STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/31760/3/SKRIPSI TANPA BAB...

79
STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2 SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT (Skripsi) Oleh YUSUF HADI KURNIAWAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE …digilib.unila.ac.id/31760/3/SKRIPSI TANPA BAB...

  • STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2

    SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

    MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

    (Skripsi)

    Oleh

    YUSUF HADI KURNIAWAN

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2018

    http://www.kvisoft.com/pdf-merger/

  • ABSTRAK

    STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2

    SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

    MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

    Oleh

    Yusuf Hadi Kurniawan

    Terbentuknya kerak pada pipa merupakan masalah yang sering dijumpai pada

    industri diantaranya industri minyak, gas, dan industri yang melibatkan proses

    desalinasi dan ketel. Salah satu kerak yang banyak dijumpai yaitu kalsium

    karbonat (CaCO3). Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini

    digunakan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor kerak CaCO3 yang ramah lingkungan menggunakan metode tanpa penambahan bibit kristal

    (Unseeded Experiment) menggunakan suhu 90 oC. Larutan pertumbuhan CaCO3

    yang digunakan yaitu 0,025; 0,038; 0,050; dan 0,063 M serta variasi inhibitor

    sebesar 50, 150, 250, dan 350 ppm. Nilai persen efektivitas tertinggi terjadi pada

    konsentrasi 0,025 M dengan penambahan inhibitor sebesar 350 ppm yaitu sebesar

    99,48%. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-Ray

    Diffraction (XRD) menunjukkan kerak CaCO3 tanpa inhibitor terdiri dari kristal

    fasa kalsit dan sedikit aragonit, sedangkan setelah penambahan inhibitor terdiri

    dari kristal fasa aragonit, vaterit, dan sedikit kalsit. Kalsit merupakan jenis kristal

    hardscale sedangkan aragonit dan vaterit merupakan jenis kristal softscale.

    Analisis kuantitatif menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukan

    bahwa distribusi ukuran partikel kerak CaCO3 menjadi lebih kecil dengan adanya

    penambahan inhibitor berdasarkan nilai rata-rata (mean) yaitu dari 133,70 menjadi

    8,26 µm dan nilai tengah (median) yaitu dari 44,51 menjadi 6,40 µm.

    Kata Kunci : Asap cair, CaCO3, inhibitor, kerak

  • ABSTRACT

    THE STUDY OF ADDITION OF COCONUT SHELL LIQUID SMOKE

    GRADE 2 AS AN INHIBITOR OF CALCIUM CARBONATE (CaCO3)

    SCALE USING UNSEEDED EXPERIMENT METHOD

    By

    Yusuf Hadi Kurniawan

    Scale formation on the pipes is a problem that is often encountered in industries

    such as oil, gas, and industries that involve desalination and kettle process. One of

    the many scales found is calcium carbonate (CaCO3). In order to solve the

    problem, in this research coconut shell liquid smoke was used as an

    environmentally friendly inhibitor of CaCO3 using unseeded experiment method

    at temperature of 90 oC. The growth solutions of CaCO3 used were 0.025, 0.038,

    0.050, and 0.063 M with inhibitor variations of 50, 150, 250, and 350 ppm. The

    highest percentage of the effectiveness (99.48%) occurred in the concentration of

    0.025 M with the addition of 350 ppm inhibitor. Based on the results of Scanning

    Electron Microscopy (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD) showed that the scale

    of CaCO3 without inhibitors consisted of calcite and slightly aragonite crystals,

    while after addition of inhibitors contained of aragonite, vaterite and slightly

    calcite phases. Calcite is a type of hard scale crystal while aragonite and vaterite

    are a type of soft scale crystals. Quantitative analysis using Particle Size Analyzer

    (PSA) showed that the particle size distribution of CaCO3 crystals was smaller

    with the addition of inhibitor based on mean value from 133.70 to 8.26 μm and

    median of 44.51 to 6.40 μm.

    Keywords: Liquid smoke, CaCO3, inhibitor, scale

  • STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2

    SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

    MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT

    Oleh

    YUSUF HADI KURNIAWAN

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

    SARJANA SAINS

    Pada

    Jurusan Kimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Lampung

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2018

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama lengkap Yusuf Hadi Kurniawan dilahirkan di

    Desa Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah,

    Kabupaten Tulang Bawang Barat pada 28 Juli 1996. Penulis

    merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

    Bapak Subur dan Ibu Sulistiani. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK

    Aisyiyah Bustanul Athfal pada tahun 2002, lalu melanjutkan ke SD N 5

    Panaragan Jaya lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMP N 2

    Tulang Bawang Tengah lulus pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan

    pendidikan di SMA N 1 Tulang Bawang Tengah lulus pada tahun 2014. Saat

    SMA penulis aktif di berbagai organisasi yaitu Orientasi Siswa Intra Sekolah

    (OSIS), Karya Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR), dan penulis

    pernah menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera pusaka tingkat kabupaten

    Tulang Bawang Barat tahun 2012. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai

    mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

    Negeri (SBMPTN) dan sebagai penerima beasiswa Bidik Misi angkatan kelima.

  • Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi finalis Olimpiade Nasional

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ON MIPA PT)

    tingkat wilayah 2 yang diselenggarakan di Palembang tahun 2017. Selain itu,

    penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Anorganik 1

    angkatan 2016 tahun 2017, asisten Kimia Anorganik 2 angkatan 2015 tahun 2017,

    dan asisten Kimia Anorganik 2 angkatan 2016 tahun 2018. Penulis juga mengikuti

    aktivitas organisasi, dimulai dengan menjadi Kader Muda Himaki (KAMI) tahun

    2014, GARUDA Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA tahun 2014. Penulis

    juga pernah menjadi anggota Bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK)

    Himaki FMIPA Unila periode 2015-2016, anggota Departemen Pendidikan Ikatan

    Mahasiswa Tulang Bawang Barat (IKAM TUBABAR) periode 2015-2016, dan

    ketua Bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK) Himaki FMIPA Unila

    periode 2016. Tahun 2017 penulis menyelesaikan kerja praktik dengan judul Studi

    Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa Grade 2 Sebagai Inhibitor Kerak

    Kalsium Karbonat (CaCO3) Menggunakan Metode Unseeded Experiment di

    Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja

    Nyata (KKN) di Desa Banjarsuri, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan pada

    Juli-Agustus 2017.

  • MOTTO

    “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka

    apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja

    keras (untuk urusan yang lain), Dan hanya kepada Tuhanmulah

    engkau berharap”

    (Q.S. Al-Insyirah, 6-8)

    “Memulai dengan penuh keyakinan Menjalankan dengan penuh keikhlasan

    Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan” (Yusuf Hadi Kurniawan)

    “Life is like riding a bicycle, To keep

    your balance, you must keep moving”

    (Albert Einstein)

    “An action is the foundation of a success”

    “Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk

    menghindarkan diri dari sesuatu, kecuali befikir”

    (Thomas Alfa Edison)

  • Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

    Dengan mengucap Alhamdulillahirobil’alamin kepada AllahSWT yang membolak balikan hati. Kupersembahkan goresan tinta dalam karya kecilku ini sebagai wujud

    tanggungjawabku Kepada:

    Kedua malaikat dalam hidupku, Bapak dan Mamakku

    tersayang yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, dukungan,

    semangat, kerja keras, kasih sayang, dan senantiasa mendoakan

    keberhasilanku. Melalui karya kecil ini ananda ingin

    berterimakasih atas segala ketulusan yang telah Bapak dan

    Mamak berikan

    Seluruh keluarga besar dan adikku yang selalu mendoakan

    keberhasilanku

    Dengan rasa hormat kepada Prof Suharso, Ph.D. dan Prof.

    Dr. Buhani, M.Si., serta seluruh Dosen Pengajar yang telah

    membimbingku sampai menyelesaikan pendidikan sarjana selama 4

    tahun ini

    Sahabat dan teman – teman yang telah memberikan banyak warna

    dan pelajaran dalam hidupku

    Almamater tercinta Universitas Lampung

  • SANWACANA

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala bentuk rahmat,

    hidayah dan ridho-Nya yang tak bertepi. Shalawat serta salam teruntuk Nabi

    Muhammad SAW. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh,

    penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “STUDI PENAMBAHAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA GRADE 2

    SEBAGAI INHIBITOR KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3)

    MENGGUNAKAN METODE UNSEEDED EXPERIMENT”

    Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan

    Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

    Teriring doa dan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih

    kepada:

    1. Kedua Orang tua Penulis,Bapak Subur dan Ibu Sulistiani tersayang yang

    selalu memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang, dukungan, kerja keras,

    dan selalu mendoakan keberhasilan penulis. Bapak mamak terimakasih atas

    semua ketulusan yang telah diberikan kepada penulis, aku sayang kalian.

    Semoga Allah selalu memberikan perlindungan, rezeki, dan kesehatan untuk

  • kalian. Amin ya Allah

    2. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku pembimbing I atas segala dedikasi yang

    telah beliau berikan kepada penulis, atas semua kebaikan, gagasan, motivasi,

    kritik, saran, keikhlasan, kesabaran, bimbingan, dan ilmu sehingga penulis

    bisa menyeleseaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Atas semua yang

    telah beliau berikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan

    dan keberkahan atas ilmu yang beliau berikan.

    3. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku pembimbing II atas segala masukan,

    gagasan, nasehat, kesabaran, keikhlasan, bimbingan, dan ilmu yang

    bermanfaat kepada penulis dalam perencanaan dan penyelesaian penelitian

    serta skripsi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan dan

    membalas semuanya dengan kebaikan.

    4. Ibu Dr. Ilim, M.S. selaku pembahas atas segala bimbingan, kritik, saran, dan

    ilmu yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah memberikan

    keberkahan atas semua yang sudah diberikan.

    5. Bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S. selaku pembimbing akademik, penulis

    mengucapkan terimakasih banyak atas bimbingan, nasehat, motivasi, dan

    kesabaran dalam membimbing penulis terkait permasalahan akademik selama

    4 tahun ini .

    6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia

    FMIPA Unila.

  • 7. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

    8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila atas seluruh ilmu,

    bimbingan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis sehingga

    penulis dapat menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya, serta terimakasih

    kepada staff administrasi Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah membantu

    penulis untuk menyelesaikan persyaratan administrasi selama kuliah. Semoga

    Allah SWT senantiasa membalas kebaikan-kebaikan bapak dan ibu.

