(Studi Kasus AMCO Asia v Republik Indonesia)repository.unair.ac.id/11406/2/KKB KK-2 Int 187-93 Her...
-
Upload
nguyenkhue -
Category
Documents
-
view
236 -
download
1
Transcript of (Studi Kasus AMCO Asia v Republik Indonesia)repository.unair.ac.id/11406/2/KKB KK-2 Int 187-93 Her...
S K R I P S I
ADE HERAW ATI
ASPEK HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM KEPUTUSAN ARBITRASE
(Studi Kasus AMCO Asia v. Republik Indonesia)
M 1 L 1 KPEKPUM AKAAN
-UNIYEKSI1AS A lA LA N G O A "
S U R A B A Y A
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A
1993
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
ASPEK HUKUM PERDATAINTERNASIONAL
DALAM KEPUTUSAN ARB1TRASE
(Stud! Kasus AMCO Asia v. Republik Indonesia)
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TOGAS .
DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAIGELAR SARJANA HUKUM
OLEH
ADE HERAWATI
0388 12699
DOSEN PEM] UJI
DJASADIN SARAGIH, S.H., LL.M.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGAS U R A B A Y A
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
Telah diuji Pada Tanggal 7 Agustus 1993
Panitia Penguji :
Ketua : M. Isnaeni, S.H., M.S
Sekretaris: Sri Handajani, S.H.
Anggota : Djasadin Saragih, S.H., LL.M. {
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
KATA PENGANTAK
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Allah SWT
yang telah meinberikan rahmat dan karuniaNya, maka pada
akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusanan skripsi ini
sebagai tugas untuk melengkapi dan syarat mencapai gclar
Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Univorsitas Airlangga
Surabaya.
Menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna di
dun la dan keterbatasan kemampuan serta pengalaman yang
penulis miliki, maka tidak lepas dari berbagai kekurang
an. Oleh karena itu kritik dan saran denii kesempurnaan
skripsi ini sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Para Guru Besar, Dosen, Asisten di lingkungan Fakultas
Hukum Universitas Airlangga yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada saya;
i 1* ')>ak Djasadin Saragih, S. i!., LL. M . ang telah de
nial) penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan bim-
bingan yang sangat berharga kepada saya selaraa penyu-
sunan skripsi ini ;
3. Bapak Isnaeni, dan Ibu Sri Handajani, S. II.,
yang telah menguji dan member! penilaian pada waktu
ujian skripsi ini ;
i
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
4 . ikiamiku tercinfca Jonny H. C.&tvia dan anakku tersaydf.il
[Bonita Ayu Puspita, yang Lo 1 ah memberikan dorongan
baik mori.] niaupun materiil sehingga memberi semangat
saya untuk menyelesaikan skripsi ini;
5. Kedua orangtuaku, Ibu Hirjadi, Tante Musdholifah,
Tante Endah. Mas Wiwik, Mas Harry, Bonni serta adikku
Ferry dan Meido yang banyak membantu dan memberikan
dorongan;
6. Teman-teman mahasiswa serta pihak lain yang tidak
dapat saya sebutkan sata persatu yang secara langsung
snaupun tidak langsung memberikan bantuan sehingga
dapat terselesaikannya skripsi ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati, saya mohon apabila
ada hal-hal yang kurang sempurna baik itu mengenai susu-
nan kata atau dalam uraiannya sudilah ki'ranya memaafkan.
•Surabaya, 7 Agustus 1993
ADE HERAWATI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
DAFTAR ISI
KATA P E N G A N T A R ............................................... i
DAFTAR ISI ..................................................iii
BAB I PENDAHULUAH
1. PermasaJahan: Latar Bolakaog dan Rumusannya . . . 1
2. Penjelasan Judul .................................. 12
3. Alasan Pemilihan Judul ........................... 13
4. Tujuan P e n u l i s a n ............................... 13
5. Metodologi. .................................. 13
6. Pertanggungjawaban Sistematika .................. 15
BAB II KEDUDUKAN LEMBAGA ARBITRASE (ICSID) DALAM PENYELESAIAN
SENGKETA
1. Lembaga Arbitrase ................................ 17
2. Prosedur Borpjrkara di ICSID .................... 22
3. Pelaksanaan Isi P u t u s a n .........................25
BAB JII PROSES PENYELKSAIAN SENGKETA AMCO ASIA v. REPUBLIK
INDONESIA
1. Latar Belakang Timbulnya Sengketa . . ......... 28
2 . Penerapan "Exhaustion of Municipal Remedies” Dalaa
Penyelo^aian Ssngketa ........................... 31
iii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
3. Tuntutan Pembatalan Perintah PencabutanLisensi oleh B K P M ......................... . 33
BAB IV PENUTUP
1. Kes impu l a n .........................................42
2 . S a r a n ............................................. 43
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN
iv
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
j M 1 L I &■ iI fE R p b S T A K A A N j|-U N n rE R M » A S A iR L A N O O A -
l s O * \ tf A Y A ___I
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Permasalahaiu_La tar Belakang dan Rumusannva
Sudah menjadi kebenaran yang nyata dewasa ini bahwa
tidak ada suatu bangsa atau negara (maju maupun sedang
berkembang) manapun, yang dapat hidup sendiri tanpa
mengadakan hubungan atau pergaulan dalam bentuk kerja
sama yang saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa lain,
Dalam bidang ekonomi khususnya, yaitu perdagangan inter-
nasional dan penanaman modal asing, nampak sekali adanya
ketergantungan tersebut. Misalnya saja, apabila peratu-
ran-peraturan Indonesia di bidang industrialisasi dan
ekspor impor dapat disempurnakan sedemikian rupa, maka
produksi nasional dapat ditingkatkan secara maksimal.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa dalam hubungan
atau pergaulan tersebut, walaupun untuk beberapa hal
sudah ada pengaturan yang bersifat internasional maupun
nasional, tidak jarang masih terjadi juga benturan-
benturan antara para pihak yang terlibat dalam transaksi
yang terwujud dalam bentuk persoalan atau sengketa.
Arbitrase merupakan salah satu bahkan menjadi
metode yang paling disukai saat ini untuk menyelesaikan
1
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
2
sengketa dalam bidang perdagangan dan penanaman modal,
karena sifatnya yang relatif "confidential” (private),
tidak banyak formalitas, antara pengusaha/pihak yang
bonafide, lebih murah dan cepat (keputusannya "final and
binding" ).1
Secara etinologi perkataan arbitrase berasal dari
Bahasa Latin (arbitrare) yang berarti kekuasaan untuk2menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan.
Dalam salah satu penerbitan American Arbitration
Association berbentuk kartun dikatakan:
Have you ever, in the course of an argument or discussion, suggested asking a third and neutral person to who was right? Did you expressly or impliedly agree or intend that the third's person answer would be - accepted as putting an end to the dispute or argument? tf so, you were suggesting arbitration, albeit of the very roughest kind.
Apabila diperhatikan sepintas lalu kutipan di atas,
seolah-olah pihak ketiga (wasit/para wasit) yang diminta
1Sudargo Gautama, Arbitraje Da^ang_Jntema5_iQnal, Bina Cipta, Bandung, 1986, h. 1-5.
2R. Subekti, Arbitrase Psrdaflangan. Bina Cipta,
Bandung, 1981, h. 1.
3Julian lew, Applicable Law in International Co_mmer-
cial Arbitration. Queen Mary College, Martinus NijhoffPublishers, 1987, h. 11.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
3
oleh para pihak. yang bersengketa untuk menyelesaikan
perselisihan di antara mereka, semata-mata berdasarkan
keputusannya atas pertimb^ngan kebij aksanaan atau wisdom
tanpa memperhatikan norma-norma hukum. Apakah memang
benar demikian?
Seperti dikatakan Julian Lew:
In many cases no question of law is involved. The dispute may concern various matters, e.g. the meaning of a particular term in the contract, the exis- tance of certain factual circumstances, whether the parties have adequately performed the contract, the effect of a failure to perform their application under the contract, the effects of supervining occu- rance or some extraneous but fundamental and relevant events. In resolving these questions, arbitrators may have no need to refer to any legal standard. The particular character of international arbitration enables them to apply no-or extra-legal yardsticks to disputes before them. Such yardsticks differ from case to case and depend upon the contract terms, t.h| arbitrators and the particular facts of the case.
Walaupun unsur kebijaksanaan (non hukum) memang
dimiliki oleh wasit atau para wasit dalam memutuskan
sengketa, namun hal itu ada batas-batasnya. Sebagai
contoh dibawah ini yang terdapat dalam beberapa ketentuan
lembaga arbitrase, "amiable composition" (ex aequo et
bono) pada umumnya baru dapat terlaksana jika para pihak
yang bersengketa menyetujuinya:
4Julian Lew, o p . nit. . h. 493.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
4
The arbitral tribunal shall decide as amiable compositeur or ex aequo et bono if the parties have e x p r s l y authorized the arbitral tribunal to do so. (Ps 33:2, UAR)
The provisions of ... shall not prejudice the power of the Tribunal to decide a dispute ex aequo et bono ifthe parties so agree. (Ps. 42:3, ICSID)
The arbitrator shall assume ... amiable compositeur if the parties are agreed to give such powers. (ICC Rules, Ps 13:4)
Beberapa kutipan di bawah ini yang terdapat dalam
ketentuan lembaga arbitrase, jelas sekali bahwa pada
prinsipnya para wasit diwajibkan memutuskan sengketa yang
diajukan kepada mereka berdasarkan norma-norma hukum:
The arbitral tribunal shall aplly the law designated by the parties as applicable to the substance of the dispute. Failing such designation by the parties, the arbitral ... shall apply the law determined by theconflict of law rules.... (Ps. 33:1, UAR).
The tribunal shall decide... such rules of law as may be agreed by the parties. In the absence ... shall apply the law of the contracting state... (Ps. 42:1, ICSID)
The parties shall be free to determine the law to be applied by the arbitrators ... In the absence the law designated as the proper law, (Ps. 13:3. ICC Rules)
Arbitrase lebih mudah dicirikan daripada didefini-
sikan. Namun, ada baiknya memperhatikan beberapa definisi
yang mungkin dapat membantu yaitu antara lain:
An arbitration is the reference of a dispute or dif ference between not less than two persons for determination after hearing both sides in a judicial manner by another person or persons, other than a court of
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
competent junsaict ion .
The settlement of a question at issue by one to whom the parties agree to refer their glaims in order to obtain an aquitable decision.
Sedangkan istilah perwasitan international menurut
Sunaryati Hartono dipakai dalam pengertian:
Sebagai metode penyelesaian sengketa antar negara.
Arbitrase tersebut dapat dilakukan secara institusional
(lembaga) maupun secara ad hoc (baru diadakan setelah
terjadi sengketa).
b. Bldaag_tinkujq__E^r d_at a _ I at er n as_i .on a 1 (Perdagangan Inter
nasional )
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa istilah Arbi
trase Internasional dipakai bukan dalam arti sebenarnya,
sebab pada umumnya hukum yang akan berlaku (Lex Causae)
adalah hukum nasional. Arbitrase tersebut dapat dilakukan
secara institusional misalnya ICC (International Chamber
of Commerce), London Court of Arbitration dan sebagainya,
maupun secara ad hoc.
55
5Ibid..
0Julian Lew, Q p .cit.. h. 11.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
dang Hukum Internasional dan Hukum Perdata Internasi-
onal)
Bentuk ini dimungkinkan karena yang menjadi pihak
adalah negara dan badan hukum (asing). Obyek persengketa-
an ialah dalain bidang penananan modal sebagai salah satu
obyek bidang ekonomi internasional.
Dalam hal ini para pihak dapat meinilih arbitrase ad
hoc dengan menggunakan ketentuan-ketentuan arbitrase
UNCITRAL (United Nations Coinmision on International Trade
Law), UNECE (United Nations Economic Commissions for
Europe) and for Asia and the Far East (UNECAFE) dan seba-
gainya, maupun yang institutional yaitu ICC (Interna
tional Chamber of Commerce), The London Court Arbitration 7
dan sebagamya.
Dua contoh lembaga arbitrase di bawah ini sengaja
dibahas secara tersendiri. Kedua lembaga tersebut adalah:
Dalain kontrak-kontrak dagang yang dilakukan antara
pengusaha (perusahaan) Indonesia dan pengusaha asing
sering dicantumkan suatu klausula arbitrase.
7R. Subekti, o p . cit. . h. 1.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
ICC didirikan di Paris pada tahun 1919 dengan
tujuan mengembangkan/memajukan perdagangan dan kerjasama
internasional, rnemperkuat peranan perusahaan swasta,
serta inemajukan kondisi perdagangan internasional. Untuk
maksud ini ICC berusaha mendorong adanya saling pengerti-
an antara pengusaha dan organisasi-organisasi dagang di
seluruh dunia dengan pelayanan yang praktis. Badan Arbi-
tra.se ini ketika pertama kali didirikan sampai sekarang
statusnya tetap sebagai suatu organisasi swasta interna
sional, yang memiliki anggota kurang lebih di 80 negara.
Kerjasamanya antara lain dengan negara-negara berdaulat,
organisasi-organisasi antar pemerintah serta organisasi
internasional publik dan privat, dengan cara menetapkan
komite-komite nasional di beberapa negara namun tetap0
bebaj dari "political allegiance."
Setiap bentuk sengketa perdagangan internasional
dapat diajukan ke badan arbitrase ini. Badan arbitrase
ini juga mengatur ketentuan konsiliasi di samping perwa-
sitan serta mengawasi penerapan ketentuan tersebut oleh
para wasit.
b • Arbitrase ICSID
ICSID merupakan suatu badan antar pemerintah yang
QJulian Lew, o p .cit.« h. 494.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
didirikan pada tahun 1966 berdasarkan "The Convention cf
the Settlement of Investment Disputes between States and
Nationals of Other States” . Wewenang badan ini terbatas
pada sengketa penanaman modal yang salah satu pihaknya
adalah negara (negara penerima modal). Badan ini dibentuk
antuk memperkecil risiko nasionalisasi yang dilakukan
oleh negara penerima modal terhadap perusahaan-perusahaan
asing dari, negara penanam modal.
Dengan diadakannya badan arbitrase yang khusus
menyelesaikan sengketa antara warganegara dan pemerintah
secara langsung, dapatlah dikatakan bahwa telah terjadi
perkembangan yang baru dalam pengertian hukum internasio-
nal, sebab sebelumnya jika sebuah perusahaan asing akan
menggugat negara tempat perusahaan tersebut beroperasi,
maka negara asal dari perusahaan asing tersebut harus9
mengambil alih gugatan tersebut.
Lembaga arbitrase yang inkonstitusional yang akan
dibahas di bawah ini adalah:
Arbitrase dalam bentuk ini adalah arbitrase yang
baru diadakan apabila terjadi sengketa dengan pengangkat-
gSunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional
Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia. Pradnya Parami- ta, Bandung, 1982, h. 11.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
an sejumlah wasit/wasit tunggal oleh para pihak sendiri.
Bentuk arbitrase ini banyak disukai dalam sengketa di
mana salah satu pihak adalah negara yang berdaulat dan
sengketanya berhubungan dengan perdagangan ininyak dalam
perspektif "Timur-Barat".
Sehubungan dengan bentak arbitrase ini, saya mernan-
dang perlu untuk inemperhatikan “The Uncitral Arbitration
Rules" (UAR), yaitu suatu kaidah/ketentuan arbitrase yang
bersifat universal, hasil karya UNCITRAL (United Nations
Commission on International Trade Law) dan telah diterima
oleh Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Reso-
lusi No. 31/98 1976. Ketentuan-ketentuan arbitrase ini
sifatnya "optional”, maksudnya para pihak dapat memasuk-
kan suatu "Arbitration Clause" dengan menunjuk kepada
ketontuan UAR atau tidak memakainya. Selain ditujukan
untuk arbitrase ad hoc, ketentuan-ketentuan UAR ini dapat
juga dj.pakai untuk mengesampingkan kaidah-kaidah arbitra-... 10 senya sendiri•
Masalah arbitrase inulai mendapat perhatian serius
dari Pemerintah Republik Indonesia sehubungan dengan
mengalirnya modal asing ke Indonesia secara besar-besar-
an, sebagai akibat sistem ekonomi terbuka yang dianut
3
^Sudargo Gautama, Indonesia dan Arbitrase Interna- sional, Sinar Harapan, Jakarta, 1986, h. 124.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
sejak tahun 1967, dengan nu.ratifikasi suatu konvensi
internasional yang disponsori oleh Bank Dunia yaitu
"International Convention on the Settlement of Invesment
Disputes" (ICSID) nieJalni Undang-Undang no. 5 tahun 1968.
Akibat langjun# dari ratifikasi tersebut adalah
untuk pertama kali. (1981), Negara (pemerintah) Republik
Indonesia digugat oleh pihak investor asing dalam penba-
ngunan Hotel Kartika Plaza di Jakarta, di hadapan forum
arbitrase ICSID. Walaupun keputusan arbitrase tersebut
memenangkan pihak penanam modal, tetapi keputusan itu
sendiri merupakan "landmark decision" yang diperhatikan
dan menarik bagi sarjana dalam bidang hukum interna
sional, khususnya berkenaan dengan arbitrase penanamanj i 11 modal.
Dalam perkembangan yang lain, Pemerintah Republik
Indonesia juga telah menyatakan ikut serta dalam "Conven
tion on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbi
tral Awards" tahun 1958 melalui Keputusan Presiden No. 34
tahun 1981'. Keputusan Presiden No. 34 tahun 1981 ini
ternyata dalam praktek hukum telah menimbulkan beberapa
masalah. Salah satu contohnya adalah instansi manakah
yang berwenang melaksanakan keputusan arbitrase luar
10
U t k -Ib id .,.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
negeri/asing?
Di samping masalah-masalah tersebut, ternyata masih
banyak masalah yang harus dibenahi berkaitan dengan
arbitrase baik yang bersifat yuridis maupun yang non
yuridis, seperti masalah minimnya pengetahuan para sar-
jana tentang aspek-aspek arbitrase, belum adanya keperca-
yaan dari dunia luar terhadap otoritas BANI (Badan Arbi-
trase Nasional Indonesia), kekhawatiran tentang “interna
tional wrong" sehubungan dengan pelaksanaan keputusan12arbitrase luar negeri. Perinasalahan tersebut merupakan
hal yang harus dijernihkan oleh pemerintah, agar tidak
menimbulkan lebih banyak lagi penafsiran simpang siur,
yang akhirnya akan lebih menambah ketidakpastian hukum
aaja .
Sehubungan dengan yang telah diuraikan di atas,
maka saya merumuskan beberapa permasalahan sebagai beri-
kut:
a. bagaimanakah kedudukan Lembaga Arbitrase (ICSID)
dalam penyelesaian sengketa hukum perdata interne
sional?
b. bagaimanakah proses penyelesaian sengketa
AMCO Asia v. Republik Indonesia?
12Ibid.■ h. 74.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
M I L J K PERU
"UNIYERSn | S U R
2 .
Skripsi ini berjudul "Aspek Hukum Perdata Interna-
sional Dalam Keputusan Arbitrase". Agar tidak meniiabulkan
ponafsiran yang berbeda perlulah kiranya diberikan penje-
lasan atas judul tersebut.
Aspek hukum, maksudnya penerapan unsur-unsur yuri-
dis dalam penyelesaian kasus. Sedangkan yang dimaksud
dengan arbitrase atau dalam istilah Indonesia sering
disebut dengan perwasitan adalah suatu lembaga penyele
saian sengketa yang cara kerjanya "sederhana", yang
dengan sukarela dipilih oleh para pihak. Putusan (penye
lesaian) perselisihan dilakukan oleh seorang arbiter
(wasit) atau suatu tim arbiter atas pilihan mereka bersa-
m a . Putusan arbiter tersebut didasarkan atas isi kasus
itu, dan para pihak tersebut menyetujui putusan yang13diterimanya sebagai hal yang final dan mengikat.
Dalam skripsi ini arbitrase yang dimaksud adalah Interna
tional Centre for Settlement of Invesment Disputes (IC
SID).
Subekti,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
Melihat fakta dan per kiimbangan yang ada, saya
tertarik untuk menulis skripsi mengenai "Aspek Hukum
Internasional da lam Keputusan Arbitrase" dalam kasus
antara AKCO Asia v, Rspublik Indonesia. Sebab dalam kasus
ini terdapat aspek hukum internasional yang menarik untuk
dikaji.
Selain itu tnelalui kasus tersebut dapat ditelaah
lebih lanjut sejauh mana prinsip-prinsip hukum internasi
onal dapat diterapkan dalam kasus konkret, terutama bila
dihadapkan pada prinsip kedaulatan negara.
4 . Tu.iuan Penu lisan
Tujuan penulisn skripsi ini secara khusus untuk
memenuhi persyaratan akademis dalain memperoleh gelar
sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Sedangkan secara uinum untuk memberikan sumbangan pemiki-
ran dan informasi bagi perkembangan hukum dewasa ini guna
menambah pengetahuan dan analisis kritis terhadap aspek-
aspek hukum.
pakai adalah yuridis normatif,
hukum yang secara khusus mempela-
Metode yang saya
yaitu suatu penelitian
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
j ar i peraturan-peraturan perundang undangan, keputusan
pengadilan (arbitrase), teori teori dan data-data kepus-
takaan lainnya, sehingga analisis yang saya lakukan
terhadap kasus yang dikemukakan merupakan analisis norma*
tif kualitatif.
a. Pendekatan Masalah
Sesuai dengan dasar analisis yuridis, maka pendeka-
tan masalah yang saya gunakan bersifat yuri.dis normatif.
Namun tidak menutup kemungkinan pada hal-hal tertentu
yang belum jelas pengaturannya, maka akan didekati dengan
pendekatan yuridis sosiologis. Jadi dengan pendekatan-
pendekatan semacam ini saya.akan raenitikberatkan pada
hubungan hukum antara para pihak yang bersengketa di
depan ICSID, maksudnya dari segi bentuk hubungan bukutnnya
maupun dari hak dan kewajibannya.
b. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini
borsumber dari studi kepustakaan berupa buku-buku litera-
tur, bahan-bahan perkuliahan, peraturan perundang-undang-
an serta tu1isan-tulisan para ahli tentang arbitrase di
surat kabar dan majalah-majalah hukum. Di samping itu
data juga diperoleh dari putusan arbitrase.
c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Cara pengumpulan data yang saya lakukan melalui
14
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
penelitian kepustakaan (ternasuk Ji dalamnya buku-buku,
majalah hukum maupun surat kabar) dan studi terhadap
kasus yang saya angkat. Setelah terkumpul, data tersebut
saya teliti kebenarannya kemudian diklasifikasi serta
dilakukan penyuntingan data,
d . Analisis data
Susunan data secara sistematis yang telah saya
kuaipulkan akhirnya saya tuangkan dalam bentuk sajian
tulisan yang deskriptif analitis dengan jalan menganali-
sis data yang mendukung tujuan penulisan ini.
6 . Pertanggung.i awaban.Sistematika
Dalam pembahasan dan penguraian masalah, skripsi
ini saya bagi dalam empat bab termasuk di dalamnya penda-
huluan dan penutup.
Secara garis besar masalah yang saya bahas dalain
skripsi ini saya letakkan pada bab I pendahuluan termasuk
di dalamnya pokok-pokok bahasan serta latar belakang
penulisan skripsi ini. Dengan membaca bab I diharapkan
pembaca dapat mengerti maksud dan inti permasalahan yang
saya tulis. Oleh karena itu dalam bab I ini banyak dise-
butkan definisi serta kutipan langsung dan tidak langsung
(parafrase) dari berbagai sumber untuk memperjelas masa-
lah yang saya tulis.
15
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
Bab II merupakan pembahasan lebih lanjut tentang
masalah yang saya angkat. Pada Bab II ini diuraikan
tentang yuridiksi yang dimiliki oleh ICSID dalam menyele-
saikan sengketa penanaman modal. Kemudian dijelaskan juga
prosedur penyelesaian sengketa yang berlaku dalam ICSID
serta bagaimana pelaksanaan putusannya.
Dalam bab selanjutnya dibahas proses penyelesaian
sengketa antara AMCO Asia v. Republik Indonesia oleh
ICSID. Sebelum itu saya uraikan kembali latar belakang
timbulnya sengketa serta kedudukan para pihak dalam
sengketa tersebut.
Akhirnya, setelah meniahami apa yang telah saya
uraikan dalam bab-bab terdahulu, saya sampai pada tahap
akhir, yaitu bagian penutup yang berupa kesimpulan dan
saran yang saya kenmkakan sebagai sumbangan pemikiran
dalam mencari jalan keluar dari masalah yang telah saya
uraikan. Pembahasan ini saya letakkan dalam bab IV seba
gai bab terakhir.
16
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
BAP II
KEDUDUKAN LEMBAGA ARBITRASE (ICSID)
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
1< Yuridiksi Lemhatfa Arbitrase
Ketentuan yang mengatur juridiksi badan arbitrase
ICSID diatur di dalam pasal 25 Konvensi Washington.
Menurut pasal ini, sedikitnya ada tiga persyaratan pokok
yang harus dipenuhi oleh para pihak untuk dapat mengguna-
kan sarana arbitrase badan ini di dalain menyelesaikan
sengketa yang diajukan kepadanya.
Pertama, harus ada kata sepakat. Kata sepakat ini,
menurut David A. Soley, merupakan tonggak ("corner
stone”) bagi juridiksi badan arbitrase ICSID.
Para pihak sebelumnya harus mencapai kesepakatan bersama
untuk menyerahkan sengketa kepada badan arbitrase ICSID.
Di dalam hal ini, Konvensi mensyaratkan adanya suatu
kesepakatan tertulis yang menunjuk pemakaian badan arbi
trase ICSID. Penunjukan badan arbitrase ini tercantun
dalam suatu klausula perjanjian penanaman modal yang
monetapkan penyerahan sengketa yang kelak timbul dari
perjanjian tersebut. Namun, menurut pasal 25 ayat 1,
kesepakatan untuk menyerahkan sengketa kepada badan ini
17
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
tidak perlu "dinyatakan di da3am suatu dokuinen tersendi-
ri". Negara tuan rumah melalui perundang-undangan penana-
man modalnya dapat menawarkan agar sengketa yang timbul
dari perjanjian penanaman modal dengan pihak asing dise-
rahkan kepada (juridiksi) badan arbitrase ICSID. Dan
penanam modal dapat memberikan kesepakatannya dengan14menerima tawaran tersebut dengan tertulis.
Di samping kesepakatan yang datang dari kedua belah
pihak, salah satu pihak, khususnya negara peserta konven-
si, berdasarkan pasal 25 dapat memberitahukan kepada
badan arbitrase ICSID sebelumnya tentang kewenangan badan
ini terhadap kasus yang dihadapi negara tersebut, baik
pemberitahuan itu dilakukan pada waktu meratifikasi
Konvensi atau pada waktu kapan pun juga, tentang kasus-
kasus sengketa yang bagaimana saja, yang sudah barang
tentu sepanjang hal itu masih ada kaitannya dengan pena
naman modal yang dapat menjadi wewenang badan arbitrase.
Sampai saat ini baru 5 negara yang melaksanakan ketentuan
pasal ini. Negara-negara tersebut adalah Saudi Arabia
yang telah menyatakan bahwa negaranya berkeinginan untuk
tidak menyerahkan sengketa-sengketa penanaman modalnya
yang berhubungan dengan tindakan-tindakan “kedaulatan".
18
14David A. Soley, "ICSID Implementation*', International Lawyer. Vol. 19, No. 2 , 1985, h. 524.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
lemerintah Guyana dan Jamaica telah menyatakan pula
nistnya untuk tidak menyerahkan sengketa-sengketanya yang
berhubungan dengan "kekayaan mineral dan kekayaan alara
lainnya". Juga sama halnya dengan Papua New Guinea, yang
telah menetapkan pula bahwa negaranya hanya akan menye-
rahkan sengketa-sengketanya yang bersifat fundamen-
+ i 15 tal.
Kedua, Juridiksi ratione materiae. Yang menjadi
juridiksi badan arbitrase ICSID terbatas pada sengketa-
sengketa hukum saja sebagai akibat adanya penanaman
modal. Istilah sengketa hukum ini digunakan untuk memi-
sahkan sengketa yang murni ekonomis atau politis sifat-
nya. Di samping itu, sengketa hak adalah juga termasuk ke
dalam juridiksi badan ini. Namun sengketa atau konflik
kepentingan tidak termasuk ke dalamnya.
Sebagai kesimpulan di luar sengketa hukum di atas,
adalah penting juga untuk mengetahui penggolongan sengke
ta atau konflik lain yang dikemukakan dalam konvensi MIGA
(Multi Investment Guarantee Agency) tentang sengketa yang
19
15George R Delaume, "ICSID Arbitration", Contemporary Problems in International arbitration. Queen Mary College, Martinus Nijhoff Publishers, 1987, h. 23.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
tinbul sebagai akibat adanya penanaman modal.
Macam-macam sengketa ters&but, yakni:
a. transfer risk, yaitu risiko kerugian sebagai akibat
pembatasan terhadap konversi mata uang oleh negara
yang bersangkutan (negara penerima modal);
b. expropriation risk, yaitu risiko kerugian sebagai
akibat adanya tindakan-tindakan legislatif dan admi-
nistratif, atau karena terjadinya pengambil alihan
hak;
c. repudiation risk, yaitu risiko kerugian karena peno-
lakan atau pelanggaran hukum oleh negara penerima,
para investor tidak dapat menuntutnya melalui pengadi-
lan atau badan arbitrase;
d. war and civil disturbance, yaitu risiko kerugian seba
gai akibat terjadinya konflik bersenjata atau gang-17guan-gangguan lainnya oleh kaum sipil.
Hal yang penting di sini, adalah yang dimaksud
dengan penanaman modal (invesment) harus d iter j etnahkan
2016
16Cf. Michael Tupman, "Case tion of the International Centre ment Disputes”,
vol. 35, October 1986,
Studies in the for Settlement
h. 815.
Jurisdic- of Inves-
17M. Yahya Harahap, Arbitrase. Pustaka Kartini, Jakarta, 1991, h . 273 .
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
dalam arti yang luas. Selama perundingan pembentukan
Konvensi Washington, beberapa peserta mengusulkan bebera-
pa usulan untuk membuat batasan tentang arti penanaman
modal. Namun kemudian pada akhirnya, usul untuk memberi
batasan yang tegas tentang arti penanaman modal ini tidak
disepakati. Pertimbangarmya karena telah ada persyaratan
yang lebih penting, yakni syarat adanya kesepakatan di
antara para pihak yang bersengketa (untuk menyerahkan
sengketa tersebut ke badan arbitrase). Konsekuensinya,
dengan tidak adanya batasan arti penanaman modal, berarti
pula memberi. kemungkinan yang lebih leluasa kepada Kon-
vensi untuk menainpung bentuk-bentuk penanaman modal yang
baru sebagai akibat majunya pertumbuhan bentuk-bentuk
hubungan ekonoini baru di dalain masyarakat. Sebagai con-
toh, yang termasuk bentuk-bentuk penanaman modal yang
baru yaitu berbagai bentuk kontrak suplai atau alih- 18 teknologi.
Ketiga, Yuridiksi rations personae. Maksudnya badan
arbitr-..,ae ICSID hanya memiliki wewenang menyelesaikan
sengkela-sengketa antara negara dengan warga negara asing
lainnya yang negaranya juga adalah angggota/peserta
Konvensi Washington. Badan arbitrase ini tidak memiliki
21
^Cf. George R Delaume, Loc.cit.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
wvwenang untuk Kienpadi 1 i .sengketa antara negara dengan
negara, atau seorang war^a negara dengan seorang warga
negara lainnya weskipun sengketa yang diserahkan kepada-
nya itu adalah sengketa hukum yang timbul karena adanya
perjanjian penanaman modal.
Lebih lanjut, yang dimaksud dengan warga negara
menurut pasal 25 ayat 2 Konvensi adalah sebagai berikut:
a. setiap orang yang memiliki kebangsaan dari negara
peserta Konvensi yang bersengketa pada tanggal sewaktu
para pihak setuju untuk menyerahkan sengketanya kepada
badan arbitrase atau juga pada saat atau tanggal per-
mintaan untuk berarbitrase didaftar oleh Centre (badan
arbitrase);
b. setiap subyek hukum yang memiliki kebangsaan dari
negara peserta Konvensi yang bersengketa pada tanggal
para pihak setuju untuk menyerahkan sengketanya kepada
Centre; dan
c. setiap subyek hukum yang memiliki kebangsaan dari
negara peserta Konvensi yang bersengketa pada tanggal
persetujuan dan yang karena adanya pengawasan asing
(foreign control), para pihak sepakat sebagai warga
negara dari negara peserta Konvensi lainnya.
22
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
M 1 L i £ p e r p u s t a k a a n
"UNITERSITAS A lR L A N O G A '
S U R A B A Y A
Sehubungan dengan pembahasan masalah pemeriksaan
mahkamah arbitrase, akan diuraikan berbagai segi, perta-
ma-tama akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai sebutan
para pihak dalam proses pemeriksaan arbitrase. Telah ada
sebutan standar yang sudah diinternasionalisasikan dalam
literatur. Misalnya dalam berbagai Konvensi sebutan
tersebut sudah baku. Seperti yang dijumpai dalam pasal 3
UNCITRAL. di situ dijelaskan sebutan para pihak adalah19''claimant” dan "respondent".
Proses pertama yang melahirkan kewenangan arbitrase
memeriksa dan menyelesaikan sengketa secara materiil
ialah dengan adanya pengajuan permohonan gugat oleh salah
satu pihak. Pengajuan gugatan dalam arbitrase telah
d-ibakukan dengan istilah "claim". Pengambilan inisiatif
mengajukan claim kepada arbitrase sudah dijelaskan sebu-
tannya yakni. claimant. Pada prinsipnya, pengajuan gugat
akan lebih mudah ditempuh oleh salah satu pihak apabila
klausula arbitrase yang tercantum dalam pactum de compro-
mittendo atau akta kompromis sudah menunjukkan badan
arbitrase yang tnereka kehendaki. Misalnya para pihak
dalain klausula arbitrase telah sepakat menunjuk ICSID.
1 QIbid.. h. 183
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
'iiam kasus yang seperti itu, pihak claimant sudah dapat
I’-angsung mengajukan gugat kepada badan arbitrase yang
'1 itnaksud.
