampong, hamerang, seuhang, dan

jampang pait. Persentase pemanfaatan rumput dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 52: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

0.13

0.10

0.03

0.10

0.00

0.02

0.04

0.06

0.08

0.10

0.12

0.14

Nampon

g

Hamera

ng

Seuha

ng

Jam

pang

pait

Jenis Rumput

Per

sen

tase

(%

)

Gambar 7 Persentase Pemanfaatan Rumput oleh Masyarakat.

Nampong (Eupatorium odoratum) merupakan jenis yang frekuensi

pemanfatannya paling tinggi bila dibandingkan dengan rumput lainnya.

Sedangkan hamerang dan jampang pait pemanfaatannya tidak terlalu tinggi. Dari

keempat jenis rumput tersebut tidak didapatkan jenis tumbuhan eksotik yang

dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai pakan ternak.

3. Kayu bangunan

Dari 30 responden yang diwawancarai hanya satu orang yang mengambil

hasil hutan untuk dijadikan sebagai kayu bangunan. Jenis yang biasa diambil yaitu

huru gemblung sebanyak 8 - 10 batang. Menurut responden, kayu tersebut

digunakan untuk memperbaiki rumahnya dan tidak untuk diperjualbelikan. Huru

gemblung tersebut bukan termasuk jenis tumbuhan eksotik.

4. Tumbuhan obat

Terdapat 19 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

obat. Pemanfaatan yang paling banyak yaitu terhadap jenis ki kunti (Ficus

edelfeltii) sebesar 10,00% digunakan untuk mengobati batuk dan sebagai obat

mata. Untuk jenis lainnya tingkat pemanfaatan sama yaitu sebesar 3,33%. Dari

semua jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk obat terdapat satu jenis tumbuhan

eksotik yaitu seuseureuhan. Jenis ini digunakan untuk obat tetes mata.

Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat terhadap jenis ini tergolong rendah

hanya sebesar 3,33% saja.

Jenis-jenis tumbuhan tersebut digunakan untuk mengobati penyakit yang

biasa mereka derita sehari-hari seperti batuk, demam, sakit mata, penutup luka,

Page 53: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

dan sebagainya. Dari data di atas diketahui bahwa banyak jenis tumbuhan yang

biasa digunakan oleh mereka untuk obat tetes mata.

(1) (2) (3)

Gambar 8 Jenis-jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Untuk

Obat (1) Cangkore (2) Ficus (3) Reundeu.

Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk dijadikan sebagai obat. Jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Jenis-jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Obat oleh Masyarakat

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Kegunaan

Persentase

Pemanfaat

(%)

1. Cangkore Dinochloa

scandens

Obat tetes mata 3,33

2. Pacing Costus

speciosus

Penawar racun bisa

ular, obat gatal, obat

tetes mata

3,33

3. Lumut kaso Saccharum

spontaneum

Obat demam 3,33

4. Ki kunti Ficus edelfeltii Obat mata, obat batuk, 10,00

5. Capituheur Mikania

odorata

Untuk mengobati luka 3,33

6. Nampong Eupatorium

odoratum

Untuk mengobati luka 3,33

7. Laja Catimbium

malaccensis

Mengurangi bengkak-

bengkak, untuk luka

bakar

3,33

8. Taleus Colocasia

esculenta

Obat batuk 3,33

9. Kapol Amomum

cardamomum

Obat batuk 3,33

10. Reundeu Staurogyne

elongata

Memperlancar buang

air kecil

3,33

11. Hariang Begonia

robusta

Obat untuk amandel

dan ginjal

3,33

12. Seuseureuhan* Piper aduncum Obat tetes mata 3,33

13. Kawung Arenga pinata Obat tetes mata 3,33

14. Tabat barito Ficus

deltoidea

Aprodisiak 3,33

Page 54: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

15. Ki cantum n.a Diminum sebagai

tonik

3,33

16. Katutungkul Polygala

venenosa

Obat batuk 3,33

17. Ficus Ficus spp Obat penutup luka 3,33

18. Ki balik sumpah n.a. Obat mata 3,33 Keterangan * : Jenis tumbuhan eksotik

5. Tumbuhan penghasil buah

Di dalam dan sekitar kawasan terdapat jenis-jenis tumbuhan yang

menghasilkan buah. Masyarakat biasa mengambil dan memanfaatkannya untuk

konsumsi pribadi. Pengambilan buah dilakukan tidak sepanjang tahun akan tetapi

hanya dilakukan pada musim-musim tertentu saja. Jenis-jenis yang biasa mereka

ambil buahnya adalah canar, saninten, kalimorot, menteng, pinding, dan kupa.

Volume pengaambilan buah dari jenis tersebut hanya sedikit, menurut hasil

wawancara terhadap responden mereka hanya mengambil buah sebanyak satu

kantong plastik berukuran kecil.

6. Tumbuhan penghasil makanan

Beberapa jenis tumbuhan biasa digunakan masyarakat untuk makanan

seperti rendeu, poh-pohan dan pakis. Ketiga jenis tumbuhan tersebut biasa mereka

makan sebagai lalapan. Lalapan merupakan salah satu makanan yang biasa

dimakan oleh masyarakat etnis sunda. Masyarakat yang menjadi responden

banyak yang merupakan etnis sunda, sehingga mereka banyak memanfaatkan

jenis tumbuhan untuk dijadikan lalapan.

5.3.2.2. Hubungan karakteristik responden dengan tingkat pemanfaatan

SDA

Beberapa karakteristik responden yang terpilih dicari hubungannya dengan

persepsi masyarakat mengenai penggantian jenis tumbuhan eksotik, karakteristik

tersebut adalah umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah anggota rumah

tangga, waktu tempuh ke hutan, dan tingkat pemanfaatan SDA. Hubungan faktor

internal masyarakat dengan tingkat persepsi dapat diketahui dengan melakukan

Uji Korelasi Peringkat Spearman. Hasil penelitian tentang hubungan faktor

Page 55: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

internal responden dengan tingkat persepsi, serta hasil analisis korelasinya dapat

dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Tingkat Pemanfaatan SDA

No. Faktor Internal Responden

Tingkat Persepsi

Nilai Probabilitas

(Uji Dua Pihak)

Nilai Koefisien

Korelasi (rs)

1.

Umur

0,091

0,314

2. Pendidikan 0,504 0,127

3. Pekerjaan 0,001 0,586**

4. Jumlah anggota rumahtangga 0,786 0,052

5. Waktu tempuh ke hutan 1,000 0,000

6. Tingkat Pemanfaatan SDA 0,305 0,194

Keterangan ** : Correlation is significant at the .01 level (2-tailed)

Hasil dari uji korelasi Spearman dapat dilihat bahwa faktor internal yang

berhubungan dengan tingkat persepsi masyarakat adalah pekerjaan. Faktor yang

mempunyai nilai hasil uji korelasi peringkat Spearman yang paling besar dan

bernilai positif yaitu pekerjaan sebesar 0,586 yang menunjukkan adanya

hubungan yang substansial antara pekerjaan dengan persepsi (Young 1982) dalam

(Sulaiman 2003). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pekerjaan

responden maka semakin baik tingkat persepsinya. Seseorang yang mempunyai

pekerjaan tinggi hampir dipastikan mempunyai pengetahuan dan pengalaman

yang cukup memadai mengenai sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan

profesinya.

Faktor umur memiliki korelasi yang rendah terhadap persepsi masyarakat.

Hal ini dikarenakan faktor umur tidak mewakili variabel serta tidak adanya gap

yang signifikan, sehingga faktor umur tersebut dalam penelitian ini tidak

mempengaruhi persepsi yang terbentuk. Faktor internal lainnya yaitu pendidikan,

jumlah anggota rumahtangga, waktu tempuh ke hutan dan tingkat pemanfaatan

SDA mempunyai nilai koefisien korelasi kurang dari 0,20 yang berarti dapat

diabaikan (Sulaiman 2003).

Menurut Lockard (1977) dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi

dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu : (1)

pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktinasi budaya,

bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang

diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh

Page 56: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat, minat, kemauan,

perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian,

kebiasaan dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk

pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial

ekonomi seperti pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lain-lain.

Jadi menurut Lockard (1977) dalam Tampang (1999) bahwa umur dan

pendidikan harusnya mempengaruhi persepsi, akan tetapi dalam penelitian ini

umur responden tidak mewakili variabel umur, karena umur responden berada

pada kisaran umur yang sudah mempunyai persepsi yang sama dan pemikiran

yang sama. Pada faktor pendidikan responden tidak ada gap yang signifikan.

5.3.3. Persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat dalam penelitian ini digolongkan menjadi tiga

kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa

persepsi masyarakat menyebar secara merata ke dalam tiga kategori tersebut.

Sebaran persepsi masyarakat dapat dilihat pada Gambar 9.

33.33% 33.33% 33.33%

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

Pers

en

tase (

%)

Rendah Sedang Tinggi

Tingkat Persepsi

Gambar 9 Sebaran Persepsi Responden terhadap Penggantian Jenis

Tumbuhan Eksotik.

Masing-masing responden mempunyai tingkat pengetahuan yang berbeda

mengenai jenis tumbuhan eksotik, sehingga tingkat persepsi yang dimiliki

beranekaragam. Berdasarkan pengamatan di lapangan faktor utama yang

menyebabkan tingkat persepsi responden berbeda-beda yaitu interaksi responden

terhadap jenis tumbuhan eksotik. Pada umumnya responden yang mempunyai

persepsi tinggi mempunyai tingkat interaksi yang sering dengan jenis tumbuhan

eksotik, seperti pemanfaatan terhadap jenis tersebut. Sebaliknya responden yang

Page 57: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

mempunyai tingkat persepsi yang rendah, tingkat interaksi dengan jenis tumbuhan

eksotik tidak terlalu sering.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai jenis tumbuhan eksotik terhadap

30 orang responden, sebanyak 73,33% mengetahui mengenai jenis tumbuhan

eksotik dan 26,67% menyatakan tidak mengetahui mengenai jenis tumbuhan

eksotik. Responden yang menyatakan tidak mengetahui jenis tumbuhan eksotik

hampir sebagian besar merupakan responden yang tingkat pemanfaatan terhadap

SDA tergolong rendah. Tingkat pemanfaatan terhadap SDA sedikit banyak dapat

berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat mengenai sumberdaya alam yang

ada didalam kawasan. Rendahnya tingkat pemanfaatan akan SDA

mengindikasikan bahwa kurangnya interaksi terhadap kawasan. Sehingga mereka

kurang mengetahui mengenai keberadaan jenis tumbuhan eksotik yang berada

didalam kawasan.

Responden yang mengetahui mengenai keberadaan jenis tumbuhan eksotik

di dalam kawasan merupakan responden yang tingkat pemanfaatan SDA

tergolong sedang sampai tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi mereka

terhadap kawasan dan SDA cukup tinggi, sehingga mereka banyak mengetahui

mengenai jenis tumbuhan eksotik yang berada di dalam kawasan. Menurut

pengetahuan responden, terdapat 24 jenis tumbuhan eksotik yang berada di dalam

mapun sekitar kawasan. Jenis tumbuhan eksotik menurut pengetahuan masyarakat

disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Jenis Tumbuhah Eksotik Menurut Pengetahuan Masyarakat di Stasiun

Penelitian Cikaniki dan Lahan Masyarakat

No. Nama lokal Nama ilmiah Persentase Pengetahuan (%)

1. Kaliandra Calliandra calothyrsus 50,00

2. Manglid Magnolia Blumei 4,55

3. Sengon Paraserianthes falcataria 22,73

4. Kayu Afrika Maesopsis eminii 45,45

5. Nangka Artocarpus heterophyllus 31,82

6. Durian Durio zibethinus 13,64

7. Menteng Baccaurea racemosa 9,09

8. Kopi dengkung Polynema integrifolia 4,55

9. Manggu Garcinia mangostana 9,09

10. Rambutan Nephelium sp 4,55

11. Petai Parkia speciosa 4,55

12. Salak Salacca edulis 4,55

13. Limus Magifera foetida 4,55

14. Jambu Syzygium aqueum 4,55

15. Pinus Pinus merkusii 31,82

16. Honje Nikolaia sp 4,55

Page 58: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

17. Kamper Cinnamomum camphora 4,55

18. Kupa Eugenia polycephala 4,55

19. Jengkol Pithecelobium jiringa 4,55

20. Jati Tectona grandis 4,55

21. Tepus Amomum coccineum 4,55

22. Reundeu Staurogyne elongata 4,55

23. Harendong bulu Clidemia hirta 4,55

24. Suren Toona sureni 4,55

Diketahui bahwa kaliandra merupakan jenis tumbuhan eksotik yang paling

banyak diketahui oleh masyarakat yang menjadi responden. Jenis lainnya yang

banyak diketahui yaitu kayu afrika, pinus, nangka, sengon, dan durian, sedangkan

jenis lainnya hanya beberapa responden saja yang mengetahui. Pada umumnya

mereka mengetahui jenis tumbuhan eksotik dari banyaknya interaksi dengan

kawasan dan SDA tersebut. Jenis-jenis tumbuhan eksotik yang diketahui oleh

mereka banyak yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk kayu

bakar. Selain itu juga jenis-jenis tersebut banyak yang terdapat disekitar

pemukiman masyarakat dan juga ada beberapa jenis yang mereka budidayakan.

Masyarakat yang menjadi responden hampir semuanya menyatakan tidak

mengetahui mengenai dampak adanya jenis tumbuhan eksotik didalam kawasan.

Hanya satu orang yang mengetahui mengenai adanya dampak tumbuhan eksotik

terhadap kawasan. Responden tersebut menyatakan bahwa dengan adanya jenis

tumbuhan eksotik di dalam kawasan maka akan mengakibatkan rusaknya

ekosistem hutan.

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak adanya jenis

tumbuhan eksotik di dalam kawasan dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang

tergolong rendah dan kurangnya sosialisasi dari pihak pengelola mengenai jenis

tumbuhan eksotik. Pengetahuan akan jenis eksotik dan dampaknya sangat penting

untuk diketahui oleh masyarakat karena masyarakat merupakan salah satu agen

penyebar masuknya jenis tumbuhan eksotik ke dalam kawasan. Jika mereka telah

mengetahui mengenai dampak yang akan ditimbulkan dengan masuknya jenis

tumbuhan eksotik ke dalam kawasan maka mereka akan berhati-hati terhadap

jenis-jenis tumbuhan asing yang mereka manfaatkan atau gunakan.

Masyarakat yang menjadi responden sebanyak 53,33% menyatakan

persetujuan jika dilakukan penggantian jenis tumbuhan eksotik dengan jenis

Page 59: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

tumbuhan asli. Sedangkan selebihnya (46,67%) menyatakan tidak setuju jika

dilakukan penggantian jenis tumbuhan tersebut.

Masing-masing responden mempunyai alasan tertentu menyetujui dan

tidak menyetujui kegiatan penggantian jenis eksotik tersebut. Beberapa alasan

responden menyetujui penggantian jenis tumbuhan eksotik diantaranya adalah

untuk menjaga keaslian ekosistem, ada jenis eksotik yang merusak kesuburan

tanah seperti pinus, serta adanya ketakutan dari masyarakat untuk menebang

pohon tersebut jika pohon-pohon tersebut merupakan pohon jenis asli kawasan.

