STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar...

80
STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN WISATA ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMAPULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh ISKANDAR MUDA E.051050171 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Transcript of STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar...

Page 1: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

STRATEGI PENGELOLAAN

TAMAN WISATA ALAM LEMBAH HARAU

KABUPATEN LIMAPULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh

ISKANDAR MUDAE.051050171

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DANSUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Pengelolaan Taman

Wisata Alam Lembah Harau Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2010

ISKANDAR MUDA

NRP E051050171

Page 3: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

ABSTRACT

ISKANDAR MUDA. Natural Park Management Strategy Harau Valleyregency of West Sumatra Province. Supervised by SAMBAS BASUNI andDODIK RIDHO NURROCHMAT.

TWA Harau Valley is one of the tourist potential in the District Harauregency of West Sumatra Province. TWA was determined based on the ValleyHarau Minister of Agriculture Decree No. 478/Kpts/Um/8/1979 Date August 2,1979 with an area of 27.5 hectares, which has changed the status from NatureReserve to Natural Park (MoF 2008).

This research aims to develop management direction TWA Harau Valleysustainable in terms of knowledge about the value of direct benefits that can befelt by communities around the region and for the region. While the specificobjectives of this research is to: identify problems in the management of TWAHarau Valley, describing the perceptions of local government/managers,communities around the region, NGOs, private sectors, universities, and visitorsto the preservation of the TWA Harau Valley, to analyze costs and benefits ofTWA Harau Valley management and formulate the development strategy ofsustainable TWA Harau Valley and sustainable in the regency.Sampling techniques performed intentionally (purposive sampling) with a snowball method, with consideration that the respondent is residing in communitiesaround the region and actors (individuals or institutions) that influence policymakers, either directly or indirectly in the management of TWA as well. Directobservation of the object of research in the field is how to get a picture of theTWA Harau Valley conditions. In order to analyze the policy ofstrategy/management is using SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity,Threat) and analysis of AHP (Analytical Hierarchy Process) by using the softwareExpert Choice 2000 and to analyze the financial feasibility is using the calculationof net present value (Net Present Value), the net cost benefit ratio (Net Benefitand Cost Ratio/NBCR), and internal rate of return (Internal Rate of Return / IRR).

Based on the research in the field there are four results that can be used,TWA management issues comes from two things. Issues from outside the area arerampant destruction by the community areas around the area by reason ofeconomic motives. A problem of the region is not optimal due to lack of financialresources management. In order to avoid overlapping in the implementation ofrights and obligations, there must be collaboration among stakeholders to createclear rules in the management, and Financial analysis on interest rate 14%,indicating exploitation of TWA has not been financially feasible, although theNPV and BCR = 1.598.644.867 = 2,062 but IRR = 11% and The best strategy inTWA management is SO (strength - opportunity) strategy by the way: theconstruction of supporting facilities and infrastructure, maintaining andoptimizing the use of TWA as well as the promotion of the beauty of the TWAHarau Valley

Keywords: TWA Harau Valley, Management Strategy.

Page 4: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

RINGKASAN

ISKANDAR MUDA. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam LembahHarau Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Dibimbing olehSAMBAS BASUNI dan DODIK RIDHO NURROCHMAT.

Sektor kehutanan pada era desentralisasi serta implementasi paradigma

pengelolaan hutan berbasis masyarakat, memunculkan dilema baru bagi

pengelolaan kawasan konservasi di daerah. Tuntutan masyarakat terhadap

kawasan hutan sebagai lahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mengakibatkan

kegiatan pemanfaatan sumber daya di dalam kawasan semakin tidak terkendali.

Kawasan hutan konservasi yang sering dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia

salah satunya adalah Taman Wisata Alam (TWA).

Indonesia memiliki 122 (104 di darat dan 18 di laut) lokasi TWA dan

empat diantaranya berada di Sumatera Barat (Dephut 2008). Empat lokasi TWA

yang ada di Sumatera Barat, salah satunya adalah TWA Lembah Harau, yang

merupakan salah satu potensi wisata di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh

Kota Provinsi Sumatera Barat. TWA Lembah Harau ini ditetapkan berdasarkan

SK Mentan No. 478/Kpts/Um/8/1979 Tanggal 2 Agustus 1979 dengan luas 27,5

Ha, dimana telah berubah status dari Cagar Alam menjadi Taman Wisata Alam

(Dephut 2008).

Untuk menanggulangi kerusakan fisik habitat dan sumber daya alam dari

praktik pemanfaatan yang cenderung tidak terkendali, serta tetap terpeliharanya

keberadaan dan kelestarian ekosistem dengan segenap fungsi utama kawasan,

maka sangat diperlukan langkah-langkah strategis pengelolaan TWA Lembah

Harau secara lebih terencana dan terpadu agar kepentingan antar sektor maupun

antar pengguna (user/stakeholders) dapat terakomodasi terutama mencakup aspek

perlindungan fungsi ekologis, aspek pemanfaatan terbatas dengan nilai ekonomi

optimal, serta pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat. Oleh karena itu,

diperlukan suatu penelitian yang dapat memberikan solusi dalam pengelolaan

TWA Lembah Harau.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun arahan pengelolaan

TWA Lembah Harau yang berkelanjutan dilihat dari nilai manfaat langsung yang

dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan maupun bagi daerah. Sedangkan

Page 5: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: mengidentifikasi permasalahan

dalam pengelolaan TWA Lembah Harau, mendeskripsikan persepsi stakeholder

terhadap pelestarian TWA Lembah Harau, menganalisa kelayakan finansial

pegelolaan TWA Lembah Harau dan merumuskan strategi pengembangan TWA

Lembah Harau yang lestari dan berkelanjutan di Kabupaten Limapuluh Kota.

Teknik pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (purposive

sampling) dengan metode snowball dengan memperhatikan prinsip keterwakilan

sesuai dengan tujuan penelitian. Responden adalah masyarakat yang berada di

sekitar kawasan TWA dan pelaku (individu atau lembaga) yang mempengaruhi

pengambil kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan

TWA serta pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian di lapangan

untuk mendapatkan gambaran kondisi TWA Lembah Harau. Untuk menganalisis

strategi pengelolaan dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,

Threat), serta analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan menggunakan

software Expert Choice 2000. Sedangkan untuk menganalisis ukuran kelayakan

finansial digunakan perhitungan nilai bersih sekarang (Net Present Value), rasio

manfaat biaya bersih (Net Benefit and Cost Ratio/NBCR), dan tingkat

pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa permasalahan

dalam pengelolaan TWA Lembah Harau berasal dari dua hal yaitu: faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah maraknya pengrusakan

kawasan oleh masyarakat sekitar kawasan dengan alasan motif ekonomi. Faktor

internal adalah belum optimalnya pengelolaan karena kurangnya sumber dana.

Berdasarkan analisis persepsi terhadap pengelolaan TWA Lembah Harau terlihat

bahwa para pihak (stakeholder), dalam hal ini adalah pemerintah daerah dan

pengelola, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pihak swasta,

perguruan tinggi dan pengunjung, mengharapkan adanya perbaikan pengelolaan

TWA Lembah Harau untuk masa yang akan datang. Beberapa saran perbaikan

berdasarkan persepsi stakeholder antara lain adalah adanya kolaborasi antar

semua stakeholder, adanya aturan yang jelas dalam pengelolaan dan tidak adanya

tumpang tindih dalam hak dan kewajiban.

Page 6: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Hasil analisis finansial pada tingkat suku bunga 14 %, menunjukkan

pengusahaan TWA belum layak secara finansial, walaupun nilai NPV =

1.598.644.867 dan BCR = 2.062 namun IRR = 11%. Dari hasil ini dapat diketahui

bahwa NPV dan BCR sudah mencukupi sedangkan dari nilai IRR masih belum

layak jika dilakukan investasi di kawasan ini karena tingkat pengembalian

investasi masih di bawah tingkat suku bunga bank. Berdasarkan hasil analisis

SWOT strategi pengelolaan TWA Lembah Harau yang paling tepat adalah strategi

SO (strength-opportunity) yaitu dengan cara: melakukan pembangunan sarana dan

prasarana pendukung, melakukan pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan

TWA serta melakukan promosi mengenai keindahan TWA Lembah Harau.

Page 7: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 8: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN WISATA ALAMLEMBAH HARAU KABUPATEN LIMAPULUH KOTA

PROVINSI SUMATERA BARAT

ISKANDAR MUDA

TesisSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains padaProgram Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2010

Page 9: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104
Page 10: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat

dan salam penuliskan kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri

tauladan yang baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada

bulan Desember 2008 sampai Desember 2009 ini adalah Strategi Pengelolaan

Taman Wisata Alam Lembah Harau Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi

Sumatera Barat.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih atas semua bantuan dan do’a,

dukungan, semangat, arahan dan bimbingan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc selaku anggota komisi

pembimbing atas arahan, bimbingan dan saran yang diberikan dengan

penuh kesabaran mulai dari penulisan proposal hingga penulisan tesis ini

selesai.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Kehutanan beserta staf pengajar dan

karyawan.

3. Dekan dan Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta seluruh staf

yang banyak membantu selama saya mengikuti kuliah di Program

Pascasarjana IPB.

4. Bapak Bupati Kabupaten Limapuluh Kota beserta seluruh staf yang terkait

dalam penelitian ini.

5. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota beserta seluruh staf

atas bantuannya dalam memberikan data yang dibutuhkan dan mendukung

terlaksananya penelitian ini.

6. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Limapuluh Kota beserta staf atas

bantuannya selama penulis melakukan pengambilan data.

7. Camat Harau beserta staf, Wali Nagari Tarantang beserta seluruh warga

yang membantu penulis selama berada di lokasi penelitian.

8. Orang tua yang penulis cintai, Bapak H. Zulfan Efendi dan Ibu Hj. Kemala

Presti serta adik-adik tercinta dr.Tridia Emilda, Rindayani, Iroito Nazomi dan

Gemala Fatma, tak lupa juga buat dua ponakanku Haikal dan Ratu yang

telah memberikan doa, semangat, bantuan moril dan materil demi

penyelesaian pendidikan S2 ini.

Page 11: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

9. Teman-teman di Program Studi IPK 2005: Mas Anto, Bang Rafik, Mba Eva,

Mba Resti, Mba Muly, Mba Melly, Mas Yatap, Mas Arif, Erny Eva, Aah dan

lain-lain.

10. Teman-teman di IPB: Pini Wijayanti, SP. M.Si, M.Yazid,SP, Mas Agung, Mas

Yano, Mba Ratih dan lain-lain

11. Khusus untuk Nana dan keluarga atas doa, semangat dan bantuannya

dalam penyelesaian studi ini.

Page 12: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat pada

tanggal 31 Desember 1980 sebagai putra pertama dari lima bersaudara dari

pasangan Bapak H. Zulfan Efendi dan Ibu Hj. Kemala Presti. Pendidikan dasar

sampai menengah atas diselesaikan di Payakumbuh. Pada tahun 1999 penulis

lulus dari SMU 2 Payakumbuh dan pada tahun yang sama diterima sebagai

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat pada Fakultas

Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan, lulus pada tahun 2004.

Setelah lulus S1, penulis bekerja sebagai tim penilai independen proyek

GNRHL di berbagai tempat di Sumatera Barat, selama 6 bulan. Selanjutnya pada

tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana IPB

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan.

Page 13: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

DAFTAR ISIHalaman

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

Latar Belakang ............................................................................................ 1

Perumusan Masalah ..................................................................................... 3

Tujuan ......................................................................................................... 4

Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

Kerangka Pemikiran .................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6

Taman Wisata Alam .................................................................................... 6

Penilaian Sumberdaya Hutan ....................................................................... 8

Persepsi ....................................................................................................... 8

Ketergantungan Masyarakat Sekitar terhadap Sumberdaya Hutan ................ 9

Otonomi Daerah .......................................................................................... 9

Analisis SWOT ............................................................................................ 11

Proses Hirarki Analisis (AHP) ..................................................................... 14

Pengusahaan Pariwisata Alam ..................................................................... 19

Analisis kelayakan investasi ........................................................................ 19

METODE PENELITIAN .................................................................................. 21

Lokasi dan Waktu penelitian ............................................................................. 21

Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 21

Cara Penentuan Responden ................................................................................ 22

Metode Analisis ................................................................................................. 23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................... 30

Sejarah Kawasan ............................................................................................... 30

Page 14: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Status TWA Lembah Harau ............................................................................... 31

Letak dan Luas ............................................................................................ 31

Keadaan Fisik Lapangan .............................................................................. 32

Keanekaragaman Flora dan Fauna ............................................................... 33

Objek-objek wisata di TWA Lembah Harau ................................................ 34

Pengelolaan TWA Lembah Harau ................................................................ 35

Fasilitas Rekreasi ......................................................................................... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 37

Identifikasi Permasalahan Pengelolaan ........................................................ 37

Persepsi Stakeholder .................................................................................... 42

Analisis Biaya dan Manfaat Pengusahaan .................................................... 48

Strategi Pengelolaan TWA ........................................................................... 54

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

LAMPIRAN....................................................................................................... 72

Page 15: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis dan sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian................. 21

2. Jenis dan sumber data skunder yang diperlukan dalam penelitian .............. 22

3. Jumlah penduduk dan kepadatannya di Kecamatan Harau ......................... 38

4. Kependudukan berdasarkan jenis kelamin ................................................. 38

5. Kependudukan berdasarkan pendidikan .................................................... 39

6. Kependudukan berdasarkan profesi ........................................................... 39

7. Biaya pembangunan .................................................................................. 49

8. Biaya investasi lanjutan ............................................................................ 50

9. Biaya rutin pengelolaan TWA ................................................................... 51

10. Jumlah kunjungan wisata tahun 2008 ........................................................ 52

11. Pendapatan dalam pengelolaan TWA ........................................................ 53

12. Evaluasi variabel internal kekuatan .......................................................... 54

13. Evaluasi variabel internal kelemahan ........................................................ 58

14. Evaluasi variabel eksternal peluang ........................................................... 62

15. Evaluasi variabel eksternal ancaman ......................................................... 63

Page 16: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran .................................................................................. 5

2. Proses pengambilan keputusan strategis .................................................... 12

3. Diagram SWOT ........................................................................................ 13

4. Matrik SWOT ........................................................................................... 28

5. Lingkaran permasalahan ............................................................................ 39

6. Monumen peninggalan Belanda ................................................................ 56

7. Kondisi jalan menuju TWA ...................................................................... 57

8. Kondisi dalam kawasan TWA .................................................................. 59

9. Kantor penjualan tiket masuk TWA .......................................................... 61

10. Diagram SWOT strategi pengembangan TWA .......................................... 65

11. Diagram analisis matrik SWOT ................................................................ 67

Page 17: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis finansial ....................................................................................... 72

2. Peta kawasan konservasi Sumatera Barat .................................................. 74

3. Peta kawasan CA dan TWA Lembah Harau .............................................. 75

4. Hasil pembobotan faktor internal kekuatan dengan metode AHP .............. 76

5. Hasil pembobotan faktor internal kelemahan dengan metode AHP ............ 76

6. Hasil pembobotan faktor eksternal peluang dengan metode AHP .............. 77

7. Hasil pembobotan faktor eksternal ancaman dengan metode AHP ............ 77

Page 18: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia berpeluang besar mengembangkan potensi wisata alam. Hal ini

dapat dilihat dari potensi wisata alam yang dimilikinya seperti: (1) Alamnya yang

indah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, (2) Sumber daya manusia yang

bisa dikembangkan, (3) Seni budaya yang beranekaragam, (4) Letak geografis

yang strategis, (5) Kondisi iklim yang relatif baik sepanjang tahun untuk kegiatan

wisata. Kelima potensi tersebut merupakan modal yang dapat memberikan

sumbangan besar pada pembangunan ekonomi lokal, regional dan terciptanya

lapangan kerja melalui pengembangan industri pariwisata.

