STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG...

97
STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG TIDAK DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL DALAM JUAL BELI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah Oleh: Sulakhudin NIM: 052311036 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH IAIN WALISONGO SEMARANG 2012

Transcript of STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG...

Page 1: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY

TENTANG TIDAK DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL

DALAM JUAL BELI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

SulakhudinNIM: 052311036

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

IAIN WALISONGO SEMARANG

2012

Page 2: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

ii

Ahmad Arif Budiman, M.AgPerum Asri 1.19 Kramas Tembalang Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplarHal : Naskah Skripsi

a.n. Sdr. Sulakhudin

Kepada YthDekan Fakultas Syari'ahIAIN WalisongoDi Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini

saya kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Sulakhudin

Nomor Induk : 052311036

Jurusan : MU

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI

ASH SHIDDIEQY TENTANG TIDAK

DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL

DALAM JUAL BELI

Selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, Mei 2012

Page 3: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

iii

DEPARTEMEN AGAMA RIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARI’AH SEMARANGJL. Prof. Dr. HAMKA KM.2 Ngalian Telp. (024) 7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

Skripsi saudara : SulakhudinNIM : 052311036Fakultas : Syari’ahJurusan : MUJudul : STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH

SHIDDIEQY TENTANG TIDAKDIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABULDALAM JUAL BELI

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus, pada tanggal:

28 Juni 2012

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata1

tahun akademik 2010/2011.

Semarang, 28 Juli 2011

Page 4: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

iv

MOTTO

فوا بالعقود نوا أو ين آم ا الذ )1: املائدة...(يا أيـهArtinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu

(QS.5: 1).

Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an danTerjemahnya, Jakarta: DEPAG, 1979, hlm. 156.

Page 5: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

v

PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat

dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang

selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang

tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

o Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mengenalkan ku pada sebuah

kehidupan dengan sebuah kasih sayang yang tak bertepi Dalam diri

beliau kutemui contoh sosok orang tua yang sangat hebat.

o Istriku tercinta yang selalu menemaniku dalam suka dan duka

o Kakak dan adikku serta seluruh keluarga ku tercinta, semoga kalian

temukan istana kebahagiaan di dunia serta akhirat, semoga semuanya

selalu berada dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.

o Teman-teman Fak Syariah Jurusan Muamalah.

Penulis

Page 6: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang telah pernah ditulis oleh

orang lain atau diterbitkan, kecuali informasi

yang terdapat dalam referensi yang dijadikan

bahan rujukan.

Semarang, 15 Mei 2012Deklarator,

SulakhudinNIM: 052311036

Page 7: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

vii

ABSTRAK

Kenyataan di masyarakat sering dijumpai dan dialami oleh setiaporang yaitu transaksi jual beli tanpa lafadz ijab qabul, sedangkan hargabarangnya pun tidak kecil. Sebagai rumusan masalah yaitu bagaimanapendapat T.M.Hasbi Ash Shiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijabqabul dalam jual beli? Bagaimana metode istinbath hukum T.M.Hasbi AshShiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli?

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sebagaidata primer yaitu Karya TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Islam, PengantarHukum Islam. Adapun sumber data sekunder, yaitu rujukan dalam penelitianini digunakan beberapa kitab atau buku antara lain: Koleksi Hadits-HaditsHukum; Pokok Pokok Pegangan Imam Mazhab; Hukum-Hukum Fiqh IslamTinjauan Antar Madzhab; Falsafah Hukum Islam.Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Al-Uum, al-Risalah, Sejarah Hukum dalam Islam;Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab; Riwayat Sembilan Imam Fiqih;Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’ii, Hanbali;Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab; Sejarah dan Biografi Empat ImamMazhab Hanafi-Maliki-Syafi’i-Hambali; Ensiklopedi Hukum Islam, AsyhadulMadarik, Syarkh Irsyad al-Syalik fi Fiqhi Imam al-Aimmah Malik, Aujazu al-Masalik Ila Mu’attai Malik, Musnad Ahmad, Nail al–Autar, Syarkh al-Rizqany‘, Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayat al-Muqtasid, al-Muwatta’al-Muafaqat fi Ushulisy syari’ah, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an danTafsir, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, Memasuki Dunia al-Qur’an, IkhtisaharMusthalah al-Hadits, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, dll yang adarelevansinya langsung dengan judul tersebut. Dengan demikian penelitimenggunakan teknik library research yaitu suatu riset kepustakaan.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa menurut TM.Hasbi AshShiddieqy jual beli itu dianggap sah bila terjadi dengan persetujuan keduabelah pihak. Persetujuan dapat dilakukan dengan ucapan dan dapat puladengan isyarat (sikap kedua belah pihak itu). Apabila seorang penjualmenyerahkan barang yang dijual kepada pembeli, sebaliknya pembelimenyerahkan harga dan mengambil barang, maka muamalah jual beli sudahterlaksana. Penjual tidak perlu mengucapkan lafadz ijab. Bukti persetujuantidak mesti diucapkan. Atas dasar inilah dapat dipandang sah penjualan tanpalafazd ijab qabul. Metode istinbat hukum yang digunakan TM.Hasbi AshShiddiqie adalah al-Qur'an surat al-Maidah ayat 1 yang artinya: "Hai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu " (QS. 5 ; Al Maidah: 1), dan haditsriwayat Bukhari dan Muslim yang artinya: "Mengapakah mereka menentukanberbagai syarat yang tidak disebut dalam Kitabullah. Segala syarat yang tidaktersebut atau tak ada dalam Kitabullah, batal; walaupun seratus syarat.Keputusan Allah lebih benar, syarat Allah lebih kokoh, hak kekuasaan (atasbekas budak) tetap bagi yang memerdekakannya". (H.R: Bukhari Muslim).

Page 8: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

Skripsi yang berjudul: “STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI

ASH SHIDDIEQY TENTANG TIDAK DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB

QABUL DALAM JUAL BELI” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang.

2. Bapak Ahmad Arief Budiman, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan

layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo,

yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi.

5. Seluruh Staff Fakultas Syari'ah yang telah banyak membantu dalam

akademik.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, dan semoga apa yang

tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para

pembaca pada umumnya. Amin.

Penulis

Page 9: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

DEKLARASI ............................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

D. Telaah Pustaka .................................................................... 7

E. Metode Penelitian ................................................................ 10

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 12

BAB II : TINJAUAN UMUM JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Jual Beli ............................................................. 14

B. Landasan Hukum Jual Beli .................................................. 17

C. Syarat dan Rukun Jual Beli .................................................. 19

D. Macam-Macam Jual Beli ..................................................... 35

1. Jual Beli Benda yang Kelihatan ...................................... 35

2. Jual Beli yang Disebutkan Sifat-Sifatnya dalam Janji ..... 37

3. Jual Beli Benda yang Tidak ada...................................... 38

E. Pendapat Para Ulama tentang Ijab Qabul dalam Jual Beli..... 39

Page 10: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

x

BAB III : PENDAPAT TM.HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG TIDAK

DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL DALAM JUAL

BELI

A. Biografi dan Sketsa Pemikiran TM. Hasbi Ash Shiddieqy... 42

B. Pendapat T.M.Hasbi Ash Shiddieqy Tentang Tidak

Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli................ 56

C. Metode Istinbat Hukum TM.Hasbi Ash Shiddieqy Tentang

Tidak Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli...... 68

BAB IV: ANALISIS PENDAPAT TM.HASBI ASH SHIDDIEQY

TENTANG TIDAK DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL

DALAM JUAL BELI

A. Analisis Pendapat TM.Hasbi Ash Shiddieqy Tentang Tidak

Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli................ 72

B. Analisis Metode Istinbat Hukum TM. Hasbi Ash Shiddieqy

Tentang Tidak Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul

dalam Jual Beli .................................................................... 80

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 83

B. Saran-saran .......................................................................... 84

C. Penutup................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri; namun demikian

hidupnya harus bermasyarakat. Dalam hal ini Allah SWT telah menjadikan

manusia masing-masing berhajat kepada yang lain, agar mereka tolong

menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup

masing-masing, baik dengan jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam,

dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum.

Keterangan di atas menjadi indikator bahwa manusia untuk memenuhi

kebutuhannya memerlukan orang lain. Salah satu kebutuhan yang memerlukan

interaksi dengan orang lain adalah akad jual beli. Peristiwa ini terjadi dalam

kehidupan sehari-hari yang menimbulkan akibat hukum yaitu akibat sesuatu

tindakan hukum.1

Dalam hukum Islam, secara etimologi jual beli adalah menukarkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain, sedangkan menurut syara’ ialah

menukarkan harta dengan harta.2 Syekh Muhammad ibn Qasyim al-Gazzi

menerangkan:

يس مبال كخمر والبيع لغة مقابلة شيئ بشئ فدخل ما لىف تعريفه انه متليك عني مالية مبعاوضة باذن ماقيلواماشرعافاحسن

1Surojo Wignyodipuro, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Gunung Agung, 1983, Cet ke-3,hlm. 38.

2Syekh Zainuddin bin Abd al-Aziz al-Malibari, Fath al- Mu’in Bi Sarkh Qurrah al-‘Uyun, Semarang: Karya Toha Putra, tth, hlm. 66.

Page 12: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

2

3ن ماىلمتليك منفعة مباحة على التأبيد بثمشرعى او

Artinya: Jual beli itu menurut bahasanya ialah suatu bentuk akadpenyerahan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Karena itu akadini memasukkan juga segala sesuatu yang tidak berupa uang,seperti tuak. Sedangkan menurut syara’, maka pengertian jualbeli yang paling benar ialah memiliki sesuatu harta (uang)dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara’, atau sekedarmemiliki manfaatnya saja yang diperbolehkan syara’untukselamanya, dan yang demikian itu harus dengan melaluipembayaran yang berupa uang.

Dalam kitabnya, Sayyid Sabiq merumuskan, jual beli menurut

pengertian lughawinya adalah saling menukar (pertukaran), sedang menurut

pengertian syari’at, jual beli ialah pertukaran harta atas dasar saling rela atau

memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.4 Jual beli

dibenarkan oleh al-Qur’an, as-Sunnah dan ijma umat. Landasan Qur’aninya,

firman Allah:

ل ... أح رم الر و ح يع و )275: البقرة...( باالله البـArtinya: Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

(al-Baqarah: 275)5

Landasan sunnahnya sabda Rasulullah SAW.

ة ابن رافع ان النيب صلى اهللا عليه وسلم سئل اى الكسب ععن رفارواه البزار وصححة (عمال الرجل بيده وكل بيع مربور : قالاطيب؟6)احلاكم

3Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi, Fath al-Qarîb al-Mujîb, Kairo: Maktabah Dâral-Turas, tth, hlm. 30.

4Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Kairo: Juz III, Maktabah Dâr al-Turas, tth, hlm. 147.5Yayasan Penyelenggara Penterjemah Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Depag RI: Surabaya, 1980, hlm. 69.6Sayyid al-Imam Muhammad Ibn Ismail al-Kahlani Al-San’ani, Subul al-Salam, Kairo:

Juz III, Dâr Ikhya’ al-Turas al-Islami, 1960, hlm. 4

Page 13: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

3

Artinya: Dari Rifa’ah bin Rafi’ r.a. (katanya): Sesungguhnya NabiMuhammad SAW. pernah ditanyai, manakah usaha yangpaling baik? beliau menjawab : ialah amal usaha seseorangdengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang bersih.(HR. al-Bazzar, dan dinilai Shahih oleh al-Hakim).

Landasan ijmanya, para ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan

dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan

dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik

orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

sesuai.7

Jual beli itu dihalalkan, dibenarkan agama, asal memenuhi syarat-

syarat yang diperlukan. Demikian hukum ini disepakati para ahli ijma (ulama’

Mujtahidin) tak ada khilaf padanya. Memang dengan tegas-tegas al-Qur’an

menerangkan bahwa menjual itu halal; sedang riba diharamkan.8 Sejalan

dengan itu dalam jual beli ada persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya

salah satu rukun dalam akad (perjanjian) jual-beli itu adalah ijab-qabul yaitu

ucapan penyerahan hak milik di satu pihak dan ucapan penerimaan di pihak

lain. Adanya ijab-qabul dalam transaksi ini merupakan indikasi adanya rasa

suka sama suka dari pihak-pihak yang mengadakan transaksi. Transaksi

berlangsung secara hukum bila padanya telah terdapat rasa suka sama suka

yang menjadi kriteria utama dan sahnya suatu transaksi. Namun suka sama

suka itu merupakan perasaan yang berada pada bagian dalam diri manusia,

yang tidak mungkin diketahui orang lain. Oleh karenanya diperlukan suatu

indikasi yang jelas yang menunjukkan adanya perasaan dalam tentang suka

7Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2001, hlm. 75.8T.M Hasbi ash-Shiddiqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, Tinjauan Antar Mazhab, Semarang:

PT Pustaka Rizki Putra, 2001, Cet ke-2, hlm. 328.

Page 14: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

4

sama suka itu. Para ulama terdahulu menetapkan ijab-qabul itu sebagai suatu

indikasi.9

Ibnu Rusyd dalam kitabnya menyatakan:

10ع ي بـ ال اظ ف ل ا ب ال ا ح ص ي ال د ق ع ال و

Artinya: dan akad tidak sah kecuali dengan lafadz jual dan beli.

Dari pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa ijab dan qabul

merupakan salah satu syarat sahnya jual beli. Namun, salah seorang ulama

Indonesia kelahiran Lhokseumawe, Aceh Utara 10 maret 190411 TM.Hasbi

ash Shiddieqy justru pendapatnya berbeda dengan pendapat di atas. TM.Hasbi

Ash Shiddieqy dalam bukunya: Al-Islam, mengemukakan sebagai berikut:

Jual beli itu dianggap sah bila terjadi dengan persetujuan kedua belahpihak. Persetujuan dapat dilakukan dengan ucapan dan dapat puladengan isyarat (sikap kedua belah pihak itu). Apabila seorang penjualmenyerahkan barang yang dijual kepada pembeli, sebaliknya pembelimenyerahkan harga dan mengambil barang, maka muamalah jual belisudah terlaksana. Penjual tidak perlu mengucapkan lafadz ijab. Buktipersetujuan tidak mesti diucapkan.12

Pendapatnya ia perkuat lagi dalam bukunya: Pengantar Hukum Islam,

antara lain dinyatakan:

Sebagian ahli fikih menolak segala rupa akad (perjanjian-perjanjian)yang tidak diikrarkan dengan lidah. Mereka yang mewajibkan ijab(kata penyerahan) dan qabul (kata penerimaan) dengan perkataan"ucapan lidah" tidak mensahkan suatu penjualan atau sesuatuperjanjian yang dilakukan dengan jalan surat menyurat, karena tidakterjadi ijab dan qabul antara penjual dengan pembeli. Padahal jika

9Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003, hlm. 19510Ibnu Rusyd, Bidayat al Mujtahid Wa Nihayat al Muqtasid, Juz 3, Beirut: Dar Al-Jiil,

1409 H/1989, hlm. 128.11TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,

1999, hlm. 24112TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Islam, Jilid 2, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2001,

hlm. 193

Page 15: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

5

dipikirkan benar-benar Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 1:13

فوا بالعقود نوا أو ين آم ا الذ )1: املائدة...(يا أيـهArtinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu

(QS.5: 1). 14

Nyatalah menurut TM.Hasbi Ash Shiddieqy bahwa jual beli tanpa

lafadz ijab qabul adalah sah. Dari pendapat TM.Hasbi Ash Shiddieqy

tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apa yang menjadi latar belakang

pemikiran TM.Hasbi Ash Shiddieqy sehingga berpendapat seperti di atas,

dan apa pula yang menjadi metode istinbath hukumnya. Menariknya

masalah ini adalah TM.Hasbi Ash Shiddieqy yang secara sosiologis ia

lahir dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang demikian kuat dan

respeknya terhadap ulama salaf, tapi justru ia berseberangan dengan

jumhur ulama. Adapun pentingnya masalah ini diteliti adalah karena

kenyataan di masyarakat sering dijumpai dan dialami oleh setiap orang

yaitu transaksi jual beli tanpa lafadz ijab qabul, sedangkan harga

barangnya pun tidak kecil.

Karena itu diharapkan dari penulisan ini dapat memberikan jawaban

yang lebih mendekati kebenaran, yaitu apakah jual beli tanpa lafadz ijab qabul

itu sah.

Hal khusus melekat pada diri TM.Hasbi Ash Shiddieqy yang karena

dia patut diangkat menjadi objek kajian, adalah karena ia orang pertama yang

13TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,2001, hlm. 471 – 475

14Yayasan Penyelenggara Penterjemah Pentafsir al-Qur’an, op. cit., hlm. 156.

Page 16: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

6

menganjurkan agar fiqh yang diterapkan di Indonesia adalah berkepribadian

Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara

tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.15

maka yang menjadi rumusan masalah penulisan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapat T.M.Hasbi Ash Shiddieqy tentang tidak

diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli?

2. Bagaimana metode istinbath hukum T.M.Hasbi Ash Shiddieqy tentang

tidak diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pendapat T.M.Hasbi Ash

Shiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis metode istinbath hukum

T.M.Hasbi Ash Shiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijab qabul

dalam jual beli

15Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. VII, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, Anggota IKAPI, 1993, hlm. 112

Page 17: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

7

D. Telaah Pustaka

Ada beberapa penelitian yang membahas persoalan jual beli, penelitian

yang dimaksud di antaranya sebagai berikut:

Skripsi yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam terhadap Asas

Kebebasan Berkontrak dalam Jual Beli (Studi Analisis Terhadap Pasal 1493

KUH Perdata) yang disusun Sulistiyono. Menurut penyusun skripsi ini bahwa

asas kebebasan berkontrak dalam jual beli adalah suatu asas yang menyatakan

bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) jual

beli yang berisi dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-

undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Hal ini sebagaimana ditegaskan

dalam pasal 1493 KUH Perdata: Kedua belah pihak diperbolehkan dengan

persetujuan-persetujuan istimewa memperluas atau mengurangi kewajiban

yang ditetapkan oleh undang-undang ini; bahkan mereka diperbolehkan

mengadakan persetujuan bahwa si penjual tidak akan diwajibkan menanggung

sesuatu apapun.

Dalam hukum Islam, para ulama menyatakan, jual beli dengan syarat

berakibat batalnya jual beli itu. Di antara fuqaha yang berpendapat demikian

ialah Imam Syafi’i dan Abu Hanifah. Dengan demikian perjanjian jual beli

yang dibuat di luar ketentuan hukum Islam atau bertentangan dengan

ketentuan hukum Islam, maka jual belinya menjadi batal. Jadi bila misalnya

penjual meminta dikurangi kewajibannya seperti lepas tangan terhadap cacat

barang atau kerusakan barang maka perjanjian jual beli dengan syarat seperti

itu menjadi batal meskipun pembeli sepakat. Implikasinya maka bagi

Page 18: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

8

produsen dan konsumen dapat menarik kembali perjanjian atau membatalkan

perjanjian jual beli, manakala menyimpang dari ketentuan hukum Islam,

apalagi jika hukum Islam melarangnya.16

Skripsi yang berjudul: Studi Analisis Pendapat Sayyid Sabiq tentang

Persyaratan Suci bagi Barang yang Dijadikan Obyek Jual Beli yang disusun

Khilmi Tamim. Menurut penyusun skripsi ini bahwa mengkomparasi pendapat

berbagai ulama dengan Sayyid Sabiq ternyata ada ulama yang berbeda

pendapatnya dengan Sayyid Sabiq, misalnya mazhab Hanafi dan Zahiri.

Menurut kedua mazhab ini bahwa jual beli barang yang mengandung unsur

najis boleh asalkan barang itu memiliki nilai manfaat bagi manusia.

Sedangkan dalam perspektif Sayyid Sabiq bahwa meskipun barang itu

mengandung manfaat namun jika najis maka barang itu tidak boleh dijual

belikan. Dalam perspektif Sayyid Sabiq barang yang bernajis mengandung

madarat yang lebih besar daripada manfaatnya.17

Skripsi yang berjudul "Studi Analisis Pendapat Sayyid Sabiq Tentang

Jual Beli Jizaf'' yang dikaji oleh Tati Nurjanah, lebih memfokuskan pada

pendapat Sayyid Sabiq tentang jual beli jizaf yaitu jual beli yang serampangan,

tidak memakai timbangan atau ukuran (taksiran atau dikira-kira saja).18

Skripsi yang berjudul "Persepsi Ulama terhadap Jual Beli Kodok di

Purwodadi Kabupaten Grobogan" yang dikaji oleh Slamet Sholikhin, lebih

16 Sulistiyono, Tinjauan Hukum Islam terhadap Asas Kebebasan Berkontrak dalam JualBeli (Studi Analisis Terhadap Pasal 1493 KUH Perdata), (Tidak dipublikasikan. Skripsi IAINWalisongo, 2004)

17 Khilmi Tamim, Studi Analisis Pendapat Sayyid Sabiq tentang Persyaratan Suci bagiBarang yang Dijadikan Obyek Jual Beli, (Tidak dipublikasikan. Skripsi IAIN Walisongo, 2005)

18Tati Nurjanah, Studi Analisis Pendapat Sayyid Sabiq Tentang Jual Beli Jizaf, (Tidakdipublikasikan. Skripsi IAIN Walisongo, 2006)

Page 19: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

9

memfokuskan pada pendapat ulama terhadap jual beli kodok yaitu

menjualbelikan kodok hukumnya haram, karena memakannya haram, tapi ada

kalanya Islam membolehkan terhadap sesuatu yang diharamkan, karena

mengambil manfaatnya.19

Skripsi yang berjudul "Studi Analisis Pendapat Imam Syafi'i tentang

Hukum Jual Beli Anjing dalam Kitab Al-Umm" yang dikaji oleh Fauzul Muna,

lebih memfokuskan pada pendapat Imam Syafi'i tentang hukum jual beli

anjing dan memelihara anjing adalah tidak boleh, namun Imam Syafi'i

mengecualikan pada orang yang menggunakan anjing itu untuk menjaga

ternak dan untuk berburu, dan apabila telah selesai kegunaan anjing itu untuk

menjaga dan berburu maka tidak diperbolehkan memelihara anjing.20

Skripsi yang berjudul "Studi Analisis Pendapat Imam Nawawi tentang

Syarat Manfaat Benda yang Diperjualbelikan" yang ditulis oleh Sawidi,

dalam skripsi ini dijelaskan bahwa Imam Nawawi mengharuskan adanya

manfaat dalam benda yang diperjualbelikan, tetapi benda yang bermanfaat itu

juga harus suci, halal di makan, tidak menjijikkan, tidak sedikit jumlahnya dan

manfaatnya tidak di larang oleh syara.21

Sejauh penelusuran penulis, belum ada penelitian yang membahas jual

beli tanpa lafadz ijab qabul perspektif T.M.Hasbi Ash Shiddieqy.

19Slamet Sholikhin, Persepsi Ulama Terhadap Jual Beli Kodok Di Purwodadi KabupatenGrobogan, (Tidak dipublikasikan. Skripsi IAIN Walisongo, 2003)

20Fauzul Muna, Studi Analisis Pendapat Imam Syafi'i Tentang Hukum Jual Beli AnjingDalam Kitab Al-Umm, (Tidak dipublikasikan. Skripsi IAIN Walisongo, 2003)

21Sawidi, Studi Analisis Pendapat Imam Nawawi Tentang Syarat Manfaat Benda YangDiperjualbelikan, (Tidak dipublikasikan. Skripsi IAIN Walisongo, 2003)

Page 20: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

10

E. Metode Penelitian

Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan

dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Metode penelitian dalam skripsi ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:22

Dalam usaha penulis memperoleh data yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan seputar permasalahan di atas, maka dalam penelitian

ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif artinya data-

data yang disajikan dalam bentuk kata, bukan dalam bentuk angka-angka.

2. Sumber Data

a. Data primer: karya-karya ilmiah TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Islam,

Pengantar Hukum Islam.

b. Data sekunder: sebagai rujukan dalam penelitian ini digunakan

beberapa kitab atau buku antara lain: Koleksi Hadits-Hadits Hukum;

Pokok Pokok Pegangan Imam Mazhab; Hukum-Hukum Fiqh Islam

Tinjauan Antar Madzhab; Falsafah Hukum Islam.Kitab al-Fiqh ‘ala

al-Mazahib al-Arba’ah, Al-Uum, al-Risalah, Sejarah Hukum dalam

Islam; Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab; Riwayat Sembilan Imam

Fiqih; Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab Hanafi, Maliki,

22Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress, 1991, hlm. 24.

Page 21: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

11

Syafi’ii, Hanbali; Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab; Sejarah

dan Biografi Empat Imam Mazhab Hanafi-Maliki-Syafi’i-Hambali;

Ensiklopedi Hukum Islam, Asyhadul Madarik, Syarkh Irsyad al-Syalik

fi Fiqhi Imam al-Aimmah Malik, Aujazu al-Masalik Ila Mu’attai

Malik, Musnad Ahmad, Nail al–Autar, Syarkh al-Rizqany ‘Al-

Muwattha al-Imam Malik, Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayat al-

Muqtasid, al-Muwatta’al-Muafaqat fi Ushulisy syari’ah, Sejarah dan

Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Mabahis fi Ulum al-Qur’an,

Memasuki Dunia al-Qur’an, Ikhtisahar Musthalah al-Hadits, Sejarah

dan Pengantar Ilmu Hadits, Ilmu Ushul al-Fiqh, Ushul Fiqh, Al-

Mudawwanah al-Kubra, Islamic Legal Philosophy: A Study of Abu

Ishaq al-Shatibi’s Life and Thought, serta kitab atau buku-buku lain

yang ada relevansinya langsung dengan judul tersebut. Dengan

demikian peneliti menggunakan teknik library research yaitu suatu

riset kepustakaan.23

3. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sumadi Suryabrata, kualitas data ditentukan oleh kualitas

alat pengambil data atau alat pengukurnya.24 Berpijak dari keterangan

tersebut, penelitian ini bersifat literer dengan menggunakan buku-buku

yang terkait dengan tema skripsi tersebut.

23Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 1, Yogyakarta: Andi, 2001, hlm. 9.24Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998,

hlm.84.

Page 22: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

12

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat

ditafsirkan.25 Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif,

yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara

langsung (statistik).26 Sebagai pendekatannya, peneliti menggunakan

metode deskriptif analitis. Penelitian analitis normatif tertuju pada

pemecahan masalah yang dihubungkan dengan apa yang ada pada masa

sekarang kemudian di analisisnya.27

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dan dalam satu

kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi.

Bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi: latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi landasan teori yang meliputi (pengertian jual beli,

landasan hukum jual beli, syarat dan rukun jual beli, macam-macam jual beli,

pendapat para ulama tentang ijab qabul dalam jual beli)

Bab ketiga berisi pendapat TM.Hasbi ash Shiddieqy tentang tidak

diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli yang meliputi: biografi dan

sketsa pemikiran TM.Hasbi ash Shiddieqy (latar belakang dan karya-karya

25Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000, hlm.102.

26Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1995, hlm. 134.

27Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik, Bandung:Tarsito 1989, hlm. 139.

Page 23: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

13

TM.Hasbi ash Shiddieqy, sketsa pemikiran TM.Hasbi ash Shiddieqy).

Pendapat T.M.Hasbi ash Shiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijab

qabul dalam jual beli. metode istinbat hukum TM.Hasbi ash Shiddieqy tentang

tidak diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli

Bab keempat merupakan analisis terhadap pendapat TM.Hasbi ash

Shiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli yang

meliputi: (analisis pendapat TM.Hasbi ash Shiddieqy tentang tidak

diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli, analisis metode istinbat

hukum TM. Hasbi ash Shiddieqy tentang tidak diperlukannya lafadz ijab qabul

dalam jual beli)

Bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan; saran-saran dan

Penutup.

Page 24: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

14

BAB II

TINJAUAN UMUM JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Jual Beli

Sebelum membahas lebih mendalam tentang jual beli, ada baiknya

diketahui terlebih dahulu pengertian jual beli. Secara etimologis: jual beli

berasal dari bahasa arab al-bai' yang makna dasarnya menjual, mengganti dan

menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam prakteknya, bahasa ini

terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata as-syira' (beli).

Maka, kata al-bai' berarti jual, tetapi sekaligus juga beli.1

Sedangkan secara therminologis, para ulama memberikan defenisi

yang berbeda. Di kalangan ulama Hanafi terdapat dua definisi; jual beli

adalah:

- Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu

- Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui

cara tertentu yang bermanfaat.

Ulama Madzhab Maliki, Syafi'i dan Hanbali memberikan pengertian,

jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan

milik dan pemilikan. Definisi ini menekankan pada aspek milik pemilikan,

untuk membedakan dengan tukar menukar harta/barang yang tidak

mempunyai akibat milik kepemilikan, seperti sewa menyewa. Demikian juga,

1Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga KeuanganSyari’ah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2012, hlm. 53.

Page 25: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

15

harta yang dimaksud adalah harta dalam pengertian luas, bisa barang dan bisa

uang.2

Menurut Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, jual beli adalah

3وشرعا مقابلة مال مبال على وجه خمصوص

Artinya: menurut syara jual beli ialah menukarkan harta dengan hartadengan cara tertentu

Menurut Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi, 4

واما شرعا فأحسن ما قيل ىف تعريفة انه متليك مالية مبعاوضة باذنة مباحة على التأبيد بثمن مايلشرعي أومتليك منفع

Artinya: menurut syara, pengertian jual beli yang paling tepat ialahmemiliki sesuatu harta (uang) dengan mengganti sesuatuatas dasar izin syara, sekedar memiliki manfaatnya saja yangdiperbolehkan syara untuk selamanya yang demikian ituharus dengan melalui pembayaran yang berupa uang.

Menurut Sayyid Sabiq

البيع معناه لغة مطلق املبادلة ولفظ البيع والشرأ يطلق كل منهما على مايطلق عليه االخر فهما من االلفاظ املشرتكة بني املعاين

5املضادة

Artinya:Jual beli menurut pengertian lughawinya adalah salingmenukar (pertukaran), dan kata al-ba’i (jual) dan asy Syiraa(beli) dipergunakan biasanya dalam pengertian yang sama.

2Ibid., hlm. 533Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, Fath al-Mu’în, Beirut: Dâr al-Kutub al-

Ilmiah, tth, hlm. 664Syekh Muhammad ibn Qâsim al-Ghazzi, Fath al-Qarîb al-Mujîb, Dâr al-Ihya al-Kitab,

al-Arabiah, Indonesia, tth, hlm. 305Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, Juz III, hlm. 147.

Page 26: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

16

Dua kata ini masing-masing mempunyai makna dua yang satusama lain bertolak belakang.

Menurut pengertian syara, Sayyid Sabiq merumuskan yaitu pertukaran

harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat

dibenarkan.6 Sementara menurut Ibrahim Muhammad al-Jamal, jual beli ialah

tukar menukar harta secara suka sama suka atau memindahkan milik dengan

mendapat pertukaran menurut cara yang diizinkan agama.7 Sedangkan Imam

Taqi al-Din mendefinisikan jual beli adalah saling tukar harta, saling

menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan kabul, dengan cara yang

sesuai dengan syara.8

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pengertian jual

beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai

nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-

benda dan pihak lain sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

dibenarkan syara' dan disepakati.

Jual beli dalam perspektif hukum Islam harus sesuai dengan ketetapan

hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal

lainnya yang ada kaitannya dengan jual beli, maka bila syarat-syarat dan

rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara'. Yang

dimaksud dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan uang,

sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang

6Ibid7Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah, Terj. Anshori Umar

Sitanggal, “Fiqih Wanita”, Semarang: CV Asy-Syifa, 1986, hlm. 490.8Imam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifâyah Al Akhyâr, Beirut:

Dâr al-Kutub al-Ilmiah, tth, Juz, I, hlm. 239.

Page 27: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

17

berharga dan dapat dibenarkan penggunaannya menurut syara', benda itu

adakalanya bergerak (bisa dipindahkan) dan adakalanya tetap (tidak dapat

dipindahkan), ada benda yang dapat dibagi-bagi, adakalanya tidak dapat

dibagi-bagi, harta yang ada perumpamaannya (mitsli) dan tak ada yang

menyerupainya (qimi) dan yang lain-lainnya, penggunaan harta tersebut

dibolehkan sepanjang tidak dilarang syara'.9

B. Landasan Hukum Jual Beli

Apabila mencermati landasan hukum jual beli, maka jual beli

disyariatkan berdasarkan Al-Qur'an, sunnah, dan ijma', yakni:

1. Al-Qur'an

a. Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 275

رم الربا ح يع و ل الله البـ أح )275: البقرة(و

Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli danmengharamkan riba (QS. Al-Baqarah : 275).10

b. Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 282

تم وا إذا تـبايـع د ه أش )282: البقرة(وArtinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli. (QS. Al-

Baqarah: 282).11

c. Al-Qur'an, surat An-Nisa'ayat 29

م اض منك ة عن تـر ون جتار )29: النساء(إال أن تكArtinya: Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama

suka. (QS. An-Nisa': 29).12

9Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 69.10Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:

DEPAG RI, 1978, hlm. 69.11Ibid., hlm. 70.

Page 28: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

18

2.Al-Sunnah, di antaranya:

a. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh HR. Bajjar

ئل أى الكسب لم س س صلى الله عليه و عن رفاعة بن رافع أن النىبور أط ر بـ ل بـيع م ه وك ل بيد ل الرج ؟ قال عم 13) رواه البزار (يب

Artinya: Rifa'ah bin Rafi', sesungguhnya Nabi SAW. ditanya tentangmata pencaharian yang paling baik. Nabi SAW menjawab:seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beliyang mabrur. (HR. Bajjar).

Maksud mabrur dalam hadiş di atas adalah jual-beli yang terhindar

dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain,

b. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh HR. Baihaqi dan Ibnu Majjah

ه عنه اج ابن م بان و رج ابن ح أخ ا البـيع عن و لم إمن س صلى الله عليه واض 14) رواه البيهقى وابن ماجه(تـر

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Hibban dan Ibnu Majah bahwa NabiSAW, sesungguhnya jual-beli harus dipastikan harus salingmeridai." (HR. Baihaqi dan Ibnu Majjah).

3. Ijma'

Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain

yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

sesuai.15

12Ibid., hlm. 122.13Muhammad bin Ismail al-Kahlani as-San'ani, Subul as-Salam, Kairo: Syirkah Maktabah

Mustafa al-Babi al-Halabi, 1950, hlm. 4.14Ibid.,15Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 147.

Page 29: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

19

C. Syarat dan Rukun Jual Beli

Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat yang

harus dipenuhi. Untuk memperjelas syarat dan rukun jual beli maka lebih

dahulu dikemukakan pengertian syarat dan rukun baik dari segi etimologi

maupun terminologi. Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, rukun adalah "yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu

pekerjaan,"16 sedangkan syarat adalah "ketentuan (peraturan, petunjuk) yang

harus diindahkan dan dilakukan."17 Menurut Satria Effendi M. Zein, bahwa

menurut bahasa, syarat adalah sesuatu yang menghendaki adanya sesuatu yang

lain atau sebagai tanda,18 melazimkan sesuatu.19

Secara terminologi, yang dimaksud dengan syarat adalah segala

sesuatu yang tergantung adanya hukum dengan adanya sesuatu tersebut, dan

tidak adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula hukum, namun dengan

adanya sesuatu itu tidak mesti pula adanya hukum.20 Hal ini sebagaimana

dikemukakan Abd al-Wahhab Khalaf, syarat adalah sesuatu yang keberadaan

suatu hukum tergantung pada keberadaan sesuatu itu, dan dari ketiadaan

sesuatu itu diperoleh ketetapan ketiadaan hukum tersebut. Yang dimaksudkan

adalah keberadaan secara syara’, yang menimbulkan efeknya.21 Hal senada

dikemukakan Muhammad Abu Zahrah, asy-syarth (syarat) adalah sesuatu

16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2004, hlm. 966.

17Ibid., hlm. 1114.18Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 6419Kamal Muchtar, Ushul Fiqh, Jilid 1, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 3420Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004,

hlm. 5021Abd al-Wahhab Khalaf, ‘Ilm Usul al-Fiqh, Kuwait: Dâr al-Qalam, 1978, hlm. 118.

Page 30: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

20

yang menjadi tempat bergantung wujudnya hukum. Tidak adanya syarat

berarti pasti tidak adanya hukum, tetapi wujudnya syarath tidak pasti

wujudnya hukum.22 Sedangkan rukun, dalam terminologi fikih, adalah suatu

unsur yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suatu perbuatan atau

lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut, dan ada atau

tidak adanya sesuatu itu.23

Sebagai contoh, rukuk dan sujud adalah rukun shalat. la merupakan

bagian dari shalat itu sendiri. Jika tidak ada rukuk dan sujud dalam shalat,

maka shalat itu batal, tidak sah. Salah satu syarat shalat adalah wudhu. Wudhu

merupakan bagian di luar shalat, tetapi dengan tidak adanya wudhu, shalat

menjadi tidak sah. Rukun jual beli ada tiga, yaitu aqid (penjual dan pembeli),

ma'qud alaih (obyek akad), shigat (lafaz ijab kabul).

1. aqid (penjual dan pembeli) yang dalam hal ini dua atau beberapa orang

melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad

ialah:

a. Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang maka batal akad anak

kecil, orang gila dan orang bodoh, sebab mereka tidak pandai

mengendalikan harta, oleh karena itu anak kecil, orang gila, dan orang

bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun miliknya, Allah berfirman:

ال تـؤتوا م و الك و اء أم ه )5: النساء...( السف

22Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958, hlm. 59.23Abdul Aziz Dahlan, et. al, (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 5, Jakarta: PT Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1997, hlm. 1510.

Page 31: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

21

Artinya: Dan janganlah kamu berikan hartamu kepada orang-orang yang bodoh (al-Nisa: 5).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh

diserahkan kepada orang bodoh, 'illat larangan tersebut ialah karena

orang bodoh tidak cakap dalam mengendalikan harta, orang gila dan

anak kecil juga tidak cakap dalam mengelola harta, maka orang gila

dan anak kecil juga tidak sah melakukan ijab dan kabul.24

b. Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-

benda tertentu, seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang

beragama Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan

merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang

orang-orang mukmin memberi jalan kepada orang kafir untuk

merendahkan mukmin,25 firman-Nya;

بيال ... نني س م ؤ افرين على الم لن جيعل الله للك )141: النساء...( وArtinya: Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan bagi orang kafir

untuk menghina orang mukmin" (al-Nisa: 141).

2. Ma'qud alaih (obyek akad). Syarat-syarat benda yang menjadi obyek akad

ialah:

a. Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak sah penjualan

benda-benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya, Rasulullah

SAW. bersabda:

24Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm. 7525Ibid, hlm. 76.

Page 32: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

22

مسع انه: عن يزيد بن اىب حبيب هن عطاء بن اىب رباح عن جابرم يقول ان اهللا حرم بيع اخلمروامليتة واخلنزيرواالصنام .رسول اهللا ص

فقيل يارسول اهللا ارايت شحوم امليتة فانه يطلى به السقن ويدهب م .

26عند ذلك قاتل اهللا اليهود ان اهللا ملا حرم سحومهامجلوه مث باعوا

Artinya: Dari Yaziz bin Abi Habib dari Ata bin Abi Rubah dariJabir bin Abdillah ra, sesungguhnya dia pernah mendengarNabi SAW bersabda: sesungguhnya Allah mengharamkanmenjual khamr, bangkai, babi dan patung berhala.Ditanyakan: ya Rasulullah, bagaimana pendapat andatentang lemak bangkai karena ia dipergunakan untukmengecat perahu, meminyaki kulit-kulit dan dijadikanpenerangan oleh manusia? Beliau menjawab: ia adalahharam. Kemudian Rasulullah SAW bersabda saat itu:mudah-mudahan Allah memusuhi orang-orang Yahudi.Sesungguhnya ketika Allah mengharamkan lemakbangkai, mereka malahan mencairkannya lalu mereka jualkemudian mereka makan harganya (HR.Bukhari)

Menurut riwayat lain dari Nabi dinyatakan "kecuali anjing

untuk berburu" boleh diperjualbelikan. Menurut Syafi'iyah bahwa

sebab keharaman arak, bangkai, anjing, dan babi karena najis,

berhala bukan karena najis tapi karena tidak ada manfaatnya,

menurut Syara', batu berhala bila dipecah-pecah menjadi batu biasa

boleh dijual, sebab dapat digunakan untuk membangun gedung atau

yang lainnya. Abu Hurairah, Thawus dan Mujahid berpendapat

bahwa kucing haram diperdagangkan alasannya Hadits shahih yang

melarangnya, jumhur ulama membolehkannya selama kucing

26Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn al-Mugirah ibn Bardizbah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz 2, Beirut Libanon: Dar al-Fikr, 1410 H/1990 M, hlm. 29.

Page 33: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

23

tersebut bermanfaat, larangan dalam Hadits shahih dianggap sebagai

tanzih (makruh tanzih).27

b. Memberi manfaat menurut Syara', maka dilarang jual beli benda-

benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut Syara', seperti

menjual babi, cecak dan yang lainnya.

c. Jangan dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti; jika

ayahku pergi kujual motor ini kepadamu.

d. Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan saya jual motor ini

kepada Tuan selama satu tahun, maka penjualan tersebut tidak sah,

sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara penuh yang

tidak dibatasi apa pun kecuali ketentuan syara'.

e. Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat, tidak sah menjual

binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, barang-

barang yang sudah hilang atau barang yang sulit diperoleh kembali

karena samar, seperti seekor ikan jatuh ke kolam, maka tidak

diketahui dengan pasti sebab dalam kolam tersebut terdapat ikan-

ikan yang sama.

f. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak

seizin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi

miliknya.28

g. Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat

diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran

27Hendi Suhendi, op. cit, 72.28Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Membahas Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002, hlm. 72-73

Page 34: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

24

yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan

keraguan salah satu pihak.

Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat

dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi

menjadi tiga bentuk: ketiga bentuk jual beli sebagai berikut: 1) jual beli

benda yang kelihatan 2) jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam

janji dan 3) jual beli benda yang tidak ada.29

Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan

akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan

penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak,

seperti membeli beras di pasar dan boleh dilakukan.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah

jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam

adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya

berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga

tertentu, maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan barang-

barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga

yang telah ditetapkan ketika akad.

Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah

jual beli yang dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu

atau masih gelap, sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh

29Imam Taqiyuddin Abubakar ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayat Al Akhyar Fii HalliGhayatil Ikhtishar, Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 329.

Page 35: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

25

dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan

kerugian salah satu pihak.

3. Shigat (lafaz ijab kabul)

Ijab dan kabul terdiri dari qaulun (perkataan) dan fi'lun

(perbuatan). Qaulun dapat dilakukan dengan lafal sharih (kata-kata yang

jelas) dan lafal kinayah (kata kiasan/sindiran).

Lafal sharih ialah sighat jual beli yang tidak mengandung makna

selain dari jual beli. Misalnya: بعتك ھذه السلعة بكذا (saya menjual

kepadamu ini barang dengan harga sekian), dan kemudian dijawab

استریتھا منك بكذا (saya membelinya dari kamu dengan harga sekian).30

Lafal kinayah ialah lafal yang di samping menunjukkan makna

jual beli juga dapat menunjukkan kepada arti selain jual beli. Misalnya

perkataan si penjual اعطیتك ھذا الثوب بذالك الثوب (saya memberi kamu

baju ini dengan baju itu) atau تلك الدبة بتلكاعطیتك (saya memberi

kamu binatang itu dengan itu). Lafal (اعطیتك) tersebut dapat

mengandung makna "jual beli" dan makna "pinjam meminjam." Apabila

lafal tersebut dimaksudkan jual beli, niat tersebut sah. Apabila lafal

kinayah tersebut disertai penyebutan harga, maka lafal kinayah tersebut

menjadi lafal sharih. Misalnya:

وھبتك ھذه الدار بمائة دینار (saya beri kamu rumah ini dengan uang

30Abd al-Rahman al-Jaziri, op. cit, hlm. 325

Page 36: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

26

pengganti seratus dinar). Lafal الھبھ di atas apabila tidak disertai

penyebutan harga, maka menunjukkan makna hibah, tetapi jika disertai

penyebutan harga seperti di atas maka menunjukkan makna jual beli.

Demikian juga setiap lafal yang mempunyai makna tamlik apabila disertai

penyebutan harga, maka lafal tersebut menjafi lafal yang sharih.31

Adapun shighat berupa fi'lun (perbuatan) adalah berwujud serah

terima yaitu menerima dan menyerahkan dengan tanpa disertai sesuatu

perkataan pun. Misalnya: seseorang membeli sesuatu barang yang

harganya sudah dia ketahui, kemudian ia (pembeli) menerimanya dari

penjual dan dia (pembeli) menyerahkan harganya kepada penjual, maka

dia (pembeli) sudah dinyatakan memiliki barang tersebut karena dia

(pembeli) telah menerimanya. Sama juga barang itu sedikit (barang kecil)

seperti roti, telur dan yang sejenis menurut adat dibelinya dengan sendiri-

sendiri, maupun berupa barang yang banyak (besar) seperti baju yang

berharga.32

Shighat berupa fi'lun (perbuatan) merupakan cara lain untuk

membentuk 'akad dan paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, sorang pembeli menyerahkan sejumlah uang; kemudian penjual

menyerahkan barang kepada pembeli. Cara ini disebut jual beli dengan

saling menyerahkan harga dan barang atau disebut juga mu'athah.

Demikian pula ketika seseorang naik bus menuju ke suatu tempat; tanpa

31Ibid, hlm. 32632Ibid, hlm. 319

Page 37: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

27

kata-kata atau ucapan (sighat) penumpang tersebut langsung menyerahkan

uang seharga karcis sesuai dengan jarak yang ditempuh.

Sewa menyewa ini disebut juga dengan mu'athah. Selanjutnya,

dalam dunia modern sekarang ini, 'akad jual beli dapat terjadi secara

otomatis dengan menggunakan mesin. Dengan memasukkan uang ke

mesin, maka akan keluar barang sesuai dengan jumlah uang yang

dimasukkan. Demikian juga, pembelian barang dengan menggunakan

credit card (kartu kredit), transaksi dengan pihak bank melalui mesin

otomatis, dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa yang terpenting dalam cara

mu'athah ini, untuk menumbuhkan akad maka jangan sampai terjadi

pengecohan atau penipuan.

Segala sesuatu harus diketahui secara jelas; atau transparan. Suatu

'akad dipandang berakhir apabila telah tercapai tujuannya. Dalam 'akad

jual beli, misalnya, 'akad dipandang telah berakhir apabila barang telah

berpindah milik kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik si

penjual. Sedangkan 'akad dalam pegadaian dan kafalah (pertanggungan)

dianggap telah berakhir apabila utang telah dibayar.33

Rukun yang pokok dalam akad (perjanjian) jual-beli itu adalah

ijab-kabul yaitu ucapan penyerahan hak milik di satu pihak dan ucapan

penerimaan di pihak lain. Adanya ijab-kabul dalam transaksi ini

merupakan indikasi adanya saling ridha dari pihak-pihak yang

mengadakan transaksi.

33Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),Yogyakarta: UII Press, 2000, hlm. 65.

Page 38: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

28

Transaksi berlangsung secara hukum bila padanya telah terdapat

saling ridha yang menjadi kriteria utama dan sahnya suatu transaksi.

Namun suka saling ridha itu merupakan perasaan yang berada pada bagian

dalam dari manusia, yang tidak mungkin diketahui orang lain. Oleh

karenanya diperlukan suatu indikasi yang jelas yang menunjukkan adanya

perasaan dalam tentang saling ridha itu. Para ulama terdahulu menetapkan

ijab-kabul itu sebagai suatu indikasi.34

اليفرتقن اثنان اال عن : عن ايب هريرة رضي اهللا عنه عن النيب صلعم قال35تراض

Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. dari Nabi SAW. bersabda: janganlahdua orang yang jual beli berpisah, sebelum saling meridhai"(Riwayat Abu Daud danTirmidzi).

Ijab-kabul adalah salah satu bentuk indikasi yang meyakinkan tentang

adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini dapat menemukan cara lain

yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling mengangguk atau

saling menanda tangani suatu dokumen, maka yang demikian telah memenuhi

unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi jual-beli di supermarket, pembeli

telah menyerahkan uang dan penjual melalui petugasnya di counter telah

memberikan slip tanda terima, sahlah jual-beli itu.36

Dalam literatur fiqih muamalah terdapat pengertian ijab dan kabul

dengan berbagai rumusan yang bervariasi namun intinya sama. Misalnya

dalam buku fiqih muamalah susunan Hendi Suhendi dijelaskan bahwa ijab

34Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003, hlm. 19535Al-Imam Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Azdi as-Sijistani, Sunan Abi Daud,

Kairo: Tijarriyah Kubra, 1354 H/1935 M, hlm. 324.36Ibid

Page 39: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

29

adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad

sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan kabul

ialah perkataan yang keluar dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah

adanya ijab.37 Menurut madzhab Hanafi, ijab ialah sesuatu yang keluar

pertama kali dari salah satu dari dua orang yang mengadakan akad. Baik dari

si penjual, seperti ucapan: “saya menjual kepadamu barang ini” maupun dari

si pembeli, seperti ucapan: “saya membeli barang ini dengan harga seribu”,

kemudian si penjual menjawab: “barang itu aku jual kepadamu”. Sedangkan

“kaul” ialah sesuatu yang keluar kedua (sesudah ijab).38

Dalam buku Etika Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam,

terdapat penjelasan, dalam akad jual beli, ijab adalah ucapan yang diucapkan

oleh penjual, sedangkan kabul adalah ucapan setuju dan rela yang berasal dari

pembeli.39 Rachmat Syafe’i dengan mengutip ulama Hanafiyah dalam redaksi

yang berbeda dengan di atas mengatakan: ijab adalah penetapan perbuatan

tertentu yang menunjukkan keridaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik

yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan kabul adalah orang

yang berkata setelah orang yang mengucapkan ijab, yang menunjukkan

keridaan atas ucapan orang pertama.40

Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa ijab adalah

suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk melakukan

37Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 47.38Abd al-Rahman al-Jaziri,, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiah, 1970, hlm. 320.39Muhammad Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam,

Yogyakarta: BPFE, 2004, hlm. 155.40Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2004, hlm. 45.

Page 40: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

30

atau tidak melakukan sesuatu. Kabul adalah suatu pernyataan menerima dari

pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama.

Dalam hubungannya dengan ijab kabul, bahwa syarat-syarat sah ijab

kabul ialah:

1. Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeli diam saja setelah penjual

menyatakan ijab dan sebaliknya.

2. Jangan diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.

3. Beragama Islam,

Syarat beragama Islam khusus untuk pembeli saja dalam benda-

benda tertentu, seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang

beragama Islam kepada pembeli yang tidak beragama Islam, sebab besar

kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama

Islam, sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin memberi jalan

kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin.

Menurut fuqaha Hanafiyah terdapat empat macam syarat yang harus

terpenuhi dalam jual beli: (1) syarat in'akad; (2) syarat shihhah; (3) syarat

nafadz, dan (4) syarat luzum. Perincian masing-masing sebagaimana

disampaikan berikut:

Syarat in'akad terdiri dari:

1. Yang berkenaan dengan 'aqid: harus cakap bertindak hukum.

2. Yang berkenaan dengan akadnya sendiri: (a) adanya persesuaian antara

ijab dan kabul, (b) berlangsung dalam majlis akad.

Page 41: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

31

3. Yang berkenaan dengan obyek jual-beli: (a) barangnya ada, (b) berupa

mal mutaqawwim, (c) milik sendiri, dan (d) dapat diserah-terimakan

ketika akad.

Sedangkan syarat shihhah, yaitu syarat shihhah yang bersifat umum

adalah: bahwasanya jual beli tersebut tidak mengandung salah satu dari enam

unsur yang merusaknya, yakni: jihalah (ketidakjelasan), ikrah (paksaan),

tauqit (pembatasan waktu), gharar (tipu-daya), dharar (aniaya) dan

persyaratan yang merugikan pihak lain. Adapun syarat shihhah yang bersifat

khusus adalah: (a) penyerahan dalam hal jual-beli benda bergerak, (b)

kejelasan mengenai harga pokok dalam hal al-ba'i' al-murabahah (c)

terpenuhi sejumlah kriteria tertentu dalam hal bai'ul-salam (d) tidak

mengandung unsur riba dalam jual beli harta ribawi.

Adapun syarat Nafadz, yaitu ada dua: (a) adanya unsur milkiyah atau

wilayah, (b) Bendanya yang diperjualkan tidak mengandung hak orang lain.

Sedangkan syarat Luzum yakni tidak adanya hak khiyar yang memberikan

pilihan kepada masing-masing pihak antara membatalkan atau meneruskan

jual beli.41

Fuqaha Malikiyah merumuskan tiga macam syarat jual beli: berkaitan

dengan 'aqid, berkaitan dengan sighat dan syarat yang berkaitan dengan obyek

jual beli. Syarat yang berkaitan dengan 'aqid: (a) mumayyiz, (b) cakap hukum,

(c) berakal sehat, (d) pemilik barang.

41Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Juz, IV, Beirut: Dar al-Fkr, 1989,hlm. 149

Page 42: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

32

Syarat yang berkaitan dengan shigat: (a) dilaksanakan dalam satu

majlis, (b) antara ijab dan kabul tidak terputus. Syarat yang berkaitan dengan

obyeknya: (a) tidak dilarang oleh syara', (b) suci, (c) bermanfaat, (d) diketahui

oleh 'aqid, (e) dapat diserahterimakan.42

Menurut mazhab Syafi'iyah, syarat yang berkaitan dengan 'aqid: (a) al-

rusyd, yakni baligh, berakal dan cakap hukum, (b) tidak dipaksa, (c) Islam,

dalam hal jual beli Mushaf dan kitab Hadis, (d) tidak kafir harbi dalam hal jual

beli peralatan perang. Fuqaha Syafi'iyah merumuskan dua kelompok

persyaratan: yang berkaitan dengan ijab-kabul dan yang berkaitan dengan

obyek jual beli.

Syarat yang berkaitan dengan ijab-kabul atau shigat akad:

1. Berupa percakapan dua pihak (khithobah)

2. Pihak pertama menyatakan barang dan harganya

3. Kabul dinyatakan oleh pihak kedua (mukhathab)

4. Antara ijab dan kabul tidak terputus dengan percakapan lain;

5. Kalimat kabul tidak berubah dengan kabul yang baru

6. Terdapat kesesuaian antara ijab dan kabul

7. Shighat akad tidak digantungkan dengan sesuatu yang lain

8. Tidak dibatasi dalam periode waktu tertentu

Syarat yang berkaitan dengan obyek jual-beli:

1. Harus suci

2. Dapat diserah-terimakan

42Ibid., hlm. 387 – 388.

Page 43: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

33

3. Dapat dimanfaatkan secara syara'

4. Hak milik sendiri atau milik orang lain dengan kuasa atasnya

5. Berupa materi dan sifat-sifatnya dapat dinyatakan secara jelas.43

Fuqaha Hambali merumuskan dua kategori persyaratan: yang

berkaitan dengan 'aqid (para pihak) dan yang berkaitan dengan shighat, dan

yang berkaitan dengan obyek jual-beli. Syarat yang berkaitan dengan para

pihak:

1. Al-Rusyd (baligh dan berakal sehat) kecuali dalam jual-beli barang-barang

yang ringan

2. Ada kerelaan

Syarat yang berkaitan dengan shighat

1. Berlangsung dalam satu majlis

2. Antara ijab dan kabul tidak terputus

3. Akadnya tidak dibatasi dengan periode waktu tertentu

Syarat yang berkaitan dengan obyek

1. Berupa mal (harta)

2. Harta tersebut milik para pihak

3. Dapat diserahterimakan

4. Dinyatakan secara jelas oleh para pihak

5. Harga dinyatakan secara jelas

6. Tidak ada halangan syara.44

43Ibid., hlm. 389 – 393.44Ibid., hlm. 393 – 397.

Page 44: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

34

Seluruh fuqaha sepakat bahwasanya jual beli bangkai, khamer dan

babi adalah batal atau tidak sah. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Sabda

Rasullullah SAW.

ر بيب عن عطاء بن أيب ح ثـنا الليث عن يزيد بن أيب د يبة ح ثـنا قـتـ د باح حلم س سول الله صلى الله عليه و ع ر ي الله عنه أنه مس ض الله ر ابر بن عبد عن جنزير اخل يتة و الم ر و رم بـيع اخلم وله ح س ر تح إن الله و ة عام الف ك و مب ه يـقول و

ن ص األ ا السفن و ى ا يطل ه ـن فإ يتة م ال وم شح ت أرأي الله ول ا رس ي يل فق امام ر و ح ال ال ه ا الناس فـق بح ص ت يس ود و اجلل ا هن د ي 45)رواه البخاري(و

Artinya; Telah mengabarkan kepada kami dari Qutaibah dari al-Laitsdari Yazid bin Abi Habib dari 'Atha' bin Abi Rabah dariJabir bin 'Abdullah ra telah mendengar Rasulullah Saw.Bersabda: tahun pembukaan di Makkah: sesungguhnyaAllah mengharamkan jual-beli khamer (minuman keras),bangkai, babi dan berhala" Kemudian seseorang bertanya:"Bagaimana tentang lemak bangkai, karena banyak yangmenggunakannya sebagai pelapis perahu dan, meminyakikulit dan untuk bahan bakar lampu?" Rasulullah SAW.menjawab: "Tidak boleh, semua itu adalah haram". (H.R. al-Bukhari)

Mengenai benda-benda najis selain yang dinyatakan di dalam hadis di

atas fuqaha berselisih pandangan. Menurut Mazhab Hanafiyah dan

Dhahiriyah, benda najis yang bermanfaat selain yang dinyatakan dalam hadis

di atas, boleh diperjualbelikan sepanjang tidak untuk dimakan sah

diperjualbelikan, seperti kotoran ternak. Kaidah umum yang populer dalam

mazhab ini adalah:

ان كل مافية منفعة حتل شرعا فإن بيعه جيوز

45Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn al-Mugirah ibn Bardizbah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz 3, Beirut Libanon: Dar al-Fikr, 1410 H/1990 M, hlm. 35.

Page 45: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

35

46

Artinya: Segala sesuatu yang mengandung manfaat yang dihalalkanoleh syara' boleh dijual-belikan.

Dalam Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, mazhab Hanafi

menegaskan:

االنتفاع به ىف غري األكل كما جيوز بيع الدهن املتنجس و : قالوا–احلنفية

العني وإمنا الذي مينعونه بيع امليتة وجلدها قبل الدبغ وبيع اخلنزير وبيع اخلمر47

Artinya: Mereka berkata: Boleh menjualbelikan minyak yang terkenanajis dan memanfaatkannya selain untuk makan.Sebagaimana boleh memperjualbelikan kotoran yangtercampur dengan debu dan memanfaatkannya dan kotoranbinatang atau pupuk meskipun dia najis barangnya.Bahwasanya yang mereka larang adalah memperjual belikanbangkai, kulit bangkai sebelum disamak, babi dan arak.

D. Macam-Macam Jual Beli

1. Jual Beli Benda yang Kelihatan

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi

hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum

dan batal menurut hukum; dari segi obyek jual beli; dan dari segi pelaku

jual beli. Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat

dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin48 bahwa jual beli dibagi menjadi

tiga bentuk: 1) jual beli benda yang kelihatan 2) jual beli yang disebutkan

sifat-sifatnya dalam janji dan 3) jual beli benda yang tidak ada.

46Muhammad bin Ismail al-Kahlani as-San'ani, Subul as-Salam, Jilid III, Cairo: SyirkahMaktabah Mustafa al-Babi al-Halabi, 1950, hlm. 17

47Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, Juz 2, Beirut: Dar al-Fikr,1972, hlm. 137.

48 Imam Taqiyuddin Abubakar ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayat Al Akhyar Fii HalliGhayatil Ikhtishar, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 329.

Page 46: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

36

Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad

jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan

pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak, seperti membeli

beras di pasar dan boleh dilakukan.

Jual beli itu dihalalkan, dibenarkan agama, asal memenuhi syarat-

syarat yang diperlukan. Demikian hukum ini disepakati para ahli ijma

(ulama’ Mujtahidin) tak ada khilaf padanya. Memang dengan tegas-tegas

al-Qur’an menerangkan bahwa menjual itu halal; sedang riba

diharamkan.49 Sejalan dengan itu dalam jual beli ada persyaratan yang

harus dipenuhi, di antaranya menyangkut barang yang dijadikan objek jual

beli yaitu barang yang diakadkan harus ada di tangan si penjual, artinya

barang itu ada di tempat, diketahui dan dapat dilihat pembeli pada waktu

akad itu terjadi. Hal ini sebagaimana dinyatakan Sayyid Sabiq:

ااملعقود عليه فيشرتط فيه ستة شروط اإلنتفاع به ) 2(طهارة العني ) 1: (وامكون ) 6(العلم به ) 5(القدرة على تسليمة ) 4(له ملكيه العاقد) 3(

50املبيع مقبوضا

Artinya: Adapun tentang syarat barang yang diakadkan ada enamyaitu (1) bersihnya barang. (2) dapat dimanfaatkan. (3)milik orang yang melakukan akad. (4) mampumenyerahkannya. (5) mengetahui. (6) barang yangdiakadkan ada di tangan.

2. Jual Beli yang Disebutkan Sifat-Sifatnya dalam Janji

49T.M Hasbi ash-Shiddiqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, Tinjauan Antar Mazhab,Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001, Cet ke-2, hlm. 328.

50Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 150

Page 47: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

37

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual

beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah

untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti

meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu,

maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan barang-barangnya

ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah

ditetapkan ketika akad.

Dasar hukum jual beli salam dapat dilihat dalam hadis sebagai

berikut:

ــيح عــن جن يان عــن ابــن أيب ــف ثـنا س ــد يلــي ح ــد النـف ثـنا عبــد اللــه بــن حمم ــد حــن ا ــال ع ه نـ الم ــن أيب ــري ع ث ــن ك ــد اللــه ب ضــي اهللا عنــه قــال عب ــن عبــاس ر ب

يــل ك ــلف يف ــيئ فـليس ش ــلف يف ــن أس ــلم م س ــه و ــلى اللــه علي ــول اللــه ص س رلوم ع ل م لوم إىل أج ع زن م و لوم و ع )رواه ابن ماجة(م

51

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Abdullah bin Muhammadal-Nufaily dari Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari Abdullah bin Kasirdari Abi al-Minhal dari Ibnu Abbas ra. Telah berkata RasulullahSaw: jika kamu melakukan jual beli salam, maka lakukanlahdalam ukuran tertentu, timbangan tertentu, dan waktu tertentu.(HR Ibn Majah).

Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat

tambahannya ialah:

51Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid ibnu Majah al-Qazwini, hadis No. 2065dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic SoftwareCompany)

Page 48: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

38

1. Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin

dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar,

ditimbang maupun diukur.

2. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi

dan memperendah harga barang itu, umpamanya benda tersebut

berupa kapas, sebutkanlah jenis kapas saclarides nomor satu, nomor

dua dan seterusnya, kalau kain, maka sebutkanlah jenis kainnya, pada

intinya sebutkanlah semua identitasnya yang dikenal oleh orang-orang

yang ahli di bidang ini, yang menyangkut kualitas barang tersebut.

3. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa

didapatkan di pasar.

4. Harga hendaknya dipegang di tempat akad berlangsung.52

3. Jual Beli Benda yang Tidak ada

Menurut Abu Bakr al-Jazairi, seorang muslim tidak boleh menjual

sesuatu yang tidak ada padanya atau sesuatu yang belum dimilikinya,

karena hal tersebut menyakiti pembeli yang tidak mendapatkan barang

yang dimilikinya.53

Dalam kaitan ini Ibnu Rusyd menjelaskan, barang-barang yang

diperjual belikan itu ada dua macam: pertama, barang yang benar-benar

ada dan dapat dilihat, ini tidak ada perbedaan pendapat. Kedua, barang

yang tidak hadir (gaib) atau tidak dapat dilihat dan tidak ada di tempat

akad itu terjadi, maka untuk hal ini terjadi perbedaan pendapat di antara

52Hendi Suhendi, op.cit., hlm. 76.53Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaj al-Muslim: Kitab Aqa'id wa Adab wa Ahlaq wa

Ibadah wa Mua'amalah, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, 2004, hlm. 297.

Page 49: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

39

para ulama. Menurut Imam Malik dibolehkan jual beli barang yang tidak

hadir (gaib) atau tidak dapat dilihat dan tidak ada di tempat akad itu

terjadi, demikian pula pendapat Abu Hanifah. Namun demikian dalam

pandangan Malik bahwa barang itu harus disebutkan sifatnya, sedangkan

dalam pandangan Abu Hanifah tidak menyebutkan sifatnya pun boleh.54

Pandangan kedua ulama tersebut (Imam Malik dan Abu Hanifah)

berbeda dengan pandangan Imam al-Syafi'i yang tidak membolehkan jual

beli barang yang tidak hadir (gaib) atau tidak dapat dilihat dan tidak ada di

tempat akad itu terjadi.

Menurut Sayyid Sabiq, boleh menjualbelikan barang yang pada

waktu dilakukannya akad tidak ada di tempat, dengan syarat kriteria

barang tersebut terperinci dengan jelas. Jika ternyata sesuai dengan

informasi, jual beli menjadi sah, dan jika ternyata berbeda, pihak yang

tidak menyaksikan (salah satu pihak yang melakukan akad) boleh

memilih: menerima atau tidak. Tak ada bedanya dalam hal ini, baik

pembeli maupun penjual.55

E. Pendapat Para Ulama tentang Ijab Qabul dalam Jual Beli

Pendapat para ulama tentang jual beli tanpa lafaz ijab yang dalam hal

ini terdapat perbedaan pendapat. Perbedaan ini jika dikelompokkan maka ada

tiga pendapat. Pertama, pendapat ulama Syafi'iyah, kedua, pendapat Imam

Nawawi, dan ketiga, pendapat para ulama kontemporer.

54Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, Juz II, Beirut: Dâr Al-Jiil,1409 H/1989, hlm. 116 – 117.

55Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 155.

Page 50: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

40

Di zaman modern perwujudan ijab dan qabul tidak lagi diucapkan,

tetapi dilakukan dengan shigat bentuk af'al (perbuatan) seperti sikap

mengambil barang dan membayar uang dari pembeli, serta menerima uang

dan menyerahkan barang oleh penjual, tanpa ucapan apa pun. Misalnya, jual

beli yang berlangsung di pasar swalayan. Dalam fiqh Islam, jual beli seperti

ini disebut dengan bai' al-mu'athah.

Dalam kasus perwujudan ijab dan qabul melalui sikap ini (bai' al-

mu'athah) terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqh. Jumhur ulama

berpendapat bahwa jual beli seperti ini hukumnya boleh, apabila hal itu sudah

merupakan kebiasaan suatu masyarakat di suatu negeri; karena hal itu telah

menunjukkan unsur ridla dari kedua belah pihak. Menurut mereka, di antara

unsur terpenting dalam transaksi jual beli adalah suka sama suka (al-tara'dhi),

sesuai dengan kandungan surat an-Nisa', 4: 29. Sikap mengambil barang dan

membayar harga barang oleh pembeli, menurut mereka, telah menunjukkan

ijab dan qabul dan telah mengandung unsur kerelaan.

Dalam masalah ijab qabul, ulama Syafi'iyah berpendapat, bahwa

transaksi jual beli harus dilakukan dengan ucapan yang jelas atau sindiran,

melalui kalimat ijab dan qabul. Oleh sebab itu, menurut mereka, jual beli

seperti kasus di atas (bai al-mu'athah) hukumnya tidak sah, baik jual beli itu

dalam partai besar maupun dalam partai kecil.56 Alasan mereka adalah unsur

utama jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Unsur kerelaan, menurut

mereka, adalah masalah yang amat tersembunyi di dalam hati, karenanya perlu

56Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, hlm. 117

Page 51: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

41

diungkapkan dengan kata-kata ijab dan qabul; apalagi persengketaan dalam

jual beli boleh terjadi dan berlanjut ke pengadilan.

Sebagian ulama Syafi'iyah yang muncul belakangan seperti Imam an-

Nawawi, seorang fakih dan muhadis mazhab Syafi'i, dan al-Baghawi, seorang

mufasir mazhab Syafi'i, menyatakan bahwa jual beli al-mu'athah adalah sah,

apabila hal itu sudah merupakan kebiasaan suatu masyarakat di daerah

tertentu.57 Akan tetapi, sebagian ulama Syafi'iyah lainnya, membedakan antara

jual beli dalam jumlah besar dengan jual beli dalam jumlah kecil. Menurut

mereka, apabila yang dijual-belikan itu dalam jumlah besar, maka jual beli al-

mu'athah tidak sah, tetapi apabila jual beli itu dalam jumlah kecil, maka jual

beli al-mu'athah hukumnya sah.58

57Ibid58Ibid, hlm. 117

Page 52: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

42

BAB III

PENDAPAT TM.HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG TIDAK

DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL DALAM JUAL BELI

A. Biografi dan Sketsa Pemikiran TM. Hasbi Ash Shiddieqy

Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam skripsi ini

terkadang hanya disebut Hasbi termasuk untuk sebutan karya-karyanya—

dilahirkan di Lhokseumawe, Aceh Utara, pada 10 Maret 1904, di tengah-

tengah keluarga ulama pejabat. Secara geneologis, Hasbi adalah keturunan

campuran Aceh-Arab1 dan diketahui bahwa dia keturunan yang ke-37 dari

Abu Bakar ash-Shiddiq2, khalifah pertama dalam deretan khulafa Al-

Rasyidin.3 Itulah sebabnya Hasbi membubuhkan ash-Shiddieqy sebagai nama

keluarganya.4

1 Ibunya, Tengku Amrah, adalah putri Tengku Abdul Aziz, pemangku jabatan QadhiChik Maharaja Mangkubumi. la juga keponakan Abdul Jalil, bergelar Tengku Chik di AweGeutah, seorang ulama pejuang yang bersama Tengku Tapa bertempur di Aceh melawan Belanda.Tengku Chik di Awe Geutah, oleh masyarakat Aceh Utara dianggap sebagai seorang wali yangdikeramatkan. Kuburannya masih diziarahi untuk meminta berkah. Pamannya yang lain, bernamaTengku Tulot, menduduki jabatan Raja Imeum di awal pemerintahan Sri Maharaja Mangkubumi.Ayah Hasbi, al-Haj Tengku Muhammad Husen ibn Muhammad Su'ud, adalah seorang Qadhi Chik,yang menempati posisi itu setelah mertuanya wafat (informasi lebih jauh lihat: NourouzzamanShiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. LihatSulaiman al-Kumayi, Inilah Islam, Yogyakarta: Pustaka Rizki Putra, 2006, hlm. 13-16.

2 Silsilah Hasbi: Muhammad Hasbi ibn Muhammad Husein ibn Muhammad Su'ud ibn'Abdur-Rahman ibn Syati' ibn Muhammad Shalih ibn Muhammad Taufiqi ibn Fathimi ibn Ahmadibn Dhiauddin ibn Muhammad Ma'sum (Faqir Muhammad) ibn Ahmad Alfar ibn Mu'aiyidin ibnKhawajaki ibn Darwis ibn Muhammad Zahid ibn Marwajuddin ibn Ya'kub ibn 'Alauddin ibnBahauddin ibn Amir Kilal ibn Syammas ibn 'Abdul 'Aziz ibn Yazid ibn Ja'far ibn Qasim ibnMuhammad ibn Abu Bakar ash-Shiddiq.

3 Abu Bakar, seorang pendukung dan teman setia Nabi Muhammad paling awal, yangpercaya kepadanya dan memimpin salat jemaah selama sakit terakhir yang diderita Nabi, ditunjuksebaga penerus Nabi (8 Juni 632) melalui pemilihan yang melibatkan para pemimpin masyarakatIslam yang berkumpul di Madinah. la melaksanakan semua tugas dan meneladani semuakeistimewaan Nabi, kecuali hal-hal yang terkait dengan kenabiannya—karena kenabian berakhirseiring dengan wafatnya Nabi Muhammad (Philip K. Hitti, History of Arab: Rujukan Induk dan

Page 53: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

43

Prof. Dr. Hamka menerangkan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq berasal

dari Banu Taim ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lubai ibn Ghalib Al-Quraisyi. Pada

Banu Murrah nasabnya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad. Gelar ash-

Shiddiq diperolehnya dari Nabi, karena dia percaya sepenuh iman ketika Nabi

memberitahukan bahwa dia telah di-i'sra-kan dari Masjidil-Haram ke Baitul-

Maqdis dan di-mi'rojkan ke Sidratul-Muntaha dalam satu malam pulang pergi,

sedangkan orang lain ada yang meragukannya.5

Melihat latar belakang keluarga Hasbi, dapat diketahui bahwa darah

keulamaan itu telah menjadi bagian integral dalam dirinya. Karena itu,

pendidikan keagamaan Hasbi ditempa dari internal keluarganya sendiri,

terutama ayahnya. Ditambah lagi, dia dianugerahi oleh Allah dengan otak

yang cerdas sehingga tidak mengherankan dalam usia tujuh tahun ia telah

mengkhatamkan Al-Qur'an. Masih dalam asuhan sang ayah, Hasbi

mempelajari qiraah, tajwid serta dasar-dasar fiqh dan tafsir. Ilmu-ilmu dasar

yang memang menjadi semacam kurikulum wajib bagi calon ulama, di mana

keinginan terbesar sang ayah adalah agar Hasbi menjadi seorang ulama.

Tampaknya, karena alasan inilah ayah Hasbi menolak tawaran seorang

kontroler Lhokseumawe yang bermaksud menyekolahkan Hasbi karena

khawatir anaknya nanti menjadi kafir. Mungkin jika dilihat dari perspektif

modern, penolakan ini suatu kebodohan. Tetapi ayah Hasbi punya alasan

Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, penerj. R. Cecep Lukman Yasin dan DediSlamet Riyadi, Jakarta: Serambi, 2005, hlm. 222.

4 Nourouzzaman Shiddiqi, Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Perspektif SejarahPemikiran Islam di Indonesia, Disertasi Doktor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1987, hlm. 122.

5 Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, cet. Ill, 2001), hlm.200; Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, penerj. Ali Audah, Jakarta: LiteraAntar Nusa, cet. 27, 2002, hlm. 159.

Page 54: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

44

sendiri. Menurut M. Hasbi Amiruddin, alasan penolakan ini sebenarnya sangat

logis dan kondisi saat itu memang mengharuskan demikian. Katanya:

Karena sebuah kenyataan, di kala Belanda sedang berusaha penetrasidan menaklukkan masyarakat Aceh dia mengambil simpati pribumidengan memberi fasilitas-fasilitas tertentu. Lagi pula tujuanmenyekolahkan anak negeri ketika itu bukan dengan tujuan inginmencerdaskan bangsa Indonesia, akan tetapi agar menjadi tenaga kerjamereka dalam rangka memperlancar proses penaklukkan anak negeri.Menurut ulama Aceh ketika itu usaha penaklukkan Belanda terhadaporang Aceh dianggap perang meruntuhkan Islam dan umatnya, karenaitu perang melawan mereka dianggap jihad fisabilillah. Karena itu pulakalau ada negeri yang membantu Belanda itu mereka menganggapberarti membantu kafir, mereka dapat dihukum sama dengan kafir.6

Penolakan ini sebenarnya memberi dampak yang positif bagi

pengembangan dan kematangan ilmu-ilmu keislaman Hasbi. la lebih bisa

berkonsentrasi "melahap" ilmu-ilmu keislaman di bawah asuhan ayahnya ini.

Beberapa hal yang menarik pada diri TM. Hasbi Ash Shiddieqy, antara

lain:

Pertama, ia sangat menggemari buku, hampir pada setiap sudut

ruangan rumahnya terdapat kamus bahasa, dan di ruangan tempat ia belajar

tersusun kitab secara sistematis. Uniknya ia tidak pernah memberi pinjam

buku, kecuali membaca di rumahnya. Di samping itu ia adalah seorang

otodidak pendidikan yang ditempuhnya dari dayah ke dayah, dan hanya satu

setengah tahun duduk di bangku sekolah al-Irsyad, 1926. Dengan basis

6 Lihat M. Hasbi Amiruddin, "Biografi Hasbi Ash-Shiddieqy: Menelusuri Jejak SangPembaruan Pemikiran Islam di Indonesia", makalah disampaikan dalam Simposium Nasional"Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia dalam Rangka Hari Jadi ke-40 IAIN Ar-Raniry, 5Oktober 1963-5 Oktober 2003; M. Hasbi Amiruddin, Ulama Dayah: Pengawal Agama MasyarakatAceh, Lhokseumawe: Nadiya Foundation, 2003, hlm. 15-16; E. Gobee dan Adrianse, Nasihat-nasihat C. S. Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1963,penerj. Sukarsih Qakarta: INIS, 1991, hlm. iii.

Page 55: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

45

pendidikan formal seperti itu, ia memperlihatkan dirinya sebagai seorang

pemikir. Kemampuan intelektualnya diakui oleh dunia international. Ia

diundang dan menyampaikan makalah dalam international islamic qolloquium

yang diselenggarakan di Lahore Pakistan, 1958. Selain itu, berbeda dengan

tokoh-tokoh lainnya di Indonesia, ia telah mengeluarkan suara pembaruan

sebelum naik haji atau belajar di Timur Tengah.

Muhammad Hasbi menitik beratkan pembaruannya pada bidang

hukum Islam dengan semboyannya yang terkenal “pintu ijtihad terbuka

sepanjang zaman tidak pernah tertutup dan tidak ada manusia manapun yang

berhak menutupnya” (Prof. H. Ali Hasyim, Waspada, Medan, 19 September

1983).7

Kedua, ia mulai bergerak di Aceh, di lingkungan masyarakat yang

terkenal fanatik, bahkan ada yang menyangka “angker”. Namun Hasbi pada

awal perjuangannya berani menentang arus. Ia tidak gentar dan surut dari

perjuangannya kendatipun karena itu ia dimusuhi, ditawan dan diasingkan

oleh pihak yang tidak sepaham dengannya.

Ketiga, dalam berpendapat ia merasa dirinya bebas tidak terikat

dengan pendapat kelompoknya. Ia berpolemik dengan orang-orang

Muhammadiyah dan Persis, padahal ia juga anggota dari perserikatan itu. Ia

bahkan berani berbeda pendapat dengan jumhur ulama, sesuatu yang langka

terjadi di Indonesia.

7Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan1992, hlm. 852-853.

Page 56: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

46

Keempat, ia adalah orang pertama di Indonesia yang sejak tahun 1940

dan dipertegas lagi pada tahun 1960, menghimbau perlunya dibina fiqh yang

berkepribadian Indonesia. Himbauan ini menyentak sebagian ulama

Indonesia. Mereka angkat bicara menentang fiqh (hukum in concreto)

diindonesiakan atau dilokalkan. Bagi mereka, fiqh dan syari’at (hukum in

abstracto) adalah semakna dan sama-sama universal. Kini setelah berlalu

empat puluh lima tahun sejak 1960, suara-suara yang menyatakan masyarakat

muslim Indonesia memerlukan “fiqh Indonesia” terdengar kembali. Namun

sangat disayangkan, mereka enggan menyebut siapa penggagas awalnya.

Mencatat penggagas awal dalam sejarah adalah suatu kewajiban, demi

tegaknya kebenaran sejarah.8

Hasbi yang dilahirkan di lingkungan pejabat negeri ulama, pendidik

dan pejuang – jika ditelusuri sampai ke leluhurnya, dalam dirinya mengalir

campuran darah Aceh-Arab dan mungkin juga Malabar. Kendati ia dilahirkan

ketika ayahnya dalam posisi Qadli Chik, masa kecilnya tertempa penderitaan

seperti juga derita yang dialami oleh masyarakat. Selain faktor pendidikan,

bawaan dari leluhur dan orang tuanyalah yang ikut membentuk diri Hasbi

menjadi seorang yang keras hati, berdisiplin, pekerja keras, berkecenderungan

membebaskan diri dari kungkungan tradisi dan kejumudan serta mandiri tidak

terikat pada sesuatu pendapat lingkungannya.

Hasbi sejak remaja telah dikenal dikalangan masyarakatnya karena ia

sudah terjun berdakwah dan berdebat dalam diskusi-diskusi. Di Aceh ada

8TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Cet. 4, Semarang: PT PustakaRezki Putra, 2001, hlm. 220-221.

Page 57: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

47

tradisi yang disebut dengan meuploh-ploh masalah, mengurai masalah agama

yang dipertandingkan. Masalah yang disampaikan dalam bentuk syair harus

dijawab oleh pihak lain. Kalau tidak bisa menjawab, kelompok tersebut

dinyatakan kalah dalam pertandingan. Hasbi sering diminta untuk mengambil

peran sebagai penanya atau penjawab atau setidak-tidaknya sebagai konsultan

dalam diskusi-diskusi tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mengheran jika

Hasbi populer di kalangan masyarakat. Banyak orang menginginkan Hasbi

bisa menjadi menantunya. Sejak remaja dia sudah dipanggil dengan sebutan

Tengku Muda atau Tengku di Lhok. Di Aceh seseorang yang dihormati tidak

lagi dipanggil dengan nama dirinya tetapi dengan nama akrabnya.

Hasbi menikah pada usia 19 tahun dengan Siti Khadidjah, seorang

gadis yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya. Perkawinan dengan

gadis pilihan orang tuanya ini tidak berlangsung lama. Siti Khadidjah wafat

ketika melahirkan anaknya yang pertama. Anaknya yang dilahirkan itu, Nur

Jauharah, segera pula menyusul ibunya kembali kerahmat Allah. Kemudian

Hasbi menikah dengan Tengku Nyak Asyiyah binti Tengku Haji Hanum,

saudara sepupunya. Tengku Haji Hanum atau lebih akrab dipanggil dengan

Tengku Haji Nom adalah saudara kandung Tengku Amrah, ibu Hasbi. Dengan

Tengku Nyak Asyiayah inilah Hasbi mengayuh bahtera hidupnya sampai

akhir hayatnya. Dari perkawinannya ini lahir empat anak; dua orang

perempuan dan dua anak laki-laki.9

9TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, edisi II, Cet. 2, Semarang: PTPustaka Rizeki Putra, , 2001, hlm. 559-560.

Page 58: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

48

Hasbi sangat menghargai orang berpendapat. Ia tidak gusar jika

pendapatnya dibantah walaupun oleh anaknya sendiri. Bahkan dengan

anaknya, ia mengajak berdiskusi yang kadangkala berlangsung seperti orang

bertengkar tidak pula jarang terjadi ia mendiskusikan sesuatu yang sedang

ditulisnya dengan anaknya yang bertindak sebagai juru ketik dan korektor uji

cetak buku-bukunya. Jika pendapat anaknya dirasa benar, diakuinya. Jika

salah, ia membetulkannya dengan menasehati agar belajar lebih banyak

dengan membaca seperti yang diperbuatnya.

Hasbi yang cerdas dan dinamis serta telah bersentuhan dengan

pemikiran kaum pembaharu, dilihat oleh Syekh al-Kalali mempunyai potensi

dikembangkan menjadi tokoh yang menggerakkan pemikiran pembaruan

Islam di Aceh. Untuk keperluan itu, ia menganjurkan Hasbi pergi ke Surabaya

belajar pada perguruan al-Irsyad yang diasuh oleh pergerakan al-Irsyad wal

ishlah yang didirikan oleh Syekh Ahmad as-Surkati pada tahun 1926, dengan

diantar oleh Syekh al-Kalali, Hasbi berangkat ke Surabaya setelah di tes ia

dapat diterima di jenjang takhasus. Di jenjang ini Hasbi memusatkan

perhatiannya belajar bahasa Arab yang memang mendapat kedudukan

istimewa dalam kurikulum perguruan al-Irsyad. Percepatan penguasaan

bahasa Arabnya didukung pula oleh pergaulannya dengan orang-orang Arab

di Surabaya. Ia bemain bola bersama mereka. Ia juga mondok di rumah

seorang Arab. Satu setengah tahun Hasbi belajar di al-Irsyad dengan

perolehan kemahiran bahasa arab dan kemantapan berada di barisan kaum

pembaru untuk mengibarkan panji-panji Islam serta semangat kebangsaan

Page 59: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

49

Indonesia yang memang telah bersemi dalam dirinya sejak ia meudagang di

Tunjungan Barat, di Samalanga. Pada waktu itu, rakyat samalanga yang telah

memperlihatkan kepahlawanan melawan penjajah, pada tahun 1916

mendirikan cabang SI.10

Perguruan al-Irsyad jenjang takhasus adalah pendidikan formal

terakhir yang ditempuh Hasbi. Ia tidak pernah belajar ke luar negeri. Selesai

belajar di al-Irsyad, ia mengembangkan dan memperkaya dirinya dengan ilmu

melalui belajar sendiri, otodidak. Buku adalah guru terbaik. Berkat minat

bacanya yang besar, semangat belajar dan menulisnya yang tinggi Hasbi

menghasilkan lebih dari seratus judul buku dan ratusan pula artikel. Ia

memperoleh dua gelar Doktor H.C., satu dari UNISBA (1975), dan satu dari

IAIN Sunan Kalijaga (1975), dan menduduki jenjang fungsional pada tingkat

guru besar pada tahun 1960.11

Setelah Hasbi melepas jabatan Dekan Fakultas Syari’ah di Aceh,

sekitar tahun 1963 – 1966, ia merangkap pula jabatan pembantu Rektor III di

samping dekan Fakultas Syaria’h di IAIN Yogyakarta.

Di samping merangkap jabatan di IAIN, Hasbi juga mengajar dan

memangku jabatan struktural pada perguruan tinggi – Perguruan Tinggi Islam

Swasta. Sejak tahun 1964 ia mengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) di

Yogyakarta Tahun 1967 sampai wafatnya pada tahun 1975. Ia mengajar dan

menjabat dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Sultan Agung

10TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PTPutaka Rizki Putra, 1997, hlm. 560-562.

11TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, Edisi II, Cet.2, Semarang: PT. PustakaRizky Putra, 1997 hlm. 241-242.

Page 60: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

50

(UNISSULA) di Semarang. Pada tahun 1961 – 1971 dia menjabat rektor

Universitas al-Irsyad Surakarta, di samping pernah pula menjabat rektor

Cokroaminoto yang bermula dari Akademi Agama Islam (AAI) di Surakarta.

Nama Hasbi dipasang pula sebagai pengajar siyasah syari’ah di IAIN

Walisongo Semarang, di Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan

Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Ujung Pandang. Setelah itu Hasbi

juga menjabat ketua lembaga fatwa IAIN Sunan Kalijaga dan pemimpin post

graduate course (PGC) dalam ilmu fiqih bagi dosen IAIN se Indonesia. Ia

juga menjabat ketua lembaga fiqih Islam Indonesia , ketua lembaga fatwa

IAIN Sunan Kalijaga dan anggota Majelis Ifta’wat Tarjih DPP al-Irsyad.12

Adapun sketsa pemikiran TM. Hasbi Ash Shiddieqy dapat kita awali

dengan bertitik tolak pada kurun waktu tahun 1359/1940, ketika itu Hasbi

berumur 36 tahun, dalam polemiknya dengan Soekarno ia menulis: Fiqih yang

kita junjung tinggi ialah fiqih Qurisany dan fiqih Nabawi. Adapun fiqih

ijtihady, maka senantiasa kita lakukan nadzar, senantiasa kita jalankan

pemerikasaan dan boleh kita mengambil mana yang lebih cocok dengan nusa

dan bangsa kita.

Duapuluh satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 2 Rabiul Awal

1381/1961, dalam orasi ilmiyah yang berjudul “Syari’at Islam Menjawab

Tantangan Zaman” yang diucapkannya pada upacara peringatan Dies Natalis

IAIN yang pertama, Hasbi berseru: “maksud mempelajari syariat Islam di

Universitas-universitas Islam sekarang ini, supaya fiqih/syari’at Islam dapat

12Nourouzzaman Shiddiqi, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta, Pustaka Pelajar(Anggota LKAPL), 1996, hlm. 217-220. Cf. Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqih Indonesia Menggagasdan Gagasnnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota LKAPL), 1907, hlm. 3-61.

Page 61: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

51

menampung seluruh kemaslahatan masyarakat dan dapat menjadi pendiri

utama bagi pembangunan hukum di tanah air kita yang tercinta ini. Maksud

kita supaya dapat menyusun suatu fiqh yang berkepribadian kita sendiri.13

Dua pernyataan Hasbi di atas menjadi petunjuk, bahwa Hasbi

menghimbau perlu dibina fiqh yang berkepribadian atau fiqh yang

berwawasan ke-Indonesiaan. Maksudnya, fiqh yang cocok dengan keadaan

dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, fiqh yang oleh

sebagian orang Indonesia mengangapnya sudah menjadi barang antik yang

hanya layak untuk dipajangkan di musieum saja, mampu memecahkan

permasalahan-permasalahan hukum yang timbul di kalangan masyarakat

Indonesia. Bahkan diharapkan dapat menjadi tiang utama bagi pembinaan

hukum nasional Indonesia.

Sepanjang yang diketahui dalam catatan sejarah pemikiran Islam di

Indonesia, sebelum tahun 1359/1940, bahkan sampai tahun 1381/1961, belum

pernah terdengar suara yang menyampaikan gagasan seperti yang diajak oleh

Hasbi. Karena itu, dapatlah dikatakan, Hasbi adalah orang pertaama

dikalangan pemikir Islam di Indonesia yang mencetuskan gagasan seperti itu.

Bahkan sampai sekarangpun, setidaknya sampai tahun 1405-6/1985, masih

ada yang mempertanyakan dan bersikap “tak perlu ada fiqh yang berdimensi

ruang dan waktu”14

Adapun tujuan kajian ini, dengan mendeskripsikan dan menganalisis

fiiran-fikiran Hasbi dengan menggunakan pendekatan analisis teks dari

3TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Syariat Islam Menjawab Tantangan Zaman, Yogyakarta:IAIN, 1961, hlm. 41.

14KH. Ali Yafie, Matarantai Yang Hilang, Pesantren, no. 2/Vol II/1985, hlm. 36.

Page 62: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

52

tulisan-tulisan Hasbi sendiri, diharapkan dapat membantu memperjelas

pemahaman dan pendirian Hasbi tentang fiqh pada umumnya dan fiqh yang

berkepribadian Indonesia, fiqh yang diterapkan di Indonesia-, pada

khususnya. Hal ini barangkali dapat pula membantu upaya Kompilasi Hukum

Islam yang dikerjakan oleh Mahkamah Agung bekerjasama dengan

Departemen Agama R.I. (pada saat Menteri Agama, Munawir Sadzali, dan

sudah selesai dikerjakan).

Peristiwa yang mendorong lahirnya ide Hasbi tentang fiqh yang

berkepribadian Indonesia, ialah gejala historis – sosiologis yang

menggambarkan tentang perlakuan fiqh di kalangan kaum muslimin

Indonesia. Hasbi mengamati fiqh seakan lesu darah. Ibarat kitab tua yang

sudah dimakan rengat, dibuang sayang tetapi sudah tidak dapat dibaca lagi.

Pada tahun 1368/1948 dia menulis: “barang siapa di antara kita yang sudi

melepaskan pemandangan keinsyafannya ke dalam kehidupan umat Islam

dewasa ini, tentulah bakal terlihat olehnya dengan jelas dan nyata, akan

lemahnya bekas-bekas hukum Islam atas pemeluk dan pergaulan kaum

muslimin, istimewa di tanah Indonesia yang cantik molek ini.15

Pengamatan Hasbi pada tahun 1368/1948 tidak jauh berbeda, -

kalaupun tidak mau dikatakan lebih merosot -, dari keadaan kehidupan fiqh

pada tahun 1381/1961, ketika dia menyampaikan orasi ilmiah “Syariat Islam

Menjawab Tantangan Zaman”. Bagi Hasbi, keadaan fiqh yang lesu darah ini

terasa aneh. Sebab, kaum muslimin di Indonesia yang berjumlah banyak,

15TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Menghidupkan Hukum Islam dalam Masyarakat, AliranIslam, No. I, 1948, hlm 43.

Page 63: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

53

lebih banyak dari kaum muslimin yang berada di timur tengah digabung

menjadi satu, yang sepatutnya menjadi pendukung fiqh, tetapi

mengabaikannya bahkan mencari hukum yang lain.

Pada waktu itu, kedudukan Peradilan Agama tidak lebih dari sebuah

lembaga pemberi fatwa. Keputusan-keputusanya tidak mempunyai kekuatan

hukum yang memaksa. Dia baru mempunyai kekuatan yang memaksa jika

dikukuhkan oleh Pengadilan Negeri. Biasanya, Pengadilan Negeri sebelum

memberikan pengukuhannya terlebih dahulu melakukan pemeriksaan ulang

dengan mengambil hukum adat sebagai pedoman. Hasbi mempetanyakan

pada dirinya sendiri, mengapa nasib fiqh menjadi begini. Tentu ada sesuatu

pada diri fiqh yang telah menjadi fakor penyebab tidak mendapat perlakuan

dan penghargaan yang layak.

Hasbi melihat, salah satu penyebab fiqh tidak mendapat sambutan

yang hangat di kalangan muslimin Indonesia, ialah karena ada bagian-bagian

fiqh berdasarkan ‘‘urf di timur tengah yang tidak sesuai dengan rasa

kesadaran hukum masyarakat Indonesia yang telah melembaga dalam hukum

adat. Bagian-bagian fiqh yang seperti ini tentunya terasa asing bagi mereka,

akan tetapi dipaksakann juga berlaku atas dasar taqlid. Dalam kalimat Hasbi

sendiri tertulis: “fiqh yang berkembang dalam masyarakat kita sekarang

sebagiannya adalah fiqh Hijazi, fiqh yang terbentuk atas dasar adat istiadat

dan ‘urf yang berlaku di Hijaz, atau fiqh Misry yaitu fiqh yang terbentuk atas

dasar adat-istiadat dan kebiasaan Mesir, atau fiqh Hindi yaitu fiqh yang

terbentuk atas ‘urf dan adat-istiadat yang berlaku di India.

Page 64: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

54

Selama ini kita belum mewujudkan kemampuan untuk berijtihad,

mewujudkan kaum fiqh yang sesuai dengan kepribadian Indonesia, karena itu

kadang-kadang kita paksakan fiqh Hijaz atau fiqh Misry atau fiqh Iraki

berlaku di Indonesia atas dasar taqlid.

Adapun karya tulis Hasbi dapat disebutkan antara lain:

1. Hadits

a. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta, Bulan Bintang, 1954;

1955; 1965; 1974; 1977; 1980, 420 p.

b. 2002 Mutiara Hadits, 8 jilid, Jakarta, Bulan Bintang, 1954 – 1980,

jilid I, 1954; 1955; 1961; 1975, 540 p. jilid II, 1956; 1975; 1981, 588

p. jilid III, 1962; 1977, 668 p. jilid IV, 1977, 692 p. jilid V, 1977; 628

p. jilid VI, 1980, 584 p. Jilid ke VIII belum diterbitkan .

c. Koleksi Hadits-Hadits hukum, ahkamun Nabawiyah. 9j. Bandung: al-

Ma’arif, 1970-1976 Jilid I: 1970;’72, ’81; 380 p. jilid II : 1972; 400p.

jilid III : 1972; ? ‘81 493 p. jilid IV: 1972; 379 p. jilid VI : 1976: 307

p. jilid VII sampai dengan XI belum diterbitkan. Naskahnya sudah

siap.

d. Hukum-Hukum Fiqih Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1952: ’55; ’62;

’70; ’78 pada penerbitanya yang pertama yang diterbitkan oleh

Pustaka Islam Jakarta buku ini berjudul pedoman Hukum Syar’i yang

berkembang dalam kalangan Sunni. Buku ini memuat materi hukum

dari semua madzhab Sunni (Madzhab empat)

Page 65: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

55

e. Pengantar Hukum Islam, 2 jilid, Jakarta, Bulan Bintang, jilid I : 1953;

’58; ’63; ’68; ’75; ’80 jilid II: 1953; ’58; ’63; ’68; ’75; ’81.

f. Sjari’at Islam Mendjawab Tantangan Zaman, Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga, 1961. Cet kedua diterbitkan di Jakarta : Bulan

Bintang, 1966.

g. Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta, Bulan Bintang, 1967; ’74.

h. Beberapa Problematika Hukum Islam, Yogyakarta, Lembaga hukum

Islam Indonesia, 1972. Pada cetakan kedua, buku ini diberi judul

Beberapa Permasalahan Hukum Islam, Jakarta, Tintamas, 1975.

i. Kumpulan Soal Jawab, Jakarta, Bulan Bintang, 1973.

2. Tafsir dan Ilmu al-Quran:

a. Beberapa Rangkaian Ajat, Bandung: al-Ma’arif, tt. (1952 ?) Buku ini

dimaksudkan sebagai buku pelajaran tafsir tingkat permulaan . (44 p)

b. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/tafsir, Jakarta, Bulan Bintang

1954; 1955; 1961; 1965; 1972;1977; 1980 (308 p). buku ini sebuah

refisi dari bukunya yang semula berjudul sejarah dan pengantar ilmu

tafsir.

c. Tafsir al-Qurnul Majied “an-Nur”, 30 Juz Jakarta, Bulan Bintang

1956-1973; 1956; 1965; 1976. Pustaka Rizki Putera (4 jilid). Setiap

jilidnya antara 300-360 p. Sistem penafsirannya adalah paragraf per

paragraf (qith’ah) seperti yang dilakukan oleh al-Maraghi.

Penafsirannya menggunakan metode campuran Ar-Riwayah (ma’tsur)

Page 66: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

56

dan biad-dirayah (ma’qul). Di dalamnya termuat juga sebab-sebab

turunnya ayat (asbab an-Nuzul).

B. Pendapat T.M.Hasbi Ash Shiddieqy Tentang Tidak Diperlukannya

Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli

Pada prinsipnya bahwa TM. Hasbi Ash Shiddieqy mendukung

pendapat yang menyatakan bahwa sumber fiqih dalam bidang muamalat ialah

al-Qur’an, Hadits/Sunnah Nabi, Ijma’, Qiyas, Ra’yu, Urf.

Pertama, al-Qur’an16 adalah sumber utama dalam pembinaan hukum

Islam. Namun al-Qur’an tidak banyak memberikan hukum-hukum yang terinci

dan pasti terhadap masalah-masalah yang menyangkut bidang muamalah

bahkan al-Qur’an melarang para sahabat banyak bertanya kepada Nabi

mengenai hukum-hukum yang belum diperlukan. Sebab, jangan sampai terjadi

karena banyak pertanyaan akan mengakibatkan timbul kesulitan dalam

pelaksanaannya, seperti kasus seorang Yahudi yang banyak bertanya tentang

bagaimana sapi yang harus mereka sembelih. Terhadap sesuatu yang menjadi

penyakit masyarakat, beban-beban hukumnya pun diberikan secara bertahap,

seperti hukum zina misalnya.

Mengenai metode penafsiran, Hasbi sependapat bahwa dalam

menafsirkan al-Qur'an pertama kali harus dicari penjelasannya pada al-Qur'an

16Al-Qur’an menurut bahasa, ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah mashdaryang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru = yang dibaca. Lihat TM. Hasbi AshShiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang,1997, hlm. 3. Menurut Subhi Shaleh al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagaimu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushab-mushab, yangdiriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah. Lihat Subhi Shaleh, Mabahisfi Ulum al-Qur’an, Dinamika Barakah Utama, Jakarta, tt, hlm. 21. dikutip dari Muhammad NurIhwan, Memasuki Dunia al-Qur’an, Lubuk Raya, Semarang, 2001, hlm. 37-38.

Page 67: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

57

sendiri. Sebab, seringkali dijumpai ada ayat-ayat yang disebutkan secara

ringkas di suatu tempat, sedangkan penjelasannya terdapat pada ayat di tempat

lain. Mengapa penafsiran pertama kali harus dicari dalam al-Qur'an sendiri,

karena Allah yang lebih mengetahui kehendak-Nya. Jika tidak diketemukan

ayat atau ayat-ayat yang menjadi penjelas bagi sesuatu yang hendak

ditafsirkan, barulah dicari penjelasannya pada Hadits. Sebab, Nabi lebih

mengetahui tentang makna perintah atau berita yang disampaikan kepadanya.

Jika tidak ada Hadits barulah dilihat pada penafsiran sahabat. Karena

penafsiran Sahabat lebih dekat kepada kebenaran sebab mereka lebih

mengetahui maksud-maksud ayat lantaran mereka mendengar sendiri dari

Rasul dan menyaksikan sebab-sebab turun (asbab an-nuzul) ayat atau ayat-

ayat itu. "Wajib kita yakini bahwa Nabi saw telah menerangkan kepada para

sahabat makna-makna al-Qur'an," demikian kata Hasbi dengan mengutip Ibn

Taimiyah. Perlu dicatat pula, bahwa para Sahabat Nabi mengetahui betul

tentang bahasa Arab. Apalagi bahasa Arab yang dipakai pada saat ayat atau

ayat-ayat itu diturunkan. Akhirnya Hasbi berpesan kepada orang yang hendak

menerjemahkan al-Qur'an, agar mempelajari semua kitab tafsir, baik yang

menggunakan metode riwayah (bi al-ma 'tsur/bi al- manqul), maupun yang

menggunakan metode dirayah (bi ar-ra' yi/ bi al-ijtihadi/bi al-ma 'qui). Jika

dia seorang Muhaqqi (Pemilih) hendaklah dia menjelaskan pula cara-cara

pentahqiqkannya.17

17T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, PTPustaka Rizki Putera Semarang 1997, hlm. 200-208

Page 68: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

58

Kedua, mengenai sunnah dan hadits18 sebagai sumber hukum yang

kedua, Hasbi memilih pendapat ahli ushul yang memformulasikan hadits

dengan: segala perbuatan, ucapan dan taqrir (persetujuan/keputusan) Nabi saw

yang berhubungan dengan hukum. Selanjutnya Hasbi mengingatkan, dalam

menghadapi hadits ada dua hal yang disepakati jumhur:

Pertama, hadits Rasul sebagai hujjah yang harus ditaati; kedua, hadits

sebagai penjelas bagi nash al-Qur'an yang bersifat umum (mujmal). Karena

itu, tidak mungkin ada hadits yang bertentangan dengan al-Qur'an. Akan tetapi

dalam menggunakan Hadits sebagai hujjah atau penjelas al-Qur'an ada dua

kenyataan yang membuat orang harus berhati-hati dalam menggunakan hadits.

Pertama, tidak semua yang dikatakan Hadits adalah benar. Hadits

dalam artian memang benar diucapkan, diperbuat atau ditaqrir Nabi. Banyak

Hadits palsu yang diedarkan untuk maksud-maksud tertentu. Di samping itu,

derajat Hadits pun bermacam-macam: mutawatir, hasan, dla'if dan

sebagainya. Tidak semua ulama sepakat dalam menggunakan derajat yang

mana boleh digunakan untuk menjadi dalil bagi sesuatu masalah tertentu.

Katakanlah, dalam masalah 'akidah misalnya. Kadangkala terjadi pula

perbedaan redaksi (matan) dari suatu Hadits yang jalur periwayatannya

(sanad) berbeda. Hal ini telah pula menjadi sebab timbul selisih pendapat di

kalangan ulama dalam menetapkan suatu hukum.

18Hadits ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupaperkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya. Lihat Fatchur Rahman, IkhtisaharMusthalah al-Hadits, Cet. 4, PT al-Ma’arif, Bandung, 1995, hlm. 6. TM. Hasbi Ash S Sejarahdan Pengantar Imu Hadits, Cet. 6, Bulan Bintang, Jakarta, 1980, hlm. 22-23.

Page 69: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

59

Kedua, Hadits yang memang benar Hadits tidak pula semua menjadi

syari'at yang berlaku umum yang harus dilaksanakan di sembarang tempat dan

waktu. Harus diingat, Rasulullah, di samping berfungsi sebagai Rasul Allah,

juga seorang manusia biasa. Ucapan atau perbuatan Rasulullah dalam

kualitasnya sebagai manusia biasa tidak menjadi syari'at yang harus ditaati.

Hanya ucapan, perbuatan dan taqrirnya dalam kualitasnya sebagai Rasul, yang

memang berkewajiban menyampaikan wahyu dan menjelaskan syari'at, yang

wajib diikuti dan ditaati. Berdasarkan pengertian ini, maka cara Rasul

berjalan, makan, berpakaian, berkendaraan dan sebagainya, yang

dilakukannya sebagai seorang manusia, tidak menjadi aturan umum. Nabi

suka berpakaian yang terbuat dari kain Yaman, suka makan buah labu tanah

dan tidak suka daging dlab (sejenis kadal), semua itu tidak menjadi aturan

umum. Sebab, hal itu hanyalah soal selera. Demikian juga ucapan dan

perbuatan Nabi dalam masalah keduniaan, seperti mengatur taktik peperangan,

obat yang diminum, bercocok tanam yang berdasarkan pertimbangan pikiran

bukan berdasar wahyu, itu semua bukan aturan umum yang harus dipegang

teguh. Contohnya, Rasulullah menyuruh seseorang penderita penyakit perut

meminum madu dan Nabi berobat dengan berbekam atau digosokkan besi

panas. Hadits-hadits ini bukan berarti bahwa madu adalah obat bagi segala

macam penyakit perut dan berbekam adalah obat yang ampuh.

Ketiga, sebagai sumber hukum yang ketiga ialah ijma’19 yaitu

konsensus atau permufakatan terhadap penetapan sesuatu hukum. Kerena itu,

19Menurut Abd Wahab Khalaf, ijma’ menurut istilah para ahli ushul fiqh adalahkesepakatan seluruh para mujtahid di kalangan umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah

Page 70: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

60

dasar yang melahirkan ijma’ adalah permusyawaratan.20 Nabi sendiri dalam

mengambil sesuatu keputusan yang bersifat duniawi, seperti kasus tawanan

Badr misalnya, melakukan permusyawaratan dengan para Sahabat. Dengan

menggunakan ijma' sebagai sumber hukum, maka fiqh dapat terus diperkaya.

Ijma' yang tidak bisa dilepaskan, kata Hasbi, ialah ijma' Shahabi dan

ulama Salaf Mutaqaddimin yang sah dan jelas, teristimewa dalam soal akidah

dan ibadat. Adapun terhadap sesuatu yang dikatakan sebagai hasil ijma' para

ulama Mutaakhkhirin perlu diteliti keabsahannya. Sebab, seringkali apa yang

dikatakan hasil ijma' para ulama Mutaakhkhirin, hanyalah ijma ulama di

kalangan mazhab tertentu saja.

Untuk menghindari berlanjutnya perbedaan paham tentang ijma', Hasbi

menekankan perlu dikembalikan pengertian ijma' kepada makna harfiahnya

seperti yang dipahami pada masa awal-awal Islam. Pada waktu itu, kata Hasbi,

makna ijma' ialah "permufakatan para Uli al-Amri atau Ahl al-Halli wa al-

'Aqdi tentang urusan yang menyangkut kemaslahatan umum". Jadi, ijma' ialah

hasil musyawarah bulat mufakat anggota Ahl al-Halli wa al-Aqdi.

Masa wajib mentaati sesuatu hasil ijma' ialah, selama ijma' itu belum

dibatalkan oleh ijma' yang lahir pada masa berikutnya. Dengan mengutip

pendapat Muhammad "Abduh, Hasbi mengatakan, ijma' yang mengenai

kemaslahatan rakyat yang belum diatur oleh nash dan ijma' itu lahir tanpa

paksaan atau pengaruh siapa pun adalah ijma yang harus ditaati.

SAW wafat atas hukum syara’ mengenai suatu kejadian. Lihat Abd Wahab Khalaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, Maktabah al-Dalam’wah al-Islamiyah Syabab al-Azhar, Jakarta, 1410 H/1990M. hlm. 45.

20Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia Penggagas dan Gagasannya, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 119

Page 71: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

61

Keempat, qiyas21 sebagai sumber hukum terletak pada urutan keempat

setelah al-Qur’an, Sunnah dan ijma’. Ini mengandung pengertian bahwa qiyas

baru bisa dipergunakan jika tidak diperoleh ketetapan hukum dalam tiga

sumber yang mendahuluinya. Dengan kata lain, qiyas dipergunakan dalam

keadaan terpaksa. Kelima, urf mengenai sumber hukum urf, Hasbi

menyebutkan bahwa urf adalah adat kebiasaan yang dipandang baik oleh akal

dan diterima oleh tabiat manusia yang sejahtera. Dari pengertian urf seperti

ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa urf yang dimaksud sebagai sumber

hukum, bukan hanya adat kebiasaan Arab saja, tetapi semua adat kebiasaan

yang berlaku di masing-masing masyarakat atau tempat.22

Dalam menggali hukum terhadap masalah-masalah baru yang bersifat

mubah Hasbi menggunakan metode analogi deduksi rasional seperti yang

dipakai oleh Abu Hanifah. Adapun terhadap masalah-masalah yang telah ada

ketetapan hukumnya produk ijtihad fuqaha terdahulu, baik yang dihasilkan

dari kalangan sunni semua mazhab yang ada dan pernah ada juga dari

kalangan syiah, khawarij dan lain-lain, Hasbi menggunakan metode komparasi

(muqarin). Yakni membandingkan antara satu pendapat dengan pendapat yang

lain dan memilih mana yang lebih baik dan lebih dekat kepada kebenaran dan

21Menurut Hanafie dari segi bahasa, qiyas ialah mengukurkan sesuatu atas lainnya danmempersamakannya. Menurut istilah ialah menetapkan hukum sesuatu perbuatan yang belum adaketentuannya, berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya. lihat Hanafie. UshulFiqh, Cet. 14, Wijaya Jakarta, 2001, hlm. 128. Cf. Sobhi Mahmassani, falsafatut Tasyri’ afil IslamMuqoddimatun Filsafat ilmu Dirosatysy Syari’atil Islamiyyati ‘ala Dhau’I MadzhabihaMukhtalifati Wa Dhau’il Qowa-ni-nil haditsati, terj, Ahmad Soejono, Filsafat Hukum DalamIslam Mukaddimah Dalam Mempelajari Syari’at (Hukum) Islam Di Bawah Sinar Madzhab-Madzhabnya Dan Hukum-Hukum Modern, PT. Al-Maarif, Bandung 1976, hlm. 167-177.

22Nourouzaman Shidiq, Fiqih Indonesia Penggagas dan Gagasannya, Op. Cit, hlm. 105-124.

Page 72: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

62

didukung oleh dalil-dalil yang terkuat.23

Tentang hal anjurannya agar melakukan kajian komparasi dengan

pendapat-pendapat dari aliran non sunni, ia beralasan, bukan saja metode ini

digunakan juga oleh para muhaqiqin tetapi lebih dari itu, ulama mereka

sebenarnya adalah golongan umat Islam yang berijtihad. Maka para mujtahid

itu adakala benar, ada kala salah. Dan ijtihad itu sebagaimana berlaku dalam

bidang hukum, berlaku pula dalam bidang aqidah. Mereka juga mendasarkan

pahamnya kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Sungguh tidak layak mencela

golongan-golongan yang lain dari golongan yang dinamakan ahlussunnah ,

karena bukan sedikit imam-imam hadits yang menerima riwayat dari tokoh-

tokoh Mu’tazilah dan jami'yah itu. Bukhari dan muslim menerima riwayat dari

orang-orang Mu’tazilah, dari orang-orang ibadiyah, golongan murji’ah, dan

dari golongan syiah. Maka tidak ada alasan untuk memusuhi apalagi

mengkafirkan orang-orang itu.24 Kajian komparasi dianjurkannya juga agar

dilakukan antara fiqih dengan hukum adat dan hukum positif di Indonesia,

serta dengan syariat-syariat agama lain, juga dengan hukum-hukum barat.25

Dari anjuran-anjuran Hasbi ini dapat ditarik konklusi bahwa ia

menganut sistem berpikir eklektif. Karena itu, Hasbi membenarkan talfiq ia

berpendapat, talfiq adalah salah satu pondasi pembangunan hukum, karena dia

23TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm.34.

24TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Ruang Lingkup Ijtihad Para Ulama Dalam Membina HukumIslam, Unisba Bandung, 1975, hlm. 34-35.

25TM. Hasbi Ash Shiddieqy. Fiqih Islam Mempunyai Daya Elastis, Lengkap Bulat danTuntas, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 159.

Page 73: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

63

dapat menghilangkan kesempitan dan kesukaran.26 Hasbi berpendapat, dalam

mengkaji fiqih warisan fuqaha masa lalu, harus dilakukan kajian komparasi

secara terpadu dari semua aliran. Sebab, kebenaran tidak hanya dimonopoli

oleh salah satu aliran saja. Menurut pendapat Hasbi, dengan melakukan kajian

perbandingan terpadu ini, maka problem hukum yang terus berkembang itu

dapat diketemukan teori dan acuan dasarnya pada apa yang telah dikemukakan

oleh para fuqaha terdahulu. Kaidah-kaidah fiqih yang diajukan mereka masih

tetap relevan.

Di samping itu, dengan menggunakan metode perbandingan terpadu

ini, fiqih akan tetap selalu muda, mempunyai daya tumbuh dan berkembang

tanpa perlu melepaskan diri dari acuan dasar yang telah digali oleh para

fuqaha terdahulu, yang telah dikerjakan dengan susah payah, penuh ketekunan

dan dengan cita-cita yang luhur serta ikhlas. Fiqih yang selalu muda pastilah

dapat mengikuti perkembangan masyarakat modern dan memenuhi kebutuhan

hukum mereka.27

Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan melakukan kajian

komparasi terpadu ialah pertama, mengetahui pendapat-pendapat yang

disepakati dan yang diperselisihkan. Kedua, mengetahui sebab-sebab

timbulnya perselisihan, karena mengetahui perbedaan metode dan pendekatan

yang digunakan oleh masing-masing fuqaha.

Ketiga memperoleh ketetapan hati terhadap hukum yang di

istinbatkan, karena diketahui mana hukum yang dikutip dari al-Qur’an, mana

26TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Op.Cit, hlm. 58-61.27TM. Hasbi Ash Shiddieqy , Fiqih Islam Mempunyai Daya Elastisitas, Bulat dan Tuntas,

Op.Cit., hlm. 159-160.

Page 74: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

64

yang dari hadits, mana yang melalui qiyas dan mana yang menggunakan

kaidah-kaidah khusus dari suatu madhzab.28

Di samping itu, dengan menggunakan metode komparasi ini, dapat

pula dijelaskan persamaan dan perbedaan antara hukum adat dan hukum

positif di suatu negri pada satu pihak dengan fiqih pada pihak yang lain.

Kemudian, akan diperoleh pula wawasan yang luas sehingga dimungkinkan

untuk memilih secara tepat, mana yang lebih kuat dalilnya, lebih dekat kepada

kebenaran dan dapat membawa kemaslahatan kepada umat dan mencerminkan

kepada ruh syari’at.29 Dengan menggunakan kajian komparasi, maka usaha

kompilasi hukum Islam, lebih mudah dapat dikerjakan. Sebab, mudah memilih

mana materi hukum yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia.30

Ditilik dari sejarah pemikiran Islam usaha kompilasi atau kodifikasi

hukum Islam sudah ada gagasannya sejak abad 2/8. Namun sayang sampai

wafatnya Hasbi, belum lagi terwujud. Ibn al-Muqaffa (w. 144/761) dalam

suratnya Risalat ash-Shahabah yang dikirim kepada Abu Ja’fal al-Masur

(136/754-158/775) dari dinasti ‘Abasiyah, mengusulkan pemerintah agar

mengundangkan sebuah kodifikasi hukum yang menjadi pegangan bagi

seluruh aparat hukum. Maksudnya ialah untuk mengakhiri keberagaman

hukum, agar masyarakat pencari keadilan memperoleh kepastian hukum.31

Sumbernya adalah al-Qur’an, as-Sunnah, dan ra’yu dengan memperhatikan

28TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Op.Cit., hlm.36-37.29TM. Hasbi Ash Shiddieqy , Pengantar Ilmu Fiqih, Bulan Bintang , Jakarta, 1974, hlm.

92.30TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqih Islam Mempunyai Daya Elastisitas, Bulat dan Tuntas,

Op.Cit, hlm. 39.31TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Peradilan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975,

hlm. 44.

Page 75: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

65

kaidah-kaidah umum dan kemaslahatan umat jika tidak ada nash yang telah

mengaturnya terlebih dahulu. Bukan dengan menetapkan salah satu madzhab

saja yang berlaku. Sayang usul al-Muqaffa ini tidak diterima oleh khalifah.

Keinginan al-Manshur untuk menetapkan al-Muwwatta’ sebagi satu-satunya

kitab hukum yang berlaku, ditolak oleh Malik. Kitab undang-undang hukum

keluarga (Majallah al-Ahkam al-Ad-liyah) yang ditetapkan oleh pemerintah

dinasti Osmani (Utsmani) pada tahun 1326/1908 dan kitab fatawa al-Hindia

atau Fatawa alamgiri hasil susunan sebuah panitia yang dibentuk oleh

Muhyiddin Aurangzeb Alam Giri (1068/1658-1118/1707), keduanya disusun

atas dasar madzhab Hanafie.32

TM.Hasbi Ash Shiddieqy menguraikan tentang jual beli tanpa lafadz

ijab qabul, maka jual beli yang demikian adalah sah. Menurutnya jual beli itu

sah bila terjadi dengan persetujuan kedua belah pihak. Persetujuan dapat

dilakukan dengan ucapan dan dapat pula dengan isyarat (sikap kedua belah

pihak itu).

Selanjutnya TM.Hasbi Ash Shiddieqy menegaskan jual beli sudah

terlaksana, apabila seorang penjual menyerahkan barang yang dijual kepada

pembeli, sebaliknya pembeli menyerahkan harga dan mengambil barang.33

Lebih jauh TM.Hasbi Ash Shiddieqy memaparkan, penjual tidak perlu

mengucapkan lafadz ijab, seperti: "saya jual buku saya ini kepada tuan dengan

harga Rp. 30,-." Demikian pula, pembeli tidak perlu menjawab lafadz ijab itu

32TM. Hasbi Ash Shiddieqy , Pengantar Ilmu Fiqih,Op.Cit, hlm. 93-94.33T.M.Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Islam , jilid 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1971, hlm. 193

Page 76: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

66

dengan lafadz qabul, seperti: "Saya membeli buku Al Islam ini dari tuan

dengan harga Rp.30,-".

Menurut TM.Hasbi Ash Shiddieqy bukti persetujuan tidak mesti

diucapkan. Atas dasar inilah dapat dipandang sah penjualan dengan tanpa

lafadz ijab qabul. Namun demikian, para penjual wajib membuka cacat

barangnya kepada para pembeli jika barang itu ada cacatnya. Kalau tidak

diterangkan, maka para pembeli berhak membatalkan pembelian setelah nyata

cacat terdapat pada barang itu. Selanjutnya dengan tegas TM.Hasbi Ash

Shiddieqy menandaskan bahwa sesuatu barang yang dibeli dengan ada

penipuan di dalamnya, pembeli boleh mengembalikannya.34

Lebih jauh T.M.Hasbi Ash Shiddiqy berpendapat bahwa satu hal lagi

yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, ialah jual beli tanpa lafadz ijab

qabul. Sebagian ahli fiqh menurut Hasbi menolak segala macam akad

(perjanjian-perjanjian) yang tidak diikrarkan oleh lidah. Mereka yang

mewajibkan ijab (kata penyerahan) dan qabul (kata penerimaan) dengan

perkataan ucapan lidah tidak mensahkan suatu penjualan atau sesuatu

perjanjian yang dilakukan dengan jalan surat menyurat, karena tidak terjadi

ijab dan qabul antara penjual dengan pembeli, demikian keterangan Hasbi.35

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli

adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat

dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Menurut mereka, ijab dan qabul perlu

34Ibid, hlm. 19335T.M.Hasbi Ash Shiddiqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang Pustaka Rijki Putera,

2001, hlm. 471-475

Page 77: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

67

diungkapkan secara jelas dalam transaksi-transaksi yang bersifat mengikat

kedua belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa menyewa, dan akad

nikah. Terhadap transaksi yang sifatnya mengikat salah satu pihak, seperti

wasiat, hibah, dan waqaf, tidak perlu qabul, karena akad seperti ini cukup

dengan ijab saja. Bahkan, menurut Ibn Taimiyah, ulama fiqh Hambali, dan

ulama lainnya, ijab pun tidak diperlukan dalam masalah wakaf.36

Di zaman modern perwujudan ijab dan qabul tidak lagi diucapkan,

tetapi dilakukan dengan sikap mengambil barang dan membayar uang dari

pembeli, serta menerima uang dan menyerahkan barang oleh penjual, tanpa

ucapan apa pun. Misalnya, jual beli yang berlangsung di pasar swalayan.

Dalam fiqh Islam, jual beli seperti ini disebut dengan bai' al-mu'athah.

Dalam kasus perwujudan ijab dan qabul melalui sikap ini (bai' al-

mu'athah) terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqh. Jumhur ulama

berpendapat bahwa jual beli seperti ini hukumnya boleh, apabila hal itu sudah

merupakan kebiasaan suatu masyarakat di suatu negeri; karena hal itu telah

menunjukkan unsur rida dari kedua belah pihak. Menurut mereka, di antara

unsur terpenting dalam transaksi jual beli adalah rela sama rela (al-tara'dhi),

sesuai dengan kandungan surat an-Nisa', 4: 29 di atas. Sikap mengambil

barang dan membayar harga barang oleh pembeli, menurut mereka, telah

menunjukkan ijab dan qabul dan telah mengandung unsur kerelaan.

36Mustafa Ahmad az-Zarqa, al-'Uqud al-Musammah, Beirut: Dar al-Fikr, 1982, hlm. 43

Page 78: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

68

C. Metode Istinbat Hukum TM.Hasbi Ash Shiddieqy Tentang Tidak

Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli

Dasar pijakan yang diambil oleh TM. Hasbi Ash Shiddieqy dalam

menggunakan metode istinbat hukum terhadap jual beli tanpa lafadz ijab

qabul adalah pertama berdasarkan dalil naqli dan kedua dalil aqli sebagai

berikut:

Pertama berdasarkan dalil naqli:

a. Al-Qur'an surat al-Maaidah ayat 1 Allah swt., berfirman:

فوا بالعقود نوا أو ين آم ا الذ )1: املائدة...( يا أيـهArtinya: "Hai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu " (QS. 5 ;

Al Maidah: 1).37

Menurut T.M.Hasbi Ash Shiddieqy ayat di atas memberi petunjuk

bahwa sempurnakanlah segala macam akad (janji, kontrak) yang telah kamu

akadkan antara kamu dengan Allah, atau antara kamu dengan dirimu sendiri,

atau antara kamu dengan sesama manusia, baik berupa perintah syara',

ataupun larangannya atau akad di antara kamu seperti penjualan, pembelian

dan nikah.38

b. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim

37 Depag RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an danTerjemahnya, 1986, hlm.

38 T.M.Hasbi Ash Shiddiqy, Tafsir al Qur’an al Majid an Nur, juz 2, Semarang: PTPustaka Rizki Putra, 1995, hlm. 986.

Page 79: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

69

ما كان من شرط . مابال رجال يشرتطون شروطا ليست ىف كتاب اهللاليس ىف كتاب اهللا فهو باطل وأن كان مائة شرط قضأ اهللا أحق

ا الوأل ملن اعتق )رواه البخارى ومسلم(وشرط اهللا أوثق أمنArtinya: "Mengapakah mereka menentukan berbagai syarat yang

tidak disebut dalam Kitabullah. Segala syarat yang tidaktersebut atau tak ada dalam Kitabullah, batal; walaupunseratus syarat. Keputusan Allah lebih benar, syarat Allahlebih kokoh, hak kekuasaan (atas bekas budak) tetap bagiyang memerdekakannnya". (H.R: Muslim).39

Inilah menurut Hasbi dalil yang paling kuat untuk menolak segenap

rupa syarat yang kita perbuat, jika syarat itu tak ada dalam Al Qur'an dan As

Sunnah. Sebenarnya jika hadits ini kita renungkan benar-benar, nyatalah

kepada kita, bahwa makna hadits itu begini: Mengapa kamu mengerjakan

perbuatan-perbuatan (masyruth-masyruth) yang berlawanan dengan ketetapan

Allah? Segala masyruth yang berlawanan dengan masyruth-masyruth yang

telah ditetapkan Allah, batal; walaupun seratus masyruth. Jadi, tidak diambil

harfiahnya (teks) saja, melainkan konteks. Tegas dikehendaki dengan syarat di

sini, ialah masyruth (pekerjaan yang diberi persyaratan). Mensyaratkan

sesuatu yang dibolehkan Allah, berarti ada dalam kitabullah. Pengertian yang

ini, terpaksa dilakukan begitu; mengingat Nabi saw., menyabdakan hadits ini,

yaitu:

جــأتىن بريــرة فقالــت إىن كاتبــت أهلــى علــى تســع اواق : قالــت عائشــةىف كــــل عــــام اوقيــــة فــــأعينيين فقلــــت إن أحــــب أهلــــك أن أعــــد هــــاهلم

39 TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,2001, hlm. 472.

Page 80: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

70

ويكــــون والؤك ىل فعلــــت فــــذهبت بريــــرة إىل اهلهــــا فقالــــت هلــــم فــــأبوا : ليــه وســلم جــالسعليهــا فجــأت مــن عنــدهم ورســول اهللا صــلى اهللا ع

اىن قــــد عرضــــت ذلــــك علــــيهم فــــأبوإال أن يكــــون هلــــم الــــوأل : فقالــــتفســـمع النـــىب صـــلى اهللا عليـــه وســـلم فـــأخربت عائشـــة النـــىب صـــلى اهللا

خذيها و اشرتطى هلم الوأل وأمنا الوأل ملن أعنق: عليه وسلم فقالArtinya: "Aisyah r.a berkata: "Barirah datang kepadaku lalu berkata:

"Sesungguhnya aku telah membuat janji dengan pemilikkuuntuk membayar kepadanya sembilan uqiyah, pada tiap-tiaptahun satu uqiyah, maka tolonglah daku". , Maka aku(Aisyah) berkata: "jika pemilikmu menyukai, akumemberikan uqiyah-uqiyah itu kepada mereka dan wala'muuntukku niscaya aku akan melakukan", maka pergilahBarirah kepada pemiliknya menerangkan itu kepadamereka." Pemilik-pemilik tidak mau memberikan wala'kepada Aisyah. Kemudian Barirah datang dari sisi merekakepada Aisyah, sedang Rasulullah saw. lagi duduk di rumahAisyah, Barirah berkata : "Sesungguhnya aku telahmengemukakan yang demikian kepada mereka, lalu merekaenggan, terkecuali kalau wala' itu untuk mereka. Nabimendengar pembicaraan itu, maka Aisyah mengkabarkannyaNabi saw,: Maka bersabdalah beliau; "ambillah Barirah dansyaratkanlah wala' untuk mereka, karena hanya saja wala' ituuntuk yang memerdekakan".40

Anjuran Nabi itu disambut oleh Aisyah dengan girang. Kemudian Nabi

bangun dari tempat duduknya pergi mendapati orang ramai, dan di sana Nabi

berpidato menerangkan: mengapakah kiranya mereka menetapkan syarat-

syarat yang tak ada (berlawanan) dalam Kitabullah ?

Menurut Hasbi, tertolaknya syarat tuan budak itu, bukan karena syarat

itu tak ada dalam Kitabullah, hanya karena berlawanan dengan yang telah ada

dalam Kitabullah. Syara' telah menetapkan bahwa hak wala' itu dimiliki oleh

40Ibid, hlm. 473-474

Page 81: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

71

yang memerdekakan itu. Dan pula kejadian ini masuk golongan agama, masuk

golongan pekerjaan agama, yaitu melepaskan atau memerdekakan budak.

Maka dalam urusan agama, wajib kita menanti nash.41

Adapun dalam urusan keduniaan, seperti jual-beli, tidaklah ditunggu

kedatangan nash, kita diberi hak berpegang kepada uruf negeri dan kepada

keridlaan kedua belah pihak.42

Kedua berdasarkan dalil aqli, TM.Hasbi Ash Shiddieqy beralasan

sebagai berikut:

1. Di zaman yang makin maju terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka banyak jual beli yang dilakukan tanpa bertemu muka dan

tanpa ijab.

2. Masyarakat selalu mengalami perubahan dan bergerak sesuai dengan

zaman. Bersamaan dengan itu tuntutan manusia makin mengarah kepada

cara yang lebih praktis misalnya jual beli dengan hanya menggunakan

perantaraan fasilitas teknologi.43

41Ibid, hlm. 474.42Ibid, hlm. 474.43Ibid., hlm. 475.

Page 82: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

72

BAB IV

ANALISIS PENDAPAT TM.HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG TIDAK

DIPERLUKANNYA LAFADZ IJAB QABUL DALAM JUAL BELI

A. Analisis Pendapat TM.Hasbi Ash Shiddieqy Tentang Tidak

Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli

Apabila memperhatikan pendapat TM.Hasbi Ash Shiddieqy tentang

tidak diperlukannya lafadz ijab qabul dalam jual beli seperti telah penulis

ketengahkan sebelumnya, maka pendapatnya dapat dianalisis seperti di bawah

ini:

Dalam hukum Islam, transaksi ekonomi telah terjadi dan mengikat

kedua belah pihak pada saat mengucapkan 'aqd (baca: 'aqad} untuk

mengadakan suatu perjanjian. Saat mengucapkan pernyataan untuk menjual

suatu barang, begitu juga pihak lain, berarti ia telah menyatakan kesediaannya

untuk membeli, terikatlah kedua belah pihak untuk melaksanakan perjanjian

tersebut.

Transaksi ekonomi dianggap terjadi dan mengikat pada saat

menyatakan keinginan untuk menjual dan menyatakan keinginan untuk

membeli antara kedua belah pihak. Pernyataan tersebut mengandung

komitmen untuk mengadakan suatu perjanjian sehingga berakibat mewajibkan

penjual untuk menyerahkan barang dan berhak menerima harga penjualan,

demikian juga pembeli berkewajiban membayar harga serta berhak menerima

barang pembelian tersebut.

Page 83: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

73

Dalam hukum Islam,1 yang menjadi dasar untuk adanya perjanjian

adalah pernyataan-pernyataan yang diucapkan serta mengandung janji-janji

antara kedua belah pihak untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum tertentu.

Setelah terwujudnya suatu janji, timbullah hubungan hukum yang

mengikat, masing-masing pihak berkewajiban untuk melaksanakannya

sebagaimana pernyataan yang telah diucapkan bersama. Hal ini dikarenakan

dalam hukum Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menunaikan setiap

janji yang telah mereka buat secara suka rela. "Janji itu diumpamakan sebagai

tali yang justru dapat putus dan dapat menjadi kuat".2

Selanjutnya hukum Islam menetapkan bahwa setiap janji itu harus

dipenuhi. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.:

فوا بالعقود نوا أو ين آم ا الذ )1: املائدة...( يا أيـهArtinya: Hai orang-orang beriman, penuhilah janji-janjimu... (al-

Maidah: 1).

1Kesepakatan ini dinyatakan dalam bentuk sighat 'aqad. Sighat 'aqad artinya pernyataanijab dan qabul oleh kedua belah pihak. Ijab dan qabul ini termasuk salah satu rukun jual beli.Sighat 'aqad dapat dilakukan secara lisan, tulisan, isyarat, atau perbuatan. Yang disebut terakhir inimerupakan cara lain untuk membentuk 'aqad dan paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, sorang pembeli menyerahkan sejumlah uang; kemudian penjual menyerahkanbarang kepada pembeli. Cara ini disebut jual beli dengan saling menyerahkan harga dan barangatau disebut juga mu'athah. Demikian pula ketika seseorang naik bus menuju ke suatu tempat;tanpa kata-kata atau ucapan (sighat) penumpang tersebut langsung menyerahkan uang sehargakarcis sesuai dengan jarak yang ditempuh. Sewa menyewa ini disebut juga dengan mu'athah.Selanjutnya, dalam dunia modern sekarang ini, 'aqad jual beli dapat terjadi secara otomatis denganmenggunakan mesin atau otomat. Dengan memasukkan uang ke mesin, maka akan keluar barangsesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Demikian juga, pembelian barang denganmenggunakan credit card (kartu kredit), transaksi dengan pihak bank melalui mesin otomatis, dansebagainya. Perlu dicatat bahwa yang terpenting dalam cara mu'athah ini, untuk menumbuhkan'aqad maka jangan sampai terjadi pengecohan atau penipuan. Segala sesuatu harus diketahui secarajelas; atau transparan. Suatu 'aqad dipandang berakhir apabila telah tercapai tujuannya. Dalam'aqad jual beli, misalnya, 'aqad dipandang telah berakhir apabila barang telah berpindah milikkepada pembeli dan harganya telah menjadi milik si penjual. Sedangkan 'aqad dalam pegadaiandan kafalah (pertanggungan) dianggap telah berakhir apabila utang telah dibayar (Ed.). Informasilebih lanjut mengenai 'aqad lihat Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (HukumPerdata Islam), Yogyakarta: UII Press, 2000.

2Mohd. Dahlan, et.al., Tafsir Ayat-Ayat Hukum dan Uraian Perintah-perintah dalam al-Qur'an, Bandung: CV. Diponegoro, 1976, hlm.141.

Page 84: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

74

Perintah ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Apabila diucapkan suatu janji untuk mengadakan transaksi ekonomi, terikatlah

kedua belah pihak antara calon pembeli dan calon penjual. Janji itu harus

dengan kata-kata jual dan beli, misalnya, penjual berkata, "Sudah saya jual

kepadamu" dan pembeli menjawab, "Sudah saya beli darimu."

Selanjutnya, Imam Malik menyebutkan bahwa perjanjian jual beli

telah terjadi dan mengikat kedua belah pihak jika masih berada dalam suatu

majelis atau tempat, kecuali ada alasan lain untuk itu. Sementara itu, menurut

Imam al-Syafi'i transaksi ekonomi biasa telah terjadi dengan kata-kata yang

jelas dan kata-kata kinayah (sindiran).3 Perjanjian jual beli telah terjadi dan

mengikat apabila masih dalam suatu tempat terjadinya penawaran. Dalam

suatu tempat pembicaraan untuk membuat suatu perjanjian itu, tidak boleh

terpisah sebelum adanya suatu kepastian untuk membeli atau tidak terhadap

suatu barang yang diperjualbelikan.

Dasar terjadinya perjanjian menurut hukum Islam adalah janji-janji

yang diucapkan oleh pihak-pihak dalam mengadakan transaksi. Pihak yang

satu mengucapkan kemauannya untuk menjual barang; begitu juga pihak yang

lain menyatakan kesediaannya untuk membelinya sehingga bertemulah dua

kemauan, yaitu menjual dan membeli. Penjual berkewajiban menyerahkan

barang kepada pembeli, sedangkan pembeli berkewajiban menyerahkan uang

kepada penjual sebagai harga penjualan. Karena menurut hukum Islam, setiap

perkataan yang diucapkan oleh seseorang harus dapat dipegang. Jadi, harus

3Ibnu Rusyd, Bidayat al Mujtahid Wa Nihayat al Muqtasid, Semarang: Maktabah waMatba'ah Karya Toha Putra, tth, juz 2, hlm. 128.

Page 85: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

75

ada konsekuensi terhadap perkataan atau ucapan yang telah diucapkan.

Memang hal ini merupakan suatu tuntunan yang diamanahkan Rasulullah

SAW:

اية املنافق ثالث إذا حدث كذب وإذاوعد أخلف وإذاؤمتن خانArtinya: Tanda orang munafik ada tiga, yakni apabila berbicara ia

berdusta, apabila berjanji ia mengingkarinya, dan apabiladipercaya ia berkhianat.4

Dalam hadits tersebut, tampak bahwa setiap pernyataan yang

diucapkan harus ditepati dan dinyatakan secara jujur.

علون ا ال تـف تـقولون م نوا مل ين آم ا الذ )2: الصف(يا أيـهArtinya: Hai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa

yang tidak kamu kerjakan. (al-Shaf: 2).

Pada saat mengucapkan janji yang berdasarkan kesukarelaan,

terikatlah kedua belah pihak untuk menunaikan janji tersebut. Jika tidak

dilaksanakan terhadap suatu janji yang telah diucapkan, berarti telah

melakukan perbuatan tercela dan dosa, yang dalam hadits tersebut disebut

sebagai salah satu ciri orang munafik. Demikian pengaturannya mengenai

konsekuensi terhadap janji-janji yang telah diucapkan menurut ketentuan

hukum Islam. Dengan begitu, akan terwujudlah ketentraman dalam

masyarakat apabila setiap perkataan yang diucapkan itu dapat dipertanggung

jawabkan pelaksanaannya. Dalam praktik sehari-hari, terlihat bahwa transaksi

jual beli terjadi karena adanya ijab dan qabul. Hal ini merupakan perbuatan

4Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn al-Mugirah ibn Bardizbah al-Bukhari,Sahih al-Bukhari, Beirut Libanon: Dar al-Fikr, 1410 H/1990 M, tth., hlm. 15.

Page 86: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

76

serah terima antara penjual dan pembeli, meskipun harganya telah dibayar

lunas.

Ibnu Rusyd menyebutkan bahwa ijab dan qabul mempengaruhi

terjadinya perjanjian jual beli. Salah satu pihak tidak boleh terlambat dari

pihak lain. Penjual mengatakan maksudnya untuk menjual, tetapi pembeli

diam saja dan tidak menerima jual beli sehingga kedua belah pihak berpisah

kemudian pembeli datang dan berkata "Saya terima," kata-kata tersebut tidak

mengikat bagi si penjual5

Dalam hukum Islam, memungkinkan juga terjadinya jual beli

berdasarkan perantaraan atau alat komunikasi lainnya. Jika terjadi suatu

tawaran terhadap suatu barang kepada pihak lain dengan mengucapkan atau

menuliskan kehendaknya itu dan disampaikan kepada pihak lain, bagi dirinya

(calon penjual) telah mengikat, begitu juga pihak lain setelah mengucapkan

kehendaknya untuk membeli, terikatlah kedua belah pihak yang bersangkutan,

rasa terikat itu masih terpisah antara satu dan yang lain. Hal ini lebih pantas

saat terikatnya terhadap suatu perjanjian, jika pihak lain telah memberitahukan

kepada pihak yang melakukan penawaran dan telah mengetahui bahwa

tawaran itu telah disetujui oleh pihak lain.

Kemudian, perjanjian jual beli telah terjadi dan telah mengikat kedua

belah pihak sejak diucapkannya pernyataan untuk mengadakan suatu

perbuatan hukum tertentu. Kedua belah pihak tersebut tidak boleh memungkiri

ucapannya, kecuali pihak lain telah membatalkannya. Dalam hal ini, untuk

5Ibnu Rusyd, loc. cit

Page 87: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

77

terwujudnya suatu kedamaian dan ketentraman dalam masyarakat sudah

sepantasnyalah hal tersebut merupakan pegangan karena hukum Islam

merupakan hukum yang lebih akurat, ulet, dan fleksibel daripada hukum

buatan manusia.

Dalam pada itu, transaksi jual beli yang masih dalam suatu majelis,

penjual dan pembeli bisa menarik kembali pernyataan tersebut sesudah

menelitinya selama kedua belah pihak belum berpisah. Janji atau 'aqad adalah

Pernyataan yang diucapkan oleh kedua belah pihak untuk melaksanakan suatu

perbuatan hukum. Dalam kaitan ini, Adnan Lubis menyebutkan bahwa yang

terpenting dalam hukum 'aqad adalah:

1. Sifat atau keadaan orang yang melakukan 'aqad.

2. Apa yang boleh dan tidak boleh disetujui atau di'aqad-kan.

3. Bagaimana mestinya tanda-tanda penyerahan dan penerimaan atau tanda

kerelaan masing- masing yang ber'aqad.

4. Adanya kebebasan kedua belah pihak dalam melakukan 'aqad itu, menurut

kemauan mereka dengan tidak terbatas seperti ditetapkan syarat-syarat

yang disetujui mereka atau adanya batasan-batasan tertentu.6

Penjualan itu hukumnya sah jika telah ada kerelaan antara kedua belah

pihak. Tanda rela dapat diwujudkan dengan ucapan atau dengan menanda-

tangani suatu surat perjanjian. Kemudian, penjual menyerahkan barang yang

dijual kepada pembeli dan pembeli menyerahkan harga dan mengambil barang

tersebut. Dengan demikian, terwujudlah kerelaan kedua pihak, Sehubungan

6Adnan Lubis, "Hukum Persetujuan", Majalah al-Islam, No. 3-4, Medan: FirmanIslamiyah, 1959, hlm. 51.

Page 88: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

78

dengan ini, Hasbi Ash Shiddieqy menjelaskan, di dalam perjanjian jual beli

tidak perlu para penjual mewujudkan suka rela itu dengan mengucapkan

kalimat ijab, begitu pula para pembeli menyahut lafaz qabul. Terwujudnya

suka sama suka itu tidak mesti dengan ucapan.7 Hal ini sesuai dengan sabda

Rasulullah Saw.:

8)روا اىب ماجة(أمنا البيع عن تراض

Artinya: Hanya saja jual beli itu saling merelakan. (Hadis RiwayatIbnu Majah).

Dalam transaksi jual beli itu, harus adanya kerelaan antara kedua belah

pihak. Dalam hal ini, Sulaiman Rasyid menyebutkan, "Suka sama suka itu,

tidak dapat diketahui secara jelas melainkan dengan perkataan yang

menunjukkan akan suka seseorang dengan seseorang.... Apabila adat telah

berlaku yang seperti itu sudah dipandang jual beli, itu saja sudah cukup,

karena tidak ada suatu dalil yang terang untuk mewajibkan lafaz". Sementara

itu, jumhur ulama berpendapat bahwa pengucapan lafaz diwajibkan dengan

syarat keadaan lafaz itu memenuhi beberapa ketentuan berikut ini:

1. Keadaan ijab dan qabul berhubung. Artinya salah satu keduanya pantas

menjadi jawaban dari yang lain karena belum berselang lama.

2. Hendaklah mufakat (sama) makna keduanya walaupun lafaz keduanya

berlainan.

7T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1970, hlm 1938Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid ibnu Majah al-Qazwini, Sunan Ibnu

Majah, Tijariyah Kubra, Kairo, tth., hlm 737.

Page 89: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

79

3. Keadaan keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti

katanya, "Kalau saya M jadi pergi; saya akan menjual barang itu dengan

harga sekian".

4. Tidak dibatasi oleh waktu sebab jual beli yang dibatasi oleh waktu seperti

sebulan atau setahun tidak sah.9

Dengan terjadinya transaksi ekonomi secara suka rela dari kedua belah

pihak, perjanjian jual beli tersebut sudah mengikat, meskipun belum ada ijab

dan qabul. Hal ini juga dinyatakan dalam al-Qur'an:

ون ل إال أن تك م بالباط نك م بـيـ الك و لوا أم نوا ال تأك ين آم ا الذ يا أيـه م اض منك )29:النساء... (جتارة عن تـر

Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakanharta benda di kalanganmu secara batil, kecuali apabila hal itudilakukan dengan jual beli yang saling rela di antaramu. (al-Nisa':29).

Menurut analisis penulis bahwa pendapat TM.Hasbi ash Shiddieqy

tidak bertentangan dengan dalil naqli karena tidak ada satupun dalil al-Qur'an

dan hadits yang menyuruh jual beli harus dengan ijab. Hal itu dapat

dimengerti karena teknis jual beli masuk dalam bidang muamalah yang lebih

cenderung menyerahkan kepada manusia sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan zaman. Karena itu pendapat TM.Hasbi Ash Shiddiqie sesuai

dengan perubahan zaman. Dengan melalui kecanggihan fasilitas teknologi,

maka orang bisa melalukan jual beli tanpa harus saling mengenal melainkan

cukup lewat internet. Kenyataan ini tidak bisa dihindari karena zaman

9Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: al-Thahiriyah, 1976, hlm. 272.

Page 90: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

80

menuntut seperti itu. Karenanya konsep pemikiran TM.Hasbi Ash Shiddieqy

sangat tepat dan realistis dengan situasi dan kondisi manusia.

Penulis berpendapat bahwa dewasa ini banyak jual beli yang dilakukan

tanpa Lafadz Ijab Qabul dengan menggunakan jasa elektronika seperti jual

beli melalui via internet, melalui media elektronika dan sebagainya. Karena

jual beli perantaraan jasa elektronika tidaklah menyalahi aturan hukum Islam.

Karena tidak ada satu dalil pun yang mengharuskan jual beli dengan ijab

qabul, yang penting jual beli itu dilakukan saling rida meridlai dan tidak

adanya unsur menipu atau perbuatan curang.

B. Analisis Metode Istinbat Hukum TM. Hasbi Ash Shiddieqy Tentang

Tidak Diperlukannya Lafadz Ijab Qabul dalam Jual Beli

Dengan memperhatikan dalil-dalil yang digunakan oleh TM. Hasbi

Ash Shiddieqy, maka ia menggunakan metode istinbat hukum terhadap jual

beli tanpa lafadz ijab adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur'an surat al-Maaidah ayat 1 Allah swt., berfirman:

فوا بالعقود نوا أو ين آم ا الذ )1: املائدة...( يا أيـهArtinya: "Hai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu " (QS. 5 ;

Al Maidah: 1).10

Ayat al-Qur'an ini mengisyaratkan bahwa jual beli merupakan

bagian dari hukum perjanjian yang di dalamnya memuat janji antara

pembeli dan penjual. Maka ketika ada pengiriman barang dari penjual dan

10Depag RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an danTerjemahnya, 1986, hlm.

Page 91: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

81

pembeli kemudian menerima barang itu, maka sejak saat itu pembeli harus

memenuhi janjinya yaitu membayar barang yang sudah diterimanya. Hal

itu dianggap sudah terjadi ijab dan qabul meskipun ijab qabul itu tidak

diucapkan.

Dengan demikian penulis berpendapat bahwa dalil di atas sangat

tepat dijadikan dasar pijakan untuk membolehkan jual beli Tanpa Lafadz

Ijab Qabul, dan dengan demikian pula tepatlah istinbat hukum Hasbi

b. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim

ما كان من شرط . مابال رجال يشرتطون شروطا ليست ىف كتاب اهللاليس ىف كتاب اهللا فهو باطل وأن كان مأية شرط قضأ اهللا أحق

ا الوأل ملن اعتق )رواه البخارى ومسلم(وشرط اهللا أوثق أمنArtinya: "Mengapakah mereka menentukan berbagai syarat yang

tidak disebut dalam Kitabullah. Segala syarat yang tidaktersebut atau tak ada dalam Kitabullah, batal; walaupunseratus syarat. Keputusan Allah lebih benar, syarat Allahlebih kokoh, hak kekuasaan (atas bekas budak) tetap bagiyang memerdekakannnya". (H.R: Imam Muslim).11

Menurut analisis penulis bahwa hadis di atas memberi petunjuk bahwa

syarat jual beli dengan ijab qabul tidak ada dalam al-Qur'an dan hadis. Karena

tidak ada dalam al-Qur'an dan hadis maka ijab qabul bukan merupakan syarat

sahnya jual beli. Dalam hadis di atas ditegaskan bahwa segala syarat apa saja

yang tidak terdapat dalam al-Qur'an dan hadis maka itu bukan syarat yang bisa

mempengaruhi keabsahan jual beli. Dengan demikian penulis berpendapat

11TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,2001, hlm. 472

Page 92: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

82

bahwa hadis ini dijadikan dalil oleh Hasbi sebagaimana tertera dalam bukunya

Pengantar Hukum Islam.12

12Ibid., hlm. 472.

Page 93: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mencermati uraian dari bab per-bab sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut TM.Hasbi Ash Shiddieqy jual beli itu dianggap sah bila terjadi

dengan persetujuan kedua belah pihak. Persetujuan dapat dilakukan

dengan ucapan dan dapat pula dengan isyarat (sikap kedua belah pihak

itu). Apabila seorang penjual menyerahkan barang yang dijual kepada

pembeli, sebaliknya pembeli menyerahkan harga dan mengambil barang,

maka muamalah jual beli sudah terlaksana. Penjual tidak perlu

mengucapkan lafadz ijab. Bukti persetujuan tidak mesti diucapkan. Atas

dasar inilah dapat dipandang sah penjualan tanpa lafazd ijab qabul.

2. Metode istinbat hukum yang digunakan TM.Hasbi Ash Shiddiqie adalah

al-Qur'an surat al-Maidah ayat 1 yang artinya: "Hai orang-orang beriman,

penuhilah aqad-aqad itu " (QS. 5 ; Al Maidah: 1), dan hadits riwayat

Imam Muslim yang artinya: "Mengapakah mereka menentukan berbagai

syarat yang tidak disebut dalam Kitabullah. Segala syarat yang tidak

tersebut atau tak ada dalam Kitabullah, batal; walaupun seratus syarat.

Keputusan Allah lebih benar, syarat Allah lebih kokoh, hak kekuasaan

(atas bekas budak) tetap bagi yang memerdekakannya". (H.R: Bukhari

Muslim).

Page 94: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

84

B. Saran-saran

1. Untuk Masyarakat

Masyarakat yang melakukan jual beli dengan lafadz ijab harus

didukung sebagai kebenaran sebaliknya bagi masyarakat yang tidak

menggunakan lafadz ijab harus dihargai sebagai sebuah pendapat. Dengan

demikian perbedaan perbedaan harus dihargai selama menggunakan

kaidah-kaidah yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan

2. Untuk Perguruan Tinggi

Kajian terhadap tokoh TM.Hasbi Ash Shiddiqie, cukup menarik

karena tidak sedikit pendapatnya terasa aktual. Karena itu hendaknya

kajian terhadapnya lebih dibuka lagi kemungkinannya untuk diteliti.

C. Penutup

Alhamdulillah penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT

atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik dari para

pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

Page 95: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

DAFTAR PUSTAKA

Abul Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayat alMujtahid Wa Nihayat al Muqtasid, Semarang: Maktabah wa Matba'ahKarya Toha Putra, tth, juz 2

Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003

Depag RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’andan Terjemahnya, 1986

Sumantri, Jujun S. Suria, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. VII,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Anggota IKAPI, 1993

Sayid al-Iman Muhammad ibn Ismail ash-San’ani, Subul as-Salam Sarah Bulughal-Maram Min Jami Adillat al-Ahkam, Mesir: Mushthafa al babi al-HalabiWa Auladuh, 1379 H/1960 M

Sabiq, Sayid, Fiqh al-Sunnah, Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, juz 3

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali, 1982, Cet.Ke- 4

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: al-Thahiriyah, 1976

Wignyodipuro, Surojo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Gunung Agung, 1983,Cet ke-3

Ash Shiddiqy, T.M.Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Semarang Pustaka RijkiPutera, 2001

____________________, Tafsir al Qur’an al Majid an Nur, juz 2, Semarang: PTPustaka Rizki Putra, 1995

____________________, Al-Islam, jilid 2, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra,2001

_____________________, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang: PT.Pustaka RizkiPutra, 1999

Lubis, Adnan, "Hukum Persetujuan", Majalah al-Islam, No. 3-4, Medan: FirmanIslamiyah, 1959T

Page 96: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

belum

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sulakhudin

Tempat/Tanggal Lahir :,

Alamat Asal :

Pendidikan : - SDN lulus th 1998

- MTs lulus th 2001

- MA lulus th 2004

- Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2005

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sulakhudin

Page 97: STUDI ANALISIS PENDAPAT TM. HASBI ASH SHIDDIEQY TENTANG ...library.walisongo.ac.id/.../jtptiain--sulakhudin-6711-1-skripsi-n.pdf · Musthalah al-Hadits, ... E. Pendapat Para Ulama

BIODATA DIRI DAN ORANG TUA

Nama : Sulakhudin

NIM : 052311036

Alamat : .

Nama orang tua : Bapak

Alamat :

Pekerjaan :