STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP PEMUDA DI DESA ...
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP PEMUDA DI DESA ...
v
STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH TERHADAP PEMUDA
DI DESA BONTONGAN KECAMATAN BARAKA
KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
IRFAN SIRAJUDDIN
NIM : 105271101216
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2020 M
vi
vii
viii
ix
ABSTRAK
Irfan Sirajuddin. NIM 105271101216, Strategi Komunikasi Dakwah terhadap
Pemuda Di Desa Bontongan Kec. Baraka Kab. Enrekang Prov. Sulawesi Selatan.
(Dibimbing oleh Sudir Koadhi dan Hasan Juhanis)
Penelitian ini bertujuan 1) Untuk Mengetahui Strategi Komunikasi
Dakwah Terhadap Pemuda di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui Hambatani Strategi
Komunikasi Dakwah di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti
atau dari orang yang berkompeten dibidangnya. Adapun hasil penelitian sebagai
berikut, 1)Strategi Komunikasi Dakwah terhadap Pemuda di Desa Bontongan
dalam bentuk pembinaan agama berupa ceramah agama mingguan, tahsin qur’an,
kultum subuh dan pengadaan lomba-lomba keagamaan serta adanya pembinaan
keagamaan yang di lakukan oleh pemerintah setempat. 2). Hambatan Strategi
Komunikasi Dakwah di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah
hanya pada awal kegiatan saja, setelah kegiatan rutin dilaksanakan satu persatu
pemuda mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa jenuh dan
memiliki kegiatan lain, Antusias remaja yang masih kurang dan mudah
terpengaruh pergaulan sehingga sangat sulit mengajak untuk dapat ikut serta
dalam kegiatan, adanya pengaruh kehidupan moderen yang bisa menjadi
penghambat bagi dakwah terhadap pemuda, Pengaruh media sosial dan game
masuk hal-hal yang cenderung negative banyak dari remaja yang menghabiskan
waktunya berjam-jam untuk bermain game dan bermain ponsel, Kurangnya
didikan orang tua tentang pengenalan agama semenjak usia dini, kurangnnya
dukungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah keagamaan.
Kata Kunci : Pemuda, Keagamaan, Strategi
vi
x
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Swt atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw,
keluarga dan sahabatnya serta kepada seluruh umat beliau yang tetap istiqomah di
jalan-Nya dalam mengarungi kehidupan hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi, maupun sistematika penulisan, oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis senantiasa
menerima kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Sejak penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak hambatan. Namun
akhirnya dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Sulawesi Selatan.
2. Syekh Dr. Mohammad bin Muhammad Thayyib Khoory, Donatur AMCF
beserta jajarannya yang berada di Jakarta.
3. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc Mudir Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
xi
6. Dr. Sudir Koadhi, SS.,M.Pd.I Pembimbing I yang senantiasa sabar dalam
mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Hasan Bin Juhanis, Lc. M.S. Pembimbing II yang senantiasa sabar dalam
mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu atas segala
bimbingan dan ilmu yang diajarkan kepada penulis selama di bangku
perkuliahan.
9. Segenap keluarga yang telah membantu baik dalam do’a maupun materi dalam
menuntut ilmu dan penyelesaian skripsi ini.
10. Kepala desa beserta masyarakat desa Bontongan yang telah membantu kami
dalam proses penelitian.
11. Semua pihak yang karena keterbatasan ruang dalam skripsi ini, tanpa
mengurangi rasa terima kasih yang tidak bisa di sebutkan namanya satu
persatu.
12. Teristimewa penulis haturkan ucapan terimakasih kepada ayahanda, ibunda,
istri, dan adinda tercinta, serta saudara-saudara dan seluruh anggota keluarga
besarku atas segala kesabaran dan ketabahan dalam mendidik, serta
memotivasi, iringan doa dan pengorbanannya,
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya
baik terhadap penulis, para pembaca, agama, bangsa dan Negara.
Makassar, 17 Dzulqaidah 144
8 Juli 2020 M
Penulis
IRFAN SIRAJUDDIN
Nim:105271101216
viii
xii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................ i
Halaman Judul ............................................................................................... ii
Pengesahan Skripsi ........................................................................................ iii
Berita Acara Munaqosyah ............................................................................ iv
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .............................................................. v
Abstrak ............................................................................................................ vi
Kata Pengantar............................................................................................... vii
Daftar Isi ......................................................................................................... ix
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi ................................................................................................. 5
1. Pengertian Strategi ........................................................................... 5
2. Tahapan-tahapan Strategi ................................................................ 6
B. Komunikasi .......................................................................................... 7
1. Pengertian Komunikasi.................................................................... 7
2. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................. 8
3. Macam-macam Komunikasi ............................................................ 10
C. Dakwah ................................................................................................. 14
1. Pengertian Dakwah .......................................................................... 14
2. Unsur-unsur Dakwah ....................................................................... 16
ix
xiii
D. Pemuda ................................................................................................. 19
1. Pengertian Fase Pemuda .................................................................. 19
2. Fase Pemuda .................................................................................... 20
E. Strategi Komunikasi Dakwah ............................................................ 23
1. Metode Komunikasi Dakwah .......................................................... 23
2. Sumber Metode Komunikasi Dakwah ............................................. 27
3. Aplikasi Metode Komunikasi Dakwah Rasulullah SAW ................ 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 32
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 32
C. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 32
1. Pendekatan Komunikasi ................................................................. 33
2. Pendekatan Sosiologi ..................................................................... 33
D. Sumber Data ....................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 34
F. Fokus Penelitian ................................................................................. 35
G. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................ 35
H. Teknik Analisa Data .......................................................................... 36
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Profil Desa Bontongan ....................................................................... 39
1. Geografis ........................................................................................ 39
2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk .............................................. 39
3. Pola Penggunaan Tanah ................................................................. 40
x
xiv
4. Fasilitas Desa ................................................................................. 41
5. Keadaan Sosial Budaya .................................................................. 41
6. Potensi Desa ...................................................................................
B. Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa Bontongan
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang....................................... 44
C. Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa
Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 56
B. Saran.................................................................................................... 56
Daftar Pustaka
Lampiran
Riwayat Hidup
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-
macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti
karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan
melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi, dan
melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.1
Perkembangan hidup para remaja tidak lepas dari problema yang harus
dihadapinya. Semakin berat problema yang dihadapi semakin besar pula
tenaga, pikiran dan waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi semakin banyak
problema yang bisa diselesaikan dengan tuntas akan membuat seorang hamba
semakin tangguh, dewasa, matang dan mendapatkan pengalaman dan
pembelajaran yang sangat berharga.
Masa remaja adalah masa yang alamiah, maka setiap orang pasti
merasakannya. Hal ini karena masa remaja adalah masa yang sangat
menentukan masa depan kehidupan manusia.2 dan di dalam masyarakat
pemuda merupakan satu identitas yang potensiall sebagai penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karena
harapan pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang
menguasai pemuda maka ada peluang menguasai masa depan.
1Hartono, Ilmu Sosiologi Dakwah,( Cet-6; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.110
2Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,( Cet-17; Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 152-
153
2
Sejarah mencatat, semangat darah merah kaum mudalah yang menjadi
energy sebuah kebangkitan atau penaklukan wilayah.Dan Allah ta‟ala
mengabarkan tentang pemuda yang beriman di surah (QS. Al-Kahfi : 13)
حن كنق ص ن معل ب نبأه ه مٱلحق ة إ ن مءامن وا ف ت ه مب رب ه دن دىوز (٣١)ه
Terjemahnya :
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan
benar.Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.
Peran Da’i dalam membina dan mendidik pemuda tidak kalah pentingnya
dengan orang tua, karena merekalah dapat menyerap pemahaman tentang akhlak
yang mulia dalam islam sebagai bekal melaksanakan kehidupan bermasyarakat.
Faktor adanya kerusakan pemuda adalah Kurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya dalam mendidik, bebasnya pergaulan anak muda, serta jauhnya
dari agama sehingga timbul permasalahan yang menghambat kemajuan, merusak
karir, mengganggu prestasi, menumpulkan bakat dan membuat suram masa depan
pemuda di desa bontongan, antara lain: Kurang bertanggung jawab, gagal belajar,
terpedaya fatamorgana dunia, malas beribadah, terfitnah dengan syahwat, gemar
mengkritik, mudah marah, banyak berkeluh-kesah, pandai menghayal, berlebihan
dalam bercanda, putus asa melakukan perbaikan, malas menuntut ilmu,menyia-
nyiakan waktu, balapan liar, membakar petasan di bulan Ramadan dan sombong.
Jadi pemuda islam harus menyadari, mereka bukanlah seperti rongsokan
yang muncul dengan keberadaannya membuat masyarakat tidak tenang dan
tentram. Mereka adalah generasi yang penuh dengan semangat, keberanian dan
kekuatan yang mampu memberikan kesejahteraan di tengah masyarakat.Karena
3
kita ketahui pemuda adalah gambaran untuk hari esok dan pemuda sebagai
generasi penerus yang merupakan aset bangsa ini dan harus berlandaskan iman,
ilmu dan akhlak yang baik.
Maka dari itu, melihat banyaknya kerusakan pemuda dan pentingnya
dakwah bagi mereka sehingga melahirkan pemuda yang cinta agama, maka
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut secara ilmiah dengan
judul Strategi komunikasi dakwah terhadap pemuda di desa bontongan
kecamatan baraka kabupaten enrekang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa
Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?
2. Apa Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Desa
Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di
Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
2. Untuk mengetahui Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap
Pemuda di Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat,
baik manfaat secara teoritis, maupun manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Bagi peneliti merupakan suatu pelajaran yang berharga, karena
dengan penelitian ini kita dapat mengetahui strategi komunikasi dakwah
untuk pemuda masa kini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi bahan
referensi bersama, sehingga pada akhirnya nanti hasilnya dapat dijadikan
sebagai acuan pengelolaan dan pelaksanaan dakwah terhadap pemuda
islam agar menjadi lebih baik di tengah perkembangan dan kemajuan
zaman masa kini.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal daribahasa inggris yaitu “strategy” yang
berarti siasat atau taktik.3 Sedangkan istilah penanganan dalam kamus
bahasa Indonesia diartikan sebagai cara atau perbuatan yang menangani.4
Seiring dengan perkembangan disiplin ilmu, pengertian strategi
menjadi bermacam-macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli
dalam buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus,
pengertian strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
dicapai. Selain definisi-definisi strategi yang sifatnya umum tersebut, ada
juga pengertian strategi yang lebih fokus khusus, seperti yang
diungkapkan oleh dua pakar strategi. Hamel dan Prahalad (1995), yang
mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua
mendefinisikan strategi yang terjemahannya sebagai berikut ini:
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Dengan demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi
3Jhon M. Echols dan Hasan Saldi, Kamus Inggris-Indonesi,(Jakarta: Gramesta,
1990), h. 56 4Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.
152
6
dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan
komunikasi inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.5
Jadi strategi adalah siasat atau suatu cara penanganan dengan
mencapai tujuan tertentu.
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-
tahapan yang harus ditempuh, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Hal-hal yang termasuk kedapal perumusan strategi adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, penetapan
kekuatan dan kelemahan secara internal, melahirkan strategi alternatif, serta
memilih strategi untuk dilakukan. Pada tahap ini adalah proses merancang,
dan menyeleksi beberapa strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian
misi, visi dan tujuan organisasi.
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi disebut juga sebagai tindakan dalam strategi,
karena implementasi berate mobilisasi untuk mengubah strategi yang
dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam
implementasi strategi, maka dibutuhkan adanya disiplin, motivasi kerja.
c. Evaluasi Strategi
5Husein Umar, Strategi Management in Action,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Umum, 2001), h. 31
7
Evaluasi strategi adalah tahap akhir manajemen strategi, yaitu proses
dimana manajer membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat
pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi
yang telah dirumuskan sebelumnya.6
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara historis, kata komunikasi berasal dari kata bahasa latin yaitu
perkataan communicar emempunyai arti “berpartisipasi atau
memberitahukan”.7
Pendapat lain mengatakan istilah komunikasi berasal dari Bahasa
latin, communication yang berasal dari kata communis artinya: “sama”
dalam arti sama makna mengenai suatu hal.8
Komunikasi menurut Bahasa (etimologi) dalam “Ensiklopedi
Umum” diartikan dengan “perhubungan” sedangkan yang terdapat dalam
buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:
a. Communico, yang berarti membuat sama.
b. Communicare, yang berasal berpartisipasi atau memberitahukan.
c. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana
mana.
d. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat
mayoritas.
6Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallinda, 2002), h. 5
7Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1974), h.
1 8Onong Uchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h.
4
8
e. Demikian juga communication yang berarti sama. Sama disini
maksudnya sama makna.
Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa
komunikasi yang dilahirkan hendaknya dengan lambang-lambang atau Bahasa
yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang diberi pesan dengan orang yang
menerima pesan.9
Adapun pengertian komunikasi menurut istilah (terminology) banyak
dikemukakan oleh sarjana yang menekuni ilmu komunikasi antara lain:
1. Menurut Card I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah “The
procces by which an inidividuals (the communicator) transmit stimuli
(usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals
(communicant)”yang berarti: “proses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang atau
dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan).10
2. Menurut Anwar Arifin mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu.11
Dari beberapa pakar ahli komunikasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa, komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari
komunikator kepada komunikan melalui saluran media dengan mengharapkan
adanya perubahan prilaku.
9Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan
UIN Jakarta Press, 2007), h. 19. 10
Onong U. Efendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981), h. 6 11
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 25
9
2. Unsur-unsur komunikasi
a. Komunikator
Pengiriman pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang
mengambil inisiatif dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan
komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Sumber peristiwa
komunikasi akan melibatkan sumber pembuat atau pengirim informasi.
Dalam komunikasi antar manusia, sumber terdiri dari satu orang. Tetapi
juga bisa dari satu kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga.Sumber disebut dengan sender.12
b. Pesan
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk konkret agar dapat
dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya
menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimic, gerak-
gerik, lisan dan tulisan. “pesan bersifat abstrak, seorang komunikan tidak
akan tahu apa yang ada di dalam benak seseorang komunikator, hingga
seorang komunikator mewujudkan lambang-lambang komunikasi”.13
Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari
komunikator pada komunikan. Pesan merupakan unsur yang sangat
menentukan dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan
12
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 24 13
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), h. 23
10
baik, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
harus menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti.14
Pesan yang disampaikan dalam proses komunikan adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa
ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda
c. Channel (saluran): Saluran komunikasi merupakan tempat berlalunya
pesan dari komunikator kepada komunikan.15
d. Effect (hasil): Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap
dan tingkah laku orang. Seseorang atau tidak dengan yang kita inginkan.16
e. Komunikan: komunikan adalah orang yang menerima pesan.
f. Umpan Balik (Feed Back): Feed Back adalah tanggapan, jawaban atau
respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat
diterima dan berjalan.17
g. Source (Sumber): Sumber dalah dasar yang digunakan dalam
penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu
sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.18
3. Macam-Macam Komunikasi
a. Komunikasi Pribadi
14
Modry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Cet-1; Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008), hlm. 8 15
Onong U. Efendy, Ilmu Komunikas Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 18 16
Hafled Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 1998),
hlm. 24 17
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 46 18
Widjadja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,(Jakarta: Bumi Askara, 2002),
h. 11
11
Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi
seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagaii komunikator maupun
sebagai komunikan.Tatanan komunikasi (setting of communication) ini
terdiri dari dua jenis, yakni komunikasi intrapribadi dan komunikasi
antarpribadi.
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam
diri seseorang.Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun
sebagai komunikan.Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog
dengan dirinya sendiri.Dia bertanya kepada dirinya dan dijawab oleh
dirinya sendiri.19
Ronald L. Applbaum, et.al dalam bukunya Fundamental concept
In Human Communication (1973,13) mendefinisikan komunikasi
intrapribadi sebagai:
“Komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita: ia meliputii
kegiatan berbicara kepada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan
mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita”.
Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal
dirii sendiri.Penting bagi kita untuk bisa mengenal diri sendiri sehingga
kita dapat berfungsi secara bebas di masyarakat.
Wiseman dan L. Barker dalam karyanya Speech-International
Communication menjelaskan proses kegiatan yang terjadi dalam diri
19
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Cet-3; Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 57
12
seorang komunikator, yang katanya digerakkan oleh perangsang
internal dan perangsang eksternal. Perangsang internal menunjukkan
situasi psikologis atau fisiologis misalnya lapar atau gelisah.
Perangsang eskternal datang dari lingkungan sekitar komunikator.Baik
secara terbuka dan segalanya (misalnya, melihat lampu lalu lintas), atau
secara tertutup atau tidak disadari (misalnya, latar belakang musik
dalam tayangan film).
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito
dalam bukunya The Interpersonal Communication Book.
“Sebagai pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang,
atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika”.20
Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antrapribadi dapat
berlangsung antar dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti
suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu
pertemuan. Misalnya, antara penyaji makalah dengan salah seorang peserta
suatu seminar.
b. Komunikasi Kelompok
Suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
memperoleh kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan,
mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.
20
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 60
13
Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan komunikasi yang
berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang
terlihat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan
kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga
menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.
Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,
yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat.21
Kedua definisi kelompok diatas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka dan memliki susunan rencana kerja tertentu untuk
mencapai tujuan kelompok.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi
melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai
21
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikas Teori dan Praktik, (Cet-1; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 65-66
14
sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum,
dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.
Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan
media. Komunikasi media massa biasanya menghendaki organisasi resmi
dan rumit untuk melakukan kegiatan operasinya. Produksi surat kabar atau
siaran televisi meliputi sumber pembiayaan dan kareanya juga pengawasan
keuangan ini memerlukan pekerjaan yang benar-benar mempunyai keahlian,
memerlukan menajemen yang baik juga pengawasan yang normatif, serta
erat hubungannya dengan orang luar yang mempunyai wewenang dan
memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat, dengan demikian maka
harus ada orang yang bergerak dalam struktur yang menjamin kontinuitas
dan kerja sama.22
C. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Da‟wah” berarti: panggilan, seruan, atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedangkan bentuk kata kerja (fi‟il)nya adalah berarti: memanggil, menyeru,
atau mengajak (Da‟a,Yad‟u, Da‟watan). Orang yang berdakwah biasa
disebut dengan Da‟i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang
didakwahi disebut dengan Mad‟u.23
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunika, h. 79-80 23
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), h. 406-407
15
Dan kata dakwah merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja
Yad‟u yang berarti panggilan seruan atau ajakan.24
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
2. Hamza Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat
manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah
dan Rasul-Nya.
3. Menurut Prof. Dr. Hamka daklwah adalah seruan panggilan untuk
menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan
substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi
munkar.
4. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf nahi
mungkar.
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardhu yang diwajibkan
kepada setiap Muslim.
Dari definisi-definisi tersebut, meskipun terdapat perbedaan dalam
perumusan, tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapatlah diambil
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
24
RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 25
16
1. Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam sebagai
agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia,
yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da‟i (subjek), maaddah (materi),
thoriqoh (metode), wasilah (media), dan mad‟u (objek) dalam mencapai
maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan islam yaitu mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi,
transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.
3. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah ta‟ala, dan Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallamuntuk umat manusia agar percaya kepada ajaran
islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi
kehidupannya.25
Makna “dakwah” juga berdekatan dengan konsep ta‟lim tadzkir, dan
tashwir.Walaupun setiap konsep tersebut mempunyai makna, tujuan, sifat, dan
objek yang berbeda, namun substansinya sama yaitu menyampaikan ajaran Islam
kepada manusia, baik yang berkaitan dengan ajaran ataupun sejarahnya.
Ta‟lim berarti mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang yang
diajar, kegiatannya bersifat promotif yaitu meningkatkan pengetahuan,
sedangkan objeknya adalah orang yang masing kurang
pengetahuannya.Tadzkir berarti mengingatkan dengan tujuan memperbaiki
memperbaiki dan mengingatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya
25
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Cet-1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), h. 1-3
17
sebagai seorang Muslim. Karena itu kegiatan ini bersifat reparatif atau
memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat pengaruh lingkungan
keluarga dan sosial budaya yang kurang baik, objeknya jelas mereka yang
sedang lupa akan tugas dan perannya sebagai Muslim.
Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran seseorang,
tujuannya membangkitkan pemahaman akan sesuatu melalui penggambaran
atau penjelasan. Kegiatan ini bersifat propagatif, yaitu menanamkan ajaran
agama kepada manusia, sehingga mereka terpengaruh untuk mengikutinya.
Dakwah juga merupakan suatu ajakan untuk berpikir, berdebat dan
beragumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul.Dakwah tidak dapat
disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki.Hak
berpikir meruipakan sifat dan milik semua manusia, tak ada orang yang dapat
mengingkarinya.26
2. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam
setiap kegiatan dakwah.Unsur-unsur tersebut adalah da‟I (pelaku dakwah),
mad‟u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),
thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).
a. Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i (Pelaku Dakwah) adalah orang yang melaksanakan dakwah
baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,
kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.
26
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, , h. 4-5
18
b. Mad’u (Penerima Dakwah)
Mad’u (Penerima Dakwah) yaitu manusia yang menjadi sasaran
dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau
dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.Kepada manusia yang belum
beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk
mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah
beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan
ihsan.
c. Maddah (Materi) Dakwah
Maddah (Materi) Dakwah adalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i kepada mad’u.Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.27
d. Wasilah (Media) Dakwah
Wasilah (Media) Dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u.Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan
berbagai wasilah.Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima
macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah
dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah,
kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
27
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Cet-1; Jakarta: Prenadamedia
Group, 2006), h. 21-24
19
b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar,
surat-menyurat, (korespondesi), spanduk, dan sebagainya.
c) Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra
pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televise, film slide,
Internet, dan sebagainya.
d) Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad‟u.
e. Thariqah (Metode) Dakwah
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian
Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata piker manusia.
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan
dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik,
tetapi disampaikan lewat motede yang tidak benar,maka pesan itu bisa saja
ditolak oleh si penerima pesan.Ketika membahas tentang metode dakwah,
maka pada umumnya merujuk pada surat an-Nahl: 125
ظة وٱلح كمة ب رب كسب ل إ لىٱدع له مٱلحسنة ٱلموع د ٱلت ب وج ه
وربكإ نأحسن وۦسب ل ه عنضلب منأعلم ه نب أعلم وه هتد ٱلم
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
20
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”
f. Atsar (Efek) Dakwah
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.
Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seseorang da’i dengan materi
dakwah, wasilah dan thariqah tertentu, maka akan timbul respond an efek
(atsar) pada mad‟u (penerima dakwah).
Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses
dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para
da’i.28
D. Pemuda
1. Pengertian Fase Pemuda
C.S.T. Kansil berkata dalam bukunya “Aku Pemuda Indonesia”,
bahwa pemuda dalam pengertian umum adalah golongan manusia berusia
muda. Di bawah ini dijabarkan kelompok-kelompok yang dapat
dipergunakan di dalam pembinaan dan pengembangan anak-anak khususnya
dan pemuda pada umumnya.
a. Dilihat dari segi biologis pemuda adalah yang berusia 15-30 tahun
b. Dilihat dari angkatan kerja Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat
diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 sampai 30 tahun.
c. Untuk kepentingan perencanaan modern digunakan istilah sumber-
sumber daya manusia muda, yang dimaksud dengan sumber daya
28
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 32-34
21
manusia muda adalah mereka yang berumur 18 tahun ke atas sampai
dengan 30 tahun.
d. Dilihat dari sudut ideologis-politis, maka pemuda umur antara 18 sampai
30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun.
e. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup
tempat pemuda berada, diperoleh tiga kategori:
a). Siswa usia antara 6-18 tahun, masi ada di bangku sekolah.
b). Mahasiswa di Universitas atau di perguruan tinggi, usia antara 18-25
tahun.
c). Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi, usia
antara 15- 30 tahun.
Karena yang dimaksud dengan pembinaan dan pengembangan pemuda
dalam usaha ini mencakup semua aspek yang disebutkan di atas, maka pemuda
dalam hal ini adalah manusia yang berumur antara 0 sampai 30 tahun. Yang
dimaksud dengan pemuda adalah manusia yang berumur 15-30 tahun. Dalam
masa transisi dewasa ini dikenal juga generasi peralihan (transisi) yakni mereka
yang berumur 30-40 tahun.29
2. Fase Pemuda
Fase pemuda merujuk pada sejumlah karakteristik berikut :
a. Pemuda adalah fase permulaan taklif
Fase pemuda adalah fase menghimpun ilmu pengetahuan dan
kemampuan menunailkan beban syariat. Manakala fase pemuda adalah
29
C.S.T. Kansil, Aku Pemuda Indonesia, (Jakarta Timur: Balai Pustaka Persero, 1986),
h. 149-150
22
titik tolak dalam menempuh jalan ibadah yang bersifat pilihan dan
bersumber dari diri sendiri, pena pun telah digerakkan untuknya guna
mencatat amal kebaikan dan amal keburukan. Maka semua pemuda harus
mendapat perhatian khusus guna membantunya memulai menapaki jalan
ibadah, menjelaskan rambu-rambunya, menundukan rintangan-
rintangannya, dan menjelaskan perbekalannya. Sehingga si pemuda
bejalan menuju Rabbnya dengan aman dan tenang, berdasarkan petunjuk
dan kesadaran.30
b. Pemuda adalah fase kekuatan
Di dalam kehidupan manusia melewati beberapa fase dengan
tingkat kekuatan dan kelemahan beragam. Ia hadir di dunia dengan bentuk
fisik kecil dan lemah serta tidak mengetahui apapun. Kemudian sedikit
demi sedikit ia menjadi besar, tumbuh menjadi kuat, inderanya
berkembang, kecerdasan dan pengetahuanya bertambah hingga ia menjadi
dewasa. Allah subhanahu wata‟ala berfirman di (QS. An-Nahl:16:78):
موٱلل ن أخرجك ون م مب ط ت ك ه اشتعلم ونلأ م م وجعل لك
مع روٱلس دةٱلفوٱلبص م ونلعلك ر تشك Terjemahnya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
30
Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad,
(Solo: Zamzam, 2015), h. 268-269
23
Akan tetapi fase kekuatan ini tidak selamanya menyertai manusia,
melainkan bila usianya bertambah maka ia kembali kepada fase lemah,31
sebagaimana disebutkan dalam QS. Yasin: 68.
ره ومن عم سه ن عق ل ونأفلخلق ٱلف ن نك
Terjemahannya:
“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak
memikirkan?”
Allah juga berfirman dalam QS. Ar-Rum: 54
يٱلل ۞ ٱلذ ث م ة ضعفق و بعد ن جعلم نضعفث م مم خلقك و وه شاء ما خل ق
بة ةضعفاوش ق و بعد ن ر ٱلعل م جعلم ٱلقد
Terjemahnya:
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa”.
Kekuatan pada fase ini mencakup segala sisi; kekuatan fisik, kekuatan
indera, kekuatan untuk bekerja dan berusaha dan kekuatan untuk mencari
ilmu.32
c. Pemuda adalah fase yang paling utama
Kembalinya keutamaan pada fase usia muda ini mengingat di dalamnya
terhimpun kekuatan dan semangat seseorang yang tidak ditemukan pada
fase laen. Juga karena pada fase ini dipenuhi kesempurnaan indera serta
31
Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad, h.
270-271 32
Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad, h.
272.
24
kemampuan untuk belajar dan bekerja. Akan tetapi keutamaan ini tidak
bersifat mutlak berlaku bagi setiap orang, tetapi bisa jadi bagi sebagian
orang fase lain lebih utama dari fase pemuda. Itu terjadi bila pada fase-fase
lain tersebut terwujud kekuatan iman dan kesinambungan hubungan dengan
Allah Ta’ala. Pada kondisi ini kesempurnaan hakiki terwujud, kemudian
keutaman menjadi sempurna ketika fase pemuda bertemu dengan kekuatan
iman. Pada umumnya kenyamanan dan kebahagiaan hidup hanya bisa
dinikmati pada masa muda. Ia adalah masa yang mana anak-anak
mendamba bisa sampai kepadanya dan orang tua berangan-angan bisa
kembali kepadanya.33
E. Strategi Komunikasi Dakwah
Dari penjelasan diatas sehingga peneliti mendefinisikan bahwa
strategi komunikasi dakwah adalah sebuah perencanaan dalam proses
penyampaian pesan atau informasi dengan bertujuan mengajak umat kepada
ajaran Islam demi meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adapun
beberapa Strategi atau metode komunikasi dakwah terhadap pemuda di desa
sebagai berikut:
1. Metode Komunikasi Dakwah
Allah Swt telah mengabarkan metode dakwah itu di dalam (QS. An-
Nahl: 125)
ظة وٱلح كمة ب رب كسب ل إ لىٱدع له مٱلحسنة ٱلموع د ٱلت ب وج ه وربكإ نأحسن وۦسب ل ه عنضلب منأعلم ه نب أعلم وه هتد ٱلم
33
Sa’id bin Al bin Wahf Al-Qathani, Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul Aulad, hlm.
274-275
25
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah
itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
a. Metode bi al-Hikmah
Dakwah bi al-hikmah adalah menyampaikan dakwa dengan cara
yang arif bijaksana yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa
sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas
kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun
konflik. Dengan kata lain dakwa bi al-hikmah merupakan suatu
pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.34
a). Pengertian bi al-Hikmah
Kata “Hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20
kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat.Bentuk
masdarnya adalah “hukuman” yang diartikan secara makna
aslinya adalah mencegah.Jika dikaitkan dengan hukum berarti
mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah
maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam
melaksanakan tugas dakwah.
34
Toto Tasmoro, Komunikasi dakwah, (Jakarat: Gaya Media Pratama, 1987),
hal. 37
26
M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui
rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan
dalam arti ucapan yang sedikit lafazh, akan tetapi banyak makna
ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat dan
semestinya.
Toha Yahya Umar menyatakan bahwa Hikmah berarti
meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha
menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman
dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-Hikmah
adalah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah
dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.Al-hikmah
merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta
realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif.Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
b). Hikmah Dalam Dakwah
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hikmah dalam
dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat
menentukan sukses tidaknya dakwah.Dalam menghadapi mad‟u yang
beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para
da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang
hati para mad‟u dengan tepat.Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk
27
mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar
belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu
yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.
