STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN...

20
56 STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa. Apabila mengacu pada tipologi masyarakat Jawa oleh Geertz, maka penduduk Karang Agung termasuk dalam masyarakat Jawa abangan. Pengaruh nilai Islam tidak begitu kental di Karang Agung. Budaya Jawa pesisir lebih banyak mendominasi kehidupan masyarakat Karang Agung. Karakter masyarakat Karang Agung cenderung keras dan terbuka. Pelapisan Sosial Pada masyarakat perdesaan pelapisan sosial seringkali muncul berdasarkan kepemilikan aset produksi. Namun pada komunitas nelayan tradisional justru tidak tampak adanya pelapisan sosial berdasarkan kepemilikan aset produksi. Hal ini disebabkan oleh tipisnya perbedaan strata ekonomi antara pemilik perahu dan nelayan biasa. Masyarakat Karang Agung seperti halnya nelayan tradisional lainnya cenderung egaliter. Hal ini berbeda dengan nelayan modern yang terlihat jelas pelapisan sosial diantara nelayan sendiri. Modernisasi perikanan membawa dampak pada perubahan formasi sosial pada komunitas nelayan. Pemilik alat produksi berada pada lapisan sosial atas, sedangkan buruh nelayan hanya berada pada lapisan bawah. Pola hubungan produksi menimbulkan terjadinya gejala patronase yang kuat antara pemilik alat produksi dengan buruh nelayan. hal ini justru tidak terjadi pada nelayan tradisional. Pada masyarakat Karang Agung

Transcript of STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN...

Page 1: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

56

STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN

Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan

Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa. Apabila mengacu

pada tipologi masyarakat Jawa oleh Geertz, maka penduduk Karang Agung

termasuk dalam masyarakat Jawa abangan. Pengaruh nilai Islam tidak begitu

kental di Karang Agung. Budaya Jawa pesisir lebih banyak mendominasi

kehidupan masyarakat Karang Agung. Karakter masyarakat Karang Agung

cenderung keras dan terbuka.

Pelapisan Sosial

Pada masyarakat perdesaan pelapisan sosial seringkali muncul berdasarkan

kepemilikan aset produksi. Namun pada komunitas nelayan tradisional justru

tidak tampak adanya pelapisan sosial berdasarkan kepemilikan aset produksi. Hal

ini disebabkan oleh tipisnya perbedaan strata ekonomi antara pemilik perahu dan

nelayan biasa. Masyarakat Karang Agung seperti halnya nelayan tradisional

lainnya cenderung egaliter. Hal ini berbeda dengan nelayan modern yang terlihat

jelas pelapisan sosial diantara nelayan sendiri. Modernisasi perikanan membawa

dampak pada perubahan formasi sosial pada komunitas nelayan. Pemilik alat

produksi berada pada lapisan sosial atas, sedangkan buruh nelayan hanya berada

pada lapisan bawah. Pola hubungan produksi menimbulkan terjadinya gejala

patronase yang kuat antara pemilik alat produksi dengan buruh nelayan. hal ini

justru tidak terjadi pada nelayan tradisional. Pada masyarakat Karang Agung

Page 2: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

57

dapat dikatakan bahwa nelayan baik pemilik perahu maupun bukan sama-sama

menempati lapisan paling bawah dalam stratifikasi masyarakat.

Pelapisan sosial yang terjadi pada masyarakat Karang Agung lebih

didasarkan pada aspek kekuasaan. Lapisan atas ditempati oleh kalangan pegawai

pemerintahan seperti aparat desa, guru dan pegawai negeri sipil lainnya. Lapisan

ini dicirikan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk

lain pada umumnya, rumah yang lebih bagus serta kepemilikan barang-barang

elektronik maupun kendaraan bermotor. Lapisan atas ini biasanya dipercaya oleh

masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan sehingga seringkali posisi ketua

RT maupun RW dijabat dari kalangan atas ini. Lapisan atas ini biasanya dipanggil

sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang dipangkunya. Tidak mengherankan

apabila sering terdengar panggilan pak/bu guru, pak/bu dokter, pak inggi (petinggi

atau kepala desa), pak carik (sekretaris desa) dan lain sebagainya. Lapisan atas

tidak serta merta menguasai alat produksi bahkan secara ekonomi mungkin masih

lebih rendah dibandingkan lapisan yang ada di bawahnya.

Lapisan menengah diisi oleh kalangan pekerja swasta, pedagang, petani

dan petambak. Lapisan ini secara ekonomi terkadang mempunyai kedudukan

ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan lapisan atas, namun status kekuasaan

dipandang lebih rendah dibandingkan dengan lapisan atas. Masyarakat Karang

Agung lebih menghargai status sosial berbasis kekuasaan dibandingkan ekonomi.