Masalah pendaftaran claim pada prinsipnya berkaitan
it:ngan arbitrase yang ditunjuk. Kalau arbitrase yang
ditunjuk para pihak adalah arbitrase institusional seper-
ti ICSID atau ICC, maka badan arbitrase tersebut memiliki
Rules yang secara cermat telah mengatur tata cara pendaf
taran claim.
Menurui. pasal 3G ICSID, pendaftaran seolah-olah
tidak dlgantungkan pada pembayaran biaya, akan tetapi
menggantungkan pendaftaran berdasarkan yuridiksi dan
apabila dasar gugat yang dipersengketakan para pihak
berada di luar jangkauan yuridiksi, maka Sekretaris
Jendral harus menolak pendaftaran gugat (refusal to
register). Nainpaknya aturan ICSID dalam hal ini lebih
praktis dan sederhana jika dihubungkan dengan tujuan dan
keberadaan arbitrase sebagai badan yang menghendaki
proses sederhana dan cepat.
Proses per.jberitahuan claim kepada responden, di
badan arbitrnase ICSID tidak diatur tenggang waktu pe-
nyampaian dan pemberitahuannya, akan tetapi sesuai dengan
ssas proses sederhana dan cepat yang dihendaki, seharus-
nya prosesnya memakan waktu yang singkat.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
25
Pasal 41 ayat 1 menetapkan bahwa Dewan Arbitrase
ICSID adalah "hakim" atas wewenang-wewenang atau juridik-
sinya. Ketentuan ini dapat diartikan pula sebagai kewe
nangan untuk menetapkan apakah persyaratan-persyaratan
suatu sengketa yang diserahkan kepadanya telah inemenuhi
persyaratan Konvensi dan apakah sengketa yang diserahkan-20nya itu berada di dalam kewenangannya.
Layak untuk diketahui bahwa badan-badan interna
sional lainnya di dalain soal kompetensi ini, menentukan
dirinya sendiri sebagai badan atau pihak yang berwenang
terhadap hal-hal apa saja yang menjadi kompetennya. Hal
penentuan wewenang oleh badan arbitrase yang bersangkutan
ini disebut pula dengan doctrine of severability. Sebagai
contoh lainnya dapat dikemukakan di sini. misalnya :
a. Ketentuan dalain The UNCITRAL Rules and Model Law
(The Arbitration Rules),
di dalam pasal 16 ayat 1 UAR yang menyatakan:
The Arbitral tribunal may rule on its jurisdiction, including any objections with respect to the existence or validity of the arbitration agreement. For that purpose, an arbitration clause which forms part of the contract shall be treated as an agreement independent of the other terms of the contract. A decision by the arbitral tribunal that the contract is null and void shall not entail he ipso jure the invalidity of the arbitration clause.
R. Subekti., on, cit.. h. 17.20
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
Asas pertama putusan arbitrase ICSID, yaitu mahka
mah mssti memutus sengketa sesuai dengan peraturan hukum
yang disetujui. oleh para pihak. Hal ini ternmus dalam.
pasal 42 ayat 1 yang berbunyi: "The Tribunal shall decide
a dispute an accordance with such rules or law as may be
agreed by the parties." Jadi. untuk mengetahui peraturan
hukum yang mana yang harus diterapkan tnahkamah arbitrase
memutus sengketa dengan merujuk kepada kesepakatan para
pihak. Mahkamah meneliti terlebih dahulu, apakah dalam
klausula arbitrase telah disepakati aturan hukum oleh
para pihak. ICSID memberi hak kepada para pihak untuk
menentukan peraturan hukum mana yang mereka pilih menye-
lesaikan sengketa. Apabila telah ditetapkan pilihan,
kemudian hal itu dicantumkan secara tegas dalam perjanji-
an arbitrase, mahkamah arbitrase mutlak harus menerapkan
aturan hukum yang dimaksud.
Berkaitan dengan pelaksanaan isi putusan, perlu
diperhatikan pula Keputusan Presiden Republik Indonesia
tanggal 5 Agustus 1981 (No. 34 tahun 1981), yang telah
mensahkan Konvensi tentang pengakuan dan pelaksanaan
putusan arbitrase luar negeri (Convention on Recognition
and Enforcement of Foreign Arbitral Awards) dari PBB
tahun 1958. Dengan demikian maka keputusan arbitrase yang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
telah d iucapkan di luar n^-jri, tidak dapat diragukan
lagi dapat juga dijalankan di Indonesia sepanjang telah
d iucapkan dalain suatu negara yang juga peserta Konvensi
PBB ini.
Dengan demikian maka tambah luajlah lapangan untuk
pengakuan dan pelaksanaan keputusan-keputusan arbitrase
luar negeri ini di da]am wilayah negara kita sendiri. Hal
ini berarti apabila sekarang seorang pengusaha Indonesia
ditarik di hadapan Dewan Arbitrase di London, maka kepu-
tusan-keputusan yang dikeluarkan di London tersebut dapat
dilaksanakan di Indonesia. Dengan berlakunya Konvensi PBB
tentang keputusan arbitrase luar negeri tersebut maka
seraakin bertambahlah masalah-masalah yang berkenaan
dengan arbitrase untuk negara kita sekarang ini.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
BAB III
PROSES PENYELESAIAN SENGKETA
AMCO Asia v. REPUBLIK INDONESIA
I • Latar Belakang Timbulnva Sengketa
Pada tanggal 22 April 1968 diadakan "Lease and
Management Agreement” antara AMCO Asia Corporation (AM-
CO), sebuah perusahaan berbadan hukum negara bagian
Delaware, USA, dengan PT Wisma Kartika (PT WISMA), sebuah
perseroan terbatas berbadan hukum Republik Indonesia.
Perjanjian tersebut mensyaratkan pembagian keuntungan
management hotel (Motel Kartika Plaza) selama sembilart
belas tahun, tetapi diperpanjang lagi menjadi tigapuluh
tahun (sampai tahun 1999) berdasarkan persetujuan PT
Wisma Kartika. tanggal 24 Januari 1969.
Sementara itu. pada tanggal 16 Mei 1968, AMCO Asia
menyampaikan permohonan kepada Pemerintah Republik Indo
nesia untuk mendirikan PT AMCO Indonesia yang memiliki
badan hukum Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya,
AMCO Asia mengalihkan sebagian sahain yang dimiliki PT
AMCO kepada PAN AMERICAN DEVELOPMENT Ltd. (PAN AMERICAN),
suatu perusahaan berbadan hukum Hongkong pada tanggal 26
Oktober 1968. Pengalihan tersebut disetujui oleh Sekjen
28
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
£'*■ wunterian PU pads, tanggal 25 April 1972.
Kemudian pada tanggal 15 January 1931, ketiga
perusahaan tersebut mengajukan gugatan kepada Sekjen
IC15T.D, mengenai tindakan Pemerintah Indonesia yang telah
m^neabut izin penanaman modal mereka, dengan dalil penca-
titan tersebut dilakukan dengan suatu "armed military
action'*, sedangkan pada saat itu sedang terjadi sengketa21antara PT AMCO dengan PT Wisma.__
Kasus ini adalah mengenai sengketa pencabutan
lisensi penanaman modal Amco Asia Corp. oleh pemerintah
Indonesia tahun 1980. Sengketa ini tidak dapat diselesai-
kan secara damai antara Amco dan PT Wisma. Akhirnya, PT
Wisma meinutuskan keikutsertaan manajemen Amco. Selain itu
pemerintah Indonesia telah pula mendesak BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman Modal) untuk membatalkan penanaman
modal Amco atas hotel tersebut. Pada tanggal 15 Januari
1981, Amco mengajukan sengketa ini kepada sekjen ICSID.
Setelah mengadakan beberapa kali sidang, Dewan
Arbitrase ICSTD mengeluarkan dictum putusan pokok perkara
pada tanggal 2(J November 1984, yang isinya secara singkat
berbunyi:
29
International Legal Material 1987 No. XXIII dan Sudargo Gautama, Indonesia dan Arbitrase Intnmasio.naL, - Bina Cipta, Bandung, 1986, h. 213.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
x . pihak Indonesia harus m 'nbayar secara tanggung renteng
kepada AMCO Asia, Pan Amerioan, dan PT AMCO, sejumlah
(JS$ 3.200.000 dengan bun^a atas: juinlah tersebut sebe-
.sar setahun, sejak tanggal 15 January 1981 sampai
pembayaran lunas;
b. jumlah yang dikabulkan itu secara tanggung renteng
dibayar oleh tergugat kepada pihak penggugat. Cara
pembayaran harus dilakukan di luar Indonesia;
c. gugatan Rekonvensi/Counterclaim dari pihak tergugat
d itolak;
d. Lain-lain permintaan para pihak ditolak;
e. tiap pihak akan menanggung biaya pengacara dan lain-
lain biaya yang telah dikeluarkan dalam mempersiapkan22dan mengajukan perkara.
Karena pemerintah Indonesia tidak merasa puas dengan
keputusan Dewan Arbitrase ICSID tersebut, maka berdasar-
kan Pasal 52 Konvensi ICSID yang mengatur tentang pemba-
talan:
a. dewan arbitrase secara tegas telah melewati batas-
batas wewenangnya;
b. dewan Arbitrase secara sangat serius bertindak berten-
tangan dengan prosedur yang bersifat fundamental dan;
30
22Ibid.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
*•’. keputusan arbitrase telah lalai member ikan alasan
alasannya; maka diajukanlah permohonan pembatalan pada
tanggal 18 Maret 1985. Berdasarkan permohonan tersebut
dan dikeluarkan keputusan oleh Panitia Arbitrase Ad
Hoc pada tanggal 16 Mei 1986.
31
Penyelesaian Sengketa
Indonesia menyangkal bahwa tindakan tentara dan
polisi pada tanggal 31 Maret-1 April 1980 menyebabkan
Indonesia melakukan "international wrong" (perbuatan
melawan hukum internasional). Tanggung jawab Indonesia
akan ada hanya apabila hukum Indonesia tidak menawarkan
cara/saluran yang memadai terhadap tindakan itu. Ternyata
hukum Indonesia memberikan cara-cara penyelesaian (reme
dies) baik kepada warga negaranya maupun WNA dan jika PT
AMCO memilih untuk tidak memakai kesempatan itu, maka23harus tidak (tidak boleh) merugikan Indonesia.
Indonesia juga mempermasalahkan bahwa Dewan telah
melampaui batas wewenangnya dengan menetapkan bahwa AMCO
dapat mengajukan gugatannya tentang ganti rugi (compensa
tion of demages), berdasarkan tindakan tentara atau
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
i..;] isi secara langsung kepada Internasional Center tan pa
fcerlcbih dahulu nu ncar.i penyelesaian di hadapan pengadi-
lan p&ng&dilan Indonesia sesuai dengan ketentuan uitmm
hukum internasional tentang "local remedies", panitia
v. idak yakin bahwa bagian ini dapat dibatalkan. Dewan
aebagai badan yang dihasilkan konvensi, terikat untuk
nonerapkan konvensi, termasuk pasal 26, Dengan menerima
yuridiksi ICSID tanpa mengadakan persyaratan menurut
pasal 26 konvensi, Indonesia dianggap telah melepaskan
1 < • 4 24h a k i t u .Menurut saya, AMCO dapat secara langsung mencari
penyelesaian melalui Dewan Arbitrase ICSID tanpa perlu
menggunakan "Indonesian Local Remedies". Dewan tidak
melampaui batas wewenangnya ataupun gagal menyatakan
alasan-a]asan pada saat menerapkan hukum internasional
yaitu raenggolongkan intervensi tentara dan polisi pada
tanggal 31 Maret - 1 April 1980, sebagai suatu "interna-
t iona1 wrong".
