Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

38
LAPORAN KASUS BERKAS PASIEN A. Identitas Pasien Nama : An. Farsyah Nama Ayah : Kanafi Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 25 tahun Usia : 1 tahun 9 bulan Nama Ibu : Sari Alamat : Tanah Tinggi Usia : 20 tahun No. CM : -- -- -- Tanggal Berobat : 3 April 2013 B. Anamnesa Dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 3 April 2013 pukul 10.00 WIB 1. Keluhan Utama: Kemampuan bicara lambat 2. Keluhan Tambahan: - Belum bisa merangkai kata-kata dalam satu kalimat dan pengucapan kata dalam berbicara kurang jelas. - Anak sulit makan sejak usia dua tahun. 3. Riwayat Penyakit Sekarang: 1

description

Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga yang membantu kita untuk mendiagnosa dgn pendekatan terhadap diagnosis kedokteran keluarga.

Transcript of Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

Page 1: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

LAPORAN KASUS

BERKAS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : An. Farsyah Nama Ayah : Kanafi

Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 25 tahun

Usia : 1 tahun 9 bulan Nama Ibu : Sari

Alamat : Tanah Tinggi Usia : 20 tahun

No. CM : -- -- --

Tanggal Berobat : 3 April 2013

B. Anamnesa

Dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 3 April 2013 pukul 10.00

WIB

1. Keluhan Utama: Kemampuan bicara lambat

2. Keluhan Tambahan:

- Belum bisa merangkai kata-kata

dalam satu kalimat dan pengucapan kata dalam

berbicara kurang jelas.

- Anak sulit makan sejak usia dua tahun.

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke puskesmas kecamatan johar baru dengan diantar

oleh ibunya datang dengan keluhan kemampuan bicara terlambat, pasien

saat ini belum bisa merangkai kata-kata dalam satu kalimat dan

pengucapan kata-kata masih belum jelas. Pasien dapat mengucapkan satu

kata umur sebelas bulan, tetapi hinga kini pasien hanya bisa mengucapkan

satu sampai tiga kata sederhana. Ibu pasien juga mengatakan anak masih

dapat melakukan tindakan yaang diperintahkan. Tetapi pasien sering

terdiam jika mendengar kata-kata ibunya dan jika banyak anak-anak lain

1

Page 2: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

sering memalingkan muka. Ibu pasien merasa khawatir adanya

keterlambatan dalam berbicara pada anaknya ini, ibu pasien mengatakan

seharusnya anak seusia itu sudah bisa bicara secara lancar. Menurut ibu

pasien, perkembangan kemampuan berbicara pasien sangat lambat dan

berbeda dengan anak-anak seusianya, artikulasi kata yang diucapkan

anaknya juga kurang jelas. Ibu pasien juga mengeluhkan nafsu makan

anak turun sejak usia dua tahun, sehingga ibu merasa berat badan anaknya

tidak pernah bertambah, berat badan pasien sekarang 9,2kg. Ibu pasien

menyangkal adanya keluhan batuk-batuk lama pada anaknya. Pasien lebih

suka jajan-jajanan di luar dari pada makan-makanan yang di masak oleh

ibu pasien, pasien juga ering mengkonsumsi minum-minum yang dingin.

Sehari-harinya pasien lebih sering main didalam rumah dan jarang

bermain dengan teman-teman sebayanya diluar rumah dan jarang bermain

dengan teman-teman sebanyanya diluar rumah, pasien hanya bermain-

main sendiri didalam rumah, pasien juga suka sekali menonton TV. Ibu

pasien mengakui bahwa dia dulu, saat anak masih dalam kandungan

maupun setelah lahir hingga sekarang jarang sekali mengjak komunikasi,

memberikan stimulasi dan latihan bahasa dengan alasan ibu pasien tidak

mengerti karena anak pertama dan ditambah saat pasien belum genap

berusia dua tahun, ibu pasien mengandung lagi, sehingga perhatian ibu

pasien terhadap pasien berkurang.

Ibu pasien mengatakan saat ini anaknya sudah bisa duduk, berjalan

dan makan sendiri kalaupun masih perlu dibantu. Ibu pasien merasa

khawatir terhadap perkembangan anaknya yang tidak seperti anak

seusianya, selain itu ibu pasien juga merasa khawatir akan nafsu makan

anaknya yang tidak baik, sehingga anak terlihat kurus dan cenderung tidak

pernah bertambah berat badannya. Sehingga orangtua pasien memutuskan

untuk memeriksakan kesehatan anaknya ke puskesmas.

