Stimulasi tumbuh kembang dengan bermain

16
Oleh: Kelompok II

Transcript of Stimulasi tumbuh kembang dengan bermain

Oleh:

Kelompok II

Menurut Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialis

anak konsultan tumbuh kembang, stimulasi dini adalah

rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir.

Stimulasi dipercaya dapat memengaruhi pertumbuhan,

yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan

memori

Rangsangan yang dilakukan dengan suasana bermain

dan kasih sayang, sejak lahir, terus-menerus, dan

bervariasi, akan merangsang pembentukan cabang-

cabang sel-sel otak, melipatgandakan jumlah hubungan

antarsel otak sehingga membentuk sirkuit otak yang lebih

kompleks, canggih, dan kuat. Dengan demikian,

kecerdasan anak makin tinggi dan bervariasi (multiple

intelligence).

Sedangkan Bermain membantu perkembangan

kecerdasan anak. Menurut Mansur permainan dapat

dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

bersifat eksploratif ,

bersifat konstruktif ,

Bersifat meniru.

Multi kecerdasan yang dimiliki anak usia dini

dikembangkan secara terpadu melalui bermain dengan

memperhatikan kemampuan belajar anak meliputi;

kecerdasan linguistik akan berkembang bila dirangsang

melalui berbicara, mendengar, berdiskusi, dan bercerita.

Tumbuh kembang anak usia dini distimulasi melalui

visual, auditorik, verbal, afektif, fisik, dan memberikan

latihan bersosialisasi dan berkomunikasi.

Mengembangkan potensi anak bisa dilakukan dengan

berbagai macam cara. Permainan adalah salah satunya,

yang justru kerap disepelekan orang tua. Padahal

bermain selain memiliki kesempatan untuk

mengeksplorasi lingkungan juga dapat mengembangkan

kreativitas anak akan nilai, sikap, toleransi, serta

pemahaman.

Tiga tahun pertama merupakan periode emas

perkembangan otak anak. Pada masa itu, ia

membutuhkan banyak stimulasi. Semakin banyak

stimulasi yang diberikan, maka hubungan koneksi antar

saraf akan semakin banyak. Artinya, anak akan semakin

cerdas. Salah satu bentuk stimulasinya adalah mainan.

Bermain merupakan cara untuk mengeskpresikan

perasaan dan emosi yang lebih cepat dibandingkan

menyampaikan ekspresi secara verbal.

1. tujuan bermain

2. permainan dipilih secara bebas

3. haruslah menyenangkan

4. adanya unsur imajinasi atau khayalan dalam kegiatan

bermain.

5. dilakukan secara aktif dan sadar.

Agar anak bisa bermain diperlukan hal-hal seperti di bawah

ini :

1. Ekstra Energi

2. Waktu

3. Alat Permainan

4. Ruangan untuk Bermain

5. Pengetahuan Cara Bermain

6. Teman Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada

keseimbangan antar bermain aktif dan yang pasif yang

biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif

kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh

mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan

didapatkan dari orang lain.

Bermain Aktif

1. Bermain mengamati atau menyelediki (Exploratory

Play)

2. Bermain Konstruktsi (Construction Play)

3. Bermain Drama ( Dramatic Play)

4. Bermain bola, tali, dsb

Bermain Pasif

1. Melihat gambar-gambar di buku atau majalah

2. Mendengar cerita atau musik

3. Menonton TV

Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh

seperti tulang, otot, dan organ lain

Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu

makan anak

Anak belajar mengontrol diri

Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan

berguna sepanjang hidupnya

Meningkatkan daya kreatifitas

Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang

dapat mengoptimalkan perkembangan anak,

disesuaikan dengan usianya dan tingkat

perkembangannya serta berguna untuk :

1. Pengembangan aspek fisik

2. Pengembangan bahasa

3. Pengembangan aspek kognitif

4. Pengembangan aspek sosial

Dibuat untuk merangsang kemampuan dasar pada

balita.

Memiliki banyak fungsi.

Mendorong kemampuan pemecahan masalah.

Melatih ketelitian dan ketekunan anak.

Melatih konsep dasar.

Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang

adalah ’makanan’ yang penting untuk perkembangan

anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk

pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar

mengisi waktu luang saja, tetapi melalui bermain anak

belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-

ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya.