STUDI KASUS - · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut...

44
ix STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: FAJAR HARIYANTO NIM. P.10020 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Transcript of STUDI KASUS - · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut...

Page 1: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

ix

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN

GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH SURAKARTA

DI SUSUN OLEH:

FAJAR HARIYANTO

NIM. P.10020

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 2: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN

GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

FAJAR HARIYANTO

NIM. P.10020

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 3: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fajar Hariyanto

NIM : P.10020

Program studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A

DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL :

MENARIK DIRI DI RUANG AYODYA

RSJD SURAKARTA.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan

Fajar Hariyanto

NIM. P.10020

Page 4: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Fajar Hariyanto

NIM : P.10020

Program studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A

DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL :

MENARIK DIRI DI RUANG AYODYA

RSJD SURAKARTA.

.

Prodi D III Keperawan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Sabtu, 08 Juni 2013

Pembimbing: Amalia Agustin, S.Kep., Ns ( )

NIK. 201289111

Page 5: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

iv

Page 6: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyalesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan

Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri Di Ruang Ayodya Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Amalia Agustin, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan

serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

vi

4. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Tyas Ardi S, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan

cermat, memberikan masukan-masukan inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen dan staf bidang pendidikan Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih

sayangnya serta menjadi inspirasi dan semangat untuk menyelesaikan

pendidikan.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril serta

spiritualnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan laporan studi kasus

selanjutnya dan semoga Karya Tullis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2013

Fajar Hariyanto

NIM: P.10020

Page 8: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 5

BAB II LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ...................................................................................... 7

B. Analisa Data ................................................................................... 11

C. Pohon Masalah ...................................................................... 12

D. Intervensi Keperawatan .................................................................. 13

E. Implementasi Keperawatan ............................................................ 15

F. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan .................................................................................... 19

B. Simpulan dan Saran ....................................................................... 30

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

Page 9: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Log Book

Lampiran 3. Lembar Konsultasi

Lampiran 4. Lembar Format Pendelegasian

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan

Page 10: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Genogram .................................................................................... 8

Gambar 2.1 Pohon Masalah ............................................................................. 12

Page 11: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan

semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Videbeck, 2008: 3).

Adapun definisi kesehatan menurut UU No.23 tahun 1992 adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis (Suliswati et al, 2005 ).

Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU kesehatan jiwa No.3

Tahun 1966 adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik

intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini

berjalan selaras dengan orang lain (Kusumawati dan hartono, 2010: 2).

Seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan

tidak terganggu baik tubuh, psikis, maupun sosial, apabila fisiknya sehat,

maka mental atau jiwa dan sosial pun sehat, demikian pula sebaliknya, jika

mentalnya terganggu atau sakit, maka fisik dan sosialnyapun akan sakit

(Hidayati, 2011).

Individu yang tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal

yang positif dapat mengakibatkan reaksi yang negatif dan dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan dalam kehidupan sehari hari, sehingga

1

Page 12: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

2

dapat menurunkan produktivitas individu tersebut, hal ini dapat

mengakibatkan munculnya gejala gangguan kesadaran dan gangguan

perhatian, kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan

psikiatri atau gangguan jiwa (Surtiningrum, 2010).

Menurut Yosep (dalam Damaiyanti, 2010) Gangguan jiwa adalah

kumpulan dari keadaan – keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan

dengan fisik, maupun dengan mental. Sumber penyebab gangguan jiwa

dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur yang terus menerus saling

mempengaruhi, yaitu faktor-faktor somatik atau somatogenik, faktor-faktor

psikologi psikogenik, faktor sosio-budaya sosiogenik.

Berdasarkan data dari WHO diperkirakan 450 juta orang di seluruh

dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami

gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami

gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi

pada dewasa muda antara usia 18 sampai 21 tahun. Menurut National institute

of mental health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara

keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030,

kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan

jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara. Berdasarkan hasil sensus

penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2 % penduduk yang

berusia 18 sampai 30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa (Hidayati,

2012).

Page 13: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

3

Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia tahun 2007 sebesar 4,6%,

sedangkan di JawaTengah 3,3%. Data diatas menunjukan prevalensi gangguan

jiwa di Indonesia cenderung meningkat secara bermakna (Widayati, 2010).

Bangsal Ayodya RSJD Surakarta mencatat dalam satu bangsal jumlah

klien gangguan jiwa mencapai 24 orang, klien dengan Halusinasi sejumlah 14

orang (50%), Perilaku Kekerasan 5 orang ( 25%), dan Isolasi sosial 5 orang

(25 %).

Berbagai manifestasi klinis gangguan jiwa mendapat perhatian serius

dalam perawatan klien gangguan jiwa, diantaranya isolasi sosial. Isolasi sosial

adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan

sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2010: 229). Pengertian

menarik diri adalah keadaan dimana individu mengalami ketidak cukupan

interaksi sosial dalam kuantitas yang kurang atau berlebihan serta dalam

kualitas interaksi yang tidak efektif (Keliat et al, 2006: 17).

Perilaku yang diperlihatkan pada pasien dengan Isolasi sosial: menarik

diri disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga timbul

perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan

intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori:

halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri, orang lain bahkan lingkungan

(Fitria, 2009: 31).

Page 14: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

4

Pada kasus ini penulis tertarik untuk mengambil kasus isolasi sosial

menarik diri pada Tn. A karena dari pasien yang ada di bangsal Ayodya Tn. A

yang terlihat sering menyendiri jarang berkumpul ngobrol dengan pasien yang

lainnya, dan Tn. A sudah empat kali masuk rumah sakit jiwa daerah Surakarta,

jika tidak ditangani maka akan menyebabkan gangguan perubahan persepsi

sensori halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri orang lain bahkan

lingkungan.

