studi kasus garuda

download studi kasus garuda

of 67

Transcript of studi kasus garuda

http://korankota.co.id/nasional/kamis-pilot-garuda-mogok-terbang/up

Kamis, Pilot Garuda Mogok Terbang!KoranKota 2011-07-27 00:48:45

Mogok terbang akan dilakukan selama 24 jam, mulai Kamis (28/7) hingga Jumat (29/7). Para pilot menuntut kesetaraan gaji antara pilot nasional dan pilot asing. Pilot asing digaji rata-rata di atas 7.000 dolar AS/bulan (sekitar Rp63 juta), sedang pilot nasional rata-rata Rp40 juta-an. PARA pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG) benar-benar murka. Mereka mengancam akan melakukan mogok terbang secara massal pada Kamis (28/7) mulai pukul 00.00 hingga pukul 23.59, jika tuntutan tentang kesetaraan gaji antara pilot asing dan nasional, tak mendapat tanggapan dari pihak manajemen maskapai penerbangan berpelat merah tersebut. Para pilot nasional mengaku sudah tak tahan terhadap kebijakan perbedaan gaji antara mereka dan pilot asing. Perbedaannya, hampir 100%. Perbedaan gaji signifkan tersebut merupakan kesalahan fatal pihak menajemen Garuda Indonesia dan telah menyebabkan keresahan di kalangan pilot WNI. Sebab meski dibayar tinggi, toh kompetensi para pilot WNA tersebut tidak lebih baik dibanding pilot nasional. Rencana aksi yang akan berdampak pada seluruh penerbangan Garuda ini sudah dilaporkan kepada institusi Polri. ?Kami hanya memperjuangkan harga diri Pilot Garuda Indonesia dan kami merasa hak-hak kami terabaikan pihak manajemen. Kami meminta kesetaraan gaji kami dengan pilot asing. Selama ini kesenjangan gaji kami hampir 100% dengan pilot asing,? kata Presiden APG Capt Stephanus saat keterangan pers di Jakarta, Jumat (22/7). Stephanus mengaku, sebenarnya aksi mogok para pilot ini tak dikehendaki. Namun, karena kebijakan-kebijakan manajemen selama ini telah keliru dan merugikan, maka dengan terpaksa akan dilaksanakan. Saat ini menurut Stephanus, telah terjadi kesalahan manajemen (missmanagement) Garuda Indonesia karena menyimpang dari Standard Aviation Industri Penerbangan Internasional. APG meminta maaf kepada seluruh penumpang karena ketidaknyamanan akibat mogok terbang tersebut. Stephanus menilai, kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan saat ini sangat irasional dan keliru karena tidak mengacu pada standar keselamatan penerbangan dan akan merugikan negara baik finansial maupun nonfinansial. ?Salah satunya adalah dengan menempatkan tenaga yang tidak kompeten dalam bidangnya dengan perbedaan yang sangat signifikan terutama terhadap pilot. Kondisi ini membuat kami para pilot menjadi tidak tenang dan gelisah dalam

melaksanakan tugas. Padahal dalam standar penerbangan internasional, ketenangan awak pesawat dalam melaksanakan tugas merupakan syarat utama,? imbuh Stephanus. Selain itu, keberadaan pilot asing menurut Stephanus juga dinilai tidak perlu ada di Garuda Indonesia, karena para pilot dalam negeri masih mampu menerbangkan pesawat ke seluruh Indonesia. Ia juga mengatakan, apabila manajemen terus menambah jumlah armada pesawat Garuda, masih banyak anak bangsa yang bisa dididik untuk menjadi pilot yang handal. Seperti diketahui, Garuda sejak awal 2011 mengontrak 43 pilot asing tersebut, sambil menunggu pendidikan 150 penerbang yang direkrut PT Garuda Indonesia (GI) Tbk siap terbang untuk dipekerjakan sebagai karyawan kontrak. Hal ini dilakukan sangat terpaksa dan sementara, karena operasional pesawat tetap harus berjalan guna memenuhi kebutuhan terbang dan melayani penumpang yang akan bepergian menggunakan Garuda. ?Setelah penerbang yang sedang menempuh pendidikan commercial license selesai, kontrak dengan penerbang asing akan segera dihentikan atau maksimal setahun saja,? tegas VP Corporate GI Pujobroto di Jakarta belum lama ini. Direktur Operasi GI Ari Safari yang juga mantan Ketua APG menambahkan, perekrutan pilot sudah sangat mendesak mengingat pesawat harus diterbangkan dan harus ada back-up agar semuanya tetap berjalan sesuai jadwal dan kebutuhan. Hingga kini, jumlah total pilot yang bekerja untuk maskapai Garuda Indonesia hampir 850 orang. Sebanyak 43 orang di antaranya adalah pilot berkewarganegaraan asing yang dikontrak Garuda Indonesia untuk menerbangkan pesawat Boeing 737-NG dan Airbus A300 yang dibeli secara bertahap mulai 2008. "Mereka dikontrak untuk 1-2 tahun hingga selesainya pelatihan terhadap pilot WNI. Tapi kalau memang ada training, mengapa baru sekarang?" gugat Stephanus. Lebih lanjut dia menekankan perlunya segera diantisipasi kekurangan pilot untuk maskapai nasional, sehingga lebih banyak lulusan sekolah penerbangan nasional yang mendapatkan kesempatan menjadi penerbang di maskapai Garuda. Keterangan pers disampaikannya bersama Ketua Majelis Pilot Garuda dan jajarannya yang berjumlah empat orang. Di balik lima orang pria berpakaian kerja khas pilot berupa kemeja putih lengkap dengan topinya itu, terbentang kain putih ukuran 2x4 meter yang penuh berisi tanda tangan para pilot Garuda. Di bagian atas kain terdapat tulisan yang berbunyi 'Kami Merasa Dinomerduakan di Negeri Sendiri'. Didukung IKAGI Ikatan Awak Kabin Pesawat Garuda Indonesia (IKAGI) mewakili 2200 pramugara dan pramugari Garuda Indonesia mendukung APG melakukan aksi mogok terbang, Kamis (28/7) mendatang. "Mogok kerja adalah hak serikat pekerja dan kami sangat memahami itu," kata Sekjen IKGAG Jorri Kwarinekso kepada Tempo interaktif di sekretariat di Stadion Lebakbulus Jakarta Selatan, Jumat (22/7).

Jorri mengatakan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk ikut mogok kerja pada Kamis (28/7) itu. Karena secara otomatis pada hari itu awak kabin otomatis juga tidak akan bekerja. "Pilot tidak akan bisa menerbangkan pesawat yang berisi penumpang tanpa kami, begitupun sebaliknya," tambah Jorri. Dia mengatakan, untuk melakukan pemogokan kerja bukan hal yang mudah karena akan banyak pihak yang dirugikan, namun hal tersebut akan tetap dilakukan demi pembenahan di dalam Garuda Indonesia. IKAGI menuntut kepada pihak Garuda Indonesia untuk memberlakukan Perjanjian Kerja Bersama atau PKB yang selama dua tahun ini telah dihapus. PKB ini menyangkut urusan jam kerja, sistem penggajian, dan batasan izin sakit dalam setahun. Dia mengatakan tanpa perjanian tersebut awak kabin dapat terbang dalam sehari sampai 18 jam bahkan lebih sampai 20 jam, "Sementara ada satu riset yang mengatakan satu jam di udara sama dengan tiga jam di darat," jelasnya. Kemudian pihaknya juga menuntut kepada Menteri BUMN dan pemegang saham untuk melakukan evaluasi. Mereka menuntut adanya perubahan di jajaran direksi PT Garuda Indonesia. Selama ini IKAGI menilai direksi dan managemen melakukan pelanggaran peraturan. Antara lain telah melakukan keputusan sepihak tanpa menghiraukan para pekerjanya, melakukan intimidasi terhadap para anggota serikat kerja. "Salah satunya mengusir kantor serikat kami keluar dari wilayah perusahaan," kata Jorri. Siap Berunding Sebelum melancarkan aksi mogok, lanjut Stephanus, para pilot masih memberikan toleransi kepada pihak manajemen agar segera mencabut kebijakan-kebijakan yang dinilainya merugikan itu. ?Kami masih bisa duduk bersama dengan manajemen sebelum Kamis (28/7) nanti. Namun, bila tidak tercapai kesepakatan maka kami tetap akan mogok,? tegasnya. Sementara VP Corporate Communication GI Pujobroto, dalam dalam siaran persnya mengungkapkan, pihak manajemen siap untuk berunding dengan para penerbang yang menyampaikan keberatan berkaitan adanya penerbang berstatus pegawai kontrak termasuk penerbang asing. ?Kami siap berdialog untuk mencari solusi masalah ini,? ujarnya. Pujobroto menjelaskan, keberadaan pilot asing di GI hanya bersifat sementara dengan kontrak kerja selama satu tahun. Kebijakan tersebut diambil, sejalan dengan pengembangan bisnis yang dilaksanakan untuk mendukung program quantum leap agar menjadi airline yang kompetitif. ?Program quantum leap tersebut harus diupayakan pencapaiannya bersama dengan seluruh unsur dan karyawan Garuda,? kata Pujobroto. Menurut Pujobroto, penerbang asing yang bekerja secara sementara, diterapkan ketentuan kepegawaian karyawan kontrak. Karena berstatus sebagai karyawan kontrak (hanya dalam periode satu tahun), mereka menerima penghasilan yang lebih besar namun mereka tidak menerima berbagai benefit lain seperti asuransi kesehatan pensiun, uang masa kerja, uang pensiun, jumlah cuti yang lebih sedikit dan lain lain, yang diterima oleh para pilot berstatus pegawai tetap.

Keberadaan penerbang asing kata Pujobroto, sebenarnya juga mempercepat jenjang karir pilot Garuda, dimana dari kopilot menjadi kapten, sebelumnya 18 tahun menjadi (hanya) 9,7 tahun. ?Sebelumnya telah dilaksanakan pertemuan antara manajemen dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) mengenai pilot asing sebagai program bridging (bersifat sementara), dan hal tersebut telah disepakati untuk dilaksanakan,? pungkas Pujobroto. O omy

https://erensdh.wordpress.com/2011/07/28/pilot-garuda-mogok-tuntut-kenaikan-gaji/

Pilot Garuda Mogok, Tuntut Kenaikan GajiPosted on 28 Juli 2011 by erensdh

Pesawat-pesawat maskapai Garuda Indonesia di sebuah landasan pacu Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta (foto: VOA). Para pilot Garuda yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG) melakukan aksi mogok sejak pukul 00:00 dini hari ini, Kamis (28/6). Kuasa hukum Asosiasi Pilot Garuda (APG) Adnan Buyung Nasution pada saat melakukan jumpa persnya di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Rabu (27/7), kemarin, mengungkap alasan aksi mogok itu sebagai bentuk protes APG terhadap manajemen PT Garuda Indonesia yang dinilainya telah diskriminatif dalam sistem remunerasi atau pendapatan antara pilot lokal dengan pilot asing. Sementara Presiden Asosiasi Pilot Garuda, Stephanus, kepada Suara Amerika juga mengungkapkan hal yang sama. Dikatakan aksi mogok itu dilakukan karena selama ini telah terjadi sikap diskriminasi yang dilakukan Manajemen Garuda Indonesia terkait soal pendapatan antara pilot lokal dan asing yang menyebabkan kesenjangan di antara mereka. Selain itu, kata Stephanus, terus bertambahnya jumlah pesawat tidak diimbangi dengan jumlah penerbang yang memadai menyebabkan sangat padatnya jadwal terbang bagi pilot. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kelelahan yang kemudian dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Stephanus mengungkapkan bahwa seluruh penerbangan dari Jakarta, baik domestik maupun internasional, akan mengalami penundaan atau tidak berangkat akibat aksi mogok tersebut. Beberapa tahun ini banyak masalah yang terakumulatif yang tidak bisa disalurkan dan perwujudan hingga saat ini aspirasi kami pun juga, jangankan dipenuhi di dengar pun juga tidak. Dia menambahkan yang mengalami penundaan atau tidak berangkatnya adalah seluruh penerbangan yang berangkat dari Jakarta. Sementara penerbangan-penerbangan yang dari luar Jakarta menuju Jakarta tidak mengalami permasalahan apa-apa. Tetapi ini akan bermasalah pada

waktu pesawat itu akan berangkat kembali. Sejauh ini para pilot asing dengan status kontrak mendapatkan gaji sekitar 77 juta rupiah per bulan, sementara gaji kapten pilot lokal yang telah bekerja di perushaan itu selama 20 tahun hanya sebesar Rp 43 juta per bulan. Sementara itu juru bicara Garuda Pujobroto mengatakan pemberlakuan kebijakan penggajian yang berbeda terhadap pilot asing karena status mereka yang kontrak. Meski mendapat gaji besar, namun Pujobroto menyebutkan ada sejumlah fasilitas yang menguntungkan bagi pilot lokal dengan status penerbang tetap yang tidak didapatkan oleh pilot asing. Sehubungan dengan aksi mogok yang akan dilakukan 640 orang pilot itu, Pujobroto menjelaskan pihaknya telah menyiapkan sekitar 100 pilot yang selama ini bekerja sebagai instruktur. Kuasa Hukum Asosiasi Pilot Garuda, Adnan Buyung Nasution, meminta agar pihak manajemen Garuda berunding untuk mencari solusi yang baik. Masalah ini, kata Buyung, harus diselesaikan secara cepat karena imbas dari persoalan ini juga masyarakat. Adnan Buyung Nasution mengatakan, Mogok ini bukan final, ini hanya peringatan (warning) yang keras. Dengan harapan, pihak APG masih membuka pintu untuk mencari solusi. Saya sudah usulkan kepada Dirutnya, Pak Emir (Emirsyah Satar), untuk menerima dulu pihak APG. Sekertaris Jenderal Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia, Ahmad Irfan, menyatakan aksi mogok para pilot yang tergabung dalam APG merupakan puncak gunung es dari carut-marut penyelenggaraan hubungan industrial di PT Garuda Indonesia. Ahmad Irfan mengatakan, Ini bukan hanya terjadi pada penerbang. Sekarang pengelolaan karyawan PT Gardua tidak punya jenjang karir; sistem penggajian sampai hari ini tidak ada. Untuk itu, kami meminta tidak hanya dipermukaan gunung ini yang dibahas nanti tetapi jauh ke dalam.

