STRATEGI KOMUNIKASI MEDIATOR DALAM MEDIASI KASUS ...
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI MEDIATOR DALAM MEDIASI KASUS ...
STRATEGI KOMUNIKASI MEDIATOR DALAM MEDIASI
KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KOTA
MEDAN
SKRIPSI
OLEH:
ROYHAN ACHWAN HASIBUAN
150904110
Public Relations
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i Univesitas Sumatera Utara
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk mempertahankan Sidang Meja Hijau
Nama : Royhan Achwan Hasibuan
NIM : 150904110
Program Studi : Ilmu Komunikasi (Public Relations)
Judul : Strategi Komunikasi Mediator dalam Mediasi Kasus
Perceraian di Pengadilan Agana Medan
Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi
Dr. Nurbani, M.Si Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D
NIP.196108021987012001 NIP.196505241989032001
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si
NIP.197409302005011002
ii Univesitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Royhan Achwan Hasibuan
NIM : 150904110
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul : Strategi Komunikasi Mediator dalam Mediasi
Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Medan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Majelis Penguji
Ketua Penguji : (.........................)
NIP
Penguji Utama : (.........................)
NIP:
Penguji : Dr. Nurbani, M.Si (.........................)
NIP: .196108021987012001
Ditetapkan di : Medan
Tanggal :
iii Univesitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik
yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya
dengan benar. Jika di kemudian hari saya tebukti melakukan
pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia di proses sesuai dengan
hukum yang berlaku.
Nama : Royhan Achwan Hasibuan
NIM :150904110
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Tanda Tangan :
Tanggal :
iv Univesitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti setiap waktu
sehingga dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat yang
harus peneliti penuhi guna menyelesaikan studi di Ilmu Komunikasi Universitas
Sumatera Utara (USU) untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Ilmu
Komunikasi. Adapun judul dari skripsi ini adalah: Konsep Diri Duta Genre
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat skripsi ini peneliti persembahkan
untuk kedua orang tua peneliti Ayah Idris Hasibuan dan Ibu Erlina Ritonga.
Terima kasih telah membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang, kesabaran
dan pengorbanan yang begitu besar sehingga menjadi penyemangat bagi peneliti
dalam menjalani hidup. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada abang peneliti
Syahreza Aulia Hasibuan dan Omar Feri Alexander Hasibuan yang selalu
memberi doa, bantuan serta motivasi kepada peneliti untuk selalu bersemangat
menjalani perkuliahan. Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan ucapan
terima kasih kepada masing-masing yang telah membantu dan mendukung
peneliti mulai dari awal perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Emilia Ramadhani S.Sos, M.A sebagai Sekretaris Program
Studi Ilmu Komunikasi
4. Ibu Nurbani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Peneliti
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
6. Bapak Haris Wijaya, S.Sos.,M.Comm selaku Dosen Penasehat
Akademik saya semasa kuliah.
v Univesitas Sumatera Utara
7. Terimakasih kepada teman-teman selama menjalani perkuliahan
Arie Afrianda, Ary manthey, Andre Purba, Andre Bancin, Dipo,
Rizva, Yosua, Zulfikar.
8. Terima kasih kepada teman-teman dalam bertukar pikiran dalam
mengerjakan skripsi Adinda, Ade, Desi, Tita, Ryan
9. Terima kasih kepada teman-teman selama merantau dalam mencari
ilmu Fahmi, Fadli, Benny, Minal, Tika, Fitri
10. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk
2015 yang sudah memberikan banyak pengalaman selama
menjalankan masa perkuliahan.
Pihak-pihak yang membantu peneliti dalam suka mau pun duka namun
tidak bisa peneliti ucapkan satu persatu. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan,
wawasan yang peneliti dapatkan maka dari itu dengan segala kerendahan hati,
peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran guna membangun penyempurnaan
skripsi ini. Peneliti berharap di kemudian hari muncul penelitian dengan sudut
pandang yang berbeda sehingga memperkaya penelitian ini. Akhir kata, peneliti
ucapkan selamat membaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun.
Medan,
Peneliti,
Royhan Achwan Hasibuan
vi Univesitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Royhan Achwan Hasibuan
NIM : 150904110
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“STRATEGI KOMUNIKASI MEDIATOR DALAM MEDIASI KASUS
PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MEDAN”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di :
Pada tanggal :
Yang Menyatakan
Royhan Achwan Hasibuan
vii Univesitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Strategi Komunikasi Mediator dalam Mediasi
Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Medan”. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui strategi komunikasi mediator dalam kasus perceraian,
serta untuk mengetahui hambatan - hambatan yang dialami oleh mediator dalam
mediasi kasus perceraian; Teori- taori yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain Komunikasi, Strategi Komunikasi, Hambatan Komunikasi, Komunikasi
Persuasi, Mediasi, Mediator. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan paradigma kontruktivisme. Dalam penentuan informan peneliti
menggunakan teknik Purposive Sampling dengan kriteria informan yang
merupakan Mediator di Pengadilan Agama Medam dan Pihak yang dalam proses
perceraian Subjek penelitian melibatkan informan yang berjumlah enam (6)
orang, diantaranya empat informan utama yang merupakan mediator di
Pengadilan Agama, serta dua informan tambahan yaitu pihak yang dalam proses
perceraian. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam secara
terbuka dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles
dan Huberman yaitu dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa mediator menggunakan strategi
komunikasi dalam Melakukan mediasi agar tujuan komunikasi dapat dicapai.
Strategi komunikasi yang dilakukan adalah menentukan berdasarkan 4 komponen
yaitu mengenal khalayak, mengkaji pesan yang disampaikan, menetapkan metode,
dan seleksi media komunikasi yang digunakan. Meski begitu hambatan –
hambatan komunikasi masih sering muncul saat mediasi menurut 4 hal berikut
yaitu gangguan, kepentingan, motivasi terpendam, dan prasangka. Informan
utama sebagai mediator juga memiliki kredibilits dan daya tarik dalam
mengupayakan perdamaian kedua pihak yang bersengketa
.
Kata Kunci: Strategi Komunikasi, Mediasi, Perceraian.
viii Univesitas Sumatera Utara
ABSTRACT
This research is entitled "Communication Strategy of Mediators in
Mediating Divorce Cases in Medan Religious Courts". Regarding the purpose
of this research is to study the mediator's communication strategy in divorce
cases, as well as to find out the constraints experienced by the mediator in
mediating divorce cases; Taori theory used in this study include
communication, communication strategies, communication barriers, persuasion
communication, mediation, mediation. This research uses descriptive qualitative
method with constructivism paradigm. In the selection of informants
researchers used Purposive Sampling techniques with criteria for informants
representing Mediators in the Medam Religious Court and parties involved in
the divorce process Research subjects involving informants who supported six
(6) people, as well as four informants who were mediators in the Religious
Courts, and two additional informants are those who are in the divorce process.
The technique of collecting data through in-depth and open interviews. The
data analysis technique used is the Miles and Huberman model, namely data
reduction, data presentation, concluding conclusions. The results of this study
concluded that the mediator used a communication strategy in mediating so that
the communication objectives could be achieved. The communication strategy is
determined based on 4 components, namely getting to know the audience,
reviewing the message conveyed, determining the method, and choosing the
communication media used. Even so communication barriers still often arise
during mediation according to the following 4 things: interference, interests,
hidden motivation, and prejudice. The main informant as a mediator also has
credibility and attractiveness in seeking peace between the two parties to the
dispute
Keyword: Communication Strategy, Mediaton, Divorce
ix Univesitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………..v
ABSTRAK……………………………………………………………………….vi
ABSTRACT……………………………………………………………………...vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah……………………………………………………….….1
1.2 Fokus Masalah…………………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….…..4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian………………………………………………………….9
2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………………….….10
2.3 Kajian Pustaka……………………………………………………………12
2.3.1 Komunikasi………………………………………………………12
2.3.2 Strategi Komunikasi………………………………………….…..15
2.3.2.1 Tujuan Strategi Komunikasi……………………………..22
2.3.2.2 Fungsi Strategi Komunikasi……………………………...23
x Univesitas Sumatera Utara
2.3.3 Hambatan Komunikasi…………………………………………..24
2.3.4 Komunikasi Persuasi……………………………………………..24
2.3.5 Mediasi…………………………………………………………..26
2.3.6 Mediator………………………………………………………….30
2.3.7 Kerangka Pemikiran……………………………………………..35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian…………………………………………………….…..37
3.2 Objek Penelitian………………………………………………………….37
3.3. Subjek Penelitian…………………………………………………………38
3.4 Unit Analisis……………………………………………………………...38
3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….39
3.5.1 Penentuan Informan……………………………………………...40
3.5.2 Keabsahan Data…………………………………………………..41
3.6 Teknik Analisis Data……………………………………………………..41
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………………..44
4.1.1 Proses Penelitian………………………………………………....44
4.1.2 Profil Informan …………………………………………………..46
4.1.3 Hasil Wawancara………………………………………………...52
4.2 Pembahasan………………………………………………………………72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………82
xi Univesitas Sumatera Utara
5.2 Saran……………………………………………………………………...83
5.2.1 Saran Akademis………………………………………………….83
5.2.2 Saran Praktis………………………………………………….…..84
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Karakteristik Informan Penelitian………………………………….….50
Tabel 4.2 Strategi Komuniksi, Hambatan, Pesan …………………………….….68
Daftar Gambar
2.1 Kerangka Pemikiran
Daftar lampiran
1. Pedoman wawancara
2. Transkrip wawancara
1 Univesitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Konteks Masalah
Salah satu cara penyelesaian masalah di pengadilan adalah melalui proses
mediasi, mediasi dianggap sebagai penyelesaian masalah yang paling adil karena
diantara dua pihak yang bersengketa tidak ada yang dirugikan. Karena hasil dari
mediasi merupakan kesepakatan antara kedua pihak yang dibantu oleh pihak
ketiga sebagai fasilitator dalam penyelesaian masalah antara dua pihak yang
bersengketa, istilah lain dari hasil mediasi adalah win-win solution.
Menurut Gerry Goodpaster (dikutip oleh Abbas 2009:05) Mediasi
merupakan proses perundingan pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak
memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan.
Berbeda dengan hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk
memutuskan sengketa antara para pihak. Namun dalam hal ini para pihak
menguasakan kepada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan masalah
diantara mereka. Asumsinya bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah
kekuatan dan dinamika sosial hubungan konflik dengan cara mempengaruhi
tingkah laku pribadi para pihak dengan memberikan pengetahuan atau informasi
yang lebih efektif. Dengan demikian, mediator dapat membantu para pihak untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang dipersengketakan
PERMA 01 2016 menjelaskan bahwa Mediasi pada umumnya dilakukan
pada ruangan khusus yang telah disediakan oleh pengadilan. Di ruangan tersebut
kedua belah pihak melakukan proses mediasi yang didampingi oleh hakim
mediator yang telah ditunjuk. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada PERMA
Nomor 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan
(https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php?option=com_remository&Itemid=4
6&func=select&id=494).
2 Univesitas Sumatera Utara
Sebagai fasilitator dalam mediasi kedua pihak yang bersengketa, mediator
memegang peranan penting bagi keberhasilan mediasi. Mediator inilah yang
nantinya membantu para pihak yang berperkara dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa dengan membantu para
pihak memahami pandangan masing-masing dan membantu mencari (locate)
persoalan-persoalan yang dianggap penting bagi mereka. Mediator mempermudah
pertukaran informasi, mendorong diskusi mengenai perbedaan-perbedaan
kepentingan, persepsi, penafsiran terhadap situasi dan persoalan-persoalan dan
membiarkan tetapi mengatur pengungkapan emosi.
Mendamaikan para pihak yang sedang berperkara di pengadilan bukanlah
pekerjaan yang mudah, apalagi jika sentimen pribadi lebih mengemuka di banding
pokok persoalan yang sebenarnya, ditambah lagi apabila kedua pihak tidak mau
terbuka dalam menyampaikan persoalannya. Hal tersebut dapat menjadi hambatan
bagi seorang mediator dalam mengupayakan perdamaian bagi kedua pihak yang
bersengketa. Dalam mediasi seorang mediator menghadapi banyak pihak dengan
berbagai latar belakang yang berbeda seperti status sosial serta pendidikan
terakhirnya, tidak semua pihak memahami fungsi mediator sebagai fasilitator
dalam memfasilitasi penyelesaian masalah kedua pihak yag bersengketa. Mediator
dalam hal ini tidak memiliki kewenangan dalam memutuskan sengketa namun
mediator mampu mengubah kekuatan dan dinamika sosial hubungan konflik
dengan cara mempengaruhi tingkah laku pribadi para pihak dengan memberikan
pengetahuan atau informasi.
Hambatan-hambatan inilah yang dihadapi oleh mediator dalam mediasi
kasus perceraian. Hambatan-hambatan tersebut pula yang membuat peneliti
tertarik untuk mencari tahu strategi apa yang dilakukan oleh mediator agar tujuan
meditor dalam mengupayakan perdamaian dapat tercapai. Strategi pada dasarnya
adalah sebuah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk
mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula dengan
strategi komunikasi yang merupakan perencanaan komunikasi (communication
3 Univesitas Sumatera Utara
planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy, 2003: 301).
Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.
Artinya terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari
sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan
sesudahnya. Pesan yang diharapkan menimbulkan efek atau perubahan pada
khalayak bukanlah satu-satunya "kekuatan", tetapi, hanya salah satu di antara
semua kekuatan yang bekerja dalam proses komunikasi untuk mencapai
efektivitas.
Menurut Devito (2011:506) persuasif berasal dari kata latin persuasion
yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasif adalah setiap usaha
untuk mempengaruhi tindakan atau penilaian orang dengan cara berbicara ataupun
menulis. De Vito menjelaskan komunikasi persuasif adalah pembicaraan persuasif
mengetengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi,
dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya
adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan
fakta, pendapat dan himbauan motivasional harus bersifat memperkuat tujuan
persuasifnya.
Cangara (2014: 93) menjelaskan ada dua macam tujuan dalam penggunaan
komunikasi persuasif, yaitu untuk merubah sikap atau kepercayaan komunikan
serta untuk merangsang tindakan. Berguna untuk mencapai tujuan tersebut
seorang persuader atau komunikator tentunya harus memiliki peran yang
nantinya akan mempengaruhi pesan. Peran tersebut meliputi kredibilitas
(credibility), kredibilitas merupakan seperangkat persepsi mengenai kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh persuader sehingga diterima atau diikuti oleh sasaran
persuasifnya
Dikutip dari website hukum online salah satu Anggota Kelompok Kerja
(Pokja) Mediasi MA, Mohammad Noor mengatakan perkara mediasi di
pengadilan agama biasanya menyangkut sengketa perceraian, kebendaan (warisan,
4 Univesitas Sumatera Utara
harta bersama), ekonomi syariah terkait sengketa bank syariah dengan
nasabahnya. Namun, mediasi perkara perceraian biasanya lebih banyak daripada
mediasi perkara lain. Dia menjelaskan penyelesaian mediasi perkara perceraian
memang unik karena suami dan istri, hatinya tengah emosional secara psikologis.
Langkah pertama yang dilakukan mediator menjadikan mediasi sebagai ruang
refleksi untuk membangun sugesti mereka agar mau berkomunikasi dengan baik.
“Ketika sudah mau berkomunikasi baru kita dengar masalahnya apa? ada nggak
solusi yang terpikirkan untuk menyelesaikan masalahnya?” ujar Mohammad
Noor. Dia menerangkan target mediasi perceraian biasanya diarahkan untuk
merukunkan kembali kedua belah pihak (suami dan istri) dan mendorong
perceraian dengan cara yang baik. Sebab, faktanya bisa saja perceraian tidak bisa
didamaikan, tetapi akibat hukum perceraian bisa dimediasikan. Seperti,
kesepakatan pengasuhan anak (hadlonah), nafkah istri dan anak, harta bersama.
Apabila sugesti itu sudah terbangun, tinggal disepakati deal-deal diantara mereka.
Misalnya, si istri merasa tidak nyaman harus disepakati tindakan suami agar
istrinya nyaman, sehingga mereka bisa kembali rukun. “Kalaupun tetap harus
bercerai, tentunya dengan cara yang baik sesuai surat Al-Baqarah : 229,” kata
Hakim Pengadilan Agama Cilegon ini.
(https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56bdc8cbda289/hakim-agama-berbagi-
pengalaman-mediasi-perceraian/)
Laporan tahunan Pengadilan Agama kota Medan tahun 2017 menunjukan
bahwa perkara yang berhasil di mediasi adalah 10 dari 438 jumlah perkara yang
di mediasi dan sisanya tidak berhasil di mediasi. Dalam laporan tahunan 2018
menunjukan bahwa perkara yang berhasil di mediasi adalah 25 dari 573 jumlah
perkara yang di mediasi dan sisanya tidak berhasil di mediasi. (https://www.pa-
medan.go.id/index.php/informasi-umum/laporan-tahunan). Proses mediasi yang
gagal juga terjadi dalam kasus perceraian komedian Sule dengan istrinya.
Sebelumnya diketahui, upaya mediasi yang dilakukan hakim mediator baik di luar
persidangan maupun di pengadilan sebelum persidangan gagal dan tidak
menemukan titik temu. Sidang dilanjutkan dengan pembahasan penyampaian
materi sidang secara tertutup untuk umum. Adapun Sidang digelar di Ruang
Utama, Pengadilan Agama Cimahi, dengan nomor urut 11.Menurut pantauan
5 Univesitas Sumatera Utara
Tribun Jabar, sebelum memasuki ruang sidang utama, Sule dan Lina terlebih
dahulu melakukan mediasi di ruang mediasi dengan dipimpin hakim mediator
Agus Gunawan selama kurang lebih 15 menit secara tertutup. Sebelum dimulai
majelis hakim yang diketuai oleh Anung, menanyakan kepada kedua belah pihak
perihal hasil mediasi yang dilakukan di luar persidangan. Namun, seperti yang
disampaikan kuasa hukum masing-masing, mediasi yang dilakukan di luar
persidangan dan sebelum persidangan ini pun tidak menemukan titik temu, dan
dinyatakan gagal
Masalah diatas sudah menjadi perhatian dari Mahkamah Agung sebagai
induk seluruh badan Peradilan di Indonesia, PERMA yang mengatur tentang
prosedur mediasi telah direvisi beberapa kali dengan harapan bahwa mediasi
menjadi salah satu solusi yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan kedua
pihak yang bersengketa selain persidangan karena berdasarkan kesepakatan kedua
pihak yang bersengketa tanpa adanya tekanan dari mediator atau pihak ketiga.
Beberapa tokoh Hukum di tanah air mengungkapkan pandangan atas
ketidakberhasilan proses mediasi, dikutip dari website hukum online Guru Besar
Fakultas Hukum Universitas Andalas ini berpendapat upaya perdamaian sudah
lama tidak memiliki daya tarik dalam peradilan karena nilai-nilai budaya
musyawarah dan mufakat masyarakat Indonesia sudah luntur sejak masuknya
model peradilan sistem kolonial. Beda lagi dengan apa yang disampaikan Otto
Hasibuan yang berpendapat bahwa “Selama pengadilan tidak lebih baik, mediasi
selalu akan diragukan. Pandangan Otto berpijak pada asumsi bahwa masyarakat
mau melakukan mediasi karena berharap win-win solution. Jika pengadilan
memiliki reputasi tentang konsistensi dan ketegasan putusannya, pihak yang
bersengketa akan memilih menghindari litigasi yang berujung menang-kalah.
Faktanya, menurut Otto sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa masih
ada mafia peradilan yang mampu mempengaruhi putusan hakim, belum lagi
mekanisme eksekusi putusan yang tak mudah. .
Hasil wawancara dengan Hakim PA ( dalam jurnal Ramdani 2012:157 )
menyatakan bahwa kegagalan mediasi dilihat dari sudut mediator dapat di
identifikasi dari keterbetasan waktu yang dimiliki mediator, lemahnya
6 Univesitas Sumatera Utara
keterampilan atau skill mediator, kurang motivasi dan gigih dalam menuntaskan
perkara, dan mediator bersertifikat masih sedikit
Mediasi di lingkungan pengadilan dilakukan oleh mediator yang berasal
dari luar pengadilan. Namun, mengingat jumlah mediator yang sangat terbatas dan
tidak semua pengadilan tingkat pertama tersedia mediator bersertifikat , maka
Peraturan Mahkamah Agung ( PERMA Nomor 1 Tahun 2016) ini mengizinkan
hakim (belum bersertifikat mediator) menjadi mediator. Hakim yang menjadi
mediator bukanlah hakim yang sedang menangani perkara yang akan
dimediasikan, tetapi hakim- hakim lainnya di pengadilan tersebut. Mediator non
hakim dapat berpraktik di pengadilan, bila memiliki sertifikat mediator yang
diperoleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang
mendapat akreditasi dari Mahkamah Agung RI (Pasal 5 ayat (1) PERMA Nomor
01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan ). Di Pengadilan Agama
kota Medan terdapat 23 hakim dan 9 mediator non Hakim bersertifikat dengan
latar belakang pendidikan yang tinggi serta pengalaman kerja di bidang hukum.
Berdasarkan website Pengadilan Agama kota Medan dalam jadwal mediasi,
menunjukan bahwa peran mediator non hakim lebih banyak digunakan dalam
mediasi.
Dalam mediasi sosok seorang mediator juga berpengaruh dalam hasil
mediasi,jika kedua pihak telah menganggap sosok mediator tersebut layak dan
berkompeten dalam membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian
dengan memuaskan makan pesan-pesan yang disampaikan oleh mediator tersebut
akan lebih mudah diterima oleh kedua pihak yang bersengketa, selain itu
diperlukan juga strategi untuk mendukung setiap tindakan yang dilakukan,hal ini
bertujuan agar tujuan utama dari mediasi dapat tercapai. Di pengadilan Agama
kota Medan terdapat 9 mediator non hakim yang bersertifikat, dari riwayat
mediator yang ditampilkan menunjukan bahwa meraka memiliki pengalaman
kerja di bidang hukum serta pendidikan yang tinggi. Jika dilihat dari riwayat
tersebut tentunya mediator tersebut memiliki kapasitas sebagai mediator bagus.
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah mediator di
Pengadilan agama kota medan dalam mediasi kasus perceraian, hambatan yang
7 Univesitas Sumatera Utara
dihadapi mediator dalam mediasi berdampak terhadap keberhasilan mediasi dalam
kasus perceraian di Pengadilan Agama Medan, hal tersebut berdasarkan laporan
tahunan yang dimuat di website Pengadilan Agama Medan. Berdasarkan konteks
masalah diatas, peneliti tertarik untuk meneliti strategi komunikasi mediator
dalam mediasi kasus perceraian agar tujuan mediator dalam mengupayakan
perdamaian kedua pihak yang bersengketa tercapai.
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan,
maka dapat ditentukan fokus permasalahan dalam penelitian adalah “ Bagaimana
strategi komunikasi Mediator dalam Mediasi Kasus Perceraian di Pengadilan
Agama Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi mediator dalam mediasi kasus
perceraian
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan mediator dalam mediasi kasus
perceraian di Pengadilan Agama Medan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian.
Secara garis besar, manfaat penelitian terdiri atas manfaat akademis yang
diarahkan pada pengembangan ilmu atau kegunaan teoritis; dan manfaat praktis,
yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada obyek
yang diteliti dengan kata lain, titik berat penelitian untuk penulisan skripsi
diarahkan pada usaha pengembangan ilmu.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan
penelitian dalam ilmu komunikasi khususnya tentang strategi komunikasi
dalam mediasi.
2. Secara Praktis
8 Univesitas Sumatera Utara
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mediator atau pihak
yang terkait sebagai bahan evaluasi agar mediasi dapat menjadi alternatif
lain yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan kedua pihak yang
bersengketa
3. Secara Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan penelitian serupa.
9 Univesitas Sumatera Utara
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi
bagaimana cara pandang (world views) peneliti melihat realita, bagaimana
mempelajari fenomena, cara-cara yang digunakan dalam penelitian dan caracara
yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan (Pujileksono, 2015: 26).
Dalam konteks desain penelitian, pemilihan paradigma penelitian
menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi
pedoman seluruh proses penelitian.
Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan
peneliti dalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya.
Menurut Mulyana (Tahir, 2011: 59) paradigma sebagai suatu kerangka berpikir
yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuan) yang menganut suatu
pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam
rangka mencari fakta. Paradigma sebagai serangkaian keyakinan-keyakinan dasar
(basic beliefs) yang berhubungan dengan prinsipprinsip pokok. Keyakinan-
keyakinan ini bersifat dasar dalam pengertian harus diterima secara sederhana
semata-mata berdasarkan kepercayaan saja, hal ini disebabkan tidak ada suatu
cara untuk menemukan suatu kebenaran akhir. Jadi, paradigma dapat didefinisikan
sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan
fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya, Guba dan Lincoln
(Sunarto dan Hermawan, 2011: 4).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme.
Konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan
komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Konstruktivisme menegaskan
bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah hasil bentukan kita sendiri. Konsep penting konstruktivis
adalah bahwa pengetahuan adalah bukan proses tertentu atau deterministik, tetapi
10 Univesitas Sumatera Utara
suatu proses menjadi tahu. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima
pesanlah yang harus mengartikan dengan penyesuaian terhadap pengalaman .
Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk memahami apa yang menjadi
konstruksi suatu realitas yang membuat peneliti harus dapat mengetahui dan
menggali faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat terjadi dan
menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut merekonstruksi realita tersebut
(Pujileksono,2016 : 28-29).
Penelitian yang dilakukan pada mediator di Pengadilan Agama Medan ini
untuk melihat fakta strategi komunikasi apa yang digunakan mediator di
Pengadilan Agama Medan melakukan mediasi kedua pihak yang berperkara serta
melihat hambatan-hambatan apa yang terjadi sehingga mediasi tidak dapat
berhasil
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang baik ialah penelitian yang memeiliki banyak referensi
terkait dengan penelitian yang dilakukan. Peneliti mencantumkan dua tinjauan
dari penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dan perbandingan terhadap
penelitian yang akan dilaksanakan serta berkaitan dengan strategi komunikasi.
Adapun beberapa literatur yang bisa dijadikan acuan antara lain:
1. “Komunikasi Antar Pribadi sebagai Strategi dalam Mediasi Kasus
Perceraian” milik Nila Nahriya Nafi dengan NIM 13730020, Mahasiswi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta ditulis tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komunikasi Antar Pribadi
sebagai Strategi Hakim dalam mediasi kasus perceraian di Pengadilan
Agama Klaten tahun 2017.
Penelitian bertujuan mengetahui komunikasi antar pribadi sebagai strategi hakim
dalam mediasi kasus perceraian kasus perceraian di Pengadilan Agama Klaten
Tahun 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya pemilihan kata-kata atau
bahasa yang baik serta nada suara yang halus antara hakim sebagai mediator
11 Univesitas Sumatera Utara
dengan pasangan suami-istri, sehingga dapat merasa nyaman ketika dalam proses
mediasi. Mediator harus ekstra sabar dan telaten agar supaya pasangan suami-istri
merasa nyaman dan lebih mudah berkomunikasi. Dapat memberikan solusi yang
terbaik untuk pasangan suami-istri yang sedang dalam proses perceraian, mediator
juga berusaha untuk membuat pasangan suami-istri berubah pikiran agar mau
mencabut gugatan perceraian dan rujuk kembali.
2. Strategi Komunikasi News Presenter dalam Penyampaian Berita (Studi
Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi News Presenter dalam
Penyampaian Berita pada Program Acara "Sumut dalam Berita" di TVRI
Sumatera Utara) Silvadiah Suci Utami NIM 150904065 Mahasiswa
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Suamtera Utara ditulis tahun 2019
Adapaun tujunan penelitian ini adalah untuk mengatahui strategi komunikasi news
presenter dalam penyampaian berita,untuk mengetahui hambatan-hambatan yang
dialami oleh news presenter dalam penyampaian berita, untuk mengetahui cara
mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh news presenter dalam
penyampaian berita Hasil dari penelitian ini adalah Strategi komunikasi yang
dilakukan dalam penelitian ini merupakan strategi komunikasi yang dilakukan
oleh para news presenter TVRI Sumatera Utara, dimana strategi komunikasi yang
dilakukan ini harus dapat menjawab pertanyaan Who, Says What, In Which
Channel, To Whom, dan With What Effect, yang merupakan strategi komunikasi
yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, berdasarkan konsep Harold D.
Laswell. Pertanyaan itudapat terjawab saat news presenter mengetahui apa - apa
saja komponen –komponen utama dalam komunikasi. Selanjutnya, dalam strategi
komunikasi terdapat didalamnya metode dan taktik. Adapun hambatan - hambatan
yang sering dialami oleh news presenter Sumut
Dalam Berita ketika menyampaikan berita adalah hambatan internal yaitu
hambatan yang muncul dari dalam diri news presenter itu sendiri dan hambatan
eksternal yaitu hambatan yang muncul dari luar diri atau lingkungan sekitar.
2.3. Kajian Pustaka
12 Univesitas Sumatera Utara
Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca
dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi.
Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu
teori- teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian.Oleh sebab itu,
sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori. Kajian
pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek
penelitian yang sedang dikaji (Prastowo,2012:80).
Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan
untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap
relevan dalam penelitian ini adalah:
2.3.1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari
kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common ). Komunikasi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
pesan yang disampaikan oleh komunikator atau diterima oleh komunikan. Jika
tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi (communication
actors ) yakni komunikator dan komunikan, dengan kata lain komunikan tidak
mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan
lain, situasi tidak komunikatif (Effendy 2003:30).
Sesuai definisi komunikasi klasik menurut Harold Laswell (Mulyana,
2007:143) yaitu Who, says What, in Which Channel, to Whom, with What Effect
(siapa, mengatakan apa, pada saluran apa, kepada siapa, dengan efek seperti apa),
pada definisi ini terdapat lima elemen yaitu sumber, pesan, saluran, penerima dan
efek. Elemen-elemen yang terdapat di dalam komunikasi menurut paradigma
Harold D. Lasswell yaitu:
1. Penyampai Pesan /Komunikator (Who)
Komunikator adalah seseorang yang memberikan pesan kepada
komunikan. Dalam hal ini seorang komunikator harus mampu mengetahui dan
13 Univesitas Sumatera Utara
memahami apa yang ingin disampaikannya kepada komunikan, karena sebuah
pesan tidak akan sampai dengan baik apabila komunikatornya tidak memahami
apa yang ingin disampaikan.
2. Pesan (says What)
Sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan harus memiliki makna. Makna tersebut sebaiknya bukan makna yang
harus dicerna terlebih dahulu melainkan makna yang mudah dipahami agar dalam
berkomunikasi pesan yang ingin disampaikan komunikator dapat mudah
dimengerti oleh komunikan.
3. Media (in Which Channel)
Sebuah pesan dapat disalurkan menggunakan berbagai macam media.
Media yang dapat digunakan untuk menyalurkan sebuah pesan antara lain udara,
televisi, radio, telepon, surat, koran, majalah, dan yang lainnya.
4. Penerima Pesan/ Komunikan (to Whom)
Seorang pengirim pesan sebaiknya mengetahui kepada siapa pesan
tersebut ingin disampaikan. Sebuah komunikasi dikatakan berhasil jika pesan
yang disampaikan oleh komunikator sampai dan diterima dengan baik
olehkomunikan.
5. Efek (with what Effect)
Efek atau dampak apa yang terjadi kepada komunikan setelah menerima
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sebuah pesan dikatakan memiliki
makna atau arti bagi orang yang menerimanya apabila pesan tersebut memiliki
dampak yang dapat merubah sudut pandang orang lain misalnya cara berpikir,
sikap, perilaku dan lain-lain. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat
disimpulkan, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang dapat menimbulkan efek tertentu.
(Effendy, 2006 : 10).
Fungsi komunikasi (Effendy, 2007: 8) dalam bukunya “Ilmu Komunikasi
14 Univesitas Sumatera Utara
dalam Teori dan Praktek”, adalah sebagai berikut :
1. Menyampaikan Informasi (To Inform )
Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya
informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar. Sehingga
masyarakat bisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.
2. Mendidik (To Educate )
Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan
kreativitas, tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi juga memberi pendidikan
untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara
luas, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi
lebih baik, lebih maju, dan lebih berkembang.
3. Menghibur (To Entertain )
Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya
informasi tetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat hiburan
dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik, dan bunyi
maupun gambar dan bahasa.
4. Mempengaruhi (To Influence )
Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi
motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang
dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai yang baru untuk
mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan modrenisasi
2.3.2. Strategi Komunikasi
Strategi pada dasarnya adalah sebuah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
15 Univesitas Sumatera Utara
operasionalnya. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan
perencanaan komunikasi (communication planning ) dengan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Effendy, 1993: 301). Strategi komunikasi ini harus mampu
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam
arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung
pada situasi dan kondisi. Artinya terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-
pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama,
maupun sebelum dan sesudahnya. Pesan yang diharapkan menimbulkan efek atau
perubahan pada khalayak bukanlah satu-satunya "kekuatan", tetapi, hanya salah
satu di antara semua kekuatan yang bekerja dalam proses komunikasi untuk
mencapai efektivitas.
Adapun strategi komunikasi konsep Harold D. Laswell yang
menjelaskan bahwa untuk bisa memahami strategi komunikasi maka harus
mampu menjawab pertanyaan berikut :
1. (Who), : Siapa komunikatornya?
2. (Says What), : Pesan apa yang disampaikan?
3. (In Which Channel), : Media apa yang digunakannya?
4. (To Whom), :Siapa komunikannya?
5. (With What Effect), : Efek apa yang diharapkan?
Berikut komponen utama komunikasi yang menjadi pusat kajian dalam
menyusun strategi komunikasi, serta dapat mencapai tujuan komunikasi secara
efektif menurut (Effendy, 2006: 32)
1) Komunikator
Merupakan pihak yang menjalankan proses strategi komunikasi.Agar
strategi komunikasi berjalan maksimal, dibutuhkan seorang komunikator yang
bisa diterima oleh komunikannya. Oleh karena perannya yang sangat penting
dalam sebuah proses komunikasi maka ada dua hal yang dituntut dari seorang
komunikator. Menurut Onongfaktor penting seorang komunikator ada dua, yakni :
16 Univesitas Sumatera Utara
a. Daya tarik
Adalah manusiawi jika komunikate atau khalayak
sasaran yang cenderung merasa memiliki kesamaan
dengan komunikator akan mengikuti apa yang diinginkan
oleh komunikator. Dalam hal ini, komunikate atau
khalayak sasaran melihat komunikator memiliki daya tarik
tertentu sehingga khalayak sasaran bersedia untuk
merubah pikiran, sikap, pendapat, dan perilakunya sesuai
dengan yang diinginkan oleh komunikator. Daya tarik juga
dapat dilihat dari penampilan komunikator.
b. Kredibilitas
Selain daya tarik, kredibilitas komunikator juga
menjadi alasan kuat khalayak sasaran atau komunikan
bersedia merubah pikiran, sikap, pendapat, dan
perilakunya sesuai dengan isi pesan yang disampaikan
oleh komunikator. Kredibilitas komunikator adalah faktor
yang membuat khalayak sasaran percaya kepada apa yang
disampaikan oleh komunikator dan mengikuti kemauan
komunikator. Komunikator yang benarbenar menguasai
permasalahan dan memiliki penguasaan bahasa yang baik
cenderung dipercaya oleh khalayak sasaran. Seorang
komunikator yang memiliki keahlian tertentu dapat
menimbulkan kepercayaan komunikan. Berdasarkan kedua
faktor diatas, kemampuan seorang komunikator dituntut
juga untuk mampu berempatik dengan orang yang sedang
diajak berkomunikasi, dia harus memahami suasana hati
dan kondisi komunikannya.
2) Pesan Komunikasi
Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak sasaran dalam
strategi komunikasi pastinya memiliki tujuan tertentu. Seperti yang disampaikan
17 Univesitas Sumatera Utara
Onong, tujuan pesan komunikasi terdiri atas “Isi pesan dan lambang. Lambang
yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi pesan komunikasi adalah :
Bahasa, gambar, warna, gestur. Sedangkan bahasa terdiri atas kata yang
mengandung pengertian denotatif dan konotatif.” Berdasarkan pendapat tersebut,
kita mengetahui bahwa bahasa harus disampaikan dengan tepat, karena bila tidak,
maka komunikan bisa saja salah dalam menginterpretasikan tujuan pesan
komunikasi.
Tujuan inilah yang menentukan teknik komunikasi yang akan dipilih dan
digunakan dalam strategi komunikasi. Dalam strategi komunikasi, perumusan
pesan yang baik dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi khalayak
sangatlah penting. Pesan yang dirumuskan oleh komunikator hendaknya tepat
mengenai khalayak sasaran. Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
pesan yang disampaikan dapat mengena kepada khalayak sasaran yaitu
Umum – pesan disampaikan adalah pesan yang bersifat umum dan mudah
dipahami oleh khalayak sasaran
Jelas – pesan yang disampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan salah
penafsiran
Bahasa jelas – bahasa yang digunakan dalam proses penyampaian pesan
hendaknya menggunakan bahasa yang jelas dan sesuai dengan khalayak
sasaran serta tidak menggunakan istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh
khalayak sasaran
Positif – pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran dilakukan
dengan cara-cara yang positif sehingga mendatangkan rasa simpati dari
khalayak sasaran
Seimbang – pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran
disampaikan dengan seimbang, tidak melulu mengungkapkan sisi positif
namun juga sisi negative agar khalayak sasaran dapat menerimanya
dengan baik
18 Univesitas Sumatera Utara
Sesuai – pesan yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan
keinginan khalayak sasaran
3) Media Komunikasi
Mengetahui dan memahami berbagai pengertian media menurut para ahli,
pengertian media massa menurut para ahli, serta pengertian media sosial menurut
para ahli. Kesimpulan dari semua pengertian terkait media adalah bahwa media
adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi. Media
komunikasi kini tidak lagi terbatas pada media massa yang memiliki beberapa
karakteristik media massa masing-masing. Kehadiran internet sebagai media
komunikasi telah melahirkan berbagai media komunikasi modern baru.
Dalam strategi komunikasi, kita perlu mempertimbangkan pemilihan
media komunikasi yang tepat dan dapat menjangkau khalayak sasaran dengan
tepat dan cepat. Pemilihan media komunikasi dalam strategi komunikasi
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, pesan yang akan disampaikan,
serta teknik komunikasi yang digunakan.
Pada tahap ini adalah bahwa sisi pesan juga harus disesuaikan dengan
media yang dipilih. Selain itu, masih ada hal lain yang harus diperhatikan sebelum
kita memutuskan media mana yang akan dipakai, yakni kapabilitas penerima
pesan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan Onong, bahwa
dalam memilih media harus dilakukan selektif dan sesuai dengan keadaan dan
kondisi juga situasi
khalayak.
4) Khalayak Sasaran
Dalam strategi komunikasi, melakukan identifikasi khalayak sasaran
adalah hal penting yang harus dilakukan oleh komunikator. Identifikasi khalayak
sasaran disesuaikan dengan tujuan komunikasi. Terdapat beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan ketika melakukan identifikasi khalayak sasaran, yaitu :
a. Kerangka pengetahuan (frame of reference)
19 Univesitas Sumatera Utara
Pesan-pesan komunikasi yang akan disampaikan dalam strategi
komunikasi kepada komunikate atau khalayak sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kerangka pengetahuan khalayak agar pesan dapat dengan mudah diterima
serta dipahami oleh khalayak sasaran.
b. Situasi dan kondisi
Yang dimaksud dengan situasi adalah situasi komunikasi ketika khalayak
sasaran menerima pesan-pesan komunikasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
kondisi adalah keadaan fisik psikologis khalayak sasaran. Pesan komunikasi yang
dsampaikan kepada khalayak sasaran hendaknya mempertimbangkan situasi dan
kondisi khalayak sasaran agar pesan dapat tersampaikan dengan efektif.
c. Cakupan pengalaman (field of experienc)
Pesan-pesan komunikasi yang akan disampaikan dalam strategi
komunikasi kepada komunikate atau khalayak sasaran juga hendaknya
disesuaikan dengan cakupan pengalaman khalayak sasaran agar pesan dapat
dengan mudah diterima serta dipahami oleh khalayak sasaran.
Selain itu, Fajar dalam bukunya (2009 :186) juga menyatakan perumusan
strategi dan peranan komunikator yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam
usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik komunikator
maupun khalayak, mempunyai kepentingan yang sama. Untuk menciptakan
persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan
memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat
dan saksama (Fajar, 2009 :184-185) yang meliputi :
a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri
dari :
Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan.
Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat
media yang digunakan.
Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata
yang digunakan
20 Univesitas Sumatera Utara
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan
norma-norma kelompok masyarakat yang ada, yaitu dengan
memperhatikan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan hidup
khalayak.
c. Situasi dimana khalayak itu berada, yaitu dengan memahami tempat dan
kondisi dari khalayak yang akan dijadikan target sasaran
2. Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya
dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan
materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah
mampu membangkitkan perhatian. Telah dijelaskan bahwa individu-individu
dalam saat yang bersamaan terkadang dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai
sumber. Tetapi tidak semua rangsangan itu dapat mempengaruhi khalayak
3. Menetapkan Metode
Untuk mencapai efektifitas dari suatu komunikasi selain akan bergantung
dari kematangan isi pesan, yang disesuaikan dengan kondisi khalayak dan
sebagainya, juga turut dipengaruhi oleh metode penyampaiannya kepada sasaran.
Dalam dunia komunikasi, metode penyampaian dapat dilihatdari 2 aspek:
(1) Menurut cara pelaksanaannya
yaitu semata – mata melihat komunikasi dari segi pelaksanaannya
dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya.
(2) Menurut bentuk isi
yaitu melihat komunikasi dari segi pernyataan atau bentuk pesan
dan maksud yang dikandung
Menurut cara pelaksanaannya metode komunikasi diwujudkan dalam
bentuk :
a. Metode Redudancy, yaitu cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang pesan kepada khalayak. Pesan yang diulang akan menarik
perhatian. Selain itu khalayak akan lebih mengingat pesan yang telah
21 Univesitas Sumatera Utara
disampaikan secara berulang. Komunikator dapat memperoleh kesempatan
untuk memperbaiki kesalahan dalam penyampaian sebelumnya.
b. Metode Canalizing, pada metode ini, komunikator terlebih dahulu
mengenal khalayaknya dan mulai menyampaikan ide sesuai dengan
kepribadian, sikap - sikap dan motif khalayak.
Sedangkan Menurut bentuk isinya metode komunikasi diwujudkan dalam
bentuk :
a. Metode Informatif, dalam dunia publisistik atau komunikasi massa dikenal
sebagai salah satu bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu
bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan
memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa
adanya, apa sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data-data yang benar
serta pendapat-pendapat yang benar pula.
b. Metode Edukatif, diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisipendapat,
fakta dan pengalaman yang merupakan kebenaran dandapat
dipertanggungjawabkan. Penyampaian isi pesan disusunsecara teratur dan
berencana dengan tujuan mengubah perilakukhalayak.
c. Metode Koersif, yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa,
dalam hal ini khalayak dipaksa untuk menerima gagasanatau ide oleh
karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi pendapat juga berisi
ancaman.
d. Metode Persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan,
dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkankalau dapat khalayak itu
dapat terpengaruh secara tidak sadar.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin
dilancarkan, kita harus selektif dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi
khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun kita harus
mempertimbangkan kemudahan akses khalayak menjangkau media. Media yang
digunakan haruslah yang mampu menjangkau khalayak luas.
22 Univesitas Sumatera Utara
Dengan demikian, strategi komunikasi merupakan keseluruhan
perencanaan, taktik dan cara yang dipergunakan untuk melancarkan komunikasi
dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.3.2.1 Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan strategi komunikasi sangat penting untuk direncanakan, sebab
komunikasi dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut agar dapat tercapai.
Tujuan strategi komunikasi adalah untuk membuat komunikasi yang efektif dan
berhasil dimengerti oleh komunikannya. Menurut Liliweri dalam bukunya
"Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna" (Liliweri, 2011 : 248-249) strategi
komunikasi mempunyai tujuan yaitu :
1. Memberitahu (Announcing)
Yaitu pemberitahuan tentang kapasitas dan kualitas informasi. Oleh karena
itu, informasi yang akan dipromosikan sedapat mungkin berkaitan dengan
informasi utama dari seluruh informasi yang demikian penting.
2. Memotivasi (Motivating)
Informasi yang diberikan harus dapat memotivasi khalayak untuk mencari
dan mendapatkan kesempatan daritujuan informasi yang disebarkan.
3. Mendidik (Educating)
Tiap informasi yang disebarkan harus disampaikan dalam kemasan
bersifat mendidik. Informasi haruslah mengandung unsur positif agar
pesan yang disampaikan dapat membantu komunikan belajar.
4. Menyebarkan Informasi (Informing)
Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat yang menjadi sasaran.
Diusahakan agar informasi yang disebarkan merupakan informasi yang
spesifik dan aktual, sehingga dapat digunakan khalayak. Apalagi jika
informasi ini bukan sekedar pemberitahuan atau motivasi semata, tetapi
mengandung unsur pendidikan.
5. Mendukung pembuatan keputusan (Supporting Decision Making ).
23 Univesitas Sumatera Utara
Dalam rangka pembuatan keputusan, maka informasi yang dikumpulkan,
dikategorikan, dan dianalisis sedemikianrupa, sehingga dapat dijadikan
informasi utama bagi pembuatan keputusan.
Secara sederhana, tujuan utama dari strategi komunikasi ialah untuk
memastikan komunikan mengerti dengan pesan yang diterimanya. Apabila
komunikan telah mengerti dengan pesan yang diterimanya, selanjutnya strategi
komunikasi digunakan untuk meyakinkan komunikan agar menetapkan keputusan
terhadap pesan yang diterimanya. Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi lebih
kurang ditentukan oleh strategi komunikasi.
2.3.2.2 Fungsi Strategi Komunikasi
Fungsi strategi komunikasi adalah manfaat dari terbentuknyastrategi
komunikasi itu sendiri. Menurut R. Wayne Pace (Effendy, 2005: 32) tujuan
sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
a. To Secure Understanding
Untuk memberikan sebuah pengertian kepada khalayak sasaran.
Komunikator sebagai seoseorang yang menyampaikan pesan haruslah
mampu menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Hal ini bisa
dilakukan dengan menganalisis bahasa apa dan isyarat-isyarat seperti apa
yang dimengerti oleh komunikannya.
b. To Establish Acceptance,
Untuk menciptakan proses penerimaan dalam diri khalkayak sasaran.
Sebuah komunikasi akan diterima dengan baik apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator mampu membuat komunikan merasakan
empati ataupun simpati, yaitu saat komunikan mersakan kesamaan dengan
komunikator.
c. To Motivate Action.
Untuk memotivasi khalayak sasaran agar bertindak. Pesan komunikasi
yang telah dimengerti dan diterima oleh komunikan, akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan sebuah tindakan sesuai dengan kjeinginan
24 Univesitas Sumatera Utara
komunikator. Adanya tindakan nyata dari komunikan menunjukkan
komunikasi yang disampaikan telah berhasil dan efektif
2.3.3 Hambatan Komunikasi
Di dalam proses komunikasi biasanya terdapat gangguan atau hambatan.
Hal ini menyebabkan proses penyampaian pesan tidak berjalan dengan baik dan
efektif sehingga pesan yang ingin disampaikan komunikator tidak diterima dengan
baik oleh komunikan. Gangguan atau hambatan yang ada dalam proses
komunikasi biasanya menimbulkan salah pengertian antara komunikator dengan
komunikannya atau biasa disebut miss communication. Hambatan komunikasi
menurut Effendy pada bukunya "Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003 : 45)
dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut
sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi
atau kegaduhan yang bersifat fisik. Seperti contohnya adalah gangguan
yang dihasilkan dari suara atau bunyi, gambar yang tidak jelas dan lainnya.
b. Gangguan semantik adalah gangguan yang bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik
tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Gangguan semantik
terjadi dalam salah pengertian.
2. Kepentingan
Interest atau kepentingan membuat orang selektif dalam menanggapi
pesan. Orang hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan
merupakan sifat relatif terhadap segala perangsang yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan suatu kepentingan.
3. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan
25 Univesitas Sumatera Utara
motivasi seseorang maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat
diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.
4. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat suatu kegiatan
komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan
atas dasar syak wasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Sesuatu yang
objektif akan dinilai secara negatif.
2.3.4 Komunikasi Persuasi
Menurut Devito (2011:506) persuasif berasal dari kata latin persuasion
yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasif adalah setiap usaha
untuk mempengaruhi tindakan atau penilaian orang dengan cara berbicara ataupun
menulis. De Vito menjelaskan komunikasi persuasif adalah pembicaraan persuasif
mengetengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi,
dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya
adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan
fakta, pendapat dan himbauan motivasional harus bersifat memperkuat tujuan
persuasifnya.
Cangara (2014: 93) menjelaskan ada dua macam tujuan dalam penggunaan
komunikasi persuasif, yaitu untuk merubah sikap atau kepercayaan komunikan
serta untuk merangsang tindakan. Berguna untuk mencapai tujuan tersebut
seorang persuader atau komunikator tentunya harus memiliki peran yang
nantinya akan mempengaruhi pesan. Peran tersebut meliputi kredibilitas
(credibility), kredibilitas merupakan seperangkat persepsi mengenai kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh persuader sehingga diterima atau diikuti oleh sasaran
persuasifnya
2.3.5 Mediasi
a. Pengertian Mediasi
Secara etimologi, Mediasi dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah
mediation yang artinya penyelesaian sengketa dengan menengahi atau
penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga (Echols & Shadily,
26 Univesitas Sumatera Utara
2003:377). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia kata mediasi
diartikan sebagai proses pengikut serta dan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu
perselisihan sebagai penasehat.
Secara etimologi mediasi diartikan oleh beberapa ahli, Christoper W.
Moore sebagaimana dikutip oleh Rachmadi Usman (2012:79) mengemukakan
bahwa Mediasi adalah intervensi dalam sebuah sengketa oleh pihak ketiga yang
bisa diterima pihak yang bersengketa, bukan merupakan bagian dari kedua belah
pihak adan bersifat netral namun tidak mempunyai wewenang untuk mengambil
keputusan. Pihak ketiga ini bertugas untuk membantu pihak-pihak yang bertikai
agar secara suka rela mau mencapai kata sepakat yang diterima oleh masing-
masing pihak dalam sebuah persengketaan.
Gerry Goodpaster, sebagaimana yang dikutip oleh (Abbas 2009:5),
mengemukakan bahwa mediasi adalah proses pemecahan masalah dimana pihak
luar yang tidak memihak (imparsial) bekerja sama dengan pihak-pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang
memuaskan. Goospaster menekankan bahwa mediasi adalah proses negosiasi,
dimana pihak ketiga melakukan dialog dengan pihak bersengketa dan mencoba
mencari kemungkinan penyelesaian sengketa tersebut.
Keberadaan pihak ketiga ditujukan untuk membantu pihak bersengketa
mencari pemecahannya, sehingga menuju perjanjian atau kesepakatan yang
memuaskan kedua belah pihak. Menurut Joni Emerzon (2001:69) berpendapat
bahwa, mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan
kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral,dan tidak membuat
keputusan atau kesimpulan bagi para pihak tetapi menunjang fasilitator untuk
terlaksananya dialog antara pihak dengan suasan keterbukaan,kejujuran,dan tukar
pendapat untuk tercapainya mufakat. Dengan kata lain mediasi adalah proses
negosiasi pemecehan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak (impartial)
dan netral bekerja dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu mereka
memperoleh kesepakatan perjanjian secara memuaskan. Sedangkan menurut
(Rahmadi 2010:12) Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antar dua
pihak atau lebih melaui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak
netral yang tidak memiliki kewennangan memutus.
27 Univesitas Sumatera Utara
Pihak netral tersebut disebut Mediator dengan tugas memberikan bantuan
prosedural dan subtansial. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa Mediasi adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan suatu sengketa
melalui perundingan yang melibatkan para pihak-pihak yang bersengketa dan
mediator sebagai pihak neral
Prinsip-prinsip Mediasi
David Spencer dan Michael Brogan (Abbas 2009:28) merujuk pada lima
prinsip dasar filsafat mediasi.
1.) Kerahasian (confidentiality)
Kerahasiaan yang dimaksud ialah bahwa segala seuatu yang terjadi
dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator dan pihak-pihak
yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau pers oleh
masing-masig pihak. Dengan demikian juga sang mediator harus
menjaga kerahasianan dari isi mediasi tersebut,sebaiknya
menghancurkan seluruh dokumen diakhir sesi yang ia lakukan
2.) Volunteer (sukarela)
Masing-masing pihak yang bertikai dantang ke mediasi atas keingina
dan kemauan sendiri secara sukarela dan tidak ada paksaan dan
tekanan dari pihak-pihak lain atau pihak luar
3.) Pemberdayaan (empowerment)
Berdasarkan pada asumsi bahwa orang yang mau datang ke mediasi
sebelumnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan masalah
mereka sendiri dan dapat mencapai kesepakatan yang mereka
inginkan.
4.) Netralitas (neutrality)
Peran seorang mediator hanya memfasilitasi prosesnya saja, dan isinya
tetap menjadi milik para pihak yang bersengketa. Mediator hanya
berwenang mengontrol proses berjalan atau tidak mediasi
5.) Solusi yang unik (a unique solution)
Solusi yang dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai dengan
standar legal, tetapi dapat dihasilkan dari proses kreativitas. Oleh
karena itu, hasil mediasi mungkin akan lebih banyak mengikuti
28 Univesitas Sumatera Utara
keinginan kedua belah pihak, yang terkait erta dengan konsep
pemberdayaan masing-masing pihak
b. Mediasi Perceraian
Mediasi dalam hukum islam disebut dengan islah dan hakam. Islah
adalah ajaran islam yang bermakna lebih menonjolkan metode
penyelesaian perselisihan atau konflik atau secara damai dengan
mengesampingkan perbedaan yang menjadi akar perselisihan.
Sedangkan hakam adalah pihak ketiga yang mengikatkan diri kedalam
konflik yang terjadi diantara suami-istri sebagai pihak yang menengahi
atau menyelesaikan sengketa diantara mereka, Amriani (2011:119-
120)
Saifullah (2009:75-76) menyebutkan mediasi dalam tinjauan hukum
positif diatur dalam UU No.30 tahun 1999 memberikan keterangan
bahwa jika sengketa tidak mencapai kesepakatan maka sengeketa bisa
diselesaikan melalui penasehat atau mediator. Sedangkan secara tegas
Peraturan Mahkamah Agung No.2 tahun 2003 tapi kemudian
disempurnakan dalam Perma No.1 tahun 2008 dalam upaya
mempercepat,murah,dan mudah penyelesaian sengketa serta
memberikan akses yang lebih besar kepada pencari keadilan Abbas
(2009:310). Dalam pasal 4 PERMA no.1 tahun 2008 menentukan
perkara yang dapat diupayakan mediasi adalah semua sengketa perdata
yang diajukan kepengadilan tingkat pertama kecuali perkara yang
diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan
industrial, keberatan atau atau putusan badan penyelesaian persaingan
usaha, Abbas (2009:311). Sedangkan PERMA No.1 tahun 2008 dalam
beberapa peraturan perundingan juga dikenal penyelesaian sengketa
dengan proses berbeda yaitu; penyelesaian sengketa
perburuhan,lingkungan hidup,
Model mediasi dalam perceraian Menurut Lawrence Boulle dalam
Abbas (2009:31-35) membagi mediasi dalam sejumlah model yang
tujuannya untuk menemukan peran mediator dalam melihat posisi
sengketa dan peran pihak dalam upaya menyelesaikan sengketa, Boulle
29 Univesitas Sumatera Utara
menyebutkan ada empat model mediasi,yaitu settlement mediation
facialitative mediation,transfomation mediation,evalution mediation
a. Settlement Mediation dikenal sebagai mediasi kompromoi
merupakan mediasi yang tujuan utamanya adalah untuk
mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua belah
pihak yang sedang bertikai. Adapun peran yang dapat dimainkan
adalah menetukan ”bottom lines” dari disputan dan secara
persuasive mendorong kedua belah pihak yang bertikai untuk
sama-sama menurunkan posisi mereka ketitik komrpomi.
Model ini mengandung sejulmlah prinsip antara lain:
Mediasi dimaksudkan untuk mendekatkan perbedaan nilai
tawar atas suatu kesepakatan
Mediator hanya berfokus pada permasalahan atau posisi
yang dinyatakan para pihak
Biasanya mediator adalah orang memiliki status tinggi dan
dalam model ini tidak menekankan kepada keahlian dalam
proses atau teknik mediasi
b. Facilitative Mediation yang juga disebut sebagai mediasi yang
berbasis kepentingan (interest based) dan problem solving yang
bertujuan untuk menghindarkan para pihak yang bersengketa dari
posisi mereka dan menegosiasikan kebutuhan dan kepentingan para
pihak dari hak-haklegal mereka
Model facilitative mengandung sejumlah unsur antara lain:
Prosesnya lebih terstruktur
Penekanannya lebih ditujukan kepada kebutuhan dan
kepentingan para pihak yang berselisih
Mediator perlu mamahami proses dan teknik mediasi tanpa
harus ahli dalam bidang yang diperselisihkan
c. Transformative mediation, juga dikenal sebagai mediasi terapi dan
rekonsiliasi. Mediasi model ini menekankan untuk mencari
penyebab yang mendasari munculnya permasalahan diantar pihak
yang bersengketa, dengan pertimbangan untuk meningkatkan
30 Univesitas Sumatera Utara
hubungan diantara mereka melalui pengakuan dan pemberdayaan
sebagai dasar resolusi konflik dari pertikaian yang ada.
Model Transformative mengandung sejumlah prinsip antara lain:
Fokus pada penyelesaian yang lebih komprehensif dan
tidak terbatas hanya pada penyelesaian sengketa tetapi juga
rekonsisiliasi antara pihak
Proses mediasi yang mengarah kepada pengambilan
keputusan tidak akan dimulai, bila masalah hubungan
emosional para pihak yang berselisih belum diselesaikan
Mediator diharapkan lebih memiliki kecakapan dalam
conseling dan juga proses serta teknik mediasi
2.3.6 Mediator
a. Pengertian Mediator
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mediator merupakan perantara
(penghubung atau penengah), ia bertindak sebagai perantara pihak yang
bersengketa, Abbas (2009:3)
Runtung dalam Rachmadi (2012:75). Mediator memegang peranan
penting bagi keberhasilan suatu mediasi. Harus juga dipahami bahwa mediasi
sendiri itu meliputi orang-orang dan interaksi dari orang-orang tersebut. Oleh
sebab itu tidak ada mediasi yang menjadi efektif tanpa adanya perwakilan pihak-
pihak-pihak dehngan otoritas untuk menegosiasikan suatu penyelesaian sengketa
dan keinginan pihak-pihak untuk mendapatkan solusi diluar pengadilan.
Sebagaimana diketahui bahwa penyelesaian sengketa melalui perdamaian dengan
menempuh mediasi di pengadilan,dibantu oleh mediator. Mediator inilah yang
nantinya membantu para pihak yang berperkara dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa. Dalam mediasi, mediator
memberlakukan sengketa melalui suatu peluang untuk membantu para pihak
menyelesaikan persoalannya. Mediator membantu para pihak memahami
pandangan masing-masing dan membantu mencari (locate) persoalan-persoalan
yang dianggap penting bagi mereka. Mediator mempermudah pertukaran
31 Univesitas Sumatera Utara
informasi, mendorong diskusi mengenai perbedaan-perbedaan kepentingan,
persepsi, penafsiran terhadap situasi dan persoalan-persoalan dan membiarkan
tetapi mengatur pengungkapan emosi. Mediator membantu para pihak
memprioritaskan persoalan-persoalan dan menitikberatkan pembahasan mengenai
tujuan dan kepentngan umum, Rachmadi (2012:83)
b. Tugas Mediator
Menurut Abbas (2009-86-90)
1. Melakukan diagnosi konflik
Tugas pertama yang dilakukan oleh mediator adalah mendiagnosis konflik
atau sengketa. Mediator dapat mendiagnosis sengketa sejak pramediasi,
yang bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk persengketeaan,latar
belakang penyebabnya dan akibat dari persengketaan bagi para pihak. Atas
dasar diagnosis sengketa, mediator dapat menyusun langkah
negosiasi,mencari alternative solusi, mempersiapkan pilihan yang
mungkin ditawrkan kepada kedua belah pihak dalam penyelesaian
sengketa
2. Mengidentifikasi masalah serta kepentingan-kepentingan kritis para pihak
Dalam proses mediasi, para pihak diberikan kesempatan untuk
menyampaikan persoalan-persoalan sengketa mereka secara terbuka,
sehingga masing-masing pihak dapar mendengarnya. Mediator juga
mengarahkan para pihak untuk menyampaikan kepentingan-kepentingan
mereka dalam persengketaan tersebut mediator bertugas bertugas
mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis pokok persengketaan
dan kepentingan masing-masing pihal. Identifikasi dan sistematika ini
sangat penting untuk menjadi pedoman para pihak dalam proses mediasi.
Sistematika ini juga akan memudahkan mediator dalam menyusun
sejumlah agenda
3. Menyusun agenda
Menyusun agenda merupakan tugas mediator yang cukup penting, karena
agenda memperlihatkan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh kedua
belah pihak dalam menjalani mediasi. Menyusun agenda ini harus
diberitahukan kepada kedua belah pihak oleh mediator. Dalam agenda
32 Univesitas Sumatera Utara
mediasi memuat sejumlah hal antara lain waktu mediasi,durasi tiap
pertemuan,tempat mediasi,para pihak yang hadir,mediator,metode
negosiasi,persoalan pokok yang dipernsengketakan dan hal-hal lain yang
dianggap perlu oleh kedua belah pihak.
4. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi
Dalam proses mediasi, mediator harus memperhatikan komunikasi yanng
terjadi antar kedua belah pihak. Ia harus memastikan apakah komunikasi
tersebut telah berjalan dengan lancar. Mediator bertugas membantu para
pihak untuk memudahkan komunikasi mereka, karena dalam praktik
banyak ditemukan para pihak malu dan segan untuk mengungkapkan
persoalan dan kepentingan mereka. Sebaliknya, banyak juga yang terlalu
berami untuk menyampaikan pokok sengketa dan tuntututannya, sehingga
kadang-kadang menyinggung pihak lajn. Mediator harus mampu
mengendalikan komunikasi para pihak, agar mediasi bisa berjalan dan
tidak menimbulkan gangguan perasaan pihak lain, yang dapat
menghambat proses mediasi selanjutnya.
5. Mediator harus menyusun dan merangkai kembali tuntutan (positional
claim) para pihak, menjadi kepentingan sesungguhnya dari para pihak. Hal
ini penting digambarkan oleh mediator, karena posisi para pihak dalam
mediasi bukan berada pada sikap bersikukuh dengan tuntutannya, tetapi
lebih mengarah kepada kepentingan riil yang diinginkan
6. Mediator bertugas mengubah pandangan egosenteris masing-masing pihak
menjadi pandangan yang mewakili semua pihak. Mediator secara arif
meyakinkan para pihak untuk saling memahami posisi pihak lain, sehingga
pandangan mereka dapat di dekatkan dengan meninggalkan egonya
masing-masing
7. Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial (berkutat
definisi tertentu) para pihak mengenai suatu permasalahan kepandangan
yang lebih universal (umum), sehingga dapat diterima oleh kedua pihak.
8. Memaukkan kepentingan kedua belah pihak dalam mendefinisikan
permasalah
33 Univesitas Sumatera Utara
9. Mediator bertugas menyusun proposisi mengenai permasalahan para pihak
dalam bahasa dan kalimat yang tidak menonjolkan unsur emosional.
Bahkan ia juga daat menyusun sejumlah pertanyaan yang dapat
meyakinkan para pihak untuk menyeleseikan sengketa mereka secara lebih
adil dan terbuka,
10. Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap berada dalam
kepentingan yang sesungguhnya (underlain Interset) dan tidak berbah
menjadi suatu tuntutan (clain) yang kakus, sehingga pembahasan dan
negosiasi dapat dilakukan dalam rangka yang saling menguntungkan para
pihak.
Dalam Syaifullah (2009:78) menyatakan bahwa dalam melaksanakan
profesinya, keberadaan mediator sangat penting dalam proses mediasi, ia
memiliki peran besar dalam menciptakan kedamaian, sesuai dengan definisinya
mediator adalah seorang fasilitator yang menjadi penengah dalam sengketa.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai mediator ia memiliki tugas utama yaitu:
1. Mengetemukan kepentingan-kepentingan yang berbeda agar nencapai titik
temu yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak pemeceah masalah
2. Membantu para pihak yang bersengketa untuk memahami persepsi
masing-masing pihak
3. Mempermudah para pihak saling memberikan informasi
4. Mendorong para pihak untuk berdiskusi terhadap perbedaan kepentingan
dari sikap emosi’mendorong para pihak dalam mewujudkan perdamaian
dengan hasil win-win solution
Sedangkan mediator dalam menjalankan perannya mempunyai sisi
terlemah dan sisi terkuat. Sisi peran terlemah apabila mediator hanya
menjalankan peran-peran sebagai berikut
1. Penyelenggara pertemuan
2. Pemimpin diskusi yang netral
3. Pemelihara aturan-aturan perundingan agar perdebatan dalam proses
perundingan berlangsung secara beradab
4. Pengendali emosi para pihak
34 Univesitas Sumatera Utara
5. Pendorong pihak atau perserta perundingan yang kurang mampu atau
segan untuk mengungkapkan pandangannya
Adapun sisi peran kuat mediator jika ia melakukan hal-hal sebagai berikut
dalam perundingan:
1. Mempersiapkan dan notulasi perundingan
2. Merumuskan dan mengartikulasikan kepakatan para pihak
3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah
pertarungan yang harus dimenangkan,melankan untuk diselesaikan
4. Menyusun dan mengusulka berbagai pilihan pemecahan masalah
5. Membantu para pihak untuk menganalisis berbagai pilihan pemechan
masalah
Dalam Saifullah (2009:142) tugas mediator dalam 15 PERMA no.1 tahun
2008 ayat 1 sampai 4:
a. Mediator wajib mempersiapkan usulan pertemuan mediasi kepada para
pihak untuk dibahas dan disepakati
b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan
dalam proses mediasi
c. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali
kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang
terbaik bagi para pihak
Sesungguhanya dalam menjalakan mediasi strategi komunikasi
berpengaruh terhadap perjalanan proses perdamaian ini terwujud sampai kepada
pengambilan keputusan oleh kedua belah pihak yang bersengketa untuk memilih
bercerai aatau rujuk kembali,serta pemutusan mediator dalam memberikan surat
gagal atau memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk menunda mediasi
dalam rangka memberi kesempatanuntuk bermusyawarah kembali membahas
tentang masalah-masalah kedua belah pihak sehingga keselahpahaman diantara
keduanya bisa diatasi dan mencoba untuk memulihkan kedamaian diantar mereka
berdua
35 Univesitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersifat kritis dan memperkirakan hasil penelitian yang dicapai dan dapat
mengantarkan penelitian pada penelitian rumusan hipotesa (Nawawi, 2015: 40).
Berdasarkan pengertian kerangka pemikiran yang telah dijabarkan di atas, maka
terbentuklah kerangka pemikiran berikut ini:
36 Univesitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
MEDIATOR STRATEGI
KOMUNIKASI
MEDIASI
KEDUA
PIHAK
HAMBATAN
37 Univesitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah,
maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang
telah dirumuskan (Nawawi, 2001:65). Metode penelitian adalah semua asas,
peraturan dan teknik-teknik yang perlu di perhatikan dan diterapkan dalam usaha
pengumpulan data dan analisis (Unaradjan, 2000 : 1). Metode penelitian haruslah
memperhatikan kaidah ilmiah dan pencapaian tujuan penelitian. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka metodologi penelitian komunikasi adalah prosedur
dalam melakukan penelitian di bidang komunikasi untuk menemukan hal-hal
baru, membuktikan ataupun mengembangkan ilmu komunikasi (Pujileksono,
2015 : 4).
Penelitian mengenai Strategi Komunikasi Mediator dalam Mediasi Kasus
Perceraian di Pengadilan Agama Medan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah memamparkan situasi
atau peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian
dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat,
model, tanda atau gambar tentang kondisi situasi ataupun fenomena tertentu.
(Bungin, 2009:49)
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran.
Sasaran penelitian, tetapi secara konkret tergambar dari fokus masalah
(Bungin,2009:76). . Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah strategi
38 Univesitas Sumatera Utara
komunikasi yang digunakan Mediator dalam mediasi kasus perceraian di
Pengadilan Agama Medan.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan
sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian (Idrus,
2009: 91). Subjek penelitian menjadi perlu diperhatikan agar pada proses
penelitian diperoleh informasi yang mewakili realitas pada objek yang diteliti.
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut pula dengan informan kunci
(key informan). Ketepatan dalam pemilihan informan sejak awal akan
berpengaruh dalam kelancaran pengumpulan informasi, yang pada hakikatnya
akan menentukan efisiensi dan efektivitas penelitian. Adapun yang menjadi
subjek penelitian ini adalah empat mediator di Pengadilam Agama Medan.
Pengadilan agama sejak tahun 2009 menggunakan mediator non hakim, yaitu
mediator luar yang sertifikat dari lembaga hukum yang bekerjasama dengan
Mahmah Agung
Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, 4 diantaranya adalah
informan primer yaitu mediator di Pengadilan Agama yang bernama, Beby Nazlia
Hasibuan, Syarifuddin, M. Darma Bakti, Bambang Sudarwady. Sementara untuk
informan sekunder yaitu Suharsono dan Dahlia Lubis merupakan pihak yang
mengajukan gugatan perceraian di Pengadilan Agama Medan. Informan yang
dipilih menggunakan purposive sampling, yang dipilih sesuai kriteria tertentu.
Kriteria tersebut diantaranya:
1.) Mediator di Pengadilan Agama yang bersertifikat (non hakim)
2.) Sudah pernah berrhasil melakukan mediasi
3.) Sudah pernah mengikuti proses mediasi
3.4 Unit Analisis
Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian. Menurut
39 Univesitas Sumatera Utara
Spradley (1980) unit analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen
(Sugiyono, 2007: 68). yaitu:
1. Tempat, tempat penelitian ini berlangsung di Pengadilan Agama Medan
2. Pelaku, pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai
informan yang sesuai dengan penelitian,yaitu mediator dan pihak yang
bersengketa
3. Kegiatan, kegiatan yaitu yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi yang
sedang berlangsung dalam hal mengetahui bagaimana strategi komunikasi
mediator dalam mediasi kasus perceraian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data yang kemudian akan menjadi penentuan kualitasa dari
penelitian itu sendiri (Kriyantono, 2006 : 91). Adapun teknik pengumpulan data
yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Wawancara Mendalam (indepth interview )
Wawancara mendalam adalah suatu pengumpulan data atau informasi
dengan cara bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam. Informan bebas memberikan jawaban untuk mengupayakan
kelengkapan jawaban, dan wawancara harus berlangsung secara informal
(Kriyantono, 2006 : 102).
Wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penyamaran dan
terbuka. Penyamaran adalah pewawancara menyamar sebagai anggota masyarakat
pada umumnya dan hidup serta beraktivitas sewajarnya dengan orang yang
diwawancarai. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara terbuka, maka
wawancara dilakukan dengan informan secara terbuka dimana informan
mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan
wawancara di lokasi penelitian (Bungin, 2008: 108-109).
b. Observasi atau pengamatan
40 Univesitas Sumatera Utara
Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang
untukmenggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta
dibantu dengan panca indra lainnya (Bungin, 2008: 115). Observasi diartikan
sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk
melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut (Kriyantono, 2010:
10), dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk menghimpun data penelitian.
c Penelitian Kepustakaan
Penelitian dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data melalui
literatur sumber naskah yang relevan dan mendukung penelitian, dari berbagai
sumber bacaan yang dikumpukan seperti buku-buku pengetahuan, jurnal skripsi
terdahulu, situs dan karya ilmiah lainnya, diharapkan peneliti bisa mendaptkan
data dan fakta sebanyak-banyaknya demi mendukung proses penelitian.
3.5.1 Penentuan Informan
Penentuan informan penelitian merupakan subjek penelitian. Cara
memperoleh informan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
“Purposive Sampling”. Sesuai dengan istilahnya, purposive sampling diambil atau
ditentukan dengan maksud tujuan tertentu. Sesorang atau sesuatu
diambil/ditentukan sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa sesorang
atau sesuatu tersebut memiliki dan dapat memberikan informasi yang diperlukan
untuk kepentingan penelitiannya (Pujileksono,2015:116). Dari key informan inilah
akan berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya
mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dijadikan sampel (dalam
Pujileksono, 2015: 3).
Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah :
1) mediator di Pengadilan Agama yang bersertifikat (non Hakim)
2) Sudah pernah berhasil melakukan mediasi
41 Univesitas Sumatera Utara
3) Sudah pernah mengikuti proses mediasi
Untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti menggunakan informan tambahan
untuk memperkuat informasi yang diberikan oleh informan utama. Informan
tambahan itu adalah pihak dalam kasus perceraian
3.5.2 Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang
didasarkan atas sejumlah criteria tertentu yakni, credibility, dependability, dan
authenticity (Moleong: 2008: 322) :
1. Credibility
Kriteria ini berfungsi melakukan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan dipertunjukkan derajat
kepercaaannya. Dalam penelitian ini informan satu-satunya yang dapat
membuktikan keabsahan data. Hal ini dapat dibuktikan dengan transkrip
wawancara yang dilakukan.
2. Dependability
Kriteria ini berfungsi untuk menilai konteks yang berubah-ubah dalam peneltian
di dalam setting atau konteks yang ada dan bagaimana perubahan tersebut
berpengaruh pada penelitian. Namun dalam penelitian tidak terjadi perubahan
yang substasi terhadap data yang diperoleh.
3. Authenticity
Temuan yang diperoleh merupakan refleksi otentik peneliti. Dalam hal ini data
temuan peneliti sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.
42 Univesitas Sumatera Utara
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data Model Miles dan Huberman. Analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data ini
dilakuakan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas
hingga datanya sudah jenuh (Pujileksono,2015:152).
Analisis data Model Miles dan Huberman dilakukan melalui 3 tahap (Pujileksono,
2015 : 152), yaitu :
1. Reduksi data
Reduksi dat berarti merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada
hal penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupak proses pemilihan,
pemusatan perhatian melalui penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Karena begitu
banyaknya data yang diperoleh dilapangan sehingga perlu dianalisis dan
dirangkum agar memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam
mengumpilakan data. Bagi peneliti kualitatif, kegiatan reduksi data menjadi
sangat penting karena yang bersangkutan dapat mulai memilah dan memilih data
mana dan data dari siapa yang harus lebih dipertajam.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, maka proses selanjutnya yaitu penyajian data.
Penyajian data berarti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, dan sebagainya. Penyajian data yang sering digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif (Pujileksono, 2015 : 152). Data-
data yang diperoleh peneliti dengan mewawancarai informan maupun data yang
diperoleh melalui studi pustakaa disusun secara cermat dan sistematis dalam hasil
penelitian dan pembahasan.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
43 Univesitas Sumatera Utara
Penarikan kesimpulan merupakan proses akhir dalam menganalisis data.
Penarikan kesimpulan yaitu penarikan arti dari data yang ditampilkan. Pemberian
makna harus sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuat (Idrus,
2009:150). Setelah seluruh rangkaian pengolahan data dilakukan secara runtut
maka tahapan akhir adalah penarikan kesimpulan yang diambil oleh peneliti.
44 Univesitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penlitian
4.1.1. Proses Penelitian
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang didapatkan
selama proses dilapangan,penelitian dilaksankan pada bulan Agustus minggu
ketiga dan keempat. Penelitian tentang Strategi Komunikasi Mediator dalam
Mediasi kasus Perceraian di Pengadilan Agama Kota Medan yang terletak di jalan
Sisingamangaraja no 9, peneliti mewawancarai 6 informan, dimana 4 informan
tersebut merupakan mediator di Pengadilan Agama Medan dan 2 merupakan
informan tambahan yaitu pihak yang telah di mediasi dalam perkara perceraian.
Penelitian ini dibatasi hanya 6 orang informan karena data yang diperoleh sudah
dianggap jenuh yang artinya apabila ditambah informan baru tidak akan akan
menambah informasi yang baru dalam penelitian ini. Dalam menentukan
informan peneliti hanya berdasarkan jadwal mediator yang bertugas dengan hari
dimana peneliti melakukan penelitian. Mediator yang telah diwawancara dianggap
telah menguasi bidang yang mereka kerjakan. Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan wawancara mendalam dengan informan hingga peneliti memperoleh
hasil yang dibutuhkan, peneliti juga melakukan observasi diluar ruangan mediasi
untuk melihat dan membandingkan hasil wawancara dengan realita yang ada.
Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka untuk mendukung informasi
yang peneliti dapatkan darihasil wawancara dan observasi.
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengajukan surat
ijin penelitian dari depatemen ilmu komunikasi melalui website asa-fisip.usu.ac.id
untuk memperoleh surat penelitian di Pengadilan Agama kota Medan. Peneliti
kemudian memperoleh surat tersebut sebulan setelah peniliti mengajukan surat
ijin penelitian, waktu yang cukup lama tersebut menjadi salah satu kendala bagi
peneliti dalam melakukan wawancara. Kemudian pada tanggal 21 Agustus
peneliti mendatangi kantor Pengadilan Agama Medan untuk memperoleh izin
penelitian dan dihari yang sama juga peneliti diberikan izin oleh ketua Pengadilan
45 Univesitas Sumatera Utara
Agama Medan, namun wawancara tidak dilakukan pada hari tersebut karena
keterbatasan waktu untuk melakukan wawancara.
Untuk melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melapor kepada
salah satu pegawai kantor Pengadilan Agama yang bertugas menjaga jalannya
sidang dan mediasi. Mediasi dilakukan pada hari senin sampai kamis dan
mediator yang bertugas bergantian setiap minggunya selama sebulan sesuai
jadwalnya. Peneliti melakukan wawancara pada minggu ketiga di hari kamis dan
minggu keempat di hari senin dan selasa dan yang bertugas pada saat penelitian
adalah buk Nazlia,Pak Syafruddin,pak Darma Bakti dan Pak Bambang. Sebelum
melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan hal-hal pokok yang hendak ditanyakan kepada informan,
hal-hal pokok tersebut seperti komunikasi yang dilakukan dengan kedua pihak,
pesan yang disampaikan, dan hambatan ketika melakukan mediasi.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan selama 3 hari dan bertermpat di
ruang mediasi Pengadilan Agama Medan, ada beberapa hambatan yang peneliti
hadapai selama wawancara seperti kendala waktu ketika melakukan wawancara.
Peneliti melakukan wawancara di sela jadwal mediasi, seperti ketika
mewawancarai informan pertama dan ketiga. Saat itu peneliti harus menunggu
beberapa jam agar dapat melakukan wawancara dengan mediator, dan ketika
sedang melakukan wawancara peneliti juga harus menghentikan beberapa saat
wawancara kerena mediator harus melakukan mediasi dengan pihak yang telah
menunggu.
Kendala lain yang peneliti hadapi adalah ketika melakukan wawancara
beberapa kali mediator menyampaikan istilah dalam ilmu hukum yang peneliti
tidak ketahui, hal tersebut terkadang membuat peneliti kebingungan ketika
berkomunikasi dengan para informan, namun hal tersebut tidak terlalu
berpengaruh terhadap hasil wawancara dengan informan, namun ada hal positif
dari hal tersebut yaitu menambah pengetahuan bagi peneliti tersendiri dalam
mennyelesaikan penelitian ini. Dalam mencari informan tambahan peneliti juga
menghadapi kendala, karena untuk menentukan informan tambahan peneliti harus
menananyakan beberapa orang yang sedang dalam antrian sidang dan sesuai
46 Univesitas Sumatera Utara
dengan syarat yang telah peneliti tetapkan sebelumnya. Beberapa orang juga
terkesan cuek dalam menanggapi peneliti ketika ditanya, begitu juga ketika
melakukan wawancara informan tambahan tersebut juga kurang terbuka dalam
menyampaikan informasi yang ditanyakan oleh peneliti. Faktor yang membuat
informan tambahan kurang terbuka adalah karena merasa tidak nyaman
menyampaikan permasalahannya karena berada di ruang terbuka ketika dilakukan
wawancara.
Setelah wawancara selesai, maka peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya
yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini peneliti menjelaskan hasil wawancara
terhadap keenam informan, setelah itu peneliti melakukan analisis terhadap
jawaban - jawaban informan tersebut berdasarkan penuturan informan yang sesuai
dengan pertanyaan - pertanyaan yang peneliti tanyakan, serta penuturan pihak
lainnya yang berkompeten dengan masalah penelitian.
4.1.2 Profil Informan
1. Informan Utama
Peneliti akan memberikan gambaran secara umum mengenai profil kelima
keenam informan yang telah diwawancarai untuk penelitian ini. Empat dari enam
informan merupakan informan utama yaitu mediator yang bertugas di Pengadilan
Agama Medan, terdiri atas 1 orang wanita dan 3 orang pria. Serta dua orang
informan tambahan yaitu pihak yang telah menjalani mediasi terdiri dari 1 orang
pria dan 1 orang wanita. Masing-masing informan memiliki pengalaman yang
berbeda,namun keempatnya memiliki cara dalam melakukan mediasi
Informan 1
Nama : Hj. Beby Nazlia Hasibuan, S.H., M.H
Sertifikat mediator :No.017/PPM-FHUSU/III/2012 Diterbitkan oleh
:Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI. Universitas
47 Univesitas Sumatera Utara
Sumatera Utara,Fakultas Hukum (Akreditasi Mahkamah
Agung RI. No.185/KMA/SK/IX/2011)
Pendidikan : S2 Fakultas Hukum Umsu
Status : Mediator Non Hakim
Informan pertama telah menjadi mediator sejak tahun 2012, telah banyak
kasus yang dimediasi olehnya sejak diberikan SK mediator oleh ketua Pengadilan
Agama Medan, dan sudah banyak juga kasus yang berhasil di mediasi oleh
informan. Selain menjadi mediator informan juga merupakan seorang pengacara,
hal tersebut juga yang mendorong beliau untuk menjadi seorang mediator di
Pengadilan Agama Medan. Perkara yang paling susah dihadapi menurut beliau
adalah perkara warisan
Informan II
Nama : Syarifuddin, S.H., M.H
Sertifikat mediator : No.166/IICT/TFP/2011.diterbitkan oleh Indonesian
Institute For Conflict Transformation (IICT).
Pendidikan : S2 Fakultas Hukum Umsu
Status : Mediator non Hakim
Informan kedua telah menjadi mediator sejak tahun 2012, sama seperti
informan pertama telah banyak juga kasus yang dimediasi olehnya dan telah
banyak juga yang berhasil di mediasi, menurut informan kasus yang paling sulit di
mediasi adalah perkara waris karena yang dihadapi bukan lagi satu atau dua
orang, serta masing-masing pihak juga memunculkan egonya sendiri. Selain
sebagai mediator beliau juga merupakan dosen di salah Universitas swasta di kota
Medan
Informan III
48 Univesitas Sumatera Utara
Nama : H. M. Dharma Bakti Nst, S.H.,S.E.,M.H
Sertifikat mediator : No. : 28/IICT/TFP/2010 Diterbitkan oleh Indonesian
Institute For ConflictTransformation (IICT).
Pendidikan : S2 Fakulta Hukum Umsu
Status : Mediator non Hakim
Informan ketiga merupakan mediator senior di Pengadilan Agama Medan,
menjadi mediator sejak 2009,sebelumnya informan telah menjadi mediator di
BPSK Medan, selain mediator di Pengadilan Agama Medan beliau juga menjadi
mediator di Pengadilan Negeri Medan. Informan juga merupakan seorang dosen
di beberapa Universitas swasta di medan dan juga seorang Pengacara
Informan IV
Nama : Bambang Sudarwady SH
Sertifikat mediator : No. : 97/IICT/TFP/2011 diterbitkan oleh Indonesian
Institut For Conflict Transportation (IICT)
Pendidikan : Fakultas Hukum UISU
Status : Mediator non Hakim
Informan keempat telah menjadi mediator di Pengadilan Agama medan sejak
tahun 2011, menurutnya telah banyak perkara yang berhasil di mediasi olehnya.
Selain mediator beliau juga seorang pengacara. Dengan pengalaman banyak di
dunia hukum menjadi modal bagi dia menjadi seorang mediator.
2. Informan tambahan
Informan V
Nama : Suharsono
Kasus : Perceraian
49 Univesitas Sumatera Utara
Usia : 43
Status : Pemohon
Informan kelima merupakan seorang karyawan, alasannya menggugat
cerai istrinya karena tidak ada keharmonisan lagi antara Informan dengan mantan
istrinya, informan telah menjalani mediasi pertama dan tidak berhasil. Setelah
mediasi informan akan menjalani proses sidang kedua
Informan VI
Nama : Dahlia Lubis
Kasus : Perceraian
Usia : 35
Status : Penggugat
Informan keenam menggungat suaminya karena merasa tidak ada lagi
keharmonisan dengan mantan suaminya, informan telah menjalani mediasi
pertama dan tidak berhasil. Setelah mediasi informan akan menjalani proses
sidang kedua
50 Univesitas Sumatera Utara
4.1 Tabel Karakteristik Informan Utama dan Informan Tambahan
1. Informan Utama
Nama
Mediator
Sertifikat Pendidikan Pengalaman
Hj. Beby
Nazlia
Hasibuan,
S.H., M.H.
SERTIFIKAT
MEDIATOR
No.017/PPM-FH
USU/III/2012.
Diterbitkan oleh :
Kementerian
Pendidikan Dan
Kebudayaan RI.
Universitas Sumatera
Utara, Fakultas
Hukum ( Akreditasi
Mahkamah Agung RI.
No.
185/KMA/SK/IX/2011
S2 Fakultas
Hukum
UMSU
Advokat/
Konsultan
Hukum.
Legal Staf pada
Law Office
Aldian Pinem.
Syarifuddin,
S.H., M.H SERTIFIKAT
MEDIATOR
No.166/IICT/TFP/2011
.
Diterbitkan oleh :
Indonesian Institute
For Conflict
S2 Fakultas
Hukum
UMSU
Dosen Tetap
Fakultas
Hukum,
UMSU Medan.
Staf KPAID
Sumatera
Utara.
51 Univesitas Sumatera Utara
Transformation
(IICT).
H. M. Dharma
Bakti Nst,
S.H.,S.E.,M.H.
SERTIFIKAT
MEDIATOR
No. :
28/IICT/TFP/2010
Diterbitkan oleh :
Indonesian Institute
For Conflict
Transformation
(IICT).
S2 Fakultas
Hukum
UMSU
Sebagai Mediator &
Arbitor di BPSK
Medan.
Akuntan & Auditor
Kantor Akuntan Publik
Darmawan & Co.
Marketing Di PT.
Trakindo Utama.
Manager Traktor
Pertanian Kubota PT
Capella Medan.
Pimpinan Cabang
Medan Philip Radio
Communication
System.
Konsultan Hukum &
Pengacara&Anggota
BPSK Kota Medan
2002 – 2007
Dosen Fakultas Hukum
Universitas
Dharmawangsa
Medan.
Bambang
Sudarwady
SERTIFIKAT
Fakulta
s
Hukum
Staf Kantor
Hukum Miabi
Medan 2004 –
52 Univesitas Sumatera Utara
, SH MEDIATOR
No. :
97/IICT/TFP/2011
Diterbitkan oleh :
Indonesian Institute
For Conflict
Transformation
(IICT)
UISU 2006
Wadir LBH
Publiek Medan
2006-2008.
Staf Hukum
PTPN Korwil
I/PTPN I s.d.
VII Medan
2006-2009.
Dir. Law Firm
Mediator
Medan 2009
s.d. sekarang.
Telah
menyelesaikan
secara mediasi
harta warisan di
Jln Dr.
Mansyur
Medan secara
mediasi.
Telah
menyelesaikans
ecara mediasi
perkara perdata
tentang Link
53 Univesitas Sumatera Utara
Informan Tambahan
4.1.3. Hasil Wawancara
Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada 6 informan yang
berhubungan dengan penelitian tentang Strategi Komunikasi Mediator dalam
Penyelesaian Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Medan. Peneliti melakukan
wawancara kepada 2 jenis informan, yaitu pihak mediator dan pihak yang di
mediasi.
Wawancara dengan informan tentu sangat penting untuk mengetahui posisi dan
peran mereka sebagai subjek penelitian, hal ini karena posisi mereka dalam
penelitian sangat berbeda. Mediator sebagai pelaksana strategi komunikasi, lalu
posisi pihak yang berperkara adalah sebagai target strategi komunikasi yang akan
ditanyai pendapatnya mengenai strategi komunikasi yang dilakukan Mediator
kepada pihak yang berperkara dalam proses mediasi. Berikut adalah hasil
wawancara dengan masing – masing informan
INFORMAN I
Informan pertama yang peneliti wawancara adalah Beby Nazlia Hasibuan
atau biasa dipanggil buk Beby,beliau merupakan Mediator non Hakim yang telah
bertugas sejak 2012 di Pengadilan Agama Medan, selain Mediator bu Beby Nazlia
juga seorang Pengacara dan bertugas sebagai Mediator pada hari kamis di minggu
ketiga .Peneliti melakukan wawancara di ruang mediasi kantor Pengandilan
Agama Medan. Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang judul penelitian. Setelah bu Beby
Nama Kasus Usia Status
Suharsono Perceraian 43 Pemohon
Dahlia Lubis Perceraian 35 Penggugat
54 Univesitas Sumatera Utara
mengizinkan untuk di wawancara peneliti kemudian menanyakan hal-hal yang
paling berpengaruh dalam keberhasilan mediasi :
“sebagai mediator kemampuan berkomunikasi itu adalah
hal yang wajib ya,karena sehebat apapun dia dalam
disiplin ilmunya tapi kemampuan komunikasi nya kurang
akan jadi kurang efektif,karena rata-rata yang duduk
disini adalah orang yang mempunyai tingkat emosi seperti
gunung es, kalo gak segini emosinya tidak bakal sampai
ke pengadilan jadi menghadapi orang yang emosi itu gak
gampang, bahkan ada yang belum duduk udah bilang
udahlah bu gausah mediasi”
Menurut Informan hal tersebut sangat penting karena berdasarkan
pengalaman nya sebagai mediator rata-rata pihak yang dihadapinya adalah orang
yang sedang dalam keadaan emosi tinggi karena tekanan perkara yang sedang
dihadapinya sehingga dia harus dapat mengontrol pihak terebut dengan cara
komunikasi yang mudah diterima. Dalam kasus seperti itu bu Beby kemudian
menyampaikan bahwa ini adalah proses yang harus dijalaninya karena ini adalah
tugasnya sesuai SK ketua Pengadilan Agama. Kemudian peneliti menanyakan apa
langkah awal dalam memulai mediasi:
“saya rasa doa tidak lupa ya, mudah-mudahan orang
berkenan ngomong ke saya, nyaman share ke saya
persoalan nya seperti apa, langkah kedua saya coba dulu
mendengar menjadi pendengar yang baik dulu”
Berdasarkan kode etik dalam PERMA 01 2016 seorang mediator tidak
dapat mengambil keputusan atau memaksakan kehendaknya, dan hanya menjadi
fasilitator bagi kedua pihak yang berperkera untuk diupayakan perdamaian, hal
tersebut yang menjadi pedoman bagi Informan dalam melaksanakan proses
mediasi agar hasil yang diperoleh bagi kedua pihak adalah win-win solution. Dari
langkah tersebut juga bu Beby dapat memperoleh informasi mengenai
permasalahan yang sedang dihadapi kedua pihak, sehingga sebagai mediator dapat
55 Univesitas Sumatera Utara
memberikan solusi yang diharapkan dapat diterima. Kemudian peneliti
menanyakan pesan yang disampaikannya pertama saat mediasi:
“tergantung,yang hadir disini tingkat kemampuan atau
latar belakang pendidikannya berbeda-beda. Ada yang
sekolah,ada yang gak sekolah,ada yang Profesor”
Kemudian bu Beby mengambil contoh ketika menghadapi seorang
Profesor, menurut informan hal yang dilakukannya saat itu adalah mengambil
sikap sebagai seorang murid yang menghadapi gurunya. Menurutnya hal tersebut
akan lebih memudahkan informan untuk berkomunikasi agar Profesor tersebut
dapat menerima pesan yang disampaikannya. Pertanyaan yang peneliti tanyakan
selanjutnya adalah apakah pihak yang di mediasi dapat meneriman pesan yang
disampaikan
“tergantung pesan yang saya sampaikan, dalam kasus
perceraian saya sampaikan kepada mereka bahwa mereka
punya anak dan anak titipan dari ALLAH SWT, apapun
persoalan mereka anak jangan dijadikan korban”
Hal tersebut selalu disampaikannya setiap mediasi, karena menurut bu
Beby pesan tersebut mudah diterima oleh kedua pihak berdasarkan
pengalamannya sebagai mediator karena dianggap sangat memperngaruhi
keputusan mereka agar rujuk kembali. Peneliti kemudian menanyakan hambatan
yang dialami ketika mediasi
“hambatannya ya seperti yang saya sampaikan tadi,
terkadang ketika saya baru membuka komunikasi saja
terkadang pihak yang akan dimediasi tidak mau
melanjutkan mediasi”
Jika dalam kondisi seperti itu maka bu Beby akan menyampaikan kepada
kedua pihak, bahwa mediasi ini adalah proses yang harus dijalani dalam kasus
perceraian. Kemudian menurut penuturan bu Beby ketika mengikuti pelatihan
mediator dikatakan bahwa kesan seseorang itu mempengaruhi besar terhadap
56 Univesitas Sumatera Utara
mediasi, bagaimana sosok seorang mediator dianggap mempunyai kredibilitas
dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Kemudian informan menjelaskan bahwa
dalam mediasi itu ada namanya kaukus, jadi apabila salah satu pihak tidak
nyaman untuk menyampaikan isi hatinya apabila di dengarkan pihak lainnya
maka kemudian akan diberi waktu untuk berkomunikasi secara tertutup dengan
mediator dan saat moment ini jugalah bu Beby memancing pihak tersebut agar
terbuka dalam masalah yang dihadapinya. Kemudian selanjutnya peneliti
menanyakan pesan persuasi yang seperti apa yang disampaikan kepada pihak
yang di mediasi
“seperti yang sampaikan tadi bahwa saya tidak lupa
mengingatkan tentang anak karena itu sangat berpengaruh
sekali dalam keputusan mereka”
Hal lain yang juga disampaikan oleh informan kepada kedua pihak adalah
tentang resiko yang mereka terima apabila sampai bercerai, bu Beby juga tidak
lupa menasehati kedua pihak seperti pihak suami tentang bagaimana
memperlakukan seorang wanita atau istrinya karena menurutnya salah satu faktor
ketidakberhasilan mediasi adalah salah satu pihak tidak mau mengalah dan tetap
teguh terhadap pendiriannya
INFORMAN II
Informan kedua yang peneliti wawancara adalah pak Syafruddin S.H ,
M.H beliau menjadi mediator sejak tahun 2012 dan selain Mediator pak
Syafruddin juga seorang Dosen di salah satu Universitas Swasta di Medan.
Peneliti melakukan wawancara di ruangan mediasi kantor Pengadilan Agama
Medan, sebelum mengajukan pertanyaan sesuai prosedur wawancara dan tujuan
penelitian terlebih dahulu peneliti menjelaskan tentang judul penelitian. Kemudian
setelah itu peneliti mengajukan pertanyaan pertama yaitu langkah awal sebelum
melakukan mediasi
57 Univesitas Sumatera Utara
“berdasarkan kode etik dalam PERMA 01 2016 yang kita
lakukan pertama adalah memperkenalkan diri dan peran
serta kapasitas kita dalam menangani permasalahan
mereka serta mempertanyakan kesiapan mereka dalam
mediasi, kemudian kita menjelaskan apa aja aturan dalam
mediasi bagaimana mereka secara bergantian dalam
menyampaikan keinginan dan harapannya dan bagaimana
tehnik penyampaiannya. Kemudian kita masuk ke dalam
proses mediasi menanyakan harapan dan keinginannya”
Menurut pak Syafrudin dengan memberikan kesempatan kepada kedua
pihak untuk menyampaikan harapan dan keinginannya dapat memberikan
informasi bagi seorang mediator, dari hal tersebut kemudian informan dapat
menetapkan langkah selanjutnya, seperti memberikan solusi atas permasalahan
yang dihadapi oleh kedua pihak yang berperkara, serta menentukan pesan-pesan
yang diharapkan dapat diterima agar kedua pihak dapat diupayakan perdamaian.
Kemudian peneliti menanyakan hal-hal yang disanpaikan agar mediasi itu berhasil
“dalam kasus perceraian misalnya apabila sudah punya
anak adalah salah satu hal yang disampaikan untuk
dipertimbangkan kembali kepada pihak yang di mediasi”
Selain menyampaikan tentang masa depan anak informan juga
menyampaikan kepada kedua pihak agar permasalahan yang mereka hadapi
diselesaikan dengan cara kekeluargaan dengan mempertemukan kedua keluarga
pihak yang di mediasi, karena menurutnya konflik tersebut juga kadang dipicu
oleh ketidakharmonisan keluarga kedua belah pihak sehingga berpengaruh
terhadap keharmonisan rumah tangga pihak yang berperkara. Kemudian peneliti
menanyakan bagaimana mediator menyampaikan pesan tersebut
“saya punya tehnik sendiri, saya kembalikan kepada
kedua pihak. Saya sampaikan kepada mereka bahwa
bapak berhak menyampaikan bapak korban dalam rumah
tangga begitu juga sebaliknya tapi bapak ibu sadar tidak
58 Univesitas Sumatera Utara
yang sebenarnya jadi korban disini sebetulnya adalah
anak,kita coba sentuh perasaan mereka ya”
Dengan cara tersebut menurut pak Syafruddin kedua pihak terkadang
berpikir kembali untuk melanjutkan persidangan, peneliti menanyakan kembali
apakah pesan tersebut dapat diterima
“gak semua ya karena kebenyakan kalo sudah masuk
kasus ke pengadilan sudah masuk gugatan mereka sudah
siap ya untuk perang, jadi misalnya dalam 10 perkara
hanya 3 yang berhasil di mediasi. Karena jika sudah
masuk gugatan mereka sudah fix ya ingin cerai”
Kemudian peneliti menanyakan apakah ada hambatan-hambatan yang
dihadapi ketika melakukan mediasi
“hambatannya salah satunya, dalam mediasi ini kan
mereka berasal dari latar belakang berbeda, mohon maaf
dari status sosial dan pendidikannya berbeda kan gitu
kadang kita sampaikan aturan dan tata tertib mediasi itu
mereka gak paham. Ada sebagian yang ketika baru masuk
ruang mediasi langsung sampaikan kalo mereka pengen
langsung cerai aja sementara kita belum buka proses
mediasi,ini jadi penghambat juga.Kemudian ada sebagian
yang menggunakan jasa pengacara tetapi mereka justru
tidak membantu untuk menjembatani dalam penyelesaian
masalah ya”
Dalam kondisi seperti ini menurut pak Syafrudin dia akan tetap berusaha
tenang dan profesional dalam melakukan proses mediasi namun adakalanya dia
harus bersikap tegas apabila kondisi sudah diluar aturan sesuai PERMA
“tapi ketika mereka sudah bersikap tidak sopan dan
arogan dengan kita disitu kita punya kewenangan untuk
menyatakan mediasi kita tutup dan saya tidak berkenan
59 Univesitas Sumatera Utara
untuk melanjutkan proses mediasi karena kita juga punya
wibawa sebagai mediator meski kita tidak punya
kewenangan dalam memutuskan perkara mereka”
Hambatan lain yang dihadapai oleh Pak Syafrudin adalah mengenai
fasilitas mediasi di kantor Pengadilan Agama Medan menurutunya, menurutnya
ruangan mediasi seharusnya tertutup dan kondisif agar dapat memberikan
kenyamanan bagi pihak dalam menyampaikan keinginan dan harapannya, hal
tersebut juga yang terkadang mengganggu dalam proses mediasi seorang mediator
INFORMAN III
Mediator ketiga yang informan wawancarai adalah mediator senior yang
telah berkarir sebagai mediator di Pengadilan Agama Medan sejak tahun 2009.
Selain itu pak Bakti juga menjadi mediator di Pengadilan Negeri Medan,
Pengacara serta Dosen Universitas Swasta di Medan. Peneliti harus menunggu
beberapa jam untuk mewawancara informan karena sedang melakukan mediasi
untuk beberapa perkara perceraian. Setelah mendapatkan waktu yang luang
kemudian peneliti meminta informan untuk wawancara. Setelah mendapatkan izin
untuk wawancara kemudian peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan
menjelaskan judul penelitian. Kemudian peneliti menanyakan langkah awal yang
dilakukan dalam melakukan mediasi oleh pak Bakti
“pertama saya menetapkan agenda agar tertib dan
teratur,agenda tersebut yaitu menetukan jadwal mediasi,
jika pihak tidak datang maka akan dianggap tidak bert
itikad baik sesuai PERMA 01 2016, kemudian kita
mencari tahu identitas kedua pihak yang akan di mediasi”.
Menurut pak Bakti langkah awal tersebut merupakan cara bagi dia agar
dapat mengupayakan kedua pihak agar berdamai, karena sepanjang tidak ada
upaya yang dilakukan oleh mediator untuk mendamaikan kedua pihak maka telah
menyalahi nilai-nilai dan filosofi sebuah mediasi. Kemudan pak Bakti
60 Univesitas Sumatera Utara
menjelaskan pengalaman seorang Mediator juga mempengaruhi keberhasilan
mediasi
“seorang mediator juga ditentukan oleh
pengalamannya,seperti saya sudah memediasi banyak
pihak dengan latar belakang yang berbeda, dari situ saya
pahami berbagai suku, jika suku ini misalnya tempramen
kemudian saya belajar bagaimana berkomunikasi dengan
dia. Jadi modal seorang mediator itu pengalaman.
Pak Bakti memberikan contoh ketika melakukan mediasi, waktu itu
memediasi seorang Preman yang bersuku Karo untuk mengambil hati pihak
tersebut kemudian di ajak berkomunikasi berbahasa Karo dan mengenalkan
saudaranya yang kebetulan marganya sama dengan pihak tersebut. Strategi
tersebut dilakukannya karena dia melihat pihak tersebut sedang berada dalam
tekanan emosi yang tinggi dengan cara tersebut kemudian pihak tersebut jadi lebih
tenang,oleh karenanya dia mengharapkan agar mediasi berlangsung lancar dan
kedua pihak dapat menyampaikan harapan dan keinginannya.Kemudian peneliti
menanyakan hal-hal yang disampaikan dalam mediasi
“yang selalu saya sampaikan dalam mediasi adalah bahwa
kedua suami-istri harus saling mengingatkan apabila
melakukan kesalahan,karena pernikahan harus
diperjuangkan oleh kedua pihak dan pernikahan adalah 3
peristiwa penting dalam kehidupan manusia setelah
kelahiran dan kematian, hal itu yang selalu saya
tanamkan kepada mereka supaya mereka melupakan
segala kebenciannya”.
Sebagai seorang mediator pak Bakti terlebih dahulu mencari tahu
informasi tentang kedua pihak, terutama latar belakang pendidikannya. Dari situ
dia menentukan bagaimana caranya menyampaikan pesan kepada kedua pihak,
misalnya pihak yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi maka dia akan
menggunakan bahasa yang lebih intelektual atau akademis
61 Univesitas Sumatera Utara
“saya pernah menghadapi Profesor namanya Aminuddin,
saat itu saya berkomunikasi dengan bahasa yang lebih
intelektual atau akademis seperti ilmu filsafat”
Kemudian apabila kedua pihak tersebut pendidikannya rendah maka pak
Bakti akan cenderung menggunakan bahasa yang lebih religius dengan
menggunakan dalil-dalil agama.Peneliti juga menanyakan hambatan-hambatan
yang dialami mediator ketika mediasi
“ada dua,faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
misalnya apabila salah satu pihak menggunakan jasa
pengacara maka kemudian mereka akan mempengaruhi
clientnnya untuk memperpanjang perkara persidangan,
kemudian faktor internal para pihak itu tidak mengerti
fungsi mediasi,mereka menganggap mediator bisa
memutuskan perkara dan biasanya itu yang
pengetahuannya rendah,kemudian masalah waktu karena
mediasi itu gabisa dilakukan hanya sejam saja”.
Hal yang dilakukan informan sebagai mediator dalam menghadapi
hambatan tersebut adalah menyampaikan kepada pengacara bahwa dia dapat
memasukkan hal tersebut dalam sebagai laporan hasil mediasi yang diserahkan
kepada majelis hakim, dan laporan tersebut berpengaruh dalam persidangan.
Untuk faktor internal maka Pak Bakti akan memberikan masa waktu selama 30
hari untuk di mediasi kembali sesuai PERMA 01 2016.
Kedua pihak yang berperkara dalam proses mediasi menurut pak Bakti
dapat menerima pesan-pesan yang telah disampaikannya meskipun tidak semua
dapat diupayakan untuk berdamai,sebagai seorang Dosen dengan kebiasaan
menghadapi banyak orang adalah modal baginya agar apa yang disampaikannya
tersebut dapat diterima oleh para komunikan.menurut pak Bakti mediasi ujung
tombaknya adalah negosiasi yang ditentukan oleh mediator apakah dengan
kemampuannya sendiri.Kemudian peneliti menanyakan apakah faktor yang
mempengaruhi keputusan kedua pihak
62 Univesitas Sumatera Utara
“faktor sekarang banyak karena ekonomi,apalagi sekarang
banyak yang nikah muda karena hamil diluar nikah
kemudian dia belum siap menghadapi kehidupan dalam
rumah tangga”
Pak Bakti sebagai mediator dalam menutup mediasi menyampaikan
kepada kedua pihak bahwa mediasi harus dijadikan sebagai instropeksi yang dapat
mengupayakan perdamaian, karena masih ada kesempatan bagi kedua pihak untuk
merenungkan kembali permasalahannya sebelum hasil putusan majelis hakim,
saat itu pak Bakti mengingatkan tentang masa depan anak apabila kedua pihak
berpisah.
INFORMAN IV
Informan ke empat adalah informan terakhir yang peneliti wawancara,
tanggal 27 Agustus peneliti melakukan wawancara dengan Pak Bambang di
ruangan mediasi kantor Pengadilan Agama. Pak Bambang telah menjadi mediator
sejak tahun 2011,selain mediator informan juga berprofesi sebagai
pengacara.Kemudian peneliti memulai wawancara dengan memperkenalkan diri
dan memulai pertanyaan mengenai langkah awal sebelum melakukan mediasi
“langkah awal ya menetapkan jadwal apabila pada sidang
perdana ada penundanaan,karena setelah sidang perdana
seharusnya langsung di mediasi,kemudian mencari solusi
untuk permasalahan mereka. Apabila bisa berdamai
maka berdamai apabila tidak maka dilanjutkan maka
mediator itu bukan sebagai pemutus itulah dia intinya
mencari solusi,win-win solution namanya kita bilang.
Kemudian hasil dari mediasi tersebut kita sampaikan
kepada majelis hakim”
Dalam menyampaikan pesan-pesan yang diharapkan dapat membuat
mediasi berhasil pak Bambang terlebih dahulu mencari dan menarik masalah
mereka
63 Univesitas Sumatera Utara
“cara saya untuk mencari dan menarik masalah mereka
dicelah itulah saya menawarkan win-win solution apa
yang terbaik bagi mereka, kalo dalam perceraian apa
masalah perceraian mereka”
Berdasarkan pengalaman menjadi mediator pak Bambang memberi tahu
bawah faktor yang paling banyak dalam perceraian adalah karena faktor ekonomi
masalah nafkah, dalam kasus itu maka pak Bambang akan memberikan nasehat-
nasehat dalam agama islam
“ajaran agama saya buat,contohnya saya katakan apakah
dalam Al-quran itu nafkah ditetapkan nominalnya,nafkah
itu kan pemberian soal masalah cukup itu kalian yang
berbicara,apabila tidak cukup bagaimana kalian
mengatasinya”.
Sebagian dari pihak terkadang tidak mau terbuka,jika ditanya alasan
terkadang mereka menjawab hal yang tidak masuk akal, dari situ kemudian pak
Bambang mecaritahu lagi masalahnya apa, kedua pihak diminta jujur dan terbuka.
Namun jika salah satu pihak tidak mau terbuka maka pak Bambang akan meminta
Kaukus. Dalam melakukan mediasi pak Bambang punya cara sendiri dalam
menyampaikan pesan,biasanya dia menyesuaikan dengan latar belakang kedua
pihak tersebut,misalnya latar belakang pendidikan. Pihak yang dihadapi pak
Bambang seorang tokoh agama, maka pak Bambang lebih merendah dengan cara
mengingatkan
“saya paling merendah itu tehnik saya,contoh dia lebih
tinggi agamanya cara belajarnya,ini Pengadilan agama
tentu ada Ustad,ada pengurus BKM, paling saya hanya
mengatakan bahwa bapak tentu lebih pintar daripada
saya, pengetahuan agama bapak tentu lebih banyak dari
pada saya tapi masa bapak lakukan ini”.
64 Univesitas Sumatera Utara
Menurut pak Bambang pesan-pesan seperti itu kebanyakan dapat diterima
oleh kedua pihak berdasarkan pengalamannya menjadi mediator sejak tahun 2011.
Kemudian peneliti menanyakan apa hambatan-hambatan yang dialami mediator
“para pihak,tidak mau terbuka,selalu menyembunyikan
masalah,kemudian emosi,apabila emosi tidak mau
mendengarkan saya lagi’.
Kemudian pak Bambang mengatakan cara dia menghadapi hambatan
tersebut adalah dengan melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu.
“tergantung situasi,kalo dia emosi nanti ini banyak
kejadian yang saya alami seperti mutar-mutar,kerja-
kejaran nah apabila saya paksakan, saya tekan kan itu
bakal jadi masalah buat mereka. Karena yang datang
kemari emosi orangnya kalo bisa mereka pengen cerainya
sekarang jangan tunggu besok”
Untuk situasi misalnya kedua pihak dapat mengontrol emosi dan
perilakunya maka pak Bambang akan meminta kaukus apabila kedua pihak tidak
mau terbuka dan menyembunyikan masalah tersebut, menurut pak Bambang
sebenarnya dia lebih mengedepankan keterbukaan kedua pihak dalam
mediasi,karena apabila salah satu pihak berbohong atau tidak jujur maka akan
langsung dapat dibantah oleh pihak lainnya dan upaya perdamaian pun akan lebih
mudah .Peneliti kemudian menanyakan tentang pengaruh situasi dan tempat
dalam mempengaruhi keberhasilan mediasi
“sangat,contoh ribut diluar sana sementara disini mediasi
jadi kita gabisa fokus karena harus tenang seperti ini
nyaman,banyak yang teriak-teriak dan histeris disini
bahkan ada yang lari-lari”.
Pak Bambang kemudian menjeleskan bahwa sebagai mediator untuk
membuka komunikasi itu harus tau dulu permasalahannya baru kita sebagai
mediator bisa berbicara.
65 Univesitas Sumatera Utara
“intinya kita harus bisa membuat kedua pihak terbuka
kemudian kita satukan permasalahannya setelah itu kita
tanyakan balik kepada salah satu pihak tentang
kebenarannya, dari situ kita bisa ambil solusinya”.
INFORMAN V
Informan kelima merupakan informan tambahan,peneliti melakukan
wawancara dengan pak Suharsono di kantor Pengadilan Agama Medan yang saat
itu sedang menunggu antrian untuk sidang keduanya, sebelumnya pak Suharsono
sudah menjalani proses mediasi dan tidak berhasil, alasannya karena memang pak
Suharsono sudah bertekad bulat berpisah dengan istrinya
Sebelum memulai wawancara peneliti terlebih dahulu memperkenalkan
diri dan meminta izin untuk wawancara, kemudian peneliti bertanya apa penyebab
hal tersebut terjadi. Pak Suharsono memang tidak terbuka dalam menjawab
pertanyaan peneliti, dia hanya mengatakan kalo dia sudah tidak ada keharmonisan
lagi dengan mantan istrinya. Memang wajar saja kalo pak Suharsono hanya
menjawab begitu saja karena dia menganggap itu hal yang bersifat pribadi dan
bukan untuk diketahui semua orang apalagi karena peneliti tidak kenal dekat
dengan informan.
Kemudian peneliti menanyakan apakah pesan yang disampaikan oleh mediator
dapat diterima
“saya terima,cuman kan mediasi ini antara saya dan
mantan istri saya tapi karena tidak ada kepakatan lagi jadi
memang harus dilanjutkan di persidangan berikutnya”.
Kemudian peneliti menanyakan tanggapan pak Suharsono terhadap cara
penyampaian mediator
66 Univesitas Sumatera Utara
“sebenarnya ya mediatornya cukup sangat
membantu,namun antara saya dan istri memang tidak
dapat rujuk lagi”.
Pak Suharsono juga mengatakan bahwa dia juga memberikan tanggapan
yang baik terhadap apa yang disampaikan oleh mediator, dia dapat menerima apa
yang disampaikan oleh mediator, dan mengapresiasi bahwa mediator bersifat
netral dalam kasus yang sedang dijalaninya Kemudian peneliti menanyakan
apakah ada pengaruh dari pesan yang disampaikan mediator terhadap keputusan
informan
“ya ada pengaruhnya juga sih,ya istilahnya ada itikad baik
supaya saya dan mantan istri saya dapat rujuk ya namun
karena memang rumah tangga kami tidak bisa
dipertahankan lagi”.
Menurut pak Suharsono memang kalo tekadnya sudah bulat untuk
menceraikan istrinya walaupun memang pesan-pesan yang disampaikan oleh
mediator dapat diterimanya dan sedikit mempengaruhi kepeutusannya. Pak
Suharsono juga mendapat hambatan dalam menjalani proses mediasi karena
jadwal mediasi yang harus dijalaninya menganggu aktivitas pekerjaannya, namun
walaupun begitu menurutnya suasan dan waktu ketika mediasi tidak
mempengatuhi keputusannya yang memang sudah bulat untuk menceraikan
istrinya.
INFORMAN VI
Informan tambahan berikutnya adalah bu Dahlia, peneliti melakukan
wawancara di kantor Pengadilan Agama Medan yang saat itu sedang menunggu
antrian untuk sidang kedua saat itu buk Dahlia datang bersama adiknya, informan
telah menjalani proses mediasi namun mediasinya tidak berhasil, alasannya
menggungat cerai suaminya karena tidak keharmonisan lagi diantara
67 Univesitas Sumatera Utara
keduanya,sama seperti informan tambahan pertama memang buk Dahlia tampak
tidak terbuka mengenai alasan hal tersebut.
Sebelum wawancara peneliti juga terlebih dahulu memperkenalkan diri
dan meminta izin untuk diwawancara,kemudian peneliti bertanya apa pesan
disampaikan oleh mediator dapat diterima dengan baik
“saya pribadi dapat menerima apa yang disampaikan oleh
mediator,karena apa yang disampaikannya adalah salah
satu solusi dari permasalahan saya dengan mantan suami
saya”.
Kemudian menurutnya cara penyampaian mediator juga sangat
baik,karena mediator tersebut dapat memahami kondisi emosionalnya saat
itu,sehingga buk Dahlia juga merasa nyaman untuk menyampaikan apa yang
dirasakannya kepada mediator, peneliti kemudian menanyakan bagaimana
respond Buk Dahlia terhadap pesan yang disampaikan oleh Mediator
“saya menanggapi secara baik ya apa yang disampaikan
oleh Mediator sepanjang mediasi,karena dari awal
memang sudah disampaikan bahwa kapasitas Mediator
adalah mengupayakan perdamaian antara saya dan
mantan suami saya,namun memang ya saya dan suami
saya tidak dapat lagi mempertahankan rumah tangga
kami”.
Menurut buk Dahlia hambatannya yang dia rasakan hanyalah suasana
ruang mediasi yang kurang kondusif karena banyak antrian diluar yang menunggu
untuk di mediasi namun hal tersebut tidak mempengaruhi
keputusannya,selebihnya dia merasa cukup koperatif dalam mengikuti proses
perceraiannya apalagi ini memang keinginannya sendiri tanpa ada pengaruh atau
tekanan dari orang lain
68 Univesitas Sumatera Utara
4.2 Tabel Strategi Komunikasi, Hambatan dalam Mediasi, Pesan yang
disampaikan
Berdasarkan data dan informasi yang didapatkan peneliti melalui proses
wawancara dengan 4 informan utama yaitu mediator di Pengadilan Agama
Medam peneliti kemudian menyimpulkan strategi komunikasi mediator
berdasarkan komponen strategji komunikasi yang menjadi pedoman peneliti dalm
melakukan wawancara, selain strategi komunikasi peneliti juga menemui
hambatan-hambatan yang dihadapi mediator dalam melakukan mediasi, serta
pesan yang disampaikan mediator yang diharapkan dapat membuat kedua pihak
rujuk kembali atau berdamai
Strategi komunikasi Hambatan hambatan
Mediasi
Pesan yang
disampaikan
Informan
I
Mengenali latar
belakang kedua
pihak
Komunikasi yang
efektif dengan
kedua pihak
Mendengarkan
harapan dan
keinginan kedua
pihak
Memberikan solusi
berdasarkan
masalah yang
dihadapi
Kondisi
emosional
kedua pihak
yang di mediasi
Pengetahuan
pihak terhadap
fungsi mediasi
Faktor tekanan
dari pihak luar
Fungsi dan
tujuan
mediasi
Masa depan
anak apabila
orangtua
berpisah
Resiko yang
dihadapi
apabila
kedua pihak
bercerai
Informan
II
Mengenali latar
belakang kedua
pihak
Memperkenalkan
diri dan
Pengetahuan
kedua pihak
tujuan dan
fungsi mediasi
Tekanan dari
Fungsi dan
tujuan
mediasi
Masa depan
anak apabila
69 Univesitas Sumatera Utara
menyampaikan
kapasitasnya
sebagai mediator
dalam
menyelesaikan
masalah
Menggali
informasi
permasalahan dari
kedua pihak
Memberikan solusi
bagi kedua pihak
sesuai masalah
yang dihadapi
Menyentuh
perasaan kedua
pihak
pihak luar
Tempat dan
suasana yang
kurang nyaman
dan kondusif
kedua pihak
bercerai
Menyaranka
n agar
masalah
diselesaikan
dengan cara
kekeluargaa
n dengan
mempertem
ukan
keluarga
kedua pihak
Informan
III
Menentukan
jadwal mediasi
Mengenali latar
belakang kedua
pihak
Menyesuaikan
bahasa dengan
pihak yang di
mediasi
Memberikan solusi
kepada kedua
pihak terhadap
masalah
Pengetahuan
kedua pihak
tentang fungsi
dan tujuan
mediasi
Pengaruh pihak
luar terhadap
salah satu pihak
Durasi waktu
mediasi yang
kurang
Suasana dan
tempat yang
tidak
mendukung
Masa depan
anak harus
dipertimban
gkan apabila
kedua pihak
berpisah
Suami-istri
seharusnya
harus saling
mendukung
dalam
membangun
rumah
tangga
Memberikan
70 Univesitas Sumatera Utara
nasehat
pernikahan
berdasarkan
nilai-nilai
dalam
agama islam
Menjadikan
mediasi
sebagai
intropeksi
untuk
dipertimban
gkan
kembali
Informan
IV
Menentukan
jadwal mediasi
Mengenali latar
belakang kedua
pihak
Menarik
permasalahan
kedua pihak
Memberikan
solusi dari
masalah tersebut
Menyesuaikan
bahasa dengan
pihak yang
dimediasi
Memberikan
nasehat nilai-nilai
dalam agama
Kedua pihak
tidak mau
terbuka
Kondisi
emosional
kedua pihak
Suasana dan
tempat yang
tidak nyaman
dan tidak
kondusif
Masalah
ekonomi
harus
diselesaika
n secara
bersama
Memberik
an nasehat
sesuai
nilai-nilai
dalam
agama
islam
71 Univesitas Sumatera Utara
islam terutama
tentang
perkawinan
Informan
V
(tambaha
n)
Memberikan tanggapan
yang baik terhadap
mediator
Waktu mediasi yang
menggangu jam
kerja
Dapat diterima
dengan baik
Informan
VI
(tambaha
n)
Mediator memahami
kondisi yang saya
rasakan
Ruangan mediasi
tidak kondusif
Dapat diterima
dengan baik
Berdasarkan tabel diatas,peneliti menemukan kesamaan dan perbedaan
dalam strategi komunikasi mediator dalam mediasi, persamaan yang peneliti
temui dari keempat informan tersebut adalah sebelum mediasi mengenali terlebih
dahulu latar belakang kedua pihak yang akan di mediasi, latar belakang yang
dimaksud berupa status sosial dan pendidikan terakhir dari pihak yang akan di
mediasi, kemudian keempat informan tersebut juga akan menyesuaikan cara
penyampaian pesan berdasarkan latar belakang tersebut. Kemudian kesamaan
yang peneliti temukan adalah untuk menggali informasi dari kedua pihak keempat
informan akan memberikan kesempatan bagi kedua pihak untuk menyampaikan
permasalahan yang sedang mereka hadapi, dari informasi tersebut para informan
akan memberikan solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi.
Perbedaan yang peneliti temui adalah bahwa dalam mengenali latar
belakan pidah yang bersengketa, informan pertama, kedua, dan ketiga menetukan
berdasarkan pendidikannya. Informan ketiga dan keempat berdasarkan
pekerjaannya, kesimpulannya hanya informan ketiga yang mengenali khalayak
berdasarkan pendidikan dan pekerjaannya . Keempat mediator juga memperoleh
hambatan dalam melakukan mediasi dan setiap informan terebut juga mempunyai
caranya sendiri dalam mengatasi hambatan tersebut. Namun ada hambatan yang
informan tidak dapat atasi sendiri yaitu perihal fasilitas ruangan mediasi yang
72 Univesitas Sumatera Utara
dianggap tidak nyaman dan kondusif, hal tersebut memang sangat berpengaruh
dalam proses mediasi bagi mediator atau kedua pihak yang di mediasi.
Dalam proses mediasi para informan I,II,III,IV tidak lupa juga
memberikan pesan-pesan yang diharapkan dapat mempengaruhi keputusan kedua
pihak, agar dapat rujuk kembali dan sepakat mengakhiri permasalahan mereka
melalui mediasi. Pesan yang selalu disampaikan oleh para informan adalah
tentang masa depan anak mereka apabila kedua pihak berpisah, kemudian juga
mereka.
73 Univesitas Sumatera Utara
4.2. PEMBAHASAN
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
1. Penerapan Strategi Komunikasi
Berdasarkan data hasil penelitian kepada empat orang informan yang telah
dipaparkan sebelumnya, peneliti akan menguraikan hal-hal penting yang peneliti
peroleh dengan menggunakan teknik analisis data oleh Miles dan Huberman, yaitu
mereduksi data dengan cara merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan
hal yang penting untuk penelitian, kemudian menyajikannya ke dalam bentuk
narasi yang disesuaikan dengan pembahasan awal penelitian.
Strategi yang dilakukan oleh mediator dalam mediasi kasus perceraian
adalah dengan cara mempraktekkan konsep strategi komunikasi yang telah
dijabarkan di bab sebelumnya. Adapun konsep yang dimaksud adalah mengenal
khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode serta seleksi dan penggunaan
media.
a. Mengenal khalayak sasaran
Mengenal khalayak sasaran adalah salah satu langkah penerapan strategi
komunikasi yang dilakukan mediator sebelum mediasi, langkah ini bertujuan agar
terciptanya komunikasi yang efektif antara mediator dan pihak yang bersengketa
dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa dengan membantu para pihak memahami pandangan masing-masing dan
membantu mencari (locate) persoalan-persoalan yang dianggap penting bagi
mereka. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dalam wawancara, mediator
dalam mengenali khalayak sasaran adalah dengan mengenali latar belakang kedua
pihak yang bersengketa, latar belakang yang dimaksud meliputi pendidikan dan
pekerjaan.
74 Univesitas Sumatera Utara
Menurut informan pertama, kedua dan ketiga mereka menganggap
pendidikan dari kedua pihak sangat berpengaruh dalam keberhasilan mediasi,
menurutnya pesan yang disampaikan oleh mediator akan lebih mudah diterima
oleh pihak yang pendidikan nya tinggi, hal itu berdasarkan pengalaman mereka
dalam mediasi bahwa pihak yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk diajak
berkomunikasi dan berdiskusi dalam mencari penyelesaian persoalan yang mereka
hadapi, sementara sebaliknya pihak yang pendidikannya rendah cenderung pasif
dalam proses mediasi dan menghindari proses mediasi.
Kemudian menurut informan ketiga dan keempat faktor pekerjaan juga
berpengaruh dalam proses mediasi, menurut mereka pihak yang latar belakang
pekerjaannya adalah berada dilapangan cenderung memiliki kondisi emosional
yang tidak stabil, sehingga informan tidak dapat berkomunikasi secara efektif
dengan pihak yang bersengketa dan tidak dapat mengakomodasi kepentingan
kedua pihak dalam masalah yang mereka hadapi. Langkah tersebut merupakan
strategi komunikasi yang dilakukan oleh mediator agar komunikasi yang
dilakukan berjalan efektif, sesuai peran seorang mediator sebagai fasilitator dalam
menjembatani pertukaran informasi dan persepsi dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan kedua pihak yang bersengketa
b. Menyusun pesan
Dalam menyusun pesan terlebih dahulu mediator memberikan kesempatan
kepada kedua pihak untuk menjelaskan dan memberitahu segala persoalan yang
dihadapi oleh kedua pihak, setelah memperoleh informasi dari kedua pihak maka
mediator akan menyampaikan pesan yang juga diharapkan dapat menjadi solusi
dari peemasalahan kedua pihak. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak
adalah pesan tersebut mampu membangkitkan perhatian khalayak. Dalam
membangkitkan perhatian khalayak masing-masing informan memiliki perbedan
dalam pesan yang mereka sampaikan
Informan pertama dan kedua selalu menyampaikan mengenai persoalan
anak apabila dalam mediasi kasus perceraian. Informan pertama menyampaikan
“bahwa mereka punya anak dan anak adalah titipan dari ALLAH SWT, apapun
75 Univesitas Sumatera Utara
persoalannya anak jangan sampai jadi korban”. Kemudian informan kedua
menyampaikan “bahwa bapak berhak menyampaikan bapak korban dalam rumah
tangga begitu juga sebaliknya tapi bapak ibu sadar tidak yang sebenarnya jadi
korban disini sebetulnya adalah anak”. Menurut informan pertama dan kedua
pesan tersebut dapat membangkitkan perhatian dan mempengaruhi keputusan
kedua pihak
Informan ketiga mengatakan pesan yang disampaikan adalah nasehat bagi
kedua pihak yang bersengketa bahwa sebagai seorang suami-istri harus saling
mengingatkan apabila melakukan kesalahan, karena pernikahan harus
diperjuangkan oleh kedua pihak dan pernikahan adalah 3 peristiwa penting dalam
kehidupan manusia setelah kelahiran dan kematian. Menurut informan ketiga hal
itu selalu ditanamkan kepada pihak yang bersengketa agar mereka dapat
melupakan segala kebenciannya. Informan keempat menyampaikan pesan yang
disampaikan kepada kedua pihak dalam mediasi selalu berdasarkan ajaran agama,
karena hal tersebut menurutnya mudah diterima oleh kedua pihak. Informan
kelima dan keenam sebagai informan tambahan juga mengatakan bahwa pesan
yang disampaikan oleh mediator dapat diterima oleh mereka karena apa yang
disampaikan oleh mediator merupakan solusi dari masalah yang mereka hadapi,
informan keenam juga menambahkan bahwa mediator dapat memahami kondisi
psikologi yang sedang dirasakannya saat itu sehingga cara mediator
menyampaikan pesan tersebut mudah diterima olehnya.
Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ini adalah
bahasa, karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan,
fakta dan opini, hal yang konkret dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu
dan kegiatan yang kan datang, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk
menyampaikan pesan tersebut disampaikan melalui nasehat, bujukan, dan edukasi
yang berisikan ajaran agama serta dampak yang akan mrereka hadapi setalah nya,
oleh karena itu tujuan pesan yang disampaikan oleh mediator adalah agar kedua
pihak tidak mengakhiri hubungan mereka yang nantinya juga tidak hanya
berdampak bagi mereka sendiri tetapi juga akan berdampak terhadap masa depan
anak mereka.
76 Univesitas Sumatera Utara
c. Menetapkan metode
Adapun metode yang digunakan oleh mediator menurut bentuk isi
pesannya yaitu , metode informative dan persuasi. Metode informatif adalah cara
mempengaruhi khalayak dengan memberikan informasi berupa keterangan
tentang fungsi dan tujuan mediasi serta kapasitas seorang mediator dalam
memfasilitasi kedua pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan permasalahan
mereka. Karena sifatnya memberitahu maka khalayak dibiarkan untuk mengambil
keputusan dan kesimpulan sendiri, metode ini digunakan oleh informan pertma,
kedua, ketiga, dan keempat pada saat baru memulai mediasi
Metode kedua yang digunakan oleh mediator adalah metode persuasi.
Metode ini dilakukan dengan cara mempengaruhi khalayak melalui cara mengajak
Dalam mediasi mediator mengajak kedua pihak agar terbuka dan jujur dalam
menyampaikan masalah yang mereka hadapi, menurut informan pertama, kedua,
ketiga, dan keempat ini merupakan cara mereka untuk mengetahui infomasi agar
mereka dapat memberikan solusi dari permasalahan yang dihapai oleh kedua
pihak yang bersengketa. Informan pertama, kedua, dan ketiga juga membujuk
kedua pihak agar mengesampingkan permasalahan yang mereka hadapi demi
masa depan anak mereka. bahwa masa depan anak mereka akan terganggu apabila
kedua pihak memutuskan untuk berpisah. Selain itu mediator juga menyampaikan
nasehat dalam ajaran agama seperti hukum melakukan perceraian hal itu
disampaikan oleh informan keempat. Menurut para informan utama metode ini
selalu mereka terapkan dalam mediasi kasus perceraian
Menurut cara pelaksanaannya metode yang digunakan oleh Mediator
dalam mediasi adalah Metode Canalizing, pada metode ini komunikator terlebih
dahulu mengenal khalayak dan mulai menyampaikan ide sesuai dengan
kepribadian ,sikap-sikap dan motif khalayak. Hal ini berdasarkan informasi yang
peneliti dapatkan dalam wawancara dengan Informan I,II,III,IV bahwa langkah
awal yang mereka lakukan sebelum mediasi adalah mencari tahu terlebih dahulu
latar belakang kedua pihak yang akan di mediasi, dari situ mereka akan
menyesuaikan pesan atau bahasa yang mereka sampaikan sesuai latar belakang
kedua pihak tersebut
77 Univesitas Sumatera Utara
d. Penggunaan media
Penggunaan media juga menjadi perhatian khusus dalam strategi
komunikasi yang diterapkan mediator. Komunikator harus selektif dalam
menentukan dan menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Penggunaan media
yang tepat akan memberikan efek yang lebih baik kepada khalayak sasaran,
karena itu mediator sebagai fasilitator dalam mediasi harus cermat memilih media
yang digunakan.
Media yang digunakan oleh informan pertama, kedua, ketiga, dan keempat
adalah media komunikasi langsung, komunikasi yang dilakukan adalah dengan
bentuk tatap muka antara mediator sebagai pihak ketiga serta kedua pihak yang
bersengketa. Komunikasi ini dilaksanakan ruang mediasi yang telah disediakan
oleh Pengadilan Agama Medan, dalam proses menggunakan media ini tidak selalu
berjalan lancar. Menurut informan keempat, tidak jarang kedua pihak ketika
dipertemukan secara langsung justru makin memperkeruh suasana mediasi, seperti
contoh kedua pihak saling adu mulut bahkan sampai adu fisik, hal tersebut justru
membuat komunikasi tidak berjalan efektif dan kedua pihak juga tidak dapat
menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Informan kelima
mengatakan bahwa proses mediasi yang dijalaninya juga menggangu pekerjaanya,
menurutnya dia harus izin kerja untuk mengikuti mediasi. Proses mediasi tidak
hanya berjalan sekali, majelis hakim memberikan waktu selama 40 hari bagi
kedua pihak untuk melakukan mediasi jika dalam mediasi pertama kedua pihak
sepakat untuk dilakukan mediasi lagi.
2.Peranan komunikator dalam komunikasi
Ada dua faktor penting yang harus ada pada diri komunikator untuk
melancarkan komunikasi jika ingin berhasil menyampaikan pesan atau tujuan
komunikasi tersebut yaitu daya Tarik sumber (source attractiveness) dan
kredibilitas sumber (source credibility). Menurut Effendy (2003: 33-34) Orang
yang menyampaikan pesan, yaitu komunikator, ikut menentukan berhasilnya
komunikasi. Dalam hubungan ini faktor source credibility komunikator
memegang peranan yang sangat penting. Istilah kredibilitas ini adalah istilah yang
78 Univesitas Sumatera Utara
menunjukkan nilai terpadu dari keahlian dan kelayakan dipercaya (a tern denoting
the resultant value expertness and trust worthiness).
Daya tarik yang dimiliki oleh informan pertama, kedua, ketiga, dan
keempat adalah bahwa mereka merupakan mediator yang bersertifikat, hal
tersebut merupakan syarat seorang mediator non hakim jika ingin berpraktek di
Pengadilan, sertifikat ini didapatkan melalui lembaga atau universitas yang
berkejasama dengan Mahkamah Agung, selain itu informan pertama,kedua, dan
ketiga juga mengenyam pendidikan yang tinggi yaitu sampe strata dua. Secara
teori semua informan utama telah memahami proses mediasi tersebut. Daya tarik
lain yang mediator tawarkan adalah bahwa informan pertama, kedua, ketiga, dan
keempat merupakan pihak netral yang akan membantu kedua pihak yang
bersengketa dalam mengakomodasi persoalan yang mereka hadapi. Informan
kelima mengatakan bahwa ketika mengikuti proses mediasi dia mengapresiasi
itikad baik dari mediator dalam menyelesaikan masalahnya serta mediator bersifat
netral dalam mediasi. Selain daya tarik dari mediator, penyelesaian masalah
dengan cara mediasi juga dapat menjadi daya tarik khalayak sasaran, karena
penyelesaian masalah dengan cara mediasi tidak merugikan salah satu pihak dan
hasil dari mediasi menguntungkan kedua pihak karena berdasarkan kesepakatan
bersama tau isitilahnya win-win solution. Hal tersebut yang seharusnya dipilih
oleh kedua pihak dibanding melalui persidangan yang akan merugikan salah satu
pihak yang bersengketa.
Selain daya tarik yang tak kalah penting dari ini adalah kredibilitas
sumber. Semua informan utama yang peneliti wawancarai telah menjadi mediator
sejak lama. Informan pertama dan kedua menjadi mediator sejak tahun 2012,
informan ketiga sejak 2009, dan informan keempat sejak tahun 2011. Berdasarkan
wawancara yang peneliti lakukan para informan juga telah banyak berhasil
memediasi pihak dalam kasus perceraian.informan ketiga mengatakan bahwa
seorang mediator harus mempunyai integritas dalam memfasilitasi kedua pihak
yang bersengketa dalam menyelesaikan permasalahan mereka, sebagai mediator
pengalaman juga dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mediasi, dia
mencontohkan bahwa dari mediasi yang telah dilakukannya dengan berbagai latar
79 Univesitas Sumatera Utara
belakang yang beragam dari situ kemudian dia memahami dan mempelajari
karakteristik seseorang tersebut berdasarkan latar belakangnya.
Selain menjadi mediator para informan juga mempunyai pengalaman kerja
lainnya dalam bidang hukum, informan pertama, ketiga dan keempat juga
merupakan seorang pengacara dan konsultan hukum dalam sebuah perusahaan.
Sementara itu informan kedua dan ketiga juga merupakan seorang dosen di salah
satu Universitas swasta di Medan. Dalam mediasi sosok seorang mediator sangat
bepengaruh dalam hasil mediasi, jika kedua pihak telah menganggap sosok
mediator tersebut layak dan berkompeten dalam membantu mereka memperoleh
kesepakatan perjanjian dengan memuaskan maka pesan-pesan yang disampaikan
oleh mediator tersebut akan lebih mudah diterima oleh kedua pihak yang
bersengketa. Peran mediator sebagai komunikator dalam mediasi ini adalah untuk
mengupayakan perdamaian antara kedua pihak yang bersengketa. hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataan yang disampaikan informan kelima yang
mengapresiasi itikad baik mediator dalam menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi meskipun mereka tidak berhasil di mediasi.
3. Hambatan dalam mediasi
Hambatan yang dirasakan oleh para informan tentu berpengaruh terhadap
hasil mediasi, di dalam proses komunikasi hambatan dapat menggangu
penyampaian pesan sehingga komunikasi tidak berjalan efektik dan pesan yang
ingin disampaikan oleh komunikator tidak terima dengan baik. Gangguan atau
hambatan yang ada dalam proses komunikasi biasanya menimbulkan salah
pengertian antara komunikator dan komunikannya atau biasa disebut miss
comunication. Berdasarkan Hambatan komunikasi menurut Effendy pada
bukunya “ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi’(2003 :45). Hambatan yang
dihadapi oleh para informan adalah :
1. Gangguan
Gangguan mekanik gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik. Menurut informan kedua, ketiga, keempat, dan
keenam mengatakan bahwa fasilitas ruang mediasi membuat mereka tidak
nyaman dalam melakukan mediasi, hal tersebut dikarenakan ruangan mediasi
80 Univesitas Sumatera Utara
yang tidak tertutup sehingga suara dari luar ruangan membuat suara diruangan
jadi gaduh, kemudian ruangan juga bersebelahan dengan ruang sidang yang hanya
dibatasi sekat triplek saja. Menurut informan ketiga hambatan tersebut dapat
berpengaruh kepada pihak yang dimediasi sehingga mereka tidak nyaman
menyampaikan apa permasalahan yang mereka hadapi karena bisa saja didengar
oleh orang diluar ruangan sehingga kerahasiannya tidak terjaga.
2. Kepentingan
Interest atau kepentingan membuat orang selektif dalam menanggapi
pesan. Orang hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Informan pertama dan kedua mengatakan bahwa konflik atau
permasalahan kedua pihak bisa saja disebebkan oleh pengaruh keluarga salah satu
atau kedua belah pihak, hal ini bisa saja orangtua atau saudara. Informan pertama
mengatakan pihak wanita sering dipengaruhi oleh kedua orangtuanya dalam kasus
jika suaminya tidak memiliki penghasilan seperti yang diharapkan oleh orangtua
pihak wanita sehingga orangtunya tersebut mempengaruhi hubungan rumah
tangga kedua pihak sehingga menimbulkan konflik dalam rumah tangga mereka,
menurut informan pertama hal tersebut terjadi jika pihak wanita tersebut masih
terlalu bergantung kepada orangtuanya atau istlahnya “anak mama”. Informan
kedua juga mengatakan jika tak jarang konflik dalam rumah tangga disebabkan
oleh perseteruan atau masalah yang terjadi antara keluarga kedua belah pihak
sehingga masing-masing pihak cenderung membela keluarganya masing-masing
sehingga menimbulkan konflik yang karena kedua pihak sama-sama egois dalam
masalahnya, oleh karena itu menurut informan kedua dia selalu menyarankan
bahwa permasalahan mereka terlebih dahulu diselesaikan secara kekeluargaan
dengan mempertemukan keluarga kedua pihak jika konflik disebabkan oleh
masalah tersebut.
Informan ketiga mengatakan bahwa dalam mediasi tak jarang kuasa
hukum dari kedua pihak yang bersengketa tidak menjembatani mediator dalam
menyelesaikan masalah dari kedua pihak tersebut. Beberapa pengacara dari kedua
pihak menurut informan ketiga juga sering mempengaruhi keputusan pihak yang
bersengketa agar masalah mereka dilanjutkan ke persidangan. Serta pihak yang
81 Univesitas Sumatera Utara
bersengketa juga cenderung mendengar apa yang disampaikan oleh kuasa
hukumnya
3. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, informan kelima dan keenam mengatakan bahwa tekad mereka sudah
bulat untuk menggugat cerai pasangan mereka, alasannya karena memang tidak
ada lagi kecocokan diantaranya,
4. Prasangka
Informan pertama dan kedua mengatakan bahwa beberapa pihak yang di
mediasi sedang dalam kondisi emosi yang tinggi sehingga terkadang mediasi tidak
dapat berjalan efektif, para pihak juga terkadang adu mulut bahkan sampai adu
fisik juga, menurut mereka hal tersebut disebabkan karena memang kedua pihak
sudah dipenuhi rasa benci dan prasangka sehingga beberapa pihak terkadang tidak
mau melanjutkan mediasi. informan kedua dan ketiga juga mengatakan beberapa
pihak tidak tau tujuan dan fungsi mediasi, mereka menganggap mediator dapat
memutus masalah mereka sehingga beberapa pihak meminta untuk segera bercerai
saja, hal tersebut menurut informan keempat karena kondisi emosi yang sudah
tinggi sehingga apa yang disampaikan oleh mediator juga dinilai secara negatif
oleh pihak yang bersengketa
Setelah melakukan wawancara dengan para informann ,peneliti juga
menemukan taktik yang dilakukan oleh para informan. Taktik merupakan
tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang digunakan dalam menjalankan
strategi komunikasi. Taktik yang dimaksud oleh peneliti adalah tahapan atau
langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh informan pertama,
kedua, ketiga dan keempat saat melakukan mediasi terhadap kedua pihak.
Masing-masing informan memiliki taktik sendiri dalam menjalankan strategi
komunikasi saat melakukan mediasi,namun dari hasil jawaban antara Informan
pertama, kedua, ketiga, dan keempat ataupun pendapat dari informan kelima dan
keenam peneliti menemukan ada beberapa taktik yang sama. Kemudian peneliti
merangkum dan menyusunnya secara sistematis.
82 Univesitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara terhadap keempat informan,berikut adalah
taktik yang merupakan langkah-langkah dari strategi komunikasi saat melakukan
mediasi yang telah dirangkum secara sistematis oleh peneliti,yaitu sebagai
berikut:
Mediator sebelum melakukan mediasi akan menentukan jadwal apabila
sidang perdana ada penundaan,karena selesai sidang perdana langsung
diadakan mediasi
Mediator mencari tahu identitas dan latar belakang kedua pihak
Mediator memperkenalkan diri dan memberitahu kapasitasnya dalam
mediasi
Mediator membiarkan kedua pihak untuk berbicara menyampaikan
harapan dan keinginannya
Mediator menyesuaikan cara penyampaian pesan dengan kedua pihak
berdasarkan latar belakang yang atau identitasnya
Mediator memberikan solusi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
kedua pihak
Berdasarkan wwawancara yang dilakukan peneliti dengan enam informan,
maka peneliti menguraikan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan penelitian
ini, yaitu untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan oleh mediator
dalam mediasi kasus perceraian di Pengadilan agama Medan dan untuk
mengetahui hambatan dalam proses mediasi
83 Univesitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi mediator dalam
mediasi kasus perceraian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat empat komponen didalam penerapan strategi komunikasi
mediator dalam mediasi kasus perceraian di pengadilan agama medan:
a. Mengenali sasaran
Informan pertama, kedua, dan ketiga dalam mengenali sasaran
berdasarkan pendidikan kedua pihak. Informan ketiga dan keempat
mengenali sasaran berdasarkan pekerjaan dari pihak yang bersengketa
b. Pengkajian pesan yang disampaikan
Informan pertama dan kedua dalam menarik perhatian khalayak
menyampaikan pesan tentang anak yang akan menjadi korban apabila
kedua pihak bercerai. Informan ketiga menyampaikan pesan berupa
nasehat sebagai suami-istri agar saling mengingatkan apabila berbuat
kesalahan. Informan keempat menyampaikan pesan berupa ajaran-
ajaran agama
c. Menetapkan metode
Dalam melakukan mediasi metode yang digunakan informan pertama,
kedua, ketiga, dan keempat menurut bentuk isi pesannya menggunakan
metode informative dan persuasi. Sedangkan menurut cara
pelaksanaannya menggunakan metode canalizing
d. Media komunikasi yang digunakan
Media komunikasi yang digunakan informan, kedua, ketiga, dan
keempat adalah media komunikasi langsung yaitu dengan bertatap
muka dimana mediator sebagai pihak ketiga menjadi fasilitator yang
mempertemukan kedua pihak yang bersengketa
2. Terdapat empat hal yang menjadi hambatan informan dalam mediasi
a. Gangguan
84 Univesitas Sumatera Utara
Informan kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam merasa tidak
nyaman dengan fasilitas ruang mediasi yang tidak kondusif
b. Kepentingan
Informan pertama dan kedua mengatakan konflik yang terjadi
dipengaruhi oleh keluarga dari kedua pihak. Informan ketiga
mengatakan kalo kuasa hukum pihak yang bersengketa tidak
menjembatani mediator dalam menyelesaikan maslaah
c. Motivasi terpendam
Menurut informan kelima dan keenam faktor yang membuat proses
mediasi yang mereka jalani karena tekad mereka sudah bulat untuk
bercerai
d. Prasangka
Informan pertama, kedua, ketiga, dan keempat mengatakan jika pihak
yang bersengketa datang kondisi emosianal yang tidak stabil dan
ketidaktahuan fungsi mediasi
3. Para informan utama yang menjadi mediator telah memenuhi kredibilitas
serta memiliki daya tarik sebagai komunikator dalam mediasi yang
bertujuan untuk mengupayakan perdamaian bagi kedua pihak yang
bersengketa
5.2 Saran
Berdaarkan simpulan diatas, saran yang ingin disampaikan oleh peneliti
anatara lain sebagai berikut :
1.Sebaiknya Pengadilan Agama Medan membenahi fasilitas ruangan mediasi agar
lebih nyaman dan kondusif, karena berpengaruh terhadap pihak yang dimediasi
dalam memnyampaikan informasi mengenai permasalahan yang sedang mereka
hadapi
2.Pengadilan Agama Medan seharusnya meninjau jadwal dalam mediasi agar
mediasi berjalan dengan efektif karena para informan memiliki kesempatan yang
lebih banyak untuk dapat berkonsultasi dengan mediator untuk menyampaikan
harapan dan keinginannya
85 Univesitas Sumatera Utara
5.3 Implikasi Teoritis
Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan agar dapat menambah khazanah
ilmu komunikasi dan pengetahuan serta wawasan penulis maupun mahasiswa/I di
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU mengenai strategi komunikasi mediator
dalam mediasi kasus perceraian di Pengadilan agama Medan.
5.4 Implikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada penelitian selanjutnya
dan dengan adanya penelitian tentang strategi komunikasi mediator dalam mediasi
kasus perceraian di Pengadilan Agama Medan. Selain itu, diharapkan kepada
peniliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis,
agar dapat melanjutkan penelitian yang serupa dengan sudut pandang yang
berbeda secara lebih mendalam. Juga disarankan untuk memahami kasus yang ada
di lapangan mengenai strategi komunikasi mediator dalam mediasi kasus
peceraian di Pengadilan Agama Medan
86 Univesitas Sumatera Utara
DAFTAR REFERENSI
Abbas, Syahrizal. 2009. Mediasi dalam persepektif hukum syariah, Hukum Adat
dan Hukum Nasional. Jakarta: Kencana
Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse
Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
______, _____. (2009). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Cangara, Hafied. (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
DeVito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Pamulang: Karisma
Publishing Group
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
_____,, ___________.(2006). Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Emerzon, Joni (2001). Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan:
Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase.. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Persada Media Group.
Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana
Prenada Media Grup.
Moleong, J. Lexy. (2008). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Morissan dan Andy Corry W. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
87 Univesitas Sumatera Utara
_____,, _____. (2010) . Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya
Nawawi, Hadari. (2011). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM
Press
Prastowo, A.(2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Pujileksono, Sugeng. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:
Intransh Publishing
Rachmadi, Takdir. 2010. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan
Mufakat, Jakarta: Rajawali Press
Sendjaja, S. Djuarsa. (1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.
Sunarto dan Hermawan. (2011). Mix Methodology dalam Penelitian
Komunikasi. Jakarta: ASPIKOM.
Syaifullah, Muhammad. 2009. Mediasi Dalam Tinjauan Hukum islam dan Hukum
Positif di Indonesia. Semarang: Walisongo Press
Unaradjan, Dolet. (2000). Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta
Grasindo.
Usman, Rachmadi 2012. Mediasi di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik.
Jakarta: Sinar Grafika
Sumber Jurnal
Sururie, Wahyu Ramdani. 2012. Implementasi Mediasi Dalam System Peradilan
Agama. Jurnal. Vol 2. No 2
Sumber Skripsi
Suci, Silvadiah Utami (2019). Strategi Komunikasi News Presenter dalam
Penyampaian Berita (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi
News Presenter dalam Penyampaian Berita pada Program Acara "Sumut
dalam Berita" di TVRI Sumatera Utara) Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Nahriya, Nila Nafi (2017). “Komunikasi Antar Pribadi sebagai Strategi dalam
Mediasi Kasus Perceraian” milik Nila Nahriya Nafi dengan NIM
13730020, Mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta
ditulis tahun 2017.
88 Univesitas Sumatera Utara
Sumber Online
http://www.tribunnews.com/seleb/2018/07/26/mediasi-sule-dan-istrinya-gagal-
sidang-cerai-dilanjutkan
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56bdc8cbda289/hakim-agama-berbagi-
pengalaman-mediasi-perceraian/
https://www.pa-medan.go.id/index.php
Univesitas Sumatera Utara
L
A
M
P
I
R
A
N
Univesitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA
( Mediator Pengadilan Agama )
Nama lengkap :
Jenis kelamin : :
Usia :
Jabatan :
1. Penerapan Strategi Komunikasi
a. Bagaimana cara penyampaian pesan yang dilakukan Mediator dalam
memediasi kedua pihak yang berperkara, seperti apa contohnya?
b. Pesan apa yang disampaikan pertama oleh mediator pada saat mediasi?
c. Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pihak yang
berperkara?
d. Apakah ada perbedaan strategi dalam mediasi pada setiap perkara?
e. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan kedua pihak
yang berperkara dalam mediasi?
f. Apakah terdapat hambatan dalam proses mediasi, jika ada bagaimana
anda mengatasi hambatan terseebut?
g. Apakah suasana dan waktu saat dilakukan mediasi mendukung
terhadap keberhasilan mediasi?
h. Berapa kasus yang sudah anda berhasil di mediasi?
i. Perkara apa yang paling susah untuk mediasi?
2. Komponen Strategi Komunikasi
a. Apa langkah awal anda sebelum mediasi dilakukan?
b. Bagaimana sikap anda terhadap pihak yang di mediasi?
c. Hal-hal apa saja yang harus anda sampaikan untuk agar mediasi dapat
berhasil?
PIHAK YANG BERPERKARA
Nama :
Status :
Tanggal :
Pihak yang berperkara
1. Perkara apa yang sedang anda tempuh?
2. Apakah penyebab tersebut terjadi?
3. Apakah pesan yang disampaikan oleh mediator pada saat mediasi dapat
anda terima dengan baik?
Univesitas Sumatera Utara
4. Apakah cara mediator dalam menyampaikan pesan pada saat mediasi
dapat diterima oleh anda?
5. Bagaimana respon anda setelah mediator menyampaikan pesan pada saat
mediasi
6. Apakah terdapat hambatan selama proses mediasi,jika ada hambatan
seperti apa?
7. Apakah waktu dan suasana saat mediasi dilakukan mempengaruhi
keputusan anda?
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan I
Wawancara : 22 Agustus 2019
Lokasi : ruang mediasi kantor Pengadilan Agama Medan
Nama : HJ.Beby Nazlia Hsb S.H,M.H
Pendidikan : Pascasarjana Umsu 2011
Pekerjaan : Mediator/Pengacara
Jenis kelamin : Perempuan
Penerapan strategi komunikasi
P:apakah sudah ada mediasi yang berhasil yang pernah dilakukan
I: Alhamdulillah sudah pernah
P: bagaimana cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh Mediator dalam
memediasi kedua pihak,seperti apa contohnya?
I: sebagai seorang mediator saya harus tunjukan kepada mereka bahwa saya yang
memimpin dalam mediasi ini,kalo tidak saya tidak bakal di dengar oleh mereka
P: Pesan apa yang disampaikan pertama oleh mediator pada saat mediasi?
I: tergantung,yang hadir disini tingkat kemampuan atau latar belakang
pendidikannya berbeda-beda. Ada yang sekolah,ada yang gak sekolah,ada yang
Profesor
P: Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh kedua pihak?
I: tergantung pesan yang saya sampaikan, dalam kasus perceraian saya sampaikan
kepada mereka bahwa mereka punya anak dan anak titipan dari ALLAH SWT,
apapun persoalan mereka anak jangan dijadikan korban
P:Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan kedua pihak yang
berperkara dalam mediasi
I: masalah masa depan anak pastinya,jika saya bawa kesitu pasti mereka tersentuh
Univesitas Sumatera Utara
P: Apakah terdapat hambatan dalam proses mediasi, jika ada bagaimana anda
mengatasi hambatan terseebut?
I: hambatannya ya seperti yang saya sampaikan tadi, terkadang ketika saya
baru membuka komunikasi saja terkadang pihak yang akan dimediasi tidak
mau melanjutkan mediasi,dalam kasus itu saya akan mengambil sikap tegas,jadi
mereka banyak yang tidak tahu fungsi dan tujuan mediasi
P: Apakah suasana dan waktu saat dilakukan mediasi mendukung terhadap
keberhasilan mediasi?
I:menurut saya tidak ada pengaruh,karena saya merasa nyaman-nyaman saja
Komponen strategi komunikasi
P: Apa langkah awal anda sebelum mediasi dilakukan?
I: saya rasa doa tidak lupa ya, mudah-mudahan orang berkenan ngomong ke
saya, nyaman share ke saya persoalan nya seperti apa, langkah kedua saya coba
dulu mendengar menjadi pendengar yang baik dulu
P: Bagaimana sikap anda terhadap pihak yang di mediasi?
I: sebagai mediator itu kita itu harus menjaga netralitas sesuai kode etik dalam
PERMA 01 2016
P: Hal apa yang disampaikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan mediasi
I: sebagai mediator kemampuan berkomunikasi itu adalah hal yang wajib ya,
karena sehebat apapun dia dalam disiplin ilmunya tapi kemampuan
komunikasi nya kurang akan jadi kurang efektif
Informan II
Wawancara : 22 Agustus 2019
Lokasi : ruang mediasi kantor Pengadilan Agama Medan
Nama : Syafruddin S.H,M.H
Pendidikan : S2 Fakultas Hukum UMSU
Pekerjaan : Mediator/Pengacara
Jenis kelamin : Laki-Laki
Penerapan strategi komunikasi
P: apakah sudah pernah berhasil melakukan mediasi
I:sudah banyak dong tentunya
P: bagaimana cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh Mediator dalam
memediasi kedua pihak,seperti apa contohnya?
Univesitas Sumatera Utara
I: saya punya tehnik sendiri, saya kembalikan kepada kedua pihak. Saya
sampaikan kepada mereka bahwa bapak berhak menyampaikan bapak korban
dalam rumah tangga begitu juga sebaliknya tapi bapak ibu sadar tidak yang
sebenarnya jadi korban disini sebetulnya adalah anak,kita coba sentuh perasaan
mereka ya
P: Pesan apa yang disampaikan pertama oleh mediator pada saat mediasi?
I: kemudian kita menjelaskan apa aja aturan dalam mediasi bagaimana mereka
secara bergantian dalam menyampaikan keinginan dan harapannya dan bagaimana
tehnik penyampaiannya
P: Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh kedua pihak?
I: gak semua ya karena kebenyakan kalo sudah masuk kasus ke pengadilan
sudah masuk gugatan mereka sudah siap ya untuk perang, jadi misalnya
dalam 10 perkara hanya 3 yang berhasil di mediasi. Karena jika sudah
masuk gugatan mereka sudah fix ya ingin cerai
P:Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan kedua pihak yang
berperkara dalam mediasi
I:
P: Apakah terdapat hambatan dalam proses mediasi, jika ada bagaimana anda
mengatasi hambatan terseebut?
I: hambatannya salah satunya, dalam mediasi ini kan mereka berasal dari latar
belakang berbeda, mohon maaf dari status sosial dan pendidikannya berbeda
kan gitu kadang kita sampaikan aturan dan tata tertib mediasi itu mereka gak
paham. Ada sebagian yang ketika baru masuk ruang mediasi langsung
sampaikan kalo mereka pengen langsung cerai aja sementara kita belum
buka proses mediasi, ini jadi penghambat juga. Kemudian ada sebagian
yang menggunakan jasa pengacara tetapi mereka justru tidak membantu
untuk menjembatani dalam penyelesaian masalah ya
P: Apakah suasana dan waktu saat dilakukan mediasi mendukung terhadap
keberhasilan mediasi?
I: : tentu ada, apalagi soal waktu mediasi terkadang kita masih ingin mendengar
kedua pihak tetapi diluar sudah banyak antrian menunggu
Komponen strategi komunikasi
P: Apa langkah awal anda sebelum mediasi dilakukan?
I: Berdasarkan kode etik dalam PERMA 01 2016 yang kita lakukan pertama
adalah memperkenalkan diri dan peran serta kapasitas kita dalam menangani
permasalahan mereka serta mempertanyakan kesiapan mereka dalam
mediasi, kemudian kita menjelaskan apa aja aturan dalam mediasi
bagaimana mereka secara bergantian dalam menyampaikan keinginan dan
harapannya dan bagaimana tehnik penyampaiannya. Kemudian kita masuk
ke dalam proses mediasi menanyakan harapan dan keinginannya”
Univesitas Sumatera Utara
P: Bagaimana sikap anda terhadap pihak yang di mediasi?
I:kami sebagai Mediator dalam posisi netral
P: Hal-hal apa yang disampaikan yang berpangaruh terhadap keberhasilan mediasi
I: dalam kasus perceraian misalnya apabila sudah punya anak adalah salah satu
hal yang disampaikan untuk dipertimbangkan kembali kepada pihak yang di
medias
Informan III
Wawancara : 26 Agustus 2016
Lokasi : ruang mediasi kantor Pengadilan Agama Medan
Nama : H. Dharma Bakti Nst,S.H,S.E,M.H
Pendidikan : Pascasarjana Hukum UMSU
Pekerjaan : Mediator/Pengacara
Jenis kelamin : Laki-Laki
Penerapan strategi komunikasi
P: apakah sudah ada mediasi yang berhasil dilakukan
I: pastinya sudah ada
P: bagaimana cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh Mediator dalam
memediasi kedua pihak,seperti apa contohnya?
I: saya pernah memediasi Profesor namanya Aminuddin, saat itu saya
berkomunikasi dengan bahasa yang lebih intelektual atau akademis seperti ilmu
filsafat
P: Pesan apa yang disampaikan pertama oleh mediator pada saat mediasi?
I:saya sampaikan nasehat bahwa suami-istri harus saling mengingatkan apabila
melakukan kesalahan
P: Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh kedua pihak?
I:tentu saja ya,karena saya juga dosen saya udah tau bagaimana menghadapi
banyak orang
P:Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan kedua pihak yang
berperkara dalam mediasi
I: faktor sekarang banyak karena ekonomi,apalagi sekarang banyak yang nikah
muda karena hamil diluar nikah kemudian dia belum siap menghadapi kehidupan
dalam rumah tangga
P: Apakah terdapat hambatan dalam proses mediasi, jika ada bagaimana anda
mengatasi hambatan terseebut?
Univesitas Sumatera Utara
I: ada dua,faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal misalnya apabila salah
satu pihak menggunakan jasa pengacara maka kemudian mereka akan
mempengaruhi clientnnya untuk memperpanjang perkara persidangan,
kemudian faktor internal para pihak itu tidak mengerti fungsi mediasi,mereka
menganggap mediator bisa memutuskan perkara dan biasanya itu yang
pengetahuannya rendah,kemudian masalah waktu karena mediasi itu gabisa
dilakukan hanya sejam saja
P: Apakah suasana dan waktu saat dilakukan mediasi mendukung terhadap
keberhasilan mediasi?
I:iya tentu ada,karena seharusnya ruang mediasi bukan seperti ini
Komponen strategi komunikasi
P: udah pernah mediasi yang berhasil
I: sudah dong ,sudah banyak
P: Apa langkah awal anda sebelum mediasi dilakukan?
I: pertama saya menetapkan agenda agar tertib dan teratur,agenda tersebut yaitu
menetukan jadwal mediasi, jika pihak tidak datang maka akan dianggap tidak bert
itikad baik sesuai PERMA 01 2016, kemudian kita mencari tahu identitas kedua
pihak yang akan di mediasi
P: Bagaimana sikap anda terhadap pihak yang di mediasi?
I:ya pastinya netral
P: Hal apa yang disampaikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan mediasi
I: yang selalu saya sampaikan dalam mediasi adalah bahwa kedua suami-istri
harus saling mengingatkan apabila melakukan kesalahan, karena pernikahan harus
diperjuangkan oleh kedua pihak dan pernikahan adalah 3 peristiwa penting dalam
kehidupan manusia setelah kelahiran dan kematian, hal itu yang selalu saya
tanamkan kepada mereka supaya mereka melupakan segala kebenciannya
Informan IV
Wawancara : 27 Agustus 2019
Lokasi : ruang mediasi kantor Pengadilan Agama Medan
Nama : Bambang Sudarwady, SH
Pendidikan : Fakultas Hukum UISU 2006
Pekerjaan : Mediator/Pengacara
Jenis kelamin : Laki-Laki
Penerapan strategi komunikasi
Univesitas Sumatera Utara
P: apakah sudah ada mediasi yang berhasil dilakukan
I:kalo mendamaikan sudah banyak saya
P: bagaimana cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh Mediator dalam
memediasi kedua pihak,seperti apa contohnya?
I: saya paling merendah itu tehnik saya,contoh dia lebih tinggi agamanya cara
belajarnya,ini Pengadilan agama tentu ada Ustad,ada pengurus BKM, paling saya
hanya mengatakan bahwa bapak tentu lebih pintar daripada saya, pengetahuan
agama bapak tentu lebih banyak dari pada saya tapi masa bapak lakukan ini
P: Pesan apa yang disampaikan pertama oleh mediator pada saat mediasi?
I: ajaran agama saya buat
P: Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh kedua pihak?
I: alhamdulillah iya
P:Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan kedua pihak yang
berperkara dalam mediasi
I: faktor ekonomi salah satunya
P: Apakah terdapat hambatan dalam proses mediasi, jika ada bagaimana anda
mengatasi hambatan terseebut?
I: para pihak,tidak mau terbuka,selalu menyembunyikan,emosi,apabila emosi
tidak mau mendengarkan saya lagi
P: Apakah suasana dan waktu saat dilakukan mediasi mendukung terhadap
keberhasilan mediasi?
I: sangat,contoh ribut diluar sana sementara disini mediasi jadi kita gabisa fokus
karena harus tenang seperti ini nyaman,banyak yang teriak-teriak dan histeris
disini bahkan ada yang lari-lari
Komponen strategi komunikasi
P: Apa langkah awal anda sebelum mediasi dilakukan?
I: angkah awal ya menetapkan jadwal apabila pada sidang perdana ada
penundanaan,karena setelah sidang perdana seharusnya langsung di
mediasi,kemudian mencari solusi untuk permasalahan mereka. Apabila bisa
berdamai maka berdamai apabila tidak maka dilanjutkan maka mediator itu
bukan sebagai pemutus itulah dia intinya mencari solusi,win-win solution
namanya kita bilang. Kemudian hasil dari mediasi tersebut kita sampaikan
kepada majelis hakim
P: Bagaimana sikap anda terhadap pihak yang di mediasi?
I:kita harus netral ya dalam mediasi
Univesitas Sumatera Utara
P: Hal apa yang disampaikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan mediasi
I: intinya kita harus bisa membuat kedua pihak terbuka kemudian kita satukan
permasalahannya setelah itu kita tanyakan balik kepada salah satu pihak tentang
kebenarannya, dari situ kita bisa ambil solusinya
Informan V
Wawancara : 27 Agustus 2019
Lokasi : Kantor Pengadilan Agama Medan
Nama : Suharsono
Status : Pemohon
Jenis kelamin : Laki-Laki
P: perkara yang sedang ditempuh
I: perceraian
P:apa penyebab hal tersebut terjadi
I:tidak ada keharmonisan lagi
P:apakah pesan yang disampaikan oleh mediator saat mediasi dapat diterima
dengan baik
I: saya terima,cuman kan mediasi ini antara saya dan mantan istri saya tapi karena
tidak ada kepakatan lagi jadi memang harus dilanjutkan di persidangan berikutnya
P:apakah cara mediator dalam menyampaikan pesan dapat anda terima dengan
baik
I: sebenarnya ya mediatornya cukup sangat membantu,namun antara saya dan istri
memang tidak dapat rujuk lagi
P:bagaimana respond anda setelah mediator menyampaikan pesan saat mediasi
I:respond saya sangat baguslah,bahwa mereka tidak sepihaklah memutuskan ya
P:apakah terdapat hambatan selama proses mediasi
I:ada,karena saya juga kan kerja
P: apakah ada pengaruh pesan yang disampaikan terhadap keputusan bapak?
I: ya ada pengaruhnya juga sih,ya istilahnya ada itikad baik supaya saya dan
mantan istri saya dapat rujuk ya namun karena memang rumah tangga kami tidak
bisa dipertahankan lagi
Univesitas Sumatera Utara
Informan VI
Wawancara : 27 Agustus 2019
Lokasi : ruang mediasi kantor Pengadilan Agama Medan
Nama : Dahlia Lubis
Status :Penggugat
Jenis kelamin :Perempuan
P: perkara yang sedang ditempuh
I: perceraian
P:apa penyebab hal tersebut terjadi
I:tidak ada keharmonisan dengan suami saya
P:apakah pesan yang disampaikan oleh mediator saat mediasi dapat diterima
dengan baik
I: saya pribadi dapat menerima apa yang disampaikan oleh mediator,karena apa
yang disampaikannya adalah salah satu dari permasalahan saya dengan mantan
suami saya
P:apakah cara mediator dalam menyampaikan pesan dapat anda terima dengan
baik
I:sangat baik ya,karena mediator tersebut juga memahami kondisi yang kami
rasakan
P:bagaimana respond anda setelah mediator menyampaikan pesan saat mediasi
I: saya menanggapi secara baik ya apa yang disampaikan oleh Mediator sepanjang
mediasi,karena dari awal memang sudah disampaikan bahwa kapasitas Mediator
adalah mengupayakan perdamaian antara saya dan mantan suami saya,namun
memang ya saya dan suami saya tidak dapat lagi mempertahankan rumah tangga
kami
P:apakah terdapat hambatan selama proses mediasi
I:suasana dan tempatnya kurang nyaman dan kondusif
P:apakah ada pengaruh mediasi terhadap keputusan
I:tidak ada,karena memang saya sudah ingin berpisah
Univesitas Sumatera Utara
BIODATA PENELITI
DATA PRIBADI
Nama : Royhan Achwan Hasibuan
Tempat / Tanggal Lahir : Padangsidempuan, 02 Desember 1996
Alamat : Jl. Setiabudi Pasar 1 Gg. Dahlia No. 17
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Email : [email protected]
NAMA ORANGTUA
Ayah : Idris Hasibuan
Ibu : Erlina Ritonga
RIWAYAT PENDIDIKAN
2002 - 2003 : TK Al-Qur’an Ulfah P.Sidempuan
2003 – 2009 : SDN 200222 P.Sidempuan
2009 – 2012 : SMPN 1 P.Sidempuan
2012 – 2015 : SMAN 1 P.Sidempuan
2015- saat ini : Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Program Studi Ilmu Komunikasi