STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

133
STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA KEPADA SISWA DYSLEXIA KELAS III SD KANISIUS MINGGIR SLEMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh: Hertami Ratnafuri NIM : 101134077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

Page 1: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA KEPADA SISWA DYSLEXIA KELAS III SD KANISIUS MINGGIR

SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Hertami Ratnafuri

NIM : 101134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

i

STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA KEPADA SISWA DYSLEXIA KELAS III SD KANISIUS

MINGGIR SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Hertami Ratnafuri

NIM : 101134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

Pembimbing I

Pembimbing tr

B rigitta Erlxa T ri Anggadewi, M. Psi

Tanggal 27 JuliZA1,4

Tanggal 21I:Jri2014

SKRIPSI

STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR PIIEMBACA

KEPADA SISWA D脱 粥 KELAS III SD KANISIUS

MINGGIR SLEMAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

-.

!!!

ue11pprrcAntu11 ucp UetLInEaX se{qc{

716g sqm8y y "uap,{Eoa

'O'qd'umH1{''pd'S'q:eur711,{ug :

ISd'I{ 1'\{tP9A!uV IJJ, ur1lrg erq8Pg,:

.,...sing:y\L*jtptiirimS.4og,f puuSl'erg:,

,.. :''.':;o?E' Yr{"pa-s.,tBlTT.ui m16 :

.--'Y'ru':JSg "S S ''fS 'epeqer8nSl IrV I :

: :-: : I ::ll -: *::: :_': : ::'

: r:':rr:,r.: .._,,,:, - , .. ,:..-:ldg{BqeTnqgN

r[n8ue4e4rued ryTttts,

e1o33uy

eioEEuy

elodbuv

sr.rBleqos

:

enlsx

:

rmrf-iTci=frffi .

.qe1o, unmsIP',IrBP uuldels:od1p 6ueA

I\IWAIfl'IS UI)CNIW

I ,:::

y'3YflIAI W wrrr,'rflg NYJitnSUX'CmVrNf,"[ snsy.x IGms

::'Isdru)rs'

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

kekuatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.

Dosen pembimbing I, Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. dan Dosen pembimbing

II, Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi yang dengan sabar membimbing peneliti

menyelesaikan skripsi.

Bapak Hariyadi dan Ibu Murjinem, kedua orang tua yang selalu memberikan doa,

dukungan, perhatian, kasih sayang dan semangat untuk menyelesaikan

pendidikan.

Albertus Gading Wijatmiko, Natalia Rani Sagita, Dimas Bayu Aji, Ibu Ruby

Femy yang selalu memberikan doa.

Seluruh keluarga besar Yosodimulyo dan keluarga besar Yohanes Paulus yang

telah memberikan dukungan yang besar kepada peneliti.

Sahabat-sahabat: Andi Gunawan, Sitoresmi Atika Pratiwi, Anik Susilowati,

Meilani, dan teman-teman dari club JSL ( Haryanto, Adi, Antok, Asa, Hendric,

Alfret, Michael dll) yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi,

semangat dan dukungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

v

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia memberi kekekalan di

dalam hati mereka

(Pengkhotbah 3 : 11)

Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras.

(Aeschylus)

Tuhan itu baik, dan penuh dengan kasih, oleh karena itu apapun yang telah diberikan

oleh-Nya hendaknya kita harus terus bersyukur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya, skripsi ini tidak berisi materi yang ditulis

oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan

mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yanglazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar sepenulurya menjadi

tanggungjawab saya.

Yogyakarta, 4 Agustus 2014

Hcrtaml Ratnairl

Vl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

LEPIBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILIllIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEPIIS

Yang bertandatangandi bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Hertami Ratnafuri

NIM :101134077

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya itmiah yang berjudul:

STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR ⅣIEⅣIBACA KEPADA

SISWA DysLIttZ4 KELAS ⅡI SD KANISIUS ⅣIINGGIR SLEMAN

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 4 Agustus 2014

Hertami Ratndfuri

Vll

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

viii

ABSTRAK

STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA KEPADA SISWA DYSLEXIA KELAS III SD KANISIUS MINGGIR SLEMAN

Hertami RatnafuriUniversitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kemampuan membaca dua siswa dyslexia kelas III SD Kanisius Minggir Sleman, dan (2) mengetahui faktor apa saja yang menjadi kesulitan membaca(dyslexia). Fokus penelitian ini adalah studi kasus kesulitan belajar membaca kepada siswa dyslexia kelas III SD Kanisius Minggir Sleman.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Minggir Sendangagung Sleman tahun pelajaran 2013/2014 pada semester II (genap) denganjumlah siswa 2 anak yang semuanya adalah siswa putra. Metode penelitian studi kasus dengan wawancara dan observasi langsung sebagai sumber data utama. Analisis data studi kasus dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dua siswa kelas III SD Kanisius Minggir Sleman TN dan DR mengalami kesulitan belajar membaca (dyslexia). Hal ini dapat dibuktikan melalui asesmen informal, yang didalamnya terdapat kemampuan membaca lisan, dan membaca pemahaman. TN dan DR masih sulit (1) mengeja dengan benar, (2) mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, v-w, k-y, i-l atau m-n, (3) ketika membaca tidak berurutan, (4) kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata, dan (5) kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus

Kata kunci: Studi kasus, kesulitan belajar membaca (dyslexia)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

ix

ABSTRACT

A CASE STUDY OF DIFFICULTY IN READING TOWARDS THE STUDENTS IN THE THIRD GRADE WHO HAVE DYSLEXIA OF KANISIUS

ELEMENTARY SCHOOL MINGGIR SLEMAN

Hertami RatnafuriSanata Dharma University

2014

This research aims to (1) figure out the reading ability of students in the third grade who have dyslexia of Kanisius Elementary School Minggir Sleman, and (2) the factors of having difficulty in reading (dyslexia). Focus of research is a case study oflearning difficulties dyslexia to read to the studentsof clas III SD Kanisius Minggir Sleman.

The research subjects were the two male students having dyslexia of the third grade of Kanisius Elementary School Minggir Sleman of the semester II school year 2013/2014. The research method was the case study with the data collection technique of interview and direct observation. The data analysis technique was done interactively and continously until having it out. The used data analysis were the reduction data, display data, and conclusion drawing.

The result shows that the two male students of the third grade of Kanisius Elementary School Minggir Sleman with the initial TN and DR had difficulty in reading (dyslexia). This was proven in the informal assessment which provides the oral reading and reading comprehension. The characteristics of the dyslexia shown by TN and DR were about difficulties in (1) pronouncing words, (2) differentiating letters b-d, u-n, v-w, k-y, i-l, or m-n, (3) sequencing the paragraph in a text, (4) sequencing letters in a word, (5) continually spelling error and finding the text’s content.

Keywords: case study, dyslexia (difficulty in reading)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus, yang telah memberikan karunia dan rahmat-

Nya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Tidak lupa peneliti ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama

proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Rohandi., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah sabar

membimbing dan memberikan saran serta motivasi kepada peneliti dari awal

penelitian sampai akhir penelitian.

4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi, dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, dan mengarahkan peneliti dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan pihak sekretariat Prodi PGSD Sanata Dharma, atas bantuan dan

saran yang telah diberikan.

6. Ibu Christina Kusumastuti, S.PdSD., kepala sekolah SD Kanisius Minggir

Sleman yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

7. Ibu AY. Sumiyem., guru kelas III SD Kanisius Minggir Sleman telah

memberikan masukan dan mengarahkan dalam proses penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

Ix

Irluuul"u rueueH

'S'i(i)IllJeued

y16g snlsn8y 7 .ege1e,{Bo1

'ue4de.ruq ltlleued le8ues un8uuqureu Eue,( >lltg{ uup uures

nlr >Jnlun 'uu8uernls>1 1u,(ueq qrff., rur rsduls uepe,(uetu Illleued l,rlld 1ef,uuq

6eq uun8req u,p le,Jue., u*lrJeq.,eur ledep rur rsdrqs uerlryeued efumj eEoureg

'nlusred nl?s wrmqesrp ludup 1epr1Eue,{ nlusqueu qu1e1Euu,( )pqld ?nues .?l

'lllloued IEuq rsurrrlour

ualrreqtuatu qe1e1 Eue,( B sere{ u,(usnsnq>1 0r0z uu}e>I8uu q5g4 uetuel snues.rl

.u?)lrJeqrp

nJBIes Ewt, tpz?uerues uup uu4eqred 'ueEunlnp sep ,e4n6 qryeg uerldes souuqol .z I

'ualrJeqrp nl?les Euu,( uumqese>l uep Blurc s?tu r1rsuleturJel ,oznoqer4 l[V qeEtC .t

t

'uolrJeqrp qe1e1 Eue,( rselrloru uep

uurpqrad'uenluuq s?lB r{ls?{ srurJel >roluv'1py 'perJ1y .esy .rpng o1ue,(;e11

TSf IrBp 1equgps uep IIUV ,ure1ovetu\eunC rpuv .u{lly rusero}rs :{req }uryq?S

.01

'Juseq u8rcnyel qnJnles uup oryru1etr16

Euypeg n>pllpe uep rpez(l.re11,Eue,{usrst qefieuges ..p4 .g ,uaurftn141 .e1ulcre1nq1 .6

'tut uurlrleued uulep rsudrsrped.leq

qelel Ewt' ueu,als rrE8ugzl snrsruux ([s m sele{ oua\st(p E^\srs ,nc[ .g

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

MOTTO ....................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ............................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................ 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xiii

1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 5

1.5 Definisi Operasional ......................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 7

2.1.1 Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan ............................. 7

2.1.1.1 Pengertian Kemampuan ................................................... 7

2.1.1.2 Pengertian Membaca ......................................................... 7

2.1.1.3 Pengertian Kemampuan Membaca.................................... 10

2.1.1.4 Pengertian Membaca Permulaan ....................................... 11

2.1.1.5 Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan.................. 13

2.1.2 Kesulitan Belajar ...................................................................... 19

2.1.2.1 Definisi Kesulitan Belajar ................................................. 19

2.1.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ....................... 21

2.1.3 Kesulitan Belajar Membaca (dyslexia)..................................... 24

2.1.3.1 Definisi Kesulitan Belajar Membaca (dyslexia)................ 24

2.1.3.2 Gejala dyslexia .................................................................. 26

2.1.3.3 Karakteristik dyslexia ........................................................ 28

2.1.3.4 Masalah dyslexia ............................................................... 31

2.1.3.5 Asesmen Kesulitan Belajar Membaca

untuk Kelas 3 SD............................................................... 33

2.1.3.6 Cara Mengatasi Anak Dyslexia ......................................... 35

2.1.4 Penelitian yang Relevan ........................................................... 40

2.1.5 Kerangka Berpikir .................................................................... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xiv

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 44

3.2 Setting Penelitian .............................................................................. 46

3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................... 46

3.2.2 Subjek Penelitian ..................................................................... 46

3.3 Desain dan Langkah-langkah penelitian............................................ 46

3.4 Metode penelitian .............................................................................. 49

3.4.1 Sumber Data ............................................................................ 49

3.4.2 Teknik Sampling (Cuplikan) ................................................... 49

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 50

3.4.4 Instrumen Penelitian................................................................. 55

3.4.5 Kredibilitas, transferabilitas dan Validitas data ....................... 58

3.4.6 Analisis Data ............................................................................ 60

3.5 Prosedur Kegiatan Penelitian............................................................. 61

3.6 Jadwal Penelitian .............................................................................. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 64

4.1.1 Pelaksanaan Observasi ............................................................. 64

4.1.2 Hasil Observasi ........................................................................ 65

4.1.3 Wawancara Dengan Guru Kelas ............................................. 67

4.2 Identifikasi Kesulitan Belajar ............................................................ 72

4.2.1 Definisi Kesulitan Belajar ....................................................... 72

4.2.2 Identifikasi Kesulitan Belajar Membaca (dyslexia) ................ 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xv

4.3 Diagnosis............................................................................................ 76

4.4 Pembahasan ....................................................................................... 78

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 86

5.2 Saran ................................................................................................. 87

5.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 87

DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 89

LAMPIRAN ................................................................................................... 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................ 42

Bagan 3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Observasi ........................................................................ 53

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.............................................................................. 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Observasi ............................................................................ 92

Lampiran 2 Wawancara dengan Guru Kelas ................................................... 96

Lampiran 3 Foto TN dan DR di sekolah ......................................................... 103

Lampiran 4 Foto DR saat membaca buku cerita ............................................. 104

Lampiran 5 Foto TN saat membaca buku cerita ............................................. 106

Lampiran 6 Garis besar wawancara ................................................................ 108

Lampiran 7 Surat permohonan izin penelitian ................................................ 111

Lampiran 8 Surat keterangan melaksanakan penelitian .................................. 112

Lampiran 9 Biodata Peneliti............................................................................. 113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan anak berkesulitan belajar sekarang ini hampir selalu dijumpai

dalam setiap kelas regular di sekolah dasar. Kesulitan belajar yang dihadapi

tentunya bermacam-macam yaitu kesulitan membaca, menulis, dan berhitung.

Anak yang memiliki kesulitan dalam satu atau lebih dan kesulitan tersebut,

biasanya memiliki prestasi dan nilai yang rendah terhadap mata pelajaran tersebut.

Istilah yang digunakan untuk menyebut anak berkesulitan belajar cukup beragam.

Keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda.

Istilah umum yang sering dipakai oleh para ahli pendidikan adalah learning

disabilities yang diartikan sebagai kesulitan belajar (Donald dalam Permanarian,

2007:83).

Kesulitan belajar yang akan dibahas disini adalah tentang kesulitan

membaca. Kesulitan belajar membaca adalah merupakan suatu sindroma kesulitan

dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar

segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa (Bryan dalam

Abdurrahman, 2009:204). Gejala yang biasanya nampak yaitu pada saat anak itu

mulai belajar membaca atau mulai mengenal bentuk-bentuk awal, dia sudah

mengalami kesulitan. Sering kali anak tersebut salah mendengar atau

mengucapkan huruf. Bagi anak yang sudah bisa membaca, bahkan ketika

membaca sering ada huruf yang terlompati atau terbalik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

2

Menurut Akhadiah dkk (1993: 22) membaca merupakan suatu kesatuan

kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-

kata, menghubungkan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai

maksud bacaan. Menurut Abdurahman (2003:200) membaca merupakan aktivitas

kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan

membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental

mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika

mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara

lincah, mengingat simbul-simbul bahasa dengan tepat dan memiliki penalaran

yang cukup untuk memahami bacaan.

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

studi. Jika anak pada usia permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca,

maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang

studi dikelas-kelas berikutnya (Abdurrahman, 2009:204). Kemampuan membaca

mempunyai peranan penting dalam membantu siswa dalam mempelajari banyak

hal. Menurut Dhieni (2009:13), siswa kelas III harus memiliki kemampuan dasar

untuk membaca yaitu kemampuan membedakan auditorial, kemampuan

diskriminasi visual, kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol,

kemampuan bahasa lisan dan kemampuan membangun suatu latar belakang

pengalaman.

Peneliti tertarik untuk mengamati kesulitan 2 siswa dalam hal membaca

khususnya di kelas III. Berdasarkan pengamatan peneliti, ada dua siswa yang

kesulitan membaca dengan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat

dilakukan asesmen mengenal huruf [a] sampai [z] diketahui bahwa, kedua anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

3

tersebut sudah mampu mengenal huruf khususnya huruf vokal seperti: a, i, u, e, o.

Anak sudah mengenal huruf tersebut meskipun peneliti meletakkan tidak

berurutan dan memintanya menunjukkan serta menyebutkan satu persatu. Selain

huruf vokal tersebut, kedua anak tersebut sudah mengenal semua huruf konsonan.

Pada saat guru kelas mencoba lagi menggunakan cara membaca kata atau kalimat,

kedua anak tersebut mengalami kesulitan dalam membaca huruf yang dimaksud

dengan benar, atau masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca kata

tersebut.

Siswa TN masih lamban dalam membaca, serta menghilangkan dan

mengganti huruf dalam membaca sebuah kata. Misalnya pada kata “perahu”

dibaca anak “perau”; kata “mencari” dibaca anak “mecari”. Siswa A juga belum

mampu membedakan huruf w dengan v, huruf m dengan n, kesulitan membaca

huruf r, dan belum bisa membaca atau mengucapkan “ng”.