Da’i yang sukses biasanya juga berangkat dari kepiawaiannya dalam
memilih kata, mengolah kalimat dan menyajikannya dalam kemasan yang
menarik.
Da’i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama tanpa
mengamalkannya. Seharusnya da’ilah orang pertama yang mengamalkan
apa yang diucapkannya.Seperti yang difirmankan Allah melalui (QS. Ash-
Shaf: 2-3)
سبح ت ف مالل و م ف وماٱلس وٱلرض ز وه م ٱلعز ( ٢)ٱلحك
ها أ ن (١)تفعل ونلماتق ول ونل مءامن وا ٱلذ
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan
(3)”
Kemampuan da’i untuk menjadi contoh nyata umatnya dalam
bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh
seorang da’i. Dengan amalan nyata yang langsung dilihat oleh
masyarakatnya, para da’i tidak terlalu sulit untuk harus berbicara banyak,
tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar
berbicara.35
35
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 243-248.
28
b. Metode Al-Mau‟idza Al-Hasanah
Secara bahasa, mau‟izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
mau‟izhah dan hasanah. Kata mau‟izhah berasal dari kata wa‟adza-ya‟idzu-
wa‟dzan-„idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan,
sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi‟ah yang artinya kebaikan
lawannya kejelekan.
Menurut Abdul Hamid al-Bilali: al-Mau‟izhah al-Hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah
dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.Dan sikap lemah lembut ini telah Allah firmankan
melalui surat (QS. Ali-Imran: 159 )
نرحمةفب ما م نتولوله م ل نتٱلل اك وا لٱلقلب غل ظفظ ننفض م مله مٱستغف روعنه مٱعف فحول ك ره عزمتفإ ذاٱلمر ف وشاو ل إ نٱلل علىفتوك توك ح ب ٱلل ل نٱلم
Terjemahannya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”
Mau‟izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan
29
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan
akhirat.36
c. Metode Al-Mujadalah
Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata “jadda”
yang bermakna memintal, melihat. Apabila ditambahkan Alif pada huruf jim
yang mengikuti wazan Faa ala. “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan
“mujaadalah” perdebatan.
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah
(al-Hiwar).Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang
mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara
sinergi, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan menghormati
pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak
lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.37
2. Sumber Metode Komunikasi Dakwah
a. Al-Qur’an Dan As-Sunnah
Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang membahas tentang
masalah dakwah.Dan pokok pondasi dalam dakwah adalah berpegang
36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,h. 250-252 37
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253-255
30
teguh di atas Al-Qur’an dan Sunnah.Allah Swt menjamin kebahagiaan
dan keselamatan dengan hal tersebut sebagaimana dalam firman-Nya
(QS. Thaha: 123-124).
نهاٱهب طاقال ا م ع مجم ك بعض و ل بعض اعد مفإ م نك أت ن دىم ه
بعفمن دايٱت ل فله شقىولض يعنأعرضومن :9٣٢١ كر ذ
شةۥله فإ ن ه ضنكامع ومۥونحش ر مة :9٣٢١أعمىٱلق
Terjemahnya:
“Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia
tidak akan sesat dan tidak akan celaka, dan Barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan
buta”.
Di dalam sunnah rasul banyak kita temui hadis-hadis yang
berkaitan dengan dakwah.Begitu juga dalam sejarah hidup dan
perjuangannya dan cara-cara yang beliau pakai dalam menyiarkan
dakwahnya baik ketika beliau berjuang di Makkah maupun di Madinah.
Semua ini memberikan contoh dalam metode dakwahnya.Karena
setidaknya kondisi yang dihadapi Rasulullah Saw ketika itu dialami juga
oleh juru dakwah sekarang ini.
b. Sejarah Hidup Para Sahabat dan Fuqaha
Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqaha
cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru
dakwah.Karena mereka adalah orang yang expert dalam bidang agama.
Muadz bin Jabal dan para sahabat lainnya merupakan figur yang patut
dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah.
31
Allah Swt telah memuji para sahabat di dalam Al-Qur’an (QS. At-Taubah:
100).
ب ق ونل ونوٱلس نٱلو نم ج ر ه نوٱلنصار وٱلم وه مٱلذ بع ٱت
ن ب إ حس ض وا عنه مٱلل ر تله موأعدعنه ورض يجن تجر
ر تحتها نٱلنه ل د ل كأبدا ف هاخ ٱلفوز ذ م ٱلعظ
Terjemahnya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-
lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar”.
c. Pengalaman
Esperience is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya
pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak.
Pengalaman juru dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang
banyak dan kadangkala dijadikan referensi ketika berdakwah.38
Setelah kita mengetahui sumber-sumber metode dakwah sudah
sepantasnya kita menjadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan
aktivitas dakwah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang
sedang terjadi.39
3. Aplikasi Metode Komunikasi Dakwah Rasulullah Saw.
Ketika metode dakwah tersebut diaplikasikan Rasulullah Saw.dalam
berbagai pendekatan, diantaranya yaitu:
38 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 19-21
39Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 256
32
a. Pendekatan Personal
Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara
da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan
langsung diterima dan biasanya reaksi oleh mad’u akan langsung
diketahui. Seperti ini pernah dilakukan pada zaman Rasulullah Saw.ketika
berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan di zaman era modern seperti sekarang ini pendekatan
personal harus tetap dilakukan karena terdiri dari berbagai karakteristik.Di
sinilah letak elastisitas pendekatan dakwah.40
b. Pendekatan Pendidikan
Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan
dengan masuknya Islam kepada para kalangan sahabat. Begitu juga pada
masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi
dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak
Islam ataupun perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat materi-materi
keislaman
c. Pendekatan Diskusi
Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai
keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber, sedangkan mad’u berperan
sebagai audience. Tujuan dari diskusi ini adalah membahas dan
menemukan pemecahan semua problematika yang ada kaitannya dengan
dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan
40
Ahmad Hatta, The Great Story Of Muhammad saw,(Jakarta: Maghfhira Pustaka, 2011),
h. 113
33
keluarnya.Dan Allah telah mengabarkan tentang pendekatan diskusi
(debat) di dalam Al-Qur’an, AllahSwt berfirman (QS. An-Nahl: 125)
Sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah di dalam (QS. Al-Ankabut:
46)
أهل ل وا د ب ولت ج ت ب ٱلك ٱلت إ ل إ ل أحسن نه ٱلذ م نه م وا ظلم
ب ا ءامن يوق ول وا ٱلذ ح د و م ه ك وإ ل ه ناوإ ل م ك إ ل ل نز
وأ نا إ ل ل نز أ
له ونۥونحن سل م م
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara
mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab)
yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya
berserah diri”
d. Pendekatan Penawaran
Salah satu falsafah pendekatan penawaran yang dilakukan Nabi adalah
ajakan kepada Allah Swt. tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Cara ini
dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga
mad’u ketika meresponsnya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia
melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam. Cara ini
pun harus dilakukan oleh da’i dalam mengajak mad’unya.
e. Pendekatan Misi
Maksud dari pendekatan misi adalah pengiriman tenaga para da’i ke
daerah-daerah di luar tempat domisili. Kita bisa mencermati untuk masa
sekarang ini, ada banyak organisasi yang bergerak di bidang dakwah
mengirimkan da’i mereka untuk disebarluaskan ke daerah-daerah yang minim
34
para da’inya, dan di samping itu daerah yang menjadi tujuan adalah biasanya,
kurang memahami ajaran-ajaran Islam yang prinsipil.
Pendekatan-pendekatan di atas adalah sebagian kecil dari seluruh
pendekatan yang ada, dan semua itu bisa dijadikan acuan oleh para da’i dalam
melakukan kegiatan dakwahnya.41
41
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 257-258
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu peneliti yang
memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif sebagai
realita sosial, serta memaparkan bagaimana strategi komunikasi dakwah
terhadap pemuda di desa Bontongan.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi objek yang
alamiah.
Filsafat postpositivisme juga disebut paradigma interperatif dan
konstruktif, yang memandang realita sosial sebagai suatu yang utuh,
kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejala bersifat interaktif.42
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, dan
peneliti mengambil lokasi di desa Bontongan. Adapun sasarannya yaitu
masyarakat yang ada di desa Bontongan khusunya para pemuda.
C. Pendekatan Penelitian
Merujuk pada pendekatan yang digunakan peneliti, yaitu jenis penelitian
kualitatif yang tidak mempromosikan teori sebagai alat yang hendak diuji.
Maka teori dalam hal ini berfungsi sebagai hal pendekatan untuk memahami
lebih dini konsep ilmiah yang relevan dengan fokus permasalahan.Dengan
42
Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 14-15
36
demikian, peneliti menggunakan beberapa pendekatan yang dianggap bisa
membantu peneliti.
1. Pendekatan komunikasi
Pendekatan komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain
baik dalam kehidupan sehari-hari dimana pun manusia berada. Tidak ada
manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri
begitu juga halnya bagi suatu lembaga atau organisasi. Dengan adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil
dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak ada komunikasi
oganisasi dapat berantakan tujuan yang diinginkan43
2. Pendekatan sosiologi
Pendekatan sosiologi adalahsuatu landasan kajian sebuah studi atau
penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat. Jika
dikaitkan dengan penelitian yang akan peneliti teliti harus menggunakan
pendekatan sosiologi karena ketika proses pengelolaan dakwah berjalan
maka harus menjalin interaksi dengan pemimpin atau manajer dan
bawahan serta masyarakat. Karena pada dasarnya konsep awal manusia
adalah saling membutuhkan satu sama lain dan tidak mampu bertahan
hidup sendiri. Dalam ilmu sosiologi ada dua unsur yang tidak bisa lepas
yaitu individu dan masyarakat. Dapat dipahami bahwa masyarakat adalah
43
Rahmat kryantono, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: kencana, 2009), h. 15.
37
kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh system, adat-
istiadat, hukum dan norma yang berlaku.44
D. Sumber Data
Data penelitian terdiri dari dua sumber yaitu sumber data primer dan data
sekunder.
