Strain

39
BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan (Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth). Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan kedalam jaringan (Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth). 1.2 Anatomi Fisiologi 1.2.1 Otot Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.

Transcript of Strain

Page 1: Strain

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian

Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan, peregangan

berlebihan (Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth).

Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan

kedalam jaringan (Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth).

1.2 Anatomi Fisiologi

1.2.1 Otot

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk

berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia.

Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang

kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di

bawah permukaan kulit.

Fungsi sistem muskuler/otot:

A. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot

tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.

B. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang

rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi

berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.

C. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan

panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.

Page 2: Strain

1.2.2 Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat

fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon

berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.

1.3 Etiologi

1.3.1 Pada strain akut :

Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak

1.3.2 Pada strain kronis :

Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang

berlebihan/tekanan berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan

pada tendon).

1.4 Patofisiologi

Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung

(impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot

tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi

kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci

paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas

otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan

membengkak.

Page 3: Strain

Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot,

kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah

cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau

tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).

Sebagai contoh, pemain tenis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya

sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.

Page 4: Strain

1.5 Web Of Caution/Pathway

Penggunan berlebihan, tekanan yang berulang, peregangan yang berlebihan

Cedera otot →

Spasme otot

Nyeri Akut

↓ ↓

↓ pengetahuan ↓

Gerakan minimal Hospitalisasi← →

Keterbatasan mobilitas fisik

Anxietas

Resti infeksi

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Page 5: Strain

1.6 Klasifikasi

1.6.1 Derajat I/Mild Strain (ringan)

Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada

penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa

stretching/kerobekan ringan pada otot/ligament.

1.6.2 Derajat II/Medorate Strain (ringan)

Yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous akibat

kontraksi/pengukur yang berlebihan.

1.6.3 Derajat III/Strain Severe (berat)

Yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak yang cukup berat. Berupa

robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan

ketidakstabilan sendi.

1.7 Tanda dan Gejala

1.7.1 Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan

teraba pada bagian otot yang mengaku.

1.7.2 Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk

benjolan

1.7.3 Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. pada cidera

strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera,

terlebih jika otot berkontraksi.

Page 6: Strain

1.7.4 Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.

1.7.5 Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-

tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.

1.8 Penanganan

Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa

biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30

menit atau lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk

menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang kram akan memperoleh

kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.

Penangan pada strain biasanya dilakukan sperti berikut :

1.8.1 Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian

yang cedera. Segera berhenti melakukan segala aktivitas, pepatah “no

pain no gain” yang dianut beberapa olahragawan tidak dapat

dibenarkan dalam kasus ini. Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh

yg terkena akan memicu terjadinya komplikasi lebih lanjut.

1.8.2 Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi

pembengkakan yang berlebihan.

Page 7: Strain

1.8.3 Beri kompres dingin, selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu.

Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah

yang berakibat keluarnya “isi” pembuluh darah tersebut ke jaringan

sekitar nya sehingga bengkak, pembuluh darah sekitar tempat cedera

juga akan melebar (dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian

kompres dingin/es akan “menyempitkan” pembuluh darah yg melebar

sehingga mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2

kali sehari, jangan lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu

sirkulasi darah.

Sebaliknya, saat cedera sudah kronik, tanda2 peradangan seperti

bengkak, warna merah, nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip

pemberian kompres hangat bisa dilakukan

1.8.4 Balut tekan (pressure bandage) dan tetap tinggikan.

Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan dengan

perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi

pembengkakan dan dalam penekanan tetap ditinggikan. Tekanlah pada

daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk

cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera berat.

1.8.5 Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi

pembengkakan yang berlebihan.

Page 8: Strain

1.8.6 Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.

Bila ragu rawat sebagai patah tulang lakukan foto rontgen dan rujuk ke

fasilitas kesehatan. Dan hindari HARM, yaitu

A. H : Heat, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan

B. A :Alkohol, akan meningkatkan pembengkakan

C. R : Running, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera

D. M : Massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan

merusak jaringan.

1.9 Penatalaksanaan

1.9.1 Istirahat

Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan

1.9.2 Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol

pembengkakan.

1.9.3 Kemotherapi

Dengan analgetik seperti Aspirin (300 – 600 mg/hari) atau

Acetaminofen (300 – 600 mg/hari).

1.9.4 Elektromekanis.

1.9.5 Pemberian kompres dingin

Kompres dingin basah atau kering dengan diberikan secara

intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan

edema dan ketidaknyamanan.

Page 9: Strain

A. Pembalutan atau wrapping eksternal.

Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.

B. Posisi ditinggikan atau diangkat.

Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.

C. Latihan ROM.

Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.

Penyangga beban. Semampunya dilakukan penggunaan secara

penuh.

Page 10: Strain

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULUSKELETAL “STRAIN”

2.1 Pengkajian

2.1.1 Triage

Gambaran triage pada kasus strain biasanya ditemukan sebagai

berikut:

A. Merah, P2 (Merah : Prioritas Pertama : Gangguan ABC, Prioritas

2 atau Urgent : Pasien dengan penyakit yang akut, Mungkin

membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki, Waktu tunggu 30

menit, Area Critical care).

B. Kuning, P2 (Kuning : Prioritas Sedang : Tanpa gangguan ABC

tapi bisa memburuk perlahan, Prioritas 2 atau Urgent : Pasien

dengan penyakit yang akut, Mungkin membutuhkan trolley, kursi

roda atau jalan kaki, Waktu tunggu 30 menit, Area Critical care).

2.1.2 Pengkajian Primer

A. Airway

Ada atau tidanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.

Page 11: Strain

B. Breathing

1. Look :Kesimetrisan bising nafas kanan dan kiri

dan mungkin juga dijumpai sianosis,

penggunaan otot bantu pernapasan,

Respirasi :

a. Dewasa : 12-20 kali/menit

b. Anak : 15-30 kali/menit

c. Bayi baru lahir : 30-50 kali/menit

Pada orang dewasa, abnormal bila pernapasan

>30 kali/menit atau <10 kali/menit.

2. Listen : suara nafas tambahan seperti

ronchi dan wheezing

3. Feel : adanya hembusan nafas

4. Palpasi : rate, ritme dan bentuk

pernapasan, juga diperiksa peranjakan paru

apakah simetris atau tidak dan dilihat adanya

tanda apnea.

Page 12: Strain

5. Perkusi : pada daerah paru selalu sonor,

pada daerah jantung menjadi pekak dan di atas

lambung menjadi tympani, juga perkusi harus

simetris kanan dan kiri.

6. Aukskultasi : bising napas vesikuler tanpa

ronkhi, tempat pemeriksaan dibawah klavikula

dan pada garis aksilaris anterior, bising napas

harus simetris kanan dan kiri.

C. Circulation

TD dapat normal atau meningkat, takikardi, brakikardia, bunyi

jantung normal pada tahap dini, kulit dan membran mukosa pucat,

dingin, sianosis pada tahap lanjut, mungkin juga adanya gejala

syok dan henti jantung, denyut nadi, CRT.

D. Disability

Pemeriksaan neurologist secara cepat dapat dilakukan dengan

metode AVPU (Allert, Voice respons, Pain respons dan

Uniresponsive).

Pemeriksaan dengan CGS secara periodic dapat dilakukan untuk

hasil yang lebih detail pada survey secunder. Bila hipoksia dan

hipovolemia pada penderita dengan gangguan kesadaran dapat

disingkirkan, pikirkan adanya kerusakan CNS sampai terbukti lain.

Page 13: Strain

E. Environment/exposure

Pemeriksaan seluruh bagian tubuh harus dilakukan disertai

tindakan untuk mencegah hipotermia. Pemasangan bidai atau

vacuum matras untuk menghentikan perdarahan dapat juga

dilakukan pada fase ini.

Pemeriksaan penunjang pada umumnya tidak dilakukan pada

survey primer. Yang dapat dilakukan pada survey primer adalah ;

pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oksimetri, foto

cervical, foto thoraks dan foto polos abdomen. Tindakan lainnya

yang dapat dilakukan pada survey primer adalah pemasangan

monitor EKG, kateter dan NGT. Pemeriksaan dikerjakan tanpa

menunda / menghentikan proses survey primer.

2.1.3 Pengkajian Sekunder

Prinsip pada pemeriksaan sekunder adalah memeriksa ulang tubuh

dengan lebih teliti mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to

toe), baik pada tubuh bagian depan maupun belakang.

Dimulai dengan anamnesa singkat yang meliputi SAMPLE :

A. Sing & syptomp :

Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan

mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan

tendon.

Page 14: Strain

B. Allergy :

Berkaitan dengan ada atau tidaknya riwayat alergi obat-obatan.

C. Medication :

Berkaitan dengan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-

obatan (anti hipertensi, antibiotik).

D. Past medical history :

Berkaitan dengan ada atau tidaknya riwayat gangguan

kardiovaskuler, pernafasan, dsb.

E. Last meal :

Makan terakhir yang dilakukan oleh klien.

F. Even lead to injury :

Gambaran tentang bagaimana awal terjadinya strain hingga klien

sampai ke rumah sakit dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.

Page 15: Strain

2.1.4 Focus Assement

A. P (penyebab) : faktor yang menyebabkan nyeri itu datang.

1. Apa penyebab nyeri

2. Faktor yang meringankan nyeri

3. Faktor yang memperlambat nyeri

4. Obat_obatan yang diminum

B. Q (Quality) : menggambarkan nyeri yang dirasakan, klien

mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya

sendiri. Perawat boleh memberikan deskripsi pada klien, bila klien

tidak mampu menggambarkan nyeri yang dirasakan. Bagaimana

rasa nyerinya : terbakar, ditusuk-tusuk, di gigit, di iris-iris, di

pukul-pukul dan lain-lain.

C. R(region/tempat) : meminta klien untuk menunjukkan dimana

nyeri terasa, menetap atau terasa pada menyebar.

1. Lokasi nyeri

2. Penyebaran nyeri

3. Penyebaran ini apakah sama intensitasnya dengan lokasi

sebenarnya.

Page 16: Strain

D. S (skala) : untuk mengukur tingkat nyeri klien di suruh untuk

menunjukan tingkat nyeri tersebut dengan menggunakan skala

nyeri yang di beri oleh perawat.

1. Berapa berkurang skala nyeri

2. Apakah nyeri mengganggu aktivitasnya : gangguan motorik,

gangguan kesadaran.

3. Apakah nyeri semakin bertambah atau

E. T (Time/waktu) : kapan nyeri itu tersa atau datag dan lama nyeri

tersebut.

1. Kapan terasa nyari : pagi, siang, sore, malam.

2. Berapa kali serangannya dalam sehari.

3. Serangan tiba-tiba atau perlahan-lahan.

2.2 Diagnosa Keperawatan

2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,

ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa,

perdarahan, edema.

2.2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan

untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.

2.2.3 Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan

kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

2.2.4 Anxietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurang

pengetahuan.

Page 17: Strain

2.2.5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.

2.3 Rencana Keperawatan

2.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,

ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa,

perdarahan, edema.

Tujuan : Setelah diberikan perawatan nyeri dapat berkurang dan

akhirnya hilang.

Kriteria :

A. klien tidak mengeluh sakit

B. tidak nampak meringis

C. skala nyeri berkurang

Intervensi:

A. Kaji lokasi, kualita dan intensitas nyeri

R/ Hasil kajian dapat membantu penentuan perawatan dan terapi

pengobatan.

B. Pantau TTV

R/ Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh nyeri terhadap sistem

tubuh lain

C. Anjurkan klien untuk mengatur posisi tubuhnya agar daerah luka

tidak tertekan.

R/ Untuk melancarkan vaskularisasi

Page 18: Strain

D. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksimpada klien dan keluarga.

R/ Tehnik napas dalam dapat meminimalisir nyeri yang dirasakan

dengan terpenuhinya kebutuhan O2 jaringan.

E. Anjurkan dan dukung untuk menciptakan suasana yang nyaman.

R/ keadaan lingkungak berpengaruh pada sensitifitas sensasi

seseorang.

F. Kolaborasi pemberian obat penghilangnyeri dan antibiotik untuk

mencegah penyebab luka lebih lanjut.

2.3.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan

untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.

A. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio,

koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.

R/ Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga

diri, membantu menurunkan isolasi sosial.

B. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit

maupun yang sehat sesuai keadaan klien

R/ Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,

mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi,

mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium

karena imobilisasi.

Page 19: Strain

C. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai

indikasi.

R/ Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.

D. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai

keadaan klien.

R/ Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai

kondisi keterbatasan klien.

E. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.

R/ Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan

(dekubitus, atelektasis, penumonia)

F. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.

R/ Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi

urinarius dan konstipasi.

G. Berikan diet TKTP.

R/ Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses

penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.

H. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

R/ Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program

aktivitas fisik secara individual

I. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

R/ Menilai perkembangan masalah klien.

Page 20: Strain

2.3.3 Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan

kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

Kriteria Hasil:

A. Tidak ada tanda tanda dan gejala infeksi (rucatudolof).

B. Higien klien adekuat

C. Status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imun dalam

batas normal.

D. TTV dalam batas normal.

Intervensi:

A. Kaji TTV dan tanda-tanda serta gejala infeksi

R/ Mendeteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko.

B. Pertahankan tehnik aseptik pada klien dengan penggunaan

antiseptik dan cucitangan sebelum dan sesudah tindakan.

R/ Mencegah infeksi silang dan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme penyebab infeksi.

C. Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan klien.

R/ Mencegah infeksi silang, apalagi keluarga klien mempunyai

intensitas serta frekwensi yang lebih banyak beada dekat dan

berhubungan dengan klien.

Page 21: Strain

D. Anjurkan dan motivasi klien untuk mengingkatkan asupan

makanan yang bergizi

R/ Terpenihunya kebutuhan gizi akan menigkatkan status imunitas

tubuh.

E. Pantau hasil laboratorium (DPL, Hitung granulosit absolut, protein

serum, albumin, dan hasil-hasil yang berbeda).

R/ Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.

F. Kolaborasi pemberian antibiotik

R/ Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan

dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.

2.3.4 Anxietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurang

pengetahuan.

Tujuan: Cemas berkurang

Kriteria Hasil:

A. Kontrol agresi (tidak menunjukan perilaku agresif)

B. Kontrol cemas (klien mampu mengidentifikasi gejala yang

merupakan indikator kecemasan klien, melaporkan tidak ada

gangguan persepsi sensori, tidak ada manifestasi perilaku akibat

kecemasan, tidak adamanifestasi kecemasan secara fisik).

C. Koping efektif (klien mengkomunikasikan kebutuhan dna perasaan

negatif secara tepat.)

Page 22: Strain

D. Keterampilan interaksi sosial efektif

Intervensi:

A. Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan klien setiap harinya.

R/ Mengetahui perkembangan kecemasan klien membantu dalam

menetapkan intervensi dan indakan siaga.

B. Gunakan komunikasi terapeutik, dengan menyesuaikan dengan

kondisi serta situasi klien.

R/ Penggunaan kata-kata yang tidak tepat dapat menyakiti klien

dan menghilangkan atau mengurangi rasa keperayaan klien

terhadap perawat.

C. Identifikasi kemampuan klien untuk mengurangi kecemasan

dimasa lalu.

R/ Memperkirakan sejauh apa ketergantungan klien dan koping

yang dimiliki.

D. Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan dan ijinkan klien untuk menangis.

R/ Mengeksternalisasikan kecemasan.

E. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan

prognosis

Page 23: Strain

R/ Pengetahuan yang cukup dan benar mengenai kondisi klien

akan mengurangi kecemasan klien terhadpa ketidakpastian

kondisinya.

F. Ajarkan tehnik relaksasi, dan jelaskan semua prosedur, termasuk

sensasi yang biasanya dirasakan, dan anjurkan klien untuk

menggunakan tehnik relaksasi.

R/ Tehnik relaksasi dapat memberi perasaan nyaman dengan

menstimulasi sekresi endorpin.

G. Bantu klien untuk memfokuskan pada situasi saat ini

R/ Sebagai alat untuk mengidentifikasikasi mekanisme koping

yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas.

H. Yakinkan klien kembali dengan menyentuh, saling memberi

empatik secara verbal maupun non-verbal.

R/ Kepercayaan klien dapat mempermudah pemberin intervensi.

I. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan

lingkungan yang tenang, kontak yang terbatas dengan orang lain.

R/ Suasana tenang akan memberikan perasaan nyaman

Page 24: Strain

2.3.5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan: Menunjukan pengetahuan, ditandai dengan

Kriteria Hasil:klien dan keluarga mengetahui mengenai

A. Strain

B. Penyebab

C. Tanda dan gejala

D. Komplikasi

E. Penanganan (misal: peembedahan, kemoterapi, dll) dan kondisi2

yang biasanya muncul pada setiap pemberian penaganan

Intervensi:

A. Tentukan kebutuhan pengajaran klien dengan melakukan

penilaian tingkat pengetahuan klien dan pemahamannya.

R/ Untuk mengetahui kenbutuhan klien akan informasi/bahan

pembelajaran.

B. Tentukan kemampuan klien untuk mempelajari informasi khusus

(misalnya: tingkat perkembangan, status psikologis, orientasi,

nyeri, keletihan, keadaan emosional, dan adaptasi terhadap sakit).

R/ Untuk menentukan tehnik pemberian bahan ajaran.

C. Bantu klien untuk memahami dan mengetahui secara mental

mengenai pembedahan serta periode pemulihan pascaoperasi.

R/ Mengurangi kecemasan.

Page 25: Strain

D. Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien

R/ Ketidaksesuaian antara tingkat pemahaman dengan tehnik

pembelajaran akan menghambat transformasi ilmu.

E. Ulangi informasi jika dibutuhkan.

R/ Peningkatan intensitas pemaparan bahan ajaran akan

membantu kemampuan mengingat.

F. Gunakan alat bantu pembelajarran jika diperlukan (Misalnya:

leafflet, alat peraga, video, dll)

R/ Membantu pemahaman dan proses mengingat

G. Berinteraksi kepada klien dengan cara tidak menghakimi untuk

memfasilitasi pengajaran.

R/ Sikap menggurui dapat mengundang ketersinggungan dan/atau

rendah diri pada klien, sehingga akan menghambat proses belajar.

H. Kaji feed back klien dan keluarga.

R/ Mengetahui sejauh mana penerimaan klien terhadap informasi

yang telah diberikan.

2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakaukan sesuai dengan intervensi tiap-tiap masalah,

dengan memperhatikan respon hasil serta waktu yang ditetapkan.

Page 26: Strain

2.5 Evaluasi

Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan

berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan

pedoman pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak

terselesaikan atau teratasi sebagian.

Page 27: Strain

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Wilkinson, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

Santosa, Budi. 2005. Panduan Dignosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima

Medika : Jakarta

Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit :

EGC, Jakarta.

Idris, Adril. 2010. Askep. www.amrilidris.blogspot.com. 28 Maret 2011 pukul 21.35

WITA.

Ariefboy. 2008. Cedera Strain.www.ariefboy.multiply.com. 28 Maret pukul 21.42

WITA