STUDI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK KERJA: …
Transcript of STUDI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK KERJA: …
i
STUDI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK KERJA: Studi Kasus PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.
Oleh
Alwan Rasyid Salahudin
009200800042
Skripsi ini ditujukanKepada Fakultas Komunikasi
President University untuk memenuhi syarat kelulusan
Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
Maret, 2012
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
Penguji menyatakan bahwa skripsi berjudul “Studi Komunikasi
Kepemimpinan Dalam Kelompok Kerja: Studi Kasus PT. Indofood
CBP Sukses Makmur, Tbk.” yang diajukan oleh Alwan Rasyid
Salahudin sebagai syaratmemperoleh gelar Sarjanadi FakultasKomunikasi
President University dinilai telah memenuhi persyaratan dan disetujui
untuk mengikuti Ujian Lisan tanggal 13 Maret 2012.
Ir. Zinggara Hidayat, M.Si.
Dosen Penguji dan Pembimbing
M. Raudy Gathmyr, S.sos, Msi
Dosen Penguji I
Dra. Baby Poernomo, M.A
Dosen Penguji II
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Studi Komunikasi Kepemimpinan Dalam
Kelompok Kerja: Studi Kasus PT. Indofood CBP Sukses Makmur,
Tbk.” dipersiapkan oleh Alwan Rasyid Salahudin sebagai syarat untuk
memperoleh gelar S1 Fakultas Komunikasi Program studi Public
Relations President University, telah direvisi dan dapat diujikan. Saya
merekomendasikan skripsi ini untuk Sidang Lisan.
Cikarang, 9 Maret 2012
Ir. Zinggara Hidayat, M.Si. Dosen Pembimbing
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Menyatakan dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa apapun bahwa
tugas akhir yang berjudul “Studi Komunikasi Kepemimpinan Dalam
Kelompok Kerja: Studi Kasus PT. Indofood CBP Sukses Makmur,
Tbk.”.Merupakan hasil karya penulis, kecuali pada bagian-bagian tertentu
yang disebutkan sumber-sumbernya.
Cikarang, Indonesia, 09 Maret 2012
Alwan Rasyid Salahudin
v
ABSTRAK
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP” atau “Perseroan”), merupakan
produsen makanan dalam kemasan yang mapan dan terkemuka, dalam menghadapi
ketatnya persaingan pada era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan untuk selalu
siap dengan segala bentuk dinamika perubahan. Peningkatan produktifitas merupakan
tuntutan yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan.Komunikasi
Kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu faktor penting guna menjaga
kelancaran aktivitas organisasi perusahaan agar dapat berlangsung dengan baik dan
efektif.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui pendekatan studi
kasus dengan proses wawancara mendalam (in-depth interview) semi terstruktur dan
pengamatan secara langsung di lokasi penelitian (observasi) sebagai data primer yang
didukung dengan data sekunder berupa dokumentasi hasil penelitian pada sub-
departemen gudang bahan baku. Hasil penelitian ini memperoleh suatu fakta bahwa
komunikasi verbal atau lisan dengan pendekatan situasional yang dilakukan secara
langsung antara pimpinan dan karyawan merupakan komunikasi yang sering
digunakan dan dianggap sangat efektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dalam pekerjaan serta interaksi karyawan sehari-hari pada suatu kelompok kerja.
Dengan adanya komunikasi yang efektif serta membiasakan sikap saling keterbukaan
dan menjaga rasa saling percaya antara pemimpin dengan yang dipimpin dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, diharapkan dapat meminimalisir permasalahan yang
dapat menghambat efektifitas proses kerja. Sehingga hal tersebut dapat memberikan
efek positif bagi kinerja karyawan guna peningkatan produktivitas perusahaan dalam
menghadapi ketatnya persaingan industri global saat ini dan masa yang akan datang.
Kata kunci : Komunikasi, Kepemimpinan, Organisasi, Kelompok Kerja, Kinerja,
Efektif.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Dzat Yang Maha Pandai atas segala rahmat, hidayah dan karunianya sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi guna memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi
President University yang berjudul “Studi Komunikasi Kepemimpinan Dalam
Kelompok Kerja: Studi KasusPT.IndofoodCBP Sukses Makmur, Tbk.“
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini, Terimakasih yang mendalam Penulis ucapkan
kepada:
1. Bapak M. Raudy Gathmyr, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Komunikasi President University dan Dewan Penguji pada sidang skripsi, yang
telah memberikan banyak bantuan teknis maupun non teknis serta motivasi ilmu,
saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Zinggara Hidayat, M.Si. dan Ibu Dra. Baby Poernomo, M.A. Selaku
Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini dan Dewan Penguji pada sidang
skripsi, serta seluruh Dosen Fakultas Komunikasi President University yang telah
memberikan beragam nasehat motivasi, ilmu, saran dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir. B.M.A.S, Anaconda ‘Ienjo’ Bangkara, MIT.,selaku Direktur Program
Ekstensi, Bapak Mahayoni SH., MH., beserta seluruh Dosen dan Staff, khususnya
Pak Boy dkk. Mas Dayu pustakawan serta seluruh Civitas akademi President
University, atas segenap bantuan, nasehat dan motivasinya dalam masa proses
perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.
4. Bapak H. Ahmad Sjamhudi dan Ibu Hendarwati Muthmainnah selaku Orang tua
tercinta atas nasehat dan do’a dalam setiap shalat dan dzikir-nya bagi ananda
dalam menuntut ilmu. Saudaraku Mba’ Ana yang selalu membuatkan kue spesial,
Mas Agung dan Mba’ Yayuk ayah bundanya Muhammad Rasya, keponakanku
vii
yang lucu dan cerdas, Om ‘Bob’ Ahmad dan Mba’ Puji, Om ‘Doel’ Abdullah &
Om Arif ‘si Raja Ikan’ beserta Keluarga besar atas do’a dan dukungan
semangatnya yang tak kenal lelah dalam memberikan bantuan moral dan material
yang tak terbalaskan kiranya hingga akhir hayat.
5. Bapak Budiono, Bp. Wadison, Bp. Didi Endang Hardi dan Bp. Aco Sudarso yang
telah bersedia menjadi Partisipan dalam skripsi ini dan juga rekan-rekan kerja
PT.ICSM yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menuntut
ilmu, terimakasih atas kerjasamanya.
6. Seluruh Sahabat Hebat saya, Ricky Sanjaya B.Comm, Resa Rosiyadi, B.Comm,
Priska Papilaya, B.Comm, Andreas Eko Suprayogi, B.Comm,. dan seluruh rekan-
rekan mahasiswa President University, Kang Endang Sutisna, B.Sc. terimakasih
atas “Apel” manis dan pondokannya, khusus kepada rekan-rekan Mahasiswa/i
Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Public Relation angkatan tahun 2008, Rahayu
Wulan, Nisya, Dimas, Dhita, Reni Rechit dan Beta Tobing, terimakasih atas
kehadirannya telah mendukung saya dalam sidang skripsi, serta sahabat yang tidak
sempat hadir, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaannya untuk saling
memotivasi dalam masa-masa proses perkuliahan serta memberikan dukungan
moral dan materil selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna karena
kesempurnaan sesungguhnya hanya milik Allah SWT semata dan kekurangan adalah
fitrah Penulis sebagai manusia yang senantiasa harus selalu diperbaiki. Demikian
Skripsi ini disusun semoga dapat bermanfaat untuk para pembaca pada umumnya dan
terutama untuk penulis pribadi. Terimakasih untuk semua yang tak tersebutkan
namanya. Sahabat, kalian semua adalah inspirasi dan motivasi bagiku.
Salam Hebat!!.
Cikarang, Indonesia, 13 Maret, 2012
Alwan Rasyid Salahudin
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ...................................................................... II
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... III
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... IV
ABSTRAK ...................................................................................................................... V
KATA PENGANTAR .................................................................................................. VI
DAFTAR ISI .............................................................................................................. VIII
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... XI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 3
1.4.1. Manfaat Akademis ...................................................................................... 3
1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian .................................................................. 4
1.6. Kerangka Teori ........................................................................................................ 4
1.7. Sistematika Penelitian ............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi.......................................................................... 6
2.2 Dimensi Komunikasi Organisasi ............................................................................. 8
2.2.1 Downward communication ......................................................................... 8
2.2.2 Upward communication ............................................................................. 9
2.2.3 Horizontal communication ......................................................................... 9
ix
2.3 Definisi dan Karakteristik kepemimpinan ............................................................... 9
2.4 Pola dan Gaya Kepemimpinan .............................................................................. 11
2.5 Pengertian Komunikasi Kepemimpinan ................................................................ 12
2.6 Pendekatan Komunikasi kepemimpinan (Leadership Communication Approch) 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 15
3.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 15
3.2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Studi Kasus .......................................... 16
3.3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 16
3.3.1. Data Primer ............................................................................................ 17
3.3.2. Data Sekunder ........................................................................................ 18
3.4. Subyek Penelitian .................................................................................................. 18
3.4.1. Informan Utama (Key Informan) ............................................................ 19
3.4.2. Informan 1 ............................................................................................... 19
3.4.3. Informan 2 ............................................................................................... 19
3.4.4. Informan 3 ............................................................................................... 19
3.5. Teknik Pengolahan Data ....................................................................................... 19
3.6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................. 22
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................... 23
4.1. Profil PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. .................................................. 24
4.1.1. Struktur Organisasi Sub-Departemen Gudang Bahan Baku ................ 27
4.1.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Karyawan Sub-Departemen Gudang
Bahan Baku ............................................................................................ 28
4.2. Praktek Berkomunikasi Antara Pimpinan dan Karyawan ................................... 30
4.2.1. Kondisi Praktek Berkomunikasi Karyawan .......................................... 30
4.2.2. Metode komunikasi yang biasa digunakan karyawan dalam
berkomunikasi ........................................................................................ 31
4.2.3. Arus Informasi dan Komunikasi ........................................................... 32
4.2.4. Bentuk Atau Media Komunikasi Kelompok ........................................ 32
4.2.5. Peran Komunikasi Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan ........ 33
4.3. Faktor Yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan ............... 34
4.3.1. Faktor yang bersifat perilaku ................................................................. 34
4.3.2. Faktor kemampuan dan keterampilan komunikasi ............................... 35
4.3.3. Faktor yang bersifat teknis .................................................................... 37
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 40
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 40
5.2 Saran ....................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Efektif dalam Cutlip (2006) ..................................... 6
Gambar 2.2 Paradigma of Organizational Communication (Goldhaber) .............................. 8
Gambar 3.1 Cresswell dalam Papilaya (2012) ....................................................................... 20
Gambar 3.2 Auerbach dalam Shihab (2012) ......................................................................... 22
xii
1
B A B I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan dalam suatu penyelesaian tugas pekerjaan adalah hal yang diharapkan
oleh semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan, baik karyawan maupun
manajemen perusahaan bahkan para pemegang saham (Stake holders). Meskipun
terdapat berbagai hambatan yang dapat mengganggu proses kerja, kelancaran dalam
pelaksanaan tugas merupakan indikator bahwa instruksi tugas (pesan) yang
disampaikan oleh pimpinan dalam suatu kelompok kerja (organisasi) dapat diterima
dengan baik oleh karyawan.
Kecenderungan terjadinya selisih ketersediaan barang atau hilangnya (Stock) bahan
baku antara lain juga disebabkan karena adanya komunikasi yang kurang baik antar
karyawan, sehingga mengakibatkan terjadinya suatu penyimpangan dalam hal
pekerjaan yang pada awalnya merupakan murni disebabkan karena kesalahan individu
(human error), seperti kesalahan dalam penghitungan dan pencatatan pengiriman
barang, lupa dalam melakukan penempatan lokasi barang, ataupun karena hal-hal
kepribadian karyawan yang cuek, egois atau kurangnya rasa saling memiliki sehingga
mengakibatkan kurang komunikatif antar karyawan, terlebih dalam kenyataannya di
lapangan pekerjaan, karyawan bekerja dengan sistem jam kerja yang diatur secara
bergilir (shift), hal tersebut tentunya sangat membutuhkan kerjasama yang erat antar
tim karyawan (team work) yang bertugas dengan tingkat sensitifitas atau kepekaan
serta rasa kepedulian yang tinggi dari karyawan terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaannya. Sehingga komunikasi merupakan syarat mutlak
yang diperlukan dalam suatu kelompok kerja guna mengantisipasi terjadinya suatu
penyimpangan atau kesalahan kerja.
Begitu pula dalam hal komunikasi, sebagaimana konsep dalam ilmu komunikasi, suatu
proses komunikasi dapat dikatakan sempurna jika pesan (Message) yang ingin
disampaikan oleh pihak pengirim pesan (Sender) dapat diterima dengan baik dan jelas
oleh pihak penerima pesan (Receiver) meskipun terdapat gangguan (Noise) yang dapat
2
menghambat proses penyampaian pesan yang ingin disampaikan, akan tetapi jika
hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik, maka diharapkan adanya hubungan
timbal balik (feedback) yang baik, sehingga pesan atau informasi yang ingin
disampaikan dapat diterima dengan baik, jelas dan sempurna.
Dalam dunia kerja pada sektor industri manufaktur khususnya, istilah atasan dan
bawahan adalah sebutan yang sering digunakan dalam aktivitas pekerjaan sehari-hari
guna membedakan antara yang memimpin dengan yang dipimpin dalam suatu
organisasi manajemen perusahaan. Pada setiap level dalam struktur jabatan pekerjaan,
terdapat posisi kepemimpinan yang bertahap dari level teratas hingga level terbawah,
karena pada prinsipnya setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan
kelompoknya serta akan dimintai pertanggungjawaban dari setiap kebijakan dan
perilaku kepemimpinannya.
Setiap pekerja dibayar atau digaji oleh perusahaan untuk menyelesaikan suatu masalah
dalam pekerjaan, banyak hal yang dapat melatarbelakangi terjadinya suatu
permasalahan dalam pelaksanaan tugas suatu pekerjaan. Tidak jelasnya informasi atau
instruksi kerja yang disampaikan, beragam persepsi dan interpretasi seseorang dalam
mengartikan suatu pesan atau informasi, kurang tegasnya pimpinan dalam memberikan
instruksi kerja sehingga kurang jelas untuk dimengerti oleh karyawan, beragamnya
perilaku dan kebiasaan pekerja dalam berkomunikasi hingga kurangnya sarana dan
fasilitas yang dibutuhkan dalam proses penyampaian pesan dan informasi pekerjaan.
Kesemua hal tersebut dapat berpotensi mengakibatkan menurunnya efektifitas kinerja
yang dapat menghambat produktivitas bagi perusahaan.
Komunikasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan roda
kepemimpinan. Efektifitas kinerja seorang pemimpin dapat dilihat melalui pola
kepemimpinan serta interaksi karyawan dalam suatu kelompok kerja. Begitu juga
dalam hal bagaimana proses penyampaian suatu informasi atau instruksi kerja (pesan)
yang didelegasikan dapat diterima dengan baik oleh karyawan, sehingga tugas tersebut
dapat dikerjakan dengan baik dan efektif
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan tersebut, penulis
memiliki gagasan untuk melakukan penelitian guna menganalisa dan mengetahui
3
beberapa hal permasalahan yang terjadi dari sudut pandang ilmu komunikasi sesuai
dengan bidang studi yang dipelajari, sehingga dapat mengetahui seberapa efektif
komunikasi kepemimpinan pada Sub-Departemen Gudang Bahan Baku PT. Indofood
CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan, cabang Cibitung–Bekasi, dan pada
akhirnya dapat memberikan saran atau solusi bagi perusahaan guna meminimalisir
hambatan atau masalah dengan melakukan komunikasi yang efektif agar dapat
bermanfaat bagi karyawan dan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Untuk itu
beberapa pertanyaan Peneliti yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana praktekberkomunikasi diantara karyawan dan manajemen (pimpinan
kelompok kerja) pada kelompok kerja sub-Departemen Gudang Bahan Baku PT.
Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan Cabang Cibitung-Bekasi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi kepemimpinan dalam
proses komunikasi kerja pada sub-Departemen Gudang Bahan Baku (Raw
Material). PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan, cabang
Cibitung-Bekasi.?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diantaranya :
1. Mengetahui perilaku,interaksi karyawan dan komunikasi kepemimpinan dalam
aktivitas pekerjaan pada kelompok kerja sub-Departemen Gudang Bahan Baku
(Raw Material) PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan,
cabang Cibitung-Bekasi.
2. Mengetahui latar belakang permasalahan dan faktor apa saja yang mempengaruhi
proses efektivitas komunikasi karyawan dan pimpinan pada kelompok kerja sub-
Departemen Gudang Bahan Baku (Raw Material). PT. Indofood CBP Sukses
Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan, cabang Cibitung-Bekasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diatas, diharapkan dapat digunakan untuk:
1.4.1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah literatur akademik
atau referensi yang berkaitan dengan komunikasi kepemimpinan, dan juga sebagai
4
tambahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna dapat dijadikan
sebagai bahan kajian awal untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan,
berdasarkan bukti empiris guna mengetahui bagaimana pentingnya peran komunikasi
kepemimpinan dalam menunjang peningkatan kinerja karyawan agar dapat
memberikan keuntungan (benefit) bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya
secara efektif dan efisien.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama empat bulan terhitung mulai bulan November 2011
hingga Februari 2012 di Sub-Departemen Gudang Bahan Baku (Raw Material) PT.
Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan cabang Cibitung–Bekasi.
1.6. Kerangka Teori
Penelitian ini menggunakan teori komunikasi (Communication) Wilbur Schramm
(1971) dalam Cutlip (2006) sebagai teori utama yang menjelaskan mengenai
komunikasi sebagai suatu proses timbal balik (resiprokal) atas suatu informasi atau
pesan dan teori mengenai kepemimpinan yang efektif (Effectiveness Leadership
Communication) yang dikemukakan oleh Gail Fairhurst & Robert Sarr (1996), serta
didukung dengan teori pendamping dari Gerald M. Goldhaber (1993) yang membahas
mengenai Komunikasi Organisasi (Organizational Communication) serta teori-teori
mengenai komunikasi organisasi dan kepemimpinan lainnya yang ada pada tinjauan
pustaka dalam penelitian ini
1.7. Sistematika Penelitian
BabI. Pendahuluan
Dalam bab ini dikemukakan penjelasan mengenai latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, kerangka teori,
dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini berisi penjelasan mengenai definisi, teori dan pendapat para ahli
mengenai pengertian komunikasi, fungsi komunikasi, tinjauan pola
kepemimpinan dari sudut pandang ilmu komunikasi, sosiologi dan psikologi
5
komunikasiserta sistem Komunikasi Organisasi (Organizational
Communication) dan juga Efektifitas Kepemimpinan (Effectiveness Leadership
Communication) terhadap kinerja karyawan.
Bab III. Metodologi Penelitian
Dalam bab ini dikemukakan tentang rancangan penelitian yang meliputi atas tipe
penelitian, metode penelitian, subyek penelitian,teknik pengumpulan data dan
teknik pengolahan data serta validasi dan uji keabsahan data.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini akan dipaparkan tentang penyajian data yang berkaitan dengan
hasil yang didapat serta analisis.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari
tujuan penelitian dan dilanjutkan dengan saran–saran yang sekiranya dapat
dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.
Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai dasar-dasar atau landasan teori yang
digunakan penulis dalam melakukan penyusunan, pengolahan, dan penganalisaan
laporan penelitian.
6
B A B I I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi memiliki arti yang sama yakni merujuk kepada persamaan persepsi atas
suatu makna, akan tetapi berbagai pakar ilmu komunikasi mendefinisikan komunikasi
dengan berbagai macam teori dan pembahasan yang cukup beragam, Wilbur Schramm
(1971)dalam buku “Effective Public Relations” (Cutlip, 2006), mendefinisikan
Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi
informasi, membujuk, atau memberi perintah berdasarkan makna yang sama dan
dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya.
Gambar 2.1Model Proses Komunikasi Efektif dalam Cutlip (2006)
Hal tersebut diperkuat oleh penjelasan seorang ahli “Science of Communication”,
Devito menjelaskan pengertian komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih; yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang
mendapatkan distorsi dan gangguan-gangguan dalam suatu kontek, yang menimbulkan
efek dan kesempatan untuk arus balik .” Effendy(1985).
Menurut Carl I. Hovland dalam buku Komunikasi Teori dan Praktek (Effendy, 2006),
mendefinisikan ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan
secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
7
Secara khusus Hovland mendefinisikan komunikasinya sendiri bahwa komunikasi
adalah proses mengubah perilaku orang lain.
“Communication is the process to modify the behavior of other individuals.”
(Hovland)
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organizationdalam Effendy
(2006), mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas.
Menurut William V. Hanney dalam bukunya, Communication and Organizational
Behavior yang disadur dalam buku Komunikasi Teori dan Praktek(Effendy,
2006),menyatakan Organisasi terdiri atas sejumlah orang; ia melibatkan keadaan orang
saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan
komunikasi” sehingga ia menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu sine qua non
bagi organisasi.
“Organization consists of a number people; it involves interdependence;
interdependence all for coordination; and coordination requires
communication”.(Hanney).
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Gerald M. Goldhaber dalam bukunya
Organizational Communication yangmenyatakan bahwa komunikasi organisasi
sebagai suatu proses penciptaan dan pertukaran pesan dalam sebuah jaringan yang
saling terkait atau ketergantungan untuk mengatasi ketidakpastian lingkungan.
“Organizational Communication is the process of creating and exchanging messages
within a network of interdependent relationships to cope with environmental
uncertainty.” (Goldhaber, 1993).
Kata saling terkait atau ketergantungan (Interdependent) dalam literatur pustaka ini
merupakan salah satu kata kunci yang memiliki makna penting dimana antar bagian
dalam suatu organisasi pekerjaan, saling terkait dan memiliki sifat ketergantungan
antara satu sama lain, sehingga tidak ada satu bagian pun yang tidak penting bagi
kelangsungan manajemen organisasi perusahaan.
8
Gambar 2.2 Paradigma of Organizational Communication (Goldhaber, 1993)
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kelompok kerja karena bersifat teknis,
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di
dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).
2.2 Dimensi Komunikasi Organisasi
“Komunikasi internal adalah proses pertukaran gagasan diantara para administrator
dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya
perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas (organisasi) dan
pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan
yang menyebabkan pekerjaan berlangsung”. (Effendy, 1985).
Berikut ini adalah dimensi-dimensi komunikasi organisasi sebagai suatu bentuk
komunikasi internal dalam organisasi menurut Ronald Adler dan George Rodman
dalam buku Understanding Human Communication (1997).
2.2.1 Downward communication
Downward communication yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang
yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi
arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah untuk pemberian atau penyimpanan
instruksi kerja (job instruction), penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas
perlu untuk dilaksanakan (job rationale) penyampaian informasi mengenai peraturan-
9
peraturan yang berlaku (procedures and practices)dan pemberian motivasi kepada
karyawan untuk bekerja lebih baik.
2.2.2 Upward communication
Upward communication yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini
adalah sebagai penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan, penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan, Penyampaian saran-saran perbaikan
dari bawahan, penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
2.2.3 Horizontal communication
Horizontal communication yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para
karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah untuk memperbaiki koordinasi tugas, upaya
pemecahan masalah, Saling berbagi informasi upaya pemecahan konflik dan Membina
hubungan melalui kegiatan bersama.
Menurut Elisabeth Tania (2010), dalam skripsinya menjelaskan metode penyampaian
komunikasi lisan atau yang disampaikan secara langsung merupakan metode yang
dianggap paling efektif untuk digunakan dalam komunikasi internal yakni komunikasi
antara manajer dan para pegawainya
2.3 Definisi dan Karakteristik kepemimpinan
“Leadership is the process of making sense of what people are doing together so that
people will understand and be committed.” (Drath &Palus 1994)
Drath dan Palus (1994) mendefinisikan kepemimpinan adalah suatu proses pemberian
makna atas apa yang dilakukan oleh seseorang secara bersama-sama dan selanjutnya
menjadikan seseorang tersebut mengerti (paham) dan percaya.
Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk
mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi.
10
"leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to
a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or
common good"Sarros & Butchatsky (1996).
Sarros dan Butchatsky (1996) mendefinisikan kepemimpinan (leadership) adalah
perilaku yang bertujuan mempengaruhi orang lain terbiasa untuk membantu
menyetujui suatu tujuan guna memberikan keuntungan dan kebaikan bagi individu
pada khususnya dan organisasi pada umumnya.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2007), Kepemimpinan (Leadership) adalah
Kemampuan seseorang (Pemimpin atau Leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu
yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah
laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Seeger & Ulmer (2002) mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah
berbicara tentang sifat seorang pemimpin harus memiliki komitmen yang kuat
terhadap anggotanya (karyawan), yakni sebuah komitmen untuk dapat segera bangkit
kembali dan meraih kesempatan untuk melakukan pembaharuan pasca terjadinya suatu
krisis.
Menurut Soekanto (2007), dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantarmenjelaskan
mengenai karakteristik kepemimpinan dalam mitologi Indonesia, ajaran-ajaran
tradisional banyak menggambarkan mengenai suatu kepemimpinan yang baik
sebagaimana pepatah Jawa yang sering dipergunakan oleh almarhum Ki Hajar
Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di tanah air yakni;
Ing ngarsa sing tulada (Di muka memberi tauladan),
Ing madya mangun karsa (Di tengah-tengah membangun semangat),
Tut wuri handayani (Di belakang memberikan pengaruh).
Oleh karenanya diharapkan seorang pemimpin diharapkan dapat menempati ketiga
kedudukan tersebut, yaitu sebagai pemimpin di muka (front leader), pemimpin di
tengah-tengah (Social leader) dan sebagai pemimpin di belakang (rear-leader).
11
2.4 Pola dan Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hersey, Blanchard dan Johnson (2001)
dalam buku Essential of Human Communication (Joseph A. DeVito, 2005),
menunjukkan terdapat 4 (empat) macam dasar gaya kepemimpinan, yakniThe Telling
Style (Komunikasi dengan melakukan supervisi dan pengarahan pekerjaan), The
Selling Style (Komunikasi dengan pemberian orientasi dan latihan), The Participating
Style, (Komunikasi untuk menjaga iklim organisasi dengan memperhatikan kepuasan
anggota dan menjaga hubungan antar anggota dan pimpinan), The Delegating Style
(Komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok).
Siti Chairunnisah (2011), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan, komunikasi internal dan motivasikerja baik secara simultan maupun
parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Variabel yang paling dominan dalam
mempengaruhi kinerja pegawai adalah gaya kepemimpinan, diikuti oleh variabel
motivasi kerja dan komunikasi internal.
Berkenaan dengan cakupan ilmu yang saling terkait dengan ilmu komunikasi, dalam
buku Psikologi Komunikasi (Armando, 2008), George A. Miller mengartikan psikologi
komunikasi sebagai “ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan perilaku (behavioral) dalam komunikasi”.Dalam
menganalisa permasalahan komunikasi kepemimpinan, ilmu ini dipelajari dan
digunakan agar tercapai tujuan komunikasi yang efektif (berhasil-guna). Begitu juga
mengenai konsep diri yang dijelaskan dalam buku tersebut, William D. Brooks,
(Armando, 2008) mendefinisikan konsep diri sebagai persepsi yang bersifat fisik,
sosial, dan psikologis mengenai diri seseorang yang didapat dari pengalaman dan
interaksi dengan orang lain.
Menurut Rakhmat (2003) dalam Armando (2008), Konsep diri merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal karena setiap orang bertingkah
laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Dalam pembahasan komunikasi
kepemimpinan, faktor subyektifitas dari individu diri seorang pimpinan dapat
mempengaruhi pola atau gaya kepemimpinan seseorang dalam melakukan komunikasi
dalam organisasi pekerjaan. Oleh karenanya seorang pimpinan harus memiliki konsep
diri yang baik agar dapat dijadikan panutan bagi bawahannya.
12
Dalam penelitiannya, Dwi Jatmiko Effendi (2009), menunjukkan bahwa kondisi
kepemimpinan dan komunikasi termasuk pada kategori yang memuaskan dengan
prosentase diatas 50 %, secara simultan kedua variabel bebas yaitu kepemimpinan dan
komunikasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap prestasi kerja karyawan.
“Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
harus lebih baik dari hari ini. Cara kerja hari ini harus lebih baik dari cara kemarin dan
hasil yang dicapai besok harus lebih banyak dari hasil yang diperoleh hari ini.”
(Hayati, 1994).
Menurut RakhmatNugroho (2006), yang menjelaskan mengenai kinerja dalam thesis-
nya dengan merujuk pada pernyataanFaustino Gomes (1995), mengatakan performansi
pekerjaan adalah catatan hasil atau keluaran (outcomes) yang dihasilkan dari suatu
fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu dalam suatu periode waktu tertentu.
lebih lanjut Gomes (1995), menjelaskan terdapat dua kriteria pengukuran performansi
atau kinerja karyawan, yaitu (1) pengukuranberdasarkan hasil akhir (result-based
performance evaluation); dan (2)pengukuran berdasarkan perilaku (behaviour-based
performance evaluation). Pengukuran berdasarkan hasil, mengukur kinerja
berdasarkan pencapaian tujuan organisasi atau mengukur hasil-hasil akhir saja.Tujuan
organisasi ditetapkan oleh pihak manajemen atau kelompok kerja, kemudian karyawan
dipacu dan dinilai performanya berdasarkan seberapa jauh karyawan mencapai tujuan-
tujuan yang sudah ditetapkan. Kriteria pengukuran ini mengacu pada konsep
Management By Objective (MBO).
2.5 Pengertian Komunikasi Kepemimpinan
“Effective leadership means effective communication”, kalimat itulah yang dikatakan
oleh Henry Clay Lindgren dalam bukunya, Effective Leadership in Human
Communication. Hal tesebut mengungkapkan bahwa komunikasi kepemimpinan
mengarahkan seorang pemimpin untuk mampu melakukan komunikasi secara efektif,
agar dapat melaksanakan kepemimpinannya secara efektif.
Gail Fairhurst & Robert Sarr (1996), berpendapat kepemimpinan yang efektif berawal
pada bagaimana seorang pemimpin merancang suatu proses dengan memiliki
13
pemahaman yang jelas terhadap apa yang mereka lihat dan rasakan secara nyata serta
tujuan yang mereka miliki untuk komunikasi dan organisasi.
Fairhurst and Sarr (1996), argue that effective leaders begin the farming process by
having a clear and understanding of their own view of reality and their own goals for
the organization and for communication.
Wilburn Schram, dalam karyanya “Communication Research in the United States”,
menyatakan sebagai berikut: “komunikasi akan berhasil, apabila pesan yang
disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
perpaduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meaning) yang
pernah diperoleh komunikan .”(Effendy, 1985).
Jadi jelas bahwa frame of reference yang didukung field of experience merupakan
faktor yang penting dalam berkomunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator dan
pengetahuannya sesuai dengan komunikan, maka komunikasi akan berjalan dengan
lancar.
Dalam kaitannya dengan prestasi kerja atau kinerja, Yunita Wieke (2007) pada
penelitiannya menjelaskan pimpinan harus bertindak sebagai pembimbing, khususnya
sebagai pengarah, penghubung, dan pengendali pada masa transisi bagi para
bawahannya, dengan begitu karyawannya pun merasa dihargai oleh pimpinannya,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan dapat mencapai suatu kinerja
yang tinggi.
2.6 Pendekatan Komunikasi kepemimpinan (Leadership Communication
Approch)
Joseph A. DeVito (2005) dalam bukunya yang berjudul Essential of Human
Communication, menjelaskan pendekatan komunikasi kepemimpinan yang dapat
dilakukan pada suatu kelompok kerja adalah sebagai berikut:
1. Sifat Kepemimpinan(Traits Approach)
Pendekatan ini dilakukan berdasarkan pada sifat dan karakter kepribadian serta
kemampuan dalam hal pengelolaannya. Seperti menunjukkan kualitas diri dalam
memahami konsep diri, serta mampu untuk melakukan pengenalan dan pengendalian
diri dalam mengelola empati, emosi, egoisme, stamina fisik, keunggulan, antisipasi,
14
disisplin waktu, keberanian, ketergantungan, persaingan, akuntabilitas, hasrat atau
motivasi, loyalitas, pelayanan, rasa percaya diri, rasa tanggung jawab serta kegigihan
dan keunggulan kualitas pribadi seorang pemimpin (Robert, 1987).
2. Fungsi Kepemimpinan(Functional Approach)
Pendekatan fungsi inilebih fokus kepada kemampuan pemimpin dalam menyusun
tujuan kelompok (organisasi), pengarahan kepada anggota dan mengikhtisarkan
kemajuan (progress) yang dicapai oleh kelompok atau organisasi (Schultz, 1996).
3. Transformasi Kepemimpinan(Transformasional Approach)
Pendekatan transformasi ini merupakan cara untuk memperbaiki kelompok melalui
kharisma dan visi kepemimpinan dalam memberikan kesempatan kepada anggota
untuk tidak hanya menyelesaikan tugas saja akan tetapi jugamemberikan kuasa kepada
anggota untuk mengambil alih kepemimpinan dalam kondisi darurat (Harsey,
Blanchard and Johnson ,2001).
4. Situasi dan Kondisi Kepemimpinan(Situational Approach)
Pendekatan ini merupakan kombinasi cara kepemimpinan yang memisahkan antara
peneyelesaian tugas dan kepuasan anggota, yakni lebih fokus kepada kemampuan
pemimpin untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara mendalam dan
menyeluruh guna memperoleh hasil yang baik untuk kepuasan anggota (Fielder, 1967).
15
B A B I I I
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dirancang dan dibuat untuk mempelajari mengenai komunikasi
kepemimpinan dalam suatu kelompok kerja, dimana dalam suatu struktur organisasi
pekerjaan terdapat stratifikasi kepemimpinan yang dibatasi pada setiap level atau
golongan pekerjaan dengan istilah posisi dan jabatan atau pangkat tertentu, agar
mempermudah kelangsungan alur proses kerja sesuai dengan fungsi kerjanya masing-
masing sehingga dapat berjalan dengan lancar dan efektif guna menunjang dan
meningkatkan produkifitas kerja karyawan bagi perusahaan.
“Qualitative methods tend to be associated with the interpretive worldview.
Thisconcerns itself with exploring the way that people ‘make sense of their social
worlds and how they express these understandings through language, sound,imagery,
personal style and social rituals” (Deacon et al. 1999).
Metode kualitatif cenderung dihubungkan dengan paradigma interpretif. Metode ini
memusatkan pada penyelidikan terhadap cara manusia memakai kehidupan sosial
mereka, serta bagaimana manusia mengekspresikan pemahaman mereka melalui
bahasa, suara, perumpamaan, gaya pribadi, maupun ritual sosial. Deacon et al., (1999)
dalam buku Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations (Dayman, 2008).
Melalui metode kualitatif deskriptif yang dilakukan dengan pendekatan studi kasus,
diharapkan penelitian ini dapat memperoleh hasil penelitian yang mendalam sesuai
dengan pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah berdasarkan fakta dan data
aktual yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan secara langsung di lokasi
penelitian.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus yang fokus terhadap masalah
komunikasi dan kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok kerja dengan
didukung informasi atas sikap dan perilaku (kebiasaan), pola komunikasi internal serta
interaksi antar karyawan secara keseluruhan dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan
sehari-hari.
16
Menurut Creswell (1996) dalam Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya (Raco, 2010), mendefinisikan studi kasus sebagai suatu eksplorasi dari
sistem-sistem yang terkait (bounded system) atau kasus, suatu kasus menarik untuk
diteliti karena corak khas kasus tersebut yang memiliki arti pada orang lain, minimal
bagi peneliti.
Untuk suatu kasus yang khusus, unik, penting dan bermanfaat bagi pembaca,
organisasi atau komunitas tertentu dan masyarakat pada umumnya, Patton (2002)
dalam Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Raco,
2010) menambahkan bahwa studi kasus adalah studi tentang kekhususan dan
kompleksitas suatu kasus tunggal dan berusaha untuk mengerti kasus tersebut dalam
konteks, situasi dan waktu tertentu.
3.2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Studi Kasus
Manfaat utama menggunakan pendekatan studi kasus adalah penelitian yang dilakukan
fokus pada satu atau beberapa kasus memungkinkan peneliti untuk menangani seluk-
beluk dan kerumitan kompleks sosial situasi. Secara khusus, memungkinkan peneliti
untuk bergulat dengan hubungan dan proses sosial dengan cara yang ditolak survei
pendekatan. Analisis bersifat holistik bukan berdasarkan faktor-faktor yang terisolasi.
Pendekatan studi kasus memungkinkan penggunaan berbagai metode penelitian, Lebih
dari ini, kurang lebih mendorong penggunaan beberapa metode dalam memerintahkan
untuk menangkap realitas yang kompleks di bawah pengawasan. Link dengan metode
Campuran.
Titik di mana pendekatan studi kasus yang paling rentan terhadap kritik adalah dalam
kaitannya dengan kredibilitas generalisasi yang dibuat dari temuan-temuannya. Oleh
karena Itu dalam studi kasus, peneliti harus sangat hati-hati untuk menghilangkan
kecurigaan dan untuk menunjukkan sejauh mana kasus ini mirip dengan, atau kontras
dengan, jenis penelitian yang lain. (Denscombe, 2010).
17
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam kajian suatu penelitian kualitatif, Patton (2002) dalam Metode Penelitian
Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Raco, 2010), menjelaskan
mengenai penyajian 3 jenis data (Triangulation) :
1. Data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam (In depth interview)
dengan menggunakan pertanyaan open-ended. Data yang diperoleh berupa
persepsi, pendapat, perasaan dan pengetahuan.
2. Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung (Observation). Data yang
diperoleh berupa gambaran yang ada di lapangan dalam bentuk sikap, tindakan,
pembicaraan, interaksi interpersonal dan lain-lain.
3. Data dokumentasi yakni dokumen yang berupa material yang tertulis dan
tersimpan. Data dapat berupa internal memorandum atau korespondensi.
Pada penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan ketiga data triangulasi tersebut
dengan pengelompokan instrumen data sebagai berikut:
3.3.1. Data Primer
1. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti untuk mengumpulkan informasi guna mendapatkan
suatu pemahaman yang menyeluruh dari sudut pandang partisipan atau situasi.Selain
itu juga, untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh melalui observasi
atau kuesioner, guna memperoleh hasil yang maksimal, peneliti menggunakan pola
wawancara mendalam (In-depth Interview) semi terstruktur dengan bentuk pertanyaan
terbuka (open-enden questions) dan pendalaman (probing) jika dianggap perlu untuk
mendapatkan data. (Raco, 2010).
In-depth interview. Merupakan proses wawancara dengan tujuan menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya. Jenis wawancara ini juga termasuk dalam wawancara
semiterstruktur (semistructure interview) yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. (Esterberg dalam Sugiyono, 2009).
18
2. Observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data dengan mengumpulkan data
langsung dari lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung, sehingga
memperoleh hasil data yang dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku,
tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. (Raco, 2010).
Observasi mengacu pada bukti-bukti langsung yang dilihat oleh mata pada saat suatu
kejadian berlangsung. Ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa untuk tujuan
tertentu, yang terbaik adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi (Denscombe,
2010). Hal-hal yang diobservasi meliputi gambaran perilaku, sikap, dan interaksi yang
terlihat. Data observasi lebih luas dapat mencakup sesuatu gambaran yang didapat dari
kepekaan peneliti dalam menangkap informasi dan interaksi yang terjadi yang tidak
terungkap melalui wawancara.
3.3.2. Data Sekunder
Data hasil observasi dan dokumentasi berupa struktur organisasi, data karyawan,
absensi kehadiran, memo, jadwal produksi, jadwal kerja karyawan dan lain-lain.
3.4. Subyek Penelitian
Sebagai salah satu organisasi penunjang dalam proses produksi, Departemen Gudang
Bahan Baku (Raw Material) dituntut untuk mampu menunjukkan performa kinerja
yang baik dengan melaksanakan tugas secara efektif dan komunikatif , terutama dalam
hal menjaga kelancaran dan ketepatan dalam menerima, menyimpan dan mengirim
bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi, oleh karenanya peneliti
menjadikan karyawan pada departemen gudang bahan baku sebagai subyek penelitian,
dengan jumlah partisipan sebanyak 3 orang sebagai Informan dan 1 orang sebagai
Informan Utama (Key Informan).
19
Berikut ini adalah sekilas profil partisipan yang menjadi subyek pada penelitian ini:
3.4.1. Informan Utama (Key Informan)
Budiono (49 Tahun), bertugas sebagai Supervisor Gudang Bahan Baku (Warehouse
Raw Material) dengan masa kerja 20 tahun. Bertugas membantu
Manajemen/Warehouse Manager dalam mengelola penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran bahan baku(Raw Material/Inventory) sekaligus sebagai penyelia
manajemen perusahaan dalam menangani berbagai permasalahan di lapangan kerja
Departemen Gudang. Bekerja dengan sistem waktu kerja Staff (Non-Shift).
3.4.2. Informan 1
Wadison (41 Tahun), bertugas sebagai Koordinator ISO (International Standart
Organization) pada Departemen Gudang, dengan masa kerja selama 20 tahun.
Bertugas membantu Manajemen dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem
prosedur kerja berdasarkan Standar Organisasi Internasional (ISO) dan Sistem
Pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan Kerja pada Sub-Departemen Gudang Bahan
Baku sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bekerja dengan sistem
waktu kerja Staff (Non-Shift)
3.4.3. Informan 2
Didi Endang Hardi (38 Tahun), bertugas sebagai Section Shift Supervisor Gudang
Bahan Baku (Raw Material) dengan masa kerja selama 20 tahun. Bertugas membantu
dan mewakili Supervisor Gudang Bahan Baku, dalam mengawasi dan menangani
seluruh aktivitas proses kerja dan kinerja karyawan gudang bahan baku. Bekerja
dengan sistem waktu kerja secara bergilir (3 Shift)
3.4.4. Informan 3
Aco Sudarso (39 Tahun), bertugas sebagai Stock keeper Gudang Intransit Bahan Baku,
dengan masa kerja selama 20 tahun. Betugas sebagai penerima barang bahan baku
produksi yang dikirim oleh Stock Keeper gudang Induk, kemudian diserahterima-kan
kepada Operator Produksi untuk digunakan dalam proses produksi. Bekerja dengan
sistem waktu kerja secara bergilir (3 Shift).
20
3.5. Teknik Pengolahan Data
Teknik analisa pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Cresswell (2002) yang menggambarkan
proses analisis data sebagai berikut:
Prosedur Analisa Data Cresswell (2002)
Selanjutnya, data mentah (raw data) berupa transkrip wawancara mendalam akan
ditransformasikan kedalam bentuk kategori-kategori dalam coding.
Coding, adalah proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam
keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar dalam tiap-tiap
bagian. (Creswell, 2010)
Teknik untuk melakukan analisis data menurut Creswell, (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Mencari makna seluruh data, memilih yang paling penting dan paling singkat.
2. Mencari informasi yang didapat dari data dan menafsirkan makna yang
terkandung.
Description of data analysis
Initial Data Analysis
Themes
Themes
Theme
Themes
Stage 1 data collection and display reflection Stage 2 data coding and distillation
Stage 3 Generation of key themes
Stage 4 Story report and conclusions
Major and Minor i
Final Interpretation
Gambar 3.1 Cresswell dalam Papilaya (2012)
21
3. Membuat catatan pada setiap pernyataan. Coding juga bisa dibuat untuk
memilah-milah topik sesuai dengan setting dan konteks, perspektif, peserta
peserta cara berpikir, proses, kegiatan, hubungan sosial dan struktur.
4. Encoding ini selanjutnya diikuti dengan daftar kode yang dihasilkan, untuk
selanjutnya digunakan untuk mendapatkan gagasan utama atau topik utama.
5. Menentukan empat sampai lima tema atau pola. Tema ini dianggap sebagai
penemuan baru. Setelah itu, tema ini ditafsirkan berdasarkan referensi dari
penelitian sebelumnya. Tema ini menjadi dasar untuk refleksi peneliti.
Menurut Carl F. Auerbarch & Louise B. Silverstein (2003) ada enam langkah yang
dilakukan untuk mengkonstruksi narasi teoritis dari teks yaitu :
1. Membuat teks yang dikelola yang terdiri atas:
a. Secara eksplisit menyatakan fokus dan kerangka teoritis penelitian.
b. Pilih teks yang relevan untuk analisis lebih lanjut: lakukan ini dengan membaca
teks mentah yang telah dibuat dan lebih memprioritaskan teks yang relevan.
2. Mendengarkan apa yang telah dikatakan :
a. Rekam dan ulangi ide-ide dengan mengelompokan bagian-bagian terkait dari
teks yang relevan.
b. Mengatur tema dengan mengulangi mengelompokan ide-ide kedalam kategori
yang koheren.
3. Mengembangkan teori
a. Mengembangkan teoritis konstruk dengan mengelompokan tema kedalam konsep
yang lebih abstrak konsisten dengan kerangka teoritis.
b. Membuat narasi teoritis dengan menceritakan kembali cerita dari informan.
22
Gambar 3.2Auerbach dalam Shihab (2012)
3.6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
The triangulation of ideas is useful in helping you achieve a measure of validity,
comprehensiveness and also interconnectivity Chen dan Pearce (1995).
Dari pengertian tersebut diatas, bahwa teknik triangulasi data sangat bermanfaat bagi
peneiliti untuk membantu peneliti dalam memperoleh kepastian dan keyakinan data
secara utuh dan lengkap serta saling terkait antara satu sama lain.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah memeriksa dan menguji
atau memvalidasi ketiga data (triangulasi data) yang diperoleh dalam proses penelitian
sebagai bagian dari ukuran validitas data dalam metode kualitatif, yakni berupa data
primer dan skunder penelitian, dengan melakukan konfirmasi dan verifikasi data secara
faktual terhadap hasil wawancara dengan partisipan serta hasil pengamatan secara
langsung di lokasi penelitian.
Pada bab berikutnya akan membahas mengenai analisa masalah dan pembahasan.
Relevant Text
Repeating Ideas
Themes
Theoritical Constructs
23
B A B I V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan diorganisasikan dengan langkah pertama yaitu mengumpulkan
semua data dari 4 (empat) orang partisipan yang dipilih dari 95 orang karyawan, alasan
pemilihan 4 (empat) orang partisipan; 1 (satu) orang pimpinan sebagai Informan
Utama (Key Informan) dan 3 (tiga) orang karyawan sebagai informan pendukung,
karena menurut peneliti ke-empat orang partisipan tersebut dianggap sebagai rich
informan. Kemudian setelah data terkumpul maka dilakukan pembacaan secara
menyeluruh serta dibuat data coding.Kemudian peneliti melakukan pemisahan dan
pengklasifikasian data coding dengan menggunakan selective data.Peneliti
mengkategorikan pernyataan yang relevan dan sesuai dengan topik, kemudian peneliti
membuat tabel data dari 4 orang informan lalu membaginya menjadi dua yaitu major
statemen dan minor statement.Major statement artinya jawaban dari informan benar-
benar sesuai dengan topik pembahasan, dan minor statemen artinya hampir sesuai
dengan topik pembahasan, akan tetapi dalam melakukan proses wawancara peneliti
lebih banyak mendapatkan hasil jawaban yang major, sehingga peneliti hanya
menampilkan satu table hasil akhir data coding yang peneliti anggap relevan dalam
penelitian ini (major statement).
Secara umum penelitian ini tidak dapat digeneralisasi secara umum, karena hasil
temuan data terbatas mengeksplorasi pengalaman dan individu secara mendalam
mengingat data yang di peroleh hanya dari satu kelompok kerja, yakni sub-
departemen, gudang bahan baku, akan tetapi dengan mengeksplorasi pengalaman
individu secara mendalam seringkali dapat memunculkan temuan dan perspektif baru
yang akan sangat sukar didapat dengan menggunakan metode riset yang lain. Temuan
dalam penelitian ini bukanlah pengecualian, hasil yang diungkapkan merupakan
kutipan-kutipan dari hasil wawancara peneltian, sejumlah temuan menarik yang
diproleh dari hasil pengembangan pertanyaan (probing) yang tidak terencana muncul
sepanjang wawancara dilakukan. (Raudy, 2010).
24
4.1. Profil PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP” atau “Perseroan”) merupakan
produsen makanan dalam kemasan yang mapan dan terkemuka dengan berbagai
pilihan produk makanan sehari-hari bagi konsumen di segala usia. Banyak di antara
merek produknya merupakan merek terkemuka yang telah melekat di hati masyarakat
Indonesia, serta memperoleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen di Indonesia
selama bertahun-tahun.
ICBP berdiri sebagai entitas terpisah di bulan September 2009 serta tercatat di Bursa
Efek Indonesia (“BEI”) pada tanggal 7 Oktober 2010.ICBP didirikan melalui
restrukturisasi internal dari Grup Produk Konsumen Bermerek (“CBP”) PT Indofood
Sukses Makmur Tbk (“Indofood”), perusahaan induk ICBP yang sahamnya tercatat di
BEI sejak tahun 1994. Melalui proses restrukturisasi internal, seluruh kegiatan usaha
Grup CBP dari Indofood, yang meliputi mi instan, dairy, penyedap makanan, makanan
ringan, nutrisi dan makanan khusus, serta biskuit (sebelumnya tergabung dalam Grup
Bogasari), dialihkan ke ICBP.
Setelah pencatatan saham ICBP, Indofood tetap menjadi pemegang saham mayoritas
ICBP dengan kepemilikan saham sebesar 80%.Oleh karenanya, ICBP tetap memiliki
sinergi dengan perusahaan-perusahaan Grup Indofood lainnya dalam menjaga
keunggulan kompetitifnya.
Saat ini kegiatan usaha ICBP terdiri atas; 1) Mi Instan, memproduksi dan memasarkan
berbagai produk mi instan antara lain bag noodles, cup noodles, mi telor dan bihun
instan. 2) Dairy - memproduksi dan memasarkan berbagai macam produk dairy,
yaitu susu kental manis, susu cair (ultra high temperature, susu steril dalam botol dan
susu pasteurisasi), susu bubuk, es krim, minuman yogurt dan mentega. 3) Penyedap
Makanan – memproduksi beragam produk kuliner seperti kecap, saus sambal, saus
tomat, kaldu dan bumbu instan, serta juga memproduksi dan memasarkan sirup. 4)
Makanan Ringan – memproduksi dan memasarkan berbagai makanan ringan moderen
dan makanan ringan tradisional yang dikemas secara moderen, serta produk biskuit. 5)
Nutrisi & Makanan Khusus – memproduksi dan memasarkan berbagai macam bubur
sereal dan biskuit untuk bayi dan anak-anak, serta produk susu untuk ibu hamil dan
menyusui.
25
ICBP berdiri sebagai entitas terpisah pada bulan September 2009 dan tercatat sebagai
perusahaan publik di BEI pada tanggal 7 Oktober 2010. ICBP didirikan melalui proses
restrukturisasi internal Grup CBP dari Indofood, perusahaan induk yang tercatat
sebagai perusahaan publik di BEI sejak tahun 1994.
Berbagai kegiatan usaha dan merek yang digunakan untuk produk ICBP telah dikenal
sejak lama, dimana beberapa diantaranya merupakan pemimpin pasar. Sejarah dari
berbagai kegiatan usaha Perseroan adalah sebagai berikut:
Kegiatan usaha mi instan mulai beroperasi pada Tahun 1982 dengan diluncurkannya
merek Sarimi.Berbagai merek mi instan lainnnya seperti Indomie, Supermi dan Pop
Mie melengkapi portofolio produk ICBP, masing-masing pada tahun 1984, 1986 dan
1988.
1. Divisi Mi Instan
Sebagai salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, ICBP menawarkan berbagai
produk mi instan antara lain bag noodles, cup noodles, mi telur dan bihun instan
dengan berbagai merek yang ditujukan kepada berbagai segmen di pasar. Merek-
merek utamanya termasuk Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Mi Telor Cap
3 Ayam dan Pop Bihun.Merek-merek utama tersebut merupakan merek-merek yang
terkemuka dan sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
2. Visi
Visi PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. adalah menjadi Produsen Barang-
barang Konsumsi yang Terkemuka
3. Misi
Sebagaimana dinyatakan dalam agenda perusahaan, misi PT, Indofood CBP Sukses
Makmur, Tbk. adalah; 1) Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan
pelanggan, menawarkan merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi.
2) Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan. 3) Senantiasa
meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi kami. 4)
Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara
berkelanjutan. 5) Meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan
26
4. Alamat Perusahaan
Nama Perusahaan : PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Divisi Mie Instan, Cabang Cibitung – Bekasi.
Alamat : Kp. Jarakosta Ds.Sukadanau No. 1 RT. 02 RW.03
Cikarang Barat – Kab. Bekasi 17520
No. Telp : 021-8901166
No. Fax : 021-8901168
E-Mail : www.indofood.cbp.co.id
Logo Perusahaan
27
4.1.1. Struktur Organisasi Sub-Departemen Gudang Bahan Baku
Factory Manager Noodles – Cibitung
Warehouse
Manager
ISO
Coord. WH Raw Material
Warehouse
Raw Material Supervisor
WH. RM. Section Shift Supervisor.
Stock Keeper
Stock Keeper Intransit (Shift)
Cheker WH. RM. Adm. RM Incoming
Adm. RM Shopfloor
Adm.
Driver Forklift
Stock Keeper A&P,
Stock keeper
Oil BBM,
& BBG
Helper Helper
28
4.1.2. Tugas Dan Tanggung Jawab Karyawan Sub-Departemen Gudang Bahan
Baku
1. Factory Manager.
Bertugas dan bertanggung jawab penuh sebagai Kepala Pabrik dalam memgelola dan
mengawasi jalannya seluruh aktivitas Pabrik (Manufacturing) Cabang Cibitung -
Bekasi.
2. Warehouse Manager
Memimpin, mengelola dan bertanggung jawab penuh terhadap segala bentuk aktivitas
departemen gudang Bahan baku (Raw Material) dan Barang jadi (Finished Goods).
3. Warehouse Raw Material Supervisor
Membantu Warehouse Manager dalam mengelola Penerimaan dan penyimpanan
Bahan baku (Inventory) sekaligus sebagai penyelia manajemen perusahaan dalam
menangani berbagai permasalahan di lapangan kerja departemen Gudang.
4. Warehouse RM Section Shift Supervisor
Membantu dan mewakili WH.RM Supervisor dalam mengawasi dan menangani
seluruh aktivitas proses kerja dan kinerja karyawan gudang Bahan baku, yang bekerja
dengan sistem bergilir (Shift).
5. Coordinator ISO (International Standard Organization)
Bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Sistem prosedur kerja
berdasarkan Standard Organisasi Internasional (ISO) dan Sistem Pelaksanaan
Keamanan dan Keselamatan Kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
6. Administration
a. Administrasi Gudang Bahan baku.
Membantu WH. RM. Supervisor dalam hal administrasi gudang Bahan baku serta
Mengurusi seluruh kebutuhan proses kerja karyawan gudang Bahan baku.
29
b. Administrasi Penerimaan Dan Pengeluaran Barang&Bahan Baku (Incoming)
Bertugas menginput data penerimaan barang yang telah diterimakan dari suplier oleh
bagian Cheker dan Stock Keeper gudang bahan baku.
c. Administrasi Pemakaian Bahan Baku. (Shopfloor)
Menginput dan meneliti data pemakaian bahan baku yang telah diserah terimakan oleh
Stock Keeper Induk dan Intransit kepada Operator Produksi untuk diproses menjadi
barang jadi (Finished Goods).
7. Cheker
Bertugas dan bertanggung jawab dalam hal penerimaan barang atau bahan baku yang
dikirim oleh Suplier, kemudian mencari dan menyediakan lokasi penempatan barang
sebagai stock bahan baku yang siap digunakan untuk proses produksi.
8. Stock Keeper
Bertugas sebagai penerima barang bahan baku produksi yang telah diterima oleh
Cheker lalu kemudian menyimpannya dengan baik sesuai jenis barang dan tempat
yang telah ditentukan serta mengeluarkannya dari stock gudang bahan baku untuk
digunakan dalam proses produksi.
9. Helper
Bertugas sebagai tenaga pelaksana dalam membantu Stock Keeper menjalankan
tugasnya sehari-hari untuk menyiapkan kebutuhan bahan baku dan mengirim barang
yang dibutuhkan oleh bagian Produksi dengan mengacu sesuai dengan jadwal kerja
proses produksi yang telah dibuat oleh Departemen Production & Planning Inventory
Control (PPIC) guna menjaga kelancaran proses produksi.
10. Driver Forklift
Pengemudi Forklift dan bertanggung jawab terhadap perawatan mesin forklift serta
melayani kebutuhan kerja personil gudang bahan baku dalam hal ketersediaan barang
bahan baku.produksi.
30
4.2. PraktekBerkomunikasi Antara Pimpinan dan Karyawan
Efektifitas kinerja seorang pemimpin dapat dilihat melalui pola kepemimpinan serta
interaksi karyawan dalam suatu kelompok kerja.Baiknya suatu manajemen
kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok kerja, menandakan adanya
komunikasi kepemimpinan yang berlangsung dengan baik di dalamnya.
4.2.1. Kondisi Praktek Berkomunikasi Karyawan
Dinamika dari kegiatan suatu organisasi dan keberagaman cara seseorang
berkomunikasi dalam suatu organisasi menjadikan proses komunikasi bukanlah suatu
hal yang mudah dalam menjalankan roda kepemimpinan pada suatu organisasi, hal
tersebut diungkapkan oleh Budiono (Informan-1) selaku pimpinan atau Supervisor
pada kelompok kerja gudang bahan baku, dalam menangani permasalahan komunikasi
kerja sebagaimana yang ia katakan kepada peneliti dalam wawancaranya, “Jadi
memang disini ini memang sangat pelik yah, jadi memang sangat sensitif, jadi disini
memang kita lakukan yah, dalam hal komunikasi ada suatu yang kita berikan yaitu
media komunikasi”
Meskipun kepelikan tersebut dirasakan oleh pimpinan, akan tetapi kondisi interaksi
karyawan dalam berkomunikasi secara umum sudah berlangsung dengan baik dan
terbuka sebagaimana yang dijelaskan oleh bawahan langsung dari Budiono, yakni Didi
Endang Hardi (Informan-3) yang juga merupakan pimpinan pada level menengah
(Section Shift Supervisor), ia mengatakan, “Oh di sini terbuka, artinya kalau secara
langsung ya kita komunikasi sama mereka atau bawahan saya nih, kita nggak ada
yang istilahnya yang ditutup-tutupi, karena kita kan menyangkut masalah pekerjaan
nih , kita nggak bisa atau nggak ada istilah yang ditutup-tutupi…”.
Hal senada juga dipertegas oleh pernyataan Wadison (Informan-2) selaku koordinator
ISO gudang bahan baku,dalam kesempatan wawancara dengan peneliti ia menjelaskan
“Ya, sudah, sudah (red-terbuka),…ada misalnya di shift 1, dia sudah menyiapkan
barang untuk shift 2, tetapi setelah dia waktu sudah pulang, itu belum selesai , dia
komunikasikan kepada shift berikutnya, ada informasi yang disampaikan baik secara
lisan maupun secara tertulis.
Dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, serta merujuk
pada hasil wawancara, peneliti memperoleh fakta bahwa proses interaksi dan
31
komunikasi pada kelompok gudang bahan baku , secara umum telah berlangsung
dengan baik dan terbuka, baik antara karyawan dengan karyawan maupun pimpinan
dengan karyawan.
4.2.2. Metode komunikasi yang biasa digunakan karyawan dalam
berkomunikasi
Metode komunikasi adalah cara seseorang berkomunikasi, hal tesebut dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara sesuai dengan kebutuhan dan sarana yang ada untuk
memperlancar proses komunikasi yang dilakukan, metode komunikasi yang digunakan
dalam kelompok kerja gudang bahan baku lebih sering dilakukan dengan cara
langsung dua arah (dyadic communication) baik secara lisan (verbal) maupun tulisan
(non verbal), metode tersebut dianggap paling efektif oleh seluruh partisipan yang
menjadi narasumber bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini, mulai dari bawahan
seperti AcoSudarso (I-4),mengatakan, “Ya dari mulut ke mulut kalo menurut saya ya
teknik komunikasinya. Seringnya ya tatap muka dan lisan ya,…Sudah efektif ya, antara
atasan dan bawahan”.
Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan Wadison (I-2) yang mengatakan “Komunikasi
Langsung, karena itu lebih mengena, lebih jelas, mereka yang kita ajak komunikasi itu
tahu langsung dari sumbernya gitu, karena tidak akan bias”, begitu juga dengan
pernyataan DidiEndang Hardi (I-3) ketika ditanyakan oleh peneliti mengenai
kebiasaan karyawan dalam berkomunikasi dan seberapa efektifkah hal tersebut, ia
menjawab, “Langsung, Secara langsung ya, dua arah, Efektif, idak ada masalah untuk
komunikasi langsung saya merasa nyaman tidak ada beban gitulah..”
Didukung dengan pengamatan langsung di lapangan, peneliti melihat secara langsung
proses komunikasi dua arah yang cukup efektif dalam aktivitas kerja karyawan dan
pimpinan sehingga minim terjadinya kesalahan kerja yang diakibatkan karena
kurangnya informasi atau instruksi kerja yang kurang jelas dari atasan kepada
bawahan, seperti dalam hal adanya perubahan jadwal produksi dan susunan personil
yang bertugas, pergantian shift dan hal lainnya yang dapat menghambat kelancaran
kerja karyawan gudang bahan baku, dapat selalu ditangani dan direspon dengan baik
oleh atasan (pimpinan kelompok).
32
4.2.3. Arus Informasi dan Komunikasi
Arus informasi dan komunikasi yang lebih sering terjadi pada kelompok kerja gudang
bahan baku adalah dari atas ke bawah (Downward Communication), seperti arahan dan
pemberitahuan informasi pekerjaan lebih sering disampaikan oleh atasan, bawahan
hanya menyampaikan informasi kepada atasannya disaat terjadinya suatu masalah
yang tidak dapat teratasi oleh mereka, seperti yang dikatakan oleh Aco Sudarso (I-
4),ketika ditanya apakah ia sering berkomunikasi langsung dengan atasan, ia
menjawab,” … tidak selalu, terkecuali kalau ada masalah saya ajukan ke atasan, itu
pun kalau saya tidak bisa mengatasinya” hal tersebut juga diakui oleh atasannya yakni,
Didi Endang Hardi (I-3) yang mengatakan “Atasan, atasan dulu yang memulai, ya dari
atas ke bawah” sependapat dengan pernyataan tersebut, Wadison (I-2) juga menjawab
dengan pernyataan yang hampir sama yakni ia menyatakan bahwa, “komunikasi itu
kan dari atas ke bawah, yang benernya itu, jadi atasan selalu menegur sapa karyawan
menyampaikan sesuatu yang ia dapatkan kepada bawahannya itu”.
Berdasarkan pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti,
Kecenderungan penggunaan (Downward communication) dalam teknik komunikasi
kepemimpinan pada kelompok kerja gudang bahan baku, menjadikan karyawan atau
bawahan agak pasif dalam berkomunikasi terhadap atasan, karena teknik yang
disampaikan atasan sering bersifat persuasif dan informatif yang dilanjutkan dengan
instruksi kerja, sebagaimana yang dikatakan oleh Budiono (I-1),” Ya informatif itu
yang sering sih, yang lain-lainnya wis lihat situasilaaah…. “
Olehkarena hal tersebut peneliti memperhatikan kebiasaan karyawanmenjadilebih suka
menunggu informasi atau instruksi apa yang akan disampaikan oleh atasan. Asumsi
tersebut didukung oleh pernyataan Aco Sudarso (I-4) yang mengatakan “Ya, yang
saya alami selama ini, saya menunggu, misalkan ada informasi dari atasan, saya
dapat informasi dari atasan, saya langsung lontarkan ke bawahan”.
4.2.4. Bentuk Atau Media Komunikasi Kelompok
Salah satu bentuk komunikasi dalam kelompok adalah diskusi kelompok atau rapat,
pada kelompok kerja sub-Departemen Gudang Bahan Baku, terbiasa melakukan
komunikasi langsung dalam bentuk suatu rapat atau biasa disebut dengan Meeting
Koordinasi Internal atau Weekly Operational Review (WOR) hal tersebut merupakan
suatu bentuk media komunikasi tatap muka langsung yang dihadiri oleh sebagian
33
karyawan gudang bahan baku (Raw Material), guna mengakomodir dan
mengkomunikasikan permasalahan yang terjadi dalam pekerjaan agardapat segera
ditindaklanjuti dan dilakukan tindakan perbaikan. Adanya bentuk komunikasi tersebut
diakui oleh 4 orang partisipan sebagaimana yang tercantum dalam transkrip
wawancara penelitian ini, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Budiono (I-1),
“Kita ini sudah ada yang kita jadwalkan meeting mingguan, berupa WOR (Weekly
Operational Review) pada hari Rabu jam 13.00-15.00 untuk membahas rencana dan
masalah kerja yang sudah atau belum tercapai dan diikuti. Oleh seluruh karyawan
yang masuk pagi.”, begitu juga apa yang disampaikan oleh Didi Endang Hardi (I-
3)”Ada, kita biasanya meeting koordinasi ya, itu yang dihadiri biasanya Supervisor,
Section, StockKeeper, Helper, istilahnya Meeting KoordinasiInternal, dilakukaan
secara berkala satu minggu satu kali pada hari rabu jam 1 sampai jam 2 siang”.
Dalam hal observasi lapangan, peneliti memperoleh data (terlampir) mengenai bukti
dilaksanakannya rapat tersebut, yakni berupa daftar hadir karyawan yang mengikuti
kegiatan tersebut.
4.2.5. Peran Komunikasi Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Secara umum, karyawan gudang bahan baku, menyadari pentingnya peran komunikasi
kepemimpinan terhadap kinerja mereka, Kepemimpinan yang komunikatif diharapkan
dapat meminimalisir permasalahan dalam suatu pekerjaan.Aco Sudarso (I-4)
mengatakan,”Kalau menurut saya sudah efektif, parameternya setiap permasalahan
langsung direspon”, begitu juga dengan adanya pernyataan serupa dari partisipan yang
lain, bahwa,“Parameter yang kita lakukan, kan dilihat dari ini, komunikasi, artinya
kan tidak terjadi masalah di lapangan ya, gitu “, hal tersebut diakui oleh Wadison (I-
2) dalam pernyataannya disaat menjawab pertanyaan peneliti mengenai parameter
keberhasilan komunikasi kepemimpinan dalam kelompok kerja gudang bahan baku.
Begitu juga dengan pendapat Budiono yang merupakan pimpinan pada kelompok kerja
gudang bahan baku, mengenai tanggapannya atas peran komunikasi kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan dan efektivitas kepemimpinan,“Menurut saya peran
komunikasi ini sangat-sangat penting karena dengan jalan komunikasi-lah, dengan
jalan itu akan menghasilkan solusi yang baik ya , tanpa komunikasi ya menurut saya
semuanya tidak ada atau kuranglah, memang sangat-sangat penting komunikasi itu”.
34
Tidak hanya atasan, bawahan pun juga membutuhkan peran komunikasi
kepemimpinan dalam suatu kelompok kerja, “Sangat dibutuhkan, ya karena kalau ada
permasalahan yang atasan tahu, ibaratnya bawahan juga harus tahu ya, misalnya ada
permasalahan di atasan, bawahan juga harus tahu, begitu juga kalau ada
permasalahan di bawahan, atasan juga harus tahu ya…., sangat penting ya, kinerja
dengan komunikasi itu sangat penting ya, karena disitu saling berkaitan”. Ungkap
Aco Sudarso (I-4) dalam wawancara kepada peneliti.
Didi Endang Hardi (I-3), juga turut mengatakan pendapatnya mengenai pengaruh
komunikasi terhadap kinerja, “Komunikasi, saya pikir sangat-sangat diperlukan, tanpa
komunikasi saya pikir aktivitas tidak akan berjalan dengan baik jadi pengaruhnya
sangat besar, sangat diperlukan, tanpa komunikasi saya pikir semua tidak akan
berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur”.
4.3. Faktor Yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Kepemimpinan
Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi proses komunikasi kepemimpinan
adalah bersumber dari pada sifat atau karakter pribadi karyawan serta kebiasaan
perilaku dirinya dan juga lingkungan sosial pergaulannya yang cukup mempengaruhi
pola dan gaya komunikasi karyawan tersebut.
4.3.1. Faktor yang bersifat perilaku
Salah seorang partisipan, Wadison (I-2) mengatakan “Ya, yang pertama itu faktor
manusia, faktor manusia itu yang paling dominan, faktor manusianya, disamping itu
ya faktor penunjang ya, faktor sistem gitu, sistem dari kita, sistem yang kadang-
kadang tidak jalan. pada dasarnya karyawan itu ya, ini kan kadang-kadang cuek”.
Kebiasaan karyawan yang cuek atau acuh terhadap suatu informasi, kurang
tanggapnya karyawan dalam menangkap suatu pesan, atau tandadan gejala dalam
komunikasi, hingga sifat emosi dan rasa egoisme yang tinggi dari karakter pribadi
pimpinan atau karyawan,merupakan faktor-faktor penghambat yang apabila tidak
dapat ditangani dengan baik akan berdampak negatif terhadap keberhasilan efektivitas
komunikasi kepemimpinan yang ingin dicapai, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Didi Endang Hardi (I-3), menyatakan faktor yang menghambat keberhasilan
komunikasi kepemimpinan adalah, “Ego individu biasanya, tapi sifatnya minor ya”.
35
Dalam menghadapi beragamnya karakter dan kepribadian karyawan, Peneliti
menemukan pendekatan konsep yang digunakan dalam komunikasi kepemimpinan
dalam sub-departemen gudang bahan baku adalah partisipasi langsung dengan terjun
ke lokasi kerja untuk mengetahui keadaan atau kondisi permasalahan yang terjadi
secara langsung (Situational Approach), hal tersebut diungkapkan oleh kedua
pimpinan yang menjadi partisipan dalam penelitian ini, Budiono (I-1) mengatakan,
“Sebagai pimpinan kalo bisa kita tidak hanya intruksi saja yah, jadi kita perlu
menyapa kabar, kita harus mengetahui karakter masing-masing karyawan biar kita
bisa masuk atau nyambung dalam berkomunikasi dengan karyawan, penting itu
jangan disamaratakan”.
Begitu juga apa yang dirasakan dan dialami oleh Didi Endang Hardi (I-3) yang
menjelaskan tentang kepemimpinannnya, “Untuk penyampaian komunikasi, saya
memposisikan diri saya sebagai rekan kerja dengan harapan mereka menerima tanpa
ada tekanan, saya biasanya mengkomunikasikan, artinya, saya menawarkan, cari
yang terbaik dulu, artinya menawarkan dulu ke mereka dengan suatu harapan mereka
juga tidak merasa terbebani dengan instruksi yang saya berikan”.
4.3.2. Faktor kemampuan dan keterampilan komunikasi
Pola dan gaya komunikasi kepemimpinan yang dilakukan lebih cenderung
menggunakan gaya penyampaian pesan,informasi dan arahan secara langsung dengan
lisan dan tulisan kepada karyawan (Telling Style), meskipun pola interaksi dan
komunikasi antara pimpinan dan karyawan sudah berjalan dengan baik dan saling
terbuka dengan alur komunikasi berdasarkan struktur organisasi yang ada, kemampuan
dan keterampilan pimpinan dalam melakukan komunikasi kepemimpinan bukanlah hal
yang mudah, berbagai hambatan kemampuan memposisikan diri, mengenal karakter
diri dan kemampuan membaca situasi serta memahami karakter oang lain (karyawan)
merupakan faktor penting yang harus dijawab dengan peningkatan kemampuan dan
keterampilan komunikasi
Budiono (I-1) selaku pimpinan selalu berusaha untuk aktif dalam berkomunikasi
dengan bawahannya, hal ini dapat dilihat dari jawbannya ketika peneliti menanyakan
mengenai kemampuan dan keterampilannya dalam gaya kepemimpinannya, “Ini sudah
menjadi motto saya, jadi tiap pagi, saya hanya menaruh tas saja, kira-kira waktu satu
setengah jam saja kita keliling inspeksi kelapangan pada sub bagian masing-masing
36
menemui rekan-rekan,anak buah untuk ya.. layaknya…disana kita lakukan tegur sapa
menanyakan bagaimana kabar, gimana kabar keluarga, baru disaat itu kadang-
kadang kita lakukan masuk (on the job training)pengarahan, ya biar mereka itu
merasa sangat dekat, saya biasanya komunikasi langsung kepada bawahan secara
struktur organisasi”.
Keterampilan komunikasi pimpinannya tersebut diakui oleh pernyataan Didi Endang
Hardi (I-3) ketika ditanya mengenai pendapatnya tentang gaya komunikasi
pimpinannya tersebut” “…kalau atasan saya, pola kerjanya mau melakukan pekerjaan
yang diluar job-nya, dia peduli terhadap menjaga kebersihan, disipilin kehadiran,
supel dan komunikatif ke siapapun tanpa istilahnya mengenal jabatan”.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan (pimpinan
kelompok), untukmeningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan dalam hal
cara berkomunikasi, antara lain dengan memberikan arahan dan motivasi melalui
briefing, memberikan pelatihan (training) tentang komunikasi yang efektif,hal tersebut
terungkap dalam wawancara antara peneliti dengan Wadison (I-2) yang mengatakan
“Kita di lingkungan karyawan gudang RM (Raw Material) ini telah mengadakan
beberapa training, salah satunya training komunikasi efektif, sehingga dari hasil
training itu menciptakan suatu komunikasi yang efektif di lingkungan kita,”, hal
tersebut diakui pula oleh pimpinannya, yakni Budiono (I-1) yang mengatakan
”…secara organisasi telah kita lakukan, dengan selalu membina, memberi masukan-
masukan agar semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala,…hal ini
sangat efektif karena merupakan bagian penyelesaian suatu masalah dalam
pekerjaan”, meskipun dalam pelaksanaannya Ia juga mengakui belum dilakukan
secara maksimal, karena belum dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya untuk
diadakan training komunikasi oleh pihak manajemen perusahaan, akan tetapi hal
tersebut tidak mengurangi semangat kerja dan tidak terlalu menghambat proeses
komunikasi kerja pada kelompok kerja yang dipimpinnya, karena selain, sering
berkomunikasi dengan bawahan baik secara formal maupun informal tiap harinya,
karyawan juga sudah komunikatif dan sadar akan kewajiban tugas dan tanggung
jawabnya sebagai karyawan, tegasnya.
Untuk meyakinkan hal tersebut, peneliti mengkonfirmasi pernyataan dari pimpinan
tersebut kepada AcoSudarso (I-4) selaku petugas operasional atau StockKeeper
37
Intransit gudang bahan baku (bawahan), ia menyatakan bahwa dirinya belum pernah
mengikuti pelatihan (training) komunikasi dalam beberapa tahun terakhir ini,
“…Kalau training untuk komunikasi belum ya,…belum pernah ikut ya, karena kurang
tahu itu tadi, informasinya kurang jelas..”. hal tersebut juga dilengkapi oleh
pernyataan Didi Endang Hardi (I-3)selaku atasannya langsung, Ia mengatakan bahwa
“Training ada, ada, itu sesuai schedule ajah, biasanya dari Manajemen yang
mengatur waktu pelaksanaannya”.
4.3.3. Faktor yang bersifat teknis
Teknik komunikasi kepemimpinan merupakan faktor penting guna meyakinkan bahwa
suatu pesan, informasi atau perintah kerja yang disampaikan oleh atasan (pimpinan
kelompok) dapat diterima dengan baik dan jelas oleh bawahan (karyawan), sehingga
tidak terjadi suatu kesalahan atau penyimpangan dalam pelaksanaan kerja yang telah di
perintahkan atau ditetapkan oleh atasannya (manajemen). Hal tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan konsep pendekatan komunikasi kepemimpinan, teknik
komunikasi kepemimpinan yang sering digunakan oleh pimpinan pada sub-
Departemen Gudang Bahan Baku dalam berkomunikasi dengan karyawan adalah
teknik yang bersifat Informatif, persuasif dan diikuti dengan suatu perintah kerja
(instruktif), segala sesuatu hal yang bersifat informatif dan bertujuan untuk diketahui
oleh orang lain (publik), membutuhkan suatu media komunikasi yang dapat membantu
komunikator dalam menyampaikan pesannya dengan baik dan jelas kepada komunikan
sehingga terjadi suatu hubungan timbal-balik yang selaras dengan tujuan komunikasi
yang ingin dicapai,media komunikasi tersebut dapat berupa sarana dan fasilitas
komunikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti secara langsung selama di lokasi penelitian,
diperoleh informasi dan pendapat serta persepsi dari karyawan terhadap fakta
mengenai sarana dan fasilitas komunikasi yang ada pada kelompok kerja sub-
Departemen Gudang Bahan Baku,secara prinsip telah terdapat berbagai sarana dan
fasilitas komunikasi, antara lain telepon (airphone), papan pengumuman, memo atau
internal memorandum, hingga email yang berupa intranet dan internet, serta terdapat
juga media sarana komunikasi antar karyawan berupa majalah triwulan-an yang
bernama Media Indofood.
38
Meskipun tampak begitu lengkap sarana komunikasi yang ada, pada kenyataannya hal
tersebut belum dapat dirasakan secara maksimal manfaatnya oleh karyawan, karena
beberapa dari sarana tersebut masih bersifat terbatas dan kurang mengena kepada
karyawan, yang sejujurnya mereka juga membutuhkan sarana atau media komunikasi
tersebut, seperti halnya dalam hal penggunaan media teknologi komunikasi virtual
intranet dan internet masih sangat terbatas dalam penggunaannya yang hanya
diperuntukkan pada bagian administrasi dan pimpinan dengan otoritas tertentu, hal ini
tentunya akan membatasi pola dan arus komunikasi yang ada, begitu juga dengan
pengelolaan papan pengumuman (mading) yang belum dikelola dan dimanfaatkan
secara maksimal sebagai ajang kreatifitas dan komunikasi aktif bagi karyawan agar
tidak jenuh dalam menghadapi rutinitas pekerjaan yang monoton.
Sebagai sarana komunikasi visual atau (Non verbal), Media Indofood merupakan
sarana komunikasi antar karyawan yang diterbitkan setiap 3 (tiga) bulan oleh
Corporate Public Relations yang diedarkan secara terbatas di lingkungan karyawan
Indofood dan anak-anak perusahaan, hal tersebut juga dirasakan masih kurang
maksimal manfaatnya oleh karyawan, hal ini dikarenakan tidak setiap karyawan dapat
membaca dan memiliki secara langsung media tersebut, yang mana seluruh isinya
merupakan informasi yang bersifat mendidik, memotivasi dan memberikan hiburan
untuk karyawan dan keluarganya sebagaimana tujuan yang diharapkan oleh
manajemen perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja dengan menjaga hubungan
komunikasi yang baik dan efektif dengan seluruh karyawan.
Faktor hambatan yang bersifat teknis seperti sarana komunikasi tersebut masih
menjadi kendala dalam proses praktek berkomunikasi karyawan pada gudang bahan
baku, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan pada pernyataan partisipan yang
bertugas pada bagian gudang intransit bahan baku Pabrik I, Aco Sudarso mengatakan,”
Kalau di tempat saya fasilitas untuk berkomunikasi itu belum ada, seperti telepon,
papan pengumuman ada, tapi ala kadarnya”,ternyata hal ini tidak hanya dialami oleh
Aco Sudarso saja, berdasarkan pada pengamatan langsung yang dilakukan oleh
peneliti di lokasi kerja gudang intransit bahan baku Pabrik II, juga tidak tersedia
pesawat telepon (airphone), hal ini dirasakan oleh mereka sebagai suatu kendala dalam
hal penyampaian masalah pekerjaan, baik kepada atasan, atau sesama karyawan dalam
satu departemen maupun antar departemen.
39
Dengan kurang tersedianya fasilitas dan sarana komunikasi pada struktur dan lokasi
bangunan pabrik yang cukup luas dan jauh letak posisi antar bagian unit kerja, diakui
oleh atasan merupakan salah satu faktor teknis yang dapat mempengaruhi keberhasilan
dalam proses berkomunikasi, karena berujung pada penggunaan tenaga dan waktu
kerja yang kurang efektif, sebagaimana yang diakui oleh Didi Endang Hardi (I-3) yang
mengatakan,“Saya pikir, dalam perusahaan sebesar ini ya, saya pikir kurang, dalam
artian sarana penunjangnya saya pikir perlu penambahan ya untuk saat ini ya, karena
kan ya artinya inilah untuk komunikasi supaya lancar, karena biasanya dalam hal
pekerjaan ini kan dua pabrik ya, artinya kanada dua tempat, dua bangunan kalau
misalnya tidak ada sarana, misalnya kita waktu ke pabrik dua atau pabrik satu yang
notabenenya sampai sekarang nggak ada kan (sarana telekomunikasi), artinya kita
harus jalan dulu, artinya kan perlu waktu”.Jika hal ini tidak diperhatikan dan
ditanggapi dengan baik oleh pimpinan, tentunya dapat berdampak negatif bagi
keberhasilan komunikasi kepemimpinan.
40
B A B V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum pola interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh karyawan pada
sub-Departemen Gudang Bahan Baku sudah berlangsung dengan baik
(komunikatif) dan karyawan sudah saling terbuka dalam menyampaikan pesan
atau informasi antara pimpinan kepada karyawan maupun sebaliknya, dengan
menggunakan metode komunikasi lisan (verbal) yang diikuti dengan tulisan.
Meskipun terkadang terjadi suatu masalah dalam proses interaksi pekerjaan, hal
tersebut hanya bersifat situasional dan sesaat (insidentil) dikarenakan perilaku dan
kebiasaan karyawan yang begitu majemuk dengan bermacam-macam sifat,
karakter dan latar belakang permasalahan ekonomi atau keluarga dan lingkungan
sosial yang mempengaruhi pola atau gaya seorang karyawan dalam berinteraksi
dan berkomunikasi di lingkungan pekerjaaan (perusahaan).
2. (Downward Communication) merupakanpola komunikasi kepemimpinan yang
biasa dilakukan dalam dimensi komunikasi organisasi pada kelompok kerja sub-
Departemen Gudang Bahan Baku. Pimpinan lebih cenderung menggunakan teknik
informatif dan humanis (kekeluargaan) dalam berkomunikasi dengan gaya
kepemimpinan yang selalu memberikan pengarahan kerja dan supervisi (Telling
Style), serta selalu menjaga hubungan kerja yang baik antara pimpinan dan
karyawan melalui partisipasi langsung yakni dengan memperhatikan kepuasan
karyawan(Participating Style)serta melibatkan karyawan dalam tugas kelompok
(Delegating Style) melalui pendekatan konsep Sifat Kepemimpinan (Trait
Approach) dan Situasional (Situational Approach).
41
3. Penyampaian pesan atau informasi dan instruksi kerja yang dilakukan secara
langsung dengan lisan (verbal) melalui pendekatan situasional merupakan salah
satu cara yang paling efektif dalam proses komunikasi kepemimpinan pada sub-
departemen gudang bahan baku (Raw Material). Hal ini dinyatakan oleh ketiga
orang informan dan seorang informan utama (Key Informan) dalam hasil
wawancara mendalam (In-depth interview) dan didukung dengan hasil pengamatan
secara langsung yang dilakukan peneliti pada saat penelitian berlangsung.
4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti banyak memperoleh
informasi baik dalam bentuk fakta maupun data, serta pernyataan dari para
partisipan dan hasil temuan (Observasi) di lokasi penelitian, mengenai faktor-
faktor yang menjadi latar belakang permasalahan dan faktor apa saja yang dapat
menyebabkan kurang efektifnya kinerja kepemimpinan dalam proses komunikasi
kerja. Komunikasi kepemimpinan yang masih kurang maksimal merupakan
indikator kinerja kepemimpinan yang belum berlangsung dengan maksimal, Faktor
sifat dan perilaku karyawan, merupakan faktor yang dominan dalam menghambat
proses komunikasi kepemimpinan, oleh karenanya dengan melakukan upaya
perbaikan melalui pengembangan pengenalan konsep-diri (Self-concept)
diharapkan dapat meminimalisir hambatan dan gangguandalam proses komunikasi
dan interaksi antar pimpinan dan karyawan.Selain itu,ketersediaan sarana dan
fasilitas atau media komunikasi juga merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan guna menunjang keberhasilan suatu proses penyampaian pesan dan
informasi yang disampaikan oleh Pimpinan atau Manajemen perusahaan
(Komunikator) sehingga dapat diterima dengan jelas dan memperoleh respon atau
timbal-balik (feedback) yang baik dari karyawan (Komunikan).
42
5.2 Saran
Berdasasrkan hasil analisa, pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan dalam
penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan
kajian untuk perbaikan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan
Cabang Cibitung – Bekasi, khususnya pada sub-Depatemen Gudang Bahan Baku (Raw
Material) sebagai berikut:
1. Perlunya kesadaran dan inisiatif dari pribadi karyawan dan pimpinan untuk
menjalin komunikasi yang aktif dan konstruktif dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari, khususnya dalam hal menjaga komunikasi dalamsuatu tim kelompok
kerja.
2. Pihak Manajemen perusahaan harus lebih memperhatikan ketersediaan sarana
komunikasi pada setiap bagian atau unit kerja dalam sub-departemen yang ada,
seperti telepon (airphone), papan informasi dan yang lainnya. Karena dengan
minimnya sarana dan fasilitas komunikasitersebut merupakan faktor penghambat
dalam proses komunikasi dalam suatu kelompok kerja yang dikhawatirkan akan
berdampak negatif bagi keberhasilan komunikasi kepemimpinan tersebut. Dengan
adanya sarana dan fasilitas komunikasi yang baik, diharapkan dapat meminimalisir
terjadinya suatu masalah atau hambatan, sehingga proses interaksi dan komunikasi
dalam bekerja antar bagian atau unit keja (sub-departemen) dapat berlangsung
dengan baik, lancar dan efektif.
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang partisipan (karyawan), peneliti
menyarankan kepada perusahaan khususnya kepada jajaran pimpinan pada level
menengah di masing-masing Sub-Departemen, agar lebih peka atau aspiratif dan
responsif dalam menerima masukan dan usulan karyawan khususnya mengenai
pola dan sistem komunikasi kerja, seperti halnya pada kelompok kerja bagian
Gudang Intransit Bahan Baku, untuk seluruh personil yang bertugas masuk siang
(shift II) disarankan untuk wajib mengikuti rapat pertemuan mingguan (WOR;
Work Operational Review), Agar informasi dan masalah yang ada pada masing-
masing unit kerja dapat terakomodir dengan baik, guna dibahas dan segera
ditindaklanjuti agar dapat diselesaikan dengan baik dan tidak menghambat
produktivitas kerja.
43
4. Sebagai perusahaan besar dan multinasional PT. Indofood CBP Sukses Makmur,
Tbk. Tidak boleh melupakan hal-hal kecil yang dapat berdampak besar bagi
kemajuan perusahaan, seperti sifat, perilaku dan kebiasaan negatif karyawan yang
kurang komunikatif dalam suatu tim kerja (Team Work), kurangnya sensitifitas
rasa saling memiliki serta sikap acuh dan cuek terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaannya. Oleh karenanya perlu diadakannya pelatihan-
pelatihan komunikasi dan motivasi (Motivation and Communication Training) bagi
seluruh karyawan yang setidaknya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun agar
karyawan memperoleh wawasan, pendidikan serta motivasi khususnya dalam hal
komunikasi, dengan begitu diharapkan karyawan dapat lebih cakap dan pandai
dalam berkomunikasi baik terhadap pimpinan, bawahan maupun sesama antar
karyawan. Tanpa adanya hubungan komunikasi yang terjalin dengan baik dan
harmonis antara pimpinan dan karyawan, maka operasional organisasi perusahaan
tidak akan berlangsung dengan maksimal. Selain itu, manajemen perusahaan juga
harus lebih memperhatikan pemberian penghargaan (reward) bagi karyawan yang
tekun, kreatif, dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan serta komunikatif dalam
menyampaikan pesan, gagasan (idea), saran dan masukan yang positif dan
konstruktif bagi perusahaan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk komunikasi
secara tidak langsung yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan
pada akhirnya memberikan keuntungan (benefit) bagi perusahaan.
5. Peneliti menyarankan kepada pihak Manajemen PT. Indofood CBP Sukses
Makmur, Tbk., atau pihak yang berkepentingan dalam hal akademis untuk
melakukan penelitian lanjutan mengenai studi ilmu komunikasi atau bidang studi
ilmu lainnya, khususnya dalam hal Moderenisasi Komunikasi Visual, yang belum
sempat dibahas secara menyeluruh dalam penelitian ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
Armando, M, Nina. Psikologi Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta 2008
Auerbach, Carl. F & Silversteie, Louise B. Qualitative data. New York :
University Press : 2003
Creswell, John, W. Qualitative inquiry and research design: choosing among
five traditions. 1998.
Cutlip, Scott, M., et al. Effective Public Relation, Edisi kesembilan, Kencana,
Jakarta, 2009.
Dayman, Christine,Metode-metode Riset kualitatif Dalam Public Relation,
Bentang, Yogyakarta, 2008.
Denscombe, Martyn. The Good Research Guide, Fourth Edition, McGraw-Hill
Open University Press, 2010.
DeVito, Joseph, A. Essential of Human Communication, Ninth Edition,
Pearson, Boston, 2005.
Effendy, Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Gillham, Bill. Case Study Research Methods. London & New York: TJ
International Ltd, 2000.
Goldhaber, Gerald M. Organizational Communication. New York. 1993.
Miller, K. Organizational Communication Approach and Processes, AISE,
Sixth Edition : Wadsworth, Canada, 2012.
45
Raco, R. J, Metode Penelitian Kualitatif,Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya, Jakarta, Grasindo, 2010.
Soekanto, S.Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2007.
Strauss, Anselm L. Qualitative Analysis For Social Scientists. San Francisco:
Cambridge University, 2003.
Yukl, G.Leadership in Organizations, Seventh Edition. Pearson, Canada,2010
Jurnal dan Penelitian:
Gathmyr, Raudy M., Fenomena Virtual Online Community Di Kalangan
Mahasiswa Di Daerah Serpong Dan Sekitarnya, Universitas
Multimedia Nusantara, Jakarta, 2010
Tania, Elisabeth., Analisa Komunikasi Manajer kepada Para Pegawainya,
Skripsi, President University, 2010.
Web :
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html
http://adl.aptik.or.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=134232 17 Feb 2012
20:45 WIB
http://eprints.undip.ac.id/18819/1/RAKHMAT_NUGROHO.pdf
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok.html
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/03/pengaruh-komunikasi-
internal.html
46
http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/21383/pengaruh-gaya-
kepemimpinan-komunikasi-internal-dan-motivasi-kerja-terhadap-
kinerja-pegawai-studi-kasus-di-kantor-kecamatan-grogol-petamburan-
jakarta-barat.html
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/pengaruh-
kepemimpinan-dan-komunikasi-terhadap-prestasi-kerja-karyawan-
studi-kasus-pada-bagian-produksi-pr-hf-prima-dau-malang-dwi-
jatmiko-effendi-40909.html di akses pada 17 Feb 2012 20:45 WIB
http://Perilaku Organisasi/herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id
http://teknikkepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-kepemimpinan-
leadership.html-ahmad kurnia SPd. MM
http://www.indofood.cbp.co.id
LAMPIRAN 1
DATA CODING PENGKLASIFIKASIAN TEMA HASIL
WAWANCARA
2
Data Coding &Distilation
No. Pertanyaan Key Informan
(I-1) Informan 1
(I-2) Informan 2
(I-3) Informan 3
(I-4)
1.
Bagaimana kondisi pola komunikasi antar karyawan
yang ada pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Baik Baik sudah saling komunikatif Baik
Terjalin komunikasi,
mengalir biasa saja
2.
Apakah karyawan dan pimpinan pada
sub-departemen gudang bahan baku
sudah saling terbuka dalam
berkomunikasi?
Sudah saling terbuka,
meskipun ada satu, dua
karyawan yang belum
komunikatif
Secara umum sudah saling terbuka dan Komunikatif
meskipun terkadang ada
yang cuek
Sudah, tidak ada yang
ditutup-tutpi
Belum, masih ada yang
belum terbuka terhadap rekan
kerjanya dalam hal pekerjaan
3
Metode komunikasi apakah yang sering
digunakan oleh karyawan dan
pimpinan?
Verbal dan non verbal
Lisan dan diikuti dengan tulisan
Langsung Lisan (verbal)
Langsung dengan lisan
4
Bagaimana proses arus komunikasi
yang ada pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Atasan memulai untuk
berkomunikasi sesuai
denganstruktur organisasi yang
ada. (Downwad
Communication)
Dari atasan kebawahan (Downwad
Communication)
(Downward Communication) selalu dari
atas
Kadang dari atasan
kebawah kadang juga sebaliknya
dari bawahan keatas, dua-
duanya
5.
Pola dan gaya kepemimpinan
seperti apa yang biasa digunakan
pimpinan pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Membina dan supervisi Informatif
Mengarahkan dan membina
Informatif, mengarahkan dan partisipasi
langsung
Partisipasi dan perintah kerja
atau penugasan
3
6
Teknik komunikasi kepemimpinan
seperti apa yang biasa dilakukan oleh pimpinan
dalam berkomunikasi di
ruang lingkup pekerjaan?
Informatif, partisipatif dan
instruktif
Informatif, partisipatif dan
instruktif
Informatif, partisipatif
dan instruktif
Informatif, partisipatif dan
instruktif
7
Bagaimana pendekatan
komunikasi yang dilakukan oleh
pimpinan pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Situasional Situasional Situasional Sifat dan situasional
8
Apakah sarana komunikasi yang ada sudah cukup
memadai?
Sudah memadai Sudah, tercukupi dan memadai
Kurang memadai Belum
9
Adakah bentuk komunikasi dalam
kelompok kerja sub-departemen gudang bahan
baku?
Ada, berupa, briefing,dan
WOR (Weeekly Operational
Review) yang dilaksanakan satu
minggu sekali setiap hari rabu, jam 1siang s/d
selesai
Ada, berupa, training, dan
WOR (Weeekly Operational
Review) yang dilaksanakan satu
minggu sekali setiap hari rabu, jam 1siang s/d
selesai
Ada berupa meeting
koordinaasi internal
gudang RM, hari Rabu jam 1 siang sampai
jam 2 siang
Ada berupa WOR
10
Bagaimanakah komunikasi
kepemimpinan yang dianggap
paling efektif oleh karyawan?
Secara lisan dan diikuti dengan
tulisan
Secara lisan dan diikuti dengan
tulisan Secara lisan
Lisan, langsung, apa adanya dan bijaksana
11
Bagaimanakah peran dan pengaruh
komunikasi kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan?
Sangat penting
Sangat besar sekali,
komunikasi itulah nomor
satu,
Komunikasi, saya pikir
sangat-sangat diperlukan
Sangat dibutuhkan,
4
LAMPIRAN 2
DATA ABSENSI KEHADIRAN PIMPINAN
5
6
LAMPIRAN 3
DAFTAR KEHADIRAN KARYAWAN DALAM
KEGIATAN WEEKLY OPERATIONAL REVIEW (WOR)
7
8
LAMPIRAN 4
PEDOMAN OBSERVASI
9
Pedoman Observasi STUDI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK KERJA
(Studi Kasus PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.)
_______________________________________________________________
Tujuan
Untuk memperoleh infomasi tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan hal-hal
subyektif
lainnya dari karyawan dan pimpinan, baik berupa data maupun fakta yang berkaitan
dengan komunikasi kepemimpinan pada sub-Departemen Gudang Bahan Baku PT.
Indofood CBP Sukses Makmur, TbkDivisi Mi instan cabang Cibitung-Bekasi.
Metode
1. Pengamatan secara langsung atau partisipasi aktif.
2. Mencatat atau merekam kejadian atau fakta yang terdapat di lokasi penelitian.
3. Mengambil atau merekam gambar atau fakta yang terdapat di lokasi penelitian.
4. Mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari hasil observasi sebagai data pendukung.
Waktu
Pengamatan secara langsung dilaksanakan selama proses masa penelitian
berlangsung.yakni pada Bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012.
Alat dan bahan
1. Alat perekam (kamera digital, tape perekam atau perekam suara digital).
2. Kertas dan alat tulis (untuk catatan proses dan hasil temuan observasi).
Materi Observasi
1. Kondisi dan situasi di lokasi penelitian.
2. Fasilitas dan Sarana Komunikasi yang digunakan dalam pekerjaan
Bentuk dan Media Komunikasi yang digunakan karyawan dalam berkomunikasi.
10
LAMPIRAN 5
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM SEMI
TERSTRUKTUR (IN-DEPTH INTERVIEW)
11
Pedoman In-Depth Interview STUDI KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK KERJA
(Studi Kasus PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.) _______________________________________________________________
Tujuan Untuk memperoleh infomasi tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan hal-hal subyektif lainnya dari pegawai sebagai informan, yang berkaitan dengan komunikasi kepemimpinan pada sub-Departemen Gudang Bahan Baku PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Mi instan cabang Cibitung-Bekasi. Metode 1. Tanya jawab antara pewawancara dengan informan (terekam/tercatat). 2. Penulisan rekaman/catatan proses wawancara (transkrip). Waktu 60-90 menit (tergantung banyaknya informasi yang ingin digali, struktur pertanyaan wawancara, banyaknya informasi yang diberikan informan, dan waktu yang tersedia). Alat dan bahan 1. Alat perekam (kaset, tape perekam atau perekam suara digital). 2. Kertas dan alat tulis (untuk catatan proses/transkrip diskusi). A. Daftar Pertanyaan Terbuka (Open-Ended) 3. Bagaimana komunikasi yang berlangsung pada Sub-Departemen Gudang Bahan
Baku (Raw Material):
a. Bagaimana kondisi interaksi karyawan dalam pekerjaan?
b. Apakah karyawan sudah saling berkomunikasi secara terbuka?
c. Bagaimana pola komunikasi yang ada pada ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung keberhasilan proses komunikasi pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku (Raw Material)
a. Bagaimana dengan fasilitas sarana komunikasi di tempat kerja Anda?
b. Seberapa maksimal Anda menggunakan fasilitas tersebut dalam proses komunikasi?
c. Faktor apa saja yang menghambat proses komunikasi dalam ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
5. Pola dan Gaya Komunikasi Kepemimpinan
a. Gaya komunikasi kepemimpinan seperti apa yang Anda terapkan dalam pekerjaan atau yang sering Anda gunakan dalam berkomunikasi dengan bawahan?
b. Teknik komunikasi seperti apa yang Anda gunakan dalam proses komunikasi pada ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
12
c. Bagaimana pendekatan komunikasi yang Anda gunakan dalam memimpin karyawan pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku?
d. Selain faktor komunikasi formal, faktor komunikasi informal apakah yang biasa Anda gunakan dalam proses komunikasi sehari-hari?
6. Pengembangan peran dan fungsi komunikasi dalam menunjang Kinerja karyawan
a. Bagaimana informasi mengenai pekerjaan?
b. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi?
c. Adakah pertemuan tatap muka karyawan (Meeting / Briefing) yang diadakan secara berkala pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku?
d. Adakah pelaksanaan Training Komunikasi bagi karyawan dalam upaya pengembangan kemampuan dan kecakapan dalam hal komunikasi guna menunjang peningkatan kinerja?
e. Apakah terdapat informasi mengenai visi, misi, filosofi atau motivasi pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku yang menjadi landasan semangat kerja bagi karyawan dalam melakukan aktivitasnya?
f. Bagaimana menurut Anda, atau seberapa besar peran komunikasi dalam pekerjaan?
LAMPIRAN 6
LEMBAR PERNYATAAN PARTISIPAN (Formulir Persetujuan Untuk Narasumber)
Fakultas Ilmu Komunikasi Formulir Persetujuan untuk Narasumber
Silahkan mempertimbangkan informasi ini dengan seksama sebelum memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian:
1. Untuk Mengetahui perilaku,interaksi karyawan dan komunikasi kepemimpinan dalam aktivitas pekerjaan pada kelompok kerja sub-Departemen Gudang Bahan Baku (Raw Material) PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan, cabang Cibitung-Bekasi.
