Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

134
Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015 ISSN 2089-8460 i Pengantar Redaksi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni merupakan salah satu institusi akademik yang berkonsentrasi pada ilmu pendidikan bahasa dan seni. Dinamika ilmu pendidikan bahasa dan seni amatlah pesat. Oleh karena itu diperlukan wadah untuk menghimpun dan menyosialisasikan perkembangan ilmu pendidikan bahasa dan seni tersebut. Berdasarkan kesadaran dan komitmen civitas akademika, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni berhasil mewujudkan idealisme ilmiahnya melalui jurnal Stilistetika yang terbit dua kali setahun, yakni pada bulan Mei dan November. Apa yang ada di tangan pembaca budiman saat ini merupakan jurnal Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015. Jurnal Stilistetika ini memiliki makna tersendiri. Penerbitan edisi ini selain disebarkan secara internal dalam kampus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, juga didistribusikan pada komunitas akademik yang lebih luas. Jurnal Stilistetika kali ini memuat sepuluh artikel ilmiah yang dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Semoga penerbitan jurnal Stilistetika ini menjadi wahana yang baik untuk membangun atmosfer akademik. Akhirnya, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran dari pembaca diharapkan dapat memperbaiki terbitan edisi selanjutya. R e d a k s i

description

Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Transcript of Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Page 1: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

i

Pengantar Redaksi

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni merupakan salah satu institusi

akademik yang berkonsentrasi pada ilmu pendidikan bahasa dan seni. Dinamika

ilmu pendidikan bahasa dan seni amatlah pesat. Oleh karena itu diperlukan wadah

untuk menghimpun dan menyosialisasikan perkembangan ilmu pendidikan bahasa

dan seni tersebut. Berdasarkan kesadaran dan komitmen civitas akademika,

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni berhasil mewujudkan idealisme ilmiahnya

melalui jurnal Stilistetika yang terbit dua kali setahun, yakni pada bulan Mei dan

November. Apa yang ada di tangan pembaca budiman saat ini merupakan jurnal

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015.

Jurnal Stilistetika ini memiliki makna tersendiri. Penerbitan edisi ini selain

disebarkan secara internal dalam kampus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,

juga didistribusikan pada komunitas akademik yang lebih luas. Jurnal Stilistetika

kali ini memuat sepuluh artikel ilmiah yang dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.

Semoga penerbitan jurnal Stilistetika ini menjadi wahana yang baik untuk

membangun atmosfer akademik. Akhirnya, sumbangan pemikiran, kritik, dan

saran dari pembaca diharapkan dapat memperbaiki terbitan edisi selanjutya.

R e d a k s i

Page 2: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

ii

Halaman

Pengantar Redaksi ......................................................................................... i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

Anggah-Ungguh Basa Bali dan Tata Tulis Lagu Pop Bali A.A. Raka

Sidan, Judul “Song Bererong”

I Nyoman Suwija.. ......................................................................................... 1

Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke Aksara Bali Siswa

Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015

Komang Eka Swardana ................................................................................. 18

Kualitas Proposal Kegiatan Porsenijar Karya Siswa Kelas X SMK Negeri 3

Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015

I Made Dede Beny Rasgita ........................................................................... 29

Kreativitas Menggambar Motif Mistar dengan Pensil Warna oleh Siswa

Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar Tahun Pelajaran

2013/2014

I Kadek Agustina. .......................................................................................... 41

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam

Meningkatkan Keterampilan Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan

Ekstrakurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati Tahun

Pelajaran 2014/2015

Kadek Gian Senita ............................................................................................. 53

Penggunaan Media Film Dokumenter untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Teks Biografi pada Siswa Kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar

Tahun Pelajaran 2014/2015

Komang Restu Diana .................................................................................... 65

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk

Meningkatkan Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke

Dalam Aksara Bali Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung ahun

Pelajaran 2014/2015

Ni Made Pusparini Dwi Ningrum ................................................................. 78

Analisis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun

Pelajaran 2014/2015

Ni Nyoman Suryaningsih .............................................................................. 95

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan

Menganalisis Fungsi Sintaksis Wangun Lengkara Tunggal pada Siswa

Kelas X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015

Nyoman Windi Putri ..................................................................................... 109

Page 3: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

iii

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk

Meningkatkan Kemampuan Memahami Unsur-Unsur Pembangun Puisi

Bali Anyar pada Siswa Kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar Tahun Pelajaran

2014/2015

Wulan Fridayanti .......................................................................................... 122

Page 4: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

STILISTETIKA JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

Penanggung Jawab

Dekan FPBS IKIP PGRI Bali

Redaksi :

Ketua : Dr. Nengah Arnawa, M.Hum. (IKIP PGRI Bali)

Sekretaris : Drs. Nyoman Astawan, M.Hum. (IKIP PGRI Bali)

Bendahara : Dra. Ni Made Suarni, M.Si. (IKIP PGRI Bali)

Anggota : 1. Prof. Dr. Sumarsono, M.Ed. (Unikama)

2. Prof. Dr. Nyoman Suarka, M.Hum. (Unud)

3. Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum. (Unand)

4. Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. (Undiksha)

5. I Made Sujana, S.Sn., M.Si. (IKIP PGRI Bali)

6. Gusti Ayu Puspawati, S.Pd., M.Si.(IKIP PGRI Bali)

7. Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.(IKIP PGRI Bali)

Penyunting Bahasa Indonesia:

Drs. I Nyoman Suarsa, M.Pd.

Ida Ayu Agung Ekasriadi, S.Pd., M.Hum.

Penyunting Bahasa Inggris:

Ni Luh Gede Liswahyuningsih, S.S., M.Hum.

Komang Gede Purnawan, S.S.

Sirkulasi:

I Nyoman Sadwika, S.Pd., M.Hum.

Putu Agus Permanamiarta, S.S., M.Hum.

Administrasi :

Luh De Liska, S.Pd., M.Pd.

Ni Luh Purnama Dewi

Ermawan Setyaningsih

Gusti Ngurah Okta Diana Putra

Alamat : FPBS IKIP PGRI BALI

Jalan Akasia, Sumerta, Denpasar Timur

E-mail : [email protected]

Page 5: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

1

ANGGAH-UNGGUH BASA BALI DAN TATA TULIS

LAGU POP BALI A. A. RAKA SIDAN,

JUDUL “SONG BERERONG”

I NYOMAN SUWIJA

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah,

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pada era ini popularitas lagu-lagu pop Bali masih sangat bagus dan cukup

digemari oleh masyarakat Bali. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh A. A. Raka

Sidan dengan judul “Song Berérong” sangat populer pada tahun 2014 hingga

sekarang. Lirik lagu Pop Bali Song Berérong sangat menarik untuk dikaji karena

bahasa Bali yang mewahanainya memiliki sistem tingkatan-tingkatan bicara yang

disebut anggah-ungguh basa Bali. Dengan demikian masalahnya adalah

bagaimanakah penerapan anggah-ungguh basa Bali pada lagu pop Bali Song

Berérong? Di samping itu, karena teksnya tampak pada layar kaca untuk

berkaraoke, muncul juga masalah, apakah tata tulisnya sudah sesuai dengan

kaidah Ejaan Bali Latin?

Setelah dilakukan kajian yang mendalam, ternyata lirik lagu pop Bali Song

Berérong menggunakan bahasa Bali tingkatan madia (menengah) dan di

dalamnya cukup banyak terdapat kesalahan pemakain kata-kata jika dilihat dari

anggah-ungguh basa Bali. Banyak juga terdapat kesalahan tata tulis jika dikaji

dari sistem penulisan berdasarkan Ejaan Bali Latin.

Abstract

In this era, the popularity of Balinese pop song is still good and liked by

Balinese people. A song that popularized by A. A. Raka Sidan titled “Song

Berérong” is very popular in 2014 until now. The lyric of Balinese pop song

Song Berérong is very interesting to be studied because Balinese language that

vehicle the degree of speaking system called anggah-ungguh basa. Therefore, the

problem is how to applicate anggah-ungguh basa in Balinese pop song Song

Berérong? Besides that, because the text is showed on screen to karaoke, it also

show problem, what is the structure according in Balinese Spelling Rule Latin?

After doing in depth review, In fact, the lyric of Balinese pop song Song

Berérong used Balinese language in degree madia (intermediate) and there are

wrong in using words if it check from anggah-ungguh basa. It also has many

structures are wrong if it check from writing system according in Balinese

Spelling Rule Latin.

Key word: Song Berérong Song, The Degree of Balinese Speech.

Page 6: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

2

1. Pendahuluan

Kehidupan seni suara di Bali tidak dapat dipisahkan dari bidang seni sastra

lisan, seperti yang terlihat pada tradisi mabebasan atau masanti yaitu melantunkan

tembang-tembang Bali purwa yang disertai pembahasan arti dan maknanya.

Kegiatan tersebut masih marak di kalangan masyarakat Bali dan merupakan

warisan budaya yang bernuansa pendidikan moral sehingga perlu dilestarikan dan

diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Esten (1993: 1), sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah

berperan membentuk apresiasi sastra masyarakat. Setelah ada sastra tulis pun,

sastra lisan hidup terus dan berdampingan dengan sastra tulis. Oleh karena itu,

studi tentang sastra lisan merupakan hal yang cukup penting bagi para ahli yang

memahami peristiwa perkembangan sastra, asal mula genre sastra, serta

penyimpangan yang terjadi.

Suwija dan Manda (2014: 92) mengatakan, Gending atau tembang dalam

khazanah kesusastraan Bali tergolong ke dalam susastra lisan, yaitu sastra yang

diajarkan secara turun-temurun dari mulut ke mulut oleh para orang tua kepada

anak-cucunya, baik jenis lagu anak-anak (sekar raré), tembang geguritan (sekar

alit), tembang kidung (sekar madia), maupun tembang kakawin (sekar agung).

Darma Putra (2004: 4) mengatakan, Sejak tahun 1970-an di Bali tumbuh

dan berkembang jenis tembang Bali yang disebut Lagu Pop Bali karena syairnya

menggunakan bahasa daerah Bali dan diiringi musik populer. Lahirnya lagu pop

Bali dipelopori oleh seorang musisi Bali yang bernama Anak Agung Made Cakra.

Beliaulah perintis sebuah group Band Putra Dewata yang sempat pentas keliling

menghibur masyarakat, baik ke hotel-hotel, ke tempat acara-acara resmi, bahkan

sampai ke desa-desa. Di samping itu, juga direkam pada studio rekaman Bali

Record untuk bahan siaran radio dan dikomersialkan pada toko-toko kaset.

Kesemarakan cipta lirik lagu-lagu pop Bali sempat terhenti selama belasan

tahun, namun sejak akhir tahun 1990-an kembali diminati dan mulai dikemas

lebih professional. Pada masa itu, kembali dikenal sejumlah nama penyanyi lagu

Page 7: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

3

pop Bali yang baru, di antaranya: Yong Sagita, Yan Bero, Ketut Bimbo, Komang

Rani, dan Alit Adiari, dan lain-lain. Aransemen musik yang mengiringi lagu-lagu

pop Bali tersebut tampak semakin baik setelah menggunakan nada tembang Bali

jenis pélog yaitu saih gong kebyar dan seléndro atau saih gendér.

Dalam perkembangan berikutnya, lagu-lagu pop Bali direkam juga ke

dalam kaset Video CD dengan latar perekaman yang indah dan diiringi musik

kontemporer khas Bali. Kesemarakan lagu pop Bali belakangan ini nampak terus

berlanjut dan mendapat perhatian yang serius di kalangan masyarakat Bali, lebih-

lebih dengan munculnya penyanyi Bali, seperti Widi Widiana, Ayu Suandewi,

Bayu KW, Mang Jana, Ketut Warnata, Tutik, Yanse, Sudiana, Gusti Sudharsana,

Ayu Damayanti, Dek Ulik, Man Senior, A. A. Raka Sidan, dan banyak lagi yang

lainnya.

Dalam penelitian ini dipilih lagu pop Bali karya Anak Agung Raka Sidan

yang berjudul “Song Berérong”. Lagu yang satu ini sangat dikenal oleh

masyarakat Bali bahkan sampai ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa.

Di samping itu, lagu ini menggunakan bahasa Bali yang terkesan sebagai basa

alus (bahasa yang menghormat), namun di dalamnya terdapat cukup banyak

kekeliruan, baik pemakaian anggah-ungguh basa Balinya, maupun penulisannya.

Dengan demikian lirik lagu Song Berérong ini merupakan objek yang menarik

untuk diteliti.

2. Bahasa Lagu-lagu Pop Bali

Sesuai dengan namanya, lirik lagu-lagu pop Bali menggunakan media

bahasa Bali. Tidak jarang lagu pop Bali ditulis tanpa dasar pemahaman bahasa

Bali yang benar. Banyak juga lirik lagu diciptakan terlebih dahulu berbahasa

Indonesia, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Bali. Dengan demikian

cukup banyak terjadi kejanggalan atau kesalahan dalam penerapan anggah-

ungguh basa Balinya.

Bahasa Bali yang dipakai media lagu-lagu pop Bali memiliki sistem bicara

yang unik, berbeda dengan bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Bali dikenal

adanya sistem tingkat-tingkatan bicara yang disebut anggah-ungguh basa Bali.

Page 8: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

4

Bahasa Bali sebagai alat komunikasi, sangat tergantung pada situasi pembicaraan

dan partisipannya. Siapa berbicara, bersama siapa berbicara, dan siapa yang

dibicarakan.

Jika si pembicara seorang yang berkasta rendahan (Wangsa Jaba atau

Sudra Wangsa) berbicara terhadap orang yang berkasta lebih tinggi (Tri Wangsa),

maka yang digunakan adalah bahasa Bali alus (menghormat). Namun sebaliknya,

apabila seorang Tri Wangsa berbicara kepada atau membicarakan tentang Wangsa

Jaba, maka bahasanya adalah basa andap (lepas hormat) (Suwija, 2014: 20).

Situasi atau status sosial partisipan itulah yang berdampak besar terhadap

kebenaran bahasa yang dikeluarkan oleh pihak pembicara. Jika dikaitkan dengan

pemahaman bahasa Bali para pengarang lagu pop Bali, tentu ada masalah besar

yang dapat diangkat. Apakah para penulis lirik lagu pop Bali telah memiliki

pengetahuan yang baik dan benar tentang anggah-ungguh basa Bali? Terkait

dengan hal itu, bagaimanakah pemakaian Bali Bali pada lirik lagu pop Bali “Song

Berérong” Raka Sidan? Apakah anggah-ungguh basa Balinya sudah benar? Oleh

karena pada hasil perekaman lagu tersebut disertai tulisannya untuk berkaraoke,

apakah tata penulisannya sudah benar sesuai kaidah Ejaan Bali Latin?

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk dapat

mendeskripsikan pemakaian bahasa Bali pada lirik lagu pop Bali “Song

Berérong” A. A. Raka Sidan, baik menganai anggah-ungguh basanya maupun

kebenaran tata tulisnya. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan akan

bermanfaat untuk menuai kritik dan saran terhadap penggunaan bahasa Bali lagu-

lagu pop Bali.

Dalam analisis digunakan teori strukturalisme semiotik. Penerapan teori

Strukturalisme didasari atas pemikiran Luxemburg (1986: 38), bahwa fokus inti

dari perhatian strukturalisme bukanlah bagian-bagiannya, melainkan hubungan

antara bagian-bagian tersebut. Teks lagu pop Bali Song Bererong merupakan

kesatuan unsur-unsur kebahasaan yang membangun makna. Sementara itu, teori

semiotik diterapkan karena lirik lagu pop Bali Song Berérong merupakan sistem

tanda yang penuh makna. Hal ini sesuai dengan pendapat Teeuw (1984: 44) yang

Page 9: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

5

menyatakan bahwa karya sastra dapat dikaji dari aspek signifiant (formal atau

bunyi) pada system tanda dan aspek signifie (kemaknaan atau konseptual).

Penelitian ini diawali dengan studi dokumen yaitu mencari kaset rekaman

lagu pop Bali pada album A. A. Raka Sidan yang berjudul Song Berérong.

Salanjutnya lirik lagu tersebut ditranskripsi ke dalam bahasa tulis sebagai objek

penelitian. Jadi, objek penelitian ini adalah teks tertulis hasil transkripsi rekaman

lagu pop Bali Song Berérong.

Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi dan teknik

pencatatan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan didecoding, yang

selanjutnya dianalisis secara interpretatif. Oleh karena teks lagu pop Bali Song

Berérong berbahasa daerah Bali, dalam proses analisis data disertai teknik

penerjemahan yaitu pengalihan amanat antarbudaya atau antarbahasa dalam

tuturan gramatikal dan leksikal dengan maksud efek dan wujud yang sedapat

mungkin dipertahankan (Kridalaksana dalam Hutomo, 1993: 19).

3. Teks Lagu Pop Bali Song Berérong

Lagu pop Bali Song Berérong merupakan salah satu lagu terpopuler di

Bali pada tahun 2014, yang dipopulerkan oleh A. A. Raka Sidan dalam sebuah

album yang diberi nama “Song Berérong”. Berikut disajikan lirik lagu

selengkapnya.

SONG BRERONG

(Raka Sidan)

Ampura crita niki jakti-jakti.

Né tiang pegawai negeri,

dinas ring kantor bupati,

golongan tiang tinggi.

Yen unduk gajih pantesné tiang ba sugih,

malahan lebih maan sampingan disisi.

Nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,

Kéwala telahné tiang sing ngerti.

Tanbina buka porotin berérong.

Gajih telah disepirit,

batin tanah telah dikafé,

Page 10: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

6

kurenan wawa wéwé.

Yen kurenané nagih pipis baat limané.

Yéning tip waitrees iying limané nyelukin.

Satus satak tali selukang tusing merasa,

ané jumah payu mekenta.

Apa mirib . . . lintang bubuné bolong.

Pipis liu né dikantong buka amah berérong,

néjani sing ngidang ngomong,

telahné disong berérong.

Pipisé telah, telah amah berérong.

Piposé telah, telahné disong berérong.

Terjemahan:

Permisi, cerita ini jati-jati.

Ini ku pegawé negeri,

tugas di kantor bupati,

golonganku tinggi.

Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,

malahan lebih dapat ceperan di luar,

jadi calo tanah sering aku mendapat fee,

tetapi habisnya aku tak ngerti.

Tak bda bagai diporoti bererong,

gajih habis di judi sepirit,

untung tanah habis di kafe,

isteriku ribut wawa wewe.

Jika isteri minta uang, berat tanganku memberi,

Kalau ngetip wetris, ringan tanganku memberi,

seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,

yang di rumah tidak makan apa-apa.

Apakah kira-kira, lintang lahirku bolong,

uang banyak yang di kantong, bagai dimakan brerong,

sekarang tidak bisa ngomong,

habisnya di lubang brerong.

Uangku habis, habis dimangsa brerong,

Uangku habis, habis di lubang brerong.

4. Analisis Anggah-ungguh Basa Bali Lagu Pop Bali Song Bererong

Secara umum, teks lagu pop Bali Song Bererong ini menggunakan basa

madia. Menurut Suarjana (2011: 103), basa madia adalah tingkatan bahasa Bali

Page 11: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

7

yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada di antara bahasa Bali

andap dan bahasa Bali alus.

Menurut Suwija (2014: 64), “Basa madia inggih punika basa Baliné sané

makanten sakadi basa alus nanging wirasannyané kantun madia santukan akéh

kawangun antuk kruna-kruna alus madia. Artinya, bahasa madia yaitu bahasa

Bali yang kelihatannya seperti bahasa halus, tetapi nilai rasanya masih menengah

karena banyak menggunakan kata-kata menengah. Jadi, basa madia merupakan

tingkatan bahasa Bali yang menengah, tidak andap/biasa, juga tidak terlalu halus.

Sebagai ciri utama basa madia, A. A. Raka Sidan ketika menyebut dirinya

menggunakan kata ganti tiang ‘saya’. Perhatikan petikan bait pertama berikut ini.

Ampura cerita niki jakti-jakti.

Né tiang pegawai negeri,

dinas ring kantor bupati,

golongan tiang tinggi.

Terjemahan:

Permisi cerita ini jati-jati.

Ku ini pegawai negeri,

tugas di kantor bupati,

golonganku tinggi.

Pada baris ke-1, ada penggunaan kata niki ‘ini’. Kata niki termasuk

tingkatan kata alus madia karena masih ada yang nilai rasanya benar-benar halus

yaitu puniki ’ini’. Pada baris kedua seperti ini “Né tiang pegawé negeri” artinya

‘Ini saya pegawai negeri’. Kata tiang yang termasuk kategori kata alus madia

sebagai ciri utama basa madia. Demikian juga halnya penggunaan kata tiang

‘saya’ pada baris ke-4, yaitu pada ungkapan golongan tiang tinggi yang berarti

‘golongan saya tinggi’.

Pada paragraf ke-1, ada juga penggunaan sejumlah kata yang termasuk

kata alus mider yaitu kata: ampura ‘maaf’, jakti-jakti ‘benar-benar’, dan kata ring

‘di’. Kata-kata tersebut termasuk kata alus mider karena semuanya memiliki

bentuk andap yaitu: kata ampura bentuk andapnya aksama, kata yukti-yukti

bentuk andapnya sajan-sajan ‘benar-benar’, dan kata ring bentuk andapnya di

‘di’.

Page 12: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

8

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka bait pertama lagu pop Bali Song

Brerong menggunakan basa madia, yaitu bahasa daerah Bali yang nilai rasanya

menengah, tidak kasar, tidak biasa (andap) dan cukup halus atau menghormat,

namun cukup banyak kata-katanya yang mengandung nilai rasa biasa. Bagi

masyarakat yang bukan ahli bahasa Bali, akan merasakan bahasa tersebut seperti

bahasa yang halus.

Berikut akan dikemukakan sejumlah kata yang terkategori kurang halus

bahkan cenderung kata biasa atau andap. Pada baris kedua liriknya berbunyi “Ne

tiang pegawe negeri, dinas ring kantor bupati”. Jika dianalisis, kata ne ‘ini’

termasuk kata andap ’biasa’, kata pegawe ‘pegawai’ termasuk kata mider yaitu

kata yang tidak memiliki bentuk halus; kata dinas yang bermakna ‘bertugas’ juga

termasuk kata mider dari kata bahasa Indonesia yang juga tidak memiliki bentuk

halus. Gabungan kata kantor bupati juga sama-sama kata mider yang tidak

memiliki bentuk halus. Selanjutnya, akan dianalisis kutipan bait yang kedua

sebagai berikut.

Yen unduk gajih pantesné tiang ba sugih,

malahan lebih maan sampingan disisi,

nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,

kéwala telahné tiang sing ngerti.

Terjemahan:

Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,

malahan lebih dapat ceperan di luar,

menjadi calo tanah aku sering mendapat untung,

tetapi habisnya aku tidak ngerti.

Jika dicermati, pada saat ini (kutipan ini) posisi seorang Raka Sidan masih

berbicara pada audiens seperti pada lirik lagu yang pertama. Oleh karena dia

masih berbicara kepada orang banyak yang sudah tentu akan sangat beragam

status sosialnya, seharusnya menggunakan bahasa Bali yang tingkatan halus atau

paling tidak tingkatan bahasa Bali madia atau menengah.

Pada baris pertama lirik ini, yaitu “Yen unduk gajih pantesné tiang ba

sugih” yang artinya ‘Jika tentang gaji harusnya saya sudah kaya’, penggunaan

kata ganti tiang ‘saya’ juga mencerminkan penggunaan basa madia. Jika ini

disadari dan disertai pemakaian bahasa yang konsisten tentu akan sangat bagus.

Page 13: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

9

Sayang sekali Raka Sidan cukup banyak menggunakan tingkatan basa andap.

Contohnya kata yen ‘jika’, kata unduk ‘tentang’, kata pantesné ‘seharusnya’, dan

kata ba (suba) ‘dah/sudah’ ini semuanya kata andap yang semestinya dibenahi

dengan penggunaan kata-kata yang bernilai rasa lebih halus atau kruna alus

mider.

Berdasarkan analisis ini dapat diberikan perbaikan baris kesatu lirik kedua

ini yaitu kata yen lebih halus yén/yéning ‘kalau/jika, kata unduk seharusnya indik

‘tentang’, dan kata pantesné lebih halus patutné ‘seharusnya’, dan kata ba (suba)

bahasa halusnya ampun/sampun ‘sudah’.

Demikian pula pada baris kedua yang berbunyi “Malahan lebih maan

sampingan di sisi”, yang artinya ‘Malahan lebih dapat ceperan di luar’. Di sini

juga terjadi hal serupa, yaitu penggunaan kata-kata basa andap atau bahasa yang

lepas hormat yang semestinya menggunakan kata-kata yang halus atau madia.

Misalnya, kata lebih bisa diganti dengan kata lintang ‘lebih’, kata maan ‘dapat’

sebaiknya polih ‘dapat’, dan gabungan kata di sisi sebaiknya ring sisi ‘di luar’.

Selanjutnya ungkapan pada baris ketiga yaitu “Nyaloin tanah pepesan

tiang maan bati” yang maknanya ’Jadi calo tanah sering saya mendapat untung’.

Kata nyaloin tanah termasuk jenis kata mider yang tidak memiliki bentuk halus

sehingga bisa dan benar dipakai pada konteks itu. Sementara itu, kata pepesan

lebih baik memakai bentuk alus mider yaitu seringan ‘seringkali’, kata tiang

sudah benar karena hal itu memang merupakan ciri basa madia. Selanjutnya

gabungan kata maan bati ‘mendapat untung’ seharusnya diganti dengan kata polih

bati ‘mendapat untung’.

Pada baris keempat lirik ketiga lagu pop Bali Song Brerong ini juga

terdapat sejumlah kata yang patut diganti jika diinginkan bahasa lagu tersebut

lebih baik dan benar. Baris keempat dimaksud berbunyi “Kewala telahné tiang

sing ngerti”. Artinya ‘Namun habisnya saya tidak mengerti’. Kata kewala

‘namun/tetapi’ sebaiknya menggunakan kata kewanten atau nanging

‘tetapi/namun’; kata telahné ‘habisnya’ sebaiknya kata telasné ‘habisnya’; kata

sing/tusing ‘tak’ seharusnya menggunakan bentuk halus ten/nénten ‘tak’;

sementara kata ngerti ‘mengerti’ punya bentuk halus midep ‘mengerti’, akan

Page 14: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

10

tetapi tidak harus diganti karena tuntutan bunyi (vocal) akhir lirik tersebut adalah

suara i.

Berikut ini akan dilanjutkan analisis bahasa Bali yang tersurat pada lirik

ketiga, yang teks selengkapnya sebagai berikut.

Tanbina buka porotin brérong,

gajih telah disepirit,

batin tanah telah di kafé,

kurenan wawa wéwé.

Terjemahan

Tak obahnya bagai diporoti brerong,

gajih habis di judi sepirit,

untung tanah habis di kafe,

isteriku ribut wawa wewe.

Secara umum penggunaan bahasa Bali pada lirik kedua ini memiliki nilai

rasa yang lebih rendah lagi. Maksudnya, jika bait ke-1 cukup banyak kata-kata

yang bernilai rasa tinggi atau menghormat, pada bait kedua ini lebih banyak kata-

kata yang nilai rasanya biasa atau andap. Misalnya pada baris pertama ada kata

alus madia “tan” ‘tak’ yang sama artinya dengan kata ten singkatan dari kata

nenten ‘tidak’.