http://jendelakita.net/home/603-pilot-garuda-hentkan-aksi-mogok.html

Pilot Garuda hentkan aksi Mogok.. Written by . on Thursday, 28 July 2011 22:46

Nasional >> - Asosiasi Pilot Garuda (APG) memutuskan untuk menghentikan aksi mogok terbang. Keputusan itu diambil setelah pihak manajemen PT Garuda Indonesia Tbk sepakat akan menuntaskan persoalan hubungan industrial yang dihadapi kedua pihak. "Atas nama Presiden APG, terhitung pukul 13:00 WIB, kurang dua menit, kami menyatakan menghentikan aksi mogok terbang," kata Presiden APG, Capt. Stephanus Geraldus Rahardi, dalam keterangan pers di Gedung Ground Operation Garuda Indonesia, Cengkareng, Jakarta, Kamis (28/7). Dia menyebutkan, kesepakatan awal antara manajemen BUMN aviasi itu bersama APG diharapkan mampu memberikan solusi yang terbaik bagi kedua pihak. Penghentian pemogokan penerbang Garuda itu ditempuh setelah ada campur tangan Menteri BUMN Mustafa Abubakar yang melakukan mediasi antara direksi Garuda bersama perwakilan APG. Aksi mogok pilot yang tergabung dalam APG itu dilakukan terhitung sejak Kamis (28/7) dinihari yakni pukul 00.00 WIB. Sedianya, para pilot berencana melancarkan pemogokan sebagai wujud protes terhadap perlakuan diskriminatif manajemen hingga pukul 23.59 WIB nanti. Hingga pukul 13.00 WIB hari ini, terjadi sejumlah keterlambatan penerbangan yang diberangkatkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten (sumber.Primaironline)

http://economy.okezone.com/read/2011/07/27/320/485077/serikat-karyawan-dukung-aksi-mogokpilot-garuda

ECONOMY Industri Serikat Karyawan Dukung Aksi Mogok Pilot GarudaMisbahol Munir - Okezone Rabu, 27 Juli 2011 19:01 wib 0 3 Email0

Ilustrasi JAKARTA - Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Sekarga) menilai permasalahan hubungan industrial yang terjadi pada pilot Garuda Indonesia merupakan puncak gunung es dari permasalahn hubungan industrial di tubuh PT Garuda Indonesia. "Ini akibat dari miss management dan arogansi kekuasaan. Hubungan managemen dan karyawan dengan serikat pekerja berjalan tidak harmonis," Kata Ketua Umum Sekarga Salim saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/7/2011). Dia mengatakan, itu terjadi karena ketiadaan perjanjiaan kerja bersama sehingga managemen sering melakukan pelanggaran hukum. "Pelanggaran atas Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, pelanggaran Udang-Undang nomor 21 tahun 2000 tentang serikat pekarja, dan pelanggaran Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang badan usaha milik negara," tegasnya. Saat ini di tubuh Garuda Indonesia tidak ada lagi jenjang karier yang jelas. Managemen sering membuat kebijakan yang tidak menguntungkan karyawan. Dia juga menyampaikan kekecewaan dan tidak lagi mempercayai direksi dan managemen Garuda Indonesia. "Atas situsi ini Serikat karyawan mendukung rencana mogok yang akan dilakukan Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia besok serta ikatan awak kabin Garuda Indonesi," ujarnya. Sekarga akan meminta bantuan pihak terkait untuk dapat mebentuk tim guna melakukan investigasi atas kinerja management PT Garuda Indonesia, sehingga dapat gambaran hasil yang sesungguhnya. Pada saat yang sama, Kuasa Hukum APG Adnan Buyung Nasution mengatakan kebijakan PT Garuda Indonesia selama ini sebagai sebuah penghinaan. "Jika satu orang sudah puluhan tahun bekerja dan mengabdi untuk Garuda, namun sekarang mau dikeluarkan dan hanya mau dikontrak ini sebuah penghinaan dan ini seharusnya tidak terjadi," tegasnya.

Beberapa waktu lalu Adnan berupaya untuk mencari jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak dengan menghubungi Menteri Perhubungan Fredy Numberi dan Menteri BUMN Mustafa Abu Bakar namun tidak mendapat jawaban. (wdi)

http://economy.okezone.com/read/2011/07/29/320/485775/kemenakertrans-tak-bisa-intervensi-aksimogok-pilot-garuda

Kemenakertrans Tak Bisa Intervensi Aksi Mogok Pilot GarudaGina Nur Maftuhah - Okezone Jum'at, 29 Juli 2011 12:37 wib 3 0 Email0

Garuda. Foto: okezone JAKARTA - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) menyatakan tidak bisa ikut mengintervensi terhadap aksi mogok yang dilakukan Asosiasi Pilot Garuda (APG) kemarin. "Perjanjian Kerja Bersama (PKB) hanya bisa mengaitkan dua pihak saja, yaitu serikat pekerja dan manajeman pilot dan direksi Garuda. Pemerintah tidak mungkin turut campur sampai ke substansinya tapi tentu pemerintah bisa memfasilitasi bila terjadi kebuntuan," ungkap Menarkertrans Muhaimin Iskandar, ketika ditemui di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (29/7/2011). Ia juga melanjutkan, bahwa pihaknya sangat berharap agar pihak Garuda dan Asosiasi pilotnya dapat menemui titik temu dalam menuntaskan masalah ini.

"Sama-sama orang Indonesia, masa menemukan titik temu saja susah. Saya kira bangsa Indonesia akam mudah mencari (solusi). Saya optimistis akan selesai dalam waktu singkat karena yakin mereka pasti sama-sama memikirkan nasib perusahaan," lanjutnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Kamis 28 Juli APG melakukan aksi mogok terbang dari jam 00.00-13.00 WIB. Aksi mogok ini dipicu kesenjangan penghasilan antara pilot tetap dengan pilot kontrak yang konon digaji lebih tinggi. Akibat aksi mogok terbang ini, 144 penerbangan Garuda dari Jakarta ke berbagai daerah di Indonesia seperti Balikpapan, Makassar, Surabaya, dan kota-kota besar di Indonesia mengalami penundaan penerbangan. Pihak manajemen Garuda sendiri mengklaim telah menyediakan 130 pilot tambahan berasal dari pilot senior dan instruktur pilot untuk mengatasi aksi mogok pilot ini. Pihak manajemen Garuda dan APG telah bertemu dengan mediator Menteri BUMN Mustafa Abu Bakar. Keduabelah pihak sepakat untuk membahas masalah ini dalam waktu dekat. (ade)

http://economy.okezone.com/read/2011/07/28/320/485294/kemenhub-larang-pilot-garuda-gelar-aksimogok-di-bandara

ECONOMY Industri Kemenhub Larang Pilot Garuda Gelar Aksi Mogok di BandaraKamis, 28 Juli 2011 11:56 wib 1 0 Email0

Ilustrasi JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyayangkan aksi mogok kerja yang dilakukan sejumlah pilot Garuda Indonesia di bawah Asosiasi Pilot Garuda (APG). Ini menyusul tidak adanya kesepakatan dengan manajemen Garuda soal gaji yang tidak sebanding dengan yang diterima pilot lokal. "Itu masalah hubungan industrial Garuda dan pilotnya, tapi kita sebagai regulator maupun pemerintah mengharapkan itu tidak perlu terjadi," kata Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti, di selasela Annual Member General Meeting 2011 INACA, di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (28/7/2011). Akan tetapi, lanjutnya, jika pilot-pilot yang melakukan mogok kerja ataupun aksi unjuk rasa di bandara Kemenhub melarangnya. "Kalau dilakukan di bandara itu melanggar undang-undang tapi boleh di luar bandara, ada aturannya," sebutnya. Selain itu, pilot-pilot yang mogok ini mempengaruhi pilot lain untuk mogok kerja. "Tidak boleh mempengaruhi ataupun intimidasi penerbang yang ingin tetap terbang. Saya sudah minta petugas di bandara dari otoritas bandara, kepolisian sama-sama memantau itu," tegasnya. Di sisi lain, Herry menyarankan agar pilot dengan pihak manajemen untuk melakukan dialog untuk menyelesaikan masalah soal gaji tersebut. "APG pun pegawai di Garuda, sehingga satu keluarga. Jadi diharapkan mereka berdialog untuk bisa memecahkan permasalahan da dijelaskan semua. Jangan lagi ego dari masing-masing," harapnya. Bahkan Kemenhub selaku regulator siap untuk menengahi konflik ini. "Saya sudah berhubungan langsung dengan direksi maupun APG-nya, kalau perlu saya ada diantara mereka saya siap untuk memediasi mereka dalam artian mendengarkan dan memberi saran-saran. Kita harapkan direksi maupun APG-nya bisa ketemu lah," tambahnya. (Iman Rosidi/Trijaya/wdi)

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/28/06503616/Ini.Alasan.Garuda.Rekrut.Pilot.Asing

Ini Alasan Garuda Rekrut Pilot Asing | Erlangga Djumena | Kamis, 28 Juli 2011 | 06:50 WIB

Dibaca: 63405

Komentar: 78 |

Share:

AFP Ilustrasi. TERKAIT:

Kadin Sayangkan Rencana Mogok Pilot Garuda Asked to Work out Compromise Solution with Pilots Manajemen Garuda Tak Mau Berunding Garuda Takkan Pinjam Pilot Maskapai Lain Hatta: Pilot Garuda Mogok, Rakyat Menderita

JAKARTA, KOMPAS.com Aksi mogok yang digelar Asosiasi Pilot Garuda, Kamis (28/7/2011) ini, tidak lepas dari kebijakan manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dalam melakukan perekrutan pilot asing. Namun, manajemen Garuda pun merasa punya alasan kuat untuk terus menjalankannya. Awalnya, maskapai nasional tersebut memiliki rencana pengembangan bisnis bernama Quantum Leap yang mengharuskan adanya penambahan jumlah pesawat hingga 154 unit pada 2015. Sejalan dengan rencana itu, perusahaan pelat merah ini sebenarnya telah menjalin kerja sama untuk merekrut penerbang baru dari sekolah penerbangan seperti PLP Curug dan Bali International Flight Academy. Namun, Vice President Corporate Communication PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pujobroto dalam siaran persnya mengatakan, para penerbang baru itu masih membutuhkan pendidikan lanjutan sebelum dapat bertugas mengoperasikan pesawat. "Makanya, Garuda merekrut penerbang yang siap beroperasi, termasuk pilot asing yang statusnya kontrak untuk menjembataninya," tuturnya, Rabu (27/7/2011). Perekrutan penerbang asing itu dilakukan sejak Oktober 2010. Sosialisasi rencana itu pun telah dilakukan kepada semua karyawan, khususnya pilot, sejak Januari 2011. "Anehnya, penggunaan pilot kontrak, termasuk pilot asing, baru dipermasalahkan saat ini," ujarnya. Sebagai catatan, Garuda tengah mempekerjakan 43 pilot kontrak. Sebanyak 34 orang di antaranya merupakan pilot asing. Dari jumlah 43 pilot kontrak itu pun, ujarnya, masa kontrak 36 orang di antaranya akan berakhir pada Oktober-November 2011. "Sisanya, tujuh pilot, akan memasuk akhir kontrak pada Februari 2012," tambahnya. (Dani Prasety/Kontan)

Sumber :

Share267

Ada 78 Komentar Untuk Artikel Ini.

