Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

34
1 STUDI HUBUNGAN KUALITAS AIR DENGAN KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI BATANG BUNGO KABUPATEN BUNGO OLEH BUDIYONO, A.Pi.,M.Si. Staf Pengajar : Fakultas Perikanan, Universitas Muara Bungo, Tahun 2011 RINGKASAN Perairan Sungai Batang Bungo merupakan salah satu sungai utama di Kabupaten Bungo dan merupakan bentuk perairan yang terbuka dan panjang. Hasil observasi di lapangan bahwa saat ini telah mengalami beberpa tekanan akibat dari berbagai kegiatan seperti berkembang penggalian pasir baik menggunakan peralatan mesin ( mesin diesel dan pompa keong ) dan Penambangan Emas Tanpa Izin ( PETI ).Diduga sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis ikan di dalam perairan tersebut. Hasil studi di Propinsi Jambi menunjukkan jenis ikan tawar yang ada berjumlah 131 species yang tercakup ke dalam 14 ordo dan 25 famili. Tujuan penelitian ini antara lain : 1). Identifikasi jenis ikan yang tertangkap di wilayah Sungai Batang Bungo pada lokasi yang terkena dampak dan tidak terkena dampak dari penambangan emas dan pasir.3).Analisis Indeks Keanekaragaman jenis ikan, Keseragaman, Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran. Metode penentuan stasiun dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dilakukan berdasarkan tujuan. Untuk pengambilan sampel air,sedimen dan ikan telah ditetapkan terhadap empat Stasiun. Untuk mengetahui nilai parameter fisika dan kimia perairan, maka sampel air diperiksa di Laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1). Keanekaragaman jenis ikan hasil penelitian di empat stasiun Sungai Batang Bungo ditemukan sebanyak 25 jenis ikan dari 16 genus dan 9 famili, 2) Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan pada masing-masing stasiun yakni: Stasiun I Desa Tebat berkisar 2,03 -2,08 , Stasiun II Desa Tanjung Agung 1,45, Stasiun III Kelurahan Sungai Pinang 0,89 – 0,91 dan Stasiun IV Kelurahan Tanjung Gedang 1,36 -1,61 3) Nilai Keseragaman ( E ) sebesar 0.433 pada Stasiun I Tebat memiliki keseragaman populasi yang tinggi dibanding stasiun lainya dan Nilai Indeks Keragaman Simpson ( D ) dari keempat stasiun. 0.0007- 0.0293 sedangkan Nilai Indeks Kesamaan ( IS ) antar Stasiun tidak ditemukan spesies yang Sangat Mirip.. Rata-rata antar stasiun Mirip dan Tidak Mirip, 5) Jenis ikan yang memiliki Kepadatan Populasi tertinggi dengan nilai 0.007600 individu / m 2 yakni ikan Malis (Dangila ocellata, Weber & Beaufort,1916) dan Kepadatan Relatif tertinggi pada Ikan Malis (Dangila ocellata, Weber & Beaufort,1916) sebesar 21,42857 % sedangkan Frekuensi Kehadiran tertinggi yakni ikan Baung (Mystus, sp), Palau (Osteochillus hasselti ,C.V) Lampam (Puntius schwanefeldi, Blkr), Malis (Dangila ocellata, Weber & Beaufort,1916 ) dan Masai (Rasbora argyrotaenia ,Bleeker,19850) masing-masing 100 %, 6).Nilai korelasi (r) pH

Transcript of Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

Page 1: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

1

STUDI HUBUNGAN KUALITAS AIR DENGAN KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN

DI SUNGAI BATANG BUNGOKABUPATEN BUNGO

OLEH

BUDIYONO, A.Pi.,M.Si.Staf Pengajar : Fakultas Perikanan, Universitas Muara Bungo,

Tahun 2011

RINGKASAN

Perairan Sungai Batang Bungo merupakan salah satu sungai utama di Kabupaten Bungo dan merupakan bentuk perairan yang terbuka dan panjang. Hasil observasi di lapangan bahwa saat ini telah mengalami beberpa tekanan akibat dari berbagai kegiatan seperti berkembang penggalian pasir baik menggunakan peralatan mesin ( mesin diesel dan pompa keong ) dan Penambangan Emas Tanpa Izin ( PETI ).Diduga sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis ikan di dalam perairan tersebut. Hasil studi di Propinsi Jambi menunjukkan jenis ikan tawar yang ada berjumlah 131 species yang tercakup ke dalam 14 ordo dan 25 famili.

Tujuan penelitian ini antara lain : 1). Identifikasi jenis ikan yang tertangkap di wilayah Sungai Batang Bungo pada lokasi yang terkena dampak dan tidak terkena dampak dari penambangan emas dan pasir.3).Analisis Indeks Keanekaragaman jenis ikan, Keseragaman, Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran.

Metode penentuan stasiun dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dilakukan berdasarkan tujuan. Untuk pengambilan sampel air,sedimen dan ikan telah ditetapkan terhadap empat Stasiun. Untuk mengetahui nilai parameter fisika dan kimia perairan, maka sampel air diperiksa di Laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1). Keanekaragaman jenis ikan hasil penelitian di empat stasiun Sungai Batang Bungo ditemukan sebanyak 25 jenis ikan dari 16 genus dan 9 famili, 2) Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan pada masing-masing stasiun yakni: Stasiun I Desa Tebat berkisar 2,03 -2,08 , Stasiun II Desa Tanjung Agung 1,45, Stasiun III Kelurahan Sungai Pinang 0,89 – 0,91 dan Stasiun IV Kelurahan Tanjung Gedang 1,36 -1,61 3) Nilai Keseragaman ( E ) sebesar 0.433 pada Stasiun I Tebat memiliki keseragaman populasi yang tinggi dibanding stasiun lainya dan Nilai Indeks Keragaman Simpson ( D ) dari keempat stasiun. 0.0007- 0.0293 sedangkan Nilai Indeks Kesamaan ( IS ) antar Stasiun tidak ditemukan spesies yang Sangat Mirip.. Rata-rata antar stasiun Mirip dan Tidak Mirip, 5) Jenis ikan yang memiliki Kepadatan Populasi tertinggi dengan nilai 0.007600 individu / m2 yakni ikan Malis (Dangila ocellata, Weber & Beaufort,1916) dan Kepadatan Relatif tertinggi pada Ikan Malis (Dangila ocellata, Weber & Beaufort,1916) sebesar 21,42857 % sedangkan Frekuensi Kehadiran tertinggi yakni ikan Baung (Mystus, sp), Palau (Osteochillus hasselti ,C.V) Lampam (Puntius schwanefeldi, Blkr), Malis (Dangila ocellata, Weber & Beaufort,1916 ) dan Masai(Rasbora argyrotaenia ,Bleeker,19850) masing-masing 100 %, 6).Nilai korelasi (r) pH

Page 2: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

2

0,880 memiliki tingkat hubungan (positif) Sangat Kuat terhadap nilai Indeks Keanekaragaman Ikan (Hi), demikian pula nilai (r) TSS -0,803 memiliki tingkat hubungan (negatif) sangat kuat 7).

