STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB...

85
STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH MENUJU KAMPUNG BERKELANJUTAN ( STUDI KASUS KELURAHAN 29 ILIR KECAMATAN ILIR BARAT II KOTA PALEMBANG) (Tesis) Oleh ZENAL MUTAQIN PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Transcript of STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB...

Page 1: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANANLINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH MENUJU

KAMPUNG BERKELANJUTAN

( STUDI KASUS KELURAHAN 29 ILIR KECAMATAN ILIRBARAT II KOTA PALEMBANG)

(Tesis)

Oleh

ZENAL MUTAQIN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGANPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

ABSTRAK

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN LINGKUNGANPERMUKIMAN KUMUH MENUJU KAMPUNG BERKELANJUTAN

( Studi Kasus: Kelurahan 29 Ilir Kecamatan Ilir II Kota Palembang)

OlehZenal Mutaqin

Penanganan lingkungan permukiman kumuh di perkotaan belum optimal,seiring dengan terbatasnya anggaran permbangunan, sehingga memerlukanprioritas pembangunan. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan jeniskegiatan dan lokasi bersifat skala prioritas berdasarkan 3 pilar pembangunanberkelanjutan yaitu fisik lingkungan, sosial dan ekonomi dengan melibatkanpemangku kepentingan (stakeholder). Manfaat dari penelitian ini adalah untukmembantu pemerintah dalam menentukan skala prioritas kegiatan penangananlingkungan permukiman kumuh, serta sebagai dasar perencanaan bagi pemerintahKota Palembang dengan menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process(AHP). Hasil penelitian penentuan kriteria prioritas dalam penanganan lingkunganpermukiman kumuh diperkotaan dalam kerangka 3 pilar pembangunanberkelanjutan berturut-turut adalah aspek lingkungan sebesar 46,7%, aspek sosialsebesar 31,2% dan aspek ekonomi sebesar 22,1%. Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas adalah mengelola sampah rumah tangga sebesar100 %, sarana persampahan sebesar 93,5 %, kegiatan gotong royong sebesar83,6%, drainase lingkungan sebesar 66,2 %, sanitasi sebesar 66,1 %, pinjamanmodal usaha sebesar 63,0 %, pelatihan dan kewirausahaan sebesar 61%.Selanjutnya berdasarkan kegiatan prioritas tersebut, maka dari 12 lokasi yangdianalisis, diperoleh 5 wilayah prioritas yaitu RT 30, 31, 35, 02, dan RT 01.Kawasan prioritas ini merupakan wilayah yang memiliki kualitas lingkunganpermukiman yang rendah, dimana kualitas sarana dan prasarannya yang ada saatini kurang memadai.

Kata Kunci: permukiman kumuh, perkotaan, berkelanjutan, prioritas, AHP

Page 3: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

ABSTRACT

STUDY ON DETERMINATION OF PRIORITY OF ENVIRONMENTALMANAGEMENT SLUMS AREAS TOWARDS SUSTAINABLE

(Case study Kelurahan 29 Ilir Kecamatan Ilir Barat II Kota Palembang)

ByZenal Mutaqin

The handling of urban slum settlements is not yet optimal, along with the limiteddevelopment budget, thus requiring development priorities. The purpose of thisstudy to determine the type of activity and location are priority scale, based on 3pillars of sustainable development that is physical, environmental, social andeconomic by involving stakeholders. The benefits of this research is to assist thegovernment in determining priority handling activities of slum areas, as well asthe basis of planning for the government of Palembang City by using AnalyticalHierarchy Process (AHP) Method. The results of the determination of prioritycriteria in the handling of urban slum settlemements within the framework of 3pillars of sustainable development are environmental aspect of 46.7%, socialaspect of 31.2% and economic aspects of 22.1%. As for priority activities aremanaging household waste of 100%, garbage facilities of 93.5%, gotong royongactivities of 83.6%, environmental drainage of 66.2%, sanitation of 66.1% ,business capital loan of 63.0%, training and entrepreneurship by 61%.Furthermore, based on these priority activities, from 12 locations analyzed, fivepriority areas are RT 30, 31, 35, 02 and RT 01. This priority area is an regionthat has a low quality slum settlements, where the quality of existing facilities andinfrastructure is inadequate.

Keywords: slums, urban, sustainable, priority, AHP

Page 4: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANANLINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH MENUJU

KAMPUNG BERKELANJUTAN

( STUDI KASUS KELURAHAN 29 ILIR KECAMATAN ILIRBARAT II KOTA PALEMBANG)

Oleh

ZENAL MUTAQIN

TesisSebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER SAINSPada

Program Studi Magister Ilmu LingkunganProgram Pascasarjana Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGANPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Page 6: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Page 7: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Page 8: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis Zenal Mutaqin di lahirkan pada tanggal 24 Februari 1975 di Cianjur, Jawa

Barat. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, putra dari pasangan

suami istri Rd. Mamur dan Etti. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di

SDN 3 Bojong Herang Cianjur dan pindah ke SD Negeri Kecamatan Kadupandak

Kabupaten Cianjur, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Cianjur,

Pendidikan Sekolah Menengah Atas di STMN 1 Cianjur, Selanjutnya penulis

menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

di Universitas Indo Global Mandiri Kota Palembang. Saat ini penulis bekerja

sebagai Asisten Dosen di Universitas Indo Global Mandiri Palembang dan juga

bekerja di Konsultan Perencanaan Individu.

Pada tahun 2015 Penulis melanjutkan pendidikan Starata-2 pada Program Studi

Ilmu Lingkungan di Universitas Lampung. Selanjutnya melakukan penelitian

dengan judul “ Studi Penentuan Prioritas Penanganan Lingkungan Permukiman

Kumuh Menuju Kampung Berkelanjutan (Studi Kasus Kelurahan 29 Ilir

Kecamatan Ilir Barat II Kota Palembang).

Page 9: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

Karya Tesis ini KupersembahkanKepada:

1. Kedua Orang Tua Saya Bapak Rd. Mamur (Alm) dan Mama

Eti yang selalu membimbing dan mendidik dari kecil untuk

selalu taat beribadah dan tekun mencari ilmu, tidak lupa

kedua mertua saya Abdul Kadir (Alm) dan Umi Kalsum

(Almh) yang selalu memberikan dorongan dan semangat

semasa hidupnya.

2. Istriku tersayang Eni Sirwana, S.Ag terima kasih atas doa

dan kesabarannya yang selalu dipanjatkan untukku hingga

mencapai keberhasilan meraih Magister Ilmu Lingkungan di

Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Anakku Aisyah Tsabitah dan M. Syakir al-Kautsar sebagai

penyemangatku

4. Keluarga Besarku di Bandung, Cianjur dan Palembang yang

selalu memberikan semangat dan doa dalam pencapaianku.

Page 10: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

i

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil Alamiin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Penentuan Prioritas Penanganan

Lingkungan Permukiman Kumuh Menuju Kampung Berkelanjutan (Studi Kasus

Kelurahan 29 Ilir Kecamatan Ilir Barat II Kota Palembang)

Tesis ini dibuat untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Magister Sains pada

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pasca Sarjana

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H. selaku penguji utama dan

Wakil Direktur Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Universitas

Lampung.

4. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. selaku penguji kedua dan Wakil

Direktur Bidang Umum.

5. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Lingkungan Universitas Lampung

6. Ibu Dr. Ir. Citra Persada, M.Sc, selaku pembimbing utama atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian

tesis ini;

Page 11: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

ii

7. Bapak Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A. selaku pembimbing kedua atas

kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian tesis ini;

8. Seluruh Dosen Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Lampung yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan

telah mendidik penulis;

9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Magister Ilmu Lingkungan Universitas

Lampung.

10. Kantor Kecamatan Ilir Barat II dan Kelurahan 29 Ilir Kota Palembang yang

telah memudahkan dalam pengurusan surat izin penelitian dan sebagai

sumber informasi yang penulis perlukan.

11. Keluarga besar Bapak Effendi yang telah memberikan kemudahan fasilitas

kos selama kuliah.

12. Teman-temanku Group Spur, Anta Sastika, Rizal Chaniago, Agung Bahari

dan Imron.

13. Pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menyusun tesis ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bandar Lampung, Desember 2017

Zenal Mutaqin

Page 12: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...................................................................................... viDAFTAR GAMBAR................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang. ......................................................................... 11.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 61.3. Tujuan ....................................................................................... 61.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 71.5. Ruang Lingkup Studi................................................................. 7

1.5.1. Lingkup Materi............................................................ 71.5.2. Lingkup Wilayah ........................................................ 8

1.6. Kerangka Pemikiran.................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 102.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ........................................... 10

2.1.1. Kondisi Fisik dan Geografis Kelurahan 29 Ilir ........... 102.1.2. Pola Pemanfaatan Lahan di Kelurahan 29 Ilir............. 122.1.3. Kondisi Kependudukan............................................... 142.1.4. Kondisi Sosial dan Budaya.......................................... 152.1.5. Mata Pencahariaan Penduduk..................................... 152.1.6. Kondisi Fasilitas Sosial............................................... 16

2.1.6.1. Pendidikan .................................................... 162.1.6.2. Kesehatan...................................................... 162.1.6.3. Peribadatan.................................................... 17

2.1.7. Kondisi Perekonomian........................ ........................ 172.1.8. Kondisi Prasarana Dasar Lingkungan......................... 18

2.1.8.1. Kondisi Jaringan Jalan .................................. 182.1.8.2. Kondisi Jaringan Listrik................................ 192.1.8.3. Kondisi Jaringan Drainase ............................ 192.1.8.4. Kondisi Pengelolaan Persampahan............... 21

2.2. Persebaran Permukiman Kumuh di Kelurahan 29 Ilir............... 212.3. Kawasan Permukiman Kumuh di Indonesia ............................. 222.4. Beberapa Pengertian.................................................................. 23

2.4.1. Perumahan dan Permukiman ...................................... 232.4.2. Perumahan................................................................... 242.4.3. Permukiman ................................................................ 252.4.4. Pengertian Permukiman Kumuh ................................. 272.4.5. Ciri – Ciri Permukiman Kumuh.................................. 282.4.6. Aspek Permukiman Kumuh........................................ 282.4.7. Tipologi Permukiman Kumuh..................................... 292.4.8. Pengertian Kampung................................................... 31

2.5. Kesehatan Lingkungan ............................................................. 322.5.1. Persyaratan Kesehatan Permukiman Perkotaan.......... 33

Page 13: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

iv

2.6. Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan Permukiman..... 352.7. Pembangunan Berkelanjutan..................................................... 362.8. Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Ruang........................ 372.9. Metode Analytical Hierarcy Process (AHP)............................. 392.10. Tinjauan Kebijakan ................................................................... 45

2.10.1. Tinjauan Masyarakat Berpenghasilan Rendah............ 452.10.2. Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam

Penyelenggaraan Perumahan dan KawasanPermukiman................................................................. 46

2.11. Persebaran Permukiman Kumuh di Kota Palembang................ 47

III. METODE PENELITIAN3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 503.2. Kebutuhan Data......................................................................... 51

3.2.1. Data Primer.................................................................. 513.2.2. Data Sekunder ............................................................. 513.2.3. Teknik Pengumpulan Data.......................................... 51

3.2.3.1. Observasi....................................................... 513.2.3.2. Kuesioner....................................................... 553.2.3.3. Dokumentasi.................................................. 523.2.3.4. Wawancara.................................................... 52

3.2.4. Pengolahan dan Penyajian Data.................................. 523.2.5. Variabel Penelitian...................................................... 53

3.3. Teknik Pengambilan Sampling.................................................. 553.4. Alat dan Instrumen Penelitian................................................... 573.5. Analisis Data ............................................................................. 573.6. Teknik Penggunaan Analytic Hierarchy Process (AHP)........... 573.7. Aplikasi Program Model Analytic Hierarchy Process

(AHP) Expert Choise................................................................. 603.8. Penyusunan Model Hierarki...................................................... 60

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penilaian Responden Berdasarkan Aspek 3 Pilar

Pembangunan Berkelanjutan...................................................... 624.2. Hasil Penilaian Responden Berdasarkan Sub Kriteria............... 63

4.2.1. Sub Kriteria Aspek Fisik Lingkungan............................ 634.2.2. Sub Kriteria Aspek Sosial.............................................. 644.2.3. Sub Kriteria Aspek Ekonomi ........................................ 65

4.3. Hasil Gabungan Penilaian Seluruh 15 Sub KriteriaBerdasarkan Aspek 3 Pilar Pembangunan Berkelanjutan......... 664.3.1. Analisis Kegiatan Prioritas Penanganan Lingkungan

Permukiman Kumuh Berdasarkan Aspek 3 PilarPembangunan Berkelanjutan......................................... 684.3.1.1. Karakteristik Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga............................................................. 684.3.1.2. Karakteristik Kegiatan Gotong Royong.......... 694.3.1.3. Karakteristik Perbaikan Sarana Persampahan.. 704.3.1.4. Karakteristik Perbaikan Drainase Lingkungan. 71

Page 14: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

v

4.3.1.5. Karakteristik Kondisi Sanitasi Lingkungan..... 734.3.1.6. Pinjaman Modal Usaha Bagi Masyarakat........ 744.3.1.7. Pelatihan dan Kewirausahaan........................... 74

4.4. Karakteristik Lokasi Prioritas di Kelurahan 29 Ilir KotaPalembang................................................................................ 75

V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 795.1. Kesimpulan................................................................................ 795.2. Saran.......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 81

LAMPIRAN........................................................................................ 86

Page 15: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Jumlah Penduduk Kelurahan 29 Ilir ............................................... 14

