STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

48
STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN PADA PIPA CAHAYA HORISONTAL Disusun Oleh: Ryani Gunawan, ST., MT. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2014

Transcript of STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

Page 1: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN

BUKAAN PENCAHAYAAN

PADA PIPA CAHAYA HORISONTAL

Disusun Oleh:

Ryani Gunawan, ST., MT.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Katolik Parahyangan

2014

Page 2: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Abstrak

BAB I Pendahuluan.....................................................................................................1

BAB II Kajian Pemanfaatan Sistem Penyalur Cahaya................................................6

BAB III Metodologi Penelitian............................................................................... ..28

BAB IV Hasil Analisis Kinerja Bukaan Pencahayaan............................................ .34

BAB V Potensi Penggunaan Pipa Cahaya Horisontal...............................................39

BAB VI Kesimpulan dan Saran ................................................................................42

BAB VII Jadwal Pelaksanaan ..................................................................................44

Daftar Pustaka ...........................................................................................................45

Page 3: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN

BUKAAN PENCAHAYAAN

PADA PIPA CAHAYA HORISONTAL

oleh

Ryani Gunawan, ST., MT.

ABSTRAK

Penelitian ini mengembangkan suatu konsep bukaan pencahayaan pada

sistem penyalur cahaya untuk dapat meneruskan cahaya sedalam mungkin ke

ruangan yang memerlukan cahaya. Pada prinsipnya jenis bukaan ini dapat

digunakan untuk meneruskan cahaya matahari langsung maupun cahaya buatan.

Pada penelitian kali ini sumber cahaya yang digunakan adalah cahaya buatan.

Model bukaan dirancang dengan memanfaatkan kaidah pemantulan.

Penelitian ini membandingkan kinerja dua model bukaan pencahayaan dengan

ukuran dan bentuk yang sama namun dengan dengan material bukaan yang

berbeda. Model bukaan pertama menggunakan material cermin sedangkan model

bukaan kedua menggunakan material akrilik. Kedua model bukaan diuji dengan

skala model 1: 1 dengan menggunakan lampu sorot sebagai sumber cahayanya.

Sebuah pipa penyalur cahaya dengan material reflektif digunakan sebagai

penyalur cahaya. Kinerja model bukaan kemudian dibandingkan dengan dan tanpa

penyalur cahaya.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa model bukaan dengan material

cermin menghasilkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

model bukaan dengan material akrilik. Namun model bukaan cahaya dengan

material akrilik memiliki keunggulan karena sifatnya yang transparan yang

memungkinkan penghuni ruang melihat ke luar bangunan. Model bukaan ini tepat

digunakan pada bangunan dengan koridor di tengah, bangunan ruko dan bangunan

bangunan tebal lainnya.

Kata Kunci: bukaan pencahayaan, bangunan tebal, pemantulan

Page 4: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

1

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Krisis energi dan pemanasan global menyadarkan para arsitek agar lebih bijak

dalam menata lingkungan binaan dan untuk lebih memanfaatkan semua potensi

energi terbarukan yang tersedia dengan melimpah di alam. Sebelum lampu

ditemukan, arsitek pada zaman dahulu sudah memanfaatkan pencahayaaan alami

sebagai satu-satunya sumber pencahayaan pada bangunan di siang hari. Namun

pencahayaan alami konvensional melalui bukaan jendela memiliki keterbatasan

seperti keterbatasan daya jangkau, potensi menimbulkan silau dan keterbatasan

dalam distribusi keseragaman cahaya dalam ruang.[1] Perkembangan teknologi

saat ini dengan penemuan light pipe system memungkinkan untuk memasukkan

cahaya matahari ke dalam bangunan dengan lebih merata tanpa memasukkan

panas dan efek silau dari sinar matahari langsung.

Kepadatan lingkungan dan semakin terbatasnya lahan membuat banyak bangunan

hunian satu lantai memiliki ruang tanpa bukaan jendela sama sekali. Begitu pula

dengan bangunan rumah susun atau apartemen. Beberapa ruang yang tidak

berbatasan langsung dengan jendela harus mengandalkan pencahayaan buatan

melalui energi listrik di sepanjang hari.

Efek visual dari pencahayaan adalah bagian yang penting dari keseluruhan

kehidupan dan lingkungan kerja. Penggunaan pencahayaan alami sebagai sumber

utama atau sekunder dari penerangan memiliki keuntungan dalam hal

penghematan energi, meningkatkan produktivitas dan kesehatan. Penggunaan

pencahayaan alami dapat mengurangi beban penerangan dan pendinginan secara

signifikan dan meningkatkan preferensi penghuni, keleluasaan visual, dan efek

yang menyenangkan.[2]

I.2 Rumusan masalah

1. Pencahayaan alami pada gedung tebal melalui penggunaan jendela

samping tidak memadai.

Page 5: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

2

2. Terdapat ruang yang yang tidak mendapatkan cahaya matahari pada

bangunan tebal.

I.3 Pertanyaan penelitian

Penelitian ini menitikberatkan pada upaya pemanfataan cahaya matahari langsung

dengan teknik side lighting sebagai sumber pencahayaan alami siang hari pada

gedung tebal yang dapat melengkapi sistem pencahayaan alami melalui jendela

samping. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana penerapan rancangan

bukaan pencahayaan dengan pemanfaatan cahaya matahari langsung.

I.4 Tujuan penelitian

1. Menghasilkan suatu strategi penerapan rancangan pasif yang

memanfaatkan cahaya matahari langsung dengan orientasi Timur dan

Barat.

2. Menguji rancangan bukaan pencahayaan dalam ruang simulasi untuk

melihat kinerja tingkat pencahayaan dan kedalaman penetrasi

Page 6: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

3

I.5 Diagram penelitian

I.6 Batasan penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan seperti:

1. Faktor termal dari radiasi matahari tidak diperhitungkan.

2. Bangunan tidak terbayangi oleh bangunan atau lingkungan sekitar.

3. Perubahan sudut datang cahaya matahari secara horisontal atau HSA

(Horizontal Shadow Angle) tidak diperhitungkan. Penelitian menggunakan

asumsi bahwa cahaya matahari langsung yang datang sejajar dengan pipa

Latar belakang

Studi Pengembangan Rancangan

Bukaan Pencahayaan pada Pipa

Cahaya Horisontal

Tujuan

penelitian

Penelitian

sebelumnya

Batasan

penelitian

Kesimpulan

Saran

Pembahasan

Kajian teoritik

Rumusan masalah

Hipotesis

Uji Laboratorium

Analisa

Hasil

Page 7: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

4

cahaya horisontal (HSA = 0) dan baru mengkaji perubahan sudut datang

cahaya matahari secara vertikal atau VSA (Vertical Shadow Angle).

4. Sudut datang harian yang digunakan diwakili oleh pukul 09.00 dengan

sudut datang 45°

I.7 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini diantaranya:

Pemanfaatan kaidah refleksi dan refraksi dapat mengakomodir dan

membelokkan pergerakan sudut datang vertikal cahaya matahari langsung

untuk mencapai posisi horisontal agar dapat diteruskan sedalam mungkin ke

tengah gedung.

