STUDI EKSPLORASI TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR …/Studi... · payung hukum yang memuat petunjuk...
Transcript of STUDI EKSPLORASI TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR …/Studi... · payung hukum yang memuat petunjuk...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI EKSPLORASI TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH DAN ANGGOTA DPRD TERHADAP
STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL (KASUS DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA)
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
OLEH: TITIK SETYANINGSIH
NIM: S4311012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan ini terwujud karena pertolongan dan hidayah yang berkenan diberikan
Allah SWT kepada hamba-Nya. Setitik rahmat yang Kau beri lebih berarti dari
segalanya.
Setiap goresannya sebagai wujud cinta kepada tauladanku Nabi Muhammad
SAW, sesungguhnya dalam dirimu ya Rasul terdapat suri tauladan yang baik.
Setiap katanya berasal dari doa Mbokwoku Parso Iyah. Kasih sayangmu yang
tulus akan selalu menempati tempat teristimewa di dalam hatiku, semoga
kesehatan dan kebahagiaan bersamamu.
Setiap kalimatnya adalah ketulusan doa Ayah Ibu, kakak, adik, sahabat, dan
teman-teman yang senantiasa mengiringi langkahku meraih cita.
Setiap paragrafnya dibantu ridho suamiku R. Daromez Setiar Budi, SP, serta
ditemani pengorbanan waktu anak-anakku: R. Romiz Aisy dan R. Romez Aisy.
Setiap coretan pena dalam setiap babnya merupakan bangunan kritik dan saran
dari pembimbingku, yang selalu menginspirasiku untuk terus belajar.
Setiap menuliskannya kembali, menghempaskan aku pada titik tertentu dalam
hidup ini, yang maknanya hanya aku dan Allah SWT saja yang tahu.
Karya ini untuk almamater tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah:6)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(Al Baqarah: 286) Menulislah dengan HATI (Hasan Fauzi)
Writing is all about rewriting (Bill Gilham)
It’s not how you start out; it’s how you finish up (Unknown)
Kesuksesan itu bukan diukur dari materi, prestasi dan pencapaian sukses, melainkan pada keikhlasan untuk berbagi sukses dengan orang lain. (R Daromez SB) Aku ingin menjadi yang terbaik, kalau orang lain melakukan 100%, aku harus melakukan 200% kalau perlu 300%. (Agnes Monica dalam Kick Andy) Sedalam harapan, sejauh apa kumenggapai, aku hanyalah titik kecil yang berharap semua yang kulakukan dalam rangka ibadah kepada-Mu (Titik S) Demi masa Sesungguhnya manusia kerugian Melainkan yang beriman dan yang beramal sholeh Melainkan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran Gunakan kesempatan yang masih diberi semoga kita takkan menyesal Masa usia kita kelak ditinggalkan karena ia takkan kembali Ingat lima perkara sebelum lima perkara: Sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati… (Nasyid Raihan diinspirasi dari Alquran Surat Al Ashr dan HR Abu Dunya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, Segala puji hanya bagi-Mu Ya Allah,
karena rahmat, ampunan, karunia dan hidayah-Mu maka penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang
selalu menjadi tauladan terbaik bagi manusia di muka bumi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini bukan hasil dari jerih
payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan
memberikan bantuan kepada penulis berupa Beasiswa Unggulan Diknas
konsentrasi Akuntansi Sektor Publik studi di program studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. selaku ketua program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Dr. Payamta, M.Si, Ak. CPA selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Ibu Dra. Y. Anni Aryani M.Prof.Acc.,Ph.D., Ak., selaku sekretaris program
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak Drs. Hasan Fauzi, M.B.A., Ph.D., Ak selaku pembimbing penulis
yang telah meluangkan waktu, pikiran, kritik dan saran yang selalu
menginspirasi penulis untuk terus belajar, menyediakan bahan ajar
pendukung, serta mendidik dan memotivasi penulis dengan tahap
pembelajaran yang terbaik. You are great, Sir!
8. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si, Ak. CPA, selaku ketua program
Diploma Perpajakan Fakultas Ekonomi UNS, terimakasih atas waktu untuk
berdiskusi bersama.
9. Bapak Ibu dosen pengajar di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis.
10. Staf Admisi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
untuk kehangatan komunikasi yang penulis butuhkan setiap saat.
11. Ibuku Sri Rahayu, Ayahanda Sriyanto (alm), Ayahanda Mulyono, Mamak
Lilis Endarwati, keluarga Kartasura dan Wiroragen, terimakasih doanya.
12. Ayahku R Rahardjo Udiyanto dan Ibundaku Sri Hartati, Kakak-kakakku,
terimakasih atas ketulusan doa dan selalu menyemangatiku.
13. Teman pengajar di Diploma Perpajakan Fakultas Ekonomi UNS (Bu Ninik,
Bu Arum, Bu Julie, Pak Eri, dan juga Pak Iyant) terimakasih atas dukungan,
masukan dan saran-sarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
14. Teman-teman Magister Akuntansi: Putu S, Pak Singgih, Ahmad Ridwan, St
Sutrisno, Nur Andrianita, Abram Vivian, Dewi M, Danang Mujoko, Oktavia
Tri Sulistyawati, Kun Ismawati, Sweaty Retna, Erlangga (Peka), Hernani,
Ambang, Fitri, Indah, Sari, Yunus Harjito, dan kru teman kelas sebelah (Kru
Pak Handoko) terimakasih untuk hari bersama meraih cita.
15. Sri Marjani, Amina S Dewi, Pak Kim, Titiek Pujiastuti, Emy Indrawati,
Sholikhah Retno Utami, dan dik Antin Okfitasari yang telah memberi doa
serta semangat pada penulis.
16. Seluruh tenaga kependidikan dan kru perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS
Surakarta yang telah memberikan pelayanan terbaik.
17. Teman-teman CV Romiz Aisy: R. Daromez SB, Heri Mahartha, Kayika
Satria Jarot, Agus Ashadi, Jefri K, Revi Ilham, Yuli, Daniel, Steffy, Iskak
dan Partin.
Tiada kesempurnaan melainkan hanya milik Allah Swt semata. Seperti
halnya tesis ini yang memerlukan saran dan kritik sebagai masukan bagi
perbaikan penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap
semoga tesis ini dapat memberikan manfaat terutama bagi pemerintah kota
Surakarta. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Surakarta, 17 Agustus 2012
Titik Setyaningsih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…….…………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………….. .. iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….. . . v
HALAMAN MOTTO………………………………………………. .. . vi
KATA PENGANTAR………………………………………………. .. . vii
DAFTAR ISI………………………………………………………...... . x
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xv
ABSTRAK….....……………………………………………………….. xvi
ABSTRACT…………………………………………………………… .. xvii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… ...... .. 1
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah….………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………. 5
1.4 Kontribusi Penelitian………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 7
2.1 Reformasi Sektor Publik………………………………………….. 7
2.2 Sistem Akuntansi Akrual…………………………………………. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2.3 Penyajian Laporan Keuangan Daerah menurut SAP 2010………… 12
2.4 Anggota DPRD sebagai Pengguna Laporan Keuangan Daerah…… 12
2.5 Penelitian Terdahulu ..………………………………………….. 13
2.6 Kerangka Berpikir…………………………………………………. 15
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 17
3.1 Metode Penelitian………………………………………………… 17
3.2 Tujuan Penelitian…..…..………..…..………………………………. 18
3.3 Strategi Penelitian…………………………………………………… 19
3.4 Pengumpulan Data…………………………………………………. 20
3.5 Analisis Data………………………………………………………. 23
3.6 Keabsahan dan Keandalan Data…………………………………… 24
3.7 Diagram Alur Penelitian..………………………………………… 25
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…………………… 28
4.1 Deskripsi Data……………………………………………………. 28
4.1.1 Obyek Penelitian……………………………………….. 28
4.1.2 Pengumpulan Data Partisipan………………………….. 28
4.1.3 Pendidikan Partisipan…………………………………... 30
4.1.4 Pengalaman di bidang akuntansi dan keuangan………… 30
4.2 Analisis Data……………………………………………………… 31
4.2.1 Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
terhadap SAP 2010……………………………………… 31
4.2.2 Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta
terhadap SAP 2010……………………………………… 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4.3 Pembahasan………………………………………………………. 41
4.3.1 Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
terhadap SAP 2010……………………………………… 41
4.3.2 Tingkat Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta
terhadap SAP 2010……………………………………… 43
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………………………. 47
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 47
5.2 Keterbatasan……………………………………………………… 48
5.3 Rekomendasi……..………………………………………………. 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 50
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1 Perbandingan isi kerangka konseptual SAP 2005 dengan SAP 2010.... 11
2 Pendidikan Partisipan ............................................................................. 30
3 Pengalaman di bidang akuntansi dan keuangan. .................................... 31
4 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah kota Surakarta
terhadap SAP (Pemahaman Umum SAP 2010) ..................................... 32
5 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah kota Surakarta
terhadap SAP (Pemahaman Struktur SAP 2010) .................................. 33
6 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah kota Surakarta
terhadap SAP (Pelaksanaan SAP 2010) ................................................ 35
7 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah kota Surakarta
terhadap SAP (Faktor Penghambat SAP 2010) ..................................... 36
8 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Anggota DPRD kota Surakarta
terhadap SAP (Pemahaman Umum SAP 2010) ..................................... 37
9 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Anggota DPRD kota Surakarta
terhadap SAP (Pemahaman struktur isi SAP 2010) .............................. 39
10 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Anggota DPRD kota Surakarta
terhadap SAP (Faktor Penghambat SAP 2010) ..................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1 Kerangka Berpikir..... .................................................................................. 15
2 Proses descriptive practice-oriented research ........................................... 25
3 Diagram Alur Penelitian ............................................................................ 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner penelitian
2. Daftar partisipan dan Pola Partisipan
3. Daftar Dokumen
4. Pernyataan Wawancara SAP 2010 Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
5. Pernyataan Wawancara SAP 2010 Anggota DPRD Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
Titik Setyaningsih NIM: S4311012
STUDI EKSPLORASI TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR
PEMERINTAH DAERAH DAN ANGGOTA DPRD TERHADAP STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
(KASUS DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 71 Tahun 2010 menggunakan basis akrual dan akan diberlakukan mulai tahun 2014. Aparatur pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) diharapkan memiliki pemahaman terhadap SAP 2010. Penelitian ini mengeksplorasi pemahaman aparatur pemerintah daerah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap standar tersebut.
Penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus yang dipilih adalah single case karena data diperoleh dari satu pemerintahan kota Surakarta. Penelitian ini mendeskripsikan masalah penerapan SAP 2010, oleh karena itu merupakan descriptive practice-oriented research. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara semi-terstruktur dengan aparatur pemerintah kota Surakarta yang bertanggungjawab dalam bidang penyusunan laporan keuangan di dinas pemerintahan kota Surakarta dan anggota DPRD Kota Surakarta (anggota DPRD komisi III dan anggota badan anggaran).
Hasil studi memberikan bukti empiris bahwa pemahaman aspek umum dan struktur SAP 2010 aparatur pemerintah dan anggota DPRD kota Surakarta ternyata masih rendah. Terdapat beberapa hal agar SAP 2010 dapat dilaksanakan dan dipahami dengan baik: adanya komitmen pribadi maupun organisasi untuk memahami SAP, ketersediaan anggaran pelatihan dan sosialisasi SAP, dan payung hukum yang memuat petunjuk teknis pelaksanaan SAP tersebut.
Keterbatasan penelitian ini adalah data dari sisi pengguna hanya diperoleh dari anggota dewan, padahal masih ada pihak lain yang berkepentingan. Selain itu, penelitian ini tidak diikuti pemantauan langsung (observation) aktivitas obyek penelitian.
Hal yang menarik untuk dikaji dalam penelitian mendatang yaitu: penyederhanaan bahasa akuntansi dalam SAP 2010 dan peran aktif perguruan tinggi untuk membantu mempercepat proses penerapan SAP 2010.
Kata kunci: Standar akuntansi pemerintahan, akuntansi berbasis akrual, pemerintah daerah, DPRD, descriptive practice-oriented research.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
Titik Setyaningsih NIM: S4311012
EXSPLORATORY STUDY LEVEL OF UNDERSTANDABILITY LOCAL
GOVERNMENT EMPLOYEE AND LOCAL PARLIAMENT TO ACCRUAL SYSTEM ACCOUNTING STANDARDS
(CASE STUDY AT LOCAL GOVERNMENT SURAKARTA) Government Accounting Standard (Government Regulation No. 71 year
2010) used full accrual accounting and should be well implemented at 2014. Government employee and parliament have to understand it. The present study aims at providing local government employee and local parliament’s understandability to accrual system based on Government Regulation No. 71 year 2010.
This study used Case Study Research (CSR) approach. A single case study approach was choosen because data from one government Surakarta was enough to achieve the research objective. The research objective was to find out problems of implementation Government Accounting Standard. Therefore, descriptive practice-oriented research was conducted. Data were gathered through questionnaire and semi-structured interview with officials and parliament in local government Surakarta.
The finding shows that level of understandability to accrual system based on Government Accounting Standards 2010 both local government’s employee and local parliament, is still low. Understandability is associated with commitment, legal action, and available budget for training and socialization.
The limitation of this study is data collection from other user of local government reporting could not be conducted. In addition, this study is not supported real observation about participant’s activities.
However, this study raises two interesting problems to think about implementation of Government Accounting Standards 2010: simplification in accounting language and active role of college. Thereby, the Government Accounting Standards 2010 could be well implemented.
Keywords: government accounting standard, accrual accounting, local government, parliament, descriptive practice-oriented research.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
No 24 Tahun 2005 sebagai basis dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah telah disempurnakan dengan PP No 71 Tahun 2010. Secara konseptual
kebijakan tersebut diambil dalam kerangka proses penguatan public sector
governance di Indonesia. Standar tersebut tidak berdiri sendiri tetapi juga disokong
oleh peraturan lain seperti Undang-Undang (UU) No 17 Tahun 2003 tentang
keuangan Negara dan UU No 1 Tahun 2004 mengenai perbendaharaan Negara.
Perubahan yang sangat mendasar dalam Standar Akuntansi Pemerintahan yang
baru dibandingkan dengan SAP (2005) adalah diterapkannya SAP full accrual basis
yakni mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang telah ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Menurut Pemerintah, melalui implementasi standar akuntansi berbasis akrual,
kualitas penyajian informasi keuangan organisasi pemerintah dapat ditingkatkan.
Kualitas laporan keuangan yang baik bermanfaat untuk mengetahui efisiensi dan
efektifitas pelayanan publik yang disediakan, manajemen dan pengendalian aset
negara, perencanaan, penyusunan program dan anggaran. Informasi keuangan sektor
publik yang berkualitas akan mengurangi kesenjangan informasi (information
asymmetric) antara pemerintah dengan masyarakat dan stakeholder lain atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
penggunaan dan alokasi keuangan negara. Standar akuntansi berbasis akrual
diharapkan dapat meningkatkan relevansi, netralitas, ketepatan waktu, kelengkapan
dan komparabilitas laporan keuangan pemerintah sebagai bagian dari upaya
peningkatan tata kelola sektor publik yang lebih baik (Halim dan Kusufi, 2012).
Terdapat pandangan yang skeptis atas penerapan standar akuntansi berbasis
akrual berdasar amanat PP No 71 Tahun 2010 yang paling lambat harus diterapkan
tahun 2014 oleh seluruh entitas pelaporan, yaitu bagaimana pemerintah daerah
menyikapi dan menyiapkan diri untuk melaksanakan SAP tersebut. Pelaksanaan
SAP sebelumnya (PP 24 Tahun 2005) selama kurun waktu 2005-2009, masih
banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini
terlihat dari sangat sedikitnya laporan keuangan pemerintah pusat maupun daerah
yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Pada semester kedua tahun 2010 BPK memeriksa 499 Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2009 dan memberikan opini WTP atas
15 entitas, opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas 330 entitas, opini Tidak
Wajar (TW) atas 48 entitas, dan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atas 106
entitas (www.ksap.org/berita).
Beberapa kendala yang menyebabkan pertanggungjawaban keuangan yang
diwujudkan dalam LKPD dinyatakan kurang wajar yaitu kurangnya komitmen yang
kuat dari kepala daerah untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang
transparan dan akuntabel, lemahnya organisasi pengelola keuangan daerah, dan
masalah disiplin anggaran. Dalam kondisi penerapan SAP 2005 (basis kas menuju
akrual) belum dapat berjalan baik, akuntansi berbasis akrual harus mulai
dilaksanakan sejak pertanggungjawaban APBN/APBD tahun 2010 (Rasono, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia bermula dari upaya
pemerintah Indonesia sendiri. Standar akuntansi pemerintahan didukung oleh
pemerintah melalui Departemen Keuangan. Respon masyarakat dan partisipasi
anggota dewan atas draf standar yang diedarkan minim (Harun, 2009). Oleh karena
itu kajian untuk mengetahui respon pemahaman staf pemerintah, parlemen, dan
pihak-pihak lain akan manfaat akuntansi akrual terhadap fungsinya meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan masih diperlukan (Yamamoto dalam Harun 2009).
Hal ini sesuai dengan amanat UU No 27 tahun 2009 pasal 343 dan 344 yang
menyatakan bahwa:
“(1) DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi: a. legislasi; b. anggaran; dan c. pengawasan.(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.” (pasal 343) “(1) DPRD kabupaten/kota mempunyai tugas dan wewenang: (h). meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota.” (pasal 344)
Perlu disadari bahwa jika dalam kenyataannya anggota DPR/DPRD
menunjukkan adanya tingkat kualitas dan kemampuan yang berkebalikan dengan
kualifikasi ideal sebagai anggota legislatif, maka kemungkinan yang terjadi adalah
adanya dominasi oleh pemerintah daerah karena ketidakmampuan memahami dan
memainkan perannya sebagaimana mestinya (Murni, 2004). Jika hal ini terjadi,
maka anggota DPR/DPRD tidak dapat lagi melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan daerah secara efektif.
Menurut PP 71 Tahun 2010 laporan keuangan untuk tujuan umum
mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna
untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta
risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
informasi bagi pengguna mengenai indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan
digunakan sesuai dengan anggaran serta indikasi apakah sumber daya diperoleh dan
digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh
DPR/DPRD. Kedua indikasi tersebut erat kaitannya dengan fungsi serta tugas dan
wewenang anggota DPRD. Anggota DPRD dapat menjalankan fungsi pengawasan
yang optimal atas laporan pertanggungjawabkan pemerintah daerah jika anggota
DPRD meningkatkan pemahaman mereka mengenai informasi keuangan yang
disajikan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku (Harun, 2009).
Di Indonesia studi akuntansi sektor publik telah dilakukan oleh beberapa
peneliti (Soepomo dalam Harun (2008), Robinson dan Harun 2005, Marwata dan
Alam 2006, Harun 2007, Harun 2008, Wijaya 2010). Namun dari beberapa
penelitian, hanya Harun (2008) yang mengevaluasi kapasitas suatu pemerintah
daerah dalam implementasi standar akuntansi berbasis kas menuju akrual melalui
perspektif partisipan (pemerintah) terhadap isu SAP 2005. Temuan Harun (2008)
adalah instansi-instansi pemerintah belum mampu sama sekali mengadopsi SAP
2005 tanpa bekerja sama dengan pihak luar. Selain itu, Harun (2008) juga
mengemukakan faktor penghambat SAP 2005 yaitu aspek kerumitan teknis
penyusunan laporan keuangan daerah, kurangnya pengalaman partisipan, dan latar
belakang pendidikan staf yang tidak sesuai.
Strategi penerapan basis akrual di daerah yang dilakukan pemerintah adalah
dengan sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang dari pimpinan level kebijakan
sampai dengan pelaksana teknis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan skill
pelaksana, membangun awareness, dan mengajak keterlibatan semua pihak.
(medinamultimitra.com/akuntansi/19strategipenerapan-basis-akrual-secara-penuh-
di-indonesia).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Penelitian ini merupakan studi awal yang mengeksplorasi tingkat pemahaman
aparatur pemerintah daerah dan anggota DPRD terhadap standar akuntansi berbasis
akrual. Penelitian ini berusaha melibatkan peran anggota dewan dengan mengkaji
respon pemahaman anggota dewan terhadap SAP 2010 yang belum dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Selain sebagai bahan masukan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) untuk menyerap input berupa saran ataupun
keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual, penelitian ini juga
penting dilakukan karena proses penerapan basis akrual secara penuh di Indonesia
dapat berjalan lebih cepat jika usaha pemerintah daerah didukung oleh salah satu
pengguna yaitu anggota DPRD. Harapannya adalah penerapan basis akrual secara
penuh di Indonesia dapat memenuhi target waktu yang ditetapkan yaitu minimal
pada tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran di atas, maka perumusan masalahnya adalah
bagaimana tingkat pemahaman aparatur pemerintah daerah dan anggota DPRD
terhadap standar akuntansi berbasis akrual.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman aparatur
pemerintah daerah dan anggota DPRD terhadap standar akuntansi berbasis akrual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1.4 Kontribusi Penelitian
Pemahaman SAP 2010 oleh aparatur pemerintah daerah, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelaporan pemerintah daerah sehingga lebih relevan dalam
pengambilan keputusan. Pemahaman SAP 2010 oleh anggota dewan berkontribusi
untuk mendorong entitas pelaporan menyediakan pelaporan yang relevan dengan
kebutuhan pengguna. Bagi KSAP, kontribusi penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi penerapan basis akrual di daerah yang berguna untuk memperbaharui
SAP yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reformasi Sektor Publik
Reformasi sektor publik ditandai dengan kehadiran New Public Management
(NPM). NPM mengadopsi teknik pengelolaan sektor swasta ke dalam sektor publik
(Christiaens, J., Reyniers, B., dan Rolle, C 2010; Lapsley, I., Mussari, R., dan
Paulsson, G. 2009; Hood, 1995). Carnegie dan West (2005) menyatakan adopsi
model keuangan sektor swasta ke dalam sektor publik dimotivasi oleh adanya
akuntabilitas pada sektor tersebut. Barton (2009) memandang perlunya suatu bentuk
pemerintahan yang lebih ramping (Small Government) melalui privatisasi
perusahaan-perusahaan milik pemerintah, aktivitas outsourcing, dan membatasi
manfaat kesejahteraan (Curtailing Welfare Benefits). Small Government perlu
bekerja seperti layaknya dunia bisnis (swasta) untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas.
Christensen (2002) menyatakan bahwa hal yang paling relevan dari
pembaharuan sektor publik di New South Wales (NSW) adalah peningkatan
akuntabilitas, perampingan organisasi sektor publik dari sisi fungsional,
pengendalian aset, serta penekanan pada produktivitas dan ekonomi. Menurut Carlin
(2005) harapan reformasi sektor publik adalah peningkatan pelayanan kepada warga
negara melalui perolehan barang publik dengan harga yang sangat terjangkau.
Darrin dan Lewis (2005) memandang perlunya evaluasi economic cost and
benefits yang disebut dengan istilah Value For Money (VFM). Konsep VFM dalam
akuntansi menjadi komponen yang menentukan apakah proyek akan dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
atau tidak (Khadaroo 2007). Akuntabilitas publik digunakan untuk menjelaskan
kepada siapa akun-akun akan dipertanggungjawabkan (Istemi dan Khadaroo 2008).
Di Indonesia, pengalaman reformasi sektor publik meliputi desentralisasi
fungsi-fungsi ekonomi dan politik pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
kerjasama pemerintah dan swasta dalam penyediaan pelayanan publik,
restrukturisasi perusahaan-perusahaan milik negara hingga pembenahan sistem
akuntansi pemerintahan. Hal terakhir dilakukan dengan pengklasifikasian catatan
aset negara, perbaikan sistem anggaran, serta pertanggungjawaban pembelanjaan
negara mengikuti praktik akuntansi dunia usaha (Harun, 2009).
2.2 Sistem Akuntansi Akrual
Menurut Guthrie (1998) definisi sistem akuntansi akrual adalah suatu metode
pencatatan transaksi atas peristiwa dan pengakuan biaya (beban) berdasarkan
periode terjadinya peristiwa atau transaksi tersebut, sedangkan metode single entry
atau cash basis, pencatatan dan pengakuan peristiwa atau kejadian dilakukan saat
pembayaran. Sistem akrual mencatat biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke
periode waktu selama suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga
pembelian aset. Sistem akuntansi berbasis kas mencatat biaya pengadaan aset
tersebut dibebankan ke periode saat dilakukan pembayaran atas harga aset.
Isu tentang pentingnya waktu (timing) dalam pengakuan (recognition) suatu
transaksi atau peristiwa ekonomi merupakan hal yang sangat penting dalam sistem
akrual. Adopsi akuntansi akrual mengarahkan pelaksanaan program dan aktifitas
suatu agen sektor publik untuk senantiasa mempertimbangkan prinsip dan
pengukuran transaksi, peristiwa serta kinerja aktifitas organisasi pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
berdasarkan substansi operasional daripada fokus pada kapan dan berapa
penerimaan dan pembelanjaan kas yang dilakukan pemerintah.
Angka-angka akuntansi berdasarkan sistem akrual dianggap lebih informatif
bagi pimpinan sektor publik dalam pengalokasian sumber daya yang dimiliki,
peningkatan akuntabilitas dan pengambilan keputusan. Situasi seperti ini
mendorong aspek relevansi, netralitas, ketepatan waktu, kelengkapan dan
komparabilitas kinerja keuangan suatu agen sektor publik menjadi perhatian para
pimpinan organisasi pemerintah (Halim dan Kusufi, 2012). Menurut Lundqvist
dalam Harun (2008) keunggulan sistem akuntansi akrual diakui dalam hal
pengukuran implikasi ekonomi jangka pendek dan kesesuaiannya dengan
pembatasan pembelanjaan, sebaliknya, sistem berbasis kas sebagai sumber
informasi pengambilan keputusan dan alat pengendalian dibatasi sistem kas yang
tidak melaporkan aset fisik, kas, maupun utang.
Pengalaman negara lain menunjukkan masuknya akuntan swasta ke dalam
lingkungan sektor publik berhasil mempercepat akselerasi implementasi sistem
akrual pada level praktis. Di sektor publik Australia, penerapan sistem akrual
dilakukan dengan desentralisasi tanggungjawab pada level paling bawah sebuah
organisasi pemerintahan, penempatan seorang manager yang akuntabel, reklasifikasi
sektor publik sebagai bisnis komersial, dan redefinisi warga menjadi pelanggan
(Parker dan Guthrie, 1993). Menurut Carlin (2005) akuntansi akrual sektor publik
dapat menerapkan “full cost” untuk seluruh aktivitas, mewujudkan efisiensi,
mengalokasikan sumber daya yang tepat sasaran, serta meningkatkan kinerja.
Sektor publik Italia mengalami perubahan sistem akuntansi dari tradisional
(berbasis cash and obligations) ke adopsi accrual accounting. Perubahan ini
mereformasi akuntansi sektor publik menjadi lebih transparan dalam penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sumber daya milik publik, fokus pada kasus skandal keuangan dan korupsi serta
meningkatkan akuntabilitas (Caccia dan Steccolini 2006).
Perubahan sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia dilakukan sejak
kehadiran SAP PP No 24 Tahun 2005. SAP 2005 ini mengubah penggunaan sistem
pencatatan tunggal (single entry) dengan dasar pencatatan atas cash basis, menjadi
sistem ganda (double entry) dengan dasar pencatatan atas kas modifikasian
(modified cash basis) yang mengarah pada basis akrual. Pada tahun 2010 KSAP
telah menerbitkan SAP berbasis akrual yang ditetapkan melalui PP No 71 Tahun
2010. Menurut PP No 71 Tahun 2010 basis kas digunakan untuk menyusun
pelaporan pelaksanaan anggaran (LRA dan laporan perubahan SAL) dan basis
akrual digunakan untuk menyusun pelaporan finansial (neraca, laporan operasional,
dan laporan perubahan ekuitas).
Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan SAP 2010 paragraf 28
menyebutkan bahwa laporan keuangan pokok terdiri atas laporan realisasi anggaran
(LRA), laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL), neraca, laporan operasional
(LO), laporan arus kas (LAK), laporan perubahan ekuitas (LPE), dan catatan atas
laporan keuangan (CaLK). Dengan hadirnya peraturan ini, adalah tidak mungkin
suatu entitas menghasilkan ketiga laporan (terutama LRA, neraca dan LO) dengan
hanya mengandalkan dasar kas saja, karena basis kas hanya menghasilkan informasi
mengenai kas, tidak mencakup kekayaan entitas selain kas. Oleh karena dasar
akuntansi yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah basis akrual, maka SAP
2010 ini diberlakukan untuk bisa dilaksanakan mulai tahun 2014 (Halim dan Kusufi,
2012).
Perbedaan isi antara SAP 2005 (PP No. 24 Tahun 2005) dan SAP 2010 (PP
No. 71 Tahun 2010) adalah pada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(PSAP) No. 02, yaitu adanya penekanan terhadap penyajian LRA berbasis kas;
PSAP No. 10, yaitu adanya penambahan perubahan estimasi akuntansi dan operasi
yang tidak dilanjutkan; serta PSAP No. 12, yaitu adanya Laporan Operasional (LO).
Pada PP No. 71 Tahun 2010 dilampirkan juga SAP berbasis kas menuju akrual dan
proses penyusunan SAP berbasis akrual. Tujuan dilampirkannya SAP berbasis kas
menuju akrual adalah untuk menyediakan SAP bagi entitas pemerintah yang belum
siap melaksanakan SAP berbasis akrual, dan penerapan secara bertahap dari SAP
berbasis kas menuju akrual ke penerapan SAP berbasis akrual. Lampiran III
ditujukan sebagai referensi untuk memahami dan menerapkan SAP berbasis akrual.
Tabel 1 menyajikan perbandingan isi kerangka konseptual akuntansi pemerintahan
berdasarkan PP No 24 Tahun 2005 dan PP No 71 Tahun 2010.
Tabel 1
Perbandingan isi kerangka konseptual akuntansi pemerintahan antara PP No 24 Tahun 2005 dengan PP No 71 Tahun 2010
PSAP No PP No 24 Tahun 2005 PP No 71 Tahun 2010
01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan 02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas 03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas 04 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan 05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan 06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi 07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan 09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban
10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi
dan Peristiwa Luar Biasa Perubahan Estimasi Akuntansi dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
11 Laporan Keuangan Konsolidasian Laporan Keuangan Konsolidasian 12 Laporan Operasional
Lampiran II: SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Lampiran III: Proses Penyusunan SAP Berbasis Akrual
Sumber: PP No 24/ 2005 dan PP No 71/2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2.3 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Menurut SAP 71 Tahun 2010
Menurut SAP 2010, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat
diperbandingkan, dan dapat dipahami. Pemerintah daerah sebagai penyaji sekaligus
pengguna internal diharapkan mengetahui karakteristik kualitatif laporan keuangan
sesuai dengan SAP tersebut.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
pasal 32 mengamanatkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Laporan keuangan pemerintah daerah adalah bentuk
pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pelaksanaan APBN/APBD yang
kemudian akan dipertanggungjawabkan di hadapan anggota DPRD.
2.4 Anggota DPRD sebagai Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Menurut PP 71 tahun 2010 terdapat beberapa kelompok utama pengguna
laporan keuangan pemerintah daerah yaitu masyarakat, para wakil rakyat, lembaga
pengawas, lembaga pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses
donasi, investasi, dan pinjaman, dan pemerintah. Menurut Steward dalam Harun
(2009), ada tiga faktor yang menyebabkan laporan suatu pemerintahan dapat efektif
berfungsi sebagai akuntabilitas sektor publik: (1) laporan tersebut disajikan
sederhana tanpa mengurangi makna kelengkapan dan keakuratan suatu informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(2) laporan harus berdasarkan standar akuntansi yang diterima umum, (3) adanya
kegairahan masyarakat, minimal melalui wakil-wakilnya di DPR/DPRD membaca,
memahami, menanyakan hal-hal penting yang membutuhkan klarifikasi dan
jawaban dari pihak pemerintah.
Anggota DPRD perlu mendorong pemerintah daerah menyediakan laporan
keuangan yang bermutu dalam arti dapat dipahami, transparan, serta menyajikan
keadaan yang sebenarnya. Anggota DPRD dapat menjalankan fungsi pengawasan
yang optimal atas laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah jika anggota
DPRD meningkatkan pemahaman mereka mengenai informasi keuangan yang
disajikan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku (Harun, 2009).
2.5 Penelitian Terdahulu
Soepomo dalam Harun (2008) menyatakan ada tiga kendala yang dihadapi
dalam reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia: sistem hukum, terlalu
besarnya wilayah cakupan pemerintahan Indonesia, serta masih kurangnya staf
pemerintahan yang cakap. Marwata dan Alam (2006) mengemukakan bahwa
lingkungan institusional akuntansi sektor publik Indonesia sangat kompleks dan
birokrasi memegang kekuasaan tertinggi yang mempengaruhi proses pembuatan
kebijakan, akibatnya perubahan kebijakan akuntansi tidak dapat dijelaskan dengan
model keputusan yang rasional.
Studi yang dilakukan Robinson dan Harun (2005), menemukan masalah
reformasi akuntansi akrual di Indonesia yaitu masalah hukum, staf pemerintah yang
kurang berkualitas, dan belum adanya lembaga independen yang menyusun standar
akuntansi sektor publik. Menurut Harun (2007) sulitnya penerapan akuntansi akrual
di Indonesia disebabkan oleh pengembangan sistem akuntansi pemerintahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
masih bersifat sentralistis serta sistem pencatatan dan inventarisasi aset pemerintah
sebagai dasar penyusunan neraca awal masih jauh dari memadai.
Harun (2008) mengevaluasi kapasitas suatu pemerintah daerah dalam
perspektif pejabat dan staf pelaksana yang bertanggung jawab dalam penyusunan
laporan keuangan terhadap implementasi standar akuntansi berbasis kas menuju
akrual (SAP 2005). Temuan Harun (2008) adalah instansi pemerintah belum mampu
sama sekali mengadopsi SAP 2005 tanpa bekerja sama dengan pihak luar. Selain
itu, Harun (2008) juga mengemukakan faktor penghambat SAP 2005: aspek
kerumitan teknis penyusunan laporan keuangan daerah, kurangnya pengalaman
partisipan, dan latar belakang pendidikan staf yang tidak sesuai.
Wijaya (2010) menyatakan bahwa pengenalan akuntansi akrual di Indonesia
belum sepenuhnya dipahami karena adanya kelemahan SAP 2005. Meskipun SAP
tersebut sudah diperbaharui dengan SAP 2010, usaha investigasi yang lebih
mendalam tentang implementasi akuntansi akrual di Indonesia tetap diperlukan.
Berbagai penelitian di atas ternyata belum sepenuhnya memberikan solusi
penerapan basis akrual yang efektif di Indonesia. Meskipun pemerintah daerah telah
melakukan sosialisasi dan pelatihan agar penerapan basis akrual secara penuh bisa
dilakukan pada tahun 2014, namun langkah pemerintah belum cukup jika hanya
bertumpu pada usaha pemerintah daerah sendiri. Oleh sebab itu, usaha pemerintah
ini harus didukung oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama pihak pengguna
laporan keuangan daerah, salah satunya adalah anggota dewan.
Penelitian ini merupakan studi awal yang mengeksplorasi tingkat pemahaman
pemerintah daerah dan anggota DPRD terhadap standar akuntansi berbasis akrual.
Penelitian ini berusaha melibatkan peran anggota dewan dengan mengkaji respon
pemahaman anggota dewan terhadap SAP 2010 yang belum dilakukan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
penelitian sebelumnya. Selain sebagai bahan masukan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) untuk menyerap input berupa saran ataupun
keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual, penelitian ini juga
penting dilakukan karena proses penerapan basis akrual secara penuh di Indonesia
dapat berjalan lebih cepat jika usaha pemerintah daerah didukung oleh salah satu
pengguna yaitu anggota DPRD. Harapannya adalah penerapan basis akrual secara
penuh di Indonesia dapat memenuhi target waktu yang ditetapkan yaitu minimal
pada tahun 2014.
2.6 Kerangka Berpikir
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Gambar 1 menjelaskan SAP 2010 merupakan standar yang berlaku untuk
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). SAP ini harus dipahami
oleh aparatur pemerintah daerah karena tingkat pemahaman SAP 2010 oleh aparatur
pemerintah daerah akan berkontribusi menghasilkan LKPD yang berkualitas dan
relevan untuk pengambilan keputusan. Pemahaman anggota DPRD terhadap SAP
berkontribusi mendorong entitas pelaporan (pemerintah daerah) menyediakan
LKPD SAP 2010
Aparatur Pemerintah
Daerah
Anggota
DPRD
Tingkat pemahaman
Tingkat pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
LKPD yang relevan dengan kebutuhan pengguna. Anggota DPRD dapat
menjalankan fungsi pengawasan yang optimal atas laporan pertanggungjawaban
pemerintah daerah jika anggota DPRD meningkatkan pemahaman mereka mengenai
informasi keuangan yang disajikan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif berfokus
pada usaha memahami bagaimana sesuatu terjadi. Menurut Sekaran (2010)
kelebihan metode kualitatif adalah kemampuan menganalisa lingkungan secara
natural. Metode ini digunakan supaya peneliti memahami bagaimana pemerintah
daerah menyiapkan diri dalam implementasi SAP 2010, dan bagaimana proses ini
didukung oleh anggota DPRD.
Cresswell (2010) menjelaskan ada lima tipe penelitian kualitatif yaitu studi
fenomenologi, studi etnografi, grounded theory qualitative research, studi biografi,
dan studi kasus (case study). Studi kasus merupakan salah satu tipe penelitian
kualitatif yang berbeda dengan tipe penelitian yang lain dalam hal analisis yang
intensif atas kasus yang diteliti dan penjelasan suatu unit atau sistem yang dibatasi
ruang dan waktu.
Merriam dalam Hancock dan Bob (2006) menyatakan bahwa kelebihan studi
kasus adalah hasil studi kasus dapat mempengaruhi kebijakan, prosedur, dan
penelitian yang akan datang. Studi kasus dipilih dalam penelitian ini dengan maksud
hasil studi dapat mempengaruhi kebijakan penerapan SAP 2010 yang saat ini sedang
berjalan. Penelitian ini bersifat single case karena data yang diperoleh berasal dari
satu pemerintahan Kota Surakarta. Data tersebut telah cukup untuk menjawab tujuan
penelitian. Pandangan ini sesuai dengan Dul dan Tony (2008:31) yang menyatakan
bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
“We distinguish two main types of case study: the single case study, a case study in which data from one instance is enough to achieve the research objective, and the comparative case study, a case study that requires data from two or more instances to achieve the research objective.” Bukti studi kasus diperoleh dari berbagai sumber yaitu dokumen, catatan,
kuesioner, wawancara, observasi, physical artifacts yang merupakan karakteristik
studi kasus (Gillham, 2000). Bukti yang dimaksud dalam studi kasus diabstraksi dan
digabung untuk memberikan jawaban yang memungkinkan atas perumusan masalah
(Hancock dan Bob, 2006).
3.2 Tujuan Penelitian (Research Objective)
Menurut Dul dan Tony (2008) terdapat 2 (dua) jenis penelitian: theory-
oriented research dan practice-oriented research. Theory-oriented research
bertujuan memberi kontribusi pada perkembangan teori, sedangkan practice-
oriented research bertujuan memberi kontribusi pengetahuan pada praktisi untuk
mencari solusi atau mengklarifikasi masalah yang teridentifikasi secara praktis. Dul
dan Tony (2008) menyatakan bahwa theory-oriented research dibagi menjadi 2
(dua) tujuan: mencari bukti empiris untuk menformulasikan proposisi baru (theory-
building research) dan menguji proposisi (theory-testing research). Practice-
oriented research dibagi menjadi 3 (tiga) jenis penelitian. Pertama, jika praktisi
dapat dengan tepat menemukan hubungan antar aspek praktis maka dapat dibangun
suatu hipotesis; penelitian untuk maksud tersebut merupakan hypothesis building
practice-oriented research. Kedua, jika hipotesis tersedia dan diasumsikan dengan
hasil percobaan bahwa hasil pengujian hipotesis dapat menyediakan temuan bagi
praktisi untuk pengambilan keputusan; penelitian untuk maksud itu disebut
hypothesis-testing practice-oriented research. Ketiga, apabila suatu penelitian tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ada hipotesis yang perlu dicari maupun diuji, maka penelitian semacam ini disebut
descriptive practice-oriented research (Dul dan Tony, 2008).
Penelitian ini adalah riset berorientasi praktik (practice-oriented research)
karena bertujuan memberi kontribusi pengalaman untuk mencari solusi atau
mengklarifikasi masalah penerapan SAP 2010 melalui pemahaman SAP 2010 oleh
aparatur pemerintah Kota Surakarta dan anggota DPRD Kota Surakarta. Penelitian
dilakukan tanpa perlu menemukan dan menguji hipotesis, dengan pertimbangan
penentuan hipotesis akan membatasi penelitian, padahal penulis bermaksud
mengeksplorasi pemahaman dan kendala penerapan SAP 2010.
3.3 Strategi Penelitian (Research Strategy)
Strategi penelitian ini adalah descriptive case study. Studi kasus deskriptif
dipilih karena variabel yang merupakan syarat agar implementasi SAP 2010 dapat
berjalan dengan baik tidak dapat diketahui sebelumnya melainkan harus dicari
dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pandangan Dul dan Tony (2008:276)
sebagai berikut:
“Because the elements of which this best practice should consist were not yet known and, therefore, must be discovered in this research, and also because finding and describing a design does not involve the discovery and testing of causal relations between variables, a descriptive case study was appropriate.”
Strategi penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. mendeskripsikan obyek penelitian,
2. mendeskripsikan hasil kuesioner dengan pernyataan partisipan,
3. mendeskripsikan dokumen yang ditemukan selama melakukan penelitian,
4. mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu,
5. mendeskripsikan teori yang relevan dengan penelitian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6. mendeskripsikan temuan penelitian dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
3.4 Pengumpulan Data (Data Collection)
Aparatur pemerintah kota Surakarta yang bertanggungjawab dalam bidang
penyusunan laporan keuangan di dinas pemerintahan kota Surakarta menjadi
partisipan penelitian untuk memperoleh data tingkat pemahaman aparatur
pemerintah kota Surakarta terhadap standar akuntansi berbasis akrual (SAP 2010).
Pemahaman anggota DPRD kota Surakarta terhadap standar akuntansi berbasis
akrual diperoleh dengan melibatkan anggota DPRD komisi III dan anggota badan
anggaran.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara langsung
(semi-terstruktur). Wawancara langsung dilakukan untuk mengurangi
kekurangpahaman partisipan atas pertanyaan yang disiapkan. Data tambahan juga
didapatkan dari dokumen pendukung.
Desain kuesioner dilakukan dengan memodifikasi kuesioner Harun (2008)
sesuai pernyataan SAP 2010. Kuesioner Harun (2008) terdiri dari: tingkat
pemahaman, tingkat persiapan, pelaksanaan SAP 2005 dan faktor-faktor
penghambat pelaksanaan SAP 2005. Pilihan tingkat persetujuan partisipan
berdasarkan skala Likert 1 sampai 5. Angka 1 menunjukkan sangat setuju,
sedangkan 5 menunjukkan sebaliknya. Untuk mendapatkan data tingkat pemahaman
SAP 2005, Harun (2008) memberikan contoh pernyataan: “Saya memiliki
pengetahuan memadai tentang tujuan SAP 2005”. Pada tingkat persiapan diberikan
pernyataan sebagai berikut: “Di instansi saya telah disiapkan staf khusus untuk
mendukung pelaksanaan SAP 2005”. Tingkat Pelaksanaan SAP 2005 diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pernyataan: “Instansi kami telah mampu menyusun laporan keuangan berdasar SAP
2005 tanpa bantuan pihak luar”. Pernyataan kendala SAP 2005 meliputi: pendidikan
staf yang tidak sesuai, kurangnya pengalaman, fasilitas yang minim, rendahnya
komitmen pimpinan, sistem yang sulit dipahami dan kurangnya sosialisasi sistem
baru.
Modifikasi kuesioner yang dilakukan penulis berdasarkan penelitian Harun
(2008) didasarkan pernyataan SAP 2010 yang terdiri dari pemahaman umum,
pemahaman struktur, pelaksanaan dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan SAP
tersebut. Pernyataan pemahaman umum yang dimodifikasi yaitu: “Saya memiliki
kemampuan analisis yang baik atas Laporan Operasional, Neraca, LRA, Laporan
Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan CaLK (Catatan
atas Laporan Keuangan).”
Pemahaman struktur SAP 2010 diturunkan dari kerangka konseptual SAP
2010 meliputi penyajian informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
entitas pelaporan dengan pernyataan di bawah ini:
1. Saya paham SAP 2010 berbasis akrual untuk mengakui pendapatan, beban,
aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial.
2. Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai posisi dan perubahan
posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah.
3. Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi.
4. Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi
terhadap anggarannya.
5. Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
6. Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah
untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah.
7. Saya paham aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadi
transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
8. Saya paham bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh
pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
9. Saya paham bahwa beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
10. Saya paham laporan operasional menyajikan informasi beban akrual yang
dapat digunakan untuk menghitung biaya per program atau kegiatan
pelayanan, dan juga memprediksi pendapatan sehingga bisa mengevaluasi
kinerja pemerintah daerah.
Tahap pelaksanaan dan faktor penghambat pelaksanaan SAP 2010 masih
mengacu Harun (2008). Penelitian ini berusaha melibatkan peran anggota DPRD
kota Surakarta yang belum dilakukan oleh penelitian sebelumnya, oleh karena itu
kuesioner diturunkan dari kerangka konseptual SAP 2010 dengan pernyataan
sebagai berikut:
1. Saya paham SAP 2010 berbasis akrual untuk mengakui pendapatan, beban,
aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial.
2. Saya paham adanya indikasi bahwa sumber daya telah diperoleh dan
digunakan sesuai dengan anggaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Saya paham adanya indikasi bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan
sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh
DPRD.
4. Saya paham laporan operasional menyajikan informasi beban akrual yang
dapat digunakan untuk menghitung biaya per program atau kegiatan
pelayanan, dan juga memprediksi pendapatan sehingga bisa mengevaluasi
kinerja pemerintah daerah.
5. Saya memahami pelaporan pemerintah daerah sesuai SAP telah sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
6. Saya memahami pelaporan pemerintah daerah sesuai SAP relevan untuk
penyusunan RAPBD.
Skala Likert digunakan untuk menunjukkan 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 4
(tidak setuju) dan 5 (sangat tidak setuju). Skala 3 (netral atau tidak menjawab)
dihilangkan untuk menghindari bias penelitian.
3.5 Analisis Data
Data ditabulasi dan dianalisis dengan general descriptive analysis. Analisis
data seperti ini pernah dilakukan oleh Harun (2008). Hasil kuesioner dinyatakan
dalam score (quantitative data). Interpretasi atas score untuk menjawab rumusan
masalah didasarkan catatan pernyataan partisipan melalui wawancara semi-
terstruktur (qualitative data). Hal ini sesuai pernyataan Dul dan Tony (2008:33) di
bawah ini:
“Although in a case study quantitative data can be used to generate the scores to be analysed, the interpretation of scores of the (small number of ) cases in order to generate the outcome of the study is done qualitatively (by visual inspection) and not statistically.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Data kualitatif dianalisis dengan mereduksi data: mengkode dan
mengkategorikan data (Sekaran:2010). Reduksi data merupakan suatu proses
pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi data dapat dilakukan dengan membuat ringkasan dan menelusur
tema (Prastowo, 2012). Pernyataan partisipan yang diperoleh dari wawancara semi-
terstruktur direduksi dengan menggolongkan dalam suatu tema tertentu. Pernyataan
partisipan tentang SAP 2010 digolongkan dalam tema pemahaman umum,
pemahaman struktur, pelaksanaan dan faktor penghambat pelaksanaan SAP 2010.
Reduksi data semacam ini merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
3.6 Keabsahan dan Keandalan Data (Validity and Reliability)
Keabsahan data (Validity) adalah proses bagaimana mengukur apa yang ingin
kita ukur. Keandalan data (Reliability) adalah bagaimana hasil penelitian jika
dilakukan oleh peneliti lain memberikan hasil yang sama (Sekaran, 2010).
Keabsahan dan keandalan data penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Membandingkan data kuantitatif yang berasal dari kuesioner dengan data
kualitatif yang berasal dari wawancara semi-terstruktur (pernyataan
partisipan).
2. Membandingkan data dengan dokumen pendukung yang ditemukan selama
melakukan penelitian.
3. Meminta masukan, saran, kritik dan komentar dari pembimbing untuk
mengidentifikasi keandalan data, bias dan asumsi penulis serta kelemahan
logika penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4. Mengkaitkan teori untuk menginterpretasi dan menjelaskan data.
5. Mengkaitkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang relevan untuk
menginterpretasi dan menjelaskan data.
3.7 Diagram Alur Penelitian
Proses descriptive practice-oriented research digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Dul, J dan Tony Hak (2008). Case Study Methodology in Business Research. First Edition, pp 302.
Gambar 2 Proses descriptive practice-oriented research
Berdasarkan gambar 2, descriptive practice-oriented research dipilih dalam
penelitian ini dengan pertimbangan variabel yang merupakan syarat agar
implementasi SAP 2010 dapat berjalan dengan baik, tidak dapat diketahui
sebelumnya (unknown variable) melainkan harus dicari dalam penelitian ini.
Descriptive Research
Unknown Variable
Specific Research Objective
Comparative Case Study
Variable defined
Contribution to a practitioner’s knowledge
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tujuan penelitian yang bersifat khusus (Specific Research Objective) telah
disebutkan dalam tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman
aparatur pemerintah daerah dan anggota DPRD terhadap standar akuntansi berbasis
akrual. Maka penulis membuat diagram alur penelitian sebagai berikut:
Gambar 3 Diagram Alur Penelitian
Gambar 3 menunjukkan alur penelitian yang dilakukan penulis. Penulis
mengeksplorasi pemahaman aparatur pemerintah kota Surakarta terhadap SAP
2010. Bersamaan dengan kegiatan itu, dilakukan eksplorasi pemahaman anggota
DPRD ota Surakarta terhadap SAP 2010. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
melalui general descriptive analysis. Hasil analisis data dibandingkan dengan
Mulai
Pemahaman SAP 2010 oleh
Aparatur Pemerintah Kota
Surakarta
Pemahaman SAP 2010
oleh anggota DPRD Kota
Surakarta
Selesai
Pemerintah Daerah
Anggota DPRD
Analisis Data
Selesai
Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
penelitian studi kasus yang pernah dilakukan (comparative case study) dan
dikaitkan dengan teori yang relevan. Bukti empiris berupa kenyataan sosial
penerapan SAP 2010 ditemukan (variable defined), selanjutnya variabel tersebut
dideskripsikan untuk memberi solusi yang berimplikasi praktik. Dengan demikian
tujuan penelitian ini telah tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Obyek Penelitian
Sasaran penelitian adalah aparatur pemerintah yang bekerja di unit organisasi
(dinas pemerintah) kota Surakarta. Unit organisasi tersebut harus menggunakan
standar akuntansi berbasis akrual sebagai basis penyusunan dan penyajian laporan
keuangan di instansi mereka. Sasaran penelitian terhadap anggota dewan ditujukan
kepada anggota DPRD komisi III dan anggota badan anggaran DPRD kota
Surakarta.
4.1.2 Pengumpulan Data Partisipan
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara langsung
(wawancara semi-terstruktur) terhadap partisipan. Kegiatan tersebut berlangsung
selama 2 bulan yaitu Juni dan Juli 2012. Wawancara langsung dilakukan untuk
mengurangi kekurangpahaman partisipan atas pertanyaan yang disiapkan. Penulis
mencatat respon berupa pernyataan yang diberikan partisipan dan membaca
dokumen pendukung yang ditemukan selama melakukan penelitian.
Sebanyak 15 instansi yang ada di Kota Surakarta, 3 instansi menyatakan tidak
bersedia menjawab kuesioner. Dari 12 instansi yang tersisa masing-masing hanya
bersedia menunjuk 1 orang yang dianggap memahami atau memiliki pengetahuan di
bidang akuntansi. Keduabelas instansi itu adalah:
1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA).
3. Dinas Kesehatan.
4. Dinas Pertanian.
5. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi.
6. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah.
7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
8. Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
9. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.
10. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
11. Dinas Pekerjaan Umum.
12. Dinas Pengelolaan Pasar.
Aparatur pemerintah kota Surakarta yang bersedia memberikan pernyataan
SAP 2010 melalui wawancara semi-terstruktur ada 8 partisipan yaitu P1, P2, P3,
P4, P5, P6, P7 dan P8. Partisipan yang bisa memberikan pernyataan melalui
wawancara mendalam (indepth interview) tentang SAP ada dua: partisipan P7 dan
partisipan P8. Anggota DPRD kota Surakarta yang bersedia menjawab kuesioner
berjumlah 10 orang, terdiri dari 5 orang anggota DPRD komisi III dan 5 orang
anggota dewan dari badan anggaran. Anggota dewan yang bersedia memberikan
pernyataan SAP 2010 melalui wawancara semi-terstruktur ada 6 orang (D1, D2, D3,
D4, D5 dan D6), tetapi hanya 1 anggota dewan (D4) yang bisa memberikan
pernyataan melalui wawancara mendalam (indept interview). Respon pemahaman
SAP berupa pernyataan dari partisipan dicatat oleh penulis ketika wawancara
berlangsung, hal ini dikarenakan partisipan merasa lebih nyaman menjawab
pertanyaan wawancara dalam kondisi tidak direkam selama memberikan pernyataan
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4.1.3 Pendidikan Partisipan
Berdasarkan informasi, diperoleh profil umum pendidikan partisipan (Tabel 2)
sebagai berikut:
Tabel 2 Pendidikan Partisipan
Item informasi Instansi DPRD
Pendidikan Sarjana 10 10 Pendidikan Sarjana Akuntansi dan berpengalaman akuntansi di perusahaan dan akuntan publik 2
Jumlah 12 10 Sumber: data primer diolah
Aparatur pemerintah kota Surakarta yang bertanggungjawab dalam bidang
penyusunan laporan keuangan berjumlah 12 orang, tetapi hanya 2 orang aparatur
pemerintah kota Surakarta yang berpendidikan sarjana akuntansi dan memiliki
pengalaman dalam bidang akuntansi di dunia usaha dan akuntan publik sebelum
menjadi pegawai negeri. Sepuluh anggota DPRD kota Surakarta secara keseluruhan
berpendidikan sarjana namun tidak memiliki latar belakang pendidikan sarjana
akuntansi.
4.1.4 Pengalaman di Bidang Akuntansi dan Keuangan
Keahlian akuntansi aparatur pemerintah kota Surakarta diperoleh dengan
terlibat langsung dalam bidang pengelolaan akuntansi dan keuangan di instansi
mereka. Tabel 3 menunjukkan lama waktu mereka memiliki pengalaman di bidang
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 3 Pengalaman Di Bidang Akuntansi dan Keuangan
Item informasi Instansi DPRD
1 sampai 5 tahun 5 0
5 sampai 10 tahun 3 0
lebih dari 10 tahun 4 0
Jumlah 12 0 Sumber: data primer diolah
Tabel 3 menjelaskan aparatur pemerintah kota Surakarta yang memiliki
pengalaman di bidang akuntansi dan keuangan kurang dari lima tahun ada 5 orang,
antara lima sampai sepuluh tahun sebanyak 3 orang, dan lebih dari sepuluh tahun
sebanyak 4 orang. Anggota DPRD kota Surakarta tidak ada yang memiliki
pengalaman dalam bidang akuntansi dan keuangan.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta terhadap SAP 2010
Data ditabulasi dan dianalisis dengan general descriptive analysis. Analisis
data seperti ini pernah dilakukan oleh Harun (2008). Hasil kuesioner dinyatakan
dalam score (quantitative data). Interpretasi atas score untuk menjawab rumusan
masalah didasarkan catatan pernyataan partisipan melalui wawancara semi-
terstruktur (qualitative data). Data juga dianalisis dengan dokumen pendukung.
