Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

27
PELATIHAN SINGKAT PENYUSUNAN KONTRAK PERKULIAHAN DAN BAHAN AJAR BAGI STAF PENGAJAR PTN KAWASAN TIMUR INDONESIA STRATEGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN DRS FRANS A. RUMATE, Apt. KERJASAMA PUSAT PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVITAS INSTRUKSIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN (P3AI-UNHAS) DENGAN BAGIAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DIRJEN DIKTI

Transcript of Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Page 1: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

PELATIHAN SINGKAT PENYUSUNAN KONTRAK PERKULIAHAN DAN BAHAN AJAR BAGI STAF PENGAJAR PTN

KAWASAN TIMUR INDONESIA

STRATEGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN

DRS FRANS A. RUMATE, Apt.

KERJASAMAPUSAT PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVITAS

INSTRUKSIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN(P3AI-UNHAS)

DENGANBAGIAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA DIRJEN DIKTI

21 -26 November 2005

STRATEGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN

Page 2: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Drs Frans A.Rumate, Apt *

I. PENDAHULUAN

Strategi Kognitif merupakan tujuan belajar dengan kemampuan tertinggi dari

domain kognitif, yaitu cognitive strategies menurut Taksonomi Gagne, atau

di atas ( beyond) analisis, sintesis, dan evaluasi menurut Taksonomi Bloom

(metacognition). Strategi Kognitif dapat dipelajari mahasiswa dengan

bantuan dosen. Dosen disebut berhasil apabila mampu mengembangkan

kemampuan strategi kognitif mahasiswa; perkuliahan bukan semata-mata

penyampaian materi bidang ilmu saja.

Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri

tertentu. Dalam bidang pendidikan, taksonomi digunakan untuk klasifikasi

tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan

penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam 3 klasifikasi

umum atau ranah (domain), yaitu :

Ranah Kognitif berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada

kemampuan berpikir

Ranah Afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan

sikap hati)

Ranah Psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau

penggunaan otot kerangka).

Saat ini dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang diberi

nama menurut penciptanya, misalnya Bloom, Merill dan Gagne (kognitif),

Krathwohl, Martin & Briggs dan Gagne (afektif), dan Dave, Simpson dan

Gagne (psikomotor).

* Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas

Hasanuddin (P3AI-UNHAS)

Page 3: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Satu hal yang penting dalam taksonomi tujuan instruksional ialah adanya

hirarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai

jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi

tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya.

Penting pula diingat bahwa tidak terdapat batas yang jelas antara ranah

yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, misalnya rumusan tujuannya

dalam ranah kognitif Penerapan; tetapi seringkali tujuan kognitif ini disertai

praktek yang memerlukan keterampilan motorik, demikian pula,misalnya

pada rumusan tujuan instruksional dalam ranah kognitif yang perilakunya

memilih, sudah terkait pula ranah afektif (sikap hati). Melakukan perumusan

tujuan berdasarkan ranah, selalu dipilih yang mana yang lebih dominan.

Pertama-tama kita melihat perbandingan Taksonomi Bloom dan Taksonomi

Gagne pada Ranah Kognitif (Cognitive Domain) berikut :

- Prosedur

Taksonomi Gagne

Verbal Information (facts, ingatan)

Intellectual Skills

- discrimination (membedakan)

- concepts (mengelompokkan)

- rules (hubungan antar konsep)

- higher order rules (aturan/prinsip baru)

Taksonomi Bloom

Knowledge (mengingat, menghafal)

Comprehension (menerjemahkan)

Application (menerapkan)

Analysis (memecah konsep menjadi bagian-bagian)

Synthesis (menggabungkan bagian-bagian menjadi suatu kesatuan)

Evaluation (membandingkan dengan standar)

Page 4: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

II. DEFINISI STRATEGI KOGNITIF

Strategi Kognitif ialah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat

membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan

masalah dan mengambil keputusan (Gagne, 1974)

Kemampuan strategi kognitif menyebabkan proses berpikir seseorang itu

unik, yang disebut sebagai executive control (kontrol tingkat tinggi).

Strategi kognitif tidak berhubungan dengan materi bidang ilmu tertentu,

karena merupakan keterampilan berpikir mahasiswa secara internal dan

dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu.

