STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL...

76
STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh AJI NADIYAH ZULIARTI 1110011000081 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL...

Page 1: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

AJI NADIYAH ZULIARTI

1110011000081

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

LEMBAR PEI\GESAHAN SI(RIPSI

STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL.GHAZALI DANIBNU KHALDUN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk MemenuhiSalah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

AJI NADIYAH ZULIARTI

NIM: 11100011000081

Menyetujui,

Pembimbing

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2015

Dr. H. MundziNIP. 19540707 1984 02 0001

Page 3: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SI(RIPSI

Skripsi berjudul " Studi Kompanasi Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazali dan

Ibnu Khaldun" yang disusun oleh Aji Nadiyah Zuliarti, NIM: 1110011000081,

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan

sahsebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2015

Yang Mengesahkan,

DosenPembimbing

Dr. H. Mundzier Suparta. MA.

NIP.19540707 1984 02 0001

Page 4: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

LEMBAR PENGESAHAN

Slcipsi bequdul "Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazati dan

Ihnn Khalduu, disusun oleh Aji Nadiyah Zuliarli Nomor Induk Mahasiswa

111000111000081, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada

tanggal 5 Maret 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoieh gelar sarjana sl {s.Fd.l) dalam bidang Fendidikax Agama Islam.

Jakarta, 5 Maret 2015

Panitia fljian Munaqasah

Ketn* Panitia (Ketu* JurusanlProgram St*di) Tanggal

Dr. H. Abdul Majid Khon. M. AgMP:19580707 1983 1 005

Sekretaris {Sekretaris Ju rusan/Prodi}

Hj. Marhamah Saleh. Lc. MAMP: 19720313 200801 2?rc

Penguji I

Drs. H. A. Basuni. M. AeMP: 19491126 197901 1001

Penguji II

Dr- Dimyati. M. AgMP: 196407A4 199303 I AA3

4r' , wt

MP: 195

Page 5: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul "STUDI KOMPARASI

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN" yang disusun

oleh :

Nama

NIM

Jurusan

Fakultas

Angkatan

Aji NadiyahZuliafii

1 1 1001 1000081

Pendidikan Agama Islam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

20t0

Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 13 Februari 2015.

Jakarta, 13 Februari 2015

Pembimbing

NrP. 19540707 t984 02 0001

IV

Page 6: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

Tempat/Tgl. Lahir

NIM

Jurusan

JudulSkripsi

: Aji Nadiyah Zl.iliarti

: Jakarta, 31 Juli'1992

:1110011000081

: Pendidikan Agama Islam

:

Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Al-Ghazali dan

Ibau Khaldun

: Dr. H. Mundzier Suparta, MA.DosenPembimbing

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya be*anggung jawab secara aksdemis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

Yang Menyatakan

Aji Nadiyah Zuliarti

NrM 1110011000081

Page 7: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

v

ABSTRAK

Aji Nadiyah Zuliarti (1110011000081)

Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep pendidikan

Islam Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali secara mendalam dan mengkomparasikan

pemikiran pendidikan keduanya serta menemukan persamaan dan perbedaan konsep

pendidikan dari Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode library

research.Dalam penelitian library research ini yang dijadikan objek ialah literatur-

literatur yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun

serta konsep pendidikan Islam pada umumnya . Adapun sumber objek penelitian

tersebut adalah dokumen tertulis, baik berupa buku primer dari kedua tokoh yakni

Ihya Ulumuddin dan Muqaddimah Ibnu Khaldun, buku-buku yang berkaitan dengan

pembahasan konsep pendidikan kedua tokoh,kamus, internet dan lain-lain.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep pendidikan Al-Ghazali

beranggapan bahwa seorang anak tumbuh dan berkembang tergantung orang yang

mendidiknya serta lingkungan yang membentuk anak tersebut. Konsep pendidikan

Ibnu Khaldun menyatakan seseorang terbentuk bukan dari nenek moyangnya,

melainkan terbentuk berdasarkan lingkungan sosial, alam dan adat-istiadat. Keduanya

memiliki persamaan yakni sama-sama berpaham empiris dan mengutamakan

keteladanan guru sebagai metode pendidikan serta syarat sebagai seorang pendidik.

Adapun perbedaannya adalah, secara keseluruhan Al-Ghazali lebih spesifik dalam

menerangkan tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan dan metode pendidikan

dibandingkan dengan Ibnu Khaldun.

Page 8: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

vi

ABSTRACT

Comparative Study of Islamic Education Concepts

Ibn Khaldun and Al-Ghazali

The purpose of this study is to describe the concept of Islamic education Ibn

Khaldun and Al-Ghazali in depth and to compare the two educational thinking and

find similarities and differences in the concept of education of Al-Ghazali and Ibn

Khaldun.

The method used in this thesis is a method research.Dalam research library

research library is used as the object is literature related to educational thought Al-

Ghazali and Ibn Khaldun and the concept of Islamic education in general. The source

of the research object is a written document, either in the form of primary books of

both figures the Ihya Ulumuddin and Prolegomena of Ibn Khaldun, books related to

the discussion of the concept of education both figures, dictionaries, internet and

others.

The conclusion of this study is the concept of education Al-Ghazali thought

that a child grows and develops depending on the person and the environment that

shape educate the child. The concept of a person's education Ibn Khaldun states

formed instead of his ancestors, but are formed by the social environment, nature and

customs. Both have similarities which are equally sensible empirical and put

exemplary teachers as educational methods and requirements as an educator. The

difference is, on the whole Al-Ghazali more specific in explaining the purpose of

education, curriculum and methods of education compared to Ibn Khaldun.

Page 9: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

Yang telah memberikan segala kenikmatan, kesabaran, kekuatan, ketabahan serta

karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam

semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,

sahabat, dan pengikutnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. SSDekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Khalimi, MA. Dosen pembimbing akademik yang senantiasa

memberikan saran dan masukan yang berarti dalam masalah akademik untuk

penulis.

5. Bapak Dr. H. Mundzier Suparta, MA. Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, mendidik, memberikan saran dan motivasi, serta mengarahkan

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri, Staff Perpustakaan Utama,

Perpustakaan FITK atas segala ilmu ikhlasnya, mendidik, memberi masukan,

bantuannya. Semoga apa yang telah diberikan menjadi keberkahan.

7. Kedua Orangtuaku tercinta, Bapak (Sukamto) dan Mamah (Jubaedah) yang

tak henti-hentinya memberikan dukungan, do’a, pengorbanan, perjuangan

serta semangat hingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Page 10: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

viii

8. Adik-adikku tersayang, Wahid Ramadhan, Andika Tri Sucipto, Luthan

Maulana, dan Rif’at Hambali, yang telah memberikan semangat, dukungan,

beserta do’a.

9. Sahabat-sahabat kosan (masih) pelangi, Tiara Wenty Aulianda, Heni Lupita

Sari, Fauzia Hayatun Nufus, Nurdina Mecca Zathira, Uum Humairoh, Ulfah

Fauziyah, Liestiana Apriyani, Meylia Yuliandari, Novita Nurrahmi, Mary

Silvita, Disa Fajriah, Antik Natasha G Raila, terimakasih atas segala canda,

tawa, airmata, dukungan, dan mimpi-mimpi yang akan kita wujudkan

dikemudian hari. Thanks for everything, guys!

10. Sahabat setiaku, Sandra Devita Kusuma Ningsari dan Nur Fathiya

Herliyulyani, yang turut mendo’akan dan mendukung dalam penyelesaian

skripsi ini.

11. Orang-orang terkasih seperjuangan mengejar mimpi, Serli Widiyawati, Tiara

Syifa Fitria, Sofi Roziqoh, Siti Nuradillah Wahdah, Wilda Fizriyah, dan

seluruh keluarga besar P20AI serta kawan-kawanku di PAI angkatan 2010,

terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

12. Dan kepada seluruh pihak yang pernah penulis kenal, yang tak bisa

disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan

dapat dijadikan masukan bagi guru PAI dan mahasiswa sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya.

Jakarta, 5 Maret 2015

Penulis

Page 11: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

LEMBAR UJI REFRENSI ...................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah ........................................................ 1

B. IdentifikasiMasalahPembatasanMasalah. ............................ 5

C. PerumusanMasalah .............................................................. 5

D. TujuandanManfaatPenelitian ............................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. PengertianPendidikan Islam ................................................ 7

B. KonsepdanRuangLingkupPendidikan Islam ....................... 10

1. PengertianKonsepPendidikan Islam ............................... 10

2. RuangLingkupPendidikan Isla ........................................ 12

a. TujuanPendidikan Islam .......................................... 13

b. KurikulumPendidikan Islam .................................... 16

c. MetodePendidikan Islam ......................................... 17

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................... 19

Page 12: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. ObyekdanWaktuPenelitian .................................................. 21

1. ObyekPenelitian .............................................................. 21

2. WaktuPenelitian .............................................................. 21

B. MetodePenulisan ................................................................. 22

C. FokusPenelitian ................................................................... 22

D. ProsedurPenelitian ............................................................... 22

1. PendekatanPenelitian .................................................... 22

2. InstrumenPenelitian ...................................................... 23

3. TeknikPengumpulan data ............................................. 23

4. TeknikAnalisis Data ..................................................... 24

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

A. TemuanHasilAnilisis Deskriptif ......................................... 25

1. Al-Ghazali .................................................................... 25

a. Biografi .................................................................... 25

b. Konsep Pendidikan .................................................. 27

2. IbnuKhaldun ................................................................. 40

a. Biografi .................................................................... 40

b. Konsep ..................................................................... 41

B. Temuan Hasil Anilisis Komparatif ...................................... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 59

B. Saran .................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 60

Page 13: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan

hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan

merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan

berlangsung seumur hidup. Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah

menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan

kehidupan umat manusia.1

Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha

manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik

jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan

kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menananmkan nilai-nilai dan norma-

norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk

dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses suatu

pendidikan.

Sebagai aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan

kepribadian, tentunya pendidikan Islam memmerlukan landasan kerja untuk memberi

arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber

semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan

sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.

Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Qur’an adalah

sebagai berikut:

1 zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), H. 1.

Page 14: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

2

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah

kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak

pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya,

yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba

kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang

lurus.” (Q.S. As-Syuara [42]: 52).

Selain itu dalam pandangan Islam, pendidikan juga merupakan kegiatan yang

diwajibkan bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita. Di dalam Hadis Rasul

bersabda:

د الخذري قال : قال رسول ع سع ه وسلم : طلب العلم ن أب اهلل صل اهلل عل

ضة على كل مسلم )رواه ابن ماجه( فز2

Dari Abi Sa’id al-Khudri, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu

adalah kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu

kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

maju, sehajtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Semakin

tinggi cita-cita manusia semakin menuntuk kepada peningkatan mutu pendidikan

sebagai sarana untuk mencapai cita-cita tersebut. Jadi, antara kedudukan pendidikan

yang dilembagakan dalam berbagai bentuk dan model dalam masyarakat, dengan

dinamika masyarakatnya selalu berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang

2 Muhammad bin Salamah bin Ja’far Abu Ja’far Abu Abdillah al Fidha’I, Musnad asy-Syihab,

(Beirut: Muassasah ar-Risaalah,t.th), Jilid I, h.137

Page 15: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

3

waktu.3 Sehinggan Allah SWT. sangat memuliakan bagi orang yang senantiasa

mencari dan memperkaya ilmu pengetahuannya. Dalam Q.S. Al-Mujaadilah ayat 11

Allah SWT. berfirman:

“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah [58]: 11).4

Sebagaimana kita ketahui bahwasannya pendidikan Islam memiliki peran

aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

pendidikan Islam masih bersifat formalitas belaka bukan berpuncak pada tuntutan

dalam rangka melahirkan generasi insan kamil sebagaimana tujuan akhir dalam

pendidikan Islam.

Oleh karena itu, setiap pekerjaan yang mempunyai orientasi yang jelas dan

bertanggung jawab haruslah mempunyai sebuah tujuan. Suatu usaha yang tidak

mempunyai tujuan tidak akan memiliki arti apa-apa.5 Secara etimologi tujuan adalah

“Arah, maksud, atau haluan”. Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan

“ghayat, ahdaf, atau maqasid”. Sementara dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan

“goa, purpose, objectives, atau aim. Secara terminooigi, tujuan berarti “sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiataan selesai”.6

Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman nilai-nilai moral untuk

membentengi diri dari akses negatif globalisasi. Tetapi yang paling urgen adalah

bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu

berperan sebagai kekuatan pembebasan dari himpitan kemiskinan, kebodohan, dan

3 Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2003), hal.1-5

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta, Syamil Quran,2009), hal.543

5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos, 1997), H. 45.

6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),

h. 15.

Page 16: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

4

keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.7 Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan

individu yang yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkepribadian yang baik serta

memilliki pemahaman beragama yang tidak hanya dipahami tapi juga diterapkan

dalam kehidupan.

Berbicara tentang pendidikan Islam, pastilah berbicara tentang konsep

pendidikannya. Konsep-konsep pendidikan Islam yang ada dewasa ini tidak lepas dari

bayang-bayang konsep pendidikan Islam di era klasik, yang terlahir dari pemikiran-

pemikar para tokoh filosof pendidikan Islam. Cukup banyak tokoh-tokoh pendidikan

Islam di era klasik yang menyumbangkan pemikiran-pemikirannya terhadap dunia

pendidikan, salah satunya konsep pendidikan Islam itu sendiri.

Di antara tokoh-tokoh pendidikan Islam yang lain, penulis mencoba

menjabarkan konsep pendidikan Islam menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun , yang

masing-masing dari kedua tokoh tersebut pasti memiliki pemikiran yang berbeda.

Keduanya terkenal juga sebagai tokoh filosof dan pakar pendidikan yang

pastinya memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam menyusun suatu konsep dan

menetapkan tujuan pendidikan tergantung pada latar belakang dan bidang kajian

pendidikan para tokoh tersebut.8

Suatu rumusan konsep pendidikan maupun tujuannya harus mempunyai

muatan subyektifitas dari yang merumuskannya, artinya setiap pemikiran dari

seorang tokoh pasti menggambarkan tokoh tersebut, contohnya seperti tokoh pemikir

pendidikan Islam yang seringkali mengaitkan tujuan suatu pendidikan dengan

kebahagiaan yang abadi setelah kehidupan dunia, yakni kebahagiaan di akhirat.

Sedangkan jika dilihat dari pendidikan umum, biasanya hanya berorientasi pada

7 Moh. Shofan,Pendidikan Berparadigma Profetik, (Jogjakarta: IRcISOD, 2004), H. 28.

8 Nata, op. cit., hal. 46.

Page 17: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

5

masalah kehidupan dunia, seperti pekerjaan yang akan didapat setelah menyelesaikan

pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas yang merupakan gambaran untuk memperoleh hasil

pembelajaran yang lebih baik lagi mengenai konsep pendidikan dalam Islam, maka

penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah karya ilmiah dalam

bentuk skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Konsep Pendidikan Islam Al-

Ghazali dan Ibnu Khaldun”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan dasar pemikiran diatas maka penulis akan memberikan penjelasan

tentang identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut :

1. Konsep-konsep pendidikan dewasa ini tidak lepas dari baying-bayang konsep

pendidikan terdahulu.

2. Setiap pemikiran para tokoh mengenai konsep pendidikan Islam berbeda-

beda.

C. Pembatasan Masalah

Pembahasan kajian skripsi ini untuk terfokus hanya kepada pembahasan

tentang konsep pendidikan Islam menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun yang

meliputi tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas,

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun?

2. Apa persamaan konsep pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun?

3. Apa perbedaan konsep pendidikan Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun?

Page 18: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Hasil Penelitian

Dengan membahas masalah seperti ini, penulis bertujuan:

1. Untuk dapat memberikan gambaran terhadap konsep pendidikan menurut

Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.

2. Untuk mengetahui perbedaan konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dan

Ibnu Khaldun.

3. Untuk mengetahui persamaan konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dan

Ibnu Khaldun.

4. Untuk mengetahui pemikiran konsep pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu

Khaldun.

Sedangkan manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penulis dapat mengetahui konsep pendidikan yang lebih baik lagi dari

sebelumnya dengan melalui pandangan kedua tokoh tersebut.

2. Sebagai khazanah intelektual, khususnya bagi guru, calon guru, dan

khlayak umum yang bergelut dalam dunia pendidikan.

3. Sebagai upaya pengembangan diri bagi penulis maupun orang lain yang

membutuhkan.

4. Kajian ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian

selanjutnya.

Page 19: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam bahasa Arab, kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah,

antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib. Namun demikian, ketiga kata

tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjukkan pada pengertian

pendidikan.1Istilah pendidikan secara sederahana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di

dalam masyarakat dan bangsa.2

Ta’lim merupakan kata benda buatan (masdhar) yang berasal dari akar kata

„allama.Sebagian para ahli menerjemahkan ta’lim dengan makna pengajaran.Maksud

dari ta’lim lebih mengarah pada aspek kognitif, seperti pengajaran mata pelajaran

matematika.

Kata tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (Rabba) maka ia memiliki arti

memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,

mengembangkan memelihara, membesarkan dan menjinakkan. Pemahaman tersebut

diambil dari Al-Qur‟an sebagai berikut:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Q.S. Al-Isra‟ [17]:

24).3

1Nizar, Op. Cit., h. 85-86.

2Djumransjah dan Abdul Malik, Pendidikan Islam, Menggali Tradisi, Mengukuhkan

Eksistensi, (UIN Malang Press, 2007), h. 1. 3Al-Qur‟an dan Terjemah.

Page 20: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

8

Sebagaimana arti yang terkandung dalam ayat di atas: “kamaa rabbayaanii shagiira,

sebagaimana mendidikku sewaktu kecil.”

Selanjutnya kata atta’dib diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata

karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.Ta’dib yang seakar dengan kata

adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan.Artinya orang yang

berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya, peradaban yang

berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.4

H. M Arifin memandang pendidikan Islam adalah suatu proses system

pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba

Allah SWT. (anak didik) dengan berpedoman pada ajaran Islam.5 Selain itu, Samsul

Nizar menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian proses yang

sistematis, terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada

anak didik, mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik, sehingga anak

didik mampu melaksanakaan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai

dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (Al-Quran dan Hadits)

pada semua dimensi kehidupannya.6

Abdul Mujib dan Yusuf dalam bukunya Pendidikan Islam merumuskan

pengertian Pendidikan Islam yakni: “Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai

Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan,

pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan ppotensinya, guna mencapai

keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.”7

Selain itu, pendidikan Islam menurut Abdur Rahman Nahlawi sebagaimana

yang dikutip Hamdani dan Fuad adalah:

4Abdul Mujib, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2006), Cet. 1., h. 11-20

5 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 11. 6 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 94. 7 Mujid, Op. Cit., h. 27-28.

Page 21: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

9

ا يلك تقيبطت و املساال اقنتاع ىلي ادؤي يذال يعاوتجالا و يسفنال نالتر بيت الاسلا هيت هي التنظي

تعاوجال و درفال ةايي حف

“Pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat

memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan

individu maupun kolektif”8

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya para pakar

pendidikan Islam berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam.Ada yang

menitik beratkan tujuan pada pembentukan akhlak anak didik, ada yang

memfokuskan pada keseimbangan hidup dunia dan akhirat, ada pula yang teori dan

praktek.

Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang

bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan

perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik

maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.9Pendidikan Islam juga dapat diartikan

sebagai usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai

dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan

berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-

nilai Islam.10

Oleh karena itu pendidikan Islam merupakan sekaligus pendidikan

amal.Maksud dari pendidikan amal adalah pendidikan tingkah laku agar seorang anak

didik selain menjadi anak yang cerdas intelektualnya juga menjadi anak didik yang

cerdas moralnya.

8Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2007), h. 15. 9 M. Arifin, Op. Cit., h. 32.

10 Zuhairini, Op. Cit., h. 152.

Page 22: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

10

B. Konsep dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam

1. Pengertian Konsep Pendidikan Islam

Konsep adalah suatu medium yang menghubungkan subjek yang akan

diketahui dengan objek yang diketahui, dari sisi subjek konsep dapat diartikan

sebagai kegiatan pikiran untuk merumuskan suatu hal atau masalah, sedangkan di

lihat dari sisi objek, konsep itu sendiri dapat diartikan sebagai isi dari kegiatan

tersebut, arti, atau makna yang akan dicapai dalam menyelesaikan suatu hal atau

masalah.

Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relative

sempurna dan bermakna sedangkan dari pengertian lain konsep adalah rancangan

atau ide yang diabstrakan dari peristiwa konkret atau dapat diartikan pula sebagai

gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang berada di luar bahasa, yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep tunggal bisa

dinyatakan dengan bahasa apapun. Konsep bisa dinyatakan dengan hund dalam

bahasa Jerman chien dalam bahasa Perancis dan perro dalam bahasa spanyol. Dengan

demikian konsep merupakan suatu peta perencanaan untuk masa depan sehingga bisa

dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan segala kegiatan.11

Konsep pendidikan menurut Al-Qur‟an merujuk kepada informasi yang

terdapat didalam Al-Qur‟an, yaitu pendidikan yang mencakup segala aspek jagat raya

ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah

SWT. sebagai pendidik yang Maha Agung.Konsep pendidikan Al-Qur‟an sejalan

dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta‟lim

dan ta‟dib.Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih cenderung menerangkan kepada

manusia bahwa Allah SWT. memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Nabi

Muhammad SAW. dan selanjutnya Nabi menyampaikan kepada para ulama,

kemudian dari ulama menyampaikan pada manusia. Sedangkan pendidikan dalam

11

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),

Cet. 1. h. 456.

Page 23: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

11

konsep ta’lim merupakan proses transfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan

intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih

tertuju pada pembinaan akhlak.

Konsep pendidikan menurut Al-Qur‟an terangkum dalam ayat-ayat Al-Qur‟an

yang berhubungan dengan pendidikan, seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan

yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 yang menjelaskan tentang pelajaran

yang diberikan Allah kepada Nabi Adam AS, dan pokok-pokok pendidikan yang

diberikan Rasul kepada umatnya. Kemudian Surat Luqman ayat 13-14:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.(Q.S. Luqman [31]: 13-14).12

Ayat di atas berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang

tua terhadap anaknya.13

Dalam pelaksanaan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah mereka (orang

tua dan pendidik/guru) yang melaksanankan tugas dan tanggung jawab mendidik.

Pengertian mendidik dalam Islam sebenarnya bukan cuma dibatasi pada terjadinya

interaksi pendidikan dan pembelajaran antara guru dan peserta didik di depan kelas

saja, namun mengajak, mendorong (memotivasi) dan membimbing orang lain untuk

12

Al-Qur‟an dan Terjemah. 13

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), h. 125.

Page 24: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

12

memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian dari aktivitas

pendidikan Islam. Maka dari itu, kegiatan pendidikan dapat berlangsung kapan saja

dan di mana saja, bahkan oleh siapa saja sepanjang yang bersangkutan dapat

memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran

maupun ajaran Islam.14

Dan di dalam konsep pendidikan itu sendiri juga terdapat ruang lingkup yang

mencakup beberapa ruang lingkup yang berupa tujuan, metode, serta kurikulum

pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu maka penulis akan membahas lebih lanjut lagi

mengenai ruang lingkup pendidikan ini secara lebih terperinci.

2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup pendidikan Islam sesungguhnya mencakup segala hal yang

terkait dengan kehidupan manusia di dunia, di mana manusia mampu

memanfaatkannya sebagai wadah untuk menanam bibit amaliah yang hasilnya dapat

dipetik di akhirat. Maka untuk pembentukan sikap serta nilai-nilai keislaman dalam

pribadi manusia akan efektif apabila dilakukan dengan melalui proses pendidikan

yang berjalan si atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang terkait dengan

pendidikan.15

Menurut M. Arifin di dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan

Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner” mengatakan bahwa

ruang lingkup pendidikan Islam mencakup tentang masalah yang terdapat dalam

kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, materi

pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan.16

14

Ahmad Syar‟I, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. 2, h. 31-32 15

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 16. 16

Arifin,Op.Ccit., h. 9.

Page 25: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

13

Setelah dilihat dari pernyataan M. Arifin maka penulis disini akan membahas

ruang lingkup konsep pendidikan Islam hanya mencakup tiga aspek saja, yaitu tujuan

pendidikan, kurikulum pendidikan, dan metode pendidikan. Dan penulis akan

membahas terlebih dahulu tentang tujuan pendidikan, selanjutnya penulis akan

membahas kurikulum dan metode pendidikan.

a. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan

usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan

lain.17

Ada juga yang beranggapan jika berbicara tentang tujuan pendidikan tentu akan

mengajak kita bicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Sebab

pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara

kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.18

Tujuan

menurut Arifin yang dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya “Ilmu Pendidikan

Islam” adalah sesuatu yang bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan)

yang terletak pada suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai dengan usaha untuk

melalui proses tertentu.19

Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat

pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang: pertama, tujuan dan

tugas hidup manusia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu,

sebagaimana firman Allah SWT.:

17

Mujib, Op. Cit., h. 71. 18

Nur, Op. Cit. h. 77. 19

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), cet-8, h. 133.

Page 26: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

14

“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”(Q.S. Ali Imran [3]:

191).20

Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia

sebagai makhluk yang unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan seperti, fitrah,

bakat, minat, sifat, dan karakter yang berkecenderungan pada al-hanif (rindu akan

kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kemaampuan, kapasitas, dan

ukuran yang ada. Ketiga, tuntutan masyarakat, baik berupa pelestarian nilai-nilai

budaya yang telah melembaga dalam masyarakat, maupun pemenuhan terhadap

tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia

modern.Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam, yakni memanfaatkan dunia

sebagai bekal kehidupan di akhirat.21

Secara umum tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum, tujuan

sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.22

1) Tujuan Umum

Tujuan umum merupakan tujuan yang hendak dicapai melalui semua kegiatan

pendidikan. Tujuan umum tersebut meliputi aspek sikap, tingkah laku,

penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Bentuk insane kamil dengan pola takwa

harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walau dalam

ukuran kecil dan muru yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.

2) Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi

sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum

pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insane kamil sudah agak terlihat

20

Al-Qur‟an dan Terjemah. 21

Mujib, Loc. Cit., h. 71-73. 22

Arief, op. cit., h. 18.

Page 27: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

15

meskipun dalam ukuran sederhana, paling tidak beberapa ciri pokok sudah terlihat

pada pribadi anak didik.

3) Tujuan Akhir

Pendidikan Islam berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat

pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula, yakni mati dalam keadaan

berserah diri kepada Allah SWT. sebagai muslim yang merupakan ujung dari

takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisikan kegiatan pendidikan.

4) Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah

kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut

dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.23

Sebenarnya tujuan pendidikan memiliki tujuan yang amat penting dalam

menciptakan konsep pendidikan yang lebih baik dan terarah.Menurut Ahmad D.

Marimba yang dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya „Ilmu Pendidikan Islam”,

menyebutkan ada empat fungsi tujuan pendidikan, pertama, tujuan berfungsi

mengakhiri suatu usaha.Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah

mempunyai arti apa-apa. Dan suatu usaha akan berakhir kalau tujuan akhir telah

dicapai dengan baik. Kedua, tujuan berfungsi mengarahkan usaha, tanpa adanya

antisipasi kepada tujuan tersebut.Ketiga, tujuan dapat berfungsi sebagai titik pangkal

untuk mencapai tujuan lainnya.Keempat, fungsi dari tujuan ialah memberikan nilai

pada usaha itu.24

Di kalangan para ahli sendiri masih terdapat perbedaan pendapat mengenai

pemakaian istilah tujuan.Menurut Hasan Langgulung sendiri mengatakan bahwa

istilah tujuan sendiri banyak dicampur-adukkan penggunaannya dengan istilah

maksud.Sedangkan Ahmad Tafsir mencoba menjelaskan tujuan pendidikan Islam

dengan merujuk kepada beberapa pendapat pakar pendidikan Islam. Dari berbagai

23

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 1. 24

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), Cet. 1, h. 134.

Page 28: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

16

pendapat tersebut, ia membagai tujuan pendidikan Islam kepada yang bersifat umum

dan yang bersifat khusus. Menurutnya tujuan pendidikan secara umum harus

diketahui terlebih dahulu bagaimana ciri manusia yang sempurna menurut Islam,

yakni dengan mengetahui bagaimana lebih dahulu hakikat manusia menurut Islam,

karena bagaimanapun tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan gambaran ideal

dari manusia yang ingin diajari melalui pendidikan.

b. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum berasal dari bahasa Latin “Curriculum”, semula berarti “a running

course, specialy a chariot race course” dan terdapat pula dalam bahasa Perancis

“Courir” artinya “to run” artinya “berlari”.25

Istilah ini pada mulanya digunakan alam

dunia olahraga yang berarti “a little race course” (suatu jarak yang harus ditempuh

dalam pertandingan olahraga).26

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan

kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama

anak didikanya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

mereka.27

Salah satu komponen operasional pendidikan Islam adalah kurikulum, ia

mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Pada hakikatnya antara materi dan kurikulum mengandung arti yang

sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam

suatu sistem institusional pendidikan.28

Samsul Nizar dalam bukunya mengatakan bahwa kurikulum itu adalah

landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing peserta didikknya kearah

tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah penngetahuan,

25

Arief, op. cit., h. 29. 26

Nizar, op. cit., h. 126. 27

Arief, op. cit., h. 30. 28

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri jejak sejarah pendidikan Era

Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007), h. 11

Page 29: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

17

keterampilan, dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses pendidikan Islam bukanlah

suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu

pada konseptualisasi manusia transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan

sikap mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam.29

Adapun jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Fakta, yakni segala hal yang berwujud berupa kenyataan dan kebenaran, meliputi

nama objek, peristiwa sejarah, nama tempat, dan lainnya.

2) Konsep, yakni segala sesuatu yang berwujud berupa pengertian baru yang bias

timbul sebagai hasil dari pemikiran seperti definisi, pengertian, dan lainnya.

3) Prinsip, berupa hala-hal yang utama dan pokok. Yang memiliki posisi penting

serta memiliki keterkaitan antara konsep yang menggambarkan implikasi sebab-

akibat.

4) Prosedur, yakni langkah yang sistematis atau berurutan dalam mengajarkan suatu

aktivitas dan kronologi dalam suatu system.

5) Sikap atau nilai, yang merupakan hasil belajar berupa nilai kejujuran, kasih

sayang, tolong menolong dan lain-lain.30

Dari pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan, kurikulum adalah

seperangkat bahan ajar yang menjadi landasan berisi materi pelajaran pendidikan

Islam yang akan diberikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan.

c. Metode Pendidikan Islam

Metode berasal dari kata meta yang artinya melalui, dan hados yang artinya

jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang ingin ditempuh untuk mencapai

suatu tujuan.31

Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, metode adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

29

Nizar, op. cit., h. 126-127 30

Rusman Efendy, Materi Pendidikan, 2010, (http://info-makalah.blogspot.com) 31

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal.99

Page 30: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

18

mencapai maksud” sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.32

Selain itu ada yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk

menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan

disiplin tersebut. Adapun prinsip dari metode,yaitu:

1) Pendidikan Islam mengakui kebenaran adanya fitrah bagi kemampuan dasar yang

dikaruniakan Allah SWT. dalam tiap diri manusia.

2) Keyakinan pendidikan Islam tentang potensi fitrah itu mendorong pengaruh-

pengaruh negative terhadap perkembangan fitrah melalui program-program

kegiatan kependidikan yang mengarah pada cita-cita Islam.

3) Pendidikan Islam mengupayakan keseimbangan antara harmonisasi, keserasian,

dan keselarasan antara masukan instrumental dengan masukan environmental

(pengaruh lingkungan) dalam proses mencapai tujuan, sehingga produk

pendidikan benar-benar sesuai denngan idealitas Islam.

4) Pendidikan Islam memberikan motivasi kepada guru untuk berusaha menghindar

dari pengaruh negative terhadap perkembangan fitrah melalui program kegiatan

kependidikan yang mengarah pada cita-cita Islam.

5) Pendidikan Islam mengupayakan terciptanya model proses belajar mengajar yang

bersifat fleksibel terhadap tuntutan kebutuhan hidup murid sebagai hamba Allah

SWT. dan sebagai anggota masyarakat.

6) Pendidikan Islam, dalam segala usahanya senantiasa berpegang pada pola

perkembangan hidup manusia yang berorientasi pada potensi keimanan dan ilmu

pengetahuan yang saling menguatkan dalam hidup pribadi manusia muslim.33

32

Arief, op. cit., h.40. 33

Hamdani Ihsan dan,Op. Cit., (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 164-165.

Page 31: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

19

Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa

sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan demikian maka terciptalah

proses belajar yang interaktif.34

Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta

bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah

kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka

pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim

yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan

merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT., baik kepada

Tuhannya sesama manusia dan sesame makhluk lainnya. Pendidikan yang dimaksud

selalu berdasarkan kepada ajaran Al-Quran dan al-Hadits.

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah

cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.35

C. Hasil Penelitian Relavan

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap karya ilmiah skripsi di Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa yang membahas tentang Konsep Pendidikan

Islam Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun belum penulis temukan secara khusus judul yang

sama dengan skripsi ini, namun ada beberapa skripsi yang mengaitkan denganKonsep

Pendidikan Ibnu Khaldun, yaitu skripsi saudara Ahmad Syarif (2013) Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul Konsep

Manusia dan Pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun (dalam kitab

muqaddimah).Dia menjelaskan tentang konsep manusia menurut Ibnu Khaldun yang

bertujuan untuk mengenalkan kepada manusia itu sendiri mengenai eksistensinya

serta fungsi dan tugasnya sebagai „abd Allah SWT.Selain itu, beliau juga menjelaskan

tentang konsep Pendidikan Islam, yang mempunyai implikasi terhadap konsep

34

Nizar, op. cit., h. 16. 35

Arief, loc. cit., h. 40-41.

Page 32: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

20

manusia dalam hal pendidikan baik dalam pendidikan informal, formal, maupun dan

non formal.

Skripsi dari saudari Resnamia Novianti (2012) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta dengan judul Studi

perbandingan konsep pendididkan Islam menurut Ibnu Miskawaih Ibnu Khaldun. Dia

menjelaskan tentang konsep pendidikan dari kedua tokoh tersebut dengan batasan

masalahnya yakni Tujuan, Materi dan metode. Terkait dengan judul yang penulis

ambil dengan saudari Resmania memamng memiliki persamaan namun ketika penulis

membaca skripsi saudari Resmania, Ia tidak menjelaskan materi pendidikan Ibnu

Khaldun secara rinci, melainkan hanya secara garis besarnya saja.

Selanjutnya Skripsi saudari Ani Rosidatul Isma (2011) dari fakultas Tarbiyah,

jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang dengan judul skripsi Konsep

Pendidikan Menurut Imam Ghozali Dalam Kitab Ayyuhal Walad. Skripsi ini

membahas tentang tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, dan metode pendidikan

Al-Ghazali yang terdapat dalam kitab Ayyuhal Walad.

Selanjutnya skripsi karya saudari Siti Aisyah (2007) Fakultas Tarbiyah,

jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang, dengan judul Studi Komparasi

Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Paulo Freire. Skr. Dia menjelaskan perbedaan

dan persamaan kedua tokoh tersebut yang pematasan masalahnya meliputi konsep

pendidikan, tujuan pendidikan dan metode pendidikan.

Dari hasil pemaparan di atas, penulis menyimpulkan sekalipun terdapat

kesamaan nama tokoh namun tidak ada yang memadukan Al-Ghazali dan Ibnu

Khaldun. Terkait dengan pembatasan masalah ada beberapa pembatasan masalah

yang sama, namun penelitian pada penulisan skripsi ini tetap memiliki perbedaan

dengan skripsi-skripsi di atas, karena lebih difokuskan padakonsep tujuan pendidikan,

kurikulum pendidikan dan metode pendidikan.

Page 33: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Obyek dan Waktu Penelitian

1. Obyek Penelitian

Dalam penelitian library research ini yang dijadikan objek ialah literatur-

literatur yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun

serta konsep pendidikan Islam pada umumnya . Adapun sumber objek penelitian

tersebut adalah dokumen tertulis, baik berupa buku, kamus, internet dan lain-lain.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian Penelitian yang berjudul “STUDI

KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI DAN IBNU

KHALDUN’’ ini tidak ditentukan batasan waktunya, karena sejalan dengan

berkembangnya literatur yang sedang dibahas hingga benar-benar dinyatakan

selesai.Digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang

diperoleh dari teks books yang ada di perpustakaan.

B. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, presepsi, pemikiran individual seseorang secara individual maupun

kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan

penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. 1Dalam pengumpulan data, penulis

menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Untuk mendapatkan

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 60.

Page 34: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

22

data-data penelitian, penulis mengumpulkan bahan keperpustakaan, dengan cara

membaca, mengikuti kuliah, menelaah buku-buku, dan bahan-bahan informasi

lainnya terutama yang berkaitan dengan Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun dan Al-

Ghazali dan buku-buku penunjang ataupun pembanding terhadap judul yang akan

diteliti.

Adapun penulisan skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi yang

diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013.

C. Fokus Penelitian

”Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi

pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang

yang dipandang ahli."2

Fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Konsep Pendidikan Al-

Ghazali dan Ibnu Khaldun. Yaitu pemikiran kedua tokoh yang berkaitan dengan

tujuan, kurikulum dan metode pendidikan. Cara penyajiannya bersifat deskriptif

analitik. Penyajian deskriptif adalah menjelaskan tentang pengertian, ruang lingkup,

dan konsep dari sumber-sumber yang berkaitan sebagai penunjang dan pembanding

terhadap yang akan diteliti.

D. Prosedur Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam pendekatan penelitian penulisan skripsi ini peneliti menggunakan

metode penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang

dilakukan di perpustakaan dan mengambil setting perpustakaan sebagai tempat

2Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2011) h.378-

379

Page 35: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

23

penelitian di mana objek penelitiannya adalah bahan-bahan perpustakaan. Penelitian

kepustakaan dilakukan oleh seseorang yang ingin mengetahui teori-teori apa yang

digunakan dari waktu ke waktu.3

Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam

skripsi ini bersifat kualitatif dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk

menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis

yang penulis kaji mengenaiKonsep Pendidikan Ibnu Khaldun dan Al-Ghazali.

2. Instrumen Penelitian

“Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah

manusia sebagai instrument atau alat. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif

cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan

data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil

penelitiannya.4”

Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan diri sebagai instrument,

bertindak sebagai perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir data mengenai Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka

teknik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah dengan

mengumpulkan mengumpulkan data-data tertulis kemudian menyelidiki bahan-bahan

tertulis yang terkait dengan konsep pendidikan kedua tokoh tersebut. Langkah ini

biasanya dikenal dengan dengan metode dokementasi.

3 Nuraida Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research

Publishing, 2009),Cet. 1, h. 20. 4Ibid.,h. 121.

Page 36: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

24

Suharsimi berpendapat “bahwa metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, agenda dan sebagainya”.5

Teknik ini digunakan oleh peneliti dalam rangka mengumpulkan data yang

berhubungan dengan Konsep Pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen resmi, dokumen yang validitas dank eabsahannya terjamin baik dokumen

perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. analisis juga dapat

dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.6

Analisis dokumen dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan pustaka berupa

dokumen-dokumen yang terkait dengan konsep pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu

Khaldun. Kemudian membandingkan konsep dari kedua tokoh dengan menggunakan

analisis deskriptif dan komparatif sehingga menghasilkan kesimpulan dari kedua

konsep pendidikan, yakni konsep pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.

Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh menunggu dan membiarkan

data menumpuk, untuk kemudian menganalisisnya. Bila demikian halnya, ia akan

mendapatkan berbagai kesulitan dalam menangani data. Semakin sedikit data,

semakin mudah penanganannya. Mumpung sedikit, segeralah data itu dibereskan.

5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), h. 206.

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 81.

Page 37: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

25

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif

1. Al-Ghazali

a. Biografi

Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali (lebih dikenal dengan

sebutan al-Ghazali), lahir di Thus (wilayah Khurasan) pada tahun 450 H/1058 M. al-

Ghazali memiliki keahlian berbagai disiplin ilmu, baik sebagai filosuf, sufi, maupun

pendidik. Ia menyususn beberapa kitab dalam rangka menghidupkan kembali ilmu-

ilmu agama (Ihya ulum al-din).1Sejak kecil, Al-Ghazali dikenal sebagai anak yang

senang dengan ilmu pengetahuan. Sehingga tak mengherankan jika sejak masa anak-

anak ia telah belajar kepada sejumlah guru di kota kelahirannya.2

Imam Ghazali sejak kecilnya dikenal sebagai seorang anak pencinta ilmu

pengetahuanndan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa

duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara.3

Al-Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya, Tus dengan

mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Selanjutnya ia pergi ke Nisyafur dan Khurasan

yang pada waktu itu kedua kota tersebut terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan

terpenting di dunia Islam. Di kota Nisyafur inilah al-Ghazali berguru kepada Imam

al-Haramain Abi al-Ma‟ali al-Juwainy.4

1 Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.

85. 2Djalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994),

h. 139. 3 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 82. 4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 209

Page 38: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

26

Al-Ghazali mendapat gelar “bahrun mughriq” dari al-Juwaini karena

kecerdasannya.Al-Ghazali baru meninggalkan Nisyaur setelah Imam al-Juwaini

meninggal dunia tahun 1085.5

Kemudian Al-Ghazali meninggalkan Nisyafur ketika gurunya meninggal

dunia, menuju ke Istana Nizham Mulk yang menjadi seoramng perdana menteri

Sultan Bani Saljuk.Keikutsertaan Ghazali dalam suatu diskusi bersama sekelompok

ulama dan para intelektual di hadapan Nizham Mulk membawa kemenangan baginya.

Hal itu tidak lain berkat ketinggian ilmu filsafatnya, kekayaan ilmu pengetahuannya,

kefasihan lidahnya, dan kejituan argumentasinya. Nizham Mulk benar-benar kagum

melihat kehebatan beliau ini dan berjanji akan mengangkatnya sebagai guru besar di

Universitas yang didirikannya di Baghdad.6

Di tengah-tengah kesibukkannya di Madrasah Nizhamiyah, ternyata ia tidak

melupakan dunia jurnalistik.7Setelah empat tahun beliau memutuskan berhenti

mengajar di Baghdad. Lalu ditinggalkannya kota tersebut untuk menunaikan ibadah

haji. Setelah itu beliau menuju Syam, hidup dalam Jami‟ Umawy dengan kehidupan

penuh ibadah, mengembara ke berbagai padang pasir untuk melatih diri menjauhi

barang haram, meninggalkan kemewahan hidup.8

Karena banyak keahlian yang secara prima dikuasai al-Ghazali, maka tidaklah

mengherankan jika kemudian ia mendapat bermacam gelar yang mengharumkan

namanya, seperti gelar Hujjatul Islam (Pembela Islam), Syeikh al-Shufiyyin (Guru

Besar dalam Tasawuf), dan Imam al-Murabin (Pakar Bidang Pendidikan).9

5Djalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994),

h. 139. 6 Nata, Op. Cit., h. 83.

7Al-Rasyidin,Op. Cit., h. 86.

8Nata, Op. Cit. h. 84.

9 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 159-

160.

Page 39: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

27

Setelah mengajar diberbagai tempat –seperti Baghdad, Syam, dan Nisyafur-

akhirnya ia kembali ke kota kelahirannya, Thus pada tahun 1105 M. di sini, ia

kemudian mendirikan sebuah madrasah dan mengabadikan dirinya sebagai pendidik

hinggaia wafat pada tahun 1111M.10

b. Konsep Pendidikan

Dalam masalah pendidikan al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme.

Hal ini antara lain disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan

terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua dan

orang yang mendidiknya.Hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang

sangat berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun. Hal ini sejalan dengan

pesan Rasulullah SAW yang menegaskan:

مجسانو كل مىلىد يىلد على الفطرة فأبىاه يهىدانو أوينصرانو أوي

Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tualah yang

menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.(H.R.

Muslim).11

Terkait dengan hadist tersebut, al-Ghazali mengatakan jika anak menerima

ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika

anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang

jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek.12

a. Tujuan Pendidikan

Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan

10

Al-Rrasyidin, loc. Cit., 87. 11

Nata.Op. cit., h. 211. 12

Nata, Op. Cit., 212.

Page 40: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

28

pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri pada Allah SWT, akan dapat

menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan.

Rumusan pendidikan yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT.

tentang tujuan penciptaan manusia, yaitu:

Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku.

(Q.S. Al-Dzariyat [51]: 56).13

Pemikirannya tentang tujuan pendidikan Islam dapat diuraikan menjadi tiga:

1) Tujuan mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri

sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT.

2) Tujuan utama pendidikan Islam yakni sebagai sarana pembentukan akhlak al-

karimah.

3) Tujuan pendidikan Islam untuk mengantarkan peserta didik mencapai

kebahagian dunia dan akhirat.14

Rumusan tersebut mencerminkan sikap kezuhudan dari Imam Ghazali

terhadap dunia, merasa cukup dengan yang ada, dan lebih banyak memikirkan

kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.Rumusan tujuan pendidikan beliau yang

itu juga karena al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang penting,

tidak abadi dan akan rusak, sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan kapan

saja.15

13

Al-Qur‟an dan Terjemah. 14

Al-Rasyidin, loc. Cit., h. 87. 15

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hal. 211-

212

Page 41: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

29

Al-Ghazali menempatkan dua hal penting sebagai orientasi pendidikan;

pertama mencapai kesempurnaan manusia untuk secara kualitatif mendekatkan diri

kepada Allah SWT, kedua, mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih

kebahagiaan di dunia dan akhirat.16

Secara rincinya Al-Ghazali membagi tujuan pendidikan menjadi dua, yakni

tujuan religius dan tujuan non-religius. Menurutnya tujuan pendidikan dilihat dalam

kaitannya dengan system pengajaran berdasarkan sifat pengetahuan yang dikaji,

yakni ilmu-ilmu agama, non agama, dan sufi.

Al-Ghazali dengan tegas menyatakan bahwa sekalipun ilmu-ilmu agama bisa

membantu seseorang mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, seperti jabatan, pengaruh,

kekuasaan dan kekayaan, itu semua tidak boleh dijadikan sebagai tujuan dalam

mempelajari ilmu-ilmu agama.

Berbeda persoalan ketika yang dibicarakan adalah pendidikan di bidang ilmu-

ilmu non-agama.Al-Ghazali secara gamblang menyatakan bahwa seseorang boleh

mempelajari ilmu-ilmu semacam kedokteran dan matematika untuk tujuan material

dan kewibawaan.

Di bidang ilmu-ilmu sufi, jelas bahwa tujuan utama pendidikan adalah

pencapaian pengetahuan spiritual yang hanya mungkin terjadi bila hati telahh

sepenuhnya bersih dari kecenderungan buruk. Tujuan akhir ini adalah kebahagian

abadi di surga, dan puncak tertinggi dari kebahagiaan abadi ini adalah pertemuan dan

melihat Allah SWT.17

Selain tujuan tersebut di atas, menurut Al-Ghazali pendidikan juga harus

mampu membuat seorang peserta didik sadar terhadap hkum Islam dengan melalui

16

Asrorun Ni‟am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep Al-

Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. 3., h. 79. 17

Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan Al-Ghazali,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 120-121.

Page 42: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

30

pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits agar peserta didik dapat menambah pengetahuan

tentang Islam. Tapi hal ini pun belum cukup, peserta didik juga harus dibiasakan

untuk shalat lima waktu, meneliti dan mengikuti kajian-kajian Islam lainnya.18

b. Kurikulum Pendidikan

Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang diberikan kepada

anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu beradaptasi

dengan lingkungannya.Kurikulum tersebut disusun sedemikian rupa agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditentukan.19

Kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum

dalam arti sempit, yaitu seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada

peserta didik.20

Dalam menyususun kurikulum pelajaran, Al-Ghazali memberi perhatian

khusus pada ilmu-ilmu agama dan etika sebagaimana dilakukannya terhadap ilmu-

ilmu yang sangat menentukan bagi masyarakat.21

Pendapat Al-Ghazali terhadap

kurikulum dapat dilihat dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan yang

dibaginya dalam beberapa sudut pandang.22

Sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin dkk, dalam bukunya Seluk Beluk

Pendidikan Dari Al-Ghazali yang dikutip dari Ihya Ulumuddin juz I bagian

pembahasan ilmu pada bab kedua dan ketiga yang diterangkan secara luas dan

mendalam mengenai Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tatanan sosial

masyarakat, Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Berdasarkan tingkat kewajibannya

2. Berdasarkan sumbernya

18Alavi, Op. Cit., h. 66.

19 Nata, Loc. Cit., h. 216.

20Ibid.,h. 217.

21

Nata,pemikiran….Op. Cit., h. 92. 22

Nata, Loc. Cit., h. 217.

Page 43: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

31

3. Berdasarkan fungsi sosialnya.23

Ilmu pengetahuan beradasarkan tingkat kewajibannya dibagi menjadi dua,

yakni ilmu pengetahuan yang bersifat fardhu „ain dan ilmu pengetahuan yang bersifat

fardhu kifayah.Penjelasan yang penulis kutip dari kitab Ihya Ulumuddin Al-Ghazali

(Mujahidin Muhayan, penrj) mengenai ilmu penegtahuan yang bersifat fardhu „ain

yakni seseorang wajib mempelajari peritah-perintah Allah SWT, seperti shalat dan

puasa, zakat, dan haji.

Seseorang juga wajib untuk mempelajari maksiat-maksiat yang wajib dia

tinggalkan sepanjang hari sesuai kebutuhan.Dia juga wajib mempelajari ilmu yang

menyelamatkan dari perkara-perkara yang merugikan serta mempelajari ilmu-ilmu

yang dapat mengantarkan kita mencapai derajat yang tinggi.24

Adapun ilmu pengetahuan fardhu kifayah Al-Ghazali mengatakan: “ialah

setiap ilmu pengetahuan yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakkan

kesejahteraan dunia, yaitu ilmu pengetahuan, manakala suatu masyarakat jika tidak

ada yang mengembangkan ilmu tersebutmaka akan mengalami kesulitan-kesulitan

dan kekacauan-kekacauan dalam kehidupan.”25

Kemudian ilmu pengetahuan berdasarkan sumbernya menurut Al-Ghazali

yang penulis kutip dari Djalaluddin dan Usman Said dibagi menjadi dua bagian:

1) Ilmu Syari‟at yang terdiri atas:

a) Ilmu Ushul (ilmu pokok) yang meliputi, Ilmu al-Qur‟an, Sunnah Nabi,

pendapat-pendapat sahabat dan Ijma‟.

b) Ilmu Furu‟ (cabang) terdiri atas Ilmu Fiqh, ilmu ihwal hati dan akhlak.

23

Zinuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.

34. 24

Al-Ghazali, Jalan Menuju Penyucian Jiwa, Terj.dariIhya Ulumuddin oleh Mujahidin

Muhayan, (Jakarta: Pene Pundi Aksara, 2010), Cet. II, h. 7. 25

Zainuddin, Op. Cit., h. 35.

Page 44: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

32

c) Ilmu pengantar (mukaddimah) yang terdiri atas Ilmu bahasa dan gramatika.

d) Ilmu pelengkap (mutammimah) yang terdiri atas Ilmu Qira‟at, Ilmu Hadits,

Ilmu Tafsir, dan Ilmu Atsar sahabat dan lainnya.

2) Ilmu bukan Syari‟ah terdiri atas:

a) Ilmu yang terpuji: ilmu kedokteran, ilmu berhitung dan ilmu perusahaan

dirinci menjadi, ilmu pokok dan utama, meliputi pertanian, penenunan,

pembangunan, dan tata pemerintahan. Ilmu penunjang meliputi, pertukangan

besi dan industri sandang. Ilmu pelengkap meliputi, pengolahan pangan.

b) Ilmu yang diperbolehkan (tak merugikan), kebudayaan, sastra, sejarah, dan

puisi.

c) Ilmu yang tercela (merugikan), ilmu tenung, sihir dan bagian-bagian tertentu

dari filsafat.26

Dan yang terakhir dari pengklasifikasian ilmu, adalah ilmu pengetahuan

menurut fungsi sosialnya sebagaimana yang dikutip Zainuddin dalam bukunya, Al-

Ghazali membaginya menjadi dua macam:

a) Ilmu pengetahuan yang terpuji (Mahmud) ialah pengetahuan yang bermanfaat

dan tidak dapat ditinggalkan, bahkan kepada pengetahuan inilah aktivitas-

aktivitas kehidupan bergantung.

b) Ilmu pengetahuan yang terkutuk (Madzmum) yaitu pengetahuan yang

merugikan dan merusak manusia seperti, sihir, tenung, dan astrologi.27

c) Ilmu pengetahuan yang bisa dikatakan terpuji, tapi ada kalanya dikatakan

tercela. Ini dipengaruhi oleh kadar pendalaman ilmu tersebut, seperti filsafat

naturalisme. Menurut Al-Ghazali jika ilmu tersebut diperdalam makan

26

Djalaluddin, Op. Cit., h. 142-143. 27

Zainuddin, Op. Cit., h. 39.

Page 45: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

33

akanmenimbulkan kekacauan pikiran serta keraguan, yang akhirnya sangat

mempengaruhi manusia kepada kufur dan ingkar.28

Terkait dengan penjabaran ilmu di atas, Al-Ghazali juga menambahkan aspek-

aspek pendidikan yang terbagi menjadi lima bagian:

1. Pendidikan keimanan

Sebagaimana yang penulis kutip dari Hamdani dan Fuad dalam buku Filsafat

Pendidikan Islam, Al-Ghazali menganjurkan agar pendidikan keimanan diterapkan

sejak anak usia dini:

“Ketahuilah, bahwa apa yang telah kami sebutkan itu mengenai penjelasan akidah

(keyakinan) maka sebaiknya didahulukan kepada anak-anak pada awal

pertumbuhannya.Supaya dihapalkan dengan baik, kemudian senantiasalah terbuka

pengertiannya nanti sedikit demi sedikit sewaktu dia telah besar.”

Dari kutipan diatas jelaslah bahwa pendidikan mengenai keimanan harus

diutamakan agar tumbuh secara sempurna dalam jiwa seorang anak perasaan ber-

Tuhan.

2. Pendidikan akhlak

Menurut Al-Ghazali, pendidikan akhlak juga perlu diajarkan sejak dini. Masa

anak-anak adalah masa paling berpengaruh untuk menanamkan dasar-dasar akhlak

yang baik, caranya dengan latihan-latihan dan pembiasaan diri yang sangat membantu

terhadap pembinaan kepribadian anak.

Jika seorang anak dididik untuk membiasakan melakukan kebaikan maka

kebiasaan itu akan tumbuh dalam kebaikan tersebut dan berpengaruh positif terhadap

kehidupannya di dunia dan akhirat. Dan sebaliknya, jika seorang anak sejak kecil

28

Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Quantum

Teaching, 2005), h. 8.

Page 46: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

34

telah dibiasakan dengan hal-hal buruk/mengerjakan keburukan, maka anak itu akan

celaka karena sebab rusaknya akhlak.29

Kemudian sebagaimana yang penulis kutip dari Zainuddin, Al-Ghazali

mengibaratkan akhlak yang baik itu serupa dengan keindahan bentuk lahir manusia

yang sempurna:

“maka demikian pula keindahan batin yang empat unsur harus baik seluruhnya. Ke

empat unsur itu adalah kekuatan ilmu, kekuatan godhob, kekuatan syahwat dan

kekuatan adil berada di antara tiga kekuatan tersebut”30

3. Pendidikan akliah

Menurut Al-Ghazali, akal merupakan sumber ilmu pengetahuan, teknologi

dan budaya. Akal pikiran dapat memberikan manusia ilmu pengetahuan yang

digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari.Selain akal, kemauan juga

memiliki peranan dalam mendorong manusia untuk melakukan suatu

perbuatan.Dengan begitu, akal dan kemauan memiliki kaitan yang erat.Akal

menghasilkan pedoman perbuatan melalui pengetahuannya dan kemauan

menghasilkan pendorong perbuatan.Oleh sebab ini lah pendidikan akliah memiliki

kepentingan untuk mengembangkan intelegensi manusia secara optimal.

4. Pendidikan Sosial

Dalam pendidikan sosial, beliau menganjurkan kepada pendidik “agar anak

dalam pergaulan dan kehidupannya mempunyai sifat-sifat yang mulia dan etika

pergaulan yang baik, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan

dapat membatasi pergaulannya”.

29

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Op. Cit., h. 237-240. 30

Zainuddin, Op. Cit., 103

Page 47: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

35

Dalam pendidikan sosial ini, seorang anak sebaiknya diajarkan untuk

menghormati dan patuh kepada orang tua dan orang dewasa lainnya, sebagaimana

yang penulis kutip dari Hamdani dan Fuad mengenai pandangan Al-Ghazali

mengenai hal tersebut.Seorang anak hendaknya diajarkan untuk menghormati dan

memuliakan orang tua, jangan biarkan anak bermain-main ketika di hadapan orang

tua, dan membiasakan anak untuk mendengarkan dengan baik saat orang lain

berbicara.

Selain itu, orang tua dan pendidik seharusnya juga mengajarkan anak untuk

tawadhu dan lemah lembut, mengajarkan anak bersikap darmawan serta membatasi

pergaulan anak. Hal-hal tersebut termasuk kedalam pendidikan sosial karena dengan

itu semua anak didik dapat bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan dengan

baik.

5. Pendidikan jasmaniah

Adapun dalam pendidikan jasmaniah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kesehatan dan kebersihan

Dalam hal ini, Al-Ghazali mengaitkannya dengan tharah, beliau memandang

kebersihan sebagai salah satu faktor dalam kesehatan. Maka dari itu, pendidikan

jasmaniah tidak kalah pentingnya dengan pendidikan yang lain.

b. Membiasakan makan suatu makanan yang baik, serta tidak berlebihan.

Karena menurut beliau, bila makan kekenyangan akan menyebabkan hal-hal

yang mengganggu dalam proses belajar diantaranya anak malas belajar dan ibadah,

keras hati, menguatkan syahwat, dan menghilangkan ingatan.

c. Bermain dan berolah raga

Page 48: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

36

Permainan harus memenuhi dua syarat, pertama permainan harus sesuai

etikadan norma kesusilaan masyarakat. Kedua permainan supaya disesuaikan dengan

usia tumbuh kembang anak. Menurut Al-Ghazali permainan bertujuan untuk

merefresh otak dan hiburan untuk anak didik.Dengan bermain anak didik dapat

melatih dirinya untuk bersosialisasi dengan kawan dan lingkungannya, selain itu

bermain juga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan bakat anak.Secara

jasmaniah bermain juga dapat melatih dan menyehatkan otot-otot sehingga sekaligus

dapat menyehatkan dan mennguatkan tubuh anak.31

Sedangkan terkait mengenai materi pendidikan yang layak diajarkan kepada

anak didik, Al-Ghazali memberikan kriteria; pertama, materi tersebut dapat

memberikan manfaat untuk manusia dalam upaya mewujudkan sebuah kehidupan

yang religius, seperti pendidikan etika atau yang lain. Kedua, materi pendidikan dapat

memberi kemudahan kepada manusia untuk dapat mempelajari ilmu agama, misalnya

ilmu bahasa, gramatika dan lainnya.Ketiga, materi pendidikan yang memberikan

manfaat untuk bekal kehidupaan dunia, seperti kedokteran.Keempat, materi

pendidikan tersebut harus bermanfaat dalam membangun kebudayaan dan peradaban

manusia, seperti tentang sejarah, sastra, politik, dan lainnya.32

c. Metode Pendidikan

Al-Ghazali sangat menekankan terhadap pentingnya persiapan bahan ajar oleh

guru.Beliau juga menekankan bahwasanya guru harus mengamalkan ajaran-ajaran

yang telah diajarkannya kepada muridnya.Ia juga mengingatkan agar para guru

menghindari penyajiaan bahan pelajaran yang rumit, dan guru juga dianjurkan agar

memulai pelajaran dari yang paling mudah dan simple.33

31

Hamdani dab Fuad Ihsan, Op. Cit., h. 251-263. 32

Asrorun Ni‟am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep Al-

Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. 3., h. 83. 33

Alavi,Op. Cit., h. 67.

Page 49: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

37

Al-Ghazali juga mengklasifikasikan metode pendidikan menjadi dua bagian:

pertama, metode khusus pendidikan Agama, metode pendidikan agama ini memiliki

orientasi kepada pengetahuan aqidah karena pendidikan Agama pada nyatanyanya

lebih sulit dibanding dengan pendidikan umum yang lainnya, karena pendidikan

Agama menyangkut permasalahan keyakinan dan lebih menitikberatkan kepada

pembentukan kepribadian peserta didik. Sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad

Syar‟I dari Zakiah Dradjat bahwa: “pendidikan Agama dalam arti pembinaan

kepribadian sebenarnya telah dimulai sejak anak lahir, bukan sejak dalam

kandungan”.

Dengan demikian pendidikan akal yang terkait pada diri peserta didik selama

dalam proses pendidikan akan dapat dikendalikan, sehingga bukan hanya

mementingkan aspek rasio, rasa, berpikir sebenar-benarnya tanpa dzikir, melainkan

peserta didik yang memiliki kepribadian yang kamil. Dengan begitu, agama bagi

peserta didik menjadi pembimbing akal, maka terciptalah kehidupan yang seimbang.

Kedua, metode khusus pendidikan akhlak, Al-Ghazali memberi pengertian

tentang akhlak “Al-Khuluq (jamaknya Al-Akhlaq) ialah ibarat (sifat atau keadaan)

dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa.34

Beliau mengatakan

“wajib atas para murid untuk membersihkan jiwanya dari kotoran/kerendahan

akhlak dan dari sifat-sifat yang tercela, karena bersihnya jiwa dan baiknya akhlak

menjadi asas bagi kesempurnaan ilmu yang dituntutnya.”35

Pendidikan akhlak ini

bias diterapkan dengan menggunakan metode latihan dan pembiasaan, selain itu juga

dapat menggunakan nasihat dan anjuran sebagai alat pendidikan dalam usaha

membina kepribadian anak didik sesuai dengan ajaran agama Islam tentunya. Dalam

pembentukan kepribadian ini diperlukan tahapan secara berangsur-angsur guna

mencapai kesempurnaan.36

34

Zinuddin, Op .Cit., h. 102. 35

Muzayyin, Op. Cit., h. 95. 36

Hamdani dan Fuad, Op. Cit., h. 240.

Page 50: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

38

Al-Ghazali mengaitkan akhlak dengan jiwa dalam membahas pendidikan

akhlak. Beliau menekankan bahwasanya akhlak itu bersumber dari jiwa seseorang

yang kemudian menghasilkan tindakan-tindakan nyata, namun tindakan tersebut juga

dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang. Inilah alasan beliau mengapa

pendidikan akhlak itu diperlukan.Ketika seseorang melakukan tindakan fisik dalam

beberapa waktu tertentu (sering) maka secara tidak disadari tindakan tersebut lah

yang melandasi dan mempengaruhi kualitas jiwa seseorang.

Dengan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode

pendidikan akhlak harus dilakukan dengan cara praktek secara continu dan

dibutuhkan waktu untuk pembiasaan sebagaimana yang dijelaskan Hamdani dan

Fuad mengenai pendapat Al-Gazali bahwasannya dalam pendidikan akhlak sebaiknya

dibentuk dengan cara prakter secara terus menerus dan pendidikan akhlak juga

memerlukan waktu untuk berproses.

Perhatian Al-Ghazali terhadap ilmu agama memang begitu besar.Secara

teknisnya Al-Ghazali menegaskan bahwa mempelajari ilmu agama harus dimulai

sejak dini. Dengan cara, mulanya anak-anak usia dini diajak untuk menghafal dasar-

dasar agama.

Kemudian seiringdengan perkembangan usianya dan kemampuan

intelektualitasnya barulah pendidikan diteruskan dengan memberikan penjelasan dan

pengertian atas suatu materi.Anak didik diajak untuk memahami substansinya dengan

disertai argumentasi yang rasional.

Dalam persoalan prinsip-prinsip keagamaan, metode pengajaran agama Al-

Ghazali dimulai dengan menghafal, lalu memahami, kemudian mempercayai dan

Page 51: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

39

menerima.Selanjutnya penyajian bukti-bukti argumentative untuk memperkuat ajaran

yang telah diterima.37

Kemudian dalam hal mendidik, Al-Ghazali mengambil sistem yang

berasaskan keseimbangan antara kemampuan rasional dengan kekuasaan Tuhan,

antara kemampuan penalaran dengan penngalaman mistik yang memberikan ruang

bekerjanya akal pikiran, dan keseimbangan antara berpikir deduktif logis dengan

pengalaman empiris manusia.

Atas dasar pandangan al-Ghazali itu maka tergambar pula dalam metode

pendidikan yang diingingkan. Di antaranya beliau lebih menekankan pada perbaikan

sikap dan tingkah laku para pendidik dalam mendidik anak didik, seperti berikut:

a) Guru harusmencintai muridnya seperti anaknya sendiri.

b) Guru tidak boleh mengharapkan upah.

c) Guru harus memberi semangat kepada muridnya untuk mencari ilmu yang

manfaat.

d) Guru harus memberi contoh dan teladan yang baik.

e) Guru harus mengajarkan materi yang sesuai dengan kemampuan anak didiknya.

f) Guru harus mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari, karena guru menjadi idola

di mata anak didiknya sehingga apapun yang dilakukan atau apapun yang terlihat

dari seorang guru sedikit-banyak akan ditiru oleh muridnya.

g) Guru harus paham terhadap jiwa anak didiknya.

h) Guru harus mendidik keimanan anak didiknya, sehingga tunduk kepada agama.38

Sebagaimana yang dikutip Zainuddin dalam bukunya Seluk Beluk Pendidikan

Dari Al-Ghazali, Al-Ghazali menyarankan pada guru:“seorang guru hedaklah dapat

memperkirakan daya pemahaman muridnya dan jangan diberikan pelajaran yang

37

Asrorun Ni‟am Sholeh, Op. Cit., h. 81-80. 38

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 94

Page 52: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

40

belum sampai tingkat akal pikirannya, sehingga ia akan lari dari pelajaran atau

menjadikan tumpul otaknya”39

Maka dari itu jelaslah bahwa metode pendidikan yang harus dipergunakan

oleh para pendidik/pengajar adalah yang berprinsip pada child centered yang lebih

mementingkan anak didik daripada pendidik sendiri. Metode itu dapat diterapkan

dalam macam-macam metode seperti, metode contoh teladan, metode guidance &

counselling (bimbingan dan penyuluhan), metode cerita, metode motivasi, metode

reinforcement (mendorong semangat), dan lain sebagainya.40

“Selain itu Al-Ghazali menekankan agar guru menguasai pengetahuan secara

utuh dan kecakapan, kemampuan dan suka pada anak didiknya serta membuat

perencanan mengajarnya secaraa berurutan dan serasi.”41

2. Ibnu Khaldun

a. Biografi

„Abd al-Rahman Abu Zaid Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Khaldun

(lebih dikenal dengan Ibn Khaldun)lahir di Thunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732

H/27 Mei 1332 M. dan meninggal di Cairo tanggal 25 Ramadhan 808 H/19 Maret

1406 M.42

Sejak kecil, Ibnu Khaldun adalah seorang yang haus akan ilmu

pengetahuan, Ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya. Hal

ini menyebabkan beliau mempunyai banyak guru.Tidak heran jika beliau termasuk

orang yang pandai dalam ilmu Islam, tidak saja dalam bidang agama, tapi juga di

39

Zainuddin, Op. Cit., h. 78. 40

Muzayyin, Op. Cit., h. 95. 41

Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan,

(Bandung: Angkasa, 2003), h. 67. 42

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, edisi revisi, (Jakarta: Ciputat

Press, 2005), h. 91

Page 53: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

41

bidang-bidang umum lainnya, seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan

lain-lain.43

Ketika sudah mencapai usia untuk belajar, beliau melanjutkan pelajarannya

dan berguru kepada sejumlah ahli. Ibnu Khaldun mulai menghafal Al-Qur‟an dan

tajwidnya sesuai dengan metode yang berlaku di sebagian besar Negara Islam.Ibnu

Khaldun juga belajar tentang dasar-dasar ilmu bahasa Arab, kesusastraan, gramatika,

lalu mendalami ilmu ushul fiqh dan fiqh dari mazhab Maliki.44

Sebagaimana parapemikir Islam lainnya, pendidikan masa kecilnya

berlangsung secara tradisional. Artinya, ia harus belajar membaca al-Qur‟an, hadits,

fiqih, sastra, dan nahwu sharaf dengan sarjana-sarjana terkenal pada masanya. Pada

umur 20 tahun ia telah bekerja sebagai sekretaris Sultan Fez di Maroko.45

Dalam menuntut berbagai ilmu tersebut, ada beberapa ulama yang dikenal

sebgaai gurunya, diantaranya dalam pelajaran bahasa beliau peroleh dari Abu

Abdullah Muhammad bin al-Arabi al-Hasyayiri, Abu al-Abbas Ahmad bin al-

Qaushhar, dan Abu Abdillah. Pelajaran hadis diperolehnya dari Syamsuddin Abu

Abdillah al-Wadiyasyi.Beliau juga belajar fiqh kepada Abdillah Muhammad al-Jiyani

dan Muhammad al-Qashir.46

b. Konsep Pendidikan

Menurut Khaldun, manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya, akan

tetapi produk sejarah, lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat. Karena itu,

lingkungan sosial merupakan pemegang tanggung jawab dan sekaligus memberikan

43

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 45 44

Kosim, op. cit., h. 15. 45

Nata, loc. cit., h. 171. 46

Kosim, loc. Cit.

Page 54: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

42

corak perilaku seorang manusia.Hal ini memberikan arti, bahwa pendidikan

menempati posisi sentral dalam rangka membentuk manusia ideal yang diinginkan.47

Ibnu Khaldun melihat manusia tidak terlalu menekankan pada segi

kepribadiannya, sebagaimana yang acapkali dibicarakan para filosof, baik Islam

maupun luar Islam.Ia lebih banyak melihat manusia dalam hubungannya dan

interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Dalam konteks

inilah ia sering disebut sebagai salah seorang pendiri sosiologi dan antropologi.48

Menurut Ibnu Khaldun, manusia memiliki perbedaan dengan makhluk

lainnya, khususnya binatang. Perbedaan ini antara lain karena manusia di samping

memiliki pemikiran yang dapat menolong dirinya untuk menghasilkan kebutuhan

hidupnya, juga memiliki sikap hidup bermasyarakat yang kemudian dapat

membentuk suatu masyarakat yang antara satu dan lainnya saling menolong. Dari

keadaan manusia demikian itu maka timbullah ilmu pengetahuan dan

masyarakat.Pemikiran tersebut pada suatu saat diperlukan dalam menghasilkan

sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh panca indera. Ilmu yang demikian mesti

diperoleh dari orang lain yang telah dahulu mengetahuinya. Mereka itulah yang

kemudian disebut guru. Agar proses pencapaian ilmu yang demikian itu maka perlu

diselenggarakan kegiatan pendidikan.49

Dalam proses belajar, akal pikiran memungkinkan orang untuk menangkap

pengertian baik dari ucapan maupun dari tulisan serta mampu pula mengambil

kesimpulan-kesimpulan tentang hukum-hukum yang membentuk susunan dan relasi

antara berbagai pengertian yang berbeda. 50

47

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, op. cit., , h. 93 48

Nata, op. cit., 174 49

Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan,

(Bandung: Angkasa Press, 2003), h. 72 50

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara: 2005), h. 96.

Page 55: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

43

Ibnu Khaldun juga berpendapat dalam proses belajar atau menuntut ilmu

pengetahuan manusia di samping harus bersungguh-sungguh juga harus memiliki

bakat. Menurutnya dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu

seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat.Berhasilnya suatu

keahlian dalam suatu bidang ilmu atau disiplin memerlukan pengajaran.51

Dengan demikian, penulis ingin menjabarkan lebih lanjut lagi tentang konsep

pendidikan yang diterapkan oleh Ibnu Khaldun melalui beberapa aspek pendidikan,

seperti:

a. Tujuan Pendidikan

Ibnu Khaldun tidak menuliskan dalam satu pembahasan tentang tujuan

pendidikan Islam. Meskipun demikian para tokoh pendidikan Islam mencoba untuk

menyimpulkan tujuan pendidikan Islam yang ditawarkan Ibnu Khaldun dengan

melacak pemikirannya tentang pendidikan sebagaimana tertuang dalam kitab

Muqaddimah.52

Ibnu Khaldun percaya bahwa upaya mencapai dan memiliki

pengetahuan adalah kebutuhan pokok kehidupan manusia, karena manusia memiliki

kemampuan berpikir dan bernalar.53

Menurut Ibnu Khaldun, paling tidak ada 3 tingkatan tujuan yang hendak

dicapai dalam proses pendidikan, yaitu:

1. Pengembangan kemahiran (al-makalah atau skill) dalam bidang tertentu. Orang

awam bisa memiliki pemahaman yang sama tentang suatu persoalan dengan

seorang ilmuan. Akan tetapi, potensi al-makalah tidak bisa dimiliki oleh setiap

orang, kecuali setelah ia benar-benar memahami dan mendalami satu disiplin

tertentu.

51

Alavi, loc. Cit., h. 72 52

Kosim.Op. cit., 58.. 53

Alavi, Loc. Cit., h. 72.

Page 56: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

44

2. Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman link and

match. Dalam hal ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh

keterampilan yang tinggi pada profesi tertentu. Pendekatan ini akan menunjang

kemajuan dan kontinuitas sebuah kebudayaan, serta peradaban umat manusia di

muka bumi. Pendidikan yang meletakan keterampilan sebagai salah satu tujuan

yang hendak dicapai, dapat diartikan sebagai upaya mempertahankan dan

memajukan peradaban secara keseluruhan.

3. Pembinaan pemikiran yang baik. Kemampuan berpikir merupakan garis pembeda

antar manusia dengan binatang. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya diformat

dan dilaksanakan dengan terlebih dahulu memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan potensi-potensi psikologis peserta didik.54

Tujuan Pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “untuk membuat kaum

Muslimin percaya dan meyakini Tuhan melalui mempelajari Al-Qur‟an dan ilmu

pengetahuan keagamaan.Ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan keyakinan dan

hukum Islam akan membuat kaum Muslimin mengetahui realitas yang diarahkan

pada upaya mendapatkan akhlak yang baik.”55

Dari tujuan di atas tampak bahwa menurut Ibnu Khaldun pendidikan atau

ilmu dan mengajar merupakan suatu kemestian dalam membangun masyarakat

manusia.Pernyataan ini mengindikasikan bahwa maksud dari pendidikan menurut

Ibnu Khaldun adalah mengubah nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk

dapat mempertahankan eksistensi manusia.56

b. Kurikulum Pendidikan

Dalam kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun memang tidak membicarakan

tentang definisi, komponen, atau karakteristik kurikulum secara sistematis.Beliau

54

Al-Rasyidin, op.cit., h. 94 55

Alavi, Loc. Cit., h. 72. 56

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011), h. 241.

Page 57: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

45

juga tidak menggunakan istilah kurikulum dalam kitab tersebut.Namun Ibnu Khaldun

banyak berbicara tentang ilmu dan klasifikasinya.Untuk itu, Muhammad Kosim

dalam bukunya mengelompokkan pemikiran tentang ilmu dan klasifikasi ini dalam

kurikulum.sebab, ilmu dan klasifikasinya tersebut merupakan materi dalam

pendidikan dan materi tersebut merupakan salah satu komponen dasar dalam

kurikulum.Dengan demikian, kurikulum yang dibicarakan disini bukanlah kurikulum

dalam arti luas, melainkan dalam arti sempit dan hanya terbatas pada materi saja.57

Macam-macam ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun di

dalam bukunya “Muqaddimah Ibnu Khaldun” ada dua macam yaitu:

1) Alami bagi manusia yaitu dengan melalui bimbingan pikirannya.

2) Tradisional yaitu pengetahuan yang diperoleh dari orang yang menciptakan.

Menurut Ibnu Khaldun, manusia memperoleh ilmu itu melalui

kemampuannya untuk berfikir, yang demikian itu sudah merupakan watak baginya

dan dengan persepsi manusiawinya manusia terbimbing kepada objek dengan

problem argument dan metode pengajaran sehingga mengetahui perbedaan antara

yang benar dan yang salah di dalam suatu ilmu. Ilmu yang tradisional yang semuanya

bersandar kepada informasi berdasarkan autoritas syari‟at yang diberikan, dasar dari

semua ilmu tradisional ini adalah materi al-Qur‟an dan sunah, yaitu hukum yang telah

berhubungan dengan materi tersebut, dalam arti bahwa kita dapat memetik manfaat

dari padanya.58

Menurut Ibnu Khaldun yang telah dikutip oleh Suwito dan Fauzan di dalam

bukunya “Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan” bahwa Ibnu Khaldun sangat

memiliki perhatian yang besar terhadap ilmu-ilmu naqliyah, yaitu al-Qur‟an, Hadist,

57

Ibid., h. 64. 58

Ahmadie Thoha, Muqaddimah Ibnu Khaldun,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 543-544

Page 58: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

46

dan Teologi spekulatif. Kemudian terdapat Ilmu aqliyah seperti ilmu pengetahuan

fisika dan filsafat.59

Pengklasifikasian Ibnu Khaldun yang dikutip oleh M. Arifin di dalam

bukunya “Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner” tentang ilmu dasar pengetahuan Islam yang bersumber

dari al-Qur‟an meliputi sebagai berikut:

1. Ilmu pengetahuan filosofis dan intelektual

Semua ilmu pengetahuan dapat dipelajari oleh manusia melalui akal pikiran dan

penalaran yang bersifat alami, yang terbawa sejak lahir.

2. Ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences)

3. Ilmu tersebut terdiri dari ilmu al-Qur‟an, tafsir, dan tajwid, ilmu hadist, ilmu

fiqih, teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa. Walaupun tidak semua ilmu

pengetahuan ditransmisikan melalui institusi pendidikan formal, namun ilmu

tersebut dapat berkembang dari zaman ke zaman.

Menurut Arifin, ilmu pengetahuan di atas banyak bergantung pada kepandaian

guru dalam mempergunakan metode-metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu,

guru wajib mengetahui kegunaan dari suatu metode yang akan dipakai.60

Dalam sumber lain, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pertumbuhan

pendidikan dan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban. Terjadinya perbedaan

lapisan sosial dalam masyarakat akibat dari hasil kecerdasan yang diperoses melalui

pengajaran.Beliau tidak setuju dengan pendapat sebagian kalangan yang mengatakan

terjadinya lapisan sosial disebabkan perbedaan hakikat kemanusiaaan.Ia membagi

ilmu pengetahuan menjadi 3 kelompok yaitu:

59

Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung: Angkasa Press,

2003), h. 71 60

M. Arifin, op. cit., h. 138.

Page 59: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

47

1. Ilmu lisan (bahasa), yaitu ilmu tentang tata bahasa (gramatika) sastra atau bahasa

yang tersusun secara puitis.

2. Ilmu naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi. Ilmu ini

berupa membaca kitab suci Al-Qur‟an dan tafsirnya, sanad dan hadits

pentashihannya serta istinbat tentang kaidah-kaidah fiqih.

3. Ilmu aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir

kecerdasannya kepada filsafat dan semua pengetahuan, yang termasuk dalam

kategori ini adalah ilmu mantiq (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu teknik,

ilmu hitung, ilmu tingkah laku (psikologi), ilmu sihir, dan ilmu nujum.61

Berkenaan dengan pelajaran bahasa, Ibnu Khaldun memiliki pandangan,

bahwa belajar bahasa seperti belajar suatu keterampilan atau keahlian, dan hanya

orang yang memiliki kecakapan yang dapat mengatasi kesulitan dalam belajar

bahasa.62

c. Metode Pendidikan

Mengenai metode pendidikan dalam mengajara, Ibnu Khaldun memiliki enam

metode sebagaimana yang penulis kutip dari Kosim, yaitu:

1) Metode Hafalan

Tidak semua bidang‟mata pelajaran cocok menggunakan metode hafalan

ini.Metode ini lebih cocok digunakan dalam pelajaran yang terkait dengan bahasa.

Beliau beranggapan bahwa dengan banyak membaca dan menghafal seseorang

akan memperoleh keahlian berbahasa.

2) Metode Dialog

61

Ahmad, Op. Cit., h. 106-107. 62

Alavi, Op. Cit., h. 75.

Page 60: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

48

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa tidak semua bidang pelajaran

cocok dengan metode hafalan terutama dalam hal penguasaan tentang suatu ilmu

secara utuh hingga memiliki kompetensi dalam ilmu tersebut. Menurut Ibnu

Khaldun, metode dialog lah yang paling tepat untuk digunakan dalam

memperoleh penguasaan terhadap disiplin ilmu. Hal ini dikarenakan metode

hafalan tidak dapat membuat anak didik menguasai persoalan, sehingga ia tidak

dapat memiliki kemampuan mengenai ilmu tersebut.

3) Metode Widya Wisata

Metode ini ditunjukkan oleh Ibnu Khaldun untuk orang yang menuntut ilmu

hanya melalui kitab-kitab, tanpa bertemu langsung dengan penulis kitab tersebut

dapat membuat bingung mereka dan tidak mengerti secara utuh apa yang

dimaksud oleh penulis kitab tersebut. Widya wisata yang dimaksud dari metode

ini adalah, mengunjungi penulis kitab secara langsung dan meminta penjelasan

langsung dari penulis/guru tersebut, sehingga dapat membuat peserta didik lebih

paham dan mengerti.

4) Metode Keteladanan

Seorang individu pasti memiliki kecenderungan untuk meniru karakter orang

lain. Seperti, kaum lemah yang cenderung meniru orang kuat, bawahan cenderung

meniru atasannya, termasuk anak-anak yang suka meniru orang dewasa.

Hubunganya dengan peserta didik adalah, seorang peserta didik sering kali

memperhatikan gurunya, baik sikap, gaya bicara ataupun penampilan. Seorang

guru secara tidak disadari merupakan idola bagi anak didiknya.Lalu jika dikaitkan

dengan pembelajaran metode keteladanan ini merupakan sarana bagi guru untuk

mengajarkan suatu materi kepada peserta didik, terutama materi yang berkaitan

dengan kepribadian. Hal tersebut dikarenakan sekalipun seorang guru telah

mempersiapkan materi dengan matang tapi jika tidak diimbangi dengan

Page 61: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

49

keteladanan seorang guru, niscaya akan sulit membentuk kepribadian peserta

didik.

5) Metode Pengulangan dan Bertahap

Metode ini juga biasa disebut dengan at-tikrar dan at-tadrij, metode ini secara

tidak langsung menegaskan bahwa kemampuan peserta didik dalam menerima

ilmu itu membutuhkan proses. Metode ini dappat dilakukan melalui tiga tahapan:

pertama, guru memberikan baahasan maalah terkait dengan topic pokok suatu

bab, kemudian menerangkan secara umum tanpa menge-nyampingkan

kemampuan anak didik untuk memahaminya. Kedua, karena kemampuan anak

didik masih lemah, maka sebaiknya guru mengulangi lagi dengan pembahasan

yang sama hanya saja ditambahkan cakupannya dengan memberikan komentar

dan penjelasan mengenai perbedaan-perbedaan pandangan pada objek kajian.

Ketiga, jika anak didik telah memahami apa yang dijelaskan oleh guru, maka

seorang guru hendaknya kembali menerangkan materi pelajaran secara

mendalam. Dengan demikian maka murid dapat memiliki keahlian yang

sempurna.

6) Metode belajar Al-Qur‟an

Dalam mempelajari Al-Qur‟an, Ibnu Khaldun memiliki pandangan khusus

yang cukup keras.Beliau tidak menyukai apabila seorang anak membaca Al-

Qur‟an tetapi mereka tidak memahami maksudnya.Maka dari itu, beliau

menjadikan bahasa Arab sebagai dasar studi segala penegetahuan. Bahkan beliau

lebih mendahulukan pengajaran bahasa Arab dari pengetahuan-pengetahuan lain,

termasuk Al-Qur‟an. Karena menurut Ibnu Khaldun jika seorang anak belajar Al-

Page 62: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

50

Qur‟an terlebih dahulu sebelum belajar bahasa Arab hanya akan mengacaukan

anak. Anak hanya akan mampu membaca tapi tidak memahami maksudnya.63

Ibnu Khaldun memberikan petunjuk bahwa seorang guru pertama kali harus

mengetahui dan memahami naluri, bakat dan karakter yang dimiliki para

siswa.Iaharus memulai pelajaran yang dipandang mudah dicerna oleh para siswa dan

setelah itu baru dilanjutkan pada materi pelajaran yang sulit dan rumit.64

Menurut Ibnu Khaldun mengajarkan pengetahuan kepada anak didik akan

berhasil apabila dilakukan dengan bertahap, setapak demi setapak dan sedikit demi

sedikit. Pandangan ini sesuai dengan salah satu metode yang digunakan Ibnu

Khaldun, yakni metode pengulangan dan bertahap. Dalam mengajarkan ilmu

pengetahuan kepada anak didik seorang guru pertama-tama ia harus diberi pelajaran

mengenai hal-hal seperti cabang pembahasan yang dipelajarinya. Penjelasan yang

diberikan harus secara umum dulu dengan memperhatikan kemampuan pikir anak

dan kesanggupannya memahami apa yang diberikan kepadanya. Apabila pembahasan

pokok telah dipahami, maka mereka baru memperoleh keahlian dalam cabang ilmu

pengetahuan yang dimaksud dan itu berarti belum lengkap.Sedangkan hasil

keseluruhan dapat dilihat dari hasil pemahaman anak didik terhadap seluruh

pembahasan beserta segala macam seluk-beluknya.Jika terdapat materi yang belum

dikuasai anak, maka harus diulangi kembali sampai dikuasai anak sebaik-baiknya.65

Ibnu Khaldun juga menunjukkan bahwa pelajar jangan dipaksa untuk

menguasai dua disiplin ilmu dalam waktu yang bersamaan, karena hal itu berarti telah

membagi perhatiannya dari suatu subjek pelajaran kepada subjek pelajaran lain, hal

63

Kosim, Op. Cit., h. 83-95. 64

Ibid., 65

Ahmad, Loc. Cit., h. 106.

Page 63: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

51

ini membuat siswa berpikir bahwa kedua macam pelajaran tersebut sulit dan

meragukan.66

Dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik, Ibnu Khaldun

menganjurkan kepada guru agar mengajar dengan mennggunakan metode

pembelajaran yang baik.Kesulitan yang dialami anak dalam pembelajaran biasanya

lantaran guru tidak menguasai ilmu jiwa anak. Seorang anak yang diajar secara kasar,

keras dan cacian akan mengakibatkan gangguan jiwa pada anak. Anak akan menjadi

malas dan suka berbohong, murung dan tidak percaya diri serta berprilaku buruk,

sehingga anak mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya karena

ia takut. Maka dari itu, Ibnu Khaldun menyarankan supaya guru bersikap sopan dan

lemah lembut kepada muridnya.67

B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif

Mengenai konsep pendidikan Al-Ghazali, tujuan pendidikan menurut Al-

Ghazali yakni harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan

titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah SWT. dan

bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia

semata. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan selain untuk mendekatkan diri pada

Allah SWT. akan menyebabkan kemudaratan.

Al-Ghazali dengan tegas tidak membolehkan mempelajari ilmu agama

ditujukan untuk tujuan duniawi sekalipun ilmu agama dapat memudahkan seseorang

untuk mendapatkannya. Namun lain halnya dengan ilmu-ilmu non-agama, beliau

membolehkan mempelajari ilmu-ilmu non-agama untuk tujuan duniawi. Lain halnya

lagi dengan tujuan mempelajari ilmu sufi yang tujuan utamanya adalah untuk

66

Alavi, Loc. Cit., h. 76. 67

Ahmad, Op. Cit., h. 107.

Page 64: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

52

pencapaian spiritual dan memiliki tujuan akhir yakni, kebahagiaan abadi di surga

yang puncak tertinggi dari kebahagiaan itu adalah pertemuan dengan Allah SWT.

Hal tersebut sebaiknya ditanamkan sejak awal pembelajaran kepada anak

didik, supaya anak didik menngerti apa yang sebenarnya menjadi tujuan pendidikan.

Pendidikan bukan sekedar untuk membangun kecerdasan intelektual, melainkan juga

untuk membangun kecerdasan moral dan spiritual, bagi Al-Ghazali hal ini penting

karena seseorang dikatakan berakal sehat apabila dapat menggunakan dunia sebagai

tujuan akhirat sehingga derajatnya lebih tinggi disisi Allah SWT. Dari sini dapat kita

lihat bahwa Al-Ghazali tidak sedikitpun menistakan dunia, melainkan menjadikan

dunia itu sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Padangan kurikulum Al-Ghazali lebih mengedepankan aspek pembagian

disiplin ilmu sesuai dengan tempat dan sasarannya. Sistem pembagian kurikulum Al-

Ghazali didasarkan pada tujuan dari masing-masing kurikulum itu sendiri, dalam hal

ini mata pelajaran. Al-Ghazali juga menerapkan status hukum mempelajari yang

dikaitkan dengan nilai kegunaannya, yakni fardhu „ain dan fardhu kifayah.

Maksudnya adalah ada ilmu yang memang wajib untuk dipelajari dan ada yang tidak

wajib untuk dipelajaritetapi harus ada diantara manusia untuk mempelajarinya.

Selain itu Al-Ghazali juga membagi ilmu berdasarkan sumbernya menjadi dua

bagian: yang pertama ilmu Syari‟at yang terdiri atas ilmu ushul, ilmu furu‟, ilmu

pengantar, dan ilmu pelengkap. Kedua, ilmu bukan Syari‟ah yang terdiri atas ilmu

yang terpuji, ilmu yang dibolehkan dan ilmu tercela, dalam hal ini adaa juga pendapat

yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan berdasarkan sumbernya sama dengan

ilmu pengetahuan berdasarkan fungsi sosialnya. Selain itu, beliau juga menambahkan

aspek-aspek pendidikan, yakni pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan

akliah, pendidikan sosial, dan pendidikan jasmani.

Page 65: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

53

Al-Ghazali menganjurkan supaya guru memberikan materi yang bermanfaat

kepada anak didik, materinya harus yang bermanfaat untuk akhirat dan dunia,mampu

memberi kemudahan untuk mempelajari ilmu agama, serta dapat membangun

peradaban manusia.

Selanjutnya dalam hal penerapan metode, sebelumnya beliau

mengklasifikasikan metode menjadi dua, yakni metode khusus pendidikan agama dan

metode khusus pendidikan akhlak. Al-Ghazali menilai bahwa pendidikan Agama

lebih sulit karena berkenaan dengan aqidah dibandingkan dengan pendidikan umum

lainnya.Dalam pendidikan Agama sendiri, beliau memberi tahapan dalam mengajari

peserta didik yakni dimulai dengan menghafal, memahami, kemudian mempercayai

dan menerima, setelah dirasa cukup, barulah guru memberikan bukti-bukti sesuai

dengan materi yang diajarkan.

Dalam metode khusus pendidikan akhlak berdasarkan kutipan sebelumnya,

beliau menganggap betapa-pun pelajar telah menguasai berbagai ilmu pengetahuan,

akhlak mulia tetap harus menjadi dasar hidupnya.

Selanjutnya mengenai konsep pendidikan Ibnu Khaldun, secara umum konsep

pendidikan Ibnu Khaldun adalah bagaimana pendidikan tersebut dapat menghasilkan

nilai-nilai yang menunjukkan eksistensi manusia itu sendiri, artinya pendidikan

merupakan upaya untuk melestarikan sekaligus mewariskan nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat. Pemikiran beliau tentang pembentukan kepribadian seseorang

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, lingkungan alam dan adat istiadat.Ibnu Khaldun

tidak setuju dengan yang mengatakan bahwa manusia adalah produk nenek

moyangnya.Karena itulah menurutnya lingkungan memegang tanggung jawab yang

penting terhadap pembentukan kepribadian seseorang.

Terkait dengan tujuan pendidikan, Ibnu Khaldun memiliki tiga tujuan yang

ingin dicapai, pertama kemahiran anak didik dalam bidang tertentu, kedua anak didik

Page 66: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

54

dapat menguasai keterampilan professional dan yang ketiga pembinaan pemikiran

yang baik.Selain itu tujuan pendidikan Ibnu Khaldun adalah “untuk membuat kaum

Muslimin percaya dan meyakini Tuhan melalui mempelajari Al-Qur‟an dan ilmu

pengetahuan keagamaan.Ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan keyakinan dan

hukum Islam akan membuat kaum Muslimin mengetahui realitas yang diarahkan

pada upaya mendapatkan akhlak yang baik.”68

Mengenai kurikulum pendidikan, beliau tidak menjelaskan definisi maupun

komponen yang terkait dengan kurikulum secara sistematis, melainkan hanya

membahas tentang ilmu dan klasifikasinya saja. Dalam ilmu pengetahuan pastilah

terdapat materi, karena materi merupakan salah satu komponen operasional

pendidikan. Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan berdasarkan sumbernya

menjadi dua, yakni alami dan tradisional.Ilmu alami, Ibnu Khaldun beranggapan

bahwa manusia memperoleh ilmu itu melalui kemampuannya untuk

berfikir.Sedangkan ilmu tradisional adalah ilmu yang bersandar kepada otoritas

syari‟at yang diberikan dan dasar dari ilmu tradisional ini adalah Al-Qur‟an dan

Sunnah. Selanjutnya Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan kepada tiga

kelompok, yakni ilmu lisan, ilmu naqli dan ilmu aqli.

Beralih kepada metode pembelajaran, dalam hal ini Ibnu Khaldun membagi

metode menjadi enam yaitu, metode hafalan, metode dialog, metode widya wisata,

metode keteladanan, metode pengulangan, dan metode belajar Al-Qur‟an. Ada dua

metode yang menarik dari Ibnu Khaldun, yakni metode widya wisata dan metode

belajar Al-Qur‟an. Kedua metode tersebut mencirikan pemikiran Ibnu Khaldun yang

ketat terhadap pendidikan. Karena harus betul-betul teliti dalam melaksanakan kedua

metode tersebut. Seperti pada metode widya wisata seorang murid harus bertemu

langsung dengan guru bidang kajian ilmu tertentu agar mendapatkan pemahaman

yang sempurna. Kemudian pada metode belajar Al-Qur‟an, seorang anak didik harus

68

Alavi, Loc. Cit., h. 72.

Page 67: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

55

belajar bahasa Arab terlebih dulu aagar mampu memahami maksud dari yang ia baca.

Dari metode ini juga dapat diketahui bahwa Ibnu Khaldun memiliki perhatian khusus

pada ilmu bahasa.

Beliau juga menekankan bahwa seorang pendidik/guru harus memahami

kepribadian anak. Selain itu guru seharusnya memberi materi pelajarang yang

dipandang mudah dicerna oleh anak didik, baru kemudian setelah anak didik

memahami materi tersebut barulah guru melanjutkan kepada pelajaran yang lebih

sulit dari pelajaran sebelumnya. Beliau juga berpendapat bahwa ketika kita

mengajarkan sesuatu kepada anak didik harus secara bertahap, sedikit demi sedikit.

Jika seorang anak belum menguasai materi yang diajarkan, maka pendidik/guru harus

mengulang materi tersebut sampai anak betul-betul memahaminya.

Dengan melihat konsep tujuan pendidikan Islam dari kedua tokoh tersebut

dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Ibnu Khladun terlihat lebih simple jika

dibandingkan Al-Ghazali. Hal ini ditunjukkan dengan pembagian tujuan pendidikan

berdasarkan sifat pengetahuan yang dikaji yang dibuat oleh Al-Ghazali, sedangkan

Ibnu Khaldun hanya membedakan tujuan proses tanpa menyinggung ilmu apa yang

dipelajari. Meskipun demikian terdapat persamaan antara tujuan proses pendidikan

Ibnu Khaldun dan tujuan tingkat pengklasifikasian tujuan pendidikan Al-Ghazali,

yakni sama-sama terfokus pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan pada

pembentukan akhlak yang baik.

Selanjutnya mengenai konsep kurikulum yang digambarkan oleh masing-

masing tokoh memberikan gambaran bahwa keduanya memiliki konsep pemikiran

yang sama, dari segi ilmu pengetahuan apa saja yang dapat dipelajari. Sekalipun

demikian, tetap terdapat perbedaan antara keduanya, yakni Al-Ghazali lebih rinci

dalam hal yang terkait dengan hukum mempelajari suatu ilmu.

Page 68: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

56

Dan yang terakhir yakni mengenai metode pendidikan, dalam hal ini Al-

Ghazali hanya membagi metode menjadi dua bagian saja, berbeda dengan Ibnu

Khaldu yang memiliki enam metode dalam konsep pendidikannya. Namun tetap ada

persamaan dalam penerapan metode Al-Ghazali dengan Ibnu Khaldun, sekalipun Al-

Ghazali tidak menjelaskan tentang metode keteladanan namun pada prakteknya

beliau menganjurkan agar seorang guru harus memberi teladan yang baik kepada

anak didiknya, artinya seorang harus mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari karena

guru menjadi idola di mata anak didiknya.

Page 69: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep pendidikan menurut Al-Ghazali yakni seorang anak terlahir dalam

keadaan fitrah maka orang yang mendidiknya lah yang mempengaruhi anak

tersebut. Ini berarti jika seorang anak tumbuh dan berkembang dalam

lingkungan yang baik, dididik dengan cara yang baik dan dibiasakan

melakukan hal-hal yang baik, maka anak tersebut akan menjadi baik. Dan

sebaliknya, jika anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang buruk,

dididik dengan cara yang buruk dan dibiasakan melakukan hal-hal keburukan,

maka anak tersebut akan menjadi buruk. Konsep pendidikan Ibnu Khaldun

yakni manusia merupakan hasil dari sejarah, lingkungan sosial, lingkungan

alam, dan adat istiadat. menurutnya lingkungan sosial memiliki peran penting,

tanggung jawab terhadap pembentukan kkepribadian seseorang.

2. Pandangan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun mengenai konsep pendidikan

memiliki persamaan yakni berpaham empiris yang berarti bahwa manusia

bukan produk nenek moyangnya melainkan dibentuk berdasarkan lingkungan

dan adat istiadat. selain itu persamaan yang didapat dari keduanya terletak

pada metode keteladanan yang harus dimiliki oleh seorang guru, hanya saja

Al-Ghazali menempatkan keteladanan tersebut merupakan sikap yang harus

dimiliki oleh seorang guru.

3. Konsep pendidikan Al-Ghazali berbeda dengan Ibnu Khaldun, beliau lebih

spesifik dan berhati-hati dalam memilih tujuan pendidikan. Hal ini dapat

dilihat dari pengklasifikasian tujuan pendidikan beliau yang telah penulis

uraikan. Al-Ghazali lebih mengarah kepada realisasi religius dan moral, yang

penekanannya adalah keutamaan dan pendekatan diri kepada Allah SWT.

Page 70: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

58

Sedangkan tujuan pendidikan Ibnu Khaldun, penulis membaginya menjadi

dua : pertama, tujuan duniawi yakni di mana pendidikan bertujuan untuk

memperoleh kemahiran, keterampilan, professional, dan ditujukan untuk

membina pemikiran peserta didik. Kedua, tujuan ukhrawi yakni tujuan yang

ditujukan untuk kaum muslim agar mempercayai Allah SWT melalui Al-

Qur’an dan ilmu keagamaan sehingga menghasilkan tujuan hidup yang

sejalan dengan ajaran Islam. Ketika seseorang kehidupannya sudah sesuai

dengan ajaran Islam maka hal ini berdampak kepada orang tersebut, yakni

menjadikannya ber-akhlakul karimah. Dalam kurikulum pendidikan Al-

Ghazali dan Ibnu Khaldun memiliki pengklasifikasian yang berbeda dalam

penjabaran ilmu pengetahuan. pengklasifikasian ilmu dari pemikiran Al-

Ghazali sangat rinci, selain itu beliau juga menambahkan lima aspek

pendidikan terkait dengan ilmu. Sedangkan Ibnu Khaldun hanya membagi

ilmu pengetahuan menjadi dua, yakni aqliyah dan naqliyah. Aqliyah yakni

ilmu yang bersifat rasional, sedangkan ilmu naqliyah adalah ilmu yang

berkaitan dengan agama.

B. Saran

1. Untuk para pendidik, pengajar, praktis pendidikan dan pakar pendidikan

hendaknya memahami dan mengetahui konsep-konsep pendidikan yang

dikemukakan oleh Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun, karena dalam konsep

kedua tokoh tersebut diuraikan bahwasannya etika, akhlak dan jiwa

tersebut sangat berperan penting dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan

dalam rangka membangun mutu dan kualitas sehingga tujuan dari

pendidikan tersebut dapat dicapai.

2. Para pakar pendidikan nasional diharapkan agar selalu memperhatikan

kondisidan peristiwa yang terjadi di dunia pendidikan, di mana pada saat

ini bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu krisis multi dimensional,

Page 71: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

59

khususnya krisis moral dimana pendidikan sangat memprihatinkan,

sebagai contoh kecil adalah tawuran, penyimpangan seksual, pergaulan

bebas sampai penggunaan obat-obat terlarang, oleh karena itu

sebagaimana yang dikemukakan oleh kedua tokoh pendidikan dunia

tersebut, bahwa moral dan iman harus ditingkatkan.

Page 72: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

60

DAFTAR PUSTAKA

Alavi, Zianuddin. Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan.

Bandung: Angkasa Press. 2003.

Alkaf, Nuraida Khalid. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Islamic Research

Publishing. 2009.

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

2005.

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pers 2002.

Asari, Hasan. Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan Al-Ghazali.

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1999.

Djalaluddin, M. dan Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo.

1994.

Djumransjah dan Abdul Malik. Pendidikan Islam, Menggali Tradisi Mengukuhkan

Eksistensi. UIN Malang Press. 2007.

Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003.

Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2003.

Kosim, Muhammad. Pemikiran Pendidikan Islam Ibnu Khaldun. Jakarta: Rineka

Cipta. 2012.

Maimun, Ahmad. Membongkar Tabir Kehancuran Para Filosof. Terj. dari Tahafut

Al-Falasafah oleh Imam Al-Ghazali. Bandung: Marja. 2012.

Muhammad, Omar Al-Touny Al-Syaibany. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: PT.

Bulan Bintang. 1979.

Mujib, Abdul. IlmuPendidikan Islam. Jakarta: Putra Grafika. 2006.

Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya

Media Pratama. 2001.

Page 73: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

61

. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri jejak sejarah pendidikan Era

Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Prenada Media. 2007.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: Logos. 1997.

. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

1991.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2010.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep

Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian. Jakarta: Elsas. 2006.

Shofan, Moh. Pendidikan Berparadigma Profetik. Jogjakarta: Ciputat Pers. 2002.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2001.

Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah. 2009.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-ruz Media. 2011.

Suwito dan Fauzan. Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Angkasa

Press. 2003.

Syar’I, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2011.

Tafsir,Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2010.

Thoha, Ahmadie. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2000.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 1999.

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.

Page 74: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

LEMBAR UJI REFBRENSI

Nama : Aji NadiyahZuliarti

NIM :1110011000081

Judul Skripsi : Studi Komparasi Konsep pendidikan Islam Ibnu Khaldun

dan Al-Ghazali

No Judul Buku/ReferensiParaf

Pembimbing

I Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam l. Jakarta.Logos. 1997.

2. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Gaya Media Pratama. 2005.

1J. Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: putra

Grafika.2006. IJ4. Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Filsafot pendidikan

Islqm. Jakarta: Ciputat Press. 2005.1

5. Ahmad Maimun. Membongkar Tabir Kehancuran

Para Filosof. Terj. dat'r Tahafitt Al-Falasafah

oleh Imam Al-Ghazali. Bandung: Marja. 2012.\

6. Ahmad Syar'i. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:

Pustaka Firdaus. 2011.

1. Armai Arief. Pengantar llmu dan fuIetodologi

Pendidikan Islam. Jakaria: Ciputat pcrs 2002. 18. Asrorun Ni'am Sholeh. Reorientasi Pendidikan Islam

MengtLrai Relevansi Konsep Al-Ghazali DalomKonteks Kekinian. Jakarta: Elsas. 2006

_)

Page 75: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

9. A. Susanto. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:

Amzah.2A09.

110. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektf

Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2AIA.

11 Ahmadie Thoha. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta:

Pustaka Firdaus. 2000.

12. Djumransjah dan Abdul Malik. Pendidikan Islam,

Menggali Tradisi Mengulathkan Eksistensi.

UIN Malang Press. ZAV. J13. Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. 2003.1

t4. Hasan Asari. Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan

Pendidikan Al-Ghazali. Yogyakarta: Tiara

WacanaYogya. 1999.

15. M. Djalaluddin. dan Usman Said. Filsafat Pendidikan

Islam- Jakarta: Raja Grafindo. 1994.I

16. Moh. Shofan. Pendidikon Berparadigma Profetik.

Jogjakarta: Ciputat Pers. 2002.

t7. Muhammad Kosim. Pemikiran Pendidikan Islam lbnu

Khaldun. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.

18. Muzayyin Arifin. Filsafot Pendidikan Islam. Jakarta:PT. Bumi Aksara. 2005.

1t9. Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian

Pendidikan Bandung: PT. Rcmaja Rosdakarya.

2001.

20. Nuraida Khalid Alkaf. Metodologi Penelitian

Pendidikan Jakarta: Islamic Research

Publishing. 2A09.

Page 76: STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26677/3/AJI... · aktif dalam pembentukan karakter anak didik., namun dewasa ini kehadiran

v

z1 Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islant. Bandung:

Pustaka Setia. 1999 .

22. Omar Muhammad Al-Touny Al-Syaibany. Falsafah

Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

1979.

23. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam

Mulia.2010.1

24. Samsul Nizar. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran

Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media

Pratama.2AU.

25. Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam Menelusurijejak sejarah pendidikan Era Rasulullah SampaiIndonesia. Jakarta: Prenada Media. 2007. .J

26. Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo

Persada. 2003. 127. Suwito dan Fauzan. Sejarah Pemikiran Para Tokoh

Pendidikan Bandung: Angkasa Press. 2003.

28. Toto Suharto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta:

Ar-ruz Media. 2011 _i29. W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakafta: Balai Pustaka. 1991.

130. Zianuddin Alavi. Pemikiran Pendidikan Islarn Pada

Abad Klasik dan Pertengahan. Bandung:

Angkasa Press. 2003.

11J1. Zulrailiiri. Fiiscyht Peiicliclikaii lsliliii. iakaiia: Burrii

Aksara. 2004.