STRUKTUR MATERI

60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materi adalah setiap objek atau bahan yang membutuhkan ruang, yang jumlahnya diukur oleh suatu sifat yang disebut massa. Secara umum materi dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan menempati volume. Materi tersusun atas molekul-molekul, dan molekul pun tersusun atas atom- atom. Materi umumnya dapat dijumpai dalam empat fase berbeda, yaitu padat, cairan, gas, dan plasma. Namun, terdapat pula fase materi yang lain, seperti kondensat Bose-Einstein. Benda sehari-hari terdiri dari atom-atom. Materi atom ini terbentuk karena adanya interaksi dari partikel subatomsebuah inti atom dari beberapa proton dan neutron, serta awan dari garis edar elektron-elektron. Secara khusus, sains menganggap gabungan dari partikel-partikel ini merupakan materi karena mereka memiliki massa diam dan volume. Sebaliknya, partikel tak bermassa, seperti foton, tidak dianggap sebagai materi karena mereka tidak mempunyai massa diam atau pun volume. Book report ini membahas tentang struktur materi, oleh karenanya akan dibahas keadaan elektron sebagai salah satu penyusun materi, misalnya bilangan kuantum dan orbital elektron, orbital atom hidrogen, atom multi elektron, konfigurasi elektron serta ikatan kimia (karena ikatan kimia melibatkan elektron). Untuk mendukung pembahasan hal-hal tersebut, maka didahului pembahasan teori- teori pendukungnya antara lain: teori kuantum, atom Bohr, dualitas gelombang partikel, prinsip ketidak pastian dan mekanika gelombang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas pada book report ini adalah: 1. Bagaimana menjelaskan radiasi benda hitam dan efek fotolistrik sebagai dasar teori kuantum? 2. Bagaimana menjelaskan atom hidrogen menurut teori atom Bohr?

description

elektron dalam atom, ikatan kimia

Transcript of STRUKTUR MATERI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Materi adalah setiap objek atau bahan yang membutuhkan ruang, yang

    jumlahnya diukur oleh suatu sifat yang disebut massa. Secara umum materi dapat

    juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan menempati volume.

    Materi tersusun atas molekul-molekul, dan molekul pun tersusun atas atom-

    atom. Materi umumnya dapat dijumpai dalam empat fase berbeda,

    yaitu padat, cairan, gas, dan plasma. Namun, terdapat pula fase materi yang lain,

    seperti kondensat Bose-Einstein.

    Benda sehari-hari terdiri dari atom-atom. Materi atom ini terbentuk karena

    adanya interaksi dari partikel subatomsebuah inti atom dari beberapa proton dan

    neutron, serta awan dari garis edar elektron-elektron. Secara khusus, sains

    menganggap gabungan dari partikel-partikel ini merupakan materi karena mereka

    memiliki massa diam dan volume. Sebaliknya, partikel tak bermassa, seperti foton,

    tidak dianggap sebagai materi karena mereka tidak mempunyai massa diam atau

    pun volume.

    Book report ini membahas tentang struktur materi, oleh karenanya akan

    dibahas keadaan elektron sebagai salah satu penyusun materi, misalnya bilangan

    kuantum dan orbital elektron, orbital atom hidrogen, atom multi elektron,

    konfigurasi elektron serta ikatan kimia (karena ikatan kimia melibatkan elektron).

    Untuk mendukung pembahasan hal-hal tersebut, maka didahului pembahasan teori-

    teori pendukungnya antara lain: teori kuantum, atom Bohr, dualitas gelombang

    partikel, prinsip ketidak pastian dan mekanika gelombang.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang akan dibahas pada book report ini adalah:

    1. Bagaimana menjelaskan radiasi benda hitam dan efek fotolistrik sebagai

    dasar teori kuantum?

    2. Bagaimana menjelaskan atom hidrogen menurut teori atom Bohr?

  • 2

    3. Apakah yang dimaksud dengan dualitas gelombang-partikel dan prinsip

    ketidakpastian sebagai dasar mekanika gelombang?

    4. Apakah yang dimaksud dengan mekanika gelombang sebagai dasar

    untuk menjelaskan orbital elektron?

    5. Bagaimana bilangan kuantum menunjukkan sifat orbital dari suatu

    elektron pada suatu atom?

    6. Bagaimana menafsirkan dan menggambarkan orbital atom hidrogen?

    7. Bagaimana aturan penulisan konfigurasi elektron?

    8. Bagaimana hubungan konfigurasi elektron dan tabel berkala?

    9. Bagaimana penjelasan dan penggambaran dari ikatan kimia?

    C. Batasan Masalah

    Batasan masalah book report ini adalah struktur materi yang ditinjau dari sifat

    elekton sebagai salah satu partikel penyusun materi.

    D. Tujuan

    Setelah membaca book report ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui:

    1. Radiasi benda hitam dan efek fotolistrik sebagai dasar teori kuantum.

    2. Atom hidrogen menurut teori atom Bohr.

    3. Dualitas gelombang-partikel dan prinsip ketidakpastian sebagai dasar

    mekanika gelombang.

    4. Mekanika gelombang sebagai dasar untuk menjelaskan orbital elektron.

    5. Bilangan kuantum menunjukkan sifat orbital dari suatu elektron pada

    suatu atom.

    6. Tafsiran dan gambaran orbital atom hidrogen.

    7. Aturan penulisan konfigurasi elektron.

    8. Hubungan konfigurasi elektron dan tabel berkala.

    9. Penjelasan dan penggambaran dari ikatan kimia.

    E. Manfaat

    Sebagai tambahan dan penyegaran pengetahuan bagi pembaca.

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. ELEKTRON DALAM ATOM

    1. TEORI KUANTUM

    Fisika klasik tidak dapat menjelaskan dengan lengkap mengenai emisi cahaya

    oleh padatan yang dipanaskan, yang dikenal dengan radiasi benda-hitam. Teori

    klasik memprediksi bahwa intensitas radiasi yang dipancarkan akan naik secara

    taktentu, sebagaimana pada gambar 01. Pada tahun 1900, untuk menjelaskan

    fakta bahwa intensitas tidak naik secara tak tentu, Max Planck (1858-1947)

    membuat usulan yang revolusioner: energi, seperti materi adalah diskontinu.

    Fisika klasik tidak memberikan batasan banyaknya energi yang dimiliki sistem,

    sementara fisika kuantum membatasi energi dengan seperangkat nilai khas yang

    diskret. Selisih antara dua energi sistem yang dizinkan juga memiliki nilai

    spesifik, yang dinamakan kuantum energi. Artinya energi meningkat dengan

    lonjakan kecil, atau kuantum.

    Gambar 01. Spektrum radiasi yang dihasilkan oleh benda yang dipanaskan.

    Model Planck yang digunakan untuk emisi radiasi elektromagnetik.

    Model Planck adalah model yang berasal dari kelompok atom pada

    permukaan objek yang dipanaskan yang berosilasi bersama-sama dengan

    frekuensi yang sama. Asumsi Planck, bahwa kelompok atom, yaitu osilator,

  • 4

    harus memiliki energi yang terkait dengan persamaan e = nhv, dengan n adalah

    bilangan bulat positif, v adalah frekuensi osilator dan h adalah konstanta Planck

    yang diperoleh melalui eksperimen yang nilainya h = 6,62607 x 10-34 Js. Planck

    mempostulatkan: energi dari suatu kuantum radiasi elektromagnetik sebanding

    dengan frekuensi radiasi. Pernyataan ini diringkas dalam persamaan Planck.

    E = hv (1)

    Hanya setelah berhasil diaplikasikan pada gejala selain radiasi benda hitam,

    hipotesis kuantum dapat memperoleh status sebagai teori ilmiah yang baru.

    Keberhasilan pertama datang pada tahun 1905 dengan penjelasan kuantum oleh

    Albert Einstein mengenai efek fotolistrik.

    Pada tahun 1888, Heinrich Hertz menemukan bahwa ketika cahaya

    mengenai permukaan logam tertentu, elektron ditolak. Gejala ini dinamakan

    efek fotolistrik, ciri-ciri yang mencolok adalah:

    Emisi elektron hanya terjadi bila frekuensi cahaya datang melebihi nilai

    ambang tertentu (vo). Jika syarat ini terpenuhi, maka

    Banyaknya elektron yang dipancarkan bergantung pada intensitas cahaya

    masuk, tetapi

    Energi kinetik elektron yang dipancarkan bergantung pada frekuensi

    cahaya.

    Hasil ini, terutama kebergantungan pada frekuensi tidak dapat dijelaskan oleh

    teori fisika klasik. Einstein menunjukkan bahwa partikel cahaya yang

    selanjutnya disebut foton memiliki energi yang khas E = hv. Jika satu foton

    dengan energi hv menabrak elektron yang melambung, yang menyerap energi

    foton. Jika energi foton tersebut lebih besar dari energi yang mengikat elektron

    dengan permukaan (kuantitas yang dikenal dengan fungsi kerja), maka satu

    fotoelektron dibebaskan.

  • 5

    Gambar 02. (a) Skema alat untuk pengukuran efek fotolistrik. (b) Arus

    fotolistrik muncul bila frekensi lebih besar dari vo (c) Voltase penghenti (Vs)

    sebagai fungsi frekuensi.

  • 6

    Ketika foton menabrak elektron, elektron mengatasi fungsi kerja eVo dan

    dibebaskan dengan energi kinetik (1/2)mu2. Jadi, menurut hukum kekekalan

    energi diperoleh

    yang memberikan

    2. TEORI ATOM BOHR

    Model Atom Rutherford tidak mengindikasikan bagaimana elektron tersusun di

    luar inti atom. Menurut fisika klasik, elektron yang diam akan ditarik ke inti. Ini

    berarti elektron harus bergerak mengorbit inti. Elektron yang mengorbit ini harus

    mempercepat dan harus memancarkan energi. Dengan melepaskan energi,

    elektron malah tertarik lebih dekat ke inti dan akan jatuh secara spiral ke

    dalamnya. Pada tahun 1913, Niels Bohr (1885-1962) memecahkan persoalan ini

    dengan menggunakan hipotesis kuantum Planck. Dengan menggabungkan teori

    klasik dan teori kuantum, Bohr mempostulatkan untuk atom hidrogen:

    1. Elektron bergerak dalam orbit yang melingkari inti dengan gerak yang

    dideskripsikan oleh fisika klasik.

    2. Elektron hanya memiliki satu set orbit tetap yang terizinkan, yang

    dinamakan keadaan stasioner. Asalkan elektron tetap dalam orbitnya,

    energinya konstan dan tidak ada energi yang dipancarkan. Sifat elektron

    ini dinamakan momentum sudut angular. Nilai yang dimungkinkan

    nh/2 dengan n bilangan bulat. Jadi n =1 untuk orbit pertama, n =2 untuk

    orbit ke dua dan seterusnya.

    3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu orbit terizinkan ke orbit

    terizinkan lainnya. Dalam transisi ini, terlibat kuantitas energi diskrit

    yang tetap (kuanta)-baik yang diserap atau dilepaskan.

    Teori Bohr memprediksi jari-jari orbit yang terizinkan dalam atom hidrogen.

    rn = n2ao, dengan n = 1, 2, 3, ... dan ao = 53 pm (2)

  • 7

    Gambar 03. Model atom Bohr untuk atom hidrogen. Cahaya dipancarkan

    bila elektron jatuh ke orbit yang nomornya lebih rendah.

