STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/31760/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/31760/3/SKRIPSI TANPA BAB...
-
STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2
SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)
MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT
(Skripsi)
Oleh
YUSUF HADI KURNIAWAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
-
ABSTRAK
STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2
SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)
MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT
Oleh
Yusuf Hadi Kurniawan
Terbentuknya kerak pada pipa merupakan masalah yang sering dijumpai pada
industri diantaranya industri minyak, gas, dan industri yang melibatkan proses
desalinasi dan ketel. Salah satu kerak yang banyak dijumpai yaitu kalsium
karbonat (CaCO3). Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini
digunakan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor kerak CaCO3 yang ramah lingkungan menggunakan metode tanpa penambahan bibit kristal
(Unseeded Experiment) menggunakan suhu 90 oC. Larutan pertumbuhan CaCO3
yang digunakan yaitu 0,025; 0,038; 0,050; dan 0,063 M serta variasi inhibitor
sebesar 50, 150, 250, dan 350 ppm. Nilai persen efektivitas tertinggi terjadi pada
konsentrasi 0,025 M dengan penambahan inhibitor sebesar 350 ppm yaitu sebesar
99,48%. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-Ray
Diffraction (XRD) menunjukkan kerak CaCO3 tanpa inhibitor terdiri dari kristal
fasa kalsit dan sedikit aragonit, sedangkan setelah penambahan inhibitor terdiri
dari kristal fasa aragonit, vaterit, dan sedikit kalsit. Kalsit merupakan jenis kristal
hardscale sedangkan aragonit dan vaterit merupakan jenis kristal softscale.
Analisis kuantitatif menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukan
bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya
penambahan inhibitor berdasarkan nilai rata-rata (mean) yaitu dari 133,70 menjadi
8,26 µm dan nilai tengah (median) yaitu dari 44,51 menjadi 6,40 µm.
Kata Kunci : Asap cair, CaCO3, inhibitor, kerak
-
ABSTRACT
THE STUDY OF ADDITION OF COCONUT SHELL LIQUID SMOKE
GRADE 2 AS AN INHIBITOR OF CALCIUM CARBONATE (CaCO3)
SCALE USING UNSEEDED EXPERIMENT METHOD
By
Yusuf Hadi Kurniawan
Scale formation on the pipes is a problem that is often encountered in industries
such as oil, gas, and industries that involve desalination and kettle process. One of
the many scales found is calcium carbonate (CaCO3). In order to solve the
problem, in this research coconut shell liquid smoke was used as an
environmentally friendly inhibitor of CaCO3 using unseeded experiment method
at temperature of 90 oC. The growth solutions of CaCO3 used were 0.025, 0.038,
0.050, and 0.063 M with inhibitor variations of 50, 150, 250, and 350 ppm. The
highest percentage of the effectiveness (99.48%) occurred in the concentration of
0.025 M with the addition of 350 ppm inhibitor. Based on the results of Scanning
Electron Microscopy (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD) showed that the scale
of CaCO3 without inhibitors consisted of calcite and slightly aragonite crystals,
while after addition of inhibitors contained of aragonite, vaterite and slightly
calcite phases. Calcite is a type of hard scale crystal while aragonite and vaterite
are a type of soft scale crystals. Quantitative analysis using Particle Size Analyzer
(PSA) showed that the particle size distribution of CaCO3 crystals was smaller
with the addition of inhibitor based on mean value from 133.70 to 8.26 μm and
median of 44.51 to 6.40 μm.
Keywords: Liquid smoke, CaCO3, inhibitor, scale
-
STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2
SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)
MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT
Oleh
YUSUF HADI KURNIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yusuf Hadi Kurniawan dilahirkan di
Desa Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah,
Kabupaten Tulang Bawang Barat pada 28 Juli 1996. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Subur dan Ibu Sulistiani. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal pada tahun 2002, lalu melanjutkan ke SD N 5
Panaragan Jaya lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMP N 2
Tulang Bawang Tengah lulus pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di SMA N 1 Tulang Bawang Tengah lulus pada tahun 2014. Saat
SMA penulis aktif di berbagai organisasi yaitu Orientasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS), Karya Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR), dan penulis
pernah menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera pusaka tingkat kabupaten
Tulang Bawang Barat tahun 2012. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN) dan sebagai penerima beasiswa Bidik Misi angkatan kelima.
-
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi finalis Olimpiade Nasional
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ON MIPA PT)
tingkat wilayah 2 yang diselenggarakan di Palembang tahun 2017. Selain itu,
penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Anorganik 1
angkatan 2016 tahun 2017, asisten Kimia Anorganik 2 angkatan 2015 tahun 2017,
dan asisten Kimia Anorganik 2 angkatan 2016 tahun 2018. Penulis juga mengikuti
aktivitas organisasi, dimulai dengan menjadi Kader Muda Himaki (KAMI) tahun
2014, GARUDA Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA tahun 2014. Penulis
juga pernah menjadi anggota Bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK)
Himaki FMIPA Unila periode 2015-2016, anggota Departemen Pendidikan Ikatan
Mahasiswa Tulang Bawang Barat (IKAM TUBABAR) periode 2015-2016, dan
ketua Bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK) Himaki FMIPA Unila
periode 2016. Tahun 2017 penulis menyelesaikan kerja praktik dengan judul Studi
Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 Sebagai Inhibitor Kerak
Kalsium Karbonat (CaCO3) Menggunakan Metode Unseeded Experiment di
Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Banjarsuri, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan pada
Juli-Agustus 2017.
-
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain), Dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap”
(Q.S. Al-Insyirah, 6-8)
“Memulai dengan penuh keyakinan Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan” (Yusuf Hadi Kurniawan)
“Life is like riding a bicycle, To keep
your balance, you must keep moving”
(Albert Einstein)
“An action is the foundation of a success”
“Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk
menghindarkan diri dari sesuatu, kecuali befikir”
(Thomas Alfa Edison)
-
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
Dengan mengucap Alhamdulillahirobil’alamin kepada AllahSWT yang membolak balikan hati. Kupersembahkan goresan tinta dalam karya kecilku ini sebagai wujud
tanggungjawabku Kepada:
Kedua malaikat dalam hidupku, Bapak dan Mamakku
tersayang yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, dukungan,
semangat, kerja keras, kasih sayang, dan senantiasa mendoakan
keberhasilanku. Melalui karya kecil ini ananda ingin
berterimakasih atas segala ketulusan yang telah Bapak dan
Mamak berikan
Seluruh keluarga besar dan adikku yang selalu mendoakan
keberhasilanku
Dengan rasa hormat kepada Prof Suharso, Ph.D. dan Prof.
Dr. Buhani, M.Si., serta seluruh Dosen Pengajar yang telah
membimbingku sampai menyelesaikan pendidikan sarjana selama 4
tahun ini
Sahabat dan teman – teman yang telah memberikan banyak warna
dan pelajaran dalam hidupku
Almamater tercinta Universitas Lampung
-
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala bentuk rahmat,
hidayah dan ridho-Nya yang tak bertepi. Shalawat serta salam teruntuk Nabi
Muhammad SAW. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh,
penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2
SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)
MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT”
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Teriring doa dan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Kedua Orang tua Penulis,Bapak Subur dan Ibu Sulistiani tersayang yang
selalu memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang, dukungan, kerja keras,
dan selalu mendoakan keberhasilan penulis. Bapak mamak terimakasih atas
semua ketulusan yang telah diberikan kepada penulis, aku sayang kalian.
Semoga Allah selalu memberikan perlindungan, rezeki, dan kesehatan untuk
-
kalian. Amin ya Allah
2. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku pembimbing I atas segala dedikasi yang
telah beliau berikan kepada penulis, atas semua kebaikan, gagasan, motivasi,
kritik, saran, keikhlasan, kesabaran, bimbingan, dan ilmu sehingga penulis
bisa menyeleseaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Atas semua yang
telah beliau berikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan
dan keberkahan atas ilmu yang beliau berikan.
3. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku pembimbing II atas segala masukan,
gagasan, nasehat, kesabaran, keikhlasan, bimbingan, dan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis dalam perencanaan dan penyelesaian penelitian
serta skripsi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan dan
membalas semuanya dengan kebaikan.
4. Ibu Dr. Ilim, M.S. selaku pembahas atas segala bimbingan, kritik, saran, dan
ilmu yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah memberikan
keberkahan atas semua yang sudah diberikan.
5. Bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S. selaku pembimbing akademik, penulis
mengucapkan terimakasih banyak atas bimbingan, nasehat, motivasi, dan
kesabaran dalam membimbing penulis terkait permasalahan akademik selama
4 tahun ini .
6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila.
-
7. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila atas seluruh ilmu,
bimbingan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya, serta terimakasih
kepada staff administrasi Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan persyaratan administrasi selama kuliah. Semoga
Allah SWT senantiasa membalas kebaikan-kebaikan bapak dan ibu.
9. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Kimia
Anorganik/Fisik atas izin yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
10. Mba Liza Apriliya S, S.Si. selaku Laboran Laboratorium Kimia
Anorganik/Fisik yang telah banyak memberikan saran serta membantu
penulis dalam penyediaan alat untuk penelitian.
11. Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti),
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas kepercayaannya kepada
penulis untuk menerima beasiswa Bidik Misi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi S1 ini dengan baik.
12. Keluarga besar Alm. Mbah Badawi dan keluarga besar Alm. Mbah Sunarto
atas semua bantuannya baik berupa materi ataupun motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan studi.
-
13. Adikku Galih Budi Prasetyo terimakasih atas segala dukungannya untuk
penulis.
14. Ibu Novi Dwi Sutanti, S.Pd. atas semua bantuan materi ataupun motivasi
kepada penulis. Terimakasih bu atas semua yang telah diberikan, karena ibu
penulis memilih Jurusan Kimia.
15. Kak Sukamto terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada
penulis semasa kuliah. Terimakasih sudah banyak mengajarkan penulis
berbagai hal, mengajarkan materi kuliah, mengajarkan organisasi, dan
bersedia direpotkan baik pikiran maupun tenaga.
16. Bapak, Ibu guru dari SD, SMP, dan SMA yang telah banyak memberikan
ilmu pengetahuan, pendidikan akhlak serta pengalaman kepada penulis .
Terimakasih yang iada terkira, semoga bapak ibu selalu dalam lindungan dan
diberikan Jannah-Nya.
17. Bapak Rojulin, Ibu Hamidah, Bapak Sunandar, Ibu Amanah, Bapak Sukar,
Mba Julis, Rahmat, Salim, Dewan guru SD N 4 Sukabanjar, dan seluruh
masyarakat Desa Banjarsuri terimakasih atas semua bantuannya, pengalaman,
dan ilmu yang bermanfaat. Sehingga, penulis dapat menyelesaikan KKN
dengan baik.
18. Pengurus Himaki periode 2016: Fikri (Ketum), Kartika (Sekum), Riri
(Bendum), Teguh (Kabid KPO), Herda (Sekbid KPO), Heny (My best
sekbid), Jepry (Kabid Sosmas), Yola (Sekbid Sosmas), Bidari (Kabir
Kestari), Bunga (Sekbir Kestari), Hesty (Kabir Penerbitan), Nella (Sekbir
-
Penerbitan), Reni (Kabir UM), Ayi (Sekbir UM), dan seluruh anggota Himaki
yang telah memberikan pengalaman, ilmu, dan kebahagiaan kepada penulis.
Semoga kalian semua tetap semangat dalam menjalani hidup ini.Thanks
yakk..
19. Seluruh mahasiswa Bidik Misi angkatan 5 Unila terimakasih untuk
kebersamaan ini.
20. Seluruh pengurus Ikatan Mahasiswa Tulang Bawang Barat (IKAM
TUBABAR) periode 2016 terimakasih untuk kebersamaannya dan ilmu serta
pengalamannya.
21. Special for Windi Antika terimakasih atas semangatnya, bantuannya,
motivasinya, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. I Love You So Much..
22. JG Com : Amran (Wakgenk), Novi, Tari, Emil, Fani, Ayu, Sofi, dan Elisabet
terimakasih atas semua canda tawa, kebahagiaan, dan kebersamaan ini.
Semoga kebersamaan ini tetap selalu terjalin. Semangat buat kalian semua.
23. Sahabat lawasku : Novi, Tari, Nur, Anita, dan Oyok terimakasih untuk semua
canda tawa, sedih, bahagia, dan terimakasih sudah menjadi bagian dari hidup
penulis. Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan. Amin
24. Sahabat Syari`i ku : Liana (Simbok), Sifa (Mak), Rizky (Pulo), Ufi (Ufil), Ella
(Ndut), dan Jepry (Jejep) terimakasih untuk semua kebahagiaan, canda tawa,
-
sedih, susah, dan selalu mengingatkan penulis untuk berada dijalan
kebenaran. Semoga kita tetap menjadi sahabat until Jannah.
25. My Best Partner (Scale Squad) : Uci, Reni, Fikri, dan Hafid terimakasih atas
semua bantuan, kritik, saran, kerjasama, dan kepeduliannya. Susah senangnya
penelitian sudah kita lewati, semangat menata karir untuk kita semua.
26. Keluarga kecilku kimia 2014 : Inorganic Research Group : Reni Anggraeni,
Audina Uci Pertiwi, Hafid Darmais Halan, Fikri Muhammad, Lucia Arum
Hartati, Rica Royjanah, Devi Tri Lestari, Cindy Claudia Putri, Ainun
Nadiyah, Ana Devita Mutiara, Ismi Aditya, Ferita Angriana, Fitria Luziana,
Asdini Virginia, Novi Indarwati, Hot Asi, Aniza Vidya Widata, Khumil
Ajmila, Putri Sendi Khairunnisa, Widia Sari, Bayu Andani, Deni Diora, Dira
Fauzi Ridwan. Organic Research Group : Kartika Dewi Rachmawati,
Elisabeth Yulinda, Gabriela Setiw W, Astriva Novri Harahap, Laili Dini
Ariza, Herda Yulia, Rizky Fijaryani, Nur laelatul K, Hidayatul Mufidah,
Dicky Sildianto, Risa Septiana, Wahyu Fichtiana Dewi,Berliana Anastasia P,
Fendi Setiawan, Erien Ratna P, Fitri Oktavianica, Rahma Hanifah, Nella
Merliani, Fransisca Clodina Dacosta, Dhia Hawari, Hamidin. Phisical
Research Group : Erwin Simarmata, Mattew Maranata, Lilian Elisabet,
Meliana Sari Simarmata, Ranaldi Arlento, V. Ari Viggi, M. Ilham Imanudin,
Sola Gratia, Liana Hariyanti, Ganjar Andulangi, Khasandra, Herliana,
Mahliani Erianti, Tika Dwi Febriyanti, Michael Alberto Sihombing, Rizky
Nurfitriyani. Analitical Research Group : Windi Antika, Teguh Wijaya
Hakim, M. Ilham Haqqiqi, Desi Tiara, Dellania Frida Yulita, Fitrah Adhi
-
Nugroho,Riri Auliya, Yunita Damayanti, Ayisa Ramadona, Heny Wijaya,
Nova Ariska, Siti Fatimah, Rizka Ari Wandari, Fergina Prawaningtyas, Dinda
Mezia Physka, Yolla Yashinta Batubara, M. Firza Ersa, Edith Hendri
Purnami, M. Firdaus, Riza Umami, M. Arqam, Grace Nadya Putri D, Diani
Widya Pangestika, Ismini Hidayati, Agnesa Anugrah. Biological Chemistry
Research Group : Ni Putu Rahma Agustina, Bunga Lantri Dwinta, Riza
Mufarida Akhsin, Rica Aulia, Erika Liandini, Hestianingsih Famela, Diva
Amila, Ayuning Fara M, Jepry Romansyah, Bidari Maulid Diana, Asrul
Fanani, Fernando Silaban, Luthfi Hijrianto, Leony Fransiska, Agung Setyo
Wibowo, Angga Hidayatulla Eza. Terimakasih atas kebersamaan dan sudah
menjadi bagian dalam hidup penulis. Semoga kita semua dimudahkan dalam
karir, usaha, bisnis, dan membangun keluarga.I’ll remembers and save you in
my heart. Don’t forget, we are family forever
27. Partner KKN : Angga Wahyu Pratama (Fisika), M. Wafi Eriza (Tekim),
Riska Ningtias (Akuntansi), dan Risma Yulianti (Adm. Bisnis) terimakasih
untuk kebersamaan selama 40 harinya.
28. Kak Rifki, Kak Arif, Kak Anton, Mbak Fenti, Mbak Dian, Mbak Siti, Mbak
Ismi dan kakak-kakak angkatan 2013, 2012, 2011, 2010 yang tidak bisa saya
sebutka satu persatu. Terimakasih telah memberikan banyak pelajaran dan
bantuan untukku. Sukses selalu dan tetap menjadi terbaik.
29. Adik-adik angkatan 2015, 2016, dan 2017 yang tidak bisa saya sebutkan.
Terimakasih atas persaudaraan dan kekeluargaan ini, semoga kita semua
menjadi orang-orang sukses. Percayalah, hidup akan indah jika kita berusaha
-
dan berdoa. Segera lakukan pekerjaanmu dan jangan menunda sesuatu. Keep
fight and dreaming on.
30. Almamater tercinta Universitas Lampung
31. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas
segala ketulusan, bantuan, dan doa. Semoga kebaikannya mendapat balasan
dari Allah SWT.