I.8 Kontribusi penelitian

1. Menghasilkan suatu kaidah penerapan rancangan bukaan pencahayaan

pada pipa cahaya horisontal dalam upaya melengkapi pencahayaan alami

samping melalui jendela pada gedung tebal.

2. Meningkatkan pemanfaatan teknik penyaluran cahaya pada bangunan

dengan karakteristik tebal yang dapat mengurangi konsumsi energi listrik.

I.9 Sistematika Pembahasan

Pembahasan tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I adalah Pendahuluan, berisi tentang uraian latar belakang penelitian yang

meliputi latar belakang pemilihan topik dan objek penelitian berupa gedung tebal,

upaya pemanfataan cahaya matahari langsung sebagai sumber pencahayaan alami

pasif pada bangunan tebal. Bagian pendahuluan ini juga berisi tentang perumusan

masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, serta

sistematika pembahasan.

Bab II adalah Kajian Pemanfaatan Sistem Penyalur Cahaya yang berisi tentang

perkembangan teori dan penelitian tentang pencahayaan alami khususnya

permasalahan pencahayaan alami pada gedung tebal. Berbagai penelitian terkait

Page 8: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

5

juga akan dibahas untuk menggambarkan perkembangan penelitian yang

membahas permasalahan ini.

Bab III adalah Metodologi Penelitian yang berisi tentang variabel-variabel

penelitian, langkah-langkah penelitian, objek penelitian, desain penelitian, metoda

pengumpulan data, dan rancangan model yang akan diuji.

Bab IV adalah Hasil Analisa Kinerja Bukaan Pencahayaan. Bab ini membahas

hasil dari simulasi di laboratorium

Bab V adalah Potensi Penggunaan Pipa Cahaya Horisontal. Bab ini membahas

beberapa aplikasi dari penggunaan model pada beberapa tipe gedung tebal.

Bab VI adalah Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini dinyatakan kesimpulan dari

hasil penelitian ini dan saran-saran berupa hal-hal yang perlu dikembangkan pada

penelitian selanjutnya.

Bab VII adalah Jadwal Pelaksanaan. Bab ini berisi jadwal pelaksanaan penelitian.

Page 9: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

6

Bab II Kajian Pemanfaatan Sistem Penyalur Cahaya

II.1 Sistem Pencahayaan Optik

Strategi penerangan alami yang paling efektif adalah mengoptimasi orientasi dan

bentuk bangunan, sama halnya seperti optimasi perletakan dan ukuran jendela.

Namun kepadatan bangunan membuat pencahayaan alami sulit masuk ke ruang

dalam. Perkembangan teknologi yang tersedia saat ini memungkinkan sinar

matahari masuk ke inti ruang dalam bangunan. Sejumlah pengembangan terakhir

menawarkan peluang baru untuk sumber pencahayaan optik yang lebih realistis

dengan aplikasi yang lebih luas dan efektivitas yang lebih tinggi. Perkembangan

material baru membuat penggunaan sistem pencahayaan optik untuk pencahayaan

pasif menjadi lebih sederhana, lebih tepat dan relatif tidak mahal.

Pipa cahaya atau light pipe dikenal juga dengan sebutan tubular skylight,

sunscoop, atau tubular daylighting device. Dibandingkan dengan jendela dan

skylight konvensional, light pipe memiliki alat insulasi panas yang lebih baik dan

penerapan di dalam bangunan lebih fleksibel. Namun kelemahannya adalah tidak

ada kontak visual dengan lingkungan luar. Light tubes atau light pipes digunakan

untuk mendistribusikan sinar cahaya alami maupun cahaya buatan. Di dalam

penerapan pencahayaan alami, sering disebut sun pipes, solar pipes, solar light

pipes, atau daylight pipes.[2]

Figur 1. Light Pipe System

Page 10: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

7

Sistem pencahayaan optik terutama bergantung pada komponen langsung dari

sinar matahari sebagai sumber cahaya. Semua pipa cahaya berdasarkan

ukurannya, menumpukan sistem kerjanya pada reflektifitas specular (cermin).

Material yang digunakan dalam sistem pengangkutan cahaya, merupakan faktor

penting dan harus memiliki tingkat efisiensi reflektifitas yang tinggi, untuk

memastikan bahwa hanya sedikit cahaya yang terbuang pada saat perjalanan

cahaya menuju ruangan. Tingkat pemantulan dalam sistem perjalanan cahaya

adalah 95%. Seberkas cahaya akan kehilangan cahaya sebesar 5% ketika

mengalami perjalanan pemantulan dalam tabung pantul. Hal ini tergantung dari

jenis material reflektor yang digunakan, misalnya reflektor alumunium yang akan

kehilangan 15% cahayanya.[3]

Tabel 1. Berbagai produk Light Pipe System di Amerika dan Eropa

Page 11: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

8

Pipa cahaya ini mampu menghasilkan penyinaran dengan spektrum penuh yang

natural, cahaya berwarna putih yang tidak panas, menghasilkan distribusi yang

lebih optimal pada interior. Lensa penyaring sinar ultra violet menghasilkan

cahaya yang memiliki efek menyehatkan. Pipa cahaya dapat menghasilkan cahaya

yang bervariasi menurut fungsinya sesuai dengan kondisi sinar matahari yang ada

dan dimensi dari tabung tersebut.

Pipa cahaya yang memiliki diameter 8 inchi mampu menyediakan cahaya untuk

area seluas 15m2, sementara diameter 12 inchi akan menyinari 30m

2. Dengan

menggunakan ukuran 8 inchi dapat memberikan penerangan yang hampir sama

dengan bola lampu pijar 100 watt, sedangkan ukuran 12 inchi sama dengan

penerangan dari 250 watt lampu pijar.[3] Untuk ruangan yang lebih besar,

biasanya digunakan kombinasi beberapa alat untuk hasil yang lebih baik.

Berdasarkan ukuran rata-rata campuran bahan bakar di Amerika Serikat (AS), dari

setiap kWh yang digunakan akan menghasilkan 1,5 pon CO2.[4] Sehingga

penghematan bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik dapat mengurangi efek

pemasanan global

Secara teoritis, jaringan transmisi membawa sinar cahaya yang terkumpul 4

sampai 8 lantai dengan penyebaran di tiap lantai dan diperpanjang sejauh 15 meter

secara horisontal ke seluruh bagian bangunan melalui alat pemantul atau alat

optik. Cahaya yang ditransmisikan dapat dipantulkan ke daerah yang dihuni, atau

cahaya dapat diarahkan melalui pipa untuk disalurkan ke daerah kerja dengan

kekuatan cahaya 500 lux.[1]. Light pipes adalah alat yang pintar untuk

mengantarkan pencahayaan alami masuk ke bangunan. Light pipe yang paling

efektif adalah yang lurus dan pendek dengan aspek rasio yang rendah.[5] Hasil

penelitian menunjukkan light pipe dengan diameter yang lebih besar kemungkinan

akan lebih efektif. Dalam sebuah studi eksperimental dari kinerja light pipe pada

kondisi iklim musim dingin di U.K. dapat menghasilkan penghematan energi

sebesar 30% dimana penghematan tersebut akan meningkat pada saat musim

panas.[6]

Page 12: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

9

Tabel 2. Pipe sizes and maximum light output (www.sunpipe.co.uk)

Beberapa keunggulan light pipe system dibandingkan dengan penggunaan

skylight untuk kasus pada bangunan ini adalah:

1. Light pipe system lebih mudah perawataan dibandingkan dengan

penggunaan sklylight kaca.

2. Light pipe system lebih mudah pemasangannya karena tidak perlu

membuat kontruksi atap baru.

3. Light pipe system lebih fleksibel perletakannya mengikuti

kebutuhan ruang yang memerlukan cahaya.

4. Light pipe system tidak banyak mengubah tampak atap bangunan.

Pemanfaatan light pipe system akan meghasilkan penghematan untuk biaya

listrik untuk penerangan di siang hari. Namun hal yang lebih penting adalah

bahwa light pipe system menghasilkan cahaya matahari alami yang

menghasilkan kesan yang menyenangkan secara psikologis dibandingkan

penggunaan penerangan buatan.

Pemanfaatan light pipe system di masa yang akan datang memiliki potensi

yang sangat besar untuk masalah penerangan alami pada ruang yang tidak

memiliki bukaan. Keterbatasan informasi dan keterlambatan perkembangan

teknologi di Indonesia membuat sistem ini menjadi sulit untuk berkembang.

Secara teori, light pipe system memiliki banyak keuntungan dalam hal

meningkatkan kenyamanan visual, termal dan psikolgis. Namun secara

praktek perlu diuji dengan pengukuran dan simulasi supaya memperoleh data

yang lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Page 13: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

10

II.2 Prinsip Perjalanan Cahaya

Bila cahaya melalui batas dua media maka terdapat tiga peristiwa yang dapat

terjadi yaitu:

II.2.1. Refleksi

Refleksi adalah peristiwa terpantulnya cahaya bila mengenai suatu permukaan.

Jumlah cahaya yang direfleksikan permukaan ditunjukkan dengan besaran faktor

refleksi (p) yaitu perbandingan fluks cahaya yang dipantulkan dibandingkan

dengan fluks cahaya yang diterima permukaan.

Terdapat berbagai macam refleksi yang tergantung pada sifat permukaan yaitu:

1. Refleksi spekular

Refleksi spekular merupakan peristiwa khusus refleksi. Refleksi ini mengikuti

hukum Snellius yaitu sudut datang cahaya θi sama dengan sudut pantul θm.

Peristiwa ini terjadi pada permukaan rata dan datar misalnya pada permukaan

cermin. Peristiwa refleksi spekular dapat dilihat pada Gambar II.9.

Figur 2. Refleksi spekular

2. Refleksi menyebar

Refleksi menyebar merupakan peristiwa refleksi yang biasa terjadi. Cahaya yang

datang pada suatu permukaan akan dipantulkan secara menyebar tetapi masih di

sekitar sudut pantul bila terpantul secara spekular. Peristiwa refleksi menyebar

dapat dilihat pada Gambar II.10.

Figur 3. Refleksi menyebar

Page 14: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

11

3. Refleksi difus

Peristiwa refleksi ini terjadi pada permukaan yang kasar atau acak dan dapat

dilihat pada Gambar II.11. Distribusi intensitas tidak harus sama ke segala arah.

Intensitas yang sama ke segala arah dapat terjadi bila permukaan pada cahaya

datang sangat acak.

Figur 4. Refleksi difus

II.2.2. Absorbsi

Peristiwa absorbsi merupakan peristiwa terserapnya cahaya oleh suatu bahan.

Harga absortansi tergantung karakteristik bahan. Penyerapan cahaya oleh bahan

dapat lihat pada faktor absorbsi (α) bahan yaitu perbandingan fluks cahaya yang

diserap dengan fluks cahaya yang datang.

II.2.3. Transmisi

Transmisi adalah peristiwa penjalaran cahaya melewati suatu medium ke medium

ng lain. Cahaya akan mengalami pembiasan bila melewati medium yang

mempunyai indeks bias yang berbeda. Cahaya akan dibiaskan mendekati garis

normal bila memasuki medium dengan indeks bias lebih tinggi dan akan menjauhi

gans normal bila memasuki medium dengan indeks bias lebih rendah. Pada

peristiwa transmisi diperoleh faktor transmisi (τ) yaitu fluks cahaya yang

ditransmisikan dibanding dengan fluks cahaya yang datang pada bahan tersebut.

Macam transmisi:

1. Transmisi spekular

Transmisi spekular mengikuti hukum Snellius yaitu:

n1 sin Өi = n2 sin Өm

dengan

n1 = indeks bias medium 1

Page 15: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

12

n2 = indeks bias medium 2

Өi = sudut datang cahaya

Өm = sudut bias cahaya

Transmisi spekular dapat dilihat paga Gambar II.12

Figur 5. Transmisi spekular

Bila cahaya datang dengan sudut Өi1 akan dibiaskan mendekati garis normal. Hal

ini terjadi karena n2 > n1. Kemudian cahaya diteruskan dan memasuki medium

yang mempunyai indeks bias n3. Pada medium ini cahaya dibiaskan menjauhi

garis normal karena n3 < n2. Jika n1 = n3 maka Өm2 = Өi. Transmisi spekular akan

menghasilkan cahaya transmisi pada satu arah tertentu tanpa mengalami

penyebaran cahaya.

2. Transmisi menyebar

Cahaya transmisi yang terjadi tidak hanya pada satu arah tetapi penyebarannya

masih pada arah tertentu. Peristiwa ini dapat dilihat pada Gambar II.13

Figur 6. Transmisi menyebar

Page 16: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

13

3. Transmisi difus

Figur 7. Transmisi difus

Transmisi difus dapat dilihat pada Gambar II.14. Cahaya transmisi mempunyai

arah sebaran ke segala arah. Transmisi difus terjadi bila melewati batas

permukaan medium yang sangat acak.

II.3 Sistem Pencahayaan Alami Siang Hari

Kischkoweit (2002) membagi sistem daylighting menjadi matriks sebagai berikut:

II.3.1 Shading system primary using diffuse skylight

Sistem ini memblok cahaya matahari langsung tetapi transparan untuk terang

langit.

Tabel 3. Macam-macam shading system primary using diffuse skylight

Sistem Gambar Iklim Aplikasi Kriteria

Prismatic

panels

Semua

Iklim

Jendela

vertikal,

skylight

Mencegah

silau

View ke luar

Potensi

penghematan

Perlu tracking

Prisms and Temperate Vertical

venetian

blinds

Temperate

climate

Jendela

vertikal Mencegah

silau

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

Page 17: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

14

yang

homogen

Potensi

penghematan

Sun

protecting

mirror

elements

Temperate

climate

Skylight,

glazed

roofs

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang

homogen

Potensi

penghematan

Anidolic

zenithal

opening

Temperate

climate

Skylight Mencegah

silau

Tingkat

pencahayaan

yang

homogen

Potensi

penghematan

Directional

selective

shading

system with

concentrating

HOE

Semua

Iklim

Jendela

vertikal,

skylight,

glazed

roofs

Mencegah

silau

View ke luar

Potensi

penghematan

Perlu tracking

TransparentV

ertical

shading

system with

HOE based

on total

reflection

Temperate

climate

Jendela

vertikal,

skylight,

glazed

roofs

Mencegah

silau

View ke luar

Tingkat

pencahayaan

yang

homogen

Potensi

penghematan

Perlu tracking

II.3.2 Shading systems primary using direct sunlight

Menyebarkan cahaya matahari langsung atau memantulkan cahaya matahari

langsung ke langit-langit atau di atas ketinggian mata.