Berhubungan dengan keterangan di atas, penulis tertarik untuk

membahas masalah ini dan akan membahas secara mendetail pada bab-bab

selanjutnya dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn A

dengan Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri di Ruang Ayodya RSJD

Surakarta.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penulis memperoleh gambaran dan pengalaman belajar secara nyata dalam

mengelola pasien dan penerapan diagnosa keperawatan secara

komprehensif pada pasien dengan isolasi sosial: menarik diri.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.A dengan masalah

isolasi sosial : Menarik diri.

Page 15: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

5

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada dengan

masalah Isolasi sosial : menarik diri.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.A

dengan masalah Isolasi sosial : menari diri.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.A dengan masalah

Isolasi sosial : menarik diri.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.A dengan masalah isolasi

sosial : menarik diri.

C. Manfaat Karya Penulisan

1. Manfaat bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, khususnya dalam

pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi

sosial: Menarik diri.

b. Pendidikan

Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

khususnya pada mata ajar keperawatan jiwa.

2. Manfaat bagi mahasiswa keperawatan.

Untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan jiwa secara optimal.

Page 16: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

6

3. Manfaat bagi penulis

Penulis dapat mendapatkan pengetahuan, pengalaman, wawasan dan

mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi sosial:

Menarik diri.

Page 17: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

7

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan jiwa pada kasus ini, penulis lakukan pada

tanggal 22 April 2013 pukul 10.30 WIB di ruang Ayodya RSJD Surakarta.

Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi dari

status klien. Gambaran tentang klien sebagai berikut. Klien bernama Tn A,

umur 45 tahun, laki-laki, agama Islam, No. Register 045988.

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 9 April 2013, klien mengatakan

tidak tahu kenapa dibawa ke RSJD Surakarta namun dari status klien, klien

dibawa ke RSJ karena klien mondar mandir dijalan dan klien merasa bingung,

lalu pada tanggal 9 April 2013 klien dibawa oleh dinas sosial ke RSJD

Surakarta diterima dibagian IGD langsung dipindah dibangsal Ayodya.

Pengkajian faktor predisposisi diperoleh data, klien mengatakan sudah

4 kali ini dirawat di rumah sakit jiwa. Klien juga mengatakan tidak ada

keluarga yang merawatnya dan akhirnya klien mengatakan berhenti minum

obat dan kontrol karena tidak punya uang. Tidak ada anggota keluarga klien

yang mengalami gangguan jiwa. Pengkajian faktor presipitasi didapat data.

Klien mengatakan putus asa karena tidak kunjung punya istri.

Pemeriksaan fisik yang penulis lakukan pada klien didapat data

sebagai berikut. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu

36,20

Celcius, Respirasi 24 kali per menit, berat badan klien 56 Kg, tinggi

badan 168 cm. Klien mengatakan tidak mempunyai keluhan fisik.

7

Page 18: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

8

Masalah psikososial diketahui genogram sebagai berikut.

Gambar:2. 1

Keterangan :

= Laki laki

= Perempuan

= Meninggal

= Klien usia 45 tahun

= Tinggal serumah

Klien mengatakan anak ke2 dari 7 bersaudara, klien tinggal bersama

ibunya, karena klien tidak diurus atau diperhatikan keluarga klien jadi sering

keluar rumah dan tidak pulang sehingga klien tinggal dijalanan.

Hasil pengkajian konsep diri didapatkan data. Pada gambaran dirinya,

klien mengatakan menyenangi semua bagian tubuhnya. Pengkajian identitas

diri di hasilkan data, klien mengatakan seorang laki laki anak ke 2 dari 7

bersaudara. Pengkajian Peran klien di dapat data, Klien di keluarga berperan

T

Tn.

A

Tn.

A

Page 19: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

9

sebagai anak ke 2 dari 7 bersaudara klien juga mengatakan kegiatan di rumah

mencangkul sawah. Pengkajian ideal diri didapatkan data, klien berharap

ingin mempunyai istri klien mengungkapkan tidak punya cita cita hal yang

dirasakan klien dengan harapannya bila tidak terwujud klien merasa sedih.

Pengkajian harga diri klien, klien mengatakan malu dengan keadaannya

karena tidak bisa ngobrol atau berkumpul dengan temannya, klien terlihat

sering menyendiri lebih banyak diam. Pembicaraan klien pelan dan lambat

klien juga mengungkapkan kesepian.

Hasil pengkajian hubungan sosial diperoleh data, klien mengatakan

tidak mempunyai orang terdekat, dalam kegiatan kelompok atau masyarakat

klien mengatakan ikut arisan di RT tetapi setelah sakit klien tidak ikut lagi

arisan RT. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Klien

mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang lain klien merasa minder

tidak percaya diri.

Pengkajian status mental didapat data-data sebagai berikut, klien

berpenampilan kurang rapi, baju tidak dikancingkan, rambut rapi, cara

berpakaian sesuai dengan baju yang diberikan dari rumah sakit, kuku klien

panjang. Pembicaraan klien ketika diajak bicara, klien bicara lancar, klien

bicara pelan dan lambat, intonasi cukup jelas, klien tidak mau memulai

pembicaraan. Aktivitas motorik klien saat berbincang bincang, klien terlihat

lesu, lebih banyak diam. Alam perasaan klien, klien merasa perasaannya

sedih karena ingin memiliki istri untuk menemaninya agar tidak kesepian.