Indonesia menggugat bahwa dewan tidak menerapkan
hukum Indonesia dan tidak mengeinukakan alasan apapun
mengenai hubungan kausal antara ketidaksahan tindakan
tentara dan polisi serta pencabutan kembali lisensi oleh
32
24 Ibid .
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
HKPM. Indonesia memandang bahwa ketidaksahan tersebut
telah diakhiri dengan "Keputusan Interlocutoir” Pengadi-
ian Jakarta Pusat tanggal 28 Mei 1980, yang member:,
wewenang kepada PT Wisma melakukan management hotel
jambil nienunggu penyelesaian akhir.
Dewan berpendapat bahwa meskipun "interlocutory
order" tersebut inungkin cukup untuk sementara waktu
"menghilangkan" ketidaksahan tindakan tentara dan polisi.
Dewan tidak dapat dianggap telah gagal menerapkan Hukum
Indonesia pada saat Dewan berpendapat bahwa ketidaksahan
tetap berlangsung (terjadi) bahkan setelah keluarnya
keputusan interlocutoir. Dewan memperhatikan bahwa pada
tanggal 8 Juli 1980, Pengadilan Tinggi Jakarta telah
mengabulkan permohonan PT AMCO untuk penundaan penerapan
keputusan interlocutoir tersebut. Pada tanggal 4 Agustus
1980, Mahkamah Agung menerima kembali keputusan Pengadil
an Negeri semula. Sementara itu pada tanggal 9 Juli 1980,
satu hsiri setelah Pengadilan Tinggi membatalkan keputusan
interlocutoir dan hampir satu bulan sebelum MA mengeluar-
kan keputusannya, BKPM mengeluarkan perintah pencabutan
lisensi penanaman modal AMCO. Dengan kata lain, Dewan
berpendapat bahwa tindakan tentara dan tindakan polisi
tidak sah, sehingga meinungkinkan PT Wisma memperoleh
secara paksa pengawasan atas hotel (de facto) dari PT
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
34
AMCO yang akibatnya dianggap oleh Pengadilan Tinggi
sebagai suatu tindakan yang melawan hukum.
BKPM
Menurut Dewan, BKPM telah mengesampingkan "due
process" (proses yang wajar) yang diakui hukum Indonesia
dan prinsip-prinsip hukum internasional pada umunmya
karena:
a. Lisensi PT AMCO dicabut tanpa pemberian "Prior War
ning" sesuai dengan pasal 13 (3) ketentuan BKPM 01/-
1977 bahwa BKPM akan memberikan peringatan (warning)
maksimum tiga kali, dalam jangka waktu satu bulan
antara pernyataan masing-inasing. Kalaupun ada, dewan
menganggap bahwa "authorship, dates and language" dari.
surat-surat yang dikirimkan Bank Indonesia, tidak
sesuai dengan pasal tersebut di atas.
b. Dalam proses administratif yang mengakibatkan pena-
rikan kembali lisensi, PT AMCO hanya diberikan waktu
satu jam dengar pendapat (hearing) lalu dalam waktu
tiga hari (11 April-13 April 1980) setelah dengar
pendapat tersebut, BKPM sudah mengambil kesimpulan dan
tindakan untuk mengusulkan kepada Presiden RI supaya
diadakan pencabutan lisensi PT AMCO pada tanggal 9
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
Juli 1980.25
Pihak Indonesia menyatakan bahwa hukum administrasi
Indonesia tidak mencakup setiap prinsip hukum umum atau-
pun "standards of due process", tetapi Pan.itia berpenda
pat bahwa walaupun kata-kata "due-process" tidak terdapat
dalam konstitusi (perundang-undangan) Indonesia, namun
perlu ditegaskan bahwa seseorang yang menganggap dirinya
dirugikan oleh tindakan pemerintah atau "administration",
dapat meminta penyelesaian di pengadi.lan-pengadilan di
Indonesia, menurut pasal 13G5 B W . Juga ganti rugi akan
diberikan jika keputusan badan administratif, berdasarkan
studi per kasus, didapati "ultra vires" atau tidak sesuai
dengan konsep keadilan utana yang berlaku dalam masyara-
kat. Sehingga nyata hagi Panitia bahwa standar uitiunt hukum
Indonesia ini secara kualitatif tidak berbeda dan nampak-
nya sama dalam pengertian fungsional, dengan apa yang
ditentukan Dewan tentang "The General and Fundamental
Principle of Due Process".
Dewan menganggap PT AERO PACIFIC didirikan berda
sarkan hukum Indonesia, sehingga merupakan perusahaan
"berkebangsaan Indonesia". Namun demikian PT AERO bukan
suatu "Indonesian Enterprise" jika ditinjau dari Pasal 3
35
25 IMd.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
L'U No. 6/1968, yang menyatakan bahwa "National Enter
prise" adalah suatu perusahaan yang paling sedikit modal-
nya (51%) dimiliki oleh negara atau suatu perusahaan
swasta nasional; sedangkan PT AERO 50% modalnya dimiliki
Mr Pullitser warga n eg a ra . Amorika, 25% oleh KLM suatu
perusahaan Belanda, dan hanya 24% oleh Garuda suatu
perusahaan Indonesia. Lag! pula pasal 1(1) UU No.6/1968
mengatur bahwa "Modal Dalain Negeri" boleh dipunyai negara
atau warga negara (badan hukum swasta) atau "foreign
£11 t-oyipu5 i se domiciled in Indonesia". Dengan demikian,
modal dari PT AERO dianggap sebagai "modal domestik" yang
(rjiiiiiliUi pjlph Husjtu pvivftfcw »lifcsi'd v iwt?11 _t takibafc-
nya dalil penggugat bahwa modal yang dimasukkan oleh PT
AERO dimasukkan pula seperti dimasukkan oleh PT AMCO2 6Indonesia, dianggap tidak tepat.
Dewan Arbitrase mengakui bahwa investasi yang
dilakukan pihak penggugat tidak mencukupi yakni seharus-
nya US $3,000,000 tapi hanya dimasukkan US $ 2 ,4 7 2 , 4 9 0 .
Meskipun demikian, kekurangan ini hanya sedikit lebih
dari 1/6 dari seluruh jumlah yang harus ditanam oleh
pihak penggugat. Dengan demikian, kekurangan ini dianggap
bukan sebagai alasan yang kuat untuk membenarkan penca-
3G
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
i itan lisensi. Terutama dalam perR^ra ini, pihak investor
kemungkinan besar dapat mengadakan investasi tambahan,
jika ada peringatan sebelumnya dari BKPM .
Dari segi lain mengenai pernyataan pihal-i Indonesia
bahwa pemerintah Indonesia tidak diberi tahu tentang
adanya persetujuan PT Wisma kepada "Sub Lease Agreement"
antara PT AMCO dan PT AERO tidak dapat diterima, karena
pelaksanaannya sudah berjalan begitu lama (15 Oktober
196-9 s/d 1 Juni 1978), dan juga mengingat PT Wisma ini
sybagian sahamnya dipegang oleh Inkopad yang inempunyai
hubungan erat dengan pemerintah.
Indonesia menyatakan bahwa Dewan telah sungguh-
sungguh menyimpang dari ketentuan prosedur yang mendasar
dengan memperlakukan para pihak secara tidak seimbang/me
madai dalam hal-hal tertentu. Misalnya. Dewan menyatakan
bahwa Pemerintah RI mengetahui adanya persetujuan PT
Wisma pada kedua "Sub-Lease Agreements" (pertama dengan
Puli tzar/KLM/Gar'jda dan yang kedua dengan PT AERO PACI
FIC), meskipun DEWAN sebelumnya telah menolak alasan AMCO
bahwa PT Wisma bukan "alter ego" dari Republik Indonesia,
serta menolak nenghubungkan RI dengan pengainbilalihan
management hotel. Di lain pihak, Dewan menolak serangkai
an surat mengenai kegagalan PT AMCO untuk mendaftarkan
penanaman modalnya, yang dikeluarkan Bank Indonesia,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
33
iuripada BKPM »e::ara langsung.
Panitia ad lioc in eng a ku i bahw..t hasil -hasil berbeda
dicapai Dewan dalam kvdua ha] di atas. Namun demikian, di
dalain ketentuan Tlie UNCITRAL Rules and Model Law (The
Arbitration Rules) yuntf menyatakan:
the ad hoc Committe after according due regard to the fundamental rule of eguality of the parties, is un ablee to conclude that the Tribunal in evaluating the surrounding facts in the two situations clearly exceded the scope of dicretionary authority granted to it by Arbitration Rule 34 and must consequently refuse Indonesia's claim of nullity in this regard.
Akan tetapi, dewan akan sieaiperhatikan dua hal dalain
sengketa ini, yaitu:
a. Jutnlah Kekurangan Penanaman Modal
Indonesia mempermasalahkan tentang jumlah modal
keseluruhan sebesar 2.472.490 yang dikatakan Dewan
telah ditanamkan oleh PT AMCO. Padahal kalkulasi tersebut
tidak benar jika Dewan sungguh-sungguh menerapkan hukum
Indonesia.
Panitia berpendapat bahwa menurut ketentuan hukum
Indonesia yang relevan/berhubungan, hanya penanaman modal
yang diakui dan didaftarkan secara julas oleh pihak yang
berwenang (Bank Indonesia), merupakan penanaman modal
(asirig) dalam pengertian Undang-undang No. 1 tahun 1967.
Segere. setelah pengutnuman undang-undang tersebut, keluar-
lah Surat Edaran atau pemberitahuan kepada Biro Valuta
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
Asing Bank Indonesia yang mewaj ibkan para investor asing
menyampaikan bukti bahwa modal asing harus berasal dari
luar Indonesia, sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun
1967. Penguiiuunan tersebut menyatakan bahwa Bank Indonesia
akan menentukan dengan pernyataan tertulis kepada perusa
haan yang bersangkutan apakah barang-barang yang diimpor
atau valuta asing tersebut akan diakui sebagai modal yang
d itanamkan.
Kewajiban pengakuan dan pendaftaran ini merupakan
nekani.sme utama untuk pencrapan pasal 1 Undang-Undang No.
1 tahun 19G7, sehingga kepada pihak penanam modal asing27diberikan fasilitas dan insentif tertentu.
Ternyata PT AMCO lupa mendaftarkan kepada Bank
Indonesia, jumlah yang dinyatakan AMCO telah ditanamkan
pada proyek hotel. Dinyatakan oleh penasihat AMCO bahwa
AMCO pada mulanya mengesahkan jumlah tersebut melalui
pendaftaran tetapi dibatalkan. Dalam hal ini AMCO memberi
kesan bahwa Bank Indonesia tidak bersedia mendaftarkan
jumlah yang dinyatakan PT AMCO telah ditanamkan.
Tetapi penasihat Indonesia menyatakan bahwa pasal
1365 BW mensyaratkan suatu "remedy" terhadap setiap
39
Lihat Lampiran "Decision Committee dari Sudargo Gautama,
ina Cipta, Bandung,
27 Rendered by the ad hoc Indonesia dan.. ArbitrflS£
1986, h. 425.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
r*iiioHkan (Bank Indonesia) yang sewenan^- wenang dalam hal
pendaflaran aesuaj deengari Undang-Undang No. 1 tahun 1967
dan bahwa AHCO selama bertahun-tahun tidak pernah meminta
"remedy" tersebut, tetapi sebaliknya mengabaikan baberapa
peringatan tertulis dari Bank Indonesia tentang pendaf-
iaran .