Perkembangan dalam industri pariwisata yang berbasis alam (natural

tourism) saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Menurut World Tourism

Organization (WTO 1995), pertumbuhan per tahun untuk wisata umum (general

international travel) hanya 5%, sedangkan wisata alam 30%. Di Indonesia

pengembangan Wisata Alam lebih banyak berkembang pada Kawasan Pelestarian

Alam.

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 pasal 31 tentang Kawasan Pelestarian

Alam disebutkan bahwa di dalam kawasan pelestarian alam (Taman Nasional,

Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam) dapat dilakukan kegiatan untuk

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

budaya dan wisata. Kawasan Taman Wisata Alam merupakan salah satu kawasan

pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

pariwisata dan rekreasi alam.

Indonesia memiliki 122 (104 di darat dan 18 di laut) lokasi TWA dan

empat diantaranya berada di Sumatera Barat (Dephut 2008). Empat lokasi TWA

yang ada di Sumatera Barat, salah satunya adalah TWA Lembah Harau, yang

merupakan salah satu potensi wisata di Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh

Kota Provinsi Sumatera Barat. TWA Lembah Harau ini ditetapkan berdasarkan

SK Mentan No. 478/Kpts/Um/8/1979 Tanggal 2 Agustus 1979 dengan luas 27,5

Ha. Lokasinya merupakan bagian dari CA Lembah Harau yang diubah statusnya

menjadi Taman Wisata Alam (Dephut 2008).

Page 19: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

2

Potensi wisata di TWA Lembah Harau berupa keindahan alam dan

berbagai jenis flora dan fauna dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.

Keindahan alam yang dapat dinikmati antara lain: air terjun, tempat olahraga

panjat tebing, dan pemandangan alam. Vegetasi yang mendominasi kawasan

TWA Lembah Harau merupakan tipe vegetasi primer hutan hujan tropis

pegunungan dan jenis pohon penyusun vegetasi tersebut didominasi antara lain

oleh famili Medang-Medangan (Lauraceae), Jambu Hutan (Myrtaceae), Melinjo

(Gurtacae), Manggis (Guttiferae) dan Meranti (Dipterocarpaceae). Disamping itu

juga masih terdapat fauna yang dapat dijumpai di TWA Lembah Harau antara lain:

Kambing Hutan (Nemorchaedus atau Capricornis sumatrensis), Harimau

Sumatera (Pantera tigris sumatrensis), Siamang (Hylobates syndactylus), Rusa

(Cervus timorensis), Tapir (Tapirus indicus) dan Burung Kuau (Argusia nusargus)

(Dephut 2008). Adanya hewan buas seperti Harimau Sumatera tidaklah berbahaya

dalam pengelolaan, karena hewan ini berada di atas tebing lembah dan hutan yang

berbatasan dengan kawasan CA Lembah Harau. Dengan keberadaan hewan buas

di kawasan ini, pengelola bisa juga mengembangkan obyek wisata minat khusus

pengamatan Harimau Sumatera. Selain itu TWA Lembah Harau juga dilintasi oleh

jalan provinsi sehingga akses menuju TWA tersebut lebih mudah.

Kawasan TWA Lembah Harau merupakan salah satu tempat yang

berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terutama dalam kaitannya dengan

usaha pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan devisa negara dari

sektor non migas, maka peranan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor

penting dalam mendukung kebijakan tersebut. Sektor pariwisata menjadi bagian

penting dalam menghasilkan devisa negara. Berdasarkan statistik kunjungan

wisatawan, pada tahun 2007 diperoleh devisa dari kunjungan wisatawan

mancanegara sebesar US $ 5.345.980.000 sedangkan total devisa negara pada

tahun 2007 adalah sebesar US $ 56.900.000.000. Dengan kedatangan wisatawan

mancanegara telah menyumbang devisa sebesar 9.4% dari total devisa negara

pada tahun 2007 (BPS 2007). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola

Lembah Harau selama tahun 2007 terjadi juga peningkatan pendapatan di TWA

Page 20: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

3

Lembah Harau. Halini dapat dilihat dari target pemasukan Rp 95.000.000,-

diperoleh pemasukan sebesar Rp 134.000.000,-.

Namun demikian, dalam menyokong kebijakan peningkatan PAD dari

sektor pariwisata perlu dilakukan penelitian terhadap strategi pengelolaan yang

diterapkan di TWA Lembah Harau, guna mendukung pengelolaan yang tepat. Di

sisi lain, pengambil kebijakan (pemerintah daerah) pada umumnya membuat

alokasi sumber daya berdasarkan pada keuntungan ekonomi jangka pendek. Oleh

karena itu, dalam upaya meyakinkan pengambil kebijakan, maka perlu adanya

argumen yang kuat tentang sumbangan kawasan pelestarian alam terhadap

ekonomi daerahnya (McNeely 1992).

Implementasi otonomi daerah dan paradigma pengelolaan hutan berbasis

masyarakat, memunculkan dilema baru bagi pengelolaan kawasan konservasi di

daerah. Tekanan terhadap kawasan hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup

masyarakat mengakibatkan kegiatan pemanfaatan sumber daya di dalam kawasan

semakin tidak terkendali.

Untuk menanggulangi kerusakan fisik habitat dan sumber daya alam dari

praktik pemanfaatan yang cenderung tidak terkendali, serta tetap terpeliharanya

keberadaan dan kelestarian ekosistem dengan segenap fungsi utama kawasan,

maka sangat diperlukan langkah-langkah strategi pengelolaan TWA Lembah

Harau secara lebih terencana dan terpadu. Hal ini perlu dilakukan agar berbagai

kepentingan antar sektor maupun antar pengguna (user/stakeholders) dapat

terakomodasi, terutama mencakup aspek perlindungan fungsi ekologis, aspek

pemanfaatan terbatas dengan nilai ekonomi optimal, serta pemberdayaan dan

pelibatan masyarakat setempat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang Strategi Pengelolaan

Taman Wisata Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi

Sumatera Barat sangat relevan untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Terdapat berbagai aktivitas masyarakat yang mengancam keberadaan

TWA Lembah Harau, antara lain: perluasan lahan pertanian, pemanfaatan flora

dan fauna, dan penebangan liar. Hal ini merupakan indikasi bahwa potensi wisata

di TWA Lembah Harau juga terancam.

Page 21: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

4

Usaha perlindungan suatu sumber daya alam seringkali terganjal oleh

dinamika masyarakat yang berada di sekitar sumber daya tersebut, dimana

terdapat kecenderungan bahwa dinamika tersebut memerlukan ruang untuk

dimanfaatkan dalam proses pengembangan dan peningkatan kualitas hidup.

Akibatnya, terjadi benturan antara kepentingan masyarakat yang menginginkan

adanya penghidupan yang layak dan kepentingan pemerintah yang menginginkan

lingkungan tetap lestari.

Dari uraian tersebut di atas, maka timbul beberapa pertanyaan:

1. Apa sesungguhnya yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan TWA

Lembah Harau ?

2. Bagaimana persepsi stakeholder terhadap pengelolaan TWA Lembah Harau ?

3. Bagaimana kemanfaatan finansial dari pengelolaan TWA Lembah Harau ?

4. Bagaimanakah strategi pengelolaan TWA Lembah Harau yang tepat untuk

meningkatkan pendapatan daerah secara berkelanjutan ?

Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menyusun arahan pengelolaan

Taman Wisata Alam Lembah Harau (TWA Lembah Harau) yang berkelanjutan

berdasarkan pengetahuan tentang nilai manfaat langsung yang dapat dirasakan

oleh masyarakat sekitar kawasan maupun bagi daerah. Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi permasalahan pengelolaan TWA Lembah Harau.

2. Mendeskripsikan persepsi stakeholder terhadap pengelolaan TWA Lembah

Harau.

3. Menganalisa kelayakan finansial pengusahaan TWA Lembah Harau.

4. Merumuskan strategi pengelolaan TWA Lembah Harau yang lestari dan

berkelanjutan di Kabupaten Limapuluh Kota.

Manfaat Penelitian

Rumusan arahan pengelolaan TWA Lembah Harau yang didasarkan atas

hasil penelitian ini diharapkan :

1. Memberikan bahan masukan kepada pemerintah daerah Kabupaten Limapuluh

Kota tentang pengelolaan TWA Lembah Harau.

Page 22: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

5

2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang nilai penting TWA

Lembah Harau.

3. Bagi dunia pendidikan, sebagai referensi dan informasi dalam merencanakan

penelitian lebih lanjut.

Bagan Alir Penelitian

Bagan alir pemikiran, yang secara diagramatis menggambarkan hubungan

antara latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, serta metode analisis

yang digunakan disajikan pada Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1 Bagan alir pemikiran penelitian.

Masyarakat

Sekitar KawasanPengelola

IdentifikasiKepentingan

Sikap dan Presepsi

DukunganPolitis

PengunjungPemerintah

KeinginanRencana

Pengusahaan

Swasta PerguruanTinggi

LSM

TWA LEMBAH HARAU

Analisis Strategi

(SWOT)

Arahan Strategi Pengelolaan TWALembah Harau

IdentifikasiVariabel SWOT

Rumusan Strategis

Pengelolaan (AHP)

Analisis

Finansial

Page 23: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data sekunder dilakukan melalui penelusuran literatur yang

dimulai sejak bulan Desember 2007, sedangkan pengambilan data lapangan

dilaksanakan selama 1 bulan mulai dari bulan November 2008 sampai akhir

Desember 2008. Lokasi penelitian bertempat di kawasan Taman Wisata Alam

Lembah Harau (TWA Lembah Harau) Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi

Sumatera Barat dan masyarakat sekitar kawasan.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari para pelaku pengambil

keputusan (stakeholder) melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan

berpedoman pada point-point pertanyaan (interview guidance) yang telah

disediakan sebelumnya. Lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian

No Jenis Data Keterangan(Sumber Informasi)

12

3

4

5

Kondisi Fisik/Gambaran Umum KawasanKarakteristik Permasalahan TWA bagiMasyarakatKebijakan Pengelolaan Kawasan TWA

Pendapat Strategi Pengelolaan TWA yangTepat

Persepsi Pengunjung dan Pengelola

Observasi LapanganMasyarakat di Kawasan

Pengelola TWA (DinasPariwisata)BAPPEDA, BAPEDALDA,Dishut Sumbar, DinasPariwisata, LSM, PemukaMasyarakat, DPRD, PerguruanTinggiPengunjung dan Pengelola

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelusuran

laporan atau dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan

data pendukung lainya mengenai Taman Wisata Alam Lembah Harau serta

pustaka yang relevan dengan penelitian, seperti dari Lembaga Swadaya

Masyarakat, Kantor Desa/Camat di wilayah studi, BKSDH propinsi dan Dinas

Page 24: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

22

Kehutanan, Bappeda dan Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota, untuk

pihak universitas dipilih Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang

merupakan perguruan tinggi satu-satunya yang memiliki Fakultas Kehutanan di

Sumatera Barat. Pada Tabel 2 disajikan secara rinci jenis dan sumber data yang

diperlukan dalam penelitian.

Tabel 2. Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

No Jenis Data Sumber Data12

345

678

9

10

Sejarah Kawasan TWAPeta Administrasi dan Penggunaan Lahandalam KawasanPerda-Perda Mengenai TWAData Kebijakan Pengelolaan TWAPendapatan Asli Daerah

Monografi Kecamatan/DesaKeadaan Sosial Ekonomi PendudukPermasalahan dan Kasus-Kasus yang Terjadidi TWALaporan Tahunan, Rencana Pengelolaan,Rencana Anggaran dan Biaya dan RencanaStrategisData Penunjang Lainnya

Dinas Kehutanan/PariwisataDinas Kehutanan/Bappeda

Dinas Kehutanan/BappedaDinas Kehutanan/BappedaDispenda Kab. LimapuluhKotaKantor Desa/CamatKantor Desa/CamatDinas Kehutanan (BKSDA)/Dinas PariwisataDinas Kehutanan/DinasPariwisata

Dinas/Kantor Terkait

Cara Penentuan Responden

Teknik pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (purposive sampling)

dengan metode snowball dengan memperhatikan prinsip keterwakilan sesuai

dengan tujuan penelitian. Responden adalah masyarakat yang berada di sekitar

kawasan dan pelaku (individu atau lembaga) yang mempengaruhi pengambil

kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan TWA serta

pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian di lapangan untuk

mendapatkan gambaran kondisi TWA Lembah Harau

Responden terdiri dari para stakeholder yaitu pejabat atau staf yang

menguasai permasalahan yang berasal dari beberapa instansi/lembaga, antara lain

BAPPEDA Kabupaten Limapuluh Kota, Kantor Dinas Kehutanan atau BKSDA

Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota, Perguruan

Tinggi (Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat) Lembaga Swadaya

Page 25: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

23

Masyarakat (LSM) dan Tokoh Masyarakat. Dari pengunjung diambil data tentang

sikap dan persepsi berupa keinginan.

Metode Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian, analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat), serta

analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan menggunakan software

Expert Choice 2000.

Analisis Deskriptif

Menurut Whitney dalam Nazir (2003) metode deskriptif adalah pencarian

fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat, atau suatu metode yang digunakan

dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Penelitian dengan

metode deskriptif bertujuan untuk mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, tata cara yang berlaku pada masyarakat dalam situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-

pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh

dari suatu fenomena. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan membuat gambaran

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Analisis Kelayakan Investasi

Tujuan analisis kelayakan investasi adalah untuk memperbaiki penilaian

investasi agar dapat menentukan hasil dan memilih diantara berbagai alternatif

dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang diharapkan (Husein 1999). Cara

yang paling banyak diterima untuk menilai suatu proyek jangka panjang seperti

pada taman wisata alam adalah “discounted cashflow analysis” atau analisis DCF

(Gittinger 1986). Analisis DCF menilai harga suatu proyek dengan

memperhitungkan waktu kejadian (timing) dan besarnya “cashflow” diartikan

sebagai arus pembayaran tunai kepada atau oleh suatu usaha. Biaya dipandang

sebagai cashflow negatif atau arus pengeluaran (outflow) sedangkan manfaat yang

Page 26: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

24

dihasilkan sebagai cashflow positif atau arus penerimaan (inflow). Satu asumsi

kunci dalam hal ini adalah uang yang berada ditangan sekarang ini lebih berharga

dari jumlah uang yang sama dimasa yang akan datang. Nilai uang di masa

mendatang dan proses perhitungannya dinamakan pemajemukan (compounding),

sedangkan hal kebalikannya disebut “discounting” .

Pada hakikatnya dilaksanakan atau tidaknya proyek tersebut ditentukan

oleh pemilik proyek itu sendiri, sebagai pengambil keputusan. Evaluasi proyek

yang dilakukan hanyalah merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan untuk pelaksanaan suatu proyek.

Menurut Gittinger (1986), alat analisis yang digunakan untuk mencari

ukuran kelayakan finansial tersebut yang akan diteliti adalah nilai bersih sekarang

(Net Present Value), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit and Cost

Ratio/NBCR), dan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR).

Net Present Value (NPV)

Kriteria NPV ini digunakan untuk menilai manfaat investasi yang

merupakan jumlah nilai manfaat bersih dan dinyatakan dalam rupiah. Rumus

persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

NPV =

n

tti

CtBt

0 )1(

keterangan :

Bt = Manfaat pengusahaan TWA pada tahun t

Ct = Biaya setiap pola investasi pengusahaan TWA pada tahun t

termasuk pengeluaran (investasi, biaya rutin pemeliharaan dan

lain-lain)

n = Umur ekonomis dari pada proyek

i = Discount rate

t = Periode

Bila NPV > 0 berarti investasi dinyatakan menguntungkan dan proyek

tersebut layak dikembangkan, sedangkan apabila NPV < 0 maka investasi

dinyatakan tidak menguntungkan yang berarti proyek tersebut tidak layak untuk

dikembangkan. Pada keadaan NPV = 0, maka investasi pada proyek tersebut

Page 27: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

25

hanya mengembalikan manfaat yang posisi sama dengan tingkat social

opportunity cost of capital.

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Kriteria ini merupakan perbandingan dimana sebagai pembilang terdiri

atas nilai total dari manfaat bersih yang bersifat positif, sedangkan sebagai

penyebut terdiri atas present value total yang bernilai negatif atau pada keadaan

biaya kotor lebih besar dari manfaat kotor. Jika Net B/C ≥ 1 maka proyek

dikatakan layak dikembangkan, sedangkan Net B/C < 1 maka proyek dikatakan

tidak layak dikembangkan. Persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Net B/C =)0(

)0(

)1(

)1(0

CtBt

CtBt

i

BtCt

i

CtBt

t

n

tt

Internal Rate of Return (IRR)

IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih

dalam suatu proyek pengembangan Taman Wisata Alam (TWA). Setiap benefit

bersih yang diwujudkan secara otomotis ditanam kembali dalam tahun

berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang diberi bunga selama sisa

umur proyek. Dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

IRR = I1 +21

121 )(

NPVNPV

iiNPV

Proyek dikatakan layak dikembangkan, bila IRR > dari tingkat bunga

berlaku. Bila IRR ternyata sama dengan tingkat bunga yang berlaku, maka NPV

dari proyek tersebut sama dengan nol. Jika IRR < dari tingkat bunga yang

berlaku, maka berarti bahwa nilai NPV < 0, berarti proyek tidak layak

dikembangkan.

Page 28: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

26

Analisis Sensitivitas

Salah satu keuntungan dari analisis proyek yang dilakukan secara cermat

adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal di luar

perencanaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas, yaitu meneliti

kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi

akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Hal ini bertujuan untuk

melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada sesuatu

kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit

(Kadariah et al 1978).

Layak atau tidaknya suatu proyek sangat ditentukan oleh nilai kriteria

investasinya yaitu NPV, ratio B/C dan IRR. Nilai ketiga kriteria tersebut sangat

dipengaruhi oleh besarnya manfaat berupa penerimaan dan biaya yang

dikeluarkan. Perubahan pada penerimaan dan biaya secara otomotis akan

mengubah nilai-nilai kriteria investasi. Analisis sensitivitas dilakukan untuk

melihat kelayakan proyek apabila terjadi perubahan pada penerimaan dan biaya.

Analisis Arahan Srategi Pengelolaan

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks

dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hirarki.

Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara

subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan

variabel yang lain. Dengan berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesis

untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk

mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin 2004).

Secara umum langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada

tingkatan kriteria yang paling bawah

Tahapan dalam melakukan analisis data AHP menurut Saaty (1993)

dikemukakan sebagai berikut:

Page 29: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

27

A= (aij) =

1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan

menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara

mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para responden yang memahami

permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan

yang dihadapi.

2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada

tingkatan kriteria paling bawah.

3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen

terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Teknik

perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan

judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key

person. Mereka dapat terdiri atas : 1) pengambil keputusan; 2) para pakar;

serta 3) orang yang dapat terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.

4. Matrik pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut:

C1 C2 ........... Cn

C1

C2

............

Cn

1

1/a12

.

1/a1n

a12

1

.

1/a2n

...........

...........

...........

...........

a1n

a2n

.

1

Dalam hal ini C1,C2,..........Cn adalah set elemen pada suatu tingkat dalam

hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan

membentuk matrik n x n. Nilai aij merupakan nilai matrikspendapat hasil

perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.

5. Matrik pendapat gabungan, merupakan matriks yang elemen-elemennya

berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat individu yang nilai

rasio inkonsistensinya memenuhi syarat.

6. Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi

jawaban responden.

Page 30: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

28

7. Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan

tertentu terdapat sasaran utama.

Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat

cukup tinggi (>0,1). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar,

sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat

terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

Dalam AHP diperlukan skala angka Saaty mulai dari 1, yang

menggambarkan atribut yang satu terhadap yang lain sama pentingnya. Untuk

atribut yang sama selalu bernilai 1 sampai 9, yang menggambarkan satu atribut

sangat penting terhadap atribut lainnya. Jika hasil perhitungan tersebut

menunjukkan nilai CR < 0,10 artinya penilaian pada pengisian kuisioner

tergolong konsisten.

Selajutnya untuk menentukan strategi yang akan dilakukan dengan

memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yaitu kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman digunakan analisis SWOT dengan mengelompokkan faktor-

faktor internal maupun eksternal yang ada dengan menggunakan matriks SWOT

seperti yang terlihat pada gambar 4 berikut.

IFA/EFA Strenghts (S) Weakness (W)

Opportunities (O) Strategi SO

Menciptakan strategi yangmenggunakan kekuatanuntuk memanfaatkanpeluang.

Berada pada kuadran I

Strategi WO

Menciptakan strategi yangmenimalkan kelemahanuntuk memanfaatkanpeluang.

Berada pada Kuadran III

Threats (T) Strategi ST

Menciptakan strategi yangmenggunakan kekuatanuntuk membatasi ancaman .

Berada pada kuadran II

Strategi WT

Menciptakan starategi yangmeminimalkan kelemahandan menghindari ancaman.

Berada pada kuadran IV

Gambar 4 Matrik IFA/EFA dalam Analisis SWOT.

Arahan strategi pengelolaan TWA Lembah Harau dibuat berdasarkan hasil

analisis SWOT dan AHP. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Page 31: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

29

1. Menyusun matrik faktor-faktor strategis eksternal (EFAS = eksternal strategic

factors analisys summary), dan faktor-faktor strategis internal (IFAS =

internal strategic factors analisis summary) dari status penguasaan kawasan

TWA Lembah Harau, kemudian mengidentifikasi variabel-variabel eksternal

berupa peluang dan ancaman serta variabel-variabel internal berupa kekuatan

dan kelemahan.

2. Menentukan bobot dan rating dari masing-masing variabel faktor eksternal

dan internal melalui pengumpulan pendapat responden dengan mengunakan

AHP dan Skala Likert.

3. Besarnya nilai pengaruh masing variabel eksternal dan internal ditentukan

dengan mengalikan bobot dan rating dari masing-masing variabel tersebut.

4. Berdasarkan hasil pada poin (3) kemudian disusun diagram dan matrik SWOT

untuk menentukan arahan strategis pengelolaan TWA Lembah Harau di

Kabupaten Limapuluh Kota.

Page 32: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Kawasan Wisata

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Pemerintahaan Hindia Belanda

No. 15 tertanggal 10 Januari 1933, Lembah Harau ditetapkan statusnya sebagai

Cagar Alam. Pada tahun 1926 Belanda telah memanfaatkan sebagian kawasan

Lembah Harau sebagai Taman Wisata. Hal ini dapat terbukti dengan adanya bekas

kupel dan monumen di dekat air terjun Sarasah Bunta. Pada monumen tersebut

tertulis "Dilarang memotong kayu dan bunga-bunga di sekeliling Sarasah ini", dan

diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1926. Bekas jembatan dan jalan menuju

Sarasah Bunta dan jalan menuju Akar Berayun yang sekarang telah diperbaiki

merupakan peninggalan jaman Belanda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi Taman

Wisata Lembah Harau, pada waktu itu juga terdapat jalan-jalan setapak yang

menuju kupel dan merupakan jalan berbatu kerikil warna putih yang banyak

terdapat di sungai-sungai kecil pada lokasi tersebut. Sedangkan kupel yang

terdapat di Sarasah Bunta tinggal bekasnya. Dahulu dibangun dengan bentuk segi

empat dan beratap yang pada setiap sudutnya terdapat patung kepala Harimau.

Jalan yang menuju lokasi Sarasah Bunta pada jaman dahulu cukup lebar dan dapat

dilalui kendaraan mobil maupun bendi.

Pada masa pendudukan Jepang tidak ada pemeliharaan kurang terhadap

tempat tersebut, bahkan salah satu jembatan menuju Sarasah Bunta runtuh.

Keadaan kupel rusak sehingga tinggal bekas-bekasnya yang berupa pondasi.

Sedangkan monumen tetap tampak masih utuh sampai sekarang meskipun tidak

terpelihara. Keadaan jalan tersebut sampai sekitar tahun 50-an masih dapat dilalui

oleh truk-truk yang mengangkut kayu bakar. Jalan mulai rusak setelah satu

penduduk membendung sungai untuk mengairi sawahnya, karena jalan tersebut

terletak lebih rendah daripada ketinggian air sungai sehingga setiap musim hujan

sering terendam air. Pada akhirnya jalan tersebut sulit dilalui dan tidak pernah lagi

dikunjungi orang, demikian juga jalan-jalan setapak yang ada telah tertutup oleh

semak-semak, sehingga tempat tersebut seperti tidak diketahui/dikenal oleh orang

dan penduduk setempat. Tapi sekarang keadaannya terbuka kembali (Heiza

1985).

Page 33: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

31

Lembah Harau khususnya Sarasah Bunta tinggal merupakan saksi mati

dari legenda setempat yang menceritakan kasih tak sampai dua sejoli atau lebih

dikenal dengan "Randai putri Sari Banilai". Cerita tersebut mengisahkan bahwa

pada zaman dahulu tinggal seorang putri yang cantik bernama Putri Sari Banilai

dan tunangannya yang telah berjanji untuk sehidup semati. Sebelum meresmikan

pertunangannya, tunangan Putri Sari Banilai berkeinginan mencari ilmu di negri

orang. Mereka sepakat apabila salah satu mengingkari janjinya maka Putri akan

berubah menjadi batu dan tunangannya akan berubah menjadi kijang. Namun

setelah beberapa tahun berlalu Putri tidak sabar menanti, menyusul tunangannya

masuk hutan keluar huran. Sampai pada suatu tempat Putri seolah-olah melihat

tunangannya yang ternyata mengingkarinya. Sekejap Putri akhirnya menjadi batu.

Batu tersebut dapat dilihat sekarang pada salah satu sisi tebing di Lembah Harau

(Disbudpar 2008).

Status Kawasan Wisata Lembah Harau

Sebagian kawasan hutan Lembah Harau harus tetap dipertahankan sebagai

Cagar Alam karena adanya susunan vegetasi primer dari tipe vegetasi Hutan

Hujan Tropis pegunungan dan masih banyak terdapat jenis satwa-satwa liar yang

dilindungi. Kawasan tersebut harus mutlak dilindungi/dilestarikan dari pengaruh

manusia yang merusak. Disamping itu juga dibuka seluas-luasnya untuk

kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dan menginginkan, terutama yang menyangkut flora, fauna

maupun ekosistimnya.

Namun demikian adanya alam yang mengagumkan dengan tebing-

tebingnya yang curam dan adanya air terjun tidak dapat disangkal lagi bahwa

tempat tersebut banyak dikunjungi orang untuk tujuan rekreasi. Oleh karena itu

dalam usaha mengsinkronkan kedua kepentingan diatas, disamping kepentingan

yang lain, sebagian dari kawasan tersebut dirubah statusnya sebagai Taman

Wisata Alam Lembah Harau dengan Surat Keputusan Menteri pertanian tanggal 2

Agustus 1979 Nomor: 478/Kpts/Um/8/1978. Hal ini karena kepentingan untuk

tempat rekreasi semakin mendesak, dengan adanya pengunjung di kawasan ini

semakin meningkat yang tujuan utamanya adalah rekreasi.

Page 34: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

32

Letak dan Luas

Secara administratif TWA Lembah Harau terletak di Kenagarian Harau

dan Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera

Barat. Menurut pembagian wilayah Sub Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam

termasuk Rayon Perlindungan dan Pelestarian Alam Payakumbuh, Balai

Perlindungan dan Pelestarian Alam Sumatera Barat. Secara astronomis TWA

Lembah Harau terletak lebih kurang 100038’19” Bujur Timur dan 006’ Lintang

Selatan (Dephut 1986).

Dalam Surat Keputusan Menteri pertanian tanggal 2 Agustus 1979

Nomor: 478/Kpts/Um/8/1978, luas TWA Lembah Harau yaitu 27,5 Ha dengan

batas-batas kawasan adalah:

Sebelah Utara : berbatasan dengan sawah dan ladang dari penduduk

Jorong Harau dan berbatasan dengan tanah hutan Nagari

Jorong Harau.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan sawah dan ladang penduduk Jorong

Lubuk Limpato dan Tarantang dan tanah hutan Nagari

Tarantang.

Sebelah Timur : berbatasan dengan hutan dari wilayah KPH Harau, BKPH

Limapuluh Kota.

Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Solok Bio-Bio.

Keadaan Fisik LapanganTopografi

Keadaan lapangan TWA Lembah Harau bergelombang dan merupakan

lembah di antara dua tebing yang curam. Bukit-bukit yang mengapit TWA

Lembah Harau adalah di sebelah Barat Bukit Jambu dengan ketinggian lebih

kurang 700 m, di sebelah Utara Bukit Air Putih dengan ketinggian lebih kurang

850 m dan Bukit Singkarak di bagian Barat Daya dengan ketinggian lebih kurang

850 m di atas permukaan laut (Harau dalam angka 2007). Lembah-lembah yang

topografinya datar sampai dengan kemiringan yang ringan terdapat di antara

Bukit Jambu dan Bukit Singkarak.

Page 35: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

33

Geologi dan Tanah

Menurut Lembaga penelitian Tanah dan Pemupukan Bogor tahun 1964

(Dephut 1986), pembagian tanah di kawasan Cagar Alam/TWA Lembah Harau

meliputi macam tanah podsolik merah kuning dan litosol, bahan induk batuan

beku fisiografi intrusi meliputi sebagian besar Cagar Alam tersebut. Serta macam

tanah litosol, bahan induk batuan beku fisiografi vulkan, meliputi sebagian kecil

saja yaitu bagian Selatan Cagar Alam.

Iklim

Berdasarkan Klasifikasi Schmidt dan Ferguson, TWA Lembah Harau

memiliki tipe A dengan curah hujan rata-rata 2.500 - 3.200 mm pertahun dan suhu

udara berkisar antara 28° C - 30° C. Sedangkan data yang dipantau BPP Tanjung

pati, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.257 mm/tahun, jumlah hari hujan 131

hari/tahun dengan intensitas curah hujan sebesar 17.22 mm/hari (Dephut 1986).

Air dan Sumber Air

Sungai-sungai yang terdapat di dalam kawasan Cagar Alam merupakan

sumber air minum bagi satwa yang berada di dalamnya, juga berfungsi sebagai

sumber air bersih bagi penduduk sekitar lokasi dan juga diharapkan akan dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan penyediaan air bersih sehubungan dengan

rencana pengembangan Taman Wisata Alam yang bersangkutan.

Di lokasi tersebut terdapat beberapa sungai kecil yang mengalir

diantaranya Sungai Sarasah Bunta, Sungai Air Lulus dan Sungai Sarasah Asap.

Dari sungai-sungai tersebut sebagian bersatu dan mengalir ke bawah melewati

tebing yang curam dan merupakan Air Terjun. Air Terjun yang terdapat di Taman

Wisata Lembah Harau antara lain adalah Akar Berayun, Air Terjun Sarasah Bunta

dan Air Terjun Sarasah Air Lulus. Sedang dalam Kabupaten Limapuluh Kota

dalam angka 1984 beberapa sungai yang lewat lokasi Kecamatan Harau adalah

Batang Sinamar sepanjang lebih kurang 75 km, Batang Limpasi sepanjang lebih

kurang 30 km, Batang Agam lebih kurang 25 km, Batang Mungo lebih kurang 15

km dan Batang Sanipan lebih kurang 20 km.

Page 36: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

34

Keanekaragaman Flora dan Fauna

Flora

Sebagian besar susunan vegetasi kawasan Taman Wisata Alam dan Cagar

Alam Lembah Harau (sekitar 80% dari luas kawasan) merupakan tipe vegetasi

Hutan Hujan Tropis pegunungan yang masih primer dan jenis pohon penyusun

vegetasi tersebut didominasi oleh famili Lauraceae, Myrtaceae, Gurtaceae,

Guttiferae dan Dipteraceae. Ditjen PHPA melaporkan bahwa berdasarkan hasil

survei areal cadangan Suaka Alam/Hutan Wisata Propinsi Sumatra Barat pohon-

pohon yang dominan di areal cadangan perluasan Cagar Alam Lembah Harau

adalah jenis Medang (Litsea sp), Kalek (Eugenia sp) dan Gambir (Fam.

araucaceae). Sedangkan jenis lainnya adalah Cemara (Pygeum parviflorium),

Banir (Shorea platycladas), Meranti bunga (Shorea sp) juga Surian hutan. (Toona

sureni) dan diduga masih terdapat puluhan jenis lagi yang terdapat di arael ini

yang menandai bahwa areal tersebut memiliki keanekaragaman jenis flora.

Fauna

Di dalam kawasan Cagar Alam (CA) Lembah Harau dan sekitarnya yang

berhubungan langsung dengan TWA Lembah Harau masih dijumpai jenis-jenis

satwa yang dilindungi ataupun yang tidak, antara lain: Harimau Sumatra

(Panthera tigris sumatraensis), Kambing Hutan (Nemerhaedus sumatraensis),

Siamang (Hylobates syndaetylus), Rusa (Rusa timorensis), Tapir (Tapirus

indicus), Kuau (Argusiamus argus) dan beberapa jenis burung.

Obyek-Obyek Wisata di Taman Wisata Lembah Harau

Potensi wisata yang dimiliki oleh TWA Lembah Harau yang diharapkan

dapat menunjang usaha pengembangan TWA yang bersangkutan antara lain

berupa potensi keindahan alam dan potensi areal untuk melakukan

kegiatan/aktivitas. Keindahan alam yang terdapat di TWA Lembah Harau yaitu:

1. Pemandangan lepas

Dari atas tebing-tebing dapat dilihat pemandangan yang indah di lembah-

lembah tanpa mendapat halangan oleh pandangan yang lain.

2. Tebing-tebing

Tebing-tebing curam yang membatasi TWA Lembah Harau di sepanjang jalan

Page 37: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

35

menuju Sarasah Bunta sampai Sarasah Brengkuk sehingga dapat

menimbulkan rasa kagum dan ngeri bagi para pengunjung. Ketinggian tebing-

tebing itu berkisar antara 30 m sampai 80 m.

3. Air terjun

Dengan latar belakang tebing-tebing air terjun merupakan suatu keindahan

tersendiri yang dapat dinikmati oleh para pengunjung obyek tersebut. Di

kawasan TWA Lembah Harau terdapat beberapa lokasi air terjun, yaitu:

a. Air Terjun Akar Berayun yang terletak lebih kurang 1 km dari pondok

jaga yang saat ini telah banyak dikunjungi orang. Tinggi air terjun tersebut

lebih kurang 60 m. Pada musim kemarau air terjun tersebut airnya tinggal

sedikit dan kadang-kadang malah kering.

b. Air Terjun Sarasah Bunta, disini terdapat tiga air terjun yaitu Sarasah

Bunta, Sarasah Air Lulus dan Sarasah Bungkak dengan ketinggian antara

30 m saampai 80 m. Kompleks air terjun tersebut terletak lebih kurang dua

km dari pondok jaga. Kompleks ini dapat dikembangkan menjadi obyek

wisata yang lebih menarik. Pengunjung TWA Lembah Harau lebih

terkonsentrasi pada lokasi Air Terjun Akar Berayun dan Sarasah Bunta

(keterangan a dan b).

c. Masih terdapat tiga air terjun yang lain yaitu air terjun pada batas bukit

jambu dan air terjun pada batas daerah hutan Nagari Lubuk Limpato.

4. Gua-gua dan celah-celah alam banyak terdapat di dalam kawasan TWA ini,

diantaranya adalah Gua Jerman.

5. Peninggalan jaman Belanda berupa monumen dan pos jaga yang terdapat di

kompleks Air Terjun Sarasah Bunta.

6. Pantulan suara di antara dua tebing yang lebih dikenal dengan nama Echo

terdapat di pinggir jalan menuju Air Terjun Akar Berayun.

7. Disamping itu banyak flora dan fauna yang telah diuraikan pada uraian

sebelumnya.

Pengelolaan TWA Lembah Harau

Pengelolaan TWA Lembah Harau seharusnya dikelola oleh Balai

Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA), tapi pada tahun 2004 berdasarkan Surat

Keputusan Bupati nomor 40 tahun 2004 tentang Pembubaran Unit Pengelola

Page 38: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

36

Kepariwisataan Daerah Kabupaten Limapuluh Kota serta Pengembalian

Pengelolaan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Limapuluh Kota kepada Kantor

Pariwisata Seni dan Budaya, obyek wisata Lembah Harau dikelola oleh

Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota (Kanesti 2008).

Berdasarkan kepada Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2010 pasal 8

tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,

Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, pengusahaan TWA Lembah Harau

yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota termasuk

kegiatan illegal karena saat ini masih belum memiliki izin dari Mentri Kehutanan,

hanya berdasarkan SK Bupati.

Fasilitas Rekreasi

Jarak jalan dari kota Payakumbuh ke Kenegerian Harau adalah berjarak 14

km. Dan TWA Lembah Harau berjarak 5 km ke jalan lintas Provinsi Sumatera

Barat-Propinsi Riau. Keadaan sarana transportasi berupa kendaraan menuju ke

lokasi TWA tersebut belum ada trayek khusus, hanya ada pada hari Minggu dan

hari besar/libur saja, ada kendaraan menuju lokasi untuk mengantarkan para

pengunjung yang berekreasi. Bangunan pengawas berupa pos jaga letaknya di

jalan masuk ke TWA tersebut.

Prasarana yang ada antara lain:

1. Pesanggrahan: ukuran 5 m x 6 m, untuk sementara dijadikan tempat

peristirahatan/warung makan yang dilakukan oleh masyarakat/petugas

setempat terutama hanya pada waktu-waktu ramai pengunjung (hari Minggu

dan hari libur).

2. Tempat sembahyang (musholla): ukuran 2 m x 3 m.

3. Kolam renang dengan ukuran lebih kurang 12 m x 15 m, keadaannya telah di

dindingi bagian pinggirnya maupun dasarnya di bawah Air Terjun Akar

Berayun.

4. Kupel yang letaknya tidak jauh dari kolam renang yang dapat dipergunakan

sebagai tempat duduk/santai.

5. Shelter-shelter yang dibuat dari bambu, dilengkapi dengan tempat duduk dan

tempat sampah, merupakan tempat peristirahatan pengunjung yang datang.

Page 39: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Permasalahan dalam Pengelolaan TWA Lembah Harau

Secara umum pengelolaan kawasan konservasi harus melibatkan berbagai

pihak. Peraturan perundang-undangan mempersyaratkan semua lembaga/instansi

menjalankan peran masing-masing di dalam pengelolaan kawasan konservasi.

Namun terkadang fungsi dan kewenangan masing-masing lembaga dalam

pengelolaan suatu kawasan khususnya hutan tidak jelas dan saling tumpang

tindih. Dasar aturan formal kebijakan yang digunakan dalam pengelolaan, tidak

konsisten antara satu dengan yang lainnya, bahkan kadang ada yang bertentangan.

Ditambah lagi dengan visi dan misi serta kepentingan yang berbeda dari berbagai

lembaga terkait sehingga dapat berpotensi memicu konflik antar lembaga.

Permasalahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat sehubungan dengan

pengelolaan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung adalah:

a. Sebagian besar hutan belum dilakukan rescoring untuk mengetahui kelayakan

alokasi fungsi hutan melalui perhitungan bobot/skor berdasarkan faktor

kelerengan, jenis tanah dan intensitas hujan.

b. Terbatasnya data dan informasi mengenai gambaran umum yang ada di

sebagian besar hutan serta belum dilakukan rescoring untuk mengetahui

jumlah flora maupun fauna yang ada.

c. Sering terjadi pemindahan patok batas (PAL) di kawasan tersebut bahkan ada

yang hilang.

d. Terjadi pengrusakan hutan akibat adanya perambahan dan ilegal logging

sehingga menyababkan berkurangnya luas kawasan hutan.

e. Terbatasnya tenaga pendukung dalam mengelola kawasan sehingga proses

pengawasan hutan tidak efektif.

Dilihat dari hal di atas, maka permasalahan pengelolaan TWA Lembah

Harau terdiri atas permasalahan eksternal dan internal.

Permasalahan eksternal pengelolaan TWA Lembah Harau

Masalah eksternal terdiri atas motif sosial ekonomi dan aspek kesejarahan.

Dorongan sosial ekonomi menyebabkan TWA Lembah Harau sebagai

Page 40: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

38

sumberdaya bagi pemenuhan kebutuhan hidup yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain pemilikan lahan, pendapatan, pendidikan dan keterampilan,

ketersediaan lapangan kerja lain di luar sektor pertanian dan aksesibilitas. Faktor-

faktor tersebut satu sama lain saling terkait mengakibatkan ketidakberdayaan

masyarakat untuk mendapatkan sumberdaya (lahan) atau keuntungan finansial.

Dorongan tersebut didukung oleh berbagai faktor yang menjadi daya tarik TWA

Lembah Harau sehingga menyebabkan banyak terjadi kendala dalam pengelolaan

TWA Lembah Harau.

Berdasarkan hasil studi di lapangan, dari 3354.30 Km2 luas total

Kabupaten Limapuluh Kota, 416.80 Km2 atau 12,43% adalah Kecamatan Harau.

Jumlah penduduk dan kepadatannya dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan

jumlah kependudukan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 3. Jumlah penduduk dan kepadatannya di Kecamatan Harau

Tahun Luas (Km2) Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk/Km2

2004 416,80 40.810 98

2005 416,80 41.510 100

2006 416,80 41.875 100

2007 416,80 42.019 101

Sumber: BPS, Kabupaten Limapuluh Kota 2007

Tabel 4. Kependudukan berdasarkan jenis kelamin

No JorongPenduduk (Jiwa)

Laki-laki Perempuan L + P1 Tarantang 641 562 12032 Lubuk Limpato 408 379 787

Jumlah 1049 941 1990Sumber: BPS, Kabupaten Limapuluh Kota 2007

Dari segi pendidikan, masyarakat sekitar kawasan TWA Lembah Harau

rata-rata hanya berpendidikan dasar 9 tahun. Hal ini berarti pendidikan yang

dicapai umumnya hanya sampai SLTP. Sekolah yang ada di Kenagarian

Tarantang hanya sampai SLTP. Sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi

umumnya berada di ibukota Kecamatan atau di Kenagarian yang masih sulit

dijangkau dari pemukiman penduduk sekitar TWA Lembah Harau. Untuk

mencapai sekolah dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari kawasan

Page 41: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

39

TWA Lembah Harau, harus menempuh jarak yang jauh dan tidak ada kendaraan

umum yang murah. Kendaraan umum yang tersedia umumnya becak motor, tetapi

tarifnya mahal. Di satu sisi pendapatan mereka rendah, di sisi lain untuk

mendapatkan pendidikan yang memadai, mereka harus mengeluarkan biaya yang

relatif tinggi. Oleh karena itu, mereka umumnya jarang yang berpendidikan tinggi

(Tabel 5). Sedangkan data kependudukan berdasarkan profesi di Kenagarian

Tarantang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Kependudukan berdasarkan pendidikan

Wilayah

Tidak Sekolah/butaAksara

SD SLTP SLTA KejuruanPerguruan

Tinggi10-44 Th

45 keAtas

NagariTarantang

102 271 441 284 100 66 15

Sumber: BPS, Kabupaten Limapuluh Kota 2007

Tabel 6. Kependudukan menurut profesi

WilayahProfesi (Orang)

TNI POLRI PNS Buruh Swasta Petani PengangguranNagariTarantang

1 2 58 385 400 503 376

Sumber: BPS, Kabupaten Limapuluh Kota 2007

Terjadi lingkaran permasalahan sebagai berikut, karena pendapatan rendah

mereka tidak mampu untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

selanjutnya tidak mampu bersaing mendapatkan pekerjaan yang dapat

memberikan pendapatan yang layak sehingga pendapatannya tetap saja rendah

(Gambar 5). Hal ini akan terus terjadi turun temurun dari generasi ke generasi.

Gambar 5 Lingkaran Permasalahan Penyebab Ketergantungan Masyarakat

terhadap kawasan hutan Lembah Harau

Pada akhirnya lapangan pekerjaan yang diperoleh hanya bidang pertanian,

dengan menggarap lahan yang ada atau dengan membuka lahan baru dalam

Pendapatan Rendah Pendidikan Rendah

Pekerjaan Tidak Layak

Page 42: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

40

kawasan TWA dan Cagar Alam Lembah Harau. Ketergantungan penduduk akan

lahan sangat tinggi, karena tingkat pendidikan dan keterampilan bidang non-

pertanian rendah. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa keterampilan bertani mereka

tinggi. Pertanian mereka umumnya belum mempraktikkan sistim pertanian yang

berkelanjutan, yaitu yang menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air.

Luas areal sawah di Kenagarian Tarantang adalah 17,4 Ha dan perkebunannya 50

Ha (Dinas Pertanian Kabupaten Limapuluh Kota 2007).

Masalah internal Kawasan TWA Lembah Harau

Di samping masalah eksternal, faktor penyebab terjadinya permasalahan

adalah adanya masalah internal dari dalam kawasan TWA Lembah Harau itu

sendiri. Masalah internal terdiri atas berbagai faktor yang secara umum dapat

dikelompokkan ke dalam keterbukaan/ketersediaan sumberdaya lahan dan adanya

kesempatan yang memungkinkan dilakukannya pembukaan lahan. Pada dasarnya,

terjadinya okupasi dan penggarapan lahan oleh masyarakat tersebut menunjukan

inkonsitensi kebijakan kehutanan serta keterbatasan kemampuan Dinas Pariwisata

dan Dinas Kehutanan Kabupaten Limapuluh Kota memangku kawasan dengan

baik.

Kurangnya pengawasan menyebabkan lahan TWA Lembah Harau seolah-

olah merupakan sumberdaya alam yang tidak ada pemiliknya, bersifat terbuka

bagi siapa saja. Para petugas TWA Lembah Harau yang diwawancarai

menyatakan bahwa pengawasan TWA Lembah Harau belum sepenuhnya dapat

dilakukan dengan baik karena kurangnya dukungan sumberdaya manusia serta

sarana dan prasarana.

Keterbukaan sumberdaya lahan ini juga dapat dilihat dengan tekanan pada

kawasan yang terus berlangsung oleh sebagian penduduk maupun wisatawan

antara lain penebangan kayu, perburuan satwa liar dan lain-lain. Sebagai contoh,

wisatawan dapat saja mengambil tumbuhan tertentu atau memetik bunga yang

indah tanpa terawasi oleh petugas karena minimnya jumlah petugas di lokasi

TWA Lembah Harau.

Pengelolaan TWA Lembah Harau dilakukan Dinas Pariwisata Kabupaten

Limapuluh Kota berdasarkan perundang-undangan atau peraturan pemerintah

yang berlaku baik di pemerintahan pusat maupun daerah. Adapun dasar

Page 43: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

41

hukumnya adalah:

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistimnya

2. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

3. PP No. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka

Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

4. PP No. 7 Tahun 1999 tentang Penawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

5. PP No. 8 Tahun 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar

6. PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi Sebagai

Daerah Otonomi

7. Perda Kabupaten Limapuluh Kota No. 12 Tahun 1998 tentang Retribusi

Masuk TWA Lembah Harau

Saat ini kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten

Limapuluh Kota sebagai pengelola adalah dengan cara memposisikan masyarakat

sebagai mitra untuk membangun kawasan TWA Lembah Harau, yang diarahkan

kepada bentuk-bentuk pembinaan dan pemanfaatan hutan antara lain:

1. Mengelola hasil hutan bukan kayu seperti: biji, getah, buah, kulit, bambu,

rotan, obat-obatan dan sebagainya

2. Pengamanan hutan

3. Rehabilitasi kawasan hutan

4. Mengelola sumberdaya hutan yang besifat jasa lingkungan sepeti: air,

pengembangan potensi wisata, penangkaran satwa dan budidaya tanaman

hutan di luar kawasan (lebah, madu, ulat sutra, damar dan nilam)

Permasalahan yang timbul adalah kurangnya pengawasan dari pihak

terkait yang dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata, BKSDA, dan Dinas

Kehutanan Kabupaten Limapuluh Kota, sehingga terjadi perambahan atau

pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak terkendali, akibatnya hutan semakin

rusak. Kurangnya pengawasan yang dilakukan Dinas terkait disebabkan

minimnya jumlah petugas yang bertugas di sekitar kawasan, sehingga hanya

sebagian kecil kawasan yang terawasi, serta tidak adanya aturan yang jelas yang

mengatur proses pengawasan di sekitar kawasan. Selain masalah perambahan dan

illegal logging terdapat pula masalah perubahan atau pergeseran tata batas (PAL)

Page 44: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

42

kawasan sehingga mengakibatkan ketidakjelasan mengenai ukuran dan batas luar

kawasan tersebut.

Persepsi Stakeholder terhadap Kelestarian TWA Lembah Harau

Persepsi adalah suatu gambaran, pengertian serta interpretasi seseorang

mengenai suatu obyek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan

informasi itu dengan dirinya dan lingkungan. Persepsi ini dipengaruhi oleh

pengalaman, penilaian, kepercayaan, sikap dan keadaan sosial ekonomi serta

harapannya di masa depan. Persepsi juga melibatkan pengertian kesadaran, makna

atau suatu penghargaan terhadap obyek tersebut (Nasution 1995).

Persepsi oleh berbagai stakeholder terhadap TWA Lembah Harau ini

dilakukan dengan memberikan skor terhadap nilai kualitatif (jelek, kurang baik,

cukup, baik, sangat baik) diberi skor 0 untuk penilaian terendah dan berurutan

untuk penilaian berikutnya atau setingkat di atasnya. Demikian juga penilaian

kualitatif terkait dengan keindahan, kelengkapan, keamanan dan pengetahuan

tentang sesuatu terhadap kawasan dan peraturannya.

Kondisi jalan menuju TWA Lembah Harau termasuk kriteria penilaian

baik. Aksesibilitas masih sulit karena masih terbatasnya angkutan umum dari

jalan besar (jalan raya lintas provinsi) menuju lokasi obyek yang cukup jauh untuk

berjalan kaki, yaitu ± 5 km. Angkutan umum yang tersedia adalah angkot, ojek,

becak motor dan bendi. Untuk angkot hanya dengan frekwensi dua kali sehari,

pagi dan sore hari. Angkot ini beroperasi dengan trayek Salilamak–Payakumbuh.

Trayek khusus ke TWA Lembah Harau tidak ada. Untuk ojek pun relatif sedikit

jumlahnya karena merasa kalah bersaing dengan becak motor. Becak motor yang

ada jumlahnya juga sedikit sekitar 10 unit saja. Tarif untuk becak motor

tergantung tawar-menawar penumpang dengan kisaran Rp 5.000–15.000. Untuk

kendaran tradisional bendi, sama dengan angkot yang kebetulan pemiliknya

adalah penduduk setempat.

Keindahan alam TWA Lembah Harau memiliki kriteria penilaian dari

indah sampai sangat indah. Keindahan alam berupa tebing-tebing cadas yang

tinggi dan terjal, air terjun yang mengucur cukup deras, panorama-panorama alam

yang mempesona, terdapat satwa atau kera yang bergelantungan di dahan pohon,

Page 45: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

43

kesejukan dan kesegaran udaranya dan lain-lain. Sistim tata ruang di kawasan

TWA Lembah Harau termasuk kategori kurang baik sampai dengan cukup. Hal

ini dapat terlihat dengan banyaknya warung yang menyediakan makan dan

minuman dan barang dagangan kecil lainnya yang berdekatan dengan tempat

santai pengunjung. Bahkan ada warung-warung yang lokasinya sangat

mengganggu pemandangan dan kenyamanan pengunjung. Seharusnya pengelola

dapat lebih tegas dalam menertibkan lokasi-lokasi warung-warung makan

tersebut.

Sarana dan fasilitas rekreasi masih dirasakan kurang lengkap; seperti tidak

terkelolanya kebersihan taman-taman bermain untuk anak-anak, penyediaan air

buat musholla yang belum kontinyu keberadaannya, belum adanya toilet yang

layak, papan-papan interprestasi yang kurang lengkap dan tidak terawat, serta

kurangnya sarana transportasi. Banyak responden yang menyarankan tentang

peningkatan pengelolaan atau pengorganisasian TWA Lembah Harau, sehingga

pengunjung dapat lebih menikmati obyek wisata secara optimal. Keadaan

keamanan kawasan TWA Lembah Harau ini relatif aman, karena jarang sekali

terjadinya suatu tindakan kriminal (pencurian, penodongan, penipuan dan lain

sebagainya).

Sebagian besar responden sudah mengetahui bahwa TWA Lembah Harau

juga merupakan kawasan pelestarian alam serta mereka mengetahui peraturan-

peraturan yang berlaku. Sedangkan pelayanan, penerangan dan informasi dari

petugas TWA Lembah Harau masih kurang, karena masih banyaknya pengunjung

yang tidak tahu tentang segala sesuatunya tentang TWA Lembah Harau itu

sendiri, misalkan tentang legenda-legenda yang ada, obyek-obyek gua yang

menarik untuk dilihat yang berada dibukit yang hanya dapat ditempuh dengan

cara tracking (jelajah rimba), informasi mengenai flora dan faunanya dan lain

sebagainya. Sesuai dengan pernyataan Douglass (1970) menyatakan bahwa

banyaknya kesempatan-kesempatan yang digunakan oleh masyarakat atau

gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum dapat

diharapkan bila tersedia fasilitas yang memadai.

Untuk kemajuan pengelolaan TWA Lembah Harau, keinginan yang

diberikan oleh pihak pengelola sendiri adalah kelengkapan sarana dan prasarana

Page 46: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

44

pendukung, adanya aturan yang jelas terhadap pengelolaan TWA Lembah Harau,

kerjasama dengan investor-investor swasta serta perubahan terhadap perda-perda

yang sudah kadaluarsa, contohnya Perda Kabupaten Limapuluh Kota No. 12

Tahun 1998 tentang retribusi masuk TWA Lembah Harau yang dirasa tidak sesuai

lagi untuk masa sekarang. Perubahan perda ini dimaksudkan untuk peningkatan

harga karcis masuk.

Peningkatan harga karcis masuk TWA Lembah Harau harus ditunjang

dengan peningkatan pelayanan dan fasilitas rekreasi bagi pengunjung, penataan

kawasan yang lebih baik, tersedianya sarana transportasi yang lancar serta

akomodasi dan sarana prasarana lainnya yang mendukung kegiatan rekreasi alam.

Jika peningkatan harga karcis masuk tidak diikuti dengan peningkatan pelayanan

maka nilai kesediaan membayar dari pengunjung akan berkurang, berarti akan

menurunnya nilai manfaat TWA Lembah Harau. Pengunjung akan mencari obyek

wisata lain yang lebih murah namun memberikan kepuasan yang sama.

Peningkatan harga karcis dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

dan mengembangkan TWA Lembah Harau sehingga semakin berkontribusi

terhadap pendapatan daerah. Pengembangan terhadap Taman Wisata Alam ini

dapat dilakukan melalui peningkatan berbagai fasilitas pengunjung dan

disesuaikan dengan kondisi alamnya seperti penginapan perlu mendapat perhatian

karena untuk TWA Lembah Harau cukup potensial untuk dikembangkan jika

dilihat dari kenyamanan untuk menikmati keindahan alam. Selain itu aktivitas

yang potensial bekaitan dengan potensi alam atau wisata yang terdapat di kawasan

seperti jelajah rimba, menyelusuri gua serta air terjun. Pada ketinggian bukit yang

mengapit TWA Lembah Harau ini terdapat area yang datar dan cukup lebar

sehingga area ini cukup potensial dikembangkan sebagai bumi perkemahan.

Pengelolaan dan pengembangan pariwisata memerlukan koordinasi dan

kerjasama antar stakeholder pada berbagai tingkat tanggung jawab dan

kewenangan. Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan kepariwisataan

adalah pemerintah daerah/pengelola, masyarakat, swasta, lembaga swadaya

masyarakat dan perguruan tinggi.

Page 47: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

45

Pemerintah Daerah/Pengelola

Pemerintah memiliki otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan

peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.

Tidak hanya itu pemerintah bertanggungjawab dalam menentukan arah

pengembangan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah

merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masing-

masing. Namun demikian seringkali peran pemerintah kurang dipahami atau

kurang diperhatikan oleh aparat pemerintah maupun oleh pelaku lainnya dalam

perencanaan dan implementasi program pariwisata. Jalinan kerjasama lintas-

sektoral di instansi pemerintah yang bertujuan untuk memacu kemajuan

pariwisata masih lemah. Akibatnya, kinerja industri pariwisata secara keseluruhan

menjadi rendah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh Kota serta Dinas Pariwisata

(pengelola TWA Lembah Harau) terus melakukan pembenahan dalam segala

bidang demi mengoptimalkan potensi wisata di daerah Kabupaten Limapuluh

Kota. Hal ini dapat dilihat dari segi perbaikan fasilitas akomodasi dan sarana

transportasi. Pemerintah/pengelola juga melakukan kegiatan promosi kawasan

TWA Lembah Harau dengan diadakannya pameran di tingkat kabupaten, provinsi,

nasional serta sampai tingkat internasional. Kegiatan pengembangan jaringan

kerjasama promosi pariwisata ini dilakukan dengan pihak lintas-sektoral, swasta

dan masyarakat. Namun kegiatan ini belum terorganisir dengan baik karena tidak

adanya laporan tertulis tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut.

Masyarakat

Masyarakat, terutama masyarakat lokal yang bermukim di dalam dan

sekitar kawasan wisata merupakan pemain kunci dalam pariwisata. Mereka

sebetulnya merupakan pemilik dari setiap jasa wisata yang ditawarkan seperti

atraksi budaya, lingkungan alam dan jasa-jasa wisata lainnya yang berada di

wilayah dimana mereka tinggal. Oleh karena itu, masyarakat ini merupakan

pemain penting dalam pengembangan sektor pariwisata.

Para wisatawan sebenarnya penikmat atraksi wisata milik masyarakat

lokal. Air, hutan, tanah dan lansekap yang merupakan sumberdaya pariwisata

yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada di tangan

Page 48: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

46

mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir

sepenuhnya milik masyarakat lokal. Oleh karena itu perubahan-perubahan yang

terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.

Tidak jarang masyarakat lokal sudah terlebih dahulu terlibat dalam

pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan

perencanaan. Oleh sebab itu peran mereka terutama tampak dalam bentuk

penyediaan akomodasi dan jasa guilding dan penyediaan jasa tenaga kerja. Selain

itu masyarakat lokal biasanya juga memiliki tradisi dan kearifan lokal dalam

pemeliharaan sumberdaya pariwisata yang tidak dimiliki oleh pelaku pariwisata

lainnya. Pasar-pasar tradisional pun sepenuhnya dikelola oleh masyarakat. Semua

hal tersebut sangat esensial dalam perencanaan pariwisata.

Persepsi masyarakat dalam memandang hutan akan dipengaruhi oleh

kebutuhan masyarakat tersebut terhadap hutan seperti kayu bakar, pakan ternak

dan lain-lain serta kepercayaan, adat istiadat, legenda/cerita rakyat dan sebagainya

(Pranowo 1985). Persepsi masyarakat di desa-desa sekitar kawasan TWA Lembah

Harau mengenai pengelolaan kawasan cenderung homogen. Hal ini disebabkan

tingkat pendidikan dan jalur informasi yang dapat diakses masyarakat dalam suatu

desa cenderung sama. Misalkan informasi yang mereka dapat adalah dari tokoh-

tokoh masyarakat. Namun persepsi ini dapat berbeda karena faktor pengalaman

dan latar belakang sosial budaya.

Saran dari masyarakat sekitar TWA Lembah Harau adalah agar perhatian

pemerintah lebih ditingkatkan terkait kesejahteraan mereka dan harapannya

adalah agar TWA Lembah Harau dapat dikelola dengan baik dan terarah dengan

melibatkan semua stakeholder yang ada.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Banyak LSM, baik lokal, regional maupun internasional yang melakukan

kegiatan di kawasan wisata. Bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, LSM

sudah melakukan aktivitasnya, baik secara parsial maupun bekerjasama dengan

masyarakat. Kadang-kadang fokus kegiatan mereka dapat menjadi salah satu

daya tarik wisata. LSM di dalam komunitas lokal juga merupakan pelaku tidak

langsung dalam pengembangan pariwisata. Mereka melakukan berbagai kegiatan

Page 49: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

47

yang terkait dengan konservasi dan regulasi kepemilikan dan pengusahaan

sumberdaya alam setempat.

Saat ini di TWA Lembah Harau sudah ada lembaga swadaya yang

terbentuk atas kesadaran masyarakat sekitar kawasan akan pentingnya menjaga

hutan dan wilayah mereka. Lembaga swadaya ini bernama Komunitas Lembah

Hijau. Komunitas ini berperan dalam membantu masalah kehutanan, pariwisata

dan K3.

Swasta

Peran sektor swasta dalam pengembangan pariwisata cukup penting, selain

sebagai investor juga sebagai mediator pengembangan daerah kunjungan wisata

tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kontribusi tenaga profesional,

pendanaan dan investasi sebagai proses awal menjalin kemitraan pengembangan

pariwisata. Peran swasta ini juga mencakup cara, proses, produk, pasar, SDM dan

tenaga baru yang perlu diintegritaskan serta memberikan informasi tentang

psikologi wisatawan.

Di TWA Lembah Harau masih sedikit pihak swasta yang mau

berinvestasi. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, sebagai contoh adalah

karena masih kurangnya promosi belum optimalnya pengelolaan. Pihak swasta ini

mungkin sudah melakukan analisis finansial di TWA Lembah Harau dan menurut

penulis sendiri memang belum menguntungkan untuk dilakukan investasi di

lokasi ini, sesuai dengan analisis finansial yang telah di lakukan (Lampiran 1).

Perguruan Tinggi

Peran perguruan tinggi dalam pengembangan pariwisata adalah dalam

memberikan data dan informasi tentang daerah wisata. Hal ini diperoleh dengan

dilakukannya penelitian-penelitian di dalam daerah wisata sehingga data dan

informasi tentang daerah wisata tersebut jadi lebih lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Perguruan tinggi yang pernah melakukan kegiatan di TWA Lembah Harau

adalah Universitas Andalas (UNAND) dan Universitas Muhammadiyah Sumatera

Barat (UMSB). Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa UNAND adalah kerja

Page 50: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

48

sama penangkaran kupu-kupu dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Limapuluh

Kota dan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa UMSB adalah praktek lapang.

Kegiatan penelitian tentang TWA itu sendiri sangat jarang sehingga data

dan informasi tentang TWA Lembah Harau ini masih data lama dari instansi

terkait dan belum diperbaharui.

Pengunjung

Pengunjung pada TWA Lembah Harau adalah masyarakat yang

melakukan rekreasi di sana. Peran pengunjung ini adalah sebagai sumber

pemasukan bagi pengelola untuk menutupi biaya pengelolaan dan untuk

memperoleh keuntungan. Pengunjung tidak hanya tertarik kepada obyek yang ada

saja, kenyamanan dan ketertiban selama mereka berada di lokasi juga sangat

mempengaruhi keinginan pengunjung untuk memilih lokasi rekreasi.

Di TWA Lembah Harau, masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan

pengelola untuk kenyamanan pengunjung. Berdasarkan kuisioner pada

pengunjung, sarana dan prasarana penunjang yang belum ada seperti tempat

penitipan barang dan lokasi parkir yang strategis perlu mendapat perhatian dari

pengelola. Keamanan pengunjung sudah baik, namun hal ini sangat penting untuk

tetap dijaga karena jika ada pengunjung yang merasa kurang aman maka akan

mengurangi minat pengunjung untuk datang kembali.

Analisis Finansial Pengusahaan TWA

Berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten

Limapuluh Kota, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya, salah

satunya adalah kebijaksanaan pengembangan TWA Lembah Harau di Kecamatan

Harau. Hal ini, dapat dilakukan dengan pendekatan finansial. Melalui analisis

finansial, akan dapat diketahui kondisi dan potensi daerah pada saat sekarang ini.

Analisis finansial menekankan pada sektor swasta, apabila investasi proyek

dibiayai dari dana swasta, maka analisis lebih dititik beratkan kepada analisis

finansial, yang lebih menitik beratkan hanya dari segi profitabilitas dan aliran kas.

Pengoperasian TWA ini tentu akan menimbulkan biaya, seperti biaya

anggaran rutin yang terdiri dari biaya personal dan kebutuhan operasional,

anggaran pembangunan, penyetoran ke pemerintah daerah, kolektor dan anggaran

Page 51: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

49

tak terduga. Komponen biaya dalam pengusahaan TWA Lembah Harau adalah

sebagai berikut:

Biaya Investasi

Biaya investasi dibagi menjadi dua yaitu investasi awal dan investasi

lanjutan. Biaya investasi merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada

awal tahun pendirian sarana-sarana yang mendukung pengembangan TWA

Lembah Harau. Biaya-biaya investasi di TWA Lembah Harau selama Tahun 2008

dapat dilihat dari Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Biaya pembangunan dalam pengusahaan TWA Lembah Harau

No Uraian Volume HargaSatuan (Rp)

Jumlah(Rp)

1

234

5

67

Biaya Jasa Pembuatan MediaInformasiPengadaan Sepeda AirBelanja Pembuatan ArboretumPengadaan dan PemasanganLampu Hias TamanPemasangan Listrik RumahGonjong HarauPembangunan KiosPengadaan Sarana Panjat Tebing

1 Paket5 Unit1 Paket

1 Paket

1 Paket30 Unit1 Unit

25.000.00015.000.00015.000.000

75.000.000

2.000.0008.000.000153.000.000

25.000.00075.000.00015.000.000

75.000.000

2.000.000240.000.000153.000.000

TOTAL 585.000.000Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota 2008

Biaya Investasi Lanjutan

Biaya pembangunan adalah biaya yang harus dikeluarkan secara rutin dalam

setiap tahunnya selama umur proyek, biaya ini berpengaruh langsung terhadap

proyek. Biaya ini meliputi biaya pemeliharaan lokasi dan taman, perjalanan dinas,

biaya rapat, biaya tamu dan barang inventaris. Untuk lebih rincinya dapat dilihat

dari Tabel 8 berikut ini.

Page 52: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

50

Tabel 8. Biaya investasi lanjutan pengusahaan TWA Lembah Harau

No Uraian VolumeHarga

Satuan (Rp)Jumlah

(Rp)1

2

3

4

56

78

9

1011

Belanja Peningkatan JalanTrail dan Penataan TamanBelanja Peningkatan ArealParkirPeningkatan JembatanTaman AnakPerbaikan Jembatan AkaBerayunPeningkatan Dermaga AirPeningkatan SaranaPrasarana Kolam MandiPerbaikan WC Aka BerayunPemeliharaan FasilitasLainnyaPerbaikan Ringan KantorPengelola HarauPerbaikan Ringan MusollaPeningkatan SaranaBermain

1 Paket

1 Paket

1 Paket

1 Paket1 Paket

1 Paket1 Unit

1 Unit

1 Unit1 Unit

1 Unit

95.000.000

22.450.000

170.000.000

23.000.00037.000.000

111.000.00015.000.000

4.500.000

3.500.0003.500.000

72.100.000

95.000.000

22.450.000

170.000.000

23.000.00037.000.000

111.000.00015.000.000

4.500.000

3.500.0003.500.000

72.100.000TOTAL 557.050.000

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota 2008

Biaya Rutin

Struktur biaya rutin dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya operasional dan

biaya personil. Biaya personil adalah komponen biaya tetap terdiri dari gaji

pengurus harian TWA Lembah Harau. Biaya operasional merupakan biaya rutin

yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Biaya rutin tersebut dapat dilihat

dari Tabel 9 berikut ini.

Page 53: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

51

Tabel 9. Biaya rutin pengusahaan TWA Lembah Harau

No Uraian Volume Harga Satuan(Rp)

Jumlah(Rp)

1

2

PersonilHonorium PegawaiHonorer/Tidak Tetap- Penjaga dan Pemelihara

Satwa- Petugas K3 Kawasan Pulau

Lembah Harau- Petugas K3 Kawasan Aka

Berayun dan Sarasah Bunta- Penjaga GerbangOperasional- Belanja Peralatan

Kebersihan- Belanja Pakan Satwa- Belanja Obat Satwa

12 Bln

12 Bln

24 Bln12 Bln

12 Bln52/Mggu12 Bln

450.000

450.000

300.000450.000

150.000375.000150.000

5.400.000

5.400.000

7.200.0005.400.000

1.800.00019.500.0001.800.000

TOTAL 46.500.000Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota 2008

Komponen penerimaan dalam pengusahaan TWA Lembah Harau adalah

sebagai berikut:

Retribusi Karcis

Manfaat atau pendapatan TWA Lembah Harau diperoleh dari retribusi

pengunjung, sewa kios-kios cendramata dan makanan serta parkir kendaraan.

Pendapatan yang bersumber dari retribusi pengunjung dan retribusi parkir

diperoleh dari analisis data sekunder dan pengamatan di lapangan. Berdasarkan

data kunjungan selama tahun 2008, dapat diproyeksikan jumlah pengunjung dan

penjualan karcis tanda masuk TWA Lembah Harau. Jumlah kunjungan selama

tahun 2008 dapat dilihat dari Tabel 10 berikut ini.

Page 54: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

52

Tabel 10. Jumlah kunjungan wisata di TWA Lembah Harau Tahun 2008

No BulanPengunjung TWA Lembah Harau (Orang)

Wisnu Wisman Jumlah123456789101112

JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember

8.1326.9797.8274.945

10.33218.366

7.78111.95811.44017.118

7.7756.506

1003025372550396933756553

8.2327.0097.8524.982

10.35718.416

7.82012.02711.47317.193

7.8406.559

Jumlah 119.159 601 119.760Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota 2008

Berdasarkan dari jumlah pengunjung ini, akan dapat diketahui besarnya

retribusi yang berasal dari pengunjung. Harga karcis masuk TWA Lembah Harau

saat sekarang ini adalah sebesar Rp 1.500 per orang.

Retribusi Parkir

Pendapatan dari retribusi parkir kendaraan diperoleh dari setiap kendaraan

yang ke dalam kawasan, besarnya retribusi kendaraan ditentukan dari jenisnya,

untuk kendaraan roda empat parkirnya rata-rata Rp 2.000, sedangkan untuk

kendaraan roda dua Rp 1.000. Retribusi parkir rata-rata dari petugas parkir ke

pengelola dalam sebulan adalah sebesar Rp 500.000.

Sumber Pendapatan Lain

Selanjutnya untuk pendapatan lain bersumber dari sewa 30 unit kios

makanan dan cindramata yaitu Rp 15.000. Sedangkan hasil obyek bermain taman

anak, sepeda air dan camping ground pengelola mendapat setoran rata-rata dalam

sebulan adalah ± Rp 2.500.000. Penjelasan lebih rincinya dapat dilihat dari Tabel

11 berikut ini.

Page 55: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

53

Tabel 11. Pendapatan dalam pengusahaan TWA Lembah Harau

No Uraian Volume HargaSatuan (Rp)

Jumlah(Rp)

123

Retribusi KarcisRetribusi ParkirSewa Kios, Taman Anak,Sepeda Air, Camping Ground

12/Bln12/Bln

12/Bln

1.500500.000

2.500.000

179.640.0006.000.000

30.000.000TOTAL 215.640.000

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota 2008

Analisis finansial pengusahaan TWA Lembah Harau bertujuan untuk

memberi gambaran mengenai kelayakan pengusahaan TWA Lembah Harau dari

segi finansial. Kelayakan ini terutama ditinjau dari keuntungan usaha dalam arti

dari nilai keuntungan yang dapat diperoleh untuk setiap pengorbanan dana atau

investasi yang dilakukan. Dalam kaitan dengan pengusahaan TWA Lembah Harau

yang sudah ada sejak dahulu, kelayakan finansial nampaknya menemui masalah,

karena pengusahaan tersebut diawali dengan investasi, sehubungan dengan

rusaknya berbagai sarana dan prasarana yang ada disana.

Investasi yang diperlukan berkaitan dengan pengusahaan TWA Lembah

Harau tersebut seperti yang disajikan pada Tabel 7, sedangkan Biaya Rutin dan

Biaya Pembangunan pada Tabel 8. Besarnya pendapatan yang digunakan dalam

analisis finansial ini secara rinci telah diuraikan pada Tabel 9, 10 dan Tabel 11.

Hasil analisis finansial pengusahaan TWA Lembah Harau berdasarkan data di atas

secara rinci disajikan pada Lampiran 1.

Angka-angka pada Lampiran 1 mengindikasikan bahwa secara finansial

pengusahaan Taman Wisata Alam ini belum layak dan belum dapat memberikan

keuntungan finansial bagi pengelolanya. Sejalan dengan itu, pengusahaan Taman

Wisata Alam tersebut memberikan nilai NPV (Nilai Sekarang dari Keuntungan

Bersih) yang rendah karena pendapatan masih sangat rendah jika dibandingkan

dengan biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan terhadap TWA

Lembah Harau diperoleh nilai NPV untuk tingkat suku bunga 14% sekitar Rp

1.598.644.867, BCR = 2,062 dan IRR sebesar 11 %. Nilai ini menunjukkan bahwa

secara finansial pengusahaan TWA Lembah Harau belum layak untuk dilakukan

investasi dan belum dapat memberikan keuntungan yang optimal dalam jangka

Page 56: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

54

waktu pengelolaan 30 tahun pada PP No. 18 Tahun 1994 dan 55 tahun pada PP

No. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,

Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam karena tingkat

pengembalian investasi masih di bawah tingkat suku bunga bank. Nilai ini

memberikan keuntungan yang tidak terlalu besar karena biaya retribusi yang

dikenakan masih terlalu kecil dan jumlah pengunjungnya juga masih relatif

sedikit. Nilai pendapatan ini diharapkan akan semakin bertambah apabila

pengelolaan dan pengusahaan TWA Lembah Harau dilakukan dengan baik dan

profesional, untuk itu diperlukan suatu strategi yang tepat agar pengelolaannya

dan pengembangannya berjalan dengan baik.

Strategi Pengelolaan TWA

Analisis strategis terhadap pengelolaan TWA Lembah Harau dilakukan

dengan menggunakan analisis SWOT dan pemberian bobotnya dilakukan dengan

melakukan perbandingan berpasangan pada metode AHP sedangkan pemberian

rating dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Analisis ini menghasilkan

peubah-peubah yang bersifat strategis yang terdiri dari faktor internal dan

eksternal yang berpengaruh terhadap pengelolaan TWA Lembah Harau.

Faktor Internal Kekuatan (Strength)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang berkaitan langsung

dengan pengelolaan TWA Lembah Harau diperoleh evaluasi variabel-variabel

kekuatan seperti yang disajikan pada Tabel 12, dimana pada Tabel ini dapat

diketahui bahwa variabel yang relatif mempunyai skor paling tinggi adalah

variabel daya tarik kawasan dengan skor 1,40. Variabel yang mempunyai skor

terendah adalah obyek wisata unggulan Kabupaten Limapuluh Kota dengan skor

0.24.

Page 57: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

55

Tabel 12. Evaluasi variabel internal kekuatan

No. Variabel Bobot Rating Skor

1 Daya Tarik Kawasan 0,35 4 1,40

2 Dukungan Masyarakat 0,23 4 0,92

3 Lokasi 0,13 4 0,52

4 Kondisi Jalan 0,13 3 0,39

5 Pilihan Rekreasi 0,08 4 0,32

6 Obyek Wisata Unggulan KabupatenLimapuluh Kota 0,08 3 0,24

J u m l a h 3,79

Data pada Tabel 12 mengenai variabel internal kekuatan dapat dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

Daya tarik kawasan. Keindahan alam dan keunikan sumberdaya alam pada

TWA Lembah Harau merupakan daya tarik utama yang membuat orang-orang

beminat untuk mengunjungi kawasan tersebut. TWA Lembah Harau merupakan

dataran rendah yang diapit oleh tebing terjal menjulang tinggi (berkisaran antara

30 m sampai dengan 80 m), sehingga merupakan salah satu pemandangan alam

yang unik dan telah terbukti banyak menarik minat untuk dikunjungi. Terdapat air

terjun dengan ketinggian ± 30 m yang terletak di pusat kegiatan pengunjung. Air

terjun ini merupakan daya tarik utama di TWA Lembah Harau. Banyak terdapat

gua alam dan sebuah monumen peninggalan Belanda. Pada zaman Belanda dulu,

mungkin tempat ini sudah dikenal sebagai obyek wisata alam yang sering

dikunjungi. Para pemanjat tebing, mungkin yang paling beruntung, karena mereka

dapat melihat bentang alam yang indah dari puncak-puncak tebing yang terjal.

Page 58: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

56

Gambar 6 Monumen peninggalan Belanda

Dukungan masyarakat. Dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam

pengembangan TWA Lembah Harau ini. Tanpa adanya dukungan dari

masyarakat, maka akan sulit untuk mengembangkan usaha jasa wisata. Dari hasil

wawancara dan pengisian kuisioner, masyarakat sekitar TWA Lembah Harau

mendukung terhadap kegiatan kepariwisataan di daerah tersebut. Mereka

berpendapat bahwa dengan adanya kegiatan kepariwisataan akan menambah

pendapatan mereka yaitu dengan menjual hasil kerajinan rakyat, berdagang dan

juga usaha jasa seperti ojek motor.

Lokasi. Lokasi TWA Lembah Harau ini sangat strategis karena dilintasi

oleh jalan provinsi yang menghubungkan antara Provinsi Sumatera Barat dan

Provinsi Riau. TWA Lembah Harau dari Kota Pariwisata Bukit Tinggi, berjarak ±

50 km, dengan kendaraan roda empat dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih

satu jam. Sedangkan jarak dari pusat Kota Payakumbuh menuju lokasi TWA

Lembah Harau berjarak ± 18 Km. Umumnya pengunjung dalam rombongan,

mencarter kendaraan mini bus dari Payakumbuh atau banyak dijumpai

pengunjung yang menggunakan sepeda motor.

Kondisi jalan. Saat ini kondisi jalan menuju kawasan TWA Lembah

Harau sudah sangat memadai, jalanannya sudah diaspal sehingga memudahkan

akses kendaraan untuk keluar masuk kawasan.

Page 59: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

57

Gambar 7 Kondisi jalan menuju TWA

Pilihan rekreasi. Rekreasi santai bersama keluarga di hari minggu,

menikmati pemandangan alam dengan udaranya yang sejuk dan diselingi oleh

merdunya kicauan burung merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh

masyarakat dari Kota Payakumbuh dan sekitarnya. Kolam renang sederhana yang

terletak di bawah air terjun biasanya paling banyak pengunjungnya dan untuk

tujuan rekreasi anak dan remaja seperti Ayunan putar, sepeda air, taman satwa dan

ada juga kios souvenir dan makan/minuman. Tempat bermain anak-anak yang

tersedia, merupakan sarana penunjang bagi pendidikan awal tentang kecintaan

terhadap alam bagi anak-anak.

Memanjat tebing terjal yang banyak terdapat di TWA Lembah Harau,

merupakan kegiatan khusus yang sering dilakukan oleh mahasiswa dan para

pemanjat tebing yang datang dari kota-kota Sumatera, Jawa, bahkan dari luar

negeri. Kegiatan wisata alam lainnya adalah menelusuri gua-gua alam, berkemah,

lintas alam.

Obyek wisata unggulan Kabupaten Limapuluh Kota. TWA Lembah

Harau merupakan primadona untuk obyek wisata alam di Kabupaten Limapuluh

Kota, karena letaknya yang strategis dan banyaknya obyek sebagai daya tarik

yang ada. Jika dibandingkan dengan obyek wisata sejenis yang ada di Kabupaten

Limapuluh Kota, obyek-obyek wisata lainnya hanya mengandalkan satu atau dua

daya tarik saja. Obyek wisata sejenis misalnya Rest Area Gunung Sanggul,

Panorama Puncak Talang, Waduk Koto Panjang, Panorama Kelok Sambilan,

Page 60: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

58

Bukik Bulek Taram, Kapalo Banda Taram, Pusako Rumah Gadang, Ngalau Indah

hanya mengandalkan pemandangan alamnya saja. Salah satu contoh juga adalah

Ngalau Indah, yang juga terletak di pinggir jalan provinsi tetapi disana

pengunjung hanya bisa menikmati keindahan goa alam dan pemandangan alam

saja, tidak sebanyak obyek yang bisa dinikmati jika pengunjung tersebut

berkunjung ke TWA Lembah Harau.

Faktor Internal Kelemahan (Weakness)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diperoleh evaluasi

variabel-variabel kelemahan seperti yang disajikan pada Tabel 13, dimana pada

Tabel ini dapat diketahui bahwa variabel yang relatif mempunyai skor paling

tinggi adalah variabel kurang terpeliharanya kondisi TWA dengan skor 1,16.

Variabel yang mempunyai skor terendah adalah kurangnya kemampuan petugas

berbahasa asing dengan skor 0.09.

Tabel 13. Evaluasi variabel internal kelemahan

No. Variabel Bobot Rating Skor1 Kurang Terpeliharanya Kondisi TWA 0,29 4 1,162 Sumber Dana 0,20 4 0,83 Data dan Informasi Mengenai TWA 0,12 3 0,364 Sistim Tata Ruang 0,12 4 0,485 Adanya Pedagang Asongan 0,07 3 0,216 Secara Finansial Belum Layak untuk

Dikembangkan 0,07 3 0,217 Jumlah Petugas 0,05 3 0,158 Tiket Masuk bagi Pengunjung 0,05 3 0,159 Kurangnya Kemampuan Petugas Berbahasa

Asing 0,03 3 0,09J u m l a h 3,61

Data pada Tabel 13 mengenai variabel internal kelemahan dapat dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

Kurang terpeliharanya kondisi TWA. Kondisi TWA Lembah Harau saat

ini cukup memprihatinkan. Hal ini disebabkan kurangnya dana dan kualitas

maupun kuantitas tenaga pekerja dalam mengelola kawasan. Kondisi TWA

Lembah Harau yang memprihatinkan ini jika tidak segera ditanggulangi,

dikhawatirkan akan mengurangi minat pengunjung untuk datang dan kembali lagi

ke TWA Lembah Harau. Tidak terpeliharanya kebersihan, keindahan dan

Page 61: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

59

kenyamanan (K3) serta adanya bangunan-bangunan yang sudah rusak dan tidak

layak pakai lagi merupakan salah satu faktor yang bisa mengurangi minat

pengunjung untuk mengunjungi TWA Lembah Harau. Jadi dalam pengelolaan

TWA Lembah Harau masalah pelestarian lingkungan tetap diutamakan dan

dipertahankan.

Gambar 8 Kondisi dalam kawasan TWA Lembah Harau

Sumber dana. Saat ini sumber dana yang ada bagi TWA Lembah Harau

hanya berasal dari sewa tempat berjualan, tiket masuk dan parkir. Dana yang

masuk ini masih kurang memadai dari biaya pengelolaan yang dibutuhkan.

Harapan ke depannya agar para investor mau mengalokasikan dananya di TWA

Lembah Harau sehingga pemasukan bagi daerah meningkat.

Data dan informasi mengenai TWA. Data yang ada tentang TWA

Lembah Harau sangat terbatas. Data serta informasi yang ada merupakan data

lama yang belum diperbaharui. Dinas Pariwisata sebagai pengelola diharapkan

melakukan promosi ke perguruan-perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat

atau yang ada di luar Sumatera Barat untuk melakukan penelitian sehingga data

dan informasi terbaru tentang kawasan akan diperoleh dan secara tidak langsung

para peneliti ini nantinya akan melakukan promosi di dalam tulisan-tulisan yang

mereka buat.

Sistim tata ruang. Berdasarkan survey yang dilakukan di lapangan,

terlihat dengan jelas kalau pihak pengelola belum membuat aturan yang jelas

tentang izin memdirikan bangunan yang dilakukan oleh para pedagang, sehingga

ada bangunan yang di dibangun sangat dekat dengan obyek. Hal ini menyebabkan

obyek yang ada menjadi kurang menarik.

Page 62: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

60

Adanya pedagang asongan. Pedagang-pedagang asongan ini sebenarnya

merupakan penduduk di dalam dan sekitar kawasan, pada umumnya masih anak-

anak. Mereka menjual makanan dan minuman dengan mengikuti para pengunjung

yang ada, sampai para pengunjung ini membeli. Jadi secara tidak langsung para

pedagang asongan ini melakukan pemaksaan dalam menjual dagangan mereka.

Hal ini harus segera mendapat perhatian dari pihak pengelola kawasan sehingga

terciptanya suasana yang nyaman yang dirasakan oleh para pengunjung.

Secara finansial belum layak untuk dikembangkan. Berdasarkan

analisis finansial yang dilakukan di TWA Lembah Harau, didapatkan nilai NPV

sebesar 1.598.644.867, BCR sebesar 2.062 dan IRR sebesar 11% dari tingkat suku

bunga bank BI 14 %. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa NPV dan BCR sudah

mencukupi sedangkan dari nilai IRR masih belum layak jika dilakukan investasi

di kawasan ini karena tingkat pengembalian investasi masih di bawah tingkat suku

bunga bank.

Jumlah petugas. Jumlah petugas yang ada di TWA Lembah Harau saat

ini masih belum mencukupi. Pembagian jumlah petugas saat ini adalah: penjaga

dan pemelihara satwa (satu orang), petugas K3 Kawasan Pulau Lembah Harau

(satu orang), petugas K3 Kawasan Aka Berayun dan Sarasah Bunta (dua orang)

dan penjaga gerbang (satu orang).

Upaya pembenahan dan optimalisasi kerja petugas adalah dengan

menambah jumlah personil petugas yang bekerja dalam pengelolaan TWA. Pihak

pengelola sendiri kesulitan untuk mengatasi hal ini, karena jika jumlah petugas

ditambah akan terjadi peningkatan biaya operasional, sedangkan pemasukan

belum bertambah.

Tiket masuk bagi pengunjung. Tiket masuk ke dalam TWA Lembah

Harau tergolong murah yaitu Rp 1.500,-/orang. Dengan tiket masuk itu

pengunjung sudah bisa menikmati seluruh areal kawasan kecuali taman bermain

anak. Pengelola sedang berusaha untuk mengoptimalkan pengelolaan, hal ini

diharapkan jika pengelolaan ditingkatkan maka harga tiket masuk juga bisa

meningkat sehingga dapat menutupi biaya pengelolaan yang tinggi. Saat ini

pengelola yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh Kota tengah berusaha

mengusulkan kepada Bupati untuk meningkatkan tarif biaya masuk kawasan

Page 63: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

61

dengan mengganti perda tentang biaya masuk kawasan TWA Lembah Harau yang

sudah kadaluarsa.

Gambar 9 Kantor penjualan tiket masuk TWA Lembah Harau

Kurangnya kemampuan petugas berbahasa asing. Kemampuan

Berbahasa Petugas yang bertugas di TWA Lembah Harau masih mencakup untuk

wisatawan lokal. Bahasa yang dikuasai masih bahasa daerah (bahasa minang) dan

bahasa Indonesia. Biasanya turis-turis dari manca negara yang datang, pasti

bersama tour guidenya sendiri. Jadi jika ada turis-turis yang datang sendiri,

mereka akan kesulitan untuk berkomunikasi dan mendapatkan data serta informasi

tentang TWA Lembah Harau ini.

Evaluasi Variabel Eksternal Peluang (Opportunity)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diketahui variabel-

variabel peluang seperti yang disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan data pada

Tabel ini dapat diketahui bahwa variabel yang relatif mempunyai skor paling

tinggi yaitu dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan TWA

Lembah Harau dengan nilai skor 1,44 dan variabel yang mempunyai skor

terendah yaitu variabel masuk dalam rute kunjungan wisata Sumatera Barat

dengan skor 0,30.

Page 64: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

62

Tabel 14. Evaluasi variabel eksternal peluang

No. Variabel Bobot Rating Skor

1. Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalamPengembangan TWA 0.36 4 1,44

2. Peningkatan Trend Kunjungan Wisatawan 0.27 4 1,08

3. Potensi bagi Investor Lokal dan Manca Negara 0.17 4 0,68

4. Salah Satu Sumber Penerimaan Daerah yangPotensial 0.1 3 0,30

5. Masuk dalam Rute Kunjungan Wisata SumateraBarat 0.1 3 0,30

J u m l a h 3.80

Data pada Tabel 14 mengenai variabel eksternal peluang dapat dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan TWA.

Dalam pengembangan TWA Lembah Harau sangat diperlukan dukungan dari

semua pihak terutama dari pemerintah itu sendiri sebagai pemilik kawasan.

Pemerintah pusat memberikan dukungan melalui APBN, karena kawasan ini

merupakan salah satu aset nasional, sedangkan pemerintah daerah sebagai

pengelola diharapkan memberikan perhatian yang lebih sehingga dapat

menambah/meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Peningkatan trend kunjungan wisatawan. Saat ini pengunjung TWA

Lembah Harau pada umumnya masih berasal dari daerah Payakumbuh dan

sekitarnya sedangkan pengunjung dari daerah lain masih sedikit, diharapkan

dengan ditingkatkannya pengelolaan dapat menambah minat para wisatawan dari

payakumbuh dan sekitarnya serta daerah lain untuk berekreasi di TWA Lembah

Harau.

Potensi bagi investor lokal dan manca negara. Dari hasil analisis

finansial diketahui bahwa IRR masih 11 % nilai ini masih di bawah tingkat suku

bunga bank yaitu 14 %, maka rendahnya tingkat pengembalian investasi

menyebabkan kurangnya minat investor, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa di

kawasan ini belum layak dilakukan investasi. Namun, dengan adanya trend

kenaikan kunjungan wisata, jika dilakukan pengelolaan secara optimal diharapkan

Page 65: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

63

para investor–investor lokal maupun manca negara mau berinvestasi di TWA

Lembah Harau.

Salah satu sumber penerimaan daerah yang potensial. Pendapatan

yang diperoleh dari TWA Lembah Harau, masuk ke dalam PAD daerah

Kabupaten Limapuluh Kota. Jika pengelolaannya dilakukan seoptimal mungkin

diharapkan pendapatan yang didapat oleh pemerintah daerah juga akan

meningkat.

Masuk dalam rute kunjungan wisata Sumatera Barat. Saat ini TWA

Lembah Harau belum masuk ke dalam rute kunjungan biro travel wisata yang ada

di Sumatera Barat. Peningkatan kualitas pelayanan dan optimalisasi pengelolaan

dapat menarik minat para pengusaha jasa wisata untuk membawa wisatawan-

wisatawan yang datang ke Sumatera Barat untuk berkunjung ke TWA lembah

Harau.

Faktor Eksternal Ancaman (Threat)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden ketahui variabel-

variabel eksternal ancaman seperti yang disajikan pada Tabel 15. Berdasarkan

data pada Tabel ini dapat diketahui bahwa variabel yang relatif mempunyai skor

paling tinggi adalah variabel masih adanya pengambilan kayu dan penggunaan

lahan oleh petani dalam kawasan TWA dengan skor 1,64. Variabel yang

mempunyai skor terendah yaitu minimnya sarana dan prasarana transportasi

umum menuju lokasi dengan skor 0,78.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diperoleh evaluasi

variabel-variabel ancaman seperti yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Evaluasi variabel eksternal ancaman

No. Variabel Bobot Rating Skor

1. Pengambilan Kayu dan Penggunaan LahanOleh Petani Dalam Kawasan TWA

0,41 4 1,64

2. Kawasan Penyangga TWA 0,33 4 1,32

3. Sarana dan Prasarana Transportasi UmumMenuju Lokasi TWA

0,26 3 0,78

Jumlah 3,74

Page 66: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

64

Data pada Tabel 15 mengenai variabel eksternal ancaman dapat dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

Pengambilan kayu dan penggunaan lahan oleh petani dalam kawasan

TWA. Sama seperti halnya dengan kawasan-kawasan konservasi yang lain, TWA

Lembah Harau juga tak luput dari pengambilan-pengambilan kayu dan

penggunaan lahan untuk keperluan lain yang dilakukan oleh penduduk yang

berada di dalam dan sekitar kawasan tersebut. Walaupun terkadang lokasinya

masih diluar kawasan, tetapi lambat laun karena lokasinya berdekatan dapat

merupakan ancaman terhadap keberadaan kawasan TWA Lembah Harau. Jalan

keluar yang harus dilakukan adalah dengan pemeliharaan batas kawasan dan bila

memungkinkan dapat dilakukan dengan pemagaran, khususnya pada areal yang

berbatasan dengan lahan penduduk.

Kawasan penyangga TWA. Daya tarik utama kawasan TWA Lembah

Harau adalah air terjun. Sehubungan dengan perambahan yang dilakukan oleh

penduduk yang bertanam Gambir di daerah penyangga TWA Lembah Harau. Ini

akan menyebabkan berkurangnya debit air terjun dan akan mengurangkan nilai

daya tarik TWA Lembah Harau.

Sarana dan prasarana transportasi umum menuju lokasi TWA.

Minimnya sarana transportasi menuju lokasi TWA lembah Harau dapat menjadi

penyebab kurangnya jumlah pengunjung. Pengunjung yang tidak memiliki

kendaraan pribadi akan enggan datang karena mereka harus mengeluarkan biaya

yang relatif lebih mahal dan waktu yang terbuang untuk menunggu antrian

kendaraan itu.

Analisis Matrik Internal Eksternal

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis pengelolaan

TWA Lembah Harau di Kabupaten Limapuluh Kota adalah matrik SWOT. Matrik

ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki, dimana matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan

alternatif strategis (Rangkuti 2005).

Page 67: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

65

Hasil analisis menunjukkan bahwa total skor faktor internal kekuatan

adalah sebesar 3,79; faktor internal kelemahan 3,61; sedangkan untuk faktor

eksternal peluang 3,80; faktor eksternal ancaman 3,74. Berdasarkan nilai-nilai ini

diperoleh posisi strategi pengelolaan TWA Lembah Harau terletak pada sel 1

dengan nilai koordinat (0,18; 0,06), dan diagram SWOT-nya disajikan pada

Gambar 10.

Gambar 10 Diagram SWOT strategi pengembangan TWA Lembah Harau

Diagram SWOT pada Gambar 10 menunjukkan bahwa posisi TWA

Lembah Harau berada pada sel pertama yang berarti bahwa sistem pengelolaan

TWA Lembah Harau saat ini mempunyai kekuatan dan peluang untuk

dikembangkan ke depan. Menurut Rangkuti (2005), apabila posisi berada pada

kuadran (sel) 1 maka sebaiknya diterapkan strategi SO (strength–opportunity),

yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang.

Posisi TWA Lembah Harau yang berada pada sel 1 menunjukkan bahwa

strategi yang harus diterapkan yaitu SO (strength – opportunity) dengan cara:

1. Melakukan pembangunan sarana dan prasarana pendukung

Kelemahan (W)

0,18; 0,06

-0,03

-0,25

-0,20

-0,15

-0,10

-0,05

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

-0,14 -0,12 -0,10 -0,08 -0,06 -0,04 -0,020

0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14

Peluang (O)

Ancaman (T)

Kekuatan (S)

Sel 3 Sel 1

Sel 2Sel 4

Page 68: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

66

2. Melakukan pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan TWA

3. Melakukan promosi mengenai keindahan TWA

Strategi yang direkomendasikan antara lain: 1) Membangun sarana dan

prasarana pendukung lainnya yang belum ada di TWA seperti penginapan; 2)

Melakukan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada seperti

jalan dan fasilitas lainnya dengan melibatkan masyarakat setempat dalam

pemeliharaan serta memperbaiki sistem manajemen yang ada; 3) Melakukan

promosi ke luar mengenai keindahan TWA karena selama ini keindahan alamnya

belum diketahui banyak oleh wisatawan di luar Sumatera Barat dan manca negara.

Promosi ini dapat dilakukan melalui jaringan internet dengan

memuat/menuliskannya pada website pemerintah kabupaten, provinsi dan bahkan

kalau memungkinkan dapat dibuatkan website sendiri.

Diagram SWOT pada Gambar 10 dapat menghasilkan empat alternatif

strategi yaitu strategi SO, WO, ST dan WT yang dirumuskan dengan

menyesuaikan kekuatan dan kelemahan berdasarkan ancaman dan peluang yang

ada (Gambar 11).

Page 69: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

67

Kekuatan (S)1. Daya Tarik Kawasan

2. Dukungan Masyarakat

3. Lokasinya yang Strategis

4. Kondisi Jalan yang Memadai

5. Banyak Pilihan Rekreasi

6. Obyek Wisata Unggulan KabupatenLimapuluh Kota

Kelemahan (W)1. Kurang Terpeliharanya Kondisi TWA2. Sumber Dana3. Data dan Informasi Mengenai TWA4. Sistim Tata Ruang5. Adanya Pedagang Asongan6. Secara Finansial Belum Layak untuk

Dikembangkan7. Jumlah Petugas8. Tiket Masuk bagi Pengunjung9. Kurangnya Kemampuan Petugas Berbahasa

AsingPeluang (O)

1. Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalamPengembangan TWA

2. Peningkatan Trend Kunjungan Wisatawan3. Potensi bagi Investor Lokal dan Manca Negara4. Salah Satu Sumber Penerimaan Daerah yang Potensial5. Masuk dalam Rute Kunjungan Wisata Sumatera Barat

Strategi IKekuatan dikembangkan untuk meraih

Peluang

Melakukan Pembangunan Sarana danPrasarana Pendukung

Melakukan Pemeliharaan danOptimalisasi Pemanfaatan TWA

Melakukan Promosi MengenaiKeindahan TWA

Strategi IIKelemahan diminimalkan untuk meraih

Peluang

Melengkapi dan Memperbaiki Infrastrukturdan Fasilitas TWA

Intensifikasi Promosi dan Pemasaran melaluiPengembangan Jejaring

Ancaman (T)

1. Adanya Pengambilan Kayu dan Penggunaan Lahan olehPETAni dalam Kawasan TWA

2. Rusaknya Kawasan Penyangga TWA yang MenurunkanDebit Air Terjun

3. Minimnya Sarana dan Prasarana Transportasi UmumMenuju Lokasi

Strategi IIIKekuatan dikembangkan untuk mengurangi

Ancaman

Menciptakan Kolaborasi denganMasyarakat Sekitar dalam PengelolaanKawasan TWA

Meningkatkan Manfaat Ekonomi TWAbagi Masyarakat Lokal

Strategi IVKelemahan diminimalkan untuk mengurangi

Ancaman

Mempertegas Kebijakan Pengembangan KawasanTWA dan Aturan bagi Stakeholder agar TerciptaSustainable Tourism

Gambar 11 Diagram analisis matrik SWOT strategi pengembangan TWA Lembah Harau

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Page 70: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

68

Page 71: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengelolaan TWA Lembah Harau di

Kabupaten Limapuluh Kota maka dapat dirumuskan beberapa simpulan sebagai

berikut:

1. Permasalahan pengelolaan TWA bersumber dari dua hal. Masalah dari luar

kawasan adalah maraknya pengrusakan kawasan oleh masyarakat sekitar

kawasan dengan alasan motif ekonomi. Masalah dari dalam kawasan adalah

belum optimalnya pengelolaan karena kurangnya sumber dana dan kurangnya

SDM yang ada.

2. Agar tidak terjadi tumpang tindih antara keinginan dan kewenangan

stakeholder maka harus ada kolaborasi antar stakeholder guna menciptakan

aturan yang jelas dalam pengelolaan.

3. Hasil analisis finansial pada tingkat suku bunga 14 %, menunjukkan

pengelolaan TWA belum layak secara ekonomi, walaupun nilai NPV =

1.598.644.867 dan BCR = 2.062 namun IRR = 11%. Dari hasil ini dapat

diketahui bahwa NPV dan BCR sudah mencukupi sedangkan dari nilai IRR

masih belum layak jika dilakukan investasi di kawasan ini karena tingkat

pengembalian investasi masih di bawah tingkat suku bunga bank.

4. Strategi pengelolaan TWA yang paling tepat adalah strategi SO (strength-

opportunity) yaitu dengan cara: melakukan pembangunan sarana dan

prasarana pendukung, melakukan pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan

TWA serta melakukan promosi mengenai keindahan TWA Lembah Harau.

Saran

1. Seluruh komponen stakeholder harus duduk bersama untuk membangun

koordinasi yang intensif, membahas dan merumuskan kembali strategi

pengelolaan TWA, agar dapat dipahami, dimengerti dan diimplementasikan

secara bersama oleh seluruh aktor yang terlibat dalam pengelolaan.

2. Mempertegas aturan-aturan dalam dokumen TWA, khususnya menyangkut

batas yuridiksi, hak dan kewajiban para pihak.

Page 72: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2007. Statistik Wisatawan Indonesia 2006. Jakarta.www.bpstatistik.com. [15-10-2007].

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2008. Kawasan Konservasi.http://www.dephut.go.id Webside Departemen Kehutanan. [02-01-2008].

[Dephut] Departemen Kehutanan. Ditjen PHPA. Ditjen Taman Nasional danTaman Wisata. 1986. Site Plan Taman Wisata Lembaha Harau SumateraBarat. Bogor.

Dinas Pertanian Kabupaten Limapuluh Kota. 2007. Harau dalam Angka.Payakumbuh.

[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2008. Lembah Harau danLegendanya. http://www.harau.info Webside Dinas Kebudayaan danPariwisata Kabupaten Limapuluh Kota. [26-08-2008].

Gittinger PJ. 1986. Analisa Ekonomi Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press.Jakarta.

Hastari B. 2005. Karakteristik Objek Wisata dan Persepsi Masyarakat sebagaiDasar dalam Pengembangan Wisata Alam. [Tesis] Program PascasarjanaInstitut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Heiza W. 1985. Studi Potesi Taman Wisata Lembah Harau sebagai ObjekRekreasi dan Kemungkinan Pengembangannya. [Skripsi] Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Hufschmidt MM, James DE, Meister AD, Bower BT, Dixon JA. 1983.Environment, Natural System and Development – An EkonomicValuation Guide. Baltimore and London: The Jhons Hopkins UniversityPress.

Husein U. 1999. Studi Kelayakan Manajemen Bisnis. Jakarta : PT GramediaPustaka Utama.

IPB. 1997. Aplikasi AHP (Analitical Hierarcy Process) untuk Riset danPerencanaan Stratejik. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Jalaluddin R. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung

Kadariah KL, Gray C, Lien K. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta :Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kanesti N. 2008. Pengembangan Pariwisata Alam Prioritas di Kabupaten LimaPuluh Kota Provinsi Sumatera Barat. [Skripsi] Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Page 73: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

McNeely A. 1992. Ekonomi Keanekaragaman Hayati: Mengembangkan danMemanfaatkan Perangsang Ekonomi untuk Melestarikan SumberdayaHayati. Terjemahan oleh Kusdiyantinah SB. Yayasan Obor. Jakarta.

Munasinghe M. 1994. Economic and Policy Issues in Natural Habitats andProtected Areas. Protected Areas Economics and Policy: LinkingConservation and Sustainable Development. Edited by MohanMunasinghe and Jeffry McNeely. The World Bank. Washington, DC.

Nasution AI. 1995. Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Kelestarian TamanLingkungan. [Skripsi] Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Tidak Diterbitkan.

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Grahalia Indonesia.

Nikijuluw V. 1999. Analisis dan Metoda Pengumpulan Data Ekonomi untukWilayah Pesisir. Makalah Disampaikan pada Pelatihan untuk PelatihBidang Pengelolaan Wilayah Pesisir secara Terpadu, April 1999. Bogor.

Patabang M. 2007. Strategi Pengembangan Hutan Pinus Rakyat Di KabupatenTana Toraja. [Tesis] Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.Tidak Diterbitkan.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1998. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNo. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan KawasanPelestarian Alam. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNo. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di SuakaMargasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman WisataAlam. Jakarta.

Pranowo H A. 1985. Manusia dan Hutan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Purnomo H. 2005, Teori Sistem Kompleks, Pemodelan dan Simulasi untukPengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor: FakultasKehutanan IPB.

Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Proses HierarkiAnalitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks).Jakarta: P.T. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta (Terjemahan).

Page 74: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Sahwan. 2002. Analisis Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya (Studi KasusTahura Sesaot Provinsi Nusa Tenggara Barat). [Tesis] Program PascasarjanaInstitut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Setiawan A. 2000. Nilai Ekonomi Taman Hutan Raya Wan Abdul RahmanProvinsi Lampung. [Tesis] Program Pascasarjana Institut PertanianBogor. Tidak Diterbitkan.

Sudradjat A. 2002. 21 Isu Desentralisasi (Otonomi Kehutanan). Mencari FormatDesentralisasi Kehutanan pada Masa Transisi. Jakarta: Nectar Indonesia.

Susiantik T. 1998. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap KegiatanPembangunan Masyarakat Desa Hutan Terpadu. [Tesis] ProgramPascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional GunungHalimun bagi Masyarakat. [Disertasi] Pascasarjana. Bogor: Institut PertanianBogor.

WTO. 1995. Faktor Dominan Sustainable Tourism Development: Guide forPlaners. World Tourism Organization. Spain.

Yumarni. 2002. Manfaat Taman Hutan Raya DR. Mohammad Hatta terhadapEkonomi Daerah. [Tesis] Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.Tidak Diterbitkan.

Page 75: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Cash Flow Pengelolaan TWA Lembah Harau

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14PendapatanPengunjungan 97222 108287 119115.7 131027.27 144129.997 158542.9967 174397.2964 191837.026 211020.7286 232122.8015 255335.0816 280868.5898 308955.4488 339850.9936 373836.093Retribusi Karcis 145833000 162430500 178673550 196540905 216194995.5 237814495.1 261595944.6 287755539 316531092.9 348184202.2 383002622.4 421302884.7 463433173.1 509776490.4 560754139Retribusi Parkir 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000Sewa Kios 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000Total Pendapatan 181833000 198430500 214673550 232540905 252194995.5 273814495.1 297595944.6 323755539 352531092.9 384184202.2 419002622.4 457302884.7 499433173.1 545776490.4 596754139DF 14% 1 0.87719298 0.7694675 0.6749715 0.592080277 0.519368664 0.455586548 0.39963732 0.350559055 0.307507943 0.26974381 0.236617377 0.207559102 0.182069388 0.15970999Total Pendapatan DF 14 % 181833000 174061842 165184326 156958487 149319682.9 142210668.6 135580709 129384797 123582966.7 118139693.7 113023363.6 108205809 103661901.1 99369191.65 95307597.4

BiayaBiaya InvestasiInvestasi Awal 585000000Investasi Lanjutan 557050000 557050000Biaya RutinBiaya Personil 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000Biaya Operasional 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000Total Biaya 1166530000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 581530000 24480000 24480000 24480000Total Biaya DF 14 % 1166530000 21473684.2 18836565 16523303 14494125.19 12714144.9 11152758.69 9783121.66 8581685.663 7527794.441 6603328.457 137600103.1 5081046.828 4457058.621 3909700.54NPV(t) -984697000 152588158 146347761 140435185 134825557.7 129496523.7 124427950.3 119601675 115001281.1 110611899.3 106420035.1 -29394294.15 98580854.31 94912133.03 91397896.8NPV 1598644867BCR 2.061998643IRR 11%

Page 76: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Lanjutan. Cash Flow Pengelolaan TWA Lembah Harau

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

411219.7023 452341.6725 497575.8398 547333.4238 602066.7661 662273.4427 728500.787 801350.8657 881485.9523 969634.5475 1066598.002 1173257.802 1290583.583 1419641.941 1561606.135 1717766.749616829553.4 678512508.8 746363759.7 821000135.6 903100149.2 993410164.1 1092751181 1202026299 1322228928 1454451821 1599897003 1759886704 1935875374 2129462912 2342409203 2576650123

6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 600000030000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000 30000000

652829553.4 714512508.8 782363759.7 857000135.6 939100149.2 1029410164 1128751181 1238026299 1358228928 1490451821 1635897003 1795886704 1971875374 2165462912 2378409203 26126501230.140096482 0.122891651 0.107799694 0.094561135 0.082948364 0.072761723 0.06382607 0.055987783 0.04911209 0.043080781 0.037790159 0.033149262 0.0290783 0.025507281 0.022374808 0.01962702491459123.83 87807621.82 84338573.74 81038905.45 77896820.97 74901656.98 72043754.8 69314347.74 66705461.84 64209828.51 61820807.5 59532319.01 57338783.83 55235070.47 53216448.51 51278547.42 3103962108

557050000

19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 19800000 198000004680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000 4680000

24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 581530000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 24480000 244800003429561.881 3008387.615 2638936.504 2314856.583 2030575.95 1781206.974 37116776 1370580.928 1202263.972 1054617.519 925103.0868 811493.9358 711836.7858 624418.2331 547735.2922 480469.5546 150531724188029561.95 84799234.21 81699637.23 78724048.87 75866245.02 73120450.01 34926978.8 67943766.81 65503197.87 63155210.99 60895704.41 58720825.08 56626947.05 54610652.24 52668713.22 50798077.86

Page 77: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Lampiran 2. Peta Kawasan Konservasi Sumatera Barat

Page 78: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Lampiran 3. Peta Kawasan CA dan TWA Lembah Harau

Page 79: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Lampiran 4. Hasil Pembobotan Faktor Internal Kekuatan dengan Metode AHP

Lampiran 5. Hasil Pembobotan Faktor Internal Kelemahan dengan Metode AHP

Page 80: STRATEGI PENGELOLAAN KABUPATEN LIMAPULUH KOTA … · dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, September 2010 ... Indonesia memiliki 122 (104

Lampiran 6. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Peluang dengan Metode AHP

Lampiran 7. Hasil Pembobotan Faktor Eksternal Ancaman dengan Metode AHP