STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA … · perpustakaanBunsBacBid) digilibBunsBacBid)))))...
Click here to load reader
Transcript of STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA … · perpustakaanBunsBacBid) digilibBunsBacBid)))))...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN
PEMBENTUKNYA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik
Minat Utama Linguistik Deskriptif
Oleh:
Iqbal Nurul Azhar S110809008
MINAT UTAMA LINGUISTIK DESKRIPTIF
PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN
PEMBENTUKNYA
Disusun oleh:
Iqbal Nurul Azhar S110809008
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tesis
Pada tanggal : 12 Mei 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Sri M. Samiati Tarjana Dr. Tri Wiratno, M.A. NIP. 194402061965112001 NIP.196109141987031001
Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. NIP. 196303281992011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STRUKTUR PROVERBA BAHASA INGGRIS DAN MAKNA HUBUNGAN ANTARKONSTITUEN
PEMBENTUKNYA
Oleh:
Iqbal Nurul Azhar S110809008
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Tesis Pada Tanggal: 20 Mei 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D. .......................
Sekretaris : Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. .......................
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana .......................
2. Dr. Tri Wiratno, M.A .......................
Surakarta, 20 Mei 2010
Mengetahui Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. M.R. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 196303281992011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
N a m a : Iqbal Nurul Azhar
NIM : S110809008
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Struktur Proverba
Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” adalah
betul-betul karya saya. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis
tersebut telah diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila
ternyata di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, 20 Mei 2011
Yang menyatakan,
Iqbal Nurul Azhar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Keep your dreams on the sky, because when you fall, you Keep your dreams on the sky, because when you fall, you Keep your dreams on the sky, because when you fall, you Keep your dreams on the sky, because when you fall, you
are still between the stars are still between the stars are still between the stars are still between the stars
[Azhar, N.AZ, Medio Mei 2011]
If it were not for dreamsIf it were not for dreamsIf it were not for dreamsIf it were not for dreams,,,, the heart would break. Everything the heart would break. Everything the heart would break. Everything the heart would break. Everything
may be retrieved except despair.may be retrieved except despair.may be retrieved except despair.may be retrieved except despair.
[J. Lubbock]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Kutulis karya ini sebagai persembahan pada mantan teman
diskusi terbaikku, (Alm. ayah) M. Ruji, serta teman diskusiku yang baru, istriku, Diah Retna Yuniarti, yang sangat setia untuk berjuang bersamaku dalam mengarungi samudra
kehidupan dengan biduk sederhana menuju tahta; pahlawan terkasihku ibunda Nurdijanah; Abi Suharso dan Umi Ummi
Wahyuni; keluarga besar TP Ar-Raudhoh Demangan Bangkalan dan Lidah Wetan Surabaya; adik-adikku yang
selalu memberikan support untuk maju: Roshif Nurul A’la,
Bahrul Ulum, Hurrul Fikri (calon Dokter Gigi), Umar Chafidzi, mas dan mbakku, mbak Diah dan mas Imad, Nyae,’ paman,
bibi, sepupu dan keponakan-keponakanku yang tidak dapat aku sebutkan satu-persatu.
Terima kasih atas segala cinta dan doa yang kalian berikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahman dan Rahim-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini. Penulis menyadari bahwa tulisan tentang “Struktur Proverba Bahasa
Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya” ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak yang sangat
bersimpati dan berempati selama penyusunannya. Untuk itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
sebagai penghormatan.
Ucapan terima kasih, penghormatan serta penghargaan yang setulus-
tulusnya, penulis sampaikan kepada, Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana dan Dr.
Tri Wiratno, M.A yang dengan penuh kesabaran telah berkenan membimbing,
memberi arahan, semangat, dan waktu yang beliau luangkan kepada penulis
selama penyusunan tesis ini dari awal hingga selesai.
Ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang setulus-
tulusnya penulis sampaikan pula kepada Direktur Program Pascasarjana, Ketua
dan Sekretaris Program Studi Linguistik (S2), serta semua dosen Program Studi
Linguistik, Minat Utama Linguistik Deskriptif, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas semua jasa dan motivasi yang
diberikan pada penulis untuk semakin mencintai linguistik.
Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir.
Ariffin, M.S., selaku Rektor Universitas Negeri Trunojoyo, yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
memberikan izin serta dukungan tiada tara kepada penulis untuk menempuh
pendidikan pascasarjana, civitas akademika Universitas Negeri Trunojoyo,
bapak Yazid Basthomi dan ibu Utami dari Sastra Inggris Universitas Negeri
Malang yang telah membantu memecahkan kebuntuan pada saat pencarian data,
teman-teman Linguistik Deskriptif 2009 (Salim, Tri, Nanda, Puspa, Mamung,
Dona, Septi, Adi, Sunarya, Favorita, Ken, Liana, Dinar, Aan, Tarman, dan
Harsono), serta program BPPS yang telah turut memberikan semangat sehingga
tesis ini lancar.
Penulis telah berusaha menyusun tesis ini semaksimal mungkin, namun,
penulis sangat menyadari bahwa di dalamnya, banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Penutup kata, penulis berharap walau sekecil apapun, tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan perkembangan linguistik.
Surakarta, 20 Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN... .................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN... ................................................................................. iii
MOTTO... ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................. vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL... ..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN... ..................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xviii
ABSTRAK... .......................................................................................................... xix
ABSTRACT... .......................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................15
E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori.......................................................................................... 19
B. Teori-teori yang Dijadikan Acuan ............................................................ 20
1. Teori tentang Proverba.......................................................................... 20
a. Fraseologi Versus Paremiologi ...................................................... 21
b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom........................................ 24
c. Karakteristik Proverba.................................................................... 27
d. Kategori Proverba .......................................................................... 29
e. Fungsi dan Penggunaan Proverba .................................................. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2. Teori tentang Struktur ........................................................................... 31
a. Istilah-istilah Umum Seputar Struktur Sintaksis............................ 33
b. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis ............................................ 35
c. Teori Sintaksis: Frasa, Klausa dan Kalimat ................................... 36
3. Teori tentang Aspek Stilistika dalam Struktur ...................................... 41
a. Aliterasi .......................................................................................... 41
b. Asonansi......................................................................................... 42
c. Konsonansi ..................................................................................... 42
d. Rima vokal ..................................................................................... 42
e. Anastrof ..........................................................................................42
f. Apostrophe..................................................................................... 43
g. Elipsis............................................................................................. 43
h. Paradoks ......................................................................................... 43
i. Hiperbola........................................................................................44
j. Pertanyan Retoris ........................................................................... 44
k. Alusi .............................................................................................. 44
4. Teori tentang Makna ............................................................................. 45
a. Pembagian Makna .......................................................................... 45
b. Relasi Makna.................................................................................. 55
c. Perubahan Makna........................................................................... 60
C. Penelitian-penelitian yang Relevan........................................................... 64
D. Kerangka Berpikir.....................................................................................68
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Langkah Penelitian.................................................................... 71
B. Sumber Data dan Data Penelitian ............................................................. 74
C. Metode dan Teknik Penyediaan Data ....................................................... 76
1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap......................................................... 76
2. Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode........................................ 77
3. Teknik Rekam.......................................................................................78
D. Klasifikasi dan Validasi Data.................................................................... 79
E. Metode dan Teknik Analisis Data............................................................. 80
F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data...................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan...................................................................................................... 84
1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ....................................................... 84
a. Proverba dengan Struktur Polimember .......................................... 85
b. Proverba dengan Struktur Monomember..................................... 119
c. Temuan Menarik Seputar Proverba.............................................. 120
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba
Bahasa Inggris................................................................................... 122
a. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Pelesapan Konstituen
Proverba ....................................................................................... 124
b. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Permutasi Konstituen
Proverba ....................................................................................... 143
c. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Substitusi Konstituen
Proverba ....................................................................................... 154
d. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Penyisipan Konstituen
Proverba ....................................................................................... 188
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba .............................. 215
a. Pilihan Leksikon dalam Membangun Bentuk Lahir Proverba ..... 216
b. Pilihan Leksikon dengan Memanfaatkan Aspek Fonem.............. 232
c. Pilihan Leksikon yang Mengandung Style/Gaya Bahasa............. 239
4. Makna Hubungan Antarunsur Pembentuk Proverba......................... 246
a. Jenis-jenis Proverba Berdasarkan Entitas Pembangun
Maknanya...................................................................................... 247
b. Fungsi Nomina dalam Membangun Makna Proverba .................. 253
c. Relasi Sinonim Pola-pola Simbolik .............................................. 275
B. Pembahasan............................................................................................. 279
1. Struktur Proverba Bahasa Inggris ..................................................... 279
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba
Bahasa Inggris................................................................................... 283
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba .............................. 288
4. Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba................. 291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
5. Komponen Bersama, Struktur, Style/Gaya Bahasa dan Makna ........ 295
6. Reformulasi Identitas Proverba......................................................... 306
BAB V SIMPULAN DAN PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................. 313
B. Penutup.................................................................................................... 319
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 321
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 326
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Beda Klausa Normal dan Klausa Inversi ................................................ 38
Tabel 2.2: Jenis-jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya ......................................... 38
Tabel 2.3: Klausa Bebas dan Klausa Terikat ........................................................... 39
Tabel 3.1: Korpus Data Penelitian ........................................................................... 78
Tabel 4.1: Data 60: Pelesapan Nomina..................................................................125
Tabel 4.2: Data 61: Pelesapan Adjektiva ...............................................................126
Tabel 4.3: Data 62: Pelesapan Verba ..................................................................... 127
Tabel 4.4: Data 63: Pelesapan Adverbia................................................................128
Tabel 4.5: Data 64: Pelesapan Kata Tugas............................................................. 129
Tabel 4.6: Data 65: Pelesapan Frasa Nominal ....................................................... 131
Tabel 4.7: Data 66: Pelesapan Frasa Verbal .......................................................... 131
Tabel 4.8: Data 67: Pelesapan FV yang Inti FVnya Berupa Kop/LV.................... 133
Tabel 4.9: Data 68: Pelesapan Frasa Adjektival .................................................... 134
Tabel 4.10: Data 69: Pelesapan Frasa Adverbial ................................................... 135
Tabel 4.11: Data 70: Pelesapan Frasa Preposisional.............................................. 136
Tabel 4.12: Data 71: Pelesapan Ekspletif dan to be............................................... 137
Tabel 4.13: Data 72: Pelesapan Klausa Adjektival................................................ 138
Tabel 4.14: Data 73: Pelesapan Klausa Advebial .................................................. 139
Tabel 4.15: Data 74: Pelesapan Klausa Result....................................................... 139
Tabel 4.16: Data 75: Pelesapan Klausa Nonverbal................................................ 140
Tabel 4.17: Data 76: Pelesapan Klausa Verbal...................................................... 141
Tabel 4.18: Data 77: Pelesapan Klausa Komparatif .............................................. 142
Tabel 4.19: Data 78: Pelesapan Klausa Imperatif .................................................. 143
Tabel 4.20: Data 79: Permutasi Nomina................................................................ 144
Tabel 4.21: Data 80: Permutasi Adjektiva ............................................................. 145
Tabel 4.22: Data 81: Permutasi Adverbia.............................................................. 146
Tabel 4.23: Data 82: Permutasi Frasa Nominal ..................................................... 148
Tabel 4.24: Data 83: Permutasi Frasa Verbal ........................................................ 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4.25: Data 84: Permutasi Frasa Preposisional.............................................. 150
Tabel 4.26: Data 85: Permutasi Klausa Adjektival................................................ 152
Tabel 4.27: Data 86: Permutasi Klausa Nonerba................................................... 153
Tabel 4.28: Data 87: Permutasi Klausa Imperatif .................................................. 153
Tabel 4.29: Data 88: Substitusi Nomina dengan Nomina...................................... 156
Tabel 4.30: Data 89: Substitusi N dengan Konstituen dari Kategori Lain dari
Kelas yang Sama.................................................................. 163
Tabel 4.31: Data 90: Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal........................... 164
Tabel 4.32: Data 91: Substitusi Verba dengan Verba............................................ 165
Tabel 4.33: Data 92: Substitusi Verba dengan Linking Veb.................................. 169
Tabel 4.34: Data 93: Substitusi Verba dengan Frasa Verbal ................................. 169
Tabel 4.35: Data 94: Substitusi Adjektival ............................................................171
Tabel 4.36: Data 95: Substitusi Adverbia ..............................................................173
Tabel 4.37: Data 96: Substitusi Auxiliari............................................................... 175
Tabel 4.38: Data 97: Substitusi Preposisi .............................................................. 176
Tabel 4.39: Data 98: Substitusi Determiner........................................................... 176
Tabel 4.40: Data 99: Substitusi Pronomina dengan Part of Speech...................... 177
Tabel 4.41: Data 100: Substitusi Pronomina dengan Frasa ................................... 178
Tabel 4.42: Data 101: Substitusi karena Tense dan Concord................................ 179
Tabel 4.43: Data 102: Substitusi Frasa Nominal ................................................... 180
Tabel 4.44: Data 103: Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech................. 182
Tabel 4.45: Data 104: Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal .................... 184
Tabel 4.46: Data 105: Substitusi Frasa Adjektival ................................................ 185
Tabel 4.47: Data 106: Substitusi Frasa Preposisional............................................ 186
Tabel 4.48: Data 107: Substitusi Klausa............................................................... 187
Tabel 4.49: Data 108: Penyisipan Nomina ............................................................ 190
Tabel 4.50: Data 109: Penyisipan Verba................................................................191
Tabel 4.51: Data 110: Penyisipan Adjektiva.......................................................... 191
Tabel 4.52: Data 111: Penyisipan Adverbia .......................................................... 194
Tabel 4.53: Data 112: Penyisipan Pronomina........................................................ 198
Tabel 4.54: Data 113: Penyisipan Determiner ....................................................... 199
Tabel 4.55: Data 114: Penyisipan Preposisi........................................................... 200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.56: Data 115: Penyisipan Auxiliari........................................................... 201
Tabel 4.57: Data 116: Penyisipan to Infinitif......................................................... 203
Tabel 4.58: Data 117: Penyisipan Frasa Nominal.................................................. 204
Tabel 4.59: Data 118: Penyisipan Frasa Verbal..................................................... 205
Tabel 4.60: Data 119: Penyisipan Frasa Adjektival............................................... 206
Tabel 4.61: Data 120: Penyisipan Frasa Adverbial................................................ 207
Tabel 4.62: Data 121: Penyisipan Frasa Preposisional .......................................... 208
Tabel 4.63: Data 122: Penyisipan Klausa .............................................................. 209
Tabel 4.64: Data 123: Penyisipan Pola Kompleks................................................. 210
Tabel 4.65: Data 160: Proverba Bentuk Reflektif.................................................. 251
Tabel 4.66: Data 161: Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia ............. 254
Tabel 4.67: Analisis Komponensial pada Kata Bird .............................................. 255
Tabel 4.68: Data 162: Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia ............. 256
Tabel 4.69: Data 163: Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-hal
yang Kecil/Remeh.............................................................. 258
Tabel 4.70: Data 164: Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol
Orang-orang Bertabiat Buruk............................................. 259
Tabel 4.71: Data 165: Penggunaan N/FN Devil Sebagai Simbol Keburukan........ 260
Tabel 4.72: Data 166: Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Keinginan........... 261
Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN Gold/Golden Sebagai Simbol
Sesuatu yang Berharga....................................................... 262
Tabel 4.73: Data 167: Penggunaan N/FN A Penny Sebagai Simbol
Sesuatu yang Kurang Berharga.......................................... 262
Tabel 4.75: Data 186: Nomina yang Merujuk pada Makna
Sesuatu yang Berharga....................................................... 275
Tabel 4.76: Data 187: Nomina yang Merujuk pada Makna Keinginan ................. 276
Tabel 4.77: Data 188: Nomina yang Merujuk pada Makna Kesempatan.............. 277
Tabel 4.78: Data 189: Nomina yang Merujuk pada Makna
Sesuatu yang Lebih Baik.................................................... 277
Tabel 4.79: Data 190: Nomina yang Merujuk pada Makna Penampilan............... 278
Tabel 4.80: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Style/Gaya Bahasa ................... 299
Tabel 4.81: Relasi Antara Struktur Generik dan Style/Gaya Bahasa..................... 300
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.82: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Makna ...................................... 301
Tabel 4.83: Relasi Antara Struktur Generik dan Makna........................................ 303
Tabel 4.83: Relasi Antara Style/Gaya Bahasa dan Makna..................................... 304
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Prinsip Struktur Konstituen................................................................. 48
Gambar 2.2: Pemahaman Ujaran Bahasa................................................................. 49
Gambar 2.3: Asosiasi dari Kata ............................................................................... 53
Gambar 2.4: Hiponimi ............................................................................................. 58
Gambar 2.5: Hiponimi: Contoh Lain ....................................................................... 58
Gambar 2.6: Meronimi............................................................................................. 60
Gambar 2.7: Kerangka Berpikir............................................................................... 70
Gambar 4.1: Proses Dekoding Proverba ................................................................ 250
Gambar 4.2: Taksonomi Pilihan Nomina .............................................................. 267
Gambar 4.3: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Dasar) ......... 296
Gambar 4.4: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Penuh)......... 297
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Proverba Bentuk Lugas ....................................................................326
Lampiran 2: Proverba Bentuk Reflektif................................................................330
Lampiran 3: Lembar Validasi ............................................................................... 336
Lampiran 4: Identitas www.answers.com............................................................. 337
Lampiran 5: Lembar Crosscheck.......................................................................... 338
Lampiran 6: Korpora Data .................................................................................... 343
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. : Adjektiva
Adv . : Adverbia
Aux . : Auxiliari (Kata Kerja Bantu)
FA. : Frasa Adjektival
FAdv. : Frasa Adverbial
FN. : Frasa Nominal
FP. : Frasa Preposisional
FV. : Frasa Verbal
K. : Kalimat
KO. : Komplemen Objek
Kon. : Konjungsi
Kop. : Kopula
KS. : Komplemen Subjek
N. : Nomina
OL. : Objek Langsung
OTL. : Objek Tidak Langsung
V. : Verba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRAK
Iqbal Nurul Azhar. S11080900. Struktur Proverba Bahasa Inggris dan Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuknya. Pembimbing I: Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, Pembimbing II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Tesis: Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011 Penelitian ini memiliki empat tujuan. Adapun keempat tujuan tersebut: (1) dapat mendeskripsikan struktur proverba bahasa Inggris; (2) menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris (3) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris; serta (4) menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris. Ada dua manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: mendukung dan merevisi teori terdahulu tentang proverba bahasa Inggris, serta menambah pemahaman tentang kajian sintaksis, semantik dan proverba bahasa Inggris. Manfaat praktis dari penelitian ini ada tiga: dapat membantu penerjemah menerjemahkan proverba bahasa Inggris berdasarkan pengetahuan terhadap struktur dan makna hubungan antarunsur pembentuknya, dapat membantu para guru bahasa Inggris menjawab pertanyaan siswa mereka tentang struktur proverba bahasa Inggris dan makna hubungan antarunsurnya, serta dapat menjadi referensi pengkajian peribahasa bahasa Inggris dan Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori grounded. Desain penelitian ini adalah studi kasus tunggal tiang terpancang dengan menggunakan langkah-langkah analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Spradley. Metode yang dipakai dalam proses penyediaan data penelitian ini adalah metode simak dengan menggunakan tiga teknik lanjutan yaitu (1) teknik simak bebas libat cakap dengan strategi simak scaning, (2) teknik catat dengan strategi catat berkode dan (3) teknik rekam. Ada tiga metode yang digunakan dalam menganalisis data dan membaginya ke dalam taksonomi-taksonomi yaitu; (1) distributional method, (metode agih), dan (2) identity method (metode padan). Kedua metode ini digunakan secara bergantian untuk menemukan pola-pola yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan: (1) bahwa struktur-struktur proverba bahasa Inggris sangat bervariatif mulai dari bentuk sederhana seperti frasa, hingga ke struktur yang kompleks yaitu kalimat majemuk kompleks. (2) bahwa sifat hubungan antarkonstituennya tidak beku yang ditandai dengan dapat dilihatnya kemunculan fenomena pelesapan, substitusi, permutasi dan ekspansi konstituen-konstituen pembentuk proverba dalam tuturan tulis, (3) pembuat proverba memiliki kecendrungan untuk menggunakan beberapa leksikon khas, yaitu: leksikon tertentu yang dapat membangun struktur lahir, leksikon yang di dalamnya terdapat pemanfaatan aspek fonem, serta leksikon yang memunculkan gaya bahasa, (4) bahwa leksikon pembentuk proverba memiliki peranan yang khas dalam membangun makna proverba. Kata-kata Kunci: struktur, style, makna, konstituen, proverba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRACT
Iqbal Nurul Azhar. S11080900. English Proverbial Structures and The Meanings of their interconstituent relation. Thesis Advisor I: Prof. Dr. M.Sri Samiati Tarjana. Thesis Advisor II: Dr. Tri Wiratno, M.A. Thesis: Linguistics Study Program, Major interest: Descriptive Linguistics. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011 This research has four objectives, i.e. (1) to describe the structures of English proverbs, (2) to explain the relationship of english proverbs’ constiuents (3) to explain the patterns of lexical choice used to construct English proverbs, and (4) to explain the meanings of English proverbs’ interconstituent relation. There are two benefits that can be obtained from this research: theoretical and practical benefits. The theoretical benefits are: (1) can support and revise some former theories related to English proverbs, and (2) can deepen the understanding of English syntax, semantics and proverbs. The pactical benefits are: (1) to assist any English-Indonesian translators particularly in translating English proverbs, (2) to help English teachers to answer their students’ questions related to English proverbial structures and the meanings of their interconstituent relationships, and (3) to become a reference for further studies on English or Indonesian proverbs.
This research was a qualitative research using grounded theory approach. The design of this research was embedded single case study using Spradley’s qualitative data analysis method. The method used to obtain the data was the observation method. There were three further techniques used in this method, those were: (1) nonparticipation observation using scanning reading activities, (2) taking-note technique using naming-code technique, and (3) recording technique. There were two methods used to analyze the data and divide them into taxonomies, those were; (1) distributional method, and (2) identity method. The two were used in turn to find the patterns that could answer the research questions. The results of the research show: (1) the structures of English proverbs vary in forms, from the simple to complex forms. (2) the interconstiuent relation is not rigid, it can be noted from the ability of the proverbial structures to accept elliptical, substitutional, expansional and permutational phenomena. (3) the creators of English proverbs tend to choose unique lexicons, that: can construct the proverbial structures, can utilize phonemes, and can emerge language style, (4) lexicons that construct english proverb has their own distinctive functions. Keywords: structure, style, meaning, constituent, proverb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muatan kebijaksanaan yang terkandung dalam proverba (peribahasa) telah
memandu manusia dalam interaksi sosial mereka selama beribu tahun lamanya
(Mieder, 2004:xi). Bermula dari berbagai pengalaman yang terakumulasi selama
bertahun-tahun yang kemudian, dengan sebuah proses tertentu, membentuk
sebuah formula bahasa yang unik, maka lahirlah proverba. Keunikan inilah yang
membuat sebuah proverba menjadi mudah untuk diingat dan digunakan secara
instan dalam banyak retorika verbal maupun tulis. Selain unik, proverba dikenal
memiliki pengaruh positif. Pengaruh positif ini telah terasa dan diakui manusia
sejak mereka belum mengenal aksara, dan sepertinya tidak akan pernah ada tanda-
tanda bahwa eksistensi proverba beserta pengaruh positifnya akan berakhir di
zaman modern (Mieder, 2004:xi).
Beberapa orang memang pernah mengklaim bahwa proverba akan segera
punah keberadaannya pada masyarakat berbudaya maju, namun klaim ini
hanyalah asumsi tanpa bukti (Mieder, 2004:xi). Memang benar bahwa beberapa
proverba (kita bisa menyebutnya proverba generasi lama) telah usang dan mulai
ditinggalkan karena dimensi metaforanya sudah tidak cocok lagi dengan zaman
sekarang, namun proverba-proverba generasi baru dengan muatan metafora yang
lebih “berbau modern” segera lahir. Sebagai contoh metafora bahasa Inggris “Let
the cobbler stick to his last” (biarkan tukang sepatu lengket pada lastnya) pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dasarnya dianggap sebagai proverba yang telah “mati” karena profesi cobbler
sudah tidak ada lagi. Jika sepatu seorang Amerika dewasa ini rusak, maka ia akan
membawa sepatu tersebut ke shoe repair shop (toko perbaikan sepatu) dan bukan
ke cobbler, dan nampaknya ia dan orang lain dari zaman ini yang bermaksud
memperbaiki sepatu, akan kesulitan untuk memaknai kata last, bahwa kata
tersebut mengandung makna model kaki manusia yang terbuat dari logam atau
kayu sebagai tempat meletakkan sepatu ketika sepatu tersebut sedang diperbaiki.
Hal ini terjadi karena kata last adalah kata arkais dan karenanya jarang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Proverba di atas menunjukan pesan moral bahwa
seseorang harus menekuni sebuah bidang jika ia memang memiliki cukup
kompetensi di bidang tersebut. Ketika sebuah proverba dengan konteks pekerjaan
(seperti yang telah disebutkan) telah hilang, proverba yang lain, baik itu dari
generasi yang sama maupun dari generasi berbeda, akan muncul
menggantikannya posisinya.
Proverba “Every man to his trade” (setiap laki-laki pada usaha dagangnya)
yang bermakna lebih umum adalah contoh nyata kemunculan proverba lain dari
generasi yang sama menggantikan posisi proverba “Let the cobbler stick to his
last” untuk merujuk pada pesan moral yang sama. Contoh lain terdapat pada
proverba yang berhubungan dengan dunia merkantilisme (perdagangan) seperti;
“Another day, another dollar” (lain hari, maka lain dollar) atau dalam dunia
komputer “Garbage in, garbage out” (sampah masuk, sampah keluar), meskipun
bukan merupakan pengganti dari proverba “Let the cobbler stick to his last” tapi
setidak-tidaknya menjadi penanda bahwa proverba-proverba generasi baru telah
lahir dan siap mengganti peranan proverba-proverba generasi lama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mewarnai hidup manusia. Dua proverba “Another day, another dollar” dan
“Garbage in, garbage out,” ini merupakan proverba generasi baru yang lahir di
era modern dan sangat kontekstual dengan kehidupan masa kini yang sangat
materialistik dan serba komputerisasi (Mieder, 2004). Dalam banyak aspek,
proverba jelas hidup dengan baik dan sebagai teman manusia, mereka memainkan
peranan penting di zaman modern.
Secara kognitif, proverba memiliki konstruksi yang sangat ekonomis
karena hanya melalui sebuah kalimat pendek yang menjadi wujud proverba
tersebut, kita dapat memahami banyak hal. Dari wujud kalimat sederhana tersebut
kita bisa mengaktifkan sebentuk potret dalam benak dan mengaitkannya dengan
fakta yang relevan yang berwujud sebuah peristiwa atau kejadian. Sebagai contoh
adalah proverba Inggris “Blind blames the ditch” (orang buta, menyalahkan
selokan) (Lakoff & Turner 1989:162), telah mengajak kita untuk membayangkan
sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta sedang menyalahkan selokan yang telah
membuatnya jatuh tanpa menyadari bahwa kondisi kebutaannyalah yang telah
membuatnya jatuh ke selokan. Proverba ini tidak hanya membawa kita pada
sebuah peristiwa bahwa ada seorang buta telah jatuh di selokan, namun lebih jauh
lagi, kita masih dapat membayangkan rangkaian kejadian sebelum orang buta
tersebut jatuh, dimulai saat si buta sedang berjalan, belum sampai ke selokan,
mendekati selokan dan akhirnya jatuh ke selokan. Makna proverba ini demikian
luas, sehingga akan banyak interpretasi muncul. Namun secara umum, proverba
ini dimaknai yaitu pada situasi-situasi dimana ada seseorang yang gagal dan
menyalahkan sesuatu padahal keterbatasannyalah yang membuatnya gagal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Proverba sangat penting peranannya dalam komunikasi manusia, dan
karenanya manusia harus dapat memahami makna dari proverba tersebut beserta
alasan logisnya. Manusia juga harus dapat memahami bahwa proverba tersebut
merupakan derevasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk makna. Selain
itu, proverba mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam
pola-pola bahasa yang khas. Keluasan jangkauan proverba inilah yang
menyebabkan proverba sangat menarik untuk dikaji. Dengan mengkaji proverba-
proverba tersebut kita dapat mengekstraksi banyak sekali ide tentang bagaimana
kita berpikir dan memberi makna pada sebuah proverba, bagaimana kita
mengkonsep dan mengkatagorikan dunia di sekeliling kita, bagaimana kita
mampu menyalurkan pemahaman dan pengetahuan kearifan budaya dari generasi
ke generasi, serta bagaimana kreatifnya manusia merangkai kata sehingga
memiliki makna.
Bibliografi-bibliografi yang ada saat ini telah mencatat setidaknya ada
20.000 volume buku yang berkaitan dengan koleksi proverba di seluruh dunia,
dan tiap tahunnya koleksi volume tersebut bertambah sebanyak 200 buah (Mieder,
2004: xii). Sedangkan negara-negara penutur asli bahasa Inggris, seperti Inggris,
Australia dan Amerika Serikat, memiliki pula proverba (proverbs) yang
jumlahnya lebih dari seribu entri (lihat Simpson dan Speake, 2002). Dari seluruh
proverba tersebut, ada sekitar 248 proverba yang menjadi proverba umum karena
sering dipakai dalam komunikasi sehari-hari penutur bahasa Inggis (www.learn-
english-today.com).
Sebagai sebuah bahasa Internasional dan dipandang sebagai sebuah bahasa
yang memegang peranan penting dalam kancah komunikasi global, bahasa Inggris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
telah sering dikaji oleh masyarakat. Pengkajian itu dilakukan melalui sudut
pandang baik itu bahasanya, psikologi bahasanya, sosiologi bahasanya, serta
sastranya. Demikian juga dalam ranah pendidikan, pengkajian bahasa Inggris
sangatlah marak dilaksanakan. Dalam dunia linguistik sendiri, bahasa Inggris
seakan-akan telah mendarah daging. Hampir semua kasus bahasa yang diangkat
dalam kajian berbagai cabang linguistik, di dalamnya pasti mengandung unsur
kasus bahasa Inggris.
Uniknya, meskipun telah banyak kajian linguistik dilaksanakan dengan
objek kajian bahasa Inggris, tidak banyak objek-objek kajian tersebut yang
mengangkat proverba sebagai kajian utamanya. Buku-buku yang beredarpun
meskipun judulnya “berbau proverba” tapi sangat jarang sekali mengkaji proverba
secara ansih dan komprehensif. Ada sekitar 15-an buku mengenai proverba bahasa
Inggris yang peneliti jumpai tersimpan di berbagai perpustakaan universitas di
Indonesia maupun terpajang di internet. Namun sayangnya, tidak banyak di antara
buku tersebut yang mengulas proverba secara utuh melalui pendekatan linguistik.
Kebanyakan di antara buku-buku tersebut hanya berupaya mendaftar bermacam-
macam proverba, menjadikan daftar tersebut sebagai kamus, dan menjelaskan
makna proverba serta fungsinya dalam sosial budaya masyarakat. Padahal,
proverba tidak hanya menarik dikaji dari aspek sosial-budaya saja. Dari aspek
linguistik, ratusan proverba bahasa Inggris yang ada, sangatlah menantang untuk
dikaji.
Fokus penelitian ini adalah proverba bahasa Inggris yang muncul dalam
teks-teks tertulis. Ada dua alasan mengapa teks tertulis dipandang perlu untuk
dijadikan sebagai batasan penelitian antara lain;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
(1) kemunculan proverba-proverba bahasa Inggris dalam percakapan (yang
terekam) intensitasnya tidak sebanyak kemunculan proverba dalam teks-teks
tertulis utamanya teks-teks karya sastra. Selain itu, kita tidak dapat
memprediksi secara tepat kapan proverba digunakan dalam konteks
percakapan natural sehingga proses pendokumentasiannya cukup sulit;
(2) proverba bahasa Inggris yang muncul pada teks-teks tertulis cukup mudah
didokumentasikan karena teks tertulis berwujud konkret (tulisan) yang dapat
bertahan lama;
(3) posisi proverba yang berada dalam teks-teks tulis biasanya sangatlah penting
karena biasanya seorang penulis karya sastra baik itu penulis artikel, novel,
cerpen, maupun puisi tidak akan serta-merta memunculkan proverba tanpa
adanya alasan yang kuat. Jika proverba tersebut muncul dalam teks-teks tulis
biasanya memiliki daya pragmatik (pragmatic force) maupun daya sastra yang
kuat. Tanpa mengetahui dua aspek ini, kalimat-kalimat yang di dalamnya
mengandung proverba, tidak akan dapat ditangkap apakah kalimat-kalimat
tersebut dimaksudkan untuk mengatakan sesuatu (tindak lokusi), membuat
seseorang melakukan sesuatu (ilokusi) ataukah mempengaruhi seseorang
untuk melakukan sesuatu (perlokusi) sehingga dikhawatirkan, pemahaman
yang muncul terhadap kalimat-kalimat yang mengandung proverba tersebut
menjadi salah. Konsep daya pagmatik ini dibahas secara detail dalam
pragmatik. Dari konteks inilah kita dapat mengatakan bahwa mempelajari
proverba, akan sangat menantang jika dilakukan dengan menggunakan
pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan aplikatif proverba dalam percakapan
(pendekatan eksternal);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Catatan pada poin ketiga di atas, kita tidak akan dapat mengadakan
penelitian secara leluasa dan seksama penggunaan proverba dengan menggunakan
pendekatan pragmatik terhadap teks-teks tertulis jika tidak diimbangi oleh
pengetahuan secara detail dan benar tentang esensi dari proverba itu sendiri,
bagaimana bentuk-bentuk proverba, bagaimana pula karakternya, serta bagaimana
proverba tersebut dapat memiliki makna yang berbeda dari bentuk dasarnya.
Ibarat kita ingin mengemudikan mobil baru, meskipun kita memiliki kemampuan
untuk menyetir mobil, tanpa kita tahu seluk beluk mobil baru tersebut serta
fungsi-fungsi bagian-bagian dari mobil itu sendiri seperti; stir (apakah letaknya di
kiri atau di kanan), porsneling (apakah manual ataukah otomatis), pedal gas, pedal
rem, kaca spion, dan bagian-bagian mobil lainnya, akan sangat sukar bagi kita
untuk dapat mengemudikan mobil tersebut dengan cepat dan benar.
Kemampuan mengemudi dapat diibaratkan sebagai kajian eksternal
proverba (kajian pragmatik), dan pengetahuan tentang seluk beluk mobil baru
tersebut dapat diibaratkan sebagai kajian internal proverba (kajian struktur dan
makna hubungan antarunsur). Oleh karena itulah, pengkajian proverba dengan
menggunakan pendekatan internal harus dilaksanakan secara seimbang bersama
dengan pengkajian aplikasi proverba dalam konteks tuturan. Api semangat untuk
mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal telah berkobar
(dibuktikan dengan adanya buku Mieder, 2004), namun sayangnya, api semangat
untuk mengkaji proverba dengan menggunakan pendekatan internal sejauh ini
masih belum menyala (dibuktikan sejauh ini masih belum ditemukannya buku
yang membahas proverba dengan pendekatan struktur dan makna hubungan
antarunsurnya), padahal dua hal tersebut sama-sama penting adanya. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sebab inilah, penelitian ini mengambil pendekaan internal proverba (bentuk dan
makna hubungan antar unsur proverba) sebagai fokus utamanya untuk mengisi
kekosongan tersebut dan menyeimbangkan kualitas dan kuantitas kajian dua
pendekatan tersebut.
Ada tiga alasan praktis mengapa kajian proverba terhadap teks-teks tertulis
dengan menggunakan pendekatan internal sangat perlu untuk dilaksanakan
berdampingan dengan pengkajian proverba dengan menggunakan pendekatan
eksternal. Ketiga alasan tersebut seluruhnya berada dalam wilayah akademik,
antara lain:
(1) terkadang dalam kegiatan membaca teks-teks berbahasa Inggris, ketika penulis
teks mengutip sebuah proverba misalnya “give and take” (memberi dan
mengambil), pembaca (dalam hal ini orang-orang nonpenutur asli bahasa
Inggris) dapat saja bertanya mengapa konstruksi proverbanya harus give and
take, dan mengapa tidak take and give (mengambil dan memberi) saja?
Pertanyaan seperti ini tidak akan bisa dijawab jika kita tidak memiliki
pemahaman tentang internal proverba secara mendalam bahwa beberapa jenis
proverba memiliki struktur beku yang tidak dapat diubah seenaknya urutan
katanya;
(2) terkadang juga seorang yang baru belajar menulis dengan menggunakan
bahasa Inggris, salah dalam menuliskan sebuah proverba, kita ambil contoh,
yang seharusnya “A cat has nine lives” (Kucing punya sembilah nyawa),
menjadi A cat has nine souls. (Kucing punya sembilan jiwa). Tanpa
pemahaman yang tepat tentang struktur internal proverba, kita akan kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menjelaskan kesalahan yang dibuatnya, mengapa sebuah unsur (kata) dalam
proverba tidak dapat seenaknya digantikan oleh unsur (kata) lain;
(3) terkadang seorang yang sedikit paham tata bahasa bahasa Inggris akan
langsung menyalahkan teks-teks tulis yang dibuat seseorang, yang membuat
kalimat tanpa menggunakan struktur kalimat minimal yaitu subjek dan
predikat. Padahal dalam praktiknya, ada beberapa kalimat proverba yang di
dalamnya hanya berstrukturkan frasa saja yang dihubungkan oleh adanya
koma, seperti contoh proverba “A young idler, an old beggar” (muda malas,
tua pengemis). Tanpa pengetahuan yang lebih tentang proverba bahwa
memang jenis-jenis proverba dapat berbentuk seperti itu, seseorang akan
cenderung menyalahkan teks-teks tulis yang strukturnya unik, padahal secara
semantis benar dan berterima oleh masyarakat. Tiga hal inilah yang mendasari
mengapa pemahaman internal proverba sangatlah penting untuk dimiliki.
Memahami internal proverba bahasa Inggris tidak mungkin dapat
dilakukan tanpa memahami struktur pembentuk proverba tersebut, apakah
proverba tersebut berstrukturkan kata (tepatnya Part of Speech), frasa dan klausa
dan apakah struktur tersebut menggunakan satuan-satuan lingual tertentu secara
spesifik. Selain itu, pemahaman stilistik untuk menemukan keberadaan aspek
stilistika dalam struktur proverba juga sangat diperlukan. Dengan memiliki
pemahaman ini, kemungkinan adanya aspek-aspek seperti aliterasi, asonansi,
elipsis, paradox dan aspek-aspek stilistik lainnya dalam struktur proverba dapat
diketahui secara seksama.
Memahami internal proverba bahasa Inggris juga tidak mungkin dapat
dilakukan tanpa memahami makna dari tiap-tiap kelas kata atau leksem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pembentuknya. Untuk hal ini maka kita butuh alat bantu yang ada dalam
linguistik yaitu semantik. Melalui semantik inilah kita akan dapat memahami
makna kelas kata pembentuk proverba dan memudahkan kita memahami makna
proverba ketika digunakan dalam wacana tulis. Bentuk-bentuk variasi makna
hubungan antarkonstituennya seperti metafora, personifikasi, hiperbola,
metonimia, ataupun relasi makna seperti sinonimi, antonimi, polisemi, dan
homonimi juga akan dapat terlihat jelas melalui pendekatan semantis.
Dari poin-poin yang telah dijelaskan di atas, kita dapat menggarisbawahi
bahwa arah penelitian ini adalah pengkajian sintaksis dan semantis secara terpadu
karena fokus kajiannya adalah struktur-struktur proverba (sintaksis) serta makna
hubungan antarkonstituen pembentuknya (semantis). Meskipun arah penelitian ini
adalah pengkajian sintaksis dan semantis, namun pengkajian ini tidak menutup
diri pada bidang-bidang lain seperti stilistika untuk menyertainya.
Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini merupakan salah satu upaya
untuk lebih memahami proverba bahasa Inggris yang muncul dalam teks-teks
tertulis melalui aspek sintaksis dan semantis. Dengan adanya pemahaman ini
maka diharapkan, pembaca atau penulis teks yang menjadikan bahasa Inggris
sebagai bahasa asing akan menjadi lebih mudah dan lancar dalam memahami
kalimat-kalimat yang mengandung proverba yang dibuat oleh penutur asli bahasa
Inggris. Mereka tidak akan bertanya-tanya lagi mengapa struktur proverba harus
seperti itu, mereka tidak akan bingung menjumpai berbagai ragam struktur
proverba, dan mereka tidak akan mudah menyalahkan kalimat-kalimat dalam teks
(atau tepatnya tatabahasa) seseorang sebelum mereka mengadakan pengecekan
apakah itu mengandung proverba ataukah tidak. Demikian juga bagi penutur asli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bahasa Inggris, dengan memahami struktur internal proverba yang unik, mereka
tidak akan ragu lagi untuk menentukan apakah sebuah kalimat merupakan tuturan
proverbial, idiomatikal, ujar-ujar ataukah kalimat biasa saja. Mereka akan lebih
hati-hati dalam menggunakan proverba dalam tulisan, karena sekali mereka salah
dalam mengkonstruksi proverba baik itu struktur maupun diksinya, hal ini dapat
membingungkan pembacanya, apalagi jika lawan bicaranya adalah nonpenutur
asli bahasa Inggris yang hanya punya sedikit pemahaman tentang proverba. Selain
itu, kesalahan dalam mengkonstruksi proverba dapat pula mengurangi nilai
estetika tuturan tersebut bahkan juga muatan kebijaksanaan di dalamnya. Ketika
pemahaman internal proverba yang muncul dalam teks tulis tersebut didapat,
maka penelitian proverba dengan menggunakan pendekatan eksternal akan mudah
dilaksanakan. Pada saat inilah fokus penelitian ini dapat bergeser dari yang
semula berfokus pada aspek-aspek internal proverba menjadi pada maksud penulis
teks dalam membuat kalimat-kalimat yang mengandung proverba.
Dalam meneliti suatu bahasa, seorang peneliti dihadapkan pada dua
pilihan. Pertama, ia dapat menganut salah satu teori dan secara deduktif
menjabarkan beberapa aspek teoretis pada data yang diselidiki. Yang kedua, ia
memanfaatkan berbagai wawasan dari beberapa teori dan memakainya sebagai
“teropong” untuk mendekati data yang diselidiki (Kridalaksana, 1988:26).
Pilihan pertama tidak diambil peneliti karena linguistik dewasa ini
berkembang dengan pesat sehingga apabila peneliti menggunakan satu aliran
linguistik saja, maka dikhawatirkan banyak fakta akan luput dari pengamatan
peneliti. Pengambilan pilihan kedua memiliki resiko yaitu akan adanya
ketidakkonsistenan peneliti dalam memandang sebuah fenomena, namun resiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ini haruslah diambil supaya peneliti dapat memusatkan diri pada data sebagai
akibat keleluasaan pandangan untuk tidak menganut hanya pada satu aliran
linguisik saja. Meskipun ada keleluasaan dalam penelitian ini, penelitian ini
tetaplah ilmiah karena masalah apapun yang diangkat, diteliti dan didiskusikan
dalam penelitian ini, telah melalui prosedur yang ketat, baik itu melalui proses
verifikasi maupun pengetesan sehingga simpulan yang didapat dalam penelitian
ini adalah valid.
Untuk memulai pengenalan akan keluwesan penelitian ini, tidak ada
salahnya apabila pada bab ini diulas pandangan beberapa sarjana yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi penelitian ini. Para sarjana yang
menjadi rujukan penelitian ini berasal dari bidang yang berbeda, dan hal inilah
yang kemudian memungkinkan peneliti untuk bersikap luwes dalam menangkap
fenomena proverba.
Buku yang spesifik mengulas proverba secara teoretis ditulis oleh Mieder
(2004). Tokoh ini melakukan eksplorasi terhadap proverba melalui perspektif
linguistik (fraseologi). Meider, sebagai tokoh yang kata-katanya paling banyak
dikutip dalam penelitian ini membuat buku panduan memahami proverba dengan
judul “Proverbs: a handbook.” Fokus dari bukunya lebih kepada analisis wacana
serta aspek-aspek pragmatis yang dapat ditangkap melalui fenomena proverba.
Teori-teori yang ada dalam buku inilah, menjadi salah satu pondasi dari teori yang
akan dihasilkan dari penelitian ini.
Kajian tentang proverba telah beberapa kali dilakukan melalui aspek
pendekatan personal, budaya, formal, dan aspek kognitif seperti yang telah
dilakukan oleh Lakoff dan Turner (1989), Flavell (1997), dan Obododimma (1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Mereka mengkaji proverba melalui sudut pandang yang berbeda. Lakoff dan
Turner mengkaji pada aspek bahasa metafora yang ada pada proverba, Flavell
melakukan pengarsipan proverba melalui pembuatan kamus beserta asal
munculnya proverba, dan Obododimma mengkaitkan proverba melalui perspektif
gender. Demikian juga pada Briggs (1985), Christian (1979), dan Yao-yun (2008).
Briggs mengkaji proverba dari sudut pandang tampilan proverba di Spanyol,
Christian mendaftar beberapa jenis proverba dan mengulasnya berdasarkan arti
konteks serta rimanya, sedang Zhu yang sementara ini masih dianggap (oleh
peneliti) sebagai satu-satunya yang menangkap proverba melalui kacamata
pendidikan, mengulas proverba melalui pendekatan aspek pendidikan formal.
Penulis Indonesia yang menulis karya tulis tentang proverba turut pula
menjadi inspirator bagi penelitian ini. Seperti Yunus (1984) yang mengangkat
ungkapan tradisional di Jawa Tengah, Tarigan (1979) yang di dalam bukunya
mendaftar dan menjelaskan makna dari peribahasa lokal, Djaya Sudarma (1997)
yang mengkaji proverba Sunda melalui perspektif budaya, dan Sande (1994) yang
mengangkat peribahasa Tanah Toraja sebagai fokus kajian utama dalam bukunya,
semua tokoh di atas mengulas proverba berdasarkan kacamata budaya Nusantara.
Sarjana Nusantara yang mengulas proverba melalui pendekaan linguistik
adalah Macaryus (2009:93-101) serta Hasan dan Azma (2009:179-182). Macaryus
mengklasifikasikan fungsi “air” dalam proverba yang menjadi salah satu unsur
pembentuk proverba, dan Hasan dan Azma, memfokuskan kajiannya pada
pemilihan kata berunsur fauna yang ada dalam proverba. Dua tulisan yang ditulis
oleh tiga orang di atas memfokuskan kajian mereka pada aspek semantis dan
diksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Meskipun linguis maupun ahli bidang lain baik itu dari luar negeri maupun
tanah air telah melakukan ekplorasi dan kajian dengan proverba sebagai
subjeknya, namun masih saja tersisa beberapa masalah, antara lain:
(1) kajian mereka belumlah cukup untuk dapat memahami secara detail apa dan
bagaimana proverba itu sebenarnya dan hal ini tentu saja selaras dengan apa
yang dikatakan Mieder (2004);
(2) sebagian besar kajian proverba yang dijumpai peneliti menggunakan
pendekatan paremiologi, dan sedikit di antaranya menggunakan pendekatan
fraseologi;
(3) di antara beberapa linguis yang mengkaji proverba sebagai kajian utama,
hanya satu atau dua di antara mereka yang benar-benar memfokuskan kajian
pada struktur dan makna hubungan antarunsur. Adapun linguis yang secara
eksplisit (meskipun tidak komprehensif karena hanya berbentuk artikel)
mengkaji proverba melalui pendekatan struktur dan makna hubungan
antarunsur-unsur proverba adalah Sumarlam (2006).
Minimnya karya tulis tentang proverba melalui pendekatan struktur dan
makna hubungan antarunsur-unsur pembentuknya menyebabkan peneliti memiliki
pandangan bahwa penelitian, yang berhubungan dengan hal ini wajib ada, dan
karena itulah, penelitian ini dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan agar pembahasan kajian
ini menjadi fokus, maka penelitian ini dipandu oleh 3 rumusan masalah yaitu:
(a) bagaimanakah struktur proverba bahasa Inggris?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(b) bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
(c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris?
(d) bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
(a) menjelaskan struktur proverba bahasa Inggris;
(b) menjelaskan keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba
bahasa Inggris;
(c) menjelaskan pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa
Inggris;
(d) menjelaskan makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu
sumbangan teoretis dan sumbangan praktis bagi peneliti, pembaca maupun bagi
kajian linguistik. Dua manfaat tersebut antara lain:
(a) Sumbangan teoretis:
(1) memberikan dukungan maupun revisi (baik itu penambahan maupun
pengurangan) terhadap beberapa teori terdahulu yang berhubungan
dengan proverba. Teori-teori yang dimaksud adalah: definisi proverba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
oleh Mieder (1993), Simpson & Spake (1998), dan Padmosoekotjo (dalam
Sumarlam, 2006), taksonomi struktur generik (bentuk lahir) proverba oleh
Peukes (dalam Mieder, 2004), taksonomi struktur proverba oleh
Sumarlam (2004), ciri-ciri proverba oleh Mieder (dalam Jamal, 2009),
serta keeratan hubungan antarkonstituen proverba oleh Sumarlam (2004).
(2) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori terdahulu yang
berhubungan dengan pembagian proverba bahasa Inggris berdasarkan
adanya style/gaya bahasa dalam proverba bahasa Inggris. Teori-teori yang
dimaksud adalah teori pilihan fonem oleh Aurora (dalam Mieder, 2004);
(3) memberikan dukungan maupun revisi terhadap teori sebelumnya yang
berhubungan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk proverba
bahasa Inggris. Teori yang dimaksud adalah teori dua entitas pembentuk
proverba oleh Dundes (dalam Mieder, 2004);
(4) memberikan batasan baru tentang definisi proverba bahasa Inggris
maupun karakteristiknya dengan menggunakan hasil-hasil yang didapat
selama penelitian ini dan mengkonkretkannya dalam sebuah definisi baru
tentang proverba bahasa Inggris beserta delapan ciri-ciri baru proverba
bahasa Inggris;
(5) menjadi referensi pengkajian proverba bahasa Inggris dan Indonesia,
karena saat ini, kajian proverba yang dilakukan dengan serius yang
ditinjau dari sudut pandang fraseologi internal masih sangat sedikit.
(b) Sumbangan praktis
(1) membantu penerjemah dalam menerjemahkan karya tulis dengan cara
memberikan panduan akan definisi dan karakteristik proverba bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Inggris. Dengan adanya panduan ini, penerjemah akan dapat menentukan
apakah sebuah satuan lingual adalah sebuah proverba ataukah tidak.
Dengan demikian, penerjemah akan menjadi lebih bijak dan lebih berhati-
hati dalam menerjemahkan sebuah satuan lingual, apakah satuan lingual
tersebut dapat diterjemahkan secara biasa (karena satuan tersebut bukan
proverba) ataukah perlu melalui proses-proses tertentu (karena satuan
lingual tersebut adalah proverba).
(2) membantu para guru/dosen pengajar bahasa Inggris untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan siswa-siswi/mahasiswa-mahasiswi mereka tentang
struktur-struktur proverba, pilihan kata dalam membangun struktur
tersebut, keeratan hubungan antarkonstituen, serta makna hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba bahasa Inggris;
E. Sistematika Penulisan
Struktur penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bagian. Tiap bagian
memiliki fungsi masing-masing dalam menunjang keilmiahan dan keterbacaan
tesis ini.
Bab I yaitu pendahuluan. Di dalamnya berisi pokok bahasan, latar
belakang teoritis, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan tesis. Bab ini ditulis dimaksudkan untuk
menjadi penjelas kepada pembaca latar belakang ditulisnya tesis ini, serta manfaat
keberadaan tesis ini bagi pembaca maupun masyarakat
Bab II yaitu kajian teori. Di dalamnya berisi berbagai macam teori yang
dibutuhkan dalam penelitian ini seperti teori tentang proverba, (2) teori struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(3) teori semantis (4) penelitian yang relevan, dan (5) kerangka pikir penelitian.
Bab ini ditulis dengan maksud untuk menjelaskan kepada pembaca landasan-
landasan ilmiah apa yang digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Adanya landasan ini menjadi penguat bahwa tesis ini adalah tulisan
ilmiah dengan dasar dan argumen yang ilmiah dan bukan sebuah karya tulis biasa.
Bab III berjudul “Metodologi Penelitian.” Bab ini berisi paparan tentang
metode apa yang digunakan oleh peneliti selama proses penelitian dari mulai
proses penyediaan data hingga penyajian hasil penelitian. Bab ini ditulis dengan
maksud untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa hasil penelitian dan simpulan
yang ada dalam tesis ini telah memalui prosedur ilmiah dan benar sehingga hasil
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Bab IV adalah temuan dan pembahasan. Bab ini merupakan inti dari tesis
ini. Di dalamnya berisi temuan-temuan tentang proverba bahasa Inggris secara
detail, mulai dari bentuk strukturnya, keeratan hubungan antarkonstituennya, pola-
pola pilihan kata dalam struktur dan makna hubungan antarkonstituen pembentuk
proverba bahasa Inggris, serta diskusi-diskusi tentang temuan-temuan tersebut dan
kaitannya dengan teori-teori terdahulu yang ada pada bab II.
Bab V adalah simpulan, yang berfungsi sebagai penyimpul dari hasil
temuan penelitian. Seluruh hasil dari penelitian disimpulkan dan dipaparkan
secara ringkas pada bagian ini. Selain dari simpulan, beberapa saran peneliti yang
berhubungan dengan kajian proverba bahasa Inggris juga dicantumkan pada
bagian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori
Penelitian yang dijabarkan dalam tesis ini berada dalam ranah linguistik
struktural. Sesuai dengan namanya, linguistik struktural adalah linguistik yang
bertujuan untuk menggambarkan struktur suatu bahasa (dalam konteks ini adalah
proverba) (Subroto, 2007: 28). Hal-hal yang tercakup dalam penggambaran
struktur ini yaitu struktur antarkata dalam kalimat (sintaksis), serta struktur yang
berhubungan dengan masalah makna (semantis) (Verhaar, 2008: 9).
Dua struktur yang tercakup dalam linguistik struktural di atas beserta
beberapa teori lainnya yang menjadi dasar, landasan, dan sumber inspirasi tesis ini
diterangkan dalam bab ini. Adapun teori-teori tersebut secara garis besar meliputi:
(1) teori-teori yang berhubungan dengan proverba, termasuk di dalamnya hakikat
proverba, definisi proverba, pembagian proverba oleh sarjana baik itu melalui
sudut pandang paremiologi dan fraseologi, serta fungsi penggunaan proverba;
(2) teori struktur yang meliputi pembagian tiga satuan lingual yaitu, frasa, klausa
dan kalimat, serta kemungkinan akan munculnya aspek-aspek stilistika seperti
elipsis, aliterasi, asonansi, paralelisme, paradox, dan sejenisnya;
(3) teori sematis yang berkaitan dengan makna hubungan antarunsur pembentuk
satuan lingual seperti bentuk-bentuk variasi makna hubungan antarunsur
satuan lingual kalimat seperti: metafora, personifikasi, hiperbola, metonimia,
ataupun relasi makna seperti: sinonimi, antonimi, polisemi, dan homonimi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Selain teori, dalam bab ini juga dipaparkan beberapa hasil kajian atau
penelitian yang relevan yang berhubungan dengan proverba yang dilakukan oleh
linguis terdahulu baik itu linguis yang berasal dari Indonesia maupun linguis
mancanegara. Diletakkannya hasil kajian atau penelitian linguis terdahulu dalam
bab ini selain untuk menunjukkan kajian atau penelitian linguis yang mana saja
yang menjadi inspirator penelitian ini, juga untuk menunjukkan bahwa penelitian
yang dilakukan dan dilaporkan dalam tesis ini adalah penelitian yang orsinil, serta
masih belum pernah dilakukan sebelumnya.
Selain landasan teori dan kajian serta penelitian yang relevan, dalam bab
ini juga dipaparkan kerangka pikir penelitian yang digunakan peneliti selama
proses penelitian. Kerangka pikir ini dimaksudkan sebagai pemandu jalannya
penelitian agar tetap fokus dan jelas
B. Teori-Teori yang Dijadikan Acuan
Teori-teori yang dijadikan acuan selama proses penelitian meliputi teori
tentang proverba, teori tentang struktur dan teori tentang makna. Beberapa
diantaranya berbentuk definisi-definisi terhadap poin-poin yang dibahas pada bab
empat dan lima, beberapa tentang tentang klasifikasi, dan beberapa juga tentang
ciri-ciri ilmiah yang berkaitan dengan tiga entitas yang dibahas pada bab ini.
1. Teori Tentang Proverba
Bagian pertama pada bab ini mengulas tentang teori-teori yang
berhubungan dengan proverba. Secara garis besar, teori-teori yang berhubungan
dengan proverba mencakup perbedaan ranah keilmuan fraseologi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
paremiologi, perbedaan definisi proverba, ujar-ujar, dan idiom, karakteristik
proverba, kategori proverba, serta fungsi proverba
a. Fraseologi Versus Paremiologi
Untuk menemukan definisi yang tepat tentang proverba dan mengulasnya
secara sistematis fenomena pengunaan proverba yang ada di masyarakat,
sangatlah penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu dua terminologi
dasar yaitu fraseologi dan fraseologisme. Fraseologi adalah cabang dari linguistik
yang mempelajari tentang frasa, berhubungan dengan segala jenis formula bahasa
dan frasa kolokasi (kombinasi kata yang tak terpisahkan). MSN Encarta 2006
mendefinisikan fraseologi sebagai “the way words and phrases are chosen or
used” (cara kata-kata dan frasa dipilih dan digunakan). Fraseologisme adalah
kata benda dari fraseologi yang diterjemahkan sebagai “hal-hal yang terkait
dengan frasa baik itu bentukan maupun maknanya.”
Fraseologi ini berperan penting sebagai wadah dari konsep-konsep seperti
ujar-ujar, proverba, idiom, dan beberapa jenis metafora lainnya (Mieder, 2004).
Untuk memudahkan kita dalam memahami proverba, dalam penelitian ini akan
kita sebut proverba sebagai sebuah bagian atau unit khusus dari fraseologi.
Dalam konteks ini, sangat penting bagi kita untuk mengetahui bahwa
beberapa studi tentang proverba tidak hanya dilakukan fraseologi yang berada
dalam naungan linguistik. Beberapa cabang ilmu yang lain, paremiologi misalnya,
juga mengkaji tentang proverba. Bedanya, jika fraseologi meletakan proverba
sebagai salah satu fenomena bahasa yang unik, maka para ahli paremiologi
memandang peribahasa sebagai bagian dari kebudayaan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Bila dibandingkan dengan paremiologi, fraseologi lebih menitik beratkan
pada pemilihan bahasa atau lebih tepatnya kata atau frasa sehingga kata atau frasa
tersebut dapat memiliki makna yang sesuai dengan yang diinginkan pemakainya.
Pemilihan kata ini kadang dapat menimbulkan efek bias bagi pendengarnya
karena tidak semua orang paham dengan apa yang dimaksudkan oleh kata atau
frasa tersebut. Seperti contoh Theodore Roosevelt yang mengujarkan sebuah frasa
dalam pidatonya “Speak softly and carry a big stick” (Katakan dengan lembut dan
bawa tongkat besar) pada 2 September 1901 di Minnesota State Fair (Mieder,
2004), bagi sebagian orang, frasa ini dianggap sebagai sebuah slogan politik
belaka, namun bagi sebagian lainnya, dianggap sebagai sebuah peribahasa.
Paremiologi di lain pihak memandang proverba dari sudut pandang yang
lebih inklusif seperti sudut pandang antropologi, seni, komunikasi, budaya, cerita
rakyat, sejarah, sastra, filologi, psikologi, agama, and sosiologi. Paremiologi juga
menitik-beratkan pada pengklasifikasian peribahasa, pelacakan dari asal
peribahasa tersebut dan menginvestigasi peran sosio-historis dari peribahasa
tersebut. Secara spesifik, Paremiologi mengkaji peribahasa melalui aspek bentuk,
gaya, fungsi, arti, dan nilai dari peribahasa tersebut bagi masyarakat dan bagi
kebudayaan pada umumnya.
Dari diskripsi inilah kita dapat menyimpulkan bahwa fraseologi memiliki
hubungan yang dekat dengan sastra maupun linguistik, sedangkan paremiologi
lebih dekat pada bidang kajian budaya, sosiologi maupun antropologi. Untuk
membedakan konsep “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang fraseologi
dan “peribahasa” yang ditinjau dari sudut pandang paremiologi, maka pada tesis
ini, digunakan istilah “proverba” untuk mengacu pada konsep peribahasa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
perspektif fraseologi, dan istilah “peribahasa” untuk mengacu pada istilah yang
ada pada dunia paremiologi.
Dunia sastra, dunia fraseologi dalam linguistik dan juga paremiologi telah
melakukan banyak upaya meneliti dan mendefinisikan proverba. Namun, karakter
proverba yang komprehensif dan ketidak-cocokan antara bentuk lahir proverba
dan fenomena yang diacunya menyebabkan proverba tidak dapat didefinisikan
dalam sebuah definisi tunggal.
Mieder (1993), yang telah menulis beberapa buku tentang proverba,
memberikan penjelasannya tentang mengapa proverba sangat sulit didefinisikan
secara tepat:
The reason for not being able to formulate a universal proverb definition lies primarily in the central ingredient that must be part of any proverb definition – traditionality. The term ‘traditionality’ includes both aspects of age and currency that a statement must have to be considered a proverb. But while we can describe the structure, style, form, and so on, of proverbs in great detail, we cannot determine whether a statement has a certain age or currency among the population by the text itself. It will always take external research work to establish the traditionality of a text, and this means that even the most precise definition attempt will always be incomplete (Mieder 1993: 6).
Kata-kata Mieder di atas menggarisbawahi alasan mengapa kita tidak dapat
memberikan definisi terhadap proverba yang dapat diterima secara universal
adalah terletak pada komponen yang pastinya melekat pada seluruh definisi
proverba yaitu ketradisionalannya. Terminologi tradisional dalam hal ini
mencakup aspek kelanggengan dan penerimaan yang dengan adanya dua hal ini
sebuah statement akan dapat dianggap sebagai proverba. Meskipun kita dapat
menggambarkan struktur, style, bentuk, dan banyak hal lainnya dengan detail,
namun kita tidak dapat menentukan apakah sebuah statement memiliki
kelanggengan atau diterima dalam sebuah populasi masyarakat dengan teks itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sendiri. Kita sangat membutuhkan karya penelitian ekternal untuk menentukan
tradisionalitas dari sebuah teks, dan ini berarti bahwa definisi yang paling
tepatpun akan selalu menjadi kurang lengkap.
Berdasarkan kesulitan dalam memberikan definisi di atas inilah maka pada
bagian selanjutnya akan disajikan beberapa definisi tentang proverba, serta beda
antara proverba, ujar-ujar (sayings), dan ekspresi idiom (idiomatic expressions)
b. Definisi Proverba, Ujar-Ujar, dan Idiom
Mieder (1993) sebagai spesialis dalam fraseologi mendefinisikan proverba
sebagai : “a short, generally known sentence of the folk which contains wisdom,
truth, morals, and traditional views in a metaphorical, fixed and memorizable
form and which is handed down from generation to generation”(kalimat pendek
yang ada dalam masyarakat yang mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran,
moral, dan pandangan-pandangan tradisional dalam bentuk metafora, berbentuk
baku, dan selalu diingat serta diturunkan dari satu generasi kegenerasi yang lain).
(Mieder 1993: 5 & 24f.). Definisi Mieder inilah yang menjadi kuntributor terbesar
dalam membangun definisi proverba peneliti yang ada pada bab ini ini.
Norrik’s (1985) juga memberikan definisi proverba sebagai:“a traditional,
conversational, didactic genre with general meaning, a potential free
conversational turn, preferably with figurative meaning” (sebuah genre didaktik,
percakapan, tradisional dengan makna luas, memiliki potensi untuk bergantian
secara bebas dalam percakapan, dan biasanya mengandung makna kiasan).
(Norrick, 1985). Gallacher (dalam Mieder 2004: 4) mendefinisikan proverba
sebagai “A proverb is a concise statement of an apparent truth which has [had, or
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
will have] currency among the people” (Proverba adalah pernyataan ringkas yang
mengandung kebenaran yang nyata dan (sedang, telah, dan akan) beredar dalam
masyarakat).
Dalam Oxford Concise Dictionary of Proverbs (1998) dirumuskan
pengertian proverba sebagai ujar-ujar tradisional yang menawarkan nasehat atau
menyajikan moral dalam bentuk pendek dan dengan cara yang lembut
(Simpson/Speake 1998). Sedang Paribasan (mengacu pada objek yang sama
dengan proverba yaitu peribahasa), didefinisikan oleh Padmosoekotjo (dalam
Sumarlam, 2006) sebagai:“Unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges
entar, ora ngemu surasa pepindhan.” Artinya, ‘Ungkapan (berupa satuan lingual)
yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak mengandung makna
perumpamaan’.
Dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan yang
terdapat pada berbagai batasan definisi proverba di atas, maka secara ringkas dan
padat pengertian proverba dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
”Proverba adalah ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan
berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan
mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam
masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.”
Ujar-ujar (sayings) sebenarnya memiliki arti yang hampir mirip dengan
proverba. Dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary disebutkan bahwa
saying adalah: “a well-known and wise statement, which often has a meaning that
is different from the simple meanings of the words it contains” (pernyataan bijak
dan terkenal yang kadang memiliki makna yang berbeda dari makna dasar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kata-kata yang terkandung di dalamnya). Dari definisi ini kita dapat menarik
simpulan bahwa ujar-ujar adalah pernyataan yang terkenal (karena bisa jadi
diujarkan oleh orang yang terkenal juga), yang mengandung kebijaksanaan serta
memiliki makna yang berbeda dari makna dasar kata-kata pembentuknya. Dari
sini kita melihat perbedaan proverba dari ujar-ujar yaitu: proverba muncul
disebabkan oleh pengalaman yang melatarbelakanginya, serta pengarangnya tidak
diketahui, sedangkan ujar-ujar muncul karena dinyatakan oleh seseorang yang
terkenal serta dapat ditelusuri siapa pengujarnya.
Adapun definisi yang terakhir adalah definisi idiom. Dalam hal ini,
Kridalaksana (2008: 90) memberikan batasan yang jelas terhadap idiom yaitu:
(a) konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggotanya
mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain;
(b) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna-makna yang
dimiliki oleh anggotanya.
Kridalaksana juga memaparkan contoh bahwa idiom itu biasanya berbentuk frasa
yang anggotanya satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Berdasarkan pada definisi yang telah dipaparkan di atas yaitu tentang
definisi proverba, ujar-ujar dan idiom, kita dapat melihat adanya perbedaan yang
secara jelas dirumuskan sebagai berikut:
(1) proverba dapat berupa gabungan frasa yang tidak memiliki konektor atau
berbentuk kalimat ringkas, ujar-ujar dapat berbentuk kalimat ringkas atau
kompleks, sedang idiom berbentuk frasa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(2) proverba muncul dilatarbelakangi oleh pengalaman manusia, ujar-ujar muncul
dilatarbelakangi oleh ujaran dari orang-orang yang terkenal, idiom muncul
dilatarbelakangi oleh faktor kebiasaan masyarakat;
(3) proverba mengalami perubahan makna frasa dan kalimat ringkas, ujar-ujar
mengalami perubahan makna kalimat ringkas dan kompleks, sedangkan idiom
mengalami perubahan makna frasa.
c. Karakteristik Proverba
Proverba merupakan salah satu jenis tuturan atau ungkapan tradisional.
Proverba disebut sebagai teks tradisional karena memperlihatkan ciri-ciri teks
tradisional sebagai berikut.
(a) strukturnya bersifat tetap; artinya urutan antarunsurnya tidak dapat
dipermutasikan, dan di antara unsur-unsurnya tidak dapat disisipkan kata atau
unsur lain;
(b) kata-kata pengisi teks tersebut tidak dapat digantikan oleh kata lain; jika kata
itu digantikan oleh kata lain maka akan memiliki maksud yang berbeda;
(c) teks itu harus dianggap sebagai suatu kesatuan. Artinya, salah satu unsurnya
tidak dapat diberi penjelas tersendiri. Misalnya proverba ”Advice is cheap”
(saran itu murah harganya), Bila diberi penjelas ”very” (sangat) menjadi
”Advice is very cheap” (saran itu sangat murah harganya), maka identitas
tuturan tersebut menjadi berubah sama sekali, dan;
(d) pada umumnya tuturan tetap yang bersifat tradisional bermakna non-literal,
idiomatik, kias atau bukan makna yang sebenarnya (Sumarlam, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Folkloris Alan Dundes (dalam Meider, 2004) menyebut bahwa proverba
setidak-tidaknya mengandung ”topik” dan ”komen,” dan karena itulah sebuah
proverba haruslah terdiri dari minimal dua kata. Untuk proverba yang lebih
panjang, Dundes mensyaratkan bahwa di dalamnya harus mengandung
oppositional dan non-oppositional structures (struktur oposisi dan struktur non
oposisi)
Mieder (dalam Jamal 2009) menyebutkan bahwa untuk dapat dinyatakan
sebagai sebuah proverba, maka sebuah kalimat haruslah memiliki beberapa unsur
yang dapat memenuhi beberapa kriteria seperti:
(a) sebuah proverba haruslah berbentuk lengkap dan memiliki tingkat akurasi tata
bahasa yang tinggi;
(b) sebuah proverba bukanlah ujaran yang keluar begitu saja, tapi haruslah
dipraformulasikan, dan disusun sebagai sebuah statement yang bersifat luas,
dan karenanya bentuk sebuah proverba tidak dapat diubah-ubah sesuka hati;
(c) fitur-fitur proverba dikenal luas, meskipun pencipta proverba itu tidak jelas;
(d) karena strukturnya yang simple dan di dalamnya tersusun bahasa metafora,
dengan memuat bentuk-bentuk retorika seperti aliterasi, ritme, rima, dan
sebagainya, maka proverba sangat mudah diingat dan disimpan dalam benak;
(e) karena proverba bersumberkan dari kumpulan pengalaman atau kebijaksanaan
manusia, maka proverba tersebut mengandung unsur preskriptif (menyatakan
benar dan salah) dan memuat ajaran moralitas; dan
(f) proverba mengandung ketidakpastian makna semantik karena bermuatan luas,
memiliki fungsi yang luas, dan memiliki makna sematik yang luas pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d. Kategori Proverba
Berdasarkan proposisinya, Simpson & Speake (1998) membagi proverba ke
dalam 3 jenis yaitu:
(a) proverba yang di dalamnya berisi pernyataan abstrak yang menunjukkan
kebenaran umum seperti proverba: “Absence makes the heart grow fonder
[…].”
(b) proverba yang mengandung contoh-contoh berwarna dengan menggunakan
observasi spesifik yang dilakukan melalui pengalaman setiap hari untuk
memberikan generalisasi seperti contoh “You can take a horse to water, but
you can’t make him drink” dan “Don’t put all your eggs in one basket. “
(c) proverba yang memasukkan unsur budaya tertentu atau yang diambil dari
cerita rakyat tertentu seperti proverba kesehatan “After dinner rest a while,
after supper walk a mile […].” Sebagai tambahan, ada proverba tradisional
daerah yang menjelaskan tentang budaya hemat, cuaca dan musim seperti
“Red sky at night, shepherd’s delight; red sky in the morning, shepherd’s
warning” dan “When the wind is in the east, ‘tis neither good for man nor
beast.”
Berdasarkan bentuknya, Sumarlam (2006) membagi proverba menjadi
yaitu 5 jenis yaitu:
(a) proverba yang berstruktur kata;
(b) proverba berstruktur frasa;
(c) proverba berstruktur klausa (konstruksi predikatif);
(d) proverba berstruktur kalimat, baik itu yang berstruktur kalimat tunggal
maupun kalimat majemuk, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(e) proverba yang berkonstruksi kalimat imperatif, baik imperatif positif maupun
imperatif negatif.
Berdasarkan subgenrenya, Mieder (2004) membagi proverba menjadi lima
jenis, yaitu:
(1) proverba ekspresi seperti contoh: “to bite the dust” (menggigit debu);
(2) proverba perbandingan seperti contoh: “as busy as a bee” (sesibuk lebah);
(3) proverba interogatif “Does a chicken have lips?” (apakah ayam memiliki
bibir?);
(4) proverba formula kembar “give and take” (memberi dan mengambil) dan,
(5) wellerisme “‘ Each to his own” (tiap-tiap pada dirinya sendiri) yang muncul
ketika seorang peternak mencium sapinya.
Berdasarkan strukturnya, Peukes (dalam Mieder, 2004) membagi proverba
berdasarkan kemungkinan pola umum bentuk-bentuk proverba yaitu:
(1) Better X dan X (lebih baik X daripada Y);
(2) Like X, Like Y (seperti X, seperti Y);
(3) No X, without Y (tidak ada X, tanpa ada Y);
(4) One X does not make a Y, (Satu X tidak akan membuat Y) dan,
(5) If X, then Y. (Jika X, maka Y).
e. Fungsi dan Penggunaan Proverba
Proverba digunakan dalam berbagai konteks komunikasi, baik itu sosial,
pendidikan dan lainnya dalam bentuk verbal maupun tulisan. Namun dalam
konteks tertentu, proverba tidak hanya digunakan untuk menjadi penyampai
kebijaksanaan, dan pengungkapan kebenaran yang diturunkan dari generasi ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
generasi, namun proverba kadang pula dijadikan sebagai sarana yang jauh lebih
serius lagi, seperti ketika proverba disalahgunakan untuk propaganda dari
pandangan atau kepercayaan tertentu.
Proverba memberikan kontribusi terhadap disebarkannya stereotipe dan
prejudice dari beberapa pihak. Dalam banyak kasus, proverba seringkali
digunakan dalam pidato politik dan penyebaran propaganda (Röhrich, dalam
jamal, 2009).
Melihat pada penggunaan proverba berdasarkan perspektif yang
menggunakannya, maka kebanyakan proverba digunakan untuk
mengklasifikasikan, menggambarkan, atau untuk menilai sebuah situasi (Jamal,
2009). Selain itu, proverba juga digunakan untuk mengklaim norma dan prinsip
tertentu dengan menekankan pada aspek moral dan rekomendasi etika.
Kajian tentang proverba dan pemakaiannya menunjukkan bahwa
penggunaan proverba akhir-akhir ini telah mulai berubah dari yang biasanya
muncul dalam percakapan sekarang muncul dalam teks tertulis seperti pidato,
horoskop, headline surat kabar dan majalah (Jamal, 2009). Sepertinya nampak
bahwa penggunaan proverba secara tradisi yaitu lewat media wicara mulai
ditinggalkan dan beranjak pada bentuk-bentuk yang lebih unik dan inovatif
(Burger dalam Jamal, 2009).
2. Teori tentang Struktur
Bagian kedua dari bab ini mengulas tentang teori-teori yang berhubungan
dengan struktur dalam bidang sintaksis. Struktur yang dimaksud di sini adalah
hubungan yang terbentuk antarkonstituen seperti hubungan antarPart of Speech,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
hubungan antarfrasa, dan hubungan antarklausa. Ada banyak teori sintaksis yang
berkaitan dengan penyebutan satuan lingual yang menjadi komponen pembentuk
dari sebuah klausa atau kalimat seperti teori Generative Grammar (Tata Bahasa
Generatif), teori tatabahasa umum Betty S. Azar yang biasa dipakai sebagai
referensi perkuliahan tata bahasa bahasa Inggris di banyak perguruan tinggi di
Indonesia, teori Tagmemik, dan masih banyak lainnya.
Sebagai teori yang memiliki dasar kuat dan telah lama berdiri, teori-teori
tersebut memiliki kaidah penamaan yang sudah baku, seperti contoh, pada buku
Syntax: A Generative Introduction karya Carnie (2002), pembagian komponen
pembentuk kalimat hanya di bagi ke dalam dua bagian (cabang biner) yaitu frasa
Nominal (FN) dan frasa Verbal (FV). Demikian juga pada buku Undersanding
and Using English Grammar (Azhar, 2002) komponen pembentuk kalimat dibagi
menjadi beberapa bagian seperti Subject, Verb, Object, Complement. Pada Buku
Aliran Tagmemik, (Soeparno, 2008) unsur-unsur kalimat dapat berupa Subjek,
Predikat, Komplemen dan Adjung.
Adanya perbedaan penyebutan nama komponen pembentuk kalimat di atas
bila tidak disikapi dengan bijak akan menyebabkan kerancuan dalam memahami
tesis ini. Untuk menghindari kerancuan dan kebingungan inilah maka pada
penelitian ini, digunakan istilah-istilah dan konsep-konsep yang ada pada tata
bahasa deskriptif. Dalam tatabahasa deskriptif, disebutkan beberapa istilah khas
yang mengacu pada konstituen pembentuk kalimat seperti Subjek, Predikat,
Kopula, Komplemen, Objek (baik langsung maupun tak langsung), Keterangan,
dan lainnya. Seluruh istilah tersebut digunakan dalam tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Ada beberapa alasan mengapa istilah-istilah dan konsep dalam konsep
tatabahasa deskriptif tersebut digunakan dalam penelitian ini antara lain:
(a) penggunaan istilah-istilah dan konsep seperti Subjek (S), Predikat (P), Objek
(O), Pelengkap (Pel), Keterangan (K), dan lain-lainnya yang ada dalam
tatabahasa deskriptif telah dikenal luas masyarakat Indonesia;
(b) istilah-istilah dan konsep tatabahasa generatif meskipun sangat terkenal di
dunia linguistik, namun di Indonesia, konsep-konsep tersebut masih belum
familiar. Konsep konstituen biner NP.VP selain kurang dikenal, variasi
komponen pembentuk kalimat juga tidak akan terlihat secara langsung dengan
jelas;
(c) penggunaan istilah Verb yang merujuk pada konsep predikat dalam tatabahasa
bahasa Inggris tradisional masih kurang familiar di telinga masyarakat
Indonesia.
Analisis struktur dengan menggunakan pendekatan tatabahasa generatif
diharapkan memadai untuk menampung segala kemungkinan variasi yang muncul
yang berkaitan dengan struktur proverba. Namun apabila dibutuhkan, konsep-
konsep di luar tatabahasa deskriptif semisal Immediate Constituent, Ultimate
Constituent dan sejenisnya, dapat pula digunakan untuk menutupi kekurangan
analisis dengan menggunakan pendekatan tatabahasa deskriptif.
a. Istilah-Istilah Umum Seputar Struktur Sintaksis
Alangkah baiknya jika kita memulai terlebih dahulu mengenal beberapa
istilah yang banyak digunakan seputar struktur dalam sintaksis sebelum
membahas tentang teori-teori sintaksis. Dengan adanya penjelasan tentang istilah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
istilah tersebut, diharapkan pembaca tesis ini dapat memiliki bekal cukup untuk
memahami apa saja yang ada pada bab selanjutnya dari tesis ini utamanya bab IV
dan bab V.
(a) Part of Speech adalah pembagian jenis-jenis kata berdasarkan fungsinya
dalam sebuah kalimat (House & Harman, 1950: 16). Kebanyakan ahli
tatabahasa tradisional membagi Part of Speech ke dalam delapan jenis yaitu:
(1) nomina/kata benda (selanjutnya dapat digunakan istilah N), (2)
pronomina/kata ganti (selanjutnya dapat digunakan istilah Pron), (3)
verba/kata kerja (selanjutnya dapat digunakan istilah V), (4) adjektiva/kata
sifat (selanjutnya dapat digunakan istilah A), (5) adverbia/kata keterangan
(selanjutnya dapat digunakan istilah Adv), (6) preposisi/kata depan
(selanjutnya dapat digunakan istilah P), (7) Konjungsi/kata penghubung
(selanjutnya dapat digunakan istilah Kon), dan (8) Interjeksi/kata seru
(selanjutnya dapat digunakan istilah I). Delapan jenis Part of Speech di atas
dalam tesis ini disederhanakan menjadi lima Part of Speech saja yaitu (1)
nomina, (2) verba, (3) adjektiva, (4) adverbia, dan (5) kata-kata tugas.
(b) frasa adalah kelompok dari kata-kata yang berhubungan tanpa adanya unsur
subjek atau predikat yang berfungsi sebagai sebuah unsur pembangun klausa
atau kalimat (House & Harman, 1950: 12). Frasa dapat diklasifikasikan ke
dalam lima jenis yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa
adverbial dan frasa preposisional.
(c) klausa adalah subdivisi dari kalimat yang mengandung unsur subjek dan
predikat (House & Harman, 1950: 12). Secara tradisional, klausa dibagi
menjadi dua yaitu klausa dependen dan klausa independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(d) kalimat adalah kelompok dari kata yang berhubungan yang mengandung unsur
subjek dan predikat dan menunjukkan satu kesatuan pikiran yang lengkap dan
utuh (House & Harman, 1950: 12)
(e) konstituen adalah unsur pembangun sebuah satuan lingual. Konstituen juga
dapat didefinisikan sebagai satu kata atau grup kata yang berfungsi sebagai
sebuah unit. Konstituen dibagi menjadi dua yaitu konstituen langsung
(Immediate Constituent) dan konstituen akhir (Ultimate Constituent).
Konstituen langsung adalah unsur yang menjadi pembentuk langsung dari satu
satuan lingual. Jika satuan lingual tersebut berupa kalimat majemuk kompleks,
maka konstituen langsungnya adalah klausa, jika satuan lingual tersebut
berupa klausa, maka konstituen langsungnya adalah frasa, jika satuan lingual
tersebut adalah frasa, maka konstituen langsungnya adalah Part of Spech.
Konstituen akhir adalah unsur terkecil pembangun sebuah satuan lingual dan
tidak dapat dibagi lagi dalam struktur sintaksis. Konstituen akhir ini berbentuk
Part of Speech.
b. Fungsi, Kategori dan Peran Sintaksis
Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang
mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam frasa tersebut. Fungsi
di sini diberi pengertian hubungan saling bergantung antara unsur-unsur dari suatu
perangkat sedemikian rupa sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan
membentuk sebuah struktur (Kridalaksana, dalam Putrayasa, 2008: 64). Istilah
fungsi meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Ada satu
istilah lain yang juga akan banyak dibicarakan pada bagian selanjutnya yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
“kopula” (untuk selanjutnya dapat ditulis Kop). Kopula adalah sebuah fungsi
sintaksis yang menghubungkan subjek dan predikat dan berbentuk bukan verba.
Kopula ini muncul pada klausa atau kalimat nonverbal (Verhaar, 2008:179).
Kategori sintaktis adalah setiap kelas dari bagian-bagian yang dikenal
dalam sintaksis sebuah bahasa. Secara spesifik, kategori sintaktis adalah kategori
yang memberi tanda pada diagram struktur frasa: kalimat (K), frasa nominal (FN),
frasa verbal (FV), dan lain-lain (Matthews, 1997: 368). Menurut Trask (1999:
303), kategori sintaktis adalah segala sesuatu dari beberapa kategori bagian
gramatikal yang membentuk kalimat dalam sebuah bahasa. Kategori terkecil dari
kategori sintaktis adalah kategori leksikal, yang dikenal dengan kelas kata, seperti
nomina, verba, preposisi.
Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-
unsur fungsional kalimat. Verhaar (dalam Putrayasa: 2008: 91) mengatakan
bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini
berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. Dengan pengisian unsur ini,
dapatlah diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional tersebut
(Putrayasa: 2008: 91).
c. Teori Sintaksis: Frasa, Klausa, dan Kalimat
Frasa didefinisikan sebagai sebuah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau
lebih, yang masing-masing mempertahankan makna dasar katanya, sementara
gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dan tiap kata pembentuknya tidak
bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi itu (Keraf, 1991:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
175). Secara garis besar frasa dapat digolongkan menjadi dua macam yakni frasa
endosentris dan frasa eksosentris.
Frasa endosentris merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan tersebut sama dengan kelas kata
salah satu atau semua unsur pembentuknya, seperti contoh:
(a) rubber toy (b) angry man (c) angry Persian cat
KB KB KS KB KS KB KB
Frasa eksosentris merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan tersebut tidak sama dengan kelas
kata unsur pembentuknya. Contoh:
(a) from the office (b) because of sick (c) on the table
Klausa adalah suatu konstruksi yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua
kata, yang mengandung hubungan fungsional subjek-predikat, dan secara
fakultatif, dapat diperluas dengan beberapa fungsi lain seperti objek dan
keterangan-keterangan lain. (Keraf, 1991: 181). Secara ringkas dapat ditulis
klausa adalah S, P, (O), (Pel), (Ket). Unsur inti adalah S dan P, sedang (O), (Pel),
(Ket) merupakan unsur tambahan (Ramlan, 1987:89).
Morley (2000: 91) juga sependapat dengan apa yang disampaikan Ramlan.
Ia berkata: “Most systemic description of clause structure have traditionally made
us four primary elements subject (S), predicator (P),complement (C), and adjunct
(A) and one more secondary element, the Z element.” “Sebagian besar deskripsi
sistematik tetap struktur klausa secara tradisional telah memberi kita empat
elemen dasar yaitu: subjek, predikat, komplemen dan keterangan, dan satu elemen
sekunder, yaitu elemen Z.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Klausa dapat dibedakan atas beberapa macam berdasarkan beberapa sudut
tinjauan. Berdasarkan urutan kata, klausa dibagi menjadi dua jenis yaitu klausa
normal yaitu klausa yang subjeknya mendahului predikat dan klausa inversif yaitu
klausa yang fungsi keterangannya mendahului posisi subjek, seperti contoh:
Tabel 2.1. Beda Klausa Normal dan Klausa Inversi
KLAUSA NORMAL KLAUSA INVERSI
She came to my house Her sister is a dancer That man is so handsome
To the silent land they go Yesterday, there came the letter Because of sick, she was absent
Berdasarkan variasi subjek-predikatnya, klausa dibagi menjadi lima
macam yaitu: (1) klausa berpredikat kata kerja intrasitif, (2) klausa berpredikat
kata kerja transitif, (3) klausa berpredikat kata benda, (4) klausa berpredikat kata
sifat, (5) klausa berpredikat adverbial/frasa preposisional). Adapun contoh kalimat
berdasarkan variasi subjek dan predikatnya dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 2.2. Jenis Klausa Berdasarkan Predikatnya
NO. JENIS KLAUSA CONTOH
1. Klausa berpredikat kata kerja intrasitif
(1) That lady is dancing (2) The cat is meowing (3) Michael cried loudly
2. Klausa berpredikat kata kerja transitif
(1) Mr. Clinton teaches 25 students (2) The mailman is delivering the mails (3) Steve loves Stephanie
3. Klausa berpredikat kata benda
(1) My mother is a secretary (2) He is a police man (3) They are students
4. Klausa berpredikat kata sifat
(1) She is so beautiful (2) Working in a bank is tiring (3) She is angry
5. Klausa berpredikat adverbial (frasa preposisional)
(1) She is on the ground (2) My mother is in the garden (3) The cat is under the tree
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan keterikatannya pada klausa-klausa Lain, klausa dibagi menjadi
dua macam yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa
yang dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada klausa lain, sedangkan
klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya bergantung pada klausa lain dan
biasanya ditandai oleh adanya konjungsi (kata penghubung). Klausa terikat
merupakan bagian dari sebuah kalimat, dan dapat hadir bersama-sama atau
dikaitkan dengan klausa bebas, seperti contoh pada tabel 2.3 berikut
Tabel 2.3. Klausa Bebas dan Klausa Terikat
KLAUSA BEBAS KLAUSA TERIKAT
Ani is carrying a book The teacher is showing a picture That man is so handsome
when they swept the floor because the children will die where he comes from
Mattews (1990: 26) berpendapat bahwa: “a sentence is a series of words
in connected speech or writing, forming the grammatically complete expression of
a single thought.” “Kalimat adalah suatu rangkaian kata yang dihubungkan dalam
dalam tuturan atau tulisan yang membentuk ekspresi gramatikal yang lengkap dari
suatu gagasan.” Kridalaksana (2001: 92), menyatakan kalimat merupakan:
(1) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensional terdiri dari klausa;
(2) konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata
menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.
Sementara itu, Chaer (2003: 240) berpendapat bahwa kalimat adalah
konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada apabila diperlukan.
Konstituen dasar itu bisa berupa kata, frasa, atau klausa. Jadi apabila pada sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kata, frasa, atau klausa diberi intonasi final, maka akan terbentuklah sebuah
kalimat.
Kalimat dapat dibedakan berdasarkan bermacam-macam hal sebagai
berikut:
(1) berdasarkan nilai informasinya (sasaran atau tujuan yang akan dicapai)
kalimat dibedakan atas: (a) kalimat berita, (b) kalimat tanya, (c) kalimat
perintah: terdiri dari suruhan, ajakan, permintaan, dan larangan, (d) kalimat
harapan, (e) kalimat pengandaian;
(2) berdasarkan diatesis, kalimat dibedakan atas: (a) kalimat aktif (subjek
melakukan perbuatan), dan (b) kalimat pasif (subjek dikenai perbuatan);
(3) berdasarkan jumlah inti yang membentuknya, kalimat dibedakan atas: (a)
kalimat minor (hanya mengandung satu inti), (b) kalimat mayor (mengandung
lebih dari satu inti);
(4) berdasarkan pola-pola dasar yang dimilikinya, kalimat dibedakan atas: (a)
kalimat inti, (b) kalimat luas (perluasan dari kalimat inti), (c) kalimat
transformasi (perubahan dari kalimat inti);
(5) berdasarkan klausa pembentuknya kalimat dibagi menjadi: (a) kalimat tunggal
(kalimat yang hanya mengandung satu klausa/satu pola S-P), dan (b)
kalimat majemuk (kalimat yang mengandung lebih dari satu klausa/lebih dari
satu pola S-P). Kalimat majemuk, berdasarkan hubungan antarklausanya
dibedakan lagi atas: kalimat majemuk setara, kalimat majemuk betingkat,
kalimat majemuk campuran, kalimat majemuk rapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Teori tentang Aspek Stilistik dalam Struktur
Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek stilistika dapat melebur ke dalam
struktur bahasa baik itu frasa, klausa maupun kalimat. Munculnya aspek-aspek
stilistika ini ditentukan oleh banyak faktor seperti; bentuk dan tujuan dibuatnya
struktur serta latar belakang pembuat struktur.
Seseorang yang hendak membuat struktur dengan maksud untuk
menyampaikan informasi formal, akan berbeda bentuk strukturnya dengan
seseorang yang membuat struktur dengan maksud untuk bercerita atau berpuisi.
Demikian juga seseorang yang memiliki kecerdasan bahasa dan gemar terhadap
sastra tentunya akan berbeda struktur yang dibuatnya bila dibandingkan dengan
struktur hasil karya orang yang tidak memiliki kecerdasan dan kegemaran
terhadap sastra.
Proverba, sebagai hasil dari cerdasnya manusia memanfaatkan bahasa,
tentunya memiliki struktur yang berbeda dari frasa, klausa atau kalimat
kebanyakan. Pada proverba, banyak ditemui muatan stilistika seperti aliterasi,
asonansi, elipsis, paradoks, dan gaya bahasa yang lain. Bagian berikut ini akan
menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan dengan gaya bahasa tersebut.
a. Aliterasi
Aliterasi dijelaskan sebagai “the repetition of the same sound at the
beginning of several words which are near one another.” (perulangan suara yang
sama yang terletak pada awal beberapa kata yang berdekatan). Contoh yang
paling banyak dikutip untuk menerangkan aliterasi adalah kalimat; “Piter Piper
picking a peck of pickled paper” (Reaske, 1966: 26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Asonansi
Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi (vokal)
yang sama untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar untuk membangun
keindahan (Keraf, 1990).
“Ini luka penuh luka siapa yang punya.”
“The frog is mocking the rotten log”
c. Konsonansi
Adalah pengulangan bunyi konsonan pada akhir kata dalam satuan larik
yang sama. Pengulangan konsonan /n/ pada kata “hujan” dan “badan” pada
kalimat “hujan mengucur badan” misalnya merupakan salah satu contoh
konsonansi (Aminuddin, 1995: 303)
d. Rima Vokal
Rima vokal didefinisikan sebagai paduan bunyi vokal pada larik yang
berbeda tapi berurutan baik diawali konsonan yang sama maupun yang berbeda
(Aminuddin, 1995:308). Aminuddin memberi contoh puisi “Expatriate” karya
Goenawan Muhammad:
“Akulah adam dengan mulut yang sepi
Putera surgawi”
e. Anastrof
Anastrof atau inversi adalah gaya bahasa yang berupa pembalikan susunan
kata yang biasa dalam sebuah kalimat (Keraf, 1990). Keraff menberi contoh gaya
bahasa ini dalam beberapa tiga buah kalimat seperti;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
“pergilah ia meninggalkan kami,”
“keheranan kami melihat perangainya,”
“bersorak-sorak orang di tepi jalan.”
f. Apostrophe
Apostrophe adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari
para pembaca/hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir (Keraf, 1990). Keraff
memberi contoh gaya bahasa yaitu:
“hai kamu dewa-dewa yang berada di surga. Datanglah dan bebaskanlah
kami dari belenggu penindasan ini.”
g. Elipsis
Elispsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud penghilangan satu unsur
kalimat yang dengan mudah diisi dan ditafsirkan sendiri oleh pembaca, atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal, atau kalimatnya menenuhi pula
tatabahasa yang berlaku (Keraf, 1990). Contoh gaya bahasa elipsis adalah:
“Dengan penuh kesedihan ditatapnya boneka beruang itu, diletakkannya di
dadanya [...], didekapnya [...] dengan erat dan dibisikkannya [...] kata-kata
perpisahan.”
“Amy’s skill in playing piano is better than Mark’s [...]”
h. Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata
dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik
karena kebenaranya (Keraf, 1990). Seperti contoh:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
“An enemy is sometimes our best company”
“The best defense is the well-planned offense”
i. Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang berlebihan yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besaran sesuatu
(Keraf, 1990). Seperti contoh:
“ That man is so genious that Einstein bows to him.”
“Dr. Johnson drank his tea in oceans.”
j. Eritosis atau Pertanyaan Retoris
Eritosis adalah semacam pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau
tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan
yang wajar serta sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Keraf,
1990). Seperti contoh:
“Did you help me when I needed help? Did you once offer to intercede in my
behalf? Did you do anything to lessen my load?”
k. Alusi
Alusi (allusion) adalah gaya bahasa berupa proses perujukan kata pada
figur/tokoh atau kejadian yang telah dikenal dengan baik oleh masyarakat
(Reaske, 1966). Seperti contoh:
“Judul pidato ini adalah judul pidato kedua yang mengesankanku setelah judul
pidato Jasmerah”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4. Teori Tentang Makna
Telah disebutkan di bagian pendahuluan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian tentang struktur (sintakis) dan makna (semantis). Ulasan yang
berhubungan dengan teori-teori struktur (teori sintaksis) yang dipandang memiliki
keterkaitan dengan penelitian ini telah dipaparkan pada bagian 3 bab ini. Untuk
melengkapi ulasan tentang teori-teori yang menjadi dasar penelitian ini, maka
pada bagian ini akan dipaparkan teori-teori yang berhubungan dengan makna
(teori semantis). Adapun teori-teori yang diulas pada bagian ini adalah berkaitan
dengan tiga teori dasar yaitu:
(1) teori pembagian makna;
(2) teori relasi makna; dan
(3) teori tentang perubahan makna.
a. Pembagian Makna
Makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yang antara lain
berdasarkan jenis semantiknya, nilai rasa, referensi dan ketepatan makna
(Suwandi, 2008). Terdapat banyak pendapat mengenai ragam makna.
Kridalaksana (dalam Suwandi, 2008) mengemukaan adanya berbagai ragam
makna seperti: makna denotatif, makna konotatif, hakikat, intensi, ekstensi,
kognitif, leksikal, gramatikal, luas, sempit, pusat (tidak berciri), referensial,
kontekstual, konstruksi dan sebagainya.
Pateda (2001) menggunakan istilah ’jenis’ untuk mengklasifikasikan
makna yang telah didaftar secara alfabetis menjadi 25 macam jenis makna. Ke-25
jenis makna tersebut adalah: (1) afektif, (2) denotatif, (3) deskriptif, (4) ekstensi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(5) emotif, (6) gereflekter, (7) ideasional, (8) intensi, (9) gramatikal, (10) kiasan,
(11) kognitif, (12) kolokasi, (13) konotatif, (14) konseptual, (15) konstruksi, (16)
leksikal, (17) luas, (18) piktorial, (19) proposisional, (20) pusat, (21) referensial,
(22) sempit, (24) stiliska, dan (25) tematis.
Senada dengan Pateda, Palmer (dalam Pateda, 2001) mengklasifikasikan
jenis makna menjadi empat, yaitu: (1) cognitive meaning (makna kognitif); (2)
idetional meaning (makna idesional); (3) denotational meaning (makna denotasi);
(4) propositional meaning (makna proposional). Sedangkan Leech (2003)
menitik-beratkan penggolongan makna pada ’tipe’, yang kemudian dibedakan
menjadi tujuh tipe makna yaitu: (1) makna konseptual, (2) makna konotatif, (3)
makna stilistika, (4) makna afektif, (5) makna refleksi, (6) makna kolokatif, (7)
dan makna tematik.
Di antara pembagian makna yang diajukan oleh para pakar di atas, peneliti
memilih menggunakan teori Leech (2003), tentang tujuh tipe makna sebagai dasar
dalam memberikan definisi apa itu sebenarnya makna, dan karena itulah pada
bagian ini akan dijelaskan secara garis besar teori Leech tentang tujuh tipe makna
tersebut. Ada dua alasan mendasar mengapa teori tujuh tipe makna Leech yang
digunakan dalam pendefinisian makna dalam penelitian ini, yaitu:
(1) teori Leech sudah cukup komprehensif dalam merangkum seluruh teori
tentang pembagian makna, yang itu ditandai oleh pembagian maknanya yang
tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak jenisnya,
(2) teori Leech banyak dijadikan rujukan oleh banyak pakar semantis dalam
rangka menemukan atau mengembangkan tipe atau jenis makna yang baru
yang belum ditemukan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan rumusan Leech (2003) terdapat tujuh macam tipe makna
yaitu (1) makna konseptual, (2) makna konotatif, (3) makna stilistik, (4) makna
afetif, (5) makna reflektif, (6) makna kolokatif, dan (7) makna tematik
(1) Makna Konseptual (Logis)
Makna konseptual dapat disebut juga sebagai makna denotatif (apa
adanya) dan kognitif (sesuai dengan kesadaran dan pengetahuan). Makna
konseptual menjadi prioritas karena mempunyai susunan yang amat kompleks dan
rumit, sehingga dapat diperbandingkan dan dapat dihubung-hubungkan dengan
susunan yang serupa pada tingkatan bahasa fonologis maupun sintaksis. Sehingga
terdapat dua prinsip struktural yang mendasari semua pola linguistik yaitu
“Prinsip Kontrastif” dan “Prinsip Struktur Konstituen”.
(a) Prinsip Kontrastif
Prinsip ini awalnya digunakan dalam ranah ilmu fonologi. Prinsip kontrastif
(pembanding) ini mempunyai ciri untuk mendasari klasifikasi bunyi dalam
fonologi, misalnya pada setiap penamaan kata menerapkan satu bunyi yang
membatasi ‘secara positif’ dengan bentuk yang dimilikinya, serta dengan
implikasi ‘secara negatif’ dengan bentuk yang tidak dimilikinya. Sebagai
contoh: Simbol fonetik /b/ dapat terdeskripsikan sebagai: + bilabial, + voice, +
stop, -nasal. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa bunyi yang khusus
atau fonem suatu bahasa dapat diidentifikasikan dengan syarat biner (bahwa
sebuah fitur hanya memiliki dua nilai yaitu [+] dan [–]). Dalam
perkembangannya, prinsip ini dapat digunakan dalam ranah sematik untuk
mencari makna sebuah kata, atau bahkan untuk mengkontraskannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kata seperti; ‘woman’ (perempuan) versus “man (laki-laki).” Woman
terdefinisikan sebagai +Human, -Male, = Adult. Sedangkan man terdefiniskan
sebagai +Human, +Male, = Adult. Adapun contoh lain adalah Matahari versus
Bintang. Matahari dapat dideskripsikan dengan +Bersinar, +Panas, -Terbit
Malam, = Benda Langit. Sedang ’bintang’ yaitu +Bersinar, -Panas, +Terbit
Malam, = Benda Langit.
(b) Prinsip Struktur Konstituen
Stuktur konstituen (pembentuk), adalah prinsip dimana unit-unit yang lebih
kecil; atau (ditinjau secara terbalik) dapat menguraikan sebuah kalimat secara
sintaksis ke dalam bagian konstituennya, mulai dari konstituen langsungnya
(immediate constituent) melalui hierarki sub-bagian ke unsur konstituen
akhirnya (ultimate constituent) atau unsur sintaksis yang terkecil. Aspek
susunan bahasa tersebut dapat di deskripsikan dalam diagram pohon sebagai
berikut:
Kalimat
Subjek Predikat
penentu kata benda kata kerja keterangan (determiner) Some men work hard
Atau dapat dideskripsikan dengan memberikan tanda kurung:
( Some) (men)( work) (hard)
Gambar 2.1. Prinsip Struktur Konstituen (Leech, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dua prinsip kontrastif dan struktur konstituen menggambarkan bagaimana
bahasa itu disusun berdasarkan strukturnya tersendiri yang kemudian diberi
istilah poros struktur linguistik ”paradigmatik” (seleksional) dan
”sintakmatik” (kombinasi). Menurut Leech (2003) setiap bagian bahasa secara
serentak tersusun menjadi lebih dari satu tingkat (level). Berikut ini adalah
cara pengilustrasian kemampuan bahasa yang dapat dipakai untuk
menimbulkan dan memahami ujaran bahasa:
PENDENGAR
PENUTUR
Gambar 2.2. Pemahaman Ujaran Bahasa (Leech, 2003)
Dengan demikian untuk menganalisis setiap kalimat, kita perlu menyusun
penggambaran fonologis, penggambaran sintaksis, serta penggambaran
semantik dan juga menyusun tahapan; dimana tiap tahap penggambaran dapat
diperoleh dari tahap penggambaran yang lain. Sasaran semantik konseptual
adalah ‘untuk memberikan tafsiran setiap kalimat, suatu konfigurasi atau
simbol abstrak yang merupakan representasi semantiknya dan menunjukkan
secara pasti apa yang harus diketahui ketika membedakan makna dari semua
kemungkinan makna kalimat lain dalam satu bahasa, serta untuk
mencocokkan makna tersebut berdasarkan ekspresi sintaksis dan fonologisnya
yang benar. Dengan demikian, terdapat dua tingkat dalam penafsiran makna,
yaitu:
Fonologi (A)
Sintaksis (B)
Semantik (C)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(a) melakukan decoding (tanggapan atas apa yang diucapkan penutur, yaitu
A→B→C), hal ini bisa digunakan misalnya ketika mendengarkan kalimat
dan menafsirkannya.
(b) melakukan encoding (penyampaian tanggapan tersebut, yaitu C→B→A),
hal ini bisa digunakan ketika menyusun dan melafalkan kalimat.
Dari penjelasan tersebut terdapat batasan yang jelas bahwa makna
konseptual merupakan pasangan esensial dan tidak dapat dipisahkan dari
bahasa, karena sesuatu sulit untuk didefinisikan tanpa mengacu kedalam
makna konseptual.
(2) Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari suatu ungkapan
menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni dan konseptual.
Misalnya: ‘woman’, secara konseptual dapat terdefinisikan melalui tiga sifat:
manusia, perempuan dan dewasa (+Human, -Male, +Adult). Akan tetapi makna
kata ‘woman’ jika diperluas maknanya maka dapat diasumsikan bahwa ‘woman’
mempunyai sifat tambahan yang tidak masuk dalam kriteria dari makna
konseptual tetapi dapat menjadi acuan dalam mendeskripsikan lebih luas lagi.
Misalnya menggunakan parameter sifat fisik (berkaki dua, memiliki rahim),
berdasarkan sifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan),
diperluas dengan sifat tipikal yang belum tentu mutlak (pandai bicara, pandai
memasak, memakai rok atau gaun), dapat diasumsikan juga dengan sifat ‘putatif’,
yang acuannya disebabkan oleh pandangan yang diterima oleh individu atau
sekelompok ataupun seluruh anggota masyarakat (lemah, gampang menangis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
penakut, emosional, tidak rasional, tidak konstan, lembut, mudah menaruh
simpati, suka kerja keras). Sehingga makna konotatif bersumber dari pandangan
individu, masyarakat, yang biasanya melekat pada suatu hal pada dunia nyata.
Akan tetapi makna konotatif bukan merupakan hal yang spesifik dan mutlak.
Makna konotatif bersifat relatif tidak stabil karena dapat berubah-ubah
menurut budaya, masa, dan pengalaman individu, tidak pasti dan terbuka.
Sehingga dapat terdefinikan bahwa makna konotatif terbentuk karena adanya
tanggapan terbuka dari masyarakat luas, terdapat unsur subjektif dan objektif
sehingga terdapat ungkapan untuk menandainya. Sekaligus ini yang dapat
membedakan dan mempertegas makna konseptual yang tidak arbitrer (ditentukan
semaunya), tetapi dipolakan atas asumsi para pakar linguis ketika menganalisis
aspek struktur bahasa sebagai sistem yang koheren.
(3) Makna Stilistik
Makna stilistik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan
sosial penggunanya. ’Mengkoding’ makna stilistik dari suatu teks dapat dilakukan
melalui pengenalan terhadap berbagai dimensi dan tingkat penggunaannya di
dalam lingkup satu bahasa. Dialek menunjukkan tentang asal-usul penutur
menurut lingkungan atau lingkungan sosialnya. Dari situ pula diketahui bahwa
bahasa menunjukkan hubungan antara penutur dan pendengarnya dan
mendapatkan skala status pemakaiannya. Misalnya dimulai dari bahasa formal,
sastra, kolokial (bahasa sehari-hari), kekeluargaan, kemudian slang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(4) Makna Afektif
Makna afektif adalah makna yang muncul sebagai akibat reaksi pendengar
atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Makna afektif timbul sebagai akibat
reaksi pendengar yang dipengaruhi unsur perasaan atau emosional yang
terlibatkan, karena berhubungan erat dengan reaksi pendengar atau pembaca
dalam melibatkan dimensi emotif atau rasa, maka makna afektif juga berhubungan
dengan gaya bahasa atau majas. Berikut ini contoh penggunaan makna afektif:
Seorang penumpang bus menyuruh diam penumpang lain karena suaranya terlalu gaduh dan mengganggu. Misal: I’m terribly sorry to interrupt, but I wonder if you would be so kind as to lower your voice little. (maaf saya mengganggu, mohon untuk dipelankan suaranya) atau ia juga bisa mengatakan: Will you belt up! (Diam!)
Dari contoh tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor seperti
intonasi dan gema suara (tone of voice) merupakan hal penting dalam mendukung
penyampaian.
(5) Makna Reflektif
Leech (2003) mendefinisikan makna reflektif sebagai tipe makna yang
menimbulkan kasus penggandaan arti konsep atau makna yang yang mampu
menimbulkan makna konsep yang lain, sebab leksem tersebut mengasosiasikan
leksem yang lain. Misalnya kata 'bank’ yang umumnya diartikan ‘kantor tempat
menyimpan uang’, namun kata ini mampu direfleksikan menjadi konsep lain,
seperti: ‘By the time we reached the opposite bank, the boat was sinking fast. Kata
‘bank’ di sini maksudnya adalah tebing sungai. Seperti halnya ketika kita
mendengar kata ‘orang tua’, tidak akan langsung mengerti mana yang dirujuk;
apakah itu ibu, bapak atau bahkan keduanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(6) Makna Kolokatif
Makna kolokatif terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata,
yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam
lingkungannya. Kata-kata lain yang berada di sekitarnya masih berada dalam satu
konteks. Misalnya kata ‘pretty’ dan ‘handsome’, memiliki arti yang sama yaitu
‘sedap dipandang’. Akan tetapi kedua kata tersebut bisa dibedakan menurut
beberapa kata benda lain yang mungkin menyertainya (co-occurrence) atau
menjadi kata sandingannya (sesuai tataran konteks kebahasaan). Berikut
penjelasannya:
girl boy
boy woman
woman car
pretty flower handsome vessel
garden overcoat
colour airline
village typewriter
Gambar 2.3. Asosiasi dari Kata (Leech, 2003)
Bisa saja susunan kata-kata tersebut saling bertukar posisi, seperti
misalnya: handsome woman dan pretty man. Kedua pemilihan kata tersebut
mungkin saja bisa diterima meskipun mengisyaratkan daya tarik yang berbeda
karena disebabkan oleh asosiasi kolokatif kedua sifat di atas.
(7) Makna Tematik
Makna tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut penutur atau
penulis melalui penataan pesannya. Dengan kata lain, makna yang didapat
berhubungan dengan urutan, fokus serta penekanan ide yang disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Sebagai contoh pada kalimat aktif memiliki makna yang berbeda dari kalimat
pasif yang setara, meskipun secara konseptual kedua kalimat tersebut tampak
sama:
(a) Mrs. Coraline Jones donated the first prize.
(b) The first prize was donated by Mrs. Coraline Jones.
Kedua kalimat di atas memiliki nilai komunikasi yang berbeda, dimana
keduanya menyuguhkan konteks yang berlainan. Kalimat pertama (aktif),
memberikan jawaban atas pertanyaan tersamar: ‘Apakah yang disumbangkan
nyonya Coraline Jones? Sedangkan kalimat kedua (pasif) secara implisit
memberikan pertanyaan ‘oleh siapakah hadiah pertama itu disumbangkan?’
Makna tematik juga bisa merupakan pilihan antara beberapa konstruksi
gramatikal alternatif, seperti contoh di bawah ini:
(c) James uses an electric razor.
(d) The kind of razor that James uses is an electric one.
Kalimat (c) ketika diperbandingkan dengan kalimat (d) menunjukkan
penekanan yang berbeda. Pada kalimat (c), penekanan terletak pada alat pencukur,
sedangkan pada kalimat (d), penekanan terletak pada kata listrik, daripada alat
pencukurnya.
Keempat contoh kalimat di atas membuktikan bahwa antara kalimat
yang terlihat serupa, ternyata dapat membentuk makna yang berlainan,
tergantung pada penekanan dan fokus pembicaraan yang disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Relasi Makna
Kita sering menemukan adanya hubungan atau relasi kemaknaan antara
satuan bahasa yang satu dengan yang lain. Hal ini terdapat dalam setiap bahasa,
termasuk bahasa Inggris.
Relasi antara satuan bahasa yang satu dengan yang lain tersebut dapat
berupa sinonimi, antonimi, polisemi, hiponimi, ambiguitas, dan sebagainya
(Suwandi, 2008).
(1) Sinonimi
Sinonimi adalah relasi antara kata yang mempunyai makna sama. Bila
suatu kata dalam kalimat digantikan dengan sinonimnya (kata yang maknanya
sama) maka makna dari kalimat tersebut tidak berubah (Griffiths 2006: 26).
Sinonim mempunyai denotasi yang sama tetapi konotasinya berbeda pada
penggunaannya. Sinonimi yang terjadi dapat disebabkan oleh perbedaan konotasi
dan perbedaan pemakaian dialek. Contohnya orang Amerika biasa menggunakan
istilah elevator, sedangkan orang Inggris menggunakan istilah lift , orang Amerika
biasa mengunakan istilah postman untuk merujuk pada tukang pos, sedangkan
orang Inggris menggunakan kata mailman untuk merujuk pada objek yang sama
Bagaimanapun, tidak ada sinonim yang sempurna karena tidak ada bahasa
yang maknanya persis sama. Biasanya terdapat perbedaan pada wilayah
penggunaannya dan penilaian citarasa (konotasi) serta asosiasi tertentu kepadanya.
Misalnya, kata karcis bersinonim dengan tiket, tetapi wilayah penggunaan karcis
ada pada kendaraan bus sedangkan tiket digunakan pada pesawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(2) Antonimi
Antonimi adalah relasi antara kata yang memiliki makna berlawanan atau
bertentangan. Seed (2003: 66) membagi hubungan pertentangan menjadi empat
jenis, yaitu:
(a) pertentangan biner (binary/complementary)
Dalam pertentangan ini salah satu bagian tidak dapat masuk ke bagian yang
lain dan keduanya kecuali-mengecualikan. Hal ini bersifat mutlak. Contohnya:
hidup >< mati
lulus >< tidak lulus
‘kalau saya hidup, saya tidak mati’
‘kalau saya mati, saya tidak hidup’
(b) pertentangan bergradasi (gradable antonym)
Contoh dari pertentangan bergradasi adalah:
kaya >< miskin
panas >< dingin
‘saya kaya, saya tidak miskin’
‘saya miskin, saya tidak kaya’
Tetapi jika dinegasi: ‘saya tidak kaya, saya belum tentu miskin’. Dalam
pertentangan bergradasi, seakan-akan ada rangkaian seperti:
panas – hangat - suam – sejuk - dingin
‘kamar ini tidak panas, belum tentu dingin, bisa saja hangat’.
(c) pertentangan yang berbalik (converseness)
Dalam hubungan pertentangan ini terjadi hubungan timbal balik. Contoh dari
pertentangan berbalik adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
guru >< murid
suami >< istri
‘jika saya guru Ali, Ali murid saya’
‘jika saya suami Ira, Ira istri saya’.
(d) pertentangan yang berlawanan arah (reverse)
Ciri hubungan pertentangan ini adalah menggambarkan perpindahan arah.
Kata yang satu berpindah ke suatu arah dan kata yang lain berpindah ke arah
sebaliknya, contohnya:
naik >< turun
maju >< mundur
(3) Polisemi
Dalam polisemi, berbagai makna yang terkandung dalam kata disangka
bertalian. Menurut Matthews (1997: 285), polisem adalah sebuah kata yang
mempunyai dua relasi makna atau lebih. Contohnya kata screen yang digunakan
secara bervariasi seperti dalam fire screen, cinema screen, dan television screen.
Perbedaan polisem dan homonim dalam dunia perkamusan adalah jika
kata tersebut polisem, maknanya diikutkan secara berturut-turut. Sedangkan jika
tergolong homonim, kata tersebut diberi tempat yang masing-masing terpisah,
misalnya well (1), well (2). Anggota tubuh manusia sering menjadi titik tolak
polisemi dalam bahasa Indonesia, contohnnya:
badan : badan usaha, badan hukum, badan pemeriksa, badan pengawas
kepala : kepala surat, kepala daerah, kepala desa, kepala sekolah
mata : mata pelajaran, mata air, mata uang, mata angin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(4) Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan kata dengan kata lain yang dicakupi di
bawahnya. Fromkin et al. (2003: 184) mengatakan bahwa hiponimi adalah
hubungan antara kata yang umum dengan kata yang lebih khusus. Contohnya:
buah
apel anggur mangga pisang kedongdong
Gambar 2.4. Hiponimi (Fromkin, 2003:184)
Buah termasuk dalam golongan umum yang dikenal dengan istilah
superordinat atau hiperonim. Tipe khusus hiponimi adalah ‘taksonimi,’ yakni
hiponimi yang berjenjang membangun hierarki.
tableware
cutlery crockery table linen
fork spoon knife cup plate bowl tablecloth napkin
teaspoon tablespoon soup spoon
Gambar 2.5. Hiponimi: Contoh Lain, Sumber: Cruse (2004: 181)
Dari bagan di atas, kita dapat mengetahui bahwa tableware ada di tingkat
pertama, cutlery, crokery, dan table linen ada di tingkat kedua, fork, cup, napkin,
dan lain-lain ada di tingkat ketiga dan seterusnya. Jadi, cutlery, crokery, dan table
linen hiponim tableware. Fork, spoon, dan knife hiponim cutlery. Tableware
superordinat cutlery, crokery, dan table linen. Spoon superordinat teaspoon,
tablespoon, dan soup spoon. Hubungan antara cutlery, crokery, dan table linen
disebut kohiponim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(5) Homonimi
Homonimi adalah relasi makna antara kata-kata yang memiliki kesamaan
bentuk fonologis maupun bentuk ejaan. Suwandi (2008) memerinci homonimi
menjadi tiga yaitu;
(1) homonimi yang ‘homograf’;
(2) homonimi yang ‘homofon; serta
(3) homonimi yang ‘homograf’ dan ‘homofon.’
Homonimi homograf adalah kata yang tulisannya sama, diucapkan
berbeda dan maknanya berbeda, contohnya dalam bahasa Inggris: sow (menanam
benih) dan sow (babi betina dewasa). Homonimi homofon adalah kata yang
penulisannya berbeda, diucapkan sama, serta maknanya berbeda, contohnya
dalam bahasa Inggris: mail (surat) dan male (laki-laki). Homonimi yang
‘homofon’ dan ‘homograf’ adalah kata yang tulisannya sama, diucapkan sama
namun memiliki makna berbeda, contoh kata: ‘bank’ (tempat menyimpan uang)
dan ‘bank’ (tebing sungai). Ciri dari homonimi adalah kemiripan ejaan atau lafal.
Kehomoniman dapat menyebabkan ketaksaan karena dapat ditafsirkan lebih dari
satu makna.
(6) Meronimi
Menurut Crystal (1997: 239), meronimi adalah hubungan ‘bagian’ dan
‘keseluruhan’. Dalam meronimi, suatu benda diuraikan menurut unsur-unsur yang
membangunnya. Jadi unsur-unsurnya harus lengkap untuk membentuk yang di
atas. Contoh meronimi dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
tubuh
leher kaki punggung dada
Gambar 2.6. Meronimi, Sumber: Crystal (1997: 239)
Tubuh merupakan holonim dan kaki, punggung, dada, dan leher
merupakan meronimnya. Dalam hal ini meronim berbeda dari hiponim, dalam
hiponim berlaku pernyataan ‘apel sejenis buah’ tetapi dalam meronim ‘leher
adalah bagian tubuh’.
(7) Ambiguitas
Ambiguitas mengacu pada konstruksi yang dapat diberi lebih dari satu
penafsiran. Ambiguitas sering diartikan ”bermakna ganda” yang sering
dirancukan dengan polisemi. Ambiguitas dan Polisemi memang bermakna ganda,
namun terdapat perbedaan antara keduanya. Kebermaknaan ganda dalam polisemi
berasal dari kata, sedangkan Ambiguitas berasal dari frasa atau kalimat yang
terjadi sebagai akibat penafsiran struktur grammatikal yang berbeda (Suwandi,
2008). Seperti contoh kalimat dalam bahasa Inggris “ flaying planes can be
dangerous.” Kalimat ini bermakna ganda karena memiliki dua pengertian yaitu
pesawat yang sedang terbang itu berbahaya dan menerbangkan pesawat itu sangat
berbahaya.
c. Perubahan Makna
Makna sebuah kata secara diakronis dapat mengalami perubahan.
Perubahan ini sesuai dengan perkembangan zaman dan budaya masyarakat
pemakai bahasa tersebut. Perubahan makna atau perubahan semantik tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dapat kita lihat dari berbagai segi. Dalam bahasa Inggris kita melihat berbagai
macam perubahan makna yaitu: (a) perluasan (generalisasi), (b) penyempitan
(spesialisasi), (c) peninggian (ameliorasi) (d) asosiasi, dan (e) metafora.
(1) Generalisasi
Generalisasi atau perluasan makna adalah proses perubahan makna kata
dari yang lebih khusus ke yang lebih umum (Suwardi, 2008), seperti pada contoh
kata punggawa di bawah ini yang mengalami perluasan makna dari yang semula
adalah jabatan keprajuritan kerajaan menjadi orang yang memilik peran besar
dalam sebuah tim sepak bola.
“Punggawa Barcelona sangat gusar kepada Olegario Benquerenca” (Judul
berita: Keputusan Janggal Reduksi Peluang (Jawa Pos, 22 April 2010)).
(2) Spesialisasi
Spesialisasi adalah proses perubahan makna dari yang lebih umum ke
yang khusus (Suwardi, 2008), seperti kata sarjana di bawah ini yang dulunya
mengandung arti orang yang pandai, sekarang berubah menjadi orang yang lulus
dari perguruan tinggi.
“Tujuan visitasi tersebut menurut Humas Unisri Ikka Litnaniyah adalah
sebagai peningkat akreditasi dalam proram studi untuk program sarjana”
(Judul: FISIP Visitasi Program Studi (Suara Merdeka, 22 April 2010)).
(3) Ameliorasi
Ameliorasi adalah proses perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih tinggi, lebih hormat, atau lebih baik nilainya daripada makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
lama atau semula (Suwandi, 2008), seperti contoh kata perempuan di bawah ini
telah berubah dari dulunya memiliki konotasi negatif, sekarang menjadi positif.
“Menjabat sebagai Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
Satreskrim Polres Klaten, Iptu Sri Wedari, SH tentu dituntut tampil
prima setiap saat.”
(4) Asosiasi
Kata asosiasi antara lain berarti tautan dalam ingatan pada orang atau
barang lain: pembentukan hubungan atau pertalian gagasan, ingatan, atau
kegiatan pancaindera (Suwandi, 2008).
“Pasalnya, ormas Islam itu jangan sampai dijadikan boneka kepentingan
politik kekuasaan” (Judul berita: Din Syamsudin Siap Jadi Sasaran
Tembak (Suara Merdeka, 22 April 2010)).
(5) Metafora
Metafora disebutkan oleh Pradopo (1994: 66) merupakan bentuk
perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Ullman
dalam Sumarsono (2007) mendefinisikan metafora sebagai perbandingan ringkas
(luluh, lebur, menyatu) yang menggunakan intuisi dan tanda konkret.
Gaya metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain.
Metafora sebagai pembanding langsung tidak menggunakan kata-kata seperti dan
lain-lain, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.
Salah satu unsur yang dibandingkan, yaitu citra, memiliki sejumlah komponen
makna dan biasanya hanya satu dari komponen makna tersebut yang relevan dan
juga dimiliki oleh unsur kedua, yaitu topik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Ulmann (dalam Sumarsono, 2007) membedakan metafora ke dalam empat
jenis, yakni: (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra hewan, (3)
metafora bercitra abstrak ke konkret, (4) metafora bercitra sinestesia atau
pertukaran tanggapan/persepsi indra.
(a) Metafora Bercitra Antropomorfik
Metafora bercitra antropomorfik merupakan satu gejala semesta. Para pemakai
bahasa ingin membandingkan kemiripan pengalaman dengan apa yang
terdapat pada dirinya atau tubuh mereka sendiri. Metafora antropomorfik
dalam banyak bahasa dapat dicontohkan dengan “mulut botol,” “jantung
kota,” “bahu jalan,” dan lain-lain.
(b) Metafora Bercitra Hewan
Metafora bercitra hewan, biasanya digunakan oleh pemakai bahasa untuk
menggambarkan satu kondisi atau kenyataan di alam sesuai pengalaman
pemakai bahasa. Metafora dengan unsur binatang cenderung dikenakan pada
tanaman, misalnya “kumis kucing,” “lidah buaya,” “kuping gajah.” Dalam
metafora bercitra hewan, manusia disamakan dengan binatang misalnya
dengan “anjing, kucing, babi, buaya,” sehingga dalam bahasa Indonesia kita
mengenal peribahasa “seperti kucing dan anjing”, ungkapan “buaya tengik”,
dan ungkapan makian ”babi, lu”, dan seterusnya..
(c) Metafora Bercitra Konkret ke Abstrak
Metafora bercitra konkret ke abstrak, adalah mengalihkan ungkapan-ungkapan
yang abstrak ke ungkapan yang lebih konkret. Seringkali pengalihan ungkapan
itu masih bersifat transparan tetapi dalam beberapa kasus penelusuran
etimologi perlu dipertimbangkan untuk memenuhi metafora tertentu, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
contoh dalam kalimat “Ia berlari secepat kilat” atau “ia hanyalah ilustrasi
dalam masalah korupsi ini”.
(d) Metafora Bercitra Sinestesia
Metafora bercitra sinestesia, merupakan salah satu tipe metafora berdasarkan
pengalihan indra, pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Dalam
ungkapan sehari-hari orang sering mendengar ungkapan “enak didengar”
untuk musik walaupun makna enak selalu dikaitkan dengan indra rasa; “sedap
dipandang mata” merupakan pengalihan dari indra rasa ke indra lihat, seperti
contoh dalam kalimat: “Nama Bung Karno begitu harum di tanah air”.
(6) Personifikasi
Personifikasi adalah perubahan makna yang disebabkan oleh pemakai
bahasa menyamakan benda (inanimate) dan hewan/tumbuhan (animate) dengan
manusia. Contoh personifikasi adalah: “Beberapa ranting pohon patah ditebas
angin”. (Judul: Dari Tambling untuk Iklim Dunia (Republika, 22 April 2010)).
C. Penelitian-Penelitian yang Relevan
Karena terbatasnya referensi yang berhubungan dengan penelitian-
penelitian yang berkaitan dengan proverba yang ditinjau dalam perspektif
linguistik utamanya aspek sintaksis dan semantis, maka hanya ada empat
penelitian, atau tepatnya artikel penelitian yang dijumpai peneliti yang dapat
digunakan sebagai pondasi teori yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Adapun
keempat artikel tersebut ditulis oleh linguis yang telah penulis gambarkan sekilas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
di bab pendahuluan yaitu: Barley (dalam Mieder 2004), Macaryus (2009:93-101),
Hasan dan Azma (2009:179-182), serta Sumarlam (2006).
Barley (dalam Mieder 2004) mengklasifikasikan proverba berdasarkan
struktur dan aspek semantisnya ke dalam empat kategori antara lain:
(1) proverbial of expressions (proverba ekspresi);
(2) proverbial comparisons (proverba perbandingan);
(3) proverbial of exaggerations (proverba membesar-besarkan);
(4) twin binary formulas (formula kembar);
(5) dan wellerism.
Proverba ekspresi biasanya berbentuk frasa yang harus diintegrasikan ke
dalam kalimat. Contoh dari proverba ini adalah to throw the book a someone, to
cry over splled milk, dan to blow one’s horn. Proverba perbandingan secara
struktural dapat dibagi ke dalam dua kelompuk. Kelompok pertama mengikuti
pola as X as Y, yang ditunjukan dalam contoh as black as night, dan as busy as
bee. Kelompok yang kedua didasarkan pada ekspresi verbalnya yang biasa
menggunakan kata like seperti contoh: to look like a million dollars, dan to watch
like a hawk. Proverba membesar-besarkan menggunakan fungsi stilistika
utamanya ketika seseorang menggunakan proverba tersebut untuk memperolok
sebuah situasi dengan cara melebih-lebihkan karakter yang dimiliki sesuatu atau
seseorang. Pola strukturnya berbentuk “so...(that)...” seperti dalam kalimat “She is
so stupid that she is unable to boil water without burning it,” dan kalimat “It
rained so hard that the water stood 10 feet out of the well.” Proverba formula
kembar adalah kata-kata tradisional yang dihubungkan oleh aliterasi dan/atau rima
seperti contoh “short and sweet,” “ men and mice,” “spick and span”. Tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
satupun proverba jenis ini yang mengandung muatan makna atau kebijaksanaan
yang lengkap. Namun, proverba jenis ini lebih sering digunakan di kehidupan
sehari-hari daripada proverba yang benar-benar proverba. Proverba jenis terakhir
yang disebutkan Barley adalah Wellerisme, yaitu proverba yang di dalamnya
mengandung beberapa unsur emotif sekaligus seperti humor, satire, dan ironi.
Proverba jenis ini biasanya muncul pada cerita-cerita naratif. Wellerisme ini
berstrukturkan triadik yaitu:
(1) sebuah pernyataan (proverba itu sendiri),
(2) identifikasi dari penutur (seseorang atau seekor hewan), dan
(3) sebuah frasa yang meletakkan statemen pada situasi yang tidak terduga,
seperti dalam contoh: ““All flesh is grass.” Said the horse when he bit a piece
out of a man’s arm,” dan “Everyone to his own taste.” As the farmer said wen
he kissed the cow.”
Berbeda dengan Barley, Macaryus dalam penelitiannya berusaha
mengklasifikasikan fungsi benda dan kata “air” yang menjadi salah satu unsur
pembentuk proverba yang ada di Nusantara. Dalam penelitiannya ia menjumpai
benda dan kata “air” memiliki peran dalam membangun proverba seperti:
(1) mengungkapkan sebuah fungsi yang penting, yaitu tempat hidup, pada contoh
proverba “ada air ada ikan,” kebutuhan hidup manusia dalam proverba “air
diminum sembiluan”
(2) sifat-sifat air pada contoh “air beriak tanda tak dalam,” “bagai air di daun
talas,” dan “air pasang pun ada surutnya,”
(3) kebalikan dari sifat-sifat air seperti dalam contoh “air digenggam tiada tiris”
dan “bakar air ambil abunya”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(4) teknologi mendapatkan air seperti “hendak air pancuran terbit, hendak ulum
pucuk menjulai,” dan “sumur digali air datang”
Hampir sama seperti Macaryus, Hasan dan Azma juga memfokuskan
kajiannya pada aspek semantis serta pada pemilihan kata yaitu kata benda (diksi
nomina) sebagai salah satu komponen pembentuk proverba. Mereka memilih kata
yang memiliki unsur fauna.
Dengan menggunakan pendekatan semantis, mereka berusaha mengupas
makna kata bernuansa metaforis yang berunsur fauna. Dari penelitian mereka,
mereka mendapat kesimpulan bahwa beberapa fauna yang muncul dalam proverba
dapat diasosiasikan ke dalam sifat-sifat dan kondisi-kondisi manusia yang berbeda
beda. Pada contoh proverba “hati gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah”
kata gajah dan kuman dimaknai oleh mereka sebagai sebuah perbedaan status
sosial antara yang kaya dan yang miskin, serta yang kuat dan yang lemah.
Demikian juga dalam proverba “biar mati ditangkap harimau, jangan mati digigit
anjing” menunjukkan sebuah asosiasi sifat manusia. Dalam ulasannya mereka
menyebut kata harimau memiliki asosiasi kekuatan dan keberanian, sedangkan
kata anjing adalah kelemahan dan ketidakberhargaan.
Penelitian yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan Sumarlam
(2006) dengan menggunakan pendekatan sintaksis. Sumarlam membahas
proverba (Sumarlam menggunakan kata paribasan untuk merujuk pada proverba
bahasa jawa) dengan menitikberatkan pada struktur dan makna paribasan dari
segi konstruksinya, struktur klausanya, fungsi sintaksisnya, kategori pengisi
fungsi tersebut, serta hubungan makna antarklausanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan hasil pengamatannya ia menyimpulkan bahwa paribasan
adalah termasuk salah satu jenis tuturan tradisional Jawa yang berstruktur beku,
urutan konstituennya tidak dapat dipermutasikan, konstituen pengisinya tidak
dapat disubstitusikan, dan hubungan antarkonstitusinya sangat erat sehingga
antara konstituen yang satu dengan yang lain tidak dapat disisipi oleh unsur
lainnya.
Paribasan yang berstruktur kata jumlahnya sangat terbatas; selebihnya ada
yang berstruktur frasa, klausa (konstruksi predikatif), dan kalimat. Paribasan
yang berstruktur kalimat ada yang berbentuk kalimat tunggal dan kalimat
majemuk (baik kalimat majemuk koordinatif maupun kalimat majemuk
subordinatif). Terdapat pula paribasan berkonstruksi kalimat imperatif, baik
imperatif positif dengan N-D-ana (Ngelingana tembe mburine) dan dengan sing
(Sing eling lawan waspada) maupaun imperatif negatif dengan aja (Aja lali
marang asale).
D. Kerangka Berpikir
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini, dibutuhkan sebuah
kerangka berpikir yang berfungsi sebagai pemandu jalannya proses penelitian.
Kerangka berpikir ini menjadi dasar dari segenap aktifitas yang dilakukan dalam
penelitian ini. Adapun kerangka penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Penulis bahasa Inggris melakukan kegiatan menulis dalam rangka untuk
mengingatkan, menasehati, mengkritik, menyampaikan pendapat, yang kadang
melibatkan proverba dalam tulisan mereka. Hal ini tidaklah aneh mengingat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
proverba telah menjadi pedoman sosial mereka serta difungsikan sebagai alat
penyampai kebijasanaan.
Ketika seseorang bermaksud menyisipkan proverba dalam tulisannya, ia
harus melakukan itu dengan cara yang tepat. Ia tidak akan dapat melakukan itu
semua dengan benar jika ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
ragam bentuk dan ragam makna proverba. Pengetahuannya tentang bentuk-bentuk
proverba yang bagaimana yang harus ia gunakan agar dapar berintegrasi dengan
pesan dalam kalimat-kalimatnya yang lain, serta proverba yang memiliki makna
apa sajakah yang cocok dengan apa yang diinginkannya, menjadi hal yang sangat
penting dalam komunikasinya. Oleh karena itulah ia harus dapat mengenali
bentuk-bentuk proverba sekaligus juga maknanya. Ia juga mungkin harus pula
mengenali bahwa proverba terkadang mengandung aspek-aspek stilistika yang
apabila tidak dimanfaatkan dengan baik, maka pesan yang dikirimkannya
mungkin akan kurang mengena. Karena itulah, setidak-tidaknya ia harus dapat
mengenali keunikan style dari sebuah proverba.
Setelah semua hal ini terpenuhi, ia akan mengirimkannya dalam bentuk
pesan tertulis yang harus diterima dan dipecahkan oleh pembaca. Ketika pesan itu
sampai kepada pembaca, pembaca harus dapat memecahkan pesan-pesan penulis
untuk memahami maksud penulis dan tentu saja agar dapat memberikan respon
yang benar sesuai yang diharapkan penulis. Ketika ia menjumpai bahwa di dalam
pesan penulis terkandung proverba, ia harus pula menggunakan pengetahuannya
mengenai proverba, baik itu bentuk-bentuk, maupun makna-makna yang
terkandung di dalamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Peneliti sebagai bagian luar dari proses penyampaian pesan tersebut, tidak
akan mengkaji proses komunikasi antar penulis dan pembaca karena pengkajian
yang seperti ini menjadi pengkajian proverba dengan mengunakan pendekatan
eksternal (pragmatik). Dalam hal ini, peneliti hanya mengulasnya berdasarkan
aspek-aspek internalnya saja seperti bentuk-bentuk dan makna hubungan
antarunsur dalam proverba yang ada dalam tulisan. Proverba dianalsis dengan
mengunakan metode analisis khas linguitik untuk menemukan segala hal yang
berhubungan dengan aspek internal proverba.
Untuk memudahkan pemahaman tentang kerangka berpikir penelitian ini,
kerangka berpikir yang berbentuk narasi ini diringas dalam bentuk bagan seperti
yang terlihat sebagai berikut:
Gambar 2.7. Kerangka Berpikir
Fokus Penelitian: KARYA TULIS YANG
MENGANDUNG PROVERBA
Ide: mengingatkan, menasehati, mengkritik, menyampaikan
pendapat, dll,
Struktur proverba
Pemahaman proverba dan karya tulis yang
mengandung proverba di dalamnya
Perubahan Makna
Ragam Struktur
Keeratan Hubungan Antarkonstituen
Ragam Makna
Batasan Penelitian: ASPEK INTERNAL
PROVERBA
Makna hubungan antarunsurproverba
Ragam Style/Gaya Bahasa dalam
Struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB III
METODE PENELITIAN
Pembicaraan pada bab ini meliputi enam hal yaitu: (1) jenis penelitian (2)
data dan sumber (3) teknik penyediaan data (4) validasi data (5) analisis data dan
(6) penyajian hasil analis data
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini berusaha
mengungkapkan berbagai informasi kualitatif disertai dengan deskripsi yang teliti,
akurat serta penuh rasa dan nuansa (Sutopo, 1996:136).
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus tunggal terpancang.
Dipilihnya studi kasus tunggal terpancang sebagai desain penelitian ini
disebabkan peneliti menjumpai bahwa proverba bahasa Inggris sangatlah banyak
jumlahnya sehingga harus dibatasi. Pembatasan ini meliputi pembatasan terhadap
sumber data, data dan fokus penelitian. Sumber data dan data ditentukan
berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling) yang penjelasannya
dapat dilihat pada bagian “sumber data dan data penelitian” pada bab ini. Setelah
proses penentuan sumber data serta data tersebut dilaksanakan, maka di dapat data
yang benar-benar valid yang berbentuk korpora (bentuk jamak dari data korpus)
data. Korpora data inilah yang akan dianalisis selama proses penelitian ini dan
hasilnyapun berupa penjelasan-penjelasan (teori-teori) yang berhubungan dengan
data-data yang ada dalam korpora data dan tidak pada hal-hal yang berada di luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
korpora data tersebut. Adapun fokus analisis data adalah empat rumusan masalah
yang ada pada bagian awal tesis ini. Dengan adanya pemfokusan ini diharapkan
peneliti ini dapat menggali sedalam-dalamnya data yang ada dalam korpora data
dan menghasilkan hasil yang maksimal.
Hasil penelitian inipun tidak dimaksudkan untuk memberikan generalisasi
terhadap fakta-fakta proverba bahasa Inggris secara umum yang jumlahnya
ribuan, tapi dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta
proverba bahasa Inggris yang ada dalam korpus data penelitian yang jumlahnya
259 buah. Adapun fakta-fakta yang dimaksud adalah struktur proverba, keeratan
hubungan antarkonstituennya, pemanfaatan kata untuk membentuk proverba, serta
makna hubungan antarunsur yang terdapat dalam proverba bahasa Inggris.
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan serta memperoleh deskripsi yang
objektif dan akurat mengenai hal-hal tersebut di atas.
Penelitian ini menekankan pada analisis induktif dan bukan deduktif. Teori
teori yang dikembangkan dimulai dari data yang berbentuk daftar proverba yang
ada pada korpus data (bottom-up grounded theory), untuk kemudian dianalisis
berdasarkan domain maupun taksonominya, serta keterkaitan antara domain
maupun taksonomi tersebut. Hasil penelitian ini secara umum berbentuk
taksonomi, hubungan antartaksonmi, serta inventarisasi informasi yang
berhubungan dengan apa-apa yang dirumuskan pada bagian rumusan masalah
penelitian ini.
Meskipun di dalam penelitian ini dicantumkan beberapa temuan penelitian
sebelumnya, temuan penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuktikan bahwa
temuan-temuan tersebut salah atau benar, tapi lebih kepada cocok-tidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
temuan tersebut pada kasus yang diteliti dalam penelitian ini. Meskipun tidak
untuk menyalahkan dan juga membenarkan temuan-temuan terdahulu, fakta-fakta
yang di dapat selama proses penelitian ini dimungkinkan dapat memberikan
dukungan maupun revisi terhadap teori-teori sebelumnya tersebut. Selain
menunjukkan cocok atau tidaknya hasil penelitian terdahulu dengan penelitian ini,
penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai jembatan atau tepatnya
panduan untuk lebih memahami data yang diteliti dalam penelitian ini.
Alur penelitian ini secara garis besar mengikuti alur penelitian etnografi
Spradley (2007). Langkah pertama adalah penentuan data, kemudian dilanjutkan
dengan langkah yang kedua yaitu membuat analisis domain yaitu analisis akan
informasi-informasi apa saja yang perlu digali secara dalam dari data (korpora
data) penelitian ini (seperti struktur proverba, keeratan hubungan
antarkonstituennya, pemanfaatan kata, serta makna hubungan antarunsur
pembentuk poveba). Langkah kedua ini kemudian dilanjutkan dengan langkah
yang ketiga yaitu membuat analisis taksonomi yaitu membagi proverba-proverba
yang ada pada korpora data berdasarkan kelompok-kelompok yang memiliki ciri-
ciri sama. Selanjutnya dilakukan langkah yang keempat yaitu analisis
komponensial. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat kembali domain beserta
taksonomi-taksonomi yang telah di dapat dari hasil penelitian dan
menghubungkan domain tersebut dengan domain beserta taksonomi-taksonomi
lain yang juga di dapat dari penelitian, untuk menemukan komponen bersama
(shared components) yang dimiliki domain-domain tersebut. Alur penelitian ini
ditutup oleh langkah yang kelima yaitu analisis tema. Analisis ini dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
untuk menemukan pola-pola umum (postulates) yang dimiliki struktur internal
proverba bahasa Inggris.
B. Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data adalah buku-buku dan website yang berisi daftar proverba
bahasa Inggris. Mengingat buku-buku dan website yang berisi daftar proverba
bahasa Inggris yang lengkap cukup sukar untuk ditemukan baik itu di
perpustakaan-perpustakaan universitas maupun di internet, maka sumber dari data
utama penelitian ini ditentukan tiga yaitu:
(1) buku berjudul English Proverbs Explained (1982) karangan Ronald Ridout
dan Clifford Witting;
(2) kamus Oxford Concise Dictionary of Proverbs (2002) dengan penulis John
Simpson dan Jennifer Speake; serta
(3) korpus data yang ada dalam www.answers.com
Pemilihan kedua buku dan satu website tersebut sebagai sumber data
utama penelitian berdasarkan pada tiga pertimbangan yaitu:
(1) dua buku tersebut ditulis dan diterbitkan di Inggris, sehingga peneliti meyakini
bahwa proverba yang ada di dua buku tersebut menggunakan dialek yang
sama yaitu dialek British (British English);
(2) dua buku tersebut berisi proverba yang cukup lengkap (berisi lebih dari 500
daftar proverba) yang disertai oleh penjelasan-penjelasan yang berhubungan
dengan proverba tersebut;
(3) dua buku tersebut diterbitkan di waktu yang berbeda (English Proverbs
Explained terbit tahun 1982 dan kamus Oxford Concise Dictionary of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Proverbs terbit tahun 2002), sehingga satu buku dapat dijadikan sebagai
patokan awal dikenalnya proverba tersebut oleh masyarakat sedang buku yang
lain sebagai bukti diakronis bahwa proverba-proverba tersebut masih ada dan
tetap bertahan dalam masyarakat;
(4) website www.answers.com adalah website pendidikan resmi yang didalamnya
berisi jutaan informasi yang cukup lengkap. Website ini dikelola oleh
Answers Corporation yang berkantor di New York dan Jerussalem (Informasi
selengkapnya lihat lampiran);
(5) website ini juga memiliki ikatan kerjasama resmi dengan Oxford Institute
(dapat dilihat linknya) sehingga website dapat dikategorikan terpercaya;
(6) wesite ini menyediakan korpus data penggunaan proverba dalam konteks
tertulis dengan gratis.
Data penelitian berwujud kumpulan korpus data yang di dalamnya berisi
daftar proverba yang telah lolos validasi serta penggunaannya dalam karya tulis.
Proverba yang lolos validasi berjumlah 259 buah proverba. Ke-259 buah proverba
tersebut adalah proverba yang muncul pada dua sumber data yaitu English
Proverbs Explained dan kamus Oxford Concise Dictionary of Proverbs. Daftar
259 proverba tersebut didukung oleh informasi yang ada pada www.answers.com
yang berwujud dua hal yaitu
(1) informasi tentang di buku, maupun media massa mana saja proverba tersebut
dapat dijumpai keberadaannya;
(2) bagaimana perwujudan proverba tersebut ketika berada dalam sebuah karya
tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Data penelitian ini secara seksama dikumpulkan dalam sebuah korpora
data yang bentuknya dapat dilihat pada bagian lampiran. Kridalaksana (2008: 137)
mendefinisikan korpus sebagai kumpulan ujaran tertulis atau lisan yang
dipergunakan untuk menyokong atau menguji hipotesis tentang struktur bahasa.
C. Metode dan Teknik Penyediaan Data
Metode yang dipakai dalam proses penyediaan data penelitian ini adalah
metode simak (Sudaryanto, 2001: 31). Sebelum analisis data dilakukan, data yang
ada dalam kedua buku yang berisi daftar proverba tersebut disediakan dengan
menggunakan tiga teknik lanjutan yaitu (1) teknik simak bebas libat cakap dengan
strategi simak scaning, (2) teknik catat dengan strategi catat berkode dan (3)
teknik rekam.
1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap dengan Strategi Simak Scanning
Data pada dasarnya adalah sebuah bahan jadi dan bukan bahan mentah
penelitian, karena pada bahan jadi penelitian inilah metode dan teknik analisis
data dapat diterapkan (Subroto, 1992: 41-42). Karena berupa bahan jadi yang siap
diolah, maka data harus didapatkan dengan cara yang betul dan sah.
Dalam hubungannya dengan teknik penyediaan data penelitian ini,
dilakukan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Dipilihnya SBLC sebagai
teknik lanjutan yang pertama karena data yang ingin diambil hanya berupa
kalimat-kalimat proverba serta penggunaan proverba dalam karya tulis dan bukan
data yang berupa ujaran atau tuturan lisan seseorang. Dengan demikian, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dianggap tidak perlu untuk berpartisipasi dan terlibat langsung dalam percakapan
dengan sesorang.
Sebagai langkah konkret teknik SBLC ini, peneliti mengadakan kegiatan
membaca dua buku sumber data telah disebutkan di bagian depan yaitu English
Proverbs Explained serta Oxford Concise Dictionary of Proverb. Dengan
menggunakan teknik SLBC, data yang berupa proverba dari dua sumber di atas,
diambil untuk kemudian diklasifikasikan dan dianalisis.
Strategi simak scanning adalah strategi membaca cepat yang dilakukan
untuk menemukan informasi secara cepat dan tepat dalam buku. Strategi ini
dilakukan dalam rangka mempercepat proses pendataan proverba seperti untuk
mencari mana proverba yang memang berasal dari penutur asli bahasa Inggris,
serta yang masih hidup dan digunakan dalam masyarakat penutur bahasa Inggris.
2. Teknik Catat dengan Strategi Catat Berkode
Teknik lanjutan yang kedua adalah Teknik Catat dengan Strategi Catat
Berkode. Pelaksanaan dari teknik catat dengan strategi catat berkode dapat
digambarkan sebagai berikut: Setelah mengadakan penyimakan (pembacaan dua
buku), data yang berbentuk kalimat-kalimat proverba tersebut kemudian dicatat
atau didaftar di sebuah kertas. Selanjutnya daftar proverba tersebut diberi kode
tertentu (seperti 1.12) yang menunjukkan nomor urutan data dalam daftar
proverba yang akan dianalisis dan dari buku sumber mana proverba tersebut
berasal (1= English Proverbs Explained, 2= Oxford Concise Dictionary of
Proverb). Pengkodean proverba dilakukan untuk memudahkan proses “searching”
apabila kelak ada keragu-raguan akan kesahihan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
3. Teknik Rekam
Teknik lanjutan yang terakhir adalah teknik rekam. Teknik ini berusaha
untuk merekam pengunaan proverba dalam karya tulis. Sama seperti dua teknik
lanjutan sebelumnya, teknik rekam ini tidak dimaksudkan untuk memperolah data
berupa tuturan seseorang, tetapi berupa data bentuk kalimat-kalimat proverba
yang muncul dalam karya tulis. Teknik ini diaplikasikan pada sumber data yang
ketiga yaitu website www.answers.com.
Setelah didapat daftar proverba melalui teknik simak dan catat, maka
langkah selanjutnya adalah menemukan penggunaan dari proverba yang telah
didaftar dalam kehidupan nyata yang berbentuk karya tulis. Website
www.answers.com sangat membantu dalam hal ini. Kita tinggal masuk ke dalam
koneksi internet, ketik alamat website tersebut dan tunggu berapa saat. Setelah itu
akan muncul halaman muka. Di halaman muka tersebut dapat kita temukan
dengan mudah kotak searching tool. Kita entry (masukkan) daftar proverba yang
kita miliki satu persatu, dan dengan mudah kita dapatkan penggunaan proverba
dalam karya tulis. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran karena memasukkan 259
buah proverba tersebut memakan waktu yang cukup lama.
Setelah penggunaan proverba diketahui, langkah selanjunya adalah
merekam penggunaan tersebut dalam sebuah tabel korpus yang telah dipersiapkan
sebelumnya, sehingga datapun telah didapat. Contoh dari data penelitian yang
berbentuk korpus dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1. Korpus Data Penelitian
NOMOR KORPUS
BUNYI BAKU PROVERBA
MAKNA PROVERBA
KONTEKS
1 Absence makes the heart grow fonder
When you are away from someone you love, you love them even more.
a. Absence makes the heart grow fonder. [c 1850 in T. H. Bayly Isle of Beauty (rev. ed.) iii.]
b. These saws are constantly cutting one
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
another's throats. How can you reconcile the statement that ‘Absence makes the heart grow fonder’ with ‘Out of sight, out of mind’? [1923 Observer 11 Feb. 9]
c. Absence may have made his heart grow fonder, but it hasn't done wonders for mine.[1992 A. Lambert Rather English Marriage (1993) xi. 178]
d. In this way you can keep her at bay indefinitely, or at least until such time as her absence has made your heart grow fonder. [2002 Spectator 9 Feb. 63]
(dalam www.answers.com)
D. Klasifikasi dan Validasi Data
Untuk mendapatkan data yang baik, dalam proses penyediaan data juga
dilakukan proses seleksi yang disebut klasifikasi dan validasi data. Adapun proses
penyeleksian dan pengklasifikasian data proverba mencakup dua hal yaitu:
(1) apakah proverba tersebut memang benar-benar proverba yang berasal dari
penutur asli bahasa Inggris dan berdialek British;
(2) apakah proverba tersebut masih hidup dan masih digunakan hingga kini.
Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan
strategi membandingkan kedua buku sumber data yang di dalamnya terdapat
proverba. Sebuah proverba yang muncul di dua buku tersebut, maka proverba
tersebut adalah proverba yang benar-benar berasal dari penutur asli bahasa
Inggris, berdialek British, serta masih tetap digunakan hingga kini. Proverba-
poverba yang memenuhi kriteria di atas, diberi label “S” (sahih), dan
dikelompokkan bersama proverba sejenis dan diberi nomor urut. Proverba-
proverba yang hanya muncul dalam satu buku dipisahkan dan diberi label “KS,”
(kurang sahih), dan diletakkan terpisah dari proverba yang berlabel “S.” Hanya
proverba-proverba yang berlabel “S”lah yang akan dianalisis. Proverba yang
berlabel “KS,” disimpan, untuk kemudian digunakan bila dibutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Peneliti di dalam menjamin validitas data, menggunakan teknik
trianggulasi yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. Teknik trianggulasi
ini menggunakan pendekatan validitas dari tiga sudut yaitu:
(1) data, yaitu data akan akurat apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda;
(2) peneliti, yaitu data diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda;
(3) metode, yaitu data dilihat dari pandangan beberapa peneliti (Sutopo 1996).
Dari ketiga macam sudut yang disebutkan di atas, penelitian ini
menggunakan ketiga pendekatan validitas data tersebut. Validasi dengan
pendekatan data dilakukan dengan cara menyediakan data dari sumber yang
berbeda yaitu dari dua buku yang berbeda serta satu website. Validasi dengan
pendekatan peneliti dilakukan dengan cara menggunakan beberapa teknik yang
berbeda pula, yaitu dengan menggunakan teknik simak, catat dan rekam. Validasi
menggunakan pendekatan metode dilakukan dengan dengan cara tidak hanya
menggunakan sudut pandang dari peneliti saja ketika berhadapan dengan sumber
data yang menghasilkan data, tapi juga melibatkan orang lain (data crosscheck)
untuk meyakinkan peneliti bahwa data yang diambil adalah valid. Orang lain yang
dimaksud dalam hal ini yaitu rekan kerja peneliti yang memiliki latar belakang
pendidikan yang memadai dalam memandang data serta kemungkinan taksonomi
yang dihasilkannya (lembar validasi dan lembar crosscheck terlampir).
E. Metode dan Teknik Analisis Data
Langkah ketiga dari alur penelitian Spradley (2007) adalah analisis
taksonomi. Pada saat penelitian, ketika peneliti masuk pada tahapan ini, peneliti
menggunakan dua metode analisis data untuk membagi data menjadi beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
taksonomi. Dua metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini
adalah; (1) Distributional Method, (Metode Distribusional/Agih), dan (2) Identity
Method (Metode Identitas/Padan).
Untuk analisis data yang berhubungan dengan struktur proverba, metode
yang digunakan adalah Distributional Method (Sudaryanto (2001: 31)
menggunakan istilah metode Agih). Teknik dasar yang digunakan adalah teknik
Segmenting Immediate Constituents Technique (Bagi Unsur Langsung). Teknik
ini dilakukan dengan cara memilah atau mengurai unsur suatu konstruksi tertentu
atas unsur-unsur langsungnya. Jika data yang akan dianalisis adalah sebuah
klausa, maka unsur langsungnya adalah frasa. Unsur frasa inipun dapat diurai lagi
ke dalam unsur yang lebih kecil yaitu kata, demikian seterusnya.
Untuk analisis data dalam rangka menemukan keeratan hubungan
antarunsur pembentuk proverba, metode yang digunakan adalah Identity Method
(Sudaryanto (2001) menggunakan isilah Metode Padan). Pelaksanaan dari metode
analisis ini adalah dengan membandingkan (memadankan) kalimat baku proverba
dengan kalimat poverba yang ada dalam konteks tulis. Teknik lanjutan yang
digunakan adalah Teknik Hubung Banding Memperbedakan (HBB), yaitu dengan
melihat adakah perubahan konstituen pembentuk proverba ketika proverba
tersebut digunakan dalam tuturan. Untuk melihat keeratan hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba ini, beberapa metode pengetesan
(Sudaryanto (2001) menggunakan istilah teknik analisis) dipakai antara lain:
(1) pengamatan terhadap fenomena deletion atau ellipsis (pelesapan) yaitu berupa
pengamatan terhadap fenomena menghilangnya atau melesapnya unsur satuan
lingual sebuah data;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
(2) pengamatan terhadap adanya fenomena permutation (pembolakbalikan) yaitu
pembalikan unsur satuan lingual data;
(3) pengamatan terhadap kemunculan fenomena subsitution (penggantian) yaitu
fenomena penggantian unsur satuan lingual sebuah data;
(4) pengamatan terhadap fenomena expansion (perluasan) yaitu dengan melihat
adanya kemunculan penyisipan konstituen-konstituen tambahan yang bukan
merupakan konstituen orsinil.
Untuk analisis data dalam rangka menemukan makna hubungan antarunsur
proverba, metode yang digunakan adalah Identity Method (Subroto (2007)
menggunakan istilah Metode Identitas, sedang Sudaryanto (2001) mengguakan
isilah Metode Padan). Metode ini dipakai untuk mengkaji atau menentukan
identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu di luar bahasa.
Teknik dasar yang digunakan adalah Dividing-key-factors Technique. (Teknik
Pilah Unsur Penentu). Adapun alat penentunya adalah referen (Sudaryanto, 2001).
Cara kerjanya adalah dengan memadankan satu satuan lingual dengan sebuah
referen yang dirujuknya. Jika referen tersebut cocok, maka makna yang muncul
adalah makna denotatif, dan jika tidak, maka makna tersebut dapat disimpulkan
mengalami refleksi atau perubahan makna.
F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil penelitian ini berupa berbagai struktur proverba serta makna
hubungan antarunsur pembentuknya. Hasil penelitian ini disajikan dengan
menggunakan metode penyajian informal yaitu penyajian hasil analisis dengan
menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
(Sudaryanto, 2001: 145). Di samping menggunakan metode informal, penyajian
hasil analisis data pada penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu
metode penyajian hasil analisis data dengan dibantu pemakaian tabel dan bagan
(Sudaryanto, 2001: 146).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
Bagian pertama dari bab IV ini berisi paparan temuan yang didapat
peneliti selama proses penelitian dilakukan. Secara umum, temuan yang didapat
dalam penelitian ini mencakup empat hal yaitu: (1) struktur proverba bahasa
Inggris, (2) keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris, (3) pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris, dan (4)
makna hubungan antarunsur pembentuk proverba. Pembahasan terhadap empat
temuan tersebut dilakukan secara berurutan.
1. Struktur Proverba
Proverba yang menjadi data penelitian ini dan dibahas strukturnya
berjumlah 259. Proverba tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan strukturnya.
Struktur proverba bahasa Inggris berdasarkan keanggotaannya dibagi menjadi dua
yaitu (1) struktur polimember (banyak anggota) dan (2) struktur monomember
(satu anggota).
Struktur polimember dalam konteks ini dimaknai sebagai struktur yang
pola-pola strukturnya dimiliki oleh lebih dari satu proverba (dimiliki oleh
kelompok proverba). Ada dua ciri yang membedakan struktur polimember dengan
struktur monomember, yaitu:
(1) dua atau lebih proverba memiliki pola struktur yang sama, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
(2) dua atau lebih proverba tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan
sebuah rumus yang sederhana pula.
Adapun stuktur monomember adalah kebalikan dari struktur polimember
yaitu struktur yang polanya hanya dimiliki oleh sebuah proverba saja. Sama
seperti proverba struktur polimember, proverba struktur monomember ini juga
memiliki dua ciri yaitu:
(1) 1 pola struktur hanya dimiliki oleh 1 proverba saja. Dengan demikian, tidak
dijumpai adanya proverba lain yang berstruktur sama dengan struktur
proverba tersebut.
(2) sebuah rumus yang sederhana hanya dapat menerangkan 1 proverba saja dan
tidak pada proverba yang lain
a. Proverba dengan Struktur Polimember
Proverba dengan stuktur polimember berdasarkan konstituen
pembentuknya dapat dibagi menjadi dua yaitu proverba yang berupa satuan frasa,
dan proverba yang berupa satuan kalimat. Tidak ditemukan proverba yang berupa
satuan kata.
(1) Proverba Berbentuk Frasa
Berdasarkan korpora data, ditemukan beberapa variasi struktur proverba.
Struktur proverba tersebut berbentuk kalimat dari yang sederhana hingga ke yang
kompleks. Meskipun kebanyakan berstruktur kalimat, jenis proverba yang
berstruktur frasa dapat juga ditemukan. Sebanyak dua jenis frasa diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
membentuk proverba yang ada dalam korpora data. Adapun kedua frasa tersebut
adalah: (1) frasa verbal (FV), dan (2) frasa adjektival (FA).
(1.a) Proverba Berbentuk Frasa Verbal Koordinatif
Frasa verbal ini juga dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yakni:
(a) frasa verbal yang dibangun oleh konstituen langsung (Immediate Constituent)
verba dan verba (V), serta
(b) frasa verbal yang dibangun oleh konstituen langsung frasa verbal dan frasa
verbal.
Adapun kelompok proverba yang memiliki struktur seperti bagan di atas dapat
dilihat pada data 1 di bawah ini.
44 Bear and forbear 102 Give and take 140 live and learn
Data 1: Proverba Berstruktur Frasa Verbal Koordinatif dengan IC=Verba dan Verba
Data 1 di atas adalah kelompok proverba yang beranggotakan proverba
pada korpus nomor 44, 102 dan 140. Proverba-proverba tersebut terbentuk dari
konstituen verba dan verba yang dihubungkan oleh koordinator berbentuk
konjungsi (Kon). Konjungsi tersebut adalah and yang berperan menjadi
penghubung dua konstituen yang memiliki kategori yang sama, yaitu verba.
Frasa verbal yang terbentuk dari konstituen frasa verbal dan frasa verbal
dapat dilihat pada data 2 di bawah ini. Pada data 2 tersebut terdapat dua proverba
yang terbentuk dari konstituen frasa verbal, yaitu proverba yang terdapat pada
korpus 14 dan 196.
14 Ask no questions and hear no lies 196 Spare the rod and spoil the child
Data 2: Proverba Berstruktur Frasa Verbal Koordinatif dengan IC=FV dan FV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pada korpus nomor 14, frasa verbal ask no question serta frasa verbal hear
no lies dihubungkan oleh konjungsi and. Demikian juga pada korpus 196, frasa
verbal spare the rod dan spoil the child dihubungkan oleh konjungsi and.
Konstituen-konstituen yang dihubungkan oleh konjungsi and tersebut berasal dari
kategori yang sama yaitu frasa verbal. Konstruksinya adalah konstruksi
koordinatif, yakni konstruksi yang kedudukan antarkonstituennya sederajat.
(1.b) Proverba Berbentuk Frasa Adjektival Koordinatif
Selain proverba berbentuk frasa verbal, proverba yang berbentuk frasa
adjektival juga ditemukan seperti yang terdapat pada korpus 195. Frasa adjektival
tersebut terbentuk dari konstituen adjektiva dan adjektiva (A) yang dihubungkan
oleh sebuah koordinator berbentuk konjungsi. Konstruksinya juga konstruksi
koordinatif, yakni konstruksi yang kedudukan antarkonstituennya sederajat seperti
yang terlihat pada korpus 195 berikut.
195 Slow but sure
Data 3: Proverba Berstruktur Frasa Adjektival Koordinatif
Pada data 3 di atas, terdapat adjektiva slow dan sure yang dihubungkan
oleh konjungsi but. Konstituen slow dan sure merupakan konstituen dari kategori
yang sama yaitu adjektiva. Konstruksinya adalah konstruksi koordinatif, yakni
konstruksi yang kedudukan antarkonstituennya sederajat.
Frasa adjektival yang disebutkan di atas termasuk dalam jenis
monomember karena ciri yang dimilikinya hanya dimiliki oleh satu proverba saja
yaitu proverba dengan nomor korpus 195. Namun karena dalam proses
pengembangannya proverba lain juga dapat diklasifikasikan dalam pola ini, maka
proverba jenis ini diikutsertakan dalam struktur jenis polimember. Pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dari konstruksi ini dapat dilihat pada korpus 130 seperti yang terlihat pada data 4
di bawah ini.
130 Jam tomorrow and jam yesterday, but never jam today
Data 4: Proverba Berstruktur Frasa Adjektival Koordinatif
Proverba pada data 4 ini berstruktur frasa adjektival yang memiliki
konstituen langsung tiga frasa adjektival yang dihubungkan oleh dua konektor
yang berbeda yaitu konjungsi and, dan yang kedua adalah konjungsi but. Dua
konjungsi ini beperan untuk menghubungkan konstituen-kontituen dari kategori
yang sama yaitu frasa adjektival.
(2) Proverba Berbentuk Kalimat
Proverba-proverba yang ada dalam daftar pada korpora data dan berupa
satuan kalimat dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
(1) kalimat nonverbal;
(2) kalimat verbal;
(3) kalimat campuran verbal-nonverbal;
(4) kalimat dengan pola struktur yang kurang jelas.
Tiga jenis kalimat tersebut menurunkan beberapa struktur kalimat lain yang
variatif.
(2.a) Kalimat Nonverbal
Struktur kalimat proverba yang pertama berbentuk kalimat nonverbal.
Sesuai dengan namanya maka kalimat ini tidak menggunakan verba murni sebagai
predikatnya, tetapi konstituen lain yang berbentuk linking verb (verba
penghubung/kopula) seperti to be dan sejenisnya. Proverba kalimat nonverbal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
terbagi menjadi 11 jenis yaitu: (1) kalimat nonverbal berstuktur K=S.Kop.P _
P=FN/N, (2) kalimat nonverbal berstruktur K=S.Kop.P _P=A/FA, (3) kalimat
nonverbal berstruktur K=S.Kop.P_P=FAdv, (4) kalimat nonverbal berstruktur
K=S.Kop.P_P=FP, (5) kalimat nonverbal yang kopulanya mengalami pelesapan,
(6) kalimat nonverbal yang Snya berbentuk klausa, (7) kalimat nonverbal yang
Pnya berbentuk klausa, (8) kalimat nonverbal yang S dan Pnya berbentuk klausa,
(9) kalimat nonverbal majemuk koordinatif, (10) kalimat dengan Ekspletif
There.Kop.S, (11) kalimat berstruktur introgatif (Content Question) WhQ.Kop.S
(2.a.1) Kalimat Nonverbal Berstuktur K=S.Kop.P _ P=FN/N
Struktur kalimat (K) tunggal nominal pertama adalah kalimat nonverbal
yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek (S), kopula (Kop) dan predikat
(P). S diisi oleh konstituen dengan kategori nomina/frasa nominal (N/FN), Kop
diisi oleh linking verb to be dan P di sini diisi oleh kategori N/FN. Beberapa
proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
17 An Englishman’s house is his castle 20 A bully is always a coward 55 Boys will be boys 80 Everybody's business is nobody's business 85 Exchange is no robbery 86 Experience is the father of wisdom 118 Honesty is the best policy 121 Hunger is the best sauce 126 Imitation is the sincerest form of flattery 132 Knowledge is power 152 Marriage is a lottery 156 Money is the root of all evil 162 Necessity is the mother of invention 168 no news is good news 173 One man's meat is another man's poison 177 Patience is a virtue 179 Possession is nine points of the law
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
183 Procrastination is the thief of time 189 Seeing is believing 190 Self-praise is no recommendation 204 The child is father of the man 228 Time is money 229 Time is a great healer 240 The voice of the people is the voice of God 241 The longest way round is the shortest way home 244 Variety is the spice of life 247 Wedlock is a padlock
Data 5: Proverba Kalimat Nominal dengan Konstituen K=S.Kop.P _ P=FN/N
Pada data 5 di atas, terdapat sejumlah proverba yang berstuktur S.Kop.P. S
tersebut memiliki konstituen pembentuk yang bervariasi. S yang terdiri dari N saja
dapat dilihat pada korpus 55, 85, 86, 118, 121, 126, 156, 162, 177, 179, 183, 189,
228, 229, 244, dan 247. Proverba selain yang telah disebutkan seperti 17, 20, 80,
132, 152, 168, 173, 190, 204, 240, dan 241 merupakan proverba dengan S berupa
FN. Proverba yang Pnya terbentuk dari konstituen berkategori N dapat dilihat
pada korpus 55, 132, 189 dan 228. Proverba yang Pnya terbentuk dari konstituen
berupa determiner (selanjutnya disebut sebagai Det) dan N, dapat dilihat pada data
dengan nomor korpus 17, 20, 85, 152, 177, 190, dan 247. Selain yang disebutkan
di atas, adalah proverba yang Pnya merupakan N hasil dari modifikasi, yaitu
masuknya adjektiva untuk memodifikasi bentuk nomina menjadi FN seperti
terlihat pada korpus 80, 86, 118, 121, 126, 156, 162, 168, 173, 204, 229, 240, 241,
dan 244.
Variasi dari data 5 juga dapat dilihat pada korpus 41 seperti yang terlihat
pada data 6 berikut.
41 Attack is the best form of defense
Data 6: Derajat Superlatif (Paling)
Pada data 6 di atas, terdapat proverba yang Pnya berupa frasa nominal
dalam bentuk derajat superlatif dengan menggunakan pola the best+N+of+N.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
(2.a.2) Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P _P=A/FA
Struktur kalimat tunggal nonverbal kedua adalah kalimat nonverbal yang
memiliki konstituen langsung yang berfungsi sebagai subjek, kopula dan predikat.
Yang membedakan dari konstruksi sebelumnya, P terbentuk dari adjektiva/frasa
adjektival. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada
data di bawah ini.
59 Comparisons are odious 145 Love is blind 154 Might is right 187 Revenge is sweet 194 Silence is golden 216 The labourer is worthy of his hire
Data 7: Proverba Kalimat Tunggal Nonverbal dengan Konstituen S.Kop.P _P=A/FA
Proverba yang terdapat pada data 7 di atas adalah kumpulan proverba yang
memiliki S berupa FN dan N. Proverba yang memiliki S berupa N saja terdapat
pada korpus 59, 145, 187 dan 194. Proverba yang memiliki S berupa FN terdapat
pada korpus 216. Sedangkan untuk P yaitu konstituen yang diletakkan setelah
Kop, seluruh proverba pada data 6, kecuali pada korpus 216, berkategori A. Pada
korpus 216, P tersebut berkategori FA.
Selain pada data 7, struktur kalimat tunggal nonverbal yang memiliki
konstituen dengan fungsi S.Kop.P_P=A/FA juga ditemukan pada 3 rangkaian
data di bawah ini yaitu data 8, 9, dan 10. Yang membedakan 3 data tersebut
dengan data 7 di atas terletak pada FAnya yang berbentuk: (1) Comparative
Degeree dengan A+er (data 8), (2) Comparative Degree dengan as+A+as (data
9) dan (3) Superlative Degree (data 10).
23 A chain is no stronger than its weakest link 53 Blood is thicker than water 66 Discretion is the better part of valour
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
84 Example is better than precept 182 Prevention is better than cure 219 The pen is mightier than the sword 233 Truth is stranger than fiction 237 Two heads are better than one
Data 8: Derajat Perbandingan dengan A+-er than
Pada data 8 di atas, terdapat sejumlah proverba yang Pnya berupa derajat
perbandingan dengan menggunakan pola A+er dan diikuti oleh konjungsi than.
Proverba yang menjadi anggota pola ini adalah proverba dengan korpus 23, 53,
66, 84, 182, 219, 233, dan 237. Pola komparatif dengan jenis berbeda dapat dilihat
pada data 9 berikut.
31 A miss is as good as a mile 77 Enough is as good as a feast
Data 9: Derajat Perbandingan dengan as+A+as
Pada data 9 di atas, terdapat 2 proverba yang Pnya berupa derajat
perbandingan dengan menggunakan pola as+A+as. Proverba yang menjadi
anggota pola ini adalah proverba dengan korpus 31 dan 77. Variasi terakhir P
dengan konstituen dari kategori A/FA dengan pola perbandingan adalah
perbandingan superlatif seperti pada data 10 di bawah ini.
95 First impressions are the most lasting
Data 10: Derajat Superlatif (Paling)
Pada data 10 di atas, terdapat proverba yang Pnya berupa derajat
perbandingan superlatif dengan menggunakan pola the most+A. Proverba yang
berpola ini adalah proverba dengan nomor korpus 95.
Selama penelitian, dijumpai pula 2 proverba variatif dengan struktur
S.Kop.P dengan P berupa A/FA. Dikatakan variatif karena S kalimat proverba
yang seharusnya N/FN ternyata berupa A/FA. Dengan demikian, S serta P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
terbentuk dari konstituen dari kategori yang sama yaitu A/FA. Contoh verba
variatif ini dapat dilihat pada data berikut.
99 Forewarned is forearmed 248 Well begun is half done
Data 11: Proverba Berstruktur K=S.Kop.P dengan S danP=A/FA
Dua proverba pada data 11 telah mengalami modifikasi yaitu pada bagian
S yang seharusnya berupa N/FN. Pada korpus 99 dan 248, S terlihat berupa
adjektiva (korpus 99) dan frasa adjektival (korpus 248). A dan FA ini statusnya
menempati fungsi yang biasanya ditempati kategori N/FN yaitu fungsi S.
(2.a.3) Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FAdv
Struktur kalimat tunggal nonverbal ketiga adalah kalimat nonverbal yang
memiliki konstituen dengan tiga fungsi, yaitu subjek, kopula dan predikat. Yang
membedakan struktur ini dengan struktur sebelumnya adalah P berkategori
adverbial/frasa adverbial. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini
dapat dilihat pada data di bawah ini.
58 Cleanliness is next to godliness 185 Providence is always on the side of the big battalions 206 The darkest hour is just before the dawn
Data 12: Proverba Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FAdv
Proverba yang terdapat pada data 12 di atas adalah kumpulan proverba
yang memiliki S berupa N dan FN. Proverba yang memiliki S berbentuk N saja
terdapat pada korpus 58, dan 185. Proverba yang bentuk Snya berupa FN terdapat
pada korpus data 206. Sedangkan untuk predikat yaitu konstituen yang muncul
setelah Kop, seluruh proverba pada data 11 berkategori frasa adverbial (FA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
(2.a.4) Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FP
Struktur kalimat tunggal nonverbal keempat adalah kalimat nonverbal
yang memiliki konstituen dengan fungsi subjek, kopula dan predikat. Ciri khas
struktur ini adalah Pnya berkategori frasa preposisional (FP). Beberapa proverba
yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
45 Beauty is in the eye of the beholder 220 The proof of the pudding is in the eating
Data 13: Proverba Kalimat Nonverbal Berstruktur K=S.Kop.P_P=FP
Proverba yang terdapat pada data 13 di atas adalah 2 proverba yang
memiliki S berupa N dan FN. Proverba yang memiliki S berbentuk N saja terdapat
pada korpus 45. Proverba yang bentuk Snya berupa FN terdapat pada korpus 220.
Predikat yaitu konstituen yang muncul setelah kopula, dua-duanya berkategori FP.
(2.a.5) Kalimat Nonverbal yang Kopulanya Mengalami Pelesapan.
Struktur kalimat nonverbal kelima adalah kalimat nonverbal yang
memiliki konstituen dengan kopula dilesapkan. Kopula yang berbentuk LV to be
ini mengalami pelesapan dan membentuk proverba berikut:
18 An eye for an eye 82 Everyone to his taste 169 Nothing for nothing
Data 14: LV Mengalami Pelesapan
Pada korpus 18, 82 dan 169, terdapat LV be yang dilesapkan. Kedua
proverba tersebut seharusnya berbunyi “An eye (is) for an eye” (korpus 18),
“Everyone (is) to his taste” (korpus 82), dan “Nothing (is) for nothing” (korpus
169). Namun karena LV mengalami pelesapan, maka bentuknya menjadi lebih
singkat seperti yang terlihat pada data di atas. FN nomina yang befungsi sebagai S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dari dua proverba di atas adalah an eye (korpus 18), everyone (korpus 82) dan
nothing (korpus 169). Sedangkan yang berfungsi sebagai P adalah FP for an eye
(korpus 18), to his taste (korpus 82) dan for nothing (korpus 169)
Variasi kalimat nonverbal yang LVnya mengalami pelesapan terdapat
pada data 15. Pada data tersebut, terdapat 3 proverba yang memiliki konstituen
dengan fungsi S, Kop dan P. Linking verb yang menjadi salah satu konstituen
pembentuk FV mengalami pelesapan.
172 Once a priest, always a priest 175 Other times, other manners 176 Out of debt, out of danger
Data 15: Kalimat Tunggal Nonverbal LV Dilesapkan
Pada korpus 172, 175 dan 176, terdapat to be “ is” yang dilesapkan. Ketiga
proverba tersebut seharusnya berbunyi “Once a priest (is) always a priest” (172),
“Other times (is/will be) other manners” (175), dan “Out of debt (is/means) out of
danger” (176).
Bentuk pelesapan LV dapat juga dilihat pada empat proverba yang berada
pada data 16 berikut. Keempat proverba tersebut mengalami pelesapan LVnya,
dan keempatnya memiliki konstituen yang berbeda.
75 Easy come, easy go 94 First-come, first-served 133 Least said, soonest mended 172 Once bitten, twice shy
Data 16: Proverba yang LVnya Dilesapkan
Keempat proverba pada data 16 memiliki S dengan kategori FN yang
dimodifikasi oleh klausa adjektival. Modifikator ini kemudian dilesapkan.
Keempat bentuk sejati S tersebut adalah (those who) easy come (korpus 75),
(those who) first-come (94), (something which is) least said (133), dan (those who
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
are) once bitten (172). Ketiga S tersebut juga memiliki P berbentuk FN yang telah
dimodifikasi yaitu; (those who) are easy go (75), (those who) are first-served (99),
somehing which is coonest mended (133), dan those who are bitten twice, shy
(172). Jika seluruh konstituen yang dilesapkan dimunculkan kembali, bentuk
sejati proverba tersebut menjadi: (those who) first-come (will be those who are)
first-served (94), (something which is) least said (will be something which is)
soonest mended (133), dan (those who are) once bitten (when they are bitten)
twice (will be) shy (172).
(2.a.6) Kalimat Nonverbal yang Snya Berbentuk Klausa
Struktur kalimat tunggal nonverbal keenam adalah kalimat nonverbal yang
Snya berupa klausa. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat
dilihat pada data di bawah ini.
8 All that glitters is not gold 112 He who hesitates is lost
Data 17: Proverba Kalimat Nonverbal yang Snya Berupa Klausa
Berbeda dengan korpus sebelumnya yang Snya berbentuk part of speech
atau frasa, korpus 8 dan 112 mengalami modifikasi yang cukup signikan, yaitu
posisi Snya bertransformasi menjadi klausa. S yang dimaksud adalah all that
glitthers (korpus 8) dan he who hesitates (korpus 112). Proverba korpus 8
menunjukkan bahwa Snya tidak lagi berupa part of speech, atau frasa, tetapi
sudah berbentuk klausa (tepatnya subklausa), demikian juga proverba korpus 112.
Proverba yang memiliki struktur sangat mirip dengan yang ada pada data
17 adalah proverba yang ada pada data 18. Bedanya, pada proverba yang ada pada
data 18, klausa mengalami permutasi dan diletakkan setelah P.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
6 All is fair in love and war 7 All is fish that comes to the net 9 All is well that ends well
Data 18: FN Berupa klausa
Jika posisi klausa diletakkan setelah S, maka bentuk proverba yang ada
pada data 16 tersebut akan serupa dengan proverba yang ada pada data 15, seperti
All that (exists) in love and war is fair (korpus 6), All that comes to the net is fish
(korpus 7), All that ends well is well (korpus 7).
(2.a.7) Kalimat Nonverbal yang Pnya Berbentuk Klausa
Struktur kalimat tunggal nonverbal ketujuh adalah kalimat nonverbal yang
Pnya berupa klausa. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat
dilihat pada data di bawah ini.
255 You are what you eat 117 Home is where the heart is
Data 19: Kalimat Nonverbal yang Pnya Berbentuk Klausa
Proverba yang terdapat pada data di atas adalah kumpulan proverba yang
Pnya telah dimodifikasi. P yang mengalami modifikasi adalah P yang berkategori
FN. Modifikator yang terlibat dalam proses modifikasi ini adalah klausa adverbial
yang penanda klausanya berupa what dan where.
(2.a.8) Kalimat Nonverbal yang S dan Pnya Berbentuk Klausa
Struktur kalimat tunggal nonverbal kedelapan adalah kalimat nonverbal
yang S dan Pnya berupa klausa. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti
ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
26 A fault confessed is half redressed 28 A friend in need is a friend indeed 131 Justice delayed is justice denied
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
202 Sufficient unto the day is the evil thereof
Data 20: Kalimat Nonverbal yang S dan Pnya Klausa dengan Penanda Klausanya Dilesapkan
Proverba yang terdapat pada data 20 di atas adalah kumpulan proverba
yang FNnya juga telah dimodifikasi. Ada dua FN yang mengalami modifikasi.
Yang pertama adalah FN yang menempati fungsi S, dan yang kedua adalah FN
yang menempati fungsi P. Modifikator yang terlibat dalam proses modifikasi ini
adalah klausa adjektival yang penanda klausanya ini telah mengalami pelesapan.
Apabila klausa modifikator dimunculkan maka secara lengkap proverba tersebut
berbunyi; “A fault (which is) confessed is (a fault which is) half redressed”
(korpus 26), :A friend (which is) in need is a friend (which is) indeed” (korpus
28), “ Justice (which is) delayed is justice (which is) denied” (korpus 131), dan
“Sufficient (which is) unto the day is the evil (which is) thereof” (korpus 202).
(2.a.9) Kalimat Nonverbal Majemuk Koordinatif
Proverba yang berupa kalimat nonverbal majemuk koordinatif jumlahnya
tidak banyak. Yang dimaksud dengan kalimat majemuk koordinatif ialah kalimat
yang terdiri atas dua klausa atau lebih dan hubungan antarklausanya bersifat
paralel. Masing-masing klausanya berstruktur S.P. Sama seperti kalimat
nonverbal lainnya, antara S dan P disela oleh kopula to be. Proverba yang berupa
kalimat majemuk nominal koordinatif dan masing-masing klausanya berstruktur
S.P tampak pada data 21 dan 22 berikut.
198 Speech is silver, but silence is golden 230 To err is human, to forgive divine 239 Two is company, but three is none
Data. 21: Kalimat Nonverbal Majemuk Koordinatif K.Kop.K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Proverba dengan korpus nomor 198, 230, dan 239 terdiri atas dua kalimat.
Masing-masing K terdiri atas S.P yang disela oleh kopula. Pnya berupa N (korpus
230 dan 239), dan Pnya berupa A (korpus 198)
Proverba dengan korpus nomor 13, dan 33, juga terdiri atas dua kalimat.
Masing-masing K terdiri atas S.P yang disela oleh kopula. Pnya berupa A (korpus
13) dan Pnya berupa Adv (korpus 33).
13 A man is as old as he feels, and a woman as old as she loops 33 A place for everything, and everything in its place
Data. 22: Kalimat Nonverbal Majemuk Koordinatif K.Kop.K
Hubungan antarklausa pada data 22 di atas bersifat paralel.
Keparalelannya itu dapat dilihat dengan ditambahkan konjungsi but (198, 239)
dan konjungsi and (13, 33, 230) di antara klausa pertama dan klausa kedua untuk
mengeksplisitkan hubungan koordinatif.
(2.a.10) Kalimat dengan Ekspletif There.Kop.S
Struktur kalimat tunggal nonverbal yang kesepuluh adalah kalimat
nonverbal yang diawali oleh ekspletif there. Contoh proverba yang berstruktur
kalimat tunggal yang diawali ekspletif there dapat dilihat pada data 23 berikut.
224 There are two sides to every question 225 There is honour among thieves
Data 23: Kalimat dengan Ekspletif There
Struktur There.Kop.S dimasukkan ke dalam struktur kalimat noverbal
karena struktur ini secara jelas menunjukkan ciri-ciri kalimat nonverbal yaitu:
(1) tidak adanya verba murni yang menyertai;
(2) digunakannya kopula dalam kalimat tersebut.
Dari dua korpus di atas, fungsi konstituen yang terlibat adalah fungsi
ekspletif, kopula dan subjek. Posisi subjek berada di belakang kopula. Ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
posisi yang unik mengingat biasanya subjek dalam kalimat positif selalu
mengawali kopula.
(2.a.11) Kalimat Berstruktur Introgatif ( Content Question) WhQ.Kop.S
Struktur kalimat tunggal nonverbal yang kesebelas adalah kalimat
nonverbal yang memiliki konstruksi introgatif. Proverba berstruktur introgatif
adalah proverba berjenis unik karena konstruksi seperti ini tidak dijumpai pada
konstruksi proverba bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa. Contoh proverba
yang berstruktur kalimat tunggal introgatif dapat dilihat pada data 24 berikut.
249 What is the good of a sundial in the shade?
250 When Adam delved and Eve span who was then the gentleman?
Data 24: Kalimat Berstruktur Introgatif
Struktur WhQ.Kop.S juga dimasukkan ke dalam struktur kalimat noverbal
karena struktur ini juga secara jelas menunjukkan ciri-ciri kalimat nonverbal. Dari
dua korpus di atas, fungsi konstituen yang terlibat adalah fungsi wh questions,
kopula dan subjek. Posisi subjek berada di belakang kopula. Posisi kopula berada
dibelakang WhQ. Pada korpus 250, klausa adverbial when Adam delved and Eve
span menempati posisi awal kalimat. Posisi ini disebut klausa adverbial fronting.
(2.b) Kalimat Verbal
Proverba yang berstruktur kalimat verbal lebih banyak jenisnya daripada
konstruksi proverba berstruktur kalimat nominal. Setidaknya terdapat 21 struktur
kalimat verbal yang berbeda yang dijumpai dalam korpora data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
(2.b.1) Kalimat Verbal Berstrukturkan K=S.P_P=V/FV
Struktur kalimat verbal yang pertama adalah kalimat verbal tunggal yang
memiliki konstituen dengan fungsi S dan P. P dalam hal ini berupa V saja. Contoh
proverba yang berstruktur K=S.P_P=V/FV dapat dilihat pada data berikut.
12 A bad penny always turns up 42 A watched pot never boils 87 Extremes meet 203 Tastes differ 231 Tomorrow never comes 239 Two of a trade never agree 242 Time Flies
Data 25: Kalimat Tunggal Verbal Berstrukturkan K=S.P_P=V/FV
Proverba korpus 87, 203, 231, dan 242 adalah proverba yang Snya
berkategori N, yaitu extremes (korpus 87), tastes (korpus 203), tomorrow
(korpus 231), dan time (korpus 242). Proverba korpus 12, 42, dan 239 adalah
proverba yang Snya berkategori FN dengan konstituen Det.A.N (korpus 12, 42)
dan Det.FN (korpus 239). Proverba korpus 12, 87, 203, dan 242 adalah proverba
yang Pnya berkategori V saja. Sedang sisanya yang belum disebutkan seperti
proverba korpus 42, 231, dan 234 adalah proverba yang Pnya berupa FV.
(2.b.2) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.O
Struktur kalimat tunggal verbal yang kedua adalah kalimat verbal yang
memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan objek. Status objek
muncul karena Pnya adalah V transitif. Contoh proverba yang berstruktur kalimat
verbal dapat dilihat pada data 26 berikut.
15 A soft answer turneth away wrath 19 A bad workman blames his tools 21 A burnt child dreads the fire 35 A rolling stone gathers no moss
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
37 A still tongue makes a wise head 57 Charity covers a multitude of sins 60 Constant dropping wears away a stone 63 Dead men tell no tales 65 Diamond cuts diamond 76 Empty vessels make the most noise. 88 Faint heart never won fair lady 89 Familiarity breeds contempt 91 Fine feathers make fine birds 92 Fine words butter no parsnips 107 Good fences make good neighbours 108 Good wine needs no bush 111 Haste makes waste 116 History repeats itself 143 Lookers-on see most of the game 150 Manners maketh man 151 Many hands make light work 160 Nature abhors a vacuum 163 Necessity knows no law 174 A postern door makes the thief 181 Practice makes perfect 193 Silence means consent 208 Devil take the hindmost 209 The early bird catches the worm 210 The end justifies the means 211 The exception proves the rule 216 The last straw that breaks the camel's back 222 The rotten apple injures its neighbour 232 Too many cooks spoil the broth
Data 26: Kalimat Berstruktu K=S.P.O
Proverba yang terdapat pada data 26 di atas adalah kumpulan proverba
yang memiliki struktur S.P.O dengan V adalah transitif. Dengan demikian,
seluruh kalimat yang ada pada data di atas dapat ditransformasikan menjadi
kalimat pasif. Variasi struktur S.P.O dapat dilihat pada data 27. Pada data 27
tersebut, terdapat struktur S.P.O dengan P berkategori V khusus yaitu V have/has
78 Every cloud has a silver lining 79 Every jack has his Jill 81 Every man has his price 83 Every bullet has its billet 122 Idle people have the least leisure 245 Walls have ears
Data 27: Kalimat Berstruktur S.P.O dengan V Khusus Yaitu have/has
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Data di atas terdiri dari kelompok proverba yang memiliki V yang berupa
V has/have. Kecuali korpus 122 dan 245, proverba dalam data 27 tersebut
memiliki S yang terbentuk dari konstituen FN dengan kategori Det.N, seperti
every cloud (korpus 78), every Jack (korpus 79), every man (korpus 81), dan every
bullet (korpus 83). Pada korpus 122, S terbentuk dari konstituen dengan kategori
A dan N. Sedangkan pada korpus 245, S hanya terbentuk dari N saja. Seluruh O
yang menjadi konstituen pembentuk proverba tersebut berbentuk FN dengan
konstituen berkategori Det.N, seperti, his Jill (korpus 79), his price (korpus 81)
dan its billet (korpus 83). Pada korpus 78 dan korpus 122, FN terbentuk dari
Det.A.N yaitu a silver lining dan the least leisure. Sedangkan pada 245, Onya
hanya berkategori N saja yaitu ears.
Ditemukan juga pengembangan dari konstruksi S.P.O melalui fenomena
pelesapan, yaitu kalimat proverba yang terdapat pada korpus 100 seperti yang
terlihat di bawah ini.
100 Full cup, steady hand
Data. 28: S.P.O dengan P Dilesapkan
Proverba korpus 100 adalah proverba yang fungsi Snya berkategori FN,
yaitu full cup. P dari kalimat ini seharusnya berupa V makes. Karena mengalami
pelesapan, V makes tersebut hilang dan sebagai konsekuensinya, tanda koma
muncul dan diikuti oleh bergesernya FN steady hand yang seharusnya menempati
fungsi O ke posisi P. Apabila V makes yang melesap tersebut dimunculkan, maka
kalimat lengkapnya akan menjadi “Full cup makes steady hand” dan bentuk
struktur kalimat S.P.O menjadi terpenuhi. Contoh yang mirip dengan data 28
dapat dilihat pada data 29 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
164 No cross, (means) no crown 165 No cure, (means) no pay 166 No pain, (means) no gain 167 No names, (means) no pack-drill
Data 29: Kalimat Berstruktur Kombinasi FN.FV (V.FN) yang Vnya Dilesapkan.
Hal yang mendasar yang membedakan data 28 dengan 29 terletak pada
Pnya yang mengalami pelesapan. P atau tepatnya V yang dilesakan pada data 28
adalah V makes sedangkan pada data 29, V yang dilesapkan adalah means. V
means adalah V transitif dan karenanya membutuhkan objek. Jika seluruh V yang
dilesapkan tersebut dimunculkan, maka bunyi proverba pada data 29 akan
menjadi: “No cross means no crown” (korpus 164), “No cure means no pay”
(korpus 165), “No pain means no gain” (korpus 166), dan “No names means no
pack-dril” (korpus 167).
Pengembangan selanjutnya adalah kalimat verbal yang memiliki
konstituen dengan fungsi S.P.O yang mengalami penambahan kata kerja bantu
(Aux) sebelum P. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal verbal
S.Aux.P.O dapat dilihat pada data berikut.
29 A golden key can open any door 64 Desperate diseases must have desperate remedies 136 Liars ought to have a good memory 158 Much would have more
Data 30: Kalimat Verbal Transitif S.Aux.P.O
Data 30 di atas merupakan sejumlah kalimat proverba yang Pnya
merupakan V transitif dan karenanya membutuhkan objek. Objek tersebut dapat
dilihat di belakang V seperti FN a king (korpus 22), FN a straw (korpus 25), FN
any door (korpus 29), FN deperate remedies (korpus 64), FN a good memory
(korpus 136), dan a more (korpus 158).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
(2.b.3) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.Ket
Struktur kalimat verbal yang ketiga adalah kalimat verbal yang memiliki
konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan keterangan. Terdapat dua variasi
struktur ini yaitu (1) kalimat berstruktur S.P.Ket_Ket=Adv, dan (2) kalimat
berstruktur S.P.Ket_Ket=FP/P.
(2.b.3.a) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=Fadv/Adv
Struktur kalimat verbal S.P.Ket yang pertama adalah kalimat verbal yang
memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan keterangan. Keterangan
dibangun oleh konstituen dengan kategori Adv. Contoh proverba yang berstruktur
seperti ini dapat dilihat pada data 31 berikut.
32 A new broom sweeps clean 43 Bad news travels fast 51 Birds of a feather flock together 120 Hope springs eternal 125 Ill weeds grow apace 155 Misfortunes never come singly 200 Still waters run deep
Data 31: Kalimat Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=Fadv/Adv
Data 31 di atas terdiri dari sekelompok proverba yang memiliki keterangan
berkategori adverbia seperti clean (korpus 32), fast (korpus 43), together (korpus
51), eternal (korpus 120), apace (korpus 125) dan singly (korpus 155), dan deep
(korpus 200). Variasi struktur S.P.Ket berupa penambahan Aux sebelum FV dapat
dilihat pada data 32 di bawah ini.
16 An empty sack will never stand upright 159 Murder will (get) out
Data 32: Kalimat Berstruktur S.P.Ket_Ket=Fadv/Adv, Berupa Penambahan Aux Sebelum P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
(2.b.3.b) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=FP
Struktur kalimat tunggal verbal S.P.KS yang kedua adalah kalimat yang
memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat, keterangan, dengan
keterangan diisi oleh konstituen dengan kategori frasa preposisional (FP). Contoh
proverba yang berstruktur seperti ini dapat dilihat pada data 33 berikut.
11 all roads lead to Rome 39 A tale never loses in the telling 56 Charity begins at home 61 Cowards die many times before their death 146 Love laughs at locksmiths 170 Nothing succeeds like success 223 The weakest go to the wall 227 Time and tide wait for no man
Data 33: Kalimat Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=FP
Data 33 di atas terdiri dari kelompok proverba yang memiliki S dengan
konstituen pembentuk Det.N atau Det.A.N, kecuali korpus 227. Pada korpus 227,
S berbentuk FN koordinatif dengan konstituen pembentuk N dan N yang
dihubungkan oleh konjungsi and. P yang berupa FV seperti terlihat pada korpus
39. P berbentuk V seperti terlihat pada korpus 11, 39, 56, 146, 170, 223, dan 227.
Pada seluruh kalimat proverba di atas, FP setelah FV/V. Variasi struktur S.P.Ket
berupa penambahan Aux sebelum P dapat dilihat pada data 34 di bawah ini.
2 Accidents will happen in the best-regulated families 22 A cat may look at a king 25 A drowning man will clutch at a straw
Data. 34: Kalimat Berstruktur K=S.P.Ket_Ket=FP, dengan Penambahan Aux
Data 34 di atas berisi tiga buah kalimat proverba yang Vnya merupakan V
intransitif dan karenanya tidak membutuhkan objek. Konstituen yang muncul
setelah V merupakan keterangan, yaitu FP in the best-regulated families (korpus
2), at a king (korpus 22), dan at a straw (korpus 25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
(2.b.4) Kalimat Berstruktur K=S.P.O.KO
Struktur kalimat tunggal verbal yang keempat adalah kalimat verbal yang
memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat, objek dan komplemen objek
(KO). Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal verbal S.P.O.KO dapat
dilihat pada data 35 berikut.
1 Absence makes the heart grow fonder 10 All work & no play make Jack a dull boy 217 The last drop makes the cup run over
Data 35: Kalimat dengan Struktur S.P.O.KO
Tiga kalimat proverba di atas mengandung unsur S.P.O.KO. Pada korpus
1, S berkategori N yaitu absence, fungsi P terbentuk dari kategori V yaitu makes
dan O berupa FN yaitu the heart sedang KO berbentuk FV yaitu grow fonder.
Pada korpus 10, S terbentuk dari FN koordinatif yaitu all work & no play, P
terbentuk dari V makes, O adalah N Jack, serta KO berupa FN a dull boy. Pada
korpus 217, S berupa FN the last drop, P berkategori V yaitu makes, O
berkategori FN yaitu the cup dan KO berkategori FV yaitu run over.
(2.b.5) Kalimat Tunggal Verbal Transitif Negatif S.P.O_P=Aux.not.V
Struktur kalimat tunggal verbal yang kelima adalah kalimat verbal yang
memiliki konstituen dengan fungsi subjek, predikat dan objek. Yang membedakan
sruktur ini dengan struktur S.P.O yang ada pada struktur 2.b.2 terletak pada
bentuk Pnya yang telah bertransformasi dari P afirmatif menjadi P negatif.
Sebagai konsekuensi dari proses transformasi ini, Aux dan kode negatif (not) pun
muncul. Contoh proverba yang berstruktur kalimat verbal negatif dapat dilihat
pada data 36 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
38 A swallow does not make a summer 69 Dog does not eat dog 205 The cowl does not make the monk 234 Two wrongs don't make a right 235 Two blacP don't make a white
Data 36: Kalimat Verbal Negatif
Variasi dari konstruksi ini dapat dilihat pada data 37. Pada data tersebut,
terdapat tiga kalimat verbal yang memiliki konstituen dengan fungsi S.P.O. P
mengalami penambahan Aux dan kode negatif karena berbentuk kalimat negatif.
Bedanya dengan data 38, pada data 39 Aux yang muncul adalah adalah modal
yang juga berkode negatif. Contoh proverba yang berstruktur seperti ini dapat
dilihat pada data berikut.
256 You cannot make an omelet without breaking eggs 257 You cannot make bricks without straw 258 You can't teach an old dog new tricP
Data 37: Kalimat Verbal Negatif dengan P=Modal.Aux.not
(2.b.6) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur Imperati f
Struktur kalimat verbal yang keenam adalah kalimat verbal yang memiliki
konstruksi imperatif. Karena berstruktur imperatif, P bergeser ke posisi S, dan
sebagai konsekuensnya, O/Pelpun (jika ada) bergeser ke belakang P. Terdapat 3
variasi struktur ini yaitu: (1) kalimat imperatif P.O, (2) kalimat imperatif P.O.Ket,
dan (3) kalimat imperatif P.Ket.
Variasi kalimat imperatif yang pertama yaitu kalimat yang hanya
berkonstituen dengan fungsi predikat dan objek saja dapat ditemukan pada data 38
di bawah ini.
182 Practise what you preach
Data 38: Kalimat Imperatif P.O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Pada data 38 di atas, terlihat bahwa P adalah V preach. V preach
merupakan V transitif yang berada di awal kalimat. Karena berbentuk V transitif,
V tersebut diikuti oleh O. O yang dimaksud adalah what you preach yang
berbentuk subklausa.
Variasi kalimat imperatif yang kedua yaitu kalimat yang memiliki
konsituen dengan struktur P.O.Ket. Variasi kalimat imperatif ini dapat ditemukan
pada data 39 di bawah ini.
62 Cut your coat according to your cloth 103 give credits where credit is due 148 Make hay while the sun shines 189 Save us from our friends 192 Set a thief to catch a thief
Data 39: Kalimat Berstruktur Imperative P.O.Ket
Pada data 39 di atas, terlihat bahwa seluruh P adalah V transitif dan
karenanya membutuhkan O. P yang dimaksud adalah cut (korpus 62), give
(korpus 103), make (korpus 148), save (korpus 189), dan set (korpus 192). O yang
muncul setelah P adalah your coat (korpus 62), credits (korpus 103), hay (korpus
148), us (korpus 189), dan a thief (korpus 192). Konstituen yang muncul setelah O
yang disebutkan di atas adalah konstituen dengan fungsi komplemen objek.
Variasi kalimat imperatif P.O.Ket selanjutnya yaitu kalimat memiliki
konstituen dengan fungsi predikat, objek langsung (OL), dan objek tak langsung
(OTL). Variasi kalimat imperatif ini dapat ditemukan pada data 40 di bawah ini.
104 Give the devil his due
Data 40: Kalimat Berstruktur Imperative P.OL.OTL.OTL Berfungsi Sebagai Ket.
Pada data 40 di atas dapat kita lihat bahwa P yang berupa V give memiliki
dua O, yaitu the devil dan his due. Karena FN the devil berada langsung di
belakang V give, maka status FN ini berfungsi sebagai OL, sedangkan FN his due
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
yang muncul belakangan berfungsi sebagai OTL. OTL di sini dalam struktur
berfungsi sebagai keterangan.
Demikian juga struktur imperatif yang menggunakan V khas let, juga
memiliki pola struktur P.O.Ket. Contoh variasi pola struktur P.O.Ket dapat dilihat
pada data 41 berikut.
134 Let sleeping dogs lie 135 Let the cobbler stick to his last
Data 41: Kalimat Imperatif P.O.Ket. P=let
Variasi kalimat imperatif ketiga yaitu kalimat memiliki konstituen dengan
fungsi kalimat P dan Ket. Variasi kalimat imperatif ini dapat ditemukan pada data
42 di bawah ini.
68 Do as you would be done by 142 Look before you leap 197 Speak well of the dead 201 Strike while the iron is hot 253 (when in Rome) do as the Romans do (FA fronting)
Data 42: Kalimat Berstruktur Imperative P.Ket
Data 42 di atas berisikan kumpulan proverba yang memiliki konstituen
dengan fungsi predikat dan keterangan. Munculnya Keterangan disebabkan
seluruh P yang ada pada data 42 adalah V intransitif. Kasus unik terlihat pada
korpus 253. Pada korpus tersebut, frasa adverbial muncul mendahului P. Kasus
seperti ini disebut FA fronting
(2.b.7) Kalimat Tunggal Berstrukturkan Imperatif Ne gatif Aux.neg.P.O.Ket
Struktur kalimat verbal yang ketujuh adalah kalimat verbal yang memiliki
konstruksi imperatif negatif. Karena berstruktur imperatif negatif, maka sedikit
ada modifikasi dari struktur 2.b.6 yaitu munculnya Aux untuk mengawali kalimat
yang kita sebut sebagai aux fronting serta sebuah kode negatif. Contoh proverba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
yang berstruktur kalimat tunggal verbal Aux.neg.P.O.Ket dapat dilihat pada data
43 berikut.
70 Don't change horses in mid-stream 71 Don't cross the bridge till you come to it 72 Don't judge a book by its cover. 73 Don't put all your eggs in one basket
Data 43: Kalimat Berstrukturkan Imperative Negatif
(2.b.8) Kalimat Tunggal Verbal Struktur Pasif
Struktur kalimat tunggal verbal yang kedelapan adalah kalimat verbal yang
memiliki konstruksi pasif. Contoh proverba yang berstruktur kalimat tunggal pasif
dapat dilihat pada data 44 berikut.
24 A door must either be shut or open 27 A fool and his money are soon parted 30 A man is known by the company he keeps 40 A tree is known by its fruit 93 Fingers were made before fork 153 Marriages are made in heaven 184 Promises, like pie-crust, are made to be broken 221 The road to hell is paved with good intentions
Data 44: Kalimat Struktur Pasif
(2.b.9) Kalimat Tunggal Verbal Berstruktur S.P.Ket dengan Ket. Permutasi
Kalimat tunggal dengan struktur kesembilan adalah kalimat yang Ketnya
mengalami permutasi. Permutasi yang pertama adalah peletakan Ket (yang
berkategori FA) di awal kalimat. Fenomena ini disebut sebagai FA fronting.
Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data 45 di
bawah ini.
4 After a storm comes a calm 54 Between two stools one falls to the ground
Data 45: Ket. Fronting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Permutasi yang kedua adalah peletakan FA di tengah kalimat yang disebut
sebagai FA insertion. Beberapa proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat
dilihat pada data 46 di bawah ini.
50 Birds in their little nests agree 109 Great oak from little acorns grow
Data 46: Ket. Insertion
(2.b.10) Kalimat Majemuk Koordinatif
Yang dimaksud dengan kalimat verbal majemuk koordinatif ialah kalimat
yang terdiri atas dua klausa verbal atau lebih yang hubungan antarkalimatnya
bersifat paralel. Masing-masing klausanya berstruktur S.P.O. Proverba yang
berupa kalimat verbal majemuk koordinatif dan masing-masing klausanya
berstruktur S.P.O tampak pada data 47 berikut.
199 Sticks and stones may break my bones, but words will never hurt me
Data 47: Kalimat Verbal Majemuk Koordinatif
Proverba korpus 199 terdiri atas dua kalimat sederhana. Masing-masing
klausa terdiri atas S.P.O untuk kalimat pertama dan kedua. S kalimat pertama
berupa FN koordinatif yaitu N Sticks dan stones yang dihubungkan oleh konjungsi
and. P kalimat pertama berupa berupa FV yaitu may break. O berupa FN yaitu my
bones. S kalimat kedua berupa N words. P kalimat kedua berupa berupa FV yang
terdiri dari konstituen berkategori Aux, Adv dan V yaitu will never hurt. O berupa
pronomina me. Hubungan antarklausa pada data di atas bersifat paralel.
Keparalelannya itu ditunjukkan dengan adanya konjungsi but di antara klausa
pertama dan klausa kedua untuk mengeksplisitkan hubungan koordinatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Bentuk lain kalimat verbal majemuk koordinatif dapat juga dilihat pada
empat proverba yang berada pada data 48. Bedanya dengan data 47 sebelumnya,
koordinator yang menjadi penghubung antarkalimat mengalami pelesapan.
149 Man proposes, God disposes 236 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it 243 United we stand, divided we fall 259 You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones
Data 48: Kalimat Verbal Majemuk Koordinatif
Pada korpus 149, terdapat dua kalimat yang bergabung menjadi kalimat
majemuk, yaitu Man proposes, dan God disposes. Dua kalimat ini berstrukturkan
sederhana yaitu S.P yang Snya berupa N dan Pnya berupa V. Dua kalimat tersebut
dihubungkan oleh konjungsi and/but yang mengalami pelesapan. Apabila
dimunculkan, kalimat lengkapnya berbunyi “Man proposes (and/but) God
disposes.”
Pada 243 dan 259 terdapat dua kalimat kondisional yang dihubungkan
oleh konjungsi but. Penanda kalimat kondisional yaitu klausa if mengalami
pelesapan. Jika konstituen yang dilesapkan dimunculkan semua, maka struktur
kalimatnya akan menjadi (If we are) united, we stand (but) (if we are) divided, we
fall (243) dan (if) you buy land, you buy stones (but if) you buy meat, you buy
bones (259).
Pada 236, terdapat dua kalimat yang dihubungkan oleh konjungsi and.
Konjungsi ini juga mengalami pelesapan. Kalimat pertama dan kedua bertense
berbeda. Kalimat pertama menggunakan present progressive, sedangkan yang
kedua present simple. Jika konjungsi and dimunculkan, kalimat majemuk
koordinatif ini akan menjadi “Two dogs are fighting for a bone (and) a third runs
away with it.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
(2.b.11) Kalimat Majemuk Koordinatif Imperatif
Selain struktur majemuk 2.b.10 di atas, kalimat imperatif dapat juga
dikembangkan dengan menggunakan pola pengembangan majemuk koordinatif,
yaitu penggabungan dua kalimat imperatif dengan satu koordinator.
Pengembangan dari konstruksi imperatif ini terdapat pada data 49 yang terlihat di
bawah ini.
67 Do as I say, not as I do 101 Give a dog a bad name and hang him 119 Hope for the best and prepare for the worst 141 Live not to eat, but eat to live 147 Love me little, love me long 192 Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil
Data 49: Kalimat Imperatif Koordinatif
Data 49 di atas berisi kumpulan proverba yang memiliki konstruksi
imperatif koordinatif (kecuali korpus 192). Penggunaan kata koordinatif merujuk
pada konstituen proverba tersebut yang terdiri dari dua kalimat imperatif yang
dihubungkan oleh koordinator seperti konjungsi but dan and. Dua konjungsi ini
berperan untuk menghubungkan konstituen-kontituen dari kategori yang sama
yaitu kalimat imperatif. Pada korpus 192, kalimat pertama adalah kalimat
imperatif, namun kalimat kedua berbentuk deklaratif. Kalimat imperatif dan
deklaratif ini dihubungkan oleh konjunsi and.
Terkadang juga konstruksi majemuk imperatif koordinatif dapat muncul
tanpa menampilkan konjungsi apapun, karena konjungsi yang seharusnya muncul
dapat hilang karena proses pelesapan seperti yang terlihat pada data 50 di bawah
ini.
49 Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm
Data 50: Kalimat Imperatif Koordinatif yang Konjungsinya Mengalami Pelesapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Kalimat imperatif koordinatif di atas merupakan kalimat imperatif yang
terdiri dari enam kalimat dependen imperatif kecil antara lain (1) Beware of an
oak (2) it draws the stroke (3) avoid an ash (4) it counts the flash (5) creep under
the thorn (6) it can save you from harm. Keenam kalimat dependen imperatif
tersebut kemudian membentuk tiga kalimat dependen imperatif yang lebih besar
melalui proses koordinasi dengan cara memasukkan konjungsi because yang
kemudian konjungsi itu dilesapkan dan diganti oleh tanda koma, sehingga
muncullah tiga kalimat baru yaitu (1) Beware of an oak (because) it draws the
stroke, (2) avoid an ash (because) it counts the flash, (3) creep under the thorn
(because) it can save you from harm Tiga kalimat yang lebih besar ini juga
mengalami proses koordinasi dengan dimunculkannnya konjungsi and yang
kemudian juga dilesapkan dan diganti semikoma sehingga membentuk sebuah
kalimat paralel: “Beware of an oak, it draws the stroke (and) avoid an ash, it
counts the flash (and) creep under the thorn, it can save you from harm.”
(2.b.12) Kalimat Majemuk Modifikatif: Klausa Adjekt ival Pada S
Proverba yang terdapat pada data di bawah adalah kumpulan proverba
yang Snya telah dimodifikasi. Modifikator yang terlibat dalam proses modifikasi
ini adalah klausa adjektival yang penanda klausanya ini terlihat jelas seperti that
(114), who (115) dan that (korpus 226)
114 He that cannot obey cannot command 115 He who fights and runs away, may live to fight another day
Data 51: Kalimat yang Subjeknya Berbentuk Klausa
Pengembangan dari konstruksi 2.b.12 ini dapat dilihat pada korpus 178,
214 dan 226. Pada tiga kalimat proverba tersebut, terdapat variasi yang sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
membedakan struktur ketiga proverba tersebut dengan struktur proverba pada data
51 di atas.
178 People who live in glass houses shouldn't throw stones 214 The hand that rocks the cradle rules the world 226 They that sow the wind shall reap the whirlwind
Data 52: Kalimat yang Subjek dan Objeknya berbentuk Klausa, Vnya Berupa V transitif
Variasi tersebut terletak pada Pnya. P pada data 52 berupa V intransitif,
sedangkan V pada data 56 berupa V transitif sehingga membutuhkan objek.
(2.c) Kalimat Campuran Verbal-Nonverbal
Struktur kalimat proverba yang ketiga berbentuk kalimat campuran yaitu
kalimat verba-noverbal. Sesuai dengan namanya maka kalimat ini merupakan
perpaduan antara kalimat verbal dan kalimat nonverbal. Struktur seperti ini adalah
struktur unik, memiliki bentuk khas, tidak banyak ditemukan dalam korpus data,
serta melibatkan dua struktur besar yang berbeda. Contoh kalimat campuran
verbal-nonverbal dapat dilihat pada data 53 berikut.
213 The bigger they are, the harder they fall 110 Handsome is as handsome does
Data 53: Kalimat Campuran Verbal-Nonverbal
Setidaknya ditemukan dua struktur kalimat campuran yang lain. Adapun
struktur kalimat campuran yang lain tersebut adalah: (1) kalimat dengan struktur it
is dan that clause, dan (2) kalimat kondisional
(2.c.1) Kalimat dengan Struktur It is dan that Clause
Kalimat dengan struktur campuran yang pertama adalah kalimat yang
memiliki konstituen it is dan that clause. Beberapa proverba yang memiliki
struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
128 It is a long lane that has no turning 129 It is a poor heart that never rejoices
Data 54: Kalimat dengan Struktur It is dan That Clause
Perpaduan kalimat verbal dengan nonverbal terlihat jelas dari perwujudan
proverba pada data 54 di atas. Dua kalimat proverba yaitu kalimat dengan nomor
korpus 128 dan 129 menggunakan konstruksi nonverbal (it is….) yang dipadukan
dengan konstruksi verbal (that V…).
(2.c.2) Kalimat Kondisional
Struktur kalimat campuran verbal-nonverbal yang kedua adalah kalimat
yang memiliki konstruksi kondisional. Contoh proverba yang berstruktur kalimat
tunggal nominal kondisional dapat dilihat pada data berikut.
123 If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands
124 If it were not for hope, the heart would break
Data 55: Kalimat Nominal Kondisional
Perpaduan kalimat verbal dengan nonverbal juga terlihat jelas pada
perwujudan proverba pada data 55 di atas. Dua kalimat proverba yaitu kalimat
dengan nomor korpus 123 dan 124 menggunakan konstruksi nonverbal (If.S.to
be.P) yang dipadukan dengan konstruksi verbal (S.would V…).
(2.d) Kalimat dengan Pola Struktur Kurang Jelas
Struktur-struktur kalimat yang ada pada bagian sebelumnya adalah
struktur kalimat yang jelas kejatiannya. Kejatian yang jelas dalam hal ini
dimaknai sebagai keberadaan konstituen pembentuk proverba yang menempati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
fungsi yang jelas dalam struktur kalimat baik itu dalam posisi sebagai S, P, O,
Ket, Pel dan seterusnya.
Pada dua kasus yang ada pada bagian ini, kita akan dapat melihat beberapa
konstituen yang menempati posisi yang kurang jelas dalam struktur.
Ketidakjelasan ini terjadi karena memang bentuk kalimat-kalimat proverba yang
ada dalam tiga data tersebut terlihat unik dan bahkan dapat dikatakan melanggar
tatabahasa.
Contoh proverba yang memiliki struktur kurang jelas seperti ini terlihat
pada data 56 di bawah ini yaitu dua buah kalimat proverba yang menggunakan
adjektiva like dengan posisi yang kurang wajar dalam tatabahasa.
137 Like father, like son 138 Like master, like man
Data 56: Kalimat dengan Konstituen Like
Pada data 56 di atas, terlihat bahwa konstituen like berkategori adjektiva.
Dengan demikian jika satuan lingual like bergabung dengan satuan lingual yang
lain seperti father, sone, master dan man, maka satuan lingual tersebut
membentuk satuan lingual yang lebih besar, yaitu satual lingual berkategori frasa
adjektival. Pada korpus 137, terdapat 2 FA yang membentuk proverba yaitu frasa
like father dan like son. Demikian juga pada 138, terdapat 2 FA yang membentuk
proverba yaitu frasa like master dan like man. 2 FA yang membentuk proverba
tersebut tidak dihubungkan oleh konstituen satupun baik itu verba, kopula,
maupun konjungsi sehingga fungsi 2 FA tersebut menjadi tidak jelas, apakah
berstatus S, P, ataukah O. Ketidak jelasan penghubung dua FA inilah yang
menyebabkan dua proverba di atas dikatakan sebagai proverba dengan identitas
tidak jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Struktur kalimat yang kurang jelas identitasnya ini dapat juga dijumpai
pada data 57. Pada data tersebut, dijumpai 3 kalimat proverba yang mengandung
komparatif fronting.
46 Better be an old man's darling, than a young man's slave 47 Better (be) late than never 48 Better be safe than sorry
Data 57: Kalimat Verbal dengan Struktur Komparatif Fronting
Pada data 57 di atas, terlihat Frasa Adjektival yaitu ”better be...”
menempati posisi awal kalimat. Posisi ini disebut sebagai posisi adjektival
komparatif fronting. Yang menyebabkan struktur ini juga terlihat tidak jelas
adalah terletak pada fungsi FAnya dalam kalimat. Seharusnya, FA ini berfungsi
sebagai P dalam kalimat nonverbal deklaratif. Namun karena S dan Kop
dilesapkan, maka yang tersisa adalah FA saja. Adalah tidak lumrah apabila sebuah
kalimat deklaratif hanya memiliki konstituen P saja. Untuk menjadi lumrah, S dan
Kop harus kembali dimunculkan sehingga menjadi I am better be an old man's
darling, than a young man's slave, I am better late than never, dan I am better be
safe than sorry
b. Proverba dengan Struktur Monomember
Struktur besar yang kedua adalah kalimat proverba dengan struktur
monomember. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, struktur monomember adalah
proverba yang pola-pola strukturnya hanya dimiliki oleh sebuah proverba saja.
Adapun daftar kalimat proverba yang termasuk dalam kelompok ini dapat dilihat
pada data 59 berikut
3 Actions speak louder than words 34 A prophet is not without honour save in his own country 36 A Straw tells which way the wind blows
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
52 Blessed is he who expects nothing, for he shall never be disappointed
74 East or west, home's best 90 Findings keepings 96 First Things First 97 Fool me once, shame on you; Fool me twice, shame on me. 98 Fools rush in where angels fear to tread 105 God tempers the wind to the shorn lamb 106 Good Americans when they die go to Paris 113 He laughs best who laughs the last 127 In for a penny, in for a pound 139 Like will to like 144 Losers weepers, finders keepers 157 More people know Tom Fool than Tom Fool knows 161 Nothing so bad but it might have been worse 186 Rain before seven, fine before eleven 207 The devil finds work for idle hands to do 213 The gods send nuts to those who have no teeth 219 The nearer the church, the farther from God 246 Waste not, want not 251 What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over 252 What must be, must be 254 Where there's a will, there's a way
Data 58: Proverba dengan Struktur Monomember
c. Temuan Menarik Seputar Struktur Proverba
Selain berhasil menemukan pola-pola proverba dan mengelompokkan
proverba berdasarkan pola-pola tersebut, peneliti juga menemukan satu hal
lainnya yang mungkin akan bermanfaat apabila diikutsertakan pada bab ini.
Temuan ini berhubungan dengan adanya kemungkinan pelanggaran tatabahasa
dalam kalimat-kalimat proverba. Beberapa poverba yang kalimatnya tercatat
melanggar tatabahasa umum dapat dilihat sebagai berikut.
90 Findings keepings 96 First things first 139 Like will to like 144 Losers weepers, finders keepers 246 Waste not, want not
Data 59: Proverba dengan Struktur yang Melanggar Tatabahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Lima proverba di atas adalah contoh dari proverba yang bunyinya terlihat
sangat jelas melanggar kaidah tatabahasa Inggris. Kalimat proverba korpus 90
terbentuk dari dua V-ing yang mendapat akhiran -s. Tidak jelas fungsi dari
imbuhan -s tersebut apakah menunjukkan pluralitas ataukah sebagai penanda
concord mengingat kalimat proverba tersebut tidak memiliki subjek.
Kalimat proverba 96, juga terlihat melanggar kaidah tatabahasa karena
tidak menampakkan ciri-ciri kalimat sama sekali. Sebuah kalimat yang baik
minimal terdiri dari S dan P atau S Kop dan P. Namun pada 96, S first things tidak
diikuti oleh P atau Kop sama sekali dan langsung diikuti oleh A.
Pada korpus 139, A like berfungsi sebagai S. S ini diikuti oleh aux will .
Biasanya, modal muncul sebelum V (atau juga to be), atau dengan kata lain V
(atau to be) muncul setelah modal. Namun, pada korpus 139, modal konstituen
yang muncul setelah modal adalah to infinitive. Kemunculan to inilah yang
menyebabkan kalimat korpus 139 terlihat melanggar tatabahasa.
Pada korpus 144, terdapat dua buah klausa yang membangun kalimat
proverba. Dua klausa tersebut adalah losers weepers, dan finders keepers Dua
klausa tersebut melanggar kaidah concord yaitu memunculkan –s setelah V,
padahal Snya adalah plural. Seharusnya, dua klausa tersebut berbunyi losers weep
dan finders keep.
Pada kalimat proverba yang ada pada korpus 246, kaidah tata bahasa yang
dilanggar adalah kaidah transformasi. Dalam kaidah transformasi, jika sebuah V
positif dirubah bentuknya menjadi V negatif, maka perubahan tersebut
membutuhkan unsur pembantu yang disebut auxiliari. Pada korpus 246 terdapat 2
V yang ditransformasikan menjadi V negatif yaitu waste dan want. Seharusnya, V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
tersebut berbunyi don’t/doesn’t waste dan don’t/doesn’t want dan bukan waste not
serta want not karena dengan merubah dengan bentuk ini jelas melanggar
tatabahasa.
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen
Pembentuk Proverba Bahasa Inggris
Penelitian yang dilakukan Sumarlam (2006) terhadap proverba bahasa
Jawa (paribasan) yang menitikberatkan pada struktur dan makna paribasan
menyimpulkan empat hal antara lain:
(1) paribasan adalah termasuk satu jenis tuturan tradisional Jawa yang berstruktur
beku (bukan secara tata bahasa tetapi secara bentuk dan urutan kata);
(2) urutan konstituennya tidak dapat dipermutasikan;
(3) konstituen pengisinya tidak dapat disubstitusikan, dan
(4) hubungan antarkonstituennya sangat erat sehingga antara konstituen yang satu
dengan yang lain tidak dapat disisipi oleh unsur lainnya.
Bagian ini berupaya untuk menemukan keeratan hubungan antarkonsituen
pembentuk proverba dengan menggunakan pijakan temuan Sumarlam di atas.
Bagian ini diadakan tidak dimaksudkan untuk membuktikan bahwa temuan
Sumarlam tersebut benar atau salah, namun semata-mata untuk melihat apakah
temuan Sumarlam yang berhubungan dengan keeratan struktur proverba bahasa
Jawa tersebut cocok diterapkan pada hubungan antarkonstituen proverba bahasa
Inggris. Hubungan antarkonsituen yang erat mengacu pada empat hal yaitu:
(1) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk selalu hadir
bersama serta tidak menerima proses elipsis atau pelesapan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
(2) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk menempati
posisi mereka secara berurutan serta tidak mengalami permutasi atau
pembolak-balikan konstituen pembentuknya;
(3) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk tidak dapat
disubstitusi dengan leksikon lain yang memiliki kategori sejenis maupun tidak
sejenis dalam sintaksis;
(4) kemampuan konstituen-konstituen pembentuk proverba untuk menolak
adanya ekspansi, yaitu proses penyisipan konstituen-konstituen tambahan
yang bukan merupakan konstituen orsinil.
Untuk melihat keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba ini,
beberapa metode pengetesan (Sudaryanto (2001) menggunakan istilah teknik
analisis) dipakai antara lain;
(1) pengamatan terhadap fenomena deletion atau ellipsis (pelesapan) yaitu berupa
pengamatan terhadap fenomena menghilangnya atau melesapnya unsur satuan
lingual sebuah data,
(2) pengamatan terhadap keberadaan fenomena permutation (pembolakbalikan)
yaitu pembalikan unsur satuan lingual data,
(3) pengamatan terhadap kemunculan fenomena subsitution (penggantian) yaitu
fenomena penggantian unsur satuan lingual sebuah data,
(4) pengamatan terhadap fenomena expansion (perluasan) yaitu dengan melihat
adanya kemunculan penyisipan konstituen-konstituen tambahan yang bukan
merupakan konstituen orsinil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Dengan menggunakan empat pengamatan di atas, keeratan hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba, serta kemiripan sifat antara proverba bahasa
Inggris dengan bahasa Jawa dapat diketahui.
a. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Pelesapan Konstituen Proverba
Untuk mengetahui hubungan antarunsur pembentuk proverba erat ataukah
tidak dapat dilakukan dengan melihat fenomena pelesapan yang muncul dalam
pemakaian proverba. Eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba dapat
dilihat dari tidak adanya unsur-unsur proverba yang dapat dilesapkan. Demikian
juga sebaliknya, tidak eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba dapat
dilihat dari adanya unsur-unsur proverba yang dilesapkan.
Korpus proverba diamati secara seksama untuk melihat adakah unsur-
unsur yang dilesapkan. Unsur-unsur yang dilesapkan di sini dapat berperan
sebagai: Immediate Constituent (Konstituen Langsung) dan Ultimate Constituent
(Konstituen Akhir). Konstituen langsung dapat berupa klausa dependen maupun
independen, serta frasa seperti; frasa nominal, frasa verbal, frasa preposisional,
dan frasa adverbial. Sedangkan konstituen akhir berbentuk part of speech.
Dari hasil pengamatan terhadap kalimat-kalimat proverba dalam korpora
data, ditemukan beberapa part of speech, beberapa jenis frasa serta beberapa
klausa mengalami fenomena pelesapan. Adapun fenomena pelesapan tersebut
dapat dilihat sebagai berikut:
(1) Pelesapan Part of Speech
Pola pelesapan pertama yang dibahas pada bagian ini adalah pelesapan
part of speech. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
ini ditemukan. Seluruh part of speech dari kelas terbuka yaitu nomina, verba,
adjektiva dan adverbia ditemukan mengalami pelesapan. Beberapa part of speech
dari kelas tertutup (kata tugas) juga mengalami pelesapan seperti artikel, modal,
dan konjungsi
(1.a) Pelesapan Nomina
Nomina memegang peranan penting dalam proverba karena sebagian besar
proverba yang ada dalam daftar korpus menggunakan nomina sebagai konstituen
untuk membentuk makna. Meskipun nomina memiliki kedudukan penting, dalam
praktiknya kita masih dapat menemukan proverba yang unsur nominanya
mengalami fenomena pelesapan. Pelesapan nomina dapat dilihat pada korpus
nomor 178.
Tabel 4.1. Data 60: Pelesapan Nomina
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
178a People who live in glass houses shouldn't throw stones
(________) Whose house is of glasse, must not throw stones at another.
1640. G. Herbert Outlandish Proverbs no. 196
Keterangan: tanda (________) menunjukkan terdapat konstituen yang dilesapkan
Pada korpus data 60 di atas, terdapat fenomena pelesapan yaitu pelesapan
nominal people yang berfungsi sebagai subjek. Fenomena ini ada pada buku
berjudul “Outlandish Proverbs.”
(1.b) Pelesapan Adjektiva
Proverba pada korpus dengan nomor 125 dan 221 mengalami fenomena
pelesapan. Pelesapan yang muncul pada tiga nomor korpus tersebut memiliki
bentuk yang sama yaitu pelesapan adjektiva.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Tabel 4.2. Data 61: Pelesapan Adjektiva
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
125e Ill weeds grow apace
It's always the (_________) weeds that grow the best.
1986. M. Slung More Momilies. 67
221b The road to hell is paved with good intentions
I shall have nothing to hand in, except (_________) intentions,—what they say the road to the wrong place is paved with .
1847. J. A. Froude Shadows of Clouds. ix.
Pada korpus nomor 125, terdapat pula proverba yang mengalami
pelesapan unsur adjektivanya yaitu pada proverba “Ill weeds grow apace” yang
muncul pada 5 buku. Pada buku “More Momilies” yaitu pada 125e, adjektiva ill
mengalami pelesapan, sedangkan keempat wujud proverba lainnya tidak.
Selain pada korpus nomor 125, pada korpus nomor 221, terdapat pula
proverba yang mengalami pelesapan unsur adjektivanya yaitu pada proverba yang
berbunyi “The road to hell is paved with good intention” yang muncul pada 4
buku. Pada buku “Shadows of Clouds” yaitu pada 221b, adjektiva good
mengalami pelesapan, sedangkan pada ketiga perwujudan proverba lainnya tidak.
(1.c) Pelesapan Verba
Fenomena pelesapan verba dapat dilihat pada korpus nomor 223, dan 135
yang terdapat pada data 62 berikut. Pada korpus 223e, Proverba yang berbunyi
“The weakest go to the wall” muncul secara tidak lengkap. Kemunculan bentuk
tidak lengkap ini dapat dilihat ada buku berjudul “My Lady of Moor” karya J.
Oxenham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Tabel 4.3. Data 62: Pelesapan Verba
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
223e The weakest go to the wall
He saw to it that I had a good education, knowing the necessity and value of it in these strenuous days of the ‘weak (__________) to the wall’.
1916. ‘J. Oxenham’ My Lady of Moor. i.
135b Let the cobbler stick to his last
(__________) Cobler keepe your last.
1616. J. Withals Dict. (rev. ed.) 567
135c Let the cobbler stick to his last
(__________) Cobler keepe to your last.
1639. J. Clarke Parœmiologia Anglo-Latina. 21
135f Let the cobbler stick to his last
Yet even then, Mapell had been mixed up with a gang of blackmailers. (__________) The shoemaker sticks to his last!
1930. C. F. Gregg Murder on Bus. xxx.
Pelesapan terakhir verba ditemukan pada korpus nomor 135. Proverba
dengan nomor korpus 135 merupakan proverba dengan struktur kalimat imperatif
yang menggunakan kata let sebagai verba utamanya. Pelesapan verba let tersebar
pada tiga korpus yaitu 135b, 135c, dan 135f.
(1.d) Pelesapan Adverbial
Fenomena pelesapan adverbial dapat dilihat pada korpus nomor 16, dan
20. Pada korpus nomor 16, tepatnya pada korpus nomor 16c, 16d, Proverba yang
berbunyi “Empty sacks will never stand upright” muncul secara tidak lengkap
karena adverbia upright tidak diikutsertakan. Kemunculan bentuk tidak lengkap
ini dapat dilihat ada buku berjudul “Borstal Boy III” dan “Getting Through.” Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
korpus 16a dan 16b, pribahasa tersebut muncul secara lengkap yaitu pada buku
“Select Italian Proverbs,” dan “Mill on Floss” seperti terlihat pada berikut ini.
Tabel 4.4. Data 63: Pelesapan Adverbia
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
16c An empty sacks will never stand upright
We've a long night before us and an empty sack won't stand (_________).
1958 B. Behan Borstal Boy III. 310
16d An empty sacks will never stand upright
‘Give this man something.’ ‘A cup of tea will do fine,’ he had protested. ‘Nonsense. Empty bags can't stand (__________).’
1978 J. Mcgahern Getting Through 99
135c A bully is always a coward
The old adage holds good: all bullies are (__________) cowards, and most cowards are bullies.
1981 Times 9 May 2
Selain pada korpus nomor 16, korpus nomor 20 juga mengalami
pelesapan. Proverba yang berbunyi “A Bully is always a coward” muncul secara
tidak lengkap. Adverbia always mengalami pelesapan pada korpus nomor 20d,
yaitu pada karya tulis berjudul “Wise Saws.”
(1.e) Pelesapan Kata Tugas
Pelesapan kata tugas adalah pelesapan jenis kelima dari pelesapan part of
speech. Fenomena pelesapan konstituen jenis ini dapat juga dijumpai dengan
bentuk-bentuk yang bervariatif. Tidak semua pelesapan kata tugas diangkat untuk
dibahas dalam tesis ini karena jenis kata tugas cukup banyak. Hanya 3 jenis
pelesapan kata tugas yang akan disampaikan pada bagian ini yaitu pelesapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
konjungsi, pelesapan modal, dan pelesapan artikel. Fenomena pelesapan kata
tugas dapat dilihat pada korpus nomor 74, 136, 158, dan 223.
Tabel 4.5. Data 64: Pelesapan Kata Tugas
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
74c East or west, home's best
None the less I don't envy the traveller. ‘East (_________) west, home's best.’
1920. E. V. Lucas Verena in Midst. cxiii.
74d East or west, home's best
I thought what a bully time I'd had in Scotland but all the same I was glad to be going home because east (__________) west home's best.
1949. ‘C. Mackenzie’ Hunting Fairies. xviii.
72d Don't judge a book by its cover.
You can't judge (__________) Book by its Cover (song). I can't let you know you're getting to me .. 'cause you can't judge a book by its cover. My pappa used to say, look, child, look beyond a tender smile.
1969 et al. dalam Oxford
158d Much would have more
Why should ten millions satisfy these people? There is an old adage to the effect that much (__________) wants more.
1928. J. S. Fletcher Ransom for London V. iv.
Selain part of speech dari kelas terbuka, terdapat pula part of speech dari
kelas tertutup yaitu kata tugas berupa konjungsi yang dilesapkan. Pelesapan
konjungsi ini dapat dilihat pada korpus 74c dan 74d. Pada korpus 74c dan 74d,
konjungsi or mengalami pelesapan, dan digantikan oleh tanda koma. Pelesapan
konjungsi ini muncul pada dua karya tulis yang berbeda yaitu pada karya tulis
berjudul “Verena in Midst” dan “Hunting Fairies.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Kata tugas lainnya yang mengalami pelesapan adalah artikel. Artikel
banyak ditemukan berubah dalam banyak perwujudan proverba. Perubahan ini
menyesuaikan dengan jumlah nomina yang diawalinya serta adanya quantifier
yang muncul. Meskipun mudah berubah, namun jarang sekali artikel tersebut
mengalami pelesapan. Artikel yang ditemukan mengalami pelesapan adalah
artikel the yang ditemukan pada korpus 72d.
Kata tugas terakhir yang mengalami pelesapan adalah modal. Pada korpus
158d dan 158f, modal yang digunakan adalah modal will (dengan variasi
perubahan tensenya). Penggunaan modal will dapat dilihat pada korpus 158a,
158b, 158c, dan 157e. Pada korpus 158d, modal will dilesapkan.
(2) Pelesapan Frasal
Pola pelesapan konstituen proverba tidak hanya ditemukan dalam bentuk
part of speech saja. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus juga
ditemukan pola pelesapan frasal. Ada lima jenis frasa yang ditemukan menjadi
mengalami pelesapan antara lain: (1) frasa nominal, (2) frasa verbal, (3) frasa
adjektival, frasa adverbial, dan (5) frasa preposisional.
(2.a) Pelesapan Frasa Nominal.
Pelesapan frasal jenis pertama adalah pelesapan frasa nominal. Di bawah
ini terdapat korpus yang di dalamnya berisi pemakaian proverba yang frasa
nominalnya mengalami pelesapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Tabel 4.6. Data 65: Pelesapan Frasa Nominal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
221a The road to hell is paved with good intentions
It is a true saying, (__________) ‘hell is paved with good intentions’.
1736. Wesley Journal 10 July (1910) I. I. 246
Kalimat proverba mengalami pelesapan frasa nomialnya yaitu pada korpus
221a. Pada korpus ini, frasa nominal the road to mengalami pelesapan. Pelesapan
ini muncul pada karya tulis berjudul “Journal.”
(2.b) Pelesapan Frasa Verbal
Frasa Verbal dalam proverba adalah konstituen pembentuk proverba yang
paling banyak ditemukan mengalami pelesapan. Dari daftar yang ada pada
korpora data, ditemukan tujuh buah korpus yang frasa verbalnya mengalami
pelesapan yaitu korpus nomor 15, 32, 95, 98, 136, 184, dan 202. Tujuh korpus
yang mengalami pelesapan frasa verbal tersebut, dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu; (1) pelesapan frasa verbal yang head/inti FVnya berupa verba, dan; (2)
pelesapan frasa verbal yang inti FVnya berupa kopula/LV.
Korpus nomor 15, 32, 98, 136, dan 184, berisi pelesapan frasa veral yang
head/inti FVnya berupa verba.
Tabel 4.7. Data 66: Pelesapan Frasa Verbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
15d A soft answer turneth away wrath
‘Yes, sir!’Soft answer (________), no wrath.
1979. J. Scott Clutch of Vipers vi.
32d A new broom sweeps clean
I am glad he is gone—Glad!—To be sure. New Brooms (_________), you know.
1776. G. Colman New Brooms! 15]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
98c Fools rush in where angels fear to tread
Prying into his private affairs on the fools step in where angels (________) principle.
1922. Joyce Ulysses 649
136e Liars ought to have a good memory
Just as the necessary qualification for a good liar (_________) a good memory, so the essential equipment of a would-be lie detector is a good timeline, and a decent archive.
1999. C. Hitchens No One Left To Lie To (2000) i.19
184b Promises, like pie-crust, are made to be broken
‘Promises like that are mere pie-crust (___________),’ said Ralph.
1871. Trollope Ralph the Heir II. iv.
184d Promises, like pie-crust, are made to be broken
Unhappily for most of those zillionaire twenty-somethings—and for those who invested in the New Economy they thought they had invented—their promises turned out to be piecrust (__________).
2002. Oldie Aug. 26
Pada korpus 15, tiga kemunculan frasa verbal yaitu di buku “Wonders of
Invisible World,” “Letter” dan “Ulysses,” memiliki bentuk lengkap. Hanya pada
korpus 15d yaitu pada buku “Clutch of Vipers” 15d, frasa verbal Turn away
mengalami pelesapan.
Korpus nomor 31, menunjukkan fenomena pelesapan. Pada korpus 32d,
yaitu proverba yang ditemukan di buku “New Broom!,” frasa verbal sweep clean
mengalami pelesapan. Sedangkan pada lainnya yaitu 32a, 32b, 32c, 32d, dan 32e,
konstituen pembentuk proverba muncul secara lengkap.
Frasa verbal pada korpus 98c juga mengalami pelesapan. Frasa verbal
yang dimaksud dalam hal ini adalah frasa verbal fear to tread yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
konstituen dari proverba yaitu “Fools rush in where angels fear to tread.”
Pelesapan frasa verbal ini ditemukan pada karya tulis berjudul Ulysses.
Pada korpus 136a, 136b, 136c, proverba yang berbunyi “ Liars ought to
have a good memory” muncul secara lengkap. Kemunculan bentuk lengkap ini
dapat dilihat ada buku berjudul “Twelve Sermons,” “Scottish Proverbs,” dan
“Lark Rise.” Hanya pada korpus 136dlah proverba tersebut mengalami pelesapan
unsur frasa verbalnya yaitu pada buku “No One Left To Lie To.” Pada buku
tersebut, frasa verbal ought to have mengalami pelesapan
Selain frasa verbal bentuk aktif, terdapat pula frasa verbal bentuk pasif
yang mengalami pelesapan. Ini terlihat pada kemunculan proverba yang berbunyi
“Promises like pie-crust, are made to be broken” yang ada pada korpus nomor
184b dan 184d. Frasa are made tobe broken mengalami pelesapan.
Adapun korpus 95 dan 202 adalah korpus yang di dalamnya dijumpai
pelesapan frasa verbal yang inti FVnya berupa kopula/LV dan konstituen dengan
fungsi predikat.
Tabel 4.8. Data 67: Pelesapan Frasa Verbal yang Inti FVnya Berupa Kopula/LV
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
95a First impressions are the most lasting
How shall I receive him? There is a great deal in the first Impression (_________).
1700. Congreve Way of World IV. i.
95e First impressions are the most lasting
He ought to look neat and tidy. It's half the battle making a good first impression (_________).
1946. J. B. Priestley Bright Day ii.
202d Sufficient unto the day is the evil thereof
‘I'll deal with these [bills] later.’ ‘Sufficient unto the day (__________),’ Kay agreed.
1979. M. Babson So soon done For. vii.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Pada korpus 95a, ditemukan pelesapan frasa verbal yang inti FVnya
berupa kopula/LV. Proverba yang berbunyi “First impressions are the most
lasting” mengalami pelesapan frasa verbalnya. Pelesapan are the most lasting ini
dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Way of World” dan “Bright Day.”
Pelesapan frasa verbal lainnya yang inti FVnya berupa kopula/LV dapat
ditemukan pada korpus 202d yaitu pada karya tulis berjudul “So soon done for.”
Pada korpus 202d, is the evil thereof mengalami pelesapan.
Fenomena pelesapan frasa verbal di atas menunjukkan pada kita bahwa
apapun jenis kalimat proverba (baik verbal maupun nonverbal), frasa verbal kedua
jenis kalimat tersebut dimungkinkan untuk dilesapkan. Banyaknya frasa verbal
yang mengalami pelesapan memberikan gambaran pada kita bahwa frasa verbal
adalah konstituen pembentuk proverba yang mudah untuk bervariasi bentuk.
(2.c) Pelesapan Frasa Adjektival
Pelesapan frasal jenis ketiga adalah pelesapan frasa adjektival. Pelesapan
frasal jenis ini tidak sebanyak pelesapan frasa verbal dan dapat dilihat pada dua
korpus yaitu korpus 57 dan korpus 186.
Tabel 4.9. Data 68: Pelesapan Frasa Adjektival
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
57b Charity covers a multitude of sins
Many and wonderfull things are spoken of thee. To Charity is given the covering of (__________) sins.
1633. G. Herbert Priest to Temple (1652). xii.
186c Rain before seven, fine before eleven
Rain before seven.(__________)
1940. B. De voto (title).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Pada korpus 57, terdapat proverba “Charity covers a multitude of sins”
yang muncul di 6 buku. Seluruh buku kecuali pada buku “Priest to Temple” karya
G. Helbert (korpus 57b) mencantumkan proverba dengan lengkap. Pada buku
“Priest to Temple” tersebut, terdapat A yang dilesapkan yaitu A a multitude of.
Pada korpus 186, ditemukan juga fenomena pelesapan frasa, tepatnya pada
korpus 186c. Pada korpus tersebut, proverba yang berbunyi “Rain before seven,
fine before eleven” muncul secara tidak lengkap yaitu menghilangnya frasa
adjektival fine before eleven, pada sebuah karya tulis berjudul “De Voto.”
(2.d) Pelesapan Frasa Adverbial
Ketika proverba digunakan dalam konteks tulisan, frasa adverbial dapat
dilesapkan. Ini dapat dilihat pada korpus nomor 95 yaitu sebuah proverba yang
berbunyi “First impressions are the most lasting.”
Tabel 4.10. Data 69: Pelesapan Frasa Adverbial
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
95c First impressions are the most lasting
Primacy is popularly expressed by the statement that ‘first impressions are (__________) lasting.
1926. R. M. Ogden Psychology & Education. xii.
Pada data di atas, frasa adverbial the most yang terlihat pada korpus 95c
ini mengalami pelesapan. Pelesapan frasal ini muncul pada karya tulis berjudul
“Psychology & Education.”
(2.e) Pelesapan Frasa Preposisional
Pelesapan frasal jenis ketiga adalah pelesapan frasa preposisional.
Pelesapan frasal jenis ini dapat dilihat pada korpus nomor 2, 54 dan 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Tabel 4.11. Data 70: Pelesapan Frasa Preposisional
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
2a Accidents will happen in the best-regulated families
Accidents, accidents will happen (__________) —No less than seven brought into our infirmary yesterday.
1763. G. Colman Deuce is in Him 1. 22
54c Between two stools one falls to the ground
Politically, Nancy had fallen (___________) between stools.
1979. A. Chisholm Nancy Cunard. xxi.
70d Don't change horses in mid-stream
Changing horses, (____________) love? I should look before you leap.
1979. D. May Revenger's Comedy. ix.
Fenomena pelesapan frasa preposisional dapat dilihat pada korpus nomor
2a yaitu pada sebuah karya tulis yang berjudul “Colman Deuce is in Him.” Pada
karya tulis ini, frasa preposisional in the best regulated families dilesapkan. Pada
korpus 2b, 2c, dan 2d, frasa preposisional in the best regulated families
dicantumkan secara jelas.
Fenomena pelesapan frasa preposisional lainnya dapat dilihat pada korpus
nomor 54, yaitu pada korpus 54e. Frasa preposisional to the ground dilesapkan
yaitu pada karya tulis yang berjudul “Nancy Cunard.” Pada korpus 54a dan 54b,
Frasa preposisional to the ground dicantumkan secara lengkap. Pada korpus ini,
selain ditemukan fenomena pelesapan juga ditemukan fenomena substitusi dan
ekspansi.
Frasa preposisional juga dilesapkan pada pemakaian proverba yang ada
pada korpus 70d. Proverba “Don't change horses in mid-stream” muncul dengan
sempurna pada 70c dan mengalami pelesapan frasa preposisionalnya pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
proverba korpus 70d yaitu pada karya tulis yang berjudul “Revenger's Comedy.”
Frasa preposisional yang dimaksud adalah frasa preposisional in mid-stream.
Pelesapan frasa preposisional di atas menunjukkan pada kita bahwa pada
kalimat-kalimat proverba, fungsi frasa preposisi kadang dianggap tidak terlalu
penting dalam membangun makna proverba sehingga dimungkinkan untuk
dilesapkan.
(2.f) Pelesapan Frasa Lainnya: Pelesapan Expletif + to be (There is)
Ekspletif there juga dapat mengalami pelesapan. Pelesapan ini seperti
terlihat pada korpus 225 yaitu pada proverba yang berbunyi “There is honour
among thieves,” yaitu pada 225c dan 225d. Selain there, to be yang biasa
mengikuti ekspletif there juga mengalami pelesapan, seperti to be is yang
mengikuti there pada dua data tersebut.
Tabel 4.12. Data 71: Pelesapan Ekspletif dan to be
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
225c There is honour among thieves
(_________) Honour among thieves was an empty phrase to all three of them: every professional criminal they'd known would sell his sidekick unhesitatingly if the price were right.
1984. J. Reeves Murder before Matins. vi.
225d There is honour among thieves
And a moral scoundrel may occasionally do what duty requires ((_________) honor among thieves).
2002. R. J. Bernstein Radical Evil. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
(3) Pelesapan Klausa
Pola pelesapan ketiga adalah pelesapan klausa. Di beberapa data yang
tersebar pada beberapa korpus, pola jenis ini juga ditemukan. Pelesapan klausa
secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu pelesapan klausa independen dan
pelesapan klausa dependen.
Pelesapan klausa independen terbagi menjadi tiga jenis yaitu pelesapan
klausa adjektival, pelesapan klausa adverbial dan pelesapan klausa if. Pelesapan
klausa dependen terbagi menjadi tiga jenis yaitu pelesapan klausa nonverbal,
pelesapan klausa verbal dan pelesapan klausa imperatif.
(3.a) Pelesapan Klausa Dependen: Klausa Adjektival
Klausa adjektival dalam pemakaian proverba dapat mengalami pelesapan.
Ini dapat dilihat pada korpus 30b yaitu pada proverba yang berbunyi “A man is
known by the company he keeps.”
Tabel 4.13. Data 72: Pelesapan Klausa Adjektival
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
30b A man is known by the company he keeps
There is a Proverb, Mrs. Joyner, You may know him by (his) Company (____________).
1672. W. Wycherley Love in Wood. I. i.
Pada korpus 30, terdapat 5 contoh pemakaian proverba tersebut yang
tersebar dalam 5 buku yang berbeda. Dari 5 pemakaian tersebut, proverba yang
ada dalam buku “Love in Wood” mengalami pelesapan klausa adjektivanya yaitu
klausa dependen (which) he keeps.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
(3.b) Pelesapan Klausa Dependen: Klausa Adverbial
Selain klausa adjektival yang dapat mengalami pelesapan, klausa adverbial
juga dimungkinkan mengalami pelesapan. Seperti pada pemakaian poverba pada
korpus data di bawah ini.
Tabel 4.14. Data 73: Pelesapan Klausa Adverbial
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
253b When in Rome do as the Romans do
‘ (____________) Do at Rome as the Romans do,’ is the essence of all politeness.
1836. E. Howard Rattlin the Reefer. I. xxii.
Pada korpus data 253b yaitu pada buku “Rattlin the Reefer,” ditemukan
bahwa klausa adverbial when in Rome mengalami pelesapan.
(3.c) Pelesapan Klausa “result”
Klausa dependen jenis lainnya yang mengalami pelesapan adalah klausa
kondisional result. Pelesapan klausa kondisional result dapat dilihat pada data di
bawah ini.
Tabel 4.15. Data 74: Pelesapan Klausa Result
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
123a If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands
‘ If a poor man's prayer can bring God's curse down.’ ‘If ifs and ans were pots and pans.’ (____________)
1850. C. Kingsley Alton Locke. I. x.
Pada korpus 123 di atas, terdapat proverba yang berbunyi “If ifs and ands
were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands.” Proverba ini terdiri
dari dua klausa yaitu yaitu klausa “if” yaitu If ifs and ands were pots and pans dan
klausa result yang berbunyi there'd be no work for tinkers' hands. Pada 123a,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
klausa result mengalami pelesapan yaitu pada karya tulis yang berjudul “Alton
Locke.”
(3.d) Pelesapan Klausa Independen: Klausa Nonverbal.
Di bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang definisi klausa nonverbal.
Klausa nonverbal adalah klausa yang tidak menggunakan verba sebagai
predikatnya, tetapi menggunakan kopula/linking verb seperti to be dan sejenisnya
untuk menghubungkan subjek dengan predikat. Pelesapan jenis ini dapat dilihat
pada korpus 13 dan 230 di bawah.
Tabel 4.16. Data 75: Pelesapan Klausa Nonverbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
13b A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks
‘How old am I, do you think?’ ‘Well,’ quoth I, ‘I have always been told that (___________) (and) a woman is as old as she looks.’
1891. W. Morris News from Nowhere iii.
13d A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks
‘He might still marry.’ Sloan was bracing. ‘A man is only as old as he feels (and) (____________).’
1990. ‘C. Aird’ Body Politic (1991) xi. 123
230c To err is human to forgive divine
The modern moralist pardons everything, because he is not certain of anything, except that to err is human (___________).
1908. Times Literary Supplement. 27 Mar. 1
Proverba dengan nomor korpus 13 merupakan proverba berstruktur
koordinatif dengan anggota dua klausa nonverbal yang dihubungkan oleh
konjungsi and. Pada korpus 13a dan 13c, klausa pertama dan klausa kedua yaitu a
man is only as old as he feels dan a woman is only as old as she looks muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
dengan jelas. Pada korpus 13b, klausa pertama a man is only as old as he feels
mengalami pelesapan. Pelesapan klausa pertama ini dapat dilihat pada karya tulis
berjudul “News from Nowhere.” Sedangkan pada korpus 13d, klausa kedua yang
muncul setelah koordinator and yaitu klausa a woman is only as old as she looks
justru mengalami pelesapan. Pelesapan klausa kedua ini dapat dijumpai pada
karya tulis yang berjudul “Body Politic.”
Pada korpus 230c juga ditemukan klausa nonverbal yang mengalami
pelesapan. Sama seperti proverba korpus 13, proverba korpus 230 juga berstruktur
koordinatif dengan anggota dua klausa nonverbal. Uniknya, S dari masing-masing
klausa merupakan FV yang telah bertransformasi jadi N. Pada “Times Literary
Supplement,” klausa nominal to forgive is devine mengalami pelesapan.
(3.e) Pelesapan Klausa Independen: Klausa Verbal.
Klausa Verbal adalah klausa yang menggunakan verba sebagai inti dari
predikatnya. Klausa jenis ini dapat menggunakan verba transitif atau intransitif.
Pelesapan jenis ini dapat dijumpai pada data berikut.
Tabel 4.17 Data 76: Pelesapan Klausa Verbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
144c Losers weepers finders, keepers
If I could find the right owner of this money, I'd give it to him; but I take it he's buried. ‘Finders, keepers (___________),’ you know.
1874. E. Eggleston Circuit Rider. XV.
Pada korpus 144c, terdapat pelesapan klausa verbal simpleks. Klausa
simpleks di sini mengacu pada klausa yang hanya terdiri dari Subjek dan Verba
saja. Pada data 144c, Klausa losers weepers yang ada pada buku “Circuit Rider”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
mengalami pelesapan, sedangkan pada buku lainnya yang disebutkan oleh korpus
nomor ini muncul dengan bentuk lengkap.
(3.f) Pelesapan Klausa Independen Kompatif
Bentukan klausa verbal lainnya terdapat korpus 157d. Pada proverba yang
berbunyi “More knows Tom Fool, than Tom Fool knows” terdapat dua klausa
verbal yang dihubungkan oleh konektor komparatif than. Dua klausa tersebut
adalah more knows Tom Fool dan Tom Fool knows. Pada korpus 157d, klausa
Tom Fool know mengalami pelesapan. Pelesapan ini dapat dilihat pada karya tulis
yang berjudul “Little Knell.”
Tabel 4.18. Data 77: Pelesapan Klausa Komparatif
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
157d More people know Tom Fool than Tom Fool knows
‘I reckon that just at this minute, sir, there's more that we don't know about this girl's murder than what we do’ ‘More people always know Tom Fool (_____), Crosby.’
2000 ‘C. Aird’ Little Knell (2001) xv. 170
(3.g) Pelesapan Klausa Independen Imperatif
Pada korpus 101, terdapat dua konstituen yang dihilangkan, yaitu
konjungsi and dan klausa imperatif hang him. Proverba ini ditemukan di salah
satu artikel yang ada pada majalah “Times” edisi weekend 20 Juli 2002.
Sedangkan pada kemunculan proverba yang lain yaitu pada korpus 101a 101b,
101c, dan 101d, konjungsi maupun frasa verbal and dan hang him dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
keberadaannya meskipun ada beberapa di antaranya telah mengalami proses
ekspansi dan substitusi. Pelesapan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 4.19. Data 78: Pelesapan Klausa Imperatif
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
101e Give a dog a bad name and hang him
Give a dog a bad name ( and ) (_____________) seems to have become a workaday motto for the wine trade. And the sillier the name on the bottle, the less chance there is of anything drinkable inside.
2002. Times: Weekend. 20 July 4
b. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Permutasi Konstituen Proverba
Keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba juga dapat dinilai
dengan melihat fenomena permutasi yang muncul saat proverba tersebut
digunakan dalam karya tulis. Eratnya hubungan antarunsur pembentuk proverba
dapat dilihat dari tidak adanya unsur-unsur proverba yang dapat dipermutasikan.
Demikian juga sebaliknya. Tidak eratnya hubungan antarunsur pembentuk
proverba dapat dilihat dari adanya (banyaknya) unsur-unsur proverba yang dapat
dipermutasikan.
Dari hasil pengamatan, ditemukan beberapa proverba yang konstituennya
mengalami proses permutasi ketika proverba tersebut berada dalam sebuah situasi
pemakaian tulis. Permutasi ini mencakup beberapa konstituen yaitu; beberapa part
of speech, beberapa jenis frasa serta beberapa klausa. Adapun fenomena permutasi
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
(1) Permutasi Part of Speech
Pola permutasi pertama yang dibahas pada bagian ini adalah permutasi
part of speech. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis
ini ditemukan. Tidak semua part of speech dari kelas terbuka ditemukan
mengalami pelesapan. Permutasi kelas terbuka ini mencakup permutasi nominal,
permutasi adjektival dan permutasi adverbial. Permutasi verbal tidak dijumpai
keberadaannya. Demikian juga permutasi part of speech dari kelas tertutup (kata
tugas). Permutasi dari kelas ini hanya dijumpai satu selama analisis data yaitu
permutasi pronomina.
(1.a) Permutasi Nomina
Permutasi part of speech yang pertama dapat dilihat pada korpus 137.
Pada korpus data tersebut, proverba yang berbunyi “Like father, like son,” adalah
proverba yang terdiri dari dua frasa adjektival yang nominanya mengalami
permutasi. Selain itu, dua frasa adjektival tersebut tidak memiliki penghubung
karena penghubung yang seharusnya muncul seperti linking verb atau konjungsi
telah dilesapkan dan diganti oleh tanda koma. Proverba ini adalah salah satu
proverba berstruktur unik yang dimiliki bahasa Inggris.
Tabel 4.20. Data 79: Permutasi Nomina
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
137 Like father like Son
And like son, like father, if one may so vary the old expression. Neither of them reading men.
1983. ‘M. Innes’ Appleby & Honeybath. xii.
Pada 137c, frasa adjektival like father yang seharusnya muncul di awal
proverba mengalami pemindahan posisi ke belakang, sebaliknya, frasa adjektival
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
like son yang seharusnya berada di belakang like father dapat berpindah posisi ke
depan. Dengan demikian, frasa verbal like father dan like son dapat saling
menggantikan posisi. Permutasi ini muncul pada karya tulis yang berjudul
“Appleby & Honeybath.”
(1.b) Permutasi Adjektiva
Korpus nomor 99, terdiri dari dua adjektiva, yaitu adjektiva forwarned dan
forarmed yang dihubungkan oleh konjungsi and. Forwarned berada di bagian
depan dan forarmed muncul setelah linking verb is. Dua part of speech yang
terdapat pada karya tulis yang berjudul “Worthies” tersebut dapat bertukar posisi
seperti yang terlihat pada 99b.
Tabel 4.21. Data 80: Permutasi Adjektiva
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
99b Forewarned is forearmed
Let all ships passing thereby be fore-armed because forewarned thereof.
1661. T. Fuller Worthies (Devon). 272
Pada 99b, forarmed menempati posisi yang seharusnya ditempati oleh
forwarned. Untuk menuju posisi yang baru tersebut, fenomena substitusi muncul
pada perwujudan proverba. Linking verb is disubstitusi oleh konjungsi because
sehingga makna yang terkandung tetap sama.
(1.c) Permutasi Adverbia (dan pronomina)
Korpus 106, terdiri dari dua klausa. Klausa pertama adalah klausa verbal
independen yaitu “Good Americans go to Paris.” Klausa kedua adalah klausa
adverbial yaitu when they die. Proverba ini terbilang unik karena biasanya, klausa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
adverbial menempati posisi di belakang klausa utama atau malah mendahuluinya.
Namun pada konteks ini, klausa adverbial menyela klausa utama sehingga jadilah
sebuah konstruksi kalimat proverba unik yaitu “Good Americans, when they die,
go to Paris.”
Tabel 4.22. Data 81: Permutasi Adverbia
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
106b Good Americans when they die go to Paris
They say that when good Americans die they go to Paris.
1894. O. Wilde Woman of no Importance. I. l. 16
106c Good Americans when they die go to Paris
We are those good Americans who come to Paris when they die.
1932. T. Smith Topper takes Trip. xxi.
143b Lookers-on see most of the game
They say that the onlooker sees most of the game. It's not a very happy game that's being played here at the moment. Seraphim vi.]
1983. M. Gilbert Black
143c Lookers-on see most of the game
So it fell out that Mrs Maisie Carruthers, still too frail to attend the funeral, but not too immobile to get to the window of her room at the Manor, became the onlooker who saw most of the game.
1998. ‘C. Aird’ Stiff News (2000). iii. 29
Pada korpus 106b, terdapat permutasi ganda yaitu dua konstituen pindah
secara bersamaan. Konstituen yang pertama adalah frasa nominal good American
yang berpindah posisi menjadi dibelakang when. Selanjutnya frasa verbal go to
Paris juga bergeser ke belakang dan digantikan oleh verba die. Pergeseran yang
terakhir adalah pronomina they juga mengalami pindah posisi menggantikan
pronomina good American untuk berfungsi sebagai frasa nominal bagi frasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
verbal go to Paris. Fenomena ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul
“Woman of no Importance.”
Pada korpus 106c, fenomena ini juga terjadi. Pada 196c, klausa adverbial
when they die bergerak ke belakang dan digantikan oleh klausa adjektival who
come to Paris. Fenomena ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul
“Topper takes Trip.”
Korpus nomor 143 yang berbunyi “Lookers-on see most of the game” juga
mengalami pemutasi salah satu konstituennya. Konstituen yang dimaksud di sini
adalah adverbia on yang menyertai nomina lookers. Pada 143a dan 143d, posisi
adverbia on berada tepat di belakang nomina lookers. Pada 143b, dan 143c, posisi
ini berubah. Adverbia on pindah posisi berada tepat di belakang nomina lookers.
Permutasi adverbial on ini dapat dilihat pada karya tulis yang berjudul Black dan
Stiff News
(1.d) Permutasi Kata Tugas
Permutasi kata tugas adalah permutasi terakhir dari jenis part of speech.
Kata tugas yang ditemukan terlibat dalam permutasi hanya ditemukan satu yaitu
yang terdapat pada korpus 106. Penjelasan tentang ini telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya yaitu pada bagian permutasi adverbial. Pada data 106b,
pronomina they mengalami pindah posisi menggantikan pronomina good
American untuk berfungsi sebagai frasa nominal bagi frasa verbal go to Paris.
Fenomena ini dapat dijumpai pada karya tulis yang berjudul “Woman of no
Importance.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
(2) Permutasi Frasa
Pola permutasi kedua yang dibahas pada bagian ini adalah permutasi jenis
frasal. Di beberapa data yang tersebar pada beberapa korpus, pola jenis ini
ditemukan. Sama seperti permutasi part of speech, tidak semua frasa mengalami
permutasi ketika sebuah proverba digunakan dalam karya tulis. Permutasi frasa ini
muncul pada tiga jenis frasa yaitu FN, FV dan FP.
(2.a) Permutasi Frasa Nominal
Permutasi frasal jenis pertama adalah permutasi frasa nominal. Di bawah
ini terdapat sejumlah korpus yang di dalamnya berisi pemakaian proverba yang
frasa nominalnya mengalami pelesapan.
Tabel 4.23. Data 82: Permutasi Frasa Nominal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
66a Discretion is the better part of valour
The better part of valour is discretion; in the which better part, I have saved my life.
1597-8. Shakespeare Henry IV, Pt. 1 v. iv. 121
78a Every cloud has a silver lining
Ther is a silver linin to evry cloud.
1863. Struggles of P.V. Nasby (1872). xxiii.
78c Every cloud has a silver lining
She always discovered silver linings to the blackest of clouds, but now, scrutinize them as she might, she could detect in them none but the most sombre hues.
1939. Trouble for Lucia. xi.
Kalimat proverba pada korpus nomor 66, merupakan kalimat nonverbal
yang predikatnya merupakan frasa nominal yang telah dimodifikasi. yaitu frasa
nominal The better part of valour. Pada korpus 66a, frasa nominal tersebut berada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
di depan linking verb is dan berfungsi sebagai subjek. Padahal pada korpus 66b
dan 66c, posisi frasa nominal ini berada di belakang linking verb is dan berfungsi
sebagai predikat. Permutasi frasa nominal ini dapat ditemukan pada buku “Henry”
IV karangan Shakespeare.
Selain proverba pada korpus nomor 66, proverba pada korpus nomor 78
juga mengalami permutasi. Kalimat proverba korpus nomor 78 yang berbunyi
“Every cloud has a silver lining” berbentuk kalimat verbal. Posisi subjek
ditempati oleh frasa every claud, sedangkan predikatnya adalah has dan silver
lining sebagai objek. Posisi frasa nominal berada di depan, dan predikat serta
objek muncul berurutan setelah subjek. Pada korpus 78a dan 78c posisi frasa
nominal a silver lining bergeser ke depan. Sebaliknya, posisi frasa nominal every
cloud bergeser ke belakang. Pada dua korpus tersebut, selain fenomena permutasi,
terdapat pula fenomena substitusi pada korpus 78c yaitu pergantian verb has
dengan proposisi to, serta fenomena ekspansi yaitu penambahan ekspletif there
pada korpus 78a. Permutasi frasa nominal ini dapat dilihat pada karya tulis yang
berjudul “Struggles of P.V. Nasby” dan “Trouble for Lucia.”
(2.b) Permutasi Frasa Verbal
Frasa verbal juga dapat mengalami permutasi seperti yang terlihat pada
korpus nomor 144 yang berbunyi “He that cannot obey cannot command.” Frasa
Verbal cannot obey berada di depan frasa verbal cannot command. Struktur
proverba ini sebelum berbentuk seperti lebih berbentuk lebih kompleks. Karena
proses elipsis, maka lahirlah proverba dengan bunyi demikian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Tabel 4.24. Data 83: Permutasi Frasa Verbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
114a He that cannot obey cannot command
Those onely knowe well how to commaund, which know well howe to obaye.
1581. G. Pettie tr. S. Guazzo's Civil Conversation. III . 48V
114c He that cannot obey cannot command
As the only way to learn to command, is to learn to obey, the usage of a ship of war is such that midshipmen are constantly being ordered about by the Lieutenants.
1850. H. Melville White Jacket. vi.
Pada 114a dan 114c, FV cannot obey mengalami pergeseran posisi yang
semula berada di awal proverba menjadi di akhir. Demikian pula FV cannot
command yang berada di akhir berganti posisi menjadi di awal proverba dan
mendahului cannot obey. Dengan demikian, posisi cannot obey dan cannot
command dapat saling menggantikan asalkan konektor yang menghubungkan dua
FV tersebut tetap. Seperti adverbia before yang digunakan untuk merubah posisi
cannot obey menjadi di belakang, atau pronomina who agar keduanya seimbang
untuk bergeser. Permutasi FV yang seperti ini dapat dilihat ada karya tulis yang
berjudul “Guazzo's Civil Conversation” dan “White Jacket.”
(2.c) Permutasi Frasa Preposisional
Permutasi frasa preposisional terlihat pada dua korpus data yaitu korpus 5
dan korpus 109.
Tabel 4.25. Data 84: Permutasi Frasa Preposisional
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
5b All cats are grey in the dark
And as in the dark all cats are grey, the Pleasure of corporal
1745. B. Franklin Letter 25 June in Papers (1961) III. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Enjoyment with an old Woman is at least equal, and frequently superior.
5c All cats are grey in the dark
‘ If she isn't, what becomes of your explanation?’‘Oh, it doesn't matter; at night all cats are grey.’
1886. H. James Princess Casamassima I. xiv.
109 Great oaks from little acorns grow
One shouldn't sneer. From little acorns do mighty oak trees grow.
2002. Times 28 Mar. 27
Proverba korpus 5 berbunyi “All cats are grey in the dark.” Keberadaan
seluruh konstituen terlihat jelas pada 5a, 5b, 5c, dan 5d. Yang membedakan antara
keempat kalimat proverba tersebut, terletak pada adanya frasa preposisional yang
mengalami permutasi yaitu pada 5b dan 5c. Pada dua kalimat proverba tersebut,
frasa preposisional yang menjadi penjelas klausa nominal all cats are grey
mengalami permutasi. Frasa in the dark dan at night bergeser posisinya
mendahului subjek dan predikatnya. Khusus pada data 5c, selain mengalami
permutasi, frasa ini juga mengalami substitusi yaitu disubstitusikannya frasa
preposisional in the dark dengan frase jenis yang sama yaitu at night. Permutasi
seperti ini dapat dilihat pada karya tulis berjudul “Letter 25 June in Papers” dan
“Princess Casamassima.”
Pada korpus 109d, fenomena permutasi juga muncul. Frasa preposisional
from little acorns yang terletak di tengah kalimat proverba pindah posisi dan
berada di depan subjek yaitu mighty oak trees. Dengan demikian, frasa
preposisional ini kemudian menjadi awal dari proverba tersebut. Fenomena
permutasi ini terdapat pada majalah “Times” edisi 27 Maret 2002.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
(3) Permutasi Klausa
Pola permutasi ketiga yang dibahas pada bagian ini adalah permutasi jenis
klausal. Ada tiga jenis klausa dalam kalimat proverba yang mengalami permutasi.
Adapun ketiga jenis klausa tersebut adalah klausa dependen adjektival, klausa
independen nominal, dan klausa independen imperatif.
(3.a) Permutasi Klausa Adjektival
Pada korpus nomor 8, terdapat proverba yang berbunyi “ All that glitters is
not gold.” Pada proverba tersebut, terdapat klausa adjektival yaitu klausa
adjektival that glitthers yang menjelaskan subjek yang berupa nomina indefinit
(tak tentu) all.
Tabel 4.26. Data 85: Permutasi Frasa Preposisional
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
8b All that glitters is not gold
All is not Gold which glittereth.
1628. W. Drummond Works (1711). 222
8c All that glitters is not gold
All is not gold that glitters. Pleasure seems sweet, but proves a glass of bitters [bitter-tasting medicine].
1773. D. Garrick in Goldsmith She stoops to Conquer (Prologue)
Pada 8a, 8d, 8e, 8f, 8g, dan 8h, klausa adjektival menempati posisi tepat di
belakang subjek all. Ini berbeda dengan data 8b dan 8c, yang menempatkan posisi
klausa adjektival that glitthers berada di belakang klausa nominal, tepatnya di
belakang kata gold. Permutasi klausa adjektival ini dapat dilihat pada karya tulis
berjudul “Works” dan novel “She stoops to Conquer.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
(3.b) Permutasi Klausa Nonverbal
Korpus 33, terdiri dari dua klausa nonverbal, yaitu klausa there is a place
for everything dan everything is in its place yang dihubungkan oleh konjungsi
and. Dua klausa tersebut mengalami sehingga berbentuk lebih pendek dan
menjadi “A place for everything and everything is in its place.”
Tabel 4.27. Data 86: Permutasi Klausa Nonverbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
33a A place for everything, and everything in its place
In a well-conducted man-of-war every thing in its place, and there is a place for every thing.
1842 Marryat Masterman Ready II. i.
Pada 33a, dan 33b, dua klausa nominal elipsis A place for everything and
everything in its place mengalami permutasi. Klausa nominal everything in its
place berpindah posisi ke depan sedangkan klausa nominal A place for everything
berpindah posisi ke belakang. Permutasi klausa nonverbal ini muncul pada karya
tulis berjudul “Masterman Ready.”
(3.c) Permutasi Klausa Imperatif
Korpus 119, terdiri dari dua klausa. Klausa pertama adalah klausa
imperatif independen yaitu hope for the best. Klausa kedua adalah juga klausa
imperatif independen prepare for the worst. Dua klausa tersebut dihubungkan
oleh konjungsi and.
Tabel 4.28. Data 87: Permutasi Klausa Imperatif
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
119b Hope for the best and prepare for the worst
This Maxim ought to be carest, Provide against the worst, and hope the best.
1706. E. Ward Third Volume. 337
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Pada 119b, posisi klausa imperatif independen yang seharusnya ditempati
klausa hope for the best, ditempati oleh klausa hope for the worst. Dengan
demikian, terjadi perpindahan klausa yaitu klausa pertama bergeser ke belakang,
dan sebagai konsekuensinya, karena hanya ada dua klausa, maka klausa yang
berada di belakang bergeser ke depan. Karena konjungsi tersebut adalah and, dan
dua klausa yang menjadi konstituen pembangun proverba ini setara, maka
permutasi dapat terjadi. Permutasi klausal ini dapat dilihat pada karya tulis
berjudul “Third Volume.”
c. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Substitusi Konstituen Proverba
Pada penyelidikan terhadap kemungkinan substitusi konstituen proverba
dengan cara pertama (melalui pengamatan fenomena pelesapan) dan kedua
(melalui pengamatan fenomena permutasi) ditemukan fakta bahwa hubungan
antarkonstituen proverba ternyata tidak terlalu erat. Hal ini dibuktikan dengan
munculnya fenomena pelesapan dan permutasi pada beberapa kalimat proverba
yang muncul dalam karya tulis. Dengan menggunakan fakta ini, maka prediksi
yang muncul terkait dengan cara ketiga yaitu dengan melihat fenomena substitusi
konstituen, menunjukkan bahwa konstituen konstituen pembangun proverba dapat
disubstitusikan.
Untuk membuktikan prediksi di atas, maka pengamatan terhadap
kemunculan fenomena substitusipun dilakukan, dan hasilnya menunjukkan bahwa
fenomena substitusi juga banyak ditemukan, bahkan lebih banyak daripada
fenomena perubahan lainnya seperti pelesapan maupun permutasi. Substitusi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
terjadi pada lebih dari separuh jumlah proverba yang ada dalam korpus data.
Selain itu, fenomena yang munculpun juga bervariatif.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena substitusi, dijumpai
bahwa substitusi yang muncul dalam pemakaian proverba berbentuk tiga hal
yaitu;
(1) substitusi part of speech dengan part of speech dari kategori yang sama;
(2) substitusi part of speech dan part of speech dari kategori yang berbeda;
(3) substitusi part of speech dengan konstituen dari kelas yang lebih besar seperti
frasa dan klausa; serta
(4) substitusi konstituen yang lebih besar seperti frasa ataupun klausa dengan part
of speech;
(1) Substitusi Part of Speech
Pola modifikasi bunyi proverba yang pertama adalah dengan
menggunakan substitusi part of speech. Di beberapa data yang ada pada beberapa
korpus ditemukan pola substitusi dengan menggunakan pola ini. Ada 5 jenis part
of speech yang ditemukan menjadi substitutor kalimat proverba antara lain;
nomina, verba, adjektiva, adverbia dan kata tugas seperti determiner, pronomina,
preposisi dan auxiliari.
(1.a) Substitusi Nominal
Substitusi nomina adalah substitusi terbanyak dari part of speech dengan
kategori terbuka. Beberapa data yang tersebar pada 25 nomor korpus ditemukan
mengalami substitusi salah satu konstituen nominanya. Perwujudan dari substitusi
nomina ini meliputi 3 jenis yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
(1) substitusi nomina dengan konstituen lain yang berkategori sama yaitu nomina;
(2) substitusi nomina dengan konstituen lain yang berkatagori beda namun berada
pada kelas yang sama yaitu part of speech; dan
(3) substitusi nomina dengan konstituen yang lebih besar yaitu frasa.
(1.a.1) Substitusi Nomina dengan Nomina
Substitusi nomina dengan nomina dapat dilihat pada 21 korpus. Adapun
ke-21 korpus tersebut adalah korpus 3, 10, 14, 16, 17, 39, 46, 55, 64, 72, 86, 137,
138, 144, 159, 172, 173, 175, 178, 227, dan korpus 239.
Tabel 4.29. Data 88: Substitusi Nomina dengan Nomina
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
3d Actions speak louder than words
Deeds speak louder than words. First she tells you the most damning things she can, and then she begs you to believe he's innocent in spite of them?
1939. M. Stuart Dead Men sing no Songs. xii.
10d All work & no play makes Jack a dull boy
‘ Is that why you give garden parties yourself, eh? all work and no play makes Jill a very—’‘plain girl. She is that already.’
1898. C. G. Robertson Voces Academicae I. i.
10f All work & no play makes Jack a dull boy
‘What about your homework?’ ‘Later. All work and no Playstation makes Jack a dull boy.’
2001. Washington Post 4 Oct. C13 (Jeff MacNelly's Shoe comic strip)
14a Ask no questions and hear no lies
ask me no questions and I'll tell you no fibs.
1773. Goldsmith She stoops to Conquer III . 51
16b An empty sacks will never stand upright
Poverty often deprives a Man of all Spirit and Virtue; 'Tis hard for an empty Bag to stand up-right.
1758. B. Franklin Poor Richard's Almanack (Introduction)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
17f An englishman's house is his castle
An Englishman's home is no longer his castle. Thanks to gun control zealots, England has become the land of choice for criminals.
2002. Washington Times 1 Aug. A14
39b A tale never loses in the telling
A story never loses in the telling in the mouth of an Egyptian.
1907. Spectator 16 Nov. 773
46b Better be an old man's darling, than a young man's slave
Better an old Man's Darling, than a young Man's Wonderling, say the Scots, Warling, say the English.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 74
55a Boys will be boys Girls will be girls. They like admiration.
1826. T. H. Lister Granby II. vii.
64b Desperate diseases must have desperate remedies
Desperate cuts must have desperate cures.
1639. J. Clarke Parœmiologia Anglo-Latina 200
64f Desperate diseases must have desperate remedies
She'd have sold the roof over her head sooner than have you know. Desperate situations require desperate remedies.
1961. ‘A. Gilbert’ She shall Die xi.
64g Desperate diseases must have desperate remedies
Desperate times call for desperate measures, which are often sensible when you consider the bleak alternative.
2001. W. Northcutt Darwin Awards. II 2
72a Don't judge a book by its cover.
You can't judge a book by its binding.
1929. American Speech IV. 465
86d Experience is the father of wisdom
If it be true, that experience is the mother of wisdom, history must be an improving teacher.
1788. American Museum III. 183
137c Like father like Son
Perhaps Lydia might do it once too often. Like father, like daughter.
1936. W. Holtby South Riding v. i.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
138e Like master, like man
‘ I'm sorry,’ said Miss Finch, ‘but she just doesn't like men.’ Like mistress, like maid, was what Sloan's grandmother would have said to that, but Sloan himself, wise in his own generation, kept silent.
1990. ‘C. Aird’ Body Politic (1991) xii. 131
144b Losers weepers finders, keepers
We have a proverb—‘Losers seekers finders keepers.’
1856. C. Reade Never too Late III . xiii.
159 Murder will out It has just been announced that the EU is to hold its own public inquiry into the [foot-and-mouth] epidemic, in Strasbourg next year. At last, perhaps, truth will out.
2001. Spectator 17 Nov. 35
172b Once a priest, always a priest
As in this country we stick to the maxim, ‘once a parson, always a parson,’ I could not go in for law.
1865. L. Stephen Life & Letters (1906) ix.
173c One man's meat is another man's poison
It is more true of novels than perhaps of anything else, that one man's food is another man's poison.
1883. Trollope Autobiography x.
175c Other times, other manners
Other days, other ways. The old country midwives did at least succeed in bringing into the world many generations of our forefathers.
1945. F. Thompson Lark Rise viii.
175d Other times, other manners
‘We used to have better funerals in Africa.’ ‘Oh well—other countries, other manners.’
1978. G. Greene Human Factor IV. ii.
192a Set a thief to catch a thief
As they say, set a fool to catch a fool; a Proverb not of that gravity (as the Spaniards are), but very usefull and proper.
1654. E. Gayton Pleasant Notes upon Don Quixote IV. ii.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
227b Time and tide wait for no man
Let's step into the state-room, and turn in: Time and tide waits for no one.
1767. ‘A. Barton’ Disappointment II . i.
239f Two of a trade never agree
There is an old adage, ‘Two of a kind never agree.’
1981. E. Longford Queen Mother vii.
Pada korpus 3 di atas, terutama pada 3d, kita dapat melihat adanya subsitusi
nomina. Nomina yang dimaksud di sini adalah nomina actions yang disubstitusi
oleh nomina deeds. Kata deeds adalah kata lain dari action. Substitusi ini
ditemukan pada karya tulis berjudul “Dead Men sing no Songs.”
Pada korpus 10d, kita dapat melihat adanya subsitusi nomina (proper noun).
Nomina proper yang dimaksud di sini adalah nama orang Jack disubstitusi oleh
nomina Jill . Jack dan Jill meskipun sama-sama nama orang, namun tidak
memiliki hubungan sinonim. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul
“Voces Academicae.”
Pada korpus 14a, kita juga dapat melihat adanya subsitusi nomina yang lain.
Nomina yang dimaksud di sini adalah nomina lies disubstitusi oleh nomina fibs.
Fibs adalah sinonim dari lies. Substitusi ini ditemukan pada novel berjudul “She
stoops to conquer.”
Selanjutnya pada korpus 16, yaitu pada 16b, kita melihat bahwa nomina
sacks disubstitusi oleh nomina bag. Dua nomina yang mensubstitusi dan
disubstitusi muncul setelah adjektiva empty. Dua-duanya jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sama yaitu ‘kantong.’ Substitusi ini
ditemukan pada karya tulis berjudul “Poor Richard's Almanack.”
Pada data 17f, kita melihat bahwa nomina house yang muncul sebagai head
dari FN An englishman's house disubstitusi oleh nomina home. Kata home dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
untuk menggantikan kata house karena kata tersebut memiliki makna sinonim
Substitusi ini ditemukan pada majalah “Times” edisi Agustus 2002
Pada korpus 39, yaitu pada data 39b, kita dapat melihat adanya subsitusi
nomina tale. Nomina ini disubstitusi oleh nomina story. Tale dan story memiliki
hubungan sinonim. Dua-duanya dapat saling menggantikan.
Demikian juga pada korpus 46, yaitu pada data 46b. Kita dapat melihat
adanya subsitusi sebuah nomina yaitu kata darling disubstitusi oleh nomina
wonderling. Dua-duanya tidak memiliki hubungan sinonim.
Pada korpus 55, yaitu pada data 55a, dapat terlihat adanya subsitusi nomina
boys dengan kata girls. Boys dan girls memiliki hubungan antonim. Dua-duanya
dapat saling menggantikan dalam konteks merujuk pada manusia yang masih
muda dan belum dewasa.
Pada korpus 64, terdapat nomina deseases dan remedies yang mengalami
substitusi. Kata deseases disubstitusi oleh kata cuts (data 64b), situations (64f),
dan times (64g). Kata remedies disubstitusi oleh kata cures (64b) dan measures
(64g). Nomina-nomina yang menggantikan kata deseases dan remedies (kecuali
kata cures pada 64b) tidak memiliki hubungan sinonim maupun antonim.
Meskipun demikian, kata-kata yang telah disebutkan tadi memiliki hubungan
karena berada dalam satu konteks.
Pada korpus 72, yaitu pada data 72a, terlihat adanya subsitusi nomina cover
dengan kata binding. Kata cover dan binding memiliki hubungan sinonim,
meskipun tidak sempurna. Dua-duanya merujuk pada makna sampul buku
meskipun berbeda bentuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Pada korpus 86, yaitu pada data 86d, nomina father dalam proverba
“Experience is the father of wisdom” disubstitusikan oleh nomina mother (86d).
Kata father dan dua kata yang mensubstitusinya memiliki hubungan makna
antonim.
Pada korpus 137, yaitu pada 137c, dapat terlihat adanya subsitusi nomina
son dengan kata daughter. Kata son dan daughter memiliki hubungan antonim.
Dua-duanya dapat saling menggantikan dalam konteks merujuk pada manusia
yang masih muda dan belum dewasa. Substitusi ini ditemukan pada “South
Riding.”
Demikian juga pada korpus 138, yaitu pada data 138e. Kita dapat melihat
adanya subsitusi 2 nomina yaitu kata master dan kata man yang disubstitusi oleh
kata mistress (untuk master) dan maid (untuk man). Keduanya memiliki hubungan
antonim dengan penanda antonim yaitu beda jenis kelamin.
Hampir sama dengan substitusi nomina sebelumnya, pada korpus 144b.
kita dapat melihat adanya subsitusi nomina yaitu kata weepers dan kata
disubstitusi oleh kata seekers. Keduanya memiliki hubungan sinonim.
Demikian juga pada korpus 159d, ditemukan juga adanya subsitusi nomina
yaitu nomina murder yang digantikan oleh nomina truth. Keduanya tidak
memiliki hubungan sinonim maupun antonim, tetapi sama-sama merujuk pada
sesuatu yang tersembunyi. Substitusi ini ditemukan pada majalah “Spectator.”
Pada korpus 172, yaitu pada 172b, dapat terlihat adanya subsitusi 2
nomina yaitu 2 nomina priest dengan 2 nomina parson. Kata priest tidak
memiliki hubungan antonim maupun sinonim. Substitusi ini ditemukan pada
karya tulis berjudul “Life & Letters.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Pada korpus 173, nomina meat yang terdapat pada proverba “One man's
meat is another man's poison” disubstitusikan oleh nomina food. Nomina food
bukan merupakan sinonim dari meat. Kata food adalah hipernim dari nomina food.
Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Autobiography.”
Pada korpus 175, 2 nomina yang terdapat pada proverba “Other times,
other manners” yaitu nomina times dan manners disubstitusikan oleh nomina
days (untuk times) dan ways (untuk manners). 2 nomina substitutor tersebut
memiliki hubungan sinonimi, hipernimi atau hiponimi. Kata times merupakan
hipernim dari kata days dan kata ways merupakan sinonim parsial dari kata
manners. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Human Factor.”
Substitusi nomina dengan nomina selanjutnya dapat dilihat pada data
192a. Pada data tersebut, proverba yang berbunyi “Set a thief to catch a thief”
terlihat salah satu konstituennya yaitu nomina thief disubstitusi oleh nomina yang
lain yaitu fool sehingga bunyi proverb tersebut menjadi “Set a fool to catch a
fool.” Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Pleasant Notes upon
Don Quixote.”
Substitusi nomina selanjutnya dapat dilihat pada data 227b. Pada data
tersebut, terlihat nomina man disubstitusi oleh nomina one. Man dan one secara
harfiah tidak memiliki hubungan sinonim, namun secara konteks 2 nomina
tersebut memiliki hubungan karena merujuk pada manusia. Substitusi ini
ditemukan pada karya tulis berjudul “Disappointment”
Pada data 239f, nomina trade yang terdapat pada proverba “Two of a trade
never agree” disubstitusikan oleh nomina kind. 2 nomina tersebut tidak memiliki
hubungan makna. Meski demikian, 2 nomina tersebut diketahui muncul untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
saling menggantikan. Substitusi ini ditemukan pada karya tulis berjudul “Queen
Mother”
(1.a.2) Substitusi Nomina dengan Pronomina
Contoh dari substitusi nomina dengan pronomina dapat dilihat pada korpus
nomor 178. Pada korpus tersebut, terdapat sebuah nomina yang digantikan oleh
tiga buah pronomina yang berbeda. Adapun substitusi ini dapat dilihat pada data
berikut.
Tabel 4.30. Data 89: Substitusi N dengan Konstituen dari Kategori Lain pada Kelas yang Sama
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
178b People who live in glass houses shouldn't throw stones
Thee shouldst not throw Stones, who hast a Head of Glass thyself. Thee canst have no Title to Honesty who lendest the writings to deceive Neighbour Barter.
1754. J. Shebbeare Marriage Act II. lv.
178c People who live in glass houses shouldn't throw stones
He who lives in a glass house, says a Spanish proverb, should never begin throwing stones.
1778. T. Paine in Pennsylvania Packet 22 Oct. i.
178d People who live in glass houses shouldn't throw stones
Those who live in glass houses shouldn't throw stones. Mr. Robarts's sermon will be too near akin to your lecture to allow of his laughing.
1861. Trollope Framley Parsonage I. vi.
Pada korpus 178, yaitu pada 178b, 178c dan 178d, kita melihat bahwa
nomina people disubstitusi oleh pronomina thee (178b), he (178c), dan those
(178d). Substitusi dengan jenis seperti ini cukup banyak ditemukan di korpora
data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
(1.a.3) Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal
Substitusi nomina dengan nomina dapat dilihat pada 21 korpus. Adapun
ke-21 korpus tersebut adalah korpus 86, korpus 206, dan korpus 238.
Tabel 4.31. Data 90: Substitusi Nomina dengan Frasa Nominal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
86b Experience is the father of wisdom
He by the longe and often alternate proof had gotten by greate experience the very mother and mastres of wisedome.
1547. E. Hall Chronicle (1548) Rich. III 31
206a The darkest hour is just before the dawn
It is always darkest just before the Day dawneth.
1650. T. Fuller Pisgah Sight II . xi.
206b The darkest hour is just before the dawn
It is usually darkest before day break. You shall shortly find pardon.
1760. in J. Wesley Journal (1913) IV. 498
Pada korpus 86, yaitu pada 86b, nomina father dalam proverba “Experience
is the father of wisdom” disubstitusikan oleh frasa nominal yaitu very mother and
mastres. Substitusi ini ditemukan pada buku berjudul “Chronicle”
Substitusi nomina dengan frasa nominal juga dapat ditemui pada korpus
206, yaitu pada 206a dan 206b. Nomina dawn dalam proverba “The darkest hour
is just before the dawn” disubstitusikan oleh frasa nominal yaitu day dawneth
(206a) dan day break (206b). Kata dawn dan dua fasa yang mensubstitusinya
memiliki hubungan makna sinonim.
(1.b) Substitusi Verba
Substitusi Verba adalah substitusi terbanyak kedua dari part of speech.
Beberapa fenomena substitusi verba yang tersebar pada 14 nomor korpus
ditemukan. Perwujudan dari substitusi verba ini meliputi 3 jenis yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
(1) substitusi verba dengan verba;
(2) substitusi verba dengan frasa verbal; dan
(3) substitusi verba dengan konstituen yang lainnya baik itu yang berkategori part
of speech maupun frasa.
(1.b.1) Substitusi Verba dengan Verba
Substitusi verba dengan verba dapat dilihat pada 12 korpus. Adapun ke-12
korpus tersebut adalah korpus 2, 11, 21, 37, 62, 73, 83, 112, 163, 171, 214, dan
230. Penjelasan tentang substitusi jenis ini dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.32. Data 91: Substitusi Verba dengan Verba
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
2c Accidents will happen in the best-regulated families
‘Copperfield,’ said Mr. Micawber, ‘accidents will occur in the best-regulated families; and in families not regulated by the influence of Woman, in the lofty character of Wife, they must be expected with confidence, and must be borne with philosophy.’
1850. Dickens David Copperfield. xxviii.
11a All roads lead to Rome
All roads alike conduct to Rome.
1806. R. Thomson tr. La Fontaine's Fables IV. XII . xxiv.
21f A burnt child dreads the fire
The burnt child fears the fire, and bitter experience had taught Pongo Twistleton to view with concern the presence in his midst of Ickenham's fifth earl.
1948. Wodehouse Uncle Dynamite II. vii.
21g A burnt child dreads the fire
The burned child fears the fire and when dawn breaks next Tuesday voters may pull the covers over
1984. Newsweek 5 Nov. 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
their ringing heads and refuse to get out of bed.
37e A still tongue makes a wise head
‘I believe in the old saying “ A still tongue keeps a wise head”.’ ‘I guess you're right. It's no business of mine.’
1937. J. Worby Other Half iv.
62b Cut your coat according to your cloth
General McIntoch must yield to necessity; that is, to use a vulgar phraze, ‘shape his Coat according to his Cloth’.
1778. G. Washington Writings (1936) XIII. 79
73b Don't put all your eggs in one basket
Don't venture all your Eggs in One Basket.
1710. S. Palmer Proverbs 344
83d Every bullet has its billet
It is said that every bullet finds its billet. I am afraid this is yet another instance of a shaft at random sent finding a mark the archer never meant.
1932. R. C. Woodthorpe Public School Murder XI. iv. 237
112b He who hesitates is lost
It has often been said of woman that she who doubts is lost never thinking whether or no there be any truth in the proverb.
1865. Trollope Can You forgive Her? II. x.
163a Necessity knows no law
Necessity has no law; I must be patient.
1680. Dryden Kind Keeper III . ii.
163c Necessity knows no law
Necessity has no law, and he was obliged to rise.
1864. Mrs H. Wood Trevlyn Hold II. xiv.
171c Once bitten, twice shy
She was especially on her guard because she'd been victimized in a stupid swindle herself, recently. Once burned, twice shy, you know.
1949. ‘S. Sterling’ Dead Sure XV.
171d Once bitten, twice shy
I can't imagine why this man would be harassing my wife again, Mr. Cooperman. You'd think ‘Once burned, twice shy’,
1981. H. Engel Ransom Game xvi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
wouldn't you.
193b Silence means consent
‘ I will nothing say.’ ‘Then silence gives consent.’
1616-30. Partial Law (1908) v. iv.
214b The hand that rocks the cradle rules the world
You can't prevent it; it's the nature of the sex. The hand that rocks the cradle rocks the world, in a volcanic sense.
1916. ‘Saki’ Toys of Peace (1919) 158
230a To err is human to forgive divine
To erre is humane, to repent is divine, to persevere is Diabolicall.
1659. J. Howell Proverbs (French) 12
Pada korpus 2c di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi verba. Verba
yang dimaksud di sini adalah verba happen yang disubstitusi oleh verba occur.
Kata occur adalah kata lain dari happen.
Substitusi verba dengan verba juga dapat ditemui pada korpus 11a. Verba
lead dalam proverba “All roads lead to Rome” disubstitusikan oleh verba
conduct. Verba lead dan conduct memiliki hubungan senonimi.
Substitusi verba selanjutnya dapat ditemui pada 21f dan 21g. Verba dreads
dalam proverba “A burnt child dreads the fire” disubstitusikan oleh verba fears.
Verba dreads dan fears memiliki hubungan makna sinonimi meskipun agak
sedikit berbeda. Hal ini disebabkan kata dreads lebih menunjukkan penekanan
pada makna takut. Substitusi ini dapat dilihat pada majalah “Newsweek” edisi 5
Nov 1984.
Pada korpus 37 yaitu pada 37e, dijumpai substitusi verba dengan verba yang
lain. Verba makes dalam proverba “A still tongue makes a wise head”
disubstitusikan oleh verba keeps. Makes dan keeps memiliki nuansa mana yang
sama yaitu membuat dan mempertahankan sesuatu untuk terus terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Pada korpus 62 yaitu pada 62b, dijumpai substitusi verba dengan verba
yang lain. Verba cut dalam proverba “Cut your coat according to your cloth”
disubstitusikan oleh verba shapes. Cuts dan makes memiliki nuansa mana yang
sama yaitu membuat sesuatu menjadi berbentuk. Substitusi ini dapat dilihat pada
buku berjudul “Writings.”
Selanjutnya, pada korpus 73 yaitu pada 73b, dijumpai substitusi verba
dengan verba yang lain. Verba put dalam proverba “Don't put all your eggs in one
basket” disubstitusikan oleh verba venture.
Demikian juga pada korpus 83 yaitu pada 83d, dijumpai substitusi verba
dengan verba yang lain yaitu verba has dalam proverba “Every bullet has its
billet” disubstitusikan oleh verba find.
Pada korpus 163 yaitu pada proverba “Necessity knows no law,” dijumpai
substitusi salah satu konstituennya yaitu verba. Verba knows dalam proverba
tersebut disubstitusikan oleh verba has, yaitu pada 163a, dan 163c.
Berbeda dengan substitusi verba sebelumnya yang berbentuk verba aktif,
pada korpus 171 terdapat substitusi verba berbentuk pasif. Verba bitten pada
proverba Once bitten, twice shy disubstitusi oleh verba burned yang muncul pada
171c dan 171d.
Substitusi verba dengan verba selanjutnya dapat dilihat pada 193b. Pada
193b, verba means disubstitusi dengan verba gives. Substitusi ini dapat dijumpai
pada karya tulis berjudul “Partial Law.”
Substitusi verba dengan verba juga dapat dijumpai pada 214b. Verba rules
pada “The hand that rocks the cradle rules the world” disubstitusi oleh verba
rocks Dua verba tersebut tidak memiliki makna sinonimi maupun makna antonimi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
namun ternyata dapat saling menggantikan. Penggunaan kata rocks menunjukkan
adanya repetisi yang dimaksudkan untuk memunculkan efek keindahan.
Substitusi verba dengan verba yang terakhir adalah substitusi yang terjadi
pada 230a. Verba err pada korpus tersebut disubstitusi oleh verba repent. Dua
verba tersebut tidak memiliki makna sinonimi maupun makna antonimi namun
ternyata dapat saling menggantikan. Hal ini dapat disebabkan keduanya berada
dalam konteks yang sama yaitu melakukan sesuatu yang baik.
(1.b.2) Substitusi Verba dengan Lingking Verb
Contoh substitusi verba dengan linking verb dapat dilihat pada korpus 193e.
Pada korpus tersebut, terdapat verba means yang digantikan oleh to be is. Adapun
substitusi ini dapat dilihat pada data berikut.
Tabel 4.33. Data 92: Substitusi Verba dengan Linking Verb
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
193e Silence means consent
‘Silence is consent,’ said the superintendent. His knowledge of law had a magpie quality about it and he had picked up the phrase from somewhere.
1986. ‘C. Aird’ Dead Liberty. ii.
(1.b.3) Substitusi Verba dengan Frasa Verbal
Substitusi verba dengan frasa verbal dapat dilihat pada korpus 19, 35, dan
193. Penjelasan tentang substitusi tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.34. Data 93: Substitusi Verba dengan Frasa Verbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
19b A bad workman blames his tools
I've read somewhere that a poor workman quarrels with his tools
1940. J. G. Cozzens Ask Me Tomorrow vii.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
35b A rolling stone gathers no moss
A Rolling Stone is ever bare of Moss.
1710. A. Philips Pastorals II. 8
193c Silence means consent
‘I have known a man bear patiently a serious charge which a few lines would have entirely answered.’ ‘Silence does not give consent in these cases.’
1847. A. Helps Friends in Council ix.
Substitusi verba dengan frasa verbal yang pertama dapat dilihat pada data
19a. Pada data tersebut, terlihat verba blames disubstitusi oleh frasa verbal quarrel
with. Kata blames dan frasa quarel with tidak sinonim namun memiliki kedekatan
makna karena sama-sama merujuk pada tindakan akibat memiliki masalah dengan
sesuatu.
Substitusi verba dengan frasa verbal yang kedua dapat dilihat pada data
35b. Pada data tersebut, terlihat verba gathers disubstitusi oleh frasa verbal is ever
bare. Verba gathers blames dan frasa verbal is ever bare tidak sinonim namun
memiliki kedekatan makna karena sama-sama merujuk sebuah kondisi
bermasalah.
Substitusi verba dengan frasa verbal yang ketiga dapat dilihat pada 193c.
Pada data tersebut, terlihat verba means disubstitusi oleh frasa verbal does not
give. Selain itu, pada 193b dan 193e juga ditemui substitusi verba. Pada 198b,
verba means disubstitusi dengan verba gives. Pada 198e verba means disubstitusi
oleh to be is. Dua jenis substitusi ini telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
(1.c) Substitusi Adjektiva
Substitusi adjektiva adalah substitusi ketiga dari substitusi part of speech
yang ditemukan selama penelitian. Substitusi ini tidak sebanyak substitusi nomina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
maupun verba, namun bentuknya cukup jelas terlihat. Beberapa data yang tersebar
pada beberapa nomor korpus ditemukan mengalami substitusi. Adapun perincian
substitusi adjektiva ini dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.35. Data 94: Substitusi Adjektival
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
43e Bad news travels fast
Media processes are not forensic but sensational. Their light shines uncertainly. It often distorts and can be unfair. ‘ Ill news hath wings.’
2002. Times 1 Feb. 22
101b Give a dog a bad name and hang him
Give a Dog an ill Name, and he'll soon be hanged. Spoken of those who raise an ill Name on a Man on purpose to prevent his Advancement.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 124
48a Better be safe than sorry
‘Jist countin' them,—is there any harm in that?’ said the tinker: ‘it's betther be sure than sorry’.
1837. S. Lover Rory O'More II . xxi.
107d Good fences make good neighbours
‘Hadn't you better go and investigate?’ Lockhart shook his head. ‘Strong fences make good neighbours.’
1978. T. Sharpe Throwback x.
200b Still waters run deep
Smooth Waters run deep.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 287
185b Providence is always on the side of the big battalions
Providence was always on the side of dense battalions.
1842. A. Allison Hist. Europe X. lxxviii.
248d Well begun is half done
Let me get ready for our Journey. 'Twill be soon done, and A Business once begun, you know, is half ended.
1703. P. A. Motteux Don Quixote IV. xli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
248f Well begun is half done
Satan spoils many a well-begun work. Well begun is half—but only half—ended.
1907. A. Maclaren Acts I. 176
Substitusi adjektiva dengan adjektiva terdapat pada korpus 43 dan 101,
yaitu pada 43e dan 101b. Pada 2 korpus tersebut, adjektiva yang mengalami
penggantian adalah adjektiva bad yaitu pada proverba “Bad news travels fast” dan
adjektiva bad yaitu pada proverba “Give a dog a bad name and hang him.”
Adjektiva penggantinya adalah sama yaitu adjektiva ill yang muncul
menggantikan kata bad. Bad dan ill memiliki nuansa makna yang serupa
meskipun bukan sebuah sinonimi.
Substitusi adjektiva dengan adjektiva selanjutnya terdapat pada korpus 48
yaitu pada data 48a. Pada korpus ini, adjektiva yang mengalami penggantian
adalah adjektiva safe yang digantikan oleh adjektiva sure. Safe dan sure memiliki
nuansa makna yang serupa meskipun bukan sebuah sinonimi.
Pada korpus 107 (data 107d) yang berbunyi “Good fences make good
neighbours” ditemukan juga substitusi adjektiva dengan adjektiva yang lain.
Adjektiva yang dimaksud dalam hal ini adalah adjektiva good yang digantikan
oleh adjektiva strong. Good dan strong memiliki nuansa makna yang serupa
meskipun bukan sebuah sinonimi karena merujuk pada kualitas suatu yaitu pagar.
Pada korpus 200b yang berbunyi “Still waters run deep” ditemukan
substitusi adjektiva dengan adjektiva yang lain. Adjektiva yang digantikan adalah
adjektiva still dan adjektiva yang menggantikan adalah adjektiva smooth. Still dan
smooth merupakan sebuah sinonimi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Substitusi adjektiva selanjutnya dapat dilihat pada data 185b. Pada data
tersebut, terlihat adjektiva big yang menjadi modifier batallions disubstitusi oleh
adjektiva dense. Big dan dense tidak sinonim namun memiliki nuansa yang sama
karena menunjukkan sifat atau kuantitas dari sesuatu.
Substitusi adjektiva terakhir terdapat pada proverba dengan nomor data
248 yang berbunyi “Well begun is half done.” Pada dua data tersebut, adverbia
done disubstitusi oleh adjektiva ended yaitu yang ada pada 248d dan 248f.
(1.d) Substitusi Adverbia
Substitusi adjektiva adalah substitusi keempat dari substitusi part of
speech yang ditemukan selama penelitian. Substitusi ini juga tidak sebanyak
substitusi nomina, verba, bahkan adjektiva. Meskipun demikian, sama seperti
substitusi adjektiva, bentuk substitusi ini cukup jelas terlihat. Beberapa data yang
tersebar pada beberapa nomor korpus ditemukan mengalami substitusi. Adapun
perincian substitusi adjektiva ini dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.36. Data 95: Substitusi Adverbia
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
155a Misfortunes never come singly
Misfortunes seldome come alone.
1622. J. Mabbe tr. Aleman's Guzman d'Alfarache I. iii.
155b Misfortunes never come singly
The Lady said to her Husband with a Sigh, My Dear, Misfortunes never come single.
1711. J. Addison Spectator 8 Mar.
172a Once a priest, always a priest
The great case of Horne Tooke versus the House of Commons—‘Once a priest forever a priest’.
1859. G. A. Sala Twice round Clock 290
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Substitusi adverbia dengan adverbia yang pertama terdapat pada korpus 155
yaitu pada 155a dan 155b. Pada 2 korpus tersebut, adverbia yang mengalami
penggantian adalah adverbia singly dan digantikan dengan adverbia yang
memiliki hubungan makna sinonim yaitu alone dan single. Pada 155a, adverbia
singly digantikan oleh adverbia alone. Pada 155b, adverbia singly digantikan oleh
adverbia single. Dua pengganti tersebut memiliki ikatan makna sinonimi.
Substitusi adverbia dengan adverbia yang kedua terdapat pada korpus 172
yaitu pada 172a. Pada korpus tersebut, adverbia yang mengalami penggantian
adalah adverbia always dan digantikan dengan adverbia yang memiliki hubungan
makna sinonim yaitu forever. Hubungan kata always dan forever adalah sinonimi.
(1.e) Substitusi Kata tugas
Substitusi kata tugas adalah substitusi kelima dari substitusi part of
speech. Sama seperti nomina, substitusi ini banyak ditemukan pada sebaran data
yang ada dalam korpora data. Bedanya, jika substitusi yang terjadi pada nomina
adalah substitusi yang berasal dari kelas terbuka dan sifatnya homogen, maka
substitusi kata tugas adalah substitusi kelas tertutup dan bersifat heterogen.
Tidak semua substitusi kata tuga yang akan diangkat dalam tesis ini karena
jumlahnya banyak. Hanya 5 jenis contoh substitusi kata tugas yang akan
disampaikan pada bagian ini yaitu (1) substitusi auxiliari, (2) substitusi preposisi,
(3) substitusi determiner, (4) substitusi tenses, (5) substitusi pronomina
(1.e.1) Substitusi Auxiliari
Substitusi kata tugas yang pertama adalah substitusi auxiliari. Contoh dari
substitusi kata tugas ini dapat dilihat pada korpus 139 dan 252.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Tabel 4.37. Data 96: Substitusi Auxiliari
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
139e Like will to like Mrs. Hodsden's connection with his house will be quite plain to you when you meet my husband. Like clings to like, they say. And those two certainly cling.
1981. R. Barnard Mother's Boys xiv.
252c What must be, must be
‘My love,’ observed Mr. Micawber, ‘I am always willing to defer to your good sense. What will be—will be.’
1850. Dickens David Copperfield lvii.
Pada data 139e di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi kata tugas yaitu
auxiliari will disubstitusi oleh verba clings. Keduanya tidak berada dalam kategori
yang sama. Makna yang munculpun juga sedikit berbeda.
Hampir sama dengan substitusi kata tugas sebelumnya, pada data 252c, kita
dapat melihat adanya substitusi kata tugas yaitu auxiliari modal must yang
disubstitusi oleh auxiliari yang lain yaitu will . Keduanya tidak berada dalam
sinonim. Makna yang munculpun juga sedikit berbeda. Jika must menekankan
kejadian yang pasti terjadi, maka pada will lebih menekankan kejadian yang akan
muncul di masa yang akan datang.
(1.e.2) Substitusi Preposisi
Substitusi kata tugas yang kedua adalah substitusi preposisi. Contoh dari
substitusi kata tugas ini dapat dilihat pada korpus 22 dan 202.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Tabel 4.38. Data 97: Substitusi Preposisi
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
22c A cat may look at a king
s.v. Cat, A Cat may look upon a King. This is a saucy Proverb, generally made use of by pragmatical Persons
1721 N. Bailey English Dictionary
202a Sufficient unto the day is the evil thereof
Sufficient to the Day is the Evil thereof.
1766 in L. H. Butterfield et al. Adams Family Correspondence (1963) I. 56
202b Sufficient unto the day is the evil thereof
In the meanwhile there were no sense in worrying over schemes for a future, which we may not live to see. ‘Sufficient for the day is the evil thereof.’
1836 J. Carlyle Letter 1 Apr. in Letters & Memorials (1893) I. 57
Pada 22c, kita dapat melihat adanya subsitusi kata tugas yaitu preposisi at
disubstitusi oleh preposisi upon. Keduanya dapat saling menggantikan. Pada data
202a dan 202c di atas, kita juga dapat melihat adanya subsitusi kata tugas yang
lain yaitu preposisi unto disubstitusi oleh preposisi to (202a) dan for (202b).
(1.e.3) Substitusi Determiner
Substitusi kata tugas yang ketiga adalah substitusi determiner. Determiner
yang dijadikan contoh pada bagian ini adalah artikel dan quantifier. Contoh dari
substitusi kata tugas jenis ini dapat dilihat pada korpus 38 dan 78.
Tabel 4.39. Data 98: Substitusi Determiner
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
38b A swallow does not make a summer
One swalow maketh not sommer.
1546. J. Heywood Dialogue of Proverbs II. v. H3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
38d A swallow does not make a summer
One or two alfresco afternoons in the garden under the supervision of Ord and Demmy did not spell liberation any more than one swallow made a summer
2000. ‘G. Williams’ Dr. Mortimer and Aldgate Mystery (2001) xiv. 78
78d Every cloud has a silver lining
This misfortune of hers had done wonders for our up and down relationship—all clouds have a silver lining, don't they say
1991. Redundancy of Courage xxii. 283
Pada data 38b dan 38d di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi artikel a
disubstitusi oleh quatifier one (38b dan 38d). Artikel a dan quantifier one dapat
saling menggantikan karena memilki sifat sinonimi
Pada data 78d di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi determiner every
disubstitusi oleh determiner all (38b dan 38d). Determiner every dan all tidak
memiliki hubungan sinonim maupun antonim, namun dapat saling menggantikan
karena sama-sama merujuk pada quantitas dari suatu meskipun berbeda
penekanan.
(1.e.4) Substitusi Pronomina
Substitusi kata tugas yang keempat adalah substitusi pronomina. Substitusi
pronomina dibagi menjadi dua jenis yaitu substitusi pronomina dengan part of
speech dan substitusi pronomina dengan frasa. Contoh dari substitusi pronomina
dengan part of speech ini dapat dilihat pada korpus 19 dan 255.
Tabel 4.40. Data 99: Substitusi Pronomina dengan Part of Speech
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
10c A bad workman blames his tools
Damn! Dropped the screwdriver. Bad
1979. A. Fox Threat Signal Red
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
workmen blame their tools.
XV.
255a You are what you eat
There flashed through her mind the German saying, ‘One is what one eats.’
1930. J. Gollomb Subtle Trail ii. 55
Pada korpus 19c di atas, kita dapat melihat adanya pronomina his
disubstitusi oleh pronomina their. Substitusi ini muncul karena menyesuaikan
dengan kondisi subjek kalimat
Pada korpus 255a di atas, kita dapat melihat adanya pronomina you
disubstitusi oleh pronomina one. Kata you dan one berada dalam konteks yang
sama karena merujuk pada manusia.
Adapun contoh substitusi pronomna dengan frasa dapat dilihat pada variasi
dua kalimat proverba yang muncul pada korpus 238. Adapun contoh dari
substitusi pronomina dengan frasa dapat dilihat pada data berikut.
Tabel 4.41. Data 100: Substitusi Pronomina dengan Frasa
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
238e Two is company, but three is none
Two's company, three's a crowd.
1944. Modern Language Notes LIX. 517
238g Two is company, but three is none
Two's company, three's a crowd. ‘'Specially on a tandem bike.’
2002. Washington Post 10 Mar. SC11 (Family Circus comic strip)
Substitusi pronomina yang terakhir terdapat pada korpus 238, yaitu pada
238e dan 238g. Pronomina none dalam proverba “Two is company, but three is
none” disubstitusikan oleh frasa nominal yaitu frasa nominal a crowd. Kata none
dan frasa nominal yang mensubstitusinya berkait secara konteks. Frasa a crowd
merupakan penjelas dari kata none.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
(1.e.5) Substitusi karena Tense dan Concord
Substitusi kata tugas yang kelima adalah substitusi tense. Substitusi jenis
ini mudah dijumpai pada korpus data dan sangat lumrah terjadi karena bahasa
Inggris adalah bahasa yang memiliki tatabahasa yang berorientasi pada tenses.
Mengingat jumlahnya yang sangat banyak, hanya substitusi dari dua korpus saja
yang dipaparkan pada bagian ini. Adapun contoh dari substitusi kata tugas ini
dapat dilihat pada korpus 8 dan 20.
Tabel 4.42. Data 101: Substitusi karena Tense dan Concord
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
8g All that glitters is not gold
A young woman, perhaps grasping the unseemly spectacle of it all, suggested that all that glitters was not gold.
1980. Times 19 Jan. 18
20a A bully is always a coward
Mrs. M'Crule, who like all other bullies was a coward, lowered her voice.
1817. M. Edgeworth Ormond in Harrington & Ormond III. xxiv.
20d A bully is always a coward
The old adage holds good: all bullies are cowards, and most cowards are bullies.
1981. Times 9 May 2
Pada korpus 8g di atas, kita dapat melihat adanya subsitusi to be present is
disubstitusi oleh to be (past) was. Substitusi ini muncul karena menyesuaikan
dengan tense/waktu rujukan kalimat tersebut.
Pada korpus 20a, kita dapat melihat adanya subsitusi is oleh was. Substitusi
ini muncul karena menyesuaikan dengan tense/ waktu rujukan kalimat tersebut.
Pada 20d juga terdapat substitusi to be is menjadi are. Substitusi ini muncul
karena menyesuaikan dengan kondisi subjek kalimat (concord).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
(2) Substitusi Frasa
Pola modifikasi bunyi proverba tidak hanya ditemukan dengan
menggunakan part of speech saja. Di beberapa data yang ada pada beberapa
korpus juga ditemukan pola substitusi frasa. Ada 4 jenis frasa yang ditemukan
mengalami memodifikasi dengan substitusi antara lain: frasa nominal, frasa
verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional.
(2.a) Substitusi Frasa Nominal
Substitusi frasa nominal adalah substitusi pertama dalam kategori frasa.
Beberapa data yang tersebar pada 4 nomor korpus ditemukan mengalami
substitusi salah satu konstituen nominanya. Korpus tersebut adalah korpus 45,
korpus 122, korpus 229, dan korpus 241.
Tabel 4.43. Data 102: Substitusi Frasa Nominal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
25c A drowning man will clutch at a straw
The drowning man snatches at every twig. The messengers of Benhadad catch hastily at that stile of grace, and hold it fast.
[1623 J. Hall Contemplations VII. XIX . 252]
45a Beauty is in the eye of the beholder
You should remember, my dear, that beauty is in the lover's eye.
1769 F. Brooke Hist. Emily Montague IV. 205
122a Idle people (folk) have the least leisure
Idle folks have the most labour.
1678 J. Ray English Proverbs (ed. 2) 161
229b Time is a great healer
Time, the Phisition of all.
1622 H. Peacham Complete Gentleman iv.
229c Time is a great healer
Time is the great physician.
1837 Disraeli Henrietta Temple III. VI. ix.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
229f Time is a great healer
Time is the greatest of healers, and during the next few weeks, sports again will provide us with a much-needed respite from our everyday worries.
2001 Washington Times 23 Sept. C17
241a The longest way round is the shortest way home
The road to resolution lies by doubt: The next way home's the farthest way about
1635 F. Quarles Emblems IV. ii.
241e The longest way round is the shortest way home
‘when I was training my old boss used to say: “If in doubt take the long road round. It'll prove to be the shortest in the end.”’
1990 F. Lyall Croaking of Raven vi. 2. 64
Substitusi frasa nominal yang pertama dapat dilihat pada korpus 25c. Pada
korpus tersebut, proverba yang berbunyi “A drowning man will clutch at a straw”
disubstitusi frasa nominalnya yaitu frasa nominal a straw menjadi frasa nominal
every twig.
Substitusi frasa nominal yang kedua dapat dilihat pada korpus 45a. Pada
korpus tersebut, proverba yang berbunyi “Beauty is in the eye of the beholder”
disubstitusi frasa nominalnya yaitu frasa nominal the beholder menjadi frasa
nominal lover's eye.
Substitusi verba dengan frasa verbal yang kedua dapat dilihat pada korpus
122a. Pada korpus tersebut, terlihat frasa nominal the least leisure disubstitusi
oleh frasa nominal the most labour. 2 frasa tersebut memiliki hubungan makna
sinonim.
Substitusi FN yang ketiga dapat dilihat pada korpus 229b dan 229c. Pada 2
korpus tersebut, terlihat proverba “Time is a great healer” disubstitusi salah satu
konstituennya yaitu FN a great healer dengan FN yang lain. Pada 229c, FN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
pengganti adalah FN the great physician. Pada 229f, FN tersebut diganti oleh FN
the greatest of healers.
Substitusi FN yang terakhir dapat dilihat pada korpus 241a dan 241e. Pada
2 korpus tersebut, terlihat proverba “The longest way round is the shortest way
home” disubstitusi FN pembentuknya oleh FN yang lain. Pada 241a, FN The
longest way round disubstitusi oleh FN the next way home. Masih pada korpus
214a, FN the shortest way home disubstitusi oleh FN the farthest way about. Pada
korpus 241, FN the long road long disubstitusi oleh FN the long road round.
(2.b) Substitusi Frasa Verbal
Substitusi FV adalah substitusi terbanyak kategori frasa. Beberapa data
yang tersebar pada 7 nomor korpus ditemukan mengalami substitusi salah satu
konstituen nominanya. Perwujudan dari substitusi FV ini meliputi dua jenis yaitu:
(1) substitusi FV dengan part of speech, dan (2) substitusi FV dengan FV.
(2.b.1) Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech
Substitusi frasa verbal dengan part of speech dapat dilihat pada 3 korpus
berikut. Adapun ke-4 korpus tersebut adalah; korpus 25, 64, dan 158. Penjelasan
tentang substitusi jenis ini dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.44. Data 103: Substitusi Frasa Verbal dengan Part of Speech
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
25c A drowning man will clutch at a straw
The drowning man snatches at every twig. The messengers of Benhadad catch hastily at that stile of grace, and hold it fast.
1623. J. Hall Contemplations VII. XIX . 252
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
25d A drowning man will clutch at a straw
His gratitude caught at those words, as the drowning man is said to catch at the proverbial straw.
1877. W. Collins My Lady's Money xv.
64e Desperate diseases must have desperate remedies
These circumstances are wholly exceptional. Desperate diseases, they say, call for desperate remedies.
1935. ‘A. Wynne’ Toll House Murder ix.
64g Desperate diseases must have desperate remedies
Desperate times call for desperate measures, which are often sensible when you consider the bleak alternative.
2001. W. Northcutt Darwin Awards II 2
158d Much would have more
Why should ten millions satisfy these people? There is an old adage to the effect that much wants more.
1928. J. S. Fletcher Ransom for London V. iv.
Pada korpus 25 di atas, proverba “A drowning man will clutch at a straw”
mengalami substitusi frasa verbalnya yaitu frasa will clutch. Frasa ini disubstitusi
oleh verba snatches (25c) dan verba catch (25 d dan 25d).
Selain pada korpus 25, pada korpus 64 yang berbunyi “Desperate diseases
must have desperate remedies” juga mengalami substitusi frasa verbalnya yaitu
frasa must have. Frasa ini disubstitusi oleh verba call (64e dan (64g).
Korpus selanjutnya yang frasa verbalnya disubstitusi dengan verba
terdapat pada kalimat proverba dengan nomor 158d. Pada 158d, kita dapat melihat
proverba yang berbunyi “Much would have more” mengalami substitusi frasa
verbalnya yaitu frasa would have dan diganti oleh verba wants.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
(2.b.2) Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal
Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal dapat dilihat pada empat korpus
data, yaitu pada korpus 40, 43, 69 dan 115. Penjelasan tentang substitusi jenis ini
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.45. Data 104: Substitusi Frasa Verbal dengan Frasa Verbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
40d A tree is known by its fruit
‘ I never judge a man by his mask.’ ‘A tree should be judged by its fruits,’ Myna responded.
1955. S. N. Ghose Flame of Forest I. 15
43a Bad news travels fast
Bad News always fly faster than good.
1694. Terence's Comedies made English 46
69a Dog does not eat dog
The prouerb on dog will not eat of an other dogges fleshe.
1543. W. Turner Hunting of Romish Fox A2V
69b Dog does not eat dog
Dog should not prey on dog, the proverb says: Allow then brother-trav'lers crumbs of praise.
1790. ‘P. Pindar’ Epistle to Bruce 31
115b He who fights and runs away, may live to fight another day
The Dragoons thought proper a sudden Retreat; as knowing that, He that fights and runs away, May turn and fight another Day; But he that is in Battle slain, Will never rise to fight again.
1747. J. Ray Complete Hist. Rebellion 61
Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang pertama dapat dilihat pada
data 40d. Pada data tersebut, terlihat frasa verbal is known dalam “A tree is known
by its fruit” disubstitusi oleh frasa verbal should be judged.
Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang kedua dapat dilihat pada
data 43a. Pada data tersebut, terlihat frasa verbal travels fast disubstitusi oleh frasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
verbal fly faster. Kata travels fast dan fly faster tidak sinonim namun memiliki
kedekatan makna karena sama-sama merujuk pada tindakan “bepergian”
Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang ketiga dapat dilihat pada
korpus 69a dan 69b. Pada korpus tersebut, terlihat frasa verbal does not eat dalam
“Dog does not eat dog travels fast” disubstitusi oleh frasa verbal will not eat (69a)
dan should not prey (69b). Pada 69a, terlihat yang disubstitusi adalah auxiliari
does not dengan auxiliari will . Pada 69b, auxiliari does not disubstitusi dengan
modal should not. Selain itu, pada 69b, kata eat juga disubstitusi oleh kata prey.
Substitusi frasa verbal dengan frasa verbal yang terakhir dapat dilihat pada
data 115b. Pada data tersebut, terlihat frasa verbal live to fight disubstitusi oleh
frasa verbal turn and fight.
(2.b.3) Substitusi Frasa Adjektival
Substitusi ketiga dari kategori frasa adalah substitusi frasa adjektival. Ada
2 nomor korpus ditemukan mengalami substitusi salah satu konstituen nominanya
yaitu pada korpus 26, dan 121.
Tabel 4.46. Data 105: Substitusi Frasa Adjektival
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
26a A fault confessed is half redressed
A fault confessed is more than half amends, but men of such ill spirite as your selfe Worke crosses [arguments] and debates twixt man and wife.
1592 Arden of Feversham H1V
121b Hunger is the best sauce
If hunger is, as they say, a better sauce than any Ude invents, you should spend months shut out from every glimpse of Nature, if you would taste her beauties.
1850 C. Kingsley Alton Locke I. ix.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Substitusi frasa adjektival dengan frasa adjektival yang pertama dapat
dilihat pada data 26a. Pada data tersebut, terlihat proverba “A fault confessed is
half redressed” mengalami substitusi frasa adjektivalnya. Frasa adjektival half
redressed disubstitusi oleh frase adjektival more than half amends.
Substitusi frasa adjektival dengan frasa adjektival yang terakhir dapat dilihat
pada data 121b. Pada data tersebut, terlihat frasa adjektival the best disubstitusi
oleh frasa adjektival a better.
(2.b.4) Substitusi Frasa Preposisional
Substitusi keempat dari kategori frasa adalah substitusi frasa preposisional.
Substitusi jenis ini hanya ditemukan 1 yaitu pada korpus 221.
Tabel 4.47. Data 106: Substitusi Frasa Preposisonall
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
221b The road to hell is paved with good intentions
I shall have nothing to hand in, except intentions,—what they say the road to the wrong place is paved with.
1847. J. A. Froude Shadows of Clouds ix.
Pada korpus 221b di atas, proverba “The road to hell is paved with good
intentions” mengalami substitusi frasa preposisionalnya. Frasa yang dimaksud
adalah frasa to hell. Frasa ini disubstitusi oleh frasa preposisional to the wrong
place
(3) Substitusi Klausa
Pola substitusi kalimat proverba yang terakhir adalah berupa substitusi
klausa. Dalam korpora data, terdapat 6 korpus yang di dalamnya terlihat jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
ditemukan substitusi klausa. Adapun korpus tersebut antara lain, korpus 134, 135,
188, 212, 226. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada paparan berikut.
Tabel 4.48. Data 107: Substitusi Klausa
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
134c Let sleeping dogs lie
It's best To let a sleeping mastiff rest.
1681 S. Colvil Whigs' Supplication II. 27
135a Let the cobbler stick to his last
Let not the shoemaker go beyond hys shoe.
1539 R. Taverner tr. Erasmus' Adages 17
188a Save us from our friends
Now, God deliver me from my friends for from mine enemies I'll deliver myself.
1604 J. Marston Malcontent IV. ii.
188d Save us from our friends
‘Defend me from my friends; I can defend myself from my enemies.’ So cried a famous French general to Louis XIV long before bridge was invented.
2002 Washington Times 26 Mar. B5
212c The bigger they are, the harder they fall
The bigger they come the harder they fall.
1971 J. Cliff (song-title)
226c They that sow the wind shall reap the whirlwind
Well—what's passed is passed. Folks that plant the wind reap the whirlwind!
1923 O. Davis Icebound III . 98
Pada korpus 134, proverba “Let sleeping dogs lie” mengalami substitusi
hampir seluruh konstituennya. Substitusi tersebut menyebabkan proverba tersebut
pada data 134c mengalami metamorfosis sehingga menjadi “Let a sleeping mastiff
rest.”
Pada korpus 135, proverba “Let the cobbler stick to his last” mengalami
substitusi konstituen dan mengalami metamorfosis sehingga menjadi “Let not the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
shoemaker go beyond hys shoe” ( data 135a) serta “The shoemaker sticks to his
last” (data 135f).
Pada korpus 188, proverba “Save us from our friends” mengalami substitusi
konstituen yaitu pada klausa imperatif save us dengan pengganti yang juga klausa
imperatif yaitu deliver me (188a) dan defend me (188d).
Pada korpus 212 di atas, proverba “The bigger they are, the harder they
fall” mengalami substitusi konstituen yaitu pada klausa they are dengan pengganti
yang juga klausa yaitu they come (212c) dan klausa the harder they fall dengan
klausa penganti the heavier the fall.
Pada korpus 188, proverba “They that sow the wind shall reap the
whirlwind” mengalami substitusi konstituen yaitu pada subklausa they that sow
dengan pengganti yang juga subklausa yaitu folks that plant. Substitusi ini terjadi
pada data (188c).
4. Penyelidikan Terhadap Kemungkinan Penyisipan Konstituen Proverba
Bagian terakhir dari penyelidikan keeratan hubungan antarkonstituen
pembentuk proverba terletak pada penyelidikan kemungkinan ekspansi kalimat
proverba. Ekspansi didefinisikan sebagai munculnya/ditambahkanya sebuah
konstituen baru yang sebenarnya tidak ada pada bunyi baku proverba dan
berfungsi sebagai pengembang bentuk orisinal proverba. Dengan adanya
fenomena ini, kalimat proverba yang baru dapat menjadi lebih panjang dari
kalimat bakunya. Ekspansi ini dapat berupa empat jenis penambahan yaitu:
(1) penambahan konstituen di awal kalimat proverba yang disebut preaddition;
(2) penambahan konstituen di akhir kalimat proverba yang disebut postaddition;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
(3) penambahan konstituen di tengah kalimat proverba yang disebut insertion;
(4) penambahan konstituen di dua tempat atau lebih yang disebut multiinsertion.
Untuk lebih memudahkan kita dalam menyebut jenis-jenis fenomena
ekspansi di atas, maka pada bagian ini kita akan menyebut keempat jenis
fenomena ekspansi tersebut dengan satu sebutan yaitu “penyisipan konstituen”.
Dari hasil analisis data, ditemukan beberapa proverba yang konstituennya
mengalami proses ekspansi ketika proverba tersebut berada dalam sebuah situasi
pemakaian tulis. Konstituen yang digunakan melakukan ekspansi tersebut ada tiga
macam yaitu (1) part of speech, (2) frasa, dan (3) klausa.
(1) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Part of Speech
Pola pengembangan kalimat proverba yang pertama adalah dengan
menggunakan part of speech. Di beberapa data yang ada pada beberapa korpus
ditemukan pola pengembangan dengan menggunakan pola ini. Ada 5 jenis part of
speech yang ditemukan menjadi pengembang kalimat proverba antara lain;
nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan kata tugas seperti determiner,
pronomina, preposisi dan auxiliari.
(1.a) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Nominal
Pola pengembangan kalimat proverba yang pertama adalah berupa
penyisipan nominal ke dalam kalimat proverba. Terdapat beberapa nomina yang
disisipkan pada kalimat proverba yang terdapat pada 4 korpus yaitu korpus 60,
korpus 174, korpus 239 dan korpus 244.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Tabel 4.49. Data 108: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Nomina
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
60e Constant dropping wears away a stone
The constant dripping water can wear away the toughest stone.
1963. E. S. Gardner Case of Mischievous Doll vii.
174b A postern door makes the thief
The Posterne doore makes theefe and whore. But, were that dam'd with Stone, or Clay, Whoores and Theeues would find a way.
1611. J. Davies Scourge of Folly 146
174c A postern door makes the thief
The Postern Door Makes Thief and Whore.
1732. T. Fuller Gnomologia no. 6176
Pada korpus 60e di atas, kita dapat melihat adanya penyisipan N. N yang
dimaksud di sini adalah N water yang muncul dan memodifikasi proverba
“Constant dropping wears away a stone.”
Demikian juga pada korpus 174, juga ditemukan nomina yang memiliki
peran untuk mengekspansi kalimat proverba yang berbunyi “A postern door
makes the thief.” Nomina tersebut adalah kata whore muncul pada dua data yaitu
pada data 174b dan 174c. Pada dua data tersebut, nomina whore diawali oleh kata
tugas and yang memiliki fungsi menghubungkan nomina whore dengan kalimat
sebelumnya.
(1.b) Ekspansi Proverba Pola Penyisipan Verba
Pola pengembangan kalimat proverba yang kedua adalah berupa
penyisipan verbal ke dalam kalimat proverba. Selama proses pengamatan
proverba, tidak banyak terlihat proverba yang bunyinya mengalami penyisipan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
verba. Diantara 259 proverba yang ada dalam korpora data, hanya terdapat 1
proverba yang mengalami penyisipan verbal, yaitu proverba korpus 236.
Tabel 4.50. Data 109: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Verba
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
236d Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
Verifying the coarse proverb, while two dogs are fighting for a bone, a third comes and runs away with it.
1784. Gazette of State of S. Carolina 17 July 2
Pada korpus 236d, ditemukan verba yang memiliki peran untuk
mengekspansi kalimat proverba yang berbunyi “Two dogs are fighting for a bone,
a third runs away with it.” Verba yang mengekspansi proverba tersebut adalah
verba comes. Dengan munculnya verba comes ini, maka kalimat proverba menjadi
“Two dogs are fighting for a bone, a third comes and runs away with it.”
(1.c) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adjektiva
Pola pengembangan kalimat proverba yang kedua adalah berupa
penyisipan adjektiva ke dalam kalimat proverba. Terdapat beberapa nomina yang
disisipkan pada kalimat proverba yang terdapat pada lima korpus yaitu korpus 11,
korpus korpus 60, korpus 85, korpus 216 dan korpus 245.
Tabel 4.51. Data 110: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adjektiva
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba
Sumber
11a All roads lead to Rome
All roads alike conduct to Rome.
1806. R. Thomson tr. La Fontaine's Fables IV. XII . xxiv.
60e Constant dropping wears away a stone
The constant dripping water can wear away the toughest stone.
1963. E. S. Gardner Case of Mischievous Doll vii.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
85a Exchange is no robbery
Fair Exchange is no Rob'ry. Spoken when we take up one Thing, and lay down another.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 105
85b Exchange is no robbery
Casting an eye at my hat and wig he took them off, and clapping his own on my head, declared, that a fair exchange was no robbery.
1748. Smollett Roderick Random II. xli.
85c Exchange is no robbery
‘So it was you who took away the Harar frescoes?’ ‘Took away? We exchanged them. A good exchange is no robbery, I believe?’
1960. N. Mitford Don't tell Alfred xx.
85d Exchange is no robbery
‘Superintendent Groom, sir, I have to report that I was just considering my spring-cleaning,’ I said. ‘And, since fair exchange is no robbery, what about your thoughts?’
1999. J. Cutler Dying to Score i. 5
216c The last straw that breaks the camel's back
As the last straw breaks the laden camel's back, this piece of underground information crushed the sinking spirits of Mr. Dombey.
1848. Dickens Dombey & Son ii.
245e Walls have ears It is not good to speak of such things. Stone walls have ears.
1822. Scott Nigel I. vi.
Pada korpus 11a di atas, kita dapat melihat adanya penyisipan adjektival.
Adjektiva yang dimaksud di sini adalah adjektiva alike yang muncul dan
memodifikasi proverba “All roads lead to Rome.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
Pada korpus 60 kita melihat adanya adjektiva toughest muncul untuk
memodifikasi frasa nomina/nomina stone. Proverba yang semula berbunyi
“Constant dropping wears away a stone” berubah menjadi “The constant
dripping water can wear away the toughest stone.” Selain adjektiva, pengembang
kalimat yang dapat kita lihat pada 60e adalah modal dan determiner (artikel the).
Terdapat dua A yang muncul untuk memodifikasi FN/N an
exchange/exchange pada korpus 85 yaitu adjektiva fair dan good. Proverba yang
semula berbunyi “Exchange is no robbery” berubah menjadi “Fair exchange is
no rob'ry” (5a, 5b dan 5d) serta “A good exchange is no robbery.”
Pada korpus 216 kita melihat adanya adjektiva laden yang muncul untuk
memodifikasi frasa nominal the camel's back. Dengan adanya adjektiva ini,
Proverba yang semula berbunyi “The last straw that breaks the camel's back”
berubah menjadi “The last straw breaks the laden camel's back.” Selain adjektiva,
pengembang kalimat yang dapat kita lihat pada 216c, ditemukan pula fenomena
pelesapan penunjuk subklausa yaitu that. Adjektiva terakhir yang ditemukan
dalam korpora data yang memiliki fungsi sebagai pengembang proverba terdapat
pada 245e. Adjektiva tersebut sebenarnya berbentuk nomina yaaitu nomina stone
yang muncul sebagai modifier dari wall. Namun, karena berfungsi sebagai
modifier, nomina tersebut dimasukkan ke dalam kategori adjektiva. Dengan
masuknya kata stone, proverba yang semula berbunyi “Walls have ears,”
berkembang menjadi” Stone walls have ears”
(1.d) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adverbia
Pola pengembangan kalimat proverba yang paling banyak ditemukan
selama proses analisis data adalah berupa penyisipan adverbia. Dalam korpora
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
data, terdapat beberapa adverbia yang disisipkan pada kalimat proverba seperti
yang terdapat pada 15 korpus yaitu korpus 17, 35, 43, 45, 46, 57, 72, 116, 118,
147, 177, 182, 198, 223, 233.
Tabel 4.52. Data 111: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Adverbia
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
17c An englishman's house is his castle
In London a man's own house is truly his castle, in which he can be in perfect safety from intrusion.
1791. Boswell Life of Johnson II. 284
35b A rolling stone gathers no moss
A Rolling Stone is ever bare of Moss.
1710. A. Philips Pastorals II. 8
43a Bad news travels fast
Bad News always fly faster than good.
1694. Terence's Comedies made English 46
43d Bad news travels fast
‘I've already had a dozen phony sympathy calls—including one from a cousin in Sarasota. Bad news certainly travels fast.’
1991. L. Sanders McNally's Secret (1992) iv. 38
46d Better be an old man's darling, than a young man's slave
Find yourself an older man. Much better to be an old man's darling, than a young man's slave.
1980. J. Marcus Marsh Blood ix.
57e Charity covers a multitude of sins
Charity, after all, can cover up a multitude of sins.
1982. G. Hammond Game xvi.
72e Don't judge a book by its cover.
Appreciate your allowing me to participate, but you should be less trusting, Ellie—can't always judge a book by its cover.
1984. Thin Woman xii.
116c History repeats itself
History tends to defy the familiar aphorism; whether national or personal, it seldom repeats itself.
1957. V. Brittain Testament of Experience 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
118e Honesty is the best policy
It is not a phrase I'm particularly fond of, for it endorses a virtue not for itself but for practical reasons, yet it bears repeating: Honesty is still the best policy.
2001. Washington Times 17 July A18
177c Patience is a virtue
That was only three days ago. Why don't you ferret her out? Patience is and always was a virtue.
1858. Trollope Dr. Thorne I. xiv.
182b Prevention is better than cure
Prevention is much preferable to Cure.
1732. T. Fuller Gnomologia no. 3962
198b Speech is silver, silence is golden
She will give a pound note to the collection if I would cut my eloquence short, so in this case, though speech is silver, silence is certainly golden.
1936. W. Holtby South Riding I. iv.
223c The weakest go to the wall
You will be thrashed all day long. The weakest always goes to the wall there.
1834. Marryat Peter Simple I. v.
233d Truth is stranger than fiction
There are times when truth is indeed stranger than fiction, when the teller of true tales can report things that we would dismiss as preposterous inventions should a novelist try to put them over on us.
2001. Washington Post 25 June C2
Penyisipan adverbia yang pertama terdapat pada korpus 17c, Pada korpus
tersebut, kita melihat adanya adverbia yang muncul untuk memodifikasi proverba
yaitu adverbia truly yang memodifikasi proverba “An englishman's house is his
castle” sehingga berbentuk “A man's own house is truly his castle.” Adverbia
truly ini muncul di tengah kalimat proverba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Pada korpus 35 kita melihat adanya adverbia ever yang muncul untuk
memodifikasi proverba “A rolling stone gathers no moss” yaitu pada data 35b.
Selain kemunculan penyisipan ever, terjadi juga fenomena yang lain yaitu adanya
substitusi verba gathers dengan frasa is bare of. Munculnya dua fenomena ini
menyebabkan bentuk proverba terlihat cukup berbeda dari bentuk bakunya.
Pada korpus 43 di atas, kita melihat adanya dua adverbia yang muncul untuk
memodifikasi proverba “Bad news travels fast.” Pada korpus 43a, adverbia
always ditemukan melakukan pengembangan proverba. Pada korpus ini pula
ditemukan adverbia lain yang juga melakukan pengembangan yaitu adverbia
certainly yaitu 43d.
Pada 46d kita melihat adanya adverbia much yang muncul untuk
memodifikasi proverba “Better be an old man's darling, than a young man's
slave.” Dengan adanya adverbia much ini maka kalimat proverba berubah
menjadi; “Much better to be an old man's darling, than a young man's slave.”
Posisi kemunculan much berada di awal kalimat proverba.
Pada korpus 57e di atas, terdapat dua frasa adverbial yang masuk untuk
mengembangkan kalimat proverba yang berbunyi “Charity covers a multitude of
sins.” Adverbia yang dimaksud di sini adalah adverbia after dan up. Dengan
masuknya adverbia ini, kalimat proverba 57e berbentuk lebih panjang yaitu
“Charity, after all, can cover up a multitude of sins.”
Pada korpus 72, adverbia always juga ditemukan yaitu pada 72e. Adverbia
ini muncul untuk memodifikasi verba judge yang ada pada proverba 72e. Selain
penyisipan adverbia always, kita juga menjumpai adanya fenomena substitusi
yaitu substitusi auxiliari don’t dengan modal can’t. Munculnya dua fenomena ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
menyebabkan proverba yang berbunyi “ Don't judge a book by its cover” berubah
menjadi “ Can't always judge a book by its cover.” Dengan hadirnya adverbia ini,
kalimat proverba 72e menjadi sedikit lebih panjang dan berbeda.
Pada data 116c kita melihat adanya adverbia yang lain yaitu adverbia seldom
yang muncul untuk memodifikasi proverba “History repeats itself” sehingga
menjadi “It seldom repeats itself.” Penyisipan adverbia ini dapat dilihat pada buku
berjudul “Testament of Experience”
Pada 118a, terdapat adverbia still yang memodifikasi kalimat proverba
“Honesty is the best policy” sehingga menjadi “Honesty is still the best policy.”
Penyisipan adverbia ini dapat dilihat pada surat kabar “Washington Times” edisi
17 July 2001.
Adverbia always juga ditemukan pada 177c. Pada korpus tersebut, proverba
yang berbunyi “Patience is a virtue” mendapat sisipan adverbia always sehingga
menjadi “Patience is and always was a virtue.” Pada proverba ini, to be bentuk
past yaitu was juga disisipkan ke dalam kalimat proverba sehingga proverba
tersebut memiliki dua kopula yaitu is dan was.
Selain pada 46d, penyisipan adverbia much juga dapat dilihat pada korpus
nomor 182b. Pada korpus 182b ini, adverbia much terlihat mengekspansi kalimat
proverba “Prevention is better than cure” sehingga menjadi “Prevention is much
preferable to cure.” Pada 182b, selain proverba tersebut mengalami penyisipan,
proverba tersebut juga mengalami fenomena substitusi yaitu adjektiva better yang
disubstitusi oleh adjektiva preferable.
Adverbia certainly juga ditemukan pada korpus 198. Adverbia ini masuk
dan menyisip pada kalimat proverba “Speech is silver, silence is golden” yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
pada 198b. Dengan munculnya adverbia certainly ini, maka kalimat proverba
berkspansi menjadi “Speech is silver, silence is certainly golden.”
Adverbia always yang terakhir muncul pada 223c. Pada 223c juga
ditemukan adverbia there yang memodifikasi proverba “The weakest go to the
wall.” Munculnya dua adverbia ini menyebabkan kalimat proverba 223c menjadi
makin panjang dan berbunyi “The weakest always goes to the wall there.”
Demikian juga pada data 233d, terdapat adverbia indeed yang memodifikasi
proverba “Truth is stranger than fiction” sehingga menjadi “Truth is indeed
stranger than fiction.” Fenomena penyisipan ini dapat dilihat pada surat kabar
“Washington Post” edisi 25 Juni 2001.
(1.e) Ekspansi Proverba Pola Penyisipan Kata Tugas
Pola pengembangan kalimat proverba selanjutnya adalah berupa
penyisipan kata tugas. Dalam korpora proverba, ditemukan banyak jenis
penyisipan kata tugas. Namun, apabila fenomena ini dibahas seluruhnya akan
memakan banyak tempat, maka hanya hanya beberapa kata tugas yang disebutkan
yaitu beberapa kata tugas yang termasuk dalam jenis pronomina, determiner,
preposisi, dan auxiliari.
(1.e.1) Penyisipan Pronomina
Terdapat beberapa pronomina yang disisipkan pada kalimat proverba
yang terdapat pada 4 korpus yaitu korpus 14, korpus 24, dan korpus 35.
Tabel 4.53. Data 112: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Pronomina
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
14a Ask no questions and hear no lies
ask me no questions and I'll tell you no fibs.
1773. Goldsmith She stoops to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
Conquer III . 51
14d Ask no questions and hear no lies
Them that asks no questions isn't told a lie—Watch the wall, my darling, while the Gentlemen go by!
1906. R. Kipling Puck of Pook's Hill 252
14e Ask no questions and hear no lies
Charlie put his finger to his nose. ‘Them that asks no questions, don't get told no lies, that's what my old mother used to say,’ he said.
1997. R. Bowen Evans Above vi. 65
Pada korpus 14 kita melihat adanya tiga jenis pronomina yang muncul untuk
memodifikasi proverba “Ask no questions and hear no lies.” Tiga pronomina
tersebut adalah pronomina me dan you dan pronomina them. Pronomina me dan
you muncul pada 14a, sedang pronomina them muncul pada data 14d dan 14e.
(1.e.2) Penyisipan Determiner
Penyisipan kata tugas jenis kedua adalah penyisipan determiner. Dalam
konteks ini yang disebut determinar adalah berupa artikel (a, an, dan the), serta
quantifier (some, any, dan sejenisnya). Penyisipan kata tugas ini banyak
ditemukan. Namun karena terlalu banyak, maka hanya beberapa yang diambil
sebagai contoh penyisipan jenis ini. Adapun contoh penyisipan jenis ini dapat
dilihat pada korpus 24, korpus 35, dan korpus 60.
Tabel 4.54. Data 113: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Determiner
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
24b A door must either be shut or open
Fiction pleads in vain for detailed treatment. For all doors must be shut or open; and this door must now be shut.
1896. G. Saintsbury Hist. Nineteenth-Century Literature vii.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
60e Constant dropping wears away a stone
The constant dripping water can wear away the toughest stone.
1963. E. S. Gardner Case of Mischievous Doll vii.
Pada korpus 24 kita melihat adanya determiner all yang muncul untuk
memodifikasi proverba “A door must either be shut or open.” Kata all termasuk
dalam kategori determiner tak tentu. Dengan adanya pronomina ini, Proverba
tersebut berbunyi “All doors must be shut or open.” Pada data ini juga ditemukan
fenomena substitusi yaitu adanya pergantian kata either dengan kata must.
Kata tugas kedua yang ditemukan dalam korpora data yang memiliki
fungsi sebagai pengembang proverba terdapat pada 60e. Kata tugas tersebut
berbentuk determiner (tepatnya artikel) the yang muncul mengawali frasa nominal
constant dripping dan toughest stone. Dengan masuknya kata stone, proverba
yang semula berbunyi “Constant dropping wears away a stone” berkembang
menjadi “The constant dripping water can wear away the toughest stone.” Kata
tugas the muncul bersama nomina water dan adjektiva toughest untuk
mengembangkan bentuk dasar proverba ini.
(1.e.3) Penyisipan Preposisi
Penyisipan kata tugas jenis ketiga adalah penyisipan preposisi. Penyisipan
kata tugas ini tidak sebanyak penyisipan kata tugas lainnya, dan hanya ditemukan
1 dalam korpora. Adapun contoh penyisipan jenis ini dapat dilihat pada korpus 74.
Tabel 4.55. Data 114: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Preposisi
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
74a East or west, home's best
‘East and west, at home the best’ (German). Ost und West, daheim das Best.
1859 W. K. Kelly Proverbs of all Nations 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Pada 74a kita melihat adanya preposisi at yang muncul untuk memodifikasi
proverba “East or west, home's best.” Dengan masuknya preposisi ini, proverba
tersebut kemudian berbunyi “East and west, at home the best.” Dalam kalimat
proverba yang terakhir ini juga kita bisa melihat adanya fenomena substitusi yaitu
konjungsi or disubstitusi oleh konjungsi and.
(1.e.4) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Auxiliari
Penyisipan kata tugas jenis keempat adalah penyisipan auxiliari.
Penyisipan kata tugas jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan. Setidaknya
ada 2 alasan mengapa penyisipan auxiliari banyak ditemukan yaitu:
(1) auxiliari memegang peranan penting dalam proses transformasi kalimat karena
selalu dipakai dalam proses transformasi tersebut;
(2) auxiliari adalah kata tugas yang memiliki jenis banyak dan hampir seluruh
kalimat yang melibatkan tenses di dalamnya menggunakan auxiliari.
Contoh penyisipan auxiliari ini dapat dilihat pada korpus 51, 63, 89, dan 90.
Tabel 4.56. Data 115: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Auxiliari
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
51a Birds of a feather flock together
Birdes of a feather will flocke together.
1599. J. Minsheu Spanish Grammar 83
51b Birds of a feather flock together
Our English Proverb That birds of a feather will flock together. To be too intimate with sinners, is to intimate that you are sinners.
1660. W. Secker Nonsuch Professor 81
63a Dead men tell no tale
Twere best To knock um i th head. The dead can tell no tales.
1664. J. Wilson Andronicus Comnenius I. iv.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
89c Familiarity breeds contempt
Perhaps, if I heard Tennyson talking every day, I shouldn't read Tennyson. Familiarity does breed contempt.
1869. Trollope He knew He was Right II . lvi.
90a Findings keepings The scoundrels said, ‘Findings are keepings, by the laws of our country; and as we found your cows, so we will keep them.’
1863. J. H. Speke Discovery of Source of Nile V.
Pada 4 korpus di atas yaitu pada korpus 51, korpus 63, korpus 89, dan
korpus 90, kita melihat adanya beberapa auxiliari yang muncul untuk
memodifikasi proverba. Jenis auxiliari yang muncul pada 4 korpus tersebut ada 3,
yaitu auxiliari modal, auxiliari murni dan to be.
Auxiliari modal dapat dilihat pada 51 dan 63 yaitu berupa modal will dan
can. Will memodifikasi proverba “Birds of a feather flock together” menjadi
“Birdes of a feather will flocke together” (51a dan 51b). Can memodifikasi
“Dead men tell no tale” menjadi “The dead can tell no tales” (63a). Pada korpus
ini juga ditemukan ekspansi dengan menggunakan penambahan determiner the.
Auxiliari murni dapat dilihat korpus 89 di atas yaitu berupa auxiliari does.
Pada data 89c, auxiliari does memiliki fungsi untuk penekanan pada satu hal.
Modal ini memodifikasi kalimat proverba yang semula “Familiarity breeds
contempt” menjadi “Familiarity does breed contempt.”
Auxiliari jenis terakhir yang ditemukan dapat dilihat korpus 90 di atas yaitu
berupa to be are. Pada data 90a, to be is memiliki fungsi untuk membantu kata
kerja keep merubah tensenya menjadi present progressive. Modal ini
memodifikasi kalimat proverba yang semula “Findings keepings” menjadi
“Findings are keepings”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
(1.e.5) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan to Infinitif
Penyisipan kata tugas jenis terakhir adalah penyisipan to infinitif (to yang
mengikuti V bentuk 1). Penyisipan kata tugas jenis ini hanya ditemukan 1 dalam
korpora dan dapat dilihat pada korpus 48.
Tabel 4.57. Data 116: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan to Infnitif
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
48c Better be safe than sorry
It's not that I want to shut you in but—well, it's better to be safe than sorry.
1972. J. Wilson Hide & Seek vii.
Pada data 48c kita melihat adanya to infinitif yang muncul mengawali V be.
Kemunculan to ini memodifikasi proverba yang semula berbunyi “Better be safe
than sorry” menjadi “It's better to be safe than sorry.” Dalam kalimat proverba
yang terakhir ini juga kita bisa melihat adanya fenomena ekspansi yang lain yaitu
frasa it is. Fenomena ekspansi proverba dengan pola penyisipan frasa dapat dilihat
pada bagian selanjutnya.
(2) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa
Pola pengembangan kalimat proverba tidak hanya ditemukan dengan
menggunakan part of speech saja. Di beberapa data yang ada pada beberapa
korpus juga ditemukan pola pengembangan dengan menggunakan frasa.
(2.a) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Nominal
Ekspansi kalimat proverba dengan menyisipkan frasa yang pertama adalah
penyisipan frasa nominal. Penyisipan jenis ini terdapat pada 2 korpus yaitu korpus
6, dan 183. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Tabel 4.58. Data 117: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Nominal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
6a All's fair in love and war
In love and war, every stratagem is fair, they say.
1845. G. P. R. James Smuggler II. iv.
183c Procrastination is the thief of time
Far from being the thief of Time, procrastination is the king of it.
1935. O. Nash Primrose Path 100
Pada korpus 6 di atas, terutama kata bergaris bawah yang ada pada data 6a,
kita dapat melihat adanya penyisipan frasa nomina. Frasa nominal yang dimaksud
di sini adalah frasa nominal every stratagem yang muncul dan memodifikasi
determiner all sehingga kalimat proverba tersebut kemudian menjadi “ In love and
war, every stratagem is fair.” Contoh kedua yang berhubungan dengan penyisipan
nomina ada pada korpus 183 berikut ini.
Pada korpus 183, ditemukan FN the king yang memiliki peran untuk
mengekspansi kalimat proverba yang berbunyi “ Procrastination is the thief of
time.” Dengan munculnya FN ini, maka proverba tersebut berbunyi lebih panjang
menjadi “From being the thief of time, procrastination is the king of it.” Selain
adanya penambahan FN, terdapat juga penambahan konstituen yang lain yaitu
adverbia from yang posisinya fronting. Susunan proverba pada data 183 inipun
pada akhirnya mengalami permutasi yaitu pindahnya bagian pelengkap subjek the
thief of time yang berada pada akhir kalimat menuju ke awal kalimat.
(2.b) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Verbal
Ekspansi kalimat proverba dengan menyisipkan frasa yang kedua adalah
berupa penyisipan frasa verbal. Penyisipan jenis ini hanya terdapat pada 3 korpus
yaitu korpus 95, 151 dan 220. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada data berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Tabel 4.59. Data 118: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Verbal
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
95b First impressions are the most lasting
I didn't like to run the chance of being found drinking it for first impressions, you know, often go a long way, and last a long time.
1844 Dickens Martin Chuzzlewit v.
151b Many hands make light work
Most hands dispatch apace, and make light work, (the proverb says).
1678 S. Butler Hudibras III . ii.
220d The proof of the pudding is in the eating
With respect to the scheme. I've known soldiers adopt a worse stratagem. There's a proverb however, I've always thought clever. The proof of the pudding is found in the eating.
1842 R. H. Barham Ingoldsby Legends 2nd Ser. 25
FV yang mengekspansi proverba dapat dilihat pada 95b. FV
mengembangkan proverba yang berbunyi “First impressions are the most lasting”
menjadi “First impressions often go a long way, and last a long time.” Pada data
tersebut, dapat dilihat fenomena modifikasi proverba melalui substitusi yaitu FV
are the most lasting dengan FV bentuk lain go a long way, and last a long time
Pada korpus 151, ditemukan FV dispatch apace yang mengekspansi kalimat
proverba “Many hands make light work.” Adanya penyisipan FV ini
menyebabkan proverba tersebut berkembang menjadi menjadi “ Most Hands
dispatch apace, and make light work.” Selain FV, Kon and ikut pula menambah
panjang bunyi proverba ini.
Pada korpus 220, ditemukan FV yang memiliki peran untuk mengekspansi
kalimat proverba. Proverba yang berbunyi “The proof of the pudding is in the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
eating” dikembangkan oleh FV is found pada 220d sehingga menjadi “ The proof
of the pudding is found in the eating.”
(2.c) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adjektival
Penyisipan frasa ketiga adalah penyisipan frasa adjektival. Penyisipan
jenis ini hanya terdapat pada dua korpus yaitu korpus 26 dan 211. Untuk lebih
jelanya dapat dilihat pada data berikut.
Tabel 4.60. Data 119: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adjektival
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
26a A fault confessed is half redressed
A fault confessed is more than half amends, but men of such ill spirite as your selfe Worke crosses [arguments] and debates twixt man and wife.
1592. Arden of Feversham H1V
211c The exception proves the rule
As for the dictum about Temple Bar, why, the case of Poddle and Shaddery might be one of those very exceptions whose existence is necessary to the proof of every general rule.
1863. W. S. Gilbert in Cornhill Mag. Dec. VIII. 727
Pada korpus 26d, terdapat frasa adjektival yang memodifikasi bunyi
proverba yaitu “A fault confessed is half redressed.” Frasa Adjektival tersebut
adalah frasa adjektiva more than.
Demikan juga pada korpus 221, juga terdapat frasa adjektival yang
memodifikasi bunyi proverba yaitu “The exception proves the rule.” Frasa
adjektival tersebut adalah frasa adjektiva every general
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
(2.d) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adverbial
Pola pengembangan kalimat proverba dengan pola penyisipan frasa
adverbial tidak sebanyak pengembangan kalimat proverba dengan pola penyisipan
adverbia. Dalam korpora data, hanya terdapat tiga korpus yang di dalamnya
terdapat penyisipan frasa adverbial yaitu korpus 17e dan 17f, 45d dan 243c.
Tabel 4.61. Data 120: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Adverbial
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
17e An englishman's house is his castle
An Englishman's house may be his castle, but does it follow that his garden is his forest?
1998. Garden (Royal Horticultural Society) May 313
17f An englishman's house is his castle
An Englishman's home is no longer his castle. Thanks to gun control zealots, England has become the land of choice for criminals.
2002. Washington Times 1 Aug. A14
45d Beauty is in the eye of the beholder
This at once confirmed the conclusion that I had just reached after studying the photographs of the child Wladyslaw: beauty is not merely in the eye but also in the imagination of the beholder.
2001. Spectator 8 Dec. 58
243c United we stand, divided we fall
Threatened, mocked, hounded, the churches—or at least, their more enlightened leaders—are belatedly moving towards the view that ‘united we might just stand, but divided we most certainly fall’.
2002. Times 2 13 June 7
Penyisipan adverbia yang pertama terdapat pada korpus 17 utamanya pada
data 17e, dan 17f. Pada tiga data tersebut, kita melihat adanya 2 jenis frasa
adverbial yang muncul untuk memodifikasi 2 proverba yaitu frasa adverbial may
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
be dan frasa adverbial no longer yang memodifikasi proverba “An englishman's
house is his castle” sehingga berbentuk “ An Englishman's house may be his
castle,” (17e), dan “An Englishman's home is no longer his castle” (17f).
Pada data 45 ditemukan penyisipan dua frasa adverbial, yaitu frasa not
merely dan but also seperti yang terlihat pada korpus “Beauty is in the eye of the
beholder.” Dengan adanya penyisipan ini, maka kalimat proverba diekspansi
menjadi “United we might just stand, but divided we most certainly fall.”
Demikian juga pada korpus 243. Pada korpus tersebut terdapat frasa
adverbial might just yang memodifikasi kalimat United we stand dan frasa
adverbial most certainly yang memodifikasi kalimat divided we fall seperti yang
terlihat pada korpus berikut.
(2.e) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Preposisional
Pola pengembangan kalimat proverba yang kelima yang berupa penyisipan
frasa adalah penyisipan frasa preposisional. Dalam korpora data, hanya terdapat 1
frasa yang ditemukan disisipkan pada kalimat proverba seperti yang terdapat pada
korpus yaitu pada data 119d.
Tabel 4.62. Data 121: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Frasa Preposisional
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
68e Do as you would be done by
Do unto others as you would be done by’ was a more positive social prescription of societies like Toronto.
1991. T. Mo Redundancy of Courage xxix. 394
Korpus 68d menunjukkan bahwa terdapat frasa preposisional yaitu frasa
unto others yang mengembangkan proverba “Do as you would be done by.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
Dengan disisipkannya frasa preposisional ini, kalimat proverba tersebut kemudian
berkembang menjadi “Do unto others as you would be done by.”
(3) Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Klausa
Pola pengembangan kalimat proverba yang terakhir adalah berupa
penyisipan klausa. Dalam korpora data, hanya terdapat 1 klausa yang ditemukan
disisipkan pada kalimat proverba seperti yang terdapat pada korpus yaitu korpus
119, data 119d.
Tabel 4.63. Data 122: Ekspansi Proverba dengan Pola Penyisipan Klausa
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
119d Hope for the best and prepare for the worst
‘We must all hope for the best,’ Mrs. Seeton chided him gently. ‘As my nanny used to say: “Hope for the best, expect the worst—and take what comes.”
1999. ‘H. Crane’ Miss Seeton's Finest Hour i. 7
Pada korpus 119 di atas, terdapat kalimat proverba yang mengalami
pengembangan yaitu pada 119d. Pada korpus tersebut, terdapat kalimat and take
what comes yang ditambahkan pada proverba “Hope for the best and prepare for
the worse.” Selain dimodifikasi dengan penambahan kalimat, proverba ini juga
dimodifikasi dengan sbstitusi yaitu penggantian verba prepare dengan verba
expect.
(4) Pola Kompleks: Sebuah Catatan Kecil
Dalam beberapa kasus, pola-pola modifikasi bunyi proverba teryata tidak
dilakukan hanya dengan menggunakan satu pola saja seperti pola ekspansi atau
pola-pola lainnya, tapi dapat menggunakan dua, tiga atau empat pola sekaligus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
sehingga tidaklah mengherankan jika ternyata suatu ketika kita menemukan
sebuah proverba ketika dipakai dalam konteks tulis, berbentuk sangat berbeda
dengan bentuk bakunya.
Beberapa proverba yang berbunyi jauh berbeda dengan bentuk bakunya
karena dimodifikasi oleh beberapa pola sekaligus dapat dilihat pada beberapa
korpus berikut.
Tabel 4.64. Data 123: Ekspansi Proverba dengan Pola Kompleks
Nomor Korpus
Bunyi Baku Proverba
Variasi Bunyi Proverba Sumber
34a A prophet is not without honour save in his own country
‘The captain, like the prophets of old, is but little honoured in his own country.
1771. Smollett Humphry Clinker III. 92
70a Don't change horses in mid-stream
I am reminded of a story of an old Dutch farmer, who remarked to a companion once that ‘it was best not to swap horses when crossing streams’.
1864. A. Lincoln Collected Works (1953) VII. 384
70b Don't change horses in mid-stream
‘If ours is the true religion why do you not become a Catholic?’ ‘Reverend father, we have a proverb in England never to swap horses while crossing a stream’.
1929. R. Graves Good-bye to All That xxiii.
72a Don’t judge a book by its cover
You can't judge a book by its binding.
1929. American Speech IV. 465
72c Don’t judge a book by its cover
This is a nice respectable street, wouldn't you say, sir?.. Unfortunately, sir, you can't tell a book by its cover.
1954. Journal of Edwin Carp 131
72e Don’t judge a book by its cover
Appreciate your allowing me to participate, but you should be less trusting, Ellie—can't always judge a book by its cover.
1984. Thin Woman xii.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
72f Don’t judge a book by its cover
The old saying goes that you can't judge a book by its cover. Now that's even true of the ones labeled ‘Holy Bible.’
1995. Washington Times 2 Dec. C3
84c Example is better than precept
Example draws where Precept fails, And Sermons are less read than Tales.
1708. M. Prior Literary Works (1971) I. 535
103a give credits where credit is due
May Honor be given to whom Honor may be due.
1777. S. Adams Letter 29 Oct. in Collections of Massachusetts Hist. Society (1917) LXXII. 375
103c give credits where credit is due
The justice and magnanimity which would show ‘honour to whom honour is due’ is not always found equal to the occasion when it involves the granting of a degree.
1894. Girl's Own Paper 6 Jan. 228
161d Nothing so bad but it might have been worse
Farmers will regard the meteorological changes as illustrating the ancient axiom to the effect that circumstances are never so bad that they cannot be worse.
1908. Times 5 Oct. 3
207b The devil finds work for idle hands to do
If the Devil find a Man idle, he'll set him on Work.
1721. J. Kelly Scottish Proverbs 221
207f The devil finds work for idle hands to do
‘I've slaved in your salt mines for twenty years without a day off.’ ‘You can have thirty minutes off.’ ‘Why didn't you give the poor soul more time off?’ ‘Idle hands work for the devil, Poulet.’
2002. Washington Times 14 Mar. D6 (Crock comic strip)
236e Two dogs are fighting for a bone, a third runs
While the major companies continue to argue among themselves
1983. Practical Computing June 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
away with it
they are in a poor position to police the rest of the industry. When two alsatians are fighting over a large bone, a passing poodle can easily walk off with it.
Pada korpus 34a kita melihat sebuah proverba yang berbunyi “A prophet is
not without honour save in his own country” mengalami variasi bentuk ketika
berada dalam konteks karya tulis “Humphry Clinker.” Pada karya tersebut,
kalimat baku proverba bervariasi menjadi “The prophets of old, is but little
honoured in his own country.” Variasi ini muncul melibatkan beberapa pola
perubahan seperti ekspansi yaitu penambahan frasa of old, substitusi yaitu
substitusi a menjadi the, serta substitusi not without honour dengan but little
honoured.
Pada korpus 70a terdapat kalimat proverba yang berbunyi “Don't change
horses in mid-stream” bervariasi bentuk menjadi not to swap horses when
crossing streams. Variasi bentuk ini melibatkan ekspansi, substitusi, serta
pelesapan. Auxiliari don’t disubstitusi oleh frasa not to, verba change disubstitusi
oleh verba swap, preposisi in disubstitusi oleh frasa adverbial when crossing, serta
adverbia mid mengalami pelesapan. Variasi bentuk yang terjadi pada 72b juga
melibatkan ekspansi, substitusi dan pelesapan. Pada 72b, kalimat proverba “Don't
change horses in mid-stream” bervariasi menjadi “Never to swap horses while
crossing a stream.” Auxiliari don’t disubstitusi oleh frasa never to. Verba change
disubstitusi oleh verba swap, preposisi in disubstitusi oleh frasa adverbial when
crossing, serta adverbia mid mengalami juga pelesapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
Pada korpus 72a kita melihat kalimat proverba “Don’t judge a book by its
cover” bervariasi bentuk menjadi “You can't judge a book by its binding.”
Perubahan ini melibatkan ekspansi yaitu penambahan pronomina you, substitusi
yaitu pergantian auxilari don’t menjadi modal can’t, serta substitusi nomina cover
dengan nomina binding. Pada 72c proverba “Don’t judge a book by its cover”
bervariasi menjadi “You can't tell a book by its cover.” Sama seperti 72a, variasi
ini melibatkan ekspansi dan substitusi. Pada 72e proverba “Don’t judge a book by
its cover” bervariasi menjadi “Can't always judge a book by its cover.” Variasi ini
melibatkan ekspansi dan substitusi. Demikian juga pada 72f. Variasi yang terjadi
pada korpus ini melibatkan fenomena ekspansi dan substitusi.
Pada 84c, kalimat proverba “Example is better than precept” bervariasi
bentuk menjadi “ Example draws where precept fails.” Perubahan ini melibatkan
pola substitusi yaitu pergantian to be is dengan verba draw, serta ekspansi yaitu
penambahan adverbia where dan verba fail.
Pada 103a, kalimat proverba yang berbunyi “Give credits where credit is
due” bervariasi bentuk menjadi “ May honor be given to whom honor may be
due.” Variasi ini terjadi karena adanya dua fenomena yaitu ekspansi dan
substitusi. Ekspansi mencakup penambahan klausa may honor be given to whom,
sedangkan substitusi mencakup pergantian nomina credits dengan nomina honor.
Pada 103c, kalimat proverba “Give credits where credit is due” bervariasi
menjadi “Show ‘honour to whom honour is due.” Variasi ini melibatkan substitusi
hampir seluruh konstituen pembentuk kalimat proverba tersebut. Verba give
disubstitusi oleh verba show. Nomina credits disubstitusi oleh nomina honor.
Adverbia where disubstitusi oleh frasa preposisional yaitu to whom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214
Pada 161d kalimat proverba “Nothing so bad but it might have been worse”
bervariasi bentuk menjadi “Circumstances are never so bad that they cannot be
worse.” Pada 161d, pronomina nothing disubstitusi oleh nomina circumstances.
To be are dan adverbia never masuk dan mengekspansi kalimat proverba.
Konjungsi but disubstitusi oleh konjungsi that. Pronomina it disubstitusi oleh
pronomina the. Frasa have been juga disubstitusi oleh frasa cannot be.
Kalimat proverba yang berbunyi “The devil finds work for idle hands to do”
mengalami variasi bentuk yaitu pada 207b dan 207f. Pada 207b, kalimat proverba
tersebut berubah menjadi “If the Devil find a Man idle, he'll set him on work,”
sedangkan pada 207f, kalimat proverba tersebut menjadi “Idle hands work for the
devil.” Pada 207b fenomena variasi bentuk yang terlihat adalah ekspansi,
substitusi dan pelesapan, sedangkan pada 207f, fenomena perubahan yang terjadi
adalah pelesapan dan permutasi.
Kalimat proverba lainnya yang mengandung fenomena variasi bentuk
dengan pola kompleks terdapat pada korpus 236e. Kalimat proverba pada korpus
tersebut berbunyi “Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it.”
Setelah mengalami beberapa proses modifikasi seperti ekspansi dan substitusi,
kalimat proverba tersebut menjadi “When two alsatians are fighting over a large
bone, a passing poodle can easily walk off with it.” Pada bentuk baru tersebut kita
dapat melihat adanya ekspansi dengan penambahan adverbia when, serta frasa
adverbial can easily, substitusi nomina dogs dengan alsatians, substitusi proposisi
for dengan preposisi over, serta substitusi frasa verbal runs away dengan frasa
verbal walk off.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba
Proverba, secara internal memiliki bagian yang dapat dipisahkan. Secara
kasat mata, kita dapat melihat bahwa proverba memiliki dua bentuk yaitu bentuk
lahir dan bentuk batin.
Bentuk lahir (kita dapat menyebutnya juga sebagai struktur generik)
adalah kalimat-kalimat proverba yang telah kita bahas pada bagian A dan B, yaitu
kalimat-kalimat dengan struktur bervariasi dan masih belum mendapat
pemaknaan. Pada penelitian ini, yang dimaksud bentuk lahir proverba adalah
kalimat-kalimat proverba yang berjumlah 259 buah yang terdapat dalam daftar
proverba. Daftar ini dapat dilihat pada bagian lampiran tesis ini.
Bentuk batin adalah makna-makna yang didapat dari bentuk lahir. Bentuk
batin ini dapat saja sangat mirip atau berbeda jauh dengan bentuk lahirnya,
tergantung pada pilihan kata (selanjutnya disebut leksikon), apakah ada
simbolisasi atau ikonisasi pada bentuk lahir proverba tersebut ataukah tidak.
Kajian proverba pada bagian ini terletak masih seputar bentuk lahir, yaitu
kajian terhadap pemanfaatan leksikon atau pola-pola pemilihan leksikon untuk
membangun proverba. Sangat sulit bagi kita untuk menemukan mengapa sebuah
leksikon dipilih untuk membangun proverba dari leksikon yang lain karena
proverba tidak diketahui siapa yang menciptakan dan bagaimana proses
penciptaannya sehingga tidak mungkin bagi kita menemukan informan yang dapat
menjawab ini. Karenanya kita tidak akan mengkaji proverba dengan pendekatan
ini. Meskipun kita tidak dapat menjelaskan alasan pemilihan leksikon untuk
membentuk proverba, namun setidaknya kita masih dapat melihat kecendrungan
dari masyarakat pembuat proverba masa lampau dalam memilih leksikon sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
pembentuk proverba. Kecendrungan ini dapat dilihat dari pola-pola pilihan
leksikon yang dapat dianalisis dengan mengamati bentuk lahir proverba.
Leksikon-leksikon yang menjadi unsur pembentuk proverba ini dapat
didiskusikan menggunakan 3 pendekatan yaitu:
(1) pendekatan pilihan lesikon dalam membangun bentuk lahir proverba,
(2) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat fenomena
pemanfaatan aspek bunyi, dan
(3) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat style (gaya bahasa).
a. Pilihan Leksikon dalam Membangun Bentuk Lahir Proverba
Kecendrungan menggunakan leksikon-leksikon tertentu dapat dilihat dari
pola-pola pilihan leksikon yang ada dalam kalimat-kalimat proverba bahasa
Inggris. Dengan mengelompokkan proverba berdasarkan penggunaan leksikon
yang sama untuk membangun kalimat dengan bentuk lahir (dan bentuk batin), kita
dapat melihat kecendrungan pembuat poverba bahasa Inggris dalam memilih
leksikon. Dari hasil pengelompokan yang dilakukan selama kegiatan penelitian,
didapat beberapa pola pilihan leksikon. Kegiatan pengelompokan ini ternyata juga
menghasilkan sebuah simpulan bahwa pola-pola pilihan leksikon ini dapat dibagi
menjadi tiga yaitu: (1) pola pilihan leksikon polimember, (2) pola pilihan leksikon
bimember, dan (3) pola pilihan leksikon monomember (sporadis).
Pola pilihan leksikon polimember adalah pola pilihan yang mana sebuah,
sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada tiga atau lebih proverba
bahasa Inggris (tiga atau lebih proverba bahasa Inggris memiliki korespondensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
bentuk pilihan leksikon). Ciri-ciri pilihan leksikon proverba tersebut didasarkan
pada beberapa hal yaitu:
(1) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada tiga atau lebih
proverba bahasa Inggris;
(2) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan untuk membangun
bentuk lahir (dan batin) dari tiga atau lebih proverba bahasa Inggris;
(3) pilihan leksikon tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan sebuah
formula sederhana.
Pola pilihan leksikon bimember adalah pola pilihan yang mana sebuah,
sepasang atau sekelompok leksikon digunakan oleh dua proverba (dua proverba
memiliki korespondensi bentuk pilihan leksikon). Pembagian tiga pola pilihan
leksikon proverba tersebut didasarkan pada beberapa hal yaitu:
(1) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada sepasang (dua)
proverba bahasa Inggris;
(2) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan untuk membangun
bentuk lahir (dan batin) dari sepasang (dua) proverba bahasa Inggris;
(3) pilihan leksikon tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan sebuah
formula sederhana.
Sedangkan pola pilihan leksikon monomember adalah pola pilihan
leksikon yang hanya dimiliki oleh 1 proverba saja.
Pembagian tiga pola pilihan leksikon proverba tersebut didasarkan pada 2
hal yaitu:
(1) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan pada satu proverba
bahasa Inggris;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
(2) sebuah, sepasang atau sekelompok leksikon digunakan untuk membangun
bentuk lahir (dan batin) satu proverba bahasa Inggris;
Adapun sebaran pola pilihan leksikon pembentuk proverba tersebut dapat dilihat
pada penjelasan berikut.
(1) Pilihan Leksikon Pola Polimember
Selama proses analisis data, ditemukan setidaknya ada 10 pola pilihan
leksikon polimember. Pola pilihan leksikon tersebut dapat dilihat pada beberapa
korpus. Proverba yang terkumpul dalam kumpulan korpus tersebut menunjukkan
korespondensi ciri sehingga dapat digeneralisasikan dalam sebuah rumus. Adapun
pola-pola pilihan leksikon dengan kategori pilihan polimember tersebut secara
berurutan dijelaskan dalam poin-poin berikut.
(1.a) Penggunaan Leksikon “Is”
Proverba yang paling jamak ditemui dalam korpus data adalah proverba
yang menggunakan leksikon is untuk membangun kalimat nonverbal. Bentuknya
yang sederhana memudahkan proverba jenis ini untuk diingat. Ciri-ciri umum
yang membedakan pola ini dengan pola lainnya adalah:
(1) penggunaan to be is yang diikuti oleh sebuah N/FN atau A/FA;
(2) memiliki makna umum sesuatu adalah sesuatu;
(3) rumus dalam bahasa Indonesia adalah ”A Adalah B.”
Meskipun subjudul di atas menerangkan tentang penggunaan leksikon is,
tidak menutup pula kemungkinan penggunaan leksikon are juga dimasukkan ke
dalam kelompok ini asalkan memenuhi syarat ketiga di atas yaitu memenuhi
rumus ”A adalah B.” Penggunaan are yang dimaksud adalah penggunaan are
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
pada proverba dengan nomor korpus 59. Is dan are dianggap tidak memiliki
perbedaan makna (sinonim). Kedua leksikon tersebut tersebut menjadi berbeda
karena mendapat pengaruh dari concord.
Di Indonesia, proverba jenis ini juga banyak ditemukan dan banyak pula
yang memiliki kemiripan baik bentuk lahir maupun bentuk batinnya. Seperti
beberapa contoh di bawah ini:
132 Knowledge is power Pengetahuan adalah kekuatan 194 Silence is golden Diam adalah emas 228 Time is money Waktu adalah uang
Data 124: Proverba Berpola “A Adalah B”
Proverba korpus 132, 194, dan 228 merupakan proverba yang memiliki
pola jenis ini. Contoh lain proverba jenis ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
17 An Englishman’s house is his castle 20 A bully is always a coward 26 A fault confessed is half redressed 28 A friend in need is a friend indeed 59 Comparisons are odious 80 Everybody's business is nobody's business 85 Exchange is no robbery 86 Experience is the father of wisdom 99 Forewarned is forearmed 117 Home is where the heart is 118 Honesty is the best policy 121 Hunger is the best sauce 126 Imitation is the sincerest form of flattery 145 Love is blind 152 Marriage is a lottery 156 Money is the root of all evil 162 Necessity is the mother of invention 168 No news is good news 173 One man's meat is another man's poison 177 Patience is a virtue 179 Possession is nine points of the law 183 Procrastination is the thief of time 187 Revenge is sweet 189 Seeing is believing 190 Self-praise is no recommendation 202 Sufficient unto the day is the evil thereof 204 The child is father of the man
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
229 Time is a great healer 240 The voice of the people is the voice of God 241 The longest way round is the shortest way home 244 Variety is the spice of life 247 Wedlock is a padlock 248 Well begun is half done 255 You are what you eat
Data 125: Contoh Lain Proverba berpola “A Adalah B”
(1.b) Penggunaan Leksikon “Make”
Penggunaan leksikon make cukup banyak dijumpai dalam daftar proverba.
Pilihan leksikon ini menempati posisi kedua setelah leksikon is. Ciri-ciri umum
yang membedakan pola ini dengan pola lainnya adalah:
(1) digunakannya verba make;
(2) rumus dalam bahasa Indonesia adalah ”A Membuat B”;
(3) entitas yang terlibat dalam proverba ini adalah sesuatu, pekerjaan (make), dan
hasil dari pekerjaan yang dilakukan sesuatu itu.
Contoh proverba jenis ini dapat dilihat pada data 126 berikut.
1 Absence makes the heart grow fonder 37 A still tongue makes a wise head 76 Empty vessels make the most noise. 91 Fine feathers make fine birds 107 Good fences make good neighbours 111 Haste makes waste 150 Manners maketh man 151 Many hands make light work 180 Practice makes perfect
Data 126: Proverba berpola “A Membuat B”
(1.c) Penggunaan Leksikon”No”
Proverba jenis ini ditujukkan lewat sebuah konteks bahwa entitas B tidak
akan pernah ada tanpa adanya A atau tanpa melalui proses A. Proverba dengan
pola ini dikenali dengan ciri-ciri yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
(1) rumus dalam bahasa Indonesia “Tidak Ada A Maka Tidak Ada B”;
(2) adanya penggunaan dua kata no yang mengikuti dua N yang berbeda;
(3) adanya pelesapan verba.
No pertama terletak di awal kalimat pertama, sedangkan no kedua terletak
di awal kalimat kedua. No kedua ini muncul setelah tanda koma. Munculnya tanda
koma ini merupakan pengganti dari verba yang telah dilesapkan. Proverba korpus
165, 166, 167, dan 168 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis ini.
164 No cross, no crown 165 No cure, no pay 166 No pain, no gain 167 No names, no pack-drill
Data 127: Proverba Berpola”Tidak Ada A Maka Tidak Ada B”
(1.d) Penggunaan Leksikon “And”
Pilihan leksikon selanjutnya adalah leksikon and (Mieder, (2004:14)
menyebutnya sebagai ”twin binary formula”). Leksikon ini bergabung dengan
leksikon lainnya untuk membentuk frasa verbal. Pola pilihan leksikon ini
memiliki ciri-ciri:
(1) penggunaan and untuk menggabungkan dua buah verba
(2) rumus dalam bahasa Indonesia ” A Dan B”
Proverba dengan no korpus 44, 102, dan 140 merupakan proverba yang memiliki
pola dengan jenis ini.
44 Bear and forbear 102 Give and take 140 live and learn
Data 128: Proverba Berpola “A dan B”
Proverba 44 terdiri dari verba bear dan forbear yang disatukan oleh kata
penghubung and. Proverba 102 terdiri dari kata give serta take yang hubungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
oleh kata and. Pada proverba 140, kata pembentuknya adalah kata live serta learn
yang juga dihubungkan dengan koordinator and. Pilihan leksikon and untuk
menghubungkan dua verba ini sangat unik dan khas.
Selain pemakaian leksikon and untuk menggabungkan dua verba, leksikon
and juga digunakan untuk menggabungkan dua buah klausa. Pola ini merupakan
variasi dari pola sebelumnya. Adapun ciri utama pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) penggunaan and untuk menggabungkan dua buah klausa;
(2) rumus dalam bahasa Indonesia ”Lakukan A Dan Lakukan B.”
Pola ini ini dapat dilihat pada contoh berikut ini.
14 Ask no questions and hear no lies 196 Spare the rod and spoil the child
Data 129: ”Lakukan A Maka Kamu Akan B”
Proverba 196 merupakan gabungan 2 klausa imperatif spare the rod, dan
spoil the child yang dihubungkan oleh konjungsi and. Demikian juga pada
proverba 14, merupakan gabungan dua klausa imperatif ask no question serta hear
no lies yang dihubungkan oleh konektor and.
(1.e) Penggunaan Pasangan Leksikon ”Do Not”
Pola pilihan pasangan leksikon jenis keempat adalah proverba dengan pola
pilihan pasangan leksikon imperatif “don’t.” Pilihan leksikon ini menempati
jumlah terbanyak keempat dari pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba
dalam korpora data. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) pengunaan auxiliari negatif don’t terletak di awal kalimat. Auxiliari negatif
tersebut mengawali kata kerja yang menjadi predikat kalimat sehingga
membentuk sebuah kalimat imperatif negatif;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
(2) bermakna sebuah larangan (jangan) melakukan sesuatu;
(3) rumus dalam bahasa Indonesia adalah “Jangan Lakukan A.”
Proverba dengan no korpus 70, 71, 72, dan 73 merupakan proverba yang
memiliki pola jenis ini. Adapun proverba ini dapat dilihat pada data berikut.
70 Don't change horses in mid-stream 71 Don't cross the bridge till you come to it 72 Don't judge a book by its cover. 73 Don't put all your eggs in one basket
Data 130: Proverba Berpola “Jangan A”
(1.f) Penggunaan Kelompok Leksikon ”Do Not Make”
Pola penggunaan leksikon jenis ketiga adalah pola penggunaan FV don’t.
Kelompok leksikon doesn’t make juga dapat dimasukkan dalam pola ini karena
bersifat sinonim dengan don’t make. Pilihan leksikon ini menempati jumlah
terbanyak ketiga pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora
data. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) digunakannya auxiliari negatif seperti don’t atau doesn’t sebelum V make;
(2) rumus dalam bahasa Indonesia adalah “A Tidak Membuat B.”
Di Indonesia proverba jenis ini juga lazim ditemukan seperti ”Harimau
tidak akan memakan anaknya sendiri, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”,
dan sebagainya. Proverba pada data 127 dengan nomor korpus 38, 205, dan 234,
dan 235 merupakan proverba yang memiliki pola pilihan leksikon dengan jenis
ini.
38 A swallow does not make a summer 205 The cowl does not make the monk 234 Two wrongs don't make a right 235 Two blacks don't make a white
Data 131: Proverba berpola ”A Tidak Akan Melakukan B”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
(1.g) Penggunaan Pasangan Leksikon “Every-Has”
Pola pilihan leksikon jenis kelima adalah proverba yang menggunakan
pola leksikon every. Pilihan leksikon ini menempati jumlah terbanyak kelima dari
pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora data. Ciri-ciri
umum pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) penggunaan determiner every sebelum N dan V has;
(2) melibatkan dua entitas (A dan B) dengan makna setiap A (entitas), memiliki B
(entitas);
(3) rumus dalam bahasa Indonesia adalah “Setiap A Pasti Memiliki B.”
Proverba jenis ini juga dikatakan unik karena menggunakan sandaran
absolutisme yaitu bawa setiap ada sesuatu pasti ada yang lain; setiap ada awan,
maka ada garis peraknya, setiap ada jack, pasti ada jill dan seterusnya. Bentuk
proverba seperti ini juga jarang dijumpai di Indonesia.
78 Every cloud has a silver lining 79 Every jack has his Jill 81 Every man has his price 83 Every bullet has its billet
Data 132: Proverba Bepola “Setiap A Pasti Memiliki B”
Proverba “A pasti memiliki B” menggunakan determiner every serta kata
has sebagai verbnya untuk menunjukkan kata “pasti.” Proverba dengan nomor
korpus 78, 79, 81, dan 83 merupakan proverba yang memiliki pola dengan jenis
ini.
(1.h) Penggunaan Pasangan Leksikon “ He Who”
Pola pilihan leksikon jenis ketujuh adalah proverba yang menggunakan
pola pasangan leksikon he who. Pilihan leksikon ini menempati jumlah terbanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
ketujuh dari pilihan leksikon dalam kalimat-kalimat proverba dalam korpora data.
Penunjuk klausa adjektival that juga dimasukkan dalam pola ini karena memiliki
sifat sinonim dengan who. Ciri-ciri umum pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) rumus dalam bahasa Indonesia “A Yang (Tidak) X Maka B”;
(2) bermakna sebab-akibat, ia yang melakukan sesuatu maka ia akan mendapat
konsekuensi dari apa yang dilakukannya;
(3) penggunaan klausa adjektiva yang memodifikasi nomina
Proverba dengan nomor korpus 112, 114, 115, dan 227 merupakan proverba yang
memiliki pola dengan jenis ini.
112 He who hesitates is lost 114 He that cannot obey cannot command 115 He who fights and runs away, may live to fight another day 226 They that sow the wind shall reap the whirlwind
Data 133: Proverba Berpola ”A yang (tidak) X maka B”.
(1.i) Penggunaan Pasangan Leksikon “Better Than”
Pola pilihan leksikon selanjutnya adalah pola pemakaian leksikon better
than (Mieder, (2004:13) menyebutnya sebagai ”proverbial comparisons”). Ciri
utama pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) penggunaan leksikon better than dalam struktur derajat komparatif;
(2) posisi better than dapat berada di awal kalimat atau di tengah;
(3) memiliki rumus bahasa Indonesia ” A Lebih Baik Dari B” dan ” Lebih Baik A
Dari B”
Bentuk pola yang pertama adalah ”A lebih baik dari B.” Pola ini
memperbandingkan satu entitas dengan entitas lainnya dengan menggunakan
adjektiva perbandingan seperti Adjektiva+er+than. Proverba dengan no korpus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
23, 53, 66, 84, 183, 220, 234, 238 merupakan proverba yang memiliki pola
dengan jenis ini.
84 Example is better than precept 182 Prevention is better than cure
Data 134: Proverba Berpola Perbandingan “A Lebih Baik Dari B”
Bentuk pola perbandingan yang kedua adalah “lebih A baik dari B.” Pola
ini juga memperbandingkan satu entitas dengan entitas lainnya dengan
menggunakan adjektiva perbandingan. Ciri khas dari pola ini adalah
digunakannya adjektiva komparatif better yang posisinya diletakkan di awal
kalimat. Proverba dengan nomor korpus 46, 47 dan 48 merupakan proverba yang
memiliki pola dengan jenis ini.
46 Better be an old man's darling, than a young man's slave 47 Better late than never 48 Better be safe than sorry
Data 135: Proverba Berpola Perbandingan “Lebih Baik A Dari B”
(2) Pilihan Leksikon Pola Bimember
Pola pilihan leksikon bimember lebih banyak jumlahnya dari pada pola
polimember. Pilihan leksikon ini memiliki ciri yang lebih kuat dari pola
polimember karena selain memainkan kata sebagai ruhnya, style ini juga
memperhatikan keindahan dan keunikan bentuk bahasa sehingga mampu
membedakan kalimat proverba yang berpola ini dengan kalimat biasa
(2.a) Penggunaan Leksikon “Let”
Pola bimember yang ketiga adalah proverba yang menggunakan verba
khas yaitu verba let. Di Indonesia, jarang dijumpai proverba yang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
kata “biarkan” sebagai komponen pembentuknya. Adapun ciri-ciri pola pilihan
leksikon ini adalah:
(1) penggunaan verba let
(2) bermakna pembiaran terhadap sesuatu, atau saran untuk tidak melakukan
perubahan terhadap sesuatu
(3) memiliki rumus bahasa Indonesia ” Biarkan A Untuk Melakukan B”
Proverba dengan nomor korpus 134 dan 135 merupakan proverba yang memiliki
pola dengan jenis ini.
134 Let sleeping dogs lie 135 Let the cobbler stick to his last
Data 136: Proverba Berpola “Biarkan A Untuk Melakukan B”
(2.b) Penggunaan Leksikon ”Like”
Pola bimember yang keempat adalah proverba yang menggunakan
adjektiva like. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) penggunaan adjektiva like
(2) memiliki dua unsur yang disamakan sifatnya, satu sebagai subordinat, satunya
lagi sebagai superordinat.
(3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”B Seperti A”
137 Like father like son 138 Like master, like man
Data 137: Kalimat Berpola ”B Seperti A”
Penggunaan kata like dimaksudkan untuk membentuk arti bahwa sifat atau
sikap B akan sama seperti A yang menjadi superordinatnya. Seperti proverba
bernomor 137, anak akan seperti bapaknya, dan pada proverba bernomor 138
budak akan seperti tuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
(2.c) Penggunaan Leksikon”For”
Pola pilihan leksikon bimember yang kelima adalah proverba yang
menggunakan leksikon for. Proverba pola ini adalah proverba berbentuk kalimat
pendek yang juga unik. Pola khas seperti ini juga hanya sedikit yang dijumpai
keberadaannya dalam kumpulan proverba bahasa Indonesia.
Proverba bahasa Indonesia yang serupa dengan proverba ini adalah
proverba “tangan dibalas dengan tangan” dan “mata dibalas dengan mata.”
Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon ini adalah:
(1) penggunaan preposisi for
(2) menghubungkan dua konstituen yang sama, seperti an eye dengan an eye,
nothing dengan nothing dan seterusnya.
(3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”A Untuk A”
18 An eye for an eye 169 Nothing for nothing
Data 138: Proverba Berpola ”A Untuk A”
(2.d) Penggunaan Pasangan Leksikon ”All-That”
Pola pilihan leksikon kategori bimember yang kedua adalah pola pilihan
pasangan leksikon all-that. Bentuk pola bimember ini melibatkan sepasang
konstituen khas yaitu pronomina all dan konjungsi that. Adapun ciri-ciri pola
pilihan leksikon ini adalah:
(1) penggunaan pronomina all dan konjungsi that;
(2) memiliki rumus bahasa Indonesia ” Semua Adalah A Yang Melakukan B.”
Pola ini dimiliki oleh 2 proverba yaitu proverba korpus 7 dan proverba korpus 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
7 All is fish that comes to the net 9 All is well that ends well
Data 139: Proverba Berpola ”Semua Adalah A yang Dapat Melakukan B”
(2.e) Penggunaan Kelompok Leksikon “As Good As”
Penggunaan leksikon yang termasuk dalam pola bimember jenis pertama
adalah penggunaan kelompok leksikon as good as. Pola ini memperbandingkan
dua entitas yang memiliki kesamaan kualitas dan kuantitas sifat dengan
menggunakan adjektiva perbandingan as good as. Adapun ciri-ciri pola pilihan
leksikon ini adalah:
(1) posisi better than dapat berada di awal kalimat atau di tengah;
(2) memiliki rumus bahasa Indonesia ” A Sebaik B”
Proverba dengan no korpus 31 dan 77 merupakan proverba yang memiliki pola
dengan jenis ini.
31 A miss is as good as a mile 77 Enough is as good as a feast
Data 140: Proverba Berpola Perbandingan “A Seperti B”
(2.f) Penggunaan Kelompok Leksikon “ Is Known By”
Pola pemakaian leksikon berjenis bimember yang keenam adalah
pemakaian kelompok leksikon is known by. Adapun ciri-ciri pola pilihan leksikon
ini adalah:
(1) penggunaan frasa is known by dalam kalimat pasif;
(2) agen disebutkan secara eksplisit (dalam data disebutkan company, dan its
fruit)
(3) memiliki rumus bahasa Indonesia ”A Dikenali Karena B”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
Proverba dengan nomor korpus 30 dan 40 menggunakan kata kerja bentuk
pasif yaitu kata kerja is known sebagai penanda polanya.
30 A man is known by the company he keeps 40 A tree is known by its fruit
Data 141: Proverba Berpola “A Dikenali Karena B”
(2.g) Penggunaan Kelompok Leksikon ”It Is-That”
Pola bimember yang ketujuh adalah pola pemakaian frasa it is yang
bergabung dengan pronomina that. Dalam korpora data, ditemukan dua kalimat
proverba yang memiliki pola pemakaian kelompok leksikon ini, yaitu proverba
dengan nomor korpus 128 dan proverba dengan nomor korpus 129. Adapun ciri-
ciri pola pilihan kelompok leksikon ini adalah:
(1) penggunaan frasa it is yang diikuti nomina/frasa nominal dan kemudian diikuti
oleh pronomina that;
(2) muncul dalam kalimat campuran nonverbal-verbal
(3) memiliki rumus bahasa Indonesia ” A Terlalu X Hingga Menjadi B”
128 It is a long lane that has no turning 129 It is a poor heart that never rejoices
Data 142: Proverba Berpola “Hanya A yang Bisa B”
(2.h) Penggunaan Kelompok Leksikon ”You Cannot Make-Without”
Pola bimember yang kedelapan adalah penggunaan kelompok leksikon
(atau kita bisa menyebutnya klausa) “you cannot make-without.” Proverba dengan
nomor korpus 256 dan 257 menggunakan kelompok leksikon ini dalam
membangun bentuk lahir (dan batin) dari proverba. Adapun ciri-ciri pola pilihan
leksikon ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
(1) memiliki kemiripan dengan struktur kalimat kondisional karena melibatkan
sebuah syarat untuk terjadinya sesuatu muncul dalam kalimat campuran
nonverbal-verbal;
(2) memiliki rumus bahasa Indonesia ”Kamu Tidak Akan Bisa A Tanpa
Melakukan B.”
256 You cannot make an omelette without breaking eggs 257 You cannot make bricks without straw
Data 143: Proverba Berpola ”Kamu Tidak Akan Bisa A Tanpa Melakukan B
(3) Pilihan Leksikon Pola Monomember (Sporadis)
Sejumlah proverba tidak dapat dimasukkan ke dalam dua pola di atas (pola
polimember dan bimember) karena tidak memiliki ciri-ciri atau fitur-fitur yang
mirip dengan proverba kelompok-kelompok di atas. Selain itu, proverba-proverba
tersebut juga tidak memiliki kemiripan dengan proverba lain yang belum memiliki
kelompok sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam sebuah kelompok/pola
proverba baru. Proverba yang seperti ini yang disebut proverba dengan pola
monomember (sporadis).
Karena jumlah proverba kelompok ini cukup banyak, serta karena adanya
keterbatasan halaman tesis ini, maka proverba yang tergabung dalam pemakaian
leksikon dengan pola sporadis tidak didiskusikan pada bagian ini. Membedakan
pilihan leksikon pola sporadis cukup mudah. Selain proverba yang disebutkan
pada pola polimember dan bimember di atas, proverba yang tidak termasuk dalam
dua kelompok tersebut berarti masuk dalam kategori pola pemanfaaan leksikon
yang sporadis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
b. Pilihan Leksikon dengan Pemanfaatan Aspek Fonem
Fonem didefinisikan sebagai satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukkan kontras makna (Kridalaksana, 2008:62). Pemanfaatan fonem cukup
banyak dijumpai dalam proverba. Adanya pemanfaatan aspek fonem setidaknya
memiliki 2 pengaruh positif yaitu
(1) untuk memperindah bentuk proverba, dan
(2) memudahkan seseorang untuk mengingat proverba tersebut.
Fenomena pemanfaatan fonem dalam membangun bentuk lahir proverba
merupakan bagian dari gaya berbahasa yang diciptakan oleh masyarakat jaman
dahulu ketika pertama kali menciptakan proverba. Gaya-gaya bahasa tersebut
dapat dilihat dan diamati dengan baik melalui susunan fonem yang membentuk
proverba-proverba.
Sebagai salah satu karya sastra tradisional, kalimat-kalimat proverba
identik dengan nilai-nilai estetika. Estetika ini sangat terlihat dari adanya
pemanfaatan bunyi untuk membuat proverba menjadi nampak indah.
Shirley Aurora (dalam Mieder, 2004: 7) menyebutkan tiga wujud
permainan fonem dalam bentuk lahir proverba yaitu (1) alliteration (aliterasi), (2)
parallelism (paralelisme), dan (3) rhyme (rima). Sedangkan peneliti, dalam
penelitiannya berhasil menemukan lima wujud permainan fonem yaitu:
(1) aliterasi, (2) asonansi, (3) konsonansi, (4) rima konsonan, dan (5) paralelisme.
(1) Aliterasi
Dalam daftar proverba yang ada dalam korpora data, ditemukan beberapa
proverba yang mengandung aliterasi. Aliterasi seperti yang disebutkan pada bab 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
tesis ini didefinisikan sebagai perulangan suara yang sama yang terletak pada awal
beberapa kata yang berdekatan. Adapun fenomena aliterasi dalam proverba dapat
dilihat pada daftar di bawah ini
31 A miss is as good as a mile 39 A tale never loses in the telling 62 Cut your coat according to your cloth 63 Dead men tell no tales 79 Every Jack has his Jill 83 Every bullet has its billet 91 Fine feathers make fine birds 96 First things first 99 Forewarned is forearmed 142 Look before you leap 165 No cross, no crown 171 Nothing succeeds like success 235 Two wrongs don't make a right 247 Waste not, want not 255 Where there's a will, there's a way
Data 144: Aliterasi
Pada korpus 31, terdapat fonem /m/ pada kata mile yang diulang
kemunculannya pada kata mile. Pada korpus 39, fonem /t/ yang muncul pada kata
tale diulang keberadaannya pada kata telling. Pada korpus 62, terdapat empat
perulangan fonem /k/ yaitu pada kata cut, coat, dan cloth. Pada korpus 63
dijumpai fonem /t/ yang muncul secara berurutan pada dua kata yaitu tell dan
tales. Pada korpus 79, terdapat fonem /dΩ/ yang muncul sebanyak dua kali yaitu
pada nama orang jack dan jill. Pada korpus 83 terdapat fonem /b/ yang mengalami
perulangan yaitu pada kata bullet dan billet. Pada korpus 91, fonem /f/ mengalami
perulangan yaitu pada frasa fine feathers dan fine birds. Pada korpus 96 dan 99,
juga dijumpai perulangan fonem /f/ yaitu pada kata first dan first (96) serta
forwarned dan forarmed. Pada korpus 142 dijumpai perulangan fonem /l/ pada
kata look dan leap. Pada korpus 165 dijumpai perulangan fonem /k/ yaitu pada
kata cross dan crown. Pada korpus 171 dijumpai perulangan fonem /s/ yaitu pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
234
kata succeed dan success. Pada korpus 235 dijumpai perulangan fonem /r/ pada
kata wrong dan right. Pada korpus 247 dan 255, dijumpai perulangan fonem /w/
yaitu pada kata waste dan want (247) dan kata where, will , dan way (255).
(2) Asonansi
Selain aliterasi, dalam daftar proverba juga dijumpai fenomena asonansi,
yaitu gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi (vokal) yang sama untuk
memperoleh efek penekanan atau sekedar untuk membangun keindahan. Adapun
fenomena aliterasi dalam proverba dapat dilihat pada daftar di bawah ini.
26 A fault confessed is half redressed 28 A friend in need is a friend indeed 51 Birds of a feather flock together 58 Cleanliness is next to godliness 74 East or west, home's best 111 Haste makes waste 118 Honesty is the best policy 144 Losers weepers, finders keepers 149 Man proposes, God disposes 154 Might is right 167 No pain, no gain 187 Rain before seven, fine before eleven 190 Seeing is believing 213 The bigger they are, the harder they fall 219 The nearer the church, the farther from God 242 The longest way round is the shortest way home 244 United we stand, divided we fall 248 Wedlock is a padlock 249 Well begun is half done 260 You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones
Data 145: Asonansi
Pada korpus 26, terdapat vokal /e/ pada kata confessed yang diulang
kemunculannya pada kata redressed. Pada korpus 28, vokal /i:/ yang muncul pada
kata need diulang keberadaannya pada kata indeed. Pada korpus 51 dijumpai
fonem /ə/ yang muncul secara berurutan pada dua kata yaitu feather dan together.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
235
Pada korpus 58, juga terdapat vokal /ə/ yang muncul sebanyak dua kali yaitu pada
kata cleanliness dan godliness. Pada korpus 74 terdapat fonem /e/ yang
mengalami perulangan yaitu ada kata west dan best. Pada korpus 111, diftong /ei/
mengalami perulangan yaitu pada kata haste dan kata waste. Pada korpus 118,
dijumpai perulangan vokal /i/ yaitu pada kata honesty dan policy. Pada korpus 144
dijumpai perulangan dua vokal yaitu vokal /ə/ pada kata loosers, weepers dan
keepers, dan konsonan /i:/ pada kata weepers dan keepers. Pada korpus 149
dijumpai dua perulangan vokal yaitu diftong /ə¨/ dan vokal /ə/ pada kata
proposes dan disposes. cross dan crown. Pada korpus 154 dijumpai perulangan
diftong /ai/ pada kata might dan right. Pada korpus 167 dijumpai perulangan
diftong /ei/ pada kata pain dan gain. Pada korpus 190 dijumpai perulangan vokal
/i/ yaitu pada kata seeing dan believing. Pada korpus 213, 219, dan 242 dijumpai
perulangan vokal /ə/ pada kata bigger dan harder (213), nearer dan farther (219),
serta longest dan shortest. Pada korpus 244 dijumpai perulangan vokal /I/ pada
kata united dan divided. Pada korpus 248 dijumpai perulangan vokal /ø/ yaitu
pada kata wedlock dan padlock. Pada korpus 249 dijumpai perulangan vokal /√/
yaitu pada kata begun dan done. Pada korpus 260 dijumpai perulangan vokal /ou/
yaitu pada kata stone dan bone
(3) Konsonansi
Pemanfaatan aspek bunyi selanjutnya adalah konsonansi. Konsonansi
didefinisikan sebagai pengulangan bunyi konsonan pada akhir kata dalam satu
larik (kalimat) yang sama. Fenomena ini terkadang dapat muncul bersamaan
dengan fenomena pemanfaatan bunyi lainnya seperi aliterasi dan asonansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
236
Dengan demikian, dapat dimungkinkan sebuah proverba dimasukkan ke dalam
lebih dari satu kelompok pemanfaatan bunyi. Adapun fenomena konsonansi
dalam proverba dapat dilihat pada daftar di bawah ini.
9 All is well that ends well 26 A fault confessed is half redressed 28 A friend in need is a friend indeed 51 Birds of a feather flock together 58 Cleanliness is next to godliness 62 Cut your coat according to your cloth 65 Diamond cuts diamond 69 Dog does not eat dog 74 East or west, home's best 80 Everybody's business is nobody's business 83 Every bullet has its billet 96 First things first 99 Forewarned is forearmed 131 Justice delayed is justice denied 144 Losers weepers, finders keepers 149 Man proposes, God disposes 154 Might is right 167 No pain, no gain 169 no news is good news 170 Nothing for nothing 173 Once a priest, always a priest 187 Rain before seven, fine before eleven 190 Seeing is believing 193 Set a thief to catch a thief 231 To err is human, to forgive divine 248 Wedlock is a padlock 249 Well begun is half done
Data 146: Konsonansi
Pada korpus 9, terdapat konsonan /l/ pada akhir kata well yang diulang
pada akhir kata well. Pada korpus 26, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata
confessed yang diulang pada akhir kata redressed. Pada korpus 28, terdapat
konsonan /d/ pada akhir kata need yang diulang pada akhir kata indeed.
Pada korpus 51, terdapat konsonan /r/ pada akhir kata feather yang diulang
pada akhir kata together. Pada korpus 62 dan 74, terdapat konsonan /t/ pada akhir
kata cut yang diulang pada akhir kata coat (62) serta pada akhir kata west yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
237
diulang pada akhir kata best (74). Pada korpus 65, terdapat konsonan /n/ pada
akhir kata diamond yang diulang pada akhir kata diamond. Pada korpus 69,
terdapat konsonan /g/ pada akhir kata dog yang diulang pada akhir kata dog. Pada
korpus 80, terdapat konsonan /s/ pada akhir kata business yang diulang pada akhir
kata business. Pada korpus 83, 96, 99, dan 131 terdapat konsonan /t/ pada akhir
kata bullet yang diulang pada akhir kata billet (83), pada akhir kata first yang
diulang pada akhir kata first (96), pada akhir kata forewarned pada akhir kata
forearmed (99), dan pada akhir kata delayed yang diulang pada akhir kata denied.
Pada korpus 144 dan 149, terdapat konsonan /s/ pada akhir kata weepers yang
diulang pada akhir kata keepers dan pada akhir kata proposes yang diulang pada
akhir kata disposes. Pada korpus 154, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata might
yang diulang pada akhir kata right. Pada korpus 167, terdapat konsonan /n/ pada
akhir kata pain yang diulang pada akhir kata gain. Pada korpus 169, terdapat
konsonan /s/ pada akhir kata news yang diulang pada akhir kata news. Pada
korpus 170, terdapat konsonan /˜/ pada akhir kata nothing yang diulang pada
akhir kata nothing. Pada korpus 173, terdapat konsonan /t/ pada akhir kata priest
yang diulang pada akhir kata priest. Pada korpus 187, terdapat konsonan /n/ pada
akhir kata seven yang diulang pada akhir kata eleven. Pada korpus 190, terdapat
konsonan // pada akhir kata seeing yang diulang pada akhir kata believing. Pada
korpus 193, terdapat konsonan /f/ pada akhir kata thief yang diulang pada akhir
kata thief. Pada korpus 231, terdapat konsonan /n/ pada akhir kata human yang
diulang pada akhir kata devine. Pada korpus 248, terdapat konsonan /k/ pada
akhir kata wedlock yang diulang pada akhir kata pedlock. Pada korpus 249,
terdapat konsonan /n/ pada akhir kata begun yang diulang pada akhir kata done.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
238
(4) Rima (Konsonan)
Pemanfaatan aspek bunyi yang keempat berwujud rima konsonan. Rima
konsonan didefinisikan sebagai paduan bunyi konsonan pada akhir larik yang
berbeda tapi berurutan dan diawali oleh bunyi vokal yang sama. Dalam penelitian,
ditemukan dua nomor korpus yang mengandung rima konsonan. Adapun kedua
korpus tersebut adalah korpus nomor 49 dan korpus nomor 123
49 Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the flash; creep under the thorn, it can save you from harm
123 If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers' hands
Data 147: Rima Vokal
Korpus 49 mengandung 6 klausa. Kata terakhir pada klausa pertama
berakhiran diftong /\¨/ dan konsonan /k/ yaitu pada kata oak. Dua fonem ini
mengalami perulangan pada kata terakhir klausa kedua yaitu kata stroke. Pada
klausa ketiga terdapat kata ultima yang berakhiran diftong /æ/ dan konsonan /ß/
yaitu pada kata ash. Dua fonem ini juga mengalami perulangan pada kata ultima
klausa keempat yaitu kata flash. Kata ultima pada klausa kelima dan keenam
yaitu kata thorn, dan harm meskipun tidak sama persis fonemnya, sekilas juga
terdengar menyerupai rima.
Korpus 123 mengandung 2 klausa. Klausa pertama adalah klausa if, dan
klausa kedua adalah klausa result. Pada klausa pertama, terdapat dua kata yang
memiliki rima yaitu kata ands dan pans yaitu vokal /e/ dan konsonan /ns/. Fonem
ini juga muncul pada klausa result yaitu pada kata hands.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
239
(5) Paralelisme
Pemanfaatan aspek bunyi yang keempat berwujud paralelisme.
Paralelisme didefinisikan sebagai perulangan secara sempurna sebuah paduan
fonem. Perulangan ini terjadi pada larik yang sama. Dalam konteks gaya bahasa,
paralelisme ini dikenal sebagai repetisi. Pembahasan tentang repetisi terdapat pada
bagian selanjutnya dari tesis ini, dan karenanya, contoh kalimat proverba yang
terdapat unsur paralelisme hanya diambil beberapa saja. Beberapa contoh yang
lain dapat dilihat pada bagian repetisi.
9 All is well that ends well 13 A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks 18 An Eye for an eye 33 A place for everything, and everything in its place
Data 148: Paralelisme
c. Pilihan Leksikon yang Mengandung Style (Gaya) Bahasa
Pemanfaatan leksikon (diksi) untuk membangun gaya bahasa pembuat
proverba dapat dijumpai keberadaannya dalam kalimat-kalimat proverba yang ada
dalam korpora data. Sama seperti pemanfaatan aspek bunyi, pemanfaatan diksi
setidaknya memiliki 3 pengaruh positif, yaitu:
(1) untuk memperindah bentuk proverba;
(2) membentuk susunan yang multitafsir (utamanya bila ada proses elipsis);
(3) meningkatkan cita rasa leksikon.
Pembuat atau penggagas proverba tidak hanya mementingkan makna saja
dalam merangkai kata untuk membuat proverba. Mereka juga dengan jeli
memanfaatkan aspek diksi untuk menjadikan kalimat-kalimat proverba tersebut
menjadi menarik, indah dan mudah diingat. Pemanfaatan diksi ini jelas terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
240
dari ditemukannya pola-pola gaya bahasa pada kalimat-kalimat proverba yang ada
pada korpora data. Dari korpora data tersebut, ditemukan sembilan gaya bahasa
yang terdapat dalam proverba yang pembagiannya ada pada penjelasan berikut.
(1) Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud penghilangan satu unsur
kalimat yang dengan mudah diisi dan ditafsirkan sendiri oleh pembaca, atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal, atau kalimatnya menenuhi pula tata
bahasa yang berlaku (Keraf, 1990). Elipsis dapat dimasukkan ke dalam payung
subjudul “pilihan leksikon yang mengandung gaya bahasa” meskipun sebenarnya
terkesan bertentangan dengan subjudul tersebut. Subjudul tersebut menekankan
pada “keberadaan” leksikon yang menunjukkan gaya bahasa. Padahal, dalam
konsep elipsis, justru “ketiadaan” leksikon yang lebih ditonjolkan daripada
keberadaannya.
Elipsis tidak bertentangan dengan subjudul ini yaitu “pilihan leksikon”,
karena pada hakikatnya kata “pilihan” sendiri memiliki dua pengertian, (1) yaitu
memilih salah satu di antara kata-kata yang telah ada untuk menjadi sebuah gaya
bahasa, atau (2) memilih menggunakan kata-kata atau tidak menggunakan kata-
kata untuk menunjukkan gaya bahasa. Pilihan yang kedualah yang berlaku untuk
elipsis sehingga dapat dikategorikan dalam naungan subjudul “pilihan gaya
bahasa,” yaitu tidak memilih menggunakan leksikon (melesapkannya). Adapun
contoh gaya bahasa elipsis dapat dilihat pada daftar di bawah ini:
74 East or west, home's best 97 Fool me once, shame on you; Fool me twice, shame on me. 100 Full cup, steady hand 127 In for a penny, in for a pound
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
241
133 Least said, soonest mended 144 Losers weepers, finders keepers 149 Man proposes, God disposes 165 No cross, no crown 166 No cure, no pay 167 No pain, no gain 168 No names, no pack-drill 172 Once bitten, twice shy 176 Other times, other manners 177 Out of debt, out of danger 185 Promises, like pie-crust, are made to be broken 231 To err is human, to forgive divine 237 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it 244 United we stand, divided we fall 247 Waste not, want not 250 What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over 251 What must be, must be
Data 149: Proverba yang Konstituennya Mengalami Elipsis
(2) Paradoks
Fenomena gaya bahasa paradoks juga ditemukan dalam daftar peribahasa.
Pilihan leksikon yang digunakan dalam gaya bahasa ini adalah leksikon-leksikon
yang bertentangan maknanya dalam paradigma masyarakat umum, seperti silence
(diam) dan golden (emas) yang ada pada korpus 195. Kata diam, dalam paradigma
masyarakat umum identik dengan hal negatif seperti pasif, malas, kurang berharga
dan seterusnya. Padahal, dalam korpus 195, jelas disebutkan bahwa diam adalah
emas (sesuatu yang berharga). Sebuah pilihan kata yang paradoks dan karenanya,
gaya bahasa ini disebut sebagai gaya bahasa paradoks. Adapun contoh lain dapat
dilihat pada daftar berikut.
1 Absence makes the heart grow fonder 80 Everybody's business is nobody's business 107 Good fences make good neighbours 174 One man's meat is another man's poison 219 The nearer the church, the farther from God 242 The longest way round is the shortest way home
Data 150: Proverba yang Mengandung Gaya Bahasa Paradoks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
242
(3) Repetisi
Repetisi atau perulangan kata, jamak dijumpai dalam proverba. Perulangan
ini selain untuk memciptakan keindahan dapat pula untuk menegaskan sesuatu.
Dalam konsep repetisi, kata-kata yang dipilih untuk diulang adalah kata-kata yang
memiliki kekuatan makna dan memiliki kemampuan untuk membangkitkan
perasaan indah bagi pembacanya ketika kata-kata tersebut diulang. Adapun
proverba yang mengandung repetisi dapat dilihat sebagai pada daftar berikut.
9 All is well that ends well 13 A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks 18 An eye for an eye 33 A place for everything, and everything in its place 55 Boys will be Boys 65 Diamond cuts diamond 69 Dog does not eat dog 75 Easy Come, Easy Go 80 Everybody's business is nobody's business 94 First-come, first-served 97 Fool me once, shame on you; Fool me twice, shame on me. 103 give credits where credit is due 107 Good fences make good neighbours 110 Handsome is as handsome does 113 He laughs best who laughs the last 114 He that cannot obey cannot command 130 Jam tomorrow and jam yesterday, but never jam today 137 Like father like Son 138 Like master, like man 139 Like will to like 147 Love me little, love me long 169 no news is good news 170 Nothing for nothing 173 Once a priest, always a priest 193 Set a thief to catch a thief 251 What must be, must be
Data 151: Proverba yang Mengandung Gaya Bahasa Repetisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
243
(4) Metatesis
Ditemukan pula fenomena metatesis yaitu perubahan posisi kata dalam
kalimat untuk menambah keindahan. Pilihan kalimat yang akan dirubah urutan
konstituennya harus dilakukan secara seksama karena tidak semua kalimat dapat
dimetatesiskan, dan tidak semua kalimat yang dapat dimetatesiskan akan
berbentuk indah. Fenomena ini ditunjukkan oleh data 5 yang berisi provrba
dengan nomor korpus 141 dan 157.
141 Live not to eat, but eat to live 157 More people know Tom Fool than Tom Fool knows
Data 152: Proverba yang Mengandung Gaya Bahasa Metatisis
Proverba pada data 5 di atas menunjukkan fenomena Metatesis. Kalimat
yang ada pada bagian muka diulang kembali pada kalimat kedua dengan sedikit
merubah susunannya sehingga terkesan terbalik. Gaya ini unik dan jarang
dijumpai dalam kalimat bahasa Inggris sehari-hari.
(5) Anastrof
Anastrof atau inversi adalah gaya bahasa yang berupa pembalikan susunan
kata yang biasa dalam sebuah kalimat. Anastrof yang pertama adalah peletakan
frasa adverbial di awal kalimat. 2 proverba yang memiliki struktur seperti ini
dapat dilihat pada data di bawah ini.
4 After a storm comes a calm 54 Between two stools one falls to the ground
Data 153: Anastrof Depan
Anastrof yang kedua adalah peletakan frasa adjektival di tengah kalimat. 2
proverba yang memiliki struktur seperti ini dapat dilihat pada data di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
244
50 Birds in their little nests agree 109 Great oaks from little acorns grow
Data 154: Anastrof Tengah
(6) Kalimat Pertanyaan Retorik
Proverba berikutnya adalah proverba yang menggunakan kalimat
pertanyaan retorik sebagai dasar pembentukannya. Proverba jenis ini sangat unik
karena tidak dijumpai keberadaannya pada proverba di Indonesia.
249 What is the good of a sundial in the shade? 250 When Adam delved and Eve span who was then the gentleman?
Data 155: Proverba Berpola “Kalimat Retorik”
Proverba dengan nomor korpus 249 dan 250 merupakan proverba yang
memiliki pola dengan jenis ini. Proverba 249 dan 250 berbentuk kalimat tanya
untuk menanyakan apa manfaat dari jam matahari jika berada di tempat yang
gelap dan untuk menanyakan sesuatu yaitu tentang siapakah gentlemennya. Dua
kalimat tanya tersebut sebenarnya tidak perlu dijawab karena jawabannya telah
diketahui, bersifat retorik, serta memunculkan efek penekanan terhadap sesuatu.
(1) Proverba Berpola Hiperbola
Proverba berikutnya adalah proverba yang menggunakan pilihan kata-kata
untuk menyatakan sesuatu yang berlebihan. Fenomena ini dapat ditemukan pada
korpus 128 di bawah ini.
128 It is a long lane that has no turning
Data 156: Proverba Berpola “Hiperbola”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
245
(2) Proverba Berpola Apostrophe
Apostrophe (Keraf menyebutnya Apastrof) adalah penyebutan seseorang
atau sejumlah persona yang tidak hadir untuk menghadirkan gambaran persona
atau entitas lain yang diberi ciri insani. Pola ini dapat ditemukan pada korpus 112,
114, 115, 226 di bawah ini.
112 He who hesitates is lost 114 He that cannot obey cannot command 115 He who fights and runs away, may live to fight another day 226 They that sow the wind shall reap the whirlwind
Data 157: Proverba Berpola Apostrof
(3) Proverba Berpola Alusi
Allusion atau alusi seperti yang telah disebutkan pada bab 2 tesis ini
didefinisikan sebagai gaya bahasa yang berupa perujukan pada figur/tokoh yang
telah dikenal baik oleh masyarakat (Reaske, 1966). Gaya bahasa ini ditemukan
hanya satu yaitu pada korpus data nomor 250.
250 When Adam delved and Eve span who was then the gentleman?
Data 158: Proverba Berpola Alusi
Pada korpus di atas, disebutkan dua nama yang sangat familiar bagi umat
manusia yaitu nama Adam dan Eve (Hawa). Sepertinya tidak ada satupun manusia
di dunia ini yang tidak mengenal dua nama tersebut karena dua nama tersebut
merupakan cikal bakal manusia. Tidak hanya nama dua orang ini yang menusia
kenal, kejadian, masalah serta penderitaan dua manusia ini ketika dikirim ke dunia
juga sangat jelas diketahui. Pada korpus 250, nama Adam dan Eve digunakan
dalam kalimat proverba sebagai perujukan terhadap kejadian memiliki kemiripan
dengan kejadian yang terjadi pada Adam dan Eve. Gaya bahasa inilah yang
disebut Alusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
246
4. Makna Hubungan Antarunsur Pembentuk Proverba
Sesuai dengan judul bagian ini yaitu ”bentuk makna hubungan antar unsur
pembentuk proverba,” bagian ini mengulas proverba melalui perspektif makna-
makna hubungan antarunsur pembentuknya. Yang perlu digarisbawahi di sini
adalah ulasan yang disampaikan pada bagian ini tidak terfokus pada apa saja
makna-makna proverba dan manfaatnya dalam mempengaruhi prilaku masyarakat
karena hal ini merupakan kajian dari parameologi, namun lebih pada makna
hubungan antarunsur pembentuknya, dengan kata lain bagian ini membicarakan
apa yang bisa dilakukan konstituen pembentuk proverba untuk menghasilkan
makna proverba seperti yang kita lihat dalam korpora data.
Proverba adalah untaian dari kata-kata yang memiliki makna. Proverba
berbeda dari kalimat-kalimat manusia lainya karena dalam untaian kata-kata
tersebut terdapat nilai yang lebih tinggi dari kata-kata biasa. Kata-kata dalam
proverba memiliki nilai filosofi, kearifan serta kekuatan pragmatik untuk dapat
mendorong siapa yang bersinggungan dengan proverba tersebut untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan makna yang dikandung proverba tersebut. Selain itu,
kata-kata dalam proverba juga dapat mendorong manusia untuk berfikir kreatif
dalam memecahkan makna kata perkata yang menjadi komponen pembangunnya.
Namun, tidak semua kata-kata pembentuk proverba memiliki kekuatan yan sama
dalam membangun makna. Beberapa kata memiliki peranan lebih menojol dari
beberapa kata yang lain. Sedang beberapa lainnya hanya berperan sebagai
penghubung antarkata-kata yang berperan menonjol tersebut agar terlihat hidup
dan manusiawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
247
Peranan kata-kata dalam memainkan makna inilah yang akan dibahas pada
bagian ini. Dengan memegang pijakan pada hal ini, maka beberapa sub bahasan
diangkat dan diulas untuk memberikan gambaan mengenai peranan kata-kata
tersebut. Sub bahasan tersebut antara lain:
(1) jenis-jenis proverba berdasarkan entitas pembangun makna;
(2) fungsi nomina dalam membangun makna proverba;dan
(3) relasi sinonim pola-pola simbolik.
a. Jenis-jenis Proverba Berdasarkan Entitas Pembangun Maknanya
Proverba merupakan derivasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk
makna, yang mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam
pola-pola bahasa yang khas.
Pesan-pesan moral yang terkandung dalam beberapa proverba terkadang
perlu melewati proses dekoding terlebih dahulu sebelum dipahami artinya. Hal ini
terjadi karena beberapa proverba memiliki bentuk unik dan perlu dibangkitkan
makna yang terselubung di dalamnya dengan cara melakukan proses refleksi dari
bentuk aslinya. Berdasarkan hal inilah, dalam konteks memaknai proverba,
proverba di bagi menjadi dua jenis, yaitu;
(1) proverba bentuk lugas; dan
(2) proverba bentuk reflektif.
(1) Proverba Bentuk Lugas
Proverba lugas adalah proverba yang bentuk lahirnya memiliki tingkat
kemiripan yang tinggi dengan bentuk batin/makna turunan yang dihasilkan dari
bentuk lahir tersebut. Proverba jenis ini tidak memerlukan penafsiran melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
248
refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya, seperti
contoh: Boys will be boys akan dapat dimengerti dengan mudah karena bentuk
bunyinya sama dengan makna yang ditimbulkannya yaitu “sampai kapanpun,
anak-anak akan selalu jadi anak-anak.” Bandingkan dengan proverba: diamond
cuts diamond yang membutuhkan pemikiran ekstra untuk menemukan rujukan
makna dari dua kata diamond tersebut, bahwa dua kata diamond itu merujuk pada
“dua orang yang memiliki kualitas sama, dua-duanya unggul dalam kecerdikan
serta retorika dan dua-duanya kini sedang berhadap-hadapan dalam posisi yang
saling bertentangan.”
Lebih dari separuh proverba yang ada dalam korpora data adalah proverba
berbentuk lugas. Karena kemudahan memahami proverba bentuk lugas inilah,
serta tidak munculnya bias-bias dalam proses memahami maknanya menyebabkan
bagian ini tidak banyak mendiskusikan proverba jenis ini. Proverba jenis lugas ini
dapat dilihat pada data 159 di bawah ini.
1 Absence makes the heart grow fonder 2 Accidents will happen (in the best-regulated families) 3 Actions speak louder than words 9 All's well that ends well
Data 159: Contoh Proverba Bentuk Lugas Mengingat banyaknya jumlah proverba bentuk lugas ini, maka pada data
159 hanya dicantumkan contoh proverba bentuk lugas ini, yaitu proverba yang
terdapat pada korpus 1, 2, 3 dan 9. Dari empat proverba tersebut kita dapat
melihat bahwa proverba bentuk ini mudah dipahami karena konstituen-konstituen
pembentuknya tidak memiliki makna bias, dan hubungan antarkonstituenpun juga
tidak memunculkan makna bias pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
249
(2) Proverba Bentuk Reflektif
Proverba reflektif adalah proverba yang makna turunannya berbeda jauh
dengan bentuk lahirnya. Proverba jenis ini memerlukan penafsiran melalui
refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya. Dengan
demikian, diksi sangat berperan dalam mewujudkan makna apa yang ingin
dihidangkan pada pembaca kalimat-kalimat proverba.
Pada setiap proverba reflektif terkandung entitas yang harus
direflesikan/dibiaskan karakternya sebelum akhirnya kita bisa menangkap makna
yang sebenarnya terkandung dalam proverba tersebut. Proses pembiasan ini oleh
aminuddin (1995:310) didefinisikan sebagai transmutasi. Transmutasi mengacu
pada pengalihan bentuk relasi dan kombinasi lambang kebahasaan yang lazimnya
juga menyebabkan perubahan gambaran makna maupun objek yang diacu.
Secara umum, tiap proverba reflektif mengandung dua entitas yang
memegang peranan penting dalam memunculkan makna. Dua entitas tersebut
pada penelitian ini disebut sebagai:
(1) pointer;
(2) atribut (Dundes (dalam Meider, 2004) menggunakan istilah ”topik” dan
”komen).
Pointer adalah entitas yang mengacu pada sebuah referen tertentu, sedang
atribut adalah penjelas dari pointer tersebut. Dua entitas ini untuk sampai pada arti
dasar proverba harus melewati refleksi makna atau bias. Untuk jelasnya, proses
dekoding ini dapat dilihat pada bagan yang menjelaskan proverba a new broom
sweeps clean di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
250
A new broom sweeps clean
Makna Proverba
Entitas 1 Entitas 2
No Korpus: 32 Gambar 4.1: Proses Dekoding Proverba
Untuk sampai pada makna “seorang pejabat baru membuat perubahan”
terlebih dahulu harus melewati proses refleksi dari 2 entitas tersebut dengan cara
membandingkannya dengan referensi yang ada pada alam/dunia nyata. “A new
broom” (sapu yang baru) merujuk pada referen sebuah alat pembersih kotoran
yang ada di sekitar kita. Sapu ini memiliki fungsi untuk menyapu kotoran. Karena
kebaruannya inilah, hasil kerja sapu tersebut pasti memuaskan. Kualitasnya yang
baru menyebabkan tingkat kebersihan sapu itu melaksanakan tugasnya untuk
bersih-bersih menjadi makin besar.
Entitas sapu baru dan kegiatan menyapu hingga bersih, ketika berada
dalam konteks proverba, mengalami pembiasan makna/reflektif. Frasa “sapu
baru” direfleksikan dan digunakan untuk merujuk referen “seorang staf yang baru
menduduki jabatan tertentu.” Demikian pula “sapu bersih, direfleksikan pada
kegiatan membuat hasil pekerjaan kantor tempat staf itu bekerja menjadi lebih
baik
Pada data 169, terdapat daftar proverba yang memiliki bentuk reflektif dan
memiliki dua entitas yaitu pointer dan atribut. Namun mengingat banyaknya
jumlah proverba bentuk lugas ini, maka pada data 160 hanya dicantumkan contoh
proverba bentuk lugas ini, yaitu proverba yang terdapat pada korpus 4, 5, 16 dan
29. Sebagian besar proverba bentuk reflektif yang tidak masuk dalam data 160
pointer attribut
A newly-appointed person makes changes energetically (seorang pejabat baru membuat perubahan dengan penuh semangat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
251
dapat dilihat pada bagian lampiran tesis ini. Dari empat proverba tersebut kita
dapat melihat bahwa proverba bentuk ini mudah dipahami karena konstituen-
konstituen
Tabel 4.65. Data 160: Proverba Bentuk Reflektif
Nomor Korpus
Bunyi Proverba Arti Proverba
4 After a storm comes a calm
There must be something better after every piece of unpleasantness
5 All cats are grey in the dark
People are undistinguished until they have made a name.
16 An empty sacks will never stand upright
Just as the sack is kept upright by the flour, so is a man supported and kept alive by bread
29 A golden key can open any door
The golden key is money, which overcomes for its possessors all that the obstacles barring the way to poorer folk
Data 160 di atas adalah kumpulan proverba yang memiliki dua entitas
yaitu pointer maupun atribut. Sekilas, kita juga dapat melihat bahwa pointer dari
proverba yang menjadi anggota dari data 160 di atas serta memiliki kemampuan
untuk memberikan makna bias, ternyata seluruhnya berbentuk nomina atau frasa
nominal. Dengan demikian dalam kalimat proverba, nomina atau frasa nominal
memegang peranan penting dalam membiaskan makna proverba reflektif bila
dibandingkan dengan konstituen pembangun proverba lainnya.
Pentingnya (atau bahkan mungkin sentralnya) peran nomina ini sedikit
bertentangan dengan apa yang disampaikan Subroto (2002). Subroto
menyampaikan bahwa di antara dua wilayah yaitu nomina dan verba, dunia verba
dinyatakan bersifat sentral, sedangkan wilayah nomina bersifat periferal.
Kesentralan V/FV itu antara lain didasarkan pada alasan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
252
(a) secara semantik, V selalu hadir dalam tuturan (dalam konteks ini adalah
kalimat-kalima priverba)
(b) berdasarkan fitur semantiknya, V bersifat menentukan jumlah dan jenis N
yang harus hadir menemani V
(c) verba juga bersifat menentukan peran semantik N dan fitur-fitur semantik N
yang harus hadir menemani V.
Untuk poin (a), apa yang disampaikan Subroto dapat dikatakan cukup sulit
diterapkan dalam kalimat-kalimat proverba, mengingat ada beberapa proverba
yang tidak memiliki V sama sekali dan hanya tersusun oleh kumpulan adjektiva
yaitu pada proverba korpus 195 ”slow but sure” dan proverba 130 ”jam tomorrow
and jam yesterday but never jam today.” Pada poin (b) dan (c) pun, ternyata apa
yang disampaikan Subroto agak sulit diaplikasikan di sini. Beberapa kasus dalam
kalimat-kalimat proverba membuktikan bahwa keberadaan V tidak mutlak
menentukan jumlah, jenis dan peran semantik dari N/FV. Seperti contoh V agree
pada kalimat proverba korpus 50 ”Birds in their little nests agree,” ternyata tidak
menentukan bahwa yang melakukan kegiatan agree itu adalah manusia karena
dalam kalimat tersebut, burungpun dapat juga ”agree.” Contoh yang lain terdapat
pada verba “gathers” (mengumpulkan) yang ada pada kalimat proverba “A rolling
stone gathers no moss.” Kata gathers seharusnya menuntut hadirnya nomina
manusia atau hewan karena kegiatan gathers pada dasarnya adalah kegiatan yang
melibatkan gerak tubuh yaitu gerak tubuh tangan dan kaki. Namun uniknya,
gathers dalam konteks ini justru menuntut nomina (bukan dari jenis animate
(makhluk hidup), tetapi inanimate (makhluk tak hidup)) yang tidak memiliki
tangan dan kaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
253
Ketidakcocokan verba dengan nomina/frasa nomina yang biasa
”dituntutnya” hadir, terjadi karena nomina yang ada ada pada bentuk lahir
proverba adalah nomina yang masih ”mentah” dan masih perlu didekoding
terlebih dahulu untuk mencapai bentuk batin atau mendapatkan makna yang
dikandungnya. Faktor inilah yang melatarbelakangi mengapa nomina dalam tesis
ini ditempatkan pada posisi yang istimewa.
b. Fungsi Nomina dalam Membangun Makna Proverba
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa nomina memegang peranan
penting dalam memberikan makna bias, maka kajian pada bagian ini menekankan
pembahasan pada apa yang bisa dilakukan nomina dalam memberikan makna
bias, atau dengan kata lain, makna-makna yang bagaimanakah yang bisa
dihasilkan dari nomina ketika dua entitas ini melaksanakan fungsinya sebagai
pointer yang kemudian dijelaskan oleh atribut.
(1) Nomina Sebagai Pembentuk Pola-Pola Simbolik
Peranan pertama nomina adalah sebagai pembentuk pola-pola simbolik.
Yang dimaksud dengan simbolisasi dalam hal ini yaitu pemakaian satu kata atau
beberapa kata yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak
mengacu pada referen sebenarnya, seperti kata “gold,” (emas) mengacu pada
simbol “kekayaan” atau “keuntungan” dan bukan logam mulia, serta kata “birds”
(burung) mengacu pada “komunitas manusia” dan sebagainya. Pada korpora data
yang berisikan proverba reflektif yang ada pada data 160 di atas serta pada
lampiran, kita dapat melihat adanya pola-pola simbolisasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
254
(1.a) Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia
Pola simbolik pertama adalah penggunaan N/FN bird. Kata bird dapat
ditemukan pada 4 korpus proverba reflektif yaitu korpus 50, 51, 91 dan 209.
Nomina bird tersebut digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak
berhubungan dengan unggas bird.
Tabel 4.66. Data 161: Penggunaan N/FN Bird Sebagai Simbol Manusia
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
50 Birds in their little nests agree
Birds in their little nests agree; And 'tis a shameful sight, when children of one family fall out, and chide, and fight. [1715 I. Watts Divine Songs 25]
It applies to human families and communities; if people whish to be happy they must live in harmony
51 Birds of a feather flock together
Birds of a feather flock together, so the second thing you should do is find another friend who's less troubled than the first. [2001 Washington Times 15 July D7]
People of the same sort are usually found together.
91 Fine feathers make fine birds
Mrs. Joe essayed to pick her to pieces, intimating that she was much indebted to her dress—that fine feathers made fine birds. [1858 Surtees Ask Mamma X.]
Smart clothing make a person look more impressive than he really is
209 The early bird catches the worm
Grodman was not an early bird, now that he had no worms to catch. He could afford to despise proverbs now. [1892 I. Zangwill Big Bow Mystery i.]
If you want to do something successfully, you should do it as soon as you can.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
255
Dengan menggunakan pendekatan analisis komponensial, kita dapat
melihat apakah benar bahwa nomina birds yang ada kolom “bunyi proverba” telah
mengalami proses reflektif yaitu ketika nomina birds ditempatkan pada kolom
“bunyi dalam konteks”. Proses reflektif ini dapat diketahui dengan
membandingkan komponen makna yang dikandung birds pada kolom “bunyi
proverba” dengan birds yang ada pada kolom “bunyi dalam konteks.”
Perbandingan ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.67: Analisis Koponensial pada Kata “Birds”
Komponen Makna Birds Pada Kolom Bunyi Proverba
Birds Pada Konteks
Makhluk hidup + + Sejenis unggas + - Memiliki bulu + -
Memakan cacing + - Tinggal di sarang
(nest) + -
Berdasarkan pada analisis komponensial di atas kita dapat melihat bahwa
kata bird yang ada pada kolom bunyi proverba dengan birds pada konteks
ternyata hanya memiliki satu kesamaan komponen makna yaitu sama-sama
makhluk hidup. Sedangkan komponen makna yang lain seperti sejenis unggas,
bersayap, memakan cacing, berbulu dan tinggal di sarang, ternyata tidak sama.
Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa dalam hal ini, telah terjadi refleksi
makna dari kata bird sesungguhnya menuju makna dari kata birds yang ada dalam
konteks. Refleksi ini muncul dalam bentuk penyimbolan-penyimbolan. Analisis
komponen ini berlaku juga pada seluruh penyimbolan nomina yang ada pada
bagian ini.
Birds pada korpus 50 menempatkan nomina ini sebagai simbol dari
kumpulan manusia yang tinggal dalam sebuah komunitas. Birds pada korpus 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
256
menyimbolkan manusia yang memiliki karakter yang sama. Birds pada 91
menyimbolkan manusia (dengan karakter yang baik). Birds pada 109 juga
menyimbolkan manusia yang pada konteks ini melakukan sesuatu yang lebih awal
dari manusia yang lain.
(1.b) Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia
Pola simbolik kedua adalah penggunaan N/FN dog. N/FN dog dapat
ditemukan pada 5 korpus proverba reflektif yaitu korpus 69, 101, 134, 236 dan
258. Nomina dog ini juga digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak
berhubungan dengan hewan dog.
Tabel 4.68. Data 162: Penggunaan N/FN Dog Sebagai Simbol Manusia
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
69 Dog does not eat dog
Dog doesn't eat dog, my dear fellow. To put it more politely, the physician attends his brother practitioner without charge. [1933 F. D. Grierson Empty House viii.]
There is honor among thieves (members of a group)
101 Give a dog a bad name and hang him
Give a Dog an ill Name, and he'll soon be hanged. Spoken of those who raise an ill Name on a Man on purpose to prevent his Advancement. [1721 J. Kelly Scottish Proverbs 124]
Tell enough lies about a person and some of them will be believed. This may ruin the man’s reputation
134 Let sleeping dogs lie
Take my advice, and speer [ask] as little about him as he does about you. Best to let sleeping dogs lie. [1824 Scott Redgauntlet I. xi.]
Don’t do anything that will stir up unnecessary trouble(given by someone)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
257
236 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
While the major companies continue to argue among themselves they are in a poor position to police the rest of the industry. When two alsatians are fighting over a large bone, a passing poodle can easily walk off with it. [1983 Practical Computing June 5]
While two persons are disputing over something, somebody else takes advantage of the fact that their attention is distracted
258 You can't teach an old dog new tricks
If ever there was a teacher who gave the lie to the proverb about old dogs and new tricks it is 89-year-old Donald Turner, whose classes on subjects as wide-ranging as line dancing and geography have left pupils asking for more. [2002 Times 18 May 5]
A person who is used to doing things a certain way cannot change.
Kata dog pada Korpus 69-258 menyimbolkan manusia dengan berbagai
karakternya. Kata dog pada korpus 69 menyimbolkan manusia yang berada dalam
sebuah kelompok. Kata dog pada korpus 101 merujuk pada seseorang yang
mungkin tidak disukai. Kata dog pada korpus 134 merujuk pada sesorang yang
mungkin membahayakan jika diganggu. Kata dog pada korpus 236 merujuk pada
dua orang yang bersengketa dan seorang lainnya yang mengambil keuntungan
dari sengketa tersebut. Kata dog pada 258 merujuk pada seseorang yang telah
terbiasa melakukan sesuatu.
(1.c) Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-Hal Yang Kecil/Remeh
Pola simbolik ketiga adalah penggunaan N/FN straw. N/FN straw dapat
ditemukan pada 4 korpus proverba reflektif yaitu korpus 25, 36, 216, dan 257.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
258
Sama seperti nomina sebelumnya, nomina straw ini juga digunakan untuk
merepresentasikan sesuatu yang tidak berhubungan dengan straw.
Tabel 4.69. Data 163: Penggunaan N/FN Straw Sebagai Simbol Hal-Hal Yang Kecil/Remeh
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
25 A drowning man will clutch at a straw
We drift down time, clutching at straws. But what good's a brick to a drowning man? [1967 T. Stoppard Rosencrantz & Guildenstern are Dead III . 80]
A person in any desperate position will snatch at any chance, however slender, to save himself from disaster or ruin
36 A straw tells which way the wind blows
You must remember that I was present at the contretemps which occurred at your house two days ago. Straws show which way the wind blows, Mrs. Pride! [1968 R. H. R. Smithies Shoplifter vii.]
Small event can be a guide to momentous happening
216 The last straw that breaks the camel's back
‘This is the picture, as far as we have it,’ he said, a sigh in his voice that suggested that the visit of the Prime Minister was the final straw that might break the camel's back of his professional equilibrium. [1983 R. Barnard Case of Missing Bronte iii.]
If you increase a camel’s burden straw by straw, you will load him one straw too many and his back will be broken. This phrase refers to something that although small itself, comes after many other trouble some things and produces at last the feeling of being intolerable
257 You cannot make bricks without straw
You can only acquire really useful general ideas by first acquiring particular ideas. You cannot make bricks without straw. [1909 A. Bennett Literary Taste iv.]
Nothing can be made without the necessary materials eventough the materials are small
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
259
Kata straw pada data 5 menyimbolkan sesuatu yang kecil namun memiliki
efek yang kuat pada sesuatu yang lebih besar darinya. Straw pada korpus 25
menyimbolkan sesuatu yang paling kecil yang mampu dijadikan pijakan manusia.
Kata straw pada korpus 36 merujuk pada seseorang yang kecil namun bermanfaat
bagi manusia. Kata straw pada korpus 216 merujuk pada sesuatu yang kecil
namun memiliki kekuatan besar. Kata straw pada korpus 257 sesuatu yang kecil
yang menjadi syarat terjadinya sesuatu yang besar.
(1.d) Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang Berprilaku Buruk
Pola simbolik keempat adalah penggunaan N/FN thief. N/FN thief dapat
ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 192, dan 225. Nomina
thief digunakan sebagai simbol orang-orang licik.
Tabel 4.70. Data 164: Penggunaan N/FN Thief Sebagai Simbol Orang-Orang Jahat
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
192 Set a thief to catch a thief
A pickpocket specialist with the Washington Metro Transit Police Department says it may take a thief to catch a thief, but cops who are trained to think like crooks can do just as well. [2002 Washington Times 13 Jan. A9]
It is best fitted to catch a bad guy using others engaged with him
225 There is honour among thieves
‘There is honour among thieves, but none among gamblers,’ is very well antithetically spoken, but not true in fact. [1823 J. Bee Dict. Turf 98]
A bad guy will not hesitate to do a bad thing to a good guy, but is reluctant to do a bad from another bad guy.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
260
Pada korpus 192, thief menjadi simbol dari seseorang yang sedang diburu.
Pada korpus 225, thief menjadi simbol dari orang-orang jahat.
(1.e) Penggunaan N/FN Devil Sebagai Simbol Keburukan
Pola simbolik lima adalah penggunaan N/FN devil. N/FN devil dapat
ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 104, 191, 207 dan 208.
Tabel 4.71. Data 165: Penggunaan N/FN Thief Devil Sebagai Simbol Keburukan
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
104 Give the devil his due
To give the devil his due I don't think that Irvin planned to incriminate anyone else. [1936 H. Austin Murder of Matriarch xxiii.]
Even the very bad sometimes do a good deed, so we should recognize the good points of others, even though they are not friends of ours
191 Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil
You know the proverb ‘Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil,’—well, some of these early manufacturers did ride to the devil in a magnificent style. [1855 Gaskell North & South I. X.]
When a man without money grows suddenly rich, he is liable to become the most arrogant of mortals
207 The devil finds work for idle hands to do
Better keep busy, and the devil won't find so much for your idle hands to do. [1941 A. Updegraff Hills look Down iv.]
People who have no work, or are idle, often get into or make trouble.
208 Devil take the hindmost
And Devil take the hindmost. In a better world than the infernal Circle Line, women and children first is still a noble sentiment. [2002 Times 22 Feb. 24]
Those who have nothing useful to do and seek some way of passing the time are liable to drift into wrongdoing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
261
Pada korpus 104, devil menjadi simbol dari orang jahat. Pada korpus 291
devil menjadi simbol dari orang berwatak jahat. Pada korpus 207, devil menjad
simbol dari masalah. Pada korpus 208, devil menjadi simbol dari pekerjaan sesat.
(1.f) Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Keinginan
Pola simbolik keenam adalah penggunaan N/FN egg. N/FN egg dapat
ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 73, dan 256.
Tabel 4.72. Data 166: Penggunaan N/FN Egg Sebagai Simbol Kehidupan dan Keinginan
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
73 Don't put all your eggs in one basket
What part of ‘don't put all your eggs in one basket’ isn't clear? Putting all or most of your money into one stock is gambling, not investing. [2002 Washington Post 23 May E3]
Don’t risk everything by relying on one plan (by putting all one's money in one business).
256 You cannot make an omelette without breaking eggs
Nor should anyone be satisfied with the argument that eggs must be broken to make an omelet—the idea, in other words, that effective law enforcement requires the occasional slaying of an innocent citizen. [2000 National Review 20 Mar. 22]
You cannot expect something for nothing
Pada korpus 73, egg menjadi simbol dari kehidupan/masa depan
seseorang. Pada korpus 256 eggs menjadi simbol dari keinginan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
262
(1.g) Penggunaan N/A Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu yang Berharga
Pola simbolik kesembilan adalah penggunaan N/A gold/golden. N/A
gol/golden dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 8, dan
29.
Tabel 4.73. Data 167: N/A Gold/Golden Sebagai Simbol Sesuatu Yang Berharga
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks
Arti Proverba
8 All that glitters is not gold
All is not gold that glitters. Pleasure seems sweet, but proves a glass of bitters [bitter-tasting medicine]. [1773 D. Garrick in Goldsmith She stoops to conquer (Prologue)]
Appearances can be deceptive. What look good on the outside may not be so in reality.
29 A golden key can open any door
Their better-educated neighbours did not call on the newly rich family. That was before the days when a golden key could open any door. [1945 F. Thompson Lark Rise xix.]
The golden key is money, which overcomes for its possessors all that the obstacles barring the way to poorer folk
Pada korpus 8, gold/golden menjadi simbol dari sesuatu yang berharga,
demikian juga pada gold/golden yang ada pada korpus 29.
(1.h) Penggunaan FN A Penny Sesuatu Yang Kurang Berharga
Pola simbolik kesepuluh adalah penggunaan FN A Penny. FN A Penny
dapat ditemukan pada 2 korpus proverba reflektif yaitu korpus 12, dan 127.
Tabel 4.74. Data 168: Penggunaan FN A Penny Susuatu Yang Kurang Berharga
Nomor Korpus
Bunyi Proverba
Bunyi dalam Konteks Arti Proverba
12 A bad penny always turns up
‘Stop worrying. The bad pennies always turn up.’ ‘Oh, Adrian, I don't think
We use the proverb in reference to a young man who leaves home
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
263
she's a bad penny, not really.’ [1979 G. Mitchell Mudflats of Dead iii.]
in disgrace and returns there after a long absence in the hope that all is forgiven
127 In for a penny, in for a pound
Have you ever suggested that you take the children away for a few days or even a week—in for a penny, in for a pound—after Christmas or near their birthdays? [2001 Oldie Nov. 66]
If you start something, it's better to spend the time or money necessary to complete it
Pada korpus 12, a bad penny menjadi simbol dari seseorang yang kurang
berharga. A bad penny pada korpus 127 menjadi simbol dari sesuatu yang remeh
(2) Nomina Sebagai Perubah Makna
Selain sebagai pembentuk pola-pola simbolik, nomina dalam proverba
dapat pula berfungsi sebagai perubah makna. Dalam konteks perubahan makna
ini, nomina tidak bekerja sendirian dan harus dibantu oleh verba yang akan
mengarahkan nomina tersebut untuk membentuk pola-pola perubahan makna atau
yang lebih kita kenal sebagai majas.
Pada korpora data yang berisikan proverba berikut, kita dapat melihat
adanya pola-pola gaya bahasa tersebut.
(2.a) Simile atau Persamaan
Sesuai dengan namanya, simile adalah perbandingan yang bersifat
eksplisit yang ditunjukkan dengan adanya kata penunjuk persamaan seperti kata:
seperti, sama, bagaikan dan seterusnya. Proverba yang menggunakan nomina
untuk membangun gaya bahasa simile ini dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
264
13 A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks 31 A miss is as good as a mile 77 Enough is as good as a feast 137 Like father like Son 138 Like master, like man 184 Promises, like pie-crust, are made to be broken
Data 169: Simile atau Persamaan
(2.b) Metafora
Metafora merupakan bentuk perbandingan dua hal secara langsung, tetapi
dalam bentuk yang singkat. Gaya metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan
benda yang lain. Metafora sebagai pembanding langsung tidak menggunakan
kata-kata “seperti, bagaikan,” dan sejenisnya, sehingga pokok pertama langsung
dihubungkan dengan pokok kedua. Salah satu unsur yang dibandingkan, yaitu
citra, memiliki sejumlah komponen makna dan biasanya hanya satu dari
komponen makna tersebut yang relevan dan juga dimiliki oleh unsur kedua, yaitu
topik. Proverba yang menggunakan nomina untuk membangun gaya bahasa simile
ini dapat dilihat pada tabel berikut:
85 Exchange is no robbery 86 Experience is the father of wisdom 121 Hunger is the best sauce 126 Imitation is the sincerest form of flattery 132 Knowledge is power 145 Love is blind 152 Marriage is a lottery 154 Might is right 156 Money is the root of all evil 162 Necessity is the mother of invention 177 Patience is a virtue 179 Possession is nine points of the law 183 Procrastination is the thief of time 187 Revenge is sweet 194 Silence is golden 198 Speech is silver, silence is golden 204 The child is father of the man 228 Time is money
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
265
229 Time is a great healer 255 You are what you eat
Data 170: Metafora
(2.c) Personifikasi atau Prosopopoeia
Personifikasi adalah perubahan makna yang disebabkan oleh pemakai
bahasa menyamakan benda (inanimate) dan hewan/tumbuhan (animate) dengan
manusia. Adapun proverba yang di dalamnya yang mengandung nomina
bermuatan personifikasi adalah:
3 Actions speak louder than words 12 A bad penny always turns up 16 An empty sacks will never (cannot) stand upright 35 A rolling stone gathers no moss 36 A straw tells which way the wind blows 43 Bad news travels fast 49 Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the
flash; creep under the thorn, it can save you from harm 65 Diamond cuts diamond 92 Fine words butter no parsnips 146 Love laughs at locksmiths 200 Still waters run deep 216 The last straw that breaks the camel's back 222 The rotten apple injures its neighbour 227 Time and tide wait for no man 242 Time flies 245 Walls have ears 107 Good fences make good neighbours
Data 171: Personifikasi atau Prosopopoeia
(2.d) Metonimi
Kata metonimia diturunkan dari kata Yunani meta yang berarti
menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama. Dengan demikian,
metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
266
Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang
yang dimiliki, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya.
(2.d.a) Metonimia Pars Pro Toto
Pars Pro Toto adalah pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan objek. Adapun proverba yang didalamnya yang mengandung nomina
bermuatan metonimi Pars Pro Toto adalah:
10 All work & no play makes Jack a dull boy. 79 Every jack has his Jill 157 More people know Tom Fool than Tom Fool knows 253 When in Rome do as the Romans do
Data 172: Metonimia Pars Pro Toto
Nama Jack, Tom dan Jill secara denotatif dimaknai sebagai nama seorang
laki-laki dan perempuan. Namun ketika Nama Jack, Tom dan Jill digunakan
dalam kalimat Proverba, maknanya berubah. Pada konteks ini, Jack, Tom dan Jill
mengacu pada laki-laki dan perempuan secara umum. Demikian pula pada nama
kota Rome. Rome di sini mengacu pada seluruh tempat yang menurut kita
memerlukan adaptasi utamanya budayanya.
(2.d.b) Metonimia Totum Pro Parte:
Totum Pro Parte adalah pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud
hanya sebagian. Adapun proverba yang di dalamnya yang mengandung nomina
bermuatan metonimi Totum Pro Parte adalah:
219 The pen is mightier than the sword
Data 173: Totum Pro Parte
Kata pen secara denotatif dimaknai sebagai alat untuk menulis. Dalam
proverba tersebut, pen yang terlihat adalah pen yang umum. Semua pen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
267
berdasarkan proverba ini dianggap lebih kuat dari pedang. Namun dalam konteks
ini pen yang dimaksud adalah pen yang digunakan untuk menulis tulisan yang
berbobot dan bukan pen yang digunakan untuk menulis tulisan biasa atau pen
yang hanya dipajang saja.
(3) Pilihan Nomina Menunjukkan Realita Pemilik Proverba
Pemanfaatan aneka nomina sebagai pembentuk peribahasa menunjukkan
persepsi masyarakat mengenai nomina-nomina tersebut. Karena secara logis,
penutur bahasa Inggris tidak akan menggunakan nomina dalam membangun
proverba jika mereka tidak pernah mengenal nomina-nomina tersebut. Mereka
akan memilih nomina yang dekat atau ada di sekitar mereka. Terkadang, watak,
pandangan hidup serta kondisi reliji mereka juga mempengaruhi pemilihan
nomina ini. Berikut ini terdapat bagan yang menunjukkan nomina apa saja yang
oleh penutur bahasa Inggris diambil dari lingkungannya untuk dijadikan proverba.
Gambar 4.2: Taksonomi Pilihan Nomina
2. Keluarga bagian keluarga
1. Individu (a) nama diri (b) bagian tubuh (c) panca indera
4. Alam Sekitar (1) unsur alam (inanimate) (2) flora (animate) (3) fauna (animate)
3. Masyarakat (1) profesi (2) kota yang berkesan (3) metafisika relijius (4) harta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
268
Pada bagan 4.2 di atas, terdapat empat lingkaran yang menunjukkan
daerah pemanfaatan nomina. Nomina yang tercakup dalam empat daerah tersebut
dimanfaatkan dengan baik oleh pemakai proverba.
Lingkaran 1 menunjukkan daerah pribadi/individu-individu pembuat
proverba. Mereka memanfaatkan pengetahuan kosakata (nomina) yang
berhubungan dengan diri mereka secara pribadi dan memanfaatkannya dalam
membuat proverba. Adapun kosakata tersebut berhubungan dengan (1) bagian
tubuh mereka, (2) panca indera mereka, serta (3) nama-nama yang biasa
disematkan pada mereka.
Lingkaran 2 berhubungan dengan kosakata (nomina) yang berkaitan
dengan keluarga yang mereka miliki. Adapun nomina yang mereka manfaatkan
adalah nama status anggota keluarga seperti bapak, anak, ibu dan sejenisnya.
Lingkaran 3 berhubungan dengan kosakata (nomina) yang ada dalam
masyarakat. Nomina-nomina yang mereka pergunakan mencakup profesi, kota-
kota (namanya) yang mereka anggap berkesan, metafisika relijius dan harta.
Lingkaran 4 berhubungan dengan nomina yang ada pada alam sekitar
mereka. Nomina-nomina tentang alam mencakup dua bagian besar, yaitu benda-
benda takhidup dan benda-benda hidup. Benda-benda takhidup mencakup unsur
alam seperti api, air, angin dan sejenisnya. Sedangkan benda-benda hidup
mencakup flora maupun fauna.
Pola-pola pilihan nomina yang ditemukan dalam korpus proverba yang
mungkin dapat dijadikan sebagai sedikit pijakan dalam melihat siapa sebenarnya
penutur proverba bahasa Inggris ini, secara berurutan dapat dilihat sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
269
(3.a) Proverba Berunsur Nomina Nama Diri
Pilihan nomina yang ada pada lingkar pertama jenis pertama adalah
nomina berunsur nama orang. Nomina berunsur nama orang ini dimanfaatkan
sebagai salah satu komponen pembuat proverba yang dapat memiliki makna bias.
Nama orang yang diangkat sebagai komponen proverba adalah Jack, Jill, dan
Tom.
79 Every Jack has his Jill 157 More people know Tom Fool than Tom Fool knows 250 When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? 10 All work & no play makes Jack a dull boy.
Data 174: Proverba Berunsur Nama Orang
Adanya dua nama dalam proverba menunjukkan pada kita pola penamaan
bangsa pembuat proverba maupun penutur asli bahasa Inggris. Di tempat tersebut,
nama-nama yang umum adalah Jack dan Tom untuk laki-laki, dan Jill untuk
perempuan. Nama-nama seperti Adam dan Eve juga dikenal di tempat tersebut.
(3.b) Proverba Berunsur Nomina Bagian Tubuh
Pilihan nomina yang ada pada lingkar pertama jenis kedua adalah nomina
berunsur bagian tubuh. Dengan melihat posisi nomina bagian tubuh ini sebagai
nomina yang digunakan terbanyak kedua dalam membangun proverba, dapat
menunjukkan pada kita bahwa penutur bahasa Inggris demikian menghargai
bagian tubuh mereka.
1 Absence makes the heart grow fonder 53 Blood is thicker than water 93 Fingers were made before forks 123 If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers'
hands 124 If it were not for hope, the heart would break 199 Sticks and stones may break my bones, but words will never hurt
me
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
270
213 The gods send nuts to those who have no teeth 214 The hand that rocks the cradle rules the world 237 Two heads are better than one 259 You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones
Data 175: Proverba Berunsur Nomina Bagian Tubuh
Bagian tubuh yang muncul alam daftar adalah tangan, hati, jari, gigi,
kepala, tulang, dan darah. Bagian-bagian tubuh tersebut dapat dikatakan memiliki
tempat khusus di hati pembuat proverba bahasa Inggris.
(3.c) Proverba Berunsur Nomina Indra
Pilihan nomina yang ada pada lingkar pertama jenis ketiga adalah nomina
berunsur indra. Adapun indra yang dijadikan komponen pembangun proverba
adalah mata, lidah, dan telinga.
18 An eye for an eye 37 A still tongue makes a wise head 45 Beauty is in the eye of the beholder 251 What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over 245 Walls have ears
Data 176: Proverba Berunsur Nomina Indra
Munculnya alat indra dalam proverba menandakan bahwa pembuat
proverba maupun penutur proverba sangat mengenal arti penting dari indra-indra
tersebut.
(3.d) Proverba Berunsur Nomina Anggota Keluarga
Pilihan nomina yang terdapat pada lingkar ke-2 hanya berjenis satu yaitu
nomina berunsur anggota keluarga. Anggota keluarga yang dijadikan komponen
pembuat proverba adalah anak laki-laki, bapak, dan anak.
55 Boys will be boys 137 Like father like son
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
271
204 The child is father of the man 196 Spare the rod and spoil the child
Data 177: Proverba Berunsur Anggota Keluarga
Munculnya nomina yang berunsur nama-nama anggota keluarga,
menunjukkan pada kita bahwa pembuat proverba atau penutur bahasa Inggris
mengenal baik sistem kekeluargaan dan hal-hal baik yang berhubungan dengan
keluarga.
(3.e) Proverba Berunsur Nomina Profesi
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-1 adalah adalah nomina
berunsur profesi. Dengan munculnya profesi pada kalimat proverba menunjukkan
bahwa penutur bahasa Inggris adalah orang-orang yang memiliki strata dalam
kehidupan sosial mereka. Nomina yang berhubungan dengan profesi ini dapat
dilihat seperti thief, cobler, dan beggar.
191 Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil 192 Set a thief to catch a thief 172 Once a priest, always a priest 225 There is honour among thieves 135 Let the cobbler stick to his last 146 Love laughs at locksmiths 174 A postern door makes the thief 183 Procrastination is the thief of time
Data 178: Proverba Berunsur Profesi
(3.f) Proverba Berunsur Nomina Nama Kota
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-2 adalah nomina berunsur
nama kota. Roma dan Paris mungkin menjadi kota yang paling dikenal oleh
pembuat proverba maupun penutur asli bahasa Inggris, dan mungkin saja mereka
banyak berimajinasi pada dua kota tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
272
11 All roads lead to Rome 106 Good Americans when they die go to Paris 253 When in Rome do as the Romans do
Data 179: Proverba Berunsur Nama Kota
(3.g) Proverba Berunsur Nomina Metafisika Relijius
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-3 adalah nomina
metafisika relijius. Dengan melihat nomina yang berhubungan dengan reliji ini,
kita dapat melihat bahwa pembuat proverba bahasa Inggris adalah orang-orang
yang mengenal reliji dan percaya pada hal-hal yang berbau metafisika. Nomina
yang berhubungan dengan reliji ini dapat dilihat seperti God, devil, hell, dan angel
98 Fools rush in where angels fear to tread 149 Man proposes, God disposes 104 Give the devil his due 213 The gods send nuts to those who have no teeth 207 The devil finds work for idle hands to do 208 Devil take the hindmost 240 The voice of the people is the voice of God 221 The road to hell is paved with good intentions 218 The nearer the church, the farther from God
Data 180: Proverba Berunsur Metafisika Relijius
(3.h) Proverba Berunsur Nomina Harta
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 3 jenis ke-4 adalah nomina berunsur
harta. Adapun nomina yang berunsur harta ini adalah nomina nilai uang dan
logam mulia.
12 A bad penny always turns up 127 In for a penny, in for a pound 228 Time is money 156 Money is the root of all evil
Data 181: Proverba Harta: Uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
273
Uang dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, dianggap penting
bagi pembuat proverba dan penutur bahasa Inggris, demikian juga batu mulia
seperti emas, perak dan intan.
8 All that glitters is not gold 65 Diamond cuts diamond 198 Speech is silver, silence is golden
Data 182: Proverba Harta: Batu Mulia
Munculnya nomina uang, emas, intan dan perak menunjukkan pada kita
bahwa pembuat proverba atau penutur bahasa Inggris mengenal baik sistem
keuangan serta dunia pertambangan.
(3.i) Proverba Berunsur Nomina Unsur Alam (Inanimate)
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 4 jenis ke-1 adalah adalah nomina
berunsur alam (inanimate). Dengan munculnya proverba ini, penutur bahasa
Inggris terlihat sangat erat dengan alam. Nomina yang berhubungan dengan alam
yang muncul pada data di atas adalah api, angin, air dan batu,
21 A burnt child dreads the fire 35 A rolling stone gathers no moss 36 A straw tells which way the wind blows 60 Constant dropping wears away a stone 105 God tempers the wind to the shorn lamb 178 People who live in glass houses shouldn't throw stones 200 Still waters run deep 226 They that sow the wind shall reap the whirlwind 259 You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones
Data 183: Proverba Berunsur Elemen Alam
(3.j) Proverba Berunsur Nomina Flora
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 4 jenis ke-2 adalah nomina berunsur
flora. Banyaknya penggunaan nomina flora ini, menunjukkan pada kita bahwa
penutur bahasa Inggris sering bersinggungan dengan flora.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
274
35 A rolling stone gathers no moss 40 A tree is known by its fruit 49 Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the
flash; creep under the thorn, it can save you from harm 109 Great oaks from little acorns grow 125 Ill weeds grow apace 108 Good wine needs no bush 148 Make hay while the sun shines 222 The rotten apple injures its neighbour
Data 184: Proverba Berunsur Flora
Flora yang muncul alam daftar adalah pohon oak, gandum, anggur, lumut,
buah apel, pohon secara umum, buah secara umum, bibit tanaman, semak belukar,
dan jeramit. Flora tersebut dapat dikatakan ada di sekitar pembuat proverba dan
penutur asli bahasa Inggris.
(3.k) Proverba Berunsur Fauna
Pilihan nomina yang ada pada lingkar 4 jenis ke-3 adalah adalah nomina
berunsur fauna. Dengan melihat posisi nomina fauna ini sebagai nomina yang
cukup banyak digunakan dalam membangun proverba, dapat menunjukkan pada
kita bahwa penutur bahasa Inggris memiliki kedekatan dengan fauna
5 All cats are grey in the dark 7 All is fish that comes to the net 22 A cat may look at a king 50 Birds in their little nests agree 51 Birds of a feather flock together 69 Dog does not eat dog 70 Don't change horses in mid-stream 91 Fine feathers make fine birds 101 Give a dog a bad name and hang him 134 Let sleeping dogs lie 209 The early bird catches the worm 258 You can't teach an old dog new tricks 256 You cannot make an omelette without breaking eggs 73 Don't put all your eggs in one basket 236 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it 216 The last straw that breaks the camel's back
Data 185: Proverba Berunsur Fauna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
275
Fauna yang dipilih terbanyak adalah anjing yang diikuti oleh fauna
burung, fauna kucing, fauna ikan, fauna unta dan fauna cacing. Pemilihan kata
anjing memang beralasan, mengingat di negara-negara penutur asli bahasa
Inggris, anjing adalah hewan yang menjadi peliharaan nomor satu. Dari daftar di
atas, terdapat satu keunikan yaitu munculnya fauna onta yang masuk dalam daftar.
Padahal, onta tidak banyak dijumpai di negara penutur bahasa Ingris.
c. Relasi Sinonim Pola-Pola Simbolik
Yang disebut dengan relasi sinonim pola-pola simbolik adalah hubungan
sinonim antara pola-pola penyimbolan yang menggunakan nomina sebagai bagian
intinya. Relasi sinonim ini menunjukkan bahwa dalam beberapa proverba,
terdapat nomina-nomina yang sebenarnya tidak memiliki hubungan sinonim, atau
bahkan tidak berada dalam medan makna dan nuansa makna yang sama, namun
pada saat proses pemaknaan dilakukan, ternyata nomina-nomina tersebut merujuk
pada pesan yang sama.
Beberapa relasi sinonim pola-pola simbolik ditemukan secara jelas dan
dapat dilihat pada penjelasan berikut.
(1) Sinonim Nomina Yang Merujuk Pada Makna “Sesuatu Yang Berharga”
Sinonimi simbolik pertama adalah simbol sesuatu yang berharga. Terdapat
5 korpus yang berisi nomina yang merujuk pada sesuatu yang berharga. Korpus
tersebut adalah korpus 8, 164, 194, 198, dan 228.
Tabel 4.75. Data 186: Nomina Yang Merujuk Pada Sesuatu Yang Berharga
8 All that glitters is not gold Appearances can be deceptive. What look good on the outside may not be so in reality.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
276
164 No cross, no crown No one can expect to achieve anything worth while without pain
194 Silence is golden There are times when it is better to be silent than to speak
198 Speech is silver, silence is golden
There are times when it is better to be silent than to speak
228 Time is money Time is valuable and should not be wasted.
Nomina yang dicetak tebal di atas merupakan sinonim secara simbol
karena merujuk pada satu hal yang sama yaitu sesuatu yang berharga. Adapun
nomina yang memiliki nilai sinonim secara simbolik dan merujuk pada susuatu
yang berharga adalah nomina gold, crown, dan silver dan money.
(2) Sinonim Nomina Yang Merujuk Pada Makna ”Keinginan”
Sinonimi simbolik kedua adalah simbol cita-cita. Terdapat 5 korpus yang
berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah korpus
11, 209, 210, 254, 256, dan 257.
Tabel 4.76. Data 187: Nomina Yang Merujuk Pada Keinginan
11 All roads lead to Rome
A number of persons can arrive at once common objective by different means
209 The early bird catches the worm
If you want to do something successfully, you should do it as soon as you can.
210 The end justifies the means
Wrong or unfair methods may be used if the result of the action is good.
254 Where there's a will, there's a way
A person with determination will find a way of doing something.
256 You cannot make an omelete without breaking eggs
You cannot expect something for nothing
257 You cannot make bricks without straw
Nothing can be made without the necessary materials
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
277
Nomina yang dicetak tebal di atas merupakan sinonim secara simbol
karena merujuk pada simbol cita-cita. Adapun nomina yang memiliki nilai
sinonim secara simbolik dan merujuk pada susuatu yang berharga adalah nomina
Rome, the worm, the end, a will, an omelette, dan bricks.
(3) Sinonim Nomina Yang Merujuk Pada Makna ”Kesempatan”
Sinonimi simbolik ketiga adalah simbol kesempatan. Terdapat 3 korpus
yang berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah
korpus 7, 227, dan 236.
Tabel 4.77. Data 188: Nomina Yang Merujuk Pada Kesempatan
7 All is fish that comes to the net
We can take advantage of everything that comes our way
227 Time and tide wait for no man
Do not delay taking action. If an opportunity presents itself, decide quickly and act promptly
236 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
While two persons are disputing over something, somebody else takes advantage of the fact that their attention is distracted
Nomina yang merujuk pada simbol kesempatan adalah nomina fish, time
and tide, serta a bone.
(4) Sinonim Nomina yang Merujuk Pada Makna “Sesuatu Yang Lebih Baik”
Sinonimi simbolik keempat adalah simbol sesuatu yang lebih baik.
Terdapat 3 korpus yang berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus
tersebut adalah korpus 4, 78, dan 206.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
278
Tabel 4.78. Data 189: Nomina yang Merujuk Pada Sesuatu yang Lebih Baik
4 After a storm comes a calm
There must be something better after every piece of unpleasantness
78 Every cloud has a silver lining
There is a positive or hopeful side to every unpleasant situation.
206 The darkest hour is just before the dawn
Even when things seem at their very worst, they may shortly improve
Nomina yang merujuk pada sesuatu yang lebih baik adalah nomina a calm,
a silver lining, dan the dawn.
(5) Sinonim Nomina yang Merujuk Pada Makna “Penampilan”
Sinonimi simbolik keempat adalah simbol penampilan. Terdapat 3 korpus
berisi nomina yang merujuk pada simbol tersebut. Korpus tersebut adalah korpus
72, 91, dan 205.
Tabel 4.79. Data 190: Nomina yang Merujuk Pada Penampilan
72 Don't judge a book by its cover.
Don't judge by appearances.
91 Fine feathers make fine birds
Smart clothing make a person look more impressive than he really is
205 The cowl does not make the monk
The wearing of such a garment does not turn a man into a holy man
Nomina yang merujuk pada simbol penampilan adalah cover, fine feather,
dan the cowl. Ketiga nomina tersebut merujuk pada pakaian yang menutupi tubuh
manusia. Pakaian ini oleh masyarakat terkadang dijadikan standar baik atau
buruknya prilaku orang yang memakainya. Pakaian yang baik menunjukkan
pemakainya adalah orang baik, sedangkan pakaian yang buruk menunjukkan
pemakainya juga buruk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
279
B. Pembahasan
Bagian kedua dari bab IV ini adalah pembahasan terhadap temuan-temuan
yang telah dipaparkan pada bagian pertama dari bab IV ini. Temuan-temuan yang
dimaksud adalah temuan-temuan yang berkaitan dengan: (1) struktur proverba
bahasa Inggris, (2) keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba
bahasa Inggris, (3) pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris,
dan (4) makna hubungan antarunsur pembentuk proverba. Keempat temuan
tersebut seluruhnya dibahas secara lugas pada bagian ini.
Untuk menyempurnakan bagian 1-4, dua bagian yaitu bagian ke-5 dan
ke-6 ditambahkan. Bagian ke-5 ini dimaksudkan untuk menemukan hubungan
antarhasil temuan yang ada pada bagian 1-4. Hasil-hasil temuan yang berwujud
domain-domain beserta taksonomi-taksonominya akan diteliti kembali untuk
menemukan hubungan-hubungan antardomain tersebut. Hubungan-hubungan ini
dalam penelitian ini disebut sebagai komponen bersama (shared components).
Bagian ke-6 diadakan dengan maksud untuk mengulas kembali apa-apa yang telah
ditemukan pada bagian 1-5 dan menjadikannya sebagai sebuah postformula untuk
menjelaskan definisi proverba dan karakteristiknya. Keberadaan postformula ini
diharapkan semakin memperdalam pengetahuan kita tentang esensi maupun
identitas proverba berdasarkan definisi maupun ciri-cirinya yang telah
direformulasi.
1. Struktur Proverba Bahasa Inggris
Dari hasil temuan yang telah dipaparkan pada bagian pertama, diketahui
bahwa struktur-struktur proverba sangat bervariatif. Struktur tersebut berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
280
mulai dari bentuk sederhana seperti frasa, hingga ke struktur yang kompleks yaitu
dalam bentuk kalimat majemuk kompleks.
Struktur yang bervariatif ini ketika dikelompokkan berdasarkan ciri-cinya
ternyata terbagi menjadi dua kelompok, yaitu proverba dengan struktur
polimember dan proverba dengan struktur monomember. Struktur polimember
dalam konteks ini dimaknai sebagai struktur yang pola-pola strukturnya dimiliki
oleh lebih dari satu proverba (dimiliki oleh kelompok proverba), sedangkan
stuktur monomember adalah kebalikan dari struktur polimember yaitu struktur
yang pola-pola strukturnya hanya dimiliki oleh sebuah proverba saja.
Dari hasil temuan yang didapat peneliti, tidak dijumpai adanya proverba
yang hanya terdiri dari satu kata/leksikon saja. Selain itu, dari hasil penelitian juga
dijumpai adanya fakta bahwa sebagian besar proverba terdiri dari kalimat. Hanya
tujuh proverba yang memiliki struktur frasa dan sisanya 252 proverba berstruktur
kalimat.
Tidak dijumpainya struktur proverba bahasa Inggris yang hanya berbentuk
kata/leksikon saja, sedikit bertentangan dengan apa yang dilihat oleh Sumarlam
(2006) pada struktur proverba bahasa Jawa. Ini adalah hal pertama yang peneliti
jumpai berbeda antara struktur proverba bahasa Inggris dan proverba bahasa Jawa.
Perbedaan kedua yang peneliti tangkap adalah berkaitan dengan adanya struktur
kalimat interogatif yang ada pada data 24, struktur it is that yang ada pada data 54,
serta struktur kalimat kondisional yang ada pada data 55. Tiga struktur unik
proverba bahasa Inggris ini tidak dijumpai keberadaannya dalam temuan
Sumarlam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
281
Selain menjumpai adanya perbedaan, peneliti juga menjumpai adanya
persamaan struktur antara proverba bahasa Inggris dan bahasa Jawa dalam temuan
Sumarlam (2008), yaitu banyak dijumpainya proverba dengan struktur kalimat
tunggal dan kalimat majemuk (baik kalimat majemuk koordinatif maupun kalimat
majemuk subordinatif), serta dijumpainya proverba dengan konstruksi kalimat
imperatif, baik imperatif positif maupaun imperatif negatif. Adanya persamaan
dan perbedaan di atas menyiratkan pada kita bahwa fenomena language universal
dan language peculiar dapat dijumpai keberadaannya dalam struktur proverba.
Dari 252 proverba yang berstruktur kalimat seperti yang disebutkan di
atas, dapat pula dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu kalimat tunggal seperti
yang terdapat pada data 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 23, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, kalimat majemuk
(di dalamnya mengandung modifier yang berupa klausa adjektival atau klausa
adverbial) seperti yang terdapat pada data data 17, 18, 19, 20, 51 dan 52, kalimat
majemuk koordinatif seperti yang terdapat pada data 21, 22, 47, 48, 49, 50.
Meskipun proverba dengan struktur kalimat tunggal mendominasi struktur
proverba yang ada dalam korpus data, proverba dengan struktur kalimat majemuk
cukup banyak juga ditemukan.
Dijumpainya beberapa proverba yang memiliki struktur kompleks ini
dapat kita jadikan bantahan terhadap definisi proverba yang ditawarkan oleh
(Mieder 1993: 5 dan 24f) serta Simpson/Speake (1998). Mielder menyatakan
bahwa sebuah proverba adalah “ a short, generally known sentence of the folk
which contains wisdom, truth, morals, and traditional views in a metaphorical,
fixed and memorizable form and which is handed down from generation to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
282
generation”(kalimat pendek yang ada dalam masyarakat yang mengandung
unsur kebijaksanaan, kebenaran, moral, dan pandangan-pandangan tradisional
dalam bentuk metafora, berbentuk baku, dan selalu diingat serta diturunkan dari
satu generasi kegenerasi yang lain), sedangkan Simpson/Speake menyebutkan
bahwa proverba adalah ujar-ujar tradisional yang menawarkan nasehat atau
menyajikan moral dalam bentuk pendek dan dengan cara yang lembut. Frasa “a
short sentence” yang disampaikan ketiga orang ini (Mielder, Simpson dan
Speake) ternyata kurang memadai untuk mendeskripsikan struktur proverba,
utamanya untuk mendeskripsikan proverba yang ada pada data 50. Proverba pada
data tersebut berbentuk “a very long sentence” dan tidak berbentuk “a short
sentence.”
Selain menjumpai bentuk-bentuk struktur proverba, penelitian ini juga
menjumpai sebuah temuan yang berhubungan dengan adanya kemungkinan
pelanggaran kaidah tatabahasa dalam kalimat-kalimat proverba. Beberapa kalimat
poverba tercatat melanggar kaidah tatabahasa umum seperti yang dapat kita lihat
pada data 59. Pelanggaran kaidah tatabahasa ini mengimplikasikan tiga hal, yaitu:
(1) memperkokoh persepsi kita akan keunikan proverba;
(2) menunjukkan pada kita tentang selera berbahasa dari pembuatnya;
(3) menunjukkan bahwa karakteristik proverba yang disampaikan oleh Mielder
(dalam Jamal 2009) ternyata kurang akurat. Mielder pada poin pertamanya
menyatakan bahwa: “sebuah proverba haruslah berbentuk lengkap dan
memiliki tingkat akurasi tatabahasa yang tinggi.” Padahal, data 59
menunjukkan pada kita bahwa struktur proverba dapat saja memiliki tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
283
akurasi tatabahasa yang redah dan konstituen pembentuknya dapat saja tidak
lengkap karena menerima fenomena elipsis.
Temuan ini selain secara tidak sengaja memberikan revisi terhadap
bentuk-bentuk, definisi, serta karakteristik proverba bahasa Inggris, dapat pula
dijadikan sebagai tambahan informasi untuk kembali membuka wawasan kita
akan ciri-ciri proverba. Adapun informasi tambahan tersebut adalah:
(a) kemungkinan besar proverba berbentuk klausa; meskipun tidak menutup
kemungkinan berbentuk frasa;
(b) di dalamnya dapat saja terjadi pelanggaran kaidah tatabahasa;
(c) dapat saja berbentuk kalimat panjang, tapi kebanyakan berbentuk kalimat
pendek.
2. Keeratan Hubungan Antarkonstituen
Pembentuk Proverba Bahasa Inggris
Kemungkinan adanya fenomena pelesapan bunyi pada sebuah proverba
ketika proverba tersebut digunakan dalam karya tulis telah dipaparkan pada
bagian temuan penelitian. Berdasarkan hasil temuan yang telah dipaparkan pada
bagian tersebut, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain:
(1) konstituen-konstituen proverba dimungkinkan untuk dilesapkan ketika
digunakan dalam karya tulis;
(2) konstituen-konstituen yang dimaksud adalah (a) part of speech seperti nomina,
verba, adjektiva, adverbia dan kata tugas, (b) Frasa seperti frasa nominal, frasa
verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional, serta (c) klausa seperti klausa
dependen adjektival, klausa dependen adverbial, klausa dependen result,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
284
klausa independen nonverbal, klausa independen verbal, klausa independen
komparatif, dan klausa independen imperatif;
(3) adanya pelesapan ini menunjukkan pada kita bahwa hubungan konstituen
proverba tidaklah erat;
(4) pelesapan frasa adverbial tidak dijumpai selama proses analisis data;
(5) kata tugas adalah konstituen yang paling mudah mengalami modifikasi baik
itu melalui pola pelesapan maupun pola-pola lainnya.
Demikian juga kemungkinan adanya fenomena permutasi pada sebuah
proverba ketika proverba tersebut digunakan dalam karya tulis juga telah
dipaparkan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan hasil temuan tersebut, kita
dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain:
(1) konstituen-konstituen proverba dimungkinkan untuk bermutasi (pindah
posisi);
(2) konstituen-konstituen yang dimaksud adalah (a) part of speech seperti nomina,
adjektiva, adverbia dan kata tugas, (b) frasa seperti frasa nominal, frasa verbal,
dan frasa preposisional, serta (c) klausa seperti klausa dependen adjektival,
klausa nonverbal, dan klausa independen imperatif;
(3) adanya permutasi ini menunjukkan pada kita bahwa hubungan konstituen
proverba tidaklah erat;
Keeratan hubungan konstituen pembentuk proverba dapat diteliti dengan
menggunakan pengamatan terhadap fenomena substitusi konstituen proverba.
Berdasarkan paparan tentang munculnya fenomena substitusi konstituen proverba
ketika proverba-proverba tersebut digunakan dalam karya tulis, kita dapat
menyimpulkan beberapa hal antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
285
(1) konstituen-konstituen proverba dimungkinkan untuk disubstitusi oleh
konstituen lain ketika digunakan dalam karya tulis;
(2) konstituen-konstituen yang dimaksud adalah (a) part of speech seperti nomina,
adjektiva, adverbia dan kata tugas, (b) frasa seperti frasa nominal, frasa verbal,
dan frasa preposisional, serta (c) klausa seperti klausa dependen adjektival,
klausa independen nonverbal, dan klausa independen imperatif;
(3) substitusi part of speech terbagi menjadi empat jenis yaitu; (a) substitusi part
of speech dengan part of speech dari kategori yang sama; (b) substitusi part of
speech dan part of speech dari kategori yang berbeda; (c) substitusi part of
speech dengan konstituen dari kelas yang lebih besar seperti frasa dan klausa;
serta (d) substitusi konstituen yang lebih besar seperti frasa ataupun klausa
dengan part of speech;
(4) ada 4 jenis frasa yang ditemukan memodifikasi proverba dengan cara
substitusi antara lain: frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa
preposisional;
(5) substitusi frasal juga muncul namun tidak sebanyak substitusi part of speech
maupun frasal;
(6) substitutor (pengganti) yang muncul dapat saja merupakan sinonim konstituen
yang tersubstitusi (yang terganti), dapat saja merupakan antonim konstituen
yang tersubstitusi, dan dapat saja konstituen yang tidak memiliki relasi makna
sama sekali dengan konstituen yang tersubstitusi;
(7) fenomena substitusi adalah fenomena modifikasi terbanyak muncul pada pada
saat proverba-proverba digunakan dalam karya tulis bila dibandingkan dengan
tiga fenomena modifikasi proverba yaitu pelesapan, permutasi dan ekspansi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
286
(8) adanya substitusi ini menunjukkan pada kita bahwa hubungan konstituen
proverba tidak erat.
Keeratan hubungan konstituen pembentuk proverba juga dapat diteliti
dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena penyisipan konstituen
proverba. Munculnya fenomena penyisipan konstituen proverba ketika proverba-
proverba tersebut digunakan dalam karya tulis, mengarahkan kita pada beberapa
simpulan yang tergambar dalam beberapa poin berikut:
(1) kalimat baku proverba dimungkinkan untuk disisipi konstituen baru sehingga
dengan adanya fenomena penyisipan ini, kalimat proverba menjadi makin
panjang;
(2) dengan dimungkinkannya penyisipan konstituen baru dalam kalimat proverba,
menunjukkan pada kita bahwa hubungan antarkonstituen proverba tidaklah
erat atau dengan kata lain struktur proverba tidaklah erat;
(3) ekspansi ini dapat berupa empat jenis penambahan yaitu: (a) penambahan
konstituen di awal kalimat proverba yang disebut preaddition, (b)
penambahan konstituen di akhir kalimat proverba yang disebut postaddition;
(c) penambahan konstituen di tengah kalimat proverba yang disebut insertion;
(d) penambahan konstituen di dua tempat atau lebih (depan-tengah, tengah-
belakang, atau depan-tengah-belakang) yang disebut multiinsertion;
(4) konstituen yang digunakan melakukan ekspansi tersebut ada tiga macam yaitu:
(1) part of speech, (2) frasa, dan (3) klausa;
(5) penyisipan yang paling banyak ditemukan adalah penyisipan auxiliari.
Setidaknya ada 2 alasan mengapa penyisipan auxiliari banyak ditemukan
yaitu: (a) auxiliari memegang peranan penting dalam proses transformasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
287
kalimat karena selalu dipakai dalam proses transformasi tersebut; (b) auxiliari
adalah kata tugas yang memiliki jenis banyak dan hampir seluruh kalimat
yang melibatkan tenses di dalamnya menggunakan auxiliari;
(6) dalam beberapa kasus, pola-pola modifikasi bunyi proverba teryata tidak
dilakukan hanya dengan menggunakan satu pola saja seperti pola ekspansi
atau satu pola lainnya, tapi dapat menggunakan dua, tiga atau empat pola
sekaligus. Pola ini dikenal sebagai pola kompleks;
Berdasarkan pada empat simpulan perpoin di atas, kita menemukan
beberapa hal menarik yang dapat kita jadikan patokan untuk menjawab hipotesis
yang disampaikan pada awal diskusi yaitu apakah proverba bahasa Inggris
memiliki kemiripan sifat sesuai dengan temuan Sumarlam; berstruktur beku,
urutan konstituennya tidak dapat dipermutasikan, konstituen pengisinya tidak
dapat dilesapkan, dan konstituennya tidak dapat disubstitusi oleh konstituen lain,
serta hubungan antarkonstitusinya sangat erat sehingga antara konstituen yang
satu dengan yang lain tidak dapat disisipi oleh unsur lainnya.
Dengan menggunakan empat simpulan perpoin di atas, secara umum dapat
kita simpulkan bahwa struktur proverba bahasa Inggris yang berkaitan dengan
hubungan konstituen-konstituennya tidak cocok dengan struktur yang
disampaikan oleh Sumarlam. Ketidaksamaan tersebut tercakup dalam beberapa
poin-poin berikut:
(1) sifat proverba bahasa Inggris tidak beku (beku bukan dalam artian tata bahasa,
melainkan bentuk dan urutan kata), yang ditandai dengan dapat dilihatnya
kemunculan fenomena pelesapan konstituen-konstituen pembentuk proverba;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
288
(2) hubungan antarkonstituen pembentuk proverba kurang erat yang dibuktikan
dengan dapatnya urutan konstituen-konstituen pembentuk proverba tersebut
dipermutasikan;
(3) ketidakeratan hubungan antarkonstituen ini juga dapat dibuktikan dengan
banyaknya kategori konstituen pembentuk proverba yang disubstitusi oleh
kategori yang lain baik itu yang sekategori maupun yang berkategori beda;
(4) selain pelesapan, permutasi dan substitusi, ketidakeratan hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba juga dapat dibuktikan dengan melihat
banyaknya fenomena ekspansi yang terlibat dalam pemakaian proverba pada
karya tulis.
Temuan ini juga secara tidak langsung memberikan informasi tambahan
pada kita akan ciri-ciri proverba. Adapun informasi tambahan tersebut adalah:
“hubungan antarkonstituennya kurang erat, memiliki struktur yang kurang beku
karena dalam praktiknya, konstituen-konstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris dapat menerima masuknya fenomena pelesapan, permutasi, substitusi dan
ekspansi.”
3. Pola-pola Pilihan Kata dalam Struktur Proverba
Setelah menemukan struktur dan keeratan hubungan antarkonstituen
pembentuk proverba, penelitian ini juga menemukan pola-pola pilihan kata dalam
membangun struktur lahir proverba dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu:
(1) pendekatan pilihan lesikon dalam membentuk bentuk lahir proverba;
(2) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat fenomena pemanfaatan
aspek bunyi; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
289
(3) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat style (gaya bahasa).
Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon dalam membangun
struktur lahir, ditemukan kecendrungan pembuat proverba untuk menggunakan
beberapa leksikon. Adapun leksikon-leksikon yang cenderung digunakan dapat
berupa satu leksikon, pasangan leksikon, atau kelompok leksikon seperti is, make,
don’t make, don’t di awal kalimat, every-has, no, he-who, and, better-than, let,
like, for, as good as, all-that, is known by, it is-that, dan you cannot make-without.
Leksikon-leksikon tersebut dapat diibaratkan sebagai pola rangka yang digunakan
untuk membangun struktur lahir proverba bahasa Inggris.
Keempatbelas pilihan leksikon di atas menjadi pelengkap dari pilihan
leksikon yang disebutkan oleh Peukes (dalam Mieder, 2004). Peukes menemukan
lima pola umum bentuk-bentuk pilihan leksikon pembangun proverba yaitu: (1)
Better X dan X; (2) Like X, Like Y; (3) No X, without Y; (4) One X does not make a
Y, (5) If X, then Y.
Sayangnya, selama penelitian, peneliti tidak dapat memasukkan pola ke-5
dari Peukes karena peneliti tidak memiliki data yang memadai untuk memasukkan
pola tersebut sebagai sebuah pola pilihan leksikon. Pada korpus data memang
dijumpai kalimat proverba yang strukturnya mirip dengan pola ke-5 Peukes,
namun karena jumlahnya hanya satu, maka peneliti tidak menganggapnya sebagai
sebuah pola dan memasukkannya ke dalam kategori pilihan leksikon dengan pola
sporadis.
Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya
terdapat pemanfaatan aspek fonem, ditemukan pula enam gaya pilihan fonem.
Adapun gaya pilihan fonem tersebut adalah: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
290
konsonansi, (4) rima vokal, dan (5) paralelisme. Pilihan leksikon dengan
memanfaatkan aspek fonem inilah yang menguatkan jati diri sebuah proverba dan
membedakannya dari kalimat-kalimat biasa lainnya.
Ditemukannya enam pola pilihan fenem ini menjadi pelengkap dari pilihan
fonem yang disebutkan oleh Aurora (dalam Mieder, 2004: 7). Aurora
menyebutkan tiga wujud permainan fonem dalam bentuk lahir proverba yaitu (1)
alliteration (aliterasi), (2) parallelism (paralelisme), dan (3) rhyme (rima),
sedangkan peneliti, dalam penelitiannya berhasil menyebutkan lima wujud
permainan fonem yaitu: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3) konsonansi, (4) rima
konsonan, dan (5) paralelisme.
Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang memunculkan
style/gaya bahasa, ditemukan setidaknya sembilan gaya bahasa. Kesembilan gaya
bahasa tersebut adalah: elipsis, paradoks, repetisi, metatesis, anastrof, pertanyaan
retorik, hiperbola, apostrophe, dan alusi. Munculnya gaya bahasa ini menunjukkan
pada kita meskipun secara implisit bahwa pembuat proverba pada jaman dahulu
tidak sembarangan untuk memilih kata ketika mereka menciptakan proverba.
Temuan terhadap kecendrungan pilihan leksikon dalam membangun
struktur proverba di atas tidak hanya berfungsi sebagai jawaban dari rumusan
masalah yang ketiga, tapi juga secara tidak langsung mengisi celengan ciri-ciri
proverba yang telah kita miliki. Adapun informasi tambahan tersebut adalah:
(1) kemungkinan besar kalimat proverba memiliki leksikon-leksikon pembentuk
yang mampu memanfaatkan aspek fonem sehingga menyebabkan struktur
lahir proverba tersebut terlihat indah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
291
(2) ada kecendrungan kalimat-kalimat proverba mengandung gaya bahasa seperti
yang terlihat pada temuan tesis ini.
4. Makna Hubungan Antarkonstituen Pembentuk Proverba
Peranan kata-kata dalam memainkan makna itulah yang dibahas pada
bagian terakhir tesis ini. Dengan memegang pijakan pada hal ini, maka beberapa
subbahasan diangkat dan diulas untuk memberikan gambaran mengenai peranan
kata-kata tersebut. Subbahasan tersebut antara lain:
(1) jenis-jenis proverba berdasarkan entitas pembangun makna;
(2) fungsi nomina dalam membangun makna proverba; dan
(3) relasi sinonim pola-pola simbolik.
Proverba merupakan derivasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk
makna, yang mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam
pola-pola bahasa yang khas. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam beberapa
proverba terkadang perlu melewati roses dekoding terlebih dahulu sebelum
dipahami artinya. Hal ini terjadi karena beberapa proverba memiliki bentuk unik
dan perlu dibangkitkan makna yang terselubung di dalamnya dengan cara
melakukan proses refleksi dari bentuk aslinya. Berdasarkan hal inilah, dalam
konteks memaknai proverba, proverba di bagi menjadi dua jenis, yaitu; (1)
proverba yang lugas; dan (2) proverba yang reflektif.
Proverba lugas adalah proverba yang bentuk lahirnya memiliki tingkat
kemiripan yang tinggi dengan bentuk batin/makna turunan yang dihasilkan dari
bentuk lahir tersebut. Proverba jenis ini tidak memerlukan penafsiran melalui
refleksi terhadap entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya. Proverba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
292
reflektif adalah proverba yang makna turunannya berbeda jauh dengan bentuk
lahirnya. Proverba jenis ini memerlukan penafsiran melalui refleksi terhadap
entitas-entitas yang menjadi komponen pembuatnya. Dengan demikian, diksi
sangat berperan dalam mewujudkan makna apa yang ingin dihidangkan pada
pembaca kalimat-kalimat proverba.
Dua jenis proverba di atas memiliki jumlah anggota yang kurang
berimbang pada korpus data. Proverba bentuk lugas memiliki anggota 168
proverba dan proverba bentuk reflektif memiliki anggota 91 anggota. Meskipun
lebih sedikit jumlah angotanya namun proverba jenis reflektif lebih menarik untuk
dikaji karena di dalamnya banyak sekali dijumpai fenomena-fenomena perubahan
makna
Secara umum, tiap proverba reflektif mengandung dua entitas yang
memegang peranan penting dalam memunculkan makna. Dua entitas tersebut
pada penelitian ini disebut sebagai (1) pointer (2) atribut. Pointer adalah entitas
yang mengacu pada sebuah referen tertentu, sedang atribut adalah penjelas dari
pointer tersebut. Dua entitas ini untuk sampai pada arti dasar proverba harus
melewati refleksi makna atau bias.
Penggunaan kata pointer dan atribut ini sebenarnya memiliki fungsi yang
hampir mirip dengan kata ”topik” dan ”komen yang dikemukakan oleh Dundes
(dalam Meider, 2004). Bedanya, jika Dundes menggunakan kata “topik” dan
“komen” untuk merujuk pada seluruh jenis proverba, kata pointer dan atribut yang
disampaikan oleh peneliti hanya merujuk pada proverba yang berjenis reflektif
saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
293
Temuan terhadap dua jenis proverba dan dua entitas pembangun proverba
jenis reflektif telah memberikan informasi tambahan terhadap inventarisasi ciri-
ciri proverba yang telah kita miliki. Adapun informasi tambahan tersebut adalah:
(1) proverba terdiri dari dua jenis yaitu jenis lugas dan reflektif
(2) proverba jenis reflektif memiliki dua entitas pembentuk yaitu pointer dan
atribut.
Pembagian proverba dengan landasan ada tidaknya proses dekoding ini
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai peran nomina. Dari paparan
temuan-temuan penelitian, didapatkan fakta bahwa pada kalimat proverba yang
berbentuk reflektif, nomina atau frasa nominal ternyata memegang peranan
penting dalam membiaskan makna proverba bila dibandingkan dengan konstituen
pembangun proverba lainnya. Tidak hanya pada proverba jenis reflektif, pada
proverba jenis lugaspun peranan nomina juga terlihat dengan jelas dalam
memainkan makna. Melalui penelusuran terhadap peran nomina ini dalam
membangun makna proverba ini, pada akhirnya didapatkan tiga peran besar
nomina dalam membangun makna yaitu: (1) sebagai pembentuk pola-pola
simbolik, (2) sebagai perubah makna, dan (3) sebagai penunjuk realita pemilik
proverba.
Yang dimaksud dengan simbolisasi dalam hal ini yaitu pemakaian satu
kata atau beberapa kata yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang
tidak mengacu pada referen sebenarnya, seperti kata “gold,” (emas) mengacu pada
simbol “kekayaan” atau “keuntungan” dan bukan logam mulia, serta kata “birds”
(burung) mengacu pada “komunitas manusia” dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
294
Selain sebagai pembentuk pola-pola simbolik, nomina dalam proverba
dapat pula berfungsi sebagai perubah makna. Dalam konteks perubahan makna
ini, nomina tidak bekerja sendirian dan harus dibantu oleh verba yang akan
mengarahkan nomina tersebut untuk membentuk pola-pola perubahan makna atau
yang lebih kita kenal sebagai majas. Adapun majas yang dapat dikenali dari
kalimat-kalimat proverba adalah: (1) simile atau persamaan, (2) metafora, (3)
personifikasi atau prosopopoeia, dan (4) metonimi.
Dikenalinya kalimat proverba yang berbentuk simile atau persamaan pada
data 169 menyebabkan definisi Padmosoekotjo (dalam Sumarlam, 2006) menjadi
termentahkan. Padmosoekotjo mendefinisikan proverba sebagai:“Unen-unen kang
ajeg panganggone, mawa teges entar, ora ngemu surasa pepindhan”. (Ungkapan
(berupa satuan lingual) yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak
mengandung makna perumpamaan), padahal dalam kenyataannya, pada data 169
ditemukan setidaknya 6 proverba mengandung majas simile.
Adanya fakta bahwa beberapa kalimat proverba mengandung majas simile
menyebabkan inventarisasi akan ciri-ciri proverba yang telah kita miliki semakin
bertambah. Adapun ciri yang kita inventarisasi adalah: “sebuah proverba dapat
mengandung makna perumpamaan.”
Pemanfaatan aneka nomina sebagai pembentuk peribahasa menunjukkan
persepsi masyarakat mengenai nomina-nomina tersebut, karena secara logis,
penutur bahasa Inggris tidak akan menggunakan nomina dalam membangun
proverba jika mereka tidak pernah mengenal nomina-nomina tersebut. Mereka
akan memilih nomina ada di sekitar mereka. Terkadang, watak, pandangan hidup
serta kondisi reliji mereka juga mempengaruhi pemilihan nomina ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
295
Pembahasan proverba inipun ditutup melalui sebuah paparan mengenai
relasi sinonim pola-pola simbolik. Yang disebut dengan relasi sinonim pola-pola
simbolik adalah hubungan sinonim antara pola-pola penyimbolan yang
menggunakan nomina sebagai bagian intinya. Relasi sinonim ini menunjukkan
bahwa dalam beberapa proverba, terdapat nomina-nomina yang sebenarnya tidak
memiliki hubungan sinonim, atau bahkan tidak berada dalam medan makna dan
nuansa makna yang sama, namun pada saat proses pemaknaan dilakukan, ternyata
nomina-nomina tersebut merujuk pada pesan yang sama.
5. Komponen Bersama Struktur, Style/Gaya Bahasa, dan Makna
Temuan dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya
dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada bagian
pendahuluan. Atas dasar inilah maka penjelasan pada bagian temuan maupun
pembahasan (1-4) dilakukan dengan mengikuti alur rumusan masalah tersebut.
Meskipun alur pembahasan tesis ini adalah mengikuti alur empat rumusan
masalah, namun kita dapat melihat bahwa seluruh pembahasan yang ada pada
bagian temuan dan pembahasan pada akhirnya bermuara pada tiga ranah besar.
Adapun tiga ranah besar yang dimaksud adalah: (1) struktur proverba, (2)
style/gaya bahasa proverba, dan (3) makna proverba. Ketiga ranah tersebut dalam
tesis ini akan kita sebut sebagai “Triaspek Internal” proverba bahasa Inggris.
Jika menggunakan istilah Spradley (2007), triaspek internal proverba
bahasa Inggris ini dapat dikatakan sebagai domain penelitian ini karena triaspek
tersebut menggambarkan tiga hal yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
296
Taksonomi Z
(1) bahwasanya esensi dari keberadaan korpora data adalah untuk menjawab
segala hal yang berhubungan dengan triaspek internal yang besar ini,
(2) keempat rumusan masalah yang ada dalam bab I tesis ini seluruhnya dapat
terkover dalam triaspek ini, dan
(3) taksonomi-taksonomi yang ada pada bagian temuan maupun pembahasan (1-
4) seluruhnya bermuara pada triaspek ini.
Sebagai tiga buah domain (yang tentu saja berada dalam ruang lingkup
topik penelitian ini yaitu internal proverba), tiga aspek ini memiliki kemampuan
untuk menentukan taksonomi-taksonomi yang berada di bawahnya. Apabila
dijabarkan dalam sebuah diagram, triaspek tersebut diibaratkan sebagai sebuah
pondasi yang terdiri dari meterial-material (taksonomi-taksonomi). Pondasi ini
menunjang sebuah bangunan besar yaitu bangunan “internal proverba.” Di bawah
pondasi ini terdapat taksonomi-taksonomi yang membangun ketiga domain
tersebut. Bangunan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.3: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Dasar)
Jika seluruh taksonomi dan anggota-anggotanya yang ada pada temuan
dimasukkan dalam diagram di atas, akan menghasilkan diagram yang utuh seperti
yang terlihat pada gambar 4.4 berikut.
Internal Proverba
Style/Gaya Bahasa
Makna Struktur
Taksonomi U
Taksonomi V
Taksonomi Y
Taksonomi X
Taksonomi W
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
297
DIAGRAM
TAKSONOMI
Gambar 4.4: Triaspek Internal Proverba Bahasa Inggris (Kerangka Penuh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
298
Penggambaran seluruh temuan penelitian ini dalam sebuah tabel besar
akan memudahkan kita untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan
mencari komponen bersama (shared components) yang dimiliki oleh ketiga
domain tersebut. Proses pencarian komponen bersama ini melibatkan taksonomi-
taksonomi yang dimiliki ketiga domain dan menjadikan taksonomi-taksonomi
tersebut sebagai instrumen untuk menemukan komponen bersama ketiga domain.
Penentuan komponen bersama ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
analisis relasi (relational analysis) antardomain dalam bentuk tabel. Karena
domain yang kita miliki berjumlah ganjil yaitu tiga buah, maka analisis relasi
antardomain tidak dapat dilakukan sekaligus dalam satu tabel utuh. Butuh tiga
tahapan agar ketiga domain tersebut dapat direlasikan. Adapun tahapan relasi
tersebut dilihat pada tiga langkah berikut:
(1) relasi antara struktur dan gaya
(2) relasi antara struktur dan makna
(3) relasi antara gaya dan makna
Cara kerja analisis ini cukup mudah. Pada tabel yang menjadi media
analisis, terdapat dua buah domain yang akan direlasikan. Posisi dua domain ini
berbeda. Satu domain berada di lajur atas tabel, dan satu domain lagi berada di
lajur kanan tabel. Relasi akan terjadi jika seluruh anggota dari domain (anggota-
anggota taksonomi yang ada dalam domain lajur kiri) tercakup pada domain yang
ada pada lajur atas. Jika ada satu atau beberapa dari anggota taksonomi tidak
dapat tercakup pada domain yang ada pada lajur atas, maka relasi dianggap tidak
ada. Desain analisis relasi yang seperti ini dapat kita katakan sebagai desain
analisis relasi penuh. Hasil dari analisis ini berupa proposisi-proposisi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
299
bersifat partikular/kasuistik, dan bentuk umumnya akan berbunyi: “seluruh
proverba yang menjadi anggota sebuah atau beberapa taksonomi pada domain di
lajur kiri adalah anggota pada domain di lajur atas.”
Perlu diingat, karena penelitian ini menggunakan desain studi kasus tiang
terpancang, maka proposisi yang muncul di atas hanya berlaku pada data yang ada
pada korpora data saja dan tidak untuk digeneralisasikan pada seluruh proverba
bahasa Inggris.
Karena terbatasnya tempat, analisis relasi antara struktur dan style/gaya
bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu relasi antara struktur sintaksis dengan
style/gaya bahasa dan relasi antara struktur generik dengan style/gaya bahasa.
Relasi antara struktur sintaksis dan style/gaya bahasa beserta hasil-hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.80 berikut.
Tabel 4.80: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Style/Gaya Bahasa
Struktur Sintaksis
Struktur Frasa Struktur Klausa
Rangkaian Relasi Frasa Vebal Koordinatif
Frasa Verbal
Modifikatif
Klausa Nonverbal
Klausa Verbal
Klausa Verbal-
Nonverbal
Klausa dengan
Identitas Tidak Jelas
Pemanfaatan Fonem
Aliterasi - - - - - -
Asonansi - - - - - -
Konsonansi - - - - - -
Rima Konsonan - - - - - -
Paralelisme - - √ - - - Pemanfaatan Style/Gaya Bahasa
Elipsis - - - - - -
Paradoks - - - - - -
Repetisi - - - - - -
Metatesis - - - - - -
Anastrof - - - √ - -
Pertanyaan Retorik - - √ - - -
Hiperbola - - - - √ -
Apostrophe - - - - - -
Alusi - - √ - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
300
Pada tabel 4.80 di atas, tanda [√] menunjukkan adanya relasi antara
struktur sintaksis dan style/gaya bahasa. Dari tabel tersebut kita dapat melihat
adanya lima buah tanda relasi yang kelimanya menunjukkan proposisi sebagai
berikut:
(1) seluruh proverba yang mengandung pemanfaatan fonem berupa paralelisme
adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(2) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa anastrof adalah
proverba berstruktur klausa verbal.
(3) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa pertanyaan retorik
adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(4) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa hiperbola adalah
proverba berstruktur campuran verbal-nonverbal.
(5) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa alusi adalah proverba
berstruktur klausa nonverbal.
Adapun relasi antara struktur generik dan style/gaya bahasa beserta hasil-
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.80 berikut.
Tabel 4.81: Relasi Antara Struktur Generik dan Style/Gaya Bahasa
Struktur Generik Rangkaian
Relasi Is Make No And Do not
Every- Has
He-Who
Better than Let Like For All-
That
Ass Good
As
Is Known
By
It is that
You cannot make-
without Pemanfaatan Fonem
Aliterasi - - - - - - - - - - - - - - - -
Asonansi - - - - - - - - - - - - - - - -
Konsonansi - - - - - - - - - - - - - - - -
Rima Konsonan - - - - - - - - - - - - - - - -
Paralelisme - - - - - - - - - - - - - - - - Pemanfaatan Style/Gaya Bahasa
Elipsis - - - - - - - - - - - - - - - -
Paradoks - - - - - - - - - - - - - - - -
Repetisi - - - - - - - - - - - - - - - -
Metatesis - - - - - - - - - - - - - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
301
Anastrof - - - - - - - - - - - - - - - - Pertanyaan Retorik - - - - - - - - - - - - - - - -
Hiperbola - - - - - - - - - - - - - - √ -
Apostrophe - - - - - - √ - - - - - - - - -
Alusi - - - - - - - - - - - - - - - -
Dari tabel 4.81 kita dapat melihat adanya dua buah tanda relasi yang
kelimanya menunjukkan proposisi sebagai berikut:
(1) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa apostrophe
menggunakan struktur generik He-Who
(2) seluruh proverba yang mengandung style/gaya bahasa hiperbola menggunakan
struktur generic It-Is-That.
Analisis relasi kedua adalah analisis relasi antara struktur dan makna.
Sama seperti bagian sebelumnya, analisis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
relasi antara struktur sintaksis dengan makna dan relasi antara struktur generik
dengan makna. Relasi antara struktur sintaksis dan makna beserta hasil-hasilnya
dapat dilihat pada tabel 4.82 berikut.
Tabel 4.82: Relasi Antara Struktur Sintaksis dan Makna
Struktur Sintaksis
Struktur Frasa Struktur Klausa
Rangkaian Relasi Frasa Vebal Koordinatif
Frasa Verbal
Modifikatif
Klausa Nonverbal
Klausa Verbal
Klausa Verbal-
Nonverbal
Klausa dengan
Identitas tidak Jelas
Simbolisasi - - - - - -
Bird = Manusia - - - √ - -
Dog = Manusia - - - √ - -
Straw = Hal remeh - - - - - - Thief = Orang bertabiat Buruk - - - - - -
Devil = Keburukan - - - √ - -
Egg = keinginan - - - √ - -
Gold = berharga - - - - - - Peny = kurang berharga - - - - - -
Perubah Makna - -
Simile - - - - - -
Metafora √ - - -
Personifikasi - - - √ - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
302
Metonimi - - - - - -
Penunjuk Realita - -
Nama Diri - - - - - -
Bagian Tubuh - - - - - -
Indra - - - - - -
Anggota Keluarga - - - - - -
Profesi - - - - - -
Nama kota - - - √ - -
Metafisika Relijius - - - - - -
Harta - - - - - -
Alam - - - - - -
Flora - - - √ - -
Fauna - - - - - -
Dari tabel 4.82, kita dapat melihat adanya delapan buah tanda relasi yang
menunjukkan proposisi sebagai berikut:
(1) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”bird” untuk merujuk pada
manusia, berstruktur klausa verbal.
(2) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”dog” untuk merujuk pada
manusia, berstruktur klausa verbal.
(3) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”devil” untuk merujuk pada
keburukan, berstruktur klausa verbal.
(4) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”egg” untuk merujuk pada
keinginan, berstruktur klausa verbal.
(5) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat metafora, berstruktur klausa
noverbal.
(6) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi berstruktur klausa
verbal.
(7) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina nama kota,
berstruktur klausa verbal.
(8) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina flora,
berstruktur klausa verbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
303
Adapun hasil analisis relasi antara struktur generik dan makna dapat
dilihat pada tabel 4.83 berikut.
Tabel 4.83: Relasi Antara Struktur Generik dan Makna
Struktur Generik Rangkaian
Relasi Is Make No And Do not
Every- Has
He-Who
Better than
Let Like For All-That
Ass Good
As
Is Known
By
It is that
You cannot make-
without
Simbolisasi - - - - - - - - - - - - - - - - Bird = Manusia - - - - - - - - - - - - - - - - Dog = Manusia - - - - - - - - - - - - - - - - Straw = Hal remeh - - - - - - - - - - - - - - - - Thief = Orang bertabiat Buruk - - - - - - - - - - - - - - - - Devil = Keburukan - - - - - - - - - - - - - - - - Egg = keinginan - - - - - - - - - - - - - - - - Gold = berharga - - - - - - - - - - - - - - - - Peny = kurang berharga - - - - - - - - - - - - - - - - Perubah Makna
Simile √ - - - - - - - - - - - - - - -
Metafora - - - - - - - - - - - - - - - -
Personifikasi - - - - - - - - - - - - - - - -
Metonimi - - - - - - - - - - - - - - - - Penunjuk Realita
Nama Diri - - - - - - - - - - - - - - - -
Bagian Tubuh - - - - - - - - - - - - - - - -
Indra - - - - - - - - - - - - - - - - Anggota Keluarga - - - - - - - - - - - - - - - -
Profesi - - - - - - - - - - - - - - - -
Nama kota - - - - - - - - - - - - - - - - Metafisika Relijius - - - - - - - - - - - - - - - -
Harta - - - - - - - - - - - - - - - -
Tidak banyak relasi yang ditemukan pada tabel 4.82 di atas. Pada tabel
tersebut, kita hanya dapat melihat adanya satu tanda relasi yang menunjukkan
proposisi:
(1) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat simile menggunakan struktur
generik Is.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
304
Analisis relasi ketiga adalah analisis relasi antara style/gaya bahasa dan
makna. Relasi antara struktur sintaksis dan makna beserta hasil-hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.84 berikut
Tabel 4.84: Relasi Antara Style/Gaya Bahasa dan Makna
Pemanfaatan Fonem Pemanfaatan Style/Gaya Bahasa Rangkaian Relasi Ali-
terasi Aso- nansi
Konso- nansi
Rima Konsonan
Paralel-isme
Eli-psis
Para-doks
Re-petisi
Meta-tesis
Anas-trof
Pertanyaan Retorik
Hiper-bola
Apos-trophe Alusi
Simbolisasi
Bird = Manusia - - - - - - - - - - - - - -
Dog = Manusia - - - - - - - - - - - - - - Straw = Hal remeh - - - - - - - - - - - - - - Thief = Orang bertabiat Buruk - - - - - - - - - - - - - - Devil = Keburukan - - - - - - - - - - - - - - Egg = keinginan - - - - - - - - - - - - - - Gold = berharga - - - - - - - - - - - - - - Peny = kurang berharga - - - - - - - - - - - - - - Perubah Makna
Simile - - - - - - - - - - - - - -
Metafora - - - - - - - - - - - - - -
Personifikasi - - - - - - - - - - - - - -
Metonimi - - - - - - - - - - - - - - Penunjuk Realita
Nama Diri - - - - - - - - - - - - - -
Bagian Tubuh - - - - - - - - - - - - - -
Indra - - - - - - - - - - - - - - Anggota Keluarga - - - - - - - - - - - - - -
Profesi - - - - - - - - - - - - - -
Nama kota - - - - - - - - - - - - - - Metafisika Relijius - - - - - - - - - - - - - -
Harta - - - - - - - - - - - - - -
Tabel 4.84 di atas menunjukkan tidak adanya relasi antara gaya dan
makna, sehingga tidak ada satu proposisipun yang muncul akibat relasi ini.
Proposisi yang telah terlihat melalui poses analisis relasi antara triaspek
internal proverba yaitu struktur, style/gaya bahasa serta makna dapat kita gunakan
sebagai penambah inventarisasi ciri-ciri proverba yang telah kita lakukan pada
bagian 1-4 dari bab ini. Karena sifatnya yang terbatas, maka ciri-ciri tambahan ini
akan kita sebut sebagai ciri-ciri partikular dari proverba. Adapun ciri-ciri tersebut
secara keseluruhan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
305
(1) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung pemanfaatan fonem berupa
paralelisme adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(2) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa anastrof
adalah proverba berstruktur klausa verbal.
(3) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa pertanyaan
retorik adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(4) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola
adalah proverba berstruktur campuran verbal-nonverbal.
(5) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa alusi
adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(6) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa apostrophe
menggunakan struktur generik He-Who.
(7) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola
menggunakan struktur generic It-Is-That.
(8) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”bird” untuk merujuk pada
manusia, berstruktur klausa verbal.
(9) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”dog” untuk merujuk pada
manusia, berstruktur klausa verbal.
(10) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”devil” untuk merujuk pada
keburukan, berstruktur klausa verbal.
(11) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”egg” untuk merujuk pada
keinginan, berstruktur klausa verbal.
(12) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat metafora, berstruktur klausa
noverbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
306
(13) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi berstruktur klausa
verbal.
(14) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina nama kota,
berstruktur klausa verbal.
(15) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina flora,
berstruktur klausa verbal.
(16) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi menggunakan
struktur generik Is.
Untuk proposisi nomor 4 dan 7, karena merujuk pada gaya bahasa yang
sama yaitu hiperbola, maka proposisi tersebut disatukan sehingga menjadi:
”seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola
berstruktur campuran verbal-nonverbal dan memiliki struktur generik It-Is-That.”
Dengan penyatuan ini, maka ciri tambahan (ciri partikular) yang dilekatkan pada
internal proverba berjumlah 15 buah.
6. Reformulasi Identitas Proverba
Tujuan utama tesis ini adalah untuk menjawab empat rumusan masalah
yang telah disampaikan pada bab I yaitu:
(a) bagaimanakah struktur proverba bahasa Inggris?
(b) bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
(c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba bahasa Inggris?
(d) bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
307
Keempat rumusan masalah tersebut di atas telah dijawab seluruhnya oleh
bagian temuan-temuan maupun bagian pembahasan bab IV ini. Jawaban-jawaban
rumusan masalah tersebut telah disusun secara runtut untuk memudahkan
pembaca tesis ini memahami hasil penelitian dan menjawab rumusan masalah
tersebut.
Sebagai bahan refleksi, pada bagian ini dimunculkan kembali inventarisari
ciri yang telah di dapat pada bagian pembahasan. Pemunculan inventarisasi ini
adalah dalam rangka untuk melakukan reformulasi identitas proverba yang
formula dasarnya telah dibuat oleh peneliti-peneliti terdahulu. Tujuan reformulasi
ini adalah untuk mendapatkan postformula (formula terakhir) dari peneliti dalam
mendefinisikan proverba, serta mengkonkreatkan ciri-ciri proverba dengan
menggunakan landasan dari hasil-hasil yang didapatkan penelitian ini. Meskipun
bukan merupakan tujuan dari penelitian serta penulisan tesis ini, namun peneliti
merasa, penelitian beserta tesis ini belum menjadi sempurnya jika hanya
memberikan deskripsi dan penjelasan tentang rumusan masalah tanpa
memberikan sumbangsih teori yang berhubungan dengan identitas proverba.
Reformulasi identitas proverba ini dimulai dengan menampilkan kembali
definisi peneliti yang peneliti munculkan pada bab II tesis ini dengan cara
merangkum definisi-definisi yang telah ada sebelumnya. Adapun definisi tersebut
adalah:
“ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
308
Temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan struktur proverba
bahasa Inggris, keeratan hubungan konstituen pembentuk proverba bahasa Ingris,
pemanfaatan kata, serta makna hubungan antarunsur pembentuknya, memberikan
implikasi pada adanya revisi terhadap definisi proverba tersebut.
Revisi yang pertama yang dibuat, terdapat pada frasa “berstruktur kaku”
karena dalam banyak kasus, proverba ternyata memiliki struktur yang dinamis.
Dengan diketahui keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba dalam
bab IV, sudah layak kiranya andaikata frasa “berstruktur kaku” tersebut direvisi
dengan menambahkan keterangan yaitu “pada beberapa proverba tertentu.”
Revisi kedua terletak pada frasa “berbentuk ringkas.” Revisi ini terjadi
karena dalam beberapa kasus, diketahui bahwa kalimat-kalimat proverba ternyata
dapat berstruktur kompleks dan terdiri dari beberapa klausa. Dengan diketahui
struktur proverba ini, adalah layak jika frasa “berbentuk ringkas” tersebut juga
direvisi dengan menambahkan keterangan “biasanya” sebelum frasa tersebut.
Demikian juga frasa “memiliki arti kias” juga perlu dipertimbangkan pula
untuk ditambahi keterangan mengingat proverba itu sendiri terbagi menjadi dua
jenis, yaitu proverba bentuk lugas dan proverba bentuk reflektif. Hanya proverba
yang termasuk dalam kelompok reflektiflah yang dapat “memiliki arti kias.”
Revisi terakhir terletak pada frasa “tidak mengandung makna
perumpamaan.” Frasa ini perlu direvisi mengingat pada bagian pembahasan telah
dijelaskan bahwa beberapa kalimat-kalimat proverba bahasa Inggris memiliki
makna perumpamaan. Dengan demikian, frasa “tidak mengandung makna
perumpamaan” direvisi menjadi “dapat mengandung makna perumpamaan” atau
frasa ini jika dikehendaki, dapat dihilangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
309
Dengan demikian, maka definisi di atas setelah mendapatkan revisi akan
berbunyi:
ungkapan yang tetap pemakaiannya, biasanya berstruktur kaku, biasanya berbentuk ringkas, dan biasanya memiliki arti kias, mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, serta moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.
Definisi inipun sangat terbuka pada revisi karena kajian tentang proverba
akan selalu ada dan dilakukan. Kemungkinan revisi definisi proverba ini sejalan
dengan kata-kata Mieder (1993: 6) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan dikutip kembali dari bab II tesis ini yaitu:
Alasan mengapa kita tidak dapat memberikan definisi terhadap proverba yang dapat diterima secara universal adalah terletak pada komponen yang pastinya melekat pada seluruh definisi proverba yaitu ketradisionalanya. Terminologi tradisional dalam hal ini mencakup aspek kelanggengan dan penerimaan yang dengan adanya dua hal ini sebuah statemen akan dapat dianggap sebagai proverba. Meskipun kita dapat menggambarkan struktur, style, bentuk, dan banyak hal lainnya dengan detail, namun kita tidak dapat menentukan apakah sebuah statemen memiliki kelanggengan atau diterima dalam sebuah populasi masyarakat dengan teks itu sendiri. Kita sangat sangat membutuhkan karya penelitian ekternal untuk menentukan tradisionalitas dari sebuah teks, dan ini berarti bahwa definisi yang paling tepatpun akan selalu menjadi kurang lengkap (terjemahan definisi Mieder, 1993: 6).
Reformulasi identitas proverba bagian kedua adalah dengan menampilkan
kembali inventarisasi ciri-ciri proverba yang telah dilakukan pada bagian
pembahasan dan menjadikannya sebagai ciri-ciri baru atau tambahan terhadap
ciri-ciri yang telah ada. Adapun ciri-ciri yang telah diinventarisir tersebut antara
lain:
(1) kemungkinan besar proverba berbentuk klausa; meskipun tidak menutup
kemungkinan berbentuk frasa;
(2) di dalamnya dapat saja terjadi pelanggaran tatabahasa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
310
(3) dapat saja berbentuk kalimat panjang, tapi kebanyakan berbentuk kalimat
pendek.
(4) hubungan antarkonstituennya kurang erat, memiliki struktur yang kurang beku
karena dalam praktiknya, konstituen-konstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris dapat menerima masuknya fenomena pelesapan, permutasi, substitusi
dan ekspansi.
(5) kemungkinan besar kalimat proverba memiliki leksikon-leksikon pembentuk
yang mampu memanfaatkan aspek fonem sehingga menyebabkan struktur
lahir proverba tersebut terlihat indah;
(6) ada kecendrungan kalimat-kalimat proverba mengandung gaya bahasa seperti
yang terlihat pada temuan tesis ini.
(7) proverba terdiri dari dua jenis yaitu jenis lugas dan reflektif; proverba jenis
reflektif memiliki dua entitas pembentuk yaitu pointer dan atribut.
(8) sebuah proverba dapat mengandung makna perumpamaan.
Sembilan ciri di atas ditambah dengan ciri-ciri yang termaktub dalam
definisi proverba yang telah direvisi peneliti diyakini (sebelum ada hasil
penelitian selanjutnya) cukup dapat memberikan batasan tentang identitas
proverba. Ciri-ciri tersebut kemudian dilengkapi oleh ciri-ciri khusus (partikular)
yang berjumlah lima belas yang menyebabkan identitas proverba bahasa Inggris
menjadi semakin jelas. Adapun ke-15 ciri-ciri partikular tersebut adalah:
(1) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung pemanfaatan fonem berupa
paralelisme adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(2) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa anastrof
adalah proverba berstruktur klausa verbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
311
(3) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa pertanyaan
retorik adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(4) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa hiperbola
adalah proverba berstruktur campuran verbal-nonverbal dan menggunakan
struktur generic It-Is-That.
(5) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa alusi
adalah proverba berstruktur klausa nonverbal.
(6) seluruh proverba yang di dalamnya mengandung style/gaya bahasa apostrophe
menggunakan struktur generik He-Who.
(7) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”bird” untuk merujuk pada
manusia, berstruktur klausa verbal.
(8) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”dog” untuk merujuk pada
manusia, berstruktur klausa verbal.
(9) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”devil” untuk merujuk pada
keburukan, berstruktur klausa verbal.
(10) seluruh proverba yang menggunakan simbol ”egg” untuk merujuk pada
keinginan, berstruktur klausa verbal.
(11) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat metafora, berstruktur klausa
noverbal.
(12) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi berstruktur klausa
verbal.
(13) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina nama kota,
berstruktur klausa verbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
312
(14) seluruh proverba yang terlingkup dalam pola penggunaan nomina flora,
berstruktur klausa verbal.
(15) seluruh proverba yang di dalamnya terdapat personifikasi menggunakan
struktur generik Is.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
313
BAB V
SIMPULAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Bab IV tesis ini telah secara detail mengupas tentang struktur proverba dan
makna hubungan antarkonstituen pembentuknya. Kupasan tersebut berpijak pada
empat rumusan masalah yang dipaparkan pada bab I yaitu:
(a) bagaimanakah struktur proverba bahasa Inggris?
(b) bagaimanakah keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba bahasa
Inggris?
(c) bagaimanakah pola-pola pilihan kata dalam struktur proverba? dan
(d) bagaimanakah makna hubungan antarkonstituen pembentuk proverba?
Dari hasil analisis terhadap struktur-struktur kalimat proverba yang
terdapat pada korpora data, diketahui bahwa struktur proverba bahasa Inggris
bervariatif. Struktur tersebut ada yang berbentuk frasa, klausa tunggal dan kalimat
kompleks. Tidak dijumpai adanya struktur proverba yang hanya berbentuk kata
saja. Meskipun tidak memiliki proverba berbentuk kata, proverba bahasa Inggris
juga memiliki struktur yang tidak dimiliki oleh proverba bahasa Jawa maupun
bahasa Indonesia yaitu proverba yang berstruktur kalimat interogatif dan
kondisional.
Struktur yang bervariaif ini ketika dikelompokkan berdasarkan ciri-cinya
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu proverba dengan struktur polimember
dan proverba dengan struktur monomember. Di antara dua struktur tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
314
penelitian ini lebih menekankan pada pengkajian struktur polimember karena
struktur jenis ini sangat menarik serta memiliki pola-pola yang jelas. Selain itu,
terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki peneliti juga turut pula membatasi
kemampuan peneliti dalam menganalisis struktur-struktur proverba ini.
Dari hasil kajian terhadap struktur polimember, dijumpai bahwa proverba
struktur ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu proverba yang berbentuk frasa
dan proverba yang berbentuk klausa. Proverba bentuk frasa dibagi menjadi dua
jenis yaitu proverba berstruktur frasa verbal dan proverba yang berstruktur frasa
adjektival, sedang proverba bentuk kalimat dibagi menjadi empat jenis yang dari
keempatnya, melahirkan beraneka struktur. Adapun empat struktur kalimat
tersebut adalah: (1) proverba berbentuk kalimat nonverbal, (2) proverba berbentuk
kalimat verbal, (3) proverba berbentuk kalimat campuran verbal-nonverbal, serta
(4) proverba dengan jati diri struktur yang kurang jelas. Temuan akan variasi
struktur ini memberikan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian yang
pertama.
Selain menjumpai bentuk-bentuk struktur proverba, penelitian ini juga
menjumpai sebuah temuan yang berhubungan dengan adanya kemungkinan
pelanggaran kaidah tatabahasa dalam kalimat-kalimat proverba. Beberapa kalimat
poverba tercatat melanggar kaidah tatabahasa umum.
Penelitian ini tidak hanya berhasil mengetahui struktur-struktur proverba,
hubungan antarkonstituen pembentuknyapun juga dapat diketahui dengan jelas.
Dari hasil temuan dan pembahasan yang ada pada bab IV, diketahui bahwa
hubungan antarkonstituen-konstituennya tidak sama dengan hubungan
antarkonsituen yang disampakan oleh Sumarlam (2006). Ketidaksamaan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
315
terletak pada sifat proverba bahasa Inggris yang tidak beku, yang ditunjukkan
melalui hubungan antarkonstituennya yang kurang erat.
Dengan adanya temuan berkaitan dengan keeratan hubungan
antarkonstituen pembentuk proverba, jawaban terhadap rumusan masalah
penelitian yang kedua telah ditemukan. Selain itu, temuan yang berkaitan dengan
keeratan hubungan antarkonstituen pembentuk proverba beserta temuan-temuan
lainnya yang didapatkan dari penelitian ini, memberikan implikasi pada adanya
revisi terhadap definisi proverba yang disampaikan peneliti pada bab II tesis ini.
Definisi yang semula:
“ungkapan yang tetap pemakaiannya dengan struktur kaku dan berbentuk ringkas, memiliki arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi”
Dengan adanya hasil penelitian ini kemudian berubah menjadi:
“ungkapan yang tetap pemakaiannya, biasanya berstruktur kaku, biasanya berbentuk ringkas, dan biasanya memiliki arti kias, mengandung unsur kebijaksanaan, kebenaran, dan moral, dan beredar dalam masyarakat secara luas karena proses transfer budaya dari generasi ke generasi.”
Setelah menemukan struktur dan keeratan hubungan antarkonstituen
pembentuk proverba, penelitian ini juga menemukan pola-pola pilihan kata dalam
membangun struktur lahir proverba dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu:
(1) pendekatan pilihan lesikon dalam membentuk bentuk lahir proverba,
(2) pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya terdapat fenomena pemanfaatan
aspek bunyi, dan
(3) pendekatan pilihan leksikon yang didalamnya terdapat style (gaya bahasa).
Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon dalam membangun
struktur lahir, ditemukan kecendrungan pembuat proverba untuk menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
316
beberapa leksikon. Adapun leksikon-leksikon yang cenderung digunakan dapat
berupa satu leksikon, pasangan leksikon, atau kelompok leksikon seperti is, make,
don’t make, don’t di awal kalimat, every-has, no, he-who, and, better-than, let,
like, for, as good as, all-that, is known by, it is-that, dan you cannot make-without.
Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang di dalamnya
terdapat pemanfaatan aspek fonem, ditemukan pula beberapa gaya pilihan fonem.
Adapun gaya pilihan fonem tersebut adalah: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3)
konsonansi, (4) rima vokal, dan (5) paralelisme.
Dengan menggunakan pendekatan pilihan leksikon yang memunculkan
style/gaya bahasa, ditemukan setidaknya sembilan style/gaya bahasa. Kesembilan
gaya bahasa tersebut adalah: elipsis, paradoks, repetisi, metatesis, anastrof,
pertanyaan retorik, hiperbola, apostrophe, dan alusi.
Temuan terhadap kecendrungan pilihan leksikon dalam membangun
struktur proverba di atas merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ketiga.
Dengan terjawabnya rumusan masalah yang ketiga, pembahasan akan empat
rumusan masalah yang dimiliki tesis ini, selangkah lagi akan khatam.
Peranan kata-kata dalam memainkan makna, itulah yang dibahas pada
bagian keempat pembahasan tesis ini. Dengan memegang pijakan pada hal ini,
maka beberapa subbahasan diangkat dan diulas untuk memberikan gambaran
mengenai peranan kata-kata tersebut. Subbahasan tersebut antara lain:
(1) jenis-jenis proverba berdasarkan entitas pembangun makna;
(2) fungsi nomina dalam membangun makna proverba; dan
(3) relasi sinonim pola-pola simbolik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
317
Proverba merupakan derivasi dari bentuk linguistik sekaligus juga bentuk
makna, yang mampu merefleksikan banyak sekali pesan implisit yang ada dalam
pola-pola bahasa yang khas. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam beberapa
proverba terkadang perlu melewati roses dekoding terlebih dahulu sebelum
dipahami artinya. Hal ini terjadi karena beberapa proverba memiliki bentuk unik
dan perlu dibangkitkan makna yang terselubung di dalamnya dengan cara
melakukan proses refleksi dari bentuk aslinya. Berdasarkan hal inilah, dalam
konteks memaknai proverba, proverba di bagi menjadi dua jenis, yaitu; (1)
proverba yang lugas; dan (2) proverba yang reflektif.
Pembagian proverba dengan landasan ada tidaknya proses dekoding ini
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai peran nomina. Dari hasil
penelitian, dijumpai adanya tiga peran nomina dalam membangun makna yaitu:
(1) sebagai pembentuk pola-pola simbolik, (2) sebagai perubah makna, dan (3)
sebagai penunjukkan realita pemilik proverba.
Pembahasan empat rumusan masalah tesis inipun ditutup melalui sebuah
paparan mengenai relasi sinonim pola-pola simbolik. Yang disebut dengan relasi
sinonim pola-pola simbolik adalah hubungan sinonim antara pola-pola
penyimbolan yang menggunakan nomina sebagai bagian intinya. Relasi sinonim
ini menunjukkan bahwa dalam beberapa proverba, terdapat nomina-nomina yang
sebenarnya tidak memiliki hubungan sinonim, atau bahkan tidak berada dalam
medan makna dan nuansa makna yang sama, namun pada saat proses pemaknaan
dilakukan, ternyata nomina-nomina tersebut merujuk pada pesan yang sama.
Berdasarkan temuan-temuan di atas, peneliti pada akhirnya dapat
menemukan sebuah simpulan umum tentang proverba, yaitu: “ketika kita sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
318
membicarakan sebuah proverba, maka kita sebenarnya sedang membicarakan tiga
aspek besar yang ada pada proverba. Ketiga hal tersebut dalam penelitian ini
disebut sebagai “Triaspek Internal” proverba bahasa Inggris. Ketiga aspek internal
tersebut adalah: (1) struktur yang ada dalam proverba bahasa Inggris, (2)
style/gaya bahasa yang ada dalam proverba bahasa Inggris, dan (3) makna-makna
yang ada dalam proverba bahasa Inggris.
Temuan akan triaspek ini menjadi tanda peringatan bagi peneliti bahwa
penelitian ini masih belum sempurna. Meskipun pembahasan terhadap rumusan
masalah tesis ini telah selesai, peneliti menjumpai bahwa hasil penelitian ini
masih berbentuk domain-domain yang di dalamnya terdapat taksonomi-taksonomi
yang berdiri sendiri dan belum bersinergi. Oleh karena itulah pada bagian
pembahasan, ditambahkan lagi bagian penyempurna pembahasan tesis ini yaitu
bagian kelima. Pada bagian kelima tersebut peneliti masukkan hubungan antara
triaspek di atas dan menjumpai beberapa temuan tambahan yang menarik berupa
limabelas ciri tambahan proverba bahasa Inggris.
Penelitian serta tesis inipun kemudian ditutup oleh peneliti dengan cara
melakukan refleksi hasil penelitian. Sebagai bahan refleksi, pada bagian penutup
ini dimunculkan kembali inventarisari ciri yang telah di dapat pada bagian
pembahasan. Pemunculan inventarisasi ini adalah dalam rangka untuk melakukan
reformulasi identitas proverba yang formula dasarnya telah dibuat oleh peneliti-
peneliti terdahulu. Tujuan reformulasi ini adalah untuk mendapatkan postformula
(formula terakhir) dari peneliti dalam mendefinisikan proverba, serta
mengkonkreatkan ciri-ciri proverba dengan menggunakan landasan dari hasil-
hasil yang didapatkan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
319
Tesis ini menjadi terlihat cukup sempurna dengan adanya penjelasan
tentang empat rumusan masalah dan sumbangsih teori baru yang berhubungan
dengan identitas proverba bahasa Inggris.
B. Penutup
Dengan berakhirnya bab V ini, maka berakhir pula penelitian maupun tesis
ini. Peneliti telah berupaya sekuat tenaga menggali sedalam-dalamnya segala hal
yang berhubungan dengan seluk-beluk internal proverba. Meskipun demikian,
peneliti meyakini (sekaligus juga merasa) bahwa masih ada banyak hal yang
berhubungan dengan aspek internal proverba yang luput dari pengamatan peneliti
sehingga tidak tercover dalam tesis ini. Oleh sebab itulah, peneliti mengajak para
linguis, utamanya fraseologis, untuk berbondong-bondong mengadakan penelitian
atau kajian yang berhubungan dengan proverba utamanya yang berhubungan
dengan aspek internalnya. Dengan adanya penelitian-penelitian dan kajian-kajian
tersebut, diharapkan, lobang informasi yang dibuat oleh tesis ini terkait dengan
aspek internal proverba dapat ditambal. Sekedar mengulang kembali pernyataan
peneliti pada bagian awal tesis ini bahwa api semangat untuk mengkaji proverba
dengan menggunakan pendekatan eksternal telah berkobar (dibuktikan dengan
adanya buku Mielder, 2004), namun sayangnya, api semangat untuk mengkaji
proverba dengan menggunakan pendekatan internal sejauh ini masih belum
menyala (dibuktikan sejauh ini masih belum ditemukannya buku yang membahas
proverba dengan pendekatan struktur dan makna hubungan antarunsurnya),
padahal dua hal tersebut sama-sama penting adanya. Karenanya, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
320
menghimbau untuk tidak melupakan pengkajian melaui pendekatan internal ketika
mengkaji proverba.
Komentar yang berisi saran, kritik maupun hujatan yang berhubungan
dengan hasil penelitian serta tesis ini akan peneliti gunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap tesis ini di masa yang akan datang. Perbaikan ini begitu
penting karena dapat menjadi pegangan bagi peneliti di masa yang akan datang,
mengingat peneliti memiliki impian bahwa di masa yang akan datang peneliti
dapat mengadakan penelitian kembali tentang proverba meskipun dengan
pendekatan yang berbeda yaitu dengan pendekatan eksternal proverba. Salam
linguistik bagi pembaca tesis ini. Akhir kata, majulah linguistik Nusantara!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
321
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H (2003), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aminuddin (1995), Silistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Semarang: Ikip Semarang Press. Briggs, C. L (1985), “The Pragmatics of Proverb Performances in New Mexican
Spanish.” American Anthropologist, New Series, Vol. 87, No. 4 (Dec., 1985), pp. 793-810. Blackwell Publishing on behalf of the American Anthropological Association.
Cambridge Advanced Learner’s Dictionary versi 1.0 (versi elektronik) (2003),
Arti Sayings (Ujar-ujar). Cambridge University Press. Carnie, A (2002), Syntax: A Generative Introduction. Arizona: Blackwell
Publisher. Christian, C (1979), Proverbs and Rhymes: Grade 3. London: Evans Brothers
Limited. Cruse, D.A. (2004), Meaning in Language An Introduction to Semantics and
Pragmatics (edisi kedua). Oxford: Oxford University Press. Dari Tambling untuk Iklim Dunia. Republika edisi Kamis, 22 April 2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Edisi Kedua). Jakarta: Balai Pustaka.
Din Syamsudin Siap Jadi Sasaran Tembak. Suara Merdeka, edisi Kamis, 22 April 2010.
Djajasudarma (1997), Nilai Budaya dan Ungkapan Peribahasa Sunda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Fajri, E. Z & Senja, R. A. –. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. –: Difa Publiser. FISIP Visitasi Program Studi. Suara Merdeka, edisi Kamis, 22 April 2010
Flavell, L (1997), Dictionary of proverbs and their origins . London: Kyle Cathie.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
322
Fromkin, V., Rodman, R, & Hyams, N (2003), An Introduction to Language (edisi ketujuh). Boston: Thomson Heinle.
Griffiths, P (2006), An Introduction to English Semantics and Pragmatics.
Edinburgh: Edinburgh University Press. Hasan, A.F.M & Zaitul, A (2009), “Pemilihan Kata Berunsur Fauna dalam
Pantun dan Peribahasa Melayu” dalam Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atmajaya (Kolita ke-7). Jakarta. Universitas Atmajaya.
House, C. H & Harman, E. S (1950), Descriptive English Grammar. Englewood
Cliff: Pantice Hall, Inc/ Jamal, M (2009), What is a Proverb? Theoretical Remarks.
http://www.linguajip.de/pdf/What%20is%20a%20Proverb%20 (Translation).pdf. Diakses 7 November 2009.
Keputusan Janggal Reduksi Peluang. Jawa Pos, edisi Kamis, 22 April 2010.
Keraf, G (1990), Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Jakarta. Kridalaksana, H. M (1992), Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. M (1988), Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Kridalaksana, H. M (2008), Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lakoff, G & Turner, M (1989), More than Cool Reason: A Field Guide to Poetic
Metaphor. Chicago: University of Chicago Press. Leech, G, (2003), Semantik. Penerjemah: Paina Partana. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Macaryus, S (2009), “Air Sebagai Unsur Peribahasa” dalam Prosiding Bahasa,
Sastra dan Budaya dalam Konteks Kearifan Lokal. Madura: Kerjasama Program Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo dan Kanzun Book.
Matthews, P. H (1997), The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. New York:
Oxford University Press. Matthews, P. H (1990), Syntax. New York: Cambridge University. Mieder, W (1993), Proverbs are Never out of Season. Popular Wisdom in the
Modern Age. New York: Oxford University Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
323
Mieder, W (2004): Proverbs: a Handbook. Westport: Greenwood Press.
Moeliono, M. A & Dardjowidjoyo, S (1988) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Moleong, J. L (2007), Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Rosda. Morley, G. D (2000), Syntax in Functional Grammar. London dan New York:
Continuum. Norrick, N. R. (1985),: How Proverbs Mean. Semantic Studies in English
Proverbs. Amsterdam: Mouton. Obododimma O.H.A (1998), The Semantics of Female Devaluation in Igbo
Proverbs. African Study Monographs, 19(2): 87-102, October 1998.
Microsof Encarta Premium 2006. Arti Phraseology.
Pateda, M (2001), Semantik Leksikal. Jakarta. Rineka Cipta.
Putrayasa, B. I (2008), Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori dan Peran. Bandung: Refika Aditama
Ramlan, M (1985), Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta:
Andi Offset.
Ramlan, M (1987), Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Reaske, C. R (1966), How to Analyze Poetry. New York: Monarch Press. Ridout, R & Witting, C (1982), English Proverbs Explained. London: Pan Books
Ltd. Simpson, J and Speake, J (2002), Oxford Concise Dictionary of Proverbs. Oxford:
Oxford University Press.
Saeed, J. I (2003), Semantics (edisi kedua). Oxford: Blackwell.
Sande, J. S (1994), Ungkapan dan Peribahasa dalam Sastra Toraja. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
324
Spradley, J.P (2007), Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Subroto, E. D (1991), Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Subroto, Edi (2007), Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Subroto, Edi (2002), Semantik Verba Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
Bahasa Daerah. Makalah Dalam Seminar Semantik 19 Januari 2002 Sudaryanto (2001), Metode dan Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta. Duta Wacana University Press.
Sumarlam (2006), ”Struktur dan Makna Hubungan Antarunsur dalam Paribasan” dalam jurnal Linguistika Jawa Tahun ke-2, No. 1, Februari 2006.
Sumarsono (2007), Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutopo, H.B (1996), Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.
Sutopo, H.B (2002), Metode Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press
Suwandi, S (2008), Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.
Tarigan, H. G (1979), Umpama Ni Simalungun. Jakarta: Departemen Penidikan
dan Kebudayaan.
Trask, R.L (1999), Key Concepts in Language and Linguistics. London:
Routledge.
Verhaar (2008), Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. www.learn-english-today.com.-- .--. English Proverbs & Sayings. Diakses 5
November 2009. www.answers.com. Korpus data. Diakses bualan Mei 2010-Oktober 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
325
Yao-yun, Zhu (2008), “The Potential Motivational Values of English Proverbs and Quotations in Chinese EFL Teaching.” Sino-US English Teaching Journal Volume 5, No.8 (Serial No.56), ISSN1539-8072, USA.
Yunus, A (1984), Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi Kebudayaan Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
326
Lampiran 1
PROVERBA BENTUK LUGAS
NOMOR KORPUS
BUNYI PROVERBA
1 Absence makes the heart grow fonder 2 Accidents will happen (in the best-regulated families) 3 Actions speak louder than words 9 All's well that ends well 13 A man is as old as he feels, and a woman as old as she looks 14 Ask no questions and hear no lies 15 A soft answer turneth away wrath 19 A bad workman blames his tools 20 A bully is always a coward 22 A cat may look at a king 26 A fault confessed is half redressed 27 A fool and his money are soon parted 28 A friend in need is a friend indeed 30 A man is known by the company he keeps 31 A miss is as good as a mile 33 A place for everything, and everything in its place 39 A tale never loses in the telling 41 Attack is the best form of defense 43 Bad news travels fast 44 Bear and forbear 45 Beauty is in the eye of the beholder 46 Better be an old man's darling, than a young man's slave 47 Better late than never 48 Better be safe than sorry 49 Beware of an oak, it draws the stroke; avoid an ash, it counts the
flash; creep under the thorn, it can save you from harm 52 Blessed is he who expects nothing, for he shall never be
disappointed 55 Boys will be boys 56 Charity begins at home 57 Charity covers a multitude of sins 58 Cleanliness is next to godliness 59 Comparisons are odious 61 Cowards die many times before their death 63 Dead men tell no tales 64 Desperate diseases must have desperate remedies 67 Do as I say, not as I do 68 Do as you would be done by 74 East or west, home's best 75 Easy come, easy go 80 Everybody's business is nobody's business
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
327
81 Every man has his price 82 Everyone to his taste 84 Example is better than precept 85 Exchange is no robbery 86 Experience is the father of wisdom 87 Extremes meet 89 Familiarity breeds contempt 90 Findings keepings 93 Fingers were made before forks 94 First-come, first-served 95 First impressions are the most lasting 96 First Things First 97 Fool me once, shame on you; fool me twice, shame on me. 98 Fools rush in where angels fear to tread 99 Forewarned is forearmed 102 Give and take 106 Good Americans when they die go to Paris 107 Good fences make good neighbours 110 Handsome is as handsome does 111 Haste makes waste 112 He who hesitates is lost 113 He laughs best who laughs the last 114 He that cannot obey cannot command 115 He who fights and runs away, may live to fight another day 116 History repeats itself 117 Home is where the heart is 118 Honesty is the best policy 119 Hope for the best and prepare for the worst 120 Hope springs eternal 121 Hunger is the best sauce 122 Idle people (folk) have the least leisure 123 If ifs and ands were pots and pans, there'd be no work for tinkers'
hands 124 If it were not for hope, the heart would break 126 Imitation is the sincerest form of flattery 129 It is a poor heart that never rejoices 130 Jam tomorrow and jam yesterday, but never jam today 131 Justice delayed is justice denied 132 Knowledge is power 133 Least said, soonest mended 136 Liars ought to have a good memory 137 Like father like Son 138 Like master, like man 139 Like will to like 140 Live and learn 141 Live not to eat, but eat to live
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
328
142 Look before you leap 143 Lookers-on see most of the game 144 Losers weepers finders, keepers 145 Love is blind 146 Love laughs at locksmiths 147 Love me little, love me long 149 Man proposes, God disposes 150 Manners maketh man 152 Marriage is a lottery 153 Marriages are made in heaven 154 Might is right 155 Misfortunes never come singly 156 Money is the root of all evil 157 More people know Tom Fool than Tom Fool knows 158 Much would have more 159 Murder will out 160 Nature abhors a vacuum 161 Nothing so bad but it might have been worse 162 Necessity is the mother of invention 163 Necessity knows no law 165 No cure, no pay 166 No pain, no gain 168 No news is good news 169 Nothing for nothing 170 Nothing succeeds like success 171 Once bitten, twice shy 172 Once a priest, always a priest 174 Opportunity makes the thief 175 Other times, other manners 176 Out of debt, out of danger 177 Patience is a virtue 179 Possession is nine points of the law 180 Practice makes perfect 181 Practise what you preach 182 Prevention is better than cure 183 Procrastination is the thief of time 184 Promises, like pie-crust, are made to be broken 187 Revenge is sweet 188 Save us from our friends 189 Seeing is believing 190 Self-praise is no recommendation 193 Silence means consent 194 Silence is golden 195 Slow but sure 197 speak well of the dead 198 Speech is silver, silence is golden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
329
199 Sticks and stones may break my bones, but words will never hurt me
201 Strike while the iron is hot 202 Sufficient unto the day is the evil thereof
203 Tastes differ 204 The child is father of the man 210 The end justifies the means 211 The exception proves the rule 212 The bigger they are, the harder they fall 215 The labourer is worthy of his hire 218 The nearer the church, the farther from God 223 The weakest go to the wall 224 There are two sides to every question 227 Time and tide wait for no man 228 Time is money 229 Time is a great healer 230 To err is human (to forgive divine) 231 Tomorrow never comes 232 Too many cooks spoil the broth 233 Truth is stranger than fiction 234 Two wrongs don't make a right 235 Two blacks don't make a white 236 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it 238 Two is company, but three is none 240 The voice of the people is the voice of God 241 The longest way round is the shortest way home 242 Time flies 243 United we stand, divided we fall 244 Variety is the spice of life 246 Waste not, want not 247 Wedlock is a padlock 248 Well begun is half done 250 When Adam delved and Eve span who was then the gentleman? 251 What the eye doesn't see, the heart doesn't grieve over 252 What must be, must be 253 When in Rome do as the Romans do 254 Where there's a will, there's a way 255 You are what you eat 259 You buy land, you buy stones; you buy meat, you buy bones
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
330
Lampiran 2
PROVERBA BENTUK REFLEKTIF
No.
Korpus Bunyi Proverba Arti Proverba
4 After a storm comes a calm
There must be something better after every piece of unpleasantness
5 All cats are grey in the dark
People are undistinguished until they have made a name.
6 All's fair in love and war
In courtship, just as on the battlefield, it is permissible to use every stratagem and take advantage of every opportunity
7 All is fish that comes to the net
We can take advantage of everything that comes our way
8 All that glitters is not gold
Appearances can be deceptive. What look good on the outside may not be so in reality.
10 All work & no play makes Jack a dull boy.
Everybody needs a certain amount of relaxation. It is not good to work all the time.
11 All roads lead to Rome
A number of persons can arrive at once common objective by different means
12 A bad penny always turns up
We use the proverb in reference to a young man who leaves home in disgrace and returns there after a long absence in the hope that all is forgiven
16 An empty sacks will never stand upright
Just as the sack is kept upright by the flour, so is a man supported and kept alive by bread
17 An englishman's house is his castle
A person is legally entitled to his privacy. No other person may enter his house without his permission
18 An eye for an eye This is the doctrine of revenge 21 A burnt child dreads
the fire A bad experience will make people stay away from certain things.
23 A chain is no stronger than its weakest link
The strength of a group depends on each individual member.
24 A door must either be shut or open
You must have one thing or the other, so make up your mind which you want
25 A drowning man will clutch at a straw
A person in any desperate position will snatch at any chance, however slender, to save himself from disaster or ruin
29 A golden key can open any door
The golden key is money, which overcomes for its possessors all that the obstacles barring the way to poorer folk
32 A new broom sweeps clean
A newly-appointed person makes changes energetically.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
331
34 A prophet is not without honour save in his own country
A man’s ability are seldom recognize by his family and others who know him well
35 A rolling stone gathers no moss
If a person keeps moving from place to place, they gain neither friends nor possessions. Another interpretation is that, by moving often, one avoids being tied down!
36 A straw tells which way the wind blows
Small event can be a guide to momentous happening
37 A still tongue makes a wise head
You will learn more by listening to other people than by talking yourself
38 A swallow does not make a summer
One good event does not mean that everything is alright.
40 A tree is known by its fruit
A man is judged by his actions.
42 A watched pot never boils
If you wait anxiously for something, it seems to take a long time.
50 Birds in their little nests agree
It applies to human families and communities; if people whish to be happy they must live in harmony
51 Birds of a feather flock together
People of the same sort are usually found together.
53 Blood is thicker than water
Family relationships are stronger than relationships with other people.
54 Between two stools one falls to the ground
If you cannot make up your mind which of two thins to do, you are liable to get yourself into difficulties by doing neither
60 Constant dropping wears away a stone
If you keep trying, you will be successful
62 Cut your coat according to your cloth
Adjust your expenditure according to your resources
65 Diamond cuts diamond
Refers to two people equally matched in wit or cunning.
66 Discretion is the better part of valour
It is useless to take unnecessary risks.
69 Dog does not eat dog There is honor among thieves (members of a group)
70 Don't change horses in mid-stream
If we think it necessary to make changes, we must choose the right moment to make them
71 Don't cross the bridge till you come to it
Don’t worry about something before it has happened. Your fears may be groundless, for it may never happen
72 Don't judge a book by Don't judge by appearances.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
332
its cover. 73 Don't put all your eggs
in one basket Don’t risk everything by relying on one plan (by putting all one's money in one business).
76 Empty vessels make the most noise.
The least intelligent people are often the most talkative or noisy.
77 Enough is as good as a feast
Moderation in all things. Do not go to extremes
78 Every cloud has a silver lining
There is a positive or hopeful side to every unpleasant situation.
79 Every jack has his Jill Everyone gets a mate in the end 83 Every bullet has its
billet Fate determines who shall be killed; quot. 1922 implies more generally that fate plays a part in all human affairs.
88 Faint heart never won fair lady
These are words of encouragement to shy suitors. They recommend boldness, for none but the brave deserves the fair
91 Fine feathers make fine birds
Smart clothing make a person look more impressive than he really is
92 Fine words butter no parsnips
No amount of talking can replace action.
100 Full cup, steady hand Used especially to caution against spoiling a comfortable or otherwise enviable situation by careless action
101 Give a dog a bad name and hang him
Tell enough lies about a person and some of them will be believed. This may ruin the man’s reputation
103 give credits where credit is due
We should acknowledge the good points of even those we dislike or disapprove of
104 Give the devil his due Even the very bad sometimes do a good deed, so we should recognize the good points of others, even though they are not friends of ours
105 God tempers the wind to the shorn lamb
God treats the weak with greater kindness than he shows to those better able to look after themselves
108 Good wine needs no bush
High-quality goods need no advertising because people soon get to know about them
109 Great oaks from little acorns grow
Large successful operations can begin in a small way.
125 Ill weeds grow apace Though the plants we value wall not grow I our gardens without endless care and attention, worthless weeds always thrive, and worthless people see to thrive also
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
333
127 In for a penny, in for a pound
If you start something, it's better to spend the time or money necessary to complete it
128 It is a long lane that has no turning
Bad times don’t go on for ever. Sooner or later things will improve
134 Let sleeping dogs lie Don’t do anything that will stir up unnecessary trouble
135 Let the cobbler stick to his last
The proverb applies to anyone who tries to teach someone else his business
148 Make hay while the sun shines
Do not wait until tomorrow, for rain may ruin the harvest. We should always take advantage of favourable circumstances.
151 Many hands make light work
Sharing work makes work easier.
164 No cross, no crown No one can expect to achieve anything worth while without pain
167 No names, no pack-drill
Don’t mention names in case anyone suffers
173 One man's meat is another man's poison
People don't always like the same things.
178 People who live in glass houses shouldn't throw stones
One should not criticize others for faults similar to one's own.
185 Providence is always on the side of the big battalions
God is always in the side of the big battalion
186 Rain before seven, fine before eleven
Things will improve after a bad start
191 Set a beggar on horseback, and he'll ride to the devil
When a man without money grows suddenly rich, he is liable to become the most arrogant of mortals
192 Set a thief to catch a thief
A thief knows all the tricks of the game, so it is best fitted to catch others engaged in it
196 Spare the rod and spoil the child
If you don't punish a child when he does wrong, you will spoil his character.
200 Still waters run deep A quiet person can have much knowledge or wisdom.
205 The cowl does not make the monk
The wearing of such a garment does not turn a man into a holy man
206 The darkest hour is just before the dawn
Even when things seem at their very worst, they may shortly improve
207 The devil finds work for idle hands to do
People who have no work, or are idle, often get into or make trouble.
208 Devil take the hindmost
Those who have nothing useful to do and seek some way of passing the time are
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
334
liable to drift into wrongdoing 209 The early bird catches
the worm If you want to do something successfully, you should do it as soon as you can.
213 The gods send nuts to those who have no teeth
In this life, we either have too little of what we do wan, or too much of what we do not want or cannot use
214 The hand that rocks the cradle rules the world
Mother who look after their children are bringing up a new generation
216 The last straw that breaks the camel's back
If you increase a camel’s burden straw by straw, you will load him one straw too many and his back will be broken. This phrase refers to something that although small itself, comes after many other trouble some things and produces at last the feeling of being intolerable
217 The last drop makes the cup run over
If a small trouble comes after many other troubles it will produce the feeling of intolerable
219 The pen is mightier than the sword
Words and communication have greater effect than war and fighting.
220 The proof of the pudding is in he eating
The real value of something can be judged only after it has been tried or tested.
221 The road to hell is paved with good intentions
It's not enough to intend to do something, you must actually do it.
222 The rotten apple injures its neighbour
One person can have a very bad influence on others
225 There is honour among thieves
A thief will not hesitate to steal from an honest man, but is reluctant to steal from another thief
226 They that sow the wind shall reap the whirlwind
One evil leads to a worse
227 Time and tide wait for no man
Do not delay taking action. If an opportunity presents itself, decide quickly and act promptly
232 Too many cooks spoil the broth
If too many people are involved in something, it will not be done properly.
235 Two blacks don't make a white
Your faults are not excused by the faults of somebody else
236 Two dogs are fighting for a bone, a third runs away with it
While two persons are disputing over something, somebody else takes advantage of the fact that their attention is distracted
237 Two heads are better than one
It is an advantage to confer with somebody else before reaching an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
335
important decision 239 Two of a trade never
agree They are both too envious, each imagining that the other is cleverer or better off than he
245 Walls have ears Be careful. People could be listening. 249 What is the good of a
sundial in the shade? Talents should not be hidden
256 You cannot make an omelette without breaking eggs
You cannot expect something for nothing
257 You cannot make bricks without straw
Nothing can be made without the necessary materials
258 You can't teach an old dog new tricks
A person who is used to doing things a certain way cannot change.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
336
Lampiran 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
337
Lampiran 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
338
Lampiran 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
339
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
340
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
341
Lampiran 6