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Ibu pasien mengatakan sejak kecil pasien sering sekali sakit panas,

dan terkadang juga batuk pilek. Riwayat flek paru disangkal, riwayat kejang

2

Page 3: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

disangkal, pasien juga tidak pernah mengalami sakit berat maupun maupun

trauma kepala. Riwayat diare (+) saat usia tiga bulan, riwayat alergi disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga:

Ayah pasien saat balita mempunyai keluhannya yang sama seperti

pasien yaitu gangguan keterlambatan dalam perkembangan bicara, riwayat

flek atau batuk-batuk lama dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit

disangkal, Riwayat kejang disangkal.

6. Riwayat Kehamilan :

Ibu jarang memeriksakan kehamilan kebidan. Selama hamil ibu

tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol kehamilan teratur ke bidan.

Ibu tidak pernah mendapat suntikan Tetanus Toxoid. Riwayat

mengkonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan tidak ada. Riwayat

kebiasaan merokok dan minuman keras tidak ada. Lama kehamilan cukup

bulan.

7. Riwayat Persalinan

Usia kehamilan cukup bulan, Pasien lahir secara spontan dan di

tolong oleh bidan, lahir langsung menangis, berat badan 2900 gr Riwayat

mendapat terapi penyinaran tidak ada, panjang badan 48cm.

8. Riwayat Imunisasi

BCG : satu bulan, scar positif

DPT : tiga kali

Polio : tiga kali

Hepatitis B : tiga kali

Campak : tidak diberikan

Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

9. Riwayat sosio ekonomi

Keluarga Tn kanafi berasal dari Tegal jawa tengah, kemudian

pindah ke Jakarta sejak 1 bulan yang lalu. Keluarga Tn. Kanafi tinggal

dirumah kontrakan berukuran 4x3 m². Pasien tinggal bersama ayah, ibu

dan satu saudara laki-laki yang berumur 2 bulan. Pasien berasal dari sosial

ekonomi menengah ke bawah. Tn. Kanafi bekerja sebagai pemulung,

dengan penghasilan yang tidak tetap perharinya Rp 20.000- Rp40.000

3

Page 4: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

/bulan. Ibu Pasien tidak berkerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien

adalah anak pertama dari dua bersaudara, Sehari-hari orang tua pasien

menggunakan bahasa Indonesia, yang kadang disertai juga bahasa Jawa.

10 . Riwayat Kebiasaan

Kebiasaan pasien dirumah hanya bermain-main sendiri, tidak mau

bermain-main dengan teman sebayanya., dan jika banyak orang pasien

sering sekali berpaling. Pasien suka bermain mobil-mobilan dan juga

menonton teevisi. Ibu pasien membiarkan pasien bermain sendiri

dirumahnya. Pasien juga cepat merasa bosan dan cenderung cengeng,

Ayah pasien mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.

Kebiasaan makan pasien dua kali sehari dalam porsi kecil. Untuk

makan sehari-hari pasien, ibu pasien memasak sendiri. Masakan yang

biasa dimasak adalah nasi, sayur dan lauk pauk seperti tahu, tempe, telor,

ikan, ,menu tersebut diberikan berbeda-beda setiap hari. Ibu jarang

memberikan lauk ayam pada anaknya. Tetapi pasien tidak mau makan

masakan yang dimasak oleh ibunya, pasien sulit sekali untuk makan nasi,

pasien lebih suka jajan-jajanan diluar seperti cilok, permen, chiki,

minuman-minuman yang dingin. Orang tua pasien juga jarang

memberikan susu karena pendapatan keluarga yang kecil.

11. Perkembangan motorik

Menurut ibu perkembangan motorik pasien normal sebagai berikut:

Bisa mengangkat kepala pada usia satu bulan

Bisa tengkurep pada usia tiga bulan

Bisa duduk pada usia delapan bulan

Bisa merangkak pada usia sembilan bulan

Bisa berdiri pada usia sepuluh bulan

Bisa berjalan pada usia 14 bulan

4

Page 5: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

12. Perkembangan bahasa :

Bisa mengucapkan “mama” pada usia 11 bulan.

Pasien dapat melakukan tindakan yang diperintahkan.

Hingga kini pasien hanya bisa mengatakan satu sampai tiga kata

sederhana.

Jika mendengar kata-kata ibunya pasien sering diam, jika banyak anak-

anak sering berpaling.

Orang tua sering sangat sulit menterjemahkan permintaan pasien karena

pasien tidak mampu mengungkapkan.

13. Perkembangan sosial :

Anak diasuh sendiri oleh ibunya, ibu pasien mengakui bahwa saat anak

masih dalam kandungan maupun setelah lahir hingga sekarang jarang sekali

mengajak komunikasi, memberikan stimulasi dan latihan bahasa dengan alasan

ibu pasien tidak mengerti karena anak pertama dan ditambah saat pasien belum

genap berusia dua tahuan, ibu pasien mengandung lagi, sehingga perhatian ibu

pasien terhadap pasien berkurang.