Page 18: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

15

Tabel 4. Macam-macam shading systems primary using direct sunlight

Sistem Gambar Iklim Aplikasi Kriteria Light guiding shade

Iklim

panas,

langit cerah

Jendela

vertikal

di atas

ketinggia

n mata

Mencegah

silau

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Louvers and

blinds

Semua

iklim

Jendela

vertikal Mencegah

silau

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Perlu tracking

Lightshelf for

redirection of

sunlight

Semua

iklim

Jendela

vertikal View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Glazing with

reflecting

profiles

(Okasolar)

Temperate

climates

Jendela

vertikal,

skylight

Mencegah

silau

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Page 19: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

16

Koefisien

variable

perolehan

panas

matahari

Skylight with

Skylights

Laser Cut

Panels

Iklim

panas,

langit

cerah, low

latitudes

Skylight Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Turnable

lamellas

Temperate

climates

Jendela

vertikal,

skylight

Mencegah

silau

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Perlu tracking

II.3.3 Diffuse light guiding systems

Tabel 5. Macam-macam diffuse light guiding systems

Sistem Gambar Iklim Aplikasi Kriteria

Lightshelf

Temperate

climate,

langit

berawan

Jendela

vertikal View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Page 20: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

17

Anidolic

Integrated

System

Temperate

climate

Jendela

vertikal View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Anidolic

ceiling

Temperate

climate,

langit

berawan

Fasad

vertikal

di atas

jendela

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Fish System

Temperate

climate

Jendela

vertikal Mencegah

silau

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Zenith light

guiding

elements with

Holographic

Optical

Elements

Temperate

climate,

langit

berawan

Jendela

vertikal

(terutama

pada

court

yard),

skylight

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Page 21: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

18

II.3.4 Direct light guiding systems

Tabel 6. Macam-macam direct light guiding systems

Sistem Iklim Aplikasi Kriteria

Laser Cut

Panel (LCP)

Semua

Iklim

Semua

Iklim

Jendela

vertikal,

skylight

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Prismatic

panels

Jendela

vertikal,

skylight

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Potensi

penghematan

Holographic

Optical

Element

In the

skylight

Skylight View ke luar

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Light guiding

glass

Jendela

vertikal,

skylights

Mencegah

silau

View ke luar

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Page 22: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

19

II.3.5 Scattering system

Tabel 7. Macam-macam scattering system

Sistem Iklim Aplikasi Kriteria

Scattering

system (light

diffusing

glass,

capillary

glass, frosted

glass)

Semua

iklim

Jendela

vertikal,

skylight

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

II.3.6 Light Transport / Penyalur cahaya

Tabel 8. Macam-macam Light Transport / Penyalur cahaya

Sistem Iklim Aplikasi Kriteria

Heliostat

Semua

iklim,

Langit

cerah

Atap

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Potensi

penghematan

Perlu tracking

Light Pipe

Semua

iklim,

Langit

cerah

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

Solar Tube

Semua

iklim,

Langit

cerah

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Potensi

penghematan

Page 23: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

20

Fibres

Semua

iklim,

Langit

cerah

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Perlu tracking

Potensi

penghematan

Light guiding

ceiling

Temperate

climates,

Langit

cerah

Menghantarka

n cahaya ke

ruang yang

dalam

Tingkat

pencahayaan

yang homogen

Potensi

penghematan

II.4 Sistem penyalur cahaya

Penelitian ini membahas rancangan bukaan pencahayaan pada sistem penyalur

cahaya. Berikut ini adalah gambaran dari sistem penyalur cahaya secara umum.

Figur 8. Contoh desain pipa cahaya horizontal pada potongan bangunan

Sistem penyalur cahaya umumnya terdiri dari tiga komponen yaitu bagian paling

luar sebagai penangkap cahaya (inlet), penyalur cahaya (transmitter), dan emitter

(extractor) untuk mendistribusikan cahaya ke dalam ruangan.

1. Penangkap cahaya (inlet)

Penangkap cahaya merupakan peralatan untuk menangkap cahaya dan

mengarahkannya pada penyalur cahaya. Penangkap berada di luar bangunan,

Page 24: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

21

biasanya letak di atap. Penangkap bisa berupa sistem yang dinamis seperti

tracking heliostat, rooftop active-tracking maupun sistem statis seperti prismatic

glazing, reflecting louvers, light shelves.

Penangkap dinamis adalah penangkap yang dapat bergerak mengikuti arah datang

cahaya. Sistem ini bekerja dengan melakukan penjejakan kemudian

mengumpulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam penyalur. Sistem dinamis

lebih mahal biaya pembuatannya dan membutuhkan kontrol serta pemeliharaan

yang kompleks. Ukuran sistem dinamis relatif besar. Dengan melihat cara

kerjanya sistem ini hanya efektif untuk cahaya matahari langsung. Pada saat

penangkap menangkap dan mengkonsentrasikan cahaya, energi panas pun akan

terkonsentrasi.Panas ini dapat mengakibatkan kerusakan (melelehkan/meretakkan)

penyalur. Sebagai konsekuensinya harus dipasang filter (spectral selective glass)

pada lubang masukan penyalur.

Penangkap statis memiliki desain yang lebih sederhana sehingga biaya konstruksi

dan pemeliharaan lebih murah. Tetapi penangkap ini tidak seefektif penangkap

dinamis karena hanya berfungsi untuk mengubah arah cahaya datang. Sehingga

penangkap harus didesain dengan memperhatikan arah datang cahaya matahari

yang dominan. Pada penelitian ini, penangkap cahaya dibuat statis dengan

memanfaatkan kaidah refraksi (pembiasan) dan refleksi (pemantulan) dari prisma

yang terbuat dari akrilik.

2. Penyalur (transmitter)

Penyalur merupakan alat untuk menyalurkan cahaya pada ruang setelah cahaya

tersebut ditangkap. Bentuk paling dasar penyalur adalah saluran kosong. Adapun

bentuk-bentuk lain seperti yang telah diuraikan pada teknik penyaluran cahaya.

Fenomena penyaluran cahaya pertama kali diperkenalkan oleh John Tyndall pada

hun 1870. Tyndall mengarahkan cahaya pada sebuah bejana air dan bila air

dialirkan melalui lubang pada sisi bejana cahaya akan dihantarkan sepanjang

aliran air. Studi khusus tentang penyalur cahaya semakin lama semakin

Page 25: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

22

berkembang, dimana telah lakukan beberapa percobaan mengenai teknik

penyaluran cahaya

II.5 Penelitian sebelumnya

Edmonds (1993) mengembangkan teknologi material yang mengkombinasikan

kemampuan membelokkan cahaya dengan transparansi material sehingga masih

memungkinkan melihat view ke luar. Material tersebut diperoleh dengan

memotong dengan laser lapisan tipis pada lembar akrilik menjadi susunan blok

persegi panjang dengan permukaan yang reflektif diantara blok tersebut. Tujuan

utama penggunaan laser cut deflecting panel pada inlet pipa cahaya horisontal

adalah untuk membuat cahaya matahari yang datang dibelokan lebih langsung

sehingga sejajar dengan aksis pipa.

Figur 9. Pembelokkan cahaya pada prisma transparan

Figur 10. Susunan elemen prisma pada light deflecting panel

Figur 11. Foto light deflecting panel saat mendapat cahaya matahari langsung

Page 26: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

23

Edmonds (1995) meneliti efektivitas penggabungan light pipe dan deflecting

panel dalam pencahayaan pada beberapa lantai bangunan berdasarkan teori dan

eksperimen. Hasil penelitiannya mendemonstrasikan bahwa laser cut panel dapat

ditambahkan pada inlet dari pipa cahaya horisontal untuk meningkatkan tingkat

pencahayaan untuk semua sudut datang sinar matahari dibawah 60°.

Beltran (1997) menstudi kinerja kombinasi light shelves dan light pipe untuk

meningkatkan tingkat iluminasi pencahayaan alami dengan minimum perolehan

panas dari matahari. Temuannya menunjukkan bahwa kombinasi paling baik

adalah light shevels lengkung dengan plafond lengkung.

Penelitian Nurkasanah (1998) menyimpulkan bahwa pemanfaatan cahaya langit

dalam ruangan dapat dioptimalkan dengan menggunakan sistem penyalur cahaya.

Untuk mendapatkan hasil distribusi illuminansi pada ruangan yang merata

dibutuhkan pemasangan penyalur lebih dari satu. Bentuk penangkap cahaya yang

paling efisien adalah penangkap yang mempunyai kemiringan dua sudut yang

berbeda. Distribusi illuminansi pada ruang dipengaruhi oleh sudut penangkap dan

panjang bukaan sedangkan harga illuminansi tergantung pada bukaan penangkap

dengan memperhatikan panjang bukaan. Pengaturan bidang pemantul dan lubang

distribusi penting untuk penyaluran cahaya pada ruangan tak berlubang cahaya.

Penelitian Soelami (2000) menunjukkan bahwa penangkap cahaya statis pada

penggunaan pipa cahaya horisontal tidak efektif untuk menangkap cahaya

matahari global. Canziani (2004) mengembangkan model light pipe system yang

dapat diintegrasikan pada tampak bangunan. Pipa cahaya biasanya bekerja dengan

peralatan yang diletakkan di luar yang bertujuan untuk mengumpulkan,

memantulkan, dan dalam beberapa kasus mengkonsentrasikan atau mengatur

sudut datang cahaya dan peralatan yang diletakan di dalam yang dapat

mentransmisikan cahaya matahari ke dalam bangunan dan mendistribusikannya

ke dalam area yang dalam untuk mendapatkan distribusi tingkat pencahayaan

yang lebih baik.

Page 27: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

24

Figur 12. Denah dan potongan pipa cahaya yang diusulkan

Penelitian ini mengusulkan suatu pipa cahaya yang dilengkapi dengan sistem

penangkap datar yang cocok diintegrasikan dalam fasad bangunan tanpa tonjolan

pada selubung bangunan.

Fidur 13. Komponen pipa cahaya: (a) reflecting chamber; (b) reflector; (c)

diffusing chamber dan (d) glazing openings

Sistem ini terdiri dari element planar tertutup, pengumpul dan pembelok cahaya

matahari yang mengoptimasikan cahaya matahari yang datang karena variasi

posisi matahari, dukting persegi dengan peralatan optik yang cocok untuk

Page 28: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

25

mengantarkan cahaya matahari dan mengantarkannya ke ruang yang perlu

diterangi.

Figur 14. Denah, tampak dan isometri ruang yang akan diteliti

Tabel 9. Hasil percobaan yang menunjukkan tingkat pencahayaan rata-rata

didaerah yang berjarak dari jendela (Ei,p) dan di daerah yang dekat

jendela(Ei,a)

Chirarattananon (2008) meneliti penggunaan reflektor statis dan dinamis untuk

meningkatkan penangkapan dan penyaluran cahaya matahari langsung melalui

pipa cahaya. Hasil percobaan dan pengukurannya menunjukan bahwa

pencahayaan alami melalui pipa cahaya dapat menyediakan tingkat pencahayaan

yang memadai untuk ruang yang dalam hampir sepanjang hari dalam kondisi

langit cerah dan sedikit berawan. Penelitiannya juga menunjukkan bahwa

penggunaan pipa cahaya dan sistem reflektor yang melengkapi memanfaatan

Page 29: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

26

pencahayaan alami dari cahaya matahari langsung yang dapat meneruskan cahaya

matahari ke dalam ruangan yang lebih dalam.

Rosemann (2008) mengembangkan core daylighting system dengan teknologi

yang aplikatif karena keterbatasan daylighting hanya pada perimeter area.

Penelitiannya membuat model fisik light pipe dengan outlet berupa armatur

lampu yang sekaligus berfungsi sebagai extractor cahaya alami maupun cahaya

buatan dengan inlet berupa sistem solar canopy. Solar canopy mengumpulkan dan

memantulkan cahaya matahari langsung melalui armatur yang dapat

mendistribusikan pencahayaan alami sekaligus pencahayaan buatan. Hasil

temuannya menyimpulkan bahwa sistem ini dapat menghasilkan pencahayaan

memadai dengan bantuan kontrol dengan sistem DALI.

Figur 15. Pemasangan armatur cahaya pada plafond (a), Kondisi ruang dengan

armatur cahaya sebagai outlet (b)

Figur 16. Pemasangan sistem canopy sebagai inlet pada ruang simulasi

Page 30: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

27

Kwok, CM., et al., (2008) menunjukkan bahwa pipa cahaya horisontal dapat

membantu untuk meningkatkan pencahayaan alami dan memperbaiki

keseragaman distribusi cahaya dari pencahayaan alami siang hari sekalipun

menggunakan peralatan pembayangan sinar matahari karena pipa cahaya

horisontal mengambil cahaya dari fasad bangunan. Cahaya matahari langsung dan

cahaya langit dapat berjalan melalui pipa cahaya horisontal ke ruang yang jauh

dari jendela dimana sangat sedikit pencahayaan alami dari jendela yang dapat

mencapainya. Pipa cahaya horisontal yang didesain dengan baik dapat

mengurangi ketergantungan terhadap pencahayaan buatan yang secara tidak

langsung juga turut menghemat energi.

Page 31: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

28

Bab III Metodologi Penelitian

III.1 Pendahuluan

Penelitian ini mengembangkan suatu konsep bukaan pencahayaan pada sistem

penyalur cahaya untuk dapat meneruskan cahaya sedalam mungkin ke ruangan

yang memerlukan cahaya. Pada prinsipnya jenis bukaan ini dapat digunakan untuk

meneruskan cahaya matahari langsung maupun cahaya buatan. Pada penelitian

kali ini sumber cahaya yang digunakan adalah cahaya buatan.

Model bukaan dirancang dengan memanfaatkan kaidah refleksi dan refraksi.