Nelayan, buruh tani dan buruh bangunan biasanya menempati lapisan

paling bawah. Secara kuantitas lapisan bawah paling banyak jumlahnya. Ciri yang

paling mudah diamati adalah kondisi rumah tinggal yang kurang layak huni.

Page 3: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

58

Lapisan bawah dapat dipastikan mempunyai status ekonomi yang rendah

dikarenakan pendapatan yang rendah dan tidak menentu. Walaupun dapat

ditemukan adanya pelapisan dalam masyarakat Karang Agung, namun pelapisan

ini tidak berlaku secara ketat dan bersifat terbuka.

Apabila ditinjau dari bentuk pelapisannya maka pelapisan yang terjadi di

Karang Agung bersifat terbuka karena memungkinkan terjadinya perpindahan

antar lapisan. Sangat memungkinkan terjadinya peningkatan status sosial dari

lapisan bawah menjadi lapisan atas. Peningkatan status sosial ini biasanya terjadi

ketika salah satu anggota rumah tangga mendapatkan pekerjaan yang menjadi ciri

lapisan diatasnya.

Salah satu contoh adalah pada rumah tangga Pak Prw (58 tahun). Pak Prw

adalah seorang nelayan yang tidak mempunyai perahu. Untuk melaut Pak Prw

bekerja sama dengan Pak Wnd, sang pemilik perahu dan dibantu oleh Msn, anak

Pak Wnd. Pak Prw sendiri mempunyai tiga orang anak laki-laki. Rumah tangga

Pak Prw dapat dikategorikan sebagai lapisan bawah karena secara ekonomi rumah

tangga Pak Prw tergolong miskin dan tidak mempunyai pengaruh kekuasaan pada

masyarakat sekitarnya. Pak Prw termasuk orang yang sadar akan arti penting

pendidikan, oleh karenanya semua anaknya disekolahkan hingga lulus SMA.

Salah satu anaknya, Ags setelah lulus SMA bekerja sebagai tenaga honorer di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Tuban. Sejak saat itu Pak Prw merasa bangga

dan “lebih dihormati” oleh orang-orang di sekitarnya. Suatu kebanggaan tersendiri

apabila mempunyai anak yang bekerja di kantor pemerintahan walaupun sebatas

tenaga honorer. Paling tidak setiap pagi anaknya berangkat kerja dengan

Page 4: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

59

menggunakan pakaian seragam. Bagi warga Karang Agung, seragam (baju hijau

linmas, khaki dan korpri) merupakan salah satu simbol status sosial. Lambat laun,

status sosial rumah tangga Pak Prw meningkat seiring pula dengan peningkatan

status ekonomi mereka. Beberapa barang elektronik dan motor kini melengkapi

rumah Pak Prw. Sebagai tenaga honorer, Ags mendapatkan kemudahan untuk

membeli barang-barang tersebut secara kredit.

“Sejak anak saya menjadi pegawai Pemda, keluarga saya menjadi

lebih dihargai oleh para tetangga. Walaupun gaji Ags tidak seberapa,

tapi lumayanlah. Kini Ags juga sudah punya motor walaupun

kreditan”

Pelapisan sosial yang terjadi di Karang Agung dapat dijelaskan dengan

menggunakan pandangan Weber. Weber tidak menolak adanya posisi ekonomi

sebagai dasar kelas, hanya saja ia menambahkan dua elemen lagi yaitu

kehormatan kelompok status dan kekuasaan politik. Artinya bahwa uang

(ekonomi) saja, tidak cukup menjadi dasar penerimaan di kalangan kelompok

status berprestise tinggi. Latar belakang keluarga dan sejarah juga penting. Ketiga

dimensi ini bisa tumpang tindih dengan salah satu atau keduanya dengan banyak

situasi, namun secara analitis berbeda dan bisa berdiri sendiri. Marx yang hanya

memandang kelas sebagai perwujudan ekonomi yaitu penguasaan aset produksi,

tidak mampu menjelaskan proses pelapisan sosial yang terjadi di Karang Agung.

Relasi Sosial

Sistem kekerabatan masyarakat Karang Agung tidak berbeda dengan

sistem kekerabatan masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat Jawa pada

umumnya menganut pola kekerabatan bilateral atau parental yang berarti

Page 5: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

60

hubungan kekerabatan ditelusuri dari garis keturunan Ayah (laki-laki atau

patrilineal) dan garis keturunan ibu (perempuan atau matrilineal).

