Studi banding ayam buras

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Wansugi terletak di kecamatan kabangka, kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di desa Wansugi kurang lebih 200 KK. Kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian Petani, ada juga PNS, dan sebagai mata pencaharian sampingannya mereka memelihara hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, dan itik. Metode pemeliharaan hewan ternak tersebut masih ternak hewan semi intensif, dimana ternak tersebut pada pagi hari dilepaskan dan pada sore hari dikandangkan, dan makanannya kebanyakan hanya diberi menir, jagung, dedak, dan ubi. Setelah hewan ternak tersebut tidak berproduksi lagi, ada yang dipasarkan ada juga yang dikonsumsi sendiri. B. Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sistem pemeliharaaan ayam kampung dan itik di Desa Wansugi. 2. Mengetahui kendala apa saja yang sering dialami peternak hewan tersebut di Desa Wansugi. 3. Mengetahui tujuan pemeliharaan hewan tersebut serta pemasarannya. ii

Transcript of Studi banding ayam buras

Page 1: Studi banding ayam buras

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Desa Wansugi terletak di kecamatan kabangka, kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Jumlah Kepala Keluarga (KK) di desa Wansugi kurang lebih 200 KK. Kebanyakan

masyarakatnya bermata pencaharian Petani, ada juga PNS, dan sebagai mata pencaharian

sampingannya mereka memelihara hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba,

ayam, dan itik. Metode pemeliharaan hewan ternak tersebut masih ternak hewan semi

intensif, dimana ternak tersebut pada pagi hari dilepaskan dan pada sore hari dikandangkan,

dan makanannya kebanyakan hanya diberi menir, jagung, dedak, dan ubi. Setelah hewan

ternak tersebut tidak berproduksi lagi, ada yang dipasarkan ada juga yang dikonsumsi sendiri.

B.     Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sistem pemeliharaaan ayam kampung dan itik di Desa Wansugi.

2. Mengetahui kendala apa saja yang sering dialami peternak hewan tersebut di Desa

Wansugi.

3. Mengetahui tujuan pemeliharaan hewan tersebut serta pemasarannya.

ii

Page 2: Studi banding ayam buras

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Ayam Kampung

Peluang usaha ternak ayam kampung memiliki nilai tersendiri di tengah gencarnya ternak

ayam pedaging (ayam ras). Ayam kampung disukai orang karena dagingnya yang kenyal dan

“berisi”, tidak lembek dan tidak berlemak sebagaimana ayam ras. Berbagai masakan

Indonesia banyak yang tetap menggunakan ayam kampung karena dagingnya tahan

pengolahan (tidak hancur dalam pengolahan). Selain itu daging ayam kampung

memiliki keunggulan dibandingkan daging ayam broiler, karena kandungan nutrisi yang lebih

tinggi . Bagian Daging dada ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga. Dagingnya

mengandung 19 jenis protein dan asam amino yang tinggi

Sekilas Tentang Ayam Kampung

Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani

dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang

dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut.Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam

kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana

halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya.Nama

ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus. Aktifitas penternakan ayam kampung

telah ada sejak jaman dahulu

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu

kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Bibit

Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit

ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : dengan membeli DOC ayam kampung

langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli

indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau

dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatip dan positif cara

mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman yang panjang nantinya.

Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai

berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna,

bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.

2. Pakan

Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan

suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak

serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang

bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa

dapur/warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting

ii

Page 3: Studi banding ayam buras

dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan

nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM)

sebesar 2500 Kkal/kg.

Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur adalah sebagai berikut :

7 gram/per hari sampai umur 1 minggu

19 gram/per hari sampai umur 2 minggu

34 gram/per hari sampai umur 3 minggu

47 gram/per hari sampai umur 4 minggu

58 gram/per hari sampai umur 5 minggu

66 gram/per hari sampai umur 6 minggu

72 gram/per hari sampai umur 7 minggu

74 gram/per hari sampai umur 8 minggu

Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal

pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.

3. Perandangan

Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab,

sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi

yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak

berhembus langsung ke dalam kandang.

Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity

dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu

sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan

obat.

Ukuran kandang : tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran

sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu

mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi

sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian

jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.

Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang

terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor

yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan

atap menggunakan genteng atau asbes.

Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan

fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan

pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang

bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal

seperti model pemeliharaan ayam broiler.

ii

Page 4: Studi banding ayam buras

4. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan

suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas

belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan

yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan

3 cara yaitu :

Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan

Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan

kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat

Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat

Model pemeliharaan ternak ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya

terutama dalam hal kontrol penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara

beternak secara intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.

5. Pengendalian Penyakit

Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit. Kita semua akan setuju dengan

statement “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pencegahan penyakit dapat dilakukan

dengan tindakan antara lain :

·         Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya

·         Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak

·         Melakukan vaksinasi secara teratur

·         Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit

·         Manajemen pemeliharaan yang baik

·         Kontrol terhadap binatang lain

Berikut kami uraikan sedikit beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam kampung :

a. Tetelo (ND)

Penyebab : paramyxivirus

Gejala : ngorok dan batuk-batuk, gemetaran, kepala berputar-putar, kelumpuhan pada kaki

dan sayap, kotoran berwarna putih kehijauan.

Pencegahan : vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, terhadap ayam yang terkena ND

maka harus dibakar.

Pengobatan : belum ada

b. Gumboro (gumboro disease)

Penyebab : virus

Gejala : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu, lemah dan

malas bergerak, diare putih di sekitar anus.

Pencegahan : vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang

Pengobatan : belum ad

ii

Page 5: Studi banding ayam buras

c. Penyakit cacing ayam (worm disease)

Penyebab : Cacing

Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam.

Pencegahan : pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian

litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk semang

perantara.

Pengobatan : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin,

sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya

d. Berak kapur (Pullorum)

Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum

Gejala : anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada

bulu-bulu disekitar anus

Pencegahan : mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin

penetas dan kandang

Pengobatan : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau lainnya

e. Berak darah (Coccidiosis)

Penyebab : protozoa Eimeria sp.

Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya coklat

campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang.

Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa

juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran

Pengobatan : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya

6. Pasca Panen dan Pemasaran

Pemasaran ayam kampung pada dasarnya mudah karena disamping jumlah permintaan yang

tinggi, harga ayam kampung masih tergolong tinggi dan stabil, sedang produksi masih

terbatas. Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau sudah dipotong (karkas).

Rumah tangga, pengepul ayam, pasar tradisional, warung, supermarket sampai hotel

berbintang membutuhkan pasokan ayam kampung ini. Harga ayam kampung hidup berkisar

antara Rp 50.000 – Rp 100.000/ekor di tingkat peternak.

7. Pengelolaan Produksi

Sebagai seorang peternak yang profesional maka perlu untuk menjaga agar produksi yang

kita lakukan dapat memenuhi standar kualitas dan kontinuitas produk. Maka diperlukan

pengelolaan atau pengaturan produksi agar usaha kita dapat berproduksi secara kontinyu.

Untuk kekontinuitasan peluang bisnis perlu pengaturan dan penjadwalan secara teratur kapan

DOC masuk dan kapan ayam di panen, karena hal itu lebih disukai oleh pengepul atau mitra

kerja kita daripada hanya sekali panen dalam jumlah banyak. Tapi perlu diingat juga bahwa

pengelolaan produksi sangat terkait dengan modal, ketersediaan kandang, jumlah

ketersediaan DOC, dan jumlah permintaan ayam siap panen.

ii

Page 6: Studi banding ayam buras

B.     Bebek

Bebek mudah di ternakkan dan dipelihara. Banyak sekali sumber daya yang bisa kita ambil

dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar

daging dan telur bebek sekarang semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat

lezat. Telurnya pun bisa dibikin telur asin yang tak kalah lezat dengan dagingnya. Kebutuhan

akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah tinggi, nah inilah kesempatan Anda

karena bisnis ini masih sangat potensial untuk dijalankan.

Umumnya usaha peternakan bebek ditujukan untuk bebek petelur. Namun peluang bebek

pedaging juga bisa diambil dari bebek jantan atau bebek betina yang sudah lewat masa

produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak bebek

sebagai fokus usaha.

Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan

pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran

hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara

(umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu ke atas).

Masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata bebek lokal

berkisar antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, bebek alabio

memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa produksi telur hingga

68 minggu.

Pemeliharaannya tidak membutuhkan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik

dalam waktu 2-3 bulan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan

tubuhnya relatif lebih baik daripada bebek betina. Berat badan sampai saat dipotong tidak

kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan bebek jantan, dalam waktu yang relatif singkat

sud ah dapat dicapai berat yang lebih dibutuhkan. Pemotongan pada umur yang relatif

muda, menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi.

Bebek Siap Telur = Rp 40.000,- S/d Rp 50.000,-

DOD Betina = Rp 3700,-

DOD Jantan = Rp 3200-

Bebek Potong 1,2 kg s/d 1,3 kg = Rp 30.000,-

Telur Tetas = Rp 2.000,-

Telur Konsumsi = Rp.1.500,-

Usaha peternakan itik di Indonesia  telah  lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat

memberikan keuntungan yang optimal  bagi  pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa

hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik, antara lain :

ii

Page 7: Studi banding ayam buras

1. Seleksi Bibit

Bibit itik di Indonesia dibagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Itik Lokal

1). Itik Tegal (Tegal).

·         Ciri-ciri : warna bulu putih polos sampai cokelat hitam, warna paruh dan kaki kuning

atau hitam.

2). Itik Mojosari (Mojosari Jawa Timur).

·         Ciri-ciri : warna bulu cokelat muda sampai cokelat tua, warna paruh hitam dan kaki

berwarna hitam.

3). Itik Alabio (Amuntai Kalimantan Selatan).

·         Ciri-ciri : badan lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal.

4). Itik Asahan dikembangkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara.

b. Itik Persilangan

2. Pakan

a. Jenis Pakan : jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dll.

b. Pemberian Pakan :

·         Umur 1 – 2 minggu 60 gr/ekor/hari.

·         Umur 3 – 4 minggu 80 gr/ekor/hari.

·         Umur 5 – 9 minggu 100 gr/ekor/hari.

·         Umur 10 minggu 150-180gr/ekor/hari.

3. Perkandangan

a. Lokasi Kandang

·  Jauh dari keramaian.

·  Ada atau dekat dengan sumber air.

·  Tidak terlalu dekat dengan rumah.

·   Mudah dalam pengawasan.

b. Bahan kandang bisa terbuat dari kerangka kayu atau bambu, atap genteng dan lantainya

pasir atau kapur.

c. Daya tampung untuk 100 ekor itik :

·  Umur 1 hari – 2 minggu 1 -2 m.

·  Umur 1 – 2 minggu 2 – 4 m.

·  Umur 2 – 4 minggu 4 – 6 m.

·   Umur 4 – 6 minggu 6 – 8 m.

·   Umur 6 – 8 minggu 8 – 10 m.

Itik dara sampai umur 6 bulan 5 – 10 ekor/m.

4. Tatalaksana Pemeliharaan

a. Secara ekstensif yaitu pemeliharaan yang berpindah-pindah.

b. Secara intensif  yaitu  secara terus-menerus dikandangkan seperti ayam ras.

ii

Page 8: Studi banding ayam buras

c. Secara semi intensif yaitu dipelihara di kandang yanga ada halaman berpagar.

Perbandingan jantan dan betina (sex ratio) adalah 1 : 10 dan dipilih ternak itik yang

berproduksi tinggi.

5. Kesehatan

a. Penyakit Berak Kapur.

Penyebab : Bakteri Salmonella Pullorum. Tanda-tanda : Berak putih, lengket seperti pasta.

Pencegahan: Kebersihan kandang, makanan, minuman, vaksinasi, dan itik yang sakit

dipisahkan.

b. Penyakit Cacing.

Penyebab : Berbagai jenis cacing.

Tanda-tanda : Nafsu makan kurang, kadang-kadang mencret, bulu kusam, kurus, dan

produksi telur menurun. Pencegahan: Kandang harus bersih, kering tidak lembab, makanan

dan minuman harus bersih dan sanitasi kandang.

c. Lumpuh.

Penyebab : Kekurangan vitamin B.

Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan

ngantuk, kadang-kadang keluar air mata berlebihan.

Pencegahan : Pemberian sayuran / hijauan dalam bentuk segar setiap hari.

6. Pasca Panen

a. Telur itik dapat diolah menjadi telur asin, telur pindang, dll.

b. Bebek dapat diolah menjadi bebek panggang dll

c. Bulu dapat diolah menjadi kerajinan tangan

d. Tinja/kotoran itik dapat menjadi pupuk.

ii

Page 9: Studi banding ayam buras

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi:

·         Pelaksanaan Penelitian : Juni-Juli 2013

·         Waktu : 13.00 s/d 16.00 WIB

·         Lokasi : Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna

A.    Hasil

MOASI

Nama peternak: Bpk. LA SAMAI

Alamat: Desa Wansugi

Jumlah ternak: 40 Ekor, yang terdiri dari 10 ekor Jantan dan 20 ekor betina dan 10 anakan.

Fase pertumbuhan: 7 ekor jantan produktif, 8 ekor betina produktif, 7 ekor pullet, dan 7 ekor

DOC.

Pakan: jagung dan Dedak

Sistem pemeliharaan: secara semi intensif. Untuk indukan dari bertelur, menetas, sampai

anak berumur 3 minggu masih di kandangkan, setelah itu di lepas.

Produksi : 30 Ekor anak ayam / 4 Bulan

Telur: HAD: 7 butir / Hari

PBB: 7 gram/hari @ekor

Penyakit yang sering menyerang pullorum (DOC) dan flu burung.

Kendala: kurang nya ketersediaan pakan, sehingga pertumbuhan kurang maksimal.

Pemasaran: konsumsi pribadi

MEANGKA

Nama peternak: Bpk.LA ODE JUBIR

Alamat: Desa Wansugi

Jumlah ternak: 28 ekor , 9 ekor Jantan 10 ekor betina dan 8 ekor anakan.

Pakan: Nasi, dedak.

Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Malam di kandang bambu dan pada siang hari di lepas.

Produksi: 20 Ekor ayam / 4 Bulan

Telur: 3 butir / Hari

PBB: 5 gram/hari @ekor

Penyakit yang sering menyerang: Flu burung

Kendala: Penyakit dan binatang liar anjing, musang maupun biawak.

Pemasaran: Wilayah Kabupaten Muna

ii

Page 10: Studi banding ayam buras

PANDEHAO WUTO

Nama peternak: LA MONGKOLO

Alamat: Desa Wansugi

Jumlah ternak: 35 Ekor, yang terdiri dari 7 ekor Jantan, 23 ekor Betina, dan 15 ekor anakan.

Pakan: Jagung

Sistem pemeliharaan: Semi intensif. Untuk indukan dari bertelur, menetas, sampai anak

berumur 3 minggu masih di kandangkan, setelah itu di lepas.

Produksi : 25 Ekor ayam / 4 Bulan

PBB: 5 gram/hari @ekor

Penyakit yang sering menyerang: Flu burung yang banyak mematikan populasi ternak

tersebut.

Kendala: Kurangnya ketersediaan pakan.

Pemasaran: Di jual di pasar tradisional.

ii

Page 11: Studi banding ayam buras

BAB IV

PEMBAHASAN

Pemeliharaan hewan ternak di Desa Wansugi dominan sistem pemeliharaannya secara semi

intensif. Dimana hewan ternak tersebut dikandangkan pada sore hari sampai malam dan

dilepas pada pagi hari. Pemberian pakan pada hewan kurang karena ketersediaan pakan yang

terbatas. Hal ini disebabkan pemeliharaan ayam kampung maupun itik di desa ini masih

sebagai pekerjaan sampingan dan bahkan sekedar hobi. Penyakit yang paling sering

menyerang dan memberi pengaruh besar pada lemahnya produksi ternak maupun populasi

ternak adalah penyakit flu burung. Selain itu, kendala yang sering dialami adalah banyaknya

binatang pemangsa, seperti biawak, anjing, dan musang. Setelah hewan ternak mencapai

masa produksinya, para peternak menjual hewan ternak tersebut ke pasar maupun ke

penduduk sekitar desa atau bahkan untuk konsumsi pribadi.

