STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH...

81
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PANTAI BANJARWATI PACIRAN LAMONGAN, JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh : MUHKLAS SHAH WINARNO NIM. 135080101111096 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH...

Page 1: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PANTAI BANJARWATI PACIRAN LAMONGAN, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

MUHKLAS SHAH WINARNO

NIM. 135080101111096

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PANTAI BANJARWATI PACIRAN LAMONGAN, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

MUHKLAS SHAH WINARNO

NIM. 135080101111096

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

c

Page 4: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

d

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PANTAI BANJARWATI PACIRAN LAMONGAN, JAWA TIMUR.

Nama Mahasiswa : MUHKLAS SHAH WINARNO

NIM : 1350801011110096

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : PROF. DR. IR. ENDANG YULI H., MS

Pembimbing 2 : NANIK RETNO BUWONO, S.PI., MP

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : DR. ASUS MAIZAR S. H., S.PI., MP

Dosen Penguji 2 : PROF. DR. IR. DIANA ARFIATI, MS

Tanggal Ujian : 21 Desember 2017

Page 5: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

e

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi dengan judul “Struktur

Komunitas Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun Di Pantai Banjarwati

Paciran Lamongan, Jawa Timur.” yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali

yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 21 Desember 2017

Mahasiswa

Muhhklas Shah Winarno NIM. 135080101111096

Page 6: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat

dan ridho-Nya Laporan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Penulis

menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya

bantuan dari pihak-pihak terkait. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

saya sampaikan kepada:

1. Rektor dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya yang telas memberikan kesempatan belajar.

2. Prof. Dr. Ir. Endang Yuli H., MS selaku dosen pembimbing skripsi I yang

telah meluangkan waktu, senantiasa mengarahkan dan memberikan

semangat kepada penulis. Ibu Nanik Retno Buwono, S.Pi, MP selaku

dosen pembimbing skripsi 2 yang telah meluangkan waktu, memberikan

saran dan motivasi kepada penulis.

3. Kedua orang tua tersayang. Bapak Salam Riyanto dan Ibu Sunarmi yang

selalu memberikan semangat, doa, kasih sayang dan dukungan Moril tak

henti-henti dari awal sampai saat ini dan kakakku Edika Syah Riyanto

serta keluarga besarku yang ada di rumah juga ikut tiada henti

memberikan semangat serta Do’anya.

4. Rekan-rekan para pejuang skripsi sehidup semati yaitu Penghuni

Kontrakan Cendana, Andy Ferry P, Ferbian yoyok, Dicky Nurdiasyah

yang banyak membantu terlaksananya penelitian penulis.

5. Temen temen ngopi bareng, Boni, Putri, Hafit, Ivan, Faisal, Cahya,

Manda, Echi, Hafis, Samsul yang juga ikut berpartisipasi membantu

terselesainya laporan penulis berupa dukungan dan motivasinya.

Page 7: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

vii

6. Rekan rekan seperjuangan satu dosen pembimbing yang sangat

berperan selama proses bimbingan mulai dari bimbingan proposal sampai

bimbingan laporan, baik yang telah memberikan info ataupun saran serta

motivasinya untuk penulis.

7. Temen temen MSP 2013 semua yang sedikit banyak turut membantu

baik berupa saran, dukungan, maupun motivasinya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan laporan skripsi.

Page 8: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

h

RINGKASAN

Muhklas Shah Winarno. Struktur Komunitas Gastropoda Pada Ekosistem

Padang Lamun Di Pantai Banjarwati Paciran Lamongan, Jawa Timur. (dibawah

Bimbingan Prof, Dr. Ir. Endang Yuli H., MS dan Nanik Retno Buwono, S.Pi,

MP).

Pantai Paciran merupakan pantai yang letaknya strategis dimana terdapat

2 pelabuhan perikanan yaitu Pelabuhan Brondong dan Pelabuhan Pasar Kranji.

Banyak aktivitas nelayan yang dilakukan pada wilayah tersebut yang secara

tidak sadar akan mempengaruhi kondisi perairan sehingga berdampak pada

ekosistem padang lamun. Terganggunya ekosistem padang lamun juga akan

berdampak pada struktur komunitas yang hidup di ekosistem tersebut salah

satunya komunitas gastropda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Juli 2017, tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan kondisi parameter fisika

dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan dan menganalisis

struktur komunitas gastropoda, indeks keseragaman dan spesies yang

mendominasi pada ekosistem padang lamun di pantai tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode survei mengenai studi komunitas

gastropoda di ekosistem lamun, analisis suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut,

bahan organik tanah, tekstur tanah. Pengambilan sampel menggunakan metode

transek pada 3 stasiun pengamatan. Pada setiap stasiun dibagi menjadi 3 sub

stasiun yang untuk penentuan stasiun yang didasarkan pada pemanfaatan tata

guna lahan.

Hasil identifikasi ditemukan 7 spesies gastropoda dengan kelimpahan

rata-rata pada 3 stasiun berkisar 84-119,3 ind/m2 nilai tersebut tergolong rendah.

Nilai keseragaman berkisar 0,41-0,52 hasil tersebut dikategorikan keseragaman

sedang dan spesies yang mendominasi adalah jenis Cerithium granosum

dengan presentase 35%-46%. Pengukuran parameter kualitas air menunjukan

hasil yang optimal bagi struktur komunitas gastropda di pantai Banjarwati dengan

hasil yang didapat yaitu suhu dengan kisaran 310C–32,70C, kekeruhan 1,48

NTU-1,93 NTU, pH 7,7–7,9, Salinitas 310/00-31,30/00, Oksigen terlarut 5,3 mg/L–

5,8 mg/L. Untuk kualitas tanah tergolong kurang otimal bagi kehidupan

organisme gastropoda karena tipe substrat di dominasi pasir dan kandungan

bahan organik yang rendah berkisar 0%-0,09%.

Pengukuran parameter kualitas air di pantai Banjarwati menunjukkan

hasil yang optimal bagi kehidupan gastropoda tetapi untuk kualitas tanah sendiri

masih kurang baik untuk menunjang kehidupan organisme gatropoda. Perlu

adanya tindakan konservasi terhadap ekosistem lamun supaya keberadaan

organisme gastropoda tetap lestari.

Page 9: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SAW yang telah melimpahkan segala

nikmat NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul

“Struktur Komunitas Gastropoda Pada Ekosistem Padang Lamun Di Pantai

Banjarwati Paciran Lamongan, Jawa Timur”, penyusunan laporan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana perikanan

fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas Brawijaya Malang.

Laporan skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, dengan segala

kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu penulis

memiliki harapan besar untuk kritik serta saran yang membangun demi

terwujudnya pencapaian hasil yang lebih baik dan sempurna kelak dikemudian

hari, akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan

Malang, 21 Desember 2017

Muhklas Shah Winarno

Page 10: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

j

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan .................................................................................................... 5 1.4 Kegunaan .............................................................................................. 5 1.5 Tempat dan Waktu ................................................................................. 5

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padang Lamun ...................................................................................... 6 2.2 Morfologi Lamun ................................................................................... 6 2.3 Jenis dan ciri-ciri lamun ......................................................................... 8 2.4 Ekosistem Padang Lamun ..................................................................... 10 2.5 Struktur Ekosistem Padang Lamun ....................................................... 11 2.6 Kelas Moluska ....................................................................................... 12

2.7.1 Biologi Moluska ........................................................................... 12 2.7.2 Kelas dan Ciri-ciri Moluska .......................................................... 13

2.7 Komunitas Gastropoda .......................................................................... 17 2.8 Asosiasi Gastropda Dengan Lamun ...................................................... 18 2.9 Adaptasi Terhadap Lingkungan ............................................................. 19 2.10 Manfaat Gastropoda ............................................................................ 20 2.11.Parameter Kualitas Air......................................................................... 21

2.11.1 Substrat Dasar .......................................................................... 21 2.11.2 Kekeruhan ................................................................................. 21 2.11.3 Suhu .......................................................................................... 21 2.11.4 Ph .............................................................................................. 22 2.11.5 Salinitas ..................................................................................... 22 2.11.6 Oksigen Terlarut (DO) ............................................................... 23

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian ................................................................................... 24 3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 24 3.3 Metode Penelitian.................................................................................. 24

3.3.1 Data Primer ................................................................................. 25 3.3.2 Data Sekunder ............................................................................ 25

3.4 Pengambilan Data Sampel .................................................................... 25 3.4.1 Pengambilan Sampel gastropoda ................................................ 25 3.4.2 Pengambilan Sampel Sedimen .................................................... 28

3.5 Prosedur Analisis Kualitas Air ............................................................... 28 3.5.1 Suhu ............................................................................................ 28 3.5.2 Salinitas ....................................................................................... 29 3.5.3 pH ............................................................................................... 29

Page 11: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

k

3.5.4 Kekeruhan ................................................................................... 29 3.5.5 Oksigen Terlarut (DO) ................................................................. 30

3.6 Kualitas Tanah ...................................................................................... 30 3.6.1 Bahan Organik Tanah ................................................................. 30 3.6.2 Tekstur Tanah ............................................................................. 31

3.7 Perhitungan Indeks Biologi .................................................................... 31 3.7.1 Kelimpahan gastropoda ............................................................... 32 3.7.2 Indeks Kelimpahan Relatif ........................................................... 32 3.7.3 Indeks Keseragaman (E) ............................................................. 32

4.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 33 4.2 Deskripsi stasiun Penelitian ................................................................... 34

4.2.1 Stasiun 1 ..................................................................................... 34 4.2.2 Stasiun 2 ..................................................................................... 35 4.2.3 Stasiun 3 ..................................................................................... 35

4.3 Gastropoda ........................................................................................... 36 4.3.1 Gastropoda Yang Ditemukan....................................................... 36 4.3.2 Indeks Kelimpahan ...................................................................... 42 4.3.3 Indeks Kelimpahan Relatif ........................................................... 44 4.3.4 Indeks Keseragaman ................................................................... 45 4.3.5 Spesies yang Mendominasi ......................................................... 46

4.4 Parameter Fisika dan Kimia .................................................................. 47 4.4.1 Suhu ............................................................................................ 47 4.4.2 Kekeruhan ................................................................................... 49 4.4.3 Derajad Keasaman (pH) .............................................................. 50 4.4.4 Salinitas ....................................................................................... 52 4.4.5 Oksigen Terlarut (DO) ................................................................. 53

4.5 Kualitas Tanah ...................................................................................... 54 4.5.1 Tekstur Tanah ............................................................................. 54 4.5.2 Bahan Organik Tanah ................................................................. 56

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 58 5.2 Saran .................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60

LAMPIRAN ...................................................................................................... 68

Page 12: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

l

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi spesies gastropoda pada lokasi penelitian ............................ 41 2. Kelimpahan jenis gastropoda pada lokasi penelitian .............................. 43 3. Tipe Substrat Pada Lokasi Penelitian..................................................... 55

Page 13: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

m

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir permasalahan ............................................................................ 04 2. Morfologi umum lamun ............................................................................... 07 3. Enhalus acoroides ...................................................................................... 09 4. Cymodocea rotundata ................................................................................. 09 5. Thalassia hemprichii ................................................................................... 10 6. Morfologi luar tubuh “chiton” ....................................................................... 13 7. Morfologi tubuh scaphopoda ....................................................................... 14 8. Morfologi tubuh cephalopoda ...................................................................... 15 9. Morfologi Bivalvia ........................................................................................ 16 10. Struktur dan karakter tipikal cangkang gastropoda ................................... 17 11. Penentuan Lokasi Penelitian di Pantai Paciran ......................................... 26 12. Penempatan transek ................................................................................. 27 13. Tipe substrat berdasarkan segitiga millar .................................................. 31 14. Stasiun 1 ................................................................................................... 34 15. Stasiun 2 ................................................................................................... 35 16. Stasiun 3 ................................................................................................... 36 17. Diagram Indeks kelimpahan relatif ........................................................... 44 18. Grafik Indeks Keseragaman ...................................................................... 46 19. Grafik Suhu Rata-rata Pada Setiap Stasiun .............................................. 48 20. Grafik kekeruhan Pada Setiap Stasiun ..................................................... 49 21. Grafik pH Rata-rata Pada Setiap Stasiun .................................................. 51 22. Grafik Salinitas Rata-rata Pada setiap Stasiun .......................................... 52 23. Grafik Oksigen Terlarut Pada Setian Stasiun ............................................ 53

Page 14: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

n

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Fungsi Alat dan Bahan .............................................................................. 69 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air ................................................................... 70 3. Hasil Analisa Sampel Air ........................................................................... 71 4. Hasil Analisa Sampel Tanah ..................................................................... 72 5. Hasil Identifikasi Moluska .......................................................................... 73 6. Perhitungan kelimpahan relatif .................................................................. 75 7. Data hasil perhitungan Kelimpahan Relatif ............................................... 77 8. Perhitungan keseragaman ........................................................................ 78 9. Data hasil perhitungan Indeks Keseragaman (E) ...................................... 79 10. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 80

Page 15: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya

meyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam air laut. Lamun hidup di

perairan dangkal yang agak berpasir dan sering pula dijumpai pada terumbu

karang. Kadang-kadang lamun membentuk komunitas yang lebat hingga

merupakan padang lamun (seagrass bed) yang cukup luas (Nontji, 1987).

Menurut Kiswara (2010), luas padang lamun di Indonesia diperkirakan

sekitar 30.000 km2 yang dihuni oleh 16 spesies lamun, 2 famili dan 12 genus dari

55 spesies yang terdapat di dunia. Lebih dari 55% produksi perikanan berasal

dari wilayah pesisir, terutama dari ekosistem yang sangat subur seperti terumbu

karang (coral reefs), hutan bakau (mangrove), padang lamun (seagrass beds),

laguna, dan estuari. Potensi lain yang tidak kalah pentingnya adalah jasa

transportasi laut, industri maritim, wisata bahari, industri alternatif, dan obat–

obatan.

Diantara semua sumberdaya laut yang potensinya cukup baik untuk di

manfaatkan adalah lamun, karena lamun mempunyai tingkat produktivitas primer

yang tinggi dibandingkan mangrove dan terumbu karang. Menurut Nybakken

(1988), biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 gbk/m2, sedangkan

produktifitasnya adalah 700 gC/m2/hari. Oleh karenanya padang lamun

merupakan lingkungan laut dengan produktivitas tinggi.

Tingginya produktivitas primer pada padang lamun maka banyak juga

biota laut yang hidup kawasan ini baik itu untuk tempat berlindung atau untuk

mencari makanan salah satunya yaitu organisme gastropoda. Menurut Fitriyani

et al. (2013), gastropoda adalah hewan bertubuh lunak dan tidak bersegmen,

Page 16: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

2

dilindungi cangkang yang mengandung kalsium, pada umumnya menjalani hidup

menetap dan sebagian besar hidup di laut. Gastropoda dalam ekosistem

mempunyai peran yang penting baik dari segi ekologi terutama berperan di

dalam siklus rantai makanan, sebagai bioindikator lingkungan, dan mempunyai

nilai ekonomis. Menurut Hitalessy (2015) dalam Indrawan et al. (2016), kelas

Gastropoda merupakan makrozoobentos epifauna yang memanfaatkan lamun

secara langsung sebagai tempat berlindung dari kecepatan arus yang kuat dan

predator.

Padang lamun mempunyai peran penting bagi ekosistem laut khusunya

pada laut dangkal. Pentingnya peran padang lamun di ekosistem laut dangkal

tidak menjamin ekosistem ini tetap terjaga, diperkirakan kerusakan padang

lamun di Indonesia telah mencapai 30–40%. Sekitar 60% padang lamun di

perairan pesisir Pulau Jawa telah mengalami gangguan berupa kerusakan dan

pengurangan luas yang diduga akibat pengaruh aktivitas manusia (Fortes, 1994

dalam Nontji, 2009). Salah satunya yaitu di pesisir pantai Paciran Lamongan

Jawa Timur.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solihat (2017), nilai rata-rata

persentase penutupan lamun jenis Enhalus acoroides yaitu 35,1% dimana nilai

tersebut tergolong kurang kaya/kurang sehat. Nilai rata-rata persentase

penutupan lamun jenis Cymodocea rotundata yaitu 36,2% dimana nilai tersebut

juga tergolong kurang kaya/kurang sehat. Sedangkan nilai rata-rata persentase

penutupan lamun jenis Thalassia hemprichii yaitu 28,6% dimana nilai tersebut

tergolong dalam kategori yang miskin. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

dikatakan bahwa sumberdaya lamun di pesisir Banjarwati kurang baik.

Keadaan tersebut disebabkan banyaknya aktivitas manusia di sekitar

pantai Paciran, karena Pantai Paciran sendiri terletak diantara 2 pelabuhan

perikanan yaitu Pelambuhan Brondong dan Pelabuhan Pasar Kranji. Letak pantai

Page 17: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

3

yang strategis dapat mempengaruhi kondisi perairan seperti pengecatan kapal,

pembuangan limbah kapal, bongkar muat kapal dan lain-lain. Kondisi perairan

yang tercemar akan berdampak pada kerusakan pada ekosistem padang lamun

di pantai Paciran. Rusaknya ekosistem padang lamun maka juga berdampak

pada keanekaragaman organisme yang hidup di kawasan padang lamun.

Keberadaan organisme gastropda di kawasan perairan pantai Paciran

Lamongan Jawa Timur saat ini belum terdapat data informasi terbaru yang

berkaitan dengan keberadaan organisme gastropoda yang ada di padang lamun

di pantai Paciran. Selain itu organisme gastropoda memiliki habitat hidup relatif

menetap, pergerakan terbatas, hidup didalam dan didasar perairan sangat baik

digunakan sebagai indikator biologis suatu perairan. Sehingga ini sangat penting

untuk diketahui data distribusi dan biogeografi organisme gastropoda di pantai

Paciran. Diharapkan dari data penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi

dan data evaluasi bagi pihak pengelola atau masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Kondisi lingkungan perairan baik dari dalam maupun dari luar perairan itu

sendiri dapat berpengaruhi terhadap habitat dan kelangsungan hidup organisme

perairan salah satunya organisme gastropoda yang selanjutnya juga akan

mempengaruhi struktur komunitas gastropoda, sehingga kebutuhan untuk

mengkaji komunitas gastropoda pada ekosistem lamun di pantai Paciran amatlah

sangat penting dilakukan untuk mendapatkan keterkaitan, khususnya antara

organisme gastropoda dengan habitatnya.

Selain itu penambahan parameter fisika dan kimia juga ikut

mempengaruhi terjadinya populasi organisme gastropoda dan perubahan

perubahan struktur komunitasnya. Permasalahanya adalah bagaimana keadaan

kualitas air khususnya parameter fisika dan kimia di Pantai Paciran, kemudian

Page 18: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

4

struktur komunitas gastropoda apa saja yang ada di Pantai Paciran Lamongan,

Jawa Timur.

Gambar 1. Bagan alir permasalahan

Keterangan:

A. Aktivitas manusia yang terdapat di pantai Paciran seperti pelayaran, bongkar

muat kapal, limbah rumah tangga, dan hatchery dan lain-lain dapat

mempengaruhi lingkungan perairan seperti kondisi kualitas air baik itu fisika

atau kimia.

B. Pengaruh terhadap kodisi kualitas air meliputi perubahan fisika (suhu dan

salinitas) dan perubahan kimia (pH dan oksigen terlarut) secara langsung

dapat mempengaruhi struktur komunitas gastropda.

C. Keberadaan komunitas gastropoda di kawasan pesisir desa Banjarwati

dapat di jadikan pedoman dalam pengelolaan ekosistem pesisir dan juga

sebagai evaluasi kegiatan masyarakat yang dapat merugikan ekosistem dari

gastropoda itu sendiri.

Aktivitas

masyarakat di

pantai Paciran

(pelayaran

atau

penangkapan

ikan, bongkar

muat kapal,

pelabuhan

,pengecetan

kapal, dan lain-

lain).

Lingkungan perairan

(Kualitas air; fisika

dan kimia).

Struktur

komunitas

gastropoda

A B

C

Page 19: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

5

1.3 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan kondisi parameter fisika dan kimia perairan Pantai Paciran,

Lamogan.

2. Menganalisis struktur komunitas gastropda, indeks keseragaman dan

spesies yang mendominasi.

1.4 Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi

tentang komunitas gastropoda untuk kepentingan ilmu pengetahuan serta

masukan bagi pemerintah daerah untuk mengelola wilayah pesisir berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan.

1.5 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2017 bertempat di

Pantai Paciran desa Banjarwati, Lamongan, Jawa Timur. Analisis kualitas air

dilakukan di laboratorium Pengujian dan Kalibrasi Baristand Industri, Surabaya.

Sedangkan analisis bahan organik tanah dan tekstur tanah dilakukan di

laboratorium UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura

Bedali, Lawang.

Page 20: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padang Lamun

Padang lamun (seagrass bed) adalah tumbuhan berbunga

(angiospermae) yang tumbuh berkembang baik di lingkungan perairan laut

dangkal perairan tropis dan ugahari, yang dapat membentuk kelompok–

kelompok kecil sampai berupa padang yang sangat luas. Padang lamun dapat

berbentuk vegetasi tunggal yang disusun oleh satu jenis lamun atau vegetasi

campuran yang disusun mulia dari 2–12 jenis lamun yang tumbuh (Kiswara,

1999).

Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), lamun (seagrass) adalah

satu-satunya tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut.

Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak

dan tangkai-tangkai yang merayap efektif untuk berkembangbiak dan

mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.

Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang kompleks,

memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Oleh karena itu padang lamun

merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologis maupun secara

ekonomis (Rashed et al., 1994).

2.2 Morfologi Lamun

Berbeda dengan rumput laut (seaweeds), lamun memiliki akar sejati,

daun dan pembuluh internal yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien,

air dan gas (Kawaroe, 2009). Lamun memiliki bentuk tanaman yang sama seperti

halnya rumput di daratan, yang mempunyai bagian-bagian tanaman seperti

rimpang yang menjalar, tunas tegak, seludang/pelepah daun, helaian daun,

Page 21: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

7

bunga dan buah. Lamun memiliki perbedaan yang sangat nyata dalam struktur

akarnya, yang sering dipakai dalam pembeda jenis (Kiswara 2004).

Lamun ada yang memiliki daun tunggal atau daun majemuk. Daun lamun

memiliki kutikula tipis yang tidak berstomata. Epidermis daun memiliki dinding

luar yang menempel tetapi tidak erlignin dan mengandung banyak khloroplas

sehingga menjadi tempat utama berlangsungnya fotosintesis. Pada sebagian

jenis lamun memiliki khlorenkim tanpa tannin seperti pada Enhalus dan

Thalassodendron sedangkan epidermis pada tanaman yang lain memiliki

khlorenkim dan tannin seperti pada Syringodium, Halodule, Cymodocea,

Thalassia dan Halophyla. Sel-sel mesofil berdinding tipis memiliki vakuola dan

hanya sedikit memiliki kloroplast. Di dalam lapisan mesofil terdapat ruang udara

atau lacuna untuk melepaskan sebagian oksigen hasil fotosintesis (Tomascik et

al., 1997).

Gambar 2. Morfologi umum lamun (Mckenzie dan Yoshida, 2009)

Tubuh lamun terdiri atas akar, batang dan daun, menghasilkan bunga,

buah dan biji. Akar muncul dengan berbagai adaptasi khusus untuk menghadapi

lingkungan perairan antara lain adanya aerenkim dan sel epidermis tipis yang

tidak berlignin. Stele pada akar semua jenis lamun dikelilingi oleh endodermis

floem berkembang baik tetapi xilem kurang berkembang (Lanyon, 1986).

Page 22: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

8

2.3 jenis dan ciri-ciri lamun

Perairan Asia Tenggara memiliki lamun yang relatif beragam terdiri atas

16 jenis dan 7 marga. Perairan Indonesia dipastikan memiliki 12 dari 16 jenis itu.

3 dari 12 jenis menyebar di wilayah timur Indonesia, Halophyla spinulosa hanya

tercatat di kepulauan Riau, Anyer, Baluran Utara, dan Irian jaya, dan H. decipiens

hanya tercatat di Teluk Jakarta, Teluk Moti (Sumbawa) dan kepulauan aru. Jenis-

jenis lamun yang memiliki sebaran terluas adalah Thalassia hempricii dan

Enhalus acoroides (Tomascik et al., 1997).

Menurut Den Hartog (1970) dan Menez et al. (1983) dalam Wirawan,

(2014) menuliskan klasifikasi lamun sebagai berikut

Devisi : Anthophyta Subkelas: Monocotyledoneae Ordo: Helobiae Famili: Hydrocharitaceae Genus: Enhalus Spesies: Enhalus acoroides Genus: Halophila Spesies: Halophila decipiens

Halophila ovalis Halophila spinulosa

Halophila minor Genus: Thalassia Spesies: Thalassia hemprichii Famili: Potamogetonaceae Genus: Cymodocea Spesies: Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata Genus: Halodule Spesies: Halodule pinifolia Halodule uninervis Genus: Syringodium Spesies: Syringodium isoetifilium Genus: Thalasodendron Spesies: Thallasodendron ciliatum

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Solihat (2017), ada tiga

spesies tanaman lamun yang ditemukan pada pesisir Banjarwati Paciran

Lamongan, Jawa Timur yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata dan

Thalassia hemprichii.

Page 23: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

9

1. Enhalus acoroides

Menurut Waycott et al., (2004) dalam Gosari dan Abdul, (2012),

menyatakan morfologi Enhalus acoroides berupa tumbuhan tegap dengan daun

yang panjang, permukaan bagian atas yang halus dan bagian bawah bertulang

ramping. Struktur bunga yang besar muncul dari pangkal daun. Hal ini

mendukung kemampuan Enhalus acoroides untuk bertahan hidup.

Gambar 3. Enhalus acoroides (Kurnia et al., 2015).

2. Cymodocea rotundata

Ciri-ciri morfologi dari Cymodocea rotundata adalah memiliki tepi daun

halus atau licin, tidak bergerigi, tulang daun sejajar, akar pada tiap nodusnya

terdiri dari 2-3 helai, akar tidak bercabang, dan tidak mempunyai rambut akar.

Selain itu tiap nodusnya hanya terdapat satu tegakan (Nybakken, 1998, dalam

Wirawan, 2014).

Gambar 4. Cymodocea rotundata (Kurnia et al., 2015).

Page 24: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

10

3. Thalassia hemprichii

Thalassia hemprichii memiliki daun tunggal yang tidak lengkap;

tersusun atas vagina (pelepah daun) dan lamina (helaian daun), tidak

memiliki tangkai daun. Bangun daunnya memanjang menyerupai pita dan

sering melengkung ke samping. Panjang daun 8 –11 cm dan lebar daun ±0,6

cm. Tidak terdapat ligula pada pertemuan antara helai dan pelepah daun.

Ujung daun umumnya membundar, di dalam daun terdapat 10–14 vena yang

membujur (Supriati, 2009).

Gambar 5. Thalassia hemprichii (Kurnia et al., 2015).

2.4 Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai

kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta Saling

berinteraksi antara habitat lain. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau

lebih system lingkungan (ekosistem) dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir

dapat bersifat alami ataupun buatan (man-made). Ekosistem alami yang terdapat

di wilayah pesisir antara lain: terumbu karang (Coral reefs), hutan mangrove,

padang lamun, pantai berpasir (Sandy beach) dan estuary (Rasyid, 2001).

Page 25: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

11

Ekosistem padang lamun merupakan habitat (tempat hidup) berbagai

biota bernilai ekonomi tinggi, seperti ikan, tripang, kima, siput, dan sebagainya.

Sebagai habitat biota laut, kawasan ini merupakan salah satu sumber pangan

dan obat-obatan penting bagi kehidupan umat manusia. Padang lamun juga

merupakan tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground),

tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing

ground) bagi berbagai biota (Kordi, 2011).

Peran lain – lain adalah menjadi benteng pertahanan (barier) ekosistem

terumbu karang dari ancaman pendangkalan (sedimentasi) yang berasal dari

daratan. Walaupun demikian, padang lamun merupakan ekosistem yang rentan.

Berbagai aktivitas manusia dan industri memberikan dampak negatif terhadap

ekosistem padang lamun baik secara langsung maupun tidak, seperti

pembersihan atau pemanenan lamun yang dilakukan untuk tujuan tertentu,

masuknya sedimen atau limbah dari daratan, dan pencemaran minyak.

Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh baling-baling perahu atau jangkar kapal,

hal ini merupakan penyebab yang sangat umum dijumpai di berbagai pantai

(Regebregt, 2015).

2.5 Struktur Ekosistem Padang Lamun

Lamun memiliki fungsi yang sangat penting bagi ekologi laut terluar yang

dekat garis pantai. Lamun juga berfungsi sebagai produsen utama, tempat

tinggal dan penyedia makanan bagi kelompok ikan, penyu serta inverterbrata.

Selain itu, lamun juga memiliki beberapa fungsi lainya itu sebagai area pemijahan

dan habitat epifit bagi ketiga hewan tersebut (Helgmeier dan Zidorn 2010).

Menurut (Rugebergt, 2015), padang lamun merupakan tempat

pertumbuhan bagi ikan-ikan komersial, seperti udang (Penaeus sp.), beberapa

jenis kerang yang harganya mahal seperti lola (Trocus niloticus) dan batu laga

Page 26: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

12

(Turbomo muratus), serta ikan baronang (Siganus sp.). Jenis-jenis hewan

vetebrata besar seperti penyu hijau (Chelonia mydas) dan dugong (Dugong

dugon) juga memanfaatkan lamun sebagai bahan makanannya.

Komunitas lamun yang nampaknya seragam dengan satu atau dua jenis

spesies dominan, pada kenyataannya merupakan ekosistem dengan komunitas

yang komplek, karena terdiri dari berbagai jenis organisme epifit, epizoik,

makrozoobentos, epifauna, infauna, larva udang yang saling berasosiasi satu

dengan lainnya. Sebagai sumber makanan utama bagi hewan makrozoobentos

(bivalve), epifauna, infauna dan berbagai jenis ikan demersal, mikrofitobentos

memainkan peranan yang sangat penting dan berarti dalam ekosistem padang

lamun (Barranguet et al., 1997).

2.6 Kelas Moluska

2.6.1 Biologi Moluska

Komunitas makrozoobentik laut umumnya terdiri atas empat kelompok

utama yakni Mollusca, Annelida (Polychaeta), Crustacea dan Echinodermata dan

kelompok lain yang terdiri atas berbagai filum kecil lainnya seperti Sipunculida,

Cnidaria dan Nemertea (Lumingas, 1990).

Moluska berasal dari bahasa Romawi yaitu molis yang berarti lunak.