Struktur keluarga dikenal dengan istilah dulur parek (keluarga dekat) dan

dulur adoh (keluarga jauh). Keluarga dekat adalah keluarga yang apabila

ditelusuri mempunyai pertalian darah cukup dekat. Biasanya keluarga dekat

diukur dari kakek nenek. Artinya keluarga dekat adalah keluarga yang berasal dari

satu kakek nenek. Sedangkan keluarga jauh adalah keluarga yang berasal dari

garis keturunan yang berbeda kakek nenek. Walaupun tingkatan kekerabatan

dalam masyarakat Jawa bisa mencapai tujuh turunan, namun pada kenyataan di

lapang kekerabatan ini hanya bertahan hingga jenjang tiga generasi saja.

Gambar 3. Sistem kekerabatan masyarakat Karang Agung

Grepak senthe

Gantung siwur

Udheg-udheg

Canggah

Buyut

Anak

Embah

Wareng

Bapak/ibu

Bapak/ibu

Anak

Puthu

Canggah

Wareng

Grepak senthe

Udheg-udheg

Buyut

Gantung siwur

Tingkat

kekerabatan yang

masih dikenal oleh

masyarakat

Tingkat

kekerabatan yang

masih dikenal oleh

masyarat

Page 6: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

61

Prinsip yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa adalah nglumpukne

balung pisah (mengumpulkan tulang yang berserakan) yang berarti berusaha

menjaga tali silaturahmi bahkan hingga keluarga jauh. Sebagaimana daerah

pedesaan Jawa lainnya, apabila ditelusuri hampir banyak penduduk Karang

Agung yang masih bertalian darah dan termasuk dalam keluarga jauh. Pola

permukiman antar kerabat biasanya masih berdekatan. Seiring kemajuan jaman,

generasi muda sudah tidak menghiraukan lagi nilai-nilai kekerabatan yang ada.

Kini antar kerabat jauh sudah jarang berinteraksi sehingga hubungan kekerabatan

semakin renggang. Bahkan seringkali sudah tidak saling mengenal satu dengan

yang lain.

Perbedaan dalam bertata krama maupun bahasa yang digunakan

disesuaikan dengan tingkatan umur. Sudah selayaknya orang yang lebih tua akan

dihormati, hal ini tampak dalam penggunaan bahasa jawa halus (basa krama,

bahasa Jawa yang lebih sopan) apabila berbicara dengan orang yang lebih tua.

Bahasa Jawa halus ini juga digunakan apabila berbicara dengan orang yang belum

begitu dekat atau baru saja kenal. Sudah menjadi hal yang biasa apabila orang

yang sudah kenal dekat akan menggunakan bahasa Jawa kasar walaupun status

sosial mereka berbeda.

Relasi sosial antara laki-laki dan perempuan sering disebut sebagai relasi

gender. Relasi gender di Karang Agung berlangsung secara harmonis. Walaupun

dalam nilai masyarakat Jawa, perempuan sering diartikan sebagai kanca wingking

(teman di belakang) pada kenyataannya peran perempuan dalam kehidupan rumah

tangga dan masyarakat semakin menonjol. Keterlibatan perempuan dalam

Page 7: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

62

pencarian nafkah dapat diartikan sebagai bentuk keadilan dalam relasi gender.

Perempuan tidak lagi hanya mendominasi pada kegiatan domestik namun telah

mengarah pula pada kegiatan produktif. Sebagian besar perempuan usia muda

baik yang sudah atau belum berkeluarga terlibat dalam kegiatan ekonomi

produkstif. Sebagaian besar bekerja sebagai buruh di pabrik rokok, bekerja

sebagai pedagang ikan maupun membuka warung di rumah.

Peran perempuan dalam ranah produktif yang semakin meningkat ternyata

tidak diimbangi dengan menurunnya peran domestik perempuan. Perempuan

masih mempunyai tanggung jawab yang tidak bisa dialihkan kepada pihak laki-

laki dalam melaksankan kegiatan domestiknya. Sudah menjadi hal yang wajar

apabila perempuan justru mendapatkan beban ganda, baik dalam ranah produktif

maupun domestik. Hal ini juga berlaku pada anak perempuan yang selalu

mendapatkan beban kerja pada ranah domestik yang lebih besar dibandingkan

anak laki-laki. Anak perempuan mempunyai tanggung jawab membantu ibunya

dalam kegiatan memasak, membersihkan rumah hingga mengasuh adik.

Sedangkan pada anak laki-laki tanggung jawab tersebut hampir tidak ada. Akses

pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan pada saat ini tidak lagi menjadi

persoalan. Keduanya mempunyai kesempatan yang sama untuk mengenyam

pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi.