Bapak pasien sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari. Pasien senang

diajak nonton televisi terutama acara anak-anak, tetapi pasien tidak mampu

menirukan kata-kata yang diucapkan oleh pengisi acara televisi. Pasien hanya bisa

menari-nari, pasien juga tidak pernah mengenal rasa takut, pasien cepat merasa

bosan dan cenderung cengeng.

A. Fisik

1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

2. Tanda Vital :

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6 = 15

Frek. Nadi : 122 x /menit

Frek. Pernapasan : 30 x/menit

Suhu : 37,9°C

5

Page 6: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

3. Status generalis :

BB : 4,3 kg

TB : 67 cm

IMT : - BB/U = 4,3/21 x 100% = 20,4%

TB/U = 67/21 x 100% = 31,9%

BB/TB = 4,3/0,67 x 100% = 60,4%

Status Gizi :

Kesan: Gizi Buruk <-3SD atau < 70%

Status lokalis

- Kulit : Berwarna sawo matang, ikterik (-) suhu febris (+), dan

turgor kulit baik.

- Kepala : Bentuk normocephal, simetris, UUB sudah menutup.

- Rambut : Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan

mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok

- Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat dan

isokor.

- Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak ada deviasi

septum, tidak ada sekret, dan tidak hiperemis.

- Telinga : Bentuk normal, tidak ada tanda radang, terdapat sedikit

serumen, membrana timpani utuh.

- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, mukosa mulut gak

kering, tonsil T1-T1.

6

Page 7: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Tidak

terdapat pembesaran tiroid, trakea berada ditengah (tidak

deviasi).

- Paru-paru

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri

Palpasi : fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru, tidak ada peranjakan paru-hati

Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Jantung

Inspeksi : Iktus kordis terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra

Perkusi :

Batas jantung kanan : ICS V linea stenalis dextra

Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula sinistra

Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, tidak

terdapat murmur dan gallop

- Abdomen

Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak dapat kelainan kulit, tidak

terdapat pelebaran vena

Auskultasi : Bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar

Palpasi : Turgor baik, tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas,

tidak teraba Hepatomegali dan spleenomegali

Perkusi : Suara timpani di semua lapang abdomen

Ekstrimitas : Akral hangat, tidak terdapat sianosis dan edema di ke-

empat ekstrimitas

Pola pemberian ASI dan makan

0- 6 bulan : ASI

6-9 bulan : ASI jarang, jarang mendapatkan susu formula,

bubur nasi, pisang dan pepaya

12- 21 bulan : bubur nasi, lauk\ pauk yang dimakan oleh keluarga

7

Page 8: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

seperti tahu, tempe,

Kesan : pola pemberian makan kurang memperhatikan gizi seimbang

10. Riwayat Perkembangan Fisik

Metode MileStones

Usia 0-3 bulan

Personal Sosial (PS) : Melihat ke muka orang dengan tersenyum. (ya)

Motorik Kasar (MK) : Belajar mengangkat kepala. ( ya)

Motorik Halus (MH) : Belajar mengikuti objek dengan matanya. ( ya)

Bahasa (B) : Bereaksi terhadap suara/bunyi. ( ya)

Usia 3-6 bulan

Personal Sosial (PS) : Mulai belajar kontak sosisal, tertawa dan menjerit karena

gembira bila diajak bermain. ( ya)

Motorik Kasar (MK) : Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada

dengan bertopang tangan. ( ya)

Motorik Halus (MH) : Meraih benda-benda yang ada dalam jangkauanya atau di

luar juangkauannya. ( ya)

Bahasa (B) : Dapat mengucapkan aah, ngah. ( ya)

Usia 6-9 bulan

Personal Sosial (PS) : Mulai berpartisipasi dalam permainan. ( ya)

Motorik Kasar (MK) : Dapat duduk tanpa dibantu. ( ya)

Motorik Halus (MH) : Memegang benda kecil dan melempar benda-benda. ( ya)

Bahasa (B) : Mengeluarkan kata-kata tanpa arti. ( ya)

Usia 9-12 bulan

Personal Sosial (PS) : Memperlihatkan minat yang besar dalam

mengekspresikan sekitarnya, ingin menyentuh apa saja

dan memasukan benda ke mulutnya. ( ya)

Motorik Kasar (MK) : Dapat berdisi sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan

dituntun. ( ya)

Motorik Halus (MH) : Dapat menyusun balok dan mainan. ( ya)

Bahasa (B) : Menirukan suara, belajar menyatakan satu atau dua kata.

