“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang...

81
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia” Laporan Akhir VIII - 1 BAB VIII STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH A. Angkutan Jalan 1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b.tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d.ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan; f.keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum jaringan trayek 2 Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3 Angkutan jalan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas. Sementara jaringan jalan dalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan 4 . Aspek lain yang perlu diperhatikan sebagai prasyarat konektivitas adalah terminal. Terminal adalah adalah adanya terminal Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan 5 . Fungsi terminal bagi seorang penumpang adalah : a. Tempat penumpang turun dan mengakhiri perjalanan dengan bis, b. Tempat penumpang dapat berganti lintasan rute (transfer), c. Tempat penumpang menunggu bis yang akan dinaikinya, d. Tempat penumpang naik bis, e. Tempat penumpang berganti dengan moda lainnya (becak, mobil atau berjalan kaki) menuju tujuan akhir perjalanannya 6 . Karena itu, untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan diselenggarakan 1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144 3 Ibid, Pasal 145 4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Tekniks Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 4 5 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (13 ) 6 Kamiharibasuki.blogspot.com/2009/08/terminal.html

Transcript of “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang...

Page 1: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 1

BAB VIII

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN

DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

A. Angkutan Jalan

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan

yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain

dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan

kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah;

b.tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;

d.ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan;

f.keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan

trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum

jaringan trayek 2

Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi

terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas batas Negara, b.

jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi; d.

jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana umum jaringan

trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3

Angkutan jalan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas. Sementara jaringan jalan dalah

serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan4. Aspek lain yang perlu diperhatikan

sebagai prasyarat konektivitas adalah terminal. Terminal adalah adalah adanya terminal

Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur

kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta

perpindahan moda angkutan 5. Fungsi terminal bagi seorang penumpang adalah : a. Tempat

penumpang turun dan mengakhiri perjalanan dengan bis, b. Tempat penumpang dapat

berganti lintasan rute (transfer), c. Tempat penumpang menunggu bis yang akan

dinaikinya, d. Tempat penumpang naik bis, e. Tempat penumpang berganti dengan moda

lainnya (becak, mobil atau berjalan kaki) menuju tujuan akhir perjalanannya 6. Karena itu,

untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan

intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan diselenggarakan

1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144 3 Ibid, Pasal 145 4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Tekniks Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 4 5 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (13 ) 6 Kamiharibasuki.blogspot.com/2009/08/terminal.html

Page 2: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 2

Terminal. Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe

B, dan tipe C 7.

Melihat peranan jaringan dan konektivitas di Propinsi Kalimantan Tengah dalam

memobilisasi penumpang dan barang antar kota/kabupaten dalam propinsi Kalimantan

Tengah telah dibangun beberapa terminal di beberapa titik daerah Kabupaten lebih jelasnya

lihat tabel berikut.

Tabel 8.1 Jumlah Jaringan Jalan Propinsi di Propinsi Kalimantan Tengah Dalam Tahun 2013

No Jaringan Jalan Propinsi Km

1 Kubu – Kumei 20,324

2 Sp Bangkal – Bangkal 25,008

3 Tumbang Sanga – Palantaran 79,261

4 Kr. Bengkirai – Sp. Kr. Bengkirai 7,263

5 Berengbengkel – D. Kelampangan 10,699

6 Bahaur Hilir – Pulang Pisau 64,379

7 Bukitliti – Kurun 139,820

8 Tumbang Samba – Pundu 109,480

Jumlah 456,234

Sumber : -Dinas Perhubungan dan Informatika cq. Bidang Program Propinsi Kalimantan Tengah,

2013

-Ditjen Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Bilamana dilihat dari segi asal tujuan pelayanan Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP)

dan konektivitas wilayah, maka terlihat adanya beberapa konektivitas wilayah yang

dilayani. Lebih jelasnya jaringanjalan propinsi, asal dan konektivitas dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 8.2 Jaringan Jalan Provinsi Antar Kota/Kabupaten dan Asal Tujuan Pelayanan di Propinsi

Kalimantan Tengah Pada Tahun 2013

No Asal - Tujuan Jaringan Jalan Propinsi

Jarak

Trayek

( Km )

Konektivitas

Lokasi

1 Kubu – Kumei Kubu – Batu Belaman – Kumei 20,324 3

2 Sp Bangkal – Bangkal Sp Bangkal – Bangkal 25,008 2

3 Tumbang Sanga –

Palantaran

Tumbang Sanga – Parrenggean –

Pelantaran

79,261 3

4 Kr. Bengkirai – Sp. Kr.

Bengkirai

Kr. Bengkirai – Sp. Kr. Bengkirai 7,263 2

5 Berengbengkel – D.

Kelampangan

Berengbengkel – D. Kelampangan 10,699 2

6 Bahaur Hilir – Pulang

Pisau

Bahaur Hilir – Pangkah – Pulang

Pisau

64,379 3

7 Bukitliti – Kurun Bukitliti – Bukit Bamba – Bawan –

Kurun

139,820 4

8 Tumbang Samba –

Pundu

Tumbang Samba – Pundu 109,480 2

Total 456,234 21

Sumber : -Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Kalimantan Tengah, 2013

-Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

7 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 33 ayat (1) dan

Pasal 34 ayat (1)

Page 3: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 3

Dari delapan (8) jaringan jalan propinsi dan/ atau jaringan pelayanan angkutan

kota/kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah yang sudah tersedia, ternyata sudah

semuanya dilayani angkutan kota dalam propinsi.Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 8.3 Jumlah Armada dan Kebutuhan Per Jaringan Jalan Provinsi Antar Kota Dalam

Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013

No Asal - Tujuan Kabupaten kota yang

dilewati

Jarak

(Km)

Kebutuhan

Armada

( Unit )

Jumlah

Armada

Yang Ada

Tam-

bahan

(Unit)

1 Kubu – Kumei Kubu – Batu Belaman –

Kumei 20,324 20 10 10

2 Sp Bangkal –

Bangkal Sp Bangkal – Bangkal 25,008 15 5 10

3

Tumbang

Sanga –

Palantaran

Tumbang Sanga –

Parrenggean – Pelantaran 79,261 37 17 20

4

Kr. Bengkirai

– Sp. Kr.

Bengkirai

Kr. Bengkirai – Sp. Kr.

Bengkirai 7,263 19 12 7

5

Berengbengke

l – D.

Kelampangan

Berengbengkel – D.

Kelampangan 10,699 18 10 8

6 Bahaur Hilir –

Pulang Pisau

Bahaur Hilir – Pangkah –

Pulang Pisau 64,379 30 21 9

7 Bukitliti –

Kurun

Bukitliti – Bukit Bamba –

Bawan – Kurun 139,820 35 15 20

8

Tumbang

Samba –

Pundu

Tumbang Samba – Pundu 109,480 30 17 13

Total 456,234 204 107 97

Sumber : -Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Kalimantan Tengah,

2013

-Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan jaringan angkutan antar kota/kab dalam Propinsi dan jumlah jaringan jalan

propinsi, selanjutnya dapat dihitung kinerja jaringan pelayanan angkutan jalan dengan

rumus berikut8 ;

∑ Jaringan Jalan Propinsi Terlayani Angkutan Umum

= x 100 %

∑ Total Jaringan Jalan Propinsi

8 Jaringan terlayani

= x100 %

8 Jaringan propinsi

= 100 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan jalan propinsi

sudah terlayani hingga tahun 2014 dengan nilai 100 %. Namun kenyataannya, hingga

8 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 4

Page 4: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 4

tahun 2012 nilai capaian sudah mencapai nilai capaian sebesar 100 %. Artinya,

mobilisasi pergerakan barang dan penunpang antar kota dalam propinsi akan semakin

lancar dan di lain pihak, kinerja Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dalam capaian

layanan AKDP melalui jalan propinsi sangat menggembirakan. Untuk lebih jelasnya

jaringan jalan yang ada di provinsi Kalimantan Tengah terlihat pada gambar dibawah

ini.

Page 5: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 5

Gambar 8.1 Peta Jaringan Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Kalimantan Tengah

Page 6: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 6

Gambar 8.2 Peta Jaringan Trayek AKDP di Kalimantan Tengah

Page 7: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 7

2. Jaringan Prasarana Angkutan Jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan prasarana angkutan jalan adalah

tersedianya terminal Tipe A pada setiap Propinsi untuk melayani angkutan umum dalam

trayek. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan

menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan

kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi 9. Di lain

pihak, terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk

mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau

barang, serta perpindahan moda angkutan.

Menjadi focus kajian adalah terminal penumpang tipe A, artinya adalah terminal yang

berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau

angkutan lintas batas Negara, angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan perkotaan dan

angkutan perdesaan 10. Namun dalam hal ini, kajian akan diarahkan pada ratio perbandingan

ketersediaan terminal tipe A terhadap jaringan jalan nasional. Berdasarkan data dan

informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program, jumlah terminal tipe

A di Propinsi Kalimantan Tengah terdapat satu (4) unit dengan Terminal Mahir Mahar (Kota

Palangkaraya), Pasar Panas (Kab. Barito Timur), Muara Teweh (Kab. Barito Utara), Kuala

Kapuas (Kab. Kapuas). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut nama-nama terminal yang

ada di Provinsi Kalimantan Tengah.

Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota

antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi,

angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas utama terminal terdiri dari: a. jalur

pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum; c. tempat parkir

kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu

dan tempat istirahat kendaraan umum; d. bangunan kantor terminal; dan e. tempat tunggu

penumpang dan/atau pengantar; f.menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h. rambu-

rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan

jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Sementara fasilitas

penunjang adalah meliputi; a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c. kios/kantin; d. ruang

pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g. tempat penitipan

barang; h. taman 11

Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.

terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas

negara;b terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c.

mempunyai akses jalan masuk dan/atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak

sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke

pintu keluar atau masuk terminal 12

9 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (1) 10 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6 11 Keputusan Menteri Perhubungan N0. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi pada Pasal 2 ayat ( 2), Pasal

4 dan Pasal 5 12 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.1361/AJ. 106/DRJD/2003 tentang Penetapan Simpul

Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia pada Pasal 5

Page 8: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 8

Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; a.

terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas

Negara, b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A, c. jarak

antara 2 (dua) terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, dan 30

Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di Pulau Lainnya, d. luas lahan yang tersedia sekurang-

kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di Pulau lainnya, e.

mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak

sekurangnya-kurangnya 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter dan 50 meter di pulau

lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 13. Persyaratan yang telah

digaris di atas, dibandingkan dengan terminal tipe A di Propinsi Kalimantan Tengah, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Jalan akses masuk dan/atau keluar terminal di terminal tipe A yang ada di propinsi

Kalimantan Tengah terdapat 53 meter, sementara menurut standar yang telah ditetapkan

lebih dari 50 meter. Artinya jalan akses masuk dan/atau keluar telah memenuhi standar

yaitu mencapai 53 meter

b. Luas terminal tipe A yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah mencapai 5 ha, artinya

telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Di samping terminal Tipe A, terminal Tipe B juga banyak dikembangkan di Kalimantan

Tengah dan untul lebih jelasnya lihat tabel berikut;

Tabel 8.4 Nama-Nama Terminal Yang Ada di Kalimantan Tengah Dalam Tahun 2013

No

Nama Terminal

Kota/Kab Tipe

1

2

3

4

5.

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Buntok

Pasir Panas

Muara Teweh

-

Kuala Kapuas

-

Pangkalan Bun

Patih Rumbih

-

-

Pulang Pisau

-

-

Mahir Mahar (WA Gara)

Jl. Tjilik Riwut KM 7,8

Datah Manuah

Kabupaten Barito Selatan

Kabupaten Barito Timur

Kabupaten Barito Utara

Kabupaten Gunung Mas

Kabupaten Kapuas

Kabupaten Katingan

Kabupaten Kotawaringin Barat

Kabupaten Kotawaringin Timur

Kabupaten Lamandau

Kabupaten Murung Raya

Kabupaten Pulang Pisau

Kabupaten Sukamara

Kabupaten Seruyan

Kota Palangka Raya

Kota Palangka Raya

Kota Palangka Raya

AKAP/ TipeB

AKAP/ TipeA

AKAP/ TipeA

-

AKAP/ TipeA

-

AKAP/ TipeB

AKAP/ TipeB

-

-

AKAP/ TipeB

-

-

AKAP/ TipeA

AKAP/ TipeB

AKAP/ TipeB

Sumber : -Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Kalimantan Tengah, 2013

Sementara sebaran terminal yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada

gambar berikut.

13 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.76/AJ/102DRJD/2000 tentang Penetapan Simpul Jaringan

Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruha Indonesia pada Pasal 5

Page 9: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 9

Gambar 8.3 Peta lokasi terminal yang ada di Kalimantan Tengah

Page 10: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 10

Dalam kondisi sekarang, berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan &

Informatika c.q. Bidang Program, jumlah jaringan jalan nasional yang yang ada di Propinsi

Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.5 Jaringan Jalan Nasional yang dilewati AKAP di Propinsi Kalimantan Tengah Dalam Tahun

2013

No Jaringan Panjang

( Km )

1 Sp. Runtu – Batas Kalimantan Barat 161,263

2 Rahambang – Batas Kalimantan Barat 192,491

3 Muara Teweh – Batas Kalimantan Timur 56,081

4 Ampah – Batas Kalimantan Selatan 44,765

5 Pulang Pisau – Batas Kalimanatan Selatan 26,426

Total 481,026

Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika cq. Bidang Program, Propinsi Kalimantan Tengah,

2013

Berdasarkan data seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian tersedianya

terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum

dalam trayek antarkota antarpropinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut 14;

% Prasarana Angkutan jalan

∑ Terminal Penumpang Tipe A

= x 100 %

∑ Jumlah Jaringan Pelayanan AKAP

4

= x 100 %

5

= 80 %

Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, pada tahun 2014 jaringan jalan

propinsi sudah terlayani dengan nilai 100 %. Namun kenyataannya, hingga tahun 2012 nilai

capaian sudah mencapai nilai capaian sebesar 80 %. Artinya, nilaian capaian yang harus

dicapai tinggal 20 % ( 100 % - 80 % = 20 % ). Nilaia capaian pembangunan terminal Tipe A

belum tercapai adalah karena salah satu salah satu permasalahan yang dihadapi dalam

pembangunan Terminal Tipe A adalah sulitnya mencari tanah yang ideal sebagai lokasi

terminal, apalagi dalam era otonomi daerah sekarang ini semakin banyak permasalahan

pertanahan. Di lain pihak, kendatipun ada terminal Tipe A di daerah seperti halnya Terminal

WA Gara Tipe A , tampaknya belum diberdayakan secara optimal. Hal ini disebabkan

karena masih banyak angkutan tidak masuk terminal, dan ngetem di pinggir jalan.

Terjadinya hal tersebut, karena aparat Dinas Perhubungan & Informatika kurang tegas

terhadap angkutan. Sebaiknya, diharuskan masuk terminal.

14 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

Page 11: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 11

Bilamana disimak dari segi standar pelayanan terminal tipe A yang telah ditetapkan, dengan

standar terminal tipe A yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah terlihat belum semuanya

dapat dipenuhi. Salah satu alasan yang dikemukanan, luas dan ukuran umumnya dibuat

sesuai dengan kebutuhan. Lebih jelasnya standar pelayanan terminal tipe A tersaji dalam

tabel dibawah ini :

Tabel 8.6 Perbandingan Standar Terminal Tipe A Berdasarkan Aturan ( Dephub ) Dengan Standar Terminal Tipe

A di Kalimantan Tengah No Standar Terminal Berdasarkan DEPHUB Standar Terminal Tipe

A di Propinsi Kalimantan

Tengah

Jenis Fasilitas Standar Minimal Standar

I

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

II

1

2

3

4

5

6

7

III

1

2

3

4

5

6

7

8

IV

V

1

2

KENDARAAN

Parkir AKAP

Parkir AKDP

Parkir Angkutan Kota

Parkir Pribadi

Jumlah kendaraan

Pribadi

Sirkulasi Kendaraan

Ruang Service

Pompa Bensin

Ruang Istirahat

Operator

Gudang

Ruang Parkir

Cadangan

PENUMPANG

Ruang Tunggu

Ruang Sirkulasi

Kios

Kamar Mandi/Toilet

Muhola

Tempat Penitipan Brg

OPERASIONAL

Ruang Administrasi

Ruang Pengawas

Loket

Peron

Retribusi

Ruang Informasi

Ruang P3K

Ruang Perkantoran

RUANG

CADANGAN LUAR

(TIDAK EFEKTIF)

CADANGAN

PENGEMBANGAN

Parkir

Terminal

42 (M2/Kendaraan

27 (--------s.d.-------)

20 (--------s.d.a------)

20 (-------s.d.a ------)

30 Unit

100 % Luas Parkir M2

150 M2

1 Unit

50 M2

25 M2

50% Ruang Parkir

1,25 M2/Orang

40 % Ruang Tunggu

60 % Ruang Tunggu

72 M2

72 M2

8 M2

20 M2

6 M2

3 M2

4 M2

6 M2

12 M2

45 M2

150 M2

40 % Luas Total

50 % Luas Parkir

100 % Luas Termina

42 (M2/Kendaraan

27 (--------s.d.-------)

20 (--------s.d.a------)

20 (-------s.d.a ------)

30 Unit

100 % Luas Parkir M2

150 M2

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

20 % Ruang Parkir

1,25 M2/Orang

40 % Ruang Tunggu

30 % Ruang Tunggu

72 M2

72 M2

Tidak ada

15 M2

6 M2

3 M2

4 M2

6 M2

10 M2

45 M2

150 M2

24 % Luas Total

30 % Luas Parkir

20 Luas Terminal

Sumber : - Standar oleh DEPHUB

- Standar Terminal Tipe A Kalimantan Tengah, Dinas Perhubungan c.q. Bidang Program,2013

Page 12: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 12

Gedung utama terminal Papan nama terminal

TV Lcd di terminal KIR yang berada dikawasan terminal

Gambar 8.4Trerminal WA Gara di Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah

3. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat

pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta

fasilitas pendukung. Fungsi Perlengkapan jalan pada hakekatnya untuk menjamin

keselamatan, memberi arah perjalanan para pengendara, member tanda suatu objek dan lain-

lain. Perlengkapan jalan adalah meliputi;

a. Rambu

Pemasangan rambu di sepanjang jalan propinsi, jalan nasional dan jalan kabupaten/kota

di Propinsi Kalimantan Tengah terus dilakukan, mengingat rambu tersebut memiliki

peran yang cukup besar untuk menjamin keselamatan kendaraan. Jenis rambu yang

dipsang di Propinsi Kalimantan Tengah terdiri dari ; a. rambu perintah, b.rambu larangan,

c. rambu petunjuk. Pemasangan rambu tentunya, berdasarkan kewenangan jalan. Jalan

nasional dipasang oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini dilaksanakan Kementerian

Perhubungan, jalan propinsi diusahakan oleh pemerintah daerah propinsi, yang dalam hal

ini Dinas Perhubungan dan Informatika, dan sementara untuk jalan kabupaten/kota

diusahakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang dalam hal ini oleh Dinas Perhubungan

dan Informatika. Secara singkat perkembangan pemasangan rambu di wilayah Propinsi

Kalimantan Tengah hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 13: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 13

Tabel 8.7 Kebutuhan dan Realisasi Rambu di Ruas Jalan Provinsi Di Kalimantan Tengah Tahun

2012

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(unit)

Realisasi

(unit)

Sisa

(unit)

1

005 Ampah – Buntok 46,556 310 25 285

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 15 0 15

005 Jl. Merdeka Raya (Buntok) 0,732 12 0 12

005 Jl. Tugu (Buntok) 0,389 10 0 10

005 Jl. Jelapat (Buntok) 1,960 16 0 16

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 15 0 15

2 008 Jl. Ring Road (Muara Teweh) 0,769 10 3 7

3 012 Sampit Samuda 35,617 223 0 223

012 Jl. HM Arsyad (Sampit) 3,454 34 0 34

4 013 Br. Bengkel – Dermaga

Kalampangan

4,875 49 0 49

5 015 Jl Patih Rumbih – Jl Jepang 7,328 67 0 67

6

018 Pangkalanbun – Kumei 12,119 54 0 54

018 Jl Diponegoro

(Pangkalanbun)

1,556 24 0 24

018 Jl Iskandar (Pangkalanbun) 3,624 33 0 33

7 019 Kumei – Kubu 15,204 60 0 60

8 025 Pulang Pisau – Pangkoh 30,558 210 0 210

025 Pangkoh – Bahaur Hilir 21,500 100 0 100

9 026 Pelantaran – Parenggean 34,630 276 0 276

10 027 Parenggean – Tb. Sangai 50,657 380 0 380

11 028 Pundu – Tumbang Samba 51,512 400 0 400

12

032 Palangkaraya – Bukit Rawi 16,000 42 40 2

032 Jl Pier Tendean

(Palangkaraya)

0,600 16 16 0

032 Jl Diponogoro (Palangkaraya) 1,938 20 15 5

032 Jl Dr. Murjani (Palangkaraya) 1,377 18 10 8

032 Jl Arut (Palangkaraya) 0,240 12 5 7

032 Jl S Parman (Palangkaraya) 1,317 17 7 10

032 Jl A. Yani (Palangkaraya) 1,858 13 6 7

032 Bukir Rawi – Bukit Liti -

Lahei

49,000 238 0 238

032 Lahei – Timpah 64,500 340 0 340

032 Timpah – Buntok 16,700 80 0 80

13 033 Bukit Liti – Bawan 60,000 316 0 316

033 Bawan – Kuala Kurun 70,000 314 0 314

14 035 Samuda – Ujung Pandaran 49,638 210 0 210

15 041 Simpang Bangkal – Bangkal 11,499 200 0 200

16 042 Kuala Kapuas – Paling kau 21,017 200 0 200

17 043 Paling Kau – Dadakuk 24,422 180 0 180

18 049 Simpang Penopa – Riam

Durian

52,700 300 0 300

19 050 Riam Durian – Kotawaringin

Lama

15,500 150 0 150

20 051 Riam Durian – Sukamara 59,400 340 0 340

21 052 Patung – Hayaping 17,908 100 0 100

22 053 Hayaping – Bentot 5,556 50 0 50

23 054 Bentot – Pasar Panas 21,026 110 0 110

24 055 Bentot – Kambitin / Bts

Kalsel

16,162 80 0 80

25 056 Lingkar Kota Muara Teweh 18,000 76 0 76

26

057 Jl Jend Ahmad Yani (Kuala

Kapuas)

1,450 20 0 20

Page 14: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 14

Sumber : Dinas Perhubungan dan Informatika cq. Bidang Program, Propinsi Kalimantan Tengah,

2013

Jalan provinsi sepanjang 951,709 Km membutuhkan rambu sebanyak 5.995 unit dan baru

hanya terpenuhi 176 unit yang hampir semua terpasang rata-rata di kota palangkaraya

ibukota provinsi Kalimantan Tengah. Dengan demikian, yang masih dibutuhkan sebanayak

5.819 unit rambu. Berkenaan dengan itu, nilai capaian tersedianya fasilitas perlengkapan

jalan khususnya rabu yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dihitung dengan

rumus 15

% Fasilitas Perlengkapan Jalan

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Jalan Propinsi

= X 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Jalan Propinsi

176 unit

= x 100 %

5.995 unit

= 2,9 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi , bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan

termasuk rambu ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian tahun

2012 hanya 2,94 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014

terdapat 57,06 % ( 60 % - 2,94 % = 57,06 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 57,06 %, Pemerintah

Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai

ketertigalan tersebut.Di lain pihak, arus lalu lalintas dan kecelakan juga akan dapat dihindarkan.

Sekilas gambar rambu dapat dilihat gambar berikut

15 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(unit)

Realisasi

(unit)

Sisa

(unit)

27 058 Jl Tambun Bungai (Kuala

Kapuas)

2,050 32 0 32

28 059 Jl Patih Rumbih (Kuala

Kapuas)

1,400 18 0 18

29 060 Jl Pemuda (Kuala Kapuas) 2,400 28 0 28

30 064 Jl Yosudarso (Palangkaraya) 7,000 59 20 39

31 065 Jl G Obos (Palangkaraya) 7,000 50 15 35

32 066 Jl Seth Aji (Palangkaraya) 3,200 38 10 28

33 067 Natei Arahan – Malijo

(Pangkalanbun)

6,500 30 4 26

Total 951,709 5.995 176 5.819

Page 15: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 15

Gambar 8.5 Rambu yang ada di Kalimantan Tengah

b. Marka

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan

jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis

melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus

lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas 16. Marka jalan berfungsi untuk

mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu

lintas di jalan. Marka jalan terdiri dari 17: 1) marka membujur; 2) marka melintang; 3)

marka serong; 4) marka lambang; 5). marka lainnya.