Sedangkan alasan responden tidak menyetujui penggantian jenis tumbuhan

eksotik tersebut diantaranya adalah beberapa jenis eksotik dimanfaatkan oleh

masyarakat seperti untuk kayu bakar serta ada jenis tumbuhan eksotik yang

dibudidayakan oleh mereka dan mereka mengambil bibitnya dari dalam kawasan

yaitu kayu afrika. Menurut pengakuan responden bibit kayu afrika dari dalam

kawasan lebih bagus dibandingkan dengan bibit yang mereka beli dipasaran.

5.4. Rekomendasi Penggantian Jenis

Introduksi jenis eksotik di Indonesia telah lama terjadi, baik disengaja

maupun tidak sengaja. Introduksi jenis asing tersebut dalam beberapa kasus telah

menimbulkan dampak yang cukup besar. Jenis asing berupa gulma jahat telah

menimbulkan kerugian yang cukup besar di sektor pertanian. Sementara itu ada

pula jenis asing yang berubah menjadi jenis yang dominan dan berkompetisi

dengan jenis lokal yang pada akhirnya mengganggu keberadan jenis lokal.

Dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati untuk keseimbangan

ekosistem khususnya di kawasan Pelestarian Alam, salah satu kebijakan

pengelolaannya yaitu dengan mendatangkan atau memasukkan jenis-jenis eksotik

ke dalam kawasan pelestarian tersebut. Yang menjadi masalah pemasukan jenis-

jenis eksotik tersebut tidak melalui pertimbangan yang matang. Sehingga jenis-

jenis eksotik yang pada dasarnya memiliki dampak yang positif dan negatif

terhadap kawasan pelestarian baik dari sisi ekonomi, lingkungan dan sosial

keberadaanya sulit untuk dikendalikan, khususnya untuk jenis eksotik yang

mempunyai dampak negatif sebagai kompetitor dan penyebab terjadinya polusi

genetik. Bila tidak cepat dikendalikan jenis-jenis eksotik tersebut akan menginvasi

Page 60: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

dan menjadi dominan, tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya mengancam

kelestarian jenis-jenis flora dan fauna endemik serta keberadaan eksoisitem

kawasan pelestarian alam

TNGHS merupakan salah satu bentuk kawasan pelestarian alam, dimana

mengemban mandat untuk menjaga keaslian eksosistemnya. Oleh karena itu,

perlu adanya perhatian khusus terhadap keberadaan jenis eksotik sebelum

terjadinya dominasi dari jenis eksotik ini dan mengancam keberadaan eksositem

yang ada. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam melakukan

pengendalian jenis tumbuhan eksotik, diantaranya adalah aspek ekologi, ekonomi

dan manfaat dari jenis tumbuhan eksotik tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan TNGHS khususnya di

Stasiun Penelitian Cikaniki telah dimasuki oleh jenis tumbuhan eksotik yaitu

harendong bulu, ki rinyuh, kecubung, seseureuhan, dan kaliandra. Meskipun jenis-

jenis tersebut belum menginvasi kawasan perlu dilakukan tindakan pengelolaan

yang lebih dini sehingga kawasan tersebut tidak terinvasi oleh jenis tumbuhan

eksotik. Salah satu tindakan yang harus diambil adalah dengan melakukan

penggantian jenis tumbuhan eksotik dengan jenis asli agar kawasan tersebut dapat

terjaga keasliannya, seperti saninten (Castanopsis argentea), pasang (Lithocarpus

sp), Ficus spp, ki seueur (Antidesma sp), puspa (Schima wallichii), dan

harendong (Melastoma malabathricum).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebaran jenis-jenis

tumbuhan eksotik adalah mengelompok, hal ini akan lebih memudahkan dalam

melakukan pengelolaan terhadap jenis-jenis tersebut. Beberapa upaya yang dapat

dilakukan yaitu pemberantasan secara kimiawi dan pemberantasan secara fisik

(penebangan/pemotongan pohon, pencabutan pohon, dan pembongkaran pohon).

Dalam proses penggantian jenis tumbuhan eksotik, peran masyarakat tidak

dapat diabaikan. Oleh kerena itu pelibatan masyarakat sekitar perlu diperhatikan

dalam proses pengambilan kebijakan pengelolaan jenis tumbuhan eksotik

tersebut. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pekerjaan mempunyai korelasi

yang substansial dengan tingkat persepsi terhadap jenis tumbuhan eksotik, hal ini

dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan penggantian

jenis tumbuhan eksotik. Masyarakat yang sebagian besar merupakan petani dan

Page 61: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

karyawan kebun dapat dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan tersebut.

Mereka banyak berinteraksi dengan kawasan dan sedikit banyak mengetahui

mengenai jenis tumbuhan eksotik.

Sebagian besar masyarakat mengetahui jenis tumbuhan eksotik, akan

tetapi tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan jenis tumbuhan eksotik tersebut

terhadap kawasan konservasi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan

pengetahuan masyarakat terhadap jenis tumbuhan eksotik secara menyeluruh

seperti melalui penyuluhan. Agar masyarakat berhati-hati dalam melakukan

tindakan yang berhubungan dengan jenis tumbuhan eksotik, karena salah satu

agen penyebar masuknya jenis eksotik adalah manusia.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jumlah jenis tumbuhan eksotik yang ditemukan di lokasi penelitian

sebanyak lima jenis, meliputi harendong bulu (Clidemia hirta), ki rinyuh

(Eupatorium pallescens), kecubung (Brugmansia suaveolens), kaliandra

(Calliandra calothyrsus), dan seuseureuhan (Piper aduncum). Penyebaran

jenis tumbuhan eksotik mengelompok.

2. Jenis tumbuhan eksotik yang dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya

adalah kaliandra (Calliandra calothyrsus), sesuseureuhan (Piper

aduncum), pinus (Pinus merkusii), ki rinyuh (Eupatorium pallescens), teh

(Camellia sinensis), sengon (Paraserianthes falcataria), dan kayu afrika

(Maesopsis eminii). Jenis-jenis tersebut dimanfaatkan untuk kayu bakar,

obat, dan pakan ternak

3. Persepsi masyarakat terhadap jenis tumbuhan eksotik menyebar secara

merata yaitu rendah (0-2), sedang (3-5) dan tinggi (6-8) sebesar 33,33%.

Masyarakat sebagian besar (53,33%) menyatakan setuju jika dilakukan

penggantian jenis tumbuhan eksotik.

6.2. Saran

Page 62: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

1. Perlu dilakukan penggantian jenis tumbuhan eksotik dengan jenis

tumbuhan asli seperti saninten (Castanopsis argentea), pasang

(Lithocarpus sp), Ficus spp, ki seueur (Antidesma sp), puspa (Schima

wallichii), dan harendong (Melastoma malabathricum), agar kawasan

tersebut tetap terjaga keaslian ekosistemnya.

2. Pelibatan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk pengelolaan jenis

tumbuhan eksotik sangat diperlukan karena masyarakat banyak

berinterkasi dengan jenis tumbuhan eksotik tersebut.

3. Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap jenis tumbuhan eksotik

secara menyeluruh salah satunya melalui penyuluhan, agar masyarakat

dapat lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan yang berhubungan

dengan jenis tumbuhan eksotik.

DAFTAR PUSTAKA

Backer CA. 1963. Flora of Java Vol I. N.V.P. Noordhoff Groningen The

Netherlands.

--------------. 1965. Flora of Java Vol II. N.V.P. Noordhoff Groningen The

Netherlands

--------------. 1968. Flora of Java Vol III. N.V.P. Noordhoff Groningen The

Netherlands

[BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2007. Rencana

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Periode 2007-2026.

Gunung Halimun-Salak National Park Management Project.