8

Page 9: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

( ya)

Usia12-15 bulan

Personal Sosial (PS) : Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing. ( ya)

Motorik Kasar (MK) : Berjalan sambil berjinjit, berjalan mundur. (ya)

Motorik Halus (MH) : Menyusun 2 atau 3 balok. (ya)

Bahasa (B) : Dapat menyebut nama bagian tubuh. (tidak)

2.2.6 Usia 15-18 bulan

Personal Sosial (PS) : Mampu melakukan permainan petak umpet. (tidak)

Motorik Kasar (MK) : Dapat bermain dan menendang bola. (ya)

Motorik Halus (MH) : Mampu membuat untaian benda-benda. (ya)

Bahasa (B) : Mampu memberitakan sesuatu mengenai gambar-

gambar.(tidak)

2.2.7 Usia 18-21 bulan

Personal Sosial (PS) : Mulai belajar mengontrol buang air besar dan air kecil.

(tidak)

Motorik Kasar (MK) : Mampu berjalan naik turun tangga. (ya)

Motorik Halus (MH) : Menyusun 6 kotak/balok. (tidak)

Bahasa (B) : Mampu bernyanyi /bersajak. (tidak)

Gambar 1. Denver II

Kesan : Terdapat penyimpangan perkembangan bahasa.

9

Page 10: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

C. Usulan Pemeriksaan Penunjang

Gessel Infant Scale

BERKAS KELUARGA

A. Profil Keluarga

1. Karakteristik Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga : Tn. Kanafi (25 tahun)

b. Identitas Pasangan : Ny. Sari (20 tahun)

c. Struktur Komposisi Keluarga :

10

Page 11: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal seluruh

No Nama

Kedudukan

dalam

Keluarga

Jenis

KelaminUmur Pendidikan Pekerjaan

Keterangan

Tambahan

1. Tn. Kanafi Suami Laki-laki 25 th SD Pemulung

2. Ny. Sari Istri Perempuan 20 th SD IRT

3. An.Farsyah Anak pertama Laki-laki 1 th 9 bln - - Pasien

4. An. Farlan Anak kedua Laki-laki 2bln - - Adik pasien

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal

Status kepemilikan rumah : milik sendiri

Daerah perumahan : Padah kumur

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 4 x 3 m2 Pasien tinggal di rumah kontrakan,

pasien tinggal dalam rumah yang tidak

sehat pada daerah yang padat dan

kumuh, dimana rumah tersebut

berukuran kecil untuk menampung 4

orang anggota keluarga, rumah tersebut

tidak memenuhi syarat rumah sehat

karena tidak memiliki lingkungan yang

bersih, penerangan yang kurang ventilasi

rumah yang tidak memadai, lantai rmasih

yang masih dari semen yang hanya

beralaskan terpal plastik dan tempat

pembuangan sampah yang tidak tertutup

sehingga terlihat berserakan dan

menimbulkan bau yang tidak sedap.

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang

Luas halaman rumah : 1 x 1 m2

Rumah tidak bertingkat

Lantai rumah dari : semen beralaskan terpal plastic

Dinding rumah dari : triplek

Jamban keluarga : tidak ada

Tempat bermain : tidak ada

Penerangan listrik : 900 watt

Ketersediaan air bersih ada

Tempat pembuangan sampah ada

11

Page 12: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

b. Kepemilikan barang-barang berharga Tn. Kanafi dan Ny. Sari memiliki

barang elektronik di rumahnya

Antara lain, yaitu :

- Satu buah televisi berwarna berukuran 14inci yang terletak di ruang tamu,

- Satu buah kipas angin yang terletak di ruang tamu,

- Satu buah setrikaan yang terletak di ruang tamu,

- Satu buah kompor minyak yang terletak di dapur,

- Satu kasur yang terletak di kamar tidur,

c. Denah rumah keluarga

4 meter

wc dapur kamar tidur

3 meter 3 meter

ruang tamu

4 meter

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga :

a. Tempat berobat

Tempat berobat anggota keluarga di Puskesmas, karena letaknya yang

tidak begitu jauh dengan rumah, dapat dijangkau dengan berjalan kaki

ataupun kendaraan umum (bajaj), tetapi keluarga pasien juga terkadang

hanya membeli obat saja di warung terdekat.

b. Balita : KMS

Keluarga ini mempunyai dua orang balita, dan mempunyai dua KMS

(Kartu Menuju Sehat), tetapi hanya sisa satu KMS, dengan alasan satu

KMS hilang.