Kuesioner pemahaman aparatur pemerintah Kota Surakarta terhadap standar
akuntansi berbasis akrual meliputi: pemahaman umum SAP 2010, pemahaman
struktur isi SAP 2010, pelaksanaan SAP 2010 dan faktor penghambat SAP tersebut.
Hasil kuesioner pemahaman umum SAP 2010 oleh aparatur pemerintah kota
Surakarta terlihat pada tabel 4 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Pemahaman Umum SAP 2010)
No Pernyataan Dari 12 partisipan
Setuju Tidak setuju
1 Saya memiliki pengetahuan memadai tentang tujuan SAP 2010. 3 (25%)
9 (75%)
2 Saya memiliki analisa yang baik atas Laporan Operasional, Neraca, LRA, Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan CALK
4 (33%)
8 (67%)
3 Saya paham sepenuhnya konsekuensi tidak tersusunnya Laporan Keuangan instansi sesuai SAP 2010
12 (100%)
Sumber: data primer diolah
Tabel 4 menunjukkan 75% aparatur yang mewakili masing-masing instansi
belum memiliki pengetahuan yang memadai atas tujuan SAP 2010. Para partisipan
dalam jumlah yang hampir sama, tidak mengerti struktur informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan. Informasi tersebut konsisten dengan jawaban mereka
dalam hal kemampuan analisis yang sangat rendah atas unsur laporan keuangan
(33%). Hasil ini didukung dengan wawancara berikut:
“Saya tidak mengetahui kalau ada SAP 2010. Saya juga tidak memahami apa yang dimaksud standar akuntansi berbasis akrual.” P2
“Sepengetahuan Saya, basis akrual hanya cocok untuk diterapkan dalam perusahaan komersial, mengapa hal ini seolah dipaksakan dalam akuntansi pemerintahan? yang penting dalam pekerjaan Saya adalah kemampuan untuk bisa mempertanggungjawabkan anggaran untuk kemudian membuat pelaporan yang diminta atasan; dan yang terpenting lagi adalah Saya tidak menggunakan uang negara.” P6 Namun hal yang menarik dalam laporan ini adalah mereka paham sepenuhnya
konsekuensi yang mereka hadapi jika tidak menyusun laporan keuangan pemerintah
daerah sesuai SAP.
Pemahaman aparatur pemerintah kota Surakarta terhadap struktur SAP 2010
ditunjukkan tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 5 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Pemahaman struktur SAP 2010)
No Pernyataan Dari 12 partisipan
Setuju Tidak setuju
1 Saya paham SAP 2010 berbasis akrual untuk mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial.
4 (33%)
8 (67%)
2 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai posisi dan perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah.
7 (58%)
5 (42%)
3 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi.
8 (67%)
4 (33%)
4 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya. 8 (67%) 4 (33%)
5 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.
7 (58%)
5 (42%)
6 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
4 (33%)
8 (67%)
7 Saya paham aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadi transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, dan akun-akun yang dimaksud telah dicatat sesuai ketentuan SAP 2010.
8 (67%)
4 (33%)
8 Saya paham bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan, dan pendapatan yang dimaksud telah diakui sesuai ketentuan dalam SAP 2010.
3 (25%)
9 (75%)
9 Saya paham bahwa beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan, dan beban yang dimaksud telah diakui sesuai ketentuan SAP 2010.
2 (17%) 10 (83%)
10 Saya paham laporan operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung biaya per program/kegiatan pelayanan, dan juga memprediksi pendapatan sehingga bisa mengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
2 (17%)
10(83%)
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel 5 struktur SAP 2010 hanya dipahami oleh 4 partisipan
(33%). Basis akrual dilaksanakan untuk aset, kewajiban dan ekuitas (67%). Hasil ini
didukung dengan indepth-interview sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
“Pemerintah Kota Surakarta melaksanakan SAP 2010 terutama pada lampiran II yaitu Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual untuk kemudian secara bertahap akan melaksanakan basis akrual secara penuh. Pendapatan masih berbasis kas dimana pendapatan diakui pada saat diterima Bendahara di RKUD untuk seluruh transaksi SKPD. Terkait dengan beban akrual belum bisa dilakukan karena belum adanya peraturan walikota yang terkait dengan petunjuk teknis pelaksanaan.” P1 “Software keuangan sudah sangat terbantu dengan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA Keuangan). Akuntansi berbasis akrual hanya dilaksanakan untuk aset, kewajiban dan ekuitas. Dengan catatan untuk aset perolehannya bukan hanya berdasar harga perolehan yang tercantum namun seluruh pembiayaan, termasuk di dalamnya honor panitia. Secara umum masih mengacu pada PP No 24 tahun 2005. Beban seperti depresiasi dan penghapusan gedung masih belum diberlakukan. Belum adanya executive summary supaya pelaporan praktis dan memberi pemahaman yang sama.” P7 Respon P1 dan P7 ini diberikan karena adanya Peraturan Walikota Surakarta
No. 17 Tahun 2011 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Surakarta.
Peraturan Walikota Surakarta tersebut memuat kerangka konseptual bahwa basis
akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah basis
kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, sedangkan basis akrual dipakai untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dana dalam neraca. d-PK01
Informasi tambahan atas penerapan basis akrual pada pendapatan dan belanja
diperoleh dari dokumen pendukung berupa Kebijakan Akuntansi Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, yang
memuat pernyataan bahwa entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-pos aset dan
kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual dan menyajikan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas. Bentuk laporan keuangan pemerintah
Kota Surakarta dikonversi dari Permendagri 13 Tahun 2006 ke PP No 24 Tahun
2005. d-PK03
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Kehadiran dokumen tersebut mendukung pernyataan:
“Saya tidak melihat kelebihan SAP 2010 dibandingkan dengan SAP 2005.” P1
Hal ini mempengaruhi pelaksanaan penerapan standar akuntansi berbasis
akrual di instansi pemerintahan kota Surakarta seperti terlihat pada tabel 6 di bawah
ini:
Tabel 6 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Pelaksanaan SAP 2010)
No Pernyataan Dari 12 partisipan
Setuju Tidak setuju
1 Instansi telah mampu menyusun laporan keuangan berdasar SAP 2010 tanpa bantuan pihak luar. 8 (67%) 4 (33%)
2 Instansi telah mampu menyusun laporan keuangan berdasar SAP 2010 dengan kerjasama dengan pihak luar. 4 (33%) 8 (67%)
3 Secara rutin laporan keuangan daerah disajikan tepat waktu
12 (100%)
4 SAP 2010 memerlukan kerumitan teknis penyusunan
9 (75%)
3 (25%) 5 Belum pernah ada teguran keterlambatan laporan keuangan
10 (83%)
2 (17%)
Sumber: data primer diolah
Tabel 6 menunjukkan bahwa instansi mereka telah mampu menyusun laporan
keuangan secara mandiri (67%), sehingga tidak perlu bekerjasama dengan pihak
luar. Jawaban 33% partisipan menyatakan masih butuh bantuan pihak luar, hal ini
dilakukan melalui konsultasi dengan BPKP atau konsultasi antar aparatur di dinas
lain yang dinilai lebih kompeten terutama DPPKA.
“Secara pribadi Saya masih sering berkonsultasi dengan rekan kerja di DPPKA terutama P1, selain itu juga berkonsultasi dengan BPKP.” P8
Laporan keuangan secara rutin bisa disajikan tepat waktu meskipun terdapat
kerumitan teknis penyusunan (75%).
Faktor penghambat pelaksanaan SAP terlihat pada tabel 7 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 7 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Faktor Penghambat SAP 2010)
No Pernyataan Dari 12 partisipan
Setuju Tidak setuju
1 Pendidikan staf yang tidak sesuai
10 (83%)
2 (17%)
2 Kurangnya pengalaman
11 (92%)
1 (8%)
3 Fasilitas yang minim
12 (100%)
4 Sistem yang sulit dipahami
9 (75%)
3 (25%)
5 Rendahnya komitmen pimpinan
9 (75%)
3 (25%)
6 Kurangnya sosialisasi sistem yang baru
10 (83%)
2 (17%)
7 Tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP 2010 yang baik.
9 (75%)
3 (25%) Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel 7 hal yang dianggap sebagai faktor penghambat
pelaksanaan SAP 2010 antara lain fasilitas yang minim dan keterbatasan sumber
daya manusia (pendidikan staf yang tidak sesuai dan kurangnya pengalaman). Hasil
ini didukung pernyataan P1 yang mengemukakan bahwa: “Hambatan yang paling
utama tetap pada kesiapan sumber daya manusia (SDM). Pernyataan partisipan P1
didukung oleh partisipan P2 dan P7 sebagai berikut:
“Keterbatasan sumber daya manusia dipastikan ada, bahkan bidan atau perawat sudah biasa merangkap sebagai pengelola keuangan.” P2 “Bekerja di bidang keuangan dan akuntansi harus punya kemauan yang tinggi untuk belajar. Sulitnya regenerasi di instansi ini adalah banyaknya staf dengan pendidikan yang tidak sesuai. Secara kuantitas tenaga sudah banyak dan cukup, namun tidak kompeten. Walaupun sudah tidak kompeten, yang justru disayangkan adalah keengganan untuk belajar.” P7
Tabel 7 juga menunjukkan kurangnya sosialisasi sistem baru sebagai faktor
penghambat yang penting (83%), akibatnya, sistem baru menjadi sulit dipahami
(75%). Kurangnya sosialisasi ini disebabkan oleh rendahnya komitmen pimpinan
(75%) dan ketiadaan anggaran pelatihan dan sosialisasi SAP 2010. Ketiadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
anggaran mengakibatkan tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP yang baik
(75%). Hasil ini didukung indept-interview di bawah ini:
“…meskipun demikian pemahaman secara internal dilakukan dengan upgrading seluruh staf DPPKA dalam hal pengelolaan aset dan keuangan. Hambatan lain keinginan upgrading tersebut justru dikarenakan anggaran yang terbatas. Anggaran pelatihan ini hanya 2 kali setahun, padahal seharusnya lebih dari itu. Memang Kota Surakarta meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan sebagai reward-nya mendapat insentif dari pemerintah pusat, namun insentif kepada aparatur sama sekali tidak ada.” P1 Pelatihan dan sosialisasi SAP 2010 diperlukan karena partisipan P5
memberikan pernyataan: “Memang dalam diklat pernah dijelaskan basis akrual, tapi
setelah diklat Saya tetap saja tidak memahami apa yang dimaksud dengan basis
akrual itu.”
4.2.2 Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta terhadap SAP 2010
Kuesioner pemahaman anggota DPRD kota Surakarta terhadap standar
akuntansi berbasis akrual meliputi: pemahaman umum SAP 2010, pemahaman
struktur isi SAP 2010, dan faktor penghambat SAP tersebut. Pemahaman umum
SAP 2010 oleh anggota dewan ditunjukkan tabel 8 berikut:
Tabel 8 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta
terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Pemahaman Umum SAP 2010)
No Pernyataan Dari 10 partisipan
Setuju Tidak Setuju
1 Saya memiliki pengetahuan memadai tentang tujuan SAP 2010.
2 (20%)
8 (80%)
2 Saya memiliki pengetahuan atas laporan keuangan pemerintah daerah
7 (70%)
3 (30%)
3 Saya memiliki analisa yang baik atas Laporan Operasional, Neraca, LRA, Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan CALK
3 (30%)
7 (70%)
Sumber: data primer diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 8 menunjukkan pemahaman SAP 2010 oleh anggota dewan hanya
dipahami 2 partisipan (20%), walaupun mereka memiliki pengetahuan atas laporan
keuangan pemerintah daerah. Informasi tersebut konsisten dengan jawaban mereka
dalam hal kemampuan analisis yang sangat rendah atas unsur laporan keuangan
(30%). Hasil ini didukung dengan wawancara berikut:
“Saya tidak selalu harus memahami apa yang dimaksud dengan basis akrual, yang penting daya serap anggaran termasuk dalam kategori bagus, sangat bagus, lumayan, atau kurang bagus. Saya akan mempelajarinya nanti setelah basis yang dimaksud dilaksanakan.” D3
Pendapat anggota dewan D3 tersebut bertentangan dengan pernyataan di
bawah ini:
“Memang komitmen untuk memahami standar akuntansi berbasis akrual dikembalikan pada komitmen pribadi untuk punya kemauan untuk belajar, karena yang diharapkan oleh pimpinan adalah bahwa setiap pribadi anggota dewan tidak tergantung pada pimpinan dewan.” D2
Partisipan D2 menambahkan: “Setiap komisi diberikan pedoman tentang SAP
sebelum tembusan laporan keuangan pemerintah daerah diterima.” Meskipun
pedoman SAP telah diberikan kepada setiap komisi, hanya 20% anggota dewan
yang memahami SAP, hal ini dikarenakan bahasa akuntansi SAP 2010 ternyata sulit
untuk dipahami.