Kud Bang Senin, 1 Agustus 2011 | 16:13 WIB

Silakan jadi pilot kontrak seperti pilot asing, gaji sama, tanpa tunjangan, tanpa pensiun, tanpa jenjang karir. Manajemen justru senang bukan? Biaya operasional berkurang.Tanggapi Komentar Laporkan Komentar

0 0

Amihakim

Sabtu, 30 Juli 2011 | 06:35 WIB

Waaahhh Pro kontra itu biasa.. kawan.. mungkin kalo ikut berita Pilot Garuda itu bukan satu2nya yg mogok, tahun ini Luthansa, Qantas,Swiss Air, Virgin Atlantik, dgn permaslahna yg hampir sama, kita yg orang lain harus hati2 dalam berkomentar karena kita belum tau pasti, KEbetulan saya bertetangga dgn pilot2 dari Garuda dan Airline domestik lain, mereka hanya tertawa . dengar berita gaji mereka segitu, bahkan yg kaget ternyata piolt Garuda itu termasuk paling kecil antara Pilot2 nasional, dan ygTanggapi Komentar Laporkan Komentar

0 0

Zulkifli Sabtu, 30 Juli 2011 | 04:12 WIB

Just take it or lEAVE IT..Tanggapi Komentar Laporkan Komentar

0 0

J Themin Jumat, 29 Juli 2011 | 12:30 WIB

Bingung deh. Kalo kredibilitas pilot lokal pantas dibayar sama dengan pilot asing, kenapa pilot lokal ngak cari kerja di penerbangan international lain saja. Lagian pilot itu tidak perlu selalu tinggal disatu tempat.Tanggapi Komentar Laporkan Komentar

0 0

Lihat semua 2 komentar yang ada

o

Daehan Naufal Putera

Jumat, 29 Juli 2011 | 22:50 WIB

mengapa dia ga di penerbangan international lainnya, itu karena dia cinta indonesia gamau di luarTanggapi Komentar Laporkan Komentar

0 0

Ahmad Hanif Jumat, 29 Juli 2011 | 08:43 WIB

Di kepala management garuda ada strategi pengembangan garuda menjadi kebanggaan nasional. Di kepala para pilot mogok adalah "ketidakadilan" (versi mereka). ::> jelas pemikiran management garuda jauh lebih besar (usaha menaikkan kebanggaan berbangsa Indonesia) dari pilot mogok yang sekitar masalah perut. ::> kalau pilot mogok tidak menyesal dengan kemogokannya, mereka sudah melakukan dua kesalahan. (1) tidak management dalam program besarnya (2) sengaja tidak bertanggung jawab (sebagai sopir) padaTanggapi Komentar Laporkan Komentar

0 0

1 2 3 ... 8 Next Kirim Komentar Anda

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut. KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Silakan login atau register untuk kirim komentar Anda

Bisnis & Keuangan Terpopuler Terkomentari Selengkapnya

Selasa, Pesawat Embraer Sriwijaya Air... Album ACI Dorong Gerakan Cinta Indonesia BI Rate Sebaiknya Tidak Diturunkan IHSG Naik Tipis

Chairul Tanjung: Lihat Hambatan Sebagai... Pendapatan Defisit, Bisakah Investasi? Apa Itu Reksa Dana Syariah Bebas dari Cengkeraman Utang

Aman Ga Sich Bermain Forex Trading Online...? Hati-hati dengan Trader Palupi alias Upi Sinyal Forex GRATIS Elliot Wave dan Fibonacci;Alat bantu prediksi pergerakan harga Semua ttg AutoSurfs

http://www.nonblok.com/ekuin/korporasi/item/1150-tanri-abeng-pilot-garuda-diminta-mengundurkandiri

Tanri Abeng: Pilot Garuda Diminta Mengundurkan DiriWritten by Endang Suherman

font size Cetak E-mail Be the first to comment!

Rate this item

1 2 3 4 5

(0 votes)

Aksi mogok pilot garuda. viva

MAKASSAR - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Tanri Abeng mengatakan pilot Garuda Indonesia yang tidak setuju dengan kebijakan manajemen, diminta untuk mengundurkan diri karena merugikan banyak pihak termasuk negara."Kalau memang tidak setuju dengan kebijakan manajemen lebih baik mengundurkan diri dan cari perusahaan lain," ujar Menteri BUMN di era Presiden Baharuddin Jusuf Habibie itu, di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Kamis (28/7). Ia mengungkapkan, aksi mogok terbang yang dilakukan oleh pilot Garuda Airlines pernah dialaminya pada saat dirinya ditunjuk menjadi Menteri BUMN pada 1998. Saat itu, dirinya ditunjuk untuk menyelamatkan Garuda yang pada posisi diambang kebangkrutan datang membawa kebijakan baru. Tetapi hampir seluruh pilot dan pramugari Garuda Airlines waktu itu berusaha melakukan aksi mogok kerja. Namun dengan tenang dirinya mengajak seluruh yang berkepentingan di manajemen untuk berembuk dan memusyawarahkan kondisi yang dialami manajemen Garuda pada saat itu. "Waktu itu saya datang membawa kebijakan baru dan ditentang sama pilot dan pramugari. Mereka mengancam mogok kerja, tetapi saya memberikan penekanan kepada mereka mengundurkan diri jika

tidak mau mengikuti kebijakan baru itu," ungkapnya. Dirinya menegaskan, kalau manajemen baru itu untuk memperbaiki kondisi manajemen Garuda yang pada saat itu mau dibangkrutkan. Dengan keyakinannya serta hasil kajiannya itu dianggap bisa menyelamatkan Garuda dari kebangkrutan, akhirnya semua berkepentingan dalam manajemen serta pilot dan pramugari bisa menerima. Akhirnya Garuda bisa tetap berjalan dan menjadi salah satu perusahaan besar milik negara. Ia mengaku jika aksi mogok ini terus berjalan, maka banyak pihak akan dirugikan. Masyarakat yang masih mempercayai jasa maskapai penerbangan milik pemerintah ini akan mulai meninggalkan jika dibiarkan berlarut-larut. "Manajemen Garuda akan ikut mengalami kerugian besar, karena setiap ada gejolak seperti ini, saham Garuda akan terus merosot dan itu berdampak pada kerugian pada negara," katanya. [nta]

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/07/28/6006/garuda_harus_jelaskan_perbedaan_gaji_pil ot/#.TpLJqXKLPGo

Garuda Harus Jelaskan Perbedaan Gaji Pilot Jakarta (ANTARA News) - Manajemen PT Garuda Indonesia harus menjelaskan secara terbuka kepada pilot lokal soal perbedaan gaji yang diberikan kepada pilot asing oleh PT Garuda Indonesia. "Pihak Garuda harus menjelaskan secara komprehensif soal perbedaan gaji tersebut kepada pilotpilot lokal," kata anggota Komisi V DPR RI Mulyadi di Jakarta, Kamis. Anggota DPR RI dari fraksi Partai Demokrat itu menilai adanya perbedaan gaji sebagaimana yang dituntut oleh pilot adalah suatu hal yang wajar. "Saya kira wajar kalau terjadi perbedaan gaji. Tentunya manajemen PT Garuda Indonesia mempunyai pertimbangan tersendiri," kata Mulyadi. Ia menyebut, kemungkinan adanya perbedaan gaji tersebut adalah biaya hidup pilot asing yang harus membiayai anak istrinya yang ditinggalkannya dan biaya hidup di luar negeri lebih tinggi dibanding Indonesia. "Kalau diminta sama, tentu tidak mungkin sebab biaya hidup di luar negeri seperti Australia akan lebih tinggi dibanding Indonesia. Kecuali pilot yang biaya hidupnya sama dengan Indonesia, seperti Vietnam," ujarnya.

"Tapi perbedaan gaji tersebut jangan sampai terlalu jauh, jangan sampai dua kali lipat perbedaannya. Para pilot lokal juga harus melihat perbedaan tersebut secara komprehensif dan utuh," kata dia. Asosiasi Pilot Garuda Indonesia melakukan aksi mogok terbang mulai hari Kamis dinihari mulai pukul 00.00 WIB. Aksi ini menyusul manajemen Garuda Indonesia yang menyewa pilot asing sehingga memunculkan keresahan di kalangan pilot lokal Garuda. Mogok massal pilot Garuda didorong oleh permintaan mereka agar mendapatkan bayaran yang sama dengan pilot asing yang dikontrak sementara oleh maskapai penerbangan nasional itu. (zul)

www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/416484/

Sejumlah penumpang telantar di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, kemarin. Dua pesawat Garuda delay beberapa jam karena aksi mogok terbang yang dilakukan Asosiasi Pilot Garuda (APG). MAROS Aksi mogok terbang pilot Garuda Indonesia di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin menelantarkan ratusan penumpang dengan nomor penerbangan GA 611 rute Makassar-Jakarta dan GA 663 rute Makassar-Balikpapan. Kedua rute ini dijadwalkan berangkat pukul 06.20 Wita tujuan Jakarta dan pukul 06.00 Wita tujuan Balikpapan. Namun, pilot kedua pesawat tersebut memilih mogok sehingga ratusan penumpang telantar di bandara selama tujuh am. Aksi mogok pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG) tersebut hanya dilakukan sebagian pilot. Hal itu terlihat juga pada penerbangan Garuda lainnya yang tidak mengalami delay atau berangkat sesuai jadwal. Di antaranya, pesawat dengan nomor penerbangan GA 602 tujuan Manado berangkat pukul 12.35 Wita, GA 613 tujuan Jakarta berangkat pukul 08.00,dan GA 642 tujuan Gorontalo berangkat pukul 12.50. Aksi mogok tersebut dilakukan di sejumlah bandara dan berpusat di Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng. Aksi yang sama juga dilakukan di bandara lain, seperti Polonia-Medan, Ngurahrai-Denpasar, dan Syamsudin Noor-Banjarmasin. Aksi mogok tersebut dilakukan karena belum ada kesepakatan antara Manajemen Garuda dan APG mengenai tuntutan anggota, di antaranya, kenaikan gaji serta penghentian penggunaan pilot asing kontrak yang dianggap menyebabkan ketimpangan pendapatan. Di Bandara Sultan Hasanuddin, penumpang Garuda sempat emosi karena tidak ada kejelasan penerbangan, sementara mereka harus menunggu berjam-jam. Di lain sisi, pesawat dengan nomor penerbangan lainnya tetap terbang tepat waktu.