Afek klien saat pengkajian tumpul, jika diajak bercanda stimulus langsung

Page 20: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

10

merespon. Interaksi selama wawancara, saat wawancara kontak mata klien

kurang, klien kooperatif, tidak mudah tersinggung. Pengkajian Persepsi

didapat data, klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi. Tingkat

kesadaran klien sadar penuh klien tampak bingung, klien disorientasi waktu,

hari, jam.

Pengkajian status mental selanjutnya yaitu proses pikir, didapat data,

klien sering berbicara diulang ulang selalu berbicara minta rokok. Pengkajian

isi pikir klien tidak ada waham atau obsesi. Memori klien tidak mengalami

gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, dan sekarang, klien masih

mampu mengingat kejadian terakhir dan lebih dari satu bulan hal ini

dibuktikan dengan klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien sering

tidur di jalanan. Tingkat konsentrasi dan berhitung, tingkat perhatian klien

mudah teralihkan, konsentrasi klien kurang, klien mampu berhitung

sederhana, seperti penambahan seperti itu. Kemampuan penilaian klien

mengalami gangguan bermakna karena klien tidak mampu memilih

keputusan yang sederhana contohnya klien ditanya mandi dahulu apa makan

dahulu, klien menjawab makan dahulu. Pengkajian daya tilik klien sadar dia

berada di rumah sakit jiwa Surakarta di bangsal Ayodya.

Pengkajian kebutuhan persiapan pulang didapat data, klien

mengatakan makan 3 kali sehari, habis 1 porsi makan dengan menu nasi,

sayur lauk pauk dan buah, klien dapat makan sendiri tanpa bantuan orang

lain, klien makan dengan tangan kanannya. Klien buang air besar 1 kali

sehari, buang air kecil 3 sampai 5 kali sehari dikamar mandi dan dapat

Page 21: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

11

memberishkannya secara mandiri. Klien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi

dan sore memakai sabun, shampo dan juga gosok gigi dengan pasta gigi.

Klien mengatakan dalam berpakaian bisa melakukannya secara mandiri setiap

pagi, berpakaian sesuai dengan pakaian yang disiapkan dari rumah sakit.

Klien mengatakan bisa tidur malam kira kira 8 jam dan bangun pagi sekitar

pukul 05.00 wib klien tidur nyenyak, tidak bisa tidur siang karena panas.

Klien minum obat secara teratur sehari 2 kali pada pagi dan sore.

Pengkajian persiapan pulang selanjutnya yaitu perawat lanjutan dalam

pengkajian ini klien dianjurkan untuk memelihara kesehatan dianjurkan

kontrol sebelum obat habis. Adapun pengkajian mekanisme koping, klien

mengatakan jika memiliki masalah jarang menceritakan kepada orang lain

termasuk kepada keluarganya. Bila ada masalah klien lebih suka untuk

menyendiri duduk dan tidak mau berkumpul dengan orang lain, dilingkungan

rumah klien mengatakan tidak memiiki teman. Masalah psikososial klien

didapat data, klien mengatakan dilingkungan rumah dulu sebelum sakit

pernah mengikuti arisan RT tetapi setelah sakit sudah tidak mengikuti lagi

karena malu dengan tetangga karena pernah masuk rumah sakit jiwa dan tidak

memiliki pekerjaan, serta merasa tidak ada keuntungan berhubungan dengan

oranglain. Terapi medis yang didapat klien risperidon 2 kali 1 mg.

B. Analisa Data

Berdasarkan pengkajian di atas dapat diambil masalah keperawatan

Isolasi sosial menarik diri diagnosa tersebut didukung dengan data subjektif.

Page 22: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

12

Klien mengatakan malu dengan keadaannya, karena tidak bisa ngobrol atau

kumpul dengan temannya, klien juga mengatakan tidak mempunyai orang

terdekat, klien juga mengatakan pernah ikut arisan RT tetapi setelah sakit

klien tidak ikut arisan RT, klien juga mengatakan setiap mau berhubungan

dengan orang lain klien merasa minder tidak percaya diri, klien juga

mengungkapkan kesepian. Data objektif diperoleh data, klien terlihat sering

menyendiri lebih banyak diam, pembicaraan klien pelan dan lambat,klien

terlihat lesu lebih banyak diam, afek klien tumpul, klien tidak mau memulai

pembicaraan, terlihat lesu, kontak mata kurang.

C. Pohon Masalah

Akibat

Core problem

Penyebab

Gambar 2.2

Resiko perubahan sensori:

halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri

rendah

Page 23: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

13

D. Intervensi Keperawatan

Dari data yang di peroleh pada tanggal 22 April 2013 ditemukan

permasalahan dengan diagnosa keperawatan yaitu Isolasi Sosial: Menarik

Diri.

Adapun tujuan umum dan tindakan keperawatan menarik diri yaitu

klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus

pertama, klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Dalam 2 kali pertemuan 15 menit klien dapat menerima kehadiran perawat.

Intervensi yang akan dilakukan, bina hubungan saling percaya, sikap terbuka

dan empati, terima klien apa adanya, sapa klien dengan ramah, tepati janji,

jelaskan tujuan pertemuan, pertahankan kontak mata selama interaksi, penuhi

kebutuhan klien saat itu.

Tujuan khusus kedua, klien dapat mengenal perasaan yang

menyebabkan perilaku menarik diri, dalam 1 kali pertemuan 15 menit klien

dapat menyebutkan penyebab atau alasan menarik diri pada dirinya.

