Strategi Pemasaran Efektif

15
Strategi Pemasaran efektif di ASEAN Pada saat Menteri Perekonomian Hatta Rajasa menghadiri pertemuan ASEAN Economic Community Council (AECC) ke-9 di Brunei Darussalam bulan April 2013 lalu. Pak Hatta menegaskan Indonesia harus siap menghadapi komunitas masyarakat ekonomi ASEAN di 2015. Tahun 2015 tinggal 2 tahun dari sekarang, pertanyaannya apakah Indonesia siap menghadapi kompetisi dari sesama negara ASEAN ? Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) merupakan sebuah kesepakatan antara anggota ASEAN yang bertujuan untuk menghimpun negara-negara ASEAN ke dalam sebuah pasar tunggal. Konsekuensi logis dari rencana ini adalah adanya pasar bebas (Free Trade Area) antara Negara-negara anggota ASEAN. Ide Masyarakat Ekonomi ASEAN ini sudah di rintis sejak 10 tahun lalu, ide awal nya muncul pada saat KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 atau biasa disebut Bali Concorde II. Tujuannya sih mulia yaitu untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN. Ada 4 area yang menjadi pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN yaitu : Pasar tunggal dan basis produksi Wilayah ekonomi yang berdaya saing tinggi Menjadi Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang seimbang

Transcript of Strategi Pemasaran Efektif

Page 1: Strategi Pemasaran Efektif

Strategi Pemasaran efektif di   ASEAN Pada saat Menteri Perekonomian Hatta Rajasa menghadiri

pertemuan ASEAN Economic Community Council (AECC) ke-9 di

Brunei Darussalam bulan April 2013 lalu. Pak Hatta menegaskan

Indonesia harus siap menghadapi komunitas masyarakat

ekonomi ASEAN di 2015.

Tahun 2015 tinggal 2 tahun dari sekarang, pertanyaannya

apakah Indonesia siap menghadapi kompetisi dari sesama

negara ASEAN ?

Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community)

merupakan sebuah kesepakatan antara anggota ASEAN yang

bertujuan untuk menghimpun negara-negara ASEAN ke dalam

sebuah pasar tunggal. Konsekuensi logis dari rencana ini adalah

adanya pasar bebas (Free Trade Area) antara Negara-negara

anggota ASEAN.

Ide Masyarakat Ekonomi ASEAN ini sudah di rintis sejak 10

tahun lalu, ide awal nya muncul pada saat KTT ASEAN ke-9 di

Bali tahun 2003 atau biasa disebut Bali Concorde II. Tujuannya

sih mulia yaitu untuk meningkatkan daya saing kawasan,

mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan

meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN.

Ada 4 area yang menjadi pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN yaitu

:

Pasar tunggal dan basis produksi

Wilayah ekonomi yang berdaya saing tinggi

Menjadi Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang

seimbang

Menuju integrasi penuh dengan ekonomi global.

Page 2: Strategi Pemasaran Efektif

Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN nantinya

tiap negara ASEAN akan mengurangi hambatan tarif seminimal

mungkin hingga mencapai nol persen. Dari sisi Indonesia artinya

dengan di implementasikannya pasar tunggal ASEAN berarti

arus barang impor dari Negara-negara anggota ASEAN lain akan

bebas masuk ke Indonesia.

Keuntungan dan Tantangan Indonesia menjelang MEA

2015

Di mata korporasi korporasi dunia, Indonesia dan ASEAN adalah

kawasan yang paling menjanjikan, baik dari sisi jumlah

penduduk maupun daya beli yang terus meningkat.

Di antara negara ASEAN, Indonesia merupakan pasar terbesar

dimana Sepertiga potensi pasar ASEAN ada di Indonesia.

Ditambah lagi pertumbuhan daya beli masyarakat Indonesia

yang terus menerus meunjukkan peningkatan tajam, ini juga

berkat pertumbuhan kelas menengah Indonesia yang setiap

tahunnya nambah 7 juta orang. Kalau di ibaratkan ASEAN ini

adalah sekumpulan gadis cantik, maka Indonesia adalah

Monalisa nya, yang tercantik di antara yang cantik.

Sebagai negara terbesar di ASEAN dengan populasi 250 juta

penduduk dan di support dengan kekayaan alam berlimpah,

adalah sangat absurb kalau Indonesia hanya bersikap pasif dan

pasrah menghadapi serbuan produk dari negara negara ASEAN

lain. Jangan sampai pengusaha dan Industri Indonesia bukannya

jadi tuan rumah, malah jadi penonton di negara sendiri.