    Teori Bohr ini juga memungkinkan untuk menghitung kecepatan elektron

    dalam orbit ini dan yang terpenting adalah energinya.

    (3)

    RH adalah konstanta yang nilainya 2,179 x 10-18 J.

    Normalnya, elektron ditemukan pada keadaan dasar (n = 1). Ketika

    elektron menerima kuantum energi maka elektron bergerak ke tingkat yang lebih

    tinggi (n = 2, 3, dan seterusnya) yang disebut keadaan tereksitasi. Ketika

    elektron jatuh ke tingkat yang lebih rendah ia melepaskan energi khas.

    E = Ef Ei = hv (4)

    Persamaan (4) berhubungan dengan frekuensi foton v yang dipancarkan

    atom pada percobaan spektroskopi.

    Gagasan Bohr ini dapat diaplikasikan untuk ionisasi atom seperti-hidrogen

    He+ dan Li+, yang hanya mempunyai satu elektron.

    (5)

    Dari sudut pandang percobaan, teori Bohr tidak dapat menjelaskan

    spektrum emisi dari atom atau ion yang melebihi satu elektron, selain itu juga

  • 8

    tidak dapat menjelaskan efek medan magnet pada spektrum emisi. Mekanika

    kuantum modern menggantikan teori atom Bohr.

    3. DUA GAGASAN YANG MENGARAH KE MEKANIKA KUANTUM

    BARU (MEKANIKA GELOMBANG)

    3.1 Dualitas Gelombang Partikel

    Pada tahun 1924, Louis de Broglie yang mempertimbangkan sifat cahaya

    (dualisme sifat cahaya yang bersifat seperti partikel pada efek fotolistrik dan

    bersifat sebagai gelombang pada dispersi cahaya oleh prisma) dan materi,

    menawarkan usulan: partikel materi yang kecil kadang-kadang menunjukkan

    sifat seperti gelombang. Ia sampai ke usulan tersebut dari olah persamaan E =

    mc2, E = hv, p = mc, c = v sehingga diperoleh p = h/ dan dengan

    mensubstitusikan momentum partikel p = mu, maka akan diperoleh persamaan

    de Broglie

    (6)

    De Broglie menamakan gelombang yang terkait dengan partikel material ini

    sebagai gelombang materi. Jika ada materi untuk partikel kecil, maka berkas

    partikel seperti elektron akan memperlihatkan sifat khas gelombang, yaitu

    difraksi. Jika jarak antara objek-objek yang menghamburkan gelombang kira-

    kira sama dengan panjang gelombang radiasi maka interferensi teramati.

    Gambar 04. (a) Difraksi sinar X oleh foil logam. (b) Difraksi elektron oleh foil

    logam, mengkonfirmasi sifat elektron yang seperti gelombang.

  • 9

    3.2 Prinsip Ketidakpastian

    Selama tahun 1920-an, Bohr dan Werner Heisenberg mempertimbangkan

    percobaan hipotetis untuk mengetahui seberapa tepat perilaku partikel subatom

    dapat ditentukan. Dua variabel yang harus diukur adalah posisi partikel (x) dan

    momentumnya (p = mu). Kesimpulan yang mereka tarik adalah bahwa akan

    selalu ada ketidakpastian dalam pengukuran sehingga hasil kali ketidakpastian

    dalam posisi, x, dan ketidakpastian dalam momentum, p, adalah

    (7)

    Signifikansi persamaan ini, yang disebut prinsip ketidakpastian Heisenberg,

    adalah bahwa posisi dan momentum tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi

    secara serempak. Dengan kata sederhana, jika lokasi partikel diketahui dengan

    tepat, maka dari mana partikel ini datang atau kemana perginya tidak dapat

    diketahui dengan tepat. Jika bagaimana partikel ini datang diketahui dengan

    tepat, maka letak partikel tidak dapat diketahui dengan tepat.

    Gambar 05. Prinsip ketidakpastian ditafsirkan secara grafis Sekumpulan gelombang dengan berbagai panjang gelombang (kiri) dapat bergabung

    menjadi paket gelombang (kanan). Superposisi dari panjang gelombang yang berbeda

    menghasilkan panjang gelombang rata-rata (AV) dan menyebabkan paket gelombang menjadi lebih terlokalisasi (x) daripada gelombang individu. Semakin banyak jumlah panjang gelombang yang bergabung, semakin tepat partikel terkait dapat ditemukan, yaitu

    semakin kecil x. Namun, karena masing-masing panjang gelombang terkait dengan nilai momentum yang berbeda sesuai dengan persamaan de Broglie, maka semakin besar

    ketidakpastian dalam momentum yang dihasilkan.

  • 10

    4. MEKANIKA GELOMBANG

    Fungsi Gelombang Dari Elektron Atom Hidrogen

    Pada tahun 1927, Schrodinger menunjukkan bahwa fungsi gelombang suatu

    sistem mekanika kuantum dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan

    gelombang yang dikenal sebagai persamaan Schrodinger.

    Solusi persamaan Schrodinger untuk atom Hidrogen memberikan fungsi

    gelombang untuk elektron atom hidrogen. Fungsi gelombang ini dinamakan

    orbital.

    Persamaan Scrhodinger untuk elektron dalam tiga dimensi yang harus

    dipakai untuk persoalan atom hidrogen atau ion seperti hidrogen, dengan

    potensial listrik V adalah Ze2/r yang menyebabkan gaya tarik antara elektron

    dan muatan pada inti, Ze, dengan Z adalah nomor atom dari ion yang memiliki

    satu elektron, adalah

    (8)

    Persamaan (3) jika ditulis dalam koordinat bola berkutub

    (9)

    ketika massa elektron digantikan massa atom tereduksi yang lebih benar, , yang

    diberikan sebagai

    Persamaan ini adalah persamaan Schrodinger dalam koordinat bola berkutub

    untuk ion seperti-hidrogen bernomor atom Z atau atom hidrogen jika Z = 1.

    Pada sistem bola berkutub, orbital dapat dapat dinyatakan dalam satu fungsi

    R yang bergantung hanya pada r, dan fungsi Y yang bergantung pada dan .

    Artinya

  • 11

    Fungsi R dinamakan fungsi gelombang radial, dan fungsi Y dinamakan fungsi

    gelombang angular. Penyelesaian persamaan Schrodinger ini menghasilkan

    satu set bilangan kuantum.

    Gambar 06. Hubungan koordinat kartesius dan koordinat bola berkutub.

    5. BILANGAN KUANTUM DAN ORBITAL ELEKTRON

    Bilangan pertama yang ditetapkan adalah bilangan kuantum utama, n, yang

    nilainya

    n = 1, 2, 3, ... (9)

    Yang kedua adalah bilangan kuantum sudut orbital, l, yang nilainya

    l = 0, 1, 2, 3, ..., (n-1) (10)

    Yang ketiga adalah bilangan kuantum magnetik, ml, yang nilainya

    ml = -l, (-l+1), ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... (l-1), +l (11)

    Semua orbital dengan nilai n yang sama berada dalam kulit elektronik

    utama atau tingkat utama yang sama, dan semua orbital dengan nilai n dan l

    yang sama berada dalam subkulit atau subtingkat yang sama. Semakin besar n

    maka semakin jauh elektron dari inti. Bilangan kuantum l menentukan distribusi

    sudut atau bentuk suatu orbital dan ml menentukan orientasi orbital tersebut.

  • 12

    Empat subkulit pertama adalah: subkulit s untuk l = 0, subkulit p untuk l =1,

    subkulit d untuk l = 2 dan subkulit f untuk l = 3.

    Banyaknya orbital dalam subkulit sama dengan banyaknya nilai ml yang

    terizinkan. Nama orbital sama dengan nama subkulit yang ditempatinya.

    Misalnya ada satu orbital s dalam subkulit s (karena l = 0 maka ml = 0) dan ada

    tiga orbital p pada subkulit p (karena l = 1 maka ml = 0, + 1).

    6. MENAFSIRKAN DAN MENGGAMBARKAN ORBITAL ATOM

    HIDROGEN

    Orbital adalah fungsi gelombang, yaitu solusi matematis persamaan

    Schrodinger. Fungsi gelombang tidak mempunyai arti fisis yang signifikan,

    namun kuadratnya 2 adalah kuantitas yang dikaitkan dengan probabilitas.

    Tabel 01. Fungsi gelombang angular (sudut) dan radial dari atom seperti-

    hidrogen yang diperoleh dari memecahkan persamaan Schrodinger pers. (9)

  • 13

    6.1 Orbital s

    Untuk memperoleh orbital 1s atom hidrogen digunakan Z = 1 dan n = 1.

    Gambaran tiga dimensi orbital s adalah berupa bola.

    6.2 Orbital p

    Orbital 2p tidak memiliki simpul radial. Berlawanan dengan orbital s yang bukan

    nol pada r = 0, orbital p hilang pada r = 0. Perbedaan ini mempunyai konsekuensi

    penting pada atom multielektron. Probabilitas terbesar menemukan elektron

    adalah di dalam dua cuping daerah berbentuk barbel (gambar 08). Perhatikan

    bahwa daerah ini tidak berbentuk bola simetris. Perbedaan warna menyatakan

    perubahan fase. Orbital p biasanya digambarkan mengarah ke sumbu-sumbu x,

    y dan z yang saling tegak lurus, dan lambang px, py dan pz sering digunakan.

    Gambar 07. Penggambaran tiga dimensi

    densitas probabilitas elektron untuk orbital

    1s, 2s dan 3s. Ukuran naiknya kontur terjadi

    jika bergerak dari 1s ke 2s atau ke 3s. Untuk

    menyoroti perubahan fase saat orbital

    bergerak ke luar dari inti digunakan

    perbedaan warna untuk menunjukkan

    perubahan fase. Orbital 1s warna merah

    seluruhnya, orbital 2s warna merah lalu

    biru, sedangkan orbital 3s warna merah, lalu

    biru lalu merah, hal ini menunjukkan

    keberadaan dua simpul radial.

  • 14

    Gambar 08. Tiga orbital 2p.

    6.2 Orbital d

    Permukaan probabilitas kelima orbital d ditunjukkan pada gambar 09. Fase

    relatif cuping fungsi gelombang awal dinyatakan dengan warna berbeda. Orbital

    d penting untuk memahami kimiawi unsur transisi.

    Gambar 09. Penggambaran lima orbital d.

    7. SPIN ELEKTRON: BILANGAN KUANTUM KEEMPAT

    Pada tahun 1925, George Uhlenbeck dan Samuel Goudsmit mengajukan bahwa

    beberapa fitur yang tidak dapat dijelaskan pada spektrum hidrogen dapat

    dimengerti dengan mengasumsikan elektron berputar (spinning), seperti bumi

    berputar pada sumbunya. Ada dua kemungkinan spin elektron. Kedua

    kemungkinan ini memerlukan bilangan kuantum keempat, yaitu bilangan

    kuantum spin elektron, ms. Bilangan kuantum ini dapat mempunyai nilai +

    (juga dilambangkan dengan ) atau (juga dilambangkan dengan ), nilai ini

    tidak bergantung nilai bilangan kuantum lainnya (gambar 10a).