Marka membujur berupa : 1) garis utuh; 2) garis putus-putus; 3) garis ganda yang terdiri

dari garis utuh dan garis putus-putus; 4) garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh.

Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan . Marka melintang

adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan. Marka serong adalah tanda yang

membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian marka membujur atau

marka melintang, untuk menyetakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan

merupakan jalur lalu lintas kendaraan. Marka lambing adalah tanda yang mengandung

arti tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau

menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu atau tanda lalu lintas lainnya.

Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakn untuk lalu lintas kendaraan. Lajur adalah

bagian jalur yang memanjang dengan atau tampa marka jalan, yang memiliki lebar

cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, sejalan dengan sepeda motor 18

Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan melintasi

garis tersebut. Marka membujur apabila berada ditepi jalan hanya berfungsi sebagai

peringatan tanda tepi jalur lalu lintas. Marka membujur berupa garis putus-putu,

merupakan pembatas lajur yang berfungsi mengarahkan lalu lintas dan atau

memperingatkan akan ada Marka Membujur yang berupa garis utuh didepan. Marka

membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus

menyatakan bahwa kendaraan yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis

16 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 Ayat (18) 17 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas pada Pasal 19 18 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan pada Pasal 1 Ayat (1 s.d 7)

Page 16: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 16

ganda tersebut, sedangkan kendaraan yang berada pada sisi garis putus-putus dapat

melintasi garis ganda tersebut.

Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh menyatakan bahwa

kendaraan dilarang melintasi garis ganda tersebut. Marka melintang berupa : a. garis

utuh; b. garis putus-putus. Marka melintang berupa garis utuh , menyatakan batas

berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh alat pemberi isyarat lalu lintas

atau rambu stop. Marka melintang berupa garis putus-putus , menyatakan batas yang

tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan kepada kendaraan yang

mendapat hak utama pada persimpangan.

Marka serong berupa garis utuh. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh

digunakan untuk menyatakan : a. daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan; b.

pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas. Marka serong dilarang dilintasi

kendaraan. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis putus-putus digunakan

untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat

kepastian selamat. arka lambang, dapat berupa panah, segitiga atau tulisan,

dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu atau untuk memberitahu

pemakai jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu-rambu.

Marka lambang dapat ditempatkan secara sendiri atau dengan rambu lalu lintas tertentu.

Marka lainnya adalah marka jalan selain marka membujur, marka melintang, marka

serong dan marka lambang. Marka lainnya yang berbentuk : a. garis utuh baik

membujur, melintang maupun serong untuk menyatakan batas tempat parkir; b. garis-

garis utuh yang membujur tersusun melintang jalan untuk menyatakan tempat

penyeberangan; c. garis utuh yang saling berhubungan merupakan kombinasi dari garis

melintang dan garis serong yang membentuk garis berbiku-biku untuk menyatakan

larangan parkir.Marka jalan yang dinyatakan dengan garis-garis pada permukaan jalan

dapat digantikan dengan paku jalan atau kerucut lalu lintas.

Pembangunan marka tersebar di beberapa ruas jalan Propinsi Kalimantan Tengah, dan

untuk lebih jelasnya kebutuhan dan realisai pembangunan marka pada setiap ruas jalan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.8 Kebutuhan dan Realisasi/Pengadaan Marka di Provinsi Kalimantan Tenggah Hingga

Tahun 2012

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(meter)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

1

005 Ampah – Buntok 46,556 148.000 - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 1.200 - -

005 Jl. Merdeka Raya (Buntok) 0,732 780 - -

005 Jl. Tugu (Buntok) 0,389 410 - -

005 Jl. Jelapat (Buntok) 1,960 1.000 - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 1.320 - -

2 008 Jl. Ring Road (Muara Teweh) 0,769 680 - -

3 012 Sampit Samuda 35,617 120.300 - -

012 Jl. HM Arsyad (Sampit) 3,454 1.900 - -

4 013 Br. Bengkel – Dermaga

Kalampangan

4,875 2.800 - -

5 015 Jl Patih Rumbih – Jl Jepang 7,328 4.600 - -

6 018 Pangkalanbun – Kumei 12,119 8.860 - -

018 Jl Diponegoro (Pangkalanbun) 1,556 950 - -

Page 17: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 17

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Kalimantan

Tengah,2013

Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan marka disepanjang jalan

propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan marka di jalan propinsi dapat

dihitung dengan rumus 19 ;

19 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(meter)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

018 Jl Iskandar (Pangkalanbun) 3,624 1.760 - -

7 019 Kumei – Kubu 15,204 9.870 - -

8 025 Pulang Pisau – Pangkoh 30,558 100.240 - -

025 Pangkoh – Bahaur Hilir 21,500 87.600 - -

9 026 Pelantaran – Parenggean 34,630 136.480 - -

10 027 Parenggean – Tb. Sangai 50,657 148.000 - -

11 028 Pundu – Tumbang Samba 51,512 150.600 - -

12

032 Palangkaraya – Bukit Rawi 16,000 10.800 - -

032 Jl Pier Tendean (Palangkaraya) 0,600 560 200 200

032 Jl Diponogoro (Palangkaraya) 1,938 1.100 400 400

032 Jl Dr. Murjani (Palangkaraya) 1,377 1.000 350 350

032 Jl Arut (Palangkaraya) 0,240 450 200 200

032 Jl S Parman (Palangkaraya) 1,317 750 300 300

032 Jl A. Yani (Palangkaraya) 1,858 860 250 250

032 Bukir Rawi – Bukit Liti - Lahei 49,000 160.600 - -

032 Lahei – Timpah 64,500 200.000 - -

032 Timpah – Buntok 16,700 10.900 - -

13 033 Bukit Liti – Bawan 60,000 190.500 - -

033 Bawan – Kuala Kurun 70,000 230.400 - -

14 035 Samuda – Ujung Pandaran 49,638 145.000 - -

15 041 Simpang Bangkal – Bangkal 11,499 6.760 - -

16 042 Kuala Kapuas – Paling kau 21,017 16.400 - -

17 043 Paling Kau – Dadakuk 24,422 18.000 - -

18 049 Simpang Penopa – Riam Durian 52,700 168.000 - -

19 050 Riam Durian – Kotawaringin

Lama

15,500 11.600 - -

20 051 Riam Durian – Sukamara 59,400 178.400 - -

21 052 Patung – Hayaping 17,908 12.400 - -

22 053 Hayaping – Bentot 5,556 2.360 - -

23 054 Bentot – Pasar Panas 21,026 17.420 - -

24 055 Bentot – Kambitin / Bts Kalsel 16,162 13.800 - -

25 056 Lingkar Kota Muara Teweh 18,000 14.120 - -

26 057 Jl Jend Ahmad Yani (Kuala

Kapuas)

1,450 660 - -

27 058 Jl Tambun Bungai (Kuala

Kapuas)

2,050 1.200 - -

28 059 Jl Patih Rumbih (Kuala Kapuas) 1,400 570 - -

29 060 Jl Pemuda (Kuala Kapuas) 2,400 980 - -

30 064 Jl Yosudarso (Palangkaraya) 7,000 3.460 1.100 1.100

31 065 Jl G Obos (Palangkaraya) 7,000 3.400 900 900

32 066 Jl Seth Aji (Palangkaraya) 3,200 1.560 500 500

33 067 Natei Arahan – Malijo

(Pangkalanbun)

6,500 2.880 - -

Total 951,709 2.354.240 4.200 4.200

Page 18: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 18

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Ruas Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Ruas Jalan Propinsi

8.400 meter

= x 100 %

2.354.240 meter

= 0,35 %

Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi , bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan

termasuk marka ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian tahun

2012 hanya 0,35 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014

terdapat 59,65 % ( 60 % - 0,35 % = 59,35 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 58,49 %,

Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat

mencapai ketertigalan tersebut. Di lain pihak, arus lalu lalintas dan kecelakan juga akan dapat

dihindarkan. Sekilas gambar marka jalan di lokasi studi dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 8.6 Marka yang ada di Kalimantan Tengah

c. Pagar Pengaman

Pagar pengaman adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai

pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat dikendalikan lagi agar

tidak keluar dari jalur lalu lintas. Kelengkapan tambahan dapat berupa suatu unit

kokonstruksi yang terdiri dari lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan

penginkatnya yang dipasang pada tepi jalan. Pagar pengaman dipasang pada lokasi-

lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut; a. sisi jalan yang kondisi

geologinya sangat membahayakan, b. sisi jalan yang berdampingan dengan bagian jalan

lainnya, c. sisi jalan yang membahayakan karena kondisi geometrinya, d. sisi jalan yang

berdekatan dengan bagunan-bangunan lainnya, e. Pembuatan pagar pengaman dapat

menggunakan pipa dan/atau lempengan besi 20

Pipa dan lempengan masing-masing berdiameter 10 cm dan lebar 31 cm. Sifat mekanis

dari bahan mempunyai tegangan tidak kurang dari 35 kg/mm2 . Tegangan tarik tidak

20 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 14 s/d Pasal 16

Page 19: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 19

kurang dari 49 kg/mm2 , dan pemanjangan kurang dari 1,2 % panjang total. Tinggi

bagian atas pagar pengaman dari permukaan jalan adalah 55 cm. Panjang pagar

pengaman disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 21 . Melihat

peran pagar pengaman dalam angkutan jalan, di Propinsi Kalimantan Tengah telah

diupayakan pembangunan/pemasangan dan lebih jelasnya pagar pengaman di beberapa

ruas jalan Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.9 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pagar pengaman di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun

2012

21 Ibid, Pasal 17

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(meter)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

1

005 Ampah – Buntok 46,556 2.200 50 50

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 - - -

005 Jl. Merdeka Raya (Buntok) 0,732 - - -

005 Jl. Tugu (Buntok) 0,389 - - -

005 Jl. Jelapat (Buntok) 1,960 - - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 - - -

2 008 Jl. Ring Road (Muara Teweh) 0,769 - - -

3 012 Sampit Samuda 35,617 1.500 - -

012 Jl. HM Arsyad (Sampit) 3,454 - - -

4 013 Br. Bengkel – Dermaga

Kalampangan

4,875 - - -

5 015 Jl Patih Rumbih – Jl Jepang 7,328 300 - -

6

018 Pangkalanbun – Kumei 12.119 400 - -

018 Jl Diponegoro (Pangkalanbun) 1,556 - -

018 Jl Iskandar (Pangkalanbun) 3,624 - -

7 019 Kumei – Kubu 15,204 500 - -

8 025 Pulang Pisau – Pangkoh 30,558 1.200 - -

025 Pangkoh – Bahaur Hilir 21,500 980 - -

9 026 Pelantaran – Parenggean 34,630 1.600 - -

10 027 Parenggean – Tb. Sangai 50,657 2.400 - -

11 028 Pundu – Tumbang Samba 51,512 2.500 - -

12

032 Palangkaraya – Bukit Rawi 16,000 480 - -

032 Jl Pier Tendean (Palangkaraya) 0,600 - - -

032 Jl Diponogoro (Palangkaraya) 1,938 - - -

032 Jl Dr. Murjani (Palangkaraya) 1,377 - - -

032 Jl Arut (Palangkaraya) 0,240 - - -

032 Jl S Parman (Palangkaraya) 1,317 - - -

032 Jl A. Yani (Palangkaraya) 1,858 - - -

032 Bukir Rawi – Bukit Liti - Lahei 49,000 2.340 - -

032 Lahei – Timpah 64,500 3.000 45 45

032 Timpah – Buntok 16,700 500 - -

13 033 Bukit Liti – Bawan 60,000 2.800 - -

033 Bawan – Kuala Kurun 70,000 3.460 - -

14 035 Samuda – Ujung Pandaran 49,638 2.100 - -

15 041 Simpang Bangkal – Bangkal 11,499 400 - -

16 042 Kuala Kapuas – Paling kau 21,017 900 - -

17 043 Paling Kau – Dadakuk 24,422 1.000 - -

18 049 Simpang Penopa – Riam Durian 52,700 2.300 - -

19 050 Riam Durian – Kotawaringin

Lama

15,500 460 - -

20 051 Riam Durian – Sukamara 59,400 2.480 - -

21 052 Patung – Hayaping 17,908 660 - -

22 053 Hayaping – Bentot 5,556 240 - -

Page 20: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 20

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Kalimantan

Tengah, 2013

Berdasarkan data yang telah dipaparkan dalam tabel sebelumnya, nilai capaian

persentase perlengkapan pagar pengaman di ruas jalan propinsi dapat dihitung dengan

rumus 22;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi

170 meter

= x 100 %

38.720 meter

= 0,43 %

Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas

perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi pada tahun 2014 ditetapkan

mencapai nilai 60 %. Sementara nilaian capaian pada tahun 2012 hanya 0,43 %. Berkenaan

dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 59,57 % ( 60 % - 0,43 %

= 59,57 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 59,57 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya

mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan dan di lain pihak,

keamanan dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan dapat direalisir. Sekelas gambar pagar

pengaman di lokasi studi dapat dilihat pada gambar berikut.

22 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(meter)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

23 054 Bentot – Pasar Panas 21,026 860 - -

24 055 Bentot – Kambitin / Bts Kalsel 16,162 560 - -

25 056 Lingkar Kota Muara Teweh 18,000 600 - -

26 057 Jl Jend Ahmad Yani (Kuala

Kapuas)

1,450 - - -

27 058 Jl Tambun Bungai (Kuala

Kapuas)

2,050 - - -

28 059 Jl Patih Rumbih (Kuala Kapuas) 1,400 - - -

29 060 Jl Pemuda (Kuala Kapuas) 2,400 - - -

30 064 Jl Yosudarso (Palangkaraya) 7,000 - - -

31 065 Jl G Obos (Palangkaraya) 7,000 - - -

32 066 Jl Seth Aji (Palangkaraya) 3,200 - - -

33 067 Natei Arahan – Malijo

(Pangkalanbun)

6,500 - - -

Total 951,709 38.720 95 95

Page 21: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 21

Gambar 8.7 Pagar Pengaman di Provinsi Kalimantan Tengah

d. Deliniator

Pembangunan Deliniator di jalan nasional, propinsi dan jalan kabupaten/kota terus

dikembangkan. Deliniator dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit kosntruksi

yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi) berfungsi sebagai

pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi

kiri atau kanan deliantor adalah daerah berbahaya. Unit konstruksi dapat berupa pipa

besi atau pipa plastic yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi ) 23

Pembuatan deliantor dapat menggunakan bahan dari pipa besi atau pipa plastic yang

dilengkapi dengan bahan bersifat reflektif. Pipa besi berdiameter 10 cm, ketebalan 2

millimeter dengan panjang 110 cm. Pipa dilengkapi dengan 2 macam reflector berwarna

putih dan merah. Pipa harus dicat dengan warna hitam dan kuning bergantian, dan ujung

paling atas berwarna hitam. Pipa plastic mempunyai panjang 125 cm dan penampang

menyerupai segitiga sama sisi dengan panjang sisi 15 cm. Pipa plastic dilengkapi

dengan 2 macam refketor berwarna putih dan merah. Pipa plastic harus dicat dengan

warna hitam dan putuh bergantian, dan ujung paling atas berwarna hitam 24

Delianiator dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan jalur jalan pada daerah-daerah yang

berbahaya. Penempatan delineator dilakukan sedemikian rupa sehingga reflktor

berwarna merah akan kelihatan pada sebelah kiri dari arah lalu lintas dan yang berwarna

putih akan terlihat pada sebelah kanan arah lalu lalulintas. Delineator ditempatkan

sekurang-kurangnya 60 cm dari tepi jalan. Lokasi serta jarak pengulangan penempatan

delineator disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 25.

Demikian halnya pembangunan/pengadaan deliantor di jalan nasional, jalan propinsi

dan jalan kabupaten/kota serta pada ruas jalan terus dikembangkanm, dan untuk lebih

jelasnya profil perkembangan delineator di propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat

pada tabel berikut.

23 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 22 24 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 25 25 Ibid, pada Pasal 26

Page 22: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 22

Pembangunan delineator di beberapa ruas jalan propinsi juga dilakukan. Total ruas jalan

propinsi. Sementara kebutuhan dan realisasi kelengkapan jalan khususnya Deliantor di

ruas jalan Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.10 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Deliniator di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(meter)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

1

005 Ampah – Buntok 46,556 1.700 - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 - - -

005 Jl. Merdeka Raya (Buntok) 0,732 - - -

005 Jl. Tugu (Buntok) 0,389 - - -

005 Jl. Jelapat (Buntok) 1,960 - - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 - - -

2 008 Jl. Ring Road (Muara Teweh) 0,769 - - -

3 012 Sampit Samuda 35,617 550 225 225

012 Jl. HM Arsyad (Sampit) 3,454 - - -

4 013 Br. Bengkel – Dermaga

Kalampangan

4,875 - - -

5 015 Jl Patih Rumbih – Jl Jepang 7,328 - - -

6

018 Pangkalanbun – Kumei 12.119 - - -

018 Jl Diponegoro (Pangkalanbun) 1,556 - - -

018 Jl Iskandar (Pangkalanbun) 3,624 - - -

7 019 Kumei – Kubu 15,204 - - -

8 025 Pulang Pisau – Pangkoh 30,558 400 - -

025 Pangkoh – Bahaur Hilir 21,500 - - -

9 026 Pelantaran – Parenggean 34,630 600 - -

10 027 Parenggean – Tb. Sangai 50,657 1.800 350 350

11 028 Pundu – Tumbang Samba 51,512 1.600 - -

12

032 Palangkaraya – Bukit Rawi 16,000 - - -

032 Jl Pier Tendean (Palangkaraya) 0,600 - - -

032 Jl Diponogoro (Palangkaraya) 1,938 - - -

032 Jl Dr. Murjani (Palangkaraya) 1,377 - - -

032 Jl Arut (Palangkaraya) 0,240 - - -

032 Jl S Parman (Palangkaraya) 1,317 - - -

032 Jl A. Yani (Palangkaraya) 1,858 - - -

032 Bukir Rawi – Bukit Liti - Lahei 49,000 1.200 600 600

032 Lahei – Timpah 64,500 1.400 - -

032 Timpah – Buntok 16,700 - - -

13 033 Bukit Liti – Bawan 60,000 1.620 - -

033 Bawan – Kuala Kurun 70,000 1.680 250 250

14 035 Samuda – Ujung Pandaran 49,638 1.100 - -

15 041 Simpang Bangkal – Bangkal 11,499 - - -

16 042 Kuala Kapuas – Paling kau 21,017 - - -

17 043 Paling Kau – Dadakuk 24,422 - - -

18 049 Simpang Penopa – Riam Durian 52,700 1.400 - -

19 050 Riam Durian – Kotawaringin

Lama

15,500 - - -

20 051 Riam Durian – Sukamara 59,400 1.560 - -

21 052 Patung – Hayaping 17,908 - - -

22 053 Hayaping – Bentot 5,556 - - -

23 054 Bentot – Pasar Panas 21,026 - - -

24 055 Bentot – Kambitin / Bts Kalsel 16,162 - - -

25 056 Lingkar Kota Muara Teweh 18,000 - - -

26 057 Jl Jend Ahmad Yani (Kuala

Kapuas)

1,450 - - -

27 058 Jl Tambun Bungai (Kuala

Kapuas)

2,050 - - -

Page 23: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 23

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Kalimantan

Tengah,2013

Berdasarkan data tersebut, total kebutuhan Deliniator di ruas jalan Propinsi Kalimantan

Tengah terdapat 16.610 meter, sementara yang terpasang 2.850 meter. Karena itu, nilai

capaian persentase kelengkapan delineator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan

rumus ;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator pada Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi

2.850 meter

= x 100 %

16.610 meter

= 17,16 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas

perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014

mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian perlengkapan delineator pada tahun 2012 hanya

17,16 %. Hal ini berarti, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 42,84 % (

60 % - 17,16 % = 42,84 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 42,84 %, Pemerintah Daerah Propinsi

sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan. Sekilas

gambar delineator dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 8.8 Delainerator di Provinsi Kalimantan Tengah

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(meter)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

28 059 Jl Patih Rumbih (Kuala Kapuas) 1,400 - - -

29 060 Jl Pemuda (Kuala Kapuas) 2,400 - - -

30 064 Jl Yosudarso (Palangkaraya) 7,000 - - -

31 065 Jl G Obos (Palangkaraya) 7,000 - - -

32 066 Jl Seth Aji (Palangkaraya) 3,200 - - -

33 067 Natei Arahan – Malijo

(Pangkalanbun)

6,500 - - -

Total 951,709 16.610 1.425 1.425

Page 24: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 24

e. Cermin Tikungan

Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat

untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. Kelengkapan

tambahan dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin, bingkai cermin,

tiang penyangga dan pengikatnya 26. Cermin tikungan dopasang pada tepi jalan pada

lokasi-lokasi domana pendangan pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau

terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan jalan. Pembuatan cermin

tikuangan dapat menggunakan cermin cembung dari bahan acryile. Tebal dan diameter

cermin adalah masing-masing 3 millimeter dan tidak kurang dari 60 cm. Cermin

dilengkapi dengan tiang penyangga dari besi dengan diameter 10 cm, bingkai dan topi

cermin. Tinggi cermin disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Bentuk dan ukuran cermin tikungan 27 . Di Propinsi Kalimantan Tengah telah dilakukan

pembangunan cermin tikungan dalam rangka menjamin keselamatan dan keamanan

bagi pengendara bermotor, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.11 Kebutuhan dan Realisasi/ Pengadaan Cermin Tikungan di Provinsi Kalimantan

Tengah Hingga Tahun 2012

No Status Jalan Panjang Jalan

(Km)

Kebutuhan

(Unit)

Realisasi

(Unit) Sisa (Unit)

1 Provinsi 951,709 19 - 19

Total 951,709 19 - 19

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Kalimantan Tengah,

2013

Berdasarkan data yang telah telah disajikan sebelumnya, dapat dihitung nilai capaian

persetase kelengkapan Cermin Tikungan di jalan Propinsi Kalimantan Tengah dapat

dihitung dengan rumus 28;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Cermin Tikungan Terpasang pada Jalan Propinsi

= x 100

%

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan Pada Jalan Propinsi

0 unit

= x 100 %

19 unit

= 0 %

26 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 18 27 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan Pada Pasal 19 s/d 21 28 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

Page 25: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 25

f. Paku Jalan

Paku jalan sebagai tanda pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 15

milimeter di atas permukaan jalan, dan apabila paku jalan tersebut dilengkapi dengan

reflektor tidak boleh menonjol lebih dari 40 milimeter di atas permukaan jalan. Paku

jalan harus memenuhi ketentuan : a.dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau

alumunium campur; b. apabila paku jalandilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul

cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah; c.

warna pemantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 29

Bentuk dan ukuran paku jalan adalah; a. paku jalan berbetuk bujur sangkar harus

memmpunyai sisi yang panjang 0,10 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana

kurang dari 60 km per jalam dan 0,15 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana 60

km perjam atau lebih, b. paku jalan berbentuk 4 ( empat ) persegi panjang mempunyai

ukuran sekurang-kurangnya lebar 0,10 meter dan panjang 0,20 meter, c. paku jalan

berbentuk bundar harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 0,1 meter 30

Bahan paku jalan terdiri dari; a. dibuat dari bahan plastic, baja tahan karat atau

alumunium campur, b. apabila paku jalan dilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul

cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah, c.

warna pamantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 31.Paku jalan dapat

ditempatkan pada; a. batas tepi jalur lintas, b. paku jalan dengan pemantul cahaya

berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalur atau lalu lintas, c. paku jalan dengan

pemantul berwarna ditempatkan pada garis batas sisi kiri jalan, d. paku jalan dengan

pemantul bercahaya putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan, e. paku jalan

dengan dua (2) buah pemantul cahaya yang arahnya berlawanan penempatannya. Jarak

pemasangan paku jalan dilakukan sebagai berikut; a. pada tanda permukaan jalan

peringatan ditempatkan ditengah-tengah celah dua garis, b. pada tanda permukaan jalan

yang ditempatkan pada as jalan atau yang digunakan untuk mengarahkan arus lalau

lintas ditempatkan pada sisi di tengah tiga buah celah tanda permukaan jalan,c. pada

batas tepi sisi jalur lalu lintas ditempatkan pada setiap jarak 9 meter, d. pada tanda

permukaan jalan yang digunakan untuk membagi jalur lalu lintas bus adalah pada setiap

jarak 8 meter, e. pada tanda permukaan jalan mendekati suatu hambatan ditempatkan

pada setiap jarak 4 meter atau kurang, f. pulau lalu lintas ditempatkan pada jarak 4

meter atau kurang 32

Melihat peran paku jalan untuk keselamatan berkendaraan bermotor, di Propinsi

Kalimantan Tengah terus mengupayakan pembangunan/pengadaan paku jalan pada

jalan kering atau basah. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan kendaraan dapat lebih

normal dan stabil. Untuk lebih jelasnya perkembangan pembangunan/pengadaan paku

jalan di Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

29 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalam pada Pasal 19 30 Keputusan Direktur Jenderal perhubungan Darat No. SK.116/a.j.404/drjd/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan ( Spesifikasi Teknis Paku Jalan ) 31 Ibid ( Bahan baku paku jalan ) 32 Ibid ( Penempatan paku jalan dan Pemasangan paku jalan )

Page 26: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 26

Tabel 8.12 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas Jalan Propinsi Dalam

Tahun 2012

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(Unit)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

1

005 Ampah – Buntok 46,556 20.300 - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 1.100 - -

005 Jl. Merdeka Raya (Buntok) 0,732 450 - -

005 Jl. Tugu (Buntok) 0,389 320 - -

005 Jl. Jelapat (Buntok) 1,960 960 - -

005 Jl. Pahlawan (Buntok) 2,019 1.000 - -

2 008 Jl. Ring Road (Muara Teweh) 0,769 520 - -

3 012 Sampit Samuda 35,617 16.700 - -

012 Jl. HM Arsyad (Sampit) 3,454 1.250 - -

4 013 Br. Bengkel – Dermaga

Kalampangan

4,875 2.100 - -

5 015 Jl Patih Rumbih – Jl Jepang 7,328 3.440 - -

6

018 Pangkalanbun – Kumei 12.119 4.100 - -

018 Jl Diponegoro (Pangkalanbun) 1,556 440 - -

018 Jl Iskandar (Pangkalanbun) 3,624 720 - -

7 019 Kumei – Kubu 15,204 5.100 - -

8 025 Pulang Pisau – Pangkoh 30,558 14.200 - -

025 Pangkoh – Bahaur Hilir 21,500 7.100 - -

9 026 Pelantaran – Parenggean 34,630 15.200 - -

10 027 Parenggean – Tb. Sangai 50,657 22.000 - -

11 028 Pundu – Tumbang Samba 51,512 22.200 - -

12

032 Palangkaraya – Bukit Rawi 16,000 5.400 - -

032 Jl Pier Tendean (Palangkaraya) 0,600 260 - -

032 Jl Diponogoro (Palangkaraya) 1,938 840 - -

032 Jl Dr. Murjani (Palangkaraya) 1,377 800 - -

032 Jl Arut (Palangkaraya) 0,240 260 - -

032 Jl S Parman (Palangkaraya) 1,317 760 - -

032 Jl A. Yani (Palangkaraya) 1,858 810 - -

032 Bukir Rawi – Bukit Liti - Lahei 49,000 19.200 - -

032 Lahei – Timpah 64,500 23.000 - -

032 Timpah – Buntok 16,700 5.100 - -

13 033 Bukit Liti – Bawan 60,000 20.000 - -

033 Bawan – Kuala Kurun 70,000 24.200 - -

14 035 Samuda – Ujung Pandaran 49,638 18.200 - -

15 041 Simpang Bangkal – Bangkal 11,499 5.200 - -

16 042 Kuala Kapuas – Paling kau 21,017 8.200 - -

17 043 Paling Kau – Dadakuk 24,422 8.000 - -

18 049 Simpang Penopa – Riam Durian 52,700 21.000 - -

19 050 Riam Durian – Kotawaringin

Lama

15,500 6.100 - -

20 051 Riam Durian – Sukamara 59,400 20.020 - -

21 052 Patung – Hayaping 17,908 520 - -

22 053 Hayaping – Bentot 5,556 310 - -

23 054 Bentot – Pasar Panas 21,026 7.400 - -

24 055 Bentot – Kambitin / Bts Kalsel 16,162 4.420 - -

25 056 Lingkar Kota Muara Teweh 18,000 6.300 - -

26 057 Jl Jend Ahmad Yani (Kuala

Kapuas)

1,450 700 - -

27 058 Jl Tambun Bungai (Kuala Kapuas) 2,050 810 - -

28 059 Jl Patih Rumbih (Kuala Kapuas) 1,400 700 - -

29 060 Jl Pemuda (Kuala Kapuas) 2,400 720 - -

30 064 Jl Yosudarso (Palangkaraya) 7,000 3.200 - -

31 065 Jl G Obos (Palangkaraya) 7,000 3.300 - -

Page 27: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 27

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Kalimantan

Tengah, 2013

Berdasarkan data di atas, kebutuhan Paku Jalan pada jalan Propinsi Kalimantan Tengah

mencapai 358.530 unit. Tetapi realisasi pengadaan hingga tahun 2012 ternyata belum

ada. Artinya, nilai capaian persentase kelengkapan paku jalan di jalan Propinsi

Kalimantan Tengah dapat dihitung dengan rumus 33 .

% nilai capaian paku jalan

∑ Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan Terpasang di jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Paku di Jalan Propinsi

0 unit

= x 100 %

358.530 unit

= 0 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Paku

jalan di jalan propinsi pada tahun 2014 ditetapkan mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian

pada tahun 2012 belum ada atau hanya 0 %. Artinya, nilai capaian yang harus dicapai hingga

tahun 2014 masih 60 % . Untuk mencapai nilai sebesar 60 %, Pemerintah Daerah Propinsi

sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana, agar dapat mencapai ketertigalan.Karena

paku jalan tidak kalah pentinya dalam konteks pembangunan.

g. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan

isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau

pada ruas jalan 34. Alat pemberi isyarat lalu lintas terdiri dari; a. lampu 3 (tiga) warna

untuk mengatur kendaraan, b. lampu 2 (dua) warna untuk mengatur kendaraan dan/atau

pejalan kaki, c. lampu 1 (satu) warna untuk memberikan peringatan bahaya kepada

pemakai jalan. Lampu tiga (3) warna terdiri dari warna merah, kuning dan hijau. Lampu

tiga (3) warna dipasang dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila dipasang secara

vertical, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah, kuning, hijau. Apabila

33 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

34 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 1 ayat (1)

No No

Ruas Ruas Jalan

Panjang

Jalan

(KM)

Kebutuhan

(Unit)

Realisasi

Tahun 2012

Kiri Kanan

32 066 Jl Seth Aji (Palangkaraya) 3,200 1.000 - -

33 067 Natei Arahan – Malijo

(Pangkalanbun)

6,500 2.600 - -

Total 951,709 358.530 0 0

Page 28: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 28

dipasang secara horizontal maka susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah lalau

lintas dengan urutan merah, kuning, dan hijau . Lampu tiga warna dapat dilengkapi

dengan lampu warna merah dan/atau hijau yang memancarkan cahaya berupa tanda

panah35

Lampu dua (2) warna terdiri dari warna merah dan hijau. Lampu dua warna dipasang

dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila dipasang secara vertical, susunan lampu

dari atas ke bawah dengan urutan merah, hijau. Apabila dipasang secara horizontal,

susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, hijau.

Sementara lampu satu (1) warna, berwarna kuning atau merah dan lampu satu (1) warna

dipasang dalam posisi vertical atau horizontal 36

Fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas seperti halnya lampu tiga (3) warna adalah

sebagai berikut: a. lampu warna hijau menyala setelah lampu warna merah padam,

mengisyaratkan kendaraan harus berjalan, b.lampu warna kuning menyala setelah lampu

warna hijau padam, mengisyaratkan kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti

atau sebelum alat pemberi isyarat lalu lintas, bersiap untuk berhenti dan bagi kendaraan

yang sudah sedemikian dekat dengan batas berhenti sehingga tidak dapat berhenti lagi

dengan aman dapat berjalan, c. lampu warna merah menyala setelah lampu kuning

padam, mengisyaratkan kendaraan harus berhenti sebelum batas berhenti dan apabila

jalur lalu lintas tidak dilengkapi dengan batas berhenti, kendaraan harus berhenti sebelum

alat pemberimisyarat lalu litas 37

Lampu dua ( 2 ) warna secara bergantian berfungsi; a. mentaur lalu lintas pada tempat

penyeberangan pejalan kaki, b. mengatur lalau lalintas kendaraan pada jalan tol atau

tempat tertentu lainnya. Sementara lampu dua (2) warna berfungsi; a. mengatur lalu lintas

pada tempat penyeberangan, b. dapat dilengkapi dengan isyarat suara. Begitu juga halnya

lampu satu (1) warna terdiri dari satu lampu yang menyala berkedip atau dua lampu yang

menyala bergantian. Lampu satu warna yang berwarna kuning dipasang pada jalur lalau

lalintas, mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati.

Lampu satu warna yang berwarna merah dipasang pada persilangan sebidang dengan

jalan kereta api dan apabila menyala mengisyaratkan pengemudi harus berhenti. Lampu

satu warna dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang

menunjukkan arah datangnya kereta api . Alat pemberi isyarat lalu lintas berbentuk bulat

dengan garis tengah antara 20 sentimeter sampai dengan 30 sentimeter 38. Demikian

halnya, di Propinsi Kalimantan Tengah, mengingat peran alat pemberi isyarat lalau

lalintas cukup besar dalam mengatur lalu lalintas dan menjamin keselamatan berkendara,

maka pembangunan alat pemberi isyarat lalu lalintas di dibangun di propinsi Kalimantan

Tengah , dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

35 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 3 s/d Pasal 5 36 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 6 s/d Pasal 7 37 Ibid, Pasal 8 38 Ibid, Pasal 11 s/d Pasal 12

Page 29: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 29

Tabel 8.13 Kebutuhan dan Realisasi/ Pengadaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas/ Warning Light

Di Ruas Jalan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012

No Jalan

Panjang

Ruas Jalan

(Km)

Jumlah

Simpang

Kebutuhan

(Unit)

Realisasi

(Unit)

Sisa

(Unit)

1 Ruas Jalan Provinsi 951,709 134 WL = 120

APILL = 14

WL = 0

APILL = 1

WL = 120

APILL = 13

Total 951,709 134 WL = 120

APILL = 14

WL = 0

APILL = 1

WL = 120

APILL = 13

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Kalimantan Tengah,

2013

Panjang jalan propinsi terdapat 951,709 km, sementara kebutuhan Alat Pemberi Isyarat

Lalu Lintas terdapat 14 unit. Dan yang terealisasi hanya 1 unit yang berada di simpang

Pulang Pisau 1 unit. Berdasarkan data tersebut di atas, nilai capaian persentase

perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada ruas jalan propinsi dapat dihitung

dengan rumus 39.

∑ Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di jalan Propinsi

= x100 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Iisyarat Lalu Lintas Pada Jalan di Propinsi

1 unit

= x 100 %

14 unit

= 7,14 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya

fasilitas perlengkapan jalan termasuk Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di jalan propinsi

pada tahun 2014 ditetapkan mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian yang dicapai

pada tahun 2012 hanya sebesar 7,14 %, artinya nilai capaian yang harus dicapai hingga

tahun 2014 masih 52,86 ( 60 % - 7,14 % = 52,86 %) . Untuk mencapai nilai sebesar 51,86

%, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana

yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan.

h. Lampu penerangan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan perlengkapan jalan yang dapat

diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian mediun jalan)

yang digunakan untuk menerangi jalan mapun lingkungan di sekitar jalan yang

diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan laying, jembatan dan jalan di bawah tanah.

Atau juga dapat disebut lampu penerangan adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari

sumber cahaya, elemen optok, elemen elektronik dan struktur penopang serta tiang lampu 40.

39 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

40 Badan standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 2: 2008

Page 30: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 30

Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain ; a. menghasilkan

kekontrasan antara objek dan permukaan jalan, b. sebagai alat bantu navigasi pengguna

jalan, c. menghilangkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada

malam hari, d. mendukung keamanan lingkungan dan e. memberikan keindahan

lingkungan jalan 41. Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan dan Informatika c.q.

Bidang Program Propinsi Kalimantan Tengah , standar jenis lampu yang digunakan di

jalan pada propinsi adalah mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia) dan lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 42

Tabel 8.14 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik dan

Penggunaannya

Jenis

Lampu

Efisiensi

Rata-

rata

(lumen/

watt)

Umur

Rencana

Rata-

Rata

(Jam)

Daya

(watt)

Pengaruh

Terhadap

Warna

Objek

Keterangan

Lampu

tabung

fluorescent

Tekanan

Rendah

60 - 70

8.000-

10.000

18 – 20

36 - 40

Sedang

- Untuk jalan kolektor dan lokasl

- Efisiensi cukup tinggi tetapi

berumur pendek

- Jenis lampu ini masih dapat

digunakan untuk hal-hal yang

terbatas

Lampu gas

merkuri

tekanan

tinggi

(MBF/U)

50 - 55

16.000 –

24.000

125:250;

400; 700

Sedang

- Untuk jalan kolektor, local dan

persimpangan

- Efisiensi rendah, umur panjang dan

ukuran lampu kecil

- Jenis lampu ini masih dapat

digunakan secara terbatas

Lampu gas

sodium

bertekanan

rendah

(SOX )

100- 200 8.000 –

10.000

90 : 180 Sangat

Buruk

- Untuk jalan kolektor, local,

persimpangan, penyeberangan,

terowongan, tempat peristirahatan (

rest area)

- Efisiensi sangat tinggi, umur cukup

panjang, ukuran lampu besar

sehingga sulit untuk mengontrol

cahayanya dan cahaya lampu

sangat buruk karena kuning

- Jenis lampu ini dianjurkan

digunakan karena faktor

efisiensinya yang sangat tinggi

Lampu gas

sodium

tekanan

tinggi

((SON)

110

12.000 –

20.000

150;250;4

00

Buruk

- untuk jalan tol, arteri,

kolektor,,persimpangan besar/luas

dan interchange

- efisiensi tinggi, umur sangat

panjang, ukuran lampu kecil,

sehingga mudah pengontrolan

cahayanya

- jenis lampu ini sangat baik dan

sangat dianjurkan untuk digunakan

Sumber : Dirjen Darat DEPHUB

Di Propinsi Kalimantan Tengah pembangunan/pengadaan lampu penerangan di jalan

propinsi terus ditingkatkan. Tetapi karena keterbatasan anggaran, hingga sekarang

41 Badan Standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 4, 2008 42 Ibid, hal 5

Page 31: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 31

belum sepenuhnya terbangun sesuai dengan kebutuhan. Lebih jelasnya jumlah lampu

penerangan jalan di Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.15 Kebutuhan dan Realisasi/ Pengadaan Lampu Penerangan Di Provinsi Kalimantan

Tengah Tahun 2012

No Jalan Kebutuhan (Unit) Realisasi (Unit) Sisa (Unit)

1 Provinsi 1.500 110 1.390

Total 1.500 110 1.390

Sumber : Dinas Perhubungan dan Informatikan c.q Bidanng Program Provinsi Kalimantan

Tengah, 2013.

Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian persentase kelengkapan lampu

penerangan di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus 43;

∑ Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi

= x100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi

110 unit

= x 100 %

1.500 unit

= 7,33 %

Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi tersedianya fasilitas

perlengkapan jalan termasuk Lampu Penerangan di jalan propinsi ditetapkan pada tahun

2014 mencapai nilai 60 %. Namun dalam kenyataannya pada tahun 2012 nilai capaian

hanya 7,33 %. Artinya, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 masih

terdapat 52,33 % ( 60 % - 7,33 % = 51,33 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 52,33 %,

Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana

yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan dan di lain pihak lalu lintas

angkutan jalan serta kecelakaan dapat terhindar.

4. Keselamatan

Keselamatan dalam hal ini, dimaksudkan terpenuhinya standar keselamatan bagi

angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP).

Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap

orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,

Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan 44. Perusahaan Angkutan Umum wajib

memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi: a. keamanan; b. keselamatan; c.

kenyamanan; d. keterjangkauan; e. kesetaraan; dan f. keteraturan.45. Angkutan adalah

perpindahan orang/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

kendaraan umum di ruang lalu lintas jalan. Angkutan umum adalah angkutan orang/atau

barang yang menggunakan kendaraan umum dengan dipungut bayaran. Keselamatan

43 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunuj Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 6

44 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 ayat (31) 45 Ibid

Page 32: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 32

lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko

kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan,

dan/atau lingkungan46 .

Pelayanan angkutan kota antar dalam propinsi dilaksanakan dengan cirri-ciri sebagai

berikut; a. mempunyai jadwal tetap, tercantum dalam jam perjalanan pada kartu

pengawasan mobil bus yang dioperasikan. b. pelayanan angkutan dilakukan bersifat

cepat atau lambat, c. dilayani dengan mobil bus besar atau sedang, baik untuk pelayanan

ekonomi mapun pelayanan non ekonomi, d. tersedia terminal penumang sekurang-

kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persilangan, dan terminal tujuan, e.

prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi

tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan 47.

Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengankutan orang dapat

dilakukan dengan mobil barang. Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil

barang, wajib memenuhi persyaratan; a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding

yang tingginya sekurang-kurangnya 0,6 m, b. tersedia luas lantai ruang muatan

sekurang-kurangnya 0,4 m2 per penumpang, c. memiliki dan membawa surat

keterangan mobil barang mengangkut penumpang 48

Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi; a. nama

perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan, dan belakang kendaraan. b.

papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan dasar putih

tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan. c. jenis trayek

yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan

sebelah kiri dan kanan dengan tulisan” Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, e. jati diri

pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh masing-masing

perusahaan angkutan, f. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan, tulisan standar pelayanan,

daftar tarif yang berlaku, g. dilengkapi dengan adanya kotak obat dengan isinya, h. alat

pemantau untuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam kecepatan

kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan.49.

Dalam hal pengoperasian angkutan, pengusaha angkutan yang telah memperoleh izin

trayek diwajibkan mengutamakan keselamatan dalam pengoperasikan kendaraan

sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa 50. Untuk

memperoleh izin operasi, pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis tel;ah ditegaskan pemohon diwajibkan

memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan

fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan

fotokopi Buku Uji 51

46 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 10

47 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 19

48 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 3 49 Ibid Pasal 19 50 Ibid Pasal 62 point j 51 Ibid Pasal 67 point c

Page 33: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 33

Untuk menjamin keselamatan, kelaikan kendaraan untuk operasional harus dipastikan

siap pakai. Artinya, semua komponen yang diharuskan diuji secara berkala harus

dipastikan sudah terpenuhi. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dimaksudkan untuk 52; a.

memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan

bermotor di jalan, b. melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang

diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. Beberapa komponen yang

diharuskan diuji secara berkala adalah sebagai berikut 53; a. uji suspense roda (Pit wheel

Suspension Tester) dan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, b. uji rem, c. lampu

utama, d. speedometer, e. uji emisi gas buang meliputi; uji karbon monoksida (CO),

hidro karbon (HC), dan ketebalan asap gas buang, f. berat kendaraan, g. kincup roda

depan (side slip tester), h. suara (sound level meter), i. dimensi kendaraan (lebar,

panjang, tinggi dan sumbu roda), j. tekanan udara (kompressor rem, tekanan udara ban),

k. kaca film.

Untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan dilengkapi dengan

fasiliats tanggap darurat. Fasilitas tanggap darurat dalam hal ini adalah berupa; a. alat

pemukul/pemecah kaca (martil), b. alat pemadam kebakaran, c. alat kendali darurat

pembuka pintu utama yang dirancang dan ditempatkan sedemikian rupa sekurang-

kurangnya dua buah pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor sehingga

mudah dioperasikan dari dalam baik oleh awak kendaraan mapun penumpang yang

bekerja secara otomatis 54. Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan

bermotor angkutan penumpang, wajib dipenuhi dengan persyaratan teknis:

a. Jumlah tempat keluar darurat sekurang-kurangnya 55:

1) Satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya tidak

lebih dari 26 penumpang

2) Dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara

27 dan 50 penumpang

3) Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 dan 80

penumpang

4) Empat tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80

penumpang

b. Khusus untuk mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 27

penumpang, diwajibkan memiliki pintu darurat minimal 2 buah pada sisi kiri-

kanan

c. Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu, jika pada

dinding belakang tempat pintu yang lebarnya paling sedikit 430 millimeter

d. Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 milimeter dan apabila

memiliki ukuran sekurang-kurangnya 1.200 millimeter x 430 millimeter

disamakan dengan memiliki dua tempat keluar darurat

2) Mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas

3) Sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak

runcing

52 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan

Bermotor Pada Pasal 2 ayat (1) 53 Ibid, Pasal 12 ayat (1) 54 Keputusan DSirektur Perhubungan Darat No. SK.1763/AJ.501/DRJD/1003 tentang Petunjuk teknis

Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang pada Pasal 5 55 Ibid, Pasal 6

Page 34: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 34

4) Tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung

e. Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan,

harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki lebar sekurang – kurangnya 430 millimeter

2) Mudah dibuka setiap waktu dari dalam

f. Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang

menjelaskan tempat keluar darurat dan tata cara membukanya

g. Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat

dan diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya

h. Kaca mobil bud wajib menggunakan kaca keselamatan (Safety Glass), dengan

ketentuan sebagai berikut;

1) Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated

2) Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered

Standar keselamatan seperti telah disebutkan sebelumnya adalah bersifat umum.

Artinya, setiap angkutan harus memenuhi standar tersebut termasuk AKDP (Angkutan

Kota Dalam Propinsi). Berkenaan dengan itu, standar tersebut dapat juga diberlakukan

pada AKDP yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah. Untuk dapat mengetahui tingkat

keselamatan AKDP telah dilakukan wawancara dengan Balai Pengujian Kendaraan

Bermotor, Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Lalu Lintas & Angkutan Jalan

Propinsi Kalimantan Tengah tentang bagaimana kondisi keselamatan Angkutan Kota

Dalam Propinsi (AKDP). Dalam hal ini, kelaikan tentunya dilihat dari segi ketaatan

para pemilik AKDP untuk melakukan Uji KIR secara berkala. Berdasarkan data dan

informasi yang diperoleh, semua angkutan yang berflat kuning diwajibkan melakukan

KIR secara berkala dan pemilik AKDP juga mentaatinya. Di lain pihak, LLAJ dari

Dinas Perhubungan juga melakukan razia secara rutin untuk mengecek apakah AKDP

rutin melakukan Uji KIR sesuai dengan ketentuan. Ternyata dari hasil razia yang

dilakukan semua kendaraan AKDP secara rutin melakukan Uji KIR secara berkala.