Pembentukan pengetahuan dalam diri (otak) seseorang dapat digambarkan

dalam bagan

Model dasar belajar dan ingatan dari Gagne sepertu berikut :

EXECUTIVE CONTROL EXPECTANCIES

E F F E

C T O

R S

R S E E R SHORT LONG C N E TERM TERM E S G MEMORY MEMORYP O I

T R SO Y TR E S R

RESPONSEGENERATOR

ENVIRONMENT

Page 5: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

MODEL DASAR BELAJAR DAN INGATAN ( GAGNE )

III. LATAR BELAKANG

Strategi Kognitif didasarkan pada : Paradigma konstruktivisme, teori

metacognition, dan pengalaman di lapangan (reflection in action)

III. 1 Paradigma konstruktivisme

Proporsi paradigma konstruktivisme dapat diterjemahkan menjadi

pertanyaan-pertanyaan yang lebih operasional, sebagai berikut:

1. Kepercayaan, nilai dan norma, motivasi, pengetahuan dan

keterampilan, serta intuisi setiap orang akan sangat berpengaruh

terhadap strategi dan kemampuan orang tersebut dalam menghadapi

permasalahan yang dihadapinya.

2. Permasalahan yang dihadapi setiap orang tidak pernah dapat

dipisahkan dari konteks situasinya. Strategi dan kemampuan

seseorang dalam menghadapi masalah-masalah tersebut adalah unik.

3. Jika dikumpulkan strategi-strategi yang digunakan masing-masing

orang dalam masalah tertentu, maka akan terlihat adanya pola dasar

yang sama (generalizable pattern) dari strategi tersebut. Pola dasar

teresebut diperlukan dan dapat dipelajari oleh orang (mahasiswa) lain,

untuk menjadi bekal dasar dalam memecahkan masalah.

Keberhasilan mahasiswa untuk memecahkan masalah di lapangan nantinya

merupakan indikasi penguasaan strategi kognitif oleh mahasiswa tersebut

yang terdiri dari pola dasar yang telah dipelajarinya, dan dipengaruhi oleh

kepercayaan, nilai dan norma, motivasi, kemampuan dan keterampilan, serta

intuisi mahasiswa tersebut dalam suatu konteks situasi.

III.2 Teori Metacognition

Page 6: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Metacognition, yang melandasi strategi kognitif merupakan keterampilan

mahasiswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya (Preisseisen,

1985), meliputi :

1. Keterampilan pemecahan masalah (problem solving), yaitu

keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk

memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi,

menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih penyelesaian

masalah yang efektif.

2. Kemampuuan pengambilan keputusan (decision making), yaitu

keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk

memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada

melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan

kekurangan setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan

keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional.

3. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking), yaitu keterampilan

individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis

argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang

sahih melalui “logical reasoning” , analisis asumsi dan bias dari

argumen, dan interpretasi logis.

4. Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), yaiyu keterampilan

individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan

suatu ide yang baru dan konstruktif, berdasarkan konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi dan intuisi individu.

Keterampilan-Keterampilan tersebut tidak terpisah melainkan terintegrasi

satu dengan yang lain. Jadi pada saat bersamaan ketika mahasiswa

Page 7: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

menggunakan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, dia juga

menggunakan keterampilannya untuk mengambil keputusan, berpikir kritis,

dan berpikir kreatif.