Sampai tahun 1977 Dewan Arbitrase mengetahui bahwa
penanaman modal (asing) AMCO yang telah didaftarkan
kepada Bank Indonesia sesuai dengan Undang-Undang no.l
tahun 1967, hanya berjumlah US$ 983.992. Dewan menentukan
PT AMCO telah menanamkan modal sebanyak US$ 2.472.490,
dengan memakai cara "accounting khusus".. yang justru
irienyimpang dari cara penghitungan menurut hukum .Indone-
s i a..
Dalain menentukan jumlah investasi yang telah dima
sukkan AMCO sebanyak US$ 2.472.490 ternyata Dewan melupa-
kan kenyataan bahwa menurut surat pencabutan dari BKPM
terj^but, PT AMCO hanya menaruh modal sebanyak
US$ 1.399.COO yang terdiri dari US$ 1.000.000 pinjaman
(ioan capital) dan sisanya modal sendiri (equity capi
tal). Dengan demikian, dewan telah gagal menerapkan pasal
2 Undang-undang no. 1 tahun 1967 yang membatasi penananan
modal dengan "equity capital".
Baik PT Amco yang pada mulanya berhutang
40
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
\IZ$ 1. 000. OOO dari ABN m&iipun PT A E R O P A C I F I C y an g m e n a n g - tTung p e m b a y a r a n kenibali padfi ABN ( A l g e m e n e B a n k N e d e r land), b e r p u r a - p u r a tei.ah itiempero] yh hak d a r i p i h a k y a n g bcrweriang. " to c o n s i d e r s u c h loan f unds as q u i t y i n v e s m e n t of PT A M C O " .b. S t a n d a r M a t e r i a l
Indonesia menganggap bahwa suatu reaksi yang sah
terhadap suatu kesalahan harus sebanding dengan kesalahan
itu sendiri. Karena panitia telah m.embatalkan kesimpulan
Dewan tentang ka]ku3asi dan jumlah penanaman modal PT
AMCO, dengan sendirinya pandangan Dewan yang mengatakan
bahwa kekurangan penanaman modal US$ 600.060 (kalkulasi
Dewan) bukan merupakan kriteria material untuk melakukan
pencabutan izin penanaman modal; harus dibatalkan, karena
sesuai dengan kalkulasi ketentuan hukum Indonesia, hanya
US$ 983.992 (equity capital) yang sudah ditanamkan,
padahal seharusnya US$ 3.000.000.
Dengan demikian, panitia inembatalkan semua keputu
san dewan secara keseluruhan, kecuali pandangan dewan
bahwa tindakan tentara dan polisi pada tanggal 31 Maret
1980 s.d. 1 April 1980, merupakan perbuatan melanggar
hukum, dan pihak tergugat harus mengganti rugi sesuai
dengan kerugian yang diderita sejak tanggal kejadian
tersebut.
41
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan bab-bab yang terdahulu, saya inena-
rik kesimpulan sebagai berikut :
a. Dewasa ini arbitrase telah menjadi salah satu metode
yang disukai, bahkan paling disukai dalam menyelesai-
kan sengketa ekonomi internasional, yang terjadi anta
ra badan hukum asing dengan negara berdaulat dan atau
antara badan hukum asing dengan badan hukum nasional.
Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang relatif lebih
confidental (private), tidak terlalu banyak formali-
tas, antara para, pihak/pengusaha yang bonafise, lebih
murah, keputusannya "Final and Binding*' serta bebas
dari campur tangan pengadilan nasional kecuali jika
pengadilan nasional diniinta untuk membantu karena
salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya.
Dalam suatu klausula perjanjian antara Amco Asia v.
Republik Indonesia, apabila timbul sengketa maka kedua
belah pihak sepakat menunjuk badan arbitrase ICSID.
b. Keputusan arbitrase yang hanya menerapkan/memperhati-
kan hukum nasional sudah tidak terhitung lagi jumlah-
42
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
a r>
n/a. Lid&k deniikian halnya dengan hukum inter-
nasiona] (publik). Namun deniikian telah terjadi kecen-
derungan untuk memperhatikan hukum nasional dan inter
nes ion a 1 seoara integral yang dikenal dengan pendeka-
tan transnasiona).. Pendekatan semacam ini khususnya
banyak diterapkan dalam sengketa yang salah satu pi-
haknya adalah negara yang berdaulat. Dalam skripsi ini
yang menjadi pihak dalam sengketa adalah Republik
Indonesia v. PT Amco Asia.
a. Diperlukan adanya "dokumen tersendiri" yang mengatur
mengenai kesepakatan tertulis dari para pihak untuk
monyelesaikan sengketa kepada badan arbitrase yang
telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian.
b. Pada kasus yang terjadi antara negara dengan badan
hukum asing maupun badan hukum asing dengan badan
hukum nasional, terjadi kombinasi antara hukum nasio
nal dan hukum international. Oleh karena itu supaya
terjadi keseiinbangan maka kasus yang dibahas sebaiknya
sebagian berhubungan dengan persoalan antar negara dan
sebagian lagi antar negara dengan badan hukum asing
atau badan hukum asing dengan badan hukum nasional/-
asing lainnya.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
DA FT AT' 8ACAAN
Buku :
Delaume, George R . , ICSID Arbitration (Cunteinporarv Problems in In ternat ional Arbitration). Queen Mary College, Martinus Nijhoff Publishers, 1987.
Gautama, Sudargo/. Indonesia dan Arbitra.se Internasionkl . Bina Cipta, Bandung, 1986.
_______ , Hukum Perdata Internasional Indonesia , A 1 uinn i ,Bandung, 1987.
_______ , Arbitrase Pagans Internasional. Bina Cipta,Bandung, 1986.
Harahap, Yahya. M., Arbitrase, Pustaka Kartini, Jakarta, 1991.
Sunaryati Hartono, Beberaoa Masalah Traqsnasional Dalam Penanaman Modal Asing Di Indonesia. Pradnya Paramita, Bandung, 1982.
Lew, Julian., Applicable Law in International Commercial Arbitration. Queen Mary College, Martinus Nijhoff Publishers, 1987.
Subekti, R., Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung,1981.
Majalah :
International Legal Materials. No. XXIII, 1987.
International and Comparative Law Quarterly, vol. 35, October 1986.
M I L J K.PERPUSTAkAAf*
-UNITERS1IAS A1RLANOCM* S U R A B A Y A
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
I N T E R N A T I O N A L C E N T R E FOR S E T T L E M E N T 0? I N V E S T M E N T D I S P U T E S ’ D E C I S I O N OF THE A D HOC C O M M I T T E E S E T T I N G A S I D E THE A W A R D R E N D E R E D
ON THE M E R I T S IN THE ARB IT RA TI ON 'B E T W E E N A M C O A S I A C O R P O R A T I O N ET AL. A N D I N D O N E S I A
i 'S ; “ T 5 l6 l------ 1-------- ;----
I n t r o d u c t o r y Note*
On M a y IS, 1986, the Ad Hoc C o m m i t t e e , c o m p o s e d of Prof. X gnaz S e i d l - H o h e n v e i d e r n , Cha ir ma n, Prof. F l o r e n t i n e F e l i c i a n o and Prof. A n d r e a G i a r d i n a , u n a n i m o u s l y a n n u l l e d the I CSID a w a r d r e n d e r e d on the m e r i t s on N o v e m b e r 21, 1984 by an a r b i t r a l t r i b u n a l c o m p o s e d of P r o f . B e r t h o l d G o l dm an , C ha ir m a n , Prof. Isi F oighel and Mr. E d v a r d w. R u b i n [2i\ I.L.M. 1022 ( 1985)]. The d e c i s i o n left u n t o u c h e d the "jv/ard" r e n d e r e d on the q u e s t i o n of j u r i s d i c t i o n in the same case on S e p t e m b e r 25, 1983 by the A r b i t r a l T r i b u n a l [23 I.L.M. (1934)];(C l u n e t 1 98 6 . 2 0 0 , note G a i l l a r d ) . See a ls o the d e c i s i o n on the r e q u e s t of the R e p u b l i c of I n d o n e s i a for r e c o m m e n d a t i o n of p r o v i s i o n a l m e a s u r e s [24 I.l.H, 365 (1985)).
This d ec i s i o n , r e p r o d u c e d below, c a u s e d g reat c o n c e r n a m o n g s p e c i a l i s t s of i n t e r n a t i o n a l law (for the first c om m e n t s , all c r i t i c a l , of this dec is io n, see Mark 3. Feldman, "The A n n u l m e n t P r o c e e d i n g s and the F i n a l i t y of I C S I D A r b i t r a l A w a r d s ” to be p u b l i s h e d in 2 I CS I D Review, F o r e i o n I n v e s t m e n t Law J o u r n a l No. 1 ( 1987 ); Ph. K ah n " he c o n t r o l e des s e n t e n c e s " a T F i trala! r en du es Dar un T r i b u n a l C IRDI", C R E D I M I , 1986 and E . Gai ll ar d, " C h r o n i q u e des s e n t e n c e s a r b i t r a l e s C I R D I ^ t o be p u b l i s h e d in C lune t 1987, No. 1). T h i s d e c i s i o n is p a r t i c u l a r l y a l a r m i n g for the I C S I D a r b i t r a t i o n s y s t e m g i v e n the a nn ul me nt , on M a y 3, 1985, by the A d Hoc C o m m i t t e e C'Kiiposed of Prof. Pie rr e Lalive, C ha i r m a n , Prof. A K m e c P E l - K o s h e r i and Prof. I gnaz S e i d i - H o h e n v e l d e r n of the a ward r e n de re d on O c t o b e r 21, 1983, by Mr. E d u a r d o J i m e n e z de A re c h a g a , C h a i r m a n and Mr. W i l l i a m D. R e g e r s (with a d i s s e n t i n g o p i n i o n of Prof. D o m i n i q u e S c h m i d t ) . (The a wa r d is . r e p r o d u c e d in C l u n e t 1 986,409, note G a i l l a r d and the a n n u l m e n t d e c i s i o n in 1 ICSID R e v i e w F o r e i g n I n v e s t m ent Law. J o u r n a l 89 ( 1986 ). See also, Clune't rsTfT?, No. 1, n o t e G a F I Ta rd ) .
In the A M C O case, the d i s p u t e a r o s e b e t w e e n f o r e i g n i nv estors, A M C O Asia, i t s " affi 1 iates and a s s i g n e e s and I n d o n e s i a a b o u t the c o n s t r u c t i o n and s u b s e q u e n t m a n a g e m e n t of the K a r t i k a P l a z a H otel in D ja k a r t a .
The hotel c o n s t r u c t i o n was c o m p l e t e d s u b s t a n t i a l l y as p l a n n e d tut a d i s p u t e a rose over A M C O ' s p e r f o r m a n c e of the m a n a g e m e n t p o r t i o n o£ the A g r e e m e n t . ' F in ally, the owner, an I n d o n e s i a n o r g a n i s a t i o n lin ke d with the I n d o n e s i a n Army, sought to d i s c o n t i n u e A M C O ' s i n v o l v e m e n t in the A g r e e m e n t , and the T r i b u n a l found that it
*"[*T!he “Tn'tT o3u c t o r y Note was p r e p a r e d tot I n tern a t i o n aT be al M a t e r i a l s by E m m a n u e l G ai l l a r d , I.L.M. C o r r e s p o n d i n g E d i t o r tor Fl:a n c e T ~ P co ^ e GSOC I n t e r n a t i o n a l Law and of the P aris Bar).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
e n l i s t e d a r m e d .forces of the I n d o n e s i a n G o v e r n m e n t to t ak e o ve r c o n t r o l and o w n e r s h i p of the hotel. It a ls o f ound that the I n d o n e s i a n o r g a n i s a t i o n p e r s u a d e d the I n d o n e s i a n G o v e r n m e n t to r e v o k e the i n v e s t m e n t lic en se . A c c o r d i n g l y , the T r i b u n a l h el d that the R e p u b l i c of I n d o n e s i a s h o u l d p a y to the i n v e s t o r s the a m o u n t of US $ 3 , 2 0 0 , 0 0 0 w i t h i n t e r e s t at the rate of 6% p er a n n u m on the g r o u n d that the acts of the o w n e r w er e i ll eg al s e l f - h e l p and that the a s s i s t a n c e or lack of p r o t e c t i o n a f f o r d e d to the f o r e i g n i n v e s t o r by the Array/Police was an i n t e r n a t i o n a l w r o n g a t t r i b u t a b l e to the Rep ub li c. It a l s o f ound the R e p u b l i c o-f I n d o n e s i a lia bl e for the u n l a w f u l w i t h d r a w a l of the i n v e s t m e n t l icense on the g r o u n d s of (1) v i o l a t i o n of I n d o n e s i a n law w h i c h i n d u c e d (a) due p r o c e s s (b) a s u b s t a n t i a l j u s t i f i c a t i o n for such removal, as v ei l as (2,) the v i o l a t i o n of the p r i n c i p l e s of i n t e r n a t i o n a l law (a) o a c t a sunt s e r v a n d a and (b) the r e s p e c t of a c q u i r e d r i g h t s (24 I .L .M . "1025 (1985) ].