Kantor Pengujian Kendaraan Bermotor Pembangunan Kantor Baru Kendaraan Bermotor

Gambar 8.9 Kantor Pengujian Kendaraan Bermotor di Kalteng

Surveyor juga melakukan wawancara terhadap sepuluh (10) Pengemudi AKDP yang

kebetulan sedang menunggu di terminal. Dari hasil wawancara dengan para Pengemudi,

ternyata kendaraan yang dibawa rutin melakukan uji KIR secara berkala dan

menunjukkan Buku Uji KIR. Sebagai bukti melakukan uji KIR, juga terlihat pada badan

kendaraan AKDP yang diletakkan di samping kanan dan kiri badan kendaraan. Di

samping kelaikan kendaraan AKDP, juga melakukan pengamatan dan wawancara

Page 35: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 35

terhadap keselamatan dalam keadaan darurat. Hasilnya sebagian besar kurang mentaati.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.16 Standar AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi)

No

Standar AKDP Standar di

Lokasi

Studi

Propinsi

Kalimantan

Tengah

Uraian Standar

1 Di daerah dimana sarana transportasinya belum

memadai, pengangkutan orang dapat

menggunakan mobil barang, namun waji

memenuhi persyaratan;

a.ruang muatan dilengkapi dengan dinding yang

tingginya sekurang-kurangnya

b.tersedia luas lantai ruang muatan sekurang –

kurangnya

c.memiliki dan membawa surat keterangan mobil

mengangkut penumpang

0,6 m

0,4 m2 per penumpang

0,6 m

0,4 m2 per

penumpang

2 Kendaraan yang digunakan untuk antar kota

dalam propinsi harus dilengkapi:

a.nama perusahaan

ditempelkan di

badan kendara-

an

b.nomor kendaan

ditempelkan di

depan & belakang

kendaraan

c.jenis trayek yg

dilayani,ditulis

huruf balok di

ditempelkan pada

badan kendaraan

sebelah kiri dan

kan kendaran

dengan tulisan

AKDP

Ada

Ada

Ada

3 Memiliki Jati diri pengemudi ditempatkan yang

dikeluarkan oleh perusahaan

ditempatkan di Dashboard Tidak ada

3 Fasilitas a.Bagasi

b.Kota obat &

isinya

c.Alat pemantau

kecepatan ken-

daraan

Ada

Tidak ada

Ada

4 Keselamatan AKDP yang dibuktikan dengan

adanya Buku Uji Kendaraan secara berkala

meliputi;

a.uji suspense roda

& kondisi teknis

Bagian bawah

kendaraan

b.uji rem

c.uji lampu utama

d.speedometer

e.uji emisi gas

buang (uji kar-

bon monoksida &

hidro karbon serta

ketebalan asap gas

buang

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Page 36: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 36

No

Standar AKDP Standar di

Lokasi

Studi

Propinsi

Kalimantan

Tengah

Uraian Standar

f.berat kendaraan

g.kincup roda depan

h.suara

i.dimensi kendaraan

(lebar, tinggi dan

Sumbu roda)

j.tekanan udara

(compressor rem,

tekanan udara ban)

k.kaca film

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

ada

5 Untuk menjamin keselamatan penumpang, setiap

kendaraan harus dilengkapi dengan fasilitas

tanggap darurat berupa;

a.alat pemukul/peme-

cah kaca ( martil )

b.alat pemadan keba-

karan

c.alat kendali darurat

pembuka pintu uta-

ma dua(2) buah yg

ditempatkan di sisi

kiri dan kanan seca-

ra otomatis

d.satu(1) tempat kelu-

ar darurat pada seti-

ap sisi kanan kiri,ji-

ka muatannya tidak

lebih dari 26 penum

-pang

e.dua (2) tempat kelu-

ar darurat pada seti-

ap sisi kiri kanan, ji-

ka muatannya antara

27 dan 50 penum-

Pang

f.tiga(3) tempat ke –

luar darurat pada se-

tiap sisi kiri kanan

antara 51 – 80 pe-

numpang

g.empat (tempat kelu-

ar darurat pada seti-

ap sisi kiri kanan

jika mauatnya lebih

dari 80 pemumpang

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

6 Mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih

27 orang penumpang diwajibkan memiliki pintu

darurat minimal

2 ( dua) buah pada sisi kiri

kanan

Tidak ada

7 Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat

dikurangi dengan satu (1)

Jika pada dinding belakang

tempat pintu lebarnya

paling sedikit 430

millimeter

Tidak ada

8 Tempat keluar darurat berupa jendela harus

memenuhi persyaratan;

a.memiliki ukuran

minimum 600 milli

meter x 430 milli-

meter bilamana me-

miliki ukurang seku-

rang-kurangnya

Tidak ada

Page 37: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 37

No

Standar AKDP Standar di

Lokasi

Studi

Propinsi

Kalimantan

Tengah

Uraian Standar

1.200 millimeter x

430 millimeter disa-

Makan dengan memi

Liki dua (2) tempat

Keluar darurat

b.mudah dan cepat di-

buka atau dirusak

atau dilepas

c.sudut-sudut jendela

yg berfungsi seba-

gai tempat keluar

darurat dan tidak

runcing

d.tidak dirintangi oleh

tongkat-tongkat atau

jeruji pelindung

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

9 Tempat keluar darurat berupa pintu yg

Dipasang pada dinding samping kiri dan kanan

harus memenuhi persyaratan.

a.memiliki lebar seku-

rang-kurangnya 430

millimeter

b.mudah dibuka setiap

waktu dari dalam

Tidak ada

Tidak ada

10 Tempat keluar darurat diberi tanda dan

Dan tata cara membukanya

Ada tanda dan cara

membukanya

Tidak ada

11 Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat

harus;

Mudah dilepas dan dilipat

serta diberi warna

12 Kaca mobil, wajib menggunakan kaca

keselamatan ( Safe glass ) dengan ketentuan;

a.kaca bagian depan

harus memakai jenis

Laminated

b.kaca bagian samping kiri

– kanan dan bela-

kang memakai jenis

Tempered

Tidak ada

Tidak ada

Sumber; Hasil Olahan Konsultan, 2013

Jumlah AKDP di Propinsi Kalimantan Tengah terdapat 271 unit, yang dimiliki berbagai

perusahaan angkutan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.17 Jumlah Armada AKDP di Propinsi Kalimantan Tengah Dalam tahun 2013

No Nama Perusahaan/ Perorangan Jumlah Armada

1 PT. Yessoe Travel 10

2 CV. Candi Agung 11

3 CV. Logos 6

4 Koperasi Lasang Kilat 87

5 Koperasi Wahana 34

6 CV. Alib Utama 45

7 Koperasi Angkutan Antar

Kabupaten

28

8 CV. Rezeki Bersaudara 2

9 CV. Berlian Jaya 5

10 CV. Wira Karya 10

Page 38: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 38

No Nama Perusahaan/ Perorangan Jumlah Armada

11 CV. Patas Tour 4

12 Koperasi Sonya Karya 12

13 An. Ukiso Piji 1

14 An. Harjono 1

15 An. H. Allo B Sarang 1

16 An. Darsono 2

17 CV. Mitra Buana 2

18 Koperasi Organda Parenggean 3

19 CV Doa mama 4

20 Perum DAMRI 3

Total 271 Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Kalimantan Tengah, 2013

Berdasarkan data dan penjelasan tersebut di atas, maka nilai capaian persentase standar

keselamatan yang melayani trayek antarkota dalm propinsi (AKDP) terhadap total

angkutan umum antarkota dalam propinsi dapat dihitung dengan rumus;

∑ Angkutan Armada Antar Kota Dalam Propinsi Memenuhi Standar Keselamatan

= x100%

∑ Total Armada Antar Kota Dalam Propinsi

271 unit

= x 100 %

271 unit

= 100 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, terpenuhinya standar

keselamatan bagi angkutan yang melayani trayek AKDP dalam tahun 2014 ditetapkan

100 %. Sementara nilai capaian terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum

yang melayani trayek AKDP dalam tahun 2012 sudah mencapai 100 %. Berkenaan

dengan itu, Propinsi Kalimantan Tengha sudah memiliki kinerja yang baik dalam

mewujudkan keselamatan operasional bagin AKDP.

5. Sumber Daya Manusia ( SDM )

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tersedianya

SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada

perusahaan angkutan umum, pengelola terminal dan pengelola perlengkapan jalan 56

lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

a. Tersedianya SDM Yang Memiliki Kompetensi Sebagai Pengawas Kelaikan

Kendaraan Pada Perusahaan

56 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Bidang perhubungan

Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran hal 2

Page 39: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 39

Dalam rangka menjamin kelaikan kendaraan setiap hari, diharuskan setiap

perusahaan angkutan memiliki SDM yang mempunyai kompetensi memperbaiki

kendaraan pada saat kendaraan sampai di pool usai melakukan operasional. Tugas

SDM tersebut, adalah memeriksa secera keseluruhan kendaraan secara rutin,

apakah laik operasional atau tidak. Apalagi, bilamana ada keluhan sopir,

diharapkan sesegera mungkin dapat melakukan pemeriksaan dan perbaikan.

Dengan demikian, diharapkan keselamatan para penumpang dapat lebih terjamin.

Hal ini adalah sesuai bahwa standar pelayanan angkutan orang, dimana setiap

perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar yang terdiri dari; a.

keamanan, keselamatan dan kenyamanan 57. Setiap perusahaan yang memiliki izin

trayek, diwajibkan memenuhi persyaratan admistratif dan teknis. Persyaratan

administratif adalah meliputi beberapa aspek, antara lain; a. menguasai fasilitas

penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan

bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan, b. memiliki

atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan pemeliharaan

kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraan untuk tetap dalam kondisi

laik jalan 58

Berdasarkan wawancara dengan Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi

Kalimantan Tengah c.q Bidang Program, jumlah pengusaha angkutan antar kota

dalam Propinsi Kalimantan Tengah dalam tahun 2013 terdapat sebanyak 20 (dua

puluh). Sesuai dengan aturan seperti telah dijelaskan sebelumnya, setiap

perusahaan angkutan diwajibkan memiliki SDM yang memiliki kompetensi

sebagai pengawas kelaikan kendaraan yang pada dasarnya berada dalam

lingkungan perusahaan angkutan tersebut atau bekerja sama dengan pihak lain

untuk menjamin kelaikan operasional kendaraan. Tetapi dalam kenyataannya, 18

(lima belas) perusahaan tersebut cenderung memilih kerjasama dengan pihak lain,

dan 2 ( dua ) perusahaan angkutan memiliki SDM yang memiliki pompetensi

dalam perbaikan kendaraan yang langsung berada dlingkungan perusahaan

angkutan. Berdasarkan informasi dari beberapa pengusaha angkutan, pilihan

bekerjasama dengan pihak lain sangat menguntungkan, karena tidak setiap hari

kendaraan mengalami kerusakan, kecuali bilamana kendaraan mengalami

kerusahaan SDM dari pihak kerjasama dipanggil untuk memperbaiki. Sementara

jika memiliki sendiri tenaga professional sebagai unit dalam perusahaan angkutan

biayanya relatif mahal, karena harus membeli peralatan dan menggaji setiap bulan.

Sementara dengan bekerjasama dengan pihak lain, pembayarannya hanya sebatas

waktu tenaga SDM tersebut digunakan dalam perbaikan kendaraan. Makna

memiliki SDM yang memiliki kompetensi dalam sebagai pengawasan kelaikan

kendaraan perusahaan adalah sama dengan bekerjasa sama dengan pihak lain

dalam pemeliharaan kendaraan. Artinya, yang penting kendaraan dapat laik

operasional pada saat digunakan. Karena itu, boleh dikatakan kinerja SDM yang

memiliki komptensi dalam pengawasan kelaikan kendaraan dapat dihitung dengan

rumus ;

% memiliki SDM yang memiliki kompotensi sebagai tenaga pengawas;

57 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalam pada Pasal 141 point a,b

dan c. 58 Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) pada point c.d. dan e.

Page 40: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 40

∑ Usaha Angkutan Yang Memiliki SDM Yang Berkompetensi dalam Kelaikan

= x100%

∑ Usaha Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi

20

= x 100 %

20

= 100 %

Bertitik tolak dari Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, terpenuhinya

standar keselamatan bagi angkutan yang melayani trayek AKDP dalam tahun 2014

ditetapkan 100 %. Sementara nilai capaian terpenuhinya standar SDM yang

profesional/memiliki kompotensi sebagai tenaga pengawas kelaikan kendaraan

bermotor bagi perusahaan AKDP dalam tahun 2012 sudah mencapai 100 %.

Berkenaan dengan itu, Propinsi Kalimantan Tengah sudah memiliki kinerja yang

baik dalam mewujudkan tenaga yang professional bagi pengawas kelaikan

kendaraan bermotor untuk perusahaan AKDP.

b. SDM Pengelola Terminal

SDM pengelola terminal sangat diperlukan, mengingat terminal adalah merupakan

pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan

dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta

perpindahan moda angkutan. SDM yang memiliki kompetensi dalam pengelola

terminal akan berdampak positif terutama dalam hal kelancaran keluar masuk

kendaraan, kenyamanan, keamanan dan mobilisasi penumpang naik- turun serta

pilihan kendaraan antar jaringan.

Berdasarkan data dan informasi dari lapangan, setiap terminal kegiatan

dikelompokkan pada tiga bagian, yaitu regu I, regu II dan Regu III. Regu I bertugas

untuk mengawasai dan mengatur kedatangan kendaraan ke dalam terminal. Regu II

bertugas untuk mengawasi dan mengatur kendaraan dalam terminal, dan Regu III

bertugas mengawasai dan mengatur keberangkatan kendaraan dari terminal. Dari

hasil pengamatan di lapangan khususnya pada terminal terminal tipe B, jumlah

SDM pada setiap regu rata-rata mencapai 6 (enam) orang. Padahal, berdasarkan

informasi dari Kepala Terminal Tipe B dengan jumlah SDM sebanyak 4 orang

pada setiap regu, sebenarnya sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik.

c. SDM Pengelola Perlengkapan Jalan

Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,

alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan

Jalan, serta fasilitas pendukung59 . Peranan perlengkapan jalan dalam mendukung

arus lalu lintas dan keselamatan kendaraan dalam operasional sangat diperlukan.

Karena itu harus didukung oleh tenaga baik dari segi jumlah maupun professional.

Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi

59 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (6 )

Page 41: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 41

Kalimantan Tengah, tenaga pengelola perlengkapan jalan ditempatkan di seksi

keselamatan lalu lintas pada Bidang Perhubungan Darat. Jumlah tenaga yang ada

khusus mengelola perlengkapan jalan terdapat 12 orang, dan sudah pernah

mendapatkan pendidikan dan latihan yang diselenggaran oleh Pemerintah Propinsi

maupun Pemerintah Pusat yang dalam hal ini Ditjen Perhubungan Darat –

Kementerian Perhubungan. Karena iti, berdasarkan pengalaman selama ini, dengan

jumlah 12 orang sudah mampu mengelola perlengkapan jalan.

B. Angkutan Sungai Dan Danau

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Sungai dan Danau

Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang

dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal, dan terusan yang mengangkut

penumpang dan atau barang yang diselenggralan oleh perusahaan angkutan sungai dan

danau 60. Setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib memenuhi

persyaratan sebagai berikut : a. memenuhi persyaratan teknis / kelaikan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku; b. memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana

pelabuhan pada trayek yang dilayani; c. memiliki awak kapal sesuai dengan ketentuan

persyaratan pengawakan untuk kapal sungai dan danau; d. memiliki fasilitas utama

dan/atau fasilitas pendukung baik bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang,

barang dan/atau hewan, sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;e.mencantumkan

identitas perusahaan / pemilik dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian kapal yang

mudah dibaca dari samping kiri dan kanan kapal; f. mencantumkan informasi/petunjuk

yang diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Penetapan trayek dilakukan dengan memperhatikan pengembangan wilayah potensi

angkutan dan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang tersusun dalam satu

kesatuan tatanan transportasi nasional. Trayek berfungsi untuk menghubungkan simpul

pada pelabuhan sungai, danau, dan pelabuhan laut yang berada dalam satu alur61. Untuk

pelayanan angkutan sungai dan danau dalam trayek tetap dan teratur, dilakukan dalam

jaringan trayek. Jaringan trayek terdiri dari : a. trayek utama, yaitu menghubungkan antar

pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran; b. trayek cabang,

yaitu menghubungkan antara pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat

penyebaran dengan yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran atau antar pelabuhan

sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran 62

Penetapan jaringan trayek angkutan sungai dan danau dilakukan dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. tatanan kepelabuhanan nasional; b.

adanya demand (kebutuhan angkutan); c. rencana dan/atau ketersediaan pelabuhan sungai

dan danau; d. ketersediaan kapal sungai dan danau (supply) sesuai dengan spesifikasi

teknis kapal dan spesifikasi pelabuhan pada trayek yang akan dilayani; e. potensi

perekonomian daerah. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan dalam

kabupaten/kota, ditetapkan oleh Bupati/Walikota 63. Karena itu, jaringan trayek adalah

kumpulan dari trayek yang menjadi satu/atau kesatuan pelayanan angkutan

60 Keputusan Menteri Perhubungan No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai Dan

Danau Pada Pasal 1 Ayat (1) 61 Ibid , Pada Pasal 2 Ayat (1 dan 2 ) 62 Ibid, Pada Pasal 12 Ayat (1 dan 2 ) 63 Ibid, Pada Pasal 12 Ayat ( 3 dan 4)

Page 42: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 42

penumpang/atau barang dari satu pelabuhan ke palabuhan lainnya 64. Defenisi

operasionalnya adalah tersedianya angkutan sungai dan danau untuk melayani jaringan

trayek antarkabupaten/kota dalam propinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran

sungai dan danau yang dapat dilayari. Artinya, dalam hal ini ditekankan adalah

prosentase jumlah jaringan trayek yang telah dilayani oleh angkutan sungai dan dan

danau terhadap total jaringan trayek antarkabupaten/kota dalam propinsi 65

Tabel 8.18 Jaringan Trayek Angkutan Sungai Antar Kota/Kabupaten Dalam Propinsi Kalimantan

Tengah Dalam tahun 2013

No Jaringan Pelayanan

1 P.Raya – Bahaur (PP)

2 K.Bangkirai (P.Raya) – Bantanan – Sebangau – Pegatan

3 Tangkiling (P.Raya) – Tumbang Talaken (PP)

4 Tangkiling (P.Raya) – Tumbang Jutuh (PP)

5 Kapuas – Terusan Raya – Pangkoh (PP)

6 Kapuas – Mandomai – Mentangai – Timpah – Pujon (PP)

7 Kapuas - Palingkau – Jenamas (PP

8 Kapuas - Palingkau – Jenamas – Mengkatip – Bangkuang

– Buntok (PP)

9 Pulang Pisau – Pangkoh (PP)

10 Kasongan – Petak Bahandang – Bahaun Bangau –

Pegatan- Mendawai (PP)

11 Kasongan – Pendahara – Buntut Bali – Tumbang Samba

– T. Hiran – T. Senawang. (PP)

12 Kasongan – Pendahara – Buntut Bali – T.Samba –

Tumbang Kaman

13 Sampit – Bagedang – Samuda – Pegatan (PP)

14 Sampit – Samuda – Babinang Hilir – Tumbang Hantipan

– Perigi – Pegatan Mendawai (PP)

15 Sampit – Kotabesi – Cahaya Mulya - Pundu

16 Kota Besi – Parenggean (PP)

17 Kota Besi – Kuala Kuayan (PP)

18 Kota Besi - Kuala Pembuang – Telaga Pulang –

Penbuang Hulu – Rantau Pulut – Tumbang Manjul (PP)

19 P.Bun – Kotawaringin Lama – Nanga Bulik (PP

20 P.Bun – Tanjung Putri – Pantai Luci (PP)

21 Nanga Bulik – Papen Bini (PP)

22 Nanga Bulik – Bayat (PP)

23 Sukamara - Kuala Jelay

24 Sukamara – Balai Riam

25 Sukamara – Manis Mata - Kalbar

26 K.Pembuang – Telaga Pulang – Bangkal (PP)

27 Buntok – Bangkuang – Mengkati – Jenamas (PP)

28 Buntok – Pendang – Tumpung Laung - M.Teweh (PP

29 M.Teweh – Lahai – Muara Laut – P.Cahu (PP

30 Kuala Kurun – Tewah – Miri (PP

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Kalimantan Tengah, 2013

-UPT Sungai Khahayan Palangka Raya, 2013

64 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan

Pencapaian Standar pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Halaman 11

65 Ibid Pada Pada halamn 11

Page 43: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 43

Di antara jaringan trayek angkutan kapal sungai seperti telah dijelaskan sebelumnya

memiliki kebuthan dan realisai yang sudah dilayani kapal angkutan sungai, dan lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.19 Kebutuhan Dan Jumlah Kapal Yang Melayani Trayek Angkutan Sungai di Propinsi

Kalimantan Tengah Dalam Tahun 2013

No

Jaringan Pelayanan

Kebutuhan

Kapal Sungai

(unit)

Realsisasi

Kebutuhan

(unit)

1 P.Raya – Bahaur (PP) 4 4

2 K.Bangkirai (P.Raya) – Bantanan – Sebangau – Pegatan 5 5

3 Tangkiling (P.Raya) – Tumbang Talaken (PP) 3 3

4 Tangkiling (P.Raya) – Tumbang Jutuh (PP) 2 2

5 Kapuas – Terusan Raya – Pangkoh (PP) 4 4

6 Kapuas – Mandomai – Mentangai – Timpah – Pujon

(PP)

3 3

7 Kapuas - Palingkau – Jenamas (PP 3 3

8 Kapuas - Palingkau – Jenamas – Mengkatip –

Bangkuang – Buntok (PP)

4 4

9 Pulang Pisau – Pangkoh (PP) 2 2

10 Kasongan – Petak Bahandang – Bahaun Bangau –

Pegatan- Mendawai (PP)

4 4

11 Kasongan – Pendahara – Buntut Bali – Tumbang Samba

– T. Hiran – T. Senawang. (PP)

4 4

12 Kasongan – Pendahara – Buntut Bali – T.Samba –

Tumbang Kaman

4 4

13 Sampit – Bagedang – Samuda – Pegatan (PP) 4 4

14 Sampit – Samuda – Babinang Hilir – Tumbang

Hantipan – Perigi – Pegatan Mendawai (PP)

4 4

15 Sampit – Kotabesi – Cahaya Mulya - Pundu 5 5

16 Kota Besi – Parenggean (PP) 2 2

17 Kota Besi – Kuala Kuayan (PP) 3 3

18 Kota Besi - Kuala Pembuang – Telaga Pulang –

Penbuang Hulu – Rantau Pulut – Tumbang Manjul (PP)

3 3

19 P.Bun – Kotawaringin Lama – Nanga Bulik (PP 3 3

20 P.Bun – Tanjung Putri – Pantai Luci (PP) 4 3

21 Nanga Bulik – Papen Bini (PP) 2 2

22 Nanga Bulik – Bayat (PP) 4 4

23 Sukamara - Kuala Jelay 2 2

24 Sukamara – Balai Riam 2 2

25 Sukamara – Manis Mata - Kalbar 3 3

26 K.Pembuang – Telaga Pulang – Bangkal (PP) 4 4

27 Buntok – Bangkuang – Mengkati – Jenamas (PP) 4 4

28 Buntok – Pendang – Tumpung Laung - M.Teweh (PP 2 2

29 M.Teweh – Lahai – Muara Laut – P.Cahu (PP 3 3

30 Kuala Kurun – Tewah – Miri (PP 3 3

JUMLAH 96 96

Sumber; - Dinas Perhubungan & Informatikan Propinsi Kalimantan Tengah , 2013

-UPT

Berdasarkan data tersebut di atas, maka nilai tersedianya angkutan sungai untuk melayni

jaringan trayek antarkabupaten/kota dalam Propinsi Kalimantan Tengah dapat dihitung

dengan rumus ;

% Pelayanan Angkutan Sungai

Page 44: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 44

∑ Jaringan trayek yang telah dilayani angkutan sungai

= -------------------------------------------------------------------------- x 100%

∑ Total jaringan trayek antarkabupaten/kota dalam propinsi

30 jaringan trayek yang terlayani

= ----------------------------------------------- x 100%

30 jaringan trayek yang ada

= 100%

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, tersedianya angkutan sungai

untuk melayani jaringan trayek antar kota/kabupeten dalam propinsi pada wilayah yang

tersedia alur pelayaran sungai pada tahun 2014 ditetapkan capaian 75 %. Sementara dalam

tahun 2012 capaian tersedianya angkutan untuk melayani jaringan trayek sudah mencapai

100 %. Dengan demikian, pelayanan angkutan sungai di Propinsi Kalimantan Tengah

memiliki perang yang sukup besar selama ini.

Menurut informasi awalnya angkutan sungai yang ada di Kalimantan Tengah merupakan

sarana transportasi yang sangat akrab dan urgen di masyarakat dan kini telah berubah

menjadi sepi. Hal ini disebabkan, karena sekarang ini sudah ada jalan raya berada di

samping sungai mengikuti alur sungai dari hilir ke hulu, sehingga banyak masyarakat

beralih menggunakan jalur jalan raya dalam melakukan aktivitas.

2. Jaringan Prasarana Angkutan Sungai

Berdasarkan Peraturam Menteri Perhubungan No.81 Tahun 2011 jaringan prasarana

angkutan sungai difkuskan pada tersedianya pelabuhan sungai untuk melayani kapal sungai

yang beroperasi pada jaringan trayek antakabupaten/kota dalam propinsi pada wilayah

yang tersedia alur pelayaran sungai. Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang

digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai atau danau 66. Defenisi operasional adalah tersedianya pelabuhan sungai untuk melayani kapal sungai.

