STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA...

175
STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG TUNA WICARA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL PADA KLINIK BINA WICARA JAKARTA PUSAT Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: M Dwiki Firmansyah NIM. 11140510000097 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA...

Page 1: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPISKEPADA PENYANDANG TUNA WICARA

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUANBERINTERAKSI SOSIAL PADA KLINIK BINA

WICARA JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

M Dwiki Firmansyah

NIM. 11140510000097

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG
Page 3: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG
Page 4: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG
Page 5: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

i

ASBTRAK

M Dwiki FirmansyahStrategi Komunikasi Persuasif Terapis kepadaPenyandang Tuna wicara dalam MeningkatkanKemampuan Berinteraksi Sosial pada Klinik Bina WicaraJakarta Pusat.

Setiap pasien yang terdapat dalam klinik akanmendapatkan proses terapi, yang dalam bentuk prosesnyaberbeda-beda pada jenis tuna wicaranya. Selain untukmengatasi gangguan bicara, proses terapi yang diberikan jugauntuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial denganlingkungannya. Berdasarkan hal tersebut Terapis perlumelakukan strategi komunikasi persuasif yang efektif danbaik, dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculpernyataan, pertama, yaitu bentuk strategi komunikasipersuasif yang dilakukan oleh Terapis Klinik Bina Wicaradalam memberikan pemahaman kepada penyandang tunawicara. Kedua, yaitu berupa faktor penghambat danpendukung yang dihadapi Terapis Klinik Bina Wicara saatmenghadapi pasien dalam proses komunikasi persuasif.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalahmodel persuasi yang di populerkan oleh Carl Hovland. Modelini membahas 5 tahap yaitu perhatian, pemahaman,pembelajaran, penerimaan dan pengulangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,dengan paradigma konstruktif. Tehnik pengumpulan datadalam penelitian ini melalui observasi langsung, wawancaramendalam dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini yaitu strategi komunikasi persuasifTerapis kepada penyandang tuna wicara dalam meningkatkankemampuan berinteraksi sosial dengan 5 tahap, yaituperhatian, pemahaman, pembelajaran, penerimaan danpengulangan. Terdapat faktor pendukung dan faktorpenghambat dalam mempengaruhi proses terapi.

Kata kunci: Strategi Komunikasi, Terapis, Pasien,Berinteraksi Sosial, tuna wicara.

Page 6: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin. Segala puji bagi Allah

SWT atas segala limpahan rahmat, kasih sayang, dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada

Nabi besar, Nabi Muhammad SAW semoga kita termasuk

umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Puji syukur peneliti haturkan atas pertolongan petunjuk

Allah SWT sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas

akhir skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Persuasif

Terapis kepada Penyandang Tuna wicara dalam

Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Klinik

Bina Wicara Jakarta Pusat” yang merupakan syarat untuk

memperolehj gelar Sarjana Sosial dari Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis selalu

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Baik itu berupa pikiran,

tenaga, dorongan moril maupun materiil. Maka dari itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu memperlancar penyelesaian

skripsi ini.

Page 7: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

iii

1. Dr. Suparto M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW

selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti

Napsiyah, MSW., Dr. Sihabudin Noor, M.Ag selaku

Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Cecep

Sastrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.

2. Dra. Armawati Arbi, M.Si selaku Ketua Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr. H. Edi Amin, MA

selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

3. Dr. Yopi Kusmiati, M.Si, selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia membimbing dan banyak memberikan

masukan serta saran kepada penulis selama proses

penulisan ini berlangsung. Penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau. Semoga

Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan,

kesehatan, dan kebaikan setiap saat kepada beliau beserta

keluarga.

4. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Dosen Penasehat Akademik

KPI B angkatan 2014 yang telah memberi masukan dan

dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan beragam ilmu dan

pengalaman kepada penulis selama perkuliahan.

Page 8: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

iv

6. Ibu Hilda Sofia Hanafi, A.Md. T.W. selaku Kepala Klinik

Bina Wicara dan seluruh pengurus Yayasan Bina Wicara

yang telah memberikan izin kepada penulis, sehingga

penelitian ini dapat dilaksanakan.

7. Anjarsari Sulistyowati, A.Md. T.W., Erni Maisari, A.Md.

T.W., Hairani, A.Md. T.W., Diana Martini, S.Pd, A.Md.

T.W., dan Darsenih, A.Md. T.W. selaku Terapis Klinik

Bina Wicara sekaligus informan dalam penelitian ini.

Terima Kasih telah berkenaan memberikan informasi

yang penulis butuhkan.

8. Untuk Orang tua yang telah mendukung secara totalitas

Ayah Satrija Prabawa, S.E dan Ibu Ulya Abdullah

Sungkar, yang telah mendidik, menyayangi, mendoakan,

mengasihi dan tidak pernah lelah menyemangati anak-

anaknya. Serta adik penulis Tara Nur Tsania dan

Muhammad Farras Ilhamsyah yang sudah memberikan

semangat setiap saat kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

10. Abdul Mukhlis Al Arofi S.Sos, Rahmadika Arga Sulistya

S.Sos dan Syarif Hidayatullah S.Sos yang telah

memberikan semangat dan masukan. Terima kasih telah

meluangkan waktu dan telah membantu penulis dikala

semangat yang naik turun.

11. Teman-teman seperjuangan KPI 2014, terutama KPI B

2014 yang telah membersamai semasa perkuliahan.

Page 9: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

v

12. Untuk Indonesian Stuttering Community yang telah

memberikan dukungan, masukan dan perspektif baru

dalam pengerjaan skripsi.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis

sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu

mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat

terselesaikan, semoga Allah SWT membalas semua

kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan seluruh pihak yang membaca.

Tangerang Selatan. 07 Januari 2020

M Dwiki Firmansyah

Page 10: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………….………....….i

KATA PENGANTAR…………………………..….…...ii

DAFTAR ISI……………………….………………...…vi

DAFTAR TABEL……………………………..….….…ix

DAFTAR GAMBAR…………………….........……..….x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................1

B. Identifikasi Masalah..............................................12

C. Batasan Masalah....................................................12

D. Rumusan Masalah..................................................12

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.............13

F. Tinjauan Kajian Terdahulu....................................14

G. Metodologi Penelitian…........................................17

H. Sistematika Penulisan............................................24

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Konseptual……………………..….…..27

1. Strategi Komunikasi.........................................27

2. Komunikasi Persuasif.......................................35

3. Pengertian Tuna wicara dan Terapis.................40

4. Pengertian Interaksi Sosial................................43

5. Teori Kredibilitas…………………………….46

B. Kerangka Berpikir………….................................54

Page 11: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

vii

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

A. Sejarah Yayasan Bina Wicara...............................55

B. Sejarah Klinik Bina Wicara…………...................31

C. Sarana dan Prasarana….........................................58

D. Struktur Yayasan Bina Wicara..............................60

E. Jumlah Terapis dan Penyandang Tuna wicara......62

F. Profil Informan……………………………….….63

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Strategi Komunikasi Persuasif Terapis yang

dilakukan oleh Terapis Klinik Bina Wicara dalam

memberikan pemahaman kepada Penyandang

Tuna wicara………………………………..….…65

B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dihadapi

Terapis Klinik Bina Wicara saat berhadapan dengan

Pasien dalam Proses Komunikasi Persuasif……..83

BAB V PEMBAHASAN

A. Strategi Komunikasi Persuasif Terapis yang

dilakukan oleh Terapis Klinik Bina Wicara dalam

memberikan pemahaman kepada Penyandang

Tuna wicara……………………………………..90

B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dihadapi

Terapis Klinik Bina Wicara saat berhadapan dengan

Pasien dalam Proses Komunikasi Persuasi…..…101

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN………………………………….....108

Page 12: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

viii

B. IMPLIKASI……………………………….……112

C. SARAN…………………………………………113

DAFTAR PUSTAKA………………………….………116

LAMPIRAN………………………………………...….122

Page 13: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Proses Komunikasi Persuasif model Hovland

antara Terapis terhadap penyandang Tuna

wicara Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat…………82

Page 14: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Persuasi Hovland……………...,..…40

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir…………………………54

Gambar 3.1 Struktur Lembaga……………………..…...62

Gambar 5.1 Model Persuasi Hovland…………….…….92

Page 15: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

xi

Page 16: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan yang terjadi dalam dunia kesehatan,

membuat perubahan yang signifikan pada segala aspek. Salah

satu aspek yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia,

yaitu pentingnya peran dalam menanggapi kaum disabilitas,

seperti halnya tuna rungu (tuli), tuna daksa (cacat fisik), tuna

wicara (bisu, gagap), tuna netra (buta), tuna grahita

(keterbelakangan mental), tuna laras (cacat pengendalian diri)

dan tuna ganda (cacat kombinasi). Dari sekian banyaknya

disabilitas, yang menarik untuk dikaji adalah tuna wicara. Erat

kaitannya seorang Terapis dalam tuna wicara dengan strategi

komunikasi yang terbangun diantara keduanya, karena

indikator keberhasilan dalam proses terapi dapat membuahkan

hasil maksimal, apabila seorang Terapis mampu

menyampaikan pesan ke penyandang tuna wicara dengan

baik. Subjek yang biasanya dilakukan saat proses terapi

adalah anak-anak, walaupun begitu kalangan remaja maupun

dewasa bisa menerima proses terapi ini.

Penulis pun mengkaji pada bentuk proses komunikasi

persuasif yang dibangun oleh seorang Terapis kepada

penyandang tuna wicara, dengan mengetahui lebih spesifik

mengenai jenis komunikasi yang dibangun diantara keduanya.

Page 17: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

2

Faktor komunikasi sangat mendukung dalam perkembangan

proses terapi. Adanya komunikasi yang baik akan

menimbulkan hal yang positif. Komunikasi yang baik antara

Terapis dan pasien penyandang tuna wicara akan tercipta

proses terapi yang tepat. Bahasa yang diberikan oleh guru

dalam mengajar mempunyai pesan yang sangat penting

bahkan jika muridnya adalah anak yang berkebutuhan khusus

(anak tuna wicara).

Anak merupakan makhluk yang mulia, yang

keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT

melalui proses penciptaan. Anak penyandang disabilitas tuna

wicara mempunyai kekurangan dari segi perkembangan

kecerdasan, karena faktor yang menyebabkan seorang anak

menderita tuna wicara dan sulit untuk berinteraksi dengan

lingkungan sekitar maupun keluarganya. Hal ini yang perlu

adanya pendidikan khusus untuk anak penyandang tuna

wicara agar kecerdasan dalam berkomunikasinya berkembang

dan bisa berinteraksi dengan orang lain. Kemudian terdapat

ayat yang menjelaskan makna seorang orang anak.

Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al. Ghafir: 67

Page 18: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

3

67. Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanahkemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpaldarah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seoranganak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamusampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkankamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yangdiwafatkan sebelum itu (kami perbuat demikian)supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dansupaya kamu memahami (Nya).

Sebagai titipan Allah SWT yang kelak akan

memakmurkan dunia, dapat diartikan pula bahwa anak

merupakan cikal bakal lahirnya generasi baru penerus cita-cita

sebuah bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan

nasional. Anak adalah aset bangsa, masa depan bangsa dan

negara pun berada di setiap tangan anak. Anak adalah aset

maka dimaksudkan anak yang berbakat, mereka mempunyai

potensi yang unik bila dibina dan dikembangkan dengan

benar akan memberikan sumbangsih ke dunia ini. Kecacatan

yang dialami anak tuna wicara membuat anak tersebut

berbeda dengan anak normal lainnya. Penyandang tuna wicara

memiliki keterbatasan dalam menjalani aktivitasnya sehari-

hari dan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini yang

Page 19: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

4

menyebabkan para penyandang disabilitas tuna wicara susah

untuk bersosialisasi di lingkungan sekitarnya.

Untuk mendukung penelitian ini, maka dilengkapi

dengan data Tahun 2015 dari Badan Pusat Statistik (BPS)

yang menerbitkan data Disabilitas yang diolah dari hasil

SUPAS 2015 meliputi kesulitan melihat, mendengar,

menggunakan tangan, mengingat/berkonsentrasi, gangguan

perilaku/emosional, berbicara, serta mengurus diri sendiri.

Menurut data SUPAS 2015 terdapat 8,56 persen

penduduk yang terdeteksi disabilitas, kemudian tiga provinsi

dengan penyandang disabilitas terbanyak adalah Sulawesi

Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Sementara tiga

provinsi dengan penyandang disabilitas paling sedikit adalah

Banten, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau.1Jika dilihat

pada kesulitan melihat, terdapat 0,13 persen penduduk yang

sama sekali tidak bisa melihat, 0,72 persen yang memiliki

tingkat kesulitan melihat yang berat, serta 5,51 persen yang

sedikit mengalami kesulitan melihat.

Persentase penduduk yang mengalami kesulitan

mendengar adalah 0,09 persen yang sama sekali tidak

mendengar, 0,57 persen yang mengalami banyak kesulitan

mendengar serta 2,69 persen yang mengalami sedikit

kesulitan mendengar. Persentase penduduk yang mengalami

1Badan Pusat Statistik. Jumlah Disabilitas berdasarkan SurveiPenduduk Antar Sensus (SUPAS) (2015),http://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/41ccbadf0b914534f5c08a62/pendudukindonesia-hasil-supas-2015.html

Page 20: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

5

kesulitan berjalan/naik tangga adalah 3,76 persen, sedangkan

penduduk yang mengalami kesulitan menggerakkan

tangan/jari adalah sebesar 1,31 persen.

Kesulitan Berbicara atau memahami orang lain.

Penduduk yang mengalami kesulitan berbicara dan atau

memahami/ berkomunikasi dengan orang lain secara nasional

sebesar 1,52 persen. Penduduk yang sama sekali tidak bisa

memahami/dipahami/berkomunikasi sebesar 0,13 persen; 0,34

persen banyak mengalami kesulitan; dan 1,05 persen sedikit

mengalami kesulitan. Semakin tua umur, semakin tinggi

persentase penduduk yang mengalami kesulitan berbicara dan

atau memahami/berkomunikasi dengan orang lain.

Peningkatan persentase penduduk yang mengalami kesulitan

berbicara atau memahami/berkomunikasi dengan orang lain

mulai terlihat besar pada penduduk lanjut usia.

Kesulitan mengurus diri sendiri persentase penduduk

usia 10 tahun ke atas yang mengalami kesulitan mengurus diri

sendiri sebesar 1,02 persen, dengan 0,23 persen sama sekali

tidak bisa mengurus diri sendiri; 0,22 persen mengalami

banyak kesulitan, dan 0,57 persen yang mengalami sedikit

kesulitan. Secara nasional, penduduk laki-laki usia 10 tahun

ke atas yang mengalami kesulitan mengurus diri sendiri

sebesar 0,84 persen, sementara itu penduduk perempuan lebih

tinggi persentasenya yaitu sebesar 1,20 persen.2

2Badan Pusat Statistik. Jumlah Disabilitas berdasarkan SurveiPenduduk Antar Sensus (SUPAS) (2015),

Page 21: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

6

Walaupun demikian, data statistik menunjukkan

bahwa masih besarnya agenda yang harus dilakukan untuk

melibatkan penyandang disabilitas masuk ke sektor formal di

Indonesia. Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti

penyandang tuna wicara pada gangguan irama/kelancaran

(Gagap), maka penulis mengambil penyandang disabilitas

dengan tuna wicara dikarenakan sesuai dengan kriteria pada

Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Untuk memahami lebih lanjut, tuna wicara adalah

adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit

bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan

wicara dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebabkan

karena ketunarunguan dan organik yang memang disebabkan

adanya ketidak sempurnaan organ wicara maupun adanya

gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara.3

Menurut Muljono Abdurrachman tuna wicara adalah suatu

kerusakan gagasan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara atau

kelainan berbicara.4

Kemudian pengertian terapi wicara adalah suatu ilmu

yang mempelajari perilaku komunikasi normal atau abnormal

http://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/41ccbadf0b914534f5c08a62/penduduk-indonesia-hasil-supas-2015.html.

3Purwanto. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. (DirektoratJendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2007), 12-13.

4Sudjadi. Pendidikan Luar Biasa Umum. (Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, 1994), 9.

Page 22: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

7

yang dipergunakan untuk memberikan terapi pada penderita

gangguan perilaku komunikasi dalam hal gangguan

keterlambatan bicara, yaitu kelainan kemampuan bahasa,

bicara, suara, irama/kelancaran, sehingga penderita tidak

mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar. Secara

etimologis terapi wicara merupakan gabungan dari kata terapi

yang berarti cara mengobati suatu penyakit atau kondisi

patologis, dan kata wicara yang berarti media komunikasi

secara oral yang menggunakan simbol-simbol linguistik,

dimana dengan media ini seseorang dapat mengekspresikan

ide, pikiran dan perasaan.5

Dengan demikian istilah terapi wicara memiliki

pengertian yaitu cara atau teknik pengobatan terhadap suatu

kondisi patologis di dalam memformulasikan ide, pikiran dan

perasaan ke bentuk ekspresi verbal atau media komunikasi

secara oral. Secara terminologis bahwa terapi wicara diartikan

sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang gangguan

bahasa, wicara dan suara yang bertujuan untuk digunakan

sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan.

Kemudian, didalam terapi wicara terdapat Terapis yang di

ibaratkan seperti dokter, yaitu membantu pasiennya yang

membutuhkan pertolongan.6 Kemudian, Terapis dapat di

5Setyono, Pengantar Speechtherapy. (Jakarta: SekolahTinggiSpeechtherapy. Indonesia, 1988), 28.

6Setyono, Pengantar Speechtherapy. (Jakarta: Sekolah TinggiSpeechtherapy. Indonesia, 1988), 29.

Page 23: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

8

definisikan sebagai perantara untuk menyembuhkan klien dan

berhubungkan dengan hadist dibawah ini.

Imam Nawawi dalam kitab al-Majmû’ Syrahul

Muhadzdzab (Kairo: Darul Hadits, 2010) menuturkan

beberapa hadits yang disabdakan oleh Rasulullah di

antaranya:

واء وجعل لكل داء دواء فتداووا ولا اء والد إن الله تعالى أنزل الد

بالحرامتداووا

Artinya: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakitdan obatnya dan menjadikan bagi setiap penyakit adaobatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan kalianberobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dariAbu Darda)Dari hadits di atas bisa diambil satu kesimpulan bahwa

ketika Allah memberikan satu penyakit kepada hamba-Nya

maka kepadanya pula akan diberikan obat yang bisa

menyembuhkannya. Tentunya orang yang sakit dituntut untuk

berusaha mendapatkan obat tersebut agar teraih

kesembuhannya.

Gangguan bicara pada anak disebabkan karena

kelainan organic yang mengganggu beberapa sistem tubuh

seperti otak, pendengaran, dan fungsi motoric lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab gangguan bicara

adalah gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini

biasanya mendominasi ke otak kiri. Penyimpangan ini

biasanya mendominasi ke otak kiri. Pada beberapa anak juga

Page 24: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

9

ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus

kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan.

Adapun beberapa penyebab gangguan atau

keterlambatan bicara yaitu: Gangguan pendengaran, kelainan

organ bicara, retardasi mental, genetik, kelainan sentral (otak),

autisme, mutisme selektif, gangguan emosi, alergi makanan

dan lingkungan. Kemampuan komunikasi seorang anak

dianggap terlambat jika kemampuan bicara atau bahasa anak

tersebut jauh di bawah kemampuan bicara/bahasa anak

seusianya.

Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan

sangat penting yang dibutuhkan dalam perkembangan anak

seperti membaca, menulis, bahasa tubuh, mendengarkan dan

berbicara, semuanya merupakan bentuk berbahasa, sebuah

simbol atau kode yang digunakan untuk mengkomunika

sikan pendapat dan pikiran.7

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

dari komunikator kepada komunikan baik itu secara langsung

maupun secara tidak la2222ngsung. Menurut Onong Uchjana

Effendy komunikasi sebagai upaya menyampaikan pesan dari

seseorang kepada orang lain dengan tujuan memberitahu,

merubah sikap atau perilaku, baik itu secara lisan atau tidak

langsung melalui media.8

7Wulandari, Teknik Mengajar Siswa dengan Gangguan Bicara danBahasa (Yogyakarta: Imperium, 2013), 49.

8Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008), 20

Page 25: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

10

Jadi, komunikasi persuasif dapat dipahami sebagai

suatu proses mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku

orang lain secara verbal maupun non verbal.9Dalam kegiatan

menyampaikan pesan kepada para pasiennya, menjadi sangat

penting bagi para Terapis agar pesan diterima dengan baik.

Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan oleh Yayasan

Bina Wicara sangatlah berpengaruh pada perubahan

pasiennya.

Dari berbagai macam komunikasi yang berpengaruh

adalah komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif sebagai

komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain

dengan usahanya untuk mengubah pendapat, perilaku dan

sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator

sebagai lawan komunikan. Selanjutnya strategi komunikasi

persuasif menjadi pendukung bagi Terapis yang ada didalam

Yayasan Bina Wicara.

Teori yang digunakan dalam mendukung penelitian ini

adalah Model Persuasi Hovland & Teori Kredibilitas, dimana

model & teori ini menjelaskan peran komunikator yang harus

yang harus memiliki kapasitas dalam memberikan sesi terapi

kepada penyandang agar proses terapi yang diberikan efektif,

jika seorang Terapis tidak baik dalam berkompeten dan

kredibel, maka dikhawatirkan proses terapi tidak berjalan

dengan baik.

9Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007),154-155.

Page 26: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

11

Hal yang menarik menurut penulis mengenai Yayasan

Bina Wicara adalah sebuah lembaga yang terbilang masih

jarang terlihat di masyarakat, kemudian cara yang mereka

gunakan dalam membantu para tuna wicara juga dapat

diterapkan dengan sederhana, sehingga ada kemungkinan

ketika siapa saja yang nanti membaca skripsi ini dapat

mengambil pelajaran dan ilmu agar bisa diterapkan ketika

bertemu atau mempunyai sanak saudara yang menyandang

tuna wicara.

Berdasarkan dari latar belakang itulah penulis memilih

judul skripsi “Strategi Komunikasi Persuasif Terapis Kepada

Penyandang Tuna wicara Dalam Meningkatkan Kemampuan

Berinteraksi Sosial Pada Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat”

untuk dijadikan bahan penelitian sebagai sebuah terapi yang

menarik untuk dibahas dalam proses pelaksanaannya dan

manfaat yang diperoleh.

B. Identifikasi Masalah

1. Masih minimnya cara dan wadah untuk menangani

penyandang tuna wicara dikarenakan kurangnya

kesadaran sosial serta minimnya pengetahuan.

2. Para penyandang tuna wicara memiliki masalah dalam

berkomunikasi yang berdampak pada aspek sosial,

ekonomi dan psikologisnya, khususnya dalam

berinteraksi sosial di kehidupan sehari-hari.

Page 27: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

12

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam menganalisa hasil

penelitian, maka membatasi masalah agar terarah dan tidak

meluas. Penelitian ini difokuskan pada strategi komunikasi

persuasif Terapis terhadap penyandang tuna wicara dalam

meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial dan faktor

yang mempengaruhi saat proses terapi dilaksanakan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan masalah penelitian ini dengan pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi persuasif yang

dilakukan oleh Terapis Klinik Bina Wicara dalam

memberikan pemahaman kepada penyandang tuna

wicara?

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang

dihadapi Terapis Klinik Bina Wicara saat menghadapi

pasien dalam proses komunikasi persuasif?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi

persuasif yang dilakukan oleh Terapis Klinik Bina

Wicara Yayasan Bina Wicara dalam memberikan

pemahaman ke penyandang tuna wicara.

Page 28: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

13

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa saja hambatan

yang dihadapi oleh pengajar atau Terapis Klinik Bina

Wicara Yayasan Bina Wicara saat memberikan

pemahaman kepada penyandang tuna wicara dalam

proses komunikasi persuasif.

Kemudian manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan

yang terkait dengan ilmu dakwah dan komunikasi

di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, khususnya berkaitan dengan

komunikasi persuasif.

b. Dari hasil penelitian ini agar berguna untuk

peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan bermanfaat pula bagi peneliti-peneliti lainnya.

2. Manfaat praktis

a. Menambah pengetahuan bagi pengembangan ilmu

komunikasi dan penyiaran islam khususnya

mengenai penanganan pada tuna wicara dan

wawasan baru bagi seluruh mahasiswa/mahasiswi

yang tertarik terhadap permasalahan dan sebagai

tambahan bahan bacaan bagi yang berminat

membahas keterlambatan bicara pada anak atau

penyandang disegala usia.

Page 29: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

14

b. Untuk memberi pemahaman kepada masyarakat

ketika berhadapan dengan penyandang tuna wicara.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengurus Klinik

Bina Wicara Yayasan Bina Wicara dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan sosial sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan dan

pengembangan potensi pasiennya.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Untuk menyatakan keaslian penelitian ini, maka perlu

adanya kajian pustaka dari penelitian yang terdahulu yang

relevan dengan penelitian yang penulis kaji. Adapun

penelitian tersebut diantaranya adalah:

1. Skripsi Fatmah Nur mahasiswi, Jurusan Bidang Kajian

Manajemen Komunikasi Fakultas Komunikasi

Universitas Islam Bandung yang berjudul

“Komunikasi Persuasi pendekatan interaksi simbolik

mengenai komunikasi persuasi ibu dan anak dalam

membentuk perilaku beribadah ritual

khususnya sholat fardhu lima waktu dan aktivitas

belajar Al-Qur’an pada anak". Penelitian ini bertujuan

melihat bagaimana komunikasi persuasi ibu dan anak

dalam membentuk perilaku beribadah yang

dilaksanakan anak atas kesadarannya sendiri dan

mampu konsisten dalam pelaksanaannya. Dapat

disimpulkan bahwa fokus dalam penelitian adalah

dikhususkan pada pelaksanaan ibadah yang telah

Page 30: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

15

dipahami anak usia sekolah dasar. Spesifiknya ialah

sholat wajib lima waktu dan aktifitas membaca Al-

Qur’an.

Kemudian, yang menjadi kritikan bagi skripsi ini,

seharusnya penulis menyampaikan pada judul

skripsinya agar mencantumkan lokasi yang

digunakan untuk meneliti, sehingga memperjelas

lokasi saat penelitian berlangsung. Perbedaan pada

penelitian yang dilakukan penulis terletak pada objek

dan subjek yang digunakan, sedangkan persamaan

terletak pada penggunaan komunikasi persuasif yang

digunakan dalam penelitian.

2. Skripsi Sri Rahayu Jurusan Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009 dengan judul

"Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara dalam

Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar di

Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru Jakarta Selatan".

Penelitian ini menyelidiki tentang pelaksanaan terapi

wicara dalam meningkatkan perkembangan anak.

Kesimpulannya proses terapi wicara yang dilakukan

sangat besar pengaruhnya dalammembantu anak yang

mengalami keterlambatan bicara dan sangat

bermanfaat bagi perkembangan anak.

Kemudian, yang menjadi kritik bagi skripsi ini adalah

kurangnya informan yang diperuntukkan untuk

Page 31: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

16

melengkapi hasil analisis. Perbedaan pada penelitian

yang dilakukan penulis terletak pada teori yang

digunakan dan lokasi yang dituju, sedangkan

persamaannya terletak pada subjeknya yaitu

penyandang tuna wicara.

3. Skripsi Lianti Meida, Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2017 dengan judul "Komunikasi Persuasif

Komunitas Sedekah Rombongan DKI Jakarta

dalam Mengajak Masyarakat Bersedekah Melalui

Program Pendamping Pasien". Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunitas

dapat mengajak orang lain ikut bersedekah dengan

komunikasi persuasif.

Kemudian, yang menjadi kritik bagi skripsi ini adalah

kurang mendetail dalam menggunakan pendekatan

yang digunakan dalam proses komunikasi persuasif.

Perbedaan pada penelitian yang dilakukan penulis

terletak pada objek yang digunakan, sedangkan

persamaan terletak pada teori komunikasi persuasif

yang digunakan.

4. Thesis Muhammad Radhi, Jurusan Komunikasi Islam

Program Pascasarjana UIN Sumatra Utara Medan

tahunn 2016 dengan judul “Strategi Komunikasi

Pimpinan Yayasan Rumah Al Qur’an Rabbani Medan

Page 32: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

17

dalam Memotivasi Kaum Ibu Belajar Al Qur’an di

Kecamatan Medan Area”. Untuk mengetahui

bagaimana strategi komunikasi Pimpinan Yayasan

Rumah Alquran Rabbani Medan dalam

memotivasi kaum ibu belajar Alquran di Kecamatan

Medan Area.

Kemudian, yang menjadi kritikan bagi thesis ini

adalah kurang mendetail analisis yang disampaikan,

sehingga kecocokan antara konsep dan teori yang

dipakai dengan hasil di lapangan menjadi kurang.

Perbedaan pada penelitian yang dilakukan penulis

terletak pada subjek yang digunakan,

sedangkan persamaan terletak pada strategi

komunikasi yang sama-sama dijadikan teori sebagai

rujukan.

G. Metodologi Penelitian

1. Subjek dan objek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 orang

informan yang terdiri dari pihak anggota atau yang

berpengaruh di Klinik Bina Wicara, diantaranya adalah

Kepala Klinik Bina Wicara dan 5 Terapis. Kemudian,

objek difokuskan pada strategi komunikasi persuasif.

2. Jenis dan pendekatan metode penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah

penelitian kualitatif, karena beberapa pertimbangan yaitu

bersifat terbuka, serta masalah yang dalam penelitian

Page 33: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

18

kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan

berkembang atau berganti setelah peneliti berada di

lapangan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini

didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang

akurat dan digambarkan secara jelas dari kondisi

sebenarnya.

Dalam penelitian kualitatif seperti yang telah

dikemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus

penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu.

Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian jenis

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang

berorientasi lapangan (field research). Penelitian lapangan

merupakan penelitian yang dilakukan di lingkungan

masyarakat tertentu, baik lembaga-lembaga dan organisasi

kemasyarakatan, maupun lembaga-lembaga pendidikan

dan lingkungan masyarakat. Penelitian tersebut

mendeskripsikan dan menganalisis proses komunikasi

persuasif pada Terapis. Penulis melakukan penelitian

berdasarkan data yang valid saat di lapangan, kemudian

data yang diperoleh terbagi menjadi dua macam data,

yaitu:

a. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari

lapangan atau sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.

Page 34: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

19

b. Data sekunder, yakni sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, semisal

lewat orang lain atau dokumen.10

3 . Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan

yaitu metode observasi (pengamatan). Metode observasi

adalah metode pengumpulan data yang dikumpulkan

secara sistematis dan sengaja melalui pencatatan dan

pengamatan terhadap gejala objek yang diteliti langsung

di lapangan, karena metode observasi merupakan salah

satu teknik penelitian yang sangat penting bagi seorang

peneliti yang meneliti secara langsung di lapangan.

Peneliti memilih jenis observasi partisipatif lengkap

yaitu dalam melakukan pengumpulan data, peneliti

sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan

sumber data, jadi suasananya sudah natural sehingga

peneliti tidak seperti terlihat melakukan penelitian.11

Penulis melakukan pengamatan secara langsung di

lapangan dengan berpartisipasi secara langsung dalam

kegiatan terapi yang dilakukan oleh Terapis yang

bertujuan memahami secara mendetail proses

pelaksanaan terapi.

10Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung: alfabeta, cv, 2009), 225.

11Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung: alfabeta, cv, 2009), 227.

Page 35: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

20

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti dilakukan dalam

bentuk wawancara terstruktur, menurut Esterberg dalam

buku Sugiyono bahwa, wawancara terstruktur

digunakan bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara,

pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah dipersiapkan. Selain harus

membawa instrumen sebagai pedoman untuk

wawancara, maka pengumpul data juga dapat

menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar

dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan

menjadi lancar.12

Peneliti membagi dua kategori terhadap narasumber

yaitu: pertama, mewakili Terapis wicara. Kedua,

Kepala Klinik Bina Wicara. Jika diperlukan, maka

informan dapat ditambah mahasiswa Akademi Terapi

Wicara atau pasien penyandang tuna wicara. Instrumen

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

manusia atau peneliti itu sendiri. Manusia menjadi

bagian yang sangat penting dan segalanya dari seluruh

proses penelitian.

12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung: alfabeta, cv, 2009), 233.

Page 36: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

21

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara. Dengan

metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup

tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode

dokumentasi ini penulis memegang check-list untuk

mencari variabel yang sudah ditentukan.

Dalam studi dokumentasi foto lebih banyak

digunakan sebagai alat penelitian kualitatif karena dapat

dipakai dalam berbagai keperluan.13Foto menghasilkan

data yang deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan

hasilnya sering dianalisis secara induktif. Terdapat

kategori foto yang dihasilkan oleh orang dan foto yang

dihasilkan oleh peneliti sendiri.14Peneliti mencari

informasi seputar riwayat hidup klien dari data yang ada

di lembaga sejak awal melakukan terapi beserta

kemajuan yang dialami klien selama mendapat terapi

dari lembaga.

4. Teknik Analisis Data

13Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung: alfabeta, cv, 2009), 240.

14Bogdan dan Biklen, Metodologi Penelitian Kualitatif (1982) 102.

Page 37: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

22

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

analisis deksriptif kualitatif, yakni penyusunan data-data

kemudian dijelaskan dan dianalisis serta dilakukan

bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis data

ditempuh melalui proses reduksi data, sajian data,

penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Mereduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian, pengabsahan dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di

lapangan. Data-data tersebut dipisahkan sesuai dengan

permasalahan yang dimunculkan, kemudian

dideskripsikan, diasumsi, serta disajikan dalam bentuk rupa

sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan

diverifikasikan.15

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis

data kualitatif sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data disini yaitu dimana data yang didapatkan

dari observasi dan pengamatan lebih lanjut, dilakukan

pengelompokkan terhadap kategori-kategori yang sesuai

dengan arah penelitian.

b. Penyajian Data

Penyajian data kualitatif biasanya bersifat naratif,

dilengkapi dengan matriks agar informasi tersusun

dalam satu bentuk yang mudah dipahami. Data-data ini

15Rohidi, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Penerbit UI, 1992), 45.

Page 38: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

23

diperoleh dari beberapa tehnik pengumpulan data

kemudian penulis menafsirkannya kedalam sebuah

bentuk laporan tertulis yang sudah disistematisasi.

c. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan yaitu proses pemaknaan atas

benda-benda, keteraturan-keteraturan, pola-pola,

penjelasan dan alur sebab akibat pada penyajian data.16

d. Uji Keabsahan Data

Dalam uji keabasahan data peneliti menggunakan

Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu

dan untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut.17

5. Jadwal Penelitian

Dalam penelitian yang akan peneliti lakukan, penelitian

akan dilaksanakan langsung di Klinik Bina Wicara

(Yayasan Bina Wicara) yang terletak di Jakarta Pusat dan

tempat Kepala Klinik Bina Wicara untuk meluangkan

waktu dan tempat guna dilakukan wawancara, sedangkan

waktu penelitian yang peneliti butuhkan untuk

mewawancara dan observasi adalah sekitar bulan Juni

16Miles, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Universitas Indonesia UIPress, 2009), 16-21.

17Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya), 330.

Page 39: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

24

hingga Juli. Secara keseluruhan penelitian akan dilakukan

dari bulan Mei hingga Desember 2019.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pembahasan skripsi ini secara

sistematis, peneliti membagi penulisannya ke dalam enam bab

yang terdiri atas sub-sub bab. Adapun sistematik penulisannya

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini pendahuluan meliputi latar

belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka, sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi penjelasan tentang

strategi komunikasi, penjelasan komunikasi

persuasif dan penjelasan tentang definisi

Terapis, penyandang tuna wicara, klinik, serta

model Hovland.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini membahas mengenai profil

umum Klinik Bina Wicara, seperti sejarah

berdirinya klinik, sarana dan prasarana,

struktur kepengurusan, dan jumlah Terapis

yang ada di Klinik Bina Wicara.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Page 40: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

25

Dalam bab ini berisi penyajian data dan

temuan wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang dilakukan di Klinik Bina

Wicara. Data dan temuan tersebut berkaitan

dengan strategi komunikasi persuasif antara

Terapis terhadap penyandang tuna wicara dan

faktor pendukung serta faktor penghambat

dalam proses terapi.

BAB V PEMBAHASANDalam bab ini berisi uraian data yang

dikaitkan dengan latar belakang dan teori.

Terkait penguraian strategi komunikasi

persuasif antara Terapis dengan penyandang

tuna wicara dalam meningkatkan kemampuan

berinteraksi sosial dan faktor pendukung serta

faktor penghambat yang diuraikan secara

sederhana.

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini meliputi simpulan, implikasi,dan saran atas penelitian yang telah dibahasdalam skripsi ini.

Page 41: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Konseptual1. Strategi Komunikasi

a. StrategiKata strategi berasal dari bahasa Yunani Strategia berarti

“Keahlian Militer”. Strategi adalah konsep yang mengacu

pada sebuah jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide,

pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian,

memori, persepsi, dan harapan yang membimbing untuk

menyusun suatu kerangka pemikiran umum agar kita dapat

memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi

tercapainya tujuan.18

Kemudian, strategi menurut Onong Uchjana Effendy

dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek, didefinisikan sebagai perencanaan untuk mencapai

suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya

menunjukkan arah saja melainkan harus mampu

menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.19

Joseph A. Ilardo mendefinisikan strategi yang dikutip

sebagai berikut: “A Strategy is a carefully plan or series of

maneuvers designed to achieve a specific goal, strategi

adalah rencana terpilih yang bersifat teliti dan hati-hati atau

18Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: KencanaPrenada Media, 2011), 239.

19Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2007) Cet. ke 21, 32.

Page 42: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

27

seragkaian manuver yang telah dirancang untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.”20

Dengan kemampuan merumuskan strategi seseorang

mampu mengutarakan maksud keinginannya dengan

sistematis dan tepat sasaran sehingga lawan bicara dapat

menyetujui keinginannya dan segala yang dimaksud

diharapkan tanpa harus melawan.21

Dari berbagai definisi yang telah diungkapkan diatas,

penulis menyimpulkan bahwa strategi adalah perencanaan

yang telah dirancang berupa konsep, tindakan, serta taktik

pelaksanaan yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan.

b. Komunikasi

Berdasarkan penelusuran penulis dalam memahami

komunikasi, secara etimologis komunikasi atau dalam bahasa

Inggris “communication” berasal dari bahasa Latin

“communicatio”, bersumber dari “communis” yang berarti

“sama”. Sama di sini adalah dalam pengertian “sama

makna”. Komunikasi minimal harus mengandung “kesamaan

makna” antara kedua belah pihak yang terlibat.22Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi diartikan

sebagai pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara

20Soemirat, dkk. Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), 8-24.

21Nugroho. Strategi Komunikasi Untuk Sukses Menjalin Relasi (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), 16.

22Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),4.

Page 43: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

28

dua orang atau lebih, sehingga pesan yang dimaksud dapat

dipahami.23

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa komunikasi

yang dilakukan hendaknya disampaikan dengan makna dan

pengertian yang dipahami secara sama antara seseorang yang

memberi pesan dan orang yang menerima pesan. Sebab

dengan begitu komunikasi akan berlangsung secara efektif,

dan sebaliknya bila terjadi kesalahan makna dan pengertian,

maka komunikasi tidak akan efektif, sedangkan pengertian

komunikasi menurut istilah banyak dijelaskan oleh para ahli,

antara lain:

1) Hovland, Janis dan Kelley, mengatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang

(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam

bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau

membentuk prilaku orang lainnya (khalayak).24

2) Definisi lain mengenai Komunikasi dikemukakan oleh

Harold Laswell yang dikutip oleh Mohammad Zamroni

memberikan pengertian komunikasi dalam pernyataan:

Who says what in with channel to whom with what effect.

Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dari

komunikator yang ditujukan kepada komunikan melalui

media atau saluran yang menimbulkan efek tertentu.25

23Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa IndonesiaPusat Bahasa,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2013), Cet. Ke 7, 721.

24Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Syarif HidayatullahJakarta Pers, 2007), 21 .

25Zamroni, Filsafat Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 5.

Page 44: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

29

Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengenai

komunikasi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

proses dimana penyampaian pesan dilakukan oleh

komunikator sebagai pemberi pesan kepada komunikan

sebagai penerima pesan, baik itu secara langsung maupun

tidak langsung melalui media dengan tujuan untuk

memberitahu, merubah sikap, atau merubah pendapat.

c. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan

komunikasi (communication) dan manjemen komunikasi

(communication management) untuk mencapai suatu tujuan

(goal). Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi

harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya, secara

praktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan

(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung kepada

situasi dan kondisi.26 Dalan pengertian lain, strategi

komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan

secara cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

khusus yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi.27

Strategi komunikasi secara makro (planned multimedia

strategy) maupun secara mikro (single communication

medium strategy) mempunyai fungsi ganda yang

menyebarluaskan pesan informasi yang bersifat informatif,

persuasif, dan instruktif, secara sistematis kepada sasaran

26Effendy, Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi (Bandung: Aditya Bakti,2004), 36.

27Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia, e.3-cet.3(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1092.

Page 45: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

30

untuk memperoleh hasil yang optimal. Jadi untuk mencapai

tujuan strategi komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai

peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi

menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.28

Dalam strategi komunikasi, peran komunikator sangatlah

penting. Oleh sebab itu, seorang komunikator harus memiliki

kredibilitas dan attactiveness. Kredibilitas adalah persepsi

komunikan tentang sifat-sifat komunikator yang terdiri dari

unsur, yaitu keahlian dan kepercayaan.29 Kemudian terdapat

dua hal yang menjelaskan mengenai proses strategi

komunikasi dengan terperinci, yaitu:

1) Perencanaan Strategi Komunikasi

Menurut Kuefman (1972), perencanaan adalah suatu

proses untuk menetapkan kemana kita harus pergi dengan

mengidentifikasi syarat apa yang harus dipenuhi untuk

sampai ke tempat tersebut dengan cara yang paling efisien

dan efektif, dengan kata lain perencanaan sebagai

penetapan spesifikasi tujuan yang ingin dicapai termasuk

cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

tersebut.30

Perencanaan diperlukan karena adanya keyakinan

bahwa manusia dalam hidupnya tidak boleh menyerah

pada keadaan, baik pada lingkungan fisik maupun

28Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),28.

29Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),255.

30Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), 22.

Page 46: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

31

lingkungan sosialnya. Manusia sebagai makhluk rasional,

yang memiliki potensi untuk mengubah kehidupannya

dari cara yang tradisional menjadi modern, dari yang sulit

hingga cara hidup yang lebih mudah dan menyenangkan.

Keinginan manusia yang ingin mengubah hidupnya inilah

yang menjadi landasan filosofi perencanaan, bahwa

perubahan itu dilakukan untuk memperoleh kepuasan

dengan hasil yang optimal, serta adanya upaya untuk

melakukan penyesuaian jika terjadi kendala dalam

mencapai tujuan yang diinginkan.31

Dalam menangani masalah komunikasi, para perencana

dihadapkan pada sejumlah persoalan, terutama dalam

kaitannya dengan strategi penggunaan sumber daya

komunikasi yang tersedia untuk mencapai tujuan, alasan

mencapai hasil yang diperoleh, sasaran yang menjadi

target, bagaimana cara mencapai tujuan, siapa aktor

komunikator, dan evaluasi proses komunikasi.

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang

memerlukan penanganan secara hati-hati dalam

perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi

salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal,

terutama kerugian dari segi waktu, materi dan tenaga.

Oleh karena itu strategi juga merupakan rahasia yang

harus disembunyikan oleh para perencana.32

31Cangara, Perencanaan, dan Strategi Komunikasi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), 22.

32Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikas (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), 62.

Page 47: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

32

2) Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Pada hakikatnya komunikasi bertujuan untuk

menyampaikan ide, pikiran, perasaan, dan lain-lain agar

terjadi perubahan, yaitu33:

a. Perubahan sikap (attitude change), baik berupa

positif maupun negatif,

b. Perubahan pendapat (opini change),

c. Perubahan perilaku (behavior change),

d. Perubahan sosial (social change).

Tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne

Pace, Bent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam

bukunya Techniques for Effective Communication,

menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan berkomunikasi

terdiri atas 3 tujuan utama, yaitu34:

a. to secure understanding

b. to establish acceptance

c. to motivate action

Tujuan pertama adalah to secure understanding,

memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang

diterimanya. Apabila ia sudah dapat mengerti dan

menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to

establish acceptance). Pada akhirnya dimotivasikan (to

motivate action).

33Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bina Aksara,1986), 128.

34Effendy, Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi (Bandung: Aditya Bakti,2004), 32.

Page 48: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

33

Rogers (1989) memberikan batasan pengertian strategi

komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk

merubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih

besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar

perencana komunikasi Middleton (1980) membuat

defenisi dengan mengatakan “Strategi komunikasi adalah

kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi

mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima

sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk

mencapai tujuan komunikasi yang optimal".35

2. Komunikasi Persuasif

Komunikasi tidak hanya bertujuan memberikan informasi,

akan tetapi komunikasi juga bertujuan untuk mempengaruhi

orang lain. Komunikasi berguna untuk merangsang minat,

mengurangi permusuhan dan menggerakkan masyarakat

untuk melakukan suatu tugas atau mendidik perilaku. Dapat

dikatakan bahwa tujuan lain dari komunikasi adalah untuk

mempengaruhi orang lain sesuai dengan keinginan kita

dengan menggunakan komunikasi yang disampaikan.36

Berdasarkan penelusuran penulis dalam memahami

komunikasi persuasif, secara singkat dan sederhana, yaitu

atas persuasi (persuasion) berasal dari bahasa Latin:

Persuasio. Kata kerjanya adalah: persuadere yang dalam

35Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi(Jakarta: Rajawali Pers. 2009), 292.

36Mita Lestari. “Strategi Komunikasi Persuasif Dalam Menarik MinatKreditur Untuk Melakukan Kredit Di PT. Adira Finance Pekanbaru”. JomFISIP Volume 4 No.2 (2017): 4.

Page 49: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

34

bahasa Inggris: to persuade, to induse, to believe, atau dalam

bahasa Indonesia: membujuk, merayu37, sedangkan

Jamaluddin Kafie menambahkan pengertian dengan

“meyakinkan”.38

Soleh Soemirat, Hidayat Satari dan Asep Suryana dalam

bukunya “Komunikasi Persuasif” mendefinisikan persuasi,

yakni melakukan upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan

perilaku seseorang melalui cara-cara yang mudah,

manusiawi, dan halus, dengan akibat munculnya kesadaran,

kerelaan, dan perasaan senang serta adanya keinginan untuk

bertindak sesuai dengan yang dikatakan persuader.39

Dalam Ensiklopedia Umum dikatakan bahwa persuasif

adalah suatu cara dalam psikoterapi, yaitu dokter mencoba

menjelaskan kepada pasien bahwa gejala-gejala penyakitnya

ada hubungannya yang erat dengan keadaan lingkungan dan

keadaan sikap tingkah lakunya sendiri yang telah

menimbulkan kesulitan-kesulitan tertentu baginya. Persuasi

pada dasarnya mengajak intelek dan perasaan pasien lebih

meneliti dirinya dan lebih mengikuti jalan fikiran dari

Dokter.40

Dalam kamus populer, kata persuasif diartikan sebagai

“sebuah pendekatan untuk dapat meyakinkan, membujuk

dengan sebuah argumen yang menguraikan suatu masalah

37Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007),154.38Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah (Surabaya, Depag, 1993), 76.39Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitas

terbuka, 2007), 1-26 .40Pringgodigdo, dkk, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius, 1987),

Cet. Ke 7, 874.

Page 50: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

35

atau keadaan yang dibuktikan dengan data-data dan fakta-

fakta yang bertujuan untuk mempengaruhi dan agar mereka

mau mengikuti atau melakukan sebagaimana yang

diharapkan”.41 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

diartikan “persuasif adalah ajakan kepada seseorang dengan

cara memberikan alasan dan prospek baik yang

meyakinkannya, yakni bujukan halus. Persuasif bersifat

membujuk secara halus supaya menjadi yakin”.42

Secara mendalam komunikasi persuasif banyak

dikemukakan oleh para tokoh komunikasi yang dikutip oleh

Dedy Malik dalam kata pengantar bukunya Komunikasi

Persuasif diantaranya:

“Ronald L. Applbaum dan Karl W. E Anatolmengartikan, persuasi adalah komunikasi yangkompleks, ketika individu atau kelompokmengungkapkan pesan (sengaja atau tidak disengaja)melalui cara-cara verbal dan non verbal untukmemperoleh respon tertentu dari individu ataukelompok lain, sedangkan Bettinghous, mengartikanpersuasif adalah komunikasi manusia yang dirancanguntuk mempengaruhi orang lain dengan usahamengubah keyakinan, nilai atau sikap mereka. Burkemenyatakan bahwa persuasif dipandang penciptaanbersama dari suatu pernyataan identifikasi ataukerjasama diantara sumber pesan dengan penerima pesan

yang diakibatkan oleh penggunaan simbol- simbol.43”Para ahli komunikasi sering kali menekankan bahwa

persuasif adalah kegiatan psikologis (tradisi behavioristik).

41Barry,dkk, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 593.42Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2 edisi 3, 864.43Irianto. Komunikasi Persuasif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),

v-vi.

Page 51: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

36

Penekanan ini dimaksudkan untuk mengadakan perbedaan

dengan koersi (coercion), namun tujuan di antara keduanya

(persuasif dan koersif) adalah sama yakni untuk mengubah

sikap, pendapat atau perilaku, hanya saja persuasif dilakukan

dengan halus, luwes dan perikemanusiaan, sedangkan koersif

mengandung sanksi atau ancaman.44

Hovland dan peneliti lainnya juga berusaha mempelajari

tiga faktor yang berperan penting penting dalam proses

persuasi yang dapat menimbulkan perubahan pendapat pada

diri audien, yaitu: siapa (sumber pesan), apa (isi pesan) dan

kepada siapa (karakteristik atau sifat audien).45 Faktor 'siapa'

mencakup dua sifat penting pada diri sumber pesan, yaitu

keahlian dan kepercayaan. Faktor 'apa' mengacu pada

argumentasi yang dikemukakan dan kekhawatiran yang

timbul dari pesan dan 'kepada siapa' mencakup hal-hal,

seperti kepribadian audien dan mudah atau tidaknya audien

untuk dipengaruhi.

Dalam penelitian ini, Hovland mengukur perubahan

pendapat sebagaimana yang ditunjukkan oleh skala

perubahan sikap yang diberikan sebelum dan sesudah

penerimaan pesan.46

Komunikasi persuasif sebagai upaya mempengaruhi opini,

pendapat, sikap atau perilaku seseorang, tentunya

44Effendy Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya,1993), 18.

45Barran, Introduction to Mass Communication (Mayfield PublishingCompany, 2001), 324.

46Morissan, Psikologi Komunikasi (Bogor: Penerbit Ghalian Indonesia,2010), 234-235.

Page 52: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

37

membutuhkan suatu proses. Hovland dalam buku ‘Dynamics

of Persuasion’ mengemukakan sebuah konsep mengenai

proses komunikasi persuasif yang berfokus pada

pembelajaran dan motivasi. Untuk dapat terpengaruh oleh

komunikasi persuasif, seseorang harus memperhatikan,

memahami, mempelajari, menerima dan menyimpan pesan

persuasif tersebut.47

The Hovland/Yale Model Of Persuasion

Gambar 2. 1 Model Persuasi Hovland

Pada bagan tersebut, dijelaskan bahwa dalam proses

komunikasi persuasif, ada tahap dimana komunikan

mempelajari pesan persuasif dari komunikator. Dalam proses

47Perloff, The Dynamics of Persuasion; Communication and Attitudes inthe 21st Century ( New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher, 2003),121.

Acceptance

Retention

Communication Message

Learning

Attitude Change

Attention

Comprehension

Learning

Page 53: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

38

belajar tersebut terdapat beberapa tahapan, yakni attention

(perhatian), comprehension (pemahaman), learning

(pembelajaran), acceptance (penerimaan) dan retention

(penyimpanan). Tahapan yang dikemukakan Hovland ini

merupakan proses sebelum komunikan akhirnya

memutuskan untuk merubah sikapnya, setelah mendapatkan

paparan informasi atau argumen dari komunikator.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persuasif

adalah suatu proses mempengaruhi sikap, pendapat, serta

perilaku dengan cara yang halus sehingga timbul kesadaran

untuk berubah mengikuti apa yang dikatakan persuader atau

orang yang mempersuasi.

3. Pengertian Tuna wicara dan Terapis

a. Definisi Tuna wicara

Tuna wicara adalah individu yang mengalami gangguan

atau hambatan dalam komunikasi verbal sehingga mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi. Hal ini dapat disebabkan oleh

kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti rongga

mulut, lidah, langit-langit bicara seperti rongga mulut, lidah,

dan pita suara, selain itu kurang atau tidak berfungsinya oran

pendengaran, yang mengakibatkan keterlambatan

perkembangan bahasa. Dibawah ini terdapat faktor-faktor

yang menyebabkan seseorang mengalami tuna wicara, yaitu:

1) Hereditas ( keturunan)

Apabila anak tuna wicara dalam kandungan karena

diantara keluarga terdapat tuna wicara atau membawa gen

Page 54: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

39

tuna wicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki

gangguan tuna wicara.

2) Gangguan neo natal

Bayi-bayi prematur yang lahir tidak normal dan lahir

dengan organ tubuh yang belum sempurna kadang

mengakibatkan kebisuan disertai ketulian.

3) Gangguan pos natal

Sudah dilahirkan anak menderita infeksi campak yang

menyebabkan tuli preseftik, virus akan menyerang cairan

koklea, menyebabkan anak menderita otitis media akibat

yang sama akan terjadi bila anak menderita scarlet fever,

difteri batuk atau tertular sifilis.

4) Infeksi saluran pernafasan

Seorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi

gangguan pada organ pernafasan sperti paru-paru, liring, atau

gangguan pada mulut dan lidah.48

Seorang anak yang terlahir kedunia ini memiliki

keunikannya masing-masing, keunikan-keunikan yang

dimilikinya ini memberikan warna tersendiri terhadap

komunikasi yang dilakukan didalam proses pembentukan

makna yang akan dipahami oleh masyarakat awam,

komunikasi non verbal menjadi suatu keunikan yang dialami

oleh anak tuna wicara didalam interaksi yang dilakukannya

terhadap lingkungannya.

48Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: PT Refika Aditama,2007), 95.

Page 55: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

40

Suparno didalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus menyatakan pengertian anak tuna

wicara atau kelainan bicara adalah sebagai berikut:

“Tuna wicara atau kelainan bicara adalah seseorang yangmengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiranmelalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapatdimengerti oleh orang lain. Kelainan wicara dapat bersifatfungsional dimana mungkin disebabkan karenaketunarunguan dan organik yang memang disebabkanadanya ketidak sempurnaan organ wicara maupun adanyagangguan pada organ motoris yang berkaitan denganwicara.49”Anak tuna wicara yang mengalami kelainan bicara ini

menjadi sebuah kasus yang dapat dianalisa mengenai

komunikasi yang mereka lakukan, melalui penganalisaan

komunikasi yang mereka jalani ini dapat terlihat banyak hal

dan salah satunya adalah kebutuhan yang mereka butuhkan,

karena kekurangan yang dimilikinya ini tidak lantas

membuat orang-orang terdekatnya untuk mengurangi kasih

sayang yang dimilikinya dan juga mengurangi pemberian

kebutuhan yang seharusnya dimiliki oleh sang anak.

b. Pengertian Terapis

Terapis wicara adalah profesi seseorang yang tugasnya

merawat jenis penyakit atau cacat mental atau fisik tertentu,

biasanya dengan jenis terapi tertentu, seperti Terapis bicara

atau Terapis seni.50Seseorang yang terampil dalam jenis

49Purwanto. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Direktorat JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2007), 12-13.

50Definition of therapist. (Cambridge Advanced Learner's Dictionary &Thesaurus Cambridge University Press 2019)https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/therapist

Page 56: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

41

terapi tertentu dan sudah memiliki sertifikat atau bisa

didefinisikan sebagai seseorang yang merawat masalah

psikologis, yaitu seorang psikoterapis.51

4. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia hidup bermasyarakat, dan akan saling

berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain.

Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses

interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai

hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial

yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang

satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu

dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan

individu. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu

atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi.

Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya

hubungan sosial. Komunikasi merupakan penyampaian suatu

informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap

informasi yang disampaikan. Menurut Soekanto interaksi

sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara

kelompok–kelompok manusia, maupun antara orang

perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara

kelompok–kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut

sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi

51Definition of therapist. (English Oxford Living Dictionaries, OxfordUniversity Press 2019) https://en.oxforddictionaries.com/definition/therapist.

Page 57: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

42

anggota–anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok–

kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat.

Interaksi tersebut lebih dominan dilihat apabila terjadi

benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan

kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak–

pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi

sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan

hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali

tidak berpengaruh terhadap sistem sosial sebagai akibat

hubungan termaksud.

Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian

ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap

individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan

menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi

pasangannya.52 Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini

mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan

suatu stimulus atau perangsang bagi tindakan individu lain

yang menjadi pasangannya.

Hamdi memberikan pengertian tentang interaksi sosial

adalah merupakan proses hubungan timbal balik antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok,

kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi antara

satu dengan yang lainnya.53 Ahli psikologi lainnya Gerungan

52Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas (Jakarta: CV Rajawali,2002), 15.

53Hamdi. Psikologi Sosial (Jakarta: PT Rafika Aditama, 2004), 20.

Page 58: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

43

menyatakan interaksi sosial adalah merupakan hubungan

antara dua atau lebih individu, manusia, dimana kelakuan

individu yang satu mengubah atau mempengaruhi kelakuan

individu yang lain, atau sebaliknya. Kelangsungan interaksi

sosial sekalipun dalam bentuk yang sederhana, ternyata

merupakan proses yang kompleks.54

Pendapat lain dikemukakan oleh Shaw dimana interaksi

sosial adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing–

masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain.55 Hal

senada juga dikemukakan Thibaut dan Kelley bahwa interaksi

sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain

ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka

menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi

satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap

orang bertujuan untuk mempengaruhi individu yang lainnya.56

Berdasarkan definisi-definisi atau pendapat tersebut di

atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling

mempengaruhi satu sama lain, baik dalam hubungan antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun

kelompok dengan kelompok.

5. Teori Kredibilitas

Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan

oleh Hovland, Janis dan Kelley yaitu Teori Kredibilitas

54Gerungan. Psikologi Sosial (Jakarta : PT Eresco Bandung, 2003), 31.55Shaw. Psikologi Sosial (Bandung : Rosdakarya, 2010), 46.56Kelley, dkk. Teori Sosiologis Edisi Keenam (Jakarta : Rineka Cipta,

2008), 65.

Page 59: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

44

Sumber (Source Credibility Theory) dalam buku

Communication and Persuasion. Asumsi dasar dari teori ini

adalah menyatakan bahwa seseorang dimungkinkan lebih

mudah dipersuasi jika sumber-sumber persuasinya cukup

kredibel. Kita biasanya akan lebih percaya dan cenderung

menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan oleh

orang yang memiliki kredibilitas di bidangnya.

“High credibility sources had a substantially greater

immediate effect onthe audience’s opinions than low

credibility sources”57. Maksud dari kutipan diatas, bermakna

bahwa sumber dengan kredibilitas tinggi memiliki dampak

besar terhadap opini audiens daripada sumber dengan

kredibilitas rendah. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi

lebih banyak menghasilkan perubahan sikap dibandingkan

dengan sumber yang memiliki kredibilitas rendah. Ketika

penerimaan bisa diterima dengan argumen dalam mendukung

pandangan, maka keahlian dan kehandalan komunikator bisa

menentukan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Keahlian komunikator adalah kesan yang dibentuk

komunikan tentang kemampuan komunikator dalam

hubungannya dengan topic yang dibicarakan. Komunikator

yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap sebagai cerdas,

mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih.

Kepercayaan, kesan komunikan tentang komunikator yang

57Hovland. Definisi Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), 207.

Page 60: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

45

berkaitan dengan sumber informasi yang dianggap tulus,

jujur, bijak dan adil, objektif, memiliki integritas pribadi,

serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi58.

Seorang komunikator dalam proses komunikasi akan

sukses apabila berhasil menunjukan source credibility,

artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.

Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa

pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai

dengan kenyataan.

Kepercayaan bagi komunikan kepada komunikator

ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas

pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kredibilitas

komunikator terbentuk oleh keahlian komunikator dalam

menguasai informasi mengenai objek yang dimaksud dan

memiliki keterpercayaan terhadap derajat kebenaran

informasi yang ia sampaikan.

Teori kredibilitas sumber (source of credibility) sering

dikaitan dengan komunikasi persuasif. Adapun dalam

konteks penelitian, khususnya yang berkaitan dengan

penelitian layanan perpustakaan teori kredibilitas banyak

dipakai sebagai landasan teori, baik untuk penelitian yang

mengunakan pendekatan kuantitatif seperti jenis penelitian

deskriptif, korelasi, komparatif maupun penelitian yang

58Venus. Manajemen Kampanye (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2009), 57.

Page 61: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

46

menggunakan pendekatan kualitatif serta penelitian

campuran (mix method).59

Berbicara tentang kredibilitas dalam kajian ilmu

komunikasi sebenarnya bukanlah merupakan sesuatu hal

yang baru, karena pada abad keempat sebelum masehi pun,

Aristoteles telah menggunakan istilah “ethos” untuk

menyebut sifat-sifat pribadi seseorang komunikator yang

memengaruhi khalayak. Lebih jauh tentang hal ini

Aristoteles mengatakan bahwa: Persuasi tercapai karena

karakteristik personal pembicara, yang ketika ia

menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat

dipercaya. Kita lebih cepat percaya pada orang-orang baik

daripada orang lain.

Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara

mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan

pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis

retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan

pembicara tidak terpengaruh apa-apa pada kekuatan

persuasinya, sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut

sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya.60

Pendapat dari Aristoteles diatas, juga diamini oleh

Onong Uchjana Effendy yang mengatakan bahwa, dalam

bentuk proses komunikasi seorang komunikator akan sukses

59Yunus Winoto, Penerapan Teori Kredibilitas Sumber (Source ofCredibity) Dalam Penelitian-Penelitian Layanan Perpustakaan, JurnalPencerahan,Tahun 5, Volume 5 No. 2 November 2015.

60Rakhmat. Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1998), 255.

Page 62: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

47

apabila ia berhasil menunjukkan source of credibility, artinya

menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan kepada

komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam

bidang pekerjaannya serta dapat tidaknya dipercaya.61

Selanjutnya Onong Uchjana Effendy menyebutkan,

bahwa faktor penting pada komunikator pada saat melakukan

kegiatan komunikasi adalah sumber daya tarik (source

attractiveness) dan sumber kepercayaan (source credibility),

yaitu sebagai berikut62:

a. Sumber daya tarik

Seorang komunikator akan berhasil dalam berkomunikasi,

akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan

melalui mekanisme daya tarik jika komunikan bersedia taat

pada isi pesan yang dilancarkan komunikator.

b. Sumber kepercayaan

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil

adalah kepercayaan komunikan pada komunikator.

Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau

keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Selain dari

kedua pendapat di atas pengertian kredibilitas juga

dikemukakan beberapa pakar komunikasi. Jalaluddin

Rakhmat dalam sebuah bukunya yang berjudul “Psikologi

Komunikasi”, mengartikan kredibilitas adalah seperangkat

61Effendy. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek (Bandung : PT RemajaRosda Karya, 1997), 305.

62Effendy. Ilmu, teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : PT CitraAditya Bakti, 2003), 43.

Page 63: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

48

persepsi komunikate atau khalayak mengenai sifat-sifat

komunikator.

Dalam hal ini menurut Rakhmat menegaskan bahwa

kredibilitas mengandung dua hal: pertama, kredibilitas

merupakan persepsi khalayak jadi dalam konteks ini

kredibilitas tidak inhern atau melekat dalam diri

komunikator, kedua kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat

komunikator.63

Dari berbagai pendapat pakar komunikasi, dalam

kredibilitas terdapat tiga komponen kredibilitas sumber,

yakni keahlian (expertise) yang merupakan kesan yang

dibentuk penerima tentang kemampuan sumber komunikasi

persuasi berkaitan dengan topik yang dibicarakan, dapat

dipercaya (trustworthiness) yang merupakan kesan penerima

tentang sumber komunikasi yang berkaitan dengan wataknya

seperti kejujuran, ketulusan, bersikap adil, bersikap sopan,

berperilaku etis atau sebaliknya serta faktor daya tarik

komunikator (attractiveness) yang meliputi daya tarik fisik

maupun non fisik dari komunikator.

Faktor keahlian adalah tingkat penguasaan sumber

yang dipersepsi khalayak mengetahui jawaban yang benar

dan tepat pada pokok permasalahan. Keahlian bergantung

pada keterlatihannya, pengalamannya, kemampuannya dan

status sosialnya, jadi seorang sumber dikatakan ahli adalah

63Rakhmat. Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,1998), 257.

Page 64: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

49

seeseorang yang pengetahuannya diakui dan dipercaya

tentang pokok permasalahan.

Menurut McCroskey dalam Tubbs dan Moss

mengatakan bahwa keahlian itu sama artinya dengan

keotoritarifian, yaitu keahlian komunikator mengenal subjek

yang disajikan, bagaimana pendapat khalayak mengenai

kecerdasan komunikator. Informasi yang dimilikinya,

kompetensinya dan kewibawaannya.64

Pustakawan yang kaya akan pengetahuan dan

pengalaman akan lebih mudah dalam menjelaskan pesan-

pesan komunikasinya serta akan lebih mudah dalam memberi

ilustrasi atau contoh-contoh pada pesannya. Dengan kata

lain, pustakawan yang baik adalah pustakawan yang

menguasai cara menyampaikan pesan yang ada dipikirannya

ketika menjelaskan materi kepada khalayak pengguna baik

dalam kegiatan layanan perpustakaan maupun dalam

kegiatan perpustakaan lainnya. Kemudian, mengenai faktor

keterpercayaan dapat diartikan sebagai tingkat pengakuan

sumber yang dipersepsi sebagai yang memotivasi untuk

mengkomunikasikan pendiriannya tanpa prasangka.

Oleh sebab itu, sumber yang dipercaya adalah suatu

sumber yang objektif, suatu sumber yang terpercaya

dipersepsi juga oleh khalayak yaitu yang tidak memiliki

maksud untuk memanipulasi dan tidak mengambil

keuntungan bila khalayak menerima rekomendasi pesan.

64Moss. Human Communication: Prinspi-Prinsip Dasar, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 1996), 61.

Page 65: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

50

Berkaitan dengan faktor keterpercayaan Effendy mengatakan

bahwa kepercayaan terhadap komunikator ditentukan oleh

keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya, lebih dikenal

dan disenangi komunikator oleh komunikan, lebih cenderung

komunikan untuk mengubah kepercayaannya ke arah yang

dikehendaki oleh komunikator.65

Kepercayaan pada komunikator mencerminkan bahwa

pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai

dengan kenyataan. Dalam konteks layanan perpustakaan,

faktor keterpercayaan ini terkait dan dengan hal-hal yang

melekat atau inheren dengan diri pustakawan seperti

pengetahuan, keahlian, pengalaman, otoritas, integritas

moral, kejujuran maupun yang tidak melekat dalam diri

pustakawan seperti faktor persepsi khalayak terhadap

pustakawan.

Misalnya, seorang pustakawan yang akan memberikan

pelatihan tentang literasi informasi dan literasi media,

berpenampilan dengan memakai celana jeans lusuh dan

sobek di kedua lututnya, berambut gondrong akan merubah

persepsi khalayak/peserta terhadap pustakawan kendati pun

pustakawan tersebut memiliki pengetahuan, pengalaman,

integritas, dll.

Jadi faktor persepsi khalayak atau komunikan akan

mengganggu keterpercayaan terhadap sumber (pustakawan)

65Effendy. Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004),43-44.

Page 66: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

51

jika penampilan pustakawan tidak sesuai gambaran atau

harapan dari khalayak atau peserta.

Faktor berikutnya adalah daya tarik adalah sebagai

salah satu komponen pelengkap dalam pembentukan

kredibilitas sumber. Apabila sumber merupakan individu

yang tidak menarik atau tidak disukai, persuasi biasanya

tidak efektif. Kadang-kadang efek persuasi yang

disampaikan komunikator yang tidak menarik bahkan dapat

mengubah ke arah yang berlawanan dengan yang

dikehendaki.66

66Saifuddin. Sikap Manusia: Teori dan pengukurannya (Yogyakarta:Liberty, 2000), 76.

Page 67: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

52

B. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam

merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:

Strategi Komunikasi Persuasif

Terapis kepadaPenyandang Tuna wicara

Model PersuasiHovland, terdiridari 5 tahapan,yaitu:1. Perhatian2. Pemahaman3. Pembelajaran4. Penerimaan5. Penyimpanan

Faktor yangmempengaruhi dalamproses terapi, yaitu:1. Faktor Pendukung

a. Sarana danPrasarana.

b. KredibilitasTerapis.(Teori Kredibilitas)

c. Terapis yangberpengalaman.

d. Kerjasama denganorang tua.

2. Faktor Penghambata. Kesulitan dalam

mengkondisikanpasien.

b. Strategi yang tidakcocok.

MeningkatkanKemampuan

Bernteraksi Sosial

Page 68: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

53

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Yayasan Bina Wicara

Yayasan Bina Wicara adalah sebuah yayasan yang

bergerak dalam penanganan terhadap tuna wicara. Berdiri

sejak tahun 1967 dan menaungi Akademi Terapi Wicara

sebagai sarana dalam mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan

dalam tuna wicara, menangani dan mencarikan solusi bagi

klien serta mencetak Terapis Wicara sebagai profesi tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi melakukan penanganan

untuk gangguan bahasa, wicara, suara, irama kelancaran dan

gangguan menelan.

Akademi Terapi Wicara (Yayasan Bina Wicara)

diawali dengan penyelenggaraan Kursus Speech Correction A

dan B pada tahun 1971-1972 (masing–masing 6 bulan).

Dorongan penyelenggaraan kursus tersebut adalah kenyataan

bahwa di masyarakat dijumpai orang–orang yang mengalami

gangguan berkomunikasi belum atau tidak mendapatkan

pelayanan sesuai kebutuhan. Di sekolah–sekolah Luar Biasa

juga ditemukan siswa–siswa yang mengalami gangguan

perkembangan bahasa dan bicara yang tidak mungkin

ditangani oleh guru–guru. Karena memang guru–guru sesuai

dengan latar belakang pendidikannya dipersiapkan/dididik

untuk menjadi guru bukan untuk menjadi Terapis Wicara.

Peserta kursus umumnya guru–guru SLB dengan

Page 69: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

54

pertimbangan mereka telah memiliki pengetahuan dasar dan

pengalaman memberikan pelayanan kepada anak berkelainan.

Akhir tahun 1972 dilakukan evaluasi terhadap

penyelenggaraan dan hasil kursus. Akhirnya diputuskan pada

awal tahun 1973 kursus ditingkatkan menjadi program

pendidikan 3 tahun dengan latar belakang pendidikan peserta

didik SLTA. Pelaksanaannya pada awal tahun 1973 dibuka

penerimaan mahasiswa baru untuk mahasiswa tahun pertama

dan mereka yang dinyatakan lulus Kursus Speech Corection

A dan B dapat melanjutkan dan diterima sebagai mahasiswa

tahun kedua.

Institusi penyelenggara yaitu Lembaga Pendidikan

Bina Wicara “Vacana Mandira” Yayasan Bina Wicara.

Tenaga pengajar yaitu tenaga ahli (Speech Therapist) dari

India, Linguist dari Negeri Belanda dan tenaga pengajar untuk

mata kuliah dasar dari Fak. Kedokteran UI, Fak. Psikologi UI,

dan Fak. PLB UNJ (IKIP Jakarta).

Hari jadi ATW-YBW berdasarkan amanat Ibu J.S

Nasution sebagai salah satu pendiri YBW ditetapkan tanggal

14 Februari sebagaimana tertuang pada akte pertama YBW

yaitu Akte Notaris Kartini Mulyadi, SH Nomor: 120 tahun

1976.ATW-YBW berdiri berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor: 221/Kep/Diknakes/XII/88

tanggal 22 Desember 1988.67

67Sejarah,https://atw-ybw.ac.id/web/id/profil/sejarah

Page 70: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

55

B. Sejarah Klinik Bina Wicara

Awal terbentuk Klinik Bina Wicara, didasari atas

masih minimnya sarana dalam uji coba praktek yang

dilakukan mahasiswa Akademi Terapi Wicara, selain itu

Klinik Bina Wicara dulunya adalah sebuah laboratorium yang

berfungsi sebagai sarana praktek mahasiswa pertama kali

sebelum praktek di lapangan, selain itu untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari saat mahasiswa

berkuliah di Akademi Terapi Wicara Jakarta Pusat.

Berangsur-angsur dan dari waktu ke waktu

laboratorium beralih fungsi menjadi Klinik dalam menangani

permasalahan kepada masyarakat umum yang membutuhkan,

kemudian berangkat dari pandangan salah satu pendiri yang

melihat belum banyak tersedia sarana yang memudahkan

masyarakat dalam mencari solusi bagi anak atau saudaranya

yang membutuhkan pertolongan khusus dalam menangani hal

yang berkaitan dengan tuna wicara, gangguan komunikasi,

autisme dan lain-lain.

Klinik Bina Wicara didominasi Terapis yang berasal

dari Akademi Terapi Wicara, yang merupakan dalam satu

wadah yang sama, yaitu dibawah naungan Yayasan Bina

Wicara, walaupun begitu ada sebagian Terapis yang berasal

dari Akademi yang lain. Terapis Wicara adalah Profesi tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi melakukan penanganan

untuk gangguan bahasa, wicara, suara, irama kelancaran dan

gangguan menelan, sebagian contoh kondisi individu yang

Page 71: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

56

membutuhkan terapi wicara seperti autism, tuna rungu, mental

retardasi, down syndrome, celah bibir langit-langit, post

stroke, gagap dan latah, sehingga para Terapis pun akan

menghadapi berbagai macam kasus yang terjadi pada

masyarakat, para Terapis diharapkan mampu menghadapi

berbagai macam kasus dengan sebaik mungkin tanpa

merugikan pasien dan orang tua. 68

Seperti yang terdapat dalam tujuan Akademi Terapi

Wicara, yaitu diharapkan mampu menghasilkan tenaga Ahli

Madya Terapi Wicara yang berkompeten, beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila,

berperiakal, berperirasa, berperilaku, kreatif, dinamis,

inovatif, memiliki integritas dan kepribadian tinggi, terbuka,

cepat tanggap terhadap pembaharuan, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta tanggap terhadap seni dan

berbagai masalah di masyarakat, khususnya yang berkaitan

dengan bidang terapi wicara.69

Hal yang menarik adalah Klinik Bina Wicara menjadi

salah satu Klinik yang tertua di Indonesia yaitu telah berjalan

dari tahun 1973. Kemudian, isu disabilitas menjadi hal

perhatian pemerintah beberapa waktu belakangan ini, dengan

adanya slogan “Menuju Indonesia Inklusi”, sehingga dengan

adanya penelitian ini ikut menyertai perkembangan isu yang

68Tentang Akademi Terapi Wicara, https://atw-ybw.ac.id/web/id/profil/visi-dan-misi.

69Visi dan Misi, https://atw-ybw.ac.id/web/id/profil/visi-dan-misi.

Page 72: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

57

ada, khususnya pada penyandang tuna wicara. Hal lainnya

yang menjadi alasan, yaitu bentuk proses terapi wicara yang

berbeda dari terapi-terapi lainnya, dimana setiap Terapis

dituntut dalam menghadapi berbagai macam jenis klien dan

Terapis sangat diperlukan dalam menjawab isu disabilitas.

C. Sarana dan Prasarana

1. Ruang Terapi

Dalam ruangan ini Terapis bersama pasien berada

dalam satu ruangan yang sama, kemudian Terapis

memberikan berbagai macam bentuk terapi yang

disesuaikan dengan kebutuhan pasien, seperti memberikan

mainan dan peralatan lainnya yang menunjang

keberhasilan proses terapi.

2. Free Wifi

Fasilitas akses internet melalui wifi atau hot spot yang

tersedia di area tempat menunggu, ditunjukkan untuk para

pekerja dan orang tua yang menunggu anak atau

saudaranya ketika menjalani proses terapi. Fasilitas ini

disediakan secara gratis, demi membuat kenyamanan bagi

pengunjung maupun pekerja.

3. Kantin

Karakter masyarakat Indonesia yang sangat menyukai

hidangan kuliner, membuat kantin pada Akademi Terapi

Wicara melayani berbagai macam hidangan. Kantin

Akademi Terapi Wicara selain menjadi tempat untuk

Page 73: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

58

nongkrong dan makan, juga digunakan mahasiswa sebagai

tempat belajar maupun tempat bagi para orang tua yang

sedang menunggu anaknya ketika menjalani proses terapi.

4. Parkiran Motor dan Mobil

Yayasan Bina Wicara juga menyediakan tempat yang

aman dan nyaman untuk para mahasiswa Akademi Terapi

Wicara maupun karyawan dari Yayasan Bina Wicara dan

Klinik Bina Wicara.

5. Mushola

Tidak hanya menyediakan fasilitas untuk belajar,

Yayasan Bina Wicara juga menyediakan fasilitas beribadah

bagi para orang tua maupun mahasiswa yang mayoritas

beragama Islam.

6. Aula

Fasilitas lain yang disediakan oleh pihak Yayasan

Bina Wicara adalah Aula. Pihak Yayasan menyediakan

aula untuk digunakan mahasiswa Akademi Terapi Wicara

maupun orang tua pasien dari Klinik Bina Wicara. Aula ini

memiliki fungsi untuk menyelenggarakan kegiatan dalam

ruangan seperti, seminar, lokakarya, kuliah umum,

orientasi penerimaan mahasiswa baru dan lain-lain, yang

membutuhkan tempat luas dan tertutup. Pihak Klinik Bina

Wicara beberapa kali mengadakan sosialisasi terhadap

orang tua pasien dalam berbagai macam tema.70

70Fasilitas Kampus, https://atw-ybw.ac.id/web/id/profil/tentang-atw.

Page 74: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

59

D. Struktur Yayasan Bina Wicara

Struktur yang terdapat dalam Yayasan Bina Wicara

sangat beragam penempatan kerja dan anggotanya, yaitu ada

Prof. dr Teguh A.S Ranakusuma, Sp.S(K) yang bertindak

sebagai Pengawas, kemudian Prof. dr. H. Hendarto

Hendarmin, Sp.THT yang bertindak sebagai Pembina,

selanjutnya dalam kepengurusan terdapat dua nama, yaitu

Tonny Marwati sebagai Ketua dan Dudung Abdurrachman,

S.Pd., A.Md T.W sebagai Sekretaris.

Pengelola Akademi Terapi Wicara terdiri dari

beberapa jajaran jabatan, yaitu Hikmatun Sa’diah, A.Md

T.W., M.Pd sebagai direktur. Terdapat 3 Wakil Direktur

dalam membantu tugas Direktur, yaitu Puji Astuti, A.Md

T.W, S.Pd bertindak sebagai Wakil Direktur I, kemudian

Yulidar A.Md T.W, S.Pd bertindak sebagai Wakil Direktur II

dan Nunung Lestari A.Md T.W, S.Pd bertindak sebagai Wakil

Direktur III.

Selanjutnya, terdapat beberapa nama yang menjabat

sebagai Staff Unit yaitu Edy Sumardi, Deni Alamsyah, SE,

Sopiyati, A.Md T.W, Arif Wahyu Hidayat, A.Md T.W, Bayu

Saputro, A.Md T.W dan Jamilah. Terdapat perpustakaan yang

di kelola oleh Mustakim, S. IPust dan terakhir terdapat

Laboratorium yang dikelola oleh Dewi Mulyati, A.Md T.W,

S.Pd. Dalam hal ini Laboratorium digunakan sebagai tempat

Page 75: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

60

penelitian selain itu diperuntukkan sebagai Klinik Bina

Wicara.71

Gambar 3.1 Struktur Lembaga

E. Jumlah Terapis dan Penyandang Tuna wicara

Seiring berjalannya waktu, Klinik Bina Wicara

berkembang dan semakin banyak dicari masyarakat, karena

jasanya dalam menangani persoalan yang berkaitan dengan

71Stuktur Organisasi, https://atwybw.ac.id/web/id/profil/struktur-organisasi

Page 76: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

61

terapi wicara, seperti autisme, tuna rungu, mental retardasi,

down syndrome, celah bibir langit-langit, post stroke, gagap

dan latah. Para Terapis dibekali dengan keilmuan yang terbaik

untuk memuaskan klien. Dalam perjalanannya Klinik Bina

Wicara telah menerima 150 klien dan beragam jenis persoalan

yang berkaitan dengan terapi wicara telah dilaksanakan. Rata-

rata para Terapis melakukan proses terapi 3-6 bulan bahkan 1

tahun, karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

pasiennya.

Jumlah Terapis saat ini hanya terdapat 30 orang dan

bekerja dari Senin hingga Sabtu. Biasanya setiap Terapis

menangani satu klien, namun terkadang satu pasien harus

diatasi hingga 2 Terapis, tergantung dari kondisi yang dialami

pasien, karena terkadang ada pasien hyperactive atau autisme

yang terkadang berontak sehingga harus diatasi beberapa

Terapis agar proses terapi berjalan sesuai yang diinginkan.

F. Profil Informan

Berikut ini nama-nama orang yang telah peneliti

wawancara beserta jabatan dan riwayat pendidikannya:

1. Informan 1

Nama: Hilda Sofia Hanafi, A.Md T.W

Jabatan: Kepala Klinik Bina Wicara

Riwayat Pendidikan: D3 Akademi Terapi Wicara

2. Informan 2

Nama: Anjarsari Sulistyowati, A.Md T.W.

Page 77: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

62

Jabatan: Terapis Wicara

Riwayat Pendidikan: D3 Akademi Terapi Wicara

3. Informan 3

Nama: Erni Maisari, A.Md T.W.

Jabatan: Terapis Wicara

Riwayat Pendidikan: D3 Akademi Terapi Wicara

4. Informan 4

Nama: Darsenih, A.Md T.W.

Jabatan: Terapis Wicara

Riwayat Pendidikan: D3 Akademi Terapi Wicara

5. Informan 5

Nama: Diana Martini, A.Md T.W., S.Pd

Jabatan: Terapis Wicara

Riwayat Pendidikan: D3 Akademi Terapi Wicara

6. Informan 6

Nama: Hairani, A.Md T.W.

Jabatan: Terapis Wicara

Riwayat Pendidikan: D3 Akademi Terapi Wicara

Page 78: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

63

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Strategi Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh

Terapis Klinik Bina Wicara dalam memberikan

pemahaman kepada Penyandang Tuna wicara

Strategi komunikasi persuasif yang diterapkan Terapis

Klinik Bina Wicara sebagai upaya dalam memberikan solusi

terhadap masalah yang berkaitan dengan tuna wicara, yaitu

memberikan stimulus agar pasien mengikuti apa yang

diperintah Terapis. Para Terapis sudah melakukan komunikasi

sejak pertama kali melakukan assessment di awal pertemuan

bersama orang tua, kemudian Terapis melakukan komunikasi

dengan pasien agar mengetahui seperti apa kondisinya,

sehingga akan mempermudah dalam menganalisa kebutuhan

pasien, sehingga dapat disesuaikan dalam menggunakan

metodenya. Komunikasi yang dilakukan antara Terapis dan

pasien dilakukan 1-2 kali dalam seminggu.

Para Terapis melakukan komunikasi yang secara

berkala agar dapat mengetahui metode yang cocok, karena

pasien terkadang akan berontak dan tidak mengikuti apa yang

diperintah Terapis, sehingga seorang Terapis dituntut untuk

teliti dalam memberikan metode yang tepat. Hal tersebut

dilakukan agar Terapis dapat melakukan proses terapi yang

disesuaikan dengan standar Klinik Bina Wicara, yaitu

Page 79: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

64

normalnya 6-12 bulan dan harapannya sesuai yang diharapkan

orang tua yaitu anaknya berkembang dengan maksimal.

Strategi komunikasi persuasif antara Terapis dengan

pasien dapat berjalan dengan baik apabila Terapis tepat dalam

menerapkan tehnik dan metodenya terhadap pasien, jika tidak

sesuai maka proses persuasif akan berjalan lama yang

berujung pada kegagalan dan harus merubah strategi baru

sesuai kesepakatan Terapis dan orang tua. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah peneliti lakukan strategi komunikasi

persuasif menggunakan model Hovland dalam

mengkombinasikan antara data dengan temuan penelitian.

Seluruh informan Terapis yang peneliti lihat melakukan

langkah-langkah yang terdapat dalam strategi komunikasi

persuasif model Hovland. Disamping itu, aspek kredibilitas

juga ditekankan oleh setiap Terapis dalam proses terapi yang

akan dijabarkan lebih mendalam.

Dalam bab 2 telah dijelaskan bahwa dalam proses

komunikasi persuasif, ada tahap dimana komunikan

mempelajari pesan persuasif dari komunikator. Dalam proses

belajar tersebut terdapat beberapa tahapan, yakni attention

(perhatian), comprehension (pemahaman), learning

(pembelajaran), acceptance (penerimaan) dan retention

(penyimpanan). Tahapan yang dikemukakan Hovland ini

merupakan proses sebelum komunikan akhirnya memutuskan

untuk merubah sikapnya, setelah mendapatkan paparan

Page 80: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

65

informasi atau argumen dari komunikator. Dalam hal

komunikan sebagai pasien dan komunikator sebagai Terapis.

Kemudian hasil dari strategi komunikasi persuasif

antara Terapis dengan klien ,pada akhirnya akan berujung

pada perubahan yang dialami klien. Dalam strategi

komunikasi terdapat 4 perubahan, yaitu perubahan sikap,

perubahan pendapat, perubahan perilaku dan perubahan

sosial. Ketika proses terapi berjalan dengan maksimal, klien

akan mengalami 4 perubahan tersebut dan berproses secara

terus menerus.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di

lapangan maka peneliti menggunakan model Hovland sebagai

dasar dalam menganalisa, yaitu terdapat beberapa tahapan

attention (perhatian), comprehension (pemahaman), learning

(pembelajaran), acceptance (penerimaan) dan retention

(penyimpanan). Seluruh informan yang peneliti temui

mempunyai cara masing-masing dalam memberikan terapi

kepada pasien, sehingga hasil dari analisis akan beragam.

Berikut ini merupakan strategi komunikasi persuasif yang

peneliti temukan pada informan Terapis terhadap pasien

Klinik Bina Wicara antara lain sebagai berikut:

1. Attention (Perhatian)

Pengamatan yang dilakukan peneliti, menunjukkan

seorang Terapis sangat membutuhkan perhatian dari pasien.

Perhatian yang ditunjukkan oleh pasien bertujuan agar proses

terapi menjadi berjalan lancar dan jika sebaliknya seorang

Page 81: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

66

Terapis akan mengalami hambatan serta membutuhkan proses

terapi yang panjang serta membutuhkan strategi baru.72

Proses perhatian menjadi awal dalam memulai sebuah

percakapan, dengan awalan yang baik akan menghasilkan

respon yang positif terhadap lawan bicara. Dalam hal ini

perhatian maksudnya, ketika orang yang dibujuk tidak

mengindahkan pesan yang disampaikan kepadanya, maka

mereka tidak bisa dipersuasi oleh pesan itu. Sama halnya

seperti strategi komunikasi yang dilakukan seorang Terapis,

untuk pertama kali ketika berhadapan dengan klien, harus

mengkondisikan dirinya agar bisa berkomunikasi yang

menarik dan bisa membujuk klien agar mengikuti apa yang

diperintah Terapis.

Seperti halnya menghadapi anak austime, seorang

terapi harus mampu mencari berbagai macam cara agar

mendapatkan respon yang positif, karena jika sebaliknya

maka anak autisme akan berontak. Terapi dapat menerapkan

pendekatan dengan menyesuaikan kemampuan anaknya dan

mengikuti apa yang diinginkan anak sebagaimana

diungkapkan oleh informan A sebagai salah satu Terapis di

Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat, “Jadi cara pendekatan

ketika anak-anak pertama kali datang masih maunya sendiri,

kemudian kita biarkan dulu untuk kita ikutin gimana maunya,

72 Hasil pengamatan peneliti dengan ibu Hilda Sofia Hanafi padaRabu, 24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

Page 82: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

67

nah setelah itu kita adakan pendekatan yaitu dengan

melakukan terapi sesuai dengan kemampuannya saat itu”73

Dalam hasil wawancara terhadap informan A, terlihat

pada proses perubahan sosial, dimana pasien berusaha untuk

diterima oleh Terapis agar bisa dimengerti, klien berusaha

untuk bisa bersosial dengan cara melakukan apa yang dia

inginkan tanpa diganggu Terapis saat di awal pertemuan.

Akan berbeda hasilnya jika klien direspon dengan penuh

ketidaksabaran, klien akan menolak dan lambat dalam proses

perubahan sosialnya.

Begitu juga dengan informan B yang merupakan salah

satu Terapis di Klinik Bina Wicara. Pada saat itu kebetulan

informan dalam waktu senggang. Kemudian informan B

mempunyai cara yang berbeda, yaitu mencari perhatian klien

ketika dalam kondisi yang menangis maupun berontak,

dengan cara memberikan mainan agar mudah dalam diberikan

proses terapi dan diajak dalam berkomunikasi. Jika seorang

Terapis tidak mampu mengkondisikan klien agar tenang maka

akan membuat proses terapi berjalan lama serta membutuhkan

strategi yang harus dikonsultasikan antara Terapis dengan

orang tua dan jika orang tua tidak puas maka orang tua dapat

berkonsultasi dengan Kepala Bina Wicara, sebagaimana yang

diungkapkan oleh informan B, sebagai salah satu Terapis di

Klinik Bina Wicara yaitu, “Jadi ketika di awal masuk,

73 Wawancara peneliti dengan ibu Hilda Sofia Hanafi pada Rabu,24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

Page 83: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

68

biasanya kita beri mainan kalo dia nangis, kita ajak main kaya

gitu, biasanya untuk interaksi awal untuk proses adaptasi,

kalo main juga biasanya seperti main puzzle.”74

Dalam hasil wawancara terhadap informan B, proses

perubahan sosial terlihat disini, yaitu ketika Terapis mengajak

main dan dimulai interaksi antara keduanya, sehingga secara

tidak langsung anak belajar dalam proses perubahan sosial,

dimana anak belajar dalam berinteraksi dengan Terapis secara

berkala dan akan membentuk ikatan di antara keduanya serta

mempermudah proses terapi. Anak pun akan belajar dalam

bersosialisasi di tahap ini.

Informan selanjutnya adalah informan C yang

merupakan salah satu Terapis di Klinik Bina Wicara.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti,

informan C kurang lebih sama seperti informan B, yaitu

mencari perhatian klien ketika dalam kondisi menangis

maupun berontak, dengan cara memberikan mainan agar

mudah dalam diberikan proses terapi dan diajak

berkomunikasi, selain itu informan C menegaskan agar ketika

di awal memahami kliennya terlebih dahulu, dengan

memahami dari vokalnya klien masuk kedalam kategori

seperti apa. Hal tersebut diungkapkan oleh informan C

sebagai salah satu Terapis di Klinik Bina Wicara yaitu,

“Biasanya sih kita memahami kliennya dulu, misalkan dari

74 Wawancara peneliti dengan ibu Anjarsari Sulistyowati padaRabu, 24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

Page 84: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

69

vokalnya seperti apa, supaya klien tau maksud yang kita

sampaikan, baru setelah itu dilanjut lagi ke komunikasinya”75

Dalam hasil wawancara terhadap informan C, proses

perubahan sosial terlihat disini, dimana tidak terlalu beda jauh

dengan hasil wawancara terhadap informan B, yaitu ketika

Terapis mengajak main dan dimulai interaksi antara

keduanya, sehingga secara tidak langsung anak belajar dalam

proses perubahan sosial, dimana anak belajar dalam

berinteraksi dengan Terapis secara berkala dan akan

membentuk ikatan di antara keduanya serta mempermudah

proses terapi. Anak pun akan belajar dalam bersosialisasi

ditahap ini.

2. Comprehension (Pemahaman)

Saat berada di lapangan peneliti mendapatkan,

bahwasanya setiap pasien akan memahami secara maksimal

apa yang dikatakan oleh Terapis apabila Terapis mampu

membuat kondisi yang nyaman dan interaktif, sehingga pasien

menjadi mudah dalam menerima proses terapi yang diberikan.

Kemudian, pemahaman yang didapatkan oleh pasien akan

menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan proses terapi.76

Pemahaman merupakan bagian dari karakteristik yang

disampaikan oleh Hovland. Pemahaman akan menjadi sangat

75 Wawancara peneliti dengan ibu Hairani pada Rabu, 24 Juli2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

76 Hasil pengamatan peneliti dengan Hairani pada Rabu, 24 Juli2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 85: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

70

penting ketika komunikator menyampaikan sesuatu ke

komunikan, dengan memberikan pemahaman yang sederhana

komunikan mampu menerima sesuatu yang disampaikan,

sebaliknya jika orang yang dipersuasi tidak memahami pesan,

maka mereka tidak bisa dipersuasi oleh pesan itu. Oleh karena

itu, sangat penting seorang komunikator meramu pesan agar

mampu dipahami oleh komunikan, kemudian akan menjadi

hal yang harus dipertimbangkan dalam menyampaikan pesan

agar pesan yang disampaikan mampu diaplikasikan dengan

mudah oleh komunikan.

Seperti halnya ketika seorang Terapis mampu

memberikan pemahaman yang baik kepada orang tua maupun

pasien, seorang Terapis dituntut untuk kreatif dalam

menyampaikan pesan, khususnya kepada pasien berkebutuhan

khusus, karena akan berbeda penanganan di awal dengan

pasien gagap. Pasien berkebutuhan khusus memerlukan cara

yang berbeda, seorang Terapis harus mempunyai strategi

komunikasi yang beragam agar pasien mampu memahami apa

yang disampaikan agar anak antusias dan tidak banyak

bergerak, dibanding pasien gagap yang akan lebih mudah

diberikan terapi karena cenderung pendiam dan mudah dalam

menerima masukan dan arahan dari Terapis. Kemudian,

seorang Terapis harus melihat dari suatu aspek agar mampu

memahami dan menerima kondisi anak sehingga mampu

menjalankan proses terapi, sebagaimana yang diungkapkan

oleh informan D:

Page 86: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

71

“Jadi pendekatannya itu ada bermacam-macamcaranya, ada yang melalui visual, melalui pendengarandan ada yang melalui rasa. Jadi kalau misalkan anak-anak yang apa namanya, lemah salah satunya yaadidukung, jadi pendekatannya semua harus didukung,jadi ibaratnya anak-anak misalnya gimana caranyaanak-anak itu memahami, nah kita ngajarinnya secaravisual dulu, secara rasa baru setelah itu digabungin,nah terus setelahnya pendengaran itu otomatiskan pendengaran juga dilakukan.”77

Dalam hasil wawancara terhadap informan D, terlihat

pada proses perubahan sosial, yaitu anak berusaha memahami

apa yang diajarkan oleh Terapis dan secara langsung anak

merespon semampunya. Dalam observasi yang dilakukan

peneliti beberapa anak ketika diberikan stimulus, berusaha

untuk memahami terapi dengan gerakan gestur tubuh dan

komunikasi yang terbatas, dapat dikatakan anak mengalami

proses perubahan sosial dalam skala kecil yaitu

berkomunikasi secara rutin kepada Terapis, di samping itu

terapi dilakukan secara berkala tiap minggu, maka

kemungkinan besar anak mengalami proses perubahan sosial

yang besar yaitu mampu berkomunikasi dengan baik.

Begitu juga dengan informan E yang merupakan salah

satu Terapis di Klinik Bina Wicara. Seorang Terapis

semestinya mampu menyampaikan pemahaman dalam

beberapa aspek saat proses terapi, khususnya ketika anak

77 Wawancara peneliti dengan ibu Diana Martini pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

Page 87: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

72

rewel atau menangis, maka terapi harus bisa memberikan

pemahaman dan menenangkan agar anak tenang, sebagaimana

yang diungkapkan informan E:

“Biasanya kalau ketika anak dateng nangis-nangis yaakita ajak main dulu, trus kita tanya sama yang nganterbiasanya suka main apa. Misalkan yang dateng anaklaki-laki biasanya kan ke mainan mobil-mobilan atauhewan, kalau yang dateng perempuan ohh ini sukamasak, nah kita ada miniatur alat-alat masak.”78

Dalam hasil wawancara terhadap informan E, yaitu

terlihat perubahan perilaku, Terapis berusaha memahami

kondisi pasien ketika menangis agar diberikan mainan yang

disukai, anak yang sebelumnya perilaku susah untuk

diarahkan saat menjalani proses terapi, akan menjadi mudah

ketika Terapis berusaha memahami kondisinya dengan cara

memberikan mainan agar perilaku pasien ke Terapis berjalan

dengan baik. Dapat dikatakan proses perubahan perilaku

terlihat secara sederhana disini.

3. Learning (Pembelajaran)

Ketika berada di lapangan peneliti mendapatkan, saat

pasien menjalankan proses terapi akan menerima

pembelajaran dalam bentuk materi yang disajikan oleh

Terapis secara mudah untuk dipraktekkan oleh pasien. Dalam

proses belajar, pasien akan mempelajari cara dalam berbicara

78 Wawancara peneliti dengan ibu Erni Maisari pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 88: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

73

yang lebih baik dengan mengikuti satu per satu kata yang

diucapkan Terapis.79

Proses belajar menjadi sangat penting dalam sebuah

proses terapi, khususnya pada anak, yaitu ketika anak mampu

mengikuti arahan Terapis dengan antusias dan semangat,

secara perlahan anak belajar dalam mengontrol dirinya agar

mampu berbicara dan berperilaku dengan baik. Proses belajar

yang dilakukan akan berjalan maksimal, apabila Terapis juga

didukung oleh orang tua, karena salah satu tolak ukur yang

disampaikan mulai dari informan A hingga informan F adalah

pentingnya kerjasama orang tua dengan Terapis, karena ketika

peneliti mewawancarai salah satu informan, ada yang

mengatakan bahwasanya orang tua hanya mengandalkan

proses belajar di Klinik saja tanpa dipraktekkan di rumah,

sehingga akan menghambat pembelajaran anak, sebagaimana

diungkapkan informan A sebagai salah satu Terapis di Klinik

Bina Wicara:

“Keberhasilan itu diliat antara kerjasama orang tua,pasien dan Terapis, jadi gini keberhasilan itu didukungoleh orang tua, kalo kita sebagai Terapis kerjakeras untuk melatih anak ternyata dari orang tua hanyadiam saja dan tidak ada dukungan sertamemperhatikan anak otomatis kemajuan itu tidak adatapi kalau orang tuanya semangat mengantar anaknyaterapi, tetapi Terapisnya tidak mendukung itu samasaja tidak akan berhasil. Hal lain yangmempengaruhi keberhasilan yaitu, jika yang diajarkan

79 Hasil pengamatan peneliti dengan ibu Hilda Sofia Hanafi padaRabu, 24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 89: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

74

di tempat terapi tidak diulang-ulang oleh orang tua,maka akan mempengaruhi proses terapi pada anak.Oleh karena itu keberhasilan berkat kerjasama antaraorang tua, anak dan Terapis, karena kalo anaknyasemangat dan orang tuanya tidak peduli, itu susahdalam mengharapkan kemajuan, karena banyak kasusdisini ketika orang tuanya cuek maka keberhasilannyalama, karena secara psikologis mungkin anak itumerasa orang tuanya tidak peduli kepadanya dan tidakmemperhatikan, tetapi kalo orang tuanya melatih terussecara berulang-ulang di rumah mengenai apa yangditerapi di klinik, insyaa Allah tingkat keberhasilannyaakan tinggi.”80

Dalam hasil wawancara terhadap informan A, yaitu

terlihat perubahan perilaku, perubahan sikap dan perubahan

sosial. Ketika dalam proses belajar yang diberikan Terapis,

ketika anak sudah merasa nyaman maka anak akan lebih

mudah dalam menyerap materi yang disampaikan. Dampak

positifnya akan terjadi proses perubahan perilaku, maksudnya

anak yang tadinya di awal pertemuan tidak bisa diatur, seiring

berjalannya waktu anak mudah diatur. Kemudian, proses

perubahan sosial pun terjadi, anak yang nyaman perlahan-

lahan akan mampu berkomunikasi dua arah dan membantu

dalam percepatan terapi, sampai sini terlihat proses perubahan

sosial yang terjadi, yaitu anak mampu merespon apa yang

dikatakan Terapis.

80 Wawancara peneliti dengan ibu Hilda Sofia Hanafi pada Rabu,24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

Page 90: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

75

Selanjutnya, dalam proses belajar akan terjadi proses

perubahan sikap, maksudnya setelah sekian kali Terapis

memberikan terapi, anak akan mengalami perubahan dalam

sikapnya, dalam satu kesempatan peneliti mengobservasi

adanya sikap yang positif ditunjukkan anak kepada Terapis,

yaitu dalam bentuk merapihkan jilbab yang dikenakan Terapis

selagi proses, memang unik disini, karena anak menyikapi

dengan positif, dibeberapa kasus anak bisa saja negatif dengan

memukuli Terapis, oleh karena itu ketika proses terapi

berjalan dengan konsisten maka anak mengalami perubahan

sikap yang signifikan.

4. Acceptance ( Penerimaan)

Ketika berada di lapangan, peneliti menemukan dalam

kasus pasien gagap yang datang pertama kali memahami

dirinya memerlukan penerimaan terapi wicara dan ketika

proses terapi berjalan penerimaan juga terjadi di saat pasien

menerima pembelajaran dari Terapis dan pasien menerima

pembelajaran bahwasanya penting baginya untuk di

praktekkan saat di klinik maupun di rumah. Dalam kasus

pasien autisme, peneliti mendapatkan bahwasanya setiap

pasien akan mampu menerima segala macam proses terapi

jika dilakukan terapi saat berada di rumah serta dan didukung

oleh orang tua. Kemudian, terdapat faktor lain dalam

memaksimalkan penerimaan terhadap pasien gagap, apabila

Page 91: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

76

anak sudah mampu berkomunikasi dua arah dan bisa

merespon Terapis dengan baik.81

Dikatakan apabila orang yang dipersuasi menolak

pesan yang disampaikan meski mereka memperhatikan dan

memahami pesan yang disampaikan, mereka tidak mungkin

bisa dipersuasi oleh pesan tersebut. Dalam aspek ini

penerimaan dimaksudkan, ketika komunikator memberikan

pemahaman kepada komunikan secara berkala, kemudian

komunikan memperoleh proses pembelajaran dan komunikan

mampu menerima hasil dari pembelajaran dengan baik.

Berkaitan dengan hubungan Terapis dengan pasien,

maka yang dapat dijabarkan, Terapis memberikan terapi yang

dilakukan selama 3 bulan hingga 1 tahun kepada pasien,

dalam waktu sekian lama pasien menjalani proses terapi dan

mengalami proses belajar, pasien yang sebelumnya tidak

mampu menerima dan merespon dengan baik karena

keterbatasannya, kemudian dengan proses belajar yang

berkesinambungan dalam diri pasien terjadi penerimaan

bahwasanya dirinya memerlukan terapi dan dapat mengikuti

proses terapi dengan baik, selain itu didukung oleh motivasi,

metode dan strategi yang diterapkan Terapis dengan penuh

kesabaran, hingga menghasilkan penerimaan diri yang

optimal pada diri pasien untuk tetap mengikuti proses terapi.

81 Hasil pengamatan peneliti dengan ibu Diana Martini padaRabu, 24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

Page 92: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

77

Selain itu penerimaan yang diterima dalam diri anak

didukung oleh orang tua yang ikut serta dalam proses terapi.

Kemudian hal lain yang dapat memaksimalkan penerimaan

terhadap anak, yaitu Terapis apabila anak bisa mengenali dan

dapat berkomunikasi 2 arah, ketika pas sudah bisa

berkomunikasi 2 arah maka anak akan lebih mudah dalam

menerima segala hal baru saat menjalani proses terapi,

sebagaimana yang diungkapkan oleh informan D sebagai

salah satu Terapis:

“Jadi seorang Terapis wicara itu kan membutuhkanilmu untuk menangani anak-anak seperti ini,jadi ga sekedar pengalaman, pengalaman bertahun-tahun kalo misalnya memang dia tanpa ilmu jadi diajuga jadi percuma, jadi kalo misalkan bisa yaaberilmu dan juga berpengalaman. Seorang Terapiswicara yang menangani anak, dia juga harus taupsikologi anak bagaimana, psikologi menghadapiorang lain seperti apa, jadi ga hanya denganpengalaman tetapi juga ada ilmu yang saling berkaitan,begitu. Terus kalo misalnya bisa dikatakan berhasilitu kalo misalnya anak itu kenal sama kita, dalamartian yang tadinya tidak kenal kita, tidak mengertikita, terus tau- tau dia mengatakan “haii ibu Diana..”,terus kenal siapa orang, kan tadinya mereka cuek ajagitu dan tau-tau dia bisa bermain denganlingkungannya, trus yang tadinya dia ga bisakomunikasi ibaratnya, tau-tau dia bisaberkomunikasi dengan lingkungannya.”82

82 Wawancara peneliti dengan ibu Diana Martini pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 93: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

78

Dalam hasil wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap informan D, dalam penyampaian yang diberikan,

terdapat perubahan perilaku dan perubahan sosial, ketika anak

sudah mampu menerima apa yang diberikan Terapis dan anak

mampu berkomunikasi 2 arah, perubahan perilaku terlihat

yaitu anak yang ketika di awal pertemuan berperilaku rewel

dan tidak bisa diatur, dengan proses terapi yang dilakukan

secara berkala anak mengalami perubahan perilaku dalam

dirinya. Kemudian perubahan sosial yang terjadi adalah ketika

anak mampu merespon sebuah kalimat kepada Terapis dan

terjadi komunikasi 2 arah, perubahan ini didukung oleh proses

terapi yang dilakukan secara berkala.

5. Retention ( Penyimpanan)

Pengamatan yang dilakukan, ditemukan beberapa pasien

yang sudah menjalani proses terapi, kemudian ketika pasien

datang untuk yang kesekian kalinya, Terapis memastikan

anak menyimpan pembelajaran yang dilakukan saat hari-hari

sebelumnya, dengan cara merangsang pasien autisme untuk

mempraktekkan satu pembelajaran yang telah diberikan

sebelumnya. Jika pasien mempraktekkan dengan baik, maka

dipastikan pasien menyimpan informasi yang telah

diberikan.83

Dalam banyak kasus, manusia kadang menunda

perubahan sikapnya setelah mendapat dan memahami sebuah

83 Hasil pengamatan peneliti dengan ibu Diana Martini padaRabu, 24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 94: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

79

pesan, di samping itu mereka harus mampu mengingat pesan-

pesan itu dan mau menyimpannya di memori mereka sampai

mereka rasa itulah saatnya melakukan tindakan. Ketika

komunikator menyampaikan sesuatu kepada komunikannya

secara berkala, terukur dan menyampaikan materi dengan

baik, maka komunikan akan lebih mudah memahami materi

yang disampaikan. Penyimpanan yang diterima komunikan

akan maksimal, apabila komunikator menyampaikan materi

dengan komunikatif dan kreatif, namun akan berlaku

sebaliknya yaitu komunikan membutuhkan waktu lebih dalam

memahami materi.

Berkaitan dengan Terapis dan pasien, ketika seorang

Terapis memberikan terapi dengan terukur, strategi yang

matang dan didukung oleh pasien yang antusias, maka dengan

proses terapi yang dilakukan dalam beberapa bulan, pasien

akan menyimpan segala macam hal yang diberikan oleh

Terapis. Penyimpanan materi dari proses terapi juga didukung

oleh motivasi dan dukungan orang tua ketika di rumah. Selain

itu terdapat tolak ukur yang akan mendukung anak dalam

proses penyimpanan materi, sebagaimana yang diungkapkan

oleh informan C sebagai salah satu Terapis:

“Yaa itu, anak bisa berkomunikasi seperti tanya jawab,menjawab pertanyaan, kaya gitu. Tolak ukurjuga berbeda pada setiap anak, karena tergantung beratringannya kasus dalam masa penanganan, misalnyaanak sudah mampu berbicara dalam artikulasinyaaja paling cuma berapa bulan dan kalo sama sekali ga

Page 95: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

80

bisa komunikasi bisa sampe tahunan, jadi tergantungberat ringannya.”84

Dalam wawancara yang dilakukan terhadap informan

C, terdapat perubahan sosial, yaitu pasien mudah dalam

menjawab pertanyaan dan tanya jawab yang diajukan Terapis,

pasien menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi kepada

Terapis, tidak sedikit pasien-pasien ketika datang di awal

sangat susah dalam merespon materi, sehingga penyimpanan

materi pasien didukung oleh perubahan sosial yang berjalan

secara berkala, oleh karena itu dalam proses ini Terapis yang

menyampaikan materi dengan baik akan menghasilkan hasil

akhir yang memuaskan orang tua dan anak pun mampu

merasakan hasil akhir dari terapi.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses

komunikasi persuasif antara Terapis terhadap pasien Klinik

Bina Wicara yang dikaitkan dengan proses komunikasi model

Hovland peneliti menyajikan tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Proses Komunikasi Persuasif model Hovland antara

Terapis terhadap penyandang tuna wicara Klinik Bina

Wicara Jakarta Pusat

No Proses Komunikasi

Persuasif

Dilakukan oleh

84 Wawancara peneliti dengan ibu Hairani pada Rabu, 24 Juli2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 96: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

81

1 Perhatian - Informan A

- Informan B

- Informan C

2 Pemahaman - Informan D

- Informan E

3 Belajar - Informan E

4 Penerimaan - Informan D

5 Penyimpanan - Informan C

B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dihadapiTerapis Klinik Bina Wicara saat berhadapandengan Pasien dalam Proses Komunikasi Persuasif

Dalam strategi komunikasi, seorang komunikator akan

berhadapan dengan berbagai macam hal, seperti menghadapi

berbagai macam karakter komunikan, kemudian penyampaian

pesan komunikator akan maksimal apabila didorong oleh

faktor pendukung dan faktor penghambat akan dijadikan

bahan evaluasi.

Berkaitan dengan hubungan antara Terapis dengan

pasien pada Klinik Bina Wicara, faktor pendukung akan

menjadi tolak ukur kebeerhasilan seorang Terapis dalam

menjalani proses terapinya dan faktor penghambat akan

dijadikan pembelajaran dan evaluasi di masa yang akan

datang, sebagaimana tercantum dibawah ini:

Page 97: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

82

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung menjadi hal yang penting

karena menjadi penunjang dalam keberhasilan proses

terapi yang dilakukan, terdapat 2 faktor yang berkaitan

erat, yaitu:

a) Berdasarkan temuan yang peneliti temukan

pada website Akademi Terapi Wicara dan saat

berada di lapangan, sarana yang disediakan sangat

mendukung, terdapat lebih dari 5 ruangan sebagai

penunjang proses terapi beserta peralatan yang

diperlukan dalam memudahkan proses terapi,

seperti mainan untuk anak.85

Sarana dan prasarana yang memadai seperti

tempat yang nyaman ketika proses terapi

dilaksanakan, tersedianya fasilitas mainan bagi

anak yang ingin bermain dll.86 Ruangan yang

disediakan dalam proses terapi pun terdapat lebih

dari 5 ruangan, dimana setiap ruangan menampung

Terapis dan pasien beserta peralatan memadai yang

sewaktu-waktu diperlukan dalam melakukan

asesmen kepada pasien.

b) Saat sesi wawancara yang dilakukan ke

beberapa Terapis, mayoritas mengemukakan bahwa

85 Hasil pengamatan peneliti saat mengobservasi pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

86 Fasilitas Kampus, https://atw-ybw.ac.id/web/id/profil/tentang-atw.

Page 98: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

83

pentingnya aspek kredibel sebagai landasan dalam

melakukan proses terapi dan menjadi Terapis

membutuhkan pembelajaran yang sudah bisa

dipelajari di Akademi Terapi Wicara berdasarkan

penuturan Terapis.87

Terapis yang mempunyai kredibilitas yang

baik dan jelas, yaitu dituntut untuk menjalani masa

pendidikan D3 di Akademi Terapi Wicara,

sebagaimana yang diungkapkan informan F sebagai

salah satu Terapis pada Klinik Bina Wicara:

“Begini, menurut saya seorang Terapis dapatdikatakan berhasil apabila pasien mampuberkomunikasi 2 arah dan mengikutipendidikan di sekolah dengan baik. Mampuberkomunikasi 2 arah dimaksudkan untukmemastikan anak mampu berbaur dilingkungannya dengan mudah, harapannyaanak mampu bersosialisasi dengan temansebayanya. Seorang Terapis juga harusmempunyai kredibilitas yang baik mas, yaa digedung sebelah kan juga ada sekolahnya yaituAkademi Terapi Wicara, jadi kredibilitasTerapis dapat dinilai dari sekolah yangdiikutinya dan tidak bisa menjadi Terapissecara otodidak.”88

c) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

peneliti saat di lapangan, salah satu Terapis

memaparkan bahwasanya mahasiswa Akademi

87 Hasil pengamatan peneliti saat mengobservasi pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

88 Wawancara peneliti dengan ibu Darsenih pada Rabu, 24 Juli2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 99: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

84

Terapi Wicara telah dibekali dengan pengalaman

yang mereka dapatkan sebelum terjun ke dunia

kerja, sehingga sudah dipersiapkan agar menjadi

Terapis yang berkompeten serta berpengalaman.89

Terapis yang sudah berpengalaman saat sebelum

kelulusan, karena tidak hanya mendapatkan teori

tetapi juga praktek langsung di lapangan.

Peneliti mendapatkan info dari salah satu

mahasiswa, bahwasanya ketika semester 3 dan 5

mereka praktek di lapangan dan mencari objek

yang dibutuhkan untuk dijadikan laporan, sehingga

Terapis yang telah lulus dan telah bekerja tidak

akan kesulitan dalam bekerja, sebagaimana yang

diungkapkan informan E sebagai salah satu Terapis:

“Kemudian, seorang Terapis jelas-jelas haruskredibel dan itu ditunjukkan dengan carabelajar 3-5 tahun dan sekolahnya tepat beradadi sebelah gedung ini mas, yaitu AkademiTerapi Wicara. Mereka yang kuliah disinitelah dibekali dengan keilmuan yang terbaik,mereka juga sudah dipersiapkan sebelumkelulusan, yaitu saat semester 3 merekaditugaskan untuk turun ke lapangan untukmengobservasi berbagai macam jenis pasien.Dengan ditugaskan seperti ini, mahasiswaakan memiliki pengalaman dan bukan hanya

89 Hasil pengamatan peneliti saat mengobservasi pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 100: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

85

sekedar teori di kelas, sehingga akan menjadiTerapis yang siap bertugas saat lulus.”90

d) Ketika melakukan sesi wawancara, hasil

pengamatan menunjukkan hampir semua informan

memaparkan pentingnya kerjasama antara Terapis,

orang tua dan pasien yang ditunjukkan untuk

memaksimal proses terapi.91 Dalam proses terapi,

Terapis tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan

orang tua ketika berada di rumah untuk tetap

berlatih, sebagaimana yang diungkapkan informan

B sebagai salah satu Terapis di Klinik Bina Wicara:

“Yang pasti harus bekerjasama dengan orangtuanya yaa, kalau orang tuanya tidak bisadiajak kerjasama percuma kan soalnya samaTerapis kan hanya satu jam dan di rumah lebihbanyak waktunya, begitu. Selain itu jugadibutuhkan psikolog untuk membantu dalamproses terapi, tetapi tidak ada disini dan dilaintempat, karena berkesinambungan denganproses terapi yang kita lakukan.”92

2. Faktor Penghambat

a) Dalam proses wawancara yang dilakukan

terhadap beberapa informan, adanya kesulitan

Terapis dalam mengkondisikan anak, khususnya

terhadap pasien autisme dan hyperactive, dimana

pasien kurang merespon dengan baik apa yang

90 Wawancara peneliti dengan ibu Erni Maisari pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

91 Hasil pengamatan peneliti saat mengobservasi pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

92 Wawancara peneliti dengan ibu Anjarsari Sulistyowati padaRabu, 24 Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 101: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

86

diarahkan Terapis sehingga membutuhkan waktu

lebih dalam mengkondisikan pasien.93 Ketika

Terapis mendapati anak yang hyperactive, maka

akan mempersulit Terapis saat proses terapi. Oleh

karena itu Terapis harus mampu membuat anak

senyaman mungkin, sebagaimana yang

diungkapkan oleh informan F sebagai salah satu

Terapis di Klinik Bina Wicara:

“Kalau saya pribadi, biasanya denganmemberikan penjelasan secara sederhanamungkin mengenai pentingnya untuk terapi,anak diberikan stimulus agar mudah dalammemahami atau misalkan ketika anakmulai rewel maupun menangis, biasanyadiiming-imingi terlebih dahulu denganmainan yang dia sukai terhadap anak autismmaupun hyperactive. Dalam kasus terhadaporang gagap, biasanya kita mengkondisikanpasien agar termotivasi agar bisa berbicaradengan lebih lancar dan mengatakan agarberbicara dengan pelan-pelan, sehinggaakan sangat penting bagaimana mempersuasipasien agar senyaman mungkin dengankita dengan disesuaikan kondisi dangangguannya.”94

b) Mayoritas Terapis menyatakan ketika

mendapatkan pasien yang membutuhkan

penanganan khusus, maka diharuskan merubah

strategi di awal pertemuan dengan strategi yang

93 Hasil pengamatan peneliti saat mengobservasi pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

94 Wawancara peneliti dengan ibu Darsenih pada Rabu, 24 Juli2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 102: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

87

lebih efektif dan komprehensif.95Strategi yang tidak

cocok akan memperlama proses terapi. Ketika

dilakukan proses terapi selama sekian bulan dan

dirasa tidak cocok, maka Terapis harus merubah

strateginya, sebagaimana yang diungkapkan oleh

informan F sebagai salah satu Terapis di Klinik

Bina Wicara:

“Biasanya kita kalo mengevaluasi melihat darikemajuan dalam beberapa bulan yaa,istilahnya kita punya program 3 bulan dan per3 bulan itu kita harus evaluasi sejauhmana si anak maju gitu, istilahnyaberkembang dan memang tidak seoptimalorang normal tapi setidaknya dia bisaberkomunikasi dengan orang, walaupunmemang terkadang ada yang kurang jelasdan jelas tapi ada juga yang istilahnnya per 3bulan itu dia baru bisa satu dua hal, yangdimana bisa dilaporkan ke orang tua.Program akan berlanjut hingga 1 tahunapabila pasien tidak memperlihatkan kemajuanyang signifikan.”96

95 Hasil pengamatan peneliti saat mengobservasi pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat

96 Wawancara peneliti dengan ibu Diana Martini pada Rabu, 24Juli 2019 di Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat.

Page 103: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

88

BAB V

PEMBAHASAN

A. Strategi Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh

Terapis Klinik Bina Wicara dalam memberikan

pemahaman kepada Penyandang Tuna wicara

Strategi komunikasi persuasif merupakan aspek yang

terpenting dalam sebuah hubungan antara komunikator

dengan komunikan, khususnya dalam memberikan

pemahaman yang mudah kepada komunikan, yaitu dengan

berbagai macam karakter dan sifatrnya, sehingga dituntut agar

lebih komprehensif ketika melakukan asesmen. Dalam hal ini

Terapis sebagai komunikator dan penyandang tuna wicara

sebagai komunikan. Seorang Terapis dituntut agar

menerapkan strategi komunikasi persuasif yang dilakukan

saat diawal pertemuan dan ini menentukan cepat atau

lambatnya pasien dalam menjalani proses terapi.

Hal mendasar bagi dalam proses terapi ini adalah

berawal dari kondisi keberadaan fasilitas dalam membantu

penyandang tuna wicara yang minim, menjadi hal yang

menarik untuk diangkat, dalam mengetahui bentuk strategi

komunikasi yang dibangun antara Terapis dengan penyandang

tuna wicara agar mengetahui bentuk komunikasi yang unik

diantara keduanya, karena setiap jenis tuna wicara memiliki

penanganan yang berbeda dan akan memberikan pemahaman

baru kepada masyarakat, khususnya penulis dalam

Page 104: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

89

mengetahui bentuk strategi yang dibangun diantara keduanya.

Selain itu strategi komunikasi Terapis dikupas secara

mendalam untuk menjawab masalah pada penyandang tuna

wicara dan bisa menggambarkan proses terapi dengan

penjelasan yang sistematis. Kemudian, difokuskan pada tuna

wicara jenis latah, gagu dan gagap.

Soleh Soemirat, Hidayat Satari dan Asep Suryana

dalam bukunya “Komunikasi Persuasif” mendefinisikan

persuasi, yakni melakukan upaya untuk mengubah sikap,

pendapat dan perilaku seseorang melalui cara-cara yang

mudah, manusiawi, dan halus, dengan akibat munculnya

kesadaran, kerelaan, dan perasaan senang serta adanya

keinginan untuk bertindak sesuai dengan yang dikatakan

persuader.97 Berkaitan dengan strategi yang dilakukan

Terapis, maka seorang Terapis mengupayakan untuk

mengubah sikap, pendapat dan perilaku pasien secara

bertahap, dengan metode-metode yang telah teruji.

Para Terapis di Klinik Bina Wicara harus mempunyai

syarat-syarat sebagai komunikator, yaitu memiliki kredibilitas

yang baik, memiliki keterampilan berkomunikasi, memiliki

sikap yang baik terhadap komunikan dan memiliki daya tarik,

dimaksudkan Terapis memiliki kemampuan untuk melakukan

perubahan sikap, perilaku, pendapat hingga sosial. Jika

Terapis telah mencukupi syarat-syarat tersebut, maka strategi

97 Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif (Jakarta: Universitasterbuka, 2007), 1-26 .

Page 105: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

90

komunikasi persuasif yang dilakukan agar berjalan dengan

maksimal.

Klinik Bina Wicara merupakan klinik yang membina

serta memberikan terapi kepada pasien tuna wicara, dimana

Terapis berperan penting dalam menerapkan strategi

komunikasi persuasif agar proses terapi berjalan lancar. Dari

hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan Yale

Model Of Persuasion dalam menganalisa strategi komunikasi

persuasif yang dilakukan antara Terapis dengan pasien

penyandang tuna wicara. Di bawah ini terdapat bagan dalam

menjelaskan model Hovland yang didapatkan dari buku The

Dynamics of Persuasion; Communication and Attitudes in the

21st Century.

The Hovland/Yale Model Of Persuasion

Communication Message

Learning

Attitude Change

Attention

Comprehension

Learning

Acceptance

Retention

Page 106: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

91

Gambar 5. 1 Model Persuasi Hovland

Berikut ini merupakan hasil dari analisa strategi

komunikasi persuasif yang peneliti dapatkan pada informan

Terapis terhadap pasien Klinik Bina Wicara, antara lain

sebagai berikut:

1. Attention (Perhatian)

Proses perhatian menjadi awal dalam memulai sebuah

percakapan, dengan awalan yang baik akan menghasilkan

respon yang positif terhadap lawan bicara. Kemudian,

komunikasi persuasif sebagai upaya mempengaruhi opini,

pendapat, sikap atau perilaku seseorang, tentunya

membutuhkan suatu proses. Hovland dalam buku ‘Dynamics

of Persuasion’ mengemukakan sebuah konsep mengenai

proses komunikasi persuasif yang berfokus pada

pembelajaran dan motivasi. Untuk dapat terpengaruh oleh

komunikasi persuasif, seseorang harus memperhatikan,

memahami, mempelajari, menerima, dan menyimpan pesan

persuasi tersebut.98 Seorang Terapis harus bisa menarik

perhatian pasien agar ketika diawal pertemuan mampu

memberikan kesan yang baik dan pasien nyaman dalam

menjalani proses terapi.

`98 Perloff, The Dynamics of Persuasion; Communication andAttitudes in the 21st Century ( New Jersey: Lawrence Erlbaum AssociatesPublisher, 2003), 121.

Page 107: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

92

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Klinik

Bina Wicara dalam rangka untuk mengetahui strategi

komunikasi persuasif diantara Terapis dengan penyandang

tuna wicara, perhatian menjadi salah satu hal penting. Orang

yang menduduki sentral dalam strategi komunikasi persuasif

ini adalah Terapis. Pada strategi komunikasi persuasif ini

Terapis yang bertindak sebagai komunikator memberikan

rangsangan serta arahan kepada pasien tuna wicara sebagai

komunikan. Misalnya dalam kasus autisme, yaitu jenis

gangguan perkembangan serius yang mengganggu

kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, ketika seorang

Terapis berhadapan dengan pasien autisme, maka ketika di

awal pertemuan Terapis harus mencari cara untuk menarik

perhatian pasien, karena pasien autisme cenderung sulit diajak

berkomunikasi, sehingga Terapis harus kreatif dalam menarik

perhatian.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menafsirkan

bahwa perhatian menjadi salah satu indikator penting dalam

mengimplementasikan strategi komunikasi persuasif kepada

pasien. Setiap Terapis dituntut untuk kreatif dalam menarik

perhatian pasien, misalkan dengan cara mendengarkan apa

yang pasien katakan dengan antusias dan memberikan apa

yang diinginkan pasien agar menuruti arahan Terapis.

Kemudian, ketika observasi peneliti mendapatkan Terapis

Attention

Page 108: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

93

dengan sesekali menyentuh pasien agar membangun

keakraban, sehingga mudah dalam menarik perhatian pasien.

2. Comprehension (Pemahaman)

Pemahaman merupakan bagian dari karakteristik yang

disampaikan oleh Hovland. Pemahaman akan menjadi sangat

penting ketika komunikator menyampaikan sesuatu ke

komunikan, dengan memberikan pemahaman yang sederhana

komunikan mampu menerima sesuatu yang disampaikan,

sebaliknya jika orang yang dipersuasi tidak memahami pesan,

maka mereka tidak bisa dipersuasi oleh pesan itu.99

Selain perhatian dimana menjadi salah satu indikator

penting dalam proses berjalannya strategi komunikasi

persuasif, selain itu pemahaman juga menjadi hal penting

ketika proses terapi berlangsung. Ketika Terapis

menyampaikan sesuatu dalam proses terapi, seorang Terapis

harus bisa memastikan pasien memahami apa yang dikatakan

Terapis. Misalkan dalam kasus autisme, Terapis memberikan

stimulus dengan meletakkan permainan yang mengasah

motorik, yaitu meletakkan 2 buah kartu, dimana satu kartu

bergambar dan satu kartu yang lain berupa kata-kata, pasien

diarahkan untuk mencocokkan antara kedua kartu tersebut.

Ketika pasien mampu mencocokkan maka Terapis bisa

melanjutkan metode selanjutnya, jika pasien belum bisa

99 Perloff, The Dynamics of Persuasion; Communication andAttitudes in the 21st Century ( New Jersey: Lawrence Erlbaum AssociatesPublisher, 2003), 121.

Comprehension

Page 109: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

94

terlihat anak belum memahami dan Terapis mengulang arahan

hingga beberapa kali.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menafsirkan

bahwa pemahaman menjadi salah satu indikator penting

dalam mengimplementasikan strategi komunikasi persuasif

kepada pasien selain perhatian. Terapis dituntut untuk teliti

dalam memastikan jika anak sudah mampu melakukan apa

yang diarahkan Terapis, agar proses terapi berjalan dengan

progresif.

3. Learning (Pembelajaran)

Proses belajar menjadi sangat penting dalam sebuah

proses pembelajaran, ketika komunikator mampu

menyampaikan pesan secara komunikatif kepada komunikan,

maka proses pembelajaran akan berjalan dengan optimal.100

Dalam hal ini proses pembelajaran diantara Terapis dengan

pasien penyandang tuna wicara, kemudian Terapis harus

menyesuaikan proses pembelajaran dengan kondisi pasien.

Selain itu harus merangkai kata-kata agar lebih mudah

dipahami pasien.

Kemudian, pemahaman sebagai salah indikator saling

berkaitan dengan pembelajaran, yaitu Terapis harus

menyampaikan arahan secara sederhana kepada pasein saat di

100 Perloff, The Dynamics of Persuasion; Communication andAttitudes in the 21st Century ( New Jersey: Lawrence Erlbaum AssociatesPublisher, 2003), 121.

Learning

Page 110: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

95

klinik, selain itu proses pembelajaran juga dilakukan di

rumah, karena peran orang tua sangat penting di tahap ini.

Misalnya dalam kasus gagap, pasien yang mengalami

gangguan komunikasi ini harus menjalani proses

pembelajaran yang secara berkala. Ketika di klinik anak

diberikan latihan olah vokal, latihan dalam mengatur

pernafasan, latihan dalam menyebutkan huruf konsonan dan

lain-lain. Kemudian proses terapi di klinik hanya berjalan

selama 1 jam perhari, sehingga membutuhkan waktu lebih

untuk berlatih, disini peran orang tua sangat diharapkan agar

mampu berlatih dengan maksimal saat di klinik maupun di

rumah. Jika peran orang tua disini kurang maksimal, maka

pembelajaran akan berjalan lamban, sehingga dampaknya

akan memakan proses terapi yang lebih lama.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menafsirkan

strategi komunikasi persuasif dalam proses belajar sangat

penting. Dalam tahapan ini kerjasama antara Terapis dengan

orang tua saling berkaitan. Orang tua tidak bisa

mengharapkan terapi hanya dilakukan saat di klinik saja, oleh

karena itu proses belajar akan berjalan dengan optimal dan

cepat apabila orang tua dengan Terapis membangun strategi

bersama.

4. Acceptance ( Penerimaan)

Dikatakan apabila orang yang dipersuasi menolak

pesan yang disampaikan meski mereka memperhatikan dan

memahami pesan yang disampaikan, mereka tidak mungkin

Page 111: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

96

bisa dipersuasi oleh pesan tersebut. Seperti yang terdapat

dalam buku Hovland, yang berjudul ‘Dynamics of

Persuasion’, untuk dapat terpengaruh oleh komunikasi

persuasif, seseorang harus memperhatikan, memahami,

mempelajari, menerima dan menyimpan pesan persuasi

tersebut.101 Dalam aspek ini penerimaan dimaksudkan, ketika

komunikator memberikan pemahaman kepada komunikan

secara berkala, kemudian komunikan memperoleh proses

pembelajaran.

Dalam aspek ini, penerimaan dalam diri yang

dilakukan pasien dimaksudkan agar pasien menerima segala

macam proses terapi dengan baik. Sebaliknya jika pasien

tidak mampu menerima dalam dirinya, ditunjukkan dengan

menolak dan menunjukkan emosinya, maka akan terasa sulit.

Proses belajar dan penerimaan dalam diri pasien saling

berkaitan, yaitu proses belajar yang dilakukan secara

konsisten, persisten, dan komunikatif akan memudahkan

pasien dalam menerima pesan yang disampaikan oleh Terapis

dan mampu dilakukan oleh pasien.

Misalnya dalam kasus pasien gagap, ditahap awal

seorang Terapis diharuskan untuk meyakinkan dan

memberikan motivasi kepada pasien, yaitu dengan proses

101 Perloff, The Dynamics of Persuasion; Communication andAttitudes in the 21st Century ( New Jersey: Lawrence Erlbaum AssociatesPublisher, 2003), 121.

Acceptance

Page 112: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

97

terapi yang dijalankan akan berdampak positif apabila

mengikuti arahan Terapis, selain itu orang tua juga harus

memotivasi pasien bahwasanya dengan menjalankan proses

terapi dengan rajin dan tidak malas akan memberikan hasil

yang positif, yaitu bisa mengontrol cara bicaranya hingga

normal. Di tahap penerimaan ini, pasien akan berhasil

menerima bahwa dirinya dapat berhasil apabila yakin

terhadap dirinya sendiri dan yakin terhadap dukungan orang

tua serta Terapis.

Berdasarkan penjelasan yang peneliti paparkan di atas,

dapat dikatakan salah satu strategi komunikasi persuasif yaitu

proses penerimaan terhadap diri pasien sangat penting. Akan

berbeda hasil akhirnya apabila pasien tidak dapat menerima

keterbatasan yang ada dalam dirinya, sehingga proses

penerimaan tidak bisa dilewatkan dan menjadi salah satu

indikator penting dalam keberhasilan proses terapi.

5. Retention ( Penyimpanan)

Dalam aspek penyimpanan, seorang komunikator

dituntut ketika menyampaikan pesan ke komunikan secara

berkala, terukur dan menyampaikan dengan baik, sehingga

komunikan akan lebih mudah dalam memahami materi yang

disampaikan. Seperti yang terdapat dalam buku Hovland,

yang berjudul ‘Dynamics of Persuasion’, untuk dapat

terpengaruh oleh komunikasi persuasif, seseorang harus

memperhatikan, memahami, mempelajari, menerima, dan

Page 113: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

98

menyimpan pesan persuasi tersebut.102 Penyimpanan sangat

berkaitan dengan kemampuan daya pikir dan daya serap

pasien yang beragam jenisnya, dimana akan berbeda jangka

waktu untuk setiap pasien dalam menjalankan proses terapi,

hingga akhirnya sesuatu yang didapatkan saat di klinik dapat

diterapkan dimanapun pasien berada.

Dalam kasus gagap, ketika pasien menjalankan masa

terapi yang hingga berbulan-bulan didukung oleh aspek

penerimaan akan memudahkan pasien dalam berinteraksi

langsung di kehidupan nyata. Pasien yang sebelumnya

kesulitan untuk berbaur dengan orang lain karena cemas

dengan cara bicaranya, akan berbeda dengan setelah

mengikuti rangkaian terapi. Dengan proses pembelajaran dan

penerimaan yang baik akan membangun mental yang kuat

pada diri anak, didukung juga oleh motivasi yang diberikan

Terapis maupun orang tua. Pasien dapat berbaur dengan

menggunakan beragam macam tehnik, seperti

mengkondisikan dirinya agar bisa mengkondisikan dirinya

untuk tenang, relaks dan mengucapkan kata per kata dengan

pelan-pelan, dimana berjalan secara otomatis dikarenakan

proses terapi yang intensif.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan aspek

penyimpanan menjadi hasil akhir yang menentukan pasien

agar dapat berbaur dengan baik di kehidupan nyata. Pasien

102 Perloff, The Dynamics of Persuasion; Communication andAttitudes in the 21st Century ( New Jersey: Lawrence Erlbaum AssociatesPublisher, 2003), 121.

Page 114: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

99

yang sebelumnya cemas dengan cara bicaranya, kemudian

dengan proses pembelajaran dan penyimpanan yang dilatih

baik di klinik maupun di rumah secara berkala, mampu

memberikan dampak yang lebih baik. Selain itu poin penting

lainnya, motivasi dalam diri yang membara akan membantu

pasien dalam mengaplikasikan apa yang telah didapatkan saat

proses terapi.

Dari 5 tahap yang dilakukan Terapis, ditemukan pada

tahap perhatian yang menjadi acuan awal dalam proses terapi

dan hasil wawancara pada 6 informan menunjukkan tahap

perhatian menjadi aspek yang dominan dilakukan setiap

Terapis, sehingga pada tahap perhatian menjadi tahap yang

penting dalam mengkondisikan beragam jenis klien yang

kondisinya beragam. Pada tahap perhatian ini, setiap Terapis

harus kreatif dalam menarik perhatian agar klien mudah di

ajak komunikasi dan bisa menjalankan proses terapi dengan

nyaman.

Berikut ini adalah penerapan 5 tahap pada kasus anak

gagu. Pada tahapan pertama, terapis harus mencari cara untuk

menarik perhatian anak agar nyaman, seperti mengajak bicara

dengan pasien agar tenang dan tercipta hubungan , kemudian

terapis memberikan pemahaman agar klien memahami setiap

perkataan yang disampaikan, seperti dalam memberikan

stimulus berupa permainan yang mengasah motorik, dimana

satu kartu bergambar dan satu kartu yang lain berupa kata-

kata, klien pun diarahkan untuk mencocokkan kata-kata

Page 115: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

100

tersebut. Ketika klien mampu mencocokkan maka Terapis

bisa melanjutkan metode selanjutnya. Kemudian, melanjutkan

ke tahap pembelajaran, dalam tahap ini setiap Terapis akan

memberikan materinya secara praktek agar diikuti klien dan

bisa diterapkan di rumah bersama orang tua.

Dalam tahap selanjutnya yaitu penerimaan, setiap

Terapis akan meyakinkan kliennya untuk menerima proses

terapi dan menyadari akan pentingnya setiap proses yang

berjalan, sehingga klien gagu akan termotivasi dalam

menjalani terapi. Tahapan terakhir yaitu penyimpanan, dalam

tahap ini Terapis akan memastikan klien gagu memahami

segala macam bentuk terapi yang dilakukan, dengan

mengulang kembali dan menstimulus klien dalam

menerapkan tehnik yang sudah diajarkan selama sekian bulan,

sehingga Terapis mampu melihat perkembangan positif dari

proses terapi yang telah dilakukan.

Dapat dikatakan ke 5 aspek di atas saling melengkapi

satu sama lain, dimana setiap aspek mampu mendukung

dalam strategi komunikasi persuasif yang dilakukan oleh

Terapis, setiap aspek menjelaskan secara komprehensif

mengenai proses apa saja yang diterapkan oleh Terapis

kepada pasien autisme, gagap, hyperactive dan lain-lain.

Kemudian, strategi komunikasi persuasif yang baik akan

berjalan optimal apabila didukung oleh kemampuan Terapis

dalam berkomunikasi secara interaktif tanpa memberikan

tekanan yang berlebih kepada pasien, sehingga pasien

Page 116: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

101

menjadi nyaman dalam menerima proses terapi yang

diberikan.

Dari 5 tahap yang dilakukan Terapis, ditemukan pada

tahap perhatian yang menjadi awal mulai dalam proses terapi

dan hasil wawancara pada 6 informan menunjukkan tahap

perhatian menjadi aspek yang dominan dilakukan setiap

Terapis, sehingga pada tahap perhatian menjadi tahap yang

penting dalam mengkondisikan beragam jenis klien yang

kondisinya beragam. Pada tahap perhatian ini, setiap Terapis

harus kreatif dalam menarik perhatian agar klien mudah di

ajak komunikasi dan bisa menjalankan proses terapi dengan

nyaman.

B. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapiTerapis Klinik Bina Wicara saat berhadapandengan pasien dalam proses komunikasi persuasif

Hal yang mendasar dalam keberhasilan proses

komunikasi persuasif, dapat diukur dari faktor pendukung dan

faktor penghambat. Berkaitan dengan proses komunikasi

persuasif antara Terapis dengan pasien, erat kaitannya faktor

pendukung untuk memberikan keberhasilan pada proses

terapi, karena dengan beberapa faktor ini akan mempercepat

proses terapi. Kemudian faktor penghambat sebagai

pembelajaran dan pemicu agar seorang Terapis dapat

memberikan hasil yang lebih baik. Kemudian dalam proses

komunikasi persuasif pasien akan mendapatkan terapi secara

maksimal apabila ada kerjasama yang optimal diantara

Page 117: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

102

Terapis dengan orang tua, jika sebaliknya besar kemungkinan

proses terapi berjalan gagal atau berjalan lamban.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi proses komunikasi

persuasif yang dilakukan Terapis terhadap pasien, yaitu terdiri

dari beberapa faktor.

1. Faktor Pendukung

a) Sarana dan Prasarana

Hal yang mendasar dalam memberikan proses

terapi adalah sarana yang memadai, karena akan

mempermudah Terapis dalam menjalankan

rangkaian proses terapi yang intensif. Didukung

oleh perlengkapan yang memadai seperti papan

tulis, mainan dan lain sebagainya, yang akan

mempermudah Terapis dalam membujuk pasien

agar mudah dalam menjalankan proses terapi. Pada

kasus pasien dewasa, lingkungan yang nyaman

akan memberikan kemudahan kepada mereka untuk

terbuka kepada Terapis, karena pasien harus

memberikan informasi mengenai dirinya secara

maksimal tanpa tertutup. Sarana yang diberikan

Klinik Bina Wicara, yaitu ruangan kecil

mendukung dalam proses terapi.

b) Kredibilitas Terapis

Berdasarkan wawancara Terapis dengan

beberapa narasumber, ditemukan bahwasanya

Page 118: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

103

sangat penting seorang Terapis mempunyai

kredibilitas yang baik, yaitu ditunjukkan dengan

mengikuti perkuliahan di D3 Akademi Terapi

Wicara Jakarta Pusat, dimana akademi ini masih

dalam satu naungan dengan Klinik Bina Wicara

Jakarta Pusat. Dimaksudkan agar seseorang yang

memberikan proses terapi memiliki keilmuan yang

berkualitas, sehingga tidak bisa belajar secara

ototidak dan tidak bisa membuka jasa praktek

maupun membuka klinik praktek sendiri.

Kemudian, 2 aspek penting yang disebutkan

oleh Onong Uchjana Effendy dalam melakukan

kegiatan komunikasi yaitu sumber daya tarik

(source attractiveness) dan sumber kepercayaan

(source credibility), dimana sumber daya tarik

sebagai suatu hal yang harus diutamakan Terapis

dalam menyampaikan pesannya dan sumber

kepercayaan yaitu kepercayaan dari keahlian yang

dijalankan Terapis saat menempuh pendidikan D3

Akademi Terapi Wicara.

Selanjutnya Onong Uchjana Effendy

menyebutkan bahwa faktor penting pada

komunikator pada saat melakukan kegiatan

komunikasi adalah sumber daya tarik (source

Page 119: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

104

attractiveness) dan sumber kepercayaan (source

credibility), yaitu sebagai berikut103:

a. Sumber daya tarik

Seorang komunikator akan berhasil dalam

berkomunikasi, akan mampu mengubah sikap,

opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme

daya tarik jika komunikan bersedia taat pada isi

pesan yang dilancarkan komunikator.

b. Sumber kepercayaan

Faktor kedua yang bisa menyebabkan

komunikasi berhasil adalah kepercayaan

komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini

banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian

yang dimiliki seorang komunikator. Selain dari

kedua pendapat di atas pengertian kredibilitas juga

dikemukakan beberapa pakar komunikasi.

Jalaluddin Rakhmat dalam sebuah bukunya yang

berjudul “Psikologi Komunikasi”, mengartikan

kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate

atau khalayak mengenai sifat-sifat komunikator.

Dalam hal ini, sumber daya tarik melekat pada

strategi komunikasi persuasif yang

dimplementasikan oleh Terapis dan sumber

kepercayaan melekat pada keilmuan yang dimiliki

103 Onong Uchjana E. Ilmu, teori dan Filsafat Komunikasi(Bandung ; PT. Citra Aditya Bakti, 2003), 43.

Page 120: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

105

setiap Terapis, dimana mereka tempuh dalam

pendidikan D3 di Akademi Terapi Wicara. Kedua

aspek ini saling berkaitan erat dalam keberhasilan

selama proses terapi.

Kemudian, 2 aspek penting yang disebutkan

oleh Onong Uchjana Effendy dalam melakukan

kegiatan komunikasi yaitu sumber daya tarik

(source attractiveness) dan sumber kepercayaan

(source credibility), dimana sumber daya tarik

sebagai suatu hal yang harus diutamakan Terapis

dalam menyampaikan pesannya dan sumber

kepercayaan yaitu kepercayaan dari keahlian yang

dijalankan Terapis saat menempuh pendidikan D3

Akademi Terapi Wicara.

c) Terapis yang berpengalaman

Setiap Terapis sebelum terjun ke ruang lingkup

pekerjaan, telah menjalani masa pendidikan. Dalam

masa pendidikan yang berlangsung 3 tahun di

Akademi Terapi Wicara tidak hanya sekedar belajar

teori dan mahasiswa diberikan kesempatan untuk

Praktik Kerja Lapangan, sehingga mahasiswa

sebelum lulus telah mengetahui kondisi nyata di

lapangan. Oleh karena itu setiap Terapis yang lulus

telah memiliki pengalaman yang cukup untuk

langsung melamar kerja diberbagai lembaga yang

membutuhkan Terapis. Selain itu Terapis yang

Page 121: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

106

mempunyai pengalaman akan lebih mudah dalam

menghadapi pasien pertamanya.

d) Kerjasama dengan orang tua

Salah satu hal terpenting dalam keberhasilan

proses komunikasi persuasif dengan adanya

dukungan orang tua yang ikut membantu Terapis,

dengan ini proses terapi akan berjalan dengan baik.

Peneliti menemukan saat melakukan wawancara

terhadap 6 orang informan, mereka menyatakan ada

banyak orang tua yang ikut membantu proses terapi

saat dirumah dan ada juga yang hanya

mengharapkan terapi saat di klinik, sehingga

berbeda hasil akhirnya dengan orang tua membantu

Terapis.

2. Faktor Penghambat

a) Kesulitan dalam mengkondisikan pasien

Kondisi pasien dalam Klinik Bicara Wicara

sangat beragam jenis tuna wicaranya dan beragam

pula karakter serta sifat pasien. Seperti kasus anak

yang hyperactive, beberapa anak yang Terapis

hadapi terkadang sulit untuk diajak duduk dan

dominan untuk bermain dan berlarian, sehingga

Terapis harus mampu dalam mengajak anak dengan

lembut dan tidak terbawa emosi. Oleh karena itu,

dalam hal ini menjadi perhatian penting, karena

Page 122: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

107

setiap Terapis harus siap dalam mengatasi berbagai

macam pasien yang sangat beragam jenisnya.

b) Strategi yang tidak cocok.

Ketika di awal pertemuan, Terapis akan

melakukan assessment, yaitu proses untuk

mengetahui kemampuan seseorang, terhadap suatu

kompetensi, berdasarkan bukti-bukti yang

ditemukan saat bertemu dengan pasien dan orang

tua. Strategi yang direncanakan saat awal bisa saja

tepat, tetapi ketika ditengah proses terapi beberapa

Terapis menyatakan pendapat bahwasanya

ditemukan dalam beberapa kasus strategi terpaksa

harus diubah, karena dirasa tidak cocok.

Dampaknya masa proses terapi berjalan hingga

lama, bahkan peneliti menemukan saat melakukan

wawancara dengan salah satu Terapis, terdapat

beberapa pasien yang sudah melangsungkan proses

terapi hingga 3 tahun, disebabkan pasien

membutuhkan penanganan khusus.

Oleh karena itu, ketika Terapis menemukan

strategi yang tidak tepat, maka akan dilakukan

evaluasi dengan orang tua dan jika diperlukan

Kepala Klinik Bina Wicara akan ikut ambil bagian

dalam mencari solusi yang terbaik.

Page 123: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

108

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data maka peneliti

menyimpulkan tentang Strategi Komunikasi Persuasif Terapis

kepada Penyandang Tuna Wicara dalam Meningkatkan

Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Klinik Bina Wicara Jakarta

Pusat sebagai berikut:

1. Strategi komunikasi persuasif Terapis kepada penyandang

tuna wicara dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi

sosial pada Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat antara lain:

a. Attention (Perhatian)

Pada tahap perhatian, menjadi awal bagi setiap Terapis

dalam mengawali proses terapi, menjadi hal yang pasti

dilakukan setiap Terapis agar setiap pasien mampu

mengikuti proses terapi dengan antusias. Terapis pun

diharapkan dapat dengan mudah dan kreatif mengambil

perhatian pasien yang beragam jenisnya. Tahap ini di

lakukan oleh semua informan.

b. Comprehension (Pemahaman)

Pada tahap pemahaman, Terapis untuk memberikan

pemahaman yang sederhana dan mudah diserap oleh

pasien. Hal yang penting bagi setiap Terapis untuk

meramu pesan agar setiap pasien mampu memahami apa

yang dikatakan Terapis, selain itu dalam memberikan

pemahaman disesuaikan dengan kondisi pasien yang

Page 124: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

109

beragam. Dalam tahapan ini dilakukan oleh setiap

informan.

c. Learning (Pembelajaran)

Pada tahap pembelajaran, Terapis memberikan

pemahaman secara sederhana dan mempraktekkan hal

apa saja yang harus diikuti dan diulang oleh pasien

selama menjalani proses terapi di klinik. Tahap ini juga

didukung oleh kerjasama dengan orang tua saat berada

di rumah agar optimal dalam menjalani proses terapi.

Dalam tahap ini ditemukan oleh setiap informan.

d. Acceptance (Penerimaan)

Pada tahap penerimaan, setiap Terapis akan memastikan

pasien menerima pembelajaran yang diberikan, selain itu

penerimaan dimaksudkan agar pasien memahami bahwa

dirinya perlu diberikan terapi, sehingga setiap Terapis

dituntut untuk memotivasi pasien mengenai pentingnya

menerima rangkaian proses terapi. Dalam tahap ini pun

ditemukan oleh setiap informan.

e. Retention ( Penyimpanan)

Dalam tahap penyimpanan, menjadi tahapan terakhir dan

setiap Terapis mengoptimalkan dalam memberikan

stimulus kepada pasien untuk memastikan mengingat

pesan yang diberikan saat proses terapi yang telah

diberikan selama beberapa kali pertemuan, kemudian

dalam tahapan ini peran orang tua menjadi faktor

penentu bahwa pasien mampu memahami pesan yang

telah disampaikan Terapis.

Page 125: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

110

2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Terapis

Klinik Bina Wicara saat berhadapan dengan Pasien dalam

proses komunikasi persuasif, antara lain:

a. Faktor Pendukung

a) Sarana dan Prasarana

Pihak klinik sudah sangat maksimal dengan

memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap

pasien dan fasilitas yang disediakan sudah

mendukung dalam proses terapi serta ruangan yang

nyaman akan mempermudah proses terapi

b) Kredibilitas Terapis

Setiap Terapis sudah dipastikan mempunyai

kredibilitas yang baik, didukung oleh keilmuan yang

didapatkan, yang salah satunya mendalami keilmuan

terapi wicara di Akademi Terapi Wicara Jakarta

Pusat.

c) Terapis yang berpengalaman

Pada faktor ini, menjadi hal yang dimiliki setiap

Terapis, karena ketika terjun dilapangan setiap

Terapis dituntut untuk bekerja dengan maksimal,

dengan pengalaman yang dimiliki saat menjalani

perkuliahan dapat mengoptimalkan setiap Terapis

saat menjalankan proses terapi.

d) Kerjasama dengan orang tua

Sudah seharusnya setiap orang tua yang

mengharapkan kesembuhan pada anaknya juga ikut

terlibat dalam proses terapi. Tidak hanya

Page 126: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

111

mengandalkan Terapis saat di klinik, melainkan orang

tua diharapkan mampu bekerjasama dengan Terapis

agar mempercepat proses penyembuhan pada pasien.

b. Faktor Penghambat

a) Kesulitan dalam mengkondisikan pasien

Setiap Terapis dituntut untuk menghadapi beragam

kondisi yang ada pada setiap pasien, kesulitan

menjadi hal yang sering dialami dan wajar, dengan

pengalaman dari waktu ke waktu akan menambah

jam terbang para Terapis dan akan mempermudah

kedepannya dalam menangani berbagai macam

kondisi yang dialami pasien.

b) Strategi yang tidak cocok

Setiap Terapis akan berhadapan dengan berbagai

macam jenis kondisi saat di lapangan, kondisi yang

terjadi apabila mendapati pasien yang membutuhkan

penanganan khusus seperti autisme, sehingga ketika

mendapati pasien yang membutuhkan penanganan

khusus, Terapis dengan cepat menambah atau

merubah strategi lain agar menemukan proses terapi

yang lebih tepat.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan

implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Peneliti membenarkan strategi komunikasi persuasif

sebagai proses yang dilakukan Terapis terhadap

Page 127: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

112

penyandang tuna wicara yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial pada

lingkungannya.

Adapun model Hovland sebagai dasar dalam

menunjukkan bentuk komunikasi persuasif Terapis, dimana

ketika dikaji dapat terbagi menjadi beberapa macam bagian

yang dikupas secara mendalam. Penelitian ini juga dapat

menjadi panduan bagi Klinik Bina Wicara dan para Terapis

untuk menerapkan strategi komunikasi persuasif yang lebih

baik dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial

pada setiap pasien di Klinik Bina Wicara.

3. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi

klinik dan para Terapis. Selain itu, untuk menambah

pengetahuan sehubungan dengan proses terapi yang

diberikan, serta strategi yang lebih tepat dalam memberikan

sesi terapi ke setiap pasien, di samping itu diharapkan

mampu dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi

sosial setiap penyandang tuna wicara.

C. SARAN

Setelah melakukan penelitian mengenai Strategi

Komunikasi Persuasif Terapis kepada Penyandang Tuna wicara

dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial pada

Klinik Bina Wicara Jakarta Pusat, maka peneliti memiliki

beberapa saran, antara lain:

1. Saran Akademis

Page 128: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

113

Penelitian ini kiranya dapat memberikan saran untuk

pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai

Strategi Komunikasi Persuasif Terapis kepada Penyandang

Tuna wicara di Klinik Bina Wicara. Harapan peneliti

dengan diketahui strategi komunikasi persuasif seperti apa

yang dilakukan Terapis kepada penyandang tuna wicara

dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial dapat

membantu Terapis dalam mengevaluasi proses terapi secara

mendalam agar lebih optimal. Diharapkan penelitian ini

dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis dan dapat

diteliti lebih lanjut.

2. Saran Praktis

a. Kepada Klinik Bina Wicara

Agar strategi komunikasi persuasif Terapis kepada

penyandang tuna wicara dapat berjalan dengan lebih baik

dan maksimal, pihak klinik diharapkan dapat lebih intens

dengan lebih intensif dalam memberikan pemahaman

kepada orang tua atau wali, bahwasanya terapi akan

berjalan dengan optimal dengan cara mempertemukan para

orang tua atau wali dalam sebuah pertemuan khusus agar

dapat diberikan pemahaman dengan lebih mendalam

perihal pentingnya kontribusi orang tua dalam proses terapi

dan tidak hanya mengharapkan peran Terapis ketika berada

di klinik. Selain itu pihak Klinik Bina Wicara harus

memberikan edukasi ke masyarakat dengan lebih masif,

mengenai pentingnya membawa sanak keluarganya yang

membutuhkan terapi wicara, karena sosialiasi jadi hal

Page 129: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

114

penting mengenai adanya terapi wicara yang masih

diketahui segelintir orang, sehingga menjadi hal yang

penting bagi pihak klinik untuk menyosialisasikan secara

luas dengan mengoptimalkan pada penggunaan sosial

media atau media yang lain.

b. Kepada Terapis Klinik Bina Wicara

Kepada para Terapis di Klinik Bina Wicara

diharapkan dapat lebih kreatif dalam berinteraksi, dapat

lebih sabar dalam setiap prosesnya serta meningkatkan cara

pengajaran agar lebih menggugah pasien dan lebih

semangat untuk mengikuti setiap rangkaian terapi.

Page 130: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

115

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdurrachman, Muljono, dan Sudjadi. Pendidikan Luar BiasaUmum. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan. 1994.

Applebaum, R.L dan Anatol, K.W.E. Strategies for PersuasiveCommunication. Ohio: A Bell & Howell, Co. 1974.

Barran, Stanley J. Introduction to Mass Communication,Mayfield Publishing Company, 2001.

Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer.Yogyakarta: Andi Offside. 2004.

Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2001.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2002.

--------------------. Komunikasi Politik: Konsep, Teori danStrategi. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

--------------------. Perencanaan dan Strategi Komunikasi.Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar BahasaIndonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT GramediaPustaka Umum. 2013. Cet. Ke 7.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen PendidikanNasional, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002. Cet. Ke-2 edisi3.

Page 131: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

116

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.Bandung: Cipta Aditya. 1993.

----------------. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.2001.

----------------. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek.nBandung:PT Remaja Rosdakarya, 2008. Cet. Ke 21

----------------. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:Aditya Bakti 2004.

----------------. Dinamika Komunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya. 2004.

Gerungan, W. A. Psikologi Sosial. Jakarta: PT ErescoBandung. 2003

Hamdi H, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT RafikaAditama. 2004.

Hovland, Carl, L. Definisi Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2010.

Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna.Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011.

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis DataKualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press,

2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2007.

Morissan, M.A. Psikologi Komunikasi. Bogor: PenerbitGhalian Indonesia. 2010.

Moss, Sylvia. Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996

Page 132: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

117

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT RemajaRosdakarya. 2012.

Nugroho, Vincent. Strategi Komunikasi Untuk SuksesMenjalin Relasi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 2012.

Partanto, Pius A, dan M. Dahlan Barry. Kamus Ilmiah Populer.Surabaya: Arkola, 1994.

Pringgodigdo, Mr. AG. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta:Kanisius. 1987. Cet. Ke 7.

Rahmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1995.

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya. 2001.

Rohidi, Tjetjep Rohendi, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:Penerbit UI, 1992.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2007.

Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah. Surabaya: Depag, 1993.

Soemantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:Refika Aditama, 2007.

Saifuddin, Azwar. Sikap Manusia: Teori danpengukurannya. Yogyakarta: Liberty, 2000.

Shaw. Psikologi Sosial. Bandung : Rosdakarya, 2010.

Soemirat, Soleh, dkk. Komunikasi Persuasif. Jakarta:Universitas terbuka, 2007.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas.Jakarta : CV Rajawali, 2002.

Setiono, Kusdwiratri. Psikologi Keluarga. Bandung: PT.Alumni, 2011.

Page 133: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

118

Purwanto, Heri, Suparno, dan Edi. Pendidikan AnakBerkebutuhan Khusus, 2007.

Smith, Mark K. dkk. Teori Pembelajaran dan Pengajaran;Mengukur Kesuksesan Anda dalam ProsesBelajar dan Mengajar Bersama Psikolog PendidikanDunia. terj. Abdul Qodir Shaleh. Mirza MediaPustaka. Yogyakarta. 2009.

Thibaut, Kelley. Teori Sosiologis Edisi Keenam. Jakarta:Rineka Cipta, 2008.

Venus, Antar. Manajemen Kampanye. Bandung: SimbiosaRekatama Media, 2009.

Yosal Irianto, Dedy Jamaluddin Malik. Komunikasi Persuasif.Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Zamroni, Muhammad. Filsafat Komunikasi. Yogyakarta: GrahaIlmu, 2009.

Sumber Jurnal

Rusuli, Izzatur,“Refleksi Teori Belajar Behavioristik DalamPerspektif Islam", Jurnal Pencerahan,Volume 8, Nomor 1,Juli– Desember (2014).

Lestari,Mita,“Strategi Komunikasi Persuasif Dalam MenarikMinat Kreditur Untuk Melakukan Kredit Di PT. AdiraFinance Pekanbaru”. Jom FISIP Volume 4 No.2(2017).

Winoto, Yunus,“Penerapan Teori Kredibilitas Sumber(Source of Credibity) Dalam Penelitian-penelitianLayanan Perpustakaan”, Jurnal Pencerahan Tahun 5,Volume 5 No. 2 Nopember (2015).

Sumber Internet

Badan Pusat Statistik. Jumlah Disabilitas berdasarkan SurveiPenduduk Antar Sensus (SUPAS),

Page 134: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

119

http://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/41ccbadf0b914534f5c08a62/penduduk-indonesia-hasil-supas-2015.html.

Definition of therapist, The Cambridge Advanced Learner'sDictionary & Thesaurus Cambridge University Press2019,https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/therapist.

Definition of therapist, English Oxford Living Dictionaries,Oxford University Press 2019,https://en.oxforddictionaries.com/definition/therapist.

Page 135: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

120

LAMPIRAN

Page 136: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG
Page 137: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG
Page 138: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Transkrip Wawancara Penelitian

Penulis : M Dwiki Firmansyah

Narasumber : Hilda Sofia Hanafi, A.Md. T.W

Jabatan : Kepala Klinik Bina Wicara

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu wawancara : 11.15 WIB

Tempat wawancara : Klinik Bina Wicara

Tipe wawancara : Wawancara Tatap Muka

Penulis : Bagaimana cara Terapis dalam meramu pesan

kepada pasien Klinik Bina Wicara supaya

mereka mampu memahami dan mampu

menerapkan apa yang diajarkan Terapis untuk

berkomunikasi lebih baik?

Informan : Cara pendekatan ketika anak-anak pertama

kali datang masih maunya sendiri, kemudian

kita biarkan dulu untuk kita ikutin gimana

maunya, nah setelah itu kita adakan

pendekatan yaitu dengan melakukan terapi

sesuai dengan kemampuannya saat itu.

Transkrip 01

Page 139: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Penulis : Siapa saja yang berperan penting dalam

merumuskan strategi dalam lembaga Klinik

Bina Wicara ini?

Informan : Kalau dia datang ke klinik khusus terapi

wicara berarti yang berperan kepala klinik dan

Terapis wicaranya, kalo dia datang ke klinik

tumbuh kembang berarti yang berperan ada

psikolog, dokter rehab, tenaga terapi wicara

serta penunjang yang lain dengan kebutuhan

anaknya, misalkan anaknya selain bicara butuh

penanganan lain dia bisa dirujuk untuk

penanganan yang lain.

Penulis : Bagaimana langkah Klinik Bina Wicara

dalam mengevaluasi strategi dan apa yang

menjadi prioritas dalam proses evaluasi

tersebut?

Informan : Biasanya begini, setelah anak di terapi kita

mencari program yang tepat seperti apa, nah

setelah di evaluasi tidak ada perubahan yang

signifikan atau kemampuannya seperti itu jadi

kita mengambil cara lain supaya anak itu

dengan cara yang lain agar anak itu bisa maju,

caranya kita mencari program lain, jadi setiap

anak kan kemampuannya berbeda-beda,

sehingga ketika dengan cara ini tidak

bisa, maka dengan cara A baru dia bisa, jadi

Page 140: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

ditentukan sebelum terapi itu ada jangka

pendek dan jangka panjang. Ketika jangka

pendek ini berhasil maka dilanjutkan jangka

panjang dan jika rencana jangka panjang juga

tidak berhasil maka dicari cara yang lain untuk

langkah selanjutnya agar anak itu ada

kemajuan.

Penulis : Tindakan apa yang dilakukan oleh Terapis

Klinik Bina Wicara setelah mengetahui hasil

evaluasi dari strategi tersebut?

Informan : Yaa kalo misalnya ternyata program yang

kita lakukan tidak cocok dengan anak atau

tidak sesuai dan tidak ada perubahan, kita

melakukan dengan cara yang lain, supaya anak

itu bisa lebih masuk dan mudah menerima

program terapi.

Penulis : Bagaimana upaya Klinik Bina Wicara dalam

menghasilkan proses persuasif yang berhasil

antara kedua belah pihak?

Informan : Upaya antara klinik dan Terapis sama, untuk

keberhasilan kepada pasien. Biasanya setiap

anak kan beda-beda, ada yang kita bujuk dia

bisa, dan ada juga yang tidak bisa dibujuk, nah

kalo dia berhasil melakukan sesuatu kita

biasanya memberikan reward dalam bentuk

Page 141: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

benda ataupun tepukan tangan atau ucapan

bagus/pintar.

Penulis : Apa yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan proses persuasif antara kedua

belah pihak?

Informan : Keberhasilan itu diliat antara kerjasama orang

tua, pasien dan Terapis, jadi gini keberhasilan

itu didukung oleh orang tua, kalo kita

sebagai Terapis kerja keras untuk melatih anak

ternyata dari orang tua hanya diam saja dan

tidak ada dukungan serta memperhatikan anak

otomatis kemajuan itu tidak ada tapi kalo orang

tuanya semangat mengantar anaknya terapi

tetapi Terapisnya tidak mendukung itu sama

saja tidak akan berhasil. Kemudian, jika yang

diajarkan di tempat terapi tidak diulang-

ulang oleh orang tua. Oleh karena itu,

keberhasilan berkat kerjasama antara orang

tua, anak dan Terapis. Jika anaknya semangat

dan orang tuanya tidak peduli, itu susah dalam

mengharapkan kemajuan, karena banyak kasus

disini ketika orang tuanya cuek maka

keberhasilannya lama, karena secara psikologis

mungkin anak itu merasa orang tuanya tidak

peduli kepadanya dan tidak memperhatikan,

tetapi kalo orang tuanya melatih terus secara

Page 142: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

berulang-ulang dirumah mengenai apa yang di

terapi di klinik, in syaa Allah tingkat

keberhasilannya akan tinggi.

Penulis : Hambatan apa yang dihadapi Terapis saat

menerapkan proses komunikasi persuasif

kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Kadang-kadang hambatannya kalau mood

anaknya kurang bagus, terus kadang-kadang

apa namanya marah-marah nahh itu menjadi

hambatan bagi saya sebagai Terapis wicara

untuk bisa berkomunikasi dengan anak, karena

dia tidak mengerti apa yang dia ingin katakan

tapi dia hanya bisa menangis dan marah-

marah untuk mengungkapkan keinginan dia,

jadi yang agak sulit yang tiba-tiba marah,

nangis atau tiba-tiba tidak mau mengikuti

program yang diarahkan Terapis wicara.

Penulis : Apakah pernah gagal dalam menjalani masa

proses persuasif tersebut dan mengapa?

Informan : Kegagalan pasti ada, tapi biasanya kita cari

cara lain untuk menerapkan program terapi lain

kepada anak, misalkan cara ini tidak bisa, kita

coba cari cara lain, biasanya seperti itu.

Biasanya kita menentukan program A tetapi

kok tidak bisa, nah berusaha menemukan cara

lain, biasanya program itu sampai 3 atau 6

Page 143: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

bulan dan jika tidak ada perubahan maka kami

melakukan evaluasi bersama orang tua untuk

terapi tindak lanjut yang harus dilakukan.

Penulis : Menurut pandangan Terapis, seberapa penting

interaksi sosial pasien dengan lingkungan

sekitar saat pasien sedang menjalani proses

terapi dalam kurun waktu tertentu?

Informan : Penting untuk para klien untuk bisa

berkomunikasi dengan lingkungan luar, karena

kalau nanti dia tidak bisa berkomunikasi

dengan lingkungan luar, nanti akan timbul

putus asa, kesal karena tidak bisa

mengungkapkan apa yang dia inginkan, yang

ada timbulnya jadi marah-marah, jadi penting

banget klien untuk bisa berkomunikasi

dengan lingkungan luar, kemudian cara dia

bisa bersosialisasi itu dengan di sekolahkan

atau dengan dia berbaur dengan lingkungan di

rumah, begitu.

Penulis : Bagaimana seorang Terapis dapat disebut

berhasil dan kredibel dalam menjalani proses

terapi kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Kalau untuk terapi wicara kita kan ada

akademinya, kalau dia sembarang menjadi

terapi wicara itu mah tidak mungkin, karena

dia tidak mampu untuk melakukan terapi

Page 144: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

kepada pasien. Kemudian, dikatakan Terapis

bisa dibilang berhasil ketika pasien datang ke

kita dia tidak bisa berkomunikasi atau tidak

bisa bicara dan ketika datang kesini sudah bisa

sedikit lancar ngomong dan berkomunikasi

menentukan keinginannya dengan terbata-bata

atau dia sudah mengerti maksudnya Terapis

bagi saya sudah berhasil, karena setiap anak itu

berbeda-beda, misalnya si A kemampuannya

tidak bisa berbicara yang artikulasinya tidak

tepat, dateng ke klinik dia sudah bisa

mengucapkan satu kata dengan jelas walaupun

kemampuan lain belum mengikuti usianya

tetapi setidaknya sudah berhasil bagi saya,

karena yang awalnya tadi datang nangis,

marah, ngamuk dan dia sudah bisa

mengikuti pelajaran dengan duduk tenang serta

patuh, itu bagi saya sudah keberhasilan

walaupun belum maksimal, karena anak

berkebutuhan khusus tidak bisa disamakan

dengan anak yang normal, oleh karena itu jika

kemampuannya sudah mendekati sesuai usia

tumbuh kembangnya sudah mengerti apa yang

dibicarakan oleh orang lain, buat saya itu sudah

berhasil.

Informan,

Page 145: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Transkrip Wawancara Penelitian

Peneliti : M Dwiki Firmansyah

Narasumber : Anjarsari Sulistyowati, A.Md. T.W

Jabatan : Terapis Wicara

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu wawancara : 11.40 WIB

Tempat wawancara: Klinik Bina Wicara

Tipe wawancara : Wawancara Tatap Muka

Penulis : Bagaimana cara Terapis dalam meramu pesan

kepada pasien Klinik Bina Wicara supaya

mereka mampu memahami dan mampu

menerapkan apa yang diajarkan Terapis untuk

berkomunikasi lebih baik?

Informan : Biasanya sih kita memahami kliennya dulu,

misalkan dari vokalnya seperti apa, supaya

klien tau maksud yang kita sampaikan, baru

setelah itu dilanjut lagi ke komunikasinya.

Penulis : Siapa saja yang berperan penting dalam

merumuskan strategi dalam lembaga Klinik

Bina Wicara ini?

Transkrip 02

Page 146: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Yang pasti harus bekerjasama dengan orang

tuanya yaa, kalau orang tuanya tidak bisa

diajak kerjasama percuma kan soalnya sama

Terapis kan hanya satu jam dan dirumah lebih

banyak waktunya, begitu. Selain itu juga

dibutuhkan psikolog untuk membantu dalam

proses terapi, tetapi tidak ada disini dan dilain

tempat, karena berkesinambungan dengan

proses terapi yang kita lakukan.

Penulis : Bagaimana langkah Klinik Bina Wicara

dalam mengevaluasi strategi dan apa yang

menjadi prioritas dalam proses evaluasi

tersebut?

Informan : Yang penting si anak udah bagus dalam

pemahamannya, trus udah bisa meniru atau

kalau ditanya sudah bisa berkomunikasi dua

arahnya, udah bagus gitu. Biasanya kita

evaluasi 3 bulan sekali, itu juga kalau

orang tuanya minta dan kalo tidak yaa tidak

kita lanjut, yaa paling setelah proses terapi kita

sampaikan aja mengenai apa aja yang

dilakukan didalam.

Penulis : Tindakan apa yang dilakukan oleh Terapis

Klinik Bina Wicara setelah mengetahui hasil

evaluasi dari strategi tersebut?

Page 147: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Yaa dilanjutkan lagi program jangka panjang

untuk 6 bulan kedepan, soalnya kita disini ada

proses jangka pendek, terus jangka panjang

dalam waktu yang lama dengan tujuan anak itu

bisa berkomunikasi, anak bisa paham.

Penulis : Bagaimana upaya Klinik Bina Wicara dalam

menghasilkan proses persuasif yang berhasil

antara kedua belah pihak?

Informan : Jadi ketika diawal masuk, biasanya kita beri

mainan kalo dia nangis, kita ajak main kaya

gitu, biasanya untuk interaksi awal untuk

proses adaptasi, kalo main juga biasanya

seperti main puzzle.

Penulis : Apa yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan proses persuasif antara kedua

belah pihak?

Informan : Yaa itu, anak bisa berkomunikasi seperti

tanya jawab, menjawab pertanyaan, kaya gitu.

Tolak ukur juga berbeda pada setiap anak,

karena tergantung berat ringannya kasus dalam

masa penanganan, misalnya anak sudah

mampu berbicara dalam artikulasinya aja

paling cuma berapa bulan dan kalo sama

sekali ga bisa komunikasi bisa sampe tahunan,

jadi tergantung berat ringannya.

Page 148: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Penulis : Hambatan apa yang dihadapi Terapis saat

menerapkan proses komunikasi persuasif kepada

pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Yaa itu tadi balik lagi, kalo kasusnya berat

yaa susah, ga cukup setahun mungkin bisa

bertahun-tahun penanganannya, tergantung

berat atau ringan kasusnya.

Penulis : Apakah pernah gagal dalam menjalani masa

proses persuasif tersebut dan mengapa?

Informan : Ada, pasien saya ada yang sudah 3 tahun

tetapi masih terus diterapi, jadi karena IQnya

rendah dan ketika dirumah kurang diajak

stimulasi oleh orang tua.

Penulis : Menurut pandangan Terapis, seberapa penting

interaksi sosial pasien dengan lingkungan

sekitar saat pasien sedang menjalani proses

terapi dalam kurun waktu tertentu?

Informan : Penting, karena mereka harus belajar bermain

dengan yang lain dan berbaur sama yang lain,

tidak menyendiri, penting banget sih interaksi,

emang tujuan terapi juga supaya anak juga

mudah dalam berinteraksi sosial, sehingga

tidak sibuk dengan dunianya sendiri, begitu.

Penulis : Bagaimana seorang Terapis dapat disebut

berhasil dan kredibel dalam menjalani proses

terapi kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Page 149: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Yaa saat anak itu sudah mampu

berkomunikasi, sudah bisa paham, sudah bisa

berinteraksi sosial. Kemudian, Terapis itu

harus mempunyai kredibel yang baik, secara

kita juga ada sekolahnya, jadi engga main-main

, jadi harus bener-bener belajar.

Informan,

Page 150: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Transkrip Wawancara Penelitian

Peneliti : M Dwiki Firmansyah

Narasumber : Hairani, A.Md. T.W

Jabatan : Terapis Wicara

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu wawancara : 12.15 WIB

Tempat wawancara : Klinik Bina Wicara

Tipe wawancara : Wawancara Tatap Muka

Penulis : Bagaimana cara Terapis dalam meramu pesan

kepada pasien Klinik Bina Wicara supaya

mereka mampu memahami dan mampu

menerapkan apa yang diajarkan Terapis untuk

berkomunikasi lebih baik?

Informan : Biasanya sih kita memahami kliennya dulu,

misalkan dari vokalnya seperti apa, supaya

klien tau maksud yang kita sampaikan, baru

setelah itu dilanjut lagi ke komunikasinya.

Penulis : Siapa saja yang berperan penting dalam

merumuskan strategi dalam lembaga Klinik

Bina Wicara ini?

Transkrip 03

Page 151: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Yang pasti harus bekerjasama dengan orang

tuanya yaa, kalau orang tuanya tidak bisa

diajak kerjasama percuma kan soalnya sama

Terapis kan hanya satu jam dan dirumah lebih

banyak waktunya, begitu. Selain itu juga

dibutuhkan psikolog untuk membantu dalam

proses terapi, tetapi tidak ada disini dan dilain

tempat, karena berkesinambungan dengan

proses terapi yang kita lakukan.

Penulis : Bagaimana langkah Klinik Bina Wicara

dalam mengevaluasi strategi dan apa yang

menjadi prioritas dalam proses evaluasi

tersebut?

Informan : Yang penting si anak udah bagus dalam

pemahamannya, trus udah bisa meniru atau

kalau ditanya sudah bisa berkomunikasi dua

arahnya, udah bagus gitu. Biasanya kita

evaluasi 3 bulan sekali, itu juga kalau

orang tuanya minta dan kalo tidak yaa tidak

kita lanjut, yaa paling setelah proses terapi kita

sampaikan aja mengenai apa aja yang

dilakukan didalam.

Penulis : Tindakan apa yang dilakukan oleh Terapis

Klinik Bina Wicara setelah mengetahui hasil

evaluasi dari strategi tersebut?

Page 152: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Yaa dilanjutkan lagi program jangka panjang

untuk 6 bulan kedepan, soalnya kita disini ada

proses jangka pendek, terus jangka panjang

dalam waktu yang lama dengan tujuan anak itu

bisa berkomunikasi, anak bisa paham.

Penulis : Bagaimana upaya Klinik Bina Wicara dalam

menghasilkan proses persuasif yang berhasil

antara kedua belah pihak?

Informan : Jadi ketika diawal masuk, biasanya kita beri

mainan kalo dia nangis, kita ajak main kaya

gitu, biasanya untuk interaksi awal untuk

proses adaptasi, kalo main juga biasanya

seperti main puzzle.

Penulis : Apa yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan proses persuasif antara kedua

belah pihak?

Informan : Yaa itu, anak bisa berkomunikasi seperti

tanya jawab, menjawab pertanyaan, kaya gitu.

Tolak ukur juga berbeda pada setiap anak,

karena tergantung berat ringannya kasus dalam

masa penanganan, misalnya anak sudah

mampu berbicara dalam artikulasinya aja

paling cuma berapa bulan dan kalo sama

sekali ga bisa komunikasi bisa sampe tahunan,

jadi tergantung berat ringannya.

Page 153: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Penulis : Hambatan apa yang dihadapi Terapis saat

menerapkan proses komunikasi persuasive

kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Yaa itu tadi balik lagi, kalo kasusnya berat

yaa susah, ga cukup setahun mungkin bisa

bertahun-tahun penanganannya, tergantung

berat atau ringan kasusnya.

Penulis : Apakah pernah gagal dalam menjalani masa

proses persuasif tersebut dan mengapa?

Informan : Ada, pasien saya ada yang sudah 3 tahun

tetapi masih terus di terapi, jadi karena IQnya

rendah dan ketika dirumah kurang diajak

stimulasi oleh orang tua.

Penulis : Menurut pandangan Terapis, seberapa penting

interaksi sosial pasien dengan lingkungan

sekitar saat pasien sedang menjalani proses

terapi dalam kurun waktu tertentu?

Informan : Penting, karena mereka harus belajar bermain

dengan yang lain dan berbaur sama yang lain,

tidak menyendiri, penting banget sih interaksi,

emang tujuan terapi juga supaya anak juga

mudah dalam berinteraksi sosial, sehingga

tidak sibuk dengan dunianya sendiri, begitu.

Penulis : Bagaimana seorang Terapis dapat disebut

berhasil dan kredibel dalam menjalani proses

terapi kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Page 154: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Begini, kita mengambil dari sini, KBW

adalah Klinik Bina Wicara yang dimana

terdapat Terapis wicara, yang dimana

semuanya sudah mempunyai sumpah dalam

menangani anak-anak yang mempunyai

gangguan komunikasi, sedangkan kalau bisa

disebut berhasil adalah pandangan objektif dari

orang tua kalau anak ini sudah bisa ngomong,

bisa jadi dengan lancar dan bisa jadi dengan

mereka sudah mengeluarkan kata, walaupun

mereka berkata-kata tapi padahal dalam

pandangan Terapis terdapat tingkatan kata,

wacana nanti ke komunikasi dua arah, begitu,

tapi kalau sudah mengeluarkan kata bisa

dianggap oh yaa bisa nih, setidaknya

kemajuannya sudah ada.

Informan,

Page 155: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Transkrip Wawancara Penelitian

Peneliti : M Dwiki Firmansyah

Narasumber : Diana Martini, Amd. TW

Jabatan : Terapis Wicara

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu wawancara : 12.40 WIB

Tempat wawancara : Klinik Bina Wicara

Tipe wawancara : Wawancara Tatap Muka

Penulis : Bagaimana cara Terapis dalam meramu pesan

kepada pasien Klinik Bina Wicara supaya

mereka mampu memahami dan mampu

menerapkan apa yang diajarkan Terapis untuk

berkomunikasi lebih baik?

Informan : Jadi pendekatannya itu ada bermacam-macam

caranya, ada yang melalui visual, melalui

pendengaran dan ada yang melalui rasa. Jadi

kalau misalkan anak-anak, lemah salah satunya

yaa didukung, jadi pendekatannya semua harus

didukung, jadi ibaratnya anak-anak misalnya

gimana caranya anak-anak itu memahami, nah

Transkrip 04

Page 156: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

kita ngajarinnya secara visual dulu, secara rasa

baru setelah itu digabungin, nah terus

setelahnya pendengaran itu otomatis kan

pendengaran juga dilakukan.

Penulis : Siapa saja yang berperan penting dalam

merumuskan strategi dalam lembaga Klinik

Bina Wicara ini?

Informan : Kalau ketika proses terapi hanya Terapis nya

saja yang merumuskan, kalau secara

keseluruhan memang kan kalo misalnya

metodologi itu misalnya metode buat terapi

untuk anak, biasanya kita yang

melakukan observasi, wawancara kemudian

ada assessment itu dari Terapis wicara, nanti

biasanya kalo misalnya kalau memang ada

orang tua yang mau konsultasi sama kepala

klinik yaa boleh, tapi biasanya sih konsultasi

sama kita gitu, mengenai apa sih yang mau kita

lakukan dirumah, biasanya gitu nanya nya

sama Terapisnya.

Penulis : Bagaimana langkah Klinik Bina Wicara

dalam mengevaluasi strategi dan apa yang

menjadi prioritas dalam proses evaluasi

tersebut?

Informan : Biasanya kita kalo mengevaluasi melihat dari

kemajuan dalam beberapa bulan yaa, istilahnya

Page 157: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

kita punya program 3 bulan dan per 3 bulan itu

kita harus evaluasi sejauh mana si anak maju

gitu, istilahnya berkembang dan memang tidak

seoptimal orang normal tapi setidaknya dia bisa

berkomunikasi dengan orang, walaupun

memang terkadang ada yang kurang jelas dan

jelas tapi ada juga yang istilahnnya per 3 bulan

itu dia baru bisa satu dua hal, yang dimana bisa

dilaporkan ke orang tua.

Penulis : Tindakan apa yang dilakukan oleh Terapis

Klinik Bina Wicara setelah mengetahui hasil

evaluasi dari strategi tersebut?

Informan : Biasanya kita kan melakukan program

selanjutnya, misalnya anak itu tidak mampu

melakukan misalnya A dengan ajakan kepada

anak untuk ngomong mengenal angka 1 atau

mencoba menirukan ketika Terapis

mengucapkan kata-kata “buku” gitu, ternyata

ini anak baru bisa mengeluarkan awalan kata B

(mengucapkan behh), yang dimana Terapis

akan mengulang perkaatan yang sama kepada

anak, misalkan Terapis mengatakan “Ayo kita

ulangi lagi, kita pake vokalnya gimana,

sebutkan kata-kata Buh buu buku”. Oh yaa ada

lanjutannya mas, jadi kalo misalkan kita

ngomong itu misalkan satu gabisa gitu, jadi

Page 158: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

urutannya dari bunyi, suku kata, frase dan

sintaksiskan kalimat.

Penulis : Bagaimana upaya Klinik Bina Wicara dalam

menghasilkan proses persuasif yang berhasil

antara kedua belah pihak?

Informan : Biasanya kalo misalkan anak-anak itu sudah

bisa diajak komunikasi dua arah, jadi misalkan

kita tanya ini dan dia sudah bisa menjawabnya,

kita nilai dia udah termasuk lulus sih, seperti

halnya dalam komunikasi ada decoding-

endcoding-feedback, nah disini ketika anak

sudah bisa merespon maka sudah baik.

Penulis : Apa yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan proses persuasif antara kedua

belah pihak?

Informan : Tolak ukur gimana yaa, pokoknya ada

kerjasama ya ada kooperatif antara anak dan

Terapis itu seperti apa, misalkan dalam kasus A

saya harus membuat anak ini mermproduksi

kalimat 3 kata, nah dari situ tolak ukur saya

dengan 3 kata itu secara komunikasi dan si

anak bisa, nah itu sebagai tolak ukurnya, udah

gitu sebenarnya umur 2 tahun itu kan

seharusnya udah komunikatif yah, walaupun

rata-rata anak disini tuh melebihi dari umur,

Page 159: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

jadi umur 7 tahun kadang baru bisa 2 kata,

belum bisa kalimat.

Penulis : Hambatan apa yang dihadapi Terapis saat

menerapkan proses komunikasi persuasif

kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Rata-rata anak-anak ini sebenernya paham,

ada juga yang engga, dilalahnya mereka untuk

komunikasi mengekspresikan apa yang dia

mau itu kurang, jadi kaya misalnya dia mau ini

tapi kita ga paham apa yang dia mau, nah itu

dia jadinya kaya orang marah, kaya orang

pengen sesuatu tapi susah gitu, kadang itu yang

bikin hambatan. Jadi memang masing-masing

anak kan berbeda ya, jadi ada yang ngamuk,

ada yang gigitin diri sendiri, bahkan Terapisnya

sendiri di pukul.

Penulis : Apakah pernah gagal dalam menjalani masa

proses persuasif tersebut dan mengapa?

Informan : Saya pernah merasa hopeless, jadi saya

pengennya anak seperti ini gitu tapi ternyata

kemampuan dia tuh ga bisa seperti itu,

makanya saya balik lagi sama Allah, jadi yaa

maunya saya seperti tapi anaknya tidak bisa

yaa saya jalankan saja prosesnya yaa mas.

Penulis : Menurut pandangan Terapis, seberapa penting

interaksi sosial pasien dengan lingkungan

Page 160: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

sekitar saat pasien sedang menjalani proses

terapi dalam kurun waktu tertentu?

Informan : Penting banget, karena mereka kan akan

terjun dalam lingkungan masyarakat dan lebih

banyak di jamnya mereka itu berada di

lingkungan rumah, seperti halnya ada orang

tua, lingkungan sekitar. Nah disini juga Terapis

kan hanya bertemu sama anak cuma satu jam

dan seminggu 2 kali, nah tanpa dukungan

orang terdekat dan lingkungan dia ga ada

istilahnya kemajuan sama sekali. Seperti

halnya ada kasus, anak cuma diantar jemput

sama orang tuanya tanpa komunikasi yang baik

gabisa anak itu maju, kaya gitu. Jadi kalau bisa

sih diperlukan kerjasama orang tua dengan

Terapis dan lingkungan sekitar, jadi saling

mendukung, istilahnya simbiosis mutualisme

gitu mas, karena tanpa dukungan sama aja

boong gitu.

Penulis : Bagaimana seorang Terapis dapat disebut

berhasil dan kredibel dalam menjalani proses

terapi kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Jadi seorang Terapis Wicara itu kan

membutuhkan ilmu untuk menangani anak-

anak seperti ini, jadi bukan sekedar

pengalaman, pengalaman bertahun-tahun kalo

Page 161: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

misalnya memang dia tanpa ilmu jadi dia juga

jadi percuma, jadi kalo misalkan bisa yaa

berilmu dan juga berpengalaman. Seorang

Terapis Wicara yang menangani anak, dia juga

harus tau psikologi anak bagaimana, psikologi

menghadapi orang lain seperti apa, jadi ga

hanya dengan pengalaman tetapi juga ada ilmu

yang saling berkaitan, begitu. Terus kalo

misalnya bisa dikatakan berhasil itu kalo

misalnya anak itu kenal sama kita, dalam artian

yang tadinya tidak kenal kita, tidak mengerti

kita, terus tau-tau dia mengatakan “haii ibu

Diana..”, terus kenal siapa orang, kan tadinya

mereka cuek aja gitu dan tau-tau dia bisa

bermain dengan lingkungannya, trus yang

tadinya dia ga bisa komunikasi ibaratnya, tau-

tau dia bisa berkomunikasi dengan

lingkungannya.

Informan,

Page 162: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Transkrip Wawancara Penelitian

Peneliti : M Dwiki Firmansyah

Narasumber : Erni Maisari, Amd. TW

Jabatan : Terapis Wicara

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu wawancara : 13.15 WIB

Tempat wawancara : Klinik Bina Wicara

Tipe wawancara : Wawancara Tatap Muka

Penulis : Bagaimana cara Terapis dalam meramu pesan

kepada pasien Klinik Bina Wicara supaya

mereka mampu memahami dan mampu

menerapkan apa yang diajarkan Terapis untuk

berkomunikasi lebih baik?

Informan : Biasanya saya lihat usianya terlebih dahulu,

jadi pasienku itu rata-rata diatas 10 tahun dan

kalau sesuai teori 7 tahun itu tahap

perkembangan ya, kalau misalkan masuk ke

usia 7 tahun, kita lihat kemampuannya seusia

berapa, ketika dilihat oh ini anak umur 10

tahun tapi kemampuannya seperti umur 1

Transkrip 05

Page 163: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

tahun, nah itu dulu yang dikejar dalam proses

terapi, yaitu menterapi anak agar

kemampuannya sesuai dengan umurnya.

Penulis : Siapa saja yang berperan penting dalam

merumuskan strategi dalam lembaga Klinik

Bina Wicara ini?

Informan : Biasanya dalam prosesnya itu antara Terapis

dengan orang tua.

Penulis : Bagaimana langkah Klinik Bina Wicara

dalam mengevaluasi strategi dan apa yang

menjadi prioritas dalam proses evaluasi

tersebut?

Informan : Biasanya gini, disini itu kita lakukan untuk

jangka pendek dulu dalam terapi yaitu sekitar 3

bulan, kemudian kita lihat dalam 3 bulan ini

bisa gak anak berkembang, tapi biasanya kalo

aku pegang anak itu, kadang pertama kali

dateng anak nangis-nangis gitu ya dan ketika 3

kali pertemuan anak udah diem trus orang tua

bilang anaknya udah mulai mengeluarkan kata-

kata ini bu. Biasanya yang nangis-nangis ini

anak umur 3-5 tahun dan ketika masuk

pertemuan 2-3 anak udah diem mas, mungkin

karena udah nyaman, begitu.

Page 164: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Penulis : Tindakan apa yang dilakukan oleh Terapis

Klinik Bina Wicara setelah mengetahui hasil

evaluasi dari strategi tersebut?

Informan : Jadi biasanya begini, tadi kan sudah dibilang

3 bulan yaa, trus orang tua merespon ketika

anaknya udah bisa begini begitu meskipun

cuma 1-3 kata. Jadi kalo sudah begini, Terapis

melihat program ini bagus trus kita lanjut ke

program atau metode selanjutnya.

Penulis : Bagaimana upaya Klinik Bina Wicara dalam

menghasilkan proses persuasif yang berhasil

antara kedua belah pihak?

Informan : Biasanya kalau ketika anak dateng nangis-

nangis yaa kita ajak main dulu, trus kita tanya

sama yang nganter biasanya suka main apa.

Misalkan yang dateng anak laki-laki biasanya

kan ke mainan mobil-mobilan atau hewan,

kalau yang dateng perempuan ohh ini suka

masak, nah kita ada miniatur alat-alat masak.

Penulis : Apa yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan proses persuasif antara kedua

belah pihak?

Informan : Jadi, kembali lagi ke pembahasan awal tadi

yang 3 bulan, misalnya anaknya masih nangis-

nangis tetep kita sambil bermain, nanti dalam

bermain itu kan hmm kan ada beberapa

Page 165: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

masukan bahasa misalkan bola nih, Terapis

mengajak “Yuk kita main bola” bola kan bisa

dilempar, ditendang, ditangkap, nah trus kita

olah kata dilempar itu dengan memberikan

perintah kepada anak seperti “Yuk katakan

lempar bola, lempar bolanya”, “Ada bola hijau

nih, yuk kita ambil bola hijau” bahasa juga kan,

yaitu bola adalah kata benda, lempar termasuk

kata kerja dan hijau kata sifat. Dari situ kan

kita melihat anak mulai nih dan kita teruskan

dengan mengganti metode hingga anak bisa

menunjukkan kemajuan.

Penulis : Hambatan apa yang dihadapi Terapis saat

menerapkan proses komunikasi persuasif

kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Ada tuh biasanya pasien dateng udah nangis,

mungkin udah capek dari sekolah, trus tiduran

atau rewel, yaudah diemin dia dulu 5-10 menit,

biasanya aku begitu, nanti kalau udah tenang

baru kita kasih yang dia suka, baru mulai enjoy

dan bisa dimulai terapi. Jadi biasanya aku dapet

pasien yang masih TK, SD, SMP bahkan yang

belum sekolah dan engga mau disekolahin

orang tuanya, jadi hanya mengandalkan terapi

disini aja loh, padahal mereka udah seharusnya

sekolah gitu, kemudian ada orang tua yang

Page 166: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

bilang “engga ah, anak saya trauma”. Jadi,

kadang orang tuanya juga yang melebih-

lebihkan yaa, padahal mereka tuh engga tau,

yaa kebanyakan disini yang dari SLB. Ada juga

orang tua yang mengatakan “engga mau ah

anak saya di SLB, gurunya suka ada yang

cuekkin” padahal orang tuanya belum tentu tau

seperti apa kondisinya.

Penulis : Apakah pernah gagal dalam menjalani masa

proses persuasif tersebut dan mengapa?

Informan : Alhamdulillah, sejauh ini banyak orang tua

yang menyatakan bahwasanya yang tadinya

baru terapi 2 bulan udah mulai membaik,

kadang ada juga orang tua yang menanyakan

“Bu, bisa ga nih anak saya bicara dalam waktu

3-4 bulan? “eh ternyata baru 2-3 kali

pertemuan, tau-tau dapet kabar dari orang tua

yaitu anaknya sudah bisa begini begitu.

Penulis : Menurut pandangan Terapis, seberapa penting

interaksi sosial pasien dengan lingkungan

sekitar saat pasien sedang menjalani proses

terapi dalam kurun waktu tertentu?

Informan : Penting banget, karena seharusnya anak itu

harus bisa bersosialisasi, biasanya kemajuan itu

terlihat 2-3 bulan. Misalkan begini, kalau ada

anak yang sesuai dan gangguannya sama,

Page 167: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

biasanya kita gabungin, jadi didalam satu

ruangan diajarkan mengenai belajar yang biasa

kita kasih atau dengan latihan motorik,

misalnya bermain bersama. Jadi yang tadinya

anaknya malu-malu bisa jadi senang, makanya

ketika menemukan dua pasien yang sama,

sangat bisa untuk digabung dalam satu ruangan

yang sama selama proses terapi.

Penulis : Bagaimana seorang Terapis dapat disebut

berhasil dan kredibel dalam menjalani proses

terapi kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Begini, misalnya anak itu tidak bisa bilang A,

kemudian bagaimana sih caranya ngeluarin

huruf A? gitu kan, nah trus biasa dalam

beberapa kali pertemuan untuk beberapa bulan,

oh udah keluar nih, berarti Alhamdulillah udah

berhasil mengeluarkan huruf A. Trus orang tua

bilang “Bu, kok udah bisa ya selain huruf A”

Nah, berartikan kan disini bisa dikatakan ada

kemajuan dan berhasil, kemudian kita juga bisa

menggunakan 2 Terapis dalam satu anak,

mungkin cara Terapis yang satu begini dan

Terapis satu lagi begitu, yang penting dalam

satu tujuan anak ada kemajuan dan bisa,

maksudnya bisa adalah materi yang diberikan

Terapis dapat dicerna dengan baik. Kemudian,

Page 168: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

seorang Terapis jelas-jelas harus kredibel dan

itu ditunjukkan dengan cara belajar 3-5 tahun

dan sekolahnya tepat berada disebelah gedung

ini mas.

Informan,

Page 169: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Transkrip Wawancara Penelitian

Peneliti : M Dwiki Firmansyah

Narasumber : Darsenih, Amd. TW

Jabatan : Terapis Wicara

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juli 2019

Waktu wawancara : 13.40 WIB

Tempat wawancara : Klinik Bina Wicara

Tipe wawancara : Wawancara Tatap Muka

Penulis : Bagaimana cara Terapis dalam meramu pesan

kepada pasien Klinik Bina Wicara supaya

mereka mampu memahami dan mampu

menerapkan apa yang diajarkan Terapis untuk

berkomunikasi lebih baik?

Informan : Begini mas, setiap Terapis kan mempunyai

pendekatannya masing-masing dan bergantung

kondisi pasien yaa, kalau saya dengan cara

menginstruksikan sederhana mungkin ke anak,

maksudnya ketika diawal mengikuti apa yang

inginkan dan mencoba satu per satu metode,

dan ketika metode tersebut cocok maka saya

Transkrip 06

Page 170: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

berusaha menginstruksikan sesederhana

mungkin, agar anak mudah dalam mencerna

pesan yang saya sampaikan.

Penulis : Siapa saja yang berperan penting dalam

merumuskan strategi dalam lembaga Klinik

Bina Wicara ini?

Informan : Biasanya dalam prosesnya itu antara Terapis

dengan orang tua, dan ini kita bahas dari awal

pertemuan.

Penulis : Bagaimana langkah Klinik Bina Wicara

dalam mengevaluasi strategi dan apa yang

menjadi prioritas dalam proses evaluasi

tersebut?

Informan : Biasanya gini, misalkan ketika sudah

menjalani beberapa kali pertemuan Terapis

akan menilai kemajuan anak, standarnya

mengevaluasi itu 6 bulan hingga 1 tahun dan

misalnya dalam kasus autism, yang menjadi

prioritas itu percepatan bagaimana caranya agar

anak mampu mengucapkan 1-3 kata hingga

akhirnya membentuk kalimat, nah ketika di

proses ini terjadi perlambatan maka dilakukan

evaluasi dalam merombak strateginya mas.

Penulis : Tindakan apa yang dilakukan oleh Terapis

Klinik Bina Wicara setelah mengetahui hasil

evaluasi dari strategi tersebut?

Page 171: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

Informan : Jadi biasanya begini, tadi kan sudah dibilang

6 bulan hingga 1 tahun yaa, nah kita melihat

dan mengobservasi pasien kesehariannya

dalam terapi di klinik maupun di rumah,

Terapis akan bertindak untuk memfokuskan

pada satu hal, misalkan bagaimana caranya

agar anak mampu mengucapkan 1-3 kata

dengan metode berbeda yang telah dilakukan

sebelumnya.

Penulis : Bagaimana upaya Klinik Bina Wicara dalam

menghasilkan proses persuasif yang berhasil

antara kedua belah pihak?

Informan : Kalau saya pribadi, biasanya dengan

memberikan penjelasan secara sederhana

mungkin mengenai pentingnya untuk terapi,

anak diberikan stimulus agar mudah dalam

memahami atau misalkan ketika anak mulai

rewel maupun nangis, biasanya diiming-imingi

terlebih dahulu dengan mainan yang dia sukai.

Dalam kasus terhadap orang gagap, biasanya

kita mengkondisikan pasien agar termotivasi

agar bisa berbicara dengan lebih lancar dan

mengatakan agar berbicara dengan pelan-pelan,

sehingga akan sangat penting bagaimana

mempersuasi pasien agar senyaman mungkin

Page 172: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

dengan kita dengan disesuaikan kondisi dan

gangguannya.

Penulis : Apa yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan proses persuasif antara kedua

belah pihak?

Informan : Secara sederhana aja mas dari saya, yaitu

anak mampu berkomunikasi 2 arah, maksudnya

anak sudah mampu merespon dengan baik apa

yang saya tanyakan.

Penulis : Hambatan apa yang dihadapi Terapis saat

menerapkan proses komunikasi persuasif

kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Informan : Beragam sih ya hambatan yang saya terima

hingga saat ini, seperti miss communication

dengan anak sehingga apa yang saya

sampaikan terkadang harus berulang-ulang

disampaikan agar anak paham apa yang

dimaksud Terapis, sehingga pesan yang

disampaikan bisa anak serap dan ikuti, karena

kadang anak suka tidak mau mendengarkan

sehingga membuat susah dalam proses terapi.

Penulis : Apakah pernah gagal dalam menjalani masa

proses persuasif tersebut dan mengapa?

Informan : Sering, tetapi dari situ saya banyak belajar

untuk kedepanya agar mengurangi gagal dalam

proses ini, karena biasanya karena pasien yang

Page 173: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

sulit untuk diatasi sehingga memperlama

proses terapinya.

Penulis : Menurut pandangan Terapis, seberapa penting

interaksi sosial pasien dengan lingkungan

sekitar saat pasien sedang menjalani proses

terapi dalam kurun waktu tertentu?

Informan : Penting banget, karena seharusnya anak itu

harus bisa bersosialisasi, biasanya kemajuan itu

terlihat 2-3 bulan. Misalkan begini, kalau ada

anak yang sesuai dan gangguannya sama,

biasanya kita gabungin, jadi di dalam satu

ruangan diajarkan mengenai belajar yang biasa

kita kasih atau dengan latihan motorik,

misalnya bermain bersama. Jadi yang tadinya

anaknya malu-malu bisa jadi senang, makanya

ketika menemukan dua pasien yang sama,

sangat bisa untuk digabung dalam satu ruangan

yang sama selama proses terapi.

Penulis : Bagaimana seorang Terapis dapat disebut

berhasil dan kredibel dalam menjalani proses

terapi kepada pasien Klinik Bina Wicara?

Jawaban : Begini, menurut saya seorang Terapis dapat

dikatakan berhasil apabila pasien mampu

berkomunikasi 2 arah dan mengikuti

pendidikan disekolah dengan baik. Mampu

berkomunikasi 2 arah dimaksudkan untuk

Page 174: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

memastikan anak mampu berbaur di

lingkungannya dengan mudah, harapannya

anak mampu bersosialisasi dengan teman

sebaya nya. Seorang Terapis juga harus

mempunyai kredibilitas yang baik mas, yaa di

gedung sebelah kan juga ada sekolahnya yaitu

Akademi Terapi Wicara, jadi kredibiltas

Terapis dapat dinilai dari sekolah yang

diikutinya dan tidak bisa menjadi Terapis

secara otodidak.

Informan,

Page 175: STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51107... · 2020. 6. 22. · STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF TERAPIS KEPADA PENYANDANG

FOTO-FOTO DOKUMENTASI

Dokumentasi dengan para Terapis Klinik Bina Wicara

Jakarta Pusat