    9. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Kimia

    Anorganik/Fisik atas izin yang telah diberikan kepada penulis, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

    10. Mba Liza Apriliya S, S.Si. selaku Laboran Laboratorium Kimia

    Anorganik/Fisik yang telah banyak memberikan saran serta membantu

    penulis dalam penyediaan alat untuk penelitian.

    11. Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti),

    penulis mengucapkan banyak terimakasih atas kepercayaannya kepada

    penulis untuk menerima beasiswa Bidik Misi, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan studi S1 ini dengan baik.

    12. Keluarga besar Alm. Mbah Badawi dan keluarga besar Alm. Mbah Sunarto

    atas semua bantuannya baik berupa materi ataupun motivasi kepada penulis

    dalam menyelesaikan studi.

  • 13. Adikku Galih Budi Prasetyo terimakasih atas segala dukungannya untuk

    penulis.

    14. Ibu Novi Dwi Sutanti, S.Pd. atas semua bantuan materi ataupun motivasi

    kepada penulis. Terimakasih bu atas semua yang telah diberikan, karena ibu

    penulis memilih Jurusan Kimia.

    15. Kak Sukamto terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada

    penulis semasa kuliah. Terimakasih sudah banyak mengajarkan penulis

    berbagai hal, mengajarkan materi kuliah, mengajarkan organisasi, dan

    bersedia direpotkan baik pikiran maupun tenaga.

    16. Bapak, Ibu guru dari SD, SMP, dan SMA yang telah banyak memberikan

    ilmu pengetahuan, pendidikan akhlak serta pengalaman kepada penulis .

    Terimakasih yang iada terkira, semoga bapak ibu selalu dalam lindungan dan

    diberikan Jannah-Nya.

    17. Bapak Rojulin, Ibu Hamidah, Bapak Sunandar, Ibu Amanah, Bapak Sukar,

    Mba Julis, Rahmat, Salim, Dewan guru SD N 4 Sukabanjar, dan seluruh

    masyarakat Desa Banjarsuri terimakasih atas semua bantuannya, pengalaman,

    dan ilmu yang bermanfaat. Sehingga, penulis dapat menyelesaikan KKN

    dengan baik.

    18. Pengurus Himaki periode 2016: Fikri (Ketum), Kartika (Sekum), Riri

    (Bendum), Teguh (Kabid KPO), Herda (Sekbid KPO), Heny (My best

    sekbid), Jepry (Kabid Sosmas), Yola (Sekbid Sosmas), Bidari (Kabir

    Kestari), Bunga (Sekbir Kestari), Hesty (Kabir Penerbitan), Nella (Sekbir

  • Penerbitan), Reni (Kabir UM), Ayi (Sekbir UM), dan seluruh anggota Himaki

    yang telah memberikan pengalaman, ilmu, dan kebahagiaan kepada penulis.

    Semoga kalian semua tetap semangat dalam menjalani hidup ini.Thanks

    yakk..

    19. Seluruh mahasiswa Bidik Misi angkatan 5 Unila terimakasih untuk

    kebersamaan ini.

    20. Seluruh pengurus Ikatan Mahasiswa Tulang Bawang Barat (IKAM

    TUBABAR) periode 2016 terimakasih untuk kebersamaannya dan ilmu serta

    pengalamannya.

    21. Special for Windi Antika terimakasih atas semangatnya, bantuannya,

    motivasinya, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dalam

    menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. I Love You So Much..

    22. JG Com : Amran (Wakgenk), Novi, Tari, Emil, Fani, Ayu, Sofi, dan Elisabet

    terimakasih atas semua canda tawa, kebahagiaan, dan kebersamaan ini.

    Semoga kebersamaan ini tetap selalu terjalin. Semangat buat kalian semua.

    23. Sahabat lawasku : Novi, Tari, Nur, Anita, dan Oyok terimakasih untuk semua

    canda tawa, sedih, bahagia, dan terimakasih sudah menjadi bagian dari hidup

    penulis. Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan. Amin

    24. Sahabat Syari`i ku : Liana (Simbok), Sifa (Mak), Rizky (Pulo), Ufi (Ufil), Ella

    (Ndut), dan Jepry (Jejep) terimakasih untuk semua kebahagiaan, canda tawa,

  • sedih, susah, dan selalu mengingatkan penulis untuk berada dijalan

    kebenaran. Semoga kita tetap menjadi sahabat until Jannah.

    25. My Best Partner (Scale Squad) : Uci, Reni, Fikri, dan Hafid terimakasih atas

    semua bantuan, kritik, saran, kerjasama, dan kepeduliannya. Susah senangnya

    penelitian sudah kita lewati, semangat menata karir untuk kita semua.

    26. Keluarga kecilku kimia 2014 : Inorganic Research Group : Reni Anggraeni,

    Audina Uci Pertiwi, Hafid Darmais Halan, Fikri Muhammad, Lucia Arum

    Hartati, Rica Royjanah, Devi Tri Lestari, Cindy Claudia Putri, Ainun

    Nadiyah, Ana Devita Mutiara, Ismi Aditya, Ferita Angriana, Fitria Luziana,

    Asdini Virginia, Novi Indarwati, Hot Asi, Aniza Vidya Widata, Khumil

    Ajmila, Putri Sendi Khairunnisa, Widia Sari, Bayu Andani, Deni Diora, Dira

    Fauzi Ridwan. Organic Research Group : Kartika Dewi Rachmawati,

    Elisabeth Yulinda, Gabriela Setiw W, Astriva Novri Harahap, Laili Dini

    Ariza, Herda Yulia, Rizky Fijaryani, Nur laelatul K, Hidayatul Mufidah,

    Dicky Sildianto, Risa Septiana, Wahyu Fichtiana Dewi,Berliana Anastasia P,

    Fendi Setiawan, Erien Ratna P, Fitri Oktavianica, Rahma Hanifah, Nella

    Merliani, Fransisca Clodina Dacosta, Dhia Hawari, Hamidin. Phisical

    Research Group : Erwin Simarmata, Mattew Maranata, Lilian Elisabet,

    Meliana Sari Simarmata, Ranaldi Arlento, V. Ari Viggi, M. Ilham Imanudin,

    Sola Gratia, Liana Hariyanti, Ganjar Andulangi, Khasandra, Herliana,

    Mahliani Erianti, Tika Dwi Febriyanti, Michael Alberto Sihombing, Rizky

    Nurfitriyani. Analitical Research Group : Windi Antika, Teguh Wijaya

    Hakim, M. Ilham Haqqiqi, Desi Tiara, Dellania Frida Yulita, Fitrah Adhi

  • Nugroho,Riri Auliya, Yunita Damayanti, Ayisa Ramadona, Heny Wijaya,

    Nova Ariska, Siti Fatimah, Rizka Ari Wandari, Fergina Prawaningtyas, Dinda

    Mezia Physka, Yolla Yashinta Batubara, M. Firza Ersa, Edith Hendri

    Purnami, M. Firdaus, Riza Umami, M. Arqam, Grace Nadya Putri D, Diani

    Widya Pangestika, Ismini Hidayati, Agnesa Anugrah. Biological Chemistry

    Research Group : Ni Putu Rahma Agustina, Bunga Lantri Dwinta, Riza

    Mufarida Akhsin, Rica Aulia, Erika Liandini, Hestianingsih Famela, Diva

    Amila, Ayuning Fara M, Jepry Romansyah, Bidari Maulid Diana, Asrul

    Fanani, Fernando Silaban, Luthfi Hijrianto, Leony Fransiska, Agung Setyo

    Wibowo, Angga Hidayatulla Eza. Terimakasih atas kebersamaan dan sudah

    menjadi bagian dalam hidup penulis. Semoga kita semua dimudahkan dalam

    karir, usaha, bisnis, dan membangun keluarga.I’ll remembers and save you in

    my heart. Don’t forget, we are family forever

    27. Partner KKN : Angga Wahyu Pratama (Fisika), M. Wafi Eriza (Tekim),

    Riska Ningtias (Akuntansi), dan Risma Yulianti (Adm. Bisnis) terimakasih

    untuk kebersamaan selama 40 harinya.

    28. Kak Rifki, Kak Arif, Kak Anton, Mbak Fenti, Mbak Dian, Mbak Siti, Mbak

    Ismi dan kakak-kakak angkatan 2013, 2012, 2011, 2010 yang tidak bisa saya

    sebutka satu persatu. Terimakasih telah memberikan banyak pelajaran dan

    bantuan untukku. Sukses selalu dan tetap menjadi terbaik.

    29. Adik-adik angkatan 2015, 2016, dan 2017 yang tidak bisa saya sebutkan.

    Terimakasih atas persaudaraan dan kekeluargaan ini, semoga kita semua

    menjadi orang-orang sukses. Percayalah, hidup akan indah jika kita berusaha

  • dan berdoa. Segera lakukan pekerjaanmu dan jangan menunda sesuatu. Keep

    fight and dreaming on.

    30. Almamater tercinta Universitas Lampung

    31. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas

    segala ketulusan, bantuan, dan doa. Semoga kebaikannya mendapat balasan

    dari Allah SWT.

    Bandar Lampung

    Penulis,

    Yusuf Hadi Kurniawan

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

    I.PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

    C. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerak....................................................................................................... 7

    B. Pengendapan Senyawa Anorganik ......................................................... 9

    C. Pembentukan Endapan dan Kerak .......................................................... 10

    1. Nukleasi ............................................................................................. 10

    2. Pembentukan Kristal .......................................................................... 10

    3. Aglomerasi ......................................................................................... 10

    D. Mekanisme Pembentukan Kerak ............................................................ 11

    E. Faktor Pembentukan Kerak .................................................................... 12

    1. Kristalisasi.......................................................................................... 13

    2. Kelarutan Endapan ............................................................................. 14

    3. Derajat Lewat Jenuh .......................................................................... 15

  • ii

    F. Kalsium Karbonat (CaCO3) .................................................................... 18

    G. Pengaruh Terbentuknya Kerak CaCO3 ................................................... 20

    H. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3 .................................. 21

    1. Pengandalian pH ............................................................................... 21

    2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air ........................................... 22

    3. Penggunaan Inhibitor Kerak .............................................................. 22

    I. Asap Cair Tempurung Kelapa ................................................................ 25

    J. Unseeded Experiment ............................................................................. 29

    K. Analisis menggunakan IR, SEM, XRD, PSA, dan GC-MS ................... 29

    1. Spektrofotometer Infrared (IR) ......................................................... 29

    2. Scanning Electron Microscopy (SEM) ............................................. 30

    3. X-Ray Difraction (X-RD) ................................................................. 31

    4. Particle Size Analyzer (PSA) ............................................................ 32

    5. Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS) .................... 35

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat .................................................................................. 37

    B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 37

    C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 38

    1. Pembuatan Inhibitor ........................................................................... 38

    2. Pengujian Inhibitor dalam Menghambat Pertumbuhan Kerak CaCO3 39

    a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Penambahan

    Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda

    dengan Metode Unseeded Experiment .......................................... 39

    b. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan

    Inhibitor pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda

    dengan Metode Unseeded Experiment .......................................... 40

    3. Analisis Data ...................................................................................... 41

  • iii

    D. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 41

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Gugus Fungsi Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2

    Menggunakan Spektrofotometer Infrared (IR) .................................... 43

    B. Analisis Komponen Senyawa Kimia Asap Cair Tempurung Kelapa

    grade 2 Menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometer

    (GC-MS) ............................................................................................. 45

    C. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3Tanpa Inhibitor pada Konsentrasi

    Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode Unseeded

    Experiment ........................................................................................... 48

    D. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 dengan Penambahan Inhibitor

    Pada Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan

    Metode Unseeded Experiment ............................................................. 50

    1. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

    Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada

    Larutan Pertumbuhan 0,025 M ...................................................... 51

    2. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

    Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada

    Larutan Pertumbuhan 0,038 M ...................................................... 54

    3. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

    Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada

    Larutan Pertumbuhan 0,050 M ...................................................... 56

    4. Penentuan Laju Pertumbuhan Kristal CaCO3 dengan Variasi

    Konsentrasi Inhibitor Asap Cair Tempurung Kelapa grade 2 pada

    Larutan Pertumbuhan 0,063 M ...................................................... 58

    E. Perbandingan Larutan Pertumbuhan CaCO3 ........................................ 62

  • iv

    F. Analisis Permukaan Kerak CaCO3 Menggnakan Scanning Electron

    Microscopy (SEM) ............................................................................... 63

    G. Analisis Distribusi Ukuran Partikel CaCO3 dengan Particle Size

    Analyzer (PSA) .................................................................................... 65

    H. Analisis Struktur Kerak CaCO3 dengan X-Ray Difraction (XRD)....... 67

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ................................................................................................ 73

    B. Saran ...................................................................................................... 74

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Nilai supersaturasi (s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH

    pada suhu 25oC ......................................................................................... 20

    2. Kandungan asap cair tempurung kelapa serta titik didihnya .................... 27

    3. Komponen kimia asap cair tempurung kelapa hasil GC-MS .................... 28

    4. Gugus fungsi pada hasil IR asap cair tempurung kelapa grade 2 ............. 45

    5. Komponen-komponen kimia asap cair tempurung kelapa ........................ 47

    6. Nilai pH asap cair tempurung kelapa sebelum dan sesudah pengenceran 50

    7. Nilai pH larutan pertumbuhan sebelum dan sesudah penambahan asap

    cair ............................................................................................................. 51

    8. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,025 M 53

    9. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,038 M 56

    10. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,050 M 57

    11. Data persentase efektivitas inhibitor pada larutan pertumbuhan 0,063 M 59

    12. Data persentase efektivitas inhibitor pada penambahan inhibitor 350

    ppm ........................................................................................................... 60

    13. Efektivitas inhibitor dalam menghambat kerak CaCO3 ............................ 61

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Endapan kerak pada pipa .......................................................................... 9

    2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air ....................... 12

    3. Tahapan kristalisasi ................................................................................... 14

    4. Diagram temperatur– konsentrasi ............................................................. 16

    5. Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal

    dalam larutan pertumbuhan (○ = inhibitor, ◊ = bibitkristal) ..................... 24

    6. Reaksi hidrolisis polifosfat ....................................................................... 25

    7. Warna asap cair tempurung kelapa ........................................................... 26

    8. Skema bagan SEM .................................................................................... 31

    9. Skema kerja alat XRD .............................................................................. 32

    10. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf ..................................... 34

    11. Skema alat GC-MS ................................................................................... 36

    12. Diagram alir penelitian.............................................................................. 42

    13. Spektrum IR asap cair tempurung kelapa grade 2 .................................... 44

    14. Hasil analisis Gas Chromatograpgy-Mass Spectrometry (GC-MS) asap

    cair tempurung kelapa grade 2.................................................................. 46

    15. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan variasi

    konsentrasi larutan pertumbuhan .............................................................. 49

    16. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi

    larutan pertumbuhan 0,025 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair

    tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 52

    17. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi

  • vii

    larutan pertumbuhan 0,038 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair

    tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 54

    18. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi

    larutan pertumbuhan 0,050 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair

    tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 56

    19. Grafik perbandingan laju pertumbuhan kerak CaCO3 dengan konsentrasi

    lartan pertumbuhan 0,063 M dan variasi penambahan inhibitor asap cair

    tempurung kelapa grade 2 ........................................................................ 58

    20. Perbandingan larutan pertumbuhan 0,025 M (A) tanpa penambahan

    inhibitor dan (B) dengan penambahan inhibitor pada konsentrasi 350

    ppm ........................................................................................................... 62

    21. Kristal kerak CaCO3 0,038 M tanpa penambahan inhibitor (A) dan

    dengan penambahan inhibitor (B) asap cair tempurung kelapa grade 2

    sebesar 50 ppm .......................................................................................... 63

    22. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,038 M dengan perbesaran

    2000x tanpa penambahan inhibitor (A) dan dengan penambahan inhibitor

    asap cair tempurung kelapa grade 2 sebesar 50 ppm (B) ......................... 64

    23. Morfologi kerak CaCO3 pada konsentrasi 0,038 M dengan perbesaran

    5000x tanpa penambahan inhibitor (A) dan dengan penambahan inhibitor

    asap cair tempurung kelapa grade 2 sebesar 50 ppm (B) ......................... 64

    24. Distribusi ukuran partikel CaCO3 ............................................................. 66

    25. Pola XRD kerak CaCO3 tanpa penambahan inhibitor (A) dan dengan

    penambahan inhibitor asap cair tempurung kelapa grade 2 sebesar

    50 ppm (B) ................................................................................................ 68

    26. Mekanisme penghambatan kerak CaCO3 oleh inhibitor ............................ 71

    27. Mekanisme anti kerak ................................................................................ 72

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung begitu pesat. Sebagian

    besar industri di Indonesia menggunakan air dalam sistem kerjanya. Setiap

    industri yang menggunakan air dalam sistem kerjanya bisa dipastikan selalu

    mempunyai permasalahan yang berhubungan dengan pengerakan (scaling).

    Pengerakan terjadi pada komponen industri yang sangat kompleks, seperti industri

    minyak dan gas, industri menggunakan proses desalinasi dan ketel, serta industri

    kimia lainnya (Jamailahmadi, 2007; Suharso et al., 2009; Suharso et al., 2010;

    Suharso dan Buhani, 2011). Proses pengendapan kerak bisa terjadi pada

    peralatan-peralatan industri. Hal ini disebabkan karena terdapatnya unsur-unsur

    anorganik pembentukan kerak seperti logam kalsium (Ca2+

    ) dalam jumlah yang

    melebihi kelarutan pada keadaan kesetimbangan (Amjad, 1995). Kerak yang

    terbentuk pada pipa-pipa peralatan industri akan memperkecil diameter dan

    menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut, ini akan menyebabkan suhu

    semakin naik dan tekanan semakin tinggi sehingga kemungkinan pipa akan pecah

    (Asnawati, 2001)

  • 2

    Dampak negatif yang ditimbulkan karena adanya penimbunan kerak antara lain

    menyebabkan sumur pipa pada industri perusahaan minyak negara

    (Pertamina,Tbk) hanya berumur 10 tahun, sehingga perusahaan harus membuat

    kembali sumur pipa dengan biaya 6-7 juta dolar per sumur atau setara dengan Rp

    80-90 milyar. Akibatnya biaya dan kerugian yang ditimbulkan sangat besar untuk

    operasional biaya perawatan (Suharso et al., 2010; Suharso et al., 2014; Suharso

    et al., 2017; Suharso et al., 2017a). Selain itu, endapan kerak dapat menyebabkan

    penipisan pada dinding boiler yang berdampak terhadap peningkatan penggunaan

    bahan bakar solar. Oleh karena itu, berbagai upaya penanggulangan kerak telah

    dilakukan, salah satunya yaitu dengan menggunakan asam untuk menurunkan pH

    larutan, rentang pH efektif untuk mencegah pengendapan kerak adalah 6,5 sampai

    8,0. Namun menghilangkan kerak menggunakan asam dengan konsentrasi tinggi

    tidak efektif karena dapat meningkatkan laju korosi dan konduktivitas, serta

    mempunyai tingkat bahaya yang cukup tinggi dalam penanganannya (Lestari,

    2008).

    Kerak adalah tumpukan keras dari bahan anorganik yang disebabkan oleh

    pengendapan partikel mineral dalam air terutama pada permukaan perpindahan

    panas. Seperti air menguap dalam menara pendingin, uap yang murni hilang dan

    konsentrasi padatan terlarut dalam air yang tersisa (Bhatia, 2003). Adapun

    komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri yaitu,

    kalsium karbonat (CaCO3), kalsium dan seng fosfat, kalsium sulfat (CaSO4), serta

    silika dan magnesium silikat (Lestari dkk., 2004). Kalsium karbonat (CaCO3)

    merupakan salah satu endapan penyusun kerak yang menjadi masalah serius pada

    sebagian besar proses industri yang melibatkan air garam (Amjad, 1995) dan pada

  • 3

    operasi produksi minyak bumi (Halimatuddahliana, 2003). Dalam bidang

    industri, kerak kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu masalah yang

    cukup penting pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air, seperti

    pada desalinasi, permukaan tower pendingin, mesin penukar panas, mesin

    pembangkit tenaga uap dan di pipa-pipa minyak. Kelarutan CaCO3 yang sedikit

    dapat terbentuk jika dalam larutan lewat jenuh terjadi kesetimbangan kimia pada

    tekanan dan temperatur yang sama (Nunn, 1997).

    Beberapa metode yang pernah dilakukan untuk mencegah terbentuknya kerak

    pada peralatan-peralatan industri yaitu dengan menurunkan pH larutan melalui

    penambahan asam, penggunaan senyawa-senyawa anorganik (Zhang and Dawe,

    2000), asam amino (Manoli et al., 2003), polimer-polimer yang larut dalam air

    (Donachy and Sikes, 1994), penggunaan inhibitor (scale inhibitor) (Suharso dkk.,

    2013), dan senyawa-senyawa organik lain (He et al., 1999). Selain beberapa

    metode di atas, pembentukan kerak dapat dikontrol dengan cara pelunakan dan

    pembebasan mineral air, akan tetapi penggunaan air bebas mineral dalam industri-

    industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi (Halimatuddahliana, 2003).

    Penggunaan inhibitor merupakan alternatif yang baik karena ramah lingkungan,

    murah, dan mudah didapat. Efektivitas inhibitor kerak bergantung pada

    kemampuan sebuah aditif untuk mengganggu langkah-langkah pembentukan

    kerak, yaitu baik dengan langkah nukleasi atau dengan pertumbuhan kristal

    (Tzotzi et al., 2007).

  • 4

    Metode yang paling efektif untuk menghambat laju pertumbuhan kerak yang

    sedang dikembangkan adalah dengan menginjeksikan bahan-bahan kimia

    pencegah kerak (scale inhibitor) ke dalam air formasi (Cowan and Weintritt,

    1976). Salah satu prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa

    kompleks (khelat) antara pencegah kerak dengan unsur-unsur pembentuk kerak.

    Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga menutup

    kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan dapat mencegah kristal kerak

    untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981). Metode inhibitor merupakan

    metode yang menarik untuk dikembangkan lebih lanjut karena biayanya relatif

    lebih murah dan memiliki efektivitas yang lebih tinggi (Asnawati, 2001) serta

    dapat mencegah kerak dalam periode yang lama (Cowan and Weintritt, 1976).

    Hal inilah yang mendasari untuk dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai

    inhibitor kerak baru yang lebih efektif, aman, dan ramah lingkungan.

    Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, tanaman gambir (Uncaria

    gambier Roxb) dapat digunakan sebagai inhibitor CaCO3, ini dikarenakan gambir

    mengandung 70% senyawa tanin (Bakhtiar, 1991). Gambir dapat dikombinasikan

    dengan kemenyan putih (Styrx benzoin dryand) dan aditif golongan karboksilat

    untuk meningkatkan nilai efektivitas inhibitor dalam mencegah pertumbuhan

    kerak (Aisah, 2016). Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang mampu

    menghambat proses oksidasi. Tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam

    air atau alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH,

    yang dapat mengikat logam berat seperti Ca2+

    (Irianty dan Sembiring, 2012) .

    Penggunaan beberapa jenis aditif dari golongan karboksilat seperti asam sitrat,

  • 5

    asam oksalat, dan asam benzoat sebagai aditif juga memberikan pengaruh

    terhadap laju pertumbuhan kristal kerak. Penggunaan aditif yang efektif sebagai

    inhibitor mengakibatkan terjadinya perubahan konduktivitas menjadi lebih besar

    dan ukuran kristal menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan aditif,

    konsentrasi menentukan tingkat keefektifan aditif sebagai inhibitor (Suharso et al.,

    2009). Aditif yang efektif dengan konsentrasi yang sangat kecil dalam satuan

    ppm teradsorpsi ke dalam inti untuk memperlambat pertumbuhan kristal dengan

    cara menggantikan anion seperti SO42-

    atau CO32-

    dan mengikat kation Ca2+

    (Austin et al., 1975).

    Menurut penelitian sebelumnya, asap cair tempurung kelapa grade 2 banyak

    mengandung senyawa fenolik, asam seperti asam asetat, asam butirat, dan asam

    propionat, serta mengandung karbonil (Darmadji dkk., 1996). Sehingga, asap cair

    tempurung kelapa grade 2 menarik untuk dikembangkan sebagai inhibitor

    kalsium karbonat (CaCO3) karena adanya kandungan senyawa fenol dan asam

    tersebut. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian ini untuk mempelajari

    pengaruh penambahan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor pada

    pembentukan kerak CaCO3 dengan menggunakan metode unseeded experiment

    pada konsentrasi larutan pertumbuhan dan konsentrasi inhibitor yang berbeda.

    Efektifitas inhibitor tempurung kelapa grade 2 dalam menghambat pertumbuhan

    kerak CaCO3 dengan metode unseeded experiment diketahui berdasarkan analisis

    data. Sedangkan analisis morfologi CaCO3 menggunakan Scanning Electron

    Microscopy (SEM), analisis struktur kerak CaCO3 menggunakan X-Ray

  • 6

    Difraction (XRD), sedangkan distribusi ukuran partikelnya diukur menggunakan

    Particle Size Analyzer (PSA).

    B. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

    1. Mempelajari pengaruh penambahan asap cair tempurung kelapa grade 2

    sebagai inhibitor kalsium karbonat (CaCO3) pada konsentrasi yang berbeda.

    2. Mengetahui keefektifan asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai inhibitor

    kalsium karbonat (CaCO3) dengan metode unseeded experiment melalui

    analisis data dan karakterisasi menggunakan SEM, X-RD dan PSA.

    C. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

    kemampuan dari asap cair tempurung kelapa grade 2 dalam menghambat

    pertumbuhan kerak CaCO3 sehingga dapat dikembangkan untuk memperoleh

    inhibitor kerak yang lebih efektif dan dapat dikembangkan untuk mencegah

    pembentukan kerak pada peralatan-peralatan industri sehingga dapat mengurangi

    dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembentukan kerak tersebut.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerak

    Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang

    terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substansi

    (Kemmer, 1979). Kerak adalah tumpukan keras dari bahan anorganik terutama

    pada permukaan perpindahan panas yang disebabkan oleh pengendapan partikel

    mineral dalam air (Bhatia, 2003 ). Pembentukan kerak pada sistem perpipaan di

    industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan

    ekonomis. Hal ini disebabkan karena kerak dapat menutupi atau menyumbat air

    yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses perpindahan panas

    pada peralatan penukar panas. Sehingga, kerak yang terbentuk pada pipa-pipa

    akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida pada sistem pipa

    tersebut (Shiddiq, 2014).

    Kerak dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai.

    Campuran air tersebut tidak sesuai jika air berinteraksi secara kimia dan

    mineralnya mengendap jika dicampurkan.

  • 8

    Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah air laut dengan konsentrasi SO42-

    tinggi

    dan konsentrasi Ca2+

    rendah dan air 6 formasi dengan konsentrasi SO42-

    sangat

    rendah tetapi konsentrasi Ca2+

    tinggi. Campuran air ini menyebabkan

    terbentuknya endapan CaSO4 (Badr and Yassin, 2007).

    Komponen-komponen kerak yang sering dijumpai pada peralatan industri yaitu

    kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat (CaCO3 turunan dari kalsium

    bikarbonat), kalsium dan seng fosfat, kalsium fosfat, silika dengan konsentrasi

    tinggi, besi dioksida (senyawa yang disebabkan oleh kurangnya kontrol korosi

    atau alami berasal dari besi yang teroksidasi), besi fosfat ( senyawa yang

    disebabkan karena pembentukan lapisan film dari inhibitor fosfat), mangan

    dioksida (mangan teroksidasi tingkat tinggi) magnesium silika, silika dan

    magnesium pada konsentrasi tinggi dengan pH tinggi, magnesium karbonat,

    magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi (Lestari,

    2008).

    Adanya endapan kerak pada komponen pipa, dapat mengakibatkan aliran fluida

    terhambat baik dalam pipa maupun alat heat excangers. Pada heat excangers,

    endapan-endapan kerak tersebut akan mengganggu transfer panas sehingga

    menyebabkan panas akan akan semakin meningkat. Sedangkan pada pipa-pipa ,

    penyumbat aliran fluida akan terjadi karena adanya penyempitan volume alir

    fluida serta penambahan kekasaran permukaan pipa bagian dalam, seperti yang

    terlihat pada Gambar 1.

  • 9

    Gambar 1. Endapan kerak pada pipa (Vendamawan, 2016).

    B. Pengendapan Senyawa Anorganik

    Endapan didefinisikan sebagai bentuk kristal keras yang menempel pada

    perpindahan panas permukaan dimana proses penghilangannya dapat dilakukan

    dengan cara dibor atau didril. Endapan yang berasal dari larutan akan terbentuk

    karena proses penurunan kelarutan pada kenaikan temperatur operasi dan kristal

    padat melekat erat pada permukaan logam. Endapan yang umum ditemui di pipa

    minyak ada beberapa jenis, seperti kalsium karbonat (CaCO3), kalsium sulfat

    termasuk gips (CaSO4·2H2O) dan kalsium sulfat anhidrat (CaSO4), serta barium

    sulfat (BaSO4) (Asnawati, 2001).

    Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatan-

    peralatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas,

    proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Hal ini disebabkan karena

    terdapatnya unsur-unsur anorganik pembentuk kerak seperti logam kalsium dalam

    jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan.

  • 10

    Terakumulasinya endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat

    menimbulkan masalah seperti kerak (Weijnen et al.,1983 ; Maley, 1999).

    C. Pembentukan Endapan dan Kerak

    Proses pengendapan terjadi melalui 3 tahap, yaitu :

    1. Nukleasi

    Sebuah inti endapan adalah suatu partikel halus, pembentukan atau pengendapan

    dapat terjadi secara spontan. Inti dapat dibentuk dari beberapa molekul atau ion

    komponen endapan yang tumbuh secara bersama-sama dan jaraknya berdekatan,

    dapat juga dikatakan partikel halus secara kimia tidak berhubungan dengan

    endapan tetapi ada kemiripan dengan struktur kisi kristal. Jika inti dibentuk dari

    ion atau komponen endapan, fasa awal endapan disebut nukleasi homogen.

    2. Pertumbuhan Kristal

    Kristal terbentuk dari lapisan ion komponen endapan pada permukaan inti karena

    pada pengolahan air yang melibatkan proses pengendapan sering tidak mencapai

    kesetimbangan.

    3. Aglomerasi

    Padatan yang awalnya terbentuk dengan pengendapan, kemungkinan bukan

    padatan yang paling stabil (secara termodinamika) untuk berbagai kondisi

    reaksi.Jika demikian selama jangka waktu tertentu struktur kristal endapan dapat

    berubah menjadi fasa stabil. Perubahan ini disertai penambahan endapan dan

    pengurangan konsentrasi larutan, sebab fasa yang stabil biasanya mempunyai

    kelarutan yang lebih kecil dari fasa yang dibentuk sebelumnya.

  • 11

    Pematangan juga terjadi pada ukuran kristal endapan yang bertambah sebab

    partikel yang lebih kecil memiliki energi permukaan yang besar dari pada partikel

    yang besar, konsentrasi larutan dalam kesetimbangan untuk partikel yang lebih

    tinggi sebanding untuk partikel yang lebih besar. Akibatnya, pada ukuran partikel

    yang beragam partikel yang lebih besar terus bertambah, sebab larutan masih

    dalam keadaan lewat jenuh. Partikel yang lebih kecil melarut, sebab konsentrasi

    larutan sekarang belum diketahui harga jenuhnya (Lestari et al., 2004).

    D. Mekanisme Pembentukan Kerak

    Pada dasarnya pembentukan kerak terjadi dalam suatu aliran yang bersifat garam

    jika mengalami penurunan tekanan secara tiba-tiba, maka aliran tersebut menjadi

    lewat jenuh dan menyebabkan terbentuknya endapan garam yang menumpuk pada

    dinding-dinding peralatan proses industri. Prinsip mekanisme pembentukan

    kerak, yaitu:

    1. Campuran dua air garam yang tidak sesuai (umumnya air formasi mengandung

    banyak kation seperti kalsium, barium, dan stronsium, bercampur dengan sulfat

    yang banyak terdapat dalam air laut, menghasilkan kerak sulfat seperti CaSO4).

    Ca2+

    (atau Sr2+

    atau Ba2+

    ) + SO42-

    → CaSO4 (atau SrSO4 atau BaSO4)

    2. Penurunan tekanan dan kenaikan temperatur air garam, yang akan menurunkan

    kelarutan garam (umumnya mineral yang paling banyak mengendap adalah

    kerak karbonat seperti CaCO3).

    Ca(HCO3)2 → CaCO3 + CO2 + H2O

    3. Penguapan air garam, menghasilkan peningkatan konsentrasi garam melebihi

    batas kelarutan dan membentuk endapan garam (Amjad, 1995).

  • 12

    Pembentukan kerak dan deposit endapan lain adalah proses kristalisasi yang

    kompleks. Pada saat larutan menjadi lewat jenuh dan nukleasi terjadi, kondisi ini

    sangat cocok dan ideal untuk pertumbuhan kristal partikel kerak. Senyawa-

    senyawa yang dibawa air seperti kalsium sulfat, magnesium sulfat, barium sulfat,

    magnesium karbonat, kalsium karbonat, silikat, dan lain-lain dapat mengendap

    dan membentuk kerak sebagai akibat dari beda tekanan, perubahan temperatur,

    perubahan pH, dan lain-lain. Skema mekanisme pembentukan kerak dapat dilihat

    pada Gambar 2.

    Gambar 2. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air (Salimin

    dan Gunandjar, 2007).

    E. Faktor Pembentukan Kristal

    Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada dua

    faktor penting, yaitu laju pembentukkan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan

    kristal. Laju pembentukkan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang

  • 13

    terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukkan inti tinggi, banyak sekali

    kristal yang akan terbentuk yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju

    pembentukkan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Semakin

    tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar kemungkinan untuk membentuk

    inti baru sehingga akan semakin besar laju pembentukkan inti. Laju pertumbuhan

    kristal merupakan faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi ukuran kristal

    yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Semakin tinggi laju

    pertumbuhan maka akan kristal yang terbentuk akan besar. Laju pertumbuhan

    kristal juga tergantung pada derajat lewat jenuh (Svehla, 1990).

    1. Kristalisasi

    Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu proses pembentukkan kristal dari

    larutannya, dimana kristal yang dihasilkan dapat dipisahkan secara mekanik.

    Pertumbuhan kristal dapat terjadi bila konsentrasi suatu zat terlarut berada pada

    kadar larutan lewat jenuh pada suhu tertentu. Kondisi kelarutan lewat jenuh dapat

    diperoleh melalui proses pendinginan dengan larutan pekat panas, penguapan

    larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan, dan dengan

    penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya.

    Kristalisasi memiliki dua tahap proses, yaitu tahap pembentukkan inti yang

    merupakan tahap mulai terbentuknya zat padat baru, dan tahap pertumbuhan

    kristal yang merupakan tahap inti zat padat yang baru terbentuk mengalami

    pertumbuhan menjadi kristal yang lebih besar, akibatnya kristal inti yang pada

    awalnya hanya memiliki ukuran yang kecil akan berubah menjadi ukuran yang

    lebih besar. Proses pertumbuhan kristal pada borak merupakan salah satu contoh

  • 14

    kasus laju pertumbuhan kristal yang dapat dengan mudah diamati (Brown, 1978;

    Suharso, 2004; Suharso, 2007a; Suharso, 2009a; Suharso, 2009b; Suharso, 2010a;

    Suharso, 2010b; Suharso, 2010c; Suharso, 2010d; Suharso, 2012; Suharso, 2012a;

    Suharso et al., 2008). Penjelasan sederhana pembentukkan kerak (kristalisasi)

    ditunjukkan pada Gambar 3.

    Gambar 3.Tahapan kristalisasi (Zeiher et al, 2003).

    2. Kelarutan Endapan

    Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat dari larutan.

    Endapan mungkin berupa kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan

    dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi

    terlalu jenuh dengan zat bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan, menurut

    definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan

    tergantung berbagai kondisi, seperti temperatur, tekanan, konsentrasi, bahanbahan

    lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.

    Hasil kali kelarutan memungkinkan kita untuk menerangkan dan juga

    memperkirakan reaksi-reaksi pengendapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan

  • 15

    sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika

    kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut

    dalam larutan itu. Jika hasil kali ion berbeda dengan hasil kali kelarutan, maka

    sistem itu akan berusaha menyesuaikan, sehingga hasil kali ion mencapai nilai

    hasil kali kelarutan. Jadi, jika hasil kali ion dengan sengaja dibuat lebih besar dari

    hasil kali kelarutan, penyesuaian oleh sistem mengakibatkan mengendapnya

    garam larutan. Sebaliknya, jika hasil kali ion dibuat lebih kecil dari hasil kali

    kelarutan, kesetimbangan dalam sistem dicapai kembali dengan melarutnya

    sebagian garam padat ke dalam larutan. Hasil kali kelarutan menentukan

    keadaaan kesetimbangan, tetapi tidak memberikan informasi tentang laju ketika

    kesetimbangan itu terjadi. Sesungguhnya, kelebihan zat pengendap yang terlalu

    banyak dapat mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sebagai akibat

    bertambahnya efek garam atau akibat pembentukkan ion kompleks. Dalam hal ini

    hasilkali kelarutan dari kalsium sulfat pada temperatur ruang sebesar 2,3 x 10-4

    mol/L (Svehla, 1990).

    3. Derajat Lewat-Jenuh (Supersaturasi)

    Larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih besar

    daripada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh. Kondisi

    kelarutan lewat jenuh dapat diperoleh melalui proses pendinginan larutan pekat

    panas, penguapan larutan encer, kombinasi proses penguapan dan pendinginan

    serta dengan penambahan zat lain untuk menurunkan kelarutannya.

  • 16

    Gambar 4. Diagram temperatur– konsentrasi (Wafiroh, 1995).

    Berdasarkan Gambar 4, garis tebal menunjukkan kelarutan normal untuk zat

    terlarut dalam pelarut, sedangkan garis putus-putus menunjukkan kurva lewat

    jenuh, dimana posisinya dalam diagram bergantung pada zat-zat pengotor. Pada

    Gambar 4 di atas, kondisi kelarutan dibagi dalam tiga bagian yaitu daerah stabil,

    metastabil, dan daerah labil. Daerah stabil adalah daerah larutan yang tidak

    mengalami kristalisasi. Daerah yang memungkinkan terjadinya kristalisasi tidak

    spontan adalah daerah metastabil, sedangkan daerah labil adalah daerah yang

    memungkinkan terjadinya kristalisasi secara spontan.

    Pada gambar diagram temperatur konsentrasi tersebut, jika suatu larutan yang

    terletak pada titik A didinginkan tanpa kehilangan volume pelarut (garis ABC),

    maka pembentukkan inti secara spontan tidak akan terjadi sampai kondisi C

    tercapai. Larutan lewat jenuh dapat juga tercapai dengan mengurangi sejumlah

    volume palarut dari pelarutnya dengan proses penguapan. Hal ini ditunjukkan

  • 17

    dengan garis ADE, yaitu saat larutan di titik A diuapkan pada temperatur konstan

    (Wafiroh, 1995).

    Menurut Lestari (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kerak antara

    lain yaitu :

    a. Kualitas Air

    Pembentukkan kerak dipengaruhi oleh konsentrasi komponen-komponen

    pembentuk kerak (kesadahan kalsium, konsentrasi fosfat, pH, dan konsentrasi

    bahan penghambat kerak dalam air).

    b. Temperatur Air

    Pada umumnya komponen pembentuk kerak cenderung mengendap atau

    menempel sebagai kerak pada temperatur tinggi. Hal ini disebabkan karena

    kelarutannya menurun dengan naiknya temperatur. Laju pengerakan mulai

    meningkat pada temperatur air 50 oC atau lebih dan kadang-kadang kerak

    terbentuk pada temperatur air diatas 60 oC.

    c. Laju Alir Air

    Laju pembentukkan kerak akan meningkat dengan turunnya laju alir sistem.

    Dalam kondisi tanpa pemakaian penghambat kerak, pada sistem dengan laju alir

    0,6 m/detik maka laju pembentukkan kerak hanya seperlima dibanding pada laju

    alir air 0,2 m/detik.

  • 18

    F. Kalsium Karbonat (CaCO3)

    Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak berbau, tak

    berasa, terurai pada 825 oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2,

    dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu

    gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3·MgCO3).

    Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya

    berwujud rombik/rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam,

    dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik,

    dan sebagainya.

    Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu endapan penyusun kerak yang

    menjadi masalah serius pada sebagian besar proses industri yang melibatkan air

    garam (Amjad, 1995) dan pada operasi produksi minyak bumi

    (Halimatuddahliana, 2003). Kalsium karbonat(CaCO3) dibuat dari reaksi CaCl2 +

    Na2CO3dalam air, atau melewatkan CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang

    murni. Kalsium karbonat (CaCO3) berupa endapan amorf putih terbentuk dari

    reaksi antara ion kalsium (Ca2+

    ) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-

    )

    dalam bentuk Na2CO3 (Svehla, 1990).

    Ca2+

    + CO32-

    → CaCO3(s) ↓

    Karbonat dari kalsium tidak larut dalam air dan hasil kali kelarutannya menurun

    dengan naiknya ukuran Ca2+

    (Cotton and Wilkinson, 1989).

    Kelarutan CaCO3 yang sedikit dapat terbentuk jika larutan lewat jenuh dalam

    tempat pengolahannya terjadi kesetimbangan kimia dengan lingkungannya pada

  • 19

    tekanan dan temperatur yang sebenarnya. Kesetimbangan CaCO3 dapat diganggu

    dengan pengurangan gas CO2 dari aliran selama proses produksi berlangsung. Ini

    akan mengakibatkan pengendapan sehingga terbentuk kerak. Pengendapan CaCO3

    dapat dihasilkan dari reaksi sebagai berikut :

    CO2 + 2 OH- ↔ CO3

    2- + H2O (aq)

    Ca(OH)2(aq) ↔ Ca2+

    + 2 OH-

    Ca2+

    + CO32-

    ↔ CaCO3(s)↓

    (Zhang et al., 2002).

    Harga supersaturasi ( s) dari suatu larutan merupakan fungsi dari hasil kali

    kelarutan (Ksp) dan konsentrasi ion Ca2+

    dan CO32-

    dalam larutan dijelaskan

    dalam persamaan berikut ini :

    s =

    Harga Ksp CaCO3 kalsit pada suhu 25 °C adalah 8,7 10-9

    , sedangkan konsentrasi

    (CO32-

    ) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

    (CO32-

    ) = 5,6 10-11

    (HCO3-) /10

    -pH (Knez, 2005).

    Pembentukan inti (nuklei) CaCO3 secara spontan dilarutan (homogenuos

    nucleation) membutuhkan harga supersaturasi s= kritis= 40 dan di permukaan

    (deposit) s= kritis= 20, dimana presipitasi baru mulai terjadi pada pH 8,5 untuk

    konsentrasi CaCO3 sebesar 400 ppm (Fathi et al., 2006). Harga supersaturasi ( s)

    dari model larutan CaCO3 merupakan fungsi konsentrasi CaCO3 terlarut dan pH

    larutan seperti yang diberikan pada Tabel 1.

  • 20

    Tabel 1. Nilai supersaturasi ( s) pada beberapa tingkat kesadahan dan pH pada

    suhu 25 °C (Fathi et al., 2006)

    Kesadahan (ppm CaCO3) Supersaturasi ( s)

    pH 5,7 pH 6,0 pH 7,0 pH 7,5

    300 0,05 0,18 1,32 6,10

    400 0,15 0,32 3,20 10,11

    500 0,23 0,47 4,72 14,93

    Presipitasi CaCO3 menggunakan larutan CaCO3 ini berjalan sangat lambat karena

    terjadi pada supersaturasi rendah (pH 6-8). Para peneliti telah melakukan

    beberapa cara untuk mempercepat proses presipitasi CaCO3 yaitu dengan

    menaikkan suhu (Saksono et.al., 2007), menaikkan pH dan degassing gas CO2

    dengan N2 (Fathi et al., 2006). Larutan CaCO3 didapat dengan melarutkan CaCO3

    bubuk dalam air dan mengalirkan gelembung gas CO2. Larutan CaCO3 yang

    dihasilkan bersifat asam (pH: 5,5- 6,5) dan akan meningkat mendekati pH iso-

    elektrik kalsit yaitu sekitar 8,4 seiring dengan meningkatnya kejenuhan larutan

    CaCO3. Model larutan lain yang digunakan oleh banyak peneliti dalam

    mengamati presipitasi CaCO3 adalah dengan mencampurkan larutan Na2CO3 dan

    CaCl2 (Higashitani et al., 1993; Barret and Parson, 1998; Wang et al., 1997;

    Saksono dkk., 2006; Saksono, 2008).

    G. Pengaruh Terbentuknya Kerak (CaCO3)

    Kerak kalsium karbonat (CaCO3) yang sering dijumpai pada pipa-pipa peralatan

    industri dapat menimbulkan masalah-masalah seperti mengecilnya diameter pipa

    sehingga menghambat aliran fluida pada sistem pipa tersebut. Terganggunya

    aliran fluida menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi

    sehingga kemungkinan pipa akan pecah (Asnawati, 2001). Pada operasi produksi

  • 21

    minyak bumi, pembentukan kerak dapat mengurangi produktivitas sumur akibat

    tersumbatnya penorasi, pompa, valve, dan fitting (Halimatuddahliana, 2003).

    Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan pembentukan kerak untuk

    mengurangi atau menghilangkan kerak kalsium karbonat yang terdapat pada

    peralatan-peralatan industri.

    H. Metode Pencegahan Terbentuknya Kerak CaCO3

    Beberapa metode yang digunakan untuk mencegah terbentuknya kerak kalsium

    karbonat pada peralatan-peralatan industri adalah sebagai berikut :

    1. Pengendalian pH

    Pengendalian pH dengan penginjeksian asam (asam sulfat atau asam klorida) telah

    lama diterapkan untuk mencegah pertumbuhan kerak oleh garam-garam kalsium,

    garam logam bivalen dan garam fosfat (Lestari dkk.,2004). Asam sulfat yang

    biasa digunakan pada metode ini akan bereaksi dengan ion karbonat yang ada di

    air menghasilkan H2O dan CO2 sehingga pembentukan kerak CaCO3 dapat

    dicegah (Al-Deffeeri, 2006).

    CaCO3 ↓+ 2H+ → Ca

    2+ + H2O + CO2 ↑

    Kelarutan bahan pembentuk kerak biasanya meningkat pada pH yang lebih

    rendah. Namun pada pH 6,5 atau kurang, korosi pada baja, karbon, tembaga, dan

    paduan tembaga dengan cepat akan berlangsung sehingga pH efektif untuk

    mencegah pengendapan kerak hanyalah pada pH 7 sampai 7,5. Oleh karena itu,

    suatu sistem otomatis penginjeksian asam diperlukan untuk mengendalikan pH

    secara tepat. Selain itu, asam sulfat dan asam klorida mempunyai tingkat bahaya

  • 22

    yang cukup tinggi dalam penanganannya. Saat ini, penghambatan kerak dengan

    hanya penginjeksian asam semakin jarang digunakan (Lestari dkk., 2004).

    2. Pelunakan dan Pembebasan Mineral Air

    Untuk mencegah terjadinya kerak pada air yang mengandung kesadahan tinggi

    (±250 ppm setara dengan ± 0,0025 M CaCO3) perlu adanya pelunakan dengan

    kapur dan soda abu. Masalah kerak tidak akan dijumpai jika yang digunakan

    adalah air bebas mineral karena seluruh garam-garam terlarut dapat dihilangkan.

    Oleh karena itu, pemakaian air bebas mineral merupakan metode yang tepat untuk

    menghambat kerak di dalam suatu sistem dengan pembebanan panas tinggi

    dimana pengolahan konvensional dengan bahan penghambat kerak tidak berhasil

    (Lestari dkk., 2004). Namun, penggunaan air bebas mineral dalam industri-

    industri besar membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan

    efisiensi kerja (Halimatuddahliana, 2003).

    3. Penggunaan Inhibitor Kerak

    Inhibitor kerak pada umumnya merupakan bahan kimia yang sengaja ditambahkan

    untuk mencegah atau menghentikan terbentuknya kerak bila ditambahkan dengan

    konsentrasi yang kecil ke dalam air (Halimatuddahliana, 2003). Prinsip kerja dari

    inhibitor kerak adalah pembentukan senyawa kompleks (kelat) antara inhibitor

    dengan unsur-unsur penyusun kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut

    dalam air sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar dan

    mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981).

    Biasanya, penggunaan bahan kimia tambahan untuk mencegah pembentukan

    kerak didukung dengan penggunaan bola-bola spons untuk membersihkan secara

  • 23

    mekanis permukaan bagian dalam pipa. Syarat yang harus dimiliki senyawa

    kimia sebagai inhibitor kerak adalah sebagai berikut:

    1. Inhibitor kerak harus menunjukkan kestabilan termal yang cukup dan

    efektif untuk mencegah terbentuknya air sadah dari pembentukkan kerak;

    2. Inhibitor kerak juga harus dapat merusak struktur kristal dan padatan

    tersuspensi lain yang mungkin akan terbentuk;

    3. Selain itu, inhibitor kerak juga harus memiliki tingkat keamanan yang

    tinggi dalam penggunaannya sehingga tidak menimbulkan efek samping

    yang berbahaya bagi lingkungan sekitar (Al-Deffeeri, 2006).

    Mekanisme kerja inhibitor kerak terbagi menjadi dua, yaitu :

    1. Inhibitor kerak dapat teradsorpsi pada permukaan kristal kerak pada saat

    mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang dapat

    menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya.

    2. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah

    menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan

    (Suharso dkk., 2007).

    Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal dapat

    diilustrasikan dalam Gambar 5. Gambar 5 memberikan gambaran bagaimana

    kerja Inhibitor dalam mengadsorpsi pada sisi-sisi pertumbuhan kristal dari bibit

    kristal (ditunjukkanpada kristal yang diberi warna hitam) yang mengakibatkan

    pertumbuhan kristal menjadi terhambat. Sedangkan pada bibit kristal yang tidak

    teradsorpsi oleh inhibitor (ditunjukkan pada kristal yang tidak diberi warna)

    mengalami pertumbuhan normal (Suharso et al., 2009; Suharso et al., 2014).

  • 24

    Gambar 5. Mekanisme inhibitor dalam menghambat laju pertumbuhan kristal

    dalam larutan pertumbuhan (○ = inhibitor, ◊ = bibit kristal).

    Pada umumnya inhibitor kerak yang digunakan di ladang-ladang minyak atau

    pada peralatan industri dibagi menjadi dua macam yaitu inhibitor kerak anorganik

    dan inhibitor kerak organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan

    sebagai inhibitor adalah kondesat fosfat dan dehidrat fosfat. Pada dasarnya

    bahan-bahan kimia ini mengandung grup P-O-P dan cenderung untuk melekat

    pada permukaan kristal. Inhibitor kerak organik yang biasa digunakan adalah

    organofosfonat organofosfat ester dan polimer-polimer organik. Inhibitor kerak

    yang pernah digunakan yaitu polimer-polimer yang larut dalam air dan senyawa

    fosfonat (Asnawati, 2001).

    Salah satu inhibitor kerak dari polimer-polimer yang larut dalam air yaitu

    polifosfat. Polifosfat merupakan inhibitor kerak yang murah namun

    keefektifannya terbatas. Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium

    karbonat (CaCO3) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada

    permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat pertumbuhan kristal pada batas

    konsentrasi rendah dan strukturnya yang mampu merusak padatan tersuspensi.

    Hal ini dapat mencegah pertumbuhan kristal lebih lanjut, atau setidaknya

  • 25

    memperlambat proses pertumbuhan kerak. Namun, polifosfat memiliki

    kelemahan utama yaitu mudah terhidrolisis pada temperatur di atas 90 °C

    menghasilkan ortofosfat. Reaksi hidrolisis polifosfat di tunjukkan pada Gambar 6

    (Gill, 1999).

    Gambar 6. Reaksi hidrolisis polifosfat (Gill, 1999).

    Gambar 6 adalah reaksi hidrolisis polifosfat yang merupakan fungsi dari

    temperatur, pH, waktu, dan adanya ion-ion lain. Ortofosfat yang dihasilkan dapat

    menyebabkan menurunnya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kerak

    dan menyebabkan terbentuknya kerak baru dari presipitasi kalsium fosfat (Gill,

    1999), sehingga penggunaan polifosfat sebagai inhibitor kerak hanya efektif pada

    temperatur rendah (Al-Deffeeri, 2006).

    I. Asap Cair Tempurung Kelapa

    Asap cair (liquid smoke) merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu

    dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu

    (Darmadji, 1998). Pada dasarnya bahan baku untuk menghasilkan asap cair ini

    bermacam-macam, antara lain kayu, tandan kosong kelapa sawit, cangkang sawit,

    tempurung kelapa sawit, pelepah sawit, tempurung kelapa dan ampas hasil

    penggergajian (Girard, 1992). Asap cair memiliki banyak manfaat salah satunya

  • 26

    yaitu sebagai inhibitor(Choi et al, 2001). Asap cair tempurung kelapa grade 2

    memiliki warna yang lebih kekuningan jika dibandingkan dengan asap cair

    tempurung kelapa grade 3, namun sedikit lebih pekat kuningnya dari pada asap

    cair tempurung kelapa grade 1 (Yulistiani, 2008).

    Gambar 7. Warna asap cair tempurung kelapa (Anonim 1, 2017)

    Menurut Tranggono dkk (1996) asap cair tempurung kelapa memiliki 7 macam

    komponen dominan, yaitu fenol, 3-metil-1,2-siklopentadion, 2 metoksifenol, 2-

    metoksi-4-metilfenol, 4-etil-2-metoksifenol, 2,6-dimetoksifenol, dan 2,5-

    dimetoksi benzil alkohol yang semuanya larut dalam eter. Sedangkan Guillen and

    Manzanos (1995) melaporkan bahwa asap cair komersial memiliki empat macam

    komponen dominan yaitu 3-methyl-1,2-cyclopentanedione, 3 hydroxy-2 methyl-

    4H-pyran-4-one, 2-methoxyphenol orguaiacol, dan 2,6-dimethoxyphenol.

    Gumanti (2006) melaporkan bahwa komponen kimia destilat asap tempurung

    kelapa mengandung total fenol (5,5%), metil alkohol (0,37%), dan total asam

    (7,1%).

    Asap cair grade 2 merupakan asap cair yang telah melewati tahapan destilasi

    dengan menggunakan suhu 250o– 300

    oC, kemudian dilakukan penyaringan zeolit.

    Asap cair ini memiliki warna kuning kecoklatan dan diorientasikan untuk

  • 27

    pengawetan bahan makanan mentah (Yulistiani, 2008). Asap cair grade 2 ini

    memiliki kualitas dibawah kualitas asap cair Grade 1 karena memiliki kadar fenol

    sebesar 0,64 % dan kadar asam sebesar 43,96 - 44,24 %. Namun, asap cair grade

    2 ini memiliki kuantitas sebesar 1,8 - 2,1%, yang lebih tinggi bila dibandingkan

    dengan kuantitas asap cair grade 1. Asap cair grade 2 ini hanya terdiri dari asap

    cair dengan bahan baku tempurung kelapa pada suhu pembakaran 300 °C dan 500

    °C (Luditama, 2006). Menurut Himawati (2010) asap cair grade 2, memiliki

    warna yang lebih coklat bening, kandungan tar 16,6% jauh lebih rendah,

    kandungan fenol 9,55%, karbonil 1,67%, dan aroma asapnya sudah berkurang.

    Asap cair Grade 2 tidak terlalu berbeda dengan grade 3 untuk kadar fenol,

    karbonil, dan asamnya. Namun, pada asap cair grade 2 untuk kadar tar dan

    poliaromatik hidrokarbon (PAH) seperti benzopirena sudah semakin berkurang,

    hal ini dikarenakan pada saat destilasi dengan suhu 250 oC senyawa tersebut tidak

    ikut menguap karena titik didih kedua senyawa tersebut berada diatas 250 oC.

    Tabel 2. Kandungan asap cair tempurung kelapa serta titik didihnya

    Senyawa Titik didih

    (oC, 750 mmHg)

    Fenol

    -Guaikol 205

    -4-metilguaikol 211

    -Eugenol 244

    -Siringol 267

    -Furfural 162

    -Pirokatekol 240

    -Hidrokuinon 285

    -Isoeugenol 266

    Karbonil

    -Metilglioksal 72

    -Glikoaldehid 97

    -Diasetil 88

  • 28

    -Formaldehid 21

    Asam

    -Asam Asetat 118

    -Asam Butirat 162

    -Asam Propionat 141

    Asam Isovalerat 176

    Sumber: Himawati (2010)

    Analisis komponen spesifik asap cair dilakukan menggunakan GC-MS.

    Komponen-komponen senyawa dominan dari asap cair dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Komponen kimia asap cair tempurung kelapa hasil GC-MS

    (Jayanudin dan Suhendi, 2012)

    Waktu Retensi % Area Nama Senyawa

    2,64 2,95 2-Propanon

    2,69 11,20 Acetat Acid, Methyl Ester

    3,12 7,72 Methanol

    3,24 4,67 2-Butanon

    11,11 2,62 2-Propanon

    12,48 1,55 1-Hydroxy,2-Butanon

    13,48 45,56 Acetat Acid, Ethylic Acid

    13,93 6,59 Furancarboxaldehyde

    19,32 2,51 Phenol,2-Methoxy

    20,46 0,70 Benzene,1,4-dimethoxy

    20,85 12,93 Phenol

    Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa senyawa dominan pada asap cair

    tempurung kelapa adalah senyawa-senyawa dari alkanon seperti 2-Propanone, 2-

    Butanon, acetat acid dan phenol (Jayanudin dan Suhendi, 2012). Demikian pula

    berdasarkan penelitian (Tranggono dkk,1996), bahwa senyawa dominan dari asap

    cair tempurung kelapa adalah senyawa fenol dengan luas area sebesar 44,13 %.

    Berdasarkan penelitian Budijanto et al., (2008) hasil analisis GC-MS

    menunjukkan terdapat 40 komponen yang teridentifikasi dari asap cair, dengan 7

    komponen dominan asap cair yaitu 2-Methoxyphenol (guaiacol), 3,4-

  • 29

    Dimethoxyphenol, Phenol, 2-methoxy-4-methylphenol, 4-Ethyl-2-methoxyphenol,

    3-Methylphenol, dan 5-Methyl-1,2,3-trimethoxybenzene.

    J. Unseeded Experiment

    Unseeded Experiment merupakan salah satu metode pembentukkan kristal dengan

    cara tanpa menambahkan bibit kristal ke dalam larutan pertumbuhan. Hal ini

    dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan kerak CaCO3. Metode ini biasanya

    digunakan untuk pemeliharaan alat-alat industri yang masih baru sehingga

    dibutuhkan pencegahan pertumbuhan kerak CaCO3 (Aisah,2016).

    K. Analisis Menggunakan IR, GC-MS, SEM, XRD, dan PSA

    Pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis terhadap kristal CaCO3 yang

    terbentuk. Analisis tersebut meliputi analisis gugus fungsi dan komponen kimia

    terhadap asap cair tempurung kelapa Grade 2 dengan menggunakan

    spektrofotometer infrared (IR) dan Gas Chromatography – Mass Spectrometry

    (GC-MS) , morfologi permukaan kristal CaCO3 menggunakan SEM dan X-RD,

    serta analisis distribusi ukuran partikel menggunakan PSA. Analisis ini dilakukan

    agar dapat mengetahui seberapa efektif asap cair tempurung kelapa Grade 2

    dalam menghambat pembentukkan kerak CaCO3.

    1. Spektrofotometer InfraRed (IR)

    Spektrofotometer IR adalah spektrofotometer yang menggunakan sinar IR dekat,

    yakni sinar yang berada pada jangkauan panjang gelombang 2,5 –25 μm atau

  • 30

    jangkauan frekuensi 400–4000 cm-1. Sinar ini muncul akibat vibrasi atom-atom

    padaposisi kesetimbangan dalam molekul dan kombinasi vibrasi dengan rotasi

    menghasilkan spektrum vibrasi–rotasi (Khopkar, 2001)

    Spektrum IR suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi vibrasi dan

    osilasi. Bila molekul menyerap radiasi IR, energi yang diserap akanmenyebabkan

    kenaikan amplitude getaran atom-atom yang terikat sehingga molekul-molekul

    tersebut berada pada keadaan vibrasi tereksitasi (excited vibrational state); energi

    yang diserap ini akan dibuang dalam bentuk panas bila molekul itu kembali ke

    keadaan dasar. Dengan demikian spektrofotometer IR dapat digunakan untuk

    mengidentifikasi adanya gugus fungsi dalam suatu molekul (Supratman, 2010).

    2. Scanning Electron Microscopy(SEM)

    SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan

    menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif

    maupun yang nonkonduktif. Sistem pencahayaan pada SEM menggunakan

    radiasi elektron yang mempunyai λ = 200 – 0,1 Å, daya pisah (resolusi) yang

    tinggi sekitar 5 nm sehingga dapat dicapai perbesaran hingga ± 100.000 kali dan

    menghasilkan gambar atau citra yang tampak seperti tiga dimensi karena

    mempunyai depth of field yang tinggi. Sehingga SEM mampu menghasilkan

    gambar atau citra yang lebih baik dibandingkan dengan hasil mikroskop optik.

    Pada prinsipnya mikroskop elektron dapat mengamati morfologi, struktur mikro,

    komposisi, dan distribusi unsur. Untuk menentukan komposisi unsur secara

    kualitatif dan kuantitatif perlu dirangkaikan satu perangkat alat EDS (Energy

  • 31

    Dispersive X-ray Spectrometer) atau WDS (Wavelength Dispersive X-ray

    Spectrometer) (Handayani dkk., 2004). Skema bagan SEM ditunjukkan pada

    Gambar 8.

    Gambar 8. Skema bagan SEM (Gabriel, 1985).

    3. X-Ray Difraction (X-RD)

    Metode difraksi sinar-X adalah metode yang didasarkan pada difraksi radiasi

    elektromagnetik yang berupa sinar-X oleh suatu kristal. Sinar-X merupakan

    radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang

    pendek yaitu 0,5 – 2,5 Ἀ . Sinar-X dihasilkan dengan cara menembakkan suatu

    berkas elektron berenergi tinggi ke suatu target dan menunjukkan gejala difraksi

    jika jatuh pada benda yang jarak antar bidangnya kira-kira sama dengan panjang

    gelombangnya pada suatu bidang dengan sudut θ (Cullity, 1987).

    Analisis difraksi sinar-X didasarkan pada susunan sistematik atom-atom atau ion

    ion di dalam bidang kristal yang dapat tersusun sedemikian rupa sehingga

    membentuk kisi kristal dengan jarak antar bidang (d) yang khas. Setiap spesies

  • 32

    mineral mempunyai susunan atom yang berbeda-beda sehingga membentuk

    bidang kristal yang dapat memantulkan sinar-X dalam pola difraksi yang

    karakteristik. Pola difraksi inilah yang kemudian digunakan untuk

    mengidentifikasi suatu senyawa (Rini, 2016).

    Pada analisis menggunakan XRD, kristal memantulkan sinar-X yang dikirimkan

    dari sumber dan diterima oleh detektor.Ketika berkas sinar-X berinteraksi dengan

    lapisan permukaan kristal, sebagian sinar-X ditransmisikan, diserap, direfleksikan

    dan sebagian lagi dihamburkan serta didifraksikan.Skema kerja alat XRD

    ditunjukkan pada Gambar 9 berikut.

    Gambar 9. Skema kerja alat XRD (Leofanti, 1997).

    Sinar-X yang mengenai suatu bahan akan dipantulkan sehingga menghasilkan

    spektrum pantulan yang spesifik dan berhubungan langsung dengan kisi kristal

    yang dianalisis. Pada penelitian ini, uji difraksi dilakukan untuk mempelajari

    struktur dan karakteristik dari kerak kalsium karbonat (CaCO3).

    4. Particle Size Analyzer (PSA)

    Analisis ukuran partikel adalah sebuah sifat fundamental dari endapan suatu

    partikel yang dapat memberikan informasi tentang tentang asal dan sejarah

    partikel tersebut. Distribusi ukuran juga merupakan hal penting seperti untuk

  • 33

    menilai perilaku granular yang digunakan oleh suatu senyawa atau gaya gravitasi.

    Diantara senyawa-senyawa dalam tubuh hanya ada satu partikel yang

    berkarakteristik dimensi linear. Partikel irregular memiliki banyak sifat dari

    beberapa karakteristik dimensi linear (James and Syvitski, 1991).

    Perhitungan partikel secara modern umumnya menggunakan alinasis gambar atau

    beberapa jenis penghitung partikel. Gambar didapatkan secara tradisional dengan

    mikroskop elektron atau untuk partikel yang lebih kecil menggunakan SEM

    (James and Syvitski, 1991). Penyinaran sinar laser pada analisis ukuran partikel

    dalam keadaan tersebar. Pengukuran distribusi intensitas difraksi cahaya spasial

    dan penyebaran cahaya dari partikel. Distribusi ukuran partikel dihitung dari hasil

    pengukuran. Difraksi sinar laser analisis ukuran partikel meliputi perangkat laser

    untuk mennghasilkan sinar laser ultraviolet sebagai sumber cahaya dan

    melekatkan atau melepaskan flourescent untuk mengetahui permukaan photodiode

    array yang menghitung distribusi intensitas cahaya spasial dan penyebaran cahaya

    selama terjadinya pengukuran (Totoki et al., 2007).

    Particle size analyzer (PSA) mampu mengukur partikel distribusi ukuran emulsi,

    suspensi dan bubuk kering (Totoki et al., 2007).

    Keunggulan dari PSA antara lain:

    1. Akurasi dan reproduksibilitas berada dalam ± 1%.

    2. Dapat mengukur sampel dari 0,02 nm sampai 2000 nm.

    3. Dapat mengukur distribusi ukuran partikel yang berupa emulsi, suspensi,

    dan bubuk kering (Hossaen, 2000).

  • 34

    Sampel berupa padatan lebih banyak mengabsorbsi sinar-X daripada cairan, oleh

    karena itu transmisi sinar-X dikurangi. Sejak pencampuran suspensi yang

    homogen, intensitas diasumsikan sebagai nilai konstan, Imin untuk transmisi

    sinar X dalam skala pengurangan yang penuh. Aliran pencampuran dihentikan dan

    penyebaran yang homogen dimulai untuk menyelesaikan pentransmisian

    intensitas sinar-X yang dimonitor pada depth - s. Selama proses sedimentasi,

    partikel yang besar menempati tempat pertama di bawah zona pengukuran dan

    pada akhirnya, semua partikel menempati level ini dan yang tertinggal hanya

    cairan yang bersih. Semakin banyak partikel besar yang menempati di bawah

    zona pengukuran dan tidak digantikan dengan ukuran partikel yang sama yang

    menempati dari atas, maka pelemahan sinar-X berkurang. Diagram proses

    fraksinasi massa dalam sedigraf dapat ditunjukkan pada Gambar 10.

    Gambar 10. Diagram proses fraksinasi massa dalam sedigraf (Webb, 2002).

  • 35

    5. Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS)

    Kromatografi gas merupakan metode analisis berdasarkan perbedaan waktu

    retensi akibat perbedaan mobilitas analit melalui suatu kolom. Perbedaan

    mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain titik didih analit, gas, dan

    interaksi dengan fase padat dalam kolom. Prinsip dasar kromatografi sendiri

    adalah pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan adanya perbedaan distribusi fasa

    gerak dan fasa diam (McNair dan Bonelli, 1998).

    Spektrofotometri massa adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada

    pemisahan berkas ion-ion yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap

    muatan dan pengukuran intensitas dari berkas-berkas ion tersebut

    (Sastrohamidjoyo, 1982). Secara sederhana spektrofotometri massa dapat

    dikatakan sebagai untuk mengioniasi molekul sampel dalam kondisi vakum dan

    mengukur massa dari ion-ion yang ditimbulkan. Prinsip pengukuran dengan

    spektrofotometri massa adalah molekul induk dalam bentuk gas ditembak dengan

    electron berenergi tinggi sehingga terionisasi menjadi fragmen-fragmen dengan

    massa molekul yang lebih kecil. Spektrofotometer massa terdiri dari pengion

    (ionizer), lensa, kuadrupo, dan detektor. Pengion akan mengionisasi molekul

    sampel dalam sumber ion (Ratnaningsih, 2000).

    GC-MS merupakan gabungan dari dua instrument analisis, yaitu kromatografi gas

    dan spektrofotometri massa sehingga menjadi sebuah instrument yang sangat

    efektif untuk analisis (Baugh, 1993). Spektrofotometer massa merupakan detector

    universal sehingga GC-MS dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis

    senyawa dan menjadikan perangkat analisis ini menjadi salah satu instrument

  • 36

    dengan penggunaan yang sangat luas. Alat ini semakin popular digunakan dalam

    analisa dibidang kimia organik, ilmu kedokteran, farmasi dan dalam bidang

    lingkungan. Alat ini juga dilengkapi dengan system kepustakaan senyawa kimia,

    sehingga identifikasi senyawa kimia dapat dilakukan dengan cepat tanpa bantuan

    instrumen lainnya, seperti spektrofotometri inframerah dan spektrofotometri

    magnet inti (Torres, 2005). Skema GC-MS seperti terlihat pada Gambar 11.

    Gambar 11. Skema alat GC-MS (Anonim 2, 2017).

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Fisik Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan

    Desember 2017 sampai Maret 2018. Analisis menggunakan IR dan SEM

    dilakukan di UPT Laboratorium Teknologi dan Sentra Inovasi Terpadu (LTSIT)

    Universitas Lampung, analisis menggunakan GC-MS dilakukan di Laboratorium

    Kimia Organik Universitas Gadjah Mada, analisis menggunakan PSA dilakukan

    di Laboratorium Sentral Universitas Padjajaran, dan analisis menggunakan XRD

    dilakukan di Laboratorium Institut Teknologi Sepuluh November.

    B. Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu alat-alat gelas yang sering

    digunakan di laboratorium, water bath (Thermoscientific AC 200/S21), gelas-

    gelas plastik, spinbar, oven, neraca analitik merek Airshwoth AA-160,

    Spektrofotometer IR merek Cary 630 Agilent, Particle Size Analyzer (PSA)

    merek Coulter LS 13320, Scanning Electron Microscopy (SEM) merek Zeiss evo

    MA10,

  • 38

    Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC-MS) merk Shimadzu GC2010

    MSQP 2010S, X-Ray Difraction (X-RD) merek Philip Analytical, dan pH meter.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CaCl2 anhidrat, Na2CO3,

    akuades, kertas saring, serta asap cair tempurung kelapa grade 2.

    C. Prosedur Penelitian

    1. Pembuatan Inhibitor

    Pada penelitian digunakan asap cair tempurung kelapa grade 2 yang dihasilkan

    dari proses destilasi asap cair grade 3 dengan variasi konsentrasi 50, 150, 250, dan

    350 ppm. Pembuatan larutan inhibitor dengan konsentrasi 50 ppm dilakukan

    dengan cara mengeringkan 50 mL asap cair tempurung kelapa grade 2 dan

    didapat berat sebesar 50 mg, kemudian diencerkan dengan akuades dalam labu

    ukur 1000 mL, lalu dihomogenkan. Perlakuan yang sama dilakukan untuk

    pembuatan larutan inhibitor dengan konsentrasi 150, 250, dan 350 ppm. Untuk

    mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada asap cair tempurung kelapa grade 2

    dilakukan karakterisasi menggunakan spektrofotometer IR. Selain itu asap cair

    tempurung kelapa grade 2 di analisis menggunakan GC-MS untuk mengetahui

    komponen senyawa kimianya.

  • 39

    2. Pengujian Inhibitor dalam Menghambat Pertumbuhan Kristal CaCO3

    Tahapan untuk menguji pengujian asap cair tempurung kelapa grade 2 sebagai

    inhibitor dalam pengendapan kristal CaCO3 dengan metode unseeded experiment

    dilakukan dengan rangkaian percobaan sebagai berikut:

    a. Penentuan Laju Pertumbuhan CaCO3 Tanpa Penambahan Inhibitor pada

    Konsentrasi Larutan Pertumbuhan yang Berbeda dengan Metode

    Unseeded Experiment

    Larutan pertumbuhan dibu