A f t e r e x t e n s i v e h e a r i n g s and c a r e f u l s c r u t i n y of the award, the Ad Hoc C o m m i t t e e u p h e l d the T r i b u n a l ' s “ f i n d i n g that the action of A r m y and Pol ic e p e r s o n n e l was i l l e g a l " but a n n u l l e d the "aw ar d as a w h o l e " for the r e a s o n that the e v i d e n c e b e f o r e the T r i b u n a l s h o w e d that as late as 1977, A M C O ' s i n v e s t m e n t of f o r e i g n c a p i t a l d u l y r e g i s t e r e d w i t h the F o r e i g n I n v e s t m e n t Law a m o u n t e d to o n l y US $ 9 8 3 , 9 9 2 and that the T r i b u n a l " m a n i f e s t l y e x c e e d e d its p o w e r s " in d e t e r m i n i n g that the i n v e s t m e n t had r ea ch ed the ■ s um of US $ 2 ,4 7 2 , 4 9 0 .
T hi s d ec i s i o n , w h i c h a m o u n t s to a r e v i e w of the f a c t s and of the s u b s t a n c e of the a p p l i c a b l e law, c l e a r l y d e p a r t s f r o m one of the s t r o n g e s t t r e n d s o f .i n t e r n a t i o n a l c o m m e r c i a l a r b i t r a t i o n , w h i c h l i m i t s any kind of j u d i c i a l r e v i e w (both in a n n u l m e n t and e x e q u a t u r p r o c e e d i n g s ) to a l i m i t e d n u m b e r of- c a s e s and e x c l u d e s a n y k i n d o ! r e v i e w on the m e r i t s (See inter a l i a , A r t i c l e V of the 1 9 5 8 N ew York C o n v e n t i o n on the .RecognitioTT and E n f o r c e m e n t of F o r e i g n A r b i t r a l A wards, the U n i t e d K i n g d o m A r b i t r a t i o n A c t of 197S [18 I.L.M. 1248 (1979)], the 1981 F r e n c h D e c r e e on I n t e r n a t i o n a l A r b i t r a t i o n [20 I.L.M. 725 (1986)), the 1985 B e l g i a n S t a t u t e 125 I.L.M. 725 (1986)), and A r t i c l e 34 of the U N C I T R A L M o d e l L a w on I n t e r n a t i o n a l A r b i t r a t i o n (24 I.L.M. 1302 (1985)). This d e c i s i o n a ls o goes far b e y o n d the i n t e n t i o n of the C o n v e n t i o n ' s d r a f t e r s (see inter alia, I C S I D H i s t o r y of the C o n v e n t i o n -, Vol. 2, Part II/ at 8 5 3 - m .
It is to be h o p e d that the c o n c e p t i o n of the Aa Hoc C o m m i t t e e in the A M C O case, w h i c h is of c o u r s e not b i n d i n g on Fut ur e Ad Hoc CommitteTTsT will not j e o p a r d i z e the I C S I D a r b i t r a t i o n mecTfinism which, in m a n y respects, is one of the m os t a p p r o p r i a t e for State c on t r a c t s .
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
\0 Cl
a
i .2 l
b
a i
uU?
uneut>
Q►-<
tXiCJCffl
UyCO(9
■auC3
*4COOco• IP«u ■ •u0►i4
V)t/>
n>
nB
B-ai.
oM**>
ucifc
■<o
u0wl
<j■<
c>V£u
tlp
HN
ext>
uu
nO'
nT3c.
uuo
LJCitC
r.u
u0
*-*u,nGO
<Jl>
oaU4
uIJc
u0a.>u0
COce•<
«w0rlx>u
aSCko
•ac►MOe
*.•oni>«Ci
r<40JZu
>4oo-rJ
<>0
n<*■4Lr>
ouc
rlu
u«M
«cc.o
oV
Eni.
«Cluc
%>I »«3ac
clX*3
uoQ
O<
mr.
ouV■iJ
V«H4JV40
O•HU
OkV«u11c;
41i-<f
cou
P .T
U<3
n«
•hM
£•H
r.«
gV
VK
ui>r.
uV>c
X.1Jr-
JZIJ<
T3Cc
0an
utiM
iH>O.ex
<*«*4
-<►.
r-4<
c
Coivn«-T\»nc«*ii o£ i I itv*»a in t-h«» rwvocftt.ic*\
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
±J[clII
<n £&
0*
IA
* £v.c
ub
m-<J5!
Sh
3 2 >'
ft *5-3
8e w
.£
o
* 8
54Ju ^1
- C
« i
.n^ T.
i. o
'i u
M.iO >
u ^
L. >V.
Z c
I ‘
S
i 51
*“ P c
o i
5
2 c
^ e,J
6,
s §2 c
rr
j£ h s'
r —
< y
. f
2r t
1 I
~
3
11
! 1
•? 8
-0
—0
J33
S
V.
-S J
0.o1
1
5 1
.S i
2 s
o •*;
f
8
5 1*5
6 =
!■£
- 0
15 «
«-l *
I i
ij 5
*4
8 6
r•3V I
i 5
SI
Is
e
i
3 6
V, -I
■s *
•h y
n e
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
I■
S 5> -H
•rH *J
& §
«TJ O
ni i
1 5
1 ^
j {
i*
j? "5
Msi § Stj I£
3.
e *:
kl c.
2c
„ 8
?! S
£ I
i « z I
v (j
^ i
v. 2
■uC H
6 c
t'
g -j
H 6 £
aU
H 0
.-'
? ^
:c.
S
- 3 -fi
8 « *0
ft 0
- *
k
8 *
“ V
osf!*5"j0j:
i ^
—— *
> m
i 2
- -d
S •-*
= s
ji
: S
*i j $ %n
P :
* s,
*3 r
8 t
2 *«- o
i «■- u
—“
0 ri
aJ—
ef _ Jw
t a
S U
*Jrft1 5.i "
— c
.5 *:
>
9*-•
j:5 -
•• 6
zr — ii* K
if 7
£vjC
— <*->
c
c ?
I s
” £
J! *
3 =
f>£ aJ
—• f.
r ^J
r-I
7
= 5
—* 4J
~ 3
e -
J
- 0
3 —
V. —
0 -*
y -
_ ij
i {.3 > "cxJI
S*s
8u
■*-*
11
*" £
*5 £
i -J
1
4 * w
c
M cS •yitn4;x. t?
0 c .
\ oCX*
1 ?
\ iL"1^
-t
r>
«• 5
?b 6
r-i
*J C
•a e
2 r
? t£1ru/<
4J0
A
b.*
jj
©
j:±j
n
—,
00
•»«*
tis:•e
j:- (•n.
0
* £
c •*
1 i3 ^2
£2
5
A 3
f5. i
> o xi
o
S S
ri ^r*
y
Is•8<XJn'5
*A ; k-‘ J3
B ■
^»
o -■,
0 s.
■g °. ^
5 I
Q ^
^ 0
I 5
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
2 □
u5 -0
X. O
u* 5I%
5 6 e
,>.J3n
r> >
>i
P
*£.
O
v x»
-Hs <
' 6
E *8
0 ©
>* B
&
j?0.
'*
0 6
5 8
m
**
s
3i.*
ain
-g
u o
1 I2 Ig 1i
-
r» '
c
i*c
i«
KC
w•-
0
u
S
o>*J 41
# -
I 2
0 *<
* 2§ 6 c£
n o
^
§*• %
n
OM
o 0
0 -2
— Aj
3 c
s s
s s
—
cn
kA *>4
*1 U
.8 g
n c
ill
2
*5
***.
13• *
cin
Qo
*4cn
c Z «n
R *
2 -.1 s
8: S
5&~HV,fl c j:
?
*
J?
c0
-•1>fl
j:«
1.uH
cc
c♦j*
r*4c
<3•*:
Ru
y■j
03
0uKej'.
h*n
ijs
i
: &
01 «i
^ ?.
< d
o
rtu
41
2 1?•f4•oIr.I13 ; li
M
1«
■3 £
•* W.
5 0
3 3
n
g
>8 t
>3 i
.• ■»0
I.CJ
0:i
v ’if M* r
i. f>-
j ti J' -2 £.5I
ftH
8 3
*i
o
* I
I *3
«
% 3r
o B
,.: a
?• 5 (i-<
y<ft °
c: t
t! §
*5
:!vL> >..
l, H
Mc
. o
* f i*i
-', d
*0
•S s
! ?
r. «-•
r.<>% $
6 t ■ r4
0 c
a 6o
9-
I^
o
r»m®
SU
j!
? S.
7 >
0 2
^
.Wj
|?
A «ft
u
k. 4 rH
c
>-i/
®>
i;
fi s
0U1V)
t't?
I i»nii
V%8
il&
06
J f /•%■
:iM i>
f.ii
£n3
s -
: i0
n“
8 i;Si
.
10t
: ©
1 "
« ;i n■§
*
2 3
5 .2 »
g
vS 8
s sr:
>> "‘ :■
r»
L' V
s 5•H
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
•? £ iia &c
u
i •!
>-»L.• H•o 3
o 3L:
ftS
o0
ij5
I*
*33
§x.
U r*.
oo
x:% #
13 oi c2 £
•i I
.!>
***. *
Ii -
;w. 0
J*0 “
A*5 V
£
i:-
V. *•>
a 5 5
c, ;;c
c»A
«:
u n r.
.3 I
i, 5
n. 13
r.7.
I «
S r I1M»
*■ .i
E» 6 H
I
ii n
j! j~cf:
v b
,, iii ei *
g 8a V>
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
I *
Ui
—
r. 2
_c
V t■o0 w
i/ ** 0
x. r.
u
r >*= 8
I Ii I
\ §
/>
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
a d:•
co • |U
E* ■&JJ
•
I $
I -I -—
J
(
-^
o
I 1 c-
J t
3 2 S0 'J£C*
p -•
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
£ Z «
Tl -
K^
£
U
1 3 i
5 S. .
*■* n
c?c
~ v
^
Cn
»-• £ t;~
miii
*•t
i> 5 i '
0 f-c
*< 0* ”Sa 5
2 -t>
2a
ci)s «V? ftntf
i! u
(j 2 Cd a
*•I * -■3 2
S
Vj «,,
SJ U
*u e>u
* *
9 *-•
y w
» .2•-<
/:
c o
£ *
B i!
IV
J
t- i>
i. >i
u u*C
V
it
§ s
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
1
5 s
! §i
nj
dI ")‘
5
j!
