Struktur Geologi Idonesia Timur

11
PEMBAHASAN Gambar 1. Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan batas koordinat 123° 45’ - 124 °50’ BT dan 9°30’ - 11°25’ LS. Pada daerah Oetuke dan sekitarnya, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa tenggara Timur yang secara geografis terletak pada batas koordinat 124 o 32'43"- 124 o 33'55" BT dan 09 o 54'32"–09 o 54'59" LS dengan luas area sekitar 60 km 2 , secara fisiografi, daerah penelitian berada pada zona perbukitan yang sangat dikontrol oleh

Transcript of Struktur Geologi Idonesia Timur

Page 1: Struktur Geologi Idonesia Timur

PEMBAHASAN

Gambar 1. Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan,

Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan batas koordinat 123° 45’ - 124

°50’ BT dan 9°30’ - 11°25’ LS.

Pada daerah Oetuke dan sekitarnya, Kabupaten Timor Tengah Selatan,

Provinsi Nusa tenggara Timur yang secara geografis terletak pada batas

koordinat 124o32'43"-124o33'55" BT dan 09o54'32"–09o54'59" LS dengan

luas area sekitar 60 km2, secara fisiografi, daerah penelitian berada pada

zona perbukitan yang sangat dikontrol oleh struktur sesar naik. Daerah

kabupaten ini dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfologi yaitu:

Satuan pegunungan kasar tersebar di daerah bagian utara yang

tersusun dari batuan beku dan batuan volkanik. Berlereng terjal

dengan lembahnya yang sempit

Page 2: Struktur Geologi Idonesia Timur

Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang tersebar di bagian selatan

dan utara, batuan penyusunnya terdiri dari sedimen dan breksi

gunungapi,

Satuan Perbukitan Relief Tinggi tersebar di bagian tengah dan

tersusun dari batugamping, batuan metamorf, dengan puncak tertinggi

Nuaf Mutis 2.427 m yang umumnya memperlihatkan gejala kars.

Satuan Dataran Aluvial pada dataran rendah bagian selatan. Stratigrafi

daerah kabupaten ini dapat dibagi menjadi lima satuan.

Litostratigrafi yang terbentuk sejak umur Jura Awal hingga Resen

yaitu: Satuan Batulempung, Satuan Batulempung-Batugamping, Satuan

Batugamping A, Satuan Batugamping B, dan Satuan Endapan Aluvial.

Struktur geologi yang berkembang di daerah ini antara lain lipatan, sesar

naik, sesar mendatar mengiri, dan sesar mendatar menganan yang berumur

pasca pengendapan Satuan Batugamping A (pasca Miosen Akhir). Lipatan

berupa antiklin dan sinklin memiliki bidang sumbu berarah sama dengan arah

umum jurus dari sesar naik yaitu berarah timur timurlaut-barat baratdaya (N

260oE). Sesar mendatar mengiri memiliki jurus berarah utara timurlaut-

selatan baratdaya (N 15oE), sedangkan sesar mendatar menganan memiliki

kelurusan berarah utara baratlaut-selatan tenggara (N 160oE). Sesar – sesar

ini pembentukannya dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada batuan dan

pada sifat fisik batuan. Adanya gaya tekan (tension) yang besar melebihi

kekuatan fisik batuan lempung serta gamping, menyebabkan batuan pecah

serta tergeser kearah yang berlawanan (slicken).

Berdasarkan tatanan tektonikanya wilayah ini juga merupakan salah

satu daerah pertemuan antara tiga lempeng benua dan samudera yang aktif

bergerak satu terhadap yang lainnya. Ketiga lempeng tersebut, yakni

lempeng Eurasia di bagian utara, lempeng Pasifik di bagian timur, dan

lempeng Indo-Australia di bagian selatan. Lempeng Indo-Australia menunjam

Page 3: Struktur Geologi Idonesia Timur

secara oblique ke arah timur laut di bawah lempeng Eurasia dengan

kecepatan 7,5 mm / tahun, begitu pula lempeng Pasifik menunjam dari arah

timur dengan kecepatan 10,5 mm / tahun. Pergerakan-pergerakan tersebut

menimbulkan gaya kompresi dan regangan yang memicu terjadinya aktifitas

sesar.

Struktur lipatan yang didapati pada kabupaten ini ialah berupa bentuk

deformasi pada batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan metamorf yang

memperlihatkan suatu bentuk yang bergelombang. Pada lipatan ini

ditemukan suatu perubahan kedudukan pada suatu perlapisan batuan,

dimana suatu perlapisan batuan tersebut yang pada awalnya diendapkan

pada posisi yang mendatar, maka setelah mengalami perlipatan maka akan

megalami perubahan kedudukan. Lipatan juga dapat dicirikan dengan

adanya kedudukan yang berlawanan pada satu lapisan batuan yang sama

dan pada suatu horizon yang sama pula.

Karena Kabupaten ini merupakan salah satu daerah dari rangkaian-

rangkaian gunung – gunung api yang ada di Indonesia, terdapat beragam

jenis batuan gunung api yang dihasilkan diantaranya batuan piroklastika tuf

berbutir halus yang bersifat asam dan bersusunan dasit-riolit atau bermassa

kaca gunung api. Tuf halus ini sebagian atau seluruhnya telah mengalami

proses ubahan atau diagenesis menjadi zeolit. Batuan zeolit di daerah

kabupaten ini berupa tuf litik dan tuf gelas yang terubah dan sebagian

termineralisasi termasuk ke dalam Gunung Api Lamasi berumur Oligosen.

Hal ini ditunjukkan oleh hadirnya mineral ubahan hidrotermal seperti klorit,

epidot, mineral lempung, karbonat dan silika, serta logam-logam dasar.

Litologi daerah penyelidikan batuan diendapkan dimulai pada Zaman

Perm dimana batuan karbonat Pra Tersier yang terdiri dari batugamping

terumbu pejal berisipan napal, kalsilutit, rijang, konglomerat dan tuf yang

masuk dalam Formasi Maubisse. Di  atas F. ini  secara tak selaras

diendapkan Formasi Nahfunu dan Waibasa, yaitu batuan sedimen laut

Page 4: Struktur Geologi Idonesia Timur

berumur Kapur Awal yang terdiri dari serpih radiolaria, rijang dan batulanau,

napal, rijang gampingan, rijang radiolaria, serpih kalsilutit, radiolarit.

Selanjutnya secara menjemari diendapkan Formasi Seical dan Formasi Ofu

berumur Paleosen, batuan sedimen karbonat laut dalam yang terdiri dari

kalsilutit, napal, serpih, rijang radiolarit dan serpih radiolaria, bersisipan

batugamping foraminifera dan arenit. Pada Kala Holosen diendapkan

beberapa endapan antara lain endapan undak sungai berupa bongkah,

kerakal, kerikil, pasir, kemudian batugamping koral dan endapan aluvial

berupa kerikil, pasir, lempung dan lumpur.

Selain formasi - formasi yang telah disebutkan di atas, beberapa formasi

lain dari zaman pra tersier yang cukup mendominasi adalah Formasi

Maubisse, Bijane, Cable, Ofu, Kompleks Mutis dan Kompleks Bobonaro yang

terdiri dari batugamping terumbu pejal berisipan napal, kalsilutit, rijang,

konglomerat dan tuf. Sedangkan batuan ultra basa tersingkap di sekitar

daerah Mollo Utara. Geologi yang terdapat hampir didominasi oleh Formasi

Kompleks Bobonaro, yang menempati di bagian barat laut dan tenggara,

seolah olah dipisahkan oleh Formasi Metan dan Formasi Konglomerat dan

Kerakal  yang memanjang ke arah timur laut - barat daya.

Di Kepulauan Nusatenggara, merupakan tempat-tempat ditemukannya

formasi Pra-Tersier terbatas di Pulau Timor (Kabupaten Timor, Nusa

Tenggara Timur) dan Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), sedangkan pulau-

pulau lainnya belum diketahui adanya singkapan Pra-Tersier. Kabupaten

Timor termasuk kedalam tipe Pegunungan kelopak dimana intensitas

tektoniknya cukup aktif dengan sesar sungkup yang cukup banyak ditemukan

di bagian selatan, hal ini menyebabkan litologi yang menyusun daerah ini

cukup rumit dan sering mengalami perulangan, (H.M.D. Rosidi, K.

Suwitodirdjo, S. Tjokrosapoetro,1974/1975)

Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang

merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiri

Page 5: Struktur Geologi Idonesia Timur

dari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,

Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan

Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :

Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.

         Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu

cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke

Pematang submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung

dengan busur Sunda-Banda melalui P. Sumba.

Struktur geologi daerah penyelidikan sangat rumit, tercermin dengan

adanya macam-macam batuan, atau campur aduknya batuan. Pada

umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang berarah

barat–timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya.

KESIMPULAN

Page 6: Struktur Geologi Idonesia Timur

Kepulauan Nusatenggara termasuk ke dalamn tipe Pegunungan

kelopak dimana intensitas tektoniknya cukup aktif dengan sesar

sungkup yang cukup banyak ditemukan di bagian selatan, hal ini

menyebabkan litologi yang menyusun daerah ini cukup rumit dan

sering mengalami perulangan.

Struktur Geologi yang mendominasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur

berupa lipatan, sesar naik, sesar mendatar mengiri, dan sesar

mendatar menganan

Struktur lipatan yang didapati pada kabupaten ini ialah berupa bentuk

deformasi pada batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan

metamorf yang memperlihatkan suatu bentuk yang bergelombang.

Page 7: Struktur Geologi Idonesia Timur

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH OETUKE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR

Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2008-04-29 10:16:39Oleh : ANGELINO JOSUA IKO (NIM 12002031), Central Library Institute Technology BandungDibuat : 2008, dengan 8 file

Keyword : geomorfologi, stratigrafi, lipatan, struktur sesar, endapan geologis

Lokasi daerah penelitian terletak pada daerah Oetuke dan sekitarnya, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa tenggara Timur. Secara geografis, daerah penelitian berada pada batas koordinat 124o32'43"-124o33'55" BT dan 09o54'32"–09o54'59" LS dengan luas area sekitar 60 km2. Secara fisiografi, daerah penelitian berada pada zona perbukitan yang sangat dikontrol oleh struktur sesar naik. Daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi yaitu Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang, Satuan Perbukitan Relief Tinggi, dan Satuan Dataran Aluvial.

Stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi lima satuan litostratigrafi yang terbentuk sejak umur Jura Awal hingga Resen yaitu: Satuan Batulempung, Satuan Batulempung-Batugamping, Satuan Batugamping A, Satuan Batugamping B, dan Satuan Endapan Aluvial. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah lipatan, sesar naik, sesar mendatar mengiri, dan sesar mendatar menganan yang berumur pasca pengendapan Satuan Batugamping A (pasca Miosen Akhir). Lipatan berupa antiklin dan sinklin memiliki bidang sumbu berarah sama dengan arah umum jurus dari sesar naik yaitu berarah timur timurlaut-barat baratdaya (N 260oE). Sesar mendatar mengiri memiliki jurus berarah utara timurlaut-selatan baratdaya (N 15oE), sedangkan sesar mendatar menganan memiliki kelurusan berarah utara baratlaut-selatan tenggara (N 160oE).

Dari restorasi penampang seimbang yang dilakukan, secara umum daerah penelitian mengalami pemendekan sebesar 60 %. Sistem sesar anjakan yang berkembang di daerah penelitian termasuk dalam imbrikasi tipe trailing.

Page 8: Struktur Geologi Idonesia Timur

DAFTAR PUSTAKA

http://www.nttprov.go.id/bkpmd/web/index.php?hal=depan

http://www.dim.esdm.go.id/

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/index.php