Strategi Pelaksanaan - Copy

25
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi Sosial Pertemuan : 1 A. Proses Keperawatan. 1.Kondisi Klien terlihat sedang sendiri disudut ruangan dengan pandangan yang kosong. Kaki serta tangannya dilipat saat perawat menghampirinya. Klien hanya menjawab ya dan tidak,terlihat seperti tidak ingin ditemani dan klien mengatakan bahwa dirinya tidak suka berbicara dengan teman-temannya yang lain karena dirinya tidak gila 2. Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial 3. TUK/SP 1 a. Membina hubungan saling percaya. b. Menyadari penyebab isolasi sosial c. Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain. 4. Tindakan Keperawatan a. Membina hubungan saling percaya. 1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien. 2) Berkenalan dengan klien. Perkenalkan nama dan nam panggilan yang saudara sukai, tanyakan nama dan panggilan klien. 3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.

description

tes

Transcript of Strategi Pelaksanaan - Copy

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Isolasi SosialPertemuan : 1A.Proses Keperawatan.1.KondisiKlien terlihat sedang sendiri disudut ruangan dengan pandangan yang kosong. Kaki serta tangannya dilipat saat perawat menghampirinya. Klien hanya menjawab ya dan tidak,terlihat seperti tidak ingin ditemani dan klien mengatakan bahwa dirinya tidak suka berbicara dengan teman-temannya yang lain karena dirinya tidak gila2.Diagnosa KeperawatanIsolasi sosial3.TUK/SP 1a.Membina hubungan saling percaya.b.Menyadari penyebab isolasi sosialc.Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.4.Tindakan Keperawatana.Membina hubungan saling percaya.1)Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.2)Berkenalan dengan klien. Perkenalkan nama dan nam panggilan yang saudara sukai, tanyakan nama dan panggilan klien.3)Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.4)Buat kontrak asuhan keperawatan mencangkup hal- hal seprti apa-apa yang saudara akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya.5)Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi.6)Tunjukkan setiap empati terhadap klien setiap saat.7)Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan.b.Menyadari penyebab isolasi sosial1)Tanyakan siapa saja orang yang tinggal satu rumah dengan klien2)Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya.3)Tanyakan siapa orang yang tidak dekat dengan klien dan apa sebabnya.c.Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain1)Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.2)Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.3)Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.4)Diskusikan pada klien kerugian bila klien tidak memiliki banyak teman dan tidak bergaul akarab dengan mereka.5)Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.B.Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan1.Orientasia.Orientasi1)Salam TerapeutikAssalamualaikum,Selamat pagi bapak/ibu. Saya suster......panggil suster...saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kperawatan....yang akan bertugas disini dari jam 08.00-12.00 siang nanti.2)EvaluasiBagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ?3)Kontraka)TopikSeperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang penyebab bapak/ibu kurang suka bergaul, apa saja keuntungan bergaul dan apa saja kerugian bila tidak bergaul dengan orang lain.b)TempatBapak/ibu ingin bercakap-cakap dimana ?Bagaiman kalau diruang duduk?c)WaktuBapak/ibu ingin bercakap-cakap berapa lam?

b.KerjaApa yang membuat bapak/ibu tidak suka bergaul dengan orang lain? Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap bapak/ibu atau alasan lain?Apakah ruginya kalau kita tidak punya teman?Menurut bapak/ibu apakah keuntungan kalua kita punya teman? Nah kita sudah mengetahui penyebab bapak/ibu tidak mau bergaul dengan orang lain, ruginya tidak punya teman dan untungnya punya teman?c.Terminasi1)Evaluasi SubjektifBagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi mengetahui penyebab bapak/ibi tidak mau bergaul dengan orang lain bserta keuntungan dan kerugiannya?2)Evaluasi ObjektifBisakah bapak/ibu menceritakan kembali tentang keuntungan dan kerugian bergaul dengan orang lain?3)Rencana Tindak LanjutBagaimana bapak/ibu apakah bapak/ibu ingin belajar bergaul dengan orang lain?4)Kontrak yang akan Datanga)TopikBagaimana kalau besok kita belajar mengenai cara-cara bergaul dengan orang lain?b)TempatDimana nanti kita bercakap-cakap?Bagaiman kalau disini?c)WaktuBapak/ibu ingin jam berapa?Bagaimana jam 13.00 setelah bapak/ibu makan siang?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL

SP 1 ISOLASI SOSIAL

A.Proses KeperawatanKondisi KlienKlien terlihat sedang sendiri disudut ruangan dengan pandangan yang kosong. Kaki serta tangannya dilipat saat perawat menghampirinya. Klien hanya menjawab ya dan tidak,terlihat seperti tidak ingin ditemani dan klien mengatakan bahwa dirinya tidak suka berbicara dengan teman-temannya yang lain karena dirinya tidak gila

Diagnosa KeperawatanIsolasi sosial

Tindakan keperawatanTUK.2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.2.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul.2.3 Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab yang muncul.2.4 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.

TUK 3.Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.3.1Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan berhubungan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain.3.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang berhubungan dengan orang lain3.3Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.3.4Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.B.Strategi Pelaksanaan:1.Identifikasi penyebab isolasi sosial: siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya2.Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap3.Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap4.Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga5.Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan berkenalanC. Proses Pelaksanaan TindakanOrientasi1.Salam TerapeutikSelamat pagi bapak S.2.Evaluasi/ValidasiBagaimana perasaan bapak S saat ini ? masih ingat nama saya ? kita janji akan ketemu membicarakan tentang mengapa bapak sering menyendiri3.Kontrak (topik, waktu, tempat)Topik : kita akan membicarakan tentang mengapa bapak S sering menyendiri tentang keuntungan berhubungan dengan seseorang dan kerugian tidak berhubungan dengan seseorang sesuai dengan janji kita kemarin.Waktu : kita mau ngobrol berapa lama ? 20 menit cukup.Tempat : kita mau ngobrol dimana ? diruangan ini lagi.

D. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)1. Sekarang coba ceritakan masalah bapak sampai dibawa kesini.2. Apakah dirumah bapak sering menyendiri?3. Kalau boleh tahu apa alasan bapak sering menyendiri?4. Coba sebutkan apa saja sebab- sebab bapak menyendiri ?5. Apa yang sedang dilakukan bila bapak sedang sendiri ?6. Apakah bapak pernah ngobrol dengan teman- teman yang ada disini ?7. Bagaimana perasaan bapak setelah ngobrol ?8. Menurut bapak apa kerugiannya bila bapak sering menyendiri ?9. Apa keuntungannya bila bapak berhubungan dengan seseorang?10. Bagus bapak sudah bisa menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.11. Menurut bapak kalau kita ingin berkenalan apa yang harus dilakukan.12. Perlukah kita berjabat tangan13. Perlukah kita berdiri14. Bagus sekali apa yang bapak katakan15. Apa saja yang akan kita katakan.16. Betul sekali, kita akan tanyakan nama, nama panggilan, hobi dan asal.17. Bagaimana bapak kita coba.18. Perkenalkan nama Perawat yang praktek19. Kalau bapaksenang dipanggil siapa?20. Hobi sayamemancing, hobinya bapak apa?21. Asal saya dari gianyar, asal bapak dari mana?22. Bagaimana bapak apakah mau mencoba?

E. Terminasi1.Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan KeperawatanEvaluasi klien (subyektif)Bagaimana perasaan bapak S setelah kita berbincang-bincang dan belajar berkenalan?Evaluasi perawat (objektif)Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali melihat perawat2.Tindak Lanjut KlienBagaimana kalau bapak mencoba mengingat kembali penyebab bapak menyendiridan latih cara berkenalan mau berkenalan dengan siapa nanti ?Bagaimana kalau kita buat jadwal harian bapak ?Baik, nanti bapak latih, kalau ada kesulitan, kita bicarakan lagi.

3.Kontrak Yang Akan Datang (Topik, waktu, tempat)Topik : Bagimana kalau nanti kita coba berkenalan dengan teman yang lain?Waktu : Bapak mau ketemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam 3 nanti ?Tempat : kita akan bercakap- cakap dimana? bagaimana kalau disini lagi?

A.DEFINISI Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008). Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,2006).

B.ETIOLOGI1.Faktor PredisposisiBeberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:a.Faktor PerkembanganSetiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan terdiri dari:1)Masa BayiBayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.2)Masa Kanak-kanakAnak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.3)Masa Praremaja dan RemajaPada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.4)Masa Dewasa MudaIndividu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).5)Masa Dewasa TengahIndividu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak.6)Masa Dewasa AkhirIndividu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.b.Faktor Komunikasi Dalam KeluargaMasalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.1)Sikap bermusuhan/hostilitas2)Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak3)Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.4)Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.5)Ekspresi emosi yang tinggi6)Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)c.Faktor Sosial BudayaIsolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.d.Factor BiologisGenetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2.Faktor PresipitasiStresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi:a.Stressor Sosial BudayaStresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.b.Stressor Biokimia1)Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.2)Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.3)Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.4)Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.c.Stressor Biologik dan Lingkungan SosialBeberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.d.Stressor PsikologisKecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut:a)Tingkah laku curiga: proyeksib)Dependency: reaksi formasic)Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasid)Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, deniale)Manipulatif: regrasi, represi, isolasif)Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan regrasi.

C.POHON MASALAH

D.TANDA DAN GEJALAMenurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:1.Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain2.Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain3.Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain4.Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu5.Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan6.Pasien merasa tidak berguna7.Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

E.AKIBAT YANG DITIMBULKANPerilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.Halusinasiadalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.

F.PETALAKSANAAN1.Terapi Psikofarmakaa.ChlorpromazineMengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).b.Haloperidol (HLP)Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).c.Trihexyphenidil (THP)Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).2.Terapi IndividuTerapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)3.Terapi kelompokMenurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:a.Activity Daily Living(ADL)Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi:1)Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.2)Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.3)Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.4)Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian.5)Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan dan minum.6)Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.7)Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.8)Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejalainsomnia(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.b.Tingkah laku sosialAdalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:1)Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.2)Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.3)Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.4)Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).5)Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.6)Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.7)Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

ASUHAN KEPERAWATANA.PENGKAJIAN KEPERAWATANPengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi : 1.Identitas klienMeliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. 2.Keluhan utamaKeluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari hari , dependen. 3.Factor predisposisikehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4.Aspek fisik/biologisHasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien. 5.Aspek Psikososiala.Genogram yang menggambarkan tiga generasib.Konsep diri1)Citra tubuhMenolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.2)Identitas diriKetidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .3)PeranBerubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.4)Ideal diriMengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi5)Harga diriPerasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.a)Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.b)Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)6)Status mentalKontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.7)Kebutuhan persiapan pulanga)Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makanb)Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.c)Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapid)Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumahe)Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.8)Mekanisme kopingKlien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).9)Aspek medikTerapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B.DIAGNOSA KEPERAWATANResiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendahGangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.