Moluska merupakan binatang yang berdaging dan tidak bertulang, ada yang

dilindungi cangkang dan ada pula yang tidak dilindungi cangkang. Bentuk

cangkang bermacam-macam, ada yang bercangkang tunggal (Gastropoda),

bercangkang berganda (Bivalvia), berbentuk tanduk (Scaphoda), berlapis-lapis

seperti susunan genting (Polyplacophora) dan yang bercangkang di dalam tubuh,

misalnya Loligo sp. (Dharma, 1988).

Menurut Sulistijo et al. (1980) dalam Yuniati (2012), di Indonesia sendiri

terdapat 3400 jenis moluska dan diperkirakan lebih dari 20 jenis bernilai

ekonomis, dan diantaranya telah dapat di budidayakan yang sebagian besar

Page 27: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

13

masuk kedalam jenis bivalvia. Berdasarkan dari bidang simetri, kaki, cangkok,

mantel, insang dan system syaraf mollusca dibagi menjadi 5 kelas, yaitu

Amphineura, Scaphopoda, Cephalopoda, pelecyphoda, dan Gastropoda

(Rusyana, 2011).

2.6.2 Kelas dan Ciri-ciri Moluska

a. Kelas Amphineura

Chiton termasuk salah satu anggota moluska yang dianggap primitif.

Umumnya oval dan memipih. Bagian tengah tubuh sebelah atas ditutupi oleh 8

buah lempengan plat yang keras (mirip cangkang kura-kura), tersusun logitudinal

secara tumpang tindih. Mulut terletak di ujung anterior pada tubuh bagian bawah,

sedangkan anusnya terletak di bagian posterior. Kepala tidak jelas terlihat

letaknya karena tertutup oleh cangkang. Dibagian ventral terdapat otot

memanjang yang berfungsi sebagai kaki. Panjang tubuh chiton bervariasi antara

3 mm sampai 300 mm. Misalnya Lepodipleurus intermedius memiliki tubuh

sepanjang 4 mm–5 mm (Yonge & Thompson, 1976). Morfologi chiton dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Morfologi luar tubuh “chiton” (WEEB et al., 1978).

b. Kelas Scaphopoda

DORSAL

Page 28: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

14

Meskipun tidak jarang didapat, mereka tidak dikenal oleh sebagian

masyarakat. Biasanya berukuran kecil, hidupnya dalam pasir atau berlumpur,

terpendam dibawah permukaan dan umumnya disebut keong gigi. Bentuk

cangkangnya seperti gigi ular yang tipis dan panjang. Cangkangnya bianya

meruncing dan ujung depan sedikit melengkung ke belakang. Sehingga disebut

cangkang gasing (tusk shell) yang bagian dalamnya berongga. Dibagian kedua

ujungnya terbuka, dimana salah satunya memiliki ukuran yang lebih besar dari

yang lainnya. Hewan ini masuk dalam hewan yang primitif karena tidak memliki

jantung, insang, mata dan tentakel. Namun memiliki cangkang, radula dan

mantel sebagai pembentukan cangkang (Romimohtarto dan juwana, 2001).

Morfologi tubuh scaphopoda dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Morfologi tubuh scaphopoda (Google image, 2007).

c. Kelas Cephalopoda

Kata Cephalopoda, dalam bahasa Latin terdiri dari dua kata chepale:

kepala, dan podos: kaki, yang artinya berkaki di kepala. Kelas Chepalopoda ini

dibagi dalam empat golongan besar yaitu cumi-cumi, sotong, gurita, dan suen

chiu (argonauta). Cumi-cumi memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel

panjang dan 8 tentakel yang lebih pendek (Nontji, 2000 dalam Maryam et al.,

2012).

Page 29: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

15

Kelas Cephalopoda adalah kelompok tertinggi tingkat evolusinya di antara

Phylum Mollusca. Tubuh simetri bilateral, dan sistem saraf yang berkembang

baik terpusatkan di kepala. Mereka mempunyai pandangan mata yang sangat

bagus, berenang dengan cepat, menunjukkan emosi, berubah warna dengan

cepat menggunakan kromatofor, dan dapat merayap di dasar atau berenang

atau didasar perairan (Maryam et al., 2012). Morfologi tubuh cephalopoda dapat

dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Morfologi tubuh cephalopoda (Maryam et al., 2012).

Keterangan gambar : 1. Lengan / jari-jari kiri IV pada hectocotylize

2. Kelompok tentakel

3. Cincin pengisap pada lengan/jari-jari III

4. Cincin pengisap pada kelompok tentakel

5. Batok sotong (pens)

6. Bentuk punggung sotong jenis Sepioteuthis lessoniana

d. Pelecyphoda atau bivalvia

Kerang-kerangan termasuk kelas bivalvia, yang secara khas memiliki dua

bagian cangkang, yang keduanya kurang lebih simetris. Kelas ini dalam

perkembangannya dilaporkan memiliki 30.000 jenis. Kerang dikenal juga sebagai

umbo, dapat dikenali sebagai punuk besar pada bagian anterior dan dorsal

Page 30: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

16

masing-masing cangkang kerang. Kedua bagian cangkang kerang dihubungkan

dibagian dorsal dengan suatu ligamentum yang terdiri atas tensilium dan

resilium. Keduanya bekerjasama dalam proses membuka dan menutupnya

kedua sisi kerang (Kellog dan Fautin, 2004). Morfologi Bivalvia dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Morfologi bivalvia (Franc, 1960).

e. Kelas Gastropoda

Gastropoda merupakan anggota moluska yang sebagian besar

bercangkang. Cangkang berasal dari materi organik dan inorganic, didominasi

oleh kalsium karbonat (CaCO3). Cangkang bersifat terpilin secara spiral

(memutar ke kiri ataupun ke kanan), dan dapat digunakan untuk menentukan

identitas sampai pada level klasifikasi tertentu (Dharma, 1998).

Secara tipikal cangkang gastropoda mempunyai bentuk umum spiral

piramid. Strukutr piramid tersebut mempunyai badan utama yang dikenal sebagai

body whorl, dan spiral lanjutan menuju apeks (apex), dikenal sebagai whorl unit.

Gais spiral menuju apeks dikenal sebagai spire. Pada cangkang terdapat ruang

berisi individu yang bermuara melalui aperlure. Aperture tersebut pada beberapa

jenis tertentu tertutup oleh pelindung operculum. Pada aperture terdapat struktur

Page 31: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

17

saluran yang dikenal sebagai siphonal canal. Pada irisan membujur cangkang,

terlihat sumbu utama yang dikenal sebagai collumella, struktur tersebut berfungsi

sebagai tempat tubuh lunak memilin (Pechenik, 1991). Adapun skematis struktur

tipikal gastropoda dan karakternya disajikan Gambar 10.

Gambar 10. Struktur dan karakter tipikal cangkang gastropoda (Pechenik, 1991).

2.7 Komunitas Gastropoda

Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Filum Mollusca.

Setidaknya dari 80.000 jenis dari anggota kelas Gastropoda, sekitar 1500 jenis

diantaranya terdapat di Indonesia dan sekitarnya (Nontji, 2002). Gastropoda

merupakan kelas yang mempunyai anggota terbanyak dan merupakan kelas

yang paling sukses karena menguasai berbagai habitat yang bervariasi (Barnes,

1987).

Menurut Syari (2005), Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda merupakan

kelas moluska yang dominan. Gastropoda merupakan kelompok yang paling

beragam dan spesiesnya diperkirakan mencapai 74.000 spesies, diikuti oleh

Bivalvia sekitar 31.000 spesies dan Cephalopoda sekitar 550 spesies. Pada

umumnya Gastropoda hidup di laut, meskipun banyak juga yang ditemukan di

perairan tawar dan di daratan.

Page 32: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

18

Gastropoda merupakan kelas yang terpenting dari fulum moluska, karena

sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai ekonomis tinggi.

Kelas gastropoda terdiri dari tiga sub kelas yaitu sub kelas prosobranchs,

opistobranchs dan pulmonates. Sub kelas prosobranchs dikelompokkan menjadi

tiga ordo yakni Archeogastropoda, Mesogastropoda dan Neogastropoda (Robert

et al., 1982). Kelompok Archeogastropoda memiliki bepictinate (terdiri atas dua

baris insang) dan terbanyak adalah kelompok limpet laut, cangkang kerucut dan

nerites dan biasanya pemakan lapisan alga. Mesogastropoda yang memiliki juga

dua baris insang, terbanyak adlah siput pemangsa (Littorine dan strombus) dan

pemakan deposit (deposite feeder). Neogastropoda adalah kelompok spesialis

pemangsa antara lain kelompok Muricidae, Buccinidae, Neticidae, Turridae dan

Conidae (cone shell) (Hadijah, 2000).

2.8 Asosiasi Gastropoda Dengan Lamun

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,

dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup

beraneka ragam biota laut seperti ikan, Krustasea, Moluska (Pinna sp.,

Lambissp., dan Strombus sp.), Echinodermata (Holothuria sp., Synapta sp.,

Diadema sp.,Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

Kelompok Makrofauna yang dominan diperairan pesisir meliputi empat

kelompok taksonomi yaitu filum annelida, filum molluska dan filum

echinodermata. Kelompok organisme Makrofauna sering digunakan sebagai

indikator suatu perairan. Hal ini disebabkan oleh karena organisme tersebut tidak

memiliki kemampuan bermigrasi bila kondisi perairan berubah dan mudah

tertangkap yang selanjutnya dapat dipisahkan dalam beberapa kelompok

(Hawkes, 1997).

Page 33: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

19

Menurut Hitalessy et al. (2015), salah satu kelompok fauna yang

umumnya ditemukan di perairan pesisir khususnya di daerah padang lamun dan

hidup berasosiasi adalah gastropoda, baik yang hidup sebagai epifauna

(merayap dipermukaan) maupun infauna (membenamkan diri di dalam sedimen).

Dalam rantai makanan, gastropoda epifauna merupakan komponen yang

memanfaatkan biomassa epifit di daun lamun. Sedangkan gastropoda infauna

menjadi komponen yang memanfaatkan serasah di permukaan sedimen.

Beberapa jenis Moluska menggunakan daun lamun sebagai tempat untuk

menaruh telur. Selain itu, bahan organik berupa destritus pada kawasan padang

lamun, menjadi sumber makanan utama bagi oganisme destritus feeder seperti

Gastropoda (Syari, 2005). Menurut Kusnadi et al.(2009), gastropoda merupakan

salah satu fauna laut dari kelas moluska yang berasosiasi dengan padang

lamun, karena secara ekologi gastropoda menjadi komponen penting

dalamrantai makanan di padang lamun yang hidupnya infaunadiatas substrat

sedimen maupun menempel pada daun lamun.

2.9 Adaptasi Terhadap Lingkungan

Keanekaragaman hayati merupakan sumberdaya alam yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Keanekaragaman hayati

juga menjadi penentu kestabilan ekosistem. Organisme, populasi, komunitas dan

ekosistem merupakan sebagian dari tingkatan organisasi makhluk hidup,

sehingga jenis dan sifat organisme, populasi dan komunitas akan mempengaruhi

tipe dan karakteristik suatu ekosistem hutan (Indriyanto, 2005).

Moluska termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk

hidup di beberapa tempat dan cuaca. Ada yang hidup di hutan bakau, di laut

yang sangat dalam, menempel pada substrat karang, di atas pasir,

membenamkan dirinya dalam pasir, di atas tanah berlumpur dan ada yang hidup

Page 34: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

20

di darat (Dharma, 1988). Gastropoda merupakan salah satu moluska yang

banyak ditemukan di berbagai substrat, hal ini diduga karena Gastropoda

memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang

lain baik di substrat yang keras maupun lunak (Turra and Denadai, 2006).

Bivalvia, Geloina erosa dan G. expansa, kadang-kadang mengeluarkan

lembaran organik tipis di bagian dalam cangkang. Pembentukan lembaran

merupakan respon terhadap kerusakan cangkang di lingkungan mangrove yang

asam, lembaran organik hanya terdapat pada spesimen-spesimen yang sudah

mengalami kerusakan cangkang yang luas (Isaji, 1993, 1995).

2.10 Manfaat Gastropoda

Keanekaragaman hayati baik langsung atau tidak, berperan dalam

kehidupan manusia baik dalam bentuk sandang, pangan, papan, obat-obatan,

wahana wisata dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peran tak kalah penting

lagi adalah dalam mengatur proses ekologi sistem penyangga kehidupan

termasuk penghasil oksigen, pencegahan pencemaran udara dan air, mencegah

banjir dan longsor, penunjang keseimbangan hubungan mangsa dan pemangsa

dalam bentuk pengendalian hama alami (Utomo, 2006).

Moluska memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi pada

berbagai habitat, dapat mengakumulasi logam berat tanpa mengalami kematian

dan berperan sebagai indikator lingkungan (Cappenberg et al .,2006). Moluska

memiliki beberapa manfaat bagi manusia diantaranya sebagai sumber protein,

bahan pakan ternak, bahan industri, dan perhiasan bahan pupuk serta untuk

obat-obatan (Dibyowati, 2009).

2.11 Parameter Kualitas Air

Kehidupan Mollusca bentik secara umum dipengaruhi oleh kualitas

perairannya, antara lain jenis substrat tempat hidup, kekeruhan, pH, suhu,

Page 35: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

21

salinitas, kandungan oksigen terlarut dan polutan (Norse & Crowder 2005;

Nybakken, 1992).

2.11.1 Substrat Dasar

MenurutNybakken (1988), substrat dasar merupakan salah satu faktor

ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrobenthos.

Penyebaran makrobenthos dapat dengan jelas berkorelasi dengan tipe substrat.

Makrobenthos yang mempunyai sifat penggali pemakan deposit cenderung

melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang merupakan daerah

yang mengandung bahan organik yang tinggi.

2.11.2 Kekeruhan

Menurut EPA (1999), kekeruhan secara umum mengganggu biota

dikarenakan akan menghalangi masuknya sinar matahari bagi kebutuhan

fotosistesis fitoplankton, menurunkan kesediaan oksgen terlarut, memicu

sedimentasi penyebab pendangkalan, mengganggu pandangan visual hewan,

mempengaruhi perilaku dan sistem makan (termasuk interaksi biota) dan

pernafasan hewan. Disamping itu juga menyebabkan merebaknya patogen dan

predator. Pada kondisi kekeruhan yang tinggi, maka pengaruh di atas akan

semakin nyata yaitu menimbulkan gangguan-gangguan; antara lain penurunan

kualitas air, penyumbatan insang, penimbunan telur dan larva, dan kematian

karena sebab primer ataupun sekunder (EPA, 1999; Hargreaves, 1999).

2.11.3 Suhu

Perubahan suhu akan berpengaruh terhadap pola kehidupan organisme

perairan. Pengaruh suhu yang utama adalah mengontrol penyebaran hewan dan

tumbuhan. Suhu juga memberi pengaruh langsung terhadap aktivitas organisme

seperti pertumbuhan maupun metabolismenya, bahkan dapat menyebabkan

kematian organisme (Odum 1993).

Page 36: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

22

Hutabarat dan Evans (1985) menjelaskan tentang daerah intertidal yang

sangat berbahaya karena suhunya yang tinggi akibat pemanasan dari sinar

matahari. Hal ini yang paling sering adalah resiko kemungkinan besarnya

kehilangan air tubuh yang basah dan sifatnya cepat kehilangan air akibat

penguapan.

