STRATEGI GERAKAN NIRKEKERASAN TESIS OLEHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · a...
Transcript of STRATEGI GERAKAN NIRKEKERASAN TESIS OLEHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · a...
STRATEGI GERAKAN NIRKEKERASAN
(Studi atas Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama
bidang Dakwah dan Komunikasi
OLEH:
Ramadiva Muhammad Akhyar
NIM. 21141200100074\
Pembimbing:
Dr. Arief Subhan, MA
KONSENTRASI DAKWAH DAN KOMUNIKASI
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
م بسم الل الرحمن الرح
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Penulis keteguhan dan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini. Shalawat serta Salam tidak lupa penulis haturkan ke haribaan Baginda Nabi Muhammad saw. yang dengan segenap jiwa dan raganya mendakwahkan Islam hingga dapat kita rasakan keindahan ajarannya sampai sekarang. Tesis yang berada di tangan Anda ini berjudul “STRATEGI GERAKAN NIRKEKERASAN (Studi atas Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).” Dalam proses pengerjaannya, Penulis menghadapi cukup banyak hambatan, salah satunya adalah pengumpulan data yang membutuhkan banyak waktu. Namun, tekad dan motivasi dari orang tua dan kawan-kawan seperjuangan, membantu saya untuk terus bangkit dan berjuang hingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang penulis anggap berjasa dan turut membantu proses penulisan Tesis ini, khususnya pada pihak-pihak di bawah ini:
1. Pertama, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., beserta jajarannya. Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA Kemudian kepada Prof. Dr. Didin Saepudin, MA selaku ketua Program Doktor, dan kepada Dr JM. Muslimin, MA selaku ketua Program Magister.
2. Kedua, Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku pembimbing tesis penulis, atas kesabaran dan kesediaan beliau untuk membimbing penulis. Meski bertugas sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Beliau selalu memberikan waktunya untuk memberikan arahan dan wejangan mengenai tesis penulis. Beliau juga selalu memberikan semangat untuk terus mencari dan menggali ide-ide untuk menulis dan menyelesaikan tesis ini.
3. Ketiga, para pengurus Lembaga Dakwah PBNU, Bapak KH. Masruhin Abdul Majid, KH. Misbahul Munir, KH. Moch. Bukhori Muslim, Ustadz Imaduddin, Ustadz Nurochman Maksudi, Ibu Hj. Dewi Ani dan KH. Wahid Nuruddin selaku narasumber penulis selama melakukan penelitian. Tokoh-tokoh yang penulis sebutkan telah banyak membantu terutama dalam memberikan tanggapan mengenai penelitian penulis. Mereka juga memberikan data yang penulis butuhkan dengan jelas dan memuaskan.
4. Keempat, jajaran dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph.D yang telah mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk
meeberikan nasihat, saran dan kritik serta pengetahuan kepada Penulis yang belum diketahui sebelumnya.
Ucapan terima kasih yang paling utama adalah teruntuk kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Akhyar Roeslan dan Ibunda Faridah, yang senantiasa memberikan semangat dan selalu mendoakan penulis. Banyak pesan-pesan yang penulis terima dari keduanya, baik untuk terus bersabar, tetap menjalani proses yang ada dengan semangat. Maka inilah persembahan Penulis bagi keduanya. Tidak lupa pula adik penulis Adinda Ramaulvi Muhammad Akhyar yang saat ini pun sedang melanjutkan studinya ke jenjang Strata dua. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua Om penulis, Nurtafiin Roeslan dan Edy Wardhana yang selalu membantu penulis selama masa penyelesaian studi Strata dua di UIN. Terakhir, kepada seluruh teman-teman seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya, terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan yang telah kita jalin bersama. Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis membuka diri bagi masukan berupa kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan diri penulis. Penulis berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama dalam bidang kajian dakwah dan komunikasi. A<mi>n ya Rabb al-‘Alami>n. Ramadiva Muhammad Akhyar Kos Bapak Fateh Ciputat, 25 Juli 2017
Abstrak
Tesis ini membahas tentang strategi dakwah LD-PBNU yang berhubungan dengan upaya nirkekerasan. Strategi dakwah nirkekerasan LD-PBNU dijalankan dengan dua tahapan. Pada tahapan pertama, adalah usaha dakwah untuk membumikan Islam damai melalui pembentukan divisi-divisi yang secara aktif melakukan dakwah nirkekerasan. Pada tahapan kedua, divisi yang sudah terbentuk melakukan gerakan-gerakan dakwahnya masing-masing., seperti PKD, pembuatan modul dakwah, Aswaja Center, dan seminar-seminar Islam ramah.
Penelitian dengan obyek kajian LD-PBNU dan dengan tema nirkekerasan, sejauh penelusuran penulis belum ditemukan. Adapun beberapa penelitian yang masih memiliki relevansi lebih mengangkat NU, namun mengambil objek kajian yang berbeda. Beberapa penelitian tersebut adalah Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja NU dalam Mencegah Radikalisme Agama, oleh Ahmad Ali MD. Ali menyampaikan bagaimana nilai-nilai Aswaja dalam tubuh NU digandengkan dengan piagam Madinah dan Undang-undang Dasar 1945 untuk mencegah meluasnya radikalisme agama. Penelitian lainnya adalah NU dan Wacana Radikalisme Agama (Analisis terhadap Majalah Risalah tahun 2012-2013) oleh Arsam. Arsam membahas bagaimana para tokoh NU dalam hal ini, menyoroti radikalisme yang ada di Indonesia, yang mana menjadi perhatian serius bagi tokoh-tokohnya. Respons tersebut ditampilkan melalui Majalah Risalah yang diterbitkan langung oleh PBNU.
Adapun penelitian ini merupakan penelitian kualitatif desktiptif, yaitu mendiskripsikan kembali tentang LD-PBNU melalui sudut pandang dakwah nirkekerasan. Pendekatan yang penulis pergunakan ada dua, yaitu pendekatan sosiologis, dan komunikasi. Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah dengan wawancara dengan pengurus-pengurus LD- PBNU, yakni KH. Misbahul Munir, KH. Masruhin Abdul Majid, Ibu Hj. Dewi Ani, Ustadz Imaduddin, KH. Moch. Bukhori Muslim and Ustadz Nurochman Maksudi, dan observasi dalam kegiatan LD-PBNU sebagai sumber primer. Adapun sumber data sekunder penelitian diperoleh melalui buku-buku serta artikel-artikel dan jurnal-jurnal ilmiah yang terkait di bidang dakwah dan nirkekerasan. Selain itu, penulis juga mempergunakan analisis isi untuk membedah teks-teks yang berkaitan langsung dengan strategi dakwah nirkekerasan LD-PBNU seperti modul pelatihan dakwah LD-PBNU. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori Miles dan Huberman, yaitu dengan diawali dengan pengumpulan data (data collection), kemudian dilanjutkan dengan reduksi data (data reduction), setelah itu penyajian data (data display) dan diakhiri dengan kesimpulan (conclusion). Kemudian, dari sini akan terlihat, bagaimana strategi dakwah LD-PBNU dalam upaya nirkekerasan.
Kata Kunci: Dakwah, LD-PBNU, Nirkekerasan, Strategi, Gerakan, Islam ramah
Abstract
This research discusses the da'wah strategy of LD-PBNU about their nonviolence effort. The strategies of nonviolence da'wah of LD-PBNU is conducted in two phases. First, the da'wa effort to earthing the peaceful Islam by establishing the divisions which actively run the nonviolence da'wa effort. Second, the established divisions perform each of their da'wah movements, such as PKD, the production of da'wah module, Aswaja Center and Seminars of friendly Islam. Researches with LD-PBNU as the object and nonviolence as the theme, have not been found yet. There are some studies that still have relevance, but with a different object. Those studies are Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja NU dalam Mencegah Radikalisme Agama, by Ahmad Ali MD. Ali states how Aswaja values in NU's body paired with Medina charter and constitution of 1945 can be used to prevent the widespread of religious radicalism. The other research is NU dan Wacana Radikalisme Agama (Analisis terhadap Majalah Risalah tahun 2012-2013) by Arsam. Arsam discusses how NU's figures, highlight the radicalism in Indonesia, which is pretty much a concern for them. Those responses are showed through Risalah magazine that are printed by PBNU themselves. This research is a qualitative descriptive research, that describes LD-PBNU from nonviolent da'wa perspective. There are two approaches that I use, they are sociological and communication. Data gathering techniques are interviews with administers of LD-PBNU, such as KH. Misbahul Munir, KH. Masruhin Abdul Majid, Hj. Dewi Ani, Ustadh Imaduddin, KH. Moch. Bukhori Muslim, and Ustadh Nurochman Maksudi, and observations of LD-PBNU program as the primary resources. The secondary resources are obtained from books and also scientific journal and articles about da'wa and nonviolence. Besides, the writer uses content analysis as a tool to analyze texts that linked directly with LD-PBNU's nonviolent da'wah strategy further, like the LD-PBNU training module. The data analysis method that used in this research is Miles and Huberman, which are started from data collection, then data reduction, and after that data display and finally the conclusion. In this state, it will be shown how the strategy of LD-PBNU in their nonviolent da'wah effort. Keywords: Da'wah, LD-PBNU, nonviolence, strategy, movement, friendly Islam
الملخص
ة دعوة الالعنف التي ج ة ªذه الدراسة تبحث عن استرات ا لجنة الدعوة لجمع ر عل تس
ضة العلماء ( ن. )LD-PBNUن مات التي تعمل ب: وªي نفذت بالمرحلت ن التقس د الدعوة بتكو ج
ة، وبحركات وأعمال الدعوة من م االسالم السلم ق تعال مات تلك في دعوة الالعنف لتحق التقس
م مادات الد ،المكونة ة و تنظ ادة االساس ب على الق اج أªل كالتدر ة من عوة وبناء المركز لترب
ة. السنة والجماعة وآداء الندوات اإلسالم
ة خاصة عن موضوع ض وبقدر ما بحثت عن فلم توجد األبحاث السابقة عن الدعوة الن
ن ر نفس الموضوع. و من ذا البحث ولو بغ ماكتب دعوة الالعنف اال كانت ªناك دراسات مناسبة ب
نة عن احمد علي م. د ثاق المد تماشي مع م ضة العلماء م اªل السنة والجماعة عند ن كون تعال
ة ن االساس ال و القوان ف أرسم 1945 عاموبنشاش ني. ومع ذالك تأل في منع نشر التطرف الد
ني. وªذ الردود مجموع ضة على واقع التطرف الد ات الن درس عن ردود علماء وشخص ةالذي
في مجلة الرسالة. ةمطبوع
ولوجي والنوعي البحث ال بحث ªوال ªذا ج السوس . اما معلومات البحث اتصاالتوصفي بن
ر اªي الحاج مصباح المن ة, ªؤالء ك ض قة المقابلة مع موظفي لجنة الدعوة الن فجمعت بطر
ن و وي آني واألستاذ عماد الد د واألم الحاجة د ن عبد المج اªي الحاج مسروح اªي الحاج وك ك
قة المالحظة على أعمال وأنشطة اللجنة. محمد بخاري مسلم واألستاذ نور رحمن مقصودي, وطر
ع الكتب والمقاالت وªما (المقابلة والمالحظة) كمصادر ي جم ة ف ة. واما المصادرالثانو أول
اج ضا بمن ة والالعنف. واªتم الباحث ا ر المتعلقة بمادة الدعوة السلم ل والتقار تحل
انات فتستخدم ل الب ة. ولتحل ض ة الن م ما وراء النصوص الدعو ف المضموني/المحتوي لكي
س ل ة م ر من و(Miles)نظر ا ثم (Huberman)حوب ض كل المعلومات وعرض قة تخف بطر
ة لالسالم ة في نشر الدعوة السلم ض ر ما فعلت ب لجنة الدعوة الن ظ ا حتى االستنتاج من
ة.الالعن ف
تجي و الحركة و االسالم ة و الالعنف و استرا ض ة: الدعوة واللجنة الدعوة الن الكلمة المفتاح
السلمي
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iii PERNYATAAN PENULIS .................................................................................. v PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................................... vi ABSTRAK TESIS ............................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ xv DAFTAR ISI ..................................................................................................... xvii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................................... xix PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................. 1 B. PERMASALAHAN ........................................................................ 10
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 10 2. Rumusan Masalah ..................................................................... 10 3. Batasan Masalah ....................................................................... 11
C. TUJUAN PENELITIAN.................................................................. 11 D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................. 11
1. Aspek Teoretis .......................................................................... 11 2. Aspek Praktis ............................................................................ 12
E. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN .......................... 12 F. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 14
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................ 15 2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 16 3. Sumber Data ............................................................................. 16 4. Teknik Analisis Data................................................................. 18
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. NONVIOLENCE RHETORIC (RETORIKA NIRKEKERASAN) ................................................... 21 1. Empati terhadap Kalangan yang
dianggap Musuh ........................................................................ 23 2. Penghindaran dari Perumpamaan yang Mengandung Kekerasan .................................................... 23 3. Budaya Penuh Hormat dan Penuh Kesadaran ............................ 24 4. Kepedulian atas Hak Asasi Manusia, Kesamaan Derajat dan
Penghormatan ........................................................................... 25 5. Pengandalan Pada Pendirian Masyarakat dan Tanggung Jawab
Bersama .................................................................................... 25 B. KONSEP DAMAI DALAM ISLAM ............................................... 27
1. Jihad ......................................................................................... 27 2. Sala>m (Perdamaian) .................................................................. 35 3. S}ulh{ (Rekonsiliasi) .................................................................... 38 4. Taghyi>r (Perubahan) .................................................................. 42
xviii
C. ANALISIS ISI (CONTENT ANALYSIS) ....................................... 48 BAB III LEMBAGA DAKWAH PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
A. Sejarah Berdirinya LD-PBNU ......................................................... 51 1. Struktur Kepengurusan ............................................................. 53 2. Visi dan Misi LD-PBNU ........................................................... 56 3. Sarana dan Prasarana Kantor ..................................................... 57 4. Prestasi yang telah dicapai ........................................................ 57
B. Program Dakwah LD-PBNU ........................................................... 58 1. Dakwah Mingguan dan Istighasah Bulanan ............................... 58 2. Dakwah di Luar Daerah dan Luar Negeri................................... 59 3. Pembinaan Narapidana .............................................................. 59 4. Pelatihan Kader Da’i ................................................................. 59
BAB IV STRATEGI DAKWAH NIRKEKERASAN LD-PBNU
A. EMPATI TERHADAP KALANGAN YANG DIANGGAP MUSUH ..................................................................... 65
B. PENGHINDARAN DARI PERUMPAMAAN YANG MENGANDUNG KEKERASAN ........................................ 75
C. BUDAYA PENUH HORMAT DAN PENUH KESADARAN ......... 81 D. KEPEDULIAN ATAS HAK ASASI MANUSIA, KESAMAAN
DERAJAT, DAN PENGHORMATAN ........................................... 89 E. PENGANDALAN PADA PENDIRIAN MASYARAKAT DAN
TANGGUNG JAWAB BERSAMA ................................................ 99 F. ANALISIS ISI DAKWAH LD-PBNU .......................................... 117
1. Pendidikan Kader Da’i ........................................................... 117
2. Dakwah di Youtube ............................................................... 119
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................ 121 B. SARAN ........................................................................................ 122
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 123 INDEKS ................................................................................................. 135 GLOSARIUM ......................................................................................... 139 LAMPIRAN-LAMPIRAN BUKTI CEK PLAGIASI BIODATA PENULIS
xix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel
Tabel 2.1 Contoh Tindakan Nirkekerasan .......................................................................... 27 Tabel 3.1 Ketua dan Periode Kepemimpinan LD-PBNU .................................................... 53 Tabel 3.2 Anggota Penasehat LD-PBNU Periode 2015-2020 ............................................. 54 Tabel 3.3 Ketua dan Wakil Ketua LD-PBNU Periode 2015-2020 ...................................... 54 Tabel 3.4 Sekretaris dan Wakil Sekretaris LD-PBNU Periode 2015-2020 .......................... 55 Tabel 3.5 Bendahara dan Wakil Bendahara LD-PBNU Periode 2015-2020 ........................ 55 Gambar Gambar 3.1 Visi dan Misi LD-PBNU tahun 2016-2020 ......................................................... 56 Gambar 3.2 Piagam BNPT kepada LD-PBNU ....................................................................... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berbicara tentang kekerasan, bukanlah suatu persoalan baru. Menengok
pada perilaku pada zaman peradaban manusia pada masa lampau, tampaknya
kekerasan bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian,
pada abad pengetahuan dan peradaban manusia yang semakin mapan, bukanlah
tingkah laku seseorang itu semakin sopan dan beradab, akan tetapi semakin
rapuh dab biadab. Tataplah misalnya, kekerasan di Jalur Gaza Palestina,
kriminalitas di sudut-sudut kota di Amerika, perang antar etnis dan sekte
keagamaan di Afghanistan, penyiksaan terhadap pembantu rumah tangga di
Malaysia hingga terorisme di Indonesia.1 Khususnya yang terakhir, ini
memiliki hubungan dengan paham radikalisme.
Pembahasan radikalisme sendiri telah mendapat tempatnya di dalam ranah
sosial. Radikalisme adalah masalah di banyak negara-negara besar di dunia,
tidak terkecuali di Indonesia. Radikalisme sendiri erat dengan berbagai tindak
kekerasan yang terkadang berkaitan dengan agama. Penyebutan radikal sendiri
mesti diberikan definisi dengan hati-hati, begitu juga kebanyakan dengan label
militan Islam, “radikal” kadang digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan
atau kecaman.2
Jika dapat didefinisikan secara lebih jelas, maka radikalisme sendiri banyak
macamnya, baik itu melalui gerakan politik, gerakan budaya dan yang terakhir
gerakan keagamaan. Pada gerakan politik, radikalisme yang ditunjukkan adalah
melalui isu-isu politik, dengan mengetengahkan persoalan penegakan syariat
Islam. Pada radikalisme kebudayaan, merupakan sikap dan tuntutan dari
masyarakat yang menginginkan agar ada penerapan syariat Islam yang akan
mempererat hubungan antar suku dan etnis. Radikalisme dalam bentuk ketiga,
lebih sebagai bentuk radikalisme dan ketidaksetujuan, serta merupakan sebuah
gerakan garis keras yang dipengaruhi oleh teologi keagamaan, yakni salafi.
Pada golongan terakhir ini, mereka berupaya memurnikan ajaran Islam dari
1 Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 108.
2 The term "radical" needs careful definition. As with many of the labels for militant Islam, "radical" is often used to connote disapproval or censure. Greg Fealy, “Islamic Radicalism in Indonesia: The Faltering Revival?” Southeast Asian Affairs (2004): 105. http://www.jstor.org/stable/27913255 (diakses tanggal 16 Agustus 2015.
2
pengaruh budaya dan maupun ajaran non-Islam dari praktik-praktik
keislaman.3
Pada mulanya, alasan utama dari radikalisme agama atau gerakan-gerakan
Islam garis keras tersebut adalah dilatarbelakangi oleh politik lokal yang
berangkat dari ketidakpuasan politik, keterpinggiran politik dan semacamnya.
Kendati demikian, setelah terbentuknya gerakan tersebut, agama meskipun
pada awalnya bukan sebagai pemicunya, kemudian menjadi faktor legitimasi
maupun perekat yang sangat penting bagi gerakan Islam garis keras. Meski
begitu, radikalisme agama yang dilakukan oleh sekelompok muslim tidak
dapat dijadikan alasan untuk menjadikan Islam sebagai biang radikalisme.
Ditegaskan di sini bahwa, radikalisme berpotensi menjadi bahaya besar bagi
masa depan peradaban manusia.4
Beberapa penelitian telah menjelaskan tentang radikalisme yang terjadi di
beberapa negara. Di antaranya adalah penelitian Isaac Kramnick pada 1997
tentang hubungan antara agama dan radikalisme. Kasus yang ia angkat adalah
penganut Agama Kristen Protestan yang ada di negara Inggris.5 Tulisan itu
sendiri bertujuan untuk mengkonstruk ulang ideologi kaum Kristen Protestan
di sana yang dikenal sebagai kalangan sektarian, serta ketat dalam memegang
tradisi. Mereka menganggap bahwa banyak orang ingkar yang mencoba
mengubah Inggris menjadi Negara yang borjuis. Orang ingkar yang dimaksud
adalah orang yang tidak berpegang teguh pada ajaran Alkitab.
Penelitian yang lebih tua lagi adalah apa yang ditulis oleh Rodney Stark
pada tahun 1966. Pada tulisannya ini, Ia menuliskan bahwa pada masyarakat
kelas pekerja di Inggris Raya yang dibagi atas tiga kelas, yaitu kelas atas,
tengah dan bawah dengan melihat kepada aktivitas keagamaan mereka.6
mereka memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas
keagamaan. Dari aktivitas-aktivitas keagamaan ini, terlihat bahwa pada
masyarakat kelas bawah menjalankan agamanya dengan penuh ketaatan dan
kekhusyuan dalam ibadahnya, sedangkan pada kalangan pekerja kelas
menengah dan atas, mereka ingin merasakan “agama” melalui aktivitas dan
3 Lihat Bahtiar Effendy dan Soetrisno Hadi (ed), Agama dan Radikalisme di
Indonesia (Jakarta: NuQtah, 2007), 25-29. 4 Jamhari dan Jajang Jahroni (ed.), Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta:
Raja Gravindo Persada, 2004), 47. 5 Isaac Kramnick, “Religion and Radicalism: English Political Theory in The Age
of Revolution,”Political Theory 5, (1977), 505-534. http://www.jstor.org/stable/191029 (diakses tanggal 19 Agustus 2015).
6 Rodney Stark, “Class, Radicalism, and Religious Involvement in Great Britain” American Sociological Review, 29 (1966), 698-706. http://www.jstor.org/stable/2091420 diakses tanggal 19 Agustus 2015).
3
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Di Inggris Raya sendiri juga
terdapat partai radikal, yang lebih menawarkan bagaimana mendapatkan
kebahagiaan di dunia, dibandingkan dengan apa yang ditawarkan oleh agama
bahwa kebahagiaan diterima kelak di akhirat.
Radikalisme berbasis pada agama memunculkan stigma negatif tentang
agama itu sendiri. Beberapa penelitian menyatakan bahwa agama adalah
penyebab dari munculnya tindakan radikalisme atau dalam hal ini dapat
dikatakan konflik. Sejarah sosial masyarakat agama di berbagai belahan dunia
tidak pernah lepas dari konflik, baik yang bersumber dari perbedaan agama
maupun yang disebabkan oleh faktor nonkeagamaan, seperti etnis, politik,
ekonomi budaya dan sebagainya.
Dalam realitas sosial agama seringkali tampil dengan wajah yang
paradoksal dengan misi universalnya. Ia kadang-kadang dapat menjadi perekat
sosial yang dapat menyatukan masyarakat. Di pihak lain, agama juga
seringkali terlihat dalam proses disintegrasi sosial antarumat beragama.
Problem universal yang tidak bisa dihindari oleh setiap pemeluk agama adalah
problem hermeneutik, yakni persoalan yang berkaitan dengan proses
pemahaman atas ajaran agama.7
Berkaitan dengan agama sendiri, ada beberapa pendapat yang
mengaitkannya dengan kehidupan sosial masyarakat yang ada. Sebagian ahli
berpendapat, seperti yang disampaikan oleh Johan Galtung,8 yang menyatakan
bahwa agama adalah sarana untuk mencapai kedamaian. Ini berarti bahwa,
penganut agama menjalankan ajaran-ajaran yang sifatnya teologis, serta
sosialnya dengan baik.
Pendapat lainnya, agama tidak dipandang baik, yaitu yang mengganggap
agama merupakan sebab dari adanya tindak kekerasan. Jack Nelson-Pallmeyer,
misalnya, dalam bukunya, Is Religion Killing Us? Violence in The Bible and
Quran, menyatakan bahwa dengan adanya agama, maka akan muncul banyak
kekerasan yang berkontribusi pada kerusakan yang terdapat di muka bumi ini,9
khususnya agama-agama Nabi Ibrahim.
7 Rohadi Abdul Fatah, Sosiologi Agama, (Ciputat: Kencana Mas, 2004), 115. 8 Johan Galtung, menyampaikan bahwa dalam mencapai kedamaian, agama dapat
dijadikan preferensi. Ia menyebutkan seperti budaya kesatuan umat manusia, yang terdapat dalam agama-agama Nabi Ibrahim. Johan Galtung, Introduction: Peace by Peaceful Conflict Transformation, dalam Charles Webel dan Johan Galtung (eds), Handbook of Peace and Conflict Studies (London&New York: Routledge, 2007), 24.
9 Ia menulis, "Judaism, Christianity and Islam will continue to contribute to the destruction of the world until and unless each challenges violence in "sacred texts" and until each affirms nonviolent power of God." Jack Nelson-Pallmeyer, Is Religion Killing
4
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dengan bersikap fanatis dalam
beragama, orang-orang dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain
dengan mengatasnamakan agama. Tentu saja hal ini tidak bisa digeneralisir,
karena, tidak ada ajaran agama yang membolehkan adanya pembunuhan. Hal
demikian ini hanya dilakukan segelintir golongan saja.10 Padahal, hal tersebut
tidak berarti bahwa agama merupakan penyebab dari tindakan radikalisme,
karena agama juga mengandung nilai-nilai moral bagi pembentukan
perdamaian.11
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kita harus terlebih dahulu
mengetahui pengertian dari damai itu sendiri. Johan Galtung, yang dijuluki
sebagai bapak dari Kajian Perdamaian, menyebutkan bahwa kedamaian terbagi
atas dua hal, yaitu kedamaian positif dan kedamaian negatif. Pada kedamaian
negatif, hal ini dikategorikan dengan ketidakberadaan kekerasan. Sedangkan,
kedamaian positif adalah sikap proaktif membangun kedamaian dengan cara
bekerjasama, atau berdialog untuk mencapai kesepahaman.12 Dari sini, dapat
diketahui bahwa, perdamaian adalah sebuah sikap untuk menjaga kehidupan
sosial dari adanya kekerasan, dan berjuang bersama-sama untuk tetap
mempertahankannya.
Perdamaian adalah tugas kita bersama. Lebih banyak orang, dalam profesi
dan disiplin yang meningkat, ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan
kedamaian.13 Hal ini dapat terjadi karena kedamaian adalah satu hal yang
Us? Violence in The Bible and Quran (London & New York: Continuum International Publishing Group, 2003) 136.
10 Sebagian orang, dengan meningkatnya religiusitas, maka akan muncul pula sebagian orang yang memisahkan diri dari kalangan orang banyak. Mereka juga menyebut diri mereka sebagai “Muslim Sejati,” yang mana Islam juga memiliki andil dalam tindakan terorisme. Akil N. Awan, “Antecedents of Islamic Political Radicalism Among Muslim Communities in Europe,” Political Science and Politics 41 (2008), 13. http://www.jstor.org/stable/20452103 (diakses tanggal 15 September 2015).
11 Mohammed Abu-Nimer menulis “Religion can also bring social, moral, andspiritual resources to the peacebuilding process. The spiritual dimension in religious peacebuilding can create a sense of engagement and a commitment both to peace and to transforming a relationship of a missing dimension from the mechanical and instrumental conflict resolution models.” Mohammed Abu-Nimer, “Conflict Resolution, Culture, and Religion: Toward a Training Model of Interreligious Peacebuilding,” Journal of Peace Research 38, (2001), 686. http://www.jstor.org/stable/425559 (diakses pada tanggal 2 Januari 2016).
12 Lihat Johan Galtung dan Dietrich Fischer, Johan Galtung: Pioneer of Peace Research (New York: Springer, 2013), 174.
13 Chadwick F. Alger, “There Are Peacebuilding Tasks for Everybody”, International Studies Review 9 (2007), 534. http://www.jstor.org/stable/4621856 (diakses pada tanggal 13 Februari 2016).
5
merupakan pikiran kolektif kita.14 Agenda perdamaian yang dicari tidak hanya
sebatas pada ketidakberadaan perkelahian-seperti baku tembak-tapi juga
keberadaan-tatanan politik, sosial yang memungkinkan manusia untuk
memajukan, mendirikan kepercayaan diri bersama, mengamankan hak-hak
kemanusiaan dan melepaskan sumber kebencian dan ketidakpuasan.15
Indonesia menjadi rumah bagi banyak agama, yang mana agama yang
menjadi mayoritas adalah Islam. Berkaitan dengan hal itu, sebagai umat
mayoritas, umat Islam seringkali dipersalahkan atas beragam tindakan
kekerasan. Hal ini dikarenakan banyaknya tindak radikalisme yang melibatkan
beberapa gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam yang memang
mempunyai visi dan misi tersendiri, serta cara dalam menjalankan ajaran
agama.
Dalam kajian organisasi-organisasi/pergerakan Islam, tidak sedikit yang
menunjukkan hasil yang tidak mengenakkan. Banyaknya pergerakan Islam
radikal yang hadir di dunia, malah merusak nama Islam sendiri. Bahkan, bisa
dibilang, bahwa tanpa Islam, tidak akan terjadi kejadian-kejadian yang
berskala internasional seperti 9/11.16 Selain itu menarik untuk dikaji, bahwa
salah satu penyebab tumbuh suburnya paham radikal di dunia adalah karena
kegagalan gerakan-gerakan sekular dan nasional untuk meraih suara di
masyarakat.17
Data yang terdapat di lapangan banyak menunjukkan bagaimana
radikalisme di Indonesia telah menjadi kasus-kasus terkenal dan mendunia.
Salah satunya adalah Bom Bali I dan Bom Bali II. Tindak terorisme ini
menjadi headline di beberapa surat kabar dan media massa di belahan dunia
14 Peter Verbeek, “Peace Ethology”, Behaviour 145 (2008), 1498.
http://www.jstor.org/stable/40295887 (diakses pada tanggal 04 November 2015). 15 "An agenda for peace" opened the door to thinking about peace not
just as an absence of fighting—a ceasefire—but also as a presence—as a social, economic, and political order that enables human flourishing, establishes mutual confidence, secures human rights, and dispenses with sources of festering resentment and dissatisfaction. Nathan C. Funk, “Building on What's Already There: Valuing the Local in International Peacebuilding,” International Journal 67 (2012), 394. http://www.jstor.org/stable/23266014 (diakses pada tanggal 2 Januari 2016).
16 Graham E. Fuller, “A World Without Islam,” Foreign Policy 164 (2008), 46. http://www.jstor.org/stable/25462249 (diakses pada tanggal 1 April 2016).
17 Saeed Rahnema, “ Radical Islamism and Failed Developmentalism,” Third World Quarterly 29 (2008), 483. http://www.jstor.org/stable/20455053 (diakses pada tanggal 1 April 2016).
6
lain. Tindakan yang demikian ini melawan hukum dan HAM dan termasuk
kejahatan kemanusiaan, juga sebagai sebuah bentuk kekerasan.18
Kasus-kasus yang terdapat di Indonesia seperti pada Jamaah Islamiyah (JI)
dan FPI (Front Pembela Islam) telah menarik perhatian orang banyak. Sebagai
contoh, Jamaah Islamiyah yang melakukan aksi pengeboman pada tahun 2000
di sejumlah gereja. Pada akhirnya polisi juga dapat menangkap otak peledakan
tersebut yaitu Riduan Isamudin alias Hambali danAbdul Azis alias Imam
Samudra.19 Contoh lainnya, aksi yang biasa dilakukan oleh FPI mengundang
sikap antipati dari masyarakat luas, seperti peristiwa pengusiran FPI terhadap
KH. Abdurrahman Wahid dari Forum Dialog Lintas Agama pada tanggal 23
Mei 2006.20
Berbicara tentang Islam, maka akan terbayang sebuah agama penuh
dengan kedamaian. Agama Islam, tidak pernah mengajarkan bentuk-bentuk
kekerasan. Islam selalu membawa perdamaian. Satu hal yang menjadi masalah
adalah, media-media barat yang seringkali memberitakan Islam dari sisi
negatifnya (kekerasan), sehingga merefleksikan sisi agresif umat Islam.21 Hal
ini ditambah pula dengan kurangnya penguasaan para pengemban dakwah
Islam tentang media sehingga tidak bisa melawan arus berita yang sedemikian
gencarnya memojokkan Islam.22
Dakwah,23 selalu dikaitkan dengan kegiatan yang sifatnya vocational.24 Hal
ini serta merta mengurangi esensi dakwah yang dapat masuk ke dalam berbagai
18 Meskipun tidak ada definisi yang diterima secara universal, terorisme biasa
didefinisikan sebagai penggunaan kekerasan dan intimidasi yang disengaja, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang, untuk memaksa sebuah komunitas (pemerintah) untuk mengakui tuntutan-tuntutan yang didorong secara ideologis maupun politis. Tim Krieger dan Daniel Meierrieks “What causes terrorism?“ Public Choice 147 (2011), 4. http://www.jstor.org/stable/41483643 (diakses pada tanggal 13 Februari 2015).
19 Eric Hiariej, “Aksi dan Identitas Kolektif Gerakan Islam Radikal di Indonesia,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 14 (2010), 4-5. http://jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/27 (diakses tanggal 3 April 2016).
20 Rubaidi, “Variasi Gerakan Radikal di Indonesia,” Analisis 4 (2011), 46. http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/146/107 (diakses pada tanggal 3 April 2016).
21 Mohammed Abu-Nimer, “A Framework for Nonviolence and Peacebuilding in Islam” Journal of Religion and Law 15 (2001), 217. http://www.jstor.org/stable/1051519 (diakses tanggal 27 November 2015).
22 Lihat Andi Faisal Bakti, “The Role of Islamic Media in the Globalization Era: Between Religious Principles and Values of Globalization, The Challenges and The Opportunities,” (2011), 1. http://www.andifaisalbakti.net/the-role-of-islamic-media-in-the-globalization-era.pdf (diakses pada tanggal 7 November 2015).
23 Dari segi istilah, yang dikemukakan oleh pakar komunikasi, dakwah adalah perbuatan yang diketahui yang menyeru kepada akal dan bersandar pada logika dan
7
ranah seperti politik, sosial dan pendidikan. Namun tidak berarti dakwah selalu
bermakna sempit. Dakwah sering dipahami sebagai sebuah upaya untuk
memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Untuk
itu dakwah harus dikemas dengan cara yang menarik dan tampil secara aktual,
faktual dan kontekstual.25
Dakwah yang merupakan upaya untuk menciptakan kedamaian, menjadi
urgen dan amat dibutuhkan bagi masyarakat, karena dakwah pada dasarnya
berorientasi pada kemaslahatan masyarakat yang di dalamnya. Kedamaian
(Peacefulness) merupakan sebuah yang berarti tidak melibatkan kekerasan atau
memanfaatkan kekuatan yang ada.26 Hal itu karena, bagi umat Muslim,
perdamaian tidak hanya ketidakadaan perang atau kekerasan terorganisir.
Perdamaian juga berarti hadirnya keadilan yang mana manusia dapat
menyadari potensi penuhnya.27
Melihat kepada sejarah, kita akan melihat bagaimana Islam tersebar di
Indonesia, khususnya Islam di Tanah Jawa. Islam di Pulau Jawa dibawa oleh
Wali Songo, yang mana mereka tidak menghapus semua ajaran dan paham
yang ada pada wilayah ini, melainkan dengan mengubah dan meniadakan
unsur- unsur agama nenek moyang dan mengislamkan budaya. Sehingga Islam
di Tanah Jawa menjadi Islam kultural (berbasis pada budaya). Hal inilah yang
juga terlihat pada Islam kalangan Nahdatul Ulama (selanjutnya NU). Tradisi
yang kental. Bahkan NU sendiri memiliki institusi pendidikan yang mandiri,
yaitu pesantren, yang dipimpin oleh ulama yang kharismatik. 28
petunjuk. Lihat Ra’ad Hami>d Tawfi>q Sha>lih dan Hashim Ah}mad Nagmish, “Al-Da’wah wa Al-Di’a>yah Al-Isla>mi>yah bayna Al-Naz}ri>yah wa tat}bi>q,” Majallatu Diya>li 52, (2011), 284. http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=30205 (diakses tanggal 18 Agustus 2015). 24 of, relating to, or undergoing training in a skill or trade to be pursued as a career (berhubungan dengan dari, berhubungan dengan, atau menjalani pelatihan keterampilan atau perdagangan diupayakan sebagai karir). https://www.merriam-webster.com/dictionary/vocational (diakses pada tanggal 28 Januari 2017).
25 Andi Faisal Bakti, “Trendsetter Komunikasi di Era Digital: Tantangan dan Peluang pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam,” Jurnal Komunikasi Islam 2 (2012), 13.
26 http://www.thefreedictionary.com/peacefulness (diakses pada tanggal 21 Maret 2016).
27 Abdul Aziz Said, Nathan C. Funk, and Ayse S. Kadayifci, “Introduction Islamic Approaches to Peace and Conflict Resolution”, in Peace and Conflict Resolution in Islam: Precept and Practice (Lanham:University Press of America, 2001) 7.
28 Lihat Michael Laffan, “From Alternative Medicine to National Cure”, Archives desciences sociales des religions, Reveils du soufisme en Afrique et en Asie: Translocalite proselytisme et Reforme 51(2006), 93. http://www.jstor.org/stable/30122872 (diakses pada tanggal 11 September 2015).
8
Sebagaimana diketahui, bahwa Islam NU adalah Islam dengan ajaran yang
sifatnya klasik dan tradisional, yang juga membentuk masyarakat agamis dan
mengedepankan ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu kalam, fiqh dan juga
tasawuf. Berdirinya NU sendiri dalam kilasan sejarahnya adalah sebagai reaksi
defensif terhadap perkembangan paham pembaruan dalam Islam di Tanah Air
yang dikembangkan oleh Muhammadiyah, sebagai upaya mempertahankan
ajaran tradisional dan mazhab di Tanah Suci, yang baru dikuasai oleh golongan
Wahabi di bawah Raja Abdul Aziz bin Saud.29 Dengan demikian, NU sebagai
salah satu peranannya,30 atau dengan kata lainnya menjalankan fungsinya
sebagai organisasi yang melawan radikalisme, yang itu merupakan nilai
tambah bagi NU.
Pemikiran NU juga tidak terlepas dari term utama yang terkenal yang
dibawa pendirinya, KH. Hasyim Asy’ari. NU dalam hal politik, dalam
sejarahnya, banyak memberikan kontribusinya kepada negara ini, dikarenakan
dengan paham Ahlussunanah yang dibawa oleh KH. Hasyim Asy’ari. Kiai
Hasyim telah membuktikan bahwa antara keislaman dan keindonesiaan tidak
boleh dipertentangkan. Keduanya harus berada dalam satu napas. Islam adalah
nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal, sedangkan keindonesiaan adalah
realitas sosial yang harus diisi dengan nilai-nilai itu tanpa harus menafikannya.
Artinya, keislaman harus hadir dalam kebudayaan dan kebhinekaan yang yang
sudah mengakar kuat dalam jati diri dan memori kolektif bangsa ini.31
NU, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Said Aqil Siradj, bahwa
dapat menjaga umat Muslim di Indonesia untuk tidak bersikap ekstrim dan
sekular.32 Selain itu, saat dilantik kembali menjadi ketua PBNU, dalam salah
satu agenda kepemimpinannya, adalah menjaga generasi muda NU dari paham-
paham radikal.33
NU menjadi menarik untuk dikaji secara mendalam. Sebagai salah satu
organisasi sosio-religius terbesar yang ada di Indonesia, NU bergerak di
berbagai bidang kemasyarakatan. Beberapa lembaga di bawahnya menangani
permasalahan sesuai dengan bidangnya, seperti Lembaga Kajian dan
29 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional; Kisah dan Analisis Perkembangan
Politik Indonesia 1945-1965 (Bandung: Mizan, 1987), 85. 30 Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa kata peranan berarti
fungsi, tugas dan kewajiban. Js. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. IV (Jakarta: PT. Intergrafika, 2001), 1037.
31 Zuhairi Misrawi, Hadratus Syaikh KH> Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan dan Kebangsaan. (Jakarta: Kompas, 2010), 6.
32http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38174-lang,id-c,nasional-t,Kang+Said++Islam+Moderat+Paling+Tepat+untuk+Indonesia-.phpx (diakses tanggal 17 September 2015).
33 “Ketua Umum Terpilih,” Republika, 7 Agustus 2015, 1.
9
Pengembangan Sumberdaya Manusia NU, Lembaga Penyuluhan dan Bantuan
Hukum NU, Lembaga Amil, Zakat, Infaq, dan Shadaqah NU, Lembaga Wakaf
dan Pertanahan NU, Lembaga Bahtsul Masail NU. Dari sekian lembaga
tersebut, penulis menyoroti Lembaga Dakwah PBNU (selanjutnya LD-PBNU)
yang menjadi tonggak dakwah PBNU. Sebagaimana diketahui, bahwa LD-
PBNU bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengembangan agama Islam yang menganut paham Ahlu al-Sunnah wa al-
Jama’ah.34Satu hal menarik bahwa, meskipun ditugasi untuk menjalankan
tugasnya sebagai pelaksana tugas dakwah NU, LD-PBNU tidak lebih banyak
terlihat perannya sebagai sebuah lembaga.
Meski demikian, LD-PBNU dipercaya oleh pihak kepolisian sebagai mitra
dalam menanggulangi radikalisme. Kepolisian sering sekali meminta bantuan
dari LD-PBNU sebagai antitesis gerakan-gerakan ekstrem.35 Dalam "Dialog
Kebangsaan: Meneguhkan Komitmen Dakwah Kemanusiaan" yang digelar
oleh Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD-PBNU) pusat
pada Kamis (18/8) di Hotel Acacia, Kramat, Jakarta Pusat, Wakil Ketua LD-
PBNU KH. Maman Imanul Haq menyampaikan bahwa dakwah tidak
semestinya keluar dari koridor semangat kebangsaan yang dilandasi oleh spirit
kemanusiaan. Karena itu, Dakwah haruslah mengukuhkan nasionalisme dan
menyebarluaskan nilai cinta kasih sesama untuk perdamaian. Itulah konsep
dakwah rahmatan li al-‘a>lami>n.36
Dari penjabaran di atas, LD-PBNU merupakan organisasi yang dimiliki
oleh NU yang merupakan basis propaganda dari corak keislaman NU. Jika
memang demikian, maka perlu kiranya untuk mengeksplorasi lebih jauh dan
mendalam tentang upaya-upaya dakwah Islam ramah yang sedang digaunggkan
oleh LD-PBNU, terutama strategi-strategi yang dijalankan agar mampu
mencapai gagasan keislaman tersebut. Penulis tertarik untuk membahas dan
mengeksplorasi bagaimana LD-PBNU sebagai lembaga yang khusus bergerak
di bidang dakwah dapat membuka jalan bagi adanya upaya nirkekerasan.
Maka dari itu, penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Strategi
Gerakan Nirkekerasan (Studi atas Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama).
34 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU (Jakarta: Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU, 2015), 71. 35 Wawancara dengan Muhammad Shodiq, pada tanggal 19 Agustus 2016. 36http://netralitas.com/nasional/read/8541/ld-pbnu-teguhkan-komitmen-dakwah-untuk-kebangsaan-dan-kemanusiaan (diakses pada tanggal 21 Oktober 2016).
10
B. PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas, penulis mrmbagi permasalahan ke dalam tiga
bagian, yaitu identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah.
Pada identifikasi masalah, akan diuraikan beberapa poin permasalahan yang
dapat dijadikan pembahasan pada tesis ini. Selanjutnya, pada batasan masalah,
penulis membatasi permasalahan hanya pada fokus yang menjadi tesis penulis.
Penulis kemudian membuat rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan
dalam tesis ini secara keseluruhan. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka, ada beberapa masalah
yang dapat teridentifikasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang ini, yaitu
banyaknya tindakan kekerasan yang mengaitkan aktivitas mereka
dengan Islam. Bagaimana LD-PBNU dalam dakwahnya
memasukkan nilai-nilai perdamaian yang dapat mencegah dari
tindakan-tindakan tersebut?
b. NU merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia,
yang memang orang banyak mengenalnya. Namun belum begitu
diketahui bagaimana jalannya LD-PBNU. Dampak apa saja yang
terlihat? Apakah dakwah yang LD-PBNU lakukan mampu
mengubah masyarakat menjadi lebih baik?
2. Rumusan Masalah
Dari beberapa hal yang telah disampaikan di atas, maka penulis
melihat bahwa ada satu permasalahan utama yang merupakan inti dari
penulisan tesis ini, yaitu adalah kekerasan yang identik dengan golongan
tertentu di masyarakat yang melibatkan agama dalam aksi-aksinya. Maka
dari itu, rumusan masalah dalam penelitian yang penulis angkat ini adalah:
“Bagaimana strategi dakwah nirkekerasan LD-PBNU?”
Berangkat dari pertanyaan mayor ini, penulis membagi kembali
pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan minor yaitu: 1. Apa empati yang
ditunjukkan oleh LD-PBNU kepada kalangan yang dianggap musuh?
2. Dalam bentuk apa LD-PBNU menghindarkan diri dari majaz-majaz yang
mengandung kekerasan? 3. Apakah budaya penuh hormat dan penuh
kesadaran dalam LD-PBNU? 4. Sejauh mana kepedulian LD-PBNU
11
terhadap hak asasi manusia, kesamaaan derajat dan penghormatan? dan 5.
Dalam bentuk apa LD-PBNU mengandalkan pada pendirian masyarakat
dan tanggung jawab bersama?
Rumusan masalah yang penulis angkat ini, akan penulis kembangkan
sesuai dengan kerangka penelitian yang akan dijabarkan pada bab inti dari
tesis ini pada bab IV.
3. Batasan Masalah
Agar tulisan ini lebih terarah dan berfokus pada penyelesaian masalah,
dan dengan melihat kepada keterbatasan waktu dan tenaga yang penulis
miliki, maka penulis melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal
berikut.
Penulis membatasi lokasi penelitian dalam tesis ini yaitu hanya di
kantor LD-PBNU yang bertempat di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya
nomor 164 Jakarta Pusat. Kantor LD-PBNU terletak di lantai enam gedung
PBNU. Adapun untuk acara-acara yang berkaitan dengan LD-PBNU,
penulis hanya membatasi pada acara-acara yang bertempat di aula PBNU
di lantai 8.
Dalam hal waktu penelitian, penulis memberi batasan dimulai dari
tahun 2010 hingga tahun 2017. Hal ini lebih bertujuan untuk dapat melihat
program dakwah LD-PBNU dari waktu ke waktu. Ini sebagai bahan
perbandingan dari tiap periode kepengurusan agar dapat dilihat capaian
untuk masing-masing periode.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengeksplorasi konstruksi atau rumusan paham keislaman yang
dikembangkan LD-PBNU dan kontribusinya sebagai sebuah jalan untuk
dakwah nirkekerasan. Melalui penelitian ini, penulis ingin mengkonstruksi
ulang dan memberikan kritik terhadap program–program yang telah dijalankan
oleh LD-PBNU. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih keilmuan
dalam ranah ilmu sosial, terutama yang berkaitan dengan agama sebagai
gerakan dakwah nirkekerasan di Indonesia, serta, dalam ilmu dakwah,
bagaimana dakwah dapat menjadi salah satu alat bagi terciptanya masyarakat
muslim Indonesia yang humanis.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu:
12
1. Aspek Teoritis
Aspek teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi
bagi para peneliti lain yang berkeinginan untuk mengangkat penelitian
yang sama. Penelitian ini mengungkap peranan LD-PBNU yang belum
banyak terekspos kinerjanya, terutama dengan upaya dakwah yang
terkait dengan upaya nirkekerasan. Selain itu, secara khusus, tulisan ini
ingin menjaring pembaca untuk memahami dakwah sebagai sebuah
keilmuan, khususnya dalam sebagai alat utama pembentuk
perdamaian.
2. Aspek Praktis
Aspek praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi bagi LD-PBNU atas kegiatan dan
programnya selama ini. Selain itu, tesis ini diharapkan dapat menjadi
bahan catatan bagi lembaga dakwah lain untuk dapat mengembangkan
programnya.
E. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN
Penelitian dengan tema nirkekerasan sudah sangat banyak dijumpai di
berbagai negara, namun tulisan yang mengangkat LD-PBNU dan nirkekerasan
secara khusus dalam penelusuran penulis belum ditemukan. Oleh sebab itu,
tesis ini mengulas beberapa kajian diantaranya yang memiliki kesamaan topik
dalam pembahasannya yaitu agama dan nirkekerasan. Adapun beberapa
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja NU dalam Mencegah Radikalisme Agama,
oleh Ahmad Ali MD, yang diterbitkan di jurnal Adz-Dzikra pada tahun 2011.
Tulisan ini menjelaskan tentang radikalisme agama yang ada di Indonesia,
seperti pada beberapa gerakan yang ada di Indonesia setelah berakhirnya era
Orde Baru, yaitu FPI (Front Pembela Islam), Laskar Jihad dan Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI). Pada tulisan ini pula, Ali menyampaikan
bagaimana nilai-nilai Aswaja dalam tubuh NU digandengkan dengan piagam
Madinah dan Undang-undang Dasar 1945 untuk mencegah meluasnya
radikalisme agama.37 Namun dalam tulisan tersebut, yang penulis jumpai
hanya tulisan yang sifatnya normatif dan tidak menyampaikan aktualisasinya
dakwahnya di masyarakat.
37 Ahmad Ali MD, “Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja NU dalam Mencegah
Radikalisme Agama,” Jurnal Adz-Dzikra 9 (2011), 37-56. http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/download/343/280 (diakses tanggal 11 September 2015).
13
NU dan Wacana Radikalisme Agama (Analisis terhadap Majalah Risalah
tahun 2012-2013) oleh Arsam. Penelitian ini dipublikasikan pada Jurnal
KOMUNIKA pada tahun 2013. Sesuai dengan judulnya, Arsam membahas
bagaimana para tokoh NU dalam hal ini, menyoroti radikalisme yang ada di
Indonesia, yang mana menjadi perhatian serius bagi tokoh-tokohnya. Respon
tersebut ditampilkan melalui Majalah Risalah yang diterbitkan langung oleh
PBNU. Melalui majalah ini pula, NU mengkritik gerakan-gerakan yang
dilakukan dengan cara kekerasan dan memberikan wacana solusi untuk
mengatasi masalah radikalisme agama.38 Namun, penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan dan terbatas antara tahun 2012 hingga 2013.
Respon Nahdlatul Ulama (NU) terhadap Wahabisme dan Implikasinya bagi
Deradikalisasi Pendidikan Islam oleh Ahmad Shidqi pada tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta. Adapun dalam penelitian ini, yang
menjadi fokusnya adalah maraknya aksi radikalisme Islam yang ada di
Indonesia disebabkan oleh Wahabisme. Hal ni kemudian memunculkan respon
dari berbagai kalangan, baik NU struktural maupun kultural yang berupaya
membentengi diri dari paham tersebut, karena deradikalisasi (pendidikan)
Islam sebenarnya adalah sebuah upaya untuk meminimalisir atau bahkan justru
mengSikis habis anasir-anasir radikalisme yang menyusup dalam paradigma,
sistem dan kultur yang berkembang dalam pendidikan Islam.39 Penelitian ini
berbeda dengan penelitian penulis, terutama pada objek yang diteliti. Penelitian
ini lebih mengeksplorasi radikalisme yang muncul dalam dunia pendidikan
Islam, sedangkan penulis melihat bagaimana radikalisme pada masyarakat,
melalui pendapat para tokoh NU. Sedangkan dalam penelitian penulis, kajian
lebih fokus kepada LD-PBNU dan materi-materi dakwah yang disampaikan
yang berhubungan dengan nirkekerasan.
Islam and Peace: A Survey of The Sources of Peace in The Islamic
Tradition, oleh Ibrahim Kalin pada tahun 2005. Tulisan Kalin mengungkap
makna kedamaian dari beberapa konteks, yaitu dari konteks spiritual-metafisis,
konteks filosofis-teologis, konteks hukum politik Syariah, dan konteks sosio-
politik. Pada konteks spiritual-metafisis, Kalin menjabar konsep bahwa Tuhan
adalah sumber dari kedamaian (as-Sala>m) itu sendiri, yang mana ia mengutip
banyak ayat al-Qur’an dan penafsiran dari kalangan Sufi. Pada konteks
38 Arsam, “NU dan Wacana Radikalisme Agama (Analisis terhadap Majalah
Risalah tahun 2012-2013)” KOMUNIKA 7 (2013) 1-13. http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/view/370/334 (diakses pada tanggal 7 Maret 2016).
39 Ahmad Shidqi, “Respon Nahdlatul Ulama (NU) terhadap Wahabisme dan Implikasinya bagi Deradikalisasi Pendidikan Islam” Jurnal Pendidikan Islam 2 (2013), 109-128. http://jurnaljpi.com/index.php/JPI/article/view/22/22 (diakses tanggal 9 Maret 2016).
14
filosofis-teologis, Kalin membahasnya dalam kajian ilmu Kalam (teologi
Islam) dan filsafat Islam. Pada konteks hukum politik Syariah, ia menjelaskan
menurut beberapa pendapat ulama, di antaranya Imam Syafii, Ibnu Taimiyah
dan Ibnu Qayyim al-Jawzi. Pada konteks sosio-politis, ia menyatakan bahwa
ajaran Islam adalah ajaran yang berdasarkan pada universalisme dan menjadi
umat yang menengah (ummatan wasat}an).40
Conflict Resolution and Peacemaking in Islam: Toward Reconciliation and
Complementarity between Western and Muslim Approaches, ditulis oleh
Uzma Rehman pada tahun 2011. Penelitian ini fokus pada perbedaan
pendekatan yang dipergunakan oleh Barat dan Islam dalam memecahkan
konflik yang terjadi, yang mana secara lebih lanjut, dijelaskan bahwa tradisi
Arab yang diikuti juga dengan konflik serta cara-cara resolusi konflik harus
berdasarkan pada nilai-nilai spiritualitas, sebab, itu merupakan inti dari tradisi
keagamaan di semua agama.41
Nonviolence and Communications, oleh Brian Martin dan Wendy Varney
yang ditulis pada tahun 2003. Tulisan ini membahas komunikasi sebagai titik
pusat efektivitas aksi nirkekerasan. Beberapa tindakan seperti persuasi dan
protes merupakan tujuan dari komunikasi, sedangkan non-kooperasi dan
intervensi nirkekerasan memiliki dimensi komunikatif yang krusial.42
Describing kekerasan Some observations on writing about violence in
Indonesia after the New Order, oleh Jemma Purdey. Sesuai dengan judulnya,
tulisan ini menganalisis kekerasan yang ada di Indonesia dengan menggunakan
beragam perspektif dan tulisan dari peneliti terdahulu. Ia menyoroti kekerasan
di Indonesia, selama rezim Orde Baru yang terjadi di beberapa tempat di
Indonesia seperti Timor Timur, dan kepada etnis Cina di Gresik, Jawa Timur.43
40 Ibrahim Kalin, “Islam and Peace: A Survey of The Sources of Peace in The
Islamic Tradition” Islamic Studies 44 (2005), 327-362. http://www.jstor.org/stable/20838977 (diakses tanggal 12 September 2015).
41 Uzma Rehman, “Conflict Resolution and Peacemaking in Islam: Toward Reconciliation and Complementarity between Western and Muslim Approaches” Islamic Studies 50 (2011), 55-69. http://www.jstor.org/stable/41932576 (diakses tanggal 24 April 2015). 42 Brian Martin dan Wendy Varney, “Nonviolence and Communications,” Journal of Peace Research 40 (2003), 213. http://www.jstor.org/stable/3648412 (diakses pada tanggal 16 Mei 2017). 43 Jemma Purdey, “Describing kekerasan Some observations on writing about violence in Indonesia after the New Order,” Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 160 (2004), 189-225. http://www.jstor.org/stable/27868127 (diakses pada tanggal 10 Juni 2017).
15
F. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan semakin penulis perjelas dengan adanya metodologi
penelitian yang akan membantu pembaca dalam memahami secara garis besar
isi dari tulisan ini. Adapun rincian tentang metodologi penelitian yang penulis
pergunakan adalah sebagai berikut.
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam tulisan ini adalah
penelitian kualitatif. Secara lebih jelas, penelitian ini bersifat deskriptif-
kualitatif dengan jenis penelitian dengan kajian lapangan. Penelitian yang
penulis lakukan berusaha mendeskripsikan tentang nirkekerasan dan
bagaimana dakwah dapat menanggulangi hal tersebut dengan menawarkan
beberapa metode-metode dakwah melalui beberapa aspek dalam
masyarakat untuk menciptakan satu tatanan masyarakat yang humanis.
Pendekatan kedua yang penulis pergunakan adalah pendekatan
sosiologis.44 Pendekatan sosiologis dalam hal ini berupaya mengaitkan
dakwah LD-PBNU dengan tindakan nirkekerasan. Seperti yang diketahui,
dakwah sendiri adalah upaya untuk menegakkan ajaran agama Islam
dengan cara-cara yang Islami pula. Pendekatan ini juga membedah dakwah
LD-PBNU yang dilakukan oleh para pengurusnya, yaitu agar dapat
memberi sumbangsih pemikiran bagi LD-PBNU terutama untuk terus
menjalankan tugas dakwah yang diamanatkan oleh NU.
Pendekatan kedua adalah pendekatan ilmu komunikasi. Tesis ini
sendiri adalah salah satu bentuk upaya penulis dalam mengawinkan teori
nirkekerasan dengan komunikasi, sehingga menghasilkan pemikiran-
pemikiran baru dalam ilmu komunikasi. Selain itu juga, pendekatan ilmu
komunikasi juga dapat dipergunakan untuk memperkokoh ilmu dakwah
yang masih memiliki ketersambungan dengan ilmu komunikasi.45
44 Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena
fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Praanggapan dasar perspektif sosiologis adalah concernnya pada struktur sosial, konstruksi pengalaman manusia dan kebudayaan termasuk agama. Objek-objek, pengetahuan, praktik-praktik, dan institusi-institusi dalam dunia sosial, oleh para sosiolog dipandang sebagai produk interaksi manusia dan konstruksi sosial. Agama adalah salah satu bentuk konstruksi sosial. Tuhan, ritual, nilai, hierarki keyakinan-keyakinan dan perilaku religius menurut sosiolog adalah untuk memperoleh kekuatan kreatif atau menjadi subjek dari kekuatan lain yang lebih hebat dalam dunia sosial. Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, Cet. II, Terj. Imam Khoiri, (Yogyakarta: LKiS, 2009), 271. 45 Inilah makna dari dakwah, yaitu proses internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah juga dapat berarti panggilan dari Allah swt. dan Rasulullah saw. untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam
16
Pendekatan ini penulis pergunakan juga sebagai pisau bedah bagi dakwah
LD-PBNU di media dengan menggunakan perspektif meaning.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah dengan
teknik analisis semiotik. Analisis ini penulis pergunakan untuk
menganalisis kegiatan-kegiatan terkait tentang gerakan dakwah LD-
PBNU, baik itu modul-modul pelatihan dan juga naskah-naskah ceramah.
sehingga dapat diketahui bahwa yang menjadi sumber data-data penelitian
yang penulis lakukan adalah tulisan-tulisan ilmiah.46 Selain itu, penulis
juga melakukan wawancara sebagai teknik pengumpulan data yang akan
penulis tujukan kepada beberapa pengurus di kantor LD-PBNU pusat.
Teknik pengumpulan data lainnya yang penulis pergunakan adalah
observasi. Penulis bertindak sebagai seorang partisipan (Observer as
Participant)47 dalam meneliti program PKD LD-PBNU. Melalui cara ini
peneliti menggali informasi melalui interaksi penulis dengan seluruh
peserta PKD LDPBNU. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh LD-PBNU serta yang berkaitan dengan PKD LD-
PBNU.
3. Sumber Data
Penelitian ini dalam hal pengumpulan data, memiliki dua sumber
yaitu sumber data primer data sekunder. Semua data ini akan penulis
elaborasi untuk memeroleh hasil yang dibutuhkan untuk menjelaskan
tentang dakwah LD-PBNU dalam upaya nirkekerasan. Adapun penjelasan
tentang sumber data yang dipergunakan adalah sebagai berikut.
a. Data Primer
Data primer penelitian ini, sebagaimana telah disebutkan di bagian
pendahuluan, akan terkait dengan langkah-langkah yang LDNU
pergunakan untuk melawan radikalisme yang sudah ada terdapat di
Indonesia. Sumber data primer adalah wawancara dengan pengurus
PBNU yang bertempat di Jln. Kramat Jati, Jakarta Pusat, di antaranya
dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupannya. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), 3.
46 Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk verbal, bukan dalam bentuk angka. Data dalam bentuk kata verbal sering muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud yang sama, atau sebaliknya; sering muncul dalam kalimat panjang lebar, yang lain singkat melainkan perlu dilacak kembali maksudnya dan banyak lagi ragamnya. Data kata verbal yang beragam tersebut perlu diolah agar menjadi ringkas dan sistematis. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Cet. VII (Yogyakarta: PT. Indra Bayu Grafika, 1996), 29. 47 Sharan B. Merriam, Qualitative Research, A guide to Design and Implementation (San Fransisco: Jossey Bass, 2009), 124.
17
adalah Ustadz Imaduddin, Ustadz Nurochman Maksudi, Ustadzah
Dewi Ani, KH. Wahid Nuruddin, KH. Misbahul Munir, KH. Masruhin
Abdul Majid, KH. Zakki Mubarak dan KH. Manarul Hidayah.
Adapun alasan penulis mewawancarai orang-orang ini adalah
karena hubungannya dengan LD-PBNU itu sendiri. Wawancara dengan
narasumber tersebut bertujuan untuk secara langsung menggali dan
mengeksplorasi pergerakan dakwah LD-PBNU dalam mempromosikan
Islam damai. Masing-masing narasumber tersebut mewakili setiap
divisi yang terdapat dalam tubuh LD-PBNU, yaitu Divisi Perempuan
dan Anak, Divisi Transmigrasi dan Kerja sama Luar Negeri, Divisi
Kajian dan Pengembangan, Divisi Kaderisasi dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Divisi Publikasi dan Produksi. Adapun
beberapa di antara narasumber di atas, seperti KH. Zakki Mubarak dan
KH. Wawancara ini adalah wawancara tidak terstruktur,48 Sumber
primer yang lain adalah hasil observasi penulis sebagai partisipan
dalam kegiatan PKD LD-PBNU, yang diselenggarakan setiap hari
Rabu siang pukul 13.00-16.00 WIB.
b. Sumber Sekunder
Data primer didukung pula dengan data sekunder. Sebagai sumber
data sekunder, penulis mempergunakan buku-buku ataupun jurnal-
jurnal ilmiah yang berkenaan dengan tema yang penulis angkat. Data
sekunder lainnya adalah buku-buku yang berhubungan langsung
dengan LDNU Adapun buku-buku yang penulis pergunakan sebagai
bahan referensi adalah beberapa buku berkaitan dengan tema
radikalisme dan buku-buku tentang dakwah, yaitu:
1) Sosiologi Dakwah, karya Acep Aripudin, diterbitkan oleh penerbit
PT. Remaja Rosdakarya, pada tahun 2013. Buku ini banyak
berbicara tentang kejadian-kejadian sosiologis yang terjadi pada
masyarakat dalam ranah dakwah.
2) Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban
Islam, karya A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, diterbitkan oleh
Kencana Prenada Media Group, cet. II pada tahun 2013. Sesuai
dengan judulnya, buku ini membahas tentang kandungan-
48 Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang memiliki ciri kurang
diinterupsi dan arbiter. Wawancara semacam ini dipergunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan kekecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli atau perspektif tunggal. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XIII (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 139.
18
kandungan yang tersimpan dalam dakwah, dari berbagai sisinya,
seperti dalam unsur-unsur dakwah.
3) Kajian Dakwah Multiperspektif, Teori, Metodologi, Problem dan
Aplikasi, diterbitkan oleh PT> Remaja Rosdakarya, pada tahun
2014. Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang ilmu dakwah
yang menjelaskan beberapa masalah yang terjadi di masyarakat
dengan melihat pada berbagai perspektif.
4) Ilmu Da’wah, oleh Toha Yahya Omar, diterbitkan oleh Penerbit
Widyaya pada tahun 1983. Isi dari buku ini berkisar tentang
dakwah sebagai sebuah disiplin keilmuan. Selain itu, buku ini juga
banyak menyebutkan tentang masyarakat yang juga merupakan
sasaran dari pesan dakwah (mad’u).
5) Nirkekerasan dan Bina-Damai dalam Islam, karya Mohammed
Abu-Nimer. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari buku
aslinya yang berjudul Nonviolence and Peacebuilding in Islam:
Theory and Practice. Ia adalah peneliti dalam bidang kajian
perdamaian. Buku ini membahas tentang kaitan Islam dan
perdamaian. Di dalam buku ini juga disinggung, prinsip-prinsip
Islam mengenai perdamaian, serta contoh-contoh kasus
nirkekerasan yang terjadi di dunia.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, selain juga
mengumpulkan data melalui content analysis (analisis isi). Maka dari itu,
dalam hal teknik analisis data, penulis terlebih dahulu mengumpulkan
data-data melalui buku-buku, karya ilmiah, jurnal tentang Islam di
Indonesia dan nirkekerasan. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis
dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut.
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teori Miles dan Huberman,49 yaitu dengan diawali dengan pengumpulan
data (data collection), kemudian dilanjutkan dengan reduksi data (data
reduction), setelah itu penyajian data (data display) dan diakhiri dengan
kesimpulan (conclusion).
49 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Ed. 2, Cet. I, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 84-88.
19
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, jika diperlukan.50
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya, namun, apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Cet. XV
(Bandung: Alfabeta, 2012), 247.