    Bukti gejala adanya spin elektron ditunjukkan oleh percobaan Stern dan

    Gerlach pada tahun 1920. Perak diuapkan dalam oven, dan berkas atom perak

  • 15

    dilewatkan melalui medan magnet yang tidak seragam, dengan berkas terbelah

    dua (gambar 10b). Berikut penjelasan yang disederhanakan.

    1. Suatu elektron, karena spinnya, menghasilkan medan magnet.

    2. Sepasang elektron dengan spin berlawanan tidak mempunyai medan magnet

    netto.

    3. Pada atom perak 23 elektron mempunyai satu jenis spin dan 24 elektron

    mempunyai jenis spin yang berlawanan. Arah medan magnet netto yang

    dihasilkan hanya bergantung pada spin dari elektron yang tidak berpasangan.

    4. Elektron yang tidak berpasangan akan mempunyai peluang yang sama

    memiliki spin +1/2 atau spin -1/2. Medan magnet yang diinduksi oleh atom

    perak berinteraksi dengan medan yang tidak seragam, dan berkas atom perak

    terbelah menjadi dua berkas.

    (a)

    (b)

    Gambar 10. (a) Visualisasi spin elektron (b) Percobaan Stern-Gerlach.

  • 16

    8. ATOM MULTI ELEKTRON

    Schrodinger mengembangkan persamaan gelombangnya untuk atom hidrogen,

    yaitu atom yang hanya memiliki satu elektron. Untuk atom multielektron, timbul

    faktor baru: saling tolak di antara elektron-elektron yang menyebabkan saling

    berjauhan. Pendekatan hampiran diambil sehingga orbital elektron yang akan

    diperoleh akan memiliki jenis yang sama untuk hasil atom hidrogen, dan disebut

    orbital seperti-hidrogen. Dibandingkan atom hidrogen, bagian-bagian sudut dari

    orbital suatu atom multielektron tidak berubah, namun bagian radialnya berubah.

    Elektron pada orbital yang lebih dekat ke inti menghalangi (shield) inti dari

    elektron yang lebih jauh. Akibatnya elektron yang menghalangi tersebut

    mengurangi efektifitas inti dalam menarik elektron yang lebih jauh. Elektron

    pada orbital s lebih efektif melindungi inti dari elektron yang lebih luar

    dibandingkan elektron pada orbital p dan d. Kemampuan elektron orbital s yang

    memungkinkannya lebih dekat ke inti disebut penembusan (penetration).

    Elektron pada orbital dengan penembusan yang baik akan lebih baik dalam

    melindungi daripada elektron dengan penembusan rendah.

    Dalam beberapa hal, efek kombinasi dari jarak yang memendek antara

    tingkat-tingkat energi yang berurutan pada bilangan kuantum yang lebih tinggi

    (akibat energi berbanding terbalik dengan kuadrat n) dan pembelahan tingkat

    energi subkulit (akibat perlindungan dan penembusan) mengakibatkan beberapa

    tingkat energi yang tumpang tindih. Contohnya, berhubung penembusan ekstra

    dari elektron 4s yang lebih tinggi dibandingkan elektron 3d, maka tingkat energi

    4s di bawah tingkat 3d meskipun bilangan kuantum utamanya n lebih tinggi.

    9. KONFIGURASI ELEKTRON

    Konfigurasi elektron suatu atom adalah penandaan bagaimana elektron

    terdistribusikan di berbagai orbital pada kulit utama dan subkulit. Berikut adalah

    aturan untuk menetapkan elektron pada orbital.

    a) Elektron menempati orbital sedemikian rupa untuk meminimumkan

    energi suatu atom. Gambar 11 menyiratkan urutan penempatan elektron.

  • 17

    (12)

    Gambar 11. Urutan pengisian elektron pada subkulit.

    b) Tidak ada dua elektron dalam suatu atom mempunyai semua empat

    bilangan kuantum yang sama-prinsip eksklusi Pauli. Dengan kata lain

    hanya dua elektron yang dapat menempati orbital yang sama, dan kedua

    elektron ini pasti mempunyai spin yang berlawanan. Akibatnya subkulit s

    terdiri dari satu orbital dengan kapasitas dua elektron, subkulit p terdiri atas

    tiga orbital dengan kapasitas total sebanyak enam elektron, dan seterusnya.

    c) Bila ada orbital yang energinya identik (orbital berdegenerasi), elektron

    mula-mula menempati orbital ini satu-demi-satu. Sejalan dengan aturan

    ini (dikenal dengan aturan Hund), suatu atom cenderung mempunyai

    sebanyak-banyaknya elektron takberpasangan.

    Konfigurasi elektron pada atom karbon dapat ditunjukkan dengan tiga cara

    yang berbeda:

    Elektron pada orbital ditunjukkan sebagai panah. Arah panah terkait spin.

    Elektron pada orbital yang sama dengan spin berlawanan disebut

    berpasangan. Elektron pada orbital yang berbeda yang terisi satu-demi-satu

    pada subkulit yang sama akan mempunyai spin yang sama, atau pararel.

  • 18

    Konfigurasi yang paling stabil atau konfigurasi yang paling menguntungkan

    secara energetik untuk atom yang terisolasi, yang dibahas di sini, dinamakan

    konfigurasi elektron keadaan dasar. Atom dengan konfigurasi yang bukan

    paling stabil dikatakan atomnya berada dalam keadaan tereksitasi.

    Proses Aufbau. Untuk menuliskan konfigurasi elektron digunakan proses

    aufbau (bahasa Jerman) yang berarti membangun adalah dengan

    menetapkan konfigurasi elektron pada unsur tersebut sesuai urutan

    meningkatnya nomor atom. Untuk maju dari satu atom ke atom berikutnya,

    ditambahkan satu proton dan beberapa neutron ke dalam inti dan kemudian

    mendeskripsikan orbital yang akan ditambahi elektron. Berikut beberapa

    contoh.

    Z = 1, H. Keadaan energi terendah untuk elektron adalah orbital 1s.

    Konfigurasi elektronnya adalah 1s1.

    Z = 2, He. Elektron kedua masuk orbital 1s dan kedua elektron

    mempunyai spin yang berlawanan, 1s2.

    Z = 3, Li. Konfigurasi elektronnya 1s22s1.

    Na: [Ne]3s1 dengan [Ne] disebut sebagai teras (core) neon dan 3s1

    sebagai konfigurasi elektron valensi. Elektron yang ditambahkan ke

    kulit elektronik yang mempunyai bilangan kuantum utama tertinggi

    (kulit terluar atau kulit valensi) disebut elektron valensi.

    Ar: [Ne]3s23p6

    K: [Ar]4s1

  • 19

    Konfigurasi yang ditulis untuk Na dan K ini adalah konfigurasi

    elektron ringkas berteraskan gas mulia (noble gas core abbreviated

    electron configuration). Berikut contoh lainnya:

    10. KONFIGURASI ELEKTRON DAN TABEL BERKALA

    Menurut Bohr (1920) kaitan utama antara tabel berkala dengan teori kuantum

    adalah konfigurasi elektron. Unsur-unsur dalam golongan yang sama pada

    tabel akan memiliki konfigurasi lektron yang serupa.

    Pada tabel 02, jika bilangan kuantum utama tertinggi, yaitu kulit terluar

    (kulit valensi) diberi label n, maka:

    Atom golongan 1 (logam alkali) memiliki satu elektron pada kulit terluar

    yaitu ns1.

    Atom golongan 17 (halogen) mempunyai tujuh elektron pada kulit

    terluar dalam konfigurasi ns2np5.

    Atom golongan 18 (gas mulia)-kecuali helium-memiliki kulit terluar

    dengan delapan elektron dalam konfigurasi ns2np6.

  • 20

    Tabel 02. Konfigurasi elektron beberapa golongan unsur

    Golongan Unsur Konfigurasi

    Gambar 13 mengaitkan proses aufbau dengan tabel berkala dengan membagi

    tabel ke dalam empat blok unsur berdasarkan subkulit yang terisi.

    Blok s. Orbital s pada bilangan kuantum utama tertinggi (n) terisi, terdiri

    atas golongan 1 dan 2 (plus He dalam golongan 18).

    Blok p. Orbital p pada bilangan kuantum utama tertinggi (n) terisi, terdiri

    atas golongan 13, 14, 15, 16, 17 dan 18 (kecuali He).

    Blok d. Orbital d pada kulit elektronik n-1 (sebelum yang terluar) terisi,

    terdiri atas golongan 3 hingga 12.

    Blok f. Orbital f pada kulit elektronik n-2 terisi, unsur blok f adalah

    lantanida dan aktinida.

    Berdasarkan tabel 02 diketahui bahwa konfigurasi elektron terdiri atas

    teras (core) gas mulia yang berkaitan dengan gas mulia dari periode

    sebelumnya plus elektron tambahan untuk memenuhi nomor atomnya.

    Dengan mengenali hal ini dan membagi tabel berkala ke ke dalam blok-

  • 21

    blok, dapat menyederhanakan tugas penentuan konfigurasi elektron.

    Contohnya, strontium ada dalam golongan 2, golongan blok s kedua,

    sehingga konfigurasi kulit valensi adalah 5s2 sebab strontium berada

    pada periode kelima. Elektron sisanya berda dalam teras kripton (gas

    mulia pada periode sebelumnya, jadi konfigurasi elektron Sr adalah

    Sr: [Kr]5s2

    Gambar 13. Konfigurasi elektron dan tabel berkala.

  • 22

    B. IKATAN KIMIA (Konsep Dasar)

    1. Teori Lewis

    Pada periode 1916-1919, dua orang Amerika, G.N Lewis dan Irving

    Langmuir, dan satu orang Jerman, Walther Kossel, mengajukan usulan penting

    mengenai ikatan kimia. Teori yang muncul ini dinamakan Teori Lewis, berikut ini

    beberapa gagasan dasar yang berkaitan dengan teori Lewis:

    1. Elektron, terutama yang terdapat di kulit elektron terluar (valensi), memainkan

    peran fundamental dalam pembentukan ikatan kimia.

    2. Dalam beberapa kasus, elektron ditransfer dari satu atom ke atom lain. Ion

    positif dan ion negatif terbentuk dan saling tarik melalui gaya elektrostatik yang

    dinamakan ikatan ionik (ionic bond).

    3. Dalam kasus lain, satu atau lebih pasangan elektron digunakan bersama antara

    atom-atom. Ikatan yang terbentuk oleh penggunaan bersama elektron di antara

    atom-atom disebut ikatan kovalen (covalent bond).

    4. Elektron ditransfer atau digunakan bersama sehingga setiap atom mencapai

    konfigurasi elektron yang sangat stabil. Biasanya ini disebut konfigurasi gas

    mulia, yaitu konfigurasi dengan delapan elektron di kulit terluar atau suatu

    oktet.

    1.1 Simbol Lewis dan Struktur Lewis

    Simbol Lewis terdiri atas simbol kimia untuk menyatakan inti atom

    (nucleus) dan elektron teras suatu atom, bersama dengan titik-titik yang

    ditempatkan di seputar simbol tersebut untuk menyatakan elektron valensi.

    Simbol Lewis lazimnya ditulis untuk unsur-unsur golongan utama namun

    sangat jarang untuk unsur-unsur transisi. Simbol Lewis untuk silicon, yang

    memiliki konfigurasi elektron [Ne]3s23p2 adalah:

    Simbol Lewis lazimnya ditulis untuk unsur-unsur golongan utama

    namun sangat jarang untuk unsur-unsur transisi.