Demikian juga kata bina ‘beda’ termasuk kata biasa atau andap yang

bentuk halusnya tios ‘beda/lain’ atau matiosan ‘berbeda/berlainan’. Kata-kata

buka, telah, di, dan kurenan yang berarti ‘bagai, habis, di, dan isteri’ juga

termasuk kata tingkatan biasa atau andap karena masing-masing punya bentuk

halus kadi, telas, ring, miwah rabi.

Sementara itu, pada lirik kedua ini ada jenis kata yang terkategori kruna

mider seperti: porotin, berérong, gajih, sepirit, bati, tanah, kafé, dan wawa-wéwé

yang bahasa Indonesianya masing-masing gaji, sepirit, untung, kafe, dan ribut

(marah-marah). Kata-kata tersebut semuanya termasuk tingkatan kruna mider,

yaitu kata-kata bahasa Bali yang seperti kata biasa atau andap namun tidak

memiliki bentuk lain yang terkategori bahasa halus.

Berdasarkan analisis anggah-ungguh kruna seperti terurai di atas dapatlah

disimpulkan bahwa lirik kedua lagu pop Bali Song Berérong ini termasuk

menggunakan basa madia, yaitu tingkatan bahasa Bali yang seperti bahasa halus,

Page 15: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

11

namun nilai rasanya menengah karena kebanyakan kata-katanya dari bahasa yang

kurang atau tidak halus.

Di bawah ini akan dianalisis pemakaian bahasa Bali pada lirik keempat

yang selengkapnya sebagai berikut.

Yen kurenané nagih pipis baat limané,

yéning tip waitrees iying limané nyelukin,

satus satak tali selukang tusing merasa,

ané jumah payu mekenta.

Terjemahan:

Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,

kalau ngetip waitris, ringan tanganku memberi,

seratus dua ratus ribu diambilkan tidak terasa,

yang di rumah tidak makan apa-apa.

Lirik ketiga ini menggunakan bahasa Bali yang tingkatan andap atau

biasa. Jika dilihat kebenaran penggunaan bahasa pada lirik ini, akan terdapat dua

tanggapan yaitu (1) apakah sang penyanyi menceritakan dirinya kpada pendengar

atau penonton? Sementara (2) apakah yang bersangkutan menceritakan

keadaannya pada dirinya sendiri atau sedang merenungi dirinya? Jika yang

dimaksudkan opsi (1), pemakaian bahasanya di sini keliru atau tidak tepat karena

manakala seorang Bali menceritakan keadaan dirinya kepada orang lain

seharusnya menggunakan bahasa yang tingkatan halus. Dengan demikian lirik

yang tepat untuk hal itu adalah sbagai berikut.

Yen kurenané nagih pipis baat limané,

yéning tip waitrees iying limané nyelukin,

satus satak tali selukang nénten marasa,

sane jumah durus makeneta.

Terjemahannya:

Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,

kalau ngetip waitrees, ringan tanganku memberi,

seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,

yang di rumah tidak makan apa-apa.

Namun jika yang terjadi adalah opsi yang kedua, tentu penggunaan

bahasanya sudah benar menggunakan basa andap karena bahasanya itu bukan

untuk orang lain melainkan hanya untuk merenungi keadaan dirinya. Jadi dalam

hal ini dia bebas berbahasa yang tidak menghormat atau bukan bahasa yang

Page 16: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

12

tingkatan halus.

Brikut ini akan dianalisis pemakaian kata-kata pada lirik lagu yang kelima

yang berbunyi demikian.

Apa mirib . . . lintang bubuné bolong,

pipis liu né dikantong buka amah berérong,

né jani sing nyidang ngomong,

telahné disong berérong.

Terjemahan:

Apakah kira-kira, lintang lahirku bolong,

uang banyak yang di kantong, bagai dimakan bebrerong,

sekarang tidak bias ngomong,

habisnya di lubang bererong.

Secara umum penggunaan kata-kata bahasa Bali pada lirik ketiga ini

menggunakan basa andap. Yang termasuk tingkatan basa andap pada teks

tersebut antara lain: apa ‘apa’, mirib ‘kira-kira’, pipis ‘uang’, liu ‘banyak’, ne

‘ini’, di ‘di’, buka ‘bagai’, ne ‘ini’ jani ’sekarang’, sing ‘tak’, nyidang ‘mampu’,

ngomong ‘bebicara’, dan telahne ‘habisnya’.

Kata yang lainnya seperti: lintang ‘lintang’ bubune ‘bubuku’, bolong

‘berlubang’, kantong ‘saku’, bererong ‘tuyul’, dan song ‘lobang’ termasuk kruna

mider, yaitu kata-kata yang tidak memiliki bentuk hormat atau halus. Sementara

itu, ada satu kata pada baris kedua yaitu kata amah ‘pakan’ yang termasuk

tingkatan kruna kata kasar, yaitu kata yang nilai rasanya jelek, tidak sopan,

cenderung digunakan untuk mencaci-maki dalam pertengkaran. Hal ini digunakan

karena dikenai pada brerong (binatang), bukan manusia.

Pipisé telah, telah amah berérong,

Pipisé telah, telahné di song berérong.

Terjemahan:

Uangku habis, habis dimakan bererong,

Uangku habis, habisnya di lubang bererong.

Pada lirik terakhir ini ada dua baris yang mirip. Kata pipisé ‘uang’ telah

‘habis’, telahné ‘habisnya’ di ‘di’ termasuk jenis kata biasa atau andap karena

masing-masing memiliki bentuk halus. Kata pipis ‘uang’ bentuk halusnya jinah,

kata telah atau telahne ‘habis atau habisnya’ bentuk halusnya ‘telas atau

telasnyane ‘habisnya’.

Page 17: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

13

Kata amah ‘pakan’ adalah sebuah kata yang termasuk tingkatan kata kasar

yaitu kata yang nilai rasanya jelek, tidak sopan, bahkan tidak menghormat. Hal ini

dibenarkan karena dipakai menyebut keadaan makan binatang dalam hal ini

berérong. Sementara kata bererong ‘tuyul’ dan song berérong ‘lubang tuyul’

termasuk kategori kruna mider karena kedua kata tersebut tidak memiliki bentuk

halus.

5. Analisis Tata Tulis Lagu Pop Bali “Song Berérong”

Perekaman lagu pop Bali Song Brerong pada DVD yang terjual di pasaran

dilengkapi tayangan syairnya pada layar kaca untuk keperluan berkaraoke. Oleh

karena itu, tata penulisan lirik lagu tersebut merupakan objek yang menarik untuk

dianalisis berdasarkan tata Ejaan Bali Latin.

1) Kesalahan Penulisan Pangater (Awalan)

Pada teks lagu pop Bali Song Brerong terdapat kesalahan penulisan

awalan, hanya penulisan awalan ma- yang terlihat pada kutipan berikut.

Yen kurenané nagih pipis baat limané,

yéning tip waitrees iying limané nyelukin,

satus satak tali selukang tusing merasa,

ané jumah payu mekenta.

Terjemahan

Jika isteri minta uang, berat tangan memberi,

kalau ngetip waitris, ringan tanganku memberi,

seratus duaratus ribu diambilkan tidak terasa,

yang di rumah tidak makan apa-apa.

Jika kutipan di atas dicermati, pada baris ketiga terdapat kesalahan

penulisan kata merasa ‘merasa’ yang seharusnya ditulis memakai vokal a

(marasa). Juga terdapat kesalahan tulis pada baris keempat yaitu kata mekenta

‘kelaparan’ seharusnya ditulis makenta. Aturannya, setiap awalan bahasa Bali

yang bersuara e ditulis memakai a (Suwija, 2011: 32).

Page 18: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

14

2) Kesalahan Penulisan Kosakata

Di samping kesalahan dalam penulisan awalan, pada teks lagu pop Bali

Song Brerong ditemukan pula kesalahan penulisan kosakata, di antaranya sebagai

berikut.

Ampura cerita niki jakti-jakti.

Né tiang pegawai negeri,

dinas ring kantor bupati,

golongan tiang tinggi.

Terjemahan:

Permisi cerita ini jati-jati.

ku ini pegawai negeri,

tugas di kantor bupati,

golonganku tinggi.

Pada baris pertama lirik ini tertulis kata ulang “jakti-jakti” yang bermakna

‘benar-benar’ atau ‘sungguh-sungguh’. Sebenarnya di sini tidak perlu ditulis jakti-

jakti, cukup jati-jati. Lalu, pada baris kedua ada penulisan kata “pegawai negeri”

yang dalam bahasa Bali tulisannya yang baku pegawé negeri.

Kesalahan lainnya terkait penulisan kosakata terdapat pula pada lirik

keempat lagu pop Bali Song Brérong yang dapat dicermati pada kutipan berikut

ini.

Tanbina buka porotin berérong.

Gajih telah disepirit,

batin tanah telah dikafé,

kurenan wawa wéwé.

Terjemahan

Tak beda bagai diporoti bererong,

gajih habis di judi sepirit,

untung tanah habis di kafe,

isteriku ribut wawa wewe.

Perhatikan kutipan baris pertama lirik ketiga ini yang berbunyi “Tanbina

buka porotin berérong” yang artinya ‘Tak beda bagai digerogoti bererong’.

Penulisan kata tanbina ‘tak beda’ yang benar adalah tan bina (memakai spasi)

karena sesunggunhya hal itu gabungan dua kata, yaitu kata tan ‘tidak’ yang sama

dengan ten atau nénten yang berarti tidak ditambah kata bina yang berarti

berbeda. Jadi keliru kalau ditulis rangkai.

Page 19: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

15

Kesalahan serupa terdapat pula pada penulisan kata “nejani” yang

bermakna ‘ini sekarang’ pada lirik keempat yang kalimatnya berbunyi “Nejani

sing nyidang ngomong” artinya ‘Sekarang ini tak biaa berbicara’. Kata nejani

bukan satu kata, melainkan dua kata yaitu kata ané/né ‘ini’ dan kata jani

‘sekarang’. Dengan demikian tulisan yang benar adalah né jani (dua kata), bukan

néjani.

Penulisan kosa kata yang juga patut mendapat perhatian yaitu kata

pegawai negeri pada lirik kesatu dan penulisan kata waitrees pada lirik ketiga.

Kata pegawai negeri yang murni kosakata bahasa Indonesia, ketika diserap ke

dalam bahasa Bali, tulisan yng bnar pegawé negeri. Demikian juga hanya kata

bahasa Inggris waitrees, setelah masuk ke bahasa Bali ditulis sesuai bacaan Bali

yaitu waitris.

3) Kesalahan Penulisan Kata Depan

Di samping kesalahan dalam penulisan awalan dan kosa kata yang telah

dipaparkan di atas, pada teks lagu pop Bali Song Bererong ditemukan pula

kesalahan penulisan kata depan, di antaranya sebagai berikut.

Yen unduk gajih pantesné tiang ba sugih,

malahan lebih maan sampingan disisi.

Nyaloin tanah pepesan tiang maan bati,

kéwala telahné tiang sing ngerti.

Terjemahan:

Jika tentang gajih harusnya aku sudah kaya,

malahan lebih dapat ceperan di luar.

Jadi calo tanah seringan aku mendapat fee,

tetapi habisnya aku tak ngerti.

Pada baris kedua lirik kedua lagu pop Bali Song Bererong terdapat

kesalahan penulisan kata disisi yang berarti ‘di luar’. Kata disisi adalah dua kata

yaitu kata depan di dan kata dasar sisi. Dengan demikian tulisan yang baku adalah

di sisi memakai spasi, tidak nyambung. Kesalahan serupa juga trlihat pada lirik

ketiga di bawah ini.

Tanbina buka porotin berérong.

Gajih telah disepirit,

batin tanah telah dikafé,

Page 20: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

16

kurenan wawa wéwé.

Terjemahan

Tak obahnya bagai diporoti oleh bererong.

Gajih habis di judi sepirit,

untung tanah habis di kafe,

isteriku ribut wawa wewe.

Pada baris kedua lirik lagu ketiga di atas ada dua kesalahan penulisan kata

depan yaitu pada kata disepirit ‘di judi spirit’ dan kata dikafe ‘di kafe’. Kata

disepirit seharusnya di sepirit (memakai spasi) karena di adalah kata depan, bukan

awalan. Demikian juga di pada kata dikafe seharusnya di kafe, memakai spasi.

Perhatikan kutipan lirik keempat berikut ini yang mengandung kesalahan

tata tulis kata depan!

Apa mirib … lintang bubune bolong.

Pipis liu ne dikantong buka amah bererong,

ne jani sing nyidang ngomong,

telahne disong bererong.

Terjemahannya:

Apa kira-kira … lintang hidupku bolong.

Uang banyak di saku, bagai dimakan bererong,

sekarang tak bisa ngomong,

habisnya di lubang bererong.

Pada baris keempat lirik lagu di atas terdapat juga dua kesalahan penulisan

kata depan di, yaitu kata disong ‘di lubang’ dan dikantong ‘di saku’. Seharusnya

penulisan gabungan kata di song bererong tersebut memakai spasi di song.

Demikian juga penulisan kata dikantong seharusnya di kntong (memakai spasi)

karena di di sana bukan awalan, melainkan kata depan.

6. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis, dapatlah disimpulkan bahwa lagu pop Bali

Song Berérong menggunakan basa madia yaitu tingkatan bahasa Bali yang seperti

bahasa halus, tetapi nilai rasanya menengah karena banyak disisipi kata-kata

andap atau yang lepas hormat. Dengan demikian penulis lirik lagu pop Bali Song

Berérong kurang memahami tata anggah-ungguhing basa Bali.

Tata penulisan kosa kata lagu pop Bali Song Berérong cukup banyak

Page 21: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

17

kekeliruan. Hal ini memberikan indikasi bahwa penulis teks lagu tersebut kurang

memahami tata penulisan yang baik dan benar karena kemungkinan tidak pernah

mempelajari tata Ejaan Bali Latin.

Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada pencipta lirik lagu pop

Bali agar memeriksakan hasil ciptanya pada ahli bahasa Bali sebelum direkam

agar menjadi konsumsi masyarakat yang baik dan benar. Lalu, kepada para

pemerhati budaya, khususnya seniman lagu pop Bali disarankan terus berkarya

guna ikut berperan dalam pemertahanan bahasa daerah Bali.

DAFTAR RUJUKAN

Darma Putra, I Nyoman. 2004. “Kecenderungan Tema Politik dalam Perkem-

bangan Mutakhir Lagu-lagu Pop Bali”. (Makalah). Denpasar:

Universitas Udayana.

Esten, Mursal. 1993. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:

Angkasa.

Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Luxemburg, Jan Van. Et.al 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Edisi Kedua (Alih

Bahasa Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.

Suarjana, I Nyoman. 2011. Sor Singgih Basa Bali: Kebalian Manusia Bali dalam

Dharma Pepadikan, Pidarta, Sembrama Wecana, dan Dharma

Wecana. Denpasar: Tohpati Grafika Utama.

Suwija, I Nyoman. 2011. “Ejaan Bali Latin” (Diktat Kuiah). Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa

dan Seni, IKIP PGRI Bali.

Suwija, I Nyoman dan I Gede Manda. 2014. Widia Sari 2: Basa lan Sastra Bali.

Denpasar: Sri Rama.

Suwija, I Nyoman. 2014. Tata Titi Mabaos Bali. Denpasar: Pelawa Sari.

Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka

Jaya.

Page 22: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

18

KEMAMPUAN MENGONVERSI WACANA BERHURUF LATIN KE

AKSARA BALI SISWA KELAS X JASA BOGA SMK NEGERI 5 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

Komang Eka Swardana, NIM.2011.II.2.0021

Progra Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali

Abstrak

Pada zaman yang modern ini, menulis aksara Bali dirasa sangat sulit terutama

oleh siswa. Hal yang disebabkan oleh rendahnya minat siswa dalam mempelajari

bahasa Bali terutama menulis aksara Bali. Atas dasar itulah peneliti mengadakan

penelitian dengan judul kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara

Bali. Masalah pada penelitian ini adalah (1) bagaimana kemampuan mengonversi

wacana berhuruf Latin Ke aksara Bali, (2) kesulitan apakah yang dihadapi oleh siswa

dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, (3) faktor apakah yang

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengonversi wacana berhuruf Latin

ke aksara Bali. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan

objektif tentang prestasi belajar siswa dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke

aksara Bali.

Untuk mendukung penelitian ini maka dalam landasan teori dibahas teori-

teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini antara lain (1) pengertian

mengonversi, (2) pengertian wacana, (3) sejarah aksara Bali, (4) aksara Bali, dan (5)

pengangge aksara Bali.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) metode penentuan

subjek penelitian, (2) metode pendekatan subjek penelitian, (3) metode pengumpulan

data, dan (4) metode pengolahan data. Metode penentuan subjek penelitian ditentukan

sampel penelitian sejumlah 80 orang, yaitu siswa kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Metode pendekatan subjek penelitian

menggunakan metode empiris. Di dalam metode pengumpulan data menggunakan

metode tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes esai, yaitu mengonversi wacana

berhuruf Latin ke aksara Bali. Metode pengolahan data yang digunakan adalah

dengan analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan pengolahan data tersebut diperoleh nilai rata-rata kemampuan

mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5

Denpasar adalah 77. Dari 80 siswa yang mengikuti tes, yang mencapai KKM, 65

siswa (81,25%), dan yang belum mencapai KKM, 15 siswa (18,75%). Dengan

demikian dapat disimpulkan, bahwa kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin

ke aksara Bali kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar tahun pelajaran 20

14/2015 adalah baik.

Kata kunci: mengonversi, wacana, dan aksara Bali

Page 23: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

19

Abstract

In this modern age, wrote the Balinese considered very difficult, especially

by students. It caused by low student interest in learning the language of Bali

especially Balinese script writing. Based on that researchers conduct research with

title lettered discourse ability to convert Latin script to Bali. Problems in this study

are (1) how the ability to convert Latin lettered discourse to the Balinese, (2) the

difficulty is faced by students in Latin lettered discourse convert to the Balinese, (3)

whether the factors that cause students to experience difficulties in converting

lettered discourse Latin script to Bali. This study aims to provide a clear picture and

on student achievement in Latin lettered discourse convert to Balinese script.

To support this research, the cornerstone of the theory discussed theories

that form the basis for this study include (1) understanding convert, (2) the notion of

discourse, (3) the history of the Balinese, (4) the Balinese, and (5) pangangge

Balinese script.

The method used in this study were (1) the method of determining the

subject of research, (2) approach the subject of research, (3) data collection methods,

and (4) the method of data processing. Method of determining the subject of the study

determined the sample number 80, the students of class X Food Service SMK Negeri

5 Denpasar academic year 2014/2015. Methods approach the subject of research

using empirical methods. In the method of data collection using the test method. The

type of test used is an essay test, which convert lettered discourse Latin script to Bali.

Data processing method used is descriptive statistical analysis.

Based on the data obtained by processing the average value the ability to

convert discourse Balinese script to Latin lettered class X Food Service SMK Negeri

5 Denpasar is 77. Of the 80 students who took the test, which reached KKM, 65

students (81.25%), and the not yet reached KKM, 15 students (18.75%). It can be

concluded, that the ability to convert the lettered discourse Latin Balinese script to

class X Food Service SMK Negeri 5 Denpasar In Academic Year 2014/2015 is good.

Keywords: convert, discourse, and the Balinese

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan berbahasa yang perlu dilatih sedini mungkin, salah satunya

adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis sangat penting dalam pendidikan

karena dapat membantu siswa berlatih berfikir, dan mengungkapkan gagasan.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

Page 24: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

20

menulis, harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.

Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui

latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan, 2008:3-4). Jadi semakin sering

seseorang berlatih menulis maka semakin baik pula hasil tulisan yang akan

dihasilkan, baik dari segi penggunaan struktur kata dan penggunaan kosa kata yang

tepat.

Salah satu bentuk dari kegiatan menulis dalam pembelajaran bahasa Bali

adalah kegiatan mengonversi (mengubah). Mengonversi atau melakukan konversi

yang berarti mengubah (Kamus Besar Bahasa Indonesia:730). Mengonversi juga

dapat diartikan melakukan pengubahan dari suatu wacana secara keseluruhan tanpa

menghilangkan makna atau arti dari wacana tersebut. Dalam hal ini, pengubahan

yang dilakukan adalah mengubah wacana beraksara Latin ke aksara Bali. Kegiatan

mengubah dianggap penting, maka kegiatan mengubah tersebut dimasukkan dalam

silabus mata pelajaran bahasa, aksara, dan sastra Bali. hal tersebut berkenaan dengan

isi silabus satuan pendidikan SMA/SMK yang kopetensi dasarnya berbunyi

“mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali”. Dengan harapan siswa dapat

memahami tata cara penulisan aksara Bali dengan penggunaan kaidah-kaidah pasang

aksara Bali dengan baik dan benar.

Mengonversi (mengubah) wacana berhuruf Latin ke aksara Bali harus

menggunakan kaidah-kaidah penulisan pasang aksara Bali yang merupakan

kebudayaan yang harus dilestarikan. Sesungguhnya kegiatan mengonversi

(mengubah) bukanlah kegiatan yang mudah untuk dilakukan, apalagi mengonversi ke

aksara Bali yang membutuhkan kaidah-kaidah di dalam penulisan aksara Bali itu

sendiri yang disebut dengan pasang pageh aksara Bali agar tidak terjadi kesalahan

dalam penulisannya. Namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mengubah wacana baik dari huruf Latin ke aksara Bali atau dari aksara Bali Ke huruf

Latin.

Bertolak dari hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna

mengetahui kemampuan mengonversi (mengubah) wacana berhuruf Latin ke aksara

Page 25: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

21

Bali, pada siswa sekolah menengah kejuruan. Peneliti akan menuangkannya dalam

penelitian yang berjudul “Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke

Aksara Bali Siswa Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran

2014/2015.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut.

Secara umum penelitian ini adalah mengetahui kemampuan siswa dalam mengonversi

wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, dan untuk pengembangkan bahasa dan sastra,

serta ikut melestarikan kebudayaan daerah. Tujuan khusus penelitian ini adalah

sebagai berikut. Untuk mengetahui kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin

ke aksara Bali siswa, untuk mengetehui kesulitan-kesulitan dalam mengonversi

wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa, dan untuk mengetehui kesulitan-

kesulitan dalam mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa Kelas X

Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar tahun Pelajaran 2014/2015.

2 LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Mengonversi

Mengonversi atau melakukan konversi berarti mengubah, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2011:730). Brainly.co.id mengonversi berarti mengubah secara

keseluruhan teks tersebut tanpa mengubah maksud atau makna teks. Dalam penelitian

ini, pengubahan yang dilakukan adalah mengubah wacana Desa Bedulu miwah

Pejeng berhuruf Latin ke aksara Bali.

2.2 Pengertian Wacana Berhuruf Latin

Wacana adalah kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau

klausa yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya dan

mengandung makna secara utuh yang disampaikan secara lisan atau tulisan sehingga

Page 26: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

22

dapat terjadi proses komunikasi yang bermakna dan harus disesuaikan dengan ejaan

bahasa Indonesia.

2.3 Sejarah Aksara Bali

Dalam kehidupan masyarakat Bali, aksara Bali digunakan untuk menuliskan

bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu aksara Bali juga digunakan

untuk menuliskan rerajahan yang berkaitan dengan upacara keagamaan maupun yang

berkaitan dengan kekuatan magis. Tulisan atau aksara Bali sangat erat hubungannya

dengan pasang aksara Bali yang memuat aturan-aturan di dalam penulisan aksara

Bali. Menurut Simpen (1973:1), pasang aksara Bali adalah uger-uger nyurat aksara

yang artinya aturan-aturan di dalam menulis huru Bali. Pasang aksara Bali adalah

aturan-aturan dalam menulis bahasa Bali. Dalam bahasa Bali pasang aksara Bali ada

dua, yaitu pasang aksara Bali Latin yaitu aturan menulis bahasa Bali dengan bahasa

latin dan pasang aksara Bali yaitu aturan menulis bahasa Bali dengan aksara Bali.

2.4 Aksara Bali

Aksara Bali adalah huruf yang dipergunakan untuk menulis bahasa Bali dan

bahasa Jawa Kuna atau bahasa-bahasa yang lain yang diserap menjadi bahasa Bali.

Secara umum aksara dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) aksara wreastra,

2) aksara swalalita, dan 3) aksara modre. Pangangge aksara Bali terdiri dari tiga

yaitu: (1) pangangge suara, (2) pangangge ardasuara, (3) pangangge tengenan.

3 METODE PENELITIAN

Ada beberapa tahap dalam metode penelitian yaitu, (1) metode penentuan

subjek penelitian, (2) metode pendekatan subjek penelitian, (3) metode pengumpulan

data, dan (4) metode pengolahan data.

Page 27: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

23

3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Metode penentuan subjek penelitian adalah suatu metode yang digunakan

untuk menentukan subjek atau sarana penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Yang

menjadi subjek penelitian disini adalah siswa kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5

Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam menentukan subjek penelitian ada dua

cara yang bisa ditempuh: (1) meneliti seluruh subjek penelitian, yang disebut dengan

penelitian populasi atau (2) meneliti sebagian subjek penelitian, yang disebut dengan

penelitian sampel.

a. Populasi Penelitian

Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

Jasa Boga SMK Negeri 5 denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.

b. Sampel Penelitian

Menurut Riyanto (2013:30) sampel merupakan sebagian dari populasi yang

diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Pengambilan sampel tidak

dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mengikuti teknik-teknik tertentu,

agar sampel yang dipilih nanti benar-benar dapat mewakili populasi. Dengan

demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Untuk mendapatkan

sampel yang mewakili populasi, dalam penelitian ini menggunakan dua teknik

sampling, yaitu: (1) proporsional sampling dan, (2) random sampling.

3.2 Metode Pendekatan Subjek Penelitaian

Metode pendekatan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode empiris. Metode empiris merupakan cara-cara yang dilakukan itu

dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan (Sugiyono, 2013:3).

Dalam metode ini, peneliti hanya meneliti gejala yang sudah ada tanpa berusaha

mengubah keadaan. Gejala yang dimaksud adalah mengonversi wacana berhuruf latin

ke aksara Bali.

Page 28: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

24

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dikemukakan peneliti

untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006:150). Sehubungan dengan hal terebut

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, dan metode

wawancara.

3.4 Metode Pengolahan Data

Menurut Sugiyono (2010:207) metode statistik deskriptif yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pengolahan data ada beberapa

langkah yang musti ditempuh yaitu, (1) mengubah skor mentah menjadi skor standar,

(2) menentukan kriteria predikat, (3) mencari skor rata-rata, (4) analisis data

wawancara, dan (5) menarik kesimpulan.

4 Hasil Penelitian

Dengan ditetapkan nilai 75 sebagai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)

dalam kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, maka dapat

dilihat dari 80 siswa, 65 (81,25%) siswa dinyatakan tuntas, dan 15 (18,75%) siswa

dinyatakan tidak tuntas.

Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Mengonversi Wacana Berhuruf Latin ke Aksara

Bali oleh Siswa Kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun

Pelajaran 2014/2015

Nilai Predikat Jumlah Siswa Persentase Keterangan

86-100 Baik Sekali 6 7,5% Tuntas

75-85 Baik 59 73,75% Tuntas

Siswa yang telah

mencapai KKM 65 81,25% Tuntas

Page 29: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

25

52-74 Cukup 15 18,75% Tidak Tuntas

0-51 Kurang 0 0% Tidak Tuntas

Siswa yang belum

mencapai KKM 15 18,75% Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh

predikat baik sekali sebanyak 6 orang, siswa yang memperoleh predikat baik

sebanyak 59 orang, dan siswa yang memperoleh predikat cukup sebanyak 15 orang.

Sesuai dengan uraian di atas, hanya 65 (81,25%) siswa mencapai KKM dan 15

(18,75%) siswa belum mencapai KKM pada mata pelajaran bahasa Bali, yakni

kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali.

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah mengenai

kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali oleh siswa kelas X

Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1) Kemampuan mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali siswa kelas X

Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Peelajaran 2014/2015 adalah baik. Hal

ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh siswa kela X Jasa Boga SMK

Negeri 5 Denpasar, Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam mengonversi wacana

berhuruf Latin ke aksara Bali adalah 77. Sedangkan berdasarkan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75 yang berlaku di SMK Negeri 5 Denpasar

Tahun Pelajaran 2014/2015 diperoleh hasil bahwa dari 80 orang siswa, 65

(81,25%) siswa dinyatakan tuntas, dan 15 (18,75%) siswa dinyatakan tidak tuntas.

2) Kesulitan yang dialami siswa pada saat mengonversi wacana berhuruf Latin ke

aksara Bali adalah dalam menggunakan/menerapkan pasang pageh aksara Bali

terutama penggunaan gantungan,gempelan, dan rangkepan wianjana.

Page 30: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

26

3) Faktor penyebab kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mengonversi wacana

berhuruf Latin ke aksara Bali disebabkan oleh 3 faktor yaitu: (1) faktor dari diri

siwa itu sendiri yang kurang senang terhadap mata pelajaran bahasa Bali, (2)

faktor yang disebabkan oleh guru, siswa kurang paham terhadap penjelasan yang

disampaikan oleh guru karena kurang memberikan contoh saat pengajaran

berlangsung, (3) alokasi waktu yang minim dalam pengajaran bahasa Bali

khususnya praktet menulis dengan aksara Bali.

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan sebagai tindak

lanjut dari simpulan yang telah diberikan di atas, maka dapat disarankan hal-hal

sebagai berikut.

1. Oleh karena kemampuan menulis wacana beraksara Bali pada rontal oleh siswa

kelas X Jasa Boga SMK Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 mencapai

kategori baik dengan skor rata-rata 77, guru diharapkan agar mampu

mempertahankan serta meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Bali, khususnya

dalam materi mengonversi wacana berhuruf Latin ke aksara Bali, sehingga

prestasi siswa bisa lebih meningkat dari baik menjadi baik sekali.

2. Guru bidang studi bahasa Bali yang mengajar di SMK Negeri 5 Denpasar,

diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai pelajaran bahasa Bali

khususnya penggunaan uger-uger menulis aksara Bali dengan kata-kata yang

mudah dimengerti disertai dengan contoh-contoh saat mengajar.

3. Guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan lebih kreatif dalam

menjelaskan materi menulis dengan aksara Bali, khususnya dalam

penggunaan/penerapan pasang pageh, gantungan, gempelan, dan rangkepan

wianjana. Guru hendaknya tidak hanya berpedoman pada buku penunjang dan

LKS saja agar siswa tidsk jenuh dalam belajar yang akan mengakibatkan siswa

mengalami kesulitan dalam menulis dengan aksara Bali dan menurunnya prestasi

siswa.

Page 31: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

27

4. Karena waktu belajar bahasa Bali, khususnya dalam menulis dengan aksara Bali

di sekolah sangat terbatas, disarankan kepada guru agar sering memberikan

latihan-latihan dan tugas-tugas kepada siswa menulis dengan aksara Bali sehingga

kemampuan siswa menulis dengan aksara Bali semakin baik.

5. Siswa harus lebih kreatif dan semangat berlatih menulis dengan aksara Bali,

karena semakin sering dilatih maka kemampuan akan menjadi semakin baik.

Serta secara tidak langsung merupakan salah satu upaya untuk pelestarian

kebudayaan Bali itu sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Riyanto, Agus. 2013. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: Nuha Media.

Simpen, Wayan. 1973. Pasang Aksara Bali. Denpasar: Upada Sastra.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Page 32: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

29

KUALITAS PROPOSAL KEGIATAN PORSENIJAR KARYA SISWA

KELAS X SMK NEGERI 3 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

I Made Dede Beny Rasgita, NIM 2011.II.1.0017

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Abstrak

Menulis dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan dan

mempengaruhi maksud. Tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh

orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.

Salah satu kegiatan menulis ialah menulis proposal kegiatan. Proposal merupakan

suatu bentuk rencana atau rancangan yang tertuang dalam bahasa tulis. Jika kita

akan menyelenggarakan suatu kegiatan, biasanya terlebih dahulu kita harus

menyusun sebuah proposal kegiatan untuk keperluan permohonan izin atau

permohonan bantuan dana. Dalam menulis proposal yang merupakan salah satu

contoh bentuk tulisan yang memerlukan kualitas penggunaan bahasa Indonesia

yang baik sehingga tujuan dan maksud dari proposal dapat dipahami dengan tepat

oleh pembacanya.

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui

bagaimanakah kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK

Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Adapun teori yang melandasi penelitian ini adalah 1) pengertian menulis,

2) pengertian proposal, 3) jenis-jenis proposal, 4) teknik penulisan proposal

kegiatan, 5) diksi, 6) kalimat, 7) alenia, dan 8) EYD. Dalam pencapaian tujuan

diatas, penelitian ini menggunakan empat metode: 1) metode penentuan subjek

penelitian, 2) metode pendekatan subjek penelitian, 3) metode pengumpulan data,

dan 4) metode pengolahan data.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa kualitas proposal kegiatan

Porsenijar karya siswa SMK Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015

hasilnya tergolong baik, dengan rata-rata siswa yaitu 85.

Kata kunci: proposal, Porsenijar

Abstract

Writing used to report/inform and influence the mean. Such objectives can

only be achieved by either by people who can organize their thoughts and speak

them clearly. One of the activities of writing is to write a proposal. Proposal is a

form of plans or designs contained in the written language. If we are going to

organize an activity, usually first we must prepare a proposal for the purposes of

Page 33: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

30

the license application or request for financial assistance. In writing the proposal,

which is one example of writing that requires the use of Indonesian quality is

good so that the purpose and intent of the proposal can be correctly understood

by the reader.

Based on the background above, the purpose of this study can be

formulated as follows how is the quality of Porsenijar proposal created by

students class X SMK Negeri 3 Denpasar academic year 2014/2015.

The theory underlying this study were 1) definition of writing, 2) definition

the proposal, 3) the types of proposal, 4) technical writing of activity proposal, 5)

diction, 6) sentences, 7) Paragraph, and 8) enhanced spelling. In achieving the

above objectives, this study used four methods: 1) the method of determining the

research subject, 2) approach the research subject, 3) data collection method, and

4) the method of data processing.

Based on the results of data analysis showed that the quality of Porsenijar

proposal created by students of SMK Negeri 3 Denpasar academic year

2014/2015 the result were quite well, with an average of 85 students.

Key words : proposal, Porsenijar

1. PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang

Morsey (dalam Tarigan 2008: 4) mengungkapkan bahwa menulis

dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan dan mempengaruhi maksud

serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang

dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini

bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa. Menulis

sebagai salah satu keterampilan berbahasa tergolong ke dalam penguasaan aktif.

Melalui tulisan, penulis dapat menyampaikan isi hati kepada orang lain. Dalam

pembelajaran menulis, terutama dalam menulis yang bersifat nonsastra, siswa

diharapkan dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar. Penggunaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran menulis dimaksudkan sebagai

penggunaan bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia

baku. Dengan menggunakan bahasa Indonesia baku akan dapat tercipta

keefektifan komunikasi penutur dan petutur, dalam hal ini antara penulis dan

pembaca.

Page 34: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

31

Keterampilan menulis surat, proposal, pengumuman, atau laporan sering

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh kemampuan menulis

proposal. Proposal merupakan suatu bentuk rencana atau rancangan yang tertuang

dalam bahasa tulis. Jika kita akan menyelenggarakan suatu kegiatan, biasanya

terlebih dahulu kita harus menyusun sebuah proposal kegiatan untuk keperluan

permohonan izin atau permohonan bantuan dana. Begitu juga ketika kita akan

melakukan penelitian ilmiah.

Seperti halnya dalam menulis proposal yang merupakan salah satu contoh

bentuk tulisan yang memerlukan kualitas penggunaan bahasa Indonesia yang baik

sehingga tujuan dan maksud dari proposal dapat dipahami dengan tepat oleh

pembacanya. Dengan demikian, sangat penting bahasa yang baik dan benar

digunakan dalam menulis proposal.

Kegiatan Pekan Olahraga dan Seni Pelajar (Porsenijar) merupakan

kegiatan rutin sekolah yang dilaksanakan setiap tahun dan kegiatan tersebut

memerlukan proposal. Dalam menulis proposal, siswa diharapkan dapat

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

bagaimanakah kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK

Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015?. Berdasarkan rumusan masalah

yang dikemukakan, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK Negeri 3

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menurut Rahardi (dalam Kusumaningsih dkk., 2013: 65) menulis adalah kegiatan

menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan

pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki, sedangkan

menurut Akhadiah (dalam Kusumaningsih dkk., 2013: 66) menulis merupakan

Page 35: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

32

suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai

mediumnya.

Dengan berpedoman pada pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah kegiatan penyampaian pesan atau mengungkapkan gagasan,

pikiran dan perasaan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami sesuai

dengan yang dimaksud oleh penulis.

2.2 Pengertian Proposal

Proposal merupakan sebuah tulisan yang dibuat seseorang untuk

menjabarkan atau menjelaskan suatu tujuan kepada si pembaca (individu atau

perusahaan) sehingga si pembaca memperoleh pemahaman mengenai tujuan

tersebut lebih mendetail. Dengan kata lain, proposal adalah rencana kerja yang

disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal

(Cahyo, 2012: 14).

2.2.1 Teknik Penulisan Proposal Kegiatan

Seperti halnya tulisan pada umumnya, proposal harus dalam bentuk

struktur yang baik. Proposal merupakan bentuk negosiasi tulis. Dalam proposal

ditulis perincian kegiatan. Berdasarkan proposal tersebut, pihak lawan negosiasi

akan memutuskan sikap mereka. Mereka akan menyetujuinya jika kerja sama

tersebut dianggap menguntungkan pihaknya. Terdapat beberapa bagian struktur

dalam proposal kegiatan (Sucipto dkk., 2013: 39).

1. Halaman Judul

Halaman judul berisi nama kegiatan. Selain itu, bagian ini juga berisi

informasi pihak penyelenggara kegiatan.

2. Latar Belakang

Latar belakang berisi alasan penyelenggaraan kegiatan. Alasan harus dapat

meyakinkan pihak lawan negosiasi. Oleh karena itu, alasan harus logis, tidak

mengada-ada.

3. Tujuan Kegiatan

Page 36: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

33

Tujuan kegiatan dirumuskan berdasarkan latar belakang kegiatan. Bagian ini

dapat dibuat dalam bentuk perincian. Semakin menarik tujuan kegiatan,

semakin besar kesempatan proposal tersebut disetujui.

4. Tema dan Nama Kegiatan

Bagian ini berisi tema dan nama kegiatan yang akan dilaksanakan. Nama

kegiatan disesuaikan dengan temanya. Penyelenggara dapat memilih satu dari

berbagai tema, misalnya tema sosial.

5. Jenis Kegiatan

Bagian ini berisi jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Salah satu contohnya

adalah kegiatan yang diadakan rutin, misalnya kejuaraan yang

diselenggarakan dua tahun sekali.

6. Peserta

Bagian ini berisi kriteria orang yang mengikuti kegiatan tersebut. Peserta

kegiatan disesuaikan dengan tema kegiatan. Sebagai contoh, kegiatan

penyuluhan bahaya narkoba di kalangan pelajar dihadiri oleh peserta yang

berstatus pelajar.

7. Penyelenggara

Bagian ini berisi nama organisasi atau lembaga yang mengadakan kegiatan. Di

bagian ini juga dicantumkan nomor kontak untuk menghubungi

penyelenggara. Selain itu, alamat sekretariat organisasi atau lembaga juga

dicantumkan.

8. Susunan Acara

Bagian ini berisi susunan acara dari awal hingga akhir kegiatan. Susunan acara

harus dibuat secara urut.

9. Susunan Panitia

Bagian ini berisi susunan kepanitiaan yang dibentuk. Susunan panitia ditulis

dari ketua hingga anggota-anggota.

Page 37: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

34

10. Rencana Anggaran

Bagian ini berisi perincian pemasukan, penggunaan, dan pengeluaran dana.

Penyelenggara harus berhati-hati dalam membuat anggaran dana agar pihak

lawan negosiasi tidak mencurigai adanya kecurangan-kecurangan. Salah satu

bentuk kecurangan dalam bagian ini adalah permohonan dana yang berlebihan

untuk suatu kegiatan.

11. Penutup

Bagian ini berisi harapan negosiator agar pihak lawan negosiasi menyetujui

proposal tersebut. Di bagian bawah proposal terdapat tempat dan waktu

pembuatan proposal. Sementara itu, lampiran-lampiran dapat diletakkan

setelah bagian penutup.

Dalam beberapa kasus, pihak lawan negosiasi menyetujui proposal

kegiatan yang diajukan dengan syarat tertentu. Syarat tersebut dapat berupa

perevisian proposal. Terdapat beberapa hal yang berpeluang untuk direvisi,

misalnya anggaran dana dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

2.3 Diksi

Diksi pada dasarnya merupakan pilihan kata yang tepat yang diberlakukan

dalam penulisan. Diksi atau pilihan kata memegang peranan yang sangat penting

dan utama dalam pencapaian fungsi yang efektif. Diksi dalam ragam tulisan

berbeda dengan ragam lisan santai. Demikian pula diksi ragam tulis ilmiah

berbeda dengan ragam sastra, jurnalistik, ragam pribadi, dan sebagainya. Dalam

diksi harus pula dibedakan antara makna denotatif dan konotatif, kata standar dan

nonstandar, dialog dan bahasa umum, kata tunggal dan idiom, frase dan idiom,

kata umum dan istilah (Kusumaningsih dkk., 2013: 51).

2.4 Kalimat

Menurut Chaer (2009: 44) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang

disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan

konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Contoh kalimat

yang baik dalam bahasa Indonesia.

Page 38: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

35

2.4.1 Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk

menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca

seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis (Kusumaningsih dkk.,

2013: 57).

2.5 Alinea

Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang

terdiri atas kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat

saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih

tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat

yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Dalam

alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang

maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.

Keraf (1979: 62).

2.6 EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan / melambangkan bunyi-bunyi

ujaran (kata, kalimat, dan sebagainya) dan bagaimana hubungan antara lambang-

lambang itu (Wijayanti dkk., 2013: 1).

3. METODE

Sugiyono (2003: 1) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Subjek

penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 3 Denpasar

tahun pelajaran 2014/2015. yang dijadikan populasi penelitian adalah semua siswa

kelas X SMK Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 268

orang dari 8 kelas yang terdiri atas 100 orang laki-laki dan 168 orang perempuan.

Dari jumlah keseluruhan sampel 154 orang sudah dianggap mewakili jumlah

populasi.

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian secara proposional Siswa Kelas X SMK

Negeri 3 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015

Page 39: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

36

No Kelas Jumlah siswa Jumlah sampel

(1) (2) (3) (4)

1. X Akomodasi Perhotelan A 36

268

36 x 154 = 21

2. X Akomodasi Perhotelan B 36

268

36 x 154 = 21

3. X Akomodasi Perhotelan C 36

268

36 x 154 = 21

4. X Akomodasi Perhotelan D 36

268

36 x 154 = 21

5. X Akomodasi Perhotelan E 35

268

35 x 154 = 20

6. X Kecantikan A 32

268

32 x 154 = 18

7. X Kecantikan B 32

268

32 x 154 = 18

8. X Busana 25

268

25 x 154 = 14

Jumlah 268 154

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa proposal kegiatan

Porsenijar karya siswa kelas X SMK Negeri 3 Denpasar. Dengan demikian, dalam

penelitian ini digunakan metode tes.

4. HASIL PENELITIAN

a. Sistematika struktur proposal kegiatan karya siswa mencapai nilai rata-rata

2,9. Ketika siswa menulis proposal kegiatan tersebut struktur proposal

sudah tercantum secara sistematis dan lengkap yang meliputi halaman

judul, latar belakang, tujuan kegiatan, tema dan nama kegiatan, jenis

kegiatan, peserta, penyelenggara, susunan acara, susunan panitia, rencana

anggaran, dan penutup. Namun, masih ada 2 orang siswa tidak

mencantumkan secara lengkap dan tidak sistematis. 1 orang siswa tidak

mencantumkan tujuan kegiatan dan 1 orang siswa salah menempatkan

bagian peserta dengan bagian penutup.

b. Penggunaan diksi yang terdapat pada proposal kegiatan karya siswa

mencapai nilai rata-rata 2,3. Sebagian besar diksi yang digunakan

Page 40: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

37

bervariasi sehingga diksi atau pilihan kata tersebut menjadi menarik.

Disamping itu, diksi yang digunakan siswa juga sudah sesuai dengan

konteks. Namun, ada kelemahan yang dialami siswa dalam penggunaan

diksi pada proposal, yakni siswa belum mampu memilih atau

menempatkan diksi. Siswa belum begitu paham mengenai diksi yang

mengarah kepada kata itu sendiri dan diksi yang mengarah pada makna

yang menimbulkan banyak tafsir. Siswa memilih kata semrawut yang

seharusnya bisa dipilih kata tidak teratur. Kata aktip yang seharusnya

menggunakan kata baku aktif.

c. Kalimat efektif mencapai nilai rata-rata 2,1. Nilai ini paling rendah dicapai

oleh siswa karena sebagian siswa kurang memahami tentang penggunaan

kalimat efektif. Kalimat siswa memang benar dari segi diksi maupun

strukturnya. Namun, tidak memiliki kesatuan ide pokok dan kurang

bervariasi. Beberapa kalimat siswa ada yang tidak memiliki subjek kalimat

tersebut jelas tidak efektif karena kalimat yang efektif haruslah memiliki

subjek dan predikat. Cenderung siswa masih lemah dalam penyusunan

kalimat efektif.

Akan menyelenggarakan kegiatan Porsenijar sekolah

(kalimat tidak efektif)

Kami akan menyelenggarakan kegiatan Porsenijar sekolah

(kalimat efektif)

d. Alinea mencapai nilai rata-rata 2,5. Penggunaan alinea pada proposal

kegiatan karya siswa sudah baik. Namun, kurang koherensi dan

koherennya. Alenia yang dibuat siswa tentunya menyebabkan tidak kohesi

dan koherennya alenia tersebut sehingga tidak adanya kesatuan,

kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain.

Sebagian besar siswa tidak memberikan rincian yang jelas terhadap

gagasan-gagasan yang membina alenia itu.

e. Hubungan antaralenia mencapai nilai 2,5. Hubungan antaralenia pada

proposal sudah baik. Namun, siswa lemah ketika menghubungkan alinea

Page 41: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

38

pembuka dan penutup sehingga tidak ada kesatuan alinea yang terbentuk.

Siswa mampu memulai dengan pembuka yang menarik, namun ketika

masuk ke alenia inti, objek kajiannya kurang dipaparkan secara jelas

sehingga menimbulkan kesan bertentangan dengan kalimat pembuka.

f. Ejaan yang digunakan siswa dalam menulis proposal kegiatan mencapai

nilai rata-rata 2,7. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa yang dapat

menggunakan huruf kapital dengan benar di setiap judul proposal dan di

setiap awal kalimat. Di samping penggunaan huruf kapital yang sangat

baik, penggunaan tanda baca siswa juga sangat baik. Siswa mampu

menggunakan atau memilih tanda baca sesuai dengan konteks kalimat.

Namun, ada beberapa kelemahan yang dialami siswa dalam penggunaan

ejaan, yakni penulisan kata. Siswa cenderung belum begitu paham tentang

penulisan kata, siswa masih terlihat bingung atau tidak menguasai

penulisan kata yang harus disambung dan kata yang harus dipisah, seperti

kata olahraga yang seharusnya disambung, tetapi kebanyakan siswa

menulis kata olahraga dengan dipisah menjadi olah raga.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh mengenai

kualitas proposal kegiatan Porsenijar karya siswa kelas X SMK Negeri 3

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa kualitas proposal

kegiatan Porsenijar karya siswa dengan skor rata-rata 84 dengan katagori baik,

berada pada rentangan 71-85. Dengan paparan nilai rata-rata pada setiap aspek

yang dinilai meliputi: 1) sistematika struktur proposal dengan nilai rata-rata 97

dikategorikan sangat baik, 2) diksi dengan nilai rata-rata 77 dikategorikan baik, 3)

kalimat dengan nilai rata-rata 70 dikategorikan cukup, 4) alenia dengan nilai rata-

rata 83 dikategorikan baik, 5) hubungan antar alenia dengan nilai rata-rata 83

dikategorikan baik, dan 6) EYD dengan nilai rata-rata 90 dikategorikan sangat

baik. Kelemahan terbanyak yaitu pada aspek kalimat efektif yang hanya

mencapai nilai rata-rata 70, nilai ini paling rendah dicapai oleh siswa karena

Page 42: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

39

sebagian siswa kurang memahami tentang penggunaan kalimat efektif. Kalimat

siswa memang benar dari segi diksi maupun strukturnya, namun tidak memiliki

kesatuan ide pokok dan kurang bervariasi. Beberapa kalimat siswa ada yang tidak

memiliki subjek kalimat tersebut jelas tidak efektif karena kalimat yang efektif

haruslah memiliki subjek dan predikat. Cenderung siswa masih lemah dalam

penyusunan kalimat efektif.

5.2 Saran-saran

1. Guru disarankan untuk mengoptimalkan pengajaran menulis proposal kegiatan

dengan latihan yang lebih banyak sehingga proposal kegiatan karya siswa

mampu mencapai tingkat sangat baik atau sempurna.

2. Kegagalan yang dialami siswa pada umumnya dalam penggunaan kalimat

efektif. Oleh karena itu sangat perlu untuk guru memberikan penjelasan lebih

mendetail lagi sehingga siswa lebih baik dalam penggunaan kalimat efektif

pada proposal kegiatan.

3. Siswa disarankan agar lebih sering membaca contoh-contoh proposal kegiatan

agar siswa mampu melatih kemampuan dalam menulis proposal kegiatan.

DAFTAR RUJUKAN

Cahyo, Agus N. 2012. Panduan Lengkap Menyusun Proposal Segala Macam

Usaha. Jogjakarta: Buku Biru.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Hidayati, Inoer. 2012. Buku Pintar EYD (Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia Yang Disempurnakan). Yogyakarta: Indonesia Tera.

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Kusumaningsih, Dewi dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:

ANDI.

Sucipto, Maya Gustina dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Page 43: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

40

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2013. Bahasa Indonesia (Penulisan dan Penyajian

Karya Ilmiah). Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Page 44: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

41

KREATIVITAS MENGGAMBAR MOTIF MISTAR DENGAN PENSIL

WARNA OLEH SISWA KELAS XII JURUSAN IPA SMA NEGERI 4

DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

I Kadek Agustina, NIM 2010.II.3.0002

Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Abstrak

Pelajaran menggambar teknik untuk jurusan IPA di Sekolah Menengah Atas

bertujuan memberikan bekal atau persiapan kepada anak didik atau para siswa untuk

melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Fakultas Teknik atau Arsitektur). Gambar mistar

merupakan basis untuk gambar–gambar teknik yang mementingkan kecermatan

ukuran, ketepatan konstruksi dan kerapian penyelesaian tanpa melupakan segi

estetika atau keindahan.

Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui kreativitas menggambar motif

mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4

Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan

maanfaat bagi pihak yang berwenang, terutama bagi guru dapat dijadikan sebagai

umpan balik atau untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam menggambar

teknik khususnya gambar mistar untuk membuat motif-motif yang lebih kreatif dan

menarik.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri

4 Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi sebanyak 269 siswa.

Dari jumlah populasi tersebut diambil sampel menggunakan rumus Cochran,

sehingga siswa yang dijadikan sampel sebanyak 79 siswa. Siswa yang dijadikan

sampel diambil secara proporsional sampling pada masing-masing kelas serta

pengambilan sampel menggunakan random sampling, peneliti mencampur subjek-

subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama kemudian

memilihnya secara acak. Data dikumpulkan dengan melakukan tes tindakan pada

sampel kemudian data yang sudah terkumpul diolah dengan cara mengkonversikan

nilainya dengan skala seratus dan mencari nilai rata-rata kreativitas siswa.

Berdasarkan hasil tes tindakan yang dilakukan didapat hasil siswa yang

mendapat nilai tertinggi sebanyak 9 orang dengan nilai 95, nilai 90 sebanyak 16

orang, nilai 85 sebanyak 38 orang, dan nilai 80 sebanyak 15 orang. Dengan kriteria

predikat sangat kreatif sebanyak 25 siswa dengan presentase 32,05% dan siswa

yang mendapat predikat kreatif sebanyak 53 siswa dengan presentase 67,25%. Jadi

nilai rata-rata siswa adalah 86,21 dengan kriteria sangat kteatif.

Kata Kunci: kreativitas, menggambar motif mistar.

Page 45: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

42

Abstract

The purpose of drawing lesson technique for the IPA student at the senior

high school is to give them provisions in order to continue their study to University

(Faculty of technique or architecture). Ruler technique drawing is the basis for draw

which is emphasized in accurateness account, construction accuracy and an orderly

finishing without forgetting the esthetic or the beautifulness.

The purpose of this research is to know the creativity drawing with colored

pencils crossbar motif by students majoring class XII IPA SMA Negeri 4 Denpasar

in academic year 2013/2014. Researcher hope this research can give a benefit for

the people’s who have power to be competent to, especially for teacher in order to

give feedback or increase the student creativity in technique drawing in this case in

ruler paint technique to establish a new creative and interesting motif.

The subject of this research is the XII grade students IPA course in SMA

Negeri 4 Denpasar in academic year 2013/2014 with the total of the population is

269 pupils. Based on Cochran, there were taken 79 students to be a sample. The

students that chosen taken by proportional sampling and random sampling in each

classroom, researcher group the subject into one population and choose them

randomly. Data collected by direct action from the sample and then collected data

mannered by convert the total score in hundred scales and find the mean score of the

student’s creativity.

Based on the direct action test that was done 9 students showed the highest

score which is 95, 16 students with 90, 38 students with 85 and 15 students with 80.

Very creative predicate given to 25 students with percentage 32,05% and creative

predicate given to 53 students with percentage 67,25%. In summary, the mean score

of the students is 86,21 which predicated very creative.