Siswa DR pada saat membaca selalu terburu-buru sehingga sering salah,

menghilangkan huruf, mengganti huruf, menambahkan huruf dalam membaca

sebuah kata, misalnya pada saat membaca; kata “mendapatkan” dibaca anak

“mendapat”; kata “pelelangan” dibaca anak “pelenangan”; kata “mencukupi”

dibaca anak “cukup”; kata “taman” dibaca “tamanan” dan lain sebagainya. Siswa

B juga belum mampu membedakan huruf, seperti huruf b dengan d, huruf k

dengan y, huruf l dengan i dan lain sebagainya. Padahal kemampuan tersebut

merupakan kemampuan awal yang perlu dimiliki peserta didik untuk membaca

dengan baik dan benar.

Berdasarkan gagasan tersebut maka peneliti tertarik untuk membantu kedua

anak tersebut agar dapat membaca dengan baik, dengan cara meminta anak untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

4

menggabungkan huruf huruf yang dikenal dengan ditambahkan huruf vokal,

sehingga huruf-huruf tersebut bisa dituliskan dalam suku kata. Misalnya anak

sudah mengenal huruf [b] maka peneliti membantu atau merubah metode menulis

anak sebelumnya dengan langsung mengenalkan suku katanya. Secara latar

belakang anak tersebut sudah mengenal huruf vokal, sehingga dengan huruf [b],

anak mampu menulis menjadi suku kata, seperti [ba,bi, bu, be,bo]. Di samping itu,

anak sudah cukup baik menulisnya. Dari hasil asesmen tersebut peneliti dapat

melihat anak mampu membaca suku kata yang penulis sebutkan. Anak sudah

dapat membedakan antara huruf [b] dan [d], jika ditambah dengan vokal [a], maka

jika [ba] itu ditulis dengan membaca [b] ditambah [a]. Demikian juga dengan [da],

jika ditulis dengan menggunakan [d] ditambah [a]. Tapi, kalau disuruh membaca

dalam sebuah kata, anak sering salah membacanya, karena anak menghilangkan

atau mengganti dengan huruf lain.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti akan meneliti tentang studi kasus

kesulitan belajar membaca kepada siswa dyslexia kelas III SD Kanisius Minggir

Sleman. Adapun alasan peneliti memilih metode atau pendekatan studi kasus

yaitu penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang

mempelajarinya sebagai suatu kasus.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang menjadi kesulitan membaca kedua siswa kelas III SD

Kanisius Minggir Sleman?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

5

2. Bagaimana kemampuan membaca kedua siswa dyslexia kelas III SD

Kanisius Minggir Sleman?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi kesulitan membaca kedua

siswa dyslexia kelas III SD Kanisius Minggir Sleman.

2. Untuk mengetahui kemampuan membaca kedua siswa dyslexia kelas III SD

Kanisius Minggir Sleman.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Diperolehnya pengetahuan baru tentang kesulitan belajar membaca bagi

siswa dyslexia kelas III di SD Kanisius Minggir Sleman Yogyakarta.

2. Diperolehnya bahan pertimbangan dalam memahami siswa dyslexia,

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dan jalan penyelesaian dalam

rangka membimbing dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam

belajar membaca.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Guru

Diperolehnya informasi tentang siswanya, sehingga dapat digunakan sebagai

landasan menentukan pendekatan atau layanan bimbingan belajar yang tepat

dalam mengatasi siswa kelas III yang kesulitan belajar membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

6

2. Bagi sekolah

Diperolehnya masukan bagi sekolah dalam usaha meningkatkan kemampuan

membaca siswa sehingga berdampak pada peningkatan prestasi dan nilai

siswa.

1.5 Definisi Operasional

1. Membaca adalah suatu kesatuan kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan

seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan bunyi serta

maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

2. Kemampuan Membaca adalah kesanggupan melakukan aktivitas komplek

baik fisik maupun mental untuk meningkatkan keterampilan kerja,

penguasaan berbagai bidang akademik, serta berpartisipasi dalam kehidupan

bermasyarakat.

3. Kesulitan belajar membaca adalah ketidakmampuan dalam mengenal huruf,

kata dan memahami fungsi serta makna yang dibaca.

4. Dyslexia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

7

BABII

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan

2.1.1.1 Pengertian Kemampuan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S.

Poerwadarminta yang diolah kembali oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional (2007:742) kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan, atau

kekuatan. Menurut Nurkhasanah dan Tumianto (2007:423) kemampuan diartikan

kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Berdasarkan dua pengertian di atas

dapat di simpukan kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan untuk

menguasai sesuatu yang sedang dihadapi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia

kemampuan membaca sangat diperlukan dan harus dimiliki oleh seseorang

karena kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

studi.

2.1.1.2. Pengertian Membaca

Menurut Akhadiah dkk (1993: 22) membaca merupakan suatu kesatuan

kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-

kata, menghubungkan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai

maksud bacaan. Anderson, dkk dalam Akhadiah (1993:22) memandang

membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.

Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

8

menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Untuk dapat membaca suatu

bacaan, seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang sudah

dimilikinya.

Menurut Abdurahman (2003:200) membaca merupakan aktivitas

kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan

membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental

mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika

mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara

lincah, mengingat simbul-simbul bahasa dengan tepat dan memiliki penalaran

yang cukup untuk memahami bacaan.

Santoso (2007: 6.3) menjelaskan bahwa, aktivitas membaca terdiri dari

dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk.

Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan

membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang

dilakukan pada saat membaca. Pernyataan ini sesuai dengan yang termuat dalam

jurnal Reading the Media (2007) reading the media is an excellent source for

devising one’ sown medialiteracy curriculum, and why medialiteracy matters

(membaca merupakan sumber yang bagus dalam memikirkan /menentukan

kemampuan membaca seseorang dan mengapa kemampuan membaca tersebut

berarti).

Menurut Rahim (2008:2) membaca adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan

aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan meta kognitif. Proses membaca

sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

9

kegiatan fisik maupun mental. Menurut Santoso (2007:6-3) Proses membaca

terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: (1) aspek sensori, yaitu

kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perspektual, yaitu

kemampuan untuk menginterprestasikan apa yang dilihat sebagai symbol, (3)

aspeks kemata yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan

struktur pengetahuan yang telah ada, (4) aspek berpikir yaitu kemampuan

membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (5) aspek

afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh

terhadap kegiatan membaca. Interaksi antara kelima aspek tersebut secara

harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya

komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.

Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan

simbol tulis dalam bunyi. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup

pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan

membaca kreatif. Membaca sebagai proses linguistik, skemata pembaca

membantunya membangun makna. Sedangkan fonologis, semantic dan fitur

sintaksis membantu mengomunikasikan pesan-pesan. Proses metakognitif

melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran ,dan

pengevaluasian.

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seorang yang membaca

dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang

yang tidak punyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas, guru seharusnya

menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai

atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

10

Menurut Rahim (2008:11) tujuan membaca mencakup: (1) kesenangan, (2)

menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4)

memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi

baru dengan informasiyang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk

laporan lisan atau tertulis, (7) menginformasikan atau menolak prediksi, (8)

menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh

dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks,

(9) menjawab pertanyaan- pertanyaan yang spesifik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan membaca

adalah suatu aktivitas komplek baik fisik maupun mental yang bertujuan

memahami isi bacaan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif. Setiap

pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda, misalnya siswa

kelas I SD perkembangan kognitifnya tidak sama dengan siswa kelas IV, V, dan

VI. Bahan ajar (bacaan yang dibaca) tidak sama, harus disesuaikan dengan

tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki siswa.

2.1.1.3. Pengertian Kemampuan Membaca

Menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2003:200) kemampuan membaca

merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika siswa pada usia

sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca maka ia akan

mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada

kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, siswa harus belajar membaca agar ia

dapat membaca untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

11

Mercer (dalam Abdurrahman,2003:200) menjelaskan bahwa, kemampuan

membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan kemampuan kerja

dan penguasaan berbagai bidang akademik tetapi juga memungkinkan

berpartisipasi dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan menemukan

kebutuhan emosional.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan kemampuan

membaca adalah kesanggupan melakukan aktivitas komplek baik fisik maupun

mental untuk meningkatkan keterampilan kerja, penguasaan berbagai bidang

akademik, serta berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan

membaca merupakan modal utama dalam kehidupan setiap pribadi, baik

disekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat.

2.1.1.4. Pengertian Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran

menulis permulaan. Sebelum mengajarkan menulis guru terlebih dahulu

mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam

kalimat. Pengenalan tulisan beserta bunyi ini melalui pembelajaran membaca.

Menurut Darmiyati Zuhdi dan Budiasih (2001:57) pembelajaran

membaca dikelas I dan kelas II merupakan pembelajaran membaca tahap awal.

Kemampuan membaca diperoleh siswa dikelas I dan kelas II tersebut akan

menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya.

Santoso (2007: 3-19) menjelaskan bahwa, pembelajaran membaca di

sekolah dasar terdiri atas dua bagian yakni membaca permulaan yang

dilaksanakan dikelas I dan II. Melalui membaca permulaan ini, diharapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

12

siswa mampu mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat dan mampu membaca

dalam berbagai konteks. Sedangkan membaca lanjut dilaksanakan di kelas tinggi

atau dikelas III, IV, V dan VI.

Pembelajaran membaca permulaan bagi siswa kelas I SD dapat

dibedakan ke dalam dua tahap yakni belajar membaca tanpa buku diberikan pada

awal-awal anak memasuki sekolah. Pembelajaran membaca permulaan dengan

menggunakan buku dimulai setelah murid-murid mengenal huruf-huruf dengan

baik kemudian diperkenalkan dengan lambang-lambang tulisan yang tertulis

dalam buku (Tarigan, 1997:5.33).

Membaca permulaan menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:

58) yakni diberikan secara bertahap, tahap pramembaca dan tahap membaca.

Pada tahap pramembaca, kepada siswa diajarkan: (1) sikap duduk yang baik pada

waktu membaca; (2) cara meletakkan buku di meja; (3) cara memegang buku; (4)

cara membuka dan membalik halaman buku dan (5) melihat dan memperhatikan

tulisan. Pembelajaran membaca permulaan di titik beratkan pada aspek-aspek

yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi

yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara. Berdasarkan beberapa uraian diatas

dapat disimpulkan membaca permulaan adalah membaca yang dilaksanakan di

kelas I dan II, dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf dan lambang-lambang

tulisan yang menitik beratkan pada aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal

dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

13

2.1.1.5. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan

Menurut Darmiyati Zuhdi dan Budiasih (2001:57) kemampuan membaca

yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan

berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan

perhatian guru, membaca permulaan di kelas I merupakan pondasi bagi

pengajaran selanjutnya. Sebagai pondasi haruslah kuat dan kokoh, oleh karena

itu harus dilayani dan di laksanakan secara berdaya guna dan sungguh-sungguh.

Kesabaran dan ketelitian sangat di perlukan dalam melatih dan membimbing

serta mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Anak atau

siswa dikatakan berkemampuan membaca permulaan jika dia dapat membaca

dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar dalam

membaca dan memperhatikan tanda baca (Rukayah, 2004:14).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

membaca permulaan adalah kesanggupan siswa membaca dengan lafal dan

intonasi yang jelas, benar dan wajar serta memperhatikan tanda baca. Membaca

permulaan merupakan pondasi bagi pengajaran selanjutnya, sehingga harus

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam melatih dan membimbing siswa

membaca.

Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan

kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan huruf,

suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk

lisan (Akhadiah,dkk.1993: 11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

14

Contoh:

Huruf a dibaca a

b dibaca be

c dibaca ce

Suku kata ba dibaca ba bukan bea

bu dibaca bu bukan beu

Kata baju dibaca baju bukan beajeu

batu dibaca batu bukan beateu

Kalimat itu buku dibaca itu buku bukan iteu bekeu

Itu budi dibaca itu Budi bukan iteu beudei

Tujuan pengajaran membaca dan menulis adalah agar siswa dapat

membaca dan menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan benar dan tepat

(Ahmad,1996:4). Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas I memuat KD: (1) membaca

nyaring suku kata dan kata dengan lafal dan intonasi yang tepat; (2) membaca

nyaring kalimat sederhana dengan lafal yang tepat. Berdasarkan KD itu maka

tujuan membaca permulaan SD kelas I adalah agar siswa mampu membaca

nyaring suku kata,kata dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang

tepat.

Dalam pengajaran membaca permulaan ada empat faktor yang

mempengaruhi. Menurut Arnold (dalam Rahim, 2008:16) faktor yang

memengaruhi membaca permulaan adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

15

1) Faktor Fisikologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan

neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi

yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya

belajar membaca.

2) Faktor Intelektual

Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya memengaruhi

berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor

metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut

memengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga memengaruhi kemajuan kemampuan

membaca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup: (1) latar

belakang dan pengalaman siswa dirumah dan (2) sosial ekonomi

keluarga siswa.

4) Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan

membaca anak adalah factor psikologis. Faktor ini mencakup (1)

motivasi; (2) minat;dan (3) kematangan sosial, emosi, dan

penyesuaian diri.

Menurut Syafi’ie yang dikutip oleh Rahim (2008:31) menjelaskan ada

empat pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia:

1) Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif mengarakan pengajaran bahasa pada tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

16

pembelajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi.

2) Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif

Semiawan dan Joni (dalam Rahim, 2008: 32) menjelaskan bahwa

esensi pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) bukan terletak pada

digunakan atau tidak digunakannya alat dan cara duduk siswa yang

berkelompok, tetapi pada penghayatan pengalaman belajar yang

diprogramkan oleh siswa. Pendekatan CBSA sebagai kegiatan belajar

mengajar yang melibatkan siswa, artinya siswa secara aktif terlibat dalam

proses pengajaran. Mulai dari penyusunan rencana pengajaran, penyajian

pelajaran sampai pada penilaian.

3) Pendekatan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Misalnya antara

keterampilan menyimak dengan berbicara dengan tidak mungkin

dipisahkan dalam suatu kegiatan belajar mengajar, begitu juga dengan

keterampilan berbahasa lainnya. Bentuk pembelajaran bahasa secara

terpadu bisa berupa perpaduan antara kegiatan membaca, menulis,

berbicara, dan menyimak.

4) Pendekatan Belajar Kooperatif

Belajar kooperatif merupakan suatu metode mengelompokkan siswa

ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerjasama dan saling

membantu dalam menyelesaikan tugas. Menurut Slavin ( dalam Rahim,

2008:34) hasil penelitian 20 tahun terakhir mengindikasikan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

17

pendekatan belajar kooperatif bisa digunakan secara efektif pada setiap

tingkat kelas untuk semua mata pelajaran.

Akhadiah (dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001:61-66),

menjelaskan bahwa dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa

metode yang dapat digunakan antara lain:

1) Metode Abjad dan Metode Bunyi

Dalam penerapannya, kedua model tersebut sering menggunakan kata

lepas.

Misalnya:

a) Metode abjad (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai

dengan abjad“a”,“be”,“ce”,“de”,dan seterusnya).

Contoh: bo – bo bobo

b) Metode bunyi (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai

dengan bunyi nyaa,beh,ceh,deh,dan seterusnya).

Contoh: beh– o – bo – beh– o – bo bobo

Perbedaan antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada

pengucapan huruf.

2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga

Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai

dan merangkaikan.

a). Metode Kupas Rangkai Suku kata

Penerapannya guru menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

(1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

18

(2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf.

(3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata.

Misalnya: ma – ta

m – a – t – a ma – ta

b). Metode Kata Lembaga

Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Membaca kata yang sudah dikenal siswa.

(2) Menguraikan huruf menjadi suku kata.

(3) Menguraikan suku kata menjadi huruf.

(4) Mengabungkan huruf menjadi suku kata.

(5) Menggabungkan suku kata menjadi kata.

Misalnya:

bola bo – la

b – o – l – a bo – la bola

c). Metode Global

Dalam penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Mengkaji salah satu suku kata.

2) Menguraikan huruf menjadi suku kata.