Kami sudah tiba ke sini (bandara) sejak pukul 05.00 Wita, dan hingga siang belum ada kepastian dari pihak Garuda. Pelayanan keluhan penumpangjugasangattidakbaguspadahal kami sangat dirugikan. Hingga saat ini (pukul 12.45 Wita) belum ada kejelasan,maka saya terpaksa mencari pesawat lain,ungkap salah satu penumpang tujuan Jakarta,Irwan. Puluhan penumpang tujuan Balikpapan dan Jakarta mendatangi juga kantor customer service yang berada di bandara. Mereka memprotes penundaan keberangkatan mereka. Sekitar 20 orang secara bergantian meluapkan emosi di ruang customer service Garuda, tepat di ruang masuk terminal keberangkatan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Mereka tampak tak kuasa menahan rasa kesal dan menumpahkan amarah kepada petugas customer service Garuda. Bagaimana ini? Kita nggak jelas berangkatnya, jam berapa? teriak seorang penumpang. Mendengar amarah para penumpang tersebut, seorang petugas menjelaskan bahwa tiket mereka bisa diuangkan. Namun, tak semua penumpang mau mengganti tiket mereka dengan uang dan beralih ke pesawat lain. Salah satunya adalah Taufik, penumpang yang hendak berangkat ke Jakarta. Pesawat lain nggakbisa lagi karena sudah ful.Sementara saya harus ikut rapat pukul 16.00 WIB. Kalau beli tiket pesawat lain,harganya sudah jauh lebih tinggi. Kalau seperti ini, kami sangat dirugikan,kata Taufik. Lima Penumpang Jemput Pilot di Hotel

Lima penumpang tujuan Jakarta diajak oleh manajemen Garuda untuk menjemput pilot Garuda yang berada di Hotel Grand Clarion Makassar.Hal ini dilakukan atas kesepakatan seluruh penumpang yang mendesak ingin segera diberangkatkan. Usai dijemput,pilot dan copilotnya akhirnya tiba di bandara sekitar pukul 13.30 Wita langsung menuju pesawat. Penumpang yang masih menunggu akhirnya dipersilakan masuk ke ruang tunggu melalui pintu atau Gate 3. Asisten Manajer Garuda Makassar Syamsuddin mengakui bahwa pilot Garuda tidak semuanya ikut aksi mogok terbang. Pilot di maskapai tersebut memang terpecah dua.Kami tidak tahu mana yang mogok dan mana yang tidak jadi kami memohon maaf atas kejadian ini,ujar Syamsuddin. Sementara itu, karena merasa dirugikan, penumpang Maskapai Garuda Indonesia di Makassar yang berjumlah 80 orang, akan menempuh jalur hukum terkait aksi mogok pilot Garuda.Mereka menilai manajemen Garuda tidak profesional dalam menghadapi aksi mogok para pilotnya. Penumpang Garuda nomor GA 611 tujuan Makassar-Jakarta kemudian memberikan kuasa pada M Shirot salah satu penumpang yang juga seorang advokat untuk mengajukan tuntutan kerugian moril dan materil seluruh penumpang. Sesampai di Jakarta, kami akan langsung mendatangi Mabes Polri untuk mengajukan gugatan, karena delay disengaja dan sangat merugikan kami.Di sini penumpang yang akan berangkat memiliki kepentingan tapi karena masalah ini kami semua dirugikan,kata M Shirot. Kepala Bagian Humas Agus Budi Raharjo menuturkan,aksi mogok pilot Garuda tidak mempengaruhi pemberangkatan maskapai lainnya. Maskapai lain tidak ada masalah terkait pemberangkatannya,katanya. Dia mengakui sejumlah penumpang Garuda berinisiatif pindah pesawat. Garuda sudah memberikan kompensasi untuk penumpangnya yang ingin pindah maskapai.Sampai sejauh ini, semuanya berjalan normal,katanya.

Sepakat

Akhiri

Aksi

Mogok

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar menjamin pihaknya akan menindaklanjuti semua tuntutan dari APG tersebut.Kita sudah mendengar setelah ditengahi Menteri BUMN. Kita sepakati ini akan kita tindaklanjuti isu-isunya. Rencananya,kita akan bertemu nanti bulan puasa. Dan kita akan selesaikan sebelum lebaran,katanya. Usai aksi mogok pilot Garuda yang tergabung dalam APG, mereka akhirnya sepakat untuk menghentikan mogok terbangnya, kemarin. Itu terjadi setelah tercapai kesepakatan antara Presiden APG Stevanus Gerardus Rahadi dan Direktur Umum Garuda Indonesia,Emirsyah Satar yang ditengahi Menteri Badan Usahan Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar. Saya atas nama Presiden APG, sejak pukul 13.58 WIB hari ini (kemarin) menyatakan kepada seluruh pilot Garuda Indonesia, bahwa mogok terbang oleh pilot-pilot kami nyatakan berhenti, kata Kapten Stevanus Gerardus Rahadi. Direktur Operasional Garuda Indonesia Ari Sapari mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi mogok kerja para pilot ini. Karenanya, Garuda telah melakukan pendataan dan pemetaan terhadap jadwal terbang. Untuk tanggal 28 ini dijadwalkan 140 penerbangan Garuda. Lalu didata penerbangannya, siapa pilotnya dan kita hubungi pilotnya. Setelah itu pilot yang akan terbang kita konfirmasi apakah akan mogok atau terbang.Kalau mogok,kita akan back up,bebernya. Namun, pilot yang sebelumnya mengaku tidak mogok,tibatiba ada yang mogok.Hal ini pun mengecoh manajemen. Sebenarnya yang dirugikan bukan hanya Garuda tapi konsumen juga. Beruntung sudah najmiada bantuan pilot dari Kemenhub berjumlah 5 orang,kata Ari. s limonu/heru febrianto/denny ira

http://juandry.blogspot.com/2011/07/sebagian-pilot-garuda-tolak-mogok-kerja.html

Sebagian Pilot Garuda Tolak Mogok KerjaJul 26th 2011, 09:30

Liputan6.com, Jakarta: Rencana aksi mogok Asosiasi Pilot Garuda (APG) tak berjalan mulus. Sebagian pilot menilai unjuk rasa semacam itu tidak didukung alasan kuat. Demikian bunyi keterangan pers yang didapat Liputan6.com, Jakarta, Selasa (26/7). Beberapa pilot, seperti Manotar Napitupulu dan Robert Moningga, menolak mogok kerja. Penolakan sejumlah pilot dirangkum dalam sembilan poin. Salah satunya adalah meminta APG tidak mengatasnamakan seluruh penerbang Garuda Indonesia dalam aksi mogok. Mereka mengaku tak ingin dilibatkan karena kurang memahami duduk persoalan yang sebenarnya.

Kelompok pilot kontraaksi mogok bertekad meningkatkan kinerja manajemen Garuda. Mereka berharap segenap keluarga besar Garuda, termasuk pilot asing, menyelesaikan permasalahan ini secara damai. Jangan sampai problema internal ini meluas, terlebih dimanfaatkan atau bahkan dipolitisir pihak tertentu. Sebelumnya Menteri Perhubungan Freddy Numberi memerintahkan PT Garuda Indonesia segera menyelesaikan kasus kesenjangan gaji antara pilot lokal dan asing [baca: Menhub: Jangan Sampai Ada Pemogokan].(WIL/ULF)

http://berita.liputan6.com/read/345908/sebagian-pilot-garuda-tolak-mogok-kerja

Sebagian Pilot Garuda Tolak Mogok KerjaKristian Ginting

Manotar Napitupulu, pilot senior Garuda dalam pernyataan menolak mogok kerja.

Artikel Terkait

Menhub: Jangan Sampai Ada Pemogokan IKAGI Dukung Aksi Protes Pilot Garuda Asosiasi Pilot Garuda Ancam Mogok Kerja Penumpang Lion Air Mengamuk di Polonia Pesawat Batavia Air Pecah Ban

26/07/2011 16:27 Liputan6.com, Jakarta: Rencana aksi mogok Asosiasi Pilot Garuda (APG) tak berjalan mulus. Sebagian pilot menilai unjuk rasa semacam itu tidak didukung alasan kuat. Demikian bunyi keterangan pers yang didapat Liputan6.com, Jakarta, Selasa (26/7).

Beberapa pilot, seperti Manotar Napitupulu dan Robert Moningga, menolak mogok kerja. Penolakan sejumlah pilot dirangkum dalam sembilan poin. Salah satunya adalah meminta APG tidak mengatasnamakan seluruh penerbang Garuda Indonesia dalam aksi mogok. Mereka mengaku tak ingin dilibatkan karena kurang memahami duduk persoalan yang sebenarnya. Kelompok pilot kontraaksi mogok bertekad meningkatkan kinerja manajemen Garuda. Mereka berharap segenap keluarga besar Garuda, termasuk pilot asing, menyelesaikan permasalahan ini secara damai. Jangan sampai problema internal ini meluas, terlebih dimanfaatkan atau bahkan dipolitisir pihak tertentu. Sebelumnya Menteri Perhubungan Freddy Numberi memerintahkan PT Garuda Indonesia segera menyelesaikan kasus kesenjangan gaji antara pilot lokal dan asing [baca: Menhub: Jangan Sampai Ada Pemogokan].(WIL/ULF)

http://juandry.blogspot.com/2011/07/sejak-1970-garuda-ngaku-setop-terima.html

Sejak 1970, Garuda Ngaku Setop Terima Pilot AsingJul 27th 2011, 09:22

TANGERANG - Vice Predisen Flight Operasion PT Garuda Indonesia, Kapten S Samad, mengatakan sejak tahun 1970-an, Garuda sudah berhenti menerima pilot asing. Dijelaskan, pada awal berdirinya Garuda, maskapai penerbangan plat merah itu sempat memperkerjakan pilot asing. Namun, dihentikan sejak tahun 1970-an. "Kita pakai pilot asing, karena keterpakasaan. Awalnya mereka dikontrak enam bulan. Tapi jadi 12 bulan," ujarnya, saat berbincang dengan okezone, Rabu (27/8/2011). Saat pertama bergabung dengan Garuda, pada tahun 1978, Samad mengaku bingung. Apakah Garuda termasuk sektor bisnis atau bukan. Sebab, saat itu posisi Garuda tampak dimonopoli. Hingga, tidak ada yang tahu rugi atau untung yang didapat perusahaan. Namun, hal itu sudah berubah sama sekali. Saat ini, Garuda telah menerapkan sistem terbuka kepada seluruh pegawainya. "Saya bekerja di Garuda sudah 30 tahun," tambahnya. Saat mulai menggunakan pilot asing, sudah ada pertentangan. Pertentangan dalam tubuh Garuda semakin runcing, pada tahun 2003. Dimana, pilot lokal mengancam mogok jika perusahaan menggunakan kembali tenaga asing. Namun, ancaman itu tidak terbukti. Menyusul batalnya Garuda memakai pilot asing. Kini, ancaman serupa datang dari pilot Garuda. Saat pilot asing diperkerjakan kembali, mulai Oktober 2011. Ancaman kali ini akan dibuktikan, pada Kamis, 28 Juli 2011, mulai pukul 00.00 WIB-23.59 WIB. Berbagai langkah antisipasi pun dilakukan Garuda, guna mencegah semakin meluasnya aksi mogok kerja pilot lokal yang menolak keberadaan pilot asing. "Jumlah pilot asing di Garuda ada 34, tiga orang kapten, sisanya face officer di pesawat Boing 737," terangnya.

Upah pilot asing Garuda, berpangkat kapten dibayar bukan kepada yang bersangkutan. Tapi melalui agennya. Dan itu merupakan paket dengan jam terbang 80 jam, sekitar 8500 USD. Untuk FO, dibayar sekitar 5000 USD. Itu pun harus dipotong agennya dikali masa kontrak 12 bulan. "Keputusan mogok pilot Garuda akan disampaikan pukul 00.00 WIB, nanti malam," tambah pilot senior Garuda ini.

(teb)

http://www.bumn.go.id/22079/publikasi/berita/jangan-hancurkan-garuda/

Jangan Hancurkan Garuda!11 Pebruari 2003

Jakarta (Kompas): SUNGGUH mengejutkan! Pada Selasa (21/1), di sebuah hotel berbintang di kawasan Jakarta Pusat, berkumpul sekitar 40-an pilot Garuda yang mengenakan pakaian resmi profesi tersebut. Saat itu juga mereka menyatakan akan memboikot penerbangan Garuda ke semua rute, baik domestik maupun internasional. Keputusan itu sudah bulat dan pelaksanaan tinggal menunggu waktu yang tepat, setelah perundingan dengan manajemen terhadap tuntutan pembenahan sistem penggajian yang diajukan Asosiasi Pilot Garuda (APG) tidak mencapai kesepakatan. PERNYATAAN APG tersebut benar-benar sulit diyakini. Selain selama ini nyaris tak terdengar adanya pertentangan dalam tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Bahkan, lebih dari itu, disangsikan apabila gaji yang diterima pilot Garuda masih rendah. Alasannya, fakta sosial yang tampak selama ini, yakni kehidupan sebagian besar pilot Garuda cukup menonjol. Mereka memiliki rumah di kawasan perumahan yang elite, memiliki kendaraan pribadi minimal satu unit, dan sejenisnya. Artinya, jaminan kesejahteraan yang diberikan perusahaan cukup memadai. Bahkan, masih jauh lebih baik kalau dibanding dengan kelompok profesi lainnya. Perkiraan masyarakat itu ternyata benar. Garuda Indonesia memberi gaji co-pilot I berkisar Rp 3,8 juta sampai Rp 14,3 juta per bulan. Co-pilot II Rp 4,6 juta-Rp 17,27 juta. Pilot I Rp 5,5 jutaRp 20,26 juta, serta pilot II Rp 6,09 juta-Rp 22,5 juta per bulan. Itu baru gaji pokok. Belum lagi tunjangan asuransi, kesehatan, keluarga, dan sebagainya. Bahkan, pajak juga ditanggung perusahaan, jelas Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda Pudjobroto.