Penelitian ini membandingkan kinerja dua model bukaan pencahayaan dengan

ukuran dan bentuk yang sama namun dengan dengan material bukaan yang

berbeda. Model bukaan pertama menggunakan material cermin sedangkan model

bukaan kedua menggunakan material akrilik. Kedua model bukaan diuji di

laboratorium dengan skala model 1:1 dengan menggunakan lampu sorot sebagai

sumber cahayanya. Sebuah pipa penyalur cahaya dengan material reflektif

digunakan sebagai penyalur cahaya. Kinerja model bukaan kemudian

dibandingkan dengan dan tanpa penyalur cahaya.

Figur 17. Perletakan inlet dan pipa cahaya horisontal pada potongan

gedung tebal

ruang antara balok

struktural dan rangka

plafond / plenum

Page 32: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

29

Penelitian ini mengkaji peristiwa pemantulan/ refleksi pada cermin dan

pemantulan dan pembiasan pada akrilik sebagai bukaan atau inlet pipa cahaya

horisontal yang dipasang pada fasad bangunan.

III.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian awal dari serangkaian penelitian besar yang

memerlukan beberapa tahapan dan proses untuk terus dikembangkan. Karena

keterbatasan waktu penelitian maka untuk penelitian kali ini ditentukan beberapa

kondisi sebagai batasan penelitian. Beberapa kondisi tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Sumber cahaya matahari langsung yang digunakan diwakili oleh lampu

sorot pada pengukuran di laboratorium

2. Sumber cahaya matahari langsung yang digunakan adalah cahaya matahari

pada pukul 09.00 WIB. Matahari terbit pukul 06.00 WIB dan terbenam

pukul 18.00 WIB sehingga sudut datang harian vertikal cahaya matahari

langsung bergeser sebesar 15⁰ pada setiap jamnya Dengan kata lain sudut

datang cahaya matahari langsung pada pukul 09.00 WIB = 45⁰.

3. Sudut datang cahaya matahari langsung dikondisikan tegak lurus dengan

bidang lubang cahaya. Rancangan model bukaan pencahayaan dengan ini

berlaku dengan asumsi HSA (Horisontal Shadow Angel) sama dengan nol

dengan kata lain belum mengakomodasi pergerakan cahaya matahari

secara horisontal.

4. Pengaruh termal dari cahaya matahari langsung tidak termasuk dalam

pembahasan kajian ini.

5. Bukaan pencahayaan pada bangunan tidak terbayangi oleh objek lain

dengan kondisi langit cerah.

III.3 Langkah Penelitian

III.3.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan dilakukan kajian teoritik untuk memberikan gambaran

perkembangan penelitian dan keilmuan di bidang pencahayaan alami pasif

khususnya yang berkaitan dengan sistem light transport melalui pipa cahaya

Page 33: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

30

horisontal. Kemudian studi model dikembangkan berdasarkan kerangka teori dan

hipotesis yang telah dibangun sebelumnya. Terdapat dua model desain lubang

pencahayaan.

III.3.2 Tahap Perancangan Model Bukaan Pencahayaan

Model yang dibuat dengan mengembangkan konsep pemantulan cahaya. Sudut

datang akan dipantulkan sama besar melalui bidang pantul. Sehingga bila sudut

datang

Figur 18. Konsep pemantulan cahaya melalui bidang pantul

Figur 19. Konsep pemantulan cahaya pada model bukaan

Model yang dibuat adalah model dengan skala penuh. Ketinggian model lubang

bukaan pada fasad bangunan disesuaikan dengan rencana perletakan pipa cahaya

horisontal dalam bangunan tebal bertingkat banyak. Pipa cahaya horisontal

diletakkan dengan memanfaatkan ruang antara balok struktural dengan rangka

plafon (ruang plenum). Pada bangunan tebal bertingkat banyak terdapat ruang

antara balok struktural dengan rangka plafon yang umumnya digunakan sebagai

Page 34: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

31

ruang untuk meletakkan berbagai peralatan utilitas bangunan seperti duckting AC,

pipa, kabel listrik dan lain sebagainya. Tinggi model ditetapkan tidak lebih dari 3

daun jendela kaca nako atau sama dengan 40 cm. Penentuan lebar model

dilakukan dengan pertimbangan efisiensi material, waktu dan biaya pengerjaan.

Untuk kemudahan operasional pengukuran di laboratorium maka lebar model

ditentukan 30 cm.

Figur 20. Dua buah model bukaan pencahayaan

III.3.3 Tahap Pengujian Laboratorium

Model diuji pada percobaan laboratorium dengan menggunakan lampu sebagai

pengganti cahaya matahari langsung. Pada pengukuran laboratorium ini

digunakan lampu sorot 450 lumen. Seting pengukuran laboratorium ini

mengambil kondisi dengan sudut datang 45⁰.

Figur 21. Pengukuran laboratorium dengan lampu sorot

Page 35: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

32

Figur 22. Pengukuran di laboratorium dengan posisi bukaan dan pipa cahaya

berada di lantai

Untuk kemudahan proses pengukuran dan pemasangan pipa cahaya, maka posisi

lubang bukaan dan pipa cahaya dibuat secara terbalik. Lubang bukaan diletakan di

posisi lantai dan posisi bidang kerja berada 75 cm dari plafon. Pengukuran tingkat

pencahayaan dilakukan setelah kedalaman 4 meter. Jarak 4 meter ini diasumsikan

adalah jarak yang masih mungkin dicapai oleh pencahayaan alami melalui jendela

samping sehingga tidak memerlukan pencahayaan melalui pipa cahaya horisontal.

Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan di setiap jarak dengan kelipatan 0,8

meter dari jarak 4 meter sampai mencapai 8 meter dari bukaan pencahayaan.

Figur 23. Pengukuran di laboratorium dengan posisi bukaan dan pipa cahaya

berada di lantai

III.3.4 Tahap Data Hasil Pengukuran dan Analisis

Analisis dilakukan untuk uji refleksi dan refraksi menggunakan cahaya lampu

sorot. Analisis meliputi analisa tingkat pencahayaan pada setiap titik pengukuran,

dan juga analisa efisiensi tingkat pencahayaan.

Page 36: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

33

III.3.5 Tahap Pembahasan

Bab pembahasan akan mengintrepetasi hasil analisis dan implementasi sistem

pencahayaan pada bangunan- bangunan yang berkarakter tebal.

III.3.6 Tahap Kesimpulan dan Saran

Bab kesimpulan berisi hasil pembahasan yang menunjukkan model usulan terbaik

dan saran bagi pengembangan penelitian lebih lanjut.

Page 37: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

34

Bab IV Hasil Analisis Kinerja Bukaan Pencahayaan

IV.1 Analisis uji refleksi dan refraksi dengan cahaya lampu sorot

Hasil pengujian dengan cahaya lampu sorot pada model bukaan pencahayaan

menunjukkan bahwa terjadi pembelokkan cahaya pada sehingga dihasilkan

cahaya yang dapat mencapai posisi horisontal dan kemudian dipantulkan secara

vertikal ke bidang horisontal. Pengujian ini dilakukan pada kedua model bukaan.