2. Untuk Mengetahui latar belakang permasalahan dan faktor apa saja yang mempengaruhi proses efektivitas komunikasi karyawan dan pimpinan pada kelompok kerja sub-Departemen Gudang Bahan Baku (Raw Material). PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Mi Instan, cabang Cibitung-Bekasi.
Yang akan Bapak/ Ibu lakukan dalam penelitian ini
Jika Bapak/ Ibu memutuskan untuk menjadi sukarelawan, Bapak/ Ibu akan diminta untuk berpartisipasi dalam satu wawancara. Bapak/ Ibu akan ditanya beberapa pertanyaan, seputar topic penelitian, dan dengan izin dari Bapak/ Ibu, saya akan merekam rekaman wawancara sehinggasaya bisa mendapatkan semua detail, dan pada saat yang sama dapat melakukan wawancara yangterfokus. Bapak/ Ibu tidak akan diharuskan untuk menyatakan nama Bapak/ Ibu pada rekaman.
Waktu
Wawancara akan memakan waktu sekitar 1 jam.
Resiko
Beberapa pertanyaan yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu. ATAU Tidak ada risiko yang diantisipasi.
Manfaat
Ini adalah kesempatan bagi Bapak/ Ibu untuk menceritakan pengalaman Bapak/ Ibuterkait dengan topik penelitian.
Kerahasiaan
Bilamana Bapak/ Ibu tidak inginmengungkapkan identitas Bapak/ Ibu yang sebenarnya, Bapak/ Ibu akan diberi kode nomor acak. Siapapun yang membantu saya
menuliskan tanggapan hanya akan mengetahui kode ini.Tanggapan Bapak/ Ibu atas pertanyaan wawancara akan dirahasiakan. Rekaman wawancara akan dihapus setelah tugas akhir saya diterima dan transkrip wawancara akan disimpan sampai penelitian selesai.
Data yang saya dapat dari wawancara dengan Bapak/ Ibudapat digunakan untuk penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk artikel atau presentasi di masa depan. Saya tidak akan menggunakan nama Bapak/ Ibu atau informasi yang akan mengidentifikasi Bapak/ Ibu dalam setiap publikasi atau presentasi.
Partisipasi
Partisipasi Bapak/ Ibu benar-benar sukarela dan Bapak/ Ibu dapat berhenti berpartisipasi dari penelitian kapan pun tanpa kewajiban apapun. Bapak/ Ibu juga dapat mengabaikan pertanyaan selama wawancara, tapi dapat tetap berpartisipasi dalam seluruh penelitian.
Untuk Menghubungi Peneliti
Jika Bapak/ Ibu memiliki pertanyaan, kritik dan saran terkait dengan penelitian ini, Bapak/ Ibudapat menghubungi:
Nama : Alwan Rasyid Salahudin
Alamat : Jababeka Education Park,
Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka
Cikarang Baru, Bekasi 17550
Email : [email protected]
Atau dapat juga menghubungipihak fakultas yang mengawasi jalannya penelitian ini:
Nama : M. Raudy Gathmyr, S.Sos, M.Si
Telpon : 021-8910 9762 ext.322
Email : [email protected]
Perjanjian:
Sifat dan tujuan dari penelitian ini telah cukup dijelaskan dan saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memahami bahwa saya bebas menghentikan keterlibatan saya dalam penelitian ini kapan saja, tanpa menimbulkan kewajiban apapun.
Tanda tangan :____________________ Tanggal :__________________
Nama :____________________
LAMPIRAN 7
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Pewawancara : Alwan Rasyid Salahudin
Tanggal : 24 Februari 2012
Nama Key Informan : Bp. Budiono (Supervisor Warehouse RM)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 49 Tahun
Lama bekerja : 20 Tahun
Nama Perusahaan : PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Lembar Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan komunikasi kepemimpinan
Anda berikut Team Leader dan seluruh karyawan yang ada pada Sub-Departemen
Gudang Bahan Baku dan saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat
Anda jawab sesuai dengan yang Anda ketahui. Jika Anda tidak tahu silahkan
menjawab tidak tahu.
A. Bagaimana komunikasi yang berlangsung pada Sub Departemen Gudang
Bahan Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Bagaimana kondisi interaksi karyawan dalam
pekerjaan?
Informan (I-1) :Jadi memang disini ini memang sangat pelik yah, jadi
memang sangat sensitive,jadi disini memang kita
lakukan yah, dalam hal komunikasi ada suatu yang kita
berikan yaitu media komunikasi, ada telepon yah,
kemudian itu memang sudah mendukung sekali sesuai
dengan struktur yang ada, cocok yah dengan struktur
yang kita pakai, disini ini memang sangat….ee…antara
karyawan atau sub baigan memang sudah terbiasa
melakukan komunikasi tentunya adalah untuk melakukan
kegiatan yang sudah ada.
Pewawancara (P) :Seperti apa kebiasaaan karyawan dalam hal
komunikasi?
Informan (I-1) :Disini ada, lah…, yang namanya berbentuk media
papan pengumuman atau pada saat sesuatu hal yg
penting kita akan langsung panggil dan kemudian kita
beri arahan secara langsung.
Pewawancara (P) :Apakah masih ada karyawan yang bersifat introvert
dalam hal komunikasi?
Informan (I-1) :Ini memang tidak tertutup kemungkinan dari beberapa
ya… jumlah apalagi di RM (Red- Raw Material) ini ada
97 karyawan, yah ada, lah 1, 2…tapi hal ini
tidakmengganggu proses kerja dan ini memang terus
menjadi kewajiban kita yang perlu untuk terus
berkomunikasi dengan mengikuti cara mereka, secara
umum memang sudah terbuka.
Pewawancara (P) :Apakah karyawan sudah saling berkomunikasi secara
terbuka?
Informan (I-1) :Disini ini memang secara organisasi telah kita lakukan,
dengan selalu membina, memberi masukan-masukan
agar semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada
kendala kami disini sudah katakanlah terbiasa untuk
berkomuniakasi tanpa ada yang ditutup-tutupi atau tidak
terbuka, yang jelas semuanya sudah familiar terhadap
ini.
Pewawancara (P) :Apakah karyawan berkomunikasi langsung kepada
Anda mengenai pekerjaan dan di luar masalah
pekerjaan?
Informan (I-1) :Oow, ow … tidak, tetap kita akan ikuti cara orang
berorganisasi, disini ini ada…, kalo memang bagian
operasional disana sudah ada atasannya langsung
masing-masing di tempatnya, jadi tetap ada aturannya.
Pewawancara (P) :Kalau di luar masalah pekerjaan Pak?
Informan (I-1) :Bagi saya, yaa…, .saya orang yang terbuka yah jadi
memang banyaklah, saya menganggap pada saat itu,
bahwa begitu diluar teman biasalah sudah, jadi saya
anggap semua teman, jad i tidak ada lagi yang bicara
itu anak buah, jadi langsung berkomunikasi secara
terbuka juga di luar, tapi langsung, diluar secara face to
face, ya sambil ngobrol santai ajah.
Pewawancara (P) :Seberapa aktif hubungan timbal balik proses komunikasi
yang ada pada ruang lingkup institusi yang Anda
Pimpin?
Informan (I-1) :Menurut saya positf, kalau kita pelajari memang setiap
manusia itu berbeda ya, tapi perbedaan inilah yang
penting yang harus kita satukan,jadi tidak ada masalah
pada umunya disini jadi lanncar sekali, saling
komunikatif.
Pewawancara (P) :Bagaimana pola komunikasi yang ada pada ruang
lingkup pada sub-departemen gudang bahan Baku?
Informan (I-1) :Pola komunikasinya sangat menghargai sekali,
merekaini sudah mumpuni yah, dan tahu, ee… “saya ini
bicara dengan siapa,apa yang saya informasikan”, dan
mereka semua juga tidak ketinggalan dengan kata-
katanya, apa.. bagaimana…, ada yang sampai minta
tolong saking merasa dekatnya.
Pewawancara (P) :Efektifkah menurut Anda?
Informan (I-1) :Kalo menurut saya sih ya…Efektif, sih efektif, tapi kita
belum merasa masih puas karena ya.. memang
kekurangan masih tetap ada, yah, ini tugas saya lah
untuk melakukan supaya mereka lebih fair dan lebih
komplit terus baik dan memang mendapat pengakuan
yang baiklah.
Pewawancara (P) :Adakah hal yang menjadi hambatan dalam proses
komunikasi tersebut?
Informan (I-1) :Kalo hambatan memang sih, ini.., kita ini manusia
memang berbeda, tinggal bagaimana kita ini cara
menyikapinya tp prbedaan itulahnantiyang akan
membuat kita itu akan mendapatkan sesuatuide yang
baru nah, disitulah nanti akan tahu apa arti perbedaan,
jaditidak harus semuanya sama, tetap kita harus
menghargai perbedaan akan tetapi apakah perbedaan
itu positif atau negative, nah itu tinggal kita
mengarahkann, hambatan disini kadang-kadang dalam
suatu komunikasi yang tidak nyambung, kebanyakan
nonteknislah , mereka pun tahu kalo yang teknis,
perhatian , tapi kalo yang non teknis ini kadang jadi
hanya bebicara “tolong saya punnya barang tuh disana,
tolong tuh diangkut”, tapi tidak langsung ditindak
lanjuti, sehingga pihak yang membutuhkan ini
menunggu-nuggu ini, jadi inilah kekurangannya
disini,saya selalu berpesan dalam komunikasi,jangan
hanya berpesan pada satu orang, toh kit disini banyak
temannya lah… biar semua yang tahu.
Pewawancara (P) :Apakah hambatan tersebut juga terjadi pada setiap level
kepemimpinan dibawah struktur organisasi sub-
departemen gudan bahan baku?
Informan (I-1) :Jika dilihat prosentasenya…., Tidak sering ya, karena
disini mereka pun sering kita lalukan temu muka.
Pewawancara (P) :Bagaimana solusinya?
Informan (I-1) :Yaa itu, kita sering melakukan briefing untu menyatukan
persepsi.
B. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung
keberhasilan proses komunikasi pada Sub Departemen Gudang Bahan
Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Bagaimana dengan fasilitas sarana komunikasi di tempat
kerja Anda?
Informan (I-1) :Jadi,mereka ini cenderung PD yah kalo kita bilang
(Red- Percaya Diri), kita sudah fasilitasi ya., dengan
aiphone extention, tapi mereka lebih care sekarang,
dialebih mearsa ingin cepat ya, karena kita ini kan 3
pabrik yah, jadi mereka lebih senang sms dia punya
HP(red-HandPhone) tuh,dan itulah kelebihan teman-
teman terhadap kepedulian, itu karena loyalitas mereka
itu.
Pewawancara (P) :Fasilitas Sarana komunikasi apa yang sering digunakan?
Informan (I-1) :Yang sering digunakan, kalau disini ada 2 lah..kalau
untuk saya yah, kesatu itu memang kita siapkanlah
papan pengumuman (whiteboard) disetiap masing-
masing bagian untuk menempel kalau ada informasi,
kemudian ya.. itu pesawat telephone lah, Aiphone lah
pada sub bagian kita bagikan satu-satu.
Pewawancara (P) :Apakah sudah cukup mamadai?
Informan (I-1) :Jadi kalau sarana sih, untuk di tempat kita ini memang
sebisa mungkin kita penuhin, tetap kita lakukan saran
lah, karena ini merupakan pendukung, tanpa itu tidak
mungkin bisa
Pewawancara (P) :Seberapa maksimal Anda menggunakan fasilitas
tersebutdalam proses komunikasi atau dalam
memberikan instruksi kerja?
Informan (I-1) :Jadi yah kita gunakan hmm.. hampir setiap hari lah,
setiap saat, ini memang sudah kita bagikan satu-satu
pada tiap sub bagian, tapi bilamana ada petugas
tersebut ada yang perlu ingin berkomunikasi dengan
pihak departemen lain, ya.. mau tidak mau kita pakai
fasilitas pribadi, ya… loyalitas lah…
Pewawancara (P) :Efektifkah sarana fasilitas atau alat komunikasi
tersebut??
Informan (I-1) :Sudah cukup efektif
Pewawancara (P) :Faktor apa saja yang menghambat proses komunikasi
dalam ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
Informan (I-1) :Sebetulnya ya..itu tadi ya.. karena kita itu melayani 3
pabrik ya tempatnya, space ya walaupun sudah ada
aiphone ya…, hanya pada saat mereka meninggalkan
ruangan , karena mungkin faktor penting,terburu-buru
pada saat waktu meninggalkan ruangan sehingga tidak
sempat meninggalkan pesan kepada temannya, jadi
ketika saya membutuhkan mereka tidak ada pesan,
mestinya kantemannya kan mengatakan “ oww mereka
lg disanaa”, jadi kurang memo -lah… gitu ajah…
Pewawancara (P) :Mengapa hal tersebut dapat terjadi, apa yang
melatarbelakangi permasalahan tersebut?
Informan (I-1) :Ya..karena memang ada sesuatu yang katakan lah, tidak
disangka-sangka atau isidentil lah, tidak terlalu
mempengaruhi dalam mengganggu proses kerja lah..,
sangat kecil prosentasenay kalau untuk itu.
Pewawancara (P) :Apa tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut?
Informan (I-1) :Kalau itu sudah, pada saat briefing atau on the job
training saya langsung berbicara disana
Pewawancara (P) :Bagaimana hasil perkembangannya, sudah berhasilkah?
Informan (I-1) :Alhamdulillah ya, karena mereka memang sudah paham
dan mumpuni ya…
C. Pola dan Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Pewawancara (P) :Gaya komunikasi kepemimpinan seperti apa yang Anda
terapkan dalam pekerjaan atau yang sering Anda
gunakan dalam berkomunikasi dengan pimpinan dan
bawahan?
Informan (I-1) :Kalau untuk itu ya saya pikir seperti anak dengan bapak
saja lah…jadi tidak serta merta mentang-mentang kita
pemimpin mereka anak buah ya, kita sesuaikan dgn
sisdur yang ada saja lah. Ini sudah menjadi motto saya,
jadi tiap pagi, saya hanya menaruh tas saja, kira-kira
waktu satu setengah jam saja kita keliling inspeksi
kelapangan pada sub bagian masing-masing menemui
rekan-rekan,anak buah untuk ya.. layaknya…disana kita
lakukan tegur sapa menanyakan bagaiman kabar,
gimana kabar keluarga, baru disaat itu kadang-kadang
kita lakukan masuk on the job training (pengarahan) ya
biar mereka itu merasa sangat dekat, saya biasanya
komunikasi langsung kepada bawahan secara struktur
organisasi.
Pewawancara (P) :Apakahpimpinan dan bawahan Anda dapat menerima
dengan baik pola tersebut?
Informan (I-1) :Menurut saya rasa mereka welcome lah
Pewawancara (P) :Apakah karyawan Gudang Bahan Baku memahami gaya
kepemimpinan Anda?
Informan (I-1) :Ow ya sangat pahamlah…,
Pewawancara (P) :Bagaimana respon (feedback) dari karyawan terhadap
pola atau gaya kepemimpinan Anda?
Informan (I-1) :Yaa kita ini bicara sebagai manusia lah ya, kalo bisa
kita ini saling lah, terus apalagi sampai ada ada yang
mengangap saya sebagai orangtua , jadi mantaplah..
Pewawancara (P) :Teknik komunikasi seperti apa yang Anda gunakan
dalam proses komunikasi pada ruang lingkup institusi
yang Anda pimpin?Verbal atau Non Verbal?
Informan (I-1) :Ya keduanya saya pakailah , ya karena kita ingatlah,
kita ini tidak lagi mengasuh anak kecil lagi, ya sudah
dewasa lah.
Pewawancara (P) :Tatap muka secara langsung, lisan, memo, email atau
telepon?
Informan (I-1) :Yah itu memang sangat2 sekali memprioritaskan
tatamuka lngsng, saya panggil bila perlu kita lihat dan
tanya saya datangi ndak masalah...
Pewawancara (P) :Teknik komunikasi apa yayang lebih Anda sukai?
Informan (I-1) :Ya informative itu yang sering sih, yg lain-lainnya wis
lihat situasilaaahhh
Pewawancara (P) :Efektifkah teknik tersebut?
Informan (I-1) :Kalo menurut saya sudah
Pewawancara (P) :Bgaimana Pendekatan Konunikasi yang Anda gunakan
dalam memimpin karyawan pada Sub Departemen
Gudang Bahan Baku?
Informan (I-1) :Sebagai pimpinan kalo bisa kita tdk hanya intruksi saja
yah jadi kita perlu menyapa kabar, kita harus mengetahui
karakter masing-masing karyawan biar kita bisa masuk
atau nyambung dalam berkomunikasi dengan karyawan,
penting itu jangan di samaratakan
Pewawancara (P) :Berdasarkan sifat, fungsi, tranformasi, atau situasional?
Informan (I-1) :Kalo situasional ya, jika ada kebijakan dari pusat
Pewawancara (P) :Seberapa efektifkah cara tersebut menurut Anda?
Informan (I-1) :Katakanlah sudah yakinlah, efektif lah, mantaplah
Pewawancara (P) :Selain faktor komunikasi formal, faktor komunikasi
informal apakah yang biasa Anda gunakan dalam proses
komunikasi sehari-hari?
Informan (I-1) :Kalau saya si h ya…, saya itu sudah terbuka ya
Pewawancara (P) :Seperti selalu memberi contoh Keteladanan, Seperti
apa?
Informan (I-1) :Yang saya inginkan, saya ini bapak kamu, jadikamu
(red-karyawan) tidak boleh malu, tidak boleh tertutup,
saya sangat dekat koq dengan karyawan yg ada di
bawahsaya, penampilan itu penting, sepatu disemir,
pake baju yang rapih , kita ini hidup tidak melulu harus
berpikir uang-uang… tapi kita juga tidak ingin bekerja
seperti ini terus jadi kita sampaikan bekerjasama-lah
saling menghargai dan harus mengerti jika ingin
brkomunikasi, saya tidak setuju dengan kondisi yagn
tidak sewajarnya ya, ikuti saja prosedurnya, absensi itu
prioritas sebagai ukuran performa bagi karyawan, jika
ada yg terlambatatau tidak masuk kerja kita harus
mempercayai alasan mereka
D. Pengembangan peran dan fungsi komunikasi dalam menunjang Kinerja
karyawan
Pewawancara (P) :Bagaimana informasi mengenai pekerjaan?
Informan (I-1) :Sudah cukup baik dan jelas ya
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan mengenai
deskripsi tugas kepada karyawan? Berupa lisan atau
tulisan?
Informan (I-1) :Saya cenderung 2 duanya dipakai supaya lebih efektif,
karena tiap orang berbeda-beda dlm menangkap suatu
pesan atau info jadi saya tulis juga pada whiteboard.
Pewawancara (P) :Apakaah sudah sesuai dengan SOP perusahaan?
Informan (I-1) :Ya SOP tetap ada
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan tentang tujuan
tugas atau pekerjaan yang diberikan?
Informan (I-1) :Penting sekali itu, saya tidak mau melihat karyawan
menangkap sesuatu itu tidak jelas, harus saya
sampaikan lisan dan tulisan
Pewawancara (P) :Bagaimanakah proses komunikasi jika ada pekerjaan
tambahan yang harus segera dilakukan?
Informan (I-1) :Kita panggil, beri arahan dantujuan secara langsung
melalui atasan –atasan langsung pada setiap level
dibawah kepemimpinan saya jadi mereka yang akan
berkomunikasi
Pewawancara (P) :Adakah penjelasan mengenai target produksi baik
bulanan maupun tahun?
Informan (I-1) :Selalu ada, ya.., itulah tolak ukur kerja kita
Pewawancara (P) :Adakah pemberian motivasi dalam melakukan pekerjaan
supaya tugas dapat diselesaikan baik dan tuntas?
Informan (I-1) :Oww, iya kita tetap memberikan semangat, rangsangan
dengan insentive berupa materi atau rupiah berdasarkan
kriteria penilaian secara berkala (bulanan)
Pewawancara (P) :Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi?
Informan (I-1) :Ya ada, sudah ada…
Pewawancara (P) :Apakah Anda menginformasikan peraturan organisasi?
Informan (I-1) :Ya,mereka juga mengharapkan adanya info ,emgenai
hal tersebut.
Pewawancara (P) :Berupa apa Pak?
Informan (I-1) :Lisan dan tulisan
Pewawancara (P) :Informasi mengenai kebijakan perusahaan seperti
adanya peraturan baru ?
Informan (I-1) :Ada kita beritahu selalu jika ada peraturan baru
Pewawancara (P) :Adakah training untuk karyawan baru, untuk pengenalan
mengenai sesuatu yang berhubungandengan perusahaan
?
Informan (I-1) :Adauntuk menjelaskan aturan mainnya , dilaksanakan
selama satu minggu, sudah sangat efektif lah menurut
saya
Pewawancara (P) Adakah Buku atau handbook kepada karyawan sebagai
pedoman dalam melakukan pekerjaan?
Informan (I-1) :Sudah ada info jobdesc tapi berupa SOP yang
disampaikansecara lisan, ada berupa Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) yg dibagikan kepada tiap-tiap karyawan
Pewawancara (P) :Adakah informasi mengenai kinerja dan performance
perusahaan atau pencapaian target produksi dan
penjualan?
Informan (I-1) :Ya ada tiap tahunnya pada umumnya agar lebih
nemotivasi karyawan
Pewawancara (P) :Adakah pertemuan tatap muka karyawan (Meeting /
Briefing) yang diadakan secara berkala pada Sub
Departemen Gudang Bahan Baku?
Informan (I-1) :Kita ini sudah ada yg kita jadwalkan meeting mingguan
berupa WOR (Weekly Operational Review)pada hari
Rabu pjam 13.00-15.00untuk membahasrencana dan
masalah kerja yang sudah atau belum tercapai dan
diikuti semua karyawan RM
Pewawancara (P) :Bagaimana dampaknya, efektifkah?
Informan (I-1) :Sangat efektif sebagai suatu bentuk media komunikasi
Pewawancara (P) :Adakah pelaksanaan Training Komunikasi bagi
karyawan dalam upaya pengembangan kemampuan dan
kecakapan dalam hal komunikasi guna menunjang
peningkatan Kinerja?
Informan (I-1) :Ada tiap tahun yg diselenggarakanoleh HRD yang
dilaksanakan pada masing-masing departemen dengan
judul training komunikasi yang efektif, hal ini sangat
efektif karena merupakan bagian penyelesaian suatu
masalah dalam pekerjaan
Pewawancara (P) :Apakah terdapat informasi mengenai visi, misi, filosofi
atau motivasi pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku
yang menjadi landasan semangat kerja bagi karyawan
dalam melakukan aktivitasnya?
Informan (I-1) :Visi, Miisi ini tidak lain supaya mereka itu berkembang
dimasa depan, banyak dampak positif supaya karyawan
dapat berkembnag dengan baik dan berkompetisi dengan
sempurna,baik agar maju dan berkembang baiksecaara
Pendapatan maupun jabatan kitatetap akan membantu,
visi misinya selain tanggung jawab sebagai karyawan
kita memberikan keuntungan yg sebesar-besarnya
kepada perusahaan jadi kalau kata orang kita harus
punya sense of belonging-nya
Pewawancara (P) :Jika sudah ada, seperti apa bentuknya, bagaimana
tampilannya, efektifkah?
Informan (I-1) :Ada yang namanya pamflet-pamflet yang dipajang, yaa
seperti Maklumat Mutu yang sifatnya memotivasi dan
ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu seperti di ruang
meeting, untk memotivasi karyawan, banyak hal dari
cabang cibitung yang diadopsi atau diambil oleh cabang
lain sehingga bisa saya bilang sangat baik dan efektif
Pewawancara (P) :Menurut Anda, seberapa besar peran komunikasi dalam
pekerjaan?
Informan (I-1) :Menurut saya peran komunikasi ini sangat-sangat
petingkarena dengan jalan komunikasi-lah. dengan
jalan itu akan menghasilkan solusi yang baik ya , tanpa
komunikasi ya menurut saya semuanya tidakada atau
kuranglah, memang sangat-sangat penting komunikasi
itu.
Nama Pewawancara : Alwan Rasyid Salahudin
Tanggal : 24 Februari 2012
Nama Key Informan : Bp. Wadison (Koordinator ISO-Warehouse RM)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 41 Tahun
Lama bekerja : 20 Tahun
Nama Perusahaan : PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Lembar Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan komunikasi kepemimpinan
Anda berikut Team Leader dan seluruh karyawan yang ada pada Sub-Departemen
Gudang Bahan Baku dan saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat
Anda jawab sesuai dengan yang Anda ketahui. Jika Anda tidak tahu silahkan
menjawab tidak tahu.
A. Bagaimana komunikasi yang berlangsung pada Sub Departemen Gudang
Bahan Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Bagaimana kondisi interaksi karyawan dalam
pekerjaan?
Informan (I-2) :Baik, sejauh ini ya, kita di lingkungan karyawan gudang
RM ini telah mengadakan beberapa training, salah
satunya training komunikasi efektif, sehingga dari hasil
training itu menciptakan suatu komunikasi yang efektif di
lingkungan kita, ya dalam hal ini komunikasi sangat
berjalan baik, dalam hal ini komunikasi.
Pewawancara (P) :Di lapangan?
Informan (I-2) :Di lapangan Pak, tidak Cuma di sini, dari atas sampai
ke bawah itu komunikasi ada, jadi setiap ada pergantian
shift, selalu ada komunikasi.
Pewawancara (P) :Apakah masih ada karyawan yang bersifat introvert
dalam hal komunikasi, Seperti apa kebiasaaan karyawan
dalam hal komunikasi?
Informan (I-2) :Pada dasarnya karyawan itu ya, ini kan kadang-kadang
cuek, akan tetapi kita ini sebagai leader, sebagai
pemimpin tentunya mengarahkan mereka untuk tetap
peduli dengan komunikasi,tetap peduli dengan
pekerjaannya, dengan adanya komunikasi ini pekerjaan
dapa berjalan lancar.
Pewawancara (P) :Secara umum sudah komutikatif ya Pak?
Informan (I-2) :Oww. Iya pasti. sudah, komunikatif. Meskipun ada
beberapa yang cuek tapi hal itu masih bisa diatasi.
Pewawancara (P) :Apakah mengaganggu Pak?
Informan (I-2) :Pada dasarnya sih tidak ya, tapi ada sedikit terkendala
ya,tapi hal itu bisa diselesai-in.
Pewawancara (P) :Apakah karyawan sudah saling berkomunikasi secara
terbuka?
Informan (I-2) :Ya, sudah, sudah
Pewawancara (P) :Seperti apa Pak, dalam arti kongkritnya di lapangan?
Informan (I-2) :Dalam arti kondisi di lapangan seperti begini, dalam
hal jadwal produksi, ada misalnya di shift 1dia sudah
menyiapkan barang untuk shift 2, tetapi setelah dia
waktu sudah pulang, itu belum selesai , dia
komunikasikan kepada shift berikutnya, ada informasi
yang disampaikan baik secara lisan maupun secara
tertulis.
Pewawancara (P) :Apakah karyawan berkomunikasi langsung kepada
Anda mengenai pekerjaan dan di luar masalah
pekerjaan?
Informan (I-2) :Ow iya, itu pasti, wajib, selalu
Pewawancara (P) :Tidak ada yang ditutup-tutupi atau bagaimana?
Informan (I-2) :Tidak, tidak, karena kalau gitu-gitu ditutup-tutupin
resikonya ke kita sendiri
Pewawancara (P) :Kalau di luar masalah pekerjaan Pak?
Informan (I-2) :Pada dasarnya kita sharing ya, sharing dengan atasan
Pewawancara (P) :Ada keterbukaan disitu Pak?
Informan (I-2) :Ada,ada...
Pewawancara (P) :Seperti apa kongkritnya, mungkin bisa dijelaskan Pak?
Informan (I-2) :Ya, Seperti dalam hal, bagaimana kita ya… alegnoni
kebanyakan ya, bagaimana cara kita dalam hal
bisnis,bicara bagaimana caranya kita selesai
mengerjakan tugas di pabrik ini diluar jam kerja kita
harus seperti apa, jadi untuk sedikit-sedikit mencari
income lah gitu, diluar pekerjaan pokok kita, dunia
usaha.
Pewawancara (P) :Berarti jika sudah sampai tahap itu, sudah sangat terbuka
ya pak dengan atasan, hubungan komunikasinya?
Informan (I-2) :Ya..kalau dalam hal pekerjaan harus, harus sangat
terbuka, karena sekaligus kita melaporkan pekerjaan
kepada dia.
Pewawancara (P) :Bagaimana dalam hal dengan adanya rasa ketidak
puasan terhadap, misanya fasilitas atau sarana, apakah
juga dikomunikasikan dengan atasan ?
Informan (I-2) :Kalau kita bicara masalah ketidak puasan, pada
dasarnya kan tidak puas orang itu, ya tidak puas, akan
tetapi sebagai atasan kan kita telah memberikan
fasilitas ke bawah, tapi terkadang sudah kita berikan
fasilitas, orang itu tidak mau merawat dan tidak mau
menjaga fasilitas yang mereka milikin, padahal itu
merupakan sarana kerja pokok yang dia harus milikin,
terkadang akibat dari kesulitan itu kan, mereka merasa
tidak puas gitu, padahal kita telah memberikan yang
terbaik kepada mereka, jadi ketidak puasan itu pasti ada,
pasti ada.
Pewawancara (P) :Apakah itu tersampaikan atau terkomunikasikan kepada
atasan pak?
Informan (I-2) :Ow pastiPak, kita sampaikan baik secara lisan maupun
tulisan dalam kita meeting antar leader, namun
progressnya. Progress untuk memenuhin kebutuhan dari
si.. karyawan ini, tentunya kan kita melihat setelah
dibudgetkan oleh perusahaan, tidak sewaktu-waktu
terus langsung kita penuhi atau kita setujui.
Pewawancara (P) :Berlaku di semua lini ruang lingkupgudang bahan baku
atau bagaimana dan Seberapa aktif hubungan timbal
balik proses komunikasi yang ada pada ruang lingkup
institusi yang Anda Pimpin?
Informan (I-2) :Pada dasarnya sih efektif ya, semuanya ya, timbal balik
itu ada ya, semuanya berjalan di semua lini normal
lancar-lancar saja.
Pewawancara (P) :Tidak ada gangguan Pak?
Informan (I-2) :Gangguan itu ada, seperti misalnya ada karyawan yang
tidak masuk atau dia sakit, tapi ini bukan merupakan hal
yang pokok karena atasan kan sudah langsung ee..
mengambil tindakan.
Pewawancara (P)
:Lebih sering respon dari atasan atau bawahan Pak, yang
memulai untuk aktif berkomunikasi?
Informan (I-2) :Pada dasarnya kan gini Pak, komunikasi itu kan dari
atas ke bawah, yang benernya itu, jadi atasan selalu
menegur sapa karyawan menyampaikan sesuatu yang ia
dapatkan kepada bawahannya itu, jadi bukan timbal-
balik dari bawah, kalo dari bawah itu dia lebih banyak
bertanya, ya dari pimpinan.
Pewawancara (P) :Bagaimana pola komunikasi yang ada pada ruang
lingkup pada sub-departemen gudang bahan Baku?
Informan (I-2) :Kalo komunikasi di gudang bahan baku itu bergantung
pada situasi ya pak, kalau komunikasi rutin kita harus
ada, ada.. dalam hal meeting mingguan kita ada, ada…
untuk komunikasi dari personil paling bawah sampai
pimpinan yangada di kita itu komunikasi gitu, tiap
minggu ada, tiap satu minggu sekali, tetapi komunikasi
secara individu tetap kita laksanakan dalam hal masalah
kerja, atau dalam hal masalah penyimpangan yang ada,
dalam hal inovasi yang akan kita laksanakan, itu pasti
kita komunikasikan secara langsung.
Pewawancara (P) :Lebih kepada Dyadic Communication, face to face atau
komunikasi interpersonal Pak?
Informan (I-2) :Sering, semua termasuk Pak, terangkum Pak, baik kita
komunikasi melalui meeting, baik komunikasi secara
individu seperti yang telah saya jelaskan tadi, komunkasi
individu ini kan kitaselalun menyampaikan kepada
karyawan tersebut,Apalagi dia tidak sempat dapat hadir
dalam meeting ini karena situasi pekerjaan yang
mengharuskan dia berada di tempat kerjanya untuk
melayani proses produksi yang sedang berjalan di
tempat kerja.
Pewawancara (P) :Efektifkah menurut Anda?
Informan (I-2) :Ya Alhamdulillah efektif selama ini Pak, bahkan kalau
kita panggil karyawan satu persatu itu malah lebih
efektif ketimbang dalam hal forum ya umpamanya
meeting ya, kalau kita panggil satu persatu itu kan
kelihatan hasildari pola kerjanya, setelah kita panggil,
artinya kita beri peringatan atau kita beri nasehat,
hasilnya akan kelihatan lebih baik.
Pewawancara (P) :Adakah hal yang menjadi hambatan dalam proses
komunikasi tersebut?
Informan (I-2) :Ow.., Pasti Pak, Pasti.., komunikasi salah satunya tadi
kan personil kita ini, begitu kita mau ajak berkomunikasi
proses produksi sedang berjalan, tentunya mereka harus
lebih melayani proses produksi terlebih dahulu ya,
kedua, proses komunikasi kalau kita mau panggil di
tempat kerja pasti kita terhalang dengan waktu, artinya
waktu dalam hal pekerjaan ini kan kita kerjanya kerja
shift , nah yang shift III ini yang menjadi masalah
komunikasi kita, kita panggil untuk berkomunikasi
dengan mereka, tapi kita kan punya ini ya , semacam
buku penghubung ya untuk mengkomunikasikan apa-
apa yang terjadi, ee.., jadi aktif ya, yang ditangani oleh
Section kita, sehingga walaupun tidak berkomunikasi
langsung, dengan buku penghubung bisa.
Pewawancara (P) :Hambatan itu lebih bersifat individu atau sistem Pak?
Informan (I-2) :Pada dasarnya kedua-duanya ada, ada, kalau individu
itu kan karakter ya, kembali ke karakter orangnya ya,
hambatan ini kadang-kadang, nah.., kadang- kadang
individu ini ada personil kita ini yang kurang terbuka
kalau diajak berkomunikasi, tetapi setelah kita gali,
gali,gali, gali-gali,gali, gali, nanti dia baru akan
komunikasinya gitu. Kalau secara sistem, ya sistemnya
yang membuat kita seperti itu, kalau hambatan yang
berupa sistem kalau di kita ya kadang-kadang yang tidak
berjalan ini Pak, artinya gini sistem kita terhadap
departemen lain kan , terhadap Produksi kan kita
berhubungan dengan Produksi itu sistemnya kadang-
kadang kurang mendukung, juga sistem antara atasan
dan bawahan kadang-kadang ada sedikit emm.… yang
tidak jalan gitu Pak,
Pewawancara (P) :Apa yang tidak jalan itu Pak, antara lain hambatannya?
Informan (I-2) :Artinya gini, komunikasi ini, ee….. ya hambatannya
seperti ini, ee.. anak ini jika terjadi penyimpangan
agaak…, apa itu, kalau atasannya manggil itu agak
kurang peduli, bukan takut tapi mereka ini kurang
peduli, istilah cuek, hambatan secara sistem..
Pewawancara (P) :Meskipun mereka menyadari telah melakukan
kesalahan?
Informan (I-2) :Oh iyya pasti, pasti, begitu kita panggil mereka
menyadari pasti, akan tetapi mereka cuek.
Pewawancara (P) :Apakah hambatan tersebut juga terjadi pada setiap level
kepemimpinan dibawah struktur organisasi sub-
departemen gudan bahan baku?
Informan (I-2) :Pada dasarnya sih ada tapi tidak terlalu signifikan ya
Pak, hambatan seperti itu, ya, iya, jadi dari komunikasi
dari atas sampai ke bawah, dari bawah disampaikan ke
bawahnya lagi, nah, setelah sampai ke bawah ini
kadang-kadang tidak nyambung itu, gitu, makanya dari
pihak atasan langsung, langsung menanya gitu..
Pewawancara (P) :Sifatnya lebih kepada insidentil atau situasional? Yang
dominan?
Informan (I-2) :Situasional Pak, karena apa saya bilang situasional,
kadang-kadang untuk menyampaikan suatu komunikasi
terhadap bawahan karena terbentur dengan proses,
suatu proses yang harus kita jalani dalam hal melayani
produksi kadang-kadang itu kan komunikasi itu kan
sering, sering terhambat, artinya, sibuklaah…
Pewawancara (P) :Bagaimana cara menurut Anda untuk mengatasi
hambatan tersebut?
Informan (I-2) :Ya, kita sebagai pemimpin tentunya pasti ya mempunyai
kewenangan tentu juga punya kewajiban untuk
menyampaikan masalah komunikasi itu kepada bawahan
kita, nah kita panggil bawahan kita, biar komunikasi ini
harus tersampaikan, ya secara dua arah khususnya
kepada atasan dan bawahan langsung kita, komunikasi
lansung, lansung, yah al itu lebih efektif ketimbang kita
menulis melalui tulisan , kalau melalui tulisan berarti
kita harus memberitahukan kepada orang yang belum
tahu, karena kita tidak sampai ke sana.
B. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung
keberhasilan proses komunikasi pada Sub Departemen Gudang Bahan
Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat
keberhasilan komunikasi pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Informan (I-2) :Ya, yang pertama itu faktor manusia, faktor manusia itu
yang paling dominan Pak, faktor manusianya,
disamping itu ya faktor penunjang ya, faktor sistem gitu,
sistem dari kita, sistem yang kadang-kadang tidak jalan.
Pewawancara (P) :Bagaimana dengan fasilitas sarana komunikasi di tempat
kerja Anda?
Informan (I-2) :Alhamdulillah Pak semua tersedia, tercukupi, memadai.
Pewawancara (P) :Fasilitas Sarana komunikasi apa yang sering digunakan?
Informan (I-2) :Dari kita telepon ya, telepon ada, terus…. Apa itu
namanya, paging ya komunikasi kan, surat (internal
memorandum), email, itu bisa, dan pengumuman yang
lainnya Pak.
Pewawancara (P) :Apakah sudah cukup mamadai?
Informan (I-2) :Ee… secara keseluruhan selama ini cukup, karena di
setiap lini atau tiap-tiap bagian kita tempel
pengumuman, baik itu pengumuman dari gudang RM,
maupun pengumuman dari Manajemen.
Pewawancara (P) :Bagaimana respon timbal-balik hubungan (feedback)
yang didapat oleh karyawan dari sarana tersebut?
efektifkah?
Informan (I-2) :Ya Alhamdulillah Pak, Bagus, Efektif. Buktinya kalau
kita memasang suatu pengumuman atau internal
memorandum, anak itu pasti akan bertanya kepada kita,
dia langsung respect.
Pewawancara (P) :Lebih kepada karena melihat pengumumannya,
keingintahuan dar karyawan atau memang karena
sesuatu yang didesain untuk menarik perhatian mereka?
Dominan yang mana?
Informan (I-2) :Ya, pada dasarnya, saya kira dua-duanya ada disitu,
lebih dominan yang pertama, karena keingintahuan
mereka, terhadap berita apa sih maksud dari sesuatu
tersebut.
Pewawancara (P) :Siapa yang mengelola papan informasi tersebut?
Informan (I-2) :Ada Pak, khusus , jadi semua di sub-departemen RM ini
ada yang namanya dokumen control bagian dari ISO, itu
semuaanya sudah di cover, secara fasilitas dar pihak
dokumen kontrolnya yang mengatur, jadi format
komunikasinya seperti apa, ya informasi terpusat,
kanada bagian-bagiannya di papan, ada khusus yang,
kalau di ISO itu ada kumpulan standard tapi dari pihak
lini atau bagian karyawan tersebut, dia wajib
memberikan atau memonitor papan pengumuman atau
pengumuman yang ada di lingkup sendiri tersebut agar
dia dan teman-temannya yang ada di shift 1 dengan shift
2 itu tahu.
Pewawancara (P) :Seberapa maksimal Anda menggunakan fasilitas
tersebutdalam proses komunikasi atau dalam
memberikan instruksi kerja?
Informan (I-2) :Oww…, sangat maksimal sekali Pak, sangat maksimal,
karena inilah yang kita gunakan efektif untuk
menyampaikan kepada karyawan karena tidak, tidak
selalu… ada ya, atau setiap waktu, setiap menit itu
karyawan itu bisa bertemu dengan atasannya.
Pewawancara (P) :Lebih dominan mana Pak, antara komunikasi langsung
dengan verbal atau non verbal?
Informan (I-2) :Kalau itu sifatnya shift, ya, shift itu kita akan lebih….,
dominan kepada…, saya kira sama ya, dari atasan yang
shift itu ingin menyampaikan, tapi kita dukung juga
dengan yang namanya surat pengumuman, kalau surat
pengumuman ini artinya kalau kita komunikasi langsung
ke karyawan hanya karyawan itu yang tahu, tapi kalau
memakai surat kan, artinya kita punya kewajiban
karyawan itu harus tahu, gitu.
Pewawancara (P) :Faktor apa saja yang menghambat proses komunikasi
dalam ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
Informan (I-2) :Yah, tadi saya kembali kepada faktor manusia ya,
kadang-kadang ya, manusia itu kadang-kadang tidak
perlu informasi, cuek dengan informasi gitu, ya manusia,
nah yang lebih berbahaya kalau dia itu tidak
berkomunikasi dengan rekan kerjanya
Pewawancara (P) :Mengapa hal tersebut dapat terjadi, apa yang
melatarbelakangi permasalahan tersebut?
Informan (I-2) :Nah, ini, ini, ini…, ini terjadi, pertama, akibatnya bisa,
saya kembalikan lagi kepada manusia tadi, komunikasi
yang tidak berjalan antar karyawan ini, paling
diantisipasi oleh kita, jangan sampai terjadi, itu.
Pewawancara (P) :Apa sering terjadi?
Informan (I-2) :Tidak, tidak…, tidak, karena kita sudah mensyaratkan di
dalam aturan perusahaan kita atau di dalam peraturan
Perjanjian Kerja Bersama kita, kita tidak boleh, ee….
Apa tu, merugikan teman kita sekerja sendiri, dalam hal
merugikan ini banyak Pak, baik dalam mencelakakan,
atau tidak memberikan infomasi kepada karyawan
sehingga teman kerja kita ini tidak memperoleh
informasi yang baik, tidak mendapatkan informasi yang
seharusnya dia kerjakan.
Pewawancara (P) Apa yang melatarbelakangi rasa cuek dari karyawan itu
Pak?
Informan (I-2) :Yah kembali ke manusianya lagi, Karena faktor
manusia ini kadang-kadang tidak puas. Saya kira gini ya
Pak, lingkungan sosial tempat dia tinggal,,karakter
pribadi iya, karakter sosial tempat tinggal iya, bergaul,
bergaul, karena dia bisa berkomunikasi di dalam tempat
kerja ini kan didukung oleh faktor komunikasi dia diluar,
di tempat tinggal dia dan keluarga dia, gitu.
Pewawancara (P) :Apa tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut?
Informan (I-2) :Ow, kita berikan yang pertama itu training, training
komunikasi yang efektif, sebelum diberikan training itu
kita panggil, kita jelasin kepada karyawan ini.
Pewawancara (P) :Bagaimana hasil perkembangannya, sudah berhasilkah?
Informan (I-2) :Yaah…, hasil perkembangan selama ini, ya…, saya
kasih contoh ya, ada salah satu karyawan di tempat kita
yang sangat cuek sekali, tidak ada tanggung jawabnya
sama sekali, tapi begitu lama-kelamaan kita panggil, ya
setahap-demi setahap berhasil, tidak langsung instan
langsung berhasil tidak, butuh proses.
C. Pola dan Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Pewawancara (P) :Gaya komunikasi kepemimpinan seperti apa yang Anda
terapkan dalam pekerjaan atau yang sering Anda
gunakan dalam berkomunikasi dengan pimpinan dan
bawahan?
Informan (I-2) :Yaa… kita komunikasi, gaya kepemimpinan yang kita
lakukan ya, pada dasarnya kita bisa merangkul staff kita
ini tetap berkomunikasi dengan baik, dengan lemah
lembut, kita melihat karakter dari karyawan itu
sepertinyamaunya seperti apa dalam berkomunikasi,
terus kita juga berkomunikasi dengan mereka juga tidak
dalam suasana emosional, dalam arti kata mereka ada
lagi kerja, lagi capek, tau-tau kita ajak komunikasi kita
sampaikan seperti ini, tentunya mereka tidak akan
maksimal menerima apa yang kita sampaikan Pak.
Kalau saya kan orangnya lisan ya, setelah lisan
ditambahi lagi dengan surat untuk mempertegass…,
Kalau saya lebih banyak ke verbal ya, Ya, kalau sebagai
atasan ya, rata-rata ya sebagai perintah ya, artinya
perintah itu sekaligus himbauan, lebih dominan perintah,
karena sifat kita di gudang ini, kerja di perusahaan ini
pada dasarnya kita kan kerja diperusahaan ini kan
bekerja ya, bekerja untuk menghasilkan yang terbaik
bagi perusahaan. Artinya kan disamping dia
menghimbau juga sebagai perintah lebih dominan.
Pewawancara (P) :Apakah pimpinan dan bawahan Anda dapat menerima
dengan baik pola tersebut?
Informan (I-2) :Sejauh ini Alhamdulillah, pimpinan yang kita berikan
informasi kan senang gitu ya, dan di bawah juga dapat
menerima dengan baik, artinya sesuai dengan aturan,
tegas tetapi tidak menimbulkan kontroversi di bawah.
Pewawancara (P) :Apakah karyawan Gudang Bahan Baku memahami gaya
kepemimpinan Anda?
Informan (I-2) :Ow, pasti, pasti memahami, artinya gini tanda-tanda
menerima atau tidak itu kan ada respon baik atau respon
positiflah setelah kita sampaikan.
Pewawancara (P) :Bagaimana respon (feedback) dari karyawan terhadap
pola atau gaya kepemimpinan Anda?
Informan (I-2) :Banyak, dari segi GMP (Good Manufacturing Practice)
mereka patuh, proses finger scan mereka aktif, rajin.
Pewawancara (P) Teknik komunikasi seperti apa yang Anda gunakan
dalam proses komunikasi pada ruang lingkup institusi
yang Anda pimpin?Verbal atau Non Verbal?
Informan (I-2) :Sebenarnya apa yang disampaikan oleh atasan kita
wajib untuk disapaikan ke bawah, dalam arti wajib disini
yang baik-baik sampaikan ke bawah, tapi jika ada
sesuatu yang kira-kira crusial, tidak perlu kita
samapaikan ke bawah bahkan apabila yang kita
sampaikan ke bawah itu bila perlu kita poles dengan
cara yang baik-baik, karena tipe orang kan beda-beda
ya Pak, ada karena faktor pendidikan, faktor tempat dia
tinggal, faktor emosinalnya itu kadang-kadang mereka
menangkap informasi itu berbeda-beda.Kita bikin suatu
sistem jika kita internal memorandum, oh iya verbal di
dukung memo dan pasti tatap muka dan email hanya
terbatas.
ya komunikasi efektif ya yang dijalankan di kita,, artinya
gini pak kita bikin suatu sistem ya, sistemnya di kita itu,
kalo kita menyampaikan sesuat kepada sat orang ya,
dimana informasi ini harus nyambung kpd org lain
artinya, kita bikin juga semacam internal memorandum
kepada krywn tersebut, karywan tsb jg di masing-masing
staf kita dalam hal ini lwadernya ya juga wajib juga
menyampaikan kpd bawahannya, kepada staffnya juga,
ow iyya, ya verbal.
Pewawancara (P) :Teknik komunikasi apa yayang lebih Anda sukai?
Informan (I-2) :Komunikasi Langsung, karena itu lebih mengena, lebih
jelas, mereka yang kita ajak komunikasi itu tahu
langsung dari sumbernya gitu, karena tidak akan bias.
Pewawancara (P) :Efektifkah teknik tersebut?
Informan (I-2) :Alhamdulillah efektif.
Kita persuasive Pak, gaya atasan kita itu perlu kita ikuti
bila itu tidak menimmbulkan kontroversi di bawah bila
perlu kita poles gimana caranya, kembali kepada
situasional tadi. Akan tetapi fungsi pemimpin juga harus
dijalankan.
Pewawancara (P) :Bgaimana Pendekatan Konunikasi yang Anda gunakan
dalam memimpin karyawan pada Sub Departemen
Gudang Bahan Baku?
Informan (I-2) :Ya, pedekatan kembali lagi ya dengan situasi,
situasional tadi, Pak, gitu, sama seperti atasan kita kala
berkomunikasi dengan atasan kita lihat gimana situasi
atasan kita sekarang
Pewawancara (P) :Berdasarkan sifat, fungsi, tranformasi, atau situasional?
Informan (I-2) :sifat kepemimpinan iya, pada dasarnya gini Pak, kalau
kita menyampaikan informasi ke atasan itu kan lebih
banyak kita serius ya, apa yang terjadi di lapangan kita
sampaikan ke tasan, jadi lebih kepada situasi karena
menyangkut masalah etika
Pewawancara (P) :Seberapa efektifkah cara tersebut menurut Anda?
Informan (I-2) :Sangat efektif ketimbang melalui dengan sarana media
ya yang kita miliki, kalau kita ukur bisa 90 % efektif,
mengena
Pewawancara (P) :Selain faktor komunikasi formal, faktor komunikasi
informal apakah yang biasa Anda gunakan dalam proses
komunikasi sehari-hari?
Informan (I-2) :pasti Pak
Pewawancara (P) :Seperti selalu memberi contoh Keteladanan, Seperti
apa?
Informan (I-2) :Seperti dari segi disiplin, absensi, jam masuk kerja kita
itu ya, pulang kerja, carakita berbicaranya gitu pak,
menjaga penampilan juga, yang saya lakukan seperti itu
Pak.. (ha,ha,ha…), rambut klimis, karena saya tidak
mau menampilkan sesuatu yang jelek atau sesuatu yang
lusuh terhadapteman kerja saya, gitu Pak..
D. Pengembangan peran dan fungsi komunikasi dalam menunjang Kinerja
karyawan
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan mengenai
deskripsi tugas kepada karyawan? Berupa lisan atau
tulisan?