Perhatian perusahaan bukan sebatas itu saja. Pilot selalu diangkat sebagai karyawan tetap Garuda Indonesia. Inilah yang berbeda dengan pilot yang bekerja pada Malaysia Airlines atau penerbangan asing lain. Di sana, mereka hanya karyawan kontrak. Jika dinilai tidak memenuhi syarat lagi, kontrak kerja pun diputus. Jika setelah PHK, yang bersangkutan langsung diterima di perusahaan penerbangan lain, maka tak masalah. Kalau tidak ada, otomatis pilot yang bersangkutan langsung kehilangan pekerjaan. Akan tetapi, pernyataan soal ini dibantah Presiden APG Ari Sapari. Menurut dia, para pilot pemula masih dihargai Rp 1 juta per bulan. Kalau dipersoalkan, manajemen Garuda pasti selalu beralasan mereka sedang dalam masa pendidikan. Padahal, yang bersangkutan sudah dipercayakan untuk menerbangkan pesawat yang berpenumpang puluhan hingga ratusan orang. Bahkan, total aset yang dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan mencapai milyaran rupiah, kata Ari Sapari. Bahkan, apabila pilot dirawat di rumah sakit, mereka bukan ditempatkan dalam ruang kelas satu atau kelas VIP. Melainkan cuma dirawat di kelas III. Jika terpaksa dirawat di kelas VIP, kelebihan biaya jadi tanggungan pilot yang bersangkutan. Berdasarkan hasil studi banding manajemen Garuda bersama APG dan Serikat Pekerja Garuda pada tahun 2001 di perusahaan penerbangan Qantas (Australia), Malaysia Airlines dan Singapore Airlines, disimpulkan, Garuda belum memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) pilot yang terencana dengan baik. Selain itu, maskapai tersebut juga sama sekali belum memiliki suatu sistem manajemen pilot berstandar internasional dengan dasar dan parameter yang jelas. Misalnya, Qantas dan Singapore Airlines, penentuan standar tersebut mengacu pada tipe pesawat. Oleh karena itu, dalam tuntutan ini APG menginginkan agar segera membenahi sistem penggajian dalam perusahaan. Bagaimana hubungan asosiasi pilot dengan manajemen, bagaimana posisi pilot dengan manajemen, serta instruktur pilot dalam Garuda Indonesia. Termasuk pengaturan tentang hubungan antara APG dan asosiasi lainnya dalam Garuda. Dalam perusahaan penerbangan itu terdapat sekitar delapan organisasi profesi, antara lain Asosiasi Pilot, Tenaga Teknik, Pramugari, Pemasaran, Keuangan, Instruktur, dan Asosiasi Administrasi Penerbangan. Kami sama sekali tidak menuntut eksklusivitas. Yang kami minta hanya bagaimana perusahaan memberi penghargaan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawab yang kami pikul setiap hari, tegas Sapari. Dalam setiap industri penerbangan, lanjut dia, komponen yang berperan paling besar adalah pesawat. Lalu, disusul penerbang, tenaga teknik, serta peralatan pendukung lainnya.

Apabila perundingan gagal, AGP menyiapkan tiga tahap aksi mogok. Pertama, jadwal penerbangan semua pesawat garuda mengalami penundaan keberangkatan selama satu jam. Tahap kedua, akan terjadi keterlambatan selama lima jam. Langkah terakhir dan terburuk adalah semua penerbangan Garuda akan dibatalkan. Namun, pengangkutan haji akan tetap beroperasi seperti biasa. Jika sampai APG benar-benar melakukan aksi mogok kerja, maka itu adalah pilihan yang terburuk. Kami dengan berat hati memohon maaf kepada masyarakat, tegas Sapari yang menegaskan bahwa pihaknya tidak meminta kenaikan nominal gaji, tetapi perbaikan sistem penggajian pilot. SEMULA, aksi tahap pertama direncanakan mulai digelar pada 26 Januari 2003 lalu. Akan tetapi, rencana itu ditunda, menyusul akan digelar pertemuan yang melibatkan APG, manajemen Garuda, dan Kantor Menteri Negara yang difasilitasi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) pada 28 Januari 2003. Sejak itu, beberapa kali digelar pertemuan internal untuk membahas perjanjian kerja bersama (PKB). Namun, hingga 3 Februari 2003 hasilnya perundingan itu tetap nihil. Kecewa dengan itu, APG mengirim surat kepada Direktur Utama Garuda. Surat tertanggal 3 Februari isinya adalah bahwa APG dengan sangat menyesal terpaksa mengambil tindakan industrial. Dengan berat hati kami akan mulai menjalankan tindakan itu pada 11 Februari 2003. Kami sangat berharap manajemen PT Garuda dapat lebih bijaksana menyikapi kondisi ini, tegas Ari Sapari dalam surat itu. Ancaman APG ini membuat manajemen Garuda sangat panik. Lalu, Minggu (9/2) siang, mereka mendatangi Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) untuk meminta perlindungan hukum. Manajemen Garuda juga menilai, jika mogok kerja dilakukan berarti melanggar peraturan perundangan. Risiko sosial dan ekonomi yang timbul akan luar biasa. Industri penerbangan domestik pun bakal mengalami kehancuran yang cukup signifikan. Hal itu dapat dimaklumi, sebab selama ini Garuda merupakan perusahaan yang melayani rute terbesar di Indonesia. Dia melayani penerbangan ke 21 kota untuk tujuan domestik dan 25 kota rute internasional. Lebih vital lagi, Garuda juga melayani rute-rute penerbangan yang tidak dilayani maskapai lain. Misalnya penerbangan ke Banda Aceh, Ampenan, Palu, Kendari, dan Gorontalo. Rute domestik Garuda lainnya adalah Banjarmasin, Balikpapan, Batam, Biak, Denpasar, Jakarta, Jayapura, Manado, Padang, Palembang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo, Surabaya, Timika, dan Makassar. Selain itu, Citilink Garuda juga menerbangi 11 kota, yakni Yogyakarta, Pontianak, Denpasar, Surabaya, Ampenan, Balikpapan, Tarakan, Makassar, Palu, Kendari, dan Gorontalo.

Rute internasional adalah Bangkok, Hongkong, Kuala Lumpur, Singapura, Taipeh, Guangzhou, Shanghai, Jepang, Nagoya, Osaka, Fukuoka, Auckland, Adelaide, Brisbane, Darwin, Melbourne, Perth, Sydney, Jeddah, Dhahran, Riyadh, Amsterdam, Frankfurt, dan London. Jika diikuti secara serius, manajemen Garuda sebetulnya juga telah mengakomodasi tuntutan APG. Itu terlihat jelas dari kesediaan mereka mengajukan kenaikan gaji untuk penerbang sebesar 32 persen dan yang bukan penerbang 27 persen. Usulan itu didasarkan pada tiga pertimbangan. Pertama, perubahan sistem penggajian dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Kedua, memperhatikan harmonisasi atau keseimbangan antarprofesi yang ada dalam Garuda. Ketiga, tak ada penurunan gaji. Jika secara sistem terjadi penurunan gaji, penyelesaiannya akan diberikan tunjangan peralihan. Akan tetapi, usulan manajemen ini ditolak APG. Mereka menginginkan kenaikan gaji untuk penerbang 39 persen dan yang bukan penerbang sebesar 23 persen. Usulan tersebut telah didasarkan pada kemampuan perusahaan. Jangan bicara tentang kondisi perusahaan. Kami tahu bagaimana kondisi keuangan Garuda. Kami juga sangat mencintai Garuda, tapi kami ingin Garuda juga harus mencintai kondisi kami sesuai kewajiban dan tugas yang diemban, jelas Ari Sapari. Sebaliknya, bagi manajemen Garuda, usulan kenaikan gaji tersebut dianggap sudah sangat maksimal. Hal ini mengingat kondisi perusahaan yang belum terpulihkan, karena harus melakukan kewajiban mencicil utang sebesar 120 juta dollar AS per tahun. Angsuran tersebut masih harus terus dilakukan selama 8 tahun sampai 10 tahun mendatang. Selain itu, dampak dari kasus tragedi 11 September 2001, lalu disusul peristiwa bom Bali 12 Oktober 2002, membuat Garuda sangat terpukul. Oleh karena itu kegiatan operasional Garuda mengalami penurunan yang sangat signifikan, yakni 40 persen. Atas dasar kenyataan ini, sehingga membuat direksi Garuda belum bisa memenuhi angka-angka nominal yang diajukan APG. Kami berharap ada pengertian serta kesadaran bersama demi kemajuan perusahaan, sehingga perseteruan ini bisa segera tertuntaskan, jelas Pudjobroto. Sistem gaji baru itu berlaku sejak 1 Juni 2003. Saat ini, Garuda juga menyewa konsultan internasional untuk membuat sistem gaji berstandar internasional. Sistem tersebut diharapkan dapat berlaku sejak 1 Juli 2003 mendatang. Bagi direksi, perbedaan lima persen kenaikan gaji antara penerbang dan bukan penerbang masih dapat ditoleransi. Ini merupakan bagian dari harmonisasi antarprofesi dalam perusahaan. Akan tetapi, perbedaan gaji 16 persen seperti yang diusulkan APG tidak mencerminkan keadilan kepada profesi lain. Padahal, mereka selalu bekerja bahu-membahu membesarkan Garuda.

SIAPA pun dia pasti sangat memahami tuntutan dan menghargai keinginan APG menggelar mogok kerja. Oleh karena hal itu merupakan hak asasi para pilot dalam mencari cara yang dinilai terbaik untuk memperjuangkan aspirasi mereka. Masalah tersebut menjadi luar biasa, yakni jika aksi itu benar-benar terlaksana, akan berdampak luas terhadap masyarakat. Mobilisasi arus penumpang angkutan udara domestik dan internasional pasti tersendat. Mereka bukan cuma penumpang biasa, tetapi juga pelaku bisnis dan wisatawan. Artinya, perekonomian nasional dan lokal akan ikut terkena dampak langsung dari aksi mogok kerja pilot Garuda. Bahkan, yang terkena dampak bukan hanya Garuda yang kehilangan kesempatan mendapatkan penghasilan. Akan tetapi juga sektor pendukung lain yang terkena dampak langsung adalah pengendara taksi, pemilik hotel, restoran, rumah makan, para petugas pembersih pesawat, serta buruh pengangkut barang (porter). Pertamina juga otomatis kehilangan pendapatan yang sangat banyak, sebab suplai bahan bakar minyak (BBM) untuk Garuda terhenti. Bahkan, para pengelola cattering yang selama ini menjadi pelanggan Garuda pasti kehilangan pendapatan yang cukup besar. Sadar atau tidak, Garuda telah menjadi lokomotif ekonomi, karena aktivitas dari perusahaan itu telah ikut menggerakkan perekonomian pada sejumlah sektor. Lalu menghidupkan ribuan orang, ujar Ketua Komisi IV DPR Sumaryoto. Jika pilot Garuda akan mogok kerja, maka dampaknya sangat luas. Bahkan, bukan tidak mungkin hanya akan memperparah kondisi perusahaan. Kredibilitas Garuda di mata para konsumen pasti merosot tajam dan kerugian pasti tidak terhindarkan lagi. Memang, pilot Garuda memiliki hak untuk mogok kerja sama, seperti yang dilakukan masyarakat lainnya. Namun, pilihan itu bukan yang paling bijaksana. Risiko dan dampaknya jauh berbeda. Inilah yang perlu dipertimbangkan APG sebelum menggelar mogok kerja, tambah Sumaryoto. Pasalnya, bukan rahasia lagi jika kondisi perusahaan Garuda saat ini masih memprihatinkan. Untuk itu, kenyataan seperti ini jangan dipaksakan untuk melakukan terobosan yang signifikan yang melampaui kemampuan keuangan perusahaan. Apabila kemampuan perusahaan baru 25 persen, misalnya. Jangan dulu dipaksakan untuk memberikan kontribusi hingga 250 persen. Tuntutan seperti itu bukan gambaran dari kecintaan terhadap perusahaan, melainkan upaya untuk mematikan. Pilihan yang paling baik dan adil adalah memberi kesempatan kepada perusahaan untuk bertumbuh dan berkembang. Semakin besar nilai pertumbuhannya tentu akan memberi keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