Bandar Lampung
Penulis,
Yusuf Hadi Kurniawan
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
C. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerak....................................................................................................... 7
B. Pengendapan Senyawa Anorganik ......................................................... 9
C. Pembentukan Endapan dan Kerak .......................................................... 10
1. Nukleasi ............................................................................................. 10
2. Pembentukan Kristal .......................................................................... 10
3. Aglomerasi ......................................................................................... 10
D. Mekanisme Pembentukan Kerak ............................................................ 11
E. Faktor Pembentukan Kerak .................................................................... 12
1. Kristalisasi.......................................................................................... 13
2. Kelarutan Endapan ............................................................................. 14
3. Derajat Lewat Jenuh .......................................................................... 15
-
ii
F. Kalsium Karbonat (CaCO3) .................................................................... 18
G. Pengaruh Terbentuknya Kerak CaCO3 ................................................... 20
H. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3 .................................. 21
1. Pengandalian pH ............................................................................... 21
2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air ........................................... 22
3. Penggunaan Inhibitor Kerak .............................................................. 22
I. Asap Cair Tempurung Kelapa ................................................................ 25
J. Unseeded Experiment ............................................................................. 29
K. Analisis menggunakan IR, SEM, XRD, PSA, dan GC-MS ................... 29
1. Spektrofotometer Infrared (IR) ......................................................... 29
2. Scanning Electron Microscopy (SEM) ............................................. 30
3. X-Ray Difraction (X-RD) ................................................................. 31
4. Particle Size Analyzer (PSA) ............................................................ 32
5. Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS) .................... 35
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .................................................................................. 37
B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 37
C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 38
1. Pembuatan Inhibitor ........................................................................... 38
2. Pengujian Inhibitor dalam Menghambat Pertumbuhan Kerak CaCO3 39
a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Penambahan
Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda
dengan Metode Unseeded Experiment .......................................... 39
b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan
Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda
dengan Metode Unseeded Experiment .......................................... 40
3. Analisis Data ...................................................................................... 41
-
iii
D. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Gugus Fungsi Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2
Menggunakan Spektrofotometer Infrared (IR) .................................... 43
B. Analisis Komponen Senyawa Kimia Asap Cair Tempurung Kelapa
grade 2 Menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometer
(GC-MS) ............................................................................................. 45
C. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3Tanpa Inhibitor pada Konsentrasi
Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Unseeded
Experiment ........................................................................................... 48
D. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor
Pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan
Metode Unseeded Experiment ............................................................. 50
1. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada
Larutan Pertumbuhan 0,025 M ...................................................... 51
2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada
Larutan Pertumbuhan 0,038 M ...................................................... 54
3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada
Larutan Pertumbuhan 0,050 M ...................................................... 56
4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi
Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada
Larutan Pertumbuhan 0,063 M ...................................................... 58
E. Perbandingan Larutan Pertumbuhan CaCO3 ........................................ 62
-
iv
F. Analisis Permukaan Kerak CaCO3 Menggnakan Scanning Electron
Microscopy (SEM) ............................................................................... 63
G. Analisis Distribusi Ukuran Partikel CaCO3 dengan Particle Size
Analyzer (PSA) .................................................................................... 65
H. Analisis Struktur Kerak CaCO3 dengan X-Ray Difraction (XRD)....... 67
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 73
B. Saran ...................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai supersaturasi (s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH
pada suhu 25oC ......................................................................................... 20
2. Kandungan asap cair tempurung kelapa serta titik didihnya .................... 27
3. Komponen kimia asap cair tempurung kelapa hasil GC-MS .................... 28
4. Gugus fungsi pada hasil IR asap cair tempurung kelapa grade 2 ............. 45
5. Komponen-komponen kimia asap cair tempurung kelapa ........................ 47
6. Nilai pH asap cair tempurung kelapa sebelum dan sesudah pengenceran 50
7. Nilai pH larutan pertumbuhan sebelum dan sesudah penambahan asap
cair ............................................................................................................. 51
8. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,025 M 53
9. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,038 M 56
10. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,050 M 57
11. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,063 M 59
12. Data persentase efektivitas inhibitor pada penambahan inhibitor 350
ppm ........................................................................................................... 60
13. Efektivitas inhibitor dalam menghambat kerak CaCO3 ............................ 61
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Endapan kerak pada pipa .......................................................................... 9
2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air ....................... 12
3. Tahapan kristalisasi ................................................................................... 14
4. Diagram temperatur– konsentrasi ............................................................. 16
5. Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal
dalam larutan pertumbuhan (○ = inhibitor, ◊ = bibitkristal) ..................... 24
6. Reaksi hidrolisis polifosfat ....................................................................... 25
7. Warna asap cair tempurung kelapa ........................................................... 26
8. Skema bagan SEM .................................................................................... 31
9. Skema kerja alat XRD .............................................................................. 32
10. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf ..................................... 34
11. Skema alat GC-MS ................................................................................... 36
12. Diagram alir penelitian.............................................................................. 42
13. Spektrum IR asap cair tempurung kelapa grade 2 .................................... 44
14. Hasil analisis Gas Chromatograpgy-Mass Spectrometry (GC-MS) asap
cair tempurung kelapa grade 2.................................................................. 46
15. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan variasi
konsentrasi larutan pertumbuhan .............................................................. 49
16. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi
larutan pertumbuhan 0,025 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair
tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 52
17. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi
-
vii
larutan pertumbuhan 0,038 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair
tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 54
18. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi
larutan pertumbuhan 0,050 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair
tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 56
19. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi
lartan pertumbuhan 0,063 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair
tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 58
20. Perbandingan larutan pertumbuhan 0,025 M (A) tanpa penambahan
inhibitor dan (B) dengan penambahan inhibitor pada konsentrasi 350
ppm ........................................................................................................... 62
21. Kristal kerak CaCO3 0,038 M tanpa penambahan inhibitor (A) dan
dengan penambahan inhibitor (B) asap cair tempurung kelapa grade 2
sebesar 50 ppm .......................................................................................... 63
22. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,038 M dengan perbesaran
2000x tanpa penambahan inhibitor (A) dan dengan penambahan inhibitor
asap cair tempurung kelapa grade 2 sebesar 50 ppm (B) ......................... 64
23. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,038 M dengan perbesaran
5000x tanpa penambahan inhibitor (A) dan dengan penambahan inhibitor
asap cair tempurung kelapa grade 2 sebesar 50 ppm (B) ......................... 64
24. Distribusi ukuran partikel CaCO3 ............................................................. 66
25. Pola XRD kerak CaCO3 tanpa penambahan inhibitor (A) dan dengan
penambahan inhibitor asap cair tempurung kelapa grade 2 sebesar
50 ppm (B) ................................................................................................ 68
26. Mekanisme penghambatan kerak CaCO3 oleh inhibitor ............................ 71
27. Mekanisme anti kerak ................................................................................ 72
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung begitu pesat. Sebagian
besar industri di Indonesia menggunakan air dalam sistem kerjanya. Setiap
industri yang menggunakan air dalam sistem kerjanya bisa dipastikan selalu
mempunyai permasalahan yang berhubungan dengan pengerakan (scaling).
Pengerakan terjadi pada komponen industri yang sangat kompleks, seperti industri
minyak dan gas, industri menggunakan proses desalinasi dan ketel, serta industri
kimia lainnya (Jamailahmadi, 2007; Suharso et al., 2009; Suharso et al., 2010;
Suharso dan Buhani, 2011). Proses pengendapan kerak bisa terjadi pada
peralatan-peralatan industri. Hal ini disebabkan karena terdapatnya unsur-unsur
anorganik pembentukan kerak seperti logam kalsium (Ca2+
) dalam jumlah yang
melebihi kelarutan pada keadaan kesetimbangan (Amjad, 1995). Kerak yang
terbentuk pada pipa-pipa peralatan industri akan memperkecil diameter dan
menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut, ini akan menyebabkan suhu
semakin naik dan tekanan semakin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan pecah
(Asnawati, 2001)
-
2
Dampak negatif yang ditimbulkan karena adanya penimbunan kerak antara lain
menyebabkan sumur pipa pada industri perusahaan minyak negara
(Pertamina,Tbk) hanya berumur 10 tahun, sehingga perusahaan harus membuat
kembali sumur pipa dengan biaya 6-7 juta dolar per sumur atau setara dengan Rp
80-90 milyar. Akibatnya biaya dan kerugian yang ditimbulkan sangat besar untuk
operasional biaya perawatan (Suharso et al., 2010; Suharso et al., 2014; Suharso
et al., 2017; Suharso et al., 2017a). Selain itu, endapan kerak dapat menyebabkan
penipisan pada dinding boiler yang berdampak terhadap peningkatan penggunaan
bahan bakar solar. Oleh karena itu, berbagai upaya penanggulangan kerak telah
dilakukan, salah satunya yaitu dengan menggunakan asam untuk menurunkan pH
larutan, rentang pH efektif untuk mencegah pengendapan kerak adalah 6,5 sampai
8,0. Namun menghilangkan kerak menggunakan asam dengan konsentrasi tinggi
tidak efektif karena dapat meningkatkan laju korosi dan konduktivitas, serta
mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya (Lestari,
2008).
Kerak adalah tumpukan keras dari bahan anorganik yang disebabkan oleh
pengendapan partikel mineral dalam air terutama pada permukaan perpindahan
panas. Seperti air menguap dalam menara pendingin, uap yang murni hilang dan
konsentrasi padatan terlarut dalam air yang tersisa (Bhatia, 2003). Adapun
komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri yaitu,
kalsium karbonat (CaCO3), kalsium dan seng fosfat, kalsium sulfat (CaSO4), serta
silika dan magnesium silikat (Lestari dkk., 2004). Kalsium karbonat (CaCO3)
merupakan salah satu endapan penyusun kerak yang menjadi masalah serius pada
sebagian besar proses industri yang melibatkan air garam (Amjad, 1995) dan pada
-
3
operasi produksi minyak bumi (Halimatuddahliana, 2003). Dalam bidang
industri, kerak kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu masalah yang
cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air, seperti
pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin
pembangkit tenaga uap dan di pipa-pipa minyak. Kelarutan CaCO3 yang sedikit
dapat terbentuk jika dalam larutan lewat jenuh terjadi kesetimbangan kimia pada
tekanan dan temperatur yang sama (Nunn, 1997).