III.3 Reflection in Action

Prinsip refleksi dari pengalaman-pengalaman praktisi profesional dalam

pemecahan masalah-masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan

masalah baru (praktisi-praktisi tersebut dikenal dengan nama reflective

practitioners) disebut prinsip reflectioan in action (Schon, 1982) merupakan

salah satu prinsip yang melandasi Strategi Kognitif

Seorang praktisi yang profesional akan berpikir tentang apa yang

dilakukannya, bahkan kadang-kadang sambil melakukan aksinya. Cara

tersebut akan menjadi awal baginya untuk mencoba menyadari apa yang

terjadi, apa respon atau reaksinya terhadap kejadian tersebut dan

bagaimana ia dapat menyimpulkan apa masalah sesungguhnya. Pada saat

itu, seorang praktisi profesional terlibat dalam pengaturan dan pengontrolan

kognisinya secara intensif. Tidak jarang akan terlibat dalam situasi yang

meragukan, problematik, atau membingungkan. Ketika ia berusaha untuk

keluar dari keraguan, problematika, dan kebingungan tersebut ia

merefleksikan apa-apa yang telah pernah dilakukannya dalam aksi-aksi

sebelumnya untuk kemudian dipilah, diatur, dan diorganisasikan untuk

dilakukan dalam aksi-aksi berikut. Proses ini dikenal dengan nama reflection

in action, yang merupakan proses operasional utama dalam seseorang

menggunakan strategi kognitif.

Page 8: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Bragar dan Johnson (1993) mengatakan bahwa seseorang belajar melalui apa

yang dilakukannya dan kemudian mengkaji ulang apa yang telah

dilakukannya tersebut. Perilaku yang direfleksikannya, artinya telah dikaji

ulang dan diatur kembali, akan memberikan suatu pengertian baru yang

akan menjadi petunjuk bagi terjadinya perilaku-perilaku berikutnya. Proses

pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in action, yang

didasarkan pada teori Experential Learning Cycle dai David Kolb. Teori

Experential Learning Cycle dari David Kolb dapat digambarkan sebagai

berikut:

Contoh : (Experiental Learning Cycle, David Kolb)

Experiental Learning (David Kolb)

Window of the world

(Pengalaman Konkrit)

Refleksi

Implementasi

Finding Out(Penemuan)

Talking Action(Penerapan)Konseptualisasi

Page 9: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Berdasarkan teori ini proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang

dialami seseorang. Pengalaman tersebut diteflekdikan secara individual.

Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi

atau apa yang dialami. Refkesi ini menjadi dasar proses kenseptualisasi atau

proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami

serta perkiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi dan konteks yang lain

atau baru. Proses implementasi merupakan situasi dan konteks yang

memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai seseorang. Proses

pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan (finding

out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan

dalam proses penerapan (taking action). Proses keseluruhan ini terjadi

berulang-ulang sehingga setiap action yang dilakukan seseorang merupakan

hasil refleksi dari pengalaman atau kejadian yang dialami.

IV. STRATEGI KOGNITIF VS. KETERAMPILAN INTELEKTUAL

Page 10: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Strategi kognitif berbeda dengan keterampilan intelektual yang disebut

"intelectual skills” (dalam taksonomi Gagne) atau aplikasi dalam taksonomi

Bloom. Keterampilan intelektual lebih berorientasi kepada interaksi

mahasiswa sebagai individu dengan lingkungan belajarnya, yaitu dengan

angka, kata-kata, simbol, rumus, prinsip, prosedur, dan lain-lain. Dengan

keterampilan intelektual, mahasiswa mampu mengerjakan (how to) sesuatu

dengan fakta yang dimilikinya. Sedangkan strategi kognitif, merupakan

kemampuan mahasiswa untuk mengontrol interaksinya dengan lingkungan.

Contohnya, mahasiswa menggunakan strategi kognitif untuk membaca

artikel di majalah ilmiah. Apa yang dipelajarinya dari artikel tersebut

mungkin Cuma fakta, rumus-rumus, atau penerapan teori. Namun, untuk

menyeleksi informasi yang dibacanya, memberikan kode terhadap informasi

yang direkam dipikirannya, dan menemukan kembali informasi tersebut

untuk keperluan lain, merupakan strategi kognitif. Dalam hal tersebut,

mahasiswa mempergunakan strategi kognitif untuk memahami apa yang

sudah dibaca dan dipelajarinya, dan untuk memecahkan masalah. Strategi

kognitif merupakan cara mahasiswa untuk mengorganisasikan dan

mengontrol proses belajarnya, dan juga berproses berpikir, memecahkan

masalah, dan mengambil keputusan.