Kondisi yang semakin baik pasti dinikmati karyawan. Jika perusahaan baru mampu bernapas, lalu langsung dicekik lehernya, itu sama dengan ingin menghancurkan, tegas Sumaryoto lagi. DIREKSI Garuda sepertinya sangat panik menghadapi ancaman APG. Kepanikan tersebut bukan sebatas pesawat tak beroperasi, tetapi lebih pada dampak yang akan timbul sewaktu terhentinya penerbangan bakal sangat luar biasa. Bukan tidak mungkin sejumlah calon penumpang Garuda emosi atas penundaan penerbangan. Emosi tersebut kemudian diluapkan dalam bentuk tindakan anarkis, seperti perusakan kantor atau aset perusahaan Garuda lainnya. Atas dasar itulah, maka kami mohon bantuan dari kepolisian agar dapat mengantisipasi dan mencegah gangguan operasional yang melawan hukum. Termasuk dampak-dampak negatif dari tindakan-tindakan tersebut, jelas Pudjobroto. Namun, yang agak aneh dari permohonan perlindungan yang dilakukan Direksi Garuda pada Minggu itu, mereka seolah telah mengklasifikasikan aksi yang hendak digelar APG sudah melanggar hukum. APG juga dituduh tidak mengindahkan proses penyelesaian yang difasilitasi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans) dan Meneg BUMN. Dalam rangka penyelamatan aset perusahaan, maka langkah direksi itu benar. Namun, apakah upaya yang sama juga akan efektif dalam menyelesaikan perseteruan dengan pilot? Mungkin, langkah direksi ini diyakini bisa melakukan tekanan psikis kepada pilot, agar tak melakukan mogok kerja. Jika upaya itu berhasil, apakah kondisi psikologis pilot dijamin bisa stabil? Selain itu, apakah tidak akan semakin memperuncing konflik antara pilot dan manajemen Garuda. Terus terang, langkah direksi meminta perlindungan ke polisi sangat tidak bijaksana. Ini bukan mau menuntaskan masalah secara damai, serta saling menguntungkan semua pihak, tegas Ari Sapari. Patut disadari, dalam menerbangkan pesawat, pilot bukan hanya dituntut memiliki kondisi fisik yang prima. Melainkan juga keadaan psikis yang stabil, tenang dan nyaman. Hal-hal yang negatif harus dijauhkan, sebab jika kosentrasi pilot terganggu, maka memiliki risiko yang sangat besar terhadap keselamatan penerbangan. Oleh sebab itu, tekanan psikis yang dilancarkan kepada para pilot agar tak berlebihan. Dengan demikian menimbulkan emosi pilot menjadi seimbang. Ini yang harus disadari, sebab menghadapi pilot berbeda dengan pekerja lain di darat. Terlepas dari berbagai perbedaan pendapat yang masih menyelimuti manajemen Garuda dan pilot, namun persoalan ini harus segera dituntaskan. Karena memperpanjang penyelesaian masalah sama dengan menabur benih gangguan penerbangan. Gangguan tersebut tak sebatas penundaan jam terbang atau mogok terbang, tapi yang paling memprihatinkan dan berdampak sangat besar adalah kecelakaan penerbangan pesawat Garuda.

Kemungkinan ini tidak pernah dibayangkan orang. Itulah yang perlu menjadi perhatian semua pihak. Garuda sendiri seperti agak kebingungan menghadapi rencana mogok para pilot. Katanya akan menyewa pilot TNI AU untuk menerbangkan Garuda. Para penumpang juga akan dialihkan kepada perusahaan penerbangan lain. Masalahnya, apakah jumlah pilot yang disewa mampu menerbangkan semua jenis pesawat Garuda. Hal ini berarti, pilot dan manajemen Garuda perlu segera menghilangkan keegoan untuk mencari jalan keluar yang bermanfaat bagi semua. (JANNES EUDES WAWA) Source :Jakarta(Visited 65 times, 1 visits today)

http://berita.liputan6.com/read/345869/

Berita Terpopuler

Briptu Norman Ajukan Surat Mundur dari Polisi

Ini Dia Petai Terbesar di Dunia Pemerintah Dituduh Bohong Soal Ruyati

Ada Apa dengan Tol Cipularang?

Ratusan Perempuan Cantik Ikuti Audisi di Surabaya

Hyun Bin Tampil di Panggung Hiburan SCTV

Anak Indonesia Tidak Suka Matematika

Moerdiono Wafat

Siti Fatima, Juara Astronomi dari Sebuah Gubuk

Menhub: Jangan Sampai Ada PemogokanTim Liputan 6 SCTV

Artikel Terkait

IKAGI Dukung Aksi Protes Pilot Garuda Asosiasi Pilot Garuda Ancam Mogok Kerja Penumpang Lion Air Mengamuk di Polonia Pesawat Batavia Air Pecah Ban Lion Air Tertunda Terbang Hingga Sembilan Jam

26/07/2011 12:22 Liputan6.com, Jakarta: Menteri Perhubungan Freddy Numberi memerintahkan PT Garuda Indonesia segera menyelesaikan kasus kesenjangan gaji antara pilot lokal dan pilot asing. Permintaan ini terkait rencana mogok kerja pilot dan awak kabin Garuda, Kamis lusa. "Jangan sampai ada pemogokan sehingga menghambat penerbangan nasional," kata Freddy di Jakarta, Selasa (26/7). Freedy menambahkan, pihaknya juga telah meminta PT Garuda Indonesia dan Kementerian BUMN untuk duduk bersama dengan Asosiasi Pilot Garuda. Hal senada juga disuarakan para pilot senior Garuda. "Tolong duduk sama-sama dengan pilot, selesaikan dengan kepala dingin, jangan bertele-tele," ucap M Napitupulu, pilot senior Garuda. Saat ini, Garuda memiliki 860 pilot, 43 di antaranya pilot asing dengan status kontrak atau perjanjian kerja waktu tertentu. Dari catatan Asosiasi Pilot Garuda, total gaji pilot lokal per bulan hanya sekitar Rp 43 juta. Sementara gaji pilot asing mencapai Rp 87,7 juta per bulan.(BOG)

www.analisadaily.com/news/read/2011/07/29/6098/masyarakat_kecewa_dampak_mogok_pilot_garud a/#.TpL1nHKLO_8

A

AA

Kota - Jumat, 29 Jul 2011 07:36 WIB

Masyarakat Kecewa Dampak Mogok Pilot Garuda Medan, (Analisa). Meskipun mogok terbang pilot Garuda Indonesia sudah banyak diketahui sebelumnya, namun masyarakat khususnya pengguna jasa penerbangan Garuda Indonesia tetap kecewa terhadap dampak mogok tersebut. Walaupun akhirnya dapat dimediasi Menteri BUMN, namun tetap memberikan pelayanan buruk seperti, pembatalan keberangkatan maupun penundaan jadwal keberangkatan, khususnya Medan-Jakarta, Kamis (28/7). Data dari officer in charge (OIC) Bandara Polonia Medan, penerbangan Garuda Indonesia GA183 tujuan Medan Jakarta yang sesuai jadwal yaitu pukul 08.00 WIB. Selebihnya delay (ditunda) hingga pukul 13.00 WIB. Sedangkan tujuan Medan Banda Aceh dengan pesawat GA142 tertunda sekitar 30 menit dari jadwal seharusnya 09.10 WIB. Pesawat yang sama sekali batal berangkat pada penerbangan pagi yaitu GA181 tujuan Medan-Jakarta yang seharusnya berangkat 07.00 WIB. Satu batal berangkat pesawat pagi GA181, ujar Duty Manager OIC Bandara Polonia Medan Martinus. Sementara itu, petugas Counter Check In Garuda Indonesia Sugeng Rianto membenarkan pesawat GA181 batal berangkat dan penumpang dialihkan ke penerbangan lain. Selain itu di dalam jadwal penerbangan sore, pesawat GA191 juga batal berangkat dan dialihkan ke penerbangan GA193 pada malam hari. Meskipun sudah dialihkan, namun diakuinya beberapa penumpang dengan jadwal penerbangan pagi terpaksa harus berangkat siang yaitu 13.00 WIB. Dua pesawat batal dan penumpang dialihkan ke penerbangan lain, ujar Sugeng. Akibat keterlambatan terbang, ruang tunggu keberangkatan menjadi lebih padat dari biasanya. Sejumlah penumpang yang tertunda keberangkatannya terlihat lesu dan kecewa bahkan banyak yang pindah ke ruang eksekutif. Salah seorang penumpang yang juga Asisten I Pemkab Samosir Hombang Simboro mengaku kecewa dengan kejadian ini. Berdasarkan jadwal keberangkatan dirinya sudah terbang sejak 05.15 WIB., namun harus dialihkan pada 13.00 WIB. Akibat dari penundaan tersebut dirinya terpaksa membatalkan pertemuan dengan Kementerian Keuangan yang dijadwalkan pagi hari. Padahal itu bagian dari tugas perjalanan dinas yang harus dilakukannya untuk membicarakan pajak dan retribusi daerah.

Meskipun dia lega jika jadwal pertemuan tersebut bisa dialihkan keesokan harinya, namun tetap saja merusak jadwal yang seharusnya hanya sehari jadi harus memakan waktu dua hari. Bahkan salah satu rombongan dari Samosir sudah memesan tiket pulang untuk penerbangan malam hari terpaksa batal karena pertemuan belum dilakukan. Dia juga menyesalkan pernyataan Direksi Garuda Indonesia yang sempat mengatakan penerbangan akan aman dan tidak terganggu di Medan. Sehingga sejumlah penumpang tetap berangkat ke bandara sesuai jadwal. Menurutnya, aksi seperti itu harusnya dapat ditindaklanjuti dengan arif secara internal tanpa harus mengorbankan penumpang. Apalagi penumpang Garuda Indonesia umumnya aparatur pemerintah yang melakukan perjalanan dinas serta sejumlah pengusaha yang harus berangkat tepat waktu. Diantara penumpang yang tertunda keberangkatannya terdapat juga beberapa warga negara asing yang akan berangkat ke Jakarta untuk kepentingan bisnis. Namun dikatakannya jika hanya tertunda sejam tidak akan terlalu bermasalah. (msm)

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/07/28/5939/pilot_garuda_ancam_mogok_terbang_hing ga_dua_hari/#.TpL1nnKLO_8

Ekonomi - Kamis, 28 Jul 2011 02:16 WIB

Pilot Garuda Ancam Mogok Terbang hingga Dua Hari

(Antara/Ismar Patrizki) Direktur Operasional Garuda Indonesia Capt. Ari Sapari (kedua kanan) bersama sejumlah pilot senior memberi keterangan pers menanggapi ancaman mogok terbang sejumlah pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda di kantor pusat Garuda Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (27/7). Manajemen Garuda Indonesia memastikan tidak ada penerbangan yang terganggu terkait rencana mogok terbang sejumlah pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda pada Kamis (28/7). Sebanyak 130 pilot senior yang selama ini bertugas sebagai instruktur atau yang duduk dalam struktural manajemen perusahaan

disiagakan untuk melaksanakan penerbangan sebagai langkah antisipasi ancaman mogok terbang tersebut. Jakarta, (Analisa). Asosiasi Pilot Garuda (APG) memastikan akan tetap melakukan mogok massal mulai Kamis (28/7). Bahkan jika tuntutan mereka belum dipenuhi oleh manajemen Garuda maka mogok bisa diperpanjang sampai dua hari. Hal ini disampaikan oleh Presiden APG Stephanus G. Setitit kepada detikFinance, Rabu (27/7). "Pasti, belum ada perubahan, bisa satu hari bisa dua hari," katanya. Stephanus menambahkan lamanya mogok akan sangat tergantung hasil perkembangan perudingan dengan pihak manajemen Garuda. Namun secara resmi pihaknya baru melakukan pengumuman mogok massal sampai satu hari. "Pengumuman resmi kita masih satu hari. Ini tergantung berdasarkan kesepakatan," katanya. Sebelumnya ia juga mengatakan mengatakan pada 28 Juli mendatang, seluruh pilot Garuda yang berjumlah 800 orang akan melakukan mogok terbang. Mogok terbang dilakukan 28 Juli mulai pukul 00.00 WIB hingga 23.59 WIB. Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (Ikagi), juga ikut dalam mogok massal tersebut.Ancaman tersebut akan dilaksanakan jika mediasi tentang perjanjian bekerjasama (PKB), dengan jajaran direksi Garuda tidak menemukan titik temu. APG menuntut kesetaraan gaji antara pilot asing dan lokal. Dipertanyakan Sementara itu pihak manajemen PT Garuda Indonesia Tbk mempertanyakan, rencana pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG) untuk melakukan mogok terbang "Sampai sekarang belum jelas apa alasan mereka mengancam mogok, apakah kenaikan gaji atau menolak pilot asing," kata Direktur Operasi PT Garuda Indonesia Tbk, Ari Sapari kepada pers di Jakarta, Rabu (27/7). Ari menjelaskan, pihak manajemen yang diwakili Dirut Garuda Emirsyah Satar, pernah menawarkan opsi kepada APG yakni gaji dinaikkan seperti pilot Asing, tetapi status kepegawaiannya jadi kontrak. Opsi kedua, pemakaian pilot asing dihentikan dan rencana bisnis Garuda lainnya seperti ekspansi usaha dan sebagainya, juga dievaluasi. Namun, kata Ari, sampai sekarang belum ada titik temu dan pertemuan terakhir yang juga tak menghasilkan kesepakatan adalah pada Sabtu (23/7). "Kemudian, saat pertemuan lanjutan digagas pada 25 Juli, mereka menolak ketemu karena ada perwakilan manajemen yang ikut pertemuan, yakni Dirop (Direktur Operasi) dan Manajer Operasional," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya saat ini sedang menunggu pihak APG untuk melakukan pertemuan kembali. Ditanya kesiapan Garuda menghadapi ancaman mogok itu, Ari menegaskan keyakinannnya bahwa operasional Garuda tak akan terganggu. "Kami sudah siap. Penerbang yang selama ini menjadi instruktur siap menggantikan posisi mereka," katanya. Tidak hanya itu, Garuda juga sudah menyiagakan sejumlah pilot untuk siap-siap jika diperlukan. "Mereka diinapkan di sejumlah hotel dekat bandara," katanya. Namun, Ari belum berani memastikan berapa sebenarnya, pilot yang benar-benar siap mogok terbang. "Sampai saat ini, kami masih memetakan," katanya. (dtc/Ant/try)

http://www.faktapos.com/content/fakta-analisa/10148-disaat-qsayapq-garuda-terluka.html