Page 3: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

3

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Bungo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi mempunyai

luas Perairan umum seluas 6.907 ha yang terdiri dari perairan sungai, rawa,

danau/oxbow, chek dam dan genangan air lannya. Beberapa sungai utama yang ada di

Kabupaten Bungo antara lain: Sungai Batang Jujuhan, Sungai Batang Tebo, Sungai

Batang Bungo, Sungai Batang Senamat, dan Sungai Batang Pelepat (Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Bungo, 2009).

Perairan Sungai Batang Bungo merupakan salah satu sungai utama di Kabupaten

Bungo dan merupakan bentuk perairan yang terbuka dan panjang mencapai kurang lebih

50 km. Hasil observasi di lapangan bahwa bagi masyarakat petani nelayan sungai ini

dimanfaatkan untuk usaha penangkapan ikan dan budidaya perikanan. Disamping itu

bagi masyarakat umum disepanjang pinggiran Sungai Batang Bungo dimanfaatkan untuk

mencuci, mandi dan jamban ( MCK ) serta kebutuhan rumah tangga lainnya. Sedangkan

untuk masyarakat yang jaraknya jauh dari perairan Sungai Batang Bungo juga digunakan

untuk penyedia air minum yang dikelola oleh PDAM dan dialirkan kerumah-rumah

penduduk dan jasa transportasi.

Beberapa studi yang agak komprehensif tentang potensi perairan umum di pulau

terbesar Indonesia ini kebanyakan berupa inventarisasi keanekaragaman species

khususnya species ikan air tawar (Robert, 1989; dan Kottelat et al, 1996 dalam Ardianor

dan Gumiri, 2006 ). Selanjutnya Sudrajat, et al, 2009 mengemukakan bahwa hasil studi di

Propinsi Jambi menunjukkan jenis ikan tawar yang ada berjumlah 131 species yang

tercakup ke dalam 14 ordo dan 25 famili.

Page 4: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

4

Sedangkan informasi tentang ekologi perairan umum di Jambi masih sangat

terbatas. Namun demikian, khusus untuk Provinsi Jambi, penelitian tentang ekologi

perairan umum sudah dimulai sejak tahun 1997 sd 2003 melalui proyek Dinas Perikanan

Provinsi Jambi yang melibatkan antara lain LIPI. Secara umum Penelitian yang

terpublikasi masih dianggap sangat kurang mengingat data-data dasar yang bersifat time

series atau tahunan masih belum dilakukan secara intensif.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan bahwa terdapat

beberapa permasalahan utama dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan dan

lingkungan di Sungai Batang Bungo antara lain sebagai berikut : 1) Belum diketahuinya

jenis-jenis ikan yang hidup dan bertahan di sungai Batang Bungo 2) Belum diketahuinya

nilai Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Kesamaan, Kepadatan Populasi, Kepadatan

Relatif dan Frekuensi Kehadiran. 3). Belum diketahuinya tingkat hubungan parameter

kualitas air terhadap keanekaragaman jenis ikan dari pengaruh penambangan emas dan

pasir di wilayah Sungai Batang Bungo

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Identifikasi jenis ikan yang tertangkap di wilayah Sungai Batang Bungo pada lokasi

yang terkena dampak dan tidak terkena dampak dari penambangan emas dan pasir.

2) Analisis Indeks Keanekaragaman jenis ikan, Keseragaman, Kepadatan Populasi,

Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran.

3) Analisis tingkat hubungan parameter kualitas air terhadap keanekaragaman jenis

ikan dari pengaruh penambangan emas dan pasir di wilayah Sungai Batang Bungo.

Page 5: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

5

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis ikan di daerah penelitian

sebagai dasar pembuatan kebijakan dalam pengelolaan Sub Sub DAS Batang Bungo

serta pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.

Page 6: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

6

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekologi Sungai

Perairan umum air tawar alami dikenal sebagai sungai , rawa dan danau. Perairan

sungai merupakan suatu perairan yang didalamnya dicirikan dengan adanya aliran air

yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir ( perairan lotik ).

Perairan sungai biasanya keruh, sehingga penetrasi ke dasar sungai terhalang ( Boldman

dan Horne, 1983 ). Pada perairan sungai biasanya terjadi percampuran massa air secara

menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik.

Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, sungai sangat dipengaruhi

oleh waktu, iklim dan pola aliran air. Kecepatan arus , erosi dan sedimentasi merupakan

fenomena yang umum terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna pada sungai

sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut ( Effendi, 2003 )

Sungai secara spesefik terbagi ke dalam dua ekosistem yaitu perairan yang

berarus cepat dan perairan yang berarus lambat. Sungai yang mengalir cepat

dikarateristikan oleh tipe berbatu dan berkerikil, sedangkan sungai yang mengalir lambat

dikarateristikan dengan tipe subtrat berpasir dan berlumpur. Sungai-sungai di Jambi dapat

digolongkan ke dalam tipe Sungai Permanen yaitu sungai yang airnya terisi dan mengalir

sepanjang tahun. Walaupun terjadi musim kemarau yang panjang sungai-sungai di Jambi

tidak pernah kekeringan sampai tidak ada airnya ( Saputra, 2004 ).

2.2. Ekologi Ikan

Ikan merupakan hewan vertebrata dan dimasukkan ke dalam filum Chordata

yang hidup dan berkembang di dalam air dengan menggunakan insang. Ikan

mengambil oksigen dari lingkungan air di sekitarnya. Ikan juga mempunyai anggota

Page 7: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

7

tubuh berupa sirip untuk menjaga keseimbangan dalam air sehingga ia tidak

tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin ( Sumich, 1992 ).

Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara

caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan

ekor disebut anus. Kulit terdiri atas dermis dan epidermis. Dermis terdiri dari jaringan

pengikat yang dilapisi dari sebelah luar epitelium. Diantara sel-sel epitelium terdapat

kelenjar uniseluler yang mengeluarkan lendir yang menyebabkan kulit ikan menjadi

licin ( Radiopoetra, 1978 dalam Siagian, C, 2009 ).

Ikan merupakan vetrtebarata yang paling banyak jumlahnya, yang menghabiskan

seluruh hidupnya pada perairan. Sekarang ini ada sekitar 20.000 sampai 30.000 species

yang telah diketahui, hampir setengah dari jumlah vertebrata. Kebanayakan ikan adalah

ikan bertulang sejati terutama teleostei dan sisanya 50 ikan jawles dan 800 species ikan

bertulang rawan ( Marshall dan Bone, 1982 ).

Penyebaran ikan di perairan laut sebanyak 51% dan perairan tawar 48% dan 1%

bergerak dari lingkungan air laut ke perairan air tawar dan sebanliknya. Banyaknya ikan

di air tawar disebabkan daerahnya tersisolasi sehingga mempunyai kesempatan yang

besar untuk membentuk species baru sedangkan pada perairan laut saling berhubungan

satu sama lain sehingga kondisinya hamper sama sehingga pembentukan species baru

lebih kecil. Kebanyakan species ikan ditemukan pada lingkungan yang lebih panas

dimana perubahan temperature tahunan kecil (Moyle dan Cech, 1989).

Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sebesar 15 mm seperti pada ikan

Goby (Eviota sp) sampai dengan yang besar seperti ikan Hiu yang dapat mencapai 21

meter dengan berat sekitar 25 ton atau lebih. Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih

dan ada yang berbentuk tidak teratur ( Marshall dan Bone, 1982 ).

Page 8: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

8

Salah satu ciri ikan yang khas yaitu letak vertikal sirip ekor yang sama pada setiap

ikan umumnya, kecuali pada ikan Paus. Cara perkembangbiakan kebanyakan bertelur

(ovivar) tetapi beberapa diantaranya juga menghasilkan anak yang menetas ketika

Masih berada dalam tubuh induknya (ovovipar), bahkan ada yang melahirkan anak

berupa individu baru (vivipar). Tubuh ikan asal munlanya tertutup oleh suatu lapisan

lempeng-lempeng tulang yang pada banyak species sedikit demi sedikit berkurang

sehingga tubuh lebih lentur, kemudian sama sekali tidak bersisik atau tertutup olehsuatu

lapisan sisik yang tipis dan kecil ( Ensiklopedia Indonesia )

2.3. Penggolongan Ikan

Lalli dan Parron, 1993 dalam Siagian, C, 2009, membagi ikan menjadi tiga kelas

berdasarkan taksonomi, yaitu :

a. Kelas Agnatha yang meliputi ikan primitive seperti Lamprey. Kelompok ikan ini

berumur 550 juta tahun yang lalu dan sekarang hanya tinggal 50 species. Ikan ini

tidak memiliki sirip-sirip perpasangan tetapi memiliki stau atau dua sirip punggung

dan satu sirip ekor.

b. Kelas Chondrichthyes memiliki ciri-ciri adanya tulang rawan dan tidak

mempunyai sisik. Kelas ini juga termasuk kelas yang primitif dengan umur 450 juta

tahun yang lalu dan sekarang hanya mempunyai 300 spesies. Misalnya seperti

ikan Pari dan Hiu dan biasanya makanannya adalah plankton dan organisme

bentik.

c. Kelas Osteichthyes meliputi ikan Teleostei yang merupakan ikan tulang sejati.

Kelompok ini merupakan ikan yang terbesar jumlahnya dari seluruh ikan, di

mana melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada 300 juta tahun yang lalu.

Page 9: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

9

2.4. Karateristik Ikan di Perairan Sungai

Wooton, 1991, mengatakan bahwa, adanya hubungan positif antara kekayaan

jenis dengan suatu area yang ditempati. Keanekaragaman Jenis Ikan Sungai tergantung

pada dua faktor. Pertama, peningkatan jumlah mikro habitat akan dapat meningkatkan

keragaman. Kedua, area yang lebih luas sering memiliki variasi habitat yang lebih besar

dibanding dengan area yang lebih sempit. Selanjutnya Kottelat et al, 1996 dalam Yustina,

2001 menambahkan, semakin panjang dan lebar ukuran sungai semakin banyak pula

jumlah jenis ikan yang menempatinya

Keanekaragaman dan kelimpahan ikan juga ditentukan oleh karakteristik habitat

perairan. Karakteristik habitat di sungai sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai.

Kecepatan aliran tersebut ditentukan oleh perbedaan kemiringan sungai, keberadaan

hutan atau tumbuhan di sepanjang daerah aliran sungai yang akan berasosiasi dengan

keberadaan hewan-hewan penghuninya (Ross 1997 dalam Yustina, 2001).

Page 10: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

10

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan

Penelitian ini dilakukan di Sungai Batang Bungo, anak Sungai Batang Tebo dan

anak Sungai Batang Hari. Untuk mengetahui kualitas air di lokasi penelitian dilakukan

pengambilan sampel air (contoh) dan untuk mengetahui jenis ikan yang diteliti dilakukan

penangkapan ikan pada 4 stasiun yang telah ditentukan. Sedangkan waktu pengambilan

sampel air dilakukan pada waktu pagi hari pada pukul 07.30 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu : alat tulis, timbangan elektrik

dan alat pengukur kualitas air : termometer, sechi disk, bola hanyut, tali, meteran, pH

meter, DO meter , dan tabung sampel air ( Tipe Ruttner ) volume 2 (dua) liter yang dapat

diatur pada kedalaman berapa sampel air ingin diambil serta botol sampel untuk

parameter TSS, TDS, BOD, COD, DO, total Phospat sebagai P, Nitrat sebagau N, Besi

terlarut, Nitrit sebagai N, Belerang sebagai H2S.

Sedangkan untuk menangkap sampel ikan digunakan alat tangkap jaring, jala

tebar, dan pancing, penggaris, kamera, Global Positioning System (GPS) untuk

menentukan posisi stasiun pengamatan. Disamping itu untuk mengolah data diperlukan

seperangkat “ Personal Computer “ atau PC. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu.

bahan-bahan kimia untuk analisis kualitas air dan pengawetan sampel seperti: MnSO4,

KI + KOH, H2SO4, Na2S2O3, Alkohol dan Amilum.

3.3. Metoda Pengumpulan Data

Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai dan metoda penelitian yang

digunakan yaitu dengan cara observasi langsung dilapangan untuk data primer dan

Page 11: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

11

pemeriksaan di laboratorium, sedangkan data sekunder dilakukan dengan cara wawancara

dan menggunakan data dari instansi terkait.

Metode penentuan stasiun pengambilan sampel air dilakukan dengan cara

purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dilakukan berdasarkan tujuan

dengan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi dan keadaan tempat penelitian

atau karateristik lokasi penelitian. Teknik pengambilan sampel air untuk pengukuran

parameter fisik, dan kimia pada masing-masing tempat penelitian /stasiun. Adapun

deskripsi masing-masing Stasiun adalah sebagai berikut :

1)Stasiun I

Stasiun I Desa Tebat berada di bagian Hulu Sungai Batang Bungo kira –kira 1 km

dari Air Sungai yang belum banyak tercemar ( PETI dan Penambangan pasir). Di lokasi

ini kualitas air masih dalam kondisi normal belum terpengaruh kegiatan tersebut di atas

dan akan digunakan sebagai pembanding dengan Stasiun yang lain.

2).Satsiun II

Stasiun II Desa Tanjung Agung berada di Sungai Batang Bungo yang pertama

dicemari. Di lokasi ini kualitas air tidak dalam kondisi normal atau diduga telah

mengalami penurunan mutu air.

3).Stasiun III

Stasiun III Kelurahan Sungai Pinang berada di tengah daerah penelitian dimana

terdapat air masuk dari anak sungai Batang Kenalu yang diduga membawa bahan koloid

4).Stasiun IV

Stasiun IV Kelurahan Tanjnung Gedang berada pada bagian Hilir Sungai Batang

Bungo, dimana dilokasi ini merupakan pangkal Sungai Batang Bungo Di lokasi ini

merupakan lokasi yang berdekatan dengan pertemuan anatara Sungai Batang Bungo

dengan Sungai Induknya yaitu Sungai Batang Tebo atau sering disebut Muara Sungai.

Page 12: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

12

3.4. Cara Pelaksanaan Pengambilan Sampel Air

3.4.1. Level Pengambilan Sampel Air

Pengambilan kedalaman sampel air ditentukan berdasarkan besarnya debit air

sungai. Menurut Standar Nasional Indonesia Bidang Kualitas Air, 1990 dalam Siradz,

A.S et al, 2008 bahwa debit air sungai diukur dengan menggunakan alat Current Meter.

Dari hasil pengukuran nilai debit air maka dapat ditentukan kedalaman pengambilan

sampelnya. Jika debit air <150 m3/detik maka sampel air diambil 0,5 x kedalaman

sungai, tetapi jika debit air > 150 m3/detik maka sampel air dapat diambil pada 0,2 x

kedalaman sungai diukur dari permukaan sungai.

3.4.2. Pemeriksaan di Lapangan

Pemeriksaan atau pengukuran langsung di lapangan meliputi unsur-unsur yang

dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung dilapangan setelah pengambilan sampel

air. Unsur-unsur tersebut antara lain ; suhu, pH, warna air, dan kecerahan ( LPPM Bung

Hatta, 2009) .

3.4.3.Pemeriksaan di Laboratorium

Adapun sampel air yang diperiksa di laboratorium antara lain untuk parameter :

1).Kelarutan oksigen (DO), 2). BOD5, 3).COD (Chemical Oxygen Demand), 4).

Kandungan Nitrat ( ),

3.5.Pengambilan Sampel Ikan

Sampel ikan dari setiap stasiun ditangkap dengan menggunakan beberapa jenis

alat tangkap antara lain: jaring, jala dan pancing. Jaring yang digunakan mempunyai

ukuran, panjang 50 meter, lebar 1 meter dengan ukuran mata jaring yang berbeda yaitu

¾, 1 dan 3 inchi. Pada bagian atas jaring (tali ris atas) terdapat pelampung sebanyak 1

buah tiap meternya, sedangkan pada bagian bawahnya (tali ris bawah) dikaitkan dengan

Page 13: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

13

pemberat sebanyak 4 buah tiap meternya. Pelampung dan pemberat berguna untuk

menegakkan posisi jaring selama di dalam air agar tidak terbawa arus atau gelombang.

Pemasangan jaring dilakukan selama 1 malam pada setiap stasiun.

Alat tangkap jala yang digunakan berukuran 1,75 inchi, panjang 3 m dengan cara

menebarkan pada setiap stasiun selama 3 jam dan pancing dipasang sebanyak 50 buah

dan dipasang selama 1 malam. Cara penangkapan sampel ikan dilakukan dengan

perlakukan alat tangkap dan lama waktu yang sama untuk setiap stasiunnya dan

pengambilan dilakukan 1 kali pada musim kemarau dan 1 kali pada musim hujan.

Sampel ikan yang diperoleh dikelompokkan berdasar ciri-ciri morfologi yang

sama dan dihitung jumlah dari masing-masing jenis. Tiap jenis diambil beberapa ekor

sebagai sampel dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diisi formalin 4%

sebagai pengawet selanjutnya dimasukkan ke dalam botol koleksi lalu diberi label (

Saanin, 1989 ). Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium untuk diamati dan

diidentifikasi dengan buku acuan menurut Saanin 1986. Pengambilan sampel ikan

dilakukan 2 kali yaitu musim kemarau dan musim hujan.

3.6.Metoda Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari dilapangan digunakan beberapa

metoda analisis. Metoda analisis tersebut adalah sebagai berikut:

3.6.1. Analisis Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H1)

Analisis data mencakup indeks keanekaragaman jenis ikan menurut Shannon dalam

Bengen,2000, dilambangkan dengan (H1) yang dibatasi sebagai :

I iH1 = - ∑ ni Log 2 ni = - ∑ ( p1 Log2 p1 ) ...............................(1) i-1 N N i-1

Page 14: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

14

s menunjukan banyaknya species yang di amati. Oleh karena Log2 atau 2Log atau Logaritma

dengan dasar bikangan 2 dari suatu ekspresi numeric dapat dinyatakan sebagai 2 Log x ,

maka 2 Log x dapat dinyatakan kembali menjadi ( log x / log 2) = 3,32 log x, sedangkan log

menunjukan logaritma dengan bilangan dasar 10. Dengan demikian Indeks Shannon dapat

ditulis kembali menjadi :

Hi = 3,32 ( log N -1 ∑ ni log ni ) N

dengan ragam

∑ pi (log2 pi )2 - (∑pi log2 pi)2 s-1

Var Hi = + + … N 2N2

Untuk menguji hipotesis H0 : Hi1 = H

i2 , perbedaan antar contoh digunakan uji t

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Hi1 - H

i2

t =

√ Var Hi1 + Var Hi

2 .................................(2)

(Var Hi1 + Var Hi

2 )

dengan derajat bebas ( db) = (Var Hi

1 )2 / N1 + (Var Hi2 )2 /N2

3.6.2. Analisis Indeks Keseragaman/Regularitas/Equitabilitas (E)

Equitabilitas adalah penyebaran individu antar species yang berbeda dan diperoleh

dari hubungan antara keanekaragaman (H1) dengan keanekaragaman maksimalnya ( Bengen,

2000).

H1 H1

E = = .................................................................(4) H1 max Log 2 s

1

Karena, H1 max = - ∑ - 1 Log2 1 = - s 1 Log2 1 = Log2 s i=1 s s s s

Dimana :

Page 15: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

15

Hi = Indeks Keanekaragaman Shannon-WeinerH max = Keanekaragaman species maksimumS = Jumlah Species

Nilai E berkisar antara 0 - 1

Semakin kecil nilai E, maka semakin kecil keseragaman suatu populasi,

sebaliknya semakin besar nilai E, maka populasi akan menunjukkan keseragaman (

Krebs, 1985 ).

3.6.3. Analisis Indeks Keragaman Simpson ( D )

Indeks ini digunakan untuk menentukan kualitas perairan yang jumlah jenisnya

banyak atau dengan keragaman jenisnya tinggi ( Koesoebiono,1987 dalam Ferianita

Fachrul, 2008 )

s ( n1 )2 D = ∑ ______ i N2 …………………………………………..…(5)

Resiprok Indeks Keragaman Simpson ( Koesoebiono,1987 )

s ( n1 )2 ( 1 – D ) = ∑ ______ i N2

Dengan ::N = Jumlah Total individun = Jumlah individu masing-masing jenis

3.6.4. Analisis Indeks Kesamaan ( IS)

2cIS = _______ x 100 % ..............................................................(6)

a + b

Dimana :

a = Jumlah species pada Stasiun Ab = Jumlah species pada Stasiun B

Page 16: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

16

c = Jumlah Species yang sama pada Stasiun A dan B

IS = 75 – 100 % = Sangat Mirip 50 - 75 % = Mirip 25 - 50 % = Tidak Mirip < 25 % = Sangat Tidak Mirip ( Michael, P, 1994 )

3.6.5. Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran

Dalam Michael, P, 1994 disebutkan bahwa untuk menghitung Kepadatan Populasi

(KP), Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) menggunakan persamaan

sebagai berikut :

a. Kepadatan Populasi (KP)

Jumlah Individu Suatu jenisKP (indv/m2) = _________________________ ……………(7)

Luas Area / Plot

b. Kepadatan Relatif (KR)

Kepadatan Suatu JenisKR ( % ) = _________________________ X 100 % …..(8)

Jumlah Kepadatan Seluruh Jenis

c. Frekuensi Kehadiran (FK)

Jumlah Plot yang ditempati Suatu JenisFK = _________________________________ X 100 %

Jumlah Total plot ......................(9).Di mana:FK = 0 - 25% : Kehadiran sangat jarangFK = 25 - 50% : Kehadiran jarangFK = 50 - 75% : Kehadiran sedangFK > 75% : Kehadiran sering/absolut

Page 17: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

17

3.6.6. Analisis Korelasi Pearson

Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik

pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi

mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan

antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu

mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel

tersebut disebut independen.

Korelasi Pearson adalah suatu bentuk rumus yang digunakan untuk mencari

hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas atau independent variable dan variabel

terikat atau dependent variable. Di mana umumnya variabel terikat diberi notasi Y dan

variabel bebas diberi notasi X, di mana variabel bebas ini merupakan pemberian dari

hasil suatu pengamatan sehingga variabel bebas tersebut tidak lagi Random atau acak.

Dalam hal ini Analisis Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui

keberartian hubungan antara indeks keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di lokasi

penelitian Sungai Batang Bungo dengan parameter fisika kimia perairan. Adapun

persamaanya sebagai berikut:

)10(....................

)()(

))((

2_

12

_

1

_

1

_

1

yyxx

yyxxr

Keterangan : r : Korelasi antar indeks keanekaragaman jenis ikan dengan parameter fisika kimia

perairanX : Parameter kualitas airY : Parameter indeks keanekaragaman jenis ikan (Hi)

Page 18: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keanekaragaman Jenis Ikan Hasil Penelitian

Hasil tangkapan selama penelitian pada 4 stasiun, baik musim hujan maupun

musim kemarau ditemukan sebanyak 25 jenis ikan dari 16 genus dan 9 famili, seperti

tersaji Tabel 4.1. di bawah ini. Sedangkan menurut hasil wawancara langsung dengan

petani/nelayan pada masing-masing Stasiun di Sungai Batang Bungo ternyata selama

dalam 2010 telah ditemukan atau tertangkap nelayan sebanyak 58 jenis ikan atau 43,1 %

( Lampiran...).

Selanjutnya bila dibandingkan dengan hasil inventarisasi jenis-jenis ikan Perairan

Propinsi di Jambi ( Sudrajat, A. et al, 2009 ) ditemukan sebanyak 131 jenis ikan, 25

Famili, 14 Ordo, maka hasil tangkapan selama penelitian ini baru 19,08 % dari yang

jenis ikan yang tercatat di perairan Jambi. Adapun 25 jenis ikan tersebut dapat

dideskripsikan sebagai dalam Lampiran 4 dan 5.

Secara umum keanekaragaman jenis ikan pada lokasi penelitian relatif rendah

jika dibandingkan dengan jenis ikan yang ada di perairan Propinsi Jambi sebanyak 131

Jenis. Masih sedikitnya jumlah jenis hasil tangkapan selama penelitian ini karena waktu

atau musim, jenis alat tangkap, luas area dan daerah penangkapan sangat terbatas

Menurut Watoon, 1991, bahwa keanekaragaman jenis ikan sungai tergantung

pada dua faktor. Pertama, peningkatan jumlah mikro habitat akan dapat meningkatkan

keragaman. Kedua, area yang lebih luas sering memiliki variasi habitat yang lebih besar

dibanding dengan area yang lebih sempit.

Page 19: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

19

Tabel 4.1. Keanekaragaman jenis ikan yang berhasil ditangkap dan taksonominya Di Stasiun Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama Lokal

Chordata Pisces

OstariophysiBragiidae

Mystus

Mystus nemurus (Weber & Beaufort,1913)

Baung

Mystus sp Baung Akar

Mystus wyckii (Blkr) Baung Murai

Mystus sp Tampang DurianMystus microcanthus (Weber & Beaufort,1913)

Sengiring'

Bagrichthys Bagrichthys hypselopterus (Weber & Beaufort,1913)

Sengingih/Layang-layang

Nandidae NandusNandus nandus(Nandus nebulosus (Weber & Beaufort,1922))

Beterung

Gobiidae OxyeleotrisOxyeleotris marmorata (Kauman, 1953)

Betutu

Channidae ChannaChanna striata (Weber & Beaufort,1922)

Gabus

Ostariophysi Pangasidae Pangasius Pangasius polyuranodon (Weber & Beaufort,1913)

Juaro

Siluridae Kryptopterus Kryptopterus macrocephalus (Blkr)

Lais

Cypriniformes Cyprinidae

DangilaDangila ocellata (Weber & Beaufort,1916)

Malis/Lambak muncung

BarbicthysBarbicthys laevis (Weber & Beaufort,1916;Kottelat,1984b)

Mentulu

Osteochillus Osteochillus hasselti (C.V) Palau

Chela

Chela laubuca (Hamilton-Buchanan,1822))

Perut-perut

Chela oxygastroides (Howes,1979)

Pimping

Puntius Puntius tawarensis (Weber & Beaufort,1916)

Kepras/Kepang

Puntius schwanefeldi (Blkr) Lampam

Rasbora

Rasbora pauciperforata (Weber & Beaufort,1916)

Seluang

Rasbora argyrotaenia (Bleeker,19850)

Masai

Rasbora spBatu/Seluang barau

Chrossochheilus

Chrossochheilus gnathopogon (Weber & Beaufort,1916)

Semuruk

OpisthomiMastacembelidae

Mastacembelus

Mastacembelus erythrotaenia (de Beaufort&Brigg,1962)

Tilan

Page 20: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

20

Cypriniformes

Mastacembelus sp Tampang Ayam

Cynoglossidae

Cynoglossus

CynoglossusLidah-lidah/mata sebelah

JUMLAH 9 16 25

Sumber : Data primer diambil bulan Oktober 2010 dan Januari 2011

. 4.2. Nilai Keanekaragaman Jenis Ikan ( Hi )

Nilai indeks Keanekaragaman Jenis Ikan ( Hi ) yang tertangkap selama

penelitian di empat Stasiun di Sungai Batang Bungo berdasarkan Indek Shannon dapat

dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Nilai Keanekaragaman Jenis Ikan ( Hi ) yang tertangkap selama penelitian di empat Stasiun Penelitian di Sungai Batang Bungo.

No Musim

Nilai Indek Keanekaragaman ( Hi )

ST ITebat

ST IITanjung Agung

ST IIISungai Pinang

ST IVTanjung Gedang

1.KeanekaragamanMusim Kemarau 1.899 1.380 0.578 1.053

2.KeanekaragamanMusim Hujan

1.757 1.281 0.321 1.326

Sumber : Data primer diambil bulan Oktober 2010 dan Januari 2011

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Keanekaragaman pada tabel tersebut

di atas, bahwa kisaran nilai Indeks Keanekaragaman yaitu 0,321 – 1,899 dimana Indek

tertinggi ditemui pada Stasiun I Desa Tebat pada pada musim kemarau sebesar 1,899,

sedangkan nilai indek terendah terdapat pada musim hujan Stasiun III sebesar 0,321.