ii

Page 12: Studi banding ayam buras

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rata-rata jumlah hewan ternak ayam kampung adalah 30 ekor, dan itik

2. Pemberian pakan berupa dedak, nasi, beras, dan sisa makanan lainnya.

3. Sistem pemeliharaan semi intensif.

4. Penyakit yang sering menyerang flu burung.

5. Kendala terbesar adanya hewan pemangsa, seperti biawak, anjing, dan musang

6. Hewan ternak dijual di pasar, ke penduduk sekitar, maupun dikinsumsi secara pribadi.

7. Study Banding yang saya lakukan Produksi ternak ayam dan itik yang paling banyak

adalah Bapak La Samai Kedua Bapak La Ode Jubir dan yang ketiga adalah Bapak

Lamongkolo. hasil produksi ternak Bapak La Samai lebih banyak karena di dukung

dengan ketersediaan makanan ternak dan bibit unggul sehingga ternaknya lebih

berkembang di bandingkan dengan bapak la ode jubir dan lamongkolo.

B.  Saran

1. Sebaiknya pakan yang diberikan memiliki konversi pakan yang cukup sesuai dengan fase

pertumbuhan dan tujuan ternak tersebut dipelihara.

2. Sebaiknya hewan ternak dipelihara secara intensif untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

3. Untuk mencegah timbulnya penyakit seperti flu burung, sebaiknya ternak tersebut

divaksinasi terlebih dahulu.

4.  Sebaiknya untuk hewan ternak dibuat kandang tertutup dan bebas dari hewan pemangsa.

ii

Page 13: Studi banding ayam buras

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Urip.Beternak Ayam Kampung. 2011, online

http://uripsantoso.wordpress.com/2009/08/18/beternak-ayam-kampung-petelur/

(diakses pada senin, 28 Mei 2012).

Dinas Peternakan. Beternak Itik Secara Intensif.2009, online

http://peternakandody.blogspot.com/2008/05/peluang-beternak-itik.html(diakses

pada senin, 28 Mei 2012).

ii

Page 14: Studi banding ayam buras

TUGAS : KO-KURIKULER

STUDI BANDING

ANALISIS MEKANISME PEMBERDAYAAN KELOMPOK

TERNAK SAPI DI DESA RAIMUNA KECAMATAN MALIGANO

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA SUKIRMAN

STAMBUK : 21208274

PRODI :ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2013

KATA PENGANTAR

ii

Page 15: Studi banding ayam buras

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 

yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari Study Banding ini belum dapat

dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta

salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana

Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan

sampai kepada kita selaku umatnya.

Studi Banding ini penulis membahas mengenai “ANALISIS MEKANISME

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TERNAK SAPI DI DESA RAIMUNA KECAMATAN

MALIGANO”, dengan Penelitian ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem

pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

ii

Page 16: Studi banding ayam buras

Kata Pengantar......................................................................................................... i   

Daftar Isi................................................................................................................... ii    

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Permasalahan................................................................................................. 1

C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 2

D. Batasan Penelitian........................................................................................ 3

E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3

A. Pemberdayaan Masyarakat......................................................................... 4

B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat.............................................................. 4

C. Elemen Pemberdayaan.................................................................................. 5

D. Indikator Pemberdayaan Masyarakat............................................................ 5

E. Definition Or Organization.......................................................................... 5

F. Empowerment Process.................................................................................. 5

G. Comunity Organizing.....................................................................................6

H. Pelatihan........................................................................................................ 6

I. Membangun Network.................................................................................... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 7

A. Daerah Penelitian........................................................................................... 7

B. Responden .................................................................................................... 7

C. Pengumpulan Data........................................................................................ 7

D. Instrumen Penilaian...................................................................................... 7

E. Analisa Data................................................................................................. 8

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 9

A. Faktor Psikologi............................................................................................. 9

B. Faktor Instrumental.........................................................................................9

C. Proses Pemberdayaan.................................................................................... 10

D. Output Pemberdayaan Kelompok Tani......................................................... 11

BAB V PENUTUP................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 15

ii