(Studi Kasus di Berau, Kaltim) - iccri.neticcri.net/download/warta_puslit_koka/Warta Puslitkoka Vol...

9
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Warta 11 << 25 | 2 | Juni 2013 P Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas (Studi Kasus di Berau, Kaltim) A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Rehabilitasi tanaman kakao dengan tenik sambung samping dan sambung pucuk sudah diterapkan oleh petani maupun pekebun kakao di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas tanaman tua atau tidak produktif. Pendampingan rehabilitasi kakao yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia bekerjasama dengan PT. Berau Coal kepada kelompok tani di Kecamatan Sambaling, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berhasil meningkatkan produktivitas kakao hingga mencapai 2,1 ton/ha saat umur sambungan sekitar 30 bulan. Rehabilitasi tersebut menggunakan klon-klon unggul seperti Sulawesi 01 dan Sulawesi 02. Cara rehabilitasi tersebut juga mulai diterapkan di negara- negara produsen kakao lainnya seperti di Afrika Barat dan Amerika Tengah. menyatakan bahwa 30% populasi tanaman mem- berikan kontribusi produksi hanya 50%. Hal itu berarti lebih dari 50% populasi tanaman hasil perbanyakan dengan benih, kurang produktif. Masalah lain yang akhir-akhir ini merebak adalah serangan penyakit VSD ( Vascular Streak- erbanyakan tanaman kakao menggunakan benih hibrida F 1 merupakan metode yang paling sederhana dan sudah sangat Produktivitas kakao meningkat setelah direhabilitasi lazim diterapkan para pekebun. Tanamannya cepat tumbuh dan pada umur 3-4 tahun sudah mulai berbuah. Hasil buah terus meningkat dan puncak produksi sekitar 1.500 kg/ha (populasi sekitar 1.000 pohon/ ha) dapat dicapai pada umur 10-12 tahun. Mengingat tanaman kakao kebanyakan bersifat menyerbuk silang, maka keturunan- nya akan mengalami segregasi. Keragaman sifat antarindividu tanaman dapat dalam bentuk buah, warna, dan ukuran buah, daya hasil dan mutu biji, serta dayatahan terhadap hama dan penyakit. Adanya keragaman dayahasil pernah dinyatakan oleh Arasu & Phang cit. Shamsudin et al. (1994) bahwa sekitar 60% hasil biji diperoleh hanya dari 30% populasi tanaman. Lee (1978) juga

Transcript of (Studi Kasus di Berau, Kaltim) - iccri.neticcri.net/download/warta_puslit_koka/Warta Puslitkoka Vol...

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta11 <<

25 | 2 | Juni 2013

P

Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagaiSolusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas

(Studi Kasus di Berau, Kaltim)

A. Adi Prawoto1)

1)Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Rehabilitasi tanaman kakao dengan tenik sambung samping dan sambungpucuk sudah diterapkan oleh petani maupun pekebun kakao di Indonesia untukmeningkatkan produktivitas tanaman tua atau tidak produktif. Pendampinganrehabilitasi kakao yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesiabekerjasama dengan PT. Berau Coal kepada kelompok tani di KecamatanSambaling, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berhasil meningkatkanproduktivitas kakao hingga mencapai 2,1 ton/ha saat umur sambungan sekitar30 bulan. Rehabilitasi tersebut menggunakan klon-klon unggul seperti Sulawesi 01dan Sulawesi 02. Cara rehabilitasi tersebut juga mulai diterapkan di negara-negara produsen kakao lainnya seperti di Afrika Barat dan Amerika Tengah.

menyatakan bahwa 30% populasi tanaman mem-berikan kontribusi produksi hanya 50%. Hal ituberarti lebih dari 50% populasi tanaman hasilperbanyakan dengan benih, kurang produktif.

Masalah lain yang akhir-akhir ini merebakadalah serangan penyakit VSD (Vascular Streak-

erbanyakan tanaman kakaomenggunakan benih hibrida F1

merupakan metode yang palingsederhana dan sudah sangat

Produktivitas kakao meningkat setelahdirehabilitasi

lazim diterapkan para pekebun. Tanamannyacepat tumbuh dan pada umur 3-4 tahunsudah mulai berbuah. Hasil buah terusmeningkat dan puncak produksi sekitar1.500 kg/ha (populasi sekitar 1.000 pohon/ha) dapat dicapai pada umur 10-12 tahun.

Mengingat tanaman kakao kebanyakanbersifat menyerbuk silang, maka keturunan-nya akan mengalami segregasi. Keragamansifat antarindividu tanaman dapat dalambentuk buah, warna, dan ukuran buah, daya hasildan mutu biji, serta dayatahan terhadap hama danpenyakit. Adanya keragaman dayahasil pernahdinyatakan oleh Arasu & Phang cit. Shamsudinet al. (1994) bahwa sekitar 60% hasil biji diperolehhanya dari 30% populasi tanaman. Lee (1978) juga

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013

>> 12

dieback). Penyakit yang disebabkan oleh jamurOncobasidium theobromae ini sulit dikendalikandan sangat merugikan karena berpotensi membuattanaman yang terserang mati terlebih tanamankakao muda. Rekomendasi pengendalian denganpangkasan sanitasi, membuat pertumbuhantanaman muda terhambat dan capaian produksirendah. Penggunaan fungisida spesifik yangaplikasinya pada tunas-tunas muda (flush) cukupmahal, mengingat kakao bertunas setiap 6-7minggu. Metode pengendalian yang efektif hanyalahmenggunakan bahan tanam tahan atau toleran.Dewasa ini sudah ditemukan bahan tanam tahanVSD dan produksi tinggi, antara lain Sulawesi 01,Sulawesi 03, ICCRI 03, yang memiliki potensiproduksi di atas 2 ton/ha.

Terhadap tanaman yang kurang produktifdan rentan penyakit tersebut, dewasa ini dapatdibuat menjadi produktif dan tahan penyakitdengan melakukan rehabilitasi. Rehabilitasitanaman kakao merupakan teknik perbaikantanaman dari sifat-sifat yang kurang baik menjadilebih baik. Rehabilitasi dilakukan pada tanamantua yang kurang produktif namun belakangan jugaditerapkan pada tanaman muda untuk meningkat-kan produktivitas.

Pelaksanaan RehabilitasiAda dua metode rehabilitasi tanaman kakao

yaitu sambung samping dan sambung pucuk.Sambung samping (side grafting) artinya rehabilitasidilakukan pada batang/cabang tanaman, dansambung pucuk (top grafting) artinya rehabilitasi(penyambungan) dilakukan pada tunas air yangsengaja dipelihara. Metode sambung pucuk hanyadisarankan manakala sambung samping sulitdilakukan karena pelaksanaan rehabilitasi tidakdapat dilakukan serentak mengingat pertumbuhantunas air belum dapat dikendalikan.

Entres

Kualitas entres menjadi faktor penentucapaian tujuan pokok dari rehabilitasi. Entres harusdiambil dari tanaman yang jelas identitasnya, klon-klon unggul yang memiliki produksi tinggi, mutu bijidan tahan terhadap hama/penyakit. Entres berupacabang plagiotrop, sehat, diameter sekitar 1 cm.Ukuran entres yang cukup besar ini penting karenaterkait dengan cadangan nutrisi dan hormon yangdiperlukan untuk pertumbuhan awal. Entresberwarna hijau namun sudah menua dan satu

Kondisi tanaman sebelum direhabilitasi

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta13 <<

25 | 2 | Juni 2013

bagian di bawahnya (semi hardwood), lebih baikdaripada entres yang berwarna cokelat. Entresbagian ujung tersebut berumur sekitar 75 harisudah berkayu sehingga mampu menahankehilangan lengas yang berlebihan. Kenampakanwarna hijau pada entres ini juga menandakanadanya parenkim asimilasi (klorenkim) yang jugaberperan aktif dalam fotosintesis (Tohari &Soedaroedjian, 1992).

Entres diambil pagi hari, seluruh tangkai daundipotong, dikemas yang baik untuk dihindarkandari dehidrasi dan kerusakan fisik. Menjelangdigunakan, entres dipotong-potong panjang 10-15 cmdan tiap potongan membawa 3-5 mata tunas.Entres yang terserang penyakit VSD yang ditandaidengan berkas xilem berwarna hitam, tidakdigunakan.