2.11.4 pH

Nilai derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi spesiasi senyawa

kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai

contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui diperairan tercemar dan perairan

dengan nilai pH rendah. Selain itu, pH juga mempengaruhi nilai Oksigen, fosfat,

nitrogen dan nutrien lainnya (Dojildo &Best, 1992).

Sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH berkisar antara 5,0-9,0

hal ini menunjukkan adanya kelimpahan dari organisme makrozoobenthos,

dimana sebagian besar organisme dasar perairan seperti polychaeta, moluska

dan bivalvia memiliki tingkat asosiasi terhadap derajat keasaman yang berbeda-

beda (Hawkes, 1978).

2.11.5 Salinitas

Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme benthos baik

secara horizontal, maupun vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan

adanya perubahan komposisi organisme dalam suatu ekosistem. (Odum, 1983).

Menurut Marpaung (2013), Perubahan salinitas akan memengaruhi

keseimbangan di dalam tubuh organisme melalui perubahan berat jenis air dan

perubahan tekanan osmosis. Semakin tinggi salinitas, semakin besar tekanan

osmosisnya sehingga organisme harus memiliki kemampuan beradaptasi

terhadap perubahan salinitas sampai batas tertentu melalui mekanisme

osmoregulasi.

Page 37: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

23

2.11.6 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan, perubahan

kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan

air, salah satunya adalah organisme makrozoobenthos. Kebutuhan oksigen

bervariasi tergantung oleh jenis stadia dan aktivitasnya. Kandungan oksigen

terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrozoobentos diperairan. Semakin

tinggi kadar oksigen maka jumlah bentos semakin besar (Syamsurizal, 2011).

Page 38: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

24

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi peneletian ini mengenai studi komunitas gastropoda di ekosistem

lamun, pantai Paciran Lamongan serta analisis kualitas air yaitu suhu,

kekeruhan, kecepatan arus, salinitas, pH, DO dan kualitas tanah yaitu bahan

organik tanah, tekstur tanah.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

parameter fisika perairan, yaitu suhu. Parameter kimia perairan, yaitu oksigen

terlarut, salinitas, dan pH. Parameter fisika-kimia substrat yaitu tekstur tanah dan

bahan organik tanah. Sedangkan parameter biologi yaitu moluska. Alat-alat yang

digunakan beserta fungsinya dapat dilihat pada (Lampiran 1).

3.3 Metode Panelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif. Menurut Surachmad (1975), metode deskriptif

tertuju pada pemecahan masalah yang ada di masa sekarang. Metode

penyelidikan deskriptif merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik

deskriptif, diantaranya adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan

mengklasifikasi. Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak hanya sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi

tentang arti data itu. Oleh karena itu, dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif

membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu.

Kemudian untuk teknik pengambilan data meliputi data primer dan data

sekunder. Data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan dokumentasi,

sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur.

Page 39: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

25

3.3.1 Data Primer

Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk

kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi

(Situmorang et al., 2010).

1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data secara langsung dari objek penelitian

melalui pengamatan, dicatat dan direduksi kemudian disajikan secara sistematis

untuk menggambarkan objek yang diteliti yang terkait dengan masalah-masalah

dalam penelitian (Musfiqon, 2012).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui pencatatan dan

menyelediki terhadap dokumen-dokumen yang sudah ada pada objek penelitian

yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang akan diteliti (Nawawi,

1996).

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan

oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lainnya

berupa literature serta referensi yang ada kesamaan dengan penelitian ini (Musa,

2013). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari pihak lembaga

maupun masyarakat yang terkait, laporan, jurnal, pustaka-pustaka, buku, skripsi

serta situs internet.

3.4 Pengambilan Data Sampel

3.4.1 Pengambilan Sampel Gastropoda

Penentuan lokasi dimulai dengan melakukan survei lapangan terlebih

dahulu di daerah pesisir Pantai Paciran Desa Banjarwati Lamongan, Jawa Timur

Page 40: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

26

untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian. Lokasi pengambilan sampel pada

pantai Paciran terdiri dari 3 stasiun. Menurut Hitalessy et al. (2015), agar

representatif dan mewakili tiap keadaan sekitar lokasi penelitian, maka

pengambilan sampel gastropoda dilakukan pada 3 stasiun didasarkan atas

perbedaan tata guna lahan serta pengaruh lingkungan tiap stasiun terhadap

komunitas gastropoda. Setiap stasiun dibagi lagi menjadi tiga sub stasiun. Hal

tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam menganalisis

asosiasi gastropoda dengan tumbuhan lamun. Peta lokasi pengambilan sampel

dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Penentuan Lokasi Penelitian di Pantai Paciran

Stasiun 1: Terletak dengan bengkel kapal dan muara Stasiun 2: terletak dengan pemukiman penduduk Stasiun 3: Terletak dengan Hachery

Pengambilan sampel organisme dilakukan pada saat air laut dalam

keadaan surut dengan menggunakan metode transek. Pertama tarik garis lurus

daerah pasang tertinggi sampai pasang terendah. Diletakkan kuadran dengan

kerangka berukuran 50 x 50cm2. Pada setiap stasiun terdapat 3 plot ditarik tegak

lurus menuju laut. Pengambilan sampel dilakukan pada saat surut terendah.

Page 41: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

27

Jarak antar transek ±100 meter atau disesuaikan dengan penggunaan lahan,

sedangkan jarak antar plot atau petak pengamatan adalah ±50 meter atau

disesuaikan dengan kondisi lamun. Fungsi penggunaan transek dalam penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan data kuantitatif sampel gastropoda pada

ekosistem lamun. Penempatan transek pada setiap stasiun dapat dilihat pada

gambar 12.

Gambar 12. Penempatan transek

Setiap stasiun terdapat sebanyak 3 buah plot yang diambil secara acak

yaitu bagian tengah pada transek terlebih dahulu kemudian kesudut-sudut yang

lainnya seperti sudut kanan atas, kiri atas dan sudut kanan bawah, kiri bawah.

Pengambilan sampel organisme diambil pada tumbuhan lamun dan permukaan

sedimen. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik 1 kg dan

setiap stasiun dipisahkan menggunakan kertas label. Kemudian sampel

diidentifikasi menggunakan buku identifikasi (FAO, 1998). Untuk ukuran sampel

gastropoda yang di ambil sendiri berkisar 0,5-5 cm.

3.4.2 Pengambilan Sampel Sedimen

Prosedur pengambilan sampel sedimen yaitu pertama dengan cara

menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Sebelumnya permukaan tanah yang

±100m

Garis Pantai

Surut Terendah

Garis

Transek

kuadran

±50m

Page 42: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

28

akan di ambil dibersihkan dari vegetasi yang tumbuh diatasnya. Adapun

pengambilan sampel sedimen yaitu dengan cara mengambil sedimen

menggunakan pipa paralon sepanjang 20 cm. Pipa tersebut dimasukkan ke

dalam tanah kurang lebih hingga kedalaman 20 cm dari permukaan substrat dan

dilakukan di dalam transek. Setelah sampel sedimen terambil pisahkan sampel

dengan organisme yang ada di dalam sedimen. Selanjutnya sampel sedimen

dimasukkan kedalam kantong plastik 1 kg dan ditali serta diberi label masing-

masing sampel supaya tidak tertukar. Setelah semua sedimen pada setiap

stasiun dan plot yang diamati sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik

berlabel, kemudian sampel diamati tekstur dan bahan organiknya di laboratorium.

3.5 Prosedur Analisis Kualitas Air

Kualitas air merupakan hal yang paling penting yang dapat menentukan

kondisi suatu perairan dan berpengaruh pula terhadap komunitas gastropoda

yang hidup didalamnya. Kualitas air yang diamati yaitu suhu, salinitas, pH, DO,

kekeruhan, kecepatan arus.

3.5.1 Suhu

Menurut Kiwol (2008), pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan

thermometer batang (thermometer Hg). Adapun prosedur pengukurannya

adalah:

- Memasukkan thermometer batang ke dalam sedimen atau air.

- Menunggu 3 sampai 5 menit.

- Mengangkat thermometer dan melihat secara teliti berapa suhu pada air

atau sedimen.

- Mencatat angka yang tertera pada skala tersebut dalam satuan derajat

Celcius (oC).

Page 43: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

29

- Menutup bagian atas thermometer saat pengukuran untuk menghindari

pengaruh sinar matahari secara langsung.

3.5.2 Salinitas

Pengukuran salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer, prinsip

kerjanya yaitu membuka penutup gelasnya, membersihkan dengan tissue

menetesi dengan sampel air (satu tetes), menutup kembali. Mengarahkan

refraktometer ke arah datangnya cahaya. Membaca salinitas sampel air melalui

teropongnya. Mencatat angka yang ditunjukan oleh garis batas biru dan putih

dalam lingkaran (angka salinitas sampel air) catat hasilnya (Trialfhianty, 2011).

3.5.3 pH

Menurut Suprapto (2011), pengukuran pH yaitu mengkalibrasi pH meter

ke dalam perairan dan dilakukan dengan menggunakan larutan aquades untuk

menetralkan pH pada probe pH meter. Langkah berikutnya masukkan pH meter

ke dalam perairan kurang lebih selama 2 menit disertai dengan menekan tombol

hold sampai menunjukkan angka yang stabil pada display pH meter tersebut.

Pengukuran pH perairan pada penelitian ini menggunakan pH meter digital.

3.5.4 Kekeruhan

Cara kerja yaitu mengambil sampel air dari botol plastik sebanyak 10 ml

lalu dituangkan ke dalam tabung reaksi yang akan dimasukkan ke dalam alat

turbidimeter. Alat turbidimeter dikalibrasikan terlebih dahulu dengan tujuan

menjamin tingkat ketelitian dalam pengukuran. Ditekan tombol on/off untuk

menghidupkan alat, ditunggu hingga layar menyala dan tertera “Rd”. Sampel

dimasukkan ke dalam botol sampel kemudian ditutup lalu read ditekan dan

ditunggu hingga muncul nilai pada layar, nilai tersebut merupakan nilai

kekeruhan sampel (Parera et al., 2013). Pengukuran kekeruhan pada penelitian

ini menggunakan Turbidimeter HACH 2100 AN.

Page 44: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

30

3.5.5 Oksigen Terlarut (DO)

Salah satu cara untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam perairan

dengan menggunakan DO meter. Hal pertama yang harus dilakukan dalam

pengukuran oksigen terlarut menggunakan DO meter adalah mengkalibrasi DO

meter tersebut di perairan yang ingin diukur. Tekan tombol panah atas dan

bawah pada DO meter lakukan secara bersamaan dan lepaskan secara

bersamaan, lalu tekan tombol mode hingga terlihat persen oksigen pada DO

meter. Selanjutnya jika DO meter selesai dikalibrasi lakukan pengukuran oksigen

terlarut dengan memasukkan nilai probe DO meter ke dalam perairan dan tunggu

beberapa saat sampai nilai oksigen terlarut terlihat pada DO meter (Suprapto,

2011).

3.6 Kualitas Tanah

3.6.1 Bahan Organik Tanah

Menurut Riniatsih dan Widianingsih (2007), sedimen dengan berat basah

(A gram) dikeringkan dengan oven pada suhu 90 0C selama 12 jam, kemudian

sediment tersebut ditimbang sehingga didapatkan berat konstan (B gram).

Selanjutnya sampel sedimen tersebut dioven dengan tanur pada suhu 500 0C

selama 3 jam. Setelah itu sedimen didinginkan dalam desicator agar tidak terjadi

penyerapan unsur air oleh sedimen yang telah kering. Setelah dingin sedimen

tersebut ditimbang sampai beratnya konstan (C gram). Nilai presentase

kandungan bahan organik sedimen didapatkan dengan formula:

3.6.2 Tekstur Tanah

Tekstur tanah dianalisis berdasarkan perbandingan pasir, liat, dan debu

pada Segitiga millar dapat dilihat pada gambar 13.

Kandungan bahan organik (%) = ((A-B) / C) x 100%)

Page 45: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

31

Gambar 13. Tipe substrat berdasarkan segitiga millar. (Hardjowieno dan Widiatmaka, 2007)

Menurut Ramadhani dan Ahmad (2014), berikut ini adalah langkah-

langkah penentuan tekstur substrat yaitu :

1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi

pasir 45%,debu 30% dan liat 25%.

2. Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 45% sejajar dengan sisi

persentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase debu di

titik 30% sejajar dengan sisi persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi

persentase liat 25% sejajar dengan sisi persentase pasir.

3. Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang

dianalisis, misalnya dalam hal ini adalah lempung liat.

3.7 Perhitungan Indeks Biologi

Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

3.7.1 Kelimpahan Gastropoda

Menurut Romimohtarto dan Juwana (2007), kelimpahan adalah jumlah

individu per satuan luas atau per satuan volume. Rumus yang digunakan adalah:

Page 46: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

32

𝐊𝐞𝐥𝐢𝐦𝐩𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐟 (𝐑𝐃𝐢) = 𝐧𝐢

𝐍× 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan:

Di = Kelimpahan individu jenis ke-i ni = Jumlah individu jenis ke-i A = Luas kotak pengambilan contoh.

3.7.2 Indeks Kelimpahan Relatif (RDi)

Kelimpahan relatif dihitung menggunakan rumus Cox dalam

Romimohtarto dan Juwana (2007).

Keterangan:

RDi = Kelimpahan Relatif ni = Jumlah Individu Setiap Jenis N = Jumlah Seluruh Individu

3.7.4 Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman menunjukkan merata atau tidaknya pola sebaran

jenis suatu spesies. Adapun rumus untuk menghitung indeks keseragaman

menurut Odum (1998) dalam Yuliana et al. (2012), adalah:

Keterangan:

E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ max = Indeks Keanekaragaman Maksimum (3,3219 Log S, dimana S= Jumlah jenis

𝐊𝐞𝐥𝐢𝐦𝐩𝐚𝐡𝐚𝐧(𝑫𝒊) = 𝒏𝒊

𝑨

E=𝑯′

𝑯′ 𝒎𝒂𝒙

Page 47: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

33

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa

Timur.Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6° 51’54”

sampai dengan 7° 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 122° 4’ 4”

sampai 122° 33’ 12”. Secara geografis Kabupaten Lamongan berbatasan

langsung dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten

Mojokerto dan Kabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan

Kabupaten Tuban di sebelah barat. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah

kurang lebih 1.812,8 km² atau ± 3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur,

dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km. Luas wilayah perairan laut

Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari

pinggir pantai.

Kecamatan Paciran merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Wilayah Kabupaten Lamongan yang berada di belahan Utara Ibu Kota

Kabupaten Lamongan dengan jarak ± 43 km. Dimana terdiri dari 16 desa 1

Kelurahan, 34 Dusun, 95 RW, 379 RT. Luas wilayah kecamatan Paciran 61.304

Km2 terletak pada ketinggian 2 m di atas permukaan air laut.

Banjarwati merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Paciran,

Kabupaten Lamongan.Jumlah penduduk diperkirakan sebanyak 5,991 jiwa,

dimana terdiri dari 2.987 jiwa penduduk laki-laki dan 3.004 jiwa adalah penduduk

perempuan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai

nelayan. Hal ini dikarenakan Banjarwati merupakan salah satu dari desa Paciran

yang secara langsung berbatasan dengan Laut Jawa.