Keywords: Creativity, ruler motif drawing.

1 PENDAHULUAN

Pendidikan kesenian adalah salah satu program yang sangat esensial dan

strategis bagi pembangunan budaya Bangsa. Pelajaran kesenian dapat menumbuhkan

kesadaran estetis, kreativitas dan yang terpenting adalah dapat membentuk karakter

atau watak seseorang. Salah satu kesenian tersebut adalah seni rupa.

Pelajaran menggambar teknik untuk jurusan IPA di Sekolah Menengah Atas

bertujuan memberikan bekal atau persiapan kepada anak didik atau para siswa untuk

melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Fakultas Teknik atau Arsitektur). Pelajaran

menggambar yang erat hubungannya dengan gambar teknik adalah: gambar mistar,

Page 46: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

43

gambar proyeksi dan gambar perspektif. Salah satu dari ke tiga poin tersebut yang

akan diungkap dalam permasalahan ini adalah gambar mistar. Gambar mistar

merupakan basis untuk gambar–gambar teknik yang mementingkan kecermatan

ukuran, ketepatan konstruksi dan kerapian penyelesaian tanpa melupakan segi

estetika atau keindahan. Untuk mengetahui kreativitas siswa dalam menggambar

mistar harus diukur menggunakan alat ukur evaluasi dalam bentuk tes standar. Alat

evaluasi yang berbentuk tes ada dua jenis yaitu tes teori dan tes praktek. Tes teori

merupakan alat untuk mengukur aspek kognitif, dan tes praktek adalah untuk

mengukur aspek psikomotor dan afektif dari siswa. Sehubungan dengan itu, dalam

penelitian ini yang dilakukan untuk melihat kreativitas siswa membuat motif dalam

bentuk gambar mistar. Salah satu SMA yang tertarik untuk dijadikan tempat

penelitian adalah SMA Negeri 4 Denpasar. Terkait dengan uraian tersebut, maka

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Kreativitas Menggambar Motif

Mistar Dengan Pensil Warna Oleh Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4

Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

2 Landasan Teori

2.1 Pengertian Kreativitas

Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir

tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa dan menghasilkan

penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Menurut Bahari (2008:22)

kreativitas berarti orang yang selalu berkreasi, sedangkan pengertian berkreasi itu

sendiri adalah membuat sesuatu yang sebelumnya belum ada menjadi ada. Prinsip

dasar kreativitas sama dengan inovasi, yaitu memberi nilai tambah pada benda-benda,

cara kerja, cara hidup dan sebagainya, agar senantiasa muncul produk baru yang lebih

baik dari produk yang sudah ada sebelumnya.

Page 47: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

44

2.2 Pengertian Gambar Mistar

Menggambar mistar merupakan dasar atau basis bagi gambar – gambar

teknik. Mengenai menggambar mistar adalah menggambar ketepatan bentuk suatu

benda dengan menggunakan penggaris (mistar) dan alat bantu lainnya seperti jangka,

trekpen, rapido, dll. Perbandingan ukuran skala sangat diperhatikan dalam

menggambar mistar, selain itu juga harus memperhatikan ketepatan ketebalan garis,

kerataan garis dan juga sambungan atau hubungan garis. Dengan demikian gambar

mistar dapat diartikan membuat suatu gambar baik berupa hiasan atau bangun -

bangun geometris melalui konstruksi matematis dengan bantuan mistar (Sulardjohadi,

2000:11).

2.3 Penerapan Konstruksi Geometris

Menurut Sulardjohadi (2000:23) di dalam gambar–gambar teknik akan

banyak melibatkan konstruksi Geometris (Ilmu Ukur), mulai dari konstruksi titik,

garis bidang sampai ke bentuk, untuk memperoleh bentuk benda. Juga konstruksi

elips untuk potongan sebuah silinder dan konstruksi lainnya.

2.4 Media Yang Digunakan Untuk Gambar Mistar

1) Kertas

Ukuran-ukuran atau format kertas yang lazim dipakai adalah sebagai

berikut: A0, A1, A2, A3, A4, A5, A6 dan A7.

2) Penggaris (mistar)

Penggaris yang paling sering diperlukan dalam menggambar

mistar adalah sepasang penggaris segi-tiga yang terdiri dari segi-tiga

siku sama sisi dengan masing-masing sudut miringnya 450 dan

pengaris segi-tiga siku dengan masing-masing sudut miringnya 300

dan 600.

Page 48: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

45

3) Pensil, rapido dan trekpen

a) Pensil

1. Keras = 4H, 5H, 6H, 7H, 8H, 9H

2. Sedang = 3H, 2H, H, F, HB, B

3. Lunak = 2B, 3B, 4B, 5B, 6B, 7B

b) Rapido

Rapido/drawing pen, adalah alat tulis/gambar bertinta.

Rapido tersedia ukuran dari 0,1 mm sampai 1,2 mm.

4) Jangka

Selain digunakan untuk membuat garis lingkaran, jangka juga

dapat digunakan untuk membagi sudut, memindahkan panjang garis

tertentu dan sebagainya.

3 METODE

3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama dari data penelitian, yaitu yang

memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subjek penelitiaan adalah

setiap individu yang diteliti berwujud manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan

benda.

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII jurusan IPA. Untuk lebih jelasnya

populasi siswa kelas XII jurusan IPA dapat dilihat pada table di bawah ini.

Page 49: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

46

Populasi Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar Tahun

Pelajaran 2013/2014

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 XII IPA 1 18 19 37

2 XII IPA 2 19 18 37

3 XII IPA 3 19 19 38

4 XII IPA 4 21 18 39

5 XII IPA 5 16 23 39

6 XII IPA 6 19 20 39

7 XII IPA 7 17 23 40

Jumlah 129 140 269

Sumber : SMA Negeri 4 Denpasar

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah

mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi

(Arikunto, 2010:174). Sedangkan menurut Sugiyono (2013:120) sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Dari uraian di atas peneliti menggunakan subjek penelitian sampel,

karena jumlah populasi terlalu tinggi dengan jumlah populasi 269 siswa yang

terdiri dari 129 laki-laki dan 140 perempuan. Dalam penelitian ini

menggunakan rumus Cochran.

n =

1

..11

..

2

2

2

2

d

qpt

N

d

qpt

Keterangan

n = Jumlah sampel minimal

Page 50: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

47

N = Ukuran populasi

t² = Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t²=1,96)

d² = Taraf kekeliruan (digunakan 0,10)

p = Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan)

q = 1 – p

1 = Bilangan konstan

Berdasarkan jumlah sampel minimal yang ditetapkan, maka besar sampel

yang diharapkan n (har) adalah.

N (har) = { n (min) / (0,95 x 0,95) }

3.2 Metode Pendekatan Subjek

Menurut Sugiyono (2013:3) empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui

cara-cara yang digunakan. Dengan metode empiris, peneliti tidak lagi membuat suatu

situasi buatan, karena gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini metode yang digunakan

adalah metode empiris. Dikatakan empiris karena gejala yang akan diteliti sudah ada

secara wajar, gejala yang dimaksud adalah menggambar mistar.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:187) pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,

data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium

dengan metode eksperimen di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,

diskusi, di jalan dan lain-lain.

Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan sebuah data. Disini

dijelaskan tentang beberapa pendapat tentang tes, menurut Nurkancana dan Sunartana

(1992:43) tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak

sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,

yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai.

Page 51: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

48

Sesuai dengan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini yaitu

kreativitas menggambar motif mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII

jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, maka tes yang

dipergunakan adalah tes tindakan yaitu dengan cara menyuruh siswa menggambar

motif mistar dengan pensil warna dan finisingnya dikontur menggunakan drawing

atau rapido.

3.4 Metode Pengolahan Data

Menurut Sugiyono (2013:199) statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI)

Menurut Nurkancana dan Sudiartana (1992:126) skor maksimal ideal

(SMI) artinya skor yang dicapai kalau semua soal dapat dijawab dengan

benar. Skor maksimal ideal ini dicari dengan menghitung jumlah item yang

diberikan serta bobot dari masing-masing item.

2. Membuat Pedoman Konversi

Pedoman konversi digunakan untuk mengubah skor mentah menjadi

skor standar dengan norma absolute. Untuk mengkonversikan skor mentah

menjadi skor standar sengan norma absolute skala seratus (persentil)

digunakan rumus sebagai berikut:

P = 100x

SMI

X

Keterangan:

P = Persentil

X = Skor yang dicapai

Page 52: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

49

SMI = Skor maksimal ideal

(Gunartha, 2009:74)

Kriteria Predikat Kreativitas Menggambar Motif Mistar dengan Pensil Warna

oleh Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar

Tahun Pelajaran 2013/2014

NO NILAI STANDAR PREDIKAT

1 86-100 Sangat Kreatif

2 71-85 Kreatif

3 56-70 Cukup Kreatif

4 41-55 Kurang Kreatif

5 0-40 Sangat Kurang Kreatif

Sumber: Depdiknas, 2001

3. Mencari rata-rata

Untuk mencari rata-rata kreativitas menggambar motif mistar dengan

pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar tahun

pelajaran 2013/2014, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

M = N

FX

Keterangan:

M : Mencari atau Angka rata-rata

∑ fx : Jumlah skor standar

N : Jumlah sampel penelitian

(Nurkancana dan Sunartana, 1992:174).

Page 53: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

50

4 BAHASAN

4.1 Penyajian Data

Untuk mengetahui data mengenai kreativitas menggambar motif mistar

dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar

tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Skor mentah yang disajikan pada table di atas belum dapat memberikan

gambaran yang jelas tentang kreativitas menggambar motif mistar dengan pensil

warna. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kreativitas menggambar

motif mistar dengan pensil warna maka skor mentah mentah tersebut diubah

menjadi skor standar.

4.2 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar menggunakan absolut

skala 100, maka selanjutnya skor mentah tersebut dikonversikan menjadi skor

standar. Dari hasil analisa tes di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh

nilai tertinggi sebanyak 9 orang dengan nilai 95, nilai 90 sebanyak 16 orang, nilai 85

sebanyak 38 orang, dan nilai 80 sebanyak 15 orang.

Presentase Tingkat Kreativitas Menggambar Motif Mistar dengan Pensil Warna

oleh Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Negeri 4 Denpasar

Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nilai Predikat Jumlah Siswa Prosentase

1 90-95 Sangat Kreatif 25 32,05%

2 80-85 Kreatif 53 67,94%

Jumlah 78 100%

4.3 Mencari Skor Rata-rata

Berdasarkan hasil analisis kreativitas menggambar motif mistar dengan

pensil warna, maka diperoleh nilai rata-rata skor standar yaitu:

Page 54: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

51

M = N

FX

M = 78

6725

M = 86,21

4.4 Kesimpulan Analisis Data Hasil Tes

Berdasarkan hasil tes di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas

menggambar motif mistar dengan pensil warna oleh siswa kelas XII jurusan IPA

SMA Negeri 4 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 tergolong sangat baik atau

sangat kreatif. Siswa yang mendapat predikat sangat kreatif sebanyak 25 siswa

dengan presentase 32,05% dan siswa yang mendapat predikat kreatif sebanyak 53

siswa dengan presentase 67,25% dengan nilai rata-rata 86,21.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Siswa yang memperoleh nilai 90-95 sebanyak 25 orang mendapat predikat

baik sekali dengan besar persentase 32,05 %

2) Siswa yang memperoleh nilai 80-85 sebanyak 53 orang mendapat predikat

baik dengan besar persentase 67,94 %

Jadi nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 86,21 dengan kriteria

sangat kreatif.

5.2 Saran-Saran

1) Dengan kreativitas siswa menggambar motif mistar dengan pensil warna

yang mampu mencapai kriteria sangat kreatif hendaknya guru tetap

diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa dalam menggambar teknik

khususnya gambar mistar.

Page 55: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

52

2) Guru sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan respon

siswa dalam menerima pelajaran, untuk itu kepada semua guru khususnya

guru seni rupa supaya mampu meningkatkan potensial siswa dibidang seni

rupa sehingga siswa memiliki kreativitas seni yang tinggi dan berkualitas.

3) Dalam menggambar teknik referensi buku sangat diperlukan khususnya

buku gambar mistar, karena gambar mistar pada dasarnya sangat banyak

menggunakan konstruksi garis dan bidang. Buku-buku tersebut

diharapkan dapat difasilitasi oleh pemerintah terutama oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Nasional sehingga guru akan lebih mudah

dalam proses pengajaran dan siswa juga akan lebih cepat untuk

memahami.

DAFTAR RUJUKAN

Anggoro, Toha. 2007 . Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002:599. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa (kumpulan istilah dan gerakan seni rupa). Jakarta:

Art Project Foundation.

Page 56: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIKAN TARI SEKAR

JAGAT PADA KEGIATANEKSTRA KURIKULER TARI SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 3 SUKAWATI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Kadek Gian Senita, NIM 2010.II.4.0003

Program Studi Seni Drama Tari dan Musik

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Seni

Abstrak

Penelitian ini bertujun untuk meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar

Jagat, serta respon atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

kegiatan ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati tahun

pelajaran 2014/2015.

Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus, pada setiap siklus

terdiri atas empat kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi. Dalam observasi yang peneliti lakukan menemukan beberapa

masalah yang terjadi pada siswa seperti : kemampuan siswa menarikan tari Sekar

Jagat masih sangat kurang dan hasil dari evaluasi sebelumnya menunjukkan di bawah

ketuntasan KKM yaitu 75, serta penerapan metode pembelajaran yang masih

menerapkan metode demonstrasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang

mengikuti kegiatan ekstra kurikuler tari SMP Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran

2014/2015, sebanyak 36 orang. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes

tindakan dan metode observasi.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dipergunakan adalah

metode analisis deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan, sebelum

penerapan kooperatif STAD nilai rata-rata 67,27, setelah penerapan kooperatif STAD

menjadi 72,16 dengan ketuntasan klasikal 56,7% pada siklus I dan menjadi 81,05

pada siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil observasi untuk

mengetahui respon siswa pada siklus I adalah ketuntasan klasikal 2,7% dan siklus II

sebesar 100%. Berdasarkan hasil yang diperoleh jelas menunjukkan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan siawa

kelas VIII dalam menarikan tari Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari SMP

Negeri 3 Sukawati serta sikap dan motivasinya. Oleh karena itu, penulis menyarankan

kepada guru pengajar kegiatan ekstra kurikuler tari di SMP Negeri 3 Sukawati agar

Page 57: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

54

menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini sesuai hasil yang ditemukan dalam

penelitian ini.

Kata-kata kunci : kooperatif tipe STAD, tari Sekar Jagat, ekstra kurikuler

Abstract

This study is to improve a skill of dancing Sekar Jagat dance, as well as the

response to the implementation of cooperative learning type STAD in extra-

curricular in dancing activities of class VIII SMP Negeri 3 Sukawati in academic

year 2014/2015.

This classroom action research is designed in two cycles, in each cycle

consists of four main activities, namely: planning, action, observation and reflection.

In observation of the researchers did find some problems that occur in students such

as: the ability of the students who danced the Sekar Jagat dance is still lacking and

the results of previous evaluations show below completeness KKM is 75, and the

application of learning methods that are still applying the method of demonstration.

Subjects were eighth grade students who participated in extra-curricular dance

activities of SMP Negeri 3 Sukawati in academic year 2014/2015, which is consist of

36 students. Methods of data collection using the test method measures and method of

observation.

In this classroom action research, the analysis data used is descriptive-

quantitative analysis method. The results showed, before the application of

cooperative STAD average value of 67.27, after the application of cooperative STAD

be 72.16 with classical completeness of 56.7% in the first cycle and 81.05 on the

second cycle showed a significant increase. The results of the observation to know the

response of the students in the first cycle is 2.7% and the classical completeness in

second cycle of 100%. Based on the results obtained clearly show that the application

of cooperative learning type STAD can improve students skills in extra-curricular

dancing activities in Sekar Jagat of eight grade students of SMP Negeri 3 Sukawati

as well as attitude and motivation. Therefore, the writer suggest to teachers of extra-

curricular dancing activities of SMP Negeri 3 Sukawati in order to apply this

learning type STAD according to the results found in this study.

Key words: STAD cooperative type, dance Sekar Jagat, extra curricular

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan mengembangkan

potensi diri peserta didik.Pendidikan di pandang sebagai proses untuk membina dan

mengantarkan peserta didik agar dapat menemukan kemandirian, sehingga

Page 58: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

55

pendidikan diartikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap dan bentuk–bentuk tingkah laku lainnya dilingkungan masyarakat

dimana dia berada. Pendidikan juga diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari

satu generasi ke generasi yang lain ( Karpika, 2010 : 6 ).

Sesuai dengan pengertian diatas, maka pendidikan seni tari sangat perlu

diberikan kepada siswa, karena pendidikan seni tari yang nantinya akan

mengembangkan kemampuan siswa dalam berkesenian khususnya dalam bidang seni

tari. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan seni tari merupakan pelajaran yang wajib

didapatkan oleh peserta didik dimasing - masing sekolah.

Membahas tentang sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang

segaja didirikan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada siswa yang dilakukan

melalui proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar ini terjadi

interaksi yang timbal balik antara siswa sebagai peserta didik dan guru adalah

seorang pengajar yang memiliki kewajiban untuk mendidik dan membimbing peserta

didik untuk menumbuhkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh peserta

didik.Berkaitan dengan hal tersebut sekolah SMP N 3 Sukawati menyelenggarakan

kegiatan ekstra kurikuler.

Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran

dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan

dan berkewenangan disekolah. Kegiatan ekstra kurikuler diwujudkan dalam berbagai

bidang seperti : bidang pengembangan iptek, bidang olah raga, bidang kesenian dan

sosial budaya, bidang kewirausahaan, dan bidang pembinaan ahklak serta

kemasyarakatan. Melalui kegiatan ekstra kurikuler guru dalam membina siswa sesuai

dengan bakatnya baik di bidang sastra, olah raga maupun dalam bidang kesenian.

Kesenian Bali merupakan warisan budaya Bali yang dikenal dengan aneka ragam dan

jenisnya salah satu diantaranya adalah seni tari, yaitu tari Sekar Jagat.

Page 59: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

56

Tari adalah konsepsi ciptaan dalam mewujudkan gerak, melalui cipta, rasa

dan karsa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.Tari dalam bentuknya

merupakan gerak dari tubuh beserta anggota badan, yang menyatakan suatu maksud

tertentu, dalam pola gerak yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tekanan gerak

yang teratur (ritme ), ( Arini, 2012 : 10 ).Soedarsono (1972 : 4) menyatakan tari

adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak - gerak ritmis yang indah. Jadi dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia dalam

mewujudkan gerak, melalui cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh orang yang

bersangkutan.Tari Sekar Jagat merupakan suatu tari penyambutan.Tari Sekar Jagat

adalah sebuah tarian yang merupakan garapan kelompok yang ditarikan sejumlah

penari putri (biasanya antara 5 sampai 7 orang) yang masing–masing membawa

canang sari.

Dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran merupakan salah satu

komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila dalam penerapan model

pembelajaran tidak sesuai maka proses pembelajaran tersebut tidak membuahkan

hasil yang optimal. Demikian juga sebaliknya jika guru mampu menerapan model

pembelajaran dengan baik maka hasil yang diperoleh akan baik pula. Oleh karena itu

ada kecendrungan hasil belajar menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 28 Agustus

2014yang peneliti lakukan dengan Ni Putu Librawati selaku guru pengajar ekstra

kurikuler tari Sekar Jagat di SMP N 3 Sukawati, bahwa adanya suatu kesenjangan

yang terjadi pada keterampilan siswa menari dalam kegiatan ekstra kurikuler tari

yaitu tari Sekar Jagat dikarenakan terjadi beberapa hambatan atau kendala saat siswa

menarikan.Salah satu kendala yang dialami antaranya pemahaman dan penguasaan

tentang teknik dasar tari Bali (meliputi : agem, tandang dan tangkep) masih sangat

kurang, maka dari itu siswa menjadi kesulitan di dalam menerima pembelajaran

tersebut.

Diketahui bahwa dari 36 siswa, ditemukan 32 orang yang tidak bisa mencapai

nilai standar ketuntasan, yaitu 75. Banyaknya siswa yang tidak tuntas ini disebabkan

Page 60: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

57

oleh ketidaktepatan guru menerapan metode pembelajaran dalam proses

pembelajaran tari Sekar Jagat.Kecendrungan guru mengajar tari dengan menerapkan

metode demonstrasi (olah tradisi) yaitu guru memberikan contoh ragam gerak dan

siswa menirukan dari belakang, maka dari itu siswa menjadi kurang kreatif.

Sehubungan dengan hal diatas, maka dicarikan solusi lain, yaitu mencari

alternatif lain dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah model pembelajaran berkelompok. Dengan metode atau model pembelajaran

ini diharapkan siswa dalam meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat

mengalami peningkatan. Dipilihnya model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

(Student Team Achivement Division)dalam kegiatan belajar pembelajaran karena

model pembelajaran ini memiliki keistimewaan yakni : 1) dapat mengembangkan

bakat kepemimpinan, 2) lebih merangsang siswa dalam berinteraksi dalam

kelompoknya, 3) melatih kerjasama dalam tim dan rasa bertanggung jawab dan 4)

dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas siswa (Rusman, 2012 : 216 ).

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan ini dan dijadikan sebagai sebuah penelitian dalam bentuk Penelitian

Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dalam Meningkatkan Keterampilan Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan Ekstra

Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati Tahun Pelajaran

2014/2015”.

1.2 Landasan Teori

Teori yang menjadi landasan dalam memecahkan permasalahan yang diajukan

sehubungan dengan judul penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Dalam Meningkatkan Keterampilan Menarikan Tari Sekar

Jagat Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukawati

Tahun Pelajaran 2014/2015 “ adalah meliputi :

(1) Pengertian Keterampilan Menari, (2) Pengertian Tari, (3) Sejarah Tari Sekar

Jagat, (4) Pengertian Ekstra Kurikuler, (5) Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Page 61: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

58

(Student Team Achiement Division), (6) Aspek–aspek dalam menarikan tari Sekar

Jagat terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

1.3 Wawasan Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum adalah untuk memberi pertimbangan ilmiah untuk

perencanaan pengembangan pembelajaran seni tari di sekolah, dan untuk

meningkatkan kemampuan siswa di dalam bidang seni tari.

2. Tujuannya untuk memotivasi siswa agar mencintai dan melestarikan

kesenian daerah Bali.

3. Tujuan khusus adalah untuk meningkatkan keterampilan menarikan tari

Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari siawa kelas VIII SMP

Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran 2014/2015.

4. Untuk mengetahui respon yang terjadi pada siswa kelas VIII yang

mengikuti ekstra kurikuler tari terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

2 METODE

2.1 Metode Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas

atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak

sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,

yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan

nilai standar yang diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa tes tindakan (Nurkancana, 1992 : 34).

Tabel Variabel atau Aspek Penilaian Tes Tindakan Keterampilan Menarikan Tari

Sekar Jagat Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Aspek Penilaian Skor Penilaian Skor Siswa

1. Agem 10 - 25

2. Tandang 10 - 25

3. Tangkep 10 - 25

Page 62: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

59

4. Komposisi Tari 10 - 25

Jumlah SMI 100

2.2 Metode Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana

penelitiatau pengamat melihat situasi penelitian. Teknik digunakan untuk mengamati

dari dekat dalam upaya mencari dan menggali data melalui pengamatan secara

langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek yang diteliti (Paizaluddin, 2013 :

11).

2.3 Analisis Data

2.3.1 Skor Maksimal Ideal

Mencari skor maksimal ideal (SMI) dari tes yang diberikan. Skor maksimal

ideal adalah skor tertinggi yang mungkin dicapai apabila semua item dapat dijawab

dengan benar. Skor Maksimal Ideal dicari dengan jalan menghitung jumlah item yang

diberikan serta bobot dari masing–masing item (Gunartha, 2009 : 68). Skor tertinggi

yang mungkin dicapai dari masing–masing aspek yang diberikan, maka skor

maksimal ideal (SMI) berjumlah 100.

2.3.2 Membuat Pedoman Konversi

Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor

standar dengan norma absolut untuk mengkonversikan skor mentah menjadi skor

standar dengan absolute skala seratus digunakan rumus sebagai berikut :

100SMI

XP

Keterangan :

P = Persentil

X = Skor yang dicapai

SMI = Skor Maksimal Ideal

Page 63: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

60

2.3.3 Membuat Kriteria Predikat

Tabel 3.5 Kriteria Predikat Keterampilan Menarikan Tari Sekar Jagat

Oleh Siswa Kelas VIII Pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari

Tahun Pelajaran 2014/2015

Skor Standar Kategori / Predikat

86 – 100 Baik Sekali

71 – 85 Baik

56 – 70 Cukup

41 – 55 Kurang

0 – 40 Sangat Kurang

Sumber : buku raport siswa SMP

2.3.4 Analisis Respon Siswa

Untuk mengetahui skor respon siswa dalam proses belajar mengajar

menarikan tari Sekar Jagat dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

tipe STAD dalam tiap siklusnya digunakan rumus sebagai berikut :

100SMI

XP

Keterangan :

P = Persentil

X = Skor yang dicapai

SMI = Skor Maksimal Ideal

2.3.5 Mencari Nilai Rata-rata

Page 64: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

61

Untuk mengetahui nilai rata–rata keterampilan Belajar tari Sekar Jagat oleh

siswa kelas VIII pada kegiatan ekstra kurikuler tari, dapat diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

n

fxM

Keterangan :

M = Mean (Nilai Rata – rata)

∑ fx = Jumlah Standar

n = Jumlah Individu (Nurkencana dan Sunartana, 1992 : 174).

3 HASIL PENELITIAN

3.2.1 Refleksi Siklus I

Setelah dilakukan analisis hasil observasi dan hasil tes tindakan, selanjutnya

dilakukan refleksi. Beberapa faktor penghambat keberhasilan siswa dalam usaha

peningkatan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat.Adapun faktor-faktor yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Dalam praktik menarikan tari Sekar Jagat, sebagian besar siswa belum dapat

menguasai teknik gerak tari Sekar Jagat dengan baik.

2) Pemahaman dan penghayatan siswa dalam mengekspresikan tari Sekar Jagat

masih belum maksimal.

3.2.2 Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil tes tindakan dan observasi tentang penerapan model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan menarikan

tari Sekar Jagatpada kegiatan ekstar kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3

Sukawati tahun pelajaran 2014/2015 telah terjadi peningkatan karena siklus II semua

siswa telah mencapai nilai yang telah ditentukan atau semua siswa telah tuntas. Hal

ini dapat dibuktikan dengan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I sebesar 72,16

kemudian pada siklus II meningkat dengan skor rata-rata 81,05.

Page 65: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

62

4 SIMPULAN DAN SARAN-SARAN

4.2.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis seperti yang sudah diuraikan pada bab IV maka

dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dalam meningkatkan keterampilan menarikan tari Sekar Jagat pada kegiatan

ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3 Sukawati tahun pelajaran 2014/2015

dapat meningkat. Dalam hasil tes tindakan observasi awal keterampilan menarikan

tari Sekar Jagat pada kegiatan ekstra kurikuler tari siswa kelas VIII SMP N 3

Sukawati tahun pelajaran 2014/2015 yaitu nilai rata-rata yang dipereoleh 67,27

sedangkan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terjadi

peningkatan pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 72,16 dan siklus II nilai rata-

rata yang diperoleh adalah 81,05 dan seluruh siswa kelas VIII yang mengikuti

kegiatan ekstra kurikuler tari sudah dapat dinyatakan tuntas.