2.2. Tingkat Mata Pencahariaan Penduduk Kelurahan 29 Ilir................. 15

2.3. Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan 29 Ilir............................... 16

2.4. Jumlah Sarana Ibadah di Kelurahan 29 Ilir................................. ..... 17

2.5. Karakteristik Persebaran Permukiman Kumuh................................ 22

2.6. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan .................................... 42

2.7. Matrik Perbandingan Berpasangan .................................................. 42

2.8. Matrik Prioritas Perbandingan Berpasangan ................................... 43

2.9. Nilai Random Indeks........................................................................ 44

2.10. Standar Kelompok Penghasilan Bagi MBR..................................... 46

2.11. Jumlah Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Palembang............. 48

4.1. Prioritas Kegiatan Penanganan Lingkungan Permukiman Kumuh... 67

Page 16: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Diagram Alur Pikir Penelitian ..................................................... 9

2.1. Wilayah Administrasi Kelurahan 29 Ilir...................................... 11

2.2. Kondisi Kepadatan Bangunan di Kelurahan 29 Ilir..................... 12

2.3. Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kelurahan 29 Ilir .............. 13

2.4. Kondisi Kegiatan Pariwisata dan Perekonomian di WilayahKelurahan 29................................................................................ 18

2.5 Kondisi Jaringan Jalan Umum..................................................... 19

2.6. Kondisi Jaringan Drainase Utama di Lingkungan Kelurahan29 Menuju Sungai Musi.............................................................. 20

2.7. Kondisi Drainase di Lingkungan Kelurahan 29 Ilir..................... 20

2.8. Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)............ 21

2.9. Konsep Pembangunan Berkelanjutan.......................................... 37

2.10. Susunan Hierarki Keputusan....................................................... 41

3.1. Sebaran 12 Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan29 Ilir Berdasarkan SK Walikota Palembang.............................. 50

3.2. Model Hierarli Penanganan Lingkungan PermukimanKumuh di Kelurahan 29 Ilir Kota Palembang............................. 54

3.3. Kerangka Analisis Model Analytical Hierarchi Process ............ 59

3.4. Program Expert Choise................................................................ 60

3.5. Model Hirarki Kegiatan Prioritas ................................................ 61

3.6. Model Hirarki Lokasi Kegiatan.................................................... 61

4.1. Bobot Prioritas Kriteria Kegiatan................................................. 62

4.2. Bobot Penilaian Responden Terhadap Sub Kriteria Aspek FisikLingkungan.................................................................................. 63

Page 17: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

viii

4.3. Penilaian Responden Terhadap Sub Kriteria Aspel Sosial ......... 64

4.4. Penilaian Responden Terhadap Sub Kriteria Aspek Ekonomi.... 65.4.5. Penilaian Gabungan Responden Terhadap Seluruh Sub Kriteria 66

4.6. Lokasi Prioritas Berdasarkan Hasil Penilaian Para Pakar ........... 76

4.7. Lokasi Kawasan Prioritas Permukiman Kumuh diKelurahan 29 Ilir.......................................................................... 78

Page 18: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penduduk dunia lebih dari 1,6 miliar tinggal di permukiman yang tidak layak

dan diperkirakan pada tahun 2030, tiga miliar warga kota hidup di perkampungan

kumuh, padat penduduk, padat bangunan, dan berkualitas lingkungan buruk (Joga,

2013). Melihat kondisi tersebut terlihat tumbuhnya permukiman kumuh tidak

hanya di Negara Indonesia, namun di berbagai kota besar dunia mengalami hal

yang sama. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman

Kementerian Cipta Karya (2006), permukiman kumuh merupakan potret tatanan

kawasan perumahan yang tidak teratur, serta kurangnya pelayanan infrastruktur

dengan jumlah populasi yang dilayani, sehingga berdampak pada kondisi kualitas

fisik dan lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan meliputi

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, serta kemudahan.

Secara umum kondisi fisik permukiman kumuh yang paling menonjol

terlihat dari kualitas rumahnya tidak permanen, dengan kerapatan bangunan yang

tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan sangat terbatas, tidak adanya saluran

drainase dengan secara berkala sering mengalami banjir, kurangnya tempat

penampungan sampah sehingga terlihat kotor dan jorok (Koestoer, 2001).

Lingkungan permukiman yang baik, sehat dan layak, tentu sangat

diharapkan oleh setiap orang, karena lingkungan permukiman merupakan bagian

dari lingkungan hidup yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat kegiatan

Page 19: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

2

sehari-hari. Menurut Pasal 28 H ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 bahwa, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik, sehat, dan juga

sekaligus menjadi prasyarat bagi setiap orang untuk bertahan hidup dan

menikmati kehidupan yang bermartabat, damai, aman dan nyaman.

Kesehatan lingkungan di permukiman tentunya perlu diselenggarakan untuk

mewujudkan lingkungan yang dapat menjamin keberlangsungan serta

keselamatan hidup manusia (Pamekas, 2013). Adapun fasilitas yang perlu

disediakan yang dapat menunjang kesehatan lingkungan permukiman terdapat 5

(lima) bentuk fasilitas, meliputi penyediaan air bersih, penyaluran air kotor,

sistem air limbah, drainase dan jalan lingkungan (Koestoer, 2001). Selain itu

peran masyarakat dalam memelihara lingkungan permukiman sangat penting,

karena lingkungan permukiman yang layak untuk dihuni bukan pembangunan

fisik yang dapat diperhatikan, melainkan peran aktif dan partisifasi masyarakat

dalam menjaga dan mengelola lingkungannya. Sebagaimana yang tertuang pada

Pasal 130 Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman yaitu kewajiban masyarakat untuk menjaga keamanan, ketertiban,

kebersihan dan kesehatan serta memelihara prasarana dan sarana lingkungan, dan

utilitas umum yang berada di perumahan dan kawasan permukiman.

Tumbuh dan berkembangnya permukiman kumuh di Indonesia diketahui

pada tahun 2009 luas permukiman kumuh sekitar 57.800 ha (hektar)

(Kementerian Perumahan Rakyat, dalam Aliyati, 2011). Pada tahun 2014 luas

permukiman kumuh di Indonesia berkurang sekitar 38.431 ha yang tersebar di

3.550 kawasan dari 390 kabupaten/kota (Kementerian Perumahan Rakyat, 2015)

Page 20: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

3

dan pada tahun 2017 luas permukiman kumuh adanya peningkatan yaitu 38.641

atau sekitar 210 Ha (Kemen PU, 2017).

Kondisi permukiman kumuh yang ada di kampung kampung perkotaan

seluruh Indonesia, pemerintah berusaha melakukan berbagai upaya terus

dilakukan melalui perencanaan salah satunya penataan dan perbaikan kawasan

permukiman kumuh, hal ini bertujuan agar terciptanya permukiman perkotaan

layak huni yang berkelanjutan, dimana Indonesia telah berkomitmen untuk

melaksanakan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), yang telah

disepakati oleh negara-negara berkembang, seiring dengan berakhirnya Millenium

Development Goals (MDGs) Tahun 2015 salah satunya adalah permasalahan

kawasan kumuh perkotaan (Bappenas, 2017).

Pemerintah Indonesia telah menyusun agenda untuk penanganan lingkungan

permukiman kumuh terutama kawasan permukiman prioritas melalui Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk Tahun 2019 tentang Lingkungan

Permukiman Bebas Kumuh. Adapun prioritas wilayah penanganan permukiman

kumuh di Indonesia salah satunya adalah Kota Palembang.

Sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang Pemerintah Kota Palembang

telah melakukan penataan dan perbaikan lingkungan permukiman kumuh. Seiring

dengan keluarnya Surat Keterangan Walikota Palembang Nomor 488 Tahun 2014

tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Palembang.

Adapun pelaksanaan kegiatannya melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor

02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan dan

Page 21: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

4

Permukiman Kumuh meliputi perbaikan infrastruktur dasar permukiman,

pembangunan rumah yang tidak layak huni serta peningkatan sosial dan ekonomi.

Sementara itu lokasi permukiman kumuh yang menjadi perhatian

Pemerintah Daerah Kota Palembang salah satunya adalah permukiman yang

berada di tepian sungai, karena permukiman ini memiliki kondisi kualitas

lingkungan yang belum baik terutama kondisi infrastruktur, bangunan tempat

tinggal dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan masih rendah.

Penanganan dan perbaikan permukiman kumuh di Kota Palembang masih

memprioritaskan terhadap fisik lingkungan, seperti perbaikan drainase, jalan,

sanitasi, air bersih dan persampahan. Sedangkan aspek penilaian terhadap kondisi

sosial, ekonomi terutama komitmen masyarakat dalam memelihara lingkungan

permukiman belum terlihat, selain itu belum ada peran stakeholder dalam

menentukan prioritas seperti melibatkan para pakar terutama akademisi dan

pemerintah sebagai pemangku kebijakan, dimana perannya sangat diperlukan

untuk menilai dalam menentukan prioritas penanganan lingkungan permukiman

kumuh di Kota Palembang berdasarkan fungsi dan peranan menangani

permasalahan permukiman kumuh.

Secara fisik sebaran permukiman kumuh di Kota Palembang tersebar di 59

Kelurahan, dengan luas sekitar 2.473 ha dan telah ditetapkan melalui Surat

Keputusan Walikota Palembang Nomor 488 Tahun 2014 tentang penetapan

wilayah prioritas kawasan permukiman kumuh. Salah satunya adalah Kelurahan

29 Ilir dengan luas 16, 73 ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah

8.928 jiwa, terdiri dari 4.321 orang laki-laki dan 4.607 orang perempuan serta

memiliki 2.176 kepala keluarga.

Page 22: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

5

Permasalahan yang dihadapi di kelurahan ini sangat kompleks, dari kondisi

jaringan drainase belum sepenuhnya terkoneksi dengan saluran utama, masih

banyaknya tumpukkan sampah di sekitar lingkungan perumahan dan saluran

drainase, kebutuhan air bersih belum sepenuhnya terlayani, sistem sanitasi masih

tercampur dengan saluran drainase, bangunan tempat tinggal masih ada yang tidak

layak untuk ditempati, jalan lingkungan terdiri dari dua akses yaitu jalan cor

dengan kondisi perkerasan kurang baik dan jalan kayu dengan kondisi sebagian

rusak, serta kondisi sosial, budaya dan ekonomi di Kelurahan 29 Ilir ini masih

relatif rendah.

Penataan dan perbaikan lingkungan permukiman kumuh oleh pemerintah

daerah Kota Palembang terus dilakukan, sehingga untuk menurunkan tingkat

kekumuhan pada tahun 2019 dapat terwujud yaitu melalui berbagai program

perencanaan, disisi lain belum optimalnya perbaikan lingkungan permukiman

kumuh di Kota Palembang, dimana keterbatasan anggaran menjadi kendala,

seiring dengan banyaknya pembangunan dan lokasi-lokasi kumuh yang perlu

penanganan. Pada akhirnya penataan dan perbaikan lingkungan permukiman

kumuh di Kelurahan 29 Ilir tidak dapat seluruhnya dilaksanakan secara serentak.

Pemecahan masalah tersebut di atas memerlukan sebuah metode penentuan

program kegiatan dan lokasi skala prioritas, yang dapat menampung semua aspek

keberlanjutan, baik fisik lingkungan, sosial, komitmen masyarakat terhadap

lingkungan dan ekonomi secara efektif dan efisien dengan penilaiannya

melibatkan pengambilan keputusan oleh stakeholder, yaitu para pakar meliputi

akademisi, lembaga non pemerintah, pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan

Page 23: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

6

masyarakat sebagai pemukim di Kelurahan 29 Ilir, sehingga untuk menurunkan

tingkat kekumuhan setiap tahun dapat terwujud.

Oleh karena itu perlu dilakukan studi penelitian yang lebih mendasar pada

pokok permasalahan, penanganan dan perbaikan lingkungan permukiman yang

berkelanjutan. Salah satunya adalah menentukan prioritas jenis kegiatan dan

lokasi prioritas. Penelitian tersebut diharapkan dapat menentukan skala prioritas

yang dapat menampung aspirasi masyarakat, sesuai dengan kebutuhan

penanganan prioritas, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Kota

Palembang terutama Kelurahan 29 Ilir.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan

1. Kriteria penilaian kegiatan skala prioritas terhadap kampung yang akan

ditangani selama ini, masih memprioritaskan aspek fisik lingkungan,

belum mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi masyarakat

sebagai pilar pembangunan berkelanjutan.

2. Penilaian skala prioritas belum melibatkan stakeholder meliputi

akademisi, pemerintah dan lembaga non pemerintah.

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian

1. Menentukan skala prioritas jenis kegiatan penanganan lingkungan

permukiman kumuh berdasarkan 3 kriteria pilar pembangunan

keberlanjutan, yaitu aspek fisik lingkungan, aspek sosial dan aspek

ekonomi.

Page 24: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

7

2. Menentukan lokasi prioritas penanganan lingkungan permukiman

kumuh di Kelurahan 29 Ilir Kota Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi bagi masyarakat di Kota Palembang khususnya

dikelurahan 29 Ilir yang berkaitan penanganan lingkungan permukiman

kumuh untuk tahun selanjutnya.

2. Membantu menentukan skala prioritas kegiatan penanganan lingkungan

permukiman kumuh di kampung kelurahan 29 Ilir, dengan tepat

sasaran, efektif dan efisien dengan menggunakan metode AHP.

3. Sebagai dasar perencanaan bagi instansi teknis pemerintah Kota

Palembang yang mempunyai tugas, fungsi dan peranan menangani

permasalahan permukiman kumuh.