Beberapa metode yang pernah dilakukan untuk mencegah terbentuknya kerak
pada peralatan-peralatan industri yaitu dengan menurunkan pH larutan melalui
penambahan asam, penggunaan senyawa-senyawa anorganik (Zhang and Dawe,
2000), asam amino (Manoli et al., 2003), polimer-polimer yang larut dalam air
(Donachy and Sikes, 1994), penggunaan inhibitor (scale inhibitor) (Suharso dkk.,
2013), dan senyawa-senyawa organik lain (He et al., 1999). Selain beberapa
metode di atas, pembentukan kerak dapat dikontrol dengan cara pelunakan dan
pembebasan mineral air, akan tetapi penggunaan air bebas mineral dalam industri-
industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi (Halimatuddahliana, 2003).
Penggunaan inhibitor merupakan alternatif yang baik karena ramah lingkungan,
murah, dan mudah didapat. Efektivitas inhibitor kerak bergantung pada
kemampuan sebuah aditif untuk mengganggu langkah-langkah pembentukan
kerak, yaitu baik dengan langkah nukleasi atau dengan pertumbuhan kristal
(Tzotzi et al., 2007).
-
4
Metode yang paling efektif untuk menghambat laju pertumbuhan kerak yang
sedang dikembangkan adalah dengan menginjeksikan bahan-bahan kimia
pencegah kerak (scale inhibitor) ke dalam air formasi (Cowan and Weintritt,
1976). Salah satu prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa
kompleks (khelat) antara pencegah kerak dengan unsur-unsur pembentuk kerak.
Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup
kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan dapat mencegah kristal kerak
untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981). Metode inhibitor merupakan
metode yang menarik untuk dikembangkan lebih lanjut karena biayanya relatif
lebih murah dan memiliki efektivitas yang lebih tinggi (Asnawati, 2001) serta
dapat mencegah kerak dalam periode yang lama (Cowan and Weintritt, 1976).
Hal inilah yang mendasari untuk dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai
inhibitor kerak baru yang lebih efektif, aman, dan ramah lingkungan.
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, tanaman gambir (Uncaria
gambier Roxb) dapat digunakan sebagai inhibitor CaCO3, ini dikarenakan gambir
mengandung 70% senyawa tanin (Bakhtiar, 1991). Gambir dapat dikombinasikan
dengan kemenyan putih (Styrx benzoin dryand) dan aditif golongan karboksilat
untuk meningkatkan nilai efektivitas inhibitor dalam mencegah pertumbuhan
kerak (Aisah, 2016). Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang mampu
menghambat proses oksidasi. Tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam
air atau alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH,
yang dapat mengikat logam berat seperti Ca2+
(Irianty dan Sembiring, 2012) .
Penggunaan beberapa jenis aditif dari golongan karboksilat seperti asam sitrat,
-
5
asam oksalat, dan asam benzoat sebagai aditif juga memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan kristal kerak. Penggunaan aditif yang efektif sebagai
inhibitor mengakibatkan terjadinya perubahan konduktivitas menjadi lebih besar
dan ukuran kristal menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan aditif,
konsentrasi menentukan tingkat keefektifan aditif sebagai inhibitor (Suharso et al.,
2009). Aditif yang efektif dengan konsentrasi yang sangat kecil dalam satuan
ppm teradsorpsi ke dalam inti untuk memperlambat pertumbuhan kristal dengan
cara menggantikan anion seperti SO42-
atau CO32-
dan mengikat kation Ca2+
(Austin et al., 1975).
Menurut penelitian sebelumnya, asap cair tempurung kelapa grade 2 banyak
mengandung senyawa fenolik, asam seperti asam asetat, asam butirat, dan asam
propionat, serta mengandung karbonil (Darmadji dkk., 1996). Sehingga, asap cair
tempurung kelapa grade 2 menarik untuk dikembangkan sebagai inhibitor
kalsium karbonat (CaCO3) karena adanya kandungan senyawa fenol dan asam
tersebut. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian ini untuk mempelajari
pengaruh penambahan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor pada
pembentukan kerak CaCO3 dengan menggunakan metode unseeded experiment
pada konsentrasi larutan pertumbuhan dan konsentrasi inhibitor yang berbeda.
Efektifitas inhibitor tempurung kelapa grade 2 dalam menghambat pertumbuhan
kerak CaCO3 dengan metode unseeded experiment diketahui berdasarkan analisis
data. Sedangkan analisis morfologi CaCO3 menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM), analisis struktur kerak CaCO3 menggunakan X-Ray
-
6
Difraction (XRD), sedangkan distribusi ukuran partikelnya diukur menggunakan
Particle Size Analyzer (PSA).
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mempelajari pengaruh penambahan asap cair tempurung kelapa grade 2
sebagai inhibitor kalsium karbonat (CaCO3) pada konsentrasi yang berbeda.
2. Mengetahui keefektifan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor
kalsium karbonat (CaCO3) dengan metode unseeded experiment melalui
analisis data dan karakterisasi menggunakan SEM, X-RD dan PSA.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kemampuan dari asap cair tempurung kelapa grade 2 dalam menghambat
pertumbuhan kerak CaCO3 sehingga dapat dikembangkan untuk memperoleh
inhibitor kerak yang lebih efektif dan dapat dikembangkan untuk mencegah
pembentukan kerak pada peralatan-peralatan industri sehingga dapat mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembentukan kerak tersebut.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerak
Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang
terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substansi
(Kemmer, 1979). Kerak adalah tumpukan keras dari bahan anorganik terutama
pada permukaan perpindahan panas yang disebabkan oleh pengendapan partikel
mineral dalam air (Bhatia, 2003 ). Pembentukan kerak pada sistem perpipaan di
industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan
ekonomis. Hal ini disebabkan karena kerak dapat menutupi atau menyumbat air
yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses perpindahan panas
pada peralatan penukar panas. Sehingga, kerak yang terbentuk pada pipa-pipa
akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa
tersebut (Shiddiq, 2014).
Kerak dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai.
Campuran air tersebut tidak sesuai jika air berinteraksi secara kimia dan
mineralnya mengendap jika dicampurkan.
-
8
Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah air laut dengan konsentrasi SO42-
tinggi
dan konsentrasi Ca2+
rendah dan air 6 formasi dengan konsentrasi SO42-
sangat
rendah tetapi konsentrasi Ca2+
tinggi. Campuran air ini menyebabkan
terbentuknya endapan CaSO4 (Badr and Yassin, 2007).
Komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri yaitu
kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat (CaCO3 turunan dari kalsium
bikarbonat), kalsium dan seng fosfat, kalsium fosfat, silika dengan konsentrasi
tinggi, besi dioksida (senyawa yang disebabkan oleh kurangnya kontrol korosi
atau alami berasal dari besi yang teroksidasi), besi fosfat ( senyawa yang
disebabkan karena pembentukan lapisan film dari inhibitor fosfat), mangan
dioksida (mangan teroksidasi tingkat tinggi) magnesium silika, silika dan
magnesium pada konsentrasi tinggi dengan pH tinggi, magnesium karbonat,
magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi (Lestari,
2008).
Adanya endapan kerak pada komponen pipa, dapat mengakibatkan aliran fluida
terhambat baik dalam pipa maupun alat heat excangers. Pada heat excangers,
endapan-endapan kerak tersebut akan mengganggu transfer panas sehingga
menyebabkan panas akan akan semakin meningkat. Sedangkan pada pipa-pipa ,
penyumbat aliran fluida akan terjadi karena adanya penyempitan volume alir
fluida serta penambahan kekasaran permukaan pipa bagian dalam, seperti yang
terlihat pada Gambar 1.
-
9
Gambar 1. Endapan kerak pada pipa (Vendamawan, 2016).
B. Pengendapan Senyawa Anorganik
Endapan didefinisikan sebagai bentuk kristal keras yang menempel pada
perpindahan panas permukaan dimana proses penghilangannya dapat dilakukan
dengan cara dibor atau didril. Endapan yang berasal dari larutan akan terbentuk
karena proses penurunan kelarutan pada kenaikan temperatur operasi dan kristal
padat melekat erat pada permukaan logam. Endapan yang umum ditemui di pipa
minyak ada beberapa jenis, seperti kalsium karbonat (CaCO3), kalsium sulfat
termasuk gips (CaSO4·2H2O) dan kalsium sulfat anhidrat (CaSO4), serta barium
sulfat (BaSO4) (Asnawati, 2001).
Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatan-
peralatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas,
proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena
terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam
jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.
-
10
Terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat
menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al.,1983 ; Maley, 1999).
C. Pembentukan Endapan dan Kerak
Proses pengendapan terjadi melalui 3 tahap, yaitu :
1. Nukleasi
Sebuah inti endapan adalah suatu partikel halus, pembentukan atau pengendapan
dapat terjadi secara spontan. Inti dapat dibentuk dari beberapa molekul atau ion
komponen endapan yang tumbuh secara bersama-sama dan jaraknya berdekatan,
dapat juga dikatakan partikel halus secara kimia tidak berhubungan dengan
endapan tetapi ada kemiripan dengan struktur kisi kristal. Jika inti dibentuk dari
ion atau komponen endapan, fasa awal endapan disebut nukleasi homogen.
