STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA AGROINDUSTRI ...digilib.unila.ac.id/60693/2/TESIS TANPA BAB...

59
STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI JAHE (Studi Kasus CV. ADB Lampung Selatan) (Tesis) Oleh AILSA AZALIA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA AGROINDUSTRI ...digilib.unila.ac.id/60693/2/TESIS TANPA BAB...

STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA AGROINDUSTRIMINYAK ATSIRI JAHE

(Studi Kasus CV. ADB Lampung Selatan)

(Tesis)

Oleh

AILSA AZALIA

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

ABSTRACT

THE APPLICATION OF CLEANER PRODUCTION STRATEGYIN GINGER OIL AGROINDUSTRY

(Case Study at CV. ADB South Lampung)

By

AILSA AZALIA

Essential oil is one of the agro-industry products which contributed in foreign

exchange earner for the Indonesian economy. CV. ADB is one of the agro-

industries company which processes essential oils. In one process of the

production essential oils in CV. ADB, it produces waste in the form of hydrosol at

1.5 L and pulp at 140.37 kg which has not been utilized properly. The purpose of

this study is to design the improvements off essential oils production process

through a clean production approach to reduce the loss of essential oil, increase

the effeciency of energy used and utilize the waste result. The study was

conducted through observation and interviews using the Quick Scanning and

Analytical Hierarchy Process (AHP) methods. The result of this research showed

that the technical priority in main application of net production with the criteria or

raw materials which weight was 0,607 and the alternatives to mainted the quality

of raw materials had weight of 0,652. The technical priority in the application of

Ailsa Azalia

the second production was the labor with the weight of 0,139 and the alternative

to arranged a safe SOP for workers had weight of 0,650. The economic

opportunity analysis showed that the ginger distillation waste, namely hydrosol

and ginger pulp, still contains essential oils and organic compuounds which could

be utilized as high value-added side products.

Keywords: Agro-industry, Cleaner Production, Ginger Essential Oil, Waste

ABSTRAK

STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA AGROINDUSTRIMINYAK ATSIRI JAHE

(Studi Kasus CV. ADB Lampung Selatan)

Oleh

AILSA AZALIA

Minyak atsiri merupakan salah satu produk agroindustri penyumbang devisa

bagi perekonomian Indonesia. CV. ADB merupakan salah satu agroindustri

yang bergerak dibidang pengolahan minyak atsiri. Dalam satu kali proses

produksi minyak atsiri di CV. ADB menghasilkan limbah berupa hidrosol

sebesar 1,5 L dan ampas sebesar 140,37 Kg yang belum termanfaatkan

dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah merancang perbaikan proses

produksi minyak atsiri melalui pendekatan produksi bersih untuk mereduksi

kehilangan minyak atsiri, meningkatkan efesiensi penggunaan energi serta

memanfataakan limbah yang dihasilkan. Penelitian dilakukan melalui

observasi dan wawancara menggunakan metode Quick Scan dan Analytical

Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan prioritas teknis

dalam penerapan produksi bersih yang utama pada kriteria bahan baku

dengan bobot 0,607 dengan alternatif menjaga kualitas bahan baku memiliki

Ailsa Azalia

bobot sebesar 0,652. Prioritas teknis dalam penerapan produksi yang kedua

yaitu pada tenaga kerja dengan bobot 0,139 dan alternatif menyusun SOP

yang aman bagi pekerja memiliki bobot 0,650. Analisis peluang ekonomi

menunjukkan limbah hasil penyulingan jahe yaitu hidrosol dan ampas jahe

masih mengandung minyak atsiri dan senyawa organik yang dapat

dimanfaatkan sebagai produk sampingan yang bernilai tambah tinggi.

Kata kunci: Agroindustri, Produksi Besih, Minyak Atsiri Jahe, Limbah

STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA AGROINDUSTRIMINYAK ATSIRI JAHE

(Studi Kasus CV. ADB Lampung Selatan)

Oleh

Ailsa Azalia

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Industri PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 7 September 1995, sebagai

putri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Hi.M. Helmi, S.H (Alm)

dan Ibu Hj. Ir. Devita Aini, M.M. Penulis memulai pendidikan dasar di SD

Negeri 2 Palapa pada tahun 2001-2007; SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada

tahun 2007-2010; SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2010-2013. Pada

tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis menyelesaikan pendidikan Strata-1 dengan gelar Sarjana Teknologi

Pertanian pada tahun 2017. Penulis mengikuti Training dan Workshop Penerapan

dan Dokumentasi Sistem ISO 22000 yang diselenggarakan oleh Program Diklat

Profesi Quarance-Incubie Institut Pertanian Bogor pada tahun 2017. Pada tahun

2018 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Magister Teknologi

Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Selama di perguruan

tinggi penulis mengikuti Pelatihan Dasar-Dasar Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) angkatan ke-IV yang diselenggarakan oleh Universitas

Lampung pada tahun 2019. Penulis juga berkesempatan menjadi pemakalah pada

Seminar Nasional Pengembangan Lahan Kering Ke-5 dan Seminar Nasional Ilmu

Lingkungan yang diselenggarakan Universitas Lampung pada tahun 2019.

ii

SANWACANA

Bismillaahhirrahmaanirrahiim. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul “Strategi Penerapan Produksi Bersih Pada Agroindustri Minyak Atsiri

Jahe (Studi Kasus CV. ADB Lampung Selatan)”. Dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Magister

Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

sekaligus pembimbing akademik serta penguji yang telah banyak

memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi dan masukan kepada penulis

selama menimba ilmu di Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Ir. Tanto Pratondo Utomo, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang

telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan kepada

penulis dalam proses penyelesaian tesis penulis.

4. Ibu Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A., selaku Pembimbing Kedua yang telah

banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan kepada penulis

dalam proses penyelesaian tesis penulis.

iii

5. Bapak Ir. Harun Al-Rasyid, M.T., selaku pakar ahli yang membantu dalam

penelitian ini dan memberikan ilmu kepada penulis.

6. Ibu Ir. Otik Nawansih, M.P., selaku pakar ahli yang membantu dalam

penelitian ini dan memberikan ilmu kepada penulis.

7. Pihak Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung., selaku pakar ahli yang

membantu dalam penelitian ini dan memberikan ilmu kepada penulis.

8. Bapak Teguh Prayogi, selaku pemilik agroindustri minyak atsiri jahe beserta

karyawan yang telah memberikan izin penelitian, bantuan dan dukungan

selama pelaksanaan penelitian penulis.

9. Keluarga tercinta Bapak Hi. M. Helmi, S.H (Alm), yang telah menjadi sosok

Buyah terhebat, Buyah selalu menjadi motivasi terbesar dalam hidup,

menemani setiap proses kehidupan hingga proses pertengahan jalannya

penelitian tesis penulis. Ibu Hj. Ir. Devita Aini, M.M yang telah menjadi

sosok Ibu terbaik serta adikku M. Ivan Eldiro dan Umi Dra. Ruwaida terima

kasih atas doa, dukungan moril, motivasi, pengertian serta kasih sayang yang

tiada henti demi keberhasilan penulis.

10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi dan laboratorium

serta seluruh karyawan di Program Studi Magister Teknologi Industri

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

11. Sahabat-sahabat perkuliahan terbaikku Ella, Dyah, dan Ayu Dian serta teman-

teman Magister Teknologi Industri Pertanian Universitas Lampung angkatan

2018 terima kasih atas dukungan, motivasi, dan kebersamaan yang berharga

selama ini.

iv

12. Sahabat-sahabat terbaikku terima kasih atas segala doa, motivasi, dan

dukungan serta menemani saat suka maupun duka selama proses penyelesaian

tesis penulis.

13. Rekan-rekan kerja penulis di Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung ,

Ganesha Operation Sultan Agung, dan Teropong Kota terima kasih atas

segala motivasi, dukungan dan bantuan selama proses penyelesaian tesis.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diharapkan dan akan diterima dengan tangan terbuka. Semoga tesis ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2019

Penulis

Ailsa Azalia

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini didanai melalui DIPA Fakultas Pertanian

Universitas Lampung Tahun Anggaran 2019 dengan judul

“Pendekatan Produksi Bersih Pada Proses Pengolahan Limbah

Industri Minyak Atsiri”

Atas nama : Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 11.2. Tujuan Penelitian........................................................................... 51.3. Manfaat Penelitian......................................................................... 51.4. Kerangka Pemikirian .................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

2.1. Produksi Bersih ............................................................................ 82.2. Prinsip-Prinsip Produksi Bersih .................................................... 92.3. Agroindustri .................................................................................. 112.4. Perkembangan Agroindustri Minyak Atsiri di Indonesia ............. 122.5. Minyak Atsiri Jahe ....................................................................... 152.6. Penyulingan Minyak Atsiri Jahe ................................................... 17

2.6.1. Penyulingan Secara Direbus (Water Distillation) ............... 182.6.2. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam

Distillation)......................................................................... 182.6.3. Penyulingan dengan Uap Langsung.................................... 18

2.7. Metode Quick Scan ....................................................................... 192.8. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)............................... 22

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...................................... 25

3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................ 253.2. Alat dan Bahan .............................................................................. 253.3. Metode Penelitian.......................................................................... 25

vii

3.3.1. Metode pengumpulan data .................................. ............... 263.3.1.1. Oberservasi ............................................................. 263.3.1.2. Wawancara ............................................................. 27

3.4. Metode Pengolahan Data............................................................... 273.4.1. Identifikasi material,energi, dan limbah.............................. 273.4.2. Analisis kadar air pada bahan baku segar, kering dan

limbah hasil produksi.......................................................... 283.4.3. Analisis kadar minyak atsiri pada bahan baku segar, kering,

dan limbah hasil produksi ................................................... 293.4.4. Penentuan prioritas teknis dalam penerapan produksi

bersih.................................................................................... 303.4.5. Analisis Peluang Ekonomi Pengembangan Produk

Samping Limbah Penyulingan Jahe..................................... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 34

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 344.2. Identifikasi Proses Produksi Minyak Atsiri Jahe ......................... 35

4.2.1. Penerimaan bahan baku....................................................... 374.2.2. Pencucian dan sortasi .......................................................... 384.2.3. Perajangan ........................................................................... 384.2.4. Pengeringan ......................................................................... 384.2.5. Pengayakan.......................................................................... 394.2.6. Penyulingan ......................................................................... 40

4.3.Identifkasi Bahan, Energi, dan Limbah.......................................... 414.3.1. Bahan................................................................................... 424.3.2. Energi .................................................................................. 47

4.4. Minyak Atsiri Jahe ........................................................................ 514.5. Limbah Hasil Produksi .................................................................. 554.6. Penentuan Prioritas Teknis Dalam Penerapan Produksi Bersih .... 564.7. Analisis Peluang Ekonomi Pengembangan Produk Samping

Limbah Penyulingan Jahe ............................................................. 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 71

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 715.2. Saran ............................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 73

LAMPIRAN............................................................................................. 78

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar mutu minyak jahe.................................................................. 16

2. Alternatif dalam analisis AHP penentuan prioritas teknis dalampenerapan produksi bersih pada agroindustri minyak atsiri jahe ....... 30

3. Petunjuk skor penilaian AHP............................................................. 32

4. Ciri-ciri jahe segar ............................................................................. 37

5. Kadar air dan kadar minyak atsiri jahe merah segar, jahe merahkering grade 1 dan grade 2 di CV.ADB (per 100 gram) .................... 43

6. Identifikasi jenis energi pada penyulingan minyak atsiri jaheCV.ADB............................................................................................. 47

7. Kadar air dan kadar minyak atsiri hidrosol dan ampas jahe diCV.ADB (per 100 gram) .................................................................... 55

8. Data hasil penilaian kriteria dalam penentuan prioritas teknisdalam penerapan produksi bersih di CV.ADB................................. 62

9. Data hasil penilaian alternatif dalam penentuan prioritas teknisdalam penerapan produksi bersih pada CV ADB ............................. 62

10. Penggunaan energi listrik pada proses produksi minyak atsiri diCV. ADB........................................................................................... 78

11. Penggunaan energi sinar matahari pada proses produksi minyakatsiri di CV. ADB ............................................................................ 78

12. Penggunaan energi manusia pada proses produksi minyak atsiri diCV. ADB.......................................................................................... 79

13. Penggunaan energi kayu pada proses produksi minyak atsiri diCV. ADB........................................................................................... 79

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian .......................................................... 7

2. Skema rantai perdagangan domestik minyak atsiri............................ 13

3. Rantai nilai produksi minyak atsiri .................................................... 14

4. Minyak atsiri jahe............................................................................... 16

5. Pendekatan produksi bersih dengan metode quick scan .................... 21

6. Hierarki dalam penentuan strategi produksi bersih pada agroindustriminyak atsiri jahe ............................................................................... 31

7. Diagram alir proses minyak atsiri jahe merah di CV.ADB ................ 36

8. Diagram neraca massa proses produksi minyak atsiri jahe diCV.ADB............................................................................................. 44

9. Identifikasi jenis energi pada proses produksi minyak atsiri jahe CV.ADB.................................................................................................... 48

10. Pohon industri jahe............................................................................ 52

11. Hasil penilaian dengan Metode AHP................................................ 61

12. Peluang ekonomi dalam pengembangan limbah minyak atsiri jahedi CV.ADB........................................................................................ 68

12. Data penentuan kriteria utama teknis dalam penerapan strategiproduksi bersih di CV. ADB dengan metode AHP........................... 80

13. Data penentuan alternatif terbaik berdasarkan kriteria prosesdengan metode AHP.......................................................................... 80

14. Data penentuan alternatif terbaik berdasarkan kriteria bahandengan metode AHP.......................................................................... 81

x

15. Data penentuan alternatif terbaik berdasarkan kriteria peralatandengan metode AHP......................................................................... 81

16. Data penentuan alternatif terbaik berdasarkan kriteria tenaga kerjadengan metode AHP.......................................................................... 82

17. Struktur hirarki penentuan produksi bersih di CV.ADB denganmetode AHP ..................................................................................... 82

18. Mesin penyulingan minyak atsiri di CV.ADB................................. 83

19. Mesin ayakan ................................................................................... 83

20. Jahe merah kering grade 1................................................................ 83

21. Jahe merah kering grade 2................................................................ 84

22. Jahe merah segar .............................................................................. 84

23. Minyak atsiri jahe merah grade B .................................................... 84

24. Air hidrosol jahe merah.................................................................... 85

25. Ampas jahe merah............................................................................ 85

26. Proses penerimaan bahan baku ........................................................ 85

27. Proses perajangan............................................................................. 86

28. Proses pengeringan oven.................................................................. 86

29. Proses pengeringan dibawah sinar matahari .................................... 86

30. Proses penyulingan .......................................................................... 87

31. Proses pemisahan dengan kain monel.............................................. 87

32. Kayu karet untuk bahan bakar.......................................................... 87

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Minyak atsiri merupakan campuran dari berbagai senyawa organik yang berwujud

cairan yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji,

maupun dari bunga dengan cara penyulingan (Hardjono, 2004). Minyak atsiri

bersifat mudah menguap, mudah larut dalam pelarut organik serta mempunyai

aroma yang khas sesuai dengan jenis tanamannya. Umumnya minyak atsiri

dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk obat-obatan, parfum, minuman, penyedap

makanan dan juga sebagai pestisida (Gusmalini, 1987). Kegunaan minyak atsiri

yang beragam ini pun menyebabkan minyak atsiri menjadi salah satu komoditi

ekspor yang menghasilkan devisa cukup tinggi bagi Indonesia.

Setiap tahun konsumsi minyak atsiri dunia beserta turunannya meningkat sekitar

8–10 % yang berlaku pada seluruh negara-negara produsen minyak atsiri seperti

India, Thailand, dan Haiti. Pemicu kenaikan itu antara lain meningkatnya

kebutuhan minyak asiri untuk industri parfum, kosmetik, dan kesehatan. Selain

itu kecenderungan konsumen untuk berpindah dari pola mengkonsumsi bahan-

bahan mengandung senyawa sintetik ke bahan alami turut mendongkrak

permintaan minyak atsiri. Apalagi produk-produk olahan minyak asiri belum

dapat digantikan oleh bahan sintetis (Julianto, 2016).

2

Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri adalah jahe (Zingiber officinale

Rosc.). Komponen kimia yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%,

pati resin, asam-asam organik, asam malat, asam oksalat dan gingerin (Sayuti dan

Yenrina, 2015). Minyak atsiri jahe memiliki warna kuning bening hingga kuning

tua. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan adanya aroma khas

pada jahe adalah zingiberen, gingerol, shagaol, dan resin. Terdapat sedikitnya 40

hidrokarbon monoterpenoid lain yang berbeda seperti 1,8–cineole, linalool,

borneol, neral dan geraniol (Mardiansyah et al., 2016).

Minyak atsiri jahe merupakan salah satu produk yang memberikan peranan bagi

perekonomian Indonesia yaitu dari dalam penyerapan tenaga kerja dan

penerimaan devisa negara. Volume permintaan jahe dan produk olahannya terus

meningkat seiring dengan semakin berkembangnya industri pangan dan non

pangan yang menggunakan bahan baku minyak atsiri jahe. Minyak atsiri yang

berasal dari jahe dapat dijadikan salah satu usaha yang memiliki potensial tinggi

karenanya minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman jahe mempunyai nilai

cukup tinggi di pasar dunia. Harga minyak jahe tahun 2019 mencapai

Rp.2.300.000 untuk grade A sedangkan Rp.950.000–1.200.000 untuk grade B.

Produksi jahe di Indonesia pun cukup besar yaitu berkisar 216.586.662 kg dan

untuk wilayah lampung berkisar 2.257.289 kg (Badan Pusat Statistik, 2017).

CV. ADB merupakan salah satu agroindustri yang bergerak di bidang pengolahan

minyak atsiri jahe. CV. ADB terletak di Kecamatan Natar Lampung Selatan.

Produk utama CV. ADB ialah bahan baku jahe segar, jahe kering serta minyak

atsiri jahe. Dalam proses produksi jahe kering dikualifikasikan menjadi dua

3

kualitas yaitu grade 1 dan grade 2. Jahe kering grade 1 merupakan jahe yang

memiliki kualitas baik tidak memiliki cacat fisik dengan ukuran > 5 mm.

Sedangkan jahe kering grade 2 memiliki ukuran 3-5 mm biasa disebut sebagai

remahan jahe kering. Selama ini jahe kering grade 2 digunakan oleh CV. ADB

sebagai bahan baku untuk penyulingan minyak atsiri jahe yang berkualitas grade

B. Namun dalam proses penyulingan minyak atsiri jahe grade B ini masih terdapat

limbah hasil produksi yang belum termanfaatkan secara optimal.

Bahan baku jahe kering grade 2 sebanyak 127,61 kg dapat menghasilkan minyak

atsiri grade B sebesar 1,5 liter, limbah cair yaitu air hidrosol sebesar 125,20 liter

sedangkan limbah padat yaitu ampas jahe sebesar 140,37 kg. Limbah cair dan

limbah padat yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara maksimal hanya

dilakukan pembuangan ke lingkungan sekitar. Solusi untuk mengatasi masalah

yang terjadi pada CV. ADB tersebut perlu dilakukan efisiensi produksi dengan

perbaikan proses produksi yang meminimalkan limbah dari sumbernya dan

pemanfaatan limbah menjadi produk sampingan. Salah satu cara untuk

meningkatkan produksi yang optimal dan efisien pada agroindustri dapat

dilakukan dengan penerapan produksi bersih.

Produksi bersih dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah loss pada setiap unit

produksi sehingga menghasilkan produk yang optimal dan limbah yang dihasilkan

dapat termanfaatkan. Penerapan sistem produksi bersih dapat dijadikan alat bantu

yang baik untuk perbaikan berkelanjutan. Kapasitas produksi yang belum berjalan

optimal merupakan sebuah tantangan untuk mengetahui bagian mana yang perlu

diperbaiki dan cara penanganan limbah yang tepat untuk limbah padat dan cair

4

yang dihasilkan. Prinsip utama dari produksi bersih adalah mencegah,

mengurangi, dan mengelimasi limbah hasil produksi.

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam penerapan produksi bersih

yaitu MET (Material, Energy, Toxicity) Matriks, EOP (End of Pipe), dan Quick

Scan. Quick Scan merupakan salah satu metode dalam penarapan produksi bersih

yang tujuannya untuk menguji kualitas dari proses untuk potensi produksi bersih

dan menggambarkan parameter dari penilaian produksi bersih (Indrasti dan Fauzi,

2009). Metode Quick Scan sangat cocok digunakan untuk proses indentifikasi

agroindustri yang dalam prosesnya tidak menghasilkan toksisitas, metode ini

mampu mengorganisasikan informasi dari tahapan siklus hidup dengan baik

sebagai awal dalam pengembangan desain suatu lingkungan.

Melalui hasil identifikasi proses menggunakan Quick Scan maka dapat ditentukan

prioritas teknis dalam penerapan produksi pada agroindustri. Analisis penentuan

prioritas teknis dalam penerapan produksi pada agroindustri dapat menggunakan

analisis pengambilan keputusan seperti MPE, Bayes, AHP (Analytical Hierachy

Process), dan CPI. Metode AHP (Analytical Hierachy Process) merupakan salah

satu metode dalam pengambilan keputusan yang mampu mengorganisir masalah

menjadi lebih sederhana secara cepat.

Untuk menciptakan green industry dan meningkatkan optimalisasi produksi di

CV. ADB melalui pendekatan produksi bersih dapat ditentukan alternatif terbaik

dan peluang ekonomi pengembangan limbah jahe. Oleh karena itu identifikasi

proses produksi pada industri minyak atsiri jahe di CV. ADB dapat dilakukan

dengan cara pendekatan dengan metode Quick Scan, penentuan strategi produksi

5

bersih terbaik dengan metode AHP (Analytical Hierarki Process), dan analisis

peluang ekonomi pengembangan produk samping limbah penyulingan jahe.

1.2. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Mengetahui limbah CV.ADB yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi

produk bernilai ekonomi.

2. Mengetahui kriteria dan alternatif terbaik sebagai prioritas teknis dalam

penerapan produksi bersih pada CV. ADB.

3. Menganalisis peluang ekonomi dalam pengembangan produk limbah pada CV.

ADB melalui penerapan produksi bersih.

1.3. Manfaat Peneltian

Manfaat dari penelitian bagi agroindustri adalah dapat meminimalisir loss pada

proses dan meningkatkan kualitas lingkungan agroindustri dengan pengelolaan

limbah yang tepat.

1.4. Kerangka Pemikiran

Kegiataan industri minyak atsiri terdiri dari kegiatan proses produksi. Kegiatan

proses produksi berlangsung pada proses sortasi, pengecilan ukuran, pengeringan,

6

pengayakan, penyulingan, dan pemisahan dengan tujuan untuk menghasilkan

produk minyak atsiri secara maksimal. Kendala yang dihadapi agroindustri

minyak atsiri umumnya proses produksi yang belum efisien dan limbah hasil

produksi yang belum termanfaatkan.

Produksi bersih merupakan suatu strategi yang digunakan untuk evaluasi produksi

yang belum efisien dan mengatasi limbah yang dihasilkan.. Quick Scan

merupakan salah satu metode dalam penarapan produksi bersih yang tujuannya

untuk menguji kualitas dari proses untuk potensi produksi bersih dan

menggambarkan parameter dari penilaian produksi bersih (Indrasti dan Fauzi,

2009). Metode ini mengorganisasikan informasi dari tahapan siklus hidup dengan

baik sebagai awal dalam pengembangan desain suatu lingkungan. Prinsip utama

dari produksi bersih adalah mencegah, mengurangi, dan mengelimasi limbah hasil

produksi.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh CV. ADB diharapkan dapat

melakukan evalusi secara menyeluruh melalui penerapan strategi produksi bersih

pada proses produksi. Penerapan produk bersih ini diharapkan memberikan

pengaruh yang baik pada CV. ADB sehingga proses produksi dapat berjalan

secara optimal, dapat meningkatkan rendemen minyak atsiri jahe dan dapat

memberikan manfaat ekonomi serta manfaat lingkungan. Metode yang paling

tepat yaitu dengan Quick Scan untuk mengidentifikasi proses produksi secara rinci

yang pada proses produksi minyak atsiri. Metode Quick Scan terdiri dari tiga

tahap yaitu tahap pendugaan awal, tahap analisis melalui neraca bahan dan tahap

sintesis atau implemtasi. Melalui identifikasi dengan Quick Scan maka dapat

7

dilakukan evaluasi kelayakan teknis untuk penentuan prioritas teknis dalam

penerapan produksi bersih pada agroindustri minyak atsiri jahe. Penentuan

prioritas teknis dilakukan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy

Process) yang hasilnya berupa rekomendasi. Berdasarkan hasil identifikasi

dengan metode Quick Scan dan penentuan prioritas teknis dalam penerapan

produksi bersih dengan metode AHP maka selanjutnya dilakukan analisis peluang

ekonomi pengembangan produk samping limbah penyulingan jahe. Kerangka

pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat di Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran PenelitianSumber: Modifikasi (Kharismawati, 2015)

Analisis peluang ekonomi pengembangan produksamping limbah penyulingan jahe

Agroindustri Minyak Atsiri JaheCV. ADB Lampung Selatan

Identifikasi material, energi dan limbah pada semuaproses produksi menggunakan Quick Scan

Penentuan kadar air dan kadar minyak atsiri bahan bakusegar, kering dan limbah yang dihasilkan

Penentuan prioritas teknis dengan metode AHP

Rekomendasi

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan

secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana

dampaknya dari keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia

diupayakan sekecil mungkin. Strategi produksi bersih merupakan suatu upaya

pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses

yang ramah lingkungan, minimasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi

bersih (Suroso et al., 2016). Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan

lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan secara terus

menerus pada proses produksi, produk dan jasa untuk meminimalkan terjadinya

resiko terhadap manusia dan lingkungan (Yuliandari, 2008).

Umumnya produksi bersih dikaitkan dengan inovasi teknologi, termasuk pada

upaya pencegahan yang terpadu, pengendalian pencemaran, dan bahkan remediasi

serta clean-up. Produksi bersih lebih tepat diartikan sebagai pendekatan

operasional ke arah pengembangan sistem produksi dan konsumsi yang dilandasi

suatu pendekatan pencegahan untuk perlindungan lingkungan dengan tujuan

menciptakan industri yang zero-waste. Produksi bersih berbeda dengan kontrol

polusi. Pada produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan limbah yang

9

dihasilkan selama siklus hidup dari suatu produk yang dihasilkan. Upaya ini

bertujuan untuk meminimalkan sumberdaya dan energi yang digunakan dengan

melibatkan penggunaan desain produk, teknologi yang ramah lingkungan, proses

dan kegiatan yang meminimalkan limbah (Utomo, 2008).

Produksi menekankan upaya untuk mencegah pemborosan dan penggunaan

sumber daya yang tidak perlu, menjadikan kontrol dan penanggulangan polusi

menyeluruh hanya sebagai pilihan terakhir. Produksi bersih dapat dibayangkan

dalam tiga bagian utama yaitu:

a. Bagian pertama, merupakan bagian pencegahan dan minimasi. Bagian ini

bertujuan untuk menghindari produksi limbah dan memastikan penggunaan

sumber daya secara efisien sehingga tidak memberikan dampak pencemaran

terhadap lingkungan.

b. Bagian kedua, merupakan bagian pemakaian ulang dan daur ulang. Bagian ini

bertujuan untuk melakukan pemulihan bahan dan limbah untuk penggunaan

yang produktif sehingga tidak ada limbah yang tidak dapat dimanfaatkan.

c. Bagian ketiga atau terakhir, merupakan bagian energi bersih dan

meminimalkan polusi (Suroso et al., 2016).

2.2. Prinsip-Prinsip Produksi Bersih

Menurut Suroso et al. (2016) prinsip-prinsip produksi bersih yang harus dilakukan

antara lain:

a. Mengurangi dan meminimasi penggunaan bahan baku, air dan pemakaian

bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada

10

sumbernya sehingga mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah

pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya terhadap manusia.

b. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku baik pada proses

maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur

hidup produk.

c. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya

perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait

baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Selain itu pula

perlu diterapkan pola manajemen dikalangan industri maupun pemerintah yang

telah mempertimbangkan aspek lingkungan.

d. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar

operasi sesuai dengan persyaratan yang diterapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut

tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi

seringkali waktu yang diperlukan untuk pengambilan modal investasi relatif

singkat.

e. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada peraturan diri

sendiri (self regulation) daripada pengaturan secara command and control.

Sehingga pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan

peraturan pemerintah, tetapi lebih didasarkan kesadaran untuk merubah sikap

dan tingkah laku.

Produksi bersih diterapkan antara lain pada :

a. Proses produksi meliputi penghematan bahan baku dan energi, penggantian

bahan baku yang bersifat racun, dan mengurangi jumlah dan kandungan bahan

berbahaya pada limbah dan emisi yang dihasilkan

11

b. Desain dan pengembangan produk meliputi pengurangan dampak negatif yang

meliputi siklus hidup dari suatu produk mulai dari bahan baku hingga

pembuangan akhir (Utomo, 2008).

2.3. Agroindustri

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan

baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.

Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin

(1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari

tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan

mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,

penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat

merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan

baku industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri

pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau

transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen.

Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi,

pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi

produk pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri

(pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis

yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha

tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan

demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri

12

Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).

Bidang pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor

ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan

segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah

dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada

posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada

kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan

agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja,

pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan

internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku

industri (Mangunwidjaja dan Sailah, 2009).

2.4. Perkembangan Agroindustri Minyak Atrisi di Indonesia

Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan

diberbagai industri seperti industri parfum, kosmetika, industri farmasi, industri

pangan seperti makanan dan minuman. Minyak atsiri memiliki nilai strategis

dalam menghasilkan produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan

pasar lokal maupun ekspor. Nilai jual harga minyak atsiri ekspor di pasar

internasional setiap tahunnya menunjukkan pola perubahan harga terbagi menjadi

3, yaitu cenderung menurun, relatif stabil, cenderung meningkat atau fluktuatif.

Perkembangan harga yang cenderung meningka menunjukkan masih adanya

prospek pasar yang cerah. Pada tingkat penyuling dalam pasar domestik, dari

awal tahun 2009 hingga saat ini, kecenderungan harga minyak atsiri Indonesia

13

masih cukup stabil (Julianto, 2016). Tahun 2018 harga minyak atsiri berkisar

Rp.500.000-600.000/liter sedangkan pada tahun 2019 harganya meningkat hingga

sekitar Rp.2.300.000/liter

Komoditi minyak atsiri yang diperdagangkan di dalam negeri adalah minyak atsiri

dalam bentuk kasar (crude essential oil) yang hampir seluruhnya diproduksi oleh

petani minyak atsiri atau industri kecil penyulingan yang tersebar di wilayah

sentra produksi tanaman minyak atsiri. Julianto (2016) menyatakan bahwa mata

rantai perdagangan minyak atsiri di Indonesia relatif panjang yang berawal dari

petani, produsen, dan berakhir pada eksportir, dengan berbagai variasi disajikan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema rantai perdagangan domestik minyak atsiriSumber: Julianto (2016)

Eksportir atau industri manufaktur sebagai pelaku akhir dalam mata rantai

perdagangan minyak atsiri di dalam negeri memperoleh minyak atsiri melalui

perdagangan perantara. Peran di antara pedagang perantara adalah agen atau

PetaniProdusen

PedagangPengumpul

Industri KecilPenyulingan

Petani Produsenmerangkappenyulingan

PedagangPengumpul TktDesa/Kec/Kab.

PedagangPerantara

(“agen” eksportir)

Pedagangeksportir

IndustriPengolah/Eksportir

Ekspor

14

perwakilan eksportir dan sebagian lain bersifat bebas. Pedagang perantara

membeli minyak atsiri dari pedagang pengumpul yang berpangkal di daerah-

daerah produsen. Pedagang pengumpul umumnya memberikan modal atau uang

muka kepada petani/penyuling sehingga minyak yang dihasilkan oleh

petani/penyuling harus dijual kepada pengumpul tersebut dengan harga yang

ditentukan oleh pembeli/pengumpul berdasarkan mutu yang dinilai secara sepihak

oleh pembeli secara subyektif (organoleptik), tidak berdasarkan mutu atau kadar

atau kandungan senyawa esensial dalam produk minyak atsiri tersebut. Minyak

yang bermutu baik atau kurang baik dihargai sama. Hal ini yang menyebabkan

penyuling melakukan pencampuran minyak atsiri bermutu rendah dengan yang

bermutu baik atau bahkan penyuling enggan untuk memproduksi minyak yang

bermutu baik (Julianto, 2016).

Langkah 1Industri Manufaktur (Kecil,Menengah, Besar)

Langkah 2Pencampuran/

Peracikan

Langkah 3Pengguna

Akhir

Gambar 3. Rantai nilai produksi minyak atsiriSumber : Julianto (2016)

Bahanbaku

EkstraksiPelarutPenyulingan

dll

ResinOleoresinMinyakAtsiri

ModifikasiKimia/Biologi

Lanjutan

EssenseFlavor/Parfum

Purifikasi

KimiaAromati

Kimia Sintesis organik,katalisis biologi

Campuran

FlavorFragran

PanganKosmetikToiletris

15

Menurut Julianto (2016) pada Gambar 3 menyajikan rantai nilai produksi produk

minyak atsiri. Industri minyak atsiri terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang

terhubung antara aktivitas nilai yang satu dengan yang lain membentuk rantai

nilai industri. Rantai nilai merupakan keterkaitan dalam suatu kegiatan usaha

sejak bahan baku sampai konsumen industri, yaitu industri parfum, kosmetik,

toiletries, dan pangan.

2.5. Minyak Atsiri Jahe

Minyak atsiri yang berasal dari rimpang jahe yang memiliki sifat mudah menguap

pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, memiliki rasa getir (pungent

taste), beraroma wangi khas jahe, serta umumnya larut dalam pelarut organik

(Hambali et al., 2011). Komponen utama pada minyak atsiri jahe terdiri dari

bisapolen, zingeberene, zingiberol, curcumen 6-dehydrogingerdion, galanolakton,

asam gingesulfonat, zingeron, geraniol, neral, monokyldigalaktosylglykerol,

gingerlycolipid (Supriyanto dan Cahyono, 2012). Senyawa zingeberene

merupakan senyawa yang memberikan aroma pedas pada jahe. Zingeberene

memiliki titik didih 34°C pada tekanan 14 mmHg, bobot jeni pada suhu 20°C

adalah 0,8684, indeks bias 1,4956 dan putaran optik pada suhu 20°C adalah -

73°38 (Muhamed, 2005). Minyak jahe umumnya digunakan pada industri

makanan dan obat-obatan tradisional. Pada industri makanan minyak jahe

digunakan untuk produk makanan instan, padat maupun sirup sedangkan pada

industri obat-obatan herbal minyak jahe digunakan untuk obat sirup, tablet dan

kapsul. Minyak atsiri jahe disajikan pada Gambar 4.

16

Gambar 4. Minyak Atsiri JaheSumber : CV. ADB (2018)

Kualitas senyawa bioaktif pada minyak atsiri jahe tergantung pada varietas, asal

sampel, umur, kondisi proses, dan metode proses yang digunakan (Badreldin et

al., 2008). Jahe merupakan komoditas yang bersifat musiman, pertumbuhan jahe

akan optimal pada musim panas yaitu sekitar bulan Juli hingga Agustus. Waktu

yang tepat dalam pemanen jahe yaitu pada umur 10-12 bulan. Waktu panen yang

tepat sangat perngaruh terhadap kandungan air dan senyawa zingeberene pada

jahe. Pemanenan yang tidak tepat waktu menyebabkan rusaknya rimpang dan

menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif terutama

zingeberene karena lebih banyak kadar airnya (Koswara, 1995).

Penggunaan bahan baku jahe segar dan jahe kering juga berpengaruh terhadap

kandungan minyak atsiri jahe. Menurut (Supriyanto dan Cahyono, 2012) jahe

segar memiliki kandungan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan jahe kering.

Jumlah zingeberene pada jahe segar yaitu 9,62% sedangkan pada jahe kering yaitu

4,10%. Proses pemisahan minyak artsiri dari jahe segar lebih cepat dibandingkan

dengan jahe kering, waktu yang diperlukan untuk memperoleh tetesan pertama

minyak atsiri dari jahe segar adalah 25 menit. Namun penggunaan jahe segar dan

17

jahe kering tidak berpengaruh terhadap warna minyak yang dihasilkan, warna

minyak umumnya berwarna coklat kekuningan. Standar mutu minyak atsiri jahe

menurut SNI 1998 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Minyak Jahe

Karakteristik SNIBerat jenis (25°C) 0,8720–0,08890

Indeks bias (25°C) 1,4853-1,4920

Putaran optik (-32°)-(-14°)

Bilangan asam (Mg KOH/g) Maks 2

Bilangan ester (Mg KOH/g) Maks 15

Bilangan ester setelah asetalisasi (Mg KOH/g) Maks 90

Minyak lemak Negatif

Sidik jari (khromatografi gas) Sesuai daftar

Logam berat (Pb) -

Bilangan penyabunan -

Sumber : SNI (1998)

2.6. Penyulingan Minyak Atsiri Jahe

Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau

lebih senyawa yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara

memdidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah.

Penyulingan merupakan metode ekstrasi yang tertua dalam pengolahan minyak

atsiri. Metode ini cocok untuk minyak atsiri jahe maupun komoditi lainnya

seperti minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, danakar wangi. Terdapat tiga

cara penyulingan minyak atsiri jahe yaitu penyulingan dengan air, penyulingan

dengan uap, dan penyulingan dengan uap dan air (Rahmadani et al., 2018).

18

2.6.1. Penyulingan Secara Direbus (Water Distillation)

Penyulingan dengan air dilakukan dengan cara merebus bahan tanaman yang akan

disuling sehingga terjadi kontak langsung antara bahan dengan air mendidih.

Bahan dapat mengapung diatas air atau terendam secara sempurna, tergantung

pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini yaitu

adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering

disebut dengan penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara langsung ini

dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling)

dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh (Widiastuti, 2012).

2.6.2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap (Water and Steam Distillation)

Penyulingan dengan uap dan air dilakukan dengan cara meletakkan bahan

tanaman yang akan disuling di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian

ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian

bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh

dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan

dengan uap dan tidak dengan air panas (Muddarisna et al., 2018)

2.6.3. Penyulingan Dengan Uap Langsung (Direct Steam Distillation)

Penyulingan dengan uap dilakukan dengan menggunakan uap yang memilliki

tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil

19

penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang

dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Riyani et al., 2016).

Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun

hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip

kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian

uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap

yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang

berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat

jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku

yang membutuhkan tekanan tinggi (Sayuti dan Yenrina 2015).

2.7. Metode Quick Scan

Metode Quick Scan merupakan metode yang dapat mengidentifikasi

permasalahan dari keseluruhan proses produksi sampai limbah yang dihasilkan.

Tahapan dalam metode ini terdiri dari tahap pendugaan awal, tahap analisis

melalui neraca bahan (massa dan energi) dan tahap sintesis atau implementasi

(Yuliandari, 2008). Metode Quick Scan mampu mengidentifkasi masalah yang

ditimbulkan disetiap bagian proses produksi baik dari segi penggunaan sumber

daya, bahan baku, limbah yang dihasilkan, maupun penerapan produksi bersih

yang sudah dilaksanakan (Djayanti, 2015).

Menurut Indrasti dan Fauzi (2009) Quick Scan dapat digunakan penilaian pada

produksi bersih. Quick Scan mampu menguji kualitas dari proses untuk potensi

produksi bersih dan menggambarkan parameter dari penilaian produksi bersih.

20

Quick Scan adalah suatu analisis singkat yang diselenggarakan untuk

mementukan proses yang paling utama mengenai aliran arus bahan dan energu

dalam suatu perusahaan, serta untuk menilai kualitas proses produksi. Tujuan

utama dari quick Scan adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai

masalah yang terkait dengan kelayakan teknik dan kelayakan ekonomi. Kelayakan

teknik berupa hal-hal yang berkaitan dengan bahan, proses, tenaga kerja dan

peralatan. Sedangkan kelayakan ekonomi berkaitdan dengan biaya produksi dan

keuntungan. Melalui Quick Scan mampu melihat adanya potensi optimasi

produksi sehingga dapat meningkatkan eco-eficiency dan efesiensi biaya.

FHBB (2005) menyatakan bahwa metode Quick Scan yang digunakan pada

analisis pendahuluan mampu memberikan jawaban antara lain terhadap :

a. Sumber-sumber utama penyebab polusi lingkungan dan biaya produksi

b. Kuantitas material dan atau energi yang digunakan

c. Limbah atau cemaran dan emisi yang dihasilkan

d. Proses penyimpanan dan transportasu dilakukan secara terorganisir

Identifikasi masalah yang dilakukan pada metode quick Scan yaitu menggunakan

neraca massa dan neraca energi untuk melakukan perhitungan aliran bahan dalam

suatu bentuk yang memuat masukan, perubahan, dan hasil yang didapat dari

setiap produksi. Berdasarkan analisis melalui neraca bahan tersebut dapat

digunakan untuk menentukan alternatif penerapan produksi bersih dari setiap

permasalahan yang didapatkan selama proses pengolahan produk. Tahapan proses

identifikasi dengan metode quick Scan disajikan pada Gambar 5.

21

Gambar 5. Pendekatan Produksi Bersih dengan Metode Quick ScanSumber : Modifikasi Yuliandari (2008)

PERSIAPAN TEKNOLOGIStep 1 menyiapkan tim audit dan sumber dayaStep 2 membagi proses ke dalam satuan-satuan operasiStep 3 menyusun diagram alir proses sesuai satuan operasi

FASE 1 : PENDUGAAN AWAL

FASE 2 : NERACA BAHAN

INPUT-OUTPUT PROSESStep 4 menentukan input-outputStep 5 mencatat penggunaan bahanStep 6 menentukan level reuse/ penggunaan kembali bahan

OUTPUT-OUTPUT PROSESStep 7 kualifikasi produk/hasil sampingStep 8 menghitung jumlah limbah cairStep 9 menghitung jumlah limbah padatStep 10 menghitung jumlah emsisi gas

MENURUNKAN NERACA BAHANStep 11 menyatukan informasi input-outputStep 12 menurunkan persiapan neraca bahanStep 13 & 14 mengevaluasi dan menyusun neraca bahan

FASE 2 : SINTESA

IDENTIFIKASI PILIHAN REDUKSI LIMBAHStep 15 identifikasi pengukuran reduksi limbahStep 16 tujuan dan karakteristik permasalahan limbahStep 17 investigasi peluang pemisahan limbahStep 18 identifikasi jangka waktu reduksi limbah

EVALUASI PILIHAN REDUKSI LIMBAHStep 19 mempertimbangkan evaluasi lingkungan dan ekonomi

dari pilihan reduksi limbah, mencatat kelayakan pilihan

IMPLEMENTASI REDUKSI LIMBAHStep 20 desain dan implementasi reduksi limbah untuk

meningkatkan efesiensi proses

22

2.8. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analytical Hierarchy Process merupakan suatu model pendukung keputusan yang

dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1993) untuk mengorganisasikan informasi

dan judgment dalam menentukan suatu alternatif terbaik dalam penyelesaian

masalah. Melalui AHP permasalahan yang kompleks dapat disederhanakan dan

dipecahkan dengan cepat pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah

penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan

dinamik menjadi bagan-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian

tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang

arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang

lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudin dilakukan sintesa untuk

menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk

mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan

keputusan, karena dapat digambarkan secara grafid, sehingga mudah dipahami

oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Melalui AHP

proses keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi beberapa keputusan

lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Selain itu AHP juga mampu

mengevaluasi konsistensi penilaian bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh

dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu

diperbaiki atau hierarki harus distruktur ulang.

Setiap metode dalam pengambilan keputuan memiliki kelebihan. Adapun

beberapa kelebihan pemecahan masalah dengan metode AHP antara lain :

23

a. AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur

b. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear.

c. AHP mencerminkan kencendrungan alami pikiran untuk memilah-milah

elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlaianan dan

mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

d. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.

e. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

f. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem

dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-

tujuan mereka.

g. g.AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu

metode untuk menetapkan prioritas.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan

metode lain karena alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, samapi

pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dpilih oleh pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan ouput dan analisis sensitivitas pengambilan

keputusan.

24

Prinsip kerja AHP terdiri dari empat tahapan utama yaitu :

1. Penyusunan hierarki, persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi

unsur-unsurnya yakni kriteria dan alternatif. Beberapa unsur yang telah

diuraikan kemudian disusun menjadi struktur hierarki.

2. Penilaian kriteria dan alternatif, kriteria dan alternatif dinilai melalui

perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1993), untuk berbagai persoalan,

skala 1 hingga 9 adalah skala terbaik dalam memberikan pendapat.

3. Penentuan prioritas, untuk setiap alternatif dan kriteria perlu dilakukan

perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan

relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh

alternatif.

4. Konsistensi logis, semua elemen dikelompokkan secara logis dan

diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

25

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2019 di CV. ADB Kecamatan

Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Analisis kadar air dan kadar minyak atsiri

dilakukan di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Barang Provinsi Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam analisis Quick Scan dan AHP adalah logbook, pena,

alat perekam (recorder atau handphone), aplikasi Microsoft Excel, aplikasi Expert

Choice 2000, serta seperangkat komputer. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kertas kuisoner Analytical Hierarchy Process (AHP) dan

berbagai sumber pustaka terkait analisis yang dilakukan.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan studi kasus.

Metode dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dalam menghitung optimalisasi

dalam produksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari data historis perusahaan dan

26

pengamatan secara langsung terhadap kondisi CV. ADB dalam proses produksi

minyak atsiri jahe. Data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan pihak-

pihak terkait penelitian di perusahaan dan pakar ahli di bidang agroindustri

minyak atsiri khususnya jahe. Data sekunder diperoleh dari berbagai studi

pustaka dan literatur yang relevan dengan penelitian ini.

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitaif. Jenis data primer meliputi proses

produksi minyak atsiri, jumlah ketersediaan bahan baku, jumlah penggunaan

bahan baku, jumlah penggunaan bahan tambahan, jenis alat yang digunakan,

kapasitas produksi. Sedangkan jenis data sekunder meliputi gambaran umum

produk minyak atsiri serta berbagai studi pustaka dan literatur yang relevan.

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari

observasi dan wawancara.

3.3.1.1. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan proses pengamatan langsung terhadap

kondisi yang ada di perusahaan. Proses identifikasi dilakukan untuk mengetahui

mekanisme pengendalian persediaan dan aktivitas-aktivitas terkait. Data yang

diperoleh melalui observasi meliputi proses produksi minyak atsiri jahe yakni

mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi, hingga pemasaran produk

minyak atsiri jahe.

27

3.3.1.2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperolah melalui

pengamatan. Responden dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini responden dipilih dengan pertimbangan berkompeten

memberikan informasi yang relevan. Data yang diperoleh melalui wawancara

meliputi proses produksi minyak atsiri jahe, jumlah ketersediaan bahan baku,

jumlah penggunaan bahan baku dan bahan tambahan, jumlah karyawan, jenis dan

spesifikasi alat yang digunakan dan karakteristik produk dan limbah yang

dihasilkan. Selain itu wawancara juga dilakukan pada analisis AHP yang

narasumbernya terdiri dari 1) Peneliti (Dosen); 2) Instansi Pemerintahan; dan 3)

Pengusaha Minyak Atsiri.

3.4. Metode Pengolahan Data

3.4.1. Identifikasi material, energi dan limbah

Analisis pendahuluan ini dilakukan dengan identifikasi sumber yang diikuti

dengan evaluasi penyebab menggunakan metode Quick Scan. Pada tahap ini data

pengamatan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Analisis material

dan limbah dengan metode Quick Scan terdiri atas tiga tahap yaitu pendugaan

awal, neraca bahan dan sintesa. Analisis pada unit persediaan bahan baku,

penyulingan, dan penyaringan untuk mengevaluasi tahapan pada setiap proses

pada unit-unit tersebut. Tahapan setiap proses dikaji secara rinci dan mendalam

28

untuk mendapatkan informasi tentang masukan yang digunakan pada proses serta

keluaran yang dihasilkan.

3.4.2. Analisis kadar air pada bahan baku segar, kering dan limbah hasilproduksi

Penentuan kadar air pada bahan baku jahe segar, jahe kering, serbuk jahe dan

limbah menggunakan metode sesuai SNI 0005:2013. Penentuan jumlah air yang

dipisahkan dengan cara destilasi menggunakan pelarut organik (toluen) yang

tidak bercampur dengan air dan itampung dalam penampung berskala. Tahap

pertama dalam analisis ini yaitu dengan membersihkan seluruh alat yang akan

digunakan dengan larutan pencuci campuran kalium bikromat dan asam sulfat

untuk memperkecil melekatnya tetes-tetes air pada sisi dalam penampung dan

pendingin. Bilas dengan air secara baik dan keringkan dengan sempurna sebelum

alat tersebut digunakan.

Bahan baku jahe segar, jahe kering dan limbah kemudian dihaluskan

menggunakan penggiling mekanis yang tiak menimbulkan panas, lalu siapkan

sampel tersebut masing-masing mendekati 0.0001g. Sampel-sampel tersebut

dipindahkan ke dalam labu destilasi secara kuantitatif dengan toluen, lalu

tambahkan toluen secukupnya ±75 ml dan dihomogenkan dengan cara dikocok

agar tercampur sempurna dan sampel terendam. Pada labu destilisasi juga

ditambhakan beberapa butir batu didih.

Destilasi dilakukan dengan kecepatan ± 100 tetes per menit. Destilasi dihentikan

apabila setelah 30 menit air tidak lagi bertambah dalam penampung.Penampung

didinginkan hingga menvapai suhu kamar lalu dibaca volume air dalam

29

penampung yang dapat dinyatakan sebagai bobot air karena rapat massa air tetap

1g/ml. Perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

B adalah bobot air (g)

M adalah bobot sampel (g)

3.4.3. Analisis kadar minyak atsiri pada bahan baku segar, kering danlimbah hasil produksi

Penentuan kadar minyak atsiri pada bahan baku jahe segar, jahe kering, serbuk

jahe dan limbah menggunakan metode sesuai SNI 0005:2013. Prinsip metode uji

ini adalah melakukan pemisahan minyak atsiri dengan cara destilasi menggunakan

air sebagai pelarut. Tahap pertama yaitu timbang sampel mendekati 1 gr.

Kemudian ditambahkan air suling sampai sampel terendam air seluruhnya dan

dihomogenkan hingga tercampur sempurna. Pada labu destilasi ditambahkan

beberapa butir btu didih dan anti buih. Lalu alat destilasi dipanaskan hingga

mendidih yaitu sekitar 6 jam.

Destilasi dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes bersama

air atau volume minyak tidak bertambah. Penampung tersebut didinginkan

berserta isinya sampai suhu kamar atau dapat dilakukan dengan cara merendam

penampung dalam air. Kemudian volume minyak dapat dibaca dalam

penampung. Kadar minyak atsiri dinyatakan dalam persentasi volume atau bobot

dengan rumus sebagai berikut :

B

MX 100

30

Keterangan :

V adalah volume minyak yang dibaca (ml)

M1 adalah bobot sampel (g)

3.4.4. Penentuan prioritas teknis dalam penerapan produksi bersih

Dalam menentukan prioritas opsi teknik dalam penerapan produksi bersih pada

CV. ADB menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Setelah

didapat opsi berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka selanjutnya yakni

menyusun hierarki penentuan al produksi bersih yang terdiri dari tiga level yaitu

tujuan, kriteria dan alternatif. Menurut Indrasti dan Fauzi (2009) kriteria yang

digunakan sebagai evaluasi kelayakan teknis terdiri atas proses, bahan, peralatan

dan tenaga kerja yang menjadi unsur utama jalannya proses produksi bersih.

Sehingga kriteria yang digunakan dalam analisis AHP yaitu 1) proses; 2) bahan

baku; 3) peralatan; dan 4) tenaga kerja. Kriteria-kriteria tersebut memiliki

alternatif dalam meningkatkan optimalisasi untuk produksi bersih. Alternatif yang

digunakan dalam analisis AHP disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Alternatif dalam analisis AHP penentuan prioritas teknis dalampenerapan produksi bersih pada agroindustri minyak atsiri jahe.

Kriteria AlternatifProses a. Kesesuaian prosedur operasi dengan kondisi

b. Peningkatan efesiensi prosesc. Kesesuaian produksi dengan kondisi

Bahan Baku a. Kualitas bahan bakub. Efesiensi dalam penggunaan bahanc. Kapasitas utilitas yang tersedia

Peralatan a. Ketersediaan tempatb. Perawatan mesin

Tenaga Kerja a. SOP yang aman bagi pekerjab. Kualitas SDM

V

M1

X 100

31

Penentuan prioritas opsi teknik dilakukan analisis menggunakan pendapat expert

judgment (pakar). Expert judgement yang berperan dalam proses analisis data

terdiri dari empat orang yang memiliki keahlian dan pengalaman serta memiliki

keilmuan tentang proses pengolahan di industri minyak atsiri khususnya jahe. Ke

empat orang tersebut terdiri dari dua orang Peneliti (Dosen), instansi

pemerintahan melalui Dinas Pertanian Kota Bandar Lampung, dan Pengusaha

Minyak Atsiri.

Tingkat kepentingan menunjukkan tingkatan atau prioritas teknis produksi bersih

yang dapat diterapkan pada agroindustri minyak atsiri jahe. Data ini diperoleh dari

hasil kuisioner yang diisi oleh para pakar kemudian diolah dengan aplikasi expert

choice 2000. Kuisioner disusun sebagai bahan perbandingan berpasangan untuk

menentukan daya saing dan rangking opsi prioritas teknis dalam penerapan

produksi bersih. Hierarki dalam penentuan prioritas teknis strategi produksi bersih

pada agroindustri minyak atsiri jahe disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Hierarki dalam penentuan strategi produksi bersih padaagroindustri minyak atsiri jahe

LEVEL 2Kriteria

LEVEL 3Alternatif

Proses Bahan Baku Peralatan Tenaga Kerja

a) Kesesuaianprosedur dengankondisi

b) Peningkatanefesiensi proses

c) Kesesuaianproduksi dengankondisi

a) Kualitas bahanbaku

b) Efesiensi dalampenggunaan bahan

c) Kapasitas utilitasyang tersedia

a) Ketersediaantemapat

b) Perawatanmesin

a) SOP yangaman bagipekerja

b) Kualitassumber dayamanusia

LEVEL 1Sasaran

Prioritas Teknis dalam Penerapan Produksi Bersih AgroindustriMinyak Atsiri Jahe

32

Berdasarkan hierarki yang telah disusun, maka nilai hasil pembobotan dari kriteria

dan rangking masing-masing opsi produksi bersih kemudian dianalisis kelayakan

teknis untuk disusun menjadi suatu strategi penerapan produksi bersih yang baik

untuk CV. ADB. Penilaaian tingkat kepentingan berdasarkan skor antar masing-

masing kriteria dengan skor penilaian dari skala 1 hingga 9. Petunjuk skor

penilaian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Petunjuk skor penilaian AHP

Nilai Skor Keterangan1 Kriteria yang satu dengan yang lainnya SAMA PENTING3 Kriteria yang satu SEDIKIT LEBIH PENTING(agak kuat) dibanding

kriteria yang lainnya.5 Kriteria yang satu sifatnya LEBIH PENTING(lebih kuat pentingnya)

dibanding kriteria yang lainnya7 Kriteria yang satu SANGAT PENTING dibanding kriteria yang

lainnya9 Kriteria yang satu MUTLAK PENTINGNYA dibanding kriteria yang

lainnya2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas

3.4.5. Analisis Peluang Ekonomi Pengembangan Produk Samping LimbahPenyulingan Jahe

Konsep produksi bersih erat kaitannya dengan eco-effiecieny dan green

productivty. Melalui konsep eco-efficiency dapat melihat peluang ekonomi

pengembangan produk samping. Produk CV.ADB hasil manufacturing tersebut

didesain, diproduksi, didistribusikan, dimanfaatkan dan kemudian dibuang

sebagai sampah yang dapat meminimalkan dampak kerusakan terhadap

lingkungan dan kesehatan. Prinsip eco-efficieny adalah economic resources yang

artinya harus menggunakan resources tersebut secara optimal. Eco-efficiency

dapat menciptakan proses yang ramah lingkungan yang ekonomis dan juga efisien

33

(DeSimone dan Popoff,1997). Salah satu cara menciptakan CV. ADB sebagai

industri yang berkonsep eco-efficieny dapat dilakukan dengan penerapan green

productivity. Penerapan green productivity merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan CV.ADB untuk mengetahui tingkat produktivitas limbah sekaligus

meningkatkan pendapatan perusahaan. Analisis peluang ekonomi pengembangan

limbah jahe di CV.ADB dilakukan berdasarkan hasil identifikasi proses produksi

limbah dan penentuan priotitas teknis, kemudian dilakukan studi pustaka terkait

penelitian dalam pemanfaatan limbah hasil penyulingan jahe. Analisis ini berupa

rekomendasi beberapa peluang pengembangan produk samping dari bahan baku

limbah yang memiliki nilai ekonomi.

70

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil identifikasi input-output melalui metode Quick Scan menunjukkan

127,61 kg jahe kering grade 2 menghasilkan minyak atsiri grade B sebanyak

1,5 liter. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair yaitu air hidrosol

sebesar 125,20 liter serta limbah padat yaitu ampas jahe sebesar 140,37 kg.

2. Hasil analisis dengan Analytical Hierachy Process (AHP) menunjukkan

prioritas teknis yang utama dalam penerapan produksi bersih di CV.ADB

adalah kriteria bahan baku (0,607) dengan alternatif menjaga kualitas bahan

baku jahe (0,652)

3. Hasil identifikasi peluang ekonomi dengan penerapan produksi bersih pada

proses produksi menunjukkan CV. ADB memiliki peluang ekonomi untuk

mengembangkan limbah hidrosol dan ampas menjadi bahan baku produk

samping.

5.2. Saran

Untuk meningkatkan optimalisasi produksi dan menciptakan greenindustry pada

CV. ADB dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas produk dengan cara

menerapkan SOP yang baik dan benar. Penerapan SOP harus sesuai konsep green

72

productivity untuk meningkatkan produktivitas sehingga mampu meningkatkan

kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri yang dihasilkan CV.ADB

memiliki warna coklat pekat hal ini disebabkan penggunaan alat yang masih

sederhana sehingga perlu adanya perbaikan pada proses dan alat agar mampu

memurnikan minyak secara maksimal. Selain itu dengan menerapkan produksi

bersih dengan konsep green productivity limbah hasil penyulingan di CV. ADB

dapat dimanfaatkan menjadi produk sampingan yang bernilai tambah. Hidrosol

dapat dikemas dengan baik dan dijual seharga Rp.90.000-100.000/liter yang

langsung dapat digunakan sebagai aromaterapi maupun pengganti pelarut air

untuk produk kecantikan. Sedangkan ampas dapat difermentasi sebagai pupuk

organik dan pakan ternak.

73

DAFTAR PUSTAKA

Armando. R. 2009. Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. PenebarSwadaya. Jakarta

Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Johns HopkinsUniversity Press. London.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Budidaya Jahe.Kementrian Pertanian. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pengenalan BahanBaku Segar dan Bermutu Baik Untuk Jamu. Kementrian Pertanian.Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Tanaman Biofarmaka. Badan PusatStatistik. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-1312-1998. Syarat Mutu Minyak AtsiriJahe. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. SNI 0005-2013. Lada Hitam. Badan StandarisasiNasional. Jakarta

Badreldin, H.A., G. Blunden., M.O. Tanira., and A. Nemmar. 2008. Somephytochemical, pharmacological, and toxicological properties of ginger(Zingiber offcinale Roscoe). Pergamon. 46(2):409-420.

DeSimone, L.D. and F. Popoff. 1997. Eco-effeciency: The Business Link toSustainable Deevelopment. MIT Press. Cambrige.

Djayanti, S. 2015. Kajian Penerapan Produksi Bersih di Industri Tahu di DesaJimbaran, Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Riset Teknologi PencegahanPencemaran Industri. 6(2):75-80.

Febriani, Y., H. Riasari., W. Winingsih., D.L. Aulifa., dan A. Permatasari.Potensi Pemanfaaatan Ampas Jahe Merah (Zingiber offcinale Roscoe)Sebagai Obat Analgetik. IJPST-SUPP. 1(1):57-64.

74

Guenther, E. 1952. The Essential Oil Vol 2, The Constituens of Essential Oil,. VanNostrand Renhold Company. New York.

Gusmalini. 1987. Minyak Atsiri. Institut Pertanian Pertanian. Bogor.

Handayani, P.A. dan W.D.P. Rengga. 2011. Peningkatan Kualitas Minyak DaunCengkeh Dengan Metode Adsorbsi. Jurnal Sain dan Teknologi. 9(1):39-44.

Handayani, P.A., W.D.P. Rengga., dan W. Widayat. 2013. PeningkatanKesejahteraan Pengrajin Minyak Cengkeh Dengan Meningkatkan KualitasProduk. Rekayasa. 11(1):13-20.

Hambali, E., E.G. Sa’id., T.C. Sunarti., dan O. Suparno. 2011.. PengetahuanBahan Agroindustri. Departemen Teknologi Industri Pertanian FakultasTeknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hardjono, S. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Haryani, Y., G.F. Kartika., Yuharmen., E.M. Putri., D.T. Alchalish., dan Y.Melanie. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Air Rimpang Jahe Merah (Zingiberoffcinale Linn. Var.rubrum) pada Biosintesis Sederhana Nanopartikel Perak.Chimica et Nature Acta. I4(3):151-155.

Herawati, T. 2016. Pengaruh prosedur kerja dan manajemen diri terhadapkeselamatan kerja pada karyawan PT. Alam Jaya Pratama di KecamatanLoa Janan Kabupaten Kukar. PSIKOBORNEO. 4(3):449-461.

Herni, K. 2019. Pengaruh Pemberian Aromatherapi Jahe Terhadap Mual Muntahpada Ibu Hamil Trisemester I. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Bandung.11(1):44-52.

IHOBE. 1999. A Practical Manual of Ecodesign. IHOBE. Sociedad PublicaGestion Ambiental. Holland.

ILO. 2013. Produksi Bersih Meningkatkan Produktivitas.(Modul Tiga).Internasional Labour Office. Indonesia

Indrasti, N.S dan A.M. Fauzi. 2009. Produksi Bersih. IPB Press. Bogor

Irawan, T.A.B., P. Mangunwisastro., dan M.A.Pratiwi. 2017. Pembuatan BoilerBerpamflet Pada Penyulingan Minyak Serai di Dusun NgerimpakTemanggung. E-DIMAS. Jurnal Educations Pengabdian KepadaMasyrakat. 8(1):9-18.

Jasasila. 2017. Peningkatan mutu pemeliharaan mesin pengaruhnya terhadapproses produksi PT. Aneka Bumu Pratama (ABP) di Kabupaten Batanghari.Jurnal Ilmiah Univeristas Batanghari Jambi. 17(3): 96-102.

75

Julianto,T. S. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. CV Budi Utama.Yogyakarta.

Jumirah., A.W.N. Jati., dan L.I.M.Yulianti. 2018. Kualitas Pupuk Cair Organikdengan Kombinasi Limbah Ampas Jamu dan Limbah Ikan. Biota.3(2):53-61.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta

Kharismawati, D. 2015. Strategi Implementasi Produksi Bersih PadaAgroindustri Gondorukem. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut PertanianBogor. Bogor.

Koswara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. PenebarSwadaya. Bogor

Mardiansyah, E.A., S.R. Umniyati., dan S. Iravati. 2016. Efek minyak atsiri jahe(zingiber officncle) sebagai repelen terhadap nyamuk aedes aegypti. BKMJournal of Community Medicine and Public Health. 32(1): 353-358

Megasari, M. dan N. Lusiana. 2018. Pemberian Aromaterapi Jeruk denganPenurunan Rasa Mual pada Ibu Hamil Trisemester I di Klinik PratamaDeliana S. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes.9(2):120-123.

Muddarisna, N., Y.K. Rahayu., dan M. Su’i. 2018. Pelatihan Pengolahan JaheMenjadi Minyak Atsiri Dengan Teknik Penyulingan Pada Kelompok PetaniDesa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Baru. Jurnal Aplikasi Teknik danPengabdian Masyarakat. 2(1):2550-0821.

Muhamed, N. A. 2005. Study on Important Parametes Affecting The Hydro-Distillation for Ginger Oil Production. (Master Thesis). Faculty ofChemical and Natural Resources Engineering University TeknologiMalaysia. Malaysia

Nugraha, A.D., O. Suparno., dan N.S. Indrasti. 2018. Analisis Material, Energidan Toksisitas (MET) pada Industri Penyamakan Kulit untukMengidentifikasi Strategi Produksi Bersih. J. Teknologi Industri Pertanian.28(1):48-60

Nukman. 2009. M8-021 Emisi Pembakaran Biomassa Batang Kayu. SeminarNasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII Universitas Diponegoro,Semarang.

Nurhadianty, V., C. Cahyani., L.K Dewi., L. Triani, dan R.K Putri. PeningkatanRendemen Destilasi Minyak Jahe Melalui Fermentasi Jahe Merah (Zingeber

76

offcinale var.Rubrum) Menggunakan Trichoderma Harzianum. Journal ofEssential Oil. 1(1):53-61.

Pradana, T.A., E.B. Leksono., dan D. Andesta. 2017. Usulan ImplementasiGreen Productivity untuk Meningkatkan Produktivitas dan KinerjaLingkungan di PT. Samatir Intiperoksida. Jurnal MATRIX. 17(2):21-28.

Prawiroosentono. S. 2001.. Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus, EdisiKetiga. Bumi Aksara. Jakarta.

Rahmadani, N., Ruslan., dam P. Satrimafitrah. 2018. Penerapan Metode EkstraksiPelarut Dalam Pemisahan Minyak Atsiri Jahe Merah (Zingiber offcinaleVar.Rubrum). KOVALEN. 4(7):74-81.

Rusmiland, R dan M.F. Putra. 2017. Pengurangan Biaya Penyimpanan (CarryingCost) Limbah dengan Cara Pemanfaatan Limbah Ekstrak Jamu MenjadiPupuk Organik. Sosio-E-kons. 9(2);160-164.

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: proses hirarkyanalitik untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks(terjemahan), seri manajemen 134. PT. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.

Said, A. R. Harti, A. Dharmawan, dan T. Rahmah. 2015. Pemisahan HidrosolHasil Penyulingan Minyak Atsiri Dengan Metode Elektrolisis UntukMeningkatkan Rendemen Minyak. Khazanah. 7(2):83-94.

Salim, Z. Dan E. Munadi. 2017. Info Komoditi Tanaman Obat. BadanPengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementrian PerdaganganRepublik Indonesia. Jakarta

Sayuti, K dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. AndalasUniversity Press. Padang.

Siregar, N.R., A.P. Munir., dan L.S. Nasution. 2018. Pengaruh Ukuran Rajangandan Jumlah Air Pada Alat Penyulingan Tipe Uap dan Air TerhadapRendemen Minyak Atsiri Serai (Cymbopogon citratus). Jurnal RekayasaPangan dan Pertanian. 6(4):832-837.

Sulaswatty, A. 2019. Penerapan Teknologi Nonkonvensional Dalam EkstraksiKomponen Utama Atsiri dan produk Turunannya di Indonesia. LIPI Press.Jakarta.

Sumarni., N.B. Aji dan Solekan. 2008. Pengaruh Volume Air dan Berat BahanPada Penyulingan Minyak Atsiri. Jurnal Teknologi. 1(1):83-88.

Supriyanto dan B. Cahyono. 2012. Perbandingan Kandungan Minyak AtsiriAntara Jahe Segar dan Jahe Kering. Universitas Diponegoro. Semarang.

77

Suroso, E. 2011. Model Proses Produksi Industri Tapioka Ramah LingkunganBerbasis Produksi Bersih (Studi Kasus di Provinsi Lampung). (Disertasi).Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suroso, E., T.P.Utomo., dan P.Yuliandari. 2016. Agroindustri RamahLingkungan. Plantaxia. Lampung.

Tokopedia. 2019. Air Hidrosol Jahe Murni 1 L. https://m.tokopedia.com/cv-mhfarm/air-hidrosol-jahe-murno-1-L. Diakses pada tanggal 15 Desember2019.

Utomo, T,P. 2008. Rancangan Bangun Proses Produksi Karet Remah BerbasisProduksi Bersih. (Disertasi). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Utomo, T.P., U. Hasanudin, and E. Suroso. 2010. Comparative Study of Low andHigh-Grade Crumb Rubber Processing Energy. Proceedings of the WorldCongress on Engineering. Vol.3: 2-5.

Widiastuti. 2012. Sukses Agribisnis Minyak Atsiri. Pustaka Baru Pers.Yogyakarta.

Wikipedia. 2019. Joule. https://en.wikipedia.org/wiki/Joule. Diakses pada tanggal10 September 2019.

Yuhono, J.T. dan S. Suhirman. 2006. Status pengusahaan minyak atsiri danfaktor-faktor teknologi pasca panen yang menyebabkan rendahnyarendemen minyak. Bul. Littro. 18(2): 79-90.

Yuliandari, P. 2008. Kajian Penerapan Produksi Bersih di Stasiun Gilingan PadaProses Produksi Gula. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yuliani, S., Satuhu, dan Suyati. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. PenebarSwadaya. Bogor.

Zahroh, S., R. Utami., dan G.J. Manuhara. 2016. Penggunaan Kertas AktifBerbasis Oleoresin Ampas Jahe Emprit (Zingiber officanel var.amarum)Terhadap Kualitas Buah Stoberi (Fragaria x ananassa) SelamaPenyimpanan. Journal of Sustainable Agriculture. 31(1):59-70.