Intervensi yang akan dilakukan kaji pengetahuan klien tentang perilaku

menarik diri, beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri, diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik

dirinya, beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.

Tujuan khusus ketiga, klien dapat mengetahui keuntungan

berhubungan dengan orang lain, dalam 1 kali pertemuan 15 menit klien dapat

menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan orang lain yaitu,

mendapatkan teman, mengungkapkan perasaan, membantu pemecahan

Page 24: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

14

masalah. Intervensinya, diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain, dorong klien menyebutkan kembali maanfaat berhubungan dengan

orang lain. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan

manfaat berhubungan dengan orang lain.

Tujuan khusus keempat, klien dapat berhubungan dengan orang lain

secara bertahap, dalam 1 kali pertemuan 15 menit klien dapat menyebutkan

cara berhubungan dengan orang lain misalnya, membalas sapaan perawat,

menatap mata, mau berinteraksi. Intervensi yang akan dilakukan, dorong

klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, dorong dan

bantu klien dengan orang lain secara bertahap antara lain, klien dengan

perawat, klien dengan perawat dan perawat lain, klien dengan perawat dengan

perawat lain dan klien lain, klien dengan kelompok kecil TAK, klien dengan

keluarga, libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan,

reinfercement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.

Tujuan khusus kelima, klien mendapatkan dukungan keluarga dalam

berhubungan dengan orang lain, dalam 2 kali pertemuan 15 menit dapat

membina hubungan dengan keluarga, keluarga mengunjungi klien dirumah

sakit setiap minggu secara bergantian. Intervensi yang akan dilakukan,

diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga, dorong

klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keluarga, dorong klien untuk

mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti makan, beribadah, dan rekreasi,

jelaskan pada keluarga kebutuhan klien, bantu keluarga untuk tetap

mempertahankan hubungan dengan klien yaitu memperlihatkan perhatian

Page 25: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

15

dengan meningkatkan kunjungan ke RS, beri klien penguatan misalnya

membawa makanan kesukaan klien.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk diagnosa

keperawatan isolasi sosial menarik diri kepada Tn. A yang dilaksanakan pada

tanggal 22 April 2013, jam 10.30 WIB, tujuan khusus pertama yaitu

membina bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam

terapeutik, menyampaikan kontrak topik (topik, waktu, tempat), menjelaskan

tujuan interaksi, memperkenalkan diri kepada klien nama perawata nama

panggilan perawat, menanyakan dan memanggil nama kesukaan klien,

mempertahankan kontak mata selama interaksi, menepati janji.

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk diagnosa

keperawatan isolasi sosial menarik diri kepada Tn. A yang dilaksanakan pada

tanggal 23 April 2013 jam 08.00 WIB, tujuan khusus kedua yaitu memberi

salam setiap berinteraksi, mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku

menarik diri, memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaan penyebab menarik diri, mendiskusikan bersama klien tentang

perilaku menarik diri pada dirinya, memberi pujian terhadap kemampuan

klien mengungkapkan perasaannya. Pada tindakan keperawatan hari kedua ini

tentang penyebab menarik diri klien pertemuan pertama tidak berhasil dan di

lanjutkan dengan pertemuan kedua dengan topik yang sama dan hari yang

sama pada pukul 11.00 wib.

Page 26: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

16

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk diagnosa

keperawatan isolasi sosial menarik diri kepada Tn. A yang dilaksanakan pada

tanggal 24 April 2013, jam 08.00 WIB, tujuan khusus ketiga yaitu mengucap

salam terapetik, mengingatkan kontra waktu, topik, tempat, mendiskusikan

tentang manfaat berhubungan dengan orang lain, seperti contohnya mendapat

teman, mengungkapkan perasaan, membantu pemecahan masalah, memberi

dorongan kepada klien untuk menyebutkan manfaat berhubungan dengan

orang lain, memberi pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebut

manfaat berhubungan dengan orang lain.

F. Evaluasi

Pada tanggal 22 april 2013 jam 10.30 didapat data evaluasi. Subjektif,

klien mengatakan bersedia diajak ngobrol dan berkenalan, klien juga bersedia

memperkenalkan nama klien dan klien suka dipanggil Tn. A, klien

mengatakan besok masih bersedia diajak ngobrol. Objektif, klien terlihat

menyendiri, klien hanya diam saja jika tidak diajak bicara duluan, kontak

mata klien mudah teralihkan dan tidak fokus, menepati janji kontra waktu

besok lagi pukul 08.00 wib diruang Ayodya. Analisa, SP satu teratasi, bina

hubungan saling percaya dengan klien teratasi. Perencanaan, pertemuan

selanjutnya SP dua mengkaji penyebab klien menarik diri.

Pada tanggal 23 april 2013 jam 10.30 didapat data evaluasi. Subjektif,

klien mengatakan selamat pagi juga, klien mengatakan minder tidak percaya

diri, klien mengatakan sering menyendiri, klien juga mengatakan tidak

Page 27: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

17

mempunyai teman dekat. Objektif yaitu mengucap salam pada klien, klien

tampak menyendiri duduk di pojok, an klien tampak lebih sering diam, suara

klien pelan, klien belum mengungkapkan perasaan menyebab menarik diri

pada dirinya. Analisa, SP kedua belum teratasi, klien belum mau

menceritakan penyebab menarik diri pada dirinya. Perencanaan: perawat

evaluasi SP kedua ulangi SP kedua mendiskusikan dengan klien tentang

penyebab menarik diri pada dirinya.