2. Pertumbuhan Kristal
Kristal terbentuk dari lapisan ion komponen endapan pada permukaan inti karena
pada pengolahan air yang melibatkan proses pengendapan sering tidak mencapai
kesetimbangan.
3. Aglomerasi
Padatan yang awalnya terbentuk dengan pengendapan, kemungkinan bukan
padatan yang paling stabil (secara termodinamika) untuk berbagai kondisi
reaksi.Jika demikian selama jangka waktu tertentu struktur kristal endapan dapat
berubah menjadi fasa stabil. Perubahan ini disertai penambahan endapan dan
pengurangan konsentrasi larutan, sebab fasa yang stabil biasanya mempunyai
kelarutan yang lebih kecil dari fasa yang dibentuk sebelumnya.
-
11
Pematangan juga terjadi pada ukuran kristal endapan yang bertambah sebab
partikel yang lebih kecil memiliki energi permukaan yang besar dari pada partikel
yang besar, konsentrasi larutan dalam kesetimbangan untuk partikel yang lebih
tinggi sebanding untuk partikel yang lebih besar. Akibatnya, pada ukuran partikel
yang beragam partikel yang lebih besar terus bertambah, sebab larutan masih
dalam keadaan lewat jenuh. Partikel yang lebih kecil melarut, sebab konsentrasi
larutan sekarang belum diketahui harga jenuhnya (Lestari et al., 2004).
D. Mekanisme Pembentukan Kerak
Pada dasarnya pembentukan kerak terjadi dalam suatu aliran yang bersifat garam
jika mengalami penurunan tekanan secara tiba-tiba, maka aliran tersebut menjadi
lewat jenuh dan menyebabkan terbentuknya endapan garam yang menumpuk pada
dinding-dinding peralatan proses industri. Prinsip mekanisme pembentukan
kerak, yaitu:
1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi mengandung
banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium, bercampur dengan sulfat
yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4).
Ca2+
(atau Sr2+
atau Ba2+
) + SO42-
→ CaSO4 (atau SrSO4 atau BaSO4)
2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan menurunkan
kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak mengendap adalah
kerak karbonat seperti CaCO3).
Ca(HCO3)2 → CaCO3 + CO2 + H2O
3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi
batas kelarutan dan membentuk endapan garam (Amjad, 1995).
-
12
Pembentukan kerak dan deposit endapan lain adalah proses kristalisasi yang
kompleks. Pada saat larutan menjadi lewat jenuh dan nukleasi terjadi, kondisi ini
sangat cocok dan ideal untuk pertumbuhan kristal partikel kerak. Senyawa-
senyawa yang dibawa air seperti kalsium sulfat, magnesium sulfat, barium sulfat,
magnesium karbonat, kalsium karbonat, silikat, dan lain-lain dapat mengendap
dan membentuk kerak sebagai akibat dari beda tekanan, perubahan temperatur,
perubahan pH, dan lain-lain. Skema mekanisme pembentukan kerak dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air (Salimin
dan Gunandjar, 2007).
E. Faktor Pembentukan Kristal
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua
faktor penting, yaitu laju pembentukkan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan
kristal. Laju pembentukkan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang
-
13
terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukkan inti tinggi, banyak sekali
kristal yang akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukkan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin
tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk
inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukkan inti. Laju pertumbuhan
kristal merupakan faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi ukuran kristal
yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Semakin tinggi laju
pertumbuhan maka akan kristal yang terbentuk akan besar. Laju pertumbuhan
kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990).
1. Kristalisasi
Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukkan kristal dari
larutannya, dimana kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik.
Pertumbuhan kristal dapat terjadi bila konsentrasi suatu zat terlarut berada pada
kadar larutan lewat jenuh pada suhu tertentu. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat
diperoleh melalui proses pendinginan dengan larutan pekat panas, penguapan
larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan, dan dengan
penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya.
Kristalisasi memiliki dua tahap proses, yaitu tahap pembentukkan inti yang
merupakan tahap mulai terbentuknya zat padat baru, dan tahap pertumbuhan
kristal yang merupakan tahap inti zat padat yang baru terbentuk mengalami
pertumbuhan menjadi kristal yang lebih besar, akibatnya kristal inti yang pada
awalnya hanya memiliki ukuran yang kecil akan berubah menjadi ukuran yang
lebih besar. Proses pertumbuhan kristal pada borak merupakan salah satu contoh
-
14
kasus laju pertumbuhan kristal yang dapat dengan mudah diamati (Brown, 1978;
Suharso, 2004; Suharso, 2007a; Suharso, 2009a; Suharso, 2009b; Suharso, 2010a;
Suharso, 2010b; Suharso, 2010c; Suharso, 2010d; Suharso, 2012; Suharso, 2012a;
Suharso et al., 2008). Penjelasan sederhana pembentukkan kerak (kristalisasi)
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3.Tahapan kristalisasi (Zeiher et al, 2003).
2. Kelarutan Endapan
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan.
Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan, menurut
definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
tergantung berbagai kondisi, seperti temperatur, tekanan, konsentrasi, bahanbahan
lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Hasil kali kelarutan memungkinkan kita untuk menerangkan dan juga
memperkirakan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan
-
15
sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika
kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
dalam larutan itu. Jika hasil kali ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, maka
sistem itu akan berusaha menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai
hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion dengan sengaja dibuat lebih besar dari
hasil kali kelarutan, penyesuaian oleh sistem mengakibatkan mengendapnya
garam larutan. Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari hasil kali
kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya
sebagian garam padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan menentukan
keadaaan kesetimbangan, tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika
kesetimbangan itu terjadi. Sesungguhnya, kelebihan zat pengendap yang terlalu
banyak dapat mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sebagai akibat
bertambahnya efek garam atau akibat pembentukkan ion kompleks. Dalam hal ini
hasilkali kelarutan dari kalsium sulfat pada temperatur ruang sebesar 2,3 x 10-4
mol/L (Svehla, 1990).
3. Derajat Lewat-Jenuh (Supersaturasi)
Larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih besar
daripada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh. Kondisi
kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh melalui proses pendinginan larutan pekat
panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan
serta dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya.
-
16
Gambar 4. Diagram temperatur– konsentrasi (Wafiroh, 1995).
Berdasarkan Gambar 4, garis tebal menunjukkan kelarutan normal untuk zat
terlarut dalam pelarut, sedangkan garis putus-putus menunjukkan kurva lewat
jenuh, dimana posisinya dalam diagram bergantung pada zat-zat pengotor. Pada
Gambar 4 di atas, kondisi kelarutan dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah stabil,
metastabil, dan daerah labil. Daerah stabil adalah daerah larutan yang tidak
mengalami kristalisasi. Daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi tidak
spontan adalah daerah metastabil, sedangkan daerah labil adalah daerah yang
memungkinkan terjadinya kristalisasi secara spontan.
Pada gambar diagram temperatur konsentrasi tersebut, jika suatu larutan yang
terletak pada titik A didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC),
maka pembentukkan inti secara spontan tidak akan terjadi sampai kondisi C
tercapai. Larutan lewat jenuh dapat juga tercapai dengan mengurangi sejumlah
volume palarut dari pelarutnya dengan proses penguapan. Hal ini ditunjukkan
-
17
dengan garis ADE, yaitu saat larutan di titik A diuapkan pada temperatur konstan
(Wafiroh, 1995).
Menurut Lestari (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak antara
lain yaitu :
a. Kualitas Air
Pembentukkan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen
pembentuk kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi fosfat, pH, dan konsentrasi
bahan penghambat kerak dalam air).
b. Temperatur Air
Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau
menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena
kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai
meningkat pada temperatur air 50 oC atau lebih dan kadang-kadang kerak
terbentuk pada temperatur air diatas 60 oC.
c. Laju Alir Air
Laju pembentukkan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem.
Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem dengan laju alir
0,6 m/detik maka laju pembentukkan kerak hanya seperlima dibanding pada laju
alir air 0,2 m/detik.
-
18
F. Kalsium Karbonat (CaCO3)
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak berbau, tak
berasa, terurai pada 825 oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2,
dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu
gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3·MgCO3).
Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya
berwujud rombik/rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam,
dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik,
dan sebagainya.
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu endapan penyusun kerak yang
menjadi masalah serius pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air
garam (Amjad, 1995) dan pada operasi produksi minyak bumi
(Halimatuddahliana, 2003). Kalsium karbonat(CaCO3) dibuat dari reaksi CaCl2 +
Na2CO3dalam air, atau melewatkan CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang
murni. Kalsium karbonat (CaCO3) berupa endapan amorf putih terbentuk dari
reaksi antara ion kalsium (Ca2+
) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-
)
dalam bentuk Na2CO3 (Svehla, 1990).
Ca2+
+ CO32-
→ CaCO3(s) ↓
Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun
dengan naiknya ukuran Ca2+
(Cotton and Wilkinson, 1989).
Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam
tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada
-
19
tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu
dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini
akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pengendapan CaCO3
dapat dihasilkan dari reaksi sebagai berikut :
CO2 + 2 OH- ↔ CO3
2- + H2O (aq)
Ca(OH)2(aq) ↔ Ca2+
+ 2 OH-
Ca2+
+ CO32-
↔ CaCO3(s)↓
(Zhang et al., 2002).
Harga supersaturasi ( s) dari suatu larutan merupakan fungsi dari hasil kali
kelarutan (Ksp) dan konsentrasi ion Ca2+
dan CO32-
dalam larutan dijelaskan
dalam persamaan berikut ini :
s =
Harga Ksp CaCO3 kalsit pada suhu 25 °C adalah 8,7 10-9
, sedangkan konsentrasi
(CO32-
) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
(CO32-
) = 5,6 10-11
(HCO3-) /10
-pH (Knez, 2005).
Pembentukan inti (nuklei) CaCO3 secara spontan dilarutan (homogenuos
nucleation) membutuhkan harga supersaturasi s= kritis= 40 dan di permukaan
(deposit) s= kritis= 20, dimana presipitasi baru mulai terjadi pada pH 8,5 untuk
konsentrasi CaCO3 sebesar 400 ppm (Fathi et al., 2006). Harga supersaturasi ( s)
dari model larutan CaCO3 merupakan fungsi konsentrasi CaCO3 terlarut dan pH
larutan seperti yang diberikan pada Tabel 1.
-
20
Tabel 1. Nilai supersaturasi ( s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH pada
suhu 25 °C (Fathi et al., 2006)
Kesadahan (ppm CaCO3) Supersaturasi ( s)
pH 5,7 pH 6,0 pH 7,0 pH 7,5
300 0,05 0,18 1,32 6,10
400 0,15 0,32 3,20 10,11
500 0,23 0,47 4,72 14,93
Presipitasi CaCO3 menggunakan larutan CaCO3 ini berjalan sangat lambat karena
terjadi pada supersaturasi rendah (pH 6-8). Para peneliti telah melakukan
beberapa cara untuk mempercepat proses presipitasi CaCO3 yaitu dengan
menaikkan suhu (Saksono et.al., 2007), menaikkan pH dan degassing gas CO2
dengan N2 (Fathi et al., 2006). Larutan CaCO3 didapat dengan melarutkan CaCO3
bubuk dalam air dan mengalirkan gelembung gas CO2. Larutan CaCO3 yang
dihasilkan bersifat asam (pH: 5,5- 6,5) dan akan meningkat mendekati pH iso-
elektrik kalsit yaitu sekitar 8,4 seiring dengan meningkatnya kejenuhan larutan
CaCO3. Model larutan lain yang digunakan oleh banyak peneliti dalam
mengamati presipitasi CaCO3 adalah dengan mencampurkan larutan Na2CO3 dan
CaCl2 (Higashitani et al., 1993; Barret and Parson, 1998; Wang et al., 1997;
Saksono dkk., 2006; Saksono, 2008).
G. Pengaruh Terbentuknya Kerak (CaCO3)
Kerak kalsium karbonat (CaCO3) yang sering dijumpai pada pipa-pipa peralatan
industri dapat menimbulkan masalah-masalah seperti mengecilnya diameter pipa
sehingga menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Terganggunya
aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi
sehingga kemungkinan pipa akan pecah (Asnawati, 2001). Pada operasi produksi
-
21
minyak bumi, pembentukan kerak dapat mengurangi produktivitas sumur akibat
tersumbatnya penorasi, pompa, valve, dan fitting (Halimatuddahliana, 2003).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan pembentukan kerak untuk
mengurangi atau menghilangkan kerak kalsium karbonat yang terdapat pada
peralatan-peralatan industri.
H. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3
Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium
karbonat pada peralatan-peralatan industri adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian pH
Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah
lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak oleh garam-garam kalsium,
garam logam bivalen dan garam fosfat (Lestari dkk.,2004). Asam sulfat yang
biasa digunakan pada metode ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di
air menghasilkan H2O dan CO2 sehingga pembentukan kerak CaCO3 dapat
dicegah (Al-Deffeeri, 2006).
CaCO3 ↓+ 2H+ → Ca
2+ + H2O + CO2 ↑
Kelarutan bahan pembentuk kerak biasanya meningkat pada pH yang lebih
rendah. Namun pada pH 6,5 atau kurang, korosi pada baja, karbon, tembaga, dan
paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH efektif untuk
mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7 sampai 7,5. Oleh karena itu,
suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk mengendalikan pH
secara tepat. Selain itu, asam sulfat dan asam klorida mempunyai tingkat bahaya
-
22
yang cukup tinggi dalam penanganannya. Saat ini, penghambatan kerak dengan
hanya penginjeksian asam semakin jarang digunakan (Lestari dkk., 2004).
2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air
Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi
(±250 ppm setara dengan ± 0,0025 M CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan
kapur dan soda abu. Masalah kerak tidak akan dijumpai jika yang digunakan
adalah air bebas mineral karena seluruh garam-garam terlarut dapat dihilangkan.
Oleh karena itu, pemakaian air bebas mineral merupakan metode yang tepat untuk
menghambat kerak di dalam suatu sistem dengan pembebanan panas tinggi
dimana pengolahan konvensional dengan bahan penghambat kerak tidak berhasil
(Lestari dkk., 2004). Namun, penggunaan air bebas mineral dalam industri-
industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan
efisiensi kerja (Halimatuddahliana, 2003).
3. Penggunaan Inhibitor Kerak
Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan
untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan
konsentrasi yang kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari
inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor
dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut
dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan
mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981).
Biasanya, penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukan
kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara
-
23
mekanis permukaan bagian dalam pipa. Syarat yang harus dimiliki senyawa
kimia sebagai inhibitor kerak adalah sebagai berikut:
1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan
efektif untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkan kerak;
2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan
tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk;
3. Selain itu, inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang
tinggi dalam penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping
yang berbahaya bagi lingkungan sekitar (Al-Deffeeri, 2006).
Mekanisme kerja inhibitor kerak terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Inhibitor kerak dapat teradsorpsi pada permukaan kristal kerak pada saat
mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang dapat
menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya.
2. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah
menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan
(Suharso dkk., 2007).
Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal dapat
diilustrasikan dalam Gambar 5. Gambar 5 memberikan gambaran bagaimana
kerja Inhibitor dalam mengadsorpsi pada sisi-sisi pertumbuhan kristal dari bibit
kristal (ditunjukkanpada kristal yang diberi warna hitam) yang mengakibatkan
pertumbuhan kristal menjadi terhambat. Sedangkan pada bibit kristal yang tidak
teradsorpsi oleh inhibitor (ditunjukkan pada kristal yang tidak diberi warna)
mengalami pertumbuhan normal (Suharso et al., 2009; Suharso et al., 2014).
-
24
Gambar 5. Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal
dalam larutan pertumbuhan (○ = inhibitor, ◊ = bibit kristal).
Pada umumnya inhibitor kerak yang digunakan di ladang-ladang minyak atau
pada peralatan industri dibagi menjadi dua macam yaitu inhibitor kerak anorganik
dan inhibitor kerak organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan
sebagai inhibitor adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat. Pada dasarnya
bahan-bahan kimia ini mengandung grup P-O-P dan cenderung untuk melekat
pada permukaan kristal. Inhibitor kerak organik yang biasa digunakan adalah
organofosfonat organofosfat ester dan polimer-polimer organik. Inhibitor kerak
yang pernah digunakan yaitu polimer-polimer yang larut dalam air dan senyawa
fosfonat (Asnawati, 2001).
Salah satu inhibitor kerak dari polimer-polimer yang larut dalam air yaitu
polifosfat. Polifosfat merupakan inhibitor kerak yang murah namun
keefektifannya terbatas. Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium
karbonat (CaCO3) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada
permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat pertumbuhan kristal pada batas
konsentrasi rendah dan strukturnya yang mampu merusak padatan tersuspensi.
Hal ini dapat mencegah pertumbuhan kristal lebih lanjut, atau setidaknya
-
25
memperlambat proses pertumbuhan kerak. Namun, polifosfat memiliki
kelemahan utama yaitu mudah terhidrolisis pada temperatur di atas 90 °C
menghasilkan ortofosfat. Reaksi hidrolisis polifosfat di tunjukkan pada Gambar 6
(Gill, 1999).
Gambar 6. Reaksi hidrolisis polifosfat (Gill, 1999).
Gambar 6 adalah reaksi hidrolisis polifosfat yang merupakan fungsi dari
temperatur, pH, waktu, dan adanya ion-ion lain. Ortofosfat yang dihasilkan dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kerak
dan menyebabkan terbentuknya kerak baru dari presipitasi kalsium fosfat (Gill,
1999), sehingga penggunaan polifosfat sebagai inhibitor kerak hanya efektif pada
temperatur rendah (Al-Deffeeri, 2006).
I. Asap Cair Tempurung Kelapa
Asap cair (liquid smoke) merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu
dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu
(Darmadji, 1998). Pada dasarnya bahan baku untuk menghasilkan asap cair ini
bermacam-macam, antara lain kayu, tandan kosong kelapa sawit, cangkang sawit,
tempurung kelapa sawit, pelepah sawit, tempurung kelapa dan ampas hasil
penggergajian (Girard, 1992). Asap cair memiliki banyak manfaat salah satunya
-
26
yaitu sebagai inhibitor(Choi et al, 2001). Asap cair tempurung kelapa grade 2
memiliki warna yang lebih kekuningan jika dibandingkan dengan asap cair
tempurung kelapa grade 3, namun sedikit lebih pekat kuningnya dari pada asap
cair tempurung kelapa grade 1 (Yulistiani, 2008).
Gambar 7. Warna asap cair tempurung kelapa (Anonim 1, 2017)
Menurut Tranggono dkk (1996) asap cair tempurung kelapa memiliki 7 macam
komponen dominan, yaitu fenol, 3-metil-1,2-siklopentadion, 2 metoksifenol, 2-
metoksi-4-metilfenol, 4-etil-2-metoksifenol, 2,6-dimetoksifenol, dan 2,5-
dimetoksi benzil alkohol yang semuanya larut dalam eter. Sedangkan Guillen and
Manzanos (1995) melaporkan bahwa asap cair komersial memiliki empat macam
komponen dominan yaitu 3-methyl-1,2-cyclopentanedione, 3 hydroxy-2 methyl-
4H-pyran-4-one, 2-methoxyphenol orguaiacol, dan 2,6-dimethoxyphenol.
Gumanti (2006) melaporkan bahwa komponen kimia destilat asap tempurung
kelapa mengandung total fenol (5,5%), metil alkohol (0,37%), dan total asam
(7,1%).
Asap cair grade 2 merupakan asap cair yang telah melewati tahapan destilasi
dengan menggunakan suhu 250o– 300
oC, kemudian dilakukan penyaringan zeolit.
Asap cair ini memiliki warna kuning kecoklatan dan diorientasikan untuk
-
27
pengawetan bahan makanan mentah (Yulistiani, 2008). Asap cair grade 2 ini
memiliki kualitas dibawah kualitas asap cair Grade 1 karena memiliki kadar fenol
sebesar 0,64 % dan kadar asam sebesar 43,96 - 44,24 %. Namun, asap cair grade
2 ini memiliki kuantitas sebesar 1,8 - 2,1%, yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kuantitas asap cair grade 1. Asap cair grade 2 ini hanya terdiri dari asap
cair dengan bahan baku tempurung kelapa pada suhu pembakaran 300 °C dan 500
°C (Luditama, 2006). Menurut Himawati (2010) asap cair grade 2, memiliki
warna yang lebih coklat bening, kandungan tar 16,6% jauh lebih rendah,
kandungan fenol 9,55%, karbonil 1,67%, dan aroma asapnya sudah berkurang.
Asap cair Grade 2 tidak terlalu berbeda dengan grade 3 untuk kadar fenol,
karbonil, dan asamnya. Namun, pada asap cair grade 2 untuk kadar tar dan
poliaromatik hidrokarbon (PAH) seperti benzopirena sudah semakin berkurang,
hal ini dikarenakan pada saat destilasi dengan suhu 250 oC senyawa tersebut tidak
ikut menguap karena titik didih kedua senyawa tersebut berada diatas 250 oC.
Tabel 2. Kandungan asap cair tempurung kelapa serta titik didihnya
Senyawa Titik didih
(oC, 750 mmHg)
Fenol
-Guaikol 205
-4-metilguaikol 211
-Eugenol 244
-Siringol 267
-Furfural 162
-Pirokatekol 240
-Hidrokuinon 285
-Isoeugenol 266
Karbonil
-Metilglioksal 72
-Glikoaldehid 97
-Diasetil 88
-
28
-Formaldehid 21
Asam
-Asam Asetat 118
-Asam Butirat 162
-Asam Propionat 141
Asam Isovalerat 176
Sumber: Himawati (2010)
Analisis komponen spesifik asap cair dilakukan menggunakan GC-MS.
Komponen-komponen senyawa dominan dari asap cair dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen kimia asap cair tempurung kelapa hasil GC-MS
(Jayanudin dan Suhendi, 2012)
Waktu Retensi % Area Nama Senyawa
2,64 2,95 2-Propanon
2,69 11,20 Acetat Acid, Methyl Ester
3,12 7,72 Methanol
3,24 4,67 2-Butanon
11,11 2,62 2-Propanon
12,48 1,55 1-Hydroxy,2-Butanon
13,48 45,56 Acetat Acid, Ethylic Acid
13,93 6,59 Furancarboxaldehyde
19,32 2,51 Phenol,2-Methoxy
20,46 0,70 Benzene,1,4-dimethoxy
20,85 12,93 Phenol
Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa senyawa dominan pada asap cair
tempurung kelapa adalah senyawa-senyawa dari alkanon seperti 2-Propanone, 2-
Butanon, acetat acid dan phenol (Jayanudin dan Suhendi, 2012). Demikian pula
berdasarkan penelitian (Tranggono dkk,1996), bahwa senyawa dominan dari asap
cair tempurung kelapa adalah senyawa fenol dengan luas area sebesar 44,13 %.
Berdasarkan penelitian Budijanto et al., (2008) hasil analisis GC-MS
menunjukkan terdapat 40 komponen yang teridentifikasi dari asap cair, dengan 7
komponen dominan asap cair yaitu 2-Methoxyphenol (guaiacol), 3,4-
-
29
Dimethoxyphenol, Phenol, 2-methoxy-4-methylphenol, 4-Ethyl-2-methoxyphenol,
3-Methylphenol, dan 5-Methyl-1,2,3-trimethoxybenzene.
J. Unseeded Experiment
Unseeded Experiment merupakan salah satu metode pembentukkan kristal dengan
cara tanpa menambahkan bibit kristal ke dalam larutan pertumbuhan. Hal ini
dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan kerak CaCO3. Metode ini biasanya
digunakan untuk pemeliharaan alat-alat industri yang masih baru sehingga
dibutuhkan pencegahan pertumbuhan kerak CaCO3 (Aisah,2016).
K. Analisis Menggunakan IR, GC-MS, SEM, XRD, dan PSA
Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap kristal CaCO3 yang
terbentuk. Analisis tersebut meliputi analisis gugus fungsi dan komponen kimia
terhadap asap cair tempurung kelapa Grade 2 dengan menggunakan
spektrofotometer infrared (IR) dan Gas Chromatography – Mass Spectrometry
(GC-MS) , morfologi permukaan kristal CaCO3 menggunakan SEM dan X-RD,
serta analisis distribusi ukuran partikel menggunakan PSA. Analisis ini dilakukan
agar dapat mengetahui seberapa efektif asap cair tempurung kelapa Grade 2
dalam menghambat pembentukkan kerak CaCO3.
1. Spektrofotometer InfraRed (IR)
Spektrofotometer IR adalah spektrofotometer yang menggunakan sinar IR dekat,
yakni sinar yang berada pada jangkauan panjang gelombang 2,5 –25 μm atau
-
30
jangkauan frekuensi 400–4000 cm-1. Sinar ini muncul akibat vibrasi atom-atom
padaposisi kesetimbangan dalam molekul dan kombinasi vibrasi dengan rotasi
menghasilkan spektrum vibrasi–rotasi (Khopkar, 2001)
Spektrum IR suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi vibrasi dan
osilasi. Bila molekul menyerap radiasi IR, energi yang diserap akanmenyebabkan
kenaikan amplitude getaran atom-atom yang terikat sehingga molekul-molekul
tersebut berada pada keadaan vibrasi tereksitasi (excited vibrational state); energi
yang diserap ini akan dibuang dalam bentuk panas bila molekul itu kembali ke
keadaan dasar. Dengan demikian spektrofotometer IR dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya gugus fungsi dalam suatu molekul (Supratman, 2010).
2. Scanning Electron Microscopy(SEM)
SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan
menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif
maupun yang nonkonduktif. Sistem pencahayaan pada SEM menggunakan
radiasi elektron yang mempunyai λ = 200 – 0,1 Å, daya pisah (resolusi) yang
tinggi sekitar 5 nm sehingga dapat dicapai perbesaran hingga ± 100.000 kali dan
menghasilkan gambar atau citra yang tampak seperti tiga dimensi karena
mempunyai depth of field yang tinggi. Sehingga SEM mampu menghasilkan
gambar atau citra yang lebih baik dibandingkan dengan hasil mikroskop optik.
Pada prinsipnya mikroskop elektron dapat mengamati morfologi, struktur mikro,
komposisi, dan distribusi unsur. Untuk menentukan komposisi unsur secara
kualitatif dan kuantitatif perlu dirangkaikan satu perangkat alat EDS (Energy
-
31
Dispersive X-ray Spectrometer) atau WDS (Wavelength Dispersive X-ray
Spectrometer) (Handayani dkk., 2004). Skema bagan SEM ditunjukkan pada
Gambar 8.
Gambar 8. Skema bagan SEM (Gabriel, 1985).
3. X-Ray Difraction (X-RD)
Metode difraksi sinar-X adalah metode yang didasarkan pada difraksi radiasi
elektromagnetik yang berupa sinar-X oleh suatu kristal. Sinar-X merupakan
radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang
pendek yaitu 0,5 – 2,5 Ἀ . Sinar-X dihasilkan dengan cara menembakkan suatu
berkas elektron berenergi tinggi ke suatu target dan menunjukkan gejala difraksi
jika jatuh pada benda yang jarak antar bidangnya kira-kira sama dengan panjang
gelombangnya pada suatu bidang dengan sudut θ (Cullity, 1987).
