PENDIDIKAN AKHLAK PADA ANAK PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADIST”
STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA KELUARGA...
Transcript of STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA KELUARGA...
i
STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA
DI DUSUN BAWANG, DESA TRUKO,
KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
ABDUL HALIM MANSUR
NIM 11413010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SALATIGA
2017
ii
iii
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 4 eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum wr. Wb
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Abdul Halim Mansur
NIM : 11413010
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA
KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN
BAWANG DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Wassalamualaikum wr. Wb
Salatiga, 16 Agustus 2017
Pembimbing
Dr. Lilik Sriyanti, M. Si
NIP. 199608141991032003
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAKANAK PADA KELUARGA
TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG TRUKO
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
DISUSUN OLEH
ABDUL HALIM MANSUR
11413010 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2017
dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1
Kependidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua penguji : Mufiq, S,Ag, M.Phil
Sekretaris penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si
Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd
Penguji II : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
Salatiga, 18 September 2017
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd.
Nip. 19670121 199903 1 002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdul Halim Mansur
NIM : 11413010
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16Agustus 2017
Yang menyatakan,
ABDUL HALIM MANSUR
NIM. 11413010
vi
MOTTO
حق اىىاىد عيى اىىىد ان يحسه اسم وادب وان يعيم اىنتابة واسباحة
واىسماية وان ال يسشق اال طيبا وان يصوج اذا ادزك ) زواي اىحامم (
Artinya: “Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan akhlak/ sopan
santun, mengajarkan tulis menulis, berrenang dan memanah, memberi makan
dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.” ( syu’bu Al
Iman Li Al Baihaqi, Hadis ke 8137: 2856)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Semua anggota keluargaku, istri dan anakku, orang tuaku, yang semuanya
telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta bantuan.
2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo’akanku dan mendukungku.
3. Ibu Dr. Lilik Sriyanti M.Si yang dengan sabar membimbingku dalam
penulisan skripsi.
4. Semua Dosen dan Guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku.
5. Semua Bapak dan Ibu guru MI Miftahul Huda Truko yang memberikan
dukungan serta bantuan dan juga murid-muridku yang semuanya
mendo’akanku.
6. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, sahabatku dan sahabatku yang lainnya
trimakasih atas semuanya.
7. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, trimakasih
atas bantuannya.
viii
ABSTRAK
Mansur, Abdul Halim. 2016.Strategi Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga
Tenaga Kerja Wanita di Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan
Bringin, Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas
TarbiyahdanIlmuKeguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.
Kata Kunci: pendidikan akhlak dan keluarga TKW
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kwalitas
pendidikan akhlak keluarga TKW Dusun Bawang. Pertanyaan umum
yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana
pendidikan akhlak dalam keluarga TKW? (2) Apa saja kendala-kendala
yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak keluarga TKW
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang
2017? (3) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
anak keluarga TKW?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian fenomenologis. Jadi kehadiran peneliti dilapangan sangat
penting mengingat peneliti bertindak langsung dalam proses pencarian
data. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari informan pada waktu
diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para
informan. Selain data yang berupa keterangan yaitu data dari hasil
observasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada,
lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan
tahap akhir dari analisa data adalah mengadakan keabsahan
temuan.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat
dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau
ustadz, dan masyarakat.
Strategi pendidikan akhlak anak dengan pemberian nasihat,
peneladanan, dan pemberian hadiah. Nilai akhlak yang ditanamkan ada
jujur, rajin, sabar, disiplin, ketuhanan. Kendala yang dihadapi keluarga
dalam pendidikan akhlak kurangnya pengetahuan pengasuh, kurangnya
ketrampilan pengasuh, dan kurangnya kepedulian pengasuh. Faktor yang
memengaruhi pembentukan akhlak anak adalah perhatian pengasuh dan
lingkungan.Dari hasil penelitian tersebut setiap anak mendapatkan
pengasuhan yang berbeda, sehingga akhlak dari setiap anak juga berbeda
tergantung pada pendidikan, kepribadian anak, serta lingkungan
sekitarnya.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah
memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “strategi pendidikan akhlak anak
pada keluarga tenaga kerja wanita di dusun bawang, desa truko, kecamatan
bringin, kabupaten semarang tahun 2016)”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk
membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama islam.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (SPd) di Sekolah InstitutAgama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“strategi pendidikan
akhlak anak pada keluarga tenaga kerja wanita di dusun bawang, desa
truko, kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2016)”.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan PAI IAIN salatiga.
x
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
7. Semua anggota keluargaku istriku, ibu, dan anggota keluarga yang lain
yang telah menemani, membantu, dan memberikan motivasi kepada
penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan
mereka diterima oleh Allah SWt.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini
dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 16Agustus 2017
Penulis
ABDUL HALIM MANSUR
11413010
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN LOGO.............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. v
MOTTO..................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ........................................................................ 8
F. Metode Penelitian ....................................................................... 10
xii
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 11
2. Kehadiran Peneliti .............................................................. 11
3. Lokasi Penelitian ................................................................ 12
4. Sumber Data ....................................................................... 12
5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 13
6. Analisis Data ...................................................................... 14
7. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 15
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 15
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak............................................. 16
2. Model Pola Asuh dalam Keluarga....................................... 17
3. Isi Materi Pendidikan Akhlak.............................................. 21
B. Keluarga TKW
1. Pengertian Keluarga TKW.................................................... 33
2. Faktor Penyebab Menjadi TKW............................................ 34
3. Kendala dan Pemecahan yang Dihadapi Dalam
Keluarga TKW
a. Keadaan pengasuh.............................................................. 38
b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW...... 39
4. Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga TKW....................... 42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
xiii
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis......................................................................... 44
2. Keadaan Penduduk................................................................... 44
B. Diskripsi Subjek Pendidikan Akhlak
a. Hasil wawancara Syarif.............................................................. 48
b. Hasil wawancara Alifah.............................................................. 51
c. Hasil wawancara Renita.............................................................. 54
d. Hasil wawancara Wildan............................................................ 57
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW
1. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Akhlak...................... 62
2. Strategi Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW...................... 65
3. Nilai Akhlak yang Ditanamkan dalam Pendidikan Akhlak
di Keluarga TKW.................................................................. 68
B. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak
di Keluarga TKW
1. Kurangnya Pengetahuan Pengasuh dalam Mendidik Anak... 71
2. Kurangnya Ketrampilan Pengasuh dalam Mendidik Anak... 72
3. Kurangnya Kepedulian Pengasuh dalam Mendidik Anak.... 73
C. Faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak dalam
Keluarga TKW
1. Perhatian Pengasuh................................................................ 71
2. Kepribadian Bawaan Anak.................................................. 72
xiv
3. Lingkungan Sekitar.............................................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 78
B. Saran ...................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ............................................. 45
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan .................................. 53
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan..................................... 47
Tabel 4 Daftar Responden.................................................................... 47
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan tingkah laku yang
bertujuan untuk membentuk akhlak mahmudah. Jadi pendidikan akhlak
adalah usaha untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik
atau dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah
kebutuhan bagi setiap manusia yang harus diberikan agar dia menjadi
insan yang baik. Karena manusia yang baik akan menguntungkan orang
lain dan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan
merugikan orang lain dan dirinya sendiri pula.
Nata ( 2010:15) berpendapat jika kata al-tahzib berarti pendidikan
akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk. Dari arti kata
tersebut pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang
tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan
ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat
serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak
mulia (Nata, 2010:16). Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya iti disebut
akhlak (Achmad,1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan
memberi, kebiasaan kehendak itu ialah akhlak dermawan.
2
Anak sangat ditentukan perkembangannya oleh keluarga. Ayah dan
Ibu serta anggota lain di rumah harus bekerjasama dalam mendidik Anak.
Shochib mengemukakan “Esensi keluarga adalah kesatuarahan dan
kesatutujuan atau keutuhan dalam mengupayakan Anak untuk memiliki
dan mengembangkan disiplin diri” (Shochib, 1998:18). Jadi keutuhan
keluarga terutama Ayah dan Ibu sangat mempengaruhi perkembangan
Anak. Sehingga orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal yang akan
dilakukan jika harus berpisah dengan Anak.
Dalam sebuah hadistelah dijelaskan beberapa kewajiban orang tua
terhadap anak:
يعيم اىنتا بة واسبا حة حق اىىا ىد عيى اىى ىد ان يحسه اسم و اد ب و ان
(واىسما ية وان ال يسشق االطيبا وان يصوج اذا ادزك )زواي اىحا مم
Artinya:“ :Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan
akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah,
memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah
cukup umur.”(Syu’bu Al Iman Li Al Baihaqi, hadis ke 8137:2856)
Hal itu sangatlah jelas jika mendidik akhlak anak hukumnya wajib,
karena disitu disebutkan jika orang tua wajib mendidik sopan santun yang
juga merupakan akhlak.
Akhlak yang mulia menurut ajaran islam adalah melaksanakan
kewajiban-kewajiban menjauhi segala larangan-larangan memberikan hak
pada yang mempunyainya, baik yang berhubungan dengan allah maupun
yang berhubungan dengan makhluk, dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungannya, dengan sebaik-baiknya seakan melihat allah dan apabila
3
tidak bisa melihat Allah, harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya,
sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dan kesemuanya itu dilandasi dengan iman dan taqarrub kepada Allah
(Djatnika, 1996:24).
Orang yang ada di sisi anak tidak hanya bertugas untuk mendidik
saja, tetapi mengasuhnya. “Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar,
dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu,
sesuai posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap
imbalan” (Lestari dan Ngatini, 2010:2). Jadi hal-hal lain salain mandidik
juga harus dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi yang
lainnya.
Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh perempuan atau ibu rumah tangga dengan menjadi buruh di negara
lain. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
meskipun ada beberapa yang bekerja menjadi karyawan pabrik, penjaga
toko atau yang lainnya. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi
badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri
adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di
luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).
Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) menjadi pilihan ibu-ibu yang ingin
mendapat penghasilan banyak dengan mudah dan tanpa membutuhkan
keterampilan khusus. Hampir semua orang bisa asalkan dia benar-benar
4
bertekad melakukannya. Untuk menjadi TKW tidak harus bermodal
banyak guna mendapatkan pendidikan bahasa asing, karena sekarang
sudah banyak disediakan PT yang memberikan aturan biaya pendidikan
dengan sistem potong gaji setelah dia bekerja. Hal inilah yang
menyebabkan pekerjaan ini menjadi pilihan mereka. Tim PSGK STAIN
berpendapat bahwa faktor yang mendorong perempuan menjadi TKW ada
tiga: Faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, faktor
kemudahan menjadi TKW (Tim PSGK, 2007:31-38).
Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding
dengan keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah sudah cukup
lumayan. Pendapatan mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga keluarga di rumah dan sisannya untuk simpanan.
Kebanyakan dari mereka tidak menggunakan gajinya untuk modal usaha
sehingga dia bisa merubah kondisi ekonominya, tetapi mereka
mempergunakan sisa uangnya untuk memperbaiki rumah dan membeli
sebidang tanah. Ada juga TKW yang uangnya habis karena digunakan
untuk berfoya-foya suaminya.
Di Dusun Bawang banyak ibu rumah tangga yang memilih jalan
hidupnya untuk menjadi TKW. Mereka ada yang bekerja di Saudi Arabia,
Abudabi, Taiwan, dll. Biasanya mereka pergi selama dua tahun, tetapi ada
juga yang sampai tiga atau empat tahun. Pekerjaan mereka juga beragam,
ada yang mengasuh anak, merawat lansia, pembantu rumah tangga, dll.
5
Banyak diantara mereka yang kembali ke sana setelah pulang ke kampung
karena merasa lebih nyaman berada di sana.
Alasan mereka memilih pekerjaan itu karena hasilnya yang
lumayan, tidak membutuhkan biaya tinggi, dan tidak membutuhkan
pendidikan yang tinggi atau ketrampilan khusus. Pekerjaan disana
kebanyakan menjadi ibu rumah tangga sehingga mereka kemungkinan
besar bisa mengerjakannnya, hanya saja bahasa komunikasinya yang
berbeda dan perlu belajar. Alasan lainnya, sebagian ada yang tidak
mempunyai sumber pendapatan, karena mempunyai pendapatan yang
tidak mencukupi, serta tidak dimilikinya jalan atau modal untuk
mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan itu karena keadaan yang
mendesak, demi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Ada juga yang
benar-benar bertekad karena merasa tidak cukup dengan pendapatan yang
di berikan oleh suaminya atau ingin memiliki rumah bagus dan tanah yang
luas seperti tetangga yang kaya.
Di Dusun Bawang sebagian besar orang bermata pencaharian
sebagian petani dan perajin besek ikan dan nasi, akan tetapi sawah di
daerah Bawang tidak ada sistem irigasinya sehingga sawah hanya bisa
digarap ketika musim penghujan. Selain itu biasanya masyarakat hanya
memiliki sebidang tanah yang hasilnya tidak cukup untuk makan sampai
masa panen selanjutnya tiba.
Nilai jual besek juga sangat rendah, bahkan besek nasi sudah
digeser oleh bakul plastik sehingga kurang laku dan masyarakat beralih ke
6
besek ikan. Dalam sehari rata-rata mereka dapat satu ikat yang harganya
9500 dan bahan baku bambu juga harus beli. Sebagian dari kepala
keluarga mereka ada yang merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai
tukang bangunan atau tukang cat di sela-sela musim menggarap sawah.
Akan tetapi mereka yang mempunyai ketrampilan tidak harus pergi ke luar
kota untuk bertahan hidup, mereka ada yang berprofesi sebagai tukang
atau pengrajin makanan. Itulah peyebab mereka pergi menjadi TKW.
Meraka yang pergi kurang memikirkan dampak negatif dari
kepergiannya pada keluarga, terutama bagi anaknya. Anak sangat
membutuhkan peran Ibu untuk memberikan kasih sayang, pendidikan dan
perhatian. Mereka hidup tanpa kasih sayang seorang Ibu dan hanya
mendapatkan perhatian dari Ayah. Sebagian Ayah ada yang kurang
memperhatikan anaknya karena kurangnya ketlatenan dari pribadi seorang
Ayah dan sebagian ada yang karena ayahnya menyeleweng setelah
ditingggal ibu. Laki-laki yang di tinggal istrinya ada yang malah main
judi, main perampuan, mencuri, dll. Sehingga dengan keadaan seperti itu
anak tidak lagi terurus dan hanya mendapatkan pemenuhan kebutuhan
materi saja. Anak-anak mereka tidak mau sekolah tidak mau mengaji
sehingga setelah dewasa hanya menjadi orang yang kurang baik. Mereka
yang di perhatikan ayahnya saja juga nakal karena kurangnya kasih sayang
dan ketelatenan dari seorang ayah.
Kasih sayang seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak, dan bagi
yang memang pergi ke luar negeri Ayah menjalankan perannya sebagai
7
sosok Ayah sekaligus Ibu, supaya mereka menjadi orang yang baik dan
terarah dan tidak kurang kasih sayang. Dalam mengasuh anak perlu
kesungguhan dan usaha yang total agar anak terbentuk sesuai keinginan
orang tua, anak berakhlakul karimah dan menjadi kebanggaan orang tua.
Dari fenomena di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian yang berjudul “STRATEGI PENDIDIKAN AHKLAK ANAK
PADA KELUAGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG
DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2016.
B. Fokus Masalah
1. Bagaimana pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW di Dusun
Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th
2016?
2. Apa saja kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak
anak di keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan
Bringin, Kabupaten Semarang th 2016?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi anak di keluarga TKW Dusun
Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th
2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW di
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang th 2016.
8
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan
akhlak anak di keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko,
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th 2016?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak di keluarga
TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang th 2016.
D. Manfaat Penelitian
1.Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
terhadap masyarakat pada umumnya, khususnya pada keluarga yang
bekerja sebagai TKW mengenai pendidikan akhlak anak TKW
terutama di Dusun Bawang.
2. Praktis
Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi
para orang tua yang bekerja sebagai TKW dalam meningkatkan
kualitas dan mutu pendidikan anaknya,khususnya pendidikan
akhlak.Yang mana bukan hanya kesejahteraan materi yang menjadi
tuntunan karena keluarga khususnya orang tua merupakan pondasi
dasar pembentukan kepribadian anak.
9
E. Penegasan Istilah
1. Pendidikan Akhlak
Pendidikan adalah suatu proses untuk menngenalkan dan
menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seseorang yang menjadi tujuan
dalam pendidikan nilai-nilai itu disampaikan dan di tanamkan dalam
membentuk karakter pribadi yang kemudian diimplementasikan dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara (Khoirun,1999:83 ).
Nata berpendapat pendidikan arti dari kata al-tahzib yang berarti
pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk.
Dari arti kata tersebut pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental
seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan
menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunnya agar
menjadi baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi
pekertinya agar menjadi berakhlak mulai ( Nata, 2010:16 ).
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi
istimewa (Mahmud, 2004:26-27). Sedangkan pendapat lain akhlak
adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya (Asmaran, 2002:1). Pendapat lain lagi
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
10
memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Al Ghazali dalam Nata,
2002:4).
Jadi pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang
tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan
dengan ajaran norma, memperbaiki perilaku agar menjadi baik dan
terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi
berakhlak mulia (Nata, 2010:16).
2. Keluarga TKI/TKW
Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi badan legislatif)
mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah setiap
orang indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di
dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).
Mughni mendefinisikan buruh migran Indonesia adalah setiap
orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu
hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain.
(Tim PSGK, 2007:11-12).
Jadi keluarga TKW adalah keluarga yang ibu dalam keluarga itu
bekerja di luar negeri di dalam satu hubungan kerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi yang dimaksud judul skrispsi
ini adalah strategi pendidikan akhlak anak pada keluarga tenaga kerja
11
wanita di dusun bawang desa truko kecamatan bringin kabupaten
semarang tahun 2016.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif mempunyai latar aktual sebagai sumber langsung data dan
peneliti merupakan instrumen kunci. Penelitian kualitatif adalah
deskriptif, data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata
atau gambar daripada angka. Dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi
pada proses daripada hasil atau produk serta cenderung menganalisis
data mereka secara induktif (Emzir, 2011:2-3).
Jenis penelitiannya adalah fenomenologis. Penelitian ini
melihat secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-
pengalamannya. Pengalaman fenomenologis berusaha memahami
makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan.
2. Kehadiran peneliti
Pada penelitian ini, peneliti secara langsung mendapatkan data
dari responden sehingga sangat leluasa untuk mendapatkan data secara
lengkap dan valid. Selain itu responden adalah tetangga peneliti
sehingga peneliti sangat mengetahui keadaan responden yang akan
mempermudah peneliti mendapatkan data dan perkembangan dari
waktu-kewaktu.
12
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di Dusun Bawang, Desa Truko, Kec. Bringin,
Kab. Semarang.
4. Sumber data
Sumber data penelitian ini adalah:
a.Sumber data primer
Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset
(Arikunto, 1989: 1). Data primer dalam penelitian ini adalah data di
lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Objek
penelitian tersebut diantaranya: Bapak,anak dan nenek. Peneliti
membatasi keluarga TKW yang memiliki anak usia 6-12 tahun yaitu
anak usia sekolah dasar dimana anak sudah memiliki sedikit bekal
ketika di taman kanak-kanak.
b. Sumber data skunder
Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber
data primer. Data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi
berupa foto monografi di lingkungan penelitian serta data-data lain
di tempat penelitian dan tetangga.
13
5. Prosedur pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti
menggunakan beberapa metode, diantaranya: Observasi, wawancara,
analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan.
a. Wawancara
Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara
tanya jawab sepihak yang dilakukan peneliti. Wawancara akan
dilakukan terhadap anak, bapak, dan nenek serta anggota keluarga
lain. Untuk menggali data mengenai pendidikan akhlak anak dalam
keluarga TKW serta pendapat masyarakat tentang akhlak anak-
anak TKW sehari-hari.
b. Observasi
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah observasi yaitu pengamatan dan pencatatan
secara sistmatis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1992:
132).Peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu observasi
yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang
berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian
(Emzir,2011:39). Penulis melakukan pengamatan secara langsung
pada keluarga TKW mengenai gejala-gejala yang ada dilokasi
penelitian yang berhubungan dengan pendidikan akhlak anak di
14
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang.
6. Analisis data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan trankripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi
lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman materi-
materi dan memungkinkan untuk menyajikan data kepada orang lain
(Emzir,2011:85). Penelitian ini menggunakan analisis induktif, yaitu
mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun
kesimpulan. Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan
keluarga TKW, khususnya mengenai pendidikan akhlak anak yang
ibunya menjadi TKW.
7. Pengecekan keabsahan temuan
Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung
dengan melakukan wawancara dan observasi dengan dicocokkan
melalui tingkah laku langsung subjek penelitian, sehingga penulis
benar-benar mendapat data yang langsung dari keluarga tersebut.
Kemudian data tersebut tentu akan penulis simpulkan dengan perilaku
anak tersebut.
15
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, fokus
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: kajian teori, berisi tentang diskripsi pendidikan akhlak anak dan
bagaimana penerapan dalam TKW.
BAB III: membahas tentang gambaran umum, diskripsi pendidikan akhlak
dalam keluarga TKW.
BAB IV: analisis tentang pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang th 2016.
BAB V: penutup berisi kesimpulan dan saran
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian pendidikan akhlak
Anak merupakan titipan dari Allah SWt yang harus kita jaga, dalam
artian kita harus mengasuhnya, mendidiknya serta menghidupinya dengan
cara sebaik mungkin semampu kita. Hal itu harus benar-benar kita berikan
secara ikhlas, karena hal itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban tersebut
bisa kita titipkan pada orang lain yang lebih mampu untuk membantu kita
mendidik anak, misalnya ustad, guru, dan kyai. Karena kemampuan orang
dalam mendidik anak berbeda-beda. Akan tetapi tugas mendididik tidak
bisa kitabebankan pada orang lain, tanggung jawab tetap berada ditangan
orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan
meringankan beban saja”(Ahid,2010:vi).
Sangatlah tidak tepat jika seseorang menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak pada lembaga tertentu dan tidak ikut serta dalam
mendidik anak. Keberhasilan pendidikan tersebut kurang maksimal,
karena waktu anak lebih banyak di rumah daripada di lembaga pendidikan
tersebut. Selain itu bentuk tanggung jawab dari orang tua kurang
terwujudkan. “Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi
perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara
baik”(Ahid, 2010:100). Untuk itu orang tua tidak boleh sembarangan
dalam mendidik anak.
17
a. Pendidikan
Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, dansetiap orang
mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang pendidikan. Nata
mengartikan pendidikan sebagai usaha memperbaiki mental seseorang
yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi
sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi
baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar
menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010: 16).
b. Akhlak
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga dia akan muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa
memerlukan pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan
dorongan dari luar ( Ilyas,1999:2). Akhlak adalah kebiasaan,
kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak (Achmad,1998: 62).
Jadi pendidikan akhlak adalah usaha untuk membentuk akhlak dari
yang belum baik menjadi baik atau dari yang kurang baik menjadi
lebih baik. Pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang
yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi
sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi
baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar
menjadi berakhlak mulia ( Nata, 2010: 16).
18
2. Isi materi pendidikan akhlak
Agar anak memiliki akhlak yang baik perlu ditanamkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Jujur
Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang
sesungguhnya, baik perkataan maupun perbuatan.
(humaidi,1991:149). Sikap jujur teremasuk salah satu akhlak
mahmudah, untuk itu kita harus mengupayakan diri kita untuk
selalu bersikap jujur. Allah sangat menganjurkan orang bersikap
jujur, hal ini sesuai dengan Q.S Al Ahzab:71-70.
قىا هللا و قىىىا قىال سديـدا. يصيح ىنم اعماىنم و يغفس يـايـها اىريـه امىىا اتـ
طع هللا و زسىى فـقد فاش فىشا عظيما. ىنم ذوـىبنم، 07-07االحصاب:و مه يـ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah engkau
kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar,niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
Jujur adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan dari
orang lain. Jujur juga akan membawa keberuntungan, karena
dengan sifat jujur seseorang akan memberikan kepercayaannya
pada orang tersebut. Biasanya orang yang jujur akan diberikan
kepercayaan kembali oleh orang yang memberikan kepercayaan
kepadanya, karena dia merasa senang dan tidak kecewa dengan hal
teresebut.
Kejujuran adalah seimbangnya antara batin dan lahir
sehingga orang yang jujur adalah orang yang benar dalam
19
perkataannya, dalam segala perbuatannya, dan juga benar dalam
segala kindisinya (Khalil, 2009:137). Jadi orang yang jujur
merupakan orang yang baik, karena kata-katanya, perbuatannya,
juga segala kondisinya selalu benar. Orang yang jujur akan tenang,
karena dia tidak punya beban karena telah mengucapkan ataupun
melakukan sesuatu yang tidak benar.
Jujur perlu dibiasakan sejak dini, karena hal itu mudah dan
ringan dilakukana jika sudah terbiasa, tetapi sebaliknya jika kita
tidak terbiasa akan terasa berat dan sulit. Anak perlu dilatih untuk
berani bersikap jujur, jangan menghukum anak yang telah berani
jujur dengan apa yang telah dilakukan. Jika dia memang salah dan
berani jujur anak cukup diarahkan atas kesalahannya agar dia tidak
takut untuk jujur dikemudian waktu. Hal tersebut kemudian dengan
bertahap akan membentuk anak yang jujur dan terbiasa dengan
melakukan hal itu.
b. Ikhlas
Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran
(Tatapangarsa,1991:151). Maksudnya apa yang dia lakukan murni
untuk beribadah pada Allah, dan bersih dari niat-niat
lain.Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan niat selain
karena allah maka dia tidak akan mendapat pahala darinya, dia
hanya akan mendapatkan apa yang dia inginkan selain dari allah
tetapi itupun belum pasti ia dapatkan. Contoh seseorang yang
20
bersedekah karena ingin mendapatkan pujian dia hanya akan
mendapatkan pujian dari beberapa orang saja, mungkin sebagian
malah mengejeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang
berbunyi:
مال عأ ماالأ اإن ي مالك تبالن لوإن ىمانومأ
Artinya: Segala pekerjaan harus disertai niat, dan setiap perkara
yergantung apa yang diniatkannya. (HR. Bukhori Muslim).
Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang perlu kita biasakan.
Jika hal tersebut terasa berat perlu dilatih sedikit demi sedikit
dengan melakukan yang ringan terlebih dahulu.
c. Qana’ah
Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau
merasa cukup dengan apa yang ia miliki (Tatapangarsa,1991:153).
Qana’ah disini bukan berarti menerima apa yang ia miliki tanpa
usaha dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Jadi
seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian
menerima dengan rela apapun hasilnya, karena itu adalah kehendak
allah Swt. Kita semua harus meyakini jika allah sudah bertanggung
jawab untuk memberikan kebutuhan semua makhluknya. Kita
harus berusaha dan menerima dengan ikhlas atas pemberian-Nya.
Dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan:
وما من دابة ف األرض اإال على لله رزق ها وي علم مست قرها ومست ودعها كل ف كتاب مبي
21
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lohmahfuz). (QS Hud : 6 )
Seseorang kadang salah memahami makna qona’ah itu
sendiri, karena beberapa orang menganggap orang yang qona’ah
berarti orang yang putus asa dengan keadaannya, orang yang tidak
mau usaha untuk mengubah diri.Qana’ah dalam pengertiannya
yang luas sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu:
1) Menerima dengan rela apa yang ada.
2) Menerima dengan tuhan tambahan yang pantas, disertai
dengan usaha atau ikhtiar.
3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan.
4) Bertawakal kepada allah.
5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab artinya bersedia untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin.Tanggung jawab
menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab
menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
22
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani
dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,
maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak
lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat
baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak
lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab
perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal
beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
23
1) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
QS. Al-An’am ayat 142:
حولةاألن عامومن اوف رشا كلو ما رزقكم الله ول ت تبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدومبي
Artinya: Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan
untuk pengangkutan dan ada yang disembelih. Makanlah dari
rezeki yang telah diberikan allah kepadamu, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An’am:142).
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu kesadaran
setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian
mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil
berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap
juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus
beristirahat diruma beberapa hari. Konsekuensi tinggal
dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri
akan kelengahannya.
2) Tanggung Jawab kepada Keluarga
ياأي هاالذينآمنواقواأنفسكموأهليكمناراوقودهاالناسوالجارةي عصوناللهماأمرهموي فعلونما هاملئكةغلظشدادال علي
ي ؤمرونArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah
24
terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
(Q.S. At-Tahrim/66: 6).
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri
dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain
yang menjadi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini
menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga
merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan
kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya
memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik,
suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota
keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau
bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan
tanggung jawab terhadap perbuatannya.
3) Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan
demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i
terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina
25
orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena
ia termasuk dalam orang yang kaya dikampungnya. Ia harus
bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut. Sebagai
konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh
masyarakat sekitar.
مأ ويأم ونبالمعوفوينهونولتك نمنك ةيدعونإلىالخي م
م الم فلحون وأ ولئكه نك ﴾٤٠١﴿عنالم
Terjemahannya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104).
4) Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga
dari suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah
laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya
sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus
bertanggung jawab kepada negara.
Setiap orang harus ikut menjaga negara masing-masing
agar tetap baik dan tentram. Sekarang banyak ulah manusia
yang merugikan negara atau orang lain, seperti penjelasan surat
Ar-Ruum ayat 41:
ظهر الفساد ف الب ر والبحر با كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعلهم ي رجعون
26
Artinya: (Telah tampak kerusakan di darat) disebabkan
terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di
laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya
menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia) berupa
perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada
mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau
dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada
mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai
hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat
dari perbuatan-perbuatan maksiat.
Contohnya: Kasus kriminal yang banyak diberitakan,
seseorang yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Hal itu harus dipertanggungjawabkan kepada
pemerintah, ketika perbuatan itu diketahui ia harus berurusan
dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
5) Tanggung Jawab terhadap Allah Swt
Allah SWT menciptakan manusia di bumi ini bukanlah
tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya.
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap
perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia
tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan
dalam kitab suci Al Qur'an. Allah menjadikan manusia sebagai
kholifah di bumi,sehingga manusia harus benar-benar bersikap
baik dan menjaga bumi ini. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-
Baqoroh 30:
ه زبل ىيمالئنة إوي جاعو في الزض خييفة و إذ قا
ماء و وحه قاىىا أتجعو فيها مه يفسد فيها ويسفل اىد
بحمدك و وقدض ىل قاه إوي أعيم ما ال تعيمىن وسبح
27
Artinya: Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada
Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi
seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak
menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan
menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji
Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata :
Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.
Selain sebagai kholifah manusia juga memiliki tanggung jawab
untuk beribadah kepada allah, karena allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepadanya, dijelaskan dalam
QS. Al-Dzariat ayat 56:
وما خلقت الجن واإلنس إال لي عبدون
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaku (QS. Al-Dzariat:56).
Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan
segera diperingati oleh Allah dan jika dengan peringatan yang
keraspun manusia masih juga tidak menghiraukannya maka
Allah akan melakukan kutukan. Contohnya: Seorang muslim
yang taat kepada agamanya maka ia bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah. Karena ia
menghindari hukuman yang akan ia terima jika tidak taat pada
ajaran agama. Kedua yang harus dilakukan seorang muslim
kepada Allah SWT adalah memiliki rasa tanggung jawab atas
amanah yang diberikan padanya. Pada hakekatnya kehidupan
inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya
seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah
berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan
dimintai pertanggung jawaban dari Allah.
28
e. Rendah hati (tawadhu’)
Rendah hati adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai
lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang
tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang
didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan
pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,
tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah
dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat
segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap
menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Sikap
rendah hati ini sangat dianjurkan, dan telah dijelaskan dalam QS.
Al-Furqon ayat 63:
خاطب هموإذاهونا األرض علىيشون الذين الرحن وعباد ا سلماالاهلونقالوا
Artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu
adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata
yang menghina), mereka mengucapkan 'salâm'."
Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang
semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap
tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya
maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap
kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan
29
nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah
kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan
setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka
semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk
menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati
kepada mereka. Ini karena orang yang tawadhu menyadari
akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk
mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.
3. Model pola asuh dalam keluarga
Model adalah ragam atau cara yang terbaik (Sulistiyo &
Mulyono:306). “Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka
atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal
menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat
umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari
& Ngatini, 2010:1).
“Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari
awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai
mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan” (Lestari
&Ngatini,2010:2).
“Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,
mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi
masing-masing anggotanya”(Ahid,2010:75). Jadi yang termasuk dalam
30
anggota keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu, anak, serta orang yang
tinggal serumah dan masih mempumyai hubungan darah.
Selain keluarga ada pihak-pihak di luar rumah yang berperan dalam
pendidikan anak seperti guru, ustadz, serta tetangga sekitar yang peduli.
Meskipun perannya sangat sedikit juga sangat mempengaruhi akan tetapi
tidak boleh dianggungjawabkan sepenuhnya karena pendidikan adalah
tugas orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan
meringankan beban saja”(Ahid,2010:vi).
Jadi model pola asuh dalam keluarga adalah kerangka dalam
mendidik, mengajar dan merawat pada jangka waktu tertentu dalam
keluarga.
Pola asuh menurut Hurlock, Schneider, dan Lore ada tiga: otoriter,
permisif, demokratis (Lestari & Ngatini, 2010:6-8).
a. Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara
mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali
memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),
kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Mansur,
2005:354). Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka
harapkan dari anaknya dan hukuman perilaku anak yang kurang
baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan seringkali
tidak dijelaskan secara memadai dan kurang memahami serta
mendengarkan kemauan anaknya. Penekanan pola asuh ini adalah
31
ketaatan tanpa bertanya dan menghargai tingkat kekuasaan.
Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan banyak
hukuman yang diberikan pada anak.
b. Permisif
Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk
menampilkan dirinya dan tidak membuat aturan yang jelas serta
kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan. Mereka
seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk.
Hubungan mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima.
Pola ini mengasuh anak dengan sangat bebas.
Hal ini ternyata dapat diterapkan pada orang dewasa yang
sudah matang pemikirannya (Mansur, 2005:357). Karena mereka
sudah bisa memilah tersendiri mana yang tepat dan mana yang
tidak, asalkan bekal pengetehuan yang dimilikinya sudah cukup.
c. Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan
pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung
kepada orang tua (Mansur,2005:355). Orang tua yang memberikan
kebebasan yang memadai pada anaknya tetapi memiliki standar
perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan yang jelas dan mau
mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan
beberapa perilaku dan tegas dalam menentukan batasan.
32
Menurut islam ada enam model pola asuh yang bisa dijadikan
referensi dalam mendidik anak, diantaranya: metode dialog Qur’ani dan
nabawi, metode kisah Al Qur’an dan nabawi, metode keteladanan, metode
praktek dan perbuatan, metode ibrah dan mau’izah, metode targhib dan
tarhib (Lestari & Ngatini,2010:9-10).
a. Metode dialog Qur’ani dan nabawi
Metode ini juga bisa disebut dengan metode hiwar
(percakapan). Metode hiwar atau dialog adalah percakapan silih
berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai
satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang
dikehendaki (Gunawan, 2014:260).
b. Metode kisah Al Qur’an dan nabawi
Mendidik anak menggunakan metode ini yakni dengan cara
menceritakan kisah-kisah teladan yang ada pada al- Qur’an, serta
kisah-kisah nabi dan umat islam terdahulu. Karena dengan
mendengar cerita seorang anak akan terpengaruh mengikutinya.
c. Metode keteladanan
Maksud metode ini yakni mendidik anak dengan cara
memberi teladan yang baik supaya anak memiliki perilaku yang
sama dengan yang dicontohkan. Karena teladan atau contoh akan
sangat mudah mempengaruhi anak, orang tua tidak perlu banyak
memberikan pengarahan asalkan dia melakukan hal-hal yang baik
dengan sendirinya anak akan mengikuti.
33
d. Metode praktek dan perbuatan
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengajari
anak secara langsung tanpa teori yang bertele-tele. Jadi anak
langsung diberikan pengertian pada hal yang dimaksud, anak dapat
langsung menangkap apa yang dia jelaskan.
e. Metode ibrah dan mau’izah
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengambil
pelajaran dan khikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya,
sehingga dari situ anak bisa meresapi maknanya. Anak sangat
membutuhkan dampingan orang tua disetiap hal yang dialaminya,
karena anak belum bisa mengambil hikmah disetiap kejadian.
Karena semua taqdir allah itu baik dan apa yang terjadi adalah
pelajaran bagi yang mengalaminya.
f. Metode targhib dan tarhib
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara
memberitahukan anak atas akibat dari perbuatan yang dilakukan
baik positif maupun negatif. Jadi disetiap yang dilakukan ada
akibatnya, sehingga anak selalu diarahkan untuk memilah-milah
apa yang akan dia lakukan. Apapun yang dia lakukan akan
mendapatkan akibat positif dan negatif.
34
A. Keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
1. Pengertian keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
a. Pengertian keluarga dari beberapa ahli sebagai berikut:
1) Menurut ahid “keluarga adalah umat kecil yang memeliki
pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan
kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya”(Ahid, 2010:75).
2) Keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan
dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (Shochib, 1998:18).
Pengertian TKW menurut beberapa ahli sebagai berikut:
a. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)
mendefinisikan TKI atau pekerja indonesia di luar negri adalah
setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di
luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim
PSGK, 2007:11).
b. Mughni mendefinisikan buruh migran indonesia adalah setiap
orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam
suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam
bentuk lain(Tim PSGK, 2007:11-12).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
jika pengertian keluarga TKW adalah sekelompok orang yang
35
memiliki hubungan darah terhadap anak yang ibunya bekerja di
luar negri dan tinggal serumah dengannya.
2. Faktor penyebab menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita)
Setiap orang yang bekerja menjadi TKW ada sebabnya,
menurut tim PSGK STAIN Salatiga (2007:23-27) ada tiga fakor
diantaranya faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, dan
faktor kemudahan prosedur menjadi TKW .
a. Faktor ekonomi
Sebagaian besar wanita bekerja ke luar negri karena ingin
memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia ingin lebih
makmur dengan memiliki harta yang cukup. Kepemilikannya sulit
dimungkinkan untuk bisa mengubah kondisi ekonominya yang
lemah.
Dimasa sekarang ini pekerjaan semakin sulit didapatkan.
Hasil pertanian penduduk yang sangat minim tidak dapat
mencukupi kebutuhannya. Apalagi sekarang pupuk dan obat
harganya tinggi, sementara hasil pertanian harganya rendah. Lebih-
lebih banyaknya pnyakit yang menyeang tanaman petani
menyebabkan minimnya hasil dan pendapatan dari sektor
pertanian. Selain itu jasa manusia sangat minim dibutuhkan karena
tergeser oleh tenaga mesin yang banyak berdatangan.
Kebutuhan yang semakin banyak, harga yang melambung
tinggi, serta biaya pendidikan anak yang tidak sedikit juga menjadi
36
pendorong bagi mereka untuk menjadi TKW. Mereka kesulitan
untuk mencukupi kebutuhannya, padahal itu semua harus
didapatkan. Mulai dari sandang, pangan, dan papan senua harus
terpenuhi ,serta pendidikan anak tidak boleh terkesampingkan.
Dengan menjadi TKW mereka akan mendapatkan gaji tetap
yang lumayan tinggi dan bisa ia gunakan untuk mencukupi
kebutuhannya. Dia tidak perlu sulit-sulit dan banyak berfikir, yang
penting dia bekerja menyelesaikan tugasnya selesai istirahat, setiap
bulan menerima gaji. Dia tidak perlu memikirkan hal lain, anak di
rumah, tetangga keluarga dan masyaarakat semua tidak ada
didekatnya. Hal ini menjadikan mereka lebih senang menjadi TKW
dari pada dirumah tapi tidak punya apa-apa.
b. Faktor tekanan psikologis
Selain karena faktor ekonomi, seseorang menjadi TKW
karena faktor psikologis. Sebenarnya juga masih berhubungan
dengan ekonomi, akan tetapi keinginannya bukan untuk memenuhi
kebutuhannya yang masih kurang. Mereka ke luar negri karena
gengsi dengan tetangganya yang mampu atau ingin seperti
tetangganya yang pulang dari luar negri dan mempunyai banyak
harta yang dihasilkan dari sana.
Perbedaan antar masyarakat sangat mencolok pada
kepemilikannya. Orang yang kaya memiliki rumah bagus, isi
rumah yang lengkap, tanah yang luas, perhiasan, serta kendaraan
37
yang bagus. Sementara mereka yang biasa atau tidak punya hanya
memiliki rumah sederhana dan fasilitas apa kadarnya dengan gaya
hidup yang sederhana. Hal tersebut menjadikan para istri berminat
untuk menjadi TKW, supaya dia bisa memiliki seperti yang
dimiliki orang lain yang memiliki banyak harta. Padahal itu hanya
sementara ketika mereka baru pulang, setelah beberapa waktu di
rumah biasanya mereka kembali hidup dengan gaya sederhana.
c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKW
Untuk menjadi TKW caranya sangatlah mudah, hal itu
mengakibatkan banyaknya orang berminat menjadi TKW.
Meskipun sebenarnya dia kurang membutuhkan seseorang kadang
pergi karena terbawa bujukan sponsor (orang yang mencari
peminat menjadi TKW) dan syaratnya yang mudah. Seseorang
tidak perlu mempunyai pendidikan khusus karena di PT calon-
calon TKW diajarkan bahasa dan ketrampilan yang akan
dikerjakan disana. Dan untuk biaya pendidikan dan lain-lain bisa
potong gaji, sehingga dia tidak harus memiliki uang untuk biaya
berangkat.
Banyak sponsor yang masuk ke desa-desa untuk mencari
orang yang mau ke luar negeri. Para sponsor akan mendekati
seseorang di tiap-tiap desa dan memberikan persen guna mendekati
orang-orang disekitarnya. Mereka memberikan iming-iming
keberhasilan sepulang dari sana. Di luar nanti mereka tinggal
38
bekerja dan akan menerima gaji yang besar setiap bulan. Itulah
beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya kaum istri yang
berminat menjadi TKW. Dengan rayuan yang manis dan iming-
iming yang menarik lama-kelamaan ibu-ibu mulai berfikir dan
lama-kelamaan mereka akan tertarik. Pencari calon TKW terus
berusaha karena menginginkan upah atas keberhasilannya mencari
orang yang mau berangkat ke luar negeri.
3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKW
(Tenaga Kerja Wanita)
a. Pendidikan anak
1) Kurangnya pengetahuan pengasuh
Anak membutuhkan pengasuhan yang tepatsupaya dia
terbentuk sesuai yang diharapkan. Hal itu juga dipengaruhi
oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan
rendah kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat.
Mereka juga kurang mengetahui tugas anak sekolah, prestasi,
dan kegiatan-kegiatan lain.
Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik
spiritual (psikhis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi
oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah
biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya
atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan
39
pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Hal itulah yang
menjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya.
2) Kurangnya kepedulian pengasuh terhadap pendidikan
anak.
Orang tua kadang menyekolahkan anak tanpa memiliki
tujuan ayang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan orang yang
ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan melanjutkan ke
jenjang selanjutnya. Mereka tidak mempedulikan nilai anak,
yang penting sekolah seperti yang lain. Ketika nilai anak
rendah atau tidak mau melanjutkan dia membiarkan saja,
karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam sekolah. Sebagian
diantara mereka menganggap jika pendidikan tidak penting,
asalkan mereka bisa bekerja dan mengahasilkan uang itu sudah
cukup.
3) Putus sekolah
Anak yang kurang mendapat motivasi dan perhatian
tidak akan sungguh-sungguh di sekolah. Biasanya mereka
sekolah agar terhindar dari tugas orang tuanya dan
mendapatkan uang saku setiap hari. Di sekolah dia hanya
bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran. Lama kelamaan
dia akan melakukan beberapa pelanggaran yang mengakibatkan
dia takut dan enggan kesekolah. Karena orang yang
40
mengasuhnya kurang memperhatikannya lama-kelamaan dia
tidak akan berangkat sekolah dan berhenti di tengah jalan tanpa
ada yang mempedulikan.
b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW
1) Orang yang berperan dalam pengasuhan selama ibu
menjadi TKW
Beberapa orang yang berperan menggantikan
ibunya adalah ayah, nenek, kakek, kakak, paman, bibi, atau
orang lain yang tinggal serumah dengannya, karena
merekalalah keluarganya. Anggota keluarga diantaranya
suami, istri, ayah, ibu, anak-anak, dan orang yang serumah
(http:// keluarga. Anggotanya, masalahnya//).Kebanyakan
anak yang di tinggal ibunya masih usia bayi ia diasuh oleh
neneknya, karena jika ayahnya mungkin kurang terampil
untuk mengurusi bayi. Sebagian yang sudah anak-anak
diasuh bersama oleh ayah dan orang yang serumah, akan
tetapi ada juga diantara mereka yang diasuh oleh paman
dan tantenya karena ayah, kakek, dan neneknya sudah
meninggal atau orang tua mereka telah bercerai.
Biasanya famili atau tetangga yang ada di dekatnya
ikut mengasuh anak yang ditinggal ibunya. Karena jika
yang ditinggal itu masih anak-anak biasanya kurang
terawat. Ayah atau nenek yang sudah tua kurang telaten
41
dalam mengurus anak, sehingga anak terlihat seperti
terlantar. Hal itulah yang memunculkan rasa iba pada orang
yang melihatnya. Biasanya mereka diberi makan,
dimandikan, atau dibelajari.
2) Problem pengasuhan yang dirasakan oleh figur
pengganti ibu
(a) Kedekatan anak pada ibu
Sebagian besar anak lebih dekat pada ibu, sehingga
anak sulit diarahkan oleh oranglain selain ibunya Ibu
adalah orang yang mengatur dan membuatrumah
tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi
mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya
(Daradjat, 1995:47).Selain itu biasanya orang lain selain
ibunya kurang telaten dalam mengasuh anak, hal itu
mengakibatkan anak kurang menurut dan sulit diarahkan.
Karena anak kurang kasih sayang dari ibu dia biasanya
mencari perhatian dari orang yang kurang tepat. Jika
anak itu perempuan biasanya lebih merasa kehilangan,
karena mereka membutuhkan tempat untuk curhat.
(b) Berkurangnya orang yang memperhatikannya
Karena ibu tidak ada disisi mereka, dia hanya
diperhatikan oleh orang selain ibunya. Sebenarnya
keluarga adalah adah yang pertama dan utama bagi
42
pertumbuhan dan perkembangan anak (Daradjat,
1995:47). Karena orang yang memperhatikannya
berkurang yaitu ibu, biasanya anak melakukan hal-hal
negatif.Kadang-kadang dia tidak menjalankan
kewajibannya seperti sekolah, mengaji, dan hal-hal lain
tanpa ada yang mengingatkan. Karena kadang kakek
neneknya sudah tua sehingga kurang perhatian dan orang
ayahnya juga bekerja. Hal itu menyebabkan beberapa
anak putus sekolah atau hanya berpendidikan rendah.
(c) Anak boros
Ketika dia ditinggal ibunya orang yang mengasuh
berusaha agar anak tidak rewel, mereka akan menuruti
apapun yang diminta anak. Mereka akan memebelikan
apa saja yang diinginkan anak. Hal itu menyebabkan
anak terbiasa dituruti apa yang dia inginkan. Ketika anak
yang ditinggal sudah besar dia mengetahui jika ibunya
mendapat gaji banyak, bagi mereka yang kurang terdidik
dengan baik dia akan meminta banyak hal.
4. Pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW
Pendidikan akhlak anak sangat tergantung dengan orang yang
mengasuhnya. Jika pengasuh itu bersungguh-sungguh dalam
mengasuhnya kemungkinan besar anak akan memiliki akhlak yang
baik, tetapi sebaliknya jika dia kurang bersungguh-sungguh harapan
43
anaknya mempunyai akhlak yang baik sangatlah kecil. Kadang
meskipun anak sudah dididik dengan baik masih mempunyai akhlak
yang kurang baik, jika hal itu terjadi setidaknya sudah ada ikhtiar dari
pengasuh untuk membentuk anak yang berakhlak baik.
Pendidikan akhlak bisa dia dapatkan dari beberapa sumber
yaitu keluarga, lingkungan sekitar, dan tempat anak belajar. Dari
beberapa sumber tersebut yang paling mendominan adalah keluarga,
karena keluarga merupakan yang terdekat, paling lama, dan paling
sering ketemu dengan anak. Tetangga dilingkungan sekitar serta
tempat dia belajar juga memberikan pengaruh tetapi tidak sebesar
keluarga. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar
pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama
kepribadian dan kemajuan pendidikannya(Ahmadi & Soleh, 2005:55).
Lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhinya. Jika
disekitarnya orang-orang mempunyai kebiasaan yang baik
kemungkinan besar anak akan melakukan hal yang baik pula.
Dilingkunngannya banyak kegiatan keagamaan, banyak kegiatan yang
positif maka anak akan mengikutinya. Namun jika orang disekitarnya
banyak melakukan hal-hal yang kurang baik anak lebih sulit diarahkan
untuk melakukan hal baik.
Dengan pertimbangan beberapa hal diatas maka orang yang
mengasuh anak TKW harus total dalam mendidiknya. Dia sebagai
keluarga dan pendidik utama bagi anak harus semaksimal mungkin
44
mendidiknya, dan berkomunikasi dengan baik pada pihak-pihak yang
membantu dalam mendidik anak seperti pihak sekolah, ustad, atau
guru lesnya. Selain itu pengaruh juga harus selektif dalam memilihkan
sesuatu untuk anak.
45
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis
Dusun Bawang adalah salah satu Dusun di Desa Truko dan
merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang. Dusun tersebut berbatasan dengan lokasi sebagai
berikut. Batas bagian utara Dusun Bawang adalah persawahan dan Dusun
Ngentak, bagian timur persawahan dan Dusun Karang Jati, bagian selatan
persawahan dan Dusun Karang Talun, sedangkan bagian barat persawahan
dan Dusun Taruman.
Dilihat dari kondisi tanahnya, Dusun Bawang ini termasuk daerah
yang cukup subur. Hal ini terlihat dari kondisi tanah yang ada disekitar
Dusun Bawang, yang berupa areal tanah sawah tadah hujan dan tanah
tegalan atau pekarangan yang biasanya ditanami singkong, talas, atau
tanaman lainnya.
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Dusun Bawang pada tahun 2017 sebanyak
252 jiwa, yang terbagi menjadi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 138
orang dan penduduk yang berjenis perempuan 114 orang. Dari
keseluruhan 100% penduduknya beragama islam, dengan kondisi
46
masyarakat religius. Data terakhir Dusun Bawang tahun 2017
menyebutkan:
Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Usia
NO KELOMPOK
UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0-1 1 1 2
2 1-5 4 6 10
3 6-10 9 12 21
4 11-15 8 9 17
5 16-20 4 8 12
6 21-25 12 7 19
7 26-30 17 9 26
8 31-35 26 21 47
9 36-40 30 22 52
10 41-50 26 16 42
11 60 Keatas 1 3 4
JUMLAH 138 114 252
Kebanyakan pendidikan para penduduk sampai tamat SD.
Sehingga pengetahuan dan pengalaman mereka masih rendah. Kesadaran
mereka untuk menyekolahkan anaknya juga masih rendah, biasanya
mereka hanya menyekolahkan anaknya sampai tamat SLTP. Hanya
beberapa orang saja yang menyekolahkan anaknya sampai ke SLTA atau
PT ( perguruan tinggi ). Selain karena faktor biaya juga pengetahuan
mereka tentang pentingnya pendidikan. Mereka lebih mementingkan uang
daripada pendidikan anak. Setelah anak-anak mereka mampu bekerja atau
mampu membantunya, mereka lebih memilih anaknya untuk segera
bekerja dan mendapatkan uang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
47
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
NO JENIS
PENDIDIKAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH
1 Tidak Sekolah 16 21 37
2 Belum Tamat SD 14 11 25
3 Tidak Tamat SD 22 20 42
4 Tamat SD 52 38 90
5 Tamat SLTP 25 20 45
6 Tamat SLTA 7 4 11
7 Tamat Diploma 1 0 1
8 Sarjana Keatas 1 0 1
Jumlah 138 114 252
Mata pencaharian utama penduduk Dusun Bawang adalah tani,
tetapi areal persawahannya masih dengan sistem tadah hujan karena tidak
adanya irigasi. Hal tersebut menyebabkan mereka hanya bisa bercocok
tanam ketika musim hujan saja. Ketika musim kemarau biasanya mereka
merantau ke kota besar seperti Jakarta, Semarang untuk menjadi buruh
bangunan. Jika mereka hanya mengandalkan hasil pertaniannya
kebutuhannya tidak dapat tercukupi. Jenis pekerjaan masyarakat bawang
masih rendah dan berpenghasilan rendah, karena mereka tidak ada satupun
yang menjadi PNS atau pengusaha. Kaum laki-laki banyak yang menjadi
buruh dan kaum perempuan menjadi pengrajin besek ikan. Petanipun
umumnya hanya memiliki sebidang tanah yang tidak terlalu luas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
48
Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
NO JENIS
PEKERJAAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 PNS 0 0 0
2 Pegawai Swasta 2 0 2
3 Pengusaha 0 0 0
4 Pensiunan 0 0 0
5 Buruh Industri 4 3 7
6 Buruh Tani 26 36 62
7 Petani 38 42 80
8 Peternak 3 0 3
9 Buruh Bangunan 50 0 50
10 Lain-lain 18 33 51
Jumlah 114 138 252
B. Diskripsi Subjek Pendidikan
Karakteristik informan yang diteliti adalah anak yang ibunya bekerja
sebagai TKW ke luar negri. Usia anak-anak TKW tersebut berkisar antara 6
sampai 12 tahun, dan mereka tinggal di Dusun Bawang, Desa Truko,
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang tahun 2017.
Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah empat anak. Adapun
daftar nama mereka adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Daftar Instrumen
No Nama Usia
1 Syarif 12 tahun
2 Alifah 9 tahun
3 Renita 11 tahun
4 Wildan 10 tahun
49
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Syarif ( 12 tahun )
Syarif adalah anak dari bapak Nur sholihin dan ibu Endang, yang
sekarang berusia 12 tahun dan duduk di kelas 6 MI. Ibunya bekerja menjadi
TKW di Hongkong, sedangkan ayahnya bekerja serabutan, kadang dia
menjadi buruh tani, menjadi kuli bangunan, atau pakerjaan lainnya.
Pendidikan ayah dan ibunya sama-sama sampai MI.
Syarif disekolahkan di MI Truko. Dia selalu berangkat ke sekolah
setiap hari dan dia mendapat nilai sedang di sekolahnya, bahkan ada
beberapa mata pelajaran yang nilainya rendah. Dia kurang semangat dalam
belajar, karena kurangnya perhatian dari ayah dan keluarganya. Dia hanya
membuka buku ketika ada PR, itupun tidak terlalu sungguh-sungguh.
Syarif hanya belajar di sekolah saja, belajar dipagi hari dan mengikuti les
wajib yang diadakan pihak sekolah disore hari.
Syarif mendapat pendidikan agama dengan mengikuti MADIN
(Madrasah Diniyah) di dusunnya. Pembelajarannya dilaksanakan setiap
hari kecuali hari Jum’at, waktunya setelah asar, dan setelah maghrib. Dia
sudah bisa membaca Al-Qur’an meskipun belum terlalu fasih dan
pemahamannya terhadap tajwid baru sedikit. Untuk wudhu dan shalat
sudah bisa, akan tetapi dalam praktiknya kadang kurang tepat. Ramadhan
terakhir dia sudah bisa puasa penuh sampai maghrib. Itulah pendidikan
keagamaan Syarif.
50
Dalam pengasuhan Syarif, ayahnya lebih dominan dibandingkan
anggota keluarga yang lain. Syarif jarang belajar, dia hanya membuka
buku ketika mengerjakan PR atau membuat tugas sekolahnya. Dia
mengerjakannya sendiri dan kadang dia bertanya kepada ayahnya ketika
mengalami kesulitan. Urusan sekolah seperti mendaftar, mengambil rapot,
pertemuan wali murid, dan lain-lain semua di urus oleh ayahnya.
Kebutuhan seragam dan keperluan sekolah lain juga ayahnya yang
mengurus. Ketika Syarif sakit yang mengurus siapa saja yang sempat,
kadang bapaknya, terkadang juga neneknya. Untuk mandi dia sudah dapat
melakukannya sendiri, tetapi kesadaranya untuk mandi belum ada dia
harus disuruh-suruh agar mau melakukannya. Untuk makan neneknya
yang mengurus, karena dia masih serumah dengan neneknya. Dalam
mengurus pakaiannya dia dibantu oleh ayahnya, pakaian seragamnya
dicucikan ayahnya dan pakaian harianya kadang disuruh mencuci sendiri
untuk latihan. Seperti yang ayahnya tuturkan: “menawi belajar teko
belajar kiambak, nak boten saget tangklet kulo. Nak umbah-umbah nopo,
nggeh kulo kumbahke engkang seragam-seragam kaleh gombale seng
apek, tapi nak engkang damel dolan kulo ken ngumbahi kiambak kaleh
latihan” ( Nursholihin ).
Syarif tinggal dengan ayahnya, kakeknya, dan neneknya.Kakek
dan neneknya tidak selalu di rumah karena mereka bekerja di sawah, jadi
cuma di rumah ketika pulang saja. Ketika tidur dia sekamar dengan
neneknya, ayahnya tidur sendiri, dan kakeknya biasanya tidur di kursi
51
panjang depan televisi. Semua anggota keluarga ikut andil dalam mendidik
Syarif. Mereka menasehatinya untuk melakukan hal-hal yang baik dan
mengingatkannya ketika melakukan kesalahan.
Syarif bersikap baik dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Dia
sangat akrab dengan teman-temannya, setiap hari bermain dengan teman
sebayanya. Karena terlalu asyik bermain terkadang mereka sampai lupa
waktu.
Dia mempunyai perilaku yang sedikit berbeda dengan teman-
temannya. Perhatian yang dia dapatkan tidak sama dengan teman-
temannya, sehingga dia juga kurang perhatian terhadap segala sesuatu.
Kepada orang tua dia patuh dan hormat tetapi terkadang juga tidak
menurut sehingga ayahnya memarahinya. Meskipun ayahnya
memarahinya, tapi cuma dengan kata-kata tidak sampai dengan tangan
atau menyakiti fisiknya.
Ayahnya menanamkan akhlak atau kebiasaan yang baik dengan
cara menasehati dan mencontohi. Begitu juga dengan menghindarkan dari
perbuatan tidak baik.Ayahnya melarang dan menjauhi atau tidak
mengerjakannya. Contohnya ayahnya menyuruh untuk menyapu sambil
mengerjakan kemudian meminta Syarif untuk melanjutkan. Selain itu
ayahnya mengajak Syarif untuk berjama’ah ke masjid sambil bersiap-siap,
dan lain-lain.Ayahnya juga mengajarkan Syarif untuk bersabar, hemat,
rajin ibadah dan bekerja, serta hal-hal baik yang lainnya.
52
Selama ayahnya mendidik Syarif tidak ada kesan yang begitu
terasa dia hanya biasa-biasa saja. Hal yang menyenangkan tidak ada tetapi
juga tidak terlalu menyusahkan. Jadi kata ayahnya: “biasa-biasa saja” (
Nursholihin ).
Masyarakat di sekitar tempat tinggalnya semua muslim, dan
mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap
harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya
juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kegiatan
keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggalnya di pedesaan jadi
hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling
mempedulikan.Syarif dan teman sebayanya sangat akrab dia sering
bermain bersama, terkadang di sekitar rumahnya terkadang juga di sekitar
rumah temannya. Mereka bermain bersama memainkan permainan
sederhana.
Ketika observasi dilakukan peneliti mendapati Syarif yang sedang
bercakap-cakap dengan ayahnya. Dari situ dapat dilihat sikap Syarif
kepada ayahnya. Syarif memang dekat dengan ayahnya, tetapi
kedekatannya tidak seperti ayah dan anak. Karena Syarif terlihat akrab
dengan ayahnya tetapi dia kurang hormat.
2. Alifah ( 9 tahun )
Alifah adalah anak dari bapak Zainudin dan ibu Musbiroh.
Pendidikannya hanya sampai MI. Alifah tinggal bersama kakek dan
neneknya. Ibunya bekerja menjadi TKW di Arab Saudi dan bapaknya
53
bekerja sebagai kuli bangunan. Alifah sekarang berusia 9 tahun dan duduk
dikelas 4 MI Miftahul Huda Truko
Alifah tidak sungguh-sungguh dalam bersekolah. Dia tidak rajin ke
sekolah dan prestasinya rendah. Dia tidak pernah belajar dan juga tidak
mendapatkan pendidikan tambahan. Terkadang dia berangkat sekolah
terkadang tidak.
Alifah juga tidak mendapatkan pendidikan keagamaan selain di
sekolah dan di rumah, karena dia tidak mengikuti MADIN ( Madrasah
Diniyah ) di dusunnya. Dia baru bisa membaca Al-Qur’an sedikit-sedikit,
karena dia hanya belajar di waktu kecil. Praktik wudhu dan shalat dia
sudah bisa, tetapi dia tidak aktif mengerjakannya setiap hari. Puasa
ramadhan dia juga jarang melaksanakan. Hal ini dikarenakan kurangnya
perhatian dari pengasuh dan kurangnya pendidikan agama yang ia
dapatkan. Kemampuannya tertinggal dari teman sebayanya.
Pengasuhan Alifah dilaksanakan oleh keluarga secara bersama-
sama. Perhatian keluarga terhadap pendidikan Alifah masih redah. Mereka
tidak telaten untuk mengurusnya sampai hal-hal yang pelit dan rumit.
Yang mereka utamakan adalah hal-hal yang terlihat seperti makan, mandi,
dan kebersihan pakaian. Setiap harinya Alifah belajar sendiri jika mau,
nenek dan kakeknya tidak mengetahui tentang keaktifannya mengerjakan
PR atau tugas sekolah. Yang mengurus sekolahnya termasuk mendaftar,
mengambil rapot, atau pertemuan wali murid adalah neneknya, karena
kakeknya sudah repot mengurus sawah dan ternaknya. Ketika Alifah sakit
54
yang mengurus adalah neneknya. Keperluan sekolahnya seperti seragam,
buku, saku, diurus oleh Ayahnya karena dia yang membawakan uang
kiriman ibunya. Dia makan di rumah neneknya, dan pakaiannya juga
dicucikan olehnya karena dia belum mau mencuci sendiri.
Alifah tinggal bersama ayah, nenek, dan kakek di rumahnya
sendiri. Dia tidur berama ayahnya. Meskipun begitu dia lebih sering
bersama nenekya
Alifah akrab dengan teman sebayanya. Dia tidak banyak bicara
ketika diingatkan, paling hanya tersenyum. Tetapi senyumnya belum
berarti menurut. Karena dari penuturan ayahnya ketika dinasehati dan
diingatkan kadang menurut kadang tidak tetapi sering tidaknya:”nak di
kandani teko plengah-plengeh, kadang manut kadang yo ora tapi kerep
orane” ( Mulyanto ). Dia rukun dan tidak pernah berkelahi dengan
saudaranya dan teman-temanya, tetapi mereka kurang mengurusi
kepentingan satu sama lain.
Kesulitan dan masalah yang dihadapi Alifah biasanya diketahui
ketika neneknya ke sekolah. Jika Alifah menghadapi masalah, nenek dan
anggota keluarga yang lain juga mengetahuinya. Mereka segera mengurus
dan menyelesaikan masalahnya. Jika Alifah sulit dinasehati dia dibiarkan
saja oleh neneknya. Neneknya mengutamakan keuangannya dan hanya
mengingatkan perilakunya sekedarnya saja.
Cara neneknya mengajarkan kebiasaan atau hal-hal baik dengan
memberikan contoh seseorang yang tepat untuk dia tiru, supaya dia
55
menjadi baik seperti orang yang dicontohkan. Dan untuk menghindarkan
dari perbuatan baik dengan menasehati agar manjauhinya. Neneknya juga
menasehatinya agar tidak boros, agar rajin ibadah, dan bersungguh-
sungguh ketika sekolah. Dia juga diingatkan bahwa ibunya bekerja susah
payah untuk dia.
Masyarakat di sekitar tempat tinggal Alifah muslim semua, dan
mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang setiap
harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya
juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan
keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggal Alifah di pedesaan jadi
hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling
mempedulikan. Alifah setiap harinya hanya di rumah, jika keluar hanya ke
rumah bibinya di sebelah.
3. Renita ( 11 tahun )
Renita adalah anak dari bapak Safarudin dan ibu Lestari.Renita
tinggal bersama neneknya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
mengasuh cucunnya. Cucunnya bernama Renita, dia berusia 11 tahun dan
duduk di kelas 5 MI Truko.Ibu Renita bekerja sebagai TKW di Taiwan,
sedangkan ayahnya bekerja sebagai tani. Ayah Renita tinggal di dusun
sebelah yaitu dusun Pucunng.Renita tidak mau ikut bapaknya, dia lebih
senang ikut neneknya.
Renita anak yang baik dan cerdas. Dia rajin ke sekolah, prestasinya
juga bagus. Setiap hari dia belajar di rumah dengan bibinya. Untuk
56
pendidikan keagamaan dia aktif mengikuti MADIN. Karena keaktifannya,
dia sudah bisa membaca Al-Qur’an meskipun belum terlalu lancar. Praktik
wudhu dan shalat dia juga sudah bisa, karena materi itu diajarkan di
MADIN dan Renita selalu berangkat. Puasa ramadhan juga sudah
melaksanakan, tetapi ketika di ajak ke pasar dia tidak kuat sehingga
puasanya batal.
Semua kepentingan Renita diurus oleh neneknya.Termasuk
kegiatan setiap harinya, kepentingan dan perlengkapan sekolahnya,
kesehatannya, dan kebutuhan setiap harinya seperti makan, mandi, dan
pakaiannya. Renita tinggal bersama nenek dan kakeknya. Dia setiap hari
tidur bersama neneknya, mereka seperti ibu dan anak. Meskipun hampir
semua diurus oleh neneknya, namun semua pihak keluarga ikut terlibat
dalam mendidik akhlak Renita. Semua ikut mengawasi dan
menasehatinya.
Interaksi Renita dengan orang lain juga baik. Dia akrab dengan
teman sebayanya. Dia patuh dan sayang pada neneknya. Ketika Renita ada
masalah atau menghadapi kesulitan kadang neneknya tahu kadang tidak,
karena Renita tidak selalu menceritakannya. Jika dia merasa hal itu tidak
terlalu penting, dia tidak menyampaikannya. Neneknya segera
menyelesaikan masalah yang dihadapi Renita. Ketika Renita sulit
dinasehati terkadang neneknya sampai menggunakan tangan, seperti yang
disampaikannya: “nak dikandani angel kadang nggeh tak jiwet. Tapi nak
nganu boten nate seng klarani nemen, paleng nggeh namung tak jiwet
57
niku”( Nenek Sumiati). Meskipun Renita berinteraksi baik dengan orang-
orang di sekitarnya, tetapi dia tidak dekat dan tidak mau ikut dengan
bapaknya. Karena sejak kecil dia diasuh neneknya. Walaupun ada bapak
kandungnya dia lebih nyaman dengan pengasuhan perempuan meskipun
bukan ibu kandungnya.
Neneknya mengajarkan kebiasaan atau hal-hal baik dengan cara
memberikan nasehat, begitu juga dengan menghindarkan dari perbuatan
yang tidak baik yaitu dengan menasehati agar tidak melakukan hal-hal
tersebut. Nenek mengajarkan agar Renita selalu rajin, menghormati orang
yang lebih tua, disiplin, jujur, dan lain-lain.
Kesan menyenengkan selama mendidik Renita yaitu prestasi yang
didapat Renita, dia selalu mendapat peringkat 3 setiap penerimaan rapot.
Meskipun tidak peringkat pertama dia sudah senang, karena dibanding
teman sebayanya di dusun dia paling bagus nilainya. Renita anaknya rajin
dan penurut, sehingga dia selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
neneknya. Kesan kurang menyenangkannya ketika dia sulit dinasehati.
Masyarakat di sekitar tempat tinggalnya muslim semua, dan
mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang seeiap
harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya
juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan
keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggalnya di pedesaan jadi
hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling
58
mempedulikan. Orang-orang di sekitar Renita sangat memperhatikannya.
Dia ikut menasehati perilaku Renita.
4. Wildan ( 10 tahun )
Wildan adalah anak dari bapak Muhlikin dan ibu Rianah.
Keduanya sama-sama lulusan MI Truko. Ayahnya bekerja sebagai kuli
bangunan di Semarang dan ibunya bekerja sebagai TKW di Hongkong.
Dia di rumah bersama kakek dan neneknya. Dia sekarang berumur 10
tahun dan sekarang duduk di bangku kelas 4 MI Miftahul Huda Truko.
Dia rajin ke sekolah, tetapi prestasinya kurang baik, tetapi dia rajin
mengikuti MADIN di dusunnya. Dia sudah bisa praktik wudhu dan shalat
meskipun ketika melaksanakan kurang sungguh-sungguh. Dia sudah
belajar puasa dibulan ramadhan sampai duhur dan orang biasa menyebut
puasa beduk. Begitulah keadaan pendidikan Wildan.
Dalam mengasuh Wildan dilaksanakan secara bersama-sama oleh
ayah, kakek dan neneknya. Ketika belajar dan mengerjakan PR dia
didampingi oleh kakeknya. Kadang juga di antar kerumah tetangganya
untuk mengerjakan PR tersebut. Yang mengurus sekolah Wildan adalah
kakeknya sendiri mulai pendaftaran, pertemuan, dan mengnambil rapot.
Kebutuhan sekolah seperti buku, tas, saku dan kesehatan Wildan semua
diurus oleh kakek dan neneknya. Untuk makan diurus oleh neneknya,
karena kakeknya pergi ke sawah setiap harinya. Yang biasanya
memandikan juga neneknya karena jika Cuma disuruh dia tidak segera
59
mengerjakan. Pakaiannya juga dicucikan oleh neneknya, karena dia malas
untuk mencucinya sendiri. Dia tidur bersama kakek dan neneknya.
Wildan anaknya agak usil dia suka mengganggu temannya. Dia
kurang patuh dan hormat dengan orang tua. Dia juga sering berkelahi.
Ketika mereka ada masalah kakeknya mengetahuinya tetapi kadang sulit
diselesaikan, karena dia sulit diatur. Ketika dia sulit diatur biasanya kakek
dan nenek memarahinnya. Mereka mengajarkan kebiasaan atau hal-hal
baik dengan cara memancingnya dengan hadiah dan menghindarkan dari
perbuatan tidak baik dengan cara mensehatinya. Hal yang menyenangkan
bagi kakek dan neneknya yakni ketika dia mau belajar, itu sangat
menyenangkan karena dia sangat sulit disuruh belajar. Dan hal yang tidak
menyenangkan yaitu ketika dia nakal. Dia sangat sulit untuk dinasehati,
dan juga sering membantah nasehat yang diberikan padanya.
Masyarakat di sekitar tempat tinggalnya muslim semua, dan
mereka juga agamis. Hal itu bisa dilihat dari jumlah jama’ah yang setiap
harinya ke masjid jumlahnya mencapai 50%. Selain itu masyarakatnya
juga banyak yang mengikuti toriqoh, organisasi keagamaan, juga kgiatan
keagamaaan yang lainnya. Karena tempat tinggalnya di pedesaan jadi
hubungan kekerabatannya masih erat, antar tetangga masih saling
mempedulikan. Tetapi kadang para tetangga agak jengkel dengan dia
karena keusilannya, akan terapi kejengkelannya disertai rasa iba. Sebagian
masyarakat berpendapat jika kenakalannya karena kurangnya kasih sayang
dan perhatian yang didapatkannya.
60
Wildan dan teman sebayanya sangat akrab dia sering bermain
bersama tetapi terkadang juga berkelahi, Dia biasanya bermain di
lingkungan rumah, mencari buah-buahan, dan kadang menangkap hewan
separti belalang dan capung. Dia sering dimarahi orang karena tingkah
lakunya yang kurang baik. Mereka sering keluar masuk masjid tanpa
mencuci kaki terlebih dahulu, sedangkan dia tidak mengenakan alas kaki.
Dia juga sering bercanda diwaktu shalat berjama’ah di masjid.
C. Pendidikan Akhlak Anak Keluarga TKW
Pendidikan akhlak anak sangat tergantung dengan orang yang
mengasuhnya. Jika pengasuh itu bersungguh-sungguh dalam mengasuhnya
kemungkinan besar anak akan memiliki akhlak yang baik, tetapi
sebaliknya jika dia kurang bersungguh-sungguh harapan anaknya
mempunyai akhlak yang baik sangatlah kecil. Kadang meskipun anak
sudah dididik dengan baik masih mempunyai akhlak yang kurang baik,
jika hal itu terjadi setidaknya sudah ada ikhtiar dari pengasuh untuk
membentuk anak yang berakhlak baik.
Pendidikan akhlak bisa dia dapatkan dari beberapa sumber yaitu
keluarga, lingkungan sekitar, dan tempat anak belajar. Dari beberapa
sumber tersebut yang paling mendominan adalah keluarga, karena
keluarga merupakan yang terdekat, paling lama, dan paling sering ketemu
dengan anak. Tetangga dilingkungan sekitar serta tempat dia belajar juga
memberikan pengaruh tetapi tidak sebesar keluarga. Sementara tingkat
pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan
61
rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya (
Ahmadi & Soleh, 2005:55).
Lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhinya. Jika
disekitarnya orang-orang mempunyai kebiasaan yang baik kemungkinan
besar anak akan melakukan hal yang baik pula. Dilingkunngannya banyak
kegiatan keagamaan, banyak kegiatan yang positif maka anak akan
mengikutinya. Namun jika orang disekitarnya banyak melakukan hal-hal
yang kurang baik anak lebih sulit diarahkan untuk melakukan hal baik.
Dengan pertimbangan beberapa hal diatas maka orang yang
mengasuh anak TKW harus total dalam mendidiknya. Dia sebagai
keluarga dan pendidik utama bagi anak harus semaksimal mungkin
mendidiknya, dan berkomunikasi dengan baik pada pihak-pihak yang
membantu dalam mendidik anak seperti pihak sekolah, ustad, atau guru
lesnya. Selain itu pengaruh juga harus selektif dalam memilihkan sesuatu
untuk anak.
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung ke keluarga
TKW yang ada di Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang. Penulis menemukan pendidikan akhlak pada keluarga TKW sebagai
berikut:
A. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW
1. Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak
Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak diantaranya:
a. Ayah
Orang tua merupakan pihak yang paling berperan dalam
pendidikan akhlak anak. Meskipun pihak lain juga berperan, namun
pengaruhnya tidak sebesar orang tuanya. Karena orang tua adalah orang
yang paling dekat dengan anak. Ketika ibu tidak ada maka hanya ayah
orang tua yang ada di sisinya. Orang tua juga merupakan rujukan bagi
anak, yakni rujukan moral dan informasi (Ahid, 2010:145). Jadi ayah
harus bisa menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini peneliti temukan pada wawancara terhadap Syarif, Alifah,
dan Wildan. Mereka adalah anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja
menjadi TKW di luar negeri. Mereka diurus oleh ayahnya dengan
dibantu anggota keluarga yang lain. Pendidikan yang diberikan pada
anak-anak sangat berpengaruh pada perilaku atau akhlak mereka.
63
Nur Sholihin ( ayah Syarif ) mengurus kebutuhan anak baik
pakaian, kebutuhan sekolah, dan yang lainnya. Dia juga yang mengurus
kepentingan sekolah seperti menganbil rapot, pertemuan wali murid,
dan rapat bersama guru-guru. Selain mengurus anaknya Nur Sholihin
juga bekerja serabutan untuk mencari nafkah. Hal ini dia lakukan
sebagai bentuk tanggung jawab dan perhatiannya kepada keluarga. Hal
yang sama juga dilakukan oleh Mulyanto.
Muhlikin berbeda dengan Nur Sholihin dan Mulyanto, dia jarang
mengurus anaknya, karena sibuk dengan pekerjaannya saja. Mandi,
pakaian, dan makan diurus oleh neneknya, karena ayahnya kurang
memperhatikannya. Dia juga jarang memasak, karena ketika punya dia
lebih suka jajan mi di warung. Dia juga kurang memperhatikan
akhlaknya, hingga menjadi pembicaraan masyarakat di dusun. Anaknya
suka mengganggu teman, kurang menjaga kebersihan masjid, dan suka
bercanda berlebihan.
Berbeda lagi dengan Renita dia tidak mau tinggal dengan
bapaknya, karena dari kecil dia diasuh oleh neneknya. Renita juga tidak
akrab dengan bapaknya. Mereka hanya bertemu dengan bapaknya
ketika mengantarkan sesuatu untuk diberikannya pada Renita.
b. Anggota keluarga
Selain ayah, anggota keluarga juga terlibat dalam pendidikan
anak. “Menurut islam, keluarga lebih banyak berperan dalam
pembinaan moral terutama pada masa kanak-kanak” (Ahid, 2010:123).
64
Mereka juga sangat dekat dengan anak anak, karena mereka hidup
bersama dan sering bertemu. Sebagai anggota keluarga mereka juga
menginginkan akhlak anak menjadi baik, sehingga mereka ikut
mendidik anak-anak sebisa mereka. Mungkin dengan menasehati,
meneladani, atau mengingatkan mereka jika melakukan kesalahan.
Hal ini dituturkan oleh semua informan. Salah satunya adalah
penuturan neneknya: “Sedanten nggeh nderek ngandani mas, wong
sedanten nggeh pengen Renita dadi cah seng apek nalare”( nenek
Sumiati ). Jadi keluarga juga mempunyai pengaruh dalam pendidikan
akhlak anak.
Ayah Alifah berangkat kerja pagi-pagi dan pulangnya selalu
malam, sehinggga jarang bertemu dengan anaknya, karena sampai di
rumah anaknya sudah tidur, dia hanya diurus oleh kakek dan neneknya.
Tetapi perhatiannya tidak seperti orang tua sendiri, ayahnya hanya
memperhatikan makan, pakaian, dan kebutuhan keuangannya. Untuk
akhlaknya dia hanya mengingatkan sekedarnya, ketika diingatkan susah
dia membiarkannya tanpa mengusahakan dengan cara yang lain.
Kepentingan sekolah diurus oleh neneknya, karena ayahnya sudah
sibuk mengurus pekerjaanya sendiri.
Berbeda dengan Sumiati, meskipun dia nenek yang sibuk, tetapi
dia berperan seperti ibu kandungnya. Dia mengurus pakaian, makan,
kebutuhannya dengan penuh perhatian. Dia juga mendampinginya
65
untuk belajar setiap hari. Sumiati juga telaten untuk mengajaknya ke
masjid ketika waktu shalat tiba. Mereka juga terlihat sangat dekat.
Dalam mengurus Alifah neneknya menggunakan cara yang
berbeda, karena dia sudah tua, sehingga dia melakukan sebisanya.
Pakaiannya juga terlihat lusuh karena kurang perawatan. Alifah juga
jarang belajar, karena dia hanya disuruh tanpa didampingi atau dirayu.
Sehingga kemampuannya dalam pelajaran tertinggal dari temannya,
baik itu pelajaran di MADIN atau hal lain.
c. Guru dan ustadz
Guru merupakan orang yang mendidik dan mengajar anak.
Tugasnya selain menyampaikan materi kepada siswa adalah
membentuk anak yang berakhlakul karimah. Jadi, guru juga berperan
dalam pendidikan akhlak anak, sehingga mereka sangat berpengaruh
pada pendidikan akhlak anak.
Nama lain guru dalam sebuah hadis adalah al-muaddib yang
diartikan sebagai orang yang memiliki akhlak dan sopan santun,
seseorang yang terdidik dan berbudaya, sehingga ia memiliki hak moral
dan daya dorong untuk memperbaiki masyarakat (Nata, 2010:163).
Dari hasil wawancara kepada beberapa informan, disampaikan
bahwa anak terkadang lebih menurut dengan guru mereka daripada
orang tua atau keluarganya sendiri. Mereka sangat menurut dengan apa
yang disampaikan oleh guru-gurunya. Contohnya ketika rambut anak
66
laki-laki mulai panjang jika orang tuanya ingin memotongnya dia tidak
memperbolehkan, tetapi ketika yang menyuruh gurunya dia menurut.
d. Masyarakat
Masyarakat atau orang-orang di sekitar juga ikut berperan dalam
pendidikan akhlak anak. Mereka sering mengamati perilaku anak di
luar rumah. Di pedesaan hubungan kemasyarakatan masih erat,
sehingga mereka masih mempedulikan satu sama lain. Mereka ikut
menasehati anak jika mendapati perilakunya kurang tepat. Mereka juga
ikut prihatin jika anak-anak tersebut memiliki akhlak yang tidak baik.
Lingkungan masyarakat atau lapangan pendidikan dalam
masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga yang ikut
mempengaruhi perkembangan anak didik dan faktor yang
mempengaruhi orang tua ( Mansur, 2005:364). Maksud dari lapangan
pendidikan ketika yakni setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan
dimasyarakat sangatlah menentukan, karena anak lebih lama bersama
dengan masyarakat. Pada umumnya anak lebih suka bermain di luar
rumah setelah tugasnya selesai. Di luar rumah dia akan bermain dengan
teman-temannya.
Dari apa yang disampaikan informan, peneliti mencontohkan apa
yang disampaikan oleh Mulyanto: “Tonggo-tonggo nak semerep anake
kulo nakal nggeh do ngandani. Do semerep anake kulo nakal talong
nggeh do mesakke terus ngewangi ngandan-ngandani”( Mulyanto /
67
ayah Alifah ). Jadi masyarakat juga mempunyai peran dalam
pendidikan akhlak anak.
2. Strategi pendidikan akhlak di keluarga TKW
Dalam mendidik anak TKW pengasuh menggunakan strategi yang
berbeda-beda, diantaranya:
a. Pemberian nasihat
Dari hasil wawancara beberapa informan, mereka banyak yang
mendidik atau membiasakan hal-hal baik dengan menasehati anak.
Karena nasihat adalah cara yang mudah untuk menyampaikan apa yang
diharapkan. Jika mereka menginginkan anak melakukan hal baik apa,
dia tinggal menyampaikan dan menjelaskan. Begitu juga dengan
menghindarkan mereka dari perbuatan yang buruk, tinggal
menyampaikan hal apa saja yang harus dijauhi atau dihindari.
Selain mudah cara ini sangat baik. Dalam buku Usus al-Atrbiyah
al-Islamiyah yang disebutkan dalam buku Gunawan (2014:270),
menyebutkan bahwa diantara metode pendidikan yang banyak
memberikan pengaruh dalam mengarahkan manusia adalah metod
nasehat atau al-mau’idzah al-hasanah atau metode bimbingan (al-
irsyad). Jadi metode ini sangat tepat diterapkan dalam mendidik akhlak
anak. Nasihat sangat memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia, terlebih
jika keluar dari orang yang dicintainya.
Alasan mereka menggunakan metode ini adalah yang mudah.
Selain itu mereka juga kurang mengetahui cara lain yang mungkin bisa
68
diterapkan. Seperti yang disampaikan oleh nenek Sumiati: “kulo ngoten
carane ndidik kersane akhlake sahe nggeh tak kandani ngoten niku
mbak, la ajeng dipripunke sagete ngoten niku” ( Sumiati / nenek Renita
). Jadi ini menjadi pilihan karena mudah dan praktis.
b. Peneladanan
Peneladanan dipilih karena dianggap sangat bagus, karena anak
akan lebih tertarik untuk melakukannya setelah dicontohkan. Pada usia
ini anak akan cepat meniru apa yang dilakukan oleh orang tua ataupun
orang-orang di sekitarnya. Anak usia sekolah dasar dan menengah
cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya, karena secara
psikologis siswa memang senang meniru hal baik atau hal jelek
(Gunawan, 2014:265). Dengan memberi teladan yang positif informan
berharap supaya anak menirunya, sehingga dia akan memiliki akhlak
yang positif seperti yang dia contohkan.
Seperti yang telah disampaikan oleh Nur Sholihin: “Carane kulo
ndikik akhlake anak kulo kandani kaleh kulo contoni. Nak namung di
omongi tok lare sakniki angel manuti tapi nak di omongi kaleh awake
dewe tandang disek katah manute”( Nur Sholihin / ayah Syarif ). Jadi
metode ini lebih efektif untuk diterapkan bersama metode nasehat,
karena anak tidak hanya mendapat masukan saja tetapi juga contoh,
sehingga kemungkinan untuk menurut atau mengikuti lebih besar.
c. Pemberian reward/hadiah
69
Pemberian reword/hadiah juga bagus untuk diterapkan. Karena
anak lebih menurut karena keinginannya untuk mendapatkan hadiah
yang ditawarkan. Meskipun awalnya dia melakukan hal tersebut karena
hadiah, namun jika terus menerus dilakukan akan menjadi kebiasaan
pada diri anak. Sehingga akan terbentuk akhlak anak sesuai apa yang
biasa dilakukannya.
Metode ini hampir sama dengan targhib dan tarhib, yang
diterapkan atas dasar fitrah manusia yaitu sifat keinginan pada
kesenangan, keselamatan, dan tidak menginginkan pada kesedihan dan
kesengsaraan (Gunawan, 2014:273). Bagi anak ukuran dan bentuk
hadiah kurang penting, hadiah apapun mereka sudah senang.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada Muhlikin: “carane
kulo ndidik akhlake anak kanti tak bang-bang, dadi kowe ngko nak
gelem ngene tak tukokke iki utowo tak kei iki ngoten”( Muhlikin / ayah
Wildan ). Jadi metode ini juga tepat untuk diterapkan, karena anak lebih
tertarik untuk menuruti karena keinginannya untuk mendapatkan hadiah
tersebut.
d. Pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu cara yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang, agar sesuatu itu menjadi kebiasaan (Gunawan,
2014:267). Dengan membiasakan akhlak atau hal-hal yang baik anak
akan terbiasa melakukan hal tersebut tanpa rasa berat, dan kebiasaan itu
akan melekat pada diri anak.
70
Informan juga membiasakan anak dengan akhlak yang baik,
seperti membaca Al-Qur’an, setiap masuk waktu shalat diajak ke
masjid untuk berjama’ah, dan selalu dibiasakan untuk mencuci
pakaiannya dan bersih-bersih rumah.
3. Nilai akhlak yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak di keluarga
TKW
a. Jujur
Informan menanamkan kejujuran pada anak supaya hal itu
terbentuk pada diri mereka. Kejujuran sangatlah penting dalam pondasi
kehidupan. Dengan jujur setiap orang akan dipercaya oleh orang lain,
sehingga kepercayaan akan diberikan kepadanya tanpa ragu. Jujur
adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang sesungguhnya,
baik perkataan maupun perbuatan ( Tatapangarsa, 1991:149). Jadi anak
yang sudah tertanam jiwa jujur, dia akan selalu jujur terhadap semua
orang. Jadi orang tua juga perlu memberikan penghargaan atas
kejujuran anak, sehingga dia akan senang dan akan selalu berbuat jujur.
b. Rajin
Orang tua menginginkan anak mereka rajin, baik rajin bekerja
maupun beribadah. Jadi informan juga mengajarkan anak mereka untuk
rajin dalam segala hal kebaikan seperti rajin belajar, rajin berjama’ah ke
masjid, rajin membantu orang tua, dan lain-lain. Jika anak rajin,
nantinya akan menguntungkan diri anak sendiri, orang tua, dan orang-
71
orang di sekitarnya. Kerajinan akan sulit tertanam pada diri anak jika
tidak diterapkan sejak dini.
Ancaman dapat menanamkan sikap pendendam, pujian bisa
mendorong anak berbuat lebih baik. Kritikan dan kemarahan dapat
mematahkan semangat, sedangkan panggilan kasih sayang bisa
menciptakan suasana yang kondusif dalam hubungan orangtua dan anak
(Mustaqim, 2005:113. Jadi orang tua akan lebih berhasil dalam
menanamkan sifat rajin pada anak dengan cara yang lembut dan penuh
kasih sayang.
c. Sabar
Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridho allah (Ilyas, 2007:134). Sabar ada beberapa
macam diantaranya sabar dalam menahan amarah, dabar dalam
menerima coba’an dari allah, serta sabar dalam menghadapi masalah.
Hal ini perlu ditanamkan agar mereka senantiasa menerima dengan apa
yang diberikan ataupun yang terjadi padanya. Informan mengajarkan
anak agar sabar supaya mereka lebih mudah dalam mengondisikan
keadaan anak mereka. Selain itu anak juga perlu diingatkan untuk
bersabar dengan keadaannya yang tanpa ibu di sampingnya supaya
mereka bersabar atas hal itu dan tidak membenci ibunya.
d. Disiplin
Disiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dengan
tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan
72
(Tasmara: 2002:88). Informan mengajarkan anak untuk disiplin supaya
segala sesuatunya menjadi tertib dan teratur. Mereka dilatih untuk
disiplin dalam segala hal, termasuk disiplin dalam menggunakan waktu,
disiplin dalam berpakaian, serta disiplin dalam mengerjakan sesuatu.
Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat
semaunya hingga mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini akan
berdampak negatif bago pribadi mereka ( Mustaqim, 2005:133).
e. Keimanan
Keimanan sangat penting untuk ditanamkan pada diri anak.
Keimanan umat muslim terangkum dalam rukun iman yang jumlahnya
ada enam. Hubungan antara rukun iman, rukun islam terhadap
pembinaan akhlak menunjukkan bahwa pembinaan akhlak yang
ditempuh islam menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu
sistem yang yang menggunakan berbagai sarana peribadatan yang
lainnya secara simultan untuk diarahkan pada perbinaan akhlak (Nata,
2002:162). Cara ini sangatlah baik untuk digunakan.
Orang tua sangat penting untuk menanamkan keimanan sejak
dini. Informan menanamkan keimanan pada diri anak dengan berbagai
cara mengarahkan anak mengaji di madrasah, memasukkannya ke
sekolah dan di rumah dia juga mengajarkan sebisanya. Biasanya orang
tua mengajarkan melalui perbincangan dan kebiasaan mereka, selain itu
dari pertanyaan yang muncul dari anak.
73
f. Ketauhidan
Sebagai umat muslim nilai ketauhidan harus benar-benar tertanam
dalam hati. Hal ini harus ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Anak
perlu mengenali Allah dengan baik dan benar, karena perkenalan adalah
awal yang sangat penting. Sangat tidak mungkin anak berakhlakul
karimah kepada Allah SWT manakala ia tidak mengenali-Nya (Halim,
2000:45). Cara mengenali yang baik yakni dengan cara membaca ayat-
ayat-Nya, jadi anak perlu diajari membaca Al-Qur’an sejak dini dan
diajarkan isi kandugan-Nya.
4. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak di
Keluarga TKW
a. Kurangnya pengetahuan pengasuh
Pengasuh perlu memiliki pengetahuan khusus dalam mendidik
anak, karena seorang anak memiliki kepribadian yang sangat lembut.
Seorang pemimpin atau sebagai orang tua dalam membimbing anak-
anaknya harus menggunakan seni dalam mengorganisasikan pola asuh
dan dalam memotivasi anak-anaknya dalam keluarga untuk mencapai
tujuan akhir sesuai dengan tujuan pendidikan islam itu sendiri yakni
mencapai manusia insan kamil (Mansur, 2005:351).
Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual
(psikhis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi oleh tingkatan
pendidikannya. Pendidikan yang rendah biasanya dalam merawat atau
perhatian pendidikan seadanya atau alami sesuai dengan perputaran
74
waktu atau bahkan pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Jadi
pengasuh anak-anak TKW umumnya berpendidikan rendah sehingga
mereka melaksanakan sebisanya.
Pengasuh hendaknya menggunakan gaya yang dapat menarik
anak untuk mengikutinya. Selain gaya juga dibutuhkan kata-kata yang
halus untuk menyentuh hati anak. Ketlatenan juga sangat dibutuhkan
dalam mengasuh anak supaya dia menurut dan terbentuk sesuai dengan
keinginannya. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang, sehingga
banyak pengasuh yang mendidik anak dengan cara sebisanya.
b. Kurangnya ketrampilan pengasuh
Selain pendidikan, pengasuh anak juga membutuhkan
ketrampilan untuk mendidik akhlak anak. Dengan ketrampilan
pengasuh, akhlak anak akan terbentuk lebih baik. Orang yang terampil
meskipun pengetahuannya rendah dia sabar dan telaten dalam
mengasuh anak. Apa yang dilakukannya bisa disesuaikan dengan
kebutuhan anak, karena anak sangat membutuhkan kesabaran dalam
mengurusnya. Hal itu akan menjadikan anak lebih menurut dengan
pengasuh.
Tabiat manusia berbeda-berbeda sesuai perbedaan individu-
individu itu sendiri serta dengan perbedaan kesiapan dan potensi
mereka (Aly & Munzier, 2003:115). Jadi setiap pengasuh memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam mendidik akhlak anak,
termasuk ketrampilan yang dimiliki pengasuh tersebut.
75
c. Kurangnya kepedulian pengasuh
Orang tua ada yang kurang memperhatikan pendidikan anak
karena kurangnya kepedulian mereka. Orang tua hanya mementingkan
kedisiplinan anak untuk berangkat sekolah, berangkat mengaji, atau
kegiatan lainnya. Orang tua biasanya kurang memperhatikan akhlak
anak, apakah akhlak anaknya sudah baik, apa yang harus dilakukannya
supaya akhlak anak menjadi lebih baik, atau yang lainnya.
Sebenarnya keluarga memiliki beberapa kewajiban edukatif,
diantaranya adalah menegakkan hukum-hukum Allah, merealisasikan
ketentraman jiwa, melaksanakan perintah Rasulullah SAW, dan
merealisasikan kecintaan kepada anak-anak dan beberapa dampak
edukatifnya (Nahlawi, 1992:193-197). Jadi keluarga harus
melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut supaya kebutuhan
edukatif anak terpenuhi.
Salah satu dampak edukatif adalah memelihara fitrah anak dari
ketergelinciran dan penyimpangan (Nahlawi, 1992:200). Jadi orang tua
bertanggung jawab untuk mengarahkan anak agar memiliki akhlakul
karimah dan berjalan pada jalan yang benar.
Anak adalah anugrah dari allah SWt. Dalam Al-qur’an
keturunan adalah bagian yang penting dalam kelanjutan misi
kekhalifahan manusia di bumi (Mustaqim, 2005:19). Jadi sebagai
orang tua perlu mendidik anak dengan baik supaya mereka dapat
melanjutkan misi orang tua. Orang tua pasti memiliki tujuan dan
76
harapan hidup, yang itu mereka harapkan dari anak. Selain sebagai
pelanjut misi kekhalifahan anak juga amanah Allah yang dititipkan
kepada orang tua. Manusia hendaknya bersyukur atas amanah anak
yang diberikan kepadanya, karena dia sudah dipercaya oleh Allah
untuk mengasuh anak tersebut. Salah satu cara mensyukuri anak
adalah orang tua mendidiknya dengan baik agar menjadi generasi yang
berkualitas (Mustaqim, 2005: 21).
Allah SWt mengingatkan dalam firman-Nya QS An Nisa’ayat 9:
خافواعليهم وليخش الذين لو ت ركوا من خلفهم ذر ية ضعافا ف ليتق الله ولي قولوا ق وال سديدا
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Hal ini belum disadari oleh semua orang tua, sehingga mereka
mendidik anak dengan ala kadarnya. Mereka kurang menyadari bahwa
anak adalah amanah Allah yang kelak akan dimintai
pertanggungjawaban atas amanah yang dititipkan kepadanya. Hal ini
menimbulkan kurangnya kepedulian orang tua terhadap anak.
77
5. Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak dalam
Keluarga TKW
Pembentukan akhlak anak dipengaruhi beberapa hal baik dari luar
ataupun dari dalam diri anak itu sendiri. Beberapa hal yang memengaruhi
pembentukan akhlak anak dalam keluarga TKW diantaranya:
1. Perhatian pengasuh
Perhatian pengasuh sangatlah memengaruhi pembentukan
akhlak anak. Karena dia yang mengawasi dan memperhatikan anak
setiap harinya. Jika pengasuh itu perhatian dia akan mengarahkan anak
agar memiliki akhlak yang baik. Dia akan mendidik akhlak anak
dengan cara yang dia sukai mungkin dengan menasehatinya,
meneladaninya, atau dengan cara yang lainnya. Begitu juga untuk
menghindarkan perbuatan yang tidak baik, dia akan menyampaikannya
dengan cara yang dia sukai.
Pendidikan akhlak dalam islam merupakan hal yang sangat
urgen demi terlaksananya nash-nash agama. Nash-nash AL-Qur’an dan
As-Sunah tidak akan berfungsi selama tidak ada yang menunaikannya
(Mahmud, 2004:145). Jadi pendidikan akhlak yang dilaksanakn
pengasuh sangatlah penting agar terbentuk anak yang berakhlak baik
yang mengamalkan nash-nash agama. Jika pengasuh bersungguh-
sungguh kemungkinan berhasilnya dalam mendidik anak lebih besar,
namun sebaliknya jika kesungguhan itu tidak ada harapan
terbentuknya akhlak yang baik pada anak sangat kecil.
78
2. Kepribadian bawaan anak
Kepribadian anak juga menentukan pendidikan akhlak anak.
Jika dia mempunyai kepribadian bawaan yang baik usaha untuk
membentuk akhlak yang baik lebih mudah, tetapi sebaliknya jika dia
mempunyai faktor bawaan yang kurang baik usaha untuk membentuk
akhlak yang baik lebih sulit. Tetapi bukan berarti anak yang
mempunyai faktor bawaan kurang baik tidak akan memiliki akhlak
yang baik. Dia membutuhkan usaha yang lebih dibanding yang sudah
memiliki bawaan baik. Bagitu juga yang memiliki bawaan baik, dia
akan menjadi baik jika dididik dengan benar. Tetapi jika teledor yang
memiliki bawaan baik tabi bisa berubah menjadi tidak baik.
Karakteristik seseorang sangat dipengaruhi oleh gen yang
merupakan karakteristik bawaan yang diwariskan (genotif) dari orang
tuanya, yang akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi
atau diukur (fenotif) (Gunawan, 2014:246). Jadi setiap anak
mempunyai kombinasi yang berbeda dari perpaduan watak kedua
orang tuanya.
3. Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi dalam
pendidikan akhlak anak. Karena usaha yang sungguh-sungguh jika
tidak diimbangi dengan lingkungan yang baik akan sulit terbentuk.
Sebaliknya jika lingkungan baik dan mendukung usaha akan lebih
79
mudah dilakukan. Contohnya anak yang diajarkan untuk memakai
pakaian yang sopan atau muslimah menolak, karena semua temannya
tidak ada yang mengenakan pakaian seperti itu. Contohnya lagi anak
yang susah disuruh shalat, tetapi karena di lingkungannya semua anak
berjama’ah di masjid dia akan melaksanakannya tanpa disuruh.
Hal ini hampir sama dengan pendapat yang menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yakni faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terbagi menjadi dua
terdiri dari faktor nonsosial yang berupa cuaca, alat, gedung, dan lain-
lain sedangkan faktor sosial baik keluarga, lingkungan sekolah, dan
masyarakat. Faktor internal terbagi menjadi dua yaitu faktor fisiologis
seperti kesehatan dan kondisi fisik anak, serta faktor psikologis seperti
kecerdasan, kepribadian, sikap, bakat, dan lain-lain (Sriyanti, 2012:18-
19).
80
Bab V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan hasil penelitian bahwa pendidikan akhlak di keluarga TKW
(Tenaga Kerja Wanita) di Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang tahun 2017 sebagai berikut:
1. Pendidikan akhlak dalam keluarga TKW
a. Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak
Pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak diantaranya:
1) Ayah
Ayah merupakan pihak yang paling berperan dalam
pendidikan akhlak anak. Meskipun pihak lain juga berperan, namun
pengaruhnya tidak sebesar ayahnya. Karena ayah adalah orang tua
yang ada di dekat anak. Pendidikan yang mereka berikan sangat
berpengaruh terhadap perilaku atau akhlak anak mereka.
2) Anggota keluarga
Selain orang tua, anggota keluarga juga terlibat dalam
pendidikan akhlak anak. Mereka juga sangat dekat dengan anak-
anak, karena mereka hidup bersama dan sering bertemu. Sebagai
anggota keluarga mereka juga menginginkan akhlak anak menjadi
baik, sehingga mereka ikut mendidik anak-anak sebisanya. Mungkin
dengan menasehati atau mengingatkan mereka jika melakukan
81
kesalahan. Selain itu mereka juga memberikan perhatian kepada
anak. Apa yang dilakukan oleh anggota keluarga adalah teladan bagi
anak, jadi perilaku mereka juga harus dijaga.
2) Guru dan ustadz
Guru merupakan orang yang mendidik dan mengajar anak.
Tugasnya selain menyampaikan materi kepada siswa adalah
membentuk anak supaya berakhlakul karimah. Jadi, guru juga
berperan dalam pendidikan akhlak anak, sehingga mereka sangat
berpengaruh terhadap pendidikan akhlak anak.
3) Masyarakat
Masyarakat sekitar juga memiliki peran dalam pendidikan
akhlak anak, karena mereka ikut mengingatkan serta mempedulikan
akhlak anak yang ada di sekitarnya. Hal ini masih banyak di jumpai
di daerah pedesaan.
b. Strategi pendidikan akhlak
1) Pemberian nasihat
Metode nasihat digunakan oleh pengasuh anak karena mudah
dan praktis. Mereka tinggal menyampaikan dan menjelaskan yang
mereka maksud atau mereka inginkan. Metode ini biasanya juga
disertakan dalam metode yang lain.
2) Peneladanan
Metode teladan dipilih karena dianggap sangat bagus, anak
lebih tertarik untuk melakukannya. Pada metode ini anak lebih
82
tertarik untuk mengikuti karena hal itu juga dilakukan oleh orang
terdekatnya. Mereka tidak enggan karena tidak hanya disuruh
tetapi diminta untuk meniru atau mengikuti.
3) Pemberian reward/hadiah
Reward ini sangat menarik bagi anak-anak, karena anak sangat
suka dengan hadiah. jadi metode ini sangat tepat untuk diterapkan,
karena anak akan lebih menuruti arahan pengasuhnya.
4) Pembiasaan
Metode ini sangat bagus diterapkan, karena anak tidak
merasa berat untuk melakukan karena dilakukan secara pelan-
pelan. Selain itu hal yang dibiasakan akan benar-benar tertanam
pada diri anak, akan tetapi dalam penerapannya dibutuhkan
ketlatenan dan kesabaran yang lebih.
c. Nilai akhlak yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak
1) Jujur
Jujur ditanamkan pada diri anak sebagai bekal hidupnya,
karena kejujuran sangatlah penting dalam pondasi kehidupan.
Orang yang jujur akan dipercaya oleh orang lain, hal itu akan
menguntungkan dirinya sendiri dan juga orang lain.
2) Rajin
Anak juga ditanamkan sikap rajin, baik dalam hal ibadah
maupun pekerjaan. Anak yang rajin akan menguntungkan dirinya
83
sendiri, orang tua, dan orang disekitarnya. Jadi sifat rajin sangat
penting untuk ditanamkan pada diri anak.
3) Sabar
Sikap sabar perlu ditanamkan agar anak senantiasa menerima
apapun yang terjadi atau yang diberikan padanya. Anak yang sabar
lebih mudah untuk dikondisikan.
4) Disiplin
Anak diajarka disiplin supaya tertib dan teratur. Anak
diajarkan untuk disiplin dalam menggunakan waktu, dalam
berpakaian, serta dalam mengerjakan sesuatu.
5) Keimanan
Keimanan sangat penting untuk diterapkan pada anak sejak
dini. Orang tua bisa menanamkannya dengan berbagai cara. Dia
juga bisa meminta bantuan pihak lain seperti dimasukkan ke
sekolah, ke MADIN, atau pihak lain.
6) Ketauhidan
Ketauhidan juga penting untuk ditanamkan pada anak sejak
dini. Anak perlu mengenal Allah agar dia dapat mengamalkannya
apa yang menjadi hukum allah.
2. Kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di
keluarga TKW
a. Kurangnya pengetahuan pengasuh
84
Pengasuh perlu memiliki pengetahuan khusus dalam mendidik
anak, karena seorang anak memiliki kepribadian yang sangat lembut.
Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual ataupun
fisik juga akan sangat dipengaruhi oleh tingkatan pendidikannya. Jadi
pengasuh anak-anak TKW umumnya berpendidikan rendah sehingga
mereka melaksanakan sebisanya.
Pengasuh hendaknya menggunakan gaya yang dapat menarik
anak untuk mengikutinya. Selain gaya juga dibutuhkan kata-kata yang
halus untuk menyentuh hati anak. Ketlatenan juga sangat dibutuhkan
dalam mengasuh anak supaya dia menurut dan terbentuk sesuai dengan
keinginannya. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang, sehingga
banyak pengasuh yang mendidik anak dengan cara sebisanya
b. Kurangnya ketrampilan pengasuh
Selain pendidikan, pengasuh anak juga membutuhkan
ketrampilan untuk mendidik akhlak anak. Dengan ketrampilan
pengasuh, akhlak anak akan terbentuk lebih baik. Orang yang terampil
meskipun pengetahuannya rendah dia sabar dan telaten dalam
mengasuh anak.
c. Kurangnya kepedulian pengasuh
Orang tua kurang memerhatikan pendidikan anak karena ketidak
tahuannya mengenai pendidikan. Orang tua hanya memperhatikan
keaktifan anak berangkat kesekolah tetapi kurang memerhatikan
hasilnya. Ketika di rumah yang penting anak tidak nakal, meskipun
85
akhlaknya kurang tepat pengasuh kurang memperhatikannya. Yang
diutamakan pengasuh adalah hal-hal yang tampak.
d. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak
1) Perhatian pengasuh
Perhatian pengasuh sangatlah memengaruhi pembentukan
akhlak anak, karena dia yang mengawasi dan memerhatikan setiap
harinya. Kesungguhan pengasuh juga memengaruhi keberhasilan
pendidikan akhlak anak.
2) Kepribadian bawaan anak
Kepribadian bawaan anak juga menentukan pendidikan
akhlak anak. Anak yang memiliki kepribadian bawaan baik lebih
mudah dalam mendidik akhlaknya dibandingkan yang memiliki
kepribadian bawaan kurang baik.
3) Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar sangat memengaruhi pendidikan akhlak
anak. Usaha yang sungguh-sungguh jika tidak diimbangi dengan
lingkungan yang baik akan sulit terbentuk. Sebaliknya juga,
meskipun pendidikan yang diberikan kurang baik tetapi
lingkungannya baik dengan sendirinya anak akan mengikuti hal
tersebut.
86
B. Saran
Diharapkan penelitian tentang pendidikan akhlak di keluarga TKW
(Tenaga Kerja Wanita) di Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang tahun 2017 ini dapat disempurnakan dengan
mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan
gambaran yang lengkap pada pendidikan akhlak anak. Ditujukan kepada
pihak-pihak sebagai berikut:
1. Pemerintah
Melalui pendampingan dan memfasilitasi ketrampilan menjadi orang tua
sebagai pendidik akhlak bagi anak-anak dari keluarga TKW.
2. Tokoh Masyarakat
Berperan aktif melalui kepedulian sosial terhadap anak-anak yang berasal
dari keluarga TKW.
3. Keluarga TKW dan Masyarakat Umum
Meningkatkan kepedulian dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan menjadi orang tua.
4. Peneliti Lain
Peneliti lain yang hendak meneliti topik yang sama yaitu pendidikan
akhlak dalam keluarga dapat memperkaya metode dan memperluas
wilayah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Mudlor. TT. Etika dalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas.
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Aly, Hery Noer & Munzier.2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung
Insani.
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam.
Bandung: CV. Diponegoro.
Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.
Bandung: CV RUHAMA.
Djatnika, Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islami “Akhlak Mulia”.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Halim, M Nipon Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UNY.
Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Persada.
Khalil, Ahmad. 2009. Narasi Cinta dan Keindahan. Malang: UIN Malang press.
Lestari & Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleoeng, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mustaqim, Abdul.2005. Menjadi Orang Tua Bijak. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Qodratillah, Meiti Taqdir. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rahmaniyah, Istighfarotul. 2010. Pendidikan Etika. Malang: UIN Malang Press.
Sriyanti, Lilik, dkk. 2012. Teori-Teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Straus, Anselm & Corbin, Juliet. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Tatapangarsa, Humaidi. 1991. Akhlak yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Tim PSGK STAIN Salatiga. 2007. Sepenggal Kisah Kelabu Tenaga Kerja
Wanita. Salatiga: STAIN Salatiga Press & Mitra Cendikia.
(http:// keluarga. Anggotanya, masalahnya//).
Daradjat, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Al Klateni, Abu Azam. 2012. Peran Ibu Sebagai Madrosatul Ula. Jakarta: Bening
Hati.
PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
A. Pedoman Observasi
1. Bagaimana pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW?
2. Bagaimana interaksi anak dengan orang tua, pengasuh, dan
lingkungan sosialnya?
B. Pedoman Wawancara
1. Pertanyaan umum
a. Identitas anak: usia dan kelas.
b. Identitas orang tua: usia, status pernikahan, status orang tua,
pekerjaan, penghasilan, pendidikan.
c. Keadaan sekolah/pendidikan anak
1) Apakah anak anda rajin kesekolah?
2) Bagaimana nilai atau prestasi sekolahnya?
3) Apakah dia mendapatkan tambahan pelajaran selain
sekolah seperti TPA, les, dll?
d. Pendidikan keagamaan
1) Apakah dia mengikuti kegiatan mengaji atau TPA?
2) Apakah anak anda sudah bisa membaca Al-Qur’an?
3) Apakah anak anda sudah bisa berwudlu?
4) Apakah anak anda sudah bisa melaksanakan shalat?
5) Apakah anak anda melaksanakan puasa ramadhan?
e. Pengasuh anak
1) Siapa yang mendampingi anak anda belajar dan
mengerjakan PR atau tugas sekolah?
2) Siapa yang mengurus sekolah anak termasuk mendaftat,
menghadiri undangan sekolah, dan mengambil rapot?
3) Siapa yang mengurus kesehatan anak
4) Siapa yang mengurus kebutuhan sekolah seperti buku,
seragam, tas, saku, dan lain-lain?
5) Siapa yang menyiapkan dan mengurus anak ketika
makan, mandi, serta pakaiannya?
f. Keadaan rumah
1) Siapa yang tinggal serumah dengan anak?
2) Dengan siapa anak biasanya tidur?
2. Pertanyaan khusus
a. Interaksi anak dengan orang lain.
1) Bagaimana perilaku anak sehari-hari dengan teman
sebayanya?
2) Apakah anak menghormati, menyayangi, serta
mematuhi nasihat orang tuanya?
3) Apakah anak rukun dan sayang dengan saudaranya?
b. Tindakan orang tua ketika anak menghadapi masalah
1) Apakah orang tua tahu ketika anak mengalami kesulitan
di sekolah?
2) Apakah orang tua tahu ketika anak ada permasalahan
dengan temannya?
3) Apa yang dilakukan orang tua ketika mengetahui ada
masalah yang terjadi pada anak?
4) Ketika anak sulit diatur apa yang dilakukan orang tua?
c. Cara orang tua mendidik anak
1) Bagaimana cara orang tua mengajarkan kebiasaan/hal-
hal yang baik pada anak?
2) Bagaimana cara orang tua menghindarkan anak dari
perbuatan yang tidak baik?
d. Suka duka mendidik anak
1) Kesan menyenangkan apa yang anda dapat ketika
mendidik anak?
2) Kesan kurang menyenangkan apa yang anda dapat
ketika mendidik anak?
e. Kondisi lingkungan
1) Bagaimana kondisi masyarakat di sekitar tempat
tinggal anda?
2) Apakah masyarakat sekitar anda agamis?
3) Bagaimana perhatian tetangga sekitar terhadap anak
anda?
4) Bagaimana keadaan teman sebaya anak anda?
5) Di mana anak anda biasanya bermain?
Wawancara ke : 1 Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
Di Hongkong
Tanggal : 16 Desember 2016
Pukul : 15.00
Responden : Syarif
Penanya
Responden
Tannya Jawab Tema
Penanya Dek, ini saya mau wawancara, kamu sekarang
luang apa tidak?
Pengantar/
Perkenalan
Responden Luang mas, mau wawancara apa?
Penanya Wawancara tentang pendidikan dan akhlak kamu
selama ibumu di luar negeri?
Responden O..ya
Penanya Nama kamu kan sudah tahu, kalau usiamu berapa?
Responden 11 tahun
Penanya Kamu sekolah dimana dan kelas berapa ? Sekolah/
Pendidikan
Responden SD Truko 2, kelas 6
Penanya Kalau sekolah kamu berangkat terus?
Responden Berangkat terus, kalau sekolah, mengaji rajin, tapi
jika disuruh belajar kadang malas,kalau ada PR saja
aku belajarnya.
Penanya Kalau belajar kamu dengan siapa?
Responden Belajar sendiri, jika mengerjakan kesulitan kadang
bertanya pada ayah.
Penanya Prestasi sekolahmu bagaimana?
Responden Sedang mas, tapi kadang agak jelek
Penanya Selain di sekolah kamu belajar dimana?
Responden Hanya di diniah saja
Penanya Kalau mengajinya, praktik wudhu dan shalat kamu
kan sudah tahu jika di madrasah.
Pendidikan
Keagamaan
Kalau puasamu bagaimana?
Responden Ramadhan terakhir kemarin sudah penuh sampai
magrib.
Penanya Kalau yang mengurus kepentingan sekolah dan
kebutuhanmu siapa?
Pengasuhan
anak
Responden Ya ayahku, semua ayahku yang mengurus. cuma
jika aku tidak enak badan mboe yang
mengurus
Penanya Jika urusan makan, mandi, dan pakaian kamu?
Responden Kalau makan mboe yang mengurus, jika mandi
sudah sendiri, pakaian saya yang mencucikan
khususnya pakaian seragam dan pakaian yang
masih bagus yang mencuci mbo`e, tapi jika pakaian
untuk bermain saya sendiri yang mencuci sambil
buat latihan.
Penanya Jika tidur dengan siapa?
Responden Dengan mboe
Penanya Sikapnya dengan teman sebaya kamu bagaimana? Interaksi
anak
dengan
orang lain
Responden Dengan teman sebaya akrab bermain bersama.tapi
kadang juga bertengkar kalau aku di ejek.dengan
orang tua kadang menurut kadang tidak. Kadang-
kadang juga saya di marahi, tapi cuma marah-
marah saja tidak sampai maju tangan, tidak pernah.
saya kalau di rumah cuma diam mas, tidak pernah
cerita saya mangalami apa kadang jika ditanya saya
bilang tidak-tidak.
Penanya Cara ayahmu mendidik akhlak dan kebiasaan baik
kamu bagaimana?
Cara orang
tua
mendidik
anak
Responden Cara saya di didik akhlak saya,ya saya di nasehati
dan juga sayadi beri contoh. Jika cuma dinasehati
kadang tidak aku perhatikan, tapi jika dinasehati
sambil dicontohi aku banyak menurutnya, Jika saya
sih inginnya menjadi anak yang baik, tidak aneh-
aneh, jadi saya di suruh menjauhi akhlak yang tidak
baik.
Penanya Kesan menyenangkan dan kesan kurang
menyenangkan selama di didik ayahmu apa?
Suka-duka
pendidikan
anak
Responden Tidak ada mas. Biasa-biasa saja.saya itu di didik
untuk menjadi anak yang jujur, sabar, segala
sesuatunya yang tepat, baik waktu atau yang
lainnya.
Penanya Tetangga juga peduli sama kamu?
Responden Peduli
Wawancara ke : 2 Keterangan: Ibu si anak bekerja sebagai TKW
Di Taiwan
Tanggal : 16 Desember 2016
Pukul : 17.00
Responden : Alifah
Tanya Jawab Tema
Penanya Dek ini saya mau minta waktunya sebentar,
kamu sedang repot apa tidak?
Pengantar/
perkenalan
Responden Tidak pak, la mau apa?
Penanya Ini saya mau wawancara tentang pendidikan
dan akhlak kamu selama ibumu di Taiwan?
Responden Apa aku bisa?
Penanya Bisa, yang penting kamu menjawab sesuai
kenyataan.
Responden O ya, sebisaku ya.
Penanya Sekarang usiamu berapa?
Responden 9 tahun
Penanya Kamu sekolah dimana? Sekolah/
Pendidikan
Responden MI Truko pak.
Penanya Sekarang kamu kelas berapa?
Responden Kelas 4 pak.
Penanya Bagaimana dengan sekolahmu sekarang?
Responden Berangkat terus pak.
Penanya Jika belajar dengan siapa?
Responden Belajar sendiri jika ada PR saja,karena
ayahtidak menyuruhku,dulu waktu ibuku
masih dirumah aku selalu disuruh belajar
tiap malam dan setiap pulang sekolah selalu
di tanya ada PR tidak.
Penanya Kamu sekolah diniah? Pendidikan
Keagamaan
Responden Kadang berangkat kadang tidak.
Penanya Kalau malam kamu mengaji tidak?
Responden Kalau ayah mengantar ya ngaji,kalau tidak
ya tidak
Penanya Jika membaca Al-Qur’an sudah bisa?
Responden Bisa sedikit, tapi belum lancar.
Penanya Jika wudhu sudah bisa?
Responden Bisa, tapi kadang juga tidak melaksanakan
Penanya La shalat kamu bagaimana?
Responden Dulu waktu ibuku di rumah aku selalu
shalat,karena selalu disuruh oleh ibuku.Tapi
sekarang jarang shalat,karena tidak ada
yang marahi saya.Ayah kerja berangkat pagi
pulang malam,sedangkan nenek pergi ke
sawah.
Pengasuhan
Anak
Penanya Yang mengurus kepentingan sekolahmu
siapa?
Responden Mak wo, ayah tidak sempat. Tapi kalau apa-
apanya ayah yang mengurus, sepatunya,
buku, tas, seperti itu. Sakunya juga ayah
yang memberi karena ibu kalau kirim
ditujukan ke ayah.
Penanya Jika makannya?
Responden Makannya juga disini, pakaianku yang
mencucikan mak wo. Jika disuruh mencuci
saya tidak mau karena belum bisa.
Penanya Jika tidur disini?
Responden Tidak,saya tidur di rumah nenek.karena
belum berani kalau tidur dirumah sendirian.
Penanya Sikap kamu dengan teman-temanmu
bagaimana?
Interaksi
anak
dengan
orang lain
Responden Baik, dengan temanku akrab, teman-
temanku juga main ke rumahku.terus nanti
bermain di luar bersama-sama.
Penanya Kalau dengan mak wo mu menurut apa
tidak?
Responden Tidak pasti, kalau dinasehati senyum-
senyum, kadang menurut kadang tidak, tapi
sering membantahnya.
Penanya Kalau dengan adikmu rukun?
Responden Rukun, tapi kalau apa-apa sendiri-sendiri.
Penanya Sikap kamu dengan mak wo bagaimana?
Responden Kalau bicara belum bisa sopan pak,bahkan
kalau lewat depan orang tua ya biasa saja
pak,seenaknya.ya dulu pakai permisi
pak,tapi kalau lama-lama ya capek mau
lewat permisi terus,ya masa bodoh yang
penting lewat gitu aja.
Cara
pengasuh
mendidik
anak
Penanya Cara ayahmu mendidik akhlakmu supaya
melakukan hal-hal yang baik dan
neminggalkan hal-hal yang tidak baik
bagaimana?
Responden Saya di suruh meniru orang-orang yang
baik,orang yang tidak baik di larang untuk
ditiru dan disuruh untuk tekun mengaji ke
diniah setiap hari seperti teman-temanku.
Wawancara ke : 3 Keterangan: Ibu si anak bekerja
sebagai TKW DiHongkong
Tanggal : 17 Desember 2016
Pukul : 14.00
Responden : Wildan
Tanya Jawab Tema
Penanya Ini kamu sedang apa wildan? Pengantar/
perkenalan
Responden Membuat mainan mobil-mobilan dari tanah
liat mas.
Penanya Jika sambil saya wawancarai bisa apa tidak?
Repondens Bisa, mau wawancara apa mas?
Penanya Wawancara tentang pendidikan kamu dan
akhlak kamu.karena ini tugas kuliah saya.
Responden Tugas kuliah mas?
Penanya Ya, ini untuk data saya membuat skripsi.
Sekarang kamu usianya berapa?
Responden 11 tahun mas.
Penanya Sekarang kamu kelas berapa?
Responden Sekarang kelas 6.
Penanya Dek Wildan rajin berangkat sekolah? Sekolah/
Pendidikan
Responden Rajin mas, setiap hari berangkat terus,
sekolah berangkat diniah juga berangkat.
Penanya Nilainya Wildan bagus?
Responden Bagus mas, setiap hari juga belajar,
meskipun baru sedikit saya juga sudah bisa
membaca Al-Qur’an. Setiap waktu shalat
saya ke masjid, berwudhu, shalat,
kemudian mengaji.
Penanya Jika puasa sudah kuat?
Responden Kuat mas, tetapi jika ke pasar aku batalkan
tidak kuat.
Penanya Jika belajar dengan siapa kamu? Pengasuhan
anak
Responden
Sendirian,tapi kadang saya dibantu mbo’e.
Tidur juga dengan mbo`e.
Penanya La ayahmu kemana ?
Responden Kerja bangunan mas.
Penanya Dek Wildan dengan temannya akrab? Interaksi
anak
dengan
orang lain
Responden Akrab mas, setiap hari juga bermain
bersama,tapi kadang juga bertengkar.
Penanya Kalau dengan mbo`e menurut gak?
Responden Kadang menurut mas, tapi kadang juga tidak
Penanya Jika dinasehati kamu bagaimana?
Responden Jika dinasehati kadang
mendengarkan,kadang juga membantah
sampai saya di cubit, tapi tidak pernah
sampai yang terlalu menyakitkan, paling
saya cuma di cubit gitu saja.
Penanya Cara mbo` kamu mendidik akhlakmu
supaya baik dan menghindari hal yang
buruk bagaimana?
Cara
pengsuh
mendidik
anak
Responden Ya saya dinasehati, la mau dibagaimana
bisanya begitu.dan saya di nasehati supaya
rajin, menghormati orang yang lebih tua,
disiplin, jujur, dan yang lainnya.
Peanaya Kesan menyenangkan selama di didik dek
Wildan apa?
Suka-duka
pendidikan
anak
Responden Saya mendapat rangking tiga terus,
sebenarnya kalau mendapatkan rangking
satu saya mau di ajak jalan-jalan,namun
tidak satu tapi sudah lumayan, dengan
teman-temanku disini aku baik, saya
menurut ko’ mas jika disuruh apa-apa.
Penanya Kesan kurang menyenangkannya apa?
Responden Ya, jika pas sulit dinasehati aku selalu di
marahi dan di cubit..
Wawancara ke : 4 Keterangan: Ibu si anak bekerja
sebagai TKW Di Arab Saudi
Tanggal : 17 Desember 2016
Pukul : 19.00
Responden : Renita
Tanya Jawab Tema
Penanya Aku mau mengganggu waktunya sebentar. Pengantar/
perkenalan
Responden Mau apa pak de?
Penanya Ini aku mau wawancara tentang pendidikan akhlak
kamu selama ibumu di Arab?
Responden O..ya. buat apa pak de?
Penanya Untuk data skripsi Reni, kamu sekarang usia berapa?
Responden 10 tahun
Penanya Kamu sekolah dimana? Sekolah/
Pendidikan
Responden MI Truko
Penanya Kamu kelas berapa:
Responden Reni:kelas 6 pak de.
Penanya Dek Reni jika sekolah berangkat terus.
Responden Berangkat pak de, jika ada PR ya saya kerjakan,
kadang jika susah tanya ayah.
Penanya Kalau shalat kamu bagaimana?
Responden Sewaktu ibuku di rumah shalatku full pak de,tapi
sekarang tidak, karena tidak ada yang
menyuruh,apalagi kalau banyak teman-temanku yang
main kesini.
Penanya Jika puasamu?
Responden Sudah kuat sampai maghrib, tapi belum penuh.
Penanya Yang mengurus keperluanmu siapa? Pengasuhan
anak
Responden Ya ayah, sebagian nenek. Kalau uang, alat sekolah,
pakaian ayah. Nenek yang memasak. Masih jadi satu
apa-apa ya bersama.
Penanya Jika tidur?
Responden Dengan ayah. Saya jika ada apa-apa juga lapor
sehingga ayah tahu dan mengurusnya, dengan ayah
menurut, dengan kakek nenekjuga menurut, dengan
teman juga baik.
Penanya Cara ayahmu mendidik akhlak dan menghindarkan Cara
hal yang tidak baik bagaimana? pengasuh
mendidik
akhlak anak
Rspondene Dinasehati dengan sungguh-sugguh.
Penanya Jika kamu sulit dinasehati?
Responden Saya di cubit, soalnya ayah jengkel.
Penanya Kesan menyenngkan selama kamu di didik ayahmu
apa?
Responden Ketika menerima rapot pak de, mendapat peringkat
tiga terus aku di ajak ke muncul.
Suka-duka
pendidikan
anak
Penanya Kesan kurang menyenangkannya apa?
Responden Ketika aku tidak mendapatkan peringkat aku
dimarahi ayahku.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : ABDUL HALIM MANSUR
NIM : 11413010
Tempat,tanggal lahir : Kab. Semarang, 12 April 1985
Agama : Islam
Alamat : Dusun Bawang Rt 02/Rw
04,Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang
No HP : 085727222167
Nama Ayah : H. Burhan ( Alm )
Nama Ibu : Sutarni
Nama Istri : Umi Soimatun
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. RA Miftahul Huda Truko : Lulus tahun 1992
2. MI Miftahul Huda Truko : Lulus tahun 1998
3. MTs Sudirman Truko : Lulus tahun 2001
4. MA Al-Ittihad Poncol Bringin : Lulus tahun 2006
5. IAIN Salatiga : 2013-2017