Berkenaan dengan itu, melihat angkutan sungai cukup berperan sebagai transportasi sungai

bagi masyarakat, maka pembangunan pelabuhan sungai telah diupayakan di Propinsi

Kalimantan tengah, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.20 Jumlah Dermaga/ Pelabuhan

No Demaga/ Pelabuhan Wilayah

1 Dermaga Rambang Kota Palangka Raya

2 Dermaga Tangkiling ;

3 Dermaga Marang (P.Kerja PM2L) ;

4 Dermaga B. Bengkel ;

5 Dermaga Kereng Bangkirai ;

6 Dermaga D. Mare Kabupaten Kapuas

7 Dermaga Patih Rumbih ;

8 Dermaga A. Serapat ;

9 Dermaga A. Tamban ;

10 Dermaga A. Basarang ;

11 Dermaga A. Tamban ;

12 Dermaga A. Basarang ;

66 Peraturan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2012 tentang Alur Pelayaran Sungai dan Danau Pada

Pasal 1 ayat ( 2)

Page 45: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 45

No Demaga/ Pelabuhan Wilayah

13 Dermaga M. Dadahup ;

14 Dermaga Lamunti ;

15 Dermaga Palingkau ;

16 Dermaga Pujon ;

17 Dermaga Mantangai Kabupaten Pulang Pisau

18 Dermaga Pulang Pisau ;

19 Dermaga Pasar Patanak ;

20 Dermaga Mintin ;

21 Dermaga Maliku ;

22 Dermaga Pasar Maliku ;

23 Dermaga Pangkoh ;

24 Dermaga Bahaur ;

25 Dermaga Bukit Rawi ;

26 Dermaga Bawan ;

27 Dermaga Paduran ;

28 Dermaga Gandang ;

29 Dermaga Jabiren ;

30 Dermaga Buntoi ;

31 Dermaga Badirih ;

32 Dermaga Anjir Kelampan ;

33 Dermaga Penyeb.Bahaur Kabupaten Gunung Mas

34 Dermaga K. Kurun ;

35 Dermaga K. Kurun ( Dishub) ;

36 Dermaga Tewah ;

37 Dermaga Sepang Simin ;

38 Dermaga Tb Jutuh ;

39 Dermaga Talaken ;

40 Dermaga Takaras Kabupaten Katingan

41 Dermaga Pegatan ;

42 Dermaga Selat Jeruju ;

43 Dermaga Mendawai ;

44 Dermaga Baon Bango ;

45 Dermaga Petak Bahandang ;

46 Dermaga Kasongan Lama ;

47 Dermaga Indrasari Beton Kabupaten Kotawaringin Barat

48 Dermaga Pasar Saik ;

49 Dermaga Kotawaringin Lama ;

50 Dermaga Kumai ;

51 Dermaga Ponton K.Lama ;

52 Dermaga Penyeb.Kumai ;

53 Dermaga K. Lama Kabupaten Lamandau

54 Dermaga N. Bulik ;

55 Dermaga B/M Lamandau ;

56 Dermaga Sukamara ;

57 Dermaga Kuala Jelai Kabupaten Sukamara

58 Dermga Pulau Nibung ;

59 Dermaga Jelapat ;

60 Dermaga Jenamas Kabupaten Barito Selatan

61 Dermaga Bengkuang ;

62 Dermaga Mangkatip ;

63 Dermaga Pasar Lama ;

64 Dermaga beton M. Teweh ;

65 Dermaga M.Teweh Kabupaten Barito Utara

66 Dermaga Montalat ;

67 Dermaga Bintang Ninggi ;

68 Dermaga P. Cahu Kabupaten Murung Raya;

69 Dermaga Laung

70 Dermaga Telang Baru Kabupaten Barito Timur

Page 46: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 46

No Demaga/ Pelabuhan Wilayah

TOTAL 70

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Kalimantan Tengah , 2013

-UPT Sungai Kahayan, 2013

Sementara jumlah dermaga/pelabuhan angkutan kapal sungai di wilayah Propinsi

Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.21 Kebutuhan Dermaga/Pelabuhan Angkutan Kapal Sungai di Propinsi Kalimantan Tengah

Dalam Tahun 2013

No

Jaringan Pelayanan

Kebutuhan

Dermaga/Pelabuhan

(unit)

1 P.Raya – Bahaur (PP) 2

2 K.Bangkirai (P.Raya) – Bantanan – Sebangau – Pegatan 4

3 Tangkiling (P.Raya) – Tumbang Talaken (PP) 2

4 Tangkiling (P.Raya) – Tumbang Jutuh (PP) 1

5 Kapuas – Terusan Raya – Pangkoh (PP) 3

6 Kapuas – Mandomai – Mentangai – Timpah – Pujon (PP) 4

7 Kapuas - Palingkau – Jenamas (PP 2

8 Kapuas - Palingkau – Jenamas – Mengkatip – Bangkuang –

Buntok (PP)

3

9 Pulang Pisau – Pangkoh (PP) 2

10 Kasongan – Petak Bahandang – Bahaun Bangau – Pegatan-

Mendawai (PP)

6

11 Kasongan – Pendahara – Buntut Bali – Tumbang Samba – T.

Hiran – T. Senawang. (PP)

5

12 Kasongan – Pendahara – Buntut Bali – T.Samba – Tumbang

Kaman

4

13 Sampit – Bagedang – Samuda – Pegatan (PP) 4

14 Sampit – Samuda – Babinang Hilir – Tumbang Hantipan – Perigi

– Pegatan Mendawai (PP)

7

15 Sampit – Kotabesi – Cahaya Mulya -Pundu 3

16 Kota Besi – Parenggean (PP) 1

17 Kota Besi – Kuala Kuayan (PP) 1

18 Kota Besi - Kuala Pembuang – Telaga Pulang – Penbuang Hulu –

Rantau Pulut – Tumbang Manjul (PP)

6

19 P.Bun – Kotawaringin Lama – Nanga Bulik (PP 3

20 P.Bun – Tanjung Putri – Pantai Luci (PP) 2

21 Nanga Bulik – Papen Bini (PP) 2

22 Nanga Bulik – Bayat (PP) 1

23 Sukamara - Kuala Jelay 2

24 Sukamara – Balai Riam 2

25 Sukamara – Manis Mata - Kalbar 2

26 K.Pembuang – Telaga Pulang – Bangkal (PP) 3

27 Buntok – Bangkuang – Mengkati – Jenamas (PP) 4

28 Buntok – Pendang – Tumpung Laung - M.Teweh (PP 3

29 M.Teweh – Lahai – Muara Laut – P.Cahu (PP 3

30 Kuala Kurun – Tewah – Miri (PP 2

JUMLAH 95

Sumber; - Dinas Perhubungan & Informatikan Propinsi Kalimantan Tengah , 2013

-UPT

Berdasarkan data tersebut di atas, maka nilai tersedianya pelabuhan/dermaga untuk

melayani angkutan kapal sungai pada jaringan trayek antarkabupaten/kota dalam Propinsi

Kalimantan Tengah dapat dihitung dengan rumus ;

% Pelayanan Dermaga/pelabuhan Angkutan Kapal Sungai

Page 47: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 47

∑ Dermaga yang melayani jaringan trayek angkutan sungai

= -------------------------------------------------------------------------- x 100% ∑ Total dermaga/pelabuhan yang melayani jaringan trayek antarkabupaten/kota dalam propinsi

70 Dermaga/pelabuhan

= ----------------------------------------------- x 100%

95 Kebutuhan Dermaga/ Pelabuhan

= 73,68%

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, tersedianya angkutan sungai

untuk melayani jaringan trayek antar kota/kabupeten dalam propinsi pada wilayah yang

tersedia alur pelayaran sungai pada tahun 2014 ditetapkan capaian 60 %. Sementara dalam

tahun 2012 capaian tersedianya angkutan untuk melayani jaringan trayek sudah mencapai

73 %. Dengan demikian, kinerja capaian pelayanan dermaga pada pelayanan angkutan

kapal sungai di Propinsi Kalimantan Tengah sangat menggembirakan. Hal ini mungkin

disebabkan, karena selama ini angkutan sungai di Propinsi Kalimantan Tengah adalah

merupakan satu-satunya yang digunakan masysrakat sebagai transportasi. Sekarang ini,

sudah terjadi perubahan, karena pembangunan jalan raya disepanjang sungai, akibatnya

masyarakat banyak beralih ke jalan raya. Sekilas gambaran dermaga sekarang beralih

fungsi menjadi tempat mainan anak-anak dan kapal di sungai Kahayan dapat dilihat pada

gambar berikut.

Salah satu kantor dermaga di Kalimantan Tengah Salah satu dermaga di Kalimantan Tengah

Salah satu dermaga yang beralih fungsi wisata Keadaan sungai Kahayan di Palangkaraya

Gambar 8.10 Keadaan sungai dan dermaga di Kalteng

Page 48: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 48

3. Keselamatan

Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi,

bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan, serta perlengkapan

termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan

sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian 67. Sementara Kapal adalah

kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakan dengan tenaga angin,

tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya

dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan

terapung yang tidak berpindah-pindah. Terpenuhinya standar keselamatan kapal sungai dan

danau adalah prosentase terpenuhinya satandar keselamatan kapal sungai dan danau yang

beroperasi pada jaringan trayek antar kabupaten/ kota dalam provinsi terhadap total kapan

sungai dan danau yang beroperasi pada trayek antar kabupaten/ kota.68

Setiap kapal yang berlayar di daerah pelayaran wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan

kapal sesuai dengan daerah pelayarannya. Kapal yang memenuhi persyaratan melayari

daerah pelayaran dengan peringkat yang lebih tinggi, memenuhi persyaratan juga untuk

daerah pelayaran dengan peringkat yang lebih rendah. Kapal yang hanya memenuhi

persyaratan melayari daerah pelayaran yang lebih rendah dapat diizinkan melayari daerah

pelayaran dengan peringkat yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan kelaikan.

Daerah pelayaran yang diizinkan pada suatu kapal dicantumkan dalam sertifikat

keselamatan kapal 69. Demikian halnya, kapal angkutan sungai dan danau yang ada di

Propinsi Kalimantan Tengah juga diharuskan memenuhi persyaratan laik operasional.

Jumlah kapal sungai yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah sekarang ini adalah

sebanyak 96 unit. Dalam rangka menjamin kselamatan pelayaran di sungai, sebaiknya

kapal tersebut memiliki persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan

perlistrikan, stabilitas, tata susunan, serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat

penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan

pemeriksaan dan pengujian. Khusus untuk kapal sungai dan danau telah dipersyaratkan

bahwa setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib memenuhi

persyaratan sebagai berikut : a. memenuhi persyaratan teknis / kelaikan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku; b. memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana

pelabuhan pada trayek yang dilayani; c. memiliki awak kapal sesuai dengan ketentuan

persyaratan pengawakan untuk kapal sungai dan danau; d. memiliki fasilitas utama

dan/atau fasilitas pendukung baik bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang, barang

dan/atau hewan, sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku; e. mencantumkan identitas

perusahaan / pemilik dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian kapal yang mudah

dibaca dari samping kiri dan kanan kapal; f. mencantumkan informasi/petunjuk yang

diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia 70.

Dalam rangka mengetahui kelaikan dari persyaratan material kapal, maka setiap kapal yang

memiliki ukuran dibawah GT 7 ( < 7 GT ) yang akan dioperasikan untuk melayani

67 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Dan

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Halalaman 15

68 Ibid, Hal 15 69 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan Pada Pasal 9 70 Keputusan Menteri Perhubungan No. 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan

Danau Pada Pasal 4

Page 49: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 49

angkutan sungai dan danau dapat diukur, didaftarkan dan memenuhi persyaratan kelaikan

kapal dan pengawakan kapal. Sementara untuk kapal yang memiliki ukuran mulai dari GT

7 ke atas ( > 7 GT ) yang akan dioperasikan untuk melayani angkutan sungai dan danau

wajib diukur, didaftarkan, memenuhi persyaratan kelaikan kapal, persyaratan pengawakan

kapal, dan dapat diberikan tanda kebangsaan. Kapal yang telah diukur diberikan surat ukur.

Sementara kapal yang telah didaftarkan diberikan surat tanda pendaftaran dan tanda

pendaftaran. Untuk kapal dengan ukuran mulai dari GT 7 ke atas ( > 7 GT ) yang telah

diberi surat ukur dan surat tanda pendaftaran dapat diberikan surat tanda kebangsaan kapal

Indonesia. Kapal yang telah memenuhi persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal

diberikan sertifikat kelaikan kapal dan sertifikat pengawakan kapal. Pemberian surat ukur,

surat tanda pendaftaran dan tanda pendaftaran, sertifikat kelaikan kapal dan sertifikat

pengawakan kapal dibawah GT 7 ( < 7 GT ) diberikan oleh Bupati/Walikota sebagai tugas

desentralisasi 71

Berkenaan dengan itu, untuk mengetahui apakah kapal sungai aspek persyaratan material,

konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan, serta

perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang

dibuktikan dengan adanya sertfikat setelah dilakukan pemeriksaan, maka dilakukan

wawancara terhadap sepuluh (10) juru mudi kapal angkutan sungai. Dari hasil pengamatan

dan wawancara terhadap sepuluh (10) kapal angkutan sungai, ternyata semua aspek yang

dipersyaratkan memiliki sertfikat dan dapat dibuktikan melalui adanya sertifikat pada

aspek yang dipersyaratkan tersebut Berdasarkan informasi dari Kantor Kota Palangkaraya,

semua kapal sebelum beroperasi haris diukur terlebih dahulu, dan setelah memenuhi

persyaratan maka diberikan tanda surat ukur, dan yang melakukan pengukuran adalah

SDM yang ada di Dinas Perhubungan Kota Palangkaraya. Setelah sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan, maka Walikota Palangkaraya memberikan surat ukur

bagi pemilik kapal di bawah 7 GT. Jika terjadi perubahan nama pemilik kapal, dan

perubahan mesin atau struktur konstruksi kapal di bawah 7 GT diharuskan diukur kembali.

Artinya, jumlah kapal di bawah 7 GT sebanyak 95 unit memiliki surat ukur. Lebih jelasnya

hasil wawancara dan pengamatan pada kapal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.22 Aspek Keselamatan Yang Dibuktikan Dengan Adanya Sertifikat

No Aspek Keselamatan Keberadaan Srtfikat

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Material

Konstruksi

Bangunan

Permesinan dan Perlistrikan

Stabilitas

Tata Susunan

Radio

Elektronik

Perlengkapan Alat Penolong

Ada sertifikast

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Sumber: Hasil wawancara dan pengataman di lapangan, 2013

Definisi operasional adalah terpenuhinya standar keselamatan dan/atau terpenuhinya

standar keselamatan kapal dengan ukuran dibawah 7 GT yang beroperasi pada sungai

antarkabupaten/kota dalam propinsi terhadap jumlah kapal angkutan di bawah 7 GT pada

lintas angkutan sungai antarkabupaten/kota dalam propinsi.

71 Ibid, Pada Pasal 5 s/d Pasal 6

Page 50: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 50

% Keselamatan Kapal

∑ Kapal dibawah 7 GT + Kapal penyeberangan memenuhi standar keselamatan

= -----------------------------------------------------------------------------------------x100 %

∑ Kapal Dibawah 7 GT + Kapa penyeberangan lintas antar kab/kota dlm Prop

95 + 0

= --------- x 100 %

95 + 0

= 100 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi untuk nilai capaian

tersedianya pelabuhan penyeberangan pada tahun 2014 ditetapkan 100 %.

Sementara hasil nilai capaian dalam tahun 2012 sudah mencapai 100 %. Artinya,

jaminan keselamatan angkutan sungai dengan pelayaran antar kota/kabupaten

dalam Propinsi Kalimantan Tengah sudah lebih terjamin, terkecuali jika Juru Mudi

lagi kurang sehat dan/atau mabuk.

Pengertian masing – masing aspek keselamatan adalah sebagai berikut;

a. Material

Persyaratan material adalah kapal yang berbedera Indonesia yang diwajibkan

melakukan klasifikasi kapal atau kapal yang wajib kelas dengan kententuan; a.

panjang > = 20 m dan atau, b. tonase > = 100 GT dan atau, c. mesin penggerak

> = 250 PK dan atau, d. yang melakukan pelayaran Internasional meskipun

telah memiliki sertifikat dari Biro Klasifikasi asing 72. Lingkup klasifikasi kapal

meliputi: a. lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik, perlengkapan

jangkar, b. Instalasi pendingin yang terpasang permanen dan merupakan bagian

dari kapal, c. Semua perlengkapan dan permesinan yang dipakai dalam operasi

kapal, d. Sistem konstruksi dan perlengkapan yang menentukan tipe kapal 73.

Sebelum kapal dapat diregistrasi di BKI, kapal tersebut harus memenuhi

persyaratan dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses

persetujuan gambar teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan.

Untuk kapal yang dibangun sesuai dengan persyaratan peraturan klasifikasi

akan ditetapkan notasi klas kapal tersebut pada saat selesainya pemeriksaan

secara keseluruhan melalui survey klasifikasi dengan hasil yang memuaskan.

Untuk kapal yang sudah dioperasikan, BKI juga melaksanakan survey periodei

untuk menjamin bahwa kapal masih meemnuhi persyaratan klasifikasi kapal.

Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin berpengaruh terhadap kondisi

klasifikasi diantara masa survey periodic, maka pemilik kapal dan/atau

operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut kepada BKI.

72 Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun Tahun 2013 tentang Kewajiban Klasifikasi Bagi Kapal

Berbendera Indonesia Pada Badan Klasifikasi Pasal 2 73 http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat,2013

Page 51: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 51

Dalam melaksanakan proses klasifikasi, BKI mengimplementasikan peraturan

teknik meliputi; a. evaluasi teknis terhadap rencana desain dan dokumen yang

berkaitan dengan kapal yang akan dibangun untuk memeriksa pemenuhan

terhadap peraturan yang berlaku; b. melaksanakan survey dan pemeriksaan

proses konstruksi kapal di galangan kapal oleh surveyor klasifikasi dan juga

pemeriksaan pada fasilitas produksi yang menghasilkan komponen utama kapal,

seperti pelat baja, permesinan, generator, propeller dll untuk menjamin bahwa

kapal dan komponennya dibangun sesuai dengan persyaratan klasifikasi; c. pada

saat selesainya pembangunan tersebut diatas dan berdasarkan laporan hasil

pemeriksaan selama pembangunan, bila seluruh persyaratan dipenuhi, maka

BKI akan menerbitkan sertifikat klasifikasi; d. Pada saat kapal tersebut

beroperasi/ berlayar, pemilik kapal harus mengikuti program survey periodik

dan diluar survey periodic untuk mempertahankan klasifikasinya.

Kapal yang sudah memiliki klasifikasi, diwajibkan untuk terus melaksanakan

survey yang dipersyaratkan untuk mempertahankan status klasifikasinya. Jenis-

jenis survey periodik ini, antara lain survey pembaruan kelas (class renewal),

survey tahunan, (annual survey), survey antara (intermediate survey) dan survey

dok (docking/bottom survey). Selain itu survey poros baling-baling, boiler,

permesinan dan survey khusus lainnya sesuai dengan persyaratan klasifikasi.

BKI akan menerbitkan survey status dan diinformasikan kepada pemilik.

Klasifikasi kapal dilaksanakan berdasarkan pengertian bahwa kapal dimuati,

dioperasikan dan dirawat dengan cara yang benar oleh awak kapal yang

kompeten dan kualifikasi. Pemilik kapal bertanggung jawab untuk menjamin

bahwa perawatan kapal dilakukan dengan cara yang benar hingga survey

periodik berikutnya sesuai dengan persyaratan. Juga menjadi kewajiban pemilik

kapal atau yang mewakilinya untuk menginformasikan kepada surveyor

klasifikasi saat survey diatas kapal, semua kejadian atau kondisi yang

berpengaruh terhadap status klasifikasi.

Bila kondisi mempertahankan klasifikasi ini tidak dipenuhi, maka BKI akan

menegguhkan (suspend) atau mencabut (withdrawn) status klasifikasinya

berdasarkan referensi persyaratan klasifikasi. Kapal mungkin akan kehilangan

status kualifikasinya untuk sementara atau atau secara permanen. Demikian

juga, kapal yang tidak melaksanakan survey periodik tepat waktu sesuai dengan

peraturan klasifikasi,maka BKI akan menangguhkan (suspend) status

klasifikasinya.

Surveyor klasifikasi dalam melaksanakan survey meliputi ; a. Keseluruhan

pemeriksaan item survey sesuai dengan daftar isian yang telah didesain sesuai

dengan persyaratan kualifikasi; b. Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap

bagian-bagian tertentu; c. menyaksikan (witness) proses pengujian (testing),

pengukuran (measurement) dan percobaan (trial) untuk meyakinkan pemenuhan

terhadap persyaratan klasifikasi.

Bila mana surveyor menemukan korosi, kerusakan struktur atau kerusakan

lambung kapal, permesinan dan peralatan terkait dimana menurut opini

surveyor akan mempengaruhi status klasifikasi kapal tersebut, maka surveyor

akan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut

diatas. Rekmendasi tersebut wajib dilaksanakan oleh pemilik kapal untuk

Page 52: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 52

melakukan tindakan perbaikan dan repair pada periode waktu tertentu dalam

rangka mempertahankan klasifikasinya.

Semua status klasifikasi kapal, berupa sertifikat dan laporan survey yang

dikeluarkan oleh BKI dijadikan referensi dalam mengambil keputusan oleh

pihak-pihak yang terlibat dalam operasional kapal tersebut.Pihak asuransi

mempergunakannya untuk menetapkan premi asuransi dan klaim asuransi,

pihak pemilik muatan mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya

diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya untuk

mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk kepentingan

komersial memasarkan jasanya angkutannya dan pihak Pemerintah

mempergunakannya sebagai law enforcemen untuk memberikan clearance atau

surat ijin berlayar.

Pada sertifikat telah terlihat material dengan kode sebagai berikut ;

HTS ; Hight Tensile Steel

AL ; Alumuniun

FRP ; Fiber Reinforced

K ; Kayu

b. Konstruksi

Konstruksi kapal adalah kekuatan kapal untuk menahan terjangan air yang

mampu mengakibatkan tegangan-tegangan konstruksi kapal. Karena itu, haluan

sebuah kapal merupakan bagian yang paling besar mendapatkan tekanan dan

tegangan, sebagai akibat terjangan terhadap air dan pukulan-pukulan ombak.

Untuk mengatasi tegangan-tengangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal

harus dibangun cukup kuat dengan cara sebagai berikut;

1) Di depan sekat pelanggaran bagian bawah, dipasang wrangwrang terbuka

yang cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang

dan balok-balok geladak

2) Wrangwrang dipasang membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya,

dimana bagian atasnya diperkuat lagi dengan sebuah flens. Pada bagian

tengah-tengah wrang secara membujur dipasang penguat tengah ( center

girder ) yang berhenti pada jarak beberapa gading linggi depan

3) Gading-gading pada haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain.

Pada jarak 15 % panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading

pada bagian bawah ( deep framing ) diperkuat, ( 20 % lebih kuat )

kelinganya lebih rapat, juga pelat lutut antara gadinggading dengan kulit

kapal, dan juga lajur-lajur di dekat lunas, pelatnya dipertebal

Untuk mengetahui, apakah kostruksi layak digunakan maka BKI selalu

melakukan pemeriksaan. Jika ternyata layak dan data tahannya baik, BKI

memberikan sertifikasi. Sertifikasi konstruksi kapal penyeberangan yang ada di

Bengkulu memperlihatkan adanya sertifikasi yang dikeluarkan BKI, artinya

persyaratan operasional masih terjamin.