Lebih tingginya nilai indek keanekaragaman pada Stasiun I karena lokasi ini masih belum

banyak terpengaruh aktivitas penambangan emas (PETI) dan penambangan pasir.

Sedangkan Stasiun II, III dan IV perairan tersebut sudah dipoengaruhi aktivitas

peambangan emas dan pasir. Pada Stasiun III Kelurahan Sungai Pinang baik musim

Page 21: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

21

kemarau maupun musim hujan nilai Indek Keanekaragaman terlihat sangat rendah, hal ini

menunjukkan lokasi tersebut sangat ipengaruhi oleh aktivitas penambangan emas dan

pasir, dimana pada bagian hulu Stasiun III (diantara Stasiun II dan III) terdapat 108 unit

PETI dan 3 unit eskavator penambang pasir. Dengan adanya aktivitas tersebut nilai

beberapa parameter kualitas air terutama : TSS , NO2 dan kecerahan sangat tinggi

dibanding dengan Stasiun lain

Selanjutnya hubungan nilai Indeks Keanekaragaman dengan kriteria kualitas air

menurut Lee, dkk, 1975 dalam Ferianita Fachrul, 2008 bahwa, nilai Indek

Keanekaragaman (Hi) hasil penelitian pada Stasiun I – IV dapat dikategorikan

sebagaimana Tabel 4.3. berikut ini:

Tabel 4.3. Hubungan Indeks Keanekaragaman Ikan di Stasiun Penelitian dengan kriteria kualitas air menurut Lee, dkk, 1975 dalam Ferianita Fachrul, 2008.

No Stasiun (Hi)Kualitas perairan

1.

2.

3.

4.

ST I, Desa Tebat

St II , Ds. Tanjung Agung

ST III, Kel. Sungai Pinang

ST IV, Kel. Tanjung Gedang

1.757 - 1.899

1.281 - 1.380

0.321 - 0.578

1.053 - 1.326

Tercemar Ringan

Tercemar Sedang

Tercemar Berat

Tercemar Sedang

Sumber: Data primer diolah bulan Oktober 2010 dan Januari 2011menurut Lee, dkk, 1975 dalam Ferianita Fachrul, 2008.

Menurut Shannon Weiner dalam Ferianita Fachrul, 2008, bahwa komponen

lingkungan, baik yang hidup (biotik) maupun yang mati (abiotik) akan mempengaruhi

kelimpahan dan keanekaragaman biota air yang ada pada suatu perairan. Perairan yang

berkualitas baik biasanya memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan sebaliknya

pada perairan yang buruk atau tercemar keanekaragaman jenis yang rendah.

Selanjutnya untuk menguji hipotesis H0 : Hi1 = Hi

2 , perbedaan antar contoh

digunakan uji t. Hasil perhitungan Varian H11 = 0.00433 dan H1

2 = 0.002992 dan t hitung =

Page 22: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

22

0.015635. Kemudian t hitung dibandingkan dengan t tabel (0,05%) sebesar 1,645, yang

berarti t hitung lebih kecil dari t tabel. Dengan demikian H0 gagal ditolak atau tidak ada

perbedaan nyata antar H11 dan H

12.

4.8. Nilai Keseragaman (E)

Nilai indeks Keseragaman atau Equitabilitas ( E ) ikan yang tertangkap selama

penelitian di empat Stasiun di Sungai Batang Bungo berdasarkan Krebs, 1985 dalam

Bengen, 2000 dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4. Nilai Keseragaman atau Equitabilitas ( E ) yang Tertangkap di empat Stasiun Penelitian di Sungai Batang Bungo.

No Musim

Nilai Keseragaman atau Equitabilitas ( E )

ST ITebat

ST IITanjung Agung

ST IIISungai Pinang

ST IVTanjung Gedang

1.KeseragamanMusim Kemarau

0.433 0.314 0.132 0.239

2.KeseragamanMusim Hujan 0.388 0.283 0.071 0.293

Sumber: Data primer bulan Oktober 2010 dan Januari 2011diolah menurut Bengen 2000.

Berdasarkan hasil perhitungan Nilai Indeks Keseragaman atau Equitabilitas ( E )

ST I – IV pada Tabel tersebut di atas, maka nilai (E) dengan kisaran 0.071 - 0.433.

Pada Stasiun I Desa Tebat terlihat lebih tinggi dengan 3 stasiun lainnya. Dengan

demikian Stasiun I Tebat memiliki keseragaman populasi yang tinggi dibanding stasiun

lainya. Menurut Krebs, 1985 dalam Bengen, 2000, disebutkan bahwa semakin kecil

nilai E, maka semakin kecil keseragaman suatu populasi, sebaliknya semakin

besar nilai E, maka populasi akan menunjukkan keseragaman

Page 23: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

23

4.9. Nilai Indeks Keragaman Simpson ( D )

Nilai indeks Keragaman Simpson ( D ) ikan yang tertangkap selama penelitian

pada StasiunI -IV di Sungai Batang Bungo dapat dilihat pada Tabel 4.5. Indeks

Keseragman Simposon ( D ) ini digunakan untuk menentukan kualitas perairan yang

jumlah jenisnya banyak atau dengan keragaman jenisnya tinggi (Koesoebiono,1987

dalam Ferianita Fachrul, 2008).

Tabel 4.5. Nilai Keragaman Simpson ( D ) yang Tertangkap Selama Penelitian pada Stasiun Penelitian di Sungai Batang Bungo.

No Musim

Nilai Keragaman Smpson (D)

ST ITebat

ST IITanjung Agung

ST IIISungai Pinang

ST IVTanjung Gedang

1.KeragamanMusim Kemarau

0.0232 0.0160 0.0017 0.0031

2.KeragamanMusim Hujan 0.0172 0.0293 0.0007 0.0078

Sumber: Data primer diolah bulan Oktober 2010 dan Januari 2011

Selanjutnya bila Nilai Indeks Keragaman Simpson ( D ) dari data tersebut di atas

dikaitkan dengan tingkat pencemaran perairan, maka dapat diperoleh klasifikasi masing-

masing stasiun sebagai mana Tabel 4.6. di bawah ini.

Tabel 4.6. Hubungan Indeks Keragaman Simpson ( D ) Stasiun Penelitian dengan kriteria kualitas air menurut Odum, 1971 dalam Ferianita Fachrul, 2008.

No StasiunIndeks

Keragaman Simpson ( D )

Kualitas Perairan

1.

2.

3.

4.

ST I, Desa Tebat

St II , Ds. Tanjung Agung

ST III, Kel. Sungai Pinang

ST IV, Kel. Tanjung Gedang

0.0172 - 0.0232

0.0160 - 0.0293

0.0007- 0.0017

0.0031 - 0.0078

Tercemar Berat

Tercemar Berat

Tercemar Berat

Tercemar Berat

Sumber: Data primer diolah bulan Oktober 2010 dan Januari 2011 menurut Lee, dkk, 1975 dalam Ferianita Fachrul, 2008.