Page 48: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

34

4.2 Diskripsi Stasiun Pengamatan

Pada penelitian ini wilayah pengamatan di bagi menjadi 3 stasiun dimana

letak tiap stasiun berdasarkan tata guna lahan yaitu pada stasiun 1 terletak di

wilayah dekat bengkel kapal nelayan dan muara sungai, sedangkan stasiun 2

terletak di wilayah dekat dengan pemukiman penduduk dan stasiun 3 terletak di

wilayah berdekatan dengan Hachery penduduk sekitar dengan jarak antar

stasiun kurang lebih 100m. Adapun pemilihan ketiga stasiun pengamatan di

pesisir pantai Banjarwati adalah sebagai berikut:

4.2.1 Stasiun 1

Stasiun 1 terletak di bagian dekat dengan muara sungai dan bengkel

kapal. Di Stasiun ini banyak di jumpai aktivitas nelayan melakukan perbaikan

kapal dan sebagai tempat lalu lalang kapal nelayan yang hendak merapat ke

dermaga ataupun kapal nelayan yang hendak menangkap ikan ke laut. Stasiun

ini ditemukan 3 spesies lamun yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata

dan Thalassia hemprichii dengan tipe substrat yaitu pasir berlempung. Lokasi

pengambilan sampel stasiun 1 dapat dilaha pada gambar 14.

Gambar 14. Stasiun 1

Page 49: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

35

4.2.2 Stasiun 2

Stasiun ini terletak di area tengah lokasi penelitian yaitu dekat dengan

pemukiman penduduk. Area ini banyak aktivitas masyarakat seperti bongkar

muat kapal, kativitas perikanan, sebagai tempat bersandar kapal nelayan dan di

area ini tempat pembuangan limbah domestik dari masyarakat setempat seperti

sampah plastik, deterjen dan sebagainya karena di daerah ini dekat dengan

pemukiman penduduk. Di area ini juga ditemukan 3 jenis lamun yaitu Enhalus

acoroides, Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii dengan jenis substrat

lebih dominan pasir. Lokasi pengambilan sampel stasiun 2 dapat dilahat pada

gambar 15.

Gambar 15. Stasiun 2

4.2.3 Stasiun 3

Stasiun 3 terletak di area selatan pantai yang juga dtemukan 3 spesies

lamun diantaranya yaitu Enhalus acoroides, Cyomodocea rotundata dan

Thalassia hemprichii di sepanjang pasang surut air laut. Di area ini dekat dengan

Hachery penduduk setempat dan terkadang juga digunakan sebagai tempat

bersandar kapal nelayan. Di daerah ini memiliki daratan yang cukup tinggi dan

terdapat tumpukan karang laut. Tipe sustrat di stasiun 3 termasuk pasir dan pada

Page 50: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

36

bagian tengah sampai ke tubir berbatu dan berkrikil. Lokasi pengambilan sampel

stsasin 3 dapat dilihat pada gambar 16

Gambar 16. Stasiun 3

4.3 Gastropoda

4.3.1 Gastropoda yang ditemukan

Menurut Tomascik et al.(1997), gastropoda (keong) adalah salah satu

kelas dari Moluska yang diketahui berasosiasi dengan baik terhadap ekosistem

lamun. Komunitas Gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai

makanan di padang lamun, dimana Gastropoda merupakan hewan dasar

pemakan detritus (detritus feeder) dan serasah dari daun lamun yang jatuh dan

mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam air guna mendapatkan makanan.

Hasil identifikasi pada pantai Banjarwati secara keseluruhan ditemukan 7

spesies gastropoda yaitu: Cantharus undosus, Pyrene scripta, Nassarius

dorsatus, Cerithideopsilla alata, Telescopium telescopium, Nerita polita,

Cerithium granosum yang diperoleh dari 9 titik pengamatan. Adapun ciri-ciri dari

7 spesies gastropoda yang ditemukan yaitu:

1) Cantharus undosus

Cantharus undosus adalah jenis gastropoda yang termasuk dalam family

Buccinidae. Memiliki ciri-ciri panjang 1-3 cm, berwarna coklat kehitaman, ukuran

cangkang menengah dan berbentuk oval, tebal, memiliki arah putaran cangkang

Page 51: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

37

destral (berputar kearah kanan), permukaan body whorl kasar, memiliki apex

yang agak runcing. Gatropda ini pada tumbuhan lamun dapat ditemukan di daun

lamun.

. Carpenter dan Niem (1998: 560), menyatakan bahwa Gastropoda ini

memiliki ukuran cangkang sedang, spire bentuk kerucut, aperture bentuk oval,

siphonal canal relative lebih pendek, spina pendek pada whorl, membentuk axial

cords ke arah apex. Warna permukaan cangkang coklat capucino dan aperture

berwarna coklat terang.

2) Pyrene scripta

Gastropoda ini memiliki bentuk ukuran cangkang kecil, tebal, berbentuk

oval dan memiliki arah putaran cangkang destral (berputar kearah kanan).

Bentuk apex tumpul, permukaan body whorl halus, spire berbentuk cembung,

Aparture berbentuk oval dan Shiponal canal memanjang dan sedikit menonjol.

Warna cangkang kuning sedikit kecoklatan, Aperture berwarna putih dan

columella kuning kecoklatan. Habitatnya banyak ditemukan di atas substrat, di

batang, daun dan di akar tumbuhan lamun.

Menurut Karyanto et at. (2004), familia tersebut menunjukkan modifikasi

cangkang relatif ekstrim. Pada familia tersebut unit whorl dan garis spire

mereduksi, bahkan absen pada cangkang yang tererosi. Body whorl sangat

besar dan mendominasi. Cangkang pada familia tersebut juga dicirikan oleh

bentuk apertura memanjang seperti bibir, sehingga mengesankan struktur

setangkup. Bentuk cangkang unik tersebut sering menyebabkan kesalahan

identifikasi, dengan menempatkan gastropoda tersebut ke dalam bivalvia

(kerang-kerang).

3) Nassarius dorsatus

Gastropoda ini memiliki ciri-ciri panjang 5 cm, ukuran cangkang yang

relatif besar, tebal, cambung dan spire berbentuk kerucut. Memiliki arah putaran

Page 52: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

38

cangkang dekstral (berputar ke arah kanan), warna permukaan cangkang abu-

abu kekuningan. Opercullum berbentuk oval, berwarna putih. Suture tidak terlalu

dalam, bentuk apek runcing. Gastropoda ini termasuk dalm famili nassiidae,

habitatnya ditemukan di atas substrat dan dekat dengan akar lamun.

Sphaerassiminea miniata dan Nassarius dorsatus, kedua jenis

gastropoda tersebut, berturut-turut termasuk dalam familia assiminiidae dan

nassariidae. Kedua jenis gastropoda mangrove tersebut mempunyai cangkang

tipikal atau sama, tanpa adanya variasi yang berarti. Sphaerassiminea miniata

mudah dikenali dari ukurannya, warnanya dan perilakunya sebagai gastropoda

infauna. Secara morfologis jenis tersebut memiliki bentuk cangkang umum pada

familia assiminiidae. Sedikit modifikasi bentuk terlihat pada ukurannya yang kecil

(±4 mm), dan bentuknya yang relatif bulat . Nassarius dorsatus, mempunyai

proporsi cangkang yang relative memanjang (Karyanto et al., 2004).

4) Cerithideopsilla alata

Gastropda ini memiliki ciri-ciri ukuran panjnag cangkang 1-3 cm.

Berbentuk kerucut dan apex meruncing. Arah putaran cangkang destral (berputar

ke arah kanan). Cangkang berwarna cokelat kehitaman, tipis dan tidak

transparan. Whorl berbentuk sedikit cembung, suture terlihat jelas meskepin tidak

terlalu dalam. Aperture relatif sempit, berbentuk oval, spire tinggi dan ukurannya

semakin bertambah secara reguler. Biasanya gastropoda ini ditemukan pada

akar, batang dan daun lamun. Gastropoda ini termasuk dalam famili potamididae.

Arbi (2014: 44-45) menyatakan bahwa Gastropoda ini cangkang

berukuran sedang dengan banyak whorl dan berbentuk kerucut. Arah putaran

cangkang dekstral (berputar ke arah kanan), tipis dan tidak transparan.

Cangkang berwarna cokelat gelap kehitaman. Tiga buah rusuk spiral berjajar dan

saling berpotongan dengan rusuk aksial pada masing-masing whorl.

Page 53: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

39

5) Telescopium telescopium

Gastropoda ini memiliki ciri-ciri ukuran panjang 1-3 cm, cangkang

berbentuk kerucut dan apex meruncing. Memiliki putaran cangkang dekstral

(berputar ke arah kanan). Cankang berwarna cokelat, apex tidak terlalu tajam

dan biasanya terkikis. Body whorl juga relatif rata dan memiliki ukuran

seperempat kali panjang total panjang. Cangkang tidak terlalu tebal, suture tidak

terlalu jelas. Habitat asli gastropoda ini pada ekosistem mangrove dan gastopoda

ini masuk dalam famili potamididae.

Gastropoda ini memiliki cangkang berukuran besar, tebal dan tidak

transparan. Cangkang berbentuk kerucut memanjang dan memiliki putaran

cangkang dekstral (berputar ke arah kanan). Cangkang berwarna cokelat gelap

pada bagian dasar dan semakin terang pada bagian semakin ke arah apex. Apex

tidak tajam dan biasanya terkikis, spire tinggi dan ukurannya semakin bertambah

secara reguler. Body whorl juga relatif rata dan memiliki ukuran seperempat kali

panjang total cangkang. Suture dangkal, seringkali tertutup oleh lapisan kerak

maupun alga. Aperture berbentuk quadrangular dan terletak pada bagian dasar

dari akhiran saluran siphon. Peristome berbentuk seperti kurva, tidak tajam dan

tidak kontinyu, bibir apertural saling berdekatan tapi tidak menebal dan melebar.

Dua buah garis tumbuh spiral yang menebal ditunjukkan pada bagian dasar bibir

apertural. Columella tebal, membelit dan berwarna cokelat. Operculum melingkar

dengan nusleus terletak di tengah dan memiliki banyak whorl yang terpusat.

Habitatnya ditemukan dalam substrat berlumpur di ekosistem mangrove,

menampakkan bagian ujung spire di atas permukaan substrat. Daerah yang

terdapat muara sungai dengan substrat berlumpur yang ditumbuhi oleh vegetasi

mangrove juga merupakan habitat yang cukup ideal bagi keong ini. Keong ini

jarang ditemukan pada substrat berpasir atau substrat lain yang relatif kasar.

Page 54: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

40

Secara umum, keong ini lebih memilih habitat air payau dengan salinitas tinggi

(Arbi, 2014:21-22).

6) Nerite polita

Gastropoda ini memiliki ciri-ciri ukuran panjang cangkang 1-3 cm. Whorl

menggelung dan pendek, Aperture berbentuk oval dan siphonal canal membulat.

Arah putaran cangkang dekstral (berputar ke arah kanan), cangkang berwarna

abu-abu kehitaman dan memiliki corak tertentu. Gastropoda ini biasanya

menempel pada batang dan daun lamun. Gastropoda ini termasuk dalam famili

Neritidae.

Gastropoda ini memiliki bentuk ukuran cangkang kecil, spire berjumlah

banyak cembung, whorl menggelung pendek dan memiliki arah putaran

cangkang dekstral (berputar ke arah kanan). Aperture berbentuk oval dan

siphonal canal membulat. Warna cangkang coklat dengan garis berwarna hitam

pada setiap garis spiral, outer lip berwarna putih dan columella kuning. Ukuran

Panjang cangkang 3,88-1,51 cm dan lebar cangkang 2,97-1,31 cm. Habitatnya

ditemukan di batang dan di akar tumbuhan mangrove. Tan dan Clements (2008:

483-484) menyatakan bahwa Gastropoda ini memiliki banyak whorl yang

menggelung. Aperture berbentuk oval agak memanjang. Warnanya relatif

konstan keabu-abuan hingga coklat dengan hitam terlihat pada setiap garis

spiral. Columella bergerigi berwarna kuning, outer lip.

7) Cerithium granosum

Gastropoda ini memiliki ciri-ciri panjang berkisara antara 3-4 cm, memiliki

warna cangkang cokelat kekuningan. Cangkang tipis tetapi tidak transparan

transparan, memiliki bentuk kerucut dengan apex yang meruncing. Arah putaran

cangkang dekstral (berputar ke arah kanan), permukaan cangkang agak kasar .

aperture berbentuk oval. Gastropda ini banyak ditemukan batang dan daun laun.

Habitatnya pada substrat berpasir, gastropda in termasuk dalam famili Ceritidae.

Page 55: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

41

Arbi (2014: 33-34) menyatakan bahwa Gastropoda ini memiliki cangkang

berbentuk kerucut panjang, tebal dan pada bagian luarnya terdapat ornamen

berupa rusuk-rusuk spiral dan aksial. Jumlah whorl 7-8 buah dan selalu

mengalami kerusakan atau terkikis bagian puncak cangkang, terutama terlihat

jelas pada usia dewasa. Semua whorl berbentuk cembung dan memiliki suture

agak dalam. Warna cangkang cokelat, atau cokelat keunguan pudar, dengan

warna yang lebih gelap pada bagian dibawah suture. Aperture lebar, berbentuk

membulat atau persegi empat dengan sudut-sudut yang menebal dan melebar.

Operculum multispiral, dengan nucleus terletak di pusat dan garis-garis

pertumbuhan terpusat. Habitatnya hidup di daerah pasang-surut, Hasil

pengamatan dapat dilihat pada tabel 1. Kemudian gambar dan klasifikasi

moluska yang ditemukan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 1. Komposisi spesies gastropoda pada lokasi penelitian.

No

Family

Spesies

Stasiun

1 2 3

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 Buccinidae Cantharus Undosus

- - + - - - + - -

2 Columbellidae Pyrene Scripta

+ + + + + + + + +

3 Nassariidae Nassarius dorsatus

+ + - - - - - + -

4 Potamididae Cerithideopsilla alata

+ + + + + + + + +

5 Potamididae Telescopium telescopium

+ + + - + + + + +

6 Neritidae Nerita polita + - + - - - + - +

7 Cerithiidae Cerithiun granosum

+ + + + + + + + +

Jumlah spesies per plot 6 5 6 3 4 4 6 5 5

Jumlah spesies per stasiun 7 4 7

Sumber: Data Hasil Penelitian Keterangan: (+)= Ditemukan Moluska (-) = Tidak Ditemukan Moluska

Page 56: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

42

Berdasarkan tabel 1 bisa dilihat pada stasiun 2 ditemukan 4 jenis

gastropoda sedangkan pada stasiun 1 dan stasiun 3 ditemukan 7 jenis

gastropoda. Sedikitnya jenis gastropoda yang ditemukan pada stasiun 2

disebabkan letaknya yang berdekatan dengan pemukiman banyak aktivitas

penduduk yang dilakukan didaerah tersebut. Hal ini bisa berpengaruh terhadap

kondisi lingkungan perairan seperti parameter fisika dan kimia kemudian

berpengaruh terhadap komposisi gastopoda. Menurut Metungun et al. (2011),

pada ekosistem padang lamun kelimpahan gastropoda sangat penting

pengaruhnya dalam struktur rantai makanan. Hewan ini bersifat menetap pada

dasar perairan dan sebagian membenamkan diri dalam pasir berlumpur. Oleh

karena itu, adanya perubahan lingkungan akibat eksplorasi yang berlebihan

dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, dimana hewan berperan sebagai

makanan bagi organisme lain. Kelimpahan organisme ini sangat ditentukan oleh

faktor-faktor lingkungan. Dalam hidupnya hewan ini membutuhkan suatu

lingkungan pendukung yang sesuai dengan sifat biologinya.

