Struktur dan fungsi jaringan tumbuha1

23
Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Kali ini kita akan membahas tentang Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Langsung saja ke postingan kita, cekidot. Jaringan Tumbuhan Tumbuhan tersusun atas banyak sel. Sel-sel itu pada tempat tertentu membentuk jaringan. Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dan terikat oleh bahan antarsel membentuk suatu kesatuan. Seiring tahap perkembangannya, jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. 1. Jaringan Meristem Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu secara terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel meristem biasanya merupakan sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi. Ciri-ciri sel meristem biasanya berdinding tipis, banyak mengandung protoplasma, vakuola kecil, inti besar, dan plastida belum matang. Bentuk sel meristem umumnya sama ke segala arah, misalnya seperti kubus. Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem, yaitumeristem apikal, meristem lateral, dan meristem interkalar. Meristem apikal terdapat di ujung batang dan ujung akar.

Transcript of Struktur dan fungsi jaringan tumbuha1

Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

Kali ini kita akan membahas tentang Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Langsung saja ke postingan kita, cekidot.

Jaringan Tumbuhan

Tumbuhan tersusun atas banyak sel. Sel-sel itu pada tempat tertentu

membentuk jaringan. Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai

struktur dan fungsi yang sama dan terikat oleh bahan antarsel membentuk

suatu kesatuan.

Seiring tahap perkembangannya, jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.

1. Jaringan Meristem

Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat

embrional, artinya mampu secara terus-menerus membelah diri untuk

menambah jumlah sel tubuh. Sel meristem biasanya merupakan sel muda

dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi. Ciri-ciri sel meristem

biasanya berdinding tipis, banyak mengandung protoplasma, vakuola kecil,

inti besar, dan plastida belum matang. Bentuk sel meristem umumnya sama

ke segala arah, misalnya seperti kubus.

Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem,

yaitumeristem apikal, meristem lateral, dan meristem interkalar. Meristem

apikal terdapat di ujung batang dan ujung akar.

Jaringan Meristem

Meristem interkalar merupakan bagian dari meristem apikal yang terpisah dari

ujung (apeks) selama pertumbuhan. Meristem interkalar (antara) terdapat di

antara jaringan dewasa, misalnya di pangkal ruas batang rumput. Meristem

lateral terdapat pada kambium pembuluh dan kambium gabus.

Berdasarkan asal terbentuknya, meristem dibedakan menjadi meristem primer

dan meristem sekunder.

a. Meristem Primer

Meristem primer adalah meristem yang berkembang dari sel embrional.

Meristem primer terdapat misalnya pada kuncup ujung batang dan ujung akar.

Meristem primer menyebabkan pertumbuhan primer pada tumbuhan.

Pertumbuhan primer memungkinkan akar dan batang bertambah panjang.

Dengan demikian, tumbuhan bertambah tinggi.

Meristem primer dapat dibedakan menjadi daerah-daerah dengan tingkat

perkembangan sel yang berbeda-beda. Pada ujung batang terdapat meristem

apikal. Di dekat meristem apikal ada promeristem dan ujung meristematik lain

yang terdiri dari sekelompok sal yang telah mengalami diferensiasi sampai

tingkat tertentu.

Daerah meristematik di belakang promeristem mempunyai tiga jaringan

meristem, yaitu protoderma, prokambium, dan meristem dasar. Protoderma

akan membentuk epidermis, prokambium akan membentuk jaringan ikatan

pembuluh (xilem primer dan floem primer) dan kambium. Meristem dasar

akan membentuk jaringan dasar tumbuhan yang mengisi empelur dan korteks

seperti parenkima, kolenkima, dan sklerenkima. Tumbuhan monokotil hanya

memiliki jaringan primer dan tidak memiliki jaringan sekunder. Pada tumbuhan

dikotil terdapat jaringan primer dan jaringan sekunder.

b. Meristem Sekunder

Meristem sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan dewasa

yang telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi (sudah terhenti

pertumbuhannya) tetapi kembali bersifat embrional. Contoh meristem

sekunder adalah kambium gabus yang terdapat pada batang dikotil dan

Gymnospermae, yang dapat terbentuk dari sel-sel korteks di bawah

epidermis.

Jaringan kambium yang terletak di antara berkas pengangkut (xilem dan

floem) pada batang dikotil merupakan meristem sekunder. Sel kambium aktif

membelah, ke arah dalam membentuk xilem sekunder dan ke luar

membentukfloem sekunder. Akibatnya, batang tumbuhan dikotil bertambah

besar. Sebaliknya batang tumbuhan monokotil tidak mempunyai meristem

sekunder sehingga tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Itulah mengapa

batang monokotil tidak dapat bertambah besar.

2. Jaringan Dewasa

Jaringan dewasa merupakan jaringan yang terbentuk dari diferensiasi dan

spesialisasi sel-sel hasil pembelahan jaringan meristem. Diferensiasi adalah

perubahan bentuk sel yang disesuaikan dengan fungsinya, sedangkan

spesialisasi adalah pengkhususan sel untuk mendukung suatu fungsi tertentu.

Jaringan dewasa pada umumnya sudah tidak mengalami pertumbuhan lagi

atau sementara berhenti pertumbuhannya. Jaringan dewasa ini ada yang

disebut sebagai jaringan permanen. Jaringan permanen adalah jaringan yang

telah mengalami diferensiasi yang sifatnya tak dapat balik (irreversibel). Pada

jaringan permanen sel-selnya tidak lagi mengalami pembelahan. Jaringan

dewasa meliputi jaringan epidermis, gabus parenkima, xilem, dan floem.

Selain itu ada bagian tumbuhan tertentu yang memiliki jaringan kolenkima dan

sklerenkima.

a. Epidermis

Jaringan epidermis ini berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer

seperti akar, batang daun, bunga, buah, dan biji. Epidermis tersusun atas satu

lapisan sel saja. Bentuknya bermacam-macam, misalnya isodiametris yang

memanjang, berlekuk-lekuk, atau menampakkan bentuk lain. Epidermis

tersusun sangat rapat sehingga tidak terdapat ruangan-ruangan antarsel.

Epidermis merupakan sel hidup karena masih mengandung protoplas,

walaupun dalam jumlah sedikit. Terdapat vakuola yang besar di tengah dan

tidak mengandung plastida.

Jaringan Epidermis

1. Jaringan epidermis daun

Jaringan epidermis daun terdapat pada permukaan atas dan bawah daun.

Jaringan tersebut tidak berklorofil kecuali pada sel penjaga (sel penutup)

stomata. Pada permukaan atas daun terdapat penebalan dinding luar yang

tersusun atas zat kuting (turunan senyawa lemak) yang dikenal sebagai

kutikula, misalnya pada daun nangka. Selain itu ada yang membentuk lapisan

lilin untuk melindungi daun dari air, misalnya pada daun pisang dan daun

keladi. Ada pula yang membentuk bulu-bulu halus di permukaan bawah

sebagai alat perlindungan, misalnya pada daun durian. Sekelompok sel

epidermis membentuk stomata atau mulut daun. Stomata merupakan suatu

celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup atau sel penjaga.

Melalui mulut daun ini terjadi pertukaran gas.

2. Jaringan epidermis batang

Seperi halnya jaringan epidermis daun, jaringan epidermis batang ada yang

mengalami modifikasi membentuk lapisan tebal yang dikenal sebagai kutikula,

membentuk bulu sebagai alat perlindungan.

3. Jaringan epidermis akar

Jaringan epidermis akar berfungsi sebagai pelindung dan tempat terjadinya

difusi dan osmosis. Epidermis akar sebagian bermodifikasi membentuk

tonjolan yang disebut rambut akar dan berfungsi untuk menyerap air tanah.

Stomata adalah celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan. Pada

semua tumbuhan yang berwarna hijau, lapisan epidermis mengandung

stomata paling banyak pada daun. Stomata terdiri atas bagian-bagian yaitu

sel penutup, bagian celah, sel tetangga, dan ruang udara dalam. Sel tetangga

berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup

yang mengatur lebar celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan

permukan epidermis (panerofor) atau lebih rendah dari permukaan epidermis

(kriptofor) dan lebih tinggi dari permukaan epidermis (menonjol). Pada

tumbuhan dikotil, sel penutup biasanya berbentuk seperti ginjal bila dilihat dari

atas. Sedangkan pada tumbuhan rumput-rumputan memiliki struktur khusus

dan seragam dengan sel penutup berbentuk seperti halter dan dua sel

tetangga terdapat masing-masing di samping sebuah sel penutup.

b. Jaringan Gabus

Jaringan gabus atau periderma adalah jaringan pelindung yang dibentuk

untuk menggantikan epidermis batang dan akar yang telah menebal akibat

pertumbuhan sekunder. Jaringan gabus tampak jelas pas tetumbuhan dikotil

dan Gymnospermae.

Struktur jaringan gabus terdiri atas felogen (kambium gabus) yang akan

membentuk felem (gabus) ke arah luar dan feloderma ke arah dalam. Felogen

dapat dihasilkan oleh epidermis, parenkima di bawah epidermis, kolenkima,

perisikel, atau parenkima floem, tergantung spesies tumbuhannya. Pada

penampang memanjang, sel-sel felogen berbentuk segi empat atau segi

banyak dan bersifat meristematis. Sel-sel gabus (felem) dewasa berbentuk

hampir prisma, mati, dan dinding selnya berlapis suberin, yaitu sejenis

selulosa yang berlemak. Sel-sel feloderma menyerupai sel parenkima,

berbentuk kotak dan hidup. Jaringan gabus berfungsi sebagai pelindung

tumbuhan dari kehilangan air. Pada tumbuhan gabus (Quercus suber),

lapisan gabus dapat bernilai ekonomi, misalnya untuk tutup botol.

c. Parenkima

Di sebelah dalam epidermis terdapat jaringan parenkima. Jaringan ini terdapat

mulai dari sebelah dalam epidermis hingga ke empulur. Parenkima tersusun

atas sel-sel bersegi banyak. Antara sel yang satu dengan sel yang lain

terdapat ruang antarsel.

Parenkima disebut juga jaringan dasar karena menjadi tempat bagi jaringan-

jaringan yang lain. Parenkima terdapat pada akar, batang, dan daun,

mengitari jaringan lainnya. Misalnya pada xilem dan floem.

Selain sebagai jaringan dasar, jaringan parenkima berfungsi sebagai jaringan

penghasil dan penyimpan cadangan makanan. Contoh parenkima penghasil

makanan adalah parenkima daun yang memiliki kloroplas dan dapat

melakukan fotosintesis. Parenkima yang memiliki kloroplas

disebutsklerenkima. Hasil-hasil fotosintesis berupa gula diangkut ke

parenkima batang atau akar. Di parenkima batang atau akar, hasil-hasil

fotosintesis tersebut disusun menjadi bahan organik lain yang lebih kompleks,

misalnya tepung, protein, atau lemak. Parenkima batang dan akar pada

beberapa tumbuhan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan,

misalnya pada ubi jalar (Ipomoea batatas). Ada pula sel parenkima yang

menyimpan cadangan makanan pada katiledon (daun lembaga biji) seperti

pada kacang buncis (Phaseolus vulgaris).

d. Jaringan Penguat

untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan memerlukan jaringan penguat atau

penunjang yang disebut juga sebagai jaringan mekanik. Ada dua macam

jaringan penguat pegat yang menyusun tubuh tumbuhan,

yaitu kolenima dansklerenkima. Kolenkima mengandung protoplasma dan

dindingnya tidak mengalami signifikasi. Sklerenkima berbeda dari kolenkima,

karena sklerenkima tidak mempunyai protoplasma dan dindingnya mengalami

penebalan dan zat lignin (lignifikasi).

1. Kolenkima

Sel kolenkima merupakan sel hidup dan mempunyai sifat mirip parenkima.

Sel-selnya ada Yat mengandung kloroplas. Kolenkima umumnya terletak di

dekat perukaan dan di bawah epidermis pada batang, tangkai daun, tangkai

bunga, dan ibu tulang daun. Kolenkima jarang terdapat pada akar. Sel

kolenkima biasanya memanjang sejajar dengan pusat organ tempat

kolenkima itu terdapat.

Dinding sal kolenkima mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa.

Dinding sel kolenkima mengalami penebalan yang tidak merata. Penebalan

itu terjadi pada sudut-sudut sel, dan disebut kolenkima sudut.

Fungsi jaringan kolenkima adalah sebagai penyokong pada bagian tumbuhan

muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan herba.

2. Sklerenkima

Jaringan sklerenkima terdiri atas sel-sel mati. Dinding sel sklerenkima sangat

kuat, tebal, dan mengandung lignin (komponen utama kayu). Dinding sel

mempunyai penebalan primer dan kemudian penebalan sekunder oleh zat

lignin. Menurut bentuknya, sklerenkima dibagi menjadi dua, yaitu serabut

sklerenkima yang berbentuk seperti benang panjang, dan sklereid (sel batu).

Sklereid terdapat pada berkas pengangkut, di antara sel-sel parenkima,

korteks batang, tangkai daun, akar, buah, dan biji. Pada biji, sklereid sering

kali merupakan suatu lapisan yang turut menyusun kulit biji.

Fungsi sklerenkima adalah menguatkan bagian tumbuhan yang sudah

dewasa. Sklerenkima juga melindungi bagian-bagian lunak yang lebih dalam,

seperti pada kulit biji jarak, biji kenari dan tempurung kelapa.

e. Jaringan Pengangkut

1. Xilem

Xilem berfungsi untuk menyalurkan air dan mineral dari akar ke daun. Elemen

xilem terdiri dari unsur pembuluh, serabut xilem, dan parenkima xilem. Unsur

pembuluh ada dua, yaitu pembuluh kayu (trakea) dan trakeid. Trakea dan

trakeid merupakan sel mati, tidak memiliki sitoplasma dan hanya tersisa

dinding selnya. Sel-sel tersebut bersambungan sehingga membentuk

pembuluh kapiler yang berfungsi sebagai pengangkut air dan mineral. Oleh

karena pembuluh yang membentuk berkas, maka dikatakan sebagai berkas

pembuluh. Diameter xilem bervariasi tergantung pada spesies tumbuhan,

tetapi biasanya 20-700 µm. Dinding xilem mengalami penebalan zat lignin.

Xilem

Trakea merupakan bagian yang terpenting pada xilem tumbuhan bunga,

trakea terdiri atas sel-sel berbentuk tabung yang berdinding tebal karena

adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin, sebagai bahan

pengikat. Diameter trakea biasanya lebih besar daripada diameter trakeid.

Ujung selnya yang terbuka disebut perforasi atau lempeng perforasi. Trakea

hanya terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan tidak

terdapat pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) kecuali anggota

Gnetaceae (golongan melinjo).

 Perbedaan Sel Tumbuhan dan Sel Hewan

Bagian trakeid dapat dibedakan dari trakea karena ukurannya lebih kecil,

walaupun dinding selnya juga tebal dan berkayu. Rata-rata diameter trakeid

ialah 30 µm dan panjangnya mencapai beberapa milimeter. Trakeid terdapat

pada semua tumbuhan Spermatophyta. Pada ujung sel trakeid terdapat

lubang seperti saringan.

Trakeid dan Trakea

2. Floem

Floem berfungsi menyalurkan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Pada umumnya elemen floem disusun oleh unsur-unsur tapis, sel pengiris, serabut floem, sklereid, dan parenkima floem. Unsur utama adalah pembuluh  tapis dan parenkima floem. Parenkima floem berfungsi menyimpan cadangan makanan. Persebaran serabut floem sering kali sangat luas dan berfungsi untuk memberi sokongan pada tubuh tumbuhan.

Pembuluh tapis terdiri atas sel-sel berbentuk silindris dengan diameter 25 µm dan panjang 100-500 µm. Pembuluh tapis mempunyai sitoplasma tanpa inti. Dinding sel  komponen pembuluh tapis tidak berlignin sehingga lebih tipis daripada trakea. Pembuluh tapis adalah pembuluh angkut utama pada jaringan floem. Pembuluh ini bersambungan dan meluas dari pangkal sampai ke ujung tumbuhan

Sifat Bahan & Pemanfaatannya dalam Kehidupan

Dalam bab ini akan dibahas sifat bahan-bahan di sekitar kita dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

A. Bahan Serat

Istilah serat sering dikaitkan dengan sayur-sayuran, buah-buahan, dan tekstil (bahan pembuat pakaian). Secara kimiawi serat adalah suatu polimer. Berdasarkan asal bahan penyusunnya serat dikelompokkan menjadi serat alami (polimer alami) dan serat sintetis (polimer sintetis).

1) Serat Alami

Bahan serat alami diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan mineral.

Serat tumbuhan diperoleh dari selulosa tumbuhan, misalnya dari kapas, kapuk, dan rami. Contoh tekstil dari selulosa adalah katun dan linen.

Serat hewan berupa serat protein dapat diperoleh dari rambut domba, benang jala yang dihasilkan oleh laba laba, dan kepompong ulat sutera. Contoh tekstil dari serat protein yaitu wol dan sutera.

Serat mineral, umumnya dibuat dari mineral asbetos.

2) Serat Sintetis

Serat sintetis merupakan serat yang dibuat oleh manusia, bahan dasarnya tidak tersedia secara langsung dari alam. Contoh kain yang terbuat dari serat sintetis adalah :

Rayon Polyester Dakron  Nilon

3) Serat Campuran

Penggunaan bahan-bahan alami dan sintetis dapat dicampurkan untuk memperbaiki kualitas bahan. Contoh tekstil dari bahan serat campuran adalah :

TC (Tetoron Cotton) campuran dari polyester dan katun. TR (Tetoron Rayon) campuran dari polyester dan rayon.

Pemanfaatan tekstil dari berbagai macam serat didasarkan pada ciri-ciri seratnya antara lain kehalusan, kekuatan, daya serap, dan kemuluran atau elastisitas. Salah satu cara untuk menentukan ciri dari bahan serat dapat dilakukan dengan analisis pembakaran.

Karakteristik bahan serat :

1. Serat kapas dari selulosa (kapas) memiliki karakteristik bahan terasa dingin dan sedikit kaku, mudah kusut, mudah menyerap keringat, rentan terhadap jamur dan mudah terbakar. Kalau terbakar nyalanya berjalan terus, berbau seperti kertas, dan meninggalkan abu berwarna kelabu.

2. Serat linen dibandingkan dengan katun mempunyai ciri lebih halus, lebih kuat, berkilau lembut, kurang elastis, mudah kusut, tidak tahan seterika panas. Serat linen mudah terbakar, bila terbakar nyalanya berjalan terus, berbau seperti kertas terbakar, dan meninggalkan abu berwarna kelabu.

3. Serat sutera mempunyai ciri-ciri berkilau, sangat bagus dan lembut, tidak mudah kusut, sangat halus, kekuatannya tinggi, dan kurang tahan terhadap sinar matahari. Mempunyai daya serap cukup tinggi, tidak mudah berjamur, sukar terbakar, cepat padam, berbau seperti rambut terbakar, bekas pembakaran berbentuk abu hitam, bulat, dan mudah dihancurkan.

4. Serat wool, mempunyai ciri agak kuat, tidak berkilau, keriting, kekenyalan tinggi, elastisitas tinggi, dan merupakan penahan panas yang baik, tahan terhadap jamur dan bakteri. Pada pembakaran terbentuk gumpalan hitam dan berbau rambut terbakar.

5. Serat asbes umumnya mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, daya mulurnya sangat rendah, hanya sedikit menyerap air, sangat tahan panas dan api, dan tahan cuaca. Serat asbes merupakan penghantar listrik dan panas yang jelek, sehingga mineral asbes banyak dimanfaatkan untuk pelapis kabel listrik, sarung tangan, dan tirai.

6. Serat nilon mempunyai ciri sangat kuat, ringan dan berkilau, elastisitas sangat kuat, tidak mudah kusut, tahan terhadap serangan jamur dan bakteri. Nilon tidak tahan panas, mudah terbakar, meleleh bila dibakar, berbau khas, serta meninggalkan bentuk pinggiran keras yang berwarna cokelat.

7. Serat polyester mempunyai ciri elastisitasnya tinggi sehingga tidak mudah kusut, tahan terhadap sinar matahari, tahan suhu tinggi, daya serap air yang rendah, tahan terhadap jamur, bakteri, dan serangga. Apabila dibakar polyester mudah terbakar, tetapi apinya cepat padam, meninggalkan tepi yang keras dan berwarna cokelat muda.

8. TC (Tetoron Cotton) dan TR (Tetoron Rayon) mempunyai ciri kurang dapat menyerap keringat dan agak panas di badan, tidak susut dan mengembang, apabila dibakar akan menghasilkan abu dan arang.

B. Bahan Karet

Karet dihasilkan oleh pohon karet (Hevea brasiliensis) berupa getah seperti susu yang disebut lateks.

Lateks diperoleh dengan cara menyadap, yaitu dengan menyayat kulit pohon atau pada bagian kortek tumbuhan tersebut.

Secara kimiawi karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil penggumpalan lateks alam dan merupakan makromolekul poliisoprena (C5H8)n.

Karet sintetis terbuat dari bahan baku yang berasal dari minyak bumi, batu bara, minyak, gas alam, dan acetylene. Banyak dari karet sintetis adalah kopolimer, yaitu polimer yang terdiri dari lebih dari satu jenis monomer. Karet sintetis dapat diubah susunannya sehingga diperoleh sifat yang sesuai dengan kegunaannya.

Berikut beberapa jenis karet sintetis dengan sifat dan kegunaannya.

1. NBR (Nytrile Butadiene Rubber). NBR memiliki ketahanan yang tinggi terhadap minyak, digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran, seal, gaskot, serta peralatan lain yang banyak dipakai dalam kendaraan bermotor.

2. CR (Chloroprene Rubber), CR dengan ciri tahan terhadap nyala api, digunakan sebagai bahan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gaskot, dan sabuk pengangkut.

3. IIR (Isobutene Isoprene Rubber), IRR mempunyai sifat kedap air, digunakan untuk bahan ban bermotor, pembalut kawat listrik, pelapis bagian dalam tangki, tempat penyimpan lemak dan minyak.

C. Bahan Tanah Liat dan Keramik

Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan keramik.

Secara kimiawi tanah liat termasuk hidrosilikat alumina.

Sifat fisik tanah liat yaitu plastis bila keadaan basah, keras bila kering, dan bila dibakar menjadi padat dan kuat.

Secara umum barang-barang yang dibuat dari tanah liat dinamakan keramik.

Namun, saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat.

Keramik dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

1) Keramik tradisional.

Keramik tradisional bahan bakunya dari tanah liat.

Berdasarkan komposisi tanah liat dan suhu pembakarannya, keramik tradisional dibedakan menjadi tembikar (terakota), gerabah (earthenware), keramik batu (stoneware), dan porselen (porcelain).

Terakota atau tembikar adalah produk yang bahan bakunya dari tanah liat dengan pembakaran sekitar 1000oC.

Gerabah adalah produk yang bahan bakunya dari tanah liat dengan pembakaran 1200oC.

Keramik batu adalah tanah liat dengan campuran bahan lain diantaranya kuarsa dan air, dibakar sampai suhu 1200oC-2000oC.

Porselin dibuat dari bahan yang mirip dengan keramik tetapi baru mulai matang pada pembakaran 15000oC.

2) Keramik halus

Keramik halus atau keramik teknik yang bahan bakunya dari oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO, dan lainnya).

Keramik halus ini penggunaanya sebagai elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis.

Peralatan yang diperlukan untuk membuat keramik, antara lain :

Mixer (untuk mengaduk bahan keramik) Glasir (berfungsi mengkilapkan) Cetakan gypsum Penggiling glasir Rak pengering Pencelup glasir Oven atau tungku pemanas

Teknik Pembuatan Keramik

Pembuatan keramik umumnya dilakukan dengan tiga teknik pembentukan keramik, yaitu:

Pembentukan tangan langsung (hand building). Teknik putar (throwing), dan Teknik cetak (casting).

Langkah-langkah pembuatan keramik sebagai berikut :

Tahap pembentukan, yaitu tahap pengubahan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki.

1. Pengeringan, bertujuan untuk menghilangkan air yang terikat pada badan keramik.

2. Pembakaran, yaitu proses mengubah bahan yang rapuh menjadi bahan yang padat, keras, dan kuat.

3. Glasir, untuk melapisi permukaan keramik melalui proses pengeringan. Glasir merupakan material yang terdiri atas beberapa bahan tanah atau batuan silikat yang akan membuat permukaan keramik seperti gelas yang mengkilap.

4. Tahap pelukisan untuk memberikan hiasan dengan motif-motif yang menarik.

5. Pembakaran kembali dalam oven dengan suhu lebih kurang 800o C.6. Pengemasan sesuai permintaan.

D. Bahan Gelas

Bahan gelas dan kaca yang digunakan oleh masyarakat prasejarah berasal dari kaca alami yang disebut obsidian.

Obsidian adalah produk sampingan alami dari letusan gunung berapi berupa benda yang tajam, mengkilap dengan warna hitam, orange, abu-abu, atau hijau.

Menurut catatan sejarah, kaca sudah diproduksi sejak tahun 4 SM (Sebelum Masehi) yaitu dengan bahan pasir kuarsit yang dipanaskan sampai meleleh kemudian dibiarkan dingin, dan terbentuklah benda keras yang tembus pandang.

Bahan baku pembuatan kaca ada dua kelompok yaitu :

1. Bahan yang dibutuhkan dalam jumlah besar meliputi pasir silika, soda abu, batu kapur,feldspar dan pecahan gelas (cullet).

2. Bahan yang dibutuhkan dalam jumlah kecil meliputi natrium sulfat, natrium bikromat,selenium dan arang. Pasir silika, batu kapur dan feldspar sangat melimpah di Indonesia.

Gelas aman digunakan sebagai kemasan karena beberapa sifat unggul berikut :

Kedap terhadap air, gas, bau-bauan dan mikroorganisme. Tidak dapat bereaksi dengan barang yang dikemas (bahan kimia). Dapat didaur ulang. Dapat ditutup kembali setelah dibuka. Tembus pandang sehingga isinya dapat dilihat. Memberikan nilai tambah bagi produk (nilai estetika). Kaku dan kuat sehingga dapat ditumpuk tanpa mengalami kerusakan. Gelas dapat disimpan dalam jangka waktu panjang tanpa mengalami

kerusakan.

Jenis kaca berbeda memiliki karakteristik fisik yang berbeda. Salah satu sifat fisik kaca adalah densitas atau kepadatan. Kepadatan adalah massa persatuan volume.

Keterangan :ρ   = Massa Jenis (kg/m3 atau g/cm3)m  = Massa benda (kg atau gram)v   = Volume benda (m3 atau cm3)

E. Bahan Kayu

Tumbuhan di sekitar kita terdiri atas kelompok tumbuhan batang basah yang disebutherbaceus dan tumbuhan batang berkayu yang disebut lignosus. Selanjutnya, kelompok tumbuhan batang berkayu dibedakan antara perdu dan

pohon. Pada umumnya kayu yang digunakan sebagai bahan untuk berbagai keperluan diperoleh dari kelompok tumbuhan berkayu berupa pohon.

Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari peralatan masak seperti sendok kayu, perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, alat transportasi (perahu), dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga, aksesoris, dan cindera mata.

Kayu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan karena mengandung komponen penting yaitu selulosa, lignin, dan senyawa ekstraktif (senyawa tertentu yang dapat diambil dari kayu).

Selulosa merupakan senyawa polimer turunan dari glukosa, dapat mencapai 70% dari berat kayu. Selulosa merupakan bahan utama pembuatan kertas dan tekstil.

Lignin merupakan komponen pembentuk kayu, meliputi 18-28% berat kayu. Secara kimiawi, kayu keras dan kayu lunak dibedakan pada jumlah dan jenis lignin yang terkandung di dalamnya.

Senyawa ekstraktif dapat berupa zat warna, getah, resin, lilin, dan lainnya, yang jumlah dan jenisnya tergantung spesies pohonnya. Senyawa ekstraktif ini memiliki manfaat seperti melindungi kayu dari hama. Senyawa ekstraktif merupakan salah satu dari hasil hutan nonkayu.

Pemanfaatan kayu disesuaikan dengan sifat-sifatnya. Kayu dari jenis pohon yang berbeda mempunyai sifat yang berbeda. Pengenalan atas sifat-sifat akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu.

Berikut beberapa sifat kayu :

1) Bobot dan Berat Jenis

Bobot suatu jenis kayu bergantung pada kandungan zat kayu, jumlah poripori, zat ekstraktif, dan kadar air. Bobot kayu ditunjukkan dengan berat jenis (BJ) kayu, dan dipakai sebagai patokan kualitas kayu. Berdasarkan berat jenisnya, kayu digolongkan menjadi empat, yaitu: sangat berat dengan BJ > 90; berat dengan BJ 0,75-0,90; sedang dengan BJ 0,60-0,75; dan ringan dengan BJ <60. Berat jenis berhubungan dengan kekuatan kayu. Pada umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu tersebut semakin kuat pula.

2) Keawetan

Keawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama dan penyakit perusak kayu, misalnya serangga dan jamur. Keawetan kayu disebabkan kandungan senyawa ekstraktif di dalam kayu. Kayu jati memiliki senyawa ekstraktif tectoquinon, kayu ulin mengandung silika. Kedua jenis kayu tersebut memiliki tingkat keawetan yang tinggi.

3) Warna

Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna kayu juga dipengaruhi oleh posisinya dalam batang, umur pohon dan lingkungan. Kayu dari pohon yang tua warnanya lebih gelap dari kayu yang masih muda meskipun jenisnya sama. Kayu kering warnanya berbeda dengan kayu basah.

4) Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif serat kayu, yang teksturnya kasar, sedang, dan halus. Arah serat adalah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu terhadap sumbu batang. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring). 

5) Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak, dan lainnya). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, dan kadar zat ekstraktif dalam kayu.

6) Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang. Untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kayu kulim) dan bau zat penyamak (kayu jati).

7) Nilai Dekoratif

Nilai dekoratif berhubungan dengan keindahan. Nilai dekoratif kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan pola-pola tertentu.

8) Kekerasan atau Densitas 

Kekerasan kayu berhubungan langsung dengan bobot kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu yang berat. Kayu-kayu yang ringan termasuk kayu yang lunak.

Berdasarkan kekerasannya kayu digolongkan menjadi dua, yaitu kayu lunak (soft wood) dan kayu keras (hard wood).

Kayu lunak yaitu kayu yang yang berasal dari tumbuhan yang berdaun seperti jarum misalnya pinus. Ciri fisik kayu lunak memiliki lubang pori-pori besar.

Kayu keras berasal dari tumbuhan yang daunnya lebar misalnya jati dan mahoni. Ciri fisik kayu keras adalah serat kayunya berbentuk bulat telur atau spiral, dan ikatan antarpori-porinya lebih kuat.

Densitas diukur dalam satuan kg/m3. 

Rata-rata densitas kayu yang ada adalah sekitar 320 - 720 kg/m3. 

Ada beberapa jenis kayu yang sangat lunak hingga 160 kg/m3 dan paling tinggi kekerasan kayu pada level 1.000 kg/m3.