Jika mahasiswa menghadapi suatu masalah baru, diharapkan mahasiswa

dapat menanganinya dengan mempergunakan informasi dan fakta-fakta,

serta keterampilan intelektual yang pernah dipelajarinya. Namun, belum

mencukupi, karena mahasiswa perlu mempunyai strategi untuk dapat

menangani masalah baru tersebut. Diharapkan, mahasiswa akan dapat

memilih cara penanganan masalah yang tepat dari berbagai strategi

alternatif. Keunikan dan kebenaran proses berpikir mahasiswa ditentukan

oleh ketepatan pemilihan strategi untuk menangani masalah baru tersebut.

V. PENGEMBANGAN STRATEGI KOGNITIF

Page 11: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Strategi kognitif berkembang dalam waktu yang cukup lama dan panjang

sebagai hasil dari pendidikan. Dalam hal ini, proses belajar merupakan

proses yang penting dalam pengembangan strategi kognitif seseorang.

Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan atau

sesuatu yang dilakukan secara mental dan/atau fisik yang diikuti dengan

kesempatan merefleksikan hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku

tersebut. Strategi kognitif dikembangkan melalui proses refleksi perilaku

ketika mahasiswa menghadapi masalah.

West, Farmer, dan Wolf (1991) mengatakan bahwa dosen dapat

mengembangkan strategi kognitif dalam proses penyampaian materi bidang

ilmu (content), mengaktifkan strategi kognitif mahasiswa dalam penyajian

materi bidang ilmu, menggunakan strategi kognitif untuk menyampaikan

materi bidang ilmu ilmu. Strategi kognitif dikembangkan secara terpadu

dengan penyajian mata kuliah bidang ilmu, tidak secara terpisah.

Dosen dapat mengembangkan strategi kognitif mahasiswa :

1. dalam proses penyampaian materi bidang ilmu (content)

2. mengaktifkan strategi kognitif mahasiswa pada waktu menyajikan

materi bidang ilmu

3. menggunakan strategi kognitif untuk menyampaikan bidang ilmu

4. Strategi Kognitif dikembangkan secara terpadu dengan penyajiam

mata kuliah bidang ilmu, tidak secara terpisah.

VI. JENIS-JENIS STRATEGI KOGNITIF

Gagne (1984) mengidentifikasi strategi kognitif berdasarkan alur proses

instruksional mulai dari memperhatikan (attending), mengolah stimulus

( encoding), mencari kembali informasi (retrieval), dan berpikir. Untuk setiap

tahap mahasiswa dapat menggunakan strategi kognitif yang berbeda-beda.

Page 12: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

West, Farmer dan Wolff (1991) menjelaskan adanya 4 keluarga besar strategi

kognitif, yaitu Chnkung, Spatial, Bridging, dan Multipurpose.

1. Chunking, merupakan strategi mengorganisasikan sesuatu secara

sistematis melalui proses mengurutkan (order), mengklasifikasi

(classify, dan menyusun (arrange). Chunking dapat membantu

seseorang untuk mengolah data yang sangat banyak atau proses yang

sangat kompleks. Melalui chunking, seseorang memilah-milah materi

kuliah atau masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian

menyusun bagian-bagian tersebut secara berurut.

2. Spatial merupakan suatu strategi untuk menunjukkan hubungan antar

hal yang satu dengan yang lain. Dalam kategori ini termasuk “frames”

(tabel) dan “concept maps” (peta konsep)

3. Bridging merupakan strategi untuk menjembatani pemahaman

seseorang melalui “metafor” (perumpamaan), analogi dan advance

organizer. Metafor dan analogi merupakan strategi pengandaian yang

dapat menjembatani suatu konsep baru dengan menggunakan konsep

yang sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan

kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan tentang konsep-

konsep dasar materi yang harus dipelajari, hanya dapat dibuat oleh

dosen untuk memudahkan mahasiswa belajar.

4. Mulitpurpose merupakan strategi kognitif yang dapat digunakan

untuk berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery, dan mneumoncs

Page 13: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

(jembatan keledai). Rehearsal merupakan cara untuk untuk mereviu

materi, bertanya, mengansipasi pertanyaan dan materi, yang hanya

dapat dilakukan oleh mahasiswa, dosen dapat memberikan waktu agar

mahasiswa dapat melakukan rehearsal. Imagery (membayangkan)

merupakan proses visualisasi suatu konsep, kejadian, ataupun prinsip.

Mneumonics merupakan alat bantu untuk mengingat, misalnya

singkatan.