3) Menguraikan suku kata menjadi huruf.

4) Mengabungkan huruf menjadi suku kata.

5) Merangkaikan kata menjadi suku kata.

6) Merangkaikan kata menjadi kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

19

Misalnya: andi bermain catur

bermain

ber– ma– in

b– e– r– m – a– i – n

bermain

andi bermain catur

2.1.2 Kesulitan Belajar

2.1.2.1 Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana siswa dengan kemampuan

intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau

kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi,

konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri,

dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan

pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi

yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan

belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau

distraktibilitas dan masalah emosional.

Menurut Mulyono (1999), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam

proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai

tujuan belajar. Kondisi ini ditandai kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik

disebabkan oleh problem-problem neurologis, maupun sebab-sebab psikologis

lain, sehingga prestasi belajarnya rendah, tidak sesuai dengan potensi dan usaha

yang dilakukan. Kesulitan belajar juga merupakan ketidakmampuan dalam

menghubungkan berbagai informasi yang berasal dari berbagai bagian otak

mereka. Kelemahan ini akan tampak dalam beberapa hal, seperti kesulitan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

20

berbicara dan menuliskan sesuatu, koordinasi, pengendalian diri atau perhatian.

Kesulitan-kesulitan ini akan tampak ketika mereka melakukan kegiatan-kegiatan

sekolah, dan menghambat proses belajar membaca, menulis, atau berhitung yang

seharusnya mereka lakukan (Porwanto, 2003).

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai

jenis manifiestasi tingkah laku (bio-psikososial) baik secara langsung atau tidak,

bersifat permanen dan berpotensi menghambat berbagai tahap belajar siswa.

Tidak seperti cacat lainnya, sebagaimanan kelumpuhan atau kebutuhan gangguan

belajar (learning disorder) adalah kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah.

Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang

berbeda dengan orang normal lainnya. Kesulitan belajar adalah keterbelakangan

yang mempengaruhi kemampuan individu untuk menafsirkan apa yang mereka

lihat dan dengar.

Kesulitan belajar dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Bebarapa

kasus memperlihatkan bahwa kesulitan ini memengaruhi banyak bagian dalam

kehidupan individu, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan

keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain.

Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada

kebahagiaan mereka. Sementara itu, penderita lainnya menyatakan bahwa

gangguan ini mengahambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada

gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain dari kehidupan mereka.

Kelompok siswa dengan Learning Dissability (LD) dicirikan dengan

adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Tidak seperti cacat fisik,

kesulitan belajar tidak terlihat dengan jelas dan sering disebut ”hidden handicap”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

21

Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya siswa

yang mengalami kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai siswa yang

underachiever, pemalas, atau aneh. Siswa-siswa ini mungkin mengalami perasaan

frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).

Definisi tersebut menunjukan bahwa learning diability tidak digolongkan

ke dalam salah satu keluarbiasaan, melainkan merupakan kelompok tersendiri.

Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual,

memori maupun ekspresif di dalam proses belajar. Gangguan ini dapat terjadi di

berbagai tingkatan kecerdasan, namun learning disability lebih terkait dengan

tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Siswa-siswa yang

berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan

fisik yang bisa yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan

keterlambatan dalam kemampuan perseptual motorik tertentu atau kemapuan

berbahasa. Umumnya masalah ini tampak ketika siswa mulai mempelajari mata-

mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca, menghitung dan mengeja.

Dari pengertian kesulitan belajar di atas maka jenis-jenis kesulitan belajar

di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada siswa yang mengalami kesulitan

belajar membaca. Jenis-jenis kesulitan belajar tersebut yaitu kesulitan membaca

(dyslexia), kesulitan menulis (disgrafia), kesulitan berhitung (diskalkulia).

2.1.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor.

Untuk memberikan suatu bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan

belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

22

penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebab kesulitan

belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :

1) Faktor intern (faktor dari dalam diri siswa itu sendiri) yang meliputi:

a. Faktor fisiologi

Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari siswa itu sendiri. Seorang

siswa yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik,

sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak

sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena

dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat

tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti

kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat

tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan

berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita

ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan,

rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikologis ini adalah

inteligensi yang dimiliki oleh anak. Siswa yang memiliki IQ ( cerdas (110-

140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami

pelajaran dengan cepat. Siswa yang tergolong sedang (90-110) tentunya tidak

terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi.

Siswa yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya

memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu,

maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

23

atau siswanya. IQ faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya

masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan

mental siswa.

2) Faktor ekstern (faktor dari luar anak) meliputi:

a. Faktor-faktor sosial

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka

di rumah. Siswa-siswa yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup

tentunya akan berbeda dengan siswa-siswa yang cukup mendapatkan

perhatian, atau siswa yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga

bagimana hubungan orang tua dengan siswa, apakah harmonis, atau jarang

bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh

pada kebiasaan belajar siswa.

b. Faktor-faktor non-sosial

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya

masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah, kemudian alat-alat

pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

Ada beberapa penyebab kesulitan belajar lain yang terdapat pada literatur

dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :

a. Faktor keturunan/bawaan

b. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature

c. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu

yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol

selama masa kehamilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

24

d. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala,

atau pernah tenggelam

e. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan

kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah

f. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium,

arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya

2.1.3 Kesulitan Belajar Membaca (Dyslexia)

2.1.3.1 Definisi Kesulitan Belajar Membaca (Dyslexia)

Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia (dyslexia). Dyslexia

berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “lexia” yang

berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah

kata-kata. Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini

Dewi, Sp A, menjelaskan, disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan

neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat

atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Terdapat

dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia.

Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor

genetis atau keturunan. Penyandang developmental dyslexia akan membawa

kelainan ini seumur hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Tidak hanya

mengalami kesulitan membaca, mereka juga mengalami hambatan mengeja,

menulis, dan beberapa aspek bahasa yang lain. Meski demikian, anak-anak

penyandang dyslexia memiliki tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-

rata. Dengan penanganan khusus, hambatan yang mereka alami bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

25

diminimalkan. Dan acquired dyslexia didapat karena gangguan atau perubahan

cara otak kiri membaca.

Sejumlah ahli juga mendefinisikan dyslexia sebagai suatu kondisi

pemrosesan input atau informasi yang berbeda (dari anak normal) yang sering kali

ditandai dengan kesulitan dalam membaca yang dapat memengaruhi area kognisi,

seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan pengaturan waktu,

aspek koordinasi, dan pengendalian gerak. Dapat juga terjadi kesulitan visual dan

fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek

perkembangan.

Dyslexia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar

berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata dan

membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di atas rata-

rata. Selain itu ketidakmampuan dalam motivasi dan kesempatan pendidikan yang

cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal.

Dalam dunia kedokteran istilah dyslexia banyak dikaitkan dengan adanya

gangguan fungsi neurofisiologis. Pendapat Bryan dan Bryan yang dikutip oleh

Mercer (1979:200) mendefinisikan bahwa dyslexia merupakan sindroma kesulitan

dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan

komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang

berkaitan dengan waktu, arah dan masa. Pengertian tentang dyslexia atau kesulitan

belajar membaca sangat bervariasi, tetapi semua menunjukkan adanya gangguan

pada fungsi otak.

Dyslexia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan

kecerdasan yang normal. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

26

dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken

language” dan tulisan. Dyslexia cenderung diturunkan dan lebih banyak

ditemukan pada anak laki-laki. Dyslexia terutama disebabkan oleh kelainan otak

yang mempengaruhi proses pengolahan bunyi dan bahasa yang diucapkan.

Kelainan ini merupakan kelainan bawaan, yang bisa mempengaruhi penguraian

kata serta gangguan mengeja dan menulis.

2.1.3.2 Gejala Dyslexia

Gejala dyslexia mungkin sulit disadari sebelum anak masuk sekolah, tetapi

beberapa gejala awal dapat mengidentifikasi masalah tersebut. Ketika anak

mencapai usia sekolah, guru dari anak mungkin menjadi yang pertama menyadari

masalah tersebut.

1) Sebelum sekolah

Tanda dan gejala anak yang mungkin berisiko dyslexia antara lain:

a. Terlambat berbicara

b. Menambah kosa kata dengan lambat

c. Kesulitan “rhyming” (rima kata)

2) Usia sekolah

Ketika anak di sekolah, gejala dyslexia mungkin menjadi lebih terlihat,

termasuk di antaranya:

a. Membaca pada tingkat (level) di bawah apa yang diharapan untuk usia

anak

b. Bermasalah dalam memproses dan memahami sesuatu yang anak dengar

c. Kesulitan dalam memahami secara utuh instruksi yang cepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

27

d. Bermasalah dalam mengikuti instruksi lebih dari satu dalam waktu yang

bersamaan

e. Ketidakmampuan untuk mengucapkan pelafalan dari kata-kata yang tidak

familiar

f. Kesulitan melihat (dan pada saat tertentu mendengar) persamaan dan

perbedaan di dalam surat atau kata-kata

g. Melihat surat/ kata-kata secara terbalik (b untuk d atau “saw” untuk

“was”)–walaupun melihat kata-kata atau surat secara terbalik itu biasa

untuk anak kecil, yang tidak mengalami disleksia, di bawah umur 8 tahun.

Anak yang mengalami disleksia akan terus melihat secar terbalik setelah

melewati umur tersebut

h. Kesulitan mengeja

i. Sulit mempelajari bahasa asing

Gejala dyslexia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah

kemampuan yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan

pendidikannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses

informasi tersebut. Dyslexia merupakan kesalahan pada proses kognitif anak

ketika menerima informasi saat membaca buku atau tulisan.

Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia

enam atau tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak dyslexia. Sampai usia

12 tahun kadang mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat

terdeteksi ketika anak memasuki bangku sekolah dasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

28

Ciri-ciri dyslexia:

1. Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan dengan

bermacam ucapan.

2. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n,

atau m-n.

3. Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph berikutnya atau

tidak berurutan.

4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

5. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata pelajaran

diucapkan menjadi perjalanan.

Banyak faktor yang menjadi penyebab dyslexia antara lain genetis,

problem pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu

kemampuan bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Dyslexia bukanlah

kelainan yang tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak dyslexia

harus memiliki metode belajar yang sesuai. Pada dasarnya setiap orang memiliki

metode yang berbeda-beda, begitupun anak dyslexia.

2.1.3.3 Karakteristik Dyslexia

Menurut Mercer (1983:309) ada empat kelompok karakteristik kesulitan

belajar membaca, yakni yang berkenaan dengan (1) kebiasaan membaca, (2)

kekeliruan mengenal kata, (3) kekeliruan pemahaman, dan (4) kekeliruan

serbaneka. Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan sikap-

sikap kebiasaan membaca yang tidak wajar antara lain adanya gerakan-gerakan

yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

29

meninggi, atau berkali-kali menggigit bibir. Mereka juga sering menunjukkan

perasaan tidak aman dengan memperlihatkan perilaku menolak untuk membaca,

menangis, atau mencoba melawan guru.

Anak berkesulitan membaca sering mengalami kekeliruan dalam

mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup kehilangan, penyisipan,

penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata,

dan tersentak-sentak. Gejala penghilangan kata tampak misalnya ketika anak

disuruh membaca kalimat “Kain putih bersih” dibaca “Kain bersih”. Penyisipan

terjadi jika anak dihadapkan suatu bacaan kemudian menambahkan kata yang

sebenarnya tidak ada dalam bacaan tersebut. Jika anak dihadapkan bacaan “Ayah

pergi berbelanja ke pasar”, oleh anak dibaca “Ayah dan Ibu pergi berbelanja ke

pasar”. Penggantian terjadi jika anak mengganti salah satu kata pada kalimat

bacaan. Misalnya bacaan “Ini buku Kakak” dibaca “Ini buku Bapak”. Pembalikan

akan nampak ketika anak membaca “ibu” menjadi “ubi” dan kesalahan ucap

terjadi ketika anak membaca “namun” tetapi dibaca “namum” atau “nanum”.

Gejala pengubahan tempat terjadi seperti membaca “Ibu pergi ke pasar” dibaca

“Ibu ke pasar pergi”. Gejala keraguan nampak pada saat anak berhenti membaca

suatu kata dalam kalimat karena tidak dapat membaca kata tersebut. Gejala

kekeliruan memahami bacaan nampak pada banyaknya kekeliruan dalam

menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan, tidak mampu

mengemukakan urutan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema

utama dari suatu cerita. Gejala serbaneka nampak seperti membaca kata demi

kata, membaca penuh ketegangan, dan nada tinggi, dan membaca dengan intonasi

yang tidak tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

30

Beberapa ciri anak berkesulitan belajar membaca menurut Vernon sebagai

berikut:

1. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan

2. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf

3. Memiliki kekurangan dalam memori visual

4. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris

5. Tidak mampu memahami simbol bunyi

6. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran

7. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol iregular (khusus yang

berbahasa Inggris)

8. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf

9. Membaca kata demi kata

10. Kurang memiliki kemampuan dalam berfikir konseptual

Beberapa ahli berpendapat bahwa berbagai kesalahan membaca antara lain:

1. Penghilangan kata atau huruf

2. Penyelipan kata

3. Penggantian kata

4. Pengucapan kata salah dan makna berbeda

5. Pengucapan kata salah tetapi makna sama

6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna

7. Pengucapan kata dengan bantuan guru

8. Pengulangan

9. Pembalikan kata

10. Pembalikan huruf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

31

11. Kurang memperhatikan tanda baca.

12. Pembetulan sendiri.

13. Ragu-ragu dan tersendat-sendat.

2.1.3.4 Masalah Dyslexia

Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang dyslexia di antaranya

konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi). “Penyandang

dyslexia juga mengalami masalah dalam pengorganisasian. Mereka cenderung

tidak teratur. Misalnya, memakai sepatu tetapi lupa memakai kaus kaki. Masalah

lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau

huruf,” papar Kristiantini (2010) yang juga seorang dokter anak.

Secara lebih detail, penyandang dyslexia biasanya mengalami masalah-masalah,

seperti:

1. Masalah fonologi

Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf

dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku”

dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai

bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini

tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses

pengolahan input di dalam otak.

2. Masalah mengingat perkataan

Kebanyakan anak dyslexia mempunyai level kecerdasan normal atau di atas

normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka

mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

32

memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-

laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat

mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.

3. Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut

Anak dyslexia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan

misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan

huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah

direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah

langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola.

Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah

pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan

yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka

mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan

untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit

sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang

kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana,

misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong

kue atau tidak.

4. Masalah ingatan jangka pendek

Anak dyslexia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam

satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di

kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke

bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku

PR matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak dyslexia tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

33

melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu

mengingat seluruh perkataan ibunya.

5. Masalah pemahaman sintaks

Anak dyslexia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa,

terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau

lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak dyslexia

mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata

bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa

Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah).

Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan

(contoh: red bag).

2.1.3.5 Asesmen Kesulitan Membaca untuk Anak Kelas 3 SD

Untuk anak usia kelas 3 sekolah dasar, seharusnya sudah bisa membaca

pemahaman. Tidak menutup kemungkinan ada sebagian kecil siswa yang masih

membaca permulaan atau membaca lisan.

a. Membaca Lisan

Menurut Hargrove dan Poteet (1984:170) ada 13 jenis perilaku yang

mengindikasikan bahwa anak berkesulitan belajar membaca lisan. Adapun

berbagai perilaku tersebut adalah:

1. Menunjuk tiap kata yang sedang dibaca

2. Menelusuri tiap baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan jari

3. Menelusuri tiap baris bacaan ke bawah dengan jari

4. Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

34

5. Menempatkan buku dengan cara yang aneh

6. Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata

7. Sering melihat pada gambar, jika ada

8. Mulutnya komat-kamit waktu membaca

9. Membaca kata demi kata

10. Membaca terlalu cepat

11. Membaca tanpa ekspresi

12. Melakukan analisis tetapi tidak mensintesiskan, dan

13. Adanya nada suara yang aneh atau tegang yang menandakan keputusasaan

Menurut Ekwall seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:194) ada

tujuan kemampuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu:

1. Mengenal ide pokok suatu bacaan

2. Mengenal detail yang penting

3. Mengembangkan imajinasi visual

4. Meramalkan hasil

5. Mengikuti petunjuk

6. Mengenal organisasi karangan dan

7. Membaca kritis

Untuk melatih anak membaca pemahaman, guru biasanya menugaskan

kepada anak untuk membaca yang dikenal dengan membaca dalam hati. Dengan

demikian, tujuan membaca dalam hati pada hakikatnya sama dengan membaca

pemahaman. Perbedaannya, anak-anak yang duduk di SD, tampaknya masih sulit

untuk mencapai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Ekwall di atas. Bagi anak-

anak yang masih duduk di SD, sudah cukup memadai jika anak memahami isi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

35

bacaan yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam menjawab berbagai

pertanyaan yang sesuai dengan data dalam bacaan.

2.1.3.6 Cara Mengatasi Anak Dyslexia

Dyslexia merupakan gangguan neourologis yang sifatnya genetis. Jadi

kondisi ini menetap. Dyslexia tidak bisa diobati tetapi bisa diintervensi sehingga

anak bisa mengatasi masalahnya. Contohnya, anak tidak bisa membaca lalu

dibacakan. Bagi orang yang tidak paham anak tersebut bisa dikatakan pemalas,

bodoh, keras kepala dan sebagainya.

Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak

penderita dyslexia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan

metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama

guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang

tua mereka. Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic

ini merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami

problem dyslexia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut.

Metode ini dapat ssudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku,

maupun software.

Berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak dengan phonic

dan membaca:

a. Mencoba untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca

b. Tunda sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat

memusatkan perhatian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

36

c. Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama, mulailah

dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.

d. Tentukan tujuan yang dapat dicapai: satu hari sebanyak satu halaman dari

buku phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama

e. Bersikap positif dan puji anak ketika anak membaca dengan benar. Ketika

anak membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan

kesalahan

f. Ketika membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya

melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya

tentang cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.

g. Mulai dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari cerita

dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian meminta anak

membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi

selanjutnya

h. Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan

permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau meminta anak

untuk mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk

membaca kembali tulisan tersebut

i. Berikan hadiah padanya ketika anak melakukan sesuatu dengan sangat baik

atau ketika ada perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak dyslexia antara lain:

a. Mendemonstrasikan apa yang ingin dikerjakan anak

b. Menceritakan kepada anak hal yang sedang dilakukannya

c. Mendorong anak bercakap-cakap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

37

d. Memperlihatkan kepada anak gambar yang menarik (bukan gambar makhluk

bernyawa) sehingga anak mampu mendeksripsikan dan menginterpretasikan

e. Membaca dan menceritakan cerita pendek kepada anak

f. Meminta atau memberi dukungan kepada anak untuk bercerita di depan kelas

tentang situasi menarik yang dialami di rumah atau di tempat lain

g. Membuat permainan telepon-teleponan

Menurut Mulyono (2003) bahwa, membaca permulaan merupakan proses

penerjemahan simbol bunyi menjadi bunyi yang bermakna. Membaca pemahaman

merupakan proses menemukan makna/pesan/informasi dari bacaan. Beberapa

tahapan membaca antara lain:

a. Pra-membaca memerlukan proses pengenalan konsep arah (atas-bawah;

depan-belakang; kanan-kiri), bentuk simbol huruf, dan konsep urutan

b. Membaca permulaan memerlukan proses pengenalan huruf, suku kata, tanda

baca, kata, dan kalimat. Ketepatan artikulasi dan intonasi juga dikembangkan

pada tahap membaca permulaan ini

c. Membaca pemahaman memerlukan proses pemahaman makna kata,

kelompok kata dan kalimat

d. Pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-

pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan Perkembangan

Menilik proses tahapan belajar membaca di atas, pendekatan teori

perkembangan memandang bahwa membaca merupakan bentuk

kemampuan yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan pra-membaca. Oleh

karena itu, penanganan kesulitan membaca lebih diarahkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

38

penguatan kemampuan pra-membacanya. Latihan-latihan persepsi visual

amat dipentingkan di sini, misalnya:

a) Latihan konsep lateral yang mengembangkan konsep arah (atas-

bawah, depan-belakang, tengah-tepi, kiri-kanan)

b) Aktivitas pengenalan simbol/bentuk bermakna (tanda panah, gambar

simbol umum, huruf, angka)

c) Aktivitas mengurutkan benda (sesuai warna, bentuk, pola, dan

seterusnya)

d) Aktivitas mengaitkan antara bentuk pola huruf dan bunyinya

e) Rekomendasi: Metode Selusur untuk aktivitas membaca permulaan

dan Metode Pengalaman Berbahasa untuk aktivitas membaca

pemahaman.

2. Pendekatan Perilaku

Menilik proses tahapan belajar membaca di atas, pendekatan teori perilaku

memandang bahwa membaca merupakan bentuk kemampuan yang

kemampuan dan hambatannya tampak pada saat proses membacanya

sendiri. Ketidaklancaran membaca merupakan salah satu bentuk hambatan

yang sering tampak. Model layanan pembelajaran yang ditawarkan oleh

pendekatan pembelajaran ini berupa kegiatan remediasi, seperti:

a) Pembiasaan membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat yang secara

bertahap taraf kesulitannya kian ditingkatkan

b) Pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat, terutama pada bagian

di mana anak kerap menunjukkan kesulitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

39

c) Rekomendasi: Metode Bunyi untuk aktivitas membaca permulaan dan

Metode Linguistik untuk aktivitas membaca pemahaman

3. Pendekatan Kognitif

Menilik proses tahapan belajar membaca di atas, pendekatan teori kognitif

memandang bahwa membaca merupakan suatu pemrosesan terhadap

informasi yang berupa pola-pola. Baik itu pola penggabungan huruf

menjadi suku kata, suku kata menjadi kata maupun gabungan kata menjadi

kalimat. Pola-polanya sendiri bisa diajarkan secara langsung maupun

secara tak langsung, atau anak akan menemukan sendiri polanya. Model

layanan pembelajaran yang ditawarkan oleh pendekatan pembelajaran ini

berupa kegiatan penemuan pola-pola seperti:

a) Menemukan pola gabungan huruf vokal-konsonan menjadi suku kata

tertentu

b) Menggunakan pola kata tertentu dalam kalimat (D-M dan M-D; frasa,

kata majemuk, kata ulang, dll.)

c) Memahami pola kalimat sesuai jabatan katanya.

d) Melakukan proses membaca pemahaman secara bertahap, sehingga

pengalaman membaca menjadi sesuatu yang bermakna

e) Rekomendasi: Metode Pengalaman Berbahasa untuk aktivitas

membaca permulaan dan Metode SAS, Metode KWL, Metode

Mindmap untuk aktivitas membaca pemahaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

40

2.1.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian Sutrisna (2003) tentang “Meningkatkan Kemampuan

Membaca Kata Melalui Metode Suku Kata Bagi Anak Kesulitan Belajar Di

SDN 03 Bandar Buat Padang”, menyimpulkan bahwa setelah diberikan

intervensi (B) kemampuan membaca anak kesulitan belajar membaca

meningkat melalui metode suku kata. Di awal penelitian atau baseline (A)

anak masih memiliki kemampuan membaca yang rendah dalam membaca

kata, dari pengamatan yang dilakukan sebanyak enam kali persentase jumlah

kata yang di baca dengan benar anak antara 0% hingga 30% namun setelah

diberi intervensi berupa penggunaan metode suku kata ini dalam latihan

membaca kata, kemampuan membaca anak meningkat ketika diberikan

perlakukan sebanyak sepuluh kali pengamatan, persentase jumlah kalimat

yang dengan benar hingga mencapai 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode suku kata dapat menjadi salah satu metode dalam

meningkatkan kemampuan membaca kata bagi anak kesulitan belajar.

2. Hasil penelitian Suparno (2006) tentang “Model layanan untuk Anak

berkesulitan Belajar”, menyimpulkan bahwa anak-anak yang mengalami

kesulitan berlajar baik secara umum ataupun khusus memerlukan pelayanan

khusus dalam proses pembelajarannya di sekolah. Mereka memerlukan

program dan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Bimbingan khusus akan sangat membantu dalam penyelesaian permasalahan

belajar siswa yang disebabkan oleh faktor psikologis. Anak-anak dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

41

kesulitan belajar spesifik membutuhkan program khusus yang berupa remidi

dan program pembelajaran individual.

3. Hasil penelitian Ketut Miranti (2011) tentang “Disleksia dan Pembelajaran

EFL Di Sisingamangaraja Bali” menyimpulkan bahwa dengan bantuan dan

dukungan dari guru siswa disleksia dapat menjadi pelajar yang sukses. Peran

guru adalah melakukan penyesuaian untuk memfasilitasi pembelajaran dan

menciptakan lingkungan yang sukses. Pengajaran inovatif dan dengan

akumulasi waktu yang berbeda tergantu ntingkat kompleksitas masalah

mereka, para disleksia tampil lebih baik dalam berbicara dan

mendengarbukan di menulis dan membaca, tetapi dengan waktu dan strategi

mereka dapat menunjukakan perbaikan dalam menulis dan membaca.

Penelitian tersebut di atas relevan dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan, yaitu Studi Kasus Tentang Kesulitan Belajar Membaca Kepada Siswa

Dyslexia Kelas III SD Kanisius Minggir Sleman. Ketiga penelitian sama-sama

memiliki subjek penelitian kesulitan belajar khususnya membaca pada siswa

dyslexia. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah jenis penelitian. Perbedaan yang kedua yaitu, peneliti

menggunakan subjek siswa kelas III SD. Dalam bentuk bagan penelitian yang

relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

42

Bagan 2.1. Penelitian yang Relevan

2.1.5 Kerangka Berpikir

Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang mencakup beberapa

kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan bunyi serta

maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

Waktu, strategi bantuan dan dukungan dari guru siswa disleksia dapat menunjukakan perbaikan dalam menulis dan membaca

Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata Melalui Metode Suku Kata Bagi

Anak Kesulitan Belajar Di SDN 03 Bandar Buat Padang

(Sutrisna, 2003)

Disleksia dan Pembelajaran

EFL Di Sisingamangaraja

Bali

(Miranti, 2011)

Model layanan untuk Anak berkesulitan

Belajar

(Suparno, 2006)

Kemampuan membaca anak kesulitan belajar membaca meningkat melalui metode suku kata

Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar baik secara umum ataupun khusus memerlukan pelayanan khusus dalam proses pembelajarannya di sekolah

Studi Kasus Tentang Kesulitan Belajar Membaca Kepada Siswa Dyslexia Kelas III SD

Kanisius Minggir Sleman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

43

Anak penderita dyslexia memiliki kemampuan membaca di bawah

kemampuan yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan

pendidikannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses

informasi tersebut. Dyslexia merupakan kesalahan pada proses kognitif anak

ketika menerima informasi saat membaca buku atau tulisan. Jika pada anak

normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau tujuh tahun,

tidak demikian halnya dengan anak dyslexia. Sampai usia 12 tahun kadang

mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi ketika anak

memasuki bangku sekolah dasar.

Studi kasus dalam penelitian ini dimana peneliti melakukan penelitian

mendalam tentang kesulitan belajar membaca siswa kepada 2 siswa dyslexia

kelas III di SD Kanisius Minggir Sleman, dan bagaimana kebiasaan siswa sejauh

penelitian dilakukan yang meliputi perilaku siswa, sifat, dan keaktifan siswa saat

mengikuti kegiatan belajar membaca yang berlangsung di dalam kelas dan saat

diberikan tugas membaca oleh guru kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua

informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan

dengan satu gejala psikologis tunggal. Studi kasus memberikan informasi-

informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup

pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study

yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history

merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang

individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang

sekarang (Putra, 2010).

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian

secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat

penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachmad (1982) membatasi

pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian

pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Yin (1987) memberikan batasan yang

lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan

Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti

berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha

menernukan sernua variabel yang penting. Hancock dan Algozzine (2006) yang

menyatakan bahwa, penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

45

terhadap suatu ‘objek’, yang disebut sebagai ‘kasus’, yang dilakukan secara

seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai macam

sumber data. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi

kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar,

dan dokumen (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu

totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud

untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus observasi, dimana

pengumpulan datanya melalui observasi dan melibatkan guru serta subjek. Fokus

penelitian yaitu pada 2 siswa kelas III yang mengalami dyslexia di SD Kanisius

Minggir Sleman. Peneliti ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang subjek

lakukan, observasi dilakukan pada saat wawancara. Pengamatan yang dilakukan

menggunakan pengamatan berstruktur yaitu dengan melakukan pengamatan

menggunakan pedoman observasi pada saat pengamatan dilakukan. Pengamatan

ini dilakukan saat subjek dan peneliti melakukan kegiatan membaca dan pada saat

jalannya wawancara.

Adapun strategi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif studi kasus. Menurut Rahardjo (2010) yang dimaksud dengan

studi kasus adalah merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu

kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu

tertentu. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi

kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan penelitian mendalam tentang studi kasus tentang kesulitan

belajar membaca kepada siswa dyslexia kelas III di SD Kanisius Minggir Sleman,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

46

dan bagaimana kebiasaan siswa sejauh penelitian dilakukan yang meliputi

perilaku siswa, sifat, dan keaktifan siswa saat membaca.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di SD Kanisius Minggir Sendangagung

Sleman. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 siswa kelas III SD Kanisius Minggir

Sendangagung Sleman tahun pelajaran 2013/ 2014. Sekolah ini berada di Minggir

III Sendangagung Sleman Yogyakarta dengan jumlah siswa kelas III adalah 17

orang yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan: merupakan tempat

peneliti mengajar, belum pernah menjadi tempat penelitian studi kasus, ada 2

orang siswa kelas III SD Kanisius Minggir Sendangagung Sleman yang

berkebutuhan khusus ( kesulitan belajar ) dalam hal membaca.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Minggir

Sendangagung Sleman tahun pelajaran 2013/2014 pada semester II (genap)

dengan jumlah siswa 2 anak yang semuanya adalah siswa putra. Semua siswa

dalam kondisi normal dan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda serta dari

kalangan ekonomi menengah ke bawah.

3.3 Desain dan langkah-langkah penelitian

Mengenai desain penelitian studi kasus, Yin (2011:29) mengatakan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

47

desain penelitian adalah suatu rencana tindakan untuk berangkat dari sini ke sana.

Diartikan bahwa di sini sebagai rangkaian pertanyaan awal yang harus dijawab,

sedangkan di sana merupakan serangkaian konklusi atas pertanyaan-pertanyaan

tersebut. Desain penelitian ini akan menggunakan desain yang diungkapkan

Winihasih (2005:41) berikut ini.

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan bagan atau desain penelitian di atas, maka prosedur dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara

bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh

Pemilihan Kasus

Studi Kasus

Kesulitan Belajar Membaca Kepada Siswa Dyslexia Kelas III

Pengumpulan DataObservasi

Wawancara

Analisis Data

Perbaikan

Penulisan Laporan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

48

peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan

masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus

haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan

sumber-sumber yang tersedia.

2) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data,

tetapi yang lebih dipakai dalam penelitian kasus adalah observasi,

wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen

penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah

dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda

secara serentak.

3) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat

dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus

menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat

diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam

tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai

dan lapangan.

4) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam

pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau

penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah

ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali

ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak

bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

49

5) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah

dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas,

sehingga memudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi

penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi

kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Sumber data

Jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1) Informan atau narasumber

Terdiri dari guru kelas masing-masing, para staf guru, siswa, orang tua

siswa, teman sepermainan di sekolah maupun di rumah.

2) Tempat dan Peristiwa

Terdiri dari kegiatan pembelajaran di kelas, pada saat siswa istirahat,

lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal siswa, dan keluarga.

