Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

10
Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010 WAWANCARA KIBAR DAERAH Foto : Taofiq Rauf / Yudi Syahrial Pendidikan Bisa Maju, Jika Guru Profesional, Sejahtera dan Bermartabat Geliat Daerah Meracik Beasiswa Jajaran Pemerintah Kota Baubau mencari dan memanfaatkan kesempatan beasiswa Local Economic Resource Development yang diberikan oleh NESO. 10 4 Halaman Halaman Wakil Menteri Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan Nasional Prof. Dr. Fasli Jalal Katakan "TIDAK" pada Narkoba Meningkatkan Akses Pendidikan Tinggi S aat ini pendidikan menjadi salah satu alternatif untuk memutus rantai kemiskinan. Seiiring dengan peningkatan pendidikan, diharapkan jaminan kesejahteraan akan meningkat pula. Di Indonesia, fakta menunjukkan bahwa banyak lulusan jenjang pendidikan menengah yang berprestasi dan potensial tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena berasal dari keluarga kurang mampu. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjamin setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional berupaya meningkatkan akses ke perguruan tinggi. Peluang Beasiswa Selama lima tahun ini, dana internasional untuk program beasiswa Indonesia mencapai Rp 4,284 triliun. Sekitar 60 persen lebih beasiswa itu diberikan dalam bentuk grant atau hibah, sedangkan sisanya berbentuk pinjaman, dan disediakan Pemerintah Indonesia serta sumber domestik lainnya. Di dalam negeri, pemerintah menyediakan 1.921 beasiswa, yang paling besar disediakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Berbagai macam beasiswa oleh pemerintah, misalnya PPA, BBM, PPE, dan BMU, telah diberikan kepada mahasiswa. Akan tetapi jumlah dana yang diberikan masih belum dapat memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan biaya hidup mahasiswa, sehingga belum menjamin keberlangsungan studi mahasiswa hingga selesai. “Mulai tahun 2010 kami memberikan beasiswa dan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan berprestasi yang disebut Beasiswa BIDIK MISI,” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal. Membuka Akses Progam Bidik Misi Kementerian Pendidikan Nasional menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu. Alokasi diberikan kepada 10 ribu orang calon mahasiswa dari keluarga tak mampu. “Anggaran pendidikan 20 persen baru secara riil mulai 2009 lalu. Sebenarnya akses pendidikan untuk orang miskin secara eksplisit ada di UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Namun, jangan kuatir, meski UU sudah dicabut, namun hak masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan yang layak tetap dijamin. Karena hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah. Kami bersama DPR tengah menyusun formula payung hukum yang baru.” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal beberapa waktu lalu. Pemerataan akses ke pendidikan saat ini menjadi perhatian utama pemerintah. Sejalan dengan hal itu peningkatan kualitas pendidikan pun dilakukan agar lulusan mampu bersaing di tingkat global.

description

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjamin setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional berupaya meningkatkan akses ke perguruan tinggi bagi semua warga negara yang mampu secara akademis.

Transcript of Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

Page 1: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

WAWANCARAKIBAR DAERAH

Foto

: Ta

ofiq

Rau

f / Y

udi S

yahr

ial

Pendidikan Bisa Maju, Jika Guru Profesional, Sejahtera dan BermartabatGeliat Daerah Meracik BeasiswaJajaran Pemerintah Kota Baubau mencari dan memanfaatkan kesempatan beasiswa Local Economic Resource Development yang diberikan oleh NESO.

10 4Halaman Halaman

Wakil Menteri Pendidikan NasionalKementerian Pendidikan Nasional

Prof. Dr. Fasli Jalal

Katakan "TIDAK" pada Narkoba

Meningkatkan Akses Pendidikan Tinggi

Saat ini pendidikan menjadi salah satu alternatif untuk memutus rantai kemiskinan. Seiiring dengan peningkatan pendidikan, diharapkan jaminan kesejahteraan

akan meningkat pula. Di Indonesia, fakta menunjukkan bahwa banyak lulusan jenjang pendidikan menengah yang berprestasi dan potensial tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena berasal dari keluarga kurang mampu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjamin setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya kurang mampu membiayai pendidikannya. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional berupaya meningkatkan akses ke perguruan tinggi.

Peluang BeasiswaSelama lima tahun ini, dana internasional untuk program beasiswa Indonesia

mencapai Rp 4,284 triliun. Sekitar 60 persen lebih beasiswa itu diberikan dalam bentuk grant atau hibah, sedangkan sisanya berbentuk pinjaman, dan disediakan Pemerintah Indonesia serta sumber domestik lainnya.

Di dalam negeri, pemerintah menyediakan 1.921 beasiswa, yang paling besar disediakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.

Berbagai macam beasiswa oleh pemerintah, misalnya PPA, BBM, PPE, dan BMU, telah diberikan kepada mahasiswa. Akan tetapi jumlah dana yang diberikan masih belum dapat memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan biaya hidup mahasiswa, sehingga belum menjamin keberlangsungan studi mahasiswa hingga selesai. “Mulai tahun 2010 kami memberikan beasiswa dan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan berprestasi yang disebut Beasiswa BIDIK MISI,” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal.

Membuka AksesProgam Bidik Misi Kementerian Pendidikan Nasional menyediakan beasiswa penuh

bagi mahasiswa berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu. Alokasi diberikan kepada 10 ribu orang calon mahasiswa dari keluarga tak mampu. “Anggaran pendidikan 20 persen baru secara riil mulai 2009 lalu. Sebenarnya akses pendidikan untuk orang miskin secara eksplisit ada di UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Namun, jangan kuatir, meski UU sudah dicabut, namun hak masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan yang layak tetap dijamin. Karena hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah. Kami bersama DPR tengah menyusun formula payung hukum yang baru.” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal beberapa waktu lalu.

Pemerataan akses ke pendidikan saat ini menjadi perhatian utama pemerintah. Sejalan dengan hal itu peningkatan kualitas pendidikan pun dilakukan agar lulusan mampu bersaing di tingkat global.

Page 2: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

2www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07

Tabloid komunika. ISSN: 1979-3480. Diterbitkan oleh Badan Informasi Publik KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAPengarah: Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informatika). Penanggung jawab: Freddy H. Tulung (Kepala Badan Informasi Publik) Pemimpin Redaksi: Bambang Wiswalujo (Kepala Pusat Pen-gelolaan Pendapat Umum). Wakil Pemimpin Redaksi: Supomo (Sekretaris Badan Informasi Publik); Ismail Cawidu (Kepala Pusat Informasi Politik Hukum dan Keamanan); Isa Anshary (Kepala Pusat Infor-masi Perekonomian); Gati Gayatri (Kepala Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat). Sekretaris Redaksi: Dimas Aditya Nugraha. Redaktur Pelaksana/Editor: M. Taufiq Hidayat. Redaksi: Drs. Selamatta Sembiring, MM; Drs. M. Abduh Sandiah; Drs. Mardianto Soemaryo; Doni Setiawan. Reporter: Dra. Wiwiek Satelityowati; Drs. Suminto Yuliarso; Elpira Inda Sari N.K.,S.Kom; Lida Noor Meitania, SH,MH; Karina Listya Wisyasari, S.Si.; M. Taofik Rauf; Frans Sembiring; Koresponden Daerah: Nursodik Gunarjo (Jawa Tengah). Desain/Ilustrasi: Farida Dewi Maharani, SE; Danang Firmansyah, Syahril. Alamat Redaksi: Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: [email protected] atau [email protected]. Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi komunika dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.

Banyaknya siswa berprestasi yang tidak bisa melanjutkan sekolah atau kuliah karena

alasan biaya, tentu menimbulkan keprihatinan kita semua. Mereka sejatinya memiliki kemampuan untuk menjadi putra-putri terbaik bangsa, namun karena ketiadaan biaya mereka harus terhenti di tengah jalan. Kasus M Wildan Rabbani Kurniawan, peraih nilai ujian nasional tertinggi Jawa Timur yang nyaris tidak bisa melanjutkan kuliah karena terkendala masalah dana, mau tak mau membuat kita mengelus dada.

Kementerian Pendidikan Nasional sejatinya telah banyak mengeluarkan beasiswa untuk siswa-siswa dan mahasiswa berprestasi di seluruh wilayah Tanah Air. Berbagai kementerian, instansi pemerintah dan badan usaha milik negara juga banyak yang mengeluarkan program beasiswa bagi

Beasiswa, Tanggungjawab Kita Bersamamasyarakat umum. Namun harus kita sadari bersama, kemampuan lembaga pemerintah untuk menyediakan beasiswa tentu sangat terbatas. Kasus yang dialami Wildan di atas setidaknya dapat dijadikan bukti bahwa masih ada anak bangsa berprestasi yang belum terjamah program beasiswa.

Sebagaimana diamanatkan undang-undang, keberhasilan penyelenggaraan pendidikan

memang bukan hanya tanggungjawab pemerintah atau Kementerian Pendidikan Nasional semata, akan tetapi juga tergantung pada peran serta masyarakat dan swasta. Segitiga tripartit pemerintah—masyarakat—swasta inilah yang secara bersama-sama menjadi tulang punggung penyelenggaraan pendidikan di tanah air. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, tergantung pada peran aktif tiga domain di atas. Program beasiswa bagi anak didik dari kalangan tidak mampu sebagai salah satu komponen

penting dalam penyelenggaraan pendidikan, juga akan berhasil baik apabila dilaksanakan bersama-sama oleh tiga pihak.

Sebagaimana diketahui, masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan yang akan saling melengkapi apabila mereka saling bekerjasama. Pemerintah misalnya, memiliki kewenangan mengeluarkan regulasi tentang beasiswa, akan tetapi dalam pelaksanaannya sering terkendala masalah dana. Swasta memiliki dana, namun membutuhkan aturan jelas agar beasiswa yang dikeluarkan benar-benar tepat sasaran. Sedangkan masyarakat sebagai pemilik anak-anak berprestasi namun tak punya uang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, selain sebagai penerima manfaat juga dapat berfungsi sebagai pemangku kepentingan yang dapat memberikan masukan-masukan berharga terkait penyelenggaraan program beasiswa.

Kerjasama yang apik dan terkoordinasi antara tiga pihak sangat diperlukan. Tanpa jalinan kerjasama, masing-masing pihak cenderung akan berjalan sendiri-sendiri sehingga dapat menimbulkan tumpang-tindih dalam pelaksanaannya. Belum meratanya penerima beasiswa di seluruh wilayah Tanah Air, masih adanya siswa berprestasi dari kalangan tak mampu yang belum terjamah program beasiswa, serta terkonsentrasinya beasiswa di kota-kota besar menjadi bukti bahwa koordinasi antara tiga domain belum berjalan sempurna.

Ke depan, kita berharap ketiga domain dapat meningkatkan kerjasama, terutama dalam upaya meningkatkan kuantitas penerima beasiswa serta menentukan prioritas pemberiannya bagi anak didik berprestasi yang berasal dari keluarga miskin. Kita tak ingin lagi mendengar ada lagi anak-anak seperti Wildan yang sempat kesulitan melanjutkan kuliah meskipun prestasi akademiknya sangat menonjol (g).

desa

in: a

has/

farid

adew

i fo

to: b

f-m, d

anan

g

Perlunya Peningkatan Sistem

Seleksi PenerimaBeasiswa Pemda

Diberlakukannya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan implikasi yang luas terhadap berbagai tatanan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Semangat otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam peraturan perundangan d imaksud sangatlah diharapkan dapat memacu pemerintah daerah di Indonesia untuk mempercepat akselerasi pembangunan, sekaligus pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Baubau adalah salah satu wilayah pemerintahan di Sulawesi Tenggara yang t e rben tuk be rdasa rkan Undang-undang No.13 Tahun

2001. Sehingga dituntut pula untuk mampu meningkatkan pembangunan daerah dan p e m e n u h a n k e b u t u h a n masyarakat diberbagai sektor didasarkan pada potensi yang dimi l ik inya, sebagaimana semangat otonomi daerah dewasa ini.

U n t u k m e n d u k u n g p e m b a n g u n a n d a e r a h khususnya di jajaran Pemerintah Kota Baubau, maka peningkatan kapasitas aparatur menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan,tanpa hal tersebut maka cita-cita pembangunan daerah tidak akan pernah terwujud secara maksimal. Salah satu wujudnya adalah dengan memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga sekembalinya nanti diharapkan mereka dapat menerapkan ilmunya di dalam melaksanakan tugas tugas pemerintahan.

Sebagai saran mungkin diperlukan suatu metode seleksi dan syarat-syarat tertentu terhadap pegawai yang akan di berikan beasiswa agar lebih tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pemerintah daerah.

Salah satu contoh strategi y a n g d a p a t d i j a l a n k a n a n t a r a l a i n p e m b u a t a n perangkat system penilaian kelayakan pegawai dalam menerima beasiswadengan melembagakan pusat penilaian pegawai.Dengan begitu mereka yang mendapatkan fasilitas beasiswa tersebut adalah mereka yang benar-benar layak baik secara kapasitas intelektual maupun kebutuhan pemerintah daerah itu sendiri.

Muhammad Rizky Sadif(Mahasiswa Tugas Belajar Pas-

casarjana Universitas Hasanuddin Jurusan Ekonomi Sumberdaya)

Staf Pemerintah Kota Baubau

Tema Kebangkitan Nasional 2010

Untuk tema Hari Kebangkitan Nasional 2010 belum diterbitkan ? un tuk mengge lo rakan semangat nasionalisme mohon Kementrian Kompinfo segera menginformasikan kepada seluruh jajaran pemerintah daerah tema dimaksud

Teguh Trianggono

Tema Hari Kebangkitan Nasional 2010 dapat anda temukan di tautan (situs) berikut, http://www.bipnewsroom.info/

Mohon Dikirimkan Tabloid Komunika

Saya dengar dari BPS pusat bahwa BIP, Kementerian Kominfo menerbitkan tabloid dwi mingguan Komunika. Jika memungkinkan BPS Provinsi

Jawa Tengah dapat dikirimkan secara rutin sebagai bahan informasi tambahan kami.

Selain itu bagaimana caranya jika saya ingin mengirimkan tulisan ke Tabloid Komunika

fatichuddinBPS Prov. Jawa Tengah

Terimakasih atas perhatian saudara, mohon dikirimkan alamat pengiriman agar kami bisa distribusikan ketempat saudara. Untuk pengiriman naskah dapat dikirimkan ke email Komunika, [email protected], atau melalui Face Book Komunika

Beranda

S e b a g a i m a n a d iamanatkan undang-undang , keberhas i lan penyelenggaraan pendidikan memang bukan hanya tanggungjawab pemerintah a t a u K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n N a s i o n a l semata, akan tetapi juga tergantung pada peran serta masyarakat dan swasta.

Page 3: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

3www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07 Utama

Banyak Jalan Menuju Bebas Biaya Kuliah

Beasiswa Bidik Misi:Kontribusi Dan

Ikatan Moral Mahasiswa

Banyak anak-anak dari golongan menengah ke bawah tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai cita-citanya. Kalaupun ada, seringkali ada ancaman kegagalan karena terbentur masalah biaya.

Sebut saja Ani (24). Lulusan fakultas ekonomi ini memiliki segudang prestasi. Keluarga Ani terbilang pas-pasan, orang tuanya juga masih mempunyai tanggungan untuk menyekolahkan adik-adiknya. Kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan itu semula membuat Ani harus mengubur impian melanjutkan pendidikan ke jenjang master (S2) karena kendala biaya pendidikan.

Tapi Ani tak patah arang. Berbekal informasi dari dosen dan teman-temannya, Ani mulai mencari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang master. Ya, beasiswa merupakan salah satu jalan keluar mengatasi kendala biaya pendidikan.

“Setelah mencari dan mengumpulkan berbagai informasi di buletin kampus, majalah serta internet saya ikut mendaftar sebagai calon penerima beasiswa Kementerian Pendidikan Nasional,” kata Ani sambil menunjukkan kegembiraannya saat lolos menjadi penerima Beasiswa Unggulan.

Unggulan Penyelenggaraan program beasiswa unggulan

didorong keinginan untuk meningkatkan kekuatan daya saing bangsa. “Program ini diprioritaskan untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang handal, memiliki pemahaman kebangsaan komprehensif, integritas dan kredibilitas yang tinggi, berkepribadian moderat serta peduli terhadap kehidupan bangsa dan negara,” kata koordinator Program Beasiswa Unggulan Kemendiknas, Dr. AB Susanto, M.Sc.

Menurutnya , program beasiswa in i menawarkan beragam jenjang mulai dari diploma, sarjana, magister, hingga doktoral baik di dalam maupun di luar negeri. “Mulai tahun 2009 program ini memberikan kesempatan yang luas bagi perempuan yaitu minimal 30 persen dari seluruh penerima beasiswa,” tegas Susanto.

Di tahun 2010 ini, beberapa beasiswa yang termasuk dalam program beasiswa unggulan Kementerian Pendidikan Nasional mencakup program bantuan beasiswa dalam negeri, luar negeri jenjang, beasiswa tunjangan kreativitas para juara, beasiswa bagi mahasiswa asing, akselerasi program double degree dan joint degree, bantuan kemitraan alumni beasiswa unggulan, hingga beasiswa peneliti, penulis, pencipta, seniman, wartawan, olahragawan dan

tokoh (P3SWOT). “Selain itu ada juga program peningkatan

kapasitas dan evaluasi akademik mahasiswa tingkat sarjana, magister, dan doktor, program beasiswa studi lanjut bagi pemenang kejuaraan dan atlet berprestasi, “ jelas Wakil Menteri Pendidikan, Fasli Jalal. “Jadi dia cukup menunjukkan apa sih keunggulan dia, apakah di bidang seni, bidang keilmuan tertentu, atau yang lain,” tambah Fasli.

Membidik Siswa Tak MampuAda pula Program Beasiswa Bidik Misi yang

dikelola Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Program ini ditujukan bagi 20.000 mahasiswa dan atau calon mahasiswa dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu tetapi memiliki prestasi, baik di bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler.

”Modelnya talent scouting. Mencari potensi-potensi muda yang kurang mampu secara finansial. Mencoba membidik siswa SMU, meskipun miskin akan didata dan difasilitasi sejak awal masuk PT,” lanjut Fasli.

Selain Bidik Misi, Kementerian Pendidikan Nasional juga memberikan beasiswa bagi peraih prestasi Olimpiade Internasional. Olimpiade ini adalah ajang unjuk kemampuan bidang keilmuan yang seleksinya dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional dan internasional.

“Para pemegang medali emas akan diberi beasiswa sampai S3. Anak-anak pintar ini boleh sekolah di mana dia suka, boleh ke ITB, UI, MIT, Nanyang, di manapun dalam dan luar negeri. Kami sudah mengeluarkan Rp18 miliar tahun lalu untuk 19 orang. Kemudian tahun ini akan kami tambah lagi sesuai dengan kebutuhan,” jelas Fasli.

Selain itu, beasiswa prestasi Program Peningkatan Akademik (PPA) dan anak-anak kurang mampu juga masih bisa didapatkan bagi para mahasiswa. “Dari dua jenis beasiswa ini, kami mengeluarkan 211.000 beasiswa, baik di PT negeri maupun swasta. Hanya saja, jumlahnya tidak terlalu besar, hanya Rp250ribu per bulan per orang atau 3 juta per tahun,” tegas Fasli.

Masih Banyak PilihanSelain dari pemerintah, saat ini banyak sekali

program beasiswa yang digelontorlan pula oleh perusahaan nasional dan multinasional. Melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) bidang pendidikan beragam beasiswa biasa diperebutkan. Namun karena peminatnya cukup banyak, biasanya beberapa perguruan tinggi tidak membolehkan mahasiswa menerima beasiswa ganda.

“Tugas kami adalah memberi model, dan memastikan bahwa kontrol terdepan berada di rektor PT bersangkutan. Agar rektor bisa menawarkan kepada semua pihak ini anak mereka yang berprestasi namun butuh dukungan biaya. Sehingga pihak yang ingin memberikan beasiswa dengan criteria tertentu, Rektor yang memfasilitasi. Dan hal tesebut sudah baik dilakukan oleh masing-masing PT,” jelas Fasli Jalal.

Beragam program beasiswa yang ada mendapatkan apresiasi dari pengamat pendidikan Prof Dr Sutjipto yang juga mantan Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ). “Menurutnya, dengan program beasiswa, intervensi pembiayaan bisa langsung ke sasaran,” kata Sutjipto yang 30 tahun aktif di dunia pendidikan. "Saya lebih suka pemerintah memperbanyak program beasiswa bagi mahasiswa, bukan hanya di PTN saja, tetapi juga perguruan tinggi swasta (PTS) jika mungkin,” tambah Sutjipto. (dimas dan hbk/berbagai sumber)

Beasiswa merupakan kewajiban pemerintah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 46 ayat 1. Pola pembiayaan beasiswa dikembangkan dengan menggunakan pola sharing antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat serta kalangan industri.

Oleh karena itu, saat ini penyelenggaraan beasiswa yang dikembangkan pemerintah menurut Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal tidak ada lagi ikatan dinas. “Ikatan dinasnya hanya menyentuh hati agar mereka sadar bahwa para penerima beasiswa ini dibiayai oleh uang rakyat. Dengan cara mereka sendiri bagaimana mengembalikannya kepada rakyat,” tutur Fasli Jalal.

Menurut Fasli, ketika penerima beasiswa bekerja di luar negeri sekalipun, masih memiliki kontribusi terhadap bangsa Indonesia. “Dia akan membawa nama bangsa kalau dihormati dalam bidang pekerjaannya. Atau dia dapat pengalaman, kalau sudah puas atau jenuh maka akan kembali ke Indonesia dan membagi pengalamannya,” tegas Fasli.

Berbekal realitas ini Fasli tidak mengkhawatirkan terjadinya brain drain dengan pemberian beasiswa oleh lembaga luar negeri. “Saya kita hanya ada brain circulation, bukan brain drain. Asal kontak selalu di bina dengan mereka. Jangan mereka dianggap tidak nasionalis, atau hanya mengambil manfaat dari beasiswa saja dan tidak membaginya ke masyarakat,” jelas Fasli.

Wakili BangsaBagi Fasli, para penerima beasiswa, khususnya yang

dikelola oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada dasarnya mewakili Indonesia. Untuk penelitian, menurut Fasli sudah ada deal, “Misal dia Dosen Udayana sedang bersekolah di Perancis. Sedang membuat artikel, nama dia sebagai mahasiswa pascasarjana di Perancis, juga harus ada garis miring dosen Universitas Udayana. Kami wajibkan untuk mencantumkan institusi dari mana dia berasal,” papar Fasli.

Ini semua ditujukan agar citation index dalam publikasi ilmiah bisa terhitung. Jadi, Udayana dapat kredit, dan Indonesia juga, artinya ada pengakuan bahwa karya tersebut adalah hasil karya orang Indonesia.

“Ini yang kami harapkan bisa meningkatkan index kita. Jadi ke depan tidak ada lagi, saat melakukan penelitian dibiayai oleh Malaysia kemudian author-nya pertama orang Malaysia, dia nomor kesekian. Lantas tidak disebutkan pula institusi asalnya. Tapi dari perguran tinggi Malaysianya disebut. Hasilnya, angka index Malaysia naik terus, Indonesia diam di tempat. Ini yang tidak kita inginkan,” pungkas Fasli. (dimas/taufik R).

Page 4: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

4www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07

Sejak dua tahun lalu, ang-garan pendidikan di Indonesia mencapai 20 persen dari total APBN. Banyak pula program bidang pendidikan yang digagas pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan cita pendidi-kan bermutu, relevan, merata, dan bebas biaya.

Bagaimana sebenarnya upa-ya pemerintah dalam mema-jukan dunia pendidikan? Apa saja yang dilakukan untuk mem-buka akses pendidikan untuk semua? Reporter Komunika Dimas Aditya dan Taofik Rauf me rangkum perbincangan de-ngan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal yang juga menjabat Plt Dirjen Pendidikan Tinggi saat ditemui di ruang kerjanya, Kantor Kemente-

rian Pendidikan Nasional pada pertengahan Mei lalu.

Bagaimana sebenarnya arah kebijakan akses pendidikan?

Sederhana saja. Kami ber-upaya mengamankan agar pro-gram wajib belajar 9 tahun lebih bermutu, relevan, merata, dan bebas biaya. Berapa pun ada uang, kami akan amankan itu, sebab pendidikan 9 tahun ada-lah amanat konstitusi. Oleh kar-ena itu rehabilitasi seko-lah, BOS, buku, tunjangan guru, dan penyedi-aan perpus-takaan yang m e m b u a t terwujudnya wajib belajar, akan kami lakukan.

Setelah itu, kami siapkan ke mana mereka sete lah wajib belajar. Ada tiga kelompok, kar-ena saat itu usia mere ka sudah 15 atau 16 tahun. Kelom pok pertama, menyiapkan mereka yang sudah lulus wajib bela-jar, tapi tidak melanjutkan ke jenjang yang lain, langsung ke lapangan kerja. Mereka ini butuh keterampilan, oleh kare-na itu dilatih dengan life skill. Ada pendidikan nonformal yang membantu mereka mendapat-kan kebutuhan tersebut, apakah itu program 3 bulan, 6 bulan, dan sebagainya.

Kelompok kedua adalah masuk ke SMK. Dia mau masuk ke dunia kerja, tapi skill belum cukup dan merasa ingin dileng-kapi kemampuan vokasinya.

Dan ketiga adalah masuk ke SMU dengan harapan akan melanjutkan ke PT.

Apa saja yang sudah dilaku-kan pemerintah?

Untuk daerah kita telah alokasikan dana Rp9,3 triliun guna merehabilitasi sekolah yang rusak, menambah buku di perpustakaan. Dana itu disa-lurkan langsung ke sekolah-sekolah. Bahwa masih ada yang

berguguran, iya. Karena sekolah kita dulu

dibangun de-ngan sangat sederhana.

Kalau kita l ihat secara

nyata, coba lihat di desa-desa. SD-SD Inpres sudah banyak yang direha-bilitasi. Sekitar

80 persen SD sudah da lam

kondisi yang baru. Walaupun media

masih tetap m e n u l i s

a d a

satu atau dua yang roboh. Tapi sebagian besar sudah baru. Kita harapkan dalam 1-2 tahun ke depan sudah selesai. Ini kan pemanfaatan langsung.

Belum lagi menambah SMP untuk wajib belajar. Kita masih menambah 500 lebih unit minimal, sekolah baru per tahun. Belasan ribu lokal baru di daerah-daerah yang muridnya bertambah tapi sekolah tidak punya kapasitas. Memberikan bantuan operasional sekolah yang langsung diterima oleh rekening sekolah.

Ada prioritas alokasi ang-garan?

Yang agak besar alokasi anggaran kita untuk pendidikan tinggi. Bukan soal prioritas tapi

memang kebutuhan di jenjang pendidikan tinggi jauh lebih besar. Ada Rp19 triliun. Tapi Rp6,4 triliun untuk gaji dosen. Kemudian Rp6,4 triliun untuk PNBP, maksudnya SPP yang diterima oleh PTN dan dipakai sendiri oleh mereka, dihitung sebagai bagian dari 20 persen anggaran pendidikan yang ada di Diknas. Sudah Rp12,8 triliun untuk dua hal itu saja, PNBP yang tidak kita pegang sama sekali dan gaji dosen.

Lantas?Ada Rp6 trilun yang untuk

kita kelola di Kementerian. Ba-gaimana pembagiannya? Rp1 triliun untuk mengirim dosen ke luar negeri. Rp1 triliun untuk beasiswa mahasiswa. Kemu-dian, karena bantuan luar negeri dihitung sebagai pengeluaran kita, maka untuk membangun ITB, UI, dan beberapa pergu-ruan tinggi, yang nilainya hampir Rp2 triliun dimasukkan ke pos kami. Tinggal Rp2 triliun untuk mendukung beberapa program di 27 politeknik. Kalau masing-masing kita kasih Rp1 miliar, sudah Rp27

Utama

Pendidikan Bisa Maju Jika Guru Profesional , Sejahtera dan Bermartabat

miliar.

Bagaimana dengan daerah?Kami menyediakan 40 ribu

tunjangan khusus sebesar 1 kali gaji pokok untuk guru yang mengajar di daerah terpencil. Kalau dia sudah bersertifikat pula, akan ditambah dengan tunjangan yang ada. Kalau bicara anggaran, orang yang tahu ke mana uang itu, sangat jelas, dan kalau kurang, sangat jelas untuk apa kurangnya uang itu. Jadi orang mungkin men-duga Rp215 triliun itu dipakai di pusat saja, padahal digunakan di daerah juga.

Responnya?Sekarang ini sudah mulai

baik, namun demikian tetap ada masalah. Bahwa guru juga kan mementingkan pen-didikan bagi anak-anaknya. Biasanya di daerah terpencil itu, belum ada SMP, harus ke kota, misalnya. Kalau kita tidak jawab bagaimana anaknya yang sudah masuk SMP ini berseko-lah, maka guru ini pun akan lari kembali ke kota.

Saat ini sedang kita coba un-tuk mencarikan beasiswa bagi

anak-anak guru di sana. Seka-ligus mencarikan boarding di sekolah kecamatan. Sehingga anak tersebut, guru dan juga bidan desa, terfasilitasi sekolah-nya. Semoga makin baik mere-ka bertahan di daerah-daerah khusus tadi. Tidak hanya di waktu muda saja semangatnya. Belum lagi perumahan di daerah terpencil agar guru bertahan untuk mengabdi di sana.

Bagaimana dengan pemerin-tah daerah?

Ini sebenarnya tanggung jawab pemda semua, tapi kita masih bantu. Karena mereka kan dapat 20 persen dana pendidikan. Dari kita juga da-pat DAU (Dana Alokasi Umum) yang besar. Namun karena ke-butuhan pendidikan tinggi, dan di daerah yang PAD-nya rendah, angka tersebut sangatlah sem-pit, kecuali di daerah dengan PAD besar, ada kemungkinan mereka bisa menambah angka-angka tersebut.

Ke-

nai-k a n

a n g g a -ran pendidi-

kan sering dinilai tidak sebanding dengan pen-ingkatan kualitas pendidikan. Bagaimana sebenarnya?

Kita harus lihat dulu apa yang dimaksud substansi pendidikan. Supaya pen-didikan maju kan harus

ada guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat. Itu tiangnya. Anggaran Diknas, dari total Rp215 triliun, lebih dari Rp100 triliun untuk guru. Belum lagi tunjangan profesi Rp15 triliun. Itu langsung untuk guru. Harapannya take home pay guru naik, jadi lebih pro-fesional dan mengajar de ngan baik. Uang itu bukan untuk biaya manajemen, tapi biaya utama membuat guru profesional, se-jahtera, dan bermartabat.

Apa yang dilakukan untuk guru?

Kami setiap tahun menge-luarkan 200.000 beasiswa guru untuk menyelesaikan S1. Untuk dosen, 2008 lalu kami mengirim 1100 dosen untuk PhD dan sedikit master ke luar negeri. 2009 kami tambah 700 dosen, dan 2010 ini kami tambah 500 lagi. Dan belum pernah dalam sejarah rupiah murni penuh dipakai untuk mengirim dosen-dosen sebesar itu.

Untuk dalam negeri, kami sudah membiayai lebih dari 12 ribu dosen untuk menyelesai-kan program master-nya. Dan kemudian kalau kita gabung semua kira-kira 5.500. Kalau master yang baru setiap tahun kita kasih 5.500 imtek baru, dan S3 2.500 imtek baru. Angka ini di luar dari angka beasiswa yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Dalam catatan diknas, ada berapa banyak beasiswa guru?

Ada lebih dari 400 ribu beasiswa untuk guru. Karena Universitas Terbuka (UT) saja punya mahasiswa 620ribu. Di mana 480 ribu diantaranya adalah guru. Dan 80 persen dari guru mendapat beasiswa dari Diknas atau dari Pemda masing-masing. Antusiasme dan semangat para guru pun juga membanggakan.

Namun tetap masih ada ke-luhan tentang informasi bea-siswa?

Sebenarnya bukan masalah informasi. Karena memang beasiswa itu tidak besar hanya Rp2,5 juta per tahun. Jadi untuk membantu SPP, guru mungkin tahu beasiswa tersebut tapi dia rasa masih terlalu mahal biayanya. Apalagi kalau dia tidak berada di kota. Karenanya dimaksimalkan melalui Univer-sitas Terbuka agar para guru ini tidak harus meninggalkan tempat mereka mengajar.

Kedua, kalau kurang in-formasi, saya kemarin bicara dengan para bupati, dikatakan bahwa banyak beasiswa pemda tidak terserap penuh. Jadi mung-kin kita perlu mengundang para guru yang ragu-ragu tersebut dan meyakinkan mereka bahwa sebenarnya beasiswa yang ada cukup banyak. Jadi kalau misal Rp400 ribu per tahun bisa kita sediakan, dan saat ini ada 1 juta guru yang belum S1, maka se-harusnya 3 tahun sudah selesai kita. (dimas/taofik).

Wakil Menteri Pendidikan NasionalProf. Dr. Fasli Jalal

Pemerataan akses ke pendidikan saat ini menjadi perhatian utama pemerintah. Sejalan dengan hal itu peningkatan kualitas pendidikan pun dilakukan untuk memastikan agar lulusan dunia pendidikan di Indonesia mampu bersaing di tingkat global.

Page 5: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

Tabloid Tempel

Diterbitkan oleh :

badaN iNFoRmaSi pUbliKKemeNTeRiaN KomUNiKaSi daN iNFoRmaTiKa

Tahun VIMei 2010

Edisi 076

7

Tak ada manusia yang memi-lih untuk dilahirkan di tengah

kondisi kemiskinan. Namun, saat ini kemiskinan bukan jadi alasan lagi untuk tidak bisa menuntaskan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi. Setelah memberikan jaminan atas akses untuk pendidi-kan dasar, kini pemerintah beru-paya memberikan peluang yang sama bagi calon mahasiswa yang berprestasi dari kalangan keluarga tidak mampu agar bisa melanjut-kan kuliah.

Saat ini biaya pendidikan dirasakan bagi sebagian besar masyarakat cukup memberatkan. “Di tengah kebutuhan sehari-hari, bagi orang tua kebanyakan tentu pendidikan bukan jadi perhatian utama,” kata Halimah (52), guru sebuah SMU di Pulau Galang, Batam Kepulauan Riau.

Tapi menurut Halimah, saat ini peluang untuk mendapatkan bea-

siswa cukup terbuka dan banyak. “Bandingkan dengan saya dulu,

untuk sekolah saja orang tua harus menggadaikan sawah. Kini banyak peluang yang ditawarkan pemerin-tah,” katanya.

Cuma, Halimah menyayangkan, sekarang ini motivasi untuk ber-

sekolah lebih tinggi kurang begitu kuat. “Bayangkan untuk ikut seleksi saja kita sebagai guru harus me-maksa mereka ikut. Padahal ka-lau dulu kita bela-belain sampai jalan kaki puluhan kilometer,” kata Halimah yang ditemui komunika setelah mengantarkan sekitar sem-bilan anak didiknya ikut seleksi beasiswa masuk perguruan tinggi yang diselenggarakan Pemerintah Kota Batam.

Peluang Bagi Keluarga Tak Mampu

Menurut data Badan Pusat Statistik, saat ini di jenjang pendidikan tinggi rata-rata ada sekitar tiga persen mahasiswa dari kalangan keluarga tidak mampu. “Padahal soal kemampuan akademis, banyak diantara mereka yang berada di atas rata-rata,” kata Wakil Menteri

Pendidikan, Fasli Jalal. Oleh karena itu, Kemen-

terian Pendidikan Nasional sejak tahun 2010 ini mengembangkan program beasiswa dengan sasaran anak-anak berprestasi tapi dari keluarga yang tidak mampu. “Kita jemput mereka dengan Program Bidik Misi. Beasiswa Pendidikan

untuk Mahasiswa Miskin yang Berprestasi. Kita bagi ke semua perguruan tinggi (PT) negeri, baik politeknik, universitas, dan juga Universitas Islam Negeri,” kata Wakil Menteri Pendidikan Nasio-nal, Fasli Jalal.

Menurut Fasli alokasi Bidik Misi tahun 2010 diperuntukkan untuk 20 ribu calon penerima. “Kepada mereka (perguruan tinggi, red) diti-tipkan sesuai dengan porsi jumlah mahasiswa di sana,” tegas Fasli.

SeleksiKementerian Pendidikan Na-

sional bekerjasama dengan pergu-ruan tinggi untuk menyosialisasi-kan kepada SMU. “Agar kepala-kepala SMU mengirim anak-anak yang berminat dari 20 persen anak berprestasi terbaik yang mereka punya. Namun, dari kalangan yang tidak mampu. Kepala sekolah harus memverifikasi bahwa anak tersebut tidak mampu, selain di-lengkapi prasyarat administrasi dari desa,” kata Fasli Jalal.

Data hasil verifikasi tersebut kemudian dikirimkan ke perguruan tinggi. Ketika siswa yang bersang-kutan mendaftar tes ke perguruan tinggi bersangkutan dan diterima menjadi mahasiswa, maka bisa mendapatkan beasiswa Bidik Misi. “Sesuai dengan kuota mereka akan dapat menikmati beasiswa Bidik Misi,” terang Fasli Jalal.

Pemberian kuota ini dimaksud-kan agar perguruan tinggi bisa menyeleksi sendiri mahasiswa yang pantas diberi beasiswa, “Tetap prioritasnya untuk mereka yang berprestasi namun berasal dari keluarga yang tidak mampu,” tandas Fasli.

Beasiswa tersebut diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama delapan semester untuk program Diploma IV dan S1, dan selama enam semester untuk program Diploma III dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus ma-hasiswa aktif. Mengenai jumlah nominalnya, Fasli menyebut Rp5 juta per mahasiswa per semester yang diprioritaskan untuk biaya hidup. “Kalau biaya pendidikan di suatu PT ternyata lebih tinggi dari dana yang tersedia, maka perguran tinggi yang dipilih tadi wajib mem-berikan bantuan biaya pendidikan sepenuhnya kepada penerima beasiswa,” tambah Fasli.

Pengawasan BersamaModel pengawasan beasiswa

relatif beragam. Salah satu con-tohnya adalah yang diserahkan langsung kepada perguruan tinggi bersangkutan. “Masing-masing sekolah sudah membuat Standar Operation Procedure (SOP) ber-dasar arahan Diknas. Isinya mulai syarat-syarat memverifikasi bahwa mereka miskin, dan sebagainya. Mereka harus menunjukkan ba-gaimana mereka mengundang sekolah, bagaimana membuat rangking dari para murid tersebut berdasarkan tingkat kemiskinan dan prioritas, baru kemudian kita lihat secara akademis dia lulus atau tidak,” jelas Fasli.

Soal kriteria tidak mampu, Bidik Misi menggunakan indikator yang sudah biasa dipakai di administratif pemerintahan. Sehingga tidak ada standar ganda dalam penentuan calon penerima beasiswa. “ITS kemarin menurunkan mahasiswa mereka untuk memverivikasi para calon penerima beasiswa, yang di Jawa, mahasiswanya. Di luar Jawa, ada bantuan dari para alumni. Sehingga selain dari data kepala sekolah dan keterangan desa, diverivikasi juga oleh ma-hasiswa dan alumni. Ini hanya contoh bagaimana masing-masing perguruan tinggi berusaha agar beasiswa ini tepat sasaran, bahwa yang mendapat beasiswa adalah anak yang paling memerlukan,” pungkas Fasli. (dimas/tr_m).

Kuliah

Program Bidik Misi. Beasiswa Pendidikan untuk Mahasiswa

Miskin yang Berprestasi. “Kita bagi ke semua perguruan tinggi (PT) negeri, baik

politeknik, universitas, dan juga Universitas Islam Negeri,”

kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal.

Beasiswa Bidik MisiTak Hanya Bagi Yang Berpunya

Page 6: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

Pilah Pilih Biaya Kuliah

58

Dengan b iaya pas-pasan pun setiap orang bisa kuliah. Tampaknya hal ini sudah menjadi kenyataan. Mengikis persepsi umum yang berkembang bahwa biaya pendidikan tak terjangkau membuat cita penerus bangsa terancam pupus di tengah jalan. Sebab selama ini kemampuan finansial dinilai sebagai salah satu kendala dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Catur Aji Pamungkas (19) mungkin mewakili kisah pemuda yang akan menepis harapan dan impian untuk kuliah. Keresahan membayangi pikirannya saat Ujian Akhir Nasional (UAN) tiba. Bukan lantaran gamang dalam pengerjaan soal, melainkan rasa minder ketika banyak kawan seangkatannya satu demi satu diterima program PMDK dan lolos seleksi mandiri universitas negeri.

“Saya cuma punya kesempatan satu kali SNMPTN. Pikiran saya malah puyeng kalau saya lolos. Lha buat kuliah, bayarnya dari mana. Padahal cita-cita saya, bisa masuk Universitas Indonesia,” kata

Catur, alumni sekolah unggulan nasional SMU 61 Jakarta Timur itu.

Soal kemampuan finansial, Catur mengaku, sebenarnya keluarganya tidak terlalu miskin. Ayahnya, pensiunan PNS, sementara sang ibu tinggal dua tahun lagi mengabdi menjadi PNS. Catur pun berhitung, jika harus membayar uang semesteran yang mencapai Rp5 juta, jelas keluarganya yang pas-pasan angkat tangan. “Bisa-bisa berhenti di tengah jalan saya,” cemas Catur.

Memang kualitas pendidikan tidak bisa dipisahkan dari biaya. Hal itu yang disadari oleh Catur. Tapi kini Catur bisa bernafas lega. Pasalnya saat ini, Catur tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang tengah memasuki semester empat. Impian Catur menjadi sarjana pun tinggal beberapa tahun lagi.

Biaya yang Adil Beruntung Universitas Indonesia

memberikan kemudahan dalam beban biaya kul iah. Set iap

Banyak kemudahan ditawarkan oleh perguruan tinggi, mulai dari beasiswa hingga membayar dengan cicilan. Jadi tak perlu ragu lagi soal biaya kuliah.

mahasiswa baru mendapat hak, mulai dari memilih cara pembayaran secara penuh atau dicicil. Adapula pilihan untuk mengajukan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) Berkeadilan guna mendapatkan besa ran b iaya yang l eb ih terjangkau. “Biaya pendidikan di Universitas Indonesia untuk S1 reguler besarnya Rp7,5juta per semester untuk sains dan Rp5 juta untuk humaniora. Tapi itu bukanlah angka mutlak,” jelas Kepala Departemen Kesejahteraan Mahasiswa, BEM UI, Ridhaninggar Rindu Aninda.

Menurut Rindu besaran biaya kuliah di Universitas Indonesia saat ini dibuat dalam rentang y a n g d i s e s u a i k a n d e n g a n kemampuan finansial masing-masing mahasiswa. Misalnya saja, biaya operasional pendidikan bisa menjadi Rp100 ribu sampai Rp5 juta untuk humaniora dan Rp100 ribu hingga Rp7,5 juta untuk sains. Uang Pangkal (UP) di awal semester pun bisa dikisaran Rp0 sampai Rp5 juta untuk FKM, FMIPA, FIK, dan FIB. “Kalau untuk FISIP, FH, FE, dan FPsi maksimum Rp10 juta sementara untuk FK, FKG, FT, dan Fasilkom maksimal Rp25 juta,” tambah Rindu.

Penentuan angka tersebut, menurut Rindu tidak asal pilih. Melainkan melalui mekanisme yang sangat ketat dilakukan oleh Panitia Penetapan BOP dan Beasiswa Uang Pangkal, Penerimaan Mahasiswa Baru UI, di Pusat Pelayanan Mahasiswa Terpadu.

Tidak Harus MaluPengalaman Catur memperoleh

BOP Berkead i lan ia harus memenuhi beberapa persyaratan.

Mulai berkas administrasi yang harus dilengkapi, wawancara orang tua wali, sampai pada peninjauan lokasi. “Surat keterangan RT/RW/Kepala Desa itu sudah pasti. Slip gaji, foto rumah, surat hutang, formulir isian yang menyebutkan harta kepemilikan, semuanya. Kemudian wawancara orang tua oleh mahasiswa senior. Sampai mereka meninjau rumah. Gak pake malu-malu segala. Pokoknya bisa kuliah. Tiap semester prosedur tersebut dilakukan lagi,” ungkap Catur sembari mengungkapkan kegembiraannya bisa meringankan beban orang tua hanya dengan membayar BOP Rp1,2 juta saja.

BOP Berkeadilan memang diperuntukkan bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. “Tidak mampu memenuhi seluruh besaran biaya pendidikan yang dibebankan, semisal anak pegawai rendahan, prajurit, pedagang kecil, dan yang lain. Untuk mereka akan dikenakan bayaran sesuai kemampuan,” kata Wakil Menteri Pendidikan Fasli Jalal seraya menjelaskan bahwa BOP Berkeadilan sudah diterapkan di Universitas Indonesia dan beberapa perguruan tinggi negeri lainnya.

P u p u k K e s a d a r a n d a n Kebanggan

Sebenarnya banyak fasilitas diberikan oleh setiap perguruan tinggi agar setiap anak bangsa

mendapatkan pendidikan yang bermutu dengan mengatasi masalah pembiayaan. Selain, BOP Berkeadilan ada pula Program Bidik Misi yang dikhususkan bagi mereka yang berprestasi dari keluarga tak mampu.

” A d a p u l a d e n g a n c a r a membayar sesuai biaya real. Full cost recovery. Dan yang keempat ada pola subsidi silang, sebagian kecil yang mau dan mampu untuk membayar melebihi biaya real memberikan subsidi dana untuk penyelenggaran BOP tadi,” jelas Fasli yang juga menjabat sebagai Dirjen Pendidikan Tinggi.

Skema pembiayaan BOP menurut Rektor IPB, Herry Suhardiyanto, memang diarahkan untuk memupuk kesadaran dan kebanggaan. Menurutnya, mahasiswa sebaiknya tetap membayar uang kuliah, meskipun orangtuanya berpenghasilan terbatas. Jika mahasiswa tidak membayar uang kuliah, biasanya akan menimbulkan rasa minder, sehingga tidak bisa belajar dengan maksimal.

“ S e l a i n i t u t i d a k m e n g g a m p a n g k a n . I P B mengutamakan prinsip bahwa komersialisasi bangku kuliah harus dihindari, tapi riset harus d ikembangkan. Kami t idak ingin perguruan tinggi compang camping, meskipun kami juga tidak ingin menutup akses,” katanya. ([email protected])

Kini soal biaya bukan alasan lagi untuk mewujudkan mimpi menjalani pendidikan di Indo-nesia. Selain beragam beasiswa dari pemerintah, banyak pula kemudahan yang bisa dinikmati oleh siswa di beragam jenjang pendidikan, mulai dari dasar hingga perguruan tinggi.

Apa saja beasiswa dari pemer-intah?

Kami siapkan 2,6 juta beasiswa di SD, di luar BOS, jumlahnya Rp40 ribu per bulan untuk membantu biaya transportasi, kain seragam kalau dia perlu beli, alat-alat tulis. Di SMP mereka akan ditunggu oleh 900 ribu lebih yang angkanya Rp60ribu per bulan untuk mendu-kung proses belajar mengajar.

Dan kami siap-kan lagi di SMU dan SMK 600 ribu beasiswa yang ni la i-nya hampir Rp1juta per tahun. Ang-ka ini

untuk menjemput anak-anak pin-tar dari wajib belajar sejak hari pertama di sekolah menengah ini sudah harus diberi beasiswa. Dan kami akan tetap jaga mimpi mereka setelah itu, karena di per-guruan tinggi ada beasiswa yang menunggu mereka.

Hingga perguruan tinggi? Dua tahun yang lalu kami coba

jemput anak pintar namun tidak mampu. Kami sediakan 2 ribu beasiswa melalui SNMPTN. Kami bagikan 15 ribu formulir ke SMA dan SMK terpilih. Ternyata dari 15 ribu formulir, yang kembali tidak sampai 8 ribu. Kemudian dari angka tersebut yang ikut tes hanya 6 ribu, padahal ada juga beasiswa transportasi untuk mengikuti ujian di kota terdekat. Dari 6 ribu peserta ujian tadi yang lulus hanya 800 orang.

Mengapa demikian?Tidak gampang. Karena mere-

ka sejak awal sudah tahu bahwa mereka tidak akan melanjutkan, jadi motivasi belajar di SMA hanya

sekenanya saja, hanya yang penting lulus.

Mereka tidak punya mimpi?

Ya mereka tidak punya mimpi, tidak

a d a b a y a n g -an akan bisa kuliah tinggi. Melihat kekua-tan ekonomi

mere ka yang tidak mendukung, mimpi pun tidak. Karenanya mere-ka bersekolah dengan motivasi sekenanya, hanya untuk tahap tertentu saja, asal lulus.

Kalau dia masuk SMU, dia tidak akan muluk-muluk, belajar pun hanya untuk kebutuhan SMU dia saja. Ini yang kita mau coba. Kami sediakan beasiswa dari tiap level pendidikan untuk mengalirkan anak-anak pintar tadi. Jangan sam-pai ada hambatan mereka sekolah sampai jenjang tertinggi.

Lantas bagaimana?Sekarang kami juga menyiap-

kan motivasinya. Dan terlambat kalau menunggu dia lulus SMU. Tidak siap motivasinya. Harus dipupuk dari awal. Saya mampu sekolah sampai tinggi karena ada beasiswa dari jenjang awal sampai perguruan tinggi, demikian. Artinya sudah lebih tampak , karena kepala sekolah pun sudah berani memberi semangat karena dia tahu kalau anak ini semangat akan disalurkan untuk mendapat peluang ke Bidik Misi. Karenanya program ini akan kami tingkatkan 20ribu setiap ta-hunnya.

Program ini baru?Ya, karena anggaran 20% kan

baru ada tahun 2009 lalu. Ada rangkaian beasiswa sejak dini agar mereka tak lagi ragu bermimpi sekolah sampai perguruan tinggi. Harus yakin bahwa ada biaya dari pemerintah yang akan diberikan kepada mereka, asal mereka pintar dan mau berusaha. (dimas/taofik R)

D A F T A R P E R G U R U A N T I N G G I PENYELENGGARA PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI TAHUN 2010

Foto

: D

inas

/ D

anan

g

Wakil Menteri Pendidikan Nasional

Prof. Dr. Fasli Jalal

Kuliah Tak Lagi MimpiNo Perguruan Tinggi Kuota1 Institut Pertanian Bogor 5002 Institut Seni Indonesia

Denpasar 20

3 Institut Seni Indonesia Surakarta

20

4 Institut Seni Indonesia Yog-yakarta

20

5 Institut Teknologi Bandung 4506 Institut Teknologi Sepuluh

November 450

7 Politeknik Elektronika Neg-eri Surabaya

100

8 Politeknik Manufaktur Band-ung

75

9 Politeknik Negeri Ambon 3010 Politeknik Negeri Bali 3011 Politeknik Negeri Bandung 7512 Politeknik Negeri Banjar-

masin 50

13 Politeknik Negeri Jakarta 7514 Politeknik Negeri Jember 2015 Politeknik Negeri Kupang 2016 Politeknik Negeri Lampung 2017 Politeknik Negeri Lhokseu-

mawe 30

18 Politeknik Negeri Malang 7519 Politeknik Negeri Manado 4020 Politeknik Negeri Medan 7021 Politeknik Negeri Media

Kreatif Jakarta10

22 Politeknik Negeri Padang 7523 Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep15

24 Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

15

25 Politeknik Negeri Pontianak 5026 Politeknik Negeri Samarinda 5027 Politeknik Negeri Semarang 5028 Politeknik Negeri Sriwijaya 7529 Politeknik Perikanan Negeri

Tual10

30 Politeknik Negeri Ujung Pandang

50

31 Politeknik Perkapalan Neg-eri Surabaya

50

32 Politeknik Pertanian Negeri Kupang

20

33 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

20

34 Sekolah Tinggi Seni Indone-sia Bandung

20

35 Sekolah Tinggi Seni Indone-sia Padang Panjang

20

36 Universitas Airlangga 50037 Universitas Andalas 50038 Universitas Bengkulu 150

39 Universitas Brawijaya 50040 Universitas Cenderawasih 12541 Universitas Diponegoro 50042 Universitas Gadjah Mada 50043 Universitas Haluoleo 15044 Universitas Hasanudin 50045 Universitas Indonesia 50046 Universitas Jambi 30047 Universitas Jember 30048 Universitas Jenderal So-

edirman 300

49 Universitas Khairun 5050 Universitas Lambung Mang-

kurat 300

51 Universitas Lampung 30052 Universitas Malikussaleh 5053 Universitas Mataram 15054 Universitas Mulawarman 30055 Universitas Negeri Goron-

talo 300

56 Universitas Negeri Jakarta 45057 Universitas Negeri Makas-

sar350

58 Universitas Negeri Malang 45059 Universitas Negeri Manado 30060 Universitas Negeri Medan 50061 Universitas Negeri Padang 50062 Universitas Negeri Papua 7563 Universitas Negeri Sema-

rang 400

64 Universitas Negeri Sura-baya

400

65 Universitas Negeri Yogya-karta

400

66 Universitas Nusacendana 10067 Universitas Padjadjaran 50068 Universitas Palangka Raya 25069 Universitas Pattimura 25070 Universitas Pendidikan

Ganesha 250

71 Universitas Pendidikan Indonesia

450

72 Universitas Riau 30073 Universitas Sam Ratulangi 30074 Universitas Sebelas Maret 40075 Universitas Sriwijaya 40076 Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa100

77 Univeristas Sumatera Utara 50078 Universitas Syiah Kuala 40079 Universitas Tadulako 25080 Universitas Tanjungpura 30081 Universitas Trunojoyo 10082 Universitas Udayana 350

Jumlah 18000

Di bawah Pembinaan Kementerian Pendidikan Nasional

Page 7: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

9www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07

salah satu beasiswa yang paling menarik. Selain biaya kuliah, biaya hidup dan tiket pesawat pun ditanggung. Pencarian jurusan dan universitas pun dipermudah dengan bantuan agen pendidikan yang bekerjasama dengan Kominfo sehingga pencarian dan lamaran untuk masuk ke universitas tujuan, jauh lebih mudah.

Tepat empat bulan setelah saya masukkan lamaran untuk beasiswa tersebut, saya terbang ke Austral ia untuk kuliah di Communications and Media

Studies, Monash University. Tiap tahun, perwakilan dari Kominfo datang memantau pe rkembangan ku l i ah . Bi lamana ada kendala,

m e r e k a m e m f a s i l i t a s i komunikasi dengan universitas bersama Konsulat Jenderal RI.

Sebulan yang lalu saya resmi meraih gelar magister dan kembali ke Indonesia tepat waktu. Itu semua tercapai dengan adanya program beasiswa yang memungkinkan saya dapat konsentrasi menimba ilmu.

What’s next? Saya pribadi ingin memberikan kontribusi di bidang pendidikan, yang bisa dipermudah dengan gelar magister saya. Dengan bantuan pemerintah untuk kalangan seperti saya, cita-cita menjadi suatu hal nyata yang dapat diraih. Kuncinya mau dan rajin “berburu”. So, selamat bergabung dengan scholarship hunters lainnya. Semoga beruntung.

Menjadi praktisi di bidang media jelas memerlukan wawasan lebih. Sering saya dapati bahwa rutinitas yang kaku di dunia media membutuhkan tantangang lebih, saya perlu mempelajari hal-hal lain yang bisa meningkatkan kinerja. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah kuliah di jenjang pasca sarjana.

Namun, hal ini juga tidak mudah, biaya yang diperlukan cukup tinggi. Kalaupun setelah beberapa tahun kerja bisa terkumpul biaya kuliah, masih ada biaya hidup sehari-hari yang harus diperhitungkan. Belum lagi ketika harus kuliah sambil bekerja,

pengalaman saya sebelumnya membuktikan bahwa kegiatan multitasking itu tak mudah. Saya sadar bahwa kuliah cepat selesai jika saya bisa mendedikasikan waktu untuk belajar. Saya pun bergabung bersama ratusan ribu “scholarship hunter” lainnya, mengejar ribuan beasiswa penuh baik dari dalam maupun luar negeri. Beasiswa yang menanggung keseluruhan biaya hidup, kuliah dan biaya lain yang berkaitan dengan perkuliahan.

Beasiswa Depkominfo (sekarang Kementerian Komunikasi dan Informatika, red) ke luar negeri adalah

Opini

“Asal Mau dan Rajin Berburu”

Saya mendapat beasiswa Pemerintah Provinsi Riau tahun 2005 lalu, tepat empat bulan setelah saya lulus program sarjana. Awalnya, informasi tersebut beredar mulut ke mulut di kalangan mahasiswa Riau yang kuliah di Bandung. Maklum, sebagai anak daerah, rasa kekeluargaan jauh lebih kuat di perantauan.

Kepastian dan prosedur, saya dapatkan setelah menghubungi bagian SDM Pemprov Riau. Syaratnya ternyata mudah dan tak berbelit. Cukup membuktikan diri sebagai putra daerah, yaitu lahir dan atau salah satu orang tua lahir di Riau. Kemudian, surat pernyataan sudah diterima S2 atau S3 di salah satu universitas. Dan terakhir adalah administrasi berkas semisal proposal permohonan beasiswa beserta lampirannya, data diri, kartu keluarga, foto, ijazah, dan laporan nilai akhir dari SD hingga S1.

Selain itu, rincian biaya kuliah selama setahun yang ditandatangani oleh bagian keuangan kampus serta rincian biaya hidup selama setahun.

Dana beasiswa tahun pertama, cair 2-3 hari setelah berkas diterima, sebesar kuitansi yang diajukan. Begitu mudah, terlebih karena saya satu-satunya pelamar beasiswa yang berasal dari jurusan komunikasi. Pertanggungjawabannya, setiap semester harus menyerahkan legalisir nilai, kuitansi pembayaran, dan yang pasti adalah untuk perpanjangan beasiswa harus memunyai IPK di atas 3,5. Sebagai provinsi dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terbilang tinggi, pemberian beasiswa oleh Pemprov Riau adalah hal yang wajar. Mungkin anggaran pendidikan 20 persen memang harus bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Namun demikian, agar dapat dipertanggungjawabkan, seharusnya ada model lain yang lebih bermanfaat yang harus dikembangkan. Misalnya saja ada model seleksi berdasarkan kuota atau jurusan yang dipilih, mungkin universitas dan juga sejarah nilai dan sekolah yang sebelumnya, maka diumumkan langsung tanpa tes siapa yang berhak menerima beasiswanya.

Selain itu, aturan putra daerah yang hanya melihat tempat kelahiran tanpa faktor lain, sepertinya harus dipertimbangkan kembali. Jangan sampai ada kasus, putra asli daerah, dipersulit dan tidak mendapat beasiswa hanya karena dia dan orang tuanya tidak lahir di Riau.

Yulianne Safitri (28)Penerima Beasiswa Pemerintah Daerah RiauPasca Sarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Beasiswa Pemda Untuk Putra Daerah

Beasiswa yang saya terima sangat membantu dalam menja lan i dan menyelesaikan proses bela jar mengajar di S2 MIP UGM. Sebagai d o s e n m u d a , beasiswa BPPS dari pemerintah ini memberikan h a r a p a n d a n k e s e m p a t a n u n t u k s e l a l u bermimpi dan

bercita-cita untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi lagi.

Jika dilihat dari besaran dana, beasiswa BPPS sudah mencukupi. Walau memang sering terjadi

miskomunikasi antara pengelola beasiswa dengan pihak perguruan tinggi. Saya berharap agar ke depan, pengelolaan beasiswa ini semakin profesional agar masalah teknis yang dapat menghambat kelancaran studi tidak terjadi lagi.

Sebagai bentuk terima kasih dan wujud tanggung jawab, saya akan terus mengabdikan ilmu, pengetahuan baru, dan pengalaman-pengalaman berharga selama mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana UGM untuk masyarakat. Salah satu wujudnya dengan memberikan yang terbaik kepada anak didik saya di Fikom Unpad.

Model pengembangan beasiswa harus terus dilakukan pemerintah. Yang harus dikedepankan adalah beasiswa yang berbasis prestasi. Harus ada mekanisme yang mendistribusikan beasiswa secara adil dan merata dan dapat mengakomodir seluruh warga negara.

Memberi kesempatan yang sama pada setiap anak bangsa.

Un tuk pe rgu ruan tinggi, selain diberikan kepada dosen, beasiswa

dari pemerintah seyogyanya diberikan kepada seluruh staf tenaga administratif dan kependidikan yang memenuhi persyaratan.

Tak Ragu Lagi Untuk Bermimpi

Pengelolaan beasiswa pemerintah Indonesia, menurut saya, secara umum sudah baik. Bisa mendorong dosen atau pegawai yang tidakbisa tembus beasiswa luar negeri karena keterbatasan jatah. Secara umum, beasiswa tersebut juga akan mempercepat proses modernisasi pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Ada anggapan bahwa penerima beasiswa cenderung individualis ketika selesai tugas belajar di luar negeri. Menurut saya hal tersebut bisa saja benar terjadi, faktor penyebabnya adalah pihak universitas asal kurang memberi respek yang baik terhadap para penerima beasiswa ini.

Banyak lu lusan luar negeri yang akhirnya kecewa ketika balik ke kampus, tidak dihargai dan ditempatkan dengan layak, semisal posisi peneliti yang proporsional, t i d a k d i b e r i k a n k e l a s

mengajar, dan sebagainya. Justru disibukkan oleh permasalahan persaingan yang tidak sehat. Sehingga akhirnya banyak yang memilih bergabung dan aktif di lembaga penelitian dan mengajar di luar kampusnya.

Saya pikir hal tersebut dikarenakan masalah perbedaan kultur saja. Karena ada pembanding "nilai" dan cara pengajaran baru dari budaya berbeda. Ketika datang kembali ke dalam negeri jelas butuh proses untuk adaptasi.

Namun, yang dikhawatirkan adalah banyak yang akhirnya tidak bisa berinteraksi, sehingga justru memilih aktif di luar kampus untuk lebih memberdayakan ilmunya. Alasannya, kultur dan ilmu yang didapat tidak tereskplor karena adanya keterbatasan.

Akan tetapi, kami tetap semangat dalam menularkan ilmu dan pengalaman yang di dapat di luar. Bagaimanapun ada rasa terima kasih dan dedikasi yang harus dibayarkan pada negara ini. Bravo Indonesia!

Perlu Adaptasi Untuk Kembali Mengajar Dikampus

Page 8: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

10www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07

DKI JakartaMakassar

Kibar Daerah

Geliat Daerah Meracik Beasiswa

DaerahJika anda melihat, mendengar dan memiliki kisah unik dari seluruh

nusantara untuk dituliskan dan ingin berbagi dalam rubrik Kibar Daerah dan Lintas Daerah, silahkan kirimkan naskah kepada redaksi komunika

melalui surat ke alamat redaksi atau melalui e-mail: [email protected] atau [email protected]

Belajar di luar negeri merupakan impian hampir semua orang. Selain dorongan “mitos” mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, belajar di luar negeri juga kesempatan memperoleh pengalaman kultural yang lebih. Interaksi dengan mahasiswa dari berbagai negara di seluruh dunia juga jadi nilai tambah pemicu pencari beasiswa dalam menambah wawasan.

Hal-hal itulah yang mendorong Pemerintah Kota Baubau mencari dan memanfaatkan berbagao kesempatan penerimaan beasiswa Local Economic Resource Development. Beasiswa yang diberikan oleh NESO bekerja sama dengan Badan Perencanaan dan Pem-bangunan Nasional ini diberikan dalam bengtuk shortcourse selama 1 bulan di Rijkuniversiteit Groningen(RUG) Belanda.

Beasiswa KelompokProgram beasiswa NESO diarahkan membantu pembangunan

Indonesia melalui peningkatan sumber daya manusia pada institusi pemerintah, khususnya daerah. Melalui program beasiswa NESO, para peminat individual dapat mengikuti program master dan short-course di Belanda. Selain itu dibuka juga peluang bagi institusi untuk mengajukan proposal dalam bentuk group application dan/atau refresher course. Tentu saja untuk mendapatkannya, harus bersaing ketat dengan beberapa tim dari daerah lain.

Tak berlebihan jika kemampuan menjadi syarat utama untuk men-jadi penerima beasiswa kelompok ini. Mulai dari pembuatan maka-lah awal penelitian, seleksi kelayakan, sampai dengan kapasitas individual dalam hal akademik maupun kemampuan. Kemampuan bahasa Inggris menjadi syarat utama seleksi dari tingkat provinsi sampai nasional.

Kami dari Baubau mengambil tema makalah Strategi Pengem-bangan Industri Karagenan Rumput Laut sebagai Komoditas Ung-gulan Daerah. Pada akhirnya kami bersama tim Pemkab Bogor terpilih menerima beasiswa tersebut.

Suasana BedaSingkat cerita akhirnya kami dari Pemkab Baubau belajar di

Kampus RUG Belanda. Suasana perkuliahan menjadi hal yang benar benar baru bagi kami, baik dari metode pengajaran maupun interaksi antara dosen dan mahasiswa. Semuanya begitu berbeda dibanding dengan sistem yang ada di Indonesia. Dosen Belanda berkompeten dan egaliter, mereka terbuka untuk diskusi di luar jam kuliah dan melek teknologi.

Dosen juga punya riset yang sejalan dengan kuliah, sehingga ilmu-ilmunya benar-benar up to date, bahkan kadang-kadang punya tools sendiri. Dosen pun tidak pernah memaksakan idenya kepada mahasiswa. Dengan kata lain tersedia ruang untuk kebebasan dalam berfikir dan memaksimalkan potensi diri. Mahasiswa dapat menyampaikan pendapatnya walaupun itu bertentangan dengan dosen atau fasilitator.

Di samping itu fasilitator yang mendampingi kebanyakan pakar di bidangnya masing-masing. Bahkan berasal dari berbagai negara serta organisasi internasional. Kita ditantang untuk berpikir secara kritis dan mandiri, bukan hanya menerima dan menelan mentah-mentah.

Lintas DaerahJambiPenghargaan Siswa Berprestasi

Gubernur Jambi Drs. H.Zulkifli Nurdin menyerahkan penghargaan kepada dua belas siswa jenjang SMP dan SMA yang memiliki prestasi mendapatkan nilai Ujian Akhir Nasional tertinggi di Provinsi Jambi. "Saya bangga terhadap prestasi generasai muda yang juga membuktikan keberhasilan program pendidikan yang dilaksanakan pemerintah Provinsi Jambi," kata Gubernur usai pemberian penghargaan berupa laptop, Selasa (18/5) di ruang kerja Gubernur.

Gubernur berharap agas para siswa ini dapat terus memotivasi diri agar bakat dan kepandaian yang dimiliki dapat diteruskan dan ditingkatkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi. "Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan pendidikan di Provinsi Jambi, walaupun di tengah kesulitan ekonomi yang melanda Indonesia saat ini, karena pendidikan adalah hal utama dalam pembangunan," kata Zulkifli Nurdin.(Maria)

Sumatera BaratDorong Pendidikan Teknologi Informasi

Gubernur Sumatera Barat, Marlis Rahman mengatakan, pembangunan pendidikan merupakan prioritas utama bagi pembangunan Sumatera Barat, "Hal ini sesuai dengan pemikiran para pemimpin terdahulu. Seperti Sesepuh Sumbar Ir. Azwar Anas yang telah meletakan kerangka dasar bidang pembangunan pendidikan, Sumbar sebagai Industri Otak," katanya dalam Peringkatan Dies Natalis Universitas Putra Indonesia (UPI) ke 25 tahun di Sumatera Barat, Sabtu (14/5).

Oleh karena itu, menurut Marlis Rahman, pembangunan pendidikan perlu terus dilanjutkan karena potensi SDM Sumbar amat luar biasa dan mampu memberikan sumbangsih besar dalam pembangunan nasional. "Dari waktu ke waktu, kita semua masyarakat Sumbar mesti berupaya terus melahirkan tokoh-tokoh cermerlang yang memiliki kepribadian dan berkulitas serta mampu bersaing secara global," tegasnya.

Secara khusus, Gubernur menyampaikan penghargaan terhadap pendiri Yayasan Perguruan Tinggi Komputer Padang H. Herman Nawas yang telah memberikan contoh keberhasilan meningkatkan sumber daya manusia Sumatera Barat di bidang teknologi informasi. (Zardi S)

Jawa TimurPercepatan Jatim Membaca 2014

Untuk mempercepat program Jatim membaca 2014, Badan Perpustakaan dan Kearsipan (Baperpusarsip) Jawa Timur akan terus melakukan kerjasama. Salah satunya kerjasama dengan Paguyuban Cak dan Ning Surabaya.

Kepala Baperpusarsip Jatim, Ir Masruri Dipl HE di Surabaya, Selasa (18/5) mengatakan, kordinasi ini dilakukan sebagai bentuk riil Baperpusarsip dalam mencapai Jatim membaca 2014. Menurut dia, keberadaan Cak dan Ning merupakan salah satu sarana yang efektif bagi Baperpusarsip dalam mengajak masyarakat untuk gemar membaca. ''Saya ingin dengan icon Cak dan Ning masyarakat tertarik untuk gemar membaca,'' tegasnya.

Dia menjelaskan, saat ini yang menjadi tugas Baperpusarsip adalah membudayakan minat baca di masyarakat. (dra/j)

Orientasi MasalahAda pesan dosen yang terus terngiang-ngiang, “Kita

boleh saja lupa dengan semua rumus, toh itu bisa dilihat di banyak buku. Namun yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kita mampu berpikir sistematis untuk menyelesaikan masalah dengan baik.”

Penyelesaian masalah yang diajarkan mulai dari mencari penyebab hingga evaluasi dampak dari hasil kerja. Dukungan fasilitas pun tersedia dengan melimpah ruah. Akses jurnal yang aktual terbuka lebar dan kece-patan internetnya kencang tanpa batas.

Hal-hal kecil begitu terperhatikan, misalnya kom-puter-komputer yang diperbarui terus. Mahasiswa juga mendapat jatah printer gratis. Selain itu, di Belanda setiap sekolah punya jaringan dan kerjasama sama industri yang terkelola sangat apik.

Riset-riset yang dikerjakan banyak yang memang dibutuhkan oleh industri. Bahkan tools yang dikembang-kan bisa jadi “dicontek” oleh produk-produk komersil. Disini juga didukung softwaresoftware komersil yang selalu up to date.

Banyak hal yang kami dapatkan, mulai dari membuat perencanaan sampai dengan aplikasinya di jajaran pemerintahan dan di masyarakat. Dan hal itu terus dievaluasi oleh NESO dan RUG sekembalinya kami di tanah air.

DukunganSebagai bentuk pertanggung jawaban setelah

menerima beasiswa dan menempuh studi di Belanda. Kami diharuskan membuat kegiatan Lokal Seminar di Baubau dan National Seminar di Jakarta. Hasilnya, dalam National Seminar di Jakarta kami dinyatakan sebagai tim terbaik karena implementasi lapangan yang kami lakukan berhasil mensinergikan program perencanaan dan aplikasi di lapangan.

Aplikasi pengembangan potensi industri rumput laut di Baubau di lapangan juga didukung sepenuhnya oleh Walikota Baubau sebagai penentu kebijakan, pihak eksekutif,legislatif, media lokal, para akademisi dari universitas serta masyarakat, petani dan pelaku industri rumput laut.

Beasiswa yang kami peroleh menjadi luar biasa ke-tika metode kami dijadikan standar dalam pelaksanaan program beasiswa LERD selanjutnya.

Harapan kami ke depan, pemerintah pusat lebih memperhatikan peningkatan kapasitas aparatur di jajaran pemerintah karena sesuai dengan semangat otonomi daerah sangatlah diharapkan dapat memacu pemerintah daerah di Indonesia untuk mempercepat akselerasi pembangunan, sekaligus pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Muhammad Rizky Sadif(Mahasiswa Tugas Belajar Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Jurusan Ekonomi Sumberdaya)Staf Pemerintah Kota Baubau

Dapat Beasiswa, Pulang Bangun DaerahAinar Rahmi (22), mengaku bersyukur bisa melanjutkan kuliah

dengan beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, tempat asalnya. Sejak tahun 2007 ia tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Bandung. Kini tinggal mengejar penyelesaian tugas akhir saja.

“Sangat mudah dan tidak memakan waktu lama,” kata Rahmi yang akrab dipanggil Mimi. Ia hanya melengkapi syarat pengajuan beasiswa mulai dari transkrip nilai terbaru, surat keterangan dari kampus dan proposal serta mengikuti program beasiswa yang diadakan Pemkab Tanah Datar.

Dana beasiswa yang didapat Mimi saat ini sebesar Rp900 ribu tiap semester. Sebelumnya Pemkab Tanah Datar memberikan dana beasiswa sebesar Rp1,5 juta per orang, “Namun karena banyak peminatnya, agar adil dana yang diberikan menjadi Rp 900 ribu per orang tiap semester,” lanjut Mimi.

Komitmen PemdaPemkab Tanah Datar memang salah satu pemerintah daerah yang

peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan. “Kami menyusun program pemberian beasiswa pendidikan bagi siswa berprestasi, guru, dan pegawai untuk melanjutkan kualifikasi pendidikan strata 1 dan 2,” kata Bupati Tanah Datar M.Shadiq Pasadigoe.

Tak hanya itu, Pemkab Tanah Datar juga membangun sarana learning centre serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bahkan program beasiswa juga diberikan melalui BAZ (Badan Amil Zakat). “Kita memberikan kesempatan terhadap siswa miskin untuk mendapatkan bea siswa,” jelas Bupati Shadiq dalam pemberian zakat beasiswa untuk siswa SLTA beberapa waktu lalu.

Jaminan kelanjutan beasiswa di perguruan tinggi juga diberikan, “Pengelola BAZ memberikan Kartu Pemberian Bea Siswa terhadap anak-anak yang mendapat beasiswa. Kelak, jika yang bersangkutan mengajukan proposal biaya untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri saya dengan mudah menyetujuinya,” ungkap Bupati yang memang peduli dengan pendidikan bagi siswa berprestasi dari kalangan keluarga miskin.

Harus BerprestasiMenjadi penerima dana beasiswa mungkin banyak

suka dan duka. “Sukanya uang kuliah kebantu, bisa buat beli buku kuliah, bayar uang kos, dan memacu semangat belajar,” kata Mimi seraya menjelaskan bahwa jika nilainya turun, maka tidak dapat beasiswa lagi.

Bupati Shadiq memang mengingatkan bahwa penerima beasiswa agar bisa memanfaatkan dengan baik dana beasiswa itu. "Setelah selesai kami harap bisa turut memajukan pembangunan di Tanah Datar," ungkapnya.

Menurut Mimi, sekarang penerima beasiswa memiliki syarat tambahan, “Sekilas agak rumit karena harus dilengkapi dengan kartu keluarga dan surat keterangan tidak mampu dari RT/RW. Tetapi enaknya tanpa tes yang penting syarat-syarat lengkap,” tegas Mimi yang bercita-cita mengabdikan diri menjadi pegawai di lingkungan Pemkab Tanah Datar. (wiwik)

Page 9: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

11www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07

“Pertama saya mencangkul tanah dengan halus dan da-lam, karena memang begitulah

seharusnya yang harus saya lakukan sebelum menanam se-suatu. Kedua, saya menyemai bibit dan hanya menanam bibit yang baik saja, karena memang begitulah yang harus saya laku-kan saat menanam. Ketiga saya menyiangi, menyiram dan mem-beri pupuk, karena memang tindakan seperti itulah yang seharusnya saya lakukan agar tanaman tumbuh baik.”

“Tapi, ngomong-ngomong

dari mana anda mempelajari semua itu?”

“Saya tidak belajar, tapi saya melakukannya setiap saat. Saya senan-tiasa memperbaiki apa yang telah saya lakukan jika hasil-nya mengecewakan. Dan saya mengu-langi apa yang saya lakukan terdahulu jika hasilnya baik. Jadi, tanaman yang tumbuh subuh dan berbuah lebat seperti yang anda lihat ada-lah hasil perbaikan dari kegagalan-kega-galan sebelumnya.”

“Sebentar... bu-kanlah apa yang

anda lakukan itu adalah ilmu?”“Saya tidak tahu apa na-

manya. Banyak orang memiliki pengetahuan tentang sesuatu, tapi tidak pernah menerapkan-nya dalam praktek. Banyak orang pandai, tapi tidak berbuat sesuai kepandaian yang dimiliki. Jutaan orang kuliah, tapi setelah tahu tentang banyak hal dan lulus, ia malah minta pekerjaan ke orang yang tidak kuliah.”

Sang sarjana terdiam malu.

Lintas LembagaBPPTPotensi E-voting untuk PEMILU 2014

Kepala BPPT Dr.Ir. Marzan A. Iskandar mengatakan, salah satu titik awal penting bagi pengembangan landasan hukum pelaksanaan pemungutan suara secara elektronik (e-voting) adalah keputusan Mahkamah Konstitusi, 30 Maret 2010. Keputusan tersebut te lah menetapkan pengertian yang lebih luas terhadap penggunaan kata mencoblos pada pasal 88 UU No. 32 Tahun 2004, seh ingga memungk inkan penggunaan metoda e-voting dalam pelaksanaan pemilu dan pemilukada dengan syarat secara kumulatif.

”Po tens i pemanfaa tan penerapan e-voting untuk pemilu dapat dilihat dalam berbaga i seg i , m isa lnya kemudahan, kecepatan, efisiensi pembiayaan, ser ta dapat mengurangi risiko terjadinya kecurangan, ” kata Marzan. Ia mengatakan, dibandingkan dengan pemungutan suara k o n v e n s i o n a l , e - v o t i n g m e n a w a r k a n b e b e r a p a keun tungan , an ta ra l a in pemungutan suara menjadi lebih sederhana, dapat menghemat pencetakan sura t suara , penghitungan suara lebih mudah dan cepat, begitu pula dengan penghitungan ulangnya dapat dilakukan melalui penelusuran rekaman elektronik perolehan suara. (T. Gs/ toeb)

Kementerian PertanianSawah di Lahan Bekas Tambang Timah

Menurut penel i t i Bala i Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka

Bel i tung, Asmar Hamzah lahan bekas tambang timah m e r u p a k a n s a l a h s a t u sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian tanaman pangan. “Meskipun lahan bekas tambang timah itu tergolong marjinal, tetapi lahan itu memiliki keunggulan berupa tersedianya kolong kolong (danau kecil) yang menyimpan air cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pengairan bagi tanaman,” katanya saat mendampingi kunjungan Ditjen Pengolahan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian RI, tepatnya ke Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Rabu (12/5).

Ke depan pengembangan pencetakan sawah bekas tambang t imah diarahkan sebagai kawasan Agroekowisata Center dengan model Sistem Pertanian Terpadu atau sistem integrasi tanaman-ternak yang berbasis tanaman pangan yaitu padi, palawija, hortikultura, peternakan, perkebunan dan perikanan budidaya. “Pada percontohan itu di lakukan penanaman padi var ietas unggul dengan tiga kegiatan utama, yaitu pengelolaan air, pengelolaan hara tanah, dan uji adaptasi padi varietas unggul,” tambahnya.

Provinsi Bangka Belitung memiliki lahan kritis seluas 1.645.414 hektare serta memiliki kolong kolong (danau kecil) sebanyak 887 kolong dengan luas kolong 1.712.62 hektare sebagai dampak penambangan timah. (Bhr)

Perum BulogCadangan Beras Satu Juta Ton

I ndones ia t i dak pe r lu mengimpor beras pada tahun 2010 ini apabi la produksi dalam negeri mencapai angka 2,4 juta ton, karena saat ini Badan Urusan Logistik (Bulog) masih memiliki cadangan beras sebesar satu juta ton.

“Sesuai angka ramalan I pada tahun 2010, luas areal panen beras mencapai 12,89 juta ha dengan hasil 50,34 kuintal gabah kering giling/ha, dan produksi 64,9 juta ton GKG setara 40,71 ton beras,” jelas Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum (Perum) Bulog, Sutarto Alimoeso di Jakarta, Rabu (12/5).

Menurut Alimoeso , ada beberapa manfaat apabila Indonesia tidak melakukan impor beras sepert i pada periode 2008-2009, di antaranya adalah menghemat devisa dan mengurangi tekanan terhadap kese imbangan keuangan negara. “Selain itu pengadaan dalam negeri pada 2008-2009 yang semakin besar telah meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mendorong pembangunan pertanian,” jelasnya.

Dengan tidak adanya impor beras, menurut Alimoeso, juga bisa meningkatkan kepercayaan dir i petani, meningkatkan efisiensi dan produksi, serta mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumberdaya dalam negeri. Selain itu, dengan mengisolasi pasar dalam negeri, maka Indonesia dapat menjaga harga tetap stabil yang akan berdampak positif bagi masyarakat. "Langkah Indonesia untuk tidak impor telah mencegah tambahan lonjakan harga di pasar beras dunia," katanya. (ww)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakUji Coba Anggaran Responsif Gender

P e m e r i n t a h t e n g a h melakukan uji coba penerapan anggaran yang responsif gender (ARG) di tujuh kementrian/lembaga pada tahun 2010 ini. Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden No.9/2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional yang menegaskan pentingnya pengintegrasian pengalaman, asp i ras i , kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanan d a n p e n g a n g g a r a n n y a . S e h i n g g a p e r e n c a n a a n yang responsif gender harus ditindaklanjuti dengan anggaran yang responsif gender.

“Fokus anggaran yang terbagi dalam dua jenis sub keg ia tan, yakn i keg ia tan dalam rangka pelayanan atau service delivery dan kegiatan capacity building serta advokasi gender,” jelas Plt. Sesmeneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Sri Darti, di Jakarta,Rabu (12/5).

Menuru tnya , keg ia tan dalam pelayanan dilakukan di Kementerian Kesehatan, Pendidikan Nasional, Pekerjaan U m u m , d a n P e r t a n i a n . Sementara dalam bidang capacity building dan advokasi gender dilakukan di Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nas iona l /Bappenas, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

“ARG ini bekerja dengan cara menelaah dampak dari penganggaran suatu kegiatan terhadap perempuan dan laki-

laki, dan kemudian menganalisa apakah alokasi anggaran tersebut te lah menjawab kebutuhan perempuan serta kebutuhan laki-laki secara memadai , ” kata Sr i Dart i menjelaskan. (Jul)

Kementerian Negara PANUsulkan Tenaga Honorer Jadi PNS

K e m e n t e r i a n N e g a r a Pendayagunaan Aparatur Negara mengusulkan kepada Badan Kepegawaian Negara (BKN) pengangkatan sebanyak 197.678 tenaga honorer jadi pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun 2010/2011.

“Mereka tenaga honorer y a n g t e l a h m e m e n u h i persyatatan, diantaranya sudah berumur sekitar 19-46 tahun dan telah bekerja di instansi pemerintah secara berturut-turut lebih satu tahun,” kata Menpan EE Mangindaan dalam raker dengan Komite II DPD RI Jakarta, Rabu (19/5).

Masalah pengangkatan tenaga honorer tersebut telah dibahas dengan DPR RI, yaitu dengan Komisi I, II dan X, serta telah dilakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kemdiknas, Kemkes, Kemag, Kemtan, BKN, BPKP, dan BPS di Kementerian PAN. Untuk itu telah dilakukan verifikasi dan validasi data yang direncanakan selama delapan bulan dan dimulai setelah pencairan APBN-P 2010 dengan asumsi pelaksanaan dimulai pada Agustus 2010 – Maret 2011. (mf)

mulai heran.“Baiklah, tapi bapak pasti

telah mempelajari ilmu merawat tanaman secara baik, mulai dari memberi pupuk, menyiangi, sampai memberantas hama. Kalau tidak, bagaimana mungkin tanaman bapak bisa sebagus ini?”

“Ilmu, ah.. ilmu apa itu tadi? Saya tidak paham maksud anda? Saya tidak mempelajari ilmu apapun...”

Kini giliran sang sarjana yang heran. Bagaimana mungkin petani itu bisa menanam tana-man dengan baik jika tidak me-nguasai ilmunya? Jika memang tidak menguasai ilmu pertanian, mengapa tanaman petani bisa tumbuh dan berbuah sebaik itu? Apa yang sesungguhnya telah dilakukan pak tani?

“Jadi, apa yang bapak laku-kan agar tanaman bisa tumbuh subur dan berbuah lebat?”

“Hmm, saya hanya menger-jakan apa yang harus saya kerjakan,” jawab si petani.

“Maksud bapak?”

Alkisah seorang sarjana pertanian berkunjung ke ladang petani nun jauh di perdesaan. Ia takjub melihat tanaman milik petani yang semuanya tum-buh sangat subur dan berbuah sangat lebat. Belum pernah ia melihat tanaman sebaik itu selama hidupnya. Penasaran ia menemui si petani yang sedang sibuk menyiangi rumput.

“Bapak pasti telah mem-pelajari ilmu mengolah tanah secara rigid, sehingga apapun yang ditanam di atasnya tumbuh dengan baik,” kata sang sarjana membuka pembicaraan.

Si petani tersenyum, lantas menyahut, “Ilmu mengolah ta-nah? Saya tidak tahu itu.”

“Dan bapak pasti telah mem-pelajari ilmu menyemai bibit tanaman secara ketat, terbukti semua tanaman yang bapak tanam pertumbuhannya sangat sempurna,” kata sang sarjana itu sambil berdecak kagum.

“Ilmu menyemai bibit? Ah, saya pun tidak tahu apa itu,” tukas si petani dengan nada

Benar juga kata pak tani. Ia yang notabene sarjana pertanian se-harusnya lebih mampu bertani ketimbang pak tani yang tidak sekolah. Tapi nyatanya ia masih terheran-heran melihat tanaman petani yang sangat subur dan berbuah sangat lebat.

Sadarlah ia sekarang. Tahu saja ternyata tidak cukup. Butuh lebih dari sekadar tahu untuk menjadi seorang pakar, yakni bertindak. Dan untuk dapat bertindak secara baik, orang yang berpengetahuan harus mau hidup di tengah realitas dan memecahkan masalah dengan ilmu yang dimilikinya.

Sekolah hanya membuat orang menjadi tahu, namun tak mengajari orang untuk bisa berbuat dan memecahkan masalah. Pantas saja pak tani menganggap ilmu tidak ada, yang ada adalah melakukan apa yang seharusnya dilaku-kan. Karena tanpa melakukan sesuatu, orang-orang berilmu sejatinya telah menjadi menara gading bagi dirinya sendiri. Tinggi, menjulang di atas awan, namun terasing dari realitas kehidupan (gun).

Belajar Untuk Melakukan

Page 10: Edisi 07/Tahun VI/Mei 2010

12www.bipnewsroom.info

Tahun VIMei 2010Edisi 07

Edisi 04/ Tahun VI/ Maret 2010

Tak urung, Historiyono Kusdarianto ayah Wil-

dan, turut kalut. Melihat prestasi sang putra, dia sangat ingin menyekolahkannya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indone-sia (UI), seperti yang dicita-cita-kan Wildan. Namun ketiadaan dana menghalangi langkahnya. “Jangankan (biaya) untuk ku-liah, hingga detik pengumuman hasil UN saja Wildan masih menunggak uang pendidikan ke sekolahnya sebesar Rp1,58 juta. Beruntung pihak sekolah mem-bebaskan tanggungan tersebut,” kata lelaki yang akrab dipanggil Yayak ini.

Dengan total nilai UN 57,20 atau rata-rata 9,53, seharusnya Wildan berpeluang besar diteri-ma di perguruan tinggi manapun.

Ironisnya, ketika rekan-rekannya sibuk mendaftarkan diri, Wildan hanya bisa diam. "Membeli formulir saja kami tidak sanggup," kata Yayak.

Beruntung beberapa teman Wildan secara patungan me-minjaminya uang Rp 250 ribu untuk membeli formulir PMDK di UI. Uang senilai itu lumayan besar bagi Yayak yang sehari-hari bekerja serabutan. Dulu Yayak adalah perajin kapur tulis. Seiring perkembangan zaman, kapur tulis tergusur spidol dan white board, punah juga sumber nafkah Yayak.

Dengan kondisi tersebut, Yayak tidak berharap banyak. Satu-satunya harapan untuk melanjutkan pendidikan Wildan adalah hasil tes PMDK di UI. Soal

itu pun, Yayak masih gamang. "Jika dia diterima, kami belum tahu bagaimana membayar biaya masuknya dan saat dia sudah kuliah kelak,'' keluhnya lirih.

Sekali lagi keuntungan berpi-hak pada Wildan. Saat diwawan-carai sebuah televisi swasta, seorang pengusaha ternama dari Jakarta yang prihatin pada kondisi Wildan menelepon dan menyatakan bersedia menang-gung biaya kuliahnya di UI. Lebih menggembirakan lagi, ia ternyata lulus tes PMDK. “Alhamdulillah. Meskipun lulus PMDK, kalau tidak ada yang membantu kelan-jutannya, anak saya pasti tidak kuliah,” kata Yayak dengan mata berkaca-kaca.

Kendala itu Bernama FulusKasus anak pintar yang terancam tak

bisa melanjutkan kuliah tidak hanya menimpa Wildan seorang, namun banyak ‘Wildan-Wildan’ lain di Tanah Air tercin-ta ini. Mereka k e b a n y a k a n berasal dar i kalangan me-n e n g a h k e bawah, tap i

tentu saja tidak seberuntung Wil-

dan karena mereka tidak segera mendapat-

kan orangtua asuh.Jika kejadian semacam itu

menimpa ‘para jenius’ yang baru lulus SD atau SMP, mungkin tak akan menjadi masalah karena pemerintah telah menyeleng-garakan pendidikan dasar gratis, bahkan di beberapa daerah para murid bisa sekolah bebas bea hingga tingkat SMA. Kalaupun tidak gratis, di tingkat SMA bia-yanya tidak terlalu besar alias masih bisa ditanggung oleh orangtua yang ekonominya pas-pasan.

Seperti yang dialami Fitryan Dwi Cahyani, peraih nilai UAN tertinggi nasional untuk tingkat SMP tahun 2010. Meskipun orangtuanya bukan tergolong kaya, ia mampu melanjutkan ke SMA tanpa hambatan. “Saya beruntung karena biaya sekolah di SMA Negeri tidak terlalu tinggi. Lebih-lebih banyak pihak yang

bersedia memberikan beasiswa untuk saya,” kata alumnus SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen, Jateng, yang akrab dipanggil Ryan ini dengan wajah bungah.

Namun jika kejadian yang sama menimpa lulusan SMA, ceri-tanya bisa lain. Maklumlah, biaya kuliah sekarang ini—terutama bagi yang berduit cekak—sangat menguras kantong. Meskipun nilai ujian tergolong tinggi, atau bisa melewati tes PMDK, bukan jaminan seseorang bisa lang-sung kuliah. Hendrajaya misal-nya, terpaksa harus menunda keinginannya kuliah gara-gara masalah keuangan.

“Untuk kuliah kan ada per-syaratan administratif yang harus dipenuhi, seperti daftar ulang, bayar SPP, bahkan di universitas swasta ada uang gedung, bayar SKS, dan sebagainya, yang ka-dang jumlahnya tak terbayangkan oleh calon mahasiswa. Jika tidak mampu membayar semua itu, ya jangan harap bisa kuliah,” kata Hendrajaya, tamatan sebuah SMA Negeri di Samarinda yang gagal kuliah tahun lalu, meski-pun nilai ujiannya rata-ratanya mendekati delapan.

Jelas bahwa ketiadaan fulus menjadi kendala utama bagi para pelajar berotak cemerlang yang ingin menggapai bangku pergu-ruan tinggi.

Perlu Solusi Segera Pemerhati pendidikan dari

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Aris Nasuha menyatakan, fenomena maraknya anak pintar yang tidak bisa kuliah karena kekurangan biaya memerlukan solusi segera agar kejadian yang sama tidak selalu terulang setiap tahun. “Pemerintah perlu memikirkan jalan keluarnya agar tunas bangsa yang nyata-nyata unggul dari segi intelektualitas ini bisa mendapatkan pendidikan yang memadai,” ujarnya saat ditemui di Kampus UNY baru-baru ini.

Program beasiswa yang dikembangkan pemerintah saat ini, menurut Aris, sejatinya sudah baik. Namun ke depan perlu dikembangkan agar cakupan-nya terus bertambah. “Dari sisi kuantitas perlu ditambah. Selama ini beasiswa diberikan kepada mereka yang telah kuliah, se-mentara yang baru lulus SMA sering luput dari perhatian. Pa-dahal biaya terbesar yang harus ditanggung adalah pada saat mereka mendaftar ke perguruan tinggi, bukan pada saat kuliah,” katanya.

Karena itu Aris berharap, dalam pemberian beasiswa pe-merintah seyogyanya juga mem-

perhatikan bibit-bibit potensial yang baru lulus SMA. “Jangan sampai mereka yang pintar dan nilainya tinggi tidak bisa kuliah hanya karena kendala biaya. Ketidakmampuan anak-anak berprestasi melanjutkan pendidi-kan ke jenjang yang lebih tinggi akan menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan kita,” kata bapak tiga anak ini serius.

Secara pribadi, Aris sangat menghargai kiprah berbagai perusahaan dan lembaga non-pemerintah yang aktif mem-berikan beasiswa kepada anak berprestasi dari kalangan tak mampu. “Kiprah mereka di bi-dang pendidikan terutama dalam pemberian beasiswa sangat berarti. Harus disadari, tanpa bantuan swasta, pemerintah tak akan sanggup menanggung seluruh biaya pendidikan anak bangsa hingga jenjang universi-tas,” imbuhnya.

Aris mencontohkan, Badan Amil Zakat Nasional misalnya, sampai tahun 2010 ini telah memberikan beasiswa pendidi-kan kepada 15.000 anak kurang mampu. Program Penyaluran Beasiswa SD-SLTA dan Satu Keluarga Satu Sarjana yang dikembangkan sangat menolong para jenius dari kalangan tidak mampu ini untuk terus sekolah dan kuliah. Beberapa BUMN, pe-rusahaan, dan lembaga swasta selama beberapa tahun juga memberikan beasiswa kepada puluhan ribu anak lainnya.

“Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan swasta di bidang pendidikan, saya yakin ke depan makin banyak lagi ‘Wildan-Wildan’ lain yang dapat melanjutkan sekolah atau kuliah,” pungkas Aris. (g)