Daniel WW. 1989. Statistik Nonparametrik Terapan. Jakarta.

Desa Malasari. 2008. Data Monografi Desa Malasari. Bogor (tidak diterbitkan).

Ewusie JY. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung : Penerbit ITB Bandung.

Girsang RE. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat Sekitar

Hutan Jati di BKPH Bancar, KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa

Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Gunawan W. 2004. Analisis Pengelolaan Koridor antara Kawasan Hutan Taman

Nasional Gunung Halimun Salak dengan Kawasan Hutan Lindung

Gunung Salak Berdasarkan Kondisi Masyarakat Sekitar [tesis]. Bogor:

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 63: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Harada K, Widada, Arief A.J. 2000. Taman Nasional Gunung Halimun:

Menyingkap Kabut Gunung Halimun. Biodiversity Conservation Project,

JICA – LIPI – PKA. Bogor.

Istomo. 1994. Hubungan antara Komposisi, Struktur dan Penyebaran Ramin

(Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) dengan Sifat-sifat Tanah Gambut

(Studi Kasus di Areal HPH PT Inhutani III, Kalimantan Tengah [tesis].

Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1992.

Keanekaragaman Hayati.

Krebs, CJ. 1972. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and

Abundance. New York Evanston San Francisco London. Harper & Row

Publisher.

MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child, dan J.Thorsell. 1993. Pengelolaan

Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Amir, HH., penerjemah.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Managing

Protected Areas in The Tropics.

Mauludin UU. 1994. Persepsi Masyarakat Kotamadya Bogor terhadap Hutan Kota

di Wilayah Kotamadya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.

Institut Pertanian Bogor.

Odum, EP. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd

Edition. W.B. Saunders.

Oosting, HJ. 1958. The Study of Plant Communities. San Francisco: W.H.

Freeman and Company.

Pasaribu, EN. 2002. Perubahan Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

pada Daerah Tepi Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di

Resort Goalpara, Resort Cibodas, dan Resort Gedeh, Jawa Barat [skripsi].

Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Rosalia, N. 2008. Penyebaran dan Karakteristik Tempat Tumbuh Pohon Tembesu

(Fragraea fragrans Roxb.) (Studi Kasus di Kawasan Taman Nasional

Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat) [tesis]. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sastroutomo, SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soemarwoto, O. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangungan. Jakarta:

Penerbit Djambatan.

-------------------. 2001. Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press.

Page 64: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.

Soerianegara I dan Indrawan A. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium

Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Sulaiman W. 2003. Statistik Non Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya

dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Tampang. 1999. Persepsi Masyarakat terhadap Pencemaran Udara dan Kebisingan

Energi Diesel (Kasus Kabupetan Bogor) [tesis]. Bogor: Program Pasca

Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Undang-undang No.5 Tahun 1994 tentang Konvensi Keanekaragaman Hayati.

Utomo B. 2006. Peran Seed Bank terhadap Regenerasi Hutan Kaitannya dengan

Invasi Tumbuhan Eksotik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

[disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Widada, Mulyati S, dan Kobayashi H. 2006. Sekilas tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta: Ditjen PHK – JICA.

Page 65: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

LAMPIRAN

Page 66: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku INP (%)

Semai Pancang Tiang Pohon

1. Acung leutik Arisaema filiformis Araceae 0,85

2. Andam Glechenia vulgaris Gleicheniaceae 1,74

3. Argostema Argostema sp Rubiaceae 2,73

4. Banjaran Calamagrostis australis Buese. Poaceae 1,07

5. Bareubeuy Myrsine hasseltii Myrsinaceae 3,62

6. Bengang Neesia altissima (Blume) Blume Bombaceae 4,29

7. Beunying Ficus hispida L. Moraceae 1,70 4,28 7,15

8. Beunying cai Ficus fistulosa Reinw. Moraceae 1,07 6,47 3,07

9. Bingbin Pinanga coronata (Blume ex Martelli) Blume Arecaceae 1,07

10. Bubukuan Strobilanthus filiformis Bl. Acantaceae 4,47 2,14

11. Buntiris Cyrtanda picta Gesneriaceae 4,82

12. Burununggul Bridelia minutiflora Euphorbiaceae 0,85 4,28 3,81 14,76

13. Candar leutik Smilax macrocarpa Smilacaceae 0,85

14. Cangkore Dinochloa scandens (Blume ex Nees) O. Kuntze Poaceae 3,97

15. Cariang Schismatoglottis rupestris Zollinger & Moritzi Araceae 16,27

16. Cau Leuweung Mussa acuminata Colla Musaceae 0,85

17. Cecengkehan Urophyllum arboreum Rubiaceae 0,85 8,56 6,66

18. Cempaka Michelia campaka Linn. Magnoliaceae 3,28

19. Ceremean Schefflera aromatica (Harms) Araliaceae 1,07

20. Ceuri Garcinia parvifolia (Miquel) Miquel Cluciaceae 2,14 4,97

21. Congkok Blumeodendron elateriospermum Euphorbiaceae 3,09

22. Darangdan Ficus sinuata Thunb. Moraceae 2,14

Page 67: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku INP (%)

Semai Pancang Tiang Pohon

23.

24.

25.

Etek / seureuh leutik

Ganitri

Gelam

Piper sulcatum

Elococarpus ganitrus

Syzygium sp

Piperaceae

Elaeocarpaceae

Myrtaceae

1,70

1,07

1,07

6,82

3,33

26. Gewor Commelina nudiflora Linn. Commelinaceae 4,03

27. Gompong Schfflera aromatica Araliaceae 7,55 4,79

28. Hamerang Ficus padana Burm. F. Moraceae 3,82

29. Hamirung Vernonia arborea Buch.Ham Asteraceae 0,85 5,35 17,13 13,64

30. Hanjawar Actinorhytis calapparia Wendl. & Drude 1,07

31. Hantap Stercullia rubiginosa Vent. Sterculiaceae 1,03

32. Harendong Melastoma malabathricum L. Melastomataceae 1,07

33. Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D. Don. Melastomaceae 21,98

34. Hareueus Rubus rosaefolius J.E. Smith Malvaceae 0,85

35. Hariang Begonia robusta Begoniaceae 14,65

36. Haruman Pitchecolobium montanum Benth. Fabaceae 3,79

37. Hunyur buut Kadsura scandens (Blume) Blume Schisandraceaea 1,38

38. Huru Phoebe excelsa Ness. Lauraceae 1,07 4,87 24,26

39. Huru bako Tounefortia argenta Linn. Boraginaceae 3,99

40. Huru bengang Neesia altissima (Blume) Blume Bombacaceae 1,07

41. Huru bodas Litsea Sp Lauraceae 2,14 4,09

42. Huru gemlong Litsea diversifolia Bl. Lauraceae 1,07

43. Huru hejo Litsea elliptica Lauraceae 1,07

44. Huru Leueur Persea rimosa Lauraceae 1,07

Page 68: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku INP (%)

Semai Pancang Tiang Pohon

45.

46.

47.

48.

49.

Huru lunglum

Huru sintok

Ipis kulit

Jahe-jahean

Jejerukan

Litsea noronhoe Bl

Cinnamomum javanicum Blume

Descaspermum sp

Panicum repens Linn.