1.5. Ruang Lingkup Studi

1.5.1. Lingkup materi :

Kajian materi skala prioritas penanganan lingkungan permukiman kumuh

berdasarkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan meliputi:

1. Aspek fisik lingkungan

a. Perbaikan Jalan Lingkungan

b. Perbaikan Drainase

c. Perbaikan Air Minum

d. Perbaikan Sarana Persampahan

e. Perbaikan Sarana Proteksi Kebakaran

f. Perbaikan Sanitasi Lingkungan

Page 25: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

8

g. Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni

h. Perbaikan Ruang Publik/RTH

2. Aspek sosial dalam bentuk komitmen masyarakat melalui partisipasidalam memelihara lingkungan permukiman

a. Penyediaan RTH Privat

b. Membuat Resapan Biopori/Kolam

c. Kegiatan Gotong Royong

d. Kesediaan Mengelola Persampahan Rumah Tangga

3. Aspek ekonomi

a. Pelatihan Kewirausahaan

b. Pinjaman Modal Usaha Bagi Masyarakat Miskin

c. Santunan Bagi Masyarakat Miskin

1.5.2. Lingkup wilayah:

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan 29 Ilir Kota Palembang yaitu di 12

(dua belas) wilayah Meliputi RT 01, 02, 09, 12,13, 14, 17, 20, 21, 30, 31

dan 35.

Page 26: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

9

1.6. Kerangka Pemikiran

Gambar.1. Diagram Alur Pikir Penelitian

TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan skala prioritas jeniskegiatan penanganan lingkunganpermukiman kumuh berdasarkan 3pilar pembangungan keberlanjutan.

2. Menentukan lokasi Prioritaspenanganan terhadap lingkunganpermukiman kumuh di Kelurahan29 Ilir Kota Palembang

RUMUSAN MASALAH

1. Kriteria penilaian kegiatan skalaprioritas penentuan kampung yangakan ditangani selama ini masihmemprioritaskan aspek fisiklingkungan, belummempertimbangkan aspek sosialdan ekonomi masyarakat sebagaipilar pembangunan berkelanjutan.

2. Penilaian skala prioritas belummelibatkan stakeholder yaitu parapakar meliputi akademisi,pemerintah dan lembaga nonpemerintah.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Permen PUPR Nomor 2./PRT/M/2016Tentang Peningkat Kualitas PermukimanMelalui : Drainase: Jalan Lingkungan Sanitasi Air Minum Persampahan Perbaikan Rumah Proteksi Kebakaran RTH Sosial, Budaya dan Ekonomi

B. Pasal 130 UU No.1 Tahun 2011 TentangPerumahan dan Kawasan Permukiman.

ANALISIS

LATAR BELAKANG

Analisis Kriteria Jenis Kegiatan danLokasi Prioritas PenangananLingkungan Permukiman Kumuh diKelurahan 29 Ilir Kota Palembangdengan menggunakan AHP(Analytical Hierarchy Process)

HASIL AKHIR

Rekomendasi : KEGIATAN PRIORITAS

LOKASI PRIORITAS

KEBIJAKAN :

SDGs Kawasan Kumuh Perkotaan RPJPN (Kota Tanpa Permukiman

Kumuh) RPJMD (Target 2019 Nol Persen Kumuh) Permen PUPR Nomor 02/PRT/M/2016

(Program Kegiatan 7 Indikator danPertimbangan lain)

SK Walikota Palembang Nomor 488Tahun 2015 Tentang Lokasi Kumuh (59Kelurahan

ISU :

Terbatasnya Anggaran Pembangunan Memerlukan Prioritas Pembangunan yang

berkelanjutan

1. Aspek Fisik Lingkungan2. Aspek Sosial Dalam Bentuk

Komitmen Masyarakat MelaluiPartisipasi dalam MemeliharaLingkungan Permukiman

3. Aspek Ekonomi

Page 27: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

Secara administrasi Kelurahan 29 ilir merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan Ilir Barat II Kota Palembang terletak antara 2°52’ sampai 3°5’ LS dan

104°37’ sampai 104°52’ BT dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan

laut. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1998 luas wilayah Kota Palembang adalah

400,61 km2 atau 40.061 ha, yang terbagi menjadi 16 kecamatan dan 107

kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan 29 Ilir.

2.1.1. Kondisi Fisik dan Geografis Kelurahan 29 Ilir

Kelurahan 29 Ilir berada di wilayah Kecamatan Ilir Barat II Kota

Palembang dengan memiliki 11 wilayah rukun warga (RW) dan 35 rukun

tetangga (RT). Secara administratif Kelurahan 29 Ilir memiliki luas wilayah 32,5

hektar (ha) dengan berbatasan sebelah utara 26 Ilir Kelurahan Talang Semut,

sebelah timur Kelurahan 28 Ilir, sebelah selatan berjarak sekitar 200 meter dari

Sungai Musi dan sebelah barat Kelurahan 30 Ilir.

Lokasi Kelurahan 29 Ilir sangat strategis dan berada dipinggiran Sungai

Musi dan sebagai sub pusat pelayanan kota dengan fungsi utama sebagai kawasan

perdagangan, perkantoran, jasa, perumahan dan industri kecil. Gambaran umum

peta administrasi Kelurahan 29 Ilir disajikan pada Gambar 2.1.

Page 28: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

11

Gambar 2.1. Wilayah Administrasi Kelurahan 29 Ilir

Page 29: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

12

2.1.2. Pola Pemanfaatan Lahan di Kelurahan 29 Ilir

Sebagian besar pola pemanfaatan lahan di Kelurahan 29 Ilir masih

didominasi oleh permukiman dimana luas lahan yang diperuntukkan permukiman

sebanyak 31.52 ha sedangkan lainnya sebanyak 1.48 ha. Secara visual dan estetis

kondisi pola permukiman di Kelurahan 29 Ilir merupakan kampung biasa dengan

kepadatan bangunan cukup padat dimana jarak antar bangunan cukup rapat.

Gambaran umum kepadatan bangunan disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kondisi Kepadatan Bangunan di Kelurahan 29 Ilir

Sumber: Dokumentasi, 2017

Gambaran umum pola pemanfaatan lahan dilihat secara spasial di Kelurahan

29 Ilir dan sekitarnya disajikan pada Gambar 2.3

Page 30: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

13

Gambar 2.3. Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kelurahan 29 Ilir

Sumber: Bapeda Kota Palembang 2014

Page 31: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

14

2.1.3. Kondisi Kependudukan

Menurut data Tahun 2016 Jumlah penduduk Kelurahan 29 yang tersebar di

11 Rukun Warga (RW) dengan 35 RT sebanyak 8.928 jiwa terdiri dari 2.176 KK

(Kepala Keluarga) dengan jumlah laki-laki 4.265 jiwa sedangkan perempuan

sebanyak 4.663 jiwa serta untuk kepadatan penduduk per hektar (ha) sebesar

263, 09 ha. Gambar umum sebaran jumlah penduduk disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel. 2.1 Jumlah Penduduk Kelurahan 29 Ilir

NO WilayahJumlah KK Jumlah Jiwa

RT RK L P

1 RW I 176 180 393 372

2 RW II 159 170 331 273

3 RW III 258 299 693 490

4 RW IV 138 152 323 252

5 RW V 165 176 274 393

6 RW VI 148 159 335 398

7 RW VII 213 221 393 493

8 RW VIII 146 157 283 272

9 RW IX 183 195 329 498

10 RW X 243 256 417 563

11 RW XI 209 211 494 659

JUMLAH 2.038 2.176 4.265 4.663

Sumber: Monografi Kelurahan 29 Ilir 2016

Page 32: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

15

2.1.4. Kondisi Sosial dan Budaya

Sosial budaya masyarakat di kelurahan 29 ilir terutama kebersamaan

gotong royong masih rendah. Kegiatan gotong royong di setiap wilayah

permukiman telah lama dilakukan dan merupakan program Walikota Palembang

yang melibatkan para RT, namun program tersebut tidak bisa berjalan apabila

masyarakat kurang berpartisipasi dalam menjaga atau memelihara lingkungan.

Terilihat sebagian masyarakat tidak mau berpartisipasi dalam membersihkan

lingkungan permukiman.

2.1.5. Mata Pencahariaan Penduduk

Jumlah penduduk berdasarkan karateristik jenis pekerjaan di Kelurahan 29

Ilir tahun 2016, sangat beragam terdiri dari Pegawai Negeri Sipil berjumlah 780

jiwa atau 8,98% (sembilan persen), wiraswasta 1.748 jiwa atau 20,13% (tujuh

belas persen), Buruh dan tani 612 jiwa atau 7,05%, Pensiunan 92 jiwa atau

10,59%, Jasa 1.003 jiwa atau 11,55%, Pelajar 1.524 jiwa atau 17,55% dan lain-

lain 2.909 jiwa atau 33,50%. Gambaran umum mata pencahariaan penduduk di

Kelurahan 29 Ilir tersaji pada tabel 2.2.

Tabel. 2.2 Tingkat Mata pencahariaan Penduduk Kelurahan 29 Ilir

No Tingkat Pekerjaan Jumlah(Jiwa)

Presentase(%)

1 PNS 780 8,982 Wiraswasta 1.748 20,133 Buruh/Tani 612 7,054 Pensiunan 92 10,596 Jasa 1.003 11,557 Pelajar/Mahasiswa 1.524 17,558 Lain-lain 2.909 33,50

Jumlah 8.682 100,00Sumber: Kecamatan Ilir Barat II Dalam Angka 2016

Page 33: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

16

2.1.6. Kondisi Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial yang ada di sekitar Kelurahan 29 Ilir meliputi fasilitas

pendidikan, fasilitas kesehatan serta fasilitas peribadatan. Fasilitas pendidikan

yang ada di Kelurahan 29 Ilir cukup memadai.

2.1.6.1. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang ada di Kelurahan 29 Ilir mulai dari jenjang

pendidikan terbawah hingga jenjang pendidikan tertinggi cukup terlayani.

Pendidikan dari yang terendah seperti PAUD (pendidikan anak usia dini) atau

taman kanak-kanak (TK) jumlahnya sekitar 1 unit, selebihnya berada di luar

wilayah kelurahan, pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 5 unit dan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) 3 unit dan Sekolah Menengah Atas (SMA/MAN) 1

unit.

Tabel. 2.3 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan 29 Ilir

No Sekolah Unit1 TK/Paud 12 SD 33 SMP 34 SMA/MAN 1

Jumlah 8Sumber: Kecamatan Ilir Barat II Dalam Angka 2016

Untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan jumlah pendidikan

tinggi setingkat Universitas tersebar secara umum berada di luar wilayah dan

masih terjangkau ± 5 km dari permukiman Kelurahan 29 Ilir.

2.1.6.2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tersedia seperti puskesmas yang tersebar di

masing-masing RW ada 5 buah. Saat ini sarana kesehatan seperti rumah sakit

Page 34: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

17

yang ada di Kelurahan 29 Ilir cukup tersedia walaupun harus keluar wilayah

kelurahan ini.

2.1.6.3. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang ada di Kelurahan ini adalah menganut agama

islam dimana ada 10 mushola dan 1 masjid yang tersebar di masing-masing RW,

ada juga yang beragama kristen hal ini terlihat jumlah bangunan 2 gereja. Seperti

tersaji pada tabel 2.4

Tabel. 2.4 Jumlah Sarana Ibadah di Kelurahan 29 Ilir

No Tempat Ibadah Unit

1 Mesjid 12 Langgar/Mushola 103 Gereja 24 Vihara/Klenteng 05 Pura 0

Jumlah 13Sumber: Kecamatan Ilir Barat II Dalam Angka 2016

2.1.7. Kondisi Perekonomian

Secara umum kondisi perekonomian Kelurahan 29 Ilir terpusat pada

sektor tersier, dimana kegiatan perdagangan dan jasa seperti kegiatan pasar

tradisional yang merupakan kebutuhan pokok, aneka ragam barang kebutuhan,

rumah makan, pasar modern, kegiatan wisata sangat dominan. Kondisi

perekonomian di Kelurahan 29 Ilir merupakan kegiatan yang cukup strategis,

mengingat wilayah tersebut merupakan sentral pusat kegiatan masyarakat Kota

Palembang yang sering dikunjungi, seperti pasar sekanak, pasar 16 sebagai pusat

grosir berbagai jenis barang serta tempat hiburan dan tempat wisata bagi warga

Kota Palembang yaitu keberadaan Benteng Kuto dan sejarah Jembatan Ampera.

Page 35: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

18

Gambaran umum kegiatan perekonomian di wilayah Kelurahan 29 Ilir disajikan

pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kondisi Kegiatan Pariwisata dan Perekonomian di wilayahKelurahan 29 Ilir

Sumber: Dokumentasi, 2017

2.1.8. Kondisi Prasarana Dasar Lingkungan

Prasarana permukiman di wilayah Kelurahan 29 Ilir yang meliputi,

jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan persampahan,

jaringan listrik.

2.1.8.1. Jaringan Jalan

Pola jaringan jalan merupakan pembentuk struktur ruang. Jalan Ki

Gedeng Ing Suro merupakan poros utama kawasan dengan lebar 5 meter. Di poros

Page 36: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

19

ini merupakan jalan utama Kelurahan 29 Ilir yang merupakan pusat-pusat

perdagangan. Lebar jalan cukup untuk kendaraan roda empat, dan rumah-rumah

dibangun memperhatikan garis sempadan bangunan. Adapun jarak dari

permukiman di Kelurahan 29 Ilir ke pusat kota lebih kurang 2 km (dua kilometer).

Gambaran umum kondisi jaringan jalan di wilayah Kelurahan 29 Ilir disajikan

pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Kondisi Jaringan Jalan Umum di wilayah Kelurahan 29 Ilir

Sumber: Dokumentasi, 2017

2.1.8.2. Kondisi Jaringan Listrik

Di wilayah Kelurahan 29 Ilir hampir seluruh masyarakat sudah teraliri

listrik dari PLN dalam hal ini dengan banyaknya 7.531 pelanggan. Selebihnya

masyarakat sebagian ada yang sewa dari rumah yang memiliki aliran listrik dari

PLN.

2.1.8.3. Kondisi Jaringan Drainase

Sistem drainase yang ada di wilayah permukiman Kelurahan 29 Ilir

terdiri dari 2 fungsi yaitu kondisi drainase utama dan drainase lingkungan.

Drainase utama yang merupakan penghubung drainase inti menuju ke Sungai

Page 37: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

20

Musi. Kondisi drainase utama di lingkungan Kelurahan 29 Ilir mengalami

pendangkalan, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu menumpuknya sampah

rumah tangga akibat seringnya membuang sampah ke saluran. Gambaran umum

kondisi drainase utama yang terhubung ke sungai Musi seperti disajikan pada

Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Kondisi Jaringan Drainase Utama Lingkungan di Kelurahan29 Ilir Menuju Sungai Musi

Sumber: (Dokumentasi, 2017)

Kondisi Jaringan drainase lingkungan terdapat 2 tipe di Keluarahan 29 Ilir

yaitu drainase tertutup dan drainase terbuka. Tipe drainase tertutup hanya terdapat

di bagian depan atau pinggir jalan utama. Aliran air pada jaringan drainase jalan

sering tidak mengalir dengan baik (tersumbat) adanya sendimentasi atau lumpur.

Kondisi jaringan drainase disajikan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Kondisi Drainase di Lingkungan Kelurahan

29 Ilir

Page 38: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

21

2.1.8.4. Kondisi Pengelolaan Persampahan

Sistem pengumpulan sampah di wilayah Kelurahan 29 Ilir pelayanannya

terbatas pada sepanjang jalan utama, pasar dan daerah perdagangan oleh Dinas

Kebersihan dan Keindahan Kota. Keberadaan sarana persampahan di lingkungan

Kelurahan 29 Ilir megalami penurunan kuantitas (jumlah), terutama sarana TPS

(tempat pembuangan sampah sementara). Gambaran umum kondis TPS tersebut

dapat disajikan pada Gambar 2.8.

Gambar 8. Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)Lingkungan di Kelurahan 29 Ilir

Sumber: (Dokumentasi, 2017)

2.2. Persebaran Permukiman Kumuh di Kelurahan 29 Ilir

Jumlah persebaran kawasan permukiman kumuh yang terdapat di Kelurahan

29 Ilir tersebar di 12 Rt dengan luas kawasan kumuh sebesar 4,81 hektar dengan

jumlah penduduk 2365 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki 1207 jiwa dan

perempuan 1158 jiwa dengan jumlah MBR (masyarakat berpenghasilan rendah)

201 jiwa. Gambaran umum persebaran permukiman kumuh di Kelurahan 29 ilir

disajikan pada Tabel 2.5.

Page 39: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

22

Tabel 2.5 Karateristik Persebaran Permukiman Kumuh di Kelurahan29 Ilir Kota Palembang

No WilayahRT/RW

JumlahKK

JumlahKepalaRumahTanggaMBR

JumlahPendudukLaki-laki

JumlahPendudukPerempuan

JumlahBangunan

1 RT1_ RW1 73 27 155 144 312 RT2_ RW1 53 27 87 115 303 RT9_ RW4 44 19 89 91 194 RT12_RW5 13 13 48 37 135 RT13_RW5 30 6 74 61 106 RT14_RW6 63 15 135 128 177 RT17_RW7 69 14 141 128 148 RT20_RW8 25 6 26 38 69 RT21_RW8 71 15 130 115 1810 RT30_RW2 42 16 81 92 1811 RT31_RW6 43 14 100 65 1412 RT35_RW9 68 29 141 144 32

Jumlah 594 201 1.207 1.158 222Sumber : Baseline Data P2KKP Kota Palembang 2015

2.3. Kawasan Permukiman Kumuh Di Indonesia

Permukiman kumuh yang tersebar pada beberapa bagian kota negara-negara

berkembang, khususnya yang terdapat di kota-kota Indonesia, tidak terlepas dari

sejarah perkembangan kota. Di era kolonial perencanaan dan pembangunan

fasilitas kota hanya terbatas pada bagian-bagian kota yang dihuni oleh masyarakat

Eropa dan Cina, serta daerah pusat kota yang merupakan daerah perdagangan dan

perkantoran pemerintah. Bagian kota yang dihuni masyarakat pribumi pada

umumnya tidak mempunyai fasilitas dan utilitas kota yang memadai dan layak

sebagai daerah permukiman, dalam (Koestoer, 2001).

Karakteristik permukiman kumuh yang paling menonjol terlihat dari

kualitas bangunan rumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatan bangunan

yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan yang sangat terbatas, kalaupun ada

Page 40: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

23

berupa gang-gang sempit yang berliku-liku, tidak adanya saluran drainase dan

tempat penampungan sampah, sehingga terlihat kotor dan jorok, tidak jarang pula

permukiman kumuh terdapat didaerah yang secara berkala mengalami banjir

(Rebekka, 1991 dalam Koestoer, 2001).

Daerah kumuh adalah daerah di mana rumah dan kondisi hunian

masyarakat di daerah tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana

yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan

bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun

persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan

fasilitas sosial lainnya (Heston dan Yusuf, 2013).

2.4. Beberapa Pengertian

2.4.1. Perumahan dan Permukiman

Kata perumahan dan permukiman seolah dua kata yang tidak pernah

terpisahkan, keduanya pengertian dasar yang berbeda. Perumahan sering dianggap

unsur pembentuk permukiman usaha untuk membangun, menata dan memelihara

perumahan dianggap sebagai permasalahan yang harus dijawab dalam kebijakan

dan perencanaan perumahan. Perhatian yang hanya terfokus pada perumahan bisa

menjadi suatu tindakan sia-sia, karena hanya mendapatkan kumpulan bangunan

yang dinamakan perumahan tanpa kehidupan manusianya (Yuwono, 2009).

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, bahwa perumahan dan permukiman merupakan suatu

sistem yang terdiri dari atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,

penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan

Page 41: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

24

dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,

penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

2.4.2. Perumahan

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik

perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan

utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni (Pasal 1

ayat 2 Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman)

Menurut Kuswartojo dalam Yuwono (2009), bahwa perumahan dibagi

menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kawasan Perumahan Terencana

Kawasan perumahan yang dibangun secara terencana dan secara umum

mempunyai keseragaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas dan tata

letak bangunan, serta terintegrasi dengan pembangunan prasarana dan

sarana perumahan. Pembangunannya dilakukan oleh para pengembang

swasta atau pemerintah dan bersifat komersil.

2. Kawasan Perumahan Swadaya

Perumahan yang dibangun oleh perorangan secara swadaya di

perkampungan dan tidak mempunyai keseragaman dari aspek bentuk,

ukuran, kualitas dan tata letak bangunan serta tidak adanya master plan

yang jelas dalam penyediaan prasarana dan sarana perumahan.

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan dalam Raharjo (2010), bahwa lokasi kawasan

perumahan yang layak adalah :

Page 42: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

25

1. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara)

2. Tersedia air bersih

3. Memiliki kemungkinan untuk mengembangkan pembangunan kedepan

4. Mempunyai aksesibilitas yang baik

5. Mudah dan aman mencapai tempat kerja

6. Tidak berada dibawah permukaan air setempat

7. Mempunyai kemiringan rata-rata.

2.4.3. Permukiman

Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang–Undang No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa Permukiman merupakan bagian

dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang

mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang

kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Menurut Sastra dalam Handayani (2008), elemen permukiman terdiri dari

beberapa unsur yaitu alam, manusia, masyarakat, bangunan/rumah, dan jaringan

(networks).

1. Alam: Alam disini meliputi kondisi geologi, topografi, tanah, air,

tetumbuhan dan hewan

2. Manusia: Di dalam satu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku

utama kehidupan di samping makhluk hidup lain seperti hewan, tumbuhan

dan lainnya. Sebagai makhluk yang paling sempurna dalam kehidupannya

manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang kelangsungan

hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur dan lain-

Page 43: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

26

lain), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional serta kebutuhan akan

nilai-nilai moral.

3. Masyarakat: Masyarakat merupakan kesatuan sekelompok orang (keluarga)

dalam suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-

hal yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat

yang mendiami suatu wilayah permukiman yaitu : pertama Kepadatan dan

komposisi penduduk, Kedua Kelompok sosial, Ketiga Adat dan

kebudayaan, Keempat Pengembangan ekonomi, Kelima Pendidikan,

Keenam Kesehatan dan Ketujuh Hukum dan administrasi.

4. Rumah: Rumah merupakan wadah bagi manusia (keluarga). Oleh karena itu

dalam perencanaan dan pengembangannya perlu mendapatkan perhatian

khusus agar sesuai dengan rencana kegiatan yang berlangsung di tempat

tersebut. Pada prinsipnya bangunan yang bisa digunakan sepanjang

operasional kehidupan manusia bisa dikategorikan sesuai dengan fungsi

masing-masing yaitu: Pertama Rumah pelayanan masyarakat (misalnya

sekolah, rumah sakit, dan lain-lain), Kedua Fasilitas rekreasi (fasilitas

hiburan), Ketiga Pusat perbelanjaan (perdagangan) dan pemerintahan,

Keempat Industri dan Kelima Pusat transportasi.

5. Jaringan (Networks): Jaringan merupakan sistem buatan maupun alam yang

menyediakan fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk

sistem buatan, tingkat pemenuhannya bersifat relatif, di mana antara

wilayah permukiman yang satu dengan yang lain tidak harus sama. Sebagai

contoh di daerah pegungunan air bersih dapat dengan mudah diperoleh

sehingga tidak membutuhkan jaringan air bersih. Jaringan air bersih

Page 44: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

27

diperkotaam mutlak diperlukan karena air dari sumur biasanya sudah

tercemar limbah. Sistem buatan yang keberadaannya diperlukan di dalam

wilayah permukiman yaitu: Pertama Sistem jaringan air bersih, Kedua

Sistem jaringan listrik, Ketiga Sistem transportasi, Keempat Sistem

komunikasi, Kelima Drainase dan air kotor dan Keenam Tata letak fisik.

2.4.4. Pengertian Permukiman Kumuh

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman bahwa:

1. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas

fungsi sebagai tempat hunian.

2. Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena

ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan

kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas lebih lanjut melalui Peraturan

Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2016 tentang Karakteristik Perumahan Kumuh

dan Permukiman Kumuh sebagai berikut:

1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman, yang mengalami

degradasi kualitas.

2. Kondisi bangunan memiliki kepadatan tinggi, tidak teratur dan tidak

memenuhi syarat.

3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan

prasarana ditetapkan dalam lingkup keciptakaryaan), yaitu:

a. Jalan Lingkungan,

b. Drainase Lingkungan,

Page 45: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

28

c. Penyediaan Air Bersih/Minum,

d. Pengelolaan Persampahan,

e. Pengelolaan Air Limbah,

f. Proteksi Kebakaran.

g. Perbaikan Bangunan Tempat Tinggal

h. Pertimbangan lain berkaitan dengan nilai strategis lokasi, kependudukan,

sosial dan ekonomi.

2.4.5. Ciri-Ciri Permukiman Kumuh

Menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa, permukiman kumuh

adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan,

tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan

prasarana yang tidak memenuhi syarat.

2.4.6. Aspek Permukiman Kumuh

Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek

penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana

dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik

dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem

kota. Oleh karena itu permukiman kumuh harus senantiasa dipandang secara utuh

dan intégral dalam dimensi yang lebih luas. Beberapa dimensi permukiman

kumuh yang senantiasa harus mendapat perhatian serius adalah: permasalahan

lahan di perkotaan, permasalahan prasarana dan sarana dasar, permasalahan sosial

ekonomi, permasalahan sosial budaya, permasalahan Tata Ruang Kota, serta

permasalahan aksesibilitas (Sastra dan Marlina, 2006).

Page 46: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

29

2.4.7. Tipologi Permukiman Kumuh

Secara umum lingkungan permukiman kumuh dapat diklasifikasikan

menjadi 5 (lima) tipologi permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara

geografis, terdiri dari permukiman kumuh diatas air, kumuh di tepi air, kumuh di

daratan rendah, kumuh di perbukitan dan kumuh di daerah rawan bencana, hal ini

berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2016 tentang

karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai berikut:

1. Permukiman Kumuh diatas Air

Memperhatikan karakteristik daya guna, daya dukung, daya rusak air serta

kelestarian air . erumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di atas

air, baik daerah pasang surut, rawa, sungai ataupun laut.

2. Permukiman Kumuh di tepi Air

Memperhatikan karakteristik daya dukung tanah tepi air, pasang surut air

serta kelestarian air dan tanah. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh

yang berada tepi badan air (sungai, pantai, danau, waduk dan sebagainya),

namun berada di luar Garis Sempadan Badan Air.

3. Permukiman Kumuh di dataran rendah

Memperhatikan karakteristikdaya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian

tanah. perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah

dataran rendah dengan kemiringan lereng < 10%.