Bagaimana Memenangkan Persaingan menghadapi

kompetitor ASEAN

Untuk bisa memenangkan persaingan dengan perusahaan

perusahaan ASEAN lainnya, ada beberapa hal yang harus segera

dilakukan korporat Indonesia.

Page 3: Strategi Pemasaran Efektif

Pertama, Mulai dengan merubah Pola Pikir atau Mindset.

Kita jangan lagi terlena masa lampau yang penuh proteksi

ataupun hanya fokus mengandalkan pasar Indonesia  yang besar

ini dimana dikalangan pengusaha Indonesia masih banyak yang

punya mindset “Ngapain susah susah mikirin ekspor, jualan ke

pasar lokal saja tidak habis habis….”,

Menjelang Pasar bebas ASEAN, kompetisi akan semakin

ketat, this is not business as usual anymore ! dimana untuk

memenangkan kompetisi melawan korporasi dari negara ASEAN

lain diperlukan mental agresif menyerang, bukan mental pasif

bertahan.

“The Best Defense is  a good and aggressive Offensive” begitu

kata pepatah, untuk bertahan kita harus berani menyerang,

bukan hanya menjadi local champion tapi juga berani

berkompetisi  dengan masuk ke negara negara lain dan

menjadi champion in other country sambil merintis jalan

menjadi Regional ASEAN champion.

Ini bukan cita cita mustahil, namun di perlukan keseriusan, kerja

keras, komitmen dan konsistensi korporat dan marketer

Indonesia untuk mewujudkan cita cita ini.

Pengalaman saya tinggal dan bekerja di berbagai negara ASEAN

selama bertahun tahun memperlihatkan betapa cuek nya

korporat dan pengusaha Indonesia untuk menggarap pasar

internasional. Jangankan pasar Internasional, menggarap pasar

ASEAN yang ibaratnya masih di pekarangan rumah belakang

pun terlihat terseok seok dan tidak bersemangat.

Sebagai contoh, ketika saya ditempatkan di Vietnam tahun 2003-

2006, saya Cuma liat tidak sampai seratus perusahaan Indonesia

yang melakukan investasi atau buka kantor di Vietnam,

bandingkan dengan negara tetangga kita Malaysia dan

Page 4: Strategi Pemasaran Efektif

Singapura yang punya ratusan bahkan seribu lebih korporat

yang masuk membuka pasar Vietnam, sebagai Informasi, pasar

Vietnam bukanlah pasar kecil dan ecek ecek, dengan populasi 80

juta penduduk, Vietnam adalah salah satu rising star economy di

ASEAN.

Pilih Produk yang Pas

Walaupun keliatannya mirip, konsumen ASEAN sesungguhnya

punya kultur dan selera yang berbeda dalam berbelanja.

Carilah produk atau service yang pas, yang kira kira bakal di

minati dan bakal laku di negara yang di tuju. Misalnya untuk

produk makanan : Produk mie Instan rasa Indonesia cocok

dengan selera konsumen Malaysia namun kalau mau sukses di

Thailand atau Filipina, taste nya harus di adjust sesuai selera

lokal. Selera Rasa coklat tiap negara ASEAN agak mirip sehingga

produk wafer coklat Beng Beng bisa menguasai pasar Thailand,

Vietnam, Malaysia dan juga merupakan pemain kuat di Filipina.

Dari segi packaging, Marketer Indonesia harus jeli juga

membaca purchase habit konsumen di tiap negara, misalnya

produk deterjen bubuk, pasar Indonesia, Filipina dan Vietnam

agak mirip dari sisi purchase habit consumer yang banyak

membeli deterjen bubuk dalam bentuk kemasan kecil, bahkan

sachet 32 gram, sedangkan konsumen Malaysia, Singapura dan

Thailand lebih suka membeli kemasan besar 1 kg – 2 kg karena

lebih praktis dan secara  value per gram nya lebih murah

dibandingkan beli kemasan renceng.

Untuk produk kuliner, kenapa kita harus pasif menunggu  Tom

Yam Kung nya Thailand, Singapore Laksa atau Nasi Kandar nya

Malaysia menyerbu Indonesia, seharusnya dengan kekayaan

kuliner Indonesia, kita bisa jadi pemain besar kuliner di ASEAN,

Page 5: Strategi Pemasaran Efektif

ini sudah dibuktikan donat J.Co yang sukses menaklukkan pasar

Singapura, Malaysia dan Filipina begitupula dengan Resto

Bumbu Desa yang sukses di Malaysia dan Kedai Baba Rafi yang

juga sudah merambah ke berbagai negara ASEAN.

Ketiga, Pentingnya Investasi Merek

Di bandingkan dengan negara maju yang pertumbuhan pasar

Private label nya lebih bagus dari branded items atau kawasan

Timur tengah dan Afrika yang lebih kurang peduli akan brand,

konsumen ASEAN boleh dibilang sangat Brand concious, melek

merek. Ini  bisa di lihat dari padatnya jumlah iklan di semua

media, dari media cetak, Televisi hingga media luar ruang

(outdoor).

Pengalaman saya menggarap beberapa produk di ASEAN

meyakinkan saya bahwa investasi merek adalah sangat penting

dilakukan oleh korporat dan brand owner Indonesia, dan ini akan

menguntungkan tidak saja untuk mendapatkan short term sales

tapi long term investment.

Investasi merek tidak mesti mahal atau harus menggunakan

medium TV, masih banyak lagi media yang bisa di gunakan untuk

melakukan komunikasi merek, termasuk Media on line dan social

Media. Yang di penting adalah keseriusan, konsistensi dan

komitmen pemilik merek Indonesia dalam melakukan investasi

merek di negara negara tujuan ekspor mereka.

Ke empat, Investasi sumber daya Manusia

Setelah punya produk yang pas dengan harga yang kompetitif,

maka tidak kalah pentingnya adalah pengembangan sumber daya

manusia.

Page 6: Strategi Pemasaran Efektif

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau Indonesia di kenal salah

satu eksportir TKI terbesar di regional ini, selain Filipina, namun

lebih dari 90% Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri adalah

tenaga kerja sektor informal atau buruh, dan ironisnya “import”

pekerja justru di sektor tenaga kerja terdidik dan terlatih alias

expatriate. Sebagai contoh tenaga kerja Filipina di Indonesia, di

perkirakan tidak kurang dari 1000 tenaga kerjaterdidik filipina

bekerja di Indonesia padahal sebagian besar posisi yang di

tempati expat itu  juga bisa di kerjakan orang Indonesia.

Salah satu kunci memenangkan persaingan di era Pasar bebas

ASEAN adalah dengan memiliki kualitas sumber daya manusia

yang baik, dengan adanya pasar bebas ASEAN, setiap Individu

warga negara ASEAN bisa bebas bekerja di negara manapun

tanpa restriksi artinya profesional Indonesia harus siap

bersaingan dengan profesional Singapura, Malaysia, Filipina

atau Thailand dalam merebut posisi posisi strategis di

perusahaan perusahaan yang beroperasi di negara negara

ASEAN. Jangan sampai pekerja pekerja Indonesia cuka kebagian

posisi staf sementara posisi manajer dan direktur di rebut oleh

profesional negara lain.

Inilah waktunya intropeksi, kita Cuma punya waktu 2 tahun

untuk menyiapkan tenaga profesional terdidik dan terlatih, yang

bukan saja siap berkompetisi memperebutkan posisi strategis di

korporat Indonesia, namun juga berani bersaing untuk berkarir

dan menjadi profesional di negara ASEAN lain.

Kelima, Pentingnya konsistensi.

Saya serng mendengar joke kalau orang Indonesia sering

konsisten dalam ketidak konsistenannya, it is a sad joke but often

it’s true.

Page 7: Strategi Pemasaran Efektif

Selama hampir dua dekade saya terlibat melakukan business

deal, baik di level regional dan international, sudah sangat sering

saya melihat ketidak konsistenan kita, bukan Cuma urusan

ngaret dalam meeting appointment tapi juga  inkonsisten dalam

banyak hal, dari hal hal menyangkut waktu misalnya waktu

pengiriman order ekspor yang sering meleset, menyangkut

kualitas dimana seringkali produk sample dibuat jauh lebih

bagus dari real production nya , juga seringkali konsistensi kita

dalam men deliver komitmen di pertanyakan oleh buyer luar

negeri.

Istilah “hangat hangat kotoran ayam” saya rasakan sering di

implementasikan pengusaha Indonesia dalam business relation,

keliatan serius dan semangat di awal project namun sebentar

saja melempem, kurang fighting spirit, kurang daya tahan.

Dalam berbagai pameran di luar negeri yang saya ikuti, saya

sering bertemu pengusaha Indonesia yang baru ikutan pameran

di luar negeri satu dua kali saja sudah langsung berharap dapat

order ekspor ber kontainer kontainer. Padahal business

deal perlu building trust dan ini tidak bisa di lakukan dalam satu

dua pertemuan dengan calon pembeli di luar negeri.

Sikap konsistensi akan sangat membantu pengusaha dan

marketer Indonesia dalam membuka jalur pasar di negara lain

dan build up reputation yang merupakan komoditi paling mahal

dalam International business.

Penutup

Jalan menjadi pemain regional itu memang tidak semudah

membalikkan telapak tangan, perlu perjuangan namun bukanlah

Mission Impossible, banyak jalur yang bisa di manfaatkan untuk

meilihat celah bisnis di negara ASEAN lain, misalnya dengan

mengikuti misi dagang atau ikut pameran di berbagai negara

ASEAN, baik lewat jalur ikutan pameran yang di organisir oleh

BPEN maupun organisasi independen swasta.

Page 8: Strategi Pemasaran Efektif

Cara lain adalah dengan berpartisipasi dalam event pameran dan

edukasi seperti Jakarta Marketing Week yang merupakan acara

tahunan The Markplus conference dari Markplus Inc, dimana

pengusaha dan marketer bisa belajar dari para business leader

maupun government official yang bersedia sharing ilmu dan

pengalaman mereka dalam mengelola brand maupun company.

Jangan lupa, Marketing Week ini juga akan di hadiri oleh lebih

dari 3.500 peserta dari berbagai industri, ini adalah ajang paling

pas untuk melakukan networking yang pasti berguna untuk

kemajuan usaha, baik saat ini maupun di masa depan.

Balikpapan – Pemerintah terus mendorong peran aktif  petani untuk meningkatkan daya

saing produknya. Hal ini terkait dengan kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN

Economic Community 2015 dimana kawasan ASEAN akan menjadi pasar tunggal

berbasis produksi tunggal. Dengan demikian, seluruh negara ASEAN harus melakukan

liberalisasi perdagangan dengan arus modal yang lebih bebas sebagaimana yang telah

digariskan dalam ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint.  Demikian dikatakan

Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA saat membuka Pertemuan Nasional Masyarakat

Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI) di Balikpapan pada (21/8/2013).

 

Mentan mengatakan, pasar bebas ASEAN berdampak cukup besar bagi semua sektor

perdagangan, termasuk sektor pertanian. Penurunan dan penghapusan tarif secara

signifikan yang dilakukan oleh pemerintah akan mengakibatkan semakin banyaknya

produk impor masuk ke Indonesia. Kondisi inilah yang cukup mengkhawatirkan karena

berpengaruh pada eksistensi produk lokal, peningkatan daya saing produk lokal sangat

diperlukan menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 mendatang.  

 

“Dalam era globalisasi perdagangan, mutu produk merupakan salah satu indikator

keberhasilan peningkatan daya saing produk pertanian yang dapat dijadikan sebagai non

tariff barier dalam menekan laju importasi, untuk itu dibutuhkan kesiapan petani

Indonesia meningkatkan hasil pertaniannya ,” jelas Mentan.

 

Mentan mencontohkan pada subsektor hortikultura Indonesia menghadapi beberapa

permasalahan, salah satu diantaranya adalah masih tingginya kehilangan hasil produk

hortikultura segar dalam perdagangan. Hal itu disebabkan oleh adanya serangan OPT

dan faktor fisiologis pada saat distribusi/pengangkutan dan penyimpanan, karena itu

perlindungan pascapanen produk hortikultura harus ditingkatkan.  

 

Page 9: Strategi Pemasaran Efektif

Selain masalah kehilangan hasil, saat ini  ketentuan Sanitary and Phytosanitary (SPS)

dan batas maksimum residu (BMR) untuk produk hortikultura semakin banyak dan berat.

Hal tersebut cukup menyulitkan ekspor produk hortikultura segar karena untuk

memenuhinya memerlukan pendekatan lintas sektor  bahkan dengan pihak-pihak luar

negeri.

 

Menghadapi masalah tersebut, Mentan berharap agar pertemuan nasional Masyarakat

Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia diharapkan dapat  menghasilkan

keputusan dan masukan yang solutif bagi masalah pertanian Indonesia ke depan.

 

Pada kesempatan tersebut, Mentan juga menekankan tekadnya mewujudkan

kemandirian pangan dengan melakukan peningkatan produksi dan produktivitas

komoditas pertanian. “Mengingat permintaan beras yang terus meningkat sementara di

lain pihak terjadi perubahan iklim global yang berdampak pada terganggunya produksi

pangan, maka pemerintah menaruh perhatian khusus terhadap masalah pangan ini,

apalagi menjelang dibukanya pasar bebas ASEAN dua tahun mendatang ” jelas Mentan.

 

Langkah strategis pengamanan produksi menghadapi dampak perubahan iklim tersebut

diantaranya dengan memanfaatkan informasi iklim yang bersumber dari Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang ada di masing-masing provinsi,

melakukan perencanaan budidaya sesuai iklim dan kondisi setempat, perencanaan dan

penyiapan sarana produksi (benih dan pupuk), penyiapan sarana penanggulangan,

penggunaan varietas umur pendek, dan varietas toleran terhadap kekeringan, dan

rendaman serta pemberdayaan petani dalam keadaan iklim ekstrim.

Sumber Berita: www.teraskreasi.com

http://eksim.deptan.go.id/setjenew/berita-hadapi-pasar-bebas-asean-petani-harus-tingkatkan-daya-

saing-produk-lokal.html#ixzz2n3xY4FHc

SEMINAR HPS KE-33 DI PADANG

PADANG, HALUAN—Di tengah upaya pemerintah untuk memperkuat kemandirian pangan berbasis

sumberdaya lokal, di sisi lain Indonesia juga harus mempersiapkan diri dalam menyongsong masya-

rakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community/AEC) yang tinggal kurang dari 2 tahun lagi.

Sedangkan pemberlakukan Pasar Tunggal ASEAN ini belum sepenuhnya menguntungkan petani

Indonesia.

Dilihat dari berbagai parameter daya saing, Indonesia relatif masih ketinggalan dibandingkan

sembilan negara ASEAN lainnya. Satu-satunya keunggulan Indonesia hanya segi penguasaan bahan

Page 10: Strategi Pemasaran Efektif

baku berbasis sumber daya alam, baik mineral maupun agro. Indonesia saat ini hanya menempati

posisi ke-6 dalam peringkat kesiapan negara ASEAN dalam menghadai Pasar Tunggal ASEAN 2015.

Padahal hampir separuh dari pasar ASEAN yang totalnya 600 juta jiwa  adalah penduduk Indonesia

(250 juta jiwa). Namun  demikian jika tak siap, Indonesia bisa menjadi pecundang, yang hanya akan

menjadi pasar bagi serbuan barang-barang impor terutama bahan pangan dan bukan menjadi pemain

dalam pasar itu sendiri.

Dengan memperhatikan daya saing RI yang rendah, harus ada upaya yang ekstra keras dari semua

pemangku kepentingan baik pemerintah di pusat dan daerah, dunia usaha, akademisi, dan masya-

rakat untuk secara cerdas meningkatkan daya saing Indonesia di pasar ASEAN dan mengantisipasi

dampak negative sebagai konsekuensi dari implementasi MEA 2015.

Hal itu terungkap dalam Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-33 dengan tema

“Optimalisasi Sumberdaya Lokal Melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan dan

Perbaikan Gizi Masyarakat Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean 2015” yang dibuka oleh

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, di Pangeran Beach Hotel, Senin (21/10).

Menghadirkan pemateri, Dr. Harianto (Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi), Dr. Ir.

Haryadi Himawan (Direktur Bina Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan), Dr. Achmad Poernomo

( Kepala Badan Litbang Kelautan dan Perikanan) serta Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan (SAM Bidang

Pangan dan Pertanian Kementerian Riset dan Teknologi).

Sedangkan bertindak sebagai moderator Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumbar Ir. Effendi dan

Prof. Dr. Achmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan. Dengan peserta  birokrat,

peneliti di lingkup kementerian pertanian, kehutanan, kelautan dan perikan, penyuluh, akademisi,

praktisi agribisnis, LSM dan masyarakat umum.

“Hampir setengahnya dari total 600 juta jiwa pangsa pasar ASEAN tersebut adalah penduduk dalam

negeri  yang sekitar 250 juta jiwa. Kalau 9 negara lainnya bersikap ofensif atau siap siaga

menyerang, sedangkan kita hanya bersikap defensive atau bertahan saja, maka kita bisa jadi serbuan

negara lain,” ujar Benyamin Lakitan salah satu pemateri.

Dikatakan Benyamin, memang benar idealnya harus ada hubungan timbal balik antara negara yang

tergabung dalam Pasar Tunggal ASEAN tersebut, yakni tak hanya jadi pasar namun juga pemain.

Namun pada kenyataannya, Indonesia lebih banyak hanya menjadi sasaran ketimbang pemain.

“Pada saat AEC berlaku, semua tarif-tarif bea masuk impor di semua negara bakal dihapus, dan ini

membuat pergerakan barang-barang di ASEAN bakal bergerak bebas tanpa halangan.  Dengan

terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ASEAN akan menjadi kawasan bebas arus

barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas tenaga kerja, dan bebas arus permodalan.

Ada lima sektor yang tak akan bisa dihambat masuk yakni industry manufaktur, pertanian, kehutanan,

kelautan dan pertambangan. Sementara itu kelima sektor itu pula yang kita besar potensinya yang

Page 11: Strategi Pemasaran Efektif

berarti semakin besar ancaman buat kita. Karenanya harus ada konsolidasi untuk menangkal

serangan tersebut,” tambahnya. (h/ita)

indonews.com - Dalam upaya mendorong konektivitasThe Association of Southeast Asian

Nations (ASEAN), negara-negara anggota didorong untuk segera mengimplementasikan

pembangunan infrastruktur guna memperkuat hubungan antar lembaga dan manusia atau

masyarakat.

Duta Besar Indonesia untuk ASEAN I Gede Ngurah Swajaya mengungkapkan, menjelang

diberlakukannya era pasar tunggal tahun 2015 mendatang, semua negara anggota mempersiapkan

diri  dengan baik. Konektivitas ASEAN sudah di depan mata, sehingga hubungan antar lembaga

maupun masyarakat harus diperkuat antar negara anggota.

Dalam kerangka itu, kata Swajaya, digelar pertemuan antar duta besar negara ASEAN dan mitra

wicara ASEAN lainnya di Bali selama tiga hari, mulai hari in.

"Pertemuan ini untuk mempersiapkan konektivitas ASEA. Jadi, bagaimana mendorong konektvitas itu

dengan pembangunan infrastruktur dan hubungan antara manusia di kawasan," ujar Swajaya dalam

keterangan resminya di Institute for Peace and Democracy (IPD), Jimbaran, Bali, Selasa

(12/11/2013).  

Tidak hanya pada penguatan infrastrukktur lembaga dan antar manusia, dia menuturkan, tak kalah

pentingnya adanya jaminan kelangsungan dari arus lalu lintas barang dan jasa di kawasan ASEAN.

Untuk itu, kata dia, harus dibangun interaksi atau hubungan kerja sama berbagai bidang di kawasan

ASEAN mulai kesenian, kebudayaan, ekonomi dan lain sebagainya.

Sementara pembahasan dengan mitra wicara ASEAN dilakukan dengan Amerika Serikat, Korea,

Kanada, Jepang, Australia, India dan lainnya. Arah pertemuan, bagaimana negara-negara mitra

wicara ASEAN itu bisa lebih meningkatkan perannya dalam membantu mengimplementasikan

proyek-proyek untuk konektivitas ASEAN, baik kelembagaan maupun antar manusia.

Hadir dalam pertemuan itu, Dubes Amerika untuk ASEAN David L Carden, Ketua IPD Ketut Putra

Erawan dan pejabat dubes lainnya.

 

Konektivitas ASEAN yang merupakan cetak biru bagi pembangunan kerja sama antar negara

anggota, diharapkan segara diimplementasikan oleh para kepala negara kawasan tersebut. Apalagi,

Page 12: Strategi Pemasaran Efektif

tahun 2015 ketika pasar tunggal terjadi yang ditandai tidak adanya bea masuk, arus lalu lintas barang

dan jasa yang semakin luas, sehingga hal itu akan menarik mitra negara ASEAN lainnya.

Pasar tunggal itu memungkinkan arus masuknya basis-basis produksi, maufactiring dan investasi

asing lainnya terus meningkat. Untuk menghubungkan itu, sambung Swajaya, ke depan ASEAN juga

mendorong penguatan infrastrutur, seperti jalan, pelabuhan maritim dan perhubungan udara.

ASEANsebagai pasar tunggal menjadi basis industri kompetitif dan merupakan pasar potensial Asia

Tenggara. "Jadi, kita merumuskan apa saja yang bisa dikerjakan untuk mempercepat cetak biru

ASEAN pada 2015 pascakomunitas ASEAN terbentuk," tutupnya.

Unhas Adakan Seminar Persaingan Indonesia Dalam Hadapi AEC 2015By iqbal_sultan - Posted on 14 November 2013

 

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Unhas bekerjasama

dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adakan Seminar Persaingan

usaha dengan tema “Ketahanan Pangan dan Kebijakan Persaingan Dalam

Menghadapi Pasar Bersama ASEAN”, Kamis (14/11) di ruang Senat lt. 2 Gedung

Rektorat Unhas. Seminar tersebut dirangkaikan dengan Memorandum of

Understanding (MoU) antara Unhas dan KPPU.

Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut Prof. Dr. Ir. H.M Saleh S. Ali,

M.Sc., Prof Dr Ir. Ambo Ala, Emil Abeng selaku Anggota DPR-RI Komisi VI,

Syarkawi Rauf Komisioner KPPU, Nawir Messi Ketua KPPU,  dan Hyelim Jang

director Korea Fair Trade Commision.

Prof. Dr. Dwia Aries Tina dalam sambutannya berharap agar seminar tersebut

menghasilkan pandangan yang bermanfaat karena seluruh hadirin Unhas

menyambut baik gagasan acara tersebut.

“Selama ini dikampus banyak gagasan yang membahas kekhawatiran kita

terhadap pasar bebas. Hal ini  harus kita siapkan dengan sebuah kesiapan.

Jangan sampai ketika warga menjadi penonton akademisi tidak melakukan

Page 13: Strategi Pemasaran Efektif

sesuatu. Disinilah saatnya mahasiswa dapat berperan untuk memperkuat fungsi

pengawasan pasar bebas,”tuturnya.

Dalam seminar yang membicarakan daya saing produk pertanian dalam

menghadapi Asean Economy Community (AEC) 2013 Prof. Saleh Ali menjelaskan

bahwa AEC 2015 bisa saja menjadi berkah bagi Indonesia namun sekaligus

menjadi petaka.

“AEC bisa menjadi petaka apabila produk pertanian kita tidak mampu bersaing

dengan produk pertanian dari negara Asean yang lain, Aliran modal dan

investasi dari luar hanya mengeruk hasil bumi danTenaga kerja terdidik menjadi

penonton di negaranya sendiri” kata Saleh Ali yang juga guru besar pertanian

Unhas.

Untuk itu Prof Saleh Ali mengungkapkan perlunya upaya mengoptimalisasi

sektor pertanian Indonesia di AEC 2015 dengan cara Memperkokoh konektivitas

antar wilayah untuk menjadi bagian di tingkat ASEAN, dan selanjutnya di tingkat

global, Memberi ruang  bagi setiap daerah untuk berkembang sesuai dengan

keunikan dan comparative advantage yang dimilikinya, Pengembangan innovasi

teknologi dan penyiapan infrastruktur pendukung dalam rangka meningkatkan

daya saing, harmonisasi prosedur, peraturan, dan standard yang menuju pada

peningkatan kualitas dan keamanan pangan (mengacu pada AEC Blueprint),

memasyarakatkan AEC sampai ke tingkat grass-root society.

Sejalan dengan itu, itu Emil Abeng yang juga membawakan materi dalam

seminar tersebut mengungkapkan kekhawatirannya melihat kondisi Indonesia

nantinya di AEC 2015. Menurutnya saat ini Indonesia berada pada kondisi defisit.

Kinerjanya semakin lama semakin menurun, lebih banyak impor dari pada

ekspor. Untuk menghadapi hal tersebut di perlukan adanya persiapan dan peran

generasi muda.

“Untuk menghadapi pasar bebas tersebut generasi muda harus menjadi titik

tumpu pembentukan generasi pemimpin ekonomi di masa depan yang

berwawasan politik global dan paham dengan konteks lokal.  Selain itu Generasi

muda harus mampu melihat ke luar (internasional) dan menyadari potensi di

dalam (regional, mis. Sulawesi Selatan),” Ungkapnya. (JP-AS)

Page 14: Strategi Pemasaran Efektif