Page 53: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 53

c. Bangunan

Bangunan kapal adalah bentuk dan/atau ukuran sebuah kapal yang terdiri dari

ukuran membujur/memanjang ( longtidunial ) dan ukuran melintang/melebar (

transversal) sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bangunan kapal harus mampu

mencerminkan kelaikan operasional kapal pada saat berlayar. Bangunan kapal

akan menggambarkan beberapa aspek:

1) Panjang;

a) LOA ( Length Over All ) artinya Panjang seluruhnya atau juga disebut

panjang maksimum kapal dari titik linggi haluan sampai pada titik paling

belakang pada linggi buritan

b) LBP ( Length Between Perpartikuler ), artinya jarak membujur titik

potong linggi haluan dengan garis air ( musim panas)

c) LOWL ( Length On Board Water Line ), artinya panjang membujur

sepanjang garis air ( musim panas )

d) Panjang kapal dapat dikelompokkan pada tiga bagian yaitu: a. panjang

seluruhnya disebut LOA,b. Panjang menurut kelas, c. panjang terdaftar

/RB, d. panjang sepanjang garis air ( LOWL )

2) Lebar :

a) Lebar terdaftar ( Registered Breadth ) ialah lebar seperti yang tertera di

dalam sertifikat kapal )

b) Lebar Tonase ( Tonnage Breadth ) ialah lebar sebuah kapal dari bagian

dalam wilayah keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam

wilayah keringat lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar

lunas

3) Dalam :

a) Dalam ( Depth) ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal

sampai ke geladak lambung bebas. Jarak ini merupakan dalam menurut

Biro klasifikasi dimana kapal tersebut dikelaskan

b) Dalam Tonase ialah dalam yang dihitung mulai dari alas dasar sampai

geladak lambung

4) Ukuran Tegak ( Vertikal ):

a) Sarat kapal ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai

garis air. Jarak ini sering di istilahkan dengan sarat moulded

b) Lambung bebas ( Free Board ) ialah jarak tegak dari garis air sampai

geladak lambung bebas atau garis deck ( Deck Line )

5) Tonase;

a) Kapal adalah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana

pengangkutan di atas air. Besarnya kecilnya kapal dinyatakan dalam

ukuran memanjang, membujur, melintang, tegak dalam dan ukuran isi

maupun berat disebut tonase. Kegunaan ukuran – ukuran ini adalah untuk

Page 54: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 54

mengetahui besar kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut

kapal dan besarnya bea yang akan dikeluarkan

b) Tonase sebuah kapal dapat dirinci sebagai ebrikut;

(1) Isi kotor ( Gross Tonnage ) GT

(2) Isi kotor besarnya tertera di sertifikasi kapal, isi kotor merupakan

jumlah

(3) Isi ruangan di bawah geladak ukur atau geladak tonase

(4) Isi ruangan/tempat-tempat antara geladak kedua dan geladak atas

(5) Isi ruangan-ruangan yang tertutup secara permanen pada geladak

atas atau geladak di atasnya

(6) Isi dari ambang palka ( ½ % dari BRT kapal )

(7) Isi atau volume ruangan ruangan di bawah geladak ukur

mengandung pengertian volume dari ruangan-ruangan yang dibatasi:

(a) di sebelah atas oleh geladak jalan terus paling atas

(b) Di sebelah bawah oleh bagian atas dari jalur dasar dalam

(c) Di sebelah samping oleh bagian sebelah dalam gading-gading

Bangunan kapal, telah diformulasikan dalam bentuk gambar. Jika ada yang

kurang tepat, maka harus diperbaiki, sehingga opearsional kepal tidak

mengalami kendala. Oleh kapten kapal penyeberangan sebagai sampel studi

telah memperlihatkan sertifikasi bangunan, sebagai bukti bahwa bangunan

kapal telah laik digunakan dan laik berlayar.

d. Permesinan dan Perlistrikan

Mesin listrik merupakan alat listrik yang berputar dan dapat mengubah energi

mekanis menjadi energy listrik ( menggunakan Generator AD/DC) serta dapat

mengubah energi listrik menjadi energy mekanis (menggunakan Motor

AC/DC). Di ain pihak juga dapat menditribusikan energy listrik dari satu

rangkaian ke rangkaian lain ( menggunakan Transformator) dengan tegangan

yang bias berubah-ubah dan dengan frekuensi yang tetap melalui suatu medium

berupa medan magnet atas dasar prinsip Elektro Magnetis.74. mesin dan listrik

adalah suatu yang hakiki dan sangat diperlukan dalam operasional kapal, karena

itu kelayakan mesin dan lsitrik harus disertifikasi. Dari ahsil wawancana dengan

Kapten Kapal angkutan penyeberangan telah memperlihatkan adanya sertifikasi

BKI dalam mesin dan lsirtik, artinya masin dan listrik yang digunakan masih

layak digunakan dalam operasional kapal.

e. Stabilitas

Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu

kapal pada saat diapungkan, tidak miring ke kiri atau ke kanan, demikian pula

pada saat berlayar disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya

pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali.

Stabilitas kapal dapat dogolongkan dalam dua (2) jenis yaitu 75:

74 www. national _ blogspot.com/2009/07/defenisi – mesin listrik.html, 2010 75 SOLAS, 1984

Page 55: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 55

1) Stabilitas melintang kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak

kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah melintang yang disebabkan

oleh adanya pengaruh luar yang berdampak pada kapal.

2) Stabilitas membujur kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak

kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah membujur yang disebabkan

oleh adanya pengaruh luar yang berdampak pada kapal

Untuk menjaga stabilitas kapal dalam pelayaran diperlukan adanya beberapa

perangkat alat, yaitu 76:

1) Sirip lambung adalah sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge Keel yang

berfungsi untuk meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit

untuk terbalik dan menjaga stabilitas kapal. Bisanya digunakan pada kapal

dengan bentuk V

2) Tangki menyeimbang merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan

posisi kapal dengan mengalirkan air ballast kapal dari kiri ke kanan kalau

kapal miring ke kiri dan sebaliknya kalau miring ke kanan tangki ini

berfungsi untuk menjaga stabilitas kapal

3) Sirip stabilisir merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan

posisinya pada saat kapal oleng sehingga dapat menjaga stabilitas kapal

Mengingat stabilitas kapal sangat urgen bagi operasional, BKI selalu

mengingatkan perlu survey secara berkala, agar kapal dapat lebih nyaman,

aman serta selamat dalam pelayaran. Kapten kapal, telah memperlihatkan

adanya sertifikat stabilitas kapal penyeberangan, sebagai bukti bahwa secara

berkala telah dilakukan sertifikasi.

f. Tata Susunan

Tata susunan adalah penempatan alat-alat keselamatan sesuai dengan fungsinya

dan bilamana dibutuhkan secara cepat dapat didapatkan terutama dalam

keadaan darurat. Tentunya harus dibantu dengan koridor yang tersedia diserta

dengan adanya tanda penujuk. Alat-alat penolong tersebut adalah sebagai

berikut 77 ;

1) Alat penolong otomatis ( inflatable liferafts ), yaitu rakit penolong yang

ditiup secara otomatis. Alat peniupnya merupakan satu atau lebih botol

angina (asam arang) yang diletakkan diluar lantai rakit,

2) Alat-alat apung (Buoyant apparatus). Alat apung ini, dapat terapung, dan

dapat menahan orang-orang sehingga dapat tetap terapung. Alat apung

meliputi: Sekoci penolong Pelampung penolong, c.Rakit penolong yang

ditiup secara otomatis dan Baju penolong. Hal ini berguna untuk menolong

jiwa manusia pada waktu terjadi kecelakaan kapal yang sangat mendadak.

3) Line throwing apparatus ( alat untuk melempar tali ) . Alat ini gunanya

untuk melemparkan tali di atas kapal penumpang dan barang harus

dilengkapi dengan sebuah alat pelempar tali. Alat tersebut harus dapat

melemparkan tali paling sedikit sejauh 230 meter. Kegunaan alat pelempar

tali itu ialah untuk mengadakan hubungan tali antara kapal yang dalam

76 htp;//pelayaran.net/tag/pengertian-stabilitas kapal, 2011 77 SOLAS ‘1960 ( International Convention for The Safety 0f at Life At Sea, 1960 )

Page 56: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 56

keadaan membutuhkan pertolongan dengan kapal lain, atau antara kapal

yang kandas dengan si penolong didaratan. Alat pelempar tali yang sering

atau umum dipergunakan oleh kapal kapal ialah jenis “Schermuly”.

4) Alat keselamatan pelayaran meliputi alat penolong yang terdiri dari; (1)

Alat-alat penolong (live saving appliance), (2) Sekoci (life boat) beserta

perlengkapannya, (3) Alat-alat peluncur dewi-dewi (davits), (4) Pelampung

penolong (life buoy), Baju penolong otomatis (life jacket or life belt), Rakit

penolong otomatis (inflatable life raft), Dan lainnya, (5) Alat-alat pemadam

kebakaran. (Fire Appliances) dan (6) Tanda-tanda bahaya dengan cahaya

atau suara (light and sound signals).

5) Pelampung Penolong ( Life Buoy ) meliputi dua (2) macam yaitu bantuk

lingkiran dan bentuk tapal kuda.

6) Dewi-Dewi ( davits ), adalah alat untuk meluncurkan sekoci dari kapal ke

air, yang terdiri dari; (1) Dewi-dewi dengan system berputar ( radial ), dan

(2) Dewi-dewi system menuang/brengsel ( luffing davist ). Dewi-dewi

dengan system berputar adalah digunakan untuk menurunkan sekoci-sekoci

kerja, dan melayani tali-tali . Sementara Dewi-Dewi dengan system

menuang ( brengsel/ luffing davits ) adalah digunakan sebagai sekoci

penolong kapal pelayaran samudra atau juga hal ini disebut system

gravitasi atau kombinasi antara dua system di atas.

7) Sekoci, adalah bagian dari perlengapak pelayaran yang harus dipenuhi

pada syarat-syarat pembuatan kapal termasuk konstruksi, mekanis

perlengkapannya untuk menurunkan dan mengankat sekoci. Sekoci ini

terdiri dari dua bagian yaitu sekoci penolong yang terbuka dengan lambung

dan tetap dan disisi dalamnya terdapat kotak-kotak udara, serta sekoci

biasa yang terbuka tanpa ada perubahan kotak-kotak udara sebagai alat

penambah daya apung. Ditinjau dari segi fungsinya, sekoci dikelompokkan

tiga (3 ) bagian yaitu; (a) Sekoci penolong, untuk menolong awak kapal

apabila terjadi kecelakaan. (b) Sekoci penyeberang, gunanya untuk

mengangkut awak kapal dari tengah laut ke pantai atau sebaliknya. Pada

kapal barang kadang-kadang sekoci ini juga dipergunakan untuk menarik

tongkang-tongkang muatan dari darat ke kapal dan sebaliknya dimana

kebetulan tidak ada motor boat yang tersedia. (c) Sekoci meja, untuk

memindahkan barang-barang yang berat dan untuk mengangkut

perlengakapan perbaikan kapal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan

dengan sekoci penolong dan umumnya mempunyai dasar yang rata. Tata

susun peralatan tersebut ditempatkan sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan oleh BKI ( Biro klasifikasi Indonesia ), dan oleh Kapten Kapal

Penyeberangan sebagai sampel studi telah memperlihatkan penempatan

alat keselamatan yang ada sesuai dengan prosedur yang telah diisyaratkan.

Penempatan sekoci-sekoci penolong di atas kapal harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut 78;

1) Harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat diluncurkan atau

diturunkan keair, dalam waktu sesingkat mungkin dan tidak boleh lebih

dari.

2) Dapat diturunkan dengan mudah, cepat dan aman walaupun miring 15o.

78 Solas, 1974

Page 57: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 57

3) Para pelayar harus dapat cepat dan aman masuk dalam sekoci.

4) Tidak boleh dipasang pada sisi atau bagian belakang kapal,bilamana

diturunkan keair akan membahayakan karena dekat propeller.

5) Di atas kapal penumpang penempatan sekoci-sekoci itu diperbolehkan satu

diatas lainnya atau berjejer dengan catatan apabila penempatan yang satu

diatas yang lainnya harus terdapat alat yang baik untuk menumpu serta

menjaga kerusakan pada sekoci yang dibawanya.

6) Untuk kapal barang berukuran kecil, yang daerah pelayarannya terbatas,

yang praktis hanya dapat membawa satu sekoci penolong saja maka

penempatannya sedemikian rupa dapat diturunkan baik daris isi kiri atau

pun dari sisi kanan dengan mudah, umumnya ditempatkan pada Derek

dibelakang cerobongnya.

Dari hasil pengamatan di beberapa kapal menjadi yang menjadi sampel studi,

terlihat bahwa penempatan alat penolong telah ditempatkan sesuai dengan

aturan, dan kapten kapal telah menunjukkan sertfikasi tata susunan alat penlong.

Karena pentingnya tata susunan alat penolong tersebut, secara utin ada

verifikasi dari BKI , sehingga pada saat terjadi musibah, para awak kapal dapat

dipastikan dan para penumpang dapat menggunakan secara efektif. Semua alat

penolong tersebut , telah ditempatkan pada kapal penyeberangan yang

beropearsi di Propinsi NTT.

g. Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara

modulasi dan radiasi ekeltromagnetik (gelombang elektromagnetik).

Gelombang ini melintasi dan merambat lewat udara dan bias juga merambat

lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak

memerlukan medium pengangkut seperti molekul udara 79. Radio sebagai salah

satu media memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas

jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan

dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi

karena radio hanya untuk didengarkan 80 Radio sangat berfungsi untuk

operasional kapal, dan biasanya jenis radio yang digunakan adalah ;

1) GMDSS( Global Maritime Distress Safety System)

GMDSS adalah satu paket keselamatan yang disetujui secara internasional

yang terdiri dari prosedur keselamatan, jenis-jenis peralatan, protocol-

protokol komunikasi yang dipakai untuk meningkatkan keselamatan dan

mempermudah saat menyelamatkan kapal dan perahu. GMDS terdiri dari

beberapa system dan system ini berfungsi untuk ; a. bersiap siaga (

termasuk memantau posisi dari unit yang mengalami kecelakaan), b.

menggkoordinasikan Serach and Rescue, mencari lokasi ( mengevakuasi

korban untuk kembali kedaratan ), c. menyiarkan informasi maritime

mengenai keselamatan, komunikasi umum, dan komunikasi antar kapal.

Radio komunikasi yang spesifik diperlukan sesuai dengan daerah operasi

kapal, bukan berdasarkan tonase. Sistem tersebut juga terdiri dari peralatan

79 Http://id.wikipedia.org/wiki/radio , 2011 80 http://Smartconsultingbandung.blongspot.com/2010/pengertian-radio , 2012

Page 58: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 58

pemancar sinar berulang sebagai tanda bahaya serta memiliki sumber

power darurat untuk menjalan fungsinya 81

2) EPIRB ( Emergency Position Indicating Radio Beacon)

EPIRB berfungsi untuk mendeteksi keberadaan/lokasi satu benda (kapal

laut) yang sedang mengalami distress atau musibah sehingga

mempermudah tim SAR atau tim penolong untuk mengetahui lokasi

dimana kapal laut mengalami distress atau musibah sehingga cepat untuk

mengadakan pertolongan atau bantuan. EPIRB adalah merupkan salah satu

alat keselamatan yang berada di atas kapal. Untuk kapal boat atau kapal

kecil biasanya ditempatkan di sisi luar main deck atau tempat untuk mudah

di realase 82

Dari hasil pengamatan di beberapa kapal sebagai sampel studi, kapal

penyeberangan yang ada di Propinsi NTT telah menggunakan EPIRB.

Berdasarkan informasi dari kapten kapal, teknologi ini sangat akurat digunakan

dan penggunaannya juga relative lebih mudah. Karena radio adalah merupakan

salah satu alat keselamatan yang harus ada peda setiap kapal, maka BKI ( Biro

Klasifikasi Indonesia ) melakukan survey atau memeriksa tentang kehandalan

radio yang digunakan. Setelah dilakukan survey, dan dinyatakan baik, maka

selanjutnya diberikan sertfikat radio. Di dalam kapal penyeberangan sebagai

sampel studi, kapten kapal telah menujukkan adanya sertifikasi radio, dan alat

ini diharuskan diperiksa agar dalam pelayaran terhindar dari permsalahan pada

waktu digunakan.

h. Navigasi

Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu

Navigasi-Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi,

alur dan perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan

kerangka kapal, salvage, dan pekerjaan bawah air untuk kepentingan

keselamatan pelayaran kapal. Sementara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran

adalah peralatan atau sistem yang berada di luar kapal yang didesain dan

dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal

dan/atau lalu lintas kapal 83.

Pada setiap kapal diharuskan memiliki kenavigasian,dengan maksud untuk

menjamin keselamatan berlayar. Karena bernavigasi berfungsi melayarkan

kapal dari suatu tempat ketempat lain. Sistem navigasi di laut mencakup

beberapa aspek kegiatan pokok antara lain; a. menentukan tempat kedudukan (

posisi ) dimana kapal berada di permukaan bumi, b. mempelajari serta

menentukan rute/jalan yang harus ditempuh agar kapal dengan aman, cepat,

selamatn, dan efisien sampai ke tujuan, c. menentukan haluan antara tempat

tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga jauhnya/jaraknya dapat

ditentukan, d. menentukan tempat tiba bilamana titik tolak haluan dan jauh jauh

diketahui 84 Karena itu, navigasi adalah proses melayarkan kapal dari suatu

81 http://selatbangka.blogspot.com/2011/03/gmdss-global-maritime-distress 82 http://boeceng.blogspot.com/2012/05/epirb-apa-fungsi-dan-cara kerjanya 83 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian Pada Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) 84 SOLAS, 1974

Page 59: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 59

tempat ke tempat lain dengan lancer aman dan efisien. Alat navigasi dibagi

menjadi dua (2) macam yaitu alat navigasi konvensional dan elektronik. Di

dalam kapal, yang digunakan adalah navigasi elektronik yaitu radar. Radar

singkatan dari “Radio Detection AND Ranging “ yaitu peralatan navigasi

elektronik yang berfungsi mendeteksi dan mengukur jarak suatu objek dalam

pelayaran. Di samping itu, juga memberikan petunjuk adanya kapal,

pelampung, kedudukan pantai dan objek lain disekeliling kapal, alat ini juga

dapat memberikan baringan dan jarak antara kapal dan objek-objek lainnya.

Mengingat peranan navigasi dalam pelayaran, secara periodek diharus

melakukan survey atau uji kelayakan, sehingga keamanan dan keselamatan

berlayar dapat lebih terjamin. Kapal yang ditetapkan sebagai sampel studi telah

memperlihatkan sertfikasi navigasi yang dikeluarkan oleh BKI. Artinya,

navigasi yang ada di kapal penyeberangan tersebut laik digunakan, dan

berdasarkan informasi dari Kapten Kapal secara rutin harus diperikasa kelaikan

operasional penggunaan alat tersebut, sehingga tidak mengalami permasalahan

pada waktu kapal berlayar.

i. Alat pertolongan

Nama kapal penyeberangan yang menghubungkan Pulau Enggano – Bengkulu

adalah KMP Raja Enggano dengan GRT ± 400 dengan kapasitas penumpang

400 orang. Sesuai dengan ketentuan SOLAS dengan kapal GT 300 - hingga 500

dengan jarak lintasan yang dilayani 15 – 100 mil, harus memenuhi persyaratan

keselamatan/alat pertolongan sebagai berikut 85;

1) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

2) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

3) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

6) Means Of Rescue (alat penolong)

7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

8) Helicopter Pick Up Area (area 59ystem59ter)

9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

10) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

11) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

12) SART (2 Unit)

13) Distress Flare 12

14) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

15) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

16) Public Address System (59ystem informasi umum)

17) Life Buoys (pelampung) 8 unit

18) Muster list and Emergency instruction

19) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

20) 1 Unit Survival Craft (perahu kerja)

21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship

22) (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

85 SOLAS, 1974

Page 60: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 60

Bagi kapal di bawah 7 GT tidak memungkinkan alat pertolongan keselamatan

seperti dijelaskan sebelumnya diterapkan bagi kapal di bawah 7 GT,

dikarenakan ruang yang sangat terbatas. Karena itu, untuk menjamin

keselamatan bagi para penumpang maka yang hanya diperlukan adalah adanya

alat pertolongan seperti jaket dan pelampung diharuskan ada dalam kapal di

bawah GT 7. Setiap penumpang yang akan masuk kapal langsung dibagikan

dan dipakai . Dengan demikian pada waktu perlayaran jaket sudah dipakai

penumpang termasuk pelampung dipegang. Hal ini disebabkan, pada waktu

terjadi kecelakaan kapal, tidak ada lagi kesempatan Juru Mudi kapal membagi-

bagikan jaket dan pelampung, karena juru mudi juga sudah ikut langsung

terjungkal. Karena itu, untuk menjamin keselamatan kapal dibawah GT 7

sebaiknya mengikuti persyaratan yang disesuaikan dengan jumlah penumpang

yaitu sebagai berikut; Bagi kapal dengan GT hingga 300 dengan jarak lintasan

yang dilayani hingga 15 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai

dengan ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut 86;

1) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

2) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

3) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

6) Means Of Rescue (alat penolong)

7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

8) Helicopter Pick Up Area (area 60ystem60ter)

9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

10) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

11) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 2 units)

12) SART (1 Unit)

13) Distress Flare 12

14) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

15) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

16) Public Address System (60ystem informasi umum)

17) Life Buoys (pelampung) 4 unit

Di antara persyaratan tersebut, bagi kapal di bawah GT 7 dikarenakan

keterbatasan ruang dan/atau sangat terbatas, sebaiknya yang diharuskan

memiliki alat penolong sebagai berikut;

1) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

2) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya

Di lain pihak, untuk menjamin keselamatan operasional kapal, maka beberapa

alat yang tersedia perlu siap siaga dalam kapal. Hal ini adalah sesuai dengan

Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non

Convensi Berbendera Indonesia ( Non Covention Vessel Standard ) dan

keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. UM.008/20/9/DJPL-2012

tentang Pemberlakuan Standard dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kapal Non

Konvensi Berbendera Indonesia alat keselamatan untuk kapal 7 GT dapat

dilihat pada tabel berikut.

86 SOLAS, 1974

Page 61: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 61

Tabel 8.23 Alat Keselamatan Yang Dipenuhi Kapal Di Bawah 7 GT Dan Belum

dipenuhi Berdasarkan Pengamatan di Lapangan No Peralatan Keselamatan Keberadaan di Kapal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pedoman Magnet

Pelorus atau Alat Baring

Peta Laut

Publikasi Nautika

Alat Ukur Kecepatan

Perum Gema

Indikator Sudut daun Kemudi

Corong Pemberitahuan

Lampu Isyarat

Reflector

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Ada

Ada

Ada

Tidak ada

Sumber : Hasil pengamatan,2013

Setelah dilakukan wawancara terhadap Juru Mudi Kapal Sungai dan

pengamatan terhadap kapal sungai, ternyata semua peralatan yang disebutkan

dalam tabel sebelumnya sesuai sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan

No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Convensi Berbendera Indonesia

(Non Covention Vessel Standard) dan keputusan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut No. UM.008/20/9/DJPL-2012 tentang Pemberlakuan

Standard dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kapal Non Konvensi Berbendera

Indonesia belum seluruhnya tersedia di dalam kapal. Di antara sepuluh

persyaratan yang telah ditetapkan hanya ada empat (4) unit dan lebih jelasnya

lihat tabel sebelumnya.

Dalam hal ini defenisi operasionalnya adalah terpenuhinya alah keselamatan

dalam kapal dibawah 7 GT yang beroperasi antarkabupaten/kota dalam propinsi

atau daerah pelayaran perairan daratan. Karena itu, nilai capaian tersedianya

alat keselamatan yang terpenuhinya dalam kapal di bawah bawah 7 GT dapat

dihitung dengan rumus;

% Pemenuhan Alat Keselamatan

∑ Alat Keselamatan Yang Dipenuhi Kapal Dibawah 7 GT

= -------------------------------------------------------------------------- x 100%

∑ Alat Keselamatan Yang Wajib Dipenuhi

4

= -------- x 100 %

10

= 40 %

Penjelasan masing-masing alat keselamatan adah sebagai berikut;

1) Pedoman Magnet

Pedoman adalah sebuah navigasi yang digunakan untuk menetapkan arah

di laut, baik berupa haluan kapal maupun baringan. Kompas biasanya

disebut pedoman, yang digunakan untuk menentukan arah/haluan kapal

serta untuk mengetahui arah benda lain dari kapal ( baringan ) sehingga

Page 62: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 62

posisi kapal dapat diketahui 87. Pedoman Magnet atau juga disebut Kompas

Magnetik terbagi atas kompas magnetic kemudi, kompas magnatik standar.

