Strategi Pusat Pertumbuhan

14
STRATEGI PUSAT PERTUMBUHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN PAPER Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Wilayah Marginal dan Perbatasan Oleh, NURDINI LESTARI 13/352639/PGE/1036 PROGRAM PASCASARJANA GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014

description

Strategi Pusat Pertumbuhan untuk Pengembangan Wilayah Perbatasan

Transcript of Strategi Pusat Pertumbuhan

  • STRATEGI PUSAT PERTUMBUHAN

    UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN

    PAPER

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

    Mata Kuliah Pengembangan Wilayah Marginal dan Perbatasan

    Oleh,

    NURDINI LESTARI

    13/352639/PGE/1036

    PROGRAM PASCASARJANA GEOGRAFI

    FAKULTAS GEOGRAFI

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2014

  • A. Pendahuluan

    Suatu negara sudah tentu memiliki batas-batas tertentu dengan negara lainnya,

    baik itu batas di darat, maupun laut. Sedangkan untuk batas udara menyesuaikan dengan

    batas darat dan laut. Batas suatu negara perlu diidentifikasi dan dikenali, bahkan

    diputuskan sesuai dengan kesepakatan dengan negara tetangga, karena batas negara akan

    berkaitan erat dengan identitas serta kedaulatan negara itu sendiri. Maka dari itu kawasan

    perbatasan bersifat peting dan perlu diperhatikan kondisinya. Hal demikian juga sejalan

    dengan perubahan paradigma masa lalu dengan paradigma baru tentang perbatasan.

    Paradigma masa lalu menganggap bahwa daerah perbatasan adalah halaman belakang dan

    dalam pengembangan kawasannya lebih menekankan pada pendekatan keamanan (security

    approach), namun paradigma baru menganggap bahwa perbatasan adalah halaman muka

    negara yang harus dikelola dan ditampakan sebaik mungkin dengan pengelolaannya

    melalui pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) (Kartikasari dalam Madu,

    Ludiro, et al, 2010 : 108).

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan berbatasan

    langsung dengan sepuluh negara. Di laut berbatasan dengan negara : Australia, Malaysia,

    Singapura, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Papua New Guinea, dan

    Timor Leste. Sedangkan batas di darat Indonesia berbatasan dengan tiga negara, yaitu

    negara : Malaysia, Papua New Guinea, dan Timor Leste. Dengan luas wilayah yang besar

    dan terpisah-pisah oleh lautan serta dengan jumlah negara tetangga yang banyak

    merupakan suatu tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan kawasan perbatasan

    Indonesia baik darat maupun laut agar keutuhan NKRI tetap terjaga utuh.

    Pengelolaan kawasan perbatasan dalam perkembangan saat ini telah menjadi isu

    yang banyak dibahas dalam bidang pembangunan Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh

    berbagai masalah yang muncul di kawasan perbatasan. Salah satu yang menjadi masalah

    adalah ketertinggalan di daerah-daerah perbatasan, karena lokasi yang jauh dan sulit

    dijangkau dari pusat kota akibat dari keterbatasan infrastruktur menyebabkan masyarakat

    di kawasan perbatasan lebih sering berinteraksi dengan negara tetangga dibanding dengan

    negara Indonesia, selain keterbatasan infrastruktur sebagai faktor pendorong ada juga

    faktor penariknya yaitu berupa kesamaan budaya bahkan masih ada hubungan kekerabatan

    antara masyarakat di kawasan perbatasan Indonesia dengan di negara tetangga.

    Untuk mengatasi masalah-masalah di kawasan perbatasan khususnya yang

    berkaitan dengan kesejahteraan, memerlukan strategi-strategi yang dapat dipakai dalam

    pembangunan kawasan perbatasan. Tentunya dalam penerapan strategi pembangunan atau

  • pengelolaan kawasan perbatasan akan berbeda-beda karena disesuaikan dengan

    karakteristik dari setiap kawasan yang berbeda-beda. Salah satu strategi pengembanagn

    wilayah perbataan yaitu dengan strategi pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.

    Strategi ini bertujuan untuk meminimalisir ketertinggalan di kawasan perbatasan. Strategi

    pusat pertumbuhan tertuang secara eksplisit dalam dokumen Rencana Pembanguna Jangka

    Panjang Nasional (RPJMN), penerapan strategi ini bertujuan untuk mewujudkan

    pembangunan yang secara merata dan adil. Namun, dalam pelaksanaannya hingga saat ini

    strategi pusat pertumbuhan tersebut belum dapat diaplikasikan serta belum membuahkan

    hasil yang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam tulisan ini akan dibahas

    bagaimana aplikasi strategi pusat pertumbuhan tersebut dipakai dalam mengatasi

    kesenjangan pembangunan, serta peluang-peluang pengembangannya dan hambatan-

    hambatan dalam peberapan strategi tersebut khususnya di kawasan perbatasan.

    B. Dasar Teori

    1. Kawasan Perbatasan

    Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, mengartikan

    bahwa kawasan perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi

    dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan Negara lain. Dalam hal batas

    Wilayah Negara di darat kawasan perbatasan berada di Kecamatan. Sementara,

    merujuk pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang Tata Ruang, yang

    selanjutnya dijarbarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa ruang lingkup

    kawasan perbatasan Negara adalah wilayah "Kabupaten/Kota" yang secara geografis

    dan demografis berbatasan langsung dengan Negara tetangga dan/atau laut lepas;

    Selanjutnya kawasan perbatasan Negara meliputi kawasan perbatasan darat dan

    kawasan perbatasan laut, termasuk pulau-pulau kecil terluar. Namun, secara umum

    kawasan perbatasan adalah suatu kawasan yang terdiri dari daratan, laut, dan udara

    yang berada di sepanjang perbatasan kedua negara, yang batas luas daerahnya

    disesuaikan dengan kebutuhan dan persetujuan kedua negara tersebut.

    Perbatasan merupakan perwujudan territorial. Sebagaimana maknanya,

    perbatasan yaitu sebagai daerah atau jalur pemisah antara unit-unit politik (negara),

    maka perbatasan negara setidaknya terdiri dari sedikitnya dua negara yang berbatasan

    serta masyarakat dari negara tersebut. wilayah perbatasan suatu negara dapat

    dijadikan suatu indikator kinerja pembangunan pemerintah suatu negara. Sejalan

  • dengan paradigma baru tentang kawasan perbatasan yang merupakan halaman muka

    suatu negara. Jika kondisi pembangunan fisik dan manusianya masih sangat rendah

    dibandingkan negara tetangga, maka pemerintah negara tersebut dinilai tidak

    perhatian atau tidak memperhatikan pembangunan di kawasan perbatasan, kondisi

    demikian merupakan suatu ancaman bagi kedaulatan negara dan merupakan

    kesempatan bagi negara tetangganya yang memiliki kemampuan lebih. Dengan

    demikian pemerintah dituntut untuk tetap menjaga keberlangsungan kedaulatan,

    menjaga, dan memperhatikan kawasan perbatasan. Jika pemerintah mengabaikan

    tanggungjawabnya di wilayah tertentu, dapat berakibat fatal dan memunculkan

    keinginan penduduk setempat untuk memisahkan diri.

    Pada masa lampau, perhatian pemerintah terhadap wilayah perbatasan terlalu

    menekankan pada aspek keamanan (security) dibandingkan dengan peningkatan

    kesejahteraan (prosperity). Namun saat ini, dengan situasi keamanan yang semakin

    kondusif dan adanya proses globalisasi serta kerjasama regional maupun sub regional,

    maka pendekatan keamanan perlu diikuti dengan pendekatan kesejahteraan agar

    seimbang. Apalagi jika melihat kebijakan beberapa negara tetangga Indonesia yang

    menjadikan kawasan perbatasan menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi yang maju

    dan dilengkapi sarana prasarana fisik yang lengkap serta sumberdaya manusia yang

    berkualitas.

    Ketentuan pembangunan kawasan perbatasan di Indonesia telah tercantum

    dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan

    Perbatasan saat ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut

    pandang pertahanan dan keamanan. Penggunaan istilah ini bukan berarti

    pengembangan kawasan perbatasan semata-mata berorientasi kepada pendekatan

    pertahanan dan keamanan semata. Pendekatan kesejahteraan bersama-sama dengan

    pendekatan pertahanan dan keamanan serta lingkungan menjadi strategi

    pengembangan kawasan perbatasan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat, untuk menjamin kedaulatan wilayah NKRI.

    2. Strategi Pusat Pertumbuhan

    Pusat pertumbuhan atau biasa disebut dengan istilah growth pole. Secara

    geografi diartikan sebagai suatu lokasi yang memiliki banyak fasilitas dan kemudahan

    sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik

    untuk berlokasi di tempat tersebut, dan masyarakat senangdatang memanfaatkan

  • fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antar

    usaha-usaha tersebut (Tarigan, 2005 : 128). Secara jelas juga Francois Perroux (1950)

    dalam Mutaali (2010 : 28) menyebutkan bahwa pertumbuhan tidak terjadi di

    sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara serentak, tetapi pertumbuhan terjadi

    pada titik-titik atau kutub-kutub pertumbuhan dengan intensitas yang berubah-ubah,

    lalu pertumbuhan itu menyebar sepanjang saluran yang beraneka ragam dan dengan

    pengaruh yang dinamis terhadap perekonomian wilayah. Sedangkan, pengertian

    dalam sudut pandang ekonomi beranggapan bahwa growth pole merupakan suatu

    kumpulan kekuatan ekonomi dengan pusatnya yang memiliki gaya sentrifugal dengan

    kekuatan untuk mendorong dan gaya sentripetal yang memiliki kekuatan untuk

    menarik. Setiap pusat pertumbuhan mempunyai daya tarik dan daya tolak dalam

    suatu medan daya tarik dan daya dorong bersama dengan pusat-pusat lainnnya.

    Dengan pengertian tersebut, Mutaali (2020 : 29) berpendapat bahwa growth poles

    akan berperan memacu (menarik dan mendorong) perkembangan ekonomi di wilayah

    pengaruhnya. Berikut ini adalah gambaran struktur ekonomi di pusat pertumbuhan :

    Suatu wilayah akan menjadi pusat pertumbuhan apabila di wilayah tersebut

    memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

    a) Memiliki leading/propulsive Industries, pada kutub pertumbuhan harus ada

    industri pendorong yang besar dan mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. Suatu

    leading industry mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

    1) Kaitan-kaitan antar industri yang kuat dengan sektor-sektor lainnya. Kaitan ini

    dapat berbentuk kaitan ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward

    linkage).

    USAHA

    UTAMA

    USAHA

    TERKAIT

    USAHA

    TERKAIT

    USAHA

    TERKAIT

    USAHA

    TERKAIT

  • 2) Permintaan terhadap produknya mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi,

    dan produknya biasa dijual ke pasar-pasar nasional.

    b) Memiliki kedekatan geografis dengan wilayah lainnya, hal ini berarti jarak dari

    satu wilayah ke wilayah lain tidak boleh terlalu jauh. Jarak yang pendek akan

    memungkinkan terjadinya interaksi yang tinggi antar wilayah tersebut serta

    mempermudah hubungan antar wilayah.

    c) Aksesibilitas tinggi, hal ini berarti suatu pusat pertumbuhan mudah dijangkau dari

    mana saja dan dengan cara atau menggunakan moda transportasi apapun.

    d) Ketersediaan infrastruktur memadai, infrastruktur disini dapat berarti sarana

    prasarana jalan, jembatan, air, serta listrik. Ketersediaan infrastruktur yang berupa

    jalan dan jembatan sangat mempengaruhi aksesibilitas suatu wilayah, serta secara

    umum infrastruktur tersebut dapat mempengaruhi aktivitas yang terjadi pada suatu

    wilayah.

    e) Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang memadai, untuk menunjang

    terciptanya suatu pusat pertumbuhan, dibutuhkan manusia yang memiliki keahlian

    dalam bidang tertentu terutama sesuai dengan potensi industri unggulan di wilayah

    tersebut. Selain sumberdaya manusia yang berkualitas, jumlah penduduk dalam

    suatu wilayah juga mempengaruhi keberhasilan terciptanya suatu pusat

    pertumbuhan. Jumlah penduduk yang terlalu kecil atau bahkan terlalu besar dpat

    menghambat terciptanya pusat pertumbuhan.

    Jika syarat-syarat tersebut sudah terpenuhi, maka akan terciptalah suatu pusat

    pertumbuhan (growth pole) baru dengan ciri-ciri sebagai berikut :

    a) Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan

    Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah wilayah. Ada

    keterkaitan satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang

    tumbuh akan mendorong sektor lain karena saling terkait. Kehidupan kota menjadi

    satu irama dengan berbagai komponen kehidupan kota dan menciptakan sinergi

    untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan.

    b) Ada effek penggandaan (multiplier effect)

    Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan

    menciptakan effek penggandaan. Permintaan akan menciptakan produksi baik

    sektor tersebut maupun sektor yang terkait yang akhirnya akan terjadi akumulasi

    modal. Unsur efek penggandaan sangat berperan dalam membuat daerah mampu

    memacu pertumbuhan daerah belakangnya.

  • c) Adanya konsentrasi geografis

    Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas selain menciptakan

    efisiensi diantara sektor-sektor yang saling membutuhkan juga meningkatkan daya

    tarik dari kota tersebut.

    d) Bersifat mendorong daerah belakangnnya

    Hal ini antara wilayah pusat dan wilayah belakangnya terdapat hubungan

    yang harmonis. Wilayah pusat membutuhkan bahan baku dari wilayah

    belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakang untuk dapat

    mengembangkan dirinya. Hal itu sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh

    Hirschman (1985) dalam Mutaali (2010 : 31) bahwa pertumbuhan ekonomi pada

    pusat pertumbuhan ekonomi pada pusat pertumbuhan akan berpengaruh pada

    daerah belakangnya melelui efek polarisasi (Polarization Effect) dan efek

    penetesan ke bawah (Trickling down effect). Efek polarisasi tersebut diperkuat

    dengan adanya pemusatan investasi pada pusat pertumbuhan, sedangkan efek

    penetesan ke bawah dapat tumbuh dengan cara meningkatkan daya tarik wilayah

    sekitarnya. Hirschman juga berpendapat bahwa efek penetesan ke bawah akan

    lebih besar dibanding efek polarisasi, asalkan wilayah tersebut dengan wilayah di

    belakangnya dapat saling melengkapi, maka wilayah pusat pertumbuhan dan

    wilayah belakangnya dapat sama-sama berkembang.

    C. Pembahasan

    Kawasan perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, memiliki potensi

    sumberdaya alam yang melimpah dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk

    meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah serta peningkatan kesejahteraan

    masyarakat. Selain itu, kawasan perbatasan merupakan kawasan yang sangat strategis bagi

    pertahanan dan keamanan negara. Potensi yang dimiliki oleh kawasan perbatasan bernilai

    ekonomis yang sangat besar, terutama potensi sumberdaya alam (hutan, tambang dan

    mineral, perikanan dan kelautan) yang terbentang di sepanjang dan di sekitar perbatasan.

    Sebagian besar dari potensi sumberdaya alam tersebut belum dikelola dan sebagian lagi

    merupakan kawasan konservasi atau hutan lindung yang memiliki nilai sebagai paru-paru

    dunia (world heritage) yang perlu dijaga dan dilindungi. Beberapa sumberdaya alam

    tersebut saat ini berstatus taman nasional dan hutan lindung yang perlu dijaga

    kelestariannya.

  • Walaupun memiliki sumberdaya alam yang melimpah, namun hingga saat ini

    kondisi perekonomian di kawasan perbatasan masih relatif tertinggal jika dibandingkan

    dengan pembangunan di wilayah lain di Indonesia. Bahkan pada beberapa kawasan terjadi

    kesenjangan pembangunan di kawasan perbatasan dengan negara tetangga. Kondisi ini

    pada umumnya disebabkan oleh masih terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana

    sosial ekonomi seperti sarana dan prasarana perhubungan, telekomunikasi, permukiman,

    perdagangan, listrik, air bersih, pendidikan, dan kesehatan. Keterbatasan sarana dan

    prasarana sosial ekonomi di kawasan perbatasan tersebut menyebabkan minimnya

    kegiatan investasi, rendahnya optimalisasi pemanfaatan SDA, rendahnya penciptaan

    lapangan pekerjaan, sulit berkembangnya pusat pertumbuhan, keterisolasian wilayah,

    ketergantungan masyarakat terhadap pelayanan sosial ekonomi dari negara tetangga,

    tingginya biaya hidup, serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia.

    Untuk mengatasi masalah-masalah di perbatasan atau dalam melakukan

    pembangunan di kawasan perbatasan, khususnya perbatasan darat dapat dilakukan dengan

    berbasis pada lokasi prioritas (lokpri). Secara keseluruhan kawasan perbatasan darat

    Indonesia tersebar pada tiga kawasan, yaitu : Kawasan Perbatasan Darat RI Malaysia di

    Kalimantan, Kawasan Perbatasan Darat RI PNG di Papua, dan Kawasan Perbatasan

    Darat RI Timor Leste di Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kajian BNPP dan diperkuat

    dengan penetapannya terdapat 30 kecamatan dalam lokpri 1 (satu), 15 kecamatan dalam

    lokpri 2 (dua), dan 25 kecamatan untuk lokpri 3 (tiga) (Mutaali, et al, 11: 2013). Lokasi

    prioritas tersebut ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria salah satunya yaitu, kecamatan

    yang ditetapkan menjadi lokpri merupakan kecamatan yang berfungsi sebagai Pusat

    Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) serta memiliki interaksi intensif dari sisi social,

    budaya, maupun ekonomi dengan penduduk Negara tetangga.

    Selain berbasis pada lokasi prioritas, dalam penyelesaian masalah di kawasan

    perbatasan khususnya dalam bidang pengembangan wilayah dan kesejahteraan diperlukan

    sebuah strategi atau metode yang sesuai. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang Nasional (RPJMN) secara eksplisit strategi pusat pertumbuhan dijadikan sebagai

    salah satu strategi untuk pengembangan wilayah. Namun, hingga saat ini strategi pusat

    pertumbuhan tersebut belum mampu diaplikasikan atau diterapkan, karena terdapat

    beberapa kendala yang harus dihadapi dalam penerapan strategi pusat pertumbuhan

    tersebut. Berikut ini adalah kendala yang dihadapi dalam penerapan strategi pusat

    pertumbuhan di kawasan perbatasan :

    1. Keterbatasan Infrastruktur di Kawasan Perbatasan

  • Infrastruktur diartikan sebagai semua sarana yang memungkinkan

    berlangsungnya kegiatan ekonomi. Contohnya : jalan, jembatan, air bersih, energi,

    jaringan listrik, komunikasi informasi dan lain-lain. Infrastruktur sangat mempengaruhi

    keberhasilan penerapan strategi pusat pertumbuhan, karena jika melihat kembali dalam

    prasyarat suatu pusat pertumbuhan, wilayah yang dijadikan pusat pertumbuhan harus

    memiliki kedekatan geografis dengan wilayah sekitarnya. Kedekatan geografis tersebut

    akan tidak akan berarti apa-apa jika tidak didukung oleh infrastruktur jalan serta

    prasarana transportasi lainnya.

    Infrastruktur transportasi merupakan salah satu faktor yang menentukan

    keberhasilan strategi pusat pertumbuhan. Karena, walaupun pembangunannya sudah

    berbasis lokasi prioritas tapi tanpa didukung oleh infrastruktur transportasi maka

    pembangunan pusat pertumbuhan tidak akan tercapai. Tujuan dari pembangunan pusat

    pertumbuhan itu sendiri diharapkan akan menimbulkan pertumbuhan di seluruh

    wilayah melalui efek tetesan ke bawah (trickle down effect). Wilayah di pusat Satuan

    Wilayah Pengembangan (SWP) dan lokasi prioritas di kawasan perbatasan dapat juga

    dijadikan sebagai pusat pertumbuhan wilayah, dengan satu pusat utama. Selain itu,

    perlu pengembangan pusat (hirarki) di bawahnya untuk memperluas wilayah hinterland

    dari wilayah inti tersebut, sehingga perkembangan tidak hanya terpusat di pusat

    kawasan itu saja. Sarana dan prasarana transportasi yang menjangkau seluruh kawasan

    potensial di kawasan perbatasan darat dan sekitarnya, terutama kawasan pusat-pusat

    ekonomi perkebunan, pertambangan, permukiman lainnya.

    Infrastruktur komunikasi dan informasi berperan penting juga dalam

    menghubungkan, antar wilayah satu dengan wilayah lainnya, dukungan transportasi

    saja tidak cukup. Dengan didukung oleh jaringan informasi dan komunikasi maka,

    perkembangan dari setiap wilayah akan merata dan pertukaran informasi akan lebih

    lancar. Selain infrastruktur transportasi dan komunikasi, jaringan air dan energi juga

    dapat mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Karena, jika kondisi air dan energi

    tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan maka aktivitas sosial ekonomi pun akan

    lumpuh. Diperlukan jaringan air dan energi yang cukup untuk melancarkan kegiatan

    sosial ekonomi bahkan menghasilkan produk unggulan daerah.

    Keterbatasan infrastruktur itu juga akan menyebabkan rendahnya nilai investasi

    di suatu wilayah. Para investor cenderung akan memilih wilayah yang mudah

    terjangkau, dan akan menanamkan investasinya pada suatu usaha yang dapat

    mengembalikan modal mereka dengan cepat. Di kawasan perbatasan para investor

  • belum berani menanamkan investasi, karena beberapa pertimbangan, dan salah satu

    pertimbangannya yaitu keberadaan infrastruktur yang masih sangat minim. Karena,

    infrastruktur merupakan kunci dalam melakukan aktivitas sosial ekonomi.

    2. Kualitas Sumberdaya Manusia yang Masih Rendah

    Maju atau mundurnya suatu wilayah tidak terlepas dari tinggi rendahnya

    kualitas sumberdaya manusia yang berada di wilayah itu, karena manusia berperan

    sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan wilayah. Tinggi rendahnya kualitas

    sumberdaya manusia juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan

    serta infrastruktur transportasi dan komunikasi. Kawasan perbatasan merupakan

    wilayah yang terisolir, terletak jauh dari pusat dan memiliki sarana dan prasarana yang

    sangat terbatas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan. Biasanya,

    masyarakat yang ada diperbatasan harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk

    mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang memadai. Jarak yang jauh tidak jadi

    masalah jika dilengkapi dengan infrastruktur transportasi yang memadai juga seperti

    jalan dan alat transportasi yang lancar, namun pada kawasan perbatasan kondisinya

    berbeda. Jarak yang jauh tidak dilengkapi dengan infrastruktur transportasi yang

    memadai sehingga masyarakat diperbatasan tidak mendapat mengakses pendidikan,

    kesehatan, dan lain-lain.

    Kualitas sumberdaya manusia yang rendah dapat menghambat proses

    pembanguan suatu wilayah. Program yang dirancang oleh pemerintah tidak akan dapat

    diterima dan diikuti oleh masyarakat jika masyarakat tidak memiliki kualitas

    sumberdaya yang yang tinggi, maka program pemerintah tersebut tidak dapat direspon

    dengan baik oleh masyarakat, kondisi demikian akan memperlambat proses

    pembangunan wilayah.

    Bagitu juga dalam penerapan strategi pusat pertumbuhan tidak akan berhasil

    jika masyarakatnya tidak berkualitas tinggi. Dalam strategi pusat pertumbuhan ini

    dibutuhkan masyarakat yang sudah maju, melek teknologi, dan berkualitas pendidikan

    maupun kesehatan yang tinggi. Karena manusia yang berkualitas akan dapat

    menghasilkan karya yang unggul. Karya dalam hal ini dapat berarti produk unggulan

    daerah yang akan dijadikan sebagai leading dan propulsive industry sebagai modal

    suatu pusat pertumbuhan.

    3. Pengelolaan terhadap Sektor Unggulan (Leading Sector) Belum Maksimal

    Potensi hasil pertanian, perkebunan dan sumberdaya alam lainnya yang dapat

    dimanfaatkan belum dikelola lebih lanjut, masih dijual dalam bentuk mentah sehingga

  • hasil pertanian dan perkebunan tersebut dijual dengan harga yang tidak terlalu tinggi.

    Padahal untuk meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi, dapat dilakukan pengolahan

    yang lebih lanjut terhadap hasil pertanian dan perkebunannya. Selain dapat

    meningkatkan nilai jual, juga dapat merangsang tumbuhnya industri lain yang masih

    terkait dengan sektor utama diwilayah tersebut, sehingga perkembangan akan menyebar

    tidak hanya pada pusat pertumbuhan saja tetapi termasuk wilayah disekitarnya melalui

    efek tetesan tersebut (trickle down effect).

    Keterkaitan antara sektor tersebut akan menyebabkan semua sektor

    berkembang, karena apabila ada satu sektor yang tumbuh, maka akan mendorong

    pertumbuhan sektor lainnya, adanya keterkaitan antar sektor tersebut juga akan

    menyebabkan kehidupan di suatu wilayah akan menjadi seimbang dengan berbagai

    komponen wilayah dan menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya

    pertumbuhan. Selanjutnya keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling

    mendukung itu akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect). Apabil ada satu

    sektor atas permintaan di luar wilayah, produksinya meningkat, karena ada keterkaitan

    mengakibatkan produksi sektor lainnya juga meningkat dan akan terjadi beberapa kali

    putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi meningkat beberapa kali

    dibandingkan dengan kenaikan permintaan. Unsur efek pengganda sangat berperan

    dalam membuat suatu wilayah itu mampu memacu pertambahan daerah belakangnya,

    karena kegiatan berbagai sektor di suatu wilayah meningkat tajam, kebutuhan kota akan

    bahan baku, tenaga kerja yang di pasok dari daerah belakangnya akan meningkat tajam.

    Walaupun untuk penerapan strategi pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan

    memiliki beberapa kendala seperti dijelaskan sebelumnya, sebenarnya kawasan perbatasan

    memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi sektor unggulan dari suatu

    wilayah tersebut. Potensi yang dimiliki oleh wilayah-wilayah di kawasan perbatasan

    diantaranya yaitu berupa sumberdaya alam hasil pertanian, perikanan, perkebunan, serta

    pertambangan. Potensi-potensi tersebut akan memiliki kualitas yang baik jika diperhatikan

    pengolahannya dan didukung oleh teknologi yang maju dan sumberdaya manusia yang

    berkualitas.

    D. Contoh Kasus

    Untuk penerapan strategi pusat pertumbuhan di kawasan Perbatasan RI dengan

    Negara tetangga belum ada yang berhasil, namun ada beberapa kecamatan yang dalam

    pembangunannya dapat diarahkan dengan strategi pusat pertumbuhan. Salah satunya yaitu

  • Kabupaten Nunukan di Kalimantan Utara. Jumlah penduduk di wilayah perbatasan

    Kalimantan Utara (Kabupaten Kutai Barat, Malinau, dan Nunukan) Malaysia mencapai

    151.051 jiwa, dimana dari jumlah tersebut lebih banyak berada di Kabupaten Nunukan,

    terutama Kecamatan Sebatik relatif lebih maju dibandingkan Kecamatan lainnya, baik

    dalam hal sosial ekonomi masyarakat, ketersediaan fasilitas layanan dasar maupun

    infrastrukturnya, sehingga laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir,

    menunjukan bahwa Kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, dapat mencapai

    pertumbuhan penduduk rata-rata 4,57% per tahun.

    Potensi ekonomi Kabupaten Nunukan bertumpu pada usaha pertanian atau

    perkebunan seperti padi, kakao, kopi, dan kelapa. Usaha inilah yang menjadi tumpuan

    mata pencaharian utama masyarakat. Namun aspek pemasaran produksi merupakan

    kendala yang belum dapat dituntaskan sepenuhnya, sehingga hasil pemasarannya lebih

    banyak ditujukan ke negara tetangga dengan harga yang rendah, dengan term of trade

    yang menguntungkan penduduk negara tetangga. Pemasaran di sekitarnya di dalam negeri

    terbentur pada terbatasnya prasarana dan sarana transportasi, sehingga berdampak

    terhadap mahalnya harga jual, akibat adanya tambahan biaya transportasi. Kondisi

    demikian dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di

    Kabupaten Nunukan serta memaksimalkan keberadaan fasilitas sosial ekonomi serta

    infrastruktur transportasi sebagai syarat penunjang terciptanya suatu pusat pertumbuhan.

    Keberadaan potensi hasil pertanian dan perkebunan yang didukung oleh fasilitas

    sosial ekonomi dapat dijadikan sebagai modal untuk menciptakan pusat pertumbuhan di

    Kabupaten Nunukan, hasil pertanian dan perkebunan tersebut dapat dijadikan leading

    sector dan sektor lain yang berkaitan dengan perkebunan dan pertanian akan timbul

    didaerah sekitarnya jika terjadi peningkatan jumlah permintaan akan hasil perkebunan dan

    pertanian tersebut (trickle down effect). Sektor yang berkaitan dan memungkinkan ada di

    daerah sekitarnya yaitu : sektor tenaga kerja, sektor pengolahan hasil pertanian dan

    perkebunan, sektor perlengkapan pertanian dan perkebunan. Melalui tahap pengolahan

    juga akan membantu meningkatkan harga jual hasil pertanian dan perkebunan.

    Potensi hasil pernanian dan perkebunan itu dilengkapi juga dengan fungsi

    Kabupaten Nunukan berfungsi sebagai PKSN (fungsi pos pemeriksaan), yaitu mejadi

    pintu keluar masuk para pelintas batas dari Nunukan ke Tawao atau sebaliknya, dan PKSN

    yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, dengan pendekatan trickledown effect-nya

    (efek menetes ke bawah), maka kegiatan ekonomi yang terkonsentrasikan pada wilayah

    Kabupaten Nunukan, dengan kelengkapan fasilitas infrastruktur pendukungnya,

  • diharapkan dapat memberikan multiplier effect pada wilayah sekitar Kabupaten Nunukan

    (hinterland).

    E. Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Penerapan strategi pusat pertumbuhan di Kawasan Perbatasan RI dirasakan

    agak sulit, karena terhalang oleh beberapa kendala yang dihadapi di daerah perbatasan.

    Kendala tersebut merupakan suatu prasyarat yang harus dipenuhi oleh suatu wilayah

    untuk menjadi pusat pertumbuhan. Kendala tersebut diantaranya yaitu : keterbatasan

    infrastruktur, kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, serta pengelolaan

    terhadap sektor unggulan (leading sector) masih sangat minim. Hal itu lah yang

    menyebabkan pusat pertumbuhan belum berhasil diterapkan di kawasan perbatasan

    walaupun secara eksplisit diatur dalam RPJMN RI.

    2. Saran

    Untuk menciptakan suatu pusat pertumbuhan baru di kawasab perbatasan,

    hendaknya diatasi dulu hal-hal yang menjadi kendala, terutama dalam hal pengadaan

    infrastruktur yang sangat mempengaruhi tidak hanya aktivitas sosial ekonomi, tapi

    juga menjadi factor penarik pagi para investor untuk berinvestasi di kawasan

    perbatasan. Selain infrastruktur, upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia

    sebagai penunjang terbentuknya pusat pertumbuhan perlu dilakukan, sebagai modal

    pembangunan suatu wilayah juga. Sedangkan untuk sektor ungglan (leading sector)

    dapat ditentukan kemudian sambil memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan

    kualitas sumberdaya manusia, karena mengingat kawasan perbatasan kaya akan

    potensi sumberdaya alam.

    F. Daftar Pustaka

    Bappeda Kabupaten Nunukan. Potensi Kabupaten Nunukan. [online]. Tersedia di :

    http://bappeda.nunukankab.go.id/beranda/index.php/tentang/8-berita/terbaru-

    berita/339-potensi-kabupaten-nunukan.html. [1 Mei 2014].

    Hadi, Suprayoga. (2009). Program Pembangunan Kawasan Perbatasan. BAPPENAS.

    [online]. Tersedia di :

    http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=173. [1 Mei

    2014].

  • Hadi, Suprayoga. (2010). Isu-Isu Strategis Pengelolaan Kawasan Perbatasan. [online].

    Tersedia di : http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/105-september-

    2010/940-isu-isu-strategis-pengelolaan-kawasan-perbatasan.html. [1 Mei 2014].

    Herdiman, Fransiskus Saverius. (2013). BNPP Kembangkan Pusat Pertumbuhan di

    Perbatasan. [online]. Tersedia di : http://www.jurnas.com/news/106853/BNPP-

    Kembangkan-Pusat-Pertumbuhan-di-Perbatasan--2013/1/Nasional/Politik-

    Keamanan#sthash.z39e5QaH.dpuf. [1 Mei 2014].

    Madu, Ludiro, dkk. (2010). Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas.

    Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Mutaali, Luthfi, dkk. (2013). Gagasan Pembangunan Kawasan Perbatasan Darat di

    Bidang Pengelolaan Potensi (Upaya Mewujudkan Blue Print). Yogyakarta :

    Gama Press dan Pusat Kajian Permukiman, Transmigrasi, dan Perbatasan

    (PUSPERTRANTAS).

    Mutaali, Luthfi. (2010). Buku Ajar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta :

    Universitas Gadjah Mada [Tidak Diterbitkan].

    Tarigan, Robinson. (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 tentang Tata Ruang.