  • 23

    Struktur Lewis adalah kombinasi simbol-simbol Lewis yang

    menyatakan transfer atau penggunaan bersama elektron dalam suatu ikatan

    kimia.

    Pada dua contoh tersebut, kami menyatakan elektron yang terlibat

    dalam pembentukan ikatan dengan cara berbeda (X) dari satu atom dan ()

    dari atom lain. Hal ini membantu menekankan bahwa satu elektron

    ditransfer dalam pembentukan ikatan ionik dan sepasang elektron

    digunakan bersama dalam ikatan kovalen. Tentu saja, tidak mungkin untuk

    membedakan elektron-elektron, dan selanjutnya kita hanya akan

    menggunakan titik-titik () untuk menyatakan elektron dalam struktur

    Lewis.

    1.2 Struktur Lewis Untuk Senyawa Ionik

    Untuk senyawa ionik dari unsur golongan utama, simbol Lewis dari

    ion logam tidak mempunyai titik jika semua elektron valensinya lepas, dan

    muatan ionik kation dan anionnya ditunjukkan. Gagasan ini digambarkan

    seperti contoh sebagai berikut:

    Contoh :

    Tulislah struktur Lewis untuk senyawa berikut : (a) BaO; (b) MgCl2;

    (c) aluminium oksida.

    Penyelesaian :

    (a) Tulislah simbol Lewisnya dan tentukan berapa elektron harus diperoleh

    atau dilepaskan oleh setiap atom untuk mencapai konfigurasi elektron

    gas mulia. Ba melepaskan dua elektron dan O memperoleh dua.

  • 24

    (b) Atom Cl hanya dapat menerima satu elektron karena telah mempunyai

    tujuh elektron valensi. Satu elektron lagi akan melengkapi oktetnya.

    Sebaliknya, atom Mg harus melepaskan dua elektron agar mencapai

    konfigurasi elektron gas mulia neon. Jadi, dua atom Cl diperlukan untuk

    setiap atom Mg.

    (c) Rumus aluminium oksida langsung mengikuti struktur Lewis.

    Gabungan satu atom Al, yang melepaskan tiga elektron, dan satu atom

    O, yang memperoleh dua elektron, menyebabkan kelebihan satu

    elektron yang lepas. Untuk mencocokkan banyaknya elektron yang

    dilepaskan dan yang diperoleh, unit rumus harus didasarkan pada dua

    atom Al dan tiga atom O.

    Senyawa yang dijelaskan di atas adalah senyawa ionik biner yang terdiri

    atas kation monatomik dan anion monatomik. Senyawa ionik terner

    yang lazim ditemui terdiri atas ion monatomik dan ion poliatomik.

    Pengikatan diantara atom-atom dalam ion poliatomik adalah kovalen.

  • 25

    2. Ikatan Kovalen

    Telah diketahui bahwa semakin rendah energi ionisasi suatu unsur, maka

    akan semakin bersifat logam. Natrium jauh lebih bersifat logam dibandingkan

    hidrogen. Faktanya, hidrogen dipandang sebagai nonlogam. Atom hidrogen dalam

    wujud gas tidak memberikan elektron kepada atom nonlogam lainnya. Pengikatan

    diantara atom hidrogen dan atom klorin melibatkan penggunaan bersama elektron,

    yang menghasilkan ikatan kovalen. Untuk menekankan penggunaan bersama

    elektron, coba kita pikirkan struktur Lewis HCl dengan cara berikut ini:

    Lingkaran dengan garis terputus menyatakan kulit elektron terluar dari

    atom-atom yang berikatan. Banyaknya titik pada atau di dalam setiap lingkaran

    menyatakan banyaknya elektron efektif dalam setiap kulit valensi. Atom H

    mempunyai dua titik, sebagaimana pada konfigurasi elektron He. Atom Cl

    mempunyai delapan titik, bersesuaian dengan konfigurasi kulit terluar Ar.

    Perhatikan bahwa dua elektron antara H dan Cl dihitung dua kali. Kedua elektron

    ini digunakan bersama oleh atom H dan atom Cl. Pasangan elektron yang digunakan

    bersama ini membangun ikatan kovalen.

    Teori Lewis membantu kita memahami mengapa hidrogen unsur dan klorin

    unsur berada sebagai molekul diatomik, H2 dan Cl2. Sepasang elektron digunakan

    bersama diantara kedua atom. Penggunaan bersama satu pasang elektron diantara

    atom-atom yang terikat menghasilkan ikatan kovalen tunggal. Untuk menekankan

    pentingnya pasangan elektron dalam teori Lewis, istilah pasangan ikatan digunakan

    untuk pasangan elektron dalam ikatan kovalen, sementara pasangan bebas

    digunakan untuk pasangan elektron yang tidak terlibat dalam pengikatan. Dalam

    menuliskan struktur Lewis biasanya untuk mengganti beberapa pasangan elektron

    dengan tanda hubung (), terutama untuk pasangan ikatan. Hal ini ditunjukkan

    pada struktur Lewis berikut ini.

  • 26

    2.1 Ikatan Kovalen Koordinat

    Teori Lewis mengenai pengikatan menjelaskan ikatan kovalen

    sebagai penggunaan bersama sepasang elektron, tetapi ini tidak selalu

    berarti bahwa setiap atom menyumbangkan satu elektron kepada ikatan.

    Suatu ikatan kovalen yang satu atomnya menyumbangkan sekaligus dua

    elektron kepada pasanagan yang digunakan bersama dinamakan ikatan

    kovalen koordinat.

    Ikatan yang terbentuk antara atom N dari NH3 dan ion H+ pada

    gambar struktur di atas adalah ikatan kovalen koordinat. Namun, perlu

    dicatat bahwa begitu ikatan ini telah terbentuk tidak mungkin lagi

    mengatakan mana dari keempat ikatan N H yang merupakan ikatan

    kovalen koordinat. Jadi, ikatan kovalen koordinat tidak dapat dibedakan dari

    ikatan kovalen reguler.

    2.2 Ikatan Kovalen Ganda

    Seringkali lebih dari satu pasang elektron harus digunakan bersama

    jika suatu atom harus mencapai oktet (konfigurasi elektron gas mulia). CO2

    dan N2 adalah dua molekul yang atom-atomnya menggunakan bersama

    lebih dari satu pasang elektron.

  • 27

    Pada aplikasi gagasan tentang struktur Lewis pada CO2 terlihat

    bahwa atom C dapat menggunakan bersama satu elektron valensi dengan

    setiap atom O sehingga membentuk dua ikatan tunggal karbon ke oksigen.

    Namun, hal ini membuat atom C dan kedua atom O masih belum

    oktet. Masalah ini diatasi dengan menggeser elektron tak berpasangan ke

    dalam kawasan ikatan, yang ditunjukkan dengan tanda panah merah.

    3. Ikatan Kovalen Polar dan Peta Potensial Elektrostatik

    Ikatan kovalen yang elektronnya tidak digunakan bersama secara setara

    diantara dua atom disebut ikatan kovalen polar. Pada ikatan seperti ini, elektron

    bergeser ke arah unsur yang lebih nonlogam. Penggunaan bersama yang tidak setara

    ini menghasilkan muatan negatif parsial pada unsur yang lebih nonlogam, ditandai

    dengan -, dan muatan positif parsial pada unsur yang lebih logam, yang ditandai

    dengan +. Jadi, dapat dinyatakan ikatan polar pada HCl menggunakan struktur

    Lewis, dengan muatan parsial + dan - menunjukkan bahwa pasangan elektron

    ikatan terletak lebih dekat pada atom Cl daripada atom H.

    Potensial elektrostatik adalah kerja yang dilakukan dalam menggerakkan

    satu unit muatan positif dengan kecepatan konstan dari satu kawasan molekul ke

    kawasan lain. Peta potensial elektrostatik diperoleh dengan menelusuri secara

    hipotetis permukaan densitas elektron dengan muatan titik positif. Muatan titik

    positif akan tertarik ke kawasan kaya elektron, kawasan dengan muatan negatif

    berlebih ketika semua muatan dari inti dan elektron telah diperhitungkan dan

    potensial elektrostatik akan negatif. Suatu peta potensial elektrostatik memberi

    informasi tentang distribusi muatan elektron dalam molekul.

  • 28

    Gambar 14. Determinasi dari peta potensial elektrostatik untuk amonia.

    Peta ini memberikan distribusi muatan elektron di permukaan.

    3.1 Elektronegativitas

    Ikatan H Cl adalah polar sebab atom Cl mempunyai afinitas

    elektron yang lebih besar dibandingkan atom H. Namun, afinitas elektron

    adalah sifat atom, dan predikasi yang lebih bermakna dalam hal polaritas

    ikatan adalah didasarkan pada sifat molekul, yaitu yang terkait dengan

    kemampuan atom untuk melepaskan atau memperoleh elektron ketika atom

    merupakan bagian dari molekul, bukannya sebagai atom yang terisolasi dari

    atom lain.

    Elektronegativitas, menjelaskan kemampuan atom untuk bersaing

    memperoleh elektron dengan atom lain yang diikatnya. Dengan demikian,

    elektronegativitas berkaitan dengan energi ionisasi dan afinitas elektron.

    Unsur dengan energi ionisasi yang tinggi dan afinitas elektron yang besar

    dan negatif, seperti fluorin, akan mempunyai elektronegativitas yang besar

  • 29

    relatif terhadap atom dengan energi ionisasi rendah dan afinitas elektron

    kecil, seperti natrium.

    Nilai elektronegativitas memungkinkan kita mendalami besarnya

    sifat polar dalam ikatan kovalen berdasarkan selisih elektronegativitas, EN

    nilai mutlak dari selisih nilai-nilai EN dari atom-atom yang berikatan. Jika

    EN kedua atom sangat kecil, ikatan diantaranya pada dasarnya kovalen.

    Jika EN besar, ikatan tersebut pada dasarnya ionik. Untuk nilai EN

    pertengahan, ikatan dikatakan sebagai kovalen polar.

    4. Menuliskan Struktur Lewis

    4.1 Persyaratan Dasar

    Beberapa fitur penting dari struktur Lewis, yaitu :

    Semua elektron valensi dari atom pada struktur Lewis harus muncul

    dalam struktur.

    Biasanya, semua elektron dalam struktur Lewis berpasangan.

    Biasanya, setiap atom mencapai oktet elektron pada kulit terluarnya.

    Namun, hidrogen dibatasi pada dua elektron pada kulit terluarnya.

    Adakalanya, ikatan kovalen ganda diperlukan. Ikatan kovalen ganda

    terbentuk paling mudah oleh atom C, N, O, P dan S.

    4.2 Struktur Kerangka

    Dalam struktur kerangka dengan lebih dari dua atom, biasanya

    dibedakan antara atom pusat dan atom terminal. Atom pusat terikat pada

    dua atai lebih atom, dan atom terminal terikat hanya pada satu atom lainnya.

    Contohnya, etanol, CH3CH2OH. Pada struktur ini, atom pusat baik atom C

    maupun atom O dicetak dengan warna merah. Atom terminal semua enam

    atom H dicetak dengan warna biru.