3.4.2 Teknik sampling

Moleong (2010: 224) mengemukakan maksud sampling dalam hal ini ialah

“untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan

bangunannya.” Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel

bertujuan. Cenderung menggunakan teknik sampling yang bersifat selektif dengan

menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan,

keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya, atau dengan kata lain

cuplikan (sampling) yang akan digunakan adalah penelitian yang bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

50

“pursposive sampling” atau sampel bertujuan. Dalam hal ini peneliti akan

memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga informan dapat

berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam

memperoleh data. Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas III SD Kanisius

Minggir Sleman. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SD

Kanisius Minggir Sleman kelas III yang memiliki kesulitan belajar dalam hal ini

adalah belajar membaca.

3.4.3. Teknik pengumpulan data

Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan

beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi,

dan 3). dokumentasi. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran

kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan

melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-

masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal

sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa

masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan

pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang

memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan

teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

51

1) Wawancara tidak terstruktur

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek

penelitian (Emzir, 2010:50). Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih

wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan

apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang

dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk

menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi

wawancara.

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept-interview hal

tersebut dikemukakan oleh Sugiyono (2009:233), dimana dalam

pelaksanaannya lebih bebas, tidak terstruktur. Wawancara jenis ini adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan

kepada semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru dan tentunya peserta

didik.

Fungsi wawancara dalam penelitian ini sebagai metode yang diberi

kedudukan utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data

lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer. Sebagai metode primer

wawancara mengemban tugas yang sangat penting.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap guru kelas dan kedua

siswa berkebutuhan khusus kesulitan membaca tentang kesulitan membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

52

siswa dalam pembelajaran di kelas dan pengaruhnya terhadap prestasi siswa.

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti di luar mata pelajaran secara informal

dan terencana, tetapi tidak terstruktur agar alami dan tidak dibuat-buat. Dalam

pelaksanaan wawancara dengan siswa, peneliti mewawancarai kedua siswa

secara terpisah agar siswa menjawab sesuai dengan apa yang dirasakan dan

tidak terpengaruh oleh jawaban siswa yang lainnya.

2) Observasi langsung

Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera,

bisa penglihatan, penciuman, pendengaran untuk memperoleh informasi yang

diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas,

kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi

seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa

atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981:

191-193).

Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal,

untuk mengamati berbagai peristiwa yang terjadi di kelas pada saat pembelajaran,

juga kegiatan siswa sehari-hari dalam pergaulan di sekolah maupun di lingkungan

keluarga. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih

mendalam Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu

untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

53

untuk mengontrol atau memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara

tersebut sesuai dengan fakta yang ada.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap kedua siswa kelas III

yang mengalami kesulitan belajar membaca dengan melakukan pengamatan dan

pencatatan pelaksanaan kegiatan membaca dengan menggunakan lembar

observasi. Observasi dilakukan dengan instrumen lembar observasi yang

dilengkapi dengan pedoman observasi dan dokumentasi foto.

Cara observasi yang paling efektif menurut Razak (2003) adalah,

melengkapinya dengan pedoman observasi/pedoman pengamatan seperti format

atau blangko pengamatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian,

tingkah laku yang digambarkan akan terjadi, kondisi fisik, kondisi psikologis, dan

kondisi sosial subjek. Acuan pengamatan adalah indikator, karena indikator

merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi, dan indikator harus terukur.

Dalam penelitian ini indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh

peserta didik, yang dapat diamati atau diobservasi oleh peneliti sebagai

representasi dari kondisi siswa yang diamati. Berikut ini pedoman observasi

menurut Razak (2003).

Tabel 3.1 Pedoman Observasi

Pedoman Observasi

No Pengamatan Indikator Deskripsi1 Kondisi Fisik Postur tubuh Tinggi dan berat

badanCiri-ciri fisik Bentuk muka,

warna kulit dan rambut, jenis rambut

2 Kondisi psikologis Kognitif Pengetahuan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

54

dimiliki subjekAfektif Rendah diri,

gelisah, malu, bingung, bahagia, sedih

Psikomotorik Rasa percaya diri subjek saat membaca, melamun saat belajar membaca

Moral Aktivitas ibadah yang subjek lakukan

3 Kondisi sosial Keterlibatan dalam lingkungan sekolah

Cara berkomunikasi dengan teman, peneliti dan guru. Menarik diri pada teman

Sumber: Razak (2003)

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Modifikasi Razak (2003) dan Hargrove dan

Poteet (1984)

No Pengamatan Indikator Deskripsi

1 Kondisi Fisik Postur tubuh Tinggi dan berat badanCiri-ciri fisik Bentuk muka, warna

kulit dan rambut, jenisrambut

2 Kondisi psikologis Kognitif Tidak dapat membaca/membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai, menggerakakn kepala, menelusuri tiap baris bacaan

Afektif Rendah diri, gelisah, malu, bingung, putus asa saat membaca

Psikomotorik Tidak percaya diri saat membaca, melamun saat belajar membaca. Membaca lambat dan terputus-putus. Nada suara aneh atau tegang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

55

saat membacaMoral Kurang paham dalam

beribadah, sering diingatkan dan dibimbing oleh guru

3 Kondisi sosial Keterlibatan dalam lingkungan sekolah

Kesulitan mengingat nama teman, peneliti dan guru. Suka menyendiri, bermain sendiri

3) Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh

lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil

rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Fungsi dokumen yaitu

untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki

kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak

sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77).

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang bersumber dari

dokumen dan arsip yang terdapat di masing-masing sekolah mengenai prestasi

akademik siswa. Dalam penelitian ini, dokumentasi berupa foto-foto kegiatan

atau untuk menangkap kejadian selama proses kegiatan belajar mengajar yang

berlangsung di kelas dan pada saat peneliti melakukan tes assesmen

berlangsung.

3.4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006: 149) merupakan alat bantu

bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto dalam

edisi sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

56

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan

instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan

instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti

itu sendiri. Peneliti menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data

seperti recorder, video, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat

ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.

Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping

memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.

Kelebihannya antara lain, pertama, peneliti dapat langsung melihat, merasakan,

dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian,

peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi

di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang

hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.

Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah

mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner)

yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.

Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,

menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara

gradual/membangun pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

57

kualitatif, peneliti memang mengkonstruksi realitas yang tersembunyi (tacit) di

dalam sekolah.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah pertama,

sungguh tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti.

Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak

hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data

lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.

Kedua, pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai

instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis,

menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki

sensitifitas/kepekaan dan insight (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan

makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan, lantaran

pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami

kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis.

Ketiga, peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan

mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam

penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil

dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti

kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering

tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar

waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian

kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

58

3.4.5 Kredibilitas, Transferabilitas dan Validitas Data

Kredibilitas (Credibility) merupakan penetapan hasil penelitian kualitatif

yang kredibel atau dapat dipercaya dari persepektif partisipan dalam penelitian

tersebut (Razak:2003). Karena dari perspektif ini tujuan penelitian kualitatif

adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian

dari sudut pandang partisipan. Partisipan adalah orang yang dapat menilai secara

sah kredibilitas hasil penelitian tersebut, yaitu guru dan kedua siswa dyslexia kelas

III SD Kanisus Minggir Sleman. Strategi untuk meningkatkan kredibilitas data

meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi

teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking.

Transferabilitas (Transferability), merujuk pada tingkat kemampuan hasil

penelitian kualitatif untuk dapat digeneralisasikan atau ditranfer pada konteks

atau seting yang lain (Razak:2003). Dari sebuah perspektif kualitatif

transferabilitas merupakan tanggung jawab seseorang dalam melakukan

generalisasi. Penelitian kualitatif dapat meningkatkan transferabilitas dengan

melakukan suatu pekerjaan mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi-

asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut. Orang yang ingin

mentransfer hasil penelitian pada konteks yang berbeda bertanggung jawab

untuk membuat keputusan tentang bagaimana transfer tersebut masuk akal, dalam

hal ini dalah peneliti.

Menurut Moleong (2010: 324), untuk menetapkan keabsahan

(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang

digunakan menurut Moleong (2010: 324) yaitu derajat kepercayaan (credibility),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

59

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian

(confirmability). Dalam penelitian kualitatif ini memakai tiga macam antara lain :

1) Derajat kepercayaan (credibility)

Kredibilitas data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukan

dan membuktikan data yang berhasil dikumpulkan dari lapangan apakah

sesuai dengan sebenarnya. Dalam derajat kepercayaan ada beberapa teknik

untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik: teknik triangulasi, sumber,

perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan

menggunakan bahan referensi.

2) Kebergantungan (dependability)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya

kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data

sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian

kualitatif uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh auditor yang independen

untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing.

3) Kepastian (confirmability)

Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji

obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian

telah disepakati oleh banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji

hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

60

3.4.6 Analisis data

Analisis data dalam penelitian studi kasus dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Dalam analisis data peneliti menggunakan teknik analisis data

model Miles dan Huberman yang dikutip dari buku karangan Sugiyono (2009:

246), “mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data studi kasus dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing. Berikut langkah-langkahnya:

1) Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak mulai dari

catatan lapangan, komentar-komentar dari peneliti, gambar, foto, dokumen-

dokumen, bahkan ada video dan lain sebagainya.

2) Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat

dengan teks yang bersifat naratif.

3) Conclusion drawing/verification (menarik kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

61

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2009: 252).

3.5 Prosedur Kegiatan Penelitian

Bogdan dalam Moleong (2010: 126) tahap dalam penelitian kualitatif ada

3 tahapan yaitu tahap pra-lapangan, tahap kegiatan dilapangan, dan tahap analisis

data yang diperoleh dari lapangan. Dalam penelitian ini dilakukan tahap-tahap dan

kegiatan sebagai berikut:

1) Tahap Pra-lapangan

(a) Menyusun rancangan penelitian

(b) Melakukan perijinan penelitian, yakni kepada sekolah yang bersangkutan

(c) Menentukan lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian.

(d) Meninjau sekolah yang terpilih sebagai lokasi penelitian.

(e) Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan

data (daftar pertanyaan dan petunjuk observasi), dan penyusunan jadual

secara rinci.

2) Tahap kegiatan lapangan

(a) Mengumpulkan data dilokasi penelitian dengan melakukan observasi,

wawancara dan mencatat dokumen.

(b) Melakukan review dan pembahasan beragam data yang terkumpul dengan

melaksanakan refleksinya.

(c) Mengatur data dalam kelompok untuk kepentingan analisis, dengan

memperhatikan semua variabel yang terlibat.

3) Analisis Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

62

(a) Melakukan analisis awal, yaitu menganalisis data dari lapangan mulai dari

dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, dan semua sumber data yang

diperoleh peneliti selama dilapangan.

(b) Melakukan penafsiran data yang telah diperoleh.

(c) Melakukan pengecekan kembali terhadap data yang diperoleh dengan

memperhatikan teknik pengumpulan data dan sumber data.

(d) Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data. Bila dalam

persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau

kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara lebih

khusus.

(e) Melakukan simpulan akhir sebagai hasil temuan penelitian.

(f) Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan

dalam laporan akhir penelitian.

3.6 Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014

selama 3 bulan mulai bulan Januari 2013 sampai dengan bulan April 2014.

Adapun waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

63

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Penyusunandan Penyeminaran Proposal

2

PengurusanijinPenelitian

3 PelaksanaanTindakan

4 PenyusunanLaporan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pelaksanaan Observasi

Tempat penelitian adalah SD Kanisius Minggir Sendangagung Sleman

Yogyakarta. Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Selasa 6 Januari 2014 mulai

pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIB. Peneliti mengadakan observasi dengan objek

siswa-siswi kelas III SD Kanius Minggir, khususnya yang memiliki keunikan dan

kekhasan. Sebelum masuk ke dalam, peneliti berbincang dengan wali kelas mengenai

anak yang memiliki keunikan dan kekhasan,dan akhirnya merujuk pada 2 nama, yaitu

DR dan TN. Akhirnya peneliti memilih DR dan TN sebagai objek penelitian.

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan beberapa metode yaitu, metode

pengamatan langsung dan metode wawancara. Pengamatan langsung dilakukan

dengan cara pengamatan langsung terhadap sasaran observasi yakni DR dan TN.

Peneliti mengamati kegiatan kedua siswa tersebut pada saat sedang mengikuti

kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, khususnya kegiatan membaca.

Metode wawancara dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap

guru kelas III SD Kanisius Minggir Sleman untuk mendapatkan informasi awal

tentang kemampuan membaca kedua siswa tersebut. Wawancara juga dilakukan

terhadap kedua siswa tersebut sebagai subyek penelitian yaitu TN dan DR, untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

65

4.1.2 Hasil Observasi

Dari kegiatan observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, diperoleh data

sebagai berikut :

1. Identifikasi Siswa TN dan Orang Tua TN

TN lahir di Sleman tanggal 25 Januari 2003, berjenis kelamin laki-laki

dan beragama katolik. Berambut lurus hitam, berkulit sawo matang dan berwajah

bulat. Tinggi badan TN 129 cm dan berat badannya 21 kg. TN tinggal di Minggir

Sleman, dia adalah anak 1 dari 1 bersaudra (tunggal). Hobinya menggambar dan

bercita-cita menjadi pembalap motor. Pada saat duduk di kelas 1 TN pernah

tinggal kelas.

Ayah TN bernama Bapak LH, bekerja sebagai buruh dan pendidikan

terakhir D1. Ibu TN bernama Ibu SS, beliau adalah seorang ibu rumah tangga,

pendidikan terakhir D3.

Perkembangan TN baik, normal (tidak cacat), tidak ada gangguan dalam

penglihatan maupun pendengaran Intelegensi Pemikiran, TN belum matang dan

belum bisa memahami tulisan dan soal bahkan membaca masih susah. Secara

emosional TN terkadang masih sering berubah-ubah terutama disaat belajar.

Bakat khusus, TN terlihat dibidang menggambar. Sosial cultural, dalam bergaul

dengan teman, TN cenderung kurang dan bahasa yang digunakan dalam

komunikasi sehari-hari hanya bahasa daerah sekitarnya. Secara spiritual/agama

kurang paham dalam beribadah sehingga lebih sering diingatkan dan dibimbing.

seperti: pada saat berdoa mereka sering bercanda. Komunikasi, TN sedikit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

66

pendiam, ia tidak akan bertanya sebelum teman maupun gurunya bertanya

terlebih dahulu dan cenderung malas.

2. Identifikasi Siswa DR dan Orang Tua DR

DR lahir di Sleman 30 Januari 2005, berjenis kelamin laki-laki dan

beragama katolik. DR berambut lurus hitam, berkulit sawomatang dan berwajah

bulat. Tinggal di Minggir Sleman, DR adalahanak ke 3 dari 3 bersaudara. Hobi

bermain main catur dan bercita-cita menjadi polisi. Tinggi badan 126 cm dan

berat badan 25 kg.

Ayah DR bernama bapak FM, bekerja sebagai petani, pendidikan

terakhir SLTA. Ibu DR bernama ibu ES, beliau seorang ibu rumah tangga dan

pendidikan terakhir SLTA.

Perkembangan DR baik, normal (tidak cacat), tidak ada gangguan

dalam penglihatan maupun pendengaran. Intelegensi Pemikiran, DR belum

matang dan belum bisa memahami tulisan dan soal bahkan membaca masih

susah. Secara emosional, DR memiliki emosinal yang stabil. Bakat khusus DR

yaitu pandai bermain catur. Sosial cultural, dalam bergaul dengan teman, DR

cenderung kurang dan bahasa yang mereka gunakan dalam komunikasi sehari-

hari hanya bahasa daerah sekitarnya. Spiritual/agama kurang paham dalam

beribadah sehingga lebih sering diingatkan dan dibimbing. seperti: pada saat

berdoa DR sering bercanda. Komunikasi, DR cenderung aktif, tidak sungkan

bertanya baik pada teman-temannya maupun kepada gurunya. Walaupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

67

terkadang pertanyaan yang Iyeng ajukan tidak jelas dan Iyeng sendiri tidak

mengerti apa yang dia tanyakan.

4.1.3 Wawancara dengan Guru Kelas

Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pihak terkait

sehubungan data yang akan diambil. Peneliti mewawancarai guru Kelas III

sehubungan dengan kesulitan belajar membaca yang dialami oleh kedua siswa di SD

Kanisius Minggir Sleman.

Hasil wawancara dengan guru kelas III mengenai kesulitan belajar membaca

yang dialami oleh TN dan dan DR.

a. Wawancara dengan guru kelas III mengenai Siswa TN

Menurut hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III bahwa, perilaku TN

sehari-hari sama dengan murid yang lainnya, namun TN lebih cendrung pendiam.

Dalam pembelajaran di kelas, didapati TN kesulitan membaca. TN sudah tahu huruf

namun belum bisa membaca huruf X-Y-Z. Menurut informasi guru kelas III untuk

mengeja satu suku kata atau lebih TN juga masih mengalami kesulitan , terutama

suku kata NGA-NGI,-NGU-NGE-NGO dan NYA-NYI-NYU-NYE-NYO. Pada awal

masuk kelas III TN sama sekali belum bisa membaca walaupun sudah mengerti

huruf. Mungkin salah satu penyebabnya adalah saat kelas I TN tidak mengerti huruf

sama sekali dan pernah tinggal kelas. Saat naik kelas II TN sudah mulai mengenal

huruf walaupun belum bisa membaca, sehingga ketika TN masuk kelas III dia belum

bisa membaca, dia benar-benar harus dari nol untuk belajar membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

68

Ayah TN bekerja sebagai buruh sedangkan ibunya dirumah bekerja sebagai

ibu rumah tangga. Menurut guru kelas III bahwa, ketika TN memiliki pekerjaan

Rumah (PR) ibunya menyempatkan untuk membantu TN mengerjakannya. TN

tinggal dirumah hanya dengan Bapak dan Ibunya . TN sangat dimanja oleh orang

tuanya dikarenakan anak tunggal.

Di sekolah, TN diberikan pendekatan khusus dan pengawasan. Guru kelas

sering mendatangi meja TN agar bisa membantu ketika TN sulit dalam membaca.

Guru kelas juga memberikan motivasi TN untuk belajar membaca, tujuannya agar

TN lebih semangat dalam belajar. Selain pendekatan didalam kelas guru juga

memberikan les tambahan yang dilakukan setelah jam pelajaran usai selama satu jam.

Les tambahan diadakan pada hari selasa dan kamis. Les tambahan yang diberikan

guru kelas III itu hanya berjalan beberapa waktu saja, sekarang sudah tidak diberikan

les tambahan dikarenakan kesibukan guru kelas III. Setelah di berikan pendekatan

khusus dan les tambahan TN menunjukkan ada perubahan, dari yang berawal tidak

bisa membaca sama sekali sekarang sudah paham huruf dan bisa membaca walaupun

masih kesulitan membaca kata-kata panjang.

Kendala yang dihadapi oleh guru kelas III dalam memberikan bantuan

pelayanan terhadap TN yaitu, pertama dari anaknya sendiri yang malas, ketika

keinginannya hanya ingin bermain, TN tetap kekeuh dan susah untuk belajar.

Terkadang belajarnya kurang serius. TN selalu menolak membaca didepan kelas.

Kedua dari orangtuanya kurang mendukung. Orang tua TN pernah dipanggil ke

sekolah, namun undangan tersebut tidak dipenuhi. Guru kelas juga pernah menemui

orang tua TN pada saat menjemput TN pulang sekolah, namun kurang merespon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

69

Bantuan pelayanan yang diberikan sekolah terhadap TN tidak akan maksimal apabila

tidak didukung tambahan dari rumah yaitu kedua orang tuanya.

Saat ini TN mendapatkan layanan bimbingan dari peneliti berupa bimbingan

belajar membaca. Menurut pendapat guru kelas III bahwa, setelah di berikan

bimbingan belajar/les tambahan oleh peneliti TN mengalami perubahan yang cukup

baik. Kemampuan membaca TN jauh lebih baik dan lebih lancar. TN sekarang sudah

lebih berani apabila diberi tugas membaca, walaupun masih ada kesalahan saat

membaca. Seperti kata-kata BEBERAPA dan TERTABRAK TN sudah bisa

membaca dengan benar. Dulu TN tidak bisa membaca kata TERTABRAK selalu

dibaca TERTABAK, dan kata BEBERAPA dibaca BERAPA. TN dalam membaca

sering menghilangkan huruf dan sekarang sudah mulai benar membacanya.

b. Wawancara dengan guru kelas 3 mengenai Siswa DR

Menurut hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III bahwa, perilaku DR

di sekolah sehari-hari sama dengan murid yang lainnya, namun DR cendrung lebih

aktif dibandingkan dengan TN, terkadang dia suka sibuk bermain sendiri. Dalam

pembelajaran di kelas, dia kesulitan dalam hal membaca. DR sudah mengerti huruf

namun belum bisa membedakan huruf d dengan b. DR juga belum bisa membaca

huruf X-Y-Z sama seperti TN. Dalam hal mengeja satu suku kata atau lebih DR

masih mengalami kesulitan terutama NGA-NGI,-NGU-NGE-NGO dan NYA-NYI-

NYU-NYE-NYO hal ini juga di alami oleh TN. Pada awal masuk kelas III DR

dengan TN sama-sama belum bisa membaca walaupun sudah mengerti huruf.

Mungkin salah satu penyebabnya, karena dia saat kelas I tidak mengerti huruf dan

tidak bisa membaca sama sekali. Tetapi saat naik di kelas II, dia sudah mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

70

mengenal huruf walaupun belum bisa membaca. Sehingga ketika DR masuk kelas III

masih belum bisa membaca, dia benar-benar harus belajar membaca dari nol sama

kasusnya dengan TN.

Ayah DR bekerja sebagai petani sedangkan ibunya dirumah bekerja sebagai

ibu rumah tangga. DR adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, ibu DR sibuk karena

harus mengurus ketiga anaknya. Mungkin itu salah satu hal yang menyebabkan DR

kurang diperhatikan oleh orang tuanya. Menurut informasi dari guru kelas III bahwa,

Guru kelas pernah bertanya kepada ibunya tentang keadaan DR. Menurut pengakuan

ibunya bahwa DR itu berbeda (maksudnya kurang pandai) tidak seperti kakak-

kakaknya sehingga ibunya membiarkan saja apapun yang DR lakukan dan tidak

pernah memaksa DR untuk belajar, dengan alas an DR memang tidak mampu.

DR tinggal di rumah tidak hanya dengan Ayah dan Ibunya, di rumah itu ada

kakek dan kakak-kakaknya . Menurut informasi dari guru kelas III, kakeknya sibuk

bekerja di sawah jadi kurang bisa memperhatikan DR. Kakak-kakaknya juga masih

sekolah, salah satu kakaknya bersekolah di SD yang sama dengan DR dan kakak

tertua DR sudah SMP. Kakak-kakaknya juga kurang bisa memperhatikan DR. Dia

sering bermain sendiri, terkadang hingga jauh dari rumahnya namun tidak ada yang

mencari.

Menurut guru kelas III, DR pun diberikan pendekatan khusus dan pengawasan

yang lebih seperti TN. Guru kelas III sering mendatangi meja mereka agar bisa

membantu ketika DR maupun TN kesulitan dalam membaca. Guru kelas juga

memberikan motivasi DR untuk belajar membaca. Tujuannya agar DR lebih

semangat dalam belajar membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

71

DR dan TN diperlakukan sama oleh guru kelas III, selain pendekatan di

dalam kelas guru juga memberikan les tambahan yang diberikan setelah jam pelajaran

usai selama satu jam. Les tambahan untuk DR diadakan pada hari selasa dan kamis,

namun hal itu berjalan hanya beberapa waktu saja. Kesibukkan guru kelas III

membuat les tambahan tidak berjalan. Menurut guru kelas III, setelah di berikan

pendekatan khusus dan les tambahan DR menunjukkan ada perubahan. DR yang

awalnya tidak bisa membaca sekarang sudah bisa membaca walaupun belum lancar

dan masih sering salah. DR masih harus sering diingatkan kembali saat membaca. DR

juga sudah mulai berani kalau diberi tugas membaca, dulu sama sekali tidak mau.

Dalam memberikan bantuan pelayanan terhadap DR, guru kelas III memiliki

kendala, yang pertama dari kemampuan anaknya sendiri memang kurang bisa

menangkap pelajaran. Sebenarnya DR merupakan anak yang memiliki semangat

untuk belajar membaca tetapi tidak bisa tenang ketika belajar membaca, setiap kali

membaca terkesan terburu-buru sehingga sering salah pengucapannya atau lain dalam

penulisannya. Kedua, dari orangtuanya kurang mendukung, cenderung cuek dengan

kondisi anaknya. Pelayanan dari sekolah berupa les tambahan untuk DR hasilnya

kurang maksimal, karena tidak mungkin apabila bantuan yang diberikan disekolah

saja yang digunakan. Seharusnya ada tambahan dari rumah yaitu kedua orang tua dan

keluarga lainnya.

DR mendapatkan layanan bimbingan dari peneliti berupa bimbingan belajar

membaca. Menurut pendapat guru kelas III, setelah di berikan bimbingan belajar/les

tambahan oleh peneliti ada perubahan yang cukup baik. Kemampuan membaca DR

jauh lebih baik dan lebih lancar. Kepercayaan diri DR untuk membaca didepan kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

72

jauh lebih baik daripada sebelumnya, walaupun masih ada kesalahan saat membaca

DR sudah tidak takut dan malu. Dulu DR tidak bisa membaca huruf NG dan kata

yang mengandung huruf NG, sekarang sedikit demi sedikit sudah bisa.

4.2 Identifikasi Kesulitan Belajar

4.2.1 Definisi Kesulitan Belajar

Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung

secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat

cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal

semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan

konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik

dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu

memang tidak ada yang sama. Perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan

perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di mana anak didik /

siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan

belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.

Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda

dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini

tidak selalu disebabkan karena faktor intelligensi yang rendah (kelaianan mental),

akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan

demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar

yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

73

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah

karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,

sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada

di bawah semestinya.

4.2.2 Identifikasi Kesulitan Belajar Membaca (Dyslexsia)

Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit dalam

dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah, disleksia

berarti kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Kelainan

ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis,

atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata secara tertulis.

Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut dyslexia sebagai

suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,

mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala

sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut Lerner

seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan belajar membaca

sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak.

Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah

dasar. Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

74

dalam membaca; membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan

mengenal kata; penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan

tempat, dan membaca tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau

cerita, banyak keliru menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta pola

membaca yang tidak wajar pada anak.

1. Karakteristik dyslexia

Ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu kebiasaan

membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman, dan gejala-gejala serba

aneka, (Mercer, 1983). Dalam kebiasaan membaca anak yang mengalami kesulitan

belajar membaca sering tampak hal-hal yang tidak wajar, sering menampakkan

ketegangannya seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau

menggigit bibir. Mereka juga merasakan perasaan yang tidak aman dalam dirinya

yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau melawan

guru. Pada saat mereka membaca sering kali kehilangan jejak sehingga sering terjadi

pengulangan atau ada baris yang terlompat tidak terbaca.

Dalam kekeliruan mengenal kata ini memcakup penghilangan, penyisipan,

penggantian, pembalikan, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan

tersentak-sentak ketika membaca. Kekeliruan memahami bacaan tampak pada

banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak

mampu mengurutkan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema bacaan

yang telah dibaca. Gejala serba aneka tampak seperti membaca kata demi kata,

membaca dengan penuh ketegangan, dan membaca dengan penekanan yang tidak

tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

75

2. Gejala

Gejala dyslexia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan

yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal ini

dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut. Dyslexia

merupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi saat

membaca buku atau tulisan.

Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam

atau tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak dyslexia. Sampai usia 12 tahun

kadang mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi ketika

anak memasuki bangku sekolah dasar.

Ciri-ciri dyslexia:

a. Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan

dengan bermacam ucapan.

b. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n,

atau m-n.

c. Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph berikutnya

atau tidak berurutan.

d. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

e. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata

pelajaran diucapkan menjadi perjalanan.

Banyak faktor yang menjadi penyebab dyslexia antara lain genetis, problem

pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan

bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

76

tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus memiliki

metode belajar yang sesuai. Pada dasarnya setiap orang memiliki metode yang

berbeda-beda, begitupun anak dyslexia.

4.3 Diagnosis

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan pada saat bimbingan belajar dan

juga hasil wawancara dengan wali kelas III SD Kanisius Minggir kedua siswa ini

memiliki masalah.

1. Masalah siswa TN

TN memiliki masalah dalam kurang minatnya belajar serta belum bisa

membaca. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Rian adalah :

a. TN terlalu dimanja oleh orang tuanya karena anak tunggal

b. Kurangnya minat belajar dari diri TN (malas)

c. Kurangnya Komunikasi. TN cenderung pendiam sehingga ia sulit dalam

mengerjakan tugas kususnya membaca.

d. Dari aspek intelegensi TN masih sulit dalam membaca sehingga ia pun

masih sulit memahami tulisan yang ada dipapan tulis dan di buku. TN

juga kurang pemahaman dalam mengerjakan soal yang diberikan guru dan

tulisannya masih kurang rapi, sering saat menulis masih kurang huruf atau

mengganti huruf. Contohnya : kata WARNA dia mampu membaca dengan

benar, tetapi saat disuruh menulis dia menulis WARVA.

e. Kesulitan membaca. Sering menghilangkan, mengganti, manambah huruf

pada saat membaca. Contohnya Kata BERBAGAI dibaca BAGI, kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

77

TERTABRAK dibaca TERTABAK, kata ROMLI dibaca ROMI, kata

MOTOR dibaca MONTOR

2. Masalah siswa DR

DR memiliki masalah dalam kurang minatnya belajar serta belum bisa

membaca. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi DR adalah :

a. Kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya, karena kedua orang tuanya

sibuk dengan pekerjaannya, waktu orang tua DR terbatas sehingga

sangatlah sulit beliau dalam memperhatikan perkembangan anaknya.

b. Minat belajar DR cukup bagus tetapi kemampuan belajar dari diri DR

kurang.

c. Kurangnya konsentrasi. DR cenderung aktif (tidak bisa tenang) dan saat

membaca terburu-buru sehingga ia sulit membaca dengan benar dan sulit

dalam mengerjakan tugas.

d. Dari aspek intelegensi DR masih sulit dalam membaca sehingga ia pun

masih sulit memahami tulisan yang ada dipapan tulis dan buku. DR juga

kurang pemahaman dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru

dan tulisannya pun masih kurang jelas (sulit dibaca). Dalam hal membaca

dan menulis DR masih sering berbeda contohnya: kata GEROBAK, DR

bisa membaca dengan benar, tetapi saat menulis kata GEROBAK dia

menuliskan GERODAY.

e. Kesulitan membaca. Sering menghilangkan, mengganti, manambah huruf

pada saat membaca. Kata CUACA dibaca CACAT, kata SURYA

dibaca SURHA. kata HALAL dibaca HALAI, kata MENEMUI dibaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

78

BENEMU, kata BERITA dibaca BENCANA, kata MENDADAK

dibaca MENABRAK, kata WILAYAH dibaca WIYALAH.

4.4 Pembahasan

Dyslexia adalah kesulitan belajar, khususnya membaca, yang dialami oleh

anak yang bukan disebabkan oleh kecacatan tertentu. Anak yang mengalami disleksia

ini biasanya memiliki kecerdasan rata-rata. Mereka mengalami kesulitan membaca

bukan karena penglihatan atau pendengaran mereka terganggu. Namun, terjadinya

kesulitan membaca ini disebabkan oleh adanya gangguan pada otak.

Tidak sedikit diantara anak-anak kita mengalami dyslexia yang ditandai

diantaranya dengan lambatnya belajar membaca karena kesulitan membedakan huruf-

huruf tertentu. Kasus dyslexia sebenarnya banyak terjadi di seluruh dunia. Namun

belum ada laporan jumlah yang kongkrit. Dalam kasus yang sangat berat dyslexia

bisa terbawa hingga usia dewasa.

Dari beberapa informasi tentang dyslexia ditemukan bahwa kebanyakan anak

diketahui mengalami dyslexia agak terlambat, biasanya dikarenakan baru belajar

membaca di usia lebih dari 6 tahun. Akibatnya, orang tua agak terlambat menyadari

di akhir semester 2 (kelas 1 SD) menjelang kenaikan kelas atau setelah diultimatum

oleh guru kelasnya bahwa apabila di akhir tahun pelajaran anaknya belum dapat

membaca dengan lancar maka anak tersebut terpaksa tidak naik kelas.

Penelitian yang telah ditemukan oleh Glenn Doman selama berpuluh-puluh

tahun di 100 negara di 5 benua bahwa seorang anak akan belajar membaca lebih

cepat apabila mereka belajar di usia yang lebih muda (How to Teach Your Baby to

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

79

Read; 1987). Hanya memang mengajar anak yang lebih muda memerlukan kesabaran

ekstra, selain pengetahuan kependidikan yang cukup. Gejala yang biasanya nampak

yaitu pada saat anak itu mulai belajar membaca atau mulai mengenal bentuk-bentuk

awal, dia sudah mengalami kesulitan. Sering kali anak tersebut salah mendengar atau

mengucapkan huruf.

Anak dengan dyslexia akan kesulitan dalam membaca. Misalnya, ketika

membaca sering ada huruf yang terlompati, atau terbalik, atau bahkan ada yang bisa

membaca tapi mereka tidak mengerti apa yang mereka baca. Pada kasus yang lain,

ketika membaca, anak dengan dyslexia ini melihat tulisan seperti berbayang. Hal ini

bukan karena ada gangguan pada matanya, tapi karena pemprosesannya yang tidak

benar. Kondisi tersebut hanya bisa dideteksi oleh dokter dengan menggunakan alat

yang disebut "Erlen Lens". Pada kondisi lain, anak dengan dyslexia menulis secara

terbalik. Kita baru bisa memahami tulisannya jika kita membacanya dengan kaca.

Kasus ini disebut dengan "Mirror Writing".

Kesulitan membaca pada anak penderita dyslexia tentu saja akan berpengaruh

pada kemampuannya memahami mata pelajaran yang lain. Dalam pelajaran

matematika, misalnya, anak akan kesulitan memahami symbol-simbol. Karena anak

yang mengalami dyslexia, akan berpengaruh ke seluruh aspek kehidupannya.

Kadang-kadang dalam berbicara pun maksud mereka sulit dipahami.

Pada kasus yang dialami oleh ke dua siswa kelas III SD Kanisius Minggir

Sleman, maka dapat diketahui bahwa TN dan DR mengalami kesulitan belajar

membaca (dyslexia). Hal ini dapat dibuktikan melalui asesmen informal, yang

didalamnya terdapat kemampuan membaca lisan, dan membaca pemahaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

80

a. Membaca lisan

Menurut Hargrove dan Poteet (1984), ada 13 jenis perilaku yang

mengindikasikan bahwa anak berkesulitan belajar membaca lisan, dibawah ini

adalah perilaku yang dialami oleh TN dan DR, yaitu:

1. Menunjuk tiap kata yang sedang dibaca. Hal ini dialami oleh TN dan DR tiap

kali mereka disuruh membaca mereka pasti menunjuk tiap kata yang dibaca.

2. Menelusuri tiap baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan jari.

Selain menunjuk tiap kata mereka juga menelusuri tiap baris yang dibaca

dengan jari atau alat tulis yang dibawanya.

3. Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak. Setiap mereka

membaca pasti kepalanya ikut bergerak sama dengan posisi kata yang

dibacanya.

4. Menempatkan buku dengan cara yang aneh. Hal ini terlihat ketika mereka

akan mulai membaca, mereka sering meletakkan buku miring.

5. Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata. Buku yang dibaca oleh mereka

letaknya sangat dekat dengan matanya, seringkali mereka menutup wajahnya

dengan buku jika dia kelelahan belajar membaca.

6. Sering melihat gambar. Mereka lebih tertarik dengan buku yang terdapat

gambar didalamnya, meskipun mereka sudah duduk dikelas III, mereka masih

suka memperhatikan gambar daripada tulisan yang ada disebelah gambar.

7. Mulutnya komat-kamit waktu membaca. Sebelum membaca dengan bersuara,

TN dan DR terlebih dahulu komat-kamit dengan kata yang akan dibacanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

81

8. Membaca kata demi kata. Meskipun mereka saat ini sudah kelas III, mereka

masih tetap mengeja tulisan yang dibaca, bahwan memerlukan waktu yang

lama.

9. Membaca tanpa ekspresi. Setiap mereka disuruh membaca maka akan

membaca tulisan tersebut, namun dia tidak bisa mengekspresikan apa yang

mereka baca.

10. Adanya suara aneh atau tegang, hal ini sering terjadi jika mereka disuruh

membaca satu kalimat yang sama akan tetapi masih tetap tidak lancar.

Dari 10 jenis perilaku yang dialami TN dan DR, sudah cukup

membuktikan bahwa sebagian perilaku mereka sudah tergolong dalam kesulitan

membaca lisan.

b. Membaca pemahaman

Menurut Ekwall (1984), ada tujuan kemampuan yang ingin dicapai

melalui membaca pemahaman, yaitu:

1. Mengenal ide pokok suatu bacaan

2. Mengenal detail yang penting

3. Membangkitkan imajinasi visual

4. Meramalkan hasil

5. Mengikuti petunjuk

6. Mengenal organisasi karangan

7. Membaca kritis

Untuk melatih membaca pemahaman, biasanya anak diberi tugas untuk

membaca yang dikenal dengan membaca dalam hati. Yang tujuan membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

82

dalam hati sama dengan membaca pemahaman. Dalam hal ini TN dan DR tidak

dapat melakukannya, jika mereka disuruh membaca dalam hati, mereka justru

diam dan mengalihkan perhatiannya.

Selain membaca dalam hati. Membaca pemahaman juga dapat diketahui

jika anak dapat menjawab pertanyaan yang sesuai dengan data dalam bacaan. TN

dan DR juga belum bisa menjawab pertanyaan jika dia tidak dibantu.

Selain melalui asesmen informal dapat diketahui juga bahwa TN dan DR

mengalami dyslexia hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri dyslexia sebagai berikut:

1. Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan dengan

bermacam ucapan

2. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, atau

m-n

3. Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph berikutnya atau

tidak berurutan

4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata

5. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata pelajaran

diucapkan menjadi perjalanan

Dari ciri-ciri yang dialami TN dan DR, sudah cukup membuktikan bahwa perilaku

mereka sudah tergolong dalam kesulitan membaca lisan.

Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang dyslexia di antaranya

konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi). “Penyandang

dyslexia juga mengalami masalah dalam pengorganisasian. Mereka cenderung

tidak teratur. Seperti yang dialami TN dan DR, memakai seragam tetapi lupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

83

memakai ikat pinggang atau kelengkapan seragam yang lain seperti topi dan dasi.

Masalah lainnya, TN dan DR kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan, entah

itu angka atau huruf.

Dalam kasus ini kedua siswa juga mengalami masalah fonologi, yang

dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi.

Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”halal” dengan ”halai”; atau

mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama,

misalnya ” tujuh puluh lima” dengan ” lima puluh tujuh”. Kesulitan ini tidak

disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input

di dalam otak mereka.

Pada umumnya anak dyslexia mempunyai level kecerdasan normal atau

di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Hal ini

juga dialami oleh kedua siswa tersebut, mereka sulit menyebutkan nama teman-

temannya dan memilih untuk memanggil teman-temannya dikelas dengan “heh”

atau “hei”. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan

sebelumnya, misalnya lupa membawa buku pelajaran atau tugas sekolah. Padahal,

orangtua sudah mengingatkannya bahkan hal itu sudah ditulis dalam jadwal

pelajaran.

Anak dyslexia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang

dalam satu waktu yang pendek. Hal ini terjadi pada kedua siswa tersebut, pada saat

peneliti memberikan tugas pada TN untuk membaca paragraf ke 3 dan kemudian

dilanjutkan DR membaca paragraf ke 4, paragraf ke 5 dibaca TN dan paragraph

ke 6 dibaca DR, tetapi mereka tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

84

sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan peneliti. TN membaca

pada paragraf ke 5 sedangkan DR membaca paragraf ke 3 yang harusnya dibaca

TN.

Kondisi yang dialami oleh kedua siswa diatas, maka mereka memerlukan

bantuan agar mereka bisa membaca dengan lancar. Penanganan anak dyslexia ini

berbeda pada setiap individu. Seorang guru sebaiknya memberikan sistem

pengajaran yang individual. Untuk itu, kerjasama antara orang tua, guru dan

psikolog sangat diperlukan untuk menangani dyslexia pada anak. Jika masalah

dyslexia pada anak tidak ditangani secara tuntas, akan memberikan dampak yang

buruk terhadap masa depan anak. Banyak anak yang mengalami dyslexia yang

tidak mendapatkan penanganan menjadi frustasi dan drop out dari sekolah.

Menurut Mulyono (2003) bahwa, pembelajaran membaca dapat salah

satunya dilakukan dengan menggunakan pendekatan perilaku yaitu dengan :

1. Pembiasaan membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat yang secara bertahap

taraf kesulitannya kian ditingkatkan.

2. Pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat, terutama pada bagian di mana

anak kerap menunjukkan kesulitan.

3. Metode bunyi untuk aktivitas membaca permulaan dan metode linguistik

untuk aktivitas membaca pemahaman.

Selain pendekatan perilaku juga bisa menggunakan pendekatan kognitif.

Pendekatan kognitif dilakukan dengan penggabungan huruf menjadi suku kata,

suku kata menjadi kata maupun gabungan kata menjadi kalimat. Pola-polanya

sendiri bisa diajarkan secara langsung maupun secara tak langsung, atau anak akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

85

menemukan sendiri polanya. Model layanan pembelajaran yang ditawarkan oleh

pendekatan pembelajaran ini berupa kegiatan penemuan pola-pola seperti:

1. Menemukan pola gabungan huruf vokal-konsonan menjadi suku kata tertentu

2. Menggunakan pola kata tertentu dalam kalimat (D-M dan M-D; frasa, kata

majemuk, kata ulang, dll.)

3. Memahami pola kalimat sesuai jabatan katanya.

4. Melakukan proses membaca pemahaman secara bertahap, sehingga

pengalaman membaca menjadi sesatu yang bermakna

Kurangnya pengetahuan para orang tua mengenai masalah dyslexia

menyebabkan kasus dyslexia pada anak sering tidak terdeteksi. Jika ditangani

secara dini kondisi ini dapat diatasi. Oleh karena itu, para orang tua dituntut untuk

lebih perhatian pada anak-anak, terutama ketika mereka mulai belajar membaca.

Dengan begitu, kelainan seperti dyslexia dapat dideteksi dan ditangani sejak dini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa

ke 2 siswa kelas III SD Kanisius Minggir TN dan DR mengalami kesulitan dalam :

1. Memahami huruf sehingga masih kesulitan dalam membaca (dyslexia). Dyslexia

merupakan sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan

dengan bermacam ucapan.

2. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, v-w, k-

y, i-l atau m-n.

3. Ketika membaca mereka sering salah melanjutkan ke paragraph berikutnya atau

tidak berurutan.

4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

5. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata “pelajaran”

diucapkan menjadi “perjalanan”, kata “pelelangan” diucapkan “pelenangan”, kata

“tumbuh” diucapkan “tubuh”, kata “tertentu” diucapkan “tentu”, kata “wilayah”

diucapkan “wiyalah”, kata “halal” diucapkan “halai”.

6. Kesulitan dalam membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman.

Perkembangan kemampuan membaca terlambat, kemampuan memahami isi

bacaan rendah, kalau membaca sering banyak kesalahan.

7. Mengalami kesulitan terutama NGA-NGI,-NGU-NGE-NGO dan NYA-NYI-

NYU-NYE-NYO.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

87

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian, maka peneliti dapat menyarankan

hal-hal sebagai berikut.

1. Kesulitan belajar spesifik memang sering ditemukan pada setiap pembelajaran

berdasarkan sifat dan karakteristik setiap siswa. Oleh karena itu perlunya kita

mempelajari dan memahami tentang anak yang kesulitan belajar membaca

sehingga kita bisa memberikan layanan atau pendekatan secara tepat.

2. Anak dyslexia sering terlihat pada anak kelas rendah, pada tahap membaca

permulaan. Oleh karena itu disarankan seharusnya anak diberi pengenalan

huruf pada masa pra-sekolah agar dapat memahami huruf pada masa

membaca dan menulis permulaan.

3. Apabila benar-benar menemukan anak yang mengalami dyslexia guru-guru

harus benar-benar memberikan perhatian khusus dan pengajaran tentang huruf

secara menarik agar anak menjadi paham. Karena membaca dipermulaan

sangat penting dan berpengaruh pada kegiatan membaca dan menulis lanjutan

yang berpengaruh pada kehidupannya.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian studi kasus tentang kesulitan belajar membaca kepada siswa

dyslexia kelas III SD Kanisius Minggir Sleman ini mengalami keterbatasan yaitu:

1. Keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti membuat penelitian ini hanya

dilakukan pada dua siswa dyslexia kelas III, sedangkan untuk kelas yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

88

belum dilakukan. Jumlah subjek yang relative kecil ini tentunya membuat

peneliti perlu berhati-hati dalam menggeneralisasikan data yang diperoleh.

2. Wawancara pada dua siswa dilakukan pada siang hari yaitu pada waktu

istirahat dan setelah usai kegiatan belajar. Siswa sering tidak fokus saat

menjawab pertanyaan peneliti karena terganggu dengan teman-teman yang

sedang istihat dan bermain. Wawancara yang dilakukan pada saat setelah usai

kegiatan belajarpun tidak biasa fokus karena subjek ingin segera pulang

seperti teman-temannya. Kejadian ini membuat peneliti perlu berhati-hati

dalam mencari data agar semua subjek bisa fokus saat wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama Rineka Cipta.

Bowo, Prasetyo. 2009. Penelitian Studi Kasus. Penerbit: Erlangga Semarang.

Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: KaryaAgung.

Darminati. 1996. Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.

---------. 1992.Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Depdikbud.

Daruma, Razak. 2003. Studi Kasus. Makassar: Penerbit FIP UNM

Daryanto. 1997.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Lengkap EYD dan PengetahuanUmum. Surabaya: Apollo

Dede, Eko. Putra. 2010. StudiKasus. Penerbit: Pusat Education Bekasi Jawa Barat. Hal 2.

Djaja, Rahardja. 2006.Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Universitas Tsukuba: Criced

Erna Febri, Aries. S. 2008. Design Action Research. Penerbit: Balai PustakaJakarata.

Juang, Sunanto. 2005.Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Universitas Tsukuba:

CricedLexy, Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makmur, Karim. 1984. Mampu Berbahasa Indonesia. FPTK. Institut Keguruan danIlmu Pendidikan. Padang.

Manulang. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Andi: Yogyakarta

Mudjia, Rahardjo. 2010. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. Diakses dari http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/215-jenis-dan-metode-penelitian-kualitatif.html pada tanggal 9 Juni 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

90

Munawir, Yusuf. 1997. Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud.

PPPG. 2008. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti PPPG.

Porwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan.Rosdakarya: Jakarta

Ritawati, Wahyudin. 1996. Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-kelasRendah SD. Padang. IKIP

Rahayu, Iin Tri. Tristiadi, Ardi Ardani. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia.

Somantri, T. Sutjihati. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen Dikti PTA.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sutjihanti. 1995. Psikologi Anak Luar Biasa. DIRJEN PendidikanTinggi

http://deddysumardi.wordpress.com/2012/05/02/memahami-wawancara/ pada tanggal 4 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

91

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

92

Lampiran 1.Hasil Observasi

Dari kegiatan observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, diperoleh data

sebagai berikut :

1. Identifikasi SiswaTN dan Orang Tua TN

a. Siswa

Nama : TN

Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 25 Januari 2003

Nis : 1336

Kelas : III (tiga)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat Siswa : Minggir Sleman

Anak ke : 1 dari 1 bersaudra (tunggal)

Hobi : Menggambar

Cita-cita : Jadi pembalap motor

Riwayat Tinggal Kelas : Di Kelas 1

Keterangan fisik

Tinggi badan : 129cm

Berat badan : 21 kg

Warna kulit : Sawo matang

Warna rambut : Hitam

Jenis rambut : Lurus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

93

Bentuk muka : Lonjong

b. Orang Tua

Ayah : Bapak LH

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : D1

Ibu : Ibu SS

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : D3

2. Identifikasi SiswaDR dan Orang Tua DR

1. Siswa

Nama : DR

Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 30 Januari 2005

Nis : 1362

Kelas : III (tiga)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat Siswa : Minggir Sleman

Anak ke : 3 dari 3 bersaudra

Hobi : Bermain Catur

Cita-cita : Polisi

Riwayat Tinggal Kelas : -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

94

Keterangan fisik

Tinggi badan : 126cm

Berat badan : 25 kg

Warna kulit : Sawo matang

Warna rambut : Hitam

Jenis rambut : Lurus

Bentuk muka : Bulat

2. Orang Tua

Ayah : Bapak FM

Pekerjaan : Tani

Pendidikan : SLTA

Ibu : Ibu ES

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SLTA

3. Identifikasi dari beberapa aspek

a. Perkembangan TN dan dan DRbaik, normal (tidak cacat), tidak ada gangguan

dalam penglihatan maupun pendengaran

b. Intelegensi Pemikiran,TN dan dan DRbelum matang dan belum bisa

memahami tulisan dan soal bahkan membaca masih susah.

c. Emosional, DRmemiliki emosinal yang stabil. Sedangkan TN terkadang

mood nya tidak teretentu terutama disaat belajar.

d. Bakat khusus, Bakat khusus TN terlihat dibidang menggambarsedangkan

DR pandai bermain catur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

95

e. Sosial cultural, Sosialisasi dengan teman agak berkurang. Bahasa yang

mereka pakai dalam komunikasi sehari-hari dengan bahasa daerah sekitarnya.

f. Spiritual/agama kurang paham dalam beribadah sehingga lebih sering

diingatkan dan dibimbing.seperti: pada saat berdoa bercanda.

g. Komunikasi, TN sedikit pendiam ia tidak akan berbicara sebelum ia ditanya

oleh teman-temannya atau gurunya dan cenderung malas.DRcenderung aktif,

tidak sungkan bertanya baik pada teman-temannya taupun ke pada guru.

Walaupun terkadang pertanyaan yang DR ajukan tidak jelas dan DR sendiri

tidak mengerti apa yang dia tanyakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

96

Lampiran 2. Wawancara dengan Guru Kelas

Hasil wawancara dengan Ibu A. Y. Sumiyem mengenai kesulitan belajar

membaca yang dialami oleh TN dan dan DR.

a. Wawancara dengan guru kelas 3 mengenai SiswaTN

1. Bagaimana perilaku TN sehari-hari, termasuk di dalam kelas?

Jawaban :PerilakuTNsehari-hari sama dengan murid yang lainnya, namun

dia lebih cendrung pendiam dengan teman-temannya. Dalam pembelajaran

dia kesulitan dalam hal membaca.Dalam membaca tahu huruf namun belum

bisa membaca huruf X-Y-Z.Mengeja satu suku kata atau lebih masih

mengalami kesulitan terutama NGA-NGI,-NGU-NGE-NGO dan NYA-NYI-

NYU-NYE-NYO. Pada awal masuk kelas 3 ia sama sekali belum bisa

membaca walaupun sudah mengerti huruf.Mungkin salah satu penyebabnya

adalah karena dia saat kelas 1 tidak mengerti mengerti huruf sama sekali dan

sempat tinggal kelas.Tetapi saat naik di kelas 2 dia sudah mulai mengenal

huruf tetapi belum bias membaca.Sehingga ketika ia masuk kelas 3 dia belum

bisa membaca, dia benar-benar berasal dari nol untuk belajar membaca.

2. Bagaimana latar belakang orang tuaTN?

Jawaban :AyahTN bekerja sebagai buruh sedangkan ibunya dirumah sebagai

ibu rumah tangga.

3. Pernahkah Ibu menanyai,apakah orang tua TNmemperhatikan TN saat

dirumah?

Jawaban :Pernah saya bertanya kepada ibunya dan beliau menjawab bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

97

ketika TN memiliki pekerjaan Rumah (PR) beliau menyempatkan untuk

membantu TN mengerjakannya.

4. Lalu bagaimana dengan saudara atau pihak lain, apakah ada yang

memperhatikannya?

Jawaban :TN tinggal dirumah hanya dengan Bapak dan Ibunya . Yang

pastinya di rumah TN dimanja oleh orang tuanya mungkin karna anak

tunggal.

5. Di sekolah sendiri,bagaimana perlakuan atau layanan yang ibu berikan

kepadaTN?

Jawaban :Pendekatan khusus dan pengawasan yang lebih seperti saya sering

mendatangi meja mereka agar saya bisa membantu ketika ia sulit dalam

membaca.Memberikan motivasi agar ia mau belajar membaca bertujuan ia

lebih semangat dalam belajar.

6. Selain di saat pelajaran,adakah layanan yang Ibu berikan untuk TN?

Jawaban :Selain pendekatan didalam kelas saya pun memberikan les

tambahan setelah jam pelajaran usai selama satu jam. Dan diadakan pada

hari selasa dan kamis, itu berjalan hanya beberapa waktu saja. Karna saya

sibuk jadi sekarang sudah tidak lagi.

7. Kemajuan apa yang di dapat dari pelajaran tambahan itu?

Jawaban :Setelah di berikan pendekatan khusus dan les tambahan sedikit ada

perubahan. Dari yang berawal tidak bisa membaca sama sekali ia sekarang

sudah paham huruf dan bias membaca walaupun masih sulit membaca kata-

kata panjang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

98

8. Kendala apa saja yang ibu hadapi dalam memberikan bantuan

pelayanan terhadap TN ini?

Jawaban :kendala yang ada pertama dari anaknya sendiri yang malas, ketika

keinginannya hanya ingin main ia tetap kekeuh dan susah untuk belajar.

Terkadang belajarnya kurang serius.Dia selalu menolak membaca didepan

kelas.Dan yang kedua dari orangtuanya kurang mendukung.Orang tua

pernah dipanggil ke sekolah, namun undangan tersebut tidak dipenuhi beliau

sekalipun pernah saya temui saat menjemput TN pada saat pulang sekolah

namun kurang merespon. Karena tidak mungkin apabila bantuan yang

dibrikan disekolah saja yang digunakan ,seharusnya ada tambahan dari

rumah.

9. Setelah peneliti memberikan layanan bimbingan belajar kepada TN,

menurut ibu apakah ada kemajuan?

Jawaban :setelah di berikan bimbingan belajar/les tambahan oleh peneliti ada

perubahan yang cukup baik. Kemampuan membaca TN jauh lebih baik dan

lebih lancar.

10. Setelah TN mengikuti bimbingan belajar perubahan apa yang sangat

terlihat dalam hal membaca?

Jawaban :Sekarang sudah lebih berani kalau disuruh membaca, walaupun

masih ada kesalahan saat membaca. Seperti kata-kata BEBERAPA dan

TERTABRAK TN sudah bisa membaca dengan benar.Dulu tidak bisa kata

TERTABRAK selalu dibaca TERTABAK, dan kata BEBERAPA dibaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

99

BERAPA.TN dalam membaca sering menghilangkan hufur sekarang sudah

mulai benar membacanya.

b. Wawancara dengan guru kelas 3 mengenai Siswa DR

1. Bagaimana perilaku DR sehari-hari,termasuk di dalam kelas?

Jawaban :PerilakuDR sehari-hari sama dengan murid yang lainnya, namun

dia lebih cendrung aktif dengan teman-temannya, terkadang ia suka sibuk

bermain sendiri. Dalam pembelajaran dia kesulitan dalam hal membaca.

Dalam membaca sudah mengerti huruf-huruf namun belum bisa membedakan

huruf d dengan b. DR juga belum bisa membaca huruf X-Y-Z. Mengeja satu

suku kata atau lebih masih mengalami kesulitan terutama NGA-NGI,-NGU-

NGE-NGO dan NYA-NYI-NYU-NYE-NYO. Pada awal masuk kelas 3

DRdengan TNsama, belum bisa membaca walaupun sudah mengerti huruf.

Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena dia saat kelas 1 tidak

mengerti mengerti huruf sama sekali dan tidak bisa membaca sama sekali.

Tetapi saat naik di kelas 2 dia sudah mulai mengenal huruf walaupun belum

bisa membaca. Sehingga ketika ia masuk kelas 3 dia belum bisa membaca, dia

benar-benar berasal dari nol untuk belajar membaca sama kasusnya dengan

TN.

2. Bagaimana latar belakang orang tuaDR?

Jawaban :AyahDR bekerja sebagai tani sedangkan ibunya dirumah sebagai

ibu rumah tangga. DRanak bungsu dari 3 bersaudara, ibuknya juga sibuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

100

harus mengurus 3 anak.Mungkin itu yang menyebabkan DR kurang

diperhatikan.

3. Pernahkah Ibu menanyai,apakah orang tua DRmemperhatikan DR saat

dirumah?

Jawaban :Pernah saya bertanya kepada ibunya dan beliau menjawab bahwa

DR itu berbeda (maksutnya kurang pandai) tidak seperti kakak-kakaknya

sehingga ibuknya membiarkan saja apapun yang DR lakukan dan tidak

pernah memaksa DR untuk belajar, dengan alasan DR memang tidak mampu.

4. Lalu bagaimana dengan saudara atau pihak lain, apakah ada yang

memperhatikannya?

Jawaban :DR tinggal dirumah tak hanya dengan Bapak dan Ibunya .Yang

pastinya di rumah itu kakeknya dan kakak-kakaknya . Kakeknya bekerja di

sawah jadi kurang bisa memperhatikan dia, sedangkan kakak-kakaknya masih

sekolah. Sehingga dia sering bermain sendiri, terkadang hingga jauh dari

rumahnya namun tidak ada yang mencarinya.

5. Di sekolah sendiri, bagaimana perlakuan atau layanan yang ibu berikan

kepada DR?

Jawaban :Sama dengan TN, TNpun saya memberikan pendekatan khusus dan

pengawasan yang lebih seperti saya sering mendatangi meja mereka agar

saya bisa membantu ketika ia sulit dalam membaca. Memberikan motivasi

agar ia mau belajar membaca bertujuan ia lebih semangat dalam belajar.

6. Selain di saat pelajaran, adakah layanan yang Ibu berikan untuk DR?

Jawaban :DR dan TN saya perlakukan sama, ada pendekatan didalam kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

101

saya pun memberikan les tambahan setelah jam pelajaran usai selama satu

jam. Dan diadakan pada hari selasa dan kamis, itu berjalan hanya beberapa

waktu saja. Karna saya sibuk jadi sekarang sudah tidak lagi.

7. Kemajuan apa yang di dapat dari pelajaran tambahan itu?

Jawaban :Setelah di berikan pendekatan khusus dan les tambahan sedikit ada

perubahan.Dari yang berawal tidak bisa membaca sekarang sudah bisa

membaca walaupun belum lancar dan masih sering salah. sedikit harus

sering diingatkan kembali DR juga sudah mulai berani kalau disuruh

membaca dulu sama sekali tidak mau.

8. Kendala apa saja yang ibu hadapi dalam memberikan bantuan

pelayanan terhadap DR ini?

Jawaban :Kendala yang ada pertama dari kemampuan anaknya sendiri

memang kurang bisa menangkap pelajaran, sebenarnya DR anaknya memiliki

semangat untuk belajar membaca tetapi tidak bisa tenang ketika belajar

membaca, setiap kali membaca terkesan terburu-buru sehingga sering salah

pengucapannya atau lain tulisannya apa dibacanya apa. Dan yang kedua dari

orangtuanya kurang mendukung, cenderung cuek dengan kondisi anaknya.

Karena tidak mungkin apabila bantuan yang dibrikan disekolah saja yang

digunakan ,seharusnya ada tambahan dari rumah.

9. Setelah peneliti memberikan layanan bimbingan belajar kepada DR,

menurut ibu apakah ada kemajuan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

102

Jawaban :Setelah di berikan bimbingan belajar/les tambahan oleh peneliti

ada perubahan yang cukup baik. Kemampuan membaca DR jauh lebih baik

dan lebih lancar.

10. Setelah DR mengikuti bimbingan belajar perubahan apa yang sangat

terlihat dalam hal membaca?

Jawaban :Kepercayaan diri DR untuk membaca didepan kelas jauh lebih baik

daripada sebelumnya, walaupun masih ada kesalahan saat membacaDR

sudah tidak takut dan malu. Dulu DRtidak tidak bisa membaca huruf NG dan

kata yang mengandung huruf NG, sekarang sedikit demi sedikit sudah bisa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

103

Lampiran 3. Foto TN dan DR di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

104

Lampiran 4. Foto DRSaat membaca buku cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

105PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

106

Lampiran 5. Foto TNSaat membaca buku cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

107PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

108

Lampiran 6. Garis Besar Wawancara

Garis besar wawancara awal dengan guru kelas 3 dan 2 siswa kelas 3

berkebutuhan khusus (kesulitan belajar membaca) SD Kanisius Minggir

Sleman

Tabel 3.1 Pedoman wawancara awal dengan guru kelas 3

No Pengalaman Deskripsi Fokus1 Pengetahuan tentang

siswaPengetahuan perilakusiswa selama mengikuti pembelajaran di sekolah

Siswa kelas III SD Kanisus Minggir Sleman penyandang dyslexia

2 Penilaian terhadap siswa

Penilain terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran membaca

Kemampuan siswa membaca dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran

3 Layanan Layanan yang diberikan guru untuk siswa yang mengalami kesulitan membaca

Cara untuk membantu siswa membaca

4 Dampak Hasil yang diperoleh dari layanan

Kemajuan siswa dalam belajar membaca

5 Kendala Faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perkembangan dari layanan yang diberikan

Kendala yang dialami informan

6 Keadaan keluarga siswa Latar belakang keluarga siswa

Orang tua dan anggota keluarga yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

109

Tabel 3.2 Garis besar wawancara awal dengan siswa dyslexia

No Pengalaman Deskripsi Fokus1 Pengetahuan diri Pengetahuan diri siswa

terhadap pembelajaran membaca

Pembelajaran yang disampaikan guru

2 Penilaian diri Penilain diri terhadap pembelajaran membaca

Penilaian siswa terhadap kesulitan membaca dan

3 Kemampuan diri Kemampuan siswa dalam hal membaca

Pengenalan huruf, kemampuan membaca kata dan kalimat

5 Kendala Faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam hal membaca

kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca

Garis besar wawancara akhir dengan guru kelas 3 dan 2 siswa kelas 3

berkebutuhan khusus (kesulitan belajar membaca) SD Kanisius Minggir

Sleman

Tabel 3.3 Garis besar wawancara akhir dengan guru kelas 3

No Pengalaman Deskripsi Fokus1 Layanan Layanan yang diberikan

peneliti untuk siswa dyslexia

Layanan dari guru kelas

2 Penilaian guru Penilain guru terhadap siswa selama mengikuti bimbingan belajar

Perkembangan siswa dalam hal membaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

110

Tabel 3.4 Garis besar wawancara akhir dengan siswa dyslexia

No Pengalaman Deskripsi Fokus1 Penilaian diri Penilaian diri terhadap

kemampuan membaca setelah mengikuti bimbingan belajar

Kesan setelah guru kelas

2 Kemampuan diri Kemampuan siswa dalam hal membaca setelah mengikuti bimbingan belajar

Kemampuan membaca kata dan kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

111

Lampiran 7. Surat ijin melakukan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

112

Lampiran 8. Surat keterangan telah melakukan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: STUDI KASUS TENTANG KESULITAN BELAJAR MEMBACA …

BIODATA PENELITI

Hertami Ratnafuri lahir di Kulon Progo tanggal 23 Mei 1992.

Pendidikan Dasar diperoleh di SD 1 Kalikajar Wonosobo tamat pada

tahun 2004. Pendidikan Menengah pertama diperoleh di SMP Bhakti

Mulia Wonosobo tamat pada tahun 2007 dan melanjutkan di SMA

Negeri 1 Sentolo Yogyakarta tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010

melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar. Masa Pendidikan akhir di Universitas Sanata

Dharma menulis skripsi dengan judul: * Studi Kasus Tentang

kesulitan Belajar Membaca Kepada Siswa Dyslexia kelas III SD

Kanisius Minggir Sleman.

L1.3PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI