STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH...
Transcript of STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH...
STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH BERMASALAH PADA BAITUL MAL
WAT TAMWIL (BMT) MEKAR DA’WAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
NAWFALSKY BAGIS MUHAMMAD KARANGPUANG
NIM : 1113053000075
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ABSTRACT
Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang, 2017, Thesis. Title: “The Handling
Strategy of Problematics Murabahah Financing in Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
Mekar Da’wah”
Advisor: Lili Bariadi, MM, M.Si.
Keywords: Handling Strategy, Murabahah Financing, Problematics and Troubled
Murabahah Financing.
Murabahah is an Islamic financing structure in Islamic banking, which like a credit
loans in the conventional banking. In providing murabahah finance, islamic banks
are very susceptible to loss caused by financing problems, if the financing is already
arrears, the financing can be categorized as substandard or problematic. This
funding must be quickly addressed in order not to cause harm to the islamic banks.
BMT Mekar Da’wah including one that runs BMT of murabahah financing, and
BMT Mekar Da’wah is one of the reliable BMT in Indonesia, applying some
handling strategies to resolve murabahah financing problems.
This study used a qualitative approach. The data collection techniques are
interviews, observation, and documentation. The data were analyzed by using
descriptive analysis, the type of research that is used is a combination between
research literature and field research, which is the data were collected in the field,
and then analyze it and get the conclusions of this study.
The purpose of this study was to describe to society about the handling strategy of
murabahah problematics financing in BMT Mekar Da’wah and analyze the strategy
whether it is based on the Qur’an and Sunnah.
The result was the handling strategy of murabahah financing in BMT Mekar
Da’wah is using administrative strategy, rescheduling strategy, reconditioning
strategy, liquidation collateral strategy, and writeoff strategy which is appropriate
with Islamic sharia law.
ABSTRAK
Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang, 2017, Skripsi. Judul: Strategi
Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada Baitul Mal Wat Tamwil
(BMT) Mekar Da’wah”
Pembimbing: Lili Bariadi, MM, M.Si.
Kata Kunci: Strategi Penanganan, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan
Murabahah Bermasalah.
Pembiayaan Murabahah adalah sebuah pembiayaan dalam perbankan Islam, yang
mana mirip dengan peminjaman kredit pada perbankan konvensional. Dalam
memberikan pembiayaan murabahah, bank syariah sangat rentan mengalami
kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan yang bermasalah, jika pembiayaan
sudah mengalami penunggakan, maka pembiayaan tersebut dapat dikategorikan
sebagai pembiayaan yang kurang lancar atau bermasalah. Pembiayaan ini harus
cepat ditangani agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak bank syariah.
BMT Mekar Da’wah adalah BMT yang menyediakan pembiayaan murabahah, dan
BMT Mekar Da’wah juga adalah salah satu BMT yang dipercaya di Indonesia, yang
mengaplikasikan strategi penanganan untuk menyelesaikan pembiayaan
murabahah yang bermasalah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif, jenis penelitian yang digunakan merupakan
perpaduan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, yakni penelitian
yang mengumpulkan data-data di lapangan, kemudian menganalisisnya dan
mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana strategi penanganan
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah dan menganalisa
apakah strateginya berdasarkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Hasilnya menjelaskan bahwa strategi penanganan pembiayaan murabahah
bermasalah pada BMT Mekar Da’wah menggunakan strategi administrative,
strategi rescheduling, strategi reconditioning, strategi eksekusi/penyitaan jaminan,
dan strategi penutupbukuan atau writeoff yang mana cara-cara ini sangat sesuai
dengan syariat Islam.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang sampai detik ini
selalu memberikan segala nikmat, rahmat, taufik, hidayah, dan inayahnya yang
tanpa henti dan patut untuk disyukuri. Karena sesungguhnya hanya karena Allah
SWT lah penulis masih bisa terus bernafas dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad
SAW, serta keluarga, sahabat, dan umatnya. Aamiin.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kendala yang
menghambat langkah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat do’a,
bimbingan, arahan, semangat, dan motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis secara khusus ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, H. E. Mochamad Chamdan, M.Si. dan Dr. Hj. Ispawati
Asri, MM. yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, motivasi, dan
fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arif Subhan, M.Ag. selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MM. selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Pembimbing Akademik
penulis yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis tetap semangat
dalam menjalani proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu mendukung dan memberikan ide-ide
kreatif kepada penulis dalam menjalani proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Lili Bariadi, MM, M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, motivasi, serta ilmunya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Segenap Pihak BMT Mekar Da’wah, khususnya Bapak Ismail, Bapak Irfan,
Bapak Fauzi, Kak Risma, Kak Shara, Kak Candra, dan Bu Ammah yang
telah dengan ikhlas meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan mengajarkan
ilmu dan akhlak yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada adik-adik penulis, Nabielsky Bagis Abdullah Bawakaraeng dan
(alm.) Caesarani Divalka Bagis yang selalu mendoakan kakaknya agar terus
semangat.
9. Kakek dan nenek saya, (alm.) H. Alim Saleh dan Hj. Siti Raniah yang terus
memberikan do’a, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis.
10. Seluruh keluarga besar Alim dan keluarga besar Uyo yang tidak dapat saya
tuliskan satu persatu tanpa mengurangi rasa cinta saya kepada mereka yang
terus memberikan saya do’a dan motivasinya.
11. Seluruh keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2013
khususnya kepada Gusfia Handayani, M. Taufiq Alwan, Rahmat Wibowo,
Choirunnisa, Elis Sya’adah, Jannatul Ma’wah, Siti Hanna Wijayati, Dzaki
Hawari, Deba Hibatullah, Abdur Rahman Al-Huzaifi, dan Nurhamni
Mawaddah yang selalu ada untuk penulis dikala penulis sedang bosan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada Om Bagus dan Mbak Wie selaku orang tua spiritual penulis yang
terus-terusan memberikan kasih sayang dan motivasinya sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
13. Kepada seluruh keluarga besar Kahfi BBC Motivator School khususnya
kepada La Fourmi (Angkatan 17) yang selalu memberikan motivasi setiap
harinya sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Kepada partner yang selalu kudo’akan, Prameswari Putri Pramono dan
keluarga yang selalu memberikan support kepada penulis dalam keadaan
suka maupun duka. Semoga apa yang kita semogakan dikabulkan oleh
Allah. Aamiin.
15. Kepada Wehsing “SingSing” Yuen dan teman-teman yang selalu
memberikan inspirasi ketika penulis sedang berada dalam kondisi bingung
dalam penulisan skripsi ini.
16. Kepada kelompok KKN FAITH dan warga Kelurahan Muncul yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
17. Semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis. Semoga seluruh kontribusinya dicatat
sebagai amal shaleh oleh Allah SWT, Aamiin.
18. Dan terakhir, terima kasih saya berikan kepada anda yang membaca tulisan
saya. Tanpa anda, tulisan saya hanyalah kumpulan kertas yang dicetak.
Terima kasih banyak, semoga bermanfaat. Aamiin.
Jakarta, 14 Jumadil Akhir 1438 H
15 Maret 2017 M
Penulis
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
D. Metodologi Penelitian ...................................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 11
F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG UPAYA PENYELAMATAN
PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH ............................................ 16
A. Teori Pembiayaan .......................................................................................... 16
1. Pengertian Pembiayaan .............................................................................. 16
2. Macam-macam Pembiayaan ...................................................................... 18
3. Tujuan Pembiayaan .................................................................................... 21
4. Fungsi Pembiayaan .................................................................................... 22
5. Prinsip Pembiayaan .................................................................................... 23
6. Pengertian Pembiayaan Bermasalah .......................................................... 25
7. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ......................................... 26
8. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ..................................... 30
B. Pembiayaan Murabahah ................................................................................. 32
1. Pengertian Murabahah ............................................................................... 32
2. Rukun dan Syarat Murabahah .................................................................... 35
3. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah................................................ 40
4. Jenis Murabahah ........................................................................................ 43
5. Tujuan dan Manfaat Murabahah ................................................................ 43
6. Resiko dalam Murabahah........................................................................... 45
7. Skema Pembiayaan Murabahah ................................................................. 45
BAB III PROFIL BMT MEKAR DA’WAH ........................................................ 46
A. Sejarah BMT Mekar Da’wah ......................................................................... 46
B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da’wah ................................................. 48
xi
C. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Da’wah ....................................... 49
D. Budaya Kerja BMT Mekar Da’wah ............................................................... 50
E. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Da'wah ............................................ 52
F. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da'wah ................................ 53
G. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da'wah ...................................... 55
H. Produk-Produk BMT Mekar Da'wah ............................................................. 56
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH BERMASALAH PADA BMT MEKAR DA’WAH ................. 60
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di BMT Mekar Da’wah......... 60
B. Faktor Penyebab Timbulnya Pembiayaan Bermasalah .................................. 64
C. Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar
Da’wah……………………………………………………………………… 67
D. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada BMT Mekar
Da'wah ............................................................................................................ 70
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 81
A. Kesimpulan .................................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 NPF Akad Murabahah BMT Mekar Da’wah ......................................... 5
Tabel 2.1 Produk-Produk Pembiayaan ................................................................. 20
Tabel 4.1 Penilaian NPF pada Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan
pada BMT Mekar Da’wah Tahun 2015 ................................................................ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin,
yang mana di dalam Islam sendiri selalu membawa setiap solusi bagi setiap
persoalan yang timbul di dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman,
hukum di dunia ini menjadi semakin fleksibel dan dinamis, sehingga membuat
islam menjadi agama yang harus selalu memberikan solusi bagi setiap
permasalahan yang dimiliki oleh penganutnya.
Islam juga berkonsep kepada hubungan dengan Allah SWT, yang biasa kita
sebut dengan hablumminallah dan hubungan dengan antar sesama manusia
yakni hablumminannas. Dari sini jelaslah bahwa islam sangat mementingkan
kedua belah sisi kehidupan yakni dunia dan akhirat. Islam sangat mengatur
keharmonisan ibadah dan muamalat kepada setiap umat. Salah satu contohnya
adalah Islam sangat mengatur keharmonisan dalam bermuamalat demi
tercapainya kemaslahatan umat.
Sistem ekonomi di dalam Islam sangat diatur sedemikian rupa, larangan
terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian
atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat. Sabda Rasulullah:
عن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه
حديث حسن رواه ابن ماجة – ال ضرر وال ضرار وسلم قال: Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiyallahu anhu,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda:
“Janganlah engkau membahayakan dan saling merugikan” (Diriwayatkan oleh
Ibnu Majah).
Dari hadits tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa sistem ekonomi
islam sendiri itu sangat menekankan prinsip tolong-menolong dalam
2
bermuamalat. Sebagai salah satu upaya untuk merealisasikan nilai-nilai ekonomi
islam adalah dengan mendirikan lembaga keuangan yang berdasarkan syariah1.
Hubungan muamalat disesuaikan dengan syariat Islam sebagaimana firman
Allah dalam surat Ali Imran ayat 130 yang berbunyi:
با أضعافا مضاعفة لعلكم تفلحون يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا الر واتقوا للا “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan hasil riba yang
berlipat ganda, takutlah kepada Allah agar kamu memperoleh keberuntungan”
(Ali ‘Imran[3]:130)
Ayat diatas sangat menekankan kepada setiap umat islam untuk tidak
memakan hasil riba, maka dari itu sistem ekonomi islam sangat mengharamkan
riba. Ekonomi Islam diikat oleh seperangkat nilai iman, akhlak, dan moral etik
bagi setiap aktivitas ekonominya baik dalam posisinya sebagai konsumen,
produsen, distributor, dan lain-lain dalam melakukan usahanya serta
menciptakan hartanya.2
Baitul Mal Wat Tamwil (Selanjutnya BMT) dapat dilihat sebagai sebuah
bentuk realisasi dari nilai-nilai syariah dalam sistem ekonomi islam itu sendiri.
Karena BMT dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat, sangatlah cocok dengan
prinsip islam dalam bermuamalat yaitu tolong-menolong. BMT adalah salah satu
unit usaha koperasi yang mana BMT ini sendiri memiliki 2 kegiatan yaitu Baitul
Mal dan Baitut Tamwil.
Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran
dana yang non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitut
tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Kegiatan
Baitut Tamwil mengutamakan perkembangan kegiatan-kegiatan investasi dan
1 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, )Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002(, h. 4.
2 Muhammad, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, )Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007(, h. 2.
3
produktif dengan sasaran usaha ekonomi yang dalam pelaksanaannya saling
mendukung untuk pembangunan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan Baitul Maal mengutamakan kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba,
diharapkan mampu menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah yang pada
gilirannya berfungsi mendukung kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi
dalam kegiatan ekonomi pengusaha kecil.3
Salah satu produk BMT adalah pembiayaan murabahah, Akad murabahah
adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia
mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.4 Secara sederhana, jual-beli
murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut (harga pokok)
ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam pelaksanaan akad ini,
seperti seorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan
keuntungan tertentu, berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam
nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari harga pembeliannya,
misalnya 10% atau 20%5. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual-beli
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk
natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa
keuntungan yang ingin diperoleh.
3 Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, (Jakarta:
Penerbit PINBUK, 2000), cet. I hal. 182.
4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004),
cet. II, h. 62.
5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), cet. VII, h. 113.
4
Di dalam memberikan pembiayaan, BMT sangat rentan mengalami
kerugian yang disebabkan oleh pembiayaan-pembiayaan yang bermasalah yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebab pembiayaan
bermasalah dapat berasal dari pihak perbankan dalam hal ini adalah BMT itu
sendiri. Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis pembiayaan kurang
teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya dan
dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak
nasabah sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.6 Selain itu, salah
satu faktor lainnya adalah dari faktor nasabahnya, salah satu contoh faktor
pembiayaan bermasalah dari nasabah adalah turunnya kondisi usaha nasabah
yang menyebabkan bermasalahnya pembiayaan yang sedang dijalani oleh
nasabah itu sendiri, adanya itikad kurang baik dari nasabah pembiayaan dengan
menunda-nunda pembayarannya padahal dalam keadaan mampu, banyaknya
berhutang di tempat lain, dan nasabah kurang cakap dalam mengelola usahanya.
Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan, maka pembiayaan
tersebut dapat dikategorikan sebagai pembiayaan yang kurang lancar atau
bermasalah. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menimbulkan
kerugian bagi pihak BMT.
Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini diputuskan untuk
meneliti bagaimana upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah, khususnya
pada pembiayaan murabahah, dan dari beberapa pertimbangan, maka penulis
memilih BMT Mekar Da’wah yang berkedudukan di daerah Serpong, Tangerang
Selatan sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian ini.
6 Kasmir, Dasar-dasar perbankan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 115.
5
Alasan dipilihnya BMT Mekar Da’wah sebagai tempat penelitian dapat
dilihat dari table NPF (Non Performing Financing) akad murabahah BMT Mekar
Da’wah dibawah ini:
No. Tahun
Jumlah Pembiayaan
Murabahah
NPF Persentase
1. 2011 510.555.000 24.915.084 4,88%
2. 2012 341.350.000 15.429.020 4,52%
3. 2013 98.250.000 4.038.075 4,11%
4. 2014 182.000.000 7.771.400 4,27%
5. 2015 158.774.471 6.652.650,33 4,19%
6. 2016 100.300.000 4.162.450 4,15%
Tabel 1.1 NPF Akad Murabahah BMT Mekar Da’wah
Sumber: BMT Mekar Da’wah
Berdasarkan tabel diatas, pada BMT Mekar Da’wah pertumbuhan NPF akad
murabahah dari tahun ke tahun dapat dikatakan cukup baik, karena setiap
tahunnya pertumbuhan NPF akad murabahah di BMT Mekar Da’wah cenderung
mengalami penurunan. Ini menandakan bahwa BMT Mekar Da’wah
menggunakan upaya penyelamatan yang efektif dalam menyelamatkan
pembiayaan murabahah yang bermasalah, oleh karena itulah penulis ingin
meneliti terkait bagaimana upaya penyelamatan pembiayaan murabahah
bermasalah yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah sehingga diharapkan dari
apa yang ditulis dan dianalisa oleh penulis dapat menjadi referensi dan acuan
tambahan bagi perbankan syariah dalam menyelamatkan pembiayaan
murabahah yang bermasalah.
6
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai hal tersebut dan menuliskannya dalam sebuah
skripsi dengan judul : “UPAYA PENYELAMATAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH BERMASALAH PADA BAITUL MAL WAT TAMWIL
MEKAR DAKWAH”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibuat agar penelitian atau analisis ini lebih terarah dan
tidak meluas ke permasalahan lain, maka penulis membatasi masalah hanya
kepada upaya penyelamatan apa yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah
ketika menghadapi pembiayaan murabahah yang bermasalah pada periode 2014-
2016.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan murabahah kepada nasabah di
BMT Mekar Da’wah?
b. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan
murabahah yang bermasalah yang terdapat di BMT Mekar Da’wah?
c. Bagaimanakah kriteria penggolongan kolektabilitas pembiayaan pada
BMT Mekar Da’wah?
d. Bagaimanakah upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah
yang digunakan oleh BMT Mekar Da’wah?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembiayaan murabahah kepada
para nasabah.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya masalah pada pembiayaan murabahah.
c. Untuk mengetahui kriteria penggolongan kolektabilitas pembiayaan pada
BMT Mekar Da’wah.
d. Untuk mengetahui upaya penyelamatan apa yang digunakan oleh BMT
Mekar Da’wah ketika menghadapi pembiayaan murabahah yang
bermasalah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis : Penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi
dan menambah jumlah studi mengenai upaya penyelamatan pembiayaan
murabahah bermasalah, dan mempraktekkan teoritis yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
b. Manfaat Praktis : Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan, khususnya
bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
8
D. Metodologi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang diperlukan,
maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Peneliti berusaha
mengumpulkan data yang akurat dengan cara melakukan observasi dan
wawancara kepada objek yang akan diteliti.
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan
sesuatu hal.7
Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.8
Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan dapat
memperoleh data yang tepat dan akurat. Melalui metode ini juga nantinya
peneliti juga mengharapkan dapat mendeskripsikan apa saja faktor-faktor yang
mendorong terjadinya pembiayaan murabahah yang bermasalah pada BMT
Mekar Da’wah.
2. Objek Penelitian
7 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004), h. 23.
8 L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), cet. XXVI, h. 3.
9
Objek dari penelitian ini adalah Baitul Mal Wat Tamwil Mekar Dakwah,
dan upaya penyelamatan yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam
menyelesaikan pembiayaan murabahah yang bermasalah.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Mekar Dakwah
yang beralamat di Jl. Raya Serpong km 1, Samping Kantor Pos & Giro Serpong
– Kota Tangerang Selatan. Waktu penelitian yaitu pada bulan Desember 2016
sampai Februari 2017.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Adapun
teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
yang mana data yang telah diperoleh disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada
dalam praktek kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi
kepustakaan.9
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 244.
10
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber data pertama di lapangan.10 Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data- data
penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data
tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca
indra.11
2) Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.12
3) Dokumentasi
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan untuk mengetahui perkembangan pembiayaan murabahah
bermasalah di BMT Mekar Da’wah pada periode 2014-2016. Selain itu
peneliti mengumpulkan berkas-berkas yang berkaitan dengan kejadian-
kejadian dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah.
10 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013), h. 128.
11 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013), h. 133
12 L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), cet. XXVI, h. 186
11
4) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data sekunder melalui pengumpulan data-data yang relevan
dari literatur yang sudah ada khususnya yang berhubungan dengan pokok
masalah yang diteliti.
E. Tinjauan Pustaka
Ada Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka,
yang mana Karya Ilmiah tersebut penulis anggap sebagai bahan referensi yang
ada hubungannya dengan pembahasan yang akan di angkat pada Karya Ilmiah
ini, yakni di antaranya :
1. Penanganan Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Bermasalah Baitul
Maal wat tamwil (BMT) al-Fath Ikatan Masjid Indonesia (IKMI), oleh Firza
Syahrullah Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tahun skripsi 2011M/1432H. Menurut penulis, di dalam skripsinya
dituliskan bahwa bagaimana cara penanganan pembiayaan mudharabah dan
murabahah bermasalah pada BMT al-Fath IKMI yaitu dengan cara
menggunakan analisis 5C+S dan 7P(character, capacity, capital, collateral,
condition, personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, dan
protection), namun yang penulis tuliskan dalam skripsi ini adalah bagaimana
upaya penyelamatan yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah ketika
menghadapi pembiayaan bermasalah khususnya pada pembiayaan
murabahah saja dengan analisis al-Qur’an dan Hadits.
12
2. Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Bank BNI Syariah Cabang
Fatmawati, oleh Lukmanul Hakim Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2016M/1438H.
Skripsi ini menjelaskan bagaimana manajemen risiko pembiayaan murabahah
yang terjadi pada Bank BNI Syariah Cabang Fatmawati yaitu dengan
menerapkan beberapa cara dengan berpedoman pada peraturan Bank
Indonesia no. 13/23/PBI/2011 mengenai penerapan manajemen resiko,
sedangkan penulis akan menjelaskan bagaimana upaya penyelamatan
pembiayaan bermasalah khususnya pada pembiayaan murabahah pada BMT
Mekar Da’wah.
3. Upaya penyelamatan Pemasaran Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank
Mega Syariah Kantor Cabang Tangerang City, oleh Abdurrohim Al Ayubi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tahun skripsi 2016M/1438H. Pada skripsi ini dijelaskan bagaimana
upaya penyelamatan pemasaran yang terjadi pada PT. Bank Mega Syariah
Kantor Cabang Tangerang City khususnya upaya penyelamatan pemasaran
pada pembiayaan murabahah dan hasilnya adalah upaya penyelamatan
pemasaran pembiayaan murabahah PT. Bank Mega Syariah Kantor Cabang
Tangeran City adalah dengan menawarkan dua skema, yaitu skema wakalah
dan skema tanpa wakalah sehingga melalui dua skema tersebut PT. Bank
Mega Syariah menyusun upaya penyelamatan marketing dengan
mempertimbangkan unsur produk, price, dan promosi, sedangkan penulis
13
akan menuliskan upaya penyelamatan pembiayaan murabahah yang
bermasalah pada BMT Mekar Da’wah.
4. Analisis Problem Solving Dalam Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada
Unit Recovery Dan Remedial Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta
Barat, oleh Mochamad Gustaf Maulana Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi
2016M/1438H. Skripsi ini menjelaskan secara luas terkait bagaimana
problem solving dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah khususnya pada
unit recovery dan remedial Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat
yang hasilnya menunjukkan analisa yang dilakukan unit recovery dan
remedial dalam metode pemecahan masalah menggunakan metode yang
efektif dengan melakukan langkah-langkah yang kooperatif dan sesuai
dengan syariah dengan fasilitas restrukturisasi pembiayaan untuk menjaga
kualitas aktiva yang dimiliki Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Barat
sedangkan skripsi yang akan penulis tulis adalah upaya penyelamatan
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah yang
mengkhususkan pada pembiayaan murabahah saja.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam membahas masalah yang diteliti, maka
penulis membagi pembahasan dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab.
Bab-bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lain, yang
14
diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup yang berupa
kesimpulan dan saran-saran.
Bab I Pendahuluan : Dalam bab ini penulis menerangkan secara garis
besar mengenai pembahasan tentang semua yang sudah
dilakukan, adapun isi dalam bab ini adalah : latar belakang
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teori: dalam bab ini, penulis menguraikan tentang
landasan teori dari variabel-variabel yang mendukung
terlaksananya penelitian. Bab ini juga membahas mengenai aspek
umum mengenai pembiayaan murabahah, pengertian pembiayaan
dan pembiayaan bermasalah, macam-macam pembiayaan, tujuan
pembiayaan, fungsi pembiayaan, prinsip pembiayaan, pengertian
murabahah, rukun dan syarat murabahah, landasan hukum
pembiayaan murabahah, jenis murabahah, tujuan dan manfaat
murabahah, resiko dalam murabahah, serta skema pembiayaan
murabahah.
Bab III Gambaran umum BMT Mekar Da’wah: dalam bab ini, penulis
menguraikan dan menjelaskan mengenai sejarah, visi, misi,
tujuan, prinsip, Struktur organisasi, program, dan produk-produk
BMT Mekar Da’wah.
15
Bab IV Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai prosedur
pemberian pembiayaan murabahah di BMT Mekar Da’wah yang
meliputi persyaratan pengajuan pembiayaan bagi mitra,
mekanisme pencairan pembiayaan, faktor apa saja yang
mempengaruhi pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT
Mekar Da’wah, serta bagaimana upaya penyelamatan
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah.
Bab V Penutup: dalam bab ini berisikan penutup yakni terdiri dari
kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG UPAYA PENYELAMATAN
PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH
A. Teori Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.1 Secara sederhana, kredit (pembiayaan)
merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang
memerlukan dana.2 Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
credere yang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan
pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau
badan usaha berlandaskan kepercayaan.3
Dalam pengertian lain, pembiayaan atau financing ialah pendanaan
yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.4
1 Kasmir, Manajemen Perbankan, )Jakarta: Rajawali Pers, 2014(, Edisi Revisi, h. 82.
2 Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, )Jakarta: Kencana, 2010(,
h. 93.
3 Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan: Konsep, Teknik, dan Kasus, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I, h. 1.
4 Muhammad Nur Al Arif, Dasar-dasar dan Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 42.
17
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
Pasal 1 No. 25, dinyatakan bahwa :
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutan murabahah, salam, dan istishna’;
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
Sistem pembiayaan ini berjalan berdasarkan sesuai dengan
persetujuan antara bank syariah dan nasabah untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan,
atau bagi hasil.
Menurut beberapa uraian diatas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa pengertian pembiayaan adalah pemberian bantuan uang atau tagihan
yang nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya bank atau lembaga
keuangan yang membiayai pembelian suatu barang. Kemudian adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak (yang membiayai dan yang dibiayai)
dalam sebuah perjanjian yang telah disepakati, yang mana di dalam perjanjian
ini terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu
serta perolehan keuntungan yang telah disetujui bersama berdasarkan kedua
belah pihak.
18
2. Macam-macam Pembiayaan
Pembiayaan dalam perbankan syariah dapat dibagi tiga:5
1. Return bearing finance, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial
menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung resiko kerugian
dan nasabah juga memberikan keuntungan.
2. Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari
keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang membutuhkan (poor),
sehingga tidak ada keuntungan yang diberikan.
3. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan
kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klain terhadap
pokok dan keuntungan.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:6
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
5 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
122.
6 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 160.
19
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:7
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi; dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of
place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.
Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat menggunakan empat
pola yang berbeda.8
1. Pola bagi hasil, untuk invesment financing:
a. Musyarakah
b. Mudharabah
2. Pola jual beli, untuk trade financing:
a. Murabahah
b. Salam
c. Istishna
3. Pola sewa, untuk trade financing:
a. Ijarah
7 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 160.
8 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.
123.
20
b. Ijarah muntahiya bittamlik
4. Pola pinjaman, untuk dana talangan:
a. Qardh
No.
Produk
Pembiayaan
Prinsip
1. Modal Kerja Mudharabah, musyarakah,
murabahah, salam
2. Investasi Mudharabah, musyarakah,
murabahah, istishna, ijarah, ijarah
muntahiya bittamlik
3. Pengadaan
barang investasi,
aneka barang
Murabahah, ijarah muntahiya
bittamlik, musyarakah mutanaqisah
4. Perumahan,
property
Murabahah, ijarah muntahiya
bittamlik, musyarakah mutanaqisah
5. Proyek Mudharabah, musyarakah
6. Ekspor Mudharabah, musyarakah,
murabahah
7. Produk
agribisnis/sejenis
Salam, salam parallel
8. Manufaktur,
konstruksi
Istishna, istishna parallel
9. Penyertaan Musyarakah
10. Surat Berharga Mudharabah, qardh
21
11. Sewa beli Ijarah muntahiya bittamlik
12. Akuisisi aset Ijarah muntahiya bittamlik
Tabel 2.1. Produk-produk pembiayaan9
3. Tujuan Pembiayaan
Suatu bank dalam memberikan pembiayaan kepada para debitur
pasti mempunyai beberapa tujuan yang tidak terlepas dari misi dari bank
tersebut. Tujuan utama pemberian suatu pembiayaan antara lain:10
1. Mencari keuntungan, yaitu untuk memperoleh return ditambah laba dari
pembiayaan tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bagi hasil atau
margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi
maupun modal untuk kerja.
3. Membantu pemerintah agar semakin banyak pembiayaan yang diberikan
oleh pihak perbankan, mengingat semakin banyak pembiayaan yang
disalurkan kepada masyarakat maka akan berdampak kepada pertumbuhan
di berbagai sektor.
Tujuan pembiayaan mencakup lingkup yang luas. Tujuan
pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu tujuan
pembiayaan secara makro dan mikro.11
9 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
124.
10 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), Edisi Revisi, h. 96.
11 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 681.
22
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk: (1) peningkatan taraf
ekonomi umat, (2) tersedianya dana bagi peningkatan usaha, (3)
meningkatkan produktivitas, (4) membuka lapangan kerja baru, dan (5)
terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro, pembiayaan bertujuan
untuk: (1) mengoptimalkan laba, (2) meminimalkan risiko, (3)
pendayagunaan sumber ekonomi dan, (4) penyaluran kelebihan dana.
Maka dapat diketahui bahwa tujuan dari pembiayaan adalah tidak
hanya sekedar peningkatan pada aspek profit saja, melainkan juga pada aspek
benefit. Sehingga tujuan pembiayaan bank islam adalah untuk memenuhi
kepentingan stakeholder.
4. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian. Secara garis besar pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah berfungsi membantu masyarakat untuk:12
1. Meningkatkan usahanya.
2. Meningkatkan utility (daya guna) modal atau uang.
3. Meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.
4. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
5. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, dan
6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional dan
sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Pembiayaan juga
12 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 712.
23
memberikan manfaat tidak hanya bagi bank dan nasabah pembiayaan,
namun juga pemerintah dan masyarakat luas.13
5. Prinsip Pembiayaan
Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga
syariah untuk menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat,
melalui pembiayaan dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang, dimana keuntungan telah ditentukan di depan dan menjadi bagian
harga atas barang atau jasa yang dijual.14 Akad yang dipergunakan dalam
produk jual beli ini antara lain:
a) Murabahah
Murabahah adalah jual beli pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.15
b) Salam
Salam adalah bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan
penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward
buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas,
13 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 110.
14 Muhammad Nur Al Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 42.
15 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 101.
24
dan tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelum
dalam perjanjian.16
c) Istishna’
Istishna adalah akad jual beli antara pemesan atau pembeli
(mustashni’) dengan produsen atau penjual (shani’) dimana barang
yang akan diperjualbelikan harus dibuat (manufactured) lebih dahulu
dengan kriteria yang jelas.17
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa,
dimana keuntungan ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas
barang atau barang yang di sewa.18 Yang termasuk dalam kategori ini
adalah ijarah dan Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT).
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Prinsip ini digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan untuk
mendapatkan barang dan jasa sekaligus, produk tersebut terdiri dari:
a) Musyarakah
Musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu
usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan.19
16 Veithzal Rivai, Bank and Finansial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 780.
17 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 91.
18 Muhammad Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 48.
19 Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005), Cet. III, h. 119
25
b) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.20
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk
memperlancar pembiayaan dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas.
Berikut akad pelengkap tersebut, yaitu: hawalah (alih hutang-piutang),
rahn (gadai), qard (pinjaman uang), wakalah (perwakilan), kafalah
(garansi bank).
6. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan
pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah
pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari
bagi bank, pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan
dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.21 Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (SOP KJKS & UJKS)
20 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.
(Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 95
21 Veithzal Rivai dan Andria Permanda Veithzal, Credit Management Handbook: Teori,
Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), h. 475.
26
Peraturan Menteri Tahun 2007 menyatakan bahwa pembiayaan bermasalah
yaitu suatu kondisi pembiayaan di mana terdapat suatu penyimpangan utama
dalam pembayaran kembali dalam suatu pembiayaan yang berakibat terjadi
kelambatan dalam pengembalian, atau diperlukan tindakan yuridis dalam
pengembalian, atau kemungkinan terjadinya kerugian bagi koperasi.
Bagi nasabah yang tidak bertanggung jawab atau melanggar
perjanjian yang telah disepakati, biasanya mengalami pembiayaan
bermasalah. Pembiayaan bermasalah ini dapat berupa: pembiayaan yang
tidak lancar, diragukan, perhatian khusus, dan macet.22
Pembiayaan bermasalah yang banyak terjadi dikalangan lembaga
keuangan terjadi tidak secara tiba-tiba, melainkan disebabkan oleh 2 hal
yaitu: (pertama) dari pihak perbankan, (kedua) dari pihak nasabah.23
Dari beberapa uraian diatas, penulis kembali mengambil kesimpulan
bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak mampu
mengendalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat maupun perjanjian
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak (bank dan nasabah) yang
disebabkan oleh 2 hal yaitu dari pihak perbankan ataupun dari pihak nasabah.
7. Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Secara umum dalam hal menangani pembiayaan macet atau
pembiayaan yang bermasalah, pihak bank perlu melakukan penyelamatan
22 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) h. 312.
23 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), Cet.
VI, h. 115.
27
sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan kredit atau pembiayaan
yang macet meliputi: rescheduling, reconditioning, restructuring, kombinasi
dan penyitaan jaminan.24 Dalam menyelesaikan pembiayaan DSN MUI sudah
mengesahkan enam fatwa baru, antara lain tentang line facility, potongan
utang pembiayaan murabahah (pembiayaan dengan prinsip jual beli),
rescheduling pembiayaan murabahah, reconditioning pembiayaan
murabahah, penyelesaian pembiayaan bagi nasabah yang tidak mampu
membayar, dan pencadangan bagi hasil dalam pembiayaan musyarakah dan
mudharabah.25
a. Rescheduling
Rescheduling adalah perubahan jadwal pembayaran kewajiban
nasabah atau jangka waktu.26 Selaras dengan definisi di atas maka
Surat Edaran Bank Indonesia nomor 13/18/DPbS perubahan atas
Surat Edaran Bank Indonesia nomor 10/34/DPbS adalah salah satu
upaya untuk meminimalkan potensi kerugian yang disebabkan oleh
pembiayaan bermasalah dengan cara melakukan perubahan atas
jadwal pembayaran kewajiban nasabah dan jangka waktunya.27
Menurut pengertian lain, rescheduling yaitu penjadwalan kembali
24 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), Cet.
VI, h. 116-117.
25 DSN, Himpunan Fatwa DSN, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), Edisi II, h. 105.
26 Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah. 27 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011 tentang
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 tentang
Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
28
jangka waktu angsuran pembiayaan serta memperkecil jumlah
angsuran pembiayaan.28
b. Reconditioning
Reconditioning yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan
Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang
harus dibayarkan kepada Bank, antara lain meliputi:
1) perubahan jadwal pembayaran;
2) perubahan jumlah angsuran;
3) perubahan jangka waktu;
4) perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah;
5) perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah; dan/atau
6) pemberian potongan.29
Menurut Kasmir, Reconditioning yaitu perubahan sebagian atau
seluruh syarat-syarat pembiayaan meliputi perubahan jadwal
pembayaran angsuran, jangka waktu, dan margin.
28 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003), Edisi. 1,
cet-II, h. 36
29 Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
29
c. Restructuring
Restructuring yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang antara
lain meliputi:
1) penambahan dana fasilitas pembiayaan bank;
2) konversi akad pembiayaan;
3) konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
waktu menengah; dan/atau
4) konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada
perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan rescheduling atau
reconditioning.30
Sedangkan menurut Kasmir, Restructuring yaitu tindakan bank
kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan
pertimbangan nasabah memang membutuhkan dana tambahan atau
usaha yang dibiayai masih layak.31
d. Kombinasi
Kombinasi merupakan gabungan dari ketiga jenis metode yang
digunakan di atas. Misalnya, Restructuring dengan Rescheduling atau
Restructuring dengan Reconditioning.
30 Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah. 31 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003), Edisi. 1,
cet-II, h. 36
30
e. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir apabila
nasabah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu
lagi dalam membayar utang-utangnya.32
8. Faktor-faktor penyebab Pembiayaan Bermasalah
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan
bermasalah adalah:33
1. Yang berasal dari mitra/nasabah
a. Nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperolehnya.
b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya.
c. Nasabah beritikad kurang baik.
2. Yang berasal dari BMT:
a. Kualitas pejabat BMT yang tidak profesional.
b. Persaingan antar bank sehingga timbul persaingan tidak sehat.
c. Hubungan ke dalam atau koneksi yang tidak wajar.
d. Pengawasan yang Lemah
Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah
berawal dari tahap perencanaan, tahap analisis, dan tahap pengawasan.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah
tersebut perlu disadari oleh bank agar bank dapat mencegah atau menangani
32 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003), Edisi. 1,
cet-II, h. 104 33 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta:
Djambatan, 1996), h.132.
31
dengan baik. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya
pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:34
1. Karena kesalahan bank atau lembaga keuangan syariah
1) Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.
2) Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan
penggunaan pembiayaan dan sumber pembayaran kembali.
3) Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya
dari calon nasabah dan apa manfaat pembiayaan yang diberikan.
4) Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah.
5) Kurang lengkap dalam mencantumkan syarat-syarat.
6) Terlalu agresif atau terburu-buru.
7) Pemberian kelonggaran terlalu banyak.
8) Kurangnya pengalaman pejabat pembiayaan atau account officer dalam
melaksanakan tugas.
9) Mudah untuk dipengaruhi, diintimidasi, atau dipaksa oleh calon
nasabah.
10) Keyakinan yang berlebihan.
11) Kurang mengadakan review, minta laporan, dan menganalisis laporan
keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya.
12) Kurang mengadakan kunjungan ke lokasi nasabah.
13) Kurang mengadakan kontak dengan nasabah.
14) Pengikatan agunan kurang sempurna.
34 Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2007), h.
478-479.
32
15) Adanya kepentingan pribadi pejabat bank.
16) Tidak punya kebijakan dalam pembiayaan yang sehat.
17) Sikap terlalu memudahkan, dari pejabat bank atau account officer.
2. Karena kesalahan nasabah atau mitra pembiayaan
1) Nasabah tidak kompeten dalam menjalankan usahanya.
2) Nasabah tidak atau kurang pengalaman.
3) Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya.
4) Nasabah tidak jujur.
5) Nasabah serakah.
3. Karena faktor eksternal
1) Kondisi perekonomian.
2) Perubahan-perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah.
3) Bencana alam.
B. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Secara bahasa, kata murabahah berasal dari bahasa Arab yaitu kata
rabaha, yurabihu, murabahatan, yang berarti untung atau menguntungkan,
seperti ungkapan “tijaratun rabihihah, wa baa’u asy-syai murabahatan”
artinya perdagangan yang menguntungkan, dan menjual sesuatu barang yang
33
memberi keuntungan.35 Kata murabahah juga berasal dari kata ribhun atau
rubhun yang berarti tumbuh, berkembang, dan bertambah.36
Secara istilah, ba’i al murabahah adalah jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al murabahah
penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu
tingkat keuntungan sebagai tambahannya.37 Menurut Dewan Syariah
Nasional (DSN), murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai laba.38 Murabahah menurut Peraturan Bank Indonesia No.
7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah adalah jual
beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan
yang disepakati.39 Murabahah menurut Undang-undang No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Dan menurut
35 Asy-Syihab al-Jundi, al-Aqdu al-Murabahah baina al-Fiqh al-Islami wa at-Ta’amuli al-
Mashrafi, (Saudi Arabia: Dar al-Nahdhah al-Arabiyyah, 1986), h. 15. Sebagaimana juga dikutip
Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A. dalam buku Penerapan Hukum Perjanjian dalam
Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. II, h. 108.
36 Muhammad Usman Syubair, Al-Mu’amalat al-Muliyah al-Mu’ashirah fi al-Fiqh al-
Islami, (Yordan: Dar an-Nafais, 1996), h. 216. Sebagaimana juga dikutip Prof. Dr. H. Fathurrahman
Djamil, M.A. dalam buku Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. II, h. 108.
37 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank, Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: BI &
Tazkia Institute, 1999), h. 145
38 Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000: Murabahah
39 Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 Angka 7 No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah.
34
Sayyid Sabiq, murabahah adalah penjualan dengan harga pembelian barang
berikut untung yang diketahui.40
Murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah dengan mengambil keuntungan dari margin/
mark-up. Keuntungan yang diperoleh bank syariah berasal dari selisih harga
jual yang diberikan oleh pihak bank dengan harga beli kendaraan tersebut.
Misalnya pihak bank membeli sebuah sepeda motor untuk nasabah seharga
Rp.15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), kemudian pihak bank menjualnya
kepada nasabah tersebut seharga Rp.17.000.000,00 (tujuh belas juta rupiah).
Maka keuntungan yang diperoleh pihak bank ialah Rp.2.000.000,00 (dua juta
rupiah). Dan dua juta rupiah itulah margin keuntungan yang diperoleh pihak
bank.
Secara aplikasinya, berikut ini adalah beberapa contoh transaksi
murabahah dalam praktik:41
a. Pengadaan barang, misalnya kebutuhan sepeda motor untuk pegawai.
b. Persediaan modal kerja (modal kerja barang), dilakukan dengan transaksi
sekali putus, bukan sekali akad dengan pembelian berulang-ulang.
40 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta:
UII Press, 2007), h. 28. Sebagaimana juga dikutip Sayyid Sabiq dalam buku Fikih Sunnah 12,
(Bandung: PT Al-Ma’arif, 1988), h. 82
41 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta:
UII Press, 2007), h. 28. Sebagaimana juga dikutip Wiroso dalam buku Jual Beli Murabahah,
(Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 56-57
35
2. Rukun dan Syarat Murabahah
Rukun murabahah adalah sama dengan rukun jual beli pada
umumnnya, yaitu adanya penjual (al-bai’), pembeli (al-musytari’), barang
yang dibeli (al-mabi’), harga (al-tsaman), dan shigat (ijab-qabul).
Murabahah mempunyai beberapa rukun yaitu:42
a. Para pihak (al-‘aqidaen)
b. Pernyataan kehendak (sigat al-‘aqd)
c. Obyek akad (mahall al-‘aqd)
d. Tujuan Akad (maudu al-‘aqd)
Terdapat delapan syarat terbentuknya akad murabahah, yaitu:43
a. Tamyiz (at-tamyiz)
b. Berbilang pihak (ta’addud at-tarfain)
c. Pertemuan kehendak atau kesepakatan (tatabuq al-iradatain)
d. Kesatuan majlis (ittihad at-tarfain)
e. Obyek ada pada waktu akad (dapat diserahkan) (wujud al-mal ‘inda al-
‘aqd au al-qudrah ‘ala at-taslim)
f. Obyek dapat ditransaksikan (salahiyah al-mal li at-ta’amuli)
g. Obyek tertentu atau dapat ditentukan (at-ta’yin au qabiliyah al-mahal li
at-ta’amuli)
h. Tidak bertentangan dengan ketentuan syariah (‘adamu mukhalafah asy-
syar’i)
42 Hufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 13
43 Hufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 13
36
Dalam jual beli murabahah itu disyaratkan beberapa hal, antara lain:44
a. Mengetahui harga pokok
Dalam jual beli murabahah disyaratkan agar pembeli mengetahui
harga pokok atau harga asal, karena mengetahui harga merupakan syarat
sah jual beli. Syarat ini juga diperuntukkan bagi jual beli attauliyyah dan
al-wadhi'ah.
b. Mengetahui keuntungan
Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh pembeli, karena
margin keuntungan tersebut termasuk bagian dari harga, sedangkan
mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.
c. Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan
ditimbang, baik pada waktu terjadi jual beli dengan penjual dengan penjual
yang pertama atau setelahnya.
Disamping syarat-syarat diatas, terdapat juga syarat-syarat khusus,
yaitu:45
a. Harus diketahui besarnya biaya perolehan komoditi.
b. Harus diketahui keuntungan yang diminta penjual.
c. Pokok modal harus berupa benda bercontoh atau berupa uang.
d. Murabahah hanya bisa digunakan dalam pembiayaan bilamana pembeli
murabahah memerlukan dana untuk membeli suatu komoditi secara riil
dan tidak boleh untuk lainnya termasuk membayar hutang pembelian
44 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid IV,
h. 705
45 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid IV,
h. 706
37
komoditi yang sudah dilakukan sebelumnya, membayar biaya overhead,
rekening listrik, dan semacamnya.
e. Penjual harus telah memiliki barang yang dijual dengan pembiayaan
murabahah.
f. Komoditi bersangkutan harus telah berada dalam resiko penjual.
g. Komoditi obyek murabahah diperoleh dari pihak ketiga bukan dari
pembeli murabahah bersangkutan (melalui jual beli kembali).
Sedangkan menurut Syafi’i Antonio, syarat murabahah adalah
sebagai berikut :
a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah/mitra.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pebeli apabila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya pembelian dilakukan dengan hutang.46
Pada dasarnya jika syarat no, 1, 4, atau 5 tidak dipenuhi, maka
pembeli boleh melakukan pilihan :
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang
dijual.
c. Membatalkan kontrak.
46 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 146
38
Jual beli secara murabahah dengan syarat-syarat murabahah di atas
hanya untuk barang (produk) yang telah dikuasai (dimiliki) oleh penjual pada
waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual,
pola yang digunakan dapat berupa murabahah kepada pemesanan pembelian
(KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata
mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang
memesannya.
Bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah
dalam bentuk akad murabahah harus sesuai dengan prinsip syariah. Di mana
akad murabahah itu memiliki syarat47:
a. Bahwa pembeli harus mengetahui harga pokok pembelian barang yang
akan dibeli, yaitu nasabah selaku pembeli wajib mengetahui harga pokok
dari barang yang akan dibelinya pada pihak bank. Hak dari pembeli untuk
mengetahui harga pokok dari suatu barang yang akan dibeli agar tidak
terjadi spekulasi harga yang mengakibatkan prinsip jual beli ini keluar dari
koridor prinsip syariah.
b. Jumlah keuntungan penjual harus diketahui oleh pembeli, yaitu pihak bank
selaku penjual barang harus memberitahukan keuntungan yang akan
diambil dari harga jual yang akan ditawarkan kepada nasabah selaku
pembeli. Hal ini harus dilakukan agar kepercayaan nasabah terhadap bank
semakin meningkat.
47 Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 168
39
c. Barang yang dibeli jelas kriterianya, ukuran, jumlah, dan sifatnya yaitu
barang yang ditawarkan oleh pihak bank harus sesuai dengan spesifikasi
barang yang diinginkan oleh pihak nasabah (pembeli).
d. Barang yang dijual sudah dimiliki oleh penjual, yaitu bank selaku pihak
penjual harus telah memiliki barang yang hendak dijual. Barang tersebut
sudah harus berada pada kekuasaan pihak bank. Di mana hak milik barang
tersebut seutuhnya menjadi milik bank bukan milik orang lain.
e. Penjual dan pembeli harus saling ridha, yaitu dalam melakukan perjanjian
jual beli ini, pihak bank selaku penjual dan pihak nasabah selaku pembeli
harus saling sepakat dalam melakukan hak dan kewajiban mereka masing-
masing.
f. Penjual dan pembeli mempunyai kekuasaan dan cakap hukum dalam
transaksi jual beli, yaitu pihak penjual dan pihak pembeli dalam
melakukan transaksi jual beli haruslah cakap menurut hukum. Di mana
cakap menurut hukum ialah telah berusia 21 tahun atau telah menikah
walaupun belum berusia 21 tahun. Dan dalam melakukan transaksi jual
beli tersebut haruslah atas kehendak sendiri, di mana tidak ada paksaan
atau tekanan dalam melakukan transaksi.
g. Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, yaitu pihak
pembeli berkewajiban melakukan pembayaran setelah memperoleh barang
yang diinginkan sebagaimana telah disebutkan dalam perjanjian tersebut.
40
3. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah
Sebenarnya akad murabahah ini tidak memiliki rujukan atau
referensi langsung di dalam Al-Qur’an dan hadits, namun mayoritas ulama
berpendapat bahwa dasar hukum akad murabahah ini adalah sama halnya
dengan jual beli pada umumnya. Dalam fatwa Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
Tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah, sebagai landasan syariah transaksi
murabahah adalah sebagai berikut:48
a. Al-Qur’an : Al-Baqarah [2]:275
b. Al-Hadits : Hadis Nabi dari Abu Said al-Khudri: Dari Abu Said Al-Khudri
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan suka sama suka.”(H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban).
c. Ijma’ : (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, II/161; al-Kasani, Bada’i as-
Sana’i V/220-222).
d. Kaidah Fikih : “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
Maka dari itu, penulis akan menuliskan ayat-ayat, hadits, dan hasil daripada
ijma’ yang berkaitan dengan jual beli. Adapun referensinya antara lain
sebagai berikut:
48 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi kedua,
(Jakarta: MUI, 2003), h. 22-25.
41
a. Al-Qur’an
1. Q.S Al-Baqarah : 275
با م الر البيع وحر padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan ...“ وأحل للا
riba ...”(Al-Baqarah[2]:275)
2. Q.S An-Nisa : 29
يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكون تجارة عن
كان بكم رحيم ول تقتلوا أنفسكم تراض منكم اإن للا
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil , kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”(An-Nisa[4]:29)
3. Q.S Ali Imron : 130
با أضعافا مضاعفة لعلكم يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا الر واتقوا للا
تفلحون “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Ali ‘Imran[3]:130)
b. Hadits
بي أن (1 إلى البيعه : البركةه فيهن ثالث : قال وسل م وآله عليه للاه صل ى الن
قارضةه، أجل، عير البهر وخلطه والمه للبيع ل للبيت بالش “Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual.’” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
دري سعيد أبي عن (2 ول أن عنه للا رضي الخه وآله عليه للاه صل ى للا رسه
تراض عن البيعه إن ما: قال وسل م “Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.”(H.R. al-
Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
42
Bagi jumhur ulama, murabahah adalah salah satu jenis jual beli yang
dihalalkan oleh syara. Oleh sebab itu, secara umum ia tunduk kepada rukun
dan syarat jual beli murabahah ini, yaitu:49
a. Penjual hendaknya menyatakan modal yang sebenarnya bagi barang
yang hendak dijual.
b. Pembeli setuju dengan keuntungan yang ditetapkan oleh penjual
sebagai imbalan dari harga perolehan/harga beli barang, yang
selanjutnya menjadi harga jual barang secara murabahah.
c. Sekiranya ada ketidakjelasan/ketidakcocokan masalah harga jual
barang, maka pihak pembeli boleh membatalakan akad yang telah
dijalankan, sehingga bubarlah jual beli secara murabahah tersebut.
d. Barang yang dijual secara murabahah bukan barang ribawi.
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional
1) Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah.
2) Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang
Uang Muka Dalam Murabahah.
3) Nomor 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang
Diskon Dalam Murabahah.
4) Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran.
49 Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A., Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi
di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. II, h. 112
43
5) Nomor 23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan
Pelunasan Dalam Murabahah.
Sesuai dengan UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang
Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang
mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha bank syari’ah
adalah bank Indonesia.
4. Jenis Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1)
Murabahah tanpa pesanan dan (2) Murabahah berdasarkan pesanan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi
murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat dan murabahah
berdasarkan pesanan yang bersifat tidak mengikat. Sedangkan jika dilihat
cara pembayarannya, maka murabahah dapat dilakukan dengan cara tunai
atau dengan pembayaran tangguh.50
5. Tujuan dan Manfaat Murabahah
Tujuan murabahah dibagi menjadi dua, tujuan bagi Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) itu sendiri dan tujuan bagi nasabah/mitra yang melaksanakan
pembiayaan murabahah.
50 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta:
UII Press, 2007), h. 29. Sebagaimana juga dikutip Wiroso dalam buku Jual Beli Murabahah,
(Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 37-38
44
Tujuan pembiayaan murabahah bagi BMT adalah untuk
meningkatkan kualitas dan pelayanan BMT serta prosedur yang lebih mudah
tanpa menghilangkan prinsip kehati-hatian di dalam melakukan pembiayaan,
tujuan pembiayaan murabahah lainnya adalah untuk saling tolong menolong
antara pihak BMT dan nasabah yang memerlukan pembiayaan murabahah
tersebut.
Tujuan pembiayaan murabahah bagi nasabah/mitra yang melakukan
pembiayaan murabahah pada BMT adalah untuk memenuhi pengadaan
modal usaha yang dibutuhkan dan melakukan pembelian barang melalui
pembayaran yang ditangguhkan oleh BMT.
Manfaat pembiayaan murabahah bagi BMT adalah dengan
mudahnya sistem pembiayaan murabahah ini, BMT semakin mudah
mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli barang yang diberikan
kepada nasabah.
Dan manfaat pembiayaan murabahah bagi nasabah/mitra yang
melakukan pembiayaan murabahah pada BMT adalah memudahkan
pembelian suatu barang dengan cara pembayaran yang ditangguhkan,
menambah modal usaha dan meningkatkan pendapatan dari modal usaha
yang didapatkan melalui pembiayaan murabahah ini.
45
BMT
6. Risiko dalam Murabahah
Risiko dalam pembiayaan murabahah antara lain:51
a. Risiko yang terkait dengan barang.
b. Risiko yang terkait dengan klien (nasabah).
c. Risiko yang terkait dengan pembayaran.
7. Skema Pembiayaan Murabahah
Skema Murabahah
Negosiasi & Persyaratan
Akad Jual Beli
Bayar
Beli Barang Kirim
Terima
Barang & Dokumen
51 Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1, (Yogyakarta:
UII Press, 2007), h. 30. Sebagaimana juga dikutip Muhammad dalam buku Manajemen Pembiayaan
Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 128-130
1
Mitra
SUPPLIER / PENJUAL
6
5 4 3
2
46
BAB III
PROFIL BMT MEKAR DA’WAH
A. Sejarah BMT Mekar Da’wah1
Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan mikro
yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah. Dalam pelaksanaan
usahanya, BMT Menjalankan konsep Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul
Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi
masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam atau BPR
Islam. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah),
dan titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan Bank Isam, bahkan
boleh dikata menjadi cikal bakal dari Bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar
tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta
pelau usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan
dengan pihak bank. Peningkatan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada
usaha mikro (kecil bawah) di wilayah serpong dan sekitarnya mengalami
kendala, yaitu sulitnya mendapat dana pinjaman (pembiayaan) dari Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), khususnya dalam menjangkau
masyarakat kalangan bawah yang mayoritas dan yang tidak memenuhi
persyaratan formal untuk mendapatkan pembiayaan (kredit) dari Bank.
1 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
47
Berawal dari itu, untuk mengembangkan ekonomi umat dengan berbasis
Islam dengan berbentuk lembaga keuangan mikro atau BMT. Awal nama BMT
Taruna Qur’an yag memulai usaha atau operasional pada awal November 2003
dan resmi berdiri tanggal 12 Februari 2004 dengan nama BMT Mekar Da’wah,
manajemennya BMT Taruna Qur’an Yogyakarta. Manajemen Taruna
Yogyakarta mengalami kendala cukup berat yang menyebabkan bulan Juni 2004
penanganan BMT Mekar Da’wah terpisah dari BMT Taruna Qur’an Yogyakarta
sebagai induk, sehingga diambil alih sebuah komunitas yang perduli syariah di
Jakarta. Pembenahan manajemen itu dilaksanakan oleh Tim Counterpart hingga
mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup layak dianggap sebuah
lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah Islam. Meskipun kondisi baik
dari eksternal maupun internal BMT Mekar Da’wah mengalami pasang surut
tetapi kinerja operasional membaik walau sering terjadi pergantian pengurus,
pengelola, dan lokasi usaha. Pergantian tersebut mulai membentuk tim kinerja
BMT yang semakin solid menginjak tahun 2008. Pemulihan keadaan yang
semakin solid terlihat pada tahun 2009. Kinerja dari BMT baik di baitul maal
tertata rapi dan pada sisi baitul tamwil menunjukkan peranannya. BMT Mekar
Da’wah di Serpong makin diakui serta dipercaya, bahkan menjadi lembaga yang
mendapat tempat tersendiri. Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi umat
dari social dan bisnis, BMT Mekar Da’wah makin berkembang dengan ada
program-program kemaslahatan umat, didukung oleh lembaga-lembaga yang
bersinergi dengan BMT, baik lembaga keuangan pendidikan, sosial,
pemerintahan, dan lainnya.
48
B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da’wah2
BMT Mekar Da’wah dalam pelaksanaan kegiatannya, mengusung visi dan
misi sebagai berikut:
a. Visi dari BMT Mekar Da’wah adalah:
Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah yang handal karena kualitas
pelayanan dan kinerja operasional, dalam pengembangan dan
pemberdayaan sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu
berusaha sesuai Prinsip Syariah.
b. Misi dari BMT Mekar Da’wah adalah:
1. Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan baik sosial maupun
ekonomi masyarakat melalui muamalah sesuai syari’ah.
2. Meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelayanan dan kinerja
operasional dalam bermuamalah.
3. Membangun kepercayaan dan mengengembangkan kerjasama dengan
berbagai pihak, baik Serpong hingga skala nasional.
4. Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable serta
terpercaya dalam bermuamalah dan tetap dalam koridor yang sesuai
dengan prinsip syariah.
5. Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan
pembentukan sumber daya yang selalu tetap konsisten dalam menerapkan
kinerjanya sesuai dengan prinsip syariah.
2 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
49
c. Tujuan BMT Mekar Da’wah
1. Membentuk sumber daya yang berkemampuan, berwawasan, dan
profesional di dalam menerapkan muamalah yang sesuai dengan prinsip
syariah.
2. Meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas dalam penerapan usaha
demi kemaslahatan bersama.
C. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Da’wah3
a. Filosofi BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut:
1) Kepedulian, terhadap kondisi yang terjadi baik simpati maupun empati.
2) Membantu atau menolong, baik materi atau non materi sesuai kemampuan.
3) Pembinaan, dalam hal ruhiah maupun jasmaniah dalam bermuamalah.
4) Pengawasan, atau menjaga sumber daya agar tetap sesuai syariah.
5) Pemberdayaan, baik ekonomi dan sosial di dalam penerapan kinerjanya
atau bermuamalah tetap sesuai dengan prinsip syariah.
b. Prinsip-prinsip BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut:
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dalam melaksanakan
kegiatan muamalah agar tetap sesuai prinsip-prinsip syariah.
2) Keterpaduan dalam segala hal yang berhubungan dengan muamalah baik
dari nilai-nilai spiritual, moral, etika, sikap, pengetahuan, dan lainnya.
3 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
50
3) Kekeluargaan, yakni lebih mementingkan kepentingan bersama dan
kebersamaan, dalam satu kesatuan visi, misi, dan tujuan BMT.
4) Kemandirian yang tidak terpengaruh oleh kepentingan pihak tertentu.
5) Profesionalisme dalam bekerja yang selalu dilandasi keimanan dalam
bermuamalah dan menjadikan sifat Rasulullah SAW sebagai tauladan.
6) Istiqomah dalam bekerja dan selalu berusaha sesuai prinsip syariah.
7) Silaturahim dengan berbagai pihak atau jaringan kerja selalu dijaga.
c. Fungsi BMT Mekar Da’wah untuk mencapai tujuannya adalah:
1) Fungsi sosial, yakni BMT sebagai institusi dakwah yang memiliki
kepedulian tinggi hingga kualitas spritiual dan moral meningkat.
2) Fungsi ekonomis, yakni BMT sebagai perantara manajemen dan keuangan
berbagai pihak demi kemaslahatan bersama.
3) Fungsi ilmu pengetahuan, yakni BMT menjadi tempat pengembangan
sumber daya insani khususnya dalam muamalah sesuai syariah.
4) Fungsi pengembangan, yakni BMT motivator, pengarah, dan juga
pengembang potensi sosial dan ekonomi masyarakat.
D. Budaya Kerja BMT Mekar Da’wah4
a. Prinsip-prinsip kerja BMT Mekar Da’wah adala sebagai berikut:
1) Selalu berusaha memegang nilai-nilai akudah yang sesuai syariah Islam.
4 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
51
2) Selalu menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam bekerja
dan berperilaku.
3) Selalu berusaha berlaku jujur dan seimbang atau adil dalam menentukan
suatu keputusan.
4) Berlaku transparan di dalam menjaga amanah sesuai syariah.
5) Utamakan kekompakan tim dalam bekerja.
6) Selalu menerapkan asas kesederhanaan di dalam memberikan solusi dari
masalah yang ada dan tidak melanggar syariah Islam.
b. Etika kerja BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut:5
1) Lebih banyak memberikan asas manfaat bagi kemaslahatan umat.
2) Berusaha memberikan solusi yang mudah dan menyenangkan bagi semua
pihak.
3) Selalu berusaha menepati janji dan menjaga amanah yang diberikan.
4) Segala kegiatan atau aktivitas yang dijalankan harus menambah
pengetahuan yang berguna.
5) Selalu menjaga jalinan tali silaturahim dengan semua pihak.
6) Selalu menjaga nilai-nilai ibadah di dalam tiap bekerja dan sesuai dengan
syariah Islam.
7) Selalu memiliki rasa kepedulian yang tinggi, baik simpati maupun empati.
5 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian Operasional BMT
Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
52
E. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Da’wah6
a. Target atau sasaran BMT Mekar Da’wah adalah sebagai berikut:
1) Letak lokasi usaha meliputi: lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga
pendidikan, dan lembaga usaha.
2) Pelaku usaha meliputi: perorangan, kelompok atau komunitas serta badan
usaha dari mikro hingga menengah khususnya dan bila dimungkinan
makro, baik formal maupun non formal.
3) Alokasi atau jenis usaha meliputi: produktif dan konsumtif.
4) Sektor usaha meliputi: bidang jasa, perdagangan, industry kecil dan
menengah, konsumtif, dan lain-lain.
5) Bentuk usaha meliputi: dana kebajikan, dana talangan atau bantuan,
kemitraan, dan pemberdayaan.
6) Jangka waktu meliputi: jangka pendek, menengah, dan panjang.
7) Wilayah usaha meliputi: Kecamatan Serpong khususnya hingga
Kabupaten Tangerang bahkan hingga skala nasional.
b. Motto BMT Mekar Da’wah
Adapun motto BMT Mekar Da’wah adalah “Jujur Bermitra, Profesional
Bekerja”.
c. Jargon BMT Mekar Da’wah
Adapun jargon BMT Mekar Da’wah adalah “Mekar Raih Prestasi, Bismillah
!!!”.
6 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
53
F. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah7
a. Legalitas BMT Mekar Da’wah Serpong adalah sebagai berikut:
1. Akta Pendirian No. : 01/KUS-SMD/II/2004
2. Badan Hukum No. : 518/7/BH/DISKUK/2004
3. Domisili No. : 503/74.Kel-Srp/2014
4. SIUP No. : 503/001205-BP2T/30-08/PK/IX/2012
5. TDP No. : 30.08.2.47.00081 (berlaku s/d 10-09-2017)
6. NPWP No. : 02.629.064.3-411.000
b. Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah
7 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
Rapat Anggota Tahunan
Pembina & Pengawas Syariah
& Manajemen
Mitra Usaha, Kerja, dan
Pemberdayaan
Dewan Pengurus
Badan Pengelola
Baitul Tamwil Baitul Maal
54
Uraian tugas dan jabatan pada Struktur Organisasi di BMT Mekar Da’wah
Serpong adalah sebagai berikut:8
1. Ketua Pengurus
Fungsi utama adalah coordinator Badan Pengurus BMT agar berjalan sesuai
syariah Islam dalam bermualah. Tugas utama adalah pengembangan sumber
daya BMT baik usaha maupun insani baik dalam operasional dan kinerjanya
agar dapat berjalan sesuai dengan syariah Islam.
2. Sekretaris Pengurus
Fungsi utama adalah pengarah, pengontrol, pengawas kinerja pengelola
dalam muamalah sesuai syariah. Tugas utama adalah pengarah, pengontrol,
pengawas terhadap kinerja marketing baik penghimpunan, penyaluran
maupun pemberdayaan usaha agar dapat berjalan sesuai dengan syariah
Islam.
3. Bendahara Pengurus
Fungsi utama adalah pengarah, pengontrol, pengawas kinerja pengelola
dalam muamalah sesuai syariah. Tugas utama adalah pengarah, pengawas,
pengontrol terhadap system dan kinerja operasional BMT agar manajemen
berjalan sesuai dengan syariah Islam.
4. Manajer BMT
Fungsi utama adalah penanggung jawab manajemen dari pengelola dalam
muamalah sesuai syariah Islam. Tugas utama adalah koordinator dari system,
8 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
55
kinerja dan operasional dalam pengelolaan muamalah BMT teknis sehari-hari
sehingga manajemen berjalan sesuai dengan syariah Islam.
5. Bagian Operasional
Fungsi utama adalah menjalankan fungsi kinerja manajemen yang
berhubungan pada operasional BMT. Tugas utama adalah pendukung sistem,
kinerja, dan operasional BMT dalam administrasi dan dalam perihal
laporannya.
6. Bagian Marketing
Fungsi utama adalah menjalankan fungsi kinerja dan operasional muamalah
dari BMT yang meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana dan remedial
hingga pemberdayaan.
G. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da’wah9
a. Teknologi Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah telah menggunakan sistem komputerisasi, baik
administrasi maupun keuangan, transaksi maupun pelaporan telah berbasis
teknologi informasi (TI). Dengan sistem komputerisasi tersebut akan
meminimalkan resiko kesalahan manusia yang berarti menjamin adanya
transparansi dan accountable. Sistem TI ini diharapkan dapat menjadi
jaminan meningkatnya kualitas pelayanan terhadap masyarakat makin baik
sehingga kepercayaan dari masyarakat semakin baik
9 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
56
b. Jaringan Kerja Operasional BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da’wah merupakan bagian tak terpisah dari komunitas Serpong
dan komunitas yang lebih besar yakni Kota Tangerang Selatan khususnya,
bahkan jangkauannya se-Jabodetabek hingga lingkup nasional umumnya.
Komunitas tersebut merupakan salah satu bentuk dari fungsi BMT sebagai
salah satu lembaga pemberdayaan sosial maupun ekonomi. BMT Mekar
Da’wah diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsinya secara baik, demi
kemaslahatan umat yang sesuai dengan syariah Islam.
H. Produk-produk BMT Mekar Da’wah10
a. Produk Penghimpunan Dana
1) Simpanan pihak kedua yang bersifat titipan maupun berbagi hasil yaitu
Simpanan Mekar Da’wah (tabungan) dengan ketentuan:
a) Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.
b) Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-.
c) Saldo akhir minimal Rp. 10.000,-.
2) Investasi pihak kedua untuk mendapat keuntungan yang halal dengan nilai
kompetitif yaitu Simpanan Berjangka Mekar Da’wah (deposito) dengan
ketentuan:
a) Jangka waktu deposito 3, 6, 9, dan 12 bulan.
b) Minimal nominal deposito Rp. 500.000,-.
10 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
57
3) Program pemberdayaan dan sosial yaitu Dana ZIS (Zakat, Infaq, dan
Shadaqah).
a) Fasilitas penyaluran dana / permodalan
b) Dana bisnis yaitu sistem jua beli, yakni murabahah.
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang dilakukan untuk
transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dengan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
c) Dana pengembangan usaha, yaitu musyarakah dan mudharabah.
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama diantara 2 (dua) pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertetu yang masing-masing pihak
memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
sesuai dengan porsi dana masing-masing. Pembiayaan mudharabah
adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik,
shahibul mal, atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan
pihak kedua (amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku
pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh pihak pertama (malik, shahibul mal, atau
Bank Syariah) kecuali jika pihak kedua (amil, mudharib, atau nasabah)
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
4) Dana pinjaman untuk kepentingan pemberdayaan diri, keluarga maupun
memulai usaha, yaitu al-Qardh/Qardhul Hasan. Pembiayaan Qardh
adalah pembiayaan yang ditujukan kepada nasabah yang tidak mampu.
58
b. Produk Layanan Anggota
Bentuk produk layanan kemudahan dalam membantu pembayaran untuk
tagihan seperti:
1) Pembayaran listrik.
2) Pembayaran telepon.
3) Pembelian pulsa.
Semua aktivitas produk-produk BMT Mekar Da’wah diatas didasarkan atas
kepentingan masyarakat yang memang membutuhkan pelayanan dalam masalah
keuangan, untuk membantuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dan
bagi masyarakat yang memiliki harta dapat memanfaatkan harta yang dimiliki.
Sebelum nasabah mengajukan permohonannya, terlebih dahulu sebelumnya
sudah menjadi anggota BMT Mekar Da’wah. Adapun syarat keanggotaan BMT
Mekar Da’wah yaitu:11
1) Fotokopi KTP/SIM/identititas diri lainnya.
2) Mengisi formulir biodata anggota/nasabah.
3) Membuka salah satu rekening simpanan (tabungan/deposito)
4) Bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan.
Setelah syarat keanggotaan terpenuhi, maka untuk melakukan permohonan
pembiayaan/permodalan/pendanaan dari BMT Mekar Da’wah dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
11 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
59
1) Sudah resmi terdaftar sebagai anggota/nasabah di BMT Mekar Da’wah,
dibuktikan dengan adanya No. Base Nasabah serta sudah memiliki salah
satu rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar Da’wah.
2) Mengisi formulir permohonan pembiayaan.
3) Fotokopi KTP pasangan (suami/istri) bagi yang sudah menikah dan
menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan.
4) Bersedia survey (tempat usaha/rumah) dan diwawancara oleh petugas.
5) Bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang diterbitkan
oleh BMT Mekar Da’wah.12
12 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
60
BAB IV
ANALISIS UPAYA PENYELAMATAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
BERMASALAH PADA BMT MEKAR DA’WAH
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di BMT Mekar Da’wah
Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
prosedur pemberian pembiayaan khususnya pembiayaan murabahah yang
ditetapkan pada BMT Mekar Da’wah. Dan dalam menciptakan kepercayaan
dalam melakukan pembiayaan, maka timbul pertimbangan serta prinsip kehati-
hatian sehingga pembiayaan yang diberikan dapat berjalan dengan lancar dan
terjaminnya pengembalian pembiayaan yang tepat waktu sesuai dengan
perjanjian yang dilakukan sebelumnya.
BMT Mekar Da’wah adalah salah satu lembaga keuangan mikro syariah
yang bergerak dalam sistem koperasi syariah yang tujuannya adalah menolong
masyarakat sekitar dan masyarakat kalangan menengah kebawah yang
membutuhkan dana untuk modal usaha atau prkmbangan usahanya. Salah satu
produk yang ada dalam BMT Mekar Da’wah adalah pembiayaan Murabahah.
Dalam setiap pembiayaan yang diajukan setiap mitra harus menjadi anggota
koperasi BMT Mekar Da’wah dan memenuhi persyaratan yang ada.
Adapun syarat keanggotaan dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah:1
a) Syarat keanggotaan BMT Mekar Da’wah:
1. Fotocopy KTP/SIM/Identitas diri lainnya.
1 Hasil wawancara pertama dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian
Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 27 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
61
2. Mengisi formulir biodata anggota/mitra.
3. Membuka rekening simpanan.
4. Bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan (bagi yang memenuhi
persyaratan).
b) Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dari BMT Mekar
Da’wah:
1. Sudah resmi terdaftar sebagai anggota/mitra di BMT Mekar Da’wah,
dibuktikan dengan adanya No. Base mitra serta sudah memiliki salah satu
rekening simpanan yang aktif di BMT Mekar Da’wah.
2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan.
3. Fotocopy KTP pasangan (suami/istri) bagi yang sudah menikah dan
menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan (yang diminta
petugas).
4. Bersedia disurvey (tempat usaha/rumah) dan diwawancara oleh petugas.
5. Bersedia mengikuti seluruh aturan/prosedur/ketentuan yang ditetapkan
oleh BMT Mekar Da’wah.
Setelah terdaftar menjadi anggota BMT, maka mitra dapat melakukan
permohonan pembiayaan. Berikut adalah langkah-langkah pengajuan
pembiayaan dalam BMT Mekar Da’wah:2
1. Pengajuan permohonan pembiayaan
Mitra yang mengajukan permohonan pembiayaan datang ke BMT
Mekar Da’wah untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan serta
membawa dokumen-dokumen yang menjadi syarat pengajuan pembiayaan
2 Hasil wawancara pertama dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian
Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 27 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
62
seperti fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan), fotocopy KK,
surat domisili, dan jaminan. Mitra yang mengajukan pembiayaan
murabahah harus terlebih dahulu membuka tabungan di BMT Mekar
Da’wah minimal 3 bulan agar pihak BMT Mekar Da’wah dapat
memperhatikan karakteristik calon mitra pembiayaan.
2. Penyelidikan berkas
Setelah mitra mengisi formulir permohonan pembiayaan, pihak BMT Mekar
Da’wah menyelidiki dokumen-dokumen persyaratan. Jika menurut pihak
BMT persyaratannya belum lengkap maka mitra diminta untuk segera
melengkapi persyaratan tersebut.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung kepada mitra, dalam wawancara ini pihak
BMT Mekar Da’wah mengkonfirmasi isi formulir permohonan pembiayaan
yang diajukan dengan menanyakan secara langsung kepada mitra tentang
tujuan permohonan pembiayaan, jumlah pinjaman, jumlah pendapatan mitra
dan jangka waktu pembiayaan apakah perhari, perminggu atau pertahun.
4. Peninjauan lokasi
Setelah melakukan wawancara pihak BMT Mekar Da’wah akan terjun
langsung ke lokasi usaha. Ini bertujuan untuk memastikan usaha yang
dijalankan sesuai dengan apa yang ditulis diformulir pengajuan
pembiayaan. Selain terjun ke lokasi usaha, pihak BMT Mekar Da’wah juga
mengunjungi tempat tinggal mitra untuk menggali informasi dari
masyarakat sekitar tentang karakter mitra yang mengajukan permohonan
pembiayaan.
63
5. Analisis kelayakan pembiayaan
Dalam penilaian kelayakan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah
memperhatikan beberapa aspek yang meliputi kepemilikan usaha, karakter
mitra, kemampuan mitra dalam memenuhi kewajiban, jaminan yang
disertakan oleh mitra dan usaha yang dilakukan mitra tidak melanggar
prinsip syari’ah.
6. Keputusan pembiayaan
Setelah segala sesuatunya telah lengkap dan sesuai prosedur, maka pihak
BMT Mekar Da’wah memalakukan rapat komite untuk memutuskan
pembiayaan tersebut layak atau tidak. Jika dianggap layak maka pihak BMT
akan menghubungi mitra untuk penandatanganan akad dan pihak BMT
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.3
Alur Pemberian Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah
3 Hasil wawancara pertama dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian
Marketing BMT Mekar Da’wah pada tanggal 27 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
Calon mitra
mendaftar
sebagai anggota
BMT Mekar
Da’wah
Setelah terdaftar,
calon mitra
melakukan
pengajuan
pembiayaan
BMT Mekar Da’wah
melakukan penyelidikan
berkas calon mitra
BMT Mekar Da’wah
melakukan wawancara
kepada calon mitra.
BMT Mekar Da’wah
melakukan peninjauan
lokasi calon mitra
(tempat usaha/tempat
tinggal)
BMT Mekar
Da’wah melakukan
analisis kelayakan
pembiayaan
BMT Mekar Da’wah
memutuskan apakah calon mitra
tersebut layak dibiayai atau tidak
Bila dapat dibiayai, BMT Mekar
Da’wah menghubungi calon mitra
untuk melakukan tanda tangan akad
64
B. Faktor Penyebab Timbulnya Pembiayaan Bermasalah
Dalam memberikan pembiayaan, BMT sangat mengedepankan prinsip
kehati-hatian agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
pembiayaan benar-benar terwujud guna melancarkan pembiayaan itu sendiri
dan terjaminnya pengembalian pembiayaan tersebut tepat pada waktunya
sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelumnya.
Secara keseluruhan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah adalah sebagai
berikut:4
1. Faktor Internal (BMT Mekar Da’wah)
Faktor internal ini adalah faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah
bermasalah dari BMT Mekar Da’wah itu sendiri. Berdasarkan hasil
wawancara penulis, faktor internal ini hanya memiliki peran sebesar 35%
menjadi penyebab pembiayaan murabahah yang bermasalah pada BMT
Mekar Da’wah.5 Berikut adalah faktor internal yang menjadi penyebab
terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah:
1) Kurangnya pengawasan dari pihak BMT
Dalam hal ini, kemampuan petugas BMT dalam menganalisa calon
nasabah kurang baik atau juga kemungkinan karena kemampuan petugas
dalam menganalisa karakter dan usaha calon nasabah kurang akurat
sehingga menimbulkan pembiayaan murabahah yang bermasalah. Upaya
yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam menangani faktor ini
4 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
5 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017
65
adalah dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan dan pengawasan
terhadap setiap nasabah yang melakukan pembiayaan murabahah di
BMT Mekar Da’wah.
2) Kurangnya collecting data
Data yang dianalisa oleh pihak BMT kurang lengkap sehingga
menimbulkan pembiayaan murabahah yang bermasalah, khususnya data
terkait mitra dan karakteristik usaha yang dijalankan oleh mitra tersebut.
Dalam hal ini, upaya yang dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam
menangani kurangnya collecting data adalah dengan cara melengkapi
setiap data nasabah yang melakukan pembiayaan dan secepatnya
menganalisa apakah pembiayaan yang akan terjadi memiliki resiko untuk
bermasalah.
2. Faktor Eksternal (Mitra)6
Faktor eksternal ini memiliki persentase peran yang cukup besar karena
faktor eksternal lebih sering terjadi pada BMT Mekar Da’wah, faktor ini
memiliki peran sebesar 65% penyebab terjadinya pembiayaan murabahah
bermasalah.7 Berikut adalah faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya
pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah:
1) Mitra kurang mampu mengelola usahanya.
Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara rencana kerja mitra ketika
mengajukan pembiayaan dan realitas yang terjadi di lapangan sehingga
menimbulkan sikap pesimis oleh mitra yang menyebabkan hilangnya
6 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
7 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017
66
semangat untuk mengelola usahanya. BMT Mekar Da’wah membantu
serta membimbing setiap nasabahnya yang kurang mampu dalam
mengelola usahanya guna mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah.
2) Mitra dengan karakter yang buruk.
Dalam kasus ini, mitra yang diberikan pembiayaan banyak yang sengaja
tidak mengembalikan pembiayaan tepat pada waktunya sesuai dengan
perjanjian yang dilakukan. Dalam kasus ini, BMT Mekar Da’wah
melakukan analisa yang cukut ketat kepada setiap nasabah yang akan
dibiayai agar nasabah yang memiliki karakter yang buruk dapat diketahui
sesegera mungkin.
3) Mitra menyalahgunakan dana pembiayaan.
Sebagai contoh dalam kasus ini, mitra menggunakan dana pembiayaan
yang diberikan oleh BMT Mekar Da’wah untuk membayar hutang pada
bank lainnya, sehingga tidak terjadi perputaran modal kerja dan
menimbulkan pembiayaan yang bermasalah. Dalam mencegah faktor ini,
BMT Mekar Da’wah selalu melakukan pengawasan yang ekstra kepada
para nasabahnya agar pembiayaan yang dilakukan tidak disalahgunakan.
4) Mitra melarikan diri.
Dalam kasus ini, BMT Mekar Da’wah melakukan interogasi kepada
lingkungan sekitar dimana tempat nasabah memberikan alamatnya,
sehingga dapat ditelusuri kemana mitra tersebut melarikan diri.
67
5) Jaminan yang diberikan sulit untuk dilikuidasi.
Pada kasus ini, BMT Mekar Da’wah menyarankan kepada para
nasabahnya untuk memberikan jaminan yang mudah dilikuidasi sebagai
bentuk kehati-hatian dan upaya pencegahan pembiayaan yang
bermasalah.
Dan yang paling sering terjadi pada BMT Mekar Da’wah adalah
nasabah/mitra yang melarikan diri atau pindah alamat sehingga menimbulkan
pembiayaan murabahah yang bermasalah.8
C. Kriteria Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan pada BMT Mekar
Da’wah9
1. Penggolongan Kualitas Piutang Murabahah:
a. Lancar
1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan
pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaratakn akad,
atau terdapat tunggakan angsuran sampai dengan 1 (satu) bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan pembayaran
angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaratan akad, atau terdapat
tunggakan sampai dengan 3 (tiga) bulan.
3) Nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan
akurat.
4) Dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
8 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
9 Hasil wawancara dengan Ibu Nurisma Septia Anggraeni sebagai Kepala Bagian
Operasional BMT Mekar Da’wah pada tanggal 15 Februari 2017 di BMT Mekar Da’wah.
68
b. Kurang Lancar
1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 1 (satu) bulan
sampai dengan 3 (tiga) bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan
sampai dengan 6 (enam) bulan.
3) Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan
meragukan.
4) Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan
agunan kuat.
5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan perjanjian piutang.
c. Diragukan
1) Piutang yang berjangka waktu 1 (satu) bulan terdapat tunggakan
pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai
dengan 24 (dua puluh empat) bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan
sampai dengan 27 (dua puluh tujuh) bulan.
3) Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan.
4) Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan
lemah.
69
d. Macet
1) Piutang yang berjangka waktu 1 (satu) bulan terdapat tunggakan
pembayaran angsuran yang telah melewati 24 (dua puluh empat)
bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 27 (dua puluh
tujuh) bulan.
3) Dokumentasi perjanjian dan pengikatan agunan tidak ada.
Tabel Penilaian NPF pada Kriteria Penggolongan Kolektabilitas
Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah Tahun 201510
Bulan
Jumlah
Pembiayaan
Lancar
Kurang
Lancar
Diragukan Macet NPL (%)
Januari 1.956.395.901 1.873.835.993 39.714.837 20.737.797 22.107.274
4,22
Februari 2.117.210.900 2.021.089.525 45.308.313 25.194.810 25.618.252
4,54
Maret 2.244.755.900 2.148.455.872 45.344.069 25.141.266 25.814.693 4,29
April 2.221.091.900 2.124.252.293 45.754.493 24.209.902 26.875.212 4,36
Mei 2.072.788.900 1.984.902.651 42.492.172 22.178.841 23.215.236 4,24
Juni 1.959.666.900 1.877.164.924 40.957.038 19.792.636 21.752.303 4,21
Juli 1.802.995.900 1.722.582.283 36.781.116 20.373.854 23.258.647 4,45
Agustus 1.944.834.900 1.855.955.945 43.369.818 22.171.118 23.338.019 4,57
September 1.929.736.455 1.842.512.368 42.261.228 21.613.048 23.349.811
4,52
10 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017.
70
Oktober 2.089.062.899 2.000.695.539 32.589.381 31.753.756 24.024.223
4,23
November 2.215.148.836 2.125.303.638 34.521.800 32.530.158 22.793.240
4,06
Desember 2.151.783.899 2.064.851.830 33.783.007 30.985.688 22.163.374
4,04
Tabel 4.1 Penilaian NPF pada Kriteria Penggolongan Kolektabilitas
Pembiayaan pada BMT Mekar Da’wah Tahun 2015
D. Analisis Upaya Penyelamatan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada
BMT Mekar Da’wah
Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah bagian yang tidak dapat
dihindari dalam proses pembiayaan di dalam suatu institusi perbankan, maka
penyelamatan pembiayaan yang bermasalah merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk dilakukan. Oleh sebab itu, jika diketahui adanya gejala suatu
pembiayaan yang berpotensi bermasalah, bank harus segera mengambil
langkah penyelamatan sebelum masalah tersebut menimbulkan kerugian bagi
pihak bank.11
Secara garis besar, dalam melakukan penyelamatan pembiayaan
murabahah bermasalah BMT Mekar Da’wah menggunakan 5 upaya
penyelamatan yaitu:12
1. Upaya penyelamatan Administrative
a. Memberikan surat peringatan kepada mitra sebanyak 3 kali.
b. Pemanggilan dan mendiskusikan dengan mitra terkait dengan
pembiayaan murabahah yang bermasalah.
c. Silaturahmi/mendatangi rumah mitra.
11 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h. 168.
12 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
71
Menurut analisa penulis, upaya penyelamatan administrative ini sangat
berpengaruh kepada golongan pembiayaan murabahah yang kurang lancar,
karena salah satu kriteria sebuah pembiayaan murabahah yang kurang lancar
adalah nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan
meragukan. Dan ketika BMT Mekar Da’wah mendatangi rumah nasabah yang
bermasalah maka akan langsung dicarikan solusi agar pembiayaannya dapat
diselamatkan atau diselesaikan.
2. Rescheduling
BMT Mekar Da’wah memberikan keringanan kepada mitra yang melakukan
pembiayaan murabahah bermasalah terkait dengan jadwal atau jangka
waktu termasuk perubahan besarnya angsuran. Upaya penyelamatan ini
dilakukan setelah adanya musyawarah dengan mitra sehingga dengan
dilakukannya rescheduling ini, mitra diberi kemudahan dan keringanan
untuk menyelesaikan pembiayaannya.
Menurut analisa penulis, Rescheduling sangat berpengaruh kepada
pembiayaan yang masuk ke dalam golongan diragukan atau macet. Karena
selain melakukan perubahan jadwal, upaya ini juga memperkecil jumlah
angsuran kepada para nasabah yang sudah masuk ke dalam kategori diragukan
dan macet. Para nasabah yang sudah masuk ke dalam golongan pembiayaan
diragukan atau macet ketika masih memiliki itikad baik untuk menyelesaikan
pembiayaan, maka akan sangat terbantu dengan cara ini.
3. Reconditioning
BMT Mekar Da’wah memberikan keringanan berupa perubahan berbagai
persyaratan dengan memperpanjang jangka waktu pembayaran dan
72
mengurangi jumlah bagi hasil yang seharusnya dibayar oleh mitra. Upaya
penyelamatan ini dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah ketika mitra benar-
benar mengalami kesulitan keuangan tetapi masih memiliki itikad baik
untuk melunasi sisa angsurannya seperti terkena musibah, mengalami
penyakit berat sehingga usahanya tidak dapat berjalan lagi.
Berdasarkan analisa penulis, reconditioning juga memiliki pengaruh yang
besar kepada para nasabah yang sudah masuk ke dalam kriteria macet. Salah
satu kriteria pembiayaan yang tergolong diragukan adalah:
(1) piutang yang berjangka waktu 1 (satu) bulan terdapat tunggakan
pembayaran angsuran yang telah melewati 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat tunggakan
pembayaran angsuran yang telah melewati 27 (dua puluh tujuh) bulan.
Dengan upaya reconditioning sangat membantu dalam mengubah kategori
pembiayaan macet yang dialami oleh para nasabah menjadi pembiayaan yang
lancar dengan melakukan perubahan jadwal, angsuran, jangka waktu, bahkan
akad dan melakukan potongan kepada mereka yang sudah masuk ke dalam
golongan pembiayaan macet.
Penulis melampirkan contoh pembiayaan murabahah bermasalah pada
BMT Mekar Da’wah yang ditangani dengan cara reconditioning karena sudah
jatuh tempo, akad ini berlangsung pada tanggal 2 Maret 2011 (tanggal
pencairan dana) dan diberikan jangka waktu 36 bulan. Karena sudah jatuh
tempo pada tanggal 28 Februari 2014, BMT Mekar Da’wah mengubah akad
yang awalnya murabahah menjadi al-qardh, sehingga mempermudah nasabah
dalam menyelesaikan pembiayaan.
73
4. Penyitaan/Eksekusi dan likuidasi jaminan
a. Eksekusi/penyitaan Jaminan
Yaitu pihak BMT Mekar Da’wah sementara menyita barang jaminan
milik mitra yang tertera pada saat akad jika mitra dinilai telah lalai
dalam pembayaran angsuran dan tidak ada itikad baik dari mitra
untuk menyelesaikan pembiayaan.
Berdasarkan analisa penulis, eksekusi atau penyitaan jaminan hanya
berpengaruh besar kepada pembiayaan murabahah yang kurang
lancar dan diragukan saja. Karena jaminan hanya disita dan belum
dilikuidasi sehingga hanya menimbulkan sedikit semangat para
nasabah untuk menyelesaikan pembiayaannya.
b. Likuidasi
Yaitu jaminan yang telah dieksekusi akan dilelang atau dijual.
Sebelum dilelang mitra diberi kesempatan untuk melunasi dengan
cara lain. Ketika mitra benar-benar tidak mau menyelesaikan dengan
cara lain maka pihak BMT Mekar Da’wah akan langsung melelang
atau menjual jaminan mitra untuk menutup sisa angsuran mitra
tersebut. Jika dari hasil lelang barang tersebut tidak mencukupi
untuk melunasi pembiayaannya, maka mitra tersebut berkewajiban
untuk menutupi sisa hutangnya tersebut. Dimana hal itu merupakan
kesepakatan dari kedua belah pihak (BMT dan mitra). Akan tetapi,
bila hasil lelang barang jaminan tersebut ternyata masih ada sisa atau
lebih, maka sisa atau lebihnya akan dikembalikan sepenuhnya
kepada mitra.
74
Menurut analisa penulis, likuidasi jaminan sangat berpengaruh
kepada pembiayaan yang masuk ke dalam golongan diragukan atau
macet. Karena upaya likuidasi ini menjadi ancaman kepada para
nasabah yang masih ingin mengambil jaminannya kembali, biasanya
likuidasi jaminan menjadi pilihan terakhir yang dilakukan BMT
Mekar Da’wah ketika sebuah pembiayaan benar-benar sudah macet
dan tidak dapat diselamatkan lagi guna menutupi kerugian yang ada.
5. Penghapusan Bukuan/Write Off
Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh BMT Mekar Da’wah dalam
menyelesaikan pembiayaan bermasalah adalah dengan melakukan
penghapusbukuan dengan cara menjual jaminan atau mengalihkan akad
pembiayaan menjadi akad Qardhul Hasan atau pengalihan akad yang
bersifat mencari keuntungan menjadi akad pembiayaan kebajikan yang tidak
mencair keuntungan.
Menurut analisa penulis, upaya terakhir ini menjadi sangat berpengaruh
ketika pembiayaan sudah masuk ke dalam kategori macet dan tidak ada
itikad dari nasabah untuk menyelesaikan pembiayaannya. Penghapusbukuan
biasanya dibarengi dengan likuidasi sehingga kerugian yang ada di BMT
Mekar Da’wah dapat langsung tertutupi, langkah ini mengubah pembiayaan
yang tadinya macet menjadi lancar apabila jaminan yang diberikan sudah
dilikuidasi dan dilunasi oleh nasabah bila hasil likuidasi dari jaminan
tersebut masih kurang untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah
tersebut.
75
Kesimpulan analisa penulis adalah kelima upaya penyelamatan ini sangat
berpengaruh kepada kolektabilitas pembiayaan karena kelima upaya ini sangat
membantu, mempermudah, serta meringankan nasabah yang masuk ke dalam
golongan kurang lancar, diragukan, dan macet sehingga dapat melanjutkan
pembiayaan dan merubah status pembiayaan mereka menjadi pembiayaan yang
lancar.
BMT Mekar Da’wah juga melakukan deteksi awal dalam mengamankan
pembiayaan sehingga BMT Mekar Da’wah melakukan klarifikasi
penyelamatan pembiayaan sesuai dengan tingkatannya yaitu:13
1. Pembiayaan Lancar
Pada pembiayaan yang lancar, BMT Mekar Da’wah melakukan pengawasan
dan pembinaan dengan cara menelpon atau langsung mendatangi alamat
nasabah untuk mengetahui bagaimana usaha atau pembiayaan yang
diberikan agar tetap lancar.
2. Pembiayaan Kurang Lancar
Dalam kasus ini, BMT Mekar Da’wah lebih fokus kepada proses
pembinaan, salah satu prosesnya adalah menelaah bersama permasalahan
yang terjadi pada nasabah dan mencari solusi bersama agar pembiayaan
yang dilakukan menjadi lancar kembali serta melakukan upaya yang
mencegah terjadinya masalah pada pembiayaan tersebut. Salah satu
contohnya adalah dengan upaya penyelamatan administrative atau upaya
penyelamatan rescheduling untuk mempermudah nasabahnya dalam
menyelesaikan pembiayaan.
13 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
76
3. Pembiayaan Diragukan dan Macet
Untuk pembiayaan pada kategori diragukan atau macet, BMT Mekar
Da’wah akan melakukan penyelamatan yang lebih serius serta membuat
langkah-langkah upaya penyelamatan pembiayaan yang bermasalah baik
dengan upaya penyelamatan rescheduling atau reconditioning. Bahkan
BMT Mekar Da’wah bisa melakukan penyitaan atau penjualan terhadap
jaminan yang diberikan oleh nasabah untuk menutupi hutang nasabah
terhadap BMT Mekar Da’wah.
BMT Mekar Da’wah adalah BMT yang sangat dipercaya, terutama di
daerah serpong dan sekitarnya, karena dengan berbagai upaya yang dilakukan
BMT Mekar Da’wah untuk terus berguna bagi masyarakat. Salah satu upaya
BMT Mekar Da’wah dalam mencegah terjadinya pembiayaan murabahah
bermasalah adalah:14
1. Analisis Nasabah
Setiap nasabah yang ingin melakukan pembiayaan harus dianalisa terlebih
dahulu, hal-hal yang dianalisa oleh BMT Mekar Da’wah sebelum
memberikan pembiayaan antara lain adalah data diri nasabah, jenis usaha,
pemasukan nasabah, kejelasan usaha nasabah ke depannya, dan lain
sebagainya. Analisis ini yang selalu menjadi andalan BMT Mekar Da’wah
dalam melakukan pencegahan terhadap pembiayaan murabahah yang
bermasalah. Berdasarkan hasil wawacara penulis, proses analisis nasabah ini
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencegahan terjadinya
14 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
77
pembiayaan bermasalah, proses ini memiliki peran sebesar 85% pengaruh
yang dapat mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah.15
2. Pengawasan Ekstra
Yang dimaksud disini adalah pengawasan yang dilakukan secara intensif
kepada seluruh nasabah BMT Mekar Da’wah, selain tetap mengontrol setiap
pembiayaan yang berjalan, pengawasan ekstra ini juga berguna sebagai
jalan penyambung tali silaturahmi antar BMT dan nasabah. Dibandingkan
dengan cara pencegahan yang sebelumnya, proses pengawasan ekstra ini
hanya memiliki peran sebesar 15% yang disebabkan karena apabila nasabah
sudah teranalisa dengan baik, maka pengawasan ekstra hanya dibutuhkan
kepada para nasabah yang masuk kedalam kategori kurang lancar,
diragukan, dan macet. Para nasabah yang sudah masuk kedalam kategori
kurang lancar, diragukan dan macet akan diberikan pengawasan secara
intensif tanpa melupakan para nasabah yang berada dalam kategori lancar.16
BMT Mekar Da’wah juga memiliki upaya penyelamatan pendekatan yang
dilakukan dalam mengawasi dan mengontrol pembiayaan murabahah yang
bermasalah, antara lain:17
1. Non-Hukum
a. Simpati
Dalam proses simpati kepada mitra, BMT Mekar Da’wah sangat
menjunjung tinggi rasa kepedulian. Sikap sopan dan membina dalam
15 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017
16 Hasil wawancara ketiga dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 20 April 2017
17 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
78
hal ruhiah dan jasmaniah dalam bermuamalah sangat diterapkan
dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah nasabah
yang mengalami pembiayaan murabahah yang bermasalah kembali
diajak menabung dan diberikan motivasi agar nasabah merasa
terbantu dalam menyelesaikan pembiayaan murabahahnya yang
bermasalah.
b. Empati
Dalam memberikan empati, BMT Mekar Da’wah selalu mengajak
nasabah untuk melakukan proses perenungan dan menyelam
kedalam masalah yang dihadapi oleh setiap mitra sehingga BMT
Mekar Da’wah selalu berfungsi sebagai motivator yang selalu
memberikan solusi bagi nasabah.
c. Evaluasi
BMT Mekar Da’wah akan terus membantu mitra/nasabahnya untuk
tetap berjuang untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalahnya
salah satunya dengan proses pendekatan dan evaluasi pada
pembiayaan yang diberikan. Jika pembiayaan murabahah
bermasalah juga tidak dapat diselamatkan melalui upaya
penyelamatan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan
penjualan jaminan atau pelunasan pembiayaan dengan pengurangan
tunggakan margin/bagi hasil atau kewajiban lainnya.
2. Hukum
Apabila pembiayaan murabahah bermasalah tidak dapat diselamatkan
melalui upaya penyelamatan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan
79
upaya tindakan secara hukum, BMT Mekar Da’wah akan membawa
nasabah yang sudah tidak dapat diselamatkan ke pengadilan agama guna
melakukan penagihan piutang.18
Penelitian ini sangat dilandaskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, jadi
penulis ingin mengkolaborasikan antara upaya penyelamatan pembiayaan
murabahah bermasalah pada BMT Mekar Da’wah dengan hukum yang sesuai
dengan syariat Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam upaya penyelamatannya yang telah penulis teliti, BMT Mekar
Da’wah selalu membantu dan menolong mitra yang mengalami masalah dalam
pembiayaannya, khususnya pembiayaan murabahah, hal ini sangat berkaitan
dengan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 280 yang berbunyi:
رة ذو كان وإن سرة إلى فنظرة عس قوا وأن مي ر تصد تم إن لكم خي كن
لمون تع
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan dan menyedekahkan (sebagian atau semua
utang) itu, lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui”(Al-Baqarah[2]:280)
BMT Mekar Da’wah juga memberikan sanksi kepada setiap mitranya
yang sebenarnya mampu untuk melunasi hutangnya namun ditunda-tunda,
sesuai dalam Al-Hadits yang diriwayatkan oleh Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan Ahmad dari Syarid bin Suwaid yang intinya adalah:19
“Dari Amru
bin Syarid dari ayahnya r.a, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Penundaan pembayaran utang oleh orang yang mampu itu merupakan suatu
18 Hasil wawancara kedua dengan Bapak Ahmad Fauzi sebagai Kepala Bagian Marketing
BMT Mekar Da’wah pada tanggal 1 Maret 2017 di BMT Mekar Da’wah.
19 Hafidz bin Fajar al-Asqalany, Bulughul Maram min Adilatil Ahkam, (Semarang: Toha
Putra, 1987), h. 195.
80
kezaliman yang menghalalkan kehormatan dan penyiksaannya (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim).
Jadi upaya penyelamatan pembiayaan murabahah bermasalah pada BMT
Mekar Da’wah sangat sesuai dengan syariat Islam. Karena BMT Mekar
Da’wah sangat mengedepankan fungsi BMT itu sendiri yaitu menjadi penolong
bagi sesama umat manusia yang berlandaskan kepada undang-undang yang
berlaku serta Al-Qur’an dan Al-Hadits.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai bagian akhir dari skripsi ini, penulis akan memberikan kesimpulan
dan saran sebagai berikut:
1. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah
adalah setiap mitra harus menjadi anggota koperasi BMT Mekar Da’wah dan
memenuhi persyaratan yang ada. Selanjutnya adalah mitra harus datang ke
BMT Mekar Da’wah untuk melakukan pengajuan pembiayaan dengan
membawa syarat-syaratnya yaitu fotocopy KTP suami/istri (jika sudah
berpasangan), fotocopy KK, surat domisili, dan jaminan. Setelah itu BMT
Mekar Da’wah melakukan penyelidikan berkas, wawancara, peninjauan
lokasi, analisis kelayakan pembiayaan dan keputusan pembiayaan apakah
mitra tersebut layak untuk dibiayai atau tidak.
2. Ada 2 faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah kurangnya
pengawasan dari pihak BMT dan kurangnya collecting data. Dan faktor
eksternalnya adalah mitra kurang mampu mengelola usahanya, mitra dengan
karakter yang buruk, mitra menyalahgunakan pembiayaan, mitra melarikan
diri, dan jaminan yang diberikan sulit untuk dilikuidasi.
3. Upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah pada BMT Mekar Da’wah
memiliki 5 upaya yaitu upaya administrative, rescheduling, reconditioning,
eksekusi/penyitaan dan likuidasi jaminan, serta penutup bukuan/writeoff.
Kesimpulan analisa penulis adalah kelima upaya penyelamatan ini sangat
82
berpengaruh kepada kolektabilitas pembiayaan karena kelima upaya ini
sangat membantu, mempermudah, serta meringankan nasabah yang masuk ke
dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet sehingga dapat
melanjutkan pembiayaan dan merubah status pembiayaan mereka menjadi
pembiayaan yang lancar.
B. Saran
1. BMT Mekar Da’wah harus tetap mempertahankan fungsinya sebagai institusi
dakwah yang terus berikhtiar untuk membantu masyarakat dalam
bermuamalah karena Allah Ta’ala.
2. BMT Mekar Da’wah juga harus tetap meningkatkan kualitas kinerjanya
khususnya di bidang SDM yang lebih fokus, cermat, dan teliti lagi agar
mencegah terjadinya pembiayaan yang bermasalah.
3. Peneliti selanjutnya harus meningkatkan kualitas karyanya dengan
menambah variabel yang berbeda kepada hal yang dapat mempengaruhi
pembiayaan bermasalah. Sehingga penelitian di masa yang akan datang akan
menjadi lebih berkualitas.
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2010, Cet. VII.
Al Arif, Muhammad Nur, Dasar-dasar dan Pemasaran Bank Syariah, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:
BI & Tazkia Institute, 1999.
--------, Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2001, Cet. I.
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
az-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989,
Jilid IV.
Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2013.
Djamil, Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet. II.
DSN, Himpunan Fatwa DSN, Jakarta: PT Intermasa, 2003, Edisi II.
Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000: Murabahah
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.
al-Asqalany, Hafidz bin Fajar, Bulughul Maram min Adilatil Ahkam, Semarang:
Toha Putra, 1987.
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia,
2004, Cet. II.
Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004.
Ismail, Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana,
2010.
--------, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2007, Cet. VI.
84
--------, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
--------, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2003, Edisi.
1, cet-II.
--------, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Rajawali Pres, 2013, Edisi Revisi.
--------, Manajemen Perbankan, Jakarta: Rajawali Pres 2014, Edisi Revisi.
Kusmiyati, Asmi Nur Siwi, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. I No. 1,
Yogyakarta: UII Press, 2007.
Madjid dan Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah,
Jakarta: Penerbit PINBUK, 2000 Cet. I.
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi kedua,
Jakarta: MUI, 2003.
Mas’adi, Hufron A., Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Moleong, L. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009, Cet. XXVI.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
--------, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005.
--------, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 Angka 7 No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Peraturan Bank Indonesia No. 13/09/PBI/2011 tentang tentang Perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi
Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
Rivai, Veithzal, Bank and Finansial Institution Management, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
--------, dan Arifin, Arviyan, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
--------, dan Veithzal, Andria Permanda, Credit Management Handbook: Teori,
Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir
dan Nasabah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
85
--------, Islamic Financial Management, Jakarta: PT Rajawali Press, 2007.
Shomad, Abd., Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2010.
Supramono, Gatot, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis,
Jakarta: Djambatan, 1996.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DPbS tanggal 30 Mei 2011 tentang
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22
Oktober 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah
Tjoekam, Moh., Perkreditan Bisnis Inti Perbankan: Konsep, Teknik, dan Kasus,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, Edisi I.
Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005, Cet. III.
HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang (Mahasiswa)
Narasumber : Ahmad Fauzi (Account Officer BMT Mekar Da’wah)
Hari, Tanggal : Senin, 27 Februari 2017
Tujuan Wawancara : Penelitian Skripsi
Pewawancara (P), Narasumber (N)
P: Assalamualaikum bapak Fauzi, saya Nawfalsky Bagis dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ingin mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang
berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada BMT
Mekar Da’wah”.
N: Waalaikumsalam, baik silahkan langsung saja Bagis ke pertanyaannya.
P: Baik terima kasih pak, pertanyaannya bagaimana sih pak prosedur pemberian
pembiayaan murabahah pada BMT Mekar Da’wah ini?
N: Nah, dalam setiap pembiayaan yang diajukan setiap mitra harus menjadi anggota
koperasi BMT Mekar Da’wah dan memenuhi persyaratan yang ada. Adapun
syarat keanggotaan dan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan
pada BMT Mekar Da’wah itu yang pertama fotocopy KTP/SIM/Identitas diri
lainnya lalu mengisi formulir biodata anggota/mitra selanjutnya membuka
rekening simpanan.
P: Lalu setelah itu langsung bisa diberikan pembiayaan pak?
N: Nah, nasabah bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan/pendanaan bagi yang
memenuhi persyaratan, persyaratannya adalah sudah resmi terdaftar sebagai
anggota/mitra di BMT Mekar Da’wah, dibuktikan dengan adanya No. Base
mitra serta sudah memiliki salah satu rekening simpanan yang aktif di BMT
Mekar Da’wah lalu mengisi formulir permohonan pembiayaan jangan lupa
untuk melampirkan fotocopy KTP pasangan suami/istri bagi yang sudah
menikah dan menyertakan surat keterangan lainnya yang dipersyaratkan atau
yang diminta petugas setelah itu bersedia disurvey tempat usaha/rumahnya dan
diwawancara oleh petugas dan yang terakhir adalah bersedia mengikuti seluruh
aturan/prosedur/ketentuan yang ditetapkan oleh BMT Mekar Da’wah.
P: Lalu bagaimana langkah-langkah pengajuan pembiayaannya pak?
N: Setelah terdaftar menjadi anggota BMT, maka mitra dapat melakukan
permohonan pembiayaan, langkah-langkah pengajuan pembiayaan dalam BMT
Mekar Da’wah yang pertama mitra yang mengajukan permohonan pembiayaan
datang ke BMT Mekar Da’wah untuk mengisi formulir permohonan
pembiayaan serta membawa dokumen-dokumen yang menjadi syarat pengajuan
pembiayaan seperti fotocopy KTP suami/istri (jika sudah berpasangan),
fotocopy KK, surat domisili, dan jaminan. Mitra yang mengajukan pembiayaan
murabahah harus terlebih dahulu membuka tabungan di BMT Mekar Da’wah
minimal 3 bulan agar pihak BMT Mekar Da’wah dapat memperhatikan
karakteristik calon mitra pembiayaan. Setelah mitra mengisi formulir
permohonan pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah menyelidiki dokumen-
dokumen persyaratan. Jika menurut pihak BMT persyaratannya belum lengkap
maka mitra diminta untuk segera melengkapi persyaratan tersebut. Selanjutnya
adalah wawancara, wawancara dilakukan langsung kepada mitra, dalam
wawancara ini pihak BMT Mekar Da’wah mengkonfirmasi isi formulir
permohonan pembiayaan yang diajukan dengan menanyakan secara langsung
kepada mitra tentang tujuan permohonan pembiayaan, jumlah pinjaman, jumlah
pendapatan mitra dan jangka waktu pembiayaan apakah perhari, perminggu atau
pertahun. Setelah melakukan wawancara pihak BMT Mekar Da’wah akan terjun
langsung ke lokasi usaha. Ini bertujuan untuk memastikan usaha yang dijalankan
sesuai dengan apa yang ditulis diformulir pengajuan pembiayaan. Selain terjun
ke lokasi usaha, pihak BMT Mekar Da’wah juga mengunjungi tempat tinggal
mitra untuk menggali informasi dari masyarakat sekitar tentang karakter mitra
yang mengajukan permohonan pembiayaan. Dalam penilaian kelayakan
pembiayaan, pihak BMT Mekar Da’wah memperhatikan beberapa aspek yang
meliputi kepemilikan usaha, karakter mitra, kemampuan mitra dalam memenuhi
kewajiban, jaminan yang disertakan oleh mitra dan usaha yang dilakukan
mitra tidak melanggar prinsip syari’ah. Setelah segala sesuatunya telah lengkap
dan sesuai prosedur, maka pihak BMT Mekar Da’wah memalakukan rapat
komite untuk memutuskan pembiayaan tersebut layak atau tidak. Jika dianggap
layak maka pihak BMT akan menghubungi mitra untuk penandatanganan akad
dan pihak BMT mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.
P: Alhamdulillah, baik pak untuk sekarang terima kasih atas prosedur
pemberiannya, insya allah bermanfaat.
N: Aamiin, terima kasih Bagis telah melakukan penelitian di BMT Mekar Da’wah.
Serpong, 27 Februari 2017
Ahmad Fauzi
Account Officer BMT Mekar Da’wah
HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang (Mahasiswa)
Narasumber : Ahmad Fauzi (Account Officer BMT Mekar Da’wah)
Hari, Tanggal : Rabu, 1 Maret 2017
Tujuan Wawancara : Penelitian Skripsi
Pewawancara (P), Narasumber (N)
P: Assalamualaikum bapak Fauzi, saya Nawfalsky Bagis dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ingin melanjutkan wawancara saya dengan bapak terkait
skripsi saya yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah
Bermasalah Pada BMT Mekar Da’wah”.
N: Waalaikumsalam, baik gis, seperti biasa langsung saja ke pertanyaan.
P: Baik terima kasih pak, pertanyaannya adalah apa saja faktor-faktor ang dapat
menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah ini?
N: Ada 2 faktor gis yang menyebabkan pembiayaan murabahah bermasalah di BMT
Mekar Da’wah, yang pertama itu faktor internal dari BMT Mekar Da’wah itu
sendiri, yang pertama itu kurangnya pengawasan dari pihak BMT, terkadang kita
kurang teliti dalam menganalisa calon nasabah sehingga menimbulkan
pembiayaan murabahah yang bermasalah lalu kurangnya collecting data dari
kita, kadang mitra ngasih data terkait usahanya juga ga lengkap dan terkadang
ketika ga lengkap dan udah disuruh melengkapi, kita terkadang lalai untuk terus
menanyakan untuk pelengkapan datanya. Nah, faktor kedua yaitu dari
nasabahnya sendiri, banyak nih disini, ada nasabah yang kurang mampu ngelola
usahanya, ada juga yang niatannya buruk, minjem niat balikinnya lama, ada juga
yang menyalahgunakan dana pembiayaan, yang melarikan diri paling sering
terjadi disini, dan yang terakhir itu nasabah ngasih jaminan tapi sulit untuk
dilikuidasi. Kira-kira itu aja gis faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan
murabahah bermasalah di BMT ini.
P: Lalu bagaimana strategi penanganan pembiayaan murabahah bermasalah pada
BMT Mekar Da’wah ini pak?
N: Nah, ada 5 cara yang biasanya kita lakukan sebagai strategi penanganan
pembiayaan murabahah bermasalah disini, yang pertama itu strattegi
administrative, kita memberikan surat peringatan kepada mitra sebanyak 3
kali. Lalu kita melakukan pemanggilan dan mendiskusikan dengan mitra
terkait dengan pembiayaan murabahah yang bermasalah. Setelah itu kita
bersilaturahmi/mendatangi rumah mitra. Yang kedua itu strategi
rescheduling, kita memberikan keringanan kepada mitra yang melakukan
pembiayaan murabahah bermasalah terkait dengan jadwal atau jangka waktu
termasuk perubahan besarnya angsuran. Strategi ini dilakukan setelah adanya
musyawarah dengan mitra sehingga dengan dilakukannya rescheduling ini,
mitra diberi kemudahan dan keringanan untuk menyelesaikan
pembiayaannya. Yang ketiga itu strategi reconditioning, kita memberikan
keringanan berupa perubahan berbagai persyaratan dengan memperpanjang
jangka waktu pembayaran dan mengurangi jumlah bagi hasil yang seharusnya
dibayar oleh mitra. Strategi ini dilakukan oleh kita ketika mitra benar-benar
mengalami kesulitan keuangan tetapi masih memiliki itikad baik untuk
melunasi sisa angsurannya seperti terkena musibah, mengalami penyakit
berat sehingga usahanya tidak dapat berjalan lagi. yang keempat itu strategi
penyitaan atau eksekusi jaminan, kita sementara menyita barang jaminan
milik mitra yang tertera pada saat akad jika mitra dinilai telah lalai dalam
pembayaran angsuran dan tidak ada itikad baik dari mitra untuk
menyelesaikan pembiayaan. Setelah itu baru kita likuidasi, jaminan yang
telah dieksekusi akan dilelang atau dijual. Sebelum dilelang mitra diberi
kesempatan untuk melunasi dengan cara lain. Ketika mitra benar-benar tidak
mau menyelesaikan dengan cara lain maka pihak BMT Mekar Da’wah akan
langsung melelang atau menjual jaminan mitra untuk menutup sisa angsuran
mitra tersebut. Jika dari hasil lelang barang tersebut tidak mencukupi untuk
melunasi pembiayaannya, maka mitra tersebut berkewajiban untuk menutupi
sisa hutangnya tersebut. Dimana hal itu merupakan kesepakatan dari kedua
belah pihak (BMT dan mitra). Akan tetapi, bila hasil lelang barang jaminan
tersebut ternyata masih ada sisa atau lebih, maka sisa atau lebihnya akan
dikembalikan sepenuhnya kepada mitra. Dan strategi yang terakhir ya
penghapus bukuan atau write off dengan cara menjual jaminan atau
mengalihkan akad pembiayaan menjadi akad Qardhul Hasan atau pengalihan
akad yang bersifat mencari keuntungan menjadi akad pembiayaan kebajikan
yang tidak mencair keuntungan.
P: Apakah BMT Mekar Da’wah juga melakukan klarifikasi penanganan
pembiayaan murabahah bermasalah sesuai dengan tingkatannya?
N: Pada pembiayaan yang lancar, BMT Mekar Da’wah melakukan pengawasan dan
pembinaan dengan cara menelpon atau langsung mendatangi alamat nasabah
untuk mengetahui bagaimana usaha atau pembiayaan yang diberikan agar tetap
lancar. Dalam kasus yang kurang lancar, BMT Mekar Da’wah lebih fokus
kepada proses pembinaan, salah satu prosesnya adalah menelaah bersama
permasalahan yang terjadi pada nasabah dan mencari solusi bersama agar
pembiayaan yang dilakukan menjadi lancar kembali serta melakukan upaya
yang mencegah terjadinya masalah pada pembiayaan tersebut. Salah satu
contohnya adalah dengan cara rescheduling untuk mempermudah nasabahnya
dalam menyelesaikan pembiayaan. Untuk pembiayaan pada kategori diragukan
atau macet, BMT Mekar Da’wah akan melakukan penanganan yang lebih serius
serta membuat langkah-langkah strategi penanganan pembiayaan yang
bermasalah baik dengan cara rescheduling, reconditioning, atau restructuring.
Bahkan BMT Mekar Da’wah bisa melakukan penyitaan atau penjualan terhadap
jaminan yang diberikan oleh nasabah untuk menutupi hutang nasabah terhadap
BMT Mekar Da’wah.
P: Bagaimana dengan upaya pencegahan pembiayaan murabahah bermasalahnya
pak?
N: Ada 2 cara yang selalu kita lakukan sebagai upaya pencegahan, yang pertama
itu analisis nasabah yang harus ditekankan dan dilengkapkan datanya dan yang
kedua adalah pengawasan ekstra kepada setiap nasabah yang sudah kita berikan
pembiayaan, kita harus membimbing dan mengawasi para nasabah kita guna
mencegah terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah.
P: Lalu bagaimana strategi pendekatan yang dilakukan BMT Mekar Da’wah untuk
mengawasi dan mengontrol pembiayaan murabahah yang bermasalah?
N: Ada 4 pendekatan untuk mengontrol pembiayaan murabahah yang sudah kadung
bermasalah, yang pertama itu simpati, kita harus tetap memberikan semangat
dan motivasi kepada para nasabah untuk menyelesaikan pembiayaan
murabahahnya, yang kedua adalah empati, kita harus bisa memposisikan diri kita
sebagai mitra yang bermasalah, kita harus ajak mereka merenung, dan
menyadarkan diri mereka kembali kepada semangat untuk menyelesaikan
pembiayaan murabahahnya, yang ketiga itu pendekatan secara non-hukum,
BMT Mekar Da’wah akan terus membantu mitra/nasabahnya untuk tetap
berjuang untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalahnya salah satunya dengan
proses pendekatan dan evaluasi pada pembiayaan yang diberikan. Jika
pembiayaan murabahah bermasalah juga tidak dapat diselamatkan melalui upaya
penanganan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan penjualan jaminan atau
pelunasan pembiayaan dengan pengurangan tunggakan margin/bagi hasil atau
kewajiban lainnya. Dan yang terakhir itu pendekatan secara hukum, apabila
pembiayaan murabahah bermasalah tidak dapat diselamatkan melalui upaya
penanganan, maka BMT Mekar Da’wah akan melakukan upaya tindakan secara
hukum, BMT Mekar Da’wah akan membawa nasabah yang sudah tidak dapat
diselamatkan ke pengadilan agama guna melakukan penagihan piutang.
P: Baik, Alhamdulillah sudah habis pak pertanyaannya, semoga dari wawancara ini
bisa menghasilkan sebuah karya skripsi yang bermanfaat ya pak, aamiin.
N: Iya gis, makasih juga nih udah ngadain penelitian disini, kita seneng banget kalo
ada mahasiswa ngadain penelitian disini, makasih juga ya gis.
P: Iya pak sama-sama, Assalamualaikum
N: Waalaikumsalam.
Serpong, 1 Maret 2017
Ahmad Fauzi
Account Officer BMT Mekar Da’wah
HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Nawfalsky Bagis Muhammad Karangpuang (Mahasiswa)
Narasumber : Ahmad Fauzi (Account Officer BMT Mekar Da’wah)
Hari, Tanggal : Rabu, 27 April 2017
Tujuan Wawancara : Penelitian Skripsi
Pewawancara (P), Narasumber (N)
P: Assalamualaikum bapak Fauzi, saya Nawfalsky Bagis dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ingin melanjutkan wawancara saya dengan bapak terkait
skripsi saya yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah
Bermasalah Pada BMT Mekar Da’wah”.
N: Waalaikumsalam, baik gis, seperti biasa langsung saja ke pertanyaan.
P: Kira-kira pak, berapa persen peran yang diberikan faktor internal sehingga faktor
internal ini menjadi penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah?
N: Faktor internal ini adalah faktor yang menyebabkan pembiayaan murabahah
bermasalah dari BMT Mekar Da’wah itu sendiri gis. Faktor internal ini hanya
memiliki peran sebesar 35% menjadi penyebab pembiayaan murabahah yang
bermasalah pada BMT Mekar Da’wah. Karena terjadinya pembiayaan
bermasalah itu lebih sering terjadi dari faktor eksternal.
P: Nah bagaimana dengan faktor eksternalnya pak? Berapa persentase pengaruh
yang diberikan?
N: Nah kalo faktor eksternal ini cukup banyak gis, faktor ini memiliki peran sebesar
65% penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah. Terutama sama
nasabah-nasabah yang melarikan diri.
P: Selanjutnya, kemarin kan ada 2 cara pencegahan yang dilakukan oleh BMT
Mekar Da’wah dalam mencegah pembiayaan bermasalah, analisis nasabah dan
pengawasan ekstra. Kira-kira berapa persentase pengaruh yang diberikan kedua
cara tersebut dalam mencegah pembiayaan bermasalah pak?
N: Proses analisis nasabah ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalahgis , proses ini memiliki peran
sebesar 85% pengaruh yang dapat mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah,
karena analisis ini sangat penting untuk melihat apakah calon nasabah ini
memiliki resiko bermasalah atau tidak. Nah kalau proses pengawasan ekstra ini
hanya memiliki peran sebesar 15% yang disebabkan karena apabila nasabah
sudah teranalisa dengan baik, maka pengawasan ekstra hanya dibutuhkan kepada
para nasabah yang masuk kedalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet.
Para nasabah yang sudah masuk kedalam kategori kurang lancar, diragukan dan
macet akan diberikan pengawasan secara intensif tanpa melupakan para nasabah
yang berada dalam kategori lancar.
P: Baik pak kiranya hanya itu saja sebagai pelengkap wawancara untuk revisi
skripsi saya, terima kasih banyak pak.
N: iya bagis, sama-sama.
P: Baik pak, Assalamualaikum
N: Waalaikumsalam.
Serpong, 20 April 2017
Ahmad Fauzi
Account Officer BMT Mekar Da’wah
BMT Mekar Da'wah
Badan Hukum No : 518/7/BH/DISKUK - Jl. Raya Serpong No.134, Serpong, TNG. 15310. Telp (021)70116141
Laporan Rincian Mutasi Angsuran Debitur MURABAHAH
No.Rekening : 111110.00132 / PIUTANG MURABAHAH
Nama Debitur : Tn. X
A l a m a t Kp.Serpong
No. Identitas -
Pekerjaan Dagang
No. Akad 132
Nama Barang : Perlengkapan Kandang Bebek
Harga Beli (Pokok) 151,500,000.00 Periode Pembayaran : B u l a n a n
Margin BMT 109,080,000.00 Skala Angsuran 36 Kali
Harga Jual (Piutang) : 260,580,000.00 Jumlah Angsuran : 7,238,333.33
Tgl. Pencairan 2-Mar-11 Account Officer AF = Ahmad Fauzi
Jangka Waktu 36 Bulan
Tgl. Jatuh Tempo 28-Feb-14
No.
1 6/28/2011 2,000,000.00 258,580,000.00 Angsuran Tunai
2 7/25/2011 2,000,000.00 256,580,000.00 Angsuran Tunai
3 9/30/2011 1,000,000.00 255,580,000.00 Angsuran Tunai
4 10/31/2011 500,000.00 255,080,000.00 Angsuran Tunai
5 4/28/2012 1,000,000.00 254,080,000.00 Angsuran Tunai
6 5/31/2012 1,000,000.00 253,080,000.00 Angsuran Tunai
7 6/30/2012 1,000,000.00 252,080,000.00 Angsuran Tunai
8 7/31/2012 1,000,000.00 251,080,000.00 Angsuran Tunai
9 8/31/2012 1,000,000.00 250,080,000.00 Angsuran Tunai
10 10/31/2012 2,000,000.00 248,080,000.00 Angsuran Tunai
11 11/30/2012 1,000,000.00 247,080,000.00 Angsuran Tunai
12 1/31/2013 2,000,000.00 245,080,000.00 Angsuran Tunai
13 2/28/2013 1,000,000.00 244,080,000.00 Angsuran Tunai
14 4/30/2013 2,000,000.00 242,080,000.00 Angsuran Tunai
15 6/26/2013 1,080,000.00 241,000,000.00 Angsuran Tunai
16 7/20/2013 1,000,000.00 240,000,000.00 Angsuran Tunai
17 7/31/2013 1,000,000.00 239,000,000.00 Angsuran Tunai
18 8/26/2013 1,000,000.00 238,000,000.00 Angsuran Tunai
19 9/30/2013 1,000,000.00 237,000,000.00 Angsuran Tunai
20 11/20/2013 1,000,000.00 236,000,000.00 Angsuran Tunai
21 12/20/2013 1,000,000.00 235,000,000.00 Angsuran Tunai
22 12/31/2013 1,000,000.00 234,000,000.00 Angsuran Tunai
23 1/30/2014 1,000,000.00 233,000,000.00 Angsuran Tunai
24 2/27/2014 1,000,000.00 232,000,000.00 Angsuran Tunai
25 3/29/2014 1,000,000.00 231,000,000.00 Angsuran Tunai
26 4/29/2014 1,000,000.00 230,000,000.00 Angsuran Tunai
27 6/7/2014 1,000,000.00 229,000,000.00 Angsuran Tunai
28 6/30/2014 1,000,000.00 228,000,000.00 Angsuran Tunai
29 8/7/2014 1,000,000.00 227,000,000.00 Angsuran Tunai
30 8/29/2014 1,000,000.00 226,000,000.00 Angsuran Tunai
31 10/20/2014 2,000,000.00 224,000,000.00 Angsuran Tunai
32 11/28/2014 1,000,000.00 223,000,000.00 Angsuran Tunai
33 12/31/2014 1,000,000.00 222,000,000.00 Angsuran Tunai
34 1/31/2015 1,000,000.00 221,000,000.00 Angsuran Tunai
35 3/7/2015 1,000,000.00 220,000,000.00 Angsuran Tunai
36 3/30/2015 1,000,000.00 219,000,000.00 Angsuran Tunai
37 4/30/2015 1,000,000.00 218,000,000.00 Angsuran Tunai
38 5/29/2015 1,000,000.00 217,000,000.00 Angsuran Tunai
39 6/29/2015 1,000,000.00 216,000,000.00 Angsuran Tunai
40 8/5/2015 1,000,000.00 215,000,000.00 Angsuran Tunai
41 8/28/2015 1,000,000.00 214,000,000.00 Angsuran Tunai
42 9/28/2015 1,000,000.00 213,000,000.00 Angsuran Tunai
Tanggal KeteranganSaldo / Sisa PiutangJumlah Mutasi
Angsuran
43 10/28/2015 1,000,000.00 212,000,000.00 Angsuran Tunai
44 11/30/2015 1,000,000.00 211,000,000.00 Angsuran Tunai
45 12/28/2015 1,000,000.00 210,000,000.00 Angsuran Tunai
46 1/30/2016 1,000,000.00 209,000,000.00 Angsuran Tunai
47 2/27/2016 1,000,000.00 208,000,000.00 Angsuran Tunai
48 3/28/2016 1,000,000.00 207,000,000.00 Angsuran Tunai
49 4/27/2016 1,000,000.00 206,000,000.00 Angsuran Tunai
50 5/23/2016 1,000,000.00 205,000,000.00 Angsuran Tunai
51 6/9/2016 1,000,000.00 204,000,000.00 Angsuran Tunai
52 7/20/2016 1,000,000.00 203,000,000.00 Angsuran Tunai
53 8/12/2016 203,000,000.00 0 Angsuran TunaiTanggal Pencetakan 10-Maret-2017
Dicetak Oleh : RISMA / 008
Angsuran Tunai
Angsuran Tunai
Mengetahui