“Menurut Saya, bahasa akuntansi dalam SAP 2010 ini terlalu tinggi untuk level praktis.” D4
Pernyataan D4 ini membawa dampak hasil pemahaman anggota DPRD kota
Surakarta terhadap struktur isi SAP 2010 seperti disajikan tabel 9 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 9 Hasil Studi Tingkat Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta
terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Pemahaman Struktur isi SAP 2010)
No Pernyataan Dari 10 partisipan
Setuju Tidak Setuju
1 Saya paham SAP 2010 berbasis akrual untuk mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial. 2 (20%) 8 (80%)
2 Saya paham adanya indikasi bahwa sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran.
7 (70%)
3 (30%)
3 Saya paham adanya indikasi bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPRD.
6 (60%)
4 (40%)
4 Saya paham laporan operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung biaya per program/kegiatan pelayanan, dan juga memprediksi pendapatan sehingga bisa mengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
3 (30%)
7 (70%)
5 Saya memahami pelaporan pemerintah daerah sesuai SAP telah sesuai dengan kebutuhan pengguna
8 (80%)
2 (20%)
6 Saya memahami pelaporan pemerintah daerah sesuai SAP relevan untuk penyusunan RAPBD 8 (80%) 2 (20%)
Sumber: data primer diolah
Anggota dewan mayoritas (80%) tidak memahami basis akrual tetapi mereka
dapat memahami indikasi bahwa sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai
anggaran (Tabel 9). Hasil ini didukung dengan pernyataan di bawah ini:
“Sumber daya digunakan sesuai anggaran karena telah sesuai dengan Laporan Realisasi Anggaran (LRA).” D5 “Sinkronisasi anggaran dilimitkan sehingga tidak terbebani utang, sebagaimana keinginan Bapak walikota yang menginginkan zero defisit, artinya diusahakan penerimaan sama dengan pengeluaran.” D3 Hasil tabel 9 juga didukung indepth interview berikut:
“Secara program sudah bagus, tapi secara teknis harus ada perbaikan oleh pemerintah kota (Pemkot). Salah satunya melalui transparansi dengan membuka akses informasi publik atas program yang berjalan mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawaban. Sebagai contoh pelaksanaan program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Solo (BPMKS) yang masih rentan terhadap penyimpangan dan penyelewengan karena kurang transparan dan akuntabel. Masalah yang muncul dalam pelaksanaan BPMKS misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dimulai dari tidak adanya jaminan keberlangsungan program karena anggaran masuk belanja tidak langsung melalui bantuan sosial (bansos) dan hibah, payung hukum peraturan walikota (perwali) yang bisa berubah setiap saat, mekanisme pendaftaran berbelit, prosedur pendanaan yang rumit dan pencairan yang tidak tepat waktu. “ D4
Partisipan D4 juga menambahkan pernyataan: “Bagaimana nanti kalau basis
akrual diterapkan, sedangkan dengan basis kas saja masih banyak persoalan yang
harus dibenahi.”
Pernyataan ini memerlukan bimbingan teknis untuk mengklarifikasi persoalan
yang timbul atas penerapan SAP 2010.
“Sejauh ini belum ada bimbingan teknis yang mengarah ke basis akrual, bagaimana lagi anggarannya tidak ada.” D1 Selain faktor anggaran seperti disampaikan D1, terdapat beberapa faktor
penghambat pemahaman standar akuntansi berbasis akrual oleh anggota dewan
sebagaimana ditunjukkan tabel 10 berikut:
Tabel 10
Hasil Studi Tingkat Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta terhadap Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Faktor Penghambat SAP 2010)
No Pernyataan Dari 10 partisipan
Setuju Tidak setuju
1 Pendidikan anggota DPRD tidak berlatarbelakang akuntansi
7 (70%)
3 (30%)
2 Anggota DPRD kurang berpengalaman tentang akuntansi pemerintahan
9 (90%)
1 (10%)
3 Tidak ada pelatihan akuntansi pemerintahan
3 (30%)
7 (70%) 4 Rendahnya komitmen pimpinan dewan
2 (20%)
8 (80%)
5 Kurangnya sosialisasi sistem yang baru
9 (90%)
1 (10%) Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel 10 anggota dewan (70%) mengakui bahwa pendidikan
anggota dewan tidak berlatarbelakang akuntansi dan kurang berpengalaman tentang
akuntansi pemerintahan (90%). Mereka menyatakan ada pelatihan akuntansi
pemerintahan dan komitmen pimpinan dewan yang mendukung hal ini. Kurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sosialisasi masih dianggap sebagai faktor penghambat yang menimbulkan
ketidakpahaman (90%). Hasil ini didukung oleh pernyataan di bawah ini:
“Sejauh ini sosialisasi belum dirasakan. Pendekatan accrual basis saya dukung dengan syarat harus dalam kerangka menciptakan good governance, lebih transparan dan memperkecil ruang gerak kolusi, korupsi dan nepotisme.” D6 “Saat ini kita mencoba agar anggaran seefisien mungkin, akan lebih baik jika UNS selaku perguruan tinggi yang dianggap tahu hal ini menyelenggarakan pelatihan atau sosialisasi bekerjasama dengan kementrian dalam negeri lalu mengundang anggota dewan.” D1
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Surakarta terhadap
SAP
Berdasarkan tabel 4, sebanyak 12 partisipan aparatur pemerintah kota
Surakarta, 9 orang (75%) diantara mereka belum memiliki pengetahuan yang
memadai atas tujuan SAP 2010, ini berarti hanya 3 partisipan yang memiliki
pengetahuan memadai tentang SAP. Jawaban ini konsisten dengan pernyataan
partisipan P2 yang tidak tahu adanya SAP 2010. Partisipan P6 bahkan menyatakan
bahwa basis akrual hanya cocok untuk perusahaan (sektor komersial). Menurut
partisipan P6 basis akrual seolah dipaksakan dalam akuntansi pemerintahan.
Tabel 5 menunjukkan struktur SAP 2010 hanya dipahami oleh 4 partisipan
(33%). Basis akrual dilaksanakan untuk aset, kewajiban, dan ekuitas (67%). Hasil
ini didukung pernyataan P1 yang mengemukakan bahwa Pemerintah Kota Surakarta
melaksanakan SAP 2010 terutama pada lampiran II yaitu Akuntansi Berbasis Kas
Menuju Akrual untuk kemudian secara bertahap menuju akrual penuh. Pendapatan
dan beban akrual belum bisa dilaksanakan karena belum adanya peraturan walikota
yang memuat petunjuk teknis pelaksanaan. Peraturan Walikota No 17 Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
telah menjadikan PP No. 71 tahun 2010 sebagai dasar hukum, tetapi muatan
kebijakan akuntansi di dalamnya masih mengacu pada PP No 24 Tahun 2005.
Dokumen Kebijakan Akuntansi BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
memuat bentuk laporan keuangan pemerintah Kota Surakarta yang dikonversi dari
Permendagri 13 Tahun 2006 ke PP No 24 Tahun 2005. Hal ini mengakibatkan
pemahaman SAP 2010 dianggap kurang perlu dipahami karena partisipan tidak
mengerti kelebihan SAP 2010 daripada SAP 2005.
Berdasarkan tabel 6 partisipan menyatakan bahwa instansi mereka telah
mampu menyusun laporan keuangan secara mandiri (67%), sehingga tidak perlu
bekerjasama dengan pihak luar. Laporan keuangan dapat disajikan tepat waktu,
walaupun SAP 2010 masih memerlukan kerumitan teknis penyusunan (75%).
Temuan ini berbeda dengan temuan Harun (2008) yang menyatakan bahwa instansi
memerlukan bantuan pihak luar dalam pelaksanaan SAP, tetapi konsisten dengan
pernyataan Harun (2008) dalam hal kerumitan teknis penyusunan.
Tabel 7 menunjukkan faktor penghambat pelaksanaan SAP 2010 antara lain
fasilitas yang minim dan keterbatasan sumber daya manusia (pendidikan staf yang
tidak sesuai dan kurangnya pengalaman). Faktor penghambat pelaksanaan SAP
masih konsisten dengan penelitian Harun (2008). Berdasarkan tabel 7 partisipan
juga menyatakan kurangnya sosialisasi sistem baru sebagai faktor penghambat
pelaksanaan SAP (83%), akibatnya, sistem baru menjadi sulit dipahami (75%).
Kurangnya sosialisasi ini disebabkan oleh rendahnya komitmen pimpinan (75%)
serta ketiadaan anggaran pelatihan dan sosialisasi SAP 2010. Ketiadaan anggaran
mengakibatkan tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP yang baik (75%).
Partisipan tidak dapat memahami basis akrual hanya dengan satu sampai dua tahap
pelatihan melainkan membutuhkan pelatihan dan sosialisasi yang berkelanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
untuk mencapai pemahaman SAP 2010 yang lebih komprehensif. Ketersediaan
anggaran pelatihan dan sosialisasi dimungkinkan dengan komitmen pimpinan dalam
setiap instansi pemerintahan kota Surakarta yang menyadari perlunya memahami
SAP 2010 secara pribadi maupun organisasi.
Menurut Belkaoui (2006) teori akuntansi ada dua: teori akuntansi deskriptif
(descriptive accounting theory) dan teori akuntansi normatif (normative accounting
theory). Teori akuntansi deskriptif berusaha menjustifikasi apa yang terjadi dengan
mengodifikasikan praktik-praktik akuntansi. Sebaliknya, teori akuntansi normatif
(normative accounting theory) berusaha menjustifikasi apa yang seharusnya terjadi,
bukan apa yang terjadi. Hasil analisa dan pembahasan dalam penelitian ini berusaha
menjustifikasi praktik akuntansi yang dianggap berguna (descriptive accounting
theory), dan berusaha menjustifikasi praktik akuntansi yang seharusnya
dipergunakan (normative accounting theory). Praktik akuntansi yang dianggap
berguna itu adalah pemerintah kota Surakarta melaksanakan SAP 2010 terutama
pada lampiran II yaitu Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual untuk kemudian
secara bertahap akan melaksanakan basis akrual secara penuh. Praktik akuntansi
yang seharusnya digunakan adalah pendapatan dan beban akrual seharusnya bisa
diakui dan disajikan di LO dengan memberikan penjelasan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK), dengan catatan didukung oleh payung hukum peraturan
teknis pelaksanaan SAP 2010.
4.3.2 Tingkat Pemahaman Anggota DPRD Kota Surakarta terhadap SAP
Pemahaman SAP 2010 hanya dipahami 20% anggota dewan walaupun mereka
memiliki pengetahuan atas laporan keuangan pemerintah daerah. Informasi tersebut
konsisten dengan jawaban mereka dalam hal kemampuan analisis yang sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
rendah atas unsur laporan keuangan (Tabel 8). Hasil ini didukung dengan
pernyataan partisipan D3 yang menyatakan pemahaman SAP 2010 dianggap belum
begitu perlu karena secara teknis pelaksanaan SAP 2010 belum sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta.
Berdasarkan tabel 9 diperoleh informasi bahwa anggota dewan mayoritas
(80%) tidak memahami basis akrual tetapi mereka dapat memahami indikasi bahwa
sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai anggaran. Hasil ini sesuai
pernyataan D3 yang mengemukakan bahwa pemahaman indikasi ketaatan anggaran
dilakukan melalui terserap tidaknya anggaran pemerintah kota Surakarta. Partisipan
D5 juga menyatakan bahwa sumber daya yang digunakan oleh pemerintah kota
Surakarta telah sesuai dengan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Pemahaman
basis akrual ditujukan pada akun utang, oleh karena itu sinkronisasi anggaran
dilimitkan supaya pemerintah kota Surakarta tidak terbebani dengan utang
(penerimaan diusahakan sama dengan pengeluaran).
Berdasarkan tabel 10 anggota dewan mengakui bahwa pendidikan anggota
dewan tidak berlatarbelakang akuntansi (70%) dan anggota dewan kurang
berpengalaman tentang akuntansi pemerintahan (90%). Hal ini mengakibatkan
anggota dewan D4 menyatakan bahasa SAP 2010 dianggap terlalu ‘tinggi’ untuk
diterapkan pada level praktis. Hasil ini mendukung pendapat Steward dalam Harun
(2009) yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah sesuai standar yang
berlaku seharusnya disajikan sederhana tanpa mengurangi keakuratan dan
kelengkapan informasi di dalamnya. Apabila laporan keuangan pemerintah bisa
disajikan sederhana berarti laporan tersebut mudah dipahami dari sisi pengguna.
Standar yang berlaku untuk menyusun laporan tersebut seharusnya mudah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dipahami, oleh sebab itu penyederhanaan bahasa akuntansi dalam standar akuntansi
pemerintahan yang berlaku masih diperlukan.
Tabel 10 juga menunjukkan adanya pelatihan akuntansi pemerintahan dan
adanya komitmen pimpinan dewan yang mendukung pemahaman SAP. Hasil ini
sesuai dengan pernyataan D2 yang menyatakan pimpinan dewan menghendaki
komitmen pribadi anggotanya untuk memahami SAP 2010 karena setiap komisi
telah diberikan pedoman SAP 2010 sebelum tembusan laporan keuangan
pemerintah daerah diterima oleh anggota dewan. Ketidakpahaman anggota dewan
disebabkan kurangnya sosialisasi SAP yang berlaku. Partisipan D1 mendukung hal
ini dengan mengemukakan adanya efisiensi anggaran yang menyebabkan anggaran
bimbingan teknis standar akuntansi berbasis akrual belum tersedia. Selain itu,
pimpinan dewan mengharapkan peran perguruan tinggi untuk menjadi bagian proses
penerapan SAP 2010 ini. Berdasarkan pernyataan partisipan D6 diperoleh informasi
bahwa anggota dewan menerima secara terbuka pendekatan accrual basis, dengan
syarat pendekatan yang dimaksud harus dalam kerangka menciptakan good
governance, lebih transparan dan memperkecil ruang gerak kolusi, korupsi dan
nepotisme.
Menurut Belkaoui (2006) teori dana adalah teori yang memberikan
pembatasan terkait dengan penggunaan sumber daya (dana). Penggunaan dana
dibatasi dengan adanya komitmen antara pemberi dana dan organisasi yang
dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Hasil analisis dan pembahasan
pemahaman anggota dewan terhadap SAP 2010 ini mendukung teori dana tersebut.
Pemahaman SAP 2010 memungkinkan anggota dewan memahami indikasi bahwa
sumber daya telah diperoleh dan digunakan oleh pemerintah daerah sesuai batas
anggaran yang ditetapkan (komitmen antara legislatif dan eksekutif). Komitmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
yang terjadi diaplikasikan dengan pemahaman yang benar tentang fungsi, tugas dan
wewenang anggota DPRD serta didukung tingkat pendidikan dan pengalaman di
bidang politik dan pemerintahan yang memadai (termasuk pemahaman SAP 2010).
Pemahaman anggota dewan terhadap SAP menunjukkan kualitas anggota
dewan. Penelitian ini mendukung pendapat Murni (2004) yang menyatakan bahwa
anggota DPR/DPRD harus dapat menunjukkan kualitas dan kemampuan yang ideal
sebagai anggota, supaya anggota dewan dapat melakukan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah secara efektif.
Temuan penelitian ini juga sesuai dengan amanat UU No 27 tahun 2009 pasal
343 dan 344 yang mengamanatkan bahwa anggota DPR/DPRD harus melakukan
fungsi pengawasan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota serta
mempunyai tugas dan wewenang meminta laporan pertanggungjawaban
bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu bentuk laporan
pertanggungjawaban itu adalah LKPD yang disusun sesuai SAP yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bersifat eksploratif dan suatu studi kasus tunggal yang
berorientasi pada praktik. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris berupa
pemahaman aparatur pemerintah Kota Surakarta dan anggota DPRD Kota Surakarta
terhadap standar akuntansi berbasis akrual.
Hasil penelitian yang pertama, tingkat pemahaman aparatur pemerintah kota
Surakarta terhadap SAP 2010 ternyata masih rendah. Kedua, aparatur pemerintah
kota Surakarta telah mampu bekerja secara mandiri dalam melaksanakan SAP ini,
namun partisipan menyatakan masih adanya kerumitan teknis penyusunan
pelaporan. Ketiga, faktor penghambat pelaksanaan SAP berupa fasilitas yang
minim, pendidikan staf yang tidak sesuai, kurangnya pengalaman, kurangnya
sosialisasi dan tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP yang baik, bermuara
pada rendahnya komitmen pimpinan sehingga mengakibatkan kurang
dipertimbangkannya anggaran yang cukup untuk pelatihan dan sosialisasi. Keempat,
belum adanya payung hukum berupa peraturan walikota yang memuat petunjuk
teknis pelaksanaan SAP 2010.
Pemahaman anggota dewan terhadap SAP 2010 juga masih rendah
dikarenakan belum dirasakannya sosialiasi standar akuntansi berbasis akrual, tidak
tersedianya anggaran, serta kurangnya komitmen pribadi anggota dewan untuk
memahami SAP ini. Hal lain yang perlu dikaji adalah diperlukan peran aktif
perguruan tinggi untuk mendukung proses pemahaman SAP 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah yang pertama, data penelitian ini secara
empiris diperoleh dari hasil kuesioner yang diikuti dengan wawancara semi-
terstruktur dengan partisipan aparatur pemerintah kota Surakarta yang
bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan dan anggota DPRD kota
Surakarta, namun data atau informasi yang diperoleh belum melibatkan pihak lain
yang berkepentingan terutama dari pengguna laporan keuangan yang lain seperti
auditor internal, anggota BPKP dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Kedua,
desain kuesioner diambil dari SAP 2010 yang dianggap terlalu ‘tinggi’, oleh karena
itu kurang dipahami di level praktis. Ketiga, hasil kuesioner yang menjadi sumber
analisis dan pembahasan penelitian tidak berasal dari bukti riil berupa pemantauan
langsung (observation) aktivitas obyek penelitian. Beberapa keterbatasan tersebut
perlu menjadi pertimbangan dalam mendesain riset dengan topik yang sama di masa
yang akan datang.
5.3 Rekomendasi
Penelitian ini dapat dijadikan evaluasi atas implementasi standar akuntansi
berbasis akrual di lingkungan pemerintah Kota Surakarta. Terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan agar implementasi SAP 2010 dapat terlaksana dengan baik
yaitu:
1. diperlukan komitmen pribadi dan organisasi untuk memahami SAP 2010,
2. tersedianya anggaran yang memadai untuk pelatihan dan sosialisasi yang terus
berkelanjutan sehingga tercapai pemahaman SAP 2010 yang komprehensif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. penyederhanaan bahasa akuntansi SAP 2010 supaya SAP ini mudah dipahami
dari sisi penyaji dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah,
4. payung hukum berupa peraturan pemerintah daerah yang mengatur petunjuk
teknis pelaksanaan SAP 2010,
5. proses penerapan SAP 2010 harus dilakukan dalam rangka menciptakan good
governance, lebih transparan, serta memperkecil ruang gerak korupsi, kolusi
dan nepotisme,
6. diharapkan adanya peran aktif perguruan tinggi untuk membantu
mempercepat proses penerapan SAP 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
DAFTAR PUSTAKA
Barton, A. 2009. ‘The Use and Abuse of Accounting in Public Sector Financial
Management Reform Program in Australia’, Abacus (vol.45, no.2), pp.221-249.
Belkaoui, Ahmed R. 2006. Teori Akuntansi (terjemahan Accounting Theory 5th ed).
Buku 1, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
(2011) tentang Kebijakan Akuntansi. Caccia dan Steccolini. 2006. ‘Accounting Change in Italian Local Governments:
What’s Beyond Managerial Fashion?’, Critical Perspectives on Accounting (vol.17), pp. 154–174.
Carlin, T. 2005. ‘Debating the Impact of Accrual Accounting and Reporting in
Public Sector’, Financial Accountability & Management (vol. 21, No.3), pp.309-336.
Carnegie dan West. 2005. ‘Making Accounting Accountable in the Public Sector’,
Critical Perspective on Accounting (vol.16), pp.905-928. Christensen, M. 2002. “Accual Accounting in Public Sector: the Case of NSW
Government.” Accounting History (vol.2 no.2), pp.93-124. Christiaens, J., Reyniers, B., dan Rolle, C. 2010. Impact of IPSAS on Reforming
Governmental Financial Information Systems: A Comparative Study. International Review of Administrative Science. Vol. 76, No. 3, pp 537-554.
Cresswell John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Terjemahan dari Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Darrin Grimsey 1, dan Mervyn K. Lewis. 2005. “Are Public Private Partnerships
Value For Money? Evaluating Alternative Approaches and Comparing Academic and Practitioner Views, Accounting Forum 29, pp 345–378.
Dul, Jan dan Tony Hak. 2008. Case Study Methodology in Business Research
Published by Elsevier Ltd. USA. Gilham, Bill. 2000. Case Study Research Methods First Edition, British Library. Guthrie, J. 1998. Application of Accrual Accounting in the Australian Public Sector
– Rhetoric or Reality? Financial Accountability & Management. Vol. 14, No. 1, pp.1-19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Halim, Abdul dan Kusufi Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Hancock, Dawson R dan Bob Algozzine. 2006. Doing Case Study Research : a
Practical Guide for Beginning Researchers. Teachers College, Columbia University, New York.
Harun. 2009. Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat. Harun. 2008. Evaluasi Empiris Terhadap Kapasitas Suatu Pemerintah Daerah dalam
Implementasi Standar Akuntansi Berbasis Akrual. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 8, No. 2, Agustus 2008 pp 113-122.
Harun. 2007. A Note on Obstacles to Public Sector Accounting Reform in
Indonesian, Bulletin of Indonesian Economics Studies (BIES), 43(3) pp 361-71.
Hood, C. 1995. The “New Public Management” in The 1980s: Variations on A
Theme. Accounting, Organizations, and Society, Vol. 20, No. 2/3, pp 93-109. Istemi Demiraq dan Iqbal Khadaroo. 2008. ‘Accountability and Value For Money in
Privat Finance Initiative Contracts, Financial Accountability & Management, 24(4) pp 1-24.
Khadaroo, I. 2007. “The Actual Evaluation of School PFI Bids for Value For
Money in the UK Public Sector,” Critical Perspectives on Accounting (Article in Press) pp 1-25.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. BPK: Opini LKPD Membaik Dibanding
Dua Tahun Lalu (2011) diakses 3 Januari 2012 http://www.ksap.org/berita Lapsley, I., Mussari, R., dan Paulsson, G. 2009. On the Adoption of Accrual
Accounting in the Public Sector: A Self Evident and Problematic Reform. European Accounting Review. Vol. 18, No. 4, pp. 719-723.
Marwata dan Alam, M. 2006. The Interaction Amongst Reform Drivers in
Governmental Accounting Changes. Journal of Accounting and Organizational Change. Vol. 2, No. 2, pp. 144-163.
Medina Consulting: Strategi Penerapan Basis Akrual Secara Penuh di Indonesia
diakses 3 Januari 2012. http://medinamultimitra.com/akuntansi/19-strategi-penerapan-basis-akrual-secara-penuh-di-indonesia
Murni, Sri. 2004. Optimalisasi Peran DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.4, No. 1, Pebruari 2004 pp. 81-93.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Parker dan Guthrie. 1993. ‘The Australian Public Sector in the 1990s: New Accountability Regimes in Motion’, Journal of International Accounting, Auditing & Taxation (vol.2, No.1), pp.59-81.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Cetakan II, Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Walikota Surakarta No. 17 Tahun 2011 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kota Surakarta. Rasono. 2011. Seminar Akuntabilitas Sektor Publik: Peluang dan tantangan. Robinson, P., dan Harun. 2005. Implementing Accrual Regime in The Context
Indonesian Public Sector Accounting Reform (A Case Study). Simposium Riset Ekonomi II, Surabaya 23-24 November 2005, pp. 1-25.
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2010. Research Method for Business, A Skill
Building Approach. Fifth Edition, New York, John Willey&Son Inc. Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Negara. Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang No 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Wijaya F Ibrahim. 2010. The Adoption of IPSASs in Developing Countries: A Case
Study of Indonesia. Tesis tidak dipublikasikan. School of Economics and Commerce, Birmingham University (UK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
KUESIONER
TITIK SETYANINGSIH
STUDI EKSPLORASI TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH DAN ANGGOTA DPRD TERHADAP STANDAR
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL (KASUS DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA)
Alamat kampus: Alamat rumah:
Magister Akuntansi Jl Merbabu Raya No 18 RT 7 RW 8
Fakultas Ekonomi UNS Sabrang Lor, Jebres, Mojosongo
Jl Ir Sutami No 36A Kenthingan Surakarta 57127
Surakarta HP: 0271-7032079
Surakarta, Juni 2012
Kepada Yth…………………..
Dengan hormat,
Kuesioner ini sebagai alat bantu Saya dalam melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pemahaman aparatur pemerintah daerah dan anggota DPRD terhadap standar akuntansi berbasis akrual. Selain untuk membantu meraih program Master di bidang akuntansi, penelitian ini berkontribusi untuk membantu meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan daerah.
Saya sangat mengharapkan respon Bapak/Ibu untuk melengkapi kuesioner ini, dan dapat mengembalikan kuesioner ini dalam waktu 30 menit.
Saya mengucapkan terimakasih telah berkenan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
Titik Setyaningsih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
UNTUK PEMERINTAH DAERAH
Profil Responden
Nama :……………………………………………………
Pekerjaan :……………………………………………………
Jabatan :……………………………………………………
Alamat :……………………………………………………
Jenis Kelamin :……………………………………………………
Pendidikan terakhir :……………………………………………………
Pengalaman kerja dalam bidang akuntansi dan keuangan
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
Lingkarilah pernyataan berikut:
1 = sangat setuju 2= setuju 4= tidak setuju 5= sangat tidak setuju
I. PEMAHAMAN UMUM SAP 2010
No Pernyataan Pilihan
1 Saya memiliki pengetahuan memadai tentang tujuan SAP 2010.
1 2 4 5
2 Saya memiliki analisa yang baik atas Laporan Operasional, Neraca, LRA, Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan CALK
1 2 4 5
3 Saya paham sepenuhnya konsekuensi tidak tersusunnya Laporan Keuangan instansi sesuai SAP 2010
1 2 4 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
II. PEMAHAMAN STRUKTUR ISI SAP 2010
No Pernyataan Pilihan
1 Saya paham SAP 2010 berbasis akrual untuk mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial.
1 2 4 5
2 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai posisi dan perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah.
1 2 4 5
3 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi.
1 2 4 5
4 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya.
1 2 4 5
5 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.
1 2 4 5
6 Saya paham dan bisa menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
1 2 4 5
8 Saya paham bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan, dan pendapatan yang dimaksud telah diakui sesuai ketentuan dalam SAP 2010.
1 2 4 5
9 Saya paham bahwa beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan, dan beban yang dimaksud telah diakui sesuai ketentuan SAP 2010.
1 2 4 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
10 Saya paham laporan operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung biaya per program/kegiatan pelayanan, dan juga memprediksi pendapatan sehingga bisa mengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
1 2 4 5
III. PELAKSANAAN
No Pernyataan Pilihan
1 Instansi telah mampu menyusun laporan keuangan berdasar SAP 2010 tanpa bantuan pihak luar.
1 2 4 5
2 Instansi telah mampu menyusun laporan keuangan berdasar SAP 2010 dengan kerjasama dengan pihak luar.
1 2 4 5
3 Secara rutin laporan keuangan daerah disajikan tepat waktu
1 2 4 5
4 SAP 2010 memerlukan kerumitan teknis penyusunan
1 2 4 5
5 Belum pernah ada teguran keterlambatan laporan keuangan
1 2 4 5
IV. FAKTOR PENGHAMBAT
No Pernyataan Pilihan
1 Pendidikan staf yang tidak sesuai 1 2 4 5
2 Kurangnya pengalaman 1 2 4 5
3 Fasilitas yang minim 1 2 4 5
4 Sistem yang sulit dipahami 1 2 4 5
5 Rendahnya komitmen pimpinan 1 2 4 5
6 Kurangnya sosialisasi sistem yang baru 1 2 4 5
7 Tidak adanya insentif bagi pelaksanaan SAP 2010 yang baik.
1 2 4 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
V. EKSPLORASI PEMAHAMAN SAP 2010
Mohon menjawab pertanyaan ini sesuai pemahaman Bapak/Ibu:
1. Mohon dikemukakan kelebihan mendasar SAP 2010 dibandingkan SAP 2005?
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Bagaimanakah pendapatan akrual telah diakui sesuai SAP 2010?
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Bagaimanakah beban akrual telah diakui sesuai SAP 2010?
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Bagaimana SAP 2010 dapat menjadi standar untuk bisa mengevaluasi kinerja
pemerintah daerah?
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5. Bagaimana asset, kewajiban dan ekuitas dicatat?
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
6. Bagaimana pelaksanaan SAP 2010 di instansi ini? Masihkah sebagian sesuai
SAP 2005 untuk kemudian secara bertahap menuju SAP 2010?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
7. Dari pengalaman Bapak/Ibu mohon adanya komentar tentang SAP 2010 yang
akan diberlakukan secara penuh pada tahun 2014?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Semua pilihan dan jawaban Saya di atas telah Saya sampaikan dengan benar
sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juni 2012
Yang menyatakan, *)
*) Mohon bisa menandatangani dan menulis nama terang Bapak/Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
UNTUK ANGGOTA DPRD
Profil Responden
Nama :……………………………………………………
Pekerjaan :……………………………………………………
Jabatan :……………………………………………………
Alamat :……………………………………………………
Jenis Kelamin :……………………………………………………
Pendidikan terakhir :……………………………………………………
Pengalaman kerja dalam bidang akuntansi dan keuangan
…………………………………………………………………………….
Lingkarilah pernyataan berikut:
1 = sangat setuju
2= setuju
4= tidak setuju
5= sangat tidak setuju
I. PEMAHAMAN UMUM SAP 2010
No Pernyataan Pilihan
1 Saya memiliki pengetahuan memadai tentang tujuan SAP 2010.
1 2 4 5
2 Saya memiliki pengetahuan atas laporan keuangan pemerintah daerah.
1 2 4 5
3 Saya memiliki analisa yang baik atas Laporan Operasional, Neraca, LRA, Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan CALK.
1 2 4 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
II. PEMAHAMAN STRUKTUR ISI SAP 2010
No Pernyataan Pilihan
1 Saya paham SAP 2010 berbasis akrual untuk mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan financial
1 2 4 5
2 Saya paham adanya indikasi bahwa sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran.
1 2 4 5
3 Saya paham adanya indikasi bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPRD.
1 2 4 5
4 Saya memahami laporan operasional yang menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung biaya per program/kegiatan pelayanan, dan juga memprediksi pendapatan sehingga bisa mengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
1 2 4 5
5 Saya memahami pelaporan pemerintah daerah sesuai SAP 2010 telah sesuai dengan kebutuhan pengguna.
1 2 4 5
6 Saya memahami pelaporan pemerintah daerah sesuai SAP 2010 relevan untuk penyusunan RAPBD.
1 2 4 5
III. FAKTOR PENGHAMBAT
No Pernyataan Pilihan
1 Pendidikan anggota DPRD tidak berlatarbelakang akuntansi
1 2 4 5
2 Anggota DPRD kurang berpengalaman tentang akuntansi pemerintahan
1 2 4 5
3 Tidak ada pelatihan akuntansi pemerintahan 1 2 4 5
4 Rendahnya komitmen pimpinan dewan 1 2 4 5
5 Kurangnya sosialisasi sistem yang baru 1 2 4 5
IV. EKSPLORASI PEMAHAMAN SAP 2010
Mohon menjawab pertanyaan ini sesuai pemahaman Bapak/Ibu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
1. Mohon dikemukakan kelebihan mendasar SAP 2010 dibandingkan SAP 2005?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
2. Bagaimanakah sebuah indikasi bahwa sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
3. Bagaimanakah sebuah indikasi bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPRD?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
4. Bagaimana SAP 2010 dapat menjadi standar untuk bisa mengevaluasi kinerja pemerintah daerah?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
5. Bagaimana pelaporan pemerintah berdasar SAP 2010 bisa relevan untuk penyusunan RAPBD?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
6. Bagaimana kualitas pengetahuan anggota dewan dalam memahami SAP 2010?
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
7. Dari pengalaman Bapak/Ibu mohon ada komentar tentang SAP 2010 yang akan diberlakukan secara penuh pada tahun 2014?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
Semua pilihan dan jawaban Saya di atas telah Saya sampaikan dengan
benar sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juni 2012
Yang menyatakan, *)
*) Mohon bisa menandatangani dan menulis nama terang Bapak/Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Daftar Partisipan
Daftar Partisipan Aparatur Pemerintah Kota Surakarta yang mengisi kuesioner
Kode Initial Mewakili instansi Jabatan
P1 SH DPPKA Kepala Seksi
P2 W Dinas Kesehatan Bendahara Pengeluaran
P3 CN Dinas Pengelolaan Pasar Kasubbag Keuangan
P4 ES Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kasubbag Keuangan
P5 HK Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bendahara Pengeluaran
P6 BS Bappeda Kasubbag Keuangan
P7 PR Dinas Pekerjaan Umum Kasubbag Keuangan
P8 AY Dinas Koperasi dan UMKM Kasubbag Keuangan
P9 SD Dinas Pertanian Kasubbag Keuangan
P10 D Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bendahara Pengeluaran
P11 R Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bendahara Pengeluaran
P12 A Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bendahara Pengeluaran
n=12
Daftar Partisipan Anggota DPRD Kota Surakarta yang mengisi kuesioner
Kode Initial Mewakili Jabatan
D2 MR Badan Anggaran Wakil Ketua DPRD
D3 HM Badan Anggaran Ketua Komisi I
D4 RW Badan Anggaran Anggota Komisi IV
D5 K Komisi III Ketua Komisi III
D6 AA Komisi III Anggota Komisi III
D7 JS Badan Anggaran Anggota Komisi II
D8 AG Badan Anggaran Anggota Komisi IV
D9 P Komisi III Anggota Komisi III
D10 W Komisi III Anggota Komisi III
D11 A Komisi III Anggota Komisi III
n=10
Daftar Partisipan Aparatur Pemerintah Kota Surakarta yang memberikan pernyataan wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Kode Initial Mewakili instansi Jabatan Bulan
P1 SH DPPKA Kepala Seksi Juni 2012
P2 W Dinas Kesehatan Bendahara Pengeluaran Juni 2012
P3 CN Dinas Pengelolaan Pasar Kasubbag Keuangan Juni 2012
P4 ES Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kasubbag Keuangan Juli 2012
P5 HK Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bendahara Pengeluaran Juli 2012
P6 BS Bappeda Kasubbag Keuangan Juli 2012
P7 PR Dinas Pekerjaan Umum Kasubbag Keuangan Juli 2012
P8 AY Dinas Koperasi dan UMKM Kasubbag Keuangan Juli 2012
Daftar Partisipan Anggota DPRD Kota Surakarta yang memberikan pernyataan wawancara
Kode Initial Mewakili Jabatan Bulan
D1 YS Badan Anggaran Ketua DPRD Juli 2012
D2 MR Badan Anggaran Wakil Ketua DPRD Juni 2012
D3 HM Badan Anggaran Ketua Komisi I Juni 2012
D4 RW Badan Anggaran Anggota Komisi IV Juli 2012
D5 K Komisi III Ketua Komisi III Juli 2012
D6 AA Komisi III Anggota Komisi III Juli 2012
Pola Partisipan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pola Partisipan Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
Partisipan P1 P2 P3 P4 P5 P7 P8 P9 P10 P11 P12
Kuesioner Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y n=12
Wawancara Y+ Y Y Y Y Y+ Y N N N N
Keterangan
Kuesioner
Y = menjawab kuesioner
Wawancara
Y = memberi pernyataan
Y+ = memberi pernyataan dengan penjelasan pendukung
N = tidak memberi pernyataan
Pola Partisipan Anggota DPRD Kota Surakarta
Partisipan D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 P10 D11
Kuesioner N Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y n=10
Wawancara Y Y Y+ Y+ Y Y+ N N N N N
Keterangan
Kuesioner
N = tidak menjawab kuesioner
Y = menjawab kuesioner
Wawancara
Y = memberi pernyataan
Y+ = memberi pernyataan dengan penjelasan pendukung
N = tidak memberi pernyataan
Daftar Dokumen
Daftar Dokumen
Kode Tahun Judul
d-PK01 2011 Peraturan Walikota Surakarta No 17 tahun 2011
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Surakarta
d-PK02 2011 Kebijakan Akuntansi Inspektorat Kota Surakarta
d-PK03 2011 Kebijakan Akuntansi BPKP Perwakilan Provinsi Jateng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pernyataan Wawancara SAP 2010 Aparatur Pemerintah Kota Surakarta
Kategori P Pernyataan Aparatur Pemerintah Kota Surakarta Pemahaman Umum SAP 2010
P1 Pemerintah Kota Surakarta melaksanakan SAP 2010 terutama pada lampiran II yaitu Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual untuk kemudian secara bertahap akan melaksanakan basis akrual secara penuh.
P2 Saya tidak mengetahui kalau ada SAP 2010. Saya juga tidak memahami apa yang dimaksud standar akuntansi berbasis akrual.
P3 Secara pribadi tidak tahu apa yang dimaksud dengan basis akrual.
P4 Secara normative ikut aturan yang sudah ada. Tidak memahami SAP 2010. Mengikuti kebiasaan pendahulu.
P5 Memang dalam diklat pernah dijelaskan basis akrual, tapi setelah diklat Saya tetap saja tidak memahami apa yang dimaksud dengan basis akrual itu
P6 Sepengetahuan Saya, basis akrual hanya cocok untuk diterapkan dalam perusahaan komersial, mengapa hal ini seolah dipaksakan dalam akuntansi pemerintahan? Tidak semua yang dianut di perusahaan bisa diterapkan. P7 Software keuangan sudah terbantu dengan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA Keuangan). Akuntansi berbasis akrual hanya dilaksanakan untuk asset, kewajiban dan ekuitas. Dengan catatan untuk asset perolehannya bukan hanya berdasar harga perolehan namun seluruh pembiayaan termasuk di dalamnya honor panitia. Secara umum masih mengacu pada PP No 24 tahun 2005. Beban seperti depresiasi dan penghapusan gedung masih belum diberlakukan.
P8 Secara umum masih Kas menuju akrual, untuk kemudian secara bertahap basis akrual secara penuh pada tahun 2014. Saya berusaha bertanya ke DPPKA dan mendownload PP No 71 Tahun 2010.
Pemahaman Struktur SAP
P1
Saya tidak melihat kelebihan SAP 2010 dibanding 2005. Terkait dengan beban akrual belum bisa dilakukan karena belum adanya peraturan walikota yang terkait dengan petunjuk teknis pelaksanaan.
P3
Masih berbasis kas menuju akrual dimana pendapatan diakui pada saat diterima Bendahara di RKUD untuk seluruh transaksi SKPD.
Pelaksanaan SAP
P1 Sebagaimana pelaksanaan PP 24 tahun 2005 pelatihan SDM sudah dimulai sejak 2006, namun karena hasilnya belum memuaskan maka pelatihan SDM ini diulang secara intensif di tahun 2007 dengan bekerjasama dengan BPKP. Hal ini juga dipermudah dengan komputerisasi keuangan daerah. Secara kemandirian instansi sudah mulai bisa mandiri, diharapkan ini nanti juga akan terjadi pada penerapan SAP 2010.
P8 Saya secara pribadi masih sering berkonsultasi dengan rekan kerja di DPPKA terutama P1, selain itu juga berkonsultasi dengan BPKP.
Faktor Penghambat
P1 Hambatan yang paling utama tetap pada kesiapan SDM. Oleh karena itu pelatihan SDM dilakukan secara bertahap. Meskipun demikian pemahaman secara internal dilakukan dengan upgrading seluruh staf DPPKA dalam hal pengelolaan aset dan keuangan. Hambatan lain keinginan upgrading tersebut justru dikarenakan anggaran yang terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Anggaran pelatihan ini hanya 2 kali setahun, padahal seharusnya lebih dari itu. Memang Kota Surakarta meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan sebagai reward-nya mendapat insentif dari pemerintah pusat, namun insentif kepada aparatur sama sekali tidak ada
P2 Keterbatasan sumber daya manusia dipastikan ada, bahkan bidan atau perawat sudah biasa merangkap sebagai pengelola keuangan
P7
Bekerja di bidang akuntansi dan keuangan harus punya komitmen tinggi untuk belajar. Sulitnya regenerasi di instansi ini adalah banyaknya staf dengan pendidikan yang tidak sesuai. Secara kuantitas tenaga sudah banyak dan cukup namun tidak kompeten. Walaupun sudah tidak kompeten, yang justru disayangkan adalah keengganan untuk belajar.Belum adanya executive summary supaya pelaporan praktis dan memberi pemahaman yang sama.
Pernyataan Wawancara SAP 2010 Anggota DPRD Kota Surakarta
Kategori D Pernyataan Anggota DPRD Kota Surakarta Pemahaman Umum SAP 2010
D2 Memang komitmen untuk memahami standar akuntansi berbasis akrual
dikembalikan pada komitmen pribadi untuk punya kemauan untuk belajar, karena yang diharapkan oleh pimpinan adalah bahwa. setiap pribadi anggota dewan tidak tergantung pada pimpinan dewan
D3
Saya tidak selalu harus memahami apa yang dimaksud dengan basis akrual, yang penting daya serap anggaran
termasuk dalam kategori bagus, sangat bagus, lumayan, atau kurang bagus.
Saya akan mempelajarinya nanti setelah basis yang dimaksud dilaksanakan
D4 Menurut Saya, bahasa akuntansi dalam SAP 2010 ini terlalu ‘tinggi’ untuk level praktis Pemahaman Struktur SAP 2010
D4
Secara program sudah bagus, tapi secara teknis harus ada perbaikan oleh pemkot.
Salah satunya melalui transparansi dengan membuka akses informasi publik
atas program yang berjalan mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawabannya
Bagaimana nanti kalau basis akrual diterapkan?
sedangkan dengan basis kas saja masih banyak persoalan yang harus dibenahi
D3 Sinkronisasi anggaran dilimitkan sehingga tidak terbebani dengan utang
sebagaimana keinginan Walikota yang menginginkan zero defisit
artinya diusahakan penerimaan sama dengan pengeluaran
D5 Sumber daya digunakan sesuai anggaran karena sudah sesuai dengan LRA Faktor Penghambat D1
Sejauh ini belum ada bimbingan teknis yang mengarah ke basis akrual, bagaimana lagi anggarannya tidak ada
D6
Sejauh ini sosialisasi belum dirasakan. Pendekatan accrual basis saya dukung dengan syarat harus dalam kerangka menciptakan good governance
lebih transparan dan memperkecil ruang gerak kolusi, korupsi dan nepotisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
D1 Saat ini kita mencoba agar anggaran seefisien mungkin, akan lebih baik jika UNS selaku
perguruan tinggi yang dianggap tahu hal ini menyelenggarakan pelatihan atau sosialisasi
bekerjasama dengan kementrian dalam negeri, lalu mengundang anggota dewan.