STRATIFIKASI SOSIAL DAN PENGARUHNYA PADA PESAN … · sosial antar lapisan masyarakat. Dominasi...
Transcript of STRATIFIKASI SOSIAL DAN PENGARUHNYA PADA PESAN … · sosial antar lapisan masyarakat. Dominasi...
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PENGARUHNYA PADA PESAN MORAL
DALAM NOVEL KUNARPA TAN BISA KANDHA
KARYA SUPARTO BRATA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
oleh
Weni Nur Pratiwi
NIM 08205241018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JAWA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
v
MOTTO
“Dalam mencapai sebuah kesuksesan, dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan”
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada Bapak dan Ibu, Kakak, Kakak Ipar yang
senantiasa memberikan doa, dukungan,motivasi serta kasih sayang yang tanpa
henti.
vii
KATA PENGANTAR
Pertama dan utama penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT,
atas berkah dan rahmat yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skrispsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor UNY,
Dekan FBS UNY, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah yang telah
memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Ibu Sri Harti Widyastuti, M. Hum dan Bapak Drs. Afendy
Widayat, M. Phil, selaku dosen pembimbing satu dan dua yang telah sabar
membimbing di sela-sela kesibukanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan
Pendidikan Bahasa Daerah yang telah memberikan ilmu serta bantuanya kepada
penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu karyawan FBS
UNY atas bantuanya dalam mengurus administrasi selama ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua, keluarga, sahabat, serta semua
pihak tanpa terkecuali yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sangat membangun sangat diharapkan demii
kesempurnaan dan kelengkapan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................. iv
MOTTO................................................................................................. v
PERSEMBAHAN................................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................... vii
DAFTAR ISI.........................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................
ix
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
ABSTRAK............................................................................................
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................. 5
C. Batasan Masalah........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian..................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Karya Sastra................................................................. 8
B. Novel......................................................................................... 9
C. Sosiologi Sastra......................................................................... 10
D. Stratifikasi Sosial....................................................................... 12
E. Pesan Moral dalam Karya Sastra............................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian................................................................ 21
B. Data Penelitian........................................................................... 21
C. Sumber Data.............................................................................. 22
ix
x
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 22
E. Instrumen Penelitian.................................................................. 22
F. Analisis Data............................................................................. 24
G. Validitas dan Reabilitas ............................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..........................................................................
1. Ringkasan Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.....................
2. Stratifikasi Sosial yang Ada di Masyarakat dalam Novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha..................................................
3. Pengaruh Stratifikasi Sosial Terhadap Pesan Moral dalam
Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.......................................
26
26
28
33
B. Pembahasan .............................................................................. 37
1. Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa
Kandha................................................................................
37
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Politik.......................... 38
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kultur.......................... 58
2. Pengaruh Stratifikasi Sosial terhadap Pesan Moral yang
Ada dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.....................
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 88
B. Implikasi ................................................................................... 89
C. Saran ......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 91
LAMPIRAN......................................................................................... 93
xi
DAFTAR SINGKATAN
Dt : Data
Hal : Halaman
KTBK : Kunarpa Tan Bisa Kandha
No : Nomor
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tabel Stratifikasi Sosial berdasarkan Profesi........................ 29
Tabel 2
Tabel 3
Tabel Stratifikasi Sosial berdasarkan Tingkat Pendidikan....
Tabel Pengaruh Stratifikasi Sosial pada Pesan Moral...........
31
33
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha Karya Suparto Brata................. 94
xiv
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PENGARUHNYA PADA PESAN MORAL
DALAM NOVEL KUNARPA TAN BISA KANDHA
KARYA SUPARTO BRATA
Oleh Weni Nur Pratiwi
NIM 08205241018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan stratifikasi sosial yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata. Selain itu, juga bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh stratifikasi sosial terhadap pesan moral dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mimetik. Objek penelitian ini adalah novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata. Data pada penelitian ini berupa cuplikan dialog dan narasi. Data diperoleh dengan menggunakan teknik baca secara berulang-ulang dan mencatat data yang ditemukan kemudian dimasukan ke dalam kartu data. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan teknik analisis dialektik. Keabsahan data diperoleh melalui validitas semantis dan realibilitas intrarater.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) stratifikasi yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha dibagi menjadi dua, digolongkan berdasarkan dua kriteria, yaitu berdasarkan politik yang dilihat dari profesi, dan berdasarkan kultur yang dilihat dari tingkat pendidikan..(2) pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha adalah tokoh Handaka sebagai detektif terkenal, pesan moral yang diambil adalah dalam keadaan tertentu, seseorang harus bersikap tawakal, tidak putus asa agar sesuai dengan kedudukan yang sedang ia tempati; Sulun Prabu sebagai kepala administrasi dan orang terpandang, pesan moral yang diambil adalah pada kedudukan tertentu, seseorang jangan sampai dipermalukan karena kedudukannya itu terhormat; Marong sebagai pemborong lulusan SMA mempunyai sikap bekerja keras, pesan moral yang diambil adalah untuk mencapai apa yang seseorang inginkan, maka ia harus bekerja keras; Dokter Wandi sebagai seorang dokter, pesan moral yang diambil adalah apapun profesi seseorang, profesi itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab; Suherwindra yang merupakan anak priyayi terkenal dan hanya lulusan SMA, pesan moral yang diambil adalah gapailah cita-cita setinggi-tingginya, jangan hanya pasrah dan tidak berusaha.; Dewaji yang berprofesi ikut makelar motor dan blantik sapi, pesan moral yang diambil adalah apapun pekerjaan seseorang, asalkan halal, maka janganlah malu; dan Bu Berlin sebagai priyayi yang terkenal, pesan moral yang diambil adalah apapun pangkat, kedudukan seseorang, janganlah sombong, karena masih ada yang lebih tinggi lagi.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Judul “Stratifikasi Sosial dan Pengaruhnya pada Pesan Moral dalam Novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha Karya Suparto Brata ini dipilih karena stratifikasi
sosial adalah sebuah tema yang menarik banyak pengarang. Dari penindasan yang
dilakukan oleh lapisan atas terhadap lapisan bawah sampai adanya kesenjangan
sosial antar lapisan masyarakat. Dominasi masyarakat yang berada pada lapisan
atas menyebabkan masyarakat yang menjadi lapisan bawah semakin tertekan.
Sayangnya kebanyakan karya sastra lama, stratifikasi sosial hanya diulas dangkal,
karena padamasa orde baru, karya sastra yang menyinggung pemerintah akan
dimusnahkan dan pengarangnya akan dihukum.
Lahirnya karya sastra bukanlah hasil imajinasi pengarang belaka namun
juga merupakan refleksi terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Karya sastra
tercipta lebih merupakan pengalaman, pemikiran, refleksi, dan rekaman budaya
pengarang terhadap sesuatu hal yang terjadi dalam dirinya sendiri dan masyarakat
(Damono, 1979: 4). Karya sastra ditafsirkan sebagai sumber informasi tentang
sejarah dan tata kemasyarakatan. Karya sastra yakni dengan jenis fiksi sering
dijadikan objek kaji dalam penelitian.
Sebagai objek penelitian, karya sastra seharusnya tidak dipilah-pilah atau
diseleksi yang bersifat teknis, karena setiap karya sastra memiliki kelebihan
sekaligus kekurangan masing-masing. Apapun bentuk dan hasil karya sastra siapa
saja, karya itu tetap menawarkan sesuatu yang patut diteliti (Endraswara, 2003:
2
23). Setiap karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang mempunyai kekhasan,
pemikiran dari ide-ide yang ditulis dengan jalan cerita yang berbeda-beda, sesuai
dengan keinginan pengarang. Hal tersebut membuat karya sastra menarik untuk
diteliti.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang diminati pembaca,
sekaligus merupakan salah satu bentuk wacana yang mengungkapkan suatu
kehidupan, peristiwa, serta fenomena-fenomena hidup dalam masyarakat.
Menurut Johnson (Faruk, 1999: 45-46), Novel mempresentasikan suatu gambaran
yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat
memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang
dijalin oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya, seperti stratifikasi sosial yang
ada dalam masyarakat. Kenyataan dunia seakan-akan terekam dalam novel, berarti
ia seperti kenyataan hidup yang sebenarnya. Novel dibuat oleh pengarang dengan
mengangkat cerita-cerita ringan yang umum terjadi di kehidupan masyarakat baik
yang bersifat menyedihkan atau menyenangkan, misalnya kisah percintaan,
persahabatan, konflik dalam keluarga, dan lain sebagainya.
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi
kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-
tingkatan) sosial. Fenomena dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam
kehidupan manusia, sesederhana apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya
mungkin berbeda satu sama lain, semua tergantung bagaimana mereka
menempatkannya. Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu yang dihargai, maka
sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem yang
3
berlapis-lapis dalam masyarakat itu (Soekanto, 1976: 133). Sesuatu yang dihargai
tersebut dianggap sebagai tolok ukur untuk mengukur kedudukan seseorang.
Sesuatu yang dihargai itu bisa berupa uang atau benda-benda yang bernilai
ekonomis, berupa tanah, kekuasaan, dan ilmu pengetahuan.
Di dalam uraian tentang teori masyarakat yang berlapis-lapis, dijumpai
istilah kelas sosial. Ogburn (dalam Soekanto, 1976: 140) mengemukakan apabila
pengertian kelas ditinjau lebih dalam, maka akan dijumpai beberapa kriteria yang
tradisional, yaitu (1) besarnya atau ukuran jumlah anggotanya, (2) kebudayaan
yang sama, (3) kelanggengan, (4) tanda atau lambang yang merupakan ciri khas.
Sedangkan stratifikasi sosial adalah penggolongan masyarakat secara vertikal atau
dari atas ke bawah. Beda antara stratifikasi sosial dengan kelas sosial terdapat
pada adanya lambang yang menujukkan ciri atau kekhasan dari kelompok
tersebut. Sebagai contoh, bangsawan atau darah biru merupakan kelas sosial,
sedangkan raja, patih, adipati yang merupakan anggota dari bangsawan atau darah
biru tersebut adah stratifikasi sosial.
Sastrawan dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat: sastra tidak hanya
meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya (Wellek dan Warren, 1990: 109).
Pendapat tersebut menegaskan keberadaan sastra di tengah-tengah masyarakat
tidak hanya meniru kehidupan tetapi juga mempengaruhinya. Melalui karya
sastra, khususnya novel, seorang penulis dapat mempengaruhi jiwa pembaca.
Novel dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendidikan moral kepada
pembaca. Sisipan moral yang terdapat dalam bacaan lebih praktis diterima oleh
4
pembaca melalui cerita. Kehadiran moral dalam cerita dapat dipandang sebagai
semacam pendidikan moral tertentu secara praktis.
Sosiologi sastra juga mempengaruhi penciptaan karya sastra.
Bermunculan karya sastra yang menyorot kehidupan sosial dengan berbagai sisi.
Karya sastra merupakan cara lain menyampaikan pesan-pesan atau bahkan
pendidikan secara tidak langsung kepada pembaca. Melalui karya sastra pula
pembaca bisa mengetahui apa yang sedang terjadi saat karya sastra tersebut
diciptakan, baik keadaan masyarakat yang melingkunginya ataupun keadaan fisik
dan jiwa pengarangnya.
Objek kajian dalam penelitian ini adalah novel Kunarpa Tan Bisa Kandha
yang merupakan cerita berbahasa Jawa karangan Suparto Brata. Novel ini
merupakan salah satu novel seri Detektif Handaka yang diterbitkan oleh Jajasan
Penerbit Narasi pada tahun 2009 setebal 171 halaman. Novel Kunarpa Tan Bisa
Kandha merupakan salah satu karyanya yang pernah diterbitkan dalam bentuk
cerbung di majalah Jaya Baya November 1991 sampai dengan Maret 1992. Novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha dipandang sebagai sebuah refleksi jaman yang dapat
mengungkapkan aspek sosial, politik, dan sebagainya. Hal itu disebabkan novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha memuat cerita yang kompleks. Novel ini bukan seperti
novel detektif yang lainnya. Butuh pemahaman dalam membaca setiap babnya.
Setiap tokoh dalam cerita dapat mewakili masyarakat yang ada di kehidupan
nyata. Pelapisan sosial yang terdapat dalam cerita juga tergambar jelas, mulai dari
yang paling rendah hingga yang paling tinggi, dari pembantu rumah tangga
hingga camat. Dari tingkat pendidikan pun juga tergambar jelas, dari pendidikan
5
dasar hingga perguruan tinggi. di dalam novel ini terungkap, bagaimana Detektif
Handaka menyelidiki kematian istri Sulun Prabu,sahabatnya, yang bernama
Trianah yang tewas dibunuh. Semasa hidupnya, Jeng Trianah selalu meremehkan
orang-orang yang derajatnya lebih rendah darinya. Keluarga Sulun Prabu sendiri
merupakan keluarga priyayi yang terkenal dan dihormati oleh masyarakat. Ia
menjodohkan anaknya dengan calon yang berasal dari keluarga terpandang dan
yang sudah memiliki pekerjaan yang sukses. Ia tidak mau menjodohkan anaknya
dengan orang yang hanya lulusan SMA dan berpenghasilan kecil. Setelah
diselidiki, ternyata banyak orang yang tidak menyukai Jeng Trianah karena
perangainya yang sombong. Pembunuh Jeng Trianah pun sebenarnya adalah
Dewaji yang bekerja sebagai blantik sapi.
Bila kita membaca novel ini secara mendalam, seakan kita dapat
merasakan adanya kesenjangan sosial yang terjadi antara lapisan atas dengan
lapisan bawah. Karakter para tokoh dalam novel tersebut sangat relevan bila
dianalisis melalui stratifikasi sosial dan pengaruhnya terhadap pesan moral. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti stratifikasi sosial
dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha dengan kajian sosiologi sastra.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan
permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut.
1. Unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
2. Faktor-faktor penyebab stratifikasi sosial dalam masyarakat.
6
3. Jenis-jenis stratifikasi sosial yang ada di masyarakat dalam novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha.
4. Pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang ada dalam novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka dilakukan pembatasan masalah.
Melalui pertimbangan metodologis dan keterbatasan yang ada pada peneliti, maka
permasalahan penelitian ini dibatasi pada masalah stratifikasi sosial yang ada di
masyarakat dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha dan pengaruh stratifikasi
sosial terhadap pesan moral yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Apa sajakah stratifikasi sosial yang ada di masyarakat dalam novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha?
2. Apakah pengaruh stratufikasi sosial pada pesan moral yang ada dalam
novel Kunarpa Tan Bisa Kandha?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
diuraikan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan stratifikasi sosial yang ada di masyarakat dalam novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha.
7
2. Mendeskripsikan pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang ada
dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Manfaat
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat praktis dan manfaat
teoritis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu sosiologi sastra tentang kajian stratifikasi sosial yang
terdapat dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha sehingga pembaca lebih
mudah atau memahami makna yang terkandung didalamnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran, khususnya tentang stratifikasi sosial dalam novel Kunarpa Tan
Bisa Kandha bagi masyarakat penggemar sastra. Selain itu, juga diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan memperluas apresiasi terhadap karya sastra
khususnya kesusastraan Jawa.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Karya Sastra
Karya sastra sebagai karya imajiner lahir dari sebuah konteks sosial
budaya kemasyarakatan. Sebuah karya sastra berakar pada kultur masyarakat,
yang menghidupi pengarang dalam menciptakan karya sastra. Menurut
Endraswara (2003: 22) sastra pada dasarnya akan mengungkapkan kejadian,
namun kejadian tersebut bukanlah “fakta sesungguhnya”, melainkan sebuah fakta
mental pencipta. Sastra yang diciptakan pengarang merupakan ungkapan dunia
dari pengarang yang dituangkan menjadi sebuah karya sastra.
Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di tengah-
tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial budaya. Pengaruh tersebut
bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh masyarakat. Karya sastra juga dapat disebut sebagai produk masyarakat.
Dalam penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak lepas dari pengaruh
masyarakat, meskipun karya sastra merupakan ide kreatif ataupun imajinasi
pengarang. Akan tetapi sering kali dalam penciptaan tersebut pengarang mendapat
pengaruh dari masyarakat disekelilingnya, namun kadang pengaruh tersebut
hanya sebagai pemancing inspirasi pengarang. Hal ini dikarenakan pengarang
juga merupakan anggota masyarakat. Dalam menciptakan suatu cerita dalam
karya sastra, pengarang tidak bisa lepas dari masyarakat tempat hidupnya.
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki pengarang juga ikut mempengaruhi
9
proses penciptaan tersebut. Oleh sebab itu karya sastra sering disebut sebagai
cermin masyarakat.
Karya sastra sebagai cerminan masyarakat mengungkapkan problema
kehidupan yang pengarang sendiri terlibat didalamnya. Sementara sastrawan
sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentudan tidak
dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang
membesarkan sekaligus membentuknya. Dengan kata lain, mempelajari sastra
dapat sampai pada mempelajari masyarakat, yaitu mempelajari aspirasi
masyarakat itu, tingkat kulturnya, seleranya, pandangan hidupnya, dan
sebagainya.
Karya sastra, seperti diakui banyak orang, merupakan suatu bentuk
komunikasi yang disampaikan dengan cara yang khas dengan memberikan
kebebasan pada pengarang untuk menuangkan kreatifitas imajinasinya. Karya
sastra yang diciptakan oleh pengarang ada bermacam-macam. Salah satu
bentuknya yaitu novel.
B. Novel
Novel merupakan suatu karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan
tokoh-tokoh yang diciptakan oleh pengarang menjadi suatu cerita yang menarik.
Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai
unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut Sudjiman (1984: 53), novel adalah prosa rekaan yang panjang
dengan menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan
latar secara tersusun. Novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia
10
yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun oleh
pengarang sebagai perwujudan atas apa yang ia pikirkan. Tokoh-tokoh dan latar
yang disuguhkan pun merupakan gambaran kehidupan sehari-hari pengarang.
Novel memberikan gambaran kehidupan yang manusia yang luar biasa.
Sebuah kehidupan yang dapat dijadikan sebagai cerminan bagi pembaca dalam
mengambil pelajaran akan sikap hidup yang dikandungnya. Novel dibuat oleh
pengarang dengan mengangkat cerita-cerita yang umum terjadi di kehidupan
masyarakat baik yang bersifat menyedihkan atau menyenangkan, misalnya kisah
percintaan, persahabatan, konflik dalam keluarga, dan lain sebagainya. Dalam
novel muncul kejadian-kejadian yang membuat tokoh dalam cerita bisa bersikap
bijaksana atau bisa mengambil sikap yang sesuai dalam menghadapi pertikaian
yang akan merubah nasib mereka. Novel sebagai bagian dari karya sastra dan
sebagai produk budaya menampilkan kahasanah budaya yang ada dalam
masyarakat. Pengarang atau sastrawan tidak hanya menyampaikan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masyarakat, melainkan juga kearifan-kearifan yang
dihadirkan dari hasil perenungan yang mendalam.
C. Sosiologi Sastra
Karya sastra dapat ditelaah melalui unsur intrinsik maupun ekstrinsik.
Telaah ini dimaksudkan untuk memahami dan mempelajari makna yang
terkandung dalam suatu karya. Dalam penelitian ini karya sastra diteliti melalui
unsur ekstrinsik dan telaah sastra dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Pendekatan sosiologis terhadap sastra didasarkan bahwa ada
kaitan antara sastra dengan masyarakat. Sosiologi dan sastra berurusan dengan hal
11
yang sama yaitu manusia dalam masyarakat. Sosiologi adalah suatu telaah
objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial dan
proses sosial. Sedangkan sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa
sebagai mediumnya, bahasa itu merupakan ciptaan sosial yang menampilkan
gambaran kehidupan (Semi, 1993:52). Sastra diwujudkan melalui bahasa yang
kemudian ditulis menjadi karya sastra. Salah satu bentuknya yaitu novel.
Sastra memberikan gambaran kehidupan manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan. Kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antar
masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi pada
seseorang (Damono, 1979:1). Gambaran kehidupan yang dihadirkan dalam sastra
dapat memberikan kesan tertentu yang bermanfaat. Sastra dapat menimbulkan
terjadinya peristiwa dan sikap sosial tertentu dalam masyarakat.
Sastra menampilkan kehidupan masyarakat dengan segala
permasalahnnya. Sastra tidak sekedar imajinansi yang dihasilkan oleh seorang
pengarang. Peristiwa kehidupan dalam sastra yang diciptakan oleh pengarang bisa
dianggap sebagai rekaman dari zamannya atau sastra dianggap sebagai cerminan
kehidupan masyarakat.
Sastra dikaitkan dengan situasi tertentu, atau dengan sistem politik,
ekonomi, dan sosial tertentu (Wellek dan Warren, 1990: 109). Melalui situasi
sosial, sastra mencerminkan keadaan sosial yang terjadi pada saat sastra itu
diciptakan. Sastra menyiratkan masalah sosial pada jamannya. Salah satu masalah
sosial yaitu adanya strata-strata dalam masyarakat.
12
Dalam penelaahan sastra sebagai cermin masyarakat maka pandangan
sosial harus diperhitungkan apabila menilai karya sastra sebagai cermin
masyarakat. Sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan untuk
menumbuhkan sikap sosial tertentu-atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa
sosial tertentu (Damono, 1979: 2). Peristiwa sosial tersebut antara lain stratifikasi
sosial masyarakat yang juga bisa menumbuhkan sikap-sikap akibat dari adanya
stratifikasi tersebut.
Adanya lintas disiplin antara sosiologi dan ilmu sastra sangat membantu
peneliti yang ingin mengetahui historis serta budaya masyarakat yang terkandung
dalam sebuah karya sastra. Hal ini dikarenakan sosiologi sastra dapat membantu
memahami kehidupan manusia. Sastra sebagai suatu lembaga menampilkan
kehidupan tersebut dengan menggunakan bahasa, bahasa dalam kehidupan itu
sendiri merupakan kenyataan sosial. Oleh karena itu, penelitian yang berhubungan
dengan sastra dan masyarakat dapat ditempuh melalui sosiologi sastra.
D. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti
Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum
(jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat kedalam lapisan-lapisan secara bertingkat (hierarkis)
(http://stratifikasi-sosial.blogspot.com). Penggolongan tersebut terjadi akibat
adanya kesepakatan yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan sesuatu yang
dihargai. Sesuatu yang dihargai itu bisa berupa kekayaan, jabatan atau hal-hal
lainnya yang dianggap memiliki nilai yang tinggi. Stratifikasi sosial merupakan
13
salah satu bentuk situasi sosial yang ada di masyarakat. Situasi sosial ini sering
tergambar dalam karya sastra, salah satunya tergambar dalam novel.
Sastra merupakan wajah kehidupan sosial. Dunia sosial selalu
melatarbelakangi lahirnya karya sastra. Bayangan kehidupan sosial masa lalu
sering diinternalisasikan ke dalam hidup yang sedang dijalani (Endraswara, 2013:
150). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang digunakan pengarang
untuk menampilkan gambaran kehidupan yang terjadi di masa lalu. Anggapan
bahwa novel merupakan gambaran cerminan kehidupan selalu berkembang karena
novel merupakan lukisan kehidupan masyarakat secara nyata.. Kehidupan sosial
masyarakat yang ada dalam dunia nyata sering ditampilkan oleh pengarang dalam
bentuk novel.
Selain itu, Endraswara (2013: 156) membagi fakta hidup manusia menjadi
dua, yaitu (1) fakta kehidupan individu, yang memuat rasa, cipta, dan karsa, dan
(2) fakta hidup sosial. Analisis sosiologi novel bergerak dari fakta kemanusiaan
individu menuju fakta kemanusiaan sosial. Fakta hidup individu berhubungan
dengan kehidupan individu itu sendiri seperti konflik batin yang dialaminya
sendiri. Fakts hidup sosial berhubungan dengan individu itu sendiri dengan
masyarakat yang ada di sekitarnya. Fakta hidup sosial dalam masyarakat salah
satunya yaitu mengenai stratifikasi sosial. Hal tersebut membuat masyarakat
digolongkan ke dalam lapisan-lapisan tertentu berdasarkan hal yang telah
disepakati oleh masyarakat itu sendiri.
Perhatian sosiologi novel, paling tidak adalah mengungkap aspek-aspek
sosial yang mempengaruhi tokoh mengisolasi diri. Dalam kerangka mencari
14
kebijaksanaan ataukah lari dari realitas ketika tokoh semakin terpojok. Banyak hal
yang dapat dikemukakan dalam studi novel. Paling tidak ada masalah-masalah
penting, yaitu (a) konteks sosial, (b) regresi sosial, (c) isolasi sosial, (d) permainan
posisi sosial. Yang terakhir ini sering memunculkan dominasi kaum elit, priyayi,
ningrat yang kadang melumpuhkan kaum lemah (miskin) (Endraswara, 2013:
164). Permainan posisi sosial dalam suatu masyarakat dapat menyebabkan
terjadinya stratifikasi sosial yang berdampak adanya sistem berlapis-lapis pada
masyarakat, dari lapisan yang paling atas hingga lapisan yang paling bawah.
Weber (Faruk, 2010: 33) mengemukakan adanya tiga dasar yang berbeda
dari stratifikasi sosial, yaitu dasar ekonomi yang melahirkan kelas-kelas sosial,
dasar kultural yang membentuk status-status sosial, dan dasar politik yang
membuahkan kelompok-kelompok kekuasaan. Stratifikasi sosial atas dasar
ekonomi adalah stratifikasi sosial yang diukur dari perbedaan tingkat kepemilikan
atau penguasaan atas sumber-sumber produktif. Stratifikasi sosial atas dasar
budaya adalah stratifikasi sosial yang didasarkan pada ikatan subjektif para
anggota dalam status sosial tertentu, kesamaan dalam gaya hidup mereka,
kesamaan dalam kebiasaan, dan juga keturunan. Stratifikasi sosial atas dasar
politik berarti stratifikasi sosial yang dibangun atas dasar kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain, memaksakan kehendak kepada orang lain meskipun
terdapat perlawanan dari orang lain itu.
Dari kedua teori tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa stratifikasi
sosial adalah permainan posisi yang ada dalam masyarakat, berdasarkan ekonomi,
kultur, atau bahkan juga bisa berdasarkan politik. Dari aspek-aspek tersebut
15
masyarakat digolongkan ke golongan tinggi, sedang, atau bahkan golongan
bawah. Stratifikasi tersebut sering mengunggulkan golongan tinggi sebagai
pengguasa dan pemenang, sehingga sering kali terjadi kesenjangan sosial antara
yang ada pada golongan tinggi dengan golongan bawah.
E. Pesan Moral dalam Karya Sastra
Istilah moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: moses) yang berarti:
adat, kebiasaan. Dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, kata moral masih
dipakai dalam arti yang sama dengan kata etika. Kata etika berasal dari bahasa
Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal
yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan,
sikap, cara pikir (Bertens, 1993: 4). Bertens kemudian mengartikan moral pada
tiga arti: 1) ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban;
2) kumpulan asa atau nilai yang berkaitan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Penjelasan moral dapat diartikan sama dengan etika. Keduanya mengatur
tentang baik dan buruk tindakan manusia, yang menjadi pedoman hidup manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Bertens (1993: 6) mengatakan bahwa moral
memiliki arti yang sama dengan etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur hidupnya.
Dengan demikian, ketika dikatakan bahwa perbuatan seseorang tidak bermoral,
yang dimaksud adalah perbuatan seseorang itu melanggar nilai-nilai dan norma-
norma etis yang berlaku. Moral mempunyai ciri-ciri delam keberadaannya di
tengah masyarakat. Ciri-ciri moral tersebut ialah sebagai berikut.
16
a) Berkaitan dengan tanggung jawab manusia
Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan pribadi manusia yang
bertanggung jawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan bahwa seseorang bersalah
atau tidak bersalah karena ia bertanggung jawab. Suatu nilai moral hanya bisa
diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab orang yang bersangkutan. Manusia menggunakan haknya untuk melakukan
hal baik atau buruk, tergantung pada kebebasannya (Bertens, 1993: 143-144).
Kesadaran seseorang untuk melaksanakan ajaran moral karena dipengaruhi oleh
sikap tanggung jawab. Ketiadaan rasa tanggung jawab hanya akan membuat
seseorang untuk tidak tahu apakah yang diperbuat merupakan tindakan
melaksanakan moral atau bahkan melanggar moral. Sehingga sikap tanggung
jawab manusia berkaitan erat pengaruhnya perbuatan seseorang dalan
kehidupannya.
b) Berkaitan dengan hati nurani
Semua nilai meminta untuk diwujudkan dan diakui. Nilai selalu
mengandung semacam undangan atau imbauan. Mewujudkan nilai-nilai moral
merupakan “imbauan” dari hati nurani. Salah satu ciri khas nilai moral adalah
bahwa hanya nilai ini menimbulkan “suara” dari hati nurani yang menuduh kita
bila meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji bila mewujudkan
nilai-nilai moral (Bertens, 1993: 144). Seperti halnya moral berkaitan dengan
tanggung jawab, moral berkaitan dengan hati nurani juga dipengaruhi oleh hati
nurani seseorang. Melalui nurani, seseorang dapat menjalankan moral yang baik
dan juga moral yang jelek tergantung hati nurani seseorang dalam mewujudkan.
17
Hati nurani menuntun perbuatan seseorang bagaimana harus bersikap dan
memilih moral.
c) Mewajibkan
Nilai moral bersifat mewajibkan seseorang secara absolut dan tidak bisa
ditawar. Nilai-nilai lain sepatutnya diwujudkan atau sebaliknya diakui. Nilai
moral mengandung nilai imperatif kategoris. Artinya, nilai moral itu mewajibkan
kita begitu saja, tanpa syarat. Kewajiban yang melekat pada nilai-nilai moral itu
berlaku bagi manusia sebagai manusia. Selanjutnya kewajiban moral tidak datang
dari luar, tetapi berakar dari kemanusiaan kita sendiri (Bertens, 1993: 145-146).
Uraian diatas menjelaskan bahwa moral menuntun manusia untuk melaksanakan
moral yang berlaku secara tegas. Moral mewajibkan seseorang agar tidak secara
bebas bertingkah laku yang mana itu lahir dari sikapnya sebagai manusia.
d) Bersifat formal
Nilai-nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus yang terpisah
dari nilai-nilai lain. Nilai moral mengikutsertakan nilai-nilai lain dalam suatu
”tingkah laku moral”. Tidak ada nilai-nilai moral yang murni terlepas dari nilai-
nilai lain. Hal itu yang dimaksud bahwa nilai-nilai moral bersifat formal (Bertans,
1993: 143-144). Nilai-nilai moral tersebut satu sama lain saling melengkapi
sehingga dapat tercipta moral yang lebih baik. Moral yang satu dengan yang
lainnya saling mengisi sehingga terciptanya keintegrasian moral dalam kehidupan.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan
hal itulah yang akan disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2004: 321).
18
Moral dalam cerita, menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2004: 321), biasanya
dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu
yang bersifat praktis yang dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh
pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah
laku dan sopan santun pergaulan.
Karya sastra keberadaannya memiliki manfaat oleh pembacanya. Karya
sastra dikonsumsi untuk memperoleh hiburan dan pengetahuan tentang kehidupan
seperti ajaran agama, adat istiadat, sejarah, ajaran moral, dan lain sebagainya.
Dalam khazanah kesusastraan Jawa dikenal adanya sastra wulang (Darusuprapta,
dkk, 1990: 1). Karya sastra yang termasuk sastra wulang adalah karya sastra yang
berisi ajaran tentang kehidupan yang mencakup berbagai segi baik yang
berhubungan dengan kehidupan beragama, berkeluarga, bermasyarakat maupun
bernegara. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Darma (1984: 47) yang
menyatakan bahwa karya sastra yang baik selalu memberikan pesan kepada
pembaca untuk berbuat baik, pesan yang dimaksud adalah pesan moral. Artinya,
karya sastra yang baik adalah selalu mengakak pembaca untuk menjunjung tinggi
norma-norma moral.
Kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan
dengan yang lainnya termasuk juga dalam hal moral. Endraswara (2006: 6-7)
dalam bukunya Budi Pekerti Jawa menjelaskan hubungan manusia dalam
kehidupan. Hubungan tersebut mencakup hubungan manusia dengan Tuhan,
sesama, dan diri sendiri. Hubungan manusia dengan Tuhan dalam tugas dan
19
kewajiban manusia terhadap Tuhan. Dengan tugas dan kewajiban manusia
terhadap Tuhan, akan dapat menumbuhkan perilaku manusia yang eling, pasrah
dan sumarah. Tugas dan kewajiban manusia terhadap Tuhan antara lain adalah
beriman, yaitu mempercayai adanya Tuhan dan bertaqwa. Hal itu dilakukan
dengan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya. Hubungan
manusia dengan sesamanya dapat diwujudkan dengan membuat orang lain
senang. Selain itu juga diwujudkan dalam bentuk larangan (wewaler), misalnya
manusia jangan semena-mena terhadap orang lain, jangan merasa dirinya paling
benar, dan lain sebagainya. Nilai moral tersebut berupa sikap jujur, bikajsana,
bertanggung jawab, percaya diri, dan sebagainya. Pada dasarnya nilai yang
berhubunhan dengan dirinya sendiri bertujuan untuk membentuk pribadi yang
baik bagi diri sendiri. Hal penting yang seharusnya dilakukan oleh manusia agar
dapat mewujudkan kepribadian yang baik yaitu mengendalikan hawa nafsu.
Moral dalam suatu cerita menurut Kenny (Nurgiyantoro, 2004: 321)
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran
moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat
cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Hal itu merupakan petunjuk yang sengaja
diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
kehidupan seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan.
Menurut Nurgiyantoro (2004: 323), jenis ajaran moral dalam karya sastra
mencakup masalah yang dapat dikatakan bersifat tidak bebas. Secara garis besar
dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) moral yang menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhan, b) moral yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia
20
dalam lingkungan sosial termasuk dalam hubungannya dengan lingkungan alam,
dan c) moral yang menyangkut hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Endraswara (2006: 6-7) dalam bukunya Budi Pekerti Jawa menjelaskan
hubungan manusia dalam kehidupannya. Hubungan tersebut mencakup hubungan
manusia dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri. Adapun hubungan manusia
tersebut adalah sebagai berikut:
Hubungan manusia dengan Tuhan dalam tugas dan kewajiban manusia
terhadap Tuhan. Dengan tugas dan kewajiban manusia terhadap Tuhan, akan
dapat mmenumbuhkan perilaku manusia yang eling, pasrah dan sumarah. Tugas
dan kewajiban manusia terhadap Tuhan antara lain adalah beriman yaitu
mempercayai adanya Tuhan dan bertaqwa. Hal itu diakukan dengan
melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Hubungan manusia dengan sesamanya dapat diwujudkan denga membuat
orang lain senang. Hubungan manusia dengan sesamanya dapat dibagi menjadi
beberapa kategori berdasarkan ruang lingkup pergaulan, antara lain hubungan
orang tua dengan anak, suami dengan istri , guru dengan murid dan atasan dengan
bawahan.
Hubungan manusia dengan diri sendiri berkaitan dengan usaha menggugah
semangat diri, memberi motivasi, hasrat dan kemauan. Nilai moral tersebut
berupa sikap jujur, bijaksana, bertanggung jawab, percaya diri dan sebagainya.
Pada dasarnya nilai yang berhubungan dengan diri sendiri bertujuan untuk
membentuk kepribadian yang baik bagi diri sendiri.
21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan cara memandang dan mendekati suatu objek atau
dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendekatan adalah asumsi-asumsi dasar
yang dijadikan pegangan dalam memandang objek (Semi, 1993: 63). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian terhadap karya sastra ini menggunakan
pendekatan mimetik dimana karya sastra dihubungkan dengan semesta dan
dengan dunia nyata. Esensial dari teori mimetik tersebut bahwa semesta,
kenyataan, atau sesuatu yang di luar karya sastra itu sendiri menyaran pada
pengertian luas termasuk berbagai masalah yang diacu oleh karya sastra, seperti
filsafat, pandangan hidup bangsa, psikologi, sosiologi dan lain-lain (Nurgiyantoro,
2004 : 7). Dengan menggunakan pendekatan mimetik, maka akan mengetahui
hubungan kebenaran faktual dengan kebenaran imajinatif. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian pustaka, sebab data primer maupun data
sekundernya berupa pustaka, yaitu naskah tertulis. Metode kualitatif merupakan
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-
kalimat dalam paragraf yang berisi klasifikasi tentang stratifikasi sosial serta
pengaruhnya pada pesan moral dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha .
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa data sesuai dengan batasan masalah
22
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
Karya sastra ini adalah sebuah novel karangan Suparto Brata yang diterbitkan oleh
Penerbit Narasi Yogyakarta pada tahun 2009. Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha
ini pernah diterbitkan sebagai cerita bersambung di Majalah Jaya Baya pada tahun
1991. Fokus dalam penelitian ini adalah stratifikasi sosial dan pengaruhnya pada
pesan moral dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pembacaan dan pencatatan
(Semi, 1993: 22). Teknik pembacaan dilakukan secara cermat dan berulang-ulang
karena didasarkan pada dokumen yang berupa data tertulis yaitu Novel Kunarpa
Tan Bisa Kandha. Teknik baca merupakan teknik yang digunakan untuk
memperoleh data dengan cara membaca suatu teks secara cermat dan teliti.
Setelah membaca dengan cermat, dilakukan kegiatan pencatatan data. Data yang
sudah terkumpul kemudian dimasukan dalam kartu data yang telah disiapkan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
berperan sebagai human instrument. Menurut Endraswara (2003: 5), peneliti
dikatakan sebagai human instrument karena peneliti merupakan instrumen kunci
yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra.
Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka, maka dari itu
instrumen penelitian yang digunakan adalah alat bantu yang berupa kartu data.
23
Lembar data tersebut digunakan untuk mencatat data-data yang relevan dengan
penelitian. Setiap satu kesatuan konsep dari data dicatat pada lembar data yang
sejenis. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyeleksian dan
pengklasifikasian unit data menurut unsur sejenisnya. Adapun lembar data yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa
Kandha.
No
Data
Tokoh
Hal
Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
1. Detektif
Handaka
5 Kanca nalika
isih padha
sekolah ing
SMPN II,
Jalan
Kepanjen
Surabaya.
Teman ketika
masih sama-sama
sekolah di SMP II
Jalan Kepajen
Surabaya.
Tingkat
Pendidikan
Keterangan :
No Data : Merupakan nomor urut dari data yang diambil
Tokoh : Merupakan nama tokoh dari cerita yang diambil
Datanya
Hal : Merupakan halaman buku dari kutipan data.
Nukilan Data : Merupakan kutipan data yang diambil dari cerita
yang digunakan untuk penelitian
Bahasa Jawa : Merupakan kutipan data yang diambil berbahasa
Jawa
Bahasa Indonesia : Merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari
kutipan data yang berbahasa Jawa
24
Jenis Stratifikasi Sosial : Penggolongan data berdasarkan stratifikasi sosial
yang terkandung dalam data.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan bersifat deskiptif kualitatif. Teknik ini
digunakan karena data-data dalam penelitian ini berupa data verbal yang
memerlukan penjelasan secara deskriptif. Data yang diperoleh lewat pencatatan
data, diidentifikasi dan diklasifikasi sesuai kategori yang telah ditentukan dalam
bentuk tabel. Data-data tersebut kemudian ditafsirkan maknanya dengan
menghubungkan antara data dan teks tempat data berada. Selain itu, dilakukan
juga inferensi, yaitu menyimpulkan data-data yang telah dipilah-pilah tersebut
untuk kemudian dibuat deskripsinya sesuai dengan kajian penelitian.
F. Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas data, peneliti menggunakan
uji validitas semantis. Menurut Endraswara (2003: 164) validitas semantis yaitu
mengukur tingkat kesensitifan makna simbolik yang bergayut dengan konteks.
Kemunculan suatu data secara berulang-ulang dipertimbangkan konsistensinya.
Data dapat dikatakan valid jika memiliki konsistensi dan berkesinambungan.
Penafsiran data juga dipertimbangkan dengan konteks wacana. Dengan demikian,
validitas semantis yang digunakan berdasarkan pada keterangan, ucapan, tindakan
tokoh dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
Pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas intrarater, yaitu
dengan cara membaca dan meneliti secara berulang-ulang dengan tujuan cek-ricek
25
terhadap novel Kunarpa Tan Bisa Kandha untuk mengetahui reliabilitas yang
diperoleh. Selain menggunakan reliabilitas intrarater, digunakan pula reliabilitas
interrater, yaitu melakukan tanya jawab dengan dosen pembimbing yang dianggap
memiliki pengetahuan tentang stratifikasi sosial.
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh meliputi stratifikasi sosial
serta pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang terdapat di dalam novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha. Stratifikasi sosial dalam novel Kunarpa Tan Bisa
Kandha terbagi menjadi dua yaitu berdasarkan kekuasaan yang meliputi jenis
profesi dan berdasarkan ilmu pengetahuan dilihat dari tingkat pendidikan serta
pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang disampaikan dalam bentuk
tabel ringkasan dengan data selengkapnya terdapat dalam lampiran. Sebelum
pemaparan hasil penelitian, akan dikemukakan ringkasan cerita dari setiap data
penelitian yang ada. Adapun ringkasan cerita tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ringkasan Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha
Setelah mendapat telefon dari Sulun Prabu yang merupakan teman saat
SMP, Handaka bergegas berangkat ke Probolinggo. Sesampainya di rumah
Sulun Prabu, Handaka diberi mandat untuk menyelidiki kematian istri Sulun
Prabu, Jeng Trianah yang janggal. Jeng Trianah meninggal saat di rumah
Sulun Prabu ada acara ulang tahun Pipin, anak sulungnya. Sebelum
meninggal, Jeng Trianah pergi ke kamar mandi. Sesaat kemudian terdengar
teriakan Solikah, pembantunya dari dapur. Jeng Trianah sudah jatuh di lantai
kamar mandi dengan luka memar di kepala. Kemudian Sulun Prabu dibantu
anak-anaknya dan para tamu membawa Jeng Trianah ke kamar. Sulun Prabu
yang merupakan kepala administrasi pabrik gula mendatangkan dokter
27
perusahaan. Dokter Wandi yang merupakan dokter perusahaan tempat Sulun
Prabu bekerja datang memeriksa dan memastikan Jeng Trianah baik-baik
saja. Setelah itu, Sulun Prabu yang semula menemani istrinya di kamar pergi
menonton berita. Sekembalinya dari menonton berita, Sulun Prabu mendapati
istrinya sudah meninggal. Menurut Sulun Prabu, kematian isrtinya tidak
wajar, karena sebelumnya dokter memastikan bahwa istrinya baik-baik saja.
Hal itulah yang membuat Sulun Prabu menelfon Handaka yang notabennya
merupakan detektif terkenal dan berharap Handaka bisa memecahkan misteri
kematian istrinya dan menangkap si pembunuh. Satu per satu tamu yang hadir
di acara ulang tahun Pipin diselidiki. Mulai dari anak-anak Sulun Prabu yaitu
Pipin, Riris, Manik, sampai teman-teman dan calon mantu Sulun Prabu.
Sulun Prabu pun tak lepas dari penyelidikan Handaka. Pipin merupakan anak
sulung Sulun Prabu, lulusan Untag Surabaya sebagai seorang sarjana hukum,
tetapi ia bekerja di Kursus Komputer Dikha bersama teman SMAnya,
Tantiyam. Riris, yakni anak kedua Sulun Prabu, merupakan lulusaan
Akademi Sekteraris nongelar Widya Mandala yang sekarang sudah bekerja di
kantor pemda dengan tunangannya Drs. Risang. Manik merupakan anak
bungsu Sulun Prabu yang masih bersekolah di SMK. Tak luput Marong yang
merupakan tunangan Pipin yang bekerja sebagai pemborong diperiksa.
Drs.Risang, tunangan Riris yang juga bekerja satu kantor dengan Riris
diperikas oleh Handaka. Teman-teman Pipin semasa SMA yang diundang di
acara ulang tahun pun juga diperiksa, yaitu Suherwindra yang merupakan
anak priyayi terkenal Bu Berlin Yasakartana, Maharani,dan Tantiyam.
28
Setelah dilakukan penyelidikan ditemukan petunjuk yang menbunuh Jeng
Trianah memakai sepatu kets dan merokok. Hasil penyelidikan merujuk pada
salah satu tamu yang hadir di acara ulang tahun Pipin, yaitu Dewaji. Dewaji
adalah suami dari Tantiyam yang bekerja sebagai makelar motor atau blantik
sapi. Dewaji membunuh Jeng Trianah karena ingin Ir. Eram mantan tunangan
Pipin yang bekerja di PU Jember membunuh Janawi, teman sekantor Ir.
Eram, sekaligus kakak dari Tantiyam, istri Dewaji. Akhirnya terungkap sudah
siapa pembunuh Jeng Trianah. Polisi segera menangkap Dewaji yang
mencoba melarikan diri tetapi digagalkan oleh Marong. Akhirnya kasus
pembunuhan sudah terpecahkan.
2. Stratifikasi Sosial yang Ada di Masyarakat dalam Novel Kunarpa Tan
Bisa Kandha
a) Stratifikasi Sosial atas Dasar Politik
Dalam masyarakat, stratifikasi sosial berdasarkan politik didasarkan pada
profesinya. Profesi atau kedudukan seseorang dianggap bisa mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh profesi yang lebih tinggi dari orang itu. Di bawah ini dapat
dilihat Tabel 1. yang berisi hasil temuan stratifikasi sosial berdasarkan profesi di
dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata.
29
Tabel 1. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Profesi
No. Jenis Profesi Tokoh Nukilan
Data
Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Camat
Kepala administrasi
Detektif
Pemborong
Ayah Marong
Sulun Prabu
Handaka
Marong
“Aja cemlewo, kene ana anake camat!Marong.” ....antuk kepala administrasine pabrik gula.” Mulane merlokake nekakake Handaka, kang profesine detektip.” “Marong dhewe saiki wis dadi pemborong cilik-cilikan.”
Profesi sebagai camat, kepala administrasi, detektif, dan pemborong dianggap memiliki posisi yang berada paling tinggi karena profesi tersebut dapat mendominasi banyak orang yang berada di bawahnya
Dokter
Insinyur
Pegawai PU
Pegawai Pemda
Pegawai kantor
Dokter Wandi
Ir. Pambudi
Ir. Eram
Riris dan Drs. Risang
Maharani
dhokter perusahaanku biyen,…” Gaweane nglakokake mesin-mesin.” wis nyambut gawe ing PU Jember.” Saiki isih honorer ing Bagian Humas Pemda Kodya kene.”, nyambut gawene uga ing Pemda, Bagian Itwilda.” “Wara-wara Ekapraya ugi dipunkintun dhateng kantor kula,...”
Profesi dokter, insinyur, pegawai PU, pegawai pemda, pegawai kantor,pegawai kursus komputer, dan pegawai EMKL berasa di lapisan tengah karena profesi-profesi tersebut tidak bisa mempengaruhi orang lain
30
Tabel lanjutan
Secara umun novel Kunarpa Tan Bisa Kandha menceritakan tokoh-tokoh
yang bekerja sebagai camat yaitu Ayah Marong, kepala administrasi pabrik yaitu
Sulun Prabu, detektif yaitu Handaka, pemborong yaitu Marong, pegawai
pemerintah yaitu Riris dan Drs. Risang, dokter yaitu Dokter Wandi, insinyur yaitu
Ir. Eram dan Ir. Pambudi, pegawai kantoran yaitu Pipin, Tantiyam, Maharani,
Suherwindra, pembantu yaitu Solikah, maklar motor dan blantik sapi yaitu Dewaji
dan pelajar yaitu Manik, Pras, Hehe, Jumblat. Tokoh yang dianggap berada pada
No Jenis Profesi Tokoh Nukilan
Data
Ket
10.
11.
12.
13.
Pegawai kursus komputer
Pegawai EMKL
Pipin dan Tantiyam
Suherwindra
Saiki dheweke nyambut gawe neng Komputer Dhika, perusahaan kursus komputer ing Jalan Moh. Saleh kana.” “saiki ya kanca nyambut gawe ing Kursus Komputer Dhika.”
nyekel EMKL mung dadi pegawe biyasa.”
Abdi/Pembantu
Makelar motor dan
Blantik sapi
Solikah
Dewaji
“Ora wetara suwe Solikah, abdiku, bengok-bengok saka pawon,…”
“Samenika inggih namung tumut maklaran sepedhah motor utawi sok tumut blantik sapi,...”
Profesi sebagai abdi/pembantu dan makelar motor,blantik sapi digolongkan pada lapisan paling bawah karena profesi tersebut tidak bisa mempengaruhi banyak orang.
31
lapisan paling tinggi adalah Ayah Marong, Sulun Prabu, Handaka, dan Marong.
Di bawahnya adalah tokoh-tokoh kelas menengah, yaitu Dokter Wandi, Ir.
Pambudi, Ir. Eram, Riris, Drs. Risang, Maharani, Pipin, Tantiyam, dan
Suherwindra. Kelas yang paling bawah yaitu Dewaji dan Solikah. Hal itu akan
dijelaskan lebih lanjut pada bagian pembahasan.
b) Stratifikasi Sosial atas Dasar Kultur
Di Indonesia, pendidikan masuk ke dalam kultur yang dikembangkan oleh
pemerintah. Pemerintah sendiri menerapkan program Wajar 9 Tahun untuk
mengangkat nilai mutu pendidikan. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
menempati lapisan yang paling tinggi. Begitu pula sebaliknya, bila pendidikannya
rendah, biasanya juga menempati lapisan yang rendah pula. Di bawah ini dapat
dilihat Tabel 2. yang berisi hasil temuan stratifikasi sosial berdasarkan tingkat
pendidikan di dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
Tabel 2. Srtatifikasi Sosial berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tokoh
Tingkat Pendidikan SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/
MA Perguruan
Tinggi 1. Handaka √ √ √ √
2. Sulun Prabu √ √ √ √
3. Pipin √ √ √ √
4. Riris √ √ √ √
5. Joharmanik √ √ √
6. Drs. Risang √ √ √ √
7. Marong √ √ √
32
Tabel Lanjutan Srtatifikasi Sosial Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tokoh
Tingkat Pendidikan SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/
MA Perguruan
Tinggi 8. Ir. Eram √ √ √ √
9. Dokter Wandi √ √ √ √
10. Tantiyam √ √ √
11. Maharani √ √ √ √
12. Suherwindra √ √ √
13. Dewaji √ √ √
14. Ir. Pambudi √ √ √ √
15. Ayah Marong √ √ √
16. Solikah √ √
17. Pras, Hehe, dan Jumblat
√ √ √
18. Bu Berlin Yasakartana
- - - -
Secara umun novel Kunarpa Tan Bisa Kandha menceritakan tokoh-tokoh
yang berpendidikan minimal SMA yaitu Manik, Marong, Suherwindra, Tantiyam,
Dewaji, Ayah Marong, Pras, Hehe, dan Jumblat. Ada beberapa tokoh yang
berpendidikan hingga ke perguruan tinggi yaitu Handaka, Sulun Prabu, Pipin,
Riris, Drs. Risang, Ir. Eram, Dokter Wandi, Maharani, Ir. Pambudi. Tetapi, ada
pula tokoh yang berpendidikan rendah yaitu Solikah. Hal itu akan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian pembahasan.
33
3. Pengaruh Stratifikasi Sosial Pada Pesan Moral dalam Novel Kunarpa
Tan Bisa Kandha
Dari penelitian yang dilakukan terhadap isi cerita, ditemukan bahwa
pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang terdapat dalam novel Kunarpa
Tan Bisa Kandha adalah mengenai tawakal, malu, bekerja keras, tanggung jawab,
tidak mau berusaha, dan sombong. Di bawah ini dapat dilihat Tabel 3. Yang berisi
hasil temuan pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral dalam novel Kunarpa
Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata.
Tabel 3. Pengaruh Stratifikasi Sosial Pada Pesan Moral dalam Novel
Kunarpa Tan Bisa Kandha
No Tokoh dan Kedudukannya
Sikap Pesan Moral
Nukilan Data Ket
1. Handaka sebagai detektif terkenal
Tawakal Dalam keadaan tertentu, seseorang harus bersikap tawakal dan tidak putus asa agar sesuai dengan kedudukan yang sedang ia tempati.
“Mula, wong kuwi ora oleh pupus semangat yen ngudi kekarepane. Gusti Allah tansah paring kalodhangan. Ndilalahe, jare wong Jawa! Gusti Allah tansah paring pepadhang nalika pepadhang kuwi diperlokake dening umate. Terus terang wae, sajrone proses nggoleki titikan lan bukti, nganti tekan wayah kepung mau, bukti kuwi durung dakcekel. Nanging, titikan wis ana. Aku tansah ndenonga mring Pangeran, muga-muga diparingi bukti ing sadurunge prekara iki bubar.”
Karena detektif yang sadar akan kehendak yang harus diusahakan (ngudi kekarepan), sehingga meski belum memiliki bukti tetapi, sebagai detektif harus tawakal mendapatkan bukti (nganti wayah kepung mau, bukti kuwi durung dakcekel), walau belum mendapatkan bukti tetap harus mencari.
34
Tabel lanjutan
No Tokoh dan Kedudukannya
Sikap Pesan Moral
Nukilan Data Ket
2. Sulun Prabu sebagai kepala administrasi dan orang terpandang
Tidak mau dipermalukan
Pada kedudukan tertentu, seseorang jangan sampai dipermalukan karena kedudukannya itu terhormat.
“Jenenge keluwargaku cemer yen bener kuwi rajapati, lan sapa sing mrejaya durung karuwan kecekel. Aku emoh kaya mengkono kuwi.”
Sulun Prabu sebagai kepala administrasi dan orang terpandang menganggap bila kematian keluarga yang dibunuh itu memalukan.
3. Marong sebagai pemborong sukses yang hanya lulusan SMA
Bekerja keras
Untuk mencapai apa yang seseorang inginkan, maka ia harus bekerja keras.
Dene Marong, wis genah tandang trajange dadi pemborong, dakwenehi proyek-proyek saka kantorku bisa ditandangi klawan trengginas beres.”
Sebagai seorang yang hanya lulusan SMA, Marong bisa membuktikan dengan bekerja keras sehingga ia bisa sukses sebagai pemborong
4. Dokter Wandi sebagai dokter perusahaan tempat Sulun Prabu bekerja
Tanggung jawab
Apapun profesi seseorang, profesi itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab
“Nanging, kadosdene tanggung jawab profesi kula, kula kedah saged mbuktekaken menawi sedanipun keng rayi mboten saking ketledhoran kula.”
Sebagai seorang dokter sudah sepantasnya harus bertanggung jawab dengan apa yang diputuskannya untuk menangani pasien.
35
Tabel lanjutan
No Tokoh dan Kedudukannya
Sikap Pesan Moral
Nukilan Data Ket
5. Suherwindra sebagai seorang anak priyayi
Tidak mau berusaha
Gapailah cita-cita setinggi-tingginya, jangan hanya pasrah dan tidak berusaha.
“Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga sekolahe mung lulusan SMA, ora cucuk karo Pipin sing sarjana hukum. “Madeg dhewe durung. Tegese, omah isih melu wong tuwane. Isih jaka. Nanging nyambut gawe melu perusahaan EMKL ing pelabuhan. Wong bapake biyen pegawe doane, dadi ya gampang nggolekake canthelan anake ing pelabuhan.”
Sebagai anak dari seorang priyayi, Suherwindra tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, Suherwindra juga tidak mandiri mencari pekerjaan. Ia hanya menerima pekerjaan yang dicarikan oleh ayahnya,
6. Dewaji sebagai blantik sapi dan makelar motor
Malu Apapun pekerjaan seseorang, asalkan yang dihasilkan halal, maka janganlah malu.
“O, Mas Dewaji menika clingus sanget. Samenika inggih namung tumut maklaran sepedhah montor utawi sok tumut blantik sapi. Nanging, jaman samenika menawi boten angsal bayar, tetep menika raosipun, kok mboten gadhah pedamelan, ngaten. Lajeng piyambakipun isin! Kepanggih kanca-kanca SMA ingkang dados pegawe kantor camat, ngaten kemawon isin!”
Dewaji yang bekerja sebagai blantik sapi dan ikut makelar motor, merasa malu apabila bertemu teman SMAnya yang bekerja lebih mapan menjadi pegawai kelurahan.
36
Tabel lanjutan
No Tokoh dan Kedudukannya
Sikap Pesan Moral
Nukilan Data Ket
7. Bu Berlin sebagai orang terpandang
Sombong Apapun pangkat, kedudukan seseorang, janganlah sombong, karena masih ada yang lebih tinggi lagi.
Rumangsane pancen dheweke kang dadi pancere kawigaten. Sandhangane katon gemerlapan, sanajan kebayane ulese ireng. Kebaya ireng tandha melu bela sungkawa. Nanging, ketara yen klambi pameran, kaine brokat krawangan rega larang. Engatase wis ngumur, gelang, kalung, lan suwenge sarwa abyor, pratandha yen priyayi kuwi kecukupan uripe. “Aku ayu, aku wong kondhang!”
Sebagai seorang priyayi yang terpandang, Bu Berlin selalu memamerkan kekayaan melalui penampilannya. Pada saat melayat pun, Bu Berlin tetap pamer.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh stratifikasi sosial pada
pesan moral dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha yaitu tokoh Detektif
Handaka sebagai detektif terkenal mempunyai sikap tawakal dalam mencari bukti-
bukti sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah dalam keadaan tertentu,
seseorang harus bersikap tawakal dan tidak putus asa agar sesuai dengan
kedudukan yang sedang ia tempati; Sulun Prabu sebagai kepala administrasi dan
orang terpandang mempunyai sikap malu apabila pembunuhan istrinya diketahui
banyak orang sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah pada kedudukan
tertentu, seseorang jangan sampai dipermalukan karena kedudukannya itu
terhormat; Marong yang merupakan pemborong lulusan SMA mempunyai sikap
bekerja keras sehingga bisa sukses sehingga pesan moral yang dapat diambil
adalah untuk mencapai apa yang seseorang inginkan, maka ia harus bekerja keras;
Dokter Wandi sebagai seorang dokter mempunyai sikap tanggung jawab dalam
memeriksa pasien sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah apapun profesi
37
seseorang, profesi itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab;
Suherwindra yang merupakan anak priyayi terkenal dan hanya lulusan SMA
mempunyai sikap tidak mau berusaha dalam mencari pekerjaan dan meneruskan
pendidikan sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah gapailah cita-cita
setinggi-tingginya, jangan hanya pasrah dan tidak berusaha.; Dewaji yang
berprofesi ikut makelar motor dan blantik sapi memiliki sikap malu karena
pekerjaannya tidak tetap sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah apapun
pekerjaan seseorang, asalkan yang dihasilkan halal, maka janganlah malu; dan Bu
Berlin Yasakartana sebagai seorang priyayi yang terkenal memiliki sikap
sombong dalam memamerkan kekayaannya sehingga pesan moral yang dapat
diambil adalah apapun pangkat, kedudukan seseorang, janganlah sombong, karena
masih ada yang lebih tinggi lagi.
B. Pembahasan
Bagian ini akan menjelaskan bagaimana stratifikasi sosial yang terdapat
dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha dan pengaruh stratifikasi sosial pada
pesan moral yang ada dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha. Hal ini
disesuaikan dengan rumusan masalah pada penelitian ini.
1. Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi
kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-
tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses;
suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial,
maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap
38
perbedaan bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka. Fenomena
dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana
apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain,
semua tergantung bagaimana mereka menempatkannya.
Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha mengandung banyak stratifikasi sosial
di dalamnya. Setiap stratifikasi sosial mewakili hal yang dihargai oleh masyarakat
dalam cerita. Kenyataan dalam novel nampak bahwa banyak hal-hal yang dihargai
oleh masyarakat sehingga tercipta stratifikasi sosial. Berikut ini adalah stratifikasi
sosial yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Politik
Kekuasaan merupakan kekuatan atau kemampuan seseorang untuk
membuat orang lain atau sekelompok tunduk padanya. Sejalan dengan itu,
kekuasaan dihubungkan dengan suatu peran tertentu atau jabatan tertentu.
Pekerjaan atau jabatan dapat menentukan seseorang berada pada lapisan mana ia
berada.
Di bawah ini terdapat nukilan-nukilan data yang mencerminkan profesi
tokoh yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha. Jenis-jenis pekerjaan
yang ada dapat dilihat pada nukilan data berikut.
1) Handaka
Handaka yang merupakan teman Sulun Prabu semasa masih bersekolah di
tingkat SMP, diundang datang ke Probolinggo untuk menyelidiki misteri kematian
istri Sulun Prabu, Jeng Trianah yang meninggal tidak wajar. Sulun Prabu memilih
39
untuk mengundang Handaka karena Handaka merupakan detektif terkenal dari
Solo. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan cerita berikut.
“Sedane tiwas, nyalawadi. Mulane merlokake nekakake Handaka, kang
profesine detektip.” (Dt. 3/KTBK hlm. 5)
Terjemahan:
“Meninggalnya tewas, membawa teke-teki. Karena itu perlu
mendatangkan Handaka, yang profesinya detektif.” (Dt. 3/KTBK hlm. 5)
Penggalan cerita di atas merupakan narasi dari pengarang yang
menjelaskan bahwa Sulun Prabu mendatangkan Handaka yang profesinya adalah
detektif untuk menyelidiki meninggalnya Jeng Trianah yang janggal. Hal ini tidak
berbeda dengan pernyataan Sulun Prabu dalam dialog berikut.
“Upama graitaku kuwi bener, mesthine sliramu kadidene detektip bisa
aweh dudutan,…” (Dt. 17/ KTBK hlm. 8)
“Aku wis niyat ngundang sliramu, ngundang Detektip Handaka sing wis
kondhang lantip lan pratitise,…” (Dt. 49/ KTBK hlm. 29)
Terjemahan:
“Apabila dugaanku itu benar, pastinya kamu sebagai detektif bisa
memberi jawaban,...” (Dt. 17/ KTBK hlm. 8)
“Saya sudah berniat memanggilmu, memanggil Detektif Handaka yang
sudah terkenal pandai dan tepat sasaran,...” (Dt. 49/ KTBK hlm. 29)
40
Penggalan cerita tersebut menceritakan bahwa Sulun Prabu yang dalam
penggalan tersebut berperan sebagai aku, menduga bahwa istrinya yang
meninggal secara tidak wajar itu memanggil detektif agar bisa memberi jawaban
tentang meninggalnya Jeng Trianah yang tidak lain merupakan istri Sulun Prabu.
Sulun Prabu berniat memanggil Handaka yang sudah terkenal pandai dan
tepatsasaran untuk menguak kasus meninggalnya Jeng Trianah. Selain penggalan
cerita di atas, tokoh lain yaitu Marong juga mempertegas bahwa Handaka sudah
terbukti sebagai seorang detektif yang handal. Hal itu dapat dilihat dari dialog
berikut.
“Kok kaya jenenge detektip sing kondhang kae. Aku kerep maca
reputasine ing koran-koran.” (Dt. 77/ KTBK hlm. 38)
Terjemahan:
“Kok seperti namanya detektif yang terkenal itu. Saya sering membaca
reputasinya di koran-koran.” (Dt. 77/ KTBK hlm. 38)
Cuplikan dialog tersebut semakin menegaskan bahwa profesi Handaka
merupakan seorang detektif terkenal. Marong yang sering membaca surat kabar
mengetahui bahwa Handaka merupakan nama detektif terkenal yang reputasinya
sering diberitakan di surat kabar. Sulun Prabu mengundang Handaka untuk datang
ke Probolinggo guna menyelidiki misteri kematian istri Sulun Prabu, yaitu Jeng
Trianah yang dirasa janggal karena sebelunya Jeng Trianah sehat dan tidak sakit
apa-apa, hanya terpeleset dan kepalanya terbentur bak di kamar mandi. Tentu saja
sebagai seorang detektif, Handaka harus mempunyai kecerdasan yang tinggi.
41
Untuk menunjang profesinya sebagai seorang detektif, Handaka tentunya
menempuh pendidikan khusus sebagai detektif, oleh karena itu, detektif dapat
digolongkan ke dalam golongan kelas-kelas berdasar keahlian khusus.
2) Sulun Prabu
Sulun Prabu yang merupakan teman Handaka ketika masih bersekolah di
tingkat SMP. Setelah lulus sekolah, Sulun Prabu bekerja di pabrik gula sebagai
kepala administrasi. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan cerita berikut.
“Dadi, mbakyumu kuwi wurung oleh masinise pabrik gula, antuk kepala
administrasine pabrik gula.” (Dt. 26/ KTBK hlm. 14)
Terjemahan:
“Jadi, kakakmu itu gagal mendapatkan masinisnya pabrik gula, malah
mendapatkan kepala administrasinya pabrik gula.” (Dt. 26/ KTBK hlm.
14)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Handaka dengan
Sulun Prabu. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Sulun Prabu
merupakan kepala administrasi pabrik gula. Sulun Prabu sengaja menyebut
istrinya, Jeng Trianah sebagai “mbakyu” dari Handaka. Pada saat percakapan ini,
Sulun Prabu sudah pensiun sebagai kepala administrasi sejak setahun yang lalu.
Yang disebut sebagai kepala administrasi pabrik gula adalah Sulun Prabu. Hal ini
tidak berbeda dengan pernyataan Handaka dalam dialog berikut.
42
“Panjenengan ki biyen rak ngasta neng pabrik gula, ta? Aku kelingan
nalika mrene biyen – nginep kene karo kanca-kanca – Panjenengan ora
bisa tansah nemoni marga kudu lunga menyang pabrik sing papane luwar
kutha. Iya, ta?” (KTBK hlm. 14)
Terjemahan:
“Anda dulu bekerja di pabrik gula, ta? Saya ingat ketika kesini dulu –
menginap di sini dengan teman-teman – Anda tidak bisa selalu menemui
karena pergi ke pabrik yang tempatnya luar kota. Iya, ta?” (KTBK hlm.
14)
Cuplikan dialog tersebut semakin menegaskan bahwa Sulun Prabu sangat
sibuk dengan pekerjaannya sebagai kepala administrasi pabrik gula. Karena
terlalu sibuknya, Sulun Prabu yang bekerja di pabrik gula yang letaknya di luar
kota, tidak bisa menemui Handaka dan teman-teman sekolahnya dulu ketika
menginap di rumahnya. Posisi pekerjaan tersebut membuat Sulun Prabu berada
pada golongan pejabat administrasi.
3) Pipin
Pipin merupakan anak sulung dari Sulun Prabu. Setelah lulus kuliah di
Surabaya, Pipin bekerja di perusahaan kursus komputer. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggalan cerita sebagai berikut.
“Saiki dheweke nyambut gawe neng Komputer Dhika, perusahaan kursus
komputer ing Jalan Moh. Saleh kana.” (Dt.18/ KTBK hlm. 12)
43
Terjemahan:
“Sekarang dia bekerja di Komputer Dhika, perusahaan kursus komputer di
jalan Moh. Saleh sana.” (Dt. 18/ KTBK hlm. 12)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut Sulun Prabu menyebut Pipin dengan kata ganti
“dheweke” yang sekarang bekerja di Komputer Dhika, perusahaan kursus
komputer di Jalan Moh. Saleh. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan Sulun
Prabu dalam dialog berikut.
“Tantiyam, kajaba kanca sakelas biyene, saiki ya kanca nyambut gawe ing
Kursus Komputer Dhika.” (Dt. 37/ KTBK hlm. 23)
Terjemahan:
“Tantiyan, selain teman satu kelas dulu, sekarang juga teman bekerja di
Kursus Komputer Dhika.” (Dt. 37/ KTBK hlm. 23)
Cuplikan dialog tersebut semakin menegaskan bahwa Pipin bekerja di
Kursus Komputer Dhika bersama dengan Tantiyam, teman Pipin semasa SMA.
Tantiyam merupakan teman Pipin sejak SMA, dan sekarang juga bekerja di
tempat yang sama, yaitu di kursus komputer. Pipin yang merupakan sarjana
hukum hanya mau bekerja apabila diperintah oleh ibunya. Jeng Trianah menyuruh
Pipin untuk bekerja di sana dan akhirnya Pipin melamar kerja di tempat yang
direkomendasikanoleh ibunya itu. Pekerjaan itu membuat Pipin digolongkan ke
dalam golongan pegawai pemerintah (swasta).
44
4) Riris
Riris merupakan anak ke dua dari Sulun Prabu. Riris yang sudah lulus
kuliah dari Surabaya kemudian melamar pekerjaan di pemda. Tidak disangka
ternyata lolos seleksi. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Mulih nyangking ijazah, nglamar dadi pegawe negeri, dites, klebu. Saiki
isih honorer ing Bagian Humas Pemda Kodya kene.” (Dt. 29/ KTBK hlm.
22)
Terjemahan:
“Pulang membawa ijazah, melamar menjadi pegawai negeri, dites, masuk.
Sekarang masih honorer di Bagian Humas Pemda Kodya sini. (Dt. 29/
KTBK hlm. 22)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Handaka dengan
Sulun Prabu. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Riris yang sebelumnya
kuliah di Surabaya, pulang membawa ijazah, kemudian melamar menjadi pegawai
negeri, diseleksi, ternyata diterima, dan akhirnya bekerja di Pemda Kodya
Probolinggo di bagian Humas. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan Sulun
Prabu dalam dialog berikut.
“Ana kantore pranyata ora mung blanja sing ditampa, nanging uga
lamaran saka Drs. Risang. Saiki wis tunangan karo Risang, nyambut
gawene uga ing Pemda, Bagian Itwilda.” (Dt. 31/ KTBK hlm. 22)
45
Terjemahan:
“Di kantornya ternyata tidak hanya belanja yang diterima, tetapi juga
lamaran dari Drs. Risang. Sekarang sudah bertunangan dengan Risang,
bekerja juga di Pemda, Bagian Itwilda.” (Dt. 31/ KTBK hlm. 22)
Cuplikan dialog tersebut semakin menegaskan bahwa Riris memang
bekerja di Pemda. Sulun Prabu menceritakan kehidupan Riris kepada Handaka
bahwa Riris tidak hanya menerima pekerjaan, tetapi juga lamaran dari teman
sekantornya, Drs. Risang. Sekarang Riris dan Drs. Risang sudah bertunangan.
Riris dan Drs. Risang sekantor tetapi beda bagian. Posisi pekerjaan tersebut
membuat Riris berada pada golongan pegawai pemerintah (sipil dan militer).
5) Manik
Manik sebagai anak bungsu keluarga Sulun Prabu. Pada saat itu, Manik
belum memiliki pekerjaan karena ia masih bersekolah di tingkat SMA.
6) Drs. Risang
Drs. Risang merupakan tunangan anak ke dua Sulun Prabu. Drs. Risang
bekerja di pemda, satu kantor dengan tunangannya, Riris. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Ana kantore pranyata ora mung blanja sing ditampa, nanging uga
lamaran saka Drs. Risang. Saiki wis tunangan karo Risang, nyambut
gawene uga ing Pemda, Bagian Itwilda.” (Dt. 31/ KTBK hlm. 22)
46
Terjemahan:
“Di kantornya ternyata tidak hanya belanja yang diterima, tetapi juga
lamaran dari Drs. Risang. Sekarang sudah bertunangan dengan Risang,
bekerja juga di Pemda, Bagian Itwilda.” (Dt. 31/ KTBK hlm. 22)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut disebutkan bahwa Drs. Risang bekerja di
Pemda, Bagian Itwilda. Drs. Risang sekantor dengan Riris, tetapi beda bagian.
Drs. Risang juga merupakan tunangan Riris. Pekerjaan itu membuat Drs. Risang
digolongkan ke dalam golongan pegawai pemerintah (sipil dan militer).
7) Marong
Marong merupakan anak seorang camat. Walaupun hanya lulusan SMA,
Marong sudah mapan dalam hal pekerjaan. Marong bekerja sebagai seorang
pemborong. Hal tersebut dapat dibuktikan dari penggalan cerita berikut.
“Marong dhewe saiki wis dadi pemborong cilik-cilikan.” (Dt. 20/ KTBK
hlm. 12)
Terjemahan:
“Marong sendiri sekarang sudah menjadi pemborong kecil-kecilan.” (Dt.
20/ KTBK hlm. 12)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Handaka dengan
Sulun Prabu. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Sulun Prabu bercerita
47
kepada Handaka mengenai Marong yang bekerja sebagai pemborong. Hal ini
tidak berbeda dengan pernyataan Sulun Prabu dalam dialog berikut.
“Dene Marong, wis genah tandang trajange dadi pemborong,…” (Dt. 43/
KTBK hlm. 27)
Terjemahan:
“Marong sudah terlihat kerja kerasnya, menjadi pemborong,...” (Dt. 43/
KTBK hlm. 27)
Cuplikan dialog tersebut semakin menegaskan bahwa Marong bekerja
sebagai pemborong. Marong yang merupakan tunangan Pipin selalu bisa
menyelesaikan proyek-proyek dari Sulun Prabu dengan baik. Oleh karena itu,
Jeng Trianah memilih Marong untuk menjadi tunangan Pipin. Posisi pekerjaan
tersebut membuat Marong berada pada golongan pengusaha.
8) Ir. Eram
Ir. Eram merupakan teman Pipin ketika duduk di bangku SMA. Selain
sebagai teman sekolah, Ir. Eram juga menjadi mantan tunangan Pipin. Ir. Eram
bekerja di dinas PU Jember. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita
berikut.
“Lo,Eram dhewe saiki ya wis insinyur sipil, wis nyambut gawe ing PU
Jember.” (Dt. 24/ KTBK hlm. 13)
48
Terjemahan:
“Lo, Eram sendiri sekarang juga sudah insinyur sipil, sudah bekerja di PU
Jember.” (Dt. 24/ KTBK hlm. 13)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut disebutkan bahwa Ir. Eram merupakan
insinyur sipil dan bekerja di PU Jember. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan
pengarang dalam narasi pengarang berikut.
“Ditelpon DPU. Oleh wangsulan jelas, menawa mau isuk umun-umunn
jam papat, Ir. Eram teka menyang kantore, nemoni satpame, ngandhani
yen bulike seda ing Probolinggo, saiki arep budhal nglayat.” (KTBK hlm.
123)
Terjemahan:
“Ditelefon DPU. Mendapat jawaban jelas, jika pagibuta jam empat, Ir.
Eram datang ke kantornya, menemui satpamnya, memberi tahu bila
tantenya meninggal di Probolinggo, sekarang akan berangkat melayat.”
(KTBK hlm. 123)
Cuplikan narasi pengarang tersebut semakin menegaskan bahwa Ir. Eram
bekerja di PU. Handaka mengecek Ir. Eram kapan meninggalkan Jember dengan
cara telefon ke kantor PU Jember. Handaka mendapat keterangan bahwa Ir. Eram
datang ke kantor jam empat pagi untuk menyerahkan surat ijin dan menemui
satpam, memberi tahu bila akan melayat tantenya yang meninggal di Probolinggo.
49
Ir. Eram merupakan mantan tunangan Pipin. Pertunangannya dengan Pipin
dibatalkan oleh Jeng Trianah karena Jeng Trianah mengira Ir. Eram selingkuh
dengan Maharani, teman SMA Pipin dan Ir. Eram. Pekerjaan itu membuat Ir.
Eram digolongkan ke dalam golongan pegawai pemerintah (sipil dan militer).
9) Dokter Wandi
Setelah Jeng Tri pingsan di kamar mandi, Sulun Prabu segera menelfon
dokter perusahaan yang dikenalnya, yaitu Dokter Wandi. Dokter Wandi dipanggil
untuik memeriksa keadaan Jeng Trianah. Sebagai seorang dokter, Dokter Wandi
memeriksa secara teliti keadaan Jeng Trianah. Profesi Dokter Wandi dapat
dibuktikan dari penggalan cerita berikut.
“Dakundangake Dhokter Wandi, dhokter perusahaanku biyen,…”(Dt. 5/
KTBK hlm. 7)
Terjemahan:
“Saya panggilkan Dokter Wandi, dokter perusahaanku dulu,...” (Dt. 5/
KTBK hlm. 7)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut disebutkan bahwa Sulun Prabu memanggil
Dokter Wandi untuk memeriksa Jeng Trianah. Dokter Wandi merupakan dokter
perusahaan tempat Sulun Prabu bekerja. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan
Sulun Prabu dalam dialog berikut.
50
“Mung nyatane kok Jeng Tri seda ndadak, gek Dhokter Wandi ngendika
benjute larapan ora bisa ndadekake palastra,…” (Dt. 50/ KTBK hlm. 31)
Terjemahan:
“Hanya kenyataannya kok Jeng Tri mendadak meninggal, dan Dokter
Wandi berkata lebamnya kening tidak bisa menyebabkan meninggal,...”
(Dt. 50/ KTBK hlm. 31)
Cuplikan dialog tersebut semakin mempertegas bahwa Dokter Wandi
berprofesi sebagai dokter. Dokter Wandi dipanggil untuk datang ke rumah Sulun
Prabu untuk memeriksa Jeng Trianah yang pingsan setelah terpeleset di kamar
mandi. Jeng Trianah yang meninggal secara tiba-tiba, kemudian Dokter Wandi
yang memeriksa menyatakan bahwa lebam di kening tidak bisa membuat
seseorang meninggal. Pekerjaan itu membuat Dokter Wandi digolongkan ke
dalam golongan ahli-ahli teknik.
10) Tantiyam
Tantiyam merupakan teman Pipin ketika bersekolah di bangku SMA.
Selain sebagai teman sekolah, Tantiyam juga merupakan teman satu kantor Pipin
yang bekerja di kursus komputer. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita
berikut.
“Tantiyam, kajaba kanca sakelas biyene, saiki ya kanca nyambut gawe ing
Kursus Komputer Dhika.” (Dt. 37/ KTBK hlm. 23)
51
Terjemahan:
“Tantiyan, selain teman satu kelas dulu, sekarang juga teman bekerja di
Kursus Komputer Dhika.” (Dt. 37/ KTBK hlm. 23)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut disebutkan bahwa Sulun Prabu bercerita
kepada Handaka bila Tantiyam yang dulu merupakan teman satu kelas Pipin, juga
bekerja di Komputer Dhika, perusahaan kursus komputer di Jalan Moh. Saleh.
Pekerjaan itu membuat Tantiyam digolongkan ke dalam golongan pegawai
pemerintah (sipil dan militer).
11) Maharani
Maharani adalah teman Pipin ketika masih bersekolah di bangku SMA.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Maharani kemudian bekerja di sebuah
kantor. Akan tetapi kantor tempat Maharani bekerja tidak dijelaskan. Hal tersebut
dapat dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Wara-wara Ekapraya ugi dipunkintun dhateng kantor kula, amargi Pak
Sindu, direktur kula, ugi anggota Pakempalan Ekapraya.” (Dt. 165/
KTBK hlm. 104)
Terjemahan:
“Pengumuman Ekapraya juga dikirim di kantor saya, karena Pak Sindu,
direktur saya, juga anggota Perkumpulan Ekapraya.” (Dt. 165/ KTBK hlm.
104)
52
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Maharani dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut disebutkan bahwa Pengumuman Ekapraya
yang menangani masalah kematian juga dikirim di kantor Maharani, karena Pak
Sindu, direktur Maharani merupakan anggota Perkumpulan Ekapraya. Maharani
diketahui bekerja di kantor. Tentu saja, Maharani menempati posisi yang dapat
dikatakan tinggi, karena ia bisa mengetahui surat-surat untuk direkturnya. Paling
tidak, pekerjaan Maharani adalah setingkat sekretaris. Pekerjaan itu membuat
Maharani digolongkan ke dalam golongan pegawai pemerintah (sipil dan militer).
12) Suherwindra
Suherwindra adalah teman Pipin ketika duduk di bangku SMA bersama
Tantiyam dan Maharani. Suherwindra yang merupakan lulusan SMA, bekerja di
EMKl yang beroperasi di daerah pelabuhan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
penggalan cerita berikut.
“..., marga Suherwindra cekel gawene durung genah trajange, nyekel
EMKL mung dadi pegawe biyasa.” (Dt. 44/ KTBK hlm. 26)
Terjemahan:
“..., karena Suherwindra pekerjaannya belum terlalu benar jalannya,
memegang EMKL hanya menjadi pegawai biasa. (Dt. 44/ KTBK hlm. 26)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut Sulun Prabu bercerita kepada Handaka bahwa
Suherwindra pekerjaannya belum jelas, karena hanya bekerja di EMKL sebagai
53
pegawai biasa. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan pengarang dalam narasi
pengarang berikut.
Suherwindra mripate semu coklat. Rambute ngandhan-andhan garing,
nanging ndadekake tambah ngganthenge wong lanang iki. Nyambut
gawene ing EMKL Sumber Jaya, operasine neng pelabuhan. (KTBK hlm.
123)
Terjemahan:
Suherwindra matanya agak coklat. Rambutnya terurai kering, tapi
membuat semakin tampan laki-laki ini. Bekerja di EMKL Sumber Jaya,
operasinya di Pelabuhan. (KTBK hlm. 123)
Cuplikan narasi tersebut semakin mempertegas bahwa Suherwindra
bekerja di EMKL. Suherwindra digambarkan bermata agak coklat. Rambutnya
terurai kering dan membuat semakin terlihat tampan. Suherwindra bekerja di
EMKL Sumber Jaya yang beroperasi di pelabuhan. Suherwindra merupakan anak
dari Bu Berlin Yasakartana, orang kaya terpandang di Probolinggo. Semula
Suherwindra akan dijodohkan dengan Pipin, tetapi Jeng Trianah tidak setuju
karena Suherwindra hanya lulusan SMA. Pekerjaan itu membuat Suherwindra
digolongkan ke dalam golongan pegawai pemerintah (sipil dan militer).
54
13) Dewaji
Dewaji adalah suami dari Tantiyam. Dewaji yang hanya lulusan SMA,
bekerja ikut blantik sapi atau makelar sepeda motor. Hal tersebut dapat dilihat
dari penggalan cerita berikut.
“Samenika inggih namung tumut maklaran sepedhah motor utawi sok
tumut blantik sapi,...” (Dt. 108/KTBK hlm. 63)
Terjemahan:
“Sekarang hanya ikut makelaran sepeda motor atau kadang ikut penjual
sapi,...” (Dt. 108/KTBK hlm. 63)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Tantiyam dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut Tantiyam bercerita kepada Handaka bila
suaminya, Dewaji bekerja ikut makelar motor atau blantik sapi. Pekerjaan itu
membuat Dewaji digolongkan ke dalam golongan pegawai rendahan.
14) Ir. Pambudi
Ir. Pambudi adalah ayah dari Ir. Eram. Ir. Pambudi bekerja sebagai
operator mesin-mesin di pabrik gula. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan
cerita berikut.
“Ir. Pambudi ing Pabrik Gula Sebaung. Gaweane nglakokake mesin-
mesin.” (Dt.25/ KTBK hlm. 14)
55
Terjemahan:
“Ir. Pambudi di Pabrik Gula Sebaung. Menjalankan mesin-mesin.” (Dt.
25/ KTBK hlm. 14)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dalam cuplikan tersebut Sulun Prabu bercerita kepada Handaka bila Ir.
Pambudi bekerja di pabrik gula Sebaung sebagai orang yang menjalankan mesin-
mesin. Pekerjaan itu membuat Ir. Pambudi digolongkan ke dalam golongan ahli-
ahli teknik.
15) Ayah Marong
Ayah Marong merupakan seorang camat di daerah Jrebeng. Pada saat itu,
Ayah Marong sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai camat. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Kersane ibune dijodhokake karo Marong, putrane pensiyunan Camat
Jrebeng.” (Dt. 19/ KTBK hlm. 12)
“Aja cemlewo, kene ana anake camat!Marong.” (Dt. 48/ KTBK hlm. 28)
Terjemahan:
“Kehendak ibunya dijodohkan dengan Marong, anak pensiunan Camat
Jrebeng.” (Dt. 19/ KTBK hlm. 12)
“Jangan asal bicara, di sini ada anaknya camat! Marong.” (Dt. 48/ KTBK
hlm. 28)
56
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut Sulun Prabu bercerita kepada Handaka bila Jeng
Trianah ingin menjodohkan Pipin dengan Marong, yang merupakan anak
pensiunan camat Jrebeng. Selain itu, percakapan yang satu lagi merupakan
percakapan antara Handaka dengan Manik. Handaka mengingatkan Manik jangan
asal bicara, karena di situ ada anak seorang camat, yaitu Marong. Deri kedua
penggalan cerita tersebut dapat diketahui bahwa Marong merupakan anak
pensiunan camat. Posisi pekerjaan tersebut membuat Ayah Marong berada pada
golongan pejabat administrasi.
16) Solikah
Solikah merupakan orang pertama yang mengetahui bahwa Jeng Trianah
pingsan di kamar mandi. Pekerjaan Solikah adalah sebagai pembantu rumah
tangga di keluarga Sulun Prabu. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita
berikut.
“Ora wetara suwe Solikah, abdiku, bengok-bengok saka pawon,…”(Dt. 4/
KTBK hlm. 7)
Terjemahan:
“Tidak terpaut lama Solikah, pembantuku, berteriak-teriak dari dapur,...”
(Dt. 4/ KTBK hlm. 7)
Penggalan cerita di atas merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Sulun Prabu bercerita
57
kepada Handaka mengenai kronologi kejadian meninggalnya Jeng Trianah. Sulun
Prabu menceritakan bahwa Solikah yang merupakan pembantu rumah tangga
keluarga Sulun Prabu berteriak dari dapur karena melihat Jeng Trianah pingsan di
kamar mandi. Posisi pekerjaan tersebut membuat Solikah berada pada golongan
pekerja rendahan.
17) Prasetya, Hehe, dan Jumblat
Prasetya, Hehe, dan Jumblat merupakan teman satu sekolah Manik, anak
bungsu keluarga Sulun Prabu. Mereka belum mempunyai pekerjaan karena masih
bersekolah SMA.
18) Bu Berlin Yasakartana
Bu Berlin Yasakartana adalah seorang priyayi terkenal di Probolinggo. Bu
Berlin juga merupakan ibu dari teman Pipin, yaitu Suherwindra. Dalam novel,
tidak jelas disebutkan tokoh Bu Berlin Yasakartana memiliki pekerjaan apa. Di
dalam cerita hanya diceritakan Bu Berlin merupakan teman Jeng Tri arisan.
Secara umun novel Kunarpa Tan Bisa Kandha menceritakan tokoh-tokoh
yang bekerja sebagai camat yaitu Ayah Marong, kepala administrasi pabrik yaitu
Sulun Prabu, detektif yaitu Handaka, pemborong yaitu Marong, pegawai
pemerintah yaitu Riris dan Drs. Risang, dokter yaitu Dokter Wandi, insinyur
yaitu Ir. Eram dan Ir. Pambudi, pegawai kantoran yaitu Pipin, Tantiyam,
Maharani, Suherwindra, pembantu yaitu Solikah, maklar motor dan blantik sapi
yaitu Dewaji dan pelajar yaitu Manik, Pras, Hehe, Jumblat. Mereka kebanyakan
dapat dikategorikan sebagai kelas sosial menengah ke atas. Dari sisi
58
kehormatannya, yang merupakan tokoh paling terhormat adalah Ayah Marong,
Sulun Prabu, Handaka, dan Marong. Di bawahnya adalah tokoh-tokoh kelas
menengah, yaitu Dokter Wandi, Ir. Pambudi, Ir. Eram, Riris, Drs. Risang,
Maharani, Pipin, Tantiyam, dan Suherwindra. Kelas yang paling bawah yaitu
Dewaji dan Solikah.
Munculnya profesi yang berada pada lapisan yang paling atas hingga
lapisan yang paling bawah menyebabkan kesenjangan sosial. Hal itu dibuktikan
dengan Tokoh Dewaji yang hanya bekerja ikut blantik sapi dan makelar motor
merasa malu dan minder apabila ia bertemu dengan teman-temannya semasa
sekolah yang bekerja di kantor camat. Selain itu, dari tokoh Jeng Trianah juga
memperlihatkan adanya kesenjangan sosial karena lebih memilih menjodohkan
anak perempuannya dengan pemborong sukses daripada dengan pegawai EMKL
pelabuhan. Dari sikap Dewaji dan Jeng Trianah tersebut dapat disimpulkan
adanya kesenjangan sosial yang sangat jauh antara orang yang berada di lapisan
atas terhadap orang yang berada di lapisan bawah.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kultur
Stratifikasi sosial berdasarkan tingkat pendidikan sering digunakan dalam
masyarakat untuk mengukur sejauh mana kepandaian orang tersebut. Dalan dunia
kerja, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin tinggi pula jabatan
yang akan ia tempati. Dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha terdapat stratifikasi
sosial dalam hal tingkat pendidikan yang digambarkan jelas. Hal itu dapat dilihat
dari nukilan-nukilan data berikut ini.
59
1) Handaka
Handaka yang berprofesi sebagai seorang detektif, tentu saja
berpendidikan khusus untuk menunjang profesinya. Akan tetapi, dalan novel
hanya dijelaskan bahwa Handaka merupakan teman Sulun Prabu ketika masih
bersekolah di SMP II. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita berikut.
Kanca nalika isih padha sekolah ing SMPN II, Jalan Kepanjen Surabaya.
(Dt. 1/KTBK hlm. 5)
Terjemahan:
Teman ketika masih sama-sama sekolah di SMP II Jalan Kepajen
Surabaya. (Dt. 1/KTBK hlm. 5)
Dalam novel tidak jelas disebutkan sampai dimana tingkat pendidikan dari
Handaka, hanya disebutkan bahwa Handaka dan Sulun Prabu adalah teman ketika
masih bersekolah di SMP. Apabila dilihat dari pekerjaan Handaka yaitu seorang
detektif terkenal, kemungkinan minimal ia adalah lulusan SMA, bahkan bisa juga
berpendidikan setingkat perguruan tinggi.
2) Sulun Prabu
Sama halnya dengan Handaka, pendidikan Sulun Prabu yang disebutkan
dalam novel yaitu ketika masih bersekolah di tingkat SMP. Hal itu dapat dilihat
dari penggalan cerita sebagai berikut.
Kanca nalika isih padha sekolah ing SMPN II, Jalan Kepanjen Surabaya.
(Dt. 1/KTBK hlm. 5)
Terjemahan:
60
Teman ketika masih sama-sama sekolah di SMP II Jalan Kepajen
Surabaya. (Dt. 1/KTBK hlm. 5)
Dalam novel tidak jelas disebutkan sampai dimana tingkat pendidikan dari
Sulun Prabu, hanya disebutkan bahwa Handaka dan Sulun Prabu adalah teman
ketika masih bersekolah di SMP. Apabila dilihat dari pekerjaan Sulun Prabu yaitu
seorang kepala administrasi pabrik gula, kemungkinan minimal ia adalah lulusan
SMA, bahkan bisa juga berpendidikan setingkat perguruan tinggi.
3) Pipin
Pipin yang bekerja di perusahaan kursus komputer merupakan lulusan
sarjana hukum. Pipin kuliah di Untag Surabaya, mengambil jurusan hukum. Hal
tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita sebagai berikut.
“Yen Pipin mau lulusan Untag Surabaya, Riris iki lulusan Akademi
Sekretaris nongelar Widya Mandala.” (Dt. 30/ KTBK hlm. 22)
Terjemahan:
“Bila Pipin tadi lulusan Untag Surabaya, Riris ini lulusan Akademi
Sekretaris nongelar Widya Mandala.” (Dt. 30/KTBK hlm. 22)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Pipin merupakan lulusan
Untag Surabaya. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan Sulun Prabu dalam
dilog berikut.
61
“Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga sekolahe mung lulusan
SMA, ora cucuk karo Pipin sing sarjana hukum, nanging milih Marong
sing uga dudu sarjana,…” (Dt. 42/ KTBK hlm. 26)
Terjemahan:
“Jeng Tri tidak mau memilih Suherwindra karena sekolahnya hanya
lulusan SMA, tidak pas dengan Pipin yang sarjana hukum, tetapi memilih
Marong yang juga bukan sarjana,...” (Dt. 42/ KTBK hlm. 26)
Cuplikan dialog tersebut semakin mempertegas bahwa Pipin merupakan
sarjana hukum. Berarti Pipin menempuh pendidikan hingga ke tingkat perguruan
tinggi.
4) Riris
Riris yang setelah menyelesaikan pendidikannya kemudian bekerja di
pemda. Riris merupakan lulusan salah satu akademi di Surabaya. Hal tersebut
dapat dilihat dari cuplikan cerita berikut.
“Yen Pipin mau lulusan Untag Surabaya, Riris iki lulusan Akademi
Sekretaris nongelar Widya Mandala.” (Dt. 30/ KTBK hlm. 22)
Terjemahan:
“Bila Pipin tadi lulusan Untag Surabaya, Riris ini lulusan Akademi
Sekretaris nongelar Widya Mandala.” (Dt. 30/ KTBK hlm. 22)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Riris merupakan lulusan
Akademi Sekretaris nongelar Widya Mandala. Berarti Riris menempuh
pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi.
62
5) Manik
Manik yang merupakan anak bungsu keluarga Sulun Prabu masih
bersekolah tingkat SMA di Probolinggo. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan
cerita berikut.
“Kancane Manik cah SMAK, lanang-lanang telu.” (Dt. 35/ KTBK hlm.
23)
Terjemahan:
“Temannya Manik anak SMAK, laki-laki tiga.” (Dt. 35/ KTBK hlm. 23)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Manik masih bersekolah
bersama ketiga temannya di SMK. Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan
Manik dalam dilog berikut.
“Lare SMAK, lo, Pak!” (Dt. 46/ KTBK hlm. 28)
Terjemahan:
“Anak SMAK, lo, Pak!” (Dt. 46/ KTBK hlm. 28)
Cuplikan dialog tersebut semakin mempertegas bahwa Manik merupakan
anak SMA. Hal itu berarti Manik menempuh pendidikan sampai di tingkat SMA.
6) Drs. Risang
Drs. Risang yang merupakan tunangan Riris, bekerja di pemda bagian
Itwilda. Untuk menjadi pegawai pemerintah, tentu saja Drs. Risang menempuh
63
pendidikan yang tinggi. Sesuai dengan gelar yang disandang Drs. Risang, jelas
sekali bila Drs. Risang merupakan lulusan sarjana. Hal tersebut dapat dilihat dari
cuplikan certia berikut.
“Ana kantore pranyata ora mung blanja sing ditampa, nanging uga
lamaran saka Drs. Risang. Saiki wis tunangan karo Risang, nyambut
gawene uga ing Pemda, Bagian Itwilda.” (Dt. 31/ KTBK hlm. 22)
Terjemahan:
“Di kantornya ternyata tidak hanya belanja yang diterima, tetapi juga
lamaran dari Drs. Risang. Sekarang sudah bertunangan dengan Risang,
bekerja juga di Pemda, Bagian Itwilda.” (Dt. 31/ KTBK hlm. 22)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari data di atas diketahui Drs. Risang bekerja di Pemda. Sesuai dengan
gelarnya, tentu saja Drs. Risang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
7) Marong
Marong dipilih oleh Jeng Trianah untuk menjadi tunangan Pipin karena
pekerjaannya sudah mapan, walaupun hanya lulusan SMA. Hal tersebut sesuai
dengan penggalan cerita berikut.
“Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga sekolahe mung lulusan
SMA, ora cucuk karo Pipin sing sarjana hukum, nanging milih Marong
sing uga dudu sarjana,…” (Dt. 42/ KTBK hlm.26)
64
Terjemahan:
“Jeng Tri tidak mau memilih Suherwindra karena sekolahnya hanya
lulusan SMA, tidak pas dengan Pipin yang sarjana hukum, tetapi memilih
Marong yang juga bukan sarjana,...” (Dt. 42/ KTBK hlm.26)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Marong yang hanya
lulusan SMA dipilih oleh Jeng Trianah untuk menjadi tunangan Pipin karena
pekerjaannya sudah mapan. Oleh karena itu, sudah sangat jelas bila Marong hanya
lulus SMA.
8) Ir. Eram
Ir. Eram sudah bekerja di PU Jember. Bila dilihat dari gelarnya
akademiknya, tentu saja Ir. Eram merupakan seorang sarjana teknik. Hal tersebut
sesuai dengan penggalan cerita berikut.
“Nanging, sampun dangu, kala kula taksih wonten SMA.” (Dt. 82/ KTBK
hlm. 46)
Terjemahan:
“Tetapi, sudah lama, ketika saya masih di SMA.” (Dt. 82/ KTBK hlm. 46)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Pipin dengan
Handaka. Dari data di atas dapat dilihat bahwa Ir. Eram adalah teman SMA Pipin.
Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan Sulun Prabu dalam dialog berikut.
65
“Malah kenal wiwit sekolah ana SD, SMP, nganti SMA, kekancan raket.”
(Dt. 21/ KTBK hlm. 13)
Terjemahan:
“Malah kenal sejak sekolah di SD, SMP, sampai SMA, berteman akrab.”
(Dt. 21/ KTBK hlm. 13)
Cuplikan dialog tersebut semakin menegaskan bahwa Ir. Eram merupakan
teman Pipin sejak SD sampai SMA. Dilihat dari gelarnya tentu saja sudah dapat
diketahui bahwa Ir. Eram pendidikannya sampai pada perguruan tinggi.
9) Dokter Wandi
Dokter Wandi merupakan dokter perusahaan tempat Sulun Prabu bekerja.
Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai dokter, tentu saja Dokter Wandi
menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi dan mengambil jurusan
kedokteran. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Dakundangake Dhokter Wandi, dhokter perusahaanku biyen,…”(Dt. 5/
KTBK hlm. 7)
Terjemahan:
“Saya panggilkan Dokter Wandi, dokter perusahaanku dulu,...” (Dt. 5/
KTBK hlm. 7)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari data di atas Dokter Wandi adalah dokter perusahaan tempat Sulun
66
Prabu bekerja. Dilihat dari gelar dan pekerjaannya sebagai dokter, tentu saja
Dokter Wandi menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
10) Tantiyam
Tantiyam bekerja satu kantor dengan Pipin di perusahaan kursus
komputer. Selain teman satu kantor, Tantiyam juga merupakan teman Pipin ketika
masih duduk di bangku SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita
berikut.
Dheweke gage ngerti yen Tantiyam kuwi kancane Pipin sakkelas ing
SMA,... (Dt. 107/ KTBK hlm. 62)
Terjemahan:
Dia langsung mengerti apabila Tantiyan itu teman Pipin satu kelas di
SMA,... (Dt. 107/ KTBK hlm. 62)
Cuplikan cerita tersebut merupakan narasi dari pengarang. Dari cuplikan
tersebut dapat diketahui bahwa Tantiyam merupakan teman satu kelas Pipin
ketika SMA. Hal tersebut tidak berbeda dengan pernyataan Tantiyam berikut.
“Menika kanca kula sakkelas ugi wonten ing SMA, sareng kaliyan Pipin
menapa.” (Dt. 111/ KTBK hlm. 64)
Terjemahan:
“Ini teman saya satu kelas juga di SMA, bersama Pipin.” (Dt. 111/ KTBK
hlm. 64)
67
Cuplikan dialog tersebut menceritakan bahwa Tantiyan dan Ir. Eram
merupakan teman Pipin saat masih sekolah di tingkat SMA. Tidak jelas
disebutkan sampai dimana tingkat pendidikan dari Tantiyam. Tetapi, bila dilihat
dari pekerjaannya yang bekerja di kursus komputer, Tantiyam tidak membutuhkan
pendidikan yang tinggi, karena pendidikan sampai di tingkat SMA saja mampu
untuk bekerja di kursus komputer tersebut.
11) Maharani
Maharani yang bekerja di sebuah kantor, merupakan teman satu kelas
Pipin ketika duduk di bangku SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan cerita
berikut.
“Jare kabeh kanca sakkelas dhek ana ing SMA diulemi.” (Dt. 36/KTBK
hlm. 23)
“Wara-wara Ekapraya ugi dipunkintun dhateng kantor kula, amargi Pak
Sindu, direktur kula, ugi anggota Pakempalan Ekapraya.” (Dt. 165/KTBK
hlm. 104)
Terjemahan:
“Semua teman satu kelas ketika di SMA diundang.” (Dt. 36/KTBK hlm.
23)
“Pengumuman Ekapraya juga dikirim di kantor saya, karena Pak Sindu,
direktur saya, juga anggota Perkumpulan Ekapraya.” (Dt. 165/KTBK hlm.
104)
68
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka dan Maharani dengan Handaka. Dari penggalan cerita di atas, diketahui
bahwa Maharani yang merupakan teman SMA Pipin, bekerja di perusahaan.
Tidak jelas disebutkan sampai dimana tingkat pendidikan dari Maharani. Tetapi,
jika dilihat dari pekerjaannya, paling tidak Maharani menempuh pendidikan SMA
agar bisa bekerja di perusahaan. Bahkan kemungkinan ia juga mengenyam
pendidikan setingkat perguruan tinggi.
12) Suherwindra
Suherwindra yang merupakan anak dari seorang priyayi yang terkenal di
Probolinggo hanya bersekolah sampai tingkat SMA saja. Ia tidak mau
melanjutkan pendidikan hingga tingkat yang lebih tinggi lagi. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga sekolahe mung lulusan
SMA, ora cucuk karo Pipin sing sarjana hukum, nanging milih Marong
sing uga dudu sarjana,…” (Dt. 42/ KTBK hlm.26)
“Dhek ana ing SMA Suherwindra pancen kancane lanang sing paling
kerep dolan kene.” (Dt. 40/ KTBK hlm. 24)
Terjemahan:
“Jeng Tri tidak mau memilih Suherwindra karena sekolahnya hanya
lulusan SMA, tidak pas dengan Pipin yang sarjana hukum, tetapi memilih
Marong yang juga bukan sarjana,...” (Dt. 42/ KTBK hlm.26)
69
“Ketika di SMA Suherwindra memang teman laki-laki yang paling sering
main kemari.” (Dt. 42/ KTBK hlm.26)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Suherwindra yang
merupakan lulusan SMA tidak dipilih untuk menjadi tunangan Pipin karena hanya
lulusan SMA dan pekerjaannya belum mapan. Hal ini berarti Suherwindra hanya
menempuh pendidikan sampai tingkat SMA saja.
13) Dewaji
Dewaji merupakan suami Tantiyam. Dewaji yang bekerja ikut blantik sapi
atau makelar sepeda motor hanya menempuh pendidikan sampai di jenjang SMA.
Hal itu dapat dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Kepanggih kanca-kanca SMA ingkang dados pegawe kantor camat,
ngaten kemawon isin!” (Dt. 109/KTBK hlm. 63)
Terjemahan:
“Ketemu teman-teman SMA yang jadi pegawai kantor camat, begitu saja
malu!” (Dt. 109/KTBK hlm. 63)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Tantiyam dengan
Handaka. Tantiyam merupakan istri dari Dewaji. Dari data di atas dapat dilihat
bahwa Dewaji yang pekerjaannya sebagai makelar motor dan blantik sapi merasa
malu bertemu tenan-teman SMA. Hal ini berarti Dewaji menempuh pendidikan
hingga tingkat SMA saja.
70
14) Ir. Pambudi
Sebagai seorang yang bekerja di pabrik gula dan memegang kendali
mesin, tentu saja Ir. Pambudi harus memiliki pengetahuan tentang mesin. Sesuai
dengan gelar akademiknya, Ir. Pambudi merupakan sarjana teknik. Hal tersebut
dapat dilihat dari cuplikan cerita berikut.
“Ir. Pambudi ing Pabrik Gula Sebaung. Gaweane nglakokake mesin-
mesin.” (Dt.25/ KTBK hlm. 14)
Terjemahan:
“Ir. Pambudi di Pabrik Gula Sebaung. Menjalankan mesin-mesin.” (Dt.
25/ KTBK hlm. 14)
Penggalan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu
dengan Handaka. Data di atas merupakan penggalan cerita yang menceritakan
bahwa Ir. Pambudi bekerja di pabrik Gula Sebaung. Dilihat dari gelarnya dapat
dipastikan bahwa Ir. Pambudi mengenyam pendidikan hingga ke perguruan
tinggi.
15) Ayah Marong
Sebagai seorang camat, tentu saja Ayah Marong menempuh pendidikan
paling tidak setingkat SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan cerita
berikut.
71
“Kersane ibune dijodhokake karo Marong, putrane pensiyunan Camat
Jrebeng.” (Dt. 19/KTBK hlm. 12)
Terjemahan:
“Kehendak ibunya dijodohkan dengan Marong, anak pensiunan Camat
Jrebeng.” (Dt. 19/KTBK hlm. 12)
Penggalan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu
dengan Handaka. Dari data di atas, dapat diketahui bahwa Ayah Marong
merupakan pensiunan camat. Tidak jelas sampai tingkat apakah pendidikan dari
Ayah Marong karena di dalam novel tidak disebutkan. Paling tidak untuk menjadi
seorang camat harus tamat SMA. Oleh karena itu Ayah Marong paling tidak
berpendidikan hingga SMA. Bahkan memungkinkan juga Ayah Marong
mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.
16) Solikah
Sebagai seorang pembantu rumah tangga, tentu saja solikah tidak
memerlukan pendidikan yang tinggi. Pekerjaan itu bisa dilakukan oleh siapa saja.
Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerita berikut.
“Ora wetara suwe Solikah, abdiku, bengok-bengok saka pawon,…”(Dt.
4/KTBK hlm. 7)
Terjemahan:
72
“Tidak terpaut lama Solikah, pembantuku,berteriak-teriak dari dapur,...”
(Dt. 4/KTBK hlm. 7)
Penggalan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu
dengan Handaka. Dari cuplikan di atas dapat diketahui bahwa Solikah merupakan
pembantu Sulun Prabu. Tidak jelas disebutkan sejauh mana tingkat pendidikan
dari Solikah. Untuk menjadi seorang pembantu, tentu saja tidak membutuhkan
pendidikan tinggi. Solikah paling tidak menempuh pendidikan hingga SD atau
setingkat SMP.
17) Pras, Hehe, dan Jumblat
Pras, Hehe, dan Jumbalt merupakan teman-teman sekolah anak bungsu
keluarga Sulun Prabu, yaitu Manik. Oleh karena itu, tentu saja mereka masih
bersekolah bersama Manik di tingkat SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari
penggalan cerita berikut.
“Kancane Manik cah SMAK, lanang-lanang telu.” (Dt. 35/ KTBK hlm.
23)
Terjemahan:
“Temannya Manik anak SMAK, laki-laki tiga.” (Dt. 35/ KTBK hlm. 23)
Cuplikan cerita tersebut merupakan percakapan antara Sulun Prabu dengan
Handaka. Dari cuplikan tersebut dapat diketahui bahwa Pras, Hehe, dan Jumblat
masih bersekolah di SMA karena mereka adalah teman satu sekolah Manik. Hal
tersebut tidak berbeda dengan pernyataan Manik dalam dialog berikut.
73
“..., Hehe lan kanca SMA kula sanesipun wonten ngajeng kula.” (Dt. 169/
KTBK hlm. 111)
Terjemahan:
“..., Hehe dan teman SMA saya lainnya di depan saya.” (Dt. 169/ KTBK
hlm. 111)
Cuplikan dialog tersebut semakin mempertehas bahwa Pras, Hehe, dan
Jumblat merupakan teman Manik yang juga masih bersekolah di tingkat SMA.
18) Bu Berlin Yasakartana
Di dalam novel,tidak jelas disebutkan tokoh Bu Berlin Yasakartana
menempuh pendidikan sampai di jenjang apa. Dalam novel, tokoh ini merupakan
seorang priyayi yang terkenal dari Probolinggo dan merupakan ibu dari
Suherwindra. Selain itu, Bu Berlin juga merupakan teman Jeng Trianah arisan.
Dari pembahasan data di atas tampak jelas bahwa di dalam novel terdapat
stratifikasi sosial dalam hal tingkatan pendidikan, yaitu dimulai dari jenjang
pendidikan paling rendah ke jenjang pendidikan tertinggi, dimulai dari pendidikan
anak usia dini (PAUD), tingkat dasar (SD/MI), tingkat menengah pertama
(SMP/MTS), tingkat menengah atas (SMA/SMK/MA), kemudian berlanjut ke
perguruan tinggi (universitas, akademi, sekolah tinggi, institut, dan politeknik).
Secara umum stratifikasi sosial berdasarkan tingkat pendidikan dalam
novel Kunarpa Tan Bisa Kandha yang berpendidikan minimal SMA yaitu Manik,
Marong, Suherwindra, Tantiyam, Dewaji, Ayah Marong, Pras, Hehe, dan Jumblat.
Ada beberapa tokoh yang berpendidikan hingga ke perguruan tinggi yaitu
74
Handaka, Sulun Prabu, Pipin, Riris, Drs. Risang, Ir. Eram, Dokter Wandi,
Maharani, Ir. Pambudi. Tetapi, ada pula tokoh yang berpendidikan rendah yaitu
Solikah.
Munculnya profesi yang berada pada lapisan yang paling atas hingga
lapisan yang paling bawah menyebabkan kesenjangan sosial. Hal itu dibuktikan
dengan Tokoh Jeng Trianah yang akan menjodohkan anak perempuannya, Pipin,
dengan memilih antara Suherwindra yang berasal dari keluarga terpandang, tetapi
hanya lulusan SMA dan bekerja sebagai pegawai di EMKL pelabuhan, atau
Marong yang merupakan anak pensiunan camat yang juga hanya lulusan SMA
tetapi ia merupakan seorang pemborong sukses. Jeng Trianah akhirnya memilih
Marong karena walaupun pendidikannya tidak sepadan dengan Pipin yang
merupakan sarjana hukum, tetapi pekerjaannya sangat sukses. Dari sikap Jeng
Trianah tersebut dapat disimpulkan adanya kesenjangan sosial yang sangat jauh
antara orang yang berpendidikan tinggi dengan orang yang berpendidikan rendah.
2. Pengaruh Stratifikasi Sosial Terhadap Pesan Moral yang Ada dalam
Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha
Setelah dilakukan penelitian pengaruh stratifikasi sosial terhadap pesan
moral yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha adalah sebagai berikut.
1) Handaka
Sebagai seorang detektif terkenal, Handaka mempunyai sikap yang tetap
tawakal, berserah diri kepada Tuhan dalam menjalankan pekerjaannya sebagai
seorang detektif. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan cerita berikut.
75
a) Tawakal
“Mula, wong kuwi ora oleh pupus semangat yen ngudi kekarepane. Gusti Allah tansah paring kalodhangan. Ndilalahe, jare wong Jawa! Gusti Allah tansah paring pepadhang nalika pepadhang kuwi diperlokake dening umate. Terus terang wae, sajrone proses nggoleki titikan lan bukti, nganti tekan wayah kepung mau, bukti kuwi durung dakcekel. Nanging, titikan wis ana. Aku tansah ndenonga mring Pangeran, muga-muga diparingi bukti ing sadurunge prekara iki bubar.” (KTBK hlm. 154)
Terjemahan:
“Maka dari itu, orang itu tidak boleh putus semangat menggapai keinginan. Gusti Allah selalu memberi kesempatan. Ndilalah, kata orang Jawa! Gusti Allah selalu memberi penerang ketika diperlukan oleh umatNya. Terus terang saja, dalam proses mencari pertanda dan bukti, sampai saat kumpul tadi, bukti itu belum saya pegang. Tetapi, pertanda sudah ada. Saya selalu berdoa kepada Pangeran, semoga diberi bukti sebelum perkara ini selesai. (KTBK hlm. 154)
Cerita tersebut merupakan pernyataan Handaka kepada para tamu yang
hadir pada saat kumpul setelah pemakaman Jeng Trianah. Dari penggalan cerita di
atas, diketahui bahwa Handaka yang bekerja sebagai seorang detektif, tidak
merasa sombong atas kecerdasannya memecahkan suatu misteri. Handaka tetap
tawakal dan berserah diri kepada Tuhan agar Tuhan membantu dan memberikan
petunjuk. Pesan moraal yang dapat diambil dari tokoh Detektif Handaka sebagai
detektif terkenal adalah dalam keadaan tertentu, seseorang harus bersikap tawakal
dan tidak putus asa agar sesuai dengan kedudukan yang sedang ia tempati.
Dilihat dari stratifikasi yang ada dalam penelitian, Handaka yang
merupakan detektif terkenal, paling tidak menempuh pendidikan hingga ke
perguuruan tinggi agar karirnya sukses. Selain itu bila dilihat dari jenis
pekerjaannya, Handaka berada pada golongan kelas-kelas berdasarkan keahlian
76
tertentu. Hal ini berarti Handaka berhasil dalam bidang pekerjaan dan dalam
pendidikan karena semuanya berbanding lurus.
2) Sulun Prabu
Sebagai orang terpandang dan mempunyai jabatan tinggi di kantornya,
Sulun Prabu mempunyai rasa malu bila nama keluarganya tercemar karena kasus
meninggalnya Jeng Trianah secara tidak wajar ataau dibunuh. Hal tersebut dapat
dilihat dari pernyataan Sulun Prabu kepada Handaka berikut.
a) Malu
“Jenenge keluwargaku cemer yen bener kuwi rajapati, lan sapa sing
mrejaya durung karuwan kecekel. Aku emoh kaya mengkono kuwi.”
(KTBK hlm. 8)
Terjemahan:
“Nama keluargaku tercemar jika benar itu pembunuhan, dan siapa yang
membunuh belum tentu tertangkap. Saya tidak mau seperti itu.” (KTBK
hlm. 8)
Penggalan Dari cuplikan cerita tersebut, diketahui bahwa Sulun Prabu
yang merupakan kepala administrasi pabrik gula, akan merasa malu apabila
masyarakat sampai mengetahui bila istrinya meninggal karena dibunuh orang. Hal
itu bisa membuat nama keluarga tercemar. Pesan moral yang dapat diambil dari
tokoh Sulun Prabu yang merupakan kepala administrasi pabrik gula dan orang
terpandang adalah pada kedudukan tertentu, seseorang jangan sampai
dipermalukan karena kedudukannya itu terhormat.
77
Dilihat dari stratifikasi sosial yang ada dalam penelitian, Sulun Prabu yang
merupakan kepala administrasi pabrik gula, paling tidak ia menempuh pendidikan
sampai SMA, bahkan juga bisa setingkat perguruan tinggi agar karirnya sukses.
Selain itu bila dilihat dari jenis pekerjaannya, Sulun Prabu berada pada golongan
kedua, yaitu golongan pejabat administratif. Hal ini berarti Sulun Prabu berhasil
dalam bidang pekerjaan dan dalam pendidikan.
3) Pipin
Dilihat dari stratifikasi sosialnya, Pipin merupakan anak sulung Sulun
Prabu. Pendidikan yang ditempuh Pipin juga tinggi, karena ia merupakan sarjana
hukum lulusan Untag Surabaya. Pipin tidak berhasil dalam pekerjaan karena
sebagai seorang sarjana hukum, Pipin hanya bekerja di perusahaan Kursus
Komputer Dhika. Oleh karena itu, Pipin berhasil dalam bidang pendidikan namun
gagal dalam bidang pekerjaan.
4) Riris
Riris merupakan anak kedua dari Sulun Prabu. Dalam hal pendidikan,
Riris pun berhasil karena Riris merupakan lulusan akademi sekretaris nongelar
Widya Mandala. Dalam hal pekerjaan, Riris juga berhasil karena ia bekerja di
kantor pemda bagian Humas. Oleh karena itu, Riris digolongkan ke dalam
golongan pegawai pemerintah (sipil dan militer).
5) Manik
Manik merupakan anak bungsu dari Sulun Prabu. Pada saat itu Manik
masih bersekolah di tingkat SMA.
6) Drs. Risang
78
Drs. Risang merupakan tunangan Riris. Sesuai dengan gelar akademis
yang melekat pada namanya, tentu saja Drs. Risang menempuh pendidikan
hingga ke perguruan tinggi. Ia juga bekerja di kantor pemda di bagian Itwilda.
Karena pekerjaannya, maka Drs. Risang termasuk golongan pegawai pemerintah
(sipil dan militer). Berarti Drs. Risang berhasil dalam pendidikan dan pekerjaan.
7) Marong
Walaupun hanya lulusan SMA, Marong telah membuktikan bila ia bisa
bekerja keras untuk hidup sukses. Hal itu ia buktikan dengan menjadi
pemborong. Setiap diberi proyek oleh Sulun Prabu, Marong bisa mengerjakannya
dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari pernyataan Sulun Prabu kepada Handaka
berikut.
a) Bekerja keras
“Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga sekolahe mung lulusan SMA, ora cucuk karo Pipin sing sarjana hukum, nanging milih Marong sing uga dudu sarjana, marga Suherwindra cekel gawene durung genah trajange, nyekel EMKL mung dadi pegawe biyasa. Dene Marong, wis genah tandang trajange dadi pemborong, dakwenehi proyek-proyek saka kantorku bisa ditandangi klawan trengginas beres.” (KTBK hlm. 27)
Terjemahan:
“Jeng Tri tidak mau memilih Suherwindra karena sekolahnya hanya lulusan SMA, tidak sebanding dengan Pipin yang sarjana hukum, tetapi memilih Marong yang juga bukan sarjana, karena Suherwindra pekerjaannya belum mapan, memegang EMKL hanya menjadi pegawai biasa. Lain hal dengan Marong, sudah mapan pekerjaannya menjadi pemborong, diberi proyek-proyek dari kantorku bisa dikerjakan dengan beres.” (KTBK hlm. 27)
Dari cuplikan cerita tersebut, diketahui bahwa Marong dipilih menjadi
calon suami Pipin karena pekerjaannya sudah mapan walaupun hanya lulusan
SMA. Marong yang merupakan lulusan SMA giat bekerja sehingga bisa menjadi
79
pemborong yang sukses. Pesan moral yang dapat diambil dari tokoh marong yang
bekerja sebagai pemborong sukses yang hanya lulusan SMA adalah untuk
mencapai apa yang seseorang inginkan, maka ia harus bekerja keras.
Dilihat dari stratifikasi yang ada dalam penelitian, Marong yang
merupakan seorang pemborong hanya menempuh pendidikan hingga ke SMA,
tetapi karirnya sukses. Selain itu bila dilihat dari jenis pekerjaannya, Marong
berada pada golongan pengusaha. Hal ini berarti Marong berhasil dalam bidang
pekerjaan tetapi gagal dalam pendidikan.
8) Ir. Eram
Ir. Eram merupakan mantan tunangan Pipin. Dilihat dari gelar
akademisnya tentu saja Ir. Eram menempuh pendidikan hingga ke tingkat
perguruan tinggi. Ia juga bekerja sebagai pegawai di PU. Oleh karena itu Ir. Eram
dimasukkan ke dalam golongan pekerja pemerintah (sipil dan militer). Dilihat
dari fasilitas yang ia punya, yaitu mobil yang ia bawa dari Jember ke Probolinggo
saat melayat ke rumah Sulun Prabu, dapat disimpulkan bahwa Ir. Eram di PU
mempunyai jabatan yang tinggi karena ia mampu menggunakan mobil. Hal itu
berarti Ir. Eram berhasil dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
9) Dokter Wandi
Sebagai seorang dokter profesional, tentu saja Dokter Wandi harus
bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan terhadap pasiennya. Dokter Wandi
tidak bisa asal memvonis pasien. Harus dilakukan pemeriksaan yang teliti
sebelum menyimpulkan sesuatu. Hal tersebut bisa dilihat dari pernyataan Dokter
Wandi kepada Sulun Prabu berikut.
80
a) Tanggung jawab
“Nanging, kadosdene tanggung jawab profesi kula, kula kedah saged
mbuktekaken menawi sedanipun keng rayi mboten saking ketledhoran kula.”
(KTBK hlm. 36)
Terjemahan:
“tetapi, seperti halnya tanggung jawab pekerjaan saya, saya harus bisa
membuktikan bila meninggalnya istri anda tidak dari keteledoran saya.”
(KTBK hlm 36)
Dari penggalan cerita di atas, dapat diketahui bahwa sebagai seorang
dokter profesional, Dokter Wandi harus memeriksa secara teliti pasiennya karena
ia tidak boleh salah mendiaknosa. Ia harus bisa mempertanggung jawabkan hasil
pemeriksaan yang ia keluarkan untuk pasien. Pesan moral yang dapat diambil dari
tokoh Dokter Wandi yang bekerja sebagai dokter adalah apapun profesi
seseorang, profesi itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Tentu saja untuk mendapatkan gelar kedokterannya, Dokter Wandi
menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Karena pekerjaannya, maka
Dokter Wandi dimasukan ke dalam golongan ahli-ahli teknik. Oleh karena itu,
Dokter Wandi berhasil dalam hal pendidikan dan pekerjaan.
10) Tantiyam
Tantiyam merupakan teman SMA Pipin. Ia bekerja di perusahaan Kursus
Komputer Dhika bersama Pipin. Dilihat dari pekerjaan dan pendidikannya,
Tantiyam dimasukkan ke dalam golongan pekerja pemerintah (swasta). Tantiyam
juga merupakan istri dari Dewaji yang bekerja sebagai makelar motor atau
blantik sapi. Hal itu berarti Tantiyam yang hanya menempuh pendidikan hingga
81
SMA, dapat bekerja di perusahaa kursus komputer. Karena pekerjaannya, maka
Tantiyam dimasukan ke dalam golongan pegawai pemerintah (swasta).
11) Maharani
Maharani merupakan teman SMA Pipin. Dilihat dari pekerjaannya yaitu
bekerja di perusahaan dan ia mengetahui keluar masuknya surat untuk direktur,
paling tidak pekerjaannya sebagai setingkat dengan sekretaris. Untuk mencapai
tingkat pekerjaan itu, tentu saja ia berpendidikan minimal SMA, bahkan bisa juga
setingkat perguruan tinggi. Karena pekerjaannya, maka Maharani dimasukan ke
dalam golongan pegawai pemerintah (swasta). Maharani berhasil di bidang
pendidikan dan pekerjaan.
12) Suherwindra
Sebagai seorang anak dari keluarga kaya dan terpandang, Suherwindra
tidak melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Ia tidak
mau berusaha mencari pekerjaan sendiri. Ia bekerja di EMKL yang beroperasi di
pelabuhan karena jasa ayahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan Sulun
Prabu kepada Handaka berikut.
a) Tidak mau berusaha
“Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga sekolahe mung lulusan SMA, ora cucuk karo Pipin sing sarjana hukum, nanging milih Marong sing uga dudu sarjana, marga Suherwindra cekel gawene durung genah trajange, nyekel EMKL mung dadi pegawe biyasa. Dene Marong, wis genah tandang trajange dadi pemborong, dakwenehi proyek-proyek saka kantorku bisa ditandangi klawan trengginas beres.” (KTBK hlm. 27)
Terjemahan:
“Jeng Tri tidak mau memilih Suherwindra karena sekolahnya hanya lulusan SMA, tidak sebanding dengan Pipin yang sarjana hukum, tetapi memilih Marong yang juga bukan sarjana, karena Suherwindra pekerjaannya belum mapan, memegang EMKL hanya menjadi pegawai
82
biasa. Lain hal dengan Marong, sudah mapan pekerjaannya menjadi pemborong, diberi proyek-proyek dari kantorku bisa dikerjakan dengan beres.” (KTBK hlm. 27)
Selain tidak mau mencari melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, ternyata Suherwindra juga tidak mau mandiri mencari pekerjaan sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari nukilan data antara Sulun Prabu dengan Handaka
berikut.
“Suherwindra saiki wis madeg dhewe? Wis cekel gawe?” “Madeg dhewe durung. Tegese, omah isih melu wong tuwane. Isih jaka. Nanging nyambut gawe melu perusahaan EMKL ing pelabuhan. Wong bapake biyen pegawe doane, dadi ya gampang nggolekake canthelan anake ing pelabuhan.” (KTBK hlm. 26)
Terjemahan:
“Suherwindra sekarang sudah mandiri? Sudah bekerja?” “Mandiri belum. Maksudnya, rumah masih ikut orang tuanya. Masih bujangan. Tetapi bekerja ikut perusahaan EMKL di pelabuhan. Ayahnya dulu pegawai pelabuhan, jadi ya mudah mencarikan pekerjaan anaknya di pelabuhan. (KTBK hlm. 26)
Dari penggalan cerita tersebut dapat diketahui bahwa Suherwindra sebagai
anak orang berada, tidak mau melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi
dan tidak mau berusaha sendiri mencari pekerjaan. Pesan moral yang dapat
diambil dari tokoh Suherwindra sebagai anak seorang priyayi terkenal dan hanya
lulusan SMA adalah gapailah cita-cita setinggi-tingginya, jangan hanya pasrah
dan tidak mau berusaha.
Suherwindra mengandalkan orang tuanya untuk mencarikan pekerjaan. Ia
bekerja di perusahaan EMKL, tetapi hanya sebagai pegawai biasa saja. Karena
pekerjaannya, Suherwindra digolongkan kedalam golongan pegawai swasta.
Suherwindra sendiri diketahui hanya menempuh pendidikan hingga tingkat SMA.
Oleh karena itu, Suherwindra gagal dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
83
13) Dewaji
Dewaji yang hanya lulusan SMA merasa malu apabila bertemu dengan
teman-temanya ketika SMA. Dewaji yang bekerja ikut blantik sapi atau makelar
sepeda montor merasamalu karena tidak mempunyai pekerjaan dan pendapatan
yang tetap. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan Tantiyam kepada Handaka
berikut.
a) Malu
“O, Mas Dewaji menika clingus sanget. Maklum, jaka klanthung, dereng angsal pedamelan. Samenika inggih namung tumut maklaran sepedhah montor utawi sok tumut blantik sapi. Nanging, jaman samenika menawi boten angsal bayar, tetep menika raosipun, kok mboten gadhah pedamelan, ngaten. Lajeng piyambakipun isin! Kepanggih kanca-kanca SMA ingkang dados pegawe kantor camat, ngaten kemawon isin!” (KTBK hlm. 63)
Terjemahan:
“O, Mas Dewaji itu sangat pemalu. Maklum, pengangguran, belum dapat pekerjaan. Sekarang hanya ikut makelar motor atau ikut blantik sapi. Tetapi, di jaman sekarang jika tidak mendapat gaji, tetap begitu rasanya, kok tidak punya pekerjaan. Lalu dia malu! Bertemu dengan teman-teman SMA yang menjadi pegawai kantor camat, begitu saja malu!” (KTBK hlm. 63)
Dari penggalan cerita tersebut dapat dilihat bahwa Dewaji yang bekerja
sebagai makelar motor atau kadang blantik sapi merasa malu, minder apabila
bertemu dengan teman-teman SMAnya yang menjadi pegawai di kantor camat. Ia
merasa malu karena tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap. Pesan
moral yang dapat diambil dari Dewaji yang hanya lulusan SMA dan bekerja
sebagai blantik sapi dan ikut makelar motor adalah apapun pekerjaan seseorang,
asalkan yang dihasilkan halal, maka janganlah malu
84
Dilihat dari stratifikasi yang ada dalam penelitian, Dewaji yang bekerja
sebagai blantik sapi atau makelar motor hanya menempuh pendidikan hingga
tingkat SMA saja. Karena pekerjaannyayang serabutan itu, maka ia digolongkan
ke golongan pekerja rendahan. Hal itu berarti Dewaji gagal dalam pendidikan dan
pekerjaan.
14) Ir. Pambudi
Ir. Pambudi merupakan ayah dari Ir. Eram. Ir. Pambudi bekerja sebagai
orang yang mengoperasikan mesin-mesin di pabrik gula. Dilihat dari gelar
akademisnya, tentu saja Ir. Pambudi menempuh pendidikan hingga perguruan
tinggi. Karena pekerjaannya, maka Ir. Pambudi digolongkan ke dalam golongan
ahli-ahli teknik. Hal ini berarti Ir. Pambudi berhasil dalam hal pendidikan dan
pekerjaan.
15) Ayah Marong
Ayah Marong merupakan pensiunan camat Jrebeng. Dilihat dari
pekerjaannya sebagai mantan camat, setidaknya ia berpendidikan minimal
setingkat SMA, bahkan juga bisa setingkat perguruan tinggi. Karena
pekerjaannya ia dimasukkan ke dalam golongan pejabat administrasi. Hal itu
berarti Ayah Marong berhasil dalam bidang pendidikan dan pekerjaan
16) Solikah
Solikah merupakan pembantu rumah tangga keluarga Sulun Prabu. Tentu
saja, sebagai seorang pembantu, Solikah tidak perlu memiliki pendidikan yang
tinggi. Karena pekerjaannya, maka Solikah digolongkan ke dalam pekerja
rendahan. Oleh karena itu, Solikah gagal dalam pendidikan dan pekerjaan.
85
17) Pras, Hehe, dan Jumblat
Pras, Hehe, dan Jumblat merupakan teman Manik di sekolah. Tidak
banyak yang bisa disimpulkan dari tiga tokoh ini, karena data yang ada sangat
terbatas. Yang penulis tahu hanya mereka bertiga adalah teman sekolah dari anak
bungsu Sulun Prabu, yaitu Joharmanik.
18) Bu Berlin Yasakartana
Sebagai orang yang terpandang di Probolinggo, Bu Berlin Yasakartana
yang hidup bergelimang harta selalu memamerkan kekayaannya. Ia
menyombongkan diri karena ia merupakan orang kaya dan terpandang. Hal
tersebut sesuai dengan penggalan cerita yang diutarakan dalam narasi pengarang
berikut.
a) Sombong
Rumangsane pancen dheweke kang dadi pancere kawigaten. Sandhangane katon gemerlapan, sanajan kebayane ulese ireng. Kebaya ireng tandha melu bela sungkawa. Nanging, ketara yen klambi pameran, kaine brokat krawangan rega larang. Engatase wis ngumur, gelang, kalung, lan suwenge sarwa abyor, pratandha yen priyayi kuwi kecukupan uripe. “Aku ayu, aku wong kondhang!” kaya-kaya mengkono tingkahe putri tuwa kuwi. (KTBK hlm. 125)
Terjemahan:
Pikirnya memang dialah yang menjadi pusat perhatian. Pakaiannya terlihat gemerlapan, walaupun kebayanya berwarna hitam. Kebaya hitam tandaikut bela sungkawa. Tetapi, terlihat jika baju pamer, kainnya brokat harga mahal. Walaupun sudah berumur, gelang, kalung, dan antingnya terlihat berkilau, pertanda jika priyayi itu berkecukupan hidupnya. “Aku cantik, aku terkenal!” kira-kira begitulah tingkah wanita tua itu. (KTBK hlm. 125)
Dari cuplikan cerita di atas dapat dilihat bahwa Bu Berlin Yasakartana
merupakan seorang yang kaya raya. Karena itu, ia kemudian sombong dengan
86
memperlihatkan kekayaannya lewat penampilan. Pesan moral yang dfapat diambil
dari tokoh Bu Berlin Yasakartana sebagai priyayi terkenal yang sombong adalah
apapun pangkat, kedudukan seseorang, janganlah sombong, karena masih ada
yang lebih tinggi lagi.
Tidak banyak yang bisa diteliti dati tokoh Bu Berlin Yasakartana karena di
dalam novel tokoh tersebut tidak dijelaskan secara lebih mendetail. Penulis tidak
menemukan indikator yang menunjukkan pendidikan yang ditempuh Bu Berlin
dan apa pekerjaannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial yang ada
dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha yaitu berdasarkan ukuran profesi dan
ukuran tingkat pendidikan. Dari ukuran profesi digolongkan menjadi golongan
pejabat administratif, pegawai pemerintah, dan pekerja rendahan. Sedangkan
menurut ukuran ilmu pengetahuan digolongkan menjadi empat yaitu tingkat SD,
SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dari stratifikasi tersebut ternyata
mempengaruhi sikap beberapa tokoh, yaitu tokoh Detektif Handaka sebagai
detektif terkenal mempunyai sikap tawakal dalam mencari bukti-bukti sehingga
pesan moral yang dapat diambil adalah dalam keadaan tertentu, seseorang harus
bersikap tawakal dan tidak putus asa agar sesuai dengan kedudukan yang sedang
ia tempati; Sulun Prabu sebagai kepala administrasi dan orang terpandang
mempunyai sikap malu apabila pembunuhan istrinya diketahui banyak orang
sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah pada kedudukan tertentu,
seseorang jangan sampai dipermalukan karena kedudukannya itu terhormat;
Marong yang merupakan pemborong lulusan SMA mempunyai sikap bekerja
87
keras sehingga bisa sukses sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah untuk
mencapai apa yang seseorang inginkan, maka ia harus bekerja keras; Dokter
Wandi sebagai seorang dokter mempunyai sikap tanggung jawab dalam
memeriksa pasien sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah apapun profesi
seseorang, profesi itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab;
Suherwindra yang merupakan anak priyayi terkenal dan hanya lulusan SMA
mempunyai sikap tidak mau berusaha dalam mencari pekerjaan dan meneruskan
pendidikan sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah gapailah cita-cita
setinggi-tingginya, jangan hanya pasrah dan tidak berusaha.; Dewaji yang
berprofesi ikut makelar motor dan blantik sapi memiliki sikap malu karena
pekerjaannya tidak tetap sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah apapun
pekerjaan seseorang, asalkan yang dihasilkan halal, maka janganlah malu; dan Bu
Berlin Yasakartana sebagai seorang priyayi yang terkenal memiliki sikap
sombong dalam memamerkan kekayaannya sehingga pesan moral yang dapat
diambil adalah apapun pangkat, kedudukan seseorang, janganlah sombong, karena
masih ada yang lebih tinggi lagi.
88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang stratifikasi sosial
dan pesan moral dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha, dapat diambil
kesimpulan. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Stratifikasi sosial yang ada dalam novel Kunarpa tan Bisa Kandha
digolongkan berdasarkan dua kriteria, yaitu berdasarkan politik yang dilihat
dari profesi, dan berdasarkan kultur yang dilihat dari tingkat pendidikan.
Berdasarkan ukuran profesi terdapat 3 lapisan, golongan atas yang terdiri dari
camat, kepala administrasi, detektif, dan pengusaha; golongan menengah yang
terdiri dari dokter, insinyur, pegawai PU, pegawai pemda, pegawai kantor,
pegaawai swasta; dan golongan bawah yaitu pembantu rumah tangga, blantik
sapi, dan ikut makelar motor. Sedangkan menurut ukuran ilmu pengetahuan
digolongkan menjadi empat yaitu tingkat SD, SMP, SMA, dan perguruan
tinggi.
2. Pengaruh stratifikasi sosial pada pesan moral yang terdapat dalam novel
Kunarpa Tan Bisa Kanda yaitu Detektif Handaka sebagai detektif terkenal
mempunyai sikap tawakal dalam mencari bukti-bukti sehingga pesan moral
yang dapat diambil adalah dalam keadaan tertentu, seseorang harus bersikap
tawakal dan tidak putus asa agar sesuai dengan kedudukan yang sedang ia
tempati; Sulun Prabu sebagai kepala administrasi dan orang terpandang
mempunyai sikap malu apabila pembunuhan istrinya diketahui banyak orang
sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah pada kedudukan tertentu,
89
seseorang jangan sampai dipermalukan karena kedudukannya itu terhormat;
Marong yang merupakan pemborong lulusan SMA mempunyai sikap bekerja
keras sehingga bisa sukses sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah
untuk mencapai apa yang seseorang inginkan, maka ia harus bekerja keras;
Dokter Wandi sebagai seorang dokter mempunyai sikap tanggung jawab dalam
memeriksa pasien sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah apapun
profesi seseorang, profesi itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab;
Suherwindra yang merupakan anak priyayi terkenal dan hanya lulusan SMA
mempunyai sikap tidak mau berusaha dalam mencari pekerjaan dan
meneruskan pendidikan sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah
gapailah cita-cita setinggi-tingginya, jangan hanya pasrah dan tidak berusaha.;
Dewaji yang berprofesi ikut makelar motor dan blantik sapi memiliki sikap
malu karena pekerjaannya tidak tetap sehingga pesan moral yang dapat diambil
adalah apapun pekerjaan seseorang, asalkan yang dihasilkan halal, maka
janganlah malu; dan Bu Berlin Yasakartana sebagai seorang priyayi yang
terkenal memiliki sikap sombong dalam memamerkan kekayaannya sehingga
pesan moral yang dapat diambil adalah apapun pangkat, kedudukan seseorang,
janganlah sombong, karena masih ada yang lebih tinggi lagi.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
kajian sosiologi sastra. Bagi kajian sosiologi sastra hasil penelitian ini digunakan
untuk menunjukkan stratifikasi sosial yang ada dalam novel Kunarpa Tan Bisa
Kandha. Selain itu dalam novel ini juga terdapat berbagai macam pesan moral.
90
Penelitian ini menunjukkan bahwa stratifikasi sosial tidak hanya ada di dalam
dunia nyata, di dalam sastra pun juga ada stratifikasi sosial. Hal ini dikarenakan
sastra merupakan cerminan dari masyarakat. Karya sastra dikonsumsi untuk
memperoleh hiburan dan pengetahuan tentang ajaran kehidupan yaitu pesan moral
untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu mendapat
perhatian. Adapun saran tersebut sebagai berikut.
1. Penelitian tentang ‘Stratifikasi Sosial dan Pengaruhnya pada Pesan Moral
dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha’ masih sangat sederhana diharapkan
pada peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian lanjutan yang lebih
luas dan mendalam. Penelitian ini mengkaji tentang stratifikasi sosial dan
pengaruhnya pada pesan moral dalam novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya
Suparto Brata. Oleh karena itu, diharapkan penelitian yang akan datang dapat
meneliti stratifikasi sosial dan pengaruhnya pada pesan moral dalam novel
lebih mendalam.
2. Bagi pembaca, diharapkan bisa menyaring pesan moral yang ada dalam novel
yang dibaca. Pesan moral yang ada hendaknya dijadikan sebagai masukan
positif yang membangun sehingga moral pembaca bisa semakin baik.
91
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budi, Darma. 1984. “Moral dalam Sastra”. Sejumlah Esai Sastra. Jakarta: PT Karya Unipress.
Damono, Sapardi Joko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengntar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
________________. 2006. Budi Pekerti Jawa. Yogyakarta: Buana Pustaka.
________________. 2013. Sosiologi Sastra Studi, Teori, dan Interpretasi. Yogyakarta: Ombak
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________________. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2004. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Semi, Atar. M. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Soekanto, Soerjono. 1976. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (DiIndonesiakan oleh Melani Budianto). Jakarta: Gramedia.
92
DAFTAR NON PUSTAKA
http://stratifikasi-sosial.blogspot.com. Diakses pada 28 Februari 2013 pukul 11.37 WIB.
94
Tabel 1. Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
1. Handaka
Sulun Prabu
5 Kanca nalika isih padha sekolah ing SMPN II,
Jalan Kepanjen Surabaya.
Teman ketika masih sama-sama sekolah
di SMP II Jalan Kepajen Surabaya.
Tingkat pendidikan
2. - 5 …, padha main hoki melu perkumpulan hoki
Perhopi sing diedegake dening wartawan
perang Walanda Letnan van Grinsven.
..., sama-sama bermain hoki ikut
perkumpulan hoki Perhopi yang didirikan
oleh wartawan perang Belanda Letnan
van Grinsven.
Profesi
3. Handaka 5 Mulane merlokake nekakake Handaka, kang
profesine detektip.
Karena itu perlu mendatangkan Handaka,
yang profesinya detektif.
Profesi
4. Solikah 7 “Ora wetara suwe Solikah, abdiku, bengok-
bengok saka pawon,…”
“Tidak terpaut lama Solikah,
pembantuku,berteriak-teriak dari
dapur,...”
Profesi
5. Dhokter Wandi 7 “Dakundangake Dhokter Wandi, dhokter
perusahaanku biyen,…”
“Saya panggilkan Dokter Wandi, dokter
perusahaanku dulu,...”
Profesi
6. Dhokter Wandi 7 “Sadurunge dhokter teka eling, mung adhuh-
adhuh thok,…”
“Sebelum dokter siuman, hanya
mengaduh saja,...”
Profesi
95
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
7. Dhokter Wandi 7 “Dhokter Wandi dak aturi maneh, ya rada
kaget.”
“Dokter Wandi saya beritahu lagi, ya
agak terkejut.”
Profesi
8. Dhokter Wandi 7 “Manut Dhokter Wandi, yen pancen gegar
otak, mesthine muntah barang dhisik.”
“Menurut Dokter Wandi, apabila
memang gagar otak, pasti sebelumnya
muntah dulu.”
Profesi
9. Dhokter Wandi 7 “Ora marga klirune pangrumate dhokter.
Dhokter Wandi ya banjur manut apa karepku.”
“Bukan karena kekeliruan perawatan
dokter. Dokter Wandi ya mengikuti apa
mauku.”
Profesi
10. Dhokter Wandi 8 “Saungkure Dhokter Wandi, aku miwiti
dhaftar famili sing kudu dakinterlokal.”
“Sepulangnya Dokter Wandi, saya
memulai daftar keluarga yang perlu saya
interlokal.”
Profesi
11. Dhokter Wandi 8 “Apa sing digumunake Dhokter Wandi ndadak
dadi ati. Iya ya, kena apa aku ndadak dora karo
Dhokter Wandi?”
“Apa yang diragukan Dhokter
wandimenjadi ganjalan hati. Iya ya,
mengapa saya berbohong kepada Dokter
Wandi?”
Profesi
96
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
12. Dhokter Wandi 8 “Dene Dhokter Wandi maido yen jalarane
merga gegar otak, wong benjute ora sepiraa.”
“Dokter Wandi meragukan bila sebabnya
karena gagar otak, karena lebamnya tidak
parah.”
Profesi
13. Handaka 8 “Detektip Handaka, rak wis kondhang, ta!” “Detektif Handaka, sudah terkenal, ta!” Profesi
14. - 8 “Saka Probolinggo kene aku karo Suyono,
dhek samana Suyono dadi kepala kantor pos
kene.”
“Dari Probolinggo saya dengan Suyono,
saat itu Suyono menjadi kepala kantor
pos disini.”
Profesi
15. - 8 “La kok, ora telpon polisi wae dikon ngurusi?” “La kok, tidak telepon polisi saja yang
disuruh mengurusi?”
Profesi
16. Dhokter Wandi
-
8 “Liwat Dhokter Wandi ya bisa. Liwat polisi ya
kena.”
“Lewat Dokter Wandi juga bisa. Lewat
polisi juga bisa.”
Profesi
17. Handaka 8 “Upama graitaku kuwi bener, mesthine sliramu
kadidene detektip bisa aweh dudutan,…”
“Apabila dugaanku itu benar, pastinya
kamu sebagai detektif bisa memberi
jawaban,...”
Profesi
97
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
18. Pipin 12 “Saiki dheweke nyambut gawe neng Komputer
Dhika, perusahaan kursus komputer ing Jalan
Moh. Saleh kana.”
“Sekarang dia bekerja di Komputer
Dhika, perusahaan kursus komputer di
jalan Moh. Saleh sana.”
Profesi
19. Ayah Marong 12 “Kersane ibune dijodhokake karo Marong,
putrane pensiyunan Camat Jrebeng.”
“Kehendak ibunya dijodohkan dengan
Marong, anak pensiunan Camat
Jrebeng.”
Profesi
20. Marong 12 “Marong dhewe saiki wis dadi pemborong
cilik-cilikan.”
“Marong sendiri sekarang sudah menjadi
pemborong kecil-kecilan.”
Profesi
21. Pipin
Eram
13 “Malah kenal wiwit sekolah ana SD, SMP,
nganti SMA, kekancan raket.”
“Malah kenal sejak sekolah di SD, SMP,
sampai SMA, berteman akrab.”
Tingkat pendidikan
22. Ir. Pambudi 13 “Eram mono nggantheng wonge. Wong putrane
Ir. Pambudi.”
“Eram itu orangnya tampan. Anak Ir.
Pambudi.”
Profesi
23. Ir. Pambudi 13 “Nanging, ndeleng asmane lan titele – Ir.
Pambudi – mesthine rak wong keluwarga
becik-becik.”
“Tetapi, melihat nama dan titelnya – Ir.
Pambudi – pastinya keluarga baik-baik.”
Profesi
98
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
24. Ir. Eram 13 “Lo, Eram dhewe saiki ya wis insinyur sipil,
wis nyambut gawe ing PU Jember.”
“Lo, Eram sendiri sekarang juga sudah
insinyur sipil, sudah bekerja di PU
Jember.”
Profesi
25. Ir. Eram 14 “Ir. Pambudi ing Pabrik Gula Sebaung.
Gaweane nglakokake mesin-mesin.”
“Ir. Pambudi di Pabrik Gula Sebaung.
Gaweane nglakokake mesin-mesin”
Profesi
26. Sulun Prabu 14 “Dadi, mbakyumu kuwi wurung oleh
masinise pabrik gula, antuk kepala
administrasine pabrik gula.”
“Jadi, kakak perempuanmu itu gagal
mendapatkan masinisnya pabrik gula,
malah mendapatkan kepala
administrasinya pabrik gula.”
Profesi
27. Ir. Eram 19 “Apa kowe isih ngarep-arep baline Insinyur
Eram?
“Apa kamu masih mengharapkan
kembalinya Insinyur Eram?”
Profesi
28. Ir. Eram 20 “Kena apa wong tuwa bathuk amba kuwi
nguthik-uthik bab Insinyur Eram barang?”
“Mengapa orang tua berjidat lebar itu
mengungkit-ungkit bab Insinyur Eram
segala?”
Profesi
99
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
29. Pipin
Riris
22 “Yen Pipin mau lulusan Untag Surabaya,
Riris iki lulusan Akademi Sekretaris
nongelar Widya Mandala.”
“Bila Pipin tadi lulusan Untag Surabaya,
Riris ini lulusan Akademi Sekretaris
nongelar Widya Mandala.”
Tingkat Pendidikan
30. Riris 22 “Mulih nyangking ijazah, nglamar dadi pegawe
negeri, dites, klebu. Saiki isih honorer ing
Bagian Humas Pemda Kodya kene.”
“Pulang membawa ijazah, melamar
menjadi pegawai negeri, dites, masuk.
Sekarang masih honorer di Bagian Humas
Pemda Kodya sini.
Profesi
31. Risang 22 “Ana kantore pranyata ora mung blanja sing
ditampa, nanging uga lamaran saka Drs.
Risang. Saiki wis tunangan karo Risang,
nyambut gawene uga ing Pemda, Bagian
Itwilda.”
“Di kantornya ternyata tidak hanya belanja
yang diterima, tetapi juga lamaran dari
Drs. Risang. Sekarang sudah bertunangan
dengan Risang, bekerja juga di Pemda,
Bagian Itwilda.”
Profesi
32. Ir. Eram 23 “Coba critaa bab Insinyur Eram luwih
jangkep.”
“Coba ceritakan bab Insinyur Eram lebih
lengkap.”
Profesi
100
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
33. Ir. Eram 23 “La, kabare Ir. Eram, apa ya durung duwe
pacangan?”
“La, kabarnya Ir. Eram, apa juga belum
punya pasangan?”
Profesi
34. Ir. Eram 23 “Dadi, ing pesta tanggap warsane Pipin mau
bengi, Ir. Eram ya ora dikabari?”
“Jadi, di pesta ulang tahunnya Pipin tadi
malam, Ir. Eram juga tidak dikabari?”
Profesi
35. - 23 “Kancane Manik cah SMAK, lanang-lanang
telu.”
“Temannya Manik anak SMAK, laki-laki
tiga.”
Tingkat Pendidikan
36. - 23 “Jare kabeh kanca sakkelas dhek ana ing SMA
diulemi.”
“Semua teman satu kelas ketika di SMA
diundang.”
Tingkat Pendidikan
37. - 23 “Tantiyam, kajaba kanca sakelas biyene, saiki
ya kanca nyambut gawe ing Kursus Komputer
Dhika.”
“Tantiyan, selain teman satu kelas dulu,
sekarang juga teman bekerja di Kursus
Komputer Dhika.”
Profesi
38. - 23 “Nanging, ya ana kanca sing wiwit saka SD
barang, yakuwi Suherwindra.”
“Tetapi, juga ada teman mulai dari SD
juga, yaitu Suherwindra.”
Tingkat Pendidikan
39. - 24 “Dheweke, sawise metu saka SMA, apa ya sok
mrene?”
“Dia, setelah lulus SMA, apa juga sering
kemari?”
Tingkat Pendidikan
101
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
40. - 24 “Dhek ana ing SMA Suherwindra pancen
kancane lanang sing paling kerep dolan kene.”
“Ketika di SMA Suherwindra memang
teman laki-laki yang paling sering main
kemari.”
Tingkat Pendidikan
41. Suherwindra 26 “Dene bab srawunge karo putri-putriku, ya
dianggep lumrah wae, wong wis kekancan
wiwit Pipin isih sekolah ing SD nganti SMA.”
“Tentang hubungan dengan putri-putriku,
ya sianggap wajar saja, sudah berteman
dari Pipin masih bersekolah di SD sampai
SMA.”
Tingkat Pendidikan
42. Suherwindra
Pipin
26 “Jeng Tri ora gelem milih Suherwindra marga
sekolahe mung lulusan SMA, ora cucuk karo
Pipin sing sarjana hukum, nanging milih
Marong sing uga dudu sarjana,…”
“Jeng Tri tidak mau memilih
Suherwindra karena sekolahnya hanya
lulusan SMA, tidak pas dengan Pipin
yang sarjana hukum, tetapi memilih
Marong yang juga bukan sarjana,...”
Tingkat Pendidikan
43. Marong 27 “Dene Marong, wis genah tandang trajange
dadi pemborong,…”
“Marong sudah terlihat kerja kerasnya,
menjadi pemborong,...”
Profesi
102
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
44. Suherwindra 26 “..., marga Suherwindra cekel gawene durung
genah trajange, nyekel EMKL mung dadi
pegawe biyasa.”
“..., karena Suherwindra pekerjaannya
belum terlalu benar jalannya, memegang
EMKL hanya menjadi pegawai biasa.
Profesi
45. Dhokter Wandi 27 “Sakjane wiwit Dhokter Wandi mokalake yen
benjute bathuk bisa ndadekake patine Jeng
Tri,…”
“Sebenarnya mulai Dokter Wandi
membenarkan jika lebamnya jidat bisa
membuat meninggalnya Jeng Tri,...”
Profesi
46. - 28 “Lare SMAK, lo, Pak!” “Anak SMAK, lo, Pak!” Tingkat Pendidikan
47. - 28 “Kados pak camat mawon!” “Seperti pak camat saja!” Profesi
48. - 28 “Aja cemlewo, kene ana anake
camat!Marong.”
“Jangan asal bicara, di sini ada anaknya
camat! Marong.”
Profesi
49. Handaka 29 “Aku wis niyat ngundang sliramu, ngundang
Detektip Handaka sing wis kondhang lantip
lan pratitise,…”
“Saya sudah berniat memanggilmu,
memanggil Detektif Handaka yang sugah
terkenal pandai dan tepat sasaran,...”
Profesi
103
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
50. Dhokter Wandi 31 “Mung nyatane kok Jeng Tri seda ndadak, gek
Dhokter Wandi ngendika benjute larapan ora
bisa ndadekake palastra,…”
“Hanya kenyataannya kok Jeng Tri
mendadak meninggal, dan Dokter Wandi
berkata lebamnya kening tidak bisa
menyebabkan meninggal,...”
Profesi
51. Ir. Eram 31 “Apa kira-kira dudu saka Ir. Eram, ya, sing
ngirim?”
“Apa kira-kira buakn dari Ir. Eram ya,
yang mengirim?”
Profesi
52. Ir. Eram 31 “Bisa uga meneng-meneng Pipin isih
gegayutan karo Ir. Eram. Ir. Eram mengkono
uga durung uwal gujengane marang Pipin.”
“Bisa juga diam-diam Pipin masih
berhubungan dengan Ir. Eram. Ir. Eram
juga belum lepas berhubungan dengan
Pipin.”
Profesi
53. Ir. Eram 31 “Mesthine Ir. Eram ngerti banget dina tanggale
kuwi.”
“Pastinya Ir. Eram mengerti sekali hari
itu.”
Profesi
54. Ir. Eram 31 “Nanging, Pipin ora wani gegayutan karo Ir.
Eram dikonangi wong liya.”
“Tetapi, Pipin tidak berani hubungannya
dengan Ir. Eram diketahui orang lain.”
Profesi
104
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
55. Ir. Eram 31 “Nanging, Ir. Eram sing isih njarem atine,
mesthine ora lali yen dina mau bengi tanggap
warsane Pipin, tilas yange!”
“Tetapi, Ir. Eram yang lebih terluka
hatinya, pastinya tidak lupa bila tadi
malam ulang tahunnya Pipin, mantan
kekasihnya!”
Profesi
56. Ir. Eram 32 “Yen Pipin isih gegayutan karo Ir. Eram lan
Pipin tangkepe meneng-menengan nanging
mureng kaya mawa ing luweng ngono,…”
“Bila Pipin masih berhubungan dengan
Ir. Eram dan Pipin sikapnya diam-diam
tetapi seperti bara di dalam tungku
begitu,...
Profesi
57. Handaka 33 “Lan durung-durung wis nganggo barange
liyan minangka ngapusi detektip nganggo
tlacakan palsu?”
“Dan belum-belum sudah memakai
barang milik orang lain bila menipu
detektif menggunakan jejak palsu?”
Profesi
58. Handaka 33 “Dadi yen saka pemikirane detektip, nylidhiki
prekara ngene iki kudu nganggep kabeh uwong
kaduga tumindak kriminal.”
“Jadi jika dari pemikiran detektif,
menyelidiki perkara seperti ini harus
menganggap semua orang menjadi
tersangka tindak kriminal.”
Profesi
105
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
59. Handaka 33 “Tegese Panjenengan wis rumangsa sempurna
anggone nyingkirake Mbakyu Tri, banjur
ethok-ethok ngundang detektip.”
“Artinya anda sudah merasa sempurna
dalam menyingkirkan Mbakyu Tri, lalu
berpura-pura memanggil detektif.”
Profesi
60. Handaka 35 “Eling, yen sing didakwakake dening Handaka
mau mung conto teori pikire detektip.
Detektip Handaka wis ngerti tenan lan yakin
yen Sulun Prabu dudu durjanane.”
“Ingat, bila yang dituduhkan Handaka
tadi hanya contoh teori pikiran detektif.
Detektif Handaka sudah tahu benar dan
yakin bila Sulun Prabu bukan
pelakunya.”
Profesi
61. Handaka 35 Detektip Handaka isih nggugoni pikirane
dhewe.
Detektif Handaka masih menuruti
pikirannya sendiri.
Profesi
62. Handaka 35 “Aku tetep percaya Detektip Handaka kuwi
detektip kang sidik pamawase, ora bakal kliru
ngarani wong sing ora salah dadi salah. “
“Saya tetap percaya Detektif Handaka itu
detektif yang teliti, tidak akan salah
menuduh orang yang tidak salah menjadi
salah.”
Profesi
63. Dhokter Wandi 35 “Pak, telpon, Pak. Saking Dhokter Wandi!” “Pak, telepon, Pak. Dari Dokter Wandi!” Profesi
106
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
64. Dhokter Wandi 35 “Inggih, kados pundi, Dhokter?” “Iya, bagaimana, Dokter?” Profesi
65. Dhokter Wandi 35 “Mangke jam pinten kunarpanipun
dipunsirami?” pitakone Dhokter Wandi.
“Nanti jam berapa jenasahnya
dimandikan?” tanya Dokter Wandi.
Profesi
66. Dhokter Wandi 35 “Wonten menapa, Dhokter?” “Ada apa, Dokter?” Profesi
67. Dhokter Wandi
-
36 “O, inggih. Inggih, Dhokter, sumangga.
Nanging, rak naming kangge kaleganipun
manah Panjenengan piyambak kadidene
dhokter professional, ta? Tegesipun, mboten
prelu dipunlapuraken polisi?”
“O, iya. Iya, Dokter, silakan. Tetapi,
hanya untuk kelegaan hati anda sendiri
sebagai dokter profesional, ya? Artinya,
tidak perlu dilaporkan kepada polisi?”
Profesi
68. -
Dhokter Wandi
36 “Lo kok, ngantos polisi? Menapa Pak Sulun
nginten wonten tindak kadurjan tumrap
sidanipun keng rayi?” pitakone Dhokter
Wandi cingak.
“Lo kok, sampai polisi? Apakah Pak
Sulun mengira ada tindakan pembunuhan
dengan kematian sang istri?” tanya
Dokter Wandi menyelidiki.
Profesi
69. Dhokter Wandi 36 “Kanca estri menika pancen nggadhahi
penyakit tekanan darah tinggi, kok, Dhokter!”
“Istri memang punya penyakit tekanan
darah tinggi, kok, Dokter!”
Profesi
107
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
70. Dhokter Wandi 36 Kuwatir asil pemriksaan kuwi mengko nemu
bab-bab sing marahi dhokter ora gelem seleh
prekara.
Khawatir hasil pemeriksaan itu nanti
menemukan hal-hal yang membuat
dokter tidak mau menyudahi perkara.
Profesi
71. Dhokter Wandi 36 “Matur nuwun, Dhokter! Kula anti-anti
rawuhipun!”
“Terima kasih, Dokter! Saya tunggu
kedatangannya!”
Profesi
72. Dhokter Wandi 36 Dhokter Wandi wis nggraita. Dokter Wandi sudah menduga. Profesi
73. Handaka 37 Detektip Handaka wis duwe galer-galer crita
yen Trianah tiwase ora beres.
Detektif Handaka sudah mempunyai alur
cerita, bila Trianahmeninggal tidak wajar.
Profesi
74. Handaka 37 Ah, mesthine Detektip Handaka sing gagasane
ngambra-ambra!
Ah, pastinya Detektif Handaka yang
gagasannya terlalu melebih-lebihkan!
Profesi
75. Dhokter Wandi 37 Ing meja dhahar Sulun Prabu nyritakake yen
Dhokter Wandi arep mriksa kunarpane sakojur
badan sepisan engkas.
Di meja makan Sulun Prabu
menceritakan apabila Dokter Wandi
akan memeriksa jenasahnya seluruh
badan sekali lagi.
Profesi
108
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
76. - 38 Mangka ing jaman biyen pekarangan kaya
mengkono mesthi mbutuhake tenaga open-
open sing ajeg, yakuwi tukang kebone ndara
tuwan!
Di jaman dulu halaman seperti itu pasti
membutuhkan tenaga pengurus yang
tetap, yaitu tukang kebunnya pemilik
rumah!
Profesi
77. Handaka 38 “Kok kaya jenenge detektip sing kondhang
kae. Aku kerep maca reputasine ing koran-
koran.”
“Kok seperti namanya detektif yang
terkenal itu. Saya sering membaca
reputasinya di koran-koran.”
Profesi
78. Handaka 42 Detektip Handaka mikir muded. Detektif Handaka berpikir keras. Profesi
79. - 44 “Lo, wis lumrah dhokter ora bisa nambani
awake dhewe, kudu njaluk ditulungi dhokter
liyane.”
“Lo, sudah sewajarnya dokter tidak bisa
menyembuhkan dirinya sendiri, harus
meminta tolong dokter lainnya.”
Profesi
80. Ir. Eram 44 “Apa saka Insinyur Eram?” “Apakah dari Insinyur Eram?” Profesi
81. Ir. Eram 45 “Kowe ora gelem konangan yen isih
gegandhengan karo Ir. Eram. Iya, ta?”
“Kamu tidak mau ketahuan apabila masih
berhubungan dengan Ir. Eram. Iya?”
Profesi
109
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
82. - 46 “Nanging, sampun dangu, kala kula taksih
wonten SMA.”
“Tetapi, sudah lama, ketika saya masih di
SMA.”
Tingkat Pendidikan
83. Ir. Eram 46 “Pipin, apa kowe isih sok hubungan karo Ir.
Eram?”
“Pipin, apakah kamu masih berhubungan
dengan Ir. Eram?”
Profesi
84. Ir. Eram 46 “…, kaya-kaya manut karo kersane ibumu,
medhot katresnan karo Ir. Eram.”
“..., seperti tunduk dengan kemauan
ibumu, memutuskan percintaan dengan
Ir. Eram.”
Profesi
85. Handaka 48 “Paklik saka Sala kuwi asmane Handaka. Kuwi
jenenge detektip kondhang.”
“Paman dari Sala itu namanya Handaka.
Itu namanya detektif terkenal.”
Profesi
86. Ir. Eram 49 “…, sawise diputus peksa karo ibune, isih
sesambungan karo Ir. Eram?”
“..., setelahdiputus paksa oleh ibunya,
masih berhubungan dengan Ir. Eram?”
Profesi
110
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
87. Ir. Eram 50 “Apa cinta banget, ta, Pipin karo Ir. Eram?
Apa kowe tanggung yen mbakyumu ora
hubungan sesidheman karo Ir. Eram? Kowe ya
tanggung yen mbakyumu putus terus karo Ir.
Eram – ora sambungan maneh – uripe bisa
kepenak?”
“Apakah cinta sekali, ya, Pipin kepada Ir.
Eram? Apakah kamu menanggung apabila
kakak perempuanmu tidak berhubungan
diam-diam dengan Ir. Eram? Kamu juga
menanggung apabila kakak perempuanmu
putus lalu dengan Ir. Eram – tidak
berhubungan lagi – hidupnya bisa
bahagia?”
Profesi
88. Ir. Eram 50 “Yen marang Ir. Eram pancen cinta banget,
mesthine gronjalan atine nalika dipedhot lan
terus ditubrukake karo wong lanang liya.”
“Apabila kepada Ir. Eram memang cunta
sekali, pasti hancur hatinya ketika diputus
dan kemudian dijodohkan dengan laki-laki
lain.”
Profesi
89. - 50 “Wo, la, Mas Marong menika sampun wiwit
kula lulus SMA asring dolan mriki margi
gadhah hubungan kerja kaliyan bapak.”
“Wo, la, Mas Marong itu sudah dati awal
saya lulus SMA sering main ke sini karena
ada hubungan kerja dengan bapak.”
Tingkat Pendidikan
111
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
90. Manik 50 “Alaa, Dhik Manik taksih SMP, taksih mambet
bawang!”
“Alaa, Dhik Manik masih SMP,masih mau
bawang!”
Tingkat Pendidikan
91. Ir. Eram 51 “Bali bab Ir. Eram mau. Pihak Ir. Eram apa
uga ora tau uthik-uthik mrene? Krungu ora, yen
Marong arep dijodhokake karo Pipin?”
“Kembali masalah Ir. Eram tadi. Pihak Ir.
Eram apa juga tidak pernah datang kemari?
Tahu tidak, bila Marong akan dijodohkan
dengan Pipin?”
Profesi
92. Ir. Eram 52 “Lan ora kuwatir terus dadi prawan kasep
wong nyatane lepas saka Ir. Eram ya wis ana
Marong!”
“Dan jangan khawatir menjadi perawan tua
karena kenyataannya lepas dari Ir. Eram
sudah ada Marong!”
Profesi
93. Dhokter Wandi 54 “Terus, diundangake Dhokter Wandi? “ “Terus, dipanggiklan Dokter Wandi?” Profesi
94. Dhokter Wandi 54 “Mboten wonten ingkang enget nomer
telponipun para dhokter. Dados inggih
Dhokter Wandi menika ingkang kula aturi.
Angsal saking bapak, naminipun dhokter.
Dhokter perusahaan menapa ngaten!”
“Tidak ada yang ingat nomor telefon para
dokter. Jadi Dokter Wandi yang
diberitahu. Dapat dari bapak, namanya
dokter. Dokter perusahaan atau apalah!”
Profesi
112
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
95. Dhokter Wandi 54 “Dadi, sadurunge dhokter rawuh, ora ana sing
metu saka kamar?”
“Jadi, sebelum dokter datang, tidak ada
yang keluar dari kamar?”
Profesi
96. Dhokter Wandi 55 “Terus, eling ora ibumu sadurunge dhokter
rawuh?”
“Terus, sadar tidak ibumu sebelum dokter
datang?”
Profesi
97. Dhokter Wandi 55 “Sareng dhokter rawuh, lare-lare blas,
amblas.”
“Bersamaan dengan datangnya dokter,
anak-anak pergi.”
Profesi
98. Dhokter Wandi 55 “Lo, rak suwe ngenteni rawuhe dhokter barang
kuwi?”
“Lo,jeda waktu menunggu dokter datang
itu lama?”
Profesi
99. Dhokter Wandi 55 “Priye kandhane dhokter, Mas, bab ibu?” “Bagaimana keterangan dokter, Mas,
mengenai ibu?”
Profesi
100. Dhokter Wandi 55 “Nalika Marong teka, apa dhokter barang wis
kondur?”
“Ketika Marong datang, apakah dokter
juga sudah pulang?”
Profesi
101. Dhokter Wandi 56 “Saged ugi Pak Dhokter. Margi nalika kita
sedaya medal, Pak Dhokter kantun sekaliyan
kaliyan bapak,” kandhane Risang.
“Bisa juga Pak Dokter. Karena pada saat
kita semua keluar, Pak Dokter tinggal
berdua dengan bapak,”kata Risang.
Profesi
113
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
102. Dhokter Wandi 56 “Manut bapak, Dhokter Wandi ora sambat
apa-apa bab hawa ing kamar kono. Karo maneh
tlacak sepatu mau tilas ngidak lemah teles.
Dhokter Wandi rak ora ngambah lemah teles?”
“Ikut bapak, Dokter Wandi tidak bicara
apa-apa mengenai suasana di kamar.
Apalagi jejak sepatu itu bekas menginjak
tanah basah. Dokter Wandi tidak
menginjak tanah basah?”
Profesi
103. Dhokter Wandi 56 “Margi kajawi dhokter lan keluwarga,...” “Karena kecuali dokter dan keluarga,...” Profesi
104. Dhokter Wandi 58 “Obat resepe Dhokter Wandi.” “Obat resep dari Dokter Wandi.” Profesi
105. Handaka 58 “Sing dakcritakake kuwi mau rak pikirane
detektip. Kanggone detektip kaya aku ngene
iki, kabeh uwong kuwi bisa dadi durjana.”
“Yang diceritakan itu tadi hanya pikiran
detektif. Bagi detektif seperti saya ini,
semua orang itu bida jadi pelaku
kejahatan.”
Profesi
106. Dhokter Wandi 59 “Ngenteni Pak Dhokter, mau mentas daktelpon
yen para sing arep nyirami kunarpa wis padha
teka. Dhokter Wandi ngakon ngenteni sedhela
maneh.”
“Menunggu Pak Dokter, baru saya telefon
apabila yang akan memandikan jenasah
sudah datang. Dokter Wandi menyuruh
ditunggu sebentar lagi.”
Profesi
114
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
107. Tantiyam 62 Dheweke gage ngerti yen Tantiyam kuwi
kancane Pipin sakkelas ing SMA,...
Dia langsung mengerti apabila Tantiyan itu
teman Pipin satu kelas di SMA,...
Tingkat Pendidikan
108. Dewaji 63 “Samenika inggih namung tumut maklaran
sepedhah motor utawi sok tumut blantik
sapi,...”
“Sekarang hanya ikut makelaran sepeda
motor atau kadang ikut penjual sapi,...”
Profesi
109. Dewaji 63 “Kepanggih kanca-kanca SMA ingkang dados
pegawe kantor camat, ngaten kemawon isin!”
“Ketemu teman-teman SMA yang jadi
pegawai kantor camat, begitu saja malu!”
Tingkat Pendidikan
Profesi
110. Ir. Eram 64 “Insinyur Eram?” “Insinyur Eram?” Profesi
111. Ir. Eram 64 “Menika kanca kula sakkelas ugi wonten ing
SMA, sareng kaliyan Pipin menapa.”
“Ini teman saya satu kelas juga di SMA,
bersama Pipin.”
Tingkat Pendidikan
112. Dhokter Wandi 64 Nalika kuwi Dhokter Wandi teka. Sulun Prabu
lingak-linguk, bareng weruh Handaka,
nyasmitani supaya melu nyedhaki lan nemoni
dhokter.
Ketika itu Dokter Wandi datang. Sulun
Prabu menoleh ke kanan dan ke kiri,
setelah melihat Handaka, mengisyaratkan
supaya ikut mendekat dan menemui
dokter.
Profesi
115
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
113. Dhokter Wandi 64 “Kados pundi, Dhokter, anggenipun mriksa?” “Bagaimana, Dokter, hasil memeriksanya? Profesi
114. Dhokter Wandi 64 Kabeh kersane dhokter dilaksanani.... Dhokter
Wandi diaturi mriksa kunarpa.
Semua permintaan dokter dilaksanakan...
Dokter Wandi dipersilakan memeriksa
jenasah.
Profesi
115. Dhokter Wandi 64 Dhokter Wandi mlebu ngajak Sulun Prabu.
Sulun Prabu njawi Handaka dikon ngancani.
Dadi, wong telu mlebu ing krobongan motha.
Dhokter Wandi nitipriksa kanthi sistematis, saka
sirah nganti tekan sikil.
Dokter Wandi masuk mengajak Sulun Prabu.
Sulun Prabu mencolek Handaka disuruh
menemani. Jadi, tiga orang masuk di tempat
pemandian jenasah. Dokter Wandi
memeriksa dengan teliti secara sistematis,
dari kepala sampai kaki.
Profesi
116. Dhokter Wandi 65 “La kok, saged dados jalaranipun pejah, menika
rak mboten cocog!” ujare Dhokter Wandi.
“La kok, bisa menjadi penyebab meninggal,
ini tidak cocok!” Kata Dokter Wandi.
Profesi
117. Dhokter Wandi 65 “Kula kinten inggih margi darah tingginipun
kimat, Dhokter!” Sulun Prabu omong rada
ndheseg.
“Saya kira juga karena darah tingginya kumat,
Dokter!” kata Sulun Prabu agak memaksa.
Profesi
116
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
118. Dhokter Wandi 65 “Ah, mboten sisah, Dhokter.” “Ah, tidak usah, Dokter.” Profesi
119. Dhokter Wandi 65 “Inggih, Dhokter, inggih!” “Iya, Dokter, iya!” Profesi
120. Dhokter Wandi 65 “Mboten sisah, Dhokter. Mboten sisah!” “Tidak usah, Dokter. Tidak usah!” Profesi
121. Dhokter Wandi 65 Metu saka krobongan, Dhokter Wandi terus
oret-oret gawe surat katrangan kapaten.
Keluar dari tempat memandikan jenasah,
Dokter Wandi kemudian menulis surat
keterangan meninggal.
Profesi
122. Dhokter Wandi 66 Kanggone dhokter dianggep tatu entheng,
kanggone Handaka penting.
Bagi dokter dianggap memar ringan, bagi
Handaka itu penting.
Profesi
123. Handaka 66 ..., manut imajinasi analisise Detektip
Handaka,...
“..., menurut imajinasi analisis Detektif
Handaka,...
Profesi
124. Handaka 66 ..., kena apa Detektip Handaka sing duwe
kepentingan ikhtiyar mbukak wewadi, sungkan
nginguk mrono?
..., mengapa Detektif Handaka yang
mempunyai kepentingan membuka
permasalahan, sungkan melihat ke sana?
Profesi
125. Handaka 69 La, si detektip kudu bisa mbatang karepe
tlacak palsu kuwi.
La, si detektif harus bisa menebak maksud
darijejak palsu itu.
Profesi
117
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
126. Manik 71 “SMA wae durung lulus, kok wis neka-neka
seneng wong lanang barang!”
“SMA saja belum lulus, kok sudah aneh-
aneh suka dengan laki-laki segala!”
Tingkat
Pendidikan
127. Ir. Eram 71 “Tau mutusake srawunge Pipin karo Insinyur
Eram.”
“Pernah memutuskan hubungan antara Pipin
dengan Insinyur Eram.”
Profesi
128. - 72 “Mangka aku biyen kelingan ngesun Mbak Umi
Kalsum neng kelas nalika kelas loro SMP –
SMP-ne dhewe ing Jalan Kepanjen – umurku
isih limalas taun!”
“Padahal saya dulu teringat mencium Mbak
Umi Kalsum di kelas ketika masih kelas dua
SMP – SMP kita di Jalan Kepanjen –
umurku masih limabelas tahun!”
Tingkat
Pendidikan
129. - 73 “O, pun wiwit kula teksih enten SMP, nalika
Mas Marong sering mriki nggarap proyek saking
bapak.”
“O, sudah dari saya masih di SMP, ketika
Mas Marong sering kemari mengerjakan
proyek dari bapak.”
Tingkat
Pendidikan
130. - 74 “Cobi, mboten wonten Mas Marong, kula
sampun didhepak medal saking sekolah jaman
SMP rumiyin!”
“Coba, tidak ada Mas Marong, saya sudah
dikeluarkan dari sekolah jaman SMP dulu!”
Tingkat
Pendidikan
118
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
131. Handaka 76 “Dhateng Sang Detektip kaliyan klienipun.” “Kepada Sang Detektif dengan kliennya.” Profesi
132. Handaka 76 “Kok bisa ngarani aku detektip, kepriye
nalare?”
“Kok bisa menduga saya detektif,
bagaimana nalarnya?”
Profesi
133. Handaka 77 “Nami Handaka saking Sala menika tansah
ngengetaken piyambakipun kaliyan nami
detektip ingkang kondhang. Dipunraos-
raosaken Panjenengan cocog kaliyan Detektip
Handaka ingkang sampun misuwur menika.”
“Nama Handaka dari Sala selalu
mengingatkan dia dengan nama detektif
yang terkenal. Dipikir-pikir anda cocok
dengan Detektif Handaka yang sudah
terkenal itu.”
Profesi
134. Handaka 77 “Durjanane luwih dhisik ngerti tinimbang
detektipe!”
“Penjahatnya lebih dulu tahu daripada
detektifnya!”
Profesi
135. - 77 “Yen ngantos Mas Marong kenging prekara,
kula mangke ngaku enten ngajenge Bu
Hakim,...”
“Jika sampai Mas Marong kena perkara,
saya yang akan mengaku di depan Bu
Hakim,...”
Profesi
119
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
136. - 78 “Kula taksih SMP. Nanging, sareng mbakyu-
mbakyu milai wangsul saking Surabaya, sami
mbeta ijazah perguruan tinggi, Mas Marong
saya jarang terang-terangan sesambetan kaliyan
kula.”
“Saya masih SMP. Tetapi, seiring dengan
kakak-kakak mulai pulang dari Surabaya,
membawa ijazah perguruan tinggi, Mas
Marong semakin jarang terang-terangan
berhubungan dengan saya.”
Tingkat Pendidikan
137. Handaka 79 “Napa mbakyu-mbakyu inggih minta sraya
kados kula, Paklik Detektip?”
“Apakah kakak-kakak juga berkeluh kesah
seperti saya, Om Detektif?”
Profesi
138. Dhokter Wandi 80 “Kanthi surate Dhokter Wandi kunarpane
mbakyumu bisa dikubur kanthi becik,...”
“Dengan adanya surat dari Dokter Wandi
jenasahnya kakakmu bisa dikebumikan
dengan baik,...”
Profesi
139. - 81 “Sanadyan bocah isih SMA, ya bisa wae!” “Walaupun masih anak SMA, ya bisa
saja!”
Tingkat Pendidikan
120
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
140. Handaka 82 Nemoni Marong, Handaka kudu duwe jurus-
jurus liya marga wong kuwi wis duwe pangira
yen Handaka kuwi detektip, tukang slidhik.
Menemui Marong, Handaka harus
menyiapkan jurus lain karena orang itu
sudah punya perkiraan apabila Handaka itu
adalah detektif, orang yang pekerjaannya
menyelidiki.
Profesi
141. - 84 “La, wong rokok kula dipundhodhosi lare-lare
SMA menika lan tamu sanesipun.”
“La, rokok saya diambili oleh anak-anak
SMA dan tamu yang lainnya.”
Tingkat Pendidikan
142. Handaka 85 “Wah, Detektip Handaka ki gawe ati emut-
emutan wae!”
“Wah, Detektif Handaka ini membuat hati
deg-degan saja!”
Profesi
143. Handaka 86 “La, menika menawi sanes karya
panggihanipun Detektip Handaka rak kula
saged katerka awrat.”
“La, apabila ini bukan penyelidikan
Detektif Handaka saya bisa diterka
menjadi tersangka.”
Profesi
144. Handaka 86 “Wiwit kapan kowe nduga aku Detektip
Handaka?”
“Mulai kapan kamu mengira saya Detektif
Handaka?”
Profesi
121
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
145. Handaka 86 “Handaka saka Sala, kula lajeng emut Detektip
Handaka ingkang kondhang menika. Menapa
malih wangun lan pribadi Panjenengan memper
sanget kaliyan gambaran kula kados pundi
Detektip Handaka ingkang kasebat ing surat
kabar-surat kabar menika.”
“Handaka dari Sala, saya kemudian
teringat Detektif Handaka yang terkenal
itu. Apa lagi cocok dan pribadi anda mirip
sekali dengan gambaran saya seperti apa
Detektif Handaka yang disebut di surat
kabar-surat kabar itu.”
Profesi
146. Handaka 87 “La, yen priyantunipun asma Handaka lan
prejenganipun, nuwun sewu, kados Paklik,
inggih mesthi mawon menika Detektip
Handaka saking Sala ingkang misuwur
menika!”
“La, apabila orangnya bernama Handaka
dan penampilannya, maaf, seperti Paman,
tentu saja Detektif Handaka dari Sala yang
terkenal itu!”
Profesi
147. Handaka 87 “Sensasi menika kula tindhihi pisan kaliyan
rawuhipun Detektip Handaka, kajeng kula
inggih Paklik menika.”
“Sensasi ini saya tindih pula dengan
kedatangan Detektif Handaka, perkiraan
saya ya Paman ini.”
Profesi
122
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
148. Handaka 88 “Rawuhipun Detektip Handaka, garis silsilah
saking pihak Bu Sulun Prabu, badhe kadhapuk
dados hakim keluwarga.”
“Kedatangan Detektif Handaka, garis
silsilah dari pihak Bu Sulun Prabu, yang
akan dijadikan hakim keluarga.”
Profesi
149. Handaka 88 “Kok, lajeng interlokal Detektip Handaka!?” “Kok, kemudian interlokal Detektif
Handaka?”
Profesi
150. - 89 “Yen antawisipun para tamu, ingkang rokokan
Gudang Garam abrit inggih kula kalih lare-lare
SMA kancanipun Dhik Manik.”
“Apabila perkiraan para tamu, yang
merokok Gudang Garam merah yaitu saya
dan anak-anak SMA temannya Dik
Manik.”
Tingkat Pendidikan
151. - 92 “Sing ngandhani nggoleki dheweke dudu kowe,
nanging polisi!”
“Yang memberi tahu dicari dia buka kamu,
tetapi polisi!”
Profesi
152. - 92 “Polisi? Dados penangkepan saestu inggih?
Menapa menika mangke ngepung ambeng jam
tiga menika inggih dipunjagi polisi?”
“Polisi? Jadi penangkapan sebenarnya ya?
Apa nanti saat kenduri jam tiga juga dijaga
polisi?”
Profesi
123
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
153. Handaka 93 “Eee, jebul ketekan Detektip Handaka! Sinten
malih ingkang bengkas kadurjan sinandi
mekaten yen sanes Detektip Handaka?”
“Eee, ternyata kedatangan Detektif
Handaka! Siapa lagi yang bisa menguak
masalah ini selain Detektif Handaka?”
Profesi
154. - 94 “Ajaa Manik ngancam ngono, aku wis kudu
lapur polisi wae.”
“Karena Manik mengancam seperti itu,
saya harus lapor polisi saja.”
Profesi
155. Dhokter Wandi 95 “Apa saiki kudu daktelpon Dhokter Wandi?” “Apa sekarang harus saya telefon Dokter
Wandi?”
Profesi
156. Dhokter Wandi 95 “Panjenengan tindak rada kari, saperlu nelpon
Dhokter Wandi karo kuwi mau, nyang
Polsekta.”
“Anda datang agak terlambat, untuk
menelfon Dokter Wandi dan juga itu tadi,
ke Polsekta.”
Profesi
157. - 98 “Genah, ta, yen polisi utawa reserse nggagapi
sakabehe kemungkinane kang gegayutan karo
lungamu sangu ati ndhongkol lan sedane Bu
Sulun sing merga dijungkrakake ing jedhing!”
“Jelas, ta, apabila polisi atau reserse
memeriksa semuanya kemungkunan yang
berhubungan dengan kepergianmu
membawa luka hati dan meninggalnya Bu
Sulun karena didorong di kamar mandi!”
Profesi
124
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
158. - 99 “Saking alasane Pipin sae, sing diundang mung
kanca sakelas sing enten SMA riyin!”
“Dari alasannya Pipin baik, yang diundang
hanya teman sekelas di SMA dulu!”
Tingkat Pendidikan
159. - 101 “Eram niku wiwit taksih enten SMA, malah
mbokmenawi wiwit wonten SD, pun ngesiri
Pipin, saingan kalih Suherwinda. Nanging,
ketarane wong enggih taksih enten SMA,
mangka kita menika sakelas, dados nggih
limrah pacok-pacokan.”
“Eram itu sejak di SMA, mungkin juga
sejak di SD, sudah menyukai Pipin,
bersaing dengan Suherwindra. Tetapi,
mulai terlihat ya dari SMA, apalagi kita
satu kelas, jadi ya wajar bila dijodoh-
jodohkan.”
Tingkat Pendidikan
160. - 102 “..., Pipin ingkang sampun dipuntresnani wiwit
taksih wonten SMA, saged nyisihaken
Suherwindra,...”
“..., Pipin yang sudah disukai sejak masih
di SMA, bisa menyisihkan Suherwindra,...
Tingkat Pendidikan
161. Ir. Eram 103 “..., wong mung marga kepergok anggonmu
sapatemon karo Ir. Eram lungguhan ing emper,
kok terus Bu Sulun duka?”
“..., hanya karena ketahuan bertemu
dengan Ir. Eram duduk di
teras,kokkemudian Bu Sulun marah?”
Profesi
125
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
162. Ir. Eram 103 “Karo Ir. Eram, apa iya isih ana buntute
srawung?”
“Dengan Ir. Eram, apaiya masih ada
hubungan?”
Profesi
163. Ir. Eram 104 “Apa kowe ngerti, yen Pipin isih hubungan
karo Ir. Eram sawise pristiwa kuwi?”
“Apa kamu tahu, apabila Pipin masih
berhubungan dengan Ir. Eram setelah
peristiwa itu?”
Profesi
164. Ir. Eram 104 “Dadi, ing tanggap warsane iki, Ir. Eram ya ora
diundang?”
“Jadi, di ulang tahun Pipin ini, Ir. Eram
juga tidak diundang?”
Profesi
165. - 104 “Wara-wara Ekapraya ugi dipunkintun dhateng
kantor kula, amargi Pak Sindu, direktur kula,
ugi anggota Pakempalan Ekapraya.”
“Pengumuman Ekapraya juga dikirim di
kantor saya, karena Pak Sindu, direktur
saya, juga anggota Perkumpulan
Ekapraya.”
Profesi
166. Handaka 105 “Enggih, Pak Detektip.” “Iya, Pak Detektif.” Profesi
126
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
167. Ir. Eram 108 Apa maneh sing ngulungake buket Mahar,
wong wadon sing setaun kepungkur njugarake
pitunangane Pipin karo Ir. Eram, sing
ndadekake sebab panolake Bu Sulun Prabu
anggone nampa lamarane Ir. Eram!
Apa lagi yang memberikan buketMahar,
wanita yang setaun yang lalu
menggagalkan pertunangan Pipin dengan
Ir. Eram, yang menyebankan penolakan
Bu Sulun terhadap lamaran Ir. Eram!
Profesi
168. Handaka 109 La, yen dudu detektip Jawa sing ngerti sastra
Jawa sing dadi panyidike, apa kadurjan rajapati
sedane Mbakyu Trianah iki bisa kawiyak?
La, apabila bukan detektif Jawa yang
mengerti sastra Jawa yang menjadi
penyelidikannya, apa kejahatan
pembunuhan meninggalnya Mbakyu
Trianah bisa terkuak?
Profesi
169. - 111 “..., Hehe lan kanca SMA kula sanesipun
wonten ngajeng kula.”
“..., Hehe dan teman SMA saya lainnya di
depan saya.”
Tingkat Pendidikan
170. Ir. Eram 112 Sing padha diramekake ing njaba marga Ir.
Eram teka.
Yang diramaikan di luar karena Ir. Eram
datang.
Profesi
171. Ir. Eram 112 Ir. Eram nuduhake trenyuhe ati. Ir. Eram memperlihatkan bela sungkawa. Profesi
127
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
172. Ir. Eram 114 Ir. Eram teka! Mesthi ana sing ngabari! Ir. Eram datang! Pasti ada yang
mengabari!
Profesi
173. Ir. Eram 114 Apa ora teges yen sing ngontak Ir. Eram kuwi
kang tumindak durjana? Marga tiwase Nyonya
Sulun Prabu jelas bakal nyenengake pihak Ir.
Eram! Saya cepet Ir. Eram ngerti, saya
prayoga!
Apa yang menelfon Ir. Eram itu yang
bertindak jahat? Karena meninggalnya
Nyonya Sulun Prabu jelas akan
menyenangkan pihak Ir. Eram! Semakin
cepat Ir. Eram tahu, semakin baik!
Profesi
174. Ir. Eram 114 Marga Riris sing tanggung yen Pipin ora bakal
hubungan maneh karo Ir. Eram. Sesidheman ya
ora. La, nanging nyatane, Ir. Eram enggal
ngerti yen Bu Sulun Prabu katiwasan! Apa
mungkin, Ir. Eram sing ngatur rajapati iki?
Karena Ririsyang menanggung apabila
Pipin tidak akan berhubungan lagi dengan
Ir. Eram. Sembunyi-sembunyi juga tidak.
La, tetapi kenyataannya, Ir. Eram segera
tahu bila Bu Sulun Prabu meninggal! Apa
mungkin, Ir. Eram yang mengatur
pembunuhan ini?
Profesi
128
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
175. Ir. Eram 114 “Ir. Eram pranyata isih gegayutan karo Pipin!
Coba! Sapa rumangsamu sing ngontak Ir.
Eram iki?”
“Ir. Eram ternyata masih berhubungan
dengan Pipin! Coba! Siapa menurutmu yang
mengontak Ir. Eram ini?”
Profesi
176. Ir. Eram 114 “La iya, apa tenan Ir. Eram lagi isuk iki mau
teka saka Jember?”
“La iya, apakah benar Ir. Eram baru pagi ini
akan datang dari Jember?”
Profesi
177. Ir. Eram 114 “Mbokmenawa idhene Pipin supaya Ir. Eram –
sing wis kebacut tekan kene - prayogane ora
muncul ing pesta bengi mau.”
“Bisa saja idenya Pipin agar Ir. Eram – yang
sudah terlanjur datang – sebaiknya tidak
muncul di pesta tadi malam.”
Profesi
178. Ir. Eram 114 “Ir. Eram apa ngrokok?” “Ir. Eram apakah merokok?” Profesi
179. Ir. Eram 114 “Ing Surabaya sajrone kuliyah, rapet banget, ta,
srawunge Pipin karo Ir. Eram?”
“Di Surabaya ketika kuliah, akrab sekali, ya,
hubungan Pipin dengan Ir. Eram?”
Profesi
180. Ir. Eram 115 “Nanging, mau nalika aku ngucap bab Ir.
Eram, mbakyumu makipa-kipa temenan!
Cekake, suthik yen ana sing magepokan
antarane dheweke karo Ir. Eram.”
“Tetapi, tadi ketika saya bicara tentang Ir.
Eram, kakakmu tidak sudi sekali! Pendek
kata, tidak mau disinggung-singgung yang
berhubungan antara dia dengan Ir. Eram.”
Profesi
129
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
181. Ir. Eram 116 “Saiki yen Pipin bali karo Ir. Eram, rak ya bisa
enggal kawin. Lan kowe karo Drs. Risang
nusul.”
“Sekarang jika Pipin kembali dengan Ir.
Eram, bisa cepat-cepat menikah. Dan
kamu dengan Drs. Risang menyusul.”
Profesi
182. Ir. Eram 116 “Kowe seneng, yen mbakyumu lan Ir. Eram
diukum?”
“Kamu senamg, apabila kakakmu dan Ir.
Eram dihukum?”
Profesi
183. Ir. Eram 116 “Kowe wis yakin, yen Mbak Pipin karo Ir.
Eram kuwi durjanane?”
“Kamu yakin, bila Kak Pipin dengan Ir.
Eram adalah penjahatnya?”
Profesi
184. Ir. Eram 116 “Isih kudu daktlesih, Ir. Eram kuwi tekan kene
mau bengi apa pancen lagi esuk iki mau?”
“Masih harus diperiksa, Ir. Eram itu
datang ke sini tadi malam atau memang
baru tadi pagi?”
Profesi
185. Ir. Eram 117 “Aku durung yakin yen mung dudutan saka
klakuane Ir. Eram teka mrene iki mau.”
“Saya belum yakin bila hanya kesimpulan
dari perbuatan Ir. Eram datang tadi.”
Profesi
130
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
186. Ir. Eram 119 “Sakjane mbakyumu kuwi rak wis nandur
kabecikan marang kowe lan Drs. Risang.
Ditubrukake Marong, ya gelem wae. Mangka
kowe rak ngerti, satemene Pipin kuwi isih
tresna marang Ir. Eram. Apa kowe lan Drs.
Risang ora tau mikir mbales kabecikane
mbakyumu?”
“Sebenarnya kakakmu itu sudah menanam
kebaikan kepada kamu dan Drs. Risang.
Dijodohkan Marong, ya mau saja. Padahal
kamu tahu, sebenarnya Pipin itu masih
cinta kepada Ir. Eram. Apa kamu dan Drs.
Risang tidak berpikir untuk membalas
kebaikan kakakmu?”
Profesi
187. Ir. Eram 119 “Upama ngraketake maneh mbakyumu karo Ir.
Eram?”
“Misalnya mendekatkan kembali kakakmu
dengan Ir. Eram?”
Profesi
188. Ir. Eram 119 “La Drs. Risang? Apa kowe ora tau krungu
Drs. Risang sekuthon karo mbakyumu
nyingkirake ibumu lan ngraketake Pipin karo
Ir. Eram maneh?”
“La Drs. Risang? Apa kamu tidak pernah
dengar Drs. Risang bersekutu dengan
kakakmu menyingkirkan ibumu dan
mendekatkan Pipin dengan Ir. Eram
kembali?
Profesi
131
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
189. Ir. Eram 120 “Dadi, manut nalarmu Marong bisa dijak
sekuthon karo Pipin nyingkirake ibumu lan
nggandhengake maneh karo Ir. Eram?
“Jadi, menurut penalaranmu Marong bisa
diajak bersekutu dengan Pipin
menyingkirkan ibumu dan
menyambungkan lagi dengan Ir. Eram?”
Profesi
190. Ir. Eram 120 “Coba dietung, Ris. Iki mau Ir. Eram tekan
kene jam sepuluh esuk. Kandhane lagi wae teka
saka Jember, njujug kene. Saora-orane Ir.
Eram budhal saka Jember patang jam
sadurunge, dadi jam enem esuk.”
“Coba dihitung, Ris. Ini tadi Ir. Eram
sampai di sinu pukul sepuluh pagi.
Katanya baru saja sampai dari Jember,
langsung ke sini. Setidak-tidaknya Ir.
Eram berangkat dari Jember empat jam
sebelumnya, jadi jam enam pagi.”
Profesi
191. Ir. Eram 121 “Nganti jam enem mau esuk, Pipin isih suthik
diajak ngomong bab Ir. Eram. Dadi, ora bakal
nganti jam kuwi Pipin wani ngabari Ir. Eram
yen ibune wis seda.”
“Sampai jam enam pagi tadi, Pipin masih
tidak mau disinggung tentang Ir. Eram.
Jadi, tidak mungkin sampai jam itu Pipin
berani mengabari Ir. Eram apabila ibunya
sudah meninggal.”
Profesi
132
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
192. Ir. Eram 121 “Mula kowe aja age-age gawe vonis yen
mbakyumu karo Ir. Eram kuwi sing sekuthon
gawe tindak kadurjan iki.”
“Oleh karena iitu kamu jangan terburu-
buru memvonis kakakmu dengan Ir. Eram
itu yang bersekutu bertindak kejahatan
ini.”
Profesi
193. Ir. Eram 121 “Yen nganti sore wingi Ir. Eram isih katon ing
Jember, tegese dheweke ora ana ing kene bengi
mau.”
“Apabila sampai kemarin sore Ir. Eram
masih terlihat di Jember, berarti dia tidak
ada di sini tadi malam.”
Profesi
194. Handaka 122 “Oo! Dados Paklik menika detektip, nggih?” “Oo! Jadi paman ini detektif, ya?” Profesi
195. Ir. Eram 122 “Dadi, dudu Ir. Eram lan mbakyumu, Pipin,
kaya kandhamu mau?”
“Jadi, bukan Ir. Eram dan kakakmu, Pipin,
seperti katamu tadi?”
Profesi
196. Ir. Eram 123 Upama Riris mangsuli yen Ir. Eram kuwi udut,
lan udute Gudang Garam abang, Handaka wis
mesthekake Ir. Eram mau bengi ngadeg ana
ing ngarep jendhela pekarangan mburi.
Seandainya Riris menjawab apabila Ir.
Eram itu merokok, dan rokoknya Gudang
Garam merah, Handaka sudah memastikan
Ir. Eram tadi malam berdiri di depan
jendela pekarangan belakang.
Profesi
133
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
197. Ir. Eram 123 Oleh wangsulan jelas, menawa mau isuk umun-
umun jam papat, Ir. Eram teka menyang
kantore, nemoni satpame, ngandhani yen bulike
seda ing Probolinggo, saiki arep budhal
nglayat. Kajaba teka dhewe nemoni satpam, Ir.
Eram uga ninggali layang, pamit tertulis
marang kepala kantore.
Mendapat jawaban yang jelas, apabila tadi
pagi jam empat, Ir. Eram datang ke
kantornya, menemui satpam, memberitahu
apabila tantenya meninggal di
Probolinggo, sekarang akan berangkat
melayat. Selain datang sendiri menemui
satpam, Ir. Eram juga meninggalkan surat,
ijin tertulis kepada kepala kantornya.
Profesi
198. Ir. Eram 123 Oleh keterangan ngono, Handaka bali angglong
anggone nyujanani Ir. Eram.
Mendapat keterangan seperti itu, Handaka
kembali batal mencurigai Ir. Eram.
Profesi
199. Ir. Eram 124 Ya dikongkon dening Ir. Eram, disraya Pipin,
lan kepengin bebana sayembarane Manik.
Ya disuruh oleh Ir. Eram, diminta Pipin,
dan ingin meminta perlombaan Manik.
Profesi
134
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
200. Ir. Eram
-
124 Ora akeh sing bisa dititik saka wong kuwi
menawa ana srawunge istimewa karo Pipin apa
dene Ir. Eram. Mung biyene padha kanca
komplot sakkelas ing SMA. Malah saka SD
wis kekancan.
Tidak banyak yang bisa diselidiki dari
orang itu apabila ada hubungan istimewa
dengan Pipin seperti Ir. Eram. Dulu hanya
teman akrab satu kelas di SMA. Malah
dari SD sudah berteman.
Profesi
Tingkat Pendidikan
201. - 125 Bapak walikota lagi dhines menyang Jakarta,
mung kirim krans.
Bapak walikota sedang dinas ke Jakarta,
hanya kirim krans.
Profesi
202. Ir. Eram 126 Ir. Eram ngestokake karepe Handaka. Ir. Eram memperhatikan kemauan
Handaka.
Profesi
203. - 126 “Kamangka saderengipun rak wonten siyaran
Laporan Khusus Presiden Soeharto menapa.”
“Padahal sebelumnya ada siaran Laporan
Khusus Presiden Soeharto.”
Profesi
135
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
204. Ir. Eram 127 La, Manik ki ya kenang apa kok ndadak
ngabari Ir. Eram barang? Wong wis ora ana
gepok senggole karo keluwarga Sulun Prabu,
kok isih dikabari interlokal barang? Apa ana
sekuthon antarane Manik karo Ir. Eram?
La, Manik juga mengapa kok mengabari Ir.
Eram juga? Karena sudah tidak ada
hubungan apa-apa dengan keluarga Sulun
Prabu, kok masig dikabari interlokal juga?
Apa ada sekutu antara Manik dengan Ir.
Eram?
Profesi
205. Ir. Eram 127 Nanging, ora ngira ana gayute karo anggone
nelpon Ir. Eram!
Tetapi, tidak terpikirkan ada hubungan
dengan menelfon Ir. Eram!
Profesi
206. Ir. Eram 127 “Sampun, Pak, anggenipun ngersakaken
kula?” pitakone Ir. Eram bareng weruh
Handaka sajak angglong atine.
“Sudah, Pak, bertanya kepada saya?”tanya
Ir. Eram setelah melihat Handaka seperti
lega hatinya.
Profesi
207. Ir. Eram 127 Ganti Ir. Eram sing kami tenggengen. Ganti Ir. Eram yang terpaku. Profesi
208. Ir. Eram 128 Ir. Eram legeg. Ir. Eram ternganga. Profesi
209. - 128 “La, wong Dhik Pipin menika sampun wiwit
wonten ing SMA kula siri.”
“La, Dik Pipin itu sudah sejak SMA saya
taksir.”
Tingkat Pendidikan
136
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
210. - 129 “Kanca nunggal kelas ing SMA ingkang
kantun wonten ing Probolinggo mboten
kathah.”
“Teman satu kelas di SMA yang tinggal di
Probolinggo tidak banyak.”
Tingkat Pendidikan
211. Ir. Eram 129 Ir. Eram semu nggeguyu nayogyani guyone
Handaka.
Ir. Eram agak tertawa menanggapi
candaan Handaka.
Profesi
212. - 132 “Kanca adhik kelas kaliyan kula ing SMA.” “Teman adik kelas dengan saya di SMA.” Tingkat Pendidikan
213. Ir. Eram 133 Dheweke dhewe ora weruh kekep-kekepan
kuwi, nanging migunakake critane Riris kang
semangat makantar-kantar mau didadekake
dhadhakan anggone nyandhet Ir. Eram.
Dia sendiri tidak melihat peluk-pelukan
itu, tapi mendengar cerita dari Riris yang
semangat menggebu-gebu itu
menyebebkan tergesa-gesa menilai Ir.
Eram.
Profesi
214. Handaka 133 “Inggih. Inggih, kula estokaken, Bapak
Detektip!”
“Iya, iya, saya dukung, Bapak Detektif!” Profesi
137
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
215. Ayah Marong 134 “Iki keng ramane Nak Marong, pensiyunan
Camat Jrebeng, daleme ya isih neng kana.”
“Ini adalah ayah Nak Marong, pensiunan
Camat Jrebeng, rumahnya juga masih di
sana.”
Profesi
216. Dhokter Wandi 134 “Panjenengan telpon wae Dhokter Wandi karo
nyuwun dikirim reserse saka Polsekta.”
“Anda telefon saja Dokter Wandi sekalian
minta dikirim reserse dari Polsekta.”
Profesi
217. Handaka 134 Sapa ngerti, Sulun Prabu pancen pinter banget
main sandiwara! Ethok-ethok gupuh, ngundang
Detektip Handaka kuwi mung saperlu
mblondrokake polisi.
Siapa tahu, Sulun Prabu memang pandai
sekali bermain sandiwara! Pura-pura
terburu-buru, memanggil Detektif
Handaka hanya untuk mengecoh polisi.
Profesi
218. Ir. Eram 135 Riris katon cedhak Drs. Risang. Pipin lan
Mahar, nggamblok grombolane Ir. Eram lan
ibu-bapake.
Riris terlihat dekat Drs. Risang. Pipin dan
Mahar, bergabung dengan kerumunan Ir.
Eram dan ayah-ibunya.
Profesi
219. Ir. Eram
Ir. Pambudi
135 Ir. Eram tansah cedhak karo Ir. Pambudi sing
uga caket karo Sulun Prabu lan tilas Camat
Jrebeng.
Ir. Eram selalu dekat dengan Ir. Pambudi
yang juga dekat dengan Sulun Prabu dan
mantan Camat Jrebeng.
Profesi
138
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
220. Dhokter Wandi 135 Resersene loro, mau wis lapur. Dhokter Wandi
teka numpak mobil.
Resersenya dua, tadi sudah lapor. Dokter
Wandi datang naik mobil.
Profesi
221. Ir. Eram 135 Riris tetep lengket karo Drs. Risang, dene
bapak-ibune Ir. Eram – sing wis rada methal
karo tuwan rumah, Sulun Prabu – dicritani
ngglenik dening Pipin, sajak wis mantep yen
Pipin bakal dadi mantune. Cedhake Pipin,
Mahar karo Tantiyam sing ditunggoni sing
lanang ing mburine. Ir. Eram merlokake
lungguh cedhak Handaka lan Mohamad
Sadham.
Riris tetap lengket dengan Drs. Risang,
sedangkan ayah-ibunya Ir. Eram – yang
sudah agak menjauh dari tuan rumah,
Sulun Prabu – mendengarkan cerita Pipin,
seperti sudah mantap apabila Pipin
menjadi mantunya. Singkatnya Pipin,
Mahar dan Tantiyam yang ditunggu oleh
suaminya di belakang. Ir. Eram memilih
duduk dekat Handaka dan Mohamad
Sadham.
Profesi
222. Dhokter Wandi 135 Dhokter Wandi jejer karo Sulun Prabu sing
lungguh ing kiwane Handaka.
Dokter Wandi berdampingan dengan
Sulun Prabu yang duduk di sebelah kiri
Handaka.
Profesi
139
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
223. Ir. Eram 136 Ir. Eram ngomong lirih karo ngulungake
gulungan kertas kaya nomer lotre kanggo
nemtokake sapa sing methok.
Ir. Eram bicara pelan dan menyerahkan
gulungan kertas seperti nomor lotre untuk
menentukan siapa yang dapat.
Profesi
224. Ir. Eram 136 Ir. Eram mundur, diwelingi Handaka dikon
ngundangake Pipin.
Ir. Eram mundur, diperingatkan Handaka
disuruh memanggilkan Pipin.
Profesi
225. Ir. Eram 137 “Priye? Kowe rak wis nyicil seneng yen Ir.
Eram bali marang pangkonmu maneh?”
“Bagaiman? Kamu sudah senang apabila
Ir. Eram kembali lagi dipelukanmu?”
Profesi
226. Ir. Eram 137 “Dadi, kowe sakploke putus kuwi ora tau
gegayutan karo Ir. Eram tenan?”
“Jadi, kamu setelah putus itu tidak pernah
berhubungan dengan Ir. Eram?”
Profesi
227. Handaka 138 “Paklik menika detektip, inggih?” “Paman itu detektif, ya?” Profesi
228. Dhokter Wandi 138 Handaka mbukak krepekan notese, langsung
nyuwun pirsa marang Dhokter Wandi, ...
Handaka membuka catatannya, langsung
meminta pendapat dari Dokter Wandi,...
Profesi
229. Dhokter Wandi 138 Dhokter Wandi rada kaget. Dokter Wandi agak terkejut. Profesi
230. Dhokter Wandi 139 Mula Dhokter Wandi gage tanggap ing
sasmita,...
Maka dari itu Dokter Wandi langsung
mengerti,...
Profesi
140
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
231. Dhokter Wandi 139 Dhokter Wandi banjur kalegan atine,... Dokter Wandi langsung lega hatimya,... Profesi
232. Dhokter Wandi 139 Dianyaki saka crita sujanane Dhokter Wandi
yen sedane Bu Sulun ora marga benjut mau,...
Berangkat dari cerita Dokter Wandi
apabila meninggalnya Bu Sulun bukan
karena lebam tadi,...
Profesi
233. Dhokter Wandi 139 ..., klebu sujanane Dhokter Wandi prekara
benjut ing larapane swargi mau. Dhokter
Wandi ora lidok.
..., termasuk pendapat Dokter Wandi
masalah lebam di kaki almarhumah tadi.
Dokter Wandi tidak menolak.
Profesi
234. Dhokter Wandi 140 “Pak Dhokter enget, kula nyuwun pirsa bab
kulit biru ing gares celak polok?”
“Pak Dokter ingat, saya bertanya tentang
kulit biru di dekat mata kaki?”
Profesi
235. Dhokter Wandi 140 Dhokter Wandi manthuk. Dokter Wandi mengangguk. Profesi
141
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
236. Ir. Eram 141 Dheweke ora ngerti yen tekane Ir. Eram
ndadak dina kuwi, terus katon bebungah
karonsih karo Pipin bisa ndadekake prekara
kang gawat banget, yakuwi sapa sing nelpon
Ir. Eram mesthi duwe pamrih karo sedane
Nyonya Sulun Prabu sing diprejaya ing liyan
kuwi.
Dia tidak tahu bila datangnya Ir. Eram
mendadak hari itu, kemudian terlihat
senang dengan Pipin bisa menyebabkan
perkara yang gawat sekali, yaitu siapa
yang menelfon Ir. Eram pasti punya
pamrih dengan meninggalnya Nyonya
Sulun Prabu yang dibunuh orang itu.
Profesi
237. Handaka 141 Lan Detektip Handaka wis ngerti, sapa sing
nelpon Ir. Eram bengi-bengi menyang Jember
kuwi.
Dan Dertektif Handaka sudah tahu, siapa
yang menelfon Ir. Eram malam-malam ke
Jember itu.
Profesi
238. Dhokter Wandi 142 Takon marang Marong kanthi swara rata, kaya
nalika takon marang Dhokter Wandi mau.
Bertanya kepada Marong dengan suara
datar, seperti ketika bertanya kepada
Dokter Wandi tadi.
Profesi
142
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
239. Ir. Eram 144 “Sing dak karepake calon mantu kepetung Drs.
Risang, Marong, lan Ir. Eram!” kaya mligi
njawab protese Drs. Risang, Handaka
ngomonge ora krama.
“Yang saya maksud calon mantu terhitung
Drs. Risang, Marong, dan Ir. Eram!”
seperti menjawab protesnya Drs. Risang,
Handaka bicara tidak memakai tata krama.
Profesi
240. Ir. Eram 144 “..., kok ndadak kula ingkang sampun sanes
calon mantu lan sampun tebih saking mriki
dipunkatut-katutaken?!” ganti Ir. Eram sing
nyemlong.
“..., kok saya yang sudah bukan calon
mantu dan sudah jauh dari sini dibawa-
bawa?!” gantian Ir. Eram yang bicara.
Profesi
241. Ir. Eram 145 Handaka lagune ngomong pindhah
nyepelekake protese Ir. Eram.
Handaka bicara pindah menyepelekan
protes dari Ir. Eram.
Profesi
242. Ir. Eram 145 “Manik?! Mara jlentrehna, kena apa kowe
ndadak ngabari Ir. Eram, wong Ir. Eram wis
genah dudu keluwargamu maneh!”
“Manik?! Jelaskan, mengapa kamu
mengabari Ir. Eram, padahal Ir. Eram
sudah bukan keluargamu lagi!”
Profesi
143
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
243. Ir. Eram 145 “Apa karepmu nginterlokal Ir. Eram bengi-
bengi, ngabari yen ibumu seda?!”
“Apa maksudmu menginterlokal Ir. Eram
melam-malam, memberitahu bila ibumu
meninggal?!”
Profesi
244. Handaka 146 Detektip Handaka pancen seneng weruh reaksi
murnine wong-wong sing padha rumangsa ora
kesangkut utawa ethok-ethok ora kesangkut
nanging jebul diarani.
Detektif Handaka memang senang melihat
reaksi polos orang-orangyang merasa tidak
terlibat atau pura-pura tidak terlibat tetapi
ternyata dituduh.
Profesi
245. Ir. Eram 146 “Kenging menapa menika dados sebab ingkang
saestu ing prekawis sedanipun Bu Sulun
menika?!” aloke Ir. Eram katon luwih
mrebawani katimbang liyane.
“Mengapa ini menjadi sebab yang penting
di masalah meninggalnya Bu Sulun?!”
tanya Ir. Eram lebih berwibawa daripada
yang lainnya.
Profesi
246. Ir. Eram 147 “Dospundi, ta, kula kok mboten mangertos?
Mbok ampun mbulet mawon, ta!” Ir. Eram
sangsaya ora sranta.
“Bagaimana, kok saya tidak mengetri?
Jangan berbelit-belit saja!” Ir. Eram
semakin tidak sabar.
Profesi
144
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
247. Handaka
Ir. Eram
147 “Cara nganalisisipun kados ngoten niku
detektip kampungan! Nyakndhilan! Detektip
kocluk! Grusa-grusu!” Ir. Eram ngotot.
“Cara menganalisisnya seperti detektif
kampungan! Sedapatnya! Detektif bodoh!
Terburu-buru!” Ir. Eram ngotot.
Profesi
248. Ir. Eram 147 Ir. Eram nampani kertas, diolak-alik, diwaca
tulisane.
Ir. Eram menerima kertas, dibolak-balik,
dibaca tulisannya.
Profesi
249. Dhokter Wandi
-
148 Uga Dhokter Wandi, polisi, Mohamad
Sadham, lan Sulun Prabu.
Juga Dokter Wandi, polisi, Mohamad
Sadham, dan Sulun Prabu.
Profesi
250. Ir. Eram 148 ..., Handaka kober mbanyol karo ngacungake
kertas gulungan cilik sing kaya lotre arisan,
pawehe Ir. Eram.
..., Handaka sempat bergurau sambil
memperlihatkan gulungan kecil seperti
lotre arisan, pemberian Ir. Eram.
Profesi
251. Ir. Eram 148 “Aku saiki dak ngomong ngoko wae marang
Ir. Eram.”
“Sekarang saya bicara ngoko saja kepada
Ir. Eram.”
Profesi
252. Ir. Eram 148 “Mangga, kula ladosi mundhut gendhing
menapa?” Ir. Eram isih bisa kluruk sesumbar.
“Silakan, saya ladeni ambil gendhing
apa?” Ir. Eram masih bisa sombong.
Profesi
145
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
253. Ir. Eram 149 Ir. Eram ngerutake alise. Mikir. Ora ketemu. Ir. Eram mengerutkan alisnya. Berpikir.
Tidak ketemu.
Profesi
254. Ir. Eram 150 “Kuwi kudu kokprejaya manut surasane kitir
iki!” ucape Handaka marang Ir. Eram.
“Itu harus kau bunuh sesuai dengan isi
surat ini!” kata Handaka kepada Ir. Eram.
Profesi
255. - 150 “Mangga, Pak Polisi, kula aturi nangkep
durjana sing mrejaya Bu Sulun Prabu!”
“Silakan, Pak Polisi, saya persilakan
menangkap penjahat yang membunuh Bu
Sulun Prabu!”
Profesi
256. Handaka 151 “Pak Detektip Handaka! Kita taksih betah
katrangan ingkang tlesih malih.”
“Pak Detektif Handaka! Kita masih butuh
keterangan yang lebih rinci lagi.”
Profesi
257. Handaka
Dhokter Wandi
151 “Iya, nanging sadurunge digawa polisi lan
kepungan iki bubar, kene kudu ngrungokake
dhisik sambunge katrangane Detektip
Handaka!” ujare Dhokter Wandi,...
“Iya, tapi sebelum dibawa polisi dan
kenduri ini selesai, harus mendengarkan
dulu sambungan keterangan dari Detektif
Handaka!” kata Dokter Wandi,...
Profesi
146
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
258. Ir. Eram 152 Ir. Eram tangkepe wis brubah, ora judhes
maneh, mangsuli pitakone Handaka karo semu
mesem-mesem kelegan atine.
Ir. Eram pandangannya sudah berubah,
tidak judes lagi, menjawab pertanyaan dari
Handaka dengan agak tersenyum lega
hatinya.
Profesi
259. Ir. Eram 153 “Upami kula dipuntangkep margi mejahi Mas
Janawi, piyambakipun tetep mboten kenangan
menawi dados dhalangipun rajapati ing Jember
menika. Bebas!” ujare Ir. Eram.
“Seumpama saya ditangkap karena
membunuh Mas Janawi, dia tetap tidak
terbongkar bila menjadi dalang
pembunuhan di Jember. Bebas!” kata Ir.
Eram.
Profesi
260. Ir. Eram 153 “Tujunipun Paklik Handaka enggal dipunaturi
bengkas prekawis menika!” omonge Ir. Eram
isih karo rumangsa njit-njiten ngerti werdine
kitir tagihan sing ditampa mau,...
“Untungnya Paman Handaka segera
disuruh menguak perkara ini! Kata Ir.
Eram masih dengan sombong karena surat
yang diterimanya tadi,...
Profesi
261. Handaka 154 “Tujune diundangake detektip kocluk!
Detektip kampungan!”
“Untungnya dipanggilkan detektif bodoh!
Detektif kampungan!”
Profesi
147
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
262. Ir. Eram 154 “La, aku muntab tenan, he, ora merjaya diterka
dadi durjana!” ujare Ir. Eram.
“La, saya marah sekali, tidak menbunuh
dituduh menjadi penjahat!” kata Ir. Eram.
Profesi
263. Handaka 155 “Aku jan gak ngira yen diindhik-indhiki Mas
Marong karo Detektip Handaka!”
“Saya benar-benar tidak mengira jika
diawasi Mas Marong dan Detektif
Handaka!”
Profesi
264. Handaka 156 “Tiwas kowe wis dakindhik-indhiki terus wae,
Her!” ujare Marong sing wiwit mau kepingin
melu ngasah pikir bareng karo kelantipane
Detektip Handaka. Wis wiwit biyen dheweke
eram marang Detektip Handaka kuwi. Critane
Handaka sing dipacak ing koran-koran, tansah
disemak kanthi premati dening Marong. Saka
eram, sok-sok ya kepingin bisa tandang gawe
tiru-tiru kaya kelantipane Detektip Handaka
mengkono kuwi, dadi penylidhik.
“Padahal kamu sudah saya awasi terus,
Her!” kata Marong yang dari tadi ingin
ikut mengasah pikiran bersama dengan
kepandaian Detektif Handaka. Sudah dari
dulu dia suka dengan Detektif Handaka.
Cerita Handaka yang dimuat di koran-
koran, selalu disimak dengan cermat oleh
Marong. Dari suka, kadang juga ingin bisa
bekerja mengikuti kepandaian Detektif
Handaka, jadi penyelidik.
Profesi
148
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
265. - 157 “Sabanjure, ben polisi sing tumindak, mula
priyayi saka Polsekta dakaturi ngestreni
jlentrehanku iki.”
“Selanjutnya, biar polisi yang bekerja,
maka orang dari Polsekta saya persilakan
menjelaskan ini.”
Profesi
266. Dhokter Wandi 157 “Dibuktekake dhisik yen sedane ora marga
kacilakan!” kandhane Dhokter Wandi.
“Dibuktikan dulu jika meninggalnya bukan
karena kecelakaan!” kata Dokter Wandi.
Profesi
267. Dhokter Wandi 157 “Menika resiko, Dhokter.” “Ini resiko, Dokter.” Profesi
268. Ir. Eram 157 “Nanging, polisi menapa saged pados bukti
menawi Dewaji menika tumindak mekaten?”
Ir. Eram takon marang Handaka.
“Tetapi, apakah polisi bisa mencari bukti
bukti bila Dewaji yang berbuat ini?” Ir.
Eram bertanyakepada Handaka.
Profesi
269. Ir. Eram 157 “Dospundi, kok Paklik lajeng nggandhengaken
kaliyan niyatipun Dewaji nyingkiraken Janawi
kala nitipriksa kadurjan sedanipun Bu Sulun
menika?” Ir. Eram tetep ndhesek takon sing
gegayutan karo dheweke.
“Bagaimana, kok Paman lalu
menyambungkan niat Dewaji
menyingkirkan Janawi ketika menyelidiki
meninggalnya Bu Sulun ini?” Ir. Eram
tetap mendesak bertanya yang
berhubungan dengan dirinya.
Profesi
149
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
270. Ir. Eram 157 “Dados tetep kemawon, nggih, kitir menika
mbabar wewados!” ujare Ir. Eram nduwe rasa
seneng.
Adi tetap saja, ya, surat ini membuka
rahasia!” kata Ir. Eram senang.
Profesi
271. Ir. Eram 158 “La, Ir. Eram ora kelingan sapa sing menehi
kitir mau.”
“La, Ir. Eram tidak ingat siapa yang
menberi surat tadi.”
Profesi
272. Ir. Eram 159 “Nalika Dewaji weruh utawa dikandhani yen
Ir. Eram awan iki ya nglayat kurban
kadurjanane, ora bisa ngempet dhiri,...”
“Ketika Dewaji melihat atau diberitahu
bila Ir. Eram siang ini melayat korban
kejahatannya, tidak bisa menahan diri,...”
Profesi
273. Ir. Eram 159 “Kula aturaken Panjenengan. Ndadekake
kojure Si Durjana Dewaji!” ujare Ir. Eram.
“Saya berikan kepada anda. Menyebabkan
apesnya Si Penjahat Dewaji!” kata Ir.
Eram.
Profesi
274. Ir. Eram 159 “Upama aku ngerti, mbokmenawa ora
dakaturake marang Paklik Handaka, terus
wewadine ora kebukak,” ujare Ir. Eram ngotot
ngumbar graitane.
”Misalnya saya tahu, mungkin tidak saya
berikan kepada Paman Handaka, kemudian
rahasia ini tidak terbongkar,” kata Ir. Eram
ngotot mengumbar pendapatnya.
Profesi
150
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
275. Handaka 159 Pitakonan marang Detektip Handaka sakjane
isih akeh.
Pertanyaan kepada Detektif Handaka
sebenarnya masih banyak.
Profesi
276. Handaka 160 Dene Detektip Handaka ora lali masrahake
barang-barang bukti,...
Juga Detektif Handaka tidak lupa
menyerahkan barang bukti,...
Profesi
277. Ir. Eram
Dhokter Wandi
Ir. Pambudi
Ayah Marong
160 ..., Pipin gegandhengan rapet karo Ir. Eram,
Riris jejer rapet karo Drs. Risang, lan Si Ragil
Joharmanik prasasat ing rangkulane lengene
Marong sing tengen. Handaka sing mau
nguntapake para tamu – utamane para polisi
sing nggiring Dewaji lan dietutake dening
Tantiyam sing isih nangis mingseg-mingseg,
Dhokter Wandi lan para calon besane Pak
Sulun Prabu, Ir. Pambudi sekaliyan lan
pensiunan Camat Jrebeng ...
..., Pipin bergandengan rapat dengan Ir.
Eram, Riris bersebelahan rapat dengan
Drs. Risang, dan si bungsu Joharmanik di
pelukan Marong sebelah kanan. Handaka
yang sebelumnya mengantar tamu –
utamanya para polisi yang mengiringi
Dewaji dan dibuntuti oleh Tantiyam yang
masih menangis tersedu-sedu, Dokter
Wandi dan para calon besan Pak Sulun
Prabu, Ir. Pambudi beserta istri dan
pensiunan Camat Jrebeng...
Profesi
151
Tabel Lanjutan Analisis Data Stratifikasi Sosial dalam Novel Kunarpa Tan Bisa Kandha karya Suparto Brata
No
Data
Tokoh Hal Nukilan Data Jenis Stratifikasi
Sosial Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
278. Handaka 161 ..., njorogake Mahar dikon maju madhep
marang Detektip Handaka, minangka ature
panuwun marang Detektip Handaka kang wis
mbukak dalan ngraketake lan mantepake
pasrawungane karo kekasihe kuwi.
..., mendorong Mahar maju menghadapp
ke Detektif Handaka, mengucapkan terima
kasih kepada Detektif Handaka yang
sudah membuka jalan melengketkan dan
memantapkan hubungannya dengan
kekasihnya itu.
Profesi