Disaat "Sayap" Garuda Terluka Kamis, 28 Juli 2011 08:54

Oleh

:

Raihan

garuda indonesiaJakarta, FaktaPos.com - Jadwal penerbangan Garuda dari Jakarta ke sejumlah kota di Indonesia, hingga pagi ini berjalan lancar. Seluruh penumpang terlayani dengan baik oleh maskapai penerbangan "plat merah" itu. Tapi belum bisa dipastikan, apakah penerbangan Garuda akan berjalan lancar hingga tengah malam nanti. Sejak pukul 00.00 wib, 564 Pilot Garuda menggelar aksi mogok terbang. Mogok terbang berlangsung selama satu hari, dan berakhir 23.59 wib nanti.

Aksi mogok terbang Pilot Garuda hanya berlaku untuk seluruh penerbangan yang berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Untuk tujuan Jakarta, baik domestic maupun internasional tidak ada masalah. Mogok terbang merupakan pilihan terakhir setelah dua kali pertemuan antara Asosiasi Pilot Garuda dengan manajemen perusahaan tidak menemui kesepakatan. Mereka mogok terbang karena merasa tidak melanggar Undang undang. Karena mogok kerja itu sudah sesuai dengan UU Nomor 13 Tahun 2009 tentang ketenaga kerjaan. Dalam Pasal 137 disebutkan bahwa mogok kerja adalah hak dasar pekera/ buruh dan serikat pekerja/ serikat buruh dilakukan secara sah dan tertib, dan damai akibat gagalnya perundingan. Akibat belum sepahamnya, antara pilot dan manajemen perusahaan, membuat pilot senior, yang kini memegang jabatan structural di perusahaan harus turun gunung. Sebanyak 130 pilot senior, hari ini kembali mengudara. Bertugasnya pilot senior merupakan antisipasi Garuda, agar pelayanan masyarakat tidak terganggu. Manajemen belum menerima tiga tuntutan pilot yang tergabung Asosiasi Pilot Garuda. Tiga tuntutan itu Pertama, manajemen dinilai tidak mengimbangi penambahan pesawat dengan kru yang memadai sehingga harus menambah pilot asing. Kedua, bertambahnya jumlah pesawat tidak diimbangi dengan kru yang memadai dan berakibat jadwal pilot dan co-pilot menjadi sangat padat. Dan ketiga sikap diskriminatif manajemen terkait sistem remunerasi antara kapten dan co-pilot lokal dengan pilot asing, yang dianggap menyebabkan ketimpangan pendapatan. Tenaga kerja asing dibayar lebih mahal dari pekerja lokasi di Indonesia, sudah berlangsung lama. Tak hanya profesi penerbang atau pilot, seluruh profesi juga memanfaatkan tenaga asing. Untuk profesi pilot, Garuda membayar pilot asing sebesar US$ 8.100 atau setara Rp. 68,8 juta per bulan. Sementara pilot local hanya mendapat Rp. 47, 7 juta. Tapi untuk pilot yang sudah mengantongi lebih dari 60 jam terbang, bisa menerima gaji Rp. 71 juta perbulan, melebihi gaji Pilot asing. Perbedaan yang mencolok, terlihat dari service untuk Pilot asing.. Di Indonesia Pilot asing mendapat tunjangan rumah lebih kurang Rp.10 juta per bulan. Di Jakarta, kebanyakan pilot asing tinggal di apartemen Belezza di kawasan Permata Hijau. Pilot "bule" itu juga menempati posisi yang cukup strategis. Ada yang jadi Pilot in Command alias kapten penerbangan, ada juga yang hanya jadi First Officer alias FO (dulu biasa disebut Co Pilot). Meski hanya jadi FO, pilot asing itu tetap memiliki standar gaji sendiri yang jauh berbeda dibanding pilot lokal. Hingga saat ini pilot asing yang ada di Indonesia lebih kurang 300 orang. Selain dari Amerika serikat, para pilot itu juga ada yang berasal dari Ceko, Yunani, Hongaria dan Spanyol. Mereka sebagian besar disalurkan melalui penyalur tenaga penerbangan seperti Parc Aviation. Meski kehadiran pilot asing mulai "mengancam" pilot lokal, namun pemerintah hanya menanggapi dingin, aksi mogok pilot Garuda. Kalau mau gaji seperti asing ajukan pemohonan keluar dari Garuda. Nah masukan sebagai status WNA, orang asing dalam bentuk gajinya, " kata Menteri Perhubungan Freddi Numbery, di Jakarta, Rabu (27/08)

Kehadiran pilot asing sudah berlangsung lama. Tak hanya profesi pilot, lima profesi lain, insinyur,dokter, dokter gigi, dan perawat kini juga mulai diisi "orang bule". Perusahaan bebas memilih karyawan terbaik tanpa peduli batas negara. Pemerintah melepas peluang kerja pada mekanisme pasar. Tidak ada lagi hak khusus bangsa kita untuk bekerja di negeri sendiri. Dalam Pleno 21 Oktober 2008, DPR RI menandatangani The ASEAN Charter. Artinya, seluruh bangsa ini, sepakat untuk terikat secara hukum bahwa kepentingan investor yang menanamkan uangnya di bumi ini harus sepenuhnya dijaga dan dilindungi. Pada chapter VIII tertulis, bila persoalan hukum-ekonomi antar anggota ASEAN tidak selesai di satu negara, instrumen penyelesaian ASEAN diberlakukan. Kedaulatan kita di negeri sendiri sudah tidak utuh lagi. Kita wajib mendukung liberalisasi tenaga kerja.To create a single market and production base which is stable, prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and investment in which there is free flow of goods, services investment; facilitated movement of business person, professionals, talents and labor; and freer flow of capital (chapter 1, article 1, point 5). Menandatangani berarti memahami dan menyepakati. Kini pilot Garuda merasakan betapa besar perbedaan yang mereka jalani, dengan masuknya pilot asing. Sayangnya, tidak banyak yang mendukung langkah pilot Garud itu. Bahkan pemerintah pun seakan tak peduli dan selalu berucap, "Jangan Cengeng" seperti yang kerap dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam beberapa kesempatan. Tak ada lagi yang merawat luka di sayap Garuda. Aksi mogok terbang kali ini pun seakan tidak menjadi pelajaran, dan hanya dianggap angin lalu.(nov)

http://tussieayu.multiply.com/journal/item/19/Pilot_Bukan_Penyebab_Tunggal

Pilot Bukan Penyebab Tunggal Diposting oleh tussie pada Nov 29, '07 11:03 PM untuk semuanya

Awal Nopember lalu, Kepolisian RI (Polri) telah menetapkan Marwoto Komar, pilot pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-400, sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan pesawat di Yogyakarta, 7 Maret 2007 lalu. Sedangkan co-pilot Gagam Saman Rahmana hingga kini masih terus menjalani penyidikan oleh Polda DIY. Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen (Pol.) Sisno Adiwinoto, mengungkapkan, pilot Garuda, Marwoto Komar, kemungkinan besar bisa dipidanakan karena telah memenuhi unsur melakukan kelalaian (human error) yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain (Jurnal Nasional, 3 Nopember 2007)

"Sesuai KUHP sudah terpenuhi adanya unsur kelalaian yang menyebabkan nyawa orang lain, namun secara materiil, kan untuk memproses hukum seseorang harus memiliki bukti dan saksi yang kuat, rekomendasi KNKT bisa dijadikan tambahan (penyelidikan)," ujar Sisno ketika itu. Pengamat penerbangan yang juga pilot senior di Garuda Indonesia, Captain Pilot Rendy Sasmita Adji Wibowo berpendapat, memang terjadi human error dalam kasus ini. namun demikian, menurutnya kesalahan tidak bisa dilimpahkan pada pilot dan co-pilot semata.Yang menarik dari GA 200, sebetulnya ada beberapa jaring yang terlewati. Dalam bahasa penerbangan sering disebut keju Swiss. Dimana potensi kecelakaan itu berupa anak panah melewati lubang-lubang seperti keju Swiss, katanya kepada Jurnal Nasional beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, kemungkinan pertama yang terlewati adalah lubang visi dari manajemen perusahaan. Visi manajemen yang pertama, menurutnya adalah keselamatan. Garuda harus belajar dari Lufthansa yang memiliki teknisi jago-jago dan memang hebat. Kalau service diutamakan mengalahkan safety jadinya seperti di Garuda, ujarnya. Selain itu, direksi saat ini, menurutnya melewatkan sebuah investasi penting, yaitu pendidikan dan maintenance (pemeliharaan). Dari kasus GA 200, menurutnya terlihat sekali ada komunikasi tidak benar antara captain pilot dan co-pilot. Padahal, menurut dia, pilot di era manapun diajari yang namanya Crew Resource Management (CRM). Jadi dalam dunia penerbangan ada aturan yang mengacu pada International Civil Aviation Organization (ICAO ), bahwa semua penerbang harus mengikuti CRM, dimana kerjanya pilot berinteraksi dengan copilot dan teknisi pesawat. Ketiga orang ini dalam emergency tahu apa yang harus dikerjakan jelasnya. Menurut Rendy, di Garuda sebenarnya juga diajarkan CRM, namun implementasinya tidak berjalan dengan baik, sampai-sampai antara captain pilot dan co-pilot terjadi komunikasi yang tidak tuntas. Ada satu training yang tidak dilakukan oleh Garuda, katanya. Training yang sudah dilakukan Garuda, kelupaan mengajarkan co-pilot untuk merebut kendali ketika pilot bermasalah. Padahal efeknya akan sangat fatal. Landasan di Yogya itu agak sedikit bergelombang bentuknya agak parabolic sehingga ada kesulitan sendiri bagi pilot untuk mendarat di Yogya. Jadi kalau kecepatannya tidak tepat maka akan keluar landasan, jelasnya. Ia melanjutkan, jika pilot tidak melakukan tindakan apa-apa saja padahal pesawat dalam keadaan bahaya, maka dia co-pilot harus mengambil tindakan. Saya tidak mengerti dengan manajemen Garuda, sebenarnya training itu ada. Hanya saja, co-pilot di Indonesia terpengaruh dengan budaya, karena dia masih muda dan belum banyak pengalaman, sehingga tidak dianggap oleh pilot. Dalam kondisi tertentu dimana co-pilot harus mengambil alih maka harus diambil alih, ujarnya.