Aqui ilex

Lauraceae

Lauraceae

Myrtaceae

Poaceae

3,41

6,03

2,14

1,07

2,14

1,07

11,43

3,16

50. Jirak Symplocos javanica Roxb. Symplocaceae 6,42 3,48 3,24

51. Kacapi Sandoricum koetjape Meliaceae 1,07

52. Kakawatan Ischaemum timorense Kunth. Poaceae 3,29

53. Kali morot Castanopsis tunggurut Fagaceae 2,14 7,82

54. Kaliandra Calliandra calothyrsus Fabaceae 1,74 2,14 4,09

55. Kalincir Gynura sarmentosa DC. Asteraceae 0,85

56. Kanyere Bridellia minitiflora Euphorbiaceae 4,87 7,49

57. Karas tulang Turpinia montana (Blume) Kurz Staphyleaceae 2,23

58. Kawoyang Prunus arborea (Bl.) Kalkm. Rosaceae 2,56 6,42 4,55 4,46

59. Kecubung Brugmansia suaveolens Solanaceae 4,85 1,07

60. Kelapa ciung Horsfielda glabra Warb. Myristicaceae 6,70

61. Kenung Helicia robusta Proteaceae 1,07

62. Ki ajag Ardisia fuliginosa Bl. Myrsinaceae 5,35 3,69

63. Ki anak Castanopsis acuminatisima Fagaceae 0,85 1,07 7,35 13,74

64. Ki besi Lindera bibracteata (Nees) Boerl. Lauraceae 1,07

65. Ki bonteng Platea excelsa Icacinaceae 2,14 3,48 3,47

66. Ki careuh Alangium begonifolium Royo. Alangiaceae 1,07

67. Ki cengkeh Lasianthus sp Rubiaceae 3,21

Page 69: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku INP (%)

Semai Pancang Tiang Pohon

68. Ki ceuri Garcinia dioica BL. Cluciaceae 1,07

69. Ki dage Alangium sp Alangiaceae 1,07 6,19 17,68

71. Ki haji Dysoxilum Sp Meliaceae 2,14

72. Ki hiur Castanopsis javanica Fagaceae 8,80

73. Ki hujan Poliosma ilicifolia Bl. Saxifragaceae 3,21

76. Ki kopi Hypobathrum frutescens Rubiaceae 1,07

77. Ki kores Mycetia cauliflora Reinw. Rubiaceae 7,49

78. Ki leho Saurauia pendula Blume Actinidiaceae 8,21 2,14

79. Ki leho beureum Saurauia micrantha Bl. Actinidaceae 1,07

80. Ki mokla Knema cinerea Myristicaceae 2,14 7,51

81. Ki nangsi Villebrunea rubescens Blume Urticaceae 5,42

82. Ki pare Bridelia cauliflora Euphorbiaceae 7,70

83. Ki rinyuh Euphatorium pallescens DC. Astraceae 1,38

84. Ki sampang Euodia latifolia DC. Rutaceae 0,85 1,07 15,61 5,96

85. Ki serut Sterblus asper Lour. Moraceae 1,03

86. Ki seueur Antidesma tentrandum Euphorbiaceae 3,21 6,13

87. Ki sireum Syzygium lineatum (DC.) Merril & Perry Myrtaceae 0,85 3,16

88. Ki uncal Platycerium difurcatum C.Chr Polypodiaceae 2,14

89. Kokopian Lasianthus purchatus Rubiaceae 6,88 5,35 3,48

90. Kopi Coffea javanica Rubiaceae 5,17

91. Kopo Eugenia operculata Roxb. Myrtaceae 8,56 8,85 13,87

92. Lame areuy Alixia renwartiana Apocynaceae 2,41

Page 70: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku INP (%)

Semai Pancang Tiang Pohon

93. Leuleus Calamus asperrimus BL. Arecaceae 2,14 5,42

94. Lolo Anodendrum microstachyum Araceae 8,94

95. Maja Aegle marmelos Correa Rutaceae 1,07 6,51 6,25

96. Majahit Magnolia elegans (Bl.) King Magnoliaceae 1,07

97. Manggong Macaranga rhizinoides Euphorbiaceae 5,64

98. Mara Molutes sp Euphorbiaceae 1,70 12,83 7,16 5,87

99. Mara bodas Macaranga tanarius Euphorbiaceae 1,07

100. Marasi Curculigo latifolia Dryand. Hypoxidaceae 2,23

101. Nusa endah Mussaenda pubescens Rubiaceae 1,56

102. Pacar tere Impatiens platypetala Lindl. Balsaminaceae 1,03

103. Pakis Didimoclaena sp. Athyriaceae 0,85

104. Pakis beunyeur Diplazium esculentum (Retzius) Swartz Athyriaceae 0,85

105. Paku-pakuan Athyrium sp Athyriaceae 10,12

106. Palem-paleman Pinanga coronata Arecaceae 0,85

107. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 0,85

108. Panggang Schefflera sp Araliaceae 0,85 2,14 6,14

109. Pasang Lithocarpus sp. Fagaceae 3,47 9,63 17,60 31,70

110. Pasang parengpeng Quersus oidocarpa Fagaceae 1,07

111. Patat Phrynium pubinerve Blume Maranthaceae 0,85

112. Pedes-pedesan Cinnamomum parthenoxylon Meissn. Lauraceae 0,85

113. Pulus Laportea stimulans Miquel Urticaceae 6,42

114. Puspa Schima wallichii (DC) Korth. Theaceae 0,85 3,21 12,75 13,73

Page 71: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 1. Indeks Nilai Penting pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku INP (%)

Semai Pancang Tiang Pohon

115. Ramo Kuya Argostema montanum Bl. Ex Dc. Rubiaceae 5,56

116. Rane Selaginella plana (Desv.) Hieron. Selaginelaceae 3,12

117. Rasamala Altingia excelsa Norhonha. Hammamelidaceae 1,07 9,25 28,24

118. Rawag Acalypha caturus BL. Euphorbiaceae 4,09

119. Rengas Melanochyla caesia Staphyleaceae 1,07 6,14

120. Renjung Aporosa microcalya Hassk. Euphorbiaceae 2,14

121. Rotan Calamus viminalis Arecaceae 8,94

122. Salam Syzygium polyantha Myrtaceae 1,07 4,39

123. Saninten Castanopsis argentea Fagaceae 3,21 27,72

124. Sauheun Panicum palmifolium Wild. Poaceae 2,23

125. Sereuh leuweung Piper baccatum Bl. Piperaceae 1,70

126. Seuhang Ficus fulva Reinw. Ex Blume Moraceae 1,07

127. Seuseureuhan Piper aduncum L. Piperaceae 1,07 5,55

128. Soka Ixora longituba (Mig) Boerl. Rubiaceae 2,14 5,64

129. Suji Dianella montana Bl. Dileniaceae 1,07 3,28

130. Sulangkar Leea indica (Burm. F) Merrill Leeaceae 0,85

131. Suren Toona sureni Meliaceae 1,07

132. Tali said Torrestia glabra Hassk. Commelidaceae 3,62

133. Tepus Amomum coccineum K.Schum. Zingiberaceae 1,03 3,21

134. Teureup Artocarpus elasticus Moraceae 2,14 7,52 3,85

135. Tokbray Blumeodendron tokbrai (Bl). Kurtz Euphorbiaceae 2,14 7,35

136. Walen Ficus ribes Rein.W. Moraceae 1,07

137. Wangkung Caryota mitis Arecaceae 1,07 3,47

Page 72: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Pola Penyebaran

Semai Pancang Tiang Pohon

1. Acung leutik Arisaema filiformis Araceae Clumped

2. Andam Glechenia vulgaris Gleicheniaceae Clumped

3. Argostema Argostema sp Rubiaceae Clumped

4. Banjaran Calamagrostis australis Buese. Poaceae Clumped

5. Bareubeuy Myrsine hasseltii Myrsinaceae Clumped

6. Bengang Neesia altissima (Blume) Blume Bombaceae Clumped

7. Beunying Ficus hispida L. Moraceae Clumped Clumped -

8. Beunying cai Ficus fistulosa Reinw. Moraceae Clumped

9. Bingbin Pinanga coronata (Blume ex Martelli) Blume Arecaceae Clumped

10. Bubukuan Strobilanthus filiformis Bl. Acantaceae Clumped

11. Buntiris Cyrtanda picta Gesneriaceae Clumped

12. Burununggul Bridelia minutiflora Euphorbiaceae Clumped Clumped - -

13. Candar leutik Smilax macrocarpa Smilacaceae Clumped

14. Cangkore Dinochloa scandens (Blume ex Nees) O.

Kuntze

Poaceae Clumped

15. Cariang Schismatoglottis rupestris Zollinger & Moritzi Araceae Clumped

16. Cau Leuweung Mussa acuminata Colla Musaceae -

17. Cecengkehan Urophyllum arboreum Rubiaceae - Clumped - Clumped

18. Cempaka Michelia campaka Linn. Magnoliaceae Clumped

19. Ceremean Schefflera aromatica (Harms) Araliaceae -

20. Ceuri Garcinia parvifolia (Miquel) Miquel Cluciaceae Clumped

21. Congkok Blumeodendron elateriospermum Euphorbiaceae Clumped

22. Darangdan Ficus sinuata Thunb. Moraceae Clumped

Page 73: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Pola Penyebaran

Semai Pancang Tiang Pohon

23.

24.

25.

Etek / Seureuh leutik

Ganitri

Gelam

Piper sulcatum

Elococarpus ganitrus

Syzygium sp

Moraceae

Elaeocarpaceae

Myrtaceae

Clumped

Clumped

-

Clumped

Clumped

Clumped

26. Gewor Commelina nudiflora Linn. Commelinaceae - -

27. Gompong Schfflera aromatica Araliaceae Clumped Clumped Clumped -

28. Hamerang Ficus padana Burm. F. Moraceae Clumped Clumped Clumped -

29. Hamirung Vernonia arborea Buch.Ham Asteraceae Clumped

30. Hanjawar Actinorhytis calapparia Wendl. & Drude Clumped

31. Hantap Stercullia rubiginosa Vent. Sterculiaceae Clumped

32. Harendong Melastoma malabathricum L. Melastomataceae -

33. Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D. Don. Melastomaceae -

34. Hareueus Rubus rosaefolius J.E. Smith Malvaceae Clumped Clumped

35. Hariang Begonia robusta Begoniaceae -

36. Haruman Pitchecolobium montanum Benth. Fabaceae Clumped Clumped Clumped

37. Hunyur buut Kadsura scandens (Blume) Blume Schisandraceaea Clumped Clumped

38. Huru Phoebe excelsa Ness. Lauraceae Clumped

39. Huru bako Tounefortia argenta Linn. Boraginaceae Clumped Clumped -

40. Huru bengang Neesia altissima (Blume) Blume Bombacaceae - Clumped -

41. Huru bodas Litsea Sp Lauraceae Clumped

42. Huru gemlong Litsea diversifolia Bl. Lauraceae -

43. Huru hejo Litsea elliptica Lauraceae Clumped

44. Huru Leueur Persea rimosa Lauraceae Clumped

45. Huru lunglum Litsea noronhoe Bl Lauraceae - Clumped Clumped Clumped

Page 74: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Pola Penyebaran

Semai Pancang Tiang Pohon

46.

47.

48.

Huru sintok

Ipis kulit

Jahe-jahean

Cinnamomum javanicum Blume

Descaspermum sp

Panicum repens Linn.

Lauraceae

Myrtaceae

Poaceae

-

-

Random

Clumped Clumped Clumped

49. Jejerukan Aqui ilex Clumped

50. Jirak Symplocos javanica Roxb. Symplocaceae Clumped

51. Kacapi Sandoricum koetjape Meliaceae -

52. Kakawatan Ischaemum timorense Kunth. Poaceae -

53. Kali morot Castanopsis tunggurut Fagaceae -

54. Kaliandra Calliandra calothyrsus Fabaceae -

55. Kalincir Gynura sarmentosa DC. Asteraceae -

56. Kanyere Bridellia minitiflora Euphorbiaceae - - Clumped Clumped

57. Karas tulang Turpinia montana (Blume) Kurz Staphyleaceae -

58. Kawoyang Prunus arborea (Bl.) Kalkm. Rosaceae - Clumped Clumped

59. Kecubung Brugmansia suaveolens Solanaceae Clumped

60. Kelapa ciung Horsfielda glabra Warb. Myristicaceae Clumped

61. Kenung Helicia robusta Proteaceae Clumped - -

62. Ki ajag Ardisia fuliginosa Bl. Myrsinaceae Clumped

63. Ki anak Castanopsis acuminatisima Fagaceae Clumped

64. Ki besi Lindera bibracteata (Nees) Boerl. Lauraceae Clumped Clumped

65. Ki bonteng Platea excelsa Icacinaceae Clumped

66. Ki careuh Alangium begonifolium Royo. Alangiaceae Clumped -

67. Ki cengkeh Lasianthus sp Rubiaceae -

68. Ki ceuri Garcinia dioica BL. Cluciaceae Clumped Clumped Clumped

Page 75: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Pola Penyebaran

Semai Pancang Tiang Pohon

69.

70.

71.

Ki dage

Ki endog

Ki haji

Alangium sp

Stemonurus secondiflorus

Dysoxilum Sp

Alangiaceae

Icacinaceae

Meliaceae

Clumped

-

Clumped

Clumped

-

72. KI hiur Castanopsis javanica Fagaceae -

73. Ki hujan Poliosma ilicifolia Bl. Saxifragaceae Clumped Clumped

74. Ki huut Aporosa fructescens Bl. Euphorbiaceae Clumped -

75. Ki kawat Garcinia rostrata Clusiaceae -

76. Ki kopi Hypobathrum frutescens Rubiaceae - -

77. Ki kores Mycetia cauliflora Reinw. Rubiaceae Clumped

78. Ki leho Saurauia pendula Blume Actinidiaceae -

79. Ki leho beureum Saurauia micrantha Bl. Actinidaceae - -

80. Ki mokla Knema cinerea Myristicaceae - -

81. Ki nangsi Villebrunea rubescens Blume Urticaceae -

82. Ki pare Bridelia cauliflora Euphorbiaceae -

83. Ki rinyuh Euphatorium pallescens DC. Astraceae -

84. Ki sampang Euodia latifolia DC. Rutaceae -

85. Ki serut Sterblus asper Lour. Moraceae - -

86. Ki seueur Antidesma tentrandum Euphorbiaceae -

87. Ki sireum Syzygium lineatum (DC.) Merril &

Perry

Myrtaceae Clumped

88. Ki uncal Platycerium difurcatum C.Chr Polypodiaceae Clumped

89. Kokopian Lasianthus purchatus Rubiaceae -

90. Kopi Coffea javanica Rubiaceae Clumped

91. Kopo Eugenia operculata Roxb. Myrtaceae Clumped Clumped

Page 76: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Pola Penyebaran

Semai Pancang Tiang Pohon

92.

93.

94.

Lame areuy

Leuleus

Lolo

Alixia renwartiana

Calamus asperrimus BL.

Anodendrum microstachyum

Apocynacea

Arecaceae

-

Clumped

-

95. Maja Aegle marmelos Correa Rutaceae Clumped

96. Majahit Magnolia elegans (Bl.) King Magnoliaceae -

97. Manggong Macaranga rhizinoides Euphorbiaceae Clumped Clumped

98. Mara Molutes sp Euphorbiaceae Clumped Clumped

99. Mara bodas Macaranga tanarius Euphorbiaceae - - Clumped

100. Marasi Curculigo latifolia Dryand. Hypoxidaceae -

101. Nusa endah Mussaenda pubescens Rubiaceae -

102. Pacar tere Impatiens platypetala Lindl. Balsaminaceae - -

103. Pakis Didimoclaena sp. Athyriaceae -

104. Pakis beunyeur Diplazium esculentum (Retzius)

Swartz

Athyriaceae - Clumped

105. Paku-pakuan Athyrium sp Athyriaceae Clumped Clumped -

106. Palem-paleman Pinanga coronata Arecaceae Clumped

107. Pandan Pandanus sp Pandanaceae Clumped

108. Panggang Schefflera sp Araliaceae Clumped

109. Pasang Lithocarpus sp. Fagaceae - Clumped Clumped

110. Pasang parengpeng Quersus oidocarpa Fagaceae -

111. Patat Phrynium pubinerve Blume Maranthaceae Clumped

112. Pedes-pedesan Cinnamomum parthenoxylon Meissn. Lauraceae - - -

113. Pulus Laportea stimulans Miquel Urticaceae Clumped -

114. Puspa Schima wallichii (DC) Korth. Theaceae -

Page 77: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 2. Pola Penyebaran Tumbuhan pada Berbagai Tingkat Pertumbuhan (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Pola Penyebaran

Semai Pancang Tiang Pohon

115.

116.

117.

Ramo kuya

Rane

Rasamala

Argostema montanum Bl.Ex DC.

Selaginella plana (Desv.) Hieron.

Altingia excelsa Norhonha.

Rubiaceae

Selaginelaceae

Hammamelidaceae

Clumped

Clumped

-

Clumped

Clumped

Clumped

118. Rawag Acalypha caturus BL. Euphorbiaceae Clumped -

119. Rengas Melanochyla caesia Staphyleaceae Clumped

120. Renjung Aporosa microcalya Hassk. Euphorbiaceae -

121. Rotan Calamus viminalis Arecaceae -

122. Salam Syzygium polyantha Myrtaceae -

123. Saninten Castanopsis argentea Fagaceae -

124. Sauheun Panicum palmifolium Wild. Poaceae -

125. Sereuh leuweung Piper baccatum Bl. Piperaceae -

126. Seuhang Ficus fulva Reinw. Ex Blume Moraceae -

127. Seuseureuhan Piper aduncum L. Piperaceae -

128. Soka Ixora longituba (Mig) Boerl. Rubiaceae -

129. Suji Dianella montana Bl. Dileniaceae -

130. Sulangkar Leea indica (Burm. F) Merrill Leeaceae Clumped

131. Suren Toona sureni Meliaceae -

132. Tali said Torrestia glabra Hassk. Commelidaceae -

133. Tepus Amomum coccineum K.Schum. Zingiberaceae Clumped -

134. Teureup Artocarpus elasticus Moraceae -

135. Tokbray Blumeodendron tokbrai (Bl). Kurtz Euphorbiaceae -

136. Walen Ficus ribes Rein.W. Moraceae Clumped

137. Wangkung Caryota mitis Arecaceae Clumped

Page 78: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 3. Kuisioner Pemanfaatan SDA untuk Pengumpulan Data dalam

Penelitian Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)

A. Data Responden

1. Kode responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Jumlah anggota rumahtangga (orang tua + anak + lainnya) :

6. Pendidikan Formal Terakhir :Tidak sekolah/SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi

7. Keanggotaan dalam Organisasi Kemasyarakatan :

a. Ya

a.1. Nama Organisasi :

a.2. Jabatan :

b. Tidak

8. Pekerjaan Pokok :

9. Pekerjaan Sampingan :

10. Waktu tempuh ke hutan :

11. Asal Daerah :

B. Kegiatan Pemanfaatan SDA di Stasiun Penelitian Cikaniki oleh Masyarakat

Sekitar

1. Apakah Bapak/Ibu pernah memasuki hutan Cikaniki ?

a. Ya

b. Tidak

2. Berapa kali dalam sebulan Bapak/Ibu memasuki kawasan hutan Cikaniki?

a. 1 kali

b. 4 kali

c. 8 kali

d. Lebih dari 8 kali

3. Kegiatan apa yang Bapak/ibu lakukan di sana ?

a. Melintas untuk berkunjung ke desa lain

b. Berekreasi/melihat pemandangan alam

Page 79: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

c. Mengambil SDA yang terapat di hutan Cikaniki

4. SDA apa saja yang Bapak/Ibu manfaatkan hutan tersebut?

No Jenis SDA Nama

Jenis

Jumlah

Setiap Ambil

Frekuensi

Ambil

Cara

Ambil

Kegunaan Dijual/digu

nakan Sendiri

Harga

per unit

Tempat

jual

1 Kayu

2 Tumbuhan

obat

3 Bambu

4 Tumbuhan

penghasil

pangan

5 Tumbuhan

penghasil

buah

6 Rotan 7 Rumput

pakan ternak

8 Kayu

bangunan

9

10

5. Apa kompensasi yang Bapak/Ibu inginkan, seandainya kegiatan pemanfaatan

SDA dilarang?

a. Disediakan lokasi khusus di luar hutan untuk melakukan kegiatan

budidaya terhadap jenis-jenis SDA yang bisa dimanfaatkan

b. Disediakan lapangan pekerjaan lain untuk mengalihkan kegiatan

pemanfaatan SDA

c. Disediakan barang pengganti terhadap jenis-jenis SDA yang bisa

dimanfaatkan

d. Tidak ingin apa-apa

e. Tidak tahu

f. Lainnya, sebutkan …………………………………………………………

6. Apakah jenis-jenis SDA yang dimanfaatkan tersebut ada yang

ditanam/dibudidayakan oleh BapakIbu di kebun/pekarangan?

a. Ya

b. Tidak

7. Jenis-jenis SDA apa saja yang ditanam/dibudidayakan di kebun/pekarangan?

a. ……………….

b. ……………….

c. ……………….

d. ……………….

Page 80: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

8. Apakah pada saat Bapak/Ibu melakukan kegiatan di hutan Cikaniki pernah

berjumpa dengan petugas kehutanan ?

a. Ya

b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan nomor 10)

9. Apa yang dilakukan petugas kehutanan tersebut terhadap Bapak/Ibu ketika

berjumpa di hutan Cikaniki ?

a. Menyapa Bapak/Ibu

b. Menanyakan tujuan dan kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan di hutan

Cikaniki

c. Menanyakan surat ijin masuk ke hutan Cikaniki

d. Melarang Bapak/Ibu melakukan kegiatan di hutan Cikaniki

e. Memberikan penyuluhan kepada Bapak/Ibu tentang pelestarian hutan

Cikaniki

f. Lainnya, sebutkan …………………………………………………………

10.Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap petugas kehutanan dalam

menjalankan tugasnya ?

a. Petugas kehutanan sebaiknya melakukan sosialisasi mengenai peraturan

yang berlaku berkaitan dengan keberadaan hutan Cikaniki

b. Petugas kehutanan harus tegas dalam menjalankan tugasnya

c. Petugas kehutanan harus rutin melakukan patroli di hutan Cikaniki

d. Petugas kehutanan sebaiknya memperbolehkan kegiatan pemanfaatan

SDA di hutan Cikaniki.

e. Lainnya, sebutkan …………………………………………………………

Page 81: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 4. Kuisioner Persepsi Masyarakat untuk Pengumpulan Data dalam

Penelitian Studi Penyebaran Jenis Tumbuhan Eksotik dan Persepsi

Masyarakat terhadap Penggantiannya di Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (Studi Kasus di Stasiun Penelitian Cikaniki)

A. Data Responden

1. Kode responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Jumlah anggota rumahtangga (orang tua + anak + lainnya) :

6. Pendidikan Formal Terakhir :Tidak sekolah/SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi

7. Keanggotaan dalam Organisasi Kemasyarakatan :

a. Ya

a.1. Nama Organisasi :

a.2. Jabatan :

b. Tidak

8. Pekerjaan Pokok :

9. Pekerjaan Sampingan :

10. Waktu tempuh ke hutan :

11. Asal Daerah :

B. Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Penggantian Jenis Tumbuhan

Eksotik di Stasiun Penelitian Cikaniki

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai jenis tumbuhan eksotik (jenis

tumbuhan yang berasal dari luar hutan Cikaniki)?

a. Ya

b. Tidak

2. Jenis tumbuhan apa saja yang Bapak/Ibu ketahui ?

a. ……………….

b. ……………….

c. ……………….

d. ……………….