  • 30

    Ada beberapa fakta tambahan mengenai atom pusat, atom terminal, dan

    struktur kerangka, yaitu:

    Atom hidrogen selalu merupakan atom terminal.

    Atom pusat umumnya adalah atom dengan elektronegatvitas terendah.

    Atom karbon selalu merupakan atom pusat.

    Kecuali untuk sejumlah besar molekul organik seperti rantai, molekul

    dan ion poliatomik umumnya mempunyai struktur kompak dan simetris.

    4.3 Strategi Untuk Menuliskan Struktur Lewis

    Langkah-langkah yang harus dilakukan agar tercapai struktur Lewis yang

    masuk akal dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

    Hitunglah total banyaknya elektron dalam struktur

    Letakkan dua elektron di setiap ikatan pada struktur kerangka

    Letakkan elektron yang

    tersisa pada atom pusat

    Kurangkan banyaknya elektron yang digunakan

    sampai tahap ini dari total banyaknya elektron

    valensi. Apakah ada elektron tersisa?

    Gambarlah struktur kerangka

    Indentifikasilah atom terminal

    Lengkapi oktet atom-atom terminal (atom H

    memerlukan duet)

    Apakah semua atom

    memiliki oktet?

    Letakkan elektron yang

    tersisa pada atom pusat

    Letakkan elektron yang

    tersisa pada atom pusat

  • 31

    4.4 Muatan Formal

    Muatan formal adalah muatan yang tampak pada atom-atom tertentu

    pada struktur Lewis yang muncul bila atom-atom tidak menyumbangkan

    banyaknya elektron secara setara kepada ikatan kovalen yang

    menghubungkannya. Muatan formal pada suatu atom dalam struktur Lewis

    adalah banyaknya elektron valensi dalam atom bebas minus banyaknya

    elektron yang ditempatkan ke atom itu pada struktur Lewis, dengan

    elektron-elektron ditempatkan dengan cara berikut:

    Hitunglah elektron pasangan bebas seperti semuanya kepunyaan atom

    yang mengembannya.

    Bagilah elektron pasangan ikatan secara setara diantara atom-atom yang

    berikatan.

    Muatan formal pada struktur Lewis dapat ditunjukkan dengan angka kecil

    yang dilingkari.

    Berikut ini adalah aturan umum yang dapat membantu menentukan struktur

    Lewis yang masuk akal berdasarkan muatan formalnya.

    Jumlah muatannya formal pada struktur Lewis harus sama dengan nol

    untuk molekul netral dan harus sama dengan besarnya muatan untuk ion

    poliatomik.

    Bila muatan formal diperlukan, angkanya harus sekecil-kecilnya.

    Muatan formal negatif biasanya muncul pada atom yang paling

    elektronegatif; muatan formal positif pada atom yang paling kurang

    elektronegatif.

    Struktur yang mempunyai muatan formal dengan tanda yang sama pada

    atom-atom bersebelahan cenderung tidak terjadi.

  • 32

    5. Resonansi

    Situasi ketika dua atau lebih struktur Lewis yang masuk akal dapat

    dituliskan tetapi struktur yang benar tidak dapat dituliskan sama sekali disebut

    resonansi. Struktur sejatinya adalah hibrid resonansi dari struktur-struktur

    penyumbang yang masuk akal. Struktur penyumbang yang dapat diterima pada

    hibrid resonansi semuanya harus mempunyai struktur kerangka yang sama; atom-

    atom hanya dapat berbeda dalam cara pendistribusian elektron di dalam struktur.

    Dalam banyak kasus, ada beberapa struktur resonansi penyumbang yang

    tidak berkontribusi secara setara. Contohnya anion azida, N3- dengan tiga struktur

    resonansi berikut.

    Kita dapat memutuskan struktur resonansi mana yang kemungkinan besar

    berkontribusi paling banyak kepada hibrid dengan mengaplikasikan aturan umum

    untuk muatan formal.

    6. Kekecualian Pada Aturan Orbit

    6.1 Spesies Dengan Elektron Ganjil

    Teori Lewis hanya menangani pasangan elektron dan tidak

    menjelaskan tempat meletakkan elektron tak berpasangan; elektron ini

    dapat berada pada atom N atau O. Namun, untuk mendapatkan suatu

    struktur yang bebas dari muatan formal, kita akan meletakkan elektron tak

    berpasangan pada atom N.

    Kehadiran elektron tak berpasangan mengakibatkan spesies berelektron

    ganjil bersifat paramagnetik. NO adalah paramagnetik. Molekul dengan

    jumlah elektron genap diharapkan semua elektronnya berpasangan dan

    bersifat diamagnetik.

  • 33

    6.2 Oktet Tak Lengkap

    Struktur Lewis untuk boron trifluoride mengarah ke struktur yang

    atom B nya hanya memiliki enam elektron dalam kulit valensinya (oktet tak

    lengkap). Suatu pengamatan yang mendukung struktur boron trifluoride

    adalah bahwa panjang ikatan B F pada BF3 lebih pendek dibandingkan

    untuk ikatan tunggal. Ikatan yang lebih pendek menyiratkan bahwa terdapat

    lebih dari dua elektron, artinya, ada sifat ikatan ganda dalam ikatannya.

    Elektronegativitas fluorin yang tinggi dan elektronegativitas boron yang

    jauh lebih rendah menyiratkan sifat ionik yang cukup besar pada ikatan

    boron ke fluorin. Ini menyiratkan kemungkinan struktur ionik seperti

    berikut.

    Spesies dengan oktet tak lengkap terbatas pada beberapa senyawa berilium,

    boron, dan aluminium.

    6.3 Kulit Valensi Terkembang

    Telah diketahui bahwa dalam menuliskan struktur Lewis semua

    atomnya kecuali H memiliki oktet lengkap, artinya setiap atomnya

    mempunyai delapan elektron valensi. Ada beberapa struktur Lewis yang

    melanggar aturan ini karena memiliki 10 atau bahkan 12 elektron valensi di

    seputar atom pusat, menghasilkan apa yang disebut kulit valensi

    terkembang. Contohnya, fosforus membentuk dua klorida, PCl3 dan PCl5.

    Dapat dituliskan struktur Lewis untuk PCl3 dengan aturan oktet. Pada PCl5,

    dengan lima atom Cl terikat langsung ke atom P pusat, kulit terluar dari

    atom P tampaknya harus memiliki sepuluh elektron. Dapat dikatakan bahwa

    kulit valensi telah berkembang menjadi 10 elektron. Pada molekul SF6, kulit

    valensi tampak mengembang menjadi 12.

  • 34

    7. Bentuk Molekul

    Bentuk molekul adalah gambaran geometrik yang diperoleh bila

    menghubungkan inti-inti atom yang terikat dengan garis lurus. Untuk mendapatkan

    penjelasan lengkap mengenai bentuk molekul, perlu diketahui dua kuantitas, yaitu:

    Panjang ikatan, jarak antara inti-inti atom yang berikatan.

    Sudut ikatan, sudut antara garis-garis bersebelahan yang mewakili ikatan.

    Gambar 15. Bentuk geometrik molekul. Untuk menggambarkan geometri

    bentuk molekul H20 dibutuhkan besar panjang ikatan dan sudut ikatan.

    Molekul diatomik hanya mempunyai satu ikatan dan tidak ada sudut ikatan.

    Berhubung bentuk geometrik yang dibentuk oleh dua titik adalah garis lurus, maka

    semua molekul diatomik adalah linear. Molekul triatomik mempunyai dua ikatan

    dan satu sudut ikatan.

    7.1 Teori Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi (VSEPR)

    Dalam teori VSEPR, berfokus pada pasangan elektron dalam kulit

    elektron valensi atom pusat dalam suatu struktur. Akibatnya, akan

    dihasilkan bentuk geometris tertentu untuk molekul.

    Pasangan elektron akan saling menolak, baik ketika elektron-elektron tersebut berada dalam

    ikatan kimia (ikatan pasangan) ataupun tidak digunakan bersama (pasangan bebas). Pasangan

    elektron mengambil orientasi di seputar atom untuk meminimumkan tolakan.

  • 35

    Aspek lain dari teori VSEPR adalah fokus tidak saja pada pasangan

    elektron, tetapi juga pada gugus elektron. Satu gugus elektron dapat berup

    pasangan, baik pasangan bebas maupun pasangan ikatan, atau dapat pula

    sebagai elektron tunggal yang tidak berpasangan pada atom dengan oktet

    tak lengkap, seperti pada NO. Sebuah gugus dapat juga berupa ikatan

    rangkap dua atau tiga diantara dua atom. Jadi, di dalam molekul

    atom C pusat hanya mempunyai dua gugus elektron dalam

    kulit valensinya. Setiap ikatan rangkap dua dengan dua pasang elektron

    diperlakukan sebagai satu gugus elektron.

    Dalam molekul H2O, dua dari keempat gugus elektron adalah

    pasangan ikatan dan dua lainnya adalah pasangan bebas. Bentuk molekul

    diperoleh dengan menghubungkan kedua inti H ke inti O dengan garis lurus.

    Untuk H2O, geometri gugus elektronnya adalah tetrahedral dan geometri

    molekulnya berbentuk V atau bengkok.

    7.2 Beberapa Kemungkinan Untuk Distribusi Gugus Elektron

    Geometri molekul sama seperti geometri gugus elektron hanya bila

    semua gugus elektron merupakan pasangan ikatan. Jika satu atau lebih

    gugus elektron adalah pasangan bebas, geometri molekulnya berbeda dari

    geometri gugus elektron, meskipun diturunkan dari geometri tersebut.

    Terdapat dua gagasan mengenai geometri gugus elektron dan geometri

    molekul, yaitu :

    1. Semakin dekat dua gugus elektron dipaksakan, semakin kuat tolakan

    diantaranya.

    2. Elektron pasangan bebas menyebar lebih luas dibandingkan elektron

    pasangan ikatan. Akibatnya tolakan satu pasangan bebas dengan

    pasangan bebas lainnya lebih besar dibandingkan antara dua pasangan

    ikatan.

  • 36

    Strategi empat langkah berikut dapat digunakan untuk memprediksi bentuk

    molekul, yaitu :

    1. Menggambar struktur Lewis yang masuk akal untuk spesies (molekul

    atau ion poliatomik).

    2. Menentukan banyaknya gugus elektron di seputar atom pusat, dan

    mengidentifikasi sebagai gugus elektron pasangan ikatan atau elektron

    pasangan bebas.

    3. Menetapkan geometri gugus elektron di seputar atom pusat linear,

    planar-trigonal, tetrahedral, bipiramida-trigonal, atau oktahedral.

    4. Menentukan geometri molekul dari posisi di seputar atom pusat yang

    ditempati inti atom lain.

    7.3 Molekul Dengan Lebih Dari Satu Atom Pusat

    Walaupun banyak struktur yang hanya mempunyai satu atom pusat,

    teori VSEPR dapat juga diaplikasikan pada molekul atau anion poliatomik

    dengan lebih dari satu atom pusat. Dalam kasus ini, distribusi geometrik

    atom-atom terminal di seputar setiap atom pusat harus ditentukan dan

    hasilnya kemudian digabung menjadi satu deskripsi mengenai bentuk

    molekul.