1. Sumber data primer atau pokok yang dibutuhkan yang diperoleh secara
langsung (dari tangan pertama) atau diperoleh secara langsung dari
informan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu
strategi komunikasi dakwah di desa bontongan. Dalam penelitian ini yang
termasuk data primer adalah hasil wawancara dengan informan yang
bertujuan untuk menggali informan yang lebih mendalam tentang berbagai
aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
2. Sumber data sekunder adalah sember data pelengkap yang dibutuhkan
dalam penelitian dari sumber yang suda ada. Sumber data sekunder yaitu
pustaka-pustaka yang memiliki relevansi dan bisa menunjang penelitian
ini, yaitu, dapat berupa buku, majalah, Koran, internet, jurnal serta sumber
data lain yang dapat dijadikan sebagai referensi
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi kepustakaan (Library Research ), yaitu dengan membaca buku,
dokumen-dokumen, dan media informasi lain yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
44
Zulfi Mubarak, Sosiologi Agama Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius
Kontemporer, (Cet-1; Malang: Malang Press, 2006), h. 5.
38
2. Wawancara, yaitu Tanya jawab dengan narasumber yang berhubungan
dengan
3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.
F. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penelitian dan deskripsi fokus dalam pembahasan skripsi ini dapat di
lihat pada tabel berikut:
No Fokus Deskripsi Fokus
1 Strategi Komunikasi Dakwah Strategi komunikasi dakwah adalah suatu
cara atau metode yang digunakan
mengajak individu maupun jamaah untuk
mengajarkan tentang agama islam sesuai
dengan ajaran Qur’an dan sunnah.
Strategi komunikasi dakwah yang
digunakan di desa Bontongan adalah
Kultum subuh, Pengajian mingguan,
pengajian bulana, Tahsinul Qur’an,
Pembelajaran bahasa Arab, Pendekatan
Sosial, personal dan olaraga.
2 Pemuda Pemuda adalah yang bila di lihat secara
fisik mengalami perkembangan dan
secara psikis sedang mengalami
39
perkembangan emosional dan berusia 15-
30 tahun dan kadang-kadang sampai umur
40 tahun. Fokus penelitian Pemuda di
desa bontongan adalah yang berusia 15-
40 tahun dan berstatus sebagai pelajar,
pekerja dan yang tidak bekerja.
3 Hambatan strategi komunikasi
dakwah
1. Semangat dan minat pemudah yang
kurang
2. Pengaruh kehidupan modern dan
media sosial
3. Kurangnya didikan orang tua tentang
pengenalan agama semenjak usia dini.
4. Kurangnya dorongan orang tua untuk
menyekolahkan anak-anak nya di
sekolah Agama sampai ke perguruan
tinggi.
5. Pandangan masyarakat terhadap
peluang kerja lulusan perguruan tinggi
agama masih minimpeluang kerja,
sementara lulusan perguruan tinggi
umum mendapat peluang luas.
40
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesia, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Nasution yang dikutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode
Penelitian Kualitatif bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan
mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian.45
Tujuan analisis data ialah untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang mudah dipahami.Metode yang digunkan ini ialah metode survey
dengan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun dapat
dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang serta sesuai
dengan judul peneliti. Teknik pendekatan deskriptif kualitatif merupakan suatu
proses yang menggambarkan keadaan sasaran yang sebenarnya, peneliti secara
apa adanya, sejauh yang peneliti dapatkan dari hasil observasi, wawancara dan
juga dokumentasi.46
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 245 46
Sugiyono , Metode Penelitian Pendidikan, h. 335
41
dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna dan
komunikatif.47
Pada tahap awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebur dan
belum tampak jelas, sedangkan observasi masih bersifat umum dan luas.
Setelah fokus semakin jelas, maka peneliti menggunakan observasi yang lebih
berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih sfesifik.
1. Reduksi data. Reduksi data lebih memfokuskan, menyederhanakan, dan
memindahkan data mentah kedalam bentuk yang lebih mudah dikelola.
Tegasnya, reduksi data adalah membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat bagian,
penggolongan, dan menulis memo. Kegiatan ini berlangsung terus-
menerus sampai laporan akhir lengkap tersusun.48
2. Penyajian data. Penyajian data adalah sebagian sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data berbentuk teks naratif diubah
menjadi berbagai jenis bentuk matrik, grafiks, dan jaringan.
3. Menarik kesimpulan. Setelah data disajikan yang juiga dalam rangkaian
analisa data., maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan
data. Dalam tahap analisa data seorang peneliti kualitatif mulai mencari
arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi.
47
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2003), h. 107 48
Salim dan Syahrum, Metode Penelitian Kualitatif, (Cet-4; Bandung: Citapustaka
Media, 2012), h.148-150
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Desa Bontongan
1. Geografis
a. Letak dan luas wilayah
Desa bontongan merupakan salah satu dari 15 desa di wilayah
kecamatan baraka yang terletak 4 km ke arah timur dari ibu kota
kecamatan baraka dan jarak dari ibu kota kabupaten ± 42 km. Desa
bontongan mempunyai luas wilayah seluas ±2300 km2.. Berbatasan
dengan sebelah utara desa salukanan, sebelah selatan desa lunjen,
sebelah barat desa buntu mondong, dan sebelah timur desa tirowali,
ketinggian tanah 800-1200 m di atas permukaan laut,.
b. Iklim
Iklim desa bontongan sebagai mana desa-desa lain di wilayah
indonesia mempunyai musim kemarau dan penghujan, hal tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa
bontongan kecamatan Baraka.
2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
a. Jumlah penduduk, Tingkat pendidikan dan Mata pencaharian
Desa bontongan mempunyai jumlah penduduk 2390 jiwa, yang
tersebar dalam 6 (enam) dusun dengan perincian sebagai berikut.
a). Jumlah penduduk
Dusun Kalimbua 1 mempunyai jumlah penduduk 544 jiwa
43
Dusun Kalimbua 2 mempunyai jumlah penduduk 586 jiwa
Dusun Banca mempunyai jumlah penduduk 365 jiwa
Dusun Pelappo mempunyai jumlah penduduk 439 jiwa
Dusun Talise mempunyai jumlah penduduk 215 jiwa
Dusun Salassa mempunyai jumlah penduduk 361 jiwa
Dari jumlah penduduk Desa Bontongan maka Dusun Kalimbua
II yang tingkat penduduknya terbanyak dibanding dusun lain,
sedangkan Dusun Talise yang tingkat penduduknya terendah
dibanding dusun yang lainnya.
c). Jumlah penduduk berdasarkan struktur usia yaitu
< 1 tahun 28 orang
1-4 tahun 126 orang
5-14 tahun 253 orang
15-39 tahun 1331 orang
40-64 tahun 555 orang
65 tahun ke atas 88 orang
Dari jumlah penduduk desa berdasarkan usia maka dapat
disimpulkan bahwa jumlah pemuda di desa dari umur 15-39 tahun
berjumlah 1331 orang.
b). Tingkat pendidikan
Adapun dari tingkat pendidikan di desa Bontongan adalah sebagai
berikut.
Pra Sekolah yang berjumlah 100 orang
Sekolah Dasar yang berjumlah 386 orang
44
Sekolah Menengah Pertama yang berjumlah 119 orang
Sarjana yang berjumlah 169 orang
c). Mata pencaharian
Di Desa Bontongan juga dihuni oleh berbagai macam kalangan
pekerjaan yang mulai dari seorang petani, pedagang, Pegawai negeri
sipil, buruh yang dengan perincian sebagai berikut.
Jumlah Petani sebanyak 867 orang
Jumlah Pedagang sebanyak 12 orang
Jumlah PNS (Pegawai Negeri Sipil) berjumlah 105 orang
3. Pola Penggunaan Tanah
Pola penggunaan tanah umum nya di gunakan sebagai lahan
persawahan, perkebunan seperti sayuran, jagung, salak, palawija,
cengkeh dan lainnya dengan panen musiman.
4. Fasilitas Desa
Adapun fasilitas yang ada di Desa Bontongan memiliki
bermacam-macam fasilitas sebagai tonggak terwujudnya segala
kebutuhan dan kegiatan masyarakat desa Bontongan.
Tempat ibadah seperti, Masjid berjumlah 4 buah dan Mushollah
berjumlah 2 buah.
Pelayanan Kesehatan seperti, Puskesmas Desa (PUSTU)
berjumlah 1 buah
Jalan Aspal
Lapangan Olahraga
45
Pelayanan Pendidikan seperti, Sekolah berjumlah 3 buah dan TK
berjumlah 1 buah.
Perpustakaan Umum berjumlah 3 buah
Kantor Desa berjumlah 1 buah.49
5. Keadaan Sosial budaya
Budaya adalah salah satu identitas atau corak dari suatu
lingkungan masyarakat tertentu. Adapun sosial budaya yang ada dan
dilakukan masyarakat Desa Bontongan adalah sebagai berikut:
Gotong Royong pembangunan jalan tani
Gotong Royong menanam dan memanen padi dan jagung
Gotong Royong pembangunan sumber air
Gotong Royong pembangunan rumah
Gotong Royong mencari kayu bakar di hutan untuk acara
pernikahan
Gotong Royong pembangunan fasilitas umum
Mengadakan Lomba di Hari kemerdakaan Indonesia.
6. Potensi Desa
Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dan potensi Desa
Bontongan yang dapat dijadikan landasan dalam perumusan strategi untuk
mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan
datang adalah :
49
Pemerintah desa Bontongan. Data Dasar Profil Desa Bontongan
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, (Bontongan: 2017), h. 14-16
46
a. Sumberdaya Manusia
Semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan terbukti bahwa sudah banyak pemuda dan warga yang
melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi bahkan sudah ada
beberapa diantaranya yang menyandang gelar sarjana dari berbagai jurusan.
Ekonomi (biaya) menjadi alasan utama penyebab tingginya angka
putus sekolah di kalangan anak usia sekolah khusus jenjang Perguruan
Tinggi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Desa
Bontongan dalam meraih visi cerdas.
b. Demografi
Pertumbuhan penduduk yang tidak stabil setiap tahun, disatu sisi
menjadi beban pembangunan karena ruang gerak untuk produktivitas
masyarakat makin rendah, apalagi jika tidak diikuti peningkatan pendidikan
yang dapat menciptakan lapangan kerja. Memang tidak selamanya
pertambahan penduduk membawa dampak negatif, malahan menjadi positif
jika dapat diberdayakan secara baik untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kondisi ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian
dan penanganan secara komprehensif adalah terjadinya peningkatan angka
usia kerja setiap tahunnya.
Pertumbuhan angkatan kerja yang memasuki dunia kerja di mana
dari angkatan kerja yang mencari kerja tersebut tidak dapat terserap pada
lapangan kerja yang tersedia khususnya dalam konteks hubungan kerja
(bekerja di sektor pemerintah atau di sektor swasta/perusahaan), karena
47
memang daya serap dari sektor-sektor tersebut sangat terbatas, sehingga
sebagai “katup pengaman” harus dapat dikembangkan sebagai potensi atau
peluang bekerja terbuka luas melalui kerja mandiri/wirausaha (sektor
ekonomi non formal).
Jumlah penduduk desa Bontongan termasuk jumlah yang besar bagi
ukuran suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan menjadi satu
kekuatan/potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi sumber daya
manusia.
B. Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda di Dsa Bontongan
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Mendakwahi pemuda adalah cara efektif dalam mencapai sasaran
pembangunan. Sehingga besarnya partisipasi pemuda yang islami akan sangat
efektif dan berpengaruh peranannya pada pembangunan suatu daerah.
Maka, mendahulukan dakwah kepada pemuda menjadi hal yang
penting. Mengingat, pastisipasi pemuda sangat besar artinya bagi
pembangunan, khususnya membangun mental. Merekalah yang akan
menentukan dalam tercapainya suatu kemajuan/kemakmuran bagi suatu
bangsa.50
Seperti halnya para pemuda di desa Bontongan memiliki peranan
yang sangat penting terutama dalam bidang agama, Pemuda sebagai generasi
penerus cita-cita perjuangan bangsa akan mengambil alih tanggung jawab
50
Misbahul Wani.2019.Pemuda Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah:Pemuda Islam
Yang Berkualitas Tidak Lepas Dari Pendidikan Orang Tua Yang Totalitas. Lihat di Jurnal Studi
Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadits http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-dzikra Volume 13,
No. 1, Juni Tahun 2019, Halaman 71 – 94 DOI://dx.doi.org/10.24042/al-dzikra.v13i1.2077.pdf.
Diakses pada 07 Juni 2020
48
kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan keluarga sampai dengan
kepemimpinan bangsa dan negara. Pemuda dengan kepribadian yang belum
stabil, gemar meniru, dan mencari-cari pengalaman baru sangat mudah
terpengaruh dan mengadopsi nilai-nilai yang mereka anggap modern dan trend
untuk dijadikan anutan dalam menjalani kehidupan mereka. Secara mikro,
tugas dan tanggung jawab pendidikan atau pembinaan pemuda adalah amanah
Allah SWT kepada kedua orang tua dalam rumah tangga, namun secara makro
hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama orang tua di rumah tangga,
guru-guru di sekolah, pemerintah serta tokoh agama dan tokoh masyarakat di
lingkungan masyarakat.51
Dan tanggapan dari seorang Tokok Masyarakat di Desa Bontongan
yang bernama Karim mengatakan :
“Dalam pengabdian pemuda di masyarakat jarang pemuda tidak ada
kalau ada kegiatan-kegiatan seperti bulan suci ramadhan juga berperan
semua, ada yang protokol ada yang mengaji, safari ramadhan, menjadi
panitia qurban, pembangunan jalan yang didominasi 70-80% pemuda dan
juga kalau ada orang meninggal dunia mereka pergi menggali kubur
tanpa digaji itu walaupun sedikit serta dari kalangan pemuda mereka
turut ikut mencuci piring di acara pernikahan dan 90% hanya pemuda
10% saja orang tua. Dan mereka dibagian olahraga itu seperti sepak bola,
vollyball sangat bersemangat, dan hampir pemuda di bidang agama dan
umum ada cuma beberapa saja orang, apa lagi sekarang ini hampir jarang
orang tua memperhatikan anaknya. Maka dari itu kita fokus arahkan
generasi kita itu dalam 2 hal yakni agama dan olahraga, karena di situ
kita himpun mereka karena kalau agama barangkali ada yang lari tapi
kalau di dekati di tempatnya anak.”.52
51
Nur Said Rahmatullah, Strategi Dakwah Komunitas Sahabat Muda Surabaya
Dalam Membentuk Pemuda Sosial Entrepreneur Yang Islami, Tesis Sarjana Pendidikan, (Jakarta:
Perpustakan UIN, 2017), h. 69-71 52 Karim, Tokoh Masyarakat di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan,
29 Juni 2020
49
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari tanggapan seorang tokoh
masyarakat dalam pengabdian mereka di desa dan terlihat dari peranan mereka
dalam berbagai kegiatan sosial, olahraga dan pembangunan serta kegiatan
mereka dalam bidang keagamaan tapi sebagian kecil saja dari mereka yang
memiliki minat dalam keagamaan disebabkan orang tua yang kurang
memperhatikan anaknya dalam permasalahan agama mereka. Maka dari itu
diharapkan untuk fokus mengarahkan generasi pemuda untuk menjadi lebih
baik terkhusus dalam bidang keagamaan. Hal inilah yang menjadi perhatian
para Da’i untuk lebih meningkatkan lagi gerakan dakwahnya khusunya kepada
pemuda dan masyarakat desa bontongan agar islam yang salah satu misinya
rahmatan lilalamin (rahmat seluruh alam) yang merupakan suatu kebenaran
dapat tersebar luas dan dijadikan panduan hidup, karena dengan berpegang
teguh pada ajaran islam pemuda dan masyarakat akan tetap teguh memegang
kebenaran dan selektif terhadap segala sesuatu yang datang dalam
kehidupannya.
Salah satu faktor keberhasilan dalam berdakwah adalah
memprioritaskan target dakwah. Dengan memberikan prioritas, dakwah akan
menjadi lebih mudah karena seorang dai sudah bisa menentukan apa yang
harus dilakukan, bagaimana ia harus bersikap, materi apa yang harus
disampaikan serta dapat melihat dengan jelas cara berpikir seperti apa yang
akan ditemuinya.53
53 Nur Said Rahmatullah, Strategi Dakwah Komunitas Sahabat Muda Surabaya
Dalam Membentuk Pemuda Social Entrepreneur Yang Islami, h. 67
50
Strategi dakwah dalam meningkatkan pemahaman agama yang
dilakukan di desa bontongan meliputi dakwah terhadap pemuda dan dakwah
terhadap masyarakat, antara lain: dakwah dengan melalui mengadakan
pengajian di masjid, taklim, tahsin Qur’an, dan belajar bahasa arab.
Strategi komunikasi terhadap pemuda di desa bontongan mempunyai
maksud dan tujuan yaitu untuk membangkitkan semangat para pemuda dalam
mengetahui tentang ajaran-ajaran Islam secara lebih terperinci. Dan juga
sebagai media dakwah di kalangan remaja khususnya, karena kita ketahui
remaja sekarang sangat rentan dengan pergaulan yang bebas.
Dalam hal ini di tengah-tengah pergaulan yang bebas sangatlah
diperlukan media dakwah yang bisa memberikan wawasan ajaran alhlusunnah
waljama'ah. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang sangat
rendah dengan pengetahuan ajaran Islam. Untuk itu strategi sangat diperlukan
dalam menerapkan nilai-nilai Islam para pemuda.
Kewajiban untuk berdakwah sangatlah penting, berdakwah tidak
hanya melibatkan seorang mubaligh atau da’i profesional, akan tetapi
berdakwah harus melibatkan masyarakat seluruhnya, khususnya para remaja
atau para pemuda yang akan menjadi seorang penerus bangsa ini dan
membawa bangsa ini di masa yang akan datang, sehingga aktivitas sehari-hari
harus terdorong pada hal-hal yang positif.54
Terdapat suatu indikasi, jika pemuda telah mampu memahami ajaran
Islam dengan baik dan telah menjadikan keimanan (keyakinan beragama)
54
Indra dito puspito, Strategi Dakwah Generasi Mudah Masjid Al-Hikmah, (Jakarta: UIN,
2011), h.49-51
51
sebagai bagian integral dari kepribadiannya, maka keimanan itulah yang akan
mengawasi segala tindakan, perkataan dan kondisi emosional. Bapak Karim :
“Macam disini barangkali banyak kesekolah-sekolah agama dari pada
umum apalagi kami dulu hampir tidak ada yang kesolah SMP gelombang
say dulu, berapa saja disini ke aliyah daripada SMA, tsanawiyah juga dan
dihitung jari ke SMP, ada juga ceramah, membentuk organisasi dan semua
kegiatan agama disitu, seperti membuat perlombaan keagamaan pak desa
juga menganggarkan untuk kegiatan keagamaan seperti adzan, mengaji,
praktek sholat setiap bulan ramadhan. Dan pembinaan orang tua itu yang
berperan, dan peran orang tua disini kita syukuri karena ini jajahan DITI
gerombolannya dulu Kahar Muzakkar tertanam disini dan kalau ceramah
itu bulan suci ramadhan nanti jam 12 malam baru berhenti, waktu jaman
DITI tidak ada yang goyang kalau ada kita dengar musyrik itu langsung
dibawa kepasar ditembak mati, termasuk dulu ada orang palopo namanya
pak AZIS anggota DITI membina disini seperti membuat kelompok
pengajian dengan bahasa daerah disini setelah itu dipraktekan”.55
Menurut Bapak Jahaman :
“Sebagai motivasi atau acuan di adakan lomba ala kadarnya supaya anak
muda itu bisa belajar harian untuk persiapan tampil dan juga mengadakan
safari ramadhan serta memberikan kegiatan dan menghadirkan tokoh-
tokoh dari kecamatan atau kabupaten yah... seperti itu, dan yang dilakukan
orang tua disini dan selama ini kita antara 3 lapisan komunikasi orang tua
ke dewasa lalu ke pemuda adapun lewat pendidikan, pendidikannya lebih
kuat dan lebih berkesan persatuan antara guru, siswa dan orang tua”.56
Adapun maksud dari pendapat bapak Jahaman ialah Bentuk praktek
strategi komunikasi dakwah yang dilakukan adalah mengadakan perlombaan
setiap bulan ramadhan dan adanya kontribusi pemerintah kabupaten dengan
menghadirkan da’i-da’i di desa. Begitupun Komunikasi dakwah lebih berkesan di
sekolah.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pembinaan keluarga merupakan
55
Karim, Tokoh Masyarakat di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan, 29 Juni
2020. 56 Jahaman, Tokoh Agama di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan, 16 juni
2020.
52
jalur pendidikan luar sekolah yang lebih menentukan karakter pemuda dan
merupakan pendidikan luar sekolah yang diselenggrakan dalam keluarga yang
memberikan keyakinan agama, nilai moral dan keterampilan. Orang tua yang
terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan orang pertama mempunyai hubungan
dengan anaktetapi juga merupakan orang yang paling lama memberikan
bimbingan sampai anak berdiri sendiri karena dengan kesadaran yang mendalam
serta didasari rasa cinta kasih sayang, sehingga dalam pendidikannya
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Pembinaan dalam keluarga yang dilakukan orang tua, harus
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan dengan memberikan bimbingan
yang penuh kasih sayang dengan metode yang baik dan benar, aqidah, ibadah,
akhal mulia, kebersihan, kesehatan dan lain-lain. Dengan pola dan sistem
pembinaan yang demikian, maka akan tertanam sebuah perilaku dan moralitas
yang sejalan dengan nilai-nilai islam sampai dewasa, pendidikan inilah yang akan
mendorong diri pemuda untuk menjadi lebih baik dengan membekali dengan ilmu
pengetahuan serta akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama islam.
Salah satu kegiatan dakwah yang harus intensif dilakukan adalah
pembinaan keislaman pemuda agar menjadikan islam sebagai jalan hidup.
Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan pemuda dan masyarakat desa
dapat menegakkan agama Allah yang sebenarnya sehingga agama tersebut
menjadi sesuai dengan ajaran islam, dapat menyeru kepada perbuatan yang baik
dan mencega perbuatan yang buruk, pemuda dan masyarakat memahami tentang
ajaran islam yang sesungguhnya seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, dan
53
melahirkan pemuda yang islami dan berpegang teguh pada ajaran islam.
Adapun cara da’i dalam mengaplikasikan strategi dakwah, sudah di susun
dalam bentuk program-program dakwah yaitu membuat berbagai agenda.
1. Kultum subuh di laksanakan setiap hari setelah sholat subuh dengan
membahas masalah ibadah puasa wajib dan sunnah, dzikir pagi petang, fiqih
qurban, dan sebagainya
2. Pengajian mingguan dan bulanan
Pembentukan remaja berkarakter Islami ini tidak hanya sekedar
dilaksanakan dengan praktek ibadah saja. Melainkan ada pengajian mingguan
dan bulanan.
a. Pengajian mingguan
a). Dusun kalimbua 1 di laksanakan setiap malam kamis setelah sholat
maghrib
b). Dusun banca, dusun talise dan dusun salassa di laksanakan setiap hari
ahad setelah asar
c). Dusun pelappo di laksanakan setiap hari ahad setelah magrib
b. Pengajian bulanan di lakukan sekali dalam sebulan.
Kegiatan ini dilaksanakan agar pemuda bisa terus menambah ilmu
pengetahuannya tentang keagamaanya dan belajar langsung dari ustadz.
Mengingat ajaran Islam masih sangatlah luas, tidak sebatas ibadah wajib
dan sunnah saja, sehingga kegiatan pengajian mingguan dan bulanan ini
baik untuk menambah wawasan keagamaan remaja.
54
3. Tahsin Qur’an
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan dan
memperbaiki bacaan Alqur’an pemuda di desa Bontongan, kegiatan ini
dilaksanakan sehari dalam sepekan di setiap dusun yang ada di desa
Bontongan.
4. Pembelajaran Bahasa Arab
Mengingat akan pentingnya memahami pedoman hidup manusia
berupa Al Qur’an dan Hadits maka di laksanakanlah kegiatan
pembelajaran Bahasa Arab kepada pemuda agar mereka dapat memahami
bahasa arab terutama kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin
mudah memahami islam dari pada yang tidak mempelajarinya sama sekali,
pemuda juga dapat lebih mudah dalam menghafalkan, memahami,
mengajarkan dan mengamalkan isi al-qur’an dan hadits-hadits nabi dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
5. Pendekatan Sosial
Salah satu untuk meraih tujuan dakwah maka peneliti turut ikut
serta dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat desa dengan gotong
royong dalam perkebunan dan pertanian seperti memanen padi dan jagung,
memetik buah salak sebagai tonggak pengaplikasiasn strategi dakwah
terhadap pemuda yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan
yang dengan itu memudahkan memberi wejangan-wejangan ilmu agama.
Nasrul Murni sebagai tokoh Pemuda mengatakan :
“Pemuda secara umum di desa Bontongan sangatlah aktif dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan sosial seperti mereka ikut serta
dalam gotong royong dalam pembangunan fasilitas desa, gotong
55
royong dalam pembangunan sektor perkebunan dan pertanian,
hajatan-hajatan, pembangunan rumah dan lainnya. Begitupun dalam
bidang olahraga yang di dominasi oleh pemuda dalam melakukan
kegiatan olahraga seperti sepak bola dan bola voli. Namun dalam
skala pemuda keseluruhan di dalam bidang keagamaan sangat rendah
atau kurang di minati hanya sebagian kecil saja terlihat dalam
keseharian mereka jarang datang ke masjid untuk melaksanakan
ibadah sholat serta mendengar ceramah-ceramah rutin yang
dilaksanakan di masjid.”57
Adapun Maksud dari salah seorang tokoh pemuda di desa
bontongan dapat kita pahami bahwa pemuda desa secara umum sangatlah
urgen dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti gotong royong pembangunan
fasilitas desa, acara hajatan, perkebunan dan pertanian. Begitupun dalam
kegiatan olahraga yang banyak diminati kaum pemuda, namun dalam
skala pemuda keseluruhan di dalam bidang keagamaan sangat rendah atau
kurang diminati.
6. Pendekatan Personal
Bagian dari aplikasi strategi komunikasi dakwah adalah dengan
melakukan pendekatan personal berupa kunjungan ke rumah-rumah
tetangga dengan metode obrolan perkara perkebunan, pertanian dan
pembangunan yang mengarah kepada agama serta menumbuhkan
silaturahim antar tetangga.
7. Pendekatan Olahraga
Pemuda adalah Masa yang dimana memiliki semangat yang tinggi
dan antusias yang besar maka dari itu untuk memanfaatkan bidang
olahraga peneliti turut ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pemuda yang
57
Nasrum Murni, Tokoh Pemuda di desa Bontongan, Wawancara Pribadi,
Bontongan, 08 Juli 2020
56
dilakukan hampir setiap hari seperti sepak bola dan bola voli yang
bertujuan mempererat silaturahmi antar pemuda di desa Bontongan.
Bapak Jahaman mengatakan bahwah:
“Kalau sosialnya itu dapat di syukuri cuma tidak lepas dari sebagian kecil sulit terkendali atau sulit melaksanakan kegiatan sosial tapi,
yang mayoritasnya itu yah... di desa bontongan ini kegiatan
sosialnya serta antusias dan kalau di bidang keagamaan mayoritas itu
dapat disyukuri Cuma sulit untuk memunculkan suasana supaya
tertarik dalam pembelajaran atau melaksanakan kegiatan, maka itu
yang kami usahakan tapi Cuma menggebu-gebu pada awalnya
namun masih sangat membutuhkan bantuan, kalau dalam olahraga
yah... cukup suntikan-suntikan seperti olaraga dan seni”.58
Jadi, kesimpulanya kegiatan dakwah di desa Bontongan sangat
dibutuhkan. Pemuda di desa memiliki jiwa kebersamaan yang tinggi
terutama dalam hal pembangunan desa namun dalam kebersamaan
keagamaan masih rendah apalagi untuk membina pemuda yang kurang peduli
serta kurangnya minat mereka untuk mempelajari agama yang disebabkan
berbagai macam faktor seperti kurangnya dorongan orang tua, pengaruh game
online dan adanya sebagian pandangan masyarakat terhadap kurangnya
peluang kerja lulusan perguruan tinggi, pemuda sangat perlu di bina apa lagi
mengenai masalah agama agar mereka bisa memahami tentang dakwah secara
kesuluruhan dan adanya usaha berupa kegiatan keagamaan untuk memancing
minat dan meningkatkan semangat kepedulian pemuda terhadap agama agar
menjadi generasi rabbani yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan
negara dan untuk meraih kehidupan yang baik di akhirat kelak.
58
Jahaman, Tokoh Agama di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan, 16
Juni 2020
57
C. Hambatan Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Pemuda Di Desa
Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Dalam setiap karaya maupun segala hal yang ada di dunia ini tidak
ada sesuatu yang sempurna, begitu pula dalam penulisan skripsi ini. Banyak
hal yang masih perlu dikoreksi untuk diperbaiki dan dikembangkan oleh
peneliti selanjutnya. Kurangnya tatap muka antara peneliti dengan pemuda
lainnya sebab sulitnya dalam mengumpulkan mereka, hal tersebut menjadi
faktor penghambat yang mendasari kurangnya informasi yang dapat menjadi
bahan perbandingan dan penunjang informasi yang bisa didapat oleh peneliti.
Hambatan yang dirasakan adalah sebgai berikut:
1. Kurangnya minat pemuda untuk mempelajari ilmu agama yang
mereka anggap membosankan dan melelahkan.
2. Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah hanya pada awal
kegiatan saja, setelah kegiatan rutin di laksanakan satu persatu
pemuda mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa
jenuh dan mengantuk.
3. Antusias pemuda yang masih kurang dan mudah terbawa arus
pergaulan sehingga sangat sulit mengajak untuk dapat ikut serta
dalam kegiatan.
4. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan modern menampilkan
banyak hal-hal menarik dan mengasyikkan namun tidak membawa
manfaat. Hal inilah yang bisa menjadi penghambat bagi dakwah
terhadap pemuda
58
5. Pengaruh gadget masuk hal-hal yang cenderung negatif, seperti
banyak dari remaja yang menghabiskan waktunya berjam-jam untuk
bermain game, dan bermain ponsel.
6. Kurangnya didikan orang tua tentang pengenalan agama semenjak
usia dini.
7. Kurangnya dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak-anak nya
di sekolah Agama sampai ke perguruan tinggi
8. Tidak adanya antusias pemerintah setempat membuat poster-poster
dakwah.
9. Pandangan masyarakat terhadap peluang kerja lulusan perguruan
tinggi agama masih minimpeluang kerja, sementara lulusan
perguruan tinggi umum mendapat peluang luas.
Bapak Jahaman sebagai tokoh Agama mengatakan :
“Di desa bontongan ini kegiatan sosialnya sangat antusias yang terlihat dari kegiatan-kegiatan sosialnya seperti, gotong royong membangun
jalan kebun, membangun rumah, menanam atau memanen padi dan
jagung. Namun dalam kegiatan keagamaan pemuda sangat antusias dan
terlihat dari kegiatan-kegiatan mereka seperti lomba adzan dan safari
ramdhan serta adanya kegiatan pengajian rutin pemuda setiap pekan
itupun sebagian kecil saja pemuda di sini tapi mereka juga hanya
antusias pada permulaannya saja namun kurang semangat lagi di
belakangan maka dari itu kami masih sangat membutuhkan bantuan
untuk meningkatkan minat pemuda dalam agama. Adapun mereka
dalam kegiatan olahraga sangat bersemangat”.59
Dari pandangan seorang tokoh agama kita bisa menyimpulkan
bahwa pemuda di desa bontongan sangatlah urgen dan berperan penting
terhadap masyarakat terkhusus dalam bidang sosial pembangunan dan
59
Jahaman, Tokoh Agama di desa Bontongan, Wawancara Pribadi, Bontongan,
16 Juni 2020
59
olahraga, begitupun mereka di bidang keagamaan yang diiringi kegiatan-
kegiatan keagamaan berupa lomba adzan, safari ramadan serta pengajian-
pengajian rutin pekanan namun dalam bidang keagamaan ini hanya
diistilahkan “panas-panas tai ayam” dalam artian semangat di awal saja
namun lemah di akhir sehingga memunculkan harapan untuk
meningkatkan minat pemuda di desa dalam bidang keagamaan.
Sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan yang membuat pemuda
bisa perperan aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti contohnya aktif
dalam beribadah di masjid, membantu tentang hal keagamaan, membuat
kajian agama, dan lain-lain. Partisipasi dan kontribusi pemuda dalam hal
seperti ini belum maksimal, karen banyak faktor. Seharusnya peranan
pemuda dalam kehidupan masyarakat khusunya dalam kegiatan
keagamaan kurang lebih sama dengan peran warga lainnya dimasyarakat.
Pemuda mendapat tempat istimewah karena mereka dianggap
kaum yang sedang mencari peran dalam tatanan sosial. Dalam hal ini
mayoritas penduduk adalah muslim akan sangat berkembang dalam hal
keagamaan jika pemudanya maksimal dalam partisipasi dan lebih
mengembangkan kegiatan keagamaan dan pada saatnya nanti sewaktu
mereka mendapatkan peran, mereka akan menuangkan ide-ide baru ke
masyarakat.
Nasrul Murni :
“Aplikasi dalam komunikasi dakwah terhadap pemuda di desa
Bontongan hanya lebih aktif di masjid seperti dilaksanakannya kegiatan
pengajian-pengajian namun sebagian kecil saja pemuda yang hadir
disebabkan kurangnya pendakwah yang mumpuni untuk menarik minat
60
kaum pemuda serta kemungkinan adanya faktor kemalasan dan minat
dalam agama. Adapun dalam kegiatan sosial mereka sangatlah kurang
dimasukkan cerita perkara-perkara agama kecuali didominasi cerita
perkara keduniaan dan lelucon saja.”60
Adapun pendapat dari seorang tokoh pemuda Bahwasanya
Praktek dalam komunikasi dakwah di desa dengan adanya pengajian-
pengajian namun masih lemah, begitupun dalam dalam kegiatan-kegiatan
sosial yang didominasi cerita perkara dunia dan lelucon saja dan kurang
akan perkara agama.termasuk Salah satu faktor yang mempengaruhi minat
pemuda dalam partisipasi sosial keagamaan adalah kurangnya motifasi
dan pembinaan dari orang tua itu sendiri, kurangnya kesadaran dari diri
individu pemuda karena pemuda usia sekolah menengah pertama bahkan
sampai perguruan tinggi egonya masih sangat tinggi dan lebih
mementingkan urusannya sendiri serta lebih banyak main-main dengan
teman sebayanya. Kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang
pentingnya untuk terjun langsung dalam kegiataan kepemudaan terutama
soal urusan agama, kurangnya percaya diri mereka untuk bersosialisas.
Oleh karena itu perlu di pikirkan ide-ide untuk membangkitkan keinginan
pemuda mempelajari agam islam tidak hanya melalu masjid saja tapi bisa
juga di lakukan media media cetak ataupun media online, seperti
membuat spanduk atau pun poster-poster dakwah, dan yang paling
mungkin di lakukan adalah dengan membuat grup dakwah di sosial media
terkhusus untuk pemuda desa bontongan di mana kecenderungan pemuda
60 Nasrum Murni, Tokoh Pemuda di desa Bontongan, Wawancara Pribadi,
Bontongan, 08 Juli 2020
61
adalah bermain telepon seluler.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Sstrategi komunikasi dakwah yang dilakukan di desa bontongan
meliputi pengembangan agama terhadap di Wilayah desa bontongan
antara lain Kultum subuh secara rutin, Taklim mingguan dan bulanan,
Tahsinul Qur’an, Pembelajaran bahasa arab, serta melakukan
pendekatan kepada pemuda melalui kegiatan sosial dan olaraga.
2. Hambatan strategi komunikasi dakwah yang di rasakan peneliti adalah
Semangat para pemuda dalam kegiatan dakwah hanya pada awal
kegiatan saja, setelah kegiatan rutin di laksanakan satu persatu pemuda
mulai berkurang aktif mengikuti kegiatan karena merasa jenuh dan
mengantuk, Pengaruh gadget yakni banyak dari remaja yang
menghabiskan waktunya berjam-jam untuk bermain game, dan
bermain ponsel, Kurangnya didikan orang tua tentang pengenalan
agama semenjak usia dini serta kurangnya dorongan untuk bersekolah
di sekolah Agama.
B. Saran
1. Hendaknya masyarakat khusus nya orang tua agar memberikan
pemahaman agama kepada pada anak anak nya sejak usia dini.
2. Hendaknya kegiatan dalam memahami agama di desa bontongan agar
63
dibentuk Untuk pemerintah desa baiknya mengadakan aktivitas yang
lebih kreatif salah satunya dengan cara membentuk remaja masjid pada
setiap masjid didesa bontongan, dan membuat spanduk atau poster
postre dakwah yang di pasang ditempat tempat nongkrong pemuda.
3. Untuk pengembangan ilmu agama, agar mengirimkan da’i ke setiap
masjid yang ada di desa bontongan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim Terjemahan Kementrian Agama RI
Al-Qathani, Sa’id Bin Ali Bin Wahf. 2015. Pendahuluan Lengkap Tarbiyatul
Aulad. Solo: Zamzam.
Arifin, Anwar. 1995. Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cangara.
Daradjat, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Cet-17; Jakarta: Bulan Bintang.
David, Fred. 2002. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhallinda.
Echols, Jhon M dan Hasan Saldi. 1990. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramesta.
Efendy, Onong Uchjana. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Efendy, Onong Uchjana.1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.
Efendy,Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikas Teori dan Praktek.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hafled. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Cet-3;
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikas Teori dan Praktik. Cet-1; Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ghazali, M. Bahri. 1997. Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah. Cet-1; Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Indra, Dito p. 2011. Strategi Dakwah Generasi Mudah Masjid Al-Hikmah. Skripsi
Komunikasi Islam.
Kustadi, Suhandang. 2013. Ilmu Dakwah. Cet-1; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Hartono, 2004. Ilmu Sosiologi Dakwah. Cet-6; Jakarta: PT Bumi Aksar.
Hartono. 1992. Kamus Praktis B. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Misbahul, Wani. 2019.Pemuda Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah:Pemuda Islam
Yang Berkualitas Tidak Lepas Dari Pendidikan Orang Tua Yang Totalitas.
Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadits
Muhtadi, Asep Saeful dan Agus Ahmad Safei. 2003. Metode Penelitian Dakwah.
Bandung: Pustaka Setia.
Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progresif.
Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi. 2006Manajemen Dakwah.Cet-1; Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mubarak, Zulfi. 2006. Sosiologi Agama:Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius
Kontemporer. Cet-1; Malang: Malang Press.
Mujahidin, Neon. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Modry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik.Cet-1; Bogor: Ghalia
Indonesia.
Nur, Said R. 2017. Strategi Dakwah Komunitas Sahabat Muda Surabaya Dalam
Membentuk Pemuda Social Entrepreneur Yang Islami. Skripsi Komunikasi
Islam.
Pemerintah desa Bontongan. 2017. Data Dasar Profil Desa Bontongan
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Data desa Bontongan.
DOKUMENTASI HASIL KEGIATAN
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Irfan Sirajuddin lahir
di Borong Raukang Kelurahan Samata, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 11 Mei 1997, Anak ke lima dari
enam bersaudara pasangan dari bapak Sirajuddin
Dg.Tompo dan ibu Salmah. Peneliti ini
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD
Inpres Sero pada tahun 2009, pada tahun ini pula peneliti melanjutkan pendidikan
di SMP Citra Samata dan tamat pada tahun 2012, pada tahun peneliti melanjutkan
pendidkan di SMAN 2 Sungguminasa, dan tamat pada tahun 2015, pada tahun
2015 peneliti melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi mengambil
jurusan D2 Bahasa Arab dan Studi Islam di Kampus Ma’had Albirr Unismuh
Makassar dan tamat pada tahun 2018, kemudian setelah itu melanjutkan
pendidikan di Fakultas Agama Islam Muhammadiyah Makassar Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2020.