Rendy melihat, kelalaian pilot bukanlah penyebab tunggal kecelakaan ini. Pilot dalam hal ini adalah jaring terakhir. Marwoto Komar sedang dalam misi menjalankan tugas dari Garuda. Kasus GA 200 memperlihatkan manajemen mencoba untuk cuci tangan, katanya. Padahal menurut Rendy, dalam kasus ini sebenarnya Perusahaan wajib membela karyawannya. Penyebab kecelakaan ini tidak bisa dilimpahkan pada pilot saja. Tapi juga harus ditarik mata rantai ke belakang. Manajemen juga turut bersalah, tandasnya. Wahyu Utomo/Tussie Ayu Riekasapti (Jurnal Nasional, 27 Nopember 2007)

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/26/loxih5-inilah-pangkal-persoalan-ancamanmogok-pilot-garuda

Inilah Pangkal Persoalan Ancaman Mogok Pilot GarudaSelasa, 26 Juli 2011 14:07 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Meski ada yang tak setuju, namun kemungkinan para pilot maskapai Garuda bakal melakukan mogok terbang pada 28 Juli. Apa pangkal peoslannya hingga berujung ancaman mogok? Pekan lalu, Asosiasi Pilot Garuda Indonesia mengecam manajemen Garuda Indonesia terkait perencanaan pengadaan pesawat yang dinilai tidak memperhatikan kebutuhan tenaga pilot. Imbasnya, maskapai ini harus menyewa pilot asing. Menjadi persoalan, karena ternyata biaya sewa pilot asing ini sangat besar, sehingga berakibat ketimpangan gaji. Di satu sisi, para pilot asing bergaji sangat besar, sedang pilot Garuda bergaji jauh di bawahnya. Kebijakan tersebut adalah penempatan tenaga yang tidak kompeten dengan perbedaan yang signifikan terutama terhadap para pilot, kata Gatot Stevanus, Presiden Direktur Asosiasi Pilot Garuda, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (22/7). Kata dia, hampir 80 persen dari total 840 tenaga pilot Garuda Indonesia menuntut persamaan hak. Kalau soal pendapatannya, perbedaan bisa 100 persen lebih, katanya. Menanggapi ancaman mogok ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar, menyatakan dirinya sudah berkomunikasi dengan Direktur Utama Garuda Indonesia,

Emirsyah Satar, untuk menuntaskan kisruh di kalangan pilot. "Saya sudah panggil Dirut Garuda. Kelihatannya sudah hampir ada titik temu antara manajemen dengan APG (asosiasi pilot Garuda, red)," ujar Mustafa di kantornya. Dia berharap rencana aksi mogok kerja yang akan dilakukan pada 28 Juli 2011 nanti tidak akan terealisasi. Mustafa menuturkan masalah kisruh pilot ini lantaran komuniksi yang belum tuntas. "Saya harap dalam satu board, manajemen dan pilot harus betul-betul duduk bersama secara internal seperti keluarga. Jangan ada gap antara majikan dengan buruh," papar Mustafa.Redaktur: Siwi Tri Puji B Reporter: Citra Listya Rini http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/11/07/12/lo7gm1-pilot-garuda-indonesia-resahkesejahteraan-tenaga-lokal-didiskriminasi

Pilot Garuda Indonesia Resah, Kesejahteraan Tenaga Lokal DidiskriminasiSelasa, 12 Juli 2011 12:30 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ratusan pilot PT Garuda Indonesia Tbk yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG), secara terbuka, menyatakan diri sedang resah. "Keresahan kami karena adanya diskriminasi kesejahteraan antara pilot asing dengan pilot lokal, baik posisi Captain maupun First Officer (FO)," kata Kuasa Hukum APG Said Damanik kepada pers di Jakarta, Selasa (12/7). Said mengatakan, pilot lokal di BUMN penerbangan ini memperoleh rata-rata penghasilan dan fasilitas pendukung dua kali lebih murah ketimbang pilot asing. Ia menduga hal ini terjadi karena perencanaan Sumberdaya Manusia (SDM) Garuda, khususnya pilot tidak selaras dengan ekspansi perusahaan. "Garuda gencar menambah pesawat, tetapi kebutuhan pilot tak diantisipasi sehingga mempekerjakan pilot asing," katanya. APG, kata Said, sudah berupaya menyelesaikan persoalan ini dengan meminta pertemuan dengan Direksi Garuda hingga dua kali, tetapi menemui jalan buntu. "Pertemuan hanya diwakili oleh Direktur Operasi dan jajarannya, bukan Dirut sehingga tidak dihasilkan keputusan strategis," katanya. Oleh karena itu, kata Said, pihaknya menuntut adanya kesetaraan antara pilot lokal di Garuda dan pilot kontrak warga negara asing. "Kami beri waktu dua minggu sejak hari ini (12/11) untuk menyelesaikan masalah ini dengan manajemen Garuda, jika tidak, kami akan menyiapkan opsi aksi industrial lain seperti mogok kerja," katanya. Ancam keselamatan

Anggota APG Ramonaya, seorang FO didampingi anggota APG lainnya, Ais Sampe Sule mengaku, keresahan tersebut sudah terjadi sejak 2003. "Puncaknya adalah sejak pilot asing gencar dipekerjakan di GA dalam beberapa tahun terakhir," katanya. Ais memberikan contoh, seorang 'captain pilot' lokal baru penghasilannya di Garuda Rp43 juta per bulan, sedangkan captain pilot asing hampir Rp100 juta atau 10.200 dolar AS. Sedangkan untuk FO asing mendapatkan 7.200 dolar AS atau hampir Rp70 juta jika kurs Rp10 ribu per dolar AS. "Penghasilan pilot GA memang terkecil di dunia, sebagaimana dilaporkan dalam sidang tahunan asosiasi pilot dunia (IFALPA)," katanya. Jika situasi keresahan ini berlanjut, kata Ramonaya, bukan tidak mungkin hal ini akan mengancam keselamatan penerbangan. "Bagaimana tidak resah dan mengancam keselamatan jika FO-nya berpenghasilan dua kali lipat dari PIC-nya (pilot in command/captain pilot)," katanya. FO asing di maskapai swasta lain di Indonesia, tambahnya, justru membayar ke maskapai yang bersangkutan untuk bisa terbang di Indonesia karena umumnya mereka terbang untuk menambah jam terbang. Jumlah pilot asing di Garuda hingga saat ini sekitar 40-an orang dan pilot lokal 700-an serta WNI kontrak 100-an sehingga total sekitar 850-900 orang pilot.Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari Sumber: Antara

STMIK AMIKOM

http://online.wsj.com/article/SB10001424052748704698004576103600550158640.html

Indonesian State Airline Scales Back Ambitions

By ERIC BELLMAN And LINDA SILAEN

JAKARTA, IndonesiaBanking that resurgent airline PT Garuda Indonesia would serve as a proxy for this country's strong economic growth, the state-owned carrier had been planning to raise a little more than $1 billion through a partial public offering. But Garuda was forced to cut its ambitions in half, unable to overcome investor skepticism that it can navigate government meddling and contend with growing competition. Until recently, the carrier had planned to sell a 37% stake at the top of its expected price range. Garuda also had planned that pricing for the offering would be announced Tuesday. The airline announced Wednesday that it is putting only 24.4% up for sale at the bottom of its price range, according to people familiar with situation, valuing the offering at around $530 million. Garuda scaled back its plans, the people said, following tepid response from investors. Enlarge Image

AFP/Getty Images

Garuda Airlines planes at the Soekarno Hata International airport in Jakarta.

Exchange

Garuda IPO Revises Flight Path

At the top of its targeted price range of 750 rupiah to 1,100 rupiah (eight cents to 12 cents) a share, Garuda would have been as much as twice as expensive by some measures as many other carriers in the region, including Singapore Airlines Ltd., AirAsia Bhd. and Malaysian Airline System Bhd. The carrier had planned to make the initial public offering on the Indonesian market Feb. 11, but whether the company will stick to that timetable was uncertain Tuesday. The company and the government declined to comment on the IPO. Once considered among Asia's least-reliable major airlines, Garuda in the last five years has improved service and safety, slashed debt and boosted earnings. But foreign investors largely have shunned the offering because of Garuda's steep valuation at 1,100 rupiah a share, people familiar with the matter said.Investors also were concerned that the strong performance of Indonesian shares last year won't be repeated this year as rising food and energy costs crimp consumer spending. Indonesia was one of the best performing stock markets globally in 2010, but in the past three weeks the country's benchmark index has dropped 12%. The IPO process itself also accounted for investor concern. After being delayed more than two years, the price was ratcheted up recently at the behest of politicians who didn't want to be accused of selling state assets at a discount, people familiar with the offering said. Garuda had been hoping its shares would be seen as way to invest in the growth of a country that has the world's fourth largest population, after China, India and the U.S. The Indonesian economy is expected to expand more than 6% this year, powered by rising commodity exports and an increasingly affluent consumer class. Garuda plans to win customers by using the IPO proceeds to expand its fleet to 153 planes in 2015 from 87 at the end of last year. Many of the aircraft would be planes with fewer than 100 seats in an effort to tap growing demand for domestic flights, the best way to travel in this country of more than 17,000 islands. Like many state-established carriers, the 62-year-old airline for much of its history was known for bad service and a dicey safety record, as well as questionable business decisions that left it wallowing in debt. In 2007 Garuda and other Indonesian carriers were banned from flying to the European Union after a string of crashes in Indonesia.

Under the leadership of Emirsyah Satar, a former banker who was appointed chief executive in 2005, Garuda cut costs by offering retirement to highly paid employees and weeding out corruption in contract awards. The carrier also upgraded its service and improved its reputation through advertising. It has recorded a profit in the last three years and now has its debt under control, cutting its debt-to-equity ratio to 1 last year from 3.5 in 2008. Garuda was granted permission last year to resume flights to the EU, after improving the training of pilots and maintenance personnel. Indonesia also restructured its aviation regulator to give it more power over airlines that broke rules. The money from the IPO will give Garuda a war chest to retire its debt and fund expansion with an eye toward fending off the increased competition. Low-cost carriers like Indonesia-based Lion Air and Malaysia's AirAsia also are fighting in the Indonesian market. Despite being the country's flagship carrier, Garuda is No. 2 to Lion Air in the domestic flight market.Competition is so intense that some carriers are dropping out. Earlier this month one of Indonesia's budget carriers, PT Mandala Airlines, stopped all flights as it struggled to pay its debt. Mr. Satar has said he'll also consider acquiring competitors. "Consolidation in the aviation industry in Indonesia is likely to happen in the near term," he said. "That provides a possibility for us to grow nonorganically." "I think right now the management team is the best that Garuda has ever had," said Adrian Rusmana, head of research at Sucorinvest Securities in Jakarta. "People have high confidence in the CEO. All the financial and marketing restructuring happened because of him." But some investors said the airline still shows signs of its government-run roots. When Garuda in November restated its nine-month results to a profit from a loss, the company offered little explanation beyond an auditing "anomaly." Later that month, hundreds of Garuda passengers were stranded without flights due to a glitch in the carrier's new computer system. And the IPO's price was directly affected by political considerations. For months, Garuda talked about raising between $300 million to $500 million, surprising analysts and investors when Garuda began hawking more than $1 billion in shares. The government told Garuda and its underwriters that an earlier suggested price range of 560 rupiah to 850 rupiah was too low, people familiar with the issue said. Politicians wanted to avoid a repeat of the most recent IPO of a government company, when the shares of PT Krakatau Steel surged 49% on the first day of trading in November, sparking a public outcry that the government had been tricked into selling its assets at bargain prices. Some investors and analysts said that at 1,100 rupiah apiece, Garuda's shares were too expensive, considering the broad economic and market risks and intensifying competition in Southeast Asia. The price of 1,100 rupiah gave Garuda a valuation of more than 30 times its 2010 earnings per share, said Andrew Argado, an analyst at PT eTrading Securities in Jakarta. That's more than double the price of similar airlines in the region.

I-Made Sentana and Alison Tudor contributed to this article.

Write to Eric Bellman at [email protected]

http://www.tempo.co/hg/bisnis/2011/07/28/brk,20110728-348869,id.html

Besar Kecil Normal

Bagikan 0

Garuda Klaim Tak Merugi Akibat Mogok PilotKamis, 28 Juli 2011 | 16:10 WIB Besar Kecil Normal

Sejumlah pilot pesawat Garuda Indonesia melakukan pemogokan di Jakarta (28/7). AP/Tatan Syuflana

Berita terkait Aksi Mogok Pilot Garuda Setengah Hari Saja Garuda Asal Solo Bebas dari Aksi Mogok Pilot Aksi Mogok Pilot, Garuda Hentikan Penjualan Tiket di Medan Menteri BUMN Fasilitasi Perundingan Manajemen-Pilot Garuda Soal Tuntutan Pilot, Buyung Sebut Dirut Garuda Angkuh

TEMPO Interaktif, Jakarta - Maskapai PT Garuda Indonesia mengaku tidak menderita kerugian secara finansial akibat mogok terbang yang dilakukan sejumlah pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda selama setengah hari pada Kamis, 28 Juli 2011. Menurut Direktur Keuangan Garuda Elisa Lumbantoruan, sejauh ini operasional perusahaan masih berjalan seperti biasa. "Tidak ada kerugian secara finansial karena reservasi tetap kami buka," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tempo, Kamis, 28 Juli 2011. Aksi mogok oleh pilot dilakukan karena belum ada kesepakatan antara manajemen dan asosiasi mengenai tuntutan anggota. Aksi protes antara lain akibat perbedaan gaji antara pilot lokal dengan pilot asing. Gaji pilot asing Rp 77 juta per bulan ditambah biaya akomodasi Rp 10,3 juta, s