4. Permukiman Kumuh di Perbukitan

Memperhatikan karakteristikdaya dukung tanah, jenis tanah serta kelestarian

tanah. perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang berada di daerah

dataran rendah dengan kemiringan lereng >10%. Dan < 40%

Page 47: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

30

5. Permukiman Kumuh di daerah rawan bencana.

Memperhatikan karakteristik kebencanaan, daya dukung tanah, jenis tanah

serta kelestarian tanah. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

terletak di daerah rawan bencana alam, khususnya bencana alam tanah

longsor, gempa bumi dan banjir.

6. Dan Permukiman Kumuh Tepian/Sempadan Sungai

Permukiman Kumuh Tepian sungai adalah permukiman kumuh yang berada

diluar Garis Sempadan Sungai (GSS) Permukiman kumuh tepian sungai ini

dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tipe (Suwardi, 2015) yaitu:

a. Apabila sungai yang bersangkutan mempunyai tanggul, maka dengan

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, lingkungan permukiman yang dimaksud terletak

sekurang-kurangnya 5 (lima) meter sepanjang kaki tanggul, sedangkan

untuk sungai tidak bertanggul, letak permukiman yang dimaksud berada

diluar sempadan sungai yang lebarnya ditetapkan oleh pemerintah

setempat. Demikian juga permukiman untuk sungai yang bertanggul dan

tidak bertanggul, yang berada diwilayah perkotaan, letak permukiman

yang dimaksud berada diluar garis sempadan sungai yang lebarnya

ditetapkan oleh pemerintah setempat.

b. Lingkungan permukiman yang kumuh yang berada dikota-kota yang

secara histories menetapkan sungai sebagai komponen prasarana yang

sangat vital dan masih berlangsung sampai saat ini. Pada umumnya letak

permukiman kumuh dikota-kota seperti ini berada di koridor tepian

sungai. Karakteristik bangunan dan lingkungan ini dapat dibedakan

Page 48: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

31

menjadi 3(tiga) tipe, yaitu tipe rakit, panggung dan bertumpu langsung

pada tanah. Unit-unit bangunan tipe panggung pada umumnya

merupakan transisi antara bangunan tipe rakit yang bertumpu langsung

pada tanah.

Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, Pola penanganan permukiman kumuh yang dapat dilakukan antara

lain: pertama pencegahan Pola penanganan pencegahan terdiri atas pengawasan dan

pengendalian melalui kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan

sesuai dengan peraturan dan perundang undangan, pemberdayaan masyarakat :

pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi, kedua peningkatan

kualitas dengan pola penanganan peningkatan kualitas terdiri atas Pemugaran:

Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni, ketiga Peremajaan

yaitu mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan

keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal

bagi masyarakat, keempat pemukiman kembali melalui pemindahan masyarakat

dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana

tata ruang.

2.4.8. Pengertian Kampung

Menurut Kamus Tata Ruang (Direktorat Jenderal Cipta Karya Depertemen

Pekerjaan Umum, 1998) bahwa kelompok rumah yang menempati wilayah

tertentu dan merupakan bagian dari wilayah Kecamatan. Kampung dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu Kampung Etnis dan Kampung Kota,

secara substantif dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 49: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

32

1. Kampung Etnis (Ghetto)

Merupakan kawasan permukiman kota yang lama dengan kekhasan tradisi

seperti perkampungan kelompok masyarakat tertentu antara lain disebabkan

oleh persamaan bahasa, adat, kebudayaan, agama. Biasanya kelompok etnis

tersebut merupakan minoritas di masyarakat sekitarnya, seperti contoh

kampung yang ada di Indonesia berdasarkna etnis antara lain Kampung

Cina (di Jakarta), Kampung arab (di Jakarta dan Palembang), Kampung

Keling (di Medan), Kampung Bali (di Jakarta) dan lain-lain.

2. Kampung Kota

Merupakan kelompok perumahan yang merupakan bagian kota, mempunyai

kepadatan penduduk yang tinggi, kurang prasarana dan sarana terutama

kualitas kesehatan merupakan masalah yang paling utama. Selain itu

kamung kota dihuni berpenduduk sangat padat dan cenderung semakin

padat. Sedangkan luasan kampung kota secara fisik tidak ada luasan

tertentu, jadi dapat lebih besar dari satu kelurahan dan mengandung arti

perumahan yang dibangun secara tidak formal (mengikuti ketentuan-

ketentuan kota).

2.5. Kesehatan Lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Karena lingkungan merupakan salah

satu faktor penentu derajat kesehatan lingkungan. Himpunan Ahli Kesehatan

Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai

suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang

Page 50: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

33

dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas

hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatun dan Daryanto, 2015).

Penanganan lingkungan permukiman kumuh sangat berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan hidup, karena lingkungan permukiman merupakan bagian

dari lingkungan hidup yang harus di kelola oleh manusia. Adanya pengelolaan

lingkungan hidup terutama terhadap lingkungan permukiman adalah upaya untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup di permukiman terutama pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

2.5.1. Persyaratan Kesehatan Permukiman Perkotaan

Persyaratan permukiman perkotaan yang memenuhi kualitas lingkungan

yang sehat (Santoso, 2015) sebagai berikut:

1. Keberadaan Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran

sungai, aliran lahar, tanah longsor dan banjir

b. Tidak terletak pada daerah tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

dan bekas lokasi pertambangan

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan kebakaran, seperti

jalur pendaratan penerbangan

2. Kualitas Air

Air yang digunakan sebaiknya mempunyai kualitas yang cukup baik,

misalnya air perusahaan air minum (PAM/Air Ledeng); akan tetapi jika

air PAM belum mecapai lokasi permukiman dan penduduk menggunakan

air tanah maka sebaiknya air tanah tersebut minimal memenuhi

persyaratan air baku air minum.

Page 51: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

34

3. Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran

Kualitas udara di lingkungan permukiman harus bebas dari gas beracun,

baik oleh alam atau aktivitas manusia, dan memnuhi persyaratan baku

mutu udara yang berlaku.

4. Kualitas Tanah

Kualitas tanah pada daerah permukiman harus memenuhi persyaratan

minimal mengetahui dari rasa, warna dan bau.

5. Terbebas dari vektor penyakit minimal indeks jentik nyamuk di

perumahan tidak melebihi 5% (lima persen)

6. Sarana dan Prasarana Lingkungan

Daerah permukiman sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana yang

cukup memadai seperti:

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perlindungan

vektor penyakit.

c. Memiliki sarana jalan lingkungan

d. Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air cukup sepanjang

waktu dengan kualitas air yang memenuhi syarat kualitas air.

e. Adanya pengelolaan pembuangan kotoran dan limbah rumah

tangga yang memenuhi persyaratan

f. Adanya pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial,

seperti: keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat

hiburan dan tempat pendidikan

Page 52: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

35

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan

7. Penghijauan

Pepohonan untuk menghijauan di lingkungan perumahan merupakan

pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan dan keselarasan alam. Ciri-

ciri lingkungan yang sehat dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari

tercermin dari rumah dan gaya hidup seseorang, lingkungan yang sehat

dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara

membersihkan tempat tinggal kita dan bebas dari sampah, berikut ini yang

dapat diambil untuk menjaga agar lingkungan tetap sehat salah satunya

adalah menyediakan tempat sampah di bagian–bagian tertentu rumah, hal

ini agar tidak membiarkan sampah menumpuk atau berserakan baik

dihalaman maupun di sungai (Mundiatun dan Daryanto, 2015).

2.6. Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan Permukiman

Masalah lingkungan hidup merupakan gejala dari sikap penglihatan

pembangunan yang kurang menyadari pentingnya pelestarian lingkungan, dalam

hal ini manusia tidak memiliki etika lingkungan yang benar atau keliru, bahwa

manusia bukan sebagai bagian dari alam, tetapi sebagai mahluk yang berkuasa,

penakluk dan pengatur alam (Neolaka, 2008).

Keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan terutama yang berkaitan

dengan perbaikan kualitas lingkungan permukiman di kampung-kampung kota,

diawali dengan adanya kesadaran dalam berlingkungan salah satunya adalah etika

dan moral masyarakat terutama komitmen dalam memelihara lingkungan

permukiman. Upaya menanamkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan

lingkungan hidup agar masyarakat hidup sehat dan sejahtera yaitu dimulai dengan

Page 53: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

36

pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingya menjaga lingkungan

demi kelangsungan hidup manusia. (Mundiatun dan Daryanto, 2015).

2.7. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah

pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang, artinya sebagai

upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak

melampaui ekosistem yang mendukung kehidupannya (Brundtland, 1987).

Laporan brundtlan, Our Common Future berusaha untuk menemukan

perdebatan tentang lingkungan dalam dalam konteks ekonomi dan politik

pembangunan internasional, hal ini merupakan kelanjutan dari laporan Komisi

Brandt. Arus utama pembangunan berkelanjutan melalui ekonomi lingkungan

termasuk pembedaan antara modal alam dan buatan manusia, ekonomi ekologi

yang memperhitungkan ekplisit hubungan antara sistem ekonomi dan ekosistem

melalui modal budaya, yang berkaitan dengan lembaga yang mengatur

penggunaan manusia lingkungan, inisiatif kebijakan, termasuk penyesuaian

rekening ekonomi nasional untuk menginternalisasi lingkungan, penilaian dampak

sosial dan lingkungan dari proyek-proyek pembangunan merupakan elemen

penting dalam mempromosikan keberlanjutan, metodologi proyek dan bantuan

lembaga donor (Syahri, 2013).

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses sosial dan ekologis

untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tetap mempertahankan kualitas

lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan dapat dibagi menjadi 3 aspek yaitu

Page 54: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

37

Pertama keberlanjutan lingkungan hidup, Kedua keberlanjutan secara ekonomi

dan Ketiga berkelanjutan secara sosial dan politik. (Syahri, 2013).

Untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan tentunya bertujuan untuk

menciptakan pelestarian lingkungan hidup binaan. Sebagaimana 4 (empat) isu

global menyangkut agenda pelestarian lingkungan hidup salah satunya adalah

pelestariaan lingkungan hidup di perkotaan yaitu: Pertama penggunaan tanah di

kota besar; Kedua sanitasi lingkungan; Ketiga air bersih; Keempat manajemen

pertumbuhan kota; Kelima kesejahteraan sosial dan pendidikan; Keenam

lingkungan dan perumahan kumuh; Ketujuh penghijauan di kota besar (Ismawan

dalam Syahri, 2013).

Implementasi konsep pembangunan berkelanjutan harus bisa

mempertemukan paling tidak 3 (tiga) tujuan pembangunan, yaitu tujuan ekonomi,

tujuan sosial, dan tujuan ekologi, seperti tersaji pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Sumber: (Akib. 2014). Hukum Lingkungan. Perspektif Global dan Nasional

TUJUANEKONOMI

(pertumbuhan,pemerataan dan efisiensi)

TUJUAN SOSIAL(pemberdayaan,parti

sipasi, mobilitasisosial,kohesi sosial

dan identitasbudaya)

TUJUAN EKOLOGI(keutuhan

ekosistem,dayadukung,keanekaragam

an hayati danlingkungan global)

Page 55: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

38

2.8. Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Dalam sistem pemerintahan yang dekomratis, konsep partisipasi

masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung

dengan hakikat demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada

rakyat sebagai pemegang kedaulatan (Muta’ali, 2013). Ada 3 (tiga) alasan utama

mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting?. Pertama,

partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Kedua,

masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika

merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka

akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan

suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat

mereka sendiri. Dan dapat dirasakan bahwa merekapun mempunyai hak untuk

turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan

dilaksanakan. (Muta’ali, 2013).

2.9. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh (Saaty,1970 dalam

Atmanti, 2008). AHP ini merupakan sistem pembuat keputusan dengan

menggunakan model matematis. Analisis AHP membantu dalam menentukan

prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan

berpasangan dari masing-masing kriteria. Penggunaan model AHP yang luwes

yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun

Page 56: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

39

ide-ide dan mendefinisikan permasalahan dengan cara membuat asumsi mereka

masing-masing, guna memperoleh pemecahan yang diinginkan. Berbagai

keuntungan AHP menurut (Saaty 1993 dalam Atmanti, 2008) adalah:

1. Kesatuan: AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,

luwes untuk aneka ragam persoalan terstruktur.

2. Kompleksitas: AHP memadukan rancangan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan

elemen–elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran

linier.

4. Penyusunan hierarki: AHP mencerminkan kecenderungan mendalami

pikiran untuk memilih-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai

tingkatan berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap

tingkat.

5. Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud

suatu metode untuk menetapkan suatu prioritas.

6. Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-

pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintetis: AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan

setiap alternatif.

8. Tawa menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari

berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik

berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

Page 57: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

40

9. Penilaian dan konsensus: AHP tidak memaksakan konsensus tetapi

mensistensi suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang

berbeda-beda.

10. Pengulangan proses: AHP memungkinkan orang memperhalus definisi

mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan

pengertian mereka melalui pengulangan.

Menurut Saaty, 1993 dalam La Ode dan Yahya, 2007 dalam Atmanti, 2008,

terdapat 3 (tiga) prinsip utama dalam masalah AHP yaitu: Pertama Decomposition

(memecah permasalahan), Comparative Judgement (membuat penilaian),

synthesis of priority (mencari nilai prioritas lokal) dan Logical Consistency

(ukuran kekonsistensian responden terhadap penilaiannya). Ketiga prinsip utama

diatas merupakan tahapan analisis AHP yang yang harus dipahami.

1. Decomposition: setelah permasalahan didefinisikan, maka perlu di diurai

permasalahan yang utuh menjadi menjadi sebuah hirarki dengan setiap

tingkatan terdiri dari beberapa elemen yang dapat dikelola, yang pada

giliran selanjutnya setiap elemen juga diurai sampai yang terkecil sehingga

membentuk hirarki yang lengkap.

1. Comparative Judgement: membuat penilaian tentang kepentingan relatif

dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkat

diatasnya. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih baik bila penilaian ini

disajikan dalam bentuk matrik yang dinamakan matrik Pairwase

comparison (perbandingan berpasangan).

2. Synthetis of Priority: mencari nilai eigen vector untuk mendapatkan nilai

prioritas (local priority)

Page 58: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

41

3. Logical Consistency, menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu

penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Pengujian ini perlu

dilakukan, karena dapat terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan

tersebut sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna

Proses analisis dengan model ahp ini pada dasarnya mencakup semua

aspek penting yang berkaitan dengan tujuan (Goals), yaitu membuat struktur

hirarki yang diawali dengan tujuan utama, dilanjutkan dengan kriteria

(subkriteria) dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang

paling bawah. Banyaknya level susunan hierarki tergantung pada permasalahan

yang dihadapi (Atmanti, 2008). Secara garis besar skema hierarki dapat disajikan

pada Gambar 2.10

Gambar 2.10. Susunan Hierarki Keputusan

Sumber: hasil modifikasi

Tujuan (Goal)

Kriteria.1 Kriteria.2 Kriteria.nKriteria.3

Alternatif.1 Alternatif.3 Alternatif.n

Sub. Kriteria.1 Sub. Kriteria.1 Sub. Kriteria.1 Sub. Kriteria.1

Sub. Kriteria.n Sub. Kriteria.nSub. Kriteria.nSub. Kriteria.n

Sub. Kriteria.2 Sub. Kriteria.2 Sub. Kriteria.2 Sub. Kriteria.2

Page 59: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

42

1. Membuat Matrik Perbandingan Antar Elemen

Untuk memberikan penilaian diperlukan suatu nilai matriks perbandingan

berpasangan (pairwise comparison) tingkat kepentingan antar kriteria, sub-

skala kuantitatif 1 (satu) sampai dengan 9 (sembilan) yang telah

dikembangkan berdasarkan sumber dari (Saaty, 1990 dalam Atmanti,

2008). Secara garis Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan dapat

disajikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Tingkat

Kepentingan

Kriteria Keterangan

1 Sama Penting Kedua elemen sama pentingnya

3 Sedikit lebih Penting Elemen yang satu sedikit lebih penting

5 Lebih Penting sangat penting ketimbang yang lainnya

7 Sangat Penting Sangat penting dari elemen lainnya

9 Mutlak Sangat

Penting

Mutlak lebih penting ketimbang lainnya

2,4,6 dan 8 Nilai Tengah Ragu-ragu diantara dua pertimbangan

Sumber: Thomas L.Saaty 1990 dalam Atmanti,2008

Pembobotan tingkat kepentingan apabila suatu kriteria A dinilai

lebih penting dengan nilai tingkat kepentingannya 3 dibandingkan dengan

kriteria B, maka kriteria B lebih penting 1/3 (satuperlima) dari kriteria A.

Apabila elemen A sama pentingnya dengan B, maka masing-masing

bernilai 1 (satu). Selanjutnya (pairwase comparison) perbandingan

berpasangan tersebut diaplikasikan kedalam bentuk tabel n x n. Bentuk

tabel tersebut dapat disajikan pada Tabel 2.7.

Page 60: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

43

Tabel 2.7. Matriks (pairwase comparison) Perbandingan Berpasangan

Kriteria/Alternatif A B C n

A 1

B 1

C 1

n 1

Sumber: hasil modifikasi dari Al-Harbi, 2001.

2. Penentuan Nilai Tingkat Kepentingan

Penetapan prioritas pada tiap-tiap hierarki dilakukan melalui proses

Priority Vector /eigen vector dan Normalized dengan mencari nilai bobot

untuk masing-masing kriteria prioritas dengan melakukan penjumlahan

setiap nilai bobot antar kriteria pada setiap baris tabel dibagi dengan

jumlah kriteria, Secara garis skala penentuan nilai prioritas dapat disajikan

pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Matrik Prioritas (pairwase comparison) Perbandingan Berpasangan

Kriteria/AlternatifA B C D

PriorityVektor/eigenvector

A 1B 1C 1D 1

Sumber: hasil modifikasi dari Al-Harbi, 2001.

3. Uji Konsistensi Pengambilan Keputusan

Melakukan uji konsistensi indeks dan rasio dengan membandingkan

bila nilai CR tidak lebih dari 10 % berarti menunjukkan kekonsistenan para

pengambil keputusan dalam menilai. dibawah ini adalah tabel orde matrik

yang mendapatkan nilai-nilai RI (random indeks) sebagai tolak ukur

Page 61: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

44

menguji kekonsistenan. Secara garis besar perbandingan uji konsistensi

dapat disajikan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Nilai Random Indeks

OrdeMatrik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber: Al-Harbi, 2001.

Menurut Thomas L. Saaty, 1990 bahwa salah satu cara pengukuran

konsistensi melalui Indeks Konsistensi dengan rumus sebagai berikut :

CI = max−− 1Keterangan:

CI = Consistency Index (Ratio Penyimpangan Konsistensi)

λ max = Nilai eigen (eigen value) terbesar dari matriks perbandingan

berpasangan berordo n

n = menyatakan kriteria/alternatif yang dibandingkan

Dengan membandingkan CI dengan RI maka didapat ukuran untuk

menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut Consistency

Ratio (CR), dengan rumus :

CR = CI/RI

Keterangan :

CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index dan RI = Random Index

Apabila ratio konsistensi (CR) 0,10 maka hasil penelitian dapat diterima

atau dipertanggung jawabkan. Jika tidak, maka pengambilan keputusan

Page 62: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

45

harus meninjau ulang masalah dan merivisi nilai matrik (pairwase

comparison) perbandingan berpasangan.

4. Kombinasi Penilaian Responden Para Pakar

Kombinasi penilaian merupakan menyatukan penilaian responden

para pakar yaitu akademisi, pemerintah dan lembaga non pemerintah sesuai

dengan bidangnya, terutama berkaitan dengan penentuan prioritas kegiatan

penanganan lingkungan permukiman kumuh. Proses kombinasi dalam

penelitian ini melalui program Expert Choise, dimana proses

perhitungannya secara langsung di kombinasikan oleh program.

5. Penentuan Nilai Rata–Rata Keterkaitan Antar Lokasi Kegiatan

Menghitung Nilai rata-rata (everage score) masing-masing lokasi untuk seluruh

usulan kegiatan berdasarkan penilaian responden bertujuan untuk menentukan terlebih

dahulu urutan nilai lokasi proritas berdasarkan sub kriteria, selanjutnya dilakukan

pengurangan nilai antar lokasi kegiatan. Cara menentukan NRK dapat dilihat dengan

rumus (Yuwono, 2013) dibawah ini:

NRK = TNRK

∑ N TNRK = total nilai kepentingan

∑ N = jumlah sub kriteria

2.10. Tinjauan Kebijakan

2.10.1. Tinjauan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah masyarakat yang

mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah

untuk memperoleh rumah yang layak huni (Undang-Undang No.1 Tahun 2011).

Page 63: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

46

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat

No.5/PERMEN/M/2007 ukuran penghasilan atau pendapatan rendah bagi

keluarga atau rumah tangga di Indonesia yaitu sampai dengan dua juta rupiah

(2.500.000) per bulan. Secara garis besar Standar Penghasilan dapat disajikan

pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Standar Kelompok Penghasilan Bagi Masyarakat BerpenghasilanRendah

Kelompok Sasaran Batasan Penghasilan (Rp/Bulan)

I 1.7 juta - 2.5 juta

II 1 juta - 1.7 juta

III < 1 juta

Sumber: Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 5/PERMEN/M/2007

2.10.2. Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Penyelenggaraan Perumahan danKawasan Permukiman

Menurut Pasal 129 Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, bahwa setiap orang

dapat memperoleh hak :

1. Menempati, menikmati, dan /atau memiliki/memperoleh rumah yang layak

dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

2. Melakukan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

3. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman

4. Memperoleh manfaat dari penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman

Page 64: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

47

5. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara

langsung sebagai akibat penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman

6. Mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan terhadap penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman yang merugikan masyarakat.

Sedangkan Pasal 130 Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, bahwa setiap orang

berkewajiban:

1. Menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kesehatan di perumahan

dan kawasan permukiman.

2. Turut mencegah terjadinya penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman yang merugikan dan membahayakan kepentingan orang lain

dan/atau kepentingan umum.

3. Menjaga dan memelihara prasarana lingkungan, sarana lingkungan, dan

utilitas umum yang berada di perumahan dan kawasan permukiman

4. Mengawasi pemanfaatan dan berfungsinya prasarana, sarana, dan utilitas

umum perumahan dan kawasan permukiman.

2.11. Keputusan Walikota Palembang Tantang Sebaran Kumuh

Berdasrkan Keputusan Walikota Palembang Nomor 488 Tahun 2014

Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh secara rinci tersaji pada

Tabel 2.11.

Page 65: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

48

Tabel. 2.11. Jumlah Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Palembang

No Kelurahan Kecamatan

LuasWilayah

(ha)

LuasWilayahKumuh

(ha)

TipeKumuh

1 Karya Jaya Kertapati 1608 10,09 Sedang

2 Ogan Baru Kertapati 63 23,37 Sedang

3 Kemang Agung Kertapati 160 13,77 Sedang

4 Kemas Rindo Kertapati 1622 21,28 Sedang

5 Keramasan Kertapati 804 20,89 Sedang

6 3 -4 Ulu Seberang Ulu 1 301 39,23 Sedang

7 9-10 Seberang Ulu 1 43 30,95 Sedang

8 12 Ulu Seberang Ulu 2 17 8,5 Sedang

9 16 Ulu Sebarang Ulu 2 394 197 Sedang

10 Tangga Takat Sebarang Ulu 2 228 114 Sedang

11 36 Ilir Gandus 93 23,38 Sedang

12 Pulokerto Gandus 3491 10,14 Sedang

13 Gandus Gandus 2953 7,88 Sedang

14 Sentosa Plaju 197 98,5 Sedang

15 Talang Putri Plaju 90 19,2 Sedang

16 Bagus Kuning Plaju 337 10,2 Sedang

17 Plaju Darat Plaju 111 38,5 Sedang

18 Talang Bubuk Plaju 120 12,7 Sedang

19 Plaju Ulu Plaju 232 13,7 Sedang

20 Plaju Ilir Plaju 26 12,121 Sedang

21 11 Ilir Ilir Timur 2 324 13 Sedang

22 Lawang Kidul Ilir Timur 2 33 162 Sedang

23 Kuto Batu Ilir Timur 2 89 16,5 Sedang

24 1 Ilir Ilir Timur 2 214 44,5 Sedang

25 2 Ilir Ilir Timur 2 60 107 Sedang

26 3 Ilir Ilir Timur 2 31 30 Sedang

27 10 Ilir Ilir Timur 2 139 15,5 Sedang

28 Sungai Buah Ilir Timur 2 8,2 69,5 Sedang

Page 66: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

49

29 13 Ilir Ilir Timur 1 8,7 4,1 Sedang

30 14 Ilir Ilir Timur 1 22,8 4,35 Sedang

31 15 Ilir Ilir Timur 1 16 11,4 Sedang

32 18 Ilir Ilir Timur 1 121 8 Sedang

33 Pipa Reja Kemuning 53 60,5 Sedang

34 26 Ilir DI Ilir Barat 1 33 26,5 Sedang

35 28 Ilir Ilir Barat 2 65 4,15 Sedang

36 27 Ilir Ilir Barat 2 67 6,99 Sedang

37 23 Ilir Bukit Kecil 18 9 Sedang

38 24 Ilir Bukit Kecil 79 39,5 Sedang

39 26 Ilir Bukit Kecil 345 172,5 Sedang

40 Sungai Selayur Kalidoni 420 210 Sedang

41 Kebun Bunga Sukarame 653,05 326,5 Sedang

42 Tuan Kentang Seberang Ulu 1 43 10,71 Ringan

43 Kertapati Kertapati 51 15,24 Berat

44 2 Ulu Seberang Ulu 1 43 13,69 Berat

45 5 Ulul Seberang Ulu 1 342 36,99 Berat

46 1 Ulu Seberang Ulu 1 62 30,37 Berat

47 7 Ulu Seberang Ulu 1 80 18,49 Berat

48 8 Ulu Seberang Ulu 1 358 11,06 Berat

49 Silaberanti Seberang Ulu 1 390 22,23 Berat

50 11 Ulu Seberang Ulu 2 25 15 Berat

51 13 Ulu Seberang Ulu 2 100 60 Berat

52 14 Ulul Sebarang Ulu 2 109 65,4 Berat

53 Karang Anyar Gandus 172 5,93 Berat

54 Karang Jaya Gandus 187 5,93 Berat

55 35 Ilir Ilir Barat 2 33 16,5 Berat

56 32 Ilir Ilir Barat 2 250 14,01 Berat

57 30 Ilir Ilir Barat 2 71 30,25 Berat

58 29 Ilir Ilir Barat 2 33 16,73 Berat

Jumlah 18.257,75 2.472,981

Page 67: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

50

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan 29 Ilir Kecamatan Ilir Barat 2 yaitu

kawasan permukiman dengan memiliki tipologi kumuh yang tersebar di 12 lokasi

meliputi RT 01, 02, 09, 12, 13, 14, 17, 20, 21, 30, 31 dan 35, dengan luas kumuh

sebesar 16,73 ha. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan

bulan September Tahun 2017. Sebaran kawasan permukiman kumuh disajikan

Gambar 3.1.

Gambar.3.1. Sebaran 12 Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan 29Ilir

Sumber : RTRW Kota Palembang 2012 - 2032

Page 68: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

51

3.2. Kebutuhan Data

3.2.1. Data Primer

Data primer penelitian diperoleh secara langsung dari narasumber

(responden), dengan cara menyebarkan kuesioner melalui wawancara secara

langsung dengan responden meliputi Pemerintah yang diwakili oleh yaitu Dinas

Bapeda, PU Cipta Karya dan Kelurahan, Lembaga Non Pemerintah diwakili oleh,

Asisten koordinator Kota Palembang pengawasan penataan lingkungan

permukiman dan Koordinator tim teknis komisi amdal Propinsi Sumatera Selatan,

Akademisi diwakili oleh 2 (dua) Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Muhammadiyah dan Universitas Indo Global Mandiri. Tokoh

Masyarakat diwakili oleh Ketua RT, LKM dan sebagian tokoh masyarakat serta

mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan melalui dokumen perencanan.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut, merupakan

data Peraturan Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan

Kualitas Terhadap Perumahan dan permukiman Kumuh, Dokumen Perencanaan

Slum Improvement Action Plan (SIAP) Kota Palembang Tahun 2015, Baseline

data P2KKP (program peningkatan kualitas kawasan permukiman), RTRW

(Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang 2012-2032).

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

3.2.3.1. Observasi

Merupakan pengamatan secara langsung ke wilayah penelitian untuk

melihat kondisi eksisting karakteristik fisik dan non fisik di lingkungan

permukiman kumuh Kelurahan 29 Ilir.

Page 69: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

52

3.2.3.2. Kuesioner

Penyebaran kuesioner penelitian dengan menggunakan format

pertanyaan, yang diajukan kepada responden yaitu para pakar meliputi Akademisi,

Pemerintah, Lembaga Non Pemerintah dan Tokoh Masyarakat untuk menjawab

pertanyaan dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

3.2.3.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu proses penelitian wawancara kepada para

pakar yang didokumentasikan melalui foto.

3.2.3.4. Wawancara

Tanya jawab peneliti dengan responden, diperuntukkan bagi para pakar

dan tokoh masyarakt untuk memperjelas dalam menerangkan isi kuisioner,

sehingga diharapkan dapat memahami permasalahan pertanyaan yang diajukan.

3.2.4. Pengolahan dan Penyajian Data

Merupakan data mentah yang belum diolah dan belum informatif. Sehingga

diperlukan suatu pengolahan dan penyajian lebih lanjut. Tahapan – tahapan yang

dilakukan dalam teknik pengolahan dan penyajian data (Yuwono, 2009) yaitu:

1. Editing, yaitu kegiatan pemeriksaan terhadap data yang masuk, apakah data

terdapat kesalahan dalam pengisian atau kurang lengkap. Proses editing

dilakukan dengan harapan akan diperoleh data yang benar-benar valid dan

realible serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Coding, yaitu proses pemberian tanda, simbol ataupun kode pada setiap data

yang termasuk dalam kelompok yang sama. Tanda tersebut dapat berupa

angka atau huruf.

Page 70: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

53

3. Tabulating, yaitu tahap memasukkan (data entry) data pada tabel-tabel

tertentu dan mengatur angka-angka.

3.2.5. Variabel Penelitian

1. Aspek Fisik Lingkungan

a. Sub Kriteria Jalan Lingkungan

b. Sub Kriteria Drainase

c. Sub Kriteria Air Minum

d. Sub Kriteria Sistem Persampahan

e. Sub Kriteria Sarana Proteksi Kebakaran

f. Sub Sanitasi Lingkungan

g. Sub Kriteria Perbaikan Rumah

h. Sub Kriteria Ruang Publik/RTH

2. Aspek Sosial dalam bentuk Kriteria Komitmen Masyarakat MelaluiPartisipasi Dalam Memeliharan Lingkungan Permukiman

a. Sub Kriteria Penyediaan RTH Privat

b. Sub Kriteria Membuat Resapan Biopori/Kolam

c. Sub Kriteria Kegiatan Gotong Royong

d. Sub Kriteria Kesediaan Mengelola Persampahan Rumah Tangga

3. Aspek Ekonomi Masyarakat Miskin

a. Sub Kriteria Pelatihan Kewirausahaan

b. Sub Kriteria Pinjaman Modal Usaha Bagi Masyarakat Miskin

c. Sub Kriteria Santunan Bagi Masyarakat Miskin

Variabel diatas tersebut kemudian disusun kedalam bentuk model hierarki

yang disajikan pada Gambar 3.2.

Page 71: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

54

Gambar.3.2. Model Hierarki Penanganan Lingkungan Permukiman Kumuh

ASPEK FISIKLINGKUNGAN

ASPEKEKONOMI

ASPEK SOSIALDALAMBENTUKKOMITMENMASYARAKATMELALUIPARTISIPASIDALAMMEMELIHARALINGKUNGANPERMUKIMAN

STU

DI

PE

NE

NT

UA

N P

RIO

RIT

AS

PE

NA

NG

AN

AN

LIN

GK

UN

GA

N P

ER

MU

KIM

AN

KU

MU

H M

EN

UJU

KA

MP

UN

G B

ER

KE

LA

NJU

TA

N D

I K

OT

A P

AL

EM

BA

NG

3.Santunan Bagi MBRdan Musibah Kebakaran

1.PelatihanKewirausahaan

2.Peminjaman ModalUsaha/Dana Bergulir

3.Sanitasi

4.Air Minum

2.Drainase

5.Sampah

6.Proteksi Kebakaran

7.Perbaikan Rumah

1.Jalan Lingkungan

8.RTH RT. 13

RT. 14

RT. 17

RT. 20

RT. 35

RT. 21

RT. 30

RT. 31

RT.09

RT. 12

RT. 01

RT. 02

Tujuan Kriteria Sub Kriteria KawasanAlternatif

2.Membuat Resapan

1.Penyediaan RTH Privat

3.Kegiatan Gotong Royong

4.Kesediaan MengelolaPersampahan Rumah tangga

Page 72: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

55

3.3. Teknik Pengambilan Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling,

yaitu teknik dengan sampling pertimbangan. Teknik tersebut mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2013). Penentuan jumlah

sampel dan kuesioner pada dasarnya tidak ada peraturan yang ketat secara mutlak

berapa jumlah sampel tersebut akan diambil dari suatu populasi, dengan

memperhatikan keterbatasan waktu, biaya dan tenaga (Singarimbun, 1989 dalam

yuwono, 2009).

1. Menentukan kegiatan prioritas berdasarkan penilaian para pakar, akademisi,

pemerintah dan lembaga pemerintah untuk menentukan suatu keputusan yang

terbaik dengan jumlah 7 (tujuh) orang terdiri :

a. Pemerintah: PU Cipta Karya Kota Palembang

Jabatan Kepala Satuan Kerja (Ka.Satker) Pembangunan Kawasan

Permukiman menangani permasalahan perumahan dan permukiman

kumuh di Kota Palembang.

b. Pemerintah: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Jabatan Kabid (Kepala Bidang) Infrastruktur dan Pengembangan

Wilayah Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin membidangi pemukiman

dan lingkungan hidup, infrastruktur serta pengembangan wilayah.

c. Pemerintah: Kelurahan 29 Ilir

Sekertaris Kelurahan 29 Ilir dan mengurus bidang sosial dan ekonomi 1

orang

Page 73: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

56

d. Lembaga Non Pemerintah: Kelompok Kerja / LCO (Local Coordinating

Office)

Asisten Koordinator Kota Neighborhood Upgrading And Shelter Project

(NUSP) Kota Palembang. Percepatan Penanganan Permukiman Kumuh

1 orang

e. Akademisi 1: Dosen dari Universitas Muhammadiyah

Jabatan: Dosen Tetap mengajar bidang perencanaan dan wilayah serta

arsitektur.

f. Akademisi 2: Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota dari Universitas

Jabatan: Dosen Tetap di Indo Global Mandiri. Mengajar perencanaan

wilayah dan kota

g. Lembaga: Pemerhati Lingkungan

Jabatan: Koordinator Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Propinsi

Sumatera Selatan 1 orang

2. Menentukan kawasan kegiatan berdasarkan penilaian tokoh masyarakat,

(rukun tetangg) RT, lembaga keswadayaan masyarakat (LKM) berjumlah 36

orang, berdasarkan kondisi eksisting fisik lingkungan dan dokumen

perencanaan terkait penataan kawasan permukiman kumuh. 36 (tigapuluh

enam) Responden orang terdiri dari :

a. Ketua RT = 12 Orang

b. Tokoh Masyarakat = 24 Orang

Page 74: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

57

3.4. Alat dan Instrumen Penelitian

Alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis

untuk mencatan hasil kuesioner, camera digital, laptop dan program software

expert choise untuk analisis model Analytical Hierarcy Process (AHP).

3.5. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

model metode Analytical Hierarcy Process (AHP), melalui data primer hasil

wawancara (in – depth interview) dengan para pakar dan data sekunder melalui

berbagai dokumen perencanaan yang berkaitan dengan penataan permukiman

kumuh di Kota Palembang, sehingga data tersebut menjadi pertimbangan untuk

menentukan skala prioritas baik kegiatan maupun lokasi kegiatan.

3.6. Teknik Penggunaan Analytic Hierarchy Process (AHP)

Teknik proses analisis model Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam

penelitian ini menggunakan bantuan program Expert Choise. Hal tersebut

bertujuan untuk mempercepat proses hasil yang diinginkan secara cepat, efektif

dan efisien yaitu melalui 2 (dua) tahapan sebagai berikut:

A. Tahap Pertama Penentuan Kegiatan Prioritas yaitu :

1. Penyusunan Rangkaian Model Hierarki

2. Penilaian Responden Berdasarkan Kriteria

3. Penilaian Responden Berdasarkan Sub Kriteria

4. Kombinasi Penilaian Seluruh Sub Kriteria

5. Hasil Pembobotan Kegiatan Prioritas

Page 75: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

58

B. Tahap Kedua Penentuan Wilayah Prioritas Kegiatan yaitu :

Menentukan wilayah prioritas sama dengan tahap pertama diatas dengan

program expert choise. Sebelum melakukan penilaian lokasi kegiatan

berdasarkan masing-masing sub kriteria tersebut diatas, terlebih dahulu

menghitung Nilai rata-rata (everage score) masing-masing lokasi untuk

seluruh usulan kegiatan berdasarkan penilaian responden 36 tokoh

masyarakat. Selanjutnya pengurangan nilai antar lokasi kegiatan, sehingga

nilai pengurangan dijadikan sebagai nilai bobot. Hasilnya dimasukan

kedalam kuesioner program expert choise. Gambaran umum kerangka

analisis ahp dapat disajikan pada Gambar 3.3.

Page 76: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

59

Gambar 3.3. Kerangka Analisis Model Analytical Hierarcy Process

INPUT

Merumuskan Masalah

IdentifikasiKriteria, Subkriteria dan Alternatif

Pengambilan Keputusan

IdentifikasiPara Pakar dan tokoh

masyarakat sebagai pihakPengambilan Keputusan

Pengumpulan DataSebagai Dasar PenilaianKriteria, Subkriteria dan

Lokasi Kegiatan

Membuat Model hierarki

ANALISIS

Program ExpertChoise

LangkahMatematis

Bobot Prioritas

KonsistensiCR < 0.1

Pairwise Comparison

Nilai Eigen Vektor

Max Nilai Eigen Value

Hitung Ci dan Cr

OUTPUTKesimpulan

Prioritas Penanganan

YaTidak

Page 77: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

60

3.7. Aplikasi Program Model Analisis Hierarki Proses Expert Choise

Untuk memudahkan proses perhitungan berdasarkan tujuan dalam

penelitian ini yaitu menentukan skala prioritas penenganan lingkungan

permukiaman kumuh di Kelurahan 29 Ilir secara efektif dan efisien. Sedangkan

metode yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program

komputer yaitu Expert Choise. Perangkat lunak Expert Choice (EC) adalah alat

pendukung keputusan multi-tujuan berdasarkan Analytic Hierarchy Process

(AHP), sebuah teori matematika yang pertama kali dikembangkan di Wharton

School of the University of Pennsylvania oleh salah satu pendiri Expert Choice,

Gambar .3.4. Program Expert Choise 2011

Sumber: Software Copyright Expert Choice 1982-2004, Arlington, VA USA

3.8. Penyusunan Model Hierarki

Pembobotan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) oleh

responden 7 pakar, terlebih dahulu menyusun model hierarki, berdasarkan 3 (tiga)

kriteria dan 15 (lima belas) sub kriteria dengan menggunakan program expert

choise. Gambaran umum penyusunan model hierarki disajikan pada gambar 3.5

Page 78: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

61

Gambar.3.5. Model Hierarki Kegiatan Prioritas Penanganan LingkunganPermukiman Kumuh di Kelurahan 29 Ilir Kota Palembang

Sumber: Expert Choise, 2017

Susunan model hierarki diatas tersebut, selanjutnya menyusun lokasi

kegiatan terdiri dari 12 (dua belas) kawasan meliputi RT 01, 02, 09, 12, 13, 14,

17, 20, 21, 30, 31 dan 35 melalui kolom alternatif yang ada di program expert

choise. Proses susunan kawasani kegiatan ini disajikan pada Gambar 3.6.