3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui dampak adanya jenis tumbuhan eksotik (jenis

tumbuhan yang berasal dari luar hutan Cikaniki) terhadap kawasan TNGHS?

Page 82: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

a. Ya

b. Tidak

4. Jika ya, sebutkan ………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

5. Dari mana Bapak/Ibu mengetahuinya?

a. Petugas kehutanan e. Tokoh masyarakat

b. Kader konservasi f. Teman

c. Aparat desa g. Saudara

d. Tokoh Masyarakat h. Lainnya,……………………..

6. Apakah Bapak/Ibu setuju jika akan dilakukan rencana penggantian jenis

tumbuhan eksotik (jenis tumbuhan yang berasal dari luar hutan Cikaniki)?

a. Ya

b. Tidak

7. Sebutkan alasannya, …………………………………………………………...

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

8. Apakah Bapak/Ibu bersedia terlibat dalam kegiatan rencana penggantian jenis

tumbuhan eksotik?

a. Ya

b. Tidak

9. Sebutkan alasannya, …………………………………………………………...

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

10. Menurut Bapak/Ibu jika dilakukan kegiatan penggantian jenis tumbuhan

eksotik, permasalahan/kendala apa yang akan dihadapi ?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

11. Harapan Bapak/Ibu terhadap rencana kegiatan penggantian jenis tumbuhan

eksotik…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

Page 83: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

12. Menurut Bapak/Ibu dampak apa yang akan ditimbulkan jika rencana kegiatan

penggantian jenis tumbuhan eksotik ini dilaksanakan ?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

Page 84: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 5. Sistem Skor untuk Karakteristik Rumahtangga Masyarakat

No Pertanyaan Jawaban Skor

1 Umur Responden Umur 19 – 33

Umur 34 – 48

Umur 49 – 64

1

2

3

2 Pekerjaan Buruh

Petani & pekerja perkebunan

Pedagang

1

2

3

3 Pendidikan Tidak sekolah – Tamat SD

SMP – Tamat SMP

SMA – Tamat SMA

1

2

3

4 Pendapatan Rp 200.000 – Rp 923.333

Rp 924.000 – Rp 1.647.333

> Rp 1.648.000

1

2

3

5 Jumlah Anggota Rumahtangga Kecil (2 – 3 )

Sedang (4 – 5)

Besar (6 – 7)

1

2

3

6 Waktu tempuh ke hutan Dekat (< 30 menit)

Sedang (30 – 60 menit)

Jauh (> 60 menit)

1

2

3

Page 85: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Lampiran 6. Sistem Skor Untuk Penilaian Pemanfaatan SDA di Hutan Cikaniki oleh Masyarakat

No Pertanyaan Berkaitan dengan Pemanfaatan SDA Jawaban Skor

1 Frekuensi ke hutan Cikaniki a. Sering (≥ 2 kali sebulan)

b. Jarang (< 2 kali sebulan)

c. Tidak pernah

Jika jawaban a 2

Jika jawaban b 1

Jika jawaban c 0

2 Kegiatan yang dilakukan di hutan Cikaniki a. Mengambil SDA

b. Berekreasi/melihat pemandangan alam

c. Melintas untuk berkunjung ke desa lain

Jika jawaban a + b + c 3

Jika hanya 2 antara a,b,c 2

Jika hanya 1 antara a,b,c 1

3 Jumlah jenis SDA yang diambil dari hutan Cikaniki a. > 3 jenis

b. 3 jenis

c. 2 jenis

d. 1 jenis

Jika jawaban a 4

Jika jawaban b 3

Jika jawaban c 2

Jika jawaban d 1

4 Jumlah kayu bakar yang diambil per bulan dari hutan

Cikaniki

a. ≥ 4 pikul

b. 3 pikul

c. 2 pikul

d. 1 pikul

e. Tidak ada

Jika jawaban a 4

Jika jawaban b 3

Jika jawaban c 2

Jika jawaban d 1

Jika jawaban e 0

5 Jumlah rumput yang diambil per bulan dari hutan Cikaniki a. ≥ 30 ikat

b. 12 – 29 ikat

c. < 12 ikat

d. Tidak ada

Jika jawaban a 3

Jika jawaban b 2

Jika jawaban c 1

Jika jawaban d 0

6 Jumlah kayu bangunan yang diambil per tahun dari hutan

Cikaniki

a. ≥ 12 batang

b. 2- 11 batang

c. < 2 batang

d. Tidak ada

Jika jawaban a 3

Jika jawaban b 2

Jika jawaban c 1

Jika jawaban d 0

7 Jumlah jenis tumbuhan obat yang diambil dari hutan Cikaniki a. 3 jenis

b. 2 jenis

c. 1 jenis

d. Tidak ada

Jika jawaban a 3

Jika jawaban b 2

Jika jawaban c 1

Jika jawaban d 0

8 Jumlah bambu yang diambil per tahun dari hutan Cikaniki a. ≥ 12 batang Jika jawaban a 3

Page 86: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

b. 2- 11 batang

c. < 2 batang

d. Tidak ada

Jika jawaban b 2

Jika jawaban c 1

Jika jawaban d 0

9 Jumlah jenis SDA dari hutan Cikaniki yang

ditanam/dibudidayakan di kebun/pekarangan

a. ≥ 2 jenis

b. 1 jenis

c. Tidak ada

Jika jawaban a 2

Jika jawaban b 1

Jika jawaban c 0

N max = 27

N min = 0

P = 9

Tingkat pemanfaatan Kisaran Skor Nilai

Rendah 0 – 8

Sedang 9 – 17

Tinggi 18 - 27

Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi Spearman

Page 87: STUDI PENYEBARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT … · Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH ... menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah ... Jumlah Jenis Tumbuhan

Correlations

1.000 -.001 .250 -.088 .009 -.308 -.341 .194

. .998 .182 .644 .962 .098 .065 .305

30 30 30 30 30 30 30 30

-.001 1.000 .624** -.009 .106 .115 .036 .314

.998 . .000 .964 .576 .545 .852 .091

30 30 30 30 30 30 30 30

.250 .624** 1.000 -.240 -.261 -.070 -.034 .052

.182 .000 . .202 .163 .712 .860 .786

30 30 30 30 30 30 30 30

-.088 -.009 -.240 1.000 .491** .234 -.317 .127

.644 .964 .202 . .006 .213 .088 .504

30 30 30 30 30 30 30 30

.009 .106 -.261 .491** 1.000 .299 -.157 .586**

.962 .576 .163 .006 . .109 .407 .001

30 30 30 30 30 30 30 30

-.308 .115 -.070 .234 .299 1.000 .062 .408*

.098 .545 .712 .213 .109 . .746 .025

30 30 30 30 30 30 30 30

-.341 .036 -.034 -.317 -.157 .062 1.000 .000

.065 .852 .860 .088 .407 .746 . 1.000

30 30 30 30 30 30 30 30

.194 .314 .052 .127 .586** .408* .000 1.000

.305 .091 .786 .504 .001 .025 1.000 .

30 30 30 30 30 30 30 30

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

SDA

UMUR

JUMLAH

PENDIKN

PEKERJAN

PENGHSLN

WAKTU

PERSEPSI

Spearman's rho

SDA UMUR JUMLAH PENDIKN PEKERJAN PENGHSLN WAKTU PERSEPSI

Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).**.

Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).*.