STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA ISLAM...
Transcript of STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA ISLAM...
STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN
REMAJA ISLAM MUSHOLLA AL-HIDAYAH (RISMA)
SAWANGAN KOTA DEPOK.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh:
Diah Maulidia
NIM. 109051000099
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
STRA,TEGI PBMBINAAN KEAGAMAAN
REMAJA ISLAM MUSHoLLA AI--HIDAYAH (RISMA)
SAWANGAN KOTA DEPOK.
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Diah Maulidia
NIM: 109051000099
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M I 1434H
22198103t002
PENGESAI{AN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAANREMAJA ISLAM MUSHOLLA AL-HIDAYAH (RISMA) SAWANGANKOTA DEPOK telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwahdan IlmLr Kot.t.ittnil<asi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal ?0 Septenber20i3. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelarSar.iana Komunikasi Islam (S.Kom.L) pada Jurusan Kornunikasi dan PenyiaianIslam.
.Iakafta, 20 September 20 1 3
Sidang Munaqasyah
Sekretaris
Anggota,
l-lrs. Studv.Kizal. LKNrr'. 196d0428 199303 NIP. 197108
Drs. Stud./Rizal.LKNrP. t9K40428 199303 199503 1 001
NIP. I95
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Skripsi ini merupakan hasil karya
salah satu persyaratan memperoleh
Jakarta.
asli saya yang diajukan untuk memenuhi
gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah
l.
2.
J.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di uIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN syarif Hidayatulrah Jakarta.
Jakarta, September 2013
ill
iv
ABSTRAK
DIAH MAULIDIA
NIM : 109051000099
Strategi Pembinaan Keagamaan Remaja Islam Musholla Al-Hidayah
(RISMA) Sawangan Kota Depok
Perkembangan teknologi informasi kian hari semakin canggih. kehadiran
informasi global berteknologi tinggi telah membawa berbagai dampak negatif dan
positif. Kini dengan hadirnya teknologi di tengah-tengah kita telah menyita waktu
senggang anak-anak, remaja bahkan sampai orang dewasa. Kondisi ini membuat
lingkungan majelis ta’lim, musholla dan masjid sepi dari jama’ah remaja. Hal ini
tak lain disebabkan kurangnya pengetahuan agama dengan baik serta peran orang
tua yang minim. Dengan melihat kondisi di atas, perlu adanya tindakan khusus
dalam mengatasi hal tersebut. Disini pengajian RISMA yang merupakan suatu
lembaga remaja sebagai wadah dakwah mempunyai peran untuk membina
keagamaan pada remaja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan suatu
strategi. Seperti halnya RISMA yang mempunyai strategi dalam kegiatan
dakwahnya.
Peneliti memandang bahwa strategi dakwah cukup penting dalam
pembinaan keagamaan pada remaja, maka sebagai rumusan masalahnya yaitu
bagaimana strategi dakwah yang dilakukan RISMA dalam pembinaan keagamaan
pada remaja?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskritif
analisis, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi yang
dilanjutkan dengan wawancara kepada narasumber dan kemudian menggunakan
dokumentasi sebagai dokumen aktual dalam penyusunan penelitian ini. Setelah
semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian dalam melakukan analisa data.
Bedasarkan penelitian yang saya lakukan, dengan adanya strategi dakwah
di pengajian RISMA, dan hal itu merupakan taktik atau siasat yang digunakan
RISMA untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Strategi yang dilakukan
RISMA dalam pembinaan keagamaan pada remaja adalah menyampaikan materi
dengan menggunakan media audio visual dan dengan bentuk yang menarik,
pengenalan objek, membuat komunitas dakwah di facebook, memberikan sarana
dakwah, memberi pelatihan dasar-dasar shalat fardu dan ilmu fiqih. Dengan
adanya perkembangan teknologi maka penyampaian dakwah lebih mudah dan
efektif. RISMA dapat mengikuti perkembangan zaman yang baik dalam
menyampaikan dakwahnya khususnya pada remaja.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karunia yang berlimpah kepada penulis sehingga dengan
izin-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada nabi Muhammad saw, sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam segala sesuatu yang kita perjuangkan tentunya tidak akan lepas dari
segala kesulitan, hambatan dan rintangan, baik dari segi waktu, materi dan
perasaan, namun itu semua tidak menyurutkan semangat penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini. penulis menyadari bahwa terselainya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa material maupun moril,
berupa saran-saran, bimbingan dan sebagainya. oleh karena itu, sudah semestinya
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang sudah
berjasa, diantaranya kepada :
1. Keluarga yang selalu mendukung, membantu, memotivasi sertamendo’akan
kepada penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga selama perkuliahan
berlangsung
2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi, serta wakil-wakil dekan Drs. Wahidin Saputra, M.Ag., Drs,
Mahmud Jalal, M.A., dan Drs. Study Rizal LK, M.A.
3. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dra. Hj. Umi Musyarofah, M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komuikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Bapak Mahmud Jalal, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.
6. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
yang telah mentransformasikan ilmu, sehingga penulis mampu menyelesaikan
studi maupun penulisan skripsi ini.
vi
7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Para pembina, penasihat, ketua, pengurus serta anggota pengajian Remaja
Musholah Al-Hidayah (RISMA), yang telah mengarahkan dan membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Kawan-kawan KPI C angkatan 2009, serta teman dan sahabat penulis lainnya,
yang telah membantu penulis dalam segala hal, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kawan-kawan KKN SADARI 2012, yang telah memberikan dukungan serta
motivasi baik di saat suka dan duka.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan maupun bantuan dengan tulus dan ikhlas baik moril
maupun materil.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati dan ucapan terima kasih,
penulis senantiasa menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang
membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini akan membawa manfaat
yang sebesar-besarnya, terutama bagi penulis.
Jakarta,31 Agustus 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 6
D. Metodologi Penelitian ............................................................. 7
E. Kajian Pustaka ......................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Strategi ..................................................................................... 14
B. Dakwah .................................................................................... 16
1. Pengertian .......................................................................... 16
2. Unsur-unsur Dakwah ......................................................... 19
3. Macam-macam Dakwah .................................................... 22
C. Strategi Dakwah ...................................................................... 22
1. Pengertian .......................................................................... 22
2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah ........................................ 24
3. Bentuk-bentuk Strategi Dakwah ........................................ 26
D. Pengajian ................................................................................. 28
E. Pembinaan Keagamaan Remaja .............................................. 33
F. Remaja Musholah ................................................................... 35
1. Pengertian Remaja ............................................................. 35
2. Pengertian Musholah ......................................................... 37
3. Pengertian Remaja Musholah ............................................ 37
BAB III GAMBARAN UMUM PENGAJIAN REMAJA ISLAM
MUSHOLAH AL-HIDAYAH (RISMA)
A. Sejarah berdiri dan Perkembangan .......................................... 39
B. Visi dan Misi ........................................................................... 41
C. Sarana Prasarana ..................................................................... 42
D. Struktur Organisasi .................................................................. 43
E. Program Kegiatan ................................................................... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Identitas Informan.................................................................... 51
B. Strategi Pembinaaan Keagamaan Pengajian RISMA ............ 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran-saran .............................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era informasi dan globalisasi tak dapat dipungkiri lagi bahwa
kehadiran informasi global berteknologi tinggi telah membawa berbagai
dampak negatif dan positif, kemajuan teknologi amat dekat hubungannya
dengan kemajuan hidup manusia untuk lebih mudah dan lebih efisien. Tetapi
manusia sering tebuai dengan nikmat yang kita dapatkan, hingga kita
melupakan atau menyampingkan fitrah kita sebagai umat untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Perkembangan teknologi telah dikuasi oleh mayoritas dari kalangan
remaja, kini dengan hadirnya teknologi di tengah-tengah kita telah menyita
waktu senggang anak-anak, remaja bahkan sampai orang dewasa yang
seharusnya berada di lingkungan majelis ta’lim, musholla dan masjid, kini
yang sering kita jumpai mereka lebih memilih berada di warung internet
(WARNET) dan layar kaca dengan jutaan informasi yang disajikan mulai dari
berita, hiburan, musik, permainan dan lain sebagainya yang cukup banyak
menyita waktu mereka untuk mengukir akidah dimasa dini.
Kondisi perilaku dan kepribadian anak-anak remaja saat ini sangat
jauh dari yang diharapkan. Perilaku mereka menderung menyimpang dari
nilai-nilai ajaran islam. Nilai-nilai sosial dan budaya. Seperti banyaknya anak
remaja yang terjerumus pada pergaulan bebas, pemakai dan pengedar narkoba,
terlibat dalam kasus-kasus kriminal seperti pencurian, pemerkosaan serta
tauran antar remaja. Hal ini menunjukan betapa kondisi anak-anak remaja
pada saat ini berada dalam masalah besar.
2
Dengan melihat kondisi di atas, perlu adanya tindakan khusus dalam
mengatasi hal tersebut khususnya dari peranan orang tua dengan dibekali
pengetahuan agama yang cukup. Dengan bekal agama yang cukup kita dapat
membentengi diri dari hal-hal negatif.
Pengajian merupakan wadah dalam menuntut ilmu yang biasa dihadiri
mulai dari anak-anak, remaja sampai orang dewasa. Pengajian merupakan
alternatif dari lembaga formal yang ada di sekitar kita. pengajian lebih
terjangkau dalam segi waktu, biaya dan lokasi. Untuk mengatasi permasalahan
remaja perlu upaya peningkatan mutu atau kualitas dalam segi kegiatannya.
Khususnya kegiatan dalam pembinaan umat melalui kegiatan dakwah, salah
satunya pengajian, yang disusun dengan kurikulum dan pokok-pokok bahasan
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan problematika yang sedang dihadapi.
Disamping itu juga kegiatan keagamaan yang dikemas dengan baik dan
menarik akan memberikan input positif bagi jamaah. Sehingga diharapkan
pelaksanaan dakwah yang dilakukan tepat sasaran dan efektif.1
Islam sebagai agama dakwah menaruh harapan yang besar pada
remaja, yaitu melanjutkan cita-cita islam dan bangsa tercinta. Mereka seolah-
olah sedang meniti jembatan yang panjang dan banyak rintangan yang
menghadapi. Ada kalanya mereka tergelincir dari jalan yang lurus dan terbawa
arus zaman modern.
Dakwah Islam memerlukan sebuah strategi baru yang mampu
mengantisipasi perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu dalam
rekayasa peradaban Islam sekarang ini untuk menyongsong kebangkitan umat
1 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah,( Jakarta: Almawardi Prima 2002) h.58
3
di zaman modern diperlukan formasi strategi yang tepat.2
Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual
dalam arti memecahkan masalah terkini (kontemporer) yang sedang hangat di
tengah-tengah masyarakat. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara
dan metode yang tepat. Hal ini mengacu pada firman Allah SWT dalam surat
an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl:125)
Untuk mempermudah dakwah Islam maka dibentuklah suatu
organisasi yang merupakan sebuah kekuatan umat yang disusun dalam satu
kesatuan berupa bentuk persatuan mental dan spiritual serta fisik material di
bawah pimpinan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih mudah, terarah,
dan jelas motivasinya serta jelas arah dan tujuannya sehingga dapat
mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilaluinya.3
Majelis ta’lim atau pengajian remaja musholla Al-Hidayah (RISMA)
merupakan suatu lembaga pendidikan non formal Islam yang berusaha
mengajak para remaja yang berada di lingkungan Sawangan untuk lebih
meningkatkan agama kepada masyarakat agar lebih bertakwa kepada Allah
2 M.Bahri Ghazali, Komunikaif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah,
(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1,h.33 3 Tuty Alawiyah,AS, Strategi Dakwah Di kalangan Majelis Ta’lim, (Bandung: Mizan
1997), Cet. Ke-1, H. 64
4
SWT. Selain itu, pengajian ini juga mempunyai peran penting sebagai media
dakwah untuk memberikan pembinaan lebih mengenai agama Islam terhadap
para remaja setempat. Hal ini dibuktikan dengan RISMA mengadakan
kegiatan-kegiatan islami dan menyajiakan materi-materi pembelajaran dengan
beberapa metode seperti melalui metode ceramah, media audio visual, media
tulis dan beberapa kegiatan positif lainnya, sehingga para remaja yang
terjerumus dalam lembah hitam secara perlahan-lahan masuk dalam organisasi
RISMA dan menjadi pribadi yang religi.
Keberadaan pengajian ini berada di lingkungan Sawangan yang
mayoritas penduduknya Islam. Namun kesadaran para remaja dalam
peningkatan ibadah dan pengetahuan agamanya sangat kurang dan sangat
memprihatinkan. Disini, RISMA ingin membangkitkan kembali semangat
anak remaja ke dalam kegiatan positif. Untuk dapat membangun dan
mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan manusia yang menjadi esensi
dakwah, maka apa yang menjadi tugas dan fungsi dari dakwah harus dituntut
dengan baik
Sebagai salah satu forum komunikasi umat islam, pengajian RISMA
mempunyai fungsi dan peran dalam menyiarkan ajaran islam khususnya bagi
para remaja. Di zaman modern ini merupakan sebuah tantangan baru bagi
RISMA untuk mencari solusi agar program yang dijalankannya dapat disukai
dan digemari para remaja. Dengan memanfaatkan media yang ada dan para
ustadz setempat RISMA bekerja sama dengan ustadz untuk menyajiakan
materi dengan menggunakan audio visual, hal ini dilakuakan RISMA karena
dikatakan dalam buku M. Bahri Ghazali dakwah komunikatif bahwa “
5
berdakwah dengan menggunakan media yang canggih, dapat meminimalisir
hambatan-hambatan efektifitas dakwah”.
Bedasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya sebuah
lembaga non-formal yang harus memiliki suatu strategi untuk memberikan
atmosfir yang baik kepada para remaja, agar mereka dapat menjadi pribadi
yang baik serta menjunjung nilai-nilai agama Islam. Hal ini yang membuat
penulis tertarik mengambil penelitian di lembaga non-formal Pengajian
Remaja Islam Musholla Al-Hidayah (RISMA) Sawangan Kota Depok, dengan
mengangkat judul skripsi: “Strategi Pembinaan Keagamaan Remaja Islam
Musholla Al-Hidayah (RISMA) Sawangan Kota Depok”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis pembatasi penulisan ini pada strategi
dakwah yang dilakukan pengajian remaja Islam musholla Al-Hidayah
(RISMA) dalam pembinaan keagamaan pada remaja di Sawangan Kota
Depok yang dilaksanakan satu kali dalam seminggu pada malam sabtu.
Strategi dakwah yang dimaksud disini adalah sebagai metode, siasat,
taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas (kegiatan)
dakwah. Tempat yang akan diteliti yaitu dibatasi pada lingkungan RT 01-
02, RW 07. Pembinaan keagamaan disini meliputi syari’ah seperti ibadah
yang meliputi sholat fardu, puasa, membaca al-quran dan zakat. dan
mu’amalah yang meliputi dampak dari pergaulan bebas, mengenai
masalah-masalah yang tengah dihadapi para remaja.
6
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan yakni Bagaimana strategi pembinaan
keagamaan pengajian RISMA pada remaja Sawangan Kota Depok.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi dakwah pengajian “Remaja Islam
Musholla Al- Hidayah (RISMA)” dalam pembinaan keagamaan pada
remaja di Sawangan Kota Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu
keagamaan, dan sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, terutama
dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan remaja khususnya
dalam pembinaan kehidupan beragama dikalangan remaja.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, khususnya
penulis dan pada umumnya pembaca, masyarakat, praktisi dakwah dan
tokoh masyarakat. Dan dengan data ini diharapkan akan menjadi bahan
informasi bagi semuanya untuk dapat pembinaan mutu kegiatan yang
baik yang dilakukan lembaga formal maupun nonformal.
7
D. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam menyusun rancangan penelitian kualitatif, peneliti tidak
diharapkan membangun asumsi, bahwa peneliti mengetahui apa yang tidak
diketahui. Karena itu bersifat terbuka dan penelitipun memasuki lapangan
dengan sikap perasaan dimana dirinya adalah tidak tahu tentang apa yang
ada dalam obyek studinya. Berkaitan dengan itu, aspek metode dalam
rancangan kualitatif tidaklah dirinci sedemikian rupa. Cukuplah ditentukan
strategi-strategi umumnya saja yang akan dan harus digunakan sebagai
teknik-teknik yang dimiliki pendekatan kualitatif itu sendiri. Misalnya,
untuk kegiatan pengumpulan data dicantumkan observasi partisipan dan
wawancara mendalam, di samping itu dapat juga menggunakan dokumen-
dokumen dan rekaman-rekaman data.4
Jenis penelitian menggunakan studi lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara utuh. Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.5
2. Subjek dan objek penelitian
a. Subjek penelitian
Yang menjadi subjek adalah orang atau kelompok yang memberi
informasi, dalam hal ini adalah para Pembina RISMA yang berjumlah
4 Moh. Kasiram, Metodelogi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN –Maliki
Press ,2010), Cet ke-2, h. 237. 5 Lexy j. moleong, MA. Metodelogi Penelitian Kualitatif, edisi revisi, (Bandung: PT.
Remaja Rosda karya, 2007), cet. Ke-18, h.3
8
dua orang yaitu ustadz Iwan Edi, S.ThI dan bapak Mustofa, ketua
RISMA Asmuni Sudrajat, pengurus dalam bidang peribadatan Diah
dan Zainal Abidin, dan empat guru pengajar: ustadzah miyah, Iwan
Edi, S. ThI, Ustadz Amil Misar dan Ustadz Baidowi Tafsir. Dan
sepuluh anggota RISMA tingkat pendidikan mulai dari tingkat SMA.
b. Objek penelitian
Selain mempelajari subjek, penelitian ini juga akan mempelajari
dengan seksama tentang objek penelitian, meliputi strategi pembinaan
keagamaan Remaja Islam Musholla Al-Hidayah (RISMA) Pada
Remaja Di Sawangan Kota Depok.
3. Tempat penelitian dan waktu penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitaian ini dilakukan di Pengajian Remaja Islam Musholla Al-
Hidayah RT.01-02 RW.07 Sawangan Lama, Kelurahan Sawangan,
Kota Depok.
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2013.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan, peneliti menggunakan
tehnik-tehnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya
selain panca indera lainnya seprti telinga, mulut dan kulit. Yang
dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
9
digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini
dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun
melalui pengamatan peneliti melalui pengamatan panca indra. 6
Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan serta
mengikuti berlangsungnya pengajian secara langsung selama 4 bulan
terhitung mulai dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2013 terhadap
objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi
penelitian yang berkaitan dengan pembinaan keagamaan remaja yaitu
aktifitas pengajian pada malam sabtu.
b. Wawancara
Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi
langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa pihak
yakni Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Keterangan-keterangan yang terdiri dari ketua RISMA, Sekretaris,
pembimbing RISMA dan delapan anggota RISMA.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber
tentang masalah yang diteliti. Wawancara ini dilakukan secara bebas,
tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan
terarah.
Pada wawancara ini penulis mengadakan komunikasi langsung
dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa pihak yakni
Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Keterangan-keterangan yang terdiri dari Pembina RISMA, ketua
6 Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta; Prenada Media Group,2005)
h.134
10
RISMA, pengurus, sepuluh anggota dan para staf pengajar RISMA dan
dilengkapi dengan data-data informan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dan mengambil
data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumentasi,
taupun arsip-arsip yang didapatkan dari pengurus RISMA dan yang
berkaitan dengan pokok bahasan.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Maleong
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.7
Dalam penelitian ini, sebelum memulai wawancara dan observasi
langsung ke tempat penelitian, terlebih dahulu penulis menyusun kerangka
dasar penelitian yang dijadikan acuan dasar bagi penelitian ini, agar proses
penelitian berjalan sesuai dengan apa yang ingin diketahui oleh penulis.
Di dalam penelitian ini penulis menganalisa data dengan
menggunakan teknik analisa deskiptif kualitatif yaitu dengan cara
mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk
mengungkapkan arti dari data tersebut, menggambarkan keadaan sasaran
apa adanya.8
Setelah semua data diperoleh, maka penulis menyusunnya sesuai
dengan urutan penelitian kemudian menganalisa hasil dari wawancara dan
7 Lexy j. moleong, MA. Metodelogi Penelitian Kualitatif, edisi revisi, cet. Ke-18, h.280
8 Wardi Bachtiar, metodelogi penelitian ilmu dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 21
11
menjelaskannya sesuai dengan kenyataan yang diperoleh pada saat
penelitian berlangsung.
Teknik penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada Buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh
Ceqda UIN Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Pada kajian pustaka ini, penulis mencoba menjelaskan tentang
perbedaan skripsi yang hendak penulis teliti, dengan skripsi yang terdahulu
yang memiliki judul :
1. Imas Maspupah, dengan skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Ikatan
Remaja Masjid Al-Muttaqin Kelurahan Pondok Jagung”. Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. adapun
dalam skripsi ini membahas mengenai strategi dakwah IRMA dalam
aktivitasnya.
2. Fitriani Nurhasana, dengan skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah DKM
Al-Qolam Depok”, adapun dalam skripsi ini membehas mengenai strategi
masjid tanpa melibatkan pengajian remaja.
Yang membedakan judul-judul di atas dengan penulis adalah penulis
meneliti mengenai strategi dakwah yang dilakukan pengajian remaja musholla
dalam pembinaan keagamaan dan objek yang di pakai adalah para remaja
yang berada di lingkungan Sawangan Depok, dalam penulisan skripsi ini lebih
ditekankan kepada pembinaan pada remaja Agar para remaja sekitar dapat
lebih giat dan mengertahui nilai keagamaan dalam kegiatan yang RISMA
buat.
12
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam
lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan
penulisan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab satu akan membahas pendahuluan yang memaparkan latar
belakang masalah, dengan memberikan batasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II. Kajian Teori
Pada bab dua menjelaskan mengenai strategi dakwah yang meliputi pengertian
strategi, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, macam-macam dakwah,
pengertian strategi dakwah, prinsip-prinsip strategi dakwah, bentuk-bentuk
strategi dakwah, pengertian pengajian, pembinaan keagamaan, dan mengenai
remaja musholla yang meliputi pengertian remaja, pengertian musholla, dan
pengertian remaja musholla.
Bab III. Gambaran Umum Pengajian RISMA Di Kelurahan Sawangan
Kota Depok
Pada bab tiga membahas tentang gambaran umum subjek penelitian yang
terdiri dari sejarah berdirinya pengajian RISMA, visi dan misi, sarana dan
prasarana, struktur organisasi, kegiatan RISMA.
Bab IV. Analisis Strategi Pembinaan Keagamaan Pengajian “RISMA”
Pada Remaja Di Sawangan Depok
Sebagai inti pembahasan bab empat meliputi penyajian data-data ulang yang
diperoleh dari hasil penelitian berikut analisisnya. Yaitu data informan, dan
13
tentang bagaimana strategi pembinaan keagamaan yang dilakukan pengajian
“RISMA” pada remaja di Sawangan kota Depok.
Bab V. Penutup
Pada bab lima ini, meliputi kesimpulan dan saran-saran yang dilengkapi daftar
pustaka dan lampiran-lampiran hasil penelitian.
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Agar lebih mengetahui pengertian strategi lebih jauh lagi penulis
memberikan pengertian melalui dua perspektif yaitu: pertama perspektif
etimologi dan yang kedua perspektif terminologi.
a. Perspektif Etimologi
Dari segi perspektif etimologi kata “strategi” berasal dari
bahasa Yunani, yaitu Stratogos yang berarti militer dan Ag yang
berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan
Ghaneralship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jendral dalam
membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan
perang.1
Namun saat ini, Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan kata
strategi banyak diadopsi dan diberi arti yang lebih luas sesuai dengan
bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi
tidak lagi tebatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa
perang. Tetapi saat ini kata strategi sudah berkembang pada tanggung
jawab seorang pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa istilah strategi adalah “seni atau ilmu untuk
menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.2
1 Fitriani Nurhasanah, Strategi Dakwah DKM Al-Qalam Depok, (Manajemen Dakwah
2012) h. 15 2 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,1997), h.199
15
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu
organisasi diartikan sebagai “kiat, cara atau taktik utama yang
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen
yang terarah pada tujuan strategi organisasi.3
b. Secara terminologi
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strategi penulis
memaparkan sejumlah para pakar mengenai pengertian strategi,
diantaranya :
1) Onong Uchayana Effendi, mengatakan bahwa “strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan managmen untuk
mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai suatu tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
memberikan peta jalan saja, melainkan harus mampu menunjukan
bagaimana taktik operasionalnya.4
2) Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai “kebijkan
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan
kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan
kebahagiaan”.5
3) Prof. Din Syamsudin strategi mengandung arti antara lain:
a) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.
b) Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program
untuk mencapai tujuan.
3 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan (Yogyakarta :Gajah Mada Universitas Press, 2000),Cet
Ke-1, h.147 4 Onong Uchana Effendi, Teori Dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), Cet Ke-6, h 32 5 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia Dan Pembangunan Dalam Islam,
(Jakarta: Firma Jakarta,1998), h 6
16
c) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan
bertahap.6
4) M. Bahri Ghazali M.A dalam bukunya mengatakan strategi adalah
langkah-langkah operasional dalam menuju terlaksanakannya suatu
kegiatan yang merupakan taktik untuk mencapai suatu tujuan dari
kegiatan. Pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan melalui
modifikasi kegiatan dakwah sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan dakwah tersebut.7
Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
program dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi
perkembangannya. Kurangnya penerapan dalam strategi yang baik dapat
menyebabkan strategi yang telah direncanakan gagal. Akan tetapi
penetapan strategi dengan baik dapat mengkokohkan strategi menjadi
lebih efektif.
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara lughawi berasal dari bahasa Arab, merupakan
bentuk dari kata masdar da’a, yad’u, da’watan yang berarti seruan,
panggilan, undangan. Secara istilah, kata dakwah berarti menyeru atau
mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk,
menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang
6 Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani,(Jakarta: Lagos,
2000),Cet Ke-1, h.127 7 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1997), cet 1,h 21
17
dilarang oleh Allah swt dan Rasul-Nya agar manusia mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.8
Adapun pengertian dakwah menurut beberapa pakar :
a. Sayyid Qutub yang dikutip oleh A.Ilyas Ismail dakwah adalah
merupakan salah satu kewajiban bagi orang islam, dakwah tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan kaum muslim baik individu maupun
kelompok.9
b. Hj. Tuty Alawiyah AS mengatakan bahwa dakwah dalam arti amr
ma’ruf nahyi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan
keselamatan hidup masyarakat. Ini adalah kewajiban manusia yang
memiliki pembawaan fitrah sebagai social being (makhluk sosial), dan
kewajiban yang ditegaskan oleh risalah sebagaimana tercantum dalam
Kitabullah dan sunnah Rasull-Nya. Oleh karena itu, dakwah bukan
monopoli golongan yang disebut “ulama” atau “cendik-cendikiawan”
saja.10
c. Wahyu Ilaihi M.A dalam bukunya mengatakan mengenai dakwah
adalah “ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik.
Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses terus-
menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam
mewujudkan tujuan dakwah tersebut.11
d. Samsul Munir Amin berpendapat dalam bukunya dakwah adalah
sebuah proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat
manusia.12
8 Armawati Arbi, Dakwah Dan Komunikasi, Cet 1,(UIN Jakarta Press), h 33
9 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekontruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, (Jakarta: Penerbit Madani, 2006), h 20 10
Tuty alawiyah, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Ta’lim, h 25 11
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (PT. Remaja Rosdakarya), cet 1, h 17 12
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah 2009), cet 1, h 5
18
e. HM Arifin berpendapat dalam bukunya, bahwa dakwah adalah suatu
ajakan baik dalam bentuk tulisan, lisan, tingkah laku dan sebagainya,
yang dilakukan dengan secara sadar dan terencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara sadar dan terencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara
kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap
penghayatan serta pengahayatan terhadap ajaran sebagai message yang
disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur pemaksaan.13
Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang
berisi petunjuk-petunjuk agar manusia menjadi lebih baik, beradab dan
berkualitas. Selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah
peradaban yang maju. Sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam
arti kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan,
dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai semua itu, maka perlu
dilakukan dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat
manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang
kebenarannya.14
Bedasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai pengenai
pengertian dakwah penulis menyimpulkan, dakwah ialah usaha seseorang
da’I dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam yang bersumber dari
Al-Quran dan Al-Hadis, yang dilakukan dengan cara mengajak, menyeru,
membimbing manusia agar kembali kejalan yang Allah SWT,
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
13
H.M Arifin, M.Ed, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993),Cet Ke-2, h 6 14
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana 2004), Ed.1, cet. 1, h 1-2
19
2. Unsur-unsur Dakwah
Terlepas dari perbincangan dan analisis dari definisi dakwah yang
sudah ada dalam fokus pembahasan ilmu dakwah. Maka ada lima faktor
atau kompenen dalam dakwah, diantaranya: 1. Subyek dakwah, 2. Obyek
dakwah, 3. Materi dakwah, 4. Media dakwah, 5. Metode dakwah. Yang
dimaksud dari lima komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada
dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.15
a. Subyek dakwah (da’i)
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik lisan, tulisan dan
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi atau lembaga.
Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh
(orang yang menyampaikan ajaran Islam),
b. Objek dakwah (mad’u)
Seorang da’i menyedari bahwa yang diajak kedalam Islam bukan
saja sebagian manusia atau manusia tertentu, melainkan semua
manusia. Berdakwah bukan untuk waktu sementara, tetapi sepanjang
zaman hingga datangnya kiamat. Selain itu, berdakwah tidak
membedakan jenis kelamin, sertifikasi sosial, etnis, waktu dan tempat
tertentu.
Seorang dai harus mengetahui keberagaman audiens. Dari sudut
ideologi, mereka ada yang ateis, musrik dan munafik. Ada juga yang
muslim tetapi membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih
15
Zaini Muhtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press Dan
IFKA,1966), h 14
20
melakukan maksiat. Mereka juga berbeda dari segi intelektualitas,
status sosial, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.16
c. Materi dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang
memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya.
Sirah nabi yang mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yang
menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan rasulullah
SAW yang disampaikan manusia adalah masalah yang berkaitan
dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-insan,
tujuan program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan tujuan
akhir yang harus dicapainya dan persamaan manusia di hadapan Allah
SWT.17
d. Media dakwah
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat di pergunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.
Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat,
kondisi tertentu dan sebagainya. Media dakwah bukan saja berperan
sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditunjau dakwah sebagai suatu
sistem, yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen (unsur)
yang komponen satu dengan yang lainnya.
Di zaman modern sekarang ini, dakwah harus menyesuaikan
situasi dan kondisi yang semakin berubah kearah yang lebih maju.
Dituntut efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya
16 Sa’id Bin Ali Bin Wahif Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), Cet Ke-1, h 100 17
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h 17
21
asal dalam melaksanakan dakwah, tetapi harus dipikirkan terlebih dahulu
apakah dakwah yang dilaksanakan sudah mengena atau belum, dan apakah
berhasil ataukah tidak.
Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima, yaitu
media lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak. Sedangkan
DR. Moh. Ali Aziz membagi media menjadi dua, yaitu media tradisional
dan modern (elekronik).18
Media dakwah yang tradisional ini cukup
banyak, salah satu diantaranya adalah wayang. Media wayang ini dahulu
digunakan para Walisongo saat berdakwah menyebarkan ajaran agama
Islam di Indonesia. Khususnya di pulau Jawa.
Dalam era tradisional dakwah biasanya dilakukan di tempat ritual
keagamaan (masjid, musholla dan majelis ta’lim) dengan media seadanya.
Seiring dengan perkembangan zaman, media dakwah lebih variatif dan
bisa dilakukan dimana saja (fleksibel). Tentunya dengan bantuan media
yang canggih, yang dapat meminimalisir hambatan-hambatan efektivitas
dakwah.
Sementara media modern (elektronik) ramai digunakan di
millennium ke tiga, yaitu di zaman sekarang ini. Media modern ini berupa
radio, film, televisi, internet, dan sebagainya. Dakwah sebagai komunikasi
keagamaan diharapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknologi
komunikasi yang semakin canggih, memerlukan adaptasi terhadap
kemajuan tersebut.19
18
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h.120 19
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, h. 33
22
3. Macam-macam Dakwah
Dakwah Islam dapat dikategorikan kedalam tiga macam,20
yaitu:
a. Dakwah bi Al-Lisan
Dakwah bi al-lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan,
yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi,
nasihat, dan lain-lain.
b. Dakwah bi Al-Hal
Dakwah bi al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang
meliputi keteladanan. Seperti melalui tindakan amal karya nyata yang
hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
c. Dakwah bi Al-Qalam
Dakwah bi al-qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan
yang di implementasikan melalui surat kabar, majalah, buku, maupun
internet.
C. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi
Dakwah Islam mengatakan bahwa Strategi dakwah diartikan sebagai
metode, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas
(kegiatan) dakwah.21
Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan
managemen. Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama
mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh
individu maupun organisasi.
20
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 11 21
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Penerbit Al-Ikhlas Surabaya-
Indonesia) h 32
23
Menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan
bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan
dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai
tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.22
Menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da’wah)
adalah ketentetuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang
dirumuskan untuk kegiatan dakwah.23
Bedasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning),
metode dan taktik untuk mencapai suatu tujuan dakwah. Dalam mencapai
tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana
operasionalnya yang harus dilakukan secara tekhnik atau taktik.
Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika
dalam dakwah menggunakan strategi komunikasi, maka dakwah yang
dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi terlebih
dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa yang
digunakan sesuai dengan keadaan, pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh audiens.
Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa azas dakwah di antaranya :
a. Azas filosofis: membicarakan mengenai tujuan yang hendak dicapai
dalam proses aktifitas dakwah.
b. Azas kemampuan dan keahlian da’i: membicarakan mengenai
kemampuan serta profesionalisme da’i dalam subjek dakwah.
22
Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar
Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007), Cet. Ke-1, h.138. 23
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 351
24
c. Azas sosiologis: membicarakan mengenai situasi dan kondisi sasaran
dakwah.
d. Azas psikologi: membicarakan mengenai dengan kejiwaan manusia.
e. Azas efektivitas dan efesiensi: maksud azas ini adalah di dalam
aktifitas dakwah harus diusahaan keseimbangan antara biaya,waktu,
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.
Sehingga hasilnya dapat maksimal.24
Dalam rangka menyusun strategi dakwah diperlukan suatu
pemikiran yang lugas dan rasional dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi strategi tersebut.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kata strategi
banyak diadopsi dan diberikan pengertian lain sesuai bidang ilmu atau
kegiatan yang menyertainya. Ilmu dakwah juga mengadopsi kata strategi
untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat membantu
pencapaian tujuan dakwah itu sendiri. Sebenarnya menurut Fuad Amsyari,
kata strategi “merupakan bagian dari Islam atau dengan kata lain Islam itu
sendiri merupakan manifestasi dari strategi manusia untuk hidup mencapai
kebahagiaan lahir dan batin individu masyarakat.25
2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah
Bedasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan
dakwah di lapangan dan aspek-aspek normative tentang dakwah yang
terdapat dalam al-quran dan hadist, maka ditemukan prinsip strategi
dakwah, antara lain sebagai berikut:
24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Islam, h. 32 25
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, h 40
25
a. Memperjelas secara gamblang sasaran ideal
Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus
diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam
bagaimana yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu
maupun wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat.
b. Merumuskan masalah pokok umat islam
Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan
untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih
dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran
ideal dan kenyataan yang kongkret dari pribadi-pribadi muslim, serta
kondisi masyarakat dewasa ini. jenjang masalah ini pun tidak sama
antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah
itu seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut.
c. Merumuskan isi dakwah
Jika kita sudah berhasil merumuskan isi dakwah beserta masalah yang
dihadapi masyarakat islam, pada langkah selanjutnya adalah
menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan
masyarakat Islam sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan.
Ketidaksingkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa
menimbulkan dampak negative yang disebut dengan istilah “split
personality” atau “double morality” pribadi muslim. Misalnya
seorang muslim yang beribadah, tetapi pada waktu yang sama ia dapat
menjadi pemeras, penindas, koruptor dan pelaku perbuatan tercela
lainnya.
26
Jadi, untuk bisa menyusun isi dakwah secara cepat, dibutukan
secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang komprehensif atau
dengan menghimpun pemikiran-pemikiran para pakar.26
3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah
Jika seorang dai atau sebuah lembaga mampu menjalankan strategi
dakwah secara bijak, insyaallah ia akan mencapai keinginannya, yakni
keberhasilan dakwahnya.
Nabi Muhammad sebagai imam para da’I, telah menerapakan strategi
dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allh SWT memberiii
manfaat kepada hambanya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju
tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam menyukseskan
dakwahnya, membangun negaranya, menguatkan kesuksesannya dan
meninggikan kedudukannya.
Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada seorang
pun pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti nabi Muhammad
SAW. Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak,
kecerdasan akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran.
Semua itu telah terbukti pada diri beliau.27
Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain
sebagai berikut:28
a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima
dakwah (audiens).
Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu mereka banyak
terisi dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat dan nasehat yang
26
Dr.Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h 20-21 27
Sa’id Bin Ali Bin Wahif Al-Qhatani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h 84 28
Sa’id Bin Ali Bin Wahif Al-Qhatani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h 92
27
baik. Nabi SAW tidak selalu monton dalam memberiii nasihat,
sehingga orang yang dinasihati tidak merasa bosan. Strategi yang
dicontihkan nabi SAW dicontohkan oleh para sahabat. Sabda nabi
SAW :
يسرا ولا تعسرا وبشرا ولا تنفرا
Artinya: “Permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar
gembira dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukakan
Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah
mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat,
tetapi jika dilakukan perombakan akan memdatangkan kebaikan. Jika
seorang dai menyadari bahwa apabila jika melakukan perombakan akan
terjadi fitnah, maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak
membiarkan ka’bah di renovasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena
menghindari fitnah kaum yang baru menetas dari kehidupan jahiliyah.
c. Menjinakan hati
Dilakukan jika memberiiikan maaf jika dihina, berbuat baik jika
disakiti, berbuat lembut jika dikasari dan bersabar jika dizhalimi.
Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesa-gesa dibalas dengan kehati-
hatian.
Itulah cara penting yang dapat menarik pnerima dakwah (audiens) ke
dalam Islam dan membuat iman mereka mantap. Dengan cara-cara
tersebut nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat disekitarnya.
Mereka bukan saja sangat mencintai beliau, tetapi juga ikut menjaga dan
membela beliau dalam dakwahnya.
28
d. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya,
tetapi berbicara kepada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi
SAW.
e. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.
f. Seorang dai harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap
pertanyaan sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang
yang bertanya merasa puas.
D. Pengajian
1. Pengertian Pengajian
Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti
pengajaran (agama, pengetahuan umum dsb), penyelidikan (tentang
sesuatu).29
Kata kaji diberi awalan pe- dan akhiran an- menjadi pengkajian
yang berarti mengkaji Al-quran yang berarti juga mengkaji agama islam.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pengajian berarti pengajaran
(agama Islam); menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah;
pembacaan Al-quran.30
Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan
dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang
banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau
hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan
untuk menerangkan ayat-ayat Al-quran, hadist-hadist, atau menerangkan
suatu masalah agama, seperti fiqih.
29
Purwadarminta, WS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
h.291 30
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), ed-3, cet ke-2 h.491
29
Adapun pengertian pengajian menurut Drs. Abdul Karim Zaidan
adalah suatu forum yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sengaja
datang untuk mendengakan materi pengajian, diantara keterangan ayat-
ayat Al-quran, hadist atau menerangkan suatu masalah agama islam seperti
masalah akhlak, aqidah, fiqih dan sebagainya.31
Sedangkan ensiklopedi islam mengatakan bahwa pengajian atau
majelis ta’lim adalah suatu tempat yang di dalamnya terkumpul
sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.32
2. Tujuan Pengajian
Untuk mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman
Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 104:
Artinya: dan khendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,
mereka itulah orang-orang yang beruntung (Qs: Ali-Imran 104).
Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah )
yaitu mengikuti jalan atau tuntunan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan
dengan cara menyuru orang berbuat baik mencegah orang lain dari
perbuatan jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagiasejahtera
didunia dan akhirat.
Menurut A.Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah Islam)
adalah:
31
Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar ilmu dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984),
h.270 32
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtar Baru Van Hoeve, 1994), Cet
Ke-3, h.720.
30
a. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat islam
tentang ajaran Islam
b. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan
c. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya
yang berhubungan dengan kehidupan manusia
d. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain
yang berusaha untuk berubah islam dalam keyakinan agamanya
e. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran
Islam.33
3. Metode Pengajian
Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai
tujuan.34
Metode dalam kaitannyadalam pelaksanaan pengajian adalah
jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkanhasil atau
sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang
diharapkan.
Dilihat dari segi jama’ah pengajian agama, metode yang disebut diatas
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, diantaranya adalah:
a. Metode personal Approach
Metode personal Approach adalah metode yang dilaksanakan dengan
cara langsung melakukan pendekatan pada setiap pribadi35
metode ini
pada praktenya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke
pribadi secara tatap muka meskipun jamaah yang hadir berjumlah
banyak tetapi secara menghadapinya satu persatu.
33
A. Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997),h.80 34
B. Surybroto, Mengenai Metode Pengajaran Di Sekolah Dan Pendekatan Baru Dalam
Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Amarta, 1986), h.3 35
Proyek Penerangan Bimbingan Dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat. Risalah
Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta, 1978), h.36
31
b. Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh cirri
karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas
dakwah.36
Metode ceramah ini sangat tepat apabila jama’ah yang
dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu
dihadapi secara sekaligus.
c. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara
mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa
belum mengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.37
d. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau
menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.
e. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu metode dengan cara memperlihatkan
contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat
dinamakan bahwa seorang mubaligh yang bersangkutan menggunakan
demonstrasi.
f. Metode khalaqah
Dalam metode khalaqah, peserta jama’ah terlibat langsung dalam arti
turun aktif dalam pembicaraan. Kelebihan metode ini ditinjau dari segi
pedidikan, dapat meningkatkan kualitas kepribadian seperti kerja sama,
36
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h.104 37
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Stategi Dakwah Islam, h. 127-128
32
toleran, kritis dan disiplin. Sedangkan jika ditinjau dari segi ilmu jiwa
akan menimbulkan persaingan yang positif.38
4. Materi Pengajian
Amalan bila ditinjau dari pembagiannya terbagi menjadi tiga. Pada
dasarnya materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak
dicapai. Namun secara global dapat dikatakan bahwa materi dakwah dapat
di klasifikasikan menjadi tiga hal pokok, 39
yaitu:
a. Masalah keimanan (aqidah)
Aqidah di dalam Islam adalah bersifat I’tiqad bathiniyah yang
mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun
iman.
b. Masalah keislaman (syariah)
Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hokum allah untuk
mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan mengatur
pergaulan hidup manusia.
c. Masalah budi pekerti (akhlak)
Masalah akhlak yaitu untuk melengkapi keimanan dan keislama
seseorang sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.
Pada dasarnya masalah mengenai pengetahuan agama
mencakup ajaran Islam yang terkandung dalam al-quran dan as-sunah.
Karena agama Islam yang menganut kedua kitab tersebut merupakan
sumber utama ajaran-ajaran Islam.
38
Direktorat Jendral Masyarakat Islam 1974 h.58 39
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Stategi Dakwah Islam, h. 60
33
E. Pembinaan Keagamaan Remaja
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun atau
bentuk. Apabila diberi awalan me-, maka jadi membina, yang artinya
membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik sehingga
pembinaan mengandung arti proses tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdayaguna dan hasil guna untuk menperoleh hasil yang lebih
baik.40
Pengertian agama terbatas bagi pemeluk agama samawi terutama
agama Islam adalah “ agama merupakan petujuk allah yang terpenting
dalam bentuk kaidah-kaidah perundangan yang ditujukan kepada orang-
orang berakal budi supaya mereka mampu berusaha di jalan yang benar
dalam rangka memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat”.41
Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak-
anak lagi, tetapi dia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani
boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap
dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa.
Islam memiliki enam aspek yaitu, keimanan kepada allah, pada
para malaikatnya, pada kitab-kitabnya, iman kepada Rasul-Nya, pada hari
akhir, dan iman kepada ketentuan yang telah dikehendaki. Dan seluruh
aspek ini merupakan hal yang ghaib, kita tidak mampu menangkapnya
dengan panca indera, hal ini yang tampak membingungkan kita bagaimana
40
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota, Evaluasi Terhadap Existansi Bapinroh, (Jakarta :
Badan Pembinaan Pegawai, Bapinroh, 1995), h.10 41
M. Arifin, Kapita Seletja Pendidikan (Islam Dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara 1993), h 267
34
cara menjelaskannya pada anak, dengan cara apa kita menanamkan enam
aspek keimanan tersebut padanya, dan bagaimana kita bisa
mengekspresikan keimanan mereka. namun apabila kita mencoba
mempelajari proses kehidupan Rasulullah dengan segala yang telah beliau
ajarkan, kita akan memperoleh sebuah jawaban dari berbagai pertanyaan
tadi. Kita akan menemukan lima pola dasar pembinaan akhlak seperti,
membacakan dua kalimat tauhid kepada anak, menanamkan kecintaan
kepada Allah, pada Rasul, mengajarkan Al-quran, dan menanamkan nilai
perjuangan serta pengorbanan.42
Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sektor yang
harus mendapatkan perhatian besar bagi bangsa dibandingkan dengan
sector kehidupan yang lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang
bermoral dan beradab sangat ditentukan dari aspek kehidupan beragama,
terutama dari hal pembinaan bagi generasi muda.
Secara harfiah pembinaan berarti pemeliharaan secara dinamis dan
berkesinambungan. Di dalam konteksnya dengan suatu kehidupan
beragama, maka pengertian pembinaan adalah segala usaha yang
dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran memelihara secara terus
menerus terhadap tatanan nilai agama agar segala perilaku kehidupannya
senantiasa di atas norma-norma yang ada dalam tatanan itu. namun perlu
dipahami bahwa pembinaan tidak hanya berkisar pada usaha untuk
mengurangi serendah-rendahnya tindakan-tindakan negative yang
dilahirkan dari suatu lingkungan yang bermasalah, melainkan pembinaan
42
Muhammad Nur Absul Khafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, ( Bandung: Al-
Bayan, 1997), h. 109
35
harus merupakan terapi bagi masyarakat untuk mengurangi perilaku buruk
dan tidak baik dan juga sekaligus bisa mengambil manfaat dari potensi
masyarakat, khususnya generasi muda.
Membangun kesadaran bagi generasi muda bukanlah hal yang
gampang untuk tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan
kesadaran yang menjadi pokok untuk dibangun. Kesadaran hendaknya
disertai niat untuk mengintensifkan pemilikan nilai-nilai dari pada yang
sudah dimiliki., sebab dengan cara tersebut akan mampu mewujudkan
pemeliharaan yang dinamis dan berkesinambungan.
F. Remaja Musholla
1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibaawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.
Sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasai dalam masyarakat
mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dan cara berfikir remaja
ini menginginkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa yang kenyatannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
Masa remaja adalah masa peralihan, seorang remaja bukan anak-
anak lagi, tetapi ia belum bisa dikatakan sudah dewasa secara jasmani
boleh jadi sudah dewasa tetapi emosi serta cara berfikirnya belum mantap
dan mapan sebagaimana layaknya orang dewasa.
36
Dalam perkembangan kepribadian seseorang, masa remaja
mempunyai arti yang khusus ada yang mengatakan masa remaja adalah
masa yang paling indah, sehingga tidaklah boleh dilewatkan begitu saja.
Ada pula pendapat bahwa masa remaja adalah masa yang paling
menentukan kelanjutan hidup seseorang dimasa tuanya. Remaja juga
dikatakan generasi penerus perjuangan bangsa, baik buruk masa depan
bangsa tergantung pada baik buruk moral dan akhlak remajanya.43
Pendapat lain juga dikatakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono,
dimana ia mendefinisikan remaja sebagai “masa peralihan dari anak-anak
ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan
perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala
primer dalam perubahan remaja, sedangkan perubahan-perubahan
psikologi muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan
fisik itu.44
Mengenai batas usia remaja prof. Dr. Hj. Zakiyah Derajat
menetapkan batasan usia remaja mulai dari usia 13-21 tahun.45
Akan tetapi
para ahli menegaskan bahwa yang dapat ditentukan masa remaja itu adalah
masa permulaannya, yaitu ditandai dengan mimpi pertama bagi laki-laki,
sedangkan wanita ditandai dengan menstruasi pertama.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan remaja adalah
suatu masa dimana :
43
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, ( Jakarta: Rajawali Press,2000) Cet. Ke-
5, h.9 44
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h.51 45
Zakiah Derajat, Problematika Remaja Indonesia,( Jakarta : Bulan Bintang 1978), Cet
Ke-3, h 114
37
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan perlu di identifikasi
dari anak-anak sampai dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif mandiri.46
2. Pengertian Musholla
Musala atau Musholla (bahasa Arab: مصلى) adalah tempat atau
rumah kecil menyerupai masjid yang digunakan sebagai tempat mengaji
dan salat bagi umat Islam. Musala juga sering disebut dengan surau atau
langgar.47
3. Remaja Musholla
Remaja musholla merupakan bentuk aktivitas yang sedang tumbuh
dan berkembang, namun kehadirannya tidak muncul begitu saja. Berawal
dari usaha-usaha menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
melibatkan anak muda (remaja), lalu timbul kesadaran perlunya organisasi
yang permanen, dan akhirnya dibentuklah suatu oerganisasi remaja masjid
atau musholla.
Saat ini remaja masjid atau musholla telah menjadi wadah favorit
kegiatan remaja muslim. Umumnya di desa-desa yang banyak kita jumpai.
Meskipun masih banyak hambatan atas keberadaanya, namun secara
umum masyarakat sudah semakin lebih bisa diterima keberadaannya.
46
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press 1991) Cet Ke-2,
h 9 47
Wikipedia. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Musala, di akses 25 April 2013, 12:05 WIB
38
Pada dasarnya remaja musholla dan remaja masjid tidak ada
perbedaan hanya saja tempat pelaksanaannya yang berbeda. Saat ini
remaja musholla telah menjadi fenomena bagi kegairahan remaja muslim
dalam mengkaji dan mendakwahkan Islam di Indonesia. Sebenarnya,
dakwah Islam yang dilakukan para remaja bukanlah hal yang baru.
Remaja masjid membina para anggotannya agar berilmu dan
beriman kepada allah SWT. Pembinaan dilakukan dengan menyusun
aneka program yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan berbagai aktifitas
remaja masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara
terstruktur dan terencana.48
48
Siswanto.Ir, Panduan Praktis Remaja Masjid, Jakarta: 2005, Cet Ke-1, h 49
39
BAB III
GAMBARAN UMUM PENGAJIAN REMAJA ISLAM
MUSHOLAH AL-HIDAYAH (RISMA) SAWANGAN DEPOK
A. Sejarah Berdiri Dan Perkembangan
Organisasi remaja ini bernama RISMA (Remaja Islam Musholah Al-
Hidayah). RISMA ini suatu organisasi non formal yang berada di lingkungan
Sawangan Lama Kota Depok. Organisasi ini memiliki tujuan membentuk
pemuda dan pemudi Islam yang bertaqwa, beriman dan berakhlaktul karimah,
sehingga dapat berperan aktif dalam mengisi pembangunan di lingkungan
warga sekitar.
Pengajian remaja ini berdiri sejak tahun 1990 bertempat di musholah
Al-hidayah Rt 02, Rw 07, Sawangan Lama, kota Depok. Latar belakang
pendirian pengajian ini didasarkan melalui musyawarah para remaja karena
kepedulian para remaja untuk lebih membangun spiritualitas di lingkungan
sekitar yang dibekali dengan pengetahuan agama dan melibatkan para remaja
dan masyarakat sekitar kepada kegiatan positif.1
Berdirinya organisasi ini merupakan wujud dari harapan dan keinginan
para remaja sekitar untuk mempersatukan para remaja lain yang berada di
lingkungan Sawangan dengan maksud dan tujuan memberikan pembinaan
kepada para remaja dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, di mana pada saat
itu umumnya para remaja masih sangat kurang memiliki pengetahuan
dibidang agama.2
1 Mustofa, Penasihat RISMA, Wawancara Pribadi, Sawangan Depok, 29 Mei 2013, Jam
19.00 WIB 2 Asmuni Sudrajat, Ketua RISMA, Wawancara Pribadi, Sawangan Depok, 27 Mei 2013,
Jam 15.00 WIB.
40
Bila dilihat dari aktivitas keseharian sebagian remaja, mereka
cenderung menyimpang dari norma agama. Sehingga atas dasar itu para
perintis berdirinya organisasi ini mencoba mengumpulkan remaja sekaligus
masyarakat beserta para tokoh masyarakat yang ada untuk membentuk wadah
organisasi remaja sebagai perkumpulan remaja di dalam melakukan segala
aktifitas keagamaannya yang tentunya sangat memberii manfaat.
Seiring berjalannya waktu, RISMA menghadapi suatu keadaan yang
menyebabkan anggota pengajian berkurang dan selalu mengalami fluktuasi
masalah keanggotaannya.
Hingga saat ini RISMA telah mengalami perkembangan yang cukup
pesat, baik dari segi keanggotaanya maupun kegiatan yang dilaksanakannya.
Perlahan tapi pasti RISMA telah berhasil menumbuhkan kepercayaan dan
membuka mata masyarakat bahwa RISMA adalah organisasi remaja yang
patut diperhitungkan dan diberikan dukungan karena besarnya kontribusi
RISMA terhadap perkembangan kehidupan beragama remaja dan masyarakat
sekitar melalui berbagai kegiatan pengajian. Kesabaran dan keuletan serta
keseriusan para pengurus yang ada telah mampu menarik perhatian para
remaja dan warga yang ada disekitar lingkungan RW 07 untuk ikut serta
berperan aktif dalam segala kegiatan yang diselenggarakan oleh RISMA dan
senantiasa mendapat dukungan serta bantuan secara moril maupun materil
hingga saat ini.
Mengenai jumlah anggota RISMA hingga saat ini secara keseluruhan
adalah berjumlah 80 orang, dari hasil perolehan data dapat diketahui. Dengan
jumlah laki-laki sebanyak 30 orang dan jumlah perempuan sebanyak 50 orang,
41
didalam keanggotaan sudah termasuk pengurus RISMA sebanyak 14 orang.
Untuk mayoritas pendidikan dari anggota yang ada adalah SLTA yang setara
dengan SMA, MA, SMK sebanyak 20 orang, sebagian lagi berasal dari SMP,
MTS sebanyak 25 orang, yang setara SD,MI sebanyak 7 orang, adapun yang
mahasiswa sebanyak 12 orang dan sudah bekerja sebanyak 16 orang. Dalam
kegiatan organisasi ini senantiasa mendapat pengawasan dan bimbingan dari
dewan Pembina dan penasihat yang memiliki latar belakang pendidikan
perguruan tinggi dan cukup kompeten dibidang agama. Organisasi ini pun tak
luput mendapat dukungan dari para senior yang sudah sukses saat ini.
Mengingat RISMA adalah organisasi milik remaja dan tercipta untuk
masyarakat setempat, dalam fase perkembangannya terlihat melalui
kepercayaan masyarakat terhadap RISMA. Salah satu contoh kepercayaan
masyarakat terhadap RISMA adalah dipercayakannya RISMA dalam berbagai
acara peringatan hari besar Islam seperti maulid Nabi Muhammad SAW, Isra
mi’raj, peringatan HUT RI dan kegiatan amal lainnya.
B. Visi Dan Misi Risma
Visi RISMA adalah menjadikan remaja yang mempunyai peran di
masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kegiatan keagamaan dan
kepemudaan pemberdayaan umat. Menjadikan RISMA sebagai wadah
silaturahmi dan menjadikan tempat untuk mengembangkan kreatifitas serta
menciptakan generasi muda yang beriman, berilmu dan berakhlak mulia.
Misi RISMA adalah mengaktifkan pengajian remaja agar tetap
berjalan, menanamkan kesadaran keagamaan dalam diri remaja, meningkatkan
kualitas remaja yang inovatif dan kreatif, serta menjaga kekompakan dan
silaturahmi antar remaja di lingkungan Sawangan.
42
Terbentuknya RISMA adalah sebagai wadah para remaja dan
masyarakat yang secara umum mampu memberiikan pengetahuan agama lebih
mendalam dan belajar dalam berorganisasi, baik ilmu agama yang berdasarkan
dalam Al-quran dan Hadist maupun ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dalam organisasi ini para remaja diharapkan dapat mengasah
kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) dan kemampuan
lainnya sehingga semua tersalur dalam kegiatan-kegiatan positif dan jauh dari
prilaku-prilaku yang menyimpang dari ajaran agama.
Tujuan RISMA adalah menjadikan RISMA sebagai wadah dalam
berdakwah kepada masyarakat di sekitar musholah Al-hidayah dan
menjadikan remaja yang soleh dan solehah di daerah sawangan.
C. Sarana Prasarana Risma
RISMA berdiri dan beroperasi menggunakan fasilitas yang diberikan
oleh musholah Al-hidayah, dalam menjalankan dakwahnya sarana dan
prasarana sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Inilah
beberapa sarana dan prasarana yang dimiliki RISMA :
1. 20 Al-quran
2. 20 panduan tajwid
3. 100 surat yasin
4. 2 buah pengeras suara
5. 1 buah mading
Sarana dan prasarana yang dimiliki RISMA tersebuat sudah cukup
mendukung operasional RISMA namun belum bisa dikatakan baik karena
masih banyak kekurangan sarana dan prasarana yang digunakan untuk
menunjang operasional pengajian untuk saat ini.
43
D. Struktur Organisasi Risma
Dalam struktur organisasi tersebut meliputi jabatan dari masing-
masing pengurus. Dengan demikian semua program kerja dan tujuan yang
telah di tetapkan bersama akan berjalan dengan baik dan lancar.
Sedangkan pergantian stuktur organisasi pengajian RISMA diganti
dalam 3 (tiga) tahun sekali, bedasarkan musyawarah yang telah ditetapkan.
Adapun stuktur organisasi pengajian RISMA priode 2012-2014 Terdiri dari3:
1. Penasihat : Bpk. Sanudin
Ustadz Amil Misar
2. Pembina : Bpk. Iwan Edi S.ThI
Bpk. Mustofa
3. Staf pengajar : Ustadz Amil Misar
Ustadz Baidowi tafsir
Ustadzah miyah
Ustadz Iwan Edi
4. Ketua : Asmuni Sudrajat
5. Wakil Ketua : Fikri Zulfahmi
6. Sekretaris : Fauziah Aftrianti
7. Bendahara : Eti Sarah
Seksi-seksi
Sie. Humas : Rian Sudrajat
Iin
Sie. Kesenian : Riska
3 Asmuni Sudrajat, Ketua RISMA, Wawancara langsung, , 29 Mei 2013, pukul 15:00 WIB.
44
Sie. Peribadatan : Diah Maulidia
Zainal Abidin
Sie. Olahraga : Zainudin
Aditya kurniawan
Sie. sosial : Fitri
Nilam
Zizah
45
STRUKTUR ORGANISASI
PENASIHAT
Bpk. Sanudin dan Ustadz. Amil misar
PEMBINA
Bpk. Mustofa dan Ustadz. Iwan Edi
WAKIL KETUA
Fikri Zulfahmi
SEKSI-SEKSI
Sie. Humas
Sie. Peribadatan
Sie. Kesenian
Sie. Olah raga
Sie. Sie. Sosial
SEKRETARIS
Fauziah Afrianti
KETUA
Asmuni Sudrajat
BENDAHARA
Eti Sarah
46
E. Program Kegiatan Risma
Untuk mewujudkan visi dan misi RISMA kami telah memiliki
beberapa program yang ditujukan untuk para remaja sekitar. Program kegiatan
dakwah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh remaja yang
tergabung dalam pengajian RISMA maupun masyarakat sekitar. Dan kegiatan
tersebut merupakan realisasi dari program yang sudah direncanakan dan
disusun secara sistematis dan dilaksanakan secara teratur serta bertahap dalam
mencapai tujuan sasaran dengan tepat.
Adapun program dan pembagian tugas masing-masing bagian di
pengajian RISMA secara umum adalah :
1. Penasihat
Memberikan bimbingan dan mengontrol berjalannya kegiatan terhadap
semua pengurus.
2. Pembina
Memberikan masukan dan binaan terhadap pengurus dan anggota dan
sebagai monitoring kegiatan RISMA.
3. Ketua
Bertanggung jawab terhadap pengajian RISMA dalam melaksanakan
program kegiatan, bertanggung jawab terhadap jalannya kegiatan dan
memutuskan segala sesuatu apa yang terjadi di RISMA.
4. Wakil ketua
Menggantikan ketua umum, apabila ketua umum berhalangan hdir dalam
hal apapun, mmbantu ketua umum agar kegiatan terlaksana dengan baik
dan bertanggung jawab kepada ketua umum.
47
5. Bidang kajian Islam
Dalam program di bidang kajian Islam mempunyai tugas mengadakan
pengajian yang diadakan seminggu sekali yang dilaksanakan pada hari
jumat malam sabtu ba’da Isya. Dengan mengajak seluruh anggota remaja
di lingkungan sekitar untuk mengaji Al-quran yang di pimpin oleh ustadz
Amil.
6. Bidang seni dan budaya
Dalam program di bidang seni dan budaya mempunyai tugas mengadakan
pelatihan marawis setiap seminggu sekali yang jatuh pada malam minggu.
Hal ini dimaksudkan agar remaja dapat mengeluarkan kreatifitas dan bakat
yang ada dalam diri mereka masing-masing, dalam hal ini di khususkan
pada anggota RISMA saja.
Kegiatan madding, kegiatan ini juga melatih kreatifitas remaja agar
dapat memberiikan kontribusinya untuk berekspresi.
7. Bidang olah raga
Dalam program di bidang mempunyai tugas mengumpulkan para anggota
RISMA untuk berolah raga yang diadakan tiap hari minggu, dalam hal ini
RISMA mengadakan kompetisi seperti futsal maupun olah raga ringgan
seperti joging pagi guna untuk lebih mengikat persaudaraan dan agar
anggota tidak jenuh.
8. Bidang sosial
Bidang sosial bertugas untuk mengatur kegiatan yang berkaitan dengan
masyarakat seperti bakti sosial, mengadakan gotong royong dan mengatur
hal-hal yang berkaitan pada acara peringatan hari besar Islam seperti
48
menyambut maulid Nabi SAW, isra’ mi’raj, tahun baru hijriah, dan
peringatan nuzulul Qur’an.
9. Bidang humas
Bidang ini bertugas melakukan koordinasi dengan organisasi-organisasi
lain yang berada di Depok, dan untuk mencari dana untuk setiap kegiatan,
melkukan koordinasi dengan instansi-instansi lain dalam setiap kegiatan.
Selain program-program diatas RISMA pun memiliki berbagai
kegiatan rutin. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan pengajian RISMA
dibagi kedalam tiga tahap yaitu mingguan, bulanan dan tahunan, seperti :
a. Kegiatan Mingguan
Pengajian mingguan, rutin dilaksanakan pada hari jumat malam
sabtu yang dilaksanakan ba’da Isya, yaitu mulai dari yasin, tahlil dan
membaca Al-quran yang disampaikan oleh ustadz setempat dan materi
yang disampaikan seputar aqidah, fiqih dan akhlak. Ustadz yang
menyampaikan materi pada tiap pertemuan berbeda-beda sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan.
Pengajian mingguan keliling malam kamis atau pengajian
bergilir, yang bertujuan untuk menyambung tali persaudaraan antar
remaja masjid yang lain. Kegiatan ini di isi oleh ustadz-ustadz dari
lingkungan setempat.
b. Kegiatan bulanan
Kegiatan bulanan yang dimaksud yaitu pengajian RISMA
adalah pengajian gabungan dimana pengurus pengajian RISMA
mengajak pengajian-pengajian luar lainnya yang berada disekitar
49
wilayah Sawangan untuk berkumpul dengan tujuan memmbentuk
ukhuwah Islamiyah dan belajar bersama dengan memanggil ustadz
setempat untuk mengupas lebih dalam mengenai berbagai pengetahuan
agama Islam dan ketenangan batin.
c. Kegiatan tahunan
RISMA mengadakan kegiatan tahunan terutama peringatan-peringatan
hari besar Islam, adapun kegiatannya seperti :
1) Tahun baru Islam 1 Muharam
Kegiatan perayaan ini RISMA mengundang para anak-anak kecil
sekitar untuk memeriahkan dengan berkeliling dengan membawa
obor yang terbuat dari bamboo atau biasa yang disebut pawai obor.
2) Maulid Nabi Muhammad SAW
Kegiatan perayaan ini RISMA bergabung dengan para bapak-ibu
sekitar dalam membuat acara yang meriah dengan mendatangkan
ustadz dan para tokoh untuk mengisi acara.
3) Isra mi’raj
Kegiatan perayaan ini RISMA mengadakan lomba-lomba seperti
peragaan busana muslim, adzan, musabaqoh tilawatil Quran dan
lain sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kreatifitas anak dan remaja serta untuk menguji mental anak agar
terbiasa tampil di depan umum dan pesertanya dari berbagai
pengajian-pengajian lainnya. dalam kegiatan ini masyarakat dan
anak-anak sangat antusias, lomba-lomba tersebut biasanya
50
berlangsung pada satu minggu dan pada malam puncak aka nada
pembagian hadiah serta mengadakan caramah agama yang diisi
oleh ustadz yang telah di datangkan dari luar wilayah Sawangan.
4) Kegiatan lain
a) Peringatan HUT RI
b) Pesantren kilat dan tadarus Ramadhan.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bedasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang strategi dakwah
pengajian Remaja Islam Musholah Al-Hidayah (RISMA) dalam Pembinaan
Keagamaan pada Remaja di Sawangan Kota Depok, penulis dapat
menghasilkan kesimpulan akhir dari penulisan karya ilmiah ini yaitu RISMA
memakai strategi dari segi pengenalan objek dengan cara pendekatan secara
personal melaui kegiatan-kegiatan positif. Seperti mengadakan pengajian
bergilir di rumah anggota dan mengadakan event-event keagamaan yang
bertujuan untuk menarik para remaja sekitar bergabung di pengajian RISMA
agar lebih meningkatkan pengetahuan agamanya.
RISMA melakukan pengemasan materi keagamaan sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi melalui alat proyektor dengan
menggunakan media audio visual yang bertujuan agar menarik minat remaja
untuk mengaji dan memudahkan materi diterima dengan baik sehingga
meningkatkan pengetahuan agama. Materi yang disampaikan bukan hanya seputar
agama tetapi pengetahuan umum. Dengan adanya perkembangan zaman dan
teknologi RISMA berusaha mengikuti dalam penyampaian dakwahnya agar lebih
berinovasi dan berhasil mendapat perhatian yang baik dari remaja. Dengan adanya
perkembangan teknologi maka penyampaian dakwah lebih mudah dan efektif.
RISMA dapat mengikuti perkembangan zaman yang baik dalam menyampaikan
dakwahnya khususnya pada remaja.
71
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan saran dan mudah-mudahan dapat
menjadi sebuah masukan begi keberlangsungan RISMA dan organisasi
lainnya yaitu sebagai berikut :
1. Para pengurus RISMA agar lebih memperhatikan kegiatannya karena
Sebagus apapun strategi jika tidak digunakan maka akan sia-sia dan akan
memunculkan masalah-masalah baru. Dengan banyaknya teori yang
berkaitan dengan strategi, maka RISMA dapat memilih dan menerapkan
dalam kegiatan dakwahnya, sehingga kegiatan dakwah dapat di kontrol
secara sistematik dan menarik.
2. Untuk masa depan RISMA khususnya para pengurus jangan pernah
merasa bosan dalam menjalankan kegiatan dakwahnya terhadap remaja
khususnya. Semoga RISMA dapat menjadi sebuah jembatan yang
mengantarkan para remaja khususnya di lingkungan Sawangan - Depok
menjadi remaja yang beriman dan berakhlaktul karimah, karena remaja
merupakan salah satu asset negara sebagai generasi penerus. Untuk
menumbuhkan hal itu, maka harus ada satu langkah strategi yang harus
diambil dan diputuskan dari masa ke masa agar organisasi yang bergerak
dibidang dakwah dapat berjalan dan tidak kehilangan arah.
3. Untuk ketua RISMA perlu di perhatikan bahwa keterkaitan remaja kepada
orang tua atau ketua dari RISMA harus bisa menjalin kerja sama yang erat
dalam hal apapun, karena dengan dorongan dari orang tualah RISMA
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
72
4. Diharapkan bagi pemerintah agar menyediakan program pembinaan yang
dikhususkan pada remaja, agar tercipta generasi-generasi muda yang
profesional, berfikir maju dan berakhlak baik, agar dapat membantu
pemerintah memabantu masyarakat menjadi maju dan berpengetahuan
luas.
51
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Deskripsi Informan
Deskripsi informan adalah gambaran orang-orang yang memberikan
informasi atau data di pengajian “Remaja IslamMusholah Al-hidayah
(RISMA)” yang berlokasi di lingkungan Sawangan Rt 02 Rw 07, yaitu :
1. Pembina RISMA
Pembina pengajian RISMA l adalah ustadz Iwan Edi S.ThI, beliau
lahir di Bogor,14 Desember 1979, Beralamat di Bedahan Sawangan
Permai. Beliau sudah bekeluarga memiliki satu orang anak, pendidikan
terakhir S1 di Universitas Islam Negeri Jakarta, Jurusan Filsafat. Di tahun
2002 beliau sudah bergabung di Yayasan Dompet Dhuafa sebagai
koordinator program dakwah untuk rumah sakit, dosen konseling di UIN,
dan Guru di beberapa sekolah. pengalaman organisasi beliau aktif di
beberapa yayasan sosial seperti di yayasan yatim piatu, zakiah, amanah
foundation, PM Mandiri, serta mengisi beberapa training motivasi
interprener dan pengajian-pengajian remaja seperti saat ini.
2. Pengurus RISMA
Ketua RISMA yaitu Asmuni Sudrajat, lahir di Bogor, 20 Februari
1991, beralamat di Jl. Raya Muchtar Rt 01/07 Sawangan Gg. Poncol.
Beliau seorang mahasiswa di bidang Teknik Komputer di Universitas BSI
Fatmawati. Beliau menjabat sebagai ketua RISMA sudah dua tahun.
Semangatnya dalam menghidupkan pengajian ini sangat tinggi.
52
Bidang peribadatan Eti Sarah, lahir di Bogor, 27 Agustus 1991,
beralamat di Jl. Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Belum
berkeluarga, aktif sebagai mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta PGRI.
3. Guru Pengajar
Guru pengajar yakni Ustadz Amil Misar lahir di Bogor, 02 Agustus
1959, beralamat di Jln. Raya Muchtar RT 02 RW.07 Sawangan Lama kota
Depok. Beliau sudah memiliki berapa orang anak,. Pendidikan terakhir
Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren As-salafiyah, beliau mengajar
sebagai pemateri fiqih dan tajwid, menjabat sebagai penasihat RISMA.
Ustadzah miyah, lahir di Bogor, 8 Agustus 1968, beralamat di Jln.
Raya Muchtar RT 02 RW.07 Sawangan Lama kota Depok. Pendidikan
terakhir Madrasah Aliyah, kiprah beliau di masyarakat sebagai ustadzah
dan berprofesi sebagai pegawai swasta dan pengajar.
4. Ketua RT 01 dan 02
Andi Ibrahim, lahir di Bogor, 31 Agustus 1965, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 01/07 Sawangan Gg. Poncol. Pendidikan terakhir SMA,
dan berprofesi sebagai ketua RT di Sawangan Poncol.
Mamat Nur, lahir di Bogor, 16 September 1969, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Pendidikan terakhir SMA,
dan berprofesi sebagai ketua RT di Sawangan Poncol.
5. Warga di lingkungan Musholla
Hasan Darmawan, lahir di Bogor, 17 Agustus 1964, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 01/07 Sawangan Gg. Poncol. Pendidikan terakhir SMA,
dan berprofesi sebagai warga.
53
Abdul Rozak, lahir di Bogor, 01 Oktober 1970, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 01/07 Sawangan Gg. Poncol. Pendidikan terakhir SMA,
dan berprofesi sebagai warga.
6. Anggota RISMA
Dwi Rusyada Agustin, lahir di Bogor, 17 Agustus 1995, beralamat
di Jl. Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Pendidikan terakhir
SMA, dan berprofesi sebagai mahasiswi di Universitas Politeknik
Kemenkes Jakarta.
Siti Khodijah, lahir di Bogor, 01 Agustus 1997, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai pelajar
SMA.
Fitriyah Ramadhona, lahir di Bogor, 01 Januari 1997, beralamat di
Jl. Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai
pelajar MA Islamiyah YADAIR.
Fauziah Afitrianti, lahir di Bogor 03 Mei 1992, beralamat di Jl.
Raya Muchtar RT 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai
mahasiswi di Universitas Indraprasta PGRI.
Nilam Suri, lahir di Bogor, 20 Oktober 1996, beralamat di Jl. Raya
Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Profesi sebagai pelajar di MA Al-
karimiyah.
Rivia Maulidia, lahir di Bogor, 29 Agustus 1997, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai pelajar
di MA Yadair.
54
Afrina Rifkyah, lahir di Bogor 16 April 1993, beralamat di Jl. Raya
Muchtar Rt 03/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai mahasiswi,
jurusan Sistem Informasi di Universitas Islam Negeri Jakarta.
Fikri Zulfahmi, lahir di Bogor 28 Agustus 1992, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai
mahasiswa jurusan Sistem Informasi di Universitas Islam Negeri Jakarta.
Haryono Rindrori, lahir di Jakarta, 17 Januari 1992, beralamat di Jl.
Raya Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai
mahasiswa jurusan FIK di UPN.
Ahmad Pandu, lahir di Bogor, 20 Juni 1998, beralamat di Jl. Raya
Muchtar Rt 02/07 Sawangan Gg. Poncol. Berprofesi sebagai pelajar kelas
XI di SMAK Bogor.
Peserta pengajian diambil 10 orang karena merekalah yang sangat
aktif dan telah mengikuti pengajian selama tiga tahun, bahkan kesepuluh
orang ini adalah yang banyak melakukan aktivitas dalam kegiatan yang
dibuat RISMA.
B. Strategi Dakwah RISMA Dalam Pembinaan Keagamaan Pada Remaja Di
Lingkungan Sawangan Rt 01, 02 - Rw 07
Pengajian merupakan suatu wadah tempat berlangsungnya proses
mengajar kepada manusia atau umat Islam yang dilakukan dimasjid, dirumah,
atau tempat lainnya. Saat ini pegajian identik dengan ibu-ibu dan bapak-
bapak, namun para remaja juga tak kalah dengan pengajian saat ini. saat ini
kondisi remaja sedang berada dalam jiwa yang bergejolak, penuh dengan
kegelisahan dan pertentangan batin. Di usia remaja biasanya mengalami
55
perkembangan jiwa yang dalam kondisi labil, akibatnya sebagai refleksi
kegoncangan jiwa agama sekaligus sebagai indikasi dari berkurangnya
pembinaan mental spiritual remaja yang sedang mencari jati dirinya tidak
mampu membendung dan mengendalikan gejolak yang timbul dalam jiwanya,
sehingga terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan negatif. 1
Dalam hal ini diperlukan suatu siasat, taktik atau metode agar dapat
menciptakan generasi muda yang berakhlaktul karimah dan mengatasi
kegoncangan jiwa para remaja terjadi akibat perkembangan dan tantangan
yang akan mereka hadapi. Dan disini agama-lah yang merupakan salah satu
cara paling tepat untuk mengatasi hal tersebut.
Agama merupakan sebuah benteng yang paling kuat dalam
menghadapi berbagai pengaruh dari perbuatan negatif. Dengan pemahaman
agama yang baik, remaja akan sulit terpengaruh ke dalam perbuatan yang
merusak diri para remaja. Selain itu, para remaja membutuhkan sebuah peran
atau bimbingan dari keluarga secara baik dalam mengatasi kondisi internal
mereka, disamping itu pendidikan formal juga penting dalam menunjang
pengetahuan agama mereka, dan tidak cukup dalam pendidikan formal
disekolah. Saat ini pendidikan non formal juga sangat penting guna lebih
menambah pengetahuan agama agar pengamalannya lebih baik lagi.
Saat ini lembaga non formal yang banyak kita jumpai seperti majelis
taklim atau pengajian yang bertempat di masjid atau musholah. Pengajian
seperti ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi remaja bahkan masyarakat
untuk lebih meningkatkan ilmu agama mereka. pengajian remaja seperti ini
1 Zakiyah Derajat, Problematika Remaja Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang 1978), Cet.
Ke-3, H.100
56
merupakan pendidikan non formal yang banyak memberikan manfaat pada
remaja mulai dari remaja dapat belajar berorganisasi dan dapat bersosialisasi
serta tak luput dari mendapatkan pengetahuan agama lebih mendalam.
Usaha dalam mewujudkan ajaran Islam secara kaffah dalam aspek
kehidupan, tentunya bukan tanggung jawab para orang tua saja, tetapi unsur
lain yang tidak dapat dikesampingkan dalam masalah ini, yaitu keberadaan
kaum remaja atau para pemuda sebagai penerus bangsa dan agama yang
memiliki andil dalam usaha penyampaian dakwah di lingkungannya.
Sementara itu kita temui remaja yang melakukan hal yang positif secara
memiliki andil dan manfaat terhadap lingkungannya.
Strategi merupakan suatu perencanaan atau keputusan manajerial yang
strategis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu
organisasi tertentu. Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan
terutama bagi organisasi dakwah semacam pengajian remaja RISMA yang
merupakan bagian dari organisasi kemasyarakatan.
Sebuah organisasi atau lembaga agar bisa mencapai segala tujuan
yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara dan metode. Cara atau
metode itulah yang disebut strategi. Sebab strategi adalah cara-cara atau taktik
suatu organisasi suatu kegiatan yang akan berjalan ke arah tujuan tujuan yang
sudah direncanakan terlebih dahulu.
Dalam hal ini, secara tidak langsung organisasi remaja ini berperan
sebagai orang tua bagi remaja, seperti layaknya orang tua yaitu RISMA
memiliki tugas untuk mengayomi dan membimbing para remajanya ke jalan
yang positif. Jika para remaja bertindak melakukan kegiatan yang tidak sesuai
57
norma dan ajaran agama, maka RISMA lah yang berperan menasehati dan
mencari solusi secara pertemanan.2
RISMA sebagai organisasi remaja memiliki andil dan turut
berpartisipasi dalam membina kualitas spiritual dan moral remaja agar
menjadi manusia religi dan berilmu pengetahuan. Untuk mencapai tujuan di
atas, dalam rangka pembinaan keagamaan pada remaja, RISMA telah
menerapkan beberapa langkah strategis, adapun strategi yang diterapkan oleh
pengajian RISMA di lingkungan Sawangan adalah3 :
1. Melakukan pengenalan objek dengan cara mengadakan kegiatan positif
yang bertujuan agar remaja tersebut mau bergabung dan mengikuti
kegiatan keagamaan RISMA, seperti:
a. Melibatkan remaja kedalam event-event keIslaman maupun sosial.
Adanya perubahan fisik dan psikis pada remaja akan membuat
remaja ketakutan. Akibatnya mereka akan bingung untuk melakukan
sesuatu. Ada dua kekuatan yang dapat mempengaruhi remaja yaitu
kekuatan baik dan kekuatan buruk. Kekuatan baik diperoleh dari
lingkungan yang baik, yaitu selalu melakukan aktifitas positif.
Sedangkan kekuatan yang buruk diperoleh dari lingkungan yang selalu
melakukan perbuatan terlarang. Dua kekuatan tersebut selalu
mempengaruhi remaja sampai salah satu kekuatan itu masuk kedalam
diri remaja.
Disini, yang dimaksud event-event keIslaman seperti peringatan
hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh RISMA dan event sosial
2 Iwan Edi, Pembina RISMA, Wawancara Pribadi, 26 mei 2013. Pukul 13:00 WIB
3Observasi 20 Mei 2013, Musholah Al-Hidayah Sawangan
58
seperti kerja bakti atau kegiatan “bebenah musholah” yang di
laksanakan setiap sebulan sekali.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan para anggota RISMA saja
tetapi para remaja di luar RISMA dan masyarakat sekitar. Dengan
adanya kegiatan ini diharapkan terjalin hubungan keakraban antar
remaja. Karena seperti kita tahu remaja saat ini banyak yang lebih
mementingkan gengsi untuk menghadiri kegiatan pengajian.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengajarkan
kepada remaja agar lebih mencintai dan peduli terhadap musholah dan
lingkungannya.
Adapun event-event keagamaan adalah seperti peringatan hari
besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, maulid Nabi Muhammad, tahun baru
Hijriah. Di setiap event tersebut RISMA selalu mengadakan kegiatan-
kegiatan yang melibatkan remaja dan masyarakat sekitar untuk
berkontribusi memeriahkan perayaan tersebut.
Kegiatan Isra Mi’raj biasanya RISMA mengadakan acara
ceramah agama yang diisi oleh ustadz yang di datangkan dari luar
wilayah hal ini di maksudkan untuk menarik minat masyarakat
setempat untuk datang menghadiri acara tersebut. Selain itu RISMA
juga mengadakan lomba-lomba yang dikhususkan untuk para anak-
anak sekitar Sawangan seperti lomba fashion show busana muslim,
lomba adzan, lomba menghafal surat-surat pendek.
Dalam kegiatan ini para remaja dituntut untuk mengerjakan
semua rangkaian acara. Agar mereka belajar bertanggung jawab dan
belajar untuk saling bekerja sama dalam satu tim.
59
Peringatan tahun baru hijriah, RISMA mengadakan pawai obor
keliling . Dalam kegiatan ini melibatkan banyak pengajian remaja luar
untuk bergabung memeriahkan acara tersebut agar tali silaturahmi
tidak terputus antar pengajian.
Dalam peringatan Maulid Nabi ini tidak hanya sekedar
membaca rawi dan ceramah saja, tetapi sebelumnya RISMA juga
mengadakan perlombaan untuk para remaja seperti lomba MC,
ceramah agama, shalawat, marawis, qira’atul quran, yang dimana
nantinya pemenang atau yang terbaik akan dilibatkan dalam acara ini.
inilah salah satu strategi agar para remaja dapat melatih bakat dan
kratifitas mereka selain itu event ini juga sebagai indikator mereka
untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi untuk mengasah
kemampuannya.
Kegiatan ini cukup berhasil dalam rangka melaksanakan dakwah
Islam yang dilakukan pengajian RISMA, karena kegiatan ini sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
mempererat ukhuwah Islamiyah remaja yang direalisasikan dalam
pengamalan ajaran Islam. Hal ini terbukti dengan kehadiran
masyarakat luar yang sangat antusias kemudian kehadiran para
petinggi seperti pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, para assatidz.4
b. Melakukan pengajian bergilir di rumah anggota.
Kegiatan ini merupakan strategi untuk lebih mendekatkan RISMA
kepada orang tua remaja. Karena peran orang tua juga penting untuk
4Asmuni Sudrajat,Ketua RISMA,Wawancara Pribadi, 29 Juni 2013 Pukul 13.00 WIB.
60
memotivasi anak agar terus mengikuti pengajian agar pengamalan
agamanya meningkat.
Tujuan diadakan kegiatan ini karena kesatuan diantara anggota
pengajian RISMA dalam melaksanakan kegiatan ini, dengan demikian
timbul rasa keingin ikut sertaan bagi para remaja yang lain untuk ikut
bergabung kedalam pengajian RISMA dalam upaya meningkatkan
pengamalan agama.
2. Menyajikan materi agama dan umum dengan bentuk atau metode yang
menarik.
Penyajian materi juga merupakan salah satu strategi yang RISMA
punya. Dalam penyajian materi dakwah atau keagamaan tak terlepas dari
metode tradisional seperti ceramah. Namun disini RISMA tidak hanya
menggunakan metode lama, kita harus berinovasi dalam mengemas materi
sesuai perkembangan zaman yang semakin modern. Dalam berdakwah
media merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh suatu
pendakwah. Karena pemilihan media memiliki peran penting dalam
menentukan bagaimana keefektifitas dakwah.5 RISMA bekerjasama
dengan sejumlah ustadz yang mengisi pengajian dengan berbagai sajian
materi yang menarik seperti :
a. Menyajikan materi dengan menggunakan media audio visual
Seperti Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif
yang telah diprogram sedemikian rupa dengan baik sehingga hasilnya
sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide
5Ustadz Iwan, Penasihat RISMA,Wawancara Pribadi, 4 Juni 2013 Pukul 19.00 WIB.
61
melalui proyektor yang kemudian gambarnya diproyeksikan pada
screen. Kelebihan dari film slide ini adalah mampu memberikan
gambaran yang cukup jelas kepada audiensi tentang informasi yang
disampaikan seorang juru dakwah. Disamping itu juga dapat dipakai
berulang-ulang sejauh programnya sesuai dengan yang diinginkan.
Sedangkan kelemahannya adalah bahwa untuk membuat program
melalui film slide diperlukan dalam bidan fotografi dan grafis. Selain
itu juga diperlukan ruangan khusus dengan menggunakan aliran listrik.
Dengan menggunakan media tersebut penyampaian dakwah
lebih mudah untuk dimengerti karena audio visual itu termasuk alat
dakwah yang merangsang indra pendengaran dan penglihatan sehingga
lebih mudah. RISMA menyajiakan materi berupa power point yang
diselingi dengan tanyangan video inspiratif.
Penyajian materi-materi mengenai mengetahuan agama dan
pengetahuan umum membuat para anggota RISMA sangat antusias
dengan penyajian materi ini karena dianggap tidak monoton dan para
anggota dapat mengikutinya dengan hati yang senang. Dengan
penyampaian ustadz yang humoris sehingga pengajian yang
dilaksanakan pada malam hari tidak membuat para anggota ngantuk
dan jenuh.
Seperti yang kita tahu bahwa menyampaikan materi dengan
menggunakan audio visual dapat merangsang indra-indra manusia
serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin
tepat dan efektif, media yang dipakai akan semakin efektif pula upaya
62
pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran
dakwah.
Perkembangan teknologi komunikasi tersebut merupakan
peluang sekaligus tantangan bagi para penjuru dakwah. Dikatakan
sebagai peluang berarti dengan semakin beragamnya media
komunikasi dan semakin praktis dan efisiennya seorang komunikator
berhubungan dengan komunikan, maka jika komunikasi massa tersebut
digunakan sebagai sarana dakwah akan mempercepat proses
penyampaian dakwah.
Islam adalah agama dakwah, agama yang selalu mendorong
umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.
Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan
dakwah yang dilakukannya.
b. Menyajikan materi dengan berdiskusi.
Materi yang disajikan RISMA bukan hanya seputar agama saja
tetapi mengenai materi umum. Materi umum disajikan mengingat
perkembangan zaman dan teknologi, maka disini para angota
mendapatkan pengetahuan yang luas.
Materi agama yang disampaikan mengacu kepada al-quran dan
hadist yang menekankan kepada ilmu fiqih, ilmu akhlak dan hadist.
Materi-materi ini adalah materi dasar Islam sehingga remaja harus
mempelajarinya. Banyak materi yang telah ditelaah dan diuraikan
kepada remaja di antaranya thaharoh, wudhu, shalat, puasa, zakat dan
lain sebagainya.
63
Cara berdiskusi RISMA dengan membuat makalah seputar
materi yang sudah ditetapkan dengan kelompok minimal dua orang,
lalu membagikan materi yang sudah dibuat kepada anggota lainnya.
Diskusi ini dibimbing oleh ustadz atau ustadzah yang mengerti di
bidang tersebut.
Dengan cara ini anggota diharapkan dapat belajar mengenai
pembuatan makalah dan melatih berbicara di depan dengan persentasi.
c. Menyampaikan materi dakwah dengan menggunakan madding.
Madding salah satu media yang RISMA punya untuk menyampaikan
dakwah. Selain itu melatih kreatifitas anggota dalam menulis sebuah
artikel. Artikel atau tulisan yang terbaik akan mendapatkan sebuah
penghargaan berupa bingkisan. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan
semangat para remaja.6
3. Membuat komunitas dakwah melalui facebook.
Melihat perkembangan zaman dan teknologi yang canggih, saat ini
banyak para remaja yang lebih interaktif menggunakan internet. Oleh
karena itu, RISMA membuat komunitas perkumpulan pengajian dan
remaja sekitar agar ikut berpertisipasi dalam menyampaikan dakwah.
Dengan adanya komunitas melalui via facebook dapat mempermudah para
anggota untuk membangun suatu jaringan ketika mengundang untuk
mengaji atau mengundang untuk acara. Dengan menggunakan fasilitas ini
sangat bermanfaat karena jangkauannya yang sangat luas dan para anggota
pun merasa mudah untuk meng-update mengenai informasi seputar
pengajian seperti jadwal dan kegiatan pengajian.
6Observasi langsung, 29 Juni 2013, di Musholah Al-Hidayah Sawangan
64
Selain untuk menyebarkan informasi, RISMA juga memanfaatkan
komunitas ini untuk berdakwah. Para anggota dapat berinteraktif dan
sharing mengenai dakwah maupun pengetahuan di luar agama untuk saling
menasehati. Pengetahuan di luar agama seperti bahayanya merokok,
bahayanya menaruh handphone di samping kepala saat tidur dan lain
sebagainya.
Disini sangat jelas bahwa media dakwah dapat memudahkan para
juru dakwah untuk menyampaikan pesan pada khalayak atau
komunikannya dengan cepat dan pesan yang disampaikan sapat tersebar
dengan luas.
4. Menyiapkan sarana untuk menyalurkan bakat.
RISMA menyediakan beberapa sarana seperti adanya mading, hal
ini bertujuan agar para remaja dapat berkreasi dan dapat menyalurkan
bakat seperti menulis cerpen, membuat artikel-artiket pengetahuan agama,
puisi, gambar dan lain sebagainya. Setiap dua bulan sekali RISMA akan
memberikan hadiah kepada salah anggota yang memiliki karya yang
terbaik. Dengan adanya program ini antusias para remaja cukup baik untuk
berkreasi.
RISMA juga memberikan sarana untuk berwirausaha pada remaja
dengan memberikan pelatihan kreatifitas membuat kalung, sarung toples
dengan menggunakan kain flannel. Setelah itu akan dijual-belikan ke
sekolah masing-masing yang nantinya uang hasil penjualannya akan
dimasukan ke kas RISMA.
5. Melakukan pembinaan praktek sholat fardu dan dasar-dasar shalat.
Pengajian yang diadakan rutin setiap seminggu sekali senantiasa
65
membahas masalah keIslaman seperti ilmu fiqih, ilmu hadist, Qira’atul
qur’an beserta tajwid dan lain sebagainya.
Materi ilmu fiqih yang diberikan kepada remaja sperti masalah sholat 5
waktu, banyak pembahasan yang dibahas mengenai sholat seperti dasar-dasar
sholat sampai tata cara sholat. Shalat merupakan wujud ibadah dan ketaatan
umat Islam kepada penciptanya, dengan shalat jamaah mampu melatih
kesabaran, melatih emosi diri dan selalu memohon petunjuk kepada Allah
SWT, begitu pula halnya dengan puasa, umat Islam diwajibkan
melaksanakannya dengan menahan hawa nafsu dan berlomba beramal
kebaikan. Shalat dan puasa merupakan salah satu materi yang selalu
diutamakan oleh RISMA dalam dakwahnya. Matei yang diajarkan di setiap
pengajian ini mampu membawa hasil yang baik, jamaah memahami dan
menerapkan ilmu yang telah didapat ke dalam kehidupannya. Jadi, jelas sekali
materi yang diberi RISMA terhadap anggota memdapatkan sambutan yang
baik sebagai wujud meningkatkan keimanan dan ketakqwaan kepada Allah
SWT.
Pembinaan yang dirasakan masyarakat Sawangan RT.01,02 RW.07
cukup dirasakan oleh ketua RISMA setelah remaja mengikuti kegiatan
pengajian seperti yang dikatakan Asmuni Sudrajat :
“Saat ini sudah banyak remaja yang sadar akan sholat berjamaah,
karena semenjak adanya pengajian ini musholah sekarang banyak diisi
oleh remaja”.7
Dengan kata lain sholat berjamaah mengalami peningkatan. Tidak
hanya shalat berjamaah, saat Ramadhan petugas shalat terawih diisi oleh
remaja sekitar dari mulai bilal, pembaca doa dan adzan. Walaupun belum ada
7Asmuni Sudrajat, Ketua RISMA, Wawancara Pribadi, 20 juni 2013. 14:00 WIB
66
remaja yang sampai menjadi imam, tetapi saat ini ketua RISMA sedang
menjalankan program pembinaan remaja untuk menjadi imam shalat terawih
dengan cara penghafalan surat-surat Al-Quran yang bekerja sama oleh Ustadz
Amil Misar. Hal ini dilakasanakan agar tercipta penerus imam shalat terawih
muda.8
Dalam setiap pembelajaran yang dibimbing melalui kegiatan pengajian
RISMA muncul sebuah harapan agar dapat lebih memperkaya pengetahuan
agama bagi remaja yang secara tidak langsung dapat merubah prilaku dan
akhlak remaja kepada jalan yang diridhoi Allah SWT untuk menuju kehidupan
yang baik dunia dan akhirat nanti.
Dalam pertumbuhan suatu organisasi, pasti ada beberapa faktor yang
mendukung dan juga tidak terlepas dari berbagai faktor hambatan. Hal itu
biasa di temukan dalam perjalanan suatu lembaga atau organisasi. Seperti
halnya yang dialami oleh Remaja IslamMusholah Al-hidayah (RISMA), para
pengurus mendapatkan barbagai dukungan dan juga mengalami berbagai
hambatan. Hal ini mereka jadikan sebagai bahan motivator untuk tetap giat
dalam melaksanakan amanahnya sebagai pengemban dakwah, karena jika
dalam organisasi tidak menemukan hambatan maka akan terasa hambar dan
tidak tergugah untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Beberapa faktor pendukung seperti, banyaknya dukungan dari para orang
tua anggota, DKM, masyarakat, LPM mengenai berlangsungnya kegiatan
pengajian remaja dan kegiatan-kegiatan yang diadakan RISMA seperti PHBI.
Para masyarakat sangat membantu baik secara moril dan materil. Dengan
8 Observasi Langsung, Selama Bulan Ramadhan 8 Juli-7agustus 2013, Musholla Al-
Hidayah
67
demikian suatu kegiatan akan lebih mudah terlaksana dan dapat berjalan
dengan lancar atas dukungan dari semua pihak.9
Adapun faktor penghambat yang dirasakan oleh RISMA seperti,
kurangnya antusias remaja mudah terbawa arus pergaulan sehingga jumlah
anggota RISMA menurun. Karena perkembangan zaman dan teknologi saat
ini banyak hal-hal yang masuk cenderung negatif. Seperti banyak dari remaja
yang menghabiskan waktunya berjam-jam di warung internet (WARNET) dan
Rental playstation (PS). Sehingga remaja sudah terpengaruh dengan hal itu
dan mengabaikan kegiatan-kegiatan Islami yang membawa dampak jenuh
menurut mereka. Tetapi inilah langkah yang bagus untuk remaja musholah
untuk mengajak mereka perlahan demi perlahan.
Selain itu hambatan yang dirasakan yaitu keterbatasan dana, dana
merupakan hal yang sangat penting dalam setiap organisasi untuk
melaksanakan suatu kegiatan, meskipun kegiatan tersebut bersifat
kemanusiaan dan dalam hal berdakwah. Tetap saja tidak akan berjalan efektif
apabila dana yang diperlukan tidak ada, maka tetap saja dana merupakan hal
yang penting untuk keberlangsungan suatu kegiatan.
Seperti itulah faktor-faktor pendukung dan penghambat RISMA, kemajuan
dan kemunduran yang perlu mendapat perhatian yang serius. Kemajuan yang
dirasakan, sangat perlu untuk disyukuri dan harus terus dipertahankan serta
lebih dikembangkan kembali. Sedangkan hambatan yang dialami, harus segera
diatasi, tentunya dengan berusaha dan berdoa selalu opitimis. Dengan
demikian, kedua faktor diatas akan menjadi suatu tantangan yang harus
9 Asmuni Sudrajat, Ketua RISMA, Wawancara Pribadi, 20 juni 2013. 14:00 WIB
68
dihadapi RISMA sebagai juru dakwah dalam menghidupkan Islam dan semua
itu dijalankan RISMA dengan penuh kesabaran serta kekompakan antar
anggota dengan kerja sama yang baik.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap warga sekitar,
mengenai hasil yang dirasakan dalam pembinaan, warga merasakan remaja
sekitar saat ini lebih aktif dalam mengikuti kegiatan keIslaman. RISMA
merupakan organisasi yang memberi nilai positif terhadap remaja sekitar.
Dengan adanya RISMA kampung sawangan terlihat sangat hidup. Jika
dibandingkan dengan kampung lain remaja Sawangan Poncol ini jauh dari
cerita-cerita yang barbau negatif.10
Dari hasil wawancara kepada para remaja, mereka sangat terbina dengan
adanya program atau kegiatan keagamaan yang dibuat oleh RISMA. mereka
merasakan bertambahnya ilmu agama serta pengetahuan mengenai agama,
mereka dapat belajar beroganisasi dan yang jelas mereka merasa lebih dekat
dengan Allah SWT. Dan dengan adanya pembinaan sholat dari ustadz disana
mereka dapat memahami dan menjalankan sholat fardhu lebih baik lagi.11
Materi yang diminati para remaja berbeda-beda, setiap remaja mempunyai
materi favorit sendiri ada yang lebih menyukai materi tajwid, fiqih dan
ceramah agama, namun yang paling banyak diminati yaitu materi agama yang
disajikan menggunakan media audio visual karena dianggap lebih menghibur
dan lebih mudah difahami.
Metode yang digunakan para dai juga bermacam-macam, karena RISMA
juga mempunyai banyak da’i untuk mengisi pengajian. Seperti ustadz Amil
10
Andi Ibrahim, Wawancara Pribadi, Rumah Pak RT, 22 September 2013 11
Eti Sarah, Wawancara Pribadi, Di Musholah Al-Hidayah, 28 Juni 2013
69
Mishar, beliau menyampaikan materi dengan menggunakan metode bil lisan
(lisan), dan seperti ustadz Iwan yang menyampaikan materi dengan
menggunakan metode bil qalam (media).
Tanggapan para remaja kepada para ustadz dapat dikatakan baik karena
para ustadz sendiri pun sudah mengenal anak remaja di lingkungan tersebut.
Jadi, mereka sangat menghormati. Tetapi terkadang jika ustadznya
membawakan materi yang membosankan remaja tersebut malas untuk mengaji
atau kurang antusias.
Dalam efektifitas dakwah yang dijalankan RISMA disini adalah dimana
setiap mengadakan kegiatan dakwahnya, RISMA selalu mempertimbangkan
antara keadaan, mulai dari keadaan da’I atau mad’unya serta waktu yang
tersedia, agar dakwahnya berjalan dengan efektif.
Hal ini sesuai dengan asas strategi dakwah yang bernama asas efektifitas
dan efisiensi, yaitu asas yang dalam aktifitas dakwahnya harus dapat
menyeimbangkan antara baik, waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya.
Dalam hal ini, dapat dilihat pada kegiatan mingguan yang diadakan
RISMA. Kegiatan pengajian mingguan yang dibentuk oleh RISMA dibuat
dengan mempertimbangkan da’Inya, yaitu dimana setiap minggunya ustadz
yang menyampaikan materi berbeda-beda, dimana hal ini tentunya
memperhatikan kondisi jadwal da’i. Kemudian dari segi mad’u, ada beberapa
alasan mengapa diadakan mingguan, karena untuk memaksimalkan kegiatan
di malam hari kepada hal yang positif.12
12
Observasi langsung, 20 Juli 2013, Di Musholah Al-hidayah
DAFTAR PUSTAKA
Absul, Muhamad Nur Khafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung:
Al-Bayan, 1997
Alawiyah, Tuty, Strategi Dakwah Di kalangan Majelis Ta’lim, Bandung: Mizan
1997
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah 2009
Amsyari, Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, Bandung : Mizan.
1990
Arbi, Armawati, Dakwah Dan Komunikasi, Cet 1, UIN Jakarta Press
Arifin, M, Kapita Seletja Pendidikan (Islam Dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara
1993
Arifin. M, M.Ed, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi
Aksara, 1993
Aripudin, Acep & Sambas Syukriadi, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar
Budaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana 2004
Badudu, Js, Kamus Umum Bhs Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan ; 1994
Bugin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta; Prenada Media Group,2005
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka,1997
Derajat, Zakiah, Problematika Remaja Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang 1978
Effendi ,Onong Uchjana, Teori Dan Praktek Ilmu Komunikasi, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1992
Ghazali, M. Bahri, Komunikaif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997
Hadari, Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan Yogyakarta : Gajah
Mada Universitas Press, 2000
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008
Ismail, A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekontruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, Jakarta: Penerbit Madani, 2006
Masrap, Suhaemi, Khutbah Jum’at Pilihan Anda. Surabaya: Karya Utama, 1985
Moleong, Lexy j. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007
Muhtaram, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amin Press
Dan IFKA,1966
Nurhasanah, Fitriani, Strategi Dakwah Dkm Al-Qalam Depok, (Manajemen
Dakwah 2012)
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota, Evaluasi Terhadap Existansi Bapinroh,
Jakarta: Badan Pembinaan Pegawai Bapinroh, 1995
Poerdaminta, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1985
Proyek Penerangan Bimbingan Dan Dakwah, Khutbah Agama Islam Pusat
Risalah Metodelogi Dakwah Terhadap Narapidana, Jakarta: 1978
Sa’id Bin Ali Bin Wahif Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta:
Gema Insani Press, 1994
Sarwono, Sarlito, Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Press,2000
_______, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Press 1991
Shaleh, A. Rasyid, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997
Siswanto.Ir, Panduan Praktis Remaja Masjid, Jakarta: 2005
Surybroto B, Mengenai Metode Pengajaran Di Sekolah Dan Pendekatan Baru
Dalam Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: amarta 1986
Syamsudin, Din, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, Jakarta:
Lagos, 2000
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Penerbit Al-Ikhlas
Surabaya-Indonesia
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2002, ed-3, cet ke-2
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtar Baru Van Hoevel, 1994, cet
ke-3
Usman, Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia Dan Pembangunan Dalam
Islam, Jakarta: Firma Jakarta,1998
Wawancara pribadi Asmuni sudrajat, ketua RISMA
Wawancara Pribadi Bapak Mustofa, Pembina RISMA
Wawancara pribadi ustadz Iwan Edi, Pembina RISMA
Widjaja H. A. W., Komunikasi Dan Hubungan Kemasyarakatan, Jakarta: Bumi
Aksara, 1997
Wikipedia. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Musala, di akses 25 April 2013, 12:05
WIB
Zaidan, Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah 1984
KEMENTERIAN AGAMAUI.{IVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7432728 / 74703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: umv.fdkuiniakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
NomorLampiranHal
: Un.0 1/F5 1PP.ss.9 14{t[:D013
: Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Pengurus Pengajian Remaja IslamMushalah Al-Hidayah (zuSMA)Sawangan, Depokdi
Tempat
As s alamu' alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Agustus 2013
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa:
NarrraNomor PokokTempaVTanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
Sehubungan dengan itu,menerima/mengizinkan mahasiswadimaksud.
Diah Maulidia1 0905 I 000099Bogor,08 Oktober 1991IX (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran Islam (Kn9,Jl. Raya Muchtar RT 01/07 Sawangan Depok
dimohon kiranya Bapak/Ibr.r/Sdr. dapatkami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalamrangka penulisan skripsi berjuCul Strategi Dabwah Pengajian Mushalah Al-Hidoyah(RISMA) dalam Pembinaan Keagamoan pada Remaja di Sawangan Kota Depok.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
LI/ s s al amu' al aikum Wr. I(b.
Dekan,
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Subhan, MA1 l0 199303
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adarah selaku ketua pengajian
Remaja Musholah Al-Hidayah (zusMA), Menyatakan bahwa Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatrrllah Jakarta:
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Diah Maulidia
109051000099
Komunikasi Penyiaran Islarn
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Pada bulan Mei 2013 sampai selesai telah melakukan penelitian /wawancara untuk trahan penelitian data skripsi di Pengajian Remaja Musholah
Al-Hidayah (RISMA). Adapun skripsi yang ditulis berjudul Sirategi Dakwah
Pengajian Remaja Musholah At-Hidayah (zusMA) dalam pembinaan
Keagamaan pada Remaja di Sawangan Depok.
Demikianlah surat keterangan ini kami buat, agar clapat diketahui dan
di gunakan sebagaimana mestinya.
r;:*tu{g\9:
q c;-
i 'i.
{.v-c
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dengan : Bpk. Mustofa Dwi Putra
Waktu : 29 Mei 2013 , pukul : 19.00 WIB
Pekerjaan : Wiraswasta
Peranan dalam masyarakat : Pembina RISMA
Tempat :Kediaman Narasuber
1. Bagaimana sejarah berdirinya pengajian RISMA?
Jawab : Awal berdirinya pengajian RISMA bermula dari hasil musyawarah
para remaja yang ingin membangun spiritualitas remaja dengan meningkatkan
pengetahuan agama serta pengamalannya dan ingin melibatkan remaja
kedalam suatu kegiatan positif agar ikatan tali silaturahmi terus terjaga.
2. Apa visi dan misi pengajian RISMA?
Jawab :Setiap generasi pasti mempunyai visi dan misi yang berbeda tapi
msih terikat kedalam satu tujuan yaitu ingin menciptakan generasi muda
berakhlatul karimah serta menerapkan amar ma’ruf nahi munkar.
3. Apa tujuan diadakan pengajian ini?
Jawab: Tujuannya masih berkaitan dengan bermula terbentuknya RISMA,
agar remaja sawangan bisa mendalamkan pengetahannya mengenai agama dan
RISMA menjadi suatu wadah untuk menyiarkan dakwah serta wadah untuk
bersilaturahmi antar remaja.
4. Bagaimana perkembangan pengajian RISMA saat ini?
Jawab : kalau berbicara perkembangan RISMA saat ini, memang cukup
berbeda dengan risma pada waktu dulu. Seiring perkembangan zaman dan
teknologi saat ini membuat para remaja lebih mementingkan ego atau bisa
dikatakan gengsi untuk menghadiri pengajian ini. kepedulian remaja akan
pengajian ini sudah berkurang, namun tak sedikit juga remaja yang masih
peduli dengan pengajian ini. jika berbicara tentang metode yang digunakan
saat ini RISMA sudah cukup canggih, karena dapat menyajiakan sajian materi
dengan berbagai metode dari metode ceramah, diskusi sampai dengan
menggunakan media proyektor.
5. Apa peran pengajian RISMA terhadap masyarakat sekitar?
Jawab : Sebagai wadah untuk membantu masyarakat dalam membina anak
remajanya, dan menciptakan lingkungan yang penuh kerohanian.
6. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan untuk mewujudkan visi dan misi RISMA?
Jawab: Mengajarkan pengetahuan agama serta melibatkan remaja ke dalam
kegiatan positif.
7. Menurut anda strategi dakwah yang dijalankan RISMA apakah sudah
berhasil?
Jawab : Sudah cukup baik, namun harus perlu ditingkatkan dan diperbaiki.
8. Bagaimana cara pembinaan yang anda lakukan terhadap Remaja di lingkungan
sekitar?
Jawab : dengan cara menanamkan pendidikan agama sejak dini, tentunya
dasar-dasar agama islam seperti sholat, mengaji lalu berlanjut pembinaan-
pembinaan agama sesuai zamannya, seperti bagaimana cara membatasi diri
dari pergaulan yang sudah sangat berkembang.
9. Adakah perubahan sikap secara individu maupun lingkungan yang terjadi
karena mengikuti kegiatan dakwah tersebut?
Jawab : Kita belum pernah mengukur hal tersebut, namun sampai saat belum
pernah terdengar remaja di lingkungan sawangan terlibat hal-hal negative.
Yang di wawancarai : Pewawancara
Bpk.Mustofa Diah Maulidia
Wawancara dengan : Asmuni Sudrajat
Jabatan : Ketua RISMA
Waktu : 27 Mei 2013, pukul : 15.00 WIB
Tempat tanggal lahir : Bogor, 20 Februari 1990
Pekerjaan : Mahasiswa
Tempat : Mushalah Al-Hidayah
1. Apa Strategi yang RISMA punya untuk meningkatkan pengamalan para
remaja?
Jawab : strategi yang di gunakan sangat sederhana, kita mengajakpara remaja
agar aktif ke dalam kegiatan keagamaan seperti bekerja bakti, melibatkan
remaja serta masyarakat dalam perayaan hari besar islam. Dalam penyajian
materi kami memiliki beberapa taktik atau cara, berupaya berinovasi agar
jamaah tidak jenuh.
2. Bagaimana bentuk-bentuk strategi tersebut?
Jawab : disini kita mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan umum.
Pengetahuan umum disini bukan seperti pelajaran yang ada di sekolah, tetapi
pengetahuan-pengetahuan umum yang sedang trend saat ini. kita disini
khususnya para pengurus juga berupaya untuk mengajarkan remaja untuk
berwirausaha kecil-kecilan seperti membuat kerajinan yang nantinya hasil
penjualan akan di masukan untuk uang kas, namun kegiatan yang ini sedikit
kurang lancar mengingat keterbatasan skill sehingga kita kurang berinovasi
dalam membuat karya yang baru. Begitu juga dengan keterbatasan dana.
3. Apakah kegiatan dan program RISMA sudah berjalan dengan baik?
Jawab : jika ditanya baik atau tidak, kita merasa masih banyak kekurangan
namun kita akan selalu berupaya dan tidak berhenti sama-sama mencari solusi
guna meningkatkan kualitas remaja desa Sawangan.
4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan dakwah ini?
Jawab : mengenai faktor pendukung, saya kira dukungan masyarakat dan
orang tua itu sangat penting dan al-hamdulillah itu semua saat ini sangat baik,
setiap RISMA ingin mengadakan suatu acara dukungan mereka sangat baik.
Serta kerja sama antar remaja pun sangat baik walaupun dia bukan anggota
pengajian RISMA. dan faktor penghambat, banyak remaja yang tingkat
kehadirannya masih labil, kesadaran akan pentingnya pengetahuan agama
sangat minim. Tapi ini adalah tantangan untuk pengajian RISMA agar terus
berupaya memperbaiki kualitas pengajian ini.
5. Bagaimana dukungan masyarakat atas kegiatan RISMA?
Jawab : Alhamdulillah masyarakat umumnya dapat menerima dengan baik
serta dukungan penuh yang selalu diberikan bail moril maupun materil.
6. Apa harapan anda terhadap RISMA?
Jawab :Harapan saya terhadap RISMA ini adalah semoga RISMA tetap eksis
sepanjang zaman, yang bisa terus mengajak dan mendorong remaja menjadi
lebih baik lagi yang berpedoman terhadap Al-qur’an dan hadist serta
menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan dapat bermanfaat bagi orang lain
dalam mengedepankan ketaqwaan, keimanan dan akhlakul karimah.
7. Apakah terdapat perubahan yang terjadi kepada anggota setelah mengikuti
kegiatan RISMA?
Jawab : sampai saat ini kami masih belum mengukurnya, namun sampai saat
ini remaja di sawangan khususnya lingkungan RT 01-02 masih baik-baik saja.
Tidak terdengar remaja yang membuat kenakalan yang serius seperti narkoba,
tauran dan lain-lain. Namun yang bisa dirasaanSaat ini sudah banyak remaja
yang sadar akan sholat berjamaah, karena semenjak adanya pengajian ini
musholah sekarang banyak diisi oleh remaja
8. Apakah seluruh remaja dan pemuda RT. 01-02 /07 cukup antusias mengikuti
pengajian RISMA?
Jawab : ya, menurut saya sangat antusias, terbukti dengan adanya kehadiran
mereka yang cukup banyak menandakan adanya antusias yang baik mereka
dalam mengikuti pengajian.
Yang di wawancarai : Pewawancara
Asmuni Sudrajat Diah Maulidia
Wawancara dengan : Bpk. Ustadz Iwan Edi
Jabatan : Pembina RISMA
Waktu : 04 Juni 2013, pukul : 19.00 WIB
Pekerjaan : Pengajar
Peranan dalam masyarakat : Pembina RISMA
Tempat : Kediaman NaraSumber
1. Strategi apa yang RISMA jalankan dalam pembinaan keagamaan?
Jawab :Jika berbicara mengenai strategi RISMA dalam pembinaan
keaagamaan cukup banyak, segala kegiatan yang risma jalankan pasti
mempunyai tujuan yang baik kepada para remaja serta masyarakat sekitar.
Dalam merekrut anggota remaja risma membuat sebuah kegiatan gotong
royong musholah dengan tagline “bebenah musholah” dan bekerja bakti
lingkungan, kegiatan ini bertujuan agar para remaja lebih peduli dengan
lingkungannya dan berempati terhadap pengajian risma. selain itu risma juga
melakukan pendekatan yang lebih personal kepada orang tua anggota dengan
mengadakan pengajian bergilir di rumah anggota. Dalam hal ini bertujuan agar
orang tua dapat lebih dekat dan kenal terhadap pengajian RISMA. karena
disini, peran orang tua sangat penting juga. Selain itu dalam penyampaian
materi dakwah, kita menggunakan metode lain selain ceramah, kita mengikuti
zaman yang terus berkembang saat ini yang bertujan menarik minat remaja
agar mengikuti pengkajian agama.
2. Bentuk-bentuk strategi apa yang ada di RISMA?
Jawaban : Inovasi pengajaran tidak memakai metode ceramah saja namun
berdikusi yang melatih public speaking. Pokonya kita selalu mencari cara
dalam melakukan inovasi agar anggota tidak jenuh.
3. Apakah strategi yang RISMA gunakan sudah berhasil dalam berdakwah?
Jawab : Kalau dibilang berhasil kita belum dapat mengukur kesana, namun
kita sudah sama-sama bekerja keras. Jika dilihat dari metode pembelajaran
semua metode sudah RISMA jalankan, dari metode bil lisan, bil hal dan bil
qolam. Mengenai hasil sudah memang masih butuh waktu namun sejauh ini
kemajuan remaja dapat dilihat dari segi kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan selalu meriah dan kreatif dan musholah sudah banyak di isi oleh
anak-anak remaja sekitar.
4. Kegiatan apa saja yang ada di RISMA?
Jawab : Kegiatan hari besar islam seperti isra’ mi’raj, maulid Nabi, tahun baru
Hijriah. Semua remaja dan masyarakat dilibatkan sampai kegiatan sosial.
5. Mengapa RISMA memilih strategi tersebut dalam membina remaja?
Jawab : Karena semakin majunya perkembangan zaman kita harus pintar-
pintar berinovasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas RISMA dan
remaja di lingkungan Sawangan.
Yang di wawancarai Pewawancara
Ustadz. Iwan Edi Diah Maulidia
Wawancara dengan : Eti Sarah
Jabatan : Pengurus RISMA
Waktu : 28 Juni 2013, pukul : 19.00 WIB
Tempat tanggal lahir : 27 Agustus 1991
Pekerjaan : Mahasiswa
Tempat : Mushalah Al-hidayah
1. Sudah berapa lama anda mengikuti pengajian RISMA?
Jawab : Kurang lebih sudah 3 tahun.
2. Bagaimana menurut anda mengenai adanya pengajian RISMA?
Jawab : Pengajian ini sangat bermanfaat, karena selain disini kita menambah
pengetahuan agama juga disini kita dapat bersosialisasi dan mensharing
pengetahuan yang sedang update tentang apapun.
3. Apakah manfaat yang anda peroleh dalam pengajian ini?
Jawab : Dengan adanya pengajian ini saya dapat menuntut ilmu agama secara
gratis atau Cuma-Cuma tanpa dipungut dana, dan RISMA memiliki peran
sebagai wadah untuk kami berkreasi dan belajar berinspirasi dalam karya dan
pemikiran yang positif. Melalui organisasi ini kami merasa diakui oleh
masyarakat sebagai remaja dan pemuda yang baik.
4. Kegiatan apa yang paling anda suka?
Jawab : Kegiatan acara besar islam, karena setiap RISMA mengadakan acara
selalu meriah dan seru.
5. Penyajian materi apa yang anda suka? mengapa?
Jawab : Materi apa saja saya suka, karena setiap materi yang disampaikan
mempunyai keunikan dan sensasi masing-masing dari pengajar yang asik dan
penyampaian materi yang tidak membosankan.
6. Bagaimana pendangan anda terhadap para pengajar di RISMA?
Jawab : para pengajar disini sangat asik, bisa menempatkan dirinya ketika
sedang mengajar maupun ketika bertemu di luar majelis.
Wawancara dengan : Ahmad Pandu
Jabatan : Anggota RISMA
Waktu : 20 Juni 2013, pukul : 19.00 WIB
Tempat tanggal lahir : Depok, 20 Juni 1997
Pekerjaan : Pelajar
Tempat : Mushalah Al-hidayah
1. Sudah berapa lama anda mengikuti pengajian RISMA?
Jawab : Kurang lebih sudah 3 tahun.
2. Bagaimana menurut anda mengenai adanya pengajian RISMA?
Jawab : Sangat baik , yaitu untuk mempelajari dan memperdalam ilmu
mengenai agama islam , tidak hanya itu adanya kegiatan ini pun untuk
mengikat tali silaturahim antar anggota pengajian RISMA serta mempererat
hubungan antar pengajian daerah di Sawangan.
3. Manfaat apa saja yang anda dapat dari kegiatan RISMA?
Jawab: Meningkatkan pengetahuan tentang agama islam , belajar
bersosialisasi dengan seluruh anggota pengajian RISMA , dan meningkatkan
keberanian berbicara di depan muka umum.
4. Kegiatan apa yang paling anda suka?
Jawab : Kegiatan pemberian materi oleh guru pengajian yang disampaikan
melalui media audiovisual , hal ini tidak membuat para anggota pengajian
mudah bosan .
5. Materi apa yang anda suka? mengapa?
Jawab : Saya paling suka materi ceramah dan diskusi, ceramah yang diisi oleh
ustadz luar merupakan penyegaran agar pengajian tidak monoton dan
menjenuhkan, serta materi agama yang diisi oleh ustadz Iwan Edi juga
menjadi fovorit para jama’ah juga karena penyajiannya yang menggunakan
media audio visual dengan menayangkan video dan cuplikan film-film pendek
membuat kami tidak jenuh dan mudah difahami.
6. Bagaimana pendangan anda terhadap para pengajar di RISMA?
Jawab : ada beberapa ustadz yang asik dan membosankan tergantung dari cara
menyampaikan materinya. Tapi secara keseluruhan semuanya baik.
Wawancara dengan : Bpk. Ustadz misar
Jabatan : Pengajar dan penasihat RISMA
Waktu : 04 Juli 2013, pukul : 14.00 WIB
Tempat tanggal lahir :
Pekerjaan : Pengajar
Peranan dalam masyarakat : Penasehat RISMA
Tempat : Kediaman Narasumber
1. Dalam mengajar materi apa yang bapak sampaikan?
Jawab : Ilmu Tajwid dan fiqih.
2. Seberapa penting peran strategi dalam menyampaikan dakwah?
Jawab : Sangat penting, karena dalam berdakwah dibutuhkan inovasi dalam
penyampaian dan cara agar materi dakwah bisa sampai kepada mad’u dengan
baik.
3. Bagaimana metode yang anda sampaikan? Apakah metode anada sudah
berhasil?
Jawab : Metode prakek, karena tajwid itu harus praktek tidak sekedar teori
saja. Metode yang saya gunakan sepertinya berhasil, terbukti pengajian kami
sudah diikuti oleh 80% dari remaja dan pemuda yang ada di wilayah kami.
4. Pembinaan apa yang anda terapkan kepada remaja sekitar?
Jawab : Mengajarkan ilmu Al-qur’an seperti tajwid sebagai modal dasar dalam
membaca Al-qur’an, fiqih juga ilmu dasar dalam menjalankan ibadah seperti
sholat.
5. Bagaimana perkembangan dari pengajian RISMA sekarang?
Jawab : Ada kemajuan, karena banyaknya kegiatan yang RISMA buat
membuat remaja sekitar semangat untuk menghadiri pengajian. Metodenya
pun saat ini sudah maju seperti ustadz yang menyampaikan materi dengan
media canggih memakai proyektor, itu salah satu membangkit minat remaja
untuk mengaji. Karena materi yang disampaikan berbeda dengan yang
lainnya.
6. Bagaimana langkah-langkah strategi dakwah yang dilakukan oleh RISMA?
Jawab: Dalam hal ini langkah-langkah strategi yang dilakukan oleh RISMA
cukup efektif, karena strategi yang dilakukan RISMA terarah dan terencana
dalam setiap melakukan kegiatan dakwahnya terhadap para remaja agar
menjadi remaja muslim yang benar-benar mengetahui dan memahami serta
melaksanakan ajaran agama islam. Meskipun masih banyak yang perlu
dibenahi dalam meningkatkan strategi dakwahnya yang lebih baik lagi dan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan oleh pengurus RISMA, tetapi
pada dasarnya RISMA sudah berhasil menghimpun para remaja atau anggota
untuk ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan RISMA.
LAMPIRAN FOTO
persiapan baksos
Kegiatan baksos
pelatihan marawis
para pengurus dan sebagian anggota RISMA
antusias warga pada acara maulid nabi SAW
Kegiatan lomba mewarnai, memperingati isra’ mi’raj
RISMA membuat komunitas pengajian di Facebook untuk sharing seputar agama dan pengetahuan
maupun memudahkan para pengurus dan anggota dalam mengundang acara.
penulis dengan pak ustadz Iwan Edi.
penyampaian materi dengan menggunakan media audio visual.