Hutabarat dan Evans (1995) menyatakan bahwa suhu di perairan

merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan organisme di dalamnya,

karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakkan.

Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan

kelimpahan bivalvia dan gastropoda.

4.3.2 Indeks Kelimpahan

Rata-rata kelimpahan jenis gastropoda pada stasiun 1 sebesar 119,3

ind/m2, pada stasiun 2 sebesar 84 ind/m2, dan pada stasiun 3 sebesar 114

ind/m2. Adapun jumlah kelimpahan gastropoda yang di dapat dari hasil penelitian

dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 57: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

43

Tabel 2. Kelimpahan jenis gastropoda pada lokasi penelitian

Moluska

Kelimpahan jenis rata-rata (ind/m2)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Cantharus Undosus

- - 6 - - - 5 - -

Pyrene Scripta 26 30 16 20 18 25 28 29 20

Nassarius dorsatus 5 4 - - - - - 7 -

Cerithideopsilla alata

31 27 48 22 25 15 25 31 35

Telescopium telescopium

6 6 9 - 6 5 12 10 8

Nerita polita 7 - 4 - - - 5 - 6

Cerithiun granosum

45 54 34 38 43 35 44 30 47

Jumlah 120 121 117 80 92 80 119 107 116

Rata-rata 3 stasiun 119,3 84 114

Berdasarkan table 2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan kelimpahan

gastropda pada stasiun 1 memiliki nilai rata-rata kelimpahan tertinggi yaitu

sebesar 119,3 ind/m2 dan nilai kelimpahan terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu

sebesar 84 ind/m2. Rendahnya nilai kelimpahan pada stasiun 2 kemungkinan

disebabkan karena pada stasiun ini kepadatan lamunnya cukup rendah dan juga

lokasinya yang berdekatan dengan pemukiman penduduk dimana banyak

aktivitas nelayan sehingga berdampak terhadap rendahnya kelimpahan

gastropoda. Menurut Dahuri (2003), Jumlah spesies yang menghuni estuaria

jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan

tawar ataupun laut. Jumlah spesies yang sedikit itu disebabkan oleh terjadinya

fluktuasi besar kondisi lingkungan, terutama salinitas dan suhu pada saat terjadi

pasang dan surut. Dengan demikian beberapa spesies organisme yang dijumpai

di estuaria merupakan spesies yang telah mampu beradaptasi terhadap kondisi

lingkungan.

Hasil penilitian diketahui bahwa kelimpahan organisme gastropda pada

pantai Banjarwati berkisar antara 84-119,3 ind/m2. Jika dibandingkan dengan

hasil penelitian di tempat lain, hasil penilitian gastropoda di padang lamun di

Page 58: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

44

pantai Banjarwati Paciran Lamongan termasuk rendah. Penelitian yang dilakukan

Latuconsina et al. (2013), di teluk Kotania kelimpahan organisme epifauna

berkisar 97-421 ind/m2. Kemudian penelitian Prakoso et al. (2015), di Pulau

Pahawang Lampung didapatkan kelimpahan gastropoda berkisar antara 356-482

ind/m2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Setyawati et al. (2014), di Pulau

Panjang dan Teluk Awur Jepara diperoleh nilai kelimpahan gastropoda berkisar

antara 162-241 ind/m2.

4.3.3 Indeks Kelimpahan Relatif

Hasil dari perhitungan kelimpahan relatif yang didapatkan pada setiap

stasiun di pantai Banjarwati Pairan, Lamongan ditampilkan pada gambar 17

sedangkan untuk perhitungan dan hasil perhitungan kelimpahan relatif setiap

stasiun dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8.

Gambar 17. Grafik indeks kelimpahan relatif

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Berdasarkan gambar 17 jenis Cerithiun granosum memiliki presentase

kelimpahan relatif tertinggi pada setiap stasiun dengan presentase stassiun 1

sebesar 37%, stasiun 2 sebesar 46% dan stasiun 3 sebesar 35% dari seluruh

jenis gastropoda yang ditemukan. Tingginya nilai kelimpahan relatif Cerithiun

Page 59: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

45

granosum kemungkinan disebabkan karena tipe substrat pantai Banjarwati yang

berpasir. Sesuai pernyataan Syaffitri (2003). bahwa jenis gastropoda pada kelas

Cerithidae merupakan jenis yang paling banyak dijumpai serta jenis yang

memiliki penyebaran paling luas di ekosistem perairan. Jenis ini adalah kelompok

asli penghuni ekosistem perairan laut dan memiliki kehidupan pada substrat pasir

hingga lumpur serta memiliki kelimpahan yang cukup tinggi.

Tingginya nilai kelimpahan relatif Cerithium granosum kemungkinan juga

disebabkan karena kesesuian kondisi perairan. Menurut Toro dan Sukarjo,

(1989) dalam Pratiwi et al. (1997), kehadiran yang melimpah pada suatu lokasi

mencerminkan kelayakan tempat tersebut untuk kehidupan jenis tertentu dan

secara ekologis sangat mendukung perkembangan dan tingkah laku dari jenis

tersebut.

4.3.4 Indeks Keseragaman

Hasil perhitungan nilai indeks keseragaman pada penelitian di pantai

Banjarwati Paciran, Lamongan pada stiap stasiun ditunjukkan pada gambar 18.

Untuk perhitungan dan hasil perhitugan indeks keseragaman dapat dilihat pada

lampiran 9 dan 10.

Gambar 18. Grafik Indeks Keseragaman

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Page 60: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

46

Berdasarkan hasil perhitungan nilai keseragaman jenis pada setiap

stasiun berkisar antara 0,41-0,52. Hasil tersebut menunjukkan tingkat

keseragaman jenis tergolong sedang. Sesuai pernyataan Syari (2005), indeks

keseragaman berkisar antara 0-1. Bila indeks keseragaman kurang dari 0,4

maka ekosistem tersebut berada dalam kondisi tertekan dan mempunyai

keseragaman rendah. Jika indeks keseragaman antara 0,4 sampai 0,6 maka

ekosistem tersebut pada kondisi kurang stabil dan mempunyai keseragaman

sedang. Jika indeks keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem tersebut dalam

kondisi stabil dan mempunyai keseragaman tinggi. Menurut Brower & Zar (1977),

kestabilan suatu komunitas dapat digambarkan dengan tinggi rendahnya nilai

keseragaman jenis (E) yang didapat. Kondisi dikatakan stabil bila memiliki nilai

keseragaman jenis mendekati 1. Semakin kecil nilai E mengindikasikan bahwa

penyebaran jenis tidak merata sedangkan semakin besar nilai E maka

penyebaran jenis ralatif merata.

4.3.5 Spesies yang Dominan

Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan dan presentase kelimpahan

relatif jenis Cerithium granosum mendominasi pada semua stasiun dimana jenis

ini memiliki jumlah dan presentase tertinggi dibandingkan jenis gastropoda yang

lainnya. Dominannya jenis Cerithium granosum kemunkinan disebabkan kondisi

dari ekosistem lamun yang sudah mengalami penurunan. Menurut Cappenberg

dan Panggabean (2005), menyatakan terjadinya dominasi dipengaruhi juga oleh

keberadaan lamun dan karang yang dapat berfungsi sebagai tempat berlindung

dan mencari makan, bila keberadaan vegetasi tersebut mulai menyusut atau

sedikit, maka hanya jenis-jenis tertentu yang dapat bertahan. Menurut Metungun

et al. (2011) kepadatan lamun yang tinggi memungkinkan epifauna untuk

mendapatkan tempat perlindungan dan mampu memberikan ketersediaan

Page 61: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

47

berbagai sumber makanan dan stabilitas lingkungan yang tersebut dapat

menenangkan arus dan gelombang menyebabkan perairan sekitar menjadi lebih

tenang sehingga partikel mineral maupun organik yang tersisa di perairan

dengan mudah mengendap didaerah padang lamun, menjadikan padang lamun

merupakan lingkungan yang sangat baik untuk kehidupan epifauna.

Tingginya kelimpahan Cerithium granosum kesesuaian kondisi

lingkungan perairan baik itu fisika maupun kimia. Salah satunya sesuainya

keadaan substrat dasar bagi jenis Cerithium granosum dimana pada penelitian

ini hasil analisa tipe substrat pantai Banjarwati adalah lempung berpasir dengan

tekstur pasir medominasi dibandingakan terkstur yang lainnya. Menurut Syaffitri

(2003), bahwa jenis gastropoda pada kelas Cerithidae merupakan jenis yang

paling banyak dijumpai serta jenis yang memiliki penyebaran paling luas di

ekosistem perairan. Jenis ini adalah kelompok asli penghuni ekosistem perairan

laut dan memiliki kehidupan pada substrat pasir hingga lumpur serta memiliki

kelimpahan yang cukup tinggi. Nybakken (1992), menyatakan bahwa substrat

dasar merupakan salah satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur

komunitas hewan makrobentos, selain itu parameter perairan seperti salinitas

mempengaruhi penyebaran hewan makrobentos karena setiap organisme laut

dapat bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang relatif kecil dan perlahan.

4.4 Parameter Fisika dan Kimia

4.4.1 Suhu

Suhu yang diperoleh pada penelitian di pantai Paciran pada stasiun 1 di

dapatkan nilai rata-rata sebesar 32,70C, kemudian pada stasiun 2 didapatkan

nilai rata-rata sebesar 320C dan pada stasiun 3 diperoleh nilai rata-rata sebesar

310C. Adapun grafik suhu rata-rata yang diperoleh pada setiap stasiun

pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 19.

Page 62: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

48

Gambar 19. Grafik Suhu Rata-rata Pada Setiap Stasiun

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Berdasarkan pengukuran bahwa kisaran suhu yang didapat dalam

penelitian antara 31-32,70C. Kisaran tersebut masih terbilang optimum bagi

kehidupan organisme. Menurut Fredriksen et al. (2010), di wilayah tropis, lamun

dapat tumbuh optimah di suhu berkisar antara 28–300C. Suhu menjadi salah satu

faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme

serta mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangan organisme.

Sedangkan menurut Hitalessy et al. (2015), suhu di habitat gastropoda berkisar

antara 280C–340C, kisaran suhu yang melebihi batas toleransi dapat

menyebabkan penurunan aktivitas metabolisme dan bahkan kematian pada

gastropoda. Dengan demikian dari kisaran suhu yang di peroleh maka suhu pada

ekosistem lamun di pesisir Lamongan berada dalam kisaran suhu optimal bagi

kehidupan organisme epifauna dan spesies lamun.

Suhu tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 32,70C, sedangkan suhu

terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 310C. Tingginya suhu pada stasiun 1

dikarenakan terletak dekat dengan muara sungai yang mengalir pada waktu air

surut melalui aliran sungai membawa air tawar dari daratan yang mempengaruhi

suhu di laut. Menurut Ilahude dan Liasaputra dalam Ratnawati, (1998), pada

Page 63: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

49

umumnya kondisi perairan pantai lebih tinggi dari pada di lepas pantai, karena

pengaruh daratan melalui kontak langsung antara kedua media tersebut maupun

sungai atau aliran air lain yang membawa run-off dan material daratan lain

menuju laut.

4.4.2 Kekeruhan

Kekeruhan yang diperoleh pada penelitian di pantai Banjarwati Paciran,

Lamongan pada stasiun 1 didapatkan nilai sebesar 1,65 NTU, kemudian pada

stasiun 2 diperoleh nilai sebesar 1,93 NTU dan pada stasiun 3 didapatkan nilai

sebesar 1,48 NTU. Adapun grafik hasil pengukuran kekeruhan pada setiap

stasiun dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Grafik kekeruhan Pada Setiap Stasiun

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai kekeruhan berkisar antara

1,48 NTU-1,93NTU. Hasil tersebut masih berada dalam optimal bagi kehidupan

organisme karena masih di bawah kisaran 5 NTU. Sesuai dengan pernyataan

Sari dan Ledhyane (2015), baku mutu kualitas air laut untuk biota laut untuk

parameter kekeruhan adalah <5 NTU. Kekeruhan pada perairan lebih banyak

disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel

halus. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut

Page 64: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

50

sempurna akan mengendap dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloid

(Wardhana, 2001).

Kemudian bisa dilihat nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 2

yaitu sebesar 1,93 NTU. Tingginya nilai kekeruhan di wilayah ini kemungkinan

disebabkan karena letaknya yang berdekatan dengan pemukiman penduduk,

dimana di wilayah ini banyak ditemukan sampah yang berasal dari buangan

masyarakat setempat yang kemudian berpengaruh terhadap nilai kekeruhan.

Menurut Tantowi (2002), kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat

tersuspensi dalam air tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari

berbagai macam zat, seperti pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan

bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang

melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organik yang merupakan zat

tersuspensi yang terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak,

protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme

seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini berasal dari

sumber-sumber juga berasal dari buangan kegiatan manusia seperti kegiatan

industri, pertanian, pertambangan, atau kegiatan rumah tangga. Kekeruhan

memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air, namun karena

zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang

bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding

dengan kadar zat tersuspensi. .

4.4.3 Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran pH pada penelitian di pantai Paciran Lamongan di

peroleh nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 7,9, kemudian pada stasiun 2

sebesar 7,7 dan pada stasiun 3 sebesar 7,8. Adapun grafik hasil pengukuran pH

pada setiap stasiun dapat dilihat gambar 21.

Page 65: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

51

Gambar 21. Grafik pH Rata-rata Pada Setiap Stasiun

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

pH yang didapatkan pada semua stasiun berkisar antara 7,7-7,9, kisaran

konsentrasi pH di pantai Paciran masih termasuk normal untuk kehidupan

ekosistem lamun dan organisme. Berdasarkan keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004, bahwa kisaran pH normal perairan

yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 7-8,50 (MNLH

2004). Batas toleransi organisme terhadap pH sangat bervariasi dan pada

umumnya sebagian besar dari biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan

menyukai pH sekitar 7-8.50. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia

dalam perairan dan juga akan memberi pengaruh terhadap keanekaragaman

komunitas biologi perairan. pH 6-6.50 menyebabkan keanekaragaman bentos

akan sedikit menurun (Novotny dan Olem 1994 dalam Effendi 2003).

Berdasarkan hasil pengukuran pH tertinggi terdapat pada stasiun 3 dan

pH terendah terdapat pada stasiun 2. Nilai pH yang rendah pada stasiun 2 ini

kemungkinan disebabkan pengaruh dari buangan limbah rumah tangga. Hal ini

dikarenakan stasiun 2 terletak di daerah yang dekat dengan pemukiman

penduduk. Menurut Mahida (1986), limbah buangan industri dan rumah tangga

dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi

Page 66: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

52

senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan,

sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan

perairan dengan nilai pH rendah.

4.4.4 Salinitas

Hasil pengukuran salinitas pada penelitian di pantai Paciran di peroleh

nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 31 0/00, pada stasiun 2 sebesar 31,30/00,

kemudian pada stasiun 3 sebesar 31,3 0/00. Adapun grafik hasil pengukuran

salinitas pada penelitian dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22. Grafik Salinitas Rata-rata Pada setiap Stasiun

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Berdasarkan hasil pengukuran yang didapatkan nilai salinitas setiap

stasiun berkisar 31-31,30/00. Dimana hasil pengukuran pada stasiun 3 dan

stasiun 3 sama tetapi hasil tersebut masih dikategorikan optimal bagi kehidupan

ekosistem lamun dan organisme. Sesuai dengan pernyataan Supriharyono

(2009), secara umum salinitas optimal untuk pertumbuhan lamun 25-35‰.