JENIS STRATEGI KOGNITIF

Page 14: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

VII. CONCEPT MAPPING

“Concept mapping” atau “pattern noting” (Peta Kognitif)ialah cara yang

dapat digunakan dosen untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan

materi perkuliahan berdasarkan arti dan hubungan antar komponennya.

Hubungan antara satu konsep atau informasi dengan konsep yang lain

disebut proposisi. Peta kognitif juga dapat berfungsi sebagai peta visual

Chunking Spatial Bridging Multipurpose

FramesConcepts Mapping

AdvencerOrganizer Metaphor

Rehearsal Mneumonics

Imagery

Space and Time

Classification

Page 15: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Yang menggambarkan berbagai cara untuk mengartikan suatu konsep

berdasarkan proposisinya.

Peta Kognitif biasanya dimulai dengan suatu konsep utama, yang mungkin

merupakan topik penting dalam suatu matakuliah atau suatu masalah.

Menurut Jonassen (1987), peta kognitif merupakan teknik yang

dikembangkan oleh Buzan (1974) untuk mengorganisasikan dan menyusun

informasi yang menunjukkan keterkaitan antara satu informasi dan informasi

lain. Hubungan antara satu konsep ’atau informasi’ dengan konsep yang

disebut preposisi (Novak & Gowin, 1984). Peta kognitif dapat

memperlihatkan arti suatu konsep berdasarkan preposisi konsep tersebut

dengan konsep-konsep lainnya. Dengan demikian, peta kognitif dapat

didefinisikan sebagai alat yang skematis untuk menunjukkan arti suatu

konsep berdasarkan proposisi. Peta kognitif juga dapat berfungsi menjadi

peta visual yang menggambarkan berbagai cara untuk mengartikan suatu

konsep berdasarkan preposisinya.

Jonassen (1987) mengartikan peta kognitif sebagai teknik untuk

menggambarkan susunan dan hubungan antar ide atau konsep dalam pikiran

seorang individu. Dalam perkuliahan, peta kognitif dapat digunakan untuk

menggambarkan susunan dan hubungan antarkonsep yang sudah dimiliki

mahasiswa dan yang baru dipelajarinya. Peta kognitif merupakan refleksi dari

konsep-konsep dan preposisinya yang sudah dikuasai oleh mahasiswa. Peta

kognitif hanya berlaku pada saat peta tersebut dibuat oleh seorang

mahasiswa, karena pada saat yang lain, ketika mahasiswa sudah

mempelajari konsep-konsep lain, maka akan mempunyai peta kognitif yang

berbeda.

Peta kognitif biasanya dimulai dengan satu konsep utama. Konsep utama

tersebut mungkin merupakan topik yang terpenting dalam satu mata kuliah,

atau hal yang terpenting dalam satu masalah. Selain konsep utama, ada lagi

Page 16: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

konsep-konsep lain yang berhubungan dengan konsep utama. Proposisi

antarkonsep tidak sama, oleh sebab itu peta kognitif juga memperlihatkan

beraneka ragam proposisi antar konsep.

VII.1 Definisi

Proses mahasiswa menyusun proposisi suatu konsep dengan konsep lainnya

dalam membuat peta kognitif merupakan pengaturan proses berpikir dan

merupakan strategi kognitif mahasiswa.

VIII. Kegunaan Peta Kognitif :

1. MENYUSUN ALUR KONSEP ATAU IDE DALAM PERKULIAHAN

ATAU BUKU MENJADI SUATU “ CONTENT MAP ” ATAU PETA

SAJIAN.

2. MENGINVENTARISASI IDE-IDE YANG BERHUBUNGAN DENGAN

ANALISIS TUGAS

3. MERANGKUM SUATU LAPORAN ATAU BACAAN

4. MENGORGANISASIKAN BERBAGAI KEGIATAN

5. MENGORGANISASIKAN MATERI PERKULIAHAN UNTUK UJIAN

6. MENEMUKAN KEMBALI INFORMASI DALAM PIKIRAN INDIVIDU

7. MERUPAKAN SALAH SATU CARA UNTUK MENUNJUKKAN

JARINGAN KERJA

8. MENGEVALUASI SERAPAN MAHASISWA TERHADAP MATERI

PERKULIAHAN SEBELUM MAUPUN SESUDAH PERKULIAHAN

9. ALAT DIAGNOSTIK KESUKARAN BELAJAR MAHASISWA

Page 17: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

VIII. Prosedur Pemetaan Kognitif

1. Menentukan satu konsep utama

Sediakan kertas kosong dan alat tulis, kemudian tentukan konsep

utama untuk peta kognitif. Dalam latihan, penentuan konsep utama

dapat dilakukan oleh dosen atau dilakukan bersama-sama dengan

mahasiswa. Konsep utama mewakili topik utama dari perkuliahan yang

baru saja berjalan, topik utama suatu tugas karya tulis, topik utama

suatu bacaan (buku atau artikel). Tuliskan topik utama dalam kotak

dan tempatkan di bagian tengah kertas!

2. Menentukan isu Utama

Pusatkan pikiran pada konsep utama dan identifikasi isu-isu yang

paling utama yang berhubungan dengan konsep utama. Isu terdiri dari

konsep lain dan proposisi yang berhubungan dengan konsep utama.

Pilihlah hanya isu yang paling utama saja, yaitu isu yang paling

penting berhubungan dengan konsep utama. Kemudian, tuliskan

konsep-konsep tersebut terhadap konsep utama. Setelah gambar jadi,

pikirkan adakah isu utama yang belum dicantumkan?

3. Identifikasi Subisu

Untuk selanjutnya, identifikasi sub-isu yang berhubungan dengan

setiap isu utama. Tuliskan konsep-konsep yang terdapat dalam subisu,

gambarkan dan tunjukkan proposisi konsep-konsep tersebut terhadap

isu utama. Setelah gambar jadi, perhatikan adakah subisu yang belum

dicantumkan?

Proses identifikasi sub-isu dapat dilanjutkan dengan pengidentifikasian

sub-subisu, dan seterusnya sampai dianggap cukup.

4. Review

Page 18: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Perhatikan peta yang sudah jadi, apakah ada proposisi antarkonsep

yang belum ditulis atau terlewat, dan apakah ada konsep yang belum

dicantumkan?

Keterampilan untuk menyusun peta kognitif memerlukan kemampuan

untuk dapat berpikir spatial (fragmentaris) di samping juga

penguasaan pola pikir holistic ‘menyeluruh’.

Contoh peta kognitif memerlukan kemampuan untuk mata kuliah

Sastra

Ada dua faktor penting yang dapat mempengaruhi proses belajar

mahasiswa dalam mempelajari keterampilan strategi kognitif, yaitu :

VIII. KECEPATAN BELAJAR YANG EFEKTIF

Seringkali dosen mengelola perkuliahan dengan kecepatan yang tinggi,

sehingga mahasiswa terbiasa untuk menjadi impulsive ‘bertindak reaktif

terhadap sesuatu’. Jika dosen mengajukan pertanyaan, maka dosen

mengharapkan mahasiswa untuk segera menjawabnya, dan akan meminta

mahasiswa yang pertama menunjukkan jari untuk menjawab pertanyaan

tersebut. Kecepatan yang tinggi berguna dalam beberapa hal, seperti

mengukur pengetahuan mahasiswa (ingatan dan pemahaman) dan

menyebabkan mahasiswa terus memperhatikan dosen. Namun, kecepatan

seperti itu kurang bermanfaat bagi pengembangan strategi kognitif

mahasiswa.

Mahasiswa memerlukan waktu untuk berpikir dan mengatur proses

berpikirnya. Mahasiswa perlu merefleksikan berbagai alternatif untuk

menganalisis informasi dan untuk mencapai konklusi dari masalah atau

kasus yang dihadapi. Mahasiswa juga perlu mengontrol proses berpikirnya.

Proses tersebut memerlukan waktu yang cukup. Glatthom dan Baron (1985)

Page 19: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

mengusulkan agar dosen mau sabar menunggu jawaban mahasiswa

terhadap pertanyaannya sementara memberi kesempatan mahasiswa untuk

berpikir. Dengan demikian, dosen perlu benar-benar memperhitungkan

kecepatan belajar yang efektif bagi mahasiswa untuk dapat menguasai

keterampilan strategi kognitif.

IX. UMPAN BALIK

Umpan balik merpakan faktor yang paling penting bagi mahasiswa untuk

mempelajari keterampilan strategi kognitif. Umpan balik merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan motivasi mahasiswa untuk mempelajari

keterampilan strategi kognitif. Mahasiswa perlu diberitahu tentang

pencapaian hasil belajarnya. Jika seorang mahasiswa diharapkan

memecahkan suatu masalah dengan kriteria keaslian, kreativitas, kebaruan

(innovativeness) strategi pemecahan masalah yang digunakan, maka umpan

balik yang baik perlu memberi tahu mahasiswa tentang pencapaian

mahasiswa atas kriteria yang ditentukan, yaitu keaslian, kreativitas, dan

kebaruan strategi yang digunakan. Umpan balik juga merupakan cara untuk

mengetahui kebenaran dan ketepatan refleksi yang telah dilakukan. Refleksi

itu sendiri merupakan suatu umpan balik.

Masalah-masalah atau kasus-kasus yang disusun oleh dosen untuk

digunakan dalam perkuliahan merupakan salah satu persyaratan untuk dapat

melatihkan keterampilan strategi kognitif kepada mahasiswa. Satu

persyaratan yang lain untuk dapat melatihkan keterampilan tersebut dengan

lebih efektif adalah pemberian umpan balik yang tepat kepada mahasiswa,

sehingga mahasiswa memahami tingkat pencapaiannya.

X. PENUTUP

Page 20: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Strategi Kognitif merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan

Kognitivisme. Peningkatan kualitas lulusan tidak terlepas dari metode

pembelajaran yang sesuai untuk mahasiswa. Di sinilah strategi kognitif dapat

berperan sebagai metode pembelajaran di samping metode yang biasanya

digunakan.

TUGAS LATIHAN :

PEMBUATAN PETA KOGNITIF (CONCEPT MAPPING )

Gejala Kepustakaan

diamati Ukuran dibuatkan identifikasi Sampul kertas

meliputi meliputi Ukuran huruf Urutan ketikan Masalah Bab meliputi meliputi dirumuskan dipecahkan Format melalui Hipotesis berisi Metodologi mempunyai Daftar Pustaka mempunyai diuji Laporan Karya Tulis meliputi menggunakan mempunyai Pendahuluan meliputi menggunalan Bentuk

Page 21: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Eksperimen Bahasa Indonesia meliputi yang baik dan benar meliputi Isi meliputi Laporan meliputi Wacana meliputi penggunaan Kesimpulan merupakan

penulisan Istilah Paragraf Ragam bahasa Tatabahasa

menghasilkan

DAFTAR PUSTAKA

Behaviorism and constructivism. [On-line]. Available: http://hagar.up.ac.za/catts/learner/debbie/CADVANT.HTM

Beyond constructivism - contextualism. [On-line]. Available: http://tiger.coe.missouri.edu/~t377/cx_intro.html

Constructivist theory (J. Bruner). [On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~tip/bruner.html

Dick, W. (1991). An instructional designer's view of constructivism. Educational Technology, May, 41-44.

Duffy, T. M., Jonassen, D. H. (1991). Constructivism: New implications for instructional technolgy? Educational Technology, May, 7-12.

Jonassen, D. H., McAleese, T.M.R. (Undated). A Manifesto for a constructivist approach to technology in higher education. [On-line]. Available:http://led.gcal.ac.uk/clti/papers/TMPaper11.html

Khalsa, G. (Undated). Constructivism. [On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~etl/khalsa.html

Kulikowski, S. (Undated). The constructivist tool bar. [On-line]. Available: http://www.coe.missouri.edu:80tiger.coe.missouri.edu/

Page 22: Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran

Pannen, P. dkk. (2005) Konstruktivisme dalam Pembelajaran, PAU-PPAI-UT,

DirJenDikti, DepDikNas.

Shank, P. (Undated). Constructivist theory and internet based instruction. [On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~etl/shank.html

Smorgansbord, A., (Undated). Constructivism and instructional design. [On-line]. Available: http://hagar.up.ac.za/catts/learner/smorgan/cons.html