Untuk kegiatan sosial kemasyarakatan antara laki-laki dan perempuan juga

tidak ada perbedaan yang berarti. Keduanya dapat berperan serta dengan baik

dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Pada pemilihan kepala desa periode

sebelumnya, salah seorang calon adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 8: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

63

masyarakat Karang Agung dapat menerima peran perempuan dalam kehidupan

bermasyarakat.

Relasi sosial dapat pula dilihat dari hubungan produksi antara pemilik alat

produksi dan pekerja. Nelayan Karang Agung yang mempunyai alat produksi

berupa perahu dan alat tangkap hampir semua terlibat dalam kegiatan melaut.

Kondisi ini menyebabkan tidak adanya perbedaan stratifikasi antara keduanya.

Relasi diantara keduanya dapat digambarkan sebagai bentuk kerjasama yang

saling menguntungkan. Kedua belah pihak menyadari bahwa pekerjaan nelayan

bukanlah jenis pekerjaan individu namun berupa pekerjaan secara berkelompok.

Ikatan kerja antara buruh nelayan dan pemilik sangat longgar sehingga

memungkinkan seseorang untuk beralih kerja dengan orang lain. Namun demikian

sangat jarang terjadi perpindahan kerja tersebut. Ikatan diantara mereka sangatlah

kuat namun tidak dapat diartikan sebagai bentuk ikatan patronase. Nelayan

bekerja didasarkan oleh rasa saling mempercayai dan berlangsung turun temurun.

Sistem bagi hasil yang berlaku di Karang Agung memberikan satu bagian

dari penjualan hasil tangkapan setelah dikurangi biaya perbekalan kepada pemilik

perahu. Sisanya kemudian dibagi rata kepada nelayan ikut yang melaut masing-

masing sebanyak satu bagian. Hampir semua pemilik perahu terlibat dalam

kegiatan penangkapan. Sehingga pemilik perahu akan mendapatkan satu bagian

sebagai bentuk imbalan atas investasinya berupa perahu, motor tempel dan alat

tangkap ditambah satu bagian lagi sebagai imbalan atas tenaga yang dikeluarkan

saat melaut. Pemilik perahu berkewajiban untuk menyediakan perbekalan melaut

khususnya bahan bakar. Selain itu beberapa pemilik perahu juga menyediakan

Page 9: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

64

rokok kepada para nelayan yang ikut melaut. Pemilik perahu bertanggung jawab

penuh terhadap aset yang dimilikinya mulai dari pemeliharaan dan perbaikan. Di

Karang Agung tidak mengenal stratifikasi dalam kegiatan melaut. Semua awak

perahu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama. Pemilik perahu sudah

sewajarnya menerima bagian yang lebih besar karena resiko ekonomi yang

ditanggungnya lebih besar dibandingkan buruh nelayan.

Tata nilai dan norma

Nuansa Islam memang tidak terlalu kental di masyarakat Karang Agung.

Kehidupan sosial masyarakat Karang Agung masih identik sebagai masyarakat

Jawa pesisir sehingga tradisi selamatan, sedekah laut, kesenian tayub masih hidup

di masyarakat. Tidak mengherankan apabila setiap sore hingga malam hari sering

dijumpai tradisi minum toak di warung-warung pinggir jalan. Kesenian tayub

merupakan salah satu kesenian yang sering dipentaskan pada saat acara sedekah

laut maupun hajatan semacam perkawinan atau khitanan. Pada saat tayub

berlangsung biasanya dihidangkan minuman keras tradisional semacam toak atau

arak.

Hampir setiap hari di warung-warung pinggir jalan menyediakan toak dan

aneka makanan ringan untuk disantap ketika minum toak. Sudah menjadi

kebiasaan di saat sore atau malam hari, penduduk laki-laki Karang Agung saling

berinteraksi di warung toak tersebut. Warung toak dapat dianggap sebagai sarana

menjalin relasi sosial antar warga Karang Agung.

Page 10: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

65

Perkawinan berlangsung sesuai dengan tradisi Jawa dengan menggunakan

hukum Islam. Tradisi Jawa masih mengenal beberapa nilai yang sampai kini

masih dipegang teguh. Sebelum perkawainan berlangsung biasanya pihak

keluarga saling berunding dan mencocokan hitungan berdasarkan primbon. Ada

beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar karena diyakini akan berakibat

buruk bagi pasangan mempelai maupun keluarga. Tidak jarang mereka melakukan

konsultasi terlebih dahulu pada orang yang lebih tua dan dianggap lebih

memahami perhitungan Jawa ini. Apabila hasil perhitungan menunjukkan

ketidakcocokan maka perkawinan dapat dibatalkan. Ini semua untuk menjaga hal-

hal yang tidak diinginkan terjadi.

Namun demikian kepercayaan terhadap primbon Jawa saat ini sudah mulai

luntur. Walaupun masyarakat Karang Agung masih melakukan perhitungan

primbon Jawa, namun mereka sudah tidak lagi secara ketat mengikutinya. Sering

ketika perhitungan tidak cocok, perkawinan tetap dilangsungkan. Biasanya

perkawinan yang seperti ini didahului dengan acara selamatan yang tidak seperti

perkawinan biasanya.

Kelembagaan

Kelembagaan tradisional yang masih hidup di Karang Agung adalah

sambatan, anjeng atau buwuhan dan mendarat. Sambatan adalah kegiatan saling

tukar menukar tenaga kerja pada saat pembangunan atau perbaikan rumah.

Sambatan juga dilaksanakan pada saat hajatan pada saat mempersiapkan pesta.

Kegiatan sambatan dilakukan oleh laki-laki dewasa dan dilakukan antar tetangga

Page 11: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

66

maupun kerabat dekat. Untuk perempuan dikenal istilah mendarat, yaitu tukar

menukar tenaga kerja untuk keperluan memasak pada saat hajatan. Anjeng

merupakan kegiatan tukar menukar uang atau barang pada saat hajatan. Ketika

hajatan, tetangga atau kerabat laki-laki yang diundang akan memberikan uang,

sedangkan undangan perempuan biasanya membawa beras atau gula pasir.

Kegiatan ini akan terus berputar pada setiap orang yang melangsungkan hajatan.

Kwanyar; Budaya Madura dan Kentalnya Nilai Islam

Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik,

stereotipikal, dan stigmatik. Penggunaan istilah khas menunjuk pada pengertian

bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak serupa

dengan etnografi komunitas etnik lain (Alwi, 2001). Penduduk Madura mayoritas

memeluk agama Islam. Kenyataan ini kemudian menempatkan tokoh agama (kiai)

pada posisi yang sangat penting dan sentral di tengah masyarakat.

Pelapisan Sosial

Pelapisan yang terjadi pada masyarakat Kwanyar Barat yang kental dalam

nilai religius menempatkan kiai dan keluarganya pada lapisan sosial yang paling

atas. Kiai adalah sebutan bagi seseorang yang memimpin sebuah pondok

pesantren. Jadi, walaupun ada seseorang yang memiliki ilmu agama sangat tinggi

namun tidak memimpin pesantren tidak dapat disebut sebagai kiai. Gelar kiai

sendiri bersifat turun temurun yang didasarkan pada pewarisan kepemimpinan

sebuah pesantren. Pewarisan tersebut didasarkan pada pola kekerabatan. Pondok

Page 12: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

67

pesantren di Madura tersebar hingga di pelosok pedesaan. Hampir seluruh kiai di

Madura adalah kiai NU yang berpegang pada ahlus sunnah wal jama’ah.

Kiai menempati struktur sosial paling atas, hal ini didasarkan pada

kenyataan bahwa tokoh elit yang menjadi panutan utama oleh masyarakat Madura

adalah kiai. Pepatah yang dipegang orang Madura adalah “bapak-bebuk, guru,

rato” (ayah-ibu, guru, dan ratu). Maksudnya untuk Pepatah tersebut menerangkan

urutan pihak yang dijunjung tinggi warga Madura. Urutan pertama ditempati

bapak-bebuk yaitu ayah dan ibu. Kemudian disusul guru persisnya ulama atau

kiai. Sedangkan rato atau pemerintah menempati urutan terakhir.

Kalau diusut sedikit lebih ke dalam, maka tempat paling strategis

ditempati ulama atau kiai. Meski menempati urutan ke dua setelah orang tua, tapi

masing-masing orang tua tersebut dipastikan patuh dan menjunjung tinggi kiai.

Jadi seluruh pribadi Madura mempunyai ketaatan amat tinggi pada kiai. Masing-

masing keluarga Madura biasanya punya kiai panutan, yang selalu dijadikan

rujukan dalam mengambil sikap. Kepada kiai pula, warga Madura mengadukan

persoalan pribadi maupun meminta restu.

Lapisan berikutnya adalah kelompok yang bukan berasal dari kerabat kiai

namun telah menunaikan ibadah haji. Ibadah haji selain sebagai salah satu

kewajiban bagi umat Islam juga berfungsi sebagai simbol status sosial seseorang.

Lapisan ini biasanya ditempati oleh penduduk yang bekerja sebagai pedagang atau

pengusaha lokal. Secara ekonomi, lapisan ini cukup menempati posisi yang

strategis. Hal ini dapat dimaklumi mengingat biaya untuk menunaikan ibadah haji

Page 13: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

68

sangatlah besar, belum lagi biaya hajatan sebelum dan sesudah menunaikan

ibadah haji.

Lapisan paling bawah ditempati oleh masyarakat biasa. Lapisan ini

jumlahnya paling banyak karena terdiri dari berbagai tingkatan ekonomi. Jenjang

pada lapisan ini cukup tinggi, mulai dari rumah tangga miskin hingga sejahtera.

Seseorang yang cukup kaya namun belum menunaikan ibadah haji dipandang

masih berada pada lapisan paling bawah. Sekali lagi dasar pelapisan adalah pada

pemahaman dan simbol-simbol agama. Mobilitas sosial dapat terjadi terutama

pada lapisan bawah menuju lapisan menengah. Seseorang yang berada pada

lapisan bawah kemudian berangkat haji, status sosialnya akan naik. Namun

demikian sangat sulit untuk naik menuju lapisan paling atas. Hal ini disebabkan

karena lapisan atas cenderung bersifat tertutup karena berdasarkan kekerabatan.

Perkawinan pada lapisan atas biasanya terjadi antar kerabat atau antar keluarga

kiai. Pada komunitas nelayan dikenal ada dua lapisan, yaitu pemilik perahu yang

disebut dengan juragan dan buruh nelayan atau mondhu. Sebagaimana nelayan

tradisional lainnya, pemilik perahu terlibat langsung dalam kegiatan melaut

sehingga pelapisan yang terjadi tidak terlalu tampak diantara keduanya.

Pelapisan sosial di Kwanyar Barat yang lebih didasarkan pada aspek

agama membuktikan pendapatan Weber, yang melihat masyarakat dari tiga aspek,

ekonomi, sosial dan politik. Ketiga aspek ini saling berkaitan dimana, kedudukan

sosial yang tinggi dapat memberikan pengaruh pada aspek ekonomi maupun

politik. Lapisan atas yang ditempati oleh Kiai beserta keluarganya secara ekonomi

dapat dipastikan sangat mapan. Selain memimpin pondok pesantren, kiai biasanya

Page 14: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

69

mempunyai jaringan bisnis yang cukup luas. Akses secara politik juga sangat

terbuka, terlebih setelah kejatuhan rezim orde baru. Banyak kiai yang terlibat

dalam politik praktis, paling tidak sebagai sarana peraih suara (vote getter).

Pelapisan yang cenderung tertutup utamanya pada lapisan atas lebih

disebabkan pada pewarisan status yang bersifat turun-temurun. Kepemimpinan

pondok pesantren akan diwariskan kepada anak ataupun keluarga terdekat yang

ditunjuk. Perkawinan pada lapisan atas biasanya lebih terbatas antar lapisan atas

saja. Hal inilah yang menyebabkan lapisan atas cenderung tertutup dan tidak

memungkinkan lapisan yang ada dibawah untuk memasukinya.

Pelapisan berdasarkan aspek agama ini ternyata tidak membawa dampak

terhadap kesejahteraan masyarakat lapisan bawah. Walaupun dibandingkan

dengan Karang Agung, potensi dana sosial keagamaan di Kwanyar Barat justru

lebih banyak. Zakat, sedekah dan infak merupakan bentuk-bentuk dana sosial

keagamaan yang ada di Kwanyar Barat. Dana sosial keagamaan ini sangat sedikit

yang menyentuh langsung pada lapisan masyarakat bawah. Hanya zakat fitrah,

daging kurban dan sebagian kecil sedekah yang bisa diakses oleh lapisan bawah.

Sebagian besar dana sosial ini digunakan untuk aktivitas pembangunan masjid.

Tidak mengherankan apabila di Kwanyar Barat banyak dijumpai bangunan masjid

yang berdiri megah.

Page 15: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

70

Relasi Sosial

Kekerabatan pada masyarakat Kwanyar Barat terbentuk melalui garis

keturunan, baik berdasarkan garis ayah maupun garis ibu. Pada umumnya, ikatan

kekerabatan antarsesama anggota keluarga lebih erat dari garis keturunan ayah.

Sistem kekerabatan masyarakat Kwanyar Barat mengenal tiga kategori atau

kerabat, yaitu taretan dalem (kerabat inti), taretan semma’ (kerabat dekat), dan

taretan jau (kerabat jauh). Kerabat inti merupakan kerabat yang berasal dari satu

tingkat garis keturunan keatas maupun kebawah. Sedangkan kerabat dekat adalah

perluasan dari kerabat inti secara menyamping. Kerabat jauh adalah seseorang

yang masih ada pertalian darah dan tidak termasuk dalam kerabat inti maupun

kerabat dekat.