Persyaratan umum pedoman magnetic ( kompas magnetic ) : a)

ditempatkan sedemikian rupa sehingga pandangan ke depan dari posisi

kemudi, sedapat mungkin tidak terhalangi, berada pada bujur minimal 1150

dari kanan depan pada kedua sisi kapal, b) ditempatkan di depan

kemudi/control sedemikian rupa sehingga dapat mudah dibaca dari posisi

kemudi norma, c) dipasang dengan penerangan yang efisien bersama-sama

dengan alat untuk peredup pencahayaan, ditopang dengan alas datar

sehingga tetap pada posisi horizontal ketika rumah kompas dimiringkan

400 ke arah manapun, d) dipasang pada posisi sedemimian rupa sehingga

mudah dilakukan penyesesuaian ( penimbalan ), e) tepat guna dan dipasang

di bidang tegak melalui garis tengah membujur kapal ( center lines ).

Tempat pemasangan pedoman termasuk unsure magnit untuk keperluan

navigasi dan pengawasan dan pengawasan harus sedemikian sehingga alat

ini tidak mengalami gangguan yang berarti dari massa besi dan aliran

listrik yang ditempatkan didekatnya, f. penempatan pedoman magnet, tidak

boleh menghalangi pandangan bebas yang meliputi suatu busur cakrawala

sekurang-kurangnya 2300 dihitung dari arah lurus ke depan sampai 250 di

belakang garis melintang kapal pada setiap sisi 88

2) Pelorus atau Alat Baring

Poisi adalah tempat kapal berada pada suatu yang dinyatakan dalam lintang

dan bujur atau juga disebut baraingan dan jarak dari suatu titik referensi

dihitung berdasarkan metode-metode pengambilan posisi . Metode

penentuan posisi atau baring meliuti tiga (3) yaitu: a)Visual, b) Astronomi,

c) Elektronika. Kegunaan baring adalah :

(1) Menjamin keselamatan kapal

(2) Menentukan elemen-elemen hydrometeo ( angin dan arus )

(3) Menentukan perhitungan lintas laut

(4) Memberikan gambaran situasi taktis

3) Peta Laut

Peta laut adalah sebagai perangkat peta terdiri dari atas peta pelayaran,

jalur perairan dunia, peta ikhtisar, peta cuaca, petunjuk pelayaran/buku

kepanduan bahari, daftar suar, daftar pasang surut, daftar stasiun radio,

tabel navigasi, choronometer, clinometers, stpwath, jangka, penggaris

parallel/mister jajar, segitiga, pensil, karet penghapus, pemberat kertas,

tabel logaritma, berita pelaut Indoensia/NTM, tabel arus, daftar peta, dan

daftar koreksi peta 89. Persyaratan teknis neliuti: 90

87 SOLAS, 1974 88 Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Nonkonvensi ( Non Convention Vessel standard Berbendera Indonesia ) Chapter II hal 10 89 Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi ( Non

Convention Vessel Standard Berbendera Indonesia ) Chapter II hal III - 8 90 Ibid, Chapter II hal 9

Page 63: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 63

a) Peta-peta yang digunakan untuk navigasi biasanya berupa peta

meractorial/lintang bertumbuh, peta “proyeksi lingkaran

besar/genomonis

b) Kertas yang digunakan untuk peta harus memiliki susut minimal

sehingga jarak antar titik tidak melebar atau menyempit akibat suhu

c) Pensil yang digunakan yang tanda-tanda yang dibuat di atas peta

umumnya dapat dihapus tanpa merusak kertas ( pensil jenis 2 B atau

yang lembut )

d) Peta harus dimutahirkan dengan informasi resmi, misalnya informasi

dari radio, berita pelaut Indonesia ( edisi mengguan)/notice to

mariners

e) Peta-peta navigasi, jalur perairan dunia, peta cuaca, petunjuk

pelayaran, daftar lampu penerangan, daftar pasang surut, daftar sinyal

radio, tabel navigasi, berita pelaut Indonesia, dan daftar arus harus

diterbitkan secara berkala oleh organisasi pelayaran resmi untuk

tujuan navigasi

f) Chronometer harus diuji dan dikalibrasi oleh layanana merologi dan

harus disesuaikan atau dicatat oleh nahkoda kapal setiap hari

4) Publikasi Nautika

Publikasi navigasi ( Penertbitan Navigasi ) adalah publis buku-buku dan

bahan-bahan penting yang diterbitkan dan disiarkan untuk membantu

seorang navigator dalam melayarkan kapalnya dengan sebaik-baiknya.

Buku-buku dan bahan tersebut antara lain; a) peta laut yang erat

hubungannya dengan peta laut yaitu berupa catalog peta, b) almanak

nautika, c) buku-buku navigasi, d) daftar meliput: suar, daftar pasang surut,

daftar ilmu pelayaran, daftar pelampung-pelampung, daftar rambu, daftar

isiyarat radio, daftar jarak, dan e) peta khusus seperti peta pandu, peta

cuaca, peta arus, peta angin, f) berita pelaut ( BP ) atau Notice to Mariners,

g) berita peringatan navigasi ( navigational warning ) 91

5) Alat Ukur Kecepatan

Alat ukur kecepatan adalah menghitung jarak yang harus ditempuh oleh

kapal dalam suatu haluan tertentu dan/atau jarak/jauh yang ditempuh oleh

kapal dalam 1 jam.

6) Perum Gema

Perum gema adalah suatu alat yang dirancang untuk mengukur kedalaman

laut . Alay tersebut salah satunya adalah “Echosounder yaitu suatu alat

navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada

dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan,

mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan

ikan dibagian bawah kapal secara vertical 92

91 SOLAS, 1974 & Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non

Konvensi ( Non Convention Vessel Standar Berbendera Indonesia ) 92 SOLAS, 1974 & Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non

Konvensi ( Non Convention Vessel Standar Berbendera Indonesia )

Page 64: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 64

7) Indikator Sudut Daun Kemudi

Indikator sudut daut kemudi adalah gay dan momen yang bekerja pada

kemudi serta gaya dan momen pada kapal ketika kapal berbelok akan

berbeda dari jenmis kemudi. Besarnya gaya yang dihasilkan oleh kemudi

tergantung pada modifikasi desain ( chamber ) dan sudut serang ( angle of

attack ). Bisanya untuk 30 sampai 40 derajat untuk luas 25 % bagian yang

tetap ( fixed portion ) dan 75 % bagian yang bergerak ( movable ) akan

menghasilkan lebih dari 90 % gaya gaya angkat daripada jenis kemudi

8) Corong Pemberitahuan

Corong pemberitahuan adalah suatu alat yang digunakan untuk

memberitahukan kepada para penumpang pengumuman tiba kapal dan/atau

sedang mengalami kerusakan dan juga digunakan untuk mengumkan

keberangkatan kepal.

9) Lampu Isyarat

Untuk kapal motor dengan panjang 20 meter atau lebih, lampu tiang harus

ditempatkan sebagai berikut; a) lampu tiang depan, atau jika hanya ada

satu lampu tiang, maka lampu tersebut dengan tinggi di atas lambung kapal

tidak kurang 6 meter, dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka tinggi

lampu tiang di atas lambung kapal tidak boleh kurang dari ukuran lebar

kapal, namun lampu tidak perlu dipasang dengan tinggi lebih dari 12 meter

di atas lambing kapal.b) bilamana kapal memiliki dua (2) lampu, maka

lampu yang dibelakang harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus

lebih tinggi dari pada yang di depan . Tetapi dalam hal ini perlu

diperhatikan sebagai berikut 93:

a) Pemisah secara tegak lampu – lampu tiang pada kapal motor harus

dibuat sedemikian rupa sehingga dalam kondisi tinggi normal, lampu

belakang akan tampak di atas dan terpisah dari lampu depan pada

jarak 1000 m dari tinggi muka ketika dilihat dari pemukaan laut

b) Lampu tiang kapal motor dengan panjang 12 meter atau lebih namun

kurang dari 20 meter harus ditempatkan tinggi di atas bordu kapal

namun tidak kurang dari 2,5 meter

c) Sebuah kapal motor dengan panjang kurang dari 12 meter boleh

memasang lampu yang paling atas dengan tinggi kurang dari 2,5

meter di atas bordu jika lampu tiang tersebut merupakan tambahan

dari lampu dari lampu lambung ( sesuai Auran 23 ( c ) (i) tentang

COLREG/KEPRES No.5 Tahun 1979 dan lampu buritan maka lampu

tiang demikian harus dipasang sekurang-kurangnya 1 meter lebuh

tinggi di atas lampu – lampu lambung

d) Salah satu dari dua (2) atau tiga lampu-lampu tiang yang ditentukan

untuk kapal motor ketika digunakan untuk menunda atau mendorong

kapal lain harus ditempatkan pada posisi yang sama dengan lampu

tiang belakang asalkan bahwa, jika dipasang sekurang-kurangnya

harus vertical 4,5 meter lebih tinggi dari lampu tiang depan ; (1)

93 SOLAS , 1974 & Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Convensi ( Non

Convention Vessel Standard Berbendera Indonesia) Pasa hal Chapter III hal 38

Page 65: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 65

lampu atau lampu-lampu tiang sebagaimana ditetapkan pada aturan 23

(a) ( COLREG/KEPRES No. 50 Tahun 1979 harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga berada di atas dan bebas dari semua lampu

dan bebas rintangan lainnya kecuali seperti diuraikan dalam klausul

aturan 23 (a) (ii) (COLREG/KEPRES No. 50 tahun 1979), (2) jika

tidak memungkinkan untuk menempatkan lampu keliling seperti

ditetapkan dalam aturan 27 (b) (i) atau aturan 28 CORLEG ialah di

bawah lampu – lampu tiang, maka lampu-lampu tersebut boleh

dipasang di atas lampu belakang atau secara vertical di antara lampu

tiang depan dan lampu tiang belakang

Pada waktu malam hari, satu sama lain di dalam alur pelayaran atau air

pelayarann yang sempit, dimana kapal bermaksud menyesul kapal lain,

maka harus menunjukkan a) isyarat – isyarat pada sulingnya; (1) dua ( 2 )

bunyi lanjut disusul oleh satu bunyi pendek yang berarti “ saya bermaksud

untuk menyusulmu pada sisi lambung kananmu ( I intend to overtake you

on your staboard side ), (2) dua (2) bunyi lanjut disusul dua bunyi pendek

yang berarti “ saya bermaksud menyusulmu. Kapal yang akan disusul,

harus menunjukkan persetujuannya dengan dengah isyarat berikut pada

serulingnya : satu (1 ) bunyi lanjut, satu bunyi pendek, satu lanjut dan satu

pendek dalam urutan itu 94

4. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia ( SDM ) maksudnya adalah tersedianya SDM yang mempunyai

kompetensi sebagi awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT. Berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun Tahun 1998 telah ditegaskan, bahwa

jumlah Perwira Kapal Berdasarkan GT.500 s.d < 500 dan KW < 750 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 8.24 Jumlah Awak Awak Kapal Menurut GT Kapal

No JABATAN GT < 500

JML DOC COP

1 MASTER 1 ANT - IV 9c1) ( b-h)

2 CHIEF OFFICER 1 ANT - IV 9c (2-7 )

3 2nd OFFICER - - -

4 3rd OFFICER - - -

5 RADIO OFFICER 1 ORU/REK -II -

6 BOATSWAIN - - -

7 QUARTER MASTER 1 - 9f

8 SAILOR - - -

9 COOC 1 - 9g

10 MESS BOY - - -

NO JABATAN KW < 750

JML COC COP

1 CHIEF ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)

2 2nd ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)

3 3rd OFFICER 1 ATT-IV 10c(2-5)

4 4th OFFICER - - -

5 ENG.FOREMAN 1 - 10d

6 OILER 3 - 10d

7 WIPER - - -

94 SOLAS, 1974

Page 66: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 66

Sumber : Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun 1998 tentang Perwira Kapal

Niaga Pelayaran Kawasan indonesia

Mengingat kapal di bawah 7 GT relatif kecil dan daya tampungnyapun tidak terlalu

banyak, maka untuk kapal di bahwa 7 GT cukup memiliki dua ( 2) awak kapal. Kedua

awak kapal tersebut yaitu Ahli Nautika tingkat V (ANT – V) sebanyak satu (1) orang ,

sementara satu (1) orang sebagai Ahli Teknik Tingkat V (ATT V). AHLI Nautika Tingkat

V (ANT V adalah perwira kapal – kapal kecil yang digunakan antar pulau). Sementara Ahli

Teknik Tingkat V (ATT V) adalah sebagai ahli mesin kapal pelayaran terbatas (AMKPT)

atau masinis untuk kapal-kapal kecil antar pulau 95.

Berdasarkan wawancara dari pihak Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang

Angkutan Laut maupun Bidang Angkutan darat Propinsi Kaliman Tengah serta wawancara

dengan Juru Mudi kapal dibawah 7 GT ternyata awak kapal yang ada belum memiliki

sertifikat seperti telah dipersyaratkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sebaiknya

perlu dibuatkan aturan yang jelas, baik dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi dan

Kabupaten/ Kota mengharuskan setiap awak kapal di bahwah 7 GT yang ada adi sungai

harus memiliki keahlian sebagai Mualim Pelayaran Terbatas dan keahlian bidang mesin

kapal pelayaran terbatas. Hal ini dimaksudkan, untuk menghindarkan kecelakaan kapal

yang membawa manusia sebagai penumpang. Dengan demikian, nilai capaian tersedianya

SDM sebagai awak kapal dikaitkan dengan jumlah kapal sungai di bawah 7 GT sebanyak

95 unit dapat dihitung dengan rumus :

% SDM sebagai awak kapal yang professional

∑ SDM sebagai awak kapal yang memiliki sertfikat

= --------------------------------------------------------------- x 100%

∑ Kapal sungai di bawah 7 GT yang memiliki awak kapal Memiliki sertfikast

0

= -------- x 100%

95

= 0 %

C. Angkutan Penyebrangan

Karena di provinsi Kalimantan Tengah tidak terdapat angkutan penyebrangan maka dalam

hal ini tidak dibahas angkutan penyebrangan di provinsi Kalimantan Tengah

D. Angkutan Laut

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Laut

Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang

dan/atau barang dengan menggunakan kapal 96. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan

95 http://id.wikipedia.org/wiki/ Pelaut , 2011 96 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 Ayat (3 )

Page 67: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 67

yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut 97. Berdasarkan informasi dari

Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program Propinsi Kalimantan Tengah

sekarang ini belum ada angkutan laut yang melayani antar kabupaten/kota dalam Propinsi

Papua Barat. Angkutan laut yang melayani antarkota/kabupaten dalam Propinsi

Kalimantan Tengah adalah angkutan laut perintis. Pelayaran-Perintis adalah pelayanan

angkutan di perairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk melayani

daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh angkutan perairan karena belum

memberikan manfaat komersial 98.

Perairan kapal laut perintis sangat diperlukan pada daerah yang kondisi ekonomi daerah

dan masyarakat masih lemah. Karena itu, untuk memobilisasi pergerakan masyarakat dan

barang dari dan ke daerah tersebut diperlukan adanya kapal laut perintis. Sekarang ini,

jumlah kapal perintis di Propinsi Kalimantan Tengah terdapat sebanyak satu (1) unit kapal

utama dan satu (1) unit kapal pengganti, dan untuk lebih jelasnya nama kapal utama dan

kapal pengganti dapat lihat tabel berikut.

Tabel 8.25 Jumlah Kapal Laut Perintis di Propinsi Kalimantan tengah Dalam Tahun 2013

No Kode

Trayek Pangkalan Kapal Utama

Kapal

Pengganti

1 R - 10 Sukamara KM Bukit

Patung

KM. Bahtera Hermon

Sumber : - Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Kalimantan Tengah, 2013

-Direktorat LALA, Ditjen Perhubungan Laut – Kementerian Perhubungan, 2013

Sementara jaringan trayek yang telah dilayani oleh angkutan kapal laut perintis dalam

suatu Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.26 Realisasi dan Rencana Jaringan Kapal Perintis Provinsi Kalimantan Tengah

No Provinsi/

Pangkalan

Kode

Trayek

Jaringan Trayek

dan Jaran (Mil)

Jumlah

Jarak

(Mil)

Ukuran

dan type

Kapal*)

Lama

Pelayaran

1 Round

Voyage

Target

Frekuensi

per

Tanggal

1 Sukamara R-9 Sukamara – 2- P.

Nibung – 21 –

Kuala Jelai – 211 –

Semarang – 270 –

Kuala Pembuang –

270 – Semarang –

Kuala Jelai – 21 –

Pulau Nibung – 20

- Sukamara

1.044 Km.

Bukit

Patung/

350

DWT

11 Hari 33 Voyage

Sumber : - Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Kalimantan Tengah, 2013

- Direktorat LALA, Ditjen Perhubungan Laut – Kementerian Perhubungan, 2013

Untuk menghitung nilai capaian tersedianya angkutan laut kapal perintis dengan Kode

R.10, langkah pertama yang harus diketahui adalah kapasitas kapal perintis. Berdasarkan

data dan informasi, kapasitas kapal perintis Kode R.10 dengan nama KM. Bukit Patung

memiliki 196 orang. Kapal tersebut memiliki 33 Voyage. Dengan demikian, kapasitas

KM. Bukit Patung dalam satu (1) tahun = 196 orang x 33 = 6.468 orang. Sementara

jumlah penumpang yang diangkut dalam tahun 2011 terdapat sebanyak 512 orang 99.

97 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Pada Pasal 1 Ayat (2 ) 98 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 ayat (8) 99 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut- Kementerian Perhubungan, Setelah diolah , 2012

Page 68: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 68

Karena itu, nilai capaian tersedianya angkutan kapal perintis yang melayani trayek dengan

Kode R.55 dapat dihitung dengan rumus 100;

% Jaringan Trayek Linier

∑ Rata-rata Muatan Penumpang Per Tahun

= x 100 %

∑ Rata – rata Kapasitas Penumpang Yang Tersedia Per Tahun

512 Orang

= ------------------ x 100 %

6.468 Orang

= 7,91 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan tersedianya

kapal laut perintis yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam propinsi pada

wilayah yang memiliki alur dan tidak ada alternatif jalan ditetapkan 100% hingga tahun

2014. Sementara nilaian capain sekarang ini hanya mencapai 7,91%, artinya perkembangan

penduduk yang menggunakan kapal perintis belum begitu berkembang. Faktor lain

mungkin disebabkan karena ada transportasi alternatif yang digunakan. Aspek lain yang

perlu diperhatikan, dengan angka nilai capaian 7,91 % dalam tahun 2011, artinya bahwa

kapal yang melayani trayek tersebut perlu meningkatkan konektivitas pelayanan ke

beberapa pulau/daerah lainnya lainnya, sehingga keberadaan apal dapat menjangkau

beberapa daereah yang belum terlayani transportasi selama ini. Konotasi lainnya, dengan

nilai capaian 7,91 % artinya pada trayek ini tidak perlu peningkatan dan atau penambahan

kapal, karena nilaian capaiannya masih relatif rendah yaitu hanya 7,91 %. Kecuali jika

nilaia capaiannya mencapai lebih besar dari 65 % (enam puluh lima perseratus) dapat

diizinkan penambahan 1 ( satu ) unit kapal dalam satu jaringan trayek tersebut. Sementara

jika lebih kecil dari 65 % tidak akan diizinkan penambahan kapal dalam satu jaringan

trayek tersebut 101 . Lebih jelasnya jaringan pelayanan

100 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota 101 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada hal 23

Page 69: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 69

Gambar 8.11 Peta Jaringan Trayek R.10

Page 70: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 70

2. Jaringan Prasarana Angkutan Laut Kapal Perintis

Di Propinsi Kalimantan Tengah, hingga sekarang belum ditemukan adanya pelabuhan

kapal angkutan laut antarkota/kabupaten dalam propinsi. Ditemukan adalah pelabuhan

kapal laut perintis antarkabupaten/kota dalam propinsi. Karena itulah, yang menjadi kajian

dalam hal ini adalah jaringan prasarana (pelabuhan) kapal laut perintis. Pelabuhan adalah

tempat yang terdiri dari atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai

tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa

terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan

keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan

intra dan antarmoda transportasi 102. Sementara angkutan laut adalah kegiatan angkutan

yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut kapal perintis. Dalam angkutan

laut, haruslah tersedia alur pelayaran di laut, artinya alur pelayaran dari segi kedalaman,

lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayani

kapal angkutan laut. Untuk menjamin kelancaran berlabuh, diperlukan adanya dermaga,

yaitu sebagai tempat kapal bersandar untuk naik turun penumpang dan/atau bongkar muat

barang.

Propinsi Kalimantan Tengah terdiri dari beberapa pulau, karena itu angkutan laut sangat

diperlukan, dimana sebelumnya harus tersedia adanya prasarana pelabuhan. Jumlah

pelabuhan kapal perintis tersebar di wilayah Propinsi Kalimantan Tengah. Lebih jelasnya

pelabuhan kapal angkutan laut kapal perintis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.27 Nama-Nama Pelabuhan Kapal Laut Perintis di Propinsi Papua Barat Dalam Tahun 2013

No Nama

Pelabuhan Fasilitas Eksisting Status

1 Sukamara

Dermaga (50x8)m2, Trestle (20x6)m2+

Pelebaran (10,4) m2

Reklamasi (35x70)m2, Fasilitas Darat

2 Kuala Jelay Areal darat, trestle, Dermaga ( 50x 8) 2 Pematangan reklamasi (62,4 x

36,5)m2

Sumber :- Kantor Syahbandar Propinsi Kalimantan Tengah , 2013

- Ditjen Perhubungan Laut c.q Direktorat LALA, 2013

Sementara rencana pembangunan pelabuhan kapal laut perintis di Propinsi Papua Barat

dalam tahun 2013 s/d 2014 per trayek dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 8.28 Kebutuhan Pelabuhan Kapal Laut Perintis di Propinsi Kalimantang Tengah

Pangkalan Kode Trayek Pelabuhan Jumlah

Pelabuhan

Sukamara

R- 9

a.Pelabuhan Sukamara

b.Pelabuhan P.Nibung

c.Pelabuhan Kuala Jelai

d.Pelabuhan Pembuang

1

1

1

1

102 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan pada Pasal 1 ayat (1 )

Page 71: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 71

Pangkalan Kode Trayek Pelabuhan Jumlah

Pelabuhan

Jumlah

4

Sumber : Kementerian Perhubungan – Ditjen perhubungan Laut, Direktorat Pelabuhan &

Pengerukan, 2013

Berdasarkan data tersebut , jumlah kebutuhan pelabuhan kapal laut perintis di propinsi

Kalimantan Tengah terdapat 4 unit, di antaranya yang sudah terbangun hingga sekarang

hanya 2 unit. Artinya, jumlah pelabuhan yang masih kurang terdapat dua (2) unit yaitu di

P.Nibung dan Kuala Pembuang. Berkenaan dengan itu, nilai capaian tersedianya

pelabuhan/dermaga kapal laut perintis dapat dihitung dengan rumus 103:

% Tingkat Pelayanan

∑ Dermaga dalam satu propinsi

= ----------------------------------------- x 100 % ∑ Kabupaten/Kota dalam propinsi yang memiliki alur pelayaran dan Tidak ada alternative jalan

2 unit.

= --------- x 100 %

4 unit

= 50 %

Berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan telah ditetapkan, bahwa tersedianya

pelabuhan/dermaga kapal laut perintis hingga tahun 2014 mencapai 100 %. Sementara nilai

capaian dermaga pada tahun 2012 hanya 50 %. Karena itu, nilai capaian yang harus dicapai

hingga tahun 2014 adalah sebesar 50 % ( 100 % - 50 % = 50 %). Untuk mewujudkan

pembangunan pelabuhan/dermaga tersebut perlu adanya kerjasama antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah terutama dalam pembiaan dan pengadaan tempat sebagai lokasi

pelabuhan/dermaga.

3. Keselamatan

Keselamatan kapal dalam hal ini adalah difokuskan kepada kapal di bawah 7 GT.