Gambar.3.6. Model Hierarki Lokasi Kegiatan Penanganan LingkunganPermukiman Kumuh di Kelurahan 29 Ilir Kota Palembang

Page 79: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

79

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil temuan studi penentuan kegiatan prioritas penanganan permukiman

kumuh perkotaan berdasarkan 3 pilar pembangunan berkelanjutan, menunjukkan

bahwa prioitas pertama yang perlu diperhatikan adalah aspek fisik lingkungan

(46,7 %), diikuti berturut-turut prioritas kedua adalah aspek sosial (31,2 % ) dan

aspek ekonomi (22,1 %). Selanjutnya untuk penentuan prioritas kegiatan pada

masing-masing kriteria atau aspek 3 pilar pembangunan berkelanjutan

menunjukan prioritas yang berbeda, yaitu prioritas pertama ada pada kegiatan di

aspek sosial yaitu mengelola sampah rumah tangga (100 % ) dan kegiatan gotong

royong (83,6 %). Prioritas kedua adalah pada aspek fisik lingkungan yaitu

perbaikan sarana persampahan (93,5 %), perbaikan drainase (66,2 %) dan

perbaikan sanitasi (66,1 %), sedangkan prioritas ketiga adalah aspek ekonomi

yaitu pinjaman modal usaha bagi masyarakat miskin (63,0 %)dan pelatihan dan

kewirausahaan(61,0 %).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan prioritas

penanganan lingkungan kumuh, aspek sosial yang berkaitan dengan komitmen

masyarakat untuk memelihara lingkungan dalam jangka panjang untuk

mendukung kampung berkelanjutan lebih penting dibanding dengan aspek fisik

dan aspek ekonomi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lokasi prioritas

penanganan lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan 29 Ilir dari 12

Page 80: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

80

(duabelas) lokasi yang telah teridentifikasi untuk melaksanakan kegiatan 7

kegiatan prioritas tersebut di atas, diutamakan 5 (lima) kawasan yaituRT 30, RT

31, RT 35, RT 02 dan RT 01. Kawasan prioritas ini merupakan wilayah yang

memiliki kualitas lingkungan permukiman yang rendah, dimana kualitas sarana

dan prasarannya yang ada saat ini kurang memadai.

5.2. Saran

Upaya peningkatan kualitas permukiman yang berkelanjutan disarankan:

Saran untuk pemerintah tingkat kelurahan dan kota adalah:

1. Memperbanyak sarana persampahan terdiri dari TPS, tong sampah dan

geroba ksampah, jumlah sarana persampahan yang ada saat ini belum

memadai

2. Memberikan pelatihan terkait pengelolaan sampah rumah tangga

Saran untuk studi lanjutan adalah:

1. Penelitian ini masih bersifat umum, perlu dilakukan penelitian yang lebih

detail tentang prioritas penanganan permukiman kumuh berdasarkan 3

pilar pembangunan berkelanjutan.

2. Perlu dilakukan studi tindak lanjut penelitian tersebut khususnya

perencanaan Instalasi Pengelolaam Air Limbah (IPAL) di wilayah

permukiman Kelurahan 29 IlirKecamatan Ilir Barat II Kota Palembang.

Page 81: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

81

DAFTAR PUSTAKA

Aslim, N., Rohainah, I., Vidiyanti, C Dan Hindami, H., 2014. PersepsiMasyarakat Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman (Studi KasusKampung Pelesiran, Taman Sari, Bandung). Prosiding Temu IlmiahIPLBI. Magister Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan KebijakanInstitut Teknologi Bandung.[terpublikasi].

Advianty, S.A dan Handayani, K.D.M.E. 2013. Tingkat Partisipasi Masyarakatpada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso.

Akib, M. 2014. Hukum Lingkungan. Perspektif Global dan Nasional. PT.RajaGrafindo Persada.

Aliyati, R. 2011. Permukiman Kumuh di Bantaran CI–LIWUNG ( Studi KasusKelurahan Manggarai Serengseng Sawah dan Kelurahan KampungMelayu Kalisari). Tesis. Ilmu Geografi Universitas Indonesia Depok.[terpublikasi].

Al-Harbi, K.M.A. 2001. Application of the AHP in Project Management.International Journal of Project Manajemen 19 19-27.

Astutik, Y dan Santoso, E.B., 2013. Prioritas Wilayah Pengembangan IndustriPengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep. Jurnal Teknik PomitsVol.2, No.1. ISSN: 2337-3539 (2301-9271).

Atmanti, H.D. 2008. Analytical Hierachy Process Sebagai Model Yang Luwes.Prosiding ISBN: 978-979-97571-4-2. Fakultas Ekonomi Undip.Semarang.

Budiharjo, E., 2015. Kota dan Lingkungan, Pendekatan Baru MasyarakatBerwawasan Ekologi. Jakarta: LP3ES.

________Bappenas, 2017. Seminar Sustainable Development Goals (MDGs).Universitas Lampung.

________Brundtland , 1987. Our Common Future: World Commission onEnvironment and Development. Oxford University Press.

Page 82: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

82

http://id.wikipedia.org/wiki/Our_Common_Future. diakses tanggal 30Januari 2017.

Detak Palembang (online). Kegiatan Gotong Royong Bersama WalikotaPalembang di Kelurahan 29 Ilir.. http://www.google.co.id/search /742.diakses pada tanggal 27 Agustus 2017

Handayani, S., 2008. Partisipasi Masyarakat Kampung Kota Untuk PeningkatanKualitas Lingkungan Permukiman (Studi Kasus: PermukimanKampung Kota Di Bandung). Tesis. Program Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor.

Heston, Y.P dan Yusuf, A., 2013. Penguatan Kemampuan Sosial Pada PenataanKawasan Kumuh Perkotaan (Studi Kasus Kelurahan Cigugur TengahCimahi). Tata Loka Volume 15 Nomor 3, 2013, 208-217. Biro PenerbitPlanologi Undip.

Iskandar,Z, Nasibu. 2009. Penerapan Metode AHP Dalam Sistem PendukungKeputusan.Jurnal Pelangi Ilmu Vol.2.

Joga, N. 2013. Gerakan Kota Hijau. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Julimawati, 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kualitas LingkunganPermukiman Di Kecamatan Baleendah. JPIS. Jurnal Pendidikan IlmuSosial, Vol.24, No 2. Program Pendidikan Geografi, SPs.UPI. Bandung

Jitendra Kumar SLUMS IN INDIA: A FOCUS ON METROPOLITAN CITIESDepartment of Geography, KLP College, Rewari, India Vol. 4, Issue, 2,pp. 388-393, February, 2014 ISSN:2230-9926.[terpublikasi].

Kania, D, 2013. Menciptakan Kota Hijau. Bandung: Titian Ilmu.

Kasjono, HS. 2011. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Koestoer. 2001. Dimensi Keruangan, Teori dan Kasus. Depok: UIP.

Kamal, M., 2005. Manfaat Penataan Permukiman Kumuh Terhadap MasyarakatNelayan di Kawasan Bandengan Kabupaten Kendal. Tesis. MagisterTeknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Undip. Semarang

Keputusan Walikota Palembang Nomor 488 Tahun 2014 Tentang PenetapanLokasi Kawasan Permukiman Kumuh.

Mardhani,H. 2012. Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Tepi SungaiBarito Puruk Cahu. Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas

Page 83: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

83

Palangka Raya. Jurnal Perspektif Arsitektur Volume 7 No.2. ISSN1907 – 8536.

Maharani, A, L dan Umilia, E. Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran SelatanKota Surabaya. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota InstitutTeknologi Sepuluh Nopember (ITS). Jurnal Teknik POMITS Vol.3,No.2. ISSN: 2337-3539 (2301-9271).

Mundiatun dan Daryanto.2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:Gava Media.

Muta’Ali, L. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Tinjauan Normatif-Teknis.Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas GadjahMada.Yogyakarta.

Nursyamsiyah, S., 2015. Faktor–Faktor Yang Menyebabkan Permukiman KumuhDi Kota Bandar Lampung. Tesis. Ilmu Lingkungan UniversitasLampung. Bandar Lampung. .[tidak terpublikasi].

Naseeb kumar Bhagat and Piyush Malaviya. Research Review on Socio-Environmental Status of Slum Dwellers.Deptt. of Environmentalsciences, University of Jammu Sr. Asstt. Proffessor, Deptt. OfEnvironmental sciences university of Jammu. Volume : 3 | Issue : 5 |May 2013 | ISSN - 2249-555X.

Neolaka,A,.2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Bineka Cipta

Putri, I.D.A.N.A., 2011. Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan KabupatenDi Kabupaten Bangli. Tesis. Program Pascasarjana UniversitasUdayana.

Pamekas, R., 2013. Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur KawasanPermukiman. Bandung: PUSTAKA JAYA. Bandung.

Raharjo, N. 2010. Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Perumahan MasyarkatBerpenghasilan Rendah. (Studi Kasus: Penghuni Rumah Tipe KecilGriya Pagutan Indah, Mataram). Tesis. Undip.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.2/PRT/M/2016Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh danPermukiman Kumuh.

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 2012-2032.

Page 84: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

84

Kementerian Pekerjaan Umum Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan. PusatPenelitian dan Pengembangan Permukiman. Kementerian Cipta Karya.2006. Kriteria Penilaian Tipe Kawasan Padat Huni Kumuh diPerkotaan.

Rasyidi, R., Ipaldi, A dan Karmila, M., 2015. Characteristics Slum and Squatteron Waterfront at Pejagalan District, North Jakarta. Proceedings ofInternational Conference: Integrated Solution to Overcome theClimate Change Impact on Coastal Area Semarang, Indonesia – SultanAgung Islamic University, Urban and Regional Planning Engineering.

Rahadian, A.H. 2016. Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar.Volume III, No. 01, ISSN 2355-2883. Institut Ilmu Sosial danManajemen STIAMI

Riduwan, 2013. Belajar Mudah Penelitian, Untuk Guru, Karyawan Dan PenelitiMuda, Bandung: ALFABETA.

Roviana, Vivin., 2015. Dampak Pemukiman Kumuh Terhadap KelestarianLingkungan Kota Malang (Studi Penelitian di Jalan Muharto KelurahanJodipan Kecamatan Blimbing Kota Malang). Praktisi Staf KementerianKetenagakerjaan Republik Indonesia. IJPA-The Indonesian Journal ofPublic Administration.

Saaty, L.T., 1990. How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process.European Journal of Operational Research 48 (1990) 9-269 North-Holland. University of Pittsburgh, Pittsburgh, PA 15260, USA.

Saaty, L.T., 1990 "THE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS IN CONFLICTMANAGEMENT",International Journal of Conflict Management, Vol. 1Issue: 1, pp.47-68, https://doi.org/10.1108/eb022672.

Santoso, I. 2015. Kesehatan Lingkungan Permukiman Perkotaan. Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Satriadi, R., Tantyonimpuno dan Adi, T.J.W., 2006. Skala Prioritas PenangananGedung Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Kapuas.Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi III. Program StudiMMT-ITS. Surabaya.

Surtiani, E.E., 2006. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya KawasanPermukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus KawasanPancuran, Salatiga). Tesis. Teknik Pembangunan Wilayah dan KotaUniversitas Diponogoro Semarang.

Setiadi, D. 2015. Pengantar Ilmu Lingkungan, Prinsip Dasar Ilmu Lingkungan,Studi Amdal, Undang-undang Lingkungan Hidup. Bogor: IPB Press.

Page 85: STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KAMPUNG …digilib.unila.ac.id/29893/2/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan

85

Syahri, M.,2013. Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Green Moral. WidyaAksara Press. Bandung.

Sastra, S dan Marlina, E. 2006. Perencanaan Dan Pengembangan Perumahan,Yogyakarta: ANDI Offset.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA

Suwardi, A. 2015. Karakteristik Permukiman Kumuh di Sepanjang SempadanSungai Musi Kota Sekayu. Skripsi. Teknik Perencanaan Wilayah danKota. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Software Copyright Expert Choise 1982 - 2004, other patents pending. ExpertChoise, Inc.,Arlington, VA USA.

Undang-Undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan KawasanPermukiman.

Widijanto, D., 2012. Model Skala Prioritas Dalam Implementasi KebijakanPembangunan Jalan Ditinjau Dari Persepsi Pemangku Kepentingan.(Studi Kasus Jalan Layang Non Tol DKI Jakarta). Tesis. UnivesitasIndonesis.

Wimardana, A.S dan Setiawan,R.P., 2016. Faktor Prioritas Penyebab KumuhKawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Belitung Selatan KotaBanjarmasin. Jurnal Teknik ITS Vol.5.No.2.ISSN 2337-3539 (2301-9271).

Yuwono,A. 2009. Preferensi Bermukim Masyarakat Disepanjang Koridor SungaiMusi Kota Sekayu dan Arahan Penanganannya (Studi Kasus KelurahanSoak Baru dan Kelurahan Balai Agung). Tesis. Teknik PembangunanWilayah dan Kota. Universitas Diponogoro Semarang. [tidakterpublikasi].

Yuwono,A. 2013. Diklat Kepemimpinan Untuk Tingkat Eselon 3. KabupatenMusi Banyuasin. Sumatera Selatan.

Yuliastuti, N dan Khaerunnisa, I., 2011. Kualitas Lingkungan PermukimanKawasan Pecinan Kota Semarang. Teknik-Vol.32 No.3. ISSN 0852-1697.

Kementerian Perumahan Rakyat, 2015. Penanganan Kawasan PermukimanKumuh. Panduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman..http://ciptakarya.pu.go.id/dok/ebook/konsinyasi/Volume%201.%20Penanganan%20Kawasan%20Permukiman%20Kumuh.pdf.

Kemen PU, 2017. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman.https://bisnis.tempo.co/read/906173/pu-luas-pemukiman-kumuh-mencapai-38-000-hektare