STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI...

128
STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI DALAM MENGHADAPI MUSIK MODERN: (Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Didin Hasannudin NIM: 1113111000076 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI...

STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI DALAM

MENGHADAPI MUSIK MODERN:

(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Didin Hasannudin

NIM: 1113111000076

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

Strategi Adaptasi Kelompok Musik Islami dalam Menghadapi Musik Modern:

(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan

Sepatan Kabupaten Tangerang)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa Karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Maret 2019

Didin Hasannudin

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Didin Hasannudin

NIM : 1113111000076

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Strategi Adaptasi Kelompok Musik Islami dalam Menghadapi Musik Modern:

(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan

Sepatan Kabupaten Tangerang).

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 12 Maret 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati. M.Si Muhammad Ismail M. Si

NIP: 197609182003122003 NIP: 197701192009121001

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI DALAM

MENGHADAPI MUSIK MODERN:

(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan

Kabupaten Tangerang).

Oleh

Didin Hasannudin

1113111000076

Telah dipertahankan dalam sidang skripsi di Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 April 2019. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada

Program Studi Sosiologi.

Ketua Program Studi, Sekretaris Program Studi,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul Jamilah, M.Si

NIP.197609182003122003 NIP.196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Yusron Razak, M.A. Dr. Ida Rosyidah, M.A.

NIP.195910101983031003 NIP.196306161990032002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada Tanggal 29 April 2019.

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP.197609182003122003

iv

ABSTRAK

Nama : Didin Hasannudin

Judul :Strategi Adaptasi Kelompok Musik Islami dalam Menghadapi Perubahan Sosial.

(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan

Kabupaten Tangerang)

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan studi kasus, dengan metode

kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Metode kualitatif dalam penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan, wawancara, dan

dokumentasi.

Penggunaan dasar teori pemikiran Talcott Parsons mengenai adaptasi dan konsep

kecil dari pewaris pemikiran modernisasi Daniel Lerner dan Marion Levy. Model ini

menjelaskan tahapan-tahapan pengembangan dalam sebuah masyarakat, dimana modernisasi

terkadang mewujud dalam bentuk dan lahirya, sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi,

atau lebih dikenal dengan istilah modernisasi sama dengan Barat. Bermula dari masyarakat

yang sentiment pada musik sampai dengan masyarakat yang memiliki keterbukaan terhadap

perubahan kondisi music modern. Dan diakhiri dengan teori Parsons tentang skema A-G-I-L.,

(Adaptation, Goal attainment, Integration, Latent Puttern Maintenance and tansion

management). Model ini menjelaskan secara menyeluruh tentang masyarakat dan

menjelaskan bagaimana masyarakat dapat bertahan dalam jangka waktu panjang, dalam

kaitannya adalah kelompok musik Islami Hadrah.

Dari hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, maka dapat dinyatakan bahwa

kelompok musik hadrah merupakan bagian kesenian Islam yang menyiarkan nilai-nilai

keIslaman melalui terbangan atau rebana yang kemudian mengkombinasinya dengan alat-alat

musik modern ataupun dengan modifikasi lagu modern kedalam syair shalawat.

Kata Kunci: Adaptasi, Modernitas, Musik Hadrah.

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam

semoga tercurahkan kepada Rasulullah saw, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Strategi Adaptasi Musik Islami dalam

Menghadapi Perubahan Sosial (Studi kasus kelompok musik hadrah arrushaifah Kelurahan

Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang)”. Skripsi ini ditulis, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang ilmu sosiologi pada Faukultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karenanya, mengucap puji

syukur ke hadirat Allah SWT, dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati izinkan penulis

menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ali Munhanif, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah, beserta seluruh staf dan jajarannya

2. Dr. Cucu Nurhayati, selaku Ketua Jurusan Sosiologi.

3. Dr. Joharatul Jamila, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi.

4. Bpk. Muhammad Ismail M. Si, selaku dosen pembimbing penulis.

5. Prof. Dr. Yuron Razak, M.A dan Dr. Ida Rosyidah, M.A. Selaku Dosen Penguji

Skripsi

6. Jajaran Dosen di Jurusan Sosiologi yang senantiasa memberikan ilmu yang

bermanfaat

7. Kepada kedua orangtua, Almarhum Bapak Solaeman dan Ibu Siti Munajah.

Terimakasih banyak atas doa dan pengorbanannya. Teruntuk Bapak maafkan

anakmu yang tidak bisa membuat impianmu menjadi nyata “untukmu terkasih

skripsi ini kupersembahkan”.

8. Kakak penulis Mad Syarif Hidayatullah dan Edwin Maulana Lili Syahrudin,

Terimakasih banyak atas doa dan dukungan kalian, dan akhirnya satu diantara kita

bertiga menjadi sarjana, semoga gelajar ini bukan saja menjadi lambang awal

kesempurnaan pendidikan tetapi menjadi bukti bahwa betapa sungguh-

sungguhnya orangtua mendidik dan menyekolahkan anaknya.

9. Para sahabat senasib dan seperjuangan, Rikal, Ayyip, Saswi, Amal “Oglek”, mulai

dari beskem Israel sampai dengan beskem Ubud, genk “trio macam” yang siap

selalu menemani perjuangan penulis. Tim “berani diskusi takut laper”, rifnu, cabe,

fakir, malik, zamzam, marbun, mustofa, dan seterusnya yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

10. Para senior yang mengkader penulis: Bang Kholid, Adam, Hakim, Bunyani, Udin,

Ketum Uki, Ketum Rafsan, Adriansyah “Aswaja” mahasenior mas Dino (Alumni

PB PMII), dan senior-senior yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih

atas bimbingannya kepada penulis.

11. Keluarga Besar PMII KOMFISIP dan PMII KOMFAKSAHUM, PMII Cabang

Ciputat Periode 2015-2016: Ketum Rafsan dan jajarannya, tim Mapaba

Komfaksahum dan sahabat-sahabat “PKL PRO AKTIF” dan Sahabat sekaligus

keluarga selama kuliah di UIN Jakarta, semua teman-teman di Prodi Sosiologi

2013.

vi

12. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas

support yang diberikan baik berupa doa, moril maupun materil sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, dukungan, dan doa yang mereka sumbangkan untuk penulis

memperoleh balasan berlipat dari Allah SWT., dan semoga bantuan, dukungan dan doa

bermanfaat bagi penulis, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 12 Maret 2019.

Didin Hasannudin

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................xii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................................1

A. Pernyataan Masalah ........................................................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................................7

D. Tinjauan Pustaka .............................................................................................................8

E. Kajian Teoritis ................................................................................................................13

1. Definisi Strategi Adaptasi Musik ..............................................................................13

a. 1. 1. Strategi ........................................................................................................13

b. 1. 2. Adaptasi ......................................................................................................15

c. 1. 3. Musik Islami ...............................................................................................16

d. 1. 3. Hadrah .........................................................................................................17

2. Kajian Sosiologis Tentang Adaptasi .........................................................................18

3. Kajian Sosiologis Tentang Teori Modernisasi ...........................................................23

4. Kerangka Pemikiran ..................................................................................................26

F. Metodologi Penelitian .....................................................................................................27

1. Metode Penelitian .....................................................................................................27

2. Subjek dan Objek Penelitian .....................................................................................27

3. Sumber Data ..............................................................................................................27

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................28

5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................28

viii

6. Analisis Data .............................................................................................................31

G. Sistematika Penulisan ......................................................................................................34

BAB II

PERKEMBANGAN MASYARAKAT TANGERANG DAN KESENIAN ....................35

A. Sejarah Singkat Kabupaten Tangerang ...........................................................................35

B. Kesenian di Kabupaten Tangerang .................................................................................39

BAB III

GAMBARAN UMUM MUSIK HADRAH DAN KELOMPOK MUSIK HADRAH

ARRUSHOIFAH..................................................................................................................44

A. Sejarah Hadrah .................................................................................................................44

B. Musik Hadrah di Sepatan ................................................................................................48

1. Susunan Musik Hadrah .............................................................................................50

2. Rincian Alat Musik Hadrah ......................................................................................52

3. Sistem Nada dan Laras pada Musik Hadrah .............................................................53

4. Cara Bermain ............................................................................................................54

5. Kelengkapan dan Penyajian Musik Hadrah ..............................................................54

C. Kelompok Musik Hadrah Arrushaifah ............................................................................56

1. Ketua Kelompok Hadrah ..........................................................................................56

2. Pemain Musik Hadrah ...............................................................................................58

3. Penonton Musik Hadrah ...........................................................................................59

4. Tata Rias dan Dekorasi .............................................................................................60

5. Pembinaan Kelompok Musik Hadrah .......................................................................61

6. Penanggap Musik Hadrah .........................................................................................63

7. Profil Pemain Musik Hadrah ....................................................................................63

D. Tantangan Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik Moder ........................67

ix

BAB IV

ADAPTASI MUSIK HADRAH DALAM MENGHADAPI MUSIK MODERN ..........69

A. Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Perubahan Sosial .....................69

B. Strategi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Perubahan Sosial........

..........................................................................................................................................72

1. Sosialisasi Hadrah ......................................................................................................72

2. Penyesuaian Nada pada Musik Modern .....................................................................73

3. Penggunaan Alat Musik Modern ...............................................................................74

4. Penyesuaian Lingkungan ..........................................................................................75

C. Implementasi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Perubahan Sosial

..........................................................................................................................................77

1. Pembinaan Langsung dari Pengurus Majlis dan Tokoh Karismatik ..........................77

2. Mengikuti Acara Besar Islam, Festival Budaya dan Ikut Serta Agenda Pemerintah

Daerah ........................................................................................................................78

3. Variasi dan Kombinasi ..............................................................................................79

4. Rutinitas Bulanan dan Latihan dengan Masyarakat Lingkungan Sekitar .................81

BAB V

KESIMPULAN ....................................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................87

LAMPIRAN – LAMPIRAN ...............................................................................................xii

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. A. 1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................11

Tabel 1. A. 2 Sistem Pengoprasian AGIL dalam Skema Sistem Tindakan

................................................................................................................................................22

Tabel 1. A. 3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................26

Tabel 1. A. 4 Skema Analisis Constant Comparative Method ..............................................32

Tabel 2. A. 5 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang ........................................................37

Tabel 3. A. 6 Jenis Pukulan Hadrah ......................................................................................52

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Wawancara dengan Narasumber .......................................................................91

Lampiran 2: Foto - foto ........................................................................................................111

xii

DAFTAR SINGKATAN

AD/ART Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga

ISHARI Ikatan Seni Hadrah Indonesia

NU Nahdlatul Ulama

LTMN Lembaga Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah

LSB NU Lembaga Seni Budaya Nahdlatul Ulama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang kelompok seni musik Islami, beragam jenis seni

musik Islami telah hadir sejak dahulu dan berkembang masuk di Indonesia, dari musik

Islami yang klasik hingga modern. Tidak sedikit keberadaan jenis musik Islami

memodifikasi diri dengan alat-alat kekinian, tujuannya adalah mendapatkan nilai

keindahan serta daya eksistensi. Dalam hal ini Peneliti berfokus pada salah satu jenis

musik Islami yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu jenis seni musik Islami

Hadrah, meskipun masih banyak lagi jenis musik Islami lainnya seperti, Gambus,

Banjari, dan Qasidah. Peneliti melihat bahwa jenis musik ini merupakan jenis musik

Islami yang banyak dimainkan oleh para santri di Pondok-pondok pesantren dan menjadi

salah satu basis media ekspresi santri dalam berhalawat atau melantuntan syair-syair

pujian terhadap Nabi Muhammad serta keberadaan jenis musik ini menjadi media yang

mampu banyak menarik perhatian publik dalam setiap pembawaanya baik dalam bentuk

nada ataupun syair-syairnya.

Adanya hubungan timbal balik antara dua peradaban besar Arab dengan

peradaban Asli membentuk kebudayaan baru disertai percampuran tradisi kebudayaan

Islam. Pada dasarnya Islam tidak begitu memerlukan bentuk kesenian yang khas, seiring

perkembangan waktu terbentuklah karya-karya seni sebagai pandangan hidup yang

membudaya. Seni dari kaum muslim itu pada dasarnya memiliki sikap yang luas.

2

Keberadaan muslim yang berkembang di Arab maupun tidak sudah mewarisi nilai artistik

kebudayaan Timur Tengah sejak zaman kuno, dari itulah secara perlahan kaum muslim

mengembangkannya dilapangan seni dan membangun bermacam bentuk seni

berlandaskan nilai keislaman (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:1).

Richard Ettinghausen menyimpulkan kajiannya terhadap pandangan al-Ghazali

dengan kalimat yang serat dengan pemikiran, sesungguhnya menunjukan dua pendekatan

terhadap seni, yaitu yang berasal dari mata-dalam dan mata-luar, yang satu bersifat

religious, dan yang lain bersifat sekular (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:9).

Percabangan seni lain adalah musik yang diberi batasan sebagai “keselarasan

suara dan pernyataan keindahannya kepada indera telinga”. Menurut Ibn Khaldun,

adanya musik ditengah masyarakat beriringan dengan munculnya peradaban, dan Ia akan

hilang dari tengah masyarakat ketika peradaban itu mundur. Selama awal abad pertama

Hijriyah, musik Arab masih bersifat primitif. Selama masa Umayyah, musik Arab

membuat langkah yang penting ketika bangsa Arab mulai akrab dengan musik Persia dan

Yunani (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:10).

Pasca Rasulullah Saw wafat, muncul apresiasi masyarakat terhadap musik yang

berubah cenderung kearah norma estetika, terutama pada masa Utsman. Para Pemusik

Professional untuk pertama kalinya salah satunya yang terkenal adalah Thuways, yang

dijuluki bapak lagu dalam Islam.

Secara umum musik yang berkembang dikalangan muslim konservatif belum

difahami dan didefinisikan secara tegas bahkan kurang merhargai akan adanya musik.

Nabi Muhammad mempunyai sikap kurang mementingkan musik dan nyanyian (ghina‟)

3

seperti halnya pada tarian. Dalam suatu kesempatan perayaan, Rasulullah membiarkan

anak-anak muslim bermain dengan berbagai alat musik dan menyanyikan lagu-lagu.

Kaum muslim awal kurang mempunyai kesempatan untuk menikmati musik dan

menyanyi. Dalam sebuah artikel yang berjudul “The Religious Music of Islam,” Prof.

H.G. Farmer, seorang ahli musik Arab, menulis, “Nyanyian dalam kehidupan duniawi

dikenal dengan istilah ghina‟, sedang dalam kehidupan keagamaan dikenal dengan istilah

ta‟bir, yaitu sebuah „penafsiran‟. Jadi musik yang diterima Islam adalah musik

keagamaan yang telah diakui” (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:10).

Keberadaan musik hadrah di Indonesia itu sendiri sudah menjadi basis besar

disebuah pesantren, diperkirakan musik ini mulai diperkenalkan pada abad ke-13 H, oleh

Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi dari Yaman (1259-1333H/1839-1931

M). Dengan tujuan berdakwah ia mendirikan majelis-majelis sebagai sarana

bermahabbah kepada Nabi Muhammad saw, shalawat yang diiringi rebana kemudian

disebut sebagai hadrah yang kemudian perkembangannya tidak terlepas dari ekspansinya

Islam oleh Sembilan Wali (Abdul Najib, 2016:69)

Kesenian Hadrah ini mulai menyebar luas khususnya di Jawa Timur dan Madura

dilakukan oleh KH. Abdurrakhim bin Abdul Hadi. Karena itu, di beberapa daerah di Jawa

Timur dan Madura menyebut Hadrah dengan Hadrah Durrokhiman yang dinisbatkan

pada KH. Abdurrakhim. Hadrah sering ditampilkan sebuah organisasi bernama ISHARI.

Pengadopsian musik rebana dengan lantunan shalawat berhasil sebagai media dakwah

Sembilan Wali dalam persebaran Islam. Menjadi hal penting saat perayaan Maulid Nabi

diiringi musik hadrahan, sehingga banyak bermunculan kelompok musik hadrah yang

kemudian fungsi dan tujuannya bertambah menjadi bersifat komersil dan bukan hanya

4

sekedar mengisi acara nikahan, maulid, atau haulan bahkan menjadi kegiatan

ekstrakulikuler sekolah maupun pesantren (Abdul Najib, 2016:69)

Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan musik-musik yang

bernuansa klasik ini menemukan tantangan dalam perkembangannya, dimana mayarakat

lebih cenderung memilih jenis musik modern yang lebih kekinian dan tidak sedikit para

musisi bereksplorasi dengan bantuan alat modern dengan tujuan bersaing dalam

perkembangan zaman, hal tersebut kemudian menjadi pengaruh pada eksistensi nilai

didalamnya, untuk menjawab tantantangan pada perkembangan zaman yang semakin

modern, peneliti akan melihat kelompok musik Hadrah yang berada di Daerah Kabupaten

Tangerang, eksistensi hadrah ini mampu menyesuaikan diri dalam kondisi sosial

masyarakat yang berkembang.

Kedatangan musik Hadrah di Kecamatan Sepatan, lebih tepatnya di Kelurahan

Sepatan Kebun Kelapa tidak langsung begitu saja ditrima dikalangan masyarakat,

pasalnya musik hadrah yang mulai dikembangkan oleh salah seorang Pemuka agama

bernama Aziz Badru Zaman, yang mulanya masih bersinggungan dengan kebiasaan

masyarakat umum sekitarannya yang tidak menyetujui metode bermahabbah kepada

Rasul menggunakan musik, terlebih ulama besar seperti Abuya Uci Turtusi di Tangerang

yang memiliki jama‟ah ribuan dalam sumber mengatakan bahwa bershalawat

menggunakan musik hadrah khususnya hadrah adalah bid‟ah atau haram dan tidak

disukai (Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).

Dengan perkembangan kondisi masyarakat yang semakin memuncak hal tersebut

mampu dinetralisir oleh seorang Habib bernama Habaib Ahmad al-Habsyi, sehingga

masyarkat yang memandang musik hadrah ini yang semula seolah menutup mata dengan

5

kehadiran musik hadrah ini pada akhirnya semakin berkembang (Wawancara dengan

Aziz Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).

Musik hadrah yang berkembang di masyarakat Kelurahan Sepatan semakin terasa

kehadirannya dan semakin muncul pada permukaan dan menyebut dirinya sebagai

kelompok musik Hadrah Arrushoifah, yang awalnya Arrushoifah ini adalah jalan menuju

kediaman guru besar Aziz Badru Zaman yang menimba ilmu di Mekkah selama 13

Tahun. Kemudian Arrushoifah ini menjadi tempat pembelajaran menimba ilmu Agama

dan saat ini disebut dengan Majlis Arrushoifah, dimana beberapa masyarakat banyak

mendapatkan ilmu agama didalamnya baik masyarakat sekitar bahkan luar daerah seperti

Jambi dan Jawa Barat seperti Bandung dan Garut. Sisi lain yang menarik dalam masa

perkembangannya Majlis Arrushoifah ini di perkuat oleh sistem Ekonomi dalam bidang

perdagangan yang tersebar di Tangerang khususnya Kabupaten Tangerang dan Kota

Tangerang. Peringatan hari besar Islam menjadi salah satu moment pada eksistensi

kelompok musik Hadrah Arrushoifah (Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal

10 September 2018).

Oleh karena itu, selain dapat mengeksplor bagaimana seni musik hadrah mampu

beradaptasi dengan perubahan yang ada, peneliti berharap mampu memberikan kontribusi

pada kelompok musik Islami lainnya yang bertujuan mengembangkan senik musik Islam

terutama pada jenis musik hadrah.

Jenis musik Islami hadrah ini keberadaanya memang pada tingkat lokal. Dengan

artian seni musik hadrah ini bukan berarti ketinggalan zaman melainkan pengaruh sistem

modernisasi kemudian terklasifikasikan jenis musik antara tradisonal dengan musik

modern, selain menjadi media berdakwah, seni musik Islami hadrah ini pula sebagai

6

media yang menyampaikan pesan dari si pemusik kepada pendengar tentang nilai-nilai

yang terkandung dalam syair yang di lantunkan.

Dalam menghadapi perubahan sosial perlu melihat bahwa seni musik menjadi

salah satu elemen dalam kehidupan masyarakat yang menjadi syarat mencapai

keharmonisasian. Oleh karena itu, dari kelompok seni musik jenis hadrah, peneliti

melihat ada keteraturan sosial dalam perkembangannya yang mampu membangun tataran

masyarakat menjadi seimbang dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Sehingga, musik menjadi media paling strategis dalam penyampaian pesan-pesan yang

tersurat maupun tersirat saat ini, terutama seni musik Islami yang mengandung nilai-nilai

tentang ketauhidan dan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad Saw.

Berdasarkan pemaparan pernyataan masalah diatas, maka penelitian ini diberikan

judul “Strategi Adaptasi Kelompok Seni Musik Islami dalam Menghadapi Musik

Modern (Studi Kasus Kelompok Musik Islami Hadrah Arrushoifah Kelurahan

Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan masalah sangat di tekankan untuk mengungkap aspek secara kualitatif

dalam suatu masalah, maka dari itu penulis membatasi pertanyaan masalah dibawah ini:

1. Bagaimana strategi adaptasi yang digunakan kelompok musik Islami Hadrah

dalam menghadapi musik modern?

7

2. Bagaimana kendala yang dihadapi kelompok musik Islami Hadrah dalam

menghadapi musik modern?

3. Bagaimana implementasi strategi adaptasi kelompok musik Islami Hadrah dalam

merespon musik modern?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk menjelaskan strategi adaptasi yang digunakan kelompok musik Islami

Hadrah dalam menghadapi musik modern.

2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi kelompok musik Islami hadrah

dalam menghadapi musik modern.

3. Untuk menguraikan implementasi strategi adaptasi kelompok musik Islami hadrah

dalam menghadapi musik modern.

Kemudian manfaat penelitian adalah:

1. Mampu memberikan kontribusi pada kajian sosiologi budaya Islam, khususnya

mengenai strategi adaptasi kelompok seni musik Islami Hadrah dan menjadi

landasan untuk penelitian selanjutnya.

2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak kelompok musik

Islami hadrah Arrushoifah sebagai landasan menghadapi musik modern.

8

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan kajian pustaka yang peneliti lakukan, terdapat beberapa penelitian

yang memiliki kajian yang sama baik dari sumber jurnal, skripsi, ataupun tesis,

diantaranya yaitu:

a. Tesis Karya Abdul Najib, yang berjudul Cinta Rasul dan Makna Simbol-Simbol

dalam Seni Hadrah di Jawa Timur, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Dengan pendekatan kulitatif dan fokus

teori pada hermeneutika fenomenologis Paul Ricoueuer yang mensyaratkan dua

tahap interpretasi yaitu fenomenologis yang literer dan reflektif, Abdul Najib

melihat dan menemukan bahwa hadrah pertama kali diperkenalkan oleh Habib

Syeh Bafaqih dan disebarkan oleh KH. Abdurrakhim, diwadahi dalam sebuah

organisasi bernama ISHARI yang diresmikan oleh KH. Wahab Chasbullah.

Penelitian Ini memiliki kesamaan pada kajian kesenian Islam.

b. Skripsi Karya Wahyu Ramdhani berjudul Strategi Survival Komunitas Seni

Tradisional di Era Modernisasi, mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta. Penelitian yang dilakukan Wahyu Ramdhani terhadap komunitas

tradisional yang berada di Depok dengan menggunakan Metode Pendekatan

Kualitatif dan Teori DiMaggio dan Powell yaitu Proses Isomorfosis

menggungkapkan bahwa Kelompok seni Tradisional ini masih memiliki

eksistensi karena dengan rutinitas yang dilakukan serta kegiatan syukuran atau

upacara bebaritan membuat minat masyarkat meningkat terhadap kesenian ini.

9

Persamaan penelitian ini terletak pada kajian musik tradisional dan metode

menggunakan pendekatan kualitatif.

c. Skripsi Karya Rizkiyah Hasanah, yang berjudul Strategi Adaptasi Kelompok

Musik Gambang Kromong dalam Menghadapi Perubahan Sosial (Studi Kasus

Kelompok Musik Gambang Kromong Mustika Forkabi), mahasiswa Program

Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pendekatan melalui metode kualitatif dan penggunaan skema AGIL dari

Parsons yang digunakan Rizkiyah Hasanah menemukan bahwa kelompok musik

gambang kromong masih dapat bertahan hingga kini, dengan konsekuensi

tawaran bermain tidak seramai di tahun1970-an. Penelitian ini memiki kesamaan

pada kajian musik tradisional, teori dan metode pendekatan secara kualitatif.

d. Skripsi karya Fahrunnisa, yang berjudul Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul

Mustofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah

dan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan dengn menggunakan teori Alex Sobur,

secara sederhana menerangkan “minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu”, menemukan bahwa

adanya minat yang tinggi dari jamaah majlis taklim Nurul Musthofa untuk

mengikuti kesenian Islami dilihat dari aspek kognitif (33,4%), efektif (31%), dan

konatif (36%). Persamaan dalam peneliti adalah subjek penelitian yaitu musik

Islami.

10

e. Skripsi karya Hanif Alhakim, yang berjudul Strategi Framing Anti-Ahmadiyah

Oleh Pondok Pesantren, Mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penelitian dengan

dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kepustakaan dan

wawancara, melihat strategi Freming yang dilakukan oleh Pondok Pesantren

dengan fokus kajian gerakan sosial Robert D Benford dan David A Snow

menyimpulkan bahwa srategi framing pertama adalah mendiagnosa kesalahan

yang dilakukan oleh Ahmadiyah. Kedua mereka menentukan strategi dan solusi

untuk menghadapi isu Ahmadiyah dan memobilisasi massa, fokus teori yang

digunakan adalah Framing Strategy, diagnostic framing, prognostic framing, dan

motivational framing.

f. Jurnal karya Kholis Ridho, berjudul “Adaptasi Masyarakat Urban Terhadap

Perubahan Sistem Mata Pencaharian Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang

Selatan”, Mahasiswa dari UIN Syarif Hidayaullah Jakarta ini melihat proses

perubahan sosial yang terjadi di daerah yang memiliki otonomi baru dengan

pendektan Survei-kuantitatif, penarikan sample secara multistage random

sampling dan menggunakan pemikiran Auguste Comte dengan Observasi, tindak

mengamati sekaligus menghubungkan dengan sesuatu hukum yang hipothetik,

beragam jenis kondisi masyarakat di dalamnya mulai kelas menengah keatas

sampai kelas manengah kebawah ikut serta dalam partisipasi melihat

perkembangan daerahnya.

11

Tabel 1. A. 1

Tinjauan Pustaka

Nama Judul Metodologi Teori Temuan Penelitian

Abdul Najib, Cinta

Rasul dan Makna

Simbol-Simbol

dalam Seni Hadrah

di Jawa Timur.

Universitas Islam

Negeri Sunan

Ampel, Surabaya.

Tesis.

Kualitatif, penelitian

lapangan,

wawancara,

dokumentasi dan

observasi.

Hermeneutika

Fenomenologis Paul

Ricouer.

Hadrah sebagai sarana

penyampai doa dan

suatu hal yang masih

sakral serta sebagai

ekspresi kecintaan

kepada Rasulullah saw,

bermakna dzikir yang

dikonversi dalam

kesenian musik.

Wahyu Ramdhani,

Strategi Survival

Komunitas Seni

Tradisional di Era

Modernisasi.

Universitas Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah,

Jakarta. 2016.

Skripsi.

Kualitatif,

wawancara langsung

dan observasi

DiMaggio dan Powell,

Isomorfosis:

CoersiveIsomorphism,

MimeticIsomorphism,

NormativeIsomorphism.

Eksistensi komunitas

yang masih dapat

dirasakan dengan

latihan dan acara

syukuran (upacara

bebaritan).

Rizkiyah Hasanah,

Strategi Adaptasi

Kelompok Musik

Gambang Kromong

dalam Menghadapi

Perubahan sosial,

Skripsi, UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2012

Kualitatif, studi

kasus. Pengamatan,

wawancara, dan

dokumentasi.

August Comte, model

Linier dan Piritim

Sorikin, model siklus

perubahan sosial serta

Talcott Parsons,

Adaptation, Goal

attainment, Integrity,

Latency.

Bahwa kelompok musik

gambang kromong

masih dapat bertahan

hingga kini, dengan

konsekuensi tawaran

bermain tidak seramai

di tahun1970-an..

Fahrunnisa, Minat

Jamaah Majlis

Taklim Nurul

Mustofa Terhadap

Kesenian Islami

Hadrah, Skripsi,

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2011

Kuantitatif, analisis

secara umum

dengan

menggunakan

statistik. Angket,

observasi,

dokumenasi dan

wawancara. Analisis

data dengan skala

Likert dan diagram

Lingkaran.

Teori Alex Sobur, yang

menerangkan “minat

berarti kecenderungan

dan kegairahan yang

tinggi dan keinginan

yang besar terhadap

sesuatu”.

Minat yang masih tinggi

dari jamaah majlis

Nurul Mustofa terhadap

musik hadrah, aspek

kognitif (33,4%), efektif

(31%), dan konatif

(36%) terhadap

kesenian Hadrah.

12

Hanif Alhakim,

Strategi Framing

Anti-Ahmadiyah

Oleh Pondok

Pesantren, Skripsi,

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2017

Kualitatif,

pengumpulan data

kepustakaan, studi

lapangan dan

wawancara.

Teori Robert D Benford

dan David A Snow.

Fokus Teori Framing

strategy, diagnostic

framing, prognostic

framing, motivational

framing.

Mendiagnosa kesalahan

yang dilakukan

Ahmadiyah, strategi

baru dan solusi untuk

menghadapi isu

Ahmadiyah dan

memobilisasi massa

Kholis Ridho,

Adaptasi

Masyarakat Urban

Terhadap

perubahan Sistem

Mata Pencaharian

Daerah Otonomi

Baru Kota

Tangerang Selatan.

Jurnal, 2016. Uin

Syarif Hidayatullah.

Survei-kuantitatif.

Penarikan sample

secara multistage

random sampling.

Auguste Comte, tindak

mengamati sekaligus

menghubungkan

dengan sesuatu hukum

yang hipothetik.

Bahwa masyarakat yang

cepat menyesuaikan

dengan setuasi baru,

mampu mengatasi dan

menyesuaikan

halangan-tantangan

yang ada

dilingkungannya.

Berdarkan uraian dan penelusuran tabel diatas peneliti mengambil kesimpulan

banyak penelitian sebelumnya lebih melihat proses perkembangan sebuah kelompok seni

musik tradisional. Persamaan dalam pendekatan secara kualitatif menjadi sebuah realitas

yang tidak dapat peneliti singkirkan demi memperoleh data yang akurat dan secara

mendalam, oleh karena itu pendekatan studi kasus, wawancara dan dokumentasi mejadi

penting dalam memperoleh data.

Perbedaan peneliti dengan peneliti terdahulu menunjukan bahwa subjek peneliti

saat ini adalah sebuah kelompok musik Islami yang sedang bergelut dengan sebuah

kondisi perubahan sosial di masyarakat, dalam hal ini masyarakat menjadi kunci

terbentuknya satu tatanan baru yang mencoba melihat musik Islami tidak sebatas musik

yang statis dalam perkembangannya, oleh karena itu sebuah kelompok musik Islami

hadrah menjadi elemen baru dalam merangkai pola berfikir masyarakat dalam melihat

13

musik Islami saat ini. Untuk penelitian saat ini lebih menggali sejauh mana

perkembangan yang terjadi pada kelompok musik Islami sehingga memotivasi kembali

semangat persaudaraan antar sesama umat Islam melalui seni musik Islami serta mampu

menerapkan strategi yang mungkin relevan dijadikan rujukan sesuai zaman yang semakin

modern.

E. Kajian Teoritis

1. Definisi Strategi Adaptasi Musik

a. 1. 1. Strategi

Kata strategi indentik disandingkan dengan dunia kemiliteran yang dirancang

sebagai sistem pertahanan untuk mendapatkan kemenangan dalam pertempuran, anggota

militer yang berperan sebagai pengatur siasat perang juga menimbang segala aspek yang

mempengaruhi segala keputusan dalam melakukan sebuah tindakan, segala bentuk

penyerangan dari lawan maupun tindakan yang akan dilakukan tidak luput dari analisis

seorang pengatur strategi, oleh karenanya memudahkan dalam melakukan siasat perang

(Beni adianto, 2010:22).

Beberapa pendapat ahli dikemukakan sebagai pengenalan tentang konsep kecil

dari strategi (Arif saripudin, 2008)

Fuad Amsyari menyebut dalam bukunya berjudul “Strategi Perjuangan Umat Islam

Indonesia” mengatakan bahwa: Strategi dan taktik adalah metode untuk

14

memenangkan suatu persaingan. Persaingan ini berbentuk suatu percampuaran fisik

untuk mereabut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia.

Dalam bukunya berjudul Analysis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi

Organisasi, menyatakan strategi adalah cara terbaik untuk menggunakan dana, daya

dan tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntunan perubahan lingkungan, Sondang

Siagian.

Chandler, dalam bukunya “Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis”, yang

dikutip Supriono, menyebutkan strategi adalah dasar-dasar menuntun goals jangka

Panjang dan tujuan organisasi serta pemakian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-

sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Onong Uchjana, menyebutnya dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”,

menyebutkan strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajeman untuk

mencaapai suatu tujuan.

Dan terakhir Stainer dan Minner, bukunya yang berjudul “Manajemen Strategik”,

menyatakan bahwa startegi adalah penempatan misi organisasi, penenmpatan sasaran

organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan

dan strategi tertentu untuk mencpai sasaran dan memastikan implementasinya secara

tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.

Dari paparan penjelasan diatas menghantarkan penulis untuk merangkai secara

singkat bahwa strategi digunakan sebagai alat untuk memperoleh kesuksesan atau

keberhasilan individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

15

lain dari itu strategi bukanlah sebuah tindakan atau langkah yang tidak difikirkan baik

buruknya, positif dan negative secara mendalam (Beni andianto, 2016:22).

Dengan demikian strategi yang mempunyai sebuah garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam pencapaiannya merupakan hasil dari ketetapan, musik Islami hadrah

yang menyerap pemikiran tersebut mengartikan stretegi sebagai pola-pola umum

kegiatan kelompok musik Islami hadrah, aktivitas personil dalam perwujudan kegiatan

yang mampu bersaing dengan musik lainnya di Jaman modern (Beni adianto, 2016:33).

b. 1. 2. Adaptasi

Sebuah kemampuan makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuh-

tumbuhan sebagai proses penyesuaian diri dalam suatu perubahan kondisi di lingkungan

hidupnya, Parsons menyebutnya sebagai adaptasi. Dengan hal tersebut, makhluk hidup

dapat berkembang sesuai dengan lingkungannya, sehingga dapat bertahan hidup dengan

kelompoknya. Semakin besar kemampuan adaptasi yang dimiliki akan semakin besar

kemungkinan hidup yang berkepanjangan. Manusia dicontohkan sebagai makhluk hidup

yang memiliki kesempurnaan adaptasi lebih tinggi daripada makhluk lainnya untuk dapat

hidup di berbagai kelompok berbeda (Rizkiyah Hasanah, 2012:12).

Tidak sedikit makhluk hidup punah akibat dari daya kemampuan adaptasi yang

lemah, halnya binatang dan tumbuhan yang tidak kuat menahan perubahan kondisi

lingkungannya yang ekstrem melawan sehingga terjadi kepunahan. Proses adaptasi

budaya merupakan cara adaptasi manusia dalam menghadapi perubahan tatanan sosial

16

budaya seperti larangan tidak boleh kawin dengan saudara kandung yang menimbulkan

sifat lemah dan cacat. Adaptasi sosial merupakan penyesuaian individu terhdap

lingkungan sosialnya, hal ini dapat terjadi kepada manusia dan hewan (Rizkiyah

Hasanah, 2012:13).

Beberapa kelompok organisme yang sama dapat menempuh adaptasi secara

evolusi, berkembang dengan tahapan regenerasi, tetapi kelompok organisme sendiri juga

bahkan menempuh perubahan selama hidupnya (Rizkiyah Hasanah, 2012:13). Jadi dari

beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adaptasi merupakan

kemampuan makhluk hidup baik individu maupun kelompok yang senantiasa dalam

perkembanganya dihadapkan pada suatu perubahan.

c. 1. 3. Musik Islami

Musik merupakan tatanan ilmu yang berkembang, sebuah seni yang menyatukan

sebuah nada atau suara dalam urutan kombinasi dan hubungan temporal, menciptakan

sebuah komposisi suara yang terumuskan sedemikian rupa sehingga membentuk

keharmonisan irama dan lagu (Acep saripudin, 2012:139).

Sesuatu yang menginggalkan suara dengan berkesinambungan menggunakan

sebuah benda dan menghasilkan tempo yang teratur menurut Abu Sulaiman Al-Khattaby

dianamakan sebagai musik, tradisi bangsa Arab meciptakan syair adalah hasil dari

permisalah, lirik, dan nazam yang diartikan dalam makna bahasa Indonesia sebagai

sebuah curahan perasaan atau pesan dari seorang penyanyi (Acep saripudin, 2012:139).

Berbicara pesan menurut Deddy Mulayana dalam buku yang berjudul Komunikasi

Islam menjelaskan pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau non-verbal yang

17

mewakili perasaan, nilai, gagasan atau yang sesuatu yang menimbulkan nada dan irama.

Adapun Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan sebagai amanat yang disampaikan

melalui orang lain, berbentuk perintah atau nasihat langsung maupun tidak secara

langsung (Harjani hefni, 2015:79).

Dalam pesan terbagi menjadi dua bagian yaitu Verbal dan Non-verbal. Pertama

verbal dalam buku yang berjudul “Komunikasi Islam” di sebutkan bahwa ada tiga istilah

yang ditemukan yaitu bahwa sesuatu yang keluar dari lisan manusia yang mampu

difahami dapat disebut sebagai pesan verbal, kedua sesuatu yang keluar dari lisan

seseorang dan mengandung makna, dan terakhir sebuah kata yang tersusun lebih dari dua

kata dan memiliki arti. Kedua, pesan non-verbal disebutkan bahwa sebuah isyarat yang

dilakukan manusia dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki merupakan sebuah pesan

(Harjani hefni, 2015:100)

Pada akhirnya sebuah seni musik adalah lantunan nada, irama yang dilengkapi

syair ataupun sebuah suara yang dihasilkan oleh manusia atau instrument yang harmonis

membentuk keteraturan secara temporial yang mengekspresikan perasaan dalam pesan

lagu yang di nyanyikan.

d. 1. 4. Hadrah

Kata Hadrah yang memiliki tiga makna secara bahasa. Pertama, Hadir bahwa

hadirnya Jami‟iyyah, kelompok atau perkumpulan yang diiringi rebana dengan lantunan

shalawat mengharapkan kehadiran seorang Rasul baik secara Dhohir maupun Ma‟nawi

yang kemudian dalam kehidupan sehari-hari baik dari akhlak maupun perilaku seorang

18

rasul dapat diterapkan. Kedua, mempersembahkan bahwa kumpulan atau kelompok

hadrah yang melantunkan shalawat mengucap terimakasih kepada Nabi Muhammad dan

mengucap syukur karena sebaik-baiknya manusia sempurna yang di diciptakan Allah

swt. Terakhir, makna sebagai sebuah Kota di Yaman yang terkenal dengan kotanya para

orang alim atau waliyullah, bahwasanya kelompok atau Jami‟iyyah hadrah awal mula

berasal dari Kota tersebut (Abdul Najib, 2017).

2. Kajian Teori Sosiologi Tentang Adaptasi

Ketika Parsons masih menjadi seorang ahli biologi pada masanya, kaum akademis

banyak terbius dengan rumusan teori fungsionalisnya yang mengangkat sebuah

permasalahan dimasyarakat dapat pecahkan dalam memelajari organ tubuh manusia,

tidak sedikit saat itu sebagai “anak” Parsons banyak mendalami.

Dalam bukunya yang ditulis Suwarsono. Pertama, Parsons menyebutkan struktur

manusia memiliki komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Oleh karena

itu masyarakat tak ubahnya memiliki keterkaitan antar sesama maupun secara

kelembagaan. Realitanya Parsons menyebutkan konsep “sistem” dalam menggambarkan

keharmonisan dalam kelompok. Kedua, dalam struktur tubuh manusia memiliki fungsi

masing-masing dan spesifik dalam proses kinerja, maka demikian pula dengan

masyarakat yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing untuk mencapai stabilitas dan

pertumbuhan, Parsons merumuskan dalam sebuah istilah “fungsi pokok” agar masyarakat

19

dapat melaksanakannya dan tetap hidup berkepanjangan, istilah tersebut tereduksi dalam

skema Adaptation, Goal attainment, Integration, and Latency atau sering disebut dengan

skema AGIL.

Sebelum menjelaskan keterkaitan anatara skema AGIL dengan konteks peneliti

perlu di tegaskan bahwa parsons menyebutkan konsep “keseimbangan dinamis-

stasioner”, yang mana artinya ketika organ tubuh manusia berjalan tidak baik maka akan

merubah kepada organ lain, hal itu terjadi untuk mengrangi ketegangan secara intern

demi tercapainya tatanan baru. Jadi masyarakat dalam hal ini tidak bersifat statis

melainkan dinamis (Suwarsono, 2013:11).

Untuk mempermudah mengenali keterkaitan skema AGIL yang tereduksi dalam

konteks kelompok musik diantaranya:

1. Adaptation (adaptasi), dalam hal ini sistem harus mengatasi kebutuhan situasional

yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan

lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan demikian, adaptasi fokus pada

keharusan sistem sosial untuk menghadapi lingkungan dunia seni, yaitu penyesuaian

terhadap kondisi perubahan diluar. Oleh karena itu, sistem yang dimaksud harus

mampu melakukan inovasi dan transformasi aktif dengan menggunakan bebebarapa

perkembangan teknologi dan sumber daya pada kelompok tertentu untuk

dimanfaatkan sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan yakni penyesuaian dengan

perkembanagan zaman (Rizkiyah hasanah, 2012:17).

2. Goal attainment (pencapaian tujuan), sistem harus mampu mendefinisakan dan

mencapai tujuan-tujuan utamanya. Parson menunjukan suatu keharusan bagi sistem

20

untuk memiliki kemampuan betindak, demi mencapai tujuan, terutama dalam tujuan

bersama pada suatu sistem.

Titik tekan pada tahapan ini, meliputi pengambilan keputusan dari tujuan utama yang

mendasari motivasi untuk melakukan desain ulang terhadap alat-alat, lagu-lagu, dan

kostum. Pada tatanan praktis dilapangan, tahapan ini diarahkan pada proses

perumusan kebijakan oleh pimpinan kelompok musik (Rizkiyah Hasanah, 2012:18).

3. Integration (integrasi), sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi

komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional

tersebut (A, G, L). Kelompok yang memiliki mekanisme-mekanisme pembagian kerja

mampu mengatasi suatu pertentangan dari berbagai hal. Parsons menyatakan bahwa

integrasi ini merupakan persyaratan yang berhubungan dengan internalisasi antara

pemimpin dan anggota kelompok, sehingga sistem sosial itu berfungsi sebagai suatu

kesatuan yang termanifestasi kedalam solidaritas kelompok. Artinya, solidaritas

internal dalam kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosial untuk menghasilkan

kerjasama (Rizkiyah Hasanah, 2012:18).

4. Latency (pemeliharaan pola), sistem harus melengkapi, memelihara, dan

memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan

mempertahankan motivasi tersebut. Dalam skema AGIL ini berharap mampu

digunakan pada semua level sistem teoritisnya. Kemudian Parsons menjabarkan

tentang sistem tindakannya dalam skema AGIL.

Demikian dengan masyarakat yang selalu mengalami perubahan, tetapi mengarah

kepada tatanan lebih teratur. Perubahan sosial yang terjadi pada satu lembaga akan

21

berakibat pada perubahan dilembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru. Dengan

demikian, masyarakat bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis, sekalipun perubahan itu

amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru (Rizkiyah Hasanah, 2012:20).

Kemudian Parsons menyebut hal lain dalam pengoprasian skema AGIL agar

dapat menjaring semua elemen masyarakat dalam paradigma yang sempurna yaitu sistem

kultur yang menjadi penting dalam melihat sistem-sistem lain dimasyarakat (George

Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004:130), dibawah ini digambarkan skema pengoprasian

AGIL yang dilakukan oleh peneliti yang diperdalam dengan empat sistem, kultural,

sosial, behavioral, dan kepribadian.

Pertama dalam Organisme Behavioral, kelompok musik modern yang memiliki

nilai ekonomi tinggi tentu akan menunjang kebutuhan secara internal kelompok mulai

dari Passion dan intensitas latihan yang lebih memadai dari segi tempat dan alat

pendukung lainnya. Kelompok musik hadrah ini dengan potensi sumber daya manusia

yang tinggi senantiasa menjaga esensi dari lahirnya musik ini dengan tujuan menyiarkan

agama Islam. Oleh karena itu secara kebangkitan ekonomi meskipun masih tergolong

sangat kecil namun efektivitas dari setiapkali penampilan sedikit memberikan penunjang

untuk terawatnya alat-alat musik dan kostum dalam performa diatas panggung.

Kedua, sistem kepribadian. Sistem kepribadian musik modern yang tinggi mulai

dari gaya penampilan dan perilaku hedonis meberikan pengaruh terhadap penonton

menjadi “pukulan” keras kepada kelompok musik hadrah ini untuk membentuk karakter

pada setiap personilnya, dengan adanya motivasi dari sosok atau tokoh karismatik

menjadi daya tarik tersendiri dalam mebentuk nilai kepribadian pada masing-masing

pemain, satu sisi tokoh karismatik ini menjadi pengaruh besar pada lingkungan

22

Kelurahan Sepatan, seperti Habib Ahmad bin Al-Habsyi yang menjadi pigur utama

diterimanya musik ini di lingkungan masyarakat Sepatan.

Ketiga, sistem sosial menjadi pengaruh penting dalam adaptasi kelompok musik

hadrah ini terus ditingkatkan, diterimanya musik ini tidak terlepas dari adanya proses

negosiasi antara Habib Ahmad kepada tokoh lingkungan yang berpengaruh. Artinya ada

proses dimana sosialisasi seni musik Islami terhadap masyarakat, sehingga ada tindakan

politis yang tersusun untuk menyalurkan nilai Islam melalui musik hadrah. Oleh karena

itu untuk memberikan nilai baru terhadap masyarakat perlu mengenal tatanan utama

dalam masyarakat. Dan terakhir yang lebih penting adalah sistem kultur, diamana musik

modern yang memiliki nilai konsumtif tinggi dan hedonis banyak mempengaruhi musik-

musik tradisional, sehingga tidak dapat dipungkiri banyak sekali musik tradisional yang

tidak dapat menyesuaikan diri hilang.

Tabel 1. A. 2

L I

Sistem Kultural Sistem Sosial

Organisme Behavioral Sistem Kepribadiaan

A G

Sistem Pengoprasian AGIL dalam Skema Sistem Tindakan

23

3. Kajian Sosiologis Tentang Teori Modernisasi

Teori modernitas merupakan kumpulan dari konsep-konsep dan metafora yang

diturunkan dari teori evolusi. Menurut teori evolusi, perubahan sosial pada dasarnya

merupakan gerakan searah, linier, dan progresif dan perlahan-lahan, memberikan

perubahan kepada masyarkat dari tahap primitif kepada tahap yang lebih maju, dan

masyarakat memiliki struktur dan bentuk yang serupa. Para teoritisi perpektif modernitas

secara eksplisit membangun kerangka teori tesisnya dengan Enam ciri. Pertama,

modernisasi merupakan proses bertahap, seperti teori Rostow yang membedakan

berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang dilalui oleh masyarakat, dimana tatanan

masyarakat mulai dari primitif menuju tatanan masyarakat yang maju dan kompleks

(Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:21).

Kedua, modernisasi disebut sebagai proses homogenisasi, artinya masyarakat

terbentuk dari masyarakat dengan tendensi dan struktur serupa. Seperti Levi penganut

teori modernitas menganggap bahwa sesuai dengan perkembangan waktu, mereka dan

kita akan semakin mirip satu sama lain karena modernitas menjanjikan semakin modern

tahapan yang telah dilalui, semakin serupa bentuk dan karakteristik berbagai masyarakat

yang terlibat dalam perubahan sosial. Ketiga, modernisasi terkadang mewujud dalam

bentuk dan lahirya, sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi, atau lebih dikenal

dengan istilah modernisasi sama dengan Barat. Keempat, modernisasi juga dilihat sebagai

proses yang tidak bergerak mundur, dimana ketika terjadi kontak antara negara Dunia

Ketiga dengan Barat, negara Dunia Ketiga tidak akan mampu menolak melakukan

24

modernisasi, sebagai jawaban universal persoalan Dunia Ketiga tanpa memperhatikan

ciri-ciri tradisional negara Dunia Ketiga (Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:23).

Kelima, modernisasi sebagai perubahan progresif. Bagi Coleman, sistem politik

modern memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih efisien dalam melaksanakan

fungsi-fungsi masyarakat dibanding sistem politik tradisional. Terakhir, modenisasi

memerlukan waktu panjang. Dalam hal ini, modernisasi dilihat sebagai proses

evolusioner dan bukan perubahan revolusioner (Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:23).

Parsons dalam pemikarannya tentang Sistem merupakan satu kesatuan yang

kompleks, terdiri dari berbagai antarhubungan dan dipisahkan dari lingkungan sekitarnya

oleh batas tertentu. Organisme jelas merupakan contoh sebuah sistem, begitu pula

molekul, bangunan, planet, dan galaksi. Pemikiran umum seperti ini dapat pula

diterapkan pada masyarakat manusia dengan berbagai tingkat kompleksitasnya. Pada

tingkat makro, keseluruhan masyarakat dunia (kemanusiaan) dapat dibayangkan sebagai

sebuah sistem. Pada tingkat manengah (mezo) negara bangsa (nation-state) dan kesatuan

politik regional atau aliansi militer pun dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Pada

tingkat mikro, komunikasi lokal, asosiasi, perusahaan, keluarga, atau ikatan pertemanan

dapat diperlakukan sebagai sebuah sistem kecil. Begitu pula, segmen tertentu dari

masyarakat seperti aspek ekonomi, politik, dan budaya secara kualitatif juga dapat

dibayangkan sebagai sebuah sistem. Begitulah, di tangan pakar teori sistem Parsons yang

umum dan dapat diterapkan secara universal (Piotr Sztomka, 2004:3).

Dapat disimpulakan bahwa modernisasi sebagai proses transformasi yang

bertujuan mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total perlu

diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Oleh karena itu dalam proses

25

modernisasi apa yang dikatakan sebagai tradisional tidak memiliki peran berarti dan

bahkan dalam banyak hal tidak berguna sama sekali, karenannya perlu diganti

(Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:23).

26

4. Kerangka Pemikiran

Tabel 1. A. 3

Kerangka Pemikiran

ADAPTASI

Parsons : Mempertahankan diri (

kultur), Adaptation, Goal Attainment,

Integration, Latency.

Modifikasi alat Musik

MODERNISASI: Kultur Musik

Maenstream di Masyarakat

(Kelompok Musik Islami Hadrah)

Pembinaan Langsung dari Pengurus Majlis dan Tokoh

Karismatik

IMPLEMENTASI

MEMPERTAHANKAN DIRI:

Sosialisasi Hadrah

Penyesuaian Nada pada Musik Modern

STRATEGI MEMPERTAHANKAN DIRI:

Penyesuaian Lingkungan

Mengikuti Acara Besar Islam dan Pestival Budaya dari

Pemerintah Daeah

Variasi dan Kombinasi

Rutinitas Bulanan dan Latihan dengan masyarakat

lingkungan sekitar

27

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitataif deskriftif, kualitatif disini sebagai

suatu strategi yang menekankan pada konsep, karakteristik, gejala, maupun symbol.

Secara deskripsi mengutamakan sifat ke alamian dan holistic dan mengutamakan kualitas

dengan menggunakan beberapa cara yang disajikan narratif (Muri yusuf, 2014:329)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pemain dan pengurus Pondok Pesantren sebagai

sumber informasi yang relevan di Kelurahan Sepatan Kabupaten Tangerang. Objek

penelitian adalah perilaku, tindakan dan pengaruh serta aktivitas dari kelompok hadrah.

3. Sumber Data

Penggolongan data menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua bagian

(Jonathan Sarwono, 2006:220), yaitu:

a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utamanya nya

yaitu dalam hal ini adalah kelompok Hadrah Arrushoifah

b. Data sekunder adalah data yang bisa didapat dengan cara membaca, mendengar,

atau melihat dari aktivitas kelompok musik hadarh, biasanya sudah tersedia.

28

4. Lokasi dan Waktu Penlitian

Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Darul Huda dan Majlis

Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Sedangkan

waktu penelitian dari Tanggal 20 Februari 2018 sampai dengan Tanggal 21 Juni 2018.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui Teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan, untuk memperoleh data informasi yang

dikehendaki sesuai permasalahan yang dibahas, maka peneliti menggunakan beberapa

Teknik pengumpulan data menurut (M. Burhan Bungin, 2010:115), sebagai berikut:

a. Pengamatan

Secara metodologis pengamatan ialah mengoptimalkan kemampuan

peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan

sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat hambatan

sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, menangkap arti fenomena dari segi

pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan

para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinan peneliti

merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan

pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memunginkan pembentukan

29

pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak

subjek (Lexi J. Moleong, 2016:175)

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada kelompok musik Islami

Hadrah di Kelurahan Sepatan ini mencakup tentang bagaimana rutinitas latihan

kelompok hadrah, pengaruh terhadap masyarakat sekitar serta aktivitas masing-

masing personil maupun akivitas kelompok baik secara struktur internal maupun

struktur di masyarakat

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan.

Wawancara dapat berlangsung dalam berbagai cara: tidak terstruktur, mendalam,

etnografis, pertanyaan terbuka, informal, dan lama. Dalam hal ini wawancara

melibatkan satu atau lebih orang hadir, terjadi dilapangan, dan bersifat informal

dan tidak mengarah (yaitu, peneliti dapat melakukan wawancara dalam berbagai

arah), (W. Laurence Neuman, 2013:494).

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan

tujuan memperoleh keterangan mulai dari pengelola kelompok musik Hadrah satu

orang, vokalis satu orang, dan Tujuh personil dari hadrah itu sendiri dengan tanya

jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan atau orang yang

diwawancarai.

30

Beberapa narasumber yang diwawancarai oleh peneliti berkaitan dengan

penelitian yang berjudul strategi kelompok musik Islami Hadrah dalam

menghadapi perubahan sosial adalah sebagai berikut:

1. Pengasuh atau pengelola Musik Islami Hadrah

Fokus utama penelitian ini adalah mengenai strategi kelompok

musik Islami Hadrah, narasumber utama yang menjadi objek wawancara

ialah pengurus besar dari kesenian musik Islami Hadrah itu sendiri. Dalam

hal ini di Majlis Arrushoifah hanya ada satu orang, wawancara kepada

Bapak Ust. Aziz Badru Zaman. Dilakukan terkait dengan bagaimana

terbentuknya kelompok musik Islami Hadrah ini dalam arus perubahan.

2. Vokalis musik Islami Hadrah

Narasumber kedua adalah vokalis atau ketua dari kelompok musik

Islami Hadrah Arrushoifah. Wawancara yang akan dilakukan peneliti

kepada ketua berfungsi untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dari

hasil wawancara pengurus atau pengelola dari musik Islami Hadrah

Arrushoifah karena sumber disebutkan memiliki informasi mendalam

tentang musik dalam perkembangannya atau aturan yang diberlakukan

bagi kelompok musik Islami Hadrah dalam menghadapi tantangan arus

perubahan di masyarakat luar, baik melalui kegiatan rutinitas maupun

pembiasaan budaya dalam lingkungan internal kelompok.

3. Personil musik Islami Hadrah

Wawancara kepada masing-masing personil dari kelompok musik

Islami Hadrah Arrushoifah ini bertujuan meningkatkan keabsahan data

31

yang diperoleh dari sumber-sumber diatas terutama mengenai strategi

yang dilakukan oleh kelompok musik Islami Hadrah Arrushoifah ini

dalam menghadapi arus music modern, dalam hal ini dilakukan

wawancara kepada Tujuh orang dari 20 (dua puluh) orang/ personil yang

berada dalam satu kelompok hadrah.

c. Dokumentasi

Merupakan laporan teknis dari suatu peristiwa dan oleh peneliti sengaja

untuk disimpan atau untuk meneruskan keterangan mengenai persitiwa.

Dokumentasi dapat berbentuk teks tertulis, gambar, maupun foto dari setiap

aktivitas kegiatan kelompok musik Islami Hadrah. Dokumen tertulis dapat pula

berupa sejarah kehidupan (life historties), biografi, karya tulis, dan cerita.

Disamping itu ada pula material budaya, atau hasil karya seni yang merupakan

sumber informasi, sehingga peneliti bisa menghemat waktu dan teanaga dalam

mengambil data penelitian.

6. Analisis data

Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan Analisis Data.

Menyusun data berarti menggolongkan data ke dalam pola, tema, atau kategori. Pada

penelitian kualitatif, analisis data harus diawali sejak awal. Data yang diperoleh dari

lapangan segara harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis (Muhadjir,

1998:104).

32

Menganalisis data berarti secara sistematis menyusun, mengintegrasikan, dan

menyelidiki: sewaktu melakukannya, peneliti mencari pengaruh atau pola strategi dimana

kelompok musik hadrah memiliki tokoh karismatik dan sebuah modifikasi alat sebagai

bentuk penyelarasan dengan musik modern yang semakin berkembang serta

pengimplemantasiannya dalam menghadapi musik modern yang terjadi secara spesifik

(W. Laurence Neuman, 2013:559)

Berfokus kepada model analisis Glaser dan Strauss dan di kemukakan dalam buku

mereka „The Discovery of Grounded Research‟ bahwa dalam metode perbandingan tetap

atau Constant Comparative Method karena dalam analisis data, secara tetap

membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian secara tetap

membandingkan kategori dengan kategori lainnya, metode analisis data ini juga

dinamakan „Grounded Research‟ (Lexi J. Moleong, 2016:288).

Proses analisis datanya mencakup: reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi, dan

diakhiri dengan kesimpulan (Lexi J. Moleong, 2016:28).

Tabel 1. A. 4

Skema Analisis Constant Comparative Method

Reduksi Data

Kategorisasi

Sintesisasi

Penarikan Kesimpulan

33

1. Reduksi Data

a. Identifikasi satuan. Padamulanya di identifikasikan adanya satuan yaitu

bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila

dikaitkan dengan fokus masalah penelitian.

b. Sesudah data diperoleh, selanjutnya meberikan tanda, memberikan tanda pada

data supaya tetap dapat ditelusuri berasal dari sumber mana.

2. Kategorisasi

a. Menysusun kategori, kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan

ke dalam bagian-nagian yang memiliki kesamaan.

b. Setiap kategori diberi nama yang dibuat „lebel‟.

3. Sintesisasi

a. Mensintesisasikan berarti mengecek kaitan antara satu kategori dengan

kategori lainnya.

b. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/label lagi.

4. Penarikan Kesimpulan

Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang

proposisional. Penarikan kesimpulan ini sudah merupakan teori substantif (yaitu

teori yang berasal dan masih terkait dengan data).

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan yang terdiri dari

lima bab, yang uraiannya terdiri dari barikut:

34

Bab pertama: berisikan pernyataan penelitian, pertanyaan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan. Bab ini menjelaskan pentingnya penelitian ini dilakukan dan juga sebagai

pijakan serta langkah awal untuk pembahasan selanjutnya.

Bab kedua, membahas tentang sejarah singkat Kabupaten Tangerang dan

Kesenian, pembahasan dalam bab ini mengahantarkan pembaca dalam mengenal

perkembangan kesenian di Kabupaten Tangerang.

Bab ketiga, menjelasakan gambaran umum musik hadrah dan Tantangan musik

hadrah menghadapi musik modern serta susunan kesenian hadrah arrushoifah.

Bab keempat, berisi deskripsi hasil temuan selama penelitian yang juga sekaligus menjadi

jawaban pertanyaan penelitian.

Bab kelima, adalah akhir dari penelitian berisi kesimpulan dari semua hail

penelitian dan penutup yang juga mencakup saran serta masukan kepada pihak yang

mempunyai kepentingan terhadap tema penelitian ini. Dalam bagian ini pula mencakup

daftar pustaka serta lampiran-lampiran.

35

BAB II

PERKEMBANAGAN MASYARAKAT TANGERANG DAN KESENIAN

A. Sejarah Singkat Kabupaten Tangerang

Dalam sebuah tulisan dijelaskan, pada pertengahan abab ke-16 ketika kerajaan

Banten terdesak oleh agresi militer Belanda di utuslah “Tiga Maulana” berpangkat

Tumenggung yang diberikan tanggung jawab mendirikan sebuah pertahanan berbatasan

dengan Batavia. Tiga Maulana tersebut adalah Aria Wangsakara, Tumenggung Aria

Yudhanegara, dan Aria Jaya Santika. Mereka mendirikan sebuah pusat pertahanan yang

dikenal sekarang dengan sebutan Tigaraksa atau Tiga Tiang, pusat pemerintahan tersebut

merupakan bentuk penghormatan kepada mereka sekaligus mengenang jasa dan bentuk

pengorbanan yang telah tercurahkan (https://tangerangkab.go.id/sekilas-

tangerang/show/1).

Kata Tangerang itu sendiri yang memiliki arti “Tanda” terlahir dari sebuah Tugu

prasasti bertuliskan huruf Arab “gundul” yang dibangun oleh seorang putra Sultan Ageng

Tirtayasa di bagian Barat sungai Cisadane, di perkirakan keberadaan tugu tersebut berada

di kampung Gerendeng. Dalam tulisan Jawa kuno berbunyi:

“Bismillah pgat lngkang Gusti/Diningsung juput parenah kala Sabtu/Ping

Gangsal Sapar Tahun Wau/Rengsena perang netek Nangaran/Bungas wetan

Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsung Parahyang”.

Dalam arti yang singkat bahwa tulisan tersebut menjelaskan awal mula penetapan

kekuasaan. Tiga Maulana yang menjadi pahlawan saat itu gugur pada Tahun 1684, yang

memakasa Tangerang untuk masuk dalam wilayah jajahan militer Belanda yang terlepas

dari Kesultanan Banten, saat ini dengan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang

36

Bupati merupakan warisan dari peninggalan militer Belanda

(https://tangerangkab.go.id/sekilas-tangerang/show/1).

Pemerintahan saat itu yang dipimpin oleh seorang Bupati bernama Kyai Aria

Soetadilaga periode Tahun 1682-1809 dinilai tidak mampu oleh pemerintahan Belanda.

Akhirnya Belanda mengeluarkan kebijakan menjual sebagian wilayah Tangerang ke

Batavia sekaligus pusat pemerintahan serta memberdayakan para pemuda-pemuda

Indonesia untuk meningkatkan pertahanan mereka. Tanggal 29 April 1943 awal mula

dibentuk barisan pemerintah pro-penduduk Tangerang seperti, Keiboden, Seinendon,

yang dipimpin oleh Kentyo M. Atik Soeardi, perkembangan selanjutnya pemerintahan

Tangerang ditingkatkan menjadi Daerah Kabupaten (https://tangerangkab.go.id/sekilas-

tangerang/show/1).

Sentralitas dari segi wilayah dengan batas Utara adalah Laut Jawa, Timur

Kabupaten Bogor-Depok, dan Barat Kabupaten Lebak dimiliki oleh Kabupaten

Tangerang, luas 959.6 km2 atau 9.93 persen dari luas Banten dengan Ibukotanya adalah

Tigaraksa. Letak astronomis antara 6000

‟ – 6

020

‟ Lintang Selatan dan 106

020

‟ - 106

043

Bujur Timur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2017).

Berdasarkan catatan Statisik Daerah 2017 Kabupaten Tangerang memiliki

populasi tertinggi se-Banten. Hasil Proyeksi Penduduk 2016 menunjukan bahwa jumlah

penduduk Kabupaten Tangerang mencapai lebih dari 3,4 juta jiwa (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Tangrang Tahun 2017).

37

Tabel 2. A. 5

Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Cisoka 48693 45423 94116

2 Solear 46385 44561 90946

3 Tigaraksa 79151 75746 154897

4 Jambe 23082 21891 44973

5 Cikupa 144465 135320 279785

6 Panongan 69678 67247 136925

7 Curug 107190 100716 207906

8 Kelapa Dua 113095 114687 227782

9 Legok 63011 58566 121577

10 Pagedangan 60003 57314 117317

11 Cisauk 42261 40680 82941

12 Pasarkemis 167023 161432 328455

13 Sindang Jaya 47929 46044 93973

14 Balaraja 67827 63739 131566

15 Jayanti 36956 35768 72724

16 Sukamulya 33548 32363 65911

17 Kresek 33319 32340 65659

18 Gunung Kaler 26389 26054 52443

19 Kronjo 31434 30055 61489

20 Mekar Baru 19607 18567 38174

21 Mauk 42129 40639 82768

22 Kemiri 22896 21081 43977

23 Sukadiri 29101 27098 56199

24 Rajeg 87610 83987 171597

25 Sepatan 61293 57239 118532

26 Sepatan Timur 48717 46212 94929

27 Pakuhaji 58728 55789 114517

28 Teluknaga 83553 79623 163176

29 Kosambi 84029 78212 162241

Kabpaten Tangerang 1779102 1698393 3477495

Sumber: Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2017

38

1. Kelurahan Sepatan

Sepatan merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di sebelah Utara

KabupatenTangerang yang pada awalnya daerah ini banyak terdapat persawahan dan

berbagai macam Rawa yang terdapat banyak ikan dikala banjir maupun kering sehingga

banyak masyarakat berbondong-bondong mencari ikan, berbagai macam ikan terdapat

disana terutama ikan Sepat, karena banyaknya ikan sepat yang terdapat di Rawa-rawa,

sehingga masyarakat sering menebunya Rawa Sepatan, pada saat itulah Nama sepatan

dijadikan sebuah nama Desa di Kecamatan Sepatan, sampai saat ini belum ada yang bisa

menjelaskan mengapa ikan Sepat banyak terdapat di daerah Sepatan, bahkan ikan sepat

menjadi menu di rumah makan yang ada di sepatan

(Kelurahansepatan.blogspot.com/p/blog-page_23.html?m=1).

Pada Tahun 2005 terjadi pemekaran daerah yang kemudian Desa Sepatan berubah

menjadi Kelurahan oleh pemerintah Kabupaten Tangerang. Kelurahan Sepatan

merupakan salah satu dari Kelurahan di Kabupaten Tangerang, terletak di sebelah Utara

500 meter dari Kecamatan Sepatan Timurdan 30 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten

Tangerang, letak Kelurahan Sepatan berada di Jl. Raya Mauk Km 11 Kabupaten

Tangerang. Kelurahan Sepatan juga menjadi Kelurahan pertama di Kecamatan Sepatan

dengan jumlah penduduk 18.620 Jiwa, terdiri dari 8.779 Jiwa laki-laki dan 9.841 Jiwa

perempuan (Monografi Kelurahan Sepatan pada Bulan Juni 2018).

39

B. Kesenian di Kabupaten Tangerang

Perekembangan teknologi di era globalisasi saat ini bila tidak segera diantisipasi

dapat mengakibatkan budaya yang selama ini diyakini sebagai pedoman hidup

masyarakat bergeser ke arah kehidupan yang melepaskan diri dari akarnya, yaitu budaya

asli sendiri. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berpenduduk terdiri dari

banyak suku yang tersebar di seluruh kawasan. Masing-masing suku mengembangkan

kebudayaannya. Kemajemukan msyarakat Indonesia ini bukan saja dibentuk karena

keragaman etnisnya, melainkan juga peredaannya dalam latar belakang sejarah,

kebudayaan, agama, dan sistem kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya

(https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpnbjabar/2017/12/13/potensi-budaya-di-

kabupaten-tangerang/).

Dalam hal ini diperlukan adanya Penyusunan Dokumentasi Pelestarian Nilai

Budaya yang memuat berbagai informasi tentang karya dan pengembangan nilai budaya

yang dimiliki oleh setiap suku bangsa yang tersebar di daerah-daerah dalam wilayah kerja

BPNB Jawa Barat, salah satunya adalah Kabupaten Tangerang yang ada di Provinsi

Banten. Kabupaten Tangerang termasuk wilayah yang memiliki banyak keragaman

budaya. Permasalahannya adalah masih adakah nilai tradisi leluhur tersebut? Berdasarkan

artikel tentang Potensi Budaya di Kabupaten Tangerang tercatat berbagai budaya yang

terdapat di Kabupaten Tangerang diantaranya: Pertama, Tarian Barongsai yang biasanya

disebut Wu Shi, pada tradisi Cap Go Me tarian ini biasanya dimainkan secara bersama

dengan tarian Liong, yang dikenal dengan istilah. Nong Shi U dan Nong Long U. ada dua

jenis tarian barongsai yang satu lebih dikenal sebagai Singa Utara yang penampilannya

lebih natural sebab tanpa tanduk. Sedangkan Singa Selatan memiliki tanduk dan sisik jadi

40

mirip dengan binatang Qilin (Prosiding The 5th

International Conference on Indonesian

Studies. ”Ethnicity and Globalization”).

Kedua, Cokek. Istilah cokek berasal dari istilah Cina dialek Hokkian chiounkek

yang artinya menyanyi (to sing a song). Jadi wayang cokek mulanya hanya berprofesi

sebagai penyanyi lagu-lagu dalam, bukan penari. Tidak dikenal istilah penari cokek,

sebab cokek bukan tarian, tetapi menyanyi. Perjalanan sejarah yang mengiringi

perkembangan gambang kromong dan cokek membuat kesenian ini khususnya di Batavia

berasosiasi dengan judi, alkohol dan pergaulan bebas (jurnal cokek, 53:2013).

Ketiga, Lenong. Lenong merupakan salah satu bentuk teater peran di Betawi yang

mulai berkembang di akhir abad ke-19.Sebelumnya, masyarakat Betawi mengenal

komedi stambul dan teater bangsawan. Komedi stambul dan teater ini dimainkan oleh

bermacam suku bangsa dan menggunakan Bahasa Melayu. Orang betawi meniru

pertunjukan itu. Hasil pertunjukan mereka kemudian disebut lenong (http://jakarta-

tourism.go.id/2017/news/2018/01/kesenian-lenong).

Keempat, Patingtung. Dalam pertunjukan seni Patingtung melibatkan banyak

orang yang terdiri atas para penari, penabuh, waditra, atau pangrawit, dan juru panggung.

Setiap penari membawakan tariannya masing-masing, sedangkan tugas pangrawit harus

menguasai seluruh lagu atau instrument yang akan dibawakannya. Para penari dalam seni

Patingtung dapat disebut pesilat juga karena mereka umumnya berasal dari beragai

perkumpulan pencak silat. Jumlah penari dalam pertunjukan Seni Patingtung berkisar

antara 10 sampai 15 orang. Adapun Pangrawit yaitu orang yang memainkan Wadira

jumlahnya sesuai dengan jumlah Waditra yang akan dimainkan. Waditra yang dimainkan

dalam setiap pertunjukan ada 8 buah, yaitu: kendang besar, kendang kecil, terompet,

41

gong dengan tiga macam ukuran, ketuk, dan kecrek

(https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpnbjabar/2018/04/17/patingtung-kesenian-

tradisional-kabupaten-pandeglang/).

Kelima, Jaipong. Jaipongan yang diciptakan Gugum Gumbira merupakan hasil

upaya kreatif yang dilandasi oleh pemahamannya terhadap berbagai tatanan nilai kearifan

lokal tradisi masyarakat Sunda, dan meramunya dalam cita rasa masyarakat Kota/ urban.

Sikap kritis Gugum terhadap karya-karya tari Sunda sebelumnya menghasilkan

kinestetika tari baru dalam perkembangan seni pertunjukan tari Sunda karena lebih

merupakan sebuah proses pencarian makna keindahan baru atau dekontruksi kinestetika

tari Snda yang selama ini berlatar budaya priyayi/menak (Lalan Ramlan, 2013:54).

Keenam, Gamelan topeng yang merupakan seperangkat gamelan untuk

mengiringi topeng Betawi, halnya dengan gambang kromong yang digunakan untuk

pengiring lenong. Gamelan topeng merupakan penyederhanaan dari gamelan lengkap.

Alatnya terdiri dari rebana, sepasang gendang, (gendang besar dan kulanter), ancang

kenong berpencong tiga, kecrek, kempul yang digantung dan sebuah gong yang tahang

atau gong angkong. Terdapat dua reparator yang biasa dibawakan gamelan topeng.

Pertaman, lagu-lagu “dalam” seperti Kang Aji, Gendol Ijo, Glenderani, dan sebagainya.

Kedua, lagu-lagu “luar”, yaitu lagu-lagu yang biasa diperdengarkan berdasarkan

permintaan penonton. Antara lain, Geseh, dan Bongbang (Rizkiyah Hasanah, 2012:37).

Ketujuh, Gambang Kromong. Gambang Kromong tercipta karena orang-orang

Tionghoa Peranakan sudah semakin banyak di Kota ini. Di watu senggang mereka

memainkan lagu-lagu Tionghoa dari kampung halaman moyang mereka di Cina dengan

instrument gesek Tionghoa su-kong, The-hian, dan Kong-a-hian, Bangsing (suling),

42

Kecrek, dan Ningnong, dipadukan dengan gambang. Gambang diambil dari khazanah

instrumen Indonesia digunakan menggantikan fungsi Iang-khim, yakni semacam Kecapi

Tionghoa, tetapi dimainkan dengan semacam alat pengetuk yang dibuat dari bamboo

pipih (Rizkiyah Hasanah, 2012:40).

Kedelapan, musik Rebana, Rebana terbilang kesenian yang cukup populer di

Jakarta. Di daerah lain, terutama di Jawa, alat musik bermembran ini disebut “terbang”.

Sebutan rebana sendiri diduga berasal dari kata Arab “robbana” (Tuhan Kami). Sebutan

ini muncul dikarenakan lagu-lagu yang dibawakan bernafaskan Islam.Terdapat empat

jenis rebana. Pertama, Rebana Biang, Rebana Ketimpring, Rebana Hadrah, Rebana

Ngarak (Rizkiyah Hasanah, 2012:39).

Kesembilan, Tanjidor. Tanjidor diperkirakan berasal dari bangsa Portugis yang

datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai ke-16. Seorang ahli musik dari belanda

bernama Ernest Heinz berpendapat bahwa tanjidor asalnya dari para budak yang

ditugaskan main musik untuk tuannya. Alat musik yang mereka mainkan antara lain:

klarinet, piston, rombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambul, simbal, dan lain-lain.

Sedangkan lagu-lagu yang dibawakan adalah Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was

Tak-tak, Welmes, dan Cakranegara. Judul lagu itu sendiri meski diucapkan dengan

ucapan Betawi tetapi tetap berbau Belanda.Lagu-lagu tanjidor juga diperkaya dengan

lagu-lagu gambang kromong, karena itu instrumennya bisa ditambah dengan tehyan,

rebana, beduk, gendang, kecrek, kempul, dan gong (Rizkiyah Hasanah, 2012:34).

Dan terakhir Tari Cukin, yang masih baru-baru ini sedang naik daun dan

diperkenalkan samapai tingkat Internasional.Merupakan sejenis drama tarian yang

menceritakan para remaja putra dan putri yang sedang bersenda gurau pada suatu malam

43

yang cukup cerah dan menggunakan tema ungkapan keceriaan para remaja dengan gerak

tari yang cukup indah sehingga membuat kaum laki-laki tergerak untuk ikut serta

didalamnya.Istilah Cukin adalah dari Betawi-Cina yang berarti selendang-tari.Cukin

dipakai oleh penari-penari wanita dari tari-tari pergaulan seperti cokek, joget, ronggeng,

dan tandak.Sinonim Betawi-Sunda cukin adalah soder (http://abouttng.com/tari-cukin/).

Dan beberapa kesenian lainnya yang masih berkembang seperti, Degung, Calung,

Pencak Silat, Angklung Gubrak, Reog, Wayang Golek, Debus, Rudat, Rampak Gendang,

Marwis, dan Bedug Lonjor/ Ngadu Bedug. Dari sekian banyak kesenian musik tradisinal

memiliki perkembangannya disetiap masing-masing wilayah, seperti rebana yang

berkembang di wilayah Sepatan, Kelurahan Sepatan. Hal ini dipengaruhi dari tingkat

keterbukaan masyarakat terhadap kesenian terutama kesenian Islami yang masih

dipandang sebagai musik tradisional yang tidak dapat berkembang sesuai peradaban.

Oleh karena itu, adanya unsur musik mampu memberikan perubahan kepada

masyarakat dan berkontribusi dalam mewarnai belantika musik di Tangerang, dengan

kata lain musik Hadrah merupakan satu diantara banyak jenis musik yang saat ini terus

memberikan kontribusinya, memberikan warna baru dalam setiap musik Islami dan terus

menjadi pesaing musik modern.

44

BAB III

GAMBARAH UMUM MUSIK HADRAH DAN KELOMPOK MUSIK HADRAH

ARRUSHOIFAH DI SEPATAN

A. Sejarah Hadrah

1. Awal Mula Perkembangan Musik Hadrah

Secara historis, masyarakat Madinah pada abad ke-6 telah menggunakan Hadrah

sebagai musik pengiring dalam acara peyambutan atas kedatangan Nabi Muhammad

SAW yang hijrah dari Mekkah. Mayarakat Madinah kala itu menyambut kedatangan

beliau dengan syair Thaala‟al Badru yang diiringi dengan Hadrah, sebagai ungkapan rasa

bahagia atas kehadiran sang Rasul ke bumi itu. Kemudian Hadrah digunakan sebagai

sarana dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi

alat musik perkusi, pesan-pesan agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat

sentuhan seni artistik musik Islami yang khas. Sebenarnya Hadrah bukan satu hal yang

baru dalam masyarakat. Hadrah sudah ada sejak jaman dahulu. Awalnya, Hadrah berasal

dari bangsa Arab dan Negara-negara Timur Tengah (Fahrunnisa, 2011:28).

Di Indonesia, sekitar abad ke 13 Hijriyah seorang ulama‟ besar dari negeri Yaman

yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 – 1333 / 1839 –

1913M), datang ketanah air dengan misi berdakwah menyebarkan agama Islam. Di

samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab yang dikenal saat ini adalah

Hadrah, dengan cara mendirikan majlis shalawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah

sebagai sarana mahabbah (kecintaan) kepada Rasulullah Saw (Fahrunnisa, 2011:28).

45

Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar keseluruh penjuru daerah

terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib „Ali bin Muhammad bin

Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul “Simthu Al-Durar”

yang Di dalamnya memuat kisah perjalanan hidup dari sebelum lahir sampai wafatnya

Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan shalawat-shalawat dan madaih (pujian-

pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering kali dalam memperingati acara maulid Nabi

Agung Muhammad saw. Kitab itulah yang sering dibaca dan diiringi dengan alat musik

Hadrah.Sehingga sampai sekarang kesenian inipun masih bertahan, khususnya para

pecinta shalawat dan maulid Nabi Muhammaad SAW.Sebagai sebuah eksistensi seni

budaya Islam yang harus selalu dijaga dan di kembangkan (Fahrunnisa, 2011:29).

Jenis musik Hadrah ini merupakan kesenian musik Islami yang masuk di

Indonesia, berkembang di Jawa Timur oleh KH. Abdurrakhim yang kemudian terbentuk

suatu organisasi sosial keagamaan yang bernama ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Indonesia)

menjalankan tariqah mahabbah kepada Nabi Muhammad, anggotanya berasal dari

kumpulan (Jami‟iyyah) pebacaan Maulid Syarafa al-Anam dan disahuti dengan bacaan

Shalawat Hadrah. Dalam setiap penampilannya, pembacaan shalwat ini diiringi rebana

(alat perkusi), dan sejenis tarian yang dinamakan roddat. Pembacaan shalawat yang

demikianlah yang kemudian disebut Hadrah (Abdul Najib, 2016:69)

Pelaksanaan kesenian hadrah di Jawa Timur dilakukan pada malam hari. Maka

kemudian acara berhadrah (hadoroan) kadang disebut dengan lailatul

hadrah.Penyelenggaraan hadrah rutin dilakukan pada malam jum‟at dan wakt-waktu

sakral dalam Islam seperti maulud nabi, isra‟ mi‟raj, dan dan lain sebagainya.Hadroan

seringkali pula dilakukan dalam momen haul leluhur dan hajat individu yang berbarengan

46

dengan selametan untuk mendapatkan keselamatan dan terhindar dari petaka (bala)

dalam masa peralihan hidup (rites of passage), (Abdul Najib, 2016:70).

Perkembangan yang semakin luas. Pada umumnya, Hadrah di pakai pada acara

haulan, Tujuh Bulanan, dan acara perkawinan. Namun saat ini sudah banyak menjadi

bagian dari kegiataan ekstra di sekolah-sekolah dan dapat dimainkan oleh banyak orang,

tidak harus dipondok pesantren atau hanya sebatas santri saja.

Dalam tradisi Islam Indonesia, banyak tersebar jenis kesenian yang

menyenandungkan shalawat nabi yang diiringi tabuhan rebana (terbang) seperti hadrah,

banjara, qasidah, gambus, dan sebagainya.Amalan hadrah ISHARI diklaim sebagai

tariqah karena memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh kesenian serupa yang telah

ditentukan oleh pendirinya.Setiap elemen meliputi bacaan, lagu, tabuhan rebana, serta

tarian roddat tidak boleh di modifikasi kecuali oleh majlis hadi atau badal hadi.Majlis

Hadi merupakan orang yang memiliki sanad genetik kepada Habib Syekh

Botoputih.Sementara Badal Hadi adalah mereka yang memiliki sanad keilmuan langsung

kepada Habib Syekh Botoputih atau Majlis Hadi dan ditunjuk menjadi Badal

Hadi.Tranmisi amalan Hadrah dari Hadi ke jamaah ISHARI juga harus digurukan lewat

mekanisme talqin.Mekanisme talqin adalah pengajaran amalan hadrah yang dilakukan

oleh Hadi atau Badal Hadi kepada jamaah dengan metode musyfahah (berhadap-hadapan)

(Abdul Najib, 2017:64).

Kemdian pada Tahun 1851 kesenian ini mulai meluas dan diperkenalkan kepada

Indonesia oleh Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Ali Bafaqih yang masyhur

dengan nama Habib Syekh Botoputih. Beliau datang ke Surabaya untuk berdakwah pada

Tahun 1851.Selain mengajarkan ilmu agama. Habib Syekh juga menjadi seorang

47

Mursyid thariqah hadrah mahabbaturrasul. Kesenian Hadrah ini mulai menyebar luas

khususnya di Jawa Timur dan Madura dilakukan oleh KH. Abdurrokhim bin Abdul Hadi.

Karena itu, di beberapa daerah di Jawa Timur dan Madura menyebut hadrah dengan

hadrah durrakhiman yang dinisbatkan pada nama KH. Abdurrokhim.Seperti yang tercatat

dalam tulisannya (Abdul Najib, 2017:65).

“Silsilahnya hadrah itu dari Habib Syekh bin Abdullah Bafaqih, ke Syekh

Abdurohman ke Abdul Hadi bin Abdurrahman lalu ke KH. Abdurrakhim inilah

hadroa-an mulai menyebar luas. Karena itu, dibeberapa wilayah, gresik

misalnya, hadroan ISHARI disebut dengan hadroh durrokhiman: nisbat kepada

mbah Abdurrokhim bin Abdul Hadi.”

Ada pula yang menyebutkan bahwa sistematika hadrah meliputi bacaan shalawat,

lagu, pukulan, dan roddat dirumuskan dan disebarkan oleh KH. Abdurrakhim. Sementara

Habib Syekh Bafaqih hanya membawa terbang dan sanad pemukulannya saja. Hal ini

diperkuat dengan ketiadaannya kesenian serupa di tempat asal Habib Syekh yaitu Yaman

dan adanya kitab Diwan Hadrah yang berisi aturan baku keseluruhan hadrah serta

bacaannya yang dikarang oleh KH. Abdurrakhim (Abdul Najib, 2017:65).

Masifnya jamaah ISHARI ini kemudian membuat KH. Wahab Chasbullah, yang

menjabat Ra‟is „Am Nahdlatul Ulama waktu itu, menginginkan jam‟iyyah hadrah

menjadi organisasi resmi dengan mengintruksikan KH. Abdur Rokhim membentuk

pengurus pusat. Organisasi hadrah ini kemudian berdiri dengan nama Ikatan Seni Hadrah

Indonesia (ISHARI) yang diketua oleh KH. Abdur Rokhim pada Tanggal 9 September

1961.Setelah mengalami berbagai penyesuaian dan penyusunan struktur organisasi, pada

waktu muktamar NU ke 23 di Solo, ISHARI resmi menjadi lembaga binaan Syuriah

PBNU (Abdul Najib, 2017:65).

48

Dalam perjalanannya, organisasi inimengalami pasang surut. Pada Muktamar NU

ke 29 di Cipasung, ISHARI ditetapan menjadi badan otonom di NU. Menanggapi

ketetapan tersebut, pada tahun 1995 diadakan Munas ISHARI untuk pertama kalinya di

PP. Sunan Drajat Paciran Lamongan.Pada Muktamar NU di Lirboyo tahun 1999, ISHARI

tak lagi menjadi badan otonom NU. Melainkan menjadi organisasi binaan Lembaga Seni

Budaya Nahdlatul Ulama (LSB NU). Pada Muktamar 31 NU, ISHARI dipindahkan lagi

di bawah binaan Lembaga Thoriqoh al-Mu‟tabaroh an-Nahdliyyah (LTMN). Titik

terbawah ISHARI dalam geliat organisasi NU adalah pada Muktamar ke 32 Makasar

dimana ISHARI tak lagi ada dalam AD/ART NU (Abdul Najib, 2017:66).

Titik balik eksistensi ISHARI dalam tubuh Nahdlatul Ulama adalah pada

Muktamar 2014 di Jombang.Muktamar ke 33 tersebut menetapkan ISHARI kembali

menjadi Badan Otonom NU. Hal tak lepas dari usaha keras para kyai dan Pimpinan NU.

Setelah menjadi Banom, ISHARI kemudian berganti nama menjadi ISHARI NU untuk

menunjukan eksistensinya sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama (Abdul Najib,

2017:66).

2. Musik Hadrah di Sepatan

Lantunan syair shalawat melalui musik rebana merupakan salah satu cara yang

dikembangkan oleh seorang tokoh agama bernama Aziz Badru Zaman bermula saat dia

melihat semangat yang timbul untuk menyiarkan Islam di tempat kelahirannya yaitu

Sepatan, syair shalawat yang menggambarkan karakter seorang Rasul itu kemudian

digabungkan kedalam seni bermain musik hadrah.

49

Hadrah yaitu lantunan shalawat yang dibawakan melalui musik hadrah tidak

begitu saja diterima dikalangan atau tempat kelahirannya, perdebatan antara diterima dan

tidak diterimanya musik ini sangat panjang sesaat sebelum musik ini menjadi kelompok

yang kemudian sering mengisi acara-acara peringatan besar Islam seperti maulid Nabi

dan acara seperti festival budaya daerah. Tahun 2008 adalah merupakan awal tahun

musik hadrah ini menjadi semakin berkembang dengan beragam dukungan elemen

seperti para pemerintah daerah dan para tokoh agama lainnya yang berada di Sepatan

(Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).

Hadrah ini kemudian banyak dikenal dengan kelompok hadrah Arrushaifah,

dimana nama tersebut merupakan nama majlis yang ia dirikan untuk masyarakat

menimba ilmu agama dan sekaligus nama yang didapat dari seorang guru spiritualisnya

yang menimba ilmu di kota Mekkah dan kemudian menjadi sebuah tempat atau majlis

yang didirikannya di daerah Sepatan (Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal 10

September 2018).

Pertunjukan seni Hadrah Arrushoifah sering terlihat dan didengar baik dilayar

kaca ataupun media sosial. Grup Hadrah ini juga tampil dalam penyambutan tokoh-tokoh

ternama di Indonesia dan acara-acara budaya, di tuturkan seorang narasumber

Hadrah disini tampil dimana aja, mau nyambut Kyai atau Habib juga pernah,

kadang suka sulit juga bagi waktu kalau ada permintaan berbarengan, seperti

peringatan hari besar Islam.Beda Kalau penyambutan orang ternama seperti para

Habib biasanya kami jauh-jauh hari persiapannya, dua minggu sebelumnya sudah

ada persiapan. Penyambutan Kyai dan para Habib di Tangerang sering pake

Hadrahan (Wawancara pribadi, M. Marzuki Ismail, Santri Majlis Arrushaifah, 10

September 2018).

50

1. Susunan Musik Hadrah

Seni musik Hadrah lahir secara dari bentuk kecintaan kepada seorang Nabi yang

di ekspresikan dalam sebuah Syair dan dentungan Rebana, sehingga tercipta runtutan

nada yang memiliki irama.

Instrumen rebana termasuk dalam instrument musik membranofon. Membranofon

adalah instrumen yang bunyi suaranya dihasilkan oleh membran. Rebana yang digunakan

dalam kesenian Hadrah di Arrushaifah sama halnya dengan di Jawa Timur berbentuk

bulat berdiameter 30cm. bentuk bulatnya berasal dari kayu yang berlubang di tengahnya.

Lubang pada kayu ditutup dengan kulit yang telah disamak. Kulit yang harus digunakan

diharuskan kulit kambing domba kacangan berusia kurang dari setahun. Kulit yang

diambilpun diharuskan dari punggung kambing domba yang dekat dengan kepala dan

kaki depan (Abdul Majid, 2016:75).

Kulit inilah kemudian yang menjadi membran yang mengeluarkan suara ketika

dipukul. Pada setiap rebana juga ditemukan tiga lempengan logam tipis ditepi sehingga

muncul suara treble. Pukulan ini juga diharuskan mengeluarkan suara “tak” dan “dik”

yang keras. Pukulan yang menghasilkan suara yang lembut dan beresonansi tidak

diperbolehkan dalam hadrah karena berkaitan dengan keabsahan seni tersebut dari kaca

mata fiqh (Abdul Majid, 2016:75).

Sebagaimana jenis musik pada umumnya, rebana mengandung nada diatonik (dua

suara). Suara yang dihasilkan dari pukulan rebana hanya berbunyi “tak” dan “dik”.

Perbedaan suara ini di dapatkan dari tempat memukul rebana. Suara “tak” akan keluar

51

jika rebana dipukul di bagian pinggir membran, dan akan keluar suara “dik” jika rebana

dipukul di bagian tengah membran. Karena keterbatasan suara yang keluar ini, maka

kesenian yang menggunakan rebana (atau perkusi pada umumnya), melakukan variasi

ketukan suara “tak” dan “dik” tersebut (Abdul Majid, 2016:76).

Jika pada kesenian shalawat umumnya tabuhan rebana adalah murni kreatifitas

sehingga memiliki banyak variasi, seni hadrah justru kebalikannya. Notasi irama pukulan

senada dengan lagu yang disenandungkan oleh hadi sebagai pemimpin hadrah.

Sebagaimana lagu hadrah yang harus digurukan, maka pukulannya juga harus digurukan.

Dengan demikian, variasi dalam seni hadrah memiliki pakemnya tersendiri (Abdul Majid,

2016:77). Pada pukulan dasar yang digunakan oleh hadrah Arrushaifah umumnya sama

dengan pukulan dasar yang berkembang di daerah Kabupaten Tangerang, diantaranya:

1. Pukulan (1) atau disebut pukulan Anakan atau Gerinci atau Lanangan.

2. Pukulan (2) atau disebut pukulan Nikahan atau Wedokan

Jenis pukulan tersebut akan menghasilkan perpaduan suara yang harmoni dengan

bunyi yang khas ketika dimainkan secara bersamaan. Oleh karena itu, dua orang minimal

dibutuhkan untuk terciptanya harmonisasi nada, beberapa yang perlu diperhatikan oleh

pemain hadrah antara lain, Awalan, sebuah pukulan yang dimainkan sebelum dimulainya

lagu kemudian pukulan tengahan dimainkan ketika syair ada diposisi jeda, saat pukulan

naikan berlangsung harus di perhatikan syairnya, dan Naik, sebuah pukulan yang

berlangsung saat reff. Dan keempat, yaitu Akhiran/tutup/ending, yaitu pukulan saat lagu

akan berakhir (Wawancara, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).

52

Tabel 3. A. 6

Jenis pukulan Hadrah

2. Rincian Alat Musik Hadrah

Musik hadrah yang semakin berkembang telah menciptakan pembauran atau

pencampuran antara unsur Timur Tengah dengan Budaya Nusantara khususnya Jawa

Timur. Pembauran itu tampak pada alat musik hadrah yang mulanya terdiri dari Rebana

Hadrah dan Bass Hadrah Mangkok di tambah dengan Dumbuk Batu (Darbuka),

Rompang (rebana kecil), Gitar Gambus, Simbal dan Markis.

Yang pertama saya lihat hadrah Cuma rebana kecil sama besar dan bass hadrah,

tapi karena semakin berkembangnya alat musik ditambah lagi sama Darbuka,

markis terkadang pake Gitar gambus. Kalau pake gitar sama Darbuka musik

semakin ramai dan semangat pendengar semakin tinggi (Wawancara Pribadi,

Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).

Pukulan (1)

Pukulan (2)

Akhiran/tut

up/ending

Naik Tengahan/j

eda

Awalan

Naikan

53

Instrumen alat musik hadrah secara keseluruhan terdiri dari (Wawancara, Ade

Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018):

a. Rebana Hadrah / Terbangan

b. Bass Hadrah Mangkok

c. Dumbuk Batu (Darbuka)

d. Kompang (Rebana Kecil)

e. Simbal dan Markis

Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 28 September 2018

3. Sistem Nada dan Laras pada Musik Hadrah

Hadrah memakai dua cara untuk menghasilkan suara yang khas. Untuk memukul

hadrah yang menghasilkan bunyi “Dung” yang mana didalam rumus ditulis dengan “D”.

caranya adalah dengan merapatkan ke empat jari telunjuk sampai kelingking, kemudian

54

pukul dibagian agak tengah dari hadrah/rebana. Kedua, untuk menghasilkan bunyi

“Tang/Tak”, yang mana didalam rumus ditulis dengan “T”, caranya adalah dengan

merenggangkan jari-jari, kemudian pukul dibagian pinggir hadrah/rebana (Wawancara,

Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).

4. Cara bermain

Umumnya dalam memainkan musik hadrah tidaklah sulit karena hanya mengenal

2 (dua) ketukan untuk mendapatkan suara “Tak” dan “Dik”. Namun beberapa pukulan

yang akan terkombinasi dalam berbagai ketukan sehingga memerlukan banyak latihan.

Aturan lainnya dalam memainkan alat musik hadrah tidaklah begitu baku, namun pada

kebiasaan yang sering dilakukan pemain dan alat berada di posisi belakang penyanyi

(vokalis) atau sejajaran dengan penyanyi menhadap ke audiens atau penonton.

Untuk memainkan musik hadrah Tembangan, pemain bukan saja berlatih

pukulan, para pemain harus mampu mengingat nada-nada pada syair untuk mengetahui

titik pemberhentian pukulan. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang pemain:

Main hadrah pukulannya ga banyak Cuma “Tak”, “Dik” aja. Tapi pemain harus

banyak latihan kalo mau inget setiap ganti pukulan, karena bukan cuma pukulan

tapi jeda pas henti harus tau, pemain yang udah mahirmah udah pasti pas mukul

awal sama hentinya (Wawancara Pribadi, Surajul Huda, Non Santri Majlis

Arrushaifah, 10 September 2018).

5. Kelengkapan Penyajian Musik Hadrah

Dalam struktur seni pertunjukan, baik maupun tari yang mempunyai urutan-

urutan penyajian yang merupakan yang merupakan bagian dari keseluruhan

55

pementasannya, ada juga yang tidak. Untuk struktur seni pertunjukan yang mempunyai

urutan sajian, dapat diamati apakah ada bagian pembukaan, bagian utama, dan bagian

akhir yang masih merupakan rangkaian dari keseluruhan pementasan (Paimin, 2015:10).

Seni musik hadrah memiliki struktur dalam penyampaiannya, dalam hal ini lagu

pembuka, lagu inti, lagu spontanitas, dan lagu penutup, menjadi hal penting bagi

kelompok agar terbentuknya keharmonisan musik dan syair dalam bershalawat.

Sebagaimana diungkapkan:

Sebelum kami nampil manggung bukan cuma alat aja yang dipersiapkan tapi

syair-syair (lagu-lagu), dipersiapkan lebih awal supaya pas dipanggung ga

bingung dan bershalawatan semakin hidmat. Biasanya lagu pertama yang

dibawain itu Shallatullah, lalu, sering dibawakan lagu Turi Putih dan terakhir

kami marhabaan (Wawancara Pribadi, Muhammad Ridho, Santri Majlis

Arrushaifah, 10 September 2018).

Struktur pertunjukan seni lebih banyak menampilkan jenis seni rupa, sastra,

pertunjukan. Semua tempat berlangsungnya seni merupakan pertunjukan, yang di

dalamnya terdapat seniman, karya seni, dan penikmat seni (Paimin, 2015:12).

Usur penting lain dalam seni musik hadrahan adalah Aspek Kostum, merupakan

bagian penting dalam pentas atau festival. Ciri khas dalam musik hadrah dengan

menggunakan kostum dengan berbagai varian warna, diantaranya warna hijau merupakan

tanda utama yang melambangkan keluasan alam juga tanaman serta kesuburan. Selain

itu, warna hijau juga bisa mengartikan seseorang dalam posisi yang sedang bergembira

karena mahabbahnya kepada Rasul. Sebagaimana informasi yang diberikan:

Kostum hadrah yang jadi ciri khas kami dikenal oleh masyarakat sekitar dan

lainnya itu karena warna gamis yang kami pakai itu hijau. Sebagai tanda hadrah

arrushaifah dan sebagai warna cerah, kaya alam sekitar sama bukti kecintan

56

kami ke Rasulullah Saw. (Wawancara Pribadi, Ade Ridwan, Santri Majlis

Arrushaifah, 10 September 2018).

3. Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah

Kelompok musik hadrah Arrushoifah adalah sebuah kelompok seni musik yang

bernafaskan Islami di salah satu Majlis pengajian daerah Sepatan Kecamatan Sepatan

Kabupaten Tangerang. Salah satu tujuan kelompok seni musik ini adalah syiar Islam

dengan cara melantunkan syair (lagu-lagu), bershalawat kepada Nabi Muhammad. Oleh

karena ingin mendapat Syafa‟at dari Nabi Muhammad dan dengan cara bershalawat serta

diiringi sejumlah alat musik, kelompok ini terus mempertahankan diri dengan cara

menjaga eksistensi musik Islam dan nilai pada syair yang di balut dengan semangat

kecintaan kepada Nabi Muhammad. Majlis Arruhoifah membentuk dan mulai

mengembangkan kesenian musik hadrah pada Tanggal 22 Februari 2008, dan semua

personil berasal dari beragam kalangan baik dari lingkup santri maupun masyarakat luar

(Wawancara, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).

1. Ketua Kelompok Musik Hadrah

Secara internal hadrah Arrushoifah terbagi menjadi dua bagian peranan yaitu

pemain dan ketua. Kedua peranan ini sangat berkaitan erat. Selain itu pada setiap

kelompok pasti ada ketua. Ketua yang ada pada kelompok musik hadrah memiliki dua

pengertian, yakni; pemimpin dalam kelompok dan pemimpin dalam suatu pementasan

musik hadrah Arrushoifah (vokalis).

57

Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 15 Desember 2018

Pemimpin kelompok dari musik hadrah sekaligus pembawa syair (vokalis) disini

memang bukan orang yang paling mengatahui sepenuhnya tetang hadrah, melainkan

karena di karuniai suara yang khas dan usia lebih dewasa akhirnya Aji Syahril Alam

memiliki tugas bukan saja sebagai vokalis juga sebagai orang yang mampu membuat

personil lainnya dengan mudah untuk diatur, seperti rutunitas latihan, aramsemen

pukulan, dan kesinambungan antara musik dengan syair. Seperti yang dituturkan

narasumber:

Ane di team hadrah Arrushaifah ini sebagai vokalis dan sekaligus temen-temen

percaya ke ane buat ngintruksiin keselarasan syair sama pukulan. Modal ane ga

banyak tentang hadrah cuma karna suara ane aja yang katanya lumayan bagus

pas bacain shalawat akhirnya ane juga ditunjuk sama Pembina buat ngatur

jalannya performa hadrah. Ane fikir disini mungkin karena umur ane lebih tua

dari mereka, padahal cuma beberapa tahun aja (Wawancara pribadi, Aji Syahril

Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Jalannya musik hadrah memang bukan saja dari seberapa keras penyanyi

mengeluarkan suaranya tapi musik hadrah memiliki tempo musik yang dominasi di

58

pegang oleh personil pemegang Bass mangkuk yang sekaligus alat yang paling besar

ukurannya dari alat yang lain.

2. Pemain Musik Hadrah

Pada umumnya pemain musik hadrah Arrushoifah ini adalah tidak lain adalah

santri dan non santri dari majlis Arrushaifah itu sendiri. Santri disini adalah orang-orang

yang menetap dan sedang belajar ilmu agama secara rutin, sedangkan non-santri adalah

masyarkat umum yang sengaja mengikutsertakan dirinya dalam bagian kelompok musik

hadrah karena pandai dalam memainkan alat musik dan pernah mengenal alat musik

hadrah namun tidak menetap artinya hanya berlatih musik hadrah saja.

Tidak ada aturan khusus untuk menajdi bagian dari kelompok hadrah ini hanya

cukup mau berlatih dan selalu bermahabbah kepada Rasul Muhammad Saw. Seperti yang

di tuturkan oleh narasumber:

Sebelumnya ane udah kenal hadrah karna pernah nyantri di pontren Salafi di

Alfasanah dua tahun jadi pas kesini udah ga asing lagi maen hadrah, awalnya

disana maen marawis sebagai kopak tapi ada juga hadrah. Dari sanalah ane

banyak belajar dan sini ane juga masih perlu banyak belajar lagi sama temen-

temen yang laen. Gada kriteria pemaen buat marawis sama hadrah yang jelas dia

mau bener-bener mainnya (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri Majlis

Arrushaifah, 17 September 2018).

Alasan mereka menjadi pemain musik Hadrah sebagian besar adalah karena

mereka saat menimba ilmu di sebuah pondok pesantren menjadi sebuah unsur penting

dalam mengekspresikan kecintaan kepada sang rasul. Keahlian yang mereka dapat tidak

59

lain dari sebuah pelatihan umum saat kegiatan pengajian usai dan di isi dengan berlatih

hadrah bersama ketua kamar

Latihan maen hadrah pertama kali ane sama kepala kamar kang Pian, setiap dua

minggu sekali ane sama yang lain belajar bareng. Apalagi kalau hari libur

seperti hari minggu siang biasanya bisa sampe dua jam lebih setelah shalat

duhur sampai sebelum asar. Ane juga belajar darbuka buat harmonisasi musik

sampai saat ini darbuka masing seneng ane mainin sambil shalawatan

(Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September

2018).

Penguasaan alat musik lebih banyak dilakukan secara turun temurun disebuah

pondok pesantren meskipun saat ini di sekolah-sekolah umum sudah banyak terdapat seni

musik Islami seperti hadrah yang menjadi unsur baru dalam ekstrakulikuler.

3. Penonton Musik Hadrah

Dalam perkembangannya alat tembangan atau rebana saat ini yang dikombinasi

dengan alat musik lainnya menjadi sebuah kebudayaan masyarkat muslim dan banyak

disenangi oleh beragam kalangan, pada umumnya untuk mengingatkan kecintaan sebagai

masyarakat terhadap akhlak Nabi Muhammad. Penontonnya sangat beragam bukan dari

satu kelompok maupun etnis saja, melainkan seperti etnis Jawa, Sunda, dan betawi turut

menjadi audiens dalam pementasan musik hadrah.

Musik hadrah saat ini udah banyak yang manggil bukan cuma tahun baru Islam

aja kadang pestival seni, acara kawinan, sama ngarak orang-orang ternana

seperti Habib atau kedatangan kyai, karena mereka sangat senang klo bershalwat

apalagi diiringi sama hadrah, bahkan saking meriahnya penonton bisa nyumbang

lagu yang di aramsemen pake shalawat. Penonton juga bukan dari orang-orang

60

kita-ita aja ada dari Jawa, dari sunda, betawi ikut gabung dan bershalawat

bareng (Wawancara pribadi, Muhammad Ridho, Santri Majlis Arrushaifah, 17

September 2018).

Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 15 Desember 2018

Kemeriahan saat musik hadrah tampil karena musik dari hadrah yang sangat khas

dan aramsemen lagu modern menjadi shalwat menambah semnagat penonton. Bukan saja

penonton pemain yang tersulut semangatpun semakin bertambah semangat.

4. Tata Rias dan Dekorasi

Musik hadrah ini tidak bergantung pada tata rias dan dekorasi, karena panggung

pentas sudah disiapkan oleh panitia acara, yang mereka siapkan adalah alat dan untuk tata

rias tidak begitu menjadi faktor utama hanya sebatas kelengkapan kostum yang bersih.

Meskipun dekorasi menjadi salah satu faktor meningkatnya semangat melantunkan syair

shalawat namun yang lebih penting adalah bagaimana mereka dapat mengajak penonton

61

untuk ikut bershalawat dan senang melihat musik hadrah yang mereka suguhkan kepada

penonton, seperti yang dituturkan:

Kalau kostum musik hadrah sama kostum hadrah Arrushaifah udah ada dan di

siapin bareng-bareng sama pemain, yang penting kitamah bershalawat dan

sekaligus ngajak penonton buat seneng bershalawat (Wawancara pribadi, Aji

Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

5. Pembinaan Kelompok Musik Hadrah

Kesenian musik Islami memang tidak banyak di atur oleh badan hukum

pemerintahan, namun pada umumnya untuk ditingkat daerah musik Islami seakan

memiliki cara tersendiri untuk mengatur dirinya dalam menyesuaikan dengan nilai

budaya didalamnya. Terutama karena musik hadrah masih banyak berkembang di pondok

pesantren oleh karenanya kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap pemain adalah dari

lingkungan pondok pesantren atau majlis-majlis.

Pembinaan langsung dari pengasuh majlis Arrushaifah adalah hal penting dalam

perkembangan musik hadrah Arrushaifah, dalam satu minggu duakali di Kamis malam

dan selasa malam dilakukan pembinaan dan motivasi kepada seluruh pemain musik

hadrah sebagai rutinitas untuk mempererat kebersamaan dan mendapat saran-saran dari

seorang Pembina dan sekaligus seorang Pengasuh mereka di Majlis Arrushaifah.

62

Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 28 September 2018

Bapak Utadz Aziz Badru Zaman merupakan Pengasuh sekaligus Pembina bagi

Kelompok musik harah Arrushaifah, dimana dalam rutinitas Bulanan selaku Pengasuh

Majlis Arrushaifah beliau menghadirkan guru-guru besarnya untuk mengisi Kajian di

majlis, oleh karena itu dalam melantunkan syair (lagu-lagu), para pemain musik hadrah

harus dibekali ilmu pengetahuan agama secara terus menerus agar selalu tumbuh

kecintaannya kepada Rasul Muhammad Saw.

Pembekalan bagi seorang pemain musik hadrah secara dasar keilmuan agama

sangat diperlukan, karenannya rutinitas kajian bulanan saya agendakan sebagai

rutinitas bagi santri Arrushaifah dalam meningkatkan spiritualitasnya dan bukan

hanya sebatas itu saja rutinitas latihan pula dalam seminggu dua kali mereka

(pemain hadrah), jalankan.Jadi bukan hanya sebatas pengajian kitab-kitab saja,

karena zaman sekarang penuh dengan tantangan kemodernan (Wawancara

pribadi, Aziz Badru Zaman, Pengasuh dan Pembina Majlis Arrushaifah, 10

September 2018).

63

6. Penanggap Kelompok Musik Hadrah

Pada awalnya melantunkan syair-syair (lagu) shalawat adalah bentuk

penyambutan kedatangan Nabi Muhammad Saw yang datang ke Madinah, kaum Anshor

yang mengekspresikan kecintaannya kepad Nabi Muhammad melantukan Syair Thalaan

Badru sebagai bentuk penyambutan kepada orang yang mereka agungkan, seketika syair-

syair shalawat menjadi sebuah syair yang mengandung arti kecintaan diri kepada baginda

Nabi Muhaammad dan di perdengarkan kepada ummat lainnya menggunakan sebuah

rebana

Seiring perkembangan zaman musik hadrah bukan saja berkembang di Jawa

Timur dan berputar di sekitaran masyarakatnya saja, melaikan acara pestival budaya, hari

besar Islam, dan hari jadi pemerintahan kota serta acara pesta lainnya hadrah mulai

diperkenalkan.

Di hari-hari besar Islam seperti Maulid nabi kita sering tampil di majlis-majlis di

acara hajatan bahkan karena banyaknya tampil kadang jadwal kita kasih ke

kelompok hadrah lainnya yang deket dari sini. Acara ulang tahun kota Tangerang

atau acara pestival juga kadang kita ditampilkan buat memperkenalkan hadrah

(Wawancara pribadi, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September

2018).

7. Profil Pemain Musik Hadrah

Pemain hadrah merupakan anggota dari santri majlis Arrushaifah yang menetap

sebagai santri dan non-santri, saat berkumpul mereka menjadi bagian besar kelompok

hadrah Arrusoifah. Farhan Fauzi usia 19 Tahun yang merupakan salah satu pemain

64

hadrah namun bukan sebagai santri dari Majlis Arrushaifah, Farhan lebih menyukai

musik hadrah dibandingkan musik Islami lainnya, dan menjawab:

Ane milih hadrah itu dari awal masuk SMA udah seneng sama musik yang Islami,

tambah lagi temen-temen deket juga senengnya sama main hadrahan akhirnya

ane kebawa sering ikut latihan, sekarang udah enak tinggal latihan aja bareng

santri lainnya walaupun ane ga nginep tapi yang lainnya saling dukung buat

latihan sama belajar ngaji kalo pas di majlis (Wawancara pribadi, Farhan Fauzi,

non-santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Sedangkan yang jadi kepercayan buat jadi pimpinan kelompok yaitu Aji Syahril

Alam (22 Tahun), dia tinggal di majlis Arrushaifah dan sekaligus sebagai santrinya dari

seorang pengurus Ustadz Abdul Azis, selain jadi kepercayaan seorang pemimpin atau

ketua dari kelompok juga Aji sebagai seorang vocal sudah cukup kenal lebih lama dari

yang lainnya tentang hadrah:

Ane pernah belajar ngaji di pondok pesantren alfasanah selama dua tahun juga

belajar kesenian seperti marawis dan qasidah, tapi karna ane katanya lebih

cocok jadi vocalis akhirnya lebih banyak mengahfal shalawat dan buat mukul

alatmah paling cuma klo lagi banyak yang ga bisa baru ane megang alat sambil

nyanyi (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17

September 2018).

Aji juga pandai memainkan alat seperti darbuka yang baru-baru ini menjadi

sebuah alat tambahan dan terciptanya dinamika musik hadrah yang lebih berwarna dalam

melantunkan syair shalawat:

Buat alat darbuka emang jadi ciri khas hadrahan sekarang karena semakin

banyak alat-alat tambahan yang bikin suara musik lebih bagus didengar, tapi

disini baru darbuka seperti tim lainnya, karna ane juga seneng jadi semuanya

belajar bareng-bareng buat bisa (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri

Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).

65

Rebana yang dimainkan Surajul Huda (19 Tahun), adalah non-santri yang cukup

mahir dalam memainkan alat rebana, kesehariannya saat ini sebagai karyawan disalah

satu perusahaan yang ada di Kabupaten Tangerang.Kesibukannya bekerja tidak lepas dari

latihan hadrah dan siap menerima panggilan pentas maupun acara besar Islam.

Ade Ridwan (18 tahun) adalah santri dari majlis Arrushaifah sebagai pemegang

alat rebana, dirinya mulai mengenal musik hadrah dari mulai kelas 11 (sebelas) SMA,

mulanya keakifan Ridwan lebih kepada kesenian musik Marawis, namun karena hadrah

lebih unik ia lebih memilih hadrah sebagai musik yang digemari saat ini, seperti yang

dituturkan informan:

Ana kenal hadrah sajak kelas 11 (sebelas), kalau dulu senengnya marawisan

karna ajakan temen-temen tapi sekarangmah mending hadrahan aja, lebih unik

(Wawancara pribadi, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September

2018).

Muhammad Shodiq (14 tahun), adalah pemain termuda di kelompok hadrah yang

masih duduk di kelas IX (Sembilan) SMP, karena dikaruniakan suara yang khas Shodiq

banyak memposisikan dirinya sebagai vocalis, meskipun usia yang masih muda bukan

berarti Shodiq tidak bisa memainkan alat yang lain, seperti rebana dan darbuka Shodiq

pun bisa memainkannya.

66

Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 14 September 2018

Kemudian Ahmad Marzuki Ismail (19 tahun), merupakan seorang santri dan

bagian salah satu kelompok pemain hadrah pemegang alat rebana merupakan santri yang

ta‟jim kepada guru mulai mengenal hadrah sejak masuk SMA dan semakin menyukai

kesenian ini karena bukan cuma sekedar memainkan alat rebana tapi melatih

kekompakan dalam sebuah tim, seperti yang ditututkan informan:

Saya senang sekali bisa jadi bagian dari kelompok tim hadrah yang bisa melatih

diri saya untuk lebih teliti dan kompak dalam tim, bukan cuma maen rebanaan

tapi juga menumbuhkan semangat saya dalam mengenal makna dalam

bershalawat (Wawancara pribadi, Ahmad Marzuki Ismail, Santri Majlis

Arrushaifah, 17 September 2018).

Dari wawancara dengan Ahmad Marzuki mengartikan kelompok bukan hanya

saja mempererat dirinya dengan individu lainnya, namun Ahmad juga menilai bahwa

rebana bukan hanya sebatas memukul alat melainkan melatih ketelitian dan disisi lain

menumbuhkan semangat dalam mempelajari sifat-sifat yang ada pada Nabi Muammad.

67

Muhammad Ridho (17 tahun), sebagai pemegang alat rebana melihat bahwa

kesenian tradisional Islami hadrah harus benar-benar di kembangkan dan dikenal

diberbagai lapisan masyarkat. Ridho adalah seorang santri yang masih belajar di bangku

SMA ini menjadi bagian dari kelompok hadrah adalah sebuah keharusan seorang santri

yang sedang menimba ilmu agama Islam.

Kalo ngaji aja ya kurang pas kalau ga bershalawat jadi sebagai santri yang

harus bisa berhalawat juga harus kenal sama hadrah, hadrah itu musik jadul tapi

musik Islami yang kaya sama nilai agama (Wawancara pribadi, Muhammad

Ridho, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Muhdi (21 tahun), pemain darbuka yang dengan adanya alat darbuka, merupakan

alat tambahan yang memperkaya nada pada musik hadrah. Muhdi sangat disibukan

dengan pekerjaannya diluar namun pandai membagi waktunya bisa untuk berlatih hadrah,

untuk bekerja dan memperdalam ilmu agamanya di Majlis Arrushaifah. Dari sekian

banyak pemain hadrah, darbuka lebih sering dimainkan oleh Muhdi karena kepiawaian

dalam memainkannya, meskipun bukan santri tetap di majlis, Muhdi terkenal aktif dalam

komunitas darbukanya dan selalu memberikan warna pada kelompok musik hadrah

arrushaifah dalam memainkan alatnya.

4. Tantangan Kelompok Musik Hadrah Menghadapi Musik Modern

Beberapa tantangan yang dihadapi kelompok musik hadrah yaitu: perkembangan

teknologi, selera masyarakat, dan Life style musik modern (Wawancara dengan Aziz

Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).

Perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri oleh kelompok seni musik hadrah

bahwa musik modern lebih memiliki sikap keterbukaan yang sangat luas terhadap

68

teknologi dengan mudah menyerap berbagai aspek kebudayaan masuk terutama

Amerikanisasi. Dalam hal ini membuat sebagian kelompok musik hadrah kurang diminati

karena pengunaan media alat musik masih tradisional seperti rebana, namun untuk

ningkatkan minat masyarakat, musik hadrah ini kemudian menyikapi persoalan tersebut

dengan mengembangkan sosialisasi bukan hanya dari momen hari besar Islam melainkan

dari aspek teknologi yaitu dengan menggunakan media sosial sebagai sarana

memperkenalkan seni musik hadrah lebih luas.

Kedua, selera masyarakat. Artinya masyarakat yang memiliki beragam selera

ketika melihat musik hadrah tidaklah secepat menerima musik modern seperti Musik

Pop, Rock, atau Jazz. Sehingga musik hadrah memiliki tantangan untuk menyesuaikan

dengan selera masyarakat kemudian meng-insert selera musik masyarakat modern

dengan musik hadrah. Dan terakhir, Life Style musik modern, nuansa musik modern yang

serat dengan gaya kekinian dengan trend pakaian modis yang berubah-ubah menyulitkan

musik hadrah ini dalam menyesuaikannya. Oleh karena itu dengan perpaduan trend modis

dan agamis kelompok hadrah cukup menarik perhatian di kalangan masyarakat sekitar.

69

BAB IV

ADAPTASI MUSIK HADRAH DALAM MENGHADAPI MUSIK MODERN

A. Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik Modern

Parsons menyebutkan bahwa adaptasi masyarakat memiliki keterkaitan satu

dengan lainnya yang saling berhubungan. Kelompok musik hadrah adalah sebuah

susunan alat yang dimainkan oleh beberapa orang didalamnya memuat sebuah

aramsemen nada dan pukulan diiringi syair yang menjadi lantunan shalawat, dengan

perolehan nilai didalamnya, mengandung ajakan kepada orang yang mendengarkan untuk

ikut serta masuk di dalam lantunan syair yang dibawakan sebagai bentuk lengkap adanya

pentas bershalawat.

Kelompok musik hadrah ini menjadi sebuah susunan harmoni nada yang

ditimbulkan alat musik yang terdiri dari rebana, bas, dan darbuka bahkan baru ini piano

dan gitar menjadi alat pendukung sehingga metefora dari seni Islam menjadi musik

hadrah yang lebih kekinian dan banyak menarik pandangan. Oleh karena itu bagian

bagian yang berhubungan dengan satu sama lain menjadi daya tarik terhadap para

pendengar. Setiap pemain dalam kelompok melaksanakan tugas tertentu untuk mencapai

stabilitas nada dan musik yang disajikan.

Perumusan fungsi pokok adalah sebagai suatu cara atau atau strategi dimana

kelompok musik hadrah ini tetap menjaga kultur dan nilai keislaman didalamnya.

Sebagaimana dalam skema AGIL dalam sistem tindakan adaptasi kelompok melihat dari

Empat aspek, yaitu: Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency.

70

Pertama, Adaptasi yang dilakukan kelompok musik hadrah ini adalah dengan

fokus pada keharusan sistem sosial untuk menghadapi lingkungan dunia seni, yaitu

penyesuaian terhadap kondisi perubahan diluar. Oleh karena itu, sistem yang dimaksud

harus mampu melakukan inovasi dan transformasi aktif dengan menggunakan

bebebarapa perkembangan teknologi dan sumber daya pada kelompok tertentu untuk

dimanfaatkan sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan yakni penyesuaian dengan

perkembanagan zaman.

Kedua, pencapaian tujuan, diamana kelompok hadrah memiliki suatu keharusan

bagi sistem untuk memiliki kemampuan bertindak, demi mencapai tujuan, terutama

dalam tujuan bersama pada suatu sistem meliputi pengambilan keputusan dari tujuan

utama yang mendasari motivasi untuk melakukan desain ulang terhadap alat-alat, lagu-

lagu, dan kostum. Pada tatanan praktis dilapangan, tahapan ini diarahkan pada proses

perumusan kebijakan oleh pimpinan kelompok musik.

Ketiga, sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi

komponennya. Kelompok hadrah ini beradaptasi dengan melakukan rutinitas diskusi

bersama anatara pemimpin kelompok dengan anggota pemain. Ia pun harus mengatur

hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A, G, L). Sehingga, sistem sosial itu

berfungsi sebagai suatu kesatuan yang termanifestasi kedalam solidaritas kelompok.

Artinya, solidaritas internal dalam kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosial

untuk menghasilkan kerjasama. Terakhir, pemeliharaan, diamana sistem harus

melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya

yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

71

Kelompok yang memiliki mekanisme-mekanisme pembagian kerja mampu

mengatasi masalah dari berbagai hal. Parsons menyatakan bahwa integrasi ini merupakan

persyaratan yang berhubungan dengan internalisasi antara pemimpin dan anggota

kelompok, sehingga sistem sosial itu berfungsi sebagai suatu kesatuan yang

termanifestasi kedalam solidaritas kelompok. Artinya, solidaritas internal dalam

kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosial untuk menghasilkan kerjasama

(Rizkiyah Hasanah, 2012:18).

Dalam meningkatkan proses adaptasi kelompok musik Islami hadrah ini

menjalankan dua bentuk utama, pertama adalah penampilan dari internal dan ekternal,

preses penampilan internal yang sebagian bentuk terdahulu masih sering dilakukan untuk

memperkuat kelompok dalam memainkan alat musik hadrah dan secara ekternal lebih

meluas untuk ditampilkan di masyarakat luar, masuk kedalam agenda Pendidikan umum

seperti sekolah, maupun kegiatan dari pemerintah daerah, serta mingkatkan publisitasnya

di media sosial seperti youtube, facebook, dan Instagram.

Pada bab sebelumnya telah di uraikan mengenai adaptasi yang merupakan sebuah

kemampuan hewani, manusia, dan tumbuh-tumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap

perubahan yang terjadi dalam lingkungan hidupnya. Dalam melakukan suatu adpatasi

sudah pasti diperlukan suatu strategi agar adaptasi yang dilakukan tidak sia-sia dan

menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan. Strategi sendiri diartikan sebagai suatu bentuk

tindakan manusia yang bernilaikan seni dan ilmu yang didalamnya terdpat sumber-sumber

untuk menjalankan tindakan tersebut.

Adapun strategi yang dilakukan oleh kelompok musik ini adalah dengan cara

melakukan pembinaan secara rutin disertai suatu perubahan yaitu dari musik yang sebatas

72

internal kelompok saja ke musik festival. Hadrah asli ke hadrah kombinasi, penambahan

alat-alat modern serta adanya nilai ekonomi dalam musik tradisional Islami ini. Namun

startegi yang dilakukan tidak mengurangi akan keaslian kesenian hadrah ini.

B. Strategi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik Modern

Strategi adaptasi kelompok musik Islami hadrah dalam menghadapi musik

modern dapat di gambarkan kedalam 4 (Empat), tahapan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Sosialisasi Hadrah

Perkembangan musik hadrah tidak terlepas dari eksistensi penyebaran agama

Islam pada masa Walisongo dengan Pewayangan, artinya hadrah menjadi salah satu

media dakwah saat ini yang terus berkembang tanpa mengurangi nilai ajaran Islam.

Karena semakin berkembangnya teknologi menjadi tantangan bagi para pemain hadrah

yang umumnya adalah dimainkan oleh kalangan santri di Pondok Pesantren. Namun

seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berhasil masuk kedalam dunia santri

yang kemudian mempermudah hadrah untuk semakin dikenal melalui media sosial

seperti Facebook, Instagram, Youtube dan lainnya. Sehingga memudahkan proses

sosialisasi seni musik hadrah bukan saja dari panggung kepanggung namun

menggunakan bantuan teknologi.

Kelompok musik hadrah ini sebagian besar pemainnya merupakan seorang

seorang santri karena pada dasarnya aktivitas mereka adalah membiasakan diri belajar

tentang agama Islam. Oleh karena itu dengan pengalaman mereka cukup mampu

73

menguasai keilmuan secara Islami dan terutama pada syair-syair shalawat, seperti halnya

seorang pemain yang sekaligus vokalis kelompok hadrah yang sudah banyak syairan

yang dihafalkan.

Ada beberapa lagu juga yang udah hafal karena sering dibawakan saat

pengajian atau saat sebelum datang adzan, semua bershalawatan bareng-bareng

(Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, santri Majlis Arrushaifah, 17 September

2018).

Dengan segala bentuk aktivitas mereka sebagai seorang santri sangat menjaga

nilai-nilai dari contoh sikap Rasulullah Saw yang terkadung dalam lantunan shalawat,

sehingga mereka bukan tidak mampu merubah lirik tapi lebih karena hawatir mereka

merubah makna dari syairan yang dibawakan, berbeda dengan kombinasi lirik yang

sengaja dibuat untuk penyemangat.

Kalau lagu kita punya satu lagu buatan tiim kita yang sering ditampilkan, untuk

merubahnya paling kita cuma rubah nada aja bukan liriknya, karena takut

ngerubah makna yang disampaikan ke orang banyak (Wawancara pribadi, Aji

Syahril Alam, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Dari beberapa yang dikemukakan bahwa menjaga makna dari nilai yang sudah

terdapat pada syair tidak menjadi titik perubahan, oleh karena itu menjadi cara lain adalah

dengan mengkombinasikan nada musik modern saja dan nilai pada syair awal tidak

dirubah.

2. Penyesuaian Nada pada Musik Modern

Perkembangan musik modern yang semakin pesat kemudian menantang

kelompok Islami hadrah ini untuk lebih berivonasi dengan nada musik terutama dengan

74

nada musik dangdut umumnya yang sering diserap nandanya seperti judul lagu „Jaran

Goyang‟ kemudian dikomper dengan judul lagu „Yaa Nabi‟ yang dibawakan saat

penampilan disajikan kepada masyarakat luas, beberapa tantangan yang kemudian harus

diperhatikan adalah bagi kelompok musik ini adalah nilai-nilai yang akan disampaikan

harus seutuhnya tersampaikan. Oleh karena itu untuk merubah syair yang dibawakan

adalah bentuk kesalahan besar sehingga hal yang bisa dilakukan pertama adalah

memperhatikan Nada pada musik modern yang kemudian dikombinasikan dengan syair

shalawat seperti lagu dangdut kebanyakan yang diadopsi sebagai bentuk nada yang lebih

kekinian.

Kalau lagu banyak yang kita bawakan.. seperti lagu yang dinyanyikan Gus Azmi

yang judulnya Pemuda Hebat, itu kita bawakan dan asal nadanya juga dari musik

dangdut lumayan bagus dan banyak orang yang suka, termasuk pas kita bawain

saat nampil di Mauludan (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, santri Majlis

Arrushaifah, 17 September 2018).

Meskipun banyak syair dari beberapa lagu namun tidak banyak dirubah, halnya

secara nada banyak yang dilakuakan perubahan terutama untuk menarik perhatian mata

penonton. Nilai yang terkandung dalam syair tetap terjaga dan pesan yang ingin

disampaikan tetap seutuhnya terjaga.

3. Penggunaan Alat Modern

Beragam jenis alat musik hadrah dalam satu kelompok memberi tantangan bagi

setiap pemainnya untuk bisa lebih dari satu dalam hal memainkan musik, terlebih baru ini

penambahan alat seperti piano dan gitar menjadi tantangan baru dan hanya beberapa

orang yang lancar memainkan. Dari alat musik rebana, piano, dan gitar tidak menutup

kemungkinan setiap orang bisa memerankannya, karena masih kurangnya kelengkapan

75

alat secara pribadi. Oleh karena itu menjadi dasar tantangan utama untuk

mengembangkan kemampuan dari setiap pemain. Karena dalam rutinitas latihan baik

mingguan maupun bulanan adalah proses dimana mereka belajar alat musik dari satu alat

ke alat musik lainnya. Meskipun demikian spesifikasi pemain dalam memerankan setiap

alat musik sudah jelas seperti Muhammad Ridho berperan memainkan alat musik rebana

tidak menutup kemungkinan Ridho pun juga dapat memainkan alat musik seperti

Darbuka yang dimainkan oleh Muhdi.

Saya pegang rebana di hadrah tapi juga kadang juga main darbuka kalau muhdi

engga bisa hadir atau ada halangan, saling ngelengkapi (Wawancara pribadi,

Muhammad Ridho, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Dalam setiap ketukan alat musik yang dimainkan bukan saja keterampilan dalam

memainkannya namun juga harus fokus dalam setiap lantunan syair yang dibawakan oleh

seorang vokalis, pasalnya konsentrasi pada alat musik yang dimainkan menuntut juga

bagi seorang pemain untuk memerhatikan syair yang dibawakan oleh seorang vokalis

sehingga, musik dan lantunan shalawat satu irama.

4. Penyesuaian Lingkungan

Penyesuaian lingkungan menjadi hal penting selain melihat keberagaman

masyarakat yang berada di Kelurahan Sepatan karena selera masyarakat hendaknya

diketahui dalam menentukan lirik lagu yang dibawakan, tantangan menyesuikan selera

dengan musik modern para pemain perlu mengupdate data selera dimasyarakat seperti

misalnya masyarakat yang masih cenderung lebih memilih musik Dangdut adalah hal

pertama tantangan kelompok ini untuk lebih menyajikan musik hadrah dalam nuansa

76

dangdut-religi yang menanamkan nilai Islam. Oleh karena itu latihan rutin menjadi syarat

penting untuk melatih kemampuan pemain dalam menguasai semua jenis selara yang ada

di masyarakat.

Keterampilan pada seorang pemain hadrah sangat diharapkan maksimal saat

pentas musik hadrah berlangsung. Oleh karena itu keterampilan dari setiap para pemain

musik hadrah bukan saja muncul tiba-tiba seperti buah yang langsung matang dari pohon

namun kemampuan dari setiap masing-masing adalah dari sebuah proses rutinitas latihan

yang di agendakan setiap minggunya oleh ketua maupun pimpinan kelompok sehingga,

terbentuklah keterampilan dari setiap individu.

Kita ada latihan rutin mingguan setiap hari jumat atau hari kamis setelah

pengajian selesai atau sesuai intruksi Aji (vokalis), kalau latihan kita disini aja

(tempat pengajian sekaligus tempat latihan), (Wawancara pribadi, Ahmad

Marzuki Ismail, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Beradasarkan informasi yang didapat seperti Ust. Aziz selaku pengurus majlis

Arrushaifah pun mengatakan hal yang sama:

Kalau latihan anak-anak setiap seminggu sekali dan tempatnya juga disini

(tempat pengajian dan sekaligus tempat latihan).

Peran penting dari seorang pengurus Majlis sangat menentukan tingkat

keterampilan masing-masing pemain musik. Oleh karena itu sinergisitas dari semua

elemen sangat diperhatikan dalam terbentuknya kelompok musik hadrah yang semakin

berkembang.

77

C. Implementasi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik

Modern

1. Pembinaan Langsung dari Pengurus Majlis dan Tokoh Karismatik

Kabupaten Tangerang sebagai wilayah terluas di Tangerang memiliki sejarah

kesenian yang diturunkan dari tokoh-tokoh agama yang mempunyai cita-cita

melestarikan nilai-nilai ke Islaman dengan cara bermusik merupakan suatu

perjuangan yang tidak semudah membalikan telapak tangan, keberagaman masyarkat

dengan sudut pandang yang berbeda menjadi tantangan tersendiri bagi seorang tokoh

agama untuk secara terus menerus menanamkan musik rebana sebagai suatu media

layak berada di tengah keragaman masyarkat yang plural.

Masuknya kesenian dari Timur ini mempunyai sejarah penting di masyarakat

Kabupaten Tangerang, karena musik rebana menurut beberapa sumber sebelum

berkembangnya musik hadrah mempunyai dinamika perjalanan, seperti fatwa tokoh

agama yang menyebut bahwa bermahabbah kepada Nabi Muhammad menggunakan

rebana atau musik adalah bid‟ah, suatu tindakan yang samasekali tidak mencontohkan

kebiasaan seorang Nabi.

Pembinaan dari sorang tokoh agama Ustadz Aziz kepada masyarakat yang belajar

ilmu agama selalu dibekali bahwa musik dengan bertujuan bershalwat,

mengagungkan seorang Nabi bukanlah suatu tindakan yang tidak disenangi Nabi

melaikan bentuk kecintaan seorang ummat yang diekspresikan dengan melantunkan

syair atau pujian kepada Nabi Muhammad dan diiringi dengan rebana.

78

Kesenian yang tumbuh dan berkembang di majlis Arrushaifah adalah sebagai

sarana masyarakat di Kelurahan Sepatan untuk mengungkapkan keindahan musik

Islami yang didalam terkendung nilai-nilai keagungan Baginda Nabi Muhammad

Saw. Seperti yang ditutukan oleh pengasuh sekaligus Pembina musik harah:

Dalam hal musik, hadrah bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan karena

pada dasarnya adanya kesenian musik Islami di Kelurahan sepatan ini adalah

untuk sarana masyarkat melatih kemampuan dalam bermusik tradisional yang

disisi lain terdapat nilai yang begitu indah dalam syair tentang kesempurnaan

seorang Nabi Muhammad (Wawancara pribadi, Aziz Badru Zaman, Pengasuh dan

Pembina Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).

2. Mengikuti Acara Besar Islam, Festival Budaya dan Ikut Serta dalam Agenda

Pemerintah Daerah

Perkembangan musik di daerah Sepatan cukup pesat dalam membentuk

perubahan kepada kondisi di masyarakat kepada arah yang semakin modern, musik

seperti kelompok band setempat juga menjadi hiburan sakti yang dapat

mengumpulkan banyak lapisan masyarakat dalam waktu dan tempat tertentu, karena

lagu-lagu yang dibawakan sangat popular. Oleh karena itu tidaklah heran banyak

persaingan musik seperti band lokal yang mulai di gemari masyarakat yang kemudian

menjadi kendala bagi kelompok musik tradisional untuk menunjukan nilai

eksistensinya di tengah masyarakat.

Untuk meningkatkan eksistensi dalam roda perkembangan zaman, agenda

pemerintah daerah menjadi media awal untuk meningkatkan daya jual musik hadrah

kepada masyarakat luas bahkan seperti hari jadi pemerintahan daerah setempat sangat

strategis menempatkan musik hadrah dalam bagian agenda utama dan sebagai salah

79

satu cara menebar cinta kepada seorang Nabi melalui syair shalawat dengan lantunan

musik hadrah.

Penampilan hadrah ini udah lumayan banyak dari mulai hari besar Islam yang

langganan juga hari jadi kabupaten juga pernah ikut (Wawancara pribadi, Aji

Syahril Alam, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).

Berbagai jenis acara yang ada kelompok musik hadrah turut serta serta

didalamnya dengan tujuan meningkatkan minat dan eksistensi musik hadrah, selain

menlantunkan syair pujian-pujian kepada nabi Muhamad Saw kelompok musik

hadrah saat menjadi hiburan dan sebuah pelajaran baru yang bukan hanya berada

dikalangan santri maupun lingkungan pondok pesantren.

Sekarang udah ga kayak dulu, hadrah dulu masih jarang yang tau, kalau

sekarang udah lebih terkenal lah hadrahmah.. udah masuk eskul sekolah juga.

(Wawancara pribadi, Farhan Fauzi, non-santri Majlis Arrushaifah, 17 September

2018).

Dengan berkembangnya musik hadrah bukan saja pada kalangan pondok

pesantren atau sebatas kalangan santri menunjukan bahwa musik hadrah mampu

berkembang ditengah tantangan zaman yang semakin modern.

3. Variasi dan Kombinasi

Perkembangan musik hadrah sebagai musik Islami pada mulanya

merupakan musik tradisinal yang digunakan sebagai bentuk kecintaan masyarkat

muslim terhadap Nabi Muhammad dengan melantunkan syair shalwat dengan diiringi

rebana menjadi ciri khas saat ini sebagai musik tradisional Islami yang masih

80

bertahan. Alat rebana sebagai komponen utama hadrahan menjadi salah satu khas

yang dipadukan dengan bass dan markis menandai musik hadrah, kemudian

dilengkapi dengan penari yang di sebut penari raddat.

Kini sebagai kelompok musik hadrah yang semakin berkembang penambahan alat

pada musik hadrah seperti Piano, Gitar, dan Darbuka menjadi lebih menambah khas

seni musik hadrah dan penampilan seorang penari raddat bukanlah suatu elemen yang

dihilangkan melainkan hanya orang tertentu yang dapat memainkannya, penampilan

hadrah kini semakin beragam dari mulai jenis kostum yang dipakai sampai dengan

syair shalawat yang mengkombinasi dengan nada musik modern.

Pentas musik hadrah sekarang udah banyak variasinya mulai dari bentuk alat

rebana, dari kostum samapai shalawat yang kombinasi sama nada-nada musik

modern (Wawancara pribadi, Farhan fauzi, Non-santri Majlis Arrushaifah, 17

September 2018).

Sebelum pementasan musik hadrah persiapan yang harus dilakukan mulai dari

kesiapan para pemain juga harus dipersiapkan seperti, alat-alat yang harus tersedia

sesuai kebutuhan panggung, kostum dan syair shalawat. Jika penampilan pada pentas

seni budaya kebutuhan seperti make-up penting bagi pemain hadrah dan kelengkapan

panggung sperti sound yang bagus. Berbeda dengan pentas seperti di acara hajatan,

yang pelu di peratikan adalah rondon shalawat yang akan dibawakan karena jumlah

waktu yang lumayan panjang.

81

4. Rutinitas Bulanan dan Latihan dengan Masyarakat Lingkungan Sekitar

Sebagai bentuk implementasi yang dilakukan kelompok musik hadrah adalah

dengan mengadakan rutinitas yang menjaring semua elemen masyarakat yang ingin

mempelajari musik hadrah. Rutinitas yang dilakukan adalah untuk memperkuat tali

persilaturahmian antara pemain yang berada di majlis dengan masyarakat sekitar.

Untuk itu tidak hanya penyampaian nilai-nilai Islam yang diberikan oleh Ustadz Aziz

namun juga mengundang beberapa tokoh seperti Habib Ahmad AL-Habsyi, Habib

Ali Zaenal Abidin Alkaft dan Habib Haidar Al-Haddar, rutinitas ini kemudian

dikemas dalam bentuk pengajian bulanan, dan untuk satu kali dalam sepekan adalah

bentuk latihan rutin bagi para pemain dengan waktu biasanya adalah hari kamis atau

pada hari jumat seusai pengajian rutin harian selesai pada pukul 14:00 WIB.

Syair-anshalawat yang berisikan nilai-nilai ketauhidan dan sifat-sifat Nabi

Muhammad Saw sebagai orang yang memiliki kesempurnaan adalah suatu keharusan

bagi seorang santri. Oleh karena itu secara eksistensi nilai, shalawat terus

berkembang dalam dunia pondok pesantren atau majlis pengajian dan musik menjadi

salah satu media yang terus dipelajari sebagai bentuk penyempurnaan penyampaian

pesan. Dengan meluasnya pembelajaran musik hadrah pada tingkat sekolah-sekolah

umum kelompok anak muda masih giat dalam mempertahankan kesenian dan

melestarikan seni musik hadrah. Seperti dikatakan Muhdi:

Saya ikut latihan hadrah bukan karena pengen nyari duit tapi pengen lebih kenal

sama musik khsusnya hadrah karena kalo disekolah cuma dikit peminat ke

hadrah lebih banyak milih musik laen, jadi majlis ini tempat saya latihan bareng

sama santri-santri lain (Wawancara pribadi, Muhdi, Non-santri Majlis

Arrushaifah, 10 September 2018).

82

Sebagaimana di jelaskan oleh Parson proses adaptasi yang di gambarkan dalam

fungsi pokok memiliki fungsi masing-masing dalam mengatur keseimbangan sebagai

bentuk tubuh yang sempurna. Oleh karena itu, strategi dan bentuk implementasi

dalam pengoperasiannya pun memiliki hambatan di antaranya adalah masih adanya

kesulitan sebagai kelompok musik hadrah untuk mengembangakan minat masyarakat

kepada jenis musik hadrah, hal ini ialah karena beberapa faktor seperti semakin

meningkatnya musik modern yang lebih banyak menggunakan alat musik elektronik

serta lagu yang dibawakan merupakan sebuah pesan mengarah kepada hal yang lebih

umum. Sehingga, lebih mudah menempatkan posisi dalam semua lapisan mayarakat.

Kedua, sebagai musik tradisional sangat menjaga nilai-nilai yang ingin disampaikan

secara berdasarkan konteks nilai Islam. Oleh karena itu, perlulah Batasan yang

menghubungkan antara musik hadrah dengan musik modern pada sisi penampilan dan

lagu atau syair yang di lantunkan. Untuk mengurangi sisi itu kelompok musik hadrah

yang akan datang sangatlah penting pertama, memerhatikan nilai dari sebuah syair

atau shalawat yang dibawakan agar tetap dalam koridor ke Islaman yang tetap

mengagungkan sifat daripada seorang Nabi Muhammad. Kedua, kelompok musik

hadrah sebagai mana pernah dijelaskan oleh pengrus Majlis haruslah melihat lebih

mendetail perkembangan musik-musik modern untuk dijadikaan sebagai inovasi baru

dalam sebuah Nada shalawat agar dapat menempatkan posisi hadrah di berbagai

lapisan masyarakat sehingga mampu berkontribusi lebih besar pada musik tradisional

yang berbasis ke Islaman.

83

84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan atau temuan penelitian bahwa kelompok musik hadrah merupakan

bagian kesenian Islam yang menyiarkan nilai-nilai keIslaman melalui terbangan atau

rebana yang kemudian mengkombinasinya dengan alat-alat musik modern seperti Piano,

Gitar ataupun dengan modifikasi lagu modern kedalam syair shalawat.

Seni musik modern yang terus berkembang dan dengan perkembangan teknologi

membuat sebagian musik tradisional sudah tidak mampu bersaing dan hilang. Tantangan

menghadapi musik modern yang penuh dengan modifikasi alat, instrumen nada, dan

varian kostum membuat kelompok musik hadrah ini untuk terus terpacu dalam sebuah

proses adaptasi. Strategi adaptasi kelompok kelompok hadrah ini:

1. Melakukan sosialisai hadrah yang bukan hanya sebatas panggung kepanggung

namun dengan menggunakan bantuan media sosial seperti Facebook,

Instagram, dan Youtube mempermudah memeperluas jaringan hadrah.

2. Penyesuaian nada pada musik modern, untuk menarik minat selera masyarkat

yang cenderung memilih musik dangdut, nada dan syairpun disesuikan dengan

tingkat selera yang berkembang.

3. Penggunaan alat modern, jenis musik tradisional tidak berkembang dan hilang

adalah karena nilai keaslian musik tradisional yang dipadukan dengan musik

modern terkikis, sehingga adanya alat modern bukan berarti mengurangi

85

esensi dari adanya kesenian hadrah untuk menyiarkan nilai kebaikan dari nabi

Muhammad saw.

4. Penyesuain lingkungan, dengan mempelajari selera masyarakat kelompok

hadrah membuka diri dengan masyarakat sekitar untuk belajar bersama baik

secara kehadrahan maupun secara spiritual bersama tokoh berpengaruh.

B. Saran

Berdasarkan pengkajian hasil penelitian dilapangan maka penulis bermaksud

memberikan saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi pengurus besar majlis maupun

bagi peneliti yang selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pihak pengurus besar majlis

Seperti yang sudah dijelaskan, sarana pendidikan secara keagamaan merupakan

sumber daya yang penting dan utama dalam menunjukan proses pembelajaran maupun

latihan khususnya di majlis Arrushaifah, untuk itu perlu adanya peningkatan dalam

pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hasil

penelitian terkait sarana maupun prasarana proses belajar keagamaan maupun latihan

sudah cukup baik. Namun secara khusus perlu adanya peningkatan yang lebih baik lagi,

diantaranya berdasarkan hasil temuan peneliti terkait sarana prasarana di majlis

Arrushaifah Sepatan, hal yang memiliki kecenderungan paling rendah tentang tempat

latihan yang masih multifungsi antara tempat latihan dengan tempat mengaji. Dalam hal

86

ini pihak pengurus untuk mengadakan tempat khusus kelompok hadrah latihan. Kedua,

terkait dengan metode latihan yang masih dengan cara face to face dan untuk menambah

semangat latihan alangkah lebih baiknya ditambah dengan menggunakan metode

visualisasi dengan bantuan projector secara bersama saat latihan.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Tangerang

Untuk Pemerintah Kabupaten Tangerang khususnya bagi Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemendikbud). Alokasi bantuan berupa sarana dan prasarana bagi

kelompok seni musik hadrah yang berada di Pondok Pesantren maupun Majlis perlu

diperhatikan, terkait dengan temuan peneliti bahwa untuk menunjang perkembangan seni

musik hadrah di Keluruhan Sepatan seperti Projector, Gitar dan Piano yang masih

menggunakan sistem Pinjam atau sewa.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Saran yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti

kelompok musik Islami hadrah dalam menghadapi music modern adalah lebih

mempersiapkan kembali tentang kajian sumber maupun referensi yang terkait dengan

kelompok musik hadrah agar akurasi data lebih tajam dan lebih maksimal.

87

Daftar Pustaka

Dwi Susilo, Racmad K. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2016.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana,

2004.

Neuman, Laurence. W. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitattif dan

Kuantitatif Edisi7. Jakarta: PT. Indeks, 2013.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebujakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya. Jakrta: Prenada Media Group, 2007.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.

Jakarta: Prenadamedia, 2014.

Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016.

Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Pranada Media Goup, 2015.

Sztomka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004.

Beg, M. Abdul Jabbar. Seni di Dalam Peradaban Islam. Bandung: Pustaka, 1988.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006.

Aripudin, Acep. Sosiologi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Soekanton, Soerjono. Talcott Parsons: Fungsionalisme Imperatif. Jakarta: CV. Rajawali,

1986.

Hefni, Harjani. Komunikasi Islam. Jakarta: Prenada Gramedia Group, 2015.

Ya‟qub, Badi. Imil. Untaian Senandung Syair Diwan Imam Syafi‟i. Madiun: Al-Furqon,

2014.

Suwarsono, Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Indonesia, 2006.

Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Chisaan, Choirotun. Lesbumi: Strategi Politik Kebudayaan. Yogyakarrta: Lkis, 2008.

Soetomo, Greg. Krisis Seni Krisis Kesadaran. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

88

Laila, Abu dan Tohir, Muhammad. Kerugian Apa Yang Diderita Dunia Akibat

Kemerosotan Kaum Muslimin. Bandung: PT. Alma‟rif, 1983.

Setiadi, M. Elly, Usman Kolip. Pengatar Sosiologi, Pemahamaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencan

Prenada Media Group, 2011.

Sutrisno, Slamet, Wibisono S. Koento, M. Sastrapratedja. Globalisasi Kebudayaan dan

Ketahanan Ideologi. Yogyakarta: Aditya Media, 1995.

Skripsi

Saripudin, Arip. 2008.“Strategi Pementasan Group Musik Islami “Debu” Sebgai Media

Dakwah”. Fakultas Dakawah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Hasanah, Rizkiyah. 2012. “Strategi Adaptasi Kelompok Musik Gambang Keromong

Dalam Menghadapi Perubahan Sosial (Studi Kasus Kelompok Musik Gambang

Keromong Mustika Forkabi)”. Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Ramdani, Wahyu. 2016. “Strategi Survival Komunitas Seni Tradisional di Era

Modernisasi (Studi kasus: Komunitas Gong Si Bolong di Kota Depok)”. Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Fahrunnisa. 2011. “Minat Jamaah Majlis Taklim Nurul Mustofa Terhadap Kesenian

Islam Hadrah”. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

89

Website

Sutioso. “Tantangan Seni Tradisional di Tengah Arus Globalisasi”. Universitas Negeri

Yogyakarta. Artikel diakses pada Tanggal 05 Februari 2018, tersedia dalam

URL,.http://staff,uny.ac.id.files.Mkl-BukuSantyo.

Dimyati, M. Hisyam. “Adatasi Sosial Mahasiswa Penghafal Al-Quran di Kampus Uin

Sunan Ampel Surabaya”. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Skripsi diakses pada Tanggal 11 Februari 2018, tersedia dalam

URL,.http://digilib.uinsby.ac.id/13350/.

Najib, Abdul. “Cinta Rasul dan Makna Simbol-Simbol dalam Seni Hadrah Di Jawa

Timur”. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tesis di akses Pada

Tanggal 10 Februari 2018. Tersedia dalam URL,.http://digilib.uinsby.ac.id/16097/

Adisusanto, Febri. “Adaptasi Aqidah Masyarakat Desa Kapunten Sidoarjo Dalam

Budaya Pendam Ari ari”. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Skripsi diakses pada Tanggal 09 Februari 2018, tersedia dalam

URL,.http://digilib.uinsby.ac.id/13624/.

Maharani, Ida. Ayu Dyah. 2012. “Arti Seni dan Perkembangan Nilai Seni di Indonesia”.

Skripsi diakses tanggal 11 Mei 2018, tersedia dalam URL,.http://anzdoc.com_arti-

seni-perkembangan-nilai-seni-di-indonesia.pdf.

Wahyu dkk. “Penerapan Nilai Keagamaan Melalui Seni Hadrah Maullatan Al-Habsyi Di

Kelurahan Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat”. Program Studi PPKn.

Universitas Lambung Mangkurat. Journal diakses pada 01 Februari 2018, tersedia

dalam URL,.http://media.neliti.com.publication.

Indrawan, Andre. “Musik di Dunia Islam, Sebuah Penelusuran Historikal Musikologis”.

Lektor Kepala Pada Jurusan Musik. Fakultas Seni Pertunjukan. Institut Seni

Indonesia, Yogyakarta. Journal diakses pada 04 Februari 2018, tersedia dalam

URL,.http://04-Tsaqafa-andre_indrawan_musik_di_dunia_islam.pdf.

Sholikhah, Nur Imroatus. 2008. “Gambus Sebagai Subkultur Musikal Religius”.

Magister Ilmu Religi dan Budaya. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tesis

diakses pada Tanggal 30 Januari 2018, tersedia dalam

URL,.http://repository.usd.ac.id.036322001_full.pdf.

Mertayasa, Komang. 2014. “Pola Adaptasi Masyarakat Hindu di Kecamatan Pamano

Barat Kabupaten Poso Pasca Konflik Poso”. Jurnal diakses tanggal 11 Mei 2018,

tersedia dalam URL,.http://anzdoc.com_pola-adaptasi-masyarakat-hindu-di-

ecamatan-pamano.pdf.

Ridho, Kholis, 2016. “Adaptasi Masyarakat Urban Terhadap Perubahan Sistem Mata

Pencaharian Daerah Otonomi Baru Tangerang Selatan – Banten”. Tesis diakses

90

Tanggal 11 Mei 2018, tersedia dalam URL,.http://anzdoc.com_adaptasi-

masyarakat-urban-teradap-perubahan-siste.pdf.

A, Handy. Agustine. 2016. “Adaptasi Masyarakat Dalam Dimensi Smart People, Kasus:

Rusunawa Kaligede Semarang”. Jurnal diakses Tanggal 11 Mei 2018, tersedia

dalam URL,.http://anzdoc.com_adaptasi-masyarakat-dalam-dimensi-smart-

people.pdf.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Bpk Aziz Badru Zaman, Pengasuh Majlis Arrushaifah pada

tanggal 28 September 2018.

Wawancara pribadi dengan Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 14

September 2018.

Wawancara pribadi dengan Muhdi, Non-Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 17

September 2018.

Wawancara pribadi dengan Farhan Fauzi, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 17

September 2018.

Wawancara pribadi dengan Aji Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 14

September 2018.

Wawancara pribadi dengan Ahmad Marzuki Ismail, Santri Majlis Arrushaifah pada

tanggal 14 September 2018.

Wawancara pribadi dengan Muhamad Ridho, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 14

September 2018.

Wawancara pribadi dengan Muhammad Shodiq, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal

17 September 2018.

91

C. Lampiran I

1. Transkip wawancara dengan narasumber

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 28 September 2018

Wawancara dengan Pengurus Majlis Arrushoifah

1. Nama Lengkap : Aziz Badru Zaman

2. Umur : 40 Tahun

3. Pekerjaan : Tokoh Agama (Pengurus Besar Majlis Arrushaifah)

4. Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Darul Huda dan Majlis

Arrushoifah

Peneliti : Assalamualaikum Wr, Wb.. Pak, Kenalkan Saya Didin Hasannudin,

mahasiswa yang sebelumnya pernah mengubungi bapak untuk wawancara

seputar Musik hadrah dan perkembangannya, Alhamdulillah hari ini

bapak bisa sempatkan waktunya.

Narasumber : Walaikumsalam wr wb, iya, Alhamdulillah bisa bertemu dengan antum,

apa yang bisa saya bantu?

Peneliti : Jadi begini, saya ingin tahu proses perkembangan musik trasdisional

hadrah yang berada dibawah asuhan bapak saat ini?

Narasumber : Oh soal itu, saya fikir malah anak-anak banyak lebih faham soal musik

hadrah apalagi Aji (Vokalis), saya hanya banyak menyarankan ke mereka

jadikanlah shalawat sebagai proses dakwah Islam, jika dilihat terdahulu

sebelum adanya hadrah, masyarakat mengenal musik ini adalah bid‟ah,

karena perkembangan masyarakat soal Islam begitu minim, namun

semenjak Tahun 80an ketika saya bawa musik hadrah ditengah

masyarakat sini ada juga yang menerima dengan baik disisi lain yang

menolak karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Peneliti : Bagaimana bapak meyakinkan mayarakat bahwa musik hadrah adalah

bagian dari penyebarluasan ajaran Islam?

Narasumber : Islam itu sangat fleksibel, lihat penyebaran Islam dahulu banyak sekali

cara yang dilakukan, berdagang, pengajian, sampai dengan pewayangan.

Artinya musik juga bagian dari cara untuk menjadi media menyebarkan

Islam. Tidak lupa juga ikhtiar saya yang ingin mengembangkan ilmu

Islam ditanah kelahiran yang dibantu oleh Habib Ahmad, saya banyak

92

terimaksih ke beliau sudah bantu saya untuk meyakinkan masyarakat

untuk mengenal Islam lebih dalam dan bukan hanya sebatas pengajian

bahwa musik hadrah pun sebagain darinya dan untuk bermahabbah

kepada Rasul.

Peneliti : Lalu bagaimana terbentuknya kelompok musik hadrah Arrushaifah

disini, bagaimana perekmbangannya saat ini?

Narasumber : Kelompok hadrah disini ada karena dibentuk dari santri-santri, ya

memang ada sebagian juga yang bukan tapi bukan berarti ga boleh main

hadrah, mereka tetep kompak sampai dengan sekarang karena emang

banyak rutinitas yang dilakukan, dari hal pengajiannya, latihannya, juga

hal lainnya yang bersangkutan dengan kegiatan bersama.

Peneliti : Oiya, kemudian nama Arrushaifah ini menjadi nama popular disini buat

ngenalin musik hadrah, bukan begitu pak? Tapi apa dasarnya nama itu

jadi salah satu tanda musik hadrah, sekaligus nama majlis yang bapak

pimpin sekarang?

Narasumber

: Nama tersebut adalah sebuah jalan yang menuju tempat kediaman guru

besar saya sewaktu beliau berada di Mekkah, untuk memuliakan beliau

saya pakailah nama tersebut, insyaallah berkah dan selalau menjadi

semangat saya dalam menyiarkan ajaran Islam disini.

Peneliti : Ada berapa orang dalam satu tim hadrah Arrushaifah?

Narasumber : Untuk jumlah anggota saat ini kurang lebih ada 18 (delapan belas) dalam

satu kelompok

Peneliti : Apa mereka bisa semua memainkan alat hadrah?, artinya mungkin

mereka bukan hanya bisa memainkan satu alat aja.

Narasumber : Hmm, jadi untuk bisa dan lancarnya setiap masing-masing anggota saya

menganjurkan untuk berlatih secara rutin dalam satu minggu duakali

seselesainya mereka mengaji atau ketika waktu kosong mereka untuk diisi

dengan berlatih dan bershalawat bersama.

93

Peneliti : Untuk soal pendapatan setiap kali tampil dibayar berapa? Atau ada tarif

khusus ga setiap kali tampil?

Narasumber : Soal itu memang ga pernah kita tarifkan untuk hadrah, tapi untuk

perbaikan alat dan transfortasi selalu dapat ya, minimal 600rb pertampil.

Peneliti : Semua bapak yang atur atau diserahkan langsung ke para pemain?

Narasumber : Meskipun saya selalu bilang untuk bersama, soal itu anak-anak selalu

laporan, artinya bagi saya, anak-tidak mau lepas atas izin saya, terkadang

saya bilang sebagian untuk kas atau tabungan jika suatu saat nti alat-alat

ada yang rusak

Peneliti : Seperti itu, jadi intinya tim hadrah punya rutinitas sendiri, didalamnya

muat latihan dan bimbinga, selain itu maen hadrah juga bukan cuma

sekedar shalawat tapi penghasil rezeki juga ya ? (sambil tersenyum).

Narasumber : Hal itu ya ga bisa dipungkiri, kalo hanya trimakasih aja, hadrah ga bisa

mukul (sambil melempar tawanya)

Peneliti : Baik pak, mungkin itu aja yang saya tanyakan, cukup menarik dan

sedikit banyaknya saya tau seperti apa musi tradisional Islami hadrah

berjalan di era modern ini. Saya ucapkan trimakasih. Semoga dilain waktu

kita bisa berdiskusi kembali soal tradisional musik Islami.

Narasumber : Ya, saya juga bertrimakasih, semoga perjalanan anda berjalan baik dan

lancar

Peneliti : Aminn, baik pak. Assalmualaikum wr,wrb..

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

94

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Aji Syahril Alam (Vokalis)

2. Umur : 22 Tahun

3. Status : Santri

Peneliti : Assalmualaikum wr, wb. Gimana kabarnya kak Aji? Saya Didin

Hasannudin, senang berkenalan sama kak Aji.

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb.. Alhamdulillah baik, iya sama-sama

Peneliti : Boleh saya bertanya seputar musik hadarah disini?

Narasumber : Boleh, boleh,..

Peneliti : Trimakasih,. Jadi berapa lama kak Aji bermain Hadrah disini?

Narasumber : Disini baru dua tahun, sebelumnya pernah mondok di Pondok

Pesantren Alfasanah dua tahun, disana juga bukan cuma belajar ngaji

tapi juga main hadrah, jadi pas disini udah ga begitu asing sama hadrah

Pneliti : Oh,. Kalau disini pertama kali belajar sama siapa?

Narasumber : Pertmana kali belajar bareng sama ustadz, lama kelamaan sayu juga

sering buka youtube buat latihan tambahan

Peneliti : Seperti apa hadrah yang dipelajari disini?

Narasumber : Kalau hadrah ya sama kayak Habib Syech, lebihnya itu kombinasi dari

pukulan-pukulan yang udah kita bisa.

Peneliti : Kak Aji sendiri diposisi sebagai apa?

Narasumber : Ana di vokalis

Peneliti : Untuk main alat yang lainnya apa tidak bisa?

Narasumber : Bukan ga bisa, tapi karena banyak temen-temen bilang suara ana

bagus, akhirnya ana lebih banyak nyanyi dibanding main alat

Peneliti : Oh,begitu. Lalu sudah ada berapa lama hadrah disini?

Narasumber : Setahu saya, sejak tahun 2008 hadrah udah ada disini

Peneliti : Kenapa kak Aji lebih memilih hadrah sebagai music yang disukai saat

ini?

Narasumber : Sebelumnya belajar juga marawis, cuma udah banyak aja yang belajar

95

marawis, lebih seneng hadrah yang masih jarang

Peneliti : Lalu apa tujuan masuk dalam kelompok hadrah?

Narasumber : Seneng aja, soalnya bukan cuma ngaji tapi shalwatan juga

Peneliti : Biasanya kalau maen hadrah sering dimana?

Narasumber : Dimana aja, tapi seringnya kalau ada maulid, nyambut habib, pernah

juga ikut festival

Peneliti : Setiap kali penampilan gugup ga?

Narasumber : Kadang-kandang sih iya, tapi kita setiap hari jumat latihan, trus kalau

slesai ngaji waktu kosong kita pake buat latihan, jadi seminggu dua kali

lah kita latihan, tapi tetep aja kalau gugupmah ada aja klo jamaahnya

banyak, lama-kelamaan tapi ilang.

Peneliti : Ada kostum khusus ga kalau setiap kali tampil?

Narasumber : Kalau kostum ada satu kostum warna ijo yang jadi ciri khas hadrah

arrushaifah, jadi kalau disini ada hadrah pake kostum ijo brarti hadarah

arrushaifah

Peneliti : Selain kostum, ini soal tampil, ada bayaran khusus ga buat setiap kali

tampil?

Narasumber : Hmm, bayaran khusus sih gda tapi biasanya setiap kali tampil dari

600rb sampe 1000.000 bahkan pernah, ya tergantung sama panitia yang

punya acara

Peneliti : Kalau dilihat dari musik hadrah itu sendiri, menurut kak Aji apa musik

hadrah ini banyak penggemarnya?

Narasumber : Banyak, disini kalau ada acara-acara keagamaan, penggemar hadrah

kadang bawa spanduk sendiri, jadi mereka fans berat hadarah, apalagi

kalau udah bawain lagu Subhanallah, banyak yang ngikutin

Peneliti : Kendala apa yang sulit di hadapi?

Narasumber : Kendala sih banyak, orang-orang zaman sekarang masih banyak

memilih musik modern kayak band dibanding hadrah

Peneliti : Apa yang dilakukan kelompok musik hadrah untuk mempertahankan

music tradisional Islam ini?

Narasumber : Hmm, latihan dan latihan sama rutinitas ngaji sama ustadz, trus juga

nularin kesemua orang, buat belajar hadrah dan kalo hadrah ini masih

pantas buat masyarakat modern ga ketinggaln zaman.

96

Peneliti : Selain itu?

Narasumber : Ikut festival budaya lebih sering, supaya orang-orang pada tau sama

hadrah

Peneliti : Ohh,. Oke, mungkin itu aja yang saya tanyakan, semoga kedepannya

hadrah semakin eksis dan jaya menebar dakwah dengan shalawat

Narasumber : Iyya ka, aminn

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

97

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Ahmad Marzuki Ismail

2. Umur : 19 Tahun

3. Status : Santri

Peneliti : Assalamuaulaikum wr, wb..

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

Peneliti : Senang berkenalan dengan anda Mail..

Narasumber : Senang juga bise berkenalan kak..

Peneliti : Boleh ya, saya bertanya seputar musik hadrah arrushaifah?

Narasumber : Bolehh..

Peneliti : Udah berapa lama main hadrah?

Narasumber : Belum lama sih, setahun setengah mungkin dari pas masuk majlis

disini

Peneliti : Apa pekerjaan selain main hadrah?

Narasumber : Cuma ngaji aja disini, paling bantu-bantu buka took di depan

Peneliti : Kenapa Mail ini bisa milih hadrah?

Narasumber : Karena senang aja, selain music juga kita kan shalawatan

Peneliti : Di hadrah ini juga ngasilin uang begitu katanya?

Narasumber : Yaa, emang dapet tapi uangnya kita serahkan langsung biasanya ke

Ustadz

Peneliti : Jadi berapa jumlah uang yang di dapet, setiap kali tampil?

Narasumber : Tergantung, kadang 500rb kalau lagi acaranya besar bisa sampai

satujuta.

Peneliti : Apa ada tarif khusus untuk setiap kali tampil?

Narasumber : Engga ditarif, itumah kemampuan Panitia penyelenggara acara,

kitamah yang penting tampil sama shalwatan

Peneliti : Ada ga prasyarat mengundang music hadrah ini?

Narasumber : Gda, slagi kita siap dan waktunya sesuai langaung aja tampil

98

Peneliti : Persiapan apa yang dilakukan sebelum tampil?

Narasumber : Kita latihan dulu, kalau pun ga tampil lahitan tetep jalan

Peneliti : Setiap hari apa aja latihan hadrah ini?

Narasumber : Hari selasa dan jumat, tapi tergantung yang lainnya, klo siap latihan di

hari lain juga ya kita latihan, atau pas waktu kosong stelah ngaji kita isi

sama latihan

Peneliti : Kalau di tim hadrah itu sendiri terdiri dari berapa orang satu

kelompoknya?

Narasumber : Disini ada 18 orang

Peneliti : Apakah semuanya adalah santri semua?

Narasumber : Engga, ada sebagian dari luar yang setiap latihan atau tampil aja yang

datang

Peneliti : Bagaimana cara mempertahankan music hadrah sampai sekarang ini?

Narasumber : Terus latihan dan bikin kombinasi baru pukulannya, juga lagu-lagunya

yang di inovasikan, begitu.

Peneliti : Hmm, ada cara lain untuk tetap music ini bertahan?

Narasumber : Bimbingan langsung dari Ustadnya, kadang ngambil dari luar juga

Peneliti : Ohhh, mungkin itu aja yang ditanyakan, semoga music Islami hadrah

ini tetap eksis di zaman sekarang..

Narasumber : Amiinnn..

Peneliti : Trimakasih.. assalamualaikum wr, wb.

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

99

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Ade Ridwan

2. Umur : 18 Tahun

3. Status : Santri

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

Peneliti : Boleh saya bertanya tetang music hadrah?

Narasumber : Boleh..

Peneliti : Sudah berapa lama main hadrah di majlis ini?

Narasumber : Hmmm, saya baru setahun ikut hadrah

Peneliti : Alat apa saja yang bisa dimainkan di hadrah ini?

Narassumber : Hampir semua alat Insyaallah bisa, mungkin nyanyi nya aja yang

kurang begitu bagus soal suara..

Peneliti : Tahu sejak kapan hadrah ini ada disini?

Narasumber : Di tahun 2008 hadrah udah ada disini, cuma baru sekarang aja orang-

orang pada tahunya

Peneliti : Hmm, kenapa milih hadrah?

Narasumber : Karena bukan Cuma nyannyi tapi bisa shalawatan juga

Peneliti : Ada pekerjaan lain selain main hadrah?

Narasumber : Cuma ngaji aja disini, kan baru lulus di SMA

Peneliti : Bagaimana hadrah ini bisa dikenal masyarakat?

Narasumber : Awalnya ya begitu terkenal, karena seneng sama Habib Syech hadrah

mulai jadi terkenal

Peneliti : Lalu, dari mana belajar main hadrah?

Narasumber : Dari sekolah dan trakhir disini

Peneliti : Apa kostum khas dari hadrah arrushaifah ini?

Narasumber : Kita pake kostum gamis warna ijo

100

Peneliti : Hmm, atau ada kostum lain?

Narasumber : Klo tampil biasanya pake kostum itu, tapi kalo engga pake baju koko

warna putih semuanya

Peneliti : Berapa kali tampil dalam sebulan?

Narasumber : Gantentu sih, kdang banyak kadang sedikit, tapi ada aja tampilmah,

buat diacara hajatan, atau ulangtahun pemerintah daerah

Peneliti : Berapa jumlah uang yang didapat setiapkali tampil?

Narasumber : Tergantung, kadang besar kadang juga kecil

Peneliti : Kendala apa yang dihadapi sama music hadrah saat ini?

Narasumber : Kendalaaa,, gda sih, paling minat aja yang masih sedikit, mungkin

karena banyak musik-musik lainnya yang lebih modern

Peneliti : Lalu bagaimana mengatasi kendala itu?

Narasumber : Banyak tampil hadrah dimana-mana trus latihan bareng

Peneliti : Hmm, kedepannya apa yang diharapkan dari music hadrah

Narasumber : Ya, hadrah tetep bisa tampil sama lebih banyak lagi penggemarnya

Peneliti : Semoga lebih banyak penggemar dan lebih maju lagi hadrah

arrushaifah ini ya?

Narasumber : Aminn,

Peneliti : Mungkin itu aja yang ditanyakan, kedepannya semoga kita bisa

bershalawatan bersama..

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..

Narasumber : Walaimumssalam wr, wb..

101

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Ridho

2. Umur : 17 Tahun

3. Status : Santri

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..

Narasumber : Walaikumsalam salam wr, wb..

Peneliti : Senang bisa ketemu Ridho, trimakasih mau menyediakan waktu untuk

bersedia saya wawancarai

Naraumber : Senang juga, iyaa

Peneliti : Sejauh apa Ridho tau tentang music hadrah?

Narasumber : Hmm, saya baru sih, belum tau banyak sama music hadrah

Peneliti : Berapa lama belajar hadrah disini?

Narasumber : Setahun kurang lebih

Peneliti : Bagaimana hadrah bisa berkembang disini?

Narasumber : Hmm, banyak peminat salah satunya, tapi sebelumnya hadrah belum

terlalu terkenal

Peneliti : Kenapa milih untuk bermain music hadrah?

Narasumber : Seneng aja, bisa shalawatan pake musik

Peneliti : Alat apa aja yang bisa dimainkan?

Narasumber : Rebana, bas juga bisa

Peneliti : siapa yang mengajari hadrah disini?

Narasumber : Kita belajar bareng sih, tapi biasanya sama ustadz juga

Peneliti : Ada berapa kali tampil dalam satu bulan?

Narasumber : Ga tentu sih, kadang banyak kadang juga dua kali atau sekali

Peneliti : Berapa jumlah uang yang diterima setiapkali tampil?

Narasumber : Tergantung, kalo dapet gde ya kita juga dapet besar uangnya, kalau

kecil ya bersyukur aja

102

Peneliti : Gimana caranya music hadrah ini bisa bertahan ssampe saat ini?

Narasumber : Yaa latihan, sama ngenalin masyarakat, lewat tampil, lewat medsos

juga

Peneliti : Ada kendala ga?

Narasumber : Engga ada, Cuma paling karna banyak music modern jadi orang-orang

lebih milih music itu daripada hadrah

Peneliti : Owh,, gimana ngatasi kendala itu?

Narasumber : Nyari inovasi-inovasi baru lagi dari hadrah

Peneliti : Inovasi apa?

Narasumber : Inovasi, kayak kombinasi pukulan, lagu modern, sama latihannya

Peneliti : Owh, di setiap tampil ada kostum khusus?

Narasumber : Kostum kita pake gamis warna ijo

Peneliti : Kenapa bisa warna ijo?

Narasumber : Cerah aja kalau orang lihat

peneliti : Owh, salah satu cara juga ya buat narik perhatian yang nton?

Narasumber : Iyya,.

Peneliti : Baiklahlah trimakasih atas waktunya, semoga kedepannya music

hadrah tetap popular..

Narasumber : Amiinnn..

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb.

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb.

103

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Surajul Huda

2. Umur : 19 Tahun

3. Status : Non-Santri

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb

Peneliti : Senang berjumpa dengan Surajul Huda, boleh saya minta waktunya

untuk memberikan pertanyaan tentang Musik hadrah?

Narasumber : Iya, boleh.

Peneliti : Sudah berapa lama kenal dengan music hadrah?

Narasumber : Lumayan lama, dari pas masuk sekolah SMA juga udah tau

Peneliti : Apa itu Hadrah menurut Surajul Huda?

Narasumber : Hadrah ya music Islam,

Peneliti : Gimana awalnya music hadrah bisa masuk disini?

Narasumber : Hmm, karena banyaknya majlis-majlis pengajian juga karena adanya

pesantren-pesantren

Peneliti : Surajul Huda kenal dengan hadrah dari Pesantren kah?

Narasumber : Awalnya ya dari sekolah

Peneliti : Lalu kenapa memilih hadrah ini?

Narasumber : Lebih seru aja, kalau marawis kan sekarang udah biasa-biasa aja

Peneliti : Owh, apa tujuannya masuk dalam kelompok music hadrah?

Narasumber : Belajar musik hadrah sambil bisa shalawatan

Peneliti : Siapa yang ngajari kali pertama main hadrah?

Narasumber : Pelatih dulu disekolah

Peneliti : Berapa kali tampil dalam sebulan?

Narasumber : Ga tentu, kadang 2 kali

Peneliti : Apa yang bikin music hadrah saat ini bisa tetap bertahan?

104

Narasumber : Karena banyak peminatnya, bukan dipesantren aja tapi disekolah-

sekolah juga

Peneliti : Ada ga kendala-kendala dalam music hadrah sekarang?

Narasumber : Ada, palingan yang susah bikin orang-orang senang sama hadrah

karena lebih milih music modern

Peneliti : Lalu apa caranya buat orang semakin tertarik dengan hadrah ini?

Narasumber : Ya kita promosikan disini, di media social juga

Peneliti : Owh, dalam setiap tampil gugup ga?

Narasumber : Gugupmah awal-awal, karena keseringan udah engga terlalu

Peneliti : Berapa uang yang di dapet setiap kali tampil

Narasumber : Ga tentu, kadang 500rb kadang 800rb, tergantung panitia

penyelenggara

Peneliti : Ada pekerjaan lain selain main music hadrah

Narasumber : Gada

Peneliti : Bagaimana cara music hadrah ini tetap bertahan?

Narasumber : Latihan dan banyak tampil sama bikin inovasi baru

Peneliti : Owh, mungkin cukup itu aja, trimakasih atas kesempatan dan

waktunya

Narasumber : Iyya sama-sama

Penelit : Assalamualaikum wr, wb

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb

105

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Muhdi

2. Umur : 21 Tahun

3. Status : Non-Santri

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb

Narasumber : Walaikumssalam wr, wb

Peneliti : Senang berjumpa dengan antum

Peneliti : Boleh saya tahu nama antum?

Narasumber : Iya, nama saya Muhdi

Peneliti : Baik Muhdi, boleh saya minta waktunya untuk bertanya soal aktivitas

kelompok musik hadrah disini

Narasumber : Ohh, boleh

Peneliti : Trimakasih, sebagai apa antum di kelompok musik hadrah ini

Narasumber : Saya pemain, biasanya pegang darbuka

Peneliti : Sudah berapa lama antum kenal dengan musik hadrah?

Narasumber : Baru sih, pas lagi awal lulus SMA aja

Peneliti : Siapa yang ngajarin belajar darbuka atau musik hadrah?

Narasumber : Kalau dulu belajar disekolah, itu juga marawis awalnya

Peneliti : Udah berapa sering tampil di musik hadrah?

Narasumber : Lumayan banyak

Peneliti : Bagaimana rasanya sewaktu tampil?

Narasumber : Yaa, seperti tampil umumnya..

Peneliti : Pernah gugup?

Narasumber : Gugupmah ada, apalagi pas jama‟ahnya banyak terus yang datangnya

kyai-kyai

106

Peneliti : Apa kerjaan lain selain main musik hadrah?

Narasumber : Kerja di PT

Peneliti : Owh, lalu gimana bagi waktunya?

Naraasumber : Sedipanggilnya di group atau di hubungi temen-temen lain

Peneliti : Gimana caranya musik Hadrah ini bisa sampe terkenal? Tau

sejarahnya?

Narasumber : Wah, kurang tau soal itu, hadrah disini mah ikut seperti Habib Syech

aja, paling ada pukulan yang dikombinasi sama lagunya

Peneliti : Kendala apa yang ada saat ini di music hadrah?

Narasumber : Apa ya, kalau kendala banyak sih, tapi yang susah itu paling minat

orang-orang ke musik hadrah, karena banyak musik modern muncul

Peneliti : Owh, di majlis ini kan ada jadwal rutin latihan? Apa itu salah satu

ngatasi kendala saat ini?

Narasumber : Iyya, hari jumat atau setelah ngaji selesai biasnya rutin latihan

Peneliti : Soal bayaran, berapa duit yang diterima setiap kali tampilnya?

Narasumber : Ga tentu, kadang 500rb atau 800rb tergantung panitia penyelenggara

acara. langusung di serahin ke Ustadz, kalau kata Ustadz buat dibagiin

ya langsung di bagiin, tapi kalau buat kas ya langsung disimpen

Peneliti : Owh, jadi biar ada laporan juga ya ke ustadz.. (sambil tertawa)

Narasumber : Iyya begitu

Penliti : Oke kalau gitu, trimakasih banyak udah nyempetin waktunya ya,

semoga kedepannya lebih semangat, lebih banyak orang yang melihat

lagi music hadrah ini

Narasumber : Iyya, amiin. Sama-sama

107

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Muhamad Shodiq (Vokalis)

2. Umur : 14 Tahun

3. Status : Non-Santri

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb.

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb

Peneliti : Boleh minta waktunya sebentar?

Narasumber : Boleh..

Peneliti : Dengan Muhamad Shodiq betul ya?

Narasumber : Betul

Peneliti : Shodiq ini sudah berapa lama belajar ngaji disini?

Narasumber : Saya bukan santri yang tinggal disini

Peneliti : Lalu sebagai apa Shoiq di tim Hadrah?

Narasumber : Vokalis

Peneliti : Sudah lama masuk tim hadrah?

Narasumber : Baru.. setahun kayaknya

Peneliti : Kenapa ikut gabung di tim hadrah?

Narasumber : Seneng nyanyi aja, apalagi shalawatan

Peneliti : Selain nyanyi, ada alat music lain yang bisa di mainkan?

Narasumber : Bas, rebana, sama darbuka sedikit-sedikit bisa juga

Peneliti : Siapa yang ngajarin?

Narasumber : Belajar bareng aja sama yang udah bisa disini

Peneliti : Oh.. sudah berapa kali tampil sejak masuk tim hadrah?

108

Narasumber : Banyak.. ga kehitung

Peneliti : Gugup engga setiap kali penampilan?

Narasumber : Engga sih, tapi awal-awal mah masih gemeteran belum pernah

Peneliti : Kendala apa saat ini yang dihadapi buat musik hadrah?

Narasumber : Kendala.. engga ada sih. Tapi biasanya yang sering latiahan aja yang

suka ga lengkap personel

Peneliti : Gimana cara menghadapi soal itu?

Narasumber : Sering ngobrol aja di grup

Peneliti : Berapa jumlah uang yang di dapat setiap kali tampil?

Narasumber : Ga tentu sih, kadang 600rb kadang juga 800rb tergantung

penyelenggara acara

Peneliti : Ohh,. Lalu untuk apa uang itu?

Narasumber : Kadang di bagikan, kadang juga dikasih langsung ke ustadz

Peneliti : Trimakasih banyak atas waktunya, semoga tim hadrah semakin terus

sukses

Narasumber : Iya sama-sama. Amiinn…

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb

109

Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018

Wawancara dengan Narasumber

1. Nama Lengkap : Farhan Fuzan

2. Umur : 19 Tahun

3. Status : Non-Santri

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

Peneliti : Farhan Fauzan, betul?

Narasumber : Betul

Peneliti : Farhan Fauzan betul bagian dari tim hadrah Arrushaifah?

Narasumber : Iyya..

Peneliti : Sudah berapa lama bergabung dengan tim hadrah ini?

Narasumber : Lebih dari dua tahun

Peneliti : Kenapa milih untuk bergabung disini?

Naraumber : Hmm.. seneng aja bisa main hadrah, kalau dulu mainnya marawis

sekarang main hadarah lebih seneng

Peneliti : Siapa yang mengajari main hadrah?

Narasumber : Alumni santri disini

Peneliti : Udah berapa lama hadrah berkembang disini?

Narasumber : Kurang tau sih, kalau engga salah itu tahun 2008 juga udah ada tapi

engga seterkenal sekarang

Peneliti : Bagaimana hadrah ini bisa berkembang dan bertahan?

Narasumber : Dari video-video yang nyebar, lewat Habib Syech juga…

Narasumber : Kalau bertahan, karena banyaknya orang yang suka sama shalawat

terus pake music rebana jadi lebih seru di dengar dibanding sama

shalawatan ga pake music seperti hadrah

110

Peneliti : Ada kendala di musik hadrah?

Narasumber : Kendala.. paling masih sulit buat bikin orang-orang buat seneng sama

shalawat, karena lebih seneng sama music modern sama lagu-lagu barat

Peneliti : Gimana cara ngatasi kendala itu?

Narasumber : Terus nyari inpirasi aja jangan sampe putus, dari pukulan sampe

dengan ngadopsi nada-nada lagu yang lagi naik daun

Peneliti : Oh.. bagus juga ya, semoga terus berkambang dan samakin di gemari

semua kalangan hadrah ini

Peneliti : Trimaksih atas waktunya ya

Narasumber : Aminn.. iyya..

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb

Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..

111

Lampiran II

Dokumentasi Visual

2. Foto – foto

Sumber : Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 14 September 2018

112

Sumber : Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 14 September 2018

113

Sumber : Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 15 Desember 2018

114

Sumber : Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 15 Desember 2018

115

Sumber : Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 28 September 2018