12

Page 13: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

c. Asuransi/Jaminan Kesehatan

Keluarga ini merupakan keluarga dengan status ekonomi rendah. Sehingga

untuk berobat keluarga ini menggunakan kartu Gakin.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 3. Pelayanan Kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat

pelayanan kesehatan

Angkutan umum Pasien berobat ke

puskesmas karena jarak

rumah yang tidak begitu

jauh dengan Puskesmas

sehingga keluarga pasien

pergi ke puskesmas

dengan bejalan kaki atau

menggunakan angkutan

umum (bajaj). Biaya

pengobatan di Puskesmas

dengan menggunakan

gakin menurut orang tua

pasien sangat membantu.

Pelayanan Puskesmas

cukup memuaskan

sehingga pasien dan

keluarga mau datang

kembali untuk berobat.

Tarif pelayanan

kesehatan

Terjangkau

Kualitas pelayanan

kesehatan

Cukup memuaskan

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga

a. Kebiasaan makan :

Semua orangtua harus memberikan hak anak untuk tumbuh. Semua

anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa

yang mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk

itu perlu perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh dengan baik tidak

13

Page 14: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal

menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orangtuanya

dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang

diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang

bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu

mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak

masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar

pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap

anak meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit

Keluarga Tn. Kanafi mempunyai kebiasaan makan 2 kali sehari

dengan menu hidangan seadanya, seperti tahu, tempe, sambal. Sayuran

tidak setiap hari di hidangkan, sumber protein hewani seperti daging ayam,

ikan, sangat jarang dihidangka Ny. Sari memanaskan masakan sisa malam

hari untuk dibuat sarapan besok pagi. Konsumsi buah dan susu sangat

jarang. Keluarga ini memasak makanan sendiri dan jarang membeli

makanan di luar rumah.

An. Farsyah (pasien) makan dua kali sehari dengan porsi piring

kecil, pasien tidak pernah menghabiskan makanannnya, sekali makan

pasien tidak pernah lebih dari enam sendok makan dewasa. Menu

makanan pasien sama seperti menu makanan keluarga lainnya. Selain itu

juga pasien jarang diberikan susu karena keterbatasan biaya. Pasien sering

tidak menghabiskan makanannya, kalaupun makanan tersebut dalam porsi

yang kecil, pasien lebih suka jajan-jananan diluar seperti cilok, chiki,

pasien juga suka sekali minum es. Sedangkan An. Farlan (adik) hanya

diberikan ASI.

b. Menerapkan pola gizi seimbang

Keluarga ini tidak menerapkan pola gizi seimbang. Hal ini

dikarenakan keterbatasan ekonomi dan juga pengetahuan keluarga yang

kurang mengenai gizi seimbang. Sehingga keluarga ini sangat jarang

mengkonsumsi buah-buahan dan susu terutama bagi anak-anak yang

sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan

asupan gizi yang seimbang.

14

Page 15: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

6. Pola Dukungan Keluarga

a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga :

- Ibu pasien peduli dan cepat menyadari keterlambatan berbahasa yang

terjadi kepada anaknya.

- Ibu pasien cepat bertindak sehingga pasien cepat dibawah di

Puskesmas untuk diobati dan dilatih dalam berbicara.

- Ibu lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

- Ibu pasien mau meluangkan waktunya untuk mengantarkan pasien ke

dokter.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga :

- Pendapatan keluarga yang kurang sehingga kurang bisa memenuhi

kebutuhan gizi pasien.

- Pengetahuan orang tua pasien yang kurang mengetahui akan

keterlambatan bahasa pada pasien.

- Lingkungan tempat tinggal yang padat, kumuh dan pencahayaan yang

kurang dapat mempengaruhi perkembangan pasien.

- Orang tua jarang mengajak komunikasi pasien, mengajari atau melatih

pasien dalam berbicara.

- Perhatian sedikit terbagi karena ibu pasien memiliki anak lagi di saat

usia pasien masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

- Pasien jarang berinteraksi dengan teman-temannya.

B. Genogram

1. Bentuk keluarga :

Keluarga terdiri atas kepala keluarga (KK) bernama Tn. Kanafi

berusia 25 tahun dan istrinya Ny. Sari berusia 20 tahun serta memiliki dua

anak Farsyah berusia 1 tahun 9 bulan dan Farlan berusia 2 bulan. Bentuk

keluarga ini adalah keluarga inti (nuclear family).

2. Tahapan siklus keluarga :

Menurut Duvall keluarga ini berada pada tahapan sikluas keluarga

yang kedua, yaitu keluarga dengan anak usia 21 bulan. Tahapan ini

15

Page 16: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

dimulai sejak anak pertama berusia 0 bulan dan berakhir pada saat anak

berusia 30 bulan.