Figur 24. Contoh hasil pengujian pada model bukaan pencahayaan dengan

material cermin

Figur 25. Contoh hasil pengujian pada model bukaan pencahayaan dengan

material akrilik

Hasil dari pengujian ini menvalidasi bahwa model ini bisa digunakan dalam

percobaan laboratorium maupun percobaan lapangan.

Page 38: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

35

IV.2 Analisa Tingkat Pencahayaan pada Setiap Titik Ukur

Figur 26. Pengukuran di setiap titik ukur

Pengukuran dilakukan pada dua ketinggian sekaligus di titik ukur yang sama.

Pengukuran pertama dilakukan pada ketinggian meja kerja (75 cm) dan pada

lantai bangunan yang berjarak 3,5 meter dari pipa cahaya.

IV.2.1 Analisis tingkat pencahayaan pada model dengan material cermin

Hasil pengukuran dengan model pertama yang menggunakan material cermin

menunjukkan hasil yang cukup signifikan, dimana tingkat pencahayaan yang

dihasilkan pada jarak 8 meter dari bukaan pencahayaan masih memadai yaitu

sebesar 214 lux.

Figur 27. Grafik hasil pengukuran model dengan material cermin

Page 39: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

36

IV.2.2 Analisis tingkat pencahayaan pada model dengan material akrilik

Hasil pengukuran pada model dengan material akrilik menunjukkan tingkat

pencahayaan sebesar 57 lux pada kedalaman 8 meter dari bukaan pencahayaan.

Pada kedalaman yang sama, model bukaan pencahayaan dengan material cermin

menghasilkan tingkat pencahayaan sebesar 214 lux.

Figur 28. Grafik hasil pengukuran model dengan material akrilik

Tingkat pencahayaan yang dihasilkan oleh bukaan pencahayaan dengan material

akrilik lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pencahayaan yang dihasilkan

oleh model bukaan pencahayaan dengan material akrilik. Hal ini disebabkan

karena berkas cahaya pada model bukaan pencahayaan dengan material akrilik

tidak dipantulkan seluruhnya tetapi sebagian besar diteruskan.

Di sisi lain, bukaan pencahayaan dengan material akrilik memiliki keunggulan

karena sifatnya yang transparan masih memungkinkan penghuni ruang

mendapatkan view ke luar bangunan. Namun terdapat kendala perawatan untuk

bukaan pencahayaan dengan material akrilik karena paparan sinar matahari

langsung dari luar bangunan akan membuat tingkat transparansi material

berkurang sehingga akan menguning di kemudian hari. Desain bukaan

pencahayaan dengan material akrilik perlu dikembangkan kembali agar lebih

sesuai dengan konteks iklim tropis dengan paparan sinar matahari yang cukup

tinggi.

Page 40: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

37

IV.3 Analisa Efisiensi Tingkat Pencahayaan pada Setiap Titik Ukur

Analisa efisiensi tingkat pencahayaan dilakukan dengan membandingkan tingkat

pencahayaan yang dihasilkan di dalam ruangan setelah diteruskan melalui pipa

cahaya dengan tingkat pencahayaan yang diterima model bukaan pencahayaan.

IV.3.1 Analisis efisiensi tingkat pencahayaan pada model dengan material

cermin

Figur 29. Ilustrasi efisiensi tingkat pencahayaan pada setiap titik pengukuran

Figur 30. Grafik efisiensi tingkat pencahayaan model dengan material cermin

Model bukaan pencahayaan dengan material cermin memiliki potensi yang tinggi

sebagai inlet pada sistem penyalur cahaya dengan tingkat efisiensi yang cukup

signifikan. Grafik laju penurunan efisiensi tingkat pencahayaan cukup landai

sehingga menunjukkan kinerja model bukaan bekerja dengan baik sampai

kedalaman 8 meter.

Page 41: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

38

IV.3.2 Analisis efisiensi tingkat pencahayaan pada model dengan material

akrilik

Figur 31. Ilustrasi efisiensi tingkat pencahayaan pada setiap titik pengukuran

Figur 32. Grafik efisiensi tingkat pencahayaan model dengan material akrilik

Model bukaan dengan material akrilik menunjukkan kinerja yang tidak terlalu

signifikan walaupun masih dapat meneruskan cahaya sampai kedalaman 8 meter.

Penggunaan material akrilik sebagai bukaan pencahayaan pada fasad bangunan

perlu dipertimbangkan kembali karena beberapa aspek selain aspek perawatan dan

aspek efisiensinya terhadap tingkat pencahayaan yang dihasilkan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa grafik penurunan efisiensi tingkat

pencahayaan tidak terlalu drastis dibandingkan dengan grafik penurunan tingkat

pencahayaan pada pencahayaan alami melalui jendela samping.

Page 42: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

39

Bab V Potensi Penggunaan Pipa Cahaya Horisontal

V.1 Potensi penggunaan pipa cahaya horisontal pada berbagai bangunan

tebal dengan sumber cahaya matahari langsung

Setelah mengkaji model bukaan pencahayaan dengan material cermin dan akrilik,

dilakukan beberapa simulasi pada beberapa contoh bangunan tebal untuk

menunjukkan potensi penggunaannya dalam bangunan.

Model bukaan pencahayaan ini dapat diterapkan baik untuk sumber cahaya alami

berupa sinar matahari langsung maupun sumber cahaya buatan berupa lampu

sorot.

Figur 33. Contoh aplikasi model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur

cahaya dengan sumber sinar matahari langsung

Pada bangunan tebal, penambahan bukaan pencahayaan di atas jendela dapat

berfungsi untuk mmberikan penerangan pada ruang yang tidak mendapatkan

sinar matahari sama sekali maupun juga dapat ditambahkan pada ruangan yang

sudag mendapatkan pencahayaan alami melalui jendela samping untuk

meningkatkan keseragaman distribusi cahaya dalam ruangan tersebut.

Sistem penyalur cahaya ini dapat dilakukan baik secara horisontal melalui

penggunaan pipa cahaya maupun secara vertikal melalui atrium atau void di

dalam bangunan.

Page 43: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

40

V.2 Potensi penggunaan pipa cahaya horisontal pada berbagai bangunan

tebal dengan sumber cahaya matahari langsung atau cahaya buatan

Untuk beberapa contoh kasus dalam bangunan, model bukaan pencahayaan ini

dapat digunakan baik untuk sumber cahaya alami maupun buatan. Sehingga

bukaan pencahayaan ini berfungsi pada siang hari maupun malam hari. Sistem

ini berpotensi untuk mengurangi beban penerangan bangunan yang dapat

berdampak pada pengurangan konsumsi listrik dalam bangunan.

Figur 34. Contoh aplikasi model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur

cahaya dengan sumber sinar matahari langsung atau cahaya buatan

Dalam contoh ini, penerapan sistem penyalur cahaya bermanfaat untuk

penerangan ruang bawah tanah seperti ruang basement maupun ruang

semibasement. Untuk area perkotaan yang padat dengan tingkat kebutuhan

ruang parkir yang besar maka ruang-ruang bawah tanah menjadi tidak

terhindarkan. Dengan pemanfaatan sistem penyalur cahaya ini, ruang-ruang

yang tidak berhadapan langsung dengan cahaya alami dapat memperoleh

pantulan cahaya alami.