Relasi sosial antar rumah tangga tercermin dari eratnya jaringan

pertetanggaan dan pertemanan. Selain kerabat, bagi masyarakat Kwanyar Barat,

tetangga dianggap sebagai saudara yang terdekat. Walaupun tidak mempunyai

hubungan kerabat sama sekali, peran tetangga sangat besar karena tetangga

merupakan pihak yang akan datang pertama kali ketika kita kesusahan. Secara

umum relasi sosial etnik Madura dikenal sangat erat, hal inilah yang kemudian

akan membantu dalam strategi nafkah rumah tangga miskin.

Hubungan produksi pada komunitas nelayan dapat berjalan dengan baik.

Ikatan kerja didasarkan pada saling mempercayai dan saling membutuhkan. Tidak

ada hubungan kerja yang mengikat antara pemilik perahu dan buruh nelayan,

keduanya merasa perlu bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian

besar hubungan kerja berasal dari ikatan kekerabatan. Pemilik perahu biasanya

Page 16: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

71

akan mengajak kerabatnya untuk bersama-sama melaut. Kondisi ini

mengyebabkan tidak pernah dijumpai adanya perpindahan tenaga kerja dari satu

perahu ke perahu yang lain.

Pola bagi hasil yang berlaku di Kwanyar Barat memberi kesempatan bagi

pemilik perahu untuk mendapatkan pengembalian atas biaya investasi yang

ditanamkannya. Pemilik perahu bertanggung jawab atas pengeluaran bahan bakar

yang diperlukan untuk melaut. Pengeluaran ini nantinya akan diganti dari hasil

penjualan tangkapan. Setelah dikurangi biaya bahan bakar, hasil penjualan

kemudian dibagi menurut perbandingan sebagai berikut; pemilik perahu 40 persen

dan sisanya sebanyak 60 persen merupakan bagian awak perahu. Jumlah awak

perahu sebanyak tiga orang sehingga masing-masing mendapatkan 20 persen.

Pemilik perahu karena ikut melaut maka akan mendapatkan bagian sebanyak 60

persen dari penjualan hasil tangkapan.

Tata nilai dan norma

Karakter sosial budaya masyarakat Kwanyar Barat sangat berbeda dengan

masyarakat Karang Agung. Pengaruh Islam yang sangat kuat menyebabkan segala

bidang kehidupan didasarkan pada nilai Islam. Pada hari Jum’at nelayan memilih

untuk melaut pada siang hari selepas sholat Jum’at. Malam Jum’at, desa Kwanyar

Barat selalu diramaikan dengan kegiatan pengajian dan pembacaan tahlil yang

dilakukan di masjid atau dari rumah-rumah warga.

Kegiatan melaut juga sangat disesuaikan dengan waktu sholat. Nelayan

berusaha untuk menunaikan sholat di daratan. Karenanya baru selepas subuh

Page 17: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

72

nelayan berangkat melaut dan kembali sebelum waktu dhuhur habis. Apabila

melaut pada malam hari, nelayan akan memilih berangkat selepas shalat isya’ dan

kembali sebelum fajar.

Kelembagaan

Sistem kelembagaan tradisional yang masih berlangsung di Kwanyar Barat

adalah tradisi menyumbang pada saat pesta atau hajatan. Undangan mempunyai

kewajiban untuk menyumbangkan sejumlah uang kepada tuan rumah. Sumbangan

ini kemudia dicatat dan kelak akan dikembalikan pada saat sang penyumbang

mengadakan hajatan. Hal ini tidak berlaku bagi lapisan sosial atas. Pada saat

hajatan yang dilakukan oleh lapisan atas justru tuan rumah yang memberikan uang

saku bagi undangan.

Pada masyarakat Bangkalan terdapat budaya tan pentan sebagai bagian

dalam perkawinan. Budaya ini berupa kewajiban bagi pihak laki-laki untuk

memberikan berbagai kebutuhan perempuan seperti baju, perhiasan, kosmetik

hingga perabot rumah tangga semacam meja rias, tempat tidur hingga lemari.

Pihak laki-laki membawa barang-barang ini bersamaan pada saat akad nikah.

Sebenarnya tidak ada kewajiban untuk melakukan tan-pentan namun masalah

gengsi menjadi salah satu penyebab masih bertahannya tradisi ini.

Menurut beberapa tokoh masyarakat, tan pentan sebenarnya mempunyai

makna positif bagi pihak yang melakukan perkawinan. Pada dasarnya tan pentan

tidak mensyaratkan barang-barang yang mewah dan mahal, hanya seiring

perkembangan jaman tan pentan seolah dijadikan ajang untuk menunjukkan status

Page 18: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

73

sosial seseorang, bahkan untuk sekedar menjaga gengsi. Tan pentan merupakan

perwujudan kesiapan pihak laki-laki dalam menempuh hidup baru dan

menanggung semua kebutuhan hidup pihak perempuan. Nilai moral tradisi ini

adalah, perkawinan membutuhkan persiapan yang cukup, baik secara psikis juga

finansial. Tentu semua pihak berharap keluarga baru tersebut dapat hidup dengan

sejahtera tanpa kekurangan.

Ikhtisar

Kedua desa kasus berbeda dalam karakteristik sosial budaya. Nuansa

islam sangat mendominasi Kwanyar Barat, sangat berbeda dengan Karang Agung

yang lebih mengarah pada bentuk masyarakat Jawa pesisir. Pelapisan sosial di

kedua desa sangat berbeda, Karang Agung mendasari pelapisan sosialnya

berdasarkan pengaruh akan kekuasaan sedangkan Kwanyar Barat menggunakan

agama. Lapisan atas di Karang Agung diisi oleh aparat pemerintahan dan pegawai

negeri. Status pegawai negeri menjadi salah satu simbol status yang sangat

bergengsi di Karang Agung. Lapisan atas di Kwanyar Barat diisi oleh kiai dan

keluarganya. Penghormatan terhadap sosok kiai sangat terasa di Madura, bahkan

terdapat nilai bapak-bebuk, guru, rato yang hingga kini dipegang teguh oleh

masyarakat Madura.

Lapisan menengah di Karang Agung diisi oleh para pekerja swasta, petani

dan pedagang. Sedangkan di Kwanyar Barat lapisan ini ditempati oleh keluarga

yang telah menunaikan ibadah haji. Gelar haji merupakan simbol status sosial

Page 19: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

74

yang cukup disegani di Kwanyar Barat. Lapisan paling bawah di Karang Agung

ditempati oleh buruh tani, nelayan dan

Gambar 4. Pelapisan sosial di kedua desa kasus

Pelapisan sosial di kedua desa kasus dapat dijelaskan menggunakan

konsep pelapisan sosial Weber, dimana basis pelapisan didasarkan pada aspek

ekonomi, sosial dan politik. Ketiga aspek ini seringkali saling berkaitan dan

tumpang tindih. Pelapisan sosial di Karang Agung lebih terbuka dibandingkan

pelapisan sosial di Kwanyar Barat. Lapisan atas di Kwanyar Barat yang ditempati

oleh kiai dan keluarganya cenderung tertutup. Sarana untuk mengakses lapisan

atas tersebut hanyalah melalui proses perkawinan.

Sistem kekerabatan di kedua desa mempunyai persamaan yaitu

berdasarkan atas garis keturunan ibu dan ayah. Struktur keluarga juga mengenal

adanya keluarga dekat dan keluarga jauh. Sistem kekerabatan masyarakat

Kwanyar Barat mengenal tiga kategori atau kerabat, yaitu taretan dalem (kerabat

inti), taretan semma’ (kerabat dekat), dan taretan jau (kerabat jauh). Sedangkan

Lapisan Atas

Lapisan Menengah

Lapisan Bawah

Desa Karang Agung ;

Pegawai pemerintahan

dan aparat desa

Pekerja swasta,

pedagang, petani

Buruh bangunan,

buruh tani, nelayan

Desa Kwanyar Barat ;

Kiai beserta

keluarganya

Keluarga Haji

Masyarakat lainnya

Page 20: STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang … · STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DESA NELAYAN Karang Agung; Budaya Jawa dan Abangan Penduduk Karang Agung termasuk dalam etnis Jawa.

75

masyarakat Karang Agung mengenal dulur parek (kerabat dekat) dan dulur adoh

(kerabat jauh).

Hubungan produksi antara pemilik perahu dan buruh nelayan berlangsung

secara longgar sehingga ikatan patronase diantara keduanya tidak begitu kuat.

Bagi hasil dilakukan setelah hasil penjualan dikurangi dengan biaya perbekalan.

Sistem bagi hasil yang berlaku di Karang Agung memberikan satu bagian kepada

pemilik perahu. Sisanya kemudian dibagi rata kepada nelayan ikut yang melaut

masing-masing sebanyak satu bagian. Sedangkan bagi hasil di Kwanyar Barat

memberikan bagian kepada pemilik perahu sebesar 40 persen dan sisanya

sebanyak 60 persen merupakan hak awak perahu.