Batang bawah

Salah satu kunci keberhasilan rehabilitasikhususnya dengan metode sambung sampingadalah batang bawah (rootstock) sehat, tumbuhaktif sehingga kulit batang tidak lengket. Kulitbatang yang mudah dibuka merupakan indikatorbahwa kambium tumbuh aktif. Kambium merupakanjaringan sentral tempat terbentuknya pertautan(graf union). Sel-sel jaringan kambium membelahmembentuk jaringan meristem atau kalus yangselanjutnya terdiferensiasi membentuk kambiumbaru dan berkas xilem serta floem. Terhubungnyaberkas pengangkut pada entres dengan batangbawah merupakan indikator seluler terbentuknyapertautan. Oleh sebab itu apabila kulit batangbawah lengket dan tidak dapat dibuka, makadisarankan untuk menyehatkan tanaman terlebih

dahulu. Penyehatan tersebut dapat ditempuhdengan melakukan pengolahan tanah dan aplikasipupuk, jika perlu melakukan pengairan, pemang-kasan tanaman, dan pengendalian hama sertapenyakit.

Menjelang proses penyambungan, dibuatdua torehan vertikal sampai bagian kayu padakulit batang bawah, jarak antartorehan seukurandiameter entres. Bagian atas kedua torehantersebut dihubungkan dengan torehan horisontaldan kulit batang diungkit untuk duiji apakah kulitdapat dibuka. Pembukaan kulit selanjutnyabersamaan dengan penyisipan entres. Apabila kulitbatang lengket, maka proses penyambungan tidakdilanjutkan.

Penyiapan entres

Menjelang disisipkan ke bukaan kulit batangbawah, pangkal entres disayat miring, panjangsayatan 2-3 cm. Luka sayatan harus cukup lebar,rata dan dihindarkan dari kotoran dan dehidrasi.Luas bidang sayatan menjadi salah satu penentucepat lambat dan kuat tidaknya pertautan.

Luka sayatan entres dan bukaan kulit batangbawah tidak boleh terbuka terlalu lama (lebih daridua menit) karena akan terjadi oksidasi senyawafenol yang akan membentuk senyawa melanin.Senyawa baru yang berwarna kuning kecokelatanini menjadi barrier (penghambat) terbentuknyapertautan. Oksidasi senyawa fenol berlangsunglebih cepat seiring dengan peningkatan suhu udara(Tohari & Soedaroedjian, 1992).

Entres yang sudah disayat segera disisipkandi bukaan kulit batang bawah, bagian yang disayatmenempel pada kambium batang bawah. “Lidah”

Sumber entres cabang plagiotrop untuk rehabilitasi

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013

>> 14

kulit batang bawah ditutupkan kembali dan entressegera disungkup plastik dan diikat. Pengikatanharus erat karena keeratan kontak antara kambiumentres dan batang bawah menentukan kecepatanpembentukan jaringan kalus oleh sel-sel parenkimkedua bagian batang (Philip, 1976).

Prinsip dasar perbanyakan sambung sampingadalah terbentuknya pertautan kambium dari entresdengan kambium batang bawah. Dengan dibuatnyaluka pada batang, jaringan kambium yang sedangaktif akan membentuk jaringan parenkim. Di dalamjaringan parenkim atau kalus tersebut selanjutnyaterjadi diferensiasi membentuk jaringan kambiumbaru yang kompatibel (serasi) kemudian kambiumbaru membentuk berkas pengangkut xilem danfloem yang akan menghubungkan berkas peng-angkut pada entres dan batang bawah. Tenggatwaktu terbentuknya pertautan dari kajian anatomissebagai berikut (Villalobos & Aquilar, 1991):- 5 hari dari penyambungan terjadi pembelahan

sel-sel periklinal.- 15 hari terbentuk kalus pada pertautan.- 25 hari terbentuk berkas pengangkut baru

yang menghubungkan batang bawah denganbatang atas.

- 40 hari terbentuk pertautan yang sempurna.

Waktu

Penyambungan dilakukan pada awal musimhujan pada pagi hari ketika cuaca tidak hujan.Kondisi iklim mikro yang optimum untuk per-tumbuhan kalus dan diferensiasi ke kambium danberkas pengangkut adalah rerata suhu harian27,7OC, RH 76,23% serta intensitas penyinaranmatahari 49,2% terhadap penyinaran langsung. Bilasuhu udara lebih dari 29,5OC atau kurang dari21OC, menghambat perkembangan kalus (Hartmann& Kester, 1983).

Letak sambungan

Letak sambungan sekitar 50-100 cm di ataspermukaan tanah. Hal tersebut disebabkansebagian besar areal pendampingan di KabupatenBerau merrupakan daerah banjir dan beradadi tepi aliran sungai. Sambungan dihindarkandari penyinaran matahari langsung sehinggakelembaban dalam sungkup dapat dipertahankan.Di selatan katulistiwa, letak sambungan di sisi timurdan selatan cenderung lebih baik daripada di sisi

lainnya. Sambungan di sisi timur lebih banyakmenerima radiasi pagi yang efeknya terhadappeningkatan suhu udara khususnya di dalamsungkup entres, lebih rendah dibandingkanenergi pada sore hari. Dengan demikian entresmempunyai kesempatan tetap segar lebih lamadan peluang hidup lebih besar. Suhu yang tinggiyang dapat disebabkan oleh intensitas penyinaranyang tinggi menyebabkan terhentinya pembelahandan pembesaran sel (Heddy, 1987).

0

10

20

30

4050

60

70

80

90

Barat Timur Utara Selatan

Arah penyambungan

Sam

bung

an h

idup

(%)

Catatan: Histogram + deviasi standarPengaruh arah penyambungan terhadap jumlah

sambungan hidup

Penutup entres

Entres yang sudah disisipkan harus dilindungidari air hujan dan dehidrasi. Oleh sebab itu, entresharus ditutup dengan kantung plastik ataulembaran plastik. Plastik penutup warna merahmenunjukkan keberhasilan sambung sampingpaling tinggi meskipun tidak nyata dengan plastiktransparan dan hijau. Di lain pihak penggunaanplastik biru menunjukkan hasil sambungan jadipaling rendah.

0102030405060708090

Transparan Hijau M erah B iru

Warna plastik penutup entres

Sam

bung

an ja

di (%

)

Catatan: Histogram + deviasi standarPengaruh warna plastik penutup entres terhadap

keberhasilan sambung samping

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta15 <<

25 | 2 | Juni 2013

1. Penyayatan batang pokok 2. Penyiapan entres 3. Penyisipan entres

4. Ketinggian sambungan 5. Penyungkupan entres

6. Penyobekan sungkup 7. Pemotongan batang pokok

Tahapan sambung samping

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013

>> 16

Plastik merah meloloskan radiasi warnamerah dengan panjang gelombang 5.500-7.800 mA,dan radiasi merah berperan penting terhadapaktifnya f itokrom yang akan mengendalikanproses fotomorfogenesis pada tumbuhan tingkattinggi (Zaubin et al., 1994). Selain itu, radiasi merahmerangsang aktivitas kambium untuk membentukkalus sehingga pertautan akan cepat terbentuk.Cahaya merah juga dilaporkan memacu sintesisgiberelin (Zaubin et al., 1994) yakni hormon yangberperan pada pemanjangan sel yang ekspresinyaantara lain tampak dari pemanjangan tunas.Di lain pihak, cahaya biru dilaporkan lebih berperandalam proses fototropisme yakni gerakan batangatau daun (Harjadi, 1983).

Pengamatan

Setelah sambungan berumur 3-4 minggu,pada sambungan yang jadi ditandai dengan mulaibertunasnya entres. Sambungan yang gagalditandai dengan entres kering, membusuk danberwarna hitam. Setelah tunas entres mencapaipanjang 3-5 cm, plastik penutup entres dirobeksehingga pertumbuhan tunas baru tidak terhambat.Mulai saat ini tunas baru harus dilindungi intensifdari serangan hama dan penyakit. Tali pengikatpertautan baru dibuka setelah sambungan berumur5-6 bulan. Sambungan yang gagal dapat diulangpada sisi yang lain. Pengulangan sambungan dapatdilakukan beberapa kali, tergantung pada umur dankesehatan batang bawah.

Pemeliharaan

a) Mengikat tunas baru ke batang pokok agar arahpertumbuhannya ke atas.

b) Melakukan siwingan (pemotong cabang)bertahap percabangan yang menaungi tunasbaru.

c) Melakukan pemotongan batang pokok padabatas 1 m di atas pertautan setelah tunassambungan tumbuh kuat.

d) Melakukan pangkas bentuk tunas sambunganagar tumbuh kuat dan sebaran pertumbuhancabang merata ke segala arah.

e) Melakukan pemupukan, pengendalian hama/penyakit sesuai SOP (Standar OperasionalProsedur).

Apabila pertumbuhan tunas sambungannormal, maka tunas baru akan mulai berbuahsetelah berumur 12-18 bulan dan pada umur30-36 bulan, potensi produksi klon yang disambung-kan sudah dapat tercapai.

RisikoSetelah batang bawah dipotong dan

sambungan sudah berumur lebih dari lima tahun,ada risiko bekas potongan mulai menunjukkangejala lapuk dan keropos. Fenomena tersebutmerupakan gejala alami mengingat kemampuanyang rendah tanaman kakao untuk menutup luka(dibandingkan kopi). Makin besar diameter batangyang dipotong, risiko terjadi lapuk dan keroposmakin besar karena proporsi diameter jaringankayu yang secara fisiologis merupakan jaringanmati, makin lebar.

Berbagai upaya untuk mencegah laju lapuknyabagian batang/cabang yang dipotong tersebuttelah diupayakan, antara lain dengan menutupnyamenggunakan obat penutup luka (TB 192, ter),membungkus bekas potongan menggunakankantong plastik, tetapi tidak selalu membawa

Tidak Lapuk, % 65,88 90,53Lapuk Ringan, % 17,01 6,55Lapuk Sedang, % 11,86 2,65Lapuk Berat, % 5,26 0,28Total contoh, pohon 970 718

Pengaruh pemotongan dan penyiwingan batang bawah terhadap jumlah bekas potongan/siwinganyang lapuk dan keropos, enam tahun setelah penyambungan

Kriteria Batang bawah dipotong Batang bawah disiwing

Keterangan: Lapuk ringan = kurang dari 10% panjang bagian yang lapuk; lapuk sedang = panjang bagian lapuk10-50%; lapuk berat = panjang bagian lapuk >50%.

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta17 <<

25 | 2 | Juni 2013

hasil yang memuaskan. Secara fisiologis, lajukematian jaringan yang gejalanya terlihat darilapuk dan keropos tersebut dapat dihambat olehadanya jaringan yang hidup. Jaringan hidup dalampraktek diperoleh dari sambungan pada dua sisiyang berlawanan, batang bawah tidak dipotongmelainkan cukup dilakukan siwingan, atau batangbawah dipotong tetapi terus menerus mempertahan-kan tunas air yang tumbuh di sekitar tempatpotongan. Tunas air tersebut tidak diwiwil melainkansecara periodik dipotong agar tidak tumbuhmeninggi tetapi juga tidak mati.

ProduktivitasApabila semua syarat yang sudah diuraikan

tersebut terpenuhi, maka tanaman baru yangdihasilkan akan jauh lebih produktif daripadatanaman induk. Apabila digunakan klon Sulawesi01 dan Sulawesi 02, tingkat produktivitas diatas 2.000 kg/ha sudah dapat dicapai setelahberumur 30 bulanan. Sebagai contoh, adalah hasilpendampingan Puslitkoka bekerjasama denganPT. Berau Coal untuk kegiatan “PeningkatanProduktivitas Kakao Rakyat di areal sekitartambang batubara PT. Berau Coal”. Kegiatanberupa pendampingan kelompok tani kakao dengankegiatan utama rehabilitasi tanaman. Terdapat enamkelompok tani dan di setiap lokasi dibangun demo-plot sebagai percontohan bagi anggota kelompok.Teknologi yang diterapkan di demoplot secarabertahap diadopsi oleh para anggota. PT. BerauCoal menyediakan sarana dan prasarana produksibagi seluruh anggota kelompok, meliputi entres,bahan untuk pelaksanaan rehabilitasi, upah enagapelaksana rehabilitasi, pupuk, pestisida, alatpangkas tanaman, pondok pertemuan. Di setiap desadampingan, ditugaskan seorang LCO (Local Coor-dinator Officer) yang tinggal di desa bertugasmendampingi petani. Sampai akhir 2012 tercatatdata sebagai berikut:

Jumlah kelompok tani = 6 (enam)Jumlah anggota = 169 petaniAreal = 171,35 haJumlah tanaman kakao = 101.972 pohonJumlah tanaman sudah direhab = 13-100%,

rerata 68%.Salah satu contoh hasil pendampingan yang

sudah berhasil baik adalah di Desa Suaran,Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau.Demoplot rehabilitasi tanaman di kebun BapakNikolaus Jamin dengan data sebagai berikut:Jumlah tanaman = 475 pohonTahun tanam = 2005Jarak tanam = 4 x 3 mAsal bahan tanam = lokalHasil sebelum direhab = 30 kgPelaksanaan rehabilitasi = Oktober-November

2009Entres = klon Sulawesi 01 dan

Sulawesi 02Pada tahun 2012 sudah tercatat produktivitas

1.205 kg per 450 tanaman atau sekitar 2.114 kgper hektar. Kesimpulan, rehabilitasi tanamankakao menggunakan klon unggul, meningkatkanproduktivitas 40 kali lipat dan dicapai setelahberlangsung sekitar 30 bulan.

Rehabilitasi Tanaman Kakao “Tua”Kegiatan dilaksanakan di desa Meraang

Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau.Kekhususan rehabilitasi kakao yang dilaksanakandi kampung ini adalah umur batang bawah sekitar20 tahun, diamater batang sekitar 25 cm, tinggitanaman 4-5 m, dan kulit batang tebal. Prosessambung samping menggunakan pisau khususyang tebal dan terbuat dari baja. Keberhasilansambungan cukup rendah, setiap batang diperlukan4-5 kali proses penyambungan.

Rehabilitasi kakao di lokasi ini baru intensifpada tahun 2011 dengan melakukan pemotongan

Contoh sebaran produksi kakao tahun 2012 di areal pendampingan Desa Suaran

Namaanggota

Populasi(ph)

Data Produksi th. 2012, kgTotal

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des

Nikolaus Jamin 450 90 110 417 100 90 50 25 25 26 42 80 150 1.205Maximus Medany 575 100 150 250 133 60 50 0 32 23 38 50 40 926

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta 25 | 2 | Juni 2013

>> 18

batang pokok dan sulaman sambungan yang mati.Pada tahun 2012, produktivitas kakao tertinggi darikelompok dampingan di Nasding masih sebesar778,5 kg/ha dengan sebaran panen. Akan tetapicapaian produksi periode Januari-Mei tahun 2013sebesar 83% terhadap produksi periode yang samatahun 2012 sehingga diprediksi produktivitas tahun2013 dapat di atas 1.000 kg/ha.

Daya Tahan Tanaman HasilRehabilitasi

Banyak pertanyaan diajukan sampai seberapalama tanaman hasil rehabilitasi dapat bertahan.Puslitkoka melakukan kajian rehabilitasi kakao

tahun 1994 pada tanaman asal benih umur 10tahun. Sambung samping dilakukan pada duasisi, menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2,KW 165, KKM 22, dan ICS 13. Pemeliharaantanaman cukup standar. Kondisi pertanamansampai tahun 2013 (umur 19 tahun) masih sehat,produktif, dan tidak ada gejala sambungan yanglemah. Disimpulkan bahwa keraguan padatanaman hasil rehabilitasi yang tidak berumurpanjang, tidak benar, asalkan perawatan sesuaistandar teknis. Pemupukan menjadi faktor pentingmengingat penggunaan klon-klon unggul biasanyamenyebabkan pembuahan yang lebat sehinggatanaman juga harus diberi nutrisi yang seimbangdengan laju pengurasan hara dari dalam tanah.

Keragaan tanaman 35 bulan setelah direhabilitasi

Sebaran panen kakao di Meraang tahun 2012

Biji

kerin

g, k

g

Janu

ari

Febr

uari

Mar

et

April

Mei

Juni

Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Okt

ober

Nov

embe

r

Des

embe

r

200

150

100

50

0

139

100

50

111

59,535

10 8 0

42 44

180

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta19 <<

25 | 2 | Juni 2013

Koperasi Karyawan "SEKAR"Pusat Penel i t ian Kopi dan Kakao IndonesiaJl. PB. Sudirman 90 Jember

Telp. 0331-757130, 757132

Penutup

Rehabilitasi tanaman kakao merupakan metode yang efektif untuk menyelesaikan persoalanproduktivitas yang rendah serta serangan penyakit VSD. Beberapa kunci untuk keberhasilannya adalahentres dari klon unggul yang jelas identitasnya, batang bawah masih sehat, perawatan khususnyapemotongan batang bawah, pemupukan dan pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai standarteknis. Awal berbuah dicapai setelah berumur 12-18 bulan dan potensi produksi klon yang disambungkansudah kelihatan setelah sambungan berumur 30-an bulan. Sampai batas tertentu rehabilitasi dapatdilakukan pada tanaman dewasa yang cenderung “tua”. Tanaman hasil rehabilitasi dapat berumur panjangselama dipelihara sesuai dengan standar yang baku.