3. Family map (gambar)

(usia 1 tahun 9 bulan) (usia 2 bulan)

Keterangan Gambar :

: laki-laki

: pasien laki-laki

: perempuan

: garis pernikahan

: garis keturunan

: meninggal

: tinggal dalam satu rumah

C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga

1. Lingkungan tempat tinggal pasien yang padat dan kumuh serta keadaan

rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat karena kecil dan sempit,

penerangan yang kurang serta ventilasi yang tidak memadai, adanya

16

Tn. Mahmud(52 tahun)

Ny. Khotimah(49 tahun)

Tn. Takir(51 tahun)

Ny. Kasniti(53 tahun)

Ny. SAri(21 tahun)

Tn. Kanafi(25 tahun)

An. Farsyah An. Farlan

Page 17: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

tempat sampah di lingkungan sekitar rumah, pada rumah tersebut dapat

mempengaruhi perkembangan pasien.

2. Kabiasaan orang tua yang jarang melatih dan mengajak anaknya dalam

berkomunikasi sehingga kurang membantu pasien dalam perkembangan

bahasanya.

3. Orang tua membiarkan anaknya jajan-janan diluar, makanan ringan.

4. Pendapatan ayah pasien sebagai pemulung yang sedikit, sehingga kurang

untuk mencukupi kebutuhan pasien akan makanan yang bergizi.

5. Pasien jarang berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya juga akan

membuat pasien tidak terlatih dalam berbicara.

D. Diagnosis Holistik

a. Aspek personal : (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)

Pasien dan ibunya datang ke Puskesmas dengan keluhan kemampuan

bicara anaknya terlambat, anak belum bisa berbicara secara lancar dan

pengucapan kata-kata yang diucapkan anaknya masih belum jelas ibu

merasa anaknya susah dalam membentuk kalimat dalam berbicara, Ibu

pasien berharap agar anaknya dapat berbicara seperti anak yang lainnya.

Jika tidak diobat dan dilatih dari sekarang ibu khawatir anaknya tidak

dapat mengucapkan kata-kata secara normal dan ibu juga takut

perkembangan anaknya dalam berbahasa akan terganggu. Ibu pasien juga

khawatir tentang nafsu makan pasien yang berkurang, dan berat badan

pasien yang terlihat tidak pernah bertambah sehingga semkain terlihat

semakin kurus. Ibu pasien mempunyai harapan agar nafsu makan anaknya

bertambah dan berat badan anaknya dapat naik.

b. Aspek klinis

Diagnosis kerja : Speech Delay dengan gizi buruk

Dasar diagnosis : - Pasien umur 1 tahun 9 bulan tahun hanya bisa

mengucapkan satua sampai tiga kata sederhana.

- Pasien belum bisa membentuk suatu kalimat dalam

berbicara.

- Pengucapan kata-kata masih belum jelas

17

Page 18: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

- BB/U = 4,3/21 x 100% = 20,4%

TB/U = 67/21 x 100% = 31,9%

BB/TB = 4,3/0,67 x 100% = 60,4%

Kesan: Gizi Buruk <-3SD atau < 70%

c. Aspek resiko internal

1. Kurangnya komunikasi dari orang tua pasien terhadap anaknya

sehingga kurang melatih pasien dalam hal berbicara.

2. Ayah pasien saat balita mempunyai keluhan yang sama seperti pasien

yaitu gangguan keterlambatan dalam berbicara.

3. Pengetahuan anggota keluarga yang kurang tentang keterlambatan

bahasa yang terjadi pada anaknya.

4. Kebiasaan anak yang sering menonton televisi dan hanya bermain

didalam rumah.

5. Faktor nutrisi berpengaruh dalam terjadinya gizi buruk pada pasien ini.

Makanan yang dikonsumsi oleh pasien tidak memenuhi gizi seimbang,

dengan pola makan hanya 2 kali sehari, pasien jarang makan buah dan

minum susu.

6. Kebiasaan pasien yang sering makan makanan jajan.

d. Aspek psikososial keluarga

- Perekonomian keluarga yang kurang sehingga kurang memenuhi

kebutuhan gizi pasien.

- Lingkungan rumah pasien yang padat dan kumur serta rumah pasien

yang tidak memenuhi rumah sehat sehingga dapat mengganggu

perkembangan pasien.

- Pasien jarang berinteraksi dan jarang bermain dengan teman-temannya

diluar rumah.

e. Aspek fungsional

Pasien berada pada tingkat lima masih mampu melakukan aktivits fisik

didalam maupun diluar rumah.

18

Page 19: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

E. Rencana Pelaksanaan

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan

Aspek

personal

1.Menjelaskan kepada orang

tua pasien tentang

keterlambatan perkembangan

yang diderita anaknya yakni

speech delay (definisi,

penyebab, gejala).

2. Menjelaskan kepada

orangtua pasien tentang gizi

buruk (definisi, penyebab,

gejala)

Orang

tua

pasien

Saat pasien

berobat ke

puskesmas

Agar orang tua

pasien tidak terlalu

cemas dan khawatir

dalam memikirkan

masalah yang terjadi

pada anaknya.

3.Menjelaskan pada orang tua

pasien bahwa status gizi

pasien dapat diperbaiki agar

memiliki berat badan ideal

Orang

tua

pasien

Saat pasien

berobat ke

puskesmas

Pemahaman keluarga

pasien tentang

keadaan pasien,

sehingga keluarga

pasien tidak putus asa

dan terus membawa

pasien berkonsultasi

ke dokter

4. Menjelaskan pada orang tua

pasien bahwa keterlambatan

bahasa dalam berbicara yang

terjadi pada anaknya tidak

termasuk suatu penyakit yang

berat.

Agar orang tua

pasien tidak terlalu

cemas dan khawatir

dalam memikirkan

masalah yang terjadi

pada anaknya

Aspek

klinik

1. M

elakukan terapi wicara

Pasien Saat pasien

datang

Merangsang

kemampuan bahasa

19

Page 20: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

dengan cara sering

melakukan komunikasi

dengan anak. Memberikan

kesempatan pada anaknya

untuk memberi umpan

balik, juga menjadi faktor

yang mempengaruhi

kemampuan bicara,

menggunakan kalimat dan

berbahasa.

2.Memberitahukan kepada

orangtua agar memberikan

kesempatan untuk

berinteraksi dengan orang

lain guna melatih

kemampuan komunikasi.

beriobat ke

puskesmas

dan pada

saat

kunjungan

ke rumah

pasien

anak, agar anak

tumbuh dan

berkembang secara

optimal.

3. Melakukan tatalaksana gizi

buruk dan memberikan resep

formula WHO F-75.

Pada saat di

pusk

konseling

dilakukan

oleh

Tenaga

Pelaksana

Gizi (TPG)

puskesmas

bersama

Tenaga

Penggerak

Masyarakat

1.Mampu mencegah

dan mengatasi

kejadian, atau

mencari rujukan,

manakala terjadi

kelainan gizi di

dalam keluarga

2.Mampu

menerapkan susunan

hidangan yang baik

dan benar, sesuai

dengan Pedoman

Umum Gizi

Seimbang (PUGS)

20

Page 21: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

(TPM) 3.Mampu mengenali

tanda-tanda

sederhana keadaan

kelainan gizi (gizi

kurang dan gizi

lebih)

Aspek

risiko

internal

1.Mengarahkan orang tua

pasien agar lebih sering

melatih dan mengajak

anaknya dalam

berkomunikasi

Orang

tua

dan

pasien

Saat pasien

berobat ke

puskesma

dan

kunjungan

ke rumah

pasien

Pasien bisa lebih

sering terlatih

dalam

berkomunikasi

2. Memberikan informasi dan

mengajak orang tua pasien

agar sering mengikuti

kegiatan yang berhubungan

dengan perkembangan dan

pertumbuhan anak.

Orang tua bisa

lebih mengetahui

tentang

pertumbuhan dan

perkembangan

anaknya.

1. Orang tua harus membatasi

anaknya agar tidak

keseringan dalam menonton

televisi.

Anak tidak

keseringan

menonton televisi

dan lebih sering

melakukan

kegiatan yang

lebih melatih anak

dalam berbicara

2. Menjelaskan kepada orang

tua pasien, tentang kebiasaan

Orang tua pasien

dapat mengontrol

21

Page 22: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

anaknya yang sering makan

makanan ringan seperti ciki

itu dapat membuat anak tidak

mau makan

makanan pasien, dan

pasien mengurangai

kebiasaan jajan

sehingga beralih ke

makanan pokok

- Ibu harus rajin memberikan

makan kepada anaknya,

misalnya pada saat anaknya

sedang bermain, si ibu tetap

menyuapin anaknya

Aspek

risiko

sosial

keluarga

1. Menyarankan

kepada orang tua pasien agar

lebih menjaga kebersihan

rumah dan lingkungan

rumahnya

Orang

tua

dan

pasien

Saat

kunjungan

ke rumah

pasien

Tercipta

lingkungan yang

bersih dan sehat

2.Mengajak pasien agar lebih

sering berinteraksi dan

bermain dengan teman-

temannya

Pasien jadi lebih

sering berinteraksi

dan bisa membantu

pasien agar lebih

terlatih dalam

berbicara.

1.Makanan yang bergizi itu

tidak harus mahal

Orang tua pasien

paham mengenai pola

makan gizi seimbang

dan dapat

menerapkannya

sehari-hari.

Aspek

fungsional

1. Pasien melakukan aktivitas

fisik seperti diajak bermain

dan jalan-jalan sore

Orang

tua

dan

Saat

kunjungan

ke rumah

Kondisi tubuh pasien

menjadi lebih sehat

dan sering

22

Page 23: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

pasien pasien berinteraksi dengan

lingkungan

sekitarnya

F. Prognosis

a. Ad vitam : ad bonam

b. Ad sanatioam : ad bonam

c. Ad fungsionam : ad bonam

Analisis Kasus

Pasien dan ibunya datang ke Puskesmas dengan keluhan kemampuan

bicara anaknya terlambat, anak belum bisa berbicara secara lancar dan

pengucapan kata-kata yang diucapkan anaknya masih belum jelas ibu

merasa anaknya susah dalam membentuk kalimat dalam berbicara, Ibu

pasien berharap agar anaknya dapat berbicara seperti anak yang lainnya.

Jika tidak diobat dan dilatih dari sekarang ibu khawatir anaknya tidak

dapat mengucapkan kata-kata secara normal dan ibu juga takut

perkembangan anaknya dalam berbahasa akan terganggu. Ibu pasien juga

khawatir tentang nafsu makan pasien yang berkurang, dan berat badan

pasien yang terlihat tidak pernah bertambah sehingga semkain terlihat

semakin kurus. Ibu pasien mempunyai harapan agar nafsu makan anaknya

bertambah dan berat badan anaknya dapat naik.

Diduga pasien mengalami keterlambatan bicara (speech delay) dan gizi

buruk dengan dasar diagnosis :

23

Page 24: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

- Pasien umur 1 tahun 9 bulan tahun hanya bisa mengucapkan satua

sampai tiga kata sederhana.

- Pasien belum bisa membentuk suatu kalimat dalam berbicara.

- Pengucapan kata-kata masih belum jelas

BB : 4,3 kg

TB : 67 cm

IMT : - BB/U = 4,3/21 x 100% = 20,4%

TB/U = 67/21 x 100% = 31,9%

BB/TB = 4,3/0,67 x 100% = 60,4%

Status Gizi :

Kesan: Gizi Buruk <-3SD atau < 70%

Melakukan terapi wicara dengan cara sering melakukan komunikasi

dengan anak. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan

balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara,

menggunakan kalimat dan berbahasa dan memberitahukan kepada orangtua

agar memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain guna

melatih kemampuan komunikasi.

Anjuran pemeriksaan tumbuh kembang di poli tumbuh kembang RSCM

dan menatalaksana pasien gizi buruk sesuai dengan protab WHO yaitu:

1. Memberikan cotrimoksazol oral 2x1 selama 5 hari,

2. Vaksin campak.

3. Formula F-75 yang terdri dari susu bubuk 25 gr, gula pasir 100gr, minyak

sayur 27ml, mineral mix, diaduk sampai homogen dan volumenya menjadi

1000ml. Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak selama 4 menit.

24

Page 25: Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga

Formula F-75 ini diberikan selama 2hari berturut-turut. Selanjutnya lakukan

transisi bertahap ke F-100 susu bubuk 85 gr, gula pasir 50gr, minyak sayur

60ml, mineral mix. Berikan ini sebanyak 10ml setiap kali pemberian sampai

anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit.

4. Setelah transisi bertahap berikan makanan yang sering dengan jumlah tidak

terbatas (sesuai batas kemampuan anak).

Melakukan konseling Keluarga Sadar Gizi yaitu : Mewujudkan pola

konsumsi makanan yang baik dan benar dengan penerapan perilaku gizi

seimbang, yang mencakup pengetahuan, sikap dan praktek keluarga

mengkonsumsi makanan seimbang serta berperilaku hidup sehat dengan cara

mencuci tangan yang baik benar, membuang sampah pada wadah tertutup.

Mengajarkan kepada orangtua tentang stimulasi perkembangan anak.

1.kemampuan gerak kasar (motivasi berjalan,menangkap dan melempar bola,

bermain di air, melompat, melatih keseimbangan),

2.kemampuan gerak halus ( menggambar, bermain puzzle, mengenal berbagi

ukuran dan bentuk),

3.kemampuan bicara dan bahasa(bernyanyi, bercerita, dibacakan buku, memberi

perintah sederhana),

4.kemampuan bersosialisasi dan kemandirian (mengunjungi tempat bermain,

mengancingkan baju, belajar makan sendiri, bermain dengan teman sebaya).

25