Tidak hanya itu, dari observasi yang dilakukan dari siklus I dan siklus II ada

suatu peningkatan dalam empat aspek, serta adanya suatu perubahan sikap, merespon

positif atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar

keterampilan menarikan tari Sekar Jagat meningkat.

Apabila dihubungkan dengan hipotesis penelitian ini, yaitu melalui Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Keterampilan

Menarikan Tari Sekar Jagat pada Kegiatan Ekstra Kurikuler Tari Siswa Kelas VIII

SMP N 3 Sukawati Tahun Pelajaran 2014/2015, maka hipotesis tersebut diterima

karena terbukti kebenarannya.

4.2.2 Saran-saran

1. Untuk para guru yang mengajar praktik tari diharapkan untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu model

pembelajaran berkelompok dalam setiap proses pembelajaran agar siswa

menjadi lebih kreatif dan hasil belajarnya meningkat serta kondisi di dalam

Page 66: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

63

kelkas terasa nyaman. Maka guru pengajar dituntut untuk bisa memilih

strategi dan menerapan metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi

siswa.

2. Bagi seluruh siswa diharapkan dalam mengikuti proses pembelajaran lebih

berkonsentrasi, lebih aktif berinteraksi baik antar siswa, siswa dengan guru,

maupun siswa dengan lingkungan sekitar. Hal yang terpenting disini dalam

setiap pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif mencatat agar

memudahkan dalam mengingat materi pembelajaran dalam bentuk praktik

tari.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :

Bumi Aksara.

Arini, Ni Ketut. 2012. Teknik Tari Bali. Denpasar : CV. Drupasalvindo.

Bawa, Drs Pande Wayan, dkk. 2012. Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas.

Denpasar.

Cerita, I Nyoman, dan Tjok. Istri Putra Padmini. 2009. Buku Ajar Analisis Tari Dan

Gerak. Denpasar :Okabawes.

Dibia, I Wayan. 2012. Ilen – ilen Seni Pertunjukan Bali. Denpasar.Bali Mangsi.

Djayus, I Nyoman. 1980. Teori TariBali. Denpasar.CV. Sumber Mas Bali.

Gunartha, I Wayan. 2009. Materi Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Denpasar : IKIP

PGRI BALI.

Karpika, I Putu. 2010. Pengantar Pendidikan. Denpasar : IKIP PGRI BALI.

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya :

Usaha Nasional.

Page 67: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

64

Paizaluddin, dan Ermalinda.2013.Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) Panduan Teoritis dan Praktis.Bandung : ALFABETA.

Rusman, Dr. 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model – Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru Cetakan ke-5.Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada.

Soedarsono.1972. Djawa dan Bali Dua Pusat PerkembanganDrama Tari Tradisionil

Di Indonesia.Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.

Suharso.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang : Widya Karya.

Sogiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Page 68: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

65

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BIOGRAFI PADA SISWA KELAS VIII 2

SMP PGRI 8 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

Komang Restu Diana, NIM 2011.II.1.0034

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan

menulis teks biografi siswa yang disebabkan kurangnya sumber yang dapat

dimanfaatkan siswa untuk menulis teks biografi serta kurangnya variasi media

yang digunakan guru saat kegiatan belajar mengajar. Aspek yang dinilai dalam

menulis teks biografi mencakup struktur teks biografi dan tata bahasa, sedangkan

untuk respons siswa yang dinilai adalah perhatian, keantusiasan, keaktifan, dan

ketekunan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes,

observasi, dan kuesioner. Data-data yang diperoleh diolah dengan menggunakan

metode statistik deskriptif.

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan adanya

peningkatan kemampuan menulis teks biografi siswa setelah menggunakan media

film dokumenter. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari skor yang diperoleh

siswa sebagian besar telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

ditentukan, yaitu 75. Skor rata-rata kelas sebelum menggunakan media film

dokumenter yaitu 53,56 dengan ketuntasan klasikal 8,69%. Setelah

dilaksanakannya siklus I, skor rata-rata kelas menjadi 66,60 dengan ketuntasan

klasikal 26,08% dan mengalami peningkatan skor rata-rata kelas pada siklus II

menjadi 79,93 dengan ketuntasan klasikal mencapai 84,79%. Respons siswa pada

siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan, yaitu skor rata-rata kelas pada

siklus I 71,26 dengan ketuntasan klasikal 39,13% dan pada siklus II skor rata-rata

kelas 81,23 dengan ketuntasan klasikal mencapai 100%.

Kata kunci: film dokumenter, menulis, teks biografi

Abstract

Classroom action research is motivated by the lack of ability to write text

biography students due to lack of resources that can be used to write text

biography students and the lack of variety of media used by teachers when

teaching and learning activities. Aspects assessed in writing the biography text

includes biography text structure and grammar, while the students are assessed

for response is attention, enthusiasm, liveliness, and perseverance. Data

collection techniques used are test methods, observations, and questionnaires.

The data obtained were processed using descriptive statistical methods.

The results of data processing in this study showed an increase in students'

ability to write the biography text after using media documentaries. Such

Page 69: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

66

improvements can be seen from the scores obtained by students mostly have

achieved a minimum completeness criteria (KKM) is specified, which is 75. The

average score for the class before using the media documentary that is 53.56 by

8.69% classical completeness. After the implementation of the first cycle, the

average score of the class into classical completeness 66.60 with 26.08% and

increased the average score of the class on the second cycle into 79.93 with

classical completeness reached 84.79%. The response of the students in the first

cycle and cycle II also increased, which is the average score of the class in the

first cycle classical completeness 71.26 with 39.13% and in the second cycle class

average score of 81.23 with classical completeness reaches 100%.

Keywords: Documentary film, writing, text biography

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasi oleh siswa kelas

VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang telah menerapkan Kurikulum 2013

adalah menulis, salah satunya menulis teks biografi. Teks biografi merupakan teks

yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa, dan masalah yang dihadapinya

(Kemdikbud, 2014:37). Teks biografi memuat identitas, peristiwa, dan

permasalahan yang dialami seseorang, termasuk karya serta penghargaan yang

diterima. Dalam menulis teks biografi diperlukan sumber yang bisa dipercaya

karena informasi yang benar menjadi sebuah keharusan di dalam penulisan teks.

Setelah melakukan observasi awal di kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar,

peneliti menemukan permasalahan tentang rendahnya keterampilan siswa di

dalam menulis teks biografi. Hal yang menyebabkan rendahnya keterampilan

tersebut adalah kurangnya sumber serta media yang bisa dimanfaatkan oleh siswa

untuk menulis teks biografi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah terobosan baru

untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan

media pembelajaran yang lebih lengkap dan menarik.

Film dokumenter biografi merupakan salah satu media yang dapat

digunakan untuk merangsang siswa dalam menulis teks biografi karena di dalam

film dokumenter biografi dikisahkan perjalanan hidup seorang tokoh beserta

permasalahan yang dihadapinya. Film dokumenter biografi termasuk ke dalam

media audiovisual, yaitu media pembelajaran yang dapat dilihat dan didengar.

Page 70: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

67

Pemilihan media film dokumenter biografi ini dirasa sangat cocok digunakan

karena berkaitan langsung dengan teks biografi. Teks biografi merupakan teks

yang mengisahkan kehidupan tokoh beserta permasalahannya dan film

dokumenter biografi mengisahkan mengenai kehidupan serta permasalahan yang

dialami tokoh. Melalui pemanfaatan media film dokumenter ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP

PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

1.2 Landasan Teori

Adapun teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini

diuraikan sebagai berikut.

1.2.1 Menulis

Tarigan (2008:22) mengatakan bahwa menulis adalah kegiatan

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang mengandung makna

dan dapat dipahami oleh seseorang. Lambang-lambang grafik tersebut

mengandung maksud yang ingin disampaikan kepada seseorang.

Menurut Alek (2011:106) menulis merupakan suatu kegiatan menciptakan

dan memberikan informasi pada media dengan menggunakan lambang-lambang

bunyi yang berupa aksara. Menulis pada umumnya dilakukan pada kertas dengan

menggunakan alat tulis, seperti pensil atau pena.

Musaba (2012:24) mengatakan bahwa menulis berarti mengungkapkan

buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan hal lain melalui tulisan. Pengungkapan

tersebut dapat menghasilkan berbagai jenis tulisan, misalnya berupa karangan,

fakta, dan lain sebagainya. Kegiatan menulis yang paling sederhana adalah

menulis lambang-lambang yang berupa huruf, kemudian berwujud menjadi kata

dan kalimat sehingga dapat dipahami oleh seseorang.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

menulis merupakan suatu kegiatan yang berupa keterampilan menuangkan isi

pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan alat tulis yang kemudian

menjadi sebuah pesan atau informasi.

Page 71: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

68

1.2.1.1 Kalimat Efektif

Rahardi (2009:29) mengatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang

memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri

pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara

atau penulisnya.

1.2.1.2 Koherensi dan Kohesi

Kusumaningsih dkk. (2013:112) mengatakan bahwa kepaduan makna

disebut koherensi, sedangkan kepaduan bentuk disebut kohesi. Koherensi dalam

paragraf bisa dilihat dari kalimat-kalimat penjelas yang mendukung ide pokok

paragraf atau kalimat utamanya. Kohesi terlihat dari adanya kesinambungan antar

kalimat dalam satu paragraf yang ditandai dengan adanya penanda hubungan antar

kalimat.

1.2.2 Teks Biografi

Dalam buku Bahasa Indonesia Kelas VIII yang diterbitkan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:37) dijelaskan bahwa teks

biografi merupakan teks yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa, dan

masalah yang dihadapinya. Teks biografi memuat identitas, peristiwa, dan

permasalahan yang dialami seseorang, termasuk karya serta penghargaan yang

diterima.

1.2.2.1 Struktur Teks Biografi

Dalam buku Bahasa Indonesia Kelas VIII yang diterbitkan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:37) diuraikan bahwa struktur

teks biografi yang terdiri oleh tiga bagian, yaitu (1) orientasi, (2) peristiwa dan

masalah, dan (3) reorientasi. Ketiga bagian itu menjadi bangunan atau tata

organisasi teks biografi. Orientasi berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku

di dalam teks biografi. Peristiwa atau kejadian berisi penjelasan yang berisi

peristiwa-peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah

yang dihadapinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Hal menarik,

Page 72: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

69

mengesankan, mengagumkan, dan mengharukan yang dialami tokoh juga

diuraikan dalam bagian peristiwa. Sementara itu, reorientasi berisi pandangan

penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Reorientasi bersifat opsional, boleh ada,

boleh juga tidak ada.

1.3 Media Film Dokumenter

Arsyad (2011:49) mengatakan, “Film merupakan gambar-gambar dalam

frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara

mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan

Nasional, 2011:392), dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film

mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang

mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat

pendidikan. Wiryawan dkk. (1987:7.29) mengatakan bahwa program dokumenter

adalah suatu cerita mengenai suatu peristiwa yang sesungguhnya terjadi tanpa

adanya manipulasi data yang dilakukan secara sengaja. Dokumentasi dalam

program dokumenter menceritakan mengenai peristiwa pada masa lalu, baik

menyangkut seseorang, keadaan, peristiwa, dan lain sebagainya. Dengan

demikian, film dokumenter merupakan film yang mengisahkan sejarah yang

mengandung fakta dan nilai-nilai pendidikan.

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat

untuk berbagai macam tujuan (Effendy, 2014:2). Banyak orang mengabadikan

suatu peristiwa dan berniat untuk mengubahnya ke dalam bentuk film dokumenter

nantinya. Kegiatan seperti ini biasa dilakukan dan dipercaya pada suatu saat nanti

memberi sebuah keuntungan. Akan tetapi, harus diakui, film dokumenter tidak

pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi

seseorang atau kelompok tertentu.

Perkembangan film dokumenter saat ini sangat maju. Hal itu dibuktikan

dari munculnya berbagai bentuk kreasi film dokumenter. Di Indonesia sendiri

pemutaran film dokumenter ini hampir setiap tahun dilakukan oleh beberapa

stasiun televisi, baik swasta maupun pemerintah. Biasanya pemutaran film ini saat

Page 73: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

70

menjelang hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pemutaran film

dokumenter ini terutama ditujukan kepada para generasi muda dan pelajar agar

mereka mengetahui bagaimana perjuangan dan kerja keras para tokoh pahlawan

untuk mendirikan bangsa ini.

Effendy (2014:3) mengatakan bahwa film dokumenter tidak hanya untuk

dikonsumsi televisi, melainkan juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival

film di dalam dan luar negeri. Film dokumenter diharapkan kedepannya mampu

menjadi film yang dapat memotivasi para generasi muda, terutama film

dokumenter yang berbau sejarah kepahlawanan.

1.4 Wawasan Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengatasi

kesulitan siswa dalam menulis teks biografi serta memberikan tambahan wawasan

mengenai pemanfaatan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar.

Selain memiliki tujuan secara umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus,

yaitu (1) untuk mengetahui efektivitas penggunaan media film dokumenter dalam

meningkatkan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP

PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dan (2) untuk mengetahui respons

siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 terhadap

penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran menulis teks biografi.

II. METODE PENELITIAN

2.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

secara kolaboratif. Penelitian dilakukan dengan berkolaborasi dengan guru bidang

studi Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut. Penelitian ini

dilaksanakan per siklus, dalam satu siklus terdiri dari 4 tahapan yang dikutip dari

pendapat Arikunto (2014:16), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi.

2.2 Subjek dan Objek Penelitian

Page 74: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

71

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 46 orang, yang terdiri atas

28 laki-laki dan 18 orang perempuan. Objek Penelitian ini adalah kemampuan

menulis teks biografi dengan menggunakan media film dokumenter.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang digunakan dalam

memperoleh data yang valid dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data

dalam penelitian ini digunakan metode tes, metode observasi, dan metode

kuesioner.

2.4 Analisis Data

2.4.1 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar

Skor mentah yang diperoleh diubah menjadi skor standar dengan

menggunakan pedoman konversi norma absolute skala seratus seperti berikut ini.

P =X

SMI x 100

Keterangan:

P = Persentil

X = Skor yang dicapai

SMI = Skor maksimal ideal

(Nurkancana dan Sunartana, 1992:91)

2.4.2 Mencari Skor Rata-rata

Untuk menghitung skor rata-rata kemampuan menulis teks biografi dengan

menggunkan media film dokumenter, digunakan rumus sebagai berikut.

M =∑ fx

N

Keterangan:

Page 75: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

72

M = Mean (rata-rata)

Σfx = Jumlah nilai

N = Jumlah individu

(Nurkancana dan Sunartana, 1992:174)

III. HASIL

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil

karena terjadi peningkatan kemampuan menulis teks biografi pada siswa kelas

VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan

skor rata-rata siswa dari sebelum tindakan, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan

siklus II. Skor rata-rata kelas pada sebelum tindakan (prasiklus) adalah 53,26

dengan ketuntasan klasikal 8,69%. Setelah melaksanakan siklus I skor rata-rata

siswa meningkat menjadi 66,60 dengan ketuntasan klasikal 26,08% dan pada

siklus II skor rata-rata siswa meningkat menjadi 79,93 dengan ketuntasan klasikal

mencapai 84,79%. Begitu pula terhadap hasil respons melalui observasi siswa,

pada siklus I respons siswa memperoleh skor rata-rata 71,26 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 39,13%. Pada siklus II, respons siswa mengalami peningkatan,

yaitu memperoleh skor rata-rata 81,23 dengan ketuntasan klasikal 100%. Respons

berdasarkan pengakuan siswa melalui lembaran kuesioner yang diberikan

memperoleh hasil yang positif, yaitu dari 46 orang siswa, sebanyak 42 orang

siswa atau 91,30% memperoleh predikat sangat tinggi dan 4 orang siswa atau

8,70% memperoleh predikat tinggi. Hasil penelitian mengenai peningkatan

kemampuan menulis teks biografi siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel berikur ini.

Tabel 3.1 Hasil Menulis Teks Biografi dengan Menggunakan Media Film

Dokumenter Sebelum Tindakan, Setelah Siklus I, dan Siklus II

No Nama Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II

Keterangan Skor

Standar

Skor

Standar

Skor

Standar

1 Anggi Nirmala Dewi, 50 66 77 Meningkat

Page 76: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

73

No Nama Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II

Keterangan Skor

Standar

Skor

Standar

Skor

Standar

A.A

2 Agus Suarjana, I Kadek 40 66 80 Meningkat

3 Aldo Sujaya, Kadek 40 64 75 Meningkat

4 Adam Virgota, I Made 77 86 89 Meningkat

5 Adi Wijana, I Wayan 52 61 72 Meningkat

6 Agung Laksana Putra

Perwira 50 64

83 Meningkat

7 Agus Riski Mertadana, I

Kadek 60 69

86 Meningkat

8 Andi Sikiawan 45 47 75 Meningkat

9 Armansyah Ali

Mustopa 40 66

72 Meningkat

10 Anitha Niscahya

Maharani 65 75

83 Meningkat

11 Dinik Dwi Windarwati 45 66 77 Meningkat

12 Dwi Arta Wiguna, I

Kadek 75 72

83 Meningkat

13 Eva Damayanti, Ni Luh 60 80 80 Meningkat

14 Erika Surya Antari, Ni

Made 75 91

94 Meningkat

15 Erwin Wahyu Dwi Nata 40 55 80 Meningkat

16 Eko Yudhi Prasetyo 40 53 69 Meningkat

17 Elia Monic Saputri 50 58 77 Meningkat

18 Fitria Agus Tina Mansa 60 64 86 Meningkat

19 Kartika Dewi, Gst. A.

Putu 61 66

80 Meningkat

20 Hendrik Rudianto 60 78 80 Meningkat

21 Yurika Puteri, I. A.

Ngurah 60 80

83 Meningkat

22 Kresna Prayoga, I Gst.

Komang 50 66

77 Meningkat

23 Indra Semara Jaya, I

Gst. Agung 69 66

80 Meningkat

24 Julio Prameswara, I

Kadek 40 52

77 Meningkat

25 Mahendra Saputra, I 45 52 75 Meningkat

Page 77: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

74

No Nama Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II

Keterangan Skor

Standar

Skor

Standar

Skor

Standar

Ketut

26 Manfuldlotun Nasichah 79 94 94 Meningkat

27 Miguel Vitayry Enricho

Lere Bulan 40 51

83 Meningkat

28 Nofri Yandri 55 58 86 Meningkat

29 Putri Sugiantari,

Komang 50 66

86 Meningkat

30 Hendrawan, Putu 60 78 91 Meningkat

31 Raditya Dwi Mahendra,

I Made 40 72

83 Meningkat

32 Raditya Bayu Saputra, I

Wayan 61 64

75 Meningkat

33 Saniarti, Ni Luh Putu 58 75 86 Meningkat

34 Surya Dewi, Ni Made 55 72 78 Meningkat

35 Sayid Abdul Rohman

Hakim 40 47

69 Meningkat

36 Sintya 55 66 80 Meningkat

37 Tuti Lestari Dewi, Ni

Putu 60 91

94 Meningkat

38 Vikhri Nur Rizky

Ridwan 60 66

80 Meningkat

39 Victor Sanjaya 40 52 75 Meningkat

40 Wahyu Ardian Saputra 58 64 77 Meningkat

41 Widhaswary Ika

Pramesti, Ni Wyn 60 78

89 Meningkat

42 Widias Mara Putera,

A.A Gd 40 58

78 Meningkat

43 Yuni Lestari Putri, Putu 60 78 86 Meningkat

44 Yunia Wati, Ni Kadek 50 58 72 Meningkat

45 Yoga Agustiawan, I

Made 40 61

61 Meningkat

46 Ahmad Wisbah 40 42 64 Meningkat

Total Skor 2450 3064 3677

Rata-rata 53.26 66.60 79.93 Meningkat

IV. BAHASAN

Page 78: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

75

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan dan telah menunjukkan hasil

yang sesuai harapan, maka dalam pembahasan penelitian ini dapat didefinisikan

tiga hal yang bermakna, yaitu (1) penggunaan media film dokumenter dapat

meningkatkan kemampuan menulis teks biografi, (2) siswa memberikan respons

yang positif terhadap penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran

menulis teks biografi, dan (3) penggunaan media film dokumenter dapat

meningkatkan aktivitas secara tidak langsung yang berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

Banyaknya keunggulan yang dimiliki dengan penggunaan media film

dokumenter dalam menulis teks biografi sehingga mendapatkan hasil yang

meningkat dari siklus I ke siklus II. Adanya model pembelajaran yang baru,

membuat siswa merasakan pengalaman baru yang mampu meningkatkan motivasi

siswa dalam belajar. Oleh karena itu, hasil penelitian dengan upaya meningkatkan

kemampuan menulis teks biografi dengan penggunaan media film dokumenter

pada siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015

dikatakan berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan dan cukup dilaksanakan

dengan dua siklus saja.

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Menarik suatu simpulan merupakan tindak lanjut dari sebuah penelitian

ilmiah setelah pekerjaan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga

pengolahan data yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan,

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan media film dokumenter dapat meningkatkan kemampuan menulis

teks biografi pada siswa kelas VIII 2 SMP PGRI 8 Denpasar tahun pelajaran

2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I adalah 66,60

dan pada siklus II adalah 79,93 sehingga peningkatannya sebesar 13,33. Pada

siklus I sebanyak 12 orang siswa atau 26,08% memperoleh nilai yang minimal

sama dengan KKM (75) dan pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh

Page 79: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

76

nilai 75 ke atas sebanyak 39 orang siswa atau 84,79% sehingga peningkatannya

sebesar 58,71%.

2. Penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran menulis teks biografi

mampu menumbuhkan respons positif siswa. Respons siswa dari segi

perhatian, keantusiasan, keaktifan, serta ketekunan dalam pembelajaran

menulis teks biografi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata siswa

pada siklus I sebesar 71,26 dengan ketuntasan klasikal sebesar 39,13% dan

pada siklus II memperoleh skor rata-rata 81,23 dengan ketuntasan klasikal

100%.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa media film dokumenter

efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran

menulis teks biografi.

5.2 Saran-saran

Sebagai tindak lanjut atas hasil yang diperoleh dalam penelitian, maka

melalui kesempatan ini dikemukakan beberapa saran. Saran-saran ini ditujukan

untuk guru dan siswa. Adapun saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan menggunakan media film

dokumenter dalam mengajar menulis teks biografi karena telah terbukti mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks biografi serta mampu

meningkatkan respons siswa dalam mengikuti pembelajaran, khususnya

pembelajaran teks biografi.

2. Bagi siswa yang telah mengikuti pembelajaran menulis teks biografi dengan

media film dokumenter dan dinyatakan berhasil agar mempertahankan prestasi

belajarnya serta tetap berlatih menulis teks biografi dengan menggunakan

media film dokumenter.

DAFTAR RUJUKAN

Alek dan H. Achmad. 2011. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Prenada Media Group.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 80: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

77

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Effendy, Heru. 2014. Mari Membuat Film. Jakarta: PT Gramedia.

Kemdikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kemdikbud.

Kusumaningsih, Dewi dkk. 2013. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:

Andi Offset.

Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Nurkancana, Wayan dan PPN Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:

Usaha Nasional.

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia Untuk Karang-

Mengarang. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Wiryawan, Anitah dkk. 1987. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Page 81: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

78

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYALIN

WACANA BAHASA BALI LATIN KE DALAM AKSARA BALI

SISWA KELAS X IIS 3 SMA DHARMA PRAJA BADUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

Ni Made Pusparini Dwi Ningrum, NIM 2011.II.2.0095

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam

menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Oleh karena itu, diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam

aksara Bali. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana

bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja

Badung tahun pelajaran 2014/2015. (2) untuk mengetahui respon siswa terhadap

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan

kemampuan menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X

IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian

pembelajaran kooperatif, (2) tujuan pembelajaran kooperatif, (3) tipe pembelajaran

kooperatif, (4) definisi Think Pair Share, (5) langkah-langkah Think Pair Share, (6)

pengertian menulis, (7) pengertian menyalin, (8) pengertian wacana, dan (9) aksara

Bali. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode

observasi, yang kemudian dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana

bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja

Badung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari peningkatan skor rata-rata

kelas dari siklus I ke siklus II, yaitu 76,07 (3,04) menjadi 89, 97 (3,60); dan (2)

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan

respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015

dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Hal ini dapat dilihat

dari peningkatan skor rata-rata hasil observasi dari siklus I ke siklus II, yaitu 65,60

(2,62) menjadi 86,65 (3,46) dengan kategori baik.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, menyalin wacana

Page 82: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

79

Abstract

This research is motivated by the lack of ability of the students to copy the

Latin Balinese language discourse into Balinese script. Therefore, the applied model

of cooperative learning Think Pair Share is expected to increase students' ability to

copy the Latin Balinese language discourse into Balinese script. The purpose of this

study is (1) to determine the implementation of cooperative learning model Think

Pair Share can improve the ability to copy the Latin Balinese language discourse into

Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year 2014/2015. (2)

to determine the students' response to the implementation of cooperative learning

model Think Pair Share in improving the ability to copy the Latin Balinese language

discourse into Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year

2014/2015.

The basic theory used in this study were (1) the notion of cooperative

learning, (2) the purpose of cooperative learning, (3) the type of cooperative

learning, (4) the definition of Think Pair Share, (5) the steps Think Pair Share, (6)

understanding of writing, (7) the notion copy, (8) the notion of discourse, and (9)

Balinese script. Methods of data collection in this study is the test method and the

method of observation, which is then analyzed using descriptive statistical methods.

The results showed that (1) the implementation of cooperative learning

model Think Pair Share can improve the ability to copy the Latin Balinese language

discourse into Balinese script Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year

2014/2015. This is evident from the increase in the average score of the class of the

first cycle to the second cycle, namely 76.07 (3.04) to 89, 97 (3.60); and (2) the

implementation of cooperative learning model Think Pair Share can improve the

Class X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung study year 2014/2015 in B copying the

Latin Balinese language discourse into Balinese script. It can be seen from the

increase in the average score on the observation of the first cycle to the second cycle,

namely 65.60 (2.62) to 86.65 (3.46) in both categories.

Keywords: cooperative learning model Think Pair Share, copy discourse

1. PENDAHULUAN

Proses pendidikan di sekolah yang mengajarkan muatan lokal Bahasa Bali

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai

keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak

(listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca

(reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Keempat keterampilan ini

Page 83: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

80

sangat berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan dan erat hubungannya dengan

proses berpikir yang mendasari bahasa. Berbicara tentang kegiatan menulis,

terutamanya menulis aksara Bali di sekolah tentunya tidak lepas dari kegiatan

menyalin. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan karya-karya

sastra kuna, baik dengan cara menyalin dari huruf Latin ke aksara Bali maupun dari

aksara Bali ke huruf Latin.

Berdasarkan fakta yang terjadi di setiap jenjang pendidikan dari SD, SMP,

dan SMA yaitu tentang pembelajaran muatan lokal bahasa Bali, tidak dipungkiri

bahwa banyak siswa yang kurang memahami baik dalam pembelajaran bahasa Bali

maupun aksara Bali. Fenomena ini dapat dilihat dari pengalaman penulis pada saat

pelaksanaan PPL di salah satu sekolah, tepatnya di Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja

Badung.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Kelas X IIS 3 SMA Dharma

Praja Badung, ditemukan adanya beberapa masalah yang dihadapi guru dalam

mengajarkan bahasa Bali terutamanya materi aksara Bali. Ketidakpahaman siswa

terhadap materi aksara Bali dapat dilihat dari kurangnya kemampuan siswa dalam

menyalin wacana dari bahasa Latin ke aksara Bali.

Hal ini terbukti dari skor rata-rata yang diperoleh siswa belum mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 80 (3,20). Rata-rata kelas hanya 65,13

(2,60) di mana ketuntasan klasikal hanya 18,42% atau sebanyak 7 orang yang

mencapai KKM dan sisanya sebanyak 31 orang atau 81,58% belum mencapai KKM.

Selain dalam hasil belajar, masalah yang dihadapi guru juga mengenai respon siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.

Bertolak dari hasil pengamatan tersebut, peneliti mencoba berdiskusi dengan

guru mata pelajaran bahasa Bali yang bersangkutan, mencari alternatif dengan

mengubah metode dalam mengajar bahasa Bali khususnya materi aksara Bali dalam

hal menyalin wacana latin berbahasa Bali ke dalam aksara Bali dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.

Page 84: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

81

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah model

pembelajaran yang penulis pilih sebagai pemecahan masalah dalam penelitian ini.

Peneliti memilih metode ini karena Think Pair Share merupakan variasi yang paling

sederhana karena dalam berkelompok hanya melibatkan 2 orang siswa salam satu

kelompok. Dengan jumlah yang sedikit akan memudahkan guru dalam mengawasi

dan mengarahkan cara belajar siswa sehingga semua siswa berperan aktif dalam

pengerjaan tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu dilakukannya

penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

untuk Meningkatkan Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke dalam

Aksara Bali Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun Pelajaran

2014/2015”. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

ini diharapkan siswa lebih termotivasi dalam belajar.

2. LANDASAN TEORI

Penelitian yang bersifat ilmiah selalu dilandasi oleh suatu teori, agar

penelitin tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, keberadaan teori

dalam sebuah penelitian perlu diperhitungkan secara cermat agar benar-benar relevan

dengan objek yang dikaji. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian akan

dijabarkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau

suku yang berbeda (heterogen) (Sanjaya, 2013: 242).

Page 85: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

82

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997: 111) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran

penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

pengembangan keterampilan sosial (dalam Suprihatiningrum, 2013: 197).

3. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang disampaikan oleh

Suprihatiningrum (2013: 202) diantaranya: (1) Student Team Achievement Division

(STAD), (2) Jigsaw, (3) Investigasi Kelompok (Group Investigation), (4) Think Pair

Share (TPS), (5) Numbered Heads Together (NHT), (6) Team Game Turnament

(TGT), (7) Team Assisted Individualization (TAI), dan (8) Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC).

4. Definisi Think Pair Share

Menurut Suprihatiningrum (2013: 208) Think Pair Share memiliki prosedur

yang secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir,

menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

5. Langkah-langkah Think Pair Share

Tahap utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut

Suprihatiningrum (2013: 209) adalah sebagai berikut: (1) thinking (berpikir), (2)

pairing (berpasangan), dan (3) sharing (berbagi).

6. Menulis

Menurut Tarigan (2008: 3) menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif.

Page 86: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

83

7. Menyalin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1209) pengertian menyalin

adalah (1) menukar (mengganti) dengan yang lain, (2) menurut (tulisan), menulis

kembali, meniru, dan (3) menerjemahkan.

8. Wacana

Chaer (2009: 223) menyebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang

terdiri dari sebuah kalimat atau beberapa kalimat yang menyatakan satu pesan atau

satu amanat yang utuh. Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis wacana

mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-

kalimat.

9. Aksara Bali

Aksara adalah ciri-ciri atau gambaran suara yang diciptakan oleh manusia

(Gautama, 2006: 32). Aksara Bali dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) aksara

wreastra, (2) aksara swalalita, dan (3) aksara modre (dalam Gautama, 2006: 33).

3. METODE

Menurut Wijayanti (2013: 222) metode penelitian adalah seperangkat

langkah yang harus dikerjakan dan disusun secara sistematis. Tercapai tidaknya suatu

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sangat tergantung pada metode yang

digunakan. Oleh karena itu, pemilihan metode harus benar-benar diperhitungkan

dengan baik agar dapat memenuhi fungsinya untuk mencapai tujuan penelitian.

Penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu: (1) metode pengumpulan data

yakni metode tes dan observasi, dan (2) metode pengolahan data yaitu metode

analisis statistik deskriptif.

3.1 Metode Pengumpulan Data

1. Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang

dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan

Page 87: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

84

kemampuan dari subjek penelitian (Trianto, 2010: 264). Metode tes meliputi

(1) penyusunan tes, (2) pelaksanaan tes, yang dilaksanakan pada semester II

tahun pelajaran 2014/2015 di Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung

sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 20 siswa

perempuan, dan (3) penilaian tes, yaitu menugaskan siswa menyalin wacana

bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali. Adapun aspek yang dinilai yakni

ketepatan penulisan pasang aksara Bali, ketepatan penulisan pengangge

aksara Bali, dan ketepatan penulisan uger-uger pasang aksara Bali, dengan

masing-masing aspek memiliki rentangan nilai 5 sehingga jumlah skor

maksimal ideal (SMI) adalah 15.

2. Menurut Narbuko (2012: 70) pengamatan (observasi) adalah alat

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Melalui observasi akan

diketahui respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun

pelajaran 2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran koperatif tipe

Think Pair Share dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke

dalam aksara Bali. Pedoman observasi adalah sebagai berikut.

No Nama Siswa Keaktifan Perhatian Partisipasi

Jumlah

Skor

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Keterangan :

5 = baik sekali (A)

4 = baik (B)

3 = cukup (C)

2 = kurang (K)

1 = sangat kurang (SK)

Page 88: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

85

3.2 Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan

data. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik deskriptif. Adapun tahapan dalam pengolahan data akan dijabarkan sebagai

berikut.

1. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar

Ada dua cara yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor

standar, yaitu (1) menentukan skor maksimal ideal (SMI), yang berdasarkan aspek

penilaiannya, maka SMI dalam penelitian ini adalah 15, dan (2) membuat pedoman

konversi, yaitu menggunakan norma absolut skala seratus (persenti) digunakan rumus

Nurkancana dan Sunartana (1992: 99) sebagai berikut

P = x 100

Keterangan:

P = Persentil

X = Skor yang dicapai

SMI = Skor Maksimal Ideal

2. Mancari Skor Rata-rata

Untuk mencari skor rata-rata kemampuan siswa menyalin wacana bahasa

Bali Latin ke dalam aksara Bali melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe

Think Pair Share dapat dicari dengan rumus Nurkancana dan Sunartana (1992:174)

seperti berikut.

Me =

Keterangan:

Me = mean (rata-rata)

Ʃ = Apsilon (baca jumlah)

fx = jumlah skor standar

Page 89: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

86

N = jumlah individu

3. Manentukan Kriteria Predikat

Untuk mendapat skor rata-rata dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa

Bali Latin ke dalam aksara Bali dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share, digunakan kriteria predikat dan kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang digunakan di SMA Dharma Praja Badung. Kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang digunakan di SMA Dharma Praja Badung yaitu 80. Kriteria predikat

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Skor Standar Skor Rerata Predikat KKM

(1) (3) (2) (4) (5)

1 88 – 100 3,51 – 4,00 A= Baik Sekali Tuntas

2 63 – 87 2,51 – 3,50 B= Baik Tuntas

3 38 – 62 1,51 – 2,50 C= Cukup Tidak tuntas

4 25 – 37 1,00 – 1,50 D= Kurang Tidak tuntas

(Dikutip dari buku rapot siswa SMA Dharma Praja Badung)

4. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui tuntas tidaknya nilai siswa dalam pembelajaran menyalin

wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali ditentikan oleh indikator keberhasilan

yang berlaku di SMA Dharma Praja Badung, yaitu: (1) Skor rata-rata kelas mencapai

≥80 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah,

(2) Sebanyak ≥75% siswa kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran

2014/2015 tuntas atau memperoleh nilai 80 ke atas (KKM) sehingga ketuntasan

belajar klasikal dapat tercapai. Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan

rumus berikut.

Ketuntasan Belajar = x 100%

Page 90: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

87

dan (3) Sebanyak ≥75% respon yang diberikan siswa kelas X IIS 3 SMA Dharma

Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 minimal tergolong baik atau mencapai nilai

≥80 (3,20)

5. Menarik Simpulan

Simpulan ditarik sesuai dengan langkah-langkah pengolahan data yang telah

ditentukan serta berdsarkan pada permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini ada

dua hal yang akan disimpulkan, yaitu yang pertama mengenai keefektivitasan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan

kemampuan menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X

IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015. Kedua, mengenai

respon siswa selama prose pembelajaran berlangsung dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

4. HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke

dalam Aksara Bali dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun

Pelajaran 2014/2015

No Nama Siswa Refleksi

Awal

Siklus

I

Siklus

II Keterangan Ket.

1 Aribawa Wiguna, I Wayan 80 87 100 Meningkat T

2 Arrohman Syah Zulkarnain 45 60 87 Meningkat T

3 Artana, Gusti Bagus 70 80 93 Meningkat T

4 Arya Wahyuningsih, L. Gd. 70 80 87 Meningkat T

5 Ayu Cahya Y. Ni Kd. 60 73 87 Meningkat T

6 Danang Mahendra, G. Md. 60 60 80 Meningkat T

7 Dedik Ariawan, I Wayan 65 73 87 Meningkat T

8 Deni Asmara, I Kadek 55 67 87 Meningkat T

Page 91: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

88

No Nama Siswa Refleksi

Awal

Siklus

I

Siklus

II Keterangan Ket.

9 Devi Adnyani, Ni Kadek 60 73 87 Meningkat T

10 Eka Yunita A. Ni Pt. 70 80 100 Meningkat T

11 Erna Melayanti, Ni Kadek 70 80 100 Meningkat T

12 Erwin Setiawan 45 73 73 Meningkat TT

13 Esty Safira, Ni Kadek 65 73 87 Meningkat T

14 Indah Paramitha D. A. A. 70 80 87 Meningkat T

15 Intan Permei S. I Gst. A. A. 80 87 93 Meningkat T

16 Kembarana, Ni Kadek 70 80 93 Meningkat T

17 Khotib Firmansyah 70 73 93 Meningkat T

18 Mahendra, I Wayan 55 73 87 Meningkat T

19 Manik Arini, Si Luh 70 80 100 Meningkat T

20 Mauli Diana 65 73 93 Meningkat T

21 Mega Oktaviani 80 87 100 Meningkat T

22 Nova Satria W. I Wayan 60 73 93 Meningkat T

23 Novi Sugiantari, Ni Luh 80 87 100 Meningkat T

24 Rai Tradia Melani, Ni Md. 85 93 100 Meningkat T

25 Rai Kecyava M. Md. 80 80 93 Meningkat T

26 Sitti Nurkhalisha 70 73 93 Meningkat T

27 Sri Diana Wati, Ni Luh 55 60 87 Meningkat T

28 Sri Dwi Lestari, Ni Kadek 70 87 93 Meningkat T

29 Sudarma, I Wayan 60 60 73 Meningkat TT

30 Sujana, I Gede 60 60 73 Meningkat TT

31 Surianta, I Komang 45 73 87 Meningkat T

32 Swartana, Kadek 60 73 87 Meningkat T

33 Venni Diantari, Ni Kadek 65 87 100 Meningkat T

34 Vivit Pitayanti, Ni Wayan 60 87 100 Meningkat T

Page 92: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

89

No Nama Siswa Refleksi

Awal

Siklus

I

Siklus

II Keterangan Ket.

35 Wahyu Mahendra, I Gede 60 73 93 Meningkat T

36 Yanto Purwitha, I Gede 65 73 73 Meningkat TT

37 Yudi Andika, I Putu 45 73 80 Meningkat T

38 Lina Herlina, Ni Kadek 80 87 93 Meningkat T

Jumlah 2475 2891 3419

Rata-rata 65,13 76,07 89,97

Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak Tuntas

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana

bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja

Badung tahun pelajaran 2014/2015.

Hal ini dapat dilihat dari data perolehan hasil rata-rata kelas mengalami

peningkatan dari refleksi awal yang semula hanya 65,13 menjadi 76,07 pada siklus I

dan menigkat kembali pada siklus II menjadi 89,97. Peningkatan hasil belajar

tersebut terjadi pada seluruh siswa yang berjumlah 38 orang. Presentase keberhasilan

dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali

mencapai ketuntasan klasikal 89,47% atau sebanyak 34 siswa dinyatakan tuntas,

sedangkan 4 siswa atau 10,53% siswa dinyatakan tidak tuntas.

Tabel 4.2 Perbandingan Respon Kemampuan Menyalin Wacana Bahasa Bali Latin ke

dalam Aksara Bali dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share Siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung Tahun

Pelajaran 2014/2015

No Nama Siswa Siklus

I

Siklus

II Keterangan

1 Aribawa Wiguna, I Wayan 80 93 Meningkat

2 Arrohman Syah Zulkarnain 67 80 Meningkat

3 Artana, Gusti Bagus 73 80 Meningkat

4 Arya Wahyuningsih, L. Gd 93 100 Meningkat

Page 93: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

90

No Nama Siswa Siklus

I

Siklus

II Keterangan

5 Ayu Cahya Y. Ni Kd. 60 87 Meningkat

6 Danang Mahendra, G. Md. 47 80 Meningkat

7 Dedik Ariawan, I Wayan 40 80 Meningkat

8 Deni Asmara, I Kadek 53 80 Meningkat

9 Devi Adnyani, Ni Kadek 67 93 Meningkat

10 Eka Yunita A. Ni Putu 73 93 Meningkat

11 Erna Melayanti, Ni Kadek 80 100 Meningkat

12 Erwin Setiawan 27 80 Tetap

13 Esty Safira, Ni Kadek 53 87 Meningkat

14 Indah Paramitha D. A. A. 80 93 Meningkat

15 Intan Permei S. I Gst. A. A. 87 100 Meningkat

16 Kembarana, Ni Kadek 73 87 Meningkat

17 Khotib Firmansyah 60 80 Meningkat

18 Mahendra, I Wayan 60 80 Meningkat

19 Manik Arini, Si Luh 80 93 Meningkat

20 Mauli Diana 73 87 Meningkat

21 Mega Oktaviani 80 93 Meningkat

22 Nova Satria W. I Wayan 60 80 Meningkat

23 Novi Sugiantari, Ni Luh 87 93 Meningkat

24 Rai Tradia Melani, Ni Md. 93 100 Meningkat

25 Rai Kecyava M. Md. 80 87 Meningkat

26 Sitti Nurkhalisha 73 93 Meningkat

27 Sri Diana Wati, Ni Luh 60 100 Meningkat

28 Sri Dwi Lestari, Ni Kadek 87 100 Meningkat

29 Sudarma, I Wayan 33 60 Meningkat

30 Sujana, I Gede 27 67 Meningkat

Page 94: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

91

No Nama Siswa Siklus

I

Siklus

II Keterangan

31 Surianta, I Komang 60 80 Meningkat

32 Swartana, Kadek 60 67 Meningkat

33 Venni Diantari, Ni Kadek 73 93 Meningkat

34 Vivit Pitayanti, Ni Wayan 73 87 Meningkat

35 Wahyu Mahendra, I Gede 27 80 Meningkat

36 Yanto Purwitha, I Gede 47 80 Tetap

37 Yudi Andika, I Putu 60 80 Meningkat

38 Lina Herlina, Ni Kadek 87 100 Meningkat

Jumlah 2493 3293

Rata-rata 65,60 86,65

Data di atas menunjukkan bahwa respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma

Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 mengalami peningkatan dalam

pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil observasi siswa

Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran 2014/2015 dari siklus I ke

siklus II sebesar 21.05 (0,84). skor rata-rata pada siklus I hanya sebesar 65,60 (2,62) ,

dan meningkat menjadi 86,65 (3,46) pada siklus II. Persentase peningkatan respon

siswa dalam menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam Aksara Bali dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara klasikal yakni

sebesar 47,37%, di mana respon baik siswa pada siklus I hanya sebanyak 17 orang

atau 44,73%, dan meningkat menjadi 35 orang atau 92,10% pada siklus II.

Page 95: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

92

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan yaitu penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menyalin wacana

bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja

Badung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil tes yang diperoleh,

terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar 10,94 (0,44) dari prasiklus ke siklus

I dan sebesar 13,90 (0,56) dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata siswa

adalah 65,13 (2,60) meningkat menjadi 76,07 (3,04) pada siklus I, dan 89,97 (3,60)

pada siklus II. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II telah memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥80 dengan kategori baik sekali. Ketuntasan

belajar secara klasikal juga telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang

ditentukan yaitu ≥75%. Pada prasiklus ketuntasan belajar klasikal hanya sebesar

18,42%, meningkat menjadi 44,73% pada siklus I dan pada siklus II mencapai

89,47%.

Respon siswa Kelas X IIS 3 SMA Dharma Praja Badung tahun pelajaran

2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

dalam pembelajaran menyalin wacana bahasa Bali Latin ke dalam aksara Bali adalah

sebesar 86,65 (3,46) yang tergolong baik. Respon ini meningkat sebesar 21.05 (0,84)

dari siklus I yang hanya mencapai 65,60 (2,62).

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan terkait penelitian yang telah

dilaksanakan antara lain sebagai berikut.

1. Bagi siswa yang memperoleh nilai tinggi disarankan agar tetap mempertahankan

bahkan meningatkan prestasinya, dan untuk anak yang memperoleh nilai rendah

agar lebih giat dalam belajar untuk mendapat hasil yang maksimal

Page 96: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

93

2. Bagi guru mata pelajaran bahasa Bali disarankan agar model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

diterapkan guna mengatasi masalah dalam pembelajaran, meningkatkan

kemampuan berpikir kritis, meningkatkan peran aktif siswa, terutamanya dalam

mengatasi permasalahan terkait materi yang dipelajari.

3. Bagi pihak sekolah disarankan agar model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan pada pelajaran lain,

serta memfasilitasi instrumen pendukung yang diperlukan guna mengatasi

permasalahan dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:

Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gautama, Wayan Budha. 2006. Tata Sukerta Bahasa Bali. Denpasar: Kayu Mas

Agung.

Narbuko, Cholid. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurkancana, Wayan dan PPN. Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:

Usaha Nasional.

Sanjaya, Wina. 2013. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:

Angkasa.

Page 97: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

94

Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Wijayanti. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Page 98: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

95

ANALISIS TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA PGRI 4 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

Ni Nyoman Suryaningsih, NIM 2011.II.1.0048

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Abstrak Sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni kurikulum 2013 yang berbasis teks, siswa seharusnya sudah mampu menulis teks anekdot. Namun kenyataannya, masih banyak masalah yang muncul seperti teks anekdot siswa belum memenuhi kelengkapan dan kesesuaian judul, struktur dan bahasanya. Permasalahan ini tampak pada siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya?; (2) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya?; dan (3) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari bahasanya?. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya (2) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya dan (3) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 ditinjau dari bahasanya. Adapun sejumlah teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni: (1) pengertian menulis, (2) tujuan menulis, (3) langkah-langkah menulis, (4) pengertian anekdot, (5) struktur teks anekdot, (6) Bahasa Teks Anekdot (7) langkah-langkah menulis teks anekdot, dan (8) contoh teks anekdot. Lebih jauh, untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, seperangkat metode digunakan dalam penelitian ini yakni: (1) metode penentuan subjek penelitian adalah sampel; (2) metode pendekatan subjek penelitian adalah empiris; (3) metode pengumpulan data adalah catatan dokumen dan (4) metode pengolahan data adalah statistik deskriptif. Berdasarkan hasil pengolahan data, penelitian ini menyimpulkan: (1) teks anekdot siswa ditinjau dari judulnya adalah sangat baik (2) ditinjau dari strukturnya adalah baik, dan (3) ditinjau dari bahasanya adalah sangat baik. Penelitian ini menyarankan: (1) teks anekdot yang yang sudah sangat baik, agar dipertahankan, (2) teks anekdot yang sudah baik, agar lebih ditingkatkan dan (3) teks anekdot yang belum mencapai KKM, guru hendaknya melakukan evaluasi, untuk dijadikan pedoman dalam menentukan strategi pembelajaran. Kata Kunci: analisis, teks, anekdot

Page 99: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

96

Abstract In accordance with the applicable curriculum 2013 with text-based, students should be able to write anecdotes text. But in reality, there are still many problems that arise like students’ anecdotes text have not met the completeness and appropriateness of the title, structure and language. These problems appear in class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015. Based on the background of the problems above, which as the issues in this study are: (1) How is the anecdotes text by students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of the title?; (2) How is the anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of the structure?; and (3) how is the anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of language? The purpose of this research are: (1) to determine the anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar 2014/2015 academic year in terms of the title (2) to determine the text anecdotes of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of the structure and (3) to determine the anecdotes text of students class X SMA PGRI 4 Denpasar academic year 2014/2015 in terms of language. There are some theories used in this study are: (1) definition of writing,

(2) the purpose of writing, (3) steps of writing, (4) definition of anecdotes, (5) the

structure of anecdotes text, (6) Language of Anecdotes Text (7) steps to write

anecdotes text, and (8) sample of anecdotes text. Furthermore, to achieve the goals that have been formulated, a set of methods used in this study are: (1) the method of determining the research subject is a sample method; (2) the approach method of research subjects is empirical method; (3) the method of data collection is document record and (4) data processing method is descriptive statistics method.

Based on the results of data processing, the study concluded: (1) the

anecdotes text of students in terms of the title is very good (2) in terms of structure

is good, and (3) in terms of the language is very good.

This study suggests: (1) the anecdotes text that are already very good, to

be maintained, (2) the anecdotes text that have been well, so more enhanced and

(3) the anecdotes text that have not yet reached MCC, the teacher should conduct

an evaluation, to be used as a guide in determine the learning strategies. Key words : analisys, text, anecdote

1. PENDAHULUAN

Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa

terampil berbahasa Indonesia. Terampil berbahasa Indonesia artinya mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. bahasa Indonesia yang baik

dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kondisi pemakaiannya dan

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku.

Page 100: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

97

Keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat aspek yaitu (1) menyimak,

(2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Pada dasarnya, keempat aspek

tersebut berkaitan erat, memiliki satu kesatuan yang utuh dan saling mendukung

dalam proses belajar bahasa.

Salah satu keterampilan berbahasa yang tergolong keterampilan produktif

adalah menulis. Dikatakan produktif, dikarenakan seseorang yang melakukan

kegiatan menulis secara aktif memproduksi ide, informasi, dan perasaan dengan

menggunakan bahasa. Menurut Dalman (2014: 3) menulis adalah suatu kegiatan

komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak

lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Beranjak dari

hal tersebut, tidak dapat disangkal bahwa menulis mempunyai peranan sangat

penting dalam kehidupan manusia.

Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah menulis teks anekdot.

Memproduksi atau menulis teks anekdot merupakan salah satu kompetensi dasar

yang harus dimiliki siswa kelas X sekolah menengah atas (SMA). Sucipto dkk.

(2013: 2) menyatakan bahwa anekdot adalah cerita singkat yang lucu, konyol, dan

mengesankan tentang tokoh dan peristiwa tertentu. Lebih lanjut, Sucipto dkk.

(2013: 2) mengungkapkan bahwa, anekdot termasuk dalam narasi sugestif karena

melibatkan daya khayal dan bertujuan menyampaikan pesan tersirat.

Di SMA PGRI 4 Denpasar, pembelajaran teks anekdot telah diajarkan

sebaik-baiknya sesuai kurikulum yang berlaku. Namun kenyataannya, masih

banyak permasalahan yang muncul di kelas. Banyak siswa yang menulis teks

anekdot belum memenuhi syarat-syarat teks anekdot. Dengan kata lain, teks

anekdot yang dibuat siswa tidak memiliki kelengkapan dan kesesuaian judul,

struktur teks yang mencakup abstrak, orientasi, krisis, reaksi, koda, dan bahasa

anekdot.

Kenyataan-kenyataan tersebut peneliti sikapi sebagai suatu masalah yang

harus segera dicermati dan ditindaklanjuti. Jika tidak, tentunya hal tersebut akan

berdampak pada rendahnya kualitas hasil belajar siswa. Maka dari itu, peneliti

memutuskan mengangkat masalah tersebut ke dalam penelitian ilmiah dengan

judul “Analisis Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun

Page 101: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

98

Pelajaran 2014/2015.”

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi pokok

permasalahan yaitu: (1) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya?; (2) bagaimanakah

teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015

ditinjau dari strukturnya?; dan (3) bagaimanakah teks anekdot siswa kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari bahasanya?.

Berkenaan dengan pokok masalah seperti yang telah disebutkan, adapun

tujuan yang ingin dicapai yakni: (1) untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X

SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari judulnya (2)

untuk mengetahui teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun

pelajaran 2014/2015 ditinjau dari strukturnya dan (3) untuk mengetahui teks

anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015

ditinjau dari bahasanya.

Untuk menunjang kebenaran dan keakuratan hasil penelitian yang di dapat,

penelitian ini menggunakan sejumlah teori yaitu: (1) pengertian menulis, (2)

tujuan menulis, (3) langkah-langkah menulis, (4) pengertian anekdot, (5) struktur

teks anekdot, (6) Bahasa Teks Anekdot (7) langkah-langkah menulis teks anekdot,

dan (8) contoh teks anekdot.

2. METODE

Menurut Sugiono (2010: 3) metode penelitian diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pandangan

Sugiyono di atas, menunjukkan betapa pentingnya metode penelitian dalam

sebuah penelitian ilmiah. Oleh karena itu, pemilihan metode dalam sebuah

penelitian ilmiah harus diperhitungkan secara cermat agar dapat memenuhi

fungsinya dengan baik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ada

empat yaitu: (1) metode penentuan subjek penelitian, (2) metode pendekatan

subjek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan (4) metode pengolahan data.

Arikunto (2010: 188) menjelaskan bahwa subjek penelitian adalah benda,

hal, atau orang yang dituju oleh peneliti untuk diteliti. Dalam menentukan subjek

Page 102: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

99

penelitian, setidaknya ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, yaitu populasi

dan sampel. Berkenaan dengan itu, peneliti memilih kemungkinan yang kedua

yakni penelitian sampel. Mengingat sampel merupakan bagian dari populasi,

maka dalam penelitian sampel, terlebih dahulu populasi harus ditetapkan. Menurut

Agung (2010: 47) populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek dalam suatu

penelitian. Berdasarkan pendapat di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran

2014/2015 yang berjumlah 145 orang siswa yang tersebar dalam empat kelas

dengan rincian 71 putra dan 74 putri. Agar lebih jelas, populasi penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Populasi Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/

2015.

No Sub Populasi Putra Putri Jumlah

1 X MIA 1 15 19 34

2 X MIA 2 12 20 32

3 X MIA 3 17 19 36

4 X IIS 27 16 43

Jumlah 71 74 145

Sumber: SMA PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015

Tabel di atas menunjukkan, jumlah populasi penelitian ini cukup besar.

Sesuai dengan pembahasan di atas, penelitian ini adalah penelitian sampel.

Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan sebagian dari populasi yang ada.

Selain itu, keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti,

juga menjadi suatu pertimbangan digunakannya penelitian sampel.

Berkenaan dengan hal tersebut, penentuan jumlah sampel dalam penelitian

ini, digunakan rumus Cochran sebagaimana yang dikutip Agung (2010: 50)

seperti berikut ini.

2

2 ..

d

qpt

1..1

12

2

d

qpt

N

n

Page 103: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

100

Keterangan:

t : Nilai t pada taraf kepercayaan yang ditentukan (1,96)

d : Taraf kekeliruan yang ditentukan (digunakan 0,05)

p : Proporsi dari salah satu strata

q : 1- p

n : Jumlah sampel minimal

N : Ukuran populasi

1 : Bilangan konstan

Jadi, berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Cochran di atas, maka

jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 105 siswa. Lebih jauh, untuk

memenuhi jumlah yang telah ditetapkan, peneliti menggunakan dua teknik

sampling yakni: proporsional sampling dan random sampling.

Agung (2010: 48) mengungkapkan bahwa teknik proporsional sampling ini

dilakukan untuk lebih menjamin representatifnya sampel, jika ternyata jumlah

subjek yang terdapat dalam tiap strata atau tiap wilayah tidak sama. Sehubungan

dengan hal tersebut, untuk menentukan perimbangan jumlah sampel pada masing-

masing kelas, peneliti mengikuti perhitungan yang dikembangkan oleh Hadi

(2004: 90) seperti berikut ini.

Jumlah tiap-tiap sub kelas

X jumlah sampel yang diamati

Jumlah populasi

Dengan rumus di atas, jumlah sampel dari masing-masing kelas dapat

diketahui, seperti berikut ini.

Tabel 2.2 Sampel Penelitian Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar Tahun

Pelajaran 2014/2015

No Kls Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 X MIA 1 34 25

2 X MIA 2 32 23

3 X MIA 3 36 26

4 X IIS 43 31

Jumlah 145 105

Sementara itu, random sampling adalah teknik yang di dalam pengambilan

sampelnya, penulis “mencampur” subjek – subjek di dalam populasi sehingga

Page 104: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

101

semua subjek dianggap sama (Arikunto (2010: 177). Penelitian ini menggunakan

teknik undian dalam pengambilan sampel.

Sementara itu, metode pendekatan subjek penelitian pada dasarnya

merupakan golongan metode yang digunakan untuk melakukan pendekatan

terhadap gejala dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, metode pendekatan

yang digunakan adalah metode empiris. Dengan kata lain, pendekatan yang

digunakan adalah cara pendekatan, dimana gejala yang diteliti telah ada secara

wajar. Gejala wajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks anekdot siswa

kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang dianalisis, sudah

disusun berdasarkan teori-teori atau syarat-syarat dari sebuah teks anekdot.

Lebih lanjut, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode pencatatan dokumen. Menurut Agung (2010: 65) metode

pencatatan dokumen adalah cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan

segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. dalam hal

ini, dokumen yang dimaksud adalah teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono,

2010: 207). Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode pengolahan

data ini, yaitu (1) menyekor teks anekdot siswa (2) mengubah skor mentah

menjadi skor standar, (3) menentukan kriteria predikat, (4) mengelompokkan

kemampuan siswa, (5) mencari skor rata-rata, dan (6) menarik kesimpulan.

3. HASIL

Hasil analisis data ini disajikan berdasarkan hasil data yang dikumpulkan

melalui metode pencatatan dokumen dan hasil pengolahan data yang dilakukan.

Berkenaan dengan hal itu, berikut ini akan disajikan hasil analisis data yakni hasil

analisis teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/

Page 105: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

102

2015 ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya.

Tabel 3.1 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks

Anekdot Ditinjau Berdasarkan Judulnya

No Nilai Predikat Jumlah Presentase Keterangan

1 100 Sangat Baik 60 57% Tuntas

2 83 Baik 19 18% Tuntas

3 67 Baik 23 22% Tidak Tuntas

4 50 cukup 3 3% Tidak Tuntas

Jumlah 105 100%

Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks

Anekdot Ditinjau Berdasarkan strukturnya

No Nilai Predikat Jumlah Presentase Keterangan

1 95 Sangat Baik 1 1% Tuntas

2 90 Baik 13 12% Tuntas

3 85 Baik 17 16% Tuntas

4 80 Baik 26 25% Tuntas

5 75 Baik 14 13% Tuntas

6 70 Baik 15 14% Tidak Tuntas

7 65 Baik 14 13% Tidak Tuntas

8 60 Cukup 2 2% Tidak Tuntas

9 55 Cukup 1 1% Tidak Tuntas

10 40 Cukup 1 1% Tidak Tuntas

11 35 Kurang 1 1% Tidak Tuntas

Jumlah 105 100%

Tabel 3.3 Hasil Pengelompokkan Tingkat dan Ketuntasan Siswa Kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 Dalam Menulis Teks

Anekdot Ditinjau Berdasarkan Bahasanya

No Nilai Predikat Jumlah Presentase Keterangan

1 100 Sangat Baik 76 72% Tuntas

2 75 Baik 29 28% Tuntas

Jumlah 105 100%

Sesuai dengan data di atas, maka skor rata-rata siswa dalam menulis teks

anekdot yang ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya dapat diketahui

Page 106: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

103

sebagai berikut.

Tabel 3.4 Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar

Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Judulnya

No x F Fx

1 100 60 6000

2 83 19 1577

3 67 23 1541

4 50 3 150

N = 105 ∑fx = 9268

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, diketahui bahwa jumlah skor rata-rata

yang dicapai oleh seluruh siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau berdsarkan

judulnya adalah (∑fx)= 9268 dengan jumlah siswa (N) = 105 siswa. Dengan

menggunakan rumus di atas, skor rata-rata dapat dihitung seperti berikut.

M = ∑fx

N

= 9268

105

= 88,26 dibulatkan menjadi 88.

Jadi, skor rata-rata teks anekdot siswa ditinjau berdasarkan judulnya

adalah 88. Sementara itu, skor rata-rata siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau

berdasarkan strukturnya, dapat pula dihitung dengan bantuan tabel frekuensi di

bawah ini.

Tabel 3.5 Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar

Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Strukturnya

No x F Fx

1 95 1 95

2 90 13 1170

3 85 17 1445

4 80 26 2080

5 75 14 1050

6 70 15 1050

Page 107: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

104

7 65 14 910

8 60 2 120

9 55 1 55

10 40 1 40

11 35 1 35

N = 105 ∑fx = 8050

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, diketahui bahwa jumlah skor rata-rata

yang dicapai oleh seluruh siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau berdasarkan

strukturnya adalah (∑fx)= 8155 dengan jumlah siswa (N) = 105 siswa. Dengan

menggunakan rumus di atas, skor rata-rata dapat dihitung seperti berikut.

M = ∑fx

N

= 8050

105

= 76,66 dibulatkan menjadi 77.

Jadi, skor rata-rata teks anekdot siswa ditinjau berdasarkan strukturnya

adalah 77. Lebih lanjut, skor rata-rata siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau

berdasarkan bahasanya, juga dapat dihitung dengan bantuan tabel frekuensi di

bawah ini.

Tabel Frekuensi Skor yang Dicapai Siswa Kelas X SMA PGRI 4 Denpasar

Tahun Pelajaran 2014/2015 Ditinjau berdasarkan Bahasanya

No x F Fx

1 100 76 7600

2 75 29 2175

N = 105 ∑fx = 9775

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, diketahui bahwa jumlah skor rata-rata

yang dicapai oleh seluruh siswa dalam menulis teks anekdot ditinjau berdasarkan

bahasanya adalah (∑fx)= 9775 dengan jumlah siswa (N) = 105 siswa. Dengan

menggunakan rumus di atas, skor rata-rata dapat dihitung seperti berikut.

M = ∑fx

N

Page 108: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

105

= 9775

105

= 93,09 dibulatkan menjadi 93.

Jadi, skor rata-rata teks anekdot siswa ditinjau berdasarkan bahasanya

adalah 93.

4. PEMBAHASAN

Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam menulis teks anekdot yang

ditinjau berdasarkan judul, struktur dan bahasanya dapat diketahui sesuai dengan

perhitungan di atas. Ditinjau berdasarkan judul, skor rata-rata siswa adalah 88,26

dibulatkan menjadi 88. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai dengan

kriteria kemampuan siswa, skor 88 berada pada rentangan 86-100 dengan

kualifikasi sangat baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah,

yakni 75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan judulnya

tergolong sangat baik dan telah mencapai KKM.

Sementara itu, ditinjau berdasarkan struktur, skor rata-rata siswa adalah

76,66 dibulatkan menjadi 77. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai

dengan kriteria kemampuan siswa, skor 77 berada pada rentangan 62-85 dengan

kualifikasi baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah, yakni

75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan strukturnya

tergolong baik dan telah mencapai KKM.

Lebih lanjut, ditinjau berdasarkan bahasa, skor rata-rata siswa adalah

93,09 dibulatkan menjadi 93. Skor ini sudah dalam bentuk skor standar. Sesuai

dengan kriteria kemampuan siswa, skor 93 berada pada rentangan 86-100 dengan

kualifikasi sangat baik dan mencapai KKM yang telah di tetapkan oleh sekolah,

yakni 75. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teks anekdot siswa kelas X SMA

PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015ditinjau berdasarkan bahasanya

tergolong sangat baik dan telah mencapai KKM.

Page 109: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

106

5. PENUTUP

Simpulan

Menarik simpulan pada dasarnya merupakan pendeskripsian terhadap hasil

pengolahan data yang dilakukan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengolahan

data yang dilakukan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015

ditinjau berdasarkan judulnya adalah sangat baik. Simpulan ini didukung oleh

data empiris yang ada. Dari 105 teks anekdot siswa yang dijadikan sampel

penelitian, 79 teks anekdot siswa atau 75,24% telah berhasil memperoleh

kriteria ketuntasan, sedangkan 26 teks anekdot siswa atau 24,76% tidak

berhasil memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 75,24% teks anekdot

siswa yang berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau

berdasarkan judulnya dan sebesar 24,76% teks anekdot siswa yang tidak

berhasil mencapai rata-rata (tidak mencapai ketuntasan ) karena berada di

bawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata seluruh teks anekdot

siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang

dijadikan sampel yang ditinjau berdasarkan judulnya adalah 88 berada pada

rentangan 86-100 dengan kualifikasi sangat baik dan telah mencapai KKM.

2) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran

2014/2015ditinjau berdasarkan strukturnya adalah baik. Simpulan ini didukung

oleh data empiris yang ada. Sebanyak 105 teks anekdot siswa yang dijadikan

sampel penelitian, 71 teks anekdot siswa atau 67,62% telah berhasil

memperoleh kriteria ketuntasan, sedangkan 34 teks anekdot siswa atau 32,38%

tidak berhasil memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 67,62% teks

anekdot siswa yang berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau

berdasarkan strukturnya dan sebesar 32,38% teks anekdot siswa yang tidak

berhasil mencapai rata-rata (tidak mencapai ketuntasan) karena berada di

bawah KKM yang ditetapkan yaitu 75. Nilai rata-rata seluruh teks anekdot

siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang

dijadikan sampel yang ditinjau berdasarkan strukturnya adalah 77 berada pada

rentangan 62-85 dengan kualifikasi baik dan telah mencapai KKM.

Page 110: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

107

3) Teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015

ditinjau berdasarkan bahasanya adalah ssangat baik. Simpulan ini didukung

oleh data empiris yang ada. Sebesar 105 teks anekdot siswa yang dijadikan

sampel penelitian, semua teks anekdot siswa atau 100% telah berhasil

memperoleh kriteria ketuntasan. Jadi, sebesar 100% teks anekdot siswa yang

berhasil mencapai rata-rata (mencapai ketuntasan) ditinjau berdasarkan

bahasarnya . Nilai rata-rata seluruh teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang dijadikan sampel yang ditinjau

berdasarkan strukturnya adalah 93 berada pada rentangan 86-100 dengan

kualifikasi sangat baik dan telah mencapai KKM.

Saran-Saran

Saran-saran pada dasarnya merupakan tindak lanjut terhadap simpulan

yang telah diambil. Oleh karena itu, berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan

maka saran-saran dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan simpulan.

Berkenaan dengan itu, saran-saran dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1) Mengingat hasil penelitian yakni skor rata-rata yang diperoleh terhadap teks

anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang

ditinjau berdasarkan judulnya yakni 88 dengan kualifikasi sangat baik, peneliti

sarankan kepada siswa dan guru untuk tetap mempertahankannya.

2) Sementara itu, berkenaan dengan simpulan yang kedua, skor rata-rata yang

diperoleh terhadap teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun

pelajaran 2014/2015 yang ditinjau berdasarkan strukturnya yakni 77 dengan

kualifikasi baik, peneliti sarankan kepada siswa dan guru untuk lebih

ditingkatkan dengan cara berlatih lebih giat sehingga mampu mencapai prestasi

yang maksimal yakni sangat baik. Dalam hal ini, guru perlu memberikan

materi yang mudah dimengerti terkait teks anekdot yang sesuai dengan

strukturnya.

3) Lebih lanjut, terkait dengan simpulan yang ketiga, skor rata-rata yang

diperoleh terhadap teks anekdot siswa kelas X SMA PGRI 4 Denpasar tahun

Page 111: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

108

pelajaran 2014/2015 yang ditinjau berdasarkan bahasanya yakni 93 dengan

kualifikasi sangat baik, peneliti sarankan kepada siswa dan guru untuk tetap

mempertahankannya.

4) Setelah melihat hasil analisis yang menyatakan masih ada beberapa teks

anekdot siswa yang ditinjau dari judul,struktur dan bahasanya yang belum

mencapai KKM, hendaknya guru tidak hanya memfokuskan pada

pembelajarannya, namun harus disertai dengan evaluasi yang akurat terhadap

hasil pembelajaran khususnya teks anekdot itu sendiri. Dari hasil evaluasi

tersebut, maka dapat dijadikan sebagai pedoman serta umpan balik untuk

menentukan strategi atau langkah yang harus ditempuh berikutnya untuk

meningkatkan hasil pembelajaran siswa.

Daftar Rujukan

Agung, A.A. Gede. 2010. “Metode Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar”.

Singaraja : Undiksha.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Dalman, H. 2011. Keterampilan Menulis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sucipto, Maya Gustina, dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Klaten : PT. Intan

Pariwara.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan R & D). Bandung : Alfabeta.

Page 112: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

109

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS FUNGSI

SINTAKSIS WANGUN LENGKARA TUNGGAL PADA SISWA KELAS X

AK4 SMK NEGERI 2 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

Nyoman Windi Putri, NIM 2011.II.2.0051

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali

Abstrak

Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran bahasa Bali secara langsung

mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pemahaman tata kalimat, khususnya

fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal. Berdasarkan observasi awal yang

peneliti lakukan, diketahui tingkat penguasaan siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis wangun lengkara

tunggal masih tergolong rendah yang terlihat pada nilai ulangan harian siswa yang

memperoleh skor rata-rata 68,23 dan ketuntasan klasikal hanya 18,4%. Hal ini

disebabkan karena proses pengajaran kurang menggali potensi siswa untuk

berperan aktif dan model pembelajaran yang dipergunakan tidak variatif. Maka

dari itu, salah satu alternatif yang dipilih adalah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam

dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal dan respon siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar dikumpulkan dengan

metode tes dan data respon siswa dikumpulkan dengan metode observasi. Data

yang terkumpul kemudian diolah menggunakan metode statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi sintaksis

wangun lengkara tunggal pada siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2 Denpasar

tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa pada siklus

I memperoleh nilai rata-rata 74,31 dengan ketuntasan belajar 61%, kemudian pada

siklus II meningkat menjadi 89,31 dengan ketuntasan belajar mencapai 92%.

Selain itu, respon siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil respon

siswa memperoleh nilai rata-rata 70,52, kemudian pada siklus II meningkat

menjadi 79,47 dengan kategori baik. Maka dari itu, peneliti menyarankan kepada

guru agar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal.

Kata kunci: STAD, fungsi sintaksis, wangun lengkara tunggal.

Page 113: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

110

Abstract

Low interest of students to study Balinese language lessons directly affect

student learning outcomes in understanding syntax, particularly in syntactic

function of single sentense. Based on preliminary observations that researchers

do, obtained result that the students class X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar

academic year 2014/2015 in analyzing syntactic function of single sentense is still

low which looks at the daily test scores of students who received average score

68,23 and classical completeness only 18,4%. This is because the teaching process

is less explore student’s potential to play an active role and the learning model

used is not varied. Therefore, one of the chosen alternative is to implement

cooperative learning model tipe Student Team Achievement Division (STAD).

This research is a class act that is performed in two cycles. Each cycle

consists of planning, implementation, observation, and reflection. The purpose of

this research is to improve students' ability to analyze the syntactic function of

single sentense and student response during the learning process. Learning

outcome data were collected by using test method and the student response data

collected by observation. The collected data is then processed using descriptive

statistical methods.

The results showed the application of cooperative learning model STAD

can improve the ability to analyze syntactic function of single sentence to the

students class X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar academic year 2014/2015. This is

showed from the the results of student learning in the first cycle to obtain the

average value 74,31 and 61% with mastery learning, then on the second cycle

increased to 89,31 with mastery learning reach 92%. Additionally, student

responses also increased. In the first cycle response result students gain an

average value 70,52, then on the second cycle increased to 79,47 with a good

category. Therefore, the researchers suggest to teachers to apply this model to

analyze the syntactic function of single sentence so as to create an atmosphere of

learning that can stimulate and motivate students to learn.

Keyword : STAD, syntactic function, single sentence.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, bahasa Bali diajarkan di sekolah melalui

kurikulum muatan lokal dari tingkat SD hingga SMA. Pengajaran bahasa Bali

dilakukan oleh guru dengan cara memberikan pelatihan secara intensif kepada

siswa dalam penggunaan bahasa Bali melalui kegiatan berbahasa sehingga siswa

menjadi terampil berbahasa Bali. Untuk menguasai keterampilan berbahasa Bali,

hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman tentang tata bahasa.

Page 114: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

111

Salah satu aspek tata bahasa yang erat kaitannya dengan pemakaian

bahasa adalah bidang sintaksis. Sintaksis adalah telaah tentang hubungan kata-

kata atau satuan-satuan sintaksis yang lebih besar dalam kalimat (Ba’dulu dan

Herman, 2010:44). Kalimat memiliki unsur-unsur pembentuk kalimat yang dapat

berupa kata, frasa, dan klausa. Setiap unsur tersebut dapat dibedakan berdasarkan

fungsi, kategori, dan perannya dalam kalimat. Menurut Chaer (2009:20) ditinjau

dari fungsinya, unsur-unsur kalimat ada yang disebut subjek (S), predikat (P),

objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket). Demikian pula halnya

dengan strukur kalimat bahasa Bali yang disebut dengan wangun lengkara juga

tersusun atas unsur-unsur pembentuk kalimat tersebut yang meliputi: jejering

(subjek), linging (predikat), panandang (objek), dan katerangan (keterangan).

Akan tetapi, fenomena yang terjadi dalam pembelajaran di SMK Negeri 2

Denpasar, diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa kelas X AK4 SMK Negeri 2

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis wangun lengkara

tunggal masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh ulangan harian siswa

yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 75. Dalam satu kelas yang berjumlah

38 orang, hanya 7 orang siswa atau sekitar 18% yang mampu memperoleh nilai 75

ke atas dan 31 orang siswa atau sekitar 82% yang mendapatkan nilai di bawah

KKM dengan rata-rata kelas hanya mencapai 68,23.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi sintaksis

wangun lengkara tunggal disebabkan beberapa faktor di antaranya: (1) proses

pengajaran kurang menggali potensi siswa untuk berperan aktif karena

pengelolaan kelas yang monoton sehingga aktifitas siswa terlihat kurang, terutama

dalam mengajukan pertanyaan atau tanggapan, (2) guru kurang memberikan

latihan-latihan secara intensif sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya

dalam menganalis fungsi wangun lengkara menjadi terbatas, dan (3) model

pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tidak

variatif sehingga kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar.

Untuk menyikapi hal tersebut, peneliti menawarkan alternatif pemecahan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division). Dasar pertimbangannya ialah model pembelajaran STAD

Page 115: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

112

dipilih karena model ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap diri sendiri dan kelompoknya, menjadikan siswa aktif dalam proses

pembelajaran, dan melalui penghargaan yang ada pada tahap akhir model ini

dapat merangsang motivasi siswa untuk belajar dengan harapan agar

kelompoknya mendapat predikat terbaik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran

STAD yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menganalisis wangun lengkara tunggal. Adapun judul penelitian yang peneliti

angkat yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis

Fungsi Sintaksis Wangun Lengkara Tunggal pada Siswa Kelas X AK4 SMK

Negeri 2 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.2 Landasan Teori

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga hal pokok,

yaitu terkait sintaksis, kalimat tunggal, dan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

1.2.1 Pengertian Sintaksis

Chaer (2007:206) menjelaskan asal-usul kata sintaksis itu sendiri berasal

dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tatttein yang berarti

‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi sintaksis berarti menempatkan bersama-

sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Hal serupa juga diungkapka

Arnawa (2008:75) yang memandang bahwa sintaksis sebagai kajian struktur

intern kalimat. Artinya, satuan terbesar yang ditelaah dalam sintaksis adalah

kalimat. Jadi, sintaksis adalah cabang ilmu yang menelaah tentang struktur/sistem

kalimat.

1.2.2 Satuan Sintaksis

Berpijak pada pengertian sintaksis yang merupakan cabang linguistik yang

mengkaji struktur kalimat, tersirat bahwa satuan terkecil sintaksis adalah kata dan

Page 116: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

113

satuan terbesarnya adalah kalimat. Kecuali itu, satuan sintaksis yang lain berupa

frase dan klausa. Dengan demikian, secara runtut dapat dikatakan bahwa satuan-

satuan sintaksis terdiri dari: kata, frase, klausa, dan kalimat.

1.2.3 Fungsi Sintaksis

Sulaga dkk (1996:38) juga menegaskan fungsi sintaksis ialah status relatif

yang dibebankan pada ruas-ruas kalimat dalam membentuk satu kesatuan yang

utuh. Fungsi sintaksis utama dalam kalimat terdiri atas predikat, subjek, objek,

pelengkap, dan keterangan. Demikian pula halnya dengan strukur kalimat bahasa

Bali yang disebut dengan wangun lengkara juga tersusun atas jejering ‘subjek’,

linging ‘predikat’, panandang ‘objek’, dan katerangan ‘keterangan’ (Tinggen,

1984:36).

1.2.4 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan gramatikal yang mengandung pikiran utuh dan

dapat berdiri sendiri, di mana penulisannya diawali dengan huruf kapital dan

diakhiri dengan adanya intonasi final.

1.2.5 Kalimat Tunggal

Sulaga dkk (1996:345) menjelaskan kalimat tunggal adalah kalimat yang

hanya terdiri atas satu pola, bisa diperluas sepanjang perluasannya tidak

membentuk pola baru lagi. Yang dimaksud dengan pola dalam kalimat tunggal

ialah pengisi unsur kategori atau kelas kata yang membangun kalimat tersebut.

Dalam bahasa Bali, kalimat tunggal diistilahkan dengan lengkara tunggal.

Menurut Tinggen (1984:84) lengkara tunggal inggih punika lengkara sane tegep

lumbrahipun kawangun antuk jejering, linging, panandang, miwah katerangan

lengkara wantah asiki. Artinya kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya

dibangun satu susunan subjek, predikat, objek, dan keterangan kalimat.

1.2.6 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Riyanto (2012:267) pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik

Page 117: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

114

(academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk

interpersonal skill.

1.2.7 Karakterisktik Pembelajaran Kooperatif

Sebagaimana dikemukakan Slavin (dalam Isjoni, 2013:21) terdapat tiga

konsep sentral yang menjadi karakteristik model pembelajaran kooperatif, yaitu

penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang

sama untuk berhasil.

1.2.8 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional,

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1. Memberikan peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu

pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dan

merumuskan ke arah satu pandangan kelompok.

2. Memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar.

3. Melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir

(thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan

untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,

bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang

menyimpang dalam kehidupan kelas.

4. Memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan

keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan

demokratis.

5. Dapat meningkatkan motivasi siswa karena didorong dan didukung dari rekan

sebaya.

6. Melalui cooperative learning siswa dapat memperoleh pengetahuan,

kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat

dan partisipasi sosial.

Page 118: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

115

7. Memberikan kesempatan siswa untuk berbicara, inisiatif, menentukan pilihan,

dan mengembangkan kebiasaan yang baik (Isjoni, 2013:23–24).

1.2.9 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions)

dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang

menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal.

1.2.10 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu dari model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

jumlah anggota tiap kelompok 4–5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,

dan penghargaan kelompok (Trianto, 2012:68).

2. METODE PENELITIAN

2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut

Paizaluddin dan Ermalinda (2013:8) penelitian tindakan kelas adalah sebuah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan

merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga

hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilaksanakan dalam beberapa

siklus dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2014:20).

Page 119: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

116

2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X AK4 SMK

Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 38 orang yang

terdiri dari laki-laki 7 orang dan perempuan 31 orang.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan data dengan menggunakan

beberapa metode, yaitu metode tes dan metode observasi. Metode tes digunakan

untuk kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara

tunggal, sedangkan metode obsevasi digunakan untuk mengamati respon siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.

2.4 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode statistik deskriptif. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini

memiliki dua jenis data, yakni data kemampuan siswa dalam menganalisis fungsi

sintaksis wangun lengkara tunggal dan respon siswa atas penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan

data pada penelitian ini adalah: (1) mengubah skor mentah menjadi skor standar,

(2) mencari nilai rata-rata, dan (3) menganalisis persentase ketuntasan siswa.

3. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X AK4

SMK Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam menganalisis fungsi

sintaksis wangun lengkara tunggal mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari

adanya peningkatan hasil tes siswa dari siklus I ke siklus II dengan hasil rata-rata

siklus I adalah 74,31 dan pada siklus II meningkat menjadi 89,31. Selain itu,

ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan, dari 61%

pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 92% pada siklus II sehingga

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dinyatakan berhasil. Perbandingan

peningkatan hasil tes siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel berikut.

Page 120: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

117

Tabel 1 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menganalisis Fungsi Sintaksis

Wangun Lengkara Tungggal pada Refleksi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No Nama Siswa Siklus I Siklus II

Keterangan SM SS SM SS

1 Adi Dwi Saputra I Made 35 70 42 84 Meningkat

2 Alfidia Fitri Hindati 39 78 46 92 Meningkat

3 Anggik Putri Widayanti Ni Pt. 41 82 48 96 Meningkat

4 Aptya Sunia Dinata I Made 36 72 44 88 Meningkat

5 Ayu Karningsih Ni Luh 43 86 49 98 Meningkat

6 Bagus Rakha Dhananjaya Putu 29 58 37 74 Meningkat

7 Clara Novianti Putu 39 78 48 96 Meningkat

8 Deby Zintia Kristi Juliana 40 80 48 96 Meningkat

9 Diah Ayu Marta Budiawati 30 60 46 92 Meningkat

10 Dian Arnita Ni Luh Putu Ayu 39 78 48 96 Meningkat

11 Dian Monika Yanti Kadek 39 78 44 88 Meningkat

12 Dicka Mega Kriswanda 41 82 49 98 Meningkat

13 Dilla Wulandari Ni Wayan 35 70 40 80 Meningkat

14 Dwi Puspitasari Ni Kadek 41 82 47 94 Meningkat

15 Eka Indira Dewi Ni Putu 42 84 47 94 Meningkat

16 Fitri Widya Astuti Ni Kadek 39 78 45 90 Meningkat

17 Kesuma Jaya I Made 27 54 36 72 Meningkat

18 Khrisna Danaswari I Gst. Ag. 35 70 44 88 Meningkat

19 Mahayoni Jaya Savitri 41 82 45 90 Meningkat

20 Mega Purnama Sari Ni Nym. 39 78 49 98 Meningkat

21 Osca Septaninda 40 80 45 90 Meningkat

22 Oeiji Mulia 35 70 45 90 Meningkat

23 Ovi Apriliani Ni Made 39 78 47 94 Meningkat

24 Pasek Adi Putra I Ketut 29 58 41 82 Meningkat

25 Pradnya Paramita Ni Putu 31 62 39 78 Meningkat

26 Putu Evita Putri Seruni 38 76 43 86 Meningkat

27 Radita Mulya Putri Putu 36 72 43 86 Meningkat

28 Ritzmayanti Pratiknyo 32 64 36 72 Meningkat

29 Sawitri Ni Komang 38 76 45 90 Meningkat

30 Sera Marlina Dewi Ni Putu 40 80 45 90 Meningkat

31 Setiani Ni Komang 41 82 46 96 Meningkat

32 Sindy Warasniasih Ni Made 38 76 49 98 Meningkat

33 Swari Ahadyani Ida Ayu 37 74 46 92 Meningkat

34 Vergilia Ni Luh Putu 40 80 45 90 Meningkat

35 Wartini Ni Kadek 38 76 45 90 Meningkat

36 Widiasih Ni Putu 35 70 41 82 Meningkat

37 Wira Darma Putra I Wayan 34 68 46 92 Meningkat

38 Yulia Agustini Ni Luh Putu 41 82 50 100 Meningkat

Jumlah 1412 2824 1697 3394

Rata-rata 37,16 74,31 44,66 89,31

Page 121: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

118

Selain hasil tes, respon siswa juga mengalami peningkatan atas penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran menganalisis

fungsi sintasis wangiun lengkara tunggal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 2 Perbandingan Hasil Observasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa Siklus I Siklus II

Ket. SM SS SM SS

1 Adi Dwi Saputra I Made 13 65 15 75 Meningkat

2 Alfidia Fitri Hindati 16 80 19 95 Meningkat

3 Anggik Putri Widayanti Ni Pt 15 75 18 90 Meningkat

4 Aptya Sunia Dinata I Made 14 70 16 80 Meningkat

5 Ayu Karningsih Ni Luh 16 80 19 95 Meningkat

6 Bagus Rakha Dhananjaya Pt 13 65 15 75 Meningkat

7 Clara Novianti Putu 14 70 15 75 Meningkat

8 Deby Zintia Kristi Juliana 13 65 14 70 Meningkat

9 Diah Ayu Marta Budiawati 13 65 16 80 Meningkat

10 Dian Arnita Ni Luh Putu A. 16 80 16 80 Meningkat

11 Dian Monika Yanti Kadek 13 65 15 75 Meningkat

12 Dicka Mega Kriswanda 15 75 15 75 Meningkat

13 Dilla Wulandari Ni Wayan 12 60 16 80 Meningkat

14 Dwi Puspitasari Ni Kadek 14 70 17 85 Meningkat

15 Eka Indira Dewi Ni Putu 13 65 16 80 Meningkat

16 Fitri Widya Astuti Ni Kadek 14 70 14 70 Meningkat

17 Kesuma Jaya I Made 13 65 14 70 Meningkat

18 Khrisna Danaswari I Gst. A. 13 65 15 75 Meningkat

19 Mahayoni Jaya Savitri 15 75 15 75 Meningkat

20 Mega Purnama Sari Ni Nym 16 80 19 95 Meningkat

21 Osca Septaninda 14 70 14 70 Meningkat

22 Oeiji Mulia 13 65 14 70 Meningkat

23 Ovi Apriliani Ni Made 14 70 15 75 Meningkat

24 Pasek Adi Putra I Ketut 13 65 14 70 Meningkat

25 Pradnya Paramita Ni Putu 15 75 16 80 Meningkat

26 Putu Evita Putri Seruni 13 65 14 70 Meningkat

27 Radita Mulya Putri Putu 13 65 16 80 Meningkat

28 Ritzmayanti Pratiknyo 14 70 14 70 Meningkat

29 Sawitri Ni Komang 14 70 15 75 Meningkat

30 Sera Marlina Dewi Ni Putu 14 70 15 75 Meningkat

31 Setiani Ni Komang 15 75 18 90 Meningkat

32 Sindy Warasniasih Ni Made 16 80 19 95 Meningkat

33 Swari Ahadyani Ida Ayu 14 70 17 85 Meningkat

34 Vergilia Ni Luh Putu 13 65 17 85 Meningkat

35 Wartini Ni Kadek 15 75 16 80 Meningkat

Page 122: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

119

36 Widiasih Ni Putu 15 75 16 80 Meningkat

37 Wira Darma Putra I Wayan 14 70 15 75 Meningkat

38 Yulia Agustini Ni Luh Putu 16 80 19 95 Meningkat

Jumlah 536 2680 604 3020

Rata-rata 14,1 70,52 15,89 79,47

Keterangan:

SM = Skor Mentah

SS = Skor Standar

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tes kemampuan dan observasi respon siswa pada siklus I

dan siklus II dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan

kemampuan dan respon siswa kelas X AK4 SMK Negeri 2 Denpasar tahun

pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran menganalisis fungsi sintaksis wangun

lengkara tunggal.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi sintaksis

wangun lengkara tunggal kelas X AK 4 SMK Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran

2014/2015, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan menganalisis fungsi

sintaksis wangun lengkara tunggal pada siswa kelas X AK 4 SMK Negeri 2

Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan

hasil tes siswa dari siklus I ke siklus II dengan hasil rata-rata siklus I adalah

74,31 dan pada siklus II meningkat menjadi 89,31. Nilai rata-rata yang dicapai

siswa pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM >75)

dengan predikat baik. Selain itu, ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga

mengalami peningkatan. Dari 38 orang siswa, ketuntasan yang dicapai oleh

Page 123: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

120

siswa pada siklus I sebesar 61%, kemudian meningkat menjadi 92% pada

siklus II.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan respon siswa kelas X AK 4 SMK

Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 dalam mengikuti pembelajaran

menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal. Hal ini terlihat pada

hasil obervasi respon siswa pada siklus I, baik dari segi minat belajar,

perhatian, keaktifan, tanggung jawab, maupun kerja sama siswa selama

mengikuti proses pembelajaran tergolong cukup baik. Hal tersebut dibuktikan

dengan pemerolehan skor rata-rata siklus I sebesar 70,52. Pada siklus II hasil

observasi respon siswa dari kelima aspek yang dinilai mengalami peningkatan

menjadi 79,47 dengan memperoleh predikat baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, perlu disampaikan beberapa

saran sebagai tindak lanjut hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun saran

yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

1. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disarankan agar tetap mempertahankan

bahkan meningkatkan prestasinya dan siswa yang memperoleh nilai rendah

agar lebih giat belajar agar mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2. Guru mata pelajaran bahasa Bali diharapkan menjadikan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sebagai salah satu

alternatif dalam pembelajaran bahasa Bali, terutama dalam struktur wangun

lengkara. Perlu adanya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas lain atau tempat lain guna

mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang menyenangkan untuk

merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar, terutama dalam

menganalisis fungsi sintaksis wangun lengkara tunggal.

3. Pihak sekolah diharapkan agar senantiasa memfasilitasi siswa dengan sarana

dan prasarana yang diperlukan dalam belajar, berusaha mendatangkan buku-

Page 124: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

121

buku pelajaran dan buku penunjang lainnya demi tercapainya tujuan

pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arnawa, Nengah. 2008. Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Denpasar:

IKIP PGRI Bali.

Ba’dulu Abdul Muis dan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:

Rineka Cipta.

Isjoni. 2013. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Reseach). Bandung: Alfabeta.

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana.

Sulaga, I Nyoman dkk (penyunting). 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Bali.

Denpasar: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Tinggen, I Nengah. 1984. Tata Basa Bali Ringkes. Singaraja: Indra Jaya.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana.

Page 125: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

122

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND

EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI

UNSUR-UNSUR PEMBANGUN PUISI BALI ANYAR PADA SISWA

KELAS X AP 2 SMK N 5 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh

Wulan Fridayanti, NIM: 2011.II.2.0003

Program Study Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali

Abstrak

Pengajaran puisi masih berorientasi pada guru. Guru lebih banyak

menggunakan metode ceramah dalam pengajaran puisi di kelas. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: (1) Apakah

model pembelajaran student facilitator and explaining efektif diterapkan untuk

meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar

pada siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015? (2)

Bagaimanakah respon siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran

2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran student facilitator and

explaining untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun

puisi Bali anyar?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar, serta untuk mengetahui

respon dengan pembelajaran student facilitator and explaining. Pada penelitian ini

digunakan beberapa landasan teori, antara lain: (1) model pembelajaran student

facilitator and explaining, (2) langkah-langkah model pembelajaran student

facilitator and explaining, (3) kelebihan model pembelajaran student facilitator

and explaining, (4) apresiasi sastra, (5) tujuan apresiasi sastra, (6) tahapan-tahapan

apresiasi sastra, (7) pengertian puisi, (8) pengertian puisi Bali anyar, (9) unsur-

unsur puisi, (10) memahami puisi Bali anyar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran

student facilitator and explaining dapat meningkatkan kemampuan memahami

unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar pada siswa, sebelum tindakan nilai rata-

rata siswa, yaitu 68,15 pada pra silkus meningkat menjadi 81,15 dengan predikat

baik pada siklus I dan mendapat respon sangat baik dengan rata-rata 92,58.

Oleh karena itu, saran yang hendak disampaikan adalah guru sebaiknya

lebih menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining untuk

meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar.

Kata kunci: puisi Bali anyar, pembelajaran student facilitator and explaining

Page 126: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

123

Abstract

Poetry teaching is still oriented to the teachers these day. Teachers are

more using lecture method to teaching poetry on the class. According to it, it can

be defined some problems : (1) is Student facilitator and explaining model

effective to implemented in order to increasing students understanding skill of

Bali anyar poetry elements builder on SMK N 5 Denpasar 10 Grade students on

2014/2015 school years? (2) How is students of SMK N 5 Denpasar 10 Grade on

2014/2015 school years responding to Student facilitator and explaining model

implementation in order to increasing Bali anyar poetry build elements

understanding skill?

The purpose of this research is to increasing studying result on

understanding Bali anyar poetry builder elements, and also to know the

responses of using Student facilitator and explaining method. This research is

using some theoretical basis, which is : (1) Student facilitator and explaining

studying model, (2) Student facilitator and explaining studying model steps, (3)

Advantage of Student facilitator and explaining studying model, (4) literature

appreciation, (5) literature appreciation purpose, (6) step by step of literature

appreciation, (7) Understanding of poetry, (8) Understanding of Bali anyar

poetry, (9) poetry elements, (10) how to understanding Bali anyar poetry.

The research result showing that implementation of Student facilitator and

explaining model can increasing understanding skill of Bali anyar poetry builder

elements, before it implemented students average value is 68,15, on pre-cycle it

increased to 81,15 with good predicate on predicate I and got great responses

with average value of 92,58.

According to it, it is recommended that teachers better using Student

facilitator and explaining study to increasing understanding skill of Bali anyar

poetry builder elements.

Keywords : Bali anyar poetry, Student facilitator and explaining study

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum kesusastraan Bali dapat digolongkan menjadi dua kelompok

menurut masanya, yaitu Sastra Bali Purwa dan Sastra Bali Anyar. Sastra Bali

Purwa adalah warisan sastra Bali yang mengandung nilai-nilai tradisional

masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini, nilai-nilai tersebut dianggap sebagai

unsur-unsur budaya asli atau cermin dari pada kehidupan masyarakat

Page 127: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

124

pendukungnya. Sastra Bali Anyar adalah sastra yang mengandung unsur-unsur

masukan baru dari suatu kebudayaan (sastra) modern dewasa ini, seperti cerpen,

novel/roman, puisi, drama, dan lain-lain (Disbud, 2006:5).

Penelitian ini meneliti pada karya sastra modern yaitu Puisi Bali,

khususnya puisi Bali Anyar tidak jauh berbeda dengan puisi Indonesia baru, baik

dari segi pengertian, unsur-unsur, maupun ciri-cirinya. Pengajaran puisi memiliki

peranan yang sangat penting. Karena pengajaran puisi bertujuan untuk mendidik

anak yang peka terhadap perasaan dan pikiran, serta mempunyai wawasan yang

luas sehingga mempunyai minat dan kesenangan membaca serta mempelajari

puisi. Kesenangan terhadap puisi haruslah tumbuh dari keinginan sendiri,

keinginan yang didukukung oleh bakat dan minat anak. Minat sangatlah besar

pengaruhnya dalam membaca dan mempelajari puisi. Karena, kalau dalam diri

anak ada bakat untuk dapat mengapresiasikan puisi, tetapi tanpa minat maka anak

akan menganggap bacaan puisi adalah bacaan yang biasa, lebih-lebih untuk

menganalisisnya. Tetapi sebaliknya, bakat disertai minat dan pengetahuan yang

dimiliki tentang puisi serta pengalaman pribadinya dalam membaca, akan dapat

lebih mudah dalam memahami teks puisi.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Bali, pengajaran

sastra memiliki peranan penting dalam setiap pembicaraan berobjek sastra, acuan

pembicaraannya mengarah pada unsur seni dan media bahasa terutama pada pesan

atau misi yang dibawanya. Berdasarkan observasi awal dan hasil wawancara

dengan guru bidang studi bahasa Bali yang dilakukan di SMK N 5 Denpasar pada

kelas X AP 2 tahun pelajaran 2014/2015, ditemukan adanya beberapa masalah

yang dihadapi guru dalam mengajar bahasa Bali khususnya materi memahami

unsur-unsur pembangun puisi bali anyar, yakni siswa belum memahami unsur-

unsur pembangun puisi bali anyar. Ketidakpahaman siswa terhadap materi

memahami unsur-unsur pembangun puisi bali anyar terlihat dari kurang

mampunya siswa membedakan antar unsur pembangun puisi Bali anyar yang

memiliki pemahaman berbeda, belum memahami unsur satu dengan yang lain

yang seharusnya setiap unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar memiliki

fungsinya masing-masing, dan belum paham bagaimana memahami unsur-unsur

Page 128: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

125

puisi Bali anyar dengan tepat. Sedikitnya pengetahuan siswa terhadap karya sastra

membuat siswa sulit memahami unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar.

Guru perlu menerapkan cara mengajar yang beragam, salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran student

facilitator and explaining. Model pembelajaran Student facilitator and explaining

merupakan salah satu dari pendekatan komunikatif. Model pembelajaran Student

facilitator and explaining adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

siswa dimana tugas guru sebagai fasilitator diambil alih oleh siswa dan siswa

bertanggung jawab sendiri akan hasil belajarnya yang tentu pada akhir

pembelajaran akan disimpulkan oleh guru. Keuntungan menerapkan model

pembelajaran Student facilitator and explaining adalah materi yang dipelajari

diingat lebih lama dan lebih bermakna, sebab berusaha sendiri untuk mencari

pengetahuan dari berbagai sumber, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna bagi siswa. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi

kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar. Memacu

motivasi siswa untuk memnjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar dan

mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis melakukan

penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Stident Facilitator And

Explaining untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Unsur-unsur

Pembangun Puisi Bali Anyar Pada Siswa Keleas X AP 2 SMK N 5 Denpasar

Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut. Mengembangkan kecakapan berpikir kritis, kreatif, dan sistematis pada

siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Turut serta

dalan pembinaan, pengembangan, dan pelestarian budaya Bali pada siswa SMK

sehingga bahasa dan sastra Bali dapat lestari. Selain tujuan umum penelitian ini

juga memiliki tujuan khusus yang ingin dicapai. Adapun tujuan-tujuan tersebut

dapat dirumuskan sebagai berikut. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model

Page 129: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

126

pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampuan

memahami unsur-unsur pembangun pusi Bali anyar pada siswa kelas X AP 2

SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Untuk mengetahui respon siswa

kelas kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 terhadap

penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining untuk

meningkatkan kemampuan memahami unsur-unsur pembangun pusi Bali anyar.

1.3 Landasan Teori

Landasan teori adalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk

berpikir dalam sebuah penelitian. Terlepas dari semua itu, dalam penelitian ini

diuraikan beberapa teori. Adapun teori-teori antara lain: (1) apresiasi sastra, (2)

tujuan apresiasi sastra, (3) tahapan-tahapan apresiasi sastra, (4) pengertian puisi,

(5) pengertian puisi Bali anyar, (6) unsur-unsur puisi, (7) memahami puisi Bali

anyar, (8) model pembelajaran student facilitator and explaining, (9) langkah-

langkah model pembelajaran student facilitator and explaining, (10) kelebihan

model pembelajaran student facilitator and explaining.

a. Apresiasi Sastra

apresiasi sastra berarti suatu penghayatan terhadap sastra itu sendiri. Dapat

juga dikatakan para penikmat sastra menggali karya sastra itu dengan baik dan

penuh kegairahan serta menghargai pengalaman-pengalaman sastrawan yang

diungkapkan dengan jujur dan sungguh-sungguh lewat karyanya.

b. Tujuan Apresiasi Sastra

Menurut Antara (2010:9) Apresiasi sastra memeliki tujuan khususnya

dalam pengajaran puisi yaitu untuk menguasai teori dan mampu memahami apa

yang tersirat dan yang tersurat. Maka dari itu, siswa diajar supaya lebih mandiri,

berani mengemukakan pendapatnya, memiliki rasa bangga, dan merasakan ikut

berpatisipasi memilikinya.

c. Tahapan-tahapan Apresiasi Sastra

Menurut Natawidjaja (1982: 2-4) menggungkapkan tahapan-tahapan

tersebut adalah: (1) tahap penikmatan, (2) tahap penghargaan, (3) tahap

pemahaman, (4) tahap penghayatan, (5) tahap implikasi. Untuk lebih jelasnya

Page 130: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

127

tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini. Dari kelima tahapan

di atas, penelitian ini termasuk tahapan yang ketiga, yaitu tahap pemahaman. Pada

tahapan ini penikmat melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur-unsur

pembangun puisi serta berusaha menyimpulkanya.

d. Pengertian Puisi

puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan

kaya dengan makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima,

dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Puisi menggunakan bahasa

yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah

kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.

e. Pengertian Puisi Bali Anyar

Puisi Bali Anyar dapat diartikan sebagai gendre (ragam) sastra berbahasa

Bali yang terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang berupa larik-larik

atau bait-bait. Bentuknya yang bebas itulah yang antara lain menyebabkan

iramanya menjadi bebas pula, dalam arti tidak terikat pada pola tertentu, seperti

pupuh dan geguritan (Rai Putra, 2013:1).

f. Unsur-unsur Puisi

Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam, yakni

struktur fisik dan struktur batin, dimana kedua unsur ini bersifat padu dan tidak

bisa dipisahkan satu sama lainnya.

g. Memahami Puisi Bali

memahami sebuah karya sastra puisi Bali modern, pembaca atau siswa

harus mampu menangkap arti yang tersembunyi di balik kata-kata yang tersurat

itu, karena pada umumnya penyair mengambil kata-kata yang tidak dipergunakan

dalam percakapan sehari-hari. Tujuan utamanya adalah agar ia mampu

mengungkapkan perasaan dengan kata-kata yang sesuai dengan perasaannya.

h. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining

model pembelajaran Student facilitator and explaining adalah suatu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana tugas guru sebagai fasilitator

diambil alih oleh siswa dan siswa bertanggung jawab sendiri akan hasil belajarnya

Page 131: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

128

yang tentu pada akhir pembelajaran materi pembelajaran dan gagasan dari peserta

didik akan disimpulkan oleh guru.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu

penelitian. Tercapai tidaknya suatu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

sangat tergantung dengan metode yang digunakan.

2.1 Metode Observasi

Observasi adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh hasil atau data

dalam suatu penelitian, yang berkaitan dengan situasi dan kondisi dari subjek

yang diteliti. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengetahui

respon siswa terhadap penggunaan model pmbelajaran student facilitator and

explaing dalam meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur-unsur

pembangun puisi Bali Anyar.

2.2 Metode Tes

Menurut Sanjaya (2011:103) tes adalah instrumen pengumpulan data

untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan

materi pembelajaran.

3. Analisis Data

3.1 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar

Skala seratus disebut skala persentil. Rumus yang digunakan untuk

mengubah skor mentah menjadi skor standar adalah sebagai berikut.

P = 𝑥

𝑆𝑀𝐼 x 100

Keterangan:

P = Persentil

X = Skor yang dicapai

SMI = Skor Maksimal Ideal

(Nurkancana dan Sunartana, 1992:92).

Page 132: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

129

3.2 Menentukan Kriteria Predikat

Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami unsur-

unsur pembangun puisi Bali Anyar dengan penerapan model pembelajaran student

facilitator and explaining digunakan predikat yang diadaptasi dari rapor SMK N 5

Denpasar sebagai berikut.

No Skor Standar Predikat

1 90-100 Sangat Baik

2 75-89 Baik

3 60-74 Cukup

4 0-59 Kurang

(Diadaptasi dari buku laporan hasil belajar SMK N 5 Denpasar)

3.3 Mencari Skor Rata-rata

Untuk memperoleh skor rata-rata kemampuan siswa dalam memahami

unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar dengan Penerapan Model pembelajaran

Student Facilitator and Explaining dicari dengan rumus:

M = ∑𝑓𝑥

𝑁

Keterangan:

M = Mean (Nilai Rata-rata)

∑𝑓𝑥 = Jumlah Nilai

N = Jumlah Sampel Penelitian

(Nurkencana dan Sunartana, 1992:174)

3.4 Hasil

Hasil tes pada pra siklus menunjukkan bahwa jumlah siswa yang

mengikuti tes pemahaman pada pra siklus adalah 40 orang dan diperoleh hasil

bahwa hanya 6 orang (15%) yang tuntas dengan kategori baik dan 34 orang (85%)

berada pada kategori cukup. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan

nilai tertinggi adalah 77, dengan rata-rata nilai 68,15 dan presentase ketuntasan

klasikal pada pra siklus adalah 15%.

Tes pemahaman pada siklus I diikuti oleh 40 orang siswa dengan hasil 36

orang siswa (90%) berada pada kategori baik dan 4 orang siswa berada pada

kategori cukup. Nilai terendah pada siklus I adalah 63 dan nilai tertinggi adalah

Page 133: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

130

88, dengan nilai rata-rata 81,15 dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 90%.

Respon yang diberikan siswa terhadap penerapan model pembelajaran student

facilitator and explaining berada pada kategori sangat baik, di mana 16 orang

siswa (40%) memberikan respon sangat positif, 18 orang siswa (45%)

memberikan respon positif dan 6 orang siswa (15%) memberikan respon cukup..

4. Simpulan

4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat

ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dapat

meningkatkan pemahaman siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun

pelajaran 2014/2015 terhadap unsur-unsur pembangun puisi Bali anyar. Hal ini

terbukti dari hasil tes yang dilaksanakan, terlihat adanya peningkatan nilai rata-

rata sebesar 13 dari prasiklus ke siklus I. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa

adalah 68,15 meningkat menjadi 81,15 pada siklus I. Nilai rata-rata yang

dicapai siswa pada siklus I telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM

≥75) dengan kategori baik. Ketuntasan belajar secara klasikal pun telah sesuai

dengan indikator keberhasilan yang ditentukan yakni ≥ 75%. Pada prasiklus

ketuntasan belajar klasikal hanya sebesar 15%, meningkat menjadi 90% pada

siklus I.

2. Respon yang diberikan oleh siswa kelas X AP 2 SMK N 5 Denpasar tahun

pelajaran 2014/2015 terhadap penerapan model pembelajaran student

facilitator and explaining dalam materi memahami unsur-unsur pembangun

puisi Bali anyar tergolong sangat baik. Respon ini meningkat sebesar 4,05

dari prasiklus ke siklus I. Pada pra siklus respon siswa mencapai 61,07 dan

tergolong cukup meningkat menjadi 92,58 pada siklis I. Respon yang

diberikan siswa terhadap penerapan model pembelajaran student facilitator

and explaining berada pada kategori sangat baik, di mana 16 orang siswa

(40%) memberikan respon sangat baik, 18 orang siswa (45%) memberikan

baik dan 6 orang siswa (15%) menberikan respon cukup.

Page 134: Stilistetika Tahun IV Volume VI, Mei 2015

Stilistetika Tahun IV Volume 6, Mei 2015

ISSN 2089-8460

131

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan penelitian yang telah

dilaksanakan antara lain sebagai berikut.

1. Bagi siswa yang memperoleh nilai tinggi diharapkan agar tetap

mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya. Bagi siswa yang

memperoleh nilai rendah agar lebih giat dalam belajar untuk mendapatkan hasil

yang maksimal.

2. Bagi guru mata pelajaran bahasa Bali agar model pembelajaran student

facilitator and explaining dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan guna

mengatasi permasalahan dalam pembelajaran, begitu pula untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis terutama ketika menghadapi permasalahan terkait

materi yang dipelajari, yaitu memahami unsur-unsur pembnagun puisi Bali

anyar.

3. Bagi pihak sekolah, hendaknya model pembelajaran student facilitator and

explaining dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan pada pelajaran lain

serta memfasilitasi instrument pendukung yang diperlukan guna mengatasi

permasalahan dalam pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Antara, I.G.P. 2010. Telaah Wacana Puisi Bali Modern. Singaraja: FKIP UNUD.

Dinas Kebudayaan Bali. 2006. Sastra Bali Anyar. Republik Indonesia.

Natawidjaja. 1982. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta: PT. Intermasa.

Nurkencana, Wayan dan PPN Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya:

Usaha Nasional.

Rai Putra, Ida Bagus. 2013. Puisi Bali Modern (Anyar). Denpasar.

Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Fajar Interpratama.