Pada tanggal 23 april 2013 jam 11.00 mengulangi SP kedua tentang

penyebab menarik dir pada klien didapat data evaluasi. Subjektif, klien

mengatakan selamat siang juga, klen mengatakan minder tidak percaya diri,

klien mengatakan sering menyendiri, klien mengatakan kesepian karena ingin

segera memiliki istri agar tidak kesepian, klien mengatakan tidak ada

keuntungan berhubungan dengan orang lain. Objektif: klien tampak masih

suka menyendiri duduk dipojokan, klien terlihat manyak diam, suara klien

pelan, kontra waktu dengan klien besok ketemu lagi jam 08.00 wib di ruang

Ayodya dengan membahas keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Analisa, SP kedua teratasi klien mampu menyebut penyebab klien menarik

diri karena klien marasa tidak ada keuntungan berhubungan dengan orang

lain. Perencanaan, selanjutnya yaitu mendiskusikan dengan klien tentang

keuntungan berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.

Pada tanggal 24 april 2013 jam 08.00 di dapat data evaluasi. Subjektif,

klien mengatakan selamat pagi juga, klien mengatakan berhubungan dengan

orang lain bisa mendapatkan teman, membantu memecahkan masalah.

Page 28: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

18

Objektif, klien bicaranya pelan, klien masih tampak menyendiri, tampak

tangan klien memainkan jari jari klien, klien bisa menyebutkan kembali dua

dari tiga manfaat berhubungan dengan orang lain yaitu, mendapatkan teman

dan membantu memecahkan masalah. Analisa: klien dapat menyebutkan dua

dari tiga manfaat berhubungan dengan orang lain dengan bantuan perawat SP

ketiga teratasi. Perencanaan, selanjutnya melakukan SP keempat yaitu klien

dapat berhubungan dengan orang lain.

Page 29: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

19

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori

dengan studi kasus pada Tn. A dengan gangguan isolasi sosial menarik diri di

bangsal Ayodya RSJD Surakarta. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

1. Pengkajian

Menurut Stuart dan Laria ( dalam Direja 2011 : 36), pengkajian

merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau

masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,

sosial, dan spiritual. Adapun pengkajian ini, dalam pengumpulan data

penulis menggunakan metode wawancara dengan klien, observasi secara

langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien dan juga dari medical

record. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang

mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A namun

saat dilakukan pengkajian tidak ada anggota keluarga klien yang

menjenguknya jadi penulis tidak memperoleh informasi dari pihak

keluarga. Menurut Keliat, (2005: 3) Dalam pengkajian keperawatan ini

dikumpulkan data tentang identitas klien, keluhan utama atau alasan

19

Page 30: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

20

masuk, faktor predisposisi dan presipitasi, aspek fisik atau biologis, aspek

psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme

koping, masalah lingkungan dan psikososial, pengetahuan, aspek medik,

sedangkan penulis belum mencantumkan identitas klien secara lengkap

seperti, informan.

Menurut Erlinafsiah, (2010: 101) Faktor penyebab menarik diri,

pada faktor predisposisi di tandai dengan faktor genetik yang dianggap

mempengaruhi transmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau

keturunan, sedangkan pada kasus klien Tn A sudah dijelaskan bahwa klien

mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,

klien mengatakan sudah 4 kali ini dirawat di rumah sakit jiwa, kien juga

mengatakan berhenti minum obat dan kontrol karena tidak punya uang.

Pada faktor presipitasi menurut Erlinafsiah, (2010: 102) yang muncul

adalah kehilangan keterikatan yang nyata, termasuk kehilangan cinta

seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, yang melibatkan konsep

kehilangan. Sedangkan yang sudah dijelaskan pada kasus Tn A faktor

presipitasi klien didapat data klien mengatakan putus asa karena tidak

kunjung punya istri.

Menurut Stuart (dalam Damaiyanti, 2012 : 35) konsep diri adalah

semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan

individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang

lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil

pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang dekat, dan

Page 31: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

21

realitas dunia. Pada pengkajian konsep diri klien khususnya pengkajian

ideal diri didapat data, Klien berharap ingin mempunyai istri klien

mengungkapkan tidak punya cita cita hal yang dirasakan klien dengan

harapannya bila tidak terwujud klien merasa sedih. Pengkajian harga diri

klien, klien mengatakan malu dengan keadaannya karena tidak bisa

ngobrol atau berkumpul dengan temannya, klien terlihat sering menyendiri

lebih banyak diam. Pembicaraan klien pelan dan lambat klien juga

mengungkapkan kesepian. Dari data di atas terdapat harga diri rendah pada

pengkajian harga diri klien hal tersebut sesuai dengan pengertian menurut

Yosep, (dalam Damaiyanti, 2012 : 39) harga diri rendah adalah perasaan

tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat

evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemamuan diri, adanya

perasaan kehilangan kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu

mencapai keinginan ideal diri.

Hasil pengkajian hubungan sosial didapat data, klien mengatakan

tidak mempunyai orang terdekat, dalam kegiatan kelompok atau

masyarakat klien mengatakan ikut arisan di RT tetapi setelah sakit klien

tidak ikut lagi arisan RT. Hambatan dalam berhubungan dengan orang

lain. Klien mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang lain klien

merasa minder tidak percaya diri. Data di atas sesuai teori Yosep, (2010:

229) Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,

Page 32: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

22

kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang

lain.