Page 44: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

41

V.3 Potensi penggunaan pipa cahaya horisontal pada berbagai bangunan

tebal dengan cahaya buatan

Figur 35. Contoh aplikasi model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur

cahaya dengan sumber cahaya buatan

Pemanfaatan sumber cahaya alami dengan sistem penyalur cahaya tidak bisa

dilakukan untuk fasad ruangan yang mengalami pembayangan pada bukaan

pencahayaannya. Untuk kasus ruangan seperti ini, sistem penyalur cahaya tetap

bisa digunakan dengan sumber cahaya berupa cahaya buatan berupa lampu

sorot.

Page 45: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

42

Bab VI Kesimpulan dan Saran

VI.I Kesimpulan

Berdasarkan rangkaian penelitian yang telah dikaji pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan utama dari penelitian ini adalah:

1. Rancangan model bukaan pencahayaan dengan material cermin pada

sistem penyalur cahaya dapat menghasilkan tingkat pencahayaan yang

jauh lebih dari model bukaan pencahayaan dengan material akrilik.

2. Rancangan model bukaan pencahayaan pada sistem ini dapat digunakan

baik untuk sumber cahaya yang berupa cahaya matahari langsung maupun

sumber dari cahaya buatan dari lampu sorot.

3. Rancangan model bukaan pencahayaan pada sistem penyalur cahaya ini

dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pencahayaan pada ruangan

dengan jendela samping juga untuk ruangan yang tidak memiliki jendela

sama sekali.

Figur 36. Perbaikan gradien iluminasi dengan penggunaan light shelves dan pipa

cahaya horizontal

jendela jendela + light shelves

jendela + light shelves +

pipa cahaya horisontal

: outlet pipa cahaya horisontal

Utara Utara Utara

Page 46: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

43

VI.II Saran

1. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar dari sistem

pencahayaan alami dengan penggunaan pipa cahaya. Untuk memperoleh

suatu rancangan sistem yang integratif dan optimum perlu penelitian yang

mengkaji desain pipa penyalur dan outlet dari pipa cahaya tersebut.

2. Perlu penelitian lanjutan untuk mengakomodir pergerakan sudut datang

horisontal cahaya matahari langsung.

3. Pipa penyalur dapat dibuat transparan sehingga dapat dibuat untuk

menyalurkan cahaya juga. yang lebih baik perlu dilanjutkan oleh

penelitian berikutnya sehinggi efektifitas dari luas prisma terhadap tingkat

pencahayaan yang dihasilkan.

4. Perlu penelitian lanjutan untuk mengkaji perngaruh aspek termal dari

radiasi matahari pada ruangan yang menggunakan pipa cahaya horisontal.

Page 47: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

44

Bab VI Jadwal Pelaksanaan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

Studi Literatur

Studi Modeling

Pembuatan Modeling

Pengujian Laboratorium

Analisa & Kesimpulan

Presentasi Hasil dan Laporan

Page 48: STUDI PENGEMBANGAN RANCANGAN BUKAAN PENCAHAYAAN …

45

DAFTAR PUSTAKA

[1] Beltran LO., et al., 1997, Advanced optical daylighting systems: light shelves and light pipes.

Journal of the Illuminating Engineering Society, 26 (2) pp 91–104

[2] Kim, G. & Kim, J.T., 2009 Overview and new developments in optical daylighting systems for

building a healthy indoor environment. Building and Environment, 45 (2010), pp. 256-269

[3] Aplikasi Tabung Cahaya Atap Untuk Pencahayaan Dan Ventilasi Ruangan, Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [Online]. Available:

http://ajichrw.wordpress.com [18 Maret 2010]

[4] Turbin Angin Tekno 200 watt http://www.alpensteel.com

[5] Oakley G, Riffat SB, Shao L. Daylight performance of light pipes. Solar Energy. 2000;69(2):89–98.

[6] Shao L, Riffat SB, Hicks W,Yohannes I. A study of performance of lightpipes under cloudy and

sunny conditions in the UK. In: Proceedings of fourth European conference. An Energy-Efficient

Lighting; 199. p.155–9.

[7] www.sunpipe.co.uk

[8] Canziani R. (2004) : Daylight and energy performance of a new type of

light pipe. Energy and Buildings, 35, 1163–1176.

[9] Chirarattananon, S. (2008) : An experimental study of a facade mounted light pipe, Lighting

Research and Technology, 41, 123-142.

[10] Edmonds, I.R. (1993) : Performance of laser cut light deflecting panels in daylighting

applications, Solar Energy Materials and Solar Cells, 29, 1 26.

[11] Jenkins, D., Newborough, M. (2007) : An approach for estimating the carbon emissions

associated with office lighting with a daylight contribution, Applied Energy, 84, 608–622.

[12] Kischkoweit, M. (2002) : An Overview of Daylighting Systems, Solar Energy, 2, 77-82

[13] Kwok, CM. (2008) : Computer simulation study of a horizontal light pipe integrated with

laser cut panels in a dense urban environment, Lighting Research and Technology, 40, 287-305.

[14] Lechner, N. (2001) : Heating, Cooling, Lighting-Design Method for Architect, Willey, New York.

[15] Li, D.H.W., Lam, T.N.T., Wong, S.L. (2006) : Lighting and energy performance for an

office using high frequency dimming controls, Energy Conversion and Management, 47, 1133–

1145.

[16] Lippsmeier, G. (1997) : Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta, 22

[17] Nurkasanah, S. (1998) : Studi Sistem Pencahayaan Alami MenggunakanPenyalur

Cahaya pada Suatu Model Bangunan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi

Bandung.

[18] Philips, R.O. (1987) : Sunshine and Shade in Australia, National Building Technology Centre,

8, 29-30.

[19] Rosemann, A. (2008) : Cost-effective controlled illumination using daylighting and electric

lighting in a dual-function prism light guide, Lighting Research and Technology, 40, 77-88.

[20] Shao, L. (1988) : Measurement and modeling of light pipe for energy efficient lighting, CIBSE

National Lighting Conference, 410-419.

[21] Soelami, N. (2000) : Studi Penggunaan Sistem Penyalur Cahaya Alami dalam Rangka Konservasi

Energi dalam Bangunan, Fakultas Teknologi Industri Institute Teknologi Bandung.

[22] Swift, PD. (1995) : Cylindrical mirror light pipes, Solar Energy Materials and Solar Cells, 36,

159-168.

[23] Syamsuddin, S. (1983) : Penyalur Cahaya dengan Deretan Lensa, Tugas Akhir, Jurusan

Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung.

[24] Tanny, H. (1984) : Penyalur Cahaya dengan Pipa Gelas, Tugas Akhir, Jurusan Teknik

Fisika, Institut Teknologi Bandung.

[25] Veitch, J. (2006) : Lighting for high-quality work-places. In: Clements- Croome, Derek

(Ed.), Creating the Productive Workplace, second ed.Taylor & Francis, London, pp. 206–

222.

[26] Wah Tong To, D., Sing, L.K., Chung, T.M., Leung, C.S. (2002) : Potential energy saving for a

side-lit room using daylight-linked fluorescent lamp installations, Lighting Research and

Technology, 34, 121–133.