Informan (I-2) :Kita bekerja sudah sesuai dengan SOP Pak,
Pewawancara (P) :Apakah sudah sesuai dengan SOP perusahaan?
Informan (I-2) : Iyya,sudah, sudah sesuai dengan SOP Pak…
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan tentang tujuan
tugas atau pekerjaan yang diberikan?
Informan (I-2) :Ow iyya, karena masing-masing bagian atasan masing-
masing staff itu sudah punya tugas dan wewenang
sendiri, masing-masing gitu, ya salah satunya
menginformasikan kepada atasan jikaterjadi suatu
penyimpangan dalam masalah kerja gitu, selalu ada
penjelasan
Pewawancara (P) :Bagaimanakah proses komunikasi jika ada pekerjaan
tambahan yang harus segera dilakukan?
Informan (I-2) :Owww pasti kita akan kita laksankan komunikasikan
terhadap orang yang ditunjuk secara langsung, dalam
hal ini overtime atau lembur, tetapi kita juga harus kita
buatkan form secara tertulis karena di sana ada yang
keterangan perintah atau yang menugaskan
Pewawancara (P) :Adakah penjelasan mengenai target produksi baik
bulanan maupun tahunan?
Informan (I-2) :Kalau di gudang kita tidak berbicara masalah outuput
target produksi ya pak, kita hanya berbicara masalah
proses loading, pamemeliharaan da menyimpan di
gunadng sebagai tugas utama
Pewawancara (P) :Adakah pemberian motivasi dalam melakukan pekerjaan
supaya tugas dapat diselesaikan baik dan tuntas?
Informan (I-2) :Ada pak, ada… motivasi yang kita berikan berupa
insentive, berupa tambahan pendapatab uanang ya
melalui penilaian dalam satu bulan, overtime juga
bersifat motivasi pak.
Pewawancara (P) :Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi?
Informan (I-2) :Ada, berupa surat dari atasan atau WI Work Instruction
Pewawancara (P) :Adakah training untuk karyawan baru, untuk pengenalan
mengenai sesuatu yang berhubungandengan perusahaan?
Informan (I-2) :Ada untuk mengenalkan kepada mereka, bagaiman
acara bekerja nyang bbaik dan benar, bagaimana cara
memelihara sarana kerja, bagaiman cara berbicara dan
berkomunikasi dengan karyawan , bagaiman amereka
berpakaian yang baik, bagaimana cara mereka
memproduksi atau menyimpan barang dengan baik
semua itu kita sampaiakan pak, cukup satu minggu , jadi
satu hari itu kita fokuskan untuk training
Pewawancara (P) :Adakah Buku atau handbook kepada karyawan sebagai
pedoman dalam melakukan pekerjaan?
Informan (I-2) :Ada, PKB Persetujuan Kerja Bersama antara
pengusaha dengan karaywan isinya brupa aturan kerja
Pewawancara (P) :Adakah informasi mengenai kinerja dan performance
perusahaan atau pencapaian target produksi dan
penjualan?
Informan (I-2) :Performance kita dapat rekap tiap bulan , untuk
penjualan ada tiap satau tahun sekali dari perusahaan
Pewawancara (P) :Adakah pertemuan tatap muka karyawan (Meeting /
Briefing) yang diadakan secara berkala pada Sub
Departemen Gudang Bahan Baku?
Informan (I-2) :Ow ada, kiat setiap minggu itu ada, hari rabu waktunya
dari jam 13.00 sampai jam 15, dikuti karyawan yg
nonshift semuanya pada ikut cukup terwakili,
Pewawancara (P) :Bagaimana dampaknya, efektifkah?
Informan (I-2) :Efektif sekali ya dari hasil meeting atau hasil briefing
itu kan mendapatkan hasil yang baik ya, bagi kita ya
apa yg ktadapakan dari atas itu kita sampaikan ke
bawah , informasi yang aktual, kita akan menyampaikan
suatu informasi dari manajemen di satu sisi kita juga itu
merupakan suatu…media ya, media untuk
menyampaikan apa yang menjadi keluhan di lapangan
sehingga akan kita respon untuk selanjutnya
Pewawancara (P) :Adakah pelaksanaan Training Komunikasi bagi
karyawan dalam upaya pengembangan kemampuan dan
kecakapan dalam hal komunikasi guna menunjang
peningkatan Kinerja?
Informan (I-2) Ada pak ada kita setiap tahun itu kan punya plan untuk
jadwal training gitu untuk tahun ini saja kita punya 4
jadwal traingn, sarana dan prasarana kerja dan
komunikasi
Pewawancara (P) Bagaimana parameternya Pak?
Informan (I-2) :Parameter yang kita lakukan kan dilihat dari ini pak,
komunikasi artinya kan tidak terjadi masalah di
lapangan ya, gitu.
Pewawancara (P) :Apakah terdapat informasi mengenai visi, misi, filosofi
atau motivasi pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku
yang menjadi landasan semangat kerja bagi karyawan
dalam melakukan aktivitasnya?
Informan (I-2) :Kalau visi dan misi kita ada ya, di satu sisi kita sebagai
orang gudang ya ,kalau bahasa anak sekolahan itu ya
dia menyatakan, kami bukan yang terbaik,tapi kami bisa
memberikan yang terbaik, artinya, kita ini sebagai orang
gudang, otang yang melayani proses produksi jangan
sampai menyebabkan pihak produksi itu terjadi
downtime ya , gara-gara kita performance mereka tidak
masuk, itu yang tidak kita inginkan , nah karyawan di
tempat kita ini sudah sadar akan hal itu Pak, dia tidak
mau performance produksi hancur karena tidak tercapai
gara-gara kita lambat di sisi kita sendiri gitu.
Pewawancara (P) :Menurut Anda, seberapa besar peran komunikasi dalam
pekerjaan?
Informan (I-2) :Sangat besar sekali, komunikasi itulah nomor satu,
keberhasilan atau tidaknya suatu pekerjaan itu melalui
komunikasi, kalau komunikasi tidak berjalan tidak akan
berhasil kita dalam bekerja, apa yang kita targetkan
tidak akan berhasil, artinyakomunikasi yang ada di
tempat kita ini sudah berjalan dengan baik.
Nama Pewawancara : Alwan Rasyid Salahudin
Tanggal : 24 Februari 2012
Nama Key Informan : Bp. Didi Endang Hardi
(Section Shift Spv.Warehouse RM)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 38 Tahun
Lama bekerja : 20 Tahun
Nama Perusahaan : PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Lembar Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan komunikasi kepemimpinan
Anda berikut Team Leader dan seluruh karyawan yang ada pada Sub-Departemen
Gudang Bahan Baku dan saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat
Anda jawab sesuai dengan yang Anda ketahui. Jika Anda tidak tahu silahkan
menjawab tidak tahu.
A. Bagaimana komunikasi yang berlangsung pada Sub Departemen Gudang
Bahan Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Bagaimana kondisi interaksi karyawan dalam
pekerjaan?
Informan (I-3) :Kalau komunikasi ini kita secara general ya,artinya,
kita itu secara biasa ya, penyampaian masalah tugas
untuk pekerjaan disesuaikan dengan jadwal, artinya
jadwal kan komunikasi juga nih, cuman komunikasi
berbentuk secara tertulis, jadi penyampaiannya
sebenarnya nih kalau untuk secara tertulis dari
departemen lain, kemungkinan kalau ada hal-hal yang
sifatnya mendadak, dalam artian sifatnya mendadak
kalau ada perubahan jadwal atau ada personil yang
bersangkutan tidak hadir dalam suatu pekerjaan, artinya
kita langsung secara lisan kita sampaikan dan kita akan
mencari pengganti atau solusi untuk kekurangan
pasangan personil pada shift yang berjalan.
Pewawancara (P) :Dalam arti situasi dan kondisi disini sudah terbuka?
Informan (I-3) :Oh di sini terbuka, artinya kalau secara langsung ya
kita komunikasi sama mereka atau bawahan saya nih,
kita nggak ada yang istilahnya yang ditutup-tutupi
karena kita kan menyangkut masalah pekerjaan nih , kita
nggak bisa atau nggak ada istilah yang ditutup-tutupi,
ini kan juga untuk pekerjaan, hasil pekerjaan kita juga
karena kita kan melayani, dalam hal ini kan bidang kita
melayani produksi, gini, artinya kalau ada sesuatu yang
istilahnya,apa namanya, apa yang perlu disampaikan ,
kita sampaikan bener-bener disampaikan artinya tidak
ada istilahnya suatu hal yang ditutup-tutupi
Pewawancara (P) :Seperti apa kebiasaan karyawan dalam hal komunikasi?
Informan (I-3) :Komunikasi, mereka kemungkinan kalau misalnya ini
ya, kalauada masalah ya, kalau ada masalah pasti
mereka komunikasi ke atasan, terutama saya ya,
khususnya, kalau misalnya ada kekurangan, kekurangan
barang atau kekurangan personil, atau juga ada suatu
case-case tertentu, artinya yang menurut mereka,
dianggap mereka mengganggu pekerjaan pasti dia
komunikasi ke kita.
Pewawancara (P) Hal Itu terjadi memang karena ada suatu masalah atau
memang sudah terbiasa say hello komunikasi
Informan (I-3) Kalau say hello komunikasi, kita ya selalu seharian pun,
karena saya sendiri terjun ke lapangan artinya
mengawasi aktivitas mereka dan kemungkinan besar
saya juga membantu, jadi nggak selalu komunikasi ini
terjadi kalau ada case-case tertentu, walaupun toh nggak
ada, apa namanya, kejadian apapun ya kita tetap
memantau mereka.
Pewawancara (P) Kebiasaan karyawan itu, ditanya dulu atau dia yang
langssung lapor?
Informan (I-3) :Kalau kebiaasaan, mereka dulu, tidak ditanya dulu,
karena kalau saya sudah ke lapangan, sudah ibarat kata
saya juga sebenarnya juga bolak-balik artinya saling
kasih, bukan komunikasi satu arah, kita dua arah kan,
artinya, kalau saya ada, kira-kira ada, waktu saya
melakukan ke lapangan ada penyimpangan, pasti saya
tegur, gitu kan, nah mereka pun misalnya, artinya kalau
ada penyimpangan pun mereka ini sebelum saya
menegur dia akan minta tolong dulu ke saya, atau
komunikasi dulu ke saya, jadi komunikasinya tetap dua
arah.
Pewawancara (P) :Apakah masih ada karyawan yang bersifat introvert
dalam hal komunikasi, Seperti apa kebiasaaan karyawan
dalam hal komunikasi?
Informan (I-3) :Masih ada, masih ada cuman mereka juga ada
komunikasi, mungkin kalau adahal-hal yang pribadi ya,
kalau masalah pekerjaan mereka nggak ada yang nutup-
nutupi ya, mungkin kalau masalah pribadi pasti ditutup-
tutupi atau ada yang terbuka ada yang tertutup.
Pewawancara (P) :Kebiasaan karyawan di sini dalam hal komunikasi
melalui apa Pak?
Informan (I-3) :Langsung, Secara langsung ya, dua arah
Pewawancara (P) :Apakah karyawan sudah saling berkomunikasi secara
terbuka?
Informan (I-3) :Kalau yang saya amati, kemungkinan ada karyawan,
satu atau dua orang ya, dalam hal komunikasi mereka
kaku, masih ada yang seperti itu, karena mungkin karena
ada masalah, pribadi atau pekerjaan, bukan karena sifat,
sebenarnya mereka normal.
Pewawancara (P) :Apakah karyawan berkomunikasi langsung kepada
Anda mengenai pekerjaan dan di luar masalah
pekerjaan?
Informan (I-3) :Betul langsung, untuk hal-hal pekerjaan, masalah
pekerjaan saya selalu ke atasan saya, istilahnya ke
atasan saya bertanggung jawab, artinya
mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan saya dan
anak buah saya, dan saya pun bertanggung jawab
terhadap anak buah saya, apa yang mereka kerjakan,
jadi misalnya toh ada melakukan penyimpangan atau
kesalahan kita tindak atau kita beri teguran gitu Pak.
Pewawancara (P) :Selain masalah pekerjaan?
Informan (I-3) :Pasti ada ya, tapi mereka biasanya nggak di dalam
pekerjaan, biasanya tidak dilakukan didalam lingkunagn
pekerjaan, di luar perusahaan kalau perlu, kalau untuk
sharing ada tapi intervalnya tidak terlalu banyak lah,
mungkin temporer ya, misalnya mereka butuh dukungan
atau pendapat, biasanya mereka komunikasi ke kita atau
ke atasannya langsung.
Pewawancara (P) :Seberapa aktif hubungan timbal balik proses komunikasi
yang ada pada ruang lingkup institusi yang Anda
Pimpin?
Informan (I-3) :Secara umum, saya pikir aktif ya, karena ini, atasan
saya pun mempunyai tanggung jawab kepada atasannya
lagi, artinya untuk hal-hal pekerjaan itu saya selalu aktif,
dar saya ke atasan atau dari saya ke bawahan, karena
ini kan kita bekerja dalam suatu perusahaan , kalau ada
sesuatu yang miss, fatal akibatnya.
Pewawancara (P) :Menurut Anda siapa yang lebih aktif dalam memulai
komunikasi? Atasan atau bawahan dulu yang memulai?
Informan (I-3) :Biasanya Atasan, kalau bawahan mungkin, menurut
saya ini karena, mungkin, mungkin kalau untuk case-
case seperti ini, kalau ada masalah biasanya kita bukan,
sumbernya bukan dari kita sendiri nih, karena kalau
bawahan kan biasanyamereka sudah suplay, mereka
sudah bikin pelaporan tapi kalau ada penyimpangan
biasanya mereka kurang paham
Pewawancara (P)
:Nah, ketika ada suatu informasi atau masalah biasanya
lebih dari bawahan yang memulai menyampaikan ke
atasan atau atasan yang memulai untuk
menginformasikan?
Informan (I-3) :Atasan, atasan dulu yang memulai, ya dari atas ke
bawah karena biasanya, atas dulu biasanya yang
mendapat informasi, bahwa owh, ini ada penyimpangan,
nanti dengan otoritas ini atasan biasanya nanti kita akan
menyampaikan ke bawahan, bahwa ada hal-hal
begini…, biasanya atasan saya dulu ke saya baru saya
ke bawahan.
Pewawancara (P) :Bagaimana pola komunikasi yang ada pada ruang
lingkup pada sub-departemen gudang bahan Baku?
Informan (I-3) :Kalau untuk saat ini saya pikir, komunikasinya sudah
bagus hanya saja terkadang ada suatu hambatan kerja
dari sifat-sifat manusia, ada yang bagus, ada yang
nggak.
Pewawancara (P) :Adakah hal yang menjadi hambatan dalam proses
komunikasi tersebut?
Informan (I-3) :Ego individu biasanya, tapi sifatnya minor ya Pak,
meskipun sebenarnya menghambat, secara nggak
langsung menghambat Pak, dalam hal ini, untuk
komunikasi seperti ini biasanya kan seperti yang terjadi
misalnya nih, kalau ada hal-hal yang misalnya dia tidak
masuk, terus dia sendiri tidak informasi, tidak melakukan
komunikasi sesama teman, pasti ada kan yang
mengganggu aktivitas pekerjaan secara tidak langsung.
Pewawancara (P) :Karena hal apa itu terjadi Pak?
Informan (I-3) :Karena Ego tadi pak, bisa juga dikategorikan karena
cuek, lebih dominan karakter pribadi yang
melatarbelakangi hal tersebut,kalau sistem sudah bagus
saya pikir, kembali ke personal yang menjalankanya ini.
Pewawancara (P) :Apakah hambatan tersebut juga terjadi pada setiap level
kepemimpinan dibawah struktur organisasi sub-
departemen gudan bahan baku?
Informan (I-3) :Ya, terjadi juga, cuman nggak 100%, latar belakangnya
sama, mungkin karena kecemburuan pekerjaan, bisaa..,
ada juga yang begitu kan, artinya gini, biasanya volume
pekerjaan dia lebih sedikit, artinya kecemburuannya di
situ, dan biasanya pola pembagian kerja juga bisa,
kembali ke volume pekerjaan lagi ya, mungkin dari
pembagian jam kerja pun,mungkin ada, namanya kerja
satu lingkup ya, mereka lebih tahu sendiri untuk
mengaturnya. Mungkin dari sesame stock keeper ada
kecemburuan.
Pewawancara (P) :Bagaimana cara menurut Anda untuk mengatasi
hambatan tersebut?
Informan (I-3) :Kita biasanya dikumpulkan, dengn pimpinan kita
bicarakan bareng-bareng, diskusi langsung, kalau untuk
memo kurang efektif.
B. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung
keberhasilan proses komunikasi pada Sub Departemen Gudang Bahan
Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat
keberhasilan komunikasi pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Informan (I-3) :Saya pikir, dalam perusahaan sebesar ini ya, saya pikr
kurang, dalam artian sarana penunjangnya saya pikir
perlu penambahan ya untuk saat ini ya, karena kan ya
artinya inilah untuk komunikasi supaya lancar, karena
biasanya dalam hal pekerjaan ini kan dua pabrik ya,
artinya ka nada dua tempat, dua bangunan kalau
misalnya tidak ada sarana, misalnya kita waktu ke
pabrik dua atau pabrik satu yang notabenenya sampai
sekarang nggak ada kan, artinya kita harus jalan dulu,
artinya kan perlu waktu.
Pewawancara (P) :Bagaimana dengan fasilitas sarana komunikasi di tempat
kerja Anda?
Informan (I-3) :Aiphone masih kurang,
Pewawancara (P) Mengapa hal tersebut bisa terjadi pak? Apa yang
melatarbelakangi masalah tersebut?
Informan (I-3) :Fasilitas ini kan kebijakan atasan , kembali lagi nih ke
atasan saya, sebenarnya dulu sudah ada , mungkin
karena perawatan dan pindah-pindah tempat, jadi kita
perlu waktu untuk instalasi baru lagi, jadi lupa atau ter
abaikan.
Pewawancara (P) :Fasilitas Sarana komunikasi apa yang sering digunakan?
Informan (I-3) :Biasanya sih alat komunikasi pribadi berarti, ya artinya
ada pengorbanan lah.. (ha,ha,…), kalau yang dari
perusahaan ya aiphone ajah…, kalau email terbatas ya,
untuk admin dan section up saja, kalau untuk memo
jarang ya, saya pikir kurang efektif, lebih seringnya by
lisan ya, papan pengumuman jarang, karena kurang
efektif kan, mungkin karena flashnya kan tidak di satu
tempat kan, artinya kalau di kita ditempel papan
pengumuman artinya kadang dari bawahan kita sendiri
pun jarang ke tempat, maksudnya dia harus ke kantor
kan jauh kan, untuk di gudang intransit ada papan
pengumuman yang digunakan untuk informasi yang
sifatnya continue seperti jadwal produksi, terus jadwal
kerja shift gitu kan, biasanya itu, sama pengumuman
yang sifatnya tidak langsung ke pekerjaan, misalnya
informasi dari organisasi dari DKM, Koperasi, dan
dikelola oleh user yang ada di lapangan.
Pewawancara (P) :Apakah sudah cukup mamadai?
Informan (I-3) :Saya pikir sudah cukup, jika tidak ditambah tidak
menjadi masalah, karena kalau kita sebagai atasan
biasanya langsung ke lapangan penyampaian nya yak,
lebih ke komunikasai langsung, karena kalau secara
tertulis kadang anggapan respon dari mereka cuek,
kadang bisa jadi ada yang misskom. Artinya dari mereka
sendiri yang menginginkan dari atasannya sendiri yang
ngomong langsung
Pewawancara (P) :Seberapa maksimal Anda menggunakan fasilitas
tersebutdalam proses komunikasi atau dalam
memberikan instruksi kerja?
Informan (I-3) :Fasilitas yang saya gunakan hanya tertentu ya, selama
ini lebih sering menggunakan aiphone ya, komunikasi
lisan saya pikir lebih efektif dibanding debgan
komunikasi secara tertulis.
Pewawancara (P) :Faktor apa saja yang menghambat proses komunikasi
dalam ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
Informan (I-3) :Yang pertama, Lebih dari fasilitas yang belum tersedia,
yang keduamungkin kepada personil itu sendiri, atau
individu ya.
Pewawancara (P) :Mengapa hal tersebut dapat terjadi, apa yang
melatarbelakangi permasalahan tersebut?
Informan (I-3) :Lebih kepada sifat, karena pribadi mereka ini terkadang
berbeda ya, dalam artian kadang dia menerima secara
penerimaannhya itu ya,bisa cepat bisa lambat, dalam
artian kalau kita komunikasikan ini , bisa cepat tanggap,
bisa lambat. Mungkin dipengaruhi karena pergaulandan
lingkungan.
Pewawancara (P) :Apa tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut?
Informan (I-3) :Perbaikan belum ada perbaikan Pak, tapi kemungkinan
untuk kedepan akan kita coba usulkan. dalam artian
memang komunikasi itu sangat dibutuhkan.
C. Pola dan Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Pewawancara (P) :Gaya komunikasi kepemimpinan seperti apa yang Anda
terapkan dalam pekerjaan atau yang sering Anda
gunakan dalam berkomunikasi dengan pimpinan dan
bawahan?
Informan (I-3) :Kalau saya pribadi biasanya ya, ya itu, langsung ke
bawahan , artinya kalau saya dapat informasi dari
atasan atau rekan kerja saya, atau bisa jadi dari
bawahan saya langsung, saya akan, istilahnya
komunikasi langsung, sejelas mungkin, sedetail mungkin,
dan diusahakan apa yang kita informasikan mereka
paham dan ngerti. Jika ada masalah, selagi kita masih
bisa selesaikan, kita selesaikan dulu sendiri, saya tidak
akan mengkomunikasikan keatasan , akan tetapi atasan
tetap menanyakan ke saya, komunikasi tetap berjalanlah.
Pewawancara (P) :Apakah pimpinan dan bawahan Anda dapat menerima
dengan baik pola tersebut?
Informan (I-3) :Untuk komunikasi secara lisan, sebenarnya saya pikir
positif baguslah, artinya kita jarang terjadi miss
komunikasi
Pewawancara (P) :Apakah karyawan Gudang Bahan Baku memahami gaya
kepemimpinan Anda?
Informan (I-3) :Ya, memahami
Pewawancara (P) :Bagaimana respon (feedback) dari karyawan terhadap
pola atau gaya kepemimpinan Anda?
Informan (I-3) :Saya pikir bagus ya, dengan komunikasi secara
langsung mereka merasa enjoy, artinya tidak ada
masalah selama ini untuk hal komunikasi secara lisan,
ya komunikatif dua arah.
Pewawancara (P) Teknik komunikasi seperti apa yang Anda gunakan
dalam proses komunikasi pada ruang lingkup institusi
yang Anda pimpin?Verbal atau Non Verbal?
Informan (I-3) : Teknik verbal, lisan, tatap muka langsung, memo
kurang, email jarang, telepon ya untuk sebagian yang
punya fasilitas
Pewawancara (P) :Teknik komunikasi apa yayang lebih Anda sukai?
Informan (I-3) :Verbal , secara lisan langsung face to face
Pewawancara (P) :Efektifkah teknik tersebut?
Informan (I-3) :Efektif, idak ada masalah untuk komunikasi langsung
saya merasa nyaman tidak ada beban gitulah..
Pewawancara (P) :Bagaimana Pendekatan Konunikasi yang Anda gunakan
dalam memimpin karyawan pada Sub Departemen
Gudang Bahan Baku?
Informan (I-3) :Untuk penyampaian komunikasi , saya memposisikan
diri saya sebagai rekan kerja dengan harapan mereka
menerima tanpa ada tekanan, saya biasanya
mengkomunikasikan, artinya, saya menawarkan, cari
yang terbaik dulu, artinya menawarkan dulu ke mereka
dengan suatu harapan mereka juga tidak merasa
terbebani dengan instruksi yang saya berikan.
Pewawancara (P) :Berdasarkan sifat, fungsi, tranformasi, atau situasional?
Informan (I-3) :Mereka biasanya, dan saya sendiri berkeinginan kalau
ada problem atau masalah intinya ya, saya tampung
dulu, nah , nanti saya biasanya melakukan istilahnya
memberikan masukan, artinya ya, kepinginnya ya saya
menjadi problem solving, saya lebih kepada situasional
karena saya pikir komunikasi ini dilakukan kalau ada
masalah atau problem nih pasti dilakukan komunikasi.
Pewawancara (P) :Seberapa efektifkah cara tersebut menurut Anda?
Informan (I-3) :Sangat efektif, karena saya pikir untuk verbal ini, bukan
hanya komunikasi aja yang kita sampaikan ke mereka
ya, kemungkinan ada faktor lain ya, timbal-balik, dalam
arti mungkin kita ada care terhadap dia, kemungkinan
ada faktor psikologisnya lah..
Pewawancara (P) :Selain faktor komunikasi formal, faktor komunikasi
informal apakah yang biasa Anda gunakan dalam proses
komunikasi sehari-hari?
Informan (I-3) :Untuk hal itu pasti ada ya, kita tidak hanya monoton
pada masalah pekerjaan saja, tapi ya kadang-kadang ya,
kemungkinan yang pertama dari hal kehadiran,
kerajinan dan disiplin kerja, keteladanan, selain itu juga
dari gaya berpakaian, cara penampilan, dari gaya kita
bicara, spoan santun itu dilakukan juga, yang sering
saya gunakan saya pikir ya kehadiran ajah…, kalau
atasan saya pola kerjanya mau melakukan pekerjaan
yang diluar jobnya, dia peduli terhadap menjaga
kebersihan, kehadiran, supel dan komunikatif ke
siapapun tanpa istilahnya mengenal jabatan.
D. Pengembangan peran dan fungsi komunikasi dalam menunjang Kinerja
karyawan
Pewawancara (P) :Bagaimana informasi mengenai pekerjaan?
Informan (I-3) :Pasti kita paham, secara tertulis kita tidak hafal tapi kita
sudah paham
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan mengenai
deskripsi tugas kepada karyawan? Berupa lisan atau
tulisan?
Informan (I-3) :Ada, berupa lisan langsung
Pewawancara (P) :Apakaah sudah sesuai dengan SOP perusahaan?
Informan (I-3) :Sudah
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan tentang tujuan
tugas atau pekerjaan yang diberikan?
Informan (I-3) :Tujuan tugas iya, secara lisan
Pewawancara (P) :Bagaimanakah proses komunikasi jika ada pekerjaan
tambahan yang harus segera dilakukan?
Informan (I-3) :Biasanya kita dipanggil secara langsung, kita duduk
bareng, atasan menjelaskan dengan lisan dan tulisan.
Pewawancara (P) :Adakah penjelasan mengenai target produksi baik
bulanan maupun tahun?
Informan (I-3) :Untuk target produksi tidak, hanya target untuk
pencapaien kebutuhan kerja saja
Pewawancara (P) :Adakah pemberian motivasi dalam melakukan pekerjaan
supaya tugas dapat diselesaikan baik dan tuntas?
Informan (I-3) :Motivasi ada , biasanya kita ada training , ada pelatihan
ya mengenai motivasi, komunikasi ada, saat briefing
juga ada motivasi, sepert pencapaian kerja.
Pewawancara (P) :Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi?
Informan (I-3) :Kita hanya tahu dari struktur ajah, di SOP sudah
dijelaskan
Pewawancara (P) :Apakah Anda menginformasikan peraturan organisasi?
Informan (I-3) :Ada berupa tulisan
Pewawancara (P) :Berupa apa Pak?
Informan (I-3) :Kebijakan biasanya dia dari pengumuman ya, berbentuk
pengumuman dari lembaran terus ditempel di papan
pengumuman
Pewawancara (P) :Adakah training untuk karyawan baru, untuk pengenalan
mengenai sesuatu yang berhubungandengan perusahaan ?
Informan (I-3) :Ada, training hanya pada saat awal masuk kerja,
biasanya satu minggu
Pewawancara (P) :Adakah Buku atau handbook kepada karyawan sebagai
pedoman dalam melakukan pekerjaan?
Informan (I-3) :Ada, Cuma tidak dibagikan dalam bentuk SOP, selain
itu ada tata tertib kerja
Pewawancara (P) :Adakah informasi mengenai kinerja dan performance
perusahaan atau pencapaian target produksi dan
penjualan?
Informan (I-3) :Ada, berbtuk biasanya hanya soft copy saja tidak
dibagikan hanya untuk infomasi ajah.
Pewawancara (P) :Adakah pertemuan tatap muka karyawan (Meeting /
Briefing) yang diadakan secara berkala pada Sub
Departemen Gudang Bahan Baku?
Informan (I-3) :Ada, kita biasanya meeting koordinasi ya, itu yang
dihadiri biasanya supervisor,section,stockkeeper, helper,
istilah nya meeting koordinasi internal, dilakukaan
secara berkala satu minggu satu kali pada hari rabu jam
1 sampai jam 2 siang, terwakili ajah, cukup, karena by
shiftnya hanya diwakili satu orang P1 dan P2, untuk
stock keeper semuanya yang masuk pagi semuanya
hadir.
Pewawancara (P) :Bagaimana dampaknya, efektifkah?
Informan (I-3) :Dampaknya positif, seperti kendala-kendala dalam hal
pekerjaan, seperti kendala-kendala yang ada dalam
pekerjaan biasanya kita menampung aspirasi dari
merekadan kitamenindaklanjuti dalam satu minggu
berikutnya dan akan dievaluasi pada pertemuan
berikutnya, tidak hanya masalah pekerjaan berbagai
informasi apapun kita sampaikan, dalam pertemuan
tersebut, efektif Pak, sangat efektif.
Pewawancara (P) :Adakah pelaksanaan Training Komunikasi bagi
karyawan dalam upaya pengembangan kemampuan dan
kecakapan dalam hal komunikasi guna menunjang
peningkatan Kinerja?
Informan (I-3) :Training ada, ada, itu sesuai schedule ajah, biasanya
dari Manajemen yang mengatur waktu pelaksanaannya.
Pewawancara (P) :Apakah terdapat informasi mengenai visi, misi, filosofi
atau motivasi pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku
yang menjadi landasan semangat kerja bagi karyawan
dalam melakukan aktivitasnya?
Informan (I-3) :Secara sub-departemen nggak ada , tapi kalau global
ada, artinya setahun sekali kita melakukan training ya
semacam reannual, jadi ada perencanaan untuk tahun
depan, itu tiap tahun ada perencanaan kerja, biasanya
tiap tahun kita ada rapat kerja untuk level leader ya, jadi
misinya itu global, jadi tiap tahunnya visi
misinyaberubah tergantung tema raker-nya, seperti
contoh untuk Tahun 2011 temanya “Memberikan yang
Terbaik Untuk Menjadi yang Terbaik” itu untuk materi
yang kemaren ya, 2011. Saya pikir hal ini perlu ya, jadi
harus kita sampaikan atau konsolidasikan ke bawah
melalui meeting dan briefing.
Pewawancara (P) :Jika sudah ada, seperti apa bentuknya, bagaimana
tampilannya, efektifkah?
Informan (I-3) :Bentuknya dalam tulisan di pajang pada baleho di luar
ruangan atau lingkungan pabrik, secara tampilan saya
kira ada di ruang produksi, kalau di kita kendala dengan
kondisi bangunannya ya, sebenarnya sih bagus ya, akan
tetapi lebih efektif jika disampaikan secara lisan
Pewawancara (P) :Menurut Anda, seberapa besar peran komunikasi dalam
pekerjaan?
Informan (I-3) :Komunikasi, saya pikir sangat-sangat diperlukan Pak,
tanpa komunikasi saya pikir aktivitas tidak akan berjalan
dengan baik jadi pengaruhnya sangat besar, sangat
diperlukan, tanpa komunikasi saya pikir semua tidak
akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur,
peningkatan kinerja pengaruh juga pak, ada pengaruh,
pengaruh, karena kalau tidak ada komunikasi ya, pasti
berantakan, bisa jadi misalnya jadwal ini, ada yang tidak
masuk, ada yang tidak ada yang komunikasi pasti ini
akan terjadi penyimpangan akan ada masalah.
Nama Pewawancara : Alwan Rasyid Salahudin
Tanggal : 24 Februari 2012
Nama Key Informan : Bp. Aco Sudarso
(StockKeeper Intransit -Warehouse RM)
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 39 Tahun
Lama bekerja : 20 Tahun
Nama Perusahaan : PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Lembar Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan komunikasi kepemimpinan
Anda berikut Team Leader dan seluruh karyawan yang ada pada Sub-Departemen
Gudang Bahan Baku dan saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat
Anda jawab sesuai dengan yang Anda ketahui. Jika Anda tidak tahu silahkan
menjawab tidak tahu.
A. Bagaimana komunikasi yang berlangsung pada Sub Departemen Gudang
Bahan Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Bagaimana kondisi interaksi karyawan dalam
pekerjaan?
Informan (I-4) :Untuk saat ini sedikit agak bermasalah pokok utamanya
itu yaitu masalah berhadapan dengan pihak produksi
yakni dengan adanya selisih raw material
Interaksi karyawan dengan saya baik, ada komunikasi
dengan saya, ada permasalahan langsung dari mereka
langung saya eksekusi
Pewawancara (P) :Apakah masih ada karyawan yang bersifat introvert
dalam hal komunikasi,Seperti apa kebiasaaan karyawan
dalam hal komunikasi?
Informan (I-4) :Kalau di shift saya tidak ada, kalau secara umum saya
kurang paham, karena ruang lingkup saya hanya di
gudang intransit ya,
Pewawancara (P) :Apakah karyawan sudah saling berkomunikasi secara
terbuka?
Informan (I-4) :Belum, karena disini kalau menurut saya, karena
misalnya ada masalah, itu saling melempar, itu jadi
merka tidak terbuka terhadap temannya, dia itu hanya
terbuka pada timnya saja, sedangkan kita disini kan 3
shift ya.., ada permasalahan di shift lain dia tidak mau
terbuka dengan shift saya, dengan kata lain
teamworknya kurang ya..
Pewawancara (P) :Apakah karyawan berkomunikasi langsung kepada
Anda mengenai pekerjaan dan di luar masalah
pekerjaan?
Informan (I-4) :Tidak, terkecuali, kadang-kadang berkomunikasi
kalau..tidak selalu, terkecuali kalau ada masalah saya
ajukan ke atasan, itu pun kalau saya tidak bisa
mengatasinya
Pewawancara (P) :Kalau di luar masalah pekerjaan Pak?
Informan (I-4) :Kalau diluar pekerjaan belum pernah, tidak ada, sempat
sih sekali, masalah pribadi saya, hutang piutang, atasan
saya cukup terbuka dan cukup membantu, meskipun
hanya sekedar memberikan saran atau solusi untuk
masalah saya
Pewawancara (P) :Berlaku di semua lini ruang lingkupgudang bahan baku
atau bagaimana dan Seberapa aktif hubungan timbal
balik proses komunikasi yang ada pada ruang lingkup
institusi yang Anda Pimpin?
Informan (I-4) :Ya saya cukup proaktif ya, kalau didalam grup saya
komunikasi itu cukup jelas, karena setiap ada
permasalahn keja selalu komunikasi dengan saya untuk
segera diselesaikan, sangat baik.
Pewawancara (P) :Bagaimana pola komunikasi yang ada pada ruang
lingkup pada sub-departemen gudang bahan Baku?
Informan (I-4) :Kalau untuk global di RM itu sudah cukup baik pola
komunikasi, baiknya kenapa, karena per setiap seminggu
sekali itu diadakan WOR itu meeting mingguan , kalo
menurut saya baiknya disitu ada komunikasi yang belum
tahu jadi tahu, dan yang sudah tahu jadi lebih tahu lagi
Pewawancara (P) :Lebih kepada Dyadic Communication, face to face antar
karyawan?
Informan (I-4) :Kalau menurut saya untuk temworknya itu masih
kurang, masih saling menjatuhkan, ibaratnya masih
salah-salahan
Pewawancara (P) :Efektifkah menurut Anda?
Informan (I-4) :Menurut saya belum karena masih saling menyalahkan
disitu, tapi untuk penyelesainnya belum terealisasi,
belum ada solusi walaupun medianya sudah dipenuhi,
karena tujuan kita WOR itu kan untuk menyelesaikan
masalah pekrjaan.
Pewawancara (P) :Adakah hal yang menjadi hambatan dalam proses
komunikasi tersebut?
Informan (I-4) :Kalau menurut saya dari pimpinan ya informasinya
ajah kurang, yang lebih sering yang saya alami
bawahan yang lebih sering itu bawahan mengadu ke
atasan seperti contohnya kalau ada masalah kekurangan
barang kalau dari atas ke bawah itu ya menurut saya
kadang seminggu sekali pas WOR itu.
Pewawancara (P) :Hambatan itu lebih bersifat individu atau sistem Pak?
Informan (I-4) :Kalo di tim saya nggak ada, secara umum saya tidak
mengerti yak karena ccukup luas ya
Pewawancara (P) :Apakah hambatan tersebut juga terjadi pada setiap level
kepemimpinan dibawah struktur organisasi sub-
departemen gudan bahan baku?
Informan (I-4) :Ya sama ajah ya,saya rasa sudah cukup baik karena
mereka langsung merespon kalo ada permasalahan.
Pewawancara (P) :Bagaimanacara menurut Anda untuk mengatasi
hambatan tersebut?
Informan (I-4) :Ya itu tadi kan kita terbuka disitu itu kan ada WOR itu
harus kita manfaat kan permasalahan yang ada kita
terbuka di situ, merupakan salah satu pemecahan
masalah dan setelah WOR itu harus kita langsung
eksekusi, lakukan gitu…, terus kalo misalkan dari atasan
kan memberikan info ke bawahan ya itu ladangnya itu
ada di WOR itu tadi, itu rutin.
B. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung
keberhasilan proses komunikasi pada Sub Departemen Gudang Bahan
Baku (Raw Material):
Pewawancara (P) :Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat
keberhasilan komunikasi pada sub-departemen gudang
bahan baku?
Informan (I-4) :Kalau di tempat saya fasilitas untuk berkomunasi itu
belum ada, seperti telepon, papan pengumumn ada tapi
ala kadarnya
Pewawancara (P) :Bagaimana dengan fasilitas sarana komunikasi di tempat
kerja Anda?
Informan (I-4) :Kalau di tempat saya fasilitas untuk berkomunasi itu
belum ada, seperti telepon, papan pengumumn ada tapi
ala kadarnya
Pewawancara (P) :Fasilitas Sarana komunikasi apa yang sering digunakan?
Informan (I-4) :Ya, papan pengumuman
Pewawancara (P) :Apakah sudah cukup mamadai?
Informan (I-4) :Belum, soalnya kenapa belum,karena menurut saya
misalkan ada memo,orang itu sering lupa karena tidak
langsung misalkan ada informasi dari atasan ,pakai
memo untuk disuruh, intruksi kasihin Pak Aco, contoh
ya, terus orang itu lupa, nah itu contoh kecilnya ya, jadi
informasi kagak nyambung
Pewawancara (P Sarana komunikasi apa yang dibutuhkan?
Informan (I-4) :Sarana alat komunikasi contoh itu sepert telepon atau
aiphone dan whiteboard jadi diberi sarana yang pasti
atau jelas.
Pewawancara (P) :Seberapa maksimal Anda menggunakan fasilitas
tersebutdalam proses komunikasi atau dalam
memberikan instruksi kerja?
Informan (I-4) :Itu memang belum begitu cukup maksimal , karena
informasi dari saya itu masih sedikit,karena atasan dari
atasan informasinya, itupun shift by shit kalo,misalkan
contoh kayak ada informasi revisi jadwal produksi, disitu
kadang tersendat informasinya, tidak sampai ke tempat
saya itu buruk efeknya bisa terjadi down time produksi
yang bisa merugikan perusahaan.
Pewawancara (P) :Faktor apa saja yang menghambat proses komunikasi
dalam ruang lingkup institusi yang Anda pimpin?
Informan (I-4) :Yang pertama ya faktor ekonomi ya,ekonomi itu
biasanya kalau misalkankita lagi… dompet kosong
katakanlah ya, kalo dompet kosong itu agak males-
malesan kerja… itu salah satu faktornya ya, kedua dari
segi sarana komunikasi kerjayangmasih kurang
memadai
Pewawancara (P) :Mengapa hal tersebut dapat terjadi, apa yang
melatarbelakangi permasalahan tersebut?
Informan (I-4) :Ya, karena sangat dibutuhkan ya…
Pewawancara (P) :Apa tindakan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut?
Informan (I-4) :Belum ada , masih ala kadarnya, yang ada itu dipakai.
C. Pola dan Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Pewawancara (P) :Gaya komunikasi kepemimpinan seperti apa yang Anda
terapkan dalam pekerjaan atau yang sering Anda
gunakan dalam berkomunikasi dengan pimpinan dan
bawahan?
Informan (I-4) :Kalau dengan bawahan ya biasa ajah ya, sedikit
intruksi.tapi saya lebih sering memberikan contoh
terlebih dahulu
Pewawancara (P) :Apakahpimpinan dan bawahan Anda dapat menerima
dengan baik pola tersebut?
Informan (I-4) :Itu tergantung pemikiran atasan ya, yangsaya rasakan
ya diterima ya baik dengan atasan maupun bawahan,
komunikatif
Pewawancara (P) :Apakah karyawan Gudang Bahan Baku memahami gaya
kepemimpinan Anda?
Informan (I-4) :Itu sih kurang tahu ya soalnya pribadi masaing-masing,
kalo komunkasi terjalin , mengalir seperti biasa aja ya
Pewawancara (P) :Bagaimana respon (feedback) dari karyawan terhadap
pola atau gaya kepemimpinan Anda?
Informan (I-4) :Welcome biasa aja, berdasarkan job desc-nyaberda
Pewawancara (P) Teknik komunikasi seperti apa yang Anda gunakan
dalam proses komunikasi pada ruang lingkup institusi
yang Anda pimpin?Verbal atau Non Verbal?
Informan (I-4) :Ya dari mulut ke mulut kalo menurut saya ya teknik
komunikasinya. Seringnya ya tatap muka dan lisan ya
Pewawancara (P) :Teknik komunikasi apa yayang lebih Anda sukai?
Informan (I-4) :Ya itu tadi langsung yang saya sukai secara langsung
Pewawancara (P) :Efektifkah teknik tersebut?
Informan (I-4) :Sudah efektif ya, antara atasan dan bawahan hanya saja
terbatas dengan kendala waktu dantempat kerja,
Pewawancara (P) :Bagaimana Pendekatan Komunikasi yang Anda
gunakan dalam memimpin karyawan pada Sub
Departemen Gudang Bahan Baku?
Informan (I-4) :Dalam ruang likup kerja saya cukup ya, dalam
komunikasi dan informasi, misalkan kalau ada masalah
saya komunikasikan secara langsung kepada atasan.
Pewawancara (P) :Berdasarkan sifat, fungsi, tranformasi, atau situasional?
Informan (I-4) :Ya lebih kepada sifat apa adanya dan bijaksana, itu
yang paling saya suka, kalo secara situasional ya yang
saya alami selama ini, saya menunggu, misalkan ada
informasi dari atasan, asaya dapat informasi dari
atasan, saya langsung lontarkan ke bawahan.
Pewawancara (P) :Seberapa efektifkah cara tersebut menurut Anda?
Informan (I-4) :Kalau menurut saya sudah efektif, parameternya setiap
permasalahan langsung direspon
Pewawancara (P) :Selain faktor komunikasi formal, faktor komunikasi
informal apakah yang biasa Anda gunakan dalam proses
komunikasi sehari-hari?
Informan (I-4) :Saya berikan contoh
Pewawancara (P) :Seperti selalu memberi contoh Keteladanan, Seperti
apa?
Informan (I-4) :Seperti menyapu, hal yang kecil ya, saya menyapu dn
anak buah saya mengikuti, berarti tindakan saya lansung
direspon oleh bawahan. Selain itu dalam membuat
laporan, suplay , terkadang sambil bekerja saya juga
bercanda dengan teman untuk sekedar mungurangi rasa
capek ya.. (he,he,he…)
D. Pengembangan peran dan fungsi komunikasi dalam menunjang Kinerja
karyawan
Pewawancara (P) :Bagaimana informasi mengenai pekerjaan?
Informan (I-4) :Itu diberi yaitu kalo ditempat saya kan intransit ya,
contoh seperti setiap masuk saya selalu melihat jadwal
produksi terlebih dahulu yang ada atau ditempel pada
papan pengumuman
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan mengenai
deskripsi tugas kepada karyawan? Berupa lisan atau
tulisan?
Informan (I-4) :Berupa tulisan dengan acuan jadwal tersebut
Pewawancara (P) :Apakaah sudah sesuai dengan SOP perusahaan?
Informan (I-4) :Sepertinya belum ya, sepertinya ditempat saya itu belum
memenuhi standard, dari segi lokasi karena sering lebih
barang over kapasitas. Belum memamadai menurut saya
tapi itu bersifat insidentil saja,
Pewawancara (P) :Apakah Anda memberikan penjelasan tentang tujuan
tugas atau pekerjaan yang diberikan?
Informan (I-4) :Kalo di tempat saya nggak ya, kecuali ada info yang
bersifat mendadak disampaikan secara lisan.
Pewawancara (P) :Bagaimanakah proses komunikasi jika ada pekerjaan
tambahan yang harus segera dilakukan?
Informan (I-4) :Ya itu biasanya langsung menyuruh untuk lembur
secara lisan dulu baru menulis surat perintah lembur
sendiri berdasarkan perintah atasan
Pewawancara (P) :Adakah penjelasan mengenai target produksi baik
bulanan maupun tahun?
Informan (I-4) :Sepertinya tidak ya untuk di tempat saya ya
Pewawancara (P) :Adakah pemberian motivasi dalam melakukan pekerjaan
supaya tugas dapat diselesaikan baik dan tuntas?
Informan (I-4) :Ada dari manajemen ya contohnya insentive yang
berupa pemberian rupiah berdasarkan penilaian
kerjasetiap bulan disitu bisa untu penyemangat kita
bekerja ya.
Pewawancara (P) :AdakahInformasi mengenai kebijakan dan praktik-
praktik organisasi?
Informan (I-4) :Kalo untuk peraturan berorganisasi biasanya saya
hanya melihat di meja tasan kerja saya, sebatas struktur
organisasi aja. Selain itu GMP, PHC…
Pewawancara (P) :Berupa apa Pak?
Informan (I-4) :Berupa lisan, secara visual gua ada memo secara tertuli
berupa pengumuman.
Pewawancara (P) :Informasi mengenai kebijakan perusahaan seperti
peraturan baru ?
Informan (I-4) :Untuk saat ini belum pernah yasekarang-sekarang ini,
kalo dulu pernah mengenai larangan untuk merokok
Pewawancara (P) :Adakah training untuk karyawan baru, untuk pengenalan
mengenai sesuatu yang berhubungandengan perusahaan?
Informan (I-4) :Ada, yaitu yang melakukan pimpinan RM,
Pewawancara (P) :Adakah Buku atau handbook kepada karyawan sebagai
pedoman dalam melakukan pekerjaan?
Informan (I-4) :Kalau untuk buku… nggak ada ya, ada juga buku PKB
ya, Perjanjian Kerja Bersama antara karyawan dengan
manajemen, itu mungkin dari situ panduannya, berlaku
untuk seluruh karyawan.
Pewawancara (P) :Adakah informasi mengenai kinerja dan performance
perusahaan atau pencapaian target produksi dan
penjualan?
Informan (I-4) :Belum pernah denger ya
Pewawancara (P) :Adakah pertemuan tatap muka karyawan (Meeting /
Briefing) yang diadakan secara berkala pada Sub
Departemen Gudang Bahan Baku?
Informan (I-4) :Kalau untuk di gudang ada ya WOR yaitu pertemuan
meeting tiap satu minggu sekali, tiap hari rabu jam
1siang yang diikuti cukup oleh StockKeeper ajah,
Pewawancara (P) :Bagaimana dampaknya, efektifkah?
Informan (I-4) :Cukup memuaskan kita juga, kalau ada masalah di
pekerjaan kita, walaupun ada WOR itu hanya
menampung permasahan kerja ajah, tapi setidaknya
atasan tahu lah, saya rasa nggak efektif ,karena
disitukan ada helper ya, bawahan stock keeper ya
harusnya ikut semua, jadi ada informasi yang aktual
mereka mendengar langsung, jadi kuraterwakili ya,
kurang efektif
Pewawancara (P) :Adakah pelaksanaan Training Komunikasi bagi
karyawan dalam upaya pengembangan kemampuan dan
kecakapan dalam hal komunikasi guna menunjang
peningkatan Kinerja?
Informan (I-4) :Kalau training untuk komunikasi belum ya, kecuali gini,
apa ya…dulu pernah, ada training cuman soal training
pemadam kebakaran sudah lama ya, belum pernah ikut
ya, karena kurang tahu itu tadi, informasinya kurang
jelas..
Pewawancara (P) :Apakah terdapat informasi mengenai visi, misi, filosofi
atau motivasi pada Sub Departemen Gudang Bahan Baku
yang menjadi landasan semangat kerja bagi karyawan
dalam melakukan aktivitasnya?
Informan (I-4) :Filosofinya kalau disini itu maklumat mutu ya, itu
semacam semboyan yang harus kita lakukan, seperti,
kami bertekad bla,bla,bla….(lupa)…
Pewawancara (P) :Jika sudah ada, seperti apa bentuknya, bagaimana
tampilannya, efektifkah?
Informan (I-4) :Bukan filosofi ya, paling sifatnya lebih kepada
keamanan ya seperti utanakan selamat, saya kurang
tahu , tidak pernah melihat Akan tetapi sebenarnya untuk
teamwork perlu juga ya sebagai penyemangat, meskipun
juga tidak begitu pengaruh juga ya..
Pewawancara (P) :Menurut Anda, seberapa besar peran komunikasi dalam
pekerjaan?
Informan (I-4) :Sangat dibutuhkan, ya karena kalau ada permasalahan
yang atasan tahu, ibaratnya bawahan juga harus tahu
ya, misalnya ada permasalahan di atasan, bawahan juga
harus tahu, begitu juga kalau ada permasalahan di
bawahan, atasan juga harus tahu ya, jadi kalau ada
masalah ya saya harus bilang ke atasan saya, kalau
misalkan saya tidak bisa mengatasi ya, gitu, ya itu
memang sangat penting ya, kinerja dengan komunikasi
itu sangat penting ya, karena disitu saling berkaitan.