Menurut Stuart Sundeen (dalam Yosep 2010) tanda dan gejala

isolasi sosial dari gejala subjektif, terlihat klien sering menceritakan

perasaan kesepian, respon verbal kurang dan sangat singkat, klien

mengatakan merasa tidak ada manfaat ketika berhubungan dengan orang

lain, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan. Menurut

Keliat (2012 : 93) tanda dan gejala isolasi sosial menarik diri adalah klien

menceritakan perasaan kesepian atau di tolak orang lain, klien merasa

tidak aman berada dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat

menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat

keputusan, klien merasa tidak berguna, klien tidak yakin dapat

melangsungkan hidup. Tanda dan gejala di atas juga muncul pada klien

Tn. A dalam pengkajian seperti pada pengkajian status mental klien,

pembicaraan klien ketika diajak bicara, klien bicara pelan dan lambat,

klien tidak mau memulai pembicaraan, aktivitas motorik klien saat

berbincang bincang, klien terlihat lesu, lebih banyak diam, alam perasaan

klien, klien merasa sedih karena ingin memiliki istri untuk menemaninya

agar tidak kesepian, afek klien saat pengkajian tumpul, saat wawancara

kontak mata klien kurang, kosentrasi klien kurang.

Terapi yang didapatkan klien risperidon 2 kali 1 mg, indikasi dari

obat risperidon dalam (ISO 2010) adalah Terapi pada skizofrenia akut dan

kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala

Page 33: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

23

tambahan seperti, halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan

rasa permusuhan dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata

seperti, blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional,

sulit berbicara, juga mengurangi gejala afektif seperti, depresi, perasaan

bersalah dan cemas yang berhubungan dengan skizofrenia.

2. Diagnosa

Menurut Gordon (dalam Nurjanah, 2004 : 32) diagnosa

keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat professional yang

menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan

yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan

pengalaman mampu menolongnya. Di dalam prinsip dasar menurut Fitria

( 2009 ) ada delapan masalah keperawatan yang mungkin muncul yaitu

isolasi sosial : menarik diri, harga diri rendah, perubahan persepsi sensori :

halusinasi, koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif,

intoleransi aktifitas, defisit perawatan diri, resiko menciderai diri, orang

lain, dan lingkungan. Sementara itu, pada kasus kelolaan ada dua diagnosa

keperawatan yaitu, gangguan konsep diri : harga diri rendah dan isolasi

sosial : menarik diri, penulis hanya mengambil satu prioritas diagnosa

masalah yaitu isolasi sosial : menarik diri.

Data yang memperkuat penulis menulis diagnosa keperawatan

isolasi sosial : menarik diri yaitu dengan data subjektif Klien mengatakan

malu dengan keadaannya, karena tidak bisa ngobrol atau kumpul dengan

temannya, klien juga mengatakan tidak mempunyai orang terdekat, klien

Page 34: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

24

juga mengatakan pernah ikut arisan RT tetapi setelah sakit klien tidak ikut

arisan RT, klien juga mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang

lain klien merasa minder tidak percaya diri, klien juga mengungkapkan

kesepian. Sedangkan data objektif didapat data, klien terlihat sering

menyendiri lebih banyak diam, pembicaraan klien pelan dan lambat, klien

terlihat lesu lebih banyak diam, afek klien tumpul, klien tidak mau

memulai pembicaraan, terlihat lesu, kontak mata kurang.

Menurut Fitria ( 2009 : 36) pada pohon masalah dijelaskan harga

diri rendah merupakan penyebab dan isolasi sosial : menarik diri menjadi

core problem dengan alasan menurut Fitria (2009 : 31) pada perilaku ini

disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga muncul

perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan

intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi

sensori : halusinasi dan resiko menciderai diri. Pada teori diatas sesuai

dengan masalah yang dialami pada kasus Tn A dimana terdapat harga diri

rendah, yang dibuktikan dengan data, klien mengatakan malu dengan

keadaannya karena tidak bisa ngobrol atau berkumpul dengan temannya.

Isolasi sosial: menarik diri merupakan masalah utama pada kasus

Tn A dijelaskan pada hubungan sosial klien mengatakan tidak mempunyai

orang terdekat, klien juga mengatakan pernah ikut arisan RT tetapi setelah

sakit klien tidak ikut arisan RT, klien juga mengatakan setiap mau

berhubungan dengan orang lain klien merasa minder tidak percaya diri,

klien juga mengungkapkan kesepian. Sedangkan perubahan persepsi

Page 35: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

25

sensori halusinasi dan resiko menciderai diri sebagai komplikasi isolasi

sosial : menrik diri tidak muncul pada kasus Tn A dibuktikan dengan klien

tidak pernah mengalami halusinasi. Dengan data di atas maka penulis lebih

mengutamakan isolasi sosial : menarik diri sebagai masalah utama yang

muncul.

3. Rencana Keperawatan

Menurut Ali, (dalam Nurjanah 2004 : 47) Rencana tindakan

keperawatan merupakan serangkaian tindakan dalam mencapai tiap tujuan

khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan,

dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan

analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien teratasi.

Teori Rasmun, (2009) bahwa rencana keperawatan isolasi sosial :

menarik diri terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, dalam tujuan

umum diharapkan klien dapat berhubungan dengan orang lain dan

lingkungan, sedangkan dalam tujuan khusus ada lima tujuan khusus yaitu

Tujuan khusus pertama bina hubungan saling percaya, tujuan khusus

kedua klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik

diri, tujuan khusus ketiga klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan

dengan orang lain, tujuan khusus keempat klien dapat berhubungan dengan

orang lain secara bertahap, tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan

keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.

Dalam rencana keperawatan dituliskan bahwa penulis melakukan

Tujuan khusus pertama bina hubungan saling percaya dengan klien, hal ini

Page 36: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

26

dilakukan dengan alasan menurut Videbeck (2008 : 367) bahwa

membangun rasa percaya antara klien dan perawat dapat membantu

menghilangkan rasa takut klien. Perawat juga perlu melakukan kontak

sering dan singkat secara bertahap dengan klien, hal ini dilakukan dengan

alasan bahwa keberadaan perawat merupakan kontak dengan realitas bagi

klien dan juga dapat menunjukkan perhatian dan kepedulian perawat yang

tulus terhadap klien. Memanggil nama klien, menyebutkan hari dan waktu,

dan memberi komentar tentang lingkungan merupakan cara-cara yang

bermanfaat untuk melanjutkan kontak dengan klien. Perawat juga harus

mengobservasi tanda tanda menarik diri seperti tidak memiliki teman

dekat, menarik diri, tidak komunikatif, tindakan berulang ulang tiddak

bermakna, asyik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak

sedih, afek tumpul.

Tujuan Khusus kedua yaitu klien dapat mengenal perasaan yang

menyebabkan perilaku menarik diri, hal ini dilakukan dengan alasan

menurut Videbeck, (2008 : 496) klien yang mengalami gangguan menarik

diri memiliki pola reaksi impulsif yang tetap saat menghadapi masalah.

Perawat dapat mengajari klien ketrampilan penyelesaian masalah dan

membantu klien mempraktikkan ketrampilan tersebut. Ketrampilan

penyelesaian masalah termasuk mengidentifikasi masalah, menggali solusi

alternatif, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang

menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan rencana tindak lanjut.

Page 37: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

27

Tujuan Khusus ketiga klien dapat mengetahui keuntungan

berhubungan dengan orang lain, hal ini dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain dan

untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah

diberikan, reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

Tujuan Khusus keempat klien dapat berhubungan dengan orang

lain secara bertahap, hal ini dilakukan menurut Rasmun ( 2009 ) untuk

mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan,

klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam

berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan

dengan orang lain.

Tujuan Khusus kelima klien dapat dukungan keluarga dalam

berhubungan dengan orang lain, hal ini dilakukan menurut Rasmun (2009)

untuk mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien, mengetahui

sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan keluarga, membantu

klien dalam meningkatkan hubungan interpersonal dengan keluarga.

4. Implementasi

Menurut Effendi, (dalam Nurjanah, 2004) implementasi adalah

pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun

pada tahap perencanaan. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Sebelumnya perawat

terlebih dahulu membekali dengan penyusunan strategi komunikasi.

Strategi komunikasi antara perawat dan klien kearah pemecahan masalah

Page 38: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

28

klien untuk mencapai tujuan keperawatan yang telah direncanakan

sebelumnya. Dalam implementasi penulis melakukan Strategi Pelaksanaan

menurut Rasmun (2009) yaitu strategi pelaksanaan pertama membina

hubungan saling percaya dan hasilnya pada pertamuan pertama bina

hubungan saling percaya dengan klien berhasil. Strategi pelaksanaan

kedua yaitu klien dapat mengenal perasaan penyebab perilaku menarik diri

pada pertemua pertama mengalami kesulitan yang harus di lakukan dua

kali pertemuan dalam sehari dan pertemuan kedua klien dapat

menceritakan penyebab menarik diri pada dirinya. Strategi pelaksanaan

ketiga yaitu klien mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain

pada pertemuan pertama klien berhasil menyebutkan dua dari tiga

keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Implementasi yang sudah penulis lakukan dari tanggal 22 April

sampai 24 April 2013 yaitu tujuan khusus pertama membina hubungan

saling percaya, Tujuan khusus kedua klien dapat mengenal perasaan yang

menyebabkan perilaku menarik diri, tujuan khusus ketiga klien dapat

mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang, yang tidak dapat

penulis lakukan adalah tujuan khusus kempat dapat berhubungan dengan

orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat

dukungan kelurga dalam berhubungan dengan orang lain, karena selama

tiga hari sejak tanggal pengkajian tidak ada keluarga klien yang datang

mengunjungi, selain itu karena keterbatasan waktu penulis sehingga

pelaksanaan tujuan khusus empat dapat berhubungan dengan orang lain

Page 39: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

29

secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan

keluarga dalam berhubungan dengan orang lain, penulis mendelegasikan

pada perawat ruangan.

5. Evaluasi

Menurut Kurniawati (dalam Nurjanah 2004) Evaluasi adalah proses

yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada

klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi

yang penulis jabarkan dalam kasus Tn. A, evaluasi yang penulis lakukan

meliputi hubungan saling percaya dengan klien tercapai dengan ditandai

bahwa klien bersedia diajak ngobrol dengan penulis, klien bersedia

berkenalan dan menjabat tangan penulis, klien bersedia menyebutkan

nama dan nama panggilan yang disukai yaitu Tn A, klien bersedia

menceritakan tentang masalah yang dialaminya, klien juga menjelaskan

tentang menarik diri yang dialaminya, selain itu klien juga bersedia diajak

berdiskusi tentang manfaat berhubungan dengan orang lain, klien juga

mampu mengulang manfaat berhubungan dengan orang lain.

Beberapa kesulitan yang dialami penulis selama proses

keperawatan dilakukan yaitu tujuan khusus kempat dapat berhubungan

dengan orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien

mendapat dukungan kelurga dalam berhubungan dengan orang lain,

karena selama tiga hari sejak tanggal pengkajian tidak ada keluarga klien

Page 40: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

30

yang datang mengunjungi, selain itu karena keterbatasan waktu penulis

sehingga pelaksanaan tujuan khusus empat dapat berhubungan dengan

orang lain secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat

dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain belum

dilakukan, Solusi untuk menyikapi hambatan tersebut yaitu dapat

dilakukan dengan kerjasama tim antar para perawat ruangan melakukan

pendelegasian asuhan keperawatan pada Tn. A.

B. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

a. Pengkajian diperoleh data klien mengatakan malu dengan keadaannya,

karena tidak bisa ngobrol atau kumpul dengan temannya, klien juga

mengatakan tidak mempunyai orang terdekat, klien juga mengatakan

pernah ikut arisan RT tetapi setelah sakit klien tidak ikut arisan RT,

klien juga mengatakan setiap mau berhubungan dengan orang lain

klien merasa minder tidak percaya diri, klien juga mengungkapkan

kesepian. Data objektif didapat data. Klien terlihat sering menyendiri

lebih banyak diam, pembicaraan klien pelan dan lambat,klien terlihat

lesu lebih banyak diam, afek klien tumpul, klien tidak mau memulai

pembicaraan, terlihat lesu, kontak mata kurang.

Page 41: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

31

b. Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian isolasi sosial:

menarik diri.

c. Rencana keperawatan yang dapat dilakukan meliputi tujuan umum

klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Serta

untuk Tujuan khusus pertama klien dapat membina hubungan saling

percaya, Tujuan khusu kedua, klien dapat mengenal perasaan yang

menyebabkan klien menarik diri, Tujuan khusus ketiga, klien dapat

mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain, Tujuan

khusus keempat, klien dapat berhubungan dengan orang lain secara

bertahap, dan untuk Tujuan khusus kelima, klien mendapat dukungan

keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.

d. Implementasi tindakan yang telah dilakukan adalah strategi

perencanaan pertama membina hubungan saling percaya kepada klien,

strategi perencanaan kedua klien dapat mengenal perasaan yang

menyebabkan perilaku menarik diri, strategi pelaksanaan ketiga klien

dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain,

sedangkan tindakan yang belum dilakukan yaitu strategi pelaksanaan

keempat klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap,

strategi pelaksanaan kelima klien mendapatkan dukungan keluarga

dalam berhubungan dengan orang lain.

e. Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan, yang belum dilakukan

yaitu Tujuan Khusus keempat, klien dapat berhubungan dengan orang

lain secara bertahap dan Tujuan Khusus kelima klien mendapatkan

Page 42: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

32

dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain, tidak

tercapai dikarenakan selama proses keperawatan keluarga tidak ada

yang datang menjenguk klien, sehingga penulis hanya berhasil

melakukan strategi pelaksanaan tujuan khusus pertama yaitu bina

hubungan saling percaya, tujuan khusus kedua yaitu klien dapat

mengenal perasaan yang menyebab perilaku menarik diri, tujuan

khusus ketiga yaitu klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan

dengan orang lain.

2. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai

berikut:

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien jiwa dengan

seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan memberikan kemudahan dalam

pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi

mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.

c. Bagi Profesi perawat

Perawat diharapkan lebih profesional dalam merawat klien dan lebih

sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan klien,

khususnya klien dengan isolasi sosial menarik diri.

Page 43: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

33

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Mukhripah, (2010), Komunikasi Terapeutik dalam Praktik

Keperawatan. PT. Refika Aditama, Bandung.

Direja, Ade Herman, (2011), Asuhan Keperawatan Jiwa, Muha Medika

Yogyakarta.

Damaiyanti, Mukhripah, Iskandar, (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, PT.Refika

Aditama, Bandung.

Erlinafsiah, (2010), Modal Perawat Dalam Praktik Keparawatan Jiwa, CV. Trans

info Medika, Jakarta.

Fitria, Nita, (2009), Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta.

Hidayati Eni, (2012), Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan

Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skrizofrenia Di Rumah Sakit

Jiwa Dr. Amino Gondho Utomo Kota Semarang.

http://eojurnals1.undip.ac.id/index.php/jkm di akses pada tanggal 3 Mei

2013.

Kasim, Fauzi, (2010), Informasi Spesialite Obat, PT ISFI, Jakarta.

Keliat, Anna, Dr. Budi, (2012), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa,

EGC Jakarta.

Kusumawati, Farida. Hartono, Yudi, (2010), Buku Ajar Keperawatan Jiwa,

Salemba Medika, Jakarta

Nurjannah, Intansari, (2004), Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa, Moco

Media, Yogyakarta.

Rasmun, (2009), keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan

keluaga, CV Agung Seto, Jakarta.

Suliswati et al, (2005), Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Surtiningrum, Anjas, (2011), Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan

Bersosialisasi Pada klien Isolasi Sosial Di Rumah Sakit jiwa Dr Amino

Gondhoutomo Semarang. http://eojurnals1.FIKUI.ac.id/index.php/jkm,

Diakses tanggal 3 Mei 2013.

Page 44: STUDI KASUS -  · PDF fileLog Book Lampiran 3. ... kumpulan tanda dan gejala tersebut disebut sebagai gangguan ... Sebagai tambahan refrensi dalam peningkatan mutu pendidikan,

34

Widayanti, Dwi, Esthi. (2010). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap

Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial,

http://eojurnal.undip.ac.id/index.php diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Videback, Shiela L, (2008), Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Yosep, Iyus, (2007), Keperawatan Jiwa, PT. Refika Aditama, Bandung.