Analisis difraksi sinar-X didasarkan pada susunan sistematik atom-atom atau ion
ion di dalam bidang kristal yang dapat tersusun sedemikian rupa sehingga
membentuk kisi kristal dengan jarak antar bidang (d) yang khas. Setiap spesies
-
32
mineral mempunyai susunan atom yang berbeda-beda sehingga membentuk
bidang kristal yang dapat memantulkan sinar-X dalam pola difraksi yang
karakteristik. Pola difraksi inilah yang kemudian digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa (Rini, 2016).
Pada analisis menggunakan XRD, kristal memantulkan sinar-X yang dikirimkan
dari sumber dan diterima oleh detektor.Ketika berkas sinar-X berinteraksi dengan
lapisan permukaan kristal, sebagian sinar-X ditransmisikan, diserap, direfleksikan
dan sebagian lagi dihamburkan serta didifraksikan.Skema kerja alat XRD
ditunjukkan pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Skema kerja alat XRD (Leofanti, 1997).
Sinar-X yang mengenai suatu bahan akan dipantulkan sehingga menghasilkan
spektrum pantulan yang spesifik dan berhubungan langsung dengan kisi kristal
yang dianalisis. Pada penelitian ini, uji difraksi dilakukan untuk mempelajari
struktur dan karakteristik dari kerak kalsium karbonat (CaCO3).
4. Particle Size Analyzer (PSA)
Analisis ukuran partikel adalah sebuah sifat fundamental dari endapan suatu
partikel yang dapat memberikan informasi tentang tentang asal dan sejarah
partikel tersebut. Distribusi ukuran juga merupakan hal penting seperti untuk
-
33
menilai perilaku granular yang digunakan oleh suatu senyawa atau gaya gravitasi.
Diantara senyawa-senyawa dalam tubuh hanya ada satu partikel yang
berkarakteristik dimensi linear. Partikel irregular memiliki banyak sifat dari
beberapa karakteristik dimensi linear (James and Syvitski, 1991).
Perhitungan partikel secara modern umumnya menggunakan alinasis gambar atau
beberapa jenis penghitung partikel. Gambar didapatkan secara tradisional dengan
mikroskop elektron atau untuk partikel yang lebih kecil menggunakan SEM
(James and Syvitski, 1991). Penyinaran sinar laser pada analisis ukuran partikel
dalam keadaan tersebar. Pengukuran distribusi intensitas difraksi cahaya spasial
dan penyebaran cahaya dari partikel. Distribusi ukuran partikel dihitung dari hasil
pengukuran. Difraksi sinar laser analisis ukuran partikel meliputi perangkat laser
untuk mennghasilkan sinar laser ultraviolet sebagai sumber cahaya dan
melekatkan atau melepaskan flourescent untuk mengetahui permukaan photodiode
array yang menghitung distribusi intensitas cahaya spasial dan penyebaran cahaya
selama terjadinya pengukuran (Totoki et al., 2007).
Particle size analyzer (PSA) mampu mengukur partikel distribusi ukuran emulsi,
suspensi dan bubuk kering (Totoki et al., 2007).
Keunggulan dari PSA antara lain:
1. Akurasi dan reproduksibilitas berada dalam ± 1%.
2. Dapat mengukur sampel dari 0,02 nm sampai 2000 nm.
3. Dapat mengukur distribusi ukuran partikel yang berupa emulsi, suspensi,
dan bubuk kering (Hossaen, 2000).
-
34
Sampel berupa padatan lebih banyak mengabsorbsi sinar-X daripada cairan, oleh
karena itu transmisi sinar-X dikurangi. Sejak pencampuran suspensi yang
homogen, intensitas diasumsikan sebagai nilai konstan, Imin untuk transmisi
sinar X dalam skala pengurangan yang penuh. Aliran pencampuran dihentikan dan
penyebaran yang homogen dimulai untuk menyelesaikan pentransmisian
intensitas sinar-X yang dimonitor pada depth - s. Selama proses sedimentasi,
partikel yang besar menempati tempat pertama di bawah zona pengukuran dan
pada akhirnya, semua partikel menempati level ini dan yang tertinggal hanya
cairan yang bersih. Semakin banyak partikel besar yang menempati di bawah
zona pengukuran dan tidak digantikan dengan ukuran partikel yang sama yang
menempati dari atas, maka pelemahan sinar-X berkurang. Diagram proses
fraksinasi massa dalam sedigraf dapat ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf (Webb, 2002).
-
35
5. Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS)
Kromatografi gas merupakan metode analisis berdasarkan perbedaan waktu
retensi akibat perbedaan mobilitas analit melalui suatu kolom. Perbedaan
mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain titik didih analit, gas, dan
interaksi dengan fase padat dalam kolom. Prinsip dasar kromatografi sendiri
adalah pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan adanya perbedaan distribusi fasa
gerak dan fasa diam (McNair dan Bonelli, 1998).
Spektrofotometri massa adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada
pemisahan berkas ion-ion yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap
muatan dan pengukuran intensitas dari berkas-berkas ion tersebut
(Sastrohamidjoyo, 1982). Secara sederhana spektrofotometri massa dapat
dikatakan sebagai untuk mengioniasi molekul sampel dalam kondisi vakum dan
mengukur massa dari ion-ion yang ditimbulkan. Prinsip pengukuran dengan
spektrofotometri massa adalah molekul induk dalam bentuk gas ditembak dengan
electron berenergi tinggi sehingga terionisasi menjadi fragmen-fragmen dengan
massa molekul yang lebih kecil. Spektrofotometer massa terdiri dari pengion
(ionizer), lensa, kuadrupo, dan detektor. Pengion akan mengionisasi molekul
sampel dalam sumber ion (Ratnaningsih, 2000).
GC-MS merupakan gabungan dari dua instrument analisis, yaitu kromatografi gas
dan spektrofotometri massa sehingga menjadi sebuah instrument yang sangat
efektif untuk analisis (Baugh, 1993). Spektrofotometer massa merupakan detector
universal sehingga GC-MS dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis
senyawa dan menjadikan perangkat analisis ini menjadi salah satu instrument
-
36
dengan penggunaan yang sangat luas. Alat ini semakin popular digunakan dalam
analisa dibidang kimia organik, ilmu kedokteran, farmasi dan dalam bidang
lingkungan. Alat ini juga dilengkapi dengan system kepustakaan senyawa kimia,
sehingga identifikasi senyawa kimia dapat dilakukan dengan cepat tanpa bantuan
instrumen lainnya, seperti spektrofotometri inframerah dan spektrofotometri
magnet inti (Torres, 2005). Skema GC-MS seperti terlihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Skema alat GC-MS (Anonim 2, 2017).
-
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Fisik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan
Desember 2017 sampai Maret 2018. Analisis menggunakan IR dan SEM
dilakukan di UPT Laboratorium Teknologi dan Sentra Inovasi Terpadu (LTSIT)
Universitas Lampung, analisis menggunakan GC-MS dilakukan di Laboratorium
Kimia Organik Universitas Gadjah Mada, analisis menggunakan PSA dilakukan
di Laboratorium Sentral Universitas Padjajaran, dan analisis menggunakan XRD
dilakukan di Laboratorium Institut Teknologi Sepuluh November.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering
digunakan di laboratorium, water bath (Thermoscientific AC 200/S21), gelas-
gelas plastik, spinbar, oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160,
Spektrofotometer IR merek Cary 630 Agilent, Particle Size Analyzer (PSA)
merek Coulter LS 13320, Scanning Electron Microscopy (SEM) merek Zeiss evo
MA10,
-
38
Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS) merk Shimadzu GC2010
MSQP 2010S, X-Ray Difraction (X-RD) merek Philip Analytical, dan pH meter.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl2 anhidrat, Na2CO3,
akuades, kertas saring, serta asap cair tempurung kelapa grade 2.
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Inhibitor
Pada penelitian digunakan asap cair tempurung kelapa grade 2 yang dihasilkan
dari proses destilasi asap cair grade 3 dengan variasi konsentrasi 50, 150, 250, dan
350 ppm. Pembuatan larutan inhibitor dengan konsentrasi 50 ppm dilakukan
dengan cara mengeringkan 50 mL asap cair tempurung kelapa grade 2 dan
didapat berat sebesar 50 mg, kemudian diencerkan dengan akuades dalam labu
ukur 1000 mL, lalu dihomogenkan. Perlakuan yang sama dilakukan untuk
pembuatan larutan inhibitor dengan konsentrasi 150, 250, dan 350 ppm. Untuk
mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada asap cair tempurung kelapa grade 2
dilakukan karakterisasi menggunakan spektrofotometer IR. Selain itu asap cair
tempurung kelapa grade 2 di analisis menggunakan GC-MS untuk mengetahui
komponen senyawa kimianya.
-
39
2. Pengujian Inhibitor dalam Menghambat Pertumbuhan Kristal CaCO3
Tahapan untuk menguji pengujian asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai
inhibitor dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan metode unseeded experiment
dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai berikut:
a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Penambahan Inhibitor pada
Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode
Unseeded Experiment
Larutan pertumbuhan dibu