Struktur Dan Fungsi Protein

149

description

Berisi tentang beberapa ilustrasi protein dari segi struktur dan fungsi-fungsinya.

Transcript of Struktur Dan Fungsi Protein

  • II. Struktur dan fungsi protein

    2

  • Pendahuluan

    Komponen terbesar dalam makhluk hidup setelah air

    Memiliki sifat dan fungsi yang unik dan kompleksdibandingkan dengan biomolekul lain (lipid, karbohidrat, danasam nukleat)

    1 sel memiliki hingga 9000 protein berbeda

    Manusia: 100.000 protein berbeda

    Ukuran/bobot protein sangat bervariasi

    3

  • Aktifitas dan Fungsi Biologis Protein

    4

    No Fungsi Contoh

    1. Biokatalisator Selulase,

    2. Protein Transpor Hemoglobin

    3. Penyimpanan - Kasein dalan susu- Ovalbumin dalam telur sbg nutrisi calon- Mamalia, ferritin dalam hati sbg. penyimpanbesi

    4. Protein Struktural Kolagen (protein penghubung), keratin

    5. Protein motil/gerak otot

    6. Protein Pelindung atauPertahanan

    - Antibodi- Fibrinogen untuk pembekuan darah

    7. Protein Pengatur Insulin

  • Komposisi Penyusun Protein

    5

    Digolongkan berdasarkan hasil hidrolisis protein:

    1. Protein sederhana, bila dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino.

    contoh: insulin dan lisozim

    2. Protein konjugasi, bila dihidrolisis menghasilkan asam amino dansenyawa lain (gugus prostetik, berupa senyawa organik atauanorganik).

    Berdasarkan sifatnya, protein konjugasi dikelompokkan menjadi:

    No Kelompok Gugus prostetik Contoh

    1 lipoprotein Lipid

    2 nukleoprotein Asam nukleat Ribosom (RNA)

    3 glukoprotein Karbohidrat

    4 fosfoprotein Fosfat -lipoprotein plasma

    5 metaloprotin Ion logam Hemoglobin (Fe porpirin)

  • Bentuk Protein

    6

    Lingkungan protein dalam maupun di luar sel adalah air sehinggasesuai dengan sifat-sifat molekul kimia maka bentuk protein sesuai dengan sifat kelarutannya serta sifat biologinya bagi sel.

    Bentuk protein dibedakan menjadi:

    No Kelompok Struktur Sifat Fungsi

    1 ProteinSerat

    Rantai polipeptidaditata di sepanjangsatu sumbu, sepertiserat

    Kaku, kuat, tidaklarut dalam air atau larutangaram encar

    Struktural

    2 Protein Globular

    Rantai polipeptidamelipat menjadibentuk bola yang kompak

    Larut dalam air Non struktural

  • A. Struktur asam amino

    7

  • Asam amino

    Asam amino adalah asam organik yang mengandung gugus amina.

    Sebagian besar asam amino ditemukan sebagai L--asam amino

    Asam amino dalam air terionisasi membentuk ion zwitter.

    8

  • Stereoisomer asam amino

    C asam amino adalah pusat kiral karena semua asam amino, kecuali glisin, memiliki C asimetrik yang terikat pada empat gugus yang berbeda: Gugus karboksilat Gugus amino

    Gugus R

    Atom hidrogen

    Empat gugus di atas terikat pada Cdengan dua susunan ruang yang berbeda (enantiomer). asam amino merupakan senyawa aktif optik.

    Asam amino pembentuk protein semuanya adalah L-stereoisomer

    9

  • Konfigurasi absolut asam amino

    10

  • Klasifikasi asam amino standar berdasarkan kepolaran gugus R Nonpolar alifatik:

    Gly (G), Ala (A), Val (V), Leu (L), Ile (I), Pro (P)

    Nonpolar aromatik:Phe (F), Tyr (Y), Trp (W)

    Polar tidak bermuatan:Ser (S), Thr (T), Cys (C), Met (M), Asn (N), Gln (Q)

    Bermuatan negatifAsp (D), Glu (E)

    Bermuatan positifLys (K), Arg (R), His (H)

    11

  • Asam amino nonpolar alifatik

    12

  • Nonpolar aromatik

    13

  • Polar tidak bermuatan

    14

  • Jembatan disulfida

    15

  • Asam amino bermuatan negatif

    16

  • Asam amino bermuatan positif

    17

  • Asam amino yang tidak standar

    18

  • Asam amino yang tidak standar

    19

  • Asam amino sebagai asam dan basa

    20

  • Titrasi asam amino

    1 21

    pI p p2K K

    21

  • Titrasi asam amino

    1 R1

    pI p p 3,222K K

    22

  • Titrasi asam amino

    R 21

    pI p p 7,592K K

    Cincin imidazole His memiliki pKa 6,0. Bila His bergabung ke dalam protein pKa naik menjadi 6,5 7,5 (mendekati pH fisiologis). Oleh karena itu, His seringkali berperan dalam reaksi enzimatis yang melibatkan transfer proton.

    23

  • 24

  • 25

  • Teknik Penelitian BiokimiaAnalisis asam amino

    26

  • Tes Ninhidrin: Reaksi uji asam amino

    Ninhydrin, (Triketohydrindane hydrate) adalah pereaksi yang digunakan untuk mendeteksi amonia atau amina primer dan sekunder.

    Bila bereaksi dengan gugus amina bebas akan memberikan warna biru/ungu.

    Ninhidrin biasanya digunakan untuk mendeteksi sidik jari, karena amina yang tersisa dari peptida atau protein (amina terminal atau lisin) akan bereaksi dengan ninhydrin.

    Semua asam amino memberi uji positif, kecuali prolin.

    ninhidrin

    27

  • Mekanisme reaksi test ninhydrin

    28

  • Uji kwalitatif asam amino

    Asam

    amino

    Nama reaksi Reagen Warna

    Arg Reaksi

    Sakaguchi

    -naptanol dan

    natrium hipoklorit

    merah

    Cys Reaksi

    Nitroprusida

    Natrium

    nitroprusida dalam

    NH3 encer

    merah

    Tyr Reaksi Millon HgNO3 dalam

    HNO3

    merah

    29

  • Aminoacid analyzer

    30

  • Kromatogram

    31

  • Metode fluoresensi untuk analisis asam amino

    32

  • B. Peptida

    33

  • Ikatan peptida

    34

  • OligopeptidaNama peptida dimulai dari residu ujung amino

    Tirosinilglisilglisilfenilalanilleusin atau Tyr-Gly-Gly-Phe-Leu.

    35

  • Polipeptida sebagai poliampolit

    36

  • Stabilitas ikatan peptida

    Hidrolisis ikatan peptida disukai secara energetika, tetapi reaksi ini berlangsung sangat lambat tanpa bantuan katalis.

    Katalis hidrolisis ikatan peptida: Asam kuat, seperti HCl 6M.

    Protease: memotong ikatan peptida secara spesifik.

    37

  • Protease

    38

  • Protein

    20 asam amino yang berbeda terpolimerasisi membentuk protein.

    Protein memiliki urutan yang unik.

    Urutan asam amino yang menyusun protein disebut struktur primer protein.

    Beragamnya sifat kimia dan bentuk dari asam amino, mengakibatkan urutan asam amino (struktur primer) protein akan menentukan karakteristik kimia dan bentuk protein. Keduanya penting dalam menentukan fungsi dari protein.

    Struktur primer miogobin

    39

  • Dari gen ke protein (sintesis protein in vivo)

    40

  • Dari gen ke protein

    Sel mengkode informasi tentang urutan asam amino untukmembuat protein dari urutan asam nukleat.

    Urutan asam nukleat ini disebut kode genetika.

    Asam nukleat adalah polimer dari 4 nukleatida, sedangkanprotein adalah polimer dari 20 asam amino yang berbeda. Konsekuensinya: Satu nukleotida tidak dapat mewakili satu asam amino. Juga dua

    nukleotida tidak mencukupi untuk mengkode seluruh asam amino, karena hanya dihasilkan 16 kombinasi (42 = 16).

    Pada kenyataanya ada 3 nukleotida yang mengkode satu asamamino (43 = 64 kombinasi). Karena hanya ada 20 asam amino, makasatu asam amino dapat dikode oleh lebih dari satu kombinasi tiganukleotida (triple codon).

    41

  • Kode genetika

    42

  • Translasi

    43

  • Post translational modification

    44

  • Sintesis peptida in vitro

    45

  • Teknik Penelitian BiokimiaPenentuan urutan asam amino protein

    46

  • Reduksi ikatan disulfida

    47

  • 48

  • Reaksi Edman

    49

  • Fragmentasi protein oleh protease

    50

  • 51

  • C. Struktur 3-dimensi protein

    52

  • Empat tingkat struktur protein

    53

  • Struktur ikatan peptida

    Karakter ikatan rangkap dari ikatan peptida membuat atom C, N, H, O hampir koplanar (sebidang).

    54

  • Konformasi ikatan peptida

    Konformasi trans lebih disukai dibanding cis, karena meruahnya gugus R.

    Pengecualian untuk urutan X-Pro, dimana X adalah asam amino lain selain Pro Konformasi cis lebih disukai.

    55

  • Rotasi rantai polipeptida

    Rotasi yang diperbolehkan hanya disekitar ikatan NC dan CC=O.

    Sudut putaran ikatan NCdisebut .

    Sudut putaran ikatan CC=O disebut .

    56

  • Penentuan sudut dan Sudut dihedral dibentuk oleh atom Ci, Ni+1, Ci+1, Ci+1.

    Sudut diheral dibentuk oleh atom Ni+1, Ci+1, Ci+1, Ni+2.

    Konvensi: Rotasi searah jarum jam memberikan sudut dihedral positif, bila berlawanan negatif.

    Ci

    Ci+1

    i i+1 i+2

    Ni+1

    Ni+2

    57

  • Ramachandran plot

    58

  • Rotasi ikatan peptida memberikan berbagai tipe struktur sekunder

    59

  • C.1. Struktur sekunder protein -heliks

    -sheet

    turn

    60

    Yang berperan ikatan hidrogen antara

    O (karbonil) dengan H (amida)

  • Alpha heliks

    61

  • Struktur -heliks

    62

  • Deskripsi struktur heliks Struktur heliks dikarakterisasi oleh

    parameter berikut:

    Repeat (c) adalah jarak paralel dengan sumbu heliks dimana struktur tepat berulang. Jumlah residu per repeat dinyatakan dengan m. Nilai m selalu bilangan bulat!

    Pitch (p) adalah jarak paralel dengan sumbu heliks dimana heliks membuat satu putaran. Jumlah residu per putaran adalah n. Bila n bilangan bulat, maka m = n p = c.

    Rise (h) adalah jarak paralel dengan sumbu heliks untuk jarak antar residu. Sehingga h = c/m atau p = n h

    Sumbu heliks

    Repeat,c

    Pitch,p

    Rise,h

    63

  • Deskripsi struktur heliksBentuk ideal dari heliks dengan memvariasikan jumlah residu per putaran (n).

    Parameter -heliks:

    Repeat (c) = 18 dengan lima kali putaran (turn).

    Jumlah residu per putaran (n) = 3,6 res/turn.

    Rise (h) = 0,15 nm/res.

    Pitch (p) = n h = 3,6 res/turn 0,15 nm/res = 0,54 nm/turn64

  • Polat ikatan hidrogen dalam berbagai tipe heliks

    65

  • 66

  • Right and left handed heliks = bayangan cermin

    67

  • Urutan asam amino menentukan kestabilan -heliks

    Tidak semua polipeptida dapat membentuk -heliks. Adanyainteraksi tambahan antar gugus samping asam amino turutmempengaruhi kestabilan -heliks. Polipeptida yang banyak memiliki residu bermuatan sejenis sulit

    membentuk -heliks yang stabil.

    Polipeptida yang memiliki gugus R besar seperti Ser, Thr, dan Leuakan sukar membentuk -heliks.

    Adanya dua residu bermuatan berlawanan pada jarak 3 residudapat menstabilkan -heliks.

    Gugus-gugus aromatik pada jarak 3 residu juga dapatmenstabilkan -heliks.

    Dipol dielektrik dari ikatan peptida ditransmisikan sepanjang -heliks, sehingga secara keseluruhan -heliks adalah dipol. Ujung amino bermuatan parsial positif dan ujung karboksilatbermuatan parasial negatif. Adanya asam amino bermuatanpositif didekat ujung amino akan mendestabilkan -heliks

    68

  • -heliks sebagai dipol

    69

  • Representasi -heliks

    70

  • -sheet

    71

  • Antiparallel -sheet

    72

  • Parallel -sheet

    73

  • Representasi -sheet

    74

  • -turn

    -turn 75

  • Tipe -turn

    76

  • Secondary structure propensities

    77

  • C.2. Struktur tersier protein

    78

  • Struktur tersier terbentuk dari pengemasan struktur sekunder

    79

    Ikatan disulfida, ikatan kovalen antar residusistein

    Ikatan hidrogen, antar rantai samping

    Jembatan garam, antar rantai samping yang mengion (COO- dengan NH3

    +)

    Interaksi hidrofobik, antar rantai sampingasam amino nonpolar

    Interaksi yang berperan pada pembentukan strukturtersier protein:

  • Urutan asam amino menentukan struktur tersier dari protein

    Afinson tahun 1957 memperlihatkan bahwa RNAse A dapat didenaturasi dan direnaturasi kembali ke struktur native.

    80

  • Bentuk struktur tersier: fibrous dan globular

    Fibrous Globular 81

  • Pengemasan struktur sekunder

    Gaya dorong utama dalam folding protein adalah interaksi hidrofobik yang terjadi antar gugus non-polar dari rantai samping polipeptida sebagai upaya untuk meminimisasi kontak dengan molekul air.

    Agar tujuan folding tercapai, maka diperlukan:

    1. Struktur yang kompak sehingga efektif dalam meminimisasi luas permukaan hidrofobik yang terekspos ke pelarut.

    2. Gugus-gugus fungsi yang berpotensi membentuk ikatan hidrogen pada daerah interior protein semuanya berpasangan. Pembentukan struktur sekunder -heliks dan -sheet akan memaksimalkan jumlah ikatan hidrogen.

    82

  • Pengemasan struktur sekunder Bentuk struktur sekunder

    menentukan modus pengemasan:

    -sheet yang memiliki bentuk lembaran cenderung membentuk struktur berlapis dengan -heliks atau -sheet lainnya.

    Bentuk silinder dari -heliks memungkinkan struktur sekunder ini untuk menancap di pusat interior protein.

    83

  • Tertiary Structure and Functional Diversity :Different Folding for Different Functions

    84

  • C.3. Klasifikasi struktur tersier berdasar-kan pola pengemasan struktur sekunder

    1. -helical protein

    2. -sheet protein

    3. / protein

    4. + protein

    85

  • -helical protein

    86

  • -sheet protein

    87

  • / protein

    88

  • + protein

    89

  • Pola pengemasan struktur sekunder dalam protein

    90

  • Supersecondary structure (motif)

    91

  • Motif dalam struktur tersier protein

    92

  • Motif dalam struktur tersier protein

    93

  • Domain

    Struktur dari protein yang besar (Mr > 20000 atau jumlah asam aminonya > 200) umumnya mamiliki beberapa unit substruktur globular yang disebut domain.

    Setiap domain seringkali memiliki fungsi yang berbeda.

    94

  • Domain

    DNA Polimerase I

    Apo-Calmodulin

    C-terminaldomain

    N-terminaldomain

    3-5 Exonuclasedomain

    Polymerase domain

    95

  • Struktur tersier tidak rigid

    96

  • Struktur tersier tidak rigid

    97

  • Struktur kwaterner protein

    98

  • Struktur Hemoglobin (Hb)

    99

  • C.4. Fibrous protein

    100

  • -keratin

    -keratin kaya akan residu-residu hidrofobik Phe, Ile, Val, Met dan Ala.

    101

  • -heliks keratin

    102

  • -keratin

    -keratin memiliki struktur yang kuat karena:

    Terdiri dari multi -heliks yang tergabung membentuk struktur superheliks.

    Antar rantai -heliks juga distabilkan oleh ikatan disulfida.

    103

  • Kolagen

    Kolagen banyak ditemukan di jaringan penghubung, seperti tulang dan kornea mata.

    Kolagen terdiri dari 35% Gly, 11% Ala, dan 21% Pro dan Hyp.

    Urutan asam amino kolagen umumnya adalah perulangan tiga peptida Gly-X-Pro atau Gly-X-Hyp, dimana X adalah asam amino mana saja.

    104

  • Struktur primer kolagen

    105

  • Struktur heliks kolagen

    106

  • Silk fibroin

    107

  • Protein kehilangan struktur dan fungsinya bila terdenaturasi

    Native(N)

    Terdenaturasi(D)

    Suhu DenaturanpH

    G

    N

    D

    108

  • Studi denaturasi dapat digunakan untuk memahami mekanisme folding

    109

  • Struktur kwaterner protein

    110

  • Simetri dalam struktur kwaterner protein

    111

  • Contoh simetri siklus

    C7C3112

  • Contoh simetri dihedral

    113

  • Supramolekul

    114

  • 115

  • D. Fungsi protein

    116

  • Fungsi protein

    Enzim

    Protein transport Contoh: Hemoglobin (transport oksigen)

    Nutrien Contoh: Ovalbumin (protein telur), kasein (protein susu)

    Gerak mekanis (fungsi otot) Contoh: actin dan myosin

    Struktural Contoh: rambut, jaring laba-laba, kolagen

    Pertahanan Contoh: antibodi

    Regulator Contoh: Insulin

    117

  • D.1. Protein transport: contoh kasus hemoglobin (Hb)

    118

  • Mekanisme transport O2 dan CO2

    119

  • Struktur Hemoglobin (Hb)

    120

  • Cincin forfirin

    121

  • Oksigenasi cincin forfirin Hb

    122

  • Perubahan konformasi Hb saat mengikat O2

    123

  • Mioglobin (Mb)

    124

  • Perbandingan struktur mioglobin dan hemoglobin

    125

  • Profil afinitas Mb dan Hb terhadap O2

    126

  • Profile afinitas Hb terhadap O2

    Ketika [O2] rendah afinitas Hb terhadap O2juga rendah.

    Pada [O2] naik hingga level tertentu, afinitas Hb terhadap O2 menjadi meningkat.

    Perubahan afinitas Hb dengan bertambahnya [O2] menunjukan adanya transisi strukturHb.

    127

  • Transisi struktur Hb

    T-state : afinitas rendah thd O2R-state: afinitas tinggi thd O2

    128

  • Efek transisi Hb dari T-state ke R-state pada kurva pengikatan O2

    129

  • Efek alosterik dan kooperatifitas

    Perubahan profil dari kurva pengikatan O2 dapat diterangkan sebagai akibat dari efek alosterik yaitu pengikatan O2 pada salah satu subunit Hb akan menginduksi perubahan konformasi subunit lainnya sedemikian rupa sehingga afinitasnya berubah menjadi lebih tinggi.

    Adanya efek alosterik menunjukan bahwa antar subunit ada kooperatifitas.

    130

  • Efek alosterik pada proses pengikatan ligan (O2) oleh Hb

    131

  • Model kooperatifitasConcerted model Sequential model

    T-state

    R-state

    132

  • Plot Hill

    133

  • D.2. Immune Response

    134

  • Immune response

    When a foreign substance - a virus, a bacterium, or even a foreign protein-invades the tissues of a higher vertebrate (like a human), the organism defends itself by what is called the immune response.

    The immune response has two facets:

    1. Humoral immune response - Lymphatic cells called B lymphocytes synthesize specific immunoglobulin molecules that are excreted from the cell and bind to the invading substance. Binding either precipitates the foreign substance or marks it for destruction by cells called macrophages.

    2. Cellular immune response - Lymphatic cells called T lymphocytes, bearing immunoglobulin-like molecules on their surfaces, recognize and kill foreign or aberrant cells.

    135

  • Destruction of antigens by macrophages

    136

  • Antigens and Antibodies The foreign substance that elicits an immune response is called the

    antigen.

    A specific immunoglobulin that binds to the antigen is called the antibody.

    If the invading particle is large, like a cell, a virus, or a protein, many different antibodies may be elicited, each type binding specifically to an antigenic determinant (or epitope) on the surface of the particle.

    137

  • Versatility of immune response

    1. It can respond to an enormous number of different foreign substances.

    2. The immune response has a so-called memory: After an initial exposure to a given antigen, a second exposure at a later date results in rapid and much more massive production of the antibodies specific to the antigen.

    138

  • Immunoglobulin structure

    139

  • antibody-antigen interactions

    140

  • D.3. Gerak Mekanis: fungsi otot

    141

  • Struktur otot

    Relaks

    Kontraksi

    142

  • Relaksasi dan kontraksi otot

    143

  • Actin and miosin

    144

  • Aksi actin dan miosin pada kontraksi otot

    145

  • Aksi actin dan miosin pada kontraksi otot

    146

  • Aksi actin dan miosin pada kontraksi otot

    147

  • Aksi actin dan miosin pada kontraksi otot

    148

  • 149