Keselamatan adalah terpenuhinya persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan

dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan, serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat

penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan

pemeriksaan dan pengujian 104

Setiap kapal berukuran tonase kotor kurang dari GT 7 ( < GT7 ) yang dioperasikan hanya

di perairan daratan ( sungai dan danau ) dilakukan: a. pengawasan keselamatan kapal, b.

pengukuran kapal, c. penertiban pas perairan daratan, d. pencatatan kapal dalam buku

103 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota 104 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

Page 72: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 72

register pas perairan daratan, e. pemeriksaan konstruksi kapal, f. pemeriksaan permesinan

kapal,g. pemeriksaan perlengkapal kapal, h. penerbitan sertifikat keselamatan kapal, i.

penerbitan dokumen pengawakan kapal, j. pemberian Surat Izin Berlayar dilaksanakan

dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota di tempat pemberangkatan kapal sebagai tugas

desentralisasi, k. pemberian izin berlayar berlaku hanya 1 ( satu ) kali perjalanan.

Pelaksanaan urusan ini dilaksanakan oleh petugas pemegang fungsi keselamatan pelayaran

angkutan sungai dan danau pada dinas Kabupaten/Kota 105 Hal yang sama juga dilakukan

pada kapal di bawah 7 GT, dimana persyaratan keselamatan harus dijamin yang berlayar di

perairan laut. Surat ukur diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/kota, sementara izin

berlayar diberikan oleh syahbandar. Artinya sertifikasi aspek keselamatan juga harus

disertifikasi.

Berdasarkan informasi dari dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Kalimantan Tengah

jumlah Kapal dibawah 7 GT yang berlayar di perairan diperkirakan kurang lebih 45 unit,

dengan berbagai ukuran di bawah GT 7 . Kapal tersebut, juga berlayar di sungai, tetapi

kadangkala juga berlayar di perairan laut namun tidak sampai kepedalaman. Batasnya

adalah sepanjang masih terlihat daratan, tetapi jika tidak terlihat daratan, rata-rata kapal di

bawah 7 GT tidak mau berlayar. Berdasarkan informasi, kapal di bawah 7 GT yang

berlayar di perairan harus memiliki surat ukur dan/atau persyaratan keselamatan.

Persyaratan keselamatan yang harus dipenuhi adalah meliputi; material, konstruksi,

bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan, serta perlengkapan

termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, belum dapat

menunjukkan dan/atau memperlihatkan sertifikat. Karena untuk mengetahui, apakah kapal

di bawah GT 7 memiliki persyaratan keselamatan yang dibuktikan dengan sertifikat, telah

dilakukan wawancana terhadap 10 Juru Mudi kapal dibawah GT 7 sebanyak 10 orang.

Pertanyaanya adalah sekitar kepemilikan sertifikat masing-masing persyaratan keselamatan

kapal di bawah GT 7 dan jawabannya dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 8.29 Keberadaan Sertifikasi Pada Kapal di Bawah GT 7 Di Propinsi Papua Barat

No Aspek Keselamatan Keberadaan

Sertifikat

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Material

Konstruksi

Bangunan

Permesinan & Perlistrikan

Stabilitas

Tata Susunan

Alat Penolong

Radio

Elektronik Kapal

Alat penolong:

a. Jaket

b. Pelampung

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Ada sertifikat

Tidak ada sertifikat

Tidak ada sertifikat

Tidak ada sertifikat

Tidak ada sertifikat

Tidak ada dalam kapal

Tidak ada dalam kapal

Sumber; -Hasil Wawancara Dengan Juru Mudi di Propinsi Papua Barat, 2013

-Solas, 1974

Mengingat kapal di bawah 7 GT tidak memiliki ruang yang sempit, maka tata susunan

yang telah ditetapkan tampaknya kurang memungkinkan. Karena itu, aturan SOLAS,

seperti telah disebutkan sebelumnya menyangkut tata susunan kurang relevan.

105 Peraturan Menteri Perhubungan No. 58 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Perhubungan No. Km 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau Pada Pasal 6 s/d Pasal 8

Page 73: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 73

Defenisi operasional dalam konteks keselamatan bagi kapal di bawah 7 GT adalah

terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bahwa 7 GT yang beroperasi

perairan antarkabupaten/kota dalam propinsi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut 106;

% Keselamatan Kapal

∑ Kapal di bawah 7 GT yang memenuhi standar keselamatan

= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %

∑ Kapal di bawah 7 GT

0

= --------- x 100 %

95 unit

= 0 %

Sementara nilai capaian persentase pemenuhan alat keselamatan kapal dengan ukuran di

bawah 7 GT yang beroperasi pada perairan antarkabupaten/kota dalam propinsi dapat

dihitung dengan menggunakan rumus 107 :

% Pemenuhan Alat Keselamatan

∑ Alat Keselamatan Yang Dipenuhi Kapal Dibawah 7 GT

= -------------------------------------------------------------------------- x 100%

∑ Alat Keselamatan Yang Wajib Dipenuhi

5

= -------- x 100 %

10

= 50 %

Sebagai gambaran kapal di bawah 7 GT yang beroperasi di sungai dan di perairan dapat

dilihat pada gambar berikut.

106 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota 107 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

Page 74: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 74

Gambar 8.12 Contoh Kapal dibawah 7 GT

Untuk menjamin keselamatan, alat pertolongan seperti jaket dan pelampung diharuskan ada

dalam kapal di bawah GT 7, tentunya disesuikan dengan jumlah penumpang. Mengingat

ukuran kapal sangat kecil, maka setiap penumpang yang akan masuk kapal langsung

dibagikan dan dipakai setiap penumpang termasuk pelampung dengan ukuran skala kecil.

Dengan demikian pada waktu perlayaran jaket sudah dipakai penumpang termasuk

pelampung dipegang. Hal ini disebabkan, pada waktu terjadi kecelakaan kapal, tidak ada

lagi kesempatan juru mudi kapal membagi-bagikan jaket dan pelampung, karena juru mudi

juga sudah ikut langsung terjungkal. Berkenaan dengan itu, untuk menjamin keselamatan

kapal dibawah GT 7 sebaiknya mengikuti persyaratan yang disesuaikan dengan jumlah

penumpang yaitu sebagai berikut; Bagi kapal dengan GT hingga 300 dengan jarak lintasan

yang dilayani hingga 15 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan sesuai dengan

ketentuan SOLAS yaitu sebagai berikut 108;

a) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

b) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

c) Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

d) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

e) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

f) Means Of Rescue (alat penolong)

g) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

h) Helicopter Pick Up Area (area 74ystem74ter)

i) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

j) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

k) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 2 units)

l) SART (1 Unit)

m) Distress Flare 12

n) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

o) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

p) Public Address System (74ystem informasi umum)

q) Life Buoys (pelampung) 4 unit

108 SOLAS, 1974

Page 75: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 75

Di antara persyaratan tersebut, dikaitkan dengan keterbatasan ruang kapal di bawah 7 GT

sebaiknya mengharuskan memiliki alat penolong sebagai berikut; a. Life Jacket (baju

pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang, dan b. Life Jacket with light (baju

pelampung dengan cahaya

Bilamana mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang

Standar Kapal Non Convensi Berbendera Indonesia ( Non Covention Vessel Standard ) dan

keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. UM.008/20/9/DJPL-2012 tentang

Pemberlakuan Standard dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kapal Non Konvensi

Berbendera Indonesia alat keselamatan untuk kapal 7 GT dan dibandingkan dengan

keberadaanya di kapal dibawah 7 GT dapat dilihat pada tabel berikut ;

Tabel 8.30 Alat Keselamatan Yang Dipenuhi Kapal Di Bawah 7 GT Dan Belum dipenuhi

Berdasarkan Pengamatan di Lapangan No Peralatan Keselamatan Keberadaan di Kapal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pedoman Magnet

Pelorus atau Alat Baring

Peta Laut

Publikasi Nautika

Alat Ukur Kecepatan

Perum Gema

Indikator Sudut daun Kemudi

Corong Pemberitahuan

Lampu Isyarat

Reflector

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sumber; -Permmenhub No.65 Tahun 2009 tentang Kapal Non Konvevensi Berbendera Indonesia

(Non Convention Vessel Standard)

-Hasil wawancara dengan Juru Mudi Kapal di Bawah 7 GT

Untuk kapal termasuk di bawah 7 GT diharuskan memiliki alat keselamatan seperti

dijelaskan sebelumnya, karena alat tersebut berfungsi untuk menjamin keselamatan

berlayar. Dengan demikian, defenisi operasional adalah terpenuhinya standar keselamatan

kapal dengan ukuran di bahwa 7 GT dan kapal yang beroperasi antarkabupaten/kota dalam

propinsi atau daerah pelayaran perairan . Karena itu, nilai capaian tersedianya alat

keselamatan kapal dengan ukuran di bawah 7 GT yang beroperasi antarkabupaten/kota

dalam propinsi dan/atau daerah perairan yang memenuhi standar keselamatan kapal

dihitung dengan rumus sebagai berikut 109;

% Keselamatan Kapal

∑ Kapal di bawah 7 GT yang memenuhi standar keselamatan

= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %

∑ Kapal di bawah 7 GT

1

= -------- x 100 %

45 unit

= 2,22 %

109 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

Page 76: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 76

Sementara nilai capaian persentase pemenuhan alat keselamatan kapal dengan ukuran di

bawah 7 GT yang beroperasi antarkabupaten/kota dalam propinsi dan/atau daerah

pelayaran perairan daratan yang memenhi standar keselamatan dihitung dengan

menggunakan rumus 110:

% Pemenuhan Alat Keselamatan

∑ Alat Keselamatan Yang Dipenuhi Kapal Dibawah 7 GT

= -------------------------------------------------------------------------- x 100%

∑ Alat Keselamatan Yang Wajib Dipenuhi

1

= ------- x 100 %

10

= 10 %

Sementara untuk menghitung jumlah orang atau pejabat pemeriksa keselamatan kapal yang

memiliki keahlian ukur dan /atau keselamatan bagi kapal di bawah 7 GT yang melakukan

pelayaran di perairan dapat dihitung dengan rumus

∑ kappa di bawah 7 GT x 4 jam/har

Pejabat Pemeriksa = ----------------------------------------------- x 1 orang

Keselamatan Kapal 8 jam/hari

45 unit x 4 jam/hari

= ------------------------------- x 1 orang

8 jam/hari

180 jam /hari

= ------------------------------x 1 orang

8 jam/hari

= 22,5 jam/hari

= 22,5 jam/4 jam = 5,6 atau 7 orang

Penjelasan masing-masing alat keselamatan adah sebagai berikut;

1) Pedoman Magnet

Pedoman adalah sebuah navigasi yang digunakan untuk menetapkan arah di laut, baik

berupa haluan kapal maupun baringan. Kompas biasanya disebut pedoman, yang

digunakan untuk menentukan arah/haluan kapal serta untuk mengetahui arah benda

110 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

Page 77: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 77

lain dari kapal ( baringan ) sehingga posisi kapal dapat diketahui 111. Pedoman Magnet

atau juga disebut Kompas Magnetik terbagi atas kompas magnetic kemudi, kompas

magnatik standar. Persyaratan umum pedoman magnetic ( kompas magnetic ) : a)

ditempatkan sedemikian rupa sehingga pandangan ke depan dari posisi kemudi,

sedapat mungkin tidak terhalangi, berada pada bujur minimal 1150 dari kanan depan

pada kedua sisi kapal, b) ditempatkan di depan kemudi/control sedemikian rupa

sehingga dapat mudah dibaca dari posisi kemudi norma, c) dipasang dengan

penerangan yang efisien bersama-sama dengan alat untuk peredup pencahayaan,

ditopang dengan alas datar sehingga tetap pada posisi horizontal ketika rumah kompas

dimiringkan 400 ke arah manapun, d) dipasang pada posisi sedemimian rupa sehingga

mudah dilakukan penyesesuaian ( penimbalan ), e) tepat guna dan dipasang di bidang

tegak melalui garis tengah membujur kapal ( center lines ). Tempat pemasangan

pedoman termasuk unsure magnit untuk keperluan navigasi dan pengawasan dan

pengawasan harus sedemikian sehingga alat ini tidak mengalami gangguan yang

berarti dari massa besi dan aliran listrik yang ditempatkan didekatnya, f. penempatan

pedoman magnet, tidak boleh menghalangi pandangan bebas yang meliputi suatu

busur cakrawala sekurang-kurangnya 2300 dihitung dari arah lurus ke depan sampai

250 di belakang garis melintang kapal pada setiap sisi 112

2) Pelorus atau Alat Baring

Poisi adalah tempat kapal berada pada suatu yang dinyatakan dalam lintang dan bujur

atau juga disebut baraingan dan jarak dari suatu titik referensi dihitung berdasarkan

metode-metode pengambilan posisi . Metode penentuan posisi atau baring meliuti tiga

(3) yaitu: a)Visual, b) Astronomi, c) Elektronika. Kegunaan baring adalah :

(a) Menjamin keselamatan kapal

(b) Menentukan elemen-elemen hydrometeo ( angin dan arus )

(c) Menentukan perhitungan lintas laut

(d) Memberikan gambaran situasi taktis

3) Peta Laut

Peta laut adalah sebagai perangkat peta terdiri dari atas peta pelayaran, jalur perairan

dunia, peta ikhtisar, peta cuaca, petunjuk pelayaran/buku kepanduan bahari, daftar

suar, daftar pasang surut, daftar stasiun radio, tabel navigasi, choronometer,

clinometers, stpwath, jangka, penggaris parallel/mister jajar, segitiga, pensil, karet

penghapus, pemberat kertas, tabel logaritma, berita pelaut Indoensia/NTM, tabel arus,

daftar peta, dan daftar koreksi peta 113. Persyaratan teknis neliuti: 114

(a) Peta-peta yang digunakan untuk navigasi biasanya berupa peta

meractorial/lintang bertumbuh, peta “proyeksi lingkaran besar/genomonis

(b) Kertas yang digunakan untuk peta harus memiliki susut minimal sehingga jarak

antar titik tidak melebar atau menyempit akibat suhu

111 SOLAS, 1974 112 Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Nonkonvensi ( Non Convention Vessel standard Berbendera Indonesia ) Chapter II hal 10 113 Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi ( Non

Convention Vessel Standard Berbendera Indonesia ) Chapter II hal III - 8 114 Ibid, Chapter II hal 9

Page 78: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 78

(c) Pensil yang digunakan yang tanda-tanda yang dibuat di atas peta umumnya

dapat dihapus tanpa merusak kertas ( pensil jenis 2 B atau yang lembut )

(d) Peta harus dimutahirkan dengan informasi resmi, misalnya informasi dari radio,

berita pelaut Indonesia ( edisi mengguan)/notice to mariners

(e) Peta-peta navigasi, jalur perairan dunia, peta cuaca, petunjuk pelayaran, daftar

lampu penerangan, daftar pasang surut, daftar sinyal radio, tabel navigasi, berita

pelaut Indonesia, dan daftar arus harus diterbitkan secara berkala oleh

organisasi pelayaran resmi untuk tujuan navigasi

(f) Chronometer harus diuji dan dikalibrasi oleh layanana merologi dan harus

disesuaikan atau dicatat oleh nahkoda kapal setiap hari

4) Publikasi Nautika

Publikasi navigasi ( Penertbitan Navigasi ) adalah publis buku-buku dan bahan-bahan

penting yang diterbitkan dan disiarkan untuk membantu seorang navigator dalam

melayarkan kapalnya dengan sebaik-baiknya. Buku-buku dan bahan tersebut antara

lain; (a) peta laut yang erat hubungannya dengan peta laut yaitu berupa catalog peta,

(b) almanak nautika, (c) buku-buku navigasi, (d) daftar meliput: suar, daftar pasang

surut, daftar ilmu pelayaran, daftar pelampung-pelampung, daftar rambu, daftar

isiyarat radio, daftar jarak, dan (e) peta khusus seperti peta pandu, peta cuaca, peta

arus, peta angin,( f) berita pelaut ( BP ) atau Notice to Mariners, (g) berita peringatan

navigasi ( navigational warning ) 115

5) Alat Ukur Kecepatan

Alat ukur kecepatan adalah menghitung jarak yang harus ditempuh oleh kapal dalam

suatu haluan tertentu dan/atau jarak/jauh yang ditempuh oleh kapal dalam 1 jam.

6) Perum Gema

Perum gema adalah suatu alat yang dirancang untuk mengukur kedalaman laut . Alay

tersebut salah satunya adalah “Echosounder yaitu suatu alat navigasi elektronik

dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi

untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan

untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical 116

7) Indikator Sudut Daun Kemudi

Indikator sudut daut kemudi adalah gay dan momen yang bekerja pada kemudi serta

gaya dan momen pada kapal ketika kapal berbelok akan berbeda dari jenmis kemudi.

Besarnya gaya yang dihasilkan oleh kemudi tergantung pada modifikasi desain (

chamber ) dan sudut serang ( angle of attack ). Bisanya untuk 30 sampai 40 derajat

untuk luas 25 % bagian yang tetap ( fixed portion ) dan 75 % bagian yang bergerak (

movable ) akan menghasilkan lebih dari 90 % gaya gaya angkat daripada jenis kemudi

115 SOLAS, 1974 & Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non

Konvensi ( Non Convention Vessel Standar Berbendera Indonesia ) 116 SOLAS, 1974 & Peraturan Menteri Perhubungan No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non

Konvensi ( Non Convention Vessel Standar Berbendera Indonesia )

Page 79: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 79

8) Corong Pemberitahuan

Corong pemberitahuan adalah suatu alat yang digunakan untuk memberitahukan

kepada para penumpang pengumuman tiba kapal dan/atau sedang mengalami

kerusakan dan juga digunakan untuk mengumkan keberangkatan kepal.

9) Lampu Isyarat

Untuk kapal motor dengan panjang 20 meter atau lebih, lampu tiang harus

ditempatkan sebagai berikut; a) lampu tiang depan, atau jika hanya ada satu lampu

tiang, maka lampu tersebut dengan tinggi di atas lambung kapal tidak kurang 6 meter,

dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka tinggi lampu tiang di atas lambung kapal

tidak boleh kurang dari ukuran lebar kapal, namun lampu tidak perlu dipasang dengan

tinggi lebih dari 12 meter di atas lambing kapal.b) bilamana kapal memiliki dua (2)

lampu, maka lampu yang dibelakang harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus

lebih tinggi dari pada yang di depan . Tetapi dalam hal ini perlu diperhatikan sebagai

berikut 117:

a) Pemisah secara tegak lampu – lampu tiang pada kapal motor harus dibuat

sedemikian rupa sehingga dalam kondisi tinggi normal, lampu belakang akan

tampak di atas dan terpisah dari lampu depan pada jarak 1000 m dari tinggi muka

ketika dilihat dari pemukaan laut

b) Lampu tiang kapal motor dengan panjang 12 meter atau lebih namun kurang dari

20 meter harus ditempatkan tinggi di atas bordu kapal namun tidak kurang dari

2,5 meter

c) Sebuah kapal motor dengan panjang kurang dari 12 meter boleh memasang

lampu yang paling atas dengan tinggi kurang dari 2,5 meter di atas bordu jika

lampu tiang tersebut merupakan tambahan dari lampu dari lampu lambung (

sesuai Auran 23 ( c ) (i) tentang COLREG/KEPRES No.5 Tahun 1979 dan lampu

buritan maka lampu tiang demikian harus dipasang sekurang-kurangnya 1 meter

lebuh tinggi di atas lampu – lampu lambung

d) Salah satu dari dua (2) atau tiga lampu-lampu tiang yang ditentukan untuk kapal

motor ketika digunakan untuk menunda atau mendorong kapal lain harus

ditempatkan pada posisi yang sama dengan lampu tiang belakang asalkan bahwa,

jika dipasang sekurang-kurangnya harus vertical 4,5 meter lebih tinggi dari lampu

tiang depan ; (1) lampu atau lampu-lampu tiang sebagaimana ditetapkan pada

aturan 23 (a) ( COLREG/KEPRES No. 50 Tahun 1979 harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga berada di atas dan bebas dari semua lampu dan bebas

rintangan lainnya kecuali seperti diuraikan dalam klausul aturan 23 (a) (ii)

(COLREG/KEPRES No. 50 tahun 1979), (2) jika tidak memungkinkan untuk

menempatkan lampu keliling seperti ditetapkan dalam aturan 27 (b) (i) atau

aturan 28 CORLEG ialah di bawah lampu – lampu tiang, maka lampu-lampu

tersebut boleh dipasang di atas lampu belakang atau secara vertical di antara

lampu tiang depan dan lampu tiang belakang

Pada waktu malam hari, satu sama lain di dalam alur pelayaran atau air pelayarann

yang sempit, dimana kapal bermaksud menyesul kapal lain, maka harus menunjukkan

a) isyarat – isyarat pada sulingnya; (1) dua ( 2 ) bunyi lanjut disusul oleh satu bunyi

117 SOLAS , 1974 & Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Convensi (

Non Convention Vessel Standard Berbendera Indonesia) Pasa hal Chapter III hal 38

Page 80: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 80

pendek yang berarti “ saya bermaksud untuk menyusulmu pada sisi lambung kananmu

( I intend to overtake you on your staboard side ), (2) dua (2) bunyi lanjut disusul dua

bunyi pendek yang berarti “ saya bermaksud menyusulmu. Kapal yang akan disusul,

harus menunjukkan persetujuannya dengan dengah isyarat berikut pada serulingnya :

satu (1 ) bunyi lanjut, satu bunyi pendek, satu lanjut dan satu pendek dalam urutan itu 118

4. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia ( SDM ) maksudnya dalam hal ini adalah tersedianya SDM yang

mempunyai kompetensi sebagi awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun Tahun 1998 telah

ditegaskan, bahwa jumlah Perwira Kapal Berdasarkan GT.500 s.d < 500 dan KW < 750

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.31 Pengawakam Kapal Berdasarlan GT

No JABATAN GT < 500

JML DOC COP

1 MASTER 1 ANT - IV 9c1) ( b-h)

2 CHIEF OFFICER 1 ANT - IV 9c (2-7 )

3 2nd OFFICER - - -

4 3rd OFFICER - - -

5 RADIO OFFICER 1 ORU/REK -II -

6 BOATSWAIN - - -

7 QUARTER MASTER 1 - 9f

8 SAILOR - - -

9 COOC 1 - 9g

10 MESS BOY - - -

NO JABATAN KW < 750

JML COC COP

1 CHIEF ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)

2 2nd ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)

3 3rd OFFICER 1 ATT-IV 10c(2-5)

4 4th OFFICER - - -

5 ENG.FOREMAN 1 - 10d

6 OILER 3 - 10d

7 WIPER - - - Sumber : Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun 1998 tentang Perwira Kapal

Niaga Pelayaran Kawasan indonesia

Mengingat kapal di bawah 7 GT relatif kecil dan daya tampungnyapun juga tidak terlalu

banyak, maka untuk kapal di bahwa 7 GT cukup memiliki dua (2) awak kapal. Kedua awak

kapal tersebut yaitu Ahli Nautika tingkat V (ANT – V) sebanyak satu (1) orang , sementara

satu (1) orang sebagai Ahli Teknik Tingkat V (ATT V). AHLI Nautika Tingkat V (ANT V)

adalah perwira untuk kapal – kapal kecil yang digunakan antar pulau. Sementara Ahli

Teknik Tingkat V(ATT V) adalah sebagai ahli mesin untuk kapal pelayaran terbatas

(AMKPT) atau masinis untuk kapal-kapal kecil antar pulau 119.

118 SOLAS, 1974 119 http://id.wikipedia.org/wiki/ Pelaut , 2011

Page 81: “Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang ...elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131/swf/716/BAB VIII... · 10 Peraturan Menteri Perhubungan No.

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Laporan Akhir VIII - 81

Berdasarkan wawancara dari pihak Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang

Angkutan Laut maupun Bidang Angkutan darat Propinsi Kaliman Tengah serta wawancara

dengan Juru Mudi kapal dibawah 7 GT ke bawah melalui perairan ternyata awak kapal

tersebut tidak memiliki sertifikat sebagai awak kapal. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut sebaiknya perlu dibuatkan aturan yang jelas, baik dari Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Propinsi serta Kabupaten/ Kota mengharuskan setiap awak kapal di bahwah 7

GT yang melintasi perairan laut harus memiliki keahlian sebagai Mualim Pelayaran

Terbatas dan keahlian bidang mesin kapal pelayaran terbatas. Hal ini dimaksudkan, untuk

menghindarkan kecelakaan kapal yang membawa manusia sebagai penumpang.