Page 24: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

24

4.10. Nilai Kesamaan (IS)

Nilai Indeks Kesamaan ( IS ) dari ikan yang tertangkap selama penelitian

pada Stasiun I -IV di Sungai Batang Bungo dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan tabel

4.8. berikut ini

Tabel 4.7. Nilai Indeks Kesamaan ( IS ) antar Stasiun Penelitian pada Musim Kemarau

IS (%)ST I

Tebat

ST IITanjung Agung

ST IIISungai Pinang

ST IVTanjung Gedang

Stasiun 1 - 69,56 50,00 58,33Stasiun 2 - - 58,82 66,66Stasiun 3 - - - 44,44

Stasiun 4 - - - -

Sumber: Data primer diolah bulan Oktober 2010 dan Januari 2011

Tabel 4.8. Nilai Indeks Kesamaan ( IS ) antar Stasiun Penelitian pada Musim Hujan

IS (%)ST I

Tebat

ST IITanjung Agung

ST IIISungai Pinang

ST IVTanjung Gedang

Stasiun 1 - 58,33 23,53 56,00

Stasiun 2 - - 13,33 52,17

Stasiun 3 - - - 25,00

Stasiun 4 - - - -

Sumber: Data primer diolah bulan Oktober 2010 dan Januari 2011

Menurut Michael, P, 1994 bahwa nilai Indeks Kesamaan (IS) antara 75 – 100 %

dikategorikan Sangat Mirip, 50 - 75 % dikategorikan Mirip, 25 - 50 % dikategorikan

Tidak Mirip dan < 25 % dikategorikan Sangat Tidak Mirip. Dari nilai Indeks Kesamaan

( IS ). tidak ditemukan spesies yang Sangat Mirip antar Stasiun. Rata-rata nilai Indeks

Kesamaan ( IS ) antar stasiun Mirip dan Tidak Mirip kecuali kategori Sangat Tidak

Mirip pada musim hujan yaitu antara Stasiun I dengan III, Stasiun II dengan III serta

Stasiun III dengan IV.

Page 25: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

25

Secara umum antar Stasiun tidak ditemukan sebaran spesies yang sangat mirip.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ross, 1997 dalam Siagian, 2009, bahwa

keanekaragaman dan kelimpahan ikan ditentukan oleh karakteristik habitat perairan.

Karakteristik habitat di sungai sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai.

Kecepatan aliran tersebut ditentukan oleh perbedaan kemiringan sungai, keberadaan

hutan atau tumbuhan di sepanjang daerah aliran sungai yang akan berasosiasi dengan

keberadaan hewan-hewan penghuninya.

4.11. Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran

Berdasarkan hasil sampel ikan tertangkap dapat disajikan pada Rekap hasil

perhitungan Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran pada

Musim Kemarau dan Musim hujan pada Tabel 4.9. berikut ini.

Tabel 4.9. Rekap Hasil Perhitungan Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran pada Musim Kemarau dan Musim Hujan.

Jenis Ikan(Nama Lokal)

Musim kemarau Nusim hujan

Ket

KP

KR

%

FK

%

KP

KR

%

FK

%

Batu 0.000400 0.917431 25 0.000200 0.64935 25Baung 0.002200 5.045872 100 0.002000 6.49351 75Baung Akar 0 0 0 0.000200 0.64935 25Baung Murai 0 0 0 0.000200 0.64935 25Beterung 0.000200 0.458716 25 0.000200 0.64935 25Betutu 0.000200 0.458716 25 0 0 0Gabus 0.000400 0.917431 25 0.000400 1.29870 25Juaro 0.000400 0.917431 25 00 0Kepang 0.001600 3.669725 50 0.000800 2.59740 50Lais 0.001200 2.752294 50 0.001200 3.89610 50Lampam 0.007400 16.97248 100 0.003200 10.38961 75Lidah-lidah 0 0 0 0.000200 0.64935 25Malis 0.007600 17.43119 100 0.006600 21.42857 75Masai 0.004400 10.09174 100 0.002400 7.79221 75Mentulu 0.000800 1.834862 50 0.000400 1.29870 50Palau 0.003600 8.256881 75 0.002400 7.79221 100Perut-perut 0.000600 1.376147 25 0.000800 2.59740 25Pimping 0.005200 11.92661 75 0.003600 11.68831 75Seluang 0.000800 1.834862 25 0.001600 5.19481 25Semuruk 0.000600 1.376147 25 0.000800 2.59740 25

Page 26: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

26

Sengingih 0.001000 2.293578 25 0.000400 1.29870 25Sengiring' 0.004600 10.55046 75 0.002200 7.14286 50Tampang Ayam

0.000400 0.917431 25 0.000600 1.94805 25

Tampang Durian

0 0 0 0.000200 0.64935 25

Tilan 0 00 0.000200 0.64935 25Jumlah 0.0436 100.00 0.030800 100.00

Sumber: Data primer diolah bulan Oktober 2010 dan Januari 2011

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, dan

Frekuensi Kepadatan Populasi tertinggi ditemukan pada jenis ikan Malis (Dangila

ocellata, Weber & Beaufort,1916) dalam musim kemarau sebesar 0.007600 individu / m2.

Hal ini diduga bahwa ikan Malis sedang mangalami peningkatan populasi, dimana pada

saat itu akan berlangsung musim pemijahan karena waktu musim kemarau hampir habis,

pada umumnya ikan diperairan umum mmijah pada awal musim hujan. Sebaliknya untuk

Kepadatan Populasi terendah ditemukan beberapa jenis ikan yaitu : Beterung (Nandus

nebulosus, Weber & Beaufort,1922), Betutu (Oxyeleotris marmorata, Kauman, 1953) ,

Tampang Durian (Mystus sp), dan Tilan (Mastacembelus erythrotaenia, de

Beaufort&Brigg,1962) masing-masing sebesar 0, 0002 individu /m2. Rendahnya

Kepadatan Populasi ketiga jenis ikan tersebut diduga disebabkan ketidak mampuannya

dalam beradaptasi dengan lingkungan yang sudah mulai tercemar atau loakasi penelitian

kurang sesuai dengan habitat mikronya.

Untuk Kepadatan relatif paling tinggi ditemukan pada Ikan Malis (Dangila

ocellata, Weber & Beaufort,1916) dalam musim hujan sebesar 21,42857 %. Sedangkan

Kepadatan relatif terendah ditemukan pada Ikan Beterung (Nandus nebulosus, Weber &

Beaufort,1922) dan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata, Kauman, 1953) masing–masing

sebesar 0,4587 %.

Page 27: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

27

Selanjutnya untuk Frekuensi kehadiran paling tinggi ditemukan pada jenis ikan

Lampam (Puntius schwanefeldi (Blkr) pada musim hujan sebesar 21.42857 %. Pada saat

itu ikan Lampan banyak ditemukan dalam ukuran relatif kecil atau masyarakat setempat

menyebutnya sebagai ikan Kapiat atau anak Ikan Lampam (Puntius schwanefeldi (Blkr).

