STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN DAN … filestrategi dan rencana aksi pengelolaan dan...

46
STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN NILAI KONSERVASI TINGGI (HIGH CONSERVATION VALUE) PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES 2017-2020

Transcript of STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN DAN … filestrategi dan rencana aksi pengelolaan dan...

STRATEGI DAN RENCANA AKSI

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

NILAI KONSERVASI TINGGI

(HIGH CONSERVATION VALUE)

PT. JATI DHARMA INDAH

PLYWOOD INDUSTRIES

2017-2020

ii | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ......................i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ......................ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ .....................iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................ .....................1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................11

1.2 Tujuan……………………………………………………………………...................12

BAB II. STRATEGI PENGELOLAAN NKT

2.1 Proses Identifikasi, Pengelolaan dan Pemantauan………................................13

2.2 Strategi Pengelolaan.........................................................................................13

BAB III. RENCAN AKSI PENGELOLAAN & PEMANTAUAN NKT

3.1 Dasar dan Opsi Pengelolaan...................................................................14

3.2 Ancaman dan Dampak ......................................................... ....................14

3.3 Pengelolaan dan Pemandatuan NKT .................................. ....................19

BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... ....................40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....................41

iii | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Hasil Identifikasi NKT PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

...............................................4

Tabel 2 Sumber ancaman yang teridentifikasi pada NKT di PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

.............................................16

Tabel 3 Penilaian Potensi Ancaman dan Potensi Dampak Terhadap Pengelolaan dan Pemantauan NKT di Areal PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

.............................................17

Tabel 4 Pengelolaan dan Pemantauan NKT di PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

.............................................20

1 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan identifikasi nilai konservasi tinggi yang dilakukan di areal konsesi PT JDIPI,

ditemukan areal yang memiliki nilai penting yang berdasarkan Toolkit NKT 2018. Areal

bernilai konservasi tinggi ini terdiri dari dari wilayah dengan kelas lereng lebih dari 40%,

sempadan sungai, dan wilayah penyangga Hutan Lindung. Sehingga dapat dipastikan

areal PT JDIPI memiliki areal NKT1.1. Pada areal kajian juga ditemukan jenis flora dan

fauna yang dilindungi Critically Endangered (CR) diantaranya: Landak papua (Zaglossus

bruijni) dan Merawan (Hopea ferruginea),sehingga memenuhi criteria NKT1.2. Areal

konsesi ini juga merupakan habitat dari spesies-spesies yang memiliki status konservasi

penting yang meliputi: 6 jenis flora, 6 jenis mamalia, 35 jenis Burung, dan 6 jenis reptil,

sehingga dapat dipastikan areal ini mengandung NKT1.3. Keberadaan lahan basah

berupa sempadan sungai dan keberadaan gua mengindikasikan keberadaan NKT 1.4.

Berdasarkan identifikasi daerah inti dan daerah penyangga wilayah hutan berdasarkan

data tutupan lahan tahun 2016, dan hasil deliniasi Kawasan Bernilai Konservasi tinggi

(KBKT) pada wilayah kajian terdapat hutan yang masih memiliki criteria hutan primer

yang masuk kedalam karegori NKT2.1. Hasil Analisa spasial menunjukkan keberadaan

zona transisi (ecotone) yang masih memiliki tutupan hutan antar masing-masing tipe

ekosistem di wilayah kajian, Hal ini menjadikan areal PT JDIPI memiliki NKT2.2.

Berdasarkan hasil temuan lapang ditemukan jenis predator (elang bondol), jenis satwa

yang memiliki ketergantungan terhadap keberadaan tajuk hutan (canopy) yaitu Kuskus,

Kangguru Pohon, dan Julang Papua. Sehingga criteria keberadaan NKT2.3 terpenuhi.

Rekomendasi yang dapat dilakukan salah satu diantaranya adalah kesepakatan antara

pihak terkait dalam pengelolaan bentang alam agar tidak terjadi perubahan secara

signifikan, juga pembatasan kegiatan pada areal-areal yang ditetapkan memiliki nilai

penting.

Mengacu pada criteria Toolkit NKT 2008, dimana tren laju deforestasi pada masing-

masing tipe ekosistem diwilayah kajian dalam kurun waktu tahun 1990 hingga tahun 2016

berdasarkan penafsiran citra satelit, tidak mengalami perubahan tutupan lahan >50% dan

tidak ada luas tipe ekosistem <5%, sehingga tidak teridentifikasi NKT3. Namun temuan

hasil pengamatan lapangan berupa gua karst dan berdasarkan prinsip kehati-hatian,

maka dapat disimpulkan NKT3 potensial ada diareal konsesi PT JDIPI.

Diwilayah kajian NKT, terdapat areal yang penting sebagai penyedia jasa lingkungan dan

pengendali banjir bagi masyarakat hilir yang terdiri dari areal lereng E sebagai daerah

tangkapan air beserta sempadan sungai. Bersasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa

area kelola PT JDIPI memenuhi criteria NKT4.1. Berdasarkan analisis tingkat bahaya erosi

(TBE) di wilayah PT JDIPI terdapat areal yang memiliki tingkat bahaya erosi berat sampai

2 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

sangat berat sehingga dengan demikian terdapat NKT4.2. Selain itu, di areal kajian juga

terdapat areal yang memiliki potensi sebagai sekat bakar alami yang terdiri dari

sempadan sungai dan hutan primer yang berperan penting dalam mempertahankan

kelembaban dan iklim pada wilayah tersebut sehingga memenuhi kriteria NKT4.3.

Demikian juga halnya dengan adanya bukti bahwa masyarakat disekitar areal kerja PT

JDIPI masih memiliki ketergantungan terhadap hutan/ekosistem alami lainnya dalam

memenuhi kebutuhan dasar masyarakat setempat. Yakni: areal hutan yang menjadi

wilayah berburu, areal hutan lokasi pemanfaatan hasil hutan kayu untuk bahan

bangunan rumah, sungai tempat mencari ikan dan air sungai untuk air minum, masak

dan MCK. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan areal PT JDIPI memenuhi

criteria NKT5.

Sedangkan terkait identitas budaya, dalam wilayah kajian diketahui terdapat dua lokasi

situs budaya/religi yang dapat dikatagorikan sebagai lokasi atau situs yang memiliki

fungsi penting untuk identitas budaya/religi yakni Gunung Anjing dan Gunung Dogou.

Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan areal PT JDIPI memenuhi kriteria NKT 6.

Kemudian berdasarkan hasil penilaian dan identifikasi NKT 1–6 tersebut kemudian

dilakukan komposit tiap komponen NKT menjadi satu deliniasi holistic untuk

menghasilkan KBKT pada wilayah kajian. Dari hasil kajian disimpulkan areal IUPHHK-

HA PT JDIPI memiliki Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi dengan luasan ±102.740 Ha

atau sekitar 73,66% dari total luasan konsesi.

Berdasarkan efektivitas pengelolaan kawasan hutan areal NKT PT JDIPI dibagi menjadi

dua macam yaitu areal NKT yang dapat di kelola (dengan beberapa syarat untuk

mendukung kelestarian, salah satunya menggunakan metode RIL) sebesar 83.261 ha atau

60% dari luas konsesi, dan NKT yang tidak dapat dikelola yaitu areal yang ditetapkan

secara undang-undang sebagai kawasan lindung/ dikonservasi sebesar 19.479 ha atau

13,97% dari luasan konsesi. Rincian areal NKT yang dapat dikelola dan tidak dapat

dikelola dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

3 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

Gambar 1. Komposit NKT di Areal PT JDIPI

4 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

Tabel 1. Ringkasan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

1 Kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting

1.1 Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan / atau konservasi

Ada Di dalam Areal IUPHHK-HA PT JDIPI terdapat wilayah mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan/atau konservasiyang terdiri dari:

- KPPN seluas 715,91 Ha,

- Kawasan sempadan sungai seluas 4.489,99 Ha

- Kawasan dengan kelas lereng lebih dari 40 % seluas 18.580,87 Ha

- Kawasan penyangga di sepanjang batas yang bersinggungan dengan hutan lindung seluas 9.581,62 Ha

19.479

1.2 Spesies hamper punah Ada Berdasarkan informasi dan hasil temuan di lapangan, ditemukan satwa yang tergolong dalam status Critically Endangered (CR) atau kritis yaitu landak papua (Zaglossus bruijnii) dan merawan (Hopea ferruginea Parijs). Habitat flora dan fauna berstatus CR tersebut berada di hutan tropis perbukitan hingga hutan pegunungan.

Informasi mengenai landak papua (Zaglosuss bruijnii) didukung pula oleh data persebaran IUCN, dimana jenis satwa tersebut persebarannya menjangkau luasan hingga luasan areal konsesi PT. JDIPI.

9.361

1.3 Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesie terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup (Viable Population)

Ada Wilayah PT. JDIPI merupakan habitat bagi spesies kategori tersebut, yaitu :

Satwaliar :

Mamalia

- Kalong/Pteropus vampyrus (App II, LC)

- Kalong/Pteropus spp. (App II, LC)

- Kuskus abu-abu/Phalanger orientalis (PP, App II,

- Kuskus totol/Spilocuscus maculatus (PP, App II, LC)

- Kangguru tanah/Thylogale sp. (PP)

22.435

5 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

- Kangguru pohon/Dendrolagus inustus (PP, VU)

Aves

- Kasuari gelambir-ganda/Casuarius casuarius (PP, VU)

- Kuntul perak/Egretta intermedia (PP, LC)

- Kuntul kerbau/Bubulcus ibis (PP, LC)

- Baza pasifik/Aviceda subcristata (PP, App II, LC)

- Elang ekor-panjang/ Henicopernis longicauda (PP, App II, LC)

- Elang bondol/ Haliastur indus (PP, App II, LC)

- Elang alap coklat/ Accipiter fasciatus (PP, App II, LC)

- Elang alap kelabu/ Accipiter cirrhocephalus (PP, App II, LC)

- Elang alap pucat-sosonokan/ Accipiter poliochepalus (PP, App II, LC)

- Elang alap meyer/ Accipiter meyerianus (PP, App II, LC)

- Alap alap coklat/ Falco berigora (PP, App II, LC)

- Alap alap laying/ Falco cenchroides (PP, App II, LC)

- Maleo kerah-coklat/ Talegalla jobiensis (PP, LC)

- Mambruk Victoria/ Goura victoria (PP, App II, VU)

- Perkici pelangi/Trichoglossus haematodus (App II, LC)

- Kasturi kepala-hitam/ Lorius lory (PP, App II, LC)

- Perkici dagu-merah/ CHarmosyna placentis (App II, LC)

- Nuriara dada-jingga/ Opopsitta gulielmitertii (App II, LC)

- Nuriara mata-ganda/ Opopsitta diophthalma (App II, LC)

- Nurikate topi-kuning/ Micropsitta keiensis (App II, LC)

6 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

- Kakatua raja/ Probosciger aterrimus (PP, App II, LC)

- Kakatua koki/ Cacatua galerita (PP, App II, LC)

- Nuri bayan/ Eclectus roratus (PP, App II, LC)

- Nuri pipi-merah/ Geoffroyus geoffroyi (App II, LC)

- Serindit papua/ Loriculus aurantiifrons (App II, LC)

- Rajaudang erasia/ Alcedo atthis (PP, LC)

- Kukabura perut-merah/ Dacelo gaudichaud (PP, LC)

- Cekakak torotoro/ Halcyon torotoro (PP, LC)

- Cekakak sungai/ Halcyon chloris (PP, LC)

- Julang papua/ Rhyticeros plicatus (PP, App II, LC)

- Paok hijau/ Pitta sordida (PP, LC)

- Burungmadu hitam/ Leptocoma sericea (PP, LC)

- Cikukua tanduk/ Philemon buceroides (PP, LC)

- Cendrawasih mati-kawat/ Seleucidis melanoleuca (PP, App II, LC)

- Cendrawasih kecil/ Paradisaea minor (PP, App II, LC)

Herpetofauna

- Biawak / Varanus sp. (App II)

- Buaya air tawar irian / Crocodylus novaeguineae (PP, App II, LC)

- Buaya muara/ Crocodylus porosus ((PP, App II, LC)

- Ular sanca / Phyton sp. (App II)

- Sanca pohon hijau / Morelia viridis (App II, LC)

Flora

7 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

- Anggrek tebu / Grammatophyllum speciosum (PP, App II)

- Angrek ki sara / Macodes petola (PP)

- Kantung semar / Nepenthes mirabilis (PP, App II, LC)

- Kantung semar / Nepenthes ampullaria (PP, App II, LC)

- Merawan/ Hopea ferruginea Parijs (CR)

1.4 Kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer

Ada Letak PT JDIPI yang merupakan bagian dari area EBA (Endemic Bird Area) Dataran Rendah di Daerah Kepala Burung dan didalamnya terdapat kawasan karst maka kawasan PT JDIPI berpotensi menjadi tempat untuk berkembang biak atau bersarang, berlindung, menghindar, atau migrasi secara local (refugium) bagi suatu jenis pada saat musim kemarau yang panjang untuk minum, banjir ataupun kebakaran lahan. Kategori endemik yang ditemui berasal dari jenis Avifauna antara lain Anispuyuh ajax (Cinclosoma ajax) dan Cabai papua (Dicaeum petrocale). Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) – NKT 1.4 difokuskan pada daerah kawasan Karst dan kawasan Sempadan Sungai Wanggar.

610,16

2 Kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami

2.1 Kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk menjaga proses dan dinamika ekologi

Ada Berdasarkan interpretasi citra landsat dan hasil ground check, dilihat bentang alam yang merupakan suatu kesatuan kawasan berhutan yang kompak terdapat di areal konsesi PT JDIPI yaitu Daerah inti (core area) dan sebagian daerah inti menurut rencana tata ruang masuk ke dalam Kawasan Lindung. Kawasan bentang alam luas di areal PT JDIPI tersebut memiliki kapasitas untuk menjaga proses dan dinamika ekologi.

15.982

2.2 Kawasan alam yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan)

Ada Wilayah PT JDIPI memiliki tutupan lahan berupa hutan dan berdasarkan ketinggiannya tersebar mulai dari 0 mdpl – 1.500 mdpl dan tergolong ke dalam ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah sampai dengan hutan sub pegunungan. Kedua tipe ekosistem tersebut saling berkesinambungan. Selain ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah sampai dengan hutan

7.668

8 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

sub pegunungan, di wilayah PT JDIPI juga ditemukan daerah peralihan (ekotone) yaitu berupa Habitat akuatik (sungai) dengan Habitat terestrial (hutan) berupa kawasan sempadan sungai. Perbedaan ekosistem dapat dilihat dari vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan pionir yang terletak antara ekotone tersebut seperti beberapa spesies Mahang (Macaranga spp), Sukun hutan (Artocarpus elasticus), Binuang (Octomeles sumatrana), dll.

2.3 Kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami

Ada Di wilayah PT JDIPI terdapat areal yang bersinggungan dengan hutan lindung sehingga diperlukan adanya daerah yang dijadikan sebagai daerah penyangga hutan lindung. Di wilayah PT JDIPI terdapat :

- kawasan yang mengandung populasi spesies yang memerlukan ruanghabitat luas dengan kepadatan rendah seperti jenis Julang Papua(Rhyticeros plicatus)

- kawasan yang mengandung populasi predator tingkat tinggi sepertijenis Elang Bondol (Haliastur indus)

- keberadaan jenis-jenis yang tergantung terhadap keberadaan tajuk(canopy) hutan seperti jenis Kuskus (Phalanger orientalis danSpilocuscus

maculatus) dan Kangguru pohon (endrolagus inustus)

Kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami yang terdapat di dalam areal PT JDIPI berupa hutan lahan kering primer, sempadan sungai, kelas lereng > 40%, KPPN, penyangga hutan lindung dan karst.

25.296

3 Kawasan yang mempunyai ekosistem

langka atau terancam punah

Potensial Ada

Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan Ekosistem Karst berupa gua di Petak Kerja 40AT, 41AT, 48AQ dan 48AS (dapat dilihat pada foto di Lampiran 5). Oleh karena itu, meskipun berdasarkan perubahan penutupan lahan dan luasan ekosistem tidak teridentifikasi kawasan NKT 3, namun dengan ditemukannya beberapa gua karst di areal konsesi PT. JDIPI dan berdasarkan prinsip kehati-hatian, maka NKT 3 potensial ada di areal IUPHHK-HA PT JDIPI.

9 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

4 Kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami

4.1 Kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air dan pengendalian banjir bagi masyarakat hilir

Ada Hutan yang berada di areal PT JDIPI berdasarkan daerah aliran sungai dan posisi kawasannya berperan dalam menyediakan air melalui kemampuannya sebagai regulator air yang bermula dari fungsi hutan sebagai penyerap air hujan. Selain fungsi penting sebuah kawasan berdasarkan letakan DAS, didalam areal PT JDIPI juga terdapat dua ekosistem hutan atau lahan lain yang memiliki peran dalam siklus hidrologi lokal yang luar biasa penting dan perlu diperhatikan secara khusus, yaitu berupa ekosistem riparian dan ekosistem karst. Beberapa sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat hilir : - Sungai Wanggar - Sungai Yaro - Sungai Cemara - Sungai Papaya

13.067

4.2 Kawasan yang penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi

Ada Secara lanskap, PT JDIPI akan menjadi kawasan yang penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi bagi masyarakat yang ada di bagian hilir. Dari hasil kajian berdasarkan permodelan GIS, sebagian areal PT JDIPI memiliki tingkat kerawanan erosi dari tinggi (kelerengan 25-40% dan tanah podsolik) sampai sangat tinggi (kelerengan >40%)

66.788,3

4.3 Kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan

Ada Di areal IUPHHK-HA PT JDIPI terdapat areal yang mampu berperan sebagai sekat bakar alami untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan. Areal tersebut berupa hutan yang berada di ketinggan >700 Mdpl yang kondisinya relatif masih lebat dan lembab serta berupa sungai-sungai yang mengandung air sehingga mampu mencegat atau menghambat pergerakan atau menjalarnya api jika terjadi kebakaran hutan. Beberapa sungai yang dapat dijadikan sebagai sekat bakar alami diantaranya : - Sungai Bumi - Sungai Wanggar - Sungai Yaro

8.053,81

10 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Definisi/Pengertian Status NKT

Atribut Luas Dalam Konsesi (Ha)

- Sungai Wami - Sungai Bambu - Sungai Lagari

5 Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal

Ada Di areal IUPHHK PT JDIPI terdapat areal yang memiliki fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa binatang buruan dan ikan sungai (protein hewani), kayu untuk pembangunan/perbaikan rumah, serta air sungai untuk air minum dan mandi, cuci, kakus (MCK). Areal hutan yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan kayu perkakas untuk rumah dan areal berburu meliputi seluruh areal IUPHHK. Namun areal tersebut dapat dilakukan penebangan pohon karena penebangan dilakukan dengan sistem tebang pilih (selective cutting), kecuali areal yang tettapkan sebagai kawasan lindung. Sungai yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan dasar untuk mencari ikan sekaligus sumber air minum dan MCK adalah : Sungai Yaro, Sungai Topo, Sungai Dingin, Sungai Lepki. Sedangkan sungai yang khusus untuk mencari ikan adalah Sungai Wangar, Sungai Hamora, Sungai Bambu, Sungai Pepaya, Sungai Bumi.

4.4901)

6 Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal

Ada Guung Anjing dan Gunung Dogou - 2)

Keterangan : 1) Angka luas areal NKT 5 di dalam konsesi PT JDIPI yang dicantumkan adalah khusus areal NKT yang harus dilindungi dari kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu, yakni berupa badan air dan sempadan dsungai. Adapun areal berburu dan pemanfaatan kayu untuk kebutuhan kayu perkakas masyarakat meliputi seluruh areal IUPHHK, kecuali untuk pemanfaatan kayu perkakas adalah areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung; 2) Luas areal situs budaya belum dapat ditetapkan karena masih terdapat pernedaan antar tokoh/kelompok masyarakat. Luas NKT 6 akan ditetapkan melalui proses pemetaan partisipatif sebelum lokasi tersebut dilakukan penebangan

11 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

pPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries (PT. JDIPI) merupakan Unit Pengelolaan (UP)/ pemegang IUPHHK-HA berdasarkan Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) No.: 8/1/IUPHHK- HA/PMDN/2016 tanggal 21 Juni 2016 seluas 139,470 ha, di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

Pada tanggal 22 Mei-5 Juni 2016 telah dilakukan kegiatan penilaian (assessment) identifikasi NKT pada areal kerja IUPHHK-HA PT JDIPI oleh Wana Aksara Institute sesuai dengan toolkit NKT tentang panduan praktis untuk mengidentifikasi NKT pada ekosistem dan sistem produksi yang beragam (Panduan Identifikasi KBKT Indonesia 2008 dan Common Guidence HCV RN, September 2013).

Untuk transparansi hasil penilaian NKT, sudah dilakukan proses Konsultasi Publik (KP) guna menjaring masukan dari pihak-pihak yang lebih luas terhadap hasil penilaian NKT PT JDIPI dalam rangka menyusun rencana pengelolaan NKT. Kegiatan KP telah

dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2016 bertempat di Distrik Wanggar, Kabupaten

Nabire, Provinsi Papua, yang dihadiri sebanyak 44 peserta dari berbagai pihak, seperti lembaga adat, perwakilan masyarakat, Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire, Perwakilan WWF Indonesia Kantor Papua, Dinas Kehutanan Nabire, Kantor Bina Lingkungan Hidup Nabire, Koramil Nabire dan Litbang Manokwari.

Kemudian berdasarkan hasil penilaian dan identifikasi NKT1–6 tersebut, kemudian dilakukan komposit tiap komponen NKT menjadi satu deliniasi holistic untuk menghasilkan KBKT pada wilayah kajian. Dari hasil kajian disimpulkan areal IUPHHK-HA PT JDIPI memiliki Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi dengan luasan ±102.740 Ha atau sekitar 73,66% dari total luasan konsesi*). *) Dalam Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia 2008 disebutkan bahwa: “Salah satu prinsip dasar dari konsep NKT adalah bahwa wilayah-wilayah dimana dijumpai atribut yang mempunyai nilai konservasi tinggi tidak selalu harus menjadi daerah di mana pembangunan tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, konsep NKT mensyaratkan agar pembangunan dilaksanakan dengan cara yang menjamin pemeliharaan dan/ atau peningkatan NKT tersebut. Dalam hal ini, pendekatan NKT berupaya membantu masyarakat mencapai keseimbangan rasional antara keberlanjutan lingkungan hidup dengan pembangunan ekonomi jangka panjang.”

BAB

1

12 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

1.2. Tujuan

Penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam bentuk panduan bagi PT JDIPI dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan di lapangan terhadap nilai-nilai konservasi tinggi yang telah teridentifikasi. Dalam hal ini, penyusunan Pengelolaan NKT bertujuan untuk melaksanakan kegiatan guna mempertahankan atau meningkatkan nilai–nilai konservasi tinggi yang teridentifikasi atau ditemukan dalam areal PT JDIPI.

Sedangkan penyusunan Pemantauan NKT bertujuan untuk melakukan tindakan monitoring bagaimana kondisi NKT terkini yang berubah dalam perjalanan waktu, dengan cara melakukan kegiatan pengumpulan dan evaluasi data secara periodic dihubungkan dengan tujuan, sasaran dan kegiatan-kegiatan pengelolaan yang sudah ditetapkan.

Panduan pengelolaan dan pemantauan NKT adalah berupa:

a. Identifikasi ancaman keberadaan NKT

b. Sasaran pengelolaan dan pemantauan

c. Metode pengelolaan dan pemantauan

d. Periode dan frekuensi kegiatan

e. Indikator kegiatan

f. Strategi intervensi untuk integrase dalam rencana operasional unit management

g. Siapa yang bertanggungjawab melakanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan

tersebut khususnya dalam organisasi PT JDIPI.

13 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

STRATEGI PENGELOLAAN

2.1 Proses Identifikasi, Pengelolaan dan Pemantauan

2.2 Strategi pengelolaan

Strategi yang disusun dibuat berdasarkan pada hasil penilaian ancaman dan potensi

dampak dari ancaman sehingga diperlukan,

Perlindungan dan pengamanan hutan

Restorasi lahan terdegradasi

Konservasi in-situ dan ek-situ

Pengelolaan kehati secara kolaboratif

BAB

2

14 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

RENCANA AKSI PENGELOLAAN

DAN PEMANTAUAN NKT

3.1. Dasar dan opsi pengelolaan

Praktek pengelolaan hutan diubah dengan memberikan penjagaan yang lebih ketat

terhadap kawasan perlindungan dibandingkan persyaratan dalam Undang-

Undang Kehutanan. Dalam kawasan NKT, mungkin perlu mengurangi intensitas

penebangan, menetapkan zona konservasi tambahan atau yang lebih besar dalam

kawasan hutan produksi dan melindungi kelerengan yang saat ini tidak dilindungi.

Jika suatu unit pengelolaan hutan memiliki NKT sosial atau budaya (misal, jika

masyarakat sangat tergantung pada air sungai yang berasal dari hutan untuk air

minum, memasak dan mandi), maka bagian kawasan UPH yang memelihara nilai

NKT itu adalah kawasan KBKT. Setiap keputusan mengenai pemanfaatan hutan

harus dibuat dengan masukan yang benar-benar dari masyarakat dan bisa

melibatkan pengelolaan dan monitoring bersama terhadap pelaksanaan produksi.

Masyarakat ini tidak terbatas pada mereka yang tinggal di dalam UPH; tetapi juga

mereka yang tinggal di hilir.

Jika anda tidak yakin apakah suatu kawasan NKT dapat ditebang, bahkan dengan

cara pemanenan yang dimodifikasi sekalipun, atau jika harus dizonasi sebagai

kawasan konservasi, maka lebih baik mendiamkan dulu hingga tidak ada keraguan

bahwa cara penebangan yang diusulkan tidak akan mengganggu masa depan

kawasan hutan tersebut. Hal ini akan menghendaki adanya studi mendetail

mengenai kawasan seperti itu dan pengembangan aturan-aturan pengelolaan yang

khas lokasi itu.

3.2. Ancaman dan Dampak

Pengelolaan dan pemantauan NKT didasarkan pada hasil penilaian ancaman dan potensi

dampak dari ancaman tersebut. Berdasarkan HCVRN (2014), penilaian ancaman

dikategorikan menjadi 2, yaitu:

1. Ancaman tidak langsung vs ancaman langsung: Skema Klasifikasi IUCN

mendaftar semua ancaman langsung yang mungkin akan ditemui di lapangan,

namun ancaman tidak langsung dapat lebih rumit. Sebagai contoh, perburuan

BAB

3

15 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

hewan liar oleh penduduk lokal mungkin menjadi ancaman langsung terhadap

spesies NKT1, tetapi penyebab tidak langsung dari hal tersebut dapat mencakup

tidak adanya sumber protein alternatif yang tersedia dan terjangkau oleh

masyarakat.

2. Ancaman internal vs eksternal: Ancaman terhadap NKT dapat berasal dari sumber

internal, dari kegiatan operasi Organisasi itu sendiri (misalnya pembangunan jalan,

fragmentasi habitat, polusi, konversi), ataupun berasal dari sumber-sumber

eksternal (misalnya perambahan, pembalakan liar dan perburuan, konflik

bersenjata, tata kelola yang buruk).

Sementara itu, berdasarkan Stewart et al. (2008), dampak pengelolaan NKT dikategorikan

menjadi 4, yaitu:

1. Dampak sangat tinggi: Kegiatan pengelolaan melibatkan perubahan yang tidak

dapat dipulihkandari ekosistem atau penurunan/penghilangan NKT secara drastis.

Contoh: Konversi vegetasi alammenjadi pertanian, hutan tanaman, pertambangan.

2. Dampak tinggi: Kegiatan pengelolaan melibatkan perubahan ekstensif dan skala

besar pada ekosistem, atau kemungkinan penurunan NKT yang bisa dipulihkan

dalam jangka menengah ataujangka panjang dan dapat dikurangi dampaknya

melalui pengelolaan yang baik. Contoh:Penebangan komersial secara intensif dan

tebang habis dengan daur tebang tertentu.

3. Dampak sedang: Kegiatan pengelolaan mengakibatkan perubahan terlokalisir atau

sedang di ekosistem alam, atau mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan

terganggunya NKT dalamskala mengenah, dan perubahan/dampak tersebut dapat

dipulihkan dalam jangka menengah. Contoh: pengelolaan hutan yang baik, tebang

pilih dengan intensitas rendah dengan menggunakan teknikpenebangan berdampak

rendah (reduced impact logging/RIL) atau teknik tutupan hutan yangkontinyu ;

perubahan jenis tanaman pada lanskap (utama) pertanian di mana beberapa

spesiesmenggunakan wilayah pertanian tersebut selain habitat alam.

4. Dampak rendah: Perubahan pada ekosistem bersifat minimal dan dapat dipulihkan

dalamjangka pendek hingga jangka menengah. Contoh: pemanfaatan hasil hutan

bukan kayu (HHBK),hutanyang dikelola dengan intensitas kecil dan rendah

(SLIMFs) sebagaimana didefinisikan oleh FSC.

Berdasarkan hasil diskusi dengan para pihak yang berkepentingan ditemukan beberapa sumber ancaman dan potensi dampak yang terjadi dalam pengelolaan dan pemantauan NKT yaitu kegiatan penebangan, perburuan, pemekaran desa, dan perubahan fungsi lahan, dll (Tabel 2). Potensi ancaman dan potensi dampak yang terjadi dalam pengelolaan dan pemantauan NKT disajikan dalam Tabel 3.

16 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

Tabel 2. Sumber ancaman yang teridentifikasi pada NKT di PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

No Sumber Ancaman 1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 2.3 3 4.1 4.2 4.3 5 6

1 Illegal logging √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Penambangan (resmi danliar)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Pemukiman masyarakat

√ √ √ √

4 Kebakaran √ √ √ √

5 Perburuan satwaliar √ √

6 Pengambilan ikan √ √ √ √

7 Pemanenan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

8 Perkebunan sawit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Perkebunan Masyarakat

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

10 Pembukaan Wilayah Hutan

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

11 Konversi hutan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

17 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

Tabel 3. Penilaian Potensi Ancaman dan Potensi Dampak Terhadap Pengelolaan dan Pemantauan NKT di Areal PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

NKT Potensi Ancaman * Potensi Dampak

** Sumber Kategori

NKT 1.1

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Permukiman masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pengambilan ikan Langsung, eksternal Rendah Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, eksternal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung, internal Sedang

NKT 1.2

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Kebakaran Langsung, internal Rendah Perburuan satwaliar Langsung, eksternal Tinggi Pemanenan Langsung, internal Rendah Pembukaan wilayah hutan Langsung. Internal Rendah

NKT 1.3

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, internal Rendah Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Kebakaran Langsung, internal Rendah Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang Permukiman masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Rendah Pemanenan Langsung, internal Rendah

NKT 1.4

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, internal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Kebakaran Langsung, internal Rendah Pengambilan ikan Langsung, eksternal Rendah Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung, internal Rendah Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Rendah

NKT 2.1

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, eksternal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Kebakaran Langsung, internal Sedang Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang Permukiman masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung,internal Rendah

18 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Potensi Ancaman * Potensi Dampak

** Sumber Kategori

Pembukaan wilayah hutan Langsung,internal Rendah

NKT 2.2

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, eksternal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Kebakaran Langsung, internal Rendah Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung, internal Sedang Perkebunan masyarkat Langsung, eksternal Rendah Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Sedang

NKT 2.3

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, eksternal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Permukiman masyarakat Langsung, eksternal Rendah Kebakaran Langsung, internal Rendah Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung, internal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Rendah

NKT 3

Konversi hutan Langsung, eksternal Rendah Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Sedang Pemanenan Langsung, internal Rendah Pertambangan Langsung, eksternal Tinggi

NKT 4.1

Penebangan liar Langsung, eksternal Rendah Konversi hutan Langsung, eksternal Rendah Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Permukiman masyarakat Langsung, eksternal Rendah Kebakaran Langsung, internal Rendah Pengambilan ikan Langsung, eksternal Sedang Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung, internal Sedang Pembukaan Wilayah Hutan Langsung, internal Sedang

NKT 4.2

Penebangan liar Langsung, eksternal Rendah Konversi hutan Langsung, eksternal Rendah Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Sedang Kebakaran Langsung, internal Rendah Perkebunan sawit Langsung, eksternal Rendah Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Rendah Pemanenan Langsung, internal Sedang Pembukaan Wilayah Hutan Langsung, internal Sedang

NKT 4.3 Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, eksternal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi

19 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Potensi Ancaman * Potensi Dampak

** Sumber Kategori

Kebakaran Langsung, internal Tinggi Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang

Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang

Kemarau panjang Tidak langsung, eksternal

Tinggi

NKT 5

Penebangan liar Langsung, eksternal Sedang Konversi hutan Langsung, eksternal Sedang Penambangan (resmi dan liar) Langsung, eksternal Tinggi Permukiman masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pengambilan ikan Langsung, eksternal Sedang Perkebunan sawit Langsung, eksternal Sedang Perkebunan masyarakat Langsung, eksternal Sedang Pemanenan Langsung, internal Sedang Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Sedang

NKT 6

Penebangan liar Langsung, eksternal Tinggi Kebakaran Langsung, internal Sedang Pemanenan Langsung, internal Sedang Pembukaan wilayah hutan Langsung, internal Sedang

3.3. Pengelolaan dan Pemantauan NKT

Berdasarkan hasil penilaian ancaman dan dampak yang disajikan dalam Tabel 2 dan 3

diatas, maka dirumuskan rencana pengelolaan dan pemantauan NKT di areal PT Jati

Dharma Indah Plywood Industries yang disajikan dalam Tabel 4.

20 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

Tabel 4. Pengelolaan dan Pemantauan NKT di PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

1.1 Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan/atau konservasi

Kelereng-an >40%, Sempadan Sungai (Homora, Wanggar), Buffer Zone Hutan Lindung (Hulu Wanggar, Uwapa), KPPN

Illegal logging, Konversi hutan (Tambang, Pemukiman/kebun masyarakat), pengambilan ikan, kebun sawit

Perlindung-an areal sempadan sungai, kelerengan >40%, bufferzone hutan lindung, dan Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN)

Penyuluhan kepada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat tentang pentingnya konservasi dan areal yg dilindungi pada areal konsesi

Sebelum Kegiatan Penebang-an

1. Melakukan analisis hasil dari kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan yang dilakukan setiap bulan 2.Wawancara terbuka kepada masyarakat setempat

1. Patroli (SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan) 2. Panduan wawancara

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan) 2. wawancara (setiap 6 bulan)

Karyawan dan masyarakat pemilik ulayat mengetahui areal yang dikonservasi pada areal konsesi

1. Laporan Patroli perindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil wawancara kepada masyarakat dan karyawan

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

Bina Hutan dan Lingkungan, Kelola Sosial

Illegal logging, tambang, Pemekaran desa, pengambilan ikan, Perkebunan sawit, Perkebunan masyarakat

Tata batas areal KL dan pemasangan Pal Batas serta papan informasi

Sebelum kegiatan penebang-an

1. Pengecekan pal batas dan papan informasi, 2.Pengecekan perubahan tutupan hutan

1. Patroli/ ground checking (SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan), intrepetasi citra satelit (drone),

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan) 2. wawancara (setiap 6 bulan)

Tidak ada kegiatan penebangan di areal dilindungi (sempadan sungai, bufferzone hutan lindung, areal dengan kelerengan >40%), serta tidak terjadi perambahan di areal KPPN, tidak terjadi perubahan tutupan lahan

1. Laporan Patroli perindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Kegiatan Tata Batas dan Pemantauan Kawasan Lindung 3. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

PRC, Bina Hutan dan Lingkungan, Produksi

Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Penerapan Prinsip RIL

Selama UM beroperasi

Melakukan ITSP (Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan), monev RIL, melakukan ITT

1. Monitor-ing SOP ITSP, SOP RIL, SOP Moev RIL, dan SOP ITT

Setiap 6 bulan sekali

Dampak dari kegiatan pemanenan kecil

1. Laporan Monev RIL, 2. Laporan ITT, 3. Peta Realisasi pembuatan Jalan Sarad

PRC, Bina Hutan dan Lingkungan, Produksi

21 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

(Inventarisasi Tegakan Tinggal)

1.2 Spesies hampir punah

Blok RKT 2017 - 2020

Penebangan liar, perburuan satwaliar, konversi hutan

Area yg berpotensi sebagai habitat spesies hampir punah : (1) Merawan (Hopea ferruginea) (Sekitar Buffer Zone Hutan Lindung Sikura-Kura) dan (2) Landak papua (Zaglossus bruijnii) (Blok RKT 2018 dan Buffer Zone Hutan Lindung Hulu Wanggar)

Melakukan inventarisasi keberadaan spesies hampir punah : (1) Merawan (Hopea ferruginea) dan (2) Landak papua (Zaglossus bruijnii)

satu kali dalam satu tahun

Inventarisasi berkala

1. SOP inventarisasi fauna langka dan SOP inventarisasi flora langka, 2. ground check, 3. Panduan wawancara

Dilakukan secara bergantian setiap tahun pada lokasi pengamatan

Adanya data hasil inventarisasi

Laporan keberadaan Merawan dan Landak Papua

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan, instansi peneliti

PRC, Bina Hutan & Lingkungan

Penebangan liar, perburuan satwaliar, konversi hutan, kebakaran

Menerapkan kebijakan perlindungan flora-fauna CR bagi seluruh karyawan dan masyarakat dengan melakukan sosialisasi dan pemasangan papan himbauan

Selama UM beroperasi

1. Patroli perlindungan dan pengamanan huta (Monitoring perburuan dan keberadaan papan himbauan) 2. Wawancara kepada masyarakat terkait pengetahuan flora dan fauna yang hampir punah (CR)

1. SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan 2. Panduan wawancara

1. Patroli Dilakukan secara bergantian setiap bulan pada lokasi yang ditentukan 2.Wawan cara dilakukan setiap akhir tahun

Kegiatan perburuan flora-fauna langka dan hampir punah serta dilindungi memiliki trend menurun dari tahun ke tahun

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil wawancara kepada masyarakat dan karyawan

Kelola Sosial, Bina Hutan dan Lingkungan

Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Melakukan penebangan berdampak rendah (RIL)

Selama UM beroperasi

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

Dampak dari kegiatan pemanenan kecil, terlindunginya sarang/habitat flora fauna dilindungi

1. Laporan Monev RIL, 2. Peta Realisasi pembuatan Jalan Sarad

PRC, Produksi

Kegiatan pemanenan yang tidak

Tidak melakukan penebangan

Selama UM beroperasi

Inventarisasi Tegakan Tinggal (IT),

Penerapan SOP ITSP, SOP RIL, SOP

Setiap 6 bulan sekali

Tidak ada kegiatan penebangan

Laporan Monev RIL, BAP Petak

PRC

22 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

menerapkan prinsip RIL

terhadap flora langka dan dilindungi (CR), serta tidak melakukan kegiatan perburuan terhadap fauna langka dan dilindungi, serta melindungi sarang/ tempat hidupnya

Kegiatan Inspeksi Blok Pasca Tebangan

Moev RIL, dan SOP ITT

pohon dan perburuan satwa yang langka dan dilindungi (CR)

Tebangan

Ketidaktahu-an karyawan terhadap jenis dilindungi

Melatih karyawan perusahaan (terutama tim survey) dalam identifikasi jenis satwa dilindungi, endemik dan terancam punah (CR) dengan cara melakukan kegiatan sosialisasi

Dilakukan setiap tahun sebelum melakukan survey

Laporan hasil ITSP

SOP ITSP Pasca melakukan ITSP

Tim survey sudah dapat mengenali jenis-jenis flora fauna yang dilindungi khususnya CR

1. Laporan hasil ITSP dan 2.Peta sebaran Pohon

PRC

Ketidakpasti-an terhadap jenis flora fauna CR, sehingga dapat terjadi perusakan

Melakukan penelitian dengan lembaga peneliti, misalnya Litbang

Pasca identifikasi NKT

Menindak-lanjuti hasil dari tim peneliti

Terdapat data hasil penelitian

Bina Hutan dan Lingkungan

23 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

sarang/ habitat jenis CR

Jika ditemukan spesies CR dan sudah dilakukan konsultasi dengan para pihak (lembaga peneliti atau balai lingkungan hidup), maka dilakukan kegiatan konservasi in-situ

Pasca identifikasi NKT

Inventarisasi berkala pada areal yang sudah dilakukan konservasi in-situ

SOP inventarisasi dan pemantau-an flora fauna langka

setiap 1 tahun sekali, yang dilakukan secara bergantian pada lokasi-lokasi yang diamati

Terdapat kegiatan konservasi in-situ jika ditemukan spesies CR

Laporan Monev Konservasi in-situ (jika dipastikan terdapat jenis CR dari hasil penelitian)

Bina Hutan dan Lingkungan

1.3 Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup (Viable Population)

RKT 2017 - 2020

Perburuan, konversi hutan, illegal logging, pertambang-an

Areal yang terdapat spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup (Viable Population), yaitu berstatus Dilindungi (PP 7/1999), Appendix Cites, dan RedLIst IUCN (VU, EN)

Menerapkan kebijakan perlindungan flora-fauna langka bagi seluruh karyawan dan masyarakat dengan melakukan sosialisasi dan pemasangan papan himbauan

Selama UM beroperasi

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan, Melakukan wawancara terbuka kepada masyarakat setempat

SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan, panduan

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan) 2. wawancara (setiap 6 bulan)

Kegiatan perburuan flora-fauna langka dan hampir punah serta dilindungi memiliki trend menurun dari tahun ke tahun

1. Laporan Patroli perindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil wawancara kepada masyarakat dan karyawan

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

Kelola Sosial, Bina Hutan dan Lingkungan

Perburuan, konversi hutan, illegal logging, pertambang-an,

Pembuatan tanda / papan pemberitahu-an areal NKT di blok tebangan

Selama UM beroperasi

Pengecekan pal batas dan papan informasi, monitoring dan evaluasi RIL, Pengecekan perubahan tutupan hutan

1. Patroli (ground checking), 2.intrepetasi citra satelit (drone),

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan)Drone : 6 bulan sekali secara bergantian pada lokasi

Kegiatan perburuan flora-fauna langka dan hampir punah serta dilindungi memiliki trend menurun dari tahun ke tahun

1. Laporan Patroli perindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

PRC

24 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

yang ditentukan)

Perburuan liar

Sosialisasi keberadaan areal NKT & perlindungannya kepada masyarakat dan karyawan serta tanda-tanda fisik di lapangan

sebelum kegiatan penebang-an/ pemanen-an

Melakukan evaluasi melalui interview, kuisioner dan penilaian lainnya pada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat blok tebangan tahunan secara berkala

Wawancara terbuka

Setiap 6 bulan sekali

Masyarakat dan karyawan mengetahui areal yang dilindungi dan tanda-tanda di lapangannya

Hasil wawancara kepada masyarakat dan karyawan

Kelola Sosial, PRC

Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Melakukan kegiatan penanaman kembali areal yang terkena dampak kegiatan penebangan dengan tanaman lokal, terutama jenis yang ditebang.

Pasca pemanen-an (ET+1)

Inventarisasi secara berkala

SOP pemeliharaan tanaman, SOP pengayaan tanaman, SOP pengadaan bibit, dan pemetaan luas areal yang sudah dan belum dilakukan penanaman

Setiap 6 bulan sekali

Realisasi penanaman minimal tercapai 60 % dari rencana.

Laporan realisasi penanaman kanan kiri jalan, bekas TPn, dan Jalan Sarad

Bina Hutan & Lingkungan

Perambahan (pemukiman, perladangan)

Melakukan tahapan participatory mapping wilayah desa/ kampung yang berada dalam kawasan konsesi sebagai bagian dari tahapan

satu kali dalam satu tahun

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan

SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan, SOP Penyelesai-an Konflik

Patroli (Setiap tahun pada lokasi yang berpotensi konflik)

Tidak terjadi konversi hutan menjadi kebun masyarakat atau peuntukkan lainnya pada areal NKT yang bersinggungan dengan kawasan kehidupan masyarakat

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Penyelesaian Konflik

Kelola Sosial, PRC

25 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

resolusi konflik dengan masyarakat

1.4 Kawasan yang merupakan habitat spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer

Areal yang teridentifikasi sebagai habitat spesies endemik Anispuyuh Ajax (Cinclosoma ajax) dan Cabai papua (Dicaeum pectorale), Sungai Wanggar, dan Goa sebagai habitat kalong (potensial ada)

Perburuan liar, konversi lahan menjadi pemukiman/ perkebunan masyarakat, illegal logging di sempadan sungai

Tersedianya data dan informasi mengenai spesies yang mengguna-kan areal dalam konsesi sebagai habitat secara temporer (burung endemik : Anispuyuh Ajax (Cinclosoma ajax) dan Cabai papua (Dicaeum pectorale) dan kalong)

Inventarisasi pada areal yang diduga habitat sementara (sarang untuk berkembang biak), areal yang menjadi jalur migrasi burung endemik Anispuyuh Ajax (Cinclosoma ajax) dan Cabai papua (Dicaeum pectorale), dan goa karst sebagai habitat kalong

Bersamaan dengan kegiatan pengama-tan flora fauna, sedangkan untuk goa karst dilakukan bersamaan dengan kegiatan ITSP

Inventarisasi berkala

SOP inventarisasi dan pemantauan flora fauna langka, SOP ITSP

setiap 1 tahun sekali, yang dilakukan secara bergantian pada lokasi-lokasi yang diamati

Terdapat data mengenai habitat yang digunakan secara temporer

Laporan Pemantauan Fauna Dilindungi, Peta Hasil ITSP

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

Bina Hutan & Lingkungan

Perburuan liar, konversi lahan menjadi pemukiman/ perkebunan masyarakat

Terjaganya kondisi habitat yang digunakan oleh spesies secara temporer (Sungai Wanggar dan Goa Karst)

Menerapkan kebijakan kepada karyawan dan masyarakat untuk tidak merusak areal-areal di lindungi, dengan melakukan sosialisasi dan pemasangan papan himbauan

Sebelum kegiatan penebang-an

1. Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Melakukan evaluasi melalui interview, berupa wawancara terbuka pada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat secara berkala

Panduan wawancara

Setiap 6 bulan sekali pada lokasi pengamatan

Menurunnya kegiatan perburuan liar oleh masyarakat dan penerapan prinsip RIL oleh karyawan di lapangan

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil Wawancara dengan masyarakat dan karyawan

Kelola Sosia, Bina Hutan dan Lingkungan

26 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Menerapkan prinsip RIL

Selama UM beroperasi

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

Dampak dari kegiatan pemanenan kecil

Laporan Monev RIL

PRC, Produksi

Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Sosialisasi/ pelatihan kepada karyawan perusahaan (terutama tim survey) dalam mengidentifi-kasi jenis satwa penting

Sebelum melakukan kegiatan survey

Laporan hasil ITSP dan laporan hasil inventarisasi flora fauna

SOP ITSP, SOP inventarisasi dan pemantauan flora fauna langka

setiap 6 bulan sekali

Tim survey sudah dapat mengenali jenis-jenis flora fauna yang dilindungi

Laporan ITSP, Peta Sebaran Pohon, Laporan Hasil Inventarisasi Flora dan Fauna

PRC, Bina Hutan & Lingkungan

Kegiatan pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL

Pemberian tanda batas di lapangan untuk habitat goa karst, sempadan sungai, dll yang dinyatakan sebagai habitat temporer bagi spesies endemik (EBA) dan kalong

Pada saat PAK dan atau ITSP

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

Dampak dari kegiatan pemanenan kecil,

Laporan Monev RIL

PRC, Produksi

2.1 Kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk menjaga proses dan dinamika ekologi secara alami

RKT 2017 - 2020

Penebangan liar, konversi lahan (perkebunan sawit, perladangan masyarakat, pemukiman masyarakat)

Areal NKT 2.1 : 1. Buffer Zone HL Hulu Wanggar dan HL Sungai Wami, 2. Sempadan Sungai Homora (Blok RKT 2017 - 2018)

Menerapkan kebijakan perlindungan flora-fauna langka bagi seluruh karyawan dan masyarakat dengan melakukan sosialisasi dan pemasangan papan himbauan

Selama UM beroperasi

1. Patroli perlindungan dan pengamanan hutan, 2. interview secara berkala terhadap karyawan terutama yang bekerja di lapangan, serta pemilik ulayat (Wawancara)

SOP Perlindung-an dan pengaman- an hutan, kuisioner

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan) 2. wawancara (setiap 6 bulan)

Kegiatan perburuan flora-fauna langka dan hampir punah serta dilindungi memiliki trend menurun dari tahun ke tahun

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil Wawancara dengan masyarakat dan karyawan

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC, Kesos, Bina Hutan & Lingkungan

27 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

Perambahan (pemukiman dan perladangan)

3. Sempadan Sungai Wanggar (Blok RKT 2018 - 2019), 4. Areal produksi Blok RKT 2017 - 2019

Melakukan tahapan participatory mapping wilayah desa/ kampung yang berada dalam kawasan konsesi sebagai bagian dari tahapan resolusi konflik dengan masyarakat

satu kali dalam satu tahun

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan

SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan

Patroli (Setiap tahun pada lokasi yang berpotensi konflik)

Tidak terjadi konversi hutan menjadi kebun masyarakat atau peuntukkan lainnya pada areal NKT yang bersinggungan dengan kawasan kehidupan masyarakat

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Penyelesaian Konflik

Kelola Sosial

Pembukaan wilayah hutan (PWH), kegiatan pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL

Penerapan Prinsip RIL

selama kegiatan produksi

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

Dampak dari kegiatan pemanenan kecil,

Laporan Monev RIL,

PRC, Produksi

Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Melakukan kegiatan penanaman kembali areal yang terkena dampak kegiatan penebangan dengan tanaman lokal, terutama jenis yang ditebang.

Pasca pemanenan (ET+1)

Inventarisasi secara berkala

SOP pemeliharaan tanaman, SOP pengayaan tanaman, SOP pengadaan bibit, dan pemetaan luas areal yang sudah dan belum dilakukan penanaman

Setiap 6 bulan sekali

Realisasi penanaman minimal tercapai 60 % dari rencana.

Laporan realisasi penanaman kanan kiri jalan, bekas TPn dan Jalan Sarad

Bina Hutan & Lingkungan

28 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

2.2 Kawasan alam yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan)

RKT 2026, RKT 2027, Buffer Zone Hutan Lindung Uwapa, Kawasam Pelestari-an Satwa Liar (KPSL), sempadan sungai

Pembukaan wilayah hutan (PWH), kegiatan pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL

Melindungi kawasan yang teridentifikasi sebagai zonasi ekotone (RKT 2026, RKT 2027, Buffer Zone Hutan Lindung Uwapa, Kawasan Pelestarian Satwa Liar)

Memetakan lokasi zonasi ekotone dan memasukkan dalam peta kerja RKT dan peta pemanenan RIL sehingga kerusakan habitat ekoton dapat dihindari

Selama UM beroperasi

Memastikan lokasi zonasi ekotone dalam peta kerja sebagai salah satu dari penerapan prinsip RIL, Pemantauan lokasi zonasi ekotone yang terkena dampak pengelolaan RKT

Monev RIL, SOP pembuatan peta kerja, SOP ITT (Inventari-sasi Tegakan Tinggal)

setiap satu tahun sekali disesuaikan dengan lokasi yang terkena dampak RKT secara langsung

Terdapat lokasi zonasi ekoton dalam peta kerja

Laporan Monev RIL, Laporan ITT (Inventarisasi Tegakan Tinggal), Kondisi tegakan tinggal masih bagus

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC

Perburuan liar, konversi lahan menjadi pemukiman/perkebunan masyarakat, illegal logging di sempadan sungai, kegiatan Pembukaan wilayah hutan (PWH)

Sosialisasi keberadaan areal NKT dan perlindungannya kepada masyarakat dan karyawan serta tanda-tanda fisik di lapangan

Awal Tahun produksi (2026 & 2017)

Melakukan evaluasi melalui interview pada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat blok tebangan tahunan secara berkala (wawancara terbuka)

Panduan wawancara

Setiap 6 bulan sekali

Karyawan dan masyarakat pemilik ulayat mengetahui areal yang dikonservasi pada areal konsesi

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil Wawancara

Bina Hutan dan Lingkungan, Kelola Sosial

Pembukaan wilayah hutan (PWH), kegiatan pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL

Penerapan Prinsip RIL

selama kegiatan produksi

Monev RIL SOP Monev RIL, BAP Petak Tebangan

Setiap 6 bulan sekali

Dampak dari kegiatan pemanenan kecil,

Laporan Monev RIL BAP Petak Tebangan

PRC, Produksi

29 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

Melakukan kegiatan inventarisasi flora fauna Pada areal produksi : ITSP (Sebelum pemanenan) dan ITT (Pasca Pemanenan), Pada Buffer Zone HL dan KPSL (inventarisasi : analisis vegetasi)

ITSP : maksimal ET-1, ITT : ET+1, Buffer Zone Hutan Lindung & KPSL : satu kali dalam 1 tahun

ITT, inventarisasi berkala

Penerapan SOP ITSP, SOP ITT, SOP Inventarisasi Flora-Fauna Langka

Dilakukan setiap tahun pada lokasi yang telah ditentukan

Tersedianya data mengenai flora fauna dilindungi, struktur tegakan pasca tebangan dari hasil ITT tetap menunjukkan kegiatan pemanenan yang lestari

Laporan ITT, Laporan PSP

PRC, Bina Hutan & Lingkungan

Pembukaan wilayah hutan (PWH), kegiatan pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL, Perambahan (perladangan/perkebunan, pemukiman)

Pemasangan papan himbauan dan pembuatan pal batas, khususnya pada areal Buffer Zone Hutan Lindung dan KPSL (Merupakan areal NKT 1.1)

awal tahun produksi (2026 & 2027)

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan

SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan, SOP Monev RIL

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan) 2. Monev RIL : setelah kegiatan pemanenan sekitar lokasi

Tidak terjadi konversi hutan menjadi kebun masyarakat atau peuntukkan lainnya pada areal NKT, serta tidak dilakukan kegiatan pemanenan pada areal sempadan sungai maupun bufferzone hutan lindung

1. Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan, 2.Laporan Monev RIL

Kelola Sosial, PRC

Pembukaan Wilayah Hutan

Melakukan kegiatan penanaman kembali areal yang terkena dampak kegiatan penebangan (jalan sarad & TPn) dengan

Pasca pemanenan (ET+1)

Memastikan kegiatan penanaman dilakukan dan tanaman dapat tumbuh

ground check lapangan

Setiap 6 bulan sekali

Sudah dilakukan kegiatan penanaman pada areal eks-produksi (bekas TPn dan jalan sarad) dan tanaman tumbuh (80%

Laporan realisasi penanaman kanan kiri jalan, bekas TPn dan Jalan Sarad

Bina Hutan & Lingkungan

30 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

tanaman lokal, terutama jenis yang ditebang.

tumbuh)

2.3 Kawasan yang terdapat populasi dari perwakilan spesies alami

Blok RKT 2017, Sempadan sungai homora pada blok RKT 2017 hulu, Blok RKT 2018, Buffer Zone Hutan Lindung

Pembukaan Wilayah Hutan, tidak menerapkan prinsip RIL

Melindungi kawasan hutan yang terdapat populasi perwakilan spesies alami dari kerusakan, yaitu Blok RKT 2017, Sempadan sungai homora pada blok RKT 2017 hulu, Blok RKT 2018, Buffer Zone Hutan Lindung

Memetakan lokasi yang teridentifikasi sebagai NKT 2.3 dan memasukkan dalam peta kerja

Saat pembuatan peta kerja

Monev RIL (memastikam peta kerja ada sudah tersedia informasi mengenai NKT, khususnya pada blok tebangan)

SOP Monev RIL

setiap bulan (untuk operator)

Operator memahami areal-areal yang termasuk dalam NKT

Laporan Monev RIL, BAP Petak Tebangan

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC

Penebangan liar, konversi lahan (perkebunan sawit, perladangan masyarakat, pemukiman masyarakat), perburuan

Tata batas areal KL dan pemasangan Pal Batas serta papan informasi sehingga kegiatan penebangan tidak dilakukan di dalam daerah kawasan lindung

Pada saat PAK dan atau ITSP

Memastikan tanda batas di lapangan jelas, melakukan Monev RIL

patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone), SOP Perlindung-an dan pengaman-an hutan, SOP Monev RIL

1. Patroli (dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang ditentukan)Drone : 6 bulan sekali secara bergantian pada lokasi yang ditentukan) 3.Monev RIL : setelah kegiatan pemanenan sekitar lokasi

Terdapat tanda batas, papan pemberitahuan/himbauan, serta tidak ada kegiatan penebangan ilegal oleh pihak luar dan tidak ada penebangan pada areal sempadan sungai baik oleh UP atau pihak luar

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Monev RIL 3. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

PRC

31 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

Penebangan liar, konversi lahan (perkebunan sawit, perladangan masyarakat, pemukiman masyarakat), perburuan

Sosialisasi keberadaan areal NKT dan perlindungannya kepada masyarakat dan karyawan serta tanda-tanda fisik di lapangan

Sebelum kegiatan penebang-an

Memastikan masyarakat dan karyawan mengetahui areal yang dilindungi dan tanda-tanda di lapangannya

Kuisioner dan atau wawancara terbuka

1. Patroli dilakukan setiap tahun pada lokasi yang sudah ditentukan 2. Wawancara (6 bulan sekali)

Masyarakat dan karyawan mengetahui areal yang dilindungi dan tanda-tanda di lapangannya

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Hasil wawancara dengan masyarakat

Kelola Sosial, Bina Hutan dan Lingkungan

Pembukaan Wilayah Hutan, tidak menerapkan prinsip RIL

Penerapan Prinsip RIL

selama kegiatan PWH dan produksi/ pemanen-an

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

PRC, Produksi

Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

Melakukan kegiatan penanaman kembali areal yang terkena dampak kegiatan penebangan (jalan sarad & TPn) dengan tanaman lokal, terutama jenis yang ditebang.

Pasca pemanenan (ET+1)

Memastikan kegiatan penanaman dilakukan dan tanaman dapat tumbuh

ground check lapangan

Setiap 6 bulan sekali

Sudah dilakukan kegiatan penanaman pada areal eks-produksi (bekas TPn dan jalan sarad) dan tanaman tumbuh

Laporan realisasi penanaman kanan kiri jalan, bekas TPn dan Jalan Sarad

Bina Hutan & Lingkungan

3 Ekosistem, habitat, atau refugia yang langka, terancam punah atau genting

Potensial ada

Konversi kawasan hutan (tambang, perkebunan sawit, pemukiman/ perladangan)

Melindungi areal goa karst dari kegiatan pembukaan wilayah hutan

Melakukan penandaan / marking areal goa karst yang ditemukan

Pada saat PAK dan atau ITSP

1. Pengecekan pal batas dan papan informasi, 2. monitoring dan evaluasi RIL, 3. Pengecekan perubahan tutupan lahan hutan

1. Patroli (ground checking), 2.intrepetasi citra satelit (drone), 3. Monev RIL

1.Patroli : dilakukan bergantian setiap tahun pada lokasi pengamatan 2.Drone : 6 bulan sekali secara bergantian pada lokasi pengamatan 3.Monev RIL

Tidak terjadi kegiatan perambahan perusakan terhadap goa karst yang ditemukan karena sudah dilakukan penandaan

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC

32 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

: Dilakukan pasca penebangan di sekitar lokasi ditemukan goa

3. Laporan Monev RIL

Konversi kawasan hutan (tambang, perkebunan sawit, pemukiman/ perladangan)

Sosialisasi keberadaan areal NKT dan perlindung-annya kepada masyarakat dan karyawan serta tanda-tanda fisik di lapangan

Sebelum kegiatan penebangan pada blok RKT berjalan

Melakukan evaluasi melalui interview, pada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat blok tebangan tahunan secara berkala (wawancara)

1. Patroli (ground checking), 2. Panduan wawancara

1.Patroli : dilakukan bergantian setiap tahun pada lokasi pengamatan 2. Wawancara dilakukan setiap 6 bulan sekali

Karyawan dan masyarakat pemilik ulayat mengetahui areal yang dikonservasi pada areal konsesi

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Hasil Wawancara

Bina Hutan dan Lingkungan, Kelola Sosial

Pembukaan Wilayah Hutan (PWH), kegiatan pemanenan

Penerapan Prinsip RIL

selama kegiatan PWH dan produksi/pemanenan

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

PRC, Produksi

4.1 Kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air dan pengendali-an banjir bagi masyarakat hilir

Sempadan sungai, goa karst

Penebangan liar, konversi lahan (perladangan masyarakat, pemukiman masyarakat, tambang, sawit)

Melindungi kawasan yang berfungsi mencegah banjir dari kerusakan, yaitu areal sempadan sungai dan ekosistem karst, serta menjaga fungsi kawasan hutan tidak berubah secara signifikan

Tata batas areal sempadan sungai dan ekosistem karst

Bersamaan dengan kegiatan ITSP

Pengecekan pal batas dan papan informasi, monitoring dan evaluasi RIL, Pengecekan perubahan tutupan lahan hutan, Pemantauan kualitas air sungai, Pemantauan erosi, Pemantauan Porositas tanah

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone), SOP Monev RIL, SOP Pengelolaan Tanah dan Air

Patroli : dilakukan setiap tahun pada lokasi yang ditentukan Drone : 6 bulan sekali secara bergantian pada lokasi pengamatan Monev RIL : setelah kegiatan pemanenan sekitar lokasi sempadan sungai/ goa

Sudah dilakukan tata batas di lapangan, tidak terjadi pembukaan areal sempadan sungai/karst baik oleh kegiatan eksternal maupun internal, kondisi sungai sama sebelum ada kegiatan (air tidak keruh, tidak

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone 3. Laporan Monev RIL 4. Laporan uji kualitas air

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC

33 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

yang berdampak pada perlindung-an bencana banjir

karst, Uji kualitas air : dilakukan 2 kali setiap tahun Pemantauan Erosi : Setiap 3 bulan sekali

ada pendangkalan)

Penebangan liar, konversi lahan (perladangan masyarakat, pemukiman masyarakat, tambang, sawit)

Penandaan di lapangan dan pembuatan papan himbauan terhadap perlindungan areal sempadan sungai ekosistem karst

Bersamaan dengan penandaan NKT 1.1 (sempadan sungai), sebelum kegiatan penebang-an (goa karst)

Pengecekan pal batas dan papan informasi, Pengecekan perubahan tutupan hutan menggunakan minimal citra landsat atau resolusi sedang lainnya

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone), SOP Monev RIL

Patroli : dilakukan setiap tahun pada lokasi yang ditentukan Drone : 6 bulan sekali secara bergantian pada lokasi pengamatan Monev RIL : dIlakukan setelah petak habis/ selesai penebangan di sekitar lokasi sempadan sungai/ goa karst

tidak terjadi pembukaan areal sempadan sungai/karst baik oleh kegiatan eksternal maupun internal

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone 3. Laporan Monev RIL

PRC, Kelola Sosial

Pembukaan Wilayah Hutan, Pemanenan

Penerapan Prinsip RIL

selama kegiatan PWH dan produksi/ pemanen-an

Monev RIL SOP Monev RIL

Setiap 6 bulan sekali

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

PRC, Produksi

34 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

4.2 Kawasan yang penting bagi pengendali-an erosi dan sedimentasi

Blok RKT 2017 - 2020

Pembukaan Wilayah Hutan

Menjaga/ melindungi kawasan hutan yang berfungi mencegah erosi dan sedimentasi

Memetakan lokasi-lokasi medan berat/lereng >25%, dalam kegiatan PAK untuk dikeluarkan dari kegiatan pemanenan kayu karena berdampak pada sedimentasi tinggi di sungai-sungai

selama kegiatan pemanen-an

monev RIL SOP Monev RIL

setiap 6 bulan sekali

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC, Produksi

Pembukaan Wilayah Hutan, Pemanenan

Penerapan prinsip RIL

selama kegiatan pemanen-an

monev RIL SOP Monev RIL

setiap 6 bulan sekali

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

PRC, Produksi

Pembukaan Wilayah Hutan, Pemanenan

Melakukan kegiatan penanaman kembali areal yang terkena dampak kegiatan penebangan (jalan sarad &TPn) dengan tanaman lokal, terutama jenis yang ditebang.

Pasca pemanen-an (ET+1)

Memastikan kegiatan penanaman dilakukan dan tanaman dapat tumbuh (minimal 80% tumbuh)

ground check lapangan, SOP Penanaman Pengayaan dan Rehabilitasi

Setiap 6 bulan sekali,

Sudah dilakukan kegiatan penanaman pada areal eks-produksi (bekas TPn dan jalan sarad) dan tanaman tumbuh

Laporan realisasi penanaman kanan kiri jalan, bekas TPn dan Jalan Sarad

Bina Hutan & Lingkungan

Penebangan liar

Pembuatan tata batas areal kawasan JDI

selama kegiatan pemanen-an

Perlindungan dan pengamanan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

Patroli : Dilakukan setiap tahun pada lokasi yang ditentukan, Drone : 6 bulan sekali secara

Tidak terjadi kegiatan illegal logging dan konversi areal

Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan

PRC, Kelola Sosial

35 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

bergantian pada lokasi pengamatan

4.3 Kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan

Blok RKT 2017 – 2019 Sempadan Sungai Wanggar

Pembukaan Wilayah Hutan

Menjaga/melindungi areal yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah kebakaran (Sempadan sungi Wanggar)

Penerapan prinsip RIL

selama kegiatan pemanen-an

monev RIL SOP Monev RIL

Setiap selesai kegiatan pemanenan pada petak kerja

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC, Produksi

Perambahan (pemukiman dan perladangan)

Tata batas areal sempadan sungai dan pembuatan papan himbauan terhadap areal NKT (sempadan sungai) bahwa merupakan areal NKT

Sebelum kegiatan pemanen-an (pada saat ITSP)

Pengecekan pal batas dan papan informasi, Pengecekan perubahan tutupan lahan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

Patroli : Dilakukan setiap tahun pada lokasi yang ditentukan, Drone : 6 bulan sekali secara bergantian pada lokasi pengamatan

Tata batas NKT 4.3 100%, serta tersedia papan himbauan areal NKT

Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan

PRC, Kelola Sosial

Perambahan (pemukiman dan perladangan), penerapan RIL tidak 100%

Sosialisasi keberadaan areal NKT dan perlindungannya kepada masyarakat dan karyawan serta tanda-tanda fisik di lapangan

Sebelum kegiatan penebang-an

1.Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2.Evaluasi melalui interview pada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat secara berkala (wawancara) 3. Monev RIL

1. Patroli (ground checking), 2. Panduan wawancara 3. SOP Monev RIL

1. Patroli (Dilakukan setiap tahun pada lokasi yang ditentukan) 2. Wawancara (setiap 6 bulan sekali) 3. Monev RIL (setelah dilakukan kegiatan penebangan pada di sekitar lokasi NKT 4.3 /

Karyawan dan masyarakat pemilik ulayat mengetahui areal yang dikonservasi pada areal konsesi

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Hasil Wawancara 3. Laporan Monev RIL

Bina Hutan & Lingkungan, Kesos, K3

36 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

Sempadan Sungai Wanggar)

Kemarau panjang

Pembuatan tim pemadam kebakaran serta melakukan kegiatan pelatihan tanggap darurat kebakaran pada staff lapangan

Selama UM beroperasi

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

Dilakukan sepanjang tahun pada lokasi yang berpotensi rawan kebakaran (Patroli dilakukan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang telah ditentukan)

Tersedianya tim pemadam tanggap darurat kebakaran yang kompeten

Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Bina Hutan & Lingkungan, Kesos, K3

Pengadaan sarana dan prasarana kebakaran hutan

Selama UM beroperasi

Monitoring sarpras secara berkala

Inspeksi rutin K3

Setiap 1 bulan sekali

Update data sarpras kebakaran hutan

1.Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2. Rekap Sarpras Pemadam Kebakaran

Bina Hutan & Lingkungan, Kesos, K3

Sosialisasi pencegahan dan teknik pemadaman kebakaran hutan kepada masyarakat dan staff di lapangan

Bersamaan dengan sosialisasi perlindung-an dan pengaman-an hutan

Evaluasi dengan interview pada staff lapangan dan masyarakat

Kuisioner dan atau wawancara terbuka

Setiap 6 bulan sekali

Staff lapangan memahami dan dapat menerapkan teknik pemadaman kebakaran, begitu juga dengan masyarakat sekitar hutan (kepala suku)

1. Laporan Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2. Laporan Hasil Wawancara/ Sosialisasi Rutin kepada karyawan terkait tata cara/teknik pemadam

Bina Hutan & Lingkungan, Kesos, K3

37 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

kebakaran

5 Tempat dan sumberdaya yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk setempat atau masyarakat adat (misalnya untuk mata pencaharian, kesehatan, gizi, air) yang teridentifikasi melalui keterlibatan dengan penduduk atau masyarakat adat tersebut

Blok RKT 2017 - 2020

Penggunaan teknik mencari ikan yang tidak ramah lingkungan (setrum, racun, dll)

Melindungi areal yang dijadikan sebagai lokasi pengambilan ikan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal

Melarang secara bertahap dan persuasive kepada masyarakat tentang penggunaan bahan-bahan beracun/yang merusak lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan/non hutan untuk pemenuhan kebutuhan dasar

sebelum kegiatan penebang-an

1. Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Eevaluasi melalui interview pada masyarakat pemilik hak ulayat secara berkala (wawancara)

1. Patroli (SOP Perlindung-an dan Pengamanan Hutan) 2. Panduan wawancara

1. Patroli Dilakukan setiap tahun secara bergantian pada lokasi pengamat-an) 2. wawancara (setiap 6 bulan sekali)

Karyawan dan masyarakat tidak menggunakan bahan-bahan beracun dalam pemanfaatan hasil hutan non kayu

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan hasil wawancara

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

Bina Hutan dan Lingkungan, Kelola Sosial

konversi hutan (pemukiman/ perladangan masyarakat)

Tata batas partisipatif bersama masyarakat adat/pemilik ulayat, termasuk penandaan batas areal tidak boleh diganggu kegiatan operasional

Sebelum kegiatan penebang-an

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

1. Patroli dilaksanakan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang telah ditentukan 2. Drone (setiap 6 bulan sekali pada lokasi yang telah ditentukan)

Kegiatan perambahan, penebangan liar, serta perburuan liar memiliki trend yang menurun dari tahun ke tahun

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

PRC, Kesos

Kegiatan pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL

Penerapan Prinsip RIL

selama kegiatan pemanen-an

monev RIL SOP Monev RIL

Setiap selesai kegiatan pemanenan pada petak kerja

UP menerapkan prinsip RIL 100%

Laporan Monev RIL

Kesos

38 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

Aktivitas masyarakat dari luar kampung yang masuk dalam areal UP

Membuat kesepakatan pengelolaan NKT 5 dengan masyarakat adat

Bersamaan dengan kegiatan sosialisasi NKT

Patroli perlindungan dan pengamanan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

1. Patroli dilaksanakan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang telah ditentukan 2. Drone (setiap 6 bulan sekali pada lokasi yang telah ditentukan)

Sosialisasi keberadaan areal NKT dan perlindungannya kepada masyarakat dan karyawan serta tanda-tanda fisik di lapangan

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

Kesos

6 Tempat sumberdaya, habitat dan lanskap yang memiliki nilai penting budaya, arkeologis, atau historis secara global atau nasional, atau nilai budaya, ekonomi atau religi/suci yang sangat penting bagi penduduk setempat atau masyarakat adat, yang teridentifikasi melalui keterlibatan dengan

Blok RKT 2018 (Gunung Degou), Blok RKT 2019 (Gunung Anjing)

Penebangan liar, kegiatan pembukaan wilayah hutan (pembuatan jalan), pemanenan yang tidak menerapkan prinsip RIL

Melindungi areal situs budaya Gunung Degou (RKT 2018) dan Gunung Anjing (RKT 2019)

Tata batas partisipatif bersama masyarakat adat/pemilik ulayat, termasuk penandaan batas areal tidak boleh diganggu kegiatan operasional

Sebelum kegiatan pemanen-an

Pengecekan pal batas dan papan informasi, monitoring dan evaluasi RIL, Pengecekan perubahan tutupan lahan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

1. Patroli dilaksanakan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang telah ditentukan 2. Drone (setiap 6 bulan sekali pada lokasi yang telah ditentukan)

1. areal keramat terdientfikasi dalam setiap blok tebangan RKT 2. areal keramat dilindungi/dikeluarkan dari kegiatan pemanenan dalam blok RKT 3. tidak ada gangguan berupa perambahan/ kegiatan pemanenan/ PWH dalam areal yang dikeramatkan

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone

Kepala suku, pemilik hak ulayat, masyarakat setempat, pemerintah setempat, karyawan

PRC, Kesos

Penerapan prinsip RIL

Selama kegiatan pemanen-an

monev RIL SOP Monev RIL

Setelah kegiatan penebangan pada petak sekitar NKT 6

Tidak ada kegiatan penebangan pada areal yang dikeramatkan

Laporan Monev RIL pada petak tebangan di sekitar lokasi areal NKT 6

PRC, Produksi

39 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

NKT Lokasi Ancaman Target

Pengelolaan Metode

Pengelolaan Waktu Kelola

Kegiatan Pemantauan

Metode Pantau

Waktu Pantau

Indikator Keberhasilan Pengelolaan

Output Pemantauan Stakeholder PIC

penduduk atau masyarakat adat tersebut

Membuat kesepakatan pengelolaan NKT 6 dengan masyarakat adat

Sebelum kegiatan pemanen-an

Pengecekan pal batas dan papan informasi, Pengecekan perubahan tutupan lahan hutan

Patroli (ground checking), intrepetasi citra satelit (drone),

1. Patroli dilaksanakan setiap bulan secara bergantian pada lokasi yang telah ditentukan 2. Drone (setiap 6 bulan sekali pada lokasi yang telah ditentukan)

1. Tidak ada gangguan berupa perambahan/ kegiatan pemanenan/ PWH dalam areal yang dikeramatkan 2. Ada kesepakatan pengelolaan dan perlindungan areal NKT 6 dengan masyarakat

1. Laporan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan 2. Laporan Perlindungan dan pengamanan hutan menggunakan Drone 3. Update peta lokasi yang dikeramatkan

Kesos

Melakukan pendokumen-tasian lebih lanjut mengenai asal usul suku, cerita, dongeng, mitologi, maupun sistem kepercayaan yang terkait dengan situs-situs atau tempat keramat tersebut sebagai media untuk sosialasi

Sebelum kegiatan pemanen-an

Melakukan evaluasi melalui interview, pada karyawan dan masyarakat pemilik hak ulayat tahunan secara berkala

Wawancara terbuka

Setiap 6 bulan sekali

Karyawan dan masyarakat pemilik ulayat mengetahui areal yang dikonservasi pada areal konsesi

Laporan Hasil Wawancara

Kesos

40 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

PENUTUP

Penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan NKT ini disusun berdasarkan hasil

Identifikasi NKTPT Jati Dharma Indah Plywood Industries yang dilakukan oleh perusahaan

bekerja sama dengan beberapa orang peneliti dan akademisi di bidang konservasi hutan.

Penyusunan rencana aksi pengelolaan dan pemantauan NKT ini merupakan kegiatan dalam

rangka menghasilkan dokumen penunjang yang dapat digunakan sebagai panduan dilapangan

bagi PT Jati Dharma Indah Plywood Industries dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan

pemantauan NKT yang telah teridentifikasi.

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan NKT ini sangat dipengaruhi oleh besarnya

komitmen perusahaan dalam bentuk ketersediaan sumberdaya manusia dan dukungan

pendanaan yang memadai.Hasil dari kegiatan pengelolaan dan pemantauan NKT ini harus

dapat dijadikan sebagai data dasar utamayang dapat diintegrasikan ke dalam program

perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi bagi PT. Jati Dharma Indah

Plywood Industries terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya

hutan secara berkelanjutan dan berkeadilan.

4

41 | S t r a t e g i d a n R e n c a n a A k s i N K T P T . J a t i D h a r m a I n d a h P l y w o o d I n d u s t r i e s

DAFTAR PUSTAKA Tropenbos. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia.

Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia.Tropenbos International Indonesia Programme.

Stewart, C; P. George, T. Rayden and R. Nussbaum. 2008. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi. Edisi I-Mei 2008. Proforest.

HCVRN. 2014. Common Guidance: Management and Monitoring of Identification of High Conservation Value

Lampiran 1 Peta Manajemen Plan NKT