Kisaran optimal salinitas bagi pertumbuhan gastropoda adalah 28–34 ‰

(Nybakken, 1992).

Kemudian perbedaan nilai salinitas pada stasiun 1 dengan stasiun yang

lainnya kemungkinan disebabkan karena lokasinya yang dekat dengan muara

Page 67: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

53

sungai. Menurut King dalam Sukari (1998), menyatakan bahwa di perairan

terbuka, semakin tinggi air tawar yang masuk melalui sungai maka salinitasnya

semakin rendah. Menurut Gilanders (2006) dan Herkul dan Kotta (2009),

penurunan salinitas akan akan menurunkan kemampuan lamun dalam

melakukann fotosintesis. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa,

produktivitas primer, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih.

4.4.5 Oksigen Terlarut (DO)

Hasil pengukuran DO pada penelitian di pantai Banjarwati Paciran

Lamongan diperoleh nilai rata-rata DO pada stasiun 1 sebesar 5,3 mg/L, pada

stasiun 2 sebesar 5,4 mg/L sedangkan pada stasiun 3 sebesar 5,8 mg/L. Adapun

grafik hasil pengukuran DO hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 23.

Gambar 23. Grafik Oksigen Terlarut Pada Setian Stasiun

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Berdasarkan hasil pengukuran yang di peroleh nilai DO pada setiap

stasiun berkisar antara 5,3-5,8 mg/L. Dimana kandungan oksigen terlarut

tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 5,8 mg/L, sedangkan yang terendah

terdapat pada stasiun 1 yaitu 5,3 mg/L. Rendahnya kandungan oksigen pada

stasiun 1 kemungkinan disebabkan suhu pada wilayah ini cukup tinggi yang

menyebabkan meningkatnya metabolisme pada organisme dan kebutuhan

5.35.4

5.8

5.05.15.25.35.45.55.65.75.85.9

1 2 3

Oksig

en

Terl

aru

t

Stasiun

Rata-rata

Page 68: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

54

organisme akan oksigen juga akan tinggi sehingga menyebabkan kadar oksigen

pada perairan akan menurun. Sesuai pernyataan (Reid, 1961; Welch, 1980),

bahwa kecenderungan menurunnya oksigen terlarut di perairan ini sangat

dipengaruhi oleh meningkatnya bahan-bahan organik yang masuk ke perairan

disamping faktor-faktor lainnya diantaranya kenaikan suhu, salinitas, respirasi,

adanya lapisan di atas permukaan air, senyawa yang mudah teroksidasi dan

tekanan atmosfir.

Kemudian kisaran kandungan oksigen terlarut pada perairan Banjarwati

masih berada pada kisaran normal bagi kehidupan organisme. Menurut Effendi

(2003), kandungan oksigen terlarut dibawah 2 mg/L dapat menyebabkan

kematian bagi organisme. Kandungan DO yang optimum untuk moluska bentik

adalah 4.50-6.60 mg/L. Sedangkan menurut Chitramvong dan Sukhant (1981)

dalam Trinorida (1998), standar oksigen terlarut untuk perairan yang

mengandung sebesar 5 mg/L dan untuk mendukung kehidupan biologi secara

normal air harus cukup mengadung oksigen terlarut sebesar 5-7 mg/L

menunjukkan bahwa perairan yang bersangkutan dalam keadaan baik. Sedang

bila oksigen terlarut kurang dari 4 mg/L menunjukkan bahwa perairan itu

kelebihan bahan-bahan organik.

4.5 Kualitas Tanah

4.5.1 Tekstur Tanah

Substrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan,

keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup didalamnya. Hasil

analisa pada laboratorium tekstur tanah yang didapat dari penelitian ini adalah

lempung berpasir. Adapun hasil rata-rata nilai tekstur tanah dapat dilihat pada

Tabel 3.

Page 69: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

55

Tabel 3.Tipe Substrat Pada Lokasi Penelitian

Stasiun

Tekstur Tipe substrat Pasir % Debu % Liat %

1 81,9 10,5 7,6 Lempung berpasir 2 88,5 4,4 7,06 Lempung Berpasir 3 82,2 10,2 8 Lempung berpasir

Keterangan: 1: stasiun 1 dekat dengan bengkel kapal dan muara 2: stasiun 2 dekat dengan pemukiman penduduk 3: stasiun 3 dekat dengan Hachery

Berdasarkan hasil diperoleh dari semua stasiun merupakan kelas tekstur

berpasir karena presentase pasir pada hasil setiap stasiun lebih tinggi dari

tekstur yang lainnya. Menurut Nybakken (1992) dalam Irawan (2008), tipe

substrat berpasir dibagi menjadi dua, yaitu tipe substrat berpasir halus dan tipe

substrat berpasir kasar. Tipe substrat berpasir kasar memiliki laju pertukaran air

yang cepat dan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga oksigen yang

terlarut selalu tersedia, proses dekomposisi di substrat dapat berlangsung secara

aerob serta terhindar dari keadaan toksit. Sementara itu tipe substat berpasir

halus kurang baik untuk pertumbuhan organisme karena memiliki pertukaran air

yang lambat dan dapat menyebabkan keadaan anoksik sehingga proses

dekomposisi yang berlangsung disubstrat pada keadaan anaerob dapat

menimbulkan bau serta perairan yang tercemar. Sedangkan menurut Ramli

(1989), substrat berupa lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan

karena itu organisme yang hidup didalamnya harus dapat beradaptasi pada

keadaan ini.

Presentase pasir yang tinggi pada setiap stasiun yaitu pada stasiun I

sebesar 81,9 %, pada stasiun II 88,5 % dan pada stasiun III 82,2 % masih

dikategorikan baik untuk ekosistem lamun dan organisme. Menurut Newmaster

et al. (2011), menyatakan bahwa lamun menyukai substrat berlumpur, berpasir,

tanah liat, ataupun substrat dengan patahan karang serta pada celah celah batu,

Page 70: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

56

sehingga tidak heran lamun juga masih dapat ditemukan di ekosistem karang

maupun mangrove. Tipe substrat berpasir memudahkan molusca untuk

mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan untuk kelangsungan

hidupnya. Tipe substrat berpasir akan memudahkan molusca untuk menyaring

makanan. Tipe substrat berpasir ini sangat cocok untuk molusca terutama untuk

kelas gastropoda dan bivalvae (Nybakken, 1988).

4.5.2 Bahan Organik Tanah

Bahan organik merupakan salah satu bagian penyusun sedimen atau

substrat dasar perairan, Bahan organik tersebut merupakan timbunan sisa-sisa

organisme perairan yang telah mati (Buckman dan Brady, 1982).Dari analisa

tanah di Laboratorium UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan

Hortikultura Badali Lawang, Malang. Adapun hasil analisa dapat dilihat pada

lampiran 4.

Hasil analisa bahan organik tanah dari masing masing stasiun didapatkan

rata-rata yaitu pada stasiun 1 sebesar 0,08%, pada stasiun 2 sebesar 0,02% dan

pada stasiun 3 sebesar 0,00%. Rendahnya kandungan bahan organik pada

setiap stasiun dikarenakan tipe substrat pada pantai Banjarwati Paciran,

Lamongan didominasi pasir sehingga kandungan bahan organiknya sangat

rendah. Sesuai pernyataan Soepardi (1989) dalam Ukkas (2009), sedimen pasir

kasar umumnya memiliki jumlah bahan organik yang sedikit dibandingkan jenis

sedimen yang halus, karena sedimen pasir kasar kurang memiliki kemampuan

untuk mengikat bahan organik yang lebih banyak. Sebaliknya, jenis sedimen

halus memiliki kemampuan cukup besar untuk mengikat bahan organik. Karena

bahan organik sedimen memerlukan proses aerasi. Standar bahan organik total

yang diperbolehkan agar organisme dapat hidup berkisar 0,68-17ppm. Menurut

Ardi (2002), bahwa sedimen berpasir memiliki kandungan bahan organik lebih

Page 71: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

57

sedikit dibandingkan sedimen lumpur, karena dasar perairan berlumpur

cenderung mengakumulasi bahan organik yang terbawa oleh aliran air, dimana

tekstur dan ukuran partikel yang halus memudahkan terserapnya bahan organik.

Sedikitnya kandungan bahan organik pada lokasi penelitian berdampak

terhadap nilai kelimpahan, dimana pada penelitian ini kategori kelimpahan

organisme gastropoda tergolong rendah. Menurut Mosbahi et al. (2016), bahwa

kelimpahan gastropoda di pengaruhi oleh kandungan bahan organik serta tipe

substrat yang ada di suatu perairan. Didukung oleh kajian oleh Pratiwi (2017),

bahwa korelasi positif kelimpahan organisme gastropoda mengarah kepada

kandungan bahan organik total (BOT) serta kandungan nutrien di perairan.

Page 72: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

58

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil pengukuran kualitas air pada pantai Banjarwati menurut Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup KEP No.51/MENLH/I/2004 tentang kriteria

baku mutu air laut untuk biota laut, bahwa kondisi perairan pesisir pantai

Banjarwati masih tergolong optimal bagi kehidupan organisme

gastropoda. Untuk substrat pantai Banjarwati di dominasi oleh pasir,

kandungan bahan organik tanah tergolong rendah berkisar 0,00%-0,08%

sehingga kualitas tanah tergolong kurang baik untuk organisme

gastropoda.

2. Hasil analisa struktur komunitas gastropoda yang ditemukan 7 jenis

gastropda pada pantai Banjarwati diataranya Cantharus undosus, Pyrene

scripta, Nassarius dorsatus, Cerithideopsilla alata, Telescopium

telescopium, Nerita polita, Cerithium granosum. Untuk nilai kelimpahan

tergolong rendah, indeks keseragaman tergolong sedang dan spesies

gastropoda yang mendominasi adalah jenis Cerithium granosum.

5.2 Saran

Hasil kelimpahan gastropoda pada pesisir Banjarwati tergolong rendah,

untuk itu perlu adanya usaha pengelolaan yang berkelanjutan atau tindakan

konservasi untuk ekosistem lamun, yaitu memberikan sosialisasi kepada

masyarakat dengan mengurangi aktivitas berlebih di daerah tersebut dan ikut

serta memilihara kelestarian ekosistem padang lamun. Supaya struktur

komunitas gastropoda di kawasan pantai Banjarwati Paciran, Lamongan tetap

lestari.

Page 73: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

59

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, 2002. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. 18th. Washington.

Arbi, U.Y. 2014. Taksonomi dan Filogeni Keong Famili Potamididae (Gastropoda: Mollusca) di Indonesia Berdasarkan Karakter Morfologi. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ayyakkannu,K., C. Raghunathan and T.Rajkumar, 1991. Socio economic profiles of fisherman communities from the Southeast coast of India. Journal Phuket Marine. BiologicalCenter Special Publication No.9:49-55.

Barnes, K. S. K & K. H. Mann. 1994. Fundamental of Aquatic Ecology. London : Blackwell Scientific Publication.

Barranguet, C., M.R. Plante-Curry and E. Alivon. 1996. Microphytobenthos production in the Gulf of Fos, French Mediterranean Coast. -Hydrobiologia 333: 181-193.

Bengen, D. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaanya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB.

Buckman, H.D. & N.C. Brady. 1982. The Natural and Properties of Soil. The macmilan Company, New York.

Cappenberd, H.AW., Panggabean, M.G. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, kempulauan seribu, teluk Jakarta. J oldi. 37: 69-80.

Cappenberg, H.A.W., Aziz, A. dan Aswandy, I. 2006. Komunitas Moluska di

Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat.Oseanologidan Limnologi di Indonesia 40: 53-64.

Carpenter, K.E. dan Niem, V.H. 1998. FAO Species Identification Guidie for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Wastern Central Pacific Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians, and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

Den Hartog. C. 1970. The Seagrasses Of The World. North Holland Publisher, Amsterdam.

Dewiyanti, I. 2004. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta Asosiasinya Pada Ekosistem Mangrove Dikawasan Pantai Ulee-Lheue, Banda Aceh, NAD. Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dharma, B. 1988.Siput dan Kerang Indonesia. Penerbit PT. Sarana Graha,Jakarta.

Dibyowati, L. 2009. Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Sepanjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten.Skripsi.Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 74: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

60

Dojildo, J.R., and G.A. Best. 1992. Chemistry of Water and Water Pollution. Ellis Horwood Limited. New York.

EPA, 1999, EPA Guidance Manual. Importance Turbidity Provision, Google http : // www.epa.gov.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan.Kanisius. Yogyakarta.

Fadli N, Setiawan I, Fadhilah N. 2012. Keragaman makrozoobenthos di perairan Kuala Gigieng Kabupaten Aceh Besar. J Depik 1:45-52.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1998. p. 1046-1128. In: Carpenter KE, Niem VH (eds). FAO species identification guide for fishery purposes, the living marine resource of the Western Central Pasific, vol 2: cephalopods, crustaceans, holothurians, and sharks. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.Hogarth, P.J. 2007. The Biology of Mangrove. Oxford University Press. Inc. New York. 77-115.

Ferianita, FM. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara. Yogyakarta.

Fredriksen, S., A. de Backer , C. Bostrom, & H. Christie. 2010. Infauna from Zostera marina L. meadows in Norway. Differences in Vegetated and Unvegetated Areas.Mar. Biol. Res. 6: 189-200.

Gilanders, B.M. 2006. Seagrasses, Fish, and Fisheries. In: Larkum, A.W.D., Orth, R.J., Duarte, C.M. (Eds.), Seagrasses: Biology, Ecology, and Conservation. Springer, The Netherland, 503-536pp.

Gosari. B. A. J Dan Abdur. H. 2012. Studi Kerapatan Dan Penutupan Jenis Lamun Di Kepulauan Spermonde. ISNN: 0853-4489. Vol. 22 (3).

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. UGM Press, Yogyakarta.

Hargreaves, JA., 1999, Control of Cly Turbidity in Ponds, Google http : //www. aquanic.org

Hartini.H.,I.W.A., Joko.W. 2012. Struktur Komunitas Makrozoobentos Pada Tiga Muara Sungai Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Di Pesisir Pantai Ampenan Dan Pantai Tanjung Karang Kota Mataram Lombok.ISSN: 1907-5626. 7(2): 116-125.

Hawkes, H. A. 1979. Biological Indicators of Water Quality.A Wiley-Interscience Publication. New York.

Hawkes, H. A., 1978 River Zonation and Classification in River Ecology, ed. By. B. A. Whitten. Blackwell Scientific Publication. Oxford.

Helglmeier A, Zidorn C. 2010. Secondary metabolites of Posidonia oceanica (Posidoniaceae). Journal Biochemical Systematic and Ecology 38:964-970.

Hendrawan. I. G., Devi. U dan I. P. R. F. M. 2016. Karakteristik total padatan tersuspensi (total suspended solid) dan kekeruhan (turbidity) secara vertikal di perairan teluk benoa, bali. Journal of marine and aquatic sciences. 2: 29-33.

Page 75: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

61

Herfina. 2014. Hubungan Kelimpahan Epifauna yang Berasosiasi dengan Lamun pada Tingkat Kerapatan Lamun yang Berbeda di Pantai Pulau Panjang Jepara. Universitas Diponegoro. Semarang.

Herkul, K., & Kotta, J. 2009. Effects of Eelgrass (Zostera marina) Canopy Removal and Sediment Addition on Sediment Charac teristics and Benthic Communities in the Northern Baltic Sea.Mar. Ecol. 30:74-82.

Hitalessy, R. B., Amin, S. L dan Endang, Y. H. 2015. Struktur Komunitas Dan Asosiasi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir Lamongan Jawa Timur.ISSN: 2087-3522. Vol. 06 No. 01.

Hutabarat dan Evans., 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta.Hutabarat, S dan Evans, S. M. 1995. PengantarOseanografi. Universitas Indonesia Press.Jakarta. 123-124pp.

Hutchinson, G. E. 1993. The Zoobenthos. Y. H. Edmondson [ed.]. John Wiley & Sons, Inc., New York, 944 p.

Hutomo M. 1986. Ekosistem Lamun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hutomo, M., W. Kiswara And M.H. Azkab 1988. The Status Of SeagrassEcosystems In Indonesia : Resources, Problems, Research And Management.Paper Presented At Seagram I, Manila 17-22 January 1988 : 24Pp.

Indrawan, G. S., Deny, S. Y., dan Devy, U. 2016. Asosiasi Makrozoobentos Pada Padang Lamun DI Pantai Merta Segara SANUR, BALI. ISSN : 1410-5292. 20 (1): 11-16.

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Isaji, S. 1993. Formation of Organic Sheets in the Inner Shell Layer of Geloina (Bivalvia: Corbiculidae): An Adaptive Response to Shell Dissolution. Veliger 36 (2) : 166-173.

Isaji, S.1995. Defensive Strategies Against Shell Dissolution in BivalvesInhabiting Acidic Environments: The case of Geloina (Corbiculidae) in Mangrove Swamps. Veliger 38 (3) : 235-246.

Kartawinata, K. S., S. Adisoemarto,. Soemihardjo, and I. G. M. Tantra. 1979. Status Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia. Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove 1, Hal: 21-39.

Karyanto, P., Maridi, Meti, I. 2004. Variasi cankang Gastropoda Ekosistem Mangrove Cilacap Sebagai Alternatif Sumber Pembelajaran Moluska; Gastropoda. ISSN 1693-265X. Vol 1(1): 1-6.

Kawaroe M. 2009. Perspektif lamun sebagai blue carbon sink di laut. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional 1 Pengelolaan Ekosistem Lamun

Perubahan.

Kellog,D., Fautin,D.G., 2004. Jurnal Kerang: Classis Bivalvia, Animal Diversity.

Page 76: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

62

Kiswara, W. 1999.Struktur Komunitas Padang Lamundi Perairan Sumatera Utara, Hlm. 154-166. Prosiding Seminar Kelautan Sumatera Kedua.Padang, 6-7 Agustus 1999.

Kiswara W. 2004.Kondisi Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten 1998 2001.Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Kiwol, C. B. D. J. 2008. Analisis Logam Berat Merkuri (Hg) pada Gastropoda Lumpur dan Air Di teluk Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Chem Prog. I (2) : 71-77.

Kordi, K.M.G.H. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass). Jakarta: Rineka Cipta.

Kusnadi, A., U.E. Hernawan dan T.Triandiza. 2009. Molusca padang lamun kepulauan Kei Kecil. LIPI Press. Jakarta. 187 p.

Lanyon, J. 1986. Guide to the identification of seagrasses in the Great BarrierReef region, Special PublicationSeries (3), Great Barrier Reef MarinePark Authority, Queensland,Australia, hlm. 1, 5-8, 43.

Latuconsina, H., Madehusen, S dan La, D. 2013. Asosiasi Gastrpoda Pada Habitat Lamun Berbeda Di Perairan Pulau Osi Teluk Kotania Kabupaten Seram Barat. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). Vol. 23 (2).

Lumingas, L. J. L., (1990). Les structures trophiquesau sein de la macrofaune des sédiments, Rapport du DEA, Fac. des Science et Technique, Univ. de Bretagne Occidentale, Brest.

Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. RajawaliPress, Jakarta.

Marpaung, A. A. F. 2013. Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Ekosistem Mangrove Silvofishery Dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.Skripsi.Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin .Makassar.

Maryam, S., Elof, M. K., dan Isrojaty, J. P. 2012. Pengaruh perbedaan pancing jigs beradium dan berlampu terhadap hasil tangkapan sotong di perairan pantai Sario Tumpaan Kota Manado.Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 1(1): 18-21.

McKenzie LJ & Yoshida RL. 2009. Seagrass-Watch : Proceding of workshop for monitoring seagrass habitats in Indonesia. The Nature Conservancy, Coral Triangel Center, Sanur Bali. 9th May 2009. Seagrass-Watch HQ, Caims. 56pp.

Metungun, J., Juliana., Mariana. Y. B. 2011. Kelimpaha Gastropoda Pada Habitat Lamun Di Perairan Teluk Un Maluku Tenggara. Proseding Seminar Nasional. Program Studi Budidaya Perairan, Politeknik Perikanan Negeri Tual.

MNLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku MutuAir laut. KEP No-51/MNLH/I/2004. 8 April 2004. Jakarta.

Page 77: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

63

Mosbahi. N, Jean-Philippe Pezy, Jean-Claude Dauvin, Lassad Neifar. 2016. Spatial and Temporal Structures of the Macrozoobenthos from the Intertidal Zone of the Kneiss Islands (Central Mediterranean Sea). Of Marine Science. 6(1). 223-237.

Musa, S. H. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Untuk Meningkatkan Kinerja Manajer Penjualan Pada Pt. Hasjrat Abadi Manado.ISSN 2303-1174.Vol.1 No.4 Hal.1790-1798.

Musfiqon, 2012. Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Media Pembelajaran. PT. Prestasi Pustakaraya : Jakarta.

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau.Skripsi, IPB. Bogor.

Nasria, R., Salwiyah, dan Nur,I. 2016. Perbandingan Kepadatan dan Keanekaragaman Perifiton Pada Substrat Buatan Yang Berbeda Di Perairan Air Terjun Tinonggoli (Nanga-nanga) Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 2(1): 71-78.

Nawawi, H. 1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas

Pres. Yogyakarta. Halaman 63.

Newmaster AF, Berg KJ, Ragupathy S, PalanisamyM, Sambandan K, Newmaster SG. 2011. Localknowladge and conservation of seagrass in theTamil Nadu State of India. Journal of Ethnobiologyand Ethnomedicine. 7: 37.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djamatan. Jakarta. Nontji. A. 2009. Rehabilitasi Ekosistem Lamun dalam Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir. Lokakarya Nasional I Penelolaan Ekosistem Lamun. 18 November 2009. Jakarta, Indonesia.

Norse, E.A. and L.B. Crowder, 2005, Marine Conservation Biology, Island

PressWashington, 470 pages.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi-Laut; Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkanoleh H.M. Eidman Koesbiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. P.t. Gramedia. Jakarta. 443 hal.

Nybakken, J.W., 1992, Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis (alih bahasa : M.Eidmen, Koesbiono, D.G. Bengen, M. Hutomo & S. Sukardjo) Cetakakn II PT Gramedia Jakarta.

Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing, New York.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta..

Oksana, M, I., M, U. H. 2012. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadapsifat Kimia Tanah. Jurnal Agroteknologi. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Dan Peternakan Uin Sultan Syarif Kasim. Riau. Vol. 3 No.1: 29-34.

Pechenik, J.A. 1991. Biology of the Invertebrate. WCB Publisher. USA.

Page 78: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

64

Prakoso, K., Supriharyono, Ruswahyuni. 2015. Kelimpahan Epifauna Di Subsrat Dasar dan Daun Lamun Dengan Kerapatan Yang Berbeda Di Pulau Pahawang Provinsi Lampung. ejournal. Vol. 04(3): 117-122.

Pratiwi, R., I. Al Hakim, I.Aswandy, S.A. Genisa dan Mujiono. 1997. Komunitas Fauna Epibentik Padang Lamun di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut Pesisir II. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. 11pp.

Pratiwi, I. 2017. Karakteristik Parameter Fisika Kimia Pada Berbagai Aktivitas Antropogenik Hubungannya Dengan Gastropoda Di Perairan Pantai Kota Makassar. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin.

Putro, S. P. 2014. Metode Sampling Penelitian Makrobenthos dan Aplikasinya.Yogyakarta (ID):Graha Ilmu.

Ramadhani, S. F., dan Ahmad, M. 2014. Hubungan Panjang Bobot Dan Kondisi Ekologi Ikan Gelodok (Periophthalmus Chrysospilos Bleeker, 1852) Di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. SKRIPSI.Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rashed, M. A., L. Long, W. J. McKenzie, L. J. Roder, C. A. Roelofs, A. J. Coles and R.G. Coles. 1995. Port of Karumbu.Seagrass Monitoring Baseline Surveys.EcoPorts onograph Series Num. 4.

Ratnawati. 1998. Analisis bakteriologik pada kerang hijau dan sampel air di sekitar perairan muara kamal. Fakultas perikanan. Institute pertanian bogor. Skripsi. 54 hal

Regebregt, M. J. 2015. Ekosistem Lamun Di Kawasan Pesisir Kecamatan Kei Besar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, Propinsi Maluku, Indonesia.Widyariset.UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual LIPI. Maluku Tenggara. 1(1):79-86.

Reid, G. K 1961. Ecology of Inland Water and Estuaries. Reynold Publishing Co., New York.

Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. 540 hlm.

Riniatsih, I. dan Widianingsih. 2007. Kelimpahan Dan Pola Sebaran Kerang-Kerangan (Bivalve) Di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara. ISSN 0853 7291. Vol. 12 (1): 53-58.

Ruswahyuni. 2008. Hubungan antara Kelimpahan Meiofauna dengan Tingkatan Kerapatan Lamun yang Berbeda di Pantai Pulau Panjang Jepara. Universitas Diponegoro. Semarang

Rusyana, A. 2011.Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik).Bandung. Penerbit Alfabeta.

Page 79: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

65

Sari. S. H. J Dan Ledhyane. I. H. 2015. Kelayakan Kualitas Perairan Sekitar Mangrove Center Tuban Untuk Aplikasi Alat Pengumpul Kerang Hijau (Perna Viridis L.). Research Journal Of Life Science. Vol. 02 No. 01.

Setyaboma, D. B., Supriharyono, Ruswahyuni. 2015. Pengaruh Jarak Pantai dan Tipe Substrat Dasar Perairan Terhadap Kelimpahan dan Jenis Epifauna di Perairan Pulau Panjang Sebelah Barat dan Selatan Jepara. Diponegoro Journal Of MaquaresManagement Of Aquatic Resources.Vol. 4 No. 3: 20-28.

Setyawati, Y., Subiyanto, Ruswahyuni. 2014. Hubungan Antara Kelimpahan Epifauna Dasar Dengan Tingkatan Kerapatan Lamun Yang Berbeda Di Pulau Panjang dan Teluk Awur Jepara. ejournal. Vol. 03(4): 235-242.

Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Siregar, B. P., 1997. Struktur Sebaran Spasial dan Asosiasi Komunitas Makrozoobentos pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan TelukBanten, Jawa Barat. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Situmorang, S. H., I. Muda, Dalimunthe, D. M. J., Fadli dan Syarief, F. 2010. Analisis data : untuk riset manajemen dan bisnis. USU Press. Medan.

Soegiarto, A. 1978. Rumput Laut (Algae). Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI,

Jakarta.

Solihat, W. D. 2017. Struktur Komunitas Lamun Di Pesisir Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.

Suprapto. 2011. Metode Analisis Parameter Kualitas Air Untuk Budidaya Udang. Shrimp Club Indonesia.

Supriati, R. 2009. Sea Grasses Diversity And Distribution In Intertidal Area Of Teluk Sepang Selebar Region The City Of Bengkulu. KOnsevasi Hayati. Vol. 05 No.01: 74-80.

Supriharyono. 2000. Pelestarian Dan Pengelolaan Sumbeerdaya Alam Di Wilayah Pesisir Dan Laut Tropis. Pt. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Susilo. Y. S. B., Norma. A., Mauritz. L. T Dan Heni. S. 2007. Rona Awal Makrobentos Di Perairan Tapak PLTN Muria.Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. Vol. 97 No. 1

Syaffitri E. 2003. Struktur Komunitas Gastropoda (Molusca) Di Hutan Mangrove Muara Sungai Donan Kawasan BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Cilacap, Jawa Tengah. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Syamsulrizal.2011. Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobenthos Di Hutan Mangrove Kelurahan Coppo Kabupaten Barru.Skripsi.Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.Makassar.

Page 80: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

66

Syari, I. A. 2005. Asosiasi Gastropoda Di Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau LeparProvinsi Kepulauan Bangka Belitung.SKRIPSI.Fakultas Perikanan Dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor. Bogor.

T., A.J. Mah, A. Nontji, dan M.K. Moosa, 1997, The ecology ofIndonesian seas, The ecology ofIndonesia series, Vol. VIII, Part 2,Periplus editions (HK) Ltd., Singapore,hlm. 829-830, 833-834, 836-837, 842, 844, 849, 860-861.

Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of Indonesian Seas, Part I. The Ecology of Indonesia Series, Volume VII. Periplus Editions, Singapore, 642 p.

Trialfhianty, T. I. 2011. Kondisi Perairan Laut Pantai Sundak Dan Pantai Ngandong Gunung Kidul.09/286337/PN/11826. Manajemen Sumberdaya Perikanan.

Trinorida. Y.B. 1998. Preferensi Habitat Gastropoda Di Hulu Sungai Serayu. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM

Turra, A. and M. R. Denadai. 2006. Microhabitat Use By TwoRocky Shore Gastropods In An Intertidal Sandy SubstrateWith Rocky Fragments. Brazil. Journal Biology, 351-355.

Ukkas, M. 2009. Kajian Aspek Bioekologi Vegetasi Mangrove Alami dan Hasil Rehabilitasi di Kecamatan Keera Kab Wajo Sulawesi Selatan. Hibah Penelitian. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Utomo. B. 2006. Ekologi Benih. USU Press, Medan. Karya ilmiah.

Wally, Y. 2003. Asosiasi Epifauan (Gastropoda) Pada Ekosistem Mengrove di Muara Sungai Bengawan Solo Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur. Program Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Skripsi.

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi revisi). Penerbit Andi. Yogyakarta.

Waycott, M., K. McMahon, J. Mellors, A. Calladine, and D. Kleine, 2004.A Guide to Tropical Seagrasses of the Indo- West Pacific. James Cook University, Townsville Queensland Australia.

WEEB, J.E.; J.A., WALLWORK and J.H., ELGOOD 1978. Guide to invertebrates animal. The Macmilan Press Ltd,. Hong-kong : 305 pp.

Welch, E. B 1980. Ecological Effects of Waste Water.Cambridge University Press, Cambridge: p. 337.

Wirawan. A. A. 2014. Tingkah Kelangsungan Hidup Lamun Yang Ditransplantasi Secara Multispesies Di Pulau Barranglompo.Skipsi.Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.Makassar.

Yonge, C. M. dan Thompson, T. E. 1976.Living marine molluscs. William Collins and Sons & Co, London.

Page 81: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN …repository.ub.ac.id/7924/1/MUHKLAS SHAH WINARNO.pdf · 2020. 5. 21. · dan kimia perairan pantai Banjarwati Paciran Lamongan

67

Yuniati, N. 2012.Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda (Moluska) Di Pesisir Glayem Juntiyuat, Indramayu, Jawa barat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yunitawati., Sunarto dan Z. Hasan. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Substrat Dengan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Sungai Cantigi, Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(3): 221-227.