4.12. Analisis Nilai Korelasi Pearson

Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan masing-masing stasiun dan

nilai indeks keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di lokasi penelitian Sungai

Batang Bungo dikorelasikan dengan metode Analisis Korelasi Pearson menggunakan

Software SPSS Versi 14.00 maka diperoleh nilai korelasi ( r ) seperti tertera pada

Tabel 4.10. di bawah ini.

Tabel 4.10. Nilai Korelasi ( r ) Antara Fisika Kimia Perairan Dengan Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan Yang Terdapat Di Lokasi Penelitian Sungai Batang Bungo

Su

hu

Kec

erah

an

TD

S

TS

S

pH

BO

D

CO

D

DO

Am

onia

k (

NH

3-N

)

Nit

rat

(NO

3)

Nit

rit

( N

O2

)

Pb

Kes

adah

an

Alk

alin

itas

Hi r

-0. 1

91

0. 7

13

0.23

8

-0.8

03

0.88

0

-0.0

30

-0.1

21

-0.5

62

-0.3

28

-0.1

71

-0.4

50

0

0.09

5

0.25

6

Sumber : Data primer diolah (SPSS Versi 14.00)

Keterangan :Nilai + = Arah korelasi searahNilai - = Arah korelasi berlawanan arah

Hasil perhitungan analisis Korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik dan kimia

perairan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks keanekaragaman.

Nilai (+) menunjukkan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik dan kimia maka

nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, sedangkan nilai negatif (-)

Page 28: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

28

menunjukan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik dan kimia

perairan dengan nilai indeks keanekaragaman (Hí), artinya semakin besar nilai faktor

fisik dan kimia perairan maka nilai Hí akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya,

jika semakin kecil nilai faktor fisik, kimia, dan biologi maka nilai Hí akan semakin

besar. Dari hasil uji korelasi Pearson (r) antara faktor fisik dan kimia perairan dengan

keanekaragaman ikan (Hi) dapat dilihat bahwa : Kecerahan, TDS, pH, Kesadahan dan

Alkalinitas masing-masing sebesar: 0,713 ; 0,238; 0,880; 0,095 dan 0,256 memiliki

hubungan korelasi positif dengan indeks keanekaragaman ikan. Artinya bahwa semakin

besar nilai faktor fisika dan kimia perairan maka nilai indeks keanekaragaman semakin

kecil. Sedangkan untuk parameter: Suhu, TSS, BOD, COD, DO, NH3-N, NO3 dan NO2

dengan masing-masing : -0,191; -0,803; -0,030; -0,121; -0,562; -0,328, -0,171 dan -

0,450 memiliki hubungan korelasi negatif dengan indeks keanekaragaman ikan, artinya

bahwa semakin kecil nilai korelasi pearson ( r ) maka semakin kecil nilai faktor fisika dan

kimia perairan maka nilai indeks keanekaragaman semakin besar.

Untuk parameter Timbal (Pb), nilai korelasi ( r ) sebesar 0. Jika korelasi sama

dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Perlu

diingat bahwa hubungan linier yang kuat di antara variabel tidak selalu berarti ada

hubungan kausalitas, sebab-akibat. Dengan demikian, Korelasi hanya menjelaskan

kekuatan hubungan tanpa memperhatikan hubungan kausalitas, mana yang dipengaruhi

dan mana yang mempengaruhi. Berdasarkan interval koefisien korelasi dan tingkat

hubungan antar faktor, menurut Sugiyono, 2005 seperti tertera pada Tabel 4.11. berikut

ini.

Page 29: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

29

Tabel 4.11. Interval Korelasi dan Tingkat Hubungan Antar Faktor

No Interval Korelasi (r) Tingkat hubungan

1.

2.

3.

4.

5.

0,000 - 0,199

0,200 – 0,399

0,400 – 0,599

0,600 – 0,799

0,800 – 1,000

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Sumber : Data primer diolah dan menurut Sugiyono, 2005

Nilai (r) Kecerahan 0,713 dan pH 0,880 memiliki tingkat hubungan (positif) Kuat

dan Sangat Kuat terhadap nilai Indeks Keanekaragaman Ikan Hi, demikian pula nilai (r)

TSS -0,803 memiliki tingkat hubungan (negatif) sangat kuat dan DO -0,562 memiliki

tingkat hubungan (negatif) sedang.

Page 30: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

30

DAFTAR PUSTAKA

Ardianor, 1999, Pengaruh Pemindahan massa Air Dasar ke Lapisan Permukaan dan Pemberian Kapur Terhadap Produktivitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton di Danau Sabuah. Tesis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Indonesia.

Bengen, 2000, Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik Sumber Daya Pesisir, Sinopsis, Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB, Bogor, hal 26 – 29.

Boyd, Claude. E, 1982, Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific – Amsterdam. Development in Aguaculture and Fisheries Science Vol. 9

BPS Kabupaten Bungo, 2008, Bungo Dalam Angka 2008, BPS Kabupaten Bungo.

Dahuri. R. 1995, Metode dan Pengukuran Kualitas Air, Aspek Biologi. IPB. Bogor.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo, 2009, Renstra Dinas Peternakan dan Perikanan (Revisi) 2009-2011.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo, 2009. Laporan Operasional Pengawasan Tahun 2009 Kegiatan Kelestarian Sumberdaya Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo, Muara Bungo.

Effendi, H. 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkung-an Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Ferianita Fachrul, 2008, Metode sampling bioekologi, Ed 1 Cet 2 Bumi Aksara, Jakarta 198 halaman

Marshall, N.B, 1982, Biology of Fishes. Chapman and Hall. New York

Michael, P, 1994, Metoda Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium, UI Pres Jakarta.

Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988, Fishes and Introduction to Ichtyology Prentice Hall Englewood Cliffs. New Jersey.

Saanin, H. 1986, Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.

Saputra, FM, 2004. Daerah Aliran Sungai Batang Hari, Makalah-pdf Web: http://penataanruang.pu.go.id/ta/Lapak04/P3 DasBatangharAkhir.htmldisakses tanggal 24 November 2009, pukul 08.41 WIB.

Page 31: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

31

Sudrajat, A, Darti Satiyani, Sudarto, Ketut Sugama dan Murniyati, 2009, Inventarisasi Keragaman Ikan lokal Air Tawar Provinsi Jambi, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, Jambi, Cetakan ke 2, 81 pp.

Siagian, C, 2009, Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera Utara, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan,

Wooton, J, 1991, Ecology of Teleost Fishes. New York: Chapman & Hall.

Yustina, 2001, Keaneka Ragaman Jenis Ikan Disepanjang Sungai Rangau , Riau, Sumatera, Journal Nature Indonesia 4(1):1-14(2001) ISSN 1410-9379. disakses tanggal 24 November 2009.

Page 32: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

32

Page 33: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

33

Lampiran

Peta Lokasi / Stasiun Penelitian di Sungai Batang Bungo

Page 34: Studi Hubungan Kualitas Air Dengan Keanekaragaman Di Sungai Batang Bungo Kabupaten Bungo

34