    Contoh:

    Mengaplikasikan teori VSEPR untuk molekul dengan lebih dari satu atom

    pusat. Metil isosianat, CH3NCO, digunakan dalam manufaktur insektisida,

    seperti karbaril (Sevin). Dalam molekul CH3NCO ini, tiga atom H dan atom

    O adalah atom terminal dan dua atom C dan satu atom N adalah atom pusat.

    Buatlah sketsa molekul ini.

    Penyelesaian:

    Untuk mengaplikasikan metode VSEPR, dimulai dengan struktur Lewis

    yang masuk akal. Banyaknya elektron valensi pada struktur ini adalah :

    Dari C Dari N Dari O Dari H

    (2 x 4) (1 x 5) (1 x 6) (3 x 1) = 22

  • 37

    Dalam menggambarkan struktur kerangka dan menempatkan elektron

    valensi, pertama-tama kita memperoleh struktur dengan oktet tak lengkap.

    Dengan menggeser elektron yang terindikasi, maka dapat dicapai oktet pada

    setiap atom.

    Atom C di sebelah kiri mempunyai empat gugus elektron disekitarnya

    semua berupa psangan ikatan. Bentuk di bagian ujung molekul ini

    tetrahedral. Atom C di sebelah kanan, dengan membentuk dua ikatan

    rangkap, diperlukan seolah mempunyai dua gugus elektron disekitarnya.

    Distribusinya linear. Untuk atom N, tiga gugus elektron terdistribusi dengan

    cara planar trigonal. Sudut ikatan C N C haruslah sekitar 120.

    7.4 Bentuk Molekul dan Momen Dipol

    Pada molekul HCl, atom Cl lebih elektronegatif dibandingkan atom

    H. Elektron tergeser ke arah atom Cl. Molekul HCl adalah molekul polar.

    Pada penggambaran berikut digunakan tanda panah dengan tanda silang di

    ujungnya yang mengarah ke atom yang menarik elektron lebih kuat.

    Jauhnya pergeseran muatan dalam suatu ikatan kovalen polar dinyatakan

    dengan momen dipol (). Momen dipol adalah hasil kali muatan parsial ()

    dengan jarak (d). Jika hasil kali x d mempunyai nilai 3,34 x 10-30 Coulomb

  • 38

    x meter (C.m), momen dipol () mempunyai nilai yang disebut 1 debye (D).

    Satu metode percobaan dalam menentukan momen dipol didasarkan pada

    perilaku molekul polar di medan listrik.

    Molekul CO2 adalah nonpolar. Perlu dibedakan antara perpindahan densitas

    muatan elektron dalam ikatan tertentu dan dalam molekul secara

    keseluruhan. Selisih elektronegativitas antara C dan O mengakibatkan

    perpindahan densitas muatan elektron ke arah atom O dalam setiap ikatan

    karbon ke oksigen dan menghasilkan dipol ikatan.

    C. IKATAN KIMIA (ASPEK-ASPEK TAMBAHAN)

    1. METODE IKATAN VALENSI

    Pembentukan ikatan kovalen dari aspek pertumpangtindihan orbital atom

    dinamakan metode ikatan valensi (valence bond method). Terciptanya ikatan

    kovalen dalam metode ikatan valensi biasanya didasarkan pada tumpang tindih

    orbital terisi setengah, tetapi adakalanya tumpang tindih seperti itu melibatkan

    orbital terisi penuh pada satu atom dan orbital kosong pada atom lainnya. Metode

    ikatan valensi memberikan model pengiikatan elektron elektron terlokalisasi.

    Elektron teras (core) dan elektron valensi pasangan bebas mempertahankan lokasi

    orbital yang sama seperti dalam atom atom terpisah dan densitas muatan dari

    elektron terikat terkonsentrasi di kawasan pertumpang tindihan orbital.

    Gambar 16. Pengikatan dalam H2S

  • 39

    2. HIBRIDASI ORBITAL ATOM

    Dalam sebagian besar kasus, penjelasan tentang geometri molekul

    berdasarkan pertumpangtindihan sederhana orbital atom yang tidak dimodifikasi

    ternyata tidak cocok dengan hasil pengamatan. Contohnya, berdasarkan konfigurasi

    elektron keadaan dasar dari kulit valensi karbon adalah

    Hidrokarbon paling sederhana yang teramati pada kondisi normal laboratorium

    adalah metana, CH4. Metana adalah molekul stabil yang tidak reaktif dengan rumus

    molekul yang konsisten dengan aturan oktet dari teori Lewis. Untuk mendapatkan

    rumus molekul metana melalui metode ikatan valensi, kita memerlukan diagram

    orbital untuk karbon dengan empat elektron takberpasangan sehingga

    tumpangtindih orbital menghasilkan empat ikatan C H. Konfigurasi elektron yang

    dihasilkan adalah konfigurasi elektron keadaan tereksitasi.

    Konfigurasi elektron pada keadaan tereksitasi ini menyiratkan suatu suatu molekul

    dengan tiga ikatan C H yang saling tegak lurus. Ikatan keempat akan mengarah

    ke posisi manapun dalam molekul yang dapat mengakomodasi atom H keempat.

    Suatu skema pengikatan yang didasarkan pada konfigurasi elektron keadaan

    tereksitasi kurang dalam menjelaskan sudut ikatan dalam CH. Salah satu cara

    mengatasi masalah ini adalah dengan memodifikasi orbital atom dari atomatom

    terikat. Kombinasi aljabar dari persamaan gelombang satu orbital 2s dan tiga orbital

    2p atom karbon menghasilkan satu set baru yang terdiri atas empat orbital identik.

    Orbital baru ini, yang terarah secara tetrahedral, memiliki energi pertengahan antara

    orbital 2s dan 2p. Orbital atom murni dengan orbital atom terformulasi untuk atom

    terikat dinamakan hibridisasi (hybridization) dan orbital baru disebut orbital

    hibrid (hybrid orbital).

  • 40

    Dalam skema hibridisasi, banyaknya orbital hibrid sama dengan total

    banyaknya orbital atom penyusunnya. Simbol menunjukkan jumlah dan jenis

    orbital yang terlibat. Jadi, sp3 menandakan bahwa satu orbital s dan tiga orbital p

    bergabung. Penggambaran untuk hibridisasi sp3 dari orbital kulit valensi karbon

    adalah

    Tujuan skema hibridisasi adalah menjelaskan bentuk molekul berdasarkan fakta

    dari hasil percobaan. Hibridisasi bukanlah fenomena fisis yang sebenarnya. Untuk

    beberapa ikatan kovalen tidak ada satu skema hibridisasi yang terbukti baik.

    Namun, konsep hibridisasi bekerja dengan sangat baik untuk molekul yang

    mengandung karbon sehingga banyak digunakan dalam kimia organik.

    PENGIKATAN DALAM H2O DAN NH3

    Ketika diaplikasikan untuk H2O dan NH3, teori VSEPR menjelaskan

    geometri gugus elektron tetrahedral untuk empat gugus elektron. Pengikatan dalam

    NH3, contohnya dapat dideskripsikan dari aspek diagram orbital kulit valensi untuk

    nitrogen sebagai berikut :

    Berhubung satu dari orbital sp3 dihuni oleh sepasang elektron pasangan bebas,

    hanya tiga orbital sp3 terisi setengah yang terlibat dalam pembentukan ikatan.

    Sekalipun skema hibridisasi sp3 tampaknya bekerja sangat baik untuk H2O dan

    NH3, ada bukti teoritis dan percobaan (spektroskopis) yang mengarah pada diskripsi

    berdasarkan orbital p yang tidak terhibridisasi dari atom pusat.

  • 41

    ORBITAL HIBRID sp2

    Tetangga golongan 13 karbon yaitu boron mempunyai empat orbital tetapi

    hanya mempunyai tiga elektron dalam kulit valensinya. Untuk kebanyakan

    senyawa boron, skema hibridisasi yang layak menggabungkan satu orbital 2s dan

    dua orbital 2p menjadi tiga orbital hibrid sp2 dan meninggalkan satu orbital p yang

    tidak terhibridisasi. Skema hibridisasi sp2 berkaitan dengan geometri gugus

    elektron planar trigonal. Dalam skema hibridisasi dari teori ikatan valensi,

    banyaknya orbital terkekalkan, artinya dalam atom yang berhibridisasi sp2 masih

    ada empat orbital, tiga hibrid sp2 dan satu orbital p yang tidak terhibridisasi.

    Gambar 17. Skema hibridisasi sp2

    ORBITAL HIBRID sp

    Tetangga boron di golongan dua, berilium, memiliki empat orbital dan

    hanya dua elektron dalam kulit valensinya. Dalam skema hibridisasi yang terbaik

    menjelaskan senyawa gas berilium tertentu, orbital 2s dan satu orbital 2p. Be

  • 42

    berhibridisasi menjadi dua orbital hibrid sp dan dua orbital 2p sisanya tidak

    berhibridisasi.

    ORBITAL HIBRID sp3d DAN sp3d2

    Untuk menjelaskan skema hibridisasi yang berhubungan dengan geometri

    gugus 5 elektron dan 6 elektron dari teori VSEPR, perlu melangkah lebih jauh dari

    subkulit s dan p pada kulit valensi dan ini berarti melibatkan kontribusi orbital d.

    Tercapainya lima orbital fosforus terisi setengah untuk menjelaskan lima ikatan P

    Cl dalam PCl5 dan geometri molekul bipiramida trigonalnya melalui hibridisasi

    satu orbital s, tiga orbital p dan satu orbital d pada kulit valensi menjadi lima orbital

    hibrid sp3d.

    Tercapainya enam orbital sulfur terisi setengah untuk menjelaskan enam ikatan S

    F dalam SF6 dan geometri molekul oktahedralnya melalui hibridisasi satu orbital s,

    tiga orbital p, dan dua orbital d pada kulit valensi menjadi enam orbital hibrid sp3d2.

    ORBITAL HIBRID DAN TEORI TOLAKAN PASANGAN ELEKTRON

    KULIT VALENSI (VSEPR)

    Pada tahun 1931, Linus Pauling mengenalkan konsep hibridisasi orbital

    untuk menjelaskan geometri CH4, H2O, dan NH3. N.V. Sidgwick dan H.E. Powell

    adalah yang pertama kali menyarankan bahwa geometri molekul ditentukan oleh

    susunan pasangan elektron dalam kulit valensi dan selanjutnya dikembangkan ke

    dalam seperangkat aturan yang dikenal sebagai VSEPR oleh Ronald Gillespie dan

  • 43

    Ronald Nyholm pada tahun 1957. Keuntungan VSEPR adalah bahwa teori ini

    memiliki kemampuan prediksi berdasarkan struktur Lewis, sementara skema

    hibridisasi memerlukan pengetahuan awal mengenai geometri molekul. Skema

    hibridisasi yang mungkin untuk atom pusat dalam struktur dalam metode ikatan

    valensi dapat dipilih dengan:

    Menuliskan struktur Lewis yang masuk akal untuk spesies yang diamati

    Menggunakan teori VSEPR untuk memprediksi geometri gugus elektron

    atom pusat yang mungkin

    Menyeleksi skema hibridisasi yang berhubungan dengan geometri gugus

    elektron.

    3. IKATAN KOVALEN GANDA

    Dua jenis tumpang tindih orbital terjadi bila ikatan ganda dideskripsikan

    dengan metode ikatan valensi. Contoh spesifik ikatan rangkap dua karbon ke

    karbon dalam etilena, C2H4, dan ikatan rangkap tiga karbon ke karbon dalam

    asetilena, C2H2.

    Pengikatan Dalam C2H4

    Etilena mempunyai ikatan rangkap dua karbon ke karbon dalam struktur Lewisnya.

  • 44

    Etilena adalah molekul planar dengan sudut ikatan H C H dan H C C sebesar

    1200. Teori VSEPR memperlakukan setiap atom C dikelilingi oleh tiga gugus

    elektron dalam susuunan planar trigonal. Salah satu ikatan diantara dua atom

    karbon dihasilkan dari tumpang tindih orbital hibrid sp2 dari setiap atom. Tumpang

    tindih ini terjadi di sepanjang garis yang menghubungkan inti kedua atom tersebut.

    Orbital orbital yang bertumpang tindih dengan cara ujung ke ujung ini

    menghasilkan ikatan sigma, dilambangkan dengan . Ikatan kedua diantara kedua

    atom C dihasilkan dari tumpang tindih orbital p yang tidak berhibridisasi. Dalam

    ikatan ini, ada kawasan dengan densitas muatan elektron yang tinggi di atas dan di

    bawah bidang dari atom karbon dan atom hidrogen. Ikatan yang dihasilkan dengan

    cara tumpang tindih sisi ke sisi dari dua orbital paralel dinamakan ikatan .

    Gambar 18. Pengikatan dan dalam C2H4

    Model bola dan tongkat mengilustrasikan pengikatan dalam etilena. Model ini

    menunjukkan bahwa:

    Bentuk molekul ditentukan hanya oleh orbital yang membentuk ikatan

    Rotasi pada ikatan rangkap dua sangat terbatas. Pada model bola dan

    tongkat atom H terminal mudah memuntir dan merotasi pada ikatan s yang

    menghubungkannya dengan atom C. Namun, untuk memelintir satu gugus

  • 45

    -CH2 ke luar bidang lainnya akan mengurangi banyaknya orbital p yang

    bertumpang tindih dan melemahkan ikatan . Ikatan rangkap dua adalah

    ikatan yang kaku dan molekul C2H4 adalah planar.

    Pengikatan Dalam C2H2

    Pengikatan dalam asetilena, C2H2, serupa dengan yang ada di C2H2 tetapi dengan

    perbedaan berikut. Struktur Lewis C2H2 menampilkan ikatan kovalen rangkap tiga.

    Molekul ini liniear. Skema hibridisasi untuk menghasilkan orbital hibrid dalam

    orientasi liniear adalah sp. Diagram orbital kulit valensi yang menyatakan

    hibridisasi sp adalah pada ikatan rangkap tiga dalam C2H2, salah satu dari ikatan

    karbon ke karbon adalah ikatan dan dua lainnya adalah ikatan .

    Gambar 19. Pengikatan dan dalam C2H2

    Model bola dan tongkat etilena, C2H4

  • 46

    4. TEORI ORBITAL MOLEKUL

    Teori orbital molekul (molecular orbital theory), dimulai dengan gambar

    sederhana molekul tetapi dengan cepat menjadi rumit pada rinciannya. Teori ini

    menempatkan elektron elektron dalam sebuah molekul ke dalam satu seri orbital

    yang dimiliki oleh molekul tersebut secara keseluruhan. Orbital molekul yang

    terbentuk oleh interferensi destruktif (pengurangan) dua orbital 1s mengakibatkan

    berkurangnya probabilitas elektron di antara inti inti. Ini menghasilkan orbital

    molekul anti ikatan (antibonding molecular orbital), dilambangkan dengan

    superskrip (*) sebab interferensi destruktif menempatkan densitas muatan elektron

    yang sangat rendah di antara kedua inti. Probabilitas elektron atau densitas muatan

    elektron dalam orbital *1s adalah (1sA 1sB)2. Dengan densitas muatan elektron

    yang rendah diantara inti inti atom, inti tidak terhalang dari inti lainnya, maka

    terjadilah tolakan kuat dan ikatan melemah (sehingga diberi istilah anti ikatan).

    Orbital molekul anti ikatan ini dilambangkan dengan *1s dan berada pada energi

    yang lebih tinggi dibandingkan orbital atom 1s.

    Gambar 20. Interaksi dua atom Hidrogen menurut Teori Molekul

  • 47

    GAGASAN DASAR YANG MENYANGKUT ORBITAL MOLEKUL

    1. Banyaknya orbital molekul (molecular orbital) yang terbentuk sama dengan

    banyaknya orbital atom yang bergabung

    2. Dari dua orbital molekul yang terbentuk, bila dua orbital atom bergabung salah

    satunya adalah orbital molekul ikatan pada energi yang lebih rendah

    dibandingkan dengan orbital atom asalnya. Lainnya adalah orbital molekul anti

    ikatan pada energi yang lebih tinggi.

    3. Pada konfigurasi keadaan dasar, elektron memasuki orbital molekul yang

    energinya paling rendah

    4. Jumlah maksimum elektron dalam orbital molekul tertentu adalah dua

    5. Pada konfigurasi keadaan dasar, elektron elektron memasuki orbital molekul

    orbital molekul yang berenergi sama satu demi satu sebelum elektron

    elektron tersebut mulai berpasangan

    Suatu spesies molekul yang stabil memiliki lebih banyak elektron dalam orbital

    ikatan dibandingkan dalam orbital anti ikatan. Dalam teori orbital molekul, orde

    ikatannya adalah setengah dari selisih jumlah elektron ikatan dan elektron anti

    ikatan.

    MOLEKUL DIATOMIK UNSUR UNSUR PERIODE PERTAMA

    H2+

    Spesies ini mempunyai satu elektron. Elektron ini memasuki orbital 1s yaitu

    orbital molekul ikatan. Orde ikatannya adalah

    H2

    Molekul ini mempunyai dua elektron, keduanya dalam orbital 1s. Orde

    ikatannya adalah 1

  • 48

    He2+

    Ion ini mempunyai tiga elektron. Dua elektron berada pada orbital 1s dan satu

    orbital pada *1s. spesies ini ada sebagai ion stabil dengan orde ikatan 1/2 .

    He2

    Dua elektron berada dalam orbital 1s dan dua dalam orbital *1s. Orde

    ikatannya adalah 0. Tidak ada ikatan yang dihasilkan. He2 bukanlah ikatan

    yang stabil.

    Gambar 21. Diagram orbital molekul untuk molekul diatomik

    dan ionion dari unsur periode pertama

    ORBITAL MOLEKUL UNSUR UNSUR PERIODE KEDUA

    Orbital molekul yang terbentuk melalui penggabungan orbital atom 2s sama

    dengan yang terbentuk dari orbital atom 1s, kecuali berada pada energi yang lebih

    tinggi. Dua cara yang mungkin bagi orbital atom 2p untuk bergabung menjadi

    orbital molekul dari ujung ke ujung dan sisi ke sisi. Tumpang tindih terbaik untuk

    orbital p adalah di sepanjang garis lurus (artinya dari ujung ke ujung). Gabungan

    ini menghasilkan orbital molekul , yaitu 2p dan *2p. Dalam pembentukan

    gabungan orbital ikatan dan anti ikatan di sepanjang sumbu antar intiharus

    mempertimbangkan fase orbital 2p. Cuping positif yang berwarna gelap mengarah

  • 49

    ke inti dan fungsi fungsi gelombangnya sefase, maka penjumlahan kedua fungsi

    gelombang menghasilkan kenaikan densitas elektron di kawasan antar inti dan

    menghasilkan orbital 2p. Bila dua orbital atom dengan cuping cuping berlawanan

    fase mengarah ke kawasan antar inti, sebuah bidang simpul di pertengahan antar

    inti akan terbentuk dan menghasilkan orbital anti ikatan *2p. Penggabungan sisi

    ke sisi dari sepasang orbital 2p akan menghasilkan orbital molekul jenis yaitu 2p

    dan *2p. orbital jenis 2p terbentuk dengan cara menjumlahkan orbital p pada satu

    inti dengan orbital p pada inti lainnya, sehingga cuping positif dan cuping negatif

    dari satu orbital berada sefase dengan cuping positif dan cuping negatif dari orbital

    p yang lain pada inti lainnya. Orbital anti ikatan *2p dibentuk melalui pengurangan

    dua orbital p yang tegak lurus terhadap sumbu antarinti. Selain bidang simpul yang

    mengandung inti, suatu simpul terbentuk di antara intiinti dan ini merupakan sifat

    anti ikatan. Dalam orbital molekul anti ikatan yang ada di bidang simpul diantara

    inti inti dengan desitas muatan elektron menurun hingga nol.

    Gambar 22. Pembentukan orbital ikatan dan orbital anti ikatan dari orbital 2p

  • 50

    Gambar 23. Penggabungan orbital atom 2p

    Diagram tingkat energi untuk orbital molekul yang terbentuk dari orbital

    atom kulit elektronik utama kedua berhubungan dengan tingkat energi orbital atom.

    Contohnya, orbital molekul yang terbentuk dari orbital 2s berada pada energi yang

    lebih rendah daripada yang terbentuk dari orbital 2p. Ekspektasi lain adalah bahwa

    orbital ikatan jenis seharusnya memiliki energi lebih rendah dibandingkan dengan

    jenis , sebab tumpang tindih ujung ke ujung dari orbital 2p mestinya lebih meluas

    dibandingkan tumpang tindih sisi ke sisi, menghasilkan energi yang lebih rendah.

  • 51

    Berikut ini adalah bagaimana penempatan elektron elektron pada orbital

    molekul dari molekul diatomik unsur unsur periode kedua. Dimulai dengan

    orbital 1s dan *1s yang terisi penuh. Kemudian menambahkan elektron sesuai

    dengan urutan menaiknya energi ke orbital molekul kulit utama kedua yang

    tersedia. Sama seperti saat menyusun orbital atom kulit valensi, orbital molekul

    kulit kedua dari molekul diatomik dapat disusun dengan urutan menaiknya energi.

    Kemudian elektron dapat ditempatkan ke orbital orbital tersebut sehingga

    didapatkan diagram orbital molekul.

  • 52

    Gambar 24. Diagram orbital molekul untuk molekul diatomik homointi unsur

    periode kedua

    Dalam kasus homointi, kedua atom adalah sama dan koefisiennya adalah setara

    sebab terdapat probabilitas yang setara untuk menemukan elektron di dalam orbital

    yang berkaiatan dengan dua inti tersebut. Jika intinya berbeda, diharapkan terdapat

    probabilitas yang lebih besar untuk menemukan elektron di dalam orbital yang

    berkaitan dengan unsur yang lebih elektronegatif. Energi orbital ikatan lebih dekat

  • 53

    ke energi unsur yang lebih elektronegatif, sementara energi orbital anti ikatan lebih

    dekat ke energi unsur yang kurang elektronegatif. Kedua atom tidak boleh terpisah

    terlalu jauh nomor atomnya agar orde tingkat energinya tidak terlalu berbeda dari

    yang ditemukan untuk spesies diatomik homointi.

    Gambar 25. Dua skema tingkat energi dari orbital molekul yang mungkin

    untuk molekul diatomik dari unsur periode kedua

  • 54

    5. ELEKTRON TERDELOKALISASI: PENGIKATAN DALAM

    MOLEKUL BENZENA

    PENGIKATAN DALAM BENZENA

    Pada tahun 1865, Friedrick Kekul mengajukan usulan pertama kali

    mengenai struktur benzena. Ia menyarankan bahwa molekul C6H6 terdiri atas cincin

    karbon heksagonal yang dihubungkan melalui ikatan kovalen tunggal dan ikatan

    rangkap secara berselang seling. Setiap atom C dihubungkan dengan dua atom C

    lainnya dan dengan satu atom H. Untuk menjelaskan fakta bahwa ikatan karbon ke

    karbon semuanya sama, Kekul menyarankan bahwa ikatan tunggal dan ikatan

    rangkap terus menerus berosilasi dari satu posisi ke posisi lainnya. Pemahaman

    yang lebih seksama mengenai pengikatan dalam molekul benzena dapat diperoleh

    melalui penggabungan metode ikatan valensi dan metode orbital molekul.

    Kerangka ikatan untuk struktur planar yang teramati dapat dikonstruksikan

    dengan sudut ikatan 120o dengan menggunakan hibridisasi sp2 padaa setiap atom

    karbon. Tumpang tindih ujung ke ujung dari orbital sp2 menghasilkan ikatan .

    Keenam orbital 2p sisanya digunakan untuk mengkonstruksi ikatan

    terdelokalisasi. Untuk menggambarkan pengikatan terdelokalisasi, simbol untuk

    benzena sering ditulis sebagai heksagon dengan lingkaran di dalamnya.

    Gambar 26. Pengikatan dalam benzena (C6H6) dengan metode ikatan valensi

    Enam orbital atom 2p dari atom C bergabung membentuk enam orbital

    molekul dengan jenis ini. Tiga dari orbital molekul jenis ini adalah orbital

    molekul ikatan, dan tiga lainnya adalah anti ikatan. Keenam orbital 2p sefase

    sebagaimana ditunjukkan oleh fakta bahwa semua cuping warna gelap berada pada

    satu sisi kerangka . Dua orbital molekul ikatan berikutnya masingmasing

  • 55

    mempunyai satu simpul sehingga mempunyai energi yang sama, artinya dua orbital

    tersebut berdegenerasi. Pasangan orbital berikutnya yaitu orbital anti ikatan.

    Mempunyai dua simpul dan orbital terakhir mempunyai 3 simpul

    Ketiga orbital ikatan terisi penuh dengan enam elektronnya (satu elektron

    2p dari setiap atom C ) dan ketiga orbital anti ikatan tetap kosong. Orde ikatan yang

    berhubungan dengan keenam elektron dalam orbital molekul ikatan adalah 3.

    Ketiga ikatan terdistribusi di antara keenam atom C yang menjadi setengah ikatan

    diantara setiap pasang atom C. Ketiga orbital molekul ikatan pada C6H6

    menggambarkan distribusi muatan elektron dalam molekul. Karena tersebar

    diantara keenam atom C dan bukannya terkonsentrasi diantara pasangan atom C,

    maka orbital molekul ini disebut orbital molekul terdelokalisasi (delocalized

    molecular orbital ).

    Gambar 27. Diagram orbital molekul untuk C6H6

    6. PENGIKATAN DALAM LOGAM

    Dalam atom nonlogam, kulit valensi biasanya mempunyai lebih banyak

    elektron dibandingkan jumlah orbitalnya. Pada teori pengikatan logam begitu

  • 56

    banyak pengikatan dapat terjadi dengan elektron yang sangat sedikit. Teori ini juga

    menjelaskan bahwa logam memperlihatkan derajat yang jauh lebih banyak dalam

    sifat tertentu dibandingkan nonlogam, misalnya tampilan yang mengkilat,

    kemampuan menghantar listrik, dan mudahnya deformasi (logam mudah ditipiskan

    membentuk lembaran dan ditarik menjadi kawat).

    Model Lautan Elektron

    Padatan logam digambarkan sebagai jaringan ion positif yang terendam

    dalam lautan electron. Elektron dalam larutan ini adalah adalah bebas (tidak

    terikat pada ion manapun) dan mudah bergerak. Jadi, jika elektron dari suatu

    sumber eksternal memasuki kawat logam di salah satu ujungnya, elektron bebas

    akan bergerak melalui kawat dan meninggalkan kawat di ujung lain dengan laju

    yang sama. Elektron bebas (elektron yang ada di lautan elektron) tidak terbatas

    kemampuannya dalam menyerap foton cahaya tampak sebab elektron elektron itu

    melenting pada atom. Jadi, logam menyerap cahaya tampak dan bersifat opak.

    Elektron pada permukaan logam mampu meradiasi ulang cahaya yang mengenai

    permukaan pada frekuensi yang sama sehingga menjelaskan tampilan mengilap dari

    logam. Mudahnya deformasi logam dapat dijelaskan sebagai berikut, jika satu

    lapisaan ion logam dipaksa saling memasuki, misalkan dengan hantaman paku,

    tidak akan ada ikatan yang pecah. Struktur internal logam pada dasarnya tidak

    berubah dan lautan elektron dengan cepat menyesuaikan dengan situasi baru.

  • 57

    Gambar 28. Model lautan elektron dari logam

    Teori Pita

    Model lautan elektron adalah penjelasan kualitatif sederhana mengenai

    wujud logam, tetapi untuk kebanyakan tujuan, teori pengikatan logam yang

    digunakan adalah suatu bentuk teori orbital molekul yang disebut teori pita (bond

    theory). Dalam pembentukan orbital molekul dan pengikatan antara dua atom Li,

    setiap atom Li menyumbang satu orbital 2s pada pembentukan dua orbital molekul,

    2s dan *2s. Elektron yang semula didiskripsikan sebagai elektron 2s1 dari atom Li

    masuk dan mengisi setengah orbital molekul ini. Artinya elektron mengisi penuh

    orbital 2s dan meninggalkan *2s kosong. Jika gabungan atomatom Li diperluas

    dengan atom Li ketiga, maka tiga orbital molekul terbentuk dan mengandung total

    tiga elektron, set orbital molekul terisi setengah. Proses ini dapat diperluas ke

    jumlah atom yang sangat banyak (N) yaitu total banyaknya atom dalam kristal Li.

    Hasil yang didapatkan berupa satu set yang terdiri dari N orbital molekul dengan

    pemisahan energi yang sangat kecil diantara setiap pasang tingkat energi yang

  • 58

    berurutan. Kumpulan dari tingkat energi orbital molekul yang sangat berdekatan

    dinamakan pita energi.

    Dalam pita ini ada N elektron (elektron 2s dari setiap atom Li) yang

    menghuni N/2 orbital molekul dengan energi terendah secara berpasangan.

    Elektron elektron tersebut adalah elektron elektron yang menyebabkan

    pengikatan atom atom Li. Elektron elektron tersebut adalah elektron valensi dan

    pita tempat elektron elektron tersebut ditemukan dinamakan disebut pita valensi.

    Selisih energi antara tingkat terhuni dan tingkat tidak terhuni dalam pita valensi

    begitu kecil, maka elektron dapat dengan mudah tereksitasi dari tingkat terhuni

    tertinggi ke tingkat tidak terhuni yang terletak tepat di atasnya. Eksitasi ini

    menimbulkan efek berupa elektron yang bergerak, dapat dilakukan dengan

    memberi sedikit beda potensial listrik. Sifat penting untuk konduktivitas listrik

    adalah suatu pita energi yang hanya sebagian terisi elektron. Pita energi seperti ini

    disebut pita konduksi. Pada Lithium, pita 2s merupakan pita valensi dan sekaligus

    pita konduksi.

    Gambar 29. Pembentukan pita energi dalam logam Litium

    Gambar 30. Logam, semikonduktor, dan insulator menurut teori pita

  • 59

    Semikonduktor

    Banyak alat elektonik modern bergantung pada penggunaan material

    semikonduktor. Diode pemancar cahaya (Light Emitting Diode, LED), transistor,

    dan sel surya (solar cell) adalah beberapa komponen elektronik yang kita kenal

    menggunakan semikonduktor. Yang menentukan sifat elektronik dari

    semikonduktor adalah celah energi (celah pita) diantara pita valensi dan pita

    konduksi. Dalam beberapa material, misalnya Kadmium kuning (CdS), celah ini

    berukuran tetap. Material seperti ini disebut semikonduktor intrinsik. Bila cahaya

    putih berinteraksi dengan semikonduktor ini, elektron tereksitasi (terpromosi) ke

    pita konduksi. CdS menyerap cahaya violet dan sedikit cahaya biru, tetapi frekuensi

    lain mengandung energi yang lebih kecil daripada yang diperlukan untuk

    mempromosikan elektron di atas celah energi ini. Frekuensi yang tidak diserap akan

    dipantulkan dan warna yang dilihat adalah kuning. Beberapa semikonduktor,

    seperti GaAs dan PbS, mempunyai celah pita yang cukup kecil sehingga semua

    frekuensi cahaya tampak akan diserap. Tidak ada cahaya tampak yang dipantulkan

    dan material tampak berwarna hitam.

    Dalam semikonduktor seperti silikon dan germanium, pita valensi terhuni

    dan pita konduksi kosong dipisahkan hanya oleh celah energi yang sempit. Elektron

    dalam pita valensi dapat memperoleh energi termal yang cukup untuk melompat ke

    tingkat pita konduksi. Semakin besar energi termal, semakin banyak elektron yang

    dapat membuat transisi. Dengan cara ini, teori pita menjelaskan pengamatan bahwa

    konduktivitas listrik pada semikonduktor meningkat dengan meningkatnya suhu.

    Dalam banyak semikonduktor ekstrinsik, ukuran celah pita dikendalikan dengan

    menambahkan pengotor (impurity) secara seksama. Prosesnya dinamakan

    pendadahan (doping). Sebagai contoh pada proses pendadahan pada silikon.

    Ketika silikon didadah dengan fosforus, tingkat energi atom P terletak tepat

    di bawah pita konduksi silikon. Setiap atom P menggunakan empat dari lima

    elektron valensinya untuk membentuk ikatan dengan empat atom Si tetangga dan

    energi termal saja cukup untuk mengakibatkan elektron valensi terpromosikan ke

    pita konduksi, meninggalkan ion positif P+ yang imobil (tak bergerak). Atom P

    disebut atom donor dan konduktivitas listrik dalam semikonduktor jenis ini

  • 60

    melibatkan gerakan elektron dari atom donor melalui pita konduksi. Jenis

    semikonduktor ini disebut jenis n, dengan n berarti negatif.

    Jika silikon didadah dengan aluminium, tingkat energi atom Al yang disebut

    sebagai atom akseptorterletak tepat di atas pita valensi silikon. Berhubung satu

    atom Al hanya mempunyai tiga elektronvalensi, atom Al membentuk ikatan

    pasangan elektron regular dengan tiga atom Si tetangga, tetapi hanya membentuk

    ikatan berelektron satu dengan atom Si keempat. Namun, satu elektron dengan

    mudah terpromosikan dari pita valensi ke atom Aldalam tingkat akseptor.

    Membentuk ion negatif Al- imobil. Ketika peristiw ini terjadi suatu lubang positif

    (positif hole) tercipta pada pita valensi. Berhubung konduktivitas listrik dalam

    semikonduktor ini terdiri atas migrasi lubang lubang positif, maka disebut

    semikonduktor jenis p.

    Gambar 31. Semikonduktor jenis p dan n