I!
* 8
i
8 I 8 6
■s ! s s I *
- £<M */ " § 1
i « "0s
s
c u.
cM e
> r-S r
«S s1 B a 0
a -3.
uo
«
0 a
01 A
d «C 4J5 gw £
«t 0£ s
15
1
•3 * *8C*
wjif 0 §iii
& -
i j
4«SI
S
8 i *Ji *J
5
5 j!..4
W3
«^ ti’*■'
u
; j3 I1
!•H
H*'
S8 4
M0 *
8 3y fl
3 £
r -
11 " s *iii sC
>*S
08 1
a 3
y &■I *g 5f
*6 2& ’ *
1: i.
**
■i
1s
i %J
5 F
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
t'l11ja&
I -n■c s
"8u
*J
8 - U "•*a ~
A•s
9£jj
W4fl-C
§CX
u0»VQ
n<3bi
c>
>c-H0
0s
81
cp•-4
o f
8%<-*4
51
n3
*3?
E
*sS'r»
0«C
■3S(*.
*-<Vji'4*1
V. C
8 J-2
35
:
?*<9*0
■g?U
1
* sIh
n3
oH«
*I s8
§5
3
i §
- “5
*J k.
1 u1
I
9 *> 4
0 0
0
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
*rrilx 3 to trxikr»eaia.'3 l l c p ly , at pp. 4 - 5 ) . I n d c r .e s i& did c b je c t in its V - The Subntnnc^ of tho Annulment Clftiirw
i l i c a t i c r i (p a9» 22) to Um cn ier to piy ir» United States d o l la J "3 . Tho id h o c
,-roitto« a c c o r d in g ly denies Aoco* s ticve-baj" pleads. A. Clntnvt of N u llity ft«»latirvr to Tntk-yvx-^i a *a
Rt—Tr<r*« { b i 1 i tv fnr the Arrt.i of Amry tirxl
19) that tha Army anti P o lice p«rw annal c w o r r w d , as of May 20, 1900, th« d a t a
wh%n the C on tro l Jakarta D is t r ic t CcMrt granted to P.T.Wisoft* th» p r w i a i c n a l
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
$
y *s
i
*2
I
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
e —
—
Q f -
2 £
•? M
1
S
j
0
3 b i S
MI
S
I « ^
*a -s
t *a
5?
*■
1 * " § 5 5
l n
j*3
2
£ •
£ «
o 5rH8 J
£ 5
*3
?
■? -
& S
? 2" i 2I Iu_<8 J!c ^M 1
nK-Vgo& t I s ®
nI 5-
s 0
rHP
3
ft *ufi
I3
4•J
rH
s §II
J5
I I*6 H|
0.
H
Q*
us MQ Hf'
*a 2
•3 —<
|3S
ri ? 0
5 ■* ±<» "y
u ?
t 0
k.
u
3 I -Su
2 *> ©
y
8 8
••4■w_
us a.H
•*<Q
.W -H
a u c
r
o
~ 5
6 &
5 >
S
&J? * 5r.
- 1 s
6 C
“ I
S II
£
1 1
II
If
> 1.-<& .2 •• r. s &"2 I 1
j -
r*5
: S
1*
*3
V • «
--4 d af ?
3.■«
►•r*
••■< t
<**
i■>\ »>
»*5
i ?
il
i i
j! t ”
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
c v-Hz
c2 *8
s e
~ 5u
■el ~ ^
$*
6 o «ri c»I
•?
''
ft <0
8 :•3 - ? 2I
IhR
9y x
•g -
& ’o «' 1.
. 3
r- £
S' I
il
e
« -a r
JS i
> s
* 30
_
C\ 1 >
„ *
° 13
, 22
i a g
i *
§
« «
•3 S
oe
u n > "4J
*"
1 *|)
M
o *>2 £
5 3
0 u
* e
n a
e ..
5 - 0
n 8
c
£ 2 &c
8
1
>. rxt *©
c8
5
2 1
5 »
Ko
% e* &■
1 ! S 5H k
>• e ^ t?
A o ° -5
$ = ? i
5 4! §
s - (j
3 3
z:*
9 &0 fi
q
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
0 I i 5
3 ■ P I
i *h
h *
js ^ i & v
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
0, nou
i"i *m5
0«
•U
Q
I Ili 5
iiw
I! .5
.2 * *8*8
e5>*
JS ic
O' •*«
c
? ^
V. -0
*• fi s &
*8
° i
5 *
0 ®
o 2-m sk,
8 I
-
11
1
2 *i I
O
V.
u.t
00ft>91
5 5
CJ« ff»
c* eio
n n-
v»
« s
S 1
10*a
s 2*
<
3 6
I 3 i
«nf■sU
0.§ B 3 1a3 5
w 6
«i - K^
s 1
5
-5
0 ->
x> ri
n <n
• t
jf 5 i,
3 *
”
0 ■». R
1 • i
^ u d
c *-
-3«r
*
* i I«
' **
0 t
o«
17
1 3 l I
8 *i n 3
o * |H
IP
. r*
* jj
35 ^
* -s 3 2
*9 -e
t <d
c5
o
3
0 ?
6 2
& s s" i
> f
£
if
*
3 2.Ii i >Hs
J! £* * 3
- 6
* u3 2 &£ ■?
o
1* 2
2 £
" 1r
lf
a
IJIll
B1fi
I* a0• i3
i■3
- ?
o «
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
> *I
5
fc £ £
7n s 0
£
<M *>
0 I
5 i
\ \
\\
3
*gI
'I s
£.O' Iu
*->S ~8 Ji
ll
« *• *«■o &1 |
2 5
S o
£ ?
« S 3- 5
^ §
■S I3
fi
Me H
•s 8
? s•HI
2
£ » XS
Cxi
'~' ?
>
£
I 1! 8
• 1 I5 k 5
■*>
9i
'
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
i I **■: s 0.
«* 0I
it 8 S
> -fi*> S >.*o 5 5r> *
5 S
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
*-» <
n—« w
< XG I -■j
i
5
5 ^■s
.
S -
* e
1 -2 ~2 I t 2
*sV £C
H
« 0
s 3
5
a o
o•?
ou
ft
£^
«
u— •
S. 5s -0c
e5
S
^ £.
7 fi
—
r*
Vi
I *£
**
Hi
°- 1 d& *
n
i i
«T
sss£.»
:• i
in v estm m t s h o r t f a l l of A*co and corn* to c o n fr o n t Anvro'3 pioa of un ju st U- 3 - * 1 ,0 0 0 ,0 0 0 ACM la*n - {US 5] 451 ,32 9" (foiarx], p a r a .230 p . 110) a
c n r i c * » m t cn tho p v t of I n d o M ia ( c f . Award, p a r a . 1 4 9 ). The b « i c ruU P " * 6 of ( « 7u i t y ) c a p i t a l inv*3t.T*nt of P .T .,V ro3 . N*ith«*r P .T . A/neo wh
that e ily apprw ed and r ^ i n t . r e d fore ign c a p i t a l input? a t * Lnv®0 tn«nta o r i o i n a l l y incurred th» IS 5 1 ,0 00 ,0 00 lo~n from XDM (Award, M rd . 6 2 )
w ith in Ow oon tw n platicn of the roro ign Invest™ ** Law was in fact prcoan tod *»*■ P .T .A e r c p a e l f i c who U t* r a»um -d th* o b lig a t io n of repaying th® d o l U
in th- b r l .t a *rd W r i n g s ba for* th. T rib u n a l ( a . g . . H r.U aw in , WA^hlngton loan to AEN (Award, p a ra . 67) . protandod to hav* obtained a u th o r iz a t io n f r o
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
o s
8c-C4J
e.eijj_r8
2S
&3
2e
3 5
i!
I 3
n—» <
£ ‘j" I
(J H-4■u
0
tift 'i
t
»! P
f 1
h I
- ’3
>> p
S t‘
o£jr*8
i* r.
y f
u
n
5 a -
*' 3
*• $
iJ !*.:
J !
^ i?
0> Z
n !■
2
•gnA"
jr o2 «s
T> M
a1
-
fti)z1
lif M
D
£ *■'
c 0
• H... 6
? 5
s &
<•< y
"1 **
MH ^
I I
ft ?
® -I Iu
>T2£o&c*
£> r.
*8 fi
"3
III*4
~ *f
£ u
0
n 3
11 h
..C
3 „
I •-
ic
*i C
U C
l ~I
? 2
•.5
i •
> ^
c T
P
■a i:
* 5
ur,
r, B
2 S
t: f.
S 1
TJ f>
Y*
8 "5
nSi ? 7.
\
V. w
ii■? -
*• >
6 's
8 I
St? Q rc
E u
.s <i
c *
us -S 0
Zo * t
— e —
M "P
jJ
ll
?8
3
1 s I
o z.
s.
i«»
--< n
, J
*'I
'i
ll
:
?
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
i i! a ?!oi 4\
s~.\1"ci
il __
g Sn ^
£ 5. -g
Js 0
—
V-icI.Nw
00
£ J!H
u~H
Oe
?x o
HJ„2
0Cl.
hj3
g*
uj?a
±>
n3■>?t
Jj6
2L9s
tr> r-8 50
*0 c 0.&r*
5&
>sAJu&
Ici15
<05
102I
i*c
t-*O
80Sj5
o
st? u
* o
| u6 o2 5'HJj
*jX
<1
5 g« S'
‘ 4
-o 3
c fl.
* 3 3 I*M *4
VAJ
39 3 *
o n
! s
"5 «
3 5I7,s
I i .. J
5o •“ ti
§ §
t 8 *1n
G j• I zfe
& «J 5 35 c 11 * H
0 3ET S• «H
, ,Vn1
1ft2 1
I0j:c>•HJl«j
J J*
Jl
£
d “.5 ■&Jl
h»S
ft
») 0
5 S fi0
-u
3 t Iu
.h n
r.
.a H. a
100. Tho c c m c lu a io v s of th*» oil hoc Ccrrm itteo r e la t in g to th« r e v o c a t i o n
orcior do not a f f o c t the T r i b u n a l’3 firvJiryj a*i to the>. I l l e g a l i t y of th« a c t i o n
by Xmy ar*i P o lico por-scroval. Tb« ad hoc Cc«**ittw*», t h o r ^ f o r o , doun r»ot a n n u l
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
ilI±jlilJ£
1.1C*E:oi
d
c? n c
S i *£
61 .S 2>-3s
0I
5£ 5^ I*■*
92 5
o .5
2 s
ii ^
« I *
?* i ^
<3 S
! 1 "D
ti
ri §
cl£fcGcLcl•f-i
z 6
th-a ad hoc Ccwnitt*« In
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
v t r - l i t" vrn - o m M e r ^ . i c n of " o t h - r f i r o . ,n . i i " t v ,n t i o n « » - i
i-i<•E1c,
II
? .s
^ S
T*
‘5 S
3 c
z
>3
0
1- •
2 5 n «
.5 4
.2
0.
,1 i -
p 10
-5
II
M0 3
c 1
£ ft
5 i
b -
XJ *J
2 5u
J "
&
?0
3t? "Vc
f—
1 s
1 §
*8 "
s;
1 *
S* 8 £
5
i fl
•- u
•-
U
V, «
2 *E-
0
S' 8
•5 *
a m
J j
8 *
s 3
l! >.
£
&
„
* ^& 13
y *o t
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI
0 "8
I s 55
5
1;
5 a
x> r
* st! I
IM ^• M
J? e
* § HfI!J•
r.m — n
f
5
§
n w
is/» A/
: i
13 •-
1 JNv,, I
